PEMANFAATAN RADIO SWASTA OLEH HUMAS POLRI POLDA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEBAGAI SARANA INTERAKSI ANTARA POLRI DAN MASYARAKAT (Studi Deskriptif Kualitatif Pemanfaatan Unisi Radio oleh Humas Polri Polda Daerah Istimewa Yogyakartas sebagai Sarana Interaksi antara Polri dan Masyarakat)
Retno Dharmastuti Sofiah Nora Nailul Amal
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract Police are social groups that are part of the community. Police presence very close relation to the public, because the public has the most impact and is a key target in providing services to the public. One form of police service provided to the community is to provide information. Radio is known that the advantages of flexible, cheaper and more personalized. Another advantage of radio is broadcasting a wide range of power that can be enjoyed in outlying regions even. This study aimed to describe the reasons, materials, response, effect, and the obstacles encountered in the Utilization of Radio (Unisi Radio) by the Yogyakarta Police Public Relations as a means of interaction between the Police and the Community.This type of research uses descriptive qualitative. This research is the subject of Yogyakarta Police Public Relations, radio broadcaster, and society. The object of research is the utilization of radio (Radio Unisi) by the Yogyakarta Police Public Relations as a means of interaction between the Police and the Community. The data collection techniques such as in-depth interviews, observation, and literature. The sample is purposive sampling data sources. The validity of the data in this study using triangulation of data analysis using interactive analysis.The results of this research can be concluded to create an attractive two-way communication, such as in a communication, both the giver and receiver of information as well as information, interactive communication of the message delivered Keywords: Radio, Public Relations, Interaction
1
Pendahuluan Polisi
merupakan
kelompok
sosial
yang
menjadi
bagian
dari
masyarakat.Anggota dari Polisi merupakan anggota masyarakat, walaupun ada aspek yang berbeda dengan masyarakat umum.Keberadaan polisi sangat erat kaitanya dengan masyarakat, karena masyarakat memiliki pengaruh paling besar dan
merupakan
target
utama
dalam
memberikan
pelayanan
kepada
masyarakat.Salah satu wujud pelayanan yang diberikan polisi kepada masyarakat adalah memberikan informasi. Prinsip kedua transparansi dalam pemberian pelayanan informasi publik sampai sekarang ini belum terwujud. Ini dapat terjadi menurut Alamsyah Saragih, Kepala Informasi (Wawancara dengan Staf Humas Polri Polda Daerah Istemewa Yogyakarta pada hari kamis 05 Desember 2013), menyatakan dalam praktiknya, peraturan mengenai keterbukaan informasi publik di Indonesia belum dijalankan dengan tepat sejak diterbitkannya UU KIP. Pelaksanaan UU KIP oleh badan pemerintah sangat lemah dan tidak adil, meskipun Komisi Informasi telah membuat peraturan mengenai standar pelayanan informasi publik. Hal ini sebagian dikarenakan rendahnya
kesadaran masyarakat mengenai pentingnya
akses informasi publik. Polri di DIY untuk mengatasi dua kendala tersebut telah melakukan upayaupaya,
antara lain Polri DIY dalam meningkatkan tanggung jawab polisi,
khususnya petugas Humas Polri
dalam menjalankan kewajiban memberikan
informasi secara transparan, dengan mengacu pada pasal 7 UU KIP, dan pasal 4 Peraturan Komisi Informasi No. 1/2010, diwajibkan setiap pejabat pemerintah minimum memiliki kewajiban untuk membuat peraturan mengenai standar prosedur operasional dalam menjalankan kewajiban memberikan informasi publik, menunjuk Petugas Pengaturan Informasi dan Dokumentasi, dan secara berkala membuat daftar informasi publik yang dikelola oleh badan publik tersebut (Wawancara dengan Staf Humas Polri Polda Daerah Istemewa Yogyakarta pada hari kamis 05 Desember 2013).Selanjutnya, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
mengenai
pentingnya
akses
informasi
publik,
Polri
DIY
menitikberatkan pada kewajiban Polri sebagai badan publik untuk menyajikan dan menyebarkan
informasi
kepada
masyarakat, 2
yang
dilaksanakan dengan
menggunakan teknologi informasi berupa website. Akan tetapi, website http://www.jogja.polri.go.id/ tidak seluruhnya memuat tentang informasi yang diperlukan oleh masyarakat, misalnya pada menu layanan masyarakat atau daftar orang hilang.Sebagai contoh, menu informasi menyangkut prosedur pelayanan Surat Izin Mengemudi (SIM), Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK), dan Surat Izin Keramaian belum ada di website http://www.jogja.polri.go.id/. Oleh sebab itu, Humas polisi DIY dalam memberikan informasi untuk sampai ke pelosok desa menggunakan sarana media lain yang mampu menjangkau masyarakat perkotaan dan pedesaan. Media lain yang digunakan oleh Polda DIY yaitu radio dengan tujuan Polda DIY mampu menjadi penjuru untuk mendorong dan membangun kepercayaan masyarakat serta opini positif guna mewujudkan citra dan image sesuai dengan visi dari Polda DIY yaitu terwujudnya postur Polri yang jujur, disiplin, dan komunikatif melalui sarana radio. (Wawancara dengan Kabid Humas Polri Polda DIY Anny Pudjiastuti, S.Sos pada hari Senin 09 Desember 2013) Radio sebagai media komunikasi massa yang banyak digunakan oleh masyarakat telah berubah menjadi sebuah organisasi usaha yang diminati. Perkembangan pesat radio ditandai dengan penuhnya frekuensi dan pengiklan yang memasang iklan di stasiun radio. Radio mampu meraih jumlah dan kelompok pendengar tertentu karena keunggulan yang dimiliki oleh radio sebagai media elektronik dibandingkan dengan media lain. Melalui keunggulan yang dimiliki oleh radio tersebut, Polri memanfaatkan radio sebagai sarana untuk dapat berinteraksi dengan masyarakat.Radio sebagai media komunikasi dapat dipergunakan oleh Polri dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Penyampain informasi yang dilakukan oleh Humas Polri berkaitan dengan tugas-tugas Polri. Praktisi humas pemerintah harus mampu menjadi bagian dalam proses pemberitaan media massa dan mampu mendorong sumber yang memiliki kredibilitas tinggi dalam memberikan informasi bermitra dengan stasiun radio yang ada di wilayah Yogyakarta. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa Humas Polri Polda DIY dalam kegiatan menyampaikan informasi yang diperlukan oleh masyarakat ditemui dua kendala yaitu dari Humas Polri dan masyarakat. Adanya kendala tersebut pihak Humas
3
Polri Polda DIY telah menggunakan media website untuk melakukan interaksi dengan masyarakat, akan tetapi hasilnya kurang maksimal. Oleh sebab itu dalam penelitian ini dipilih judul “Pemanfaatan Radio Swasta oleh Humas Polri Polda DIY Sebagai Sarana Interaksi antara Polri dan Masyarakat”.
Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a.
Alasan-alasan apakah yang menjadi dasar Humas Polri Polda DIY memilih radio swasta sebagai sarana interaksi dengan masyarakat?
b.
Materi-materi apa saja yang disampaikan Humas Polri Polda DIY melalui sarana tersebut?
c.
Bagaimanakah respon masyarakat terhadap materi yang disampaikan Humas Polri Polda DIY melalui sarana radio swasta tersebut?
d.
Bagaimanakah efek siaran radio yang disampaikan oleh Humas Polri Polda DIY?
e.
Bagaimanakah hambatan-hambatan dalam pemanfaatan radio swasta oleh Humas Polri Polda DIY
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: a.
Alasan-alasan pemanfaatan radio swasta oleh Humas Polri Polda DIY
b.
Materi-materi yang disampaikan oleh Humas Polri melalui radio swasta.
c.
Respon masyarakat terhadap materi siaran radio swasta yang disampaikan oleh Humas Polri Polda DIY
d.
Efek siaran radio swasta yang disampaikan oleh Humas Polri Polda DIY
e.
Hambatan- hambatan dalam pemanfaatan radio swasta oleh Humas Polri Polda DIY sebagai sarana interaksi antara Polri dan masyarakat.
4
Tinjauan Pustaka a.
Komunikasi Carl I. Hovland mengemukakan bahwa komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain.1 Komunikasi terjadi bila ada pertukaran pesan atau informasi antara pengirim dan penerima pesan sehingga diharapkan penerima pesan ini mengerti isi pesan yang disampaikan kepadanya dan memberikan respon, maka proses komunikasi dapat dikatakan berlangsung.2 Harold D. Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society, sebagaimana dikutip oleh Effendy.3 Cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut: who says what in which channel to whom with what effect? Pandangan Lasswell tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni: komunikator (communicator, source, sender), pesan (message), media (channel), komunikan (communicant, comunicatee, receiver, recipient), efek (effect, impact, influence).
b.
Radio Dominick dalam Morisson (2008) mengungkapkan peran radio dalam menyampaiakn pesan baru mulai diakui pada tahun 1909. Radio muncul menjadi media teruji dalam menyampaikan informasi sehingga banyak diminati masyarakat pada saat itu. Pada awalnya radio diciptakan dengan bentuk yang besar tidak menarik dan sulit digunakan karena memerlukan tenaga listrik dengan baterai yang besar. Radio juga memerlukan kemampuan ynag cukup untuk menggunakannya. Namun pada tahun 1926 perusahaan manufaktur berhasil memperbaiki kualitas produk radio menjadi lebih menarik dan praktis sehingga semenjak saat itu radio mulai merajalela
1
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. (Bandung: Remaja Rosdakarya). Hal. 46. Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa. (Jakarta: Raja Gafindo Persada). Hal. 5. 3 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. (Bandung: Remaja Rosda Karya). Hal. 10. 2
5
di masyarakat dan hal tersebut sekaigus menandai di mulainya era radio menjadi media massa. 4 Radio di Indonesia semakin berkembang pesat dengan karakteristik yang dimiliki masing- masing stasiun radio. Dunia radio adalah sebuah konteks seni media komunikasi yang menciptakan kreatifitas baik insan radio, pemerhati radio, pendengar, dan pengiklan. Bagi insan radio contohnya produser acara begitu semangatnya mengatur rundown acara yang diminati mulai dari informasi, narasumber, sampai lagu yang diputar di setiap edisinya dan ini membutuhkan seni kreatifitas tinggi agar acara tersebut diminati pendengar. Tak hanya dalam segi siaran (on air) dan bisnis iklan. Radio sekarang berkembang untuk memproduksi kegiatan off air (branding station) atau EO. Wahyudi dalam Morissan (2008) menggambarkan sifat fisik radio sebagai media yang dapat didengar, dapat diputar kembali, elektris, murah degan daya jangkau yang luas namun mempunyai daya rangsang yang cukup rendah . Masduki menyebutkan ada beberapa fungsi radio yang kapasitasnya sebagai media publik yaitu: 1.
Radio sebagai media penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain.
2.
Radio sebagai sarana mobilisasi pendapat publik untuk mempengaruhi kebijakan.
3.
Radio sebagai sarana untuk mempertemukan dua pendapat berbeda atau
diskusi
untuk
mencari
solusi
bersama
yang
saling
menguntungkan. 4.
Radio sebagai sarana untuk mengikat kebersamaan dalam semangat kemanusiaan dan kejujuran. Penyampaian pesan melalui siaran radio siaran dilakukan dengan
menggunakan bahasa lisan, kalaupun ada lambang- lambang non verbal yang digunakan jumlahnya sangat minim, misalnya tanda waktu pada saat akan memulai acara warta berita dalam bentuk bunyi telegraf atau bunyi 4
Morissan. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola TV dan Radio. (Jakarta:Prenada Media). Hal. 2.
6
salah satu alat musik. Dengan dihiasi musik dan didukung dengan efek suara yang menarik maka kemasan acara yang disajikan oleh radio menjadi lebih menarik dan radio terkesan menjadi lebih hidup. Selain memiliki karakteristik tersebut diatas, radio juga mempunyai kelebihan yaitu: 1.
Radio mempunyai kemampuan daya tangkap yang tinggi, meskipun pesawatnya berukuran kecil, serta harganya relatif murah sehingga orang yang dapat membanya kemana- kemana, mendengarkannya dimana- mana. Jadi siapa saja, kapan saja, dimana saja, mengenai apa saja, orang bisa mendengarkan acara siaran radio. Karena pemakaian radio telah memasyarakat mulai dari kalangan paling bawah hingga kalangan tingkat atas.
2.
Radio memiliki kelebihan dalam kecepatan menyampaikan
pesan
disbanding media massa lain seperti televisi, surat kabar. Pesan yang disampaikan melalui radio akan sampai ke pendengar sesaat setelah diudarakan, secara serentak pada waktu bersamaan di berbagai penjuru.5 Namun demikian radio
juga mempunyai banyak kelemahan
diantaranya yaitu: 1.
Radio sangat sukar menyiarkan acara- acara yang banyak ragamnya. Hal ini terjadi karena alat pendengaran manusia lebih rendah daya tangkapnya daripada alat penglihatan.
2.
Radio kurang efektif untuk mempengaruhi sikap pendengar. Proses pengaruhnya sangat lambat.
3.
Di beberapa kebudayaan,pesan- pesan yang datangnya dari jauh kurang dipercaya.6
c.
Humas Polri Peraturan Organisasi dan Tata Kerja Divisi Hubungan Masyarakat (DIVHUMAS) POLRI, dengan bunyinya, yaitu:7
5
Ibid. Hal. 5. Ibid. Hal. 5. 7 Peraturan Organisasi dan Tata Kerja Divisi Hubungan Masyarakat (DIVHUMAS) POLRI. 6
7
Pasal 2 Divhumas Polri bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi hubungan masyarakat di lingkungan Polri, mengelola informasi, data dan dokumentasi yang dapat diakses masyarakat untuk kepentingan pencitraan Polri dan pelayanan informasi publik. Pasal 3 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, Div Humas Polri menyelenggarakan fungsi : 1.
Pembinaan fungsi Humas bagi seluruh jajaran Polri yang meliputi : a.
Perumusan dan pengembangan sistem dan metode termasuk petunjuk pelaksanaan fungsi Div Humas;
b.
Pemantauan dan supervisi staf termasuk pemberian arahan guna menjaminterlaksananya fungsi Humas;
c.
Perencanaan kebutuhan personil dan anggaran termasuk pengajuan saran dan pertimbangan dalam rangka pembinaan karier personil pengemban fungsi Humas;
d.
Pengumpulan, pengolahan dan penyajian data statistik baik yang berkenaan dengan sumber daya maupun hasil pelaksanaan tugas satuan-satuan organisasi pengemban fungsi Humas;
2.
Perumusan, penyiapan dan penyelenggaraan kerja sama dengan mitra terkait dalam bidang hubungan masyarakat;
3.
Penyelenggaraan, pengelolaan informasi dan dokumentasi (PID), pelayanan informasi publik serta penyaluran pengaduan masyarakat yang disampaikan melalui Div Humas Polri;
4.
Penyelenggaraan penerangan umum untuk membentuk opini bagi kepentingan pelaksanaan tugas Polri; dan
5.
d.
Penyelenggaraan penerangan satuan.
Interaksi Sosial Interaksi sosial merupakan proses dasar dan pokok dalam setiap masyarakat, dimana sifat-sifat masyarakat sangat dipengaruhi oleh tipe-tipe utama interaksi yang berlangsung di dalamnya. Proses sosial berpangkal
8
pada interaksi sosial. Pengertian interaksi adalah hubungan yang sifatnya ada timbal balik. Pengertian interaksi sosial, yaitu bentuk hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok kelompok manusia, atau antara perorangan dengan kelompok manusia.8 Aktivitas-aktivitas yang merupakan bentuk interaksi sosial, misalnya apabila ada dua orang bertemu, mereka saling menegur, berjabat tangan, mengadakan pembicaraan, dan sebagainya. Apabila dua orang bertemu, tetapi tidak terjadi tatap muka apalagi mengadakan pembicaraan, tandanya tidak terjadi interaksi. Di sisi lain, apabila ada pertemuan dua orang masingmasing tidak bertegur sapa, akan tetapi ada kesan tersendiri karena ada yang menyebabkan perubahan perasaan berkaitan dengan kesan seseorang seperti wangi badan, pakaian yang rapih, maka dikatakan telah terjadi interaksi soial karena telah menimbulkan kesan dalam pikiran seseorang yang menimbulkan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan kemudian. 9 Pendapat lainya diutarakan oleh Yuli Hartono dan Amin Sar Manihuruk. Pemberlakuan Undang-undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP), membuka implikasi luas bagi humas pemerintah sebagai aparat terdepan di bidang layanan informasi kepada masyarakat. Terlihat kesiapan humas pemerintah sangat serius, karena terkait dengan citra positif pemerintah. Implikasi dari adanya undangundang tersebut, maka banyak perubahan yang terjadi meliputi: reposisi organisasi, peningkatan kompetensi SDM, maupun menyangkut aspek manajemen dan tata kelolanya. Persoalan pertama yang dihadapi adalah menyangkut proses kinerja komunikasi dan transmisi informasi dalam lingkup internal kelembagaan. Hal ini secara khusus terkait dengan bagaimana informasi yang tersedia pada setiap unit kerja organisasi selanjutnya dijadikan dasar bagi proses pengambilan keputusan. Semakin cepat proses pertukaran informasi di dalam jaringan internal organisasi
8 9
Alex Sobur. Psikologi Umum. (Jakarta: Gunung Mulia). Hal. 119. Ibid. h. 119.
9
semakin tinggi kebutuhan akan teknologi dan sumber daya manussia yang mampu mengolah informasi tersebut menjadi kebijakan publik.
10
Metodologi Jenis penelitian menggunakan deskriptif kualitatif. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus.Penelitian studi kasus menggunakan berbagai sumber data untuk mengungkapkan fakta di balik kasus yang diteliti.Keragaman sumber data dimaksudkan untuk mencapai validitas dan reliabilitas data, sehingga hasil penelitian dapat diyakini kebenarannya.Fakta dicapai melalui pengkajian keterhubungan bukti-bukti dari beberapa sumber data sekaligus, yaitu dokumen, rekaman, observasi, wawancara terfokus, wawancara terstruktur, dan survey lapangan.Di samping fakta yang mendukung proposisi, fakta yang bertentangan terhadap proposisi juga diperhatikan, untuk menghasilkan keseimbangan analisis, sehingga objektivitas hasil penelitian terjaga. Subjek Penelitian ini adalah Humas Polda DIY, penyiar radio, dan masyarakat. Objek penelitian ini adalah Pemanfaatan Radio (Unisi Radio) oleh Humas Polri Polda DIY sebagai Sarana Interaksi antara Polri dan Masyarakat. Teknik pengumpulan data ini berupa wawancara mendalam, observasi, dan literature. Sampel sumber data bersifat purposive sampling. Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi Analisis data menggunakan analisa interaktif.
Sajian Data dan Analisis Data a.
Alasan- Alasan Pemanfaatan Radio Swasta oleh Humas Polri Polda DIY Humas Polri menjadi jaminan bagi eksistensi pemerintah Yogyakarta. Humas yang bertugas menciptakan brand image bagi sebuah lembaga akan mampu menjalani pekerjaannya manakala memahami dan menjalankan konsep- konsep komunikasi terlebih dahulu. Tanpa pemahaman konsepsi
10
Hartono, Yuli dan Amin Sar Manihuruk. 2012. Competence of Government Public Relations in Anticipation of The Implementation of Public Information Disclosure. Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika, dan Media Massa (PEKOMMAS). Volume 15 No 1, April 2012. Hal. 22-30.
10
komunikasi secara baik maka pencapaian hasil kerja bidang Humas menjadi tidak istimewa.Radio sebagai media komunikasi massa yang banyak digunakan oleh masyarakat telah berubah menjadi sebuah organisasi usaha yang diminati. Perkembangan pesat radio ditandai dengan penuhnya frekuensi di stasiun radio. Salah satu radio yang digunakan oleh Humas Polri Yogyakarta adalah Unisi Radio 104.5 FM dalam program “Tanya Polisi”. Radio merupakan media massa auditif yang digunakan pendengar dan isi siarannya bersifat sepintas lalu dan tidak dapat diulang. Seperti internet, koran, majalah dan televisi, radio adalah media komunikasi massa yang dapat digunakan setiap orang untuk tujuan tertentu. Peran radio sebagai media sosial bagi masyarakat yang membutuhkan informasi adalah untuk menyebarluaskan berita dan hiburan yang mampu membuat optimisme serta menjalin interaksi sosial antara penyiar dan pendengar. Seiring banyak dibutuhkannya radio oleh masyarakat luas, tentunya menjadi kewajiban pengelola radio dalam menjalankan fungsi radio yang benar-benar bermanfaat bagi kepentingan orang banyak dan tidak mementingkan kepentingan sendiri. Melalui keunggulan yang dimiliki oleh radio tersebut, Polri memanfaatkan radio sebagai sarana untuk dapat berinteraksi dengan masyarakat. b.
Materi- Materi yang Disampaikan oleh Humas Polri melalui Radio Swasta Materi yang disampaikan oleh Humas Polri merupakan isi pesan yang berupa informasi di Humas Polri sesuai dengan kebutuhan Humas Polri sebagai komunikator dan kebutuhan masyarakat sebagai komunikan. Isi pesan menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok di mana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki. Pesan dalam komunikasi berupa informasi yang merupakan hasil dari pengolahan data, akan tetapi tidak semua hasil dari pengolahan tersebut bisa menjadi informasi, hasil pengolahan data yang tidak memberikan makna atau arti
11
serta tidak bermanfaat bagi seseorang bukanlah informasi bagi orang tersebut. Isi informasi yang disampaikan oleh Humas Polri berkaitan dengan tugas- tugas Humas Polri sebagai badan publik serta bagian dari sistem pemerintahan
yang
bersifat
terbuka,
Polri
berkewajiban
untuk
menyampaikan informasi kepada masyarakat menyangkut pelaksanaan tugas– tugas Kepolisian Republik Indonesia sesuai amanah Undang– undang, tentang penegakan hukum, mengkampanyekan berbagai kebijakan Polri yang telah ditetapkan. Humas Polri memanfaatkan layanan dengan program Kaselerasi Transformasi, Reformasi Birokrasi Polri berikut program unggulan “Quick Wins” untuk mengetahui apa yang masyarakat dapat memahami isi informasi yang disampaikan, sehingga dapat dijadikan masukan dan pembaharuan yang bisa segera diadaptasikan dalam kegiatan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. c.
Respon Masyarakat terhadap Materi Siaran Radio Swasta yang Disampaikan oleh Humas Polri Respon yang terjadi dalam proses komunikasi merupakan sebuah respom yang bersifat positif, negatif, maupun netral yang diterima oleh komunikan setelah menerima pesan.Respon positif masyarakat dibuktikan dengan banyaknya tanggapan dari masyarakat pada saat dilakukan acara dialog interaktif dalam waktu 30 sebanyak 5-8 penelpon. Intensitas tingkat seringnya masyarakat yang menelepon saat acara dilakukan membuktikan bahwa masyarakat memberikan respon postif terhadap acara dialog interaktif yang dilakukan oleh Humas Polri di radio. Komunikasi melalui radio merupakan komunikasi pada radio sangat komplek jika dibandingkan dengan komunikasi lainnya. Pada radio terdapat komunikasi antar pibadi didalamnya namun juga ada komunikasi massa. Hal ini menyebabkan timbulkan komunikasi interaktif dimana pesan yang tersaji melalui komunikator dan komunikannya bisa bertukar peran.Artinya masyarakat memberikan respon yang baik dan menerima informasi Polri melalui radio dapat dipahami oleh masyarakat
12
d.
Efek Siaran Radio Swasta yang Disampaikan oleh Humas Polri Efek merupakan dampak dari pernyataan komunikator dalam komunkasi. Efek ini merupakan sikap komunikan setelah menerima pesan dari komunikator dan komunikai memberikan umpan balik terhadap pesan. Umpan balik sebagai merupakan efek yang mempunyai volume yang terbatas pada komunikasi kelompok. Efek dalam komunikasi
bersifat
langsung dan tidak tertunda. Maksudnya, komunikator dalam komunikasi massa dapat dengan segera mengetahui bagaimana reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikannya. Efek yang terjadi dalam proses komunikasi merupakan sebuah efek yang bersifat positif, negatif, maupun netral yang diterima oleh komunikan setelah menerima pesan.Kemampuan penerima pesan dan memahami pesan ada tiga kategori, yaitu: (1) Tingkat rendah: pengertian individu dalam memaknai pesan secara sederhana. (2) Tingkat menengah: pengertian individu dalam penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan diketahui beberapa bagian dengan kejadian atau peristiwa. (3) Tingkat tinggi: pengertian ekstrapolasi dengan ekstrapolasi yang diharapkan seseorang mampu melihat di balik, yang tertulis dapat membuat ramalan konsekuensi atau dapat memperluas resepsi dalam arti waktu atau masalahnya. Komunikasi yang terjadi antara Humas Polri dengan masyarakat memberikan efek yang positif, karena adanya respon dan umpan balik dalam proses komunikasi tersebut. Efek positif diberikan oleh masyarakat yang memerlukan informasi yang berhubungan dengan tugas-tugas polisi.Hal tersebut berdampak pada partisipasi masyarakat, mislanya ikut menegakkan disiplin dalam berlalu lintas.Efek lainnya yaitu dalam afektif.Efek efektif merupakan efek dari tujuan komunikator bukan hanya sekedar mengetahui tetapi juga tergerak hatinya dan menimbulkan perasaan seolah ikut mengalami. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui efek siaran radio swasta yang disampaikan oleh Humas Polri sesuai dengan pendapat Efendi. Dalam hal ini Effendi mengatakan bahwa perubahan sikap komunikan dapat ditunjang dengan rangsangan (stimulus) yang diberikan oleh komunikator kepada komunikan. Sikap atau perilaku masyarakat setelah menerima informasi dari
13
Humas Polri dalam siaran radio. Masyarakat memberikan respon. Respon inilah yang disebut dengan efek setelah adanya siaran interaktif yang dilakukan oleh Humas Polri di radio. Efek siaran radio swasta yang disampaikan oleh Humas Polri merupakan efek tertunda.Maksudnya efek perubahan perilaku masyarakat terjadi setelah memperoleh informasi dari Humas Polri. e.
Hambatan- Hambatan dalam Pemanfaatan Radio Swasta oleh Humas Polri Polda DIY sebagai Sarana Interaksi antara Polri dan Masyarakat Di dalam sebuah komunikasi biasanya akan ada hambatan yang dapat mengganggu kelancaran jalannya proses komunikasi, sehingga informasi dan gagasan yang disampaikan tidak dapat diterima dan dimengerti dengan jelas oleh penerima pesan. Hambatan dapat diartikan sebagai halangan atau rintangan yang dialami, dalam konteks komunikasi dikenal pula gangguan (mekanik maupun semantik), gangguan ini masih termasuk ke dalam hambatan komunikasi. Efektivitas komunikasi salah satunya akan sangat tergantung kepada seberapa besar hambatan komunikasi yang terjadi. Hambatan dari pengirim pesan, misalnya
pesan
yang akan
disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal mempengaruhi motivasi, yaitu mendorong sesorang untuk bertindak sesuai dengan keinginan, kebutuhan atau kepentingan. Hambatan yang ditemui dalam kegiatan Humas Polri Polda DIY ada dua yaitu hambatan fisik dan hambatan pada manusia.
Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan tentang pemanfaatan radio swasta oleh Humas Polri Polda DIY sebagai sarana interaksi antara Polri dan masyarakat, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a.
Alasan- Alasan Pemanfaatan Radio Swasta oleh Humas Polri Untuk menciptakan komunikasi dua arah yang menarik, diantaranya adalah dalam sebuah komunikasi, baik penerima informasi maupun pemberi informasi, melakukan komunikasi yang interaktif terhadap pesan yang disampaikan, dengan alasan:
14
1.
Mengubah pola komunikasi yang tadinya bertumpu dengan sifat transkomunikasi,
menjadi
telekomunikasi.
Maksudnya,
pola
komunikasi yang terjadi secara tatap muka dapat dirubah melalui menjadi pola komunikasi jarak jauh dengan menggunakan media. 2.
Memanfaatkan teknologi komunikasi dalam kegiatan penyebarluasan informasi atau gagasan.
3.
Memanfaatkan media radio sangat membantu kegiatan hubungan masyarakat. Hal tersebut dipengaruhi oleh jarak tempat antara Kantor Kepolisian dengan masyarakat yang berbeda tempat. Adanya radio dapat menjangkau informasi yang luas dan dengan menggunakan media masa, penyebaran informasi bukan saja sangat luas tetapi cepat, jelas, dan akurat.
b.
Materi- Materi yang Disampaikan oleh Humas Polri melalui Radio Swasta. Materi- materi yang disampaikan oleh Humas Polri melalui radio swasta sudah mengenai sasaran, sehingga pesan yang disampaikan tepat dengan kebutuhan masyarakat. Ketepatan sesuai kebutuhan masyarakat tersebut berhubungan dengan tugas-tugas Polri, khususnya dalam berlalu lintas, misalnya kelengkapan dalam mengurus syarat-syarat berkendaraan seperti SIM, STNK, atau mengurus surat lainnya yaitu Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK).
c.
Respon Masyarakat terhadap Materi Siaran Radio Swasta yang Disampaikan oleh Humas Polri Polda DIY Masyarakat merespon secara positif terhadap materi siaran radio swasta
yang
disampaikan
oleh
Humas
Polri.Artinya
masyarakat
memberikan respon yang baik dan menerima informasi Polri melalui radio dapat dipahami oleh masyarakat.Respon positif ini ditunjukkan oleh sikap masyarakat yang terlibat aktif dengan memberi tanggapan. Banyaknya tanggapan dari masyarakat pada saat dilakukan acara dialog interaktif dalam waktu 30 menit sebanyak 5-8 penelpon. Intensitas tingkat seringnya masyarakat yang menelepon saat acara dilakukan membuktikan bahwa
15
masyarakat memberikan respon positif terhadap acara dialog interaktif yang dilakukan oleh Humas Polri di radio. d.
Efek Siaran Radio Swasta yang Disampaikan oleh Humas Polri Polda DIY Efek proses komunikasi yang dilakukan oleh Humas Polri melalui siaran radio swasta, antara lain: 1.
Efek Kognitif Efek
kognitif
dari masyarakat
yaitu
masyarakat
dapat
memahami isi materi yang disajikan oleh Humas Polri dalam siaran radio. Setelah Humas Polri melakukan dialog interaktif di radio, masyarakat menjadi tahu tentang tugas-tugas polisi dan mengetahui peraturan-peraturan dalam berlalu lintas. 2.
Efek Afektif Efek afektif membuat masyarakat tergerak hatinya untuk melakukan disiplin berlalu lintas, seperti saat mencari SIM dilakukan sendiri tidak menggunakan jasa calo, sehingga dapat mengurangi pengeluaran biaya.melengkapi syarat-syarat berkendaraan yaitu melengkapi SIM dan STNK saat berkendaraan, sehingga masyarakat terasa nyaman saat berkendaraan.
3.
Efek Konatif Efek yang terjadi apabila berkaitan dengan perilaku, Ada perubahan perilaku yang bersifat negatif menjadi perilaku yang positif.Masyarakat memberikan respon positif dan netral.Efek positif diberikan oleh warga yang melengkapi syarat-syarat berkendaraan yaitu melengkapi SIM dan STNK saat berkendaraan, sehingga masyarakat terasa nyaman saat berkendaraan.Sedangkan efek netral pada masyarakat bersikap diam, tidak melakukan perubahan perilaku.
e.
Hambatan- Hambatan dalam Pemanfaatan Radio Swasta oleh Humas Polri Polda DIY sebagai sarana interaksi antara Polri dan masyarakat 1.
Hambatan dari masyarakat Masyarakat cenderung mengabaikan informasi yang diberikan oleh Humas Polri Polda DIY, karena masyarakat lebih menyukai
16
siaran yang bersifat menghibur, seperti siaran tangga lagu yang populer atau siaran yang mengupas tentang permasalahan remaja. Dengan demikian dapat diketahui hambatan pada masyarakat yaitu adanya sikap masyarakat yang mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang individu ketahui. Contohnya, khusus masyarakat yang muda usia lebih menyukai mendengarkan lagu-lagu dari radio dibandingkan mendengarkan siaran dari keploisian. Adanya pandangan sebagian masyarakat dalam menilai sumber siaran. Dalam menilai sumber, sebagian masyarakat cenderung menilai siapa yang memberikan informasi.Selama ini pandangan masyarakat tentang Polri cenderung negatif, sehingga sebagian masyarakat kurang tertarik dengan siaran yang dilakukan oleh Humas Polri Polda DIY. 2.
Hambatan teknis Hambatan teknis yaitu gangguan suara radio, aliran listrik, dan hambatan sinyal yang kurang kuat sehingga siaran radio kurang bisa diterima dengan jelas diterima oleh pendengar. Adanya hambatan teknis ini memungkinkan masyarakat sebagai pendengar dalam menerima informasi ada kekurangan atau informasi yang disampaikan oleh Humas Polri kurang lengkap, sehingga pemahaman masyarakat mengenai informasi yang tidak lengkap dapat membuat masyarakat kesulitan memahami informasi yang di sampaikan oleh Humas Polri. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut seperti Humas Polri Polda DIY dan radio melakukan kerjasama.Dari pihak radio dengan menambah tower sinyal radio sampai ke pelosokpelosok untuk menguatkan sinyal sehingga siaran dapat diterima dengan jelas. Sedangkan dari pihak Humas Polri Polda DIY menggunakan format baru yaitu mengadakan dialog interkatif. Dialog interaktif dalam program acara “Tanya Polisi” di Unisi Radio 104.5 FM Yogyakarta pada setiap hari Rabu.
17
Saran Mengingat kekurangan kondisi alat utama (alut)/ alat khusus (alsus) yang dimiliki Polda DIY pada Divisi Kehumasan yang ada pada saat ini sangat terbatas dan ketinggalan, tidak sebanding dengan perkembangan teknologi informasi yang terus semakin berkembang pesat. Selain itu sering terjadi kerancuan dalam otoritas pemberian pelayanan informasi kepada pers/ media karena belum ada tegasnya standar prosedur baku tentang mekanisme pelayanan informasi. Sedangkan kelemahan dari media radio itu sendiri seperti komunikator tidak mengetahui tanggapan komunikan “sekilas dengar”. Pesan yang sampai pada khalayak hanya sekilas saja, begitu terdengar begitu hilang.Arus balik (feedback) tidak mungkin pada saat itu. Pendengar yang tidak mengerti atau ingin memperoleh penjelasan lebih jauh, tidak mungkin meminta kepada penyiar untuk mengulang lagi, disarankan bagi pemilik dan penyiar radio swasta agar mencari teknik-teknik yang dapat mengatasi kelemahan- kelemahan tersebut sehingga komunikasi melalui radio siaran lebih efektif karena media ini mempengaruhi banyak aspek kehidupan khususnya dalam bidang sosial dan ekonomi. Tetapi keunggulan dari radio mudah beradaptasi dan kehebatanya menyajikan bentuk siaran “live” (secara langsung), tidak memerlukan pemrosesan film, tidak perlu menunggu proses pencetakan. Bahkan pada saat ini radio digunakan sebagai media pendidikan yang menggunakan konsep dan juga fakta. Saran ini ditujukan kepada lembaga Humas Polri Polda DIY dan radio swasta, sebagai berikut: 1.
Bagi Lembaga Humas Polri Mengingat hambatan terjadi dalam masyarakat, disarankan bagi Humas Polri Polda DIY untuk menggunakan cara- cara baru guna manarik simpatik masyarakat. Misalnya, pihak Polri menyediakan sarana jaringan melalui feesbook atau twitter, yang sudah banyak dikenal dan dapat dilakukan oleh masyarakat. Kalaupun masih tetap menggunakan media radio lebih baik dalam acara dialog interaktinya dikemas secara apik agar tidak membosankan pendengarnya. Selain itu, Humas Polri Polda DIY juga disarankan untuk meningkatkan materi penyajian pada siaran radio bukan hanya untuk kebutuhan masyarakat saja melainkan juga perlu adanya materi yang berupa informasi tentang dampak-dampak narkoba atau cara-cara
18
mengatasi agar anak tidak terjerumus dalam perbuatan negatif, sehingga orang tua dapat melakukan pencegahan. Berdasarkan temuan data ini terlihat bahwa informasi yang diterima oleh pendengar hanya didiamkan saja dan tidak ditindak lanjuti dalam bentuk diskusi atau tindakan yang lebih konkrit. 2.
Bagi Radio Swasta Bagi pemilik dan penyiar radio swasta dapat dilakukan dengan cara misalnya memberikan masukan- masukan yang dapat meningkatkan siaran radio dari Humas Polri Polda DIY dapat meningkat lebih baik. Rendahnya minat masyarakat untuk memberi masukan dan kontribusi pemikiran kepada siaran- siaran yang disampaikan oleh Unisi Radio maka sebaiknya dibuat siaran yang dapat membangkitkan semangat para pendengar untuk berinteraksi kepada pihak penyelenggara siaran. Berdasarkan hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa radio masih mendapat tempat di hati pendengar, hal ini dibuktikan oleh tingkat kegemaran responden untuk mendengarkan
Unisi
Radio
guna
memperoleh
informasi
yang
dibutuhkan.Karenanya dalam hal ini, diharapkan pihak Direktorat radio dan televisi Kemkominfo dapat mendorong pengembangan radio di daerah khususnya di wilayah hukum Polda DIY sebagai media komunikasi masyarakat menuju masyarakat informasi yang sejahtera.
Daftar Pustaka Edy, Tito P. (2011). Kunci Sukses Hubungan Media Yang Proaktif. Warta Bakohumas Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintah. Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu Teori dan Filsaat Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Effendy, Onong Uchjana. (1990). Radio Siaran: Teori dan Praktek. Bandung: Mandat Maju Hughes, L Blaxter C dan Tight M. (2001). How To Research. Maidenhead: Open University Press. Kertopati. (1998). Dasar-dasar Publisitik. Jakarta: Bina Aksara. Kriyantono, Rachmat. (2007). Teknik Praktis Riset komunikasi. Jakarta: Kencana. Laksanama, Agung. (2000). Internal Public Relations Strategi Membangun Reputasi Perusahaan. Jakarta: Republika.
19
Littlejohn, Stephen W. dan Karen A. Foss. (2009). Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika. Ludlow, Ron dan Fergus Paton. (1996). Effective Communication. Yogyakarta: Rineka Cipta. Masduki. (2001). Jurnalisme Radio: Menata Profesionalisme Reporter dan Penyiar Radio. Yogyakarta: LKiS Morissan. (2008). Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola TV dan Radio. Jakarta: Prenada Media Mulyana, Deddy. (2003). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya . Nurudin. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Raja Gafindo Persada. Pawito, (2008). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS Peraturan No 7 tahun 2008 tentang Pedoman Dasar Strategi dan Implementasi Pemolisian Masyarakat dalam Penyelenggaraan Tugas Polri. Rakhmat, Jallaludin. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Suryabrata, Sumadi. (2001). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi Press. Sutopo, H.B. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press. Xie, A., Rau, L.P., Tseng, Y., Su, H., Zhao, C., 2008. Cross cultural influence on communication effectiveness and user interface design. International Journal of Intercultural Relation, 32 (1), 80-91. Yuli Hartono dan Amin Sar Manihuruk. 2012. Competence of Government Public Relations in Anticipation of The Implementation of Public Information Disclosure. Jurnal Penelitian Komunikasi, Informatika, dan Media Massa (PEKOMMAS) Volume 15 No 1, April 2012. Hal. 22-30 Zuhri, Syaifuddin. (2010). Etika Profesi Public Relations. Jakarta: Gramedia Utama.
20