ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN DEKLARASI PENCAPRESAN JOKOWI DI MEDIA MASSA (Framing Media Massa Surat Kabar terhadap Pemberitaan Deklarasi Pencapresan Jokowi di Media Indonesia, Kompas, Republika dan Jawa Pos)
Yudhi Agung Wijanarko Sri Hastjarjo Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract Yudhi Agung Wijanarko D 12187. Declaration of Jokowi into the main mass media spotlight given previously never gave a clear answer to the media regarding his candidacy. Newspaper wanted to give views on the Declaration of candidacy for President by Jokowi in which repoerters trying to form public opinion according to the will of the media, where one function of the media is as a means of delivering a message for readers have an important role in public perception that price to a news story. The purpose of this research is know the process of Framing the presidential candidacy of Jokowi coverage in newspapers. Type of this research is a descriptive qualitative approach. Engineering data collection use a study of the literature. Data analysis techniques used are analysis of the framing. Results of the analysis showed construction of the events on pencapresan Jokowi to use framing Entman models. In the news declaration candidacy of Jokowi used Entman models then there are several steps that define the problem, where the news is delivered does not involve the conclusion of a news journalist or author argues facts presented. Diagnose Causes, declaration candidacy of Jokowi because of the mandate of the Chairman of the PDI P for Jokowi is a market leader preferred because it can make the rupiah strengthened. Make moral judgment, that the moral judgments in pencapresan Jokowi is a mandate of the people through the Chairman of the PDI-P is a step in the progress of democracy in Indonesia and treatment recommendation, that the newspaper recommends that Jokowi give evidence to the public and can selected a suitable candidate. Keywords: framing analysis, newspapers, Declaration candidacy of Jokowi.
1
Pendahuluan Partai
Demokrasi
Indonesia
Perjuangan
(PDIP)
pada
akhirnya
mengumumkan calon presiden (capres) Joko Widodo alias Jokowi pada tanggal 14 Maret 2014. Jokowi adalah tokoh yang cukup fenomenal. Setelah membuat kejutan menjadi pemenang Pemilukada DKI, sekarang Jokowi resmi menjadi capres dari PDIP. Joko Widodo (Jokowi) mengaku diperintah Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri sebagai Capres 2014. Jokowi juga mengatakan siap maju, dan menyampaikan deklarasi diri di rumah Si Pitung, di Marunda Pulo, Cilincing, Jakarta Utara. Alasan Jokowi memilih mendeklarasikan diri di rumah Robin Hood dari Betawi karena rumah itu merupakan symbol perlawanan. Deklarasi kesiapan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo di Rumah Pitung, Marunda, Jakarta Utara ternyata punya makna besar. Dosen komunikasi politik dari Universitas Indonesia, Ade Armando mengatakan Jokowi sedang ingin menyampaikan pesan politik pada masyarakat. “Itu pesan simpatik, bahwa Jokowi tak bermaksud meninggalkan Jakarta,” kata Ade saat dihubungi, Sabtu, 15 Maret 2014. Pesan tak mengkhianati Jakarta ini menurut Ade harus disampaikan Jokowi untuk menangkal serangan dari lawan politiknya. Sebelum deklarasi banyak tanggapan miring dari lawan politik Jokowi. Misalnya dengan menyebutkan Jokowi tak konsisten, ingkar janji dan mengkhianati warga Jakarta karena tak mengakhiri kepemimpinan di Jakarta hingga 5 tahun. Pesan lebih jauh disampaikan Jokowi dengan memakai baju Sadariah, baju tradisional Jakarta untuk laki-laki. Ditambah lagi, usai menyatakan kesiapan menjadi capres, Jokowi mencium bendera merah putih. "Ini simbolik sekali, bahwa dia tengah meminta restu meninggalkan Jakarta untu kepemimpinan nasional yang lebih luas (www.tempo.com, 15 Maret 2014). Surat kabar merupakan salah satu bentuk media massa. Surat Kabar merupakan media komunikasi massa yang memuat serba serbi pemberitaan, meliputi bidang politik, ekonomi, sosial budaya, maupun pertahanan dan keamanan. Fungsinya sebagai penyebar informasi pendidikan, menghibur, mengawasi atau mengatur massa (Gunadi, 2002: 83). Bahasa surat kabar haruslah berpegang teguh pada kaidah-kaidah kebahasaan bahasa Indonesia, harus
2
memperhatikan kepaduan antar kalimat satu dengan kalimat yang lainnya, baik dari segi bentuk maupun dari segi makna. Kepaduan inilah yang akan mempengaruhi
tingkat
pemahaman
pembaca
terhadap
informasi
yang
disampaikan. Pada saat seseorang membaca surat kabar, pertama kali yang ia baca adalah isi berita tersebut. Setelah selesai dibaca, kemudian Koran akan dilipat dan dimasukan ke dalam tas bahkan dibiarkan begitu saja. Jarang sekali seseorang meneliti kebahasaanya, padahal belum tentu setiap wacana tidak terdapat kesalahan. Surat Kabar ingin memberikan pandangan mengenai deklarasi pencapresan Jokowi di mana wartawan berusaha membentuk opini public menurut kehendak media tersebut, di mana salah satu fungsi dari media adalah sebagai alat penyampaian pesan khayalak pembaca mempunyai peranan penting dalam persepsi masyarakat yang bervariatif terhadap suatu berita. Ada beberapa metode untuk mengetahui proses konstruksi realitas suatu media, antara lain analisis wacana, semiotika, dan analisis framing. Metode ini dipakai membedah cara-cara atau ideologi media ketika mengkonstruksi sebuah fakta, dengan mencermati strategi selektif, penonjolan dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih menarik, lebih tajam dan berarti untuk menggiring interpretasi khayalak sesuai perspektifnya. Sehingga bisa dikatakan, framing merupakan pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang seorang jurnalis saat menyeleksi dan menulis berita (Sobur, 2009 : 12). Dalam penelitian ini berupaya menelaah tentang Pemberitaan Deklarasi Pencapresan Jokowi menggunakan analisis Framing dari surat kabar nasional yaitu Republika, Kompas, Sindo dan Media Indonesia. Penggunaan kabar ini adalah bahwa keempat surat kabar tersebut berskala nasional sehingga peneliti mencoba melihat sisi objektivitas surat kabar tersebut dalam menanggapi efek deklarasi pencapresan Jokowi tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan telaah surat
kabar:
“ANALISIS
FRAMING
PEMBERITAAN
DEKLARASI
PENCAPRESAN JOKOWI DI MEDIA MASSA (Framing Media Surat Kabar harian Solopos terhadap Pemberitaan Pencapresan Jokowi).
3
Perumusan Masalah Perumusan masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimana Framing tentang pemberitaan pencapresan Jokowi di surat kabar Media Indonesia, Kompas, Republika dan Jawa Pos ? Tinjauan Pustaka 1. Berita dan Bentuk Realitas Fakta/peristiwa adalah hasil konstruksi (Bungin, 2008 : 117). Bagi kaum konstruksionis, realitas itu bersifat subjektif. Realitas itu hadir, karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas tercipta lewat konstruksi, sudut pandang tertentu dari wartawan. Disini tidak ada realitas yang bersifat objektif, karena realitas itu tercipta lewat konstruksi dan pandangan tertentu. Media adalah agen konstrksi. Dalam pandangan konstruksionis, media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan pemihakannya. Lewat bahasa yang dipakai dan lewat pemberitaan, media dapat membingkai peristiwa dengan bingkai tertentu yang pada akhirnya menentukan khalayak harus melihat dan memahami peristiwa dalam kacamata tertentu (Eriyanto, 2009 : 15). Paradigma konstruksionis memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi hasil dari konstruksi.Paradigma konstruksionis ini lebih melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna (Eriyanto, 2009 : 37). Ada dua karakteristik penting dari pendekatan konstruksionis : a. Pendekatan konstruksionis menekankan pada politik pemaknaan dan proses bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas. Makna bukanlah suatu yang absolut, konsep statik yang ditemukan dalam suatu pesan. Makna adalah suatu proses aktif yang ditafsirkan seseorang dalam suatu pesan.
4
b. Pendekatan konstruksionis memandang kegiatan komunikasi sebagai proses yang dinamis. Pendekatan konstruksionis memeriksa bagaimana pembentukan pesan dari sisi komunikator, dan dalam sisi penerima, ia memeriksa bagaimana konstruksi (Eriyanto, 2009 : 40-41). Melalui interpretasi wartawan, sebuah peristiwa, isu ataupun fenomena dapat menjadi sebuah berita yang menarik. Wartawan dapat membentuk dan menentukan apakah suatu peristiwa atau realitas dapat dijadikan berita. Menurut pandangan konstruksionis, sebuah teks berita tidak bisa kita samakan seperti copy realitas. Ia haruslah dipandang sebagai konstruksi atas realitas. Karenanya, terjadi peristiwa yang sama bisa jadi dikonstruksi secara berbeda, wartawan memiliki penafsiran atau konsep yang berbeda dalam memaknai suatu peristiwa. Substansi dari konstruksi sosial media massa ini adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga membentuk opini massa, massa cenderung apriori dan opini massa cenderung sinis. Proses konstruksi sosial media massa melalui tahapan sebagai berikut: a. Tahap Menyiapkan Materi Konstruksi Menyiapkan materi konstruksi sosial media massa adalah tugas redaksi media massa, tugas itu didistribusikan pada desk editor yang ada di setiap media massa. Bungin (2008 : 17) menyatakan bahwa ada tiga hal penting dalam penyiapan materi konstruksi sosial yaitu: 1. Keberpihakan media massa kepada kapitalisme. 2. Keberpihakan semu kepada masyarakat. 3. Keberpihakan kepada kepentingan umum.
b. Tahap Sebaran Konstruksi Sebaran konstruksi media massa dilakukan melalui strategi media massa. Konsep konkret strategi sebaran media massa masing-masing media berbeda, namun prinsip utamanya adalah real time. Media cetak memiliki konsep real time terdiri dari beberapa konsep hari, minggu atau
5
bulan, seperti terbitan harian, terbitan mingguan atau terbitan beberapa mingguan atau bulanan. c. Tahap Pembentukan Konstruksi Realitas Bungin (2008 : 18) menyatakan bahwa tahap pembentukan konstruksi realitas adalah sebagai berikut : 1. Tahap pembentukan konstruksi realitas 2. Pembentukan konstruksi citra d. Tahap Konfirmasi Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun pembaca memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam tahap pembentukan konstruksi. Bagi media, tahapan ini perlu sebagai bagian untuk menjelaskan mengapa ia terlibat dan bersedia hadir dalam proses konstruksi sosial.
2. Analisis Framing Setiap media mempunyai cara pandang dan konsepsi yang berbedabeda dalam melihat suatu peristiwa atau realitas. Mereka memiliki pandangan yang berbeda terhadap media dan teks berita. Penelitian untuk mengkaji bagaimana isi
teks yang ditampilkan kepada khayalak dalam studi ilmu
komunikasi dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan metode analisis framing. ”Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Analisis framing juga dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media (Eriyanto, 2009:10). Ada beberapa pengertian tentang analisis Framing secara terminologis yang diungkapkan oleh beberapa ahli (dalam Eriyanto, 2009 : 67-68). Definisi-definisi tentang framing tersebut antara lain : a. Robert N, Entman : proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain.
6
b. William A. Gamson : Cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan obyek suatu wacana. c. Todd
Gitlin
:
Strategi
bagaimana
realitas/dunia
dibentuk
dan
disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan pada khayalak pembaca. d. Zhongdan Pan dan Gerald M.Kosicki : strategi konstruksi dan memproses berita. Dalam proses framing pada akhirnya akan membawa efek. Karena sebuah realitas bisa jadi dibingkai dan dimaknai berbeda oleh media, bahkan pemaknaan itu bias jadi akan sangat berbeda. Berdasarkan penyederhanaan atas kompleksnya realitas yang disajikan media, menimbulkan efek framing, yaitu : a. Menonjolkan aspek tertentu – mengaburkan aspek yang lain. b. Menampilkan sisi tertentu-melupakan sisi lain. c. Menampilkan actor tertentu-menyembunyikan actor lainnya. Salah satu bentuk framing adalah framing model Entman. Konsep framing dalam pandangan Entman, secara konsisten menawarkan sebuah cara untuk mengungkapkan the power of a communication text. Analisis framing dapat menjelaskan dengan cara yang tepat pengaruh atas kesadaran manusia yang didesak oleh transfer (atau komunikasi) informasi dari sebuah lokasi, seperti pidato, ucapan/ungakapan, news report, atau novel. Framing kata Entman, secara esensial meliputi penseleksian dan penonjolan. Membuat frame adalah menseleksi beberapa aspek dari suatu pemahaman atas realitas, dan membuatnya lebih menonjol di dalam suatu teks yang dikomunikasikan sedemikian rupa sehingga mempromosikan sebuah definisi permasalahan yang khusus, interpretasi kausal, evaluasi moral, dan atau merekomendasikan penanganannya (Pareno, 2005: 81). Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: Seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu. Framing dijalankan oleh media dengan menseleksi isu tertentu dan mengabaikan isu
7
yang lain. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita (Eriyanto, 2009 : 145). Konsep framing, dalam pandangan Entman, secara konsisten menawarkan sebuah cara untuk mengungkap the power of a communication text. Framing pada dasarnya merujuk pada pemberitaan definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Untuk mengetahui bagaimana pembingkaian yang dilakukan media, terdapat sebuah perangkat framing yang dikemukakan Entman yang dapat menggambarkan bagaimana sebuah peristiwa dimaknai dan ditandakan oleh wartawan. Entman membagi perangkat framing ke dalam empat elemen sebagai berikut: a. Define Problems (pendefinisian masalah) Elemen pertama ini merupakan bingkai utama/master frame yang menekankan bagaimana peristiwa dimaknai secara berbeda oleh wartawan, maka realitas yang terbentuk akan berbeda. b. Diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah) Elemen kedua ini merupakan elemen framing yang digunakan untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. c. Make moral judgement (membuat pilihan moral) Elemen
framing
yang
dipakai
untuk
membenarkan/memberi
argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. d. Treatment recommendation (menekankan penyelesaian) Elemen keempat ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah.
8
Make Moral Judgment
Define Problems Peristiwa dilihat sebagai apa
Penilaian atas penyebab masalah Treatment Recommendations
Diagnosa Causes Siapa penyebab masalah
Saran penanggulangan masalah
Gambar 1. Diagram Skema Framing Model Entman
3. Berita Pemilihan Presiden di Media Massa Pengertian media massa menurut Sudarman (2008 : 5), media massa merupakan media yang diperuntukkan untuk massa. Dalam ilmu jurnalistik, media massa yang menyiarkan berita atau informasi disebut juga dengan istilah pers. Menurut Undang-Undang (UU) Pokok Pers pasal 1 ayat (1), pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengelola dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis data yang tersedia. Fungsi media massa menurut Sudarman (2008 : 7-8) antara lain menginformasikan (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertait), mempengaruhi (to influence), memberikan respon sosial (to social responbility), dan penghubung (to linkage). Menginformasikan di sini adalah media massa merupakan tempat untuk menginformasikan peristiwa-peristiwa atau hal-hal penting yang perlu diketahui oleh khalayak. Selanjutnya adalah mendidik yang mana berarti tulisan di media massa dapat mendorong perkembangan intelektual, membentuk watak dan dapat meningkatkan keterampilan serta kemampuan yang dibutuhkan para pembacanya. Media
9
massa juga bisa berfungsi untuk menghibur di mana media massa dapat memberikan hiburan atau rasa senang kepada pembacanya atau khalayak. Selain menghibur, media massa juga dapat mempengaruhi di mana pengaruhnya dapat bersifat pengetahuan, perasaan, maupun tingkah laku. Selain itu, media massa juga dapat memberikan respon sosial di mana media massa dapat menanggapi fenomena dan situasi sosial atau keadaan sosial yang terjadi. Dan yang terakhir adalah media massa dapat menghubungkan unsur-unsur yang ada dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung ataupun tak langsung. Adapun bentuk dari media massa itu sendiri bermacam-macam, antara lain bisa dalam bentuk cetak (surat kabar, majalah, tabloid, buku, dan lain-lain) ataupun dalam bentuk media elektronik (TV, Radio, Internet, dan lain-lain). Salah satu media cetak adalah surat kabar. Surat kabar atau koran adalah media komunikasi massa yang diterbitkan secara berkala dan bersenyawa dengan kemajuan teknologi pada masanya dalam menyajikan tulisan berupa berita, feature, pendapat, cerita rekaan (fiksi), dan bentuk karangan yang lain. Tujuan dasar surat kabar adalah memperoleh berita dari sumber yang tepat untuk disampaikan secepat dan selengkap mungkin kepada para pembacanya. Koran dalam bentuk media cetak merupakan salah satu bentuk media massa yang sudah ada sejak beratus tahun lalu, dan menjadi bagian dari masyarakat. Koran berfungsi sebagai media informasi dan sarana edukasi bagi masyarakat. Informasi yang dihasilkan dari koran bisa dipergunakan sebagai sarana untuk pengambilan keputusan. Koran juga berfungsi sebagai sarana pengawas atas tindakan korupsi dan hal-hal buruk lainnya yang mungkin terjadi. Karakteristik surat kabar menurut Ardianto dan Erdinaya (2005 : 104106) ada lima yaitu sebagai berikut :
10
a. Publisitas Pengertian publisitas ialah bahwa surat kabar diperuntukkan umum karena berita, tajuk rencana, artikel dan lain-lain harus menyangkut kepentingan umum. b. Periodesitas Periodesitas menunjuk pada keteraturan terbitnya, bisa harian, mingguan atau dwi mingguan. Sifat periodesitas sangat penting dimiliki media massa, khususnya surat kabar. c. Universalitas Universalitas sebagai ciri lain dari surat kabar menunjukkan bahwa surat kabar harus memuat aneka berita mengenai kejadian-kejadian di seluruh dunia dan tentang segala aspek kehidupan manusia. d. Aktualitas Aktualitas adalah kecepatan penyampaian laporan mengenai kejadian di masyarakat kepada khalayak (Effendy, 2006 : 154). Fakta dan peristiwa penting atau menarik tiap hari berganti dan perlu untuk dilaporkan, karena khalayak pun memerlukan informasi yang paling baru. e. Terdokumentasi Ini berarti bahwa berita-berita yang disiarkan oleh surat kabar tersusun dalam alenia, kalimat dan kata-kata yang terdiri atas huruf-huruf, yang dicetak pada kertas, dengan demikian setiap peristiwa atau hal yang diberitakan terekam sedemikian rupa sehingga dapat dibaca setiap saat akan dapat diulang kaji, bisa dijadikan dokumentasi dan bisa dipakai sebagai bukti untuk keperluan tertentu. Metodologi Pendekatan yang dipakai peneliti adalah model Robert N Entman karena konsep Entman dipraktikkan dalam studi kasus pemberitaan media dan digunakan pula pada praktik jurnalistik, melihat bagaimana frame mempengaruhi kerja wartawan dan bagaimana wartawan membuat satu informasi menjadi lebih penting dan menonjol dibanding dengan cara yang lain. Dalam konsepsi Entman,
11
framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan definisi, evaluasi dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan aspek tertentu dari sebuah realitas yang dibingkai oleh surat kabar dan menjadi sebuah berita yang kemudian menjadi realitas media dalam hal ini pemberitaan mengenai pencapresan Jokowi yang dilakukan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Data primer diperoleh dari dokumen berupa pemberitaan mengenai pencapresan Jokowi yang dimuat di surat kabar surat kabar Media Indonesia, Kompas, Republika dan Jawa Pos, sedangkan data sekunder diperolehnya dari penelitian dokumen atau kepustakaan. Metode Analisis data Dengan menggunakan perangkat framing model Robert M. Entman, peneliti menguraikan berita-berita yang memuat berita pada surat kabar Kompas mengenai berita deklarasi pencapresan jokowi, dengan langkah-langkah sebagai berikut : a.
Pertama : Peneliti mengumpulkan semua berita-berita pada harian Media Indonesia, Kompas, Republika dan Jawa Pos yang memuat berita deklarasi pencapresan Jokowi pada tanggal 15 Maret 2014 Kemudian membuat kerangka framingnya berdasarkan model Robert M. Entman.
b.
Kedua : Melakukan analisis terhadap berita-berita tersebut dan kemudian membuat interpretasi-interpretasi terhadap berita tersebut berdasarkan model Robert M. Entman. Analisis berita-berita tersebut akan didasarkan pada empat struktur besar, yaitu sebagai berikut : 1) Define Problems atau Problem Identification, adalah elemen yang pertama kali dilihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frame atau bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa dilihat dan dipahami oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami. Peristiwa yang sama akan
12
dapat dipahami secara berbeda. Dan bingkai yang berbeda ini akan menyebabkan realitas bentukan yang berbeda pula (Eriyanto, 2008:190). 2) Diagnose Causes atau Causal interpretation (memperkirakan penyebab masalah), merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor atas suatu peristiwa. Penyebab di sini bisa apa (what), tetapi bisa juga siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami secara berbeda, penyebab masalah pun secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula. 3) Make Moral Judgement atau Moral Evaluation (membuat pilihan moral) adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar atau dikenal oleh khalayak. 4) Treatment Recommendation (menekankan penyelesaian) adalah elemen yang dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu s.aja sangat bergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah (Eriyanto, 2004:191).
Sajian Data Berita yang di teliti adalah berita yang terbit pada tanggal 15 Maret 2014 dimana pada hari tersebut para surat kabar sedang gencar memberitakan berita tersebut. Tabel 1 : Ringkasan Hasil Analisis Pemberitaan dengan Model Entman Judul Berita
Define Problem
Diagnose Causes
Media Indonesia Dari Rumah Si Pitung,
Penunjukan atau deklarasi Jokowi tersebut
Surat mandat dari Ketua Umum PDIP
13
Make Moral Judgement Tindakan yang harus diuji atau dibuktikan
Treatment recommendation Jokowi harus membuktikan bahwa dia dapat memberikan kinerja
Jokowi Siap Tinggalkan DKI Kompas Pasar Merespon Positif, Rupiah Menguat
merupakan langkah yang belum teruji Pendeklarasia n Jokowi sebagai capres adalah langkah yang idukung oleh dunia usaha.
Republika Jokowi “Bismillah Saya Siap”
Jawa Pos Jokowi Dapat Mandat Mega di Malam Jum’at
kebenarannya Menguatnya rupiah dan respon positif dari pasar karena deklarasi Jokowi
Jokowi mampu meningkatka n sentiment beberapa sector usaha di pasar modal
Deklarasi Jokowi sebagai langkah yang penting bagi kemajuan demokrasi
Pencapresan Jokowi dapat meningkatka n kualitas demokrasi
Pencapresan Jokowi telah mengatasi ketidakpastian dari berbagai pihak atau pengamat politik
Pemberian perintah harian Megawati Soekarnoputr i kepada Jokowi
Salah satu langkah kemajuan demokrasi adalah pemberian amanah ketum pada kadernya Pemilihan Jokowi berdasarkan dinamika politik nasional dan aspirasi yang diserap selama kunjungan ke berbagai daerah
yang baik di level nasional
Dalam memilih pasangan/ cawapresnya Jokowi harus tepat agar tidak menggembosi suara partai dalam pileg
Kader dapat menjaga proses pemilihan dan perhitungan suara, Jokowi mampu menjalankan 4 pilar berbangsa dan bernegara, menjalankan tri sakti pancasila Bung Karno dan mensejahterakan rakyat
Analisis Data 1. Harian Media Indonesia Pada pemberitaan ini harian Media Indonesia dengan jelas menonjolkan bahwa pencapresan Jokowi merupakan langkah yang belum teruji sehingga hal tersebut perlu dibuktikan kebenarannya. Dalam pemberitaannya Media Indonesia cenderung melakukan berupaya bermain secara ‘aman’ dengan tidak melakukan analisis dan ulasan yang tajam yang kemungkinan dapat menimbulkan protes dari partai politik yang lain, hal
14
ini terbukti dari dua pernyataan dari pihak pro dan yang kontra terhadap pencapresan Jokowi.
Narasumber yang pro terhadap pencapresan Jokowi
adalah Surya Paloh sedangkan narasumber yang kontra adalah Komaruddin Hidayat. Berikut kutipan wawancara dari pihak yang kontra : Secara etika politik, pencalonan Jokowi memang banyak menuai kekecewaan masyarakat yang menudingnya melanggar sumpah jabatan. ("Dari Rumah Si Pitung, Jokowi Siap Tinggalkan DKI" Media Indonesia. 15 Maret 2014). Sedangkan kutipan wawancara dari pihak yang pro : Ketua Umum DPP Partai Nasdem Surya Paloh menyambut baik pencapresan Jokowi. ("Dari Rumah Si Pitung, Jokowi Siap Tinggalkan DKI" Media Indonesia. 15 Maret 2014). 2. Harian Kompas Pada pemberitaan ini harian Kompas secara tersirat menonjolkan kesan positif terhadap Jokowi karena mampu meningkatkan atau membuat respon positif lain. Hal ini juga terungkap juga di dalam berita tersebut bahwa : “Pasar menyukai Jokowi karena dinilai mempunyai rekam jejak yang bersih, pro rakyat dan tegas. Sartono memperkirakan sektor yang mendapat sentimen positif adalah infrastruktur, konstruksi dan farmasi.Pada perdagangan pekan depan nanti euforia atas rencana pencalonan Jokowi diprediksi akan masih akan berlanjut”(“Pasar Merespon Positif, Rupiah Menguat” Kompas. 15 Maret 2014). Berdasarkan berita tersebut maka Kompas menganggap bahwa Jokowi sudah terbukti berhasil menjalankan pemerintah yang bersih yang didukung dengan nilai-nilai demokrasi, serta dukungan publik. Ini tentu sangat bernilai bagi Indonesia dengan tingkat demokrasi yang masih muda karena banyak kepentingan bisnis, politik, dan militer yang cukup kuat.
Dibandingkan
dengan capres yang lain, data menunjukkan respons pasar terhadap Jokowi terlihat cukup menonjol. Tanpa mengabaikan faktor yang turut mempengaruhi fluktuasi harga saham, baik dari lokal maupun global, deklarasi capres lain tidak mendapatkan respons yang baik atau diabaikan oleh pelaku pasar.
15
3. Harian Republika Pada pemberitaan Republika tersebut pada intinya menyimpulkan bahwa pencapresan Jokowi belum diikuti oleh pemilihan cawapres karena masih fokus pada kemenangan pemilihan legislatif. Republika juga menyoroti kesiapan Jokowi menjadi presiden yang belum diikuti oleh pemilihan cawapres. Hal ini menunjukkan bahwa Republika juga bersikap hari-hati dalam memberikan tanggapan tentang dalam pemberitaan Jokowi sebagai capres, tetapi secara tersirat Republika memberikan saran kepada Jokowi ataupun PDI P agar memilih partner yang tepat. Hal ini terlihat dari pernyataan sebagai berikut : Pengamat Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Arie Sudjito, mengharapkan partner Jokowi nantinya justru tidak “menggembosi” elektabilitascapres PDI Perjuangan.(“Jokowi Bismillah Saya Siap” Republika.15 Maret 2014) 4. Harian Jawa Pos Pada pemberitaan ini harian Jawa Pos dengan jelas menonjolkan mandat yang diberikan oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri kepada Jokowi untuk menjadi capres berdasarkan adanya dinamika politik dan penyerapan aspirasi dari internal partai dan masyarakat. Dengan pencapresan Jokowi tersebut, maka sebagai Gubernur Jakarta maka Jokowi harus meminta izin kepada Presiden untuk maju mencalonkan diri menjadi Presiden. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik framing pemberitaan tentang pencapresan Jokowi di surat kabar harian Media Indonesia, Kompas, Republika dan Jawa Pos dapat dipaparkan sebagai berikut: 1. Konstruksi peristiwa tentang Pencapresan Jokowi untuk menggunakan framing model Entman. 2. Dalam berita Pencapresan Jokowi model Entman maka terdapat beberapa tahap yaitu:
16
a. Define Problem, Pemberitaan yang disampaikan tidak melibatkan kesimpulan dari wartawan si penulis berita atau lebih mengemukakan fakta yang disampaikan.
Pada Media Indonesia menunjukkan bahwa
pencapresan Jokowi merupakan keputusan yang belum teruji. Kompas menyatakan bahwa pencapresan Jokowi didukung oleh dunia usaha dan kebijakan politik yang tepat dar PDI Perjuangan. Republika memberitakan bahwa pencapresan Jokowi adalah langkah penting kemajuan demokrasi serta Jawa Pos menyebutkan permasalahan dari pencapresan Jokowi mampu mengatasi ketidakpastian/spekulasi dari berbagai pihak / pengamat politik. b. Diagnose Causes, merupakan elemen framing yang untuk mengetahui siapa aktor dari suatu peristiwa. Dalam framing Pencapresan Jokowi ini Media Indonesia menyatakan bahwa aktor dari peristiwa ini adalah mandat dari Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Kompas menyatakan bahwa Jokowi merupakan aktor karena merupakan tokoh yang disukai pasar karena mampu membuat rupiah menguat. Republika menunjukkan bahwa pencapresan Jokowi dapat menghasilkan pimpinan yang berkualitas. Jawa Pos menyatkaan hal yang sama dengan Media Indonesia bahwa penyebab masalah pencapresan Jokowi adalah perintah harian Megawati Soekarnoputri kepada Jokowi. c. Make Moral Judgement, digunakan untuk memberikan argumentasi pada pendefinisian masalah dalam pencapresan Jokowi. Media Indonesia menekankan bahwa penilaian moral dalam pencapresan Jokowi adalah tindakan yang harus diuji atau dibuktikan kebenarannya. Kompas menekankan penilaian moral bahwa dengan pencapresan Jokowi maka akan mampu meningkatkan sentimen beberapa sektor usaha di pasar modal. Penilaian moral surat kabar Republika bahwa pencaprean Jokowi meupakan kemajuan demokrasi dengan adanya pemberian amanah ketua umum kepada kadernya. Jawa Pos dalam penilaian moralnya adalah bahwa pencapresan Jokowi berdasarkan dinamika politik nasional dan aspirasi yang diserap selama kunjungan ke berbagai daerah.
17
d. Treatment Recommendation, merupakan penyelesaian masalah yang dikehendaki oleh wartawan. Media Indonesia merekomendasikan bahwa Jokowi harus membuktikan bahwa dia dapat memberikan kinerja yang baik di level nasional. Republika merekomendasikan bahwa dalam memilih pasangan / cawapres Jokowi harus tepat agar tidak menggembosi suara partai dalam pileg. Jawa Pos merekomendasikan bahwa kader dapat menjaga proses pemilihan dan perhitungan suara , Jokowi mampu menjalankan 4 pilar berbangsa dan bernegara, menjalankan trisakti Bung Karno dan Menyejahterakan rakyat. Saran Saran yang dapat disampaikan penulis berdasarkan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Limitasi atau keterbatasan penelitian ini adalah penelitian ini hanya terbatas pada analisis teks media saja, tanpa meneliti faktor lain terkait di dalam media
yang
mempengaruhi
agenda
pemberitaan
media.
Peneliti
mengharapkan pada penelitian selanjutnya lebih menitikberatkan pada seluruh komponen framing, bukan hanya pada teks saja. Hal ini bertujuan memberikan temuan-temuan baru terkait penggunaan subjek dan objek penelitian. 2. Kepada Harian Media Indonesia, Kompas, Republika dan Jawa Pos diharapkan untuk tetap mempertahankan idealismenya tanpa mengaburkan suatu realitas, sehingga lahir berita-berita yang berkualitas yang dapat dipertanggung jawabkan validitas kebenarannya. Daftar Pustaka Abede Pareno, Sam. (2005). Media Massa: Antara Realitas dan Mimpi. Surabaya : Papyrus. Ardianto, Elvinaro dan Komala Erdinaya, Lukiati. (2004). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Bungin, Burhan. (2008). Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana. Cangara, Hafield. (2007). Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Entman, Robert. M. (2007). Framing Bias: Media in the Distribution of Power, Journal of Communication, 57. 163-173.
18
Eriyanto. (2009). Analisis Framing, Konstruksi, Ideology dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS. Mcquail, D. (2004). Media Massa. Jakarta: Erlangga. Sobur, Alex. (2009). Analisis Teks Media. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Sudarman, Paryati. (2008). Menulis di Media Massa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Uchjana Effendy, Onong. (2006). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya.
19