PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM SIARAN RESEPSI PERNIKAHAN (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Persepsi Khalayak terhadap Program Siaran Resepsi Pernikahan Pengantin Jawa dalam Radio Komunitas Budaya Jawa DIVA FM di Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen) Munadhifah Mahfud Anshori
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract Javanese bride s wedding ceremony live broadcast program is a new innovation that is run by Javanese cultural community radios at Kabupaten Sragen. One of them is DIVA FM at Kecamatan Sragen that placed this program as the flagship program. The purpose is giving place for the people who wants those wedding ceremonies are broadcasted live by community radio. The main purpose is as a way to invite guests through radio, by giving information to the local people about the wedding ceremony. While on the radio, the founders have purpose to give information, entertainment, and education that related to local cultures, i.e. Javanese culture. This education is also expected to be medium of Javanese culture inheritance to the audiences. This research tried to describe how audience perception to Javanese bride s wedding ceremony live broadcast program by DIVA FM radio. This research is done by some collecting data methods, i.e. in depth interview, observation and documentation. This research used purposive sampling by find some audiences who were considered to fulfill informations which are needed by researcher. There were seven informants who are DIVA FM radio s audiences also Sragen citizen who often listen cultural radio and concern about Javanese culture. The researcher used uses and gratification theory which is stated by Elihu Katz and Rekan to discover how audience perception to Javanese bride s wedding ceremony live broadcast program. The theory stated that audience s perception were influenced by social circumstance. Based on the results of analysis, Javanese wedding ceremony live broadcast program is considered to fulfill the audience s needs to culture-related media, appropriate with social circumstance that is occurred, i.e. reduce stress, increase awareness to local culture, become medium of Javanese culture inheritance, strenghten cultural values and familiarizing themselves with surroundings people. Keywords: Perception, Radio, Media and Culture, Javanese Culture, Javanese.
1
2
Pendahuluan Kabupaten Sragen adalah sebuah kota yang terletak di Jawa Tengah bagian timur. Kota ini telah lama mengembangkan radio komunitas sebagai sarana informasi bagi masyarakat. Tahun 2010 lalu, pemerintah Kabupaten Sragen menemukan ada 120 radio komunitas ilegal yang eksis setiap hari melakukan siaran tanpa izin dari Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah.1 Sejak saat itu, ada 18 radio komunitas yang ada di wilayah Kabupaten Sragen diajukan oleh pemerintah untuk mendapatkan perizinan penyiaran. Dan sampai saat ini, ada tujuh radio yang telah mendapatkan izin dari KPID Jawa Tengah. Salah satunya radio DIVA FM yang beralamat di Tugu, Tangkil. Sragen. Radio komunitas tersebut menggunakan format radio budaya. Salah satu program siaran yang terkenal ialah adanya program siaran langsung acara resepsi pernikahan yang notabene menggunakan prosesi adat Jawa. Program siaran langsung pernikahan pengantin Jawa ini bisa dibilang adalah suatu yang baru bagi dunia penyiaran khususnya radio. Biasanya kita melihat atau mendengar acara resepsi pernikahan yang disiarkan oleh media penyiaran hanyalah pernikahan dari orang-orang yang memiliki keterkenalan (prominence). Misalnya pernikahan artis, pejabat pemerintah, dan anak pejabat. Akan tetapi kali ini radio komunitas menyuguhkan suatu yang berbeda, yaitu dengan menyiarkan acara resepsi pernikahan dari semua kalangan yang termasuk audiensnya. Astrid S. Susanto menjelaskan bahwasannya di samping memberikan informasi tentang susuatu yang baru, radio dapat dimanfaatkan untuk tetap mempertahankan kepribadian daerah dan membantu manusia mempertahankan identitasnya. Radio memiliki tugas untuk menempatkan pemupukan nilai tradisional sejajar dengan nilai modern. Untuk mempertahankan kebudayaan suatu daerah, diperlukan adanya radio siaran pedesaan yang akan menyiarkan program-program terkait dengan budaya tradisional.2
1
Humas Pemerintah Daerah Kapupaten Sragen, 18 Pemohon Izin Penyiaran Radio Komunitas. http://www.sragenkab.go.id diakses 26 Mei 2014. 2 Astrid S. Susanto, Komunikasi Massa. Edisi II (Cet.I; Bandung: Binacipta, 1982), h. 24-25.
3
Hal itu pun dilaksanakan oleh radio komunitas budaya Jawa di Kabupaten Sragen. Dalam program siaran acara resepsi pernikahan, audiens akan mendengarkan prosesi-prosesi pernikahan adat Jawa yang sedang berlangsung. Selain itu, pendengar juga akan disuguhi dengan alunan musik dan lagu dari hiburan yang dihadirkan di acara resepsi pernikahan tersebut, seperti: cokek, klenengan dan campursari. Hiburan tersebut termasuk seni pertunjukkan tradisional budaya Jawa. Mereka juga akan menyiarkan jadwal siaran langsung acara resepsi pernikahan yang akan dilakukan oleh radio tersebut. Penyiaran jadwal ini juga ditujukan untuk mengundang masyarakat yang mungkin mengenal orang-orang yang akan mengadakan acara resepsi pernikahan tadi. Penelitian ini berfokus pada khalayak radio komunitas budaya Jawa DIVA FM. Hal ini menarik diteliti karena budaya masyarakat yang kini telah memanfaatkan media penyiaran sebagai penyalur informasi kepentingan mereka, yaitu penyiaran langsung acara resepsi pernikahan yang mereka selenggarakan. Fakta banyaknya radio komunitas yang membuat program siaran acara resepsi pernikahan ini menurut peneliti merupakan suatu yang fenomenal karena termasuk terobosan baru dalam dunia penyiaran radio komunitas.
Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ialah bagaimana persepsi khalayak terhadap program siaran acara resepsi pernikahan pengantin Jawa dalam Radio Komunitas Budaya Jawa (DIVA FM)?
Tujuan Untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran mengenai persepsi khalayak terhadap program siaran acara resepsi pernikahan pengantin Jawa dalam Radio Komunitas Budaya Jawa (DIVA FM).
4
Tinjauan Pustaka 1. Komunikasi Massa Penelitian ini merupakan penelitian yang beda di ranah komunikasi massa. George Gerbner (1967) menyatakan bahwa Mass communication is the tehnologically and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies . Dari definisi Gerbner ini, tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk itu disebarkan dan didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus melalui teknologi tertentu.3 Menurut Karlinah dan kawan-kawan fungsi komunikasi massa ialah sebagai informasi pendidikan, persuasive, dan pengembangan mental.4 2. Persepsi Penelitian yang dilakukan ini mengambil fokus pada persoalan persepsi khalayak. Dalam konteks komunikasi massa persepsi akan menentukan pemahaman khalayak terhadap pesan dari media massa. Aspek komunikasi yang diteliti. Dalam studi persepsi, ditekankan adanya penafsiran interpretasi, serta pemaknaan, terhadap sensasi, stimuli atau pesan. Jalaluddin Rakhmat mengatakan bahwa persepsi adalah proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru.5 Sedangkan Desiderato mengatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.6 3. Teori Uses and Gratification Peneliti menggunakan teori efek media, yaitu teori kebutuhan dan kepuasan atau sering disebut dengan uses and gratification. Teori ini berfokus pada konsumen anggota audiens ketimbang pesannya. Audiens dianggap sebagai khalayak yang aktif dan diarahkan oleh tujuan mereka 3
Elviaro Ardianto & Lukiati Komala Ardiana, Komunikasi Massa: Suatu pengantar. Edisi I (Cet. I; Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004), h. 3-4. 4 Ibid., h. 19-20. 5 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. Edisi.II (Cet. XVIII; Bandung: Remadja Karya, 2002), h. 49. 6 Ibid.
5
dalam memilih media. Intinya audiens mengetahui apa kebutuhan mereka dan bagaimana memenuhi kebutuhan tersebut.7 Penilaian isi media ditentukan oleh audiens. Menurut teori ini, isi media hanya dapat dinilai oleh audiens sendiri. Katz dan Rekan menyatakan bahwa situasi sosial di mana audiens berada turut serta mendorong atau meingkatkan kebutuhan audiens terhadap media melalui lima cara, yaitu:8 a. Situasi sosial dapat menghasilkan ketegangan dan konflik yang mengakibatkan orang membutuhkan sesuatu yang dapat mengurangi ketegangan melalui penggunaan media. b. Situasi sosial dapat menciptakan kesadaran adanya masalah yang menuntut perhatian. c. Situasi sosial dapat mengurangi kesempatan seseorang untuk dapat memuaskan kebutuhan tertentu, dan media berfungsi sebagai pengganti atau pelengkap. d. Situasi sosial terkadang menghasilkan nilai-nilai tertentu yang dipertegas dan diperkuat melalui konsumsi media. Orang terdidik akan memilih media yang dapat mempertegas atau memperkuat nilai-nilai yang menghargai akal sehat, kesadaran diri, dan ilmu pengetahuan. e. Situasi sosial menuntut audiens untuk akrab dengan media agar mereka tetap dapat diterima sebagai anggota kelompok tertentu. 4. Radio Komunitas Penelitian ini akan berfokus pada khalayak radio komunitas budaya Jawa. Menurut Lucio N. Tabing, radio komunitas adalah suatu stasiun radio yang dioperasikan di suatu lingkungan, wilayah atau daerah tertentu yang diperuntukkan khusus bagi warga setempat, berisi acara dengan ciri utama
7
Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communication, diterjemahkan oleh Mohammad Yusuf Hamdan dengan judul Teori Komunikasi. Edisi 9 (Cet.I; Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 426. 8 Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Edisi I (Cet. II; Jakarta: Kencana, 2014) , h. 513-514.
6
informasi daerah setempat (local content), diolah dan dikelola warga setempat.9 Lembaga penyiaran komunitas diselenggarakan untuk mendidik dan
memajukan
masyarakat
dalam
mencapai
kesejahteraan, dan
melaksanakan program acara yang meliputi budaya, pendidikan, dan informasi yang menggambarkan identitas bangsa.10 5. Budaya Jawa Edward Burnett Tylor, seorang profesor antropolog asal inggris, mendefinisikan kebudayaan sebagai kumpulan yang kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat dan setiap kemampuan lain atau kebiasaan yang diperoleh oleh manusia sebagai anggota masyarakat.11 Penelitian ini akan membahas mengenai kebudayaan yang berfokus pada pertahanan identitas budaya Jawa. Kebudayaan Jawa adalah salah satu kebudayaan di Asia yang paling kuno dan identik akan tradisi, perilaku dan peralatan kuno. Kekayaan ini berasal dari sejarah kebudayaan Jawa yang berjalan terus-menerus selama lebih dari seribu tahun.12 Pada perkembangannya, kebudayaan Jawa yang beraneka ragam tradisi, kepercayaan dan cara hidup orang-orang dan bagi orang Jawa yang tinggal di pulau Jawa. Ciri-ciri masyarakat Jawa dapat ditinjau dari hal-hal berikut:13 a. Dalam kehidupan sehari-hari orang Jawa menggunakan bahasa Jawa. b. Masyarakat Jawa, menggambar nilai-nilai budaya Jawa melalui kesenian-kesenian tradisional, seperti: wayang, ketoprak, tembang dan tari. 9
Masduki, Perkembangan dan Problematika Radio Komunitas di Indonesia, Jurnal Komunikasi Online (Vol. I (I), 2004), h. 149. http://portalgaruda.org diakses 25 Februari 2014. 10 Komisi Penyiaran Indonesia, Undang - undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran, Bab I, Pasal 21. 11 Alo Liliweri, Pengantar Studi Kebudayaan. Edisi I (Cet.I; Bandung: Nusa Media, 2014), h. 4. 12 Widodo Muktiyo, Dinamika Media Lokal Dalam mengonstruksi Realitas Budaya Lokal Sebagai Sebuah Komoditas. Edisi I (Cet. I; Surakarta: UNS Press, 2014), h. 57. 13 Ibid
7
c. Dalam prosesi pernikahan, masyarakat Jawa menggunakan adat orang Jawa. Ketika upacara resepsi pernikahan, begitu banyak urutan-urutan yang diselenggarakan seperti prosesi temu, kacar-kucur, sungkeman, dan lain sebagainya. Setiap prosesi yang dilakukan memiliki makna yang dalam.
Metodologi Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.14 Penelitian ini berfokus pada khalayak pendengar radio komunitas budaya (DIVA FM). Untuk mendapatkan jawaban mengenai persepsi khalayak terhadap program siaran langsung acara resepsi pernikahan di radio tersebut, peneliti menggunakan empat sumber data, yaitu:: informasi, peristiwa dan tempat, dokumentasi dan arsip, serta studi pustaka. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan tiga metode, yakni: wawancara, observasi dan dokumentasi. Ada 7 informan yang dipilih peneliti untuk mengumpulkan data dengan wawancara. Untuk memilih 7 orang tersebut, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Mereka ialah masyarakat Sragen yang peneliti anggap memiliki kekayaan informasi yang cukup luas terkait topik penelitian. Bisa dilihat dari kebiasaan informan yang mendengarkan radio budaya Jawa terkait hampir setiap hari. Sedangkan observasi dilakukan terhadap siaran acara pernikahan lewat radio dan terhadap acara resepsi pernikahan secara langsung yang dipancarkan oleh radio DIVA FM. Dokumentasi yang digunakan oleh peneliti adalah dokumentasi radio dan catatan siaran radio DIVA FM. Peneliti mengumpulkan sampel dari tanggal 2 Agustus 2015 hingga 5 Oktober 2015.
14
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi. Edisi I (Cet. II; Bandung: Remadja Karya, 1985), h.34.
8
Sajian dan Analisis Data A. Radio Sebagai Media Informasi Salah satu fungsi media massa ialah menyebarkan informasi kepada khalayak. Berkaitan dengan siaran acara pernikahan, informasi yang dibutuhkan oleh khalayak ialah mengenai kegiatan acara resepsi pernikahan itu sendiri. Ada dua temuan yang didapatkan oleh peneliti dari hasil wawancara mendalam dengan para informan. Dua temuan tersebut dipaparkan sebagai berikut: 1. Informasi yang didapatkan Khalayak Pra-Siaran Langsung Resepsi Pernikahan Sebelum menyiarkan secara langsung acara resepsi pernikahan, radio DIVA FM akan mengumumkan mengenai jadwal siaran langsung berbagai acara resepsi pernikahan yang akan dilakukan oleh mereka. Peneliti menemukan bahwa siaran ini memberikan tiga informasi sekaligus. a. Informasi Tentang Penyelenggaraan Resepsi Pernikahan Khalayak mendapatkan informasi mengenai siapa yang akan menyelenggarakan acara resepsi pernikahan sekaligus siapa yang akan menjadi pengantin dalam acara itu. Selain itu informan juga dapat mengetahui kapan dan di mana acara pernikahan ini akan digelar. b. Informasi Tentang Kesenian yang Akan Ditampilkan dalam Resepsi Pernikahan Dengan mendengarkan siaran informasi jadwal pernikahan, para khalayak
mendapatkan
informasi
mengenai
kesenian-kesenian
tradisional Jawa yang akan dihadirkan sebagai hiburan dalam resepsi pernikahan.
Kesenian-kesenian
itu
karawitan/klenengan, tari tayub, dan wayang.
di
antaranya:
9
2. Informasi yang Didapatkan Khalayak Saat Siaran Langsung Resepsi Pernikahan Siaran langsung acara resepsi pernikahan ini biasanya sudah dimulai dari malam midodareni hingga berakhirnya acara. Dari tatanan acara pernikahan ini, informasi yang didapat oleh khalayak diantaranya ialah sebagai berikut: a. Informasi Tentang Penyelenggara Resepsi Pernikahan dan Pengantin. Saat mendengarkan siaran langsung acara resepsi pernikahan Jawa, para pendengar memperoleh informasi mengenai siapa yang menyelenggarakan acara pernikahan serta siapa yang dinikahkan dalam resepsi pernikahan tersebut. b. Informasi Tentang Pembawa Acara, Seniman dan Pengusaha Jasa yang Berkaitan dengan Acara Pernikahan. Saat mendengarkan siaran acara resepsi pernikahan, khalayak mendapatkan informasi seputar orang-orang yang bekerja dalam acara tersebut. Meraka adalah pembawa acara, seniman yang mengisi acara hiburan dan pengusaha-pengusaha yang terlibat dalam acara pernikahan.
B. Radio Sebagai Media Hiburan Peran yang paling menonjol dari radio komunitas budaya adalah memberikan hiburan kepada para pendengarnya. Hiburan ini biasanya diwujudkan dengan memutarkan musik dan lagu. Hiburan yang dimaksud dalam hal ini adalah kesenian tradisional yang dihadirkan dalam resepsi pernikahan. Berkaitan dengan hiburan ini, peneliti menemukan persepsi khalayak sebagai berikut: 1. Menyalurkan Kegemaran Bagi sebagaian informan, mendengarkan musik dan lagu-lagu Jawa bukan hanya sebuah selingan dari acara inti pernikahan. Mendengarkan kesenian budaya Jawa ini sudah menjadi sebuah kegemaran tersendiri bagi mereka. Sehingga menurut khalayak, siaran acara resepsi
10
pernikahan ini dapat membantu mereka menyalurkan kegemaran terhadap kesenian tradisional jawa seperti klenengan dan wayang kulit. 2. Mengisi Waktu Luang Setiap
orang
pasti
memiliki
kebiasaan
waktu
sendiri
untuk
mendengarkan radio. Waktu yang dipilih orang untuk mendengarkan radio berbeda-beda sesuai dengan banyaknya waktu senggang yang mereka miliki. Salah satu motif untuk mendengarkan radio ialah mencari hiburan di waktu luang. Dari hasil wawancara dengan sejumlah informan, diketahui bahwa mereka menggunakan waktu istirahat di rumah untuk mendengarkan radio. Kebiasaan mendengarkan radio tersebut mereka lakukan usai bekerja atau sebelum tidur. 3. Sebagai Pengalihan (Diversion) Menurut khalayak, mendengarkan radio dapat sedikit mengurangi rasa lelah mereka setelah berjam-jam bekerja. Ini menunjukkan bahwa alasan khalayak mendengarkan radio ialah untuk pengalihan (diversion). Yang dimaksud dengan pengalihan (diversion) ini ialah khalayak melarikan diri dari rutinitas atau masalah mereka sehari-hari. Para kahalayak yang sudah lelah bekerja seharian membutuhkan media untuk mengalihkan perhatian dari rutinitas mereka.
C. Pewarisan Budaya Media lokal berperan
penting dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat yang berada di tempat sekitar. Karena mengangkat aspek lokalitas dalam program siarannya, peneliti menganggap fungsi pewarisan budaya perlu untuk dijalankan. Dari penelitian, peneliti menemukan bahwa khalayak menganggap siaran acara pernikahan tersebut dapat dijadikan sebagai alat pewarisan budaya yang terbagi dalam kategori berikut ini: 1. Representasi Identitas Budaya Setiap anggota masyarakat yang berbudaya memiliki cara tersendiri untuk menunjukkan siapa dirinya. Yang dimaksud menunjukkan siapa dirinya adalah bagaimana praktik seseorang dalam kehidupan sosial
11
untuk merepresentasikan identitas budayanya. Representasi budaya yang dilakukan oleh khalayak dilakukan melalui dua hal, yakni: a. Kesenian Tradisional Jawa Kesenian bisa menjadi suatu karakteristik untuk membedakan kebudayaan satu dengan kebudayaan yang lainnya. Kesenian ini juga dapat berfungsi sebagai identitas suatu budaya. Representasi identitas budaya Jawa salah satunya dapat ditunjukkan dengan mendengarkan kesenian-kesenian tradisional Jawa di radio, seperti: klenengan dan wayang kulit. b. Bahasa Jawa Bahasa digunakan masyarakat untuk membentuk identitas budaya. peneliti menemukan adanya persepsi khalayak yang menganggap bahwa bahasa merupakan elemen penting untuk merepresentasikan identitas budaya mereka sebagai orang Jawa. Bahasa pada dasarnya juga merupakan suatu alat yang digunakan masyarakat untuk menunjukkan ciri khas kebudayaan yang mereka anut. Begitu pula dengan bahasa Jawa yang hingga kini tetap dipertahankan masyarakat Jawa. Bahasa lokal masyarakat Sragen ialah bahasa Jawa dengan berbagai tingkatan, sehingga dalam penyiaran program budaya, hampir 100% bahasa yang digunakan oleh Radio DIVA FM ialah bahasa Jawa. 2. Apresiasi Budaya Menurut khalayak, mendengarkan program siaran acara resepsi pernikahan pengantin Jawa di radio dapat dijadikan sebagai suatu bentuk apresiasi terhadap budaya Jawa. Siaran budaya yang menyajikan kesenian tradisional ini dibutuhkan oleh khalayak untuk memberikan apresiasi
terhadap
kesenian
Jawa.
Meski
masih
dalam
taraf
mengapresiasi, mendengarkan lagu-lagu Jawa menurut para informan sudah dapat dikatakan sebagai bentuk pelestarian budaya Jawa.
12
3. Edukasi Budaya Mendengarkan secara seksama siaran langsung acara pernikahan di radio juga dapat menambah wawasan khalayak terhadap budaya Jawa. Untuk melesatarikan kebudayaan, nilai-nilai budaya perlu diturunkan ke generasi selanjutnya. Sedangkan penurunan budaya tidak dapat diturunkan secara logis, melainkan melalui proses belajar. Terkait hal ini, media radio, khususnya program siaran budaya dapat menjadi sarana bagi masyarakat untuk mempelajari kebudayaan. Peneliti menemukan bahwa acara siaran pernikahan pengantin Jawa ini ini telah mendidik khalayak mengenai kebudayaan melalui dua hal, yakni: a. Edukasi Budaya Jawa Melalui Bahasa Jawa Siaran langsung acara resepsi pernikahan ini menurut persepsi mereka dapat menjadi sarana pendidikan bahasa Jawa. Bahasa Jawa yang digunakan oleh pembawa acara serta orang-orang yang terlibat dalam acara pernikahan memang beragam dengan berbagai tingkatan, yakni bahasa ngoko, ngoko alus, krama ngoko, hingga krama inggil. Khalayak menganggap bahwa ragam bahasa yang digunakan justru bisa menjadi sarana pendidikan bahasa yang baik bagi mereka, agar memahami penggunaan tingkatan bahasa yang tepat. b. Nilai Tradisi Pernikahan Adat Jawa Inti dari siaran langsung acara pernikahan ini adalah disiarkannya prosesi pernikahan menggunakan Jawa yang dijalani oleh kedua mempelai pengantin. Setiap prosesi dalam pernikahan adat Jawa memiliki makna yang mendalam
yang berhubungan dengan
kehidupan kedua mempelai yang akan berjalan usai resepsi pernikahan. Maknanya dapat berisi bagaimana menjalani rumah tangga agar menjadi keluarga yang bahagia dan sejahtera. para informan dapat membayangkan bagaimana prosesi yang sedang berlangsung di tempat pernikahan ketika mendengarkan radio. Hal itu dikarenakan pembawa acara menggambarkan secara jelas bagaimana
13
suasana yang tengah berlangsung serta menjelaskan makna dari setiap prosesi pernikahan
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti mengenai persepsi khalayak terhadap siaran langsung acara resepsi pernikahan pengantin Jawa dalam radio DIVA FM menggunakan pendekatan teori uses and gratification, peneliti menyimpulkan bahwa penilaian atau persepsi audiens dipengaruhi oleh berbagai situasi sosial. Situasi sosial tersebut ialah: 1. Audiens menganggap bahwa program siaran budaya tersebut dapat mengurangi ketegangan mereka setelah melakukan berbagai aktivitas seharian. 2. Audiens menganggap bahwa media dapat menjadi sarana untuk melesatarikan budaya daerah yang lambat laun mulai kurang diperhatikan karena adanya modernisasi. 3. Audiens menganggap bahwa media dapat menjadi sarana pemuas kebutuhan mereka terhadap pelestarian budaya Jawa. Kurangnya media yang memberikan informasi seputar budaya lokal juga menjadi salah satu alasan audiens memilih mendengarkan program siaran budaya dalam radio komunitas budaya Jawa tersebut. 4. Audiens menganggap bahwa media dapat menjadi sarana untuk mempertegas nilai-nilai budaya yang mereka anut. 5. Audiens menganggap bahwa media dapat menjadi sarana untuk mengakrabkan diri dengan dengan masyarakat sekitar yang memiliki latar belakang budaya yang sama.
Saran Dari kesimpulan, peneliti memberikan saran sebagai berikut: Bagi masyarakat Jawa, disarankan untuk memiliki perhatian lebih terhadap budaya daerah setempat. Budaya daerah atau budaya tradisional yang kian terkikis oleh budaya modern hendaknya terus diperhatikan agar tidak sampai punah. Salah
14
satu cara yang dapat dilakukan adalah peduli akan informasi atau sajian budaya yang disuguhkan melalui media massa. Bagi media, disarankan agar dalam menyajikan program siaran juga memperhatikan tentang kebudayaan yang dianut oleh para khalayaknya secara umum. Jika perlu membuat program khusus yang berhubungan dengan budayabudaya daerah. Ini dimaksudkan untuk memberikan edukasi bagi para audiens untuk mengenal, memahami, kemudian melestarikan budaya daerah yang kini mulai terkikis oleh budaya modern. Penelitian ini dapat dikatakan masih terdapat kekurangan di dalamnya. Untuk itu, peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian secara lebih mendalam mengenai program siaran langsung acara resepsi pernikahan pengantin Jawa ini. Salah satunya dengan melalui penelitian kuantitatif guna menguji sejauh mana tingkat penggunaan dan kepuasan khalayak terhadap program siaran radio tersebut.
Daftar Pustaka Ardianto, Elvinaro & Lukiati Komala Erdiyana. (2004). Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Humas Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen. (2010). http://www.sragenkab.go.id. (Diakses 26 Mei 2014). Komisi Penyiaran Indonesia. (2011). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2002 Tentang Penyiaran. Semarang: Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Tengah. Liliweri, Alo. (2014). Pengantar Studi Kebudayaan. Bandung: Nusa Media. Littlejohn, Stephen W. (2012). Theories of Human Communication. Jakarta: Salemba Humanika. Masduki. (2004). Perkembangan dan problematika Radio Komunitas di Indonesia. Jurnal Komunikasi Online Vol.I (I), http://portalgaruda.org. (Diakses 25 Februari 2014). Morissan. (2014). Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana. Muktiyo, Widodo. (2014). Dinamika Media dalam Mengkonstruksi Realitas Budaya Lokal Sebagai Sebuah Komuditas. Surakarta: UNS Press. Rakhmat, Jalaluddin. (1985). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remadja Karya.
15
______. (2002). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remadja Karya. Susanto, Astrid S. (1982). Komunikasi Massa. Bandung: Bina Cipta.