perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PEMAKNAAN DOSEN TERHADAP GAYA PAKAIAN KULIAH MAHASISWA FISIP UNS
Disusun Oleh : DESTA ARIYANI ASTUTI D 0306029
SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Telah Disetujui Untuk Dipertahankan di Hadapan Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pembimbing
Dr. Mahendra Wijaya, MS NIP. 19600723 198702 1 001
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Telah Disetujui dan Diujikan Oleh Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Hari
:
Tanggal
:
Penguji : Ketua 1. Dr. Drajat Tri Kartono, M.Si NIP. 19660112 199003 1 002
(………..……………..) Sekretaris
2. Siti Zunariyah, S.Sos, M.Si NIP. 19770719 200801 2 016
(……………………...) Penguji
3. Dr. Mahendra Wijaya, MS NIP. 19600723 198702 1 001
(………………………)
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan
Drs. H. Supriyadi SN, SU commit to user NIP. 195301 28 198103 1 001 iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
J “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah),
bahwasannya
Aku
adalah
dekat.
Aku
mengabulkan
permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS. Al Baqarah: 186)
J You have to endure caterpillars if you want to see butterflies. (Anda harus tahan terhadap ulat jika ingin dapat melihat kupu-kupu). (Antoine De Saint)
J Mensyukuri sekecil apapun anugerah, dan menghadapi setiap kesulitan dengan ikhlas adalah kunci ketenangan hati. (Desta Ariyani Astuti)
J Menunda pekerjaan dan membuang-buang waktu sama saja menunda kesuksesan. (Desta Ariyani Astuti)
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan diri, kupersembahkan Skripsi ini kepada : J Ibuku, Ayahku tercinta yang sangat luar biasa atas doa, semangat, dan kasih sayangnya selalu kepada penulis. J Adikku sayang ”Dhina” atas doa dan semangatnya. J ”Masku”, atas semangat, doa, dan kasih sayang. J Sahabat-sahabatku tersayang dan terbaik Dila, Putri, Liedha yang selalu memberikan semangat dan motivasi. J Richa, Lya, dan Ulunc atas kebersamaan serta keceriaan kita saat-saat di Luftanza J Almamaterku.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pemaknaan Dosen Terhadap Gaya Pakain Kuliah Mahasiswa FISIP UNS”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat bapak Dr. Mahendra Wijaya, MS selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Dalam kesempatan ini pula, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Bapak Drs. Supriyadi SN, SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ibu Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak Dr. Drajat Tri Kartono, M.Si selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan bagi penulis selama belajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Seluruh dosen pengajar yang telah begitu banyak membekali ilmu pengetahuan kepada penulis. commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Seluruh staf dan karyawan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 6. Seluruh informan beserta semua pihak yang telah membantu dalam menyusun skripsi ini. 7. Ibuku, Ayahku tercinta yang sangat luar biasa, atas doa, semangat, dan kasih sayangnya selalu kepada penulis. 8. Adikku “Dhina” atas motivasi kepada penulis. 9. Masku, atas doa, semangat, dukungan, dan perhatian yang luar biasa 10. Sahabatku tersayang Dila, Putri, Liedha yang selalu ada disetiap suasana serta semangat yang diberikan bagi penulis. 11. Teman seperjuanganku Novita, Pakde Yanto, atas semangatnya 12. Keluarga besar Sosiologi angkatan 2006 yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas kebersamaanya selama ini.
Akhirnya semoga Allah SWT membalas budi baik dan amal mereka yang tiada tara dan anugerah yang berlipat ganda atas jasa yang tiada ternilai harganya. Penulis mengakui bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Namun, besar harapan penulis semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pembaca. Surakarta,
commit to user
vii
Agustus 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ..........................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................
iii
MOTTO ............................................................................................
iv
PERSEMBAHAN .............................................................................
v
KATA PENGANTAR ......................................................................
vi
DAFTAR ISI .....................................................................................
viii
DAFTAR BAGAN ...........................................................................
xii
DAFTAR TABEL .............................................................................
xiii
DAFTAR MATRIK ..........................................................................
xiv
ABSTRAK ........................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah........................................................
1
B. Rumusan Masalah .................................................................
5
C. Tujuan ...................................................................................
6
D. Manfaat .................................................................................
7
E. Tinjauan Pustaka ...................................................................
7
1. Landasan Teori ................................................................
7
2. Gaya Hidup (Life Style) dan Fashion ..............................
11
3. Etika Berpakaian .............................................................
19
F. Kerangka Berpikir ................................................................. commit to user
23
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
G. Definisi Konsep.....................................................................
25
H. Metodologi Penelitian ...........................................................
27
1. Jenis Penelitian................................................................
27
2. Lokasi Penelitian .............................................................
27
3. Teknik Pengumpulan Data ..............................................
28
4. Teknik Pengambilan Sampel ..........................................
28
5. Validitas Data ..................................................................
34
6. Teknik Analisa Data........................................................
36
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI DAN TATA TERTIB BERPAKAIAN MAHASISWA FISIP UNS ...............................................................
37
A. Sejarah Perkembangan Universitas Sebelas Maret ...............
37
B. Visi, Misi, dan Tujuan Universitas Sebelas Maret................
40
C. Sejarah Perkembangan FISIP UNS.......................................
42
D. Visi.Misi, dan Tujuan FISIP UNS ........................................
44
E. Tujuan Strategis ....................................................................
48
F. Susunan Organisasi FISIP UNS............................................
49
G. Tata Tertib Berpakaian di FISIP UNS ..................................
61
H. Fasilitas Tata Tertib Berpakaian Mahasiswa FISIP UNS .....
68
I. Petugas Penegak Tata Tertib Berpakaian mahasiswa FISIP UNS ............................................................................
69
BAB III PEMAKNAAN DOSEN TERHADAP GAYA PAKAIAN KULIAH MAHASISWA FISIP UNS ...............................................................
72
A. Karakteristik Informan .......................................................... commit to user
72
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Pemahaman terhadap Tata Tertib Berpakaian yang berlaku di FISIP UNS ............................................................................
78
C. Kepatuhan Mahasiswa terhadap Tata Tertib Berpakaian yang Berlaku di FISIP UNS...........................................................
91
D. Gaya Pakaian Kuliah Mahasiswa FISIP UNS dan Etika Berpakaian ............................................................
91
E. Pemaknaan Dosen Terhadap Gaya Pakaian Kuliah Mahasiswa FISIP UNS .........................................................
97
F. Petugas Penegak Tata Tertib Berpakaian Mahasiswa FISIP UNS ............................................................................
110
G. Fasilitas Penegak Tata Tertib Berpakaian Mahasiswa FISIP UNS ............................................................................
118
H. Sanksi bagi mahasiswa yang tidak mengindahkan Tata tertib berpakaian di FISIP UNS ....................................
127
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................
134
A. Etika Berpakaian Mahasiswa ................................................
134
B. Gaya Pakaian Kuliah Mahasiswa FISIP UNS ......................
139
C. Pemaknaan Dosen terhadap Gaya Pakaian Kuliah Mahasiswa FISIP UNS .........................................................
146
D. Ketertiban Mahasiswa FISIP UNS dalam berpakaian ..........
149
E. Penyimpangan Mahasiswa terhadap Tata Tertib Berpakaian yang berlaku di FISIP UNS ............................... commit to user
x
161
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP............................................................................
166
A. Kesimpulan ...........................................................................
166
B. Implikasi................................................................................
167
1. Implikasi Teoritis ..............................................................
167
2. Implikasi Metodologis ......................................................
170
C. Saran .......................................................................................
172
1. Saran untuk Mahasiswa ..................................................
172
2. Saran untuk Dosen ..........................................................
173
3. Saran untuk Pegawai Pelaksana Administrasi ................
173
4. Saran untuk Pelaksana Akademik (Jurusan) ...................
174
5. Saran untuk Pimpinan Fakultas.......................................
174
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................
176
LAMPIRAN ......................................................................................
179
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Kerangka Berpikir..............................................................
25
Bagan 2. Triangulasi Data .................................................................
34
Bagan 3. Model Analisis Interaktif ...................................................
36
Bagan 4. Struktur Organisasi FISIP UNS .........................................
71
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jurusan dan Program Studi di FISIP UNS .......................
51
Tabel 2. Jumlah Dosen FISIP UNS berdasarkan Jurusan Tahun 2009 ......................................................................
54
Tabel 3. Jumlah Pegawai Administrasi FISIP UNS ......................
57
Tabel 4. Data Mahasiswa FISIP UNS tahun 2005-2009 ...............
60
Tabel 5. Fasilitas Penunjang Tata Tertib Berpakaian ....................
69
\
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR MATRIK
Matrik 1. Pemahaman Informan terhadap Tata Tertib Berpakaian di FISIP UNS .................................................................
82
Matrik 2. Penilaian Dosen terhadap derajat kepatuhan mahasiswa terhadap tata tertib berpakaian .......................................
87
Matrik 3. Pelanggaran Mahasiswa FISIP UNS terhadap tata tertib berpakaian ......................................................
90
Matrik 4. Kesesuaian gaya pakaian kuliah mahasiswa FISIP UNS dengan etika ................................................
94
Matrik 5. Sikap dosen terhadap mahasiswa yang gaya pakaiannya tidak sesuai dengan etika di kampus ..............................
101
Matrik 6. Gaya pakaian yang diinginkan mahasiswa ....................
107
Matrik 7. Gaya pakaian kuliah mahasiswa yang diharapkan dosen
109
Matrik 8. Petugas penegak tata tertib berpakaian FISIP UNS .......
113
Matrik 9. Efektifitas fasilitas tata tertib berpakaian mahasiswa ....
122
Matrik 10. Cara meningkatkan efektifitas fasilitas tata tertib Berpakaian mahasiswa FISIP UNS................................
126
Matrik 11. Sanksi pelanggaran tertib berpakaian kepada mahasiswa di FISIP UNS ...............................................
commit to user
xiv
131
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peringatan tertib berpakaian di loby gedung 1.... .........
63
Gambar 2. Peringatan di pintu masuk ruang TU ...........................
63
Gambar 3. Peringatan di pintu ruang dekanat ................................
64
Gambar 4. Peringatan di pintu ruang jurusan Sosiologi ................
64
Gambar 5. Peringatan di papan pengumuman Ilmu Komunikasi ..
65
Gambar 6. Mahasiswa memakai sandal .........................................
66
Gambar 7. Mahasiswa memakai sandal .........................................
66
Gambar 8. Mahasiswa memakai kaos oblong................................
67
Gambar 9. mahasiswa memakai kaos oblong ................................
67
Gambar 10. Peringatan tertib berpakaian di loby gedung 1.... .......
80
Gambar 11. Peringatan di pintu masuk ruang TU .........................
81
Gambar 12. Peringatan di pintu ruang dekanat ..............................
81
Gambar 13. Peringatan di pintu ruang jurusan Sosiologi ..............
81
Gambar 14. Peringatan di papan pengumuman Ilmu Komunikasi
82
Gambar 15. Mahasiswa memakai kaos oblong .............................
96
Gambar 16. Mahasiswa memakai sandal .......................................
96
Gambar 17. Mahasiswa memakai sandal .......................................
96
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
DESTA ARIYANI ASTUTI, 2010, D0306029. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. PEMAKNAAN DOSEN TERHADAP GAYA PAKAIAN KULIAH MAHASISWA FISIP UNS Tujuan penelitian ini adalah untuk Mmengetahui pamaknaan dosen terhadap gaya pakaian kuliah dan tindakan dosen sebagai dampak dari pemaknaan terhadap gaya pakaian kuliah mahasiswa FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dalam menggali data-data dari lapangan, yaitu melalui teknik wawancara mendalam, dan observasi langsung. Data primer diperoleh dari hasil wawancara. Untuk menguji validitas data digunakan triangulasi data yaitu merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu seperti dokumentasi gambar. Triangulasi mencerminkan suatu upaya untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai fenomena yang sedang diteliti. Pengambilan sampel penelitian ini adalah melalui purposive sampling yaitu pemilihan sampel secara sengaja dengan maksud menemukan apa yang sesuai dengan tujuan penelitian. Sebagai respondennya adalah 7 orang mahasiswa, 4 orang dosen, 4 orang pimpinan dan unsur akademik (jurusan), dan 3 orang pegawai pelaksana administrasi FISIP UNS. Dari serangkaian data di lapangan dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian mahasiswa tidak begitu memahami bagaimana etika berpakaian yang berlaku di kampus FISIP UNS yakni Surat keputusan Rektor No. 487A/J27/KM/2005 dalam Tata Tertib Kehidupan Mahasiswa sub F dijelaskan pula tentang tata tertib busana dan etika kesopanan yang berlaku dalam masyarakat yang menganut adat ketimuran. Dosen dan mahasiswa sendiri menilai bahwa mahasiswa sebagian besar belum mematuhi etika berpakaian yang berlaku di FISIP UNS. Faktor penyebab mahasiswa tidak mengikuti etika berpakaian dikarenakan mahasiswa mengikuti tren berpakaian, ingin santai, tidak ingin dianggap ketinggalan jaman, dan rendahnya minat membaca aturan yang sudah dipasang di berbagai tempat di FISIP UNS. Gaya pakaian kuliah yang diharapkan dosen dan mahasiswa adalah kemeja, kaos berkerah, pakaian yang tidak terlampau ketat atau terbuka, celana rapi dan bersih, serta memakai sepatu. Mahasiswa boleh mengikuti tren pakaian yang sedang marak asalkan sopan dan rapi sesuai etika yang berlaku di kampus. Pakaian kuliah merupakan cerminan dan ekspresi pribadi mahasiswa. Namun sebagai masyarakat terdidik mahasiswa hendaknya mencitrakan dirinya sebagai mahasiswa yang santun melalui pakaian kuliahnya. Kata kunci: fashion, pemaknaan, etika commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bekal bagi seseorang yang tidak ternilai harganya. Seseorang akan lebih bermartabat, bernilai, dihargai, dan dihormati karena pendidikan. Perguruan tinggi merupakan institusi yang melahirkan banyak ahli, profesional, dan tenaga terlatih sesuai bidangnya. Perguruan tinggi selain memberi pengetahuan akademis dan keterampilan, juga membangun
jiwa
sosial
dan
jaringan
pertemanan,
menjadi
sarana
mengembangkan diri dan kreativitas seseorang. Perguruan tinggi juga membantu menggembleng dan memperkuat mental, fisik, disiplin, dan rasa tanggung jawab, juga membentuk jiwa spiritual seseorang. Sebagai pencetak akademisi, perguruan tinggi juga menanamkan nilainilai dan norma yang mengandung moral dan etika. Dalam etika dan moral terdapat tanggung jawab, nilai dan norma, hak dan kewajiban, serta terbentuknya manusia yang baik yang diterima lingkungan sosialnya. Di dalam perguruan tinggi etika dan moral diajarkan melalui mata kuliah secara langsung, melalui peraturan kampus, maupun secara tidak langsung melalui sosialisasi dan interaksi antar sivitas akademika. Perguruan tinggi atau lazim disebut kampus merupakan sebuah wadah yang terdiri atas beribu-ribu macam karakter manusia. Tidak semua
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mahasiswanya akan menanamkan etika dan moral yang diajarkan di bangku kuliah. Apalagi saat ini, orang lebih tertarik pada kekebasan daripada keterikatan. Mahasiswa lebih bebas melanggar peraturan, bebas bertindak dan bersikap seperti apa yang diinginkan. Padahal sesungguhnya mahasiswa yang mengindahkan peraturan akan merasa lebih nyaman dan mudah melakukan urusan yang berkaitan dengan birokrasi kampus. Lebih penting lagi, mahasiswa yang mematuhi peraturan kampus secara tidak langsung membentuk kepribadian pada masa depannya Perubahan yang nampak saat ini dan mempengaruhi sikap mahasiswa adalah perubahan gaya hidup maupun tata perilaku. Mereka lebih memikirkan diri sendiri bila dibanding lingkungan sekitarnya. Makin tinggi pendidikan seseorang, akan diikuti makin baiknya sikap dan perilaku orang tersebut. Pernyataan tersebut akan menjadi suatu kenyataan, jika dalam proses perkuliahan ada suatu perlakuan yang mengarah pada sikap dan perilaku yang baik. Banyak mahasiswa masih bersikap, berpakaian, bertutur kata, dan berperilaku yang kurang menunjukkan figur seorang mahasiswa. Kebebasan yang sangat sering dilakukan mahasiswa di lingkungan kampus maupun saat kuliah adalah kekebasan berpakaian. Mahasiwa tidak lagi mengindahkan etika berpakaian yang sudah ditetapkan kampus. Banyak mahasiswa memakai kaos oblong, sandal jepit, celana robek dan pakaian ketat saat
kuliah.
Mungkin
tidak
semua
dosen
memperhatikan
pakaian
mahasiswanya, namun sebagian besar lain, dosen tidak suka melihat
commit to user 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mahasiswa memakai pakaian yang santai. Mahasiswa yang berpakaian santai dianggap tidak sopan, bahkan tidak beretika. Ukuran sopan-tidak sopan, pantas-tidak pantas memang relatif bagi tiap individu. Selama norma di kampus mengatakan bahwa memakai kaos oblong, sandal , busana serba terbuka, celana jeans yang ketat atau disebut celana pensil sedangkan mahasiswi memakai rok mini dan pakaian ketat atau pakaian sedikit terbuka adalah perilaku yang tidak sopan, maka siapapun tidak dibenarkan menggunakannya di area kampus. Karena area kampus dan proses perkuliahan mempunyai norma yang harus ditaati semua unsurnya sebagai acuan dalam berperilaku di kampus. Persis seperti semboyan kaos oblong Dagadu ” Smart and Smile “, kaos oblong mengajarkan bagaimana hidup modern harus dijalani: berpenampilan cerdas, ringkas, tangkas, sekaligus santai. Hidup dengan segala tetek-bengeknya yang rumit ternyata tidak harus dijalani dengan rumit pula, melainkan bisa dijalani dengan “seperlunya dan santai”. Dalam perspektif ini, papan pengumuman di kampus-kampus yang berbunyi “Dilarang memakai kaos dan sandal” adalah warisan dari kehidupan masa lalu yang “serius” dan sebentuk “pendisiplinan gaya”, yang tidak lagi cocok dengan semangat smart and smile. Karena itu mahasiswa tetap saja berkaos oblong di kampus, pertama-tama bukan untuk menunjukkan perlawanan langsung mereka kepada aturan hidup yang lama, melainkan untuk menunjukkan bahwa diri mereka sendirilah yang paling berhak atas penampilannya. Dan bagaimana mereka
commit to user 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
harus berpenampilan, salah satunya ditentukan oleh resepsi mereka terhadap media massa, yang juga mengajarkan smart and smile (misalnya semboyan iklan telepon genggam Nokia seri 3210, “Begitu kecil, begitu cerdas”). Jadi hidup modern dijalani dengan semangat mengisi waktu senggang. Inilah yang disebut estetikasi kehidupan sehari-hari yang mencirikan kehidupan modern (di mana “yang etis” bergeser menjadi “yang estetis”). Semangat kehidupan modern
sebenarnya
adalah
semangat
kaos
oblong.
(http://kunci.or.id/articles/menjadi-modern-dengan-kaos-oleh-antariksa/) Petikan artikel diatas merupakan salah satu contoh betapa banyak fenomena mahasiswa yang berkuasa atas penampilannya tanpa mengindahkan norma yang ada. Hal ini menimbulkan pandangan negatif masyarakat luas. Orang berpendidikan harusnya berpenampilan rapi dan sopan. Mahasiswa yang berpakaian santai dan tidak sopan tidak mencerminkan bahwa mereka adalah orang yang berpendidikan. Roro Putri (2009) berpendapat bahwa pada era globalisasisaat ini mahasiswa sudah mempunyai respect lagi terhadap kampus. Mahasiswa memakai pakaian yang sangat tipis, yang lebih pantas dikenakan saat tidur. Mahasiswa juga memakai pakaian yang terlampau ketat yang juga tidak sopan bila dikenakan saat kuliah. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa sudah tidak
lagi
menghormati
kampus
(www.google.com/roroputri)
commit to user 4
sebagai
institusi
pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mahasiswa FISIP UNS juga senantiasa mengikuti perubahan termasuk perubahan trend fashion. Mahasiswa tidak akan dianggap ketinggalan jaman jika berpakaian sesuai dengan tren yang sedang marak. Cara berpakaian mahasiswa saat kuliah belum tentu mengindahkan norma yang ada. Hal ini jelas melanggar Surat Keputusan Rektor No. 487A/J27/KM/2005 tentang Tata Tertib Kehidupan Mahasiswa di Universitas Sebelas Maret mengenai kewajiban mahasiswa salah satunya yakni berpakaian sopan dan tertib sesuai dengan ketentuan yang berlaku di universitas. Pemaknaan dosen FISIP UNS mengenai gaya pakaian kuliah mahasiswa mungkin akan sangat beragam. Banyak hal yang mempengaruhi dosen FISIP UNS mengenai gaya pakaian kuliah mahasiswa FISIP UNS mungkin beragam. Bagaimana dosen FISIP UNS menyikapi gaya pakaian kuliah mahasiswa, dapat ditarik persepsi untuk mendapatkan sebuah kesimpulan.
B. Rumusan Masalah Latar belakang masalah di atas menggambarkan fenomena yang terjadi dalam lingkungan kampus yakni adanya kecenderungan kebebasan berpakaian pada saat kuliah maupun di lingkungan kampus FISIP UNS. Banyak mahasiswa yang mengenakan kaos oblong, sandal, celana robek dan pakaian ketat saat kuliah atau di lingkungan kampus. Hal ini jelas menyalahi Surat Keputusan Rektot No. 487A/J27/KM/2005 dalam Tata Tertib Kehidupan
commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mahasiswa sub F mengenai kewajiban mahasiswa salah satunya yakni berpakaian sopan dan tertib sesuai dengan ketentuan yang berlaku di universitas. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka muncul rumusan masalah yang harus dipecahkan. Adapun rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut.
1. “Bagaimana pamaknaan dosen terhadap gaya pakaian kuliah mahasiswa?” 2. “Bagaimana tindakan dosen kepada mahasiswa sebagai dampak pemaknaan terhadap gaya pakaian kuliah mahasiswa?”
C. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pamaknaan dosen terhadap gaya pakaian kuliah mahasiswa FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Mengetahui pemaknaan mahasiswa FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta mengenai gaya pakaian saat kuliah. 3. Mengetahui tindakan dosen sebagai dampak dari pemaknaan terhadap gaya pakaian kuliah mahasiswa
FISIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Manfaat Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Untuk memaparkan fenomena gaya pakaian kuliah mahasiswa FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Sebagai bahan masukan bagi pihak terkait untuk mengambil kebijakan berkaitan dengan permasalahan etika berpakaian di kalangan mahasiswa FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
E. Tinjauan Pustaka 1. Landasan Teori Paradigma yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Paradigma Definisi Sosial dimana menempatkan Weber sebagai exemplar, terutama analisa Weber tentang tindakan. Dalam definisi sosial terkandung dua konsep dasar. Pertama konsep Tindakan sosial (social action) dan yang kedua tentang penafsiran dan pemahaman (interpretative understanding). Weber membedakan antara tindakan dengan tingkah laku pada umumnya melalui pernyataanya bahwa sebuah gerakan bukanlah sebuah tindakan kalau gerakan itu tidak memiliki makna subyektif untuk orang yang bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa seorang pelaku memiliki sebuah kesadaran akan apa yang sedang ia lakukan yang bisa dianalisis
commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
menurut
digilib.uns.ac.id
maksud-maksud,
motif-motif
dan
perasaan-perasaan
sebagaimana mereka alami. (Ritzer, 2002: 38) Tindakan sosial yang dimaksudkan Weber dapat berupa tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang lain. Juga dapat pula tindakan yang bersifat “membatin” atau bersifat subjektif yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dan situasi tertentu. Atau merupakan tindakan perulangan secara sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa. Atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu (Ritzer, 2002: 38). Weber (dalam Bachtiar, 2006: 268) setuju sosiologi berurusan dengan persoalan makna, akan tetapi dia tidak setuju bahwa sosiologi tidak memerlukan prosedur ilmiah. Sosiologi berkepentingan dengan aksi hanya sebatas aksi tersebut mengandung/memiliki makna-makna. Beberapa makna dapat berbentuk dua tipe yaitu : (1) makna yang sebenarnya ada dalam kasus konkrit, atau (2) tipe murni yang dibentuk secara teoritis dan dikenal dengan pelaku-pelaku hipotesis. Makna tidaklah harus merujuk pada sesuatu yang benar secara objektif atau suatu kebenaran dalam arti metafisik. Makna itu merupakan suatu yang disandarkan oleh pelaku di dalam situasi-situasi dan tidaklah makna situasi itu harus menurut seorang ilmuwan atau seorang metafisika. Dua pertanyaan fundamental mengenai berbagai makna merupakan hal penting bagi Weber. Pertama, seseorang haruslah menyadari tentang
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
fakta bahwa perilaku bermakna samar dalam bentuk-bentuk yang tidak bermakna. Banyak perilaku tradisional begitu biasa seakan-akan hampir tidak bermakna. Kedua, makna adalah yang lebih penting, karena pentingnya hakikat kausal dari makna: sejauh mana makna jadi kausa perilaku. Tidak bermakna itu bukan berarti identik dengan menjadi tidak adanya kehidupan atau tidak manusiawi (Bachtiar, 2006: 269). Kajian mengenai perilaku manusia menunjukkan bahwa makna hanyalah salah satu dari elemen kausa aksi. Untuk beberapa perilaku makna merupakan cerminan akan tetapi perilaku yang lainnya makna hanyalah muncul sisi yang terbaliknya saja. Terkadang pembatasan elemen bermakna dari suatu perilaku merupakan hal yang sulit. Motif yang disadari boleh jadi tersembunyi, bahkan dari pelakunya itu sendiri motif sebenarnya yang melandasi dorongan aksinya. Banyaak situasi akan tetapi sering harus dipahami atau ditafsirkan dengan sangat berbeda menurut makna yang dikandungnya (Bachtiar, 2006: 270) Verstehen merupakan upaya untuk memahami suatu tindakan sosial. Verstehen (pemahaman subjektif) adalah aspek pemikiran Weber yang paling terkenal, yang mana sebagai metoda untuk memperoleh pemahaman yang valid menganai arti-arti subjektif tindakan sosial. Menurutnya, istilah tersebut tidak hanya sekedar merupakan introspeksi. Introspeksi bisa memberikan seseorang pemahaman akan motifnya sendiri atau arti-arti subjektif, tetapi tidak cukup untuk memahami arti-arti
commit to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
subjektif dalam tindakan-tindakan orang lain. Sebaliknya, apa yang diminta adalah empati, yaitu kemampuan untuk menempatkan diri dalam kerangka berpikir orang lain yang perilakunya mau dijelaskan dan situasi serta tujuan-tujuannya mau dilihat menurut perspektif itu (Johnson, 1986: 216). Selanjutnya Johnsons (1986: 220) menerangkan bahwa rasionalitas merupakan konsep dasar bagi Weber dalam klasifikasinya mengenai tipetipe tindakan sosial. Pembedaan pokok yang diberikan adalah antara tindakan rasional dan yang nonrasional. Tindakan rasional berhubungan dengan pertimbangan sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan. Atas dasar rasionalitas tindakan sosial, Weber (dalam Johnsons, 1986: 221-222) membedakannya ke dalam empat tipe. Semakin rasional tindakan sosial itu semakin mudah dipahami. Weber menggunakan metodologi tipe idealnya untuk menjelaskan makna tindakan dengan cara mengidentifikasi empat tipe tindakan dasar, di-antaranya (1) Rasionalitas Sarana-Tujuan. Tindakan yang ditentukan oleh harapan terhadap perilaku objek dalam lingkungan dan perilaku manusia lain; harapan-harapan ini digunakan sebagai ‘syarat’ atau ‘sarana’ untuk mencapai tujuan aktoraktor lewat upaya dan perhitungan yang rasional; (2) Rasionalitas Nilai. Tindakan yang titentukan oleh keyakinan penuh kesadaran akan nilai-nilai perilaku etis, estetis, religius atau bentuk perilaku lain yang terlepas dari prospek keberhasilannya; (3) Tindakan Afektual. Ditentukan oleh kondisi
commit to user 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
emosi actor; (4) Tindakan Tradisional. Ditentukan oleh cara ber-tindak aktor yang biasa dan telah lazim dilakukan. Weber mengakui bahwa empat jenis tindakan sosial ini yang merupakan tipe ideal dan jarang bisa ditemukan di dalam kenyataan. Namun biar bagaimana pun, untuk mengetahui arti subjektif dan motivasi individu yang bertindak, yang diperlukan adalah kemampuan untuk berempati pada peranan orang lain.
2. Gaya hidup (Life Style) dan Fashion Dalam abad gaya hidup, penampilan diri itu justru mengalami estetisasi, “estetisasi kehidupan sehari-hari.” Dan, bahkan tubuh/diri (body/self) pun justru mengalami estetisasi tubuh. Tubuh/diri dan kehidupan sehari-hari pun menjdi sebuah proyek, benih penyemaian gaya hidup. “Kamu bergaya maka kamu ada!” adalah ungkapan yang mungkin cocok untuk melukiskan kegandrungan manusia modern akan gaya. Itulah sebabnya industri gaya hidup untuk sebagian besar adalah industri penampilan. Dalam ungkapan Chaney, “penampakan luar” menjadi salah satu situs yang penting bagi gaya hidup. Hal-hal permukaan akan menjadi salah satu situs yang penting daripada substansi. Gaya dan desain menjadi labih penting daripada fungsi. Gaya menggantikan substansi. Kulit akan mengalahkan isi. Pemasaran penampakan luar, penampilan, hal-hal yang bersifat permukaan atau kulit akan menjadi bisnis besar gaya hidup. (Chaney, 1996: 16)
commit to user 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mode lahir dari keinginan seseorang untuk menghias dirinya agar dapat memiliki daya tarik seksual yang lebih mendekat. Mode hanya penting di dalam masyarakat yang bersistem kelas sosial. Pada masyarakat homogen yang tidak terdeferensiasi, tidak terdapat perbedaan mode karena semua orang berdandan dan berperilaku hampir sama. Pada masyarakat yang berstrata tegak perhatian atas mode tidak diperlukan karena perbedaan telah ditentukan secara ketat. Mode hanyalah penting pada masyarakat yang bersistem kelas sosial terbuka. Orang-orang kelas sosial menengah yang aktif adalah orang-orang yang paling memperhatikan mode. Orang-orang kelas sosial atas yang sudah mapan hanya menaruh perhatian kecil terhadap mode. Bahkan mereka kadangkala berpakaian seolah-olah hanya untuk mengamankan tubuh mereka dari serangan air hujan. (Horton, 1996: 187) Fashion selanjutnya, adalah bagian dari proses aksentuasi kesadaran-waktu yang lebih umum dalam pengetian yang istimewa”. Karena warga masyarakat didorong ke dalam kesadaran akan betapa cepatnya hal-hal berubah dan arena itu betapa cepatnya kemungkinan masa depan akan terwujud, maka ada konsentrasi kesadaran sosial terhadap kesementaraan: “kita hanya menandakan seperti mode yang menghilang secapat ia muncul”. (Chaney, 1996: 103) Fashion (mode) adalah suatu topik yang layak menjadi perhatian kita karena jelas merupakan suatu cara aksi yang dirangsang oleh perkembangan aksi industri konsumen. Dinamika perubahan dalam cara-
commit to user 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
cara fashion yang berbeda begitu jelas mencerminkan proses pembentukan gaya hidup yang lebih luas. Dalam suatu masyarakat yang terstratifikasi secara sosial hal tersebut dibuat lebih kompleks oleh para elit yang mencoba untuk meninggalkan mode secepat mungkin ketika mulai ditiru oleh kelompok kelas yang lebih rendah (lower-class). Sehingga ada proses pertukaran vertikal diantara kelas-kelas, begitu juga proses horizontal di dalam suatu kelas. (Chaney, 1996: 104) Fashion tidak akan ada tanpa keberadaan proses produksi yang menyediakan
objek-objek
dan
aktivitas-aktivitas
sosial
baru
bagi
sasarannya, dan yang menciptakan wacana-wacana terkait dari kritinisme, publisitas, dan dukungan untuk menjelaskan dan membenarkan inovasiinovasi. Aspek pertama bagi fashion yang relevan, yaitu bahwa fashion menunjukkan eksistensi industri-industri konsumen dan hiburan. Aspek fashion yang kedua adalah terdapat semiotika dan dramaturgi bagi penampilan
yang
modis.
Rincian
dari
bagaimana
barang-barang
diartikulasikan dan dimanfaatkan merupakan status konstitutif refleksi modis mereka. Aspek ketiga yang merelatifkan cita rasa tersebut bahwa fashion yang paling jelas berperan sebagai mekanisme bagi inklusi dan eksklusi. Meskipun mengakui bahwa tidak ada standar absolut, pilihanpilihan lokal menunjukkan afiliasi-afiliasi dan dalam pengertian ini mengindikasikan aspek keempat arti penting fashion menjembatani antara identitas sosial dan personal: “Fashion telah menjadi sumber utama
commit to user 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
identifikasi personal; akibatnya, ini berarti bahwa kita telah belajar menghargai citra tentang bagaimana kita tampil, bagaimana kita bergaya, yaitu pribadi yang modis” (Chaney, 1996: 215). Fashion, pakaian, dan komunikasi. Fashion dan pakaian adalah bentuk komunikasi nonverbal karena tidak menggunakan kata-kata lisan atau tertulis. Kiranya benar secara intuitif untuk menyatakan bahwa seseorang mengirimkan pesan tentang dirinya sendiri melalui fashion dan pakaian yang dipakainya. Berdasarkan pengalaman sehari-hari, pakaian dipilih sesuai dengan apa yang dilakukan pada hari itu, bagaimana suasana hati seseorang, siapa yang akan ditemuinya dan seterusnya, tampaknya menegaskan pandangan bahwa fashion dan pakaian dipergunakan untuk mengirimkan pesan tentang diri seseorang kepada orang lain. (Barnard, 1996: 39-42). Fashion, pakaian, dan budaya. Fashion dan pakaian, sebagai komunikasi, merupakan fenomena kultural yang di dalam budaya tersebut bisa dipahami sebagai satu sistem penandaan, sebagai cara bagi keyakinan, nilai-nilai, ide-ide dan pengalaman dikomunikasikan melalui praktikpraktik, artefak-artefak, dan institusi-institusi. Fashion, pakaian, kekuasaan, dan ideologi. Sebagai fenomena kultural, fashion dan pakaian bisa dipahami sebagai praktik-praktik dan institusi-institusi yang di dalamnya relasi kelas dan perbedaan kelas dibuat memiliki makna.karena itu, fashion dan pakaian bukan hanya maerupakan
commit to user 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
cara bagi kelompok-kelompok sosial dibentuk sebagai kelompok sosial dan menjadi cara bagi kelompok itu mengkomunikasikan identitasnya. Karena ada juga aspek lain ideologi, yakni menjamin berfungsinya satu posisi dominan dan didominasi di dalam suatu tatanan sosial (Barnard, 1996: 5459).
Fungsi fashion dan pakaian : a. Perlindungan Pakaian melindungi tubuh mulai dari dingin, panas, kecelakaan tak terduga hingga tempat dan olahraga berbahaya, musuh manusia atau hewan, dan bahaya-bahaya fisik atau psikologis. b. Kesopananan dan Penyembunyian. Hal-hal yang berkenaan dan berkaitan dengan kesopanan merupakan alasan utama untuk mengenakan pakaian memiliki beberapa kemiripan dengan argumen-argumen yang dikemukakan di atas yang berkenaan dengan perlindungan. Argumen untuk kesopanan beredar di seputar ide bahwa bagian tubuh tertentu adalah tak senonoh atau memalukan dan hendaknya ditutupi sehingga tak kelihatan. c. Ketidaksopanan dan Daya Tarik Motivasi mengenakan pakaian adalah tepatnya ketidaksopanan dan eksihibisionisme. Orang menegaskan bahwa tugas pakaian adalah untuk menarik perhatian pada tubuh dan bukan untuk mengalihkan atau menolak perhatian itu. Karena itu, tubuh menjadi lebih terbuka sesuai dengan argumen ketidaksopanan, dan bukannya disembunyikan atau disamarkan, seperti menurut argumen kesopanan. d. Komunikasi Roach dan Eicher menunjukkan, misalnya, bahwa fashion dan pakaian secara simbolis mengikat satu komunitas. Hal ini menunjukkan bahwa kesepakatan sosial atas apa yang dikenakan merupakan ikatan sosial itu sendiri yang pada gilirannya akan memperkuat ikatan sosial lainnya. e. Ekspresi Individualistik Fashion dan pakaian adalah cara yang digunakan individu untuk membedakan dirinya sendiri sebagai individu dan
commit to user 15
perpustakaan.uns.ac.id
f.
g.
h.
i.
j.
k.
digilib.uns.ac.id
menyatakan beberapa bentuk keunikannya. Pakaian yang langka, baik karena sudah sangat tua atau sangat baru, misalnya mungkin digunakan untuk menciptakan dan mengekspresikan keunikan individu. Nilai Sosial atau Status Pakaian dan fashion sering digunakan untuk menunjukkan nilai sosial atau status, dan orang kerap membuat penilaian terhadap nilai sosial atau status orang lain berdasarkan apa yang dipakai orang tersebut. Definisi Peran Sosial Pakaian dan fashion pun digunakan untuk menunjukkan atau mendefinisikan peran sosial yang dimiliki seseorang. Pakaian dan fashion itu diambil sebagai tanda bagi orang tertentu yang menjalankan peran tertentu pula sehingga diharapkan berperilaku dalam cara tertentu. Sudah dikemukakan bahwa pakaian yang berbeda, dan jenis pakaian yang berbeda memungkinkan adanya interaksi sosial yang berlangsung mulus dibanding kebalikannya. Nilai Ekonomi atau Status Status ekonomi berkaitan dengan posisi di dalam suatu ekonomi. Bagian ini kan melihat cara-cara fashion dan pakaian menunjukkan peran-peran produksi atau kedudukan di dalam suatu ekonomi. Fashion dan pakaian merefleksikan statusnya di dalam ekonomi itu. Simbol politis Orang-orang ini mengadaptasi fashion dan pakaiannya guna mencoba merefleksikan peran-peran baru di kalangan kelompok-kelompok sosial yang berbeda. Jadi, upaya untuk merubah relasi kekuasaan di kalangan ras-ras yang berbeda dan jenis kelamin yang berbeda diekspresikan atau direfleksikan dalam butir-butir fashion dan pakaian. Kondisi Magis-Religius Pemakaian pakaian untuk menunjukkan hal-hal seperti keyakinan dan kekuatan keyajkinan. Jadi, baik dikenakan secara permanen maupun secara berkala, busana dan pakaian bisa menunjukkan hal-hal seperti keanggotaan, atau afiliasi, pada kelompok atau jamaah kelompok agama tertentu. Ritual Sosial Fashion dan pakaian akan dipandang hanya dalam artian cara yang digunakan untuk menandai awal dan akhir ritual, dan untuk membuat pembedaan antara yang ritual dan nonritual.
commit to user 16
perpustakaan.uns.ac.id
l.
digilib.uns.ac.id
Rekreasi Fashion dan pakaian yang mungkin digunakan sebagai rekreasi atau menunjukkan awal atau akhir masa rekreasi. Yang disebut lebih dulu membutuhkan waktu atau uang dan waktu, dalam hal ini, akan mulai berfungsi sebagai suatu indikator kelas sosial. (Barnard, 1996: 74-97)
Harus dicacat bahwa sebelumnya, tidak sedikit karyawan dan pelajar Muslimah berjilbab yang dipermasalahkan dan bahkan diusir dari tempat kerja dan sekolahnya. Akan tetapi, pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, ketika jilbabisasi merambah keluarga kelas menengah-atas, berbondong-bondonglah anak dan istri pejabat dan pengusaha yang mengenakan jilbab. Sejak itu, busana Muslimah menjadi trendi dan memakai
jilbab
mulai
mencapai
prestise
tertentu,
mungkin
mengomunikasikan hasrat menjadi orang modern yang saleh dan sekaligus menjadi Muslim yang modern. (Barnard, 1996: xi-xii). Pakaian sekolah atau kuliah mempunyai tata krama atau tata cara yang sopan sesuai dengan aturan-aturan bepakaian yang ada di sekolah atau di kampus. Pakaian kuliah adalah pakaian dengan model semi resmi pakaian kerja baik berupa rok, blus, celana dan kemeja yang biasanya dengan syarat-syarat tertentu sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi. (Purwanti, 2007: 20) Interpretations of fashion’s gendered meanings were contradictory. On one hand, some Ameri-cans understood the less cumbersom styles now gaining in popularity to be symbolic of women’s political, economic, and social progress.4Ameri-can women
commit to user 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
were increasingly active in the public sphere via higher education, employment, and political activism. Many perceived a woman’s increasing ability to move comfortably in her cloth-ing to be both a product and a cause of her nascent political, and economic power (Standish187, 195–96; Steele, 234–37). Meanwhile, female fashions had become connected to sexuality in the popular imagination. Christina Simmons argues that in contrast to earlier understandings of female eroticism, which were based primarily on wo-men’s sexual availability within marriage, the model romoted in the 1920s was centered on premarital sexual assertiveness (158). Many Ameri-cans felt that the comparatively revealing clothing and visible cosmetics worn by young women were the cause, or at least a consequence, of this new conception of female sexuality (Fass 280–86;Peiss 154; Steele 237). Carolyn Kitch, James McGovern, and Maureen Turim have demon-strated how such debates originated in the 1900s and 1910s with the icons of the Gibson Girl and the vamp. However, they assumed a particular fervency in the 1920s as public attention fixed on the flapper, who represented the modern young woman in both behavior and appearance (Hirshbein 114). As cultural critics considered the meanings of women’s fashion choices, so too did individual women, through both public debate and personal decisions. Those who attended Smith joined their peers at other women’s colleges in being at the forefront of changing gender and sexual roles (Solomon 157). Attending college was still rela-tively unconventional; only seven percent of American women aged eighteen to twenty-one did so in 1920, increasing to ten percent by 1930; women made up 47.3 percent of the US college student population in 1920 and 43.7 percent in 1930 (Solomon 63–64). However, as numbers grew, especially among women from upper- and uppermiddle-class families, they led to an in-creased social acceptance for women’s higher education. Margaret Lowe notes that most Smith students in the 1920s were white, Protestant, and middle- or uppermiddle class; about ten percent were Catholic or Jewish and a small number were African American (‘‘From Robust Appetites to Calorie Counting’’ 37). The normalization of col-lege attendance encouraged more conventional gender and sexual models for college women, particularly when combined with a growing na-tional perception that single women and romantic female friendships were deviant. While academic pursuits were still emphasized, both peer and in-stitutional pressure urged students to turn away from relationships with women in favor of rela-tionships with men. Dating fundamentally trans-formed life at women’s colleges after World War I as student attention shifted away from the college community (Horowitz 282–85).
commit to user 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
All these trends informed the debate that oc-curred at Smith over the appearance of the college woman. The clothing styles worn on campus ranged from practical skirts and sweaters for classes to formal dresses for prom and other social activities (Figure 1), garments that were either purchased or sewn by students or their mothers (Van Cleave 56). Most significantly, this daily dressing took place in an era when clothing and style seemed remarkably laden with political and social meaning. (http://www3.interscience.wiley.com/journal/123326785)
3. Etika Berpakaian Etika ialah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang jahat. (Ethics, the study and philosophy of human condunct, with emphasiss on the determination of right and wrong; one of the normative sciences). Etika sebagai suatu ilmu yang normatif, dengan sendirinya berisi norma dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi inilah kita dapati pemakaian etika dengan nilai-nilainya yang filosofis. (Salam, 2000: 3-4). Etiket sama halnya dengan etika. Etiket berasal dari bahasa Prancis, etiquette, yang pada mulanya berarti label, tanda pengenal, seperti apa yang kita kenal dengan tanda cap atau pengenal yang dilekatkan pada barang; etiket barang merupakan jaminan kualitas dari barang tersebut. Kemudian pengertian itu berkembang menjadi semacam persetujuan bersama untuk menilai sopan atau tidaknya seseorang dalam (satu jenis) pergaulan. (Etiquette = prescribed or conventional requirements as to social behavior.
commit to user 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Karena pada prinsipnya etiket itu juga mengandung nilai sopan santun, maka sebagai salah satu ajaran, etiket itu dimasukkan menjadi bagian dari ajaran etika, terutama Etika Sosial. (Salam, 2000: 34). Etika berpakaian adalah cara dilakukannya suatu perbuatan, mengenai boleh atau tidak memakai, mengenakan barang (baju, celana, dsb). Apa yang dipakai atau dikenakan menyesuaikan dengan norma dan nilai-nilai yang berlaku pada lingkungannya. (Wahab, 2009) Etika berbusana itu adalah suatu ilmu yang memikirkan bagaimana seseorang dapat mengambil sikap dalam berbusana tentang model, warna, corak atau motif, mana yang tepat, baik sesuai dengan kesempatan, kondisi dan
waktu serta norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Menerapkan etika berbusana dalam kehidupan manusia perlu memahami tentang kondisi lingkungan, budaya dan waktu pemakaian yaitu dimana kita berada dan dalam kesempatan apa kita mengenakan busana tersebut. Untuk hal itu baik jenis, model, warna, corak busana perlu disesuaikan dengan ke tiga hal tersebut, agar seseorang dapat diterima dilingkungan masyarakat. Untuk menerapkan etika berbusana sesuai kesempatan perlu mengetahui busana mana yang tepat dan sesuai dipergunakan. (Widjiastuti, 2007: 3334) But he also said he thinks discipline, achievement and climate are all linked to dress. "These days, a school has to create the most optimum environment for learning that you can. ... The intangible effect is it creates a better environment." Some parents and students have already complained that the dress code limits
commit to user 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
personal expression, he said. His reaction is: "Who you are should be defined by your behavior and not how you're dressed." Even if the proposal doesn't move forward, Coveleski said, he believes schools in the district could do a better job of enforcing the current dress code. Julia O'Neal, 14, who will be attending Sussex Technical High School when school resumes, said many schools already ban flip-flops, but youths wear them anyway with no repercussions. Enforcement is a key element of any dress code, both Mitchell and Bunting said. Some teachers have been reluctant to say anything. The difficult situations include male teachers saying something to female students about excessive cleavage or suggestive slogans written across the back of shorts or sweat pants. "It's a very, very touchy thing," Mitchell said. In the Indian River district, the new code takes effect the first day of school, Sept. 4. Under the new code, teachers will be looking for violations in homeroom and will send possibleviolators to the school office for action."The key to all of this is enforcement," Mitchell said. "It's going to have to be enforced by theteachers from the get-go." (http://www.udel.edu/anthro/ackerman/Dress%20codes%20get%20t ough%20on%20teenage%20fashions.pdf)
Di Universitas Sebelas Maret sendiri ada tata tertib yang mengatur kehidupan mahasiswa di kampus. Tata tertib kehidupan mahasiswa adalah ketentuan yang mengatur tentang kehidupan mahasiswa yang mengatur tentang kehidupan mahasiswa yang dapat menciptakan suasana kondusif dan menjamin keberlangsungannya proses belajar mengajar secara terarah dan teratur Tata tertib kehidupan mahasiswa ini telah diatur dalam Surat Keputusan Rektot No. 487A/J27/KM/2005 dalam Tata Tertib Kehidupan Mahasiswa sub F dijelaskan pula tentang tata tertib busana yakni sebagai berikut:
commit to user 21
perpustakaan.uns.ac.id
a.
digilib.uns.ac.id
Setiap mahasiswa harus berpakaian sopan dan rapi sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
b.
Jenis dan macam pakaian disesuaikan dengan kegiatan yang sedang dilaksanakan.
c.
Mahasiswa dilarang mengenakan kaos oblong dan sandal pada saat kegiatan kulikuler di dalam ruang kuliah.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik juga menginduk tata tertib Universitas mengenai tata tertib berbusana bagi mahasiswa. Pada beberapa tempat seperti lobi gedung 1, lobi gedung 2, ruang dekan, ruang TU juga terdapat tulisan mengenai larangan mengenakan kaos oblong dan sandal jepit serta berpakaian sopan bagi mahasiswa untuk masuk di lingkungan FISIP UNS. Akan tetapi, peraturan tidak sepenuhnya diindahkan oleh mahasiswa. Banyak mahasiswa mengenakan kaos oblong dan sandal jepit saat kuliah dan saat berada dalam lingkungan FISIP UNS saat kegiatan kulikuler. Namun banyak juga mahasiswa yang mengenakan pakaian rapi dan sopan sesuai ketentuan tata tertib di lingkungan kampus. Apabila seseorang membicarakan masalah berfungsinya hukum dalam masyarakat, maka biasanya pikiran diarahkan pada kenyataan apakah hukum tersebut benar-benar berlaku atau tidak. Masalahnya kelihatannya sangat sederhana padahal, dibalik kesederhanaan tersebut ada hal-hal yang cukup merumitkan. Sebab, agar suatu kaedah hukum atau peraturan tertulis
commit to user 22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
benar-benar berfungsi, senantiasa dapat dikembalikan pada paling sedikit empat faktor, yaitu :
a.
Kaedah hukum atau peraturan itu sendiri.
b.
Petugas yang menegakkan atau yang menterapkan. Petugas penegak hukum mencakup ruang lingkup yang sangat luas, oleh karena menyangkut petugas-petugas pada strata atas, menengah, dan bawah. Yang jelas adalah, bahwa di dalam melaksanakan tugas-tugasnya, petugas seyogianya harus mempunyai pedoman, antara lain peraturan tertulis tertentu yang mencakup ruang lingkup tugas-tugasnya.
c.
Fasilitas yang diharapkan akan dapat mendukung pelaksanaan kaedah hukum. Secara sederhana fasilitas dapat dirumuskan, sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Ruang lingkupnya adalah terutama sarana fisik yang berfungsi sebagai faktor pendukung.
d.
Warga masyarakat yang terkena ruang lingkup peraturan tersebut. (Soekanto dan Mustafa Abdullah, 1981: 13-18)
F. Kerangka Berpikir Pemaknaan adalah proses memahami suatu fenomena tertentu untuk diterjemahkan agar bisa dikomunikasikan kepada orang lain. Manusia juga memaknai etika yang berlaku dalam lingkungan sosial. Etika yang berlaku
commit to user 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada suatu lingkungan sosial seperti lingkungan kampus adalah etika berpakaian. Pemaknaan terhadap etika berpakaian dapat diukur dengan melihat gaya pakaian mahasiswa saat kuliah. Banyak mahasiswa yang berpakaian sopan namun ada pula mahasiswa yang berpakaian kurang sopan. Sopan atau tidak sopan seorang mahasiswa dilihat melalui gaya pakaian saat kuliah merupakan hasil interpretasi mahasiswa terhadap etika berpakaian kuliah yang berlaku dalam lingkungan kampus yang berwujud peraturan atau tata tertib kampus. Mahasiswa laki-laki biasanya mengenakan kaos oblong, sandal jepit, dan celana robek saat kuliah, dan hal ini dianggap tidak sopan dan melanggar aturan berpakaian di kampus. Sedangkan mahasiswi mengenakan pakaian ketat, kaos oblong, dan sepatu sandal juga dianggap tidak sopan. Gaya pakaian mahasiswa FISIP UNS yang demikian ini tidak hanya dipakai saat kuliah saja, tetapi saat mengurus administrasi maupun saat berkepentingan di ruang dosen. Hal ini adalah sebuah tindakan yang melanggar aturan atau tata tertib kampus dalam sopan santun berpakaian. Ukuran sopan atau tidak sopan mengenai gaya pakaian kuliah mahasiswa FISIP UNS juga dapat diketahui dari pemaknaan dosen terhadap gaya pakaian kuliah mahasiswanya. Jadi, dalam kerangka berpikir ini penulis penempatkan pemaknaan dosen atas atas obyek yakni etika berpakaian dan gaya pakaian kuliah mahasiswa. Akan tetapi dalam pemaknaannya dosen akan dihadapkan adanya
commit to user 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hubungan timbal balik antara etika berpakaian dan gaya berpakaian kuliah mahasiswa. Dari uraian diatas dapat digambarkan kerangka berpikir dalam penelitian yang penulis lakukan sebagai berikut : Bagan I. Kerangka Berpikir
Pemaknaan dosen Etika berpakaian
Gaya pakaian kuliah mahasiswa
G. Definisi Konsep 1.
Pemaknaan Tomp
Campbell
(dalam
Effendi,
2003:
56)
menyebutkan
terminologi pemaknaan diambil dari penjelasan Weber mengenai tindakan sosial. Tindakan sosial individu selalu dimuati oleh makna subyektif yang dilekatkan oleh individu tersebut. Bagi Weber tugas sosiologi adalah mengusahakan pemahaman interpretative mengenai tindakan sosial. Keharusan untuk menggunakan cara kerja pemahaman interpretatif (verstehen) itu mengingat bahwa tindakan sosial menurut Weber selalu didasarkan atas makna subyektif yang dilekatkan. Pemaknaan berarti proses pemberian makna pada suatu objek.
commit to user 25
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Pakaian adalah barang apa yang dipakai (baju, celana, dsb) (www.kamusbahasaindonesia.org/pakaian)
3.
Mode (fashion) sama dengan gaya, tetapi ,mengalami perubahan lebih lambat dan bersifat tidak terlalu sepele, serta kemunculannya cenderung bersiklus (cyclical).(Horton, 1884 : 187)
4.
Fashion kerap digunakan sebagai sinonim dari istilah ‘dandanan’, ‘gaya’ dan ‘busana’’. (Barnard, 1996: 13)
5.
Etika mencari ukuran baik buruknya bagi tingkah laku manusia. Etika hendak mencari tindakan manusia yang manakah yang baik. (Bertenz, 2007:5).
6.
Etika berpakaian adalah cara dilakukannya suatu perbuatan, mengenai boleh atau tidak memakai, mengenakan barang (baju, celana, dsb). Apa yang dipakai atau dikenakan menyesuaikan dengan norma dan nilai-nilai yang berlaku pada lingkungannya. (Raudlatul Wahab, 2009).
7.
Dosen
adalah
tenaga
pengajar
pada
perguruan
tinggi.
(www.kamusbahasaindonesia.org/dosen). 8.
Mahasiswa adalah orang yang belajar di Perguruan Tinggi. (www.kamusbahasaindonesia.org/mahasiswa).
commit to user 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan interpretatif. Data penelitian ini adalah data kualitatif (data yang bersifat tanpa angka-angka dan bilangan), sehingga data lebih bersifat kategori subtantif yang kemudian diinterpretasikan dengan rujukan, acuan, dan referensi-referensi ilmiah. Tujuan penelitian kualitatif adalah bukan untuk mencari sebab akibat sesuatu, tetapi hanya berupaya memahami situasi tertentu. Prosedur penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang atau perilaku yang bisa diamati.
2. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di kampus FISIP UNS Universitas Sebelas Maret Surakarta. Alasan penulis memilih lokasi ini adalah adanya kecenderungan kekebasan berpakaian mahasiswa FISIP UNS saat kuliah maupun saat berada dalam lingkungan kampus. Padahal sudah ada tata tertib yang jelas mengatur kehidupan mahasiswa dalam buku Pedoman Pendidikan Universitas Sebelas Maret khususnya dalam berbusana yang tercantum dalam Surat Keputusan Rektot No. 487A/J27/KM/2005 tentang Tata Tertib
commit to user 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kehidupan Mahasiswa sub F dan beberapa peringatan yang terdapat pada beberapa tempat strategis di lingkungan kampus FISIP UNS.
3. Sumber data a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Dalam penelitian ini sumber datanya yakni data dari dosen mengenai pemaknaan mengenai gaya pakaian kuliah mahasiwa FISIP UNS. Data juga diperoleh dari mahasiswa FISIP UNS mengenai latar belakang, faktor-faktor yang mempengaruhi dan pemaknaan terhadap cara berpakaian kuliah
yang
secara
langsung
maupun
tidak
langsung
berpengaruh terhadap tindakan dalam lingkungan kampus. b. Data sekunder adalah data yang bersumber dari media tulis seperti buku, majalah, arsip, koran, gambar, dokumentasi hasil penelitian yang sesuai dengan tema penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum dapat dikelompokkan ke dalam dua cara yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat interaktif dan non-interaktif. (Sutopo, 2002: 58). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik non-interkatif termasuk di dalamnya meliputi :
commit to user 28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Observasi langsung Observasi berarti peneliti melihat dan mendengarkan (termasuk menggunakan tiga indera lain) apa yang dilakukan dan dikatakan atau diperbincangkan para informan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Aktivitas yang diamati terutama yang berkaitan dengan topik penelitian, tanpa melakukan intervensi atau memberi stimulus pada aktivitas subjek penelitian. (Sutopo, 2006: 126-127). Tipe observasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah observasi tidak berpartisipasi. Observasi tidak berpartisipasi adalah kegiatan pengumpulan data yang bersifat nonverbal dimana peneliti tidak berperan ganda. Peneliti berperan sebagai pengamat belaka. Dia tidak turut serta sebagai aktor yang melibatkan diri di dalam suatu kegiatan. (Slamet, 2006: 86). Observasi ini bersifat formal ataupun informal untuk mengamati secara kualitatif terutama yang menyangkut pemaknaan dosen mengenai gaya pakaian kuliah mahasiswa FISIP UNS. b. Wawancara mendalam Tujuan utama melakukan wawancara adalah untuk menyajikan konstruksi saat sekarang dalam konteks mengenai
commit to user 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tanggapan para pribadi, peristiwa, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan, dan sebagainya untuk merekonstruksi beragam hal seperti sebagai bagain dari pengalaman masa lampau, dan memproyeksikan hal-hal itu dikaitkan dengan harapan yang bisa terjadi di masa yang akan datang. (Sutopo, 2002: 58) Wawancara dilakukan untuk memperoleh data secara detail. Agar wawancara dapat mengalir dengan baik maka teknik wawancara tidak dilakukan dengan struktur yang ketat dan informal, agar informasi yang diperoleh penuh dengan kejujuran dan kedalaman yang cukup. c. Dokumentasi Pengumpulan data untuk memperoleh data sekunder dengan cara melihat kembali berbagai literatur atau dokumendokumen dan foto dokumentasi yang relevan dengan penelitian ini.
5. Teknik pengambilan sampel a. Populasi Populasi adalah keseluruhan daripada unit-unit analisis yang memiliki spesifikasi atau ciri-ciri tertentu (Slamet, 2006:40). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini
commit to user 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adalah seluruh dosen FISIP UNS, seluruh unsur pimpinan dan unsur akademik FISIP UNS, dan seluruh unsur pegawai administrasi FISIP UNS sebagai penegak tata tertib berpakaian bagi mahasiswa. Serta seluruh mahasiswa UNS sebagai masyarakat yang terkena ruang lingkup tata tertib berpakaian. b. Sampel Sampel dapat diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Artinya sampel adalah bagian dari populasi untuk mewakili seluruh polulasi. (Susanto, 2006:114) Sampel yang diambil dalam penelitian ini bukan sesuatu yang mutlak, artinya yang akan diambil dalam penelitian ini bukan mewakili populasi tapi sampel yang berfungsi untuk menggali beragam informasi serta menemukan sejauh mungkin informasi penting yang diperlukan dalam penelitian ini yang disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Dalam penelitian ini, teknik pengambilan adalah teknik sampling yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjdi sampel. Teknik samping yang dipilih penulisn dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja. Sampel
commit to user 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ditentukan berdasarkan pada ciri tertentu yang dianggap mempunyai hubungan erat dengan ciri populasi. Peneliti dengan sengaja menentukan anggota sampelnya berdasarkan kemampuan
pengetahuannya
tentang
keadaan
populasi.
(Susanto, 2005 : 120) Dalam teknik purposive samping peneliti memilih pengambilan sampel variasi maksimum dimaksudkan untuk dapat menangkap atau menggambarkan suatu tema sentral dari studi melalui informasi yang silang menyilang dari berbagai tipe responden. Cara menyusun pengambilan sampel variasi maksimum adalah sebagai berikut: Peneliti memulai dengan mengambil responden yang memiliki ciri-ciri berbeda. Peneliti memilih strategi pengambilan sampel variasi maksimum bukan bermaksud untuk menggeneralisasikan penemuannya, melainkan mencari informasi yang dapat menjelaskan adanya variasi serta pola-pola umum yang bermakna dalam variasi tersebut. (Slamet, 2006: 65-66). Misalnya dalam penelitian pemaknaan dosen terhadap gaya pakaian kuliah mahasiswa ini, peneliti dapat memilih dari empat kategori: 1) dosen yang meliputi dosen ilmu administrasi, dosen ilmu komunikasi, dan dosen sosiologi masing-masing dua dosen untuk tiap jurusan, 2) unsur
commit to user 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pimpinan dan unsur akademik fakultas yang meliputi dekan beserta pembantu dekan dan ketua jurusan atau sekretaris jurusan, 3) pegawai administrasi dari bagian pendidikan, kemahasiswaan, dan perpustakaan masing-masing 1 orang, dan 4) mahasiswa yang meliputi dua mahasiswa dari tiap jurusan.
Pemilihan
responden
purposive
dengan
dasar
pertimbangan bahwa orang tersebut kaya informasi. Sampel yang purposive ini dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan rancangan penelitian dan dapat mewakili populasi.
6. Validitas Data Keabsahan data merupakan konsep penting atas konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas), maka untuk menjamin validitas data, akan dilakukan dengan teknik triangulasi data. Triangulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik kesimpulan yang sesuai diperlukan tidak hanya dari satu cara pandang. Dari bebebarapa cara pandang akan bisa dipertimbangkan beragam fenomena yang muncul, dan selanjutnya bisa ditarik simpulan yang lebih mantab dan bisa diterima kebenarannya. (Sutopo, 2002: 79)
commit to user 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam penelitian ini triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber data, dimana triangulasi ini mengarahkan penelitian agar didalam mengumpulkan data, ia wajib menggunakan beragam data yang ada. Triangulasi memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda untuk menggali data yang sejenis. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu bisa diuji bila dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda. Bagan II. Trianngulasi data
Data
Wawancara
informan
Content analisys
dokumen / arsip
Observasi
aktivitas
(Sutopo, 2002 : 80)
7. Teknik Analisa Data Dalam proses analisis data kualitatif peneliti menggunakan tiga komponen utama, antara lain : a. Reduksi Data Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis
yang
merupakan
proses
seleksi,
pemfokusan,
penyederhanaan, dan abstraksi data dari fieldnote. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian. Dapat dinyatakan pula reduksi data adalah bagian yang mempertegas,
commit to user 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan. b. Sajian Data Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskriptif dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. c. Penarikan Kesimpulan Dari awal pengumpulan data, peneliti harus memahami apa arti dari berbagai hal yang ia temui dengan melakukan pencatatan
peraturan-peraturan,
pola-pola,
pernyataan-
pernyataan, konfigurasi yang mungkin, arahan tentang sebabakibat dan berbagai proposisi. Dari data-data yang didapatkan, kemudian diverifikasi untuk mendapatkan hasil riset yang baik. Ketiga komponen analisis data tersebut aktivitasnya berbentuk interaksi dengan proses pengambilan data sebagai proses siklus san sifat saling terkait baik sebelum, pada waktu, maupun sesudah pelaksanaan pengumpulan data yang bergerak diantara dat reduksi, sajian data dan penarikan kesimpulan.
commit to user 35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bagan 3. Model Analisis Interaktif Pengumpulan data
Reduksi data
Sajian data
Penarikan simpulan/verifikasi (Sutopo, 2002 : 91-93)
commit to user 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI DAN TATA TERTIB BERPAKAIAN MAHASISWA FISIP UNS
A. Sejarah perkembangan Universitas Sebelas Maret Universitas Sebelas Maret, diresmikan pada tanggal 11 Maret 1976 dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 10 tahun 1976, tanggal 8 Maret 1976 yang semula bernama Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret disingkat UNS, merupakan unsur dari penyatuan dari lima unsur perguruan tinggi yang ada di Surakarta pada waktu itu. Lima (5) perguruan tinggi tersebut adalah: Institut keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Surakarta, Sekolah Tinggi Olahraga (STO) Negeri Surakarta, Akademi Administrasi Niaga (AAN) Surakarta yang sudah diintegrasikan ke dalam AAN Negeri di Yogyakarta, Universitas Gabungan Surakarta (UGS) merupakan gabungan beberapa Universitas Swasta di Surakarta, (Universitas Islam Indonesia cabang Surakarta, Universitas 17 Agustus 1945 cabang Surakarta, Universitas Cokroaminoto Surakarta, Universitas Nasional Saraswati Surakarta), Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Pembangunan Nasional (PTPN) Veteran cabang Surakarta. Sesuai dengan Organisasi dan Tata Kerja yang bari yang ditetapkan dengan SK Mendiknas No. 0201/0/1995, maka Struktur Organisasi Universitas Sebelas Maret saat ini secara lengkap menjadi sebagai berikut:
commit to user 37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Rektor dan Pembantu Rektor 2. Biro Administrasi Akademik 3. Biro Administrasi Umum dan Keuangan 4. Biro Administrasi Kemahasiswaan 5. Biro Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi 6. Fakultas: a. Fakultas Sastra dan Seni Rupa b. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan c. Fakultas Hukum d. Fakultas Ekonomi e. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik f. Fakultas Kedokteran g. Fakultas Pertanian h. Fakultas Teknik i. Fakultas MIPA 7. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (digabung berdasarkan Surat Keputusan Rektor No. 649/J27/2004) 8. Unit Pelaksana teknis (UPT) : a. Perpustakaan b. Komputer c. Pelayanan dan Pengembangan Bahasa d. UNS Press
commit to user 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Laboratorium MIPA Pusat f. Pembinaan Olahraga dan Seni Mahasiswa (PORSIMA) Lambang Universitas Sebelas Maret. Lambang berbentuk bungan dengan empat daun bunga, melambangkan bangsa, maksudnya Universitas mendidik putra-putri bangsa yang kelak akan membawa keharuman tanah air. Tiga daun bunga : atas, samping kanan dan samping kiri, merupakan pengejawantahan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Satu daun bunga di bawah terdiri atas lia satuan melambangkan sila-sila pancasila. Garis pembentuk empat daun bunga dibuat secara berantai sedemikian rupa, menggambarkan kesatuan seluruh Sivitas Akademika Universitas Sebelas Maret. Bentuk putik bunga digambarkan sebagai waktu. Tulisan melingkar yang mirip aksara Jawa itu adalah candra sangkala (hitungan tahun Jawa): “Mangesti Luhur Ambangun Magara” melambangkan angka tahun 1908 atau tahun Masehi 1976. Secara keseluruhan berarti bahwa Universitas Sebelas Maret bersitacita membangun Negara dengan sifat-sifat yang luhur. Candra sangkala itu seolah-olah praba yang bersinar, Praba dalam sejarah agama dan pewayangan dipakai oleh orang suci, bijaksana, dan berbudi luhur. Pusat lambing itu adlah otak wiku digambarkan yang digambarkan sebagai nyala api, mengisyaratkan sinar keabadian ilmu pengetahuan Ini berarti bahwa Universitas Sebelas Maret ikut berperan untuk menyumbangkan Ilmu Pengetahun kepada Negara. Warna
commit to user 39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
biru laut melambangkan ikrar kesetiaan dan kebaktian kepada Negara, bangsa dan ilmu pengetahuan.
B. Visi, Misi dan Tujuan Universitas Sebelas Maret 1. Visi Uviversitas Sebelas Maret adalah : Universitas Sebelas Maret menjadi pusat pengembangan ilmu, teknologi, dan seni yang unggul di tingkat internasional dengan berlandaskan pada nilai-nilai luhur budaya Nasional. 2. Misi Universitas Sebelas Maret adalah : a. Menyelenggarakan
pendidikan
dan
pengajaran
yang
menuntut pengembangan diri dan mendorong kemandirian mahasiswa dalam memperoleh pengetahuan, keterapilan, dan sikap. b. Menyelenggarakan
penelitian
yang
mengarah
pada
penemuan baru di bidang ilmu, teknologi, dan seni. c. Menyelenggarakan kegiatan pengabdian pada masyarakat yang berorientasi pada upaya pemberdayaan masyarakat. 3. Tujuan Universitas Sebelas Maret adalah : a. Menciptakan lingkungan yang mendorong setiap warga mau belajar guna mengembangkan kemampuan diri secara optimal;
commit to user 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Menghasilkan lulusan yang bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan berbudi luhur, cerdas, terampil, dan mandiri serta sehat jasmani; c. Melahirkan temuan-temuan baru di bidang ilmu, teknologi, dan seni yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah dalam masyarakat dan untuk membangun kehidupan yang lebih baik; d. Mendiseminasikan hasil pendidikan dan pengajaran serta penelitian kedapa masyarakat sehingga terjadi transformasi secara terus menerus menuju kehidupan yang lebih modern; e. Menggali dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya nasional sebagai salah satu landasanb berpikir, bersikap dan berperilaku dalam kehidupan, baik di dalam kampus maupun diluar kampus. f. Mengembangkan pranata kehidupan yang lebih baik beradab menuju terciptanya masyarakat yang makin cerdas, terampil, mandiri, demokratis, damai dan religius; g. Mendukung terciptanya kehidupan berbangsa dan bernegara yang berdaulat, bersatu, adil, dan makmur; h. Menjadikan Universitas Sebelas Maret perguruan tinggi yang unggul di kawasan Asia pasifik pada tahun 2015.
commit to user 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Sejarah Perkembangan FISIP UNS Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret (FISIP UNS) berdiri pada tahun 1976, bersamaan dengan berdirinya Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 10 tahun 1976 Tentang Pendirian Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret, tanggal 8 maret 1976. Pada saat berdiri, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik memiliki dua jurusan, yaitu jurusan Administrasi Negara dan Jurusan Publisistik. Pada tahun 1982 , berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 tahun 1982 Tentang Susunan Organisasi Universitas Sebelas Maret, nama Fakultas Sosial Politik dirubah menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud Republik Indonesia Nomor: 017/0/1983, tanggal 14 Maret 1983 nama jurusan juga berubah. Jurusan Ilmu Administrasi dan jurusan Ilmu Komunikasi. Dengan Surat Keputusan Mendikbud Republik Indonesia Nomor 055/0/1983 tanggal 8 Desember 1983 Tentang Jenis dan Jumlah Jurusan pada Fakultas di Lingkungan Universitas Sebelas Maret, FISIP UNS menambah satu jurusan baru, yaitu Jurusan Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU). Jurusan ini khusus melayani Mata Kuliah Dasar Umum di semua Program Studi (Prodi) di lingkungan Universitas Sebelas Maret dan berada di bawah tim MKDU Universitas Sebelas Maret.
commit to user 42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 27/Dikti/Kep./1986, di FISIP UNS dibuka Program Studi Sosiologi yang mengawali penyelenggaraan perkuliahannya pada semester Juli-Desember 1986. Terakhir dengan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 66/Dikti/Kep./1988, tanggal 2 Maret 1998 Program Studi Sosiologi menjadi Jurusan Sosiologi yang merupakan Program Sarjana (S1) dan berada di bawah Dekan. Kemudian jenis dan jumlah program studi di setiap jurusan pada fakultas-fakultas di lingkungan UNS juga ditata/dibakukan berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Dikti Depdikbud R.I Nomor: 222/Dikti/Kep./1996 Tentang Program Studi pada Program Sarjana di lingkungan Universitas Sebelas Maret. Program Studi pada Jurusan Ilmu Administrasi dan Jurusan Ilmu Komunikasi masing-masing adalah Ilmu Administrasi Negara dan Ilmu Komunikasi. Dekan FISIP UNS dari tahun 1976 sampai dengan saat ini adalah : 1.
Drs. M. Sartono (tahun 1976-1980)
2.
Drs. Soeharno (tahun 1981-1986)
3.
Drs. Parwoto (tahun 1986-1987)
4.
Drs. H. Zainuddin (tahun 1987-1993)
5.
Drs. Suparnadi (tahun 1993-1995)
6.
Drs. H. Zainuddin (tahun 1995-1998)
commit to user 43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7.
Drs. Dwi Tiyanto, SU (tahun 1998-2007)
8.
Drs. Supriyadi SN, SU mulai 2007-sekarang Peningkatan daya tampung mahasiswa semakin diperluas sehingga
kini FISIP UNS mempunyai kapasitas menerima mahasiswa Program S1 ratarata 280 mahasiswa baru per tahun. Peningkatan daya tampung ini juga disertai dengan penerapan kelas pararel dalam proses perkuliahan tatap muka yang pelaksanaannya dimulai semester Januari-Juni 1990. Kualitas akademik ditingkatkan melalui pendidikan S2 dan S3 bagi tenaga pengajar, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, serta upaya lain seperti kursus-kursus, penataran, pencangkokan, dan lain-lain. Kini hampir seluruh kapasitas FISIP UNS dikerahkan guna meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
D. Visi, Misi, dan Tujuan FISIP UNS Penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi di FISIP UNS dilaksanakan dengan mengacu pada visi, misi, dan tujuan yang dirumuskan dengan melibatkan stakeholders, kemudian disusun rencana strategis untuk jangka waktu 5 (lima) tahunan. Mulai tahun 2007 semua program dan kegiatan dilaksanakan berdasarkan 3 (tiga) pilar kebijakan Pendidikan Tinggi meliputi (1). Pemerataan dan Perluasan Akses Pendidikan, (2). Peningkatan Mutu, Relevansi, dan Daya Saing, dan (3). Penguatan Tata kelola, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik.
commit to user 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Visi Sebagai Fakultas riset pengembangan ilmu dan teknologi bidang sosial dan politik bertaraf internasional berdasarkan budaya nasional. 2. Misi a. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang berkualitas di bidang ilmu sosial dan ilmu politik yang menuntut pengembangan diri dosen dan kemandirian mahasiswa dalam memperoleh kepribadian, pengetahuan, keterampilan, pemahaman kaidah kehidupan bermasyarakat. b. Menyelenggarakan penelitian ilmiah dan terapan yang berkualitas di bidang ilmu sosial dan ilmu politik serta mendeseminasi hasilhasil penelitian. c. Menyelenggarakan kegiatan pengabdian pada masyarakat yang berkualitas pada upaya pemberdayaan masyarakat.
E. Tujuan Strategis Untuk mewujudkan Visi dan melaksanakan Misi tersebut diatas, dirumuskan 6 (enam) Tujuan Strategis FISIP UNS sebagai berikut : 1. Menciptakan lingkungan yang mendorong sivitas akademika mau belajar guna mengembangkan kemampuan diri secara optimal;
commit to user 45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Menghasilkan lulusan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, dan kompeten; 3. Menghasilkan temuan-temuan baru di bidang ilmu sosial dan ilmu politik yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah dalam masyarakat dan membangun kehidupan yang lebih baik; 4. Berpikir, bersikap, dan berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang demokratis berdasarkan nilai-nilai luhur budaya nasional; 5. Berperan serta mewujudkan Universitas Sebelas Maret menjadi perguruan tinggi yang unggul di kawasan Asia Pasifik pada tahun 2015.
F. Susunan Organisasi FISIP UNS Susunan organisasi FISIP terdiri dari : (1). Unsur Pimpinan : Dekan dan Pembantu Dekan, (2). Senat Fakultas, (3). Unsur Pelaksana Akademik : Jurusan, Laboratorium, dan Kelompok Dosen, dan (4). Urusan Pelaksana Administratif : Bagian Tata Usaha 1. Unsur Pimpinan Fakultas adalah unsur pelaksana akademik yang melaksanakan sebagian tugas pokok dan fungsi universitas (UNS) yang berada di bawah Rektor.
Fakultas
mempunyai
tugas
mengkoordinasi
dan
atau
melaksanakan pendidikan akademik dan atau professional dalam satu atau
commit to user 46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
seperangkat cabang ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian tertentu. Sebagai salah satu dari sembilan Fakultas di lingkungan UNS, FISIP UNS mempunyai fungsi : a. Melaksanakan dan mengembangkan pendidikan; b. Melaksanakan penelitian untuk pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau kesenian; c. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat; d. Melaksanakan pembinaan sivitas akademika; e. Melaksanakan urusan dan tata usaha fakultas. Fakultas dipimpin Dekan yang bertanggung jawab langsung kepada Rektor. Dekan mempunyai tugas mempimpin penyelenggaraan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, membina teanga pendidikan, mahasiswa, tenaga administrasi dan administrasi fakultas. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, Dekan dibantu oleh tiga orang Pembantu Dekan, yang bertanggung jawab langsung kepada Dekan. Pembantu Dekan terdiri dari : a. Pembatu Dekan Bidang Akademik, yang selanjutnya disebut Pembantu Dekan I (PD I). PD I mempunyai tugas membantu Dekan dalam memimpin pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian
commit to user 47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kepada masyarakat. Untuk melaksanakan tugas tersebut, PD I mempunyai fungsi ; 1) Perencanaan, pelaksanaan, dan pengembangan pendidikan; 2) Pembinaan tenaga pengajar dan tenaga peneliti; 3) Penyusunan program bagi usaha pengembangan daya penalaran mahasiswa; 4) Perencanaan dan pelaksanaan kersajama pendidikan dan penelitian dengan semua unsur pelaksana di lingkungan UNS; 5) Pengelolaan data yang menyangkut pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di bidang masing-masing; 6) Kerjasama dengan semua unsur pelaksana di lingkungan UNS dalam setiap usaha di bidang pengabdian pada masyarakat serta usaha penunjangnya. b. Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum, yang selanjutnya disebut Pembantu Dekan II (PD II). PD II mempunyai tugas membantu Dekan dalam memimpin pelaksanaan kegiatan di bidang keuangan dan administrasi umum. Untuk pelaksanaan tugas tersebut, PD II mempunyai fungsi : 1) Pengelolaan keuangan; 2) Pengurusan kepegawaian; 3) Pengelolaan perlengkapan; 4) Pengurusan kerumahtanggaan dan pemeliharaan ketertiban;
commit to user 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5) Pengurusan ketatausahaan; 6) Penyelenggaraan hubungan masyarakat; 7) Pengelolaan data yang menyangkut bidang administrasi umum c. Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan, yang selanjutnya disebut Pembantu Dekan III (PD III). PD III mempunyai tugas membantu Dekan dalam memimpin pelaksanaan kegiatan di bidang pembinaan serta layanan kesejahteraan mahasiswa. Untuk melaksanakan tugas tersebut, PD III mempunyai fungsi : 1) Pelaksanaan pembinaan mahasiswa oleh seluruh staf pengajar dalam pengembangan sikap dan orientasi serta kegiatan mahasiswa antara lain dalam seni budaya dan olahraga sebagai bagian dari pembinaan civitas akademika yang merupakan sebagain dari tugas pendidikan tinggi pada umumnya; 2) Pelaksanaan
usaha
kesejahteraan
mahasiswa
serta
usaha
bimbingan dan penyuluhan bagi mahasiswa; 3) Pelaksanaan usaha pengembangan daya penalaran mahasiswa yang diprogramkan oleh PD I; 4) Penciptaan iklim pendidikan yang baik di dalam kampus dan pelaksanaan program pembinaan pemeliharaan kesatuan dan persatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
commit to user 49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Senat Fakultas Senat Fakultas adalah badan normatif dan perwakilan tertinggi di lingkungan Fakultas yang memiliki wewenang untuk menjabarkan kebijakan dan peraturan Universitas. Senat Fakultas terdiri dari guru besar, pimpinan Fakultas, Ketua Jurusan, Ketua Program Studi, dan wakil dosen. Senat Fakultas diketuai oleh Dekan yang dibantu oleh Sekretaris Senat yang dipilih diantara anggotanya. Senat Fakultas mempunyai tugas pokok: 1) Merumuskan kebijakan akademik Fakultas; 2) Merumuskan kebijakan penilaian prestasi akademik dan kecakapan serta kepribadian dosen; 3) Merumuskan norma dan tolok ukur pelaksanaan penyelenggaraan Fakultas; 4) Menilai pertanggungjawaban pimpinan Fakultas atas pelaksanaan kebijakan akademik yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam butir 1; dan 5) Memberikan pertimbangan kepada pimpinan Universitas (Rektor) mengenai calon yang diusulkan untuk diangkat menjadi pimpinan Fakultas (Dekan).
commit to user 50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Unsur Pelaksana Akademik a. Jurusan/Program Studi Jurusan/Program Studi (Prodi) adalah unsur pelaksana Fakultas dibidang studi tertentu yang berada di bawah Dekan. Jurusan/Prodi dipimpin oleh seorang Ketua Jurusan/Ketua Prodi yang dipilih dari antara Dosen menurut peraturan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, Ketua Jurusan/Ketua Prodidibantu oleh seorang Sekretaris Jurusan/Sekretaris Prodi.
Tabel 1 Jurusan dan Program Studi di FISIP UNS No. 1 2 3 4
Jenjang S1 S1 S1 D3
Jurusan Ilmu Administrasi Ilmu Komunikasi Sosiologi -
Program Studi Ilmu Administrasi Negara Ilmu Komunikasi Sosiologi Komunikasi Terapan : Terdiri dari 3 (tiga) minat utama : 1. Penyiaran (Broadcasting) 2. Periklanan (Advertising) 3. hubungan Masyarakat (Public Relation) 5 D3 Manajemen Administrasi 6 D3 Perpustakaan Sumber: Buku Pedoman FISIP UNS Tahun 2008/2009
commit to user 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Laboratorium/Studio Di
FISIP
UNS
terdapat
Laboratorium/Studio
yang
keberadaanya dibawah Jurusan/Program Studi dan Laboratorium yang keberadaanya dibawah Fakultas. 1) Laboratorium/Studio
yang
keberadaanya
dibawah
merupakan
perangkat
Jurusan/Program Studi Laboratorium/Studio
ini
penunjang pelaksanaaan pendidikan pada Jurusan/Program Studi dalam pendidikan akdemik (S1) dan/atau vokasi (D3). Laboratorium/Studio dipimpin oleh dosen yang keahliannya telah memenuhi persyaratan sesuai dengan spesifikasi laboratorium/ studio tertentu dan bertanggungjawab kepada Ketua Jurusan/ Ketua Program Studi. Laboratorim / Studio yang keberadaanya dibawah Jurusan/Program Studi di FISIP UNS terdiri dari : a) Laboratorium Kebijakan Publik dibawah Jurusan Ilmu Administrasi Negara. b) Laboratorium UCYD (Urban Crisis and Community Development) dibawah Jurusan S1 Sosiologi. c) Laboratorium yang berada dibawah Jurusan S1 Ilmu Komunikasi, terdiri dari : i. Studio Audio (Radio).
commit to user 52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ii. Studio Audio Visual (Televisi). iii. Laboratorium Multimedia/Grafis. iv. Laboratotium Fotografi. v. Laboratorium
Riset
dan
Pengembangan
Komunikasi. d) Laboratorium yang berada dibawah Program Studi D3 Komunikasi Terapan, terdiri dari : i. Laboratorim Radio. ii. Laboratorium Audio Visual. iii. Laboratorium Desain Grafis. iv. Laboratorium Fotografi. v. Laboratorium Editing. e) Laboratorium Perkantoran Mini (Mini Office) dibawah Program Studi D3 Manajemen Administrasi. f) Laboratorium Digital Library dibawah Program Studi D3 Perpustakaan. 2) Laboratorium yang keberadaanya dibawah Fakultas Laboratorium ini merupakan perangkat penunjang pelaksanaan pendidikan pada setiap Jurusan / Program Studi dalam pendidikan akademik (S1) dan/atau pendidikan vokasi (D3). Laboratorium / Studio dipimpin oleh seorang dosen yang keahliannya telah memuni persyaratan sesuai dengan
commit to user 53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
spesifikasi laboratorium tertentu dan bertanggung jawab kepada Dekan. Laboratorium yang keberadaanya dibawah Fakultas yaitu Laboratorium Komputer dan Pengembangan Teknologi Informasi.
c. Dosen Dosen adalah tenaga pengajar di lingkungan fakultas yang berbeda di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Dekan. Dosen terdiri dari atas dosen biasa, dosen luar biasa, dan dosen tamu. Jenis dan jenjang kepangkatan tenaga pengajar diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dosen mempunyai tugas utama mengajar, membimbing, dan atau melatih mahasiswa serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Tabel 2 Jumlah Dosen FISIP UNS Berdasarkan Jurusan Tahun 2009 Jurusan / Program Studi
Jumlah
%
Administrasi Negara
32
37,20 %
Komunikasi
31
36,05 %
Sosiologi
23
26,05 %
86
100 %
Jumlah
Sumber : Bagian Kepegawaian FISIP UNS Tahun 2009
commit to user 54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa Ilmu Administrasi Negara memiliki jumlah dosen terbanyak yakni 32 orang atau 37,20 % dari seluruh dosen di FISIP UNS. Sedangkan Ilmu Komunikasi memiliki jumlah dosen terbanyak kedua yakni 31 orang dengan prosentase 36,05 % dari seluruh jumlah dosen FISIP UNS. Sosiologi memiliki 23 rang dosen atau 26,05 % dari seluruh jumlah dosen FISIP UNS. 4. Unsur Pelaksana Administratif : Bagian Tata Usaha Bagian Tata Usaha adalah pembantu pimpinan Fakultas yang mempunyai tugas melaksanakan administrasi umum, perlengkapan, keuangan, kepegawaian, kemahasiswaan, dan pendidikan di Fakultas. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi : a. Melaksanakan administrasi umum dan perlengkapan; b. Melaksanakan administrasi keuangan; c. Melaksanakan administrasi pendidikan; d. Melaksanakan administrasi kemahasiswaan. Bagian Tata Usaha mempunyai empat Sub Bagian yang meliputi : a. Sub Bagian Umum dan Perlengkapan mempunyai tugas: 1) Melakukan urusan tata usaha; 2) Melakukan urusan rumah tangga; 3) Melakukan urusan perlengkapan.
commit to user 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian mempunyai tugas: 1) Melakukan administrasi keuangan; 2) Melakukan administrasi kepegawaian. c. Sub Bagian Pendidikan mempunyai tugas: 1) Melakukan administrasi pendidikan; 2) Melakukan administrasi penelitian; 3) Melakukan administrasi pengabdian kepada masyarakat. d. Sub Bagian Kemahasiswaan mempunyai tugas: 1) Melakukan administrasi kemahasiswaan; 2) Melakukan administrasi alumni. Tabel 3 Jumlah Tenaga Administrasi FISIP UNS Jenis Kelamin
Jumlah
%
Laki-laki
30
71,43 %
Perempuan
12
28,57 %
42 100 % Jumlah Sumber : Bagian Kepegawaian FISIP UNS Tahun 2008
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah pegawai administrasi laki-laki di FISIP UNS sangat besar, yakni 30 orang atau 71,43 % dari jumlah seluruh pegawai. Sedangkan jumlah pegawai adinistrasi perempuan hanya sepertiga dari keseluruhan pegawai yaitu 12 orang atau 28,57 % dari seluruh jumlah pegawai di FISIP UNS.
commit to user 56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Unsur Lain a. Perpustakaan Perpustakaan mempunyai tugas memberikan pelayanan bahan pustaka dan kegiatan – kegiatan lain untuk keperluan pendidikan dan pengajaran, penelitian serta pengabdian kepada masyarakat, kepada mahasiswa, dosen dan karyawan di lingkungan FISIP pada khususnya dan UNS pada umumnya. Bentuk pelayanan kepada Tri Dharma Perguruan Tinggi yang juga merupakan manifestasi fungsi perpustakaan FISIP antara lain: 1) Menyediakan bahan-bahan pustaka para anggota perpustakaan; 2) Melayani
peminjaman
bahan-bahan
pustaka
para
anggota
perpustakaan; 3) Memberikan informasi tentang pemanfaatan perpustakaan kepada para pengunjung; 4) Mengadakan
koleksi
bahan-bahan
pustaka
para
anggota
perpustakaan; 5) Mengumpulkan dan menyediakan hasil karya ilmiah penelitian mahasiswa dan dosen FISIP; 6) Membantu penelusuran literatur bagi dosen dan mahasiswa; 7) Mengadakan tukar-menukar buku dengan Fakultas lain. Adapun perubahan jumlah buku tiap tahun di perpustakaan FISIP UNS, berikut rekapitulasi data buku tahun 2009 yaitu:
commit to user 57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Organisasi Kemahasiswaan Keberhasilan studi mahasiswa yang ditandai dengan kecepatan waktu menyelesaikan studi, tingginya daya serap atau Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang diperoleh, serta waktu tunggu pekerjaan yang tidak terlalu lama membutuhkan kegiatan penunjang yang sifatnya ekstra kurikuler. Kegiatan ini meliputi tiga bidang kegiatan penting, yaitu penalaran,
pengembangan
minat
dan
bakat,
serta
peningkatan
kesejahteraan mahasiswa. Mengingat tidak semua bidang kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh Fakultas maupun Universitas, maka mahasiswa diberi kebebasan untuk membentuk organisasi kemahasiswaan yang berperan menangani, mengelola atau menyelenggarakan berbagai macam kegiatan yang diperlukan oleh mahasiswa. Dengan kebebasan berorganisasi tersebut diharapkan mahasiswa mampu mengatur kehidupan kemahasiswaan sendiri sehingga tujuan yang diharapkan yaitu berupa meningkatnya kualitas penalaran, berkembangnya minat dan bakat, serta semakin baiknya tingkat kesejahteraan mahasiswa dapat tercapai. Kebebasaan organisasi kemahasiswaan di Perguruan Tinggi diatur dengan SK Mendikbud RI Nomor 15/U/1998, tentang “Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi”. Organisasi kemahasiswaan yang ada di FISIP adalah: Dewan Mahasiswa sebagai badan legislative, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai badan eksekutif, Himpunan
commit to user 58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mahasiswa Jurusan (HMJ) ada 3 (tiga) yaitu Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara (Himagara), Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi (Himakom), Himpunan Mahasiswa Jurusan Sosiologi (Himasos), Himpunan Mahasiswa Diploma, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) sebanyak 17 unit, antara lain: Visi, Fodisma, Kine Club, Mahafisipa, Teater Sopo, FFC (Fisip Fotografi Club), LKI (Lembaga Kerohanian Islam), PMK (Perhimpunan Mahasiswa Kristen), KMK (Keluarga Mahasiswa Katholik) dan lain-lain. Untuk menjalankan tugas dan fungsi organisasi mahasiswa, maka setiap organisasi mempunyai Anggaran Dasar atau Anggaran Rumah Tangga . seperti Himasos, salah satu Himpunan Mahasiswa Jurusan di FISIP UNS. Dalam AD/ART Himasos Bab III mengenai tujuan dan fungsi Himasos pasal 7
menyebutkan Himasos FISIP UNS bertujuan untuk
membentuk dan meningkatkan kepribadian mahasiswa Sosiologi yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berintegritas intelektual dan memiliki kepedulian sosial. Berarti organisasi mahasiswa sebagai wadah kegiatan mahasiswa mempunyai peran untuk meningkatkan kepribadian mahasiswa. Dalam hal ini, membentuk kepribadian salah satunya lewat sosialisasi cara berpakaian yang sopan si lingkungan kampus bisa menjadi salah satu tugas organisasi mahasiswa FISIP UNS ini. Adapun jumlah mahasiswa FISIP UNS lima tahun terakhir adalah sebagai berikut:
commit to user 59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4 Data Mahasiswa FISIP UNS Tahun 2005 – 2009 Tahun
Reguler Terdaftar
Non Reguler Wisuda
Terdaftar
Diploma III Wisuda
Terdaftar
Wisuda
An
Kom
Sos
An
Kom
Sos
An
Kom
Sos
An
Kom
Sos
MA
PN
PK
PR
PP
MA
PN
PK
PR
PP
2005
116
112
61
47
9
22
50
103
33
41
63
21
108
61
109
112
47
88
44
80
89
40
2006
98
111
62
-
-
-
39
131
29
23
66
36
96
55
89
89
45
-
-
-
-
-
2007
102
110
63
-
-
-
22
142
43
10
26
35
93
49
98
72
49
-
-
-
-
-
2008
120
122
72
-
-
-
19
128
-
-
-
-
95
51
95
97
56
-
-
-
-
-
2009
92
87
56
-
-
-
-
-
-
-
-
-
97
51
96
92
64
-
-
-
-
-
Jumlah
528
542
314
47
9
22
130
504
105
74
155
92
488
267
487
462
261
88
44
80
89
40
Sumber: Bagian Kemahasiswaan Tahun 2009
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah mahasiswa terbanyak di FISIP UNS dari angkatan tahun 2005 hingga tahun 2009 adalah dari jurusan Ilmu Komunikasi regular yaitu sebanyak 542 orang. Kemudian disusul Ilmu Administrasi Negara reguler yakni sebanyak 528 orang. Untuk program reguler jurusan Sosiologi memiliki jumlah mahasiswa paling sedikit yaitu 314 orang. Untuk program non regular jumlah mahasiswa paling banyak dimiliki oleh jurusan Ilmu Komunikasi yaitu sebanyak 504 orang, disusul jurusan Ilmu Administrasi Negara sebanyak 130 orang, dan paling sedikit jurusan Sosiologi sebanyak 105 orang. Untuk program diploma III jumlah mahasiswa paling banyak dimiliki program Manajemen Administrasi sebanyak 488 orang, kemudian program periklanan sebanyak 487 orang, dan program Humas yakni sebanyak 462 orang. Program penyiaran memiliki mahasiswa sebanyak 267 mahasiswa. Sedangkan program perpustakaan jumlah mahasiswanya
commit to user 60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adalah 261 orang atau jumlah mahasiswanya paling sedikit diantara program diploma III yang ada di FISIP UNS.
G. Tata Tertib Berpakaian di FISIP UNS Untuk mengatur kehidupan mahasiswa, diperlukan suatu ketentuan untuk menciptakan suasana kondusif proses belajar mengajar. Maka setiap Universitas memiliki tata tertib yang mengatur kehidupan mahasiswa. Tata tertib dimaksudkan agar proses belajar belajar mahasiswa teratur dan terarah. Universitas Sebelas Maret juga mempunyai tata tertib kehidupan mahasiswa yang sudah diatur dalam Surat Keputusan Rektor No. 487A/J27/KM/2005. Termasuk di dalamnya tata tertib berbusana. Tata tertib berbusana dimaksudkan agar mahasiswa berpenampilan rapi, dan membentk jati diri yang sopan sesuai dengan norma masyarakat kita. Berikut adalah isi tata tertib berpakaian dalam SK Rektor No. 487A/J27/KM/2005 Pasal 8: 1. Setiap mahasiswa harus berpakaian sopan dan rapi sesuai dengan norma-norma yang berlaku. 2. Jenis dan macam pakaian disesuaikan dengan kegiatan yang sedang dilaksanakan. 3. Mahasiswa dilarang mengenakan kaos oblong dan sandal pada saat kegiatan kulikuler dalam ruang kuliah.
commit to user 61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sebagai bagian dari Universitas Sebelas Maret, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik juga menginduk peraturan tata tertib kehidupan mahasiswa dari SK Rektor No. 487A/J27/KM/2005. Di FISIP tata tertib tersebut diimplementasikan dengan bentuk peringatan-peringatan yang ditempel di tempat yang strategis. Bunyi peringatan untuk tertib berpakaiana di FISIP anatara lain sebagai berikut : 1. Perhatian!!! Bagi mahasiswa/mahasiswi yang memakai sandal, celana sobek/pendek, kaos oblong dilarang masuk di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. (peringatan di lody gedung 1 dan gedung 2 FISIP UNS) 2. Perhatian.
Untuk
mendapatkan
pelayanan
administrasi,
harus
berpakaian sopan / tidak memakai kaos oblong dan memakai sandal. (peringatan di pintu ruang Tata Usaha) 3. Untuk mendapatkan pelayanan akademik dan administrasi, mahasiswa dan mahasiswi diharuskan berpakaian rapi dan sopan. a. Tidak boleh memekai kaos oblong b. Tidak boleh memakai topi c. Tidak boleh memakai sandal / sepatu sandal d. Tidak boleh memakai celana sobek e. Tidak boleh memakai jaket.
commit to user 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 1. Peringatan di loby gedung 1
Gambar 2. Peringatan di pintu TU
commit to user 63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 3. Peringatan di pintu ruang Dekanat
Jurusan sebagai unsur pelaksana Fakultas di bidang studi tertentu juga mempunyai
peraturan
khusus
untuk
menciptakan
tertib
mahasiswa. Berikut peringatan tata tertib berpakaian dari jurusan :
Gambar 4. Peringatan di pintu ruang jurusan Sosiologi
commit to user 64
berpakaian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 5. Peringatan di papan pengumuman Ilmu Komunikasi
Ujian sebagai bagian proses akademik yang dijalani mahasiswa untuk menyelesaikan suatu mata kuliah juga mempuntai tata tertib. Salah satu tata tertib ujian juga mengatur tata tertib berpakaian yang dipakai mahasiswa saat mengikuti ujian. Namun peraturan hanya menjadi peraturan saja. Masih ada kecenderungan mahasiswa bebas berpakaian seperti memakai kaos oblong dan memakai sandal saat mengikuti kegiatan akademik di lingkungan kampus. Berikut adalah foto kenderungan bebas berpakaian mahasiswa FISIP UNS:
commit to user 65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 6. Mahasiswa memakai sandal
Gambar 7. Mahasiswa memakai sandal
commit to user 66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 8. Mahasiswa memakai kaos oblong
Gambar 9. Mahasiswa memakai kaos oblong
commit to user 67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H. Fasilitas Tata Tertib berpakaian mahasiswa FISIP UNS Apabila seseorang membicarakan masalah berfungsinya hukum dalam masyarakat, maka biasanya pikiran diarahkan pada kenyataan apakah hukum tersebut benar-benar berlaku atau tidak. Sebab, agar suatu hukum atau peraturan tertulis benar-benar berfungsi, senantiasa didukung empat faktor yakni kaedah hukum itu sendiri, petugas penegak hukum atau peraturan, fasilitas yang mendukung kaedah hukum atau peraturan dan, masyarakat yang terkena ruang lingkup peraturan tersebut. Fasilitas diharapkan akan dapat mendukung pelaksanaan kaedah hukum. Fasilitas adalah sarana untuk mencapai tujuan, fasilitas diharapkan dapat mensosialisasikan suatu peraturan kepada masyarakat yang terkena ruang lingkup hukum dan sebagai media yang membantu petugas penegak tata tertib. Ruang lingkupnya adalah terutama sarana fisik yang berfungsi sebagai faktor pendukung. Banyak sekali bentuk sarana fisik yang digunakan untuk mendukung suatu peraturan antara lain, rambu-rambu; lambang atau simbol; tulisan dalam poster, pamflet, atau leaflet: papan-papan peringatan; buku pedoman; dan lain sebagainya. akultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret juga mempunyai fasilitas yang diharapkan dapat mendukung pelaksanaan kaedah hukum berupa tata tertib berpakaian bagi mahasiswa. Berikut fasilitas yang dimiliki FISIP UNS yang bertujuan untuk menciptakan tertib berpakaian mahasiswa.
commit to user 68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel. 5 Fasilitas penunjang tata tertib berpakaian mahasiswa Bentuk fasilitas Simbol larangan memakai kaos oblong / sandal Tulisan peringatan
√
Papan peringatan Buku pedoman tata tertib mahasiswa Tata tertib lain
√ √
Tempat Loby gedung 1, loby gedung 2, pintu TU, papan pengumuman jurusan Ilmu Komunikasi, pintu jurusan Sosiologi Dimiliki setiap mahasiswa S1 Reguler Tata Tertib Ujian
I. Petugas penegak tata tertib berpakaian mahasiswa FISIP UNS Petugas penegak hukum mencakup ruang lingkup yang sangat luas, oleh karena menyangkut petugas-petugas pada strata atas, menengah, dan bawah. Yang jelas adalah, bahwa di dalam melaksanakan tugas-tugasnya, maka petugas seyogianya harus mempunyai suatu pedoman, antara lain, peraturan tertulis tertentu yang mencakup ruang lingkup tugas-tugasnya. Begitu juga petugas penegak tata tertib berpakaian mahasiswa FISIP UNS. Petugas penegak tata tertib berpakaian mahasiswa FISIP UNS mencakup seluruh sivitas akademika dari unsur pimpinan, unsur pelaksana akdemik, unsur pelaksana, dan unsur lain yang mendukung proses pendidikan di FISIP UNS. Didalam penegakan hukum tersebut, maka mungkin sekali para petugas menghadapi masalah-masalah sebagai berikut: sampai sejauh mana petugas terikat oleh peraturan-peraturan yang ada, sampai batas-batas
commit to user 69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
manakah petugas diperkenankan memberikan “kebijaksanaan”, teladan seperti yang sebaiknya diberikan oleh petugas kepada mahasiswa dalam berpakaian di lingkungan FISIP UNS, sampai sejauh mana penugasan yang diberikan kepada para petugas sehingga memberikan batas-batas yang tegas pada wewenangnya.
Faktor
petugas
memainkan
peranan
penting
dalam
berfungsinya tertib berpakaian mahasiswa FISIP UNS. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, petugas penegak tata tertib berpakaian mahasiswa FISIP UNS juga menyangkut seluruh sivitas akademika dari strata paling atas hingga strata paling bawah dalam struktur organisasi FISIP UNS. Berikut bagan struktur organisasi FISIP UNS yang juga mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam menegakkan tata tertib kehidupan mahasiswa secara langsung ataupun tidak langsung, termasuk tata tertib berpakaian.
commit to user 70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bagan 4. Bagan Struktur Organisasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Dekan
Senat Fakultas
PD I
PD II
PD III
Kepala Bagian Tata Usaha
Perpustakaan
KaSubBag Umum dan Perlengkapan KaSubBag Keuangan dan Kepegawaian
KaSubBag Pendidikan KaSubBag Kemahasiswaan
Jurusan Ilmu Administrasi HMJ
Lab
Dosen Jurusan Ilmu Administrasi
Jurusan Ilmu Komunikasi HMJ
Lab
Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi
commit to user 71
Jurusan Sosiologi
HMJ
Lab
Dosen Jurusan Sosiologi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III PEMAKNAAN DOSEN TERHADAP GAYA PAKAIAN KULIAH MAHASISWA FISIP UNS
A. Karakteristik Informan Dalam bab ini akan dideskpripsikan mengenai persepsi informan dalam penelitian ini, yakni tentang pemaknaan dosen terhadap gaya pakaian mahasiswa FISIP UNS. Dalam konteks ini para informan diminta menguraikan pendapat mereka atau menceritakan tentang gaya pakaian kuliah mahasiswa FISIP UNS. Pendapat para informan dalam penelitian ini tentang gaya pakaian kuliah mahasiswa FISIP UNS dapat berasal dari pengetahuan yang mereka peroleh, baik dari pengamatan maupun pengalaman langsung yang berkaitan dengan gaya pakaian mahasiswa FISIP UNS. Data dari lapangan menunjukkan adanya tujuh hal utama yakni; pemahaman mengenai tata tertib berpakaian mahasiswa yang berlaku FISIP UNS, kepatuhan mahasiswa terhadap tata tertib berpakaian yang berlaku di FISIP UNS, gaya pakaian kuliah mahasiswa dan etika berpakaian, pemaknaan dosen terhadap gaya pakaian kuliah mahasiswa FISIP UNS, petugas penegak tata tertib berpakaian mahasiswa FISIP UNS, fasilitas penegak tata tertib berpakaian mahasiswa FISIP UNS dan, sanksi yang diberikan kepada mahasiswa yang tidak mengindahkan tata tertib berpakaian
commit to user 72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
di FISIP UNS. Sedangkan informan dalam penelitian ini secara variasi dapat dikategorikan menjadi; dosen, pimpinan fakultas dan unsur akademik (jurusan), pegawai administrasi dan, mahasiswa. Seluruh informan menguraikan pendapatnya mengenai gaya pakaian kuliah mahasiswa FISIP UNS. Informan pertama adalah Drs. TA. Gutama. Dosen jurusan Sosiologi yang akrab disapa Pak Gutama ini dalam kesehariannya, beliau juga selalu rapi dalam penampilannya. Dosen setengah baya yang ramah ini sebenarnya sangat memperhatikan gaya pakaian kuliah mahasiswanya. Apalagi saat beliau menjadi panitia ujian, beliau akan sangat menjunjung tinggi tata tertib ujian termasuk tata tertib dalam berpakaian. Lain lagi dengan Drs. Argyo Demartoto, M.Si. Dosen jurusan Sosiologi yang sangat akrab dengan mahasiswa ini selalu berpenampilan rapi dan trendy. Dosen yang juga aktif dalam berbagai kegiatan akademik ini juga sangat memperhatikan gaya pakaian kuliah mahasiswanya, terutama gaya pakaian yang sedang menjadi mode. Pak Argyo, beliau biasa disapa menganggap bahwa pakaian merupakan cerminan dan ekspresi diri. Informan selanjutnya adalah Dra. Hj. Lestariningsih, M.Si adalah dosen jurusan Ilmu Administrasi yang juga rapi dalam penampilannya. Dosen berjilbab ini sangat menjunjung etika berpakaian yang ada. Sebagai muslim, beliau sangat mengikuti kaidah berpakaian wanita muslim. Walaupun demikian, beliau menghargai penampilan atau gaya pakaian
commit to user 73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mahasiswanya yang modis akan tetapi harus tetap memperhatikan norma kesopanan. Informan keempat adalah Prof. Dr. Andrik Purwasito, DEA. Dosen jurusan Ilmu Komunikasi ini juga sangat memperhatikan penampilannya. Guru Besar dalam bidang komunikasi ini juga begitu memperhatikan gaya pakaian kuliah mahasiswanya. Beliau sangat tidak mentolelir mahasiswa yang memakai sandal di lingkungan kampus. Menurut beliau, gaya pakaian yang mengikuti trend sah-sah saja sejauh masih normatif. Informan kelima adalah Dra. Suyatmi, MS. Dosen jurusan Sosiologi sekaligus
Pembantu
Dekan
III
atau
bidang
Kemahasiswaan
ini
berpenampilan sangat rapi. Bu Yatmi sapaan akrab untuk beliau, sangat prihatin terhadap perubahan gaya berpakaian mahasiswa yang menurut beliau semakin jauh dari tata tertib. Dosen yang lugas dan tegas ini sangat menginginkan mahasiswa FISIP UNS berpenampilan rapi dan sesuai etika, yang mencerminkan masyarakat intelaktual. Beliau juga sangat menjunjung tinggi kedisiplinan mahasiswa, termasuk kedisiplinan dalam gaya pakaian kuliah mahasiswa FISIP UNS. Informan selanjutnya adalah Drs. Agung Priyono, M.Si. Dosen jurusan Ilmu Administrasi sekaligus menjabat Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi ini sangat menjujung tinggi adat ketimuran. Hal ini juga dapat dilihat dari gaya berpakaian beliau yang rapi. Dosen setengah baya ini juga
commit to user 74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memperhatikan setiap perkembangan gaya pakaian kuliah yang dikenakan mahasiswanya. Lain halnya dengan Dra. Pahastiwi Utari, M.Si, Ph.D dosen sekaligus Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi ini selalu berpenampilan rapi dan menarik. Dosen berjilbab ini juga sangat ramah. Dosen yang tegas dan lugas ini juga selalu memperhatikan gaya pakaian kuliah mahasiswa FISIP UNS. Beliau tidak segan-segan menegur mahasiswa yang berpakaian kurang sopan atau tidak mengindahkan tata tertib yang ada. Menurut beliau, pakaian merupakan cerminan pribadi seseorang. Informan kedelapan adalah Dra. Hj. Sri Hilmi Pujihartati, M.Si. Dosen sekaligus Sekretaris Jurusan Sosiologi ini selalu memperhatikan penampilannya. Dosen berjilbab ini juga sangat ramah, terutama dalam memberikan pelayanannya sebagai sekretaris jurusan. Menurut beliau, mahasiswa haryus bisa dibedakan dengan kelompok lain karena mahasiswa harus menunjukkan dirinya sebagai orang terpelajar salah satunya dengan gaya pakaian. Seperti kebanyakan dosen yang lain, menurut beliau pakaian juga merupakan cerminan diri. Informan kesembilan adalah. Drs. Widodo, M.Soc. Kepala bagian Pendidikan ini sangat ramah. Dalam kesehariannya, beliau juga selalu berpenampilan rapi. Beliau sangat memperhatikan gaya pakaian kuliah yang dikenakan mahasiswa terutama saat mengikuti ujian. Menurut beliau,
commit to user 75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mahasiswa harus patuh pada norma kesopanan yang berlaku bagi masyarakat timur, terutama kesopanan dalam berpakaian. Informan selanjutnya adalah Sri Danuyah, ibu arsiparis bagian Kemahasiswaan FISIP UNS ini sangat memperhatikan penampilan mahasiswa yang mengurus administrasi di bagian kemahasiswaan. Ibu yang dalam kesehariannya berjilbab ini sangat menjunjung tinggi nilai agama yang dianutnya. Tidak heran, pakaian yang beliau kenakan juga senantiasa mengikuti kaidah sebagai seorang muslim. Ibu Sri Danuyah seringkali menegur mahasiswa yang berpakaian kurang sopan saat mengurus administrasi. Lain halnya dengan Dinar Puspita Dewi, S.Sos, pustakawan berparas putih ini menganggap pakaian yang dikenakan mahasiswa saat masuk ruang perpustakaan khususnya juga kurang sesuai dengan norma yang ada. Pegawai yang ramah ini juga selalu berpakaian rapi dan bersih. Ike,
begitu
sapaan
akrabnya
di
kampus.
Mahasiswa
Ilmu
Administrasi regular angkatan tahun 2007 ini sangat ramah. Wanita berjilbab ini selalu berpenampilan sopan. Ike juga mahasiswi yang mengikuti mode pakaian yang sedang menjadi trend. Namun saat kuliah Ike tetap berusaha berpenampilan sopan. Informan
selanjutnya
adalah
Kurniawan.
Kurniawan
adalah
mahasiswa transfer jurusan Ilmu Administrasi angkatan 2009. Mahasiswa yang berpenampilan santai ini sangat supel, sehingga waktunya sering
commit to user 76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dihabiskan untuk main. Kebiasaannya ini juga membuat mahasiswa berkulit sawo matang ini lebih suka berpenampilan santai. Ade, cewek putih bertubuh berisi ini selalu tampil modis. Mahasiswa Ilmu Komunikasi transfer angkatan 2008 ini sangat memperhatikan penampilannya. Ketika kuliah Ade tetap berpakaian yang menurutnya sopan atau formal namun tetap modis. Mahasiswi yang sedikit pendiam ini juga selalu rapi dalam penampilannya. Lain halnya dengan Dini. Dini adalah mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2007. Cewek putih berjilbab ini sangat sibuk dengan tugas-tugas kuliahnya. Mahasiswa yang berpenampilan rapi ini sangat supel. Meskipun berjilbab, Dini pun selalu mengikuti mode pakaian yang sedang trend. Namun Dini sangat menghindari pakaian ketat. Informan kedelapan belas adalah Kharis. Mahasiswa bertubuh gempal ini sangat suka bermain futsal. Mahasiswa jurusan Sosiologi regular angkatan 2007 juga berpenampilan santai. Hampir setiap ke kampus selalu mengenakan kaos. Menurutnya memakai kaos lebih nyaman karena santai. Informan selanjutnya adalah Dian. Mahasiswi berkulit sawo matang ini sangat ramah. Mahasiswa jurusan Sosiologi non reguler angkatan 2007 selalu memakai kemeja saat kuliah. Dian tidak ingin melanggar tata tertib berpakaian untuk mahasiswa saat kuliah yang sudah ditetapkan Universitas. Menurutnya, jika dia akan lebih nyaman jika berpenampilan sopan.
commit to user 77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Informan terakhir adalah Lina. Lina adalah mahasiswi Broadcast angkatan 2007. Mahasiswi asli Karanganyar ini selalu berpenampilan modis. Lina selalu mengikuti mode pakaian yang sedang menjadi trend. Mahasiswi cerewet ini juga ingin penampilannya selalu diperhatikan orang lain, sehingga dia selalu membuat penampilannya menarik.
B. Pemahaman Tata tertib Berpakaian FISIP UNS Bab ini juga mendeskripsikan mengenai pemahaman segenap sivitas akademika mengenai Tata Tertib berpakaian untuk mahasiswa. Informan akan mengungkapkan segala pengetahuan yang menyangkut Tata Tertib berpakaian untuk mahasiswa dan pandangannya mengenai tata tertib tersebut. Tata tertib berpakaian merupakan salah satu tata tertib kehidupan mahasiswa di lingkungan universitas. Tata tertib berpakaian untuk mahasiswa FISIP UNS tentunya menginduk tata tertib berpakaian yang tertuang dalam SK Rektor No. 487A/J27/KM/2005. Selain itu sebagai masyarakat timur, seluruh sivitas akademika FISIP UNS juga menganut norma atau etika kesopanan yang sangat dijunjung tinggi dalam masyarakat. Berikut paparan informan mengenai pemahaman terhadap tata tertib berpakaian untuk mahsiswa FISIP UNS. Tata tertib kehidupan mahasiswa adalah ketentuan yang mengatur tentang kehidupan mahasiswa yang dapat menciptakan suasana kondusif dan menjamin berlangsungnya proses belajar mengajar secara terarah dan teratur.
commit to user 78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Setiap mahasiswa seharusnya mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajiban
yang
seluruhnya
tertuang
dalam
SK
Rektor
No.487A/J27/KM/2005. Seluruh mahasiswa FISIP UNS khususnya dan UNS pada umumnya mendapatkan buku pedoman pendidikan Universitas Sebelas Maret. Buku yang deperoleh setiap mahasiswa ini dibuat untuk dijadikan pedoman mahasiswa dalam menempuh kuliah di UNS. Termasuk di dalamnya kewajiban mentaati tata tertib, yang salah satunya adalah tata tertib berpakaian. Namun tidak seluruh mahasiswa mengetahui tata tertib berpakaian yang berlaku di FISIP UNS. Berikut adalah penuturan informan:
“…Wah, saya malah nggak tau mbak, yang saya tahu kalau kuliah ya memang harus berpakaian sopan dari dulu…” (Wawancara 28 April 2010)
Dari penuturan informan, dapat diketahui bahwa tidak sebagian besar informan tidak mengetahui secara penuh tata tertib berpakaian yang berlaku di FISIP UNS yaitu SK Rektor No.487A/J27/KM/2005 dan implementasi di FISIP
berupa
tanda-tanda
peringatan.
Apalagi
untuk
SK
Rektor
No.487A/J27/KM/2005, sekalipun informan sedikit mengatahui namun informan sendiri tidak memahaminya dengan jelas. Namun ada juga informan yang tidak mengetahui sedikitpun tata tertib berpakaian yang berlaku di FISIP UNS. Alasan yang dikemukakan informan tidak mengetahui tata tertib adalah informan tidak pernah membaca tata tertib berpakaian dari
commit to user 79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SK Rektor No.487A/J27/KM/2005 Hal ini disebabkan karena rendahnya minat
membaca
mahasiswa,
khususnya
membaca
buku
pedoman
kemahasiswaaan. Sedangkan untuk tanda-tanda peringatan yang ada di FISIP lebih banyak informan yang mengetahui, berikut pengungkapan informan :
“…SK Rektor saya tidak tau dengan jelas, pernah membaca sekilas aja si mbak… Tapi kalau peringatan-peringatan yang ada di FISIP malah tau mbak. Heheee…” (Wawancara 5 Mei 2010)
“…SK Rektor malah gak tau mbak… Kalau yang di FISIP tempelantempelan larangan memakai kaos oblong dan sandal itu aku tau” (Wawancara 4 Mei 2010)
Foto himbauan tata tertib berpakaian di FISIP UNS
Gambar 10 . Peringatan di lody gedung 1 FISIP
commit to user 80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 11. Peringatan di pintu ruang TU
Gambar 12. Peringatan di pintu ruang Dekanat
Gambar 13. Peringatan di pintu ruang jurusan Sosiologi
commit to user 81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 14. Peringatan di papan pengumuman Ilmu Komunikasi
Untuk lebih memperlejas jawaban yang diperoleh dari informan, berikut penulis sajikan matrik jawaban informan mengenai pemahaman terhadap tata tertib berpakaian yang berlaku di FISIP UNS
Matrik 1. Pemahaman informan terhadap tata tertib berpakaian di FISIP UNS Jenis Tata tertib
Jawaban Informan Ike Kurniawan Ade Dini Kharis Dian Lina SK Rektor No. Sedikit Tidak tahu Tidak Tahu Tahu Tahu Tidak 487A/J27/KM/2005 mengetahui tahu tahu sub F tentang busana Himbuan di FISIP Tahu Tahu Tahu Tahu Tahu Tahu Tahu Sumber: Data primer April-Mei 2010
Sebagai bagian unsur sivitas akademika FISIP UNS, dosen dan pegawai administrasi turut mendukung tercapainya tujuan pendidikan di FISIP UNS. Untuk menciptakan iklim pendidikan yang kondusif diperlukan
commit to user 82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
suatu kedisiplinan dari segenap unsur sivitas akademika terutama mahasiswa. Mahasiswa tidak hanya menerima ilmu pengetahuan tetapi juga mempelajari kaidah-kaidah yang berlaku dalam kehidupannya. Tata tertib berpakaian di FISIP UNS merupakan salah satu aturan yang mengandung kaidah kesopanan yang berlaku pada masyarakat kita. Informan dari kalangan pimpinan fakultas tentunya memiliki pandangan yang berbeda mengenai tata tertib berpakaian mahasiswa FISIP UNS. Berikut merupakan pandangan informan mengenai tata tertib berpakaian untuk mahasiswa, khususnya SK Rektor No.487A/J27/KM/2005:
“…Pada dasarnya manusia hidup memang harus menyesuaikan dengan norma atau etika yang ada. Mahasiswa sebagai masyarakat intelektual harus punya norma. Salah satunya sopan santun dalam berpakaian itu… Rektor membuat SK seperti itu dengan tujuan untuk menenamkan norma dan kedisiplinan bagi mahasiswa. Pakaian yang rapi dan sopan merupakan cerminan mahasiswa sebagai masyarakat intelektual yang seharusnya menjadi teladan…” (Wawancara 28 April 2010)
Informan dari kalangan dosen mempunyai pandangan sendiri mengenai tata tertib berpakaian untuk mahasiswa yang berlaku di FISIP UNS. Informan mengungkapkan hal tidak jauh berbeda dengan paparan informan sebelumnya. Berikut pandangan informan :
“…SK Rektor menurut saya sangat bagus, normatif dan wajar ya… Karena mengikuti kuliah ya harus rapi dan sopan” (Wawancara 6 Mei 2010)
commit to user 83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan informan dari bagian administrasi juga mengungkapkan hal yang hampir sama dengan apa yang diungkapkan dosen. Berikut pandangan informan :
“ Tata tertib tentunya baik, dan mempunyai tujuan yang baik pula mbak… Saya sangat setuju dengan SK Rektor dan himbauan yang ada di FISIP ini…” (Wawancara 30 April 2010)
Dari sebelas yang informan yang terdiri dari dosen, pimpinan Fakultas dan unsur pendidikan (jurusan), serta pegawai administrasi FISIP UNS seluruhnya berpendapat bahwa SK Rektor No.487A/J27/KM/2005 sangat baik untuk menciptakan kedisiplinan dan tata tertib bagi mahasiswa. Selanjutnya, para informan juga mengemukakan bahwa tata tertib itu baik, karena mahasiswa harus mencerminkan kesopanan yang ditunjukkan dengan gaya pakaian yang dikenakan saat mengikuti kegiatan akademik di kampus. Informan juga mengungkapkan bahwa SK Rektor merupakan salah satu kewajiban yang harus ditaati mahasiswa. Para informan juga mengharapkan tata tertib tersebut dapat terlaksana sebagaimana mestinya. Namun beberapa informan mengeluhkan adanya kecenderungan sebagian mahasiswa tidak memahami tata tertib itu dan tidak mengindahkannya. Berikut ungkapan informan :
commit to user 84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“…Banyak mahasiswa yang melanggar SK Rektor. Mahasiswa banyak yang memakai kaos oblong, sandal, dan celana robek di lingkungan kampus” (Wawancara 4 Mei 2010)
C. Kepatuhan Mahasiswa terhadap Tata Tertib Berpakaian yang berlaku di FISIP UNS Ukuran keberhasilan suatu hukum seperti tata tertib adalah derajat kepatuhan hukum masyarakat yang dikenai hukum tersebut. Tata tertib berpakaian untuk mahasiswa bila ditaati seluruh mahasiswa, maka mahasiswa tersebut memiliki derajat kepatuhan yang tinggi terhadap tata tertib berpakaian itu. Semakin banyak mahasiswa yang melanggar berarti derajat kepatuhan terhadap tata tertib juga rendah. Patuh atau tidaknya mahasiswa pada tata tertib berpakaian dapat dilihat melalui intensitas pelanggarannya, dalam hal ini mahasiswa memakai kaos oblong atau sandal saat kuliah. Selain itu, kepatuhan mahasiswa pada tata tertib berpakaian juga dapat diketahui melalui penilaian dosen atau pegawai administrasi yang sering berinteraksi langsung dengan mahasiswa. Dosen dan pegawai administrasi bisa mengamati gaya pakaian mahasiswa yang dikenakan saat kuliah atau mengurus administrasi. Berikut penuturan informan dari kalangan dosen:
commit to user 85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Tata tertib tentunya baik, tapi kenyataannya ada beberapa mahasiswa yang kuliah memakai pakaian ketat, kaos oblong, dan sandal. Berarti mahasiswa tidak begitu mengindahkan tata tertib yang sudah ditetapkan Rektor. (Wawancara, 4 Mei 2010Si)
Sedangkan informan dari kalangan pimpinan fakultas memiliki pandangan yang sedikit berbeda. Informan dari kalangan pimpinan fakultas menilai bahwa banyak mahasiswa yang berpakaian belum sesuai etika atau aturan yang berlaku di FISIP UNS. Berikut paparannya:
“... Banyak mahasiswa yang berpakaian tidak sesuai dengan etika seperti memakai sandal. Mahasiswa juga banyak yang memakai kaos saat kuliah”. (Wawancara 28 April 2010)
Hal yang hampir sama juga diungkapkan informan dari kalangan pegawai administrasi FISIP UNS. Berikut ungkapan informan :
“Sebagian belum sesuai dengan norma, banyak mahasiswa yang masih memakai kaos oblong masuk perpustakaan…” (Wawancara 30 April 2010)
Dosen juga menilai derajat kepatuhan mahasiswa terhadap tata tertib berpakaian yang berlaku di FISIP UNS. Untuk lebih memperjelas, penulis sajikan matrik jawaban informan mengenai kepatuhan mahasiswa FISIP UNS dari unsur mahasiswa dan matrik jawaban informan dari unsur dosen, pimpinan fakultas, dan pegawai administrasi.
commit to user 86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matrik 2. Penilaian Dosen terhadap derajat kepatuhan mahasiswa terhadap tata tertib berpakaian Informan
Bagaimana derajat kepatuhan mahasiswa terhadap pedoman tata tertib berpakaian? Sangat rendah
Dra. Suyatmi, MS (Pembantu Dekan III bagian Kemahasiswaan) Drs. Agung Priyono, Sebagian patuh M.Si (Sekjur Ilmu Administrasi) Dra. Prahastiwi Sebagian kecil kurang patuh Utari, M.Si, Ph.D (Kajur Ilmu Komunikasi) Dra. Hj. Sri Hilmi Derajat kepatuhan sedang, sebagian belum patuh Pujihartati, M.Si (Sekjur Sosiologi) Drs. TA. Gutama Masih ada yang belum patuh (Jurusan Sosiologi) Drs. Argyo Beberapa oknum mahasiswa belum patuh Demartoto, M.Si (Jurusan Sosiologi) Dra. Hj. Sebagian belum patuh Lestariningsih, M.Si (Jurusan Ilmu Administrasi) Prof. Dr. Andrik Sebagain besar sudah patuh Purwasito, DEA (Jurusan Ilmu Komunikasi) Drs. Widodo, M.Soc Sebagian belum patuh. (Kasubbag Pendidikan) Sri Danuyah Sebagian tidak patuh (kemahasiswaan) Dinar Puspita Dewi, Sebagian besar belum patuh. S.Sos (perpustakaan) Sumber : Data primer April-Mei 2010
commit to user 87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari matrik diatas dapat diketahui bahwa informan memandang kepatuhan mahasiswa terhadap tata tertib berpakaian di FISIP UNS masih sangat beragam. Tiga informan menuturkan bahwa kepatuhan mahasiswa masih kurang atau sangat rendah. Empat informan lain menyatakan bhawa derajat kepatuhan mahasiswa terhadap tata tertib berpakian yang berlaku di FISIP UNS sudah cukup, hanya sebagian mahasiswa yang tidak mengindahkannya. Empat informan lain menilai bahwa derajat kepatuhan mahasiswa FISIP UNS terhadap tata tertib berpakaian sudah baik, atau hanya sebagian kecil mahasisqwa saja atau beberapa oknum mahasiswa yang belum mematuhi tata tertib berpakaian yang berlaku di FISIP UNS. Patuhnya mahasiswa terhadap tata tertib berpakaian di FISIP UNS dapat diketahui dengan pernah atau tidaknya mahasiswa memakai kaos oblong, sandal, celana robek, dan pakaian ketat atau terbuka saat kuliah. Atau dapat pula diketahui dari sering atau tidaknya mahasiswa memakai kaos oblong, sandal, celana robek, dan pakaian ketat atau terbuka saat kuliah. Berikut ini adalah penuturan pernahnya informan memakai kaos oblong, sandal, celana robek, dan pakaian ketat atau terbuka dan alasan yang menyertainya:
“…Aku pernah pakai sandal pas kuliah, tapi gak sering. Model sandal yang aku pakai juga bukan sandal jepit tapi kaki tetep kelihatan… heheheee. Aku pakai sandal juga karena kuliahku sore terus, jadi sedikit lebih santai daripada yang kuliah pagi” (Wawancara 28 April 2010)
commit to user 88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari penuturan informan diatas dapat diketahui bahwa mahasiswa juga pernah melanggar tata tertib berpakaian yang sudah ditetapkan. Alasan mahasiswa terkadang memakai kaos oblong atau saat kuliah karena ingin lebih santai dan merasa nyaman jika lebih santai. Tetapi ada pula beberapa informan yang menuturkan seringkali memakai kaos oblong atau sandal saat kuliah. Hal ini berarti menunjukkan bahwa sebagaian mahasiswa memiliki derajat kepatuhan yang rendah pada tata tertib berpakaian yang berlaku di FISIP UNS. Berikut pengungkapan informan mengenai rendahnya kepatuhan terhadap tata tertib berpakaian FISIP UNS:
“Sering banget, tiap kuliah saya pakai kaos oblong tapi gak pernah pakai sandal. Habis juga gak ada yang negur…” (Wawancara 27 April 2010)
“…Kalau aku sering banget pakai kaos oblong mbak… Pakai sandal juga pernah. Teman-temenku juga banyak yang kaya gitu, malah ada yang pakai baju ketat dan kadang terbuka, kayaknya udah biasa mbak…” (Wawancara 4 April 2010)
Dari ketujuh informan, hampir semua tidak mematuhi tata tertib berpakaian yang berlaku di FISIP UNS. Namun ada juga satu informan yang mematuhi tata tertib berpakaian bagi mahasiswa, tetapi informan juga menuturkan bahwa banyak temannya yang tidak mematuhi tata tertib berpakaian itu. Berikut penuturannya:
commit to user 89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“…Aku gak pernah pakai kaos oblong dll itu mbak… Aku lebih suka pakai hem kalau kuliah. Kuliah kan harus formal. Tapi temanku banyak yang pakai kaos oblong, kalau gak ya pakai baju lumayan ketat pas kuliah” (Wawancara 27 April 2010)
Untuk lebih memperjelas hasil temuan penulis di lapangan mengenai tingkat kepatuhan mahasiswa terhadap tata tertib berpakaian, berikut penulis sajikan matrik mengenai pernah tidaknya mahasiswa melanggar tata tertib berpakaian yang berlaku di FISIP UNS.
Matrik 3. Pelanggaran mahasiswa FISIP UNS terhadap tata tertib berpakaian Pertanyaan Pernah atau tidaknya informan memakai kos oblong, sandal, celana robek, maupun pakaian ketat saat mengikuti kegiatan akademik di FISIP UNS
Ike Pernah pakai kaos oblong
Jawaban Informan Kurniawan Ade Dini Kharis Sering pakai Pernah Pernah Sering kaos oblong pakai pakai pakai sandal kaos kaos oblong oblong
Dian Tidak pernah pakai kaos oblong, sandal, celana robek, dsb
Sumber: Data primer April-Mei 2010 Dari matrik diatas dapat diketahui bahwa hampir seluruh informan tidak mematuhi tata tertib berpakaian yang berlaku di FISIP UNS. Tiga informan menuturkan sering memakai kaos oblong, namun satu dari tiga informan menuturkan tidak pernah memakai sandal. Dua informan lain menuturkan pernah memakai kaos oblong. Satu informan menuturkan pernah
commit to user 90
Lina Sering pakai kos oblong , pernah pakai sandal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memakai sandal. Sedangkan satu informan sisanya menyatakan tidak pernah memakai kaos oblong maupun sandal saat mengikuti kegiatan akademik di FISIP UNS.
D.
Gaya pakaian kuliah mahasiswa FISIP UNS dan etika berpakaian. Dalam abad sekarang ini, gaya dan penampilan kulit dapat mengalahkan isi. Saat ini orang lebih menghargai apa yang ditampilkan atau tampak luar seseorang. Gaya menjadi konsumsi yang sifatnya massif. Dengan bergaya maka orang itu ada. Termasuk gaya berpakaian, banyak anggapan bahwa kampus sebagai institusi pendidikan saat ini tidak bisa dibedakan dengan mall. Untuk menerapkan etika berpakaian sesuai kesempatan perlu mengetahui pakaian mana yang tepat dan sesuai dikenakan oleh mahasiswa saat kuliah yaitu berpakaian rapi dan sopan. Banyak mahasiswa berpakaian tidak sesuai dengan norma yang berlaku di kampus. Berikut penuturan informan kalangan dosen mengenai gaya pakaian kuliah mahasiswa FISIP UNS:
“Ada oknum tertentu dari mahasiswa yang tidak sesuai dengan etika berpakaian. Tapi kita tidak bisa menggeneralisasikan bahwa seluruh mahasiswa pakai kaos oblong atau sandal saat kuliah. Hanya beberapa oknum mahasiswa saja ya…” (Wawancara 5 Mei 2010)
commit to user 91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ada pula informan yang mengamati lebih lanjut. Mahasiswa mana yang sudah baik dalam berpakaian, dan mahasiswa mana yang gaya pakaian saat kuliah belum sesuai dengan etika atau dapat dikatakan melanggar tata tertib berpakaian. Berikut pengungkapan informan.
“Kalau menurut pandangan saya mahasiswa S1 masih baik, mahasiswa D3 banyak yang tidak sesuai etika yakni dengan memakai kaos oblong, pakaian ketat, dan agak terbuka…” (Wawancara 5 Mei 2010)
Dari paparan informan diatas, informan menganggap gaya pakaian yang dikenakan mahasiswa saat kuliah masih sebagian besar baik dan sesuai dengan norma. Dari pengamatan informan, hanya sebagian mahasiswa saja yang tidak mematuhi tata tertib berpakaian yang berlaku di FISIP UNS yakni memakai kaos oblong, atau sandal saat mengikuti kegiatan akademik di kampus terutama saat kuliah. Lain halnya dengan informan dari kalangan pimpinan fakultas berikut, masih menganggap bahwa gaya pakaian kuliah mahasiswa FISIP UNS semakin jauh dari etika yang berlaku dalam lembaga pendidikan. Menurut informan, banyak mahasiswa yang cenderung memakai kaos oblong, sandal, celana robek, pakaian ketat atau pakaian terbuka saat mengikuti kegiatan akademik di kampus seperti kegiatan kuliah. Berikut adalah pengungkapan informan:
commit to user 92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Sebagian besar belum sesuai etika atau peraturan yang berlaku di FISIP ini, menurut saya justru sangat memprihatinkan. Semakin kesini banyak mahasiswa yang pakai kaos oblong, pakaian ketat dan terbuka di FISIP ini…” (Wawancara 29 April 2010)
Begitu pula dengan apa yang diungkapkan informan dari kalangan pegawai administrasi FISIP UNS. Sebagian besar mahasiswa berpakaian belum sesuai dengan norma yang berlaku di FISIP UNS saat mengurus administrasi. Berikut paparan informan.
“Menurut saya belum sesuai dengan norma, etika… Banyak mahasiswa yang memakai pakaian ketat karena trend dan itu tidak sesuai dengan akidah, terutama bagi saya sebagai seorang muslim” (Wawancara 30 April 2010)
Informan mengungkapkan bahwa gaya pakaian kuliah mahasiswa FISIP UNS saat ini mengikuti trend. Namun pakian yang dikenakan mahaiswa dianggap tidak sesuai dengan etika dan norma yang berlaku. Apalagi pandangan informan sebagai muslimah pakaian ketat sangat tidak sesuai dengan akidah yang berlaku. Untuk lebih memperjelas, penulis sajikan matrik jawaban informan penilaian dosen terhadap mahasiswa mengenai kesesuaian gaya pakaian kuliah dengan etika berpakaian yang berlaku di FISIP UNS.
commit to user 93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matrik 4. Kesesuaian gaya pakaian kuliah mahasiswa FISIP UNS dengan etika berpakaian Informan
Apakah pakaian mahasiswa saat mengikuti kegiatan akademik di kampus sudah sesuai etika/tata tertib yang ada ? Sebagian besar belum sesuai etika atau aturan yang berlaku di FISIP
Dra. Suyatmi, MS (PD III Kemahasiswaan) Drs. Agung Priyono, Sebagian besar terlihat baik, sebagian kecil belum terutama M.Si (Sekjur Ilmu mahasiswa S1 semester awal dan mahasiswa D3 Administrasi) Dra. Prahastiwi Utari, Rata-rata sudah sesuai dengan adat kepatutan dan sopan M.Si, Ph.D santun. (Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi) Dra. Hj. Sri Hilmi Banyak mahasiswa tidak bisa menyesuaikan etika Pujihartati, M.Si (Sekjur Sosiologi) Drs. TA. Gutama Banyak yang belum sesuai dengan etika (Jurusan Sosiologi) Drs. Argyo Demartoto, Beberapa oknum mahasiswa belum sesuai dengan etika M.Si (Jurusan Sosiologi) Dra. Hj. Lestariningsih, Mahasiswa D3 banyak yang tidak sesuai dengan etika M.Si (Jurusan Ilmu Administrasi) Prof. Dr. Andrik Secara umum sudah baik, sebagian belum sesuai etika Purwasito, DEA (Jurusan Ilmu Komunikasi) Drs. Widodo, M.Soc Banyak yang belum sesuai etika (Kasubbag Pendidikan) Sri Danuyah Banyak yang tidak sesuai etika (kemahasiswaan) Dinar Puspita Dewi, Sebagian belum sesuai norma/etika S.Sos (perpustakaan) Sumber: Data primer April-Mei 2010
commit to user 94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mahasiswa tentunya juga mempunyai penilaian atau pandangan sendiri mengenai gaya pakaian kuliah yang dikenakannya atau yang dikenakan teman yang lain. Sebagian mahasiswa mungkin akan menganggap pakaian yang dikenakan mahasiswa FISIP UNS sangat mengikuti trend dan wajar. Namun ada juga penilaian lain bahwa pakaian yang dikenakan mahasiswa FISIP UNS saat mengikuti kegiatan akademik di kampus dianggap kurang sopan. Berikut ungkapan informan :
“…Gaya pakaian kuliah mahasiswa FISIP keren dan ikut mode wajar sih… Tapi kalau pakai kaos oblong dan sandal gak sopan dan sekarang banyak mahasiswa yang pakai kaos oblong mbak…” (Wawancara 5 Mei 2010)
Ada pula penilaian yang sedikit berbeda dari informan kalangan mahasiswa. Berikut penuturannya :
“...Memang mahasiswa FISIP baju buat kuliahnya kalau dilihat kesannya lebih santai dibandingkan fakultas lain mbak…” (Wawancara Mei 2010)
Berikut penulis sajikan foto-foto gaya pakaian kuliah mahasiswa FISIP UNS.
commit to user 95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 15. Mahasiswa memakai kaos oblong
Gambar 16. Mahasiswa memakai sandal
Gambar 17. Mahasiswa memakai sandal
commit to user 96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Pemaknaan Dosen terhadap gaya pakaian kuliah mahasiswa FISIP UNS. Memaknai setiap hal yang terjadi dalam diri kita maupun apa yang terjadi dalam lingkungan kita sangatlah penting, karena dengan memaknai kita akan mengetahui apa yang akan kita lakukan dan tujuan apa yang akan kita capai. Terkait dengan pemaknaan dosen FISIP UNS terhadap gaya pakaian kuliah mahasiswa, maka terdapat perbedaan dosen yang satu dengan dosen yang lain. Dosen adalah unsur dari institusi pendidikan yang paling sering berinteraksi secara langsung dengan mahasiswa. Unsur sivitas akademika lain yang erat hubungannya dengan kehidupan mahasiswaadalah pegawai administrasi.
Banyak dosen mengeluhkan gaya pakaian kuliah yang
dikenakan mahasiswa saat ini jauh dari etika yang ada. Tidak jarang mahasiswa tidak boleh mengikuti perkuliahan karena pakaian yang dikenakan mahasiswa dianggap tidak rapi atau sopan, seperti memekai kaos oblong, sandal, atau pakaian yang ketat dan sedikit terbuka. Hal seperti ini tentunya akan sedikit mengganggu perkuliahan dan merugikan mahasiswa sendiri akibat tidak adanya kedisiplinan mahasiswa. Dapat dikatakan, penampilan merupakan salah satu bentuk kontrol sosial untuk mahasiswa. Dari hasil wawancara ternyata terdapat perbedaan makna dan pandangan informan mengenai gaya pakaian kuliah mahasiswa FISIP UNS. Pandangan informan bisa positif dan juga negatif. Berikut paparan informan
commit to user 97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari kalangan dosen mengenai pemaknaan gaya pakaian kuliah mahasiswa FISIP UNS: “Pakaian merupakan cerminan selera kita. Bagi saya yang penting sopan dan tidak terbuka sampai mengganggu orang lain. Biasanya kalau saya ya mengingatkan mahasiswa yang tidak tertib itu di lain waktu secara individu. Karena jika ditegur di depan banyak orang saya khawatir mahasiswa akan down secara psikologis. Ya ta??...” (Wawancara 5 Mei 2010)
Ada pula informan yang memandang bahwa pakaian adalah bentuk penghormatan bagi diri sendiri maupun terhadap lembaga. Jika mahasiswa tidak menhgormati lembaga maka informan tidak bisa mentolelir penyimpangan tersebut. Berikut adalah ungkapan informan.
“Bagi saya, saya sangat sulit mentolelir, karena dia tidak menghormati dirinya sendiri, dan tidak menghormati lembaga. Saya tidak bisa menerima hal seperti itu, apalagi memakai sandal dalam lingkungan kampus sangat saya anggap tidak sopan” (Wawancara 6 Mei 2010)
Dosen sebagai pendidik yang mencetak professional dan ahli memandang penampilan mahasiswa adalah cerminan dari kepribadian. Mahasiswa sebagai insan yang berpendidikan seharusnya menampilkan atau mencitrakan dirinya sebagai orang yang berpendidikan. Mahasiswa seharusnya bisa menyesuaikan diri dimana ia berada. Seperti halnya dikampus, mahasiswa harus menyesuaikan diri dengan norma yang ada. Norma-norma yang ada dalam kehidupan kampus salah satunya adalah
commit to user 98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
norma kesopanan. Oleh karena itu sopan santun sangantlah penting di dalam kehidupan kita dan merupakan cara yang paling mudah agar kita dapat diterima oleh lingkungan dimana kita berada. Caranya dengan memulai dari diri sendiri, setelah itu kita akan paham bagaimana cara menghormati dan bersikap sopan santun kepada orang lain. Norma kesopanan dapat diaplikasikan dalam tindakan mahasiswa maupun dalam penampilan yang diperlihatkan mahasiswa, yakni penampilan dalam berpakaian khususnya saat berada dalam lingkungan kampus. Informan dari kalangan pimpinan fakultas juga mempunyai pandangan mengenai gaya pakian kuliah mahasiswa FISIP UNS. Sebagai unsur pimpinan fakultas, tentunya pandangan informan sedikit berbeda dengan pandangan informan kalangan dosen mapaun kalangan pegawai administrasi. Berikut ungkapan informan mengenai pandangannya terhadap gaya pakaian kuliah mahasiswa FISIP UNS:
“Sebagian besar belum sesuai etika atau aturan yang berlaku di FISIP, justru sangat memprihatinkan. Semakin kesini mahasiswba banyak yang memakai kaos oblong, pakaian ketat, dan pakaian terbuka… Biasanya mahasiswa selalu saya tegur atau saya peringatkan. Saya rasa kedisiplinan mahasiswa FISIP masih rendah sehingga derajat kepatuhannya masih rendah, banyak mahasiswa yang melanggar tata tertib, salah satunya tata tertib berpakaian” (Wawancara 29 April 2010)
commit to user 99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal senada juga diungkapkan informan dari kalangan pegawai administrasi. Informan menilai bahwa pakaian yang dikenakan mahasiswa saat mengurus administari sebagai berikut :
“…Masih ada mahasiswa yang mengurus administrasi pakai kaos oblong atau sandal. Saat ujian juga begitu, ada beberapa mahasiswa memakai kaos, walaupun ditutup jaket...” (Wawancara 30 April 2010)
Untuk lebih memperjelas, penulis sajikan matrik jawaban informan mengenai kepatuhan mahasiswa FISIP UNS dari unsur mahasiswa dan matrik jawaban informan dari unsur dosen, pimpinan fakultas, dan pegawai administrasi
commit to user 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matrik 5. Sikap dosen terhadap mahasiswa yang gaya pakaiannya tidak sesuai dengan etika di kampus Informan
Bagaimana menyikapi mahasiswa yang memakai kaos oblong, sandal saat mengikuti kegiatan kulikuler di kampus?Jawaban dari pertanyaan Menegur, mengingatkan, tidak boleh kuliah
Dra. Suyatmi, MS (Pembantu Dekan III bagian Kemahasiswaan) Drs. Agung Priyono, Mengingatkan M.Si (Sekjur Ilmu Administrasi) Dra. Prahastiwi Utari, Menegur dan mengingatkan M.Si, Ph.D (Kajur Ilmu Komunikasi) Dra. Hj. Sri Hilmi Mengingatkan dan menegur Pujihartati, M.Si (Sekjur Sosiologi) Drs. TA. Gutama Dibiarkan saja (Jurusan Sosiologi) Drs. Argyo Demartoto, Mengingatkan M.Si (Jurusan Sosiologi) Dra. Hj. Lestariningsih, Menegur, tidak memberi pelayanan konsultasi, tidak M.Si (Jurusan Ilmu boleh masuk kuliah Administrasi) Prof. Dr. Andrik Tidak bisa mentolelir bila mahasiswa memakai sandal Purwasito, DEA (Jurusan Ilmu Komunikasi) Drs. Widodo, M.Soc Menegur (Kasubbag Pendidikan) Sri Danuyah Menegur (kemahasiswaan) Dinar Puspita Dewi, Menegur S.Sos (perpustakaan) Sumber : Data primer April-Mei 2010
commit to user 101
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lain halnya dengan pandangan informan dari kalangan mahasiswa. Sebagai kaum muda yang selalu mengikuti trend, informan juga mempunyai penilaian tersendiri terhadap bagaimana gaya pakaian kuliah dirinya dan teman-temannya. Berikut penuturan informan:
“Kalau menurut aku, gaya pakaian kuliah mahasiswa di FISIP keren. Banyak mahasiswa yang mengikuti mode. Wajar-wajar aja sih… Tapi kalau sampai pakai kaos oblong atau sandal ya nggak sopan, dan sekarang banyak yang pakai kaos oblong…” (Wawancara 5 Mei 2010)
Hal yang hampir sama juga dituturkan oleh Ike,
“Gaya pakaian kuliah mahasiswa FISIP sebagain besar mengikuti mode. Mungkin ada juga yang sering pakai kaos oblong karena pengen santai, atau memang itu kebiasaan dia pakai kaos oblong. Tapi sebenarnya kalau pakai kaos oblong kurang sopan, apalagi kalau cewek pakai baju ketat dan agak terbuka” (Wawancara 27 Aperil 2010)
Tidak adanya kesesuaian hal yang seharusnya dengan senyatanya pasti akan menimbulkan masalah. Begitu juga dengan apa yang seharusnya terwujud dari pemberlakuan suatu tata tertib dengan keadaan yang sebenarnya. Seperti tata tertib berpakaian yang berlaku di FISIP UNS, seharusnya mahasiswa mematuhi tata tertib itu. Namun pada kenyataannya sebagian
mahasiswa
masih
melanggar
tata
tertib
tersebut.
Dari
ketidaksesuaian itu, tentu menimbulkan reaksi berupa sikap dosen atau pegawai administrasi terhadap mahasiswa yang mengenakan pakaian tidak
commit to user 102
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sesuai dengan tata tertib yang berlaku di FISIP UNS. Berikut penuturan informan dari kalangan dosen mengenai sikapnya terhadap mahasiswa yang memakai kaos oblong, sandal, pakaian ketat dan terbuka, atau memakai celana robek saat berada di lingkungan kampus:
“Mahasiswa adalah masa saat mencari jati diri, bertindak sesuka hati. Jadi saya biarkan saja, karena pada waktunya mereka akan sadar sendiri” (Wawancara 4 Mei 2010)
Paparan
diatas
merupakan
bagaimana
informan
menyikapi
mahasiswa yang memakai kaos oblong atau sandal saat kuliah. Informan cenderung membiarkan mahasiswa berbuat sesuka hati karena pada saatnya mahasiswa akan menyadari perbuatannya. Sedangkan informan lain mengungkapkan hal yang berbeda. Berikut ungkapan informan.
“Saya tegur atau saya peringatkan secara langsung saat kuliah atau masuk ke ruang saya. Kalau mau ikut kuliah atau konsultasi dengan saya, biasanya saya suruh mahasiswa tersebut pulang dulu utnuk ganti baju atau tidak ikut kuliah atau tidak mendapatkan pelayanan konsultasi sama sekali…” (Wawancara 29 April 2010)
“Langsung saya tegur, saya ingatkan juga, karena itu merupakan kewajiban saya…” (Wawancara 6 Mei 2010)
commit to user 103
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari ungkapan kesebelas informan, sebagian besar informan menyikapi mahasiswa yang memakai pakaian tidak sesuai dengan kata tertib dengan menegurnya. Teguran biasanya disampaikan secara langsung maupun tidak langsung. Ada juga informan yang menyikapi dengan lebih tegas yakni tidak boleh mengikuti kuliah atau konsultasi. Untuk lebih mempertegas paparan informan diatas, berikut penulis mepaparkan juga apa bentuk perlakuan bahkan sanksi yang diterima mahasiswa jika melanggar tata tertib berpakaian yang berlaku di FISIP UNS dari dosen ataupun pegawai administrasi:
“Pernah mbak, waktu ujian… Sanksinya ya berupa teguran itu, menurut saya teguran sudah merupakan sanksi” (Wawancara 28 April 2010)
“Pernah lah… waktu ujian, nekat pakai kaos sih… Untungnya cuma ditegur tok… Tapi menurutku belum pernah dapat sanksi ya…” (Wawancara 4 Mei 2010)
Dari pengungkapan informan diatas, beragam reaksi atau sikap yang ditunjukkan dosen dan pegawai administrasi kepada mahasiswa yang gaya pakaiannya dipandang tidak sesuai dengan tata tertib kampus. Hampir semua informan dosen dan pegawai administrasi menegur mahasiswa, dan sebagian informan dari kalangan mahasiswa pernah mengalami teguran. Sebagain informan yang lain menegungkapkan belum pernah ditegur dosen atau pegawai administrasi jika memakai kaos atau sandal saat kuliah. Berarti
commit to user 104
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
belum semua dosen ataupun pegawai administrasi benar-benar menjalankan apa yang tertulis dalam tata tertib kehidupan mahasiswa UNS. Informan juga belum pernah mendapatkan sanksi. Dalam SK Surat Keputusan Rektot No. 487A/J27/KM/2005 dalam Tata Tertib Kehidupan Mahasiswa sub F dijelaskan pula tentang tata tertib busana yakni sebagai berikut; 1) Setiap mahasiswa harus berpakaian sopan dan rapi sesuai dengan norma-norma yang berlaku, 2) Jenis dan macam pakaian disesuaikan dengan kegiatan yang sedang dilaksanakan ,3) Mahasiswa dilarang mengenakan kaos oblong dan sandal pada saat kegiatan kulikuler di dalam ruang kuliah. Himbauan dari FISIP juga mahasiswa tidak boleh memakai kaos oblong, sandal, dan celana robek saat berada di lingkungan FISIP UNS. Mahasiswa dengan jiwa mudanya sudah barang tentu mempunyai pendapat yang berbeda dengan dosen dan pegawai administrasi mengenai gaya pakaian yang sebaiknya gikenakan saat kuliah. Informan mahasiswa menuturkannya sebagai berkut: “Cewek pakai kemeja, pakaian yang tidak ketat dan tidak terbuka atau tipis, memakai sepatu. Cowok sebaiknya pakai kemeja atau kaos kerah, sepatu, dan celana yang rapi” (Wawancara 28 April 2010)
“Gaya pakainnya yang penting tidak ketat atau terbuka, rapi, bersih. Terutama cowok jangan pakai celana belel” (Wawancara 28 April 2010)
commit to user 105
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal yang lebih sederhana diungkapkan oleh Kharis,
“Kaos berkerah, celana yang tidak robek, dan bersepatu…” (Wawancara 27 April 2010)
Untuk lebih memperjelas, penulis sajikan matrik jawaban informan mengenai gaya pakaian yang diharapkan mahasiswa FISIP UNS .
Matrik 6. Gaya pakaian yang diinginkan mahasiswa Informan
Jawaban dari pertanyaan Bagaimana sebaiknya gaya pakaian yang sopan dikenakan mahasiswa di kampus? Ike Berkemeja, pakaian tidak ketat, tidak terbuka, tidak Ilmu Administrasi 2007 tipis, bersepatu, celana rapi. (reguler) Kurniawan Sopan, rapi, bersih, bersepatu, kaos berkerah Ilmu Administasi 2009 (transfer) Ade Baju tidak ketat / terbuka, bersih, rapi, tidak belel. Ilmu Komunikasi 2008 (transfer) Dini Berkemeja, celana rapi dan bersih, pakaian tidak terlalu Ilmu Komunikasi terbuka / ketat 2007 (reguler) Kharis Kaos berkerah, celana yang tidak robek, bersepatu Sosiologi 2007 reguler) Dian Rapi dan sopan, sesuai norma. Sosiologi 2007 (Non reguler) Lina Pakaian tidak ketat, tidak belel, dan bersepatu D3 Broadcast 2007 Sumber: Data primer April-Mei 2010
commit to user 106
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada umumnya informan dari kalangan mahasiswa berpendapat bahwa gaya pakaian yang sebaiknya dikenakan mahasiswa saat kuliah adalah rapi, sopan, bersih, bersepatu, berkemeja, jika memakai kaos yang berkerah, pakaian yang dikenakan tidak ketat dan tidak terbuka. Hal serupa juga diungkapkan informan dari kalangan dosen dan pegawai administrasi. Berikut pendapat informan dari kalngan pimpinan fakultas mengenai gaya pakaian yang sebaiknya dikenakan mahasiswa berada di lingkungan FISIP:
”Pakaian yang sebaiknya dikenakan mahasiswa tentunya yang rapi, bersih, sopan, berkemeja, tidak memekai pakaian ketat, tidak memakai pakaian yang terbuka, dan harus bersepatu” (Wawancara 29 April 2010)
”Kalau menurut saya mengikuti trend boleh saja asal sopan, tidak ketat, tidak terbuka, rapi dan sesuai norma yang ada...” (Wawamcara 7 Mei 2010)
Hal yang lebih detail diungkapkan linforman dari kalangan dosen mengenai gaya pakaian yang sebaiknya dikenakan mahasiswa saat mengikuti kegiatan akademik di lingkungan kampus FISIP UNS. Berikut penuturan informan :
commit to user 107
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
”Boleh saja mengikuti trend, asal masih santun, dan tidak terbuka. Kampus adalah lembaga formal sehingga pakaian yang dipakai juga harus formal. Cewek memakai pakaian yang tertutup, muslimah sesuai akidah, atau adat ketimuran. Cowok tidak boleh memakai kaos oblong, sandal, dan celana robek. Semua harus normatif’ (Wawancara 6 Mei)
Informan dari kalangan pegawai administrasi juga mengungkapkan pendapatnya mengenai gaya pakaian yang sebaiknya dikenakan mahasiswa FISIP UNS saat mengurus administrasi, berikut pandangannya :
”... Baju rapi, bersih, tidak belel, tidak neko-neko, dan tertutup...” (Wawancara 30 April 2010,)
Untuk lebih memperjelas, penulis sajikan matrik jawaban informan mengenai gaya pakaian mahasiswa yang diharapkan dosen.
commit to user 108
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matrik 7. Gaya pakaian kuliah mahasiswa yang diharapkan dosen Informan
Gaya pakaian yang seharusnya dikenakan mahasiswa saat mengikuti kegiatan akademik di kampus? Rapi, bersih, sopan, berkemeja, pakaian ketat, tidak terbuka, dan bersepatu.
Dra. Suyatmi, MS (Pembantu Dekan III bagian kemahasiswaan) Drs. Agung Priyono, Boleh ikuti trend, sopan, tidak ketat, tidak terbuka, dan M.Si (Sekjur Ilmu rapi sesuai norma. Administrasi) Dra. Prahastiwi Utari, Pakaian formal M.Si, Ph.D (Kajur Ilmu Komunikasi) Dra. Hj. Sri Hilmi Pantas pakai, formal, mencerminkan orang yang Pujihartati, M.Si terpelajar (Sekjur Sosiologi) Drs. TA. Gutama Pakaian tidak terbuka, tidak memakai kaos oblong (Jurusan Sosiologi) atau sandal. Drs. Argyo Demartoto, berkemeja, bersepatu, celana rapi dan tidak robek / M.Si (Jurusan belel Sosiologi) Dra. Hj. Lestariningsih, Modis tetap sopan, tertutup, baju tidak ketat M.Si (Jurusan Ilmu Administrasi) Prof. Dr. Andrik Boleh ikut tren, santun, dan tidak terbuka, pakaian Purwasito, DEA formal, berkemeja, bersepatu. (Jurusan Ilmu Komunikasi) Drs. Widodo, M.Soc Tidak pakai kaos oblong, formal, bersepatu (Kasubbag Pendidikan) Sri Danuyah Pakaian formal (kemahasiswaan) Dinar Puspita Dewi, Rapi, bersih, tidak belel, tidak neko-neko, dan tertutup S.Sos (perpustakaan) Sumber: Data primer April-Mei 2010
commit to user 109
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Petugas Penegak Tata Tertib Berpakaian Mahasiswa FISIP UNS Untuk menjalankan suatu tata tertib, selain masyarakat yang terkena tata tertib itu diperlukan juga petugas yang menegakkan tata tertib berpakaian di FISIP UNS. Petugas penegak tata tertib mencakup semua tingkatan dalam suatu lembaga, oleh karena menyangkut petugas-petugas pada strata atas, menengah, dan bawah. Di dalam melaksanakan tugastugasnya, petugas seharusnya mempunyai pedoman, antara lain peraturan tertulis tertentu yang mencakup ruang lingkup tugas-tugasnya. Segenap unsur sivitas akademika merupakan petugas yang menegakkan tata tertib berpakaian di FISIP UNS. Siapa petugas yang mempunyai kewenangan dalam menegakkan tata tertib berpakaian di kampus, pedoman apa yang petugas penegak tata tertib gunakan untuk menegakkan tata tertib berpakaian itu, dan sejauh mana petugas sebaiknya memberikan kebijaksanaan kepada mahasiswa yang melanggar tata tertib berpakaian, berikut penulis paparkan lebih lanjut. Banyak sekali pandangan siapa yang seharusnya menjadi penegak tata tertib berpakaian di FISIP UNS. FISIP UNS sendiri terdiri dari berbagai unsur seperti pimpinan fakultas, dosen, senat fakultas, jurusan, dan bagian administrasi. Berbagai unsur tersebut juga mempunyai tingkatan dari strata tinggi sampai ke strata yang paling bawah. Berikut pengungkapan informan dari kalangan mahasiswa mengenai siapa yang seharusnya menjadi petugas yang menegakkan tata tertib berpakaian di FISIP UNS:
commit to user 110
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
”Kalau menurut saya seharusnya semua unsur dari kampus FISIP, dari dekan, dosen, TU, sampai mahasiswa sendiri harus saling mengingatkan” (Wawancara 28 April 2010)
Hal serupa juga diungkapkan informan dari kalangan unsur pimpinan fakultas, bahwa semua unsur sivitas akademika FISIP UNS adfalah petugas yang menegakkan tata tertib berpakaian mahasiswa, termasuk wadah kegiatan mahasiswa atau organisasi mahasiswa. Berikut paparannya :
”Seluruh sivitas akademika, karena kalau dosen saja tidak akan efektif, termasuk mahasiswa. Termasuk juga UKM sebagai wadah kegiatan mahasiswa sebaiknya mengingatkan anggotanya...” (Wawancara 29 April 2010)
”Seluruh sivitas akademika FISIP UNS tentunya... Mahasiswa juga harus saling mengingatkan temannya” (Wawancara 6 Mei 2010
Informan dari kalangan pegawai administrasi juga mengungkapkan pendapatnya mengenai petugas yang seharusnya menegakkan tata tertib berpakaian mahasiswa FISIP UNS. Hal yang sedikit berbeda diungkapkan informan, menurut informan bagian kemahasiswaan lebih mempunyai wewenang untuk menegakkan tata tertib berpakaian mahasiswa. Berikut penuturannya :
commit to user 111
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
”...Terutama kemahasiswaan, tetapi dosen dan pegawai juga harus menegakkan peraturan yang berlaku di kampus” (Wawancara 30 April 2010)
Dari seluruh informan mengungkapkan semua unsur sivitas akademika FISIP UNS baik dari unsur mahasiswa sendiri, Dekan, Dosen, Staff Pegawai, sampai UKM harus mengingatkan mahsiswa untuk menciptakan tata tertib berpakaian di FISIP UNS. Namun sembilan informan mengungkapkan bahwa dosen yang paling utama mengingatkan mahasiswa karena dosen yang paling sering berinteraksi dengan mahasiswa. Selain itu, tiga informan lain lebih menekankan pada bidang kemahasiswaan yang berwenang menegakkan tata tertib berpakaian di FISIP UNS karena bagian kemahasiswaan cenderung lebih dekat dengan keseharian mahasiswa. Informan dari unsur dosen mengungkapkannya sebagai berikut :
”Yang paling utama dosen harus mengingatkan, karena dosen selalu berinteraksi dengan mahasiswa...” (Wawancara 5 Mei 2010)
Untuk lebih mempertegas jawaban informan mengenai siapa yang seharusnya menjadi petugas penegak tata tertib berpakaian di FISIP UNS, maka penulis sajikan matrik jawaban informan sebagai bertikut :
commit to user 112
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matrik 8. Petugas penegak tata tertib berpakaian di FISIP UNS Informan
Siapa yang seharusnya menegakkan tata tertib berpakaian bagi mahasiswa? Seluruh sivitas akademika.
Dra. Suyatmi, MS (Pembantu Dekan III) Drs. Agung Priyono, M.Si Seluruh stakeholder FISIP (Sekjur Ilmu administrasi) Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Seluruh sivitas akademik FISIP dan mahasiswa Ph.D (Kajur Ilmu Komunikasi) Dra. Hj. Sri Hilmi Pujihartati, Dosen dan mahasiswa sendiri M.Si (Sekjur Sosiologi) Drs. TA. Gutama Seluruh dosen (Jurusan Sosiologi) Drs. Argyo Demartoto, M.Si Seluruh dosen dan staff FISIP (Jurusan Sosiologi) Dra. Hj. Lestariningsih, M.Si Seluruh dosen (Jurusan Ilmu Administrasi) Prof. Dr. Andrik Purwasito, Semua Sivitas Akademika DEA (Jurusan Ilmu Komunikasi) Drs. Widodo, M.Soc Kemahasiswaan dan mahasiswa sendiri (Kasubbag Pendidikan) Sri Danuyah (kemahasiswaan) Mahasiswa sendiri Dinar Puspita Dewi, S.Sos Kemahasiswaan (perpustakaan) Ike, Ilmu Administrasi 2007 Seluruh Sivitas Akademika (reguler) Kurniawan, Ilmu Administasi Dosen 2009 (transfer) Ade, Ilmu Komunikasi 2008 Semua sivitas akademika FISIP (transfer) Dini, Ilmu Komunikasi 2007 Dosen (reguler) Kharis, Sosiologi 2007 Satpam (reguler) Dian, Sosiologi 2007 (Non Dosen dan seluruh pegawai reg) Lina D3 Broadcast 2007 Dosen Sumber: Data primer April-Mei 2010
commit to user 113
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari matrik diatas, dapat diketahui bahwa lima informan menyatakan bahwa terutama dosen yang menegakkan tata tertib berpakaian mahasiswa. Alasannya, dosen adalah unsur sivitas akademika yang paling sering berinteraksi dengan mahasiswa. Tujuh informan lain mengungkapkann pendapatnya bahwa semua unsur sivitas akademika FISIP UNS adalah petugas yang menegakkan tata tertib berpakaian mahasiswa, termasuk sesama mahasiswa hendaknya saling mengingatkan. Empat informan lain cenderung memilih bagian kemahasiswaanlah yang menjadi petugas penegak tata tertib berpakaian untuk mahasiswa FISIP UNS. Bagian kemahasiswaan dianggap paling dekat dengan kegiatan mahasiswa. Sedangkan satu informan sisanya mengungkapkan bahwa petugas yang menegakkan tata tertib berpakaian mahasiswa adalah satpam. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, petugas harus punya pedoman untuk menegakkan tata tertib berpakaian bagi mahasiswa. Ada berbagai pedoman yang digunakan petugas penegak tata tertib untuk menciptakan tertib berpakaian mahasiswa, baik pedoman tertuluis maupun tidak tertulis. Dengan adanya pedoman itu juga bisa diketahui derajat kepatuhan mahasiswa pada tata tertib berpakaian yang berlaku di FISIP UNS. Berikut paparan para informan dari kalangan unsur pimpinan fakultas:
commit to user 114
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
”...SK Rektor itu, dan norma lain yang mengatur kehidupan kita. Saya rasa derajat kepatuhan mahasiswa masih rendah, banyak mahasiswa yang melanggar tata tertib itu...” (Wawancara 29 April 2010)
Senada dengan informan sebelumnya, informan dari unsur pegawai administrasi dan unsur dosen juga mengungkapkan hal yang sama. Berikut penuturannya :
”Tentunya SK Rektor itu, dan norma kesopanan yang berlaku bagi kita masyarakat timur. Sebagian mahasiswa belum patuh pada peraturan itu...” (Wawancara 30 April 2010)
Informan dari unsur doen juga mengungkapkan hal yang serupa dan menambahkan bahwa peraturan yang ada tidak begitu diindahkan oleh mahasiswa.
”Aturan dari universitas. Jurusan juga punya aturan sendiri yang ditempel di pintu jurusan. Namun mahasiswa masih ada yang tidak mengindahkannya. Jadi tulisan hanya akan menjadi tulisan saja...” (Wawancara 4 mei 2010)
Sebagai unsur sivitas akademik FISIP UNS dan petugas yang menegakkan
tata
tertib
berpakaian
mahasiswa,
semua
informan
mengungkapkan bahwa pedoman yang mereka gunakan adalah peraturan tertulis dari SK Rektor yang implementasinya berwujud peringatan yang terdapat di tempat-tempat strategis di FISIP. Selain itu informan juga
commit to user 115
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengungkapkan bahwa pedoman yang mereka gunakan untuk menegakkan tata tertib berpakaian mahasiswa adalah norma atau etika yang berlaku dalam kehidupan masyarakar secara umum. Norma atau etika tersebut antara lain adalah norma atau etika kesopanan. Alasannya, setiap masyarakat memang mempunyai norma-norma itu dan harus dijunjung tinggi terutama etika kesopanan. Sopan atau tidaknya seseorang juga dapat dilihat melalui gaya pakaian yang dikenakan. Sebagai penegak tata tertib berpakaian bagi mahasiswa segenap unsur sivitas akademika mempunyai kewenangan memberikan kebijaksanaan kepada mahasiswa yang melanggar tata tertib berpakaian di FISIP UNS. Kebijaksanaaan yang diberikan kepada mahaiswa yang gaya pakaiannya tidak sesuai dengan tata tertib kampus dimaksudkan agar mahasiswa tidak mengulangi melanggar tata tertib berpakaian. Selain itu, petugas memberikan kebijaksanaan bertujuan untuk menciptakan kedisiplinan dan iklim perkuliahan yang kondusif. Berikut paparan beberapa informan dari unsur dosen mengenai kebijaksanakan yang biasanya diberikan kepada mahasiswa yang melanggar tata tertib berpakaian di FISP UNS:
”...Petugas harus berpijak pada aturan yang ada, atau ditegur saja, semacam sanksi moral...” (Wawancara 5 Mei 2010)
commit to user 116
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal yang hampir sama juga diungkapkan oleh informan dari unsur akademik (jurusan) yakni sebagai berikut :
”Tentunya menegur tidak boleh masuk ruang dosen untuk konsultasi atau ikut kuliah...” (Wawancara 6 Mei 2010)
Kebijaksanaan dari penegak tata tertib berpakaian mahasiswa di FISIP UNS sangat tergantung pada diri masing-masing petugas. Sejauhmana kebijaksanaan diberikan juga berpangkal dari sejauhmana mahasiswa melanggar tata tertib berpakaian yang berlaku di FISIP UNS. Menurut tujuh informan kebijaksanaan diimplementasikan dengan bentuk teguran atau peringatan kepada mahasiswa yang gaya pakaian kuliahnya tidak sesuai dengan tata tertib. Teguran atau peringatan dirasa sudah cukup untuk membuat mahasiswa lebih menghargai tata tertib yang ada. Teguran dan peringatan juga dipandang cukup karena mahasiswa sudah dewasa. Selain teguran dan peringatan, empat informan menyatakan bahwa perlu juga sanksi tidak boleh mengikuti proses kuliah, konsultasi, atau mengurus administrasi. Informan dari unsur mahasiswa juga mempunyai pendapat hampir sama mengenai kebijaksanaan apa yang pantas diberikan petugas penegak tata tertib terhadap mahasiswa yang melanggar tata tertib berpakaian. Sanksi moral sebagai bentuk kebijaksanaan yang diberikan kepada mahasiswa dirasa sudah cukup memberikan efek jera. Berikut adalah ungkapan informan dari unsur mahasiswa :
commit to user 117
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
”Ditegur atau diperingatkan secara halus atau dengan sindiran agar mahasiswa malu dan tidak mengulangi memakai kaos dan sandal lagi dikampus” (Wawancara 28 April 2010)
G. Fasilitas penegak tata tertib berpakaian mahasiswa FISIP UNS Fasilitas untuk menciptakan tata tertib berpakaian di FISIP UNS adalah segala bentuk benda atau sarana fisik yang dapat digunakan sebagai sarana penyampaian pesan, peringatan, ataupun himbauan. Fasilitas yang diharapkan akan dapat mendukung pelaksanaan kaedah hukum, dalam hal ini tertib berpakaian mahasiswa. Fasilitas digunakan untuk mencapai tujuan tertib berpakaian tersebut. Ruang lingkupnya adalah terutama sarana fisik yang berfungsi sebagai faktor pendukung. Secara lebih jelas fasilitas untuk menciptakan tata tertib tersebut adalah bentuk tulisan, gambar, atau simbol yang berisi pesan untuk menciptakan tata tertib berpakaian tersebut. Terwujudnya tertib berpakaian mahasiswa FISIP UNS tidak bisa lepas dari berjalannya tata tertib berpakaian yang berlaku. Tata tertib berpakaian memang sudah dijalankan. Hal ini terbukti dengan adanya peringatan-peringatan untuk berpakaian sopan , tidak memakai sandal, celana robek, dan kaos oblong di loby tiap gedung dan pintu-pintu ruangan-ruangan yang ada di FISIP UNS. Selain itu, dosen juga seringkali membuat kontrak kuliah dengan mahasiswa agar tidak memakai sandal atau kaos oblong saat kuliah atau konsultasi. Salah satu tata tertib ujian juga mengharapkan agar mahasiswa berpakaian sopan saat mengikuti ujian. Namun, masih ada saja
commit to user 118
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
beberapa mahasiswa yang tidak mengindahkannya. Berikut pengungkapan informan dari unsur mahasiswa mengenai sejauh mana efektifitas fasilitas himbauan tata tertib berpakaian bagi mahasiswa:
”Belum begitu efektif... Banyak mahasiswa yang masih pakai kaos oblong, sandal, dan pakaian ketat saat kuliah...” (Wawancara 5 Mei 2010)
”Belum efektif si mbak, banyak banget mahasiswa yang pakai kaos oblong pas kuliah...” (Wawancara 4 Mei 2010)
Semua informan dari kalangan mahasiswa menyatakan bahwa fasilitas himbauan untuk tertib berpakaian bagi mahasiswa belum begitu efektif. Hal ini dilihat dari masih ada sebagian mahasiswa yang memakai kaos oblong, sandal, pakain ketat atau sedikit terbuka saat kuliah. Hal serupa juga diuangkapkan informan dari kalangan dosen dan pegawai administrasi FISIP UNS, berikut penuturannya:
”...Saya rasa belum begitu efektif, banyak mahasiswa yang tidak mengindahkan tata tertib kehidupan kampus...” (Wawancara 30 April 2010)
Hal senada juga diungkapkan oleh informan dari unsur pimpinan fakultas.
commit to user 119
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
”Belum efektif, karena seluruh sivitas akademika FISIP belum kompak menegakkan tata tertib kehidupan mahasiswa. Apalagi hal seperti ini sudah membudaya di FISIP, berbeda dengan FE mahasiswa FISIP tidak disiplin” (Wawancara 29 April 2010)
Seperti yang diungkapkan informan dari unsur pegawai administrasi dan unsur pimpinan, informan dari unsur dosen juga mengungkapkan hal yang senada. Berikut ungkapan informan :
” Belum begitu efektif, tulisan hanya kan menjadi tulisan saja karena tidak semua mahasiswa mengindahkannya” (Wawancara 4 Mei 2010)
Informan mengungkapkan bahwa himbauan peringatan untuk menciptakan tata tertib berpakaian bagi mahasiswa belum begitu atau kurang efektif. Menurut informan, banyak mahasiswa yang tidak mengindahkan tata tertib berpakaian yang berlaku di FISIP UNS yang ditunjukkan masih ada sebagian mahasiswa yang memakai kaos oblong atau sandal saat kuliah. Sedangkan informan lain mengungkapkan bahwa himbauan atau peringatan untuk menciptakan tata tertib berpakaian bagi mahasiswa sudah cukup efektif. Para informan juga mengharapkan adanya peningkatan tertib berpakaian mahasiswa FISIP UNS. Berikut penulis sajikan matrik jawaban informan mengenai keefektikan fasilitas tata tertib berpakaian di FISIP UNS.
commit to user 120
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matrik 9. Efektifitas Fasilitas Tata Tertib Berpakaian mahasiswa FISIP UNS Informan Ike Ilmu Administrasi 2007 (reguler) Kurniawan Ilmu Administasi 2009 (transfer) Ade Ilmu Komunikasi 2008 (transfer) Dini Ilmu Komunikasi 2007 (reguler) Kharis Sosiologi 2007 (reguler) Dian Sosiologi 2007 (Non reguler) Lina, D3 Broadcast 2007 Dra. Suyatmi, MS (Pembantu Dekan III bagian kemahasiswaan) Drs. Agung Priyono, M.Si (Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi) Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D (Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi) Dra. Hj. Sri Hilmi Pujihartati, M.Si (Sekretaris Jurusan Sosiologi) Drs. TA. Gutama (Jurusan Sosiologi)
Sejauh mana efektifitas himbauan untuk tertib berpakaian di kampus? Belum begitu efektif
Belum efektif
Belum begitu efektif
Tidak begitu efektif
Tidak efektif Belum begitu efektif
Belum efektif Belum efektif
Cukup efektif
Kurang efektif
Tidak efektif
Belum begitu efektif.
commit to user 121
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Drs. Argyo Kurang efektif Demartoto, M.Si (Jurusan Sosiologi) Dra. Hj. Cukup efektif Lestariningsih, M.Si (Jurusan Ilmu Administrasi) Prof. Dr. Andrik Cukup efekktif Purwasito, DEA (Jurusan Ilmu Komunikasi) Drs. Widodo, M.Soc Belum begitu efektif (Kasubbag Pendidikan) Sri Danuyah Belum begitu efektif (kemahasiswaan) Dinar Puspita Dewi, Belum begitu efektif S.Sos (perpustakaan) Sumber: Data primer April-Mei 2010
Untuk mewujudkan tercapainya tertib berpakaian mahasiswa FISIP UNS adalah dengan cara menjalankan tata tertib itu. Pada penjelasan sebelumnya sudah dipaparkan mengenai kaidah tata tertib berpakaian itu sendiri, petugas penegak tata tertib berpakaian dan fasilitas himbauan atau peringatan tata tertib berpakaian mahasiswa FISIP UNS. Untuk mewujudkan tertib berpakaian mahasiswa, informan mempunyai pandangan mengenai cara untuk meningkatkan efektifitas fasilitas himbauan. Ketika ditanya mengenai pandangan mengenai cara mengingkatkan efektititas fasilitas himbauan beragam pemikiran diungkapkan informan dari unsur pimpinan
commit to user 122
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
fakultas sebagai pihak yang sangat berwenang dalam mengurusi masalah kemahasiswaan, berikut paparannya:
”...Kembali mengevaluasi agar seluruh sivitas akademika FISIP UNS kompak dalam mengawal ketertiban bagi mahasiswa, salah satunya tertib dalam berpakaian. Karena tanpa evaluasi, fasilitas himbauan tidak akan berjalan efektif” (Wawancara 29 April 2010)
Menjabat sebagai Pembantu dekan bagian kemahasiswaan, informan mempunyai pandangan yang sedikit berbeda dengan informan lain. Tugas keseharian informan yang selalu berhubungan dengan kehidupan mahasiswa di kampus membuat informan sangat memperhatikan perkembangan mahasiswanya. Informan memiliki pandangan bahwa peningkatan efektifitas harus diawali dahulu dengan evaluasi seluruh unsur sivitas akademika agar kompak dalam menciptakan ketertiban mahasiswa. Lain halnya dengan informan dari unsur dosen, informan lebih menekankan untuk sering mengingatkan mahasiswa agar berpakaian santun. Cara petugas penegak tata tertib mengingatkan mahasiswa agar tertib berpakaian adalah dengan sosialisasi. Berikut penuturan informan:
commit to user 123
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
”Sosialisasi dalam Osmaru/OSPEK , sosialisasi saat kuliah pertama, atau dengans elebaran leafler. Mahasiswa juga harus mempelajari buku pedoman yang sudah diberikan oleh universitas. (Wawancara 5 Mei 2010) Sosialisasi tampaknya menjadi alternatif sebagian informan sebagai cara untuk meningkatkan efektifitas tata tertib berpakaian mahasiswa FISIP UNS. Dengan sosiasisasi akan menanamkan pandangan bahwa pakaian merupakan cerminan diri mahasiswa sebagai orang terpelajar. Sosialisai juga akan efektif jika dilakukan serentak atau melalui kontrak kuliah bersama dosen. Sosialisasi juga harus sering dilakukan, karena pesan suatu tata tertib akan sampai pada mahasiswa jika terus dikomunikasikan. Sosialisasi tidak hanya dengan ceramah-ceramah. Sosialisasi tata tertib berpakaian mahasiswa akan lebih efektif juka didukung dengan media visualisasi seperti himbauanhimbauan di tempat yang strategis. Selain itu, mahasiswa juga harus membaca buku pedoman kemahasiswaan yang sudah dimiliki setiap mahasiswa. beriku Penuturan sedikit berbeda diungkapkan sebagian informan. Untuk meningkatkan efektifitas fasilitas himbauan informan lebih menekankan dengan media yang menarik seperti poster, papan-papan peringatan, simbol, lambang, tulisan, atau gambar yang menarik perhatian mahasiswa dan ditempatkan pada tempat yang strategis. Berikut pengungkapan informan dari unsur mahasiswa:
commit to user 124
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
”Kampus membuat poster dengan visualisasi yang menarik, pasti mahasiswa tertarik melihatnya mbak...” (Wawancara 5 Mei 2010)
Hal lain juga diungkapkan informan seperi berikut:
”Aku rasa pakai lambang atau simbol-simbol peringatan... yang eye cathing tentunya...” (Wawancara 4 Mei 2010)
Untuk lebih memperjelas, penulis sajikan matrik jawaban dan pandangan informan mengenai cara meningkatkan efektifitas fasilitas yang diharapkan dapat menegakkan tata tertib berpakaian mahasiswa di FISIP UNS.
commit to user 125
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matrik 10. Cara meningkatkan efektifitas fasilitas tata tertib berpakaian Informan
Dra. Suyatmi, MS (Pembantu Dekan III bagian Kemahasiswaan) Drs. Agung Priyono, M.Si (Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi) Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D (Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi) Dra. Hj. Sri Hilmi Pujihartati, M.Si (Sekretaris Jurusan Sosiologi) Drs. TA. Gutama (Jurusan Sosiologi) Drs. Argyo Demartoto, M.Si (Jurusan Sosiologi) Dra. Hj. Lestariningsih, M.Si (Jurusan Ilmu Administrasi) Prof. Dr. Andrik Purwasito, DEA (Jurusan Ilmu Komunikasi) Drs. Widodo, M.Soc (Kasubbag Pendidikan) Sri Danuyah (kemahasiswaan) Dinar Puspita Dewi, S.Sos (perpustakaan) Ike Ilmu Administrasi 2007 (reguler)
Bagaimana cara untuk meningkatkan efektifitas himbuan/peringatan tata tertib berpakaian? Media apa yang digunakan? Mengevaluasi seluruh sivitas akademika
Memakai media online
Teguran diperingatkan secara terus-menerus
Menanamkan kesadaran kepada mahasiswa
Sosialisassi Sosialisasi, leaflet, selebaran
Sosialisasi dan himbauan
Sosialisasi, pamflet-pamflet ditempel di tempat strategis
Lebih banyak tulisan peringatan Sosialisasi Sosialisasi dan papan peringatan
Poster yang menarik dan kesepakatan
commit to user 126
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kurniawan Sosialisasi serentak Ilmu Administasi 2009 (transfer) Ade Tanda-randa peringatan dan gambar yang menarik Ilmu Komunikasi 2008 (transfer) Dini Poster dan visualisasi yang menarik Ilmu Komunikasi 2007 (reguler) Kharis Sosialisasi dan mengingatkan Sosiologi 2007 (reguler) Dian Tanda peringatan di tempat strategis Sosiologi 2007 (Non reguler) Lina D3 Broadcast Lambang-lambang peringatan dan himbauan yang 2007 menarik Sumber: Data primer April-Mei 2010
H. Sanksi bagi mahasiswa yang tidak mengindahkan tata tertib berpakaian mahasiswa FISIP UNS Setiap kaidah hukum mempunyai sanksi. Tata tertib berpakaian mahasiswa juga mempunyai sanksi. Sanksi adalah ganjaran yang diberikan kepada mahasiswa yang melanggar tata tertib berpakaian FISIP UNS. Sanksi terdiri atas berbagai macam, seperti sanksi sosial, sanksi moral, dan sebagainya. Informan mempunyai pendapat mengenai sanksi apa yang pantas diberikan kepada mahasiswa jika mahasiswa melanggar tata tertib berpakaian. Berikut adalah ungkapan pendapat informan dari unsur pegawai administrasi:
commit to user 127
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
”...Sanksi secara hukum saya rasa tidak perlu, peringatan informal sudah cukup. Kecuali saat ujian, harus ada teguran atau peringatan keras” (Wawancara 30 April 2010, informan Drs. Widodo, M.Soc)
”Tidak boleh mengurus administrasi sebelum berpakaian rapi dan bersepatu...” (Wawancara 30 April 2010, informan Sri Danuyah)
Hal yang hampir sama juga diungkapkan oleh informan dari unsur akademik (jurusan) dan unsur pimpinan fakultas. Berikut paparan informan :
”Tidak boleh ikut kuliah, mengurus administrasi, atau konsultasi di ruang dosen” (Wawancara 7 Mei 2010, informan Drs. Agung Priyono, M.Si)
”...Peringatan atau teguran saya ras sudah cukup. Jika sampai mencemarkan nama baik FISIP bisa diberi sanksi bahkan diskors, atau lebih lanjut bisa dikeluarkan...” (Wawancara 29 April 2010, informan Dra. Suyatmi, MS)
Dosen sebagai salah satu unsur sivitas akademika yang paling dekat dengan mahasiswa dalam kesehariannya juga mempunyai pendapat mengenai sanksi yang pantas diberikan kepada mahasiswa yang melanggar tertib berpakaian. Berikut pandangan informan :
”Teguran saja, dan kalau saya pribadi tidak melayani konsultasi...” (Wawancara 4 Mei 2010, informan Drs. TA. Gutama)
commit to user 128
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sanksi yang diberikan dosen dan pegawai administrasi ternyata berupa sanksi moral saja. Dosen dan pegawai sebatas memberi teguran atau peringatan pada mahasiswa yang melanggar tata tertib berpakaian di FISIP UNS. Sanksi lain yang diberikan adalah tidak diperbolehkannyan mahasiswa kuliah, mengurus administrasi, atau meminta pelayanan konsultasi kepada dosen. Hal seperti ini sudah merupakan ganjaran bagi mahasiswa, yang secara tidak langsung pasti merugikan mahasiswa itu sendiri. Sanksi tegas akan diberikan kepada mahasiswa jika pelanggaran yang dibuat sampai mencemarkan nama baik FISIP UNS, yakni sanksi skors atau dikeluarkan. Sebagai masyarakat yang dikenai tata tertib berpakaian, mahasiswa juga mempunyai pendapat mengenai sanksi yang sebaiknya diberikan jika mahasiswa melanggar tata tertib berpakaian yang berlaku di FISIP UNS, berikut paparannya:
”Menurut saya mahasiswa gak boleh ikut kuliah atau masuk ruang jurusan untuk konsultasi sama dosen. Itu juga sanksi...” (Wawancara 28 April 2010, informan Kurniawan)
Hal yang hampir saya juga diungkapkan Dini,
”Menurut saya tidak boleh ikut perkuliahan dan mengurus administrasi, gak boleh konsul sama dosen juga mbak...” (Wawancara 5 Mei 2010, informan Dini)
commit to user 129
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari pertanyaan yang penulis ajukan kepada informan dari kalangan mahasiswa mengenai sanksi yang sebaiknya diberikan kepada mahasiswa yang melanggar ternyata informan mahasiswa lebih menekankan pada perlakuan langsung yang diterima mahsiswa. Akibatnya mahasiswa akan dirugikan secara tidak langsung jika mahasiswa melanggar tata tertib berpakaian. Kerugian yang dialami mahasiswa akibat tidak berpakaian sesuai tata tertib adalah tidak mendapat pelayanan administrasi, tidak bisa mengikuti kuliah, tidak dapat menemui dosen untuk konsultasi, masuk perpustakaan, bahkan tidak bisa mengikuti ujian. Meskipun sanksi yang diberikan tidak berbentuk hukuman langsung, tapi perlakuan tersebut sudah merupakan sanksi moral yang seharusnya bisa membuat mahasiswa patuh pada tata tertib berpakaian yang berlaku. Keuntungan sebenarnya adalah, mahasiswa akan selalu lancar dalam mengikuti setiap kegiatan akademik di FISIP UNS. Untuk lebih memperjelas, penulis sajikan matrik jawaban seluruh informan mengenai sanksi yang sebaiknya diberikan kepada mahasiswa yang tidak mengindahkan tata tertib berpakaian yang berlaku di FISIP UNS.
commit to user 130
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matrik 11. Sanksi pelanggaran tertib berpakaian kepada mahasiswa di FISIP UNS Informan Dra. Suyatmi, MS (Pembantu Dekan III) Drs. Agung Priyono, M.Si (Sekjur Ilmu Administrasi) Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D (Kajur Ilmu Komunikasi) Dra. Hj. Sri Hilmi Pujihartati, M.Si (Sekjur Sosiologi) Drs. TA. Gutama (Jurusan Sosiologi) Drs. Argyo Demartoto, M.Si (Jurusan Sosiologi) Dra. Hj. Lestariningsih, M.Si (Jurusan Ilmu Administrasi) Prof. Dr. Andrik Purwasito, DEA (Jurusan Ilmu Komunikasi) Drs. Widodo, M.Soc (Kasubbag Pendidikan) Sri Danuyah (kemahasiswaan) Dinar Puspita Dewi, S.Sos (perpustakaan) Ike Ilmu Administrasi 2007 (reguler) Kurniawan Ilmu Administasi 2009 (transfer) Ade Ilmu Komunikasi 2008 (transfer)
Sanksi yang sebaiknya diterapkan untuk mahasiswa yang melanggar tata tertib berpakaian? Peringatan dan teguran Tidak boleh ikut kuliah, mengurus administrasi, atau konsultasi di ruang dosen Tidak memberi pelayanan konsultasi, tidak boleh ikut kuliah Tidak boleh ikut kuliah, tidak boleh masuk jurusan, tidak boleh mengurus administrasi, atau konsultasi dengan dosen Teguran saja, dan tidak melayani konsultasi Tidak memberi pelayanan konsultasi Tidak memberi pelayanan konsultasi Teguran secara kekeluargaan
Peringatan informal, saat ujian diteguran dan peringatan keras Tidak boleh mengurus administrasi Tidak boleh masuk perpustakaan Tidak diperkenankan kuliah, konsultasi, mengurus administrasi, tidak boleh ikut ujian. Tidak boleh ikut kuliah, masuk ruang jurusan dan
Tidak boleh ikut kuliah, konsultasi, tidak bolehu mengikuti ujian
commit to user 131
perpustakaan.uns.ac.id
Dini Ilmu Komunikasi 2007 (reguler)
digilib.uns.ac.id
Tidak boleh ikut kuliah, konsultasi dan mengurus administrasi
Kharis Tidak boleh ikut kuliah Sosiologi 2007 (reguler) Dian Tidak boleh ikut kuliah Sosiologi 2007 (Non reguler) Lina Tidak boleh ikut kuliah, konsultasi atau mengurus administrasi D3 Broadcast 2007 Sumber: Data primer April-Mei 2010
Dari matrik diatas dapat diketahui bahwa semua informan hampir sama mengungkapkan pendapatnya mengenai sanksi apa yang harus diberikan kepada mahasiswa yang melanggar tata tertib berpakaian di FISIP UNS. Empat informan dari unsur pimpinan dan fakultas semua mengungkapkan bahwa selain diberi peringatan atau teguran mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti kuliah, mengurus administrasi, konsultasi dengan dosen, bahkan bisa mendapatkan sanksi akademik diskors bahkan dikeluarkan jika pelanggaran mahasiswa sampai mencemarkan nama baik FISIP UNS. Sedangkan empat informasn dari unsur dosen menyatakan bahwa sanksi yang pantas diberikan kepada mahasiswa adalah teguran sudah cukup bagi dua informan, sedangkan informan lain tidak memberi pelayanan konsultasi. Tiga informan dari unsur pegawai administrasi mengungkapkan
commit to user 132
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hal yang sedikit berbeda. Satu informan menyatakan teguran atau peringatan saja sudah cukup, kecuali saat ujian memang harus ada teguran keras. Sedangkan dua informan lain menyatakan tidak akan memberi pelayanan administrasi dan tidak diperkenankan masuk perpustakaan. Tujuh informan dari kalangan mahasiswa mengungkapkan hal yang hampir sama. Sanksi yang pantas diterima mahasiswa jika tidak mengindahkan tata tertib berpakaian yang berlaku di FISIP UNS adalah tidak diperkenankan mengikuti kuliah, tidak mendapatkan pelayanan konsultasi, dan tidak boleh mengurus administrasi.
commit to user 133
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PEMBAHASAN
A. Etika Berpakaian Mahasiswa FISIP UNS juga sama seperti lembaga pendidikan lain, mempunyai pedoman, aturan, dan norma yang jelas untuk mencetak mahasiswa yang intelektual dan memiliki kepribadian baik. Salah satunya aturan yang berlaku untuk mahasiswa adalah aturan berpakaian. Berpakaian rapi merupakan cerminan diri kita sendiri. Akan tetapi tidak jarang mahasiswa berpakaian seenaknya sendiri karena merasa dirinya sudah menjadi seorang yang mahasiswa, bukan sebagai pelajar yang harus berseragam. Kaos oblong dan jeans yang robek dipakai oleh sebagian mahasiswa saat mengikuti kegiatan di kampus. Tidak sampai itu saja, banyak mahasiswa FISIP UNS juga memakai pakaian ketat dan sedikit terbuka. Bahkan ada beberapa mahasiswi yang menggunakan make-up sangat mencolok yang tidak pantas digunakan saat mengikuti kuliah. Berpakaian yang sopan, selain menjaga image diri kita, kita juga harus belajar menghargai orang lain lewat pakaian kita. Perkuliahan berlangsung pada institusi pendidikan yang resmi, dan tentu saja penggunaan sandal amat dilarang. Pada kenyatannya masih ada juga beberapa mahasiswa FISIP UNS yang memakai sandal di lingkungan kampus atau saat mengikuti kegiatan akademik di kampus.
commit to user 134
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut penilaian dosen dan pegawai administrasi FISIP UNS, banyak mahasiswa yang gaya pakaiannya tidak sesuai dengan etika yang berlaku. Banyak mahasiswa yang mengikuti trend namun tidak bisa menyesuaikan diri dengan etika yang berlaku saat berada di lingkungan kampus. Tetapi hal ini tidak bisa digeneralisasikan pada semua mahasiswa, sebagian besar mahasiswa lain masih berpakaian sesuai dengan etika di kampus. Namun di sisi lain, masih banyak mahasiswa yang berpakaian sesuai dengan etika dan norma yang berlaku di kampus. Banyak mahasiswa masih memakai kemeja, kaos berkerah, sepatu, pakaian rapi dan sopan saat mengikuti kegiatan akademik di kampus. Ada beberapa informan yangmengamati lebih detail, gaya pakaian kuliah mahasiswa S1 pada umumnya lebih rapi dan sopan dibandingkan dengan mahasiswa D3 yang cenderung lebih bebas. Sedangkan penuturan informan dari kalangan mahasiswa, pada umumnya gaya pakaian mahasiswa FISIP UNS sangat mengikuti trend, berbeda dengan fakultas lain. Namun masih ada sebagian besar mahasiswa gaya pakaiannya dianggap masih rapi dan sopan, walaupun sebagian lain dianggap kurang sesuai dengan etika yang berlaku di kampus. Hal ini hamper sama dengan penuturan informan dari kalangan dosen. Etika ialah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang jahat. (Ethics, the study and philosophy of human condunct, with emphasiss on the determination of right and wrong; one of the normative sciences). Etika
commit to user 135
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebagai suatu ilmu yang normatif, dengan sendirinya berisi norma dan nilainilai yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi inilah kita dapati pemakaian etika dengan nilai-nilainya yang filosofis. (Salam, 2000: 3-4). Sesuatu hal dalam etika yang tidak kalah pentingnya dalam dunia perguruan tinggi adalah etika berbusana. Kita sepakat bahwa mahasiswa adalah manusia dewasa sejak dia menjadi mahasiswa di perguruan tinggi, oleh karena itu mereka tidak lagi dipanggil anak atau siswa tapi dipanggil dengan sapaan saudara atau mahasiswa. Dengan demikian mereka sudah dianggap manusia dewasa. Tapi apakah orang dewasa itu punya kebebasan sebebas-bebasnya, jawabnya adalah tidak, tetapi mereka punya kebebasan yang dilembagakan. Sebagai contoh kebebasan dalam berpakaian, sekalipun bebas menentukan gaya pakaian dan berpenampilan sendiri tetapi jangan melanggar etika yang berlaku di masyarakat umum khususnya dalam masyarakat kampus. Baik etika maupun etiket mengatur perilaku manusia secara normatif, artinya memberi norma bagi perilaku manusia dan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Justru karena sifat normatif ini kedua istilah tersebut mudah dicampuradukkan etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Etiket menunjukkan cara yang tepat, artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam suatu kalangan tertentu. Etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan; etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika
commit to user 136
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyangkut masalah apakah suatu perbuatan boleh dilakukan atau tidak. Norma etis tidak terbatas pada cara perbuatan yang dilakukan, melainkan perbuatan itu sendiri. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam suatu pergaulan, bisa dianggap sopan dalam pergaulan lain. Jika kita berbicara tentang etiket, kita hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja, sedang etika menyangkut manusia dari segi dalam (Bertenz, 2007: 9-10) Etika saat menghadiri perkuliahan juga amat penting untuk diperhatikan, selain menunjang daya serap kita akan ilmu-ilmu yang diberikan oleh dosen saat mengajar, kita juga harus mematuhi norma-norma kesopanan, karena kita tidak berkuliah sendiri, tapi bersama-sama dengan orang lain. Norma-norma tersebut dengan sendirinya akan membentuk kepribadian saat kita sudah bekerja nanti, dan menjadi orang yang profesional. Begitu pula sebaliknya menjadi orang tidak disiplin, selain merugikan lembaga tempat berkerja, terlebih akan merugikan diri sendiri. Oleh karena itu ada beberapa sikap atau etika di lingkungan kampus atau di kelas saat perkuliahan berlangsung yang patut dicermati agar kita tidak hanya sekedar kuliah, namun membentuk kita sebagai individu yang disiplin. Antara etika dengan mahasiswa memiliki hubungan yang sangat erat. Dalam contoh kasus mahasiswa FISIP UNS, dapat kita nilai bahwa etika sangat berperan penting terhadap diri mahasiswa maupun orang lain, dengan memahami peranan etika mahasiswa dapat bertindak sewajarnya dalam
commit to user 137
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melakukan aktivitasnya sebagai mahasiswa misalnya cara berpakaian mahasiswa yang sebagian kurang sesuai dengan etika yang berlaku dalam lingkungan pendidikan. Dengan etika, mahasiswa dapat berperilaku sopan dan santun terhadap siapa pun dan apapun itu. Sebagai seorang mahasiswa yang beretika, mahasiswa harus memahami betul arti dari kebebasan dan tanggung jawab, karena banyak mahasiswa cenderung bebas berpakaian namun tidak bertanggung jawab. Artinya tidak sesuai dengan norma maupun etika yang berlaku dilingkungan FISIP UNS. Memang mahasiswa sudah diberi kebebasan dalam berpakaian, tidak ada aturan berseragam bagi mahasiswa. Tapi hendaknya mahasiswa bebas berpakaian dengan bertanggung jawab tetap mematuhi aturan berpakaian yang berlaku. Pakaian yang dikenakan mahasiswa saat kuliah seharusnya juga mengacu pada etika yang berlaku dalam masyarakat kita. Etika yang dipakai masyarakat kita adalah etika kesopanan. Bentuk pakaian yang diharapkan sesuai etika masyarakat timur adalah pakaian yang sopan, rapi, tertutup, dan tidak ketat. Jika menyangkut dengan norma agama, maka pakaian yang digunakan hendaknya sesuai kaidah agama yang dianut mahasiswa. Misalnya mahasiswi muslimah memakai pakaian yang menutup aurat. Sebagian dosen menganggap bahwa pakaian yang dikenakan mahasiswa saat kuliah belum sesuai dengan etika atau norma yang berlaku. Sebagian mahasiswa masih mengenakan kaos oblong, sandal, pakaian ketat, atau
commit to user 138
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pakaian terbuka. Ini jelas tidak sesuai dengan etika atau norma yang dianut masyarakat timur.
B. Gaya Pakaian Kuliah Mahasiswa Gaya berpakaian saat ini merupakan salah satu faktor penting untuk menunjang penampilan. Alhasil, setiap orang ingin tampil mengenakan pakaian yang sedang menjadi tren, tak terkecuali di kalangan mahasiswa FISIP UNS. Mahasiswa saat ini seakan berlomba-lomba untuk tampil modis dengan memakai pakaian yang saat ini sedang in. Gaya pakaian yang dikenakan mahasiswa FISIP UNS secara umum sangat mengikuti trend atau mode yang sedang marak. Dengan mengikuti mode yang sedang marak tersebut, tidak jarang model, bentuk maupun jenis pakaian yang dikenakan mahasiswa saat kuliah kurang sesuai dengan atau etika yang berlaku. Sebagian mahasiswa memakai kaos oblong ketat, celana yang sangat ketat, bahkan kemeja yang sedikit terbuka. Ada juga sebagian mahasiswa yang gaya pakaian kuliahnya adalah semau sendiri atau sebagai ekspresi pribadi. Ada sebagian mahasiswa yang memakai celana robek atau belel saat kuliah. Yang memprihatinkan lagi, sebagian kecil mahasiswa ada yang memakai sandal saat kuliah, dan hal ini sangatlah tidak menghormati FISIP UNS sebagai institusi pendidikan formal. Kecenderungan pakaian mahasiswa yang tidak sesuai dengan tata tertib yang mengatur kehidupan mahasiswa merupakan trend mode yang saat ini masih booming. Namun, tidak seharusnya hanya ditelan mentah-
commit to user 139
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mentah. Mahasiswa harus mengerti benar mana mode yang layak di kampus dan mana mode yang tidak layak digunakan saat ke kampus. Tidak jarang mahasiswa FISIP UNS menjadi “korban mode” karena penampilannya yang hanya asal mengikuti trend tanpa memperhatikan dimana dan kepentingan apa yang mereka lakukan. Mahasiswa FISIP UNS ada yang memakai pakaian ketat atau pakaian yang sedikit terbuka. Ada pula mahasiswa yang memakai celana robek-robek yang sebenarnya sangat tidak pantas dikenakan saat berada di lingkungan kampus. Membaca kepribadian mahasiswa bisa dilihat melalui pakaian yang dikenakan yang dikenakan khususnya saat kuliah. Pemandangan yang terjadi beberapa tahun belakangan ini adalah kampus menjadi catwalk. , Begitu juga fenomena yang dapat dilihat di kampus FISIP UNS saat ini. Pakaian bukan lagi alat untuk melengkapi keutuhan tubuh sebagai fungsi perlindungan. Namun, pakaian telah hadir sebagai subyek yang menggeser peran tubuh mahasiswa. Trend pakaian telah mengurangi sebagian kewajiban pembelajaran universitas,
yakni
membentuk
kepribadian
mahasiswa. Gaya visual bisa menyatu dengan gaya hidup, karena dalam hidupnya manusia tidak bisa lepas dari bahasa rupa dua maupun tiga dimensi. Gaya merupakan suatu sistem bentuk dengan kualitas dan ekspresi bermakna dan menampakkan kpribadian seniman atau pandangan umum suatu kelompok. Gaya juga merupakan wahana ekspresi dalam kelompok yang mencampurkan nilai-nilai tertentu dari agama, sosial, dan kehidupan
commit to user 140
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
moral melalui bantuk-bentuk yang mencerminkan perasaan. Semua manusia adalah subjek gaya sehingga kecenderungan suatu masyarakat dapat dianalisis melalui spektrum gaya. Gaya menurut Alvin Toffler yaitu alat yang dipakai oleh individu untuk menunjukkan identifikasi mereka dengan subkultur-subkuktur tertentu. Setiap gaya disusun dari mosaik beberapa item, yaitu super produk yang menyediakan cara mengorganisir produk dan idea. (Aldin, Alfathri dalam Idi Subandi Ibrahim, 1997: 165-166). Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain. Gaya hidup merupakan bagian dari kehidupan sosial sehari-hari dunia modern dan berfungsi dalam interaksi dengan caracara yang mungkin tidak dapat dipahami oleh mereka yang tidak hidup dalam masyarakat modern (Chaney, 1996: 41). Begitu pula yang terjadi dalam masyarakat Indonesia umumnya, perubahan gaya hidup sebagai akibat modernisasi sangatlah terlihat pada masyarakat kita, terutama pada mahasiswa FISIP generasi muda yang sangat peka pada perubahan. Perubahan gaya hidup yang terlihat pada mahasiswa FISIP UNS salah satunya adalah gaya pakaian kuliah. Karena pakaianlah yang paling bisa menunjukkan bagaimana gaya hidup mahasiswa. Fashion adalah suatu topik yang layak menjadi perhatian kita karena jelas merupakan suatu cara aksi yang dirangsang oleh perkembangan aksi industri konsumen. Dinamika perubahan dalam cara-cara fashion yang berbeda begitu jelas mencerminkan proses pembentukan gaya hidup yang luas. Dalam suatu masyarakat yang terstratifikasi secara sosial hal tersebut
commit to user 141
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dibuat lebih kompleks oleh para elit yang mencoba untuk meninggalkan mode secepat mungkin ketika mulai ditiru oleh kelompok kelas lebih rendah (lower-class). Sehingga ada proses pertukaran vertikal diantara kelas-kelas, begitu juga proses horizontal di dalam suatu kelas (Chaney, 1996: 104). Fashion sebagai ekspresi gaya hidup tak hanya dominasi modelmodel cantik dengan pakaian mewah. Fashion juga diusung masyarakat dari berbagai elemen lain dengan ragam pakaian yang sangat bervariasi. Pergaulan, gaya hidup dan etika tata krama di kalangan generasi muda, termasuk mahasiswa kita sudah mencemaskan. Gaya berpakaian berpakaian mahasiswa FISIP UNS saat ini memakai model pakaian seperti itu rasanya lebih cocok untuk pergi ke mall daripada untuk pergi ke kampus. Mahasiswi, pakai celana jeans ketat dengan baju pendek ketat atau sedikit terbuka, sehingga seringkali memperlihatkan bagian pinggang. Itu adalah realitas yang terjadi sehari-hari di lingkungan FISIP UNS. Mahasiswa juga mengenakan kaos oblong dan celana belel yang mengesankan santai dan main-main. Tidak hanya itu saja, banyak mahasiswi yang berpenampilan sangat mencolok dengan make-up yang sangat tebal dan tidak pantas dikenakan saat di kampus. Jika diperhatikan lebih lanjutr, banyak juga mahasiswa yang memakai sandal saat berada di lingkungan kampus. Hal demikian mengesankan bahwa mahasiswa kurang menghormati institusi pendidikan sebagai institusi yang formal. Gaya pakaian mahasiswa dinilai kurang etis jika mahasiswa memakai kaos oblong, topi, memakai sandal, dan selana robek saat
commit to user 142
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengikuti kegiatan kulikuler perkuliahan. Sedangkan gaya pakaian kuliah mahasiswi yang dinilai kurang sopan jika mahasiswi memakai kaos oblong, sandal, dan pakaian yang sedikit ketat. Antara mahasiswa dan mahasiswi kecenderungan dinilai pakainnya kurang sopan adalah mahasiswa lebih tidak sopan dibandingkan mahasiswi. Hal ini dikarenakan karena lebih banyak mahasiswa yang gaya pakaiannya tidak sesuai dengan etika yang berlaku di kampus. Memang tak ada larangan bagi mahasiswa berpakaian sesuai pilihannya.
Hanya
diharuskan
berpakaian
sopan
sesuai
aturan.
Perkembangan mode yang kian pesat membuat mahasiswa yang notabene kaum muda selalu tak ingin ketinggalan zaman. Tren berbusana mahasiswa saat ini banyak dipengaruhi komunitas bergaul. Cara berpakaian mahasiswa karena faktor lingkungan, bukan karena keinginan pribadi. Kecenderungan kekebasan berpakaian di FISIP UNS sendiri karena lingkungan mahasiswanya sudah sejak lama kurang disiplin, banyak mahasiswa memakai pakaian ke kempus seenaknya sendiri. Seperti penuturan beberapa informan, kampus FISIP UNS sejak lama memang sudah identik dengan mahasiswa yang ”keren” dan sangat mengikuti mode pakaian yang menjadi tren, berbeda dengan fakultas lain. Selain itu, pengaruh terpaan perkembangan fashion dan perkembangan komunikasi yang semakin mengglobal membuat norma-norma etika berpakaian khususnya dalam lingkungan pendidikan tidak bisa bertahan.
commit to user 143
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berpakaian yang ideal itu seharusnya sopan dan nyaman dipakai, bisa menempatkan posisi dirinya. Kalau berada di kampus memang harus rapi, menyesuaikan dengan peraturan yang ada, sopan dan wajar. Mengikuti mode yang sedang berkembang merupakan hal yang bisa dimaklumi. Namun demikian, mahasiswa harus bisa memilih mode pakaian yang tepat atau pantas untuk kuliah di kampus yakni mengenakan pakaian yang normal dan wajar saja, tidak ketat atau tidak terbuka. Selain itu dikampus mahasiswa hendaknya juga mengenakan pakaian yang bersih dan rapi. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa fashion atau pakaian merupakan ekspresi pribadi. Beberapa informan mengungkapkan bahwa pakaian merupakan cerminan pribadi. Dan sebagai masyarakat terpelajar, mahasiswa seharusnya berpakaian santun sebagai cerminan masyarakat terpelajar itu. Juga tidak ada salahnya jika mahasiswa mengikuti trend sebagai ekspresi bahwa mahasiswa tidak ketinggalan jaman. Namun saat berada di lingkungan kampus mahasiswa sepatutnya harus mengekspresikan dirinya dengan mengenakan pakaian yang tetap sopan, bukan menjadi korban mode yang seringkali tidak pantas dikenakan di lingkungan kampus. Saussure dalam Barnard (1996: 117) menyatakan tanda terdiri atas dua bagian. Kedua bagian itu disebut “penanda” (signifier) dan “petanda” (signified). “Penanda” adalah bagian fisik tanda, yang berupa suara atau bentuk kata. “Petanda adalah konsep mental yang merupakan acuan bagi penanda. Ia adalah makna dari penanda. Secara bersama-sama keduanya membentuk “tanda”. Secara lebih tepat, stelan pakaian, koleksi, dan citra
commit to user 144
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat dianggap dan dianalisis sebagai penanda, karena berarti atau merepresentasikan sesuatu hal yang lain. Misalnya kerah baju pria, dipakai terbuka tanpa dasi, dapat disebut sebagai penanda. Ia bisa disebut menandakan ketidakformalan atau santai. Disini, santai merupakan petanda. Seperti halnya sebagian mahasiswa FISIP UNS memakai kaos oblong dan atau sandal saat kuliah merupakan penanda bahwa mahasiswa memakai pakaian yang tidak sopan atau tidak formal. Karena dalam institusi pendidikan sebagai salah satu institusi formal, segenap unsurnya termasuk mahasiswa harus berpakaian sopan, rapi, dan formal saat berada di lingkungan FISIP UNS. Dosen menginginkan gaya pakaian yang dikenakan mahasiswa adalah pakaian yang sopan dan rapi. Sopan dan rapi menurut pandangan dosen adalah jenis pakaian kemeja, kaos berkerah, bersih, tidak ketat, tidak terbuka, bersepatu, dan tidak berlebihan. Sedangkan dari sudut pandang mahasiswa mengurai jenis dan bentuk pakaian yang sedikit berbeda. Sebagian mahasiswa juga menginginkan mahasiswa berpakaian rapi. Pakaian rapi menurut mahasiswa adalah memakai kemeja, blus, kaos berkerah, dan bersepatu. Ada juga sebagian mahasiswa yang menginginkan tetap boleh memakai kaos oblong saat kuliah asal tidak ketat dan terbuka. Mahasiswa juga menginginkan tetap berpenampilan modis asal sopan, yakni tidak memakai pakaian yang terbuka atau terlampau ketat.
commit to user 145
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Pemaknaan Dosen terhadap Gaya Pakaian Kuliah Mahasiswa Pemaknaan atas pakaian kuliah dari sudut pandang mahasiswa sendiri maupun sudut pandang dosen. Hampir semua dosen menginginkan pakaian yang dikenakan mahasiswa saat kuliah adalah pakaian yang sopan, rapi, dan sesuai dengan adat kepatutan maupun etika yang berlaku pada masyarakat. Secara gambling bentuk atau jenis pakaian yang diinginkan dosen maupun pegawai administrasi untuk dikenakan mahasiswa saat kuliah adalah; mahasiswa memakai kemeja, kaos berkerah, bersepatu, tidak memakai pakaian ketat, tidak memakai pakaian terbuka, baju bersih dan rapi (tidak robek atau tidak belel). Dosen mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap mahasiswa. Para mahasiswa akan terpengaruh oleh gaya penampilan dosen, semisal dosen tersebut memakai pakaian yang kurang sesuai maka mahasiswa secara tidak langsung juga akan meniru dosennya. Tetapi tidak demikian dengan dosen-dosen FISIP UNS. Dosen FISIP UNS sudah menunjukkan teladan yang baik untuk mahasiswa dalam berpakaian secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dosen biasanya menegur mahasiswa yang berpakaian tidak sesuai denga norma yang berlaku di FISIP UNS. Bahkan, dosen seringkali tidak memperbolehkan mahasiswa mengikuti kuliah maupun tidak melayani konsultasi. Sebagian dosen juga memaknai bahwa kebebasan berpakaian merupakan cerminan pribadi atau ekspresi individu mahasiswa. Mengikuti trend merupakan hak setiap orang, mahasiswa sebagai generasi yang sangat
commit to user 146
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peka terhadap perubahan tentu juga tidak akan jauh-jauh dari trend yang ada termasuk tren dalam berpakaian. Mahasiswa sudah dianggap dewasa oleh dosen, bisa memilih mana yang baik untuk dirinya atau tidak. Begitu pula mahasiswa dalam berpakaian. Dosen juga membiarkan mahasiswa mengikuti trend asalkan tren pakaian tersebut masih pantas dikenakan dalam lingkungan kampus FISIP UNS. Menurut Barnard (1996: 107) ada berbagai pihak yang berperan sebagai otoritas bagi pemaknaan eksternal atas garmen atau setelan pakaian yang bisa diklaim sebagai sumber dan asal mula makna dari garmen/setelan pakaian. Unsur pimpinan fakultas, unsur akademik (jurusan), unsur pelaksana administrasi, dan unsur lain yang menunjang proses transfer pendidikan di FISIP UNS adalah pemegang otoritas pemaknaan eksternal atas pakaian yang dikenakan mahasiswa saat kuliah. Otoritas pemaknaan eksternal, dalam hal ini dosen memaknai gaya pakaian kuliah yang dikenakan mahasiswa sangat terpengaruh dengan apa yang diyakini seorang dosen. Hal tersebut adalah bagaimana gaya pakaian yang patut dikenakan mahasiswa di lingkungan kampus. Dosen sebagai insane yang sudah sangat berpengalaman di dunia pendidikan tentunya sangat mengetahui bagaimana etika yang harus dimiliki mahasiswa. Salah satunya adalah etika berpakaian. Dengan demikian, banyak dosen yang seringkali menegur mahasiswa jika mahasiswa tersebut berpakaian tidak sesuai dengan norma saat mengikuti kuliah atau konsultasi.
commit to user 147
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dosen memandang mahasiswa yang memakai kaos oblong di kampus adalah seperti akan main-main saja, bukan untuk menuntut ilmu. Selain itu kaos oblong juga mengesankan kurang keseriusan mahasiswa terhadap proses pendidikan yang terjadi din kampus FISIP UNS. Apalagi saat ini banyak pula mahasiswi yang memakai pakaian ketat dan sedikit terbuka, ini sudah jelas dianggap oleh para dosen tidak sopan. Apalagi banyak juga mahasiswa yang memakai sandal saat berada di lingkungan kampus. Memakai sandal di lingkungan kampus untuk mengikuti proses akademik dianggap tidak menghargai kampus sebagai lembaga pendidikan. Otoritas dalam pemaknaan pakaian tidak hanya dilihat melalui pandangan dosen saja. Mahasiswa juga memiliki otoritas atas pemaknaan pakaian yang dikenakannya saat kuliah. Mahasiswa memaknai pakaian yang dikenakan saat kuliah adalah pakaian yang memang pantas dikenakan saat kuliah. Namun banyak mahasiswa yang memaknai bahwa saat kuliah bisa mengenakan pakaian santai. Dengan demikian mahasiswa banyak yang memakai kaos oblong atau sandal saat kuliah. Hal ini disebabkan karena mahasiswa mempunyai otoritas sendiri atas pakaian yang dikenakannya dan ini bertentangan dengan otoritas pemaknaan pakaian kuliah dari pihak kampus. Maka pemaknaan dosen atas pakaian kuliah yang dikenakan mahasiswa sangat terengaruh dengan etika yang diberlakukan di lingkungan pendidikan. Kesopanan dan kedisiplinan mahasiswa sangat identik dengan baju atau kaos berkerah, kemeja, celana rapi dan bersih, pakaian yang tidak
commit to user 148
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ketat, tidak terbuka, tidak minim, dan bersepatu. Dan tidak hanya dosen saja yang mempunyai pandangan demikian, namun masyarakat Indonesia yang menganut adat ketimuran secara umum juga mempunyai pandangan yang sama dengan dosen.
D. Ketertiban Mahasiswa FISIP UNS dalam Berpakaian Membicarakan ketertiban mahasiswa, ketertiban dalam berpakaian merupakan salah satu didalamnya. Sebagian besar mahsiswa FISIP UNS memang sudah berpakaian sesuai dengan etika yang berlaku dan dianggap tertib, namun sebagian lain masih kurang sesuai etika dan dianggap kurang tertib. Yang dianggap kurang tertib adalah mahasiswa yang memakai kaos oblong dan atau sandal saat berada di lingkungan kampus untuk mengikuti kegiatan akademik. Hal ini jelas tidak sesuai dengan Surat Keputusan Rektor tentang tata tertib kehidupan mahasiswa dan beberapa tulisan peringatan mengenai gaya pakaian yang ada di FISIP UNS. Apabila membicarakan masalah ketertiban, maka akan sangat erat kaitannya dengan hukum. Ketertiban merupakan salah saatu indikator berfungsinya hukum dalam suatu masyarakat. Agar suatu kaedah hukum atau peraturan tertulis benar-benar berfungsi, senantiasa dapat dikembalikan dengan empat faktor sebagai berikut:
commit to user 149
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Kaedah Hukum atau Peraturan itu sendiri Untuk mengatur kehidupan mahasiswa, Universitas Sebelas Maret mempunyai
tata tertib. Tata tertib kehidupan mahasiswa
adalah ketentuan yang mengatur kehidupan mahasiswa yang dapat menciptakan suasana kondusif dan menjamin keberlangsungannya proses belajar mengajar secara terarah dan teratur. Tata tertib kehidupan mahasiswa ini telah diatur dalam Surat Keputusan Rektor No. 487A/J27/KM/2005. Peraturan kehidupan mahasiswa juga mengatur tata tertib berbusana yakni sebagai berikut: a. Setiap mahasiswa harus berpakaian sopan dan rapi sesuai dengan norma-norma yang berlaku. b. Jenis dan macam pakaian disesuaikan dengan kegiatan yang sedang dilakukan. c. Mahasiswa dilarang mengenakan kaos oblong dan sandal pada saat kegiatan kulikurel di dalam ruang kuliah. Berpedoman dari peraturan yang ditetapkan Universitas, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik juga menjalankan peraturan itu dengan merealisasikan dalam bentuk tulisan-tulisan peringatan di tempat-tempat strategis seperti di loby gedung satu, di depan jurusan, di loby gedung dua, di ruang dekanat, di ruang TU, dan di tata tertib ujian. Realisasi tata tertib berpakaian mahasiswa dalam bentuk tulisan-tulisan
peringatan
diharapkan
berpakaian mahasiswa.
commit to user 150
menciptakan
ketertiban
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rektor Universitas menciptakan surat keputusan yang berisi tata tertib berpakaian mahasiswa banyak sekali tujuannya. Tata tertib berpakaian adalah hukum sebagai kewajiban mahasiswa. Dosen dan pegawai menilai tata tertib berpakaian sangat baik untuk mahasiswa sendiri. Dengan adanya tata tertib berpakaian, mahasiswa diharapkan menjadi sumber daya manusia disiplin, inlektual dan bercitra positif. Namun pada kenyataannya sebagian besar mahasiswa belum mengindahkan tata tertib tersebut. Banyak mahasiswa terkesan berpakaian seenaknya sendiri saat mengikuti kegiatan akademik di kampus. Banyak sekali mahasiswa yang memakai kaos oblong dan atau sandal saat berada di kampus. Setiap masyarakat senantiasa mempunyai lembaga-lembaga sosial, yang merupakan himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang menyangkut kebutuhan pokok manusia. Lembagalembaga sosial tersebut sebagai pedoman perilaku, sebagai dasar integrasi masyarakat serta sebagai pegangan untuk mengadakan sosial kontrol atau pengendalian sosial. Seperti perguruan tingggi, memberikan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat berupa kebutuhan rohani yakni kebutuhan akan pendidikan. Sebagai perangkat norma dan perilaku yang teratur, maka hukum merupakan suatu lembaga sosial. Di dalam prosesnya maka hukum sebagai lembaga sosial memenuhi kebutuhan pokok manusia akan kedamaian dalam masyarakat. Di dalam kehidupan bersama
commit to user 151
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang disebut masyarakat, tidak setiap norma dengan sendirinya menjadi bagian dari suatu lembaga sosial. Untuk menjadi bagian dari suatu lembaga sosial, maka norma-norma harus mengalami prosesproses pelembagaan. Proses pelembagaan tersebut dimulai dengan adanya pengetahuan terhadap norma-norma tertentu. Taraf tersebut kemudian diikuti dengan proses pemahaman dan penataan, serta mencapai puncaknya pada proses penghargaan terhadap normanorma. Proses penghargaan mungkin diikuti dengan proses penjiwaan, sehingga norma-norma tersebut membudaya dalam masyarakat (Soekanto dan Mustafa Abdullah, 1981: 91-92) Proses pelembagaan tata tertib berpakaian mahasiswa FISIP UNS juga memalui proses diketahui, diakui, dihargai, serta tahap yang paling penting adalah ditaati. Mahasiswa FISIP UNS sebagian belum mengenal tata tertib berpakaian yang ada dalam buku pedoman akademik yang dimiliki setiap mahasiswa S1 Reguler. Sedangkan tata tertib berpakaian mahsiswa yang terdapat dalam tulisan-tulisan peringatan di beberapa tempat di FISIP UNS sebagian besar mahasiswa sudah mengetahui. Sebagian mahasiswa juga sudah mengakui dan menghargai tata tertib berpakaian, sebagian besar mahasiswa sudah berpakaian sesuai dengan tata tertib yang berlaku di FISIP UNS. Namun, sebagian mahasiswa lain belum sampai pada tahap menghargai sampai mentatati tata tertib berpakaian yang ada.
commit to user 152
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sebagian mahasiswa masih memakai kaos oblong atau sandal saat mengikuti kegiatan akademik. Hal ini merupakan bukti bahwa tata tertib berpakaian belum mencapai proses pelembagaan yang sempurna. Tata tertib berpakaian belum mendarah daging pada jiwa mahasiswa FISIP UNS sehingga mengesankan mahasiswa FISIP UNS kurang tertib ataupun terkesan bebas dalam berpakaian saat mengikuti kegiatan akademik di kampus.
2. Petugas yang menegakkan tata tertib berpakaian di FISIP UNS Dosen maupun pegawai administrasi FISIP UNS adalah petugas penegak tata tertib berpakaian mahasiswa. Dosen dan pegawai administrasi FISIP UNS mempunyai pedoman hukum untuk menegakkan tata tertib berpakaian mahasiswa. Pedoman yang dipakai ialah Surat Keputusan Rektor No. 487A/J27/KM/2005 mengenai tata tertib kehidupan mahasiswa termasuk mengatur busana atau pakaian yang dikenakan mahasiswa saat mengikuti kegiatan akademik. Selain itu, dosen dan pegawai administrasi mempunyai acuan lain sebagai pedoman berpakaian mahasiswa yaitu norma atau etika kesopanan dan kaidah agama. Mahasiswa FISIP UNS mempunyai pandangan terhadap siapa yang seharusnya menjadi penegak tata tertib berpakaian. Sebagian mahasiswa menginginkan semua unsur sivitas akademika FISIP
UNS
harus
menjadi
petugas
commit to user 153
yang
mengawasi
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengingatkan mahasiswa dalam berpakaian. Semua dosen dan semua pegawai pelaksana administrasi FISIP UNS mempunyai wewenang untuk menciptakan tata tertib berpakaian mahasiswa. Selain itu, mahasiswa FISIP UNS membutuhkan seluruh unsur sivitas akademika untuk kelangsungan proses pendidikan. Tetapi ada sebagian mahasiswa lain yang cenderung menilai bahwa dosenlah yang paling utama untuk menegakkan tata tertib berpakaian mahasiswa. Dosen dianggap sebagai unsur sivitas akademika yang paling sering berinteraksi dengan mahasiswa. Dosen dan pegawai pelaksana administrasi FISIP UNS juga mempunyai pandangan mengenai siapa yang seharusnya menjadi petugas penegeak tata tertib berpakaian di FISIP UNS. Sebagian dosen dan pegawai administrasi menganggap bahwa semua unsur sivitas akademika FISIP UNS sangat berperan dalam mengawal tata tertib berpakaian mahasiswa FISIP UNS. Sebagian dosen dan pegawai administrasi lain menganggap dosenlah yang paling dekat dengan keseharian mahasiswa sehingga dosen yang dianggap paling cocok sebagai petugas penegak tata tertib berpakaian mahasiswa. Sebagian kecil dosen dan pegawai administrasi menganggap petugas yang seharusnya menegakkan tata tertib berpakaian mahasiswa adalah bagian kemahasiswaan karena kemahasiswaan sangat erat kaitannya dengan kehidupan mahasiswa.
commit to user 154
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Faktor
petugas
memainkan
peranan
penting
dalam
berfungsinya hukum. Kalau peraturan sudah baik, akan tetapi kualits petugas kurang baik, maka akan ada masalah. Demikian pula, apabila peraturannya buruk sedangkan kualitas petugas baik, maka mungkin pula timbul masalah-masalah. Petugas penegak hukum mencakup ruang lingkup yang sangat luas, oleh karena menyangkut petugas-petugas pada strata atas, menengah, dan bawah. Yang jelas adalah, bahwa di dalam melaksanakan tugas-tugasnya, maka petugas seyogianya harus mempunyai suatu pedoman, antara lain, peraturan tertulis tertentu yang mencakup ruang lingkup tugas-tugasnya (Soekanto dan Mustafa Abdullah, 1981:13-18) Dosen dan pegawai administrasi FISIP UNS sebagian besar sudah menjalankan kewajibannya dengan baik. Seringkali dosen dan pegawai administrasi menegur mahasiswa yang gaya pakaiannya dianggap kurang sesuai dengan etika di lingkungan kampus. Namun, masih ada beberapa dosen dan pegawai administrasi membiarkan mahasiswa karena menganggap mahasiswa sudah dewasa dan tidak perlu diatur-atur lagi.
3. Fasilitas penegak hukum FISIP UNS mempunyai fasilitas penegak tata tertib berpakaian berupa tulisan-tulisan peringatan yang ditempet di beberapa tempat strategis. Fasilitas tersebut diharapkan mampu
commit to user 155
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyampaikan pesan kepada mahasiswa untuk berpakaian seperti yang diharapkan. Namun fasilitas tersebut dinilai kurang efektif karena tampilan yang kurang menarik. Untuk
menciptakan
tercapainya
tujuan
hukum
juga
diperlukan fasilitas atau media yang mendukung berfungsinya suatu hukum. Fasilitas merupakan media yang bisa digunakan untuk mensosialisasikan kaidah hukum atau menjalankan fungsi hukum itu sendiri. Kalau peralatan tersebut sudah ada, maka faktor-faktor pemeliharaanya juga harus memegang peranan yang sangat penting memang
seringkali
terjadi,
bahwa
suatu
peraturan
sudah
diperlakukan padalah fasilitasnya belum tersedia lengkap. Peraturan yang semula bertujuan untuk memperlancar proses, malahan mengakibatkan terjadinya kemacetan. Mungkin ada baiknya pada waktu hendak menterapkan suatu peraturan secara resmi ataupun memberikan tugas kepada petugas, dipikirkan mengenai fasilitasfasilitas yang berpatokan pada hal-hal sebagai berikut: apa yang sudah ada dipelihara terus agar setiap saat berfungsi; apa yang belum ada, perlu diadakan dengan memperhitungkan jangka waktu pengadaanya; apa yang kurang perlu dilengkapi; apa yang telah rusak diperbaiki atau diganti ; apa yang macet, dilancarkan ;apa yang telah mundur, ditingkatkan (Soekanto dan Mustafa Abdullah, 1981: 17-18)
commit to user 156
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dosen dan pegawai administrasi bisa menilai seberapa efektif fasilitas yang dimiliki FISIP UNS untuk menciptakan tertib berpakaian mahasiswa. Dosen dan pegawai menilai bahwa fasilitas yang dimiliki FISIP UNS sementara ini belum begitu efektif dalam mengawal mahasiswa untuk tertib berpakaian. Masih ada sebagian mahsiswa yang tidak mengindahkan tata tertib itu. Dan tulisan peringatan yang sudah ditempel di berbagai tempat sekakan hanya akan menjadi tulisan saja. Dosen dan pegawai administrasi FISIP UNS juga memiliki pandangan bahwa untuk meningkatkan efektifitas fasilitas atau media yang digunakan sebaiknya adalah melakukan sosialisasi secara serentak dan teratur kepada mahasiswa mengenai segala tata tertib termasuk tata tertib berpakaian. Media lain yang mungkin bisa meningkatkan efektifnya tata tertib berpakaian adalah poster, leaflet, ataupun pamflet. Mahasiswa juga mengurai mengenai kurang efektifnya tata tertib berpakaian di FISIP UNS. Mahasiswa menginginkan bentuk tata tertib yang leib menarik dengan visualisasi dan gambar yang menarik. Bentuk media atau fasilitas yang dimaksud mahasiswa adalah poster, simbol atau rambu-rambu, pamflet, maupu sloganslogan yang jelas dan ditempatkan di tempat-tempat strategis. Solusi untuk meningkatkan efektifitas fasilitas tata tertib berpakaian bisa dilakukan dengan berbagai cara. Sebagaian besar dosen menganggap cara sosialisasi secara rutin dan serentak kepada
commit to user 157
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mahasiswa diharapakan akan bisa meningkatkan efektititas fasilitas tata tertib. Selain itu, dosen dan pegawai administrasi juga menguraikan hal yang hampir sama dengan mahasiswa yakni dengan membuat papan peringatan dengan visualisasi yang menarik dan diletakkan di tempat-tempat yang strategis sehingga akan dengan mudah dibaca dan diingat mahasiswa. Dengan demikian tertib berpakaian mahasiswa FISIP UNS akan meningkat, dan berarti bahwa fasilitas tata tertib berpakaian semakain efektif.
4. Warga masyarakat yang terkena ruang lingkup peraturan tersebut. Dilingkungan Universitas Sebelas Maret, warga masyarakat yang terkena ruang lingkup tata tertib kehidupan mahasiswa tentunya adalah mahasiswa itu sendiri. Begitu pula dengan tata tertib berpakaian bagi mahasiswa. Mahasiswa FISIP UNS adalah masyarakat yang terkena tata tertib kehidupan mahasiswa termasuk tata tertib berpakaian. Berfungsinya tata tertib berpakaian dapat dilihat melalui gaya pakaian yang dikenakan mahasiswa saat kuliah. Menurut penuturan dosen, pegawai administrasi, maupun mahasiswa sendiri masih ada mahasiswa yang memakai kaos oblong atau sandal saat kuliah dan jumlahnya cukup banyak yang melanggar. Berarti tata tertib sebagai hukum yang harus ditaati mahasiswa kurang berfungsi. Sebagian dosen pada umumnya sudah
commit to user 158
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melakukan sosialisasi gaya pakaian kuliah yang sebaiknya dikenakan mahasiswa, tidak memakai kaos oblong misalnya. Seluruh dosen dan pegawai administrasi menurut pengamatan penulis juga sudah memberikan teladan yang baik dengan pakaian yang digunakan saat berada di lingkungan kampus. Seluruh dosen dan pegawai sudah berpakaian sangat rapi, sopan, dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini seharusnya menjadi teladan bagi mahasiswa secara tidak langsung. Sedangkan tata tertib berpakaian sebenarnya sudah terlembaga, namun sedikit kurang terarah karena belum ada kekompakan antar seluruh sivitas akademika dalam menegakkan tata tertib berpakaian bagi mahasiswa FISIP UNS. Mahasiswa sebagai masyarakat yang terkena ruang lingkup tata tertib berpakaian sebagian besar justru tidak mengetahui tata tertib berpakaian dari Surat Keputusan Rektor. Padahal semua mahasiswa S1 Reguler mendapatkan buku pedoman yang berisis hak dan kewajiiban mahasiswa, termasuk kewajiban untuk tertib berpakaian. Tetapi untuk bentuk implementasi peraturan sebagian besar mahasiswa tahu. Kurangnya minat membaca dan keacuhan mahasiswa
terhadap
tata
tertib
membuat
mahasiswa
tidak
mengetahui apalagi memahami tata tertib yang berlaku. Namun masih banyak mahasiswa yang mengetahui dan memahami bagaimana seharusnya pakaian yang pantas dikenakan saat kuliah.
commit to user 159
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menertibkan bukanlah berarti “membentak”, “menindak”, “memukul”, dan seterusnya. Sebetulnya disini ada hal yang lebih mendalam
lagi,
yakni
menanamkan
kemampuan
untuk
mengendalikan diri. Kemampuan untuk mengendalikan diri tidak perlu ditanamkan secara memaksa atau dengan rangsangan yang berupa ancaman-ancaman (misalnya sanksi negatif). Dalam bidang hukum, ketertiban biasanya dikaitkan dengan kewajiban (sebagai peranan atau “role”). Kewajiban disini diartikan sebagai suatu beban atau tugas yang harus dilaksanakan. Akan tetapi seringkali dilupakan, bahwa kewajiban tersebut senantiasa dilingkupi dengan baik. Hak tersebut, merupakan suatu hak untuk tidak diganggu dalam melaksanakan kewajiban. (Soekanto dan Mustafa Abdullah, 1981: 26-27) Mahasiswa yang memakai kaos oblong atau sandal saat mengikuti kegiatan akademik sebenarnya merupakan pelanggaran terhadap tata tertib berpakaian yang sudah ditetapkan Universitas. Masalah ketertiban merupakan masalah disiplin, dengan demikian mahasiswa yang tidak berpakaian sesuai aturan merupakan bentuk ketidakdisiplinan. Disiplin mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengarahkan kehidupan manusia untuk mencapai citacitanya. Tanpa adanya disiplin, maka seseorang tidak mempunyai patokan tentang apa yang baik dan buruk dalam tingkah lakunya.
commit to user 160
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam mendisiplinkan mahasiswa untuk menegakkan tata tertib berpakaian mahasiswa FISIP UNS dosen menanamkan kemampuan mahasiswa untuk mengendalikan diri melalui teguran atau peringatan. Selain itu hal lain yang biasa dosen lakukan adalah melakukan sosialisasi atau membuat kontrak kuliah bahwa mahasiswa tidak diperkenankan memaki kaos oblong atau sandal saat kuliah. Untuk “memaksakan” pengendalian diri bagi mahasiswa untuk berpakaian rapi dosen atau pegawai administrasi FISIP UNS juga memberikan “sanksi’ seperti tidak diperkenankan mengikuti kuliah atau mengurus administrasi. Hal ini sangat mendukung terciptanya tertib berpakain mahasiswa FISIP UNS.
E. Penyimpangan Mahasiswa terhadap tata tertib berpakaian yang berlaku di FISIP UNS. Adanya tata tertib berpakaian yang mengatur mahasiswa tidak sepenuhnya diindahkan. Masih ada bahkan banyak penyimpanganpenyimpangan yang dilakukan mahasiswa dari tata tertib tersebut. Ini dapat dilihat dari gaya pakaian kuliah yang dipakai mahasiswa kurang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Banyak mahasiswa FISIP UNS masih memakai kaos oblong, sandal, celana robek, maupun pakaian yang kekat atau sedikit terbuka saat mengikuti kegiatan akademik di kampus. Penyimpangan mahasiswa FISIP UNS merupakan suatu bentuk perlawanan mahasiswa terhadap peraturan yang berlaku. Perlawanan
commit to user 161
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mahasiswa ini dikarenakan mahasiswa sebagian merasa sudah tidak ingin dikekang kebebasannya, termasuk kebebasan berpakaian. Itulah sebabnya mengapa mahasiswa melanggar tata tertib meskipun mahasiswa tahu bahwa tata tertib itu ada. Banyak mahasiswa dianggap menyimpang terhadap tata tertib berpakaian karena gaya pakaian yang dikenakan saat kuliah tidak sesuai. Banyak faktor pula yang melatar belakangi penyimpangan gaya pakaian mahasiswa. Seperti, mahasiswa asal mengikuti trend pakaian ketat dan sedikit terbuka tanpa menyesuaikannya dengan etika yang berlaku di kampus. Hal lain adalah mahasiswa lebih suka dengan suasana santai, sehingga banyak mahasiswa yang memakai kaos oblong dan sandal saat kuliah. Selain itu, faktor rendahnya minta membaca juga menjadi penyebab mahasiswa meyimpang dari tata tertib. Mahasiswa tidak pernah membaca buku pedoman mahsiswa yang di dalamnya berisis tata tertib kehidupan mahasiswa. Mahasiswa juga tidak pernah membaca tulisan-tulisan peringatan yang sudah ditempel di beberapa tempat strategis di FISIP UNS sehingga mahasiswa tidak mengetahui bagaimana seharusnya gaya pakaian yang sebaiknya dikenakan saat kuliah atau mengikuti kegiatan akademik di kampus. Mahasiswa tidak suka ataupun malas membaca tata tertib berpakaian yang berlaku di FISIP UNS dapat disebabkan karena rendahnya disiplin pribadi mahasiswa itu sendiri. Hal demikian yang membuat mahasiswa cenderung berlaku seenaknya sendiri atau kurang disiplin. Budaya malas
commit to user 162
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membaca masyarakat kita juga menjadi salah satu penyebab penyimpangan mahasiswa terhadap tata tertib yang berlaku termasuk tata tertib berpakaian. Sikap acuh mahasiswa seperti ini juga disebabkan kerana mahasiswa sudah dewasa dan tidak perlu diatur lagi seperti anak sekolah. Kampus memang membebaskan mahasiswanya untuk berpakaian, namun sebagian mahasiswa mengartikannya terlampau bebas sehingga unsur sopan dalam berpakaian ditinggalkan. Baik hukum maupun moral mengatur tingkah laku manusia, namun hukum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah saja, sedangkan moral menyangkut juga sikap batin seseorang. Perbedaan lain bagi adalah bahwa sanksi yang berkaitan dengan hukum berlainan dari sanksi yang berkaitan dengan moralitas. Menjalankan paksaan di bidang etis tidak akan efektif juga, sebab paksaan hanya dapat menyentuh bagian luar, sedangkan perbuatan-perbuatan etis justru berasal dari dalam. Satu-satunya sanksi di bidang moralitas adalah hati nurani yang tidak tenang, karena menuduh si pelaku tentang perbuatannya yang kurang baik. (Bertenz, 2007: 44) Untuk menegakkan tata tertib berpakaian dan memperkecil penyimpangan mahasiswa terhadap tata tetib berpakaian, dosen biasanya memberikan sanksi moral kepada mahasiswa. Bentuk sanksi moral yang diberikan berupa teguran maupun sanksi tidak boleh mengikuti kuliah atau konsultasi, dan tidak boleh mengurus administrasi oleh pegawai administrasi. Sanksi moral dianggap lebih efektif untuk membatasi kebebasan berpakaian mahasiswa. Sanksi moral juga membentuk akan
commit to user 163
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyangkut sikap batin mahasiswa secara tidak langsung. Sanksi moral yang diberikan akan membentuk sikap moral yang baik pada mahasiswa. Selain itu, penegak disiplin berpakaian mahasiswa FISIP UNS juga memberikan sanksi hukum jika pelanggaran dilakukan saat ujian atau sudah mencapai taraf mencemarkan nama baik almamater. Sanksi hukum yang diberikan berupa larangan mengikuti ujian sampai skorsing yang sebenarnya sangat merugikan mahasiswa. Perbedaan mengenai sanksi itu berkaitan dengan suatu perbedaan lain lagi. Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara. Moralitas didasarkan pada norma-norma moral yang melebihi para individu dan masyarakat. Dengan cara demokratis ataupun dengan cara lain masyarakat dapat mengubah hukum, tapi tidak pernah masyarakat dapat mengubah atau memebatalkan suatu norma moral. Masalah etika tidak bisa diputuskan dengan suara terbanyak. Moral menilai hukum dan tidak sebaliknya (Bertenz, 2007: 45) Sanksi yang diberikan dosen maupun pegawai adninistrasi terhadap mahasiswa yang melanggar tata tertib berpakaian pada umumnya adalah sanksi moral. Sanksi moral, berupa teguran sudah dianggap bisa membuat malu mahasiswa sehingga mahasiswa tidak akan mengulangi lagi melanggar tata tertib berpakaian. Sanksi moral diberikan dengan suasana kekeluargaan, dengan ditegur atau diberi nasehat karena mahasiswa sudah dianggap dewasa dan mahasiswa sudah dapat memilih mana ayang baik dan benar bagi dirinya. Dosen memberi sanksi moral karena sanksi moral berupa
commit to user 164
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
teguran atau peringatan akan lebih memberikan rasa malu dan efek jera kepada mahasiswa. Setelah mahasiswa merasa malu maka mahasiswa akan berpakaian lebih sopan. Selain itu dosen juga seringkali tidak memperbolehkan mahasiswa mengikuti kuliah atau konsultasi jika gaya pakaian mahasiswa dianggap kurang sopan. Sedangkan pegawai administrasi memberikan sanksi dengan tidak memberi pelayanan administrasi sebelum mahasiswa berpakaian rapi dan sopan. Dengan danya sanksi tersebut maka mahasiswa akan merasa rugi karena tidak mengikuti kuliah atau terhampat proses administrasinya. Maka mahasiswa
diharapkan
tidak
akan
mengulangi
perbuatannya
mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan etika di kampus.
commit to user 165
lagi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Kebebasan berpakaian mahasiswa sangat terpengaruh dengan tren pakaian yang saat ini sedang berkembang. Mahasiswa seakan bersaing untuk tampil modis dengan memakai pakaian yang saat ini sedang in. Namun pakaian mahasiswa yang tidak sesuai dengan tata tertib yang mengatur kehidupan mahasiswa di lingkungan kampus. Fenomena yang dapat dilihat di kampus FISIP UNS saat ini adalah pakaian bukan lagi alat untuk melengkapi keutuhan tubuh sebagai fungsi perlindungan dan kesopanan. Faktor yang mendorong bagi mahasiswa FISIP UNS cenderung bebas berpakaian saat mengikuti kegiatan akademik di kampus berasal dari diri sendiri dan lingkungan. Faktor pribadi yaitu adanya keinginan dari dalam diri mereka yakni ingin berpenampilan santai dan sudah tidak merasa perlu diatur-atur lagi, serta minat membaca yang rendah terhadap tata tertib yang sudah ada di FISIP UNS. Sedangkan faktor pendukung adalah dari lingkungan pertemanan mahasiswa sendiri. Sudah lama FISIP dipenuhi mahasiswa yang berpenampilan modis dan sangat mengikuti tren pakaian. Hal seperti ini mendorong mahasiswa lain untuk berpenampilan yang hampir sama agar tidak dianggap ketinggalan jaman. Pemaknaan dosen atas pakaian kuliah yang dikenakan mahasiswa sangat terengaruh dengan etika yang diberlakukan di lingkungan
commit to user 166
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pendidikan. Kesopanan dan kedisiplinan mahasiswa sangat identik dengan baju atau kaos berkerah, kemeja, celana rapi dan bersih, pakaian yang tidak ketat, tidak terbuka, tidak minim, dan bersepatu. Temuan dalam penelitian yang penulis lakukan adalah adanya anggapan bahwa mahasiswa yang didisiplinkan akan meningkatkan prestasi belajar. Padahal anggapan tersebut bisa dipatahkan jika kondisi terbalik. Apabila mahasiswa dibebaskan justru mahasiswa akan lebih kreatif dan meningkatkan prestasi mahasiswa. Namun hal ini tidak bisa diterapkan dalam setiap perguruan tinggi. Setiap perguruan tinggi mempunyai Sumber Daya Manusia dengan sikap mental mahasiswa yang berbeda pula. Sehingga tidak ada kepastian apakah suatu
kampus
akan
menerapkan
kedisiplinan
atau
justru
malah
membebaskan mahasiswa untuk meningkatkan prestasi. Dimulai dari hal kecil, seperti bagaimana sebaiknya aturan berpakaian yang dikenakan mahasiswa saat kuliah. Belum tentu juga kampus yang menerapkan aturan berpakaian dengan ketat prestasi mahasiswa akan meningkat. Begitu pula sebaliknya kampus yang membebaskan cara berpakaian mahasiswa, prestasi mahasiswa semakin meningkat atau justru kebebasanlah yang meningkat.
B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis Penelitian ini hanya berhenti pada dua konsep dasar paradigma dimana Weber sebagai eksemplar definisi sosial, yakni tindakan sosial
commit to user 167
perpustakaan.uns.ac.id
dan
digilib.uns.ac.id
konsep
tentang
penafsiran
serta
pemahamannya.
Weber
membedakan antara tindakan dengan tingkah laku pada umumnya melalui pernyataanya bahwa sebuah gerakan bukanlah sebuah tindakan kalau gerakan itu tidak memiliki makna subyektif untuk orang yang bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa seorang pelaku memiliki sebuah kesadaran akan apa yang sedang ia lakukan yang bisa dianalisis menurut
maksud-maksud,
motif-motif
dan
perasaan-perasaan
sebagaimana mereka alami diartikan sebagai tindakan yang mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. Pernyataan Weber hanyalah untuk menjelaskan bahwa makna dalam suatu yang disandarkan oleh pelaku di dalam situasi-situasi tindakan sosial saja. Seperti kritik terhadap metode verstehen Weber (Herva dalam Ritzer, 2004:167), vertsehen tidak bisa semata-mata berarti intuisi subyektif karena jika demikian, maka verstehen tidak akan ilmiah. Disisi lain sosiolog tidak dapat begitu saja menyatakan mana ”objektif” fenomena sosial. Tindakan dari mahasiswa untuk mengikuti tren berpakaian yang berkembang
di
kalangan
generasi
muda.
Aksi
tersebut
mengandung/memiliki makna-makna. Beberapa makna dapat berbentuk dua tipe yaitu : (1) makna yang sebenarnya ada dalam kasus konkrit, atau (2) tipe murni yang dibentuk secara teoritis dan dikenal dengan pelaku-pelaku hipotesis. Makna tidaklah harus merujuk pada sesuatu
commit to user 168
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang benar secara objektif atau suatu kebenaran dalam arti metafisik. Makna itu merupakan suatu yang disandarkan oleh pelaku di dalam situasi-situasi dan tidaklah makna situasi itu harus menurut seorang ilmuwan atau seorang metafisika. Kegagalan lain dalam teori ini seperti sudah dijelaskan Johnsons (1988: 216) bahwa teoretisi sosial memperhitungkan aksi-aksi subyektif individu serta implementasinya, dapat membuatnya memasukkan perspektif dan nilainya sendiri dalam memahami perilaku orang lain. Seperti dalam penelitian ini terkadang penulis memaksukkan perspektif dan nilainya sendiri dalam memaknai etika berpakaian kuliah mahasiswa. Selanjutnya adalah mengenai fashion. Banyak sekali makna yang terkandung dalam fashion. Akan tetapi penulis hanya menganalisa makna fashion sebagai garmen (setelan pakaian). Yakni baju apa, celana apa, alas kaki macam apa dan dengan bentuk atau model yang yang menjadi perhatian penulis. Hal ini membuat penulis tidak memasukkan analisa fungsi lain dari fashion, apakah bentuk sebuah seni kreatifitas ataupun gaya (ekspresi pribadi), atau fungsi lain fashion seperti kondisi religius. Berkaitan
dengan
masalah
berfungsinya
hukum,
yang
menyangkut empat faktor yakni kaidah hukum itu sendiri, petugas penegak hukum, fasilitas penunjang hukum dan masyarakat yang terkena ruang lingkup hukum. Hukum atau tata tertib berpakaian bagi
commit to user 169
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mahasiswa di FISIP UNS belum sepenuhnya terwujud karena kaidah hukum itu sendiri belum melalui proses pelembagaan yang sempurna. Proses pelembagaan tersebut dimulai dengan adanya pengetahuan terhadap norma-norma tertentu. Taraf tersebut kemudian diikuti dengan proses pemahaman dan penataan, serta mencapai puncaknya pada proses penghargaan terhadap norma-norma. Proses penghargaan mungkin diikuti dengan proses penjiwaan, sehingga norma-norma tersebut membudaya dalam masyarakat (Soekanto dan Mustafa Abdullah, 1981: 91-92). Hal ini tidak penulis gunakan dalam analisa penelitian ini. 2. Implikasi Metodologis Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan mendeskripsikan fenomena sosial tertentu secara terperinci dan mendalam. Kualitatif merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan secara tulisan maupun lisan dan juga perilaku nyata yang diamati, diteliti, dan dipelajari. Namun penulis menyadari bahwa ada beberapa hal dalam penelitian ini yang tidak dikupas secara mendalam sehingga ada hal-hal yang terlewatkan dalam pengamatan penulis dan akhirnya tidak bisa dianalisa lebih dalam lagi. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah wawancara secara mendalam dan observasi langsung. Tipe observasi yang penulis lakukan adalah observasi tidak berpartisipasi, peneliti berperan sebagai pengamat saja. Selain itu
commit to user 170
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peneliti juga memanfaatkan dokumen atau bahan tertulis secara kepustakaan sebagai sumber data. Dokumentasi visual berupa foto juga penulis gunakan untuk mendukung penelitian ini. Namun hasil wawancara yang penulis lakukan terkadang kurang jujur dan menghasilkan jawaban informan yang normatif karena penulis melakukan wawancara yang sangat formal. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling atau sampel bertujuan dan maximum variation sampling. Pusposive sampling bertujuan untuk mendapatkan informan yang tepat, yang memahami fenomena yang ada dalam obyek penelitian. Sedangkan maximum variation sampling berguna untuk memilih informan yang memberi keanekaragaman maksimum berbagai unsur informan.. Untuk
kesahihan
(validitas)
dan
keandalan
(reliabilitas)
penelitian peneliti melakukan teknik triangulasi data. Dalam proses triangulasi, peneliti menggunakan perbandingan data hasil pengamatan (observasi), dokumen atau arsip, dengan data hasil tanya jawab kepada informan yang dianggap representatif atau mewakili. Namun dalam proses triangulasi ini penulis menyadari bahwa data-data dari dokumen atau arsip sangat kurang referensinya. Dalam
menganalisa
data,
peneliti
menggunakan
analisa
interaktif. Proses ini diawali dengan pengumpulan data. Data yang diperoleh dari lapangan selalu berkembang, maka kemudian peneliti
commit to user 171
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membuat reduksi data dan sajian data. Peneliti membuat atau menarik kesimpulan dengan memverifikasi semua hal yang terdapat saat reduksi data. Metode yang penulis gunakan pada kenyataannya tetap memiliki kelebihan
serta
kekurangan.
Kelebihannya
peneliti
dapat
menggambarkan dan mengungkapkan realita gaya pakaian kuliah mahasiswa dan bagaimana dosen memaknai gaya pakaian kuliah mahasiswa. Hal ini karena peneliti langsung mengamati gaya pakaian kuliah mahasiswa dan peneliti langsung melakukan tanya jawab secara mendalam kepada dosen maupun mahasiswa. Kekurangannya yakni peneliti tidak dapat menyajikan data angka secara statistik.
C. Saran Berdasarkan hasil temuan lapangan serta kesimpulan dari penelitian ini, maka penulis utarakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Saran untuk Mahasiswa: a. Jangan memakai pakaian yang terlaku ketat, terlampau minim, atau pakaian yang sedikit terbuka saat mengikuti kegiatan kurikuler akademik di kampus. Jangan memakai kaos oblong, sandal, celana robek, atau celana belel karena mengesankan ketidakseriusan, bukan sedang menuntut ilmu. b. Biasakanlah selalu memakai sepatu saat berada di lingkungan kampus, karena kampus merupakan institusi pendidikan formal.
commit to user 172
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Boleh saja memakai pakaian yang sedang in atau sedang menjadi tren asalkan disesuaikan dengan norma yang mengatur kehidupan mahasiswa di kampus. Model pakaian yang dikenakan tetap formal, tertutup, dan sopan. d. Tetaplah menghargai segala bentuk tata tertib yang berlaku di kampus. Tata tertib diciptakan bukan hanya untuk menciptakan ketertiban di kampus tetapi juga untuk membentuk kepribadian mahasiswa yang lebih baik. 2. Saran untuk Dosen: a. Semua dosen diharapkan bisa menjadi teladan bagi mahasiswa dengan tetap berpakaian formal dan rapi. b. Dosen harus lebih tegas kepada mahasiswa jika mahasiswa berpakaian tidak sesuai dengan tata tertib kampus. c. Dalam memberikan teguran dosen sebaiknya secara halus dan kekeluargaan sehingga mental mahasiswa tidak down dan mahasiswa akan lebih menghormati dosen. Mahasiswa juga masih
memerlukan
perhatian
ataupun
bimbingan
untuk
membentuk kepribadian mahasiswa agar berperilaku baik dan membentuk pencitraan yang baik pula sebagai masyarakat terdidik. 3. Saran untuk Pegawai Pelaksana Administrasi a. Semua pegawai administrasi diharapkan bisa menjadi teladan bagi mahasiswa dengan tetap berpakaian formal dan rapi.
commit to user 173
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Sebaiknya pegawai administrasi harus lebih tegas kepada mahasiswa jika mahasiswa berpakaian tidak sesuai dengan tata tertib kampus yakni dengan menunda atau tidak memberikan pelayanan administrasi sebelum mahasiswa berpakaian sopan dan rapi. Tindakan tegas seperti ini diharapkan akan membentuk sikap mahasiswa yang disiplin dan menghargai tata tertib. c. Dalam memberikan teguran pegawai administrasi sebaiknya secara halus dan kekeluargaan sehingga mahasiswa akan lebih menghargai aturan yang berlaku dan pegawai administrasi tersebut 4. Saran untuk Pelaksana Akademik (Jurusan) a. Jurusan hendaknya mempunyai tulisan atau peringatan di ruangruang jurusan untuk meningkatkan kedisiplinan berpakaian mahasiswa di tingkat jurusan. b. Jurusan sebaiknya mengkoordinasikan secara kompak kepada staff
pengejar,
staff
adminitrasi,
dan
mahasiswa
untuk
mendukung tata tertib berpakaian. c. Sebagai pelaksana akademik yang paling dekat dengan mahasiswa jurusan harus menerapkan tata tertib berpakaian tersebut agar tercipta ketertiban berpakaian mahasiswanya. 5. Saran untuk Pimpinan Fakultas a. Secara berkala atau serentak sebaiknya fakultas melakukan sosialisasi tata tertib untuk mahasiswa termasuk di dalamnya tata
commit to user 174
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tertib berpakaian agar tata tertib tersebut semakin mendarah daging dalam jiwa mahasiswa. Jika tata tertib sudah mendarah daging dalam jiwa mahasiswa maka dengan sendirinya mahasiswa akan terbentuk sikap disiplin dan mentaati setiap aturan yang berlaku di kampus tanpa beban. b. Secara berkala juga fakultas hendaknya melakukan evaluasi ataupun koordinasi dengan semua sivitas akademika mengenai ketertiban mahasiswa termasuk tertib berpakaian mahasiswa. Koordinasi
secara
berkala
diharapkan
meningkatkan
kekompakan seluruh sivitas akademika untuk bersama-sama menegakkan setiap tata tertib yang berlaku di fakultas. c. Fakultas hendaknya membuat papan-papan peringatan, tanda peringatan, simbol, gambar, tulisan, poster, slogan atau bentuk fasilitas lain yang permanen dan menarik agar bisa diperhatikan mahasiswa. Jumlah fasilitas untuk menegakkan tata tertib berpakaian mahasiswa juga ditambah agar semua tempat-tempat strategis memiliki tanda peringatan secara merata. d. Pimpinan fakultas juga senantiasa melakukan koordinasi dengan semua
Unit
Kegiatan
Mahasiswa
untuk
bersama
sama
menegakkan tata tertib kehidupan mahasiswa, termasuk tata tertib berpakaian mahasiswa di lingkungan kampus.
commit to user 175