PANDANGAN MEDIA TERHADAP KASUS PAPA MINTA SAHAM (Analisis Wacana Kasus Papa Minta Saham dalam Tajuk Rencana Kompas dan Editorial Media Indonesia Periode November – Desember 2015)
Astini Mega Sari Sri Herwindya Baskara Wijaya Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract Papa Minta Saham case is a political case related profiteering President and Vice President’s name by Head of Indonesian Legislative Assembly, Setya Novanto, to get shares from PT Freeport Indonesia. This political case attract attention of public and also mass media at the end of 2015. Researcher will see how editorials in two Indonesian leading newspapers, namely Kompas and Media Indonesia wrote about their views and opinion toward Papa Minta Saham case. This study aims to determine how Kompas and Media Indonesia discoursing Papa Minta Saham case in editorial and socio-cultural framework behind them. This research is a descriptive qualitative study using Van Dijk’s editorial discourse analysis. This method is used to transform and describe how Kompas and Media Indonesia define, evaluate, and make recommendations regarding Papa Minta Saham case as well as to describe the underlying sociocultural framework. The conclusion that can be drawn from this study is: Kompas discoursing Papa Minta Saham case as betting credibility of MKD, Indonesian Legislative Assembly, and the state. While Media Indonesia discoursing Papa Minta Saham case as a form of decadence or decline ethics and political morality in Indonesia. In discoursing Papa Minta Saham case, Kompas and Media Indonesia evaluate that MKD are not taking seriously in handling this case. Kompas and Media Indonesia recommend that Papa Minta Saham case be resolved ethically by MKD and in legal way by the Attorney General’s Office. Keywords: editorial, discourse analysis, Papa Minta Saham case.
1
Pendahuluan Informasi menjadi salah satu kebutuhan paling penting di era manusia modern. Hal inilah yang kemudian membuat media massa menjadi penting dalam kehidupan mayarakat. Salah satu media massa yang masih banyak digunakan masyarakat untuk mencari informasi adalah surat kabar. Di dalam surat kabar, pembaca tidak hanya dapat membaca berita tetapi juga opini dari orang lain maupun dari media itu sendiri. Opini dari media itulah yang disebut sebagai tajuk renana atau editorial. Tajuk rencana surat kabar biasanya berbentuk komentar dan opini yang ditujukan kepada khalayak pembaca, serta dilengkapi perspektif (sudut pandang) terhadap berita yang disajikan pada halaman berikutnya. 1 Tajuk rencana menunjukkan bagaimana pandangan media terhadap suatu peristiwa atau persoalan. Salah satunya adalah kasus Papa Minta Saham yang menjadi isu populer dan headline di banyak media cetak, televisi, dan online pada akhir 2015 lalu. Seperti yang dilansir dalam Kompas.com 2 kasus Papa Minta Saham bermula ketika Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said melaporkan Ketua DPR RI Setya Novanto ke Mahkamah Kehormatan DPR (MKD) pada 16 November 2015. Laporan Sudirman Said ke MKD itu berisi dugaan adanya permintaan saham oleh Setya Novanto terkait perpanjangan kontrak karya PT Freeport Indonesia dengan mengatasnamakan (mencatut) nama Presiden dan Wakil Presiden Indonesia. Kasus ini kemudian diproses di persidangan etika MKD yang kemudian berakhir dengan mundurnya Setya Noanto sebagai Ketua DPR. Kata “Papa Minta Saham” sendiri awalnya dipakai para netizen dalam mengkritik kasus tersebut yang kemudian menjadi viral di media sosial. Kasus Papa Minta Saham ini menarik untuk diteliti karena kasus ini menjadi polemik politik yang banyak diberitakan media di ujung tahun 2015. Menurut Lembaga Survei Indonesia (LSI) kasus Papa Minta Saham terpilih sebagai topik terpanas tahun 2015 mengalahkan empat topik panas lainnya 1
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004) hlm.16 2 Kompas.com, News/Nasional, 17 Desember 2015, (http://nasional.kompas.com/read/2015/12/17/10163591/Berakhirnya_Drama_Kasus_Minta_Saha m_di_MKD) diakses pada 2 Maret 2016
1
2
seperti: Pencalonan Budi Gunawan sebagai Kapolri, Gejolak Rupiah, Bencana Asap, dan Hukuman Mati Terpidana Narkoba. 3 Denny Januar Ali, pendiri LSI yang juga merupakan konsultan politik menyatakan bahwa kasus Papa Minta Saham menjadi topik terpanas karena secara politik, kasus ini melibatkan pemimpin tertinggi pemerintahan di eksekutif dan pimpinan tertinggi legislatif. Selain itu juga melibatkan elemen masyarakat penting lain seperti pengusaha, civil society ataupun demonstrasi jalanan. Dari sisi publikasi, kasus ini menjadi headline berkali-kali sedangkan di media sosial, kasus ini seringkali menjadi trending topics dan memicu perdebatan emosional netizen. Tingginya perhatian publik terhadap kasus ini juga bisa dilihat dari banyaknya netizen membicarakan kasus ini di media sosial. Kompas dengan layanan aplikasi Topsy mencatat, dalam 13 jam terakhir pada 20 November 2015, empat hari berlangsungnya kasus ini, kicauan di Twitter dengan menggunakan nama “Setya Novanto” tercatat telah dipergunakan sebanyak 3.188 kali. 4 Pada tanggal 15 November 2015, tagar #JurusMabukSetnov menjadi peringkat pertama trending topic Twitter di Indonesia. Tagar #JurusMabukSetnov digunakan nitizen berkomentar berkaitan dengan persidangan MKD. 5 Dalam penelitian ini, penulis ingin meneliti tajuk rencana yang memuat kasus Papa Minta Saham di surat kabar Kompas dan Media Indonesia periode November – Desember 2015. Dengan meneliti tajuk rencana atau editorial peneliti akan mampu melihat pandangan surat kabar tersebut terhadap kasus Papa Minta Saham karena umumnya tajuk rencana atau editorial mencerminkan opini, pandangan dan sikap surat kabar atas kasus tertentu.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang dikaji sebagai berikut: “Bagaimana kasus Papa Minta Saham diwacanakan 3
Republika.co.id, (http://republika.co.id/berita/nasional/politik/15/12/22/nzqtqe330-survei-kasuspapa-minta-saham-jadi-topik-terpanas-2015) diakses 6 Oktober 2016. 4 Kompas.com, (http://print.kompas.com/baca/politik/2015/11/20/Setya-Novanto-TerusDibicarakan) diakses pada 6 Oktober 2016. 5 Kompas.com, (http://print.kompas.com/baca/2015/12/15/Tagar-tentang-Setya-Novanto-Tibatiba-di-Peringkat-Pertama) diakses pada 6 Oktober 2016.
2
3
dalam tajuk rencana Kompas dan editorial Media Indonesia pada periode November - Desember 2015?”
Tinjauan Pustaka 1. Media Massa Untuk
bisa
hidup
dalam
lingkungan
sosial,
manusia
perlu
berkomunikasi. Harold D Laswell (dalam Mulyana) 6 mendefinisikan komunikasi sebagai “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect” (siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dan apa pengaruhnya). Dari definisi Laswell ini dapat diketahui bahwa komunikasi memiliki lima unsur yaitu komunikator, pesan, media, komunikan dan efek. Dalam proses komunikasi, pesan ditransmisikan melalui media. Dalam konteks komunikasi massa, media untuk mentransmisikan pesan kepada publik disebut dengan media massa. Posisi media massa sebagai sebuah institusi informasi kemudian dipandang sebagai faktor yang paling menentukan dalam perubahan sosial-budaya dan politik. Antonio Gramsci melihat media massa sebagai ruang dimana berbagai ideologi direpresentasikan. 7 Media massa memiliki dua sisi, di satu sisi media menjadi sarana penyebaran ideologi dan alat legitimasi penguasa serta sebagai pengontrol wacana publik. Di sisi lain media massa juga bisa menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan.
2. Tajuk Rencana atau Editorial Di dalam media massa, khususnya media cetak sering dijumpai tajuk rencana atau yang biasa disebut editorial. Menurut Maman Suherman (dalam Santana), 8 tajuk rencana pada awalnya berasal dari bahasa Belanda “Hoofd Artikel” atau di dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama “Leader” yang kemudian di Indonesia dikenal dengan nama “Induk Karangan”. Kini, surat
6
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Rosdakarya, 2007) hlm.69 Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) hlm.30 8 Septiawan Santana, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005) hlm.66 7
3
4
kabar lebih banyak menyebut hanya dengan “Editorial”, “Tajuk”, atau “Tajuk Rencana”. Beberapa surat kabar di Indonesia mengguakan istilah “tajuk rencana” namun ada juga yang menggunakan istilah “editorial”. Pada dasarnya tajuk rencana dan editorial adalah sama. Spencer menyebutkan batasan dari tajuk rencana atau editorial sebagai perrnyataan mengenai fakta dan opini secara singkat, logis, menarik ditinjau dari segi penulisan dan bertujuan untuk mempengaruhi pendapat atau memberikan interpretasi terhadap suatu berita. 9 Elvinaro dan Lukiati menyebutkan bahwa tajuk rencana merupakan tulisan opini yang ditujukan untuk pembaca yang dilengkapi dengan perspektif (sudut pandang) atas suatu berita tertentu. 10 Van Dijk menyebutkan bahwa editorial merupakan tulisan opini yang ditujukan pada pemabaca untuk membantu pembaca memahami sebuah peristiwa tertentu. 11 Tajuk rencana atau ediorial menunjukkan pandangan media terhadap suatu isu atau peristiwa tertentu. Kriteria tajuk rencana atau editorial menurut Joseph Pulitzer 12 ada empat, yakni: clearness of style (jelas dalam gaya), moral purpose (tujuan yang bermoral), sound reasoning (pertimbangan yang sehat), dan power to influence opinion (kekuatan untuk mempengaruhi opini publik). Rizal Mallarangeng (dalam Panuju) 13 membagi tajuk rencana atau editorial ke dalam tiga model, yaitu: a. Model Jalan Tengah. b. Model Angin Surga c. Model Anjing Penjaga 9
Dja’far H. Assegaf, Jurnalisme Masa Kini, (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 1982), hlm.63. Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Op.Cit, hlm.16 11 Teun A. van Dijk, Opinions and Ideologies in Editorials, Paper for the 4th International Symposium of Critical Discourse Analysis, Language, Social Life and Critical Thought. Athens, December 1995, 14-16 (http://www.discursos.org/unpublished_articles/Opinions_and_ideologies_in_editorials.htm) diakses pada 9 Maret 2016. 12 William L. Rivers, Bryce Mc. Intyre dan Alison, Editorial, Penyunting Dedi Djamalludin Malik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994), hlm.72 13 Redi Panuju, Nalar Jurnalistik: Dasarnya Dasar Jurnalistik, (Malang: Banyumedia Publishing, 2005) hlm. 79 10
4
5
3. Analisis Wacana Analisis wacana merupakan sebuah studi yang mempelajari struktur pesan dalam komunikasi. Analisis wacana mencoba untuk menelaah fungsi pragmatik bahasa. Menurut Little John 14 analisis wacana lahir dari kesadaran bahwa persoalan yang terdapat dalam komunikasi bukan hanya terbatas pada penggunaan kalimat atau bagian kalimat, fungsi ucapan, tetapi juga mencakup struktur pesan yang lebih kompleks dan inheren yang disebut sebagai wacana. Analisis wacana lebih memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan struktur pada level kalimat, misalnya gramatikal atau ketatabahasaan hingga pada level yang lebih luas dari teks itu sendiri. Analisis wacana dari segi analisisnya memiliki sifat dan ciri sebagai berikut 15: a. Analisis wacana membahas kaidah memakai bahasa di dalam masyarakat. b. Analisis wacana merupakan usaha memahami makna tuturan dalam konteks, teks, dan situasi. c. Analisis wacana merupakan pemahaman rangkaian tuturan melalui interpretasi semantik. d. Analisis wacana berkaitan dengan pemahaman bahasa dalam tindak berbahasa. e. Analisis wacana diarahkan kepada masalah memakai bahasa secara fungsional.
4. Analisis Wacana untuk Editorial Van Dijk Teun A. van Dijk mengungkapkan bahwa esensi dari analisis wacana untuk editorial adalah asumsi bahwa pengguna bahasa tidak hanya mengkonstruksi model peristiwa yang mereka bicarakan tetapi juga peristiwa komunikasi yang terlibat di dalamnya. 16 Dalam konteks penelitian untuk tajuk rencana, tidak ada teori eksplisit untuk tajuk rencana atau editorial sebagai
14
Alex Sobur, Op.Cit. hlm.48 Ibid. hlm.49-50 16 Teun A. van Dijk, Opinions and Ideologies in Editorials, Op.Cit. 15
5
6
genre media. Tidak seperti berita, editorial tidak memiliki skema atau superstruktur. Terlepas dari kurangnya asumsi skema konvensional untuk pers editorial, laporan pendapat di editorial dirumuskaan dalam tiga macam kategori fungsional. Van Dijk menjelaskan bahwa dalam penelitian empiris tentang editorial, menunjukkan bahwa tiga kategori tersebut adalah bagian umum dari skema formal editorial. Tiga kategori fungsional tersebut yaitu: 17 a. Definisi Pernyataan pendapat mampu mendefinisikan situasi, yaitu memberikan penjelasan ‘apa yang sedang terjadi’. Informasi ini berfokus pada masa kini atau bersifat aktual. b. Evaluasi Pernyataan pendapat mampu menjelaskan situasi, yaitu menjelaskan penyebab peristiwa dan alasan sebuah tindakan ‘mengapa hal itu bisa terjadi’. Pernyataan-pernyataaan ini sering berkaitan dengan peristiwa masa lalu, keadaan sekitar, atau konteks yang berhubungan dengan kejadian. c. Rekomendasi Dalam sebuah editorial biasanya memuat prediksi atau rekomendasi. Kategori ini berada dalam lingkup moral atau kesimpulan. Moral atau kesimpulan di sini berfokus pada ‘apa yang akan terjadi’ dan ‘apa yang seharusnya dilakukan’. Dalam kerangka sosial budaya yang lebih luas, editorial dan fungsi persuasifnya juga memiliki dimensi kognitif yang penting, baik dalam proses produksi editorial itu sendiri dan bagaimana masyarakat menerimanya. 18 Pada saat yang sama, editorial mengungkapkan bagaimana sikap editor suatu media dalam menyikapi peristiwa yang ditulis di editorialnya. Berangkat dari pernyataan tersebut, kerangka sosial budaya merupakan bagian dari analisis sitematis editorial yang memungkinkan peneliti untuk dapat melihat langsung
17
Teun A. van Dijk, Race, riots and the press: An analysis of editorials in the British press about the 1985 disordes, hlm.231 18 Ibid. hlm.232
6
7
pada kerangka ideologis yang mendukung definisi dan penjelasan dari situasi yang dinyatakan dalam editorial.
Metode Penelitian Jenis penelitian dalam penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan analisis wacana untuk editorial milik Van Dijk. Objek dalam penelitian ini yaitu tajuk rencana atau editorial yang dimuat di surat kabar Kompas dan editorial Media Indonesia yang khusus memuat kasus Papa Minta Saham pada periode November - Desember 2015. Pemilihan periode November - Desember 2015 ini dikarenakan periode tersebut merupakan kurun waktu bermulanya kasus Papa Minta Saham hingga kasus tersebut ditutup oleh MKD. Pemilihan surat kabar Kompas dan Media Indonesia dikarenakan kedua surat kabar tersebut mengawal kasus Papa Minta Saham dari awal hingga berakhirnya kasus ini. Kedua surat kabar ini juga sama-sama memiliki pembaca dari kalangan berpendidikan tinggi (menempuh pendidikan di universitas) yang memiliki perhatian terhadap politik dan pemerintahan. Untuk teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling karena sudah terdapat kriteria-kriteria yang dibuat oleh peneliti untuk menentukan sampel sesuai dengan yang dibutuhkan. Teknik validitas data menggunakan triangulasi data atau sumber. Dalam analisis data, teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis wacana untuk editorial milik Van Dijk. Analisis ini membagi tajuk rencana atau editorial ke dalam tiga kategori fungsional yang terdiri dari definisi peristiwa, evaluasi peristiwa, dan rekomendasi yang bisa diberikan suatu media atas peristiwa tertentu lewat tulisan editorial mereka. Selain dari ketiga kategori itu dilakukan juga analisis kerangka sosial budaya.
Sajian dan Analisis Data Sebanyak 10 tajuk rencana atau editorial dari surat kabar Kompas dan Media Indonesia yang akan dianalisis:
7
8
Tabel 1.1 Tajuk Rencana Surat Kabar Kompas Dan Media Indonesia KOMPAS
MEDIA INDONESIA
Edisi Terbit
Judul Tajuk Rencana
Edisi Terbit
Judul Editorial
17 November 2015
Membuka Tabir Politisi
17 November 2015
Pantang Surut Mengusut Pencatut
26 November 2015
Pertaruhan Lembaga DPR
23 November 2015
Buta Tuli terhadap Kehendak Rakyat
8 Desember 2015
Kehilangan Independensi
10 Desember 2015
Kemarahan Presiden Kemarahan Rakyat
17 Desember 2015
Kemenangan Suara Rakyat
17 Desember 2015
Masih Ada Hukum yang Akan Menguji
21 Desember 2015
Tidak Bisa Menggantung
19 Desember 2015
Pelajaran dari Kasus Novanto
1. Analisis Wacana Tajuk Rencana “Membuka Tabir Politisi” a. Definisi Peristiwa adanya dugaan pelanggaran etika oleh salah satu politisi DPR yang berujung pada laporan Sudirman Said ke MKD didefinisikan Kompas sebagai pertaruhan kredibilitas MKD. Dalam konteks ini, apakah MKD sebagai sebuah institusi yang berwenang menangani kasus ini memiliki kemampuan yang dapat dipercaya publik atau tidak. b. Evaluasi Evaluasi yang diberikan Kompas terkait kasus pelanggaran etika yang dilakukan oleh salah satu politisi DPR ini yakni merupakan suatu tindakan yang tidak pantas dilakukan oleh seorang anggota DPR. c. Rekomendasi • MKD harus membuka kasus pelanggaran etika ini agar publik juga mengetahui apa yang menjadi duduk permasalahannya. • MKD harus bisa bekerja cepat dalam menangani kasus ini dengan memanggil semua pihak yang terkait dengan kasus ini.
8
9
2. Analisis Wacana Editorial “Pantang Surut Mengusut Pencatut” a. Definisi Peristiwa dugaan pelanggaran etika politikus berpengaruh DPR yang berujung pada laporan Sudirman Said ke MKD didefinisikan Media Indonesia sebagai kemunduran etika politik Indonesia. b. Evaluasi Evaluasi
yang
diberikan
Media
Indonesia
dalam
editorial
ini
menitikberatkan pada kinerja MKD dalam kasus penegakan etika yang dirasa tidak serius dan adanya indikasi pemufakatan jahat atau korupsi dalam kasus ini. c. Rekomendasi • Mengapresiasi tindakan Menteri ESDM Sudirman Said. • MKD harus bisa mempertimbangkan kembali anggota dewan yang akan menjadi mediator perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia. • MKD harus bekerja secara serius dalam menangani kasus ini. • Kasus ini juga perlu ditindaklanjuti dengan penegakan hukum.
3. Analisis Wacana Tajuk Rencana
“Pertaruhan Lembaga DPR”
a. Definisi Apapun hasil putusan MKD, termasuk peristiwa keberpihakan Fraksi Partai Golkar terhadap Setya Novanto, didefinisikan Kompas sebagai pertaruhan lembaga DPR dan juga negara. b. Evaluasi Dalam
tajuk
rencana
ini,
evaluasi
yang
diberikan
Kompas
menitikberatkan pada sikap tak bersalah Setya Novanto dan pilihan politik Fraksi Partai Golkar yang memilih untuk membela Setya Novanto. c. Rekomendasi • Setya Novanto agar segera mundur dari posisinya sebagai Ketua DPR. • Mendorong MKD agar membuka rekaman percakapan Setya Novanto dengan Maroef Sjamsoeddin dan Riza Chalid ke hadapan publik. 9
10
4. Analisis Wacana Editorial “Buta Tuli terhadap Kehendak Rakyat” a. Definisi Dalam editorial ini,
Media Indonesia mendefinisikan peristiwa
pembelaan dari kalangan Fraksi Golkar kepada Setya Novanto sebagai tidak mendengarkan kehendak rakyat. b. Evaluasi Evaluasi
yang
diberikan
Media
Indonesia
dalam
editorial
ini
menitikberatkan pada KMP yang menganggap kasus ini sebagai pertarungan antar kelompok bukan sebagai pertarungan moral bangsa. c. Rekomendasi • KMP agar berada di pihak yang sama dengan rakyat. • MKD harus mendengar kehendak rakyat untuk mengusut kasus ini secara adil dan transparan. 5. Analisis Wacana Tajuk Rencana “Kehilangan Independensi” a. Evaluasi • Evaluasi yang diberikan Kompas menitikberatkan pada pelaksanaan sidang tertutup untuk Setya Novanto yang mencerminkan hilangnya independensi MKD dan semakin jauhnya MKD dari keinginan rakyat. • Tajuk rencana ini juga mengevaluasi kemarahan Presiden yang menganggap kasus ini sebagai persoalan wibawa negara. b. Rekomendasi • Presiden harus menindaklanjuti kasus ini dengan meminta aparat hukum untuk mengusut tuntas kasus ini. • Presiden perlu melakukan konsolidasi agar lingkungan istana kepresidenan bersih dari berbagai kepentingan.
6. Analisis Wacana Editorial “Kemarahan Presiden Kemarahan Rakyat” a. Definisi Dalam editorial ini, Media Indonesia mendefinisikan peristiwa sidang tertutup
Setya
Novanto
sebagai
anomali.
Suwandi
Sumartias,
berpendapat bahwa dalam konteks politik, anomali terjadi di mana situasi 10
11
sosial politik, negara (pemerintah) dan rakyat tidak lagi menemukan keselarasan antara teori dengan realitas sosial kenegaraan yang ada sehingga memunculkan banyak konflik kepentingan. 19 b. Evaluasi Pada
editorial
menitikberatkan
ini,
evaluasi
pada
yang
pelaksanaan
diberikan sidang
Media
Setya
Indonesia
Novanto
yang
berlangsung tertutup dan reaksi Presiden atas sidang tersebut. c. Rekomendasi Presiden harus memastikan Kejaksaan Agung dan Polri bergerak cepat dalam menangani kasus ini di jalur pidana.
7. Analisis Wacana Tajuk Rencana “Kemenangan Suara Rakyat” a. Definisi Dalam tajuk rencana ini, Kompas mendefinisikan peristiwa mundurnya Setya Novanto sebagai kemenangan suara rakyat. b. Evaluasi Dalam
tajuk
rencana
ini,
evaluasi
yang
diberikan
Kompas
menitikberatkan pada siasat politik pada sidang putusan terakhir MKD yang bertepatan dengan mundurnya Setya Novanto. c. Rekomendasi • Menghargai langkah mundur Setya Novanto. • DPR harus menetapkan pimpinan baru yang mampu memperbaiki citra DPR. Anggota DPR harus lebih menjaga perilaku politiknya. • Penyelidikan kasus ini harus dituntaskan oleh Kejaksaan Agung. 8. Analisis Wacana Editorial “Masih Ada Hukum yang Akan Menguji” a. Evaluasi Pada editorial ini, evaluasi Media Indonesia terhadap peristiwa mundurnya Setya Novanto dititikberatkan pada pelaksanaan sidang putusan terakhir yang dianggap sebagai akrobat politik. 19
Suwandi Sumartias, Anomali Elite Politik, Surat Kabar Pikiran Rakyat Edisi Jumat 25 Mei 2012, hlm.26.
11
12
b. Rekomendasi Agar Kejaksaan Agung terus melanjutkan proses hukum
kasus ini
meskipun Setya Novanto sudah mundur dari posisinya sebagai Ketua DPR. 9. Analisis Wacana Tajuk Rencana “Tidak Bisa Menggantung” a. Definisi Pasca mundurnya Setya Novanto, Kompas mendefinisikan segala yang terjadi di MKD selama menangani kasus Novanto sebagai persiasatan politik. b. Evaluasi Dalam tajuk rencana ini, evaluasi yang diberikan Kompas terhadap peristiwa pasca mundurnya Setya Novanto sebagai Ketua DPR dititikberatkan pada penunjukan Setya Novanto sebagai Ketua Fraksi Golkar. Kompas menganggap langkah politik Partai Golkar tersebut sebagai tindakan yang tidak pantas. c. Rekomendasi • Kejaksaan Agung harus bisa menununtaskan kasus ini agar tidak menggantung • Presiden Joko Widodo harus mampu menuntaskan kasus mafia migas, termasuk di dalamnya menghadirkan Riza Chalid. 10. Analisis Wacana Editorial “Pelajaran dari Kasus Novanto” a. Definisi Media Indonesia mendefinisikan kasus Setya Novanto dan segala yang terjadi di DPR dan MKD merupakan contoh ekstrem dari dekadensi moral. b. Evaluasi Evaluasi yang diberikan Media Indonesia terhadap peristiwa pasca mundurnya Setya Novanto sebagai Ketua DPR dititikberatkan pada penunjukan Setya Novanto sebagai Ketua Fraksi Golkar. Media
12
13
Indonesia menganggap langkah politik ini sebagai tindakan yang tidak tahu malu. c. Rekomendasi • Partai harus me-recall anggota DPR yang telah cacat secara etika. • Politisi harus bisa mengambil pelajaran dari kasus Setya Novanto. • Kejaksaan Agung harus secepatnya menuntaskan dugaan pemufakatan jahat dalam kasus Setya Novanto. 11. Analisis Kerangka Sosial Budaya Kompas Dalam memberikan tanggapannya terhadap kasus Papa Minta Saham
Kompas
selalu
berusaha
menjaga
komitmennya
untuk
menyampaikan apa yang diinginkan rakyat. Hal ini sesuai dengan motto surat kabar Kompas yaitu “Amanat Hati Nurani Rakyat”. Kompas memiliki prinsip salus populi suprema lex (keselamatan dan kesejahteraan rakyat adalah hukum tertinggi). 20 Secara umum tajuk rencana milik Kompas ditulis secara lebih halus sesuai dengan komitmen Kompas dalam menyampaikan kritikan, yakni “fortiter in re suaviter in modo” teguh dalam persoalan, lentur dalam cara. 21 Kompas tidak memihak partai politik atau pihak tertentu yang terkait dalam kasus ini. Di Kompas, tendensi pemilik media untuk menggunakan hariannya untuk kepentingannya sendiri tidak terlihat dengan jelas. Hal ini dikarenakan background Jacob Oetama yang juga sebagai seorang jurnalis dan memimpin surat kabar miliknya dengan perspektif jurnalistik. Ia tidak memiliki ambisi politik yang bertujuan untuk menempati sebuah jabatan politik. Itulah kenapa Kompas seringkali berporos netral. 22 Tajuk rencana yang disajikan Kompas berfokus pada evaluasi kinerja MKD dalam menangani kasus Papa Minta Saham dan pemberian rekomendasi berupa langkah apa saja yang perlu dilakukan oleh MKD, 20
St.Sularto (ed), Kompas Menulis dari Dalam, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2007) hlm.19 21 Ibid, hlm.55 22 Anett Keller, Tantangan dari Dalam, Otonomi Redaksi di 4 Media Ceaak Nasional: Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Repulika, (Jakarta: Friederich Ebert Stiftung, 2009) hlm.52
13
14
Presiden, dan pihak-pihak terkait agar kasus tersebut segera tuntas. Kompas mengkritik namun tidak menggugat dan menghakimi pihak tertentu tanpa alasan dan bukti yang kuat. 12. Analisis Kerangka Sosial Budaya Media Indonesia Editorial di Media Indonesia memakai gaya bahasa yang lugas. Penulisan editorial seperti ini mencerminkan visi Media Indonesia untuk “Menjadi surat kabar independen yang inovatif, lugas, terpercaya dan paling berpengaruh.” Kepemilikian media yang berada di tangan elit politisi akan membuat gagasan politik dari pemilik media akan berpengaruh pada sistem sosial media yang dimilikinya. Posisi pemilik Media Indonesia, Surya Paloh, yang juga sebagai Ketua Partai Nasdem tak bisa dipungkiri akan berpengaruh pada pandangan Media Indonesia dalam menilai sebuah kasus. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana tulisan Media Indonesia yang memberikan kritikan tajam pada Koalisi Merah Putih (KMP) dan Partai Golkar yang juga bagian dari koalisi tersebut. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh posisi Partai Nasdem yang berada di Koalisi Indonesia Hebat, koalisi tandingan KMP. Dalam penulisan editorial terkait kasus Papa Minta Saham ini, Media Indonesia menulis opini sesuai visi editorialnya yaitu “Menyuarakan dan merepresentasikan aspirasi, pendapat, dan keinginan publik. Sedapat mungkin apa yang tertulis dalam editorial, adalah sesuatu yang sesungguhnya juga dirasakan oleh publik.” Pada dasarnya Media Indonesia memilih bersikap kontra dengan Novanto dan permainan politik MKD di mana sikap tersebut sama seperti sikap mayoritas publik. 13. Perbandingan Hasil Analisis Tajuk Rencana Kompas dan Media Indonesia Tabel 1.2 Perbandingan Hasil Analisis Tajuk Rencana Kompas dan Media Indonesia No
Perbedaan
Kompas
14
Media Indonesia
15
1
Wacana Kasus
2
Kecenderungan Politik
3
4
Secara umum, Kompas mewacanakan kasus Papa Minta Saham sebagai pertaruhan kredibilitas MKD, DPR, dan negara.
Secara umum, Media Indonesia mewacanakan kasus Papa Minta Saham sebagai bentuk dari dekadensi atau penurunan etika dan moral politik Indonesia. Cenderung bersikap netral Cenderung memihak tanpa memihak salah satu Koalisi Indonesia Hebat partai politik. (koalisi tempat Partai Nasdem berada). Lebih banyak mengkritik Koalisi Merah Putih.
Gaya Tulisan
Kompas menyampaikan kritikan umumnya menggunakan bahasa yang lebih halus.
Media Indonesia menulis opini dan kritikannya secara lebih lugas dan langsung.
Model Tajuk Rencana atau Editorial
Jia dilihat dari segi isi dan tulisan, tajuk rencana Kompas termasuk dalam kategori Model Jalan Tengah. Model ini adalah model tajuk rencana atau editorial yang terdapat unsur kritis di dalamnya namun lebih santun dan halus dalam hal penulisan.
Jika dilihat dari segi isi dan tulisan, editorial Media Indonesia termasu dalam kategori Model Anjing Penjaga. Model ini adalah model taju rencana atau editorial yang mengkritik dengan bahasa yang cenderung lugas dan berani.
Tabel 1.3 No
1
Persamaan
Kritik Pemerintah
Kompas
Media Indonesia
Secara umum, tajuk rencana Kompas ditulis untuk mengkritik kinerja MKD dalam mengusut kasus Papa Minta Saham.
Secara umum, editorial Media Indonesia ditulis untuk mengkritik kinerja MKD dalam mengusut kasus Papa Minta Saham. Meskipun di beberapa editorial, kritik jugaditujukan pada Koalisi Merah Putih.
15
16
2
3
4
Pro-Rakyat
Evaluasi Kasus
Pemberian Rekomendasi
Merepresentasikan suara rakyat yang ingin dan terus mendorong MKD agar segera menuntaskan kasus Papa Minta Saham secara adil dan transparan.
Merepresentasikan suara rakyat yang ingin dan terus mendorong MKD agar segera menuntaskan kasus Papa Minta Saham secara adil dan transparan.
Kompas mengevaluasi kinerja MKD yang dinilai tidak sungguh-sungguh dalam membuktikan adanya pelanggaran etika. Kompas menilai apa yang terjadi ddi MKD selama memproses kasus Papa Minta Saham sebagai permainan dan persiasatan politik.
Media Indonesia mengevaluasi kinerja MKD yang tidak serius dalam menangani kasus Setya Novanto. Media Indonesia menilai apa yang terjadi di MKD selama memproses kasus Papa Minta Saham sebagai akrobat dan permainan politik.
Tajuk rencana Kompas secara umum memberikan rekomendasi berupa penuntasan kasus Papa Minta Saham oleh MKD dan Kejagung.
Editorial Media Indonesia secara umum memberikan rekomendasi berupa penuntasan kasus Papa Minta Saham di jalur etika (oleh MKD) dan di jalur hukum (oleh Kejagung).
Kesimpulan Dari serangkaian analisis yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan antara Kompas dengan Media Indonesia dalam mewacanakan kasus Papa Minta Saham. Kompas mewacanakan kasus Papa Minta Saham sebagai pertaruhan kredibilitas MKD, DPR, dan negara. Sedangkan Media Indonesia mewacanakan kasus Papa Minta Saham sebagai bentuk dari dekadensi atau penurunan etika dan moral politik Indonesia. 2. Dalam mewacanakan kasus Papa Minta Saham baik Kompas maupun Media Indonesia berpihak pada rakyat dan kritik yang ditulis ditujukan pada Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD). Kompas dan Media Indonesia samasama mengevaluasi kinerja MKD yang dianggap tidak serius dan sungguhsungguh untuk membuktikan adanya pelanggaran etika dalam kasus ini. 16
17
3. Dalam melihat kasus Papa Minta Saham ini, Kompas dan Media Indonesia secara umum memberikan rekomendasi agar kasus ini dituntaskan dijalur etika oleh MKD dan dijalur hukum oleh Kejaksaan Agung. 4. Kompas dan Media Indonesia memiliki perbedaan dalam hal penulisan tajuk rencana untuk membentuk wacana. Kompas cenderung menuliskan tajuk rencananya dengan hati-hati dan lebih halus sesuai dengan prinsip Kompas yakni “fortiter in re suaviter in modo” yang berarti teguh dalam persoalan, lentur dalam cara. Sedangkan Media Indonesia cenderung menuliskan tajuk rencananya
secara
lugas
dan
berani
sesuai
visi
editorialnya
yaitu
“Menyuarakan dan merepresentasikan aspirasi, pendapat, dan keinginan publik. Sedapat mungkin apa yang tertulis dalam editorial, adalah sesuatu yang sesungguhnya juga dirasakan oleh publik.”
Saran Setelah melakukan analisis, saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Bagi Media Massa Penulis mengharapkan agar wacana yang ditampilkan oleh media harus selalu objektif tanpa dimuati kepentingan apapun. Media massa juga harus mampu memberikan tulisan yang berimbang dan mampu memberikan solusi serta pandangan ke depan atas sebuah isu, kasus atau peristiwa. 2. Bagi Pembaca Peneliti berharap agar pembaca lebih selektif dalam memilih dan mencerna informasi dari media massa.
Daftar Pustaka Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya. (2004). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Assegaf, Dja’far H. (1982). Jurnalisme Masa Kini. Jakarta: PT Ghalia Indonesia. Kompas.com. News/Nasional. 17 Desember 2015. (http://nasional.kompas.com/read/2015/12/17/10163591/Berakhirnya_Dra ma_Kasus_Minta_Saham_di_MKD) diakses pada 2 Maret 2016.
17
18
Kompas.com, 20 November 2015. (http://print.kompas.com/baca/politik/2015/11/20/Setya-Novanto-TerusDibicarakan) diakses pada 6 Oktober 2016. Kompas.com. 15 Desember 2015. (http://print.kompas.com/baca/2015/12/15/Tagar-tentang-Setya-NovantoTiba-tiba-di-Peringkat-Pertama) diakses pada 6 Oktober 2016. Mulyana, Deddy. (2007). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Rosdakarya. Panuju, Redi. (2005). Nalar Jurnalistik: Dasarnya Dasar Jurnalistik. Malang: Banyumedia Publishing. Pikiran Rakyat edisi Jumat 25 Mei 2012 Republika.co.id. 22 Desember 2015. (http://republika.co.id/berita/nasional/politik/15/12/22/nzqtqe330-surveikasus-papa-minta-saham-jadi-topik-terpanas-2015) diakses 6 Oktober 2016. Rivers, William L., Jay W. Jensen dan Theodore Peterson. (2003). Media Massa dan Masyarakat Modern, Alih Bahasa: Haris Munandar dam Dudy Priatna. Jakarta: Kencana. Santana, Septiawan. (2005). Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Sobur, Alex. (2006). Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sularto, St (ed). (2007). Kompas Menulis dari Dalam. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. Van Dijk, Teun. (1995). Opinions and Ideologies in Editorials. Paper for the 4th International Symposium of Critical Discourse Analysis, Language, Social Life and Critical Thought. Athens, 14-16 December. (http://www.discursos.org/unpublished_articles/Opinions_and_ideologies_ in_editorials.htm) diakses pada 9 Maret 2016. Van Dijk, Teun. Race, riots and the press: An analysis of editorials in the British press about the 1985 disordes. University of Amsterdam, Netherlands.
18