perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PARTISIPASI DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN DALAM P2M-BG (Studi deskriptif kualitatif tentang Partisipasi dan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan dalam Program Terpadu Pemberdayaan Masyarakat Berperspektif Gender (P2M-BG) di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta )
Oleh: DHIAN PRASETYANINGSIH D 0308071 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-tugas dan Melengkapi Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Disetujui Untuk Dipertahankan di Hadapan Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pembimbing ,
Eva Agustinawati, S.sos, M.Si NIP. 19700813 199512 2 001
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Telah Diuji dan Disahkan Oleh Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari
: Senin
Tanggal
: 19 November 2012
Panitia Penguji : 1. Dra. Suyatmi, MS NIP. 19520929 198003 2 001
2. Drs. TA Gutama, M.Si NIP. 19590911 198602 1 001
3. Eva Agustinawati, S.Sos, M.Si NIP. 19700813 199512 2 001
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (
)
Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.
–
-
Dalam hidup, seringkali kita lebih banyak mendapatkan apa yang tidak kita inginkan. Dan ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, akhirnya kita tahu bahwa apa yang kita inginkan terkadang tidak dapat membuat hidup kita menjadi lebih bahagia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini tidak bisa terselesaikan dengan baik tanpa dukungan dan motivasi dari semua pihak, maka saya ingin mempersembahkan karya ini :
Untuk kedua orang tua atas doa dan kasih sayang yang tak terhingga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmaanirrohim Dengan mengucap syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul: PARTISIPASI DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN DALAM P2M-BG (Studi deskriptif kualitatif tentang Partisipasi dan Pemberdayaan
Ekonomi
Perempuan
dalam
Program
Terpadu
Pemberdayaan Masyarakat Berperspektif Gender (P2M-BG) di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta) . Program Terpadu P2M-BG merupakan salah satu program pengentasan kemiskinan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga menuju pada kesejahteraan, kesetaraan dan keadilan melalui kegiatan lintas bidang pembangunan dalam upaya penanganan kemiskinan dengan fokus peningkatan kondisi, status, kedudukan dan partisipasi perempuan. Konsep dalam Program Terpadu P2M-BG mencoba untuk mengurangi adanya kesenjangan gender dalam masyarakat supaya dapat terwujudnya kesetaraan gender. Implementasi Program Terpadu P2M-BG dilakukan melalui rangkaian kegiatan pemberdayaan masyarakat yang berperspektif gender. Pemberdayaan yang dilakukan dalam Program Terpadu P2M-BG ditekankan pada pelatihan ketrampilan guna meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat mitra. Dengan diberikannya pelatihan ketrampilan maka diharapkan dapat menambah pendapatan
ekonomi
dalam
keluarga
sehingga
dapat
meningkatkan
kesejahteraan keluarga. Tulisan (skripsi) ini menyajikan pokok-pokok bahasan yang terdiri dari empat bagian, meliputi pendahuluan sebagai bagian utama yang menguraikan mengenai latar belakang mengapa penulis tertarik untuk mengkaji mengenai partisipasi dan pemberdayaan ekonomi perempuan pada Program Terpadu P2MBG. Tujuan dan manfaat dari penelitian juga dicantumkan dalam bagian pertama. Selain itu diuraikan juga mengenai tinjauan pustaka yang berisi tentang konsep, teori, penelitian yang relevan serta kerangka berpikir, yang kesemuanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berkaitan dengan tema yang penulis angkat. Metodologi penelitian juga terdapat dalam bagian pertama penelitian, yang menyajikan inti dari kegiatan penelitian yang berisi tentang metode yang akan dipakai dalam penelitian serta bagaimana teknik pengumpulan data yang digunakan. Bagian kedua berisi deskripsi lokasi penelitian. Pembahasan yang didapat dari penelitian yang telah penulis lakukan, tertuang pada bagian ketiga tulisan (skripsi) ini. Pada bagian ini berdasarkan dari apa yang penulis dapatkan pada saat melakukan penelitian, dapat dikatakan bahwa pemberdayaan yang dilakukan melalui Program Terpadu P2M-BG dalam pemberian pelatihan keterampilan untuk masyarakat mitra di Kelurahan Sumber sudah sesuai dengan tujuan program. Semua tahapan kegiatan dalam Program Terpadu P2M-BG telah melibatkan partisipasi perempuan. Pemberdayaan ekonomi dalam proses pemandirian perempuan sebagai lanjutan dari Program Terpadu P2M-BG sudah terlaksana. Melalui pemberdayaan ekonomi kelompok, diharapkan mampu mendorong perempuan untuk melakukan pemupukan modal yang dapat dipergunakan sebagai modal usaha, sehingga memberikan kontribusi yang cukup besar dalam peningkatan pendapatan keluarga. Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang yang sudah membantu menyelesaikan tulisan ini. Kepada Ibu Eva Agustinawati, S.Sos, M.Si. selaku Pembimbing Skripsi yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Bapak Dr. Argyo Demantoto, M.Si yang sudah memberikan buku pinjaman pada saat penulis mengerjakan skripsi. Kepada Ibu Endang Sri Anti Kasubid Pemberdayaan Perempuan Bapermas Kota Surakarta yang telah memberikan informasi dan bantuan di lapangan. Ibu Dinar dan Ibu Wandan yang dengan ikhlas menemani penulis di lokasi penelitian serta para responden dari masyarakat mitra Program Terpadu P2M-BG Kelurahan Sumber yang telah memberikan data dan informasi selama penelitian di lapangan. Teman-teman seperjuangan Sosiologi 2008 yang banyak memberikan kenangan persaudaraaan yang indah. Sahabat-sahabatku, Ayux, Hurriah, Putri, Tika, Melati, Tatas, Mba Ratna, Mas Agus, Mas Awy, Mas Ghaniy, Yefta dan Mba Amalia yang selama ini banyak memberikan support, mendoakan dan membantu penulis dalam menyelasaikan skripsi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Yang paling penting terima kasih untuk Orang Tua, kakak dan keluarga besarku tercinta atas semua pengorbanan dan jerih payah, serta doa restunya yang telah diberikan selama ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karenanya penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perkembangan penulis dimasa mendatang. Penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang lain. Amin Surakarta,
Oktober 2012 Penulis
Dhian Prasetyaningsih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL………………………………………………………..
i
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………
ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………….
iii
HALAMAN MOTTO……………………………………………….............
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………….
v
HALAMAN KATA PENGANTAR………………………………………..
vi
DAFTAR ISI………………………………………………………………...
ix
DAFTAR TABEL…………………………………………………………...
xii
DAFTAR BAGAN………………………………………………………….
xiii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………..
xiv
DAFTAR MATRIK…………………………………………………………
xv
HALAMAN ABSTRAK……………………………………………………
xvi
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang……………………………………………….
1
B Rumusan Masalah……………………………………………
6
C Tujuan Penelitian……………………………………………..
6
D Manfaat Penelitian……………………………………………
7
E
Tinjauan Pustaka……………………………………………..
8
F
Kerangka Berpikir……………………………………………
33
G Landasan Teori……………………………………………….
35
H Definisi Konseptual…………………………………………..
37
I
38
Metode Penelitian…………………………………………….
BAB II DESKRIPSI LOKASI A Gambaran Umum Kota Surakarta……………………………
47
B Diskripsi Lokasi Kelurahan Sumber…………………………
48
C Diskripsi Program Terpadu P2M-BG………………………..
51
D Masyarakat Mitra Program Terpadu P2M-BG Kelurahan Sumber……………………………………………………….
commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III PEMBAHASAN A Hasil Penelitian 1
2
Profil Informan dan Responden…………………………..
64
A
Profil Informan………………………………………
64
B
Profil Responden…………………………………….
66
Partisipasi perempuan dalam P2M-BG……………………
67
2.1 Tahap Penyusunan Data Dasar……………………...
68
2.1.1 Penentuan Lokasi……………………………
68
2.1.2 Pembentukan Fasilitator……………………..
70
2.1.3 Pendataan Masyarakat dan Survei Lokasi…
74
2.2 Tahap Perencanaan Kegiatan………………………..
80
2.3 Tahap Pelaksanaan Kegiatan………………………..
87
2.3.1 Pelatihan Memasak………………………….
91
2.3.2 Pelatihan Menjahit…………………………..
94
2.3.3 Pelatihan Tata Rias…………………………..
96
2.4 Tahap Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan………….
99
2.5 Tahap Pemanfaatan Hasil Kegiatan………………… 103 3
Pemberdayaan Ekonomi Perempuan dalam Program Terpadu P2M-BG Kelurahan Sumber …...........................
113
3.1 Pemberian Modal Tambahan……………………….. 119 4
Hambatan Perempuan dalam Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber…………………….........
B
122
4.1 Hambatan dari Masyarakat Mitra………………….
122
4.1.1 Modal………………………………………
122
4.1.2 Pemasaran………………………………….
124
4.2 Hambatan dari Pemerintah………………………...
126
Kerangka Kerja Longwe A Dimensi Kesejahteraan…………………………………… 127 B
Dimensi Akses……………………………………………. 128
c
Dimensi Kesadaran Kritis………………………………… 130
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
C
digilib.uns.ac.id
d
Dimensi Partisipasi……………………………………….. 131
e
Dimensi Kontrol…………………………………………... 133
Analisis Teori…………………………………………………. 134
BAB VI PENUTUP a
Kesimpulan……………………………………………………
b
Implikasi
b
137
1
Implikasi Teoritis…………………………………………. 139
2
Implikasi Metodologis……………………………………. 141
3
Implikasi Empiris…………………………………………. 143
Saran…………………………………………………………... 146
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Penduduk Usia 15 tahun keatas Menurut Kegiatan Ekonomi di Kota Surakarta tahun 2010…………………………………
3
Tabel 1.2 Contoh Profil Gender dalam Program Pembangunan………..
44
Tabel 2.1 Komposisi Penduduk Kelurahan Sumber Menurut Kelompok Umur dan Kelamin tahun 2012………………………………..
49
Tabel 2.2 Komposisi penduduk Kelurahan Sumber Menurut pendidikan (Umur 5 Tahun ke atas)……………………………………….
50
Tabel 2.3 Komposisi Penduduk Kelurahan Sumber Menurut mata pencaharian (umur 10 tahun keatas)………………………….
51
Tabel 2.4 Kriteria Rumah Tangga Miskin Menurut BPS………………..
55
Tabel 2.5 Jumlah Masyarakat Mitra Program Terpadu (P2M-BG) Kelurahan Sumber…………………………………………….
59
Tabel 2.6 Jumlah Masyarakat Mitra Program Terpadu (P2M-BG) Kelompok Memasak………………………………………….
60
Tabel 2.7 Jumlah Masyarakat Mitra Program Terpadu (P2M-BG) Kelompok Menjahit…………………………………………...
62
Tabel 2.8 Jumlah Masyarakat Mitra Program Terpadu (P2M-BG) Kelompok Tata Rias…………………………………………..
commit to user
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR BAGAN Bagan 1.1 Kerangka Berpikir…………………………………………...
commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Komponen-komponen manajemen pemberdayaan……………. 23
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR MATRIK Matrik 3.1
Keterlibatan Perempuan dalam Pembentukan Fasilitator Program Terpadu P2M-BG Kelurahan Sumber……………
Matrik 3.2
Keterlibatan Perempuan dalam Pendataan Peserta Program Terpadu P2M-BG Kelurahan Sumber……………………..
Matrik 3.3
Keterlibatan
Perempuan
dalam
Sosialisasi
96
Partisipasi Perempuan dalam Pelatihan Tata Rias Program Terpadu P2M-BG Kelurahan Sumber……………………...
Matrik 3.9
94
Partisipasi Perempuan dalam Pelatihan Menjahit Program Terpadu P2M-BG Kelurahan Sumber……………………..
Matrik 3.8
87
Partisipasi Perempuan dalam Pelatihan Memasak Program Terpadu P2M-BG Kelurahan Sumber……………………..
Matrik 3.7
86
Partisipasi Perempuan Dalam Perencanaan Kegiatan Program Terpadu P2M-BG Kelurahan Sumber……………
Matrik 3.6
79
Program
Terpadu P2M-BG Kelurahan Sumber……………………... Matrik 3.5
78
Partisipasi Perempuan dalam Tahap Penyusunan Data Dasar Program Terpadu P2-MBG Kelurahan Sumber…….
Matrik 3.4
73
Partisipasi
Perempuan
dalam
Pelaksanaan
98
Kegiatan
Program Terpadu P2M-BG Kelurahan Sumber……………
98
Matrik 3.10 Partisipasi Perempuan Dalam Evaluasi Kegiatan Program Terpadu P2MBG Kelurahan Sumber………………………
103
Matrik 3.11 Partisipasi Perempuan dalam Pemanfaatan Hasil Kegiatan Program Terpadu P2M-BG Kelurahan Sumber……………
108
Matrik 3.12 Partisipasi Perempuan dalam Program Terpadu P2M-BG Kelurahan Sumber…………………………………………
commit to user
109
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK DHIAN PRASETYANINGSIH, D0308071, “Partisipasi dan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan dalam P2M-BG”, Skripsi, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret. Program Terpadu P2M-BG merupakan salah satu program pemerintah yang implementasinya dilakukan melalui rangkaian program pemberdayaan masyarakat berbasis gender untuk menanggulangi masalah kemiskinan. Salah satu bentuk kegiatan Program Terpadu P2M-BG adalah pelatihan ketrampilan guna meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat mitra. Penulis melakukan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana partisipasi perempuan dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam Program Terpadu P2M-BG, selain itu penulis juga ingin mengetahui bagaimana pemberdayaan ekonomi perempuan setelah program Terpadu P2M-BG selesai dilaksanakan. Untuk menganalisis permasalahan tersebut, penulis melakukan kajian dengan menggunakan Analisis Gender Longwe. Analisis Gender Longwe merupakan salah satu alat untuk melihat pencapaian aspek pemberdayaan perempuan yang menggunakan lima dimensi, yaitu kesejahteraan, akses, kesadaran kritis, partisipasi dan kontrol. Penelitian ini mengambil lokasi di RW I, RW II, RW III, dan RW VI Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian analisis deskriptif kualitatif. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan validitas data menggunakan trianggulasi data, sedangkan untuk menganalisis data menggunakan analisis interaktif. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa Partisipasi dan pemberdayaan ekonomi perempuan melalui Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber berjalan sesuai dengan rencana program. Terdapat berbagai tipe partisipasi perempuan di dalam rangkaian kegiatan Program Terpadu P2MBG tersebut diantaranya partisipasi spontan, partisipasi terbujuk, partisipasi terorganisir, partisipasi langsung, partisipasi sebagian dan partisipasi efektif. Dengan adanya Program Terpadu P2M-BG, diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas perekonomian keluarga melalui pelatihan ketrampilan yang diberikan Pemerintah Kota. Pemberdayaan ekonomi perempuan yang diadakan tiap wilayah dilakukan secara swadaya sebagai lanjutan Program Terpadu P2M-BG yang sudah terlaksana. Melalui pemberdayaan ekonomi kelompok, diharapkan mampu mendorong perempuan untuk melakukan pemupukan modal yang dapat dipergunakan sebagai modal usaha, sehingga memberikan kontribusi yang cukup besar dalam peningkatan pendapatan keluarga. Kurangnya modal dan minimnya jaringan informasi pemasaran yang dirasakan perempuan merupakan kendala dalam mengembangkan pemberdayaan ekonomi di Kelurahan Sumber ini. Kata Kunci : Partisipasi, Pemberdayaan ekonomi perempuan, Program Terpadu P2M-BG Kelurahan Sumber
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK DHIAN PRASETYANINGSIH, D0308071, “Participation and Empowerment of Economy of Women in P2M-BG Program”, Thesis: Sociology Department, Faculty of Social and Political Science, Sebelas Maret University. P2M-BG Integrated Program is one of government programs done through empowering people based on gender to solve poverty case. One of activities in P2M-BG Integrated program is training of skill to increase knowledge and skill of people. This research done by researcher to know how women get involved in each activity held by P2M-BG Integrated program and to know how result of empowerment of economy of women is after P2M-BG integrated program has been done. This research used Longwe gender analysis to analysis. Longwe gender analysis is one of ways done to know goal achievement of aspect of empowerment of economy of women. It has five dimensions. They are prosperity, access, critical consciousness, participation and control. This research took research location in several administrative units in the lowest level in city called Rukun Warga (RW), , especially RW I, RW II, RW III, and RW IV Sumber political district, Banjarsari sub district, Surakarta town. This research used descriptive qualitative analysis. Data used in this research are primary and secondary data. Interviewing technique, observation and documentation were done to collect the data. This research used purposive sampling as technique of taking sample, triangulation data for validity data and interactive analysis to analysis data. The result shows that participation and empowerment of economy of women in P2M-BG integrated program runs well. There are various types of women as participants of P2M-BG Integrated program. They are spontaneous participants, talked into participants, organized participants, direct participants, part participants and effective participants. By holding P2M-BG, it is expected that the program can increase quality of economy of family through skill training held by local government. The successful program is continued by self supporting. By continuing the program through self supporting, it is expected that the program can encourage women to add fund as financial capital for trading business so that it can increase family income. Obstacles to develop this program are fewer funds and less information about marketing network . Keywords: Participation, Empowerment of economy of women, P2M-BG Integrated Program in Sumber political district
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu permasalahan yang kompleks dalam pembangunan yang dialami masyarakat Indonesia. Kemiskinan ditandai oleh keterbelakangan dan tingginya angka pengangguran kemudian menjadi pemicu ketimpangan pendapatan dan kesenjangan antar golongan penduduk. Menurut data BPS, Garis kemiskinan di Indonesia tahun 2008 mencapai 15.42% tahun 2009 mencapai 14.15% tahun 2010 mencapai 13.33% tahun 2011 mencapai 12.49%. Sedangkan Garis kemiskinan di provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008 mencapai 19.23%, Tahun 2009 mencapai 17.72%, tahun 2010 mencapai 16.56%, tahun 2011 mencapai 15.76%. Di Kota Surakarta sendiri, garis kemiskinan pada tahun 2008 mencapai 16,13% tahun 2009 mencapai 14,99% tahun 2010 mencapai 13,98%. Pembangunan merupakan segala upaya yang terus menerus dilakukan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat yang dipandang kurang baik untuk menuju keadaan yang lebih baik, sehingga dapat tercapai tingkat kesejahteraan masyarakat atau mutu hidup masyarakat. Usaha atau proses kelangsungan pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu negara terlihat dengan adanya kehendak
untuk
melaksanakan
menentukan
suatu
arahan-arahan
pembangunan
sebagai
(Khairuddin
pedoman
1992:24).
dalam
Pertumbuhan
pembangunan tiap negara berbeda sesuai dengan tingkat kemajuan yang telah
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dicapai oleh masyarakat. Percepatan pembangunan tiap negara tidak sama, hal ini dikarenakan pembangunan banyak dipengaruhi oleh kondisi-kondisi fisik dari negara yang bersangkutan. Bidang ekonomi merupakan bidang yang paling dominan dalam proses pembangunan suatu bangsa, kemajuan suatu negara dapat dilihat berdasarkan kemajuan ekonomi negara tersebut. Keterbelakangan dan kemiskinan yang muncul dalam suatu proses pembangunan disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam kepemilikan atau akses pada sumber-sumber kekuasaan (power). Dapat diartikan bahwa masyarakat yang tidak mempunyai akses yang memadai terhadap akses produktif yang pada umumnya dikuasai oleh mereka yang mempunyai kekuasaan (power). Sehingga, keterbelakangan secara ekonomi menyebabkan mereka semakin jauh dari kekuasaan. ( Totok Mardikanto, 2010:55) Persoalan kemiskinan secara ekonomi sering kali meminggirkan persoalan-persoalan gender yang dinilai wajar karena ada beban-beban persoalan yang dianggap lebih berat, yaitu kemiskinan itu sendiri. Kemiskinan sangat berpengaruh pada kesejateraan keluarga di dalam rumah tangga. Adanya konsep pembagian kerja dan tanggung jawab atas gender di dalam suatu rumah tangga menyebabkan perempuan terbelenggu pada pekerjaan-pekerjaan reproduktif atau pekerjaan rumah lainnya, perempuan menanggung beban yang lebih berat karena harus menangani konsumsi dan produksi rumah tangga agar terus survive. Hal ini dapat dilihat dengan tidak adanya kemandirian dan peluang-peluang ekonomi. Seperti, kurangnya akses pada sumber daya ekonomi termasuk kredit, pemilikan dan pelatihan-pelatihan, termasuk juga kurangnya akses pada pendidikan formal.
commit to user 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 1.1 Penduduk Usia 15 tahun keatas Menurut Kegiatan Ekonomi di Kota Surakarta tahun 2010 Kelompok Usia
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
Angkatan Kerja
143.279
115.294
258.573
- Bekerja
134.039
101.959
235.998
- Pengangguran
9.240
13.335
22.575
Bukan Angkatan Kerja
43.033
85.444
128.477
- Sekolah
27.208
26.072
53.280
- Mengurus Rumah Tangga
3.647
49.320
52.967
- Lainnya
12.178
10.052
22.230
Jumlah 186.312 Sumber : BPS Kota Surakarta (Sakemas)
200.738
387.050
Menurut data diatas, menunjukkan bahwa kondisi perempuan di Kota Surakarta masih banyak memerlukan perhatian. Tingginya angka kemiskinan merupakan tantangan terbesar yang dapat menghambat proses pembangunan. Perempuan mempunyai kedudukan dan posisi yang sama dengan laki-laki dalam suatu proses pembangunan. Di dalam prosesnya, baik dari perencanaan sampai pada tahap evaluasi perempuan berhak untuk mendapatkan peranan dan peluang yang sama dalam memberikan kontribusi bagi pembangunan masyarakat. Namun dalam kenyataanya, perempuan selalu diposisikan nomer dua dibawah laki-laki. Perempuan jarang dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang bersifat formal. Pembangunan di segala bidang seringkali dianggap kurang berpihak kepada perempuan. Program-program pembangunan secara formal seringkali dikuasai
commit to user 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
oleh laki-laki. Arena sumber daya yang penting dalam kehidupan suatu masyarakat hampir selalu dikuasai oleh pihak-pihak yang memiliki kekuatan sosial, ekonomi, dan politik lebih kuat, maka adanya marjinalisasi terhadap peran perempuan dalam pengambilan keputusan sering diabaikan. Isu ketidakadilan gender muncul sebagai aktualisasi dari perbedaan gender. Budaya dan pola pikir masyarakat ditengarai sebagai jawaban yang tepat dalam kaitannya dengan proses terjadinya ketidakadilan gender adalah budaya patriarki yang mendominasi pemikiran kebanyakan masyarakat. Budaya patriarki di definisikan sebagai budaya atau pola pikir yang menempatkan laki-laki lebih unggul dibanding perempuan dan konsekuensi sosialnya adalah laki-laki mendominasi perempuan. Budaya patriarki berkembang dalam tradisi budaya masyarakat yang kemudian menjadi basis “aturan” yang membentuk relasi gender dalam keluarga. Sehingga menempatkan kedudukan laki-laki yang lebih tinggi dari perempuan. (Danang, 2008: 5-12) Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan juga sudah dilaksanakan di Kota Surakarta untuk mengentaskan kemiskinan yang dialami perempuan
dan
keluarganya
adalah
melalui
Program Terpadu
Pemberdayaan Masyarakat yang Berperspektif Gender ( P2M-BG ). Konsep P2MBG mencoba untuk mengurangi adanya kesenjangan gender dalam masyarakat supaya dapat terwujudnya kesetaraan gender. Dengan adanya kesetaraan gender maka di harapkan dapat menghapus diskriminasi dan ketidakadilan struktural yang dialami oleh perempuan dan laki-laki sehingga dapat terwujudnya keadilan
commit to user 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
gender yang diharapkan tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi, dan kekerasan terhadap perempuan dan laki-laki. Sebagai suatu proses, pemberdayaan merujuk pada kemampuan untuk berpartisipasi dalam memperoleh kesempatan dan dalam mengakses sumber daya yang diperlukan untuk memperbaiki mutu hidup baik secara individual maupun kelompok. Kemampuan kelembagaan sangat penting dalam pelaksanaan P2M-BG di tingkat masyarakat yang dirancang sebagai tahapan sistematis untuk membantu masyarakat agar memiliki kemampuan kolektif untuk melakukan kegiatan penanggulangan kemiskinan. Di dalam pemberdayaan, masyarakat menjadi aktor dan penentu pembangunan. Usulan-usulan dari masyarakat merupakan dasar dalam suatu program pembangunan, baik lokal, regional maupun nasional. Masyarakat di fasilitasi untuk mengkaji kebutuhan, masalah, peluang dalam pembangunan dan kehidupan mereka sendiri. Diadakannya rembug warga merupakan tahapan yang paling mendasar untuk memberdayakan masyarakat dengan membangun suatu kesepakatan bersama. Keberadaan rembug warga memegang peran penting dalam proses pengenalan terhadap tujuan program. Partisipasi perempuan merupakan aspek penting yang dapat dilihat sebagai dampak kegiatan P2M-BG. Perempuan terlibat secara langsung dalam merencanakan suatu program dan mampu mengelola program tersebut. Dengan adanya peningkatan partisipasi perempuan dalam setiap pengambilan keputusan dapat memberikan sumbangan pada tercapainya laju pertumbuhan. Kegagalan pada program kebijakan dan pengentasan kemiskinan disebabkan karena lemahnya partisipasi perempuan miskin dalam perumusan,
commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pelaksanaan, pemantauan maupun evaluasi dalam kebijakan program. Perempuan jarang dilibatkan dalam musyawarah di tingkat desa maupun kelurahan. Biasanya, laki-laki sebagai kepala rumah tangga yang hadir. Sedangkan perempuan sebagai kepala rumah tangga juga jarang diundang dalam pertemuan-pertemuan tersebut (Ismi Dwi Astuti, 2009:281). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin melihat tentang bagaimana partisipasi dan pemberdayaan ekonomi perempuan dalam Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta B. Rumusan masalah Melihat pernyataan di atas, maka permasalahan yang muncul adalah : 1. Bagaimana partisipasi perempuan dalam pelaksanaan Program Terpadu P2MBG di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta? 2. Bagaimana pemberdayaan ekonomi perempuan setelah dilaksanakannya Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta? 3. Hambatan apa saja yang dialami oleh perempuan dalam pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta? C. Tujuan penelitian 1. Untuk mengetahui tingkat partisipasi perempuan dalam pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Untuk mengetahui pemberdayaan ekonomi perempuan sebagai pemandirian perempuan setelah dilaksanakannya Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta 3. Untuk mengetahui berbagai hambatan yang dialami oleh perempuan dalam pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta D. Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan serta manfaat terutama bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan konsep penelitian tersebut. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis
a. Dapat mengetahui dan mempelajari kebijakan pemerintah mengenai Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta b. Dapat
mengetahui
pemberdayaan
ekonomi
perempuan
sebagai
pemandirian perempuan setelah dilaksanakannya Program Terpadu P2MBG di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta? 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai permasalahan yang timbul dan cara penyelesaiannya. b. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan untuk pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG agar dapat meningkatkan mutu pelaksanaan program pada tahap berikutnya serta memberikan
commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masukan kepada para pembuat kebijakan dalam merumuskan kebijakan di bidang pemberdayaan masyarakat. c. Untuk memenuhi syarat-syarat guna mencapai gelar sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
E. Tinjauan Pustaka 1. Konsep yang digunakan 1.1 Partisipasi Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Participate” yang intinya mengandung makna “to take part or have share in an activity or event” yang dalam bahasa Indonesia berarti mengambil bagian atau membagikan kegiatan atau kerja. Partisipasi merupakan keikutsertaan seseorang dalam kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegiatan masyarakatnya, diluar pekerjaan atau profesinya sendiri. (Theodorson dalam Totok 2010:93) Menurut Ensiklopedi, partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Menurut Keith Davis, partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya.
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jadi dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi adalah suatu tindakan secara sadar dengan keterlibatan mental dan emosi serta fisik seseorang atau kelompok masyarakat,
dalam
keiikutsertaannya
terhadap
perencanaan
dan
pelaksanaan suatu kegiatan dengan memberikan respon dan bersedia untuk bertanggung jawab atas keterlibatannya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Seseorang dapat dikatakan ikut berpartisipasi apabila ia secara sadar berperan aktif dalam segala program-program atau kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Dalam kegiatan pembangunan, partisipasi merupakan perwujudan dari kesadaran dan kepedulian serta tanggung jawab masyarakat terhadap pentingnya pembangunan untuk memperbaiki mutu hidup mereka. Dalam artian, melalui partisipasi yang diberikan, benar-benar menyadari bahwa kegiatan dalam pembangunan bukan hanya kewajiban yang harus dilaksanakan oleh (aparat) pemerintah sendiri, melainkan juga harus menuntut keterlibatan masyarakat untuk memperbaiki mutu hidupnya. (Totok Mardikanto, 2010:94) Dalam proses partisipasi masyarakat dalam suatu program, setidaknya ada tahapan-tahapan dalam partisipasi. Yadaf (dalam Totok Mardikanto, 2010: 95-97) mengemukakan adanya empat macam kegiatan yang menunjukkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan, yaitu :
commit to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Partisipasi dalam pengambilan keputusan Pada umumnya, setiap program pembangunan masyarakat (termasuk pemanfaatan sumber daya lokal dan alokasi anggarannya) selalu ditetapkan sendiri oleh pemerintah pusat, yang dalam hal ini lebih mencerminkan sifat kebutuhan kelompok-kelompok elit yang berkuasa dan kurang mencerminkan keinginan dan kebutuhan masyarakat banyak. Karena itu, partisipasi masyarakat dalam pembangunan perlu ditumbuhkan melalui dibukanya forum yang memungkinkan masyarakat banyak berpartisipasi langsung di dalam pengambilan keputusan tentang program-program pembangunan di wilayah setempat atau di tingkat lokal. Wujud partisipasi dalam pengambilan keputusan ini antara lain seperti ikut menyumbangkan gagasan atau pemikiran, kehadiran dalam rapat, dikusi dan tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan. b. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan diartikan untuk melihat sejauh mana masyarakat terlibat dalam aktivitas-aktivitas riil yang merupakan perwujudan dari setiap program yang bersangkutan, dalam memberikan sumbangan dalam kaitannya dengan kegiatannya yang bersangkutan. Seperti, sumbangan dalam bentuk tenaga kerja, uangtunai, atau beragam bentuk lain yang sepadan dengan manfaat yang akan
diterima
oleh
masing-masing
bersangkutan.
commit to user 10
warga
masyarakat
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Partisipasi dalam pemantauan atau evaluasi pembangunan Pamantauan atau evaluasi dalam setiap program pembangunan sangat diperlukan. Partisipasi dalam evaluasi bertujuan untuk mengetahui sebelumnya.
ketercapaian Hal
program
tersebut
yang
dilakukan
sudah
dengan
direncanakan agar
program
pembangunan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, selain itu juga diperlukan untuk memperoleh umpan balik terhadap masalah-masalah yang muncul dalam pelaksanaan pembangunan yang muncul pada pelaksanaan program pembangunan yang bersangkutan. d. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan Partisipasi masyarakat dalam penggunaan atau pemanfaatan hasil pembangunan. Dengan adanya pemanfaatan hasil pembangunan, maka dapat dikatahui sejauh mana kemauan dan kesukarelaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam setiap program pembangunan yang akan datang. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan kurang mendapat perhatian pemerintah dan administrator pembangunan, yang seringkali menganggap bahwa dengan terselesainya pelaksanaan pembangunan, secara otomatis pasti dapat dirasakan masyarakat sasarannya. Akan tetapi, seringkali masyarakat sasaran justru kurang memahami manfaat dari setiap program pembangunan secara langsung, sehingga hasil pembangunan yang dilaksanakan menjadi sia-sia.
commit to user 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bentuk partisipasi Dusseldorp
(dalam
Totok
Mardikanto,
2010:97)
mengidentifikasikan deragam bentuk-bentuk kegiatan partisipasi yang dilakukan oleh setiap warga masyarakat, dapat berupa: a. Menjadi anggota kelompok-kelompok masyarakat. b. Melibatkan diri pada kegiatan diskusi kelompok. c. Melibatkan
diri
pada
kegiatan-kegiatan
organisasi
untuk
menggerakkan partisipasi masyarakat yang lain. d. Menggerakkan sumber daya masyarakat. e. Mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan f.
Memanfaatkan hasil-hasil yang dicapai dari kegiatan masyarakatnya.
Tipe Partisipasi Dusseldorp (dalam Yulius Slamet, 1993: 10-21) membuat klasifikasi dari berbagai tipe partisipasi. Klasifikasinya didasarkan pada 9 dasar, yaitu sebagai berikut : 1.
Berdasarkan derajat kesukarelaan a. Partisipasi spontan Terjadi bila seorang individu mulai berpartisipasi berdasarkan keyakinan tanpa dipengaruhi melalui penyuluhan atau ajakanajakan oleh lembaga-lembaga atau orang lain. Dalam hal ini, peran serta yang tumbuh terjadi karena adanya motivasi intrinsik berupa pemahaman, penghayatan, dan keyakinan sendiri.
commit to user 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Partisipasi terbujuk/terinduksi Bila seorang individu mulai berpartisipasi setelah diyakinkan melalui program penyuluhan atau oleh pengaruh lain. Dalam hal ini, peran serta yang tumbuh karena terinduksi oleh adanya motivasi ekstrinsik (berupa bujukan, pengaruh dan dorongan) dari luar, meskipun yang bersangkutan tetap memiliki kebebasan penuh untuk berpartisipasi. c. Partisipasi tertekan oleh kebiasaan Peran serta yang tumbuh karena adanya tekanan yang dirasakan sebagaimana layaknya warga masyarakat pada umumnya, atau peran serta yang dilakukan untuk mematuhi kebiasaan, nilai-nilai, atau norma yang dianut oleh masyarakat setempat. Jika tidak berperan serta, khawatir akan dikucilkan masyarakatnya. d. Partisipasi tertekan oleh alasan sosial-ekonomi Peran serta yang dilakukan karena takut akan kehilangan status sosial atau tidak memperoleh bagian manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan. e. Partisipasi tertekan oleh peraturan Peran serta yang dilakukan karena takut menerima hukuman dari peraturan/ketentuan-ketentuan yang sudah diberlakukan. 2.
Berdasarkan cara keterlibatan a. Partisipasi langsung Terjadi bila diri orang itu melaksanakan kegiatan tertentu didalam
commit to user 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan
pandangan,
membahas
pokok
permasalahan,
mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya, seperti mengambil peranan di dalam pertemuanpertemuan, turut diskusi. b. Partisipasi tidak langsung Partisipasi yang terjadi apabila seseorang mendelegasikan hak partisipasinya. 3.
Berdasarkan pada keterlibatan dalam berbagai tahap dalam proses pembangunan Menurut penggolongan ini ada 6 langkah yaitu a. Perumusan tujuan b. Penelitian c. Persiapan rencana d. Penerimaan pencana e. Pelaksanaan f.
Penilaian
Kategori dalam penggolongan ini yaitu : a) Partisipasi lengkap Bila seorang baik secara langsung maupun tidak langsung terlibat di dalam seluruh enam tahap dari proses perencanaan. b) Partisipasi sebagian Bila seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung
commit to user 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tidak terlibat di dalam seluruh enam tahap dari proses perencanaan. 4.
Berdasarkan tingkat organisasi a. Partisipasi yang terorganisasi Terjadi bila suatu struktur organisasi dan seperangkat tata kerja dikembangkan atau sedang dalam proses penyiapan. b. Partisipasi yang tidak terorganisasi Terjadi bila orang-orang berpartisipasi hanya dalam tempo yang kadang-kadang saja yang hukumnya karena keadaan yang gawat, misalnya sewaktu terjadi kebakaran.
5.
Berdasarkan intensitas dan frekuensi kegiatan a. Partisipasi intensif Terjadi bila disitu ada frekuensi aktivitas kegiatan partisipasi yang tinggi. b. Partisipasi ekstensif Terjadi apabila pertemuan terjadi secara tidak teratur.
6.
Berdasarkan lingkup liputan kegiatan a. Partisipasi tak terbatas Yaitu bila seluruh kekuatan yang mempengaruhi komunitas tertentu dapat diawali o leh dan dijadikan sasaran kegiatan yang membutuhkan partisipasi anggota komunitas tertentu. b. Partisipasi terbatas Terjadi
bila
hanya
sebagian
commit to user 15
kegiatan
sosial,
politik,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
administratif dan lingkungan fisik
yang
dapat
dipengaruhi
melalui kegiatan partisipatif. 7.
Berdasarkan efektifitas a. Partisipasi efektif Kegiatan partisipatif yang telah memunculkan perwujudan seluruh tujuan yang mengusahakan aktifitas partisipasi. b. Partisipasi tidak efektif Terjadi bila tidak satupun atau sejumlah
kecil saja dari
tujuan- tujuan aktivitas yang dicanangkan terwujudnya. 8.
Berdasarkan siapa yang terlibat Orang-orang yang dapat berpartisipasi dapat dibedakan sebagai berikut : a. Anggota masyarakat setempat b. Pegawai pemerintah c. Orang-orang luar d. Wakil-wakil masyarakat yang terpilih
9.
Berdasarkan gaya partisipasi Roothman membedakan tiga model praktek organisasi masyarakat di dalam setiap model terdapat perbedaan tujuan-tujuan yang dikejar dan perbedaan dalam gaya partisipasi. a. Pembangunan lokalitas Model praktek organisasi ini sama dengan masyarakat dan maksudnya
adalah
melibatkan
commit to user 16
orang-orang
di
dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembangunan
mereka
menumbuhkan
energi
sendiri
dan
dengan
cara
ini
sosial yang dapat mengarah pada
kegiatan menolong diri sendiri. Model ini mencoba melibatkan seluruh anggota masyarakat serta mempunyai fungsi integratif. b. Perencanaan sosial Pemerintah telah merumuskan tujuan-tujuan dan maksudmaksud tertentu yang berkenaan dengan perumahaan, kesehatan fisik dan lain sebagainya. Tujuan utama
melibatkan orang-
orang adalah untuk mencocokkan sebesar mungkin terhadap kebutuhan yang dirasakan dan membuat program lebih efektif. Partisipasi di dalam perencanaan sosial dapat dicirikan seperti disebutkan oleh Arstein sebagai informan atau placatiaon. Akan tetapi adalah juga bahwa partisipasi berkembang ke dalam bentuk partnership atau perwakilan kekuasaan. c. Aksi sosial Tujuan utama dari tipe partisipasi ini adalah memindahkan hubungan-hubungan sumber- sumber masyarakat pembangunan
kekuasaan
perhatian
dan
utama
yang kurang beruntung.
pencapaian
ada
satu
terhadap
bagian
dari
Seperti halnya dalam
lokalitas, peningkatan partisipasi diantaranya
kelompok sasaran adalah salah satu dari maksud-maksud yang penting.
commit to user 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan,
mensyaratkan
adanya
kepercayaan
yang
diberikan
pemerintah kepada masyarakat untuk terlibat secara aktif dalam pembangunan. Masyarakat bukan hanya sekedar objek (penikmat hasil pembangunan), melainkan sebagai subjek (pelaku pembangunan) yang diberi kepercayaan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pamanfaatan hasil pembangunan. Slamet (dalam Totok Mardikanto, 2010:104) manyatakan bahwa tumbuh berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, ditentukan oleh tiga unsur, yaitu : a. Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi b. Adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi c. Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi
1.2 Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Pemberdayaan berarti membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai kekuatan. Memberdayakan diterjemahkan sebagai upaya untuk memberikan kekuatan kepada orang atau kelompok yang lemah atau miskin agar mereka menyadari keadaan dirinya dan akhirnya mereka mampu melakukan aksi untuk keluar dari lingkaran kemiskinan tersebut. Pemberdayaan (empowerment) tidak dapat lepas dari konsep power
commit to user 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
‘kekuatan’. Kekuatan disini dapat mengarah pada kekuatan atau potensi yang ada pada orang yang diberdayakan tersebut. Dalam konteks pembangunan istilah pemberdayaan pada dasarnya bukan merupakan istilah baru melainkan sudah sering dibicarakan semenjak adanya kesadaran bahwa faktor manusia memegang peran penting dalam pembangunan. Pemberdayaan (empowerment) ditujukan guna untuk membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan social dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya. (Payne dalam Isbandi, 2008:77-78) Sedangkan
menurut
Shardlow
(dalam
Isbandi
2008:78)
pemberdayaan merupakan usaha individu, kelompok, maupun komunitas untuk mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan mereka sesuai dengan keinginan mereka. Menurut Parsons, Pemberdayaan merupakan sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh ketrampilan, pengetahuan, dan
commit to user 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya. (Edi Suharto 2005: 58-59) Dari definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh individu, kelompok maupun komunitasnya
dalam
mengambil
keputusan dengan
ikut
berpartisipasi dalam suatu kegiatan dengan kemampuan yang dimilikinya untuk membentuk masa depan sesuai keinginan mereka. Pemberdayaan perempuan sering di pahami sebagai proses penumbuhan kesadaran diri agar perempuan mampu berkembang secara optimal dan mampu membuat rencana, mengambil inisiatif, mengorganisir diri dan bertanggung jawab terhadap diri dan lingkungannya. Menurut Anwar (2007:35) proses dalam pemberdayaan meliputi: 1. Proses penyadaran Proses penyadaran menurut Havelock (1975) dalam tahap pertama seorang individu dikenalkan pada
suatu inovasi dan
diupayakan untuk menyadari inovasi tersebut. Pada tahap awal kontak seorang adopter potensial, agen pembaruan harus menyakinkan bahwa mereka mendengarkan dan memahami bahwa dia mengembangkan beberapa konsep mengenai inovasi. Untuk menumbuhkan kesadaran kritis berasal dari refleksi diri tentang keadaan dirinya untuk memahami apa yang terjadi dalam kehidupannya yang dipertegas dengan upaya konkret baik melalui pendidikan maupun penyebaran inovasi (rekayasa sosial). Untuk
commit to user 20
perpustakaan.uns.ac.id
mencapai
digilib.uns.ac.id
suatu
tahap
kesadaran
diri,
orang
membutuhkan
pengalaman dan interaksi sosial. 2. Perencanaan Perencanaan merupakan upaya menentukan sebelumnya apa yang seharusnya dilakukan dan bagaimana strategi dan teknik dalam melakukannya. Komponen-komponen dalam perencanaan meliputi: analisis sistem menyeluruh, menentukan kemampuan populasi target, mengidentifikasi kebutuhan belajar dan merumuskan masalah dan tujuan belajar. 3. Pengorganisasian Pengorganisasian merupakan upaya mempersatukan sumber daya pokok dengan cara teratur dan mengatur orang-orang dalam pola organisasi, hingga mereka dapat melaksanakan aktivitas guna mencapai tujuan yang diharapkan. Komponen-komponen dalam pengorganisasian meliputi penyusunan kerangka pemecahan masalah, memahami dan menganalisis kapasitas sumber, dan mengatur sumber belajar. 4. Penggerakan Terry mengungkapkan penggerakan merupakan suatu usaha untuk menggerakkan
anggota-anggota
kelompok
sehingga
mereka
mempunyai keinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi yang
bersangkutan.
Unsur-unsur
dalam penggerakan
meliputi (1) pelaksanaan pembelajaran, menentukan jenis strategi pembelajaran yang akan ditentukan kepada masyarakat sasaran. (2)
commit to user 21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemilihan metode dan teknik pembelajaran, menentukan prosedur pengorganisasian yang teratur dan sistematis untuk mencapai tujuan yang diharapkan. (3) pemilihan media dan fasilitas pembelajaran, media yang dimaksud adalah segala jenis benda yang dapat menyalurkan informasi
untuk
merangsang
pikiran,
perasaan,
dan
kemauan
masyarakat sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. (4) pemberian motivasi peserta didik, memberikan dorongan kepada masyarakat melalui keikutsertaannya dalam setiap tahapan proses belajar. 5. Penilaian Dalam tahap penilaian berisi tentang kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data atau informasi yang diperlukan sebagai masukan untuk pengambilan keputusan. Kegiatan dalam penilaian meliputi kegiatan pengumpulan informasi tentang proses
penyadaran,
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan,
penilaian dan pengembangan, termasuk di dalamnya penguasaan dan aplikasi ketrampilan produktif, ketrampilan pemasaran dan keuangan keluarga. Informasi yang diperoleh tersebut kemudian dianalisis dan dilaporkan hasilnya. 6. Pengembangan Pengembangan berfungsi untuk menyempurnakan program kearah yang lebih baik. Mencakup pengembangan kualitas dan kuantitas ketrampilan
commit to user 22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
produktif, perluasan pasar, dan keuangan keluarga secara lebih efektif dan efisien.
Gambar 1.1 Komponen-komponen Manajemen Pemberdayaan Penyadaran
Pengembangan
Keterampilan: Produktif Pemasaran produksi Peng. Keu Keluarga
Penilaian
Perencanaan
Pengorganisasia n Pelaksanaan
Pemberdayaan perempuan tidak berarti perempuan mengambil alih kontrol yang sebelumnya dikuasai oleh laki-laki, tetapi lebih pada kebutuhan untuk mentransformasikan hakikat dari relasi kuasa dengan menumbuhkan rasa percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki dan mengorganisir bersama pihak lain untuk tujuan bersama sehingga dapat menghasilkan suatu perubahan dalam pengambilan keputusan. Menurut Jurnal Internasional yang berjudul Women Empowerment in Oman: A study based on Women Empowerment Index, Februari 2012 dari Journal of Psychology and Business Vol. 2 No 2, pp.37-53 menyatakan bahwa:
commit to user 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Woman‘s perceived interests linked to domesticity may adversely affect her empowerment outcomes (Agarwal 1997; Kabeer 1999; Sen 2006). We found from the women empowerment index that the women in Oman are empowered but still her interest towards domesticity affects her empowerment otherwise women would have been more empowered. In fact social power‘ plays an important role in generating/sustaining inequalities between men and women. Her empowering intervention has to confront with the patriarchal social power,‘ which plays an important role in generating and sustaining gender inequalities.
Terjemahan dalam Bahasa Indonesia: Kepentingan perempuan yang dirasakan terkait dengan kehidupan rumah tangga dapat mempengaruhi hasil pemberdayaannya (Agarwal 1997; Kabeer 1999; Sen 2006). Kami menemukan dari indeks pemberdayaan perempuan bahwa perempuan di Oman diberdayakan tapi minatnya masih mempengaruhi kehidupan rumah tangga terhadap pemberdayaan perempuannya jika tidak akan lebih diberdayakan. Bahkan kekuatan
sosial
memainkan
menghasilkan/mempertahankan
peran
ketidaksetaraan
penting antara
dalam
laki-laki dan
perempuan. Intervensinya, memberdayakan harus menghadapi dengan kekuatan sosial patriarki, yang memainkan peran penting dalam menghasilkan dan mempertahankan ketidaksetaraan gender. Pemberdayaan perempuan
merupakan
suatu proses
dimana
perempuan baik secara individual ataupun kelompok bebas untuk menganalisis,
mengembangkan
dan
menyuarakan
kebutuhan
dan
keinginan mereka, tanpa ditentukan sebelumnya atau dipaksakan kepada
commit to user 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mereka. Oleh karena itu, perencana yang bekerja untuk suatu pendekatan pemberdayaan
perlu
mengembangkan
metode-metode
yang
memberdayakan perempuan sendiri dengan menilai situasi mereka sendiri dan
membangun
suatu
tansformasi
dalam
masyarakat.
(http://genderpedia.blogspot.com/2010/08/pemberdayaanperempuan_6179.htm diakses tgl 3 Maret 2012 pkl 20.00). Keterlibatan perempuan dalam kegiatan usaha ekonomi produktif dapat memberikan kontribusi yang cukup besar dalam peningkatan pendapatan keluarga. Dengan meningkatnya pendapatan keluarga, maka dapat meningkatkan pula kesejahteraan dalam keluarga. Banyak alasan yang melatarbelakangi mengapa perempuan terlibat dalam kegiatan ekonomi produktif, ada yang dikarenakan faktor kemiskinan, ada pula yang dikarenakan ingin menambah penghasilan dalam keluarga. Menurut jurnal Internasional yang berjudul Empowerment Of Women Through SHGs In India, April 2012 dari International Journal of Physical and Social Sciences, Volume 2, Issue 4 pp.200-210 menyatakan bahwa: Economic empowerment means to have access and control over productive resources which ensures financial autonomy. Usually women work for longer hours and also have more than 50% of unpaid activities when compared to men. They also have responsibilities like caring the households, which involves cooking, cleaning, washing, fetching water etc. To fulfill all these needs of women there is an urgent need of change in the mindset of the society. Thus changes in the development and fulfillment of the basic economic needs of women are the most urgent requirement. The main source of employment for women being the farm sector, which does not fulfill all their needs and leads them to indebtedness.
commit to user 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Thus participation of women in SHGs has helped them in saving some money out of their daily expenses. They were able to avail loan with lower interest rates, which brought a little change in the society towards women. Terjemahan dalam Bahasa Indonesia: Sarana pemberdayaan ekonomi memiliki akses dan kontrol atas sumber daya produktif yang menjamin otonomi keuangan. Biasanya wanita bekerja lebih lama dan juga memiliki lebih dari 50% dari kegiatan yang belum dibayar jika dibandingkan dengan pria. Mereka juga memiliki tanggung jawab seperti merawat rumah tangga, yang melibatkan memasak, membersihkan, mencuci, mengambil air dll. Untuk memenuhi semua kebutuhan wanita ada kebutuhan mendesak dari perubahan pola pikir masyarakat. Jadi perubahan dalam pengembangan dan pemenuhan kebutuhan ekonomi dasar perempuan adalah kebutuhan yang paling mendesak. Sumber utama kerja bagi perempuan yang sektor pertanian, yang tidak memenuhi semua kebutuhan mereka dan membawa mereka ke hutang. Dengan demikian partisipasi perempuan dalam KSM telah membantu mereka dalam menghemat uang dari biaya sehari-hari. Mereka mampu memanfaatkan pinjaman dengan tingkat bunga yang lebih rendah, yang membawa sedikit perubahan dalam masyarakat terhadap perempuan. Dengan adanya proses transfer pengetahuan dan kebutuhan ekonomi maka diharapkan perempuan dapat mengubah nasib mereka. Upaya pemberdayaan tersebut harus dimulai ketika proses tersebut belum dilaksanakan.
Sebagai
sasaran
kegiatan,
commit to user 26
perempuan
wajib
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempertanyakan setiap langkah yang diambil fasilitator untuk memastikan bahwa keberadaan mereka tidak sekedar pelengkap dalam sebuah proyek. Hal yang perlu untuk dicermati adalah sejauh mana perempuan tersebut terlibat dalam suatu proses seperti identifikasi kebutuhan pelatihan, training, dll. Tujuan akhir dari pemberdayaan perempuan tersebut adalah agar perempuan sendiri dapat menjadi agen perubahan yang aktif dalam melakukan transformasi gender. Adanya program pemberdayaan ekonomi perempuan diharapkan dapat membantu penambahan penghasilan perempuan atau isu-isu lain yang dianggap lebih mudah diterima. Apabila perempuan mempunyai penghasilan sendiri maka perempuan akan lebih punya posisi tawar dihadapan suami dan lingkungannya. Sara
H
Longwe
(Ismi
dalam
Sri
Samiati,
2009:316)
mengembangkan teknis analisis gender yang dikenal dengan kerangka pemampuan perempuan. Metode Sara H Longwe mendasarkan pentingnya pembangunan bagi perempuan, bagaimana menangnai isu gender sebagai kendala pemberdayaan perempuan dalam upaya memenuhi kebutuhan spesifik perempuan dan upaya mencapai kesetaraan gender. Pemberdayaan perempuan mencakup tiga hal yaitu: 1. Capacity building : bermakna membangun kemampuan perempuan 2. Cultural change : perubahan budaya memihak pada perempuan 3. Structural adjustment : penyesuaian structural yang memihak perempuan
commit to user 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kriteria analisis yang digunakan dalam metode ini adalah 1. Dimensi Kesejahteraan Dimensi ini dapat diukur dari tercukupinya kebutuhan dasar seperti makanan, penghasilan, perumahan, dan kesehatan yang harus dinikmati oleh perempuan dan laki-laki. 2. Dimensi Akses Kesenjangan gender dapat terlihat dari adanya perbedaan akses. Lebih
rendahnya
akses
mereka
terhadap
sumber
daya
menyebabkan produktivitas perempuan lebih rendah dari laki-laki. 3. Dimensi Kesadaran Kritis Pemberdayaan berarti menumbuhkan sikap kritis dan penolakan cara pandang bahwa subordinasi terhadap perempuan bukanlah pengaturan ilmiah, tetapi hasil diskriminatif dari tatanan social yang berlaku. Perlu adanya keyakinan bahwa kesetaraan gender merupakan bagian dari tujuan perubahan. 4. Dimensi Partisipasi Partisipasi berarti keterlibatan atau keiikutsertaan aktif sejak dalam penetapan kebutuhan,
formulasi proyek,
implementasi, dan
monitoring serta evaluasi. 5. Dimensi Kontrol Kesetaraan dalam kuasa berarti adanya kuasa yang seimbang antara laki-laki dan perempuan, satu tidak mendominasi atau berada dalam posisi dominan atas lainnya. Lelaki dan perempuan
commit to user 28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempunyai kesempatan yang sama untuk melakukan kontrol atas pemanfaatan sumber daya tersebut.
1.3 Program Terpadu P2M-BG Program Terpadu (P2M-BG) merupakan program penanggulangan kemiskinan yang implementasinya dilakukan melalui rangkaian program pemberdayaan masyarakat berbasis gender. Tujuan umum Program Terpadu P2M-BG adalah meningkatkan kualitas hidup keluarga menuju pada kesejahteraan, kesetaraan dan keadilan melalui kegiatan lintas bidang pembangunan dalam upaya penanganan kemiskinan dengan fokus peningkatan kondisi, status, kedudukan dan partisipasi perempuan. Tahapan dalam pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipasif, yaitu dengan memfokuskan pada proses belajar dan penyadaran kritis dengan melibatkan masyarakat secara penuh. Dengan beberapa tahapan kegiatan meliputi; penyusunan data dasar, perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan serta evaluasi kegiatan. Pemberdayaan yang dilakukan dalam P2M-BG ditekankan pada pelatihan ketrampilan guna meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat mitra. Pemberian ketrampilan diberikan bagi masyarakat mitra dengan materi pelatihan ketrampilan yang disesuaikan dengan bakat dan minat peserta. Pelatihan diselenggarakan dengan menggunakan metode partisipatif yaitu setiap peserta mempunyai hak dan kedudukan yang sama
commit to user 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk ikut berperan aktif dan memilih jenis ketrampilan atau kegiatan yang sesuai dengan minatnya.
Program tersebut juga
berupaya
untuk
menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat mitra untuk membantu meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan berwirausaha sehingga dapat meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan untuk keluarganya dengan memberikan ketrampilan dan peralatan bantuan sesuai dengan jenis ketrampilan yang diberikan.
2. Penelitian Terdahulu Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis baca diantaranya : 1) Penelitian dilakukan oleh Septariana Tri Handoko yang berjudul Pemberdayaan perempuan melalui program pengembangan kecamatan tahun 2008. Penelitian dilakukan di Desa Blimbing, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui program yang digulirkan pemerintah untuk mengatasi permasalahan kemiskinan melalui Program Pengembangan Kecamatan. Program ini menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat termasuk perempuan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penilaian terhadap proses pemberdayaan terhadap perempuan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tiga parameter yakni, sosialisasi, partisipasi dan pemandirian. Selama penelitian didapat hasil bahwa TPK
commit to user 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebagai penyelenggara dari Simpan Pinjam Perempuan (SPP) tingkat desa, menjalankan kegiatan SPP sebagai salah satu kegiatan di dalam PPK
sesuai dengan tahapan-tahapan di dalam
pelaksanaannya.
Pemberdayaan perempuan dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui PPK benar-benar dijalankan dengan baik hal ini terbukti dari keikutsertaan perempuan didalam SPP dimana secara aktif perempuan dilibatkan mulai dari tahap perencanaan hingga tahap pelestarian. Untuk kedepannya perlu ditingkatkan sosialisasi agar pengetahuan masyarakat mengenai PPK lebih dalam lagi. 2) Penelitian dilakukan oleh Septariana Sutarto yang berjudul Partisipasi Perempuan dalam Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan di Kabupaten Sukoharjo. Lokasi dalam penelitian ini adalah kecamatan Sukoharjo, kecamatan Grogol dan kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana partisipasi yang dilakukan oleh Perempuan dalam P2KP dan sejauh mana partisipasi perempuan dalam setiap tahapan kegiatan P2KP. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data metode purposive sample. Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa partisipasi perempuan dalam pelaksanaan kegiatan P2KP menunjukkan adanya tindakan sosial perempuan dalam berpartisipasi melewati proses : perencanaan yaitu memberikan ide/gagasan dan menentukan
pengambilan
keputusan;
pelaksanaan
yaitu
dengan
memberikan bantuan waktu, tenaga, dan pikiran; pemanfaatan yaitu
commit to user 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebagai pelaku, pemanfaat dan penerima dana bantuan langsung masyarakat (BLM) P2KP. 3) Penelitian dilakukan oleh Yonahes Pandhu Indrarko yang berjudul Partisipasi
Masyarakat
Panularan
Terhadap
Program
Terpadu
Pemberdayaan Masyarakat yang Berperspektif Gender (P2MBG). Penelitian ini berlokasi di RW 8 Kelurahan Panularan, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana partisipasi dalam setiap kegiatan yang dilakukan saat P2MBG berlangsung. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa P2MBG yang dilaksanakan di RW 8 Kelurahan Panularan, Kota Surakarta dapat dinyatakan berhasil. Terdapat berbagai bentuk partisipasi masyarakat di dalam P2MBG, seperti partisipasi langsung, tidak langsung dan spontan. Adanya keterlibatan masyarakat setempat dalam perencanaan kegiatan yang meliputi pemilihan lokasi program, seleksi peserta, sosialisasi dan pelaksanaan pelatihan kepada peserta berupa pelatihan memasak, menjahit, tata rias, bengkel serta pemberian bantuan dalam pemanfaatan program yang akan mengubah kualitas hidup keluarga mereka. Sehingga dengan demikian dapatlah dijamin bahwa partisipasi masyarakat setempat, pola sikap dan pola berfikir serta nilai – nilai dan pengetahuannya itu dipertimbangkan secara penuh. Ditambah tidak adanya diskriminasi gender dalam setiap pelaksanaan P2MBG.
commit to user 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Kerangka Berpikir Program Terpadu P2M-BG merupakan suatu progam dari pemerintah yang
berupaya
untuk
mengurangi
tingkat
kemiskinan
melalui
konsep
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga menuju pada kesejahteraan, kesetaraan dan keadilan melalui kegiatan lintas bidang pembangunan dalam upaya penanganan kemiskinan dengan fokus peningkatan kondisi, status, kedudukan dan partisipasi perempuan. Implementasi dalam Program Terpadu P2M-BG dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat berbasis gender. Unit kegiatan dalam Program Terpadu P2M-BG dilakukan dengan cara pemberian ketrampilan untuk masyarakat sasaran sesuai dengan minat yang di inginkan. Dalam penelitian ini, penelitian ini mencoba ingin mengetahui bagaimana tingkat partisipasi dan pemberdayaan ekonomi perempuan dalam Program Terpadu P2M-BG. Adapun jenis pelatihan ketrampilan yang diberikan adalah ketrampilan dalam bidang memasak, menjahit dan tata rias. Partisipasi perempuan dalam hal ini dapat dilihat dari beberapa sisi. Dengan melihat sejauh mana perempuan berpartisipasi program tersebut. Penelitian ini akan melihat bagaimana partisipasi perempuan dalam berbagai unit kegiatan yang ada dalam Program Terpadu P2M-BG sesuai dengan tahapantahapan seperti penyusunan data dasar, perencanaan/pengambilan keputusan dalam program, pelaksanaan program, pemantauan atau evaluasi program, dan pemanfaatan hasil program. Selain itu, penelitian ini juga melihat bagaimana pemandirian perempuan untuk melanjutkan berbagai unit kegiatan yang sudah dilaksanakan dari Program Terpadu P2M-BG sebagai dampak ekonomi yang ada.
commit to user 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bagan 1.1 Kerangka Berpikir
Program Terpadu P2M-BG
Pemberdayaan Masyarakat
Partisipasi Perempuan
Penyusunan Data Dasar
Perencanaan/ Pengambilan Keputusan
Pelaksanaan Kegiatan
Unit Kegiatan
Memasak
Menjahit
Pemantauan/ Evaluasi Kegiatan
Tata rias
Pemanfaatan Hasil Kegiatan
Pemberdayaan Ekonomi Perempuan
commit to user 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
G. Landasan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tindakan social. Tindakan merupakan suatu perbuatan, perilaku, atau aksi yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Weber individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, pemahaman, persepsi atas suatu objek stimulus dan situasi tertentu. Tindakan individu merupakan tindakan sosial yang rasional yaitu untuk mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat (Ritzer, 1985:46-47). Tindakan tersebut secara nyata diarahkan untuk orang lain, juga dapat berupa tindakan yang bersifat subyektif yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu atau merupakan tindakan perorangan dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa atau berupa persetujuan secara pasif dalam situasi tertentu. Bertolak dari konsep dasar tentang tindakan sosial dan antar hubungan sosial itu, Weber mengemukakan lima ciri pokok yang menjadi sasaran penelitian sosiologi yaitu : 1. Tindakan manusia, yang menurut si aktor mengandung makna yang subyektif meliputi berbagai tindakan nyata. 2. Tindakan nyata dan bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subyektif. 3. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam 4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada individu. 5. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain itu.
commit to user 35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Teori Max Weber kemudian dikembangkan oleh Talcott Parsons. Parsons menekankan pentingnya pemahaman orientasi individu yang bersifat subyektif, termasuk definisi situasi serta kebutuhan dan tujuan individu. Menurut Parsons bukan tindakan individu yang utama, melainkan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang menuntut dan mengatur perilaku itu. Tindakan individu memiliki kebebasan untuk memilih sarana (alat) dan tujuan yang akan dicapai itu dipengaruhi oleh lingkungan atau kondisi-kondisi, dan apa yang dipilih tersebut dikendalikan oleh nilai dan norma. Pemikiran Talcott Parsons, yaitu tindakan individu diarahkan pada tujuan. Individu yang memiliki tujuan disebutnya sebagai aktor. Aktor adalah perilaku aktif dan kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih alternatif suatu tindakan, terdapat suatu pengalaman subyektif dalam diri si actor. Suatu pengalaman subyektif yang dapat dimengerti karena dialami secara meluas dapat dilihat secara obyektif. Individu (aktor) bertindak dengan tujuan, dalam bertindak ia memerlukan seperangkat alat serta teknik yang bergantung pada kondisi tindakan untuk mencapai tujuannya. Aktor bukan merupakan pelaku aktif murni, hal ini dikarenakan adanya norma, nilai dan ide-ide serta kondisi-kondisi situasional yang mampu mempengaruhi aktor, seperangkat alat maupun tujuan. Norma-norma itu tidak menetapkan pilihannya terhadap cara atau alat, tetapi ditentukan oleh kemampuan aktor untuk memilih. Kemampuan inilah yang disebut Parsons sebagai: voluntarism. Singkatnya voluntarisme adalah kemampuan individu melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang bersedia dalam rangka
commit to user 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mencapai tujuannya. Aktor menurut konsep voluntarisme adalah pelaku aktif dan kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih dari alternatif tindakan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tindakan sosial merupakan suatu proses dimana actor terlibat dalam pengambilan keputusan secara subyektif. Sarana dan cara untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dipilih semuanya dibatasi oleh sistem, norma dan nilai. Dalam penelitian ini, landasan teori yang dipakai adalah Teori Aksi, karena individu atau kelompok dipandang sebagai aktor yang mempunyai cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuannya. Dalam penelitian ini, tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam program pengentasan kemiskinan melalui Program Terpadu Pemberdayaan Masyarakat yang Berperspektif Gender (P2MBG) yang diarahkan kepada masyarakat mitra, dimana tindakan ini merupakan tindakan sosial yang memiliki tujuan, menggunakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan tersebut dan secara normative tindakan tersebut diatur sehubungan dengan penentuan alat dan tujuan yang hendak dicapai. H. Definisi Konseptual Untuk membatasi ruang lingkup pada penelitian ini, perlu adanya pembatasan istilah dan pengertian sehingga diharapkan akan mendapatkan gambaran yang jelas dengan masalah pokok penelitian yang akan dilaksanakan. Adapun batasan konseptual adalah sebagai berikut : 1. Partisipasi Partisipasi adalah suatu tindakan secara sadar dengan keterlibatan mental dan emosi serta fisik seseorang atau kelompok masyarakat, dalam
commit to user 37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keiikutsertaannya terhadap perencanaan dan pelaksanaan suatu kegiatan dengan memberikan respon dan bersedia untuk bertanggung jawab atas keterlibatannya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 2. Pemberdayaan ekonomi perempuan Pemberdayaan perempuan merupakan suatu proses dimana perempuan baik secara individual ataupun kelompok bebas untuk menganalisis, mengembangkan dan menyuarakan kebutuhan dan keinginan mereka, tanpa ditentukan sebelumnya atau dipaksakan kepada mereka. Keterlibatan perempuan dalam kegiatan usaha ekonomi produktif dapat memberikan kontribusi yang cukup besar dalam peningkatan pendapatan keluarga. 3. Program Terpadu P2M-BG Program Terpadu (P2M-BG) merupakan suatu program dari pemerintah dalam
upaya
penanggulangan
kemiskinan
yang
implementasinya
dilakukan melalui rangkaian program pemberdayaan masyarakat berbasis gender. Bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga menuju pada kesejahteraan, kesetaraan dan keadilan melalui kegiatan lintas bidang pembangunan dalam upaya penanganan kemiskinan dengan fokus peningkatan kondisi, status, kedudukan dan partisipasi perempuan. I. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan uraian mengenai gejala sosial sesuai
dengan
indikator
yang
dijadikan
commit to user 38
dasar
penelitian.
Dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mendeskripsikan kualitas suatu gejala dengan menggunakan ukuran perasaan sebagai dasar penilaian (Y.Slamet, 2006:7). Penelitian ini didukung dengan data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara dan digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai pelaksanaan P2M-BG. Peneliti berusaha untuk mendiskripsikan secara mendalam tentang pelaksanaan program P2MBG di kota Surakarta di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta. 2. Lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Surakarta. Adapun alasan peneliti memilih lokasi tersebut : a.
Kelurahan Sumber merupakan salah satu Kelurahan di Surakarta yang menjadi sasaran dari P2M-BG pada tahun 2011.
b. Peserta pelatihan P2M-BG di kelurahan Sumber hampir semua diikuti oleh perempuan. 3. Sumber data Sumber data yang digunakan : a. Data primer Informasi diperoleh langsung melalui wawancara dengan bantuan mediamedia komunikasi, seperti telepon. Informan dalam penelitian ini berasal dari orang-orang yang terlibat langsung dalam Program Terpadu Pemberdayaan Masyarakat Berperspektif Gender (P2M-BG) yaitu :
commit to user 39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Tim Pengelola ( perencana program ) yaitu Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (Bapermas, PP, PA dan KB) Kota Surakarta. 2. Tim Pembina Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta. 3. Fasilitator dalam P2M-BG 4. Masyarakat mitra di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta yang mengikuti P2M-BG b. Data sekunder Data diperoleh secara tidak langsung dengan mengutip sumber-sumber sekunder melalui dokumen, buku-buku, website Pemkot Surakarta, arsip, hasil penelitian dan peraturan perundang yang berkaitan dengan penelitian. Data-data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi daftar jumlah masyarakat mitra, kondisi masyarakat mitra di Kelurahan Sumber, jadwal pelatihan ketrampilan, daftar hadir dalam semua kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan P2M-BG, laporan pelaksanaan P2M-BG di Kelurahan Sumber tahun 2011, serta surat-surat yang berkaitan dengan pelaksanaan P2M-BG di Kelurahan Sumber 4. Teknik pengumpulan data a. Studi dokumentasi Data dikumpulkan dari dokumen-dokumen Bapermas, PP, PA dan KB Kota
Surakarta
yang
berkaitan
dengan
commit to user 40
penelitian.
Data
yang
perpustakaan.uns.ac.id
dikumpulkan berupa
digilib.uns.ac.id
data-data tentang pelaksanaan P2M-BG di
Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta b. Wawancara mendalam Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas dan mendalam tentang berbagai aspek dalam penelitian ini. Penelitian ini lebih mengandalkan kekuatan ke dalam
informasi yang didapat dan
menghindarkan bisa informasi. Dalam hal ini wawancara dilakukan dengan key informan yang dianggap paling mengetahui praktek pelaksanaan program tersebut. Dalam hal ini key informan yang dimaksud adalah Tim Pembina Kelurahan, Tim Pengelola, Fasilitator serta masyarakat mitra. c. Observasi non-partisipatif Observasi dilakukan dengan mendatangi lokasi penelitian untuk melihat secara langsung mengenai situasi dan kondisi objek penelitian. Observasi bersifat non-partisipatif, peneliti tidak terlibat langsung dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh objek penelitian. Observasi digunakan untuk mengecek kebenaran informasi dan membandingkan keadaan di lapangan. Observasi yang dilakukan adalah pengamatan tentang pelaksanaan P2M-BG di Kelurahan Sumber, pengamatan tentang perubahan ekonomi yang terjadi dalam masyarakat, pengamatan terhadap bantuan yang diberikan apakah sesuai dengan yang telah ditetapkan.
commit to user 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Teknik pengambilan sampel a. Populasi Populasi adalah semua bagian atau anggota dari subyek yang akan diamati. Populasi bisa berupa orang, obyek, atau apapun yang menjadi obyek survey peneliti. Dalam penelitian ini, populasi yang dimaksud adalah seluruh masyarakat mitra yang mengikuti Program Terpadu P2MBG di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta. Jumlah keseluruhan masyarakat mitra adalah 100 orang. b. Sampel Peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Peneliti mempunyai kecenderungan untuk memilih
informan
yang
dianggap
mengetahui
informasi
dan
permasalahannya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 9 sampel yaitu : Sebagai Informan -
Tim
Pengelola
program
yaitu
1
sampel
Kasubid
Pemberdayaan Perempuan Bapermas, PP, PA dan KB Kota Surakarta -
Tim Pembina Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta.
-
2 sampel Fasilitator dalam Program Terpadu P2M-BG
commit to user 42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sebagai Responden -
5 sampel peserta/ masyarakat mitra di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta yang mengikuti Program Terpadu P2M-BG
6. Teknik analisis data Peneliti menggunakan teknik analisa interaktif dan teknik analisa gender yaitu teknik analisa Longwe. Terdapat tiga alur dalam analisisa interaktif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Analisa data akan melalui tiga alur yaitu dimulai dari reduksi data berupa pencatatan data-data kasar selama berada di lapangan. Merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data
hingga
kesimpulan
dapat
ditarik dan
diversifikasi. Alur yang kedua yaitu penyajian data yaitu kegiatan ketika pengumpulan informasi disusun, sehingga dapat memberikan kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Alur yang terakhir yaitu menarik kesimpulan atau verifikasi, penarikan kesimpulan hanya sebagian dari konfigurasi utuh, kesimpulan tersebut diversifikasi yaitu dengan merefleksikan kembali apa yang telah ditemukan di lapangan untuk memperoleh kebenaran. Sedangkan yang dimaksud teknik analisa Longwe adalah suatu teknik analisis yang dikembangkan sebagai metode pemberdayaan perempuan dengan lima criteria analisis yaitu dimensi kesejahteraan, akses, kesadaran
commit to user 43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kritis, partisipasi dan kontrol. Teknik analisa Longwe dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui bagaimana pemberdayaan perempuan dan makna persamaan dalam praktek serta seberapa jauh suatu intervensi akan mendukung
pemberdayaan.
Sara
H
Longwe
mendefinisikan
bahwa
Pemberdayaan sebagai sesuatu yang memungkinkan perempuan mengambil tempat yang sama dengan laki-laki, dan terlibat secara sama dalam proses pembangunan untuk mencapai kontrol atas faktor-faktor produksi di atas landasan yang sama dengan laki-laki. Dalam penelitian ini akan diperoleh catatan dari gejala-gejala yang muncul selama penelitian, kemudian dicatat berdasarkan pengelompokkan kolom sebagai gambaran relasi gender. Tabel 1.2 Contoh Profil Gender dalam Program Pembangunan Sektor
Proyek
Kesejahteraan
Akses
Penyadaran
Partisipasi
Kontrol
Pertanian Pendidikan dan Pelatihan Industri Proyek milik perempuan
Sumber : The Oxfam Gender Training Manual (terjemahan) dalam Widaningroem, 1998.(dalam Trisakti Handayani 2006: 174)
commit to user 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Validitas data Penelitian ini menggunakan teknik data trianggulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan data atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam penelitian ini metode triangulasi yang digunakan yaitu triangulasi data dengan beberapa sumber untuk mengumpulkan data yang sama yaitu dengan melakukan cross check dengan beberapa sumber yang berkaitan dengan penelitian ini, misalnya Tim Pengelola Program yaitu Bapermas, PP, PA dan KB Kota Surakarta, Tim Pembina Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Fasilitator dalam P2M-BG dan Masyarakat mitra di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta yang mengikuti Program Terpadu P2M-BG. Dalam
trianggulasi
ini,
tidak
mengharapkan
bahwa
hasil
pembandingan tersebut merupakan kesamaan pandangan, pendapat, atau pemikiran. Melainkan, yang terpenting dalam teknik trianggulasi ini adalah mengetahui adanya alasan-alasan terjadinya perbedaan – perbedaan tersebut dan selanjutnya dari perbedaan – perbedaan tersebut akan dilakukan analisa. Dalam hal kaitannya dengan penelitian ini, trianggulasi data dapat dilakukan dengan cara : a. Membandingkan hasil wawancara antara Tim Pembina Kelurahan, Tim Pengelola, fasilitator dan masyarakat mitra. b. Membandingkan hasil pengamatan di lapangan dengan hasil wawancara.
commit to user 45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Membandingkan berbagai pendapat dan pandangan orang dengan membandingkan apa yang dikatakan oleh setiap orang berdasarkan pemahaman yang dimiliki baik itu masyarakat mitra, pembina, maupun pengelola tentang P2M-BG.
commit to user 46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II DESKRIPSI LOKASI
A. GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA Kota Surakarta terletak antara 1100 45’ 15” dan 1100 45’ 35 “ Bujur Timur dan antara 70 36’ dan 70 56’ Lintang Selatan. Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta. Wilayah Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan ”Kota Sala” merupakan dataran rendah dengan ketinggian + 92 meter dari permukaan laut. Batas-batas wilayah Kota Surakarta adalah sebagai berikut: Sebelah Utara
: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali
Sebelah Timur
: Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Sebelah Selatan
: Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Barat
: Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali.
Luas wilayah Kota Surakarta mencapai 44,06 Km2 yang terbagi dalam 5 kecamatan yaitu: Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari dan mempunyai 51 kelurahan yang terdiri dari: Kelima kecamatan dan 51 kelurahan tersebut adalah : 1. Kecamatan Laweyan terdiri dari 11 kelurahan yaitu: Pajang, Laweyan, Bumi, Panularan, Penumping, Sriwedari, Purwosari, Sondakan, Kerten, Jajar dan Karangasem.
commit to user 47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Kecamatan Serengan terdiri dari 7 kelurahan yaitu: Danukusuman, Serengan, Tipes, Kratonan, Jayengan, Joyontakan dan Kemlayan. 3. Kecamatan Pasar Kliwon terdiri dari 9 kelurahan yaitu: Joyosuran, Semanggi, Pasar Kliwon, Gajahan, Baluwarti, Kampung Baru, Kedung Lumbu, Sangkrah dan Kauman. 4. Kecamatan Jebres terdiri dari 11 kelurahan yaitu: Kepatihan Kulon, Kepatihan Wetan, Sudiroprajan, Gandekan, Kampung Sewu, Pucang Sawit, Jagalan, Purwodiningratan, Tegalharjo, Jebres, dan Mojosongo. 5. Kecamatan Banjarsari terdiri dari 13 kelurahan yaitu : Kadipiro, Nusukan, Gilingan, Setabelan, Kestalan, Keprabon, Timuran, Ketelan, Punggawan, Mangkubumen, Manahan, Sumber dan Banyuanyar. Berdasarkan hasil sementara Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk di Kota Surakarta tercatat sebanyak 499.337 jiwa, dimana jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari penduduk laki-laki yakni 256.041 jiwa perempuan dan 243.296 jiwa laki-laki. Kecamatan Banjarsari merupakan kecamatan dengan luas paling besar terdiri dari 169 RW, 874 RT dan 46.330 KK. Jumlah penduduk di kecamatan ini juga terbanyak, yaitu sejumlah 157.309 jiwa atau 31,50 persen. B. DESKRIPSI LOKASI KELURAHAN SUMBER 1. Kondisi Geografis Kelurahan Sumber merupakan salah satu bagian dari 13 Kelurahan yang ada di Kecamatan Banjarsari. Kelurahan Sumber terletak di sebelah Tenggara Kota Surakarta. Kelurahan Sumber terletak di sebelah barat laut Kota Surakarta, Berikut batas wilayah dari Kelurahan Sumber :
commit to user 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Nusukan Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Kerten Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Banyuanyar Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Baturan Kab. Karanganyar Luas wilayah Kelurahan Sumber adalah 130,33 ha yang secara administratif mencakup 17 RW dan 75 RT. 2. Kondisi Demografis Jumlah penduduk Kelurahan Sumber berdasarkan laporan monografi dinamis Kelurahan Sumber bulan April tahun 2012, dilaporkan bahwa di Kelurahan Sumber tercatat 4.952 kepala keluarga. Sementara jumlah penduduk sendiri dan kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat dari tabel di bawah ini: Tabel 2.1 Komposisi Penduduk Kelurahan Sumber Menurut Kelompok Umur dan Kelamin tahun 2012 Kelompok Umur
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-39 40-49 50-59 60+ Jumlah
2 840 688 646 640 650 860 1.604 1.152 799 517 8.396
3 793 672 634 639 619 881 1.376 1.354 749 663 8.380
4 1.633 1.360 1.280 1.279 1.269 1.741 2.980 2.506 1.548 1.180 16.776
Sumber : Monografi dinamis kelurahan Sumber tahun 2012
commit to user 49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa golongan usia penduduk yang paling banyak berada pada kelompok umur 30 - 39, yaitu sebanyak 2.980 kemudian disusul kelompok umur 40-49 tahun yaitu sebanyak 2.506. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah penduduk dengan usia produktif di Kelurahan Sumber cukup tinggi dan ini merupakan nilai tambah bagi Kelurahan tersebut. Di sektor pendidikan juga tidak terlalu memprihatinkan. Sudah banyak masyarakat yang menyelesaikan pendidikan formalnya walaupun tidak semuanya samapi ke jenjang yang lebih tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.2: Tabel 2.2 Komposisi penduduk Kelurahan Sumber Menurut pendidikan (Umur 5 Tahun ke atas) No
Pendidikan
Jumlah
1
Tamat Akademi/Perg. Tinggi
2.849
2
Tamat SLTA
4.065
3
Tamat SLTP
2.848
4
Tamat SD
2.844
5
Tidak tamat SD
612
6
Belum Tamat SD
927
7
Tidak Sekolah
998
Jumlah
15.143
Sumber : Monografi dinamis kelurahan Sumber tahun 2012
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa Kelurahan Sumber memiliki penduduk tamat SLTA sebesar 4.065, sedangkan yang sudah tamat Akademi/perguruan tinggi sebesar 2.849. Dan yang tamat SLTP sebesar
commit to user 50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.848, sedangkan yang SD berjumlah 2.844. Untuk mata pencaharian penduduk Kelurahan Sumber sangat beragam, tidak di dominasi oleh salah satu pekerjaan saja. Jenis mata pencaharian sebagai buruh industri paling banyak digeluti oleh penduduk Kelurahan Sumber, seperti dalam tabel 2.3 : Tabel 2.3 Komposisi Penduduk Kelurahan Sumber Menurut mata pencaharian (umur 10 tahun keatas) No
Mata pencaharian
Jumlah
1
Petani sendiri
38
2
Buruh tani
91
3
Nelayan
0
4
Pengusaha
204
5
Buruh industri
997
6
Buruh bangunan
589
7
Pedagang
608
8
Pengangkutan
211
9
PNS/TNI/Polri
747
10
Pensiunan
438
11
Lain-lain
9.860
Jumlah
13.783
Sumber : Monografi dinamis kelurahan Sumber tahun 2012
C. DESKRIPSI PROGRAM TERPADU PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERPERSPEKTIF GENDER (P2M-BG) Program pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah selama ini kurang memiliki dampak yang besar terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hal ini terjadi karena pemerintah kurang melibatkan masyarakat dalam proses
commit to user 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembangunan serta strategi pembangunan yang dijalankan pemerintah belum mengena kepada masyarakat. Program pembangunan yang dijalankan akhirnya tidak bisa menjadi jawaban terhadap permasalahan masyarakat. Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka diterapkan strategi pembangunan yang bertumpu pada masyarakat yang dikenal dengan istilah pemberdayaan masyarakat. Salah satu program yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat yang dikembangkan oleh pemerintah adalah Program Terpadu P2M-BG. Pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG melibatkan laki-laki dan perempuan dengan fokus utama pada peningkatan status, dan kedudukan perempuan dalam keluarga dan masyarakat. Tujuan umum Program Terpadu P2M-BG adalah meningkatkan kualitas hidup keluarga menuju pada kesejahteraan, kesetaraan dan keadilan melalui kegiatan lintas
bidang pembangunan dalam upaya
penanganan
kemiskinan dengan fokus peningkatan kondisi, status, kedudukan dan partisipasi perempuan. Sedangkan tujuan khusus dari Program Terpadu P2M-BG adalah a. Meningkatkan kualitas hidup keluarga b. Meningkatkan kondisi, status dan kedudukan perempuan. c. Meningkatkan akses pada pendidikan. d. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan. e. Meningkatkan status derajat kesehatan, termasuk hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi. f. Meningkatkan pola hidup sehat dan mewujudkan Kelurahan sehat. g. Meningkatkan pendapatan keluarga h. Meningkatkan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan
commit to user 52
perpustakaan.uns.ac.id
i.
digilib.uns.ac.id
Menumbuhkan pemahaman dan kepedulian tentang tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak.
j.
Meningkatkan kualitas permukiman.
k. Meningkatkan dan mengembangkan kualitas produksi dan teknologi pertanian. l.
Meningkatkan akses terhadap informasi pasar.
Program
Terpadu
P2M-BG
dimaksudkan
sebagai
upaya
untuk
mengangkat peran perempuan melalui tema pengarusutamaaan gender di berbagai bidang pembangunan. Hal ini tertuang dalam Intruksi Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional, dalam upaya untuk meningkatkan status dan kedudukan perempuan dalam keluarga dan masyarakat. Dalam upaya meningkatkan kondisi, status, kedudukan dan partisipasi perempuan dalam kerangka penanganan kemiskinan, maka kebijakan yang diambil dalam Program Terpadu (P2MBG) antara lain : 1. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat mitra melalui proses belajar untuk menumbuhkan kesadaran kritis. 2. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Perempuan; 3. Peningkatan pemahaman dan kepedulian tentang tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak 4. Peningkatan kualitas lingkungan; 5. Peningkatan kesempatan berusaha; 6. Peningkatan keterpaduan dan koordinasi dalam pengelolaan program;
commit to user 53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Peningkatan partisipasi dan keswadayaan untuk menjamin kelangsungan program; 8. Penguatan kelembagaan masyarakat. Guna mempercepat terlaksananya kebijakan Program Terpadu (P2MBG), maka diperlukan strategi yang meliputi : 1. Meningkatkan komitmen pemerintah dan seluruh stakeholder dalam upaya pemberdayaan masyarakat dalam penanganan kemiskinan. 2. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta kemampuan petugas dan masyarakat mitra. 3. Menumbuhkan kemandirian masyarakat mitra dan penguatan kelembagaan masyarakat yang ada di Kelurahan. 4. Memantapkan keterpaduan dan koordinasi program kegiatan. 5. Meningkatkan peran fasilitasi pemerintah. Kelurahan yang dipilih menjadi lokasi Program Terpadu P2M-BG adalah kelurahan yang mempunyai karakteristik tingkat kemiskinan atau masyarakat miskin. Kriteria tingkat kemiskinan kelurahan ditentukan oleh Pemerintah Kota Surakarta dengan kriteria Pra KS dan KS 1. Tingkat Kota menentukan satu atau lebih kelurahan yang menjadi lokasi Program Terpadu P2M-BG yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Walikota. Sedangkan masyarakat mitra yang dipilih menjadi subyek dalam Program Terpadu P2M-BG adalah Masyarakat Mitra yang terdiri dari Keluarga Inti yang terdiri dari Suami, Istri dan anak termasuk rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan (karena tidak adanya suami), yang berada di Desa/Kelurahan
commit to user 54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Program Terpadu P2M-BG berdasarkan kriteria tingkat kemiskinan yang telah ditentukan dan ditetapkan berdasarkan kesepakatan masyarakat yang di Desa/ Kelurahan lokasi Program Terpadu P2M-BG, jumlah masyarakat mitra juga disesuaikan dengan kebutuhan Desa/Kelurahan lokasi Program Terpadu P2M-BG. Adapun kriteria yang digunakan dalam pemilihan masyarakat mitra yaitu sebagai berikut : Tabel 2.4 Kriteria Rumah Tangga Miskin Menurut BPS NO
Variabel
Keterangan
1
Luas Lantai
Kurang dari 8 m2 per kapita
2
Jenis Lantai
3
Jenis dinding
4
Fasilitas Buang Air Besar
Tanah/ Bambu/ Kayu/ Semen berkualitas rendah Bambu/ Rumbia/ Kayu/ Tembok berkualitas Rendah Tidak Punya/ Bersama/ Umum/ Lainnya
5
Sumber Air Minum
6
Penerangan Utama
Sumur/ Mata air tak terlindung/ Sungai/ Air hujan Bukan Listrik
7
Bahan Bakar Masak
Kayu/ Arang/ Minyak Tanah
8
Konsumsi Makanan
9
Frekuensi makan
Membeli Daging/ Ayam/ Susu, maksimal 1 kali seminggu Makan maksimal 2 kali sehari
10
Konsumsi Pakaian
11
Kemampuan Berobat
12
Lapangan Pekerjaan
13
Pendidikan Tertinggi KRT
14
Kepemilikan Asset
Membeli Pakaian, maksimal 1 stel untuk ART dalam 1 Th Tidak mampu ke Puskesmas Buruh Tani/ Bangunan/ Pekerjaan lain dengan Pendapatan dibawah Rp 600.000,- / bulan Tidak Sekolah/ Tidak tamat SD/ hanya SD
Tidak mempunyai Tabungan/ Barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp. 500.000,- seperti: sepeda motor, Emas, ternak, kapal Motor atau barang modal lainnya. Sumber: Bapermas, PP, PA dan KB Kota Surakarta
commit to user 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tahapan kegiatan dalam pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG dilaksanakan secara partisipatif yang memfokuskan pada proses belajar dan penyadaran kritis dengan melibatkan secara penuh perempuan dan laki-laki, anakanak dan orang dewasa. Adapun tahapan kegiatan pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG adalah sebagai berikut : a. Penyusunan Data Dasar. Kegiatan dalam penyusunan data dasar dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik partisipasi yang difasilitasi oleh Fasilitator Kelurahan , yang meliputi : 1. Identifikasi Masyarakat Mitra 2. Identifikasi Masalah 3. Identifikasi Kebutuhan 4. Identifikasi Potensi b. Perencanaan Kegiatan Dalam penyusunan perencanaan kegiatan dilakukan bersama-sama dengan
masyarakat
mitra
dengan
menggunakan
teknik-teknik
partisipasi dengan difasilitasi oleh fasilitator Kelurahan, yang meliputi: 1. Pengorganisasian masalah dan penentuan peringkat masalah yang dianggap paling mendesak untuk segera ditangani. 2. Pemecahan masalah dan penentuan prioritas pemecahan masalah yang dianggap tepat dengan melihat potensi yang ada di Kelurahan. 3. Penentuan program kegiatan. 4. Pembagian peran antara stakeholder dan masyarakat mitra.
commit to user 56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan program dan kegiatan meliputi: 1. Pengorganisasian masyarakat mitra 2. Proses belajar 3. Penumbuhan kesadaran kritis untuk menuju proses perubahan 4. Fasilitasi d. Evaluasi Kegiatan Evaluasi pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG dilakukan oleh : 1. Masyarakat mitra dengan menggunakan teknik-teknik partisipatif. 2. Tim Pelaksana Program terpadu P2M-BG di semua tingkatan secara berjenjang ( Tingkat Kelurahan, Kecamatan, Kota, Propinsi Jateng) Waktu pelaksanaan evaluasi kegiatan Program Terpadu P2M-BG : a) Bagi masyarakat mitra disesuaikan dengan kesanggupan masyarakat mitra dan fasilitator Kelurahan, b) Bagi Tim Pelaksana Program Terpadu P2MBG dilakukan sesuai kebutuhan. Dalam penentuan jenis program dan kegiatan yang akan dilaksanakan di Kelurahan melalui proses partisipatif, dengan disesuaikan kebutuhan dan kemampuan masyarkat mitra serta potensi yang ada di Kelurahan. Sehingga tidak semua jenis program dan kegitan nantinya bisa dilaksanakan. Adapun program dan kegiatan yang ditawarkan dalam Program Terpadu P2MBG adalah :
commit to user 57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Peningkatan Akses pada Pendidikan 2. Peningkatan Produksi Pertanian, Perikanan dan Peternakan 3. Peningkatan kualitas permukiman. 4. Peningkatan Status Kesehatan masyarakat 5. Mewujudkan Kelurahan Sehat 6. Peningkatan Kesadaran Hukum 7. Peningkatan Pendapatan Keluarga 8. Peningkatan kemampuan masyarakat dalam berkoperasi Sumber biaya untuk menunjang pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG berasal dari: 1. Swadaya Masyarakat 2. APBD Kota Surakarta ( Block Grant, instansi masing-masing) 3. APBD Propinsi Jawa Tengah ( di instansi masing-masing) 4. APBD pada instansi masing-masing 5. Sumber dana lain yang tidak mengikat
D. MASYARAKAT
MITRA
PROGRAM
TERPADU
P2M-BG
DI
KELURAHAN SUMBER Pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber berlokasi di RW I, RW II, RW III, dan RW VI. Adapun jumlah masyarakat mitra yang mengikuti pelatihan ketrampilan yaitu:
commit to user 58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.5 Jumlah Masyarakat Mitra Program Terpadu (P2M-BG) Kelurahan Sumber Jenis Kelamin No
Masyarakat Mitra
Jumlah Perempuan
Laki-Laki
1
Peserta
99
1
100
2
Fasilitator
10
-
10
Jumlah Masyarakat Mitra
110
Sumber : Bapermas, PP, PA dan KB Kota Surakarta
Susunan fasilitator Program Terpadu P2M-BG Kelurahan Sumber : Ketua
: Suyati Suryadi Endang Suyarsih Hanifudin
Sekretaris
: Wandansari Sri Hartono Dinar Dwi Rahayu
Bendahara
: Iswari Sucipto Suharyati Efandi
Pembantu Umum
: Anik Sri Joko Sumarsih Budi Haryanto Nanik Sukamto
Koordinator Kelompok: Suharyati Afandi ( RW I ) Nanik Sukamto
( RW II )
Iswari Sucipto
( RW III )
Anik Sri Joko
( RW VI )
commit to user 59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari seratus masyarakat mitra dan sepuluh fasilitator Program Terpadu P2M-BG Kelurahan Sumber tersebut terbagi ke dalam tiga kelompok pelatihan. Setiap kelompok tidak terbatasi jumlah anggotanya. Tabel 2.6 Jumlah Masyarakat Mitra Program Terpadu (P2M-BG) Kelompok Memasak NO NAMA 1 Haryani 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
ALAMAT RT 01/RW I
Endang Suyarsih Semi Rumini Sarwo Nandini Mujiyem Suparti Suratmi Sri Larmini Samijem Linda Sarmini Siti Yulaekah Sri Rejeki Supriyati Endang Retnowati Bety Andayani Sukini Fajar Setyorini Dinar Dwi R Kusmini Sri Endarwati Sri Murwani Sumarni Kastini Suryati Sugiarti Sudarti Sri Mujiati Wiwik Supeni Suparni Waliyem
RT 06/RW I RT 03/RW I RT 03/RW I RT 04/RW I RT 04/RW I RT 05/RW I RT 05/RW I RT 05/RW I RT 06/RW I RT 06/RW I RT 06/RW I RT 01/RW VI RT 05/RW II RT 03/RW II RT 04/RW II RT 03/RW II RT 05/RW II RT 05/RW II RT 05/ RW II RT 05/ RW II RT 05/ RW II RT 05/ RW II RT 01/ RWIII RT 01/ RWIII RT 01/ RWIII RT 01/ RWIII RT 01/ RWIII RT 01/ RWIII RT 01/ RWIII RT 01/ RWIII RT 01/ RWIII
commit to user 60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 Pariyem RT 01/ RWIII 34 Siti Komsiyah RT 01/ RWIII 35 Desi Puji Lestari RT 01/ RWIII 36 Wagiyem RT 01/ RWIII 37 Sri Lestari RT 02/ RW III 38 Sri Suwarni/Alia Atmasari RT 02/ RW III 39 Suparini RT 02/ RW III 40 Ngatini RT 02/ RW III 41 Tariyem RT 02/ RW III 42 Indah Widiati RT 02/ RW III 43 Sukini RT 01/ RWIII 44 Sudalmini RT 03/ RW III 45 Warganingsih RT 03/ RW III 46 Widyanti RT 03/ RW III 47 Ngadinah RT 04/ RW III 48 Semi Haryani RT 02/ RW VI 49 Sri Mulyani RT 01/ RW VI 50 Triyatin RT 02/ RW VI 51 Inung Yulia 52 Siti Nurkhayati RT 02/ RW VI 53 Nanik RT 03/ RW VI 54 Murtini RT 02/ RW VI 55 Sutini RT 01/ RW VI 56 Samsiti RT 02/ RW VI 57 Hari Saparto * RT 01/ RWIII Sumber : Bapermas, PP, PA dan KB Kota Surakarta
commit to user 61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.7 Jumlah Masyarakat Mitra Program Terpadu (P2M-BG)Kelompok Menjahit NO NAMA ALAMAT 1 Sarbini RT 01/ RW I 2 Umi Paryatun RT 01/ RW I 3 Sadiyem RT 01/ RW I 4 Suharyati RT 02/ RW I 5 Nurhidayat RT 02/ RW I 6 Sri Sudarsih RT 04/ RW I 7 Lestari RT 06/ RW I 8 Ida Suciati RT 03/ RW II 9 Umi Widayati RT 04/ RW II 10 Sari Sulastri RT 05/ RW II 11 Sumaryani RT 05/ RW II 12 Arni Widyastuti RT 05/ RW II 13 Perenem RT 05/ RW II 14 Mulyani RT 05/ RW II 15 Paniati RT 01/RWIII 16 Indarti RT 01/ RWIII 17 Sri Prihatin RT 01/ RW III 18 Endang Sih Pamuji RT 01/ RW III 19 Wandansari RT 01/ RW III 20 Budi Haryati RT 01/ RW III 21 Haryanti RT 02/ RW III 22 Siti Hajar RT 02/ RW III 23 Sutini RT 04/ RW III 24 Tumini RT 02/ RW III 25 Tantri Handayani RT 02/ RW III 26 Watik RT 03/ RW III 27 Sri Kustyowati RT 04/ RW III 28 Rini Darmayanti RT 04/ RW III 29 Siti Fatonah RT 04/ RW III 30 Warsini RT 04/ RW III 31 Sumarsi RT 01/ RW III 32 Iswari 33 Tri Ambarwati RT 02/ RW VI 34 Sugiharsi RT 02/ RW VI 35 Siti Nafsiah RT 01/ RW VI 36 Mujiyem RT 01/ RW VI 37 Sutarni RT 02/ RW VI 38 Marwanti RT 02/ RW VI 39 Nuryani RT 02/ RW VI Sumber : Bapermas, PP, PA dan KB Kota Surakarta
commit to user 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.8 Jumlah Masyarakat Mitra Program Terpadu (P2M-BG)Kelompok Tata Rias NO 1 2 3 4
NAMA ALAMAT Daning Upik Ratna R RT 01/ RW II Tri Sekarningsih RT 01/ RW III Mei Tri Y RT 02/ RW III Dwi Puji A RT 02/ RW VI Sumber : Bapermas, PP, PA dan KB Kota Surakarta
commit to user 63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III PEMBAHASAN
Di dalam bab ini, penulis akan menyajikan data hasil penelitian dan pembahasan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tehnik pengambilan sampling yaitu purposive sampling. Dimana dalam purposive sampling, peneliti cenderung memilih informan atau responden yang dianggap mengerti akan permasalahan yang diteliti. Akan tetapi, data dapat berkembang sesuai dengan apa yang peneliti butuhkan. Berikut ini pembahasan dari hasil penelitian mengenai partisipasi dan pemberdayaan ekonomi perempuan dalam Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta :
A. HASIL PENELITIAN 1. Profil Informan dan Responden a. Profil Informan Di dalam penelitian, informan sangat diperlukan untuk membantu dalam memperoleh data dan informasi mengenai permasalahan yang akan di teliti. Peneliti mengambil beberapa informan yang di anggap mengetahui permasalahan yang ada di lapangan. Berikut data dari informan yang digunakan oleh peneliti: 1. Ibu Endang Sri Anti Beliau merupakan Kasubid Bidang Pemberdayaan Perempuan Bapermas PP, PA dan KB Kota Surakarta. Bapermas Kota Surakarta
commit to user 64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
di tunjuk sebagai tim pengelola Program Terpadu P2M-BG di Kota Surakarta, salah satunya di Kelurahan Sumber. Pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber berlangsung pada tahun 2010-2011. Ibu Endang Sri Anti di dalam pelaksanaan P2M-BG adalah sebagai pengampu dan pelaksana Program Terpadu P2M-BG dari awal hingga akhir. 2. Bapak Shaleh Beliau adalah Kasi Pembangunan dan Lingkungan Hidup dari Tim Kelurahan Sumber. Bapak Shaleh mengarahkan peneliti untuk menemui Ibu Dinar selaku fasilitator program dalam Program Terpadu P2M-BG yang lebih mengetahui keadaan di lokasi. 3. Ibu Dinar Beliau merupakan salah satu fasilitator dan masyarakat mitra Program Terpadu P2M-BG dari RW II di Kelurahan Sumber. Dalam P2M-BG, Ibu Dinar mengikuti pelatihan memasak. Bekerja sebagai Ibu Rumah tangga. Bertempat tinggal di RT 05/ RW II Kelurahan Sumber. 4. Ibu Wandansari Beliau juga merupakan salah satu fasilitator dan masyarakat mitra Program Terpadu P2M-BG dari RW III di Kelurahan Sumber. Dalam P2M-BG, Ibu Wandan mengikuti pelatihan menjahit. Bekerja sebagai Ibu Rumah tangga dan mempunyai usaha menjahit atau konveksi. Dalam pelatihan P2M-BG di wilayah RW III, selain
commit to user 65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjadi peserta, beliau juga menjadi pengajar atau tutor bagi peserta menjahit. Bertempat tinggal di RT 01/ RW III Kelurahan Sumber. b. Profil Responden Dalam pengambilan responden, peneliti mengambil responden per wilayah yang menjadi masyarakat mitra dalam Program Terpadu P2MBG. Berikut data responden yang di gunakan peneliti : 1. Mey tri (21th) Mbak Mey tri merupakan salah satu masyarakat mitra dalam pelatihan salon atau tata rias di dalam P2M-BG Kelurahan Sumber. Bekerja sebagai penyanyi. Bertempat tinggal RT 02/RW III Kelurahan Sumber. 2. Ibu Ngadinah (47 th) Ibu Ngadinah sebagai salah satu masyarakat mitra pelatihan memasak di dalam P2M-BG Kelurahan Sumber. Bekerja sebagai penjual gorengan. Sebelum mengikuti P2M-BG, beliau bekerja serabutan di sablon, namun setelah mengikuti P2M-BG, beliau berjualan gorengan di depan rumah. Bertempat tinggal RT 04/RW III Kelurahan Sumber. 3. Ibu Nur Musyafa (38 th) Ibu Nur sebagai salah satu masyarakat mitra pelatihan menjahit di dalam P2M-BG Kelurahan Sumber. Bekerja sebagai ibu rumah tangga. Bertempat tinggal RW VI Kelurahan Sumber.
commit to user 66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Ibu Suparti (60 th) Ibu Suparti sebagai salah satu masyarakat mitra pelatihan memasak di dalam P2M-BG Kelurahan Sumber. Bekerja sehari-hari sebagai penjual HIK/ Latengan. Bertempat tinggal RT 05/ RW I Kelurahan Sumber. 5. Ibu Umi Widayati (44 th) Ibu Umi sebagai salah satu masyarakat mitra pelatihan menjahit di dalam P2M-BG Kelurahan Sumber. Bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga. Bertempat tinggal di RT 04/RW II Kelurahan Sumber.
2. PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM TERPADU P2M-BG Program Terpadu P2M-BG merupakan suatu program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga menuju pada kesejahteraan, kesetaraan dan keadilan melalui kegiatan lintas bidang pembangunan
dalam
upaya
penanganan
kemiskinan
dengan
fokus
peningkatan kondisi, status, kedudukan dan partisipasi perempuan. Program Terpadu P2M-BG dimaksudkan sebagai upaya untuk mengangkat peran perempuan melalui tema pengarusutamaaan gender di berbagai bidang pembangunan.
Program
Terpadu
P2M-BG
di
Kelurahan
Sumber
dilaksanakan mulai Tahun 2011. Tahap kegiatan dalam pelaksanaan program dilaksanakan secara partisipatif yang memfokuskan pada proses belajar dan penyadaran kritis dengan melibatkan masyarakat secara penuh. Tahapan
commit to user 67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pelaksanaan kegiatan tersebut adalah tahap penyusunan data dasar, tahap perencanaan kegiatan, tahap pelaksanaan kegiatan, tahap evaluasi kegiatan, dan tahap pemanfaatan hasil kegiatan. 2.1 Tahap Penyusunan Data Dasar Penyusunan data dasar merupakan langkah awal dari proses pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG. Dalam penyusunan data dasar berdasarkan atas tiga tahapan, yaitu: Penentuan Lokasi, Pembentukan Fasilitator, dan Pendataan Peserta P2M-BG 2.1.1
Penentuan Lokasi Dalam penyusunan data dasar terlebih dahulu diawali dengan penentuan lokasi sasaran dari Program Terpadu P2M-BG. Tahun 2011 Kecamatan Banjarsari ditunjuk sebagai lokasi pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG. Kemudian Kecamatan Banjarsari memberikan informasi kepada tiap Kelurahan untuk memberikan informasi mengenai keadaan wilayahnya masing-masing sesuai dengan kriteria sasaran Program Terpadu P2M-BG. Karena terbatasnya anggaran, maka lokasi P2M-BG hanya terbatas untuk satu Kelurahan saja. Kecamatan kemudian memilih Kelurahan yang dianggap sesuai dengan kriteria Bapermas, PP, PA dan KB Kota Surakarta sebagai pengelola program dan Kelurahan Sumber ditetapkan menjadi tempat diselenggarakannya
Program
Terpadu
P2M-BG
tahun
2011.
Penentuan lokasi tempat berlangsungnya Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber sesuai dengan Surat Keputusan Walikota
commit to user 68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Surakarta Nomor 411.4/31.j/1/2010. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Kasubid Bidang Pemberdayaan Perempuan Bapermas PP, PA dan KB Kota Surakarta, Ibu Endang Sri Anti: “…Untuk menentukan lokasi di tingkat kota kita sampaikan kepada kecamatan, kecamatan kemudian menunjuk beberapa kelurahan sesuai dengan kriteria dari Bapermas, dari beberapa kelurahan kita seleksi lagi. Karena keterbatasan anggaran Pemkot, maka penetapan lokasi P2M-BG hanya satu kelurahan saja…” ( sumber: wawancara 25 Juni 2012 ) Pihak dari Kelurahan kemudian memberikan pemberitahuan bahwa Kelurahan Sumber ditunjuk menjadi lokasi pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG pada tahun 2011. Pemberitahuan ini dilakukan dalam pertemuan rutin di Pendopo Kelurahan Sumber. Bersamaan dengan pertemuan tersebut, Kelurahan Sumber menunjuk RW I, RW II, RW III dan RW VI sebagai lokasi pelaksanaan. Pertemuan tersebut dihadiri oleh tokoh masyarakat, PKK Kelurahan, Ketua RW dan LPMK. Dalam pertemuan ini tidak semua warga diundang karena dengan kehadiran pengurus PKK dan beberapa pengurus RT/RW dinilai sudah cukup untuk mewakili, tinggal nantinya pengurus RT/RW mensosialisasikan kepada warganya sesuai dengan kriteria yang telah di tetapkan dalam Program Terpadu P2MBG. Hal ini seperti yang diungkapkan Kasi Pembangunan dan Lingkungan Hidup Kelurahan Sumber, Bapak Shaleh: “…dalam pertemuan rutin Kelurahan dihadiri oleh tokoh masyarakat, LPMK, semua Ketua RW Kelurahan Sumber, diinformasikan akan diadakan P2M-BG di Kelurahan
commit to user 69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber, dan RW I, RW II, RW III, dan RW VI ditunjuk sebagai lokasi sasaran P2M-BG di Kelurahan Sumber…” ( sumber: wawancara 29 Mei 2012 ) Penentuan lokasi P2M-BG di RW I, RW II, RW III dan RW VI di Kelurahan Sumber dilakukan sesuai dengan kriteria yang telah disepakati oleh lembaga dan pihak-pihak terkait. Penunjukan lokasi di RW I, RW II, RW III dan RW VI tersebut berdasarkan pertimbangan keadaan lingkungan yang tergolong kumuh dengan keadaan penduduk yang lebih padat, jika dibandingkan dengan RW lain, tempat tinggal saling berdempetan, dan kondisi ekonomi warga masyarakat yang sebagian besar sebagai pedagang. Penetapan kriteria penting agar pemilihan lokasi dilakukan sebaik mungkin, sehingga tujuan dari pemberdayaan dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan. 2.1.2
Pembentukan Fasilitator Setelah disepakati tempat sasaran untuk pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG tahun 2011 adalah RW I, RW II, RW III dan RW VI di Kelurahan Sumber, maka kegiatan selanjutnya yaitu membentuk fasilitator. Dalam pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG diperlukan adanya fasilitator. Fasilitator merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk memimpin,
memotivasi,
dan
mengarahkan
masyarakat dalam kegiatan Program Terpadu P2M-BG. Kriteria yang dipakai untuk memilih fasilitator adalah orang yang mau dan mampu berkomunikasi dengan baik. Fasilitator berasal dari tokoh masyarakat setempat
yang
berpendidikan,
mempunyai
commit to user 70
pengalaman dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
organisasi sehingga mempunyai pengaruh terhadap masyarakat dan dapat melihat kondisi yang dirasakan oleh masyarakat. Nantinya perwakilan dari fasilitator Kelurahan akan mendapatkan pelatihan PRA (Participatory Rural Appraisal) yang di dalamnya memuat tentang pelatihan bagaimana menjadi fasilitator. Hal ini seperti pernyataan Kasubid Bidang Pemberdayaan Perempuan Bapermas PP, PA dan KB Kota Surakarta, Ibu Endang Sri Anti: “…PRA itu merupakan pembelajaran fasilitator untuk mendampingi masyarakat yang belum mampu. Fasilitator berasal dari tokoh masyarakat, berpendidikan, berpengalaman dalam organisasi, seperti pengurus PKK, pengurus RT/RW yang dapat mempengaruhi masyarakat. Bisa melihat situasi yang dirasakan oleh masyarakat…” ( sumber: wawancara 25 Juni 2012 ) Proses pelaksanaan PRA dilakukan dengan menatar atau memberikan pembekalan beberapa orang untuk dijadikan fasilitator program dalam kegiatan Program Terpadu P2M-BG. PRA fasilitator dilaksanakan pada bulan November 2010. Dalam pelatihan tersebut calon fasilitator diajarkan tentang teknik-teknik PRA. Teknik PRA merupakan sekumpulan teknik atau cara yang mengajak masyarakat mitra untuk belajar dan mengupas pengetahuan masyarakat mitra mengenai hidup dan kondisi masyarakat mitra sendiri, agar masyarakat mitra dapat membuat rencana dan tindakan. Materi yang disampaikan pada waktu pelatihan tersebut meliputi pelajaran tentang menjadi fasilitator, langkah-langkah PRA, prinsip-prinsip PRA serta berbagai jenis alat kajian yang meliputi alat kajian pemetaan, alat
commit to user 71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kajian kalender musiman, alat kajian bagan kelembagaan, alat kajian mata pencaharian, alat kajian pengelompokkan dan peringkat masalah, alat kajian evaluasi dan rencana tindak lanjut, alat kajian ini yang nantinya akan digunakan bersama-sama masyarakat mitra. Setiap wilayah RT/RW mengirimkan 10-20 orang untuk di tatar menjadi calon fasilitator. Tokoh masyarakat, pengurus RT/RW maupun PKK Kelurahan Sumber dapat mencalonkan diri menjadi fasilitator, tidak ada paksaan disini asalkan mereka mempunyai keinginan dan motivasi untuk mendampingi masyarakat mitra dalam Program Terpadu P2M-BG. Dari beberapa calon fasilitator tersebut, kemudian terpilih 10 orang fasilitator untuk mendampingi masyarakat mitra dalam kegiatan P2M-BG yang akan dilaksanakan. Dari 10 fasilitator yang terpilih yaitu dengan rincian RW I sebanyak 3 orang, RW II sebanyak 3 orang, RW III sebanyak 3 orang dan RW VI sebanyak 1 orang. Seperti ya diungkapkan oleh Ibu Dinar: “…Fasilitator itu kan diambilkan dari masyarakat Kelurahan Sumber yang aktif dalam organisasi, dan yang kerso berperan dalam P2M-BG, nah kebetulan saya kan juga aktif dalam PKK Kelurahan. Jadi ya waktu tau akan ada pemilihan fasilitator ya saya senang saya langsung mengajukan diri, kebetulan juga sudah kenal dengan orang-orang Kelurahan juga, pengambilan fasilitator dulu 10-20 orang dari setiap RW, ditatar dulu sampai mateng, terus disaring lagi oleh bapermas terus jadi mengecil hanya RW I 3orang, RW II 3orang, RW III 3orang, RW VI 1orang, jd kan semuanya 10 orang dan ternyata saya juga lolos…” ( sumber: wawancara 28 Mei 2012 )
commit to user 72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Senada dengan yang diungkapkan oleh Ibu Wandan: “…Tidak ada paksaan, kebetulan saya kan termasuk pengurus RW, nah pas ada pertemuan RW ditawari untuk ikut P2M-BG, karena saya minat ya saya langsung mengajukan diri untuk menjadi fasilitator, dan alhamdulilah lolos…” ( sumber: wawancara 2 Juni 2012 ) Dalam proses pembentukan calon fasilitator, dapat dilihat adanya partisipasi perempuan. Partisipasi perempuan yang muncul yaitu partisipasi spontan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat keterlibatan perempuan dalam pembentukan calon fasilitator dengan langsung mendaftarkan
dirinya
menjadi
fasilitator
untuk
mendampingi
masyarakat mitra dalam Program Terpadu P2M-BG tanpa adanya paksaan.
Matriks 3.1 Keterlibatan Perempuan dalam Pembentukan Fasilitator Program Terpadu P2M-BG Kelurahan Sumber Nama Fasilitator Ibu Dinar
Asal
Keterangan
Tim PKK Kelurahan
Lolos dalam seleksi calon fasilitator, dan menjadi salah satu fasilitator yang mewakili RW II
Ibu Wandan
Pengurus RW III
Lolos dalam seleksi calon fasilitator, dan menjadi salah satu fasilitator yang mewakili RW III
commit to user 73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berikui ini susunan fasilitator Program Terpadu P2M-BG, Kelurahan Sumber : Ketua
: Suyati Suryadi (RT 05/RW II )
Wakil Ketua
: Endang M Hanifudin (RT 06/RW I)
Sekretaris
: Wandansari S Hartono (RT 01/RW III) Dinar Dwi Rahayu Suparno (RT 05/RW II)
Bendahara
: Iswari Sucipto (RT 04/RW III) Suharyati Afandi (RT 02/RW I)
Pembantu Umum
: Sumarsih Budi Haryanto (RT 04/RW III) Nanik Sukamto (RT 05/RW II) Rochkusnillah Suparno (RT 06/RW I) Anik Joko (RT 03/RW VI)
Koordinator Kelompok Tiap RW :
2.1.3
RW I
Suharyati Afandi
RW II
Nanik Sukamto
RW III
Iswari Sucipto
RW VI
Anik Joko
Pendataan Masyarakat dan Survei Lokasi Setelah diadakan pembentukan fasilitator program, maka kegiatan selanjutnya adalah diadakan pertemuan tingkat RT/RW di Kelurahan Sumber. Pada pertemuan tersebut, pihak Kelurahan memberikan instruksi kepada masing-masing Ketua RT/RW maupun
commit to user 74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
fasilitator yang sudah terpilih untuk melaksanakan pendataan masyarakat mitra sesuai dengan kriteria dalam Program Terpadu P2M-BG. Hal tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Kasi Pembangunan dan Lingkungan Hidup Kelurahan Sumber, Bapak Shaleh berikut ini : “…Kita mendata berdasarkan kriteria, bahwa lokasi itu adalah warga Pra Sejahtera atau kurang mampu, punya usaha tapi masih kecil atau belum berkembang…” ( sumber: wawancara 29 Mei 2012) Hal yang sama juga dinyatakan oleh Fasilitator dari RW II, Ibu Dinar: “…Kita (fasilitator) disuruh mendata warga sesuai kriteria Pemkot, jadi kita di suruh mengajukan orang yang sesuai dengan kriteria yang diajukan, karena yang tau wilayahnya kan juga kita (fasilitator). Kriterianya yang kita (fasilitator) tau yaitu mempunyai usaha yang tidak berkembang, belum bisa bekerja dan tidak punya usaha…” ( sumber: wawancara 28 Mei 2012 ) Dalam
melaksanakan
pendataan
masyarakat
mitra,
dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan masyarakat secara langsung dengan mendatangi rumah masing-masing calon masyarakat mitra untuk ditawari dan diajak mengikuti Program Terpadu P2M-BG. Pendataan masyarakat mitra Program Terpadu P2M-BG tidak terfokus pada salah satu jenis kelamin saja, baik laki-laki atau perempuan dapat mendaftar menjadi masyarakat mitra untuk Program Terpadu P2MBG asalkan sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Pemkot. Pendaftaran untuk menjadi masyarakat mitra P2M-BG dapat melalui
commit to user 75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ketua RT/RW setempat atau langsung mendatangi Kelurahan dan kemudian akan dilakukan survey lokasi oleh pihak Pemkot. Setelah dilakukan pendataan masyarakat mitra, kemudian hasil pendataan tersebut diserahkan kepada Tim Kelurahan. Tidak semua data yang sudah masuk langsung ditetapkan menjadi masyarakat mitra dalam Program Terpadu P2M-BG. Dari beberapa data yang masuk akan diseleksi oleh Bapermas sesuai dengan kriteria masyarakat miskin yang sudah ditetapkan pihak Pemkot. Dikarenakan anggaran untuk pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG terbatas, maka jumlah masyarakat mitra Program Terpadu P2M-BG dibatasi hanya 100 orang. Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya diadakan survey lokasi. Survey lokasi dilakukan secara langsung oleh Tim pengelola program, dalam hal ini adalah Bapermas, PP, PA dan KB dengan dibantu oleh Tim Kelurahan, PKK Kelurahan, pengurus RT/RW, tokoh masyarakat dan POKJA yang dianggap lebih mengetahui kondisi
masyarakat.
Survey ini dilakukan
untuk
membandingkan data yang sudah dilaporkan dengan keadaan yang sebenarnya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Kasubid Bidang Pemberdayaan Perempuan Bapermas PP, PA dan KB Kota Surakarta, Ibu Endang Sri Anti : “ Ketika pendataan, kita survey itu kan kita melibatkan tokoh masyarakat, kelurahan, RW, dan Pokja. Karena mereka merupakan jembatan komunikasi dalam membantu kita ketika kita survey kondisi masyarakat ke
commit to user 76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
daerah-daerah. Kita datangi rumahnya, kita survey rumahnya dan kita komunikasi langsung dengan orangnya, kita tawari program P2M-BG itu mereka kerso nggak dengan kegiatan itu, mereka tanggap nggak…” ( sumber: wawancara 25 Juni 2012 ) Dapat dilihat dari pernyataan mbak Mey Tri dari RW III, bahwa: “…daftar di tempat Ibu Cip (ketua RW III), nyerahke foto copy KK, KTP, ngisi blangko pendaftaran ma foto keadaan rumah, terus disurvey bapak, ibu dari Pemkot…” ( sumber: wawancara 2 Juni 2012 ) Senada dengan yang diungkapkan oleh Ibu Ngadinah dari RW III: “… daftar e nggih teng nggene Ibu Cip (ketua RW III) niku, terus disurvey griyane kalih ibu-ibu Pemkot saking Balaikota…” ( daftar di tempat Ibu Cip (Ketua RW III) itu, lalu disurvey rumahnya oleh ibu-ibu Pemkot dari Balaikota ) ( sumber: wawancara 20 Juni 2012 ) Hampir sama juga dengan yang diutarakan oleh Ibu Umi dari RW II: “…waktu itu saya ditawari program P2M-BG mbak dinar, awalnya saya juga bingung itu program apa, kelangsungannya gimana, ya agak ragu, terus dibujuk mbak Dinar untuk mencoba mengikuti dulu, nanti juga dapat bantuan. Yaudah saya kemudian mendaftar ke mbak Dinar, dengan menyerahkan foto copy KK, KTP, ma foto keadaan rumah, lalu di survey langsung dengan pihak Pemkot, dan ternyata saya lolos…” ( sumber: wawancara 2 Juni 2012 ) Begitu juga dengan pernyataan Ibu Suparti dari RW I: “…dikasih pemberitahuan dari Ketua RW kalau ada P2MBG, dikasih pengertian program itu, disuruh ndaftar, sapa tau lolos, katanya juga dapat bantuan alat, kan juga lumayan. Saya daftar di kelurahan langsung mbak, syarat e ya fotocopy KK, KTP, disuruh ngisi blangko juga, terus disurvey ma pemkot, kalo ga salah 6 orang…” ( sumber: wawancara 20 Juni 2012 )
commit to user 77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal yang berbeda diungkapkan Ibu Nur dari RW VI: “…dulu kan awalnya saya tidak masuk data calon masyarakat mitra, saya tau ada program P2M-BG langsung dari Ibu Endang (Bapermas) nah saya pengen ikut pelatihannya saja, tidak mendapatkan bantuannya nggak papa, asalkan saya bisa ikut pelatihannya. Tetapi saya disuruh mendaftar ke pak RW. Rumah saya Tanpa survey mbak, mungkin beliau juga dah tau keadaannya saya gimana…” ( sumber: wawancara 20 Juni 2012 ) Dari berbagai penuturan diatas terlihat bahwa bentuk partisipasi perempuan yang ditemukan di Kelurahan Sumber adalah partisipasi spontan, hal ini terjadi karena perempuan melibatkan dirinya secara langsung untuk mendaftarkan diri setelah mengetahui akan diadakannya Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber. Akan tetapi dalam pendataan masyarakat mitra juga ditemukan partisipasi terbujuk, hal ini terjadi ketika seorang individu dalam hal ini adalah perempuan melakukan pendaftaran karena adanya bujukan atau pengaruh dari luar yaitu fasilitator program dan diyakinkan mengenai Program Terpadu P2M-BG. Matriks 3.2 Keterlibatan Perempuan dalam Pendataan Peserta Program Terpadu P2M-BG Kelurahan Sumber Nama Responden Mey Tri Ibu Ngadinah Ibu Umi
Tempat Mendaftar Daftar melalui ketua RW Daftar melalui ketua RW Daftar melalui fasilitator
commit to user 78
Survey Disurvey oleh pihak pemkot Disurvei pihak pemkot Disurvei pemkot
perpustakaan.uns.ac.id
Ibu Suparti Ibu Nur
digilib.uns.ac.id
Daftar langsung ke kelurahan Daftar melalui ketua RW
Di survey pemkot Tanpa survey
Matriks 3.3 Partisipasi Perempuan dalam Tahap Penyusunan Data Dasar Program Terpadu P2-MBG Kelurahan Sumber Jenis partisipasi
Tahapan Pembentukan fasilitator
Partisipasi spontan Pandataan dan survey lokasi
Partisipasi Terbujuk
Pendataan dan survey lokasi
Keterangan Terlihat dari tingkat keterlibatan perempuan dalam pembentukan calon fasilitator dengan langsung mendaftarkan dirinya menjadi fasilitator untuk mendampingi masyarakat mitra dalam P2MBG. Dan pada saat pendataan, perempuan juga melibatkan dirinya secara langsung untuk mendaftarkan diri setelah mengetahui dengan diadakannya Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber. Dapat dilihat dari sebagian peserta yang mendaftarkan diri karena adanya bujukan atau pengaruh dari luar dan diyakinkan melalui program P2MBG.
commit to user 79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.2 Tahap Perencanaan Kegiatan Tahapan perencanaan kegiatan dalam Program Terpadu P2M-BG diawali dengan diadakannya sosialisasi program. Sosialisasi merupakan upaya mengkomunikasikan kegiatan untuk menciptakan dialog dengan masyarakat. Melalui sosialisasi dapat membantu untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dan pihak terkait tentang program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang telah direncanakan. Sosialisasi program merupakan salah satu cara yang bertujuan untuk memberikan pembekalan kepada masyarakat mitra tentang hal-hal yang berhubungan dengan Program Terpadu P2M-BG dan sekaligus meresmikan Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber tahun 2011. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Kasubid Bidang Pemberdayaan Perempuan Bapermas PP, PA dan KB Kota Surakarta, Ibu Endang Sri Anti : “…Program P2M-BG itu seperti ini, tujuannya seperti ini, harapannya seperti ini, nanti prosesnya seperti ini, bagaimana menyingkapinya, menanggapinya, respon tidak, mau tidak? kalo tidak kenapa kalo iya seperti apa tindak lanjutnya seperti apa itu harapan sosialisasi dalam memberikan sebuah pemahaman…” ( sumber: wawancara 25 Juni 2012) Pelaksanaan Sosialisasi program di Kelurahan Sumber diadakan selama tiga hari yaitu tanggal 26 April-28 April 2011 yang bertempat di Pendopo Kelurahan Sumber. Dalam proses sosialisasi, terdapat berbagai kegiatan penyuluhan oleh dinas terkait
yang dimaksudkan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat mitra tentang berbagai hal bidang kehidupan, selain itu penyuluhan juga digunakan sebagai proses belajar bagi masyarakat mitra. Kegiatan penyuluhan ini, ditentukan oleh Bapermas.
commit to user 80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berikut ini penuturan dari Ibu Dinar selaku fasilitator Program Terpadu P2M-BG: “…Untuk semua kegiatan dari Bapermas itu dilakukan di Pendopo Kelurahan Sumber, sosialisasi juga diadakan disana selama tiga hari, jadwal ditentukan oleh Bapermas. Yang dibahas dalam sosialisasi sama dengan waktu penataran fasilitator dulu, cuma sekarang kan sudah ada mitranya, jadi tinggal di sosialisasikan langsung ke mitra. Banyak yang dibahas dalam sosialisasi seperti program P2M-BG itu sendiri itu apa, tentang kesetaraan gender, UMKM, KDRT, masalah tentang kesehatan, permasalahan lingkungan, dll…” ( sumber: wawancara 28 Mei 2012) Senada dengan yang dikatakan mbak Mey tri: “…waktu sosialisasi itu di Kelurahan, selama tiga hari, saya rutin hadir terus, yang dibahas ya seputar informasi P2M-BG itu…” ( sumber: wawancara 2 Juni 2012 ) Begitu juga yang diungkapkan oleh Ibu Nur mengenai sosialisasi program: “…Sosialisasi dulu itu di Pendopo Kelurahan Sumber selama tiga hari, waktu itu ngepasi longgar jadine saya hadir terus, yang dibahas banyak mbak, seperti P2M-BG itu apa? Terus juga tentang gender, KDRT, tata busana, pelatihan-pelatihan…” ( sumber: wawancara 20 Juni 2012 ) Sama dengan yang diungkapkan sebelumnya mengenai pelaksanaan sosialisasi, menurut Ibu Ngadinah: “…Sosialisasi wonten kelurahan 3 dinten, kula nderek terus mbak, pengen ngertos informasi-informasi programe niku i napa, seng dibahas nggih kathah…” (sosialisasi di Kelurahan tiga hari, saya ikut terus mbak, ingin mengetahui informasiinformasi programnya itu seperti apa, yang dibahas juga banyak) ( sumber: wawancara 20 Juni 2012 ) Berikut penuturan Ibu Suparti mengenai sosialisasi program: “…Dulu itu sosialisasinya di Kelurahan selama tiga hari, waktu sosialisasi ya ikut terus mbak, soale ya pengen dapat bantuane juga yen datang terus, pengen ngerti juga programe kaya piye
commit to user 81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(seperti apa). Seng dibahas ki dulu itu pas sosialisasi ya banyak, kaya gender, terus ya masalah kesehatan, KDRT, program P2MBG nya itu sendiri, dll…” ( sumber: wawancara 20 Juni 2012) Ibu Umi juga menyampaikan perihal keterlibatannya dalam sosialisasi program: “…Sosialisasi di kelurahan tiga hari. Nderek terus mbak, ngepasi nggih longgar, (ikut terus mbak, waktunya ya longgar) seng (yang) dibahas ya tentang program P2M-BG itu…” ( sumber: wawancara 2 Juni 2012) Berdasarkan data diatas, maka dapat diketahui bahwa tahapan sosialisasi yang diadakan oleh pihak Bapermas PP, PA dan KB selalu diikuti penuh oleh para masyarakat mitra. Dapat dilihat dari tingkat kehadiran masyarakat mitra Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber dalam mengikuti Sosialisasi program yang diikuti secara penuh oleh masyarakat mitra selama tiga hari. Dilihat dari tingkat kehadiran masyarakat mitra secara tidak langsung dapat memunculkan tipe partisipasi. Partisipasi yang terjadi adalah partisipasi spontan karena masyarakat atau seseorang dalam hal ini adalah para peserta Program Terpadu P2M-BG baik secara langsung ataupun tidak langsung mereka melibatkan dirinya dalam tahapan program yang dilaksanakan dengan menghadiri pertemuan- pertemuan rapat yang dilaksanakan di Kelurahan dan ingin mengetahui informasi-informasi program secara langsung. Dalam pelaksanaan sosialisasi program yang berlangsung di hadiri oleh warga laki-laki dan perempuan, akan tetapi tingkat kehadiran laki-laki sangat sedikit, lebih banyak perempuan. Sosialisasi yang berlangsung
commit to user 82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
selama tiga hari mengalami pergantian peserta, hal ini disebabkan karena masyarakat kecewa bantuan yang akan diberikan hanya berupa peralatan usaha. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Dinar: “…Pendekatan sosialisasi tiga kali, pesertanya beda-beda karena mereka bantuannya tidak segera turun, dia nggak mau terus mundur, ganti orang lagi, data kan diolah lagi sampai beberapa kali, terus data terakhir ya itu, validnya ya itu…” ( sumber: wawancara 28 Mei 2012 ) Didalam proses sosialisasi, selain untuk membahas tentang pengenalan
Program
Terpadu
P2M-BG
juga
mengangkat
tentang
permasalahan yang ada di RW I, RW II, RW III, dan RW VI. Masyarakat mitra yang hadir dalam sosialisasi diharapkan untuk membuat bagan pengorganisasian masalah serta peringkat masalah-masalah yang ada di masing-masing RW. Dengan diadakannya pengidentifikasian masalah maka diharapkan dapat mengetahui cara pandang dan kodisi sebenarnya dalam suatu masyarakat dari sudut pandang mereka yang berada dalam kondisi yang kurang diuntungkan. Setelah masalah di rumuskan, ditentukan strategi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut, sesuai dengan kondisi SDM di tempat tersebut dengan melakukan penyusunan RTL (Rencana Tindak Lanjut) terhadap permasalahan yang ada. Penyusunan RTL berisi tentang gagasan-gagasan yang disampaikan oleh masyarakat mitra yang kemudian ditampung oleh fasilitator. Masyarakat setempat diajak untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan dan mengambil keputusan tentang bagaimana cara untuk mengantisipasi parmasalahan yang ada. Upaya tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memunculkan partisipasi masyarakat supaya
commit to user 83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mereka peka dengan permasalahan yang ada di lingkungan mereka sendiri dan untuk menganalisis kebutuhan yang mereka inginkan. Berikut ini pernyataan dari Kasubid Bidang Pemberdayaan Perempuan Bapermas PP, PA dan KB Kota Surakarta, Ibu Endang Sri Anti: “…dari identifikasi itu kan muncul kriteria-kriteria. Dari beberapa kriteria tersebut kemudian dikelompokkan. Masalah bisa ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial budaya, semua…. semua yang dirasakan oleh masyarakat. Semua aspek kehidupan masyarakat. Terus di inventarisasi malalui kajian pokok masalah, masalahnya apa? kemudian di buat RTL, yang membuat RTL ya masyarakat nya itu sendiri, difasilitasi oleh fasilitator, kemudian fasilitator yang menampung untuk ditindak lanjuti…” ( sumber: wawancara 25 Juni 2012) Partisipasi perempuan juga dapat dilihat dari aktivitas dalam rapat atau pertemuan sosialisasi program. Sejauh mana mereka berperilaku di dalam pertemuan. Masyarakat diberikan kebebasan untuk mengemukakan pendapat
mereka
tentang
Program
Terpadu
P2M-BG.
Mengenai
perilakunya, Ibu Dinar mengungkapkan: “…mereka diberikan kebebasan untuk bertanya, karena program e itu kan juga menyangkut kelangsungan hidup, yang banyak ditanyakan ya program e kui tenanan ra?...” ( sumber: wawancara 28 Mei 2012 ) Pernyataan ini dipertegas oleh Ibu Wandan: “…waktu sosialisasi laki-laki ada juga yang datang walaupun lebih banyak perempuannya, mereka juga banyak bertanya tentang kelangsungan program tersebut seperti apa, waktu itu saya pernah tanya sekali…” ( sumber: wawancara 2 Juni 2012 ) Begitu juga dengan apa yang diungkapkan oleh Ibu Nur dalam mengemukakan pendapat di sosialisasi:
commit to user 84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“…Bebas mbak mau tanya apa aja, pernah tanya sekali tantang permasalahan lingkungan…” ( sumber: wawancara 20 Juni 2012 ) Sementara yang diungkapkan mbak Mey Tri mengenai kebebasannya dalam mengutarakan pendapat: “…Bebas, siapa aja boleh tanya. Saya nggak berani tanya mbak, cuma diam saja, ndengerke aja penjelasan dari Pemkot. manut lah…” ( sumber: wawancara 2 Juni 2012 ) Ungkapan Senada juga dinyatakan oleh Ibu Ngadinah: “…Mboten tanglet mbak, namung mirengke mawon, kula anjrih sanget nek ajeng usul-usul. Nek teng rapat kulo nggih mendel mawon wes seng penting mongso borong mawon ngoten…” (tidak tanya mbak, hanya mendengarkan saja, saya takut kalau mau usul. Kalau di rapat saya juga diam saja, yang penting manut, menerima keputusan) (sumber: wawancara 20 Juni 2012) Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Suparti: “…Ya bebas mau tanya apa aja, dulu itukan ada pengelompokkan gitu, yang tanya waktu itu perwakilan dari kelompok. Kalo saya nggak tanya mbak, sudah terwakilke soale…” (sumber: wawancara 20 Juni 2012) Ibu Umi juga menyatakan mengenai kebebasan pendapatnya: “…Bebas mbak, mau tanya apa aja terserah yang penting sesuai dengan yang sedang dibicarakan. Banyak yang hanya diam, mereka manut dengan apa yang diutarakan oleh pihak Pemkot. Saya juga ga tanya, ikut aja yang sudah menjadi keputusan…” (sumber: wawancara 2 Juni 2012) Dari beberapa pernyataan yang telah dikemukakan oleh beberapa responden terlihat berbagai aktivitas tentang kebebasan mengemukakan pendapat selama sosialisasi berlangsung. Dapat dilihat bahwa sebagian masyarakat
mitra
bersifat
pasif,
mereka
commit to user 85
hanya
diam
dan hanya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mendengarkan saja dalam sosialisasi program. Tidak ada tanggapan apapun. Partisipasi yang terlihat dalam proses sosialisasi adalah partisipasi yang sebagian. Dapat dikatakan partisipasi sebagian karena tidak semua masyarakat mitra terlibat aktif dalam berpendapat, sebagian hanya terkesan pasif dalam mengemukakan pendapat, mereka hanya mendengarkan saja yang dikemukakan oleh pihak Pemkot.
Matriks 3.4 Keterlibatan Perempuan dalam Sosialisasi Program Terpadu P2M-BG Kelurahan Sumber Mengemukakan Kehadiran pendapat dalam sosialisasi Ya Tidak Ibu Dinar Selalu Bertanya hadir Ibu Selalu Bertanya wandan hadir Mey tri Selalu Tidak hadir bertanya Ibu Selalu Tidak Ngadinah hadir bertanya Ibu Nur Selalu Bertanya hadir Ibu Selalu Tidak Suparti Hadir bertanya Ibu Umi Selalu Tidak hadir bertanya Nama
commit to user 86
Keterlibatan dalam sosialisasi Fasilitator dan peserta memasak dari RW II Fasilitator dan peserta menjahit dari RW III Peserta tata rias dari RW III Peserta memasak dari RW III Peserta Menjahit dari RW VI Peserta Memasak dari RW I Peserta Menjahit dari RW II
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matriks 3.5 Partisipasi Perempuan Dalam Perencanaan Kegiatan Program Terpadu P2M-BG Kelurahan Sumber Tipe partisipasi Partisipasi spontan
Keterangan Partisipasi program
perempuan terlihat
saat
ketika
sosialisasi perempuan
melibatkan dirinya dalam tahapan program yang
dilaksanakan
pertemuan-
dengan
pertemuan
menghadiri
rapat
yang
dilaksanakan di kelurahan tanpa adanya paksaan
untuk
menghadiri
undangan
pertemuan. Partisipasi sebagian
Perempuan
cenderung
mengemukakan
pendapat,
pasif tidak
dalam semua
masyarakat mitra terlibat secara aktif dalam berpendapat,
sebagian
besar
hanya
mendengarkan apa yang dikemukakan oleh pihak Pemkot
2.3 Tahap Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan dalam Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber diikuti oleh masyarakat mitra yang sudah lolos seleksi. Dari 100 orang yang dinyatakan lolos hanya perempuan yang menjadi masyarakat mitra Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber. Kegiatan pelatihan merupakan suatu pembekalan berupa pengetahuan dan ketrampilan kepada masyarakat mitra, sehingga dapat meningkatkan kemandirian dan akhirnya dapat meningkatkan pendapatan keluarga.
commit to user 87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penerima pelatihan ini terdiri dari kelompok-kelompok yang dibentuk berdasarkan keahlian yang dimiliki dan yang diinginkan oleh masyarakat mitra. Dalam arti, masyarakat mitra dilibatkan dalam proses menentukan pelatihan apa yang mereka inginkan. Terdapat tiga pelatihan yaitu memasak, menjahit, dan tata rias. Peserta ketrampilan hanya diikuti oleh perempuan. Masyarakat mitra diberikan kebebasan untuk memilih jenis pelatihan sesuai dengan minat dan bakatnya, namun juga disesuaikan dengan jumlah anggaran yang tersedia. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Kasubid Bidang Pemberdayaan Perempuan Bapermas PP, PA dan KB Kota Surakarta, Ibu Endang Sri Anti: “….kita memberikan kebebasan untuk memilih jenis pelatihan sesuai dengan minat dan bakat yang dipilih, tetapi juga disesuaikan dengan anggaran, karena anggarannya kan juga terbatas. Kemudian dari data yang masuk dan diseleksi ternyata banyak yang menginginkan pelatihan memasak, menjahit dan tata rias…” ( sumber: wawancara 25 Juni 2012 ) Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ibu Wandan, selaku fasilitator program: “ pelatihannya masak, njahit, ma salon. Pelatihan disesuaikan minat dan tergantung profesinya juga. Dari pemerintah, bertanya minatnya apa? Terus kita (fasilitator) mencatat, akeh-akeh e kok iki,(memasak, menjahit, ma salon), Memang ada yang memilih ketrampilan lain, tapi dari pemerintah karena penyediaan anggaran terbatas, jadi yang diambil ya mayoritas, terus dikelompokkan” ( sumber: wawancara 20 Juni 2012 )
commit to user 88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Dinar, selaku fasilitator program: “ Ketrampilannya memasak, menjahit dan tata rias. Ketrampilannya milih sendiri sesuai minatnya apa, kalo masak ya masak apa? Kue apa sayur matangan, kalo njahit ya njahit ( sumber: wawancara 28 Mei 2012 ) Dari pernyataan diatas maka disepakati bersama bahwa untuk pemilihan pelatihan yang diadakan adalah pelatihan menjahit, memasak dan tata rias. Jenis pelatihan diikuti oleh 57 orang masyarakat mitra bidang memasak, 39 orang masyarakat mitra bidang menjahit, dan 4 orang masyarakat mitra bidang tata rias. Dalam pemilihan jenis pelatihan, masyarakat mitra mempunyai alasan-alasan sendiri mengapa mereka memilih jenis pelatihan tersebut. Berikut ini berbagai penuturan dari masyarakat mitra: Seperti alasan yang diungkapkan oleh Mbak Mey tri yang memilih tata rias : “…Pengen belajar aja mbak, dulu kan saya penyanyi, tiap hari kan kalo nyanyi kan pengen belajar make up sendiri, nyanggul sendiri…” ( sumber: wawancara 2 Mei 2012 ) Alasan yang hampir sama juga diungkapkan oleh Ibu Nur yang memilih menjahit dalam mengikuti pelatihannya : “…Pengen aja ya mbak kalo aku bisa njahit sendiri, aku dulu kan dari SMKK. Karena udah tidak aktif, lupa-lupa ingat caracaranya, nah dengan adanya program ini aku pengen kalau memoriku bisa dibuka kembali, belajar lagi…” ( sumber: wawancara 20 Juni 2012 )
commit to user 89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sama dengan apa yang diungkapkan oleh Ibu Suparti yang memilih memasak: “…Ya disesuaikan dengan jenis usaha saya mbak, kan saya jualan HIK, makanan latengan di depan rumah, nah dengan ikut pelatihan masak kan bisa belajar masak resep yang belum saya tau, terus dengan di berikan bantuan peralatan masak kan bisa nambah modal alat dalam berjualan, peralatannya jadi komplit, jadi bisa melengkapi jenis masakan…” ( sumber: wawancara 20 Juni 2012 ) Ibu
Ngadinah
sebagai
masyarakat
mitra
bidang
memasak
juga
mengungkapkan: “…Pengen mbuka usaha mawon mbak, daripada mung tenguktenguk neng omah kan mending bisa nambah pengahasilan suami…” (pengen membuka usaha saja mbak, daripada tidak ada kerjaan di rumah, bisa menambah penghasilan suami) ( sumber: wawancara 20 Juni 2012 ) Begitu juga dengan apa yang diungkapkan oleh Ibu Umi mengenai alasan memilih pelatihan menjahit: “…Pengen bisa menjahit mbak, kan lumayan kalo bisa buat baju sendiri, sukur-sukur nantine bisa nerima jahitan, pengene kan ya gitu, bisa nambah penghasilan juga…” ( sumber: wawancara 2 Juni 2012 ) Ibu Wandan menambahkan mengenai alasannya mengikuti pelatihan menjahit: “…pengen mengembangkan usaha mbak, Sebelumnya sudah membuka usaha menjahit, jadi ya tinggal dikembangkan…” ( sumber: wawancara 2 Juni 2012 ) Partisipasi masyarakat mitra Program Terpadu P2M-BG dalam proses pelaksanaan kegiatan sangat diperlukan untuk melancarkan program agar sesuai dengan yang diharapkan. Pelaksanaan pelatihan dilaksanakan
commit to user 90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
oleh pemkot pada tanggal 18 Juli-22 Juli 2011 di Pendopo Kelurahan Sumber. Dalam memberikan pelatihan ketrampilan untuk masyarakat mitra, Bapermas, PP, PA dan KB bekerja sama dengan PKK Kota. Tutor atau pengajarnya diambil dari SKB (Sanggar Kegiatan Belajar) Balaikota. Dengan adanya pengajar atau tutor, maka diharapkan peserta dapat dilatih sesuai dengan jenis ketrampilan yang mereka pilih. Seperti yang diungkapkan oleh Kasubid Pemberdayaan Perempuan Bapermas, PP, PA dan KB Kota Surakarta, Ibu Endang Sri Anti: “…. kita bekerjasama dengan SKB Sanggar Kegiatan Belajar itu, kita minta untuk memberikan keterampilan kepada masyarakat itu…” ( sumber: wawancara 25 Juni 2012 ) Ungkapkan senada juga dikemukakan oleh Ibu Dinar : “…kita juga di fasilitasi tutornya, tutornya itu diambil dari SKB (sanggar kegiatan belajar balaikota), jadi satu dengan PKK kota, Bapermas kerjasama dengan PKK Kota…” ( sumber: wawancara 11 Juli 2012 ) Dalam pelaksanaan pelatihan, masyarakat mitra diharapkan untuk tidak membawa peralatan apapun dari rumah, karena semua fasilitas peralatan sudah disediakan oleh pihak Pemkot. 2.3.1
Pelatihan memasak Pelatihan memasak paling banyak diminati oleh perempuan. Pelaksanaan ini berlangsung selama lima hari pada tanggal 18 Juli 2011 sampai dengan tanggal 22 Juli 2011 bertempat di Pendopo Kelurahan Sumber, dengan jadwal pelatihan yang sudah ditentukan oleh pihak Bapermas. Masyarakat mitra pelatihan memasak diikuti
commit to user 91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
oleh 57 orang. Dalam pelatihan memasak, masyarakat mitra diajarkan berbagai macam menu masakan, baik masakan dengan jenis masakan latengan (siap saji) maupun kue. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Dinar selaku fasilitator sekaligus masyarakat mitra pelatihan memasak: “…Jadwal pelatihan ketrampilan yang ngatur ya dari Bapermas, kita tinggal ngikut aja, pelatihan diikuti semua masyarakat mitra, ada tutornya sendiri dari SKB, pelatihannya di kelompokkan, yang masak ya masak, yang njahit ya njahit, juga untuk yang tata rias. Pelatihan memasak diajarkan berbagai menu masakan, masak latengan dan kue juga…” ( sumber : wawancara 28 Mei 2012 ) Senada dengan yang diungkapkan Ibu Ngadinah selaku masyarakat mitra bidang memasak: “…Pas pelatihan niko diajari kathah mbak, nggih damel roti, damel kroket, sosis, pisang caramel, trus ndamel wedang ronde, seng ngajari nika nggih ibu-ibu pemkot…” (waktu pelatihan banyak yang diajarkan mbak, ya membuat roti, membuat kroket, sosis, pisang caramel, terus wedang ronde, yang mengajarkan dulu ibu-ibu dari Pemkot) ( sumber : wawancara 20 Juni 2012 ) Begitu juga dengan yang diutarakan oleh Ibu Suparti “…Pelatihannya di Pendopo Kelurahan lima hari, dikumpulkan yang memasak sendiri, yang menjahit sendiri yang salon sendiri, seng (yang) ngajari ibu-ibu PNS. Diajari bikin roti, sop matahari, pisang karamel, dll…” ( sumber : wawancara 20 Juni 2012 ) Fasilitas
dalam
pelaksanaan
pelatihan
memasak
sudah
disediakan oleh pihak Pemkot, jadi masyarakat mitra tidak perlu membawa peralatan sendiri. Akan tetapi, peralatan memasak yang
commit to user 92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
disediakan oleh Pemkot terbatas jumlahnya, tidak semua masyarakat mitra pelatihan memasak dapat langsung mempraktekkan apa yang diajarkan oleh tutornya. Sebagian masyarakat mitra dapat membantu tutor untuk mempraktekkan memasak, dan lainnya hanya dapat melihat apa materi sedang diterangkan oleh tutor. Seperti yang diutarakan oleh Ibu Dinar: “…Karena peralatan memasak dari pemkot jumlahnya terbatas, dan jumlah masyarakat mitra pelatihan memasak juga banyak, makanya tidak semua bisa ikut praktek. Yang pengen ikut membantu waktu praktek ya boleh terus ada juga yang hanya melihat apa yang dipraktekkan. Kalau saya waktu itu ikut membantu praktek, bahan dan cara mengolahnya juga saya catat, buat inventaris kalau ada yang membutuhkan menu tersebut…” ( sumber : wawancara 28 Mei 2012 ) Senada dengan yang diungkapkan oleh Ibu Suparti mengenai keikutsertaannya dalam pelatihan memasak : “…Pertama ya liat dulu, terus lama-lama tertarik ikut membantu dalam praktek bareng ibu-ibu lainnya, ya tanya sama pengajarnya kalau ada yang belum jelas…” ( sumber : wawancara 20 Juni 2012 ) Pernyataan yang berbeda diungkapkan oleh Ibu Ngadinah mengenai keikutsertaannya dalam pelatihan memasak : “…Mboten mbak, namung mirsani mawon ndamele pripun, terus nggih kula tanglet yen mboten ngertos, menune radi angel yen kangge kula, soale nggih mboten pernah ndamel roti-roti ngoten niku koyo roti brownis…” ( sumber : wawancara 20 Juni 2012 ) Partisipasi yang muncul dalam pelatihan memasak yaitu partisipasi sebagian. Dapat disebut sebagai partisipasi sebagian karena tidak semua peserta ketrampilan menjahit dapat mengikuti praktek
commit to user 93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
secara langsung. Hal ini dikarenakan keterbatasan fasilitas alat memasak yang di sediakan oleh Pemkot. Matriks 3.6 Partisipasi Perempuan dalam Pelatihan Memasak Program Terpadu P2M-BG Kelurahan Sumber Tipe Partisipasi Keterangan
Partisipasi Sebagian
2.3.2
Terjadi karena tidak semua peserta pelatihan memasak dapat mempraktekkan materi secara langsung. Hal ini terjadi karena keterbatasan fasilitas yang disediakan oleh Pemkot.
Pelatihan menjahit Pelatihan menjahit diikuti oleh 39 orang. Pelatihan menjahit juga dilaksanakan di Pendopo Kelurahan Sumber yang berlangsung dari tanggal 18 Juli sampai dengan 22 Juli 2012. Semua fasilitas peralatan menjahit juga sudah disediakan oleh Pemkot, untuk itu masyarakat mitra pelatihan menjahit juga tidak perlu membawa peralatan sendiri dari rumah. Dalam pelatihan menjahit, diajarkan tentang bagaimana pembuatan pola pakaian, yang nantinya pada hari terakhir pelatihan menjahit, pakaian sudah harus jadi dan langsung dapat dikenakan secara langsung. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Wandan, selaku fasilitator dan masyarakat mitra dari RW III: “…Semua fasilitas disediakan oleh Pemkot, ya mesin jahit, kertas- kertasnya untuk membuat pola, terus juga kain batik. Pelatihan berlangsung lima hari, kita diajarkan dasar-dasarnya dalam menjahit terlebih dahulu karena masih banyak yang pemula. Kemudian pola itu nantinya
commit to user 94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
akan dibuat menjadi pakaian yang untuk dikenakan pada hari terakhir pelatihan…” ( sumber : wawancara 28 Mei 2012 ) Dalam penyampaian materi yang disampaikan oleh tutor cukup baik, peserta mudah untuk memahaminya. Hal ini terjadi karena semua peserta dapat mempraktekkan materi secara langsung dengan fasilitas peralatan yang telah disediakan oleh Pemkot. Komunikasi juga
sudah
berjalan
dengan
baik.
Seperti
penyataan
yang
dikemukakan oleh Ibu Wandan : “…Ibu- ibu sangat antusias dalam mengikuti pelatihan, semua peserta pelatihan menjahit mengikuti pelatihannya. Penjelasan dari tutor juga cukup mudah di terima, karena tutor mengajarkan secara langsung di depan dengan menggunakan papan, sedangkan para peserta mengikuti langkah-langkah yang diajarkan, apabila belum jelas bisa langsung ditanyakan…” ( sumber : wawancara 20 Juni 2012 ) Senada dengan yang diungkapkan oleh Ibu Nur “…diajari cara menggambar pola terlebih dahulu, bagaimana cara mengguntingnya, terus nantinya akan dibuat jadi pakaian. Prakteknya bareng-bareng, pengajarnya menjelaskan secara langsung dan diikuti oleh semua peserta. Semua peserta mendapatkan fasilitasnya dari Pemkot...” ( sumber : wawancara 20 Juni 2012 ) Pernyataan hampir sama juga diungkapkan oleh Ibu Umi “…Ikut mempraktekkan secara langsung, banyak yang diajarkan mbak, seperti membuat pola dulu, terus bagaimana membuat rok, celana, daster. Pelatihannya cuma lima hari. Pelatihannya mungkin terlalu singkat untuk pemula seperti saya…” ( sumber : wawancara 2 Juni 2012 )
commit to user 95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam pelaksanaan pelatihan menjahit, juga memunculkan berbagai tipe partisipasi. Tipe partisipasi yang muncul dalam pelaksanaan pelatihan menjahit yaitu partisipasi langsung. Dapat dikatakan partisipasi langsung karena semua peserta pelatihan menjahit dapat melaksanakan kegiatannya secara langsung dengan mempraktekkan materi yang dijelaskan oleh tutor dan dapat menggunakan fasilitas peralatan jahit yang sudah di sediakan oleh Pemkot. Matriks 3.7 Partisipasi Perempuan dalam Pelatihan Menjahit Program Terpadu P2M-BG Kelurahan Sumber Tipe Partisipasi
Partisipasi Langsung
2.3.3
Keterangan Terjadi karena semua peserta pelatihan menjahit dapat melaksanakan kegiatannya secara langsung dengan mempraktekkan materi yang dijelaskan oleh tutor dan dapat menggunakan fasilitas peralatan jahit yang sudah di sediakan oleh Pemkot.
Pelatihan tata rias Pelatihan tata rias di kelurahan sumber kurang diminati oleh peserta. Tata rias paling sedikit pesertanya. Pelatihan tata rias hanya diikuti oleh 4 orang saja. Semua peserta tata rias dapat langsung mempraktekkan apa yang telah diajarkan oleh tutornya, hal ini dikarenakan peserta yang mengikuti pelatihan tata rias hanya sedikit.
commit to user 96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berikut pernyataan mbak Mey tri mengenai keikutsertaannya dalam pelatihan tata rias “…karena hanya ber empat ya modelnya gantian, saya dulu jadi model, saya dirias, bagaimana cara meriasnya, trs kita gentian saya ganti yang merias…” ( sumber : wawancara 2 Juni 2012 ) Komunikasi berjalan efektif antara tutor dalam menyampaikan materi kepada peserta, karena peserta hanya 4 orang, maka memudahkan tutor untuk mengajarkan praktek secara langsung kepada peserta. Dalam pelatihan tata rias para peserta diajarkan tentang beberapa teknik dalam merias seperti bagaimana cara merias secara dasar, menggunakan make up yang benar, kemudian cara menyanggul, tata rias menten, memotong rambut dan creambath. Berikut ini sesuai dengan pernyataan dari mbak Mei Tri : “…Pelatihan 5 hari di kelurahan saya ikut terus, diajari banyak ma pengajarnya, cukup jelas, soale praktek langsung ke modelnya. Diajari nyanggul, rias manten, cara memotong rambut, dll…” ( sumber : wawancara 2 Juni 2012 ) Tipe partisipasi yang timbul dari pernyataan diatas adalah partisipasi efektif. Hal ini terjadi karena di dalam pelatihan tata rias telah mewujudkan seluruh tujuan yang mengusahakan aktifitas partisipasi. Model yang digunakan adalah sesama peserta tata rias yang kemudian merias secara bergantian. Tutor dapat mengarahkan peserta secara langsung dalam merias.
commit to user 97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Matriks 3.8 Pertisipasi Perempuan dalam Pelatihan Tata rias Program Terpadu P2M-BG Kelurahan Sumber Tipe Partisipasi Keterangan
Partisipasi Efektif
Terjadi karena dalam pelatihan tata rias dapat mewujudkan seluruh tujuan yang dapat menimbulkan aktifitas partisipasi. Model yang digunakan dalam merias adalah sesama peserta tata rias. Sehingga peserta dapat mempraktekkan materi secara langsung dengan bergantian untuk menjadi model.
Matriks 3.9 Partisipasi Perempuan dalam Pelaksanaan Kegiatan Program Terpadu P2M-BG Kelurahan Sumber Tipe Partisipasi Keterangan
Partisipasi Sebagian
Partisipasi Langsung
Partisipasi Efektif
Terjadi karena tidak semua peserta pelatihan memasak dapat mempraktekkan materi secara langsung. Hal ini terjadi karena keterbatasan fasilitas yang disediakan oleh Pemkot. Terjadi karena semua peserta pelatihan menjahit dapat melaksanakan kegiatannya secara langsung dengan mempraktekkan materi yang dijelaskan oleh tutor dan dapat menggunakan fasilitas peralatan jahit yang sudah di sediakan oleh Pemkot. Terjadi karena dalam pelatihan tata rias dapat mewujudkan seluruh tujuan yang dapat menimbulkan aktifitas partisipasi. Model yang digunakan dalam merias adalah sesama peserta tata rias. Sehingga peserta dapat mempraktekkan materi secara langsung dengan bergantian untuk menjadi model.
commit to user 98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.4 Tahap Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan Evaluasi merupakan proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program yang sedang berjalan pada pengembangan masyarakat sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga. Partisipasi dalam evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau ketercapaian program yang sudah direncanakan sebelumnya. Hal tersebut dilakukan agar program pembangunan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pada tahap evaluasi di harapkan akan dapat membentuk suatu sistem dengan masyarakat yang lebih mandiri dengan memanfaatkan sumber daya yang sudah ada. Evaluasi dapat dilakukan dengan input, proses (pemantauan atau monitoring) dan juga pada hasil. Monitoring dilakukan oleh pihak Pemkot melalui pembinaan yang ada dalam PKK dalam setiap kegiatannya, karena PKK merupakan tangan panjang dari Pemkot. Berikut pernyataan dari Kasubid Pemberdayaan Perempuan Bapermas, PP, PA dan KB Kota Surakarta, Ibu Endang Sri Anti: “…Monitoring itu begini, Kita melalui pembinaan PKK kan ada setiap kegiatan, disitu sambil kita memonitor setiap kegiatan atau pembangunan, kemudian sementra ini memonitor itu secara administrasi yang continue itu memang belum ada kita hanya secara incidental. Tetapi kita tetap menjalin komunikasi lewat telp bagaimana kelanjutan P2M-BG…” ( sumber : wawancara 25 Juni 2012 ) Ungkapan senada juga dikemukakan oleh Ibu Dinar “Dari bapermas tetep memantau makanya tiap wilayah harus ada kegiatan per bulan, biar tau apa yang dikerjakan” ( sumber : wawancara 28 Mei 2012 )
commit to user 99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada tahap evaluasi P2M-BG di Kelurahan Sumber telah diadakan lomba pada tingkat Kota yang diselenggarakan oleh pihak Bapermas, PP, PA dan KB Kota Surakarta yang bekerja sama dengan PKK Kota. Evaluasi dilaksanakan pada akhir kegiatan, yaitu setelah peserta mendapatkan pelatihan dan setelah diberikan pembinaan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Kasubid Pemberdayaan Perempuan Bapermas, PP, PA dan KB Kota Surakarta, Ibu Endang Sri Anti: “…evaluasi sudah pernah dilakukan oleh Bapermas dengan PKK Kota. Untuk mengukur indikator keberhasilan kita adakan lomba tingkat Kota, pada akhir kegiatan setelah mereka itu mendapatkan pelatihan keterampilan, dan setelah diberikan pembinaan, itu kita evaluasi, gek ben latihanmu opo? masakmu opo? yang jahit kwe gekben jahit opo? (dulu latihannya apa? Masak apa? Yang menjahit dulu jahit apa?) semua kita lombakan, nanti kita undang tim juri, tim juri dari luar,nanti kita undang PKK, SMK, ternyata hasil produk mereka juga bagusbagus dan tidak kalah dengan produk dari toko-toko…” ( sumber : wawancara 25 Juni 2012 ) Pelaksanaan lomba berlangsung pada tanggal 11 Mei 2012 bertempat di Balai Tawang Arum Balaikota Surakarta. Lomba diikuti oleh semua peserta yang sudah menerima Program Terpadu P2M-BG di Kota Surakarta. Setiap Kelurahan mengirimkan perwakilan untuk masing-masing peserta ketrampilan. Ketrampilan yang dilombakan yaitu memasak, menjahit dan tata rias. Setiap ketrampilan yang akan dilombakan ada kriterianya sendiri-sendiri. Kriteria untuk lomba ketrampilan memasak, masakan dikerjakan di rumah kemudian hasilnya dibawa untuk dilombakan. Ketentuan dalam lomba memasak yaitu masakan berasal dari bahan tradisional non terigu
commit to user 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan kriteria makanan asin, manis, dan gurih dengan beaya Rp 7.500,-/ dus makanan. Pembuatan menu masakan, melibatkan partisipasi seluruh masyarakat mitra ketrampilan memasak. Pembagian menu masakan dibagi per wilayah untuk membuat menu tertentu berdasarkan ketentuan dari Pemkot. Untuk lomba memasak, perwakilan dari kelurahan sumber menampilkan bahan ubi ungu kemudian dibuat menjadi cake. Snack berupa martabak berisi jantung pisang. Berikut ini penuturan dari Ibu Dinar : “…Untuk masakan dibuat dari rumah dulu jadi berupa snack, kriteriane ada asin, manis, gurih. Membuat snack itu 1 dus itu @7500 itu dimasak dirumah…nah dimasak dirumah itu per wilayah ya dibagi…” ( sumber : wawancara 11 Juli 2012 ) Senada dengan yang diungkapkan oleh Ibu Wandan: “…Kalo masak kita bawa dari sini, Menu non terigu, makanan tradisional, Masak ubi diolah jadi cake, Bahan dasar tradisional, jumlah ditentukan berapa macam Biaya ditentukan, jadi sama semua, perwakilan dari Kelurahan Sumber yang ditugasi masak itu dari RW II dan RW III. Di kerjakan bareng-bareng sama ibuibu ada bagiannya sendiri per kelompok membuat menu apa…” ( sumber : wawancara 18 Juli 2012 ) Pelaksanaan lomba ketrampilan menjahit, peserta lomba di harapkan tidak membawa peralatan sendiri, karena semua peralatan sudah disediakan oleh Pemkot. Perwakilan dari masyarakat mitra untuk lomba menjahit diwakili oleh kelompok 1. Dalam penentuan lomba menjahit peserta hanya membuat pola pakaian dengan menggunakan kertas kain putih ( kain keras ) yang sudah disediakan oleh Pemkot sesuai dengan ketepatan waktu yang telah ditentukan.
commit to user 101
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lomba ketrampilan tata rias, peserta lomba diharapkan untuk membawa model sendiri yang kemudian akan di rias di Balaikota. Peserta lomba diharapkan untuk membawa peralatan yang akan dibutuhkan sendiri dari rumah, akan tetapi peralatan untuk make up disediakan oleh Pemkot dengan bantuan sponsor. Perwakilan peserta lomba tata rias diwakili oleh Mbak Mey Tri dari RW III. Berikut pernyataan dari Ibu Wandan selaku fasilitator program : “…Perwakilan peserta tata rias di kelurahan Sumber di wakili dari RW III yaitu Mbak Mey Tri. Pelaksanaan lomba tata rias itu bawa model yang akan di rias dan peralatan rias, kemudian meriasnya ya waktu di Balaikota. Pemkot hanya memfasilitasi make up, dapat sponsor dari fanbo…” ( sumber : wawancara 18 Juli 2012 ) Dari hasil lomba yang sudah diselenggarakan oleh pihak Pemkot, Kelurahan Sumber mendapatkan juara harapan 1 untuk lomba ketrampilan memasak dan juara III untuk lomba menjahit. Berikut ini penjelasan dari Ibu Wandan mengenai perolehan juara lomba ketrampilan: “…Lomba memasak dapat juara harapan 1, karena penampilan resep tidak diketik, kan juga mempengaruhi penilaian, terus juga kurang makanan kletikan. Menunya itu getuk goreng, cake ubi ungu dan martabak isinya jantung pisang…” ( sumber : wawancara 18 Juli 2012 ) Dari pelaksanaan lomba yang diselenggarakan oleh pihak Pemkot, dapat memunculkan jenis partisipasi. Jenis partisipasi yang ditemukan dalam evaluasi yaitu partisipasi sebagian. Hal ini terjadi karena tidak semua masyarakat mitra dilibatkan dalam pelaksanaan lomba, hanya perwakilan masyarakat mitra masing-masing jenis ketrampilan saja yang dapat mengikuti lomba yang diselenggarakan oleh Pemkot. Hal ini terbukti untuk
commit to user 102
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pelaksanaan lomba memasak di ambil perwakilan dari RW II dan RW III, lomba menjahit oleh kelompok 1 dan lomba tata rias di wakilkan oleh RW III.
Matriks 3.10 Partisipasi Perempuan Dalam Evaluasi Kegiatan Program Terpadu P2MBG Kelurahan Sumber Tipe partisipasi Partisipasi sebagian
Keterangan Terjadi karena pelaksanaan lomba yang diadakan di balaikota hanya diikuti oleh perwakilan masyarakat mitra dari masingmasing ketrampilan.
2.5 Tahap Pemanfaatan Hasil Kegiatan Yang dimaksud pemanfaatan hasil pembangunan dalam hal ini adalah partisipasi perempuan di dalam fase penggunaan atau pemanfaatan hasil-hasil dari kegiatan yang sudah terlaksana. Hal ini dapat dilihat dari partisipasi perempuan dalam mengelola bantuan dengan baik yang sudah diterima setelah mengikuti rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG. Jenis bantuan yang diberikan sesuai dengan jenis pelatihan yang sudah diterima oleh masyarakat mitra. Masyarakat mitra diberi blangko pengisian tentang bantuan apa saja yang mereka dibutuhkan. Akan tetapi pihak Pemkot juga menyeleksi bantuan yang akan diberikan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Dinar:
commit to user 103
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“…kan diberi blangko pengisian mbak untuk diisi apa saja yang kita butuhkan, nah dari yang dibutuhkan itu kan juga di seleksi sama Bapermas, kalo masak ya lebih cenderung ke mana? Latengan ap masak kue, itu nanti kan jenis bantuane juga berbeda…” ( sumber: wawancara 28 mei 2012 ) Bantuan peralatan yang diberikan kepada masyarakat mitra dan sudah menjadi hak milik masyarakat mitra itu sendiri, namun bantuan peralatan yang diberikan tidak boleh diperjual belikan. Pemberian bantuan peralatan kepada masyarakat mitra tergolong lama dari pelatihan yang telah diterima. Bantuan diberikan pada tanggal 14 Desember 2011 di Pendopo Kelurahan Sumber. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Dinar: “…bantuane itu turunnya ya lumayan lama mbak, bulan Desember baru turun, banyak yang mempertanyakan kok bantuane ra ndang mudun (bantuannya tidak segera turun), pas bantuane turun ya kita (fasilitator dan PKK kelurahan) yang mengkoordinir bantuannya untuk diserahkan ke masyarakat mitra. Bantuannya disesuaikan dengan jenis pelatihan yang mereka pilih, jadi ya bantuane nggak bisa milih sendiri, sudah ditentukan dari Pemkot. Kalo masak ya cenderungnya masaknya kemana? Latengan apa kue?…” ( sumber : wawancara 28 Mei 2012 ) Ungkapan senada terlihat dari pernyataan Ibu Wandan sebagai masyarakat mitra pelatihan menjahit : “…Bantuane itu telat mbak, baru diberikan bulan Desember. Saya ikut mengkoordinir bantuannya di Kelurahan…” ( sumber : wawancara 2 Juni 2012 ) Pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber mempunyai manfaat sendiri untuk masyarakat mitra, terlebih manfaat ekonomi. Masyarakat mitra di Kelurahan Sumber sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai pedagang, mulai dari PKL, pedagang makanan,
commit to user 104
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
warung yang menjual kebutuhan sehari-hari, dll. Manfaat yang mereka peroleh dari pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG adalah mereka mendapatkan tambahan modal peralatan. Dengan diberikannya bantuan alat diharapkan agar bantuan tersebut dapat memberikan manfaat untuk masyarakat mitra dalam mengembangkan usahanya dengan bekal pelatihan yang telah mereka dapatkan. Manfaat ini muncul, karena melalui Program Terpadu P2M-BG terdapat bantuan modal yang diberikan berupa alat sesuai dengan pelatihan yang dipilih. Berikut ini penuturan dari Ibu Dinar: “…kalau yang buka warung baru sebagian. Soalnya orang nama ne jualan kan harus melalui tahapan dahulu ga langsung jadi to, harus dari kecil dulu, ada yang dapat gerobak, ya di pakai ga keliling tapi manggrok dulu, jual lotisan, gorengan. Yang masak juga ada yang buka cateringan, ada tapi juga tergantung permintaan…” ( sumber: wawancara 28 Mei 2012 ) Pernyataan tambahan dari Ibu Dinar mengenai manfaat ekonomi yang beliau peroleh setelah mendapatkan bantuan peralatan “…saya cenderung masak kue, jadinya bantuannya dapat oven, presto, Teflon, mixer, Loyang, langseng, wajan. Bantuannya sudah saya pakai untuk buat-buat roti sendiri, terus buat nerima pesanan juga…” ( sumber: wawancara 28 Mei 2012 ) Pernyataan senada juga diungkapkan oleh Ibu Wandan sebagai fasilitator dan masyarakat mitra ketrampilan menjahit: “…Bantuane ya sudah saya gunakan, kan saya juga sudah buka konveksi sebelum ikut P2M-BG jadi bantuane bisa buat tambahtambah peralatan menjahit…” ( sumber: wawancara 2 Juni 2012 )
commit to user 105
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal serupa diungkapkan oleh Ibu Ngadinah sebagai masyarakat mitra pelatihan memasak: “…Bantuane angsal kathah mbak, panci, blender, wajan, langseng, Loyang, Teflon. Bantuannya sampun kangge mbak, nggih kula ngge buka warung alit-alitan, namung gorengangorengan kaleh es-es mawon, nggih es teh, es jeruk, dari pada nganggur teng nggriya. Nggih alhamdulilah laris mbak, teng mriki kan nggih katah lare-lare kost, hasile kan nggih lumayan saget kangge nyangoni anak sekolah …” ( bantuannya dapat banyak mbak, panci, blender, wajan, langseng, Loyang, Teflon. Bantuannya sudah terpakai mbak, ya saya pakai untuk buka warung kecil-kecilan, hanya gorengan dan es saja. Ya es teh, es jeruk, daripada cuma nganggur di rumah. Ya alhamdulilah laku mbak, disini juga banyak orang-orang yang ngekost, hasilnya kan juga lumayan bisa buat uang saku anak ke sekolah ) ( sumber : wawancara 20 Juni 2012 ) Hal yang hampir sama juga diungkapkan oleh mbak Mey tri, sebagai masyarakat mitra pelatihan tata rias “…Bantuannya dapat hairdryer, tempat buat cuci rambut (washbak), sisir, gunting, peralatan make up satu set. Bantuan peralatan masih nganggur mbak, yang sudah saya pakai ya cuma peralatan make up nya saja. Ya lumayan mbak, dengan adanya pelatihan tata rias saya kan jadi tau gimana cara menyanggul, merias manten gitu, alhamdulilah sekarang ya lumayan banyak panggilan untuk merias wisuda, acara kartininan kemaren juga, tapi saya ya belum berani buka rias sendiri, jadi ya masih kecilkecilan masih tahap belajar…” ( sumber : wawancara 2 Juni 2012 ) Sementara yang diungkapkan oleh Ibu Suparti sebagai masyarakat mitra pelatihan memasak: “…Bantuane angsal etalase, magicom, panci presto. Bantuane sementara masih nganggur mbak belum kepakai, la peralatan saya juga sudah komplit. Etalase juga masih nganggur, tapi ya rencana mau saya pakai buat hiknya nanti biar keliatan ringkes, rapi, untuk peralatan lain masih nganggur…” ( sumber : wawancara 20 Juni 2012 )
commit to user 106
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ungkapan yang hampir sama diutarakan oleh Ibu Umi sebagai masyarakat mitra pelatihan menjahit “…Bantuane dapet mesin jahit, dinamo. Bantuannya ya sudah kepakai buat praktek pelatihan per wilayah, sekarang sudah bisa jahit-jahit kecil-kecilan mbak, bikin baju sendiri, untuk buka jahitan belum berani, soalnya juga masih pemula, masih kendala modal juga…” ( sumber : wawancara 2 Juni 2012 ) Berikut ungkapan dari Ibu Nur, masyarakat mitra pelatihan menjahit Mengenai manfaat bantuan yang di dapatkan dengan adanya Program Terpadu P2M-BG “…Bantuannya dapet mesin jahit. Manfaatnya banyak ya mbak, sekarang bisa njahit baju sitik-sitik mbak, tapi ya buat aku sendiri, pengalaman aku kemaren itu ka nada tiga undangan nikahan, kalo njahitke ke orang kan juga habis biaya banyak, jadi ya aku jahit sendiri, kan lebih ngirit. Belum menerima jahitan, masih belum berani, soale ya masih belajar…” ( sumber : wawancara 20 Juni 2012 ) Dari berbagai penuturan diatas dapat dilihat bahwa jenis bantuan yang diberikan oleh pihak Pemkot memang sudah sesuai dengan jenis pelatihan yang mereka dapatkan. Manfaat ekonomi dari pemberian ketrampilan bagi masyarakat mitra Program Terpadu P2M-BG khususnya bagi perempuan di Kelurahan Sumber dapat dikatakan sudah efektif. Hal ini dikarenakan pemberian bantuan alat sudah sesuai dengan jenis ketrampilan yang diterima, dan dapat dikatakan bahwa program sudah sesuai dengan tujuan yaitu untuk meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat, khususnya perempuan. Dengan diberikannya bantuan alat, masyarakat mitra dapat menggunakannya untuk menambah penghasilannya dan dapat digunakan
commit to user 107
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk membantu perekonomian keluarga. Akan tetapi pelaksanaan sedikit mengalami kendala, karena sebagian bantuan ada yang belum terpakai secara maksimal dikarenakan masih kurangnya kemampuan masyarakat mitra dalam mengembangkan usaha dan minimnya modal yang mereka punya. Terdapat tipe partisipasi dalam proses pemberian bantuan, partisipasi yang muncul adalah partisipasi terorganisir. Hal ini dapat dilihat ketika pemberian bantuan yang diberikan oleh Pemkot sudah sesuai dengan jenis pelatihan yang sudah diterima oleh masyarakat mitra P2M-BG. Matriks 3.11 Partisipasi Perempuan dalam Pemanfaatan Hasil Kegiatan Program Terpadu P2M-BG Kelurahan Sumber Tipe partisipasi Partisipasi terorganisir
Keterangan Pemberian bantuan yang sudah sesuai dengan pelatihan yang diterima
commit to user 108
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. PEMBERDAYAAN EKONOMI PEREMPUAN DALAM PROGRAM TERPADU P2M-BG KELURAHAN SUMBER Pemberdayaan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh individu, kelompok maupun komunitasnya dalam mengambil keputusan dengan ikut berpartisipasi dalam suatu kegiatan dengan kemampuan yang dimilikinya untuk membentuk masa depan sesuai keinginan mereka. Keterlibatan perempuan dalam dalam kegiatan usaha ekonomi dapat memberikan kontribusi yang cukup besar dalam peningkatan pendapatan keluarga. Dengan meningkatnya
pendapatan keluarga,
maka dapat meningkatkan pula
kesejahteraan dalam keluarga. Pelatihan ketrampilan yang telah diberikan kepada masyarakat mitra Program Terpadu P2M-BG selama kurang lebih satu minggu masih sulit untuk di kembangkan. Hal ini terjadi karena pelatihan yang diberikan oleh pihak Pemkot masih terlalu singkat untuk masyarakat mitra yang rata-rata masih pemula. Maka setelah selesai program yang diberikan oleh pihak Pemkot, tiap wilayah atau tiap RW mempunyai inisiatif untuk mengadakan pertemuan rutin melanjutkan pelatihan dari program yang sudah diberikan oleh Pemkot dengan memanfaatkan bantuan yang sudah diberikan. Pelatihan ini dilakukan agar bantuan peralatan yang diberikan dapat terpakai, selain itu diadakannya pertemuan tiap wilayah juga bertujuan untuk mengumpulkan ibu-ibu agar dapat aktif dalam kegiatan Program Terpadu P2M-BG. Aturan pertemuan rutin juga telah ditentukan melalui musyawarah oleh seluruh masyarakat mitra Program Terpadu P2M-BG tiap wilayah masing-masing.
commit to user 113
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Setiap wilayah mempunyai jadwal tersendiri untuk mengatur pertemuannya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Dinar selaku fasilitator dan masyarakat mitra dari RW II: “…kalo di wilayah hanya ada ketua koordinator, kalo ketua per unit ketrampilan nggak ada, karena kalo di bentuk nanti yang tata rias cuma 4 orang aja….pertemuan per wilayah untuk melanjutkan program biar bantuannya juga tidak nganggur dan juga untuk mengumpulkan ibu-ibu agar aktif lagi…” ( sumber : wawancara 28 Mei 2012 ) Ibu Dinar menambahkan pernyataannya mengenai jadwal pertemuan rutin Program Terpadu P2M-BG di RW II: “…pertemuan per wilayah itu sesuai dengan jadwal per RW sendiri-sendiri. Kalo di RW II per tanggal 28…kalo di RW II kegiatan ini sudah lumayan lama…” ( sumber : wawancara 28 Mei 2012 ) Senada dengan yang diungkapkan oleh Ibu Wandan selaku fasilitator dan masyarakat mitra dari RW III: “…pertemuan tiap wilayah itu berbeda-beda jadwalnya, di RW III itu biasanya dilakukan 1 kali tiap bulan nah untuk waktunya ibu tergantung ibu-ibu bisanya kapan…” ( sumber : wawancara 20 Juni 2012 ) Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Nur, masyarakat mitra dari RW VI “…Pertemuan untuk program P2MBG di RW VI baru dilaksanakan bulan kemaren mbk, jadi ya baru satu kali…karena RW VI termasuk orang-orangnya ya agak pasif jadi ya baru diadakan bulan kemaren…” ( sumber : wawancara 20 Juni 2012 ) Namun hal yang berbeda diungkapkan oleh Ibu Suparti masyarakat mitra dari RW I “…Kalo di RW I pertemuan untuk melanjutkan program itu belum diadakan mbak…” ( sumber : wawancara 20 Juni 2012 )
commit to user 114
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberdayaan ekonomi untuk melanjutkan program tiap wilayah berbeda-beda, ada yang sudah terlaksana sudah lama dan ada juga yang baru pertama bahkan ada juga yang belum melaksanakannya. Pertemuan di tiap wilayah diadakan sebulan sekali, untuk jadwal tanggalnya itu disesuaikan dengan aktivitas per wilayah itu sendiri. Masyarakat mitra yang aktif untuk mengikuti kegiatan per wilayah dengan tingkat kehadiran kurang lebih 50% yang hadir, kecuali apabila mempunyai kepentingan sehingga tidak dapat hadir. Sesuai dengan pernyataan Ibu Dinar : “…Setengahnya kali, mengingat kesibukan ibu-ibu. Ngatur jadwal ibu-ibu kan yo gampang-gampang susah, banyak yang ga bisa karena kerja, kerja nya dagang, pada pilih nyari uange aja ta. Kalo yang jualan itu susah kalo pagi ya pada sibuk ngurusi anaknya, sore kalo yang berjualan yo lebih milih untuk jualan…” ( sumber : wawancara 28 mei 2012 ) Ungkapan senada juga dikemukakan oleh Ibu Wandan: “…yang datang 50% itu aja udah bagus mbak melihat kesibukan ibu-ibu, jadi susah ngatur jadwalnya, terkadang malah disisanke ( sekalian ) dengan pertemuan RW aja waktunya…” ( sumber : wawancara 20 Juni 2012 ) Begitu juga dengan yang diungkapkan Ibu Nur “…Karena baru pertemuan pertama jadi yang datang juga lumayan mbak, dari 18 orang masyarakat mitra di RW VI yang datang ya 16 orang…” ( sumber : wawancara 20 Juni 2012 ) Dapat dilihat dari wawancara diatas bahwa presentase menurunnya kehadiran masyarakat mitra dalam pertemuan rutin karena sebagian dari
commit to user 115
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masyarakat mitra sibuk dengan lebih memperioritaskan kegiatan ekonomi rumah tangganya, seperti berjualan. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Ngadinah mengenai kehadirannya dalam pertemuan rutin wilayah dalam Program Terpadu P2M-BG : “…Nggih kadang-kadang teko kadang mboten mbak, la kula nggih sade nan ngeten, mengke yen kula tinggal mboten wonten seng njaga dodolane, yen ngepasi longgar nggih teko…” ( ya kadang datang kadang tidak, saya jualan, nanti kalau saya tinggal ya tidak ada yang menjaga jualannya, kalau longgar waktunya ya saya datang ) ( sumber : wawancara 20 Juni 2012 ) Hal yang sama seperti yang diungkapan oleh Mbak Mey Tri: “…Datang ke pertemuan baru satu kali kemaren mbak, soale ya repot kalo pas manggung (nyanyi), ya ga bsa datang. Peserta tata rias di RW III ya cuma saya tok, jadi ya ga ada barengane juga…” ( sumber : wawancara 2 Juni 2012 ) Berikut ini pernyataan dari Ibu Umi mengenai kehadirannya dalam pertemuan rutin: “…Rutin datang mbak, pernah ga datang satu kali soale nganter anak acara sekolahnya. Pengen tau informasi-informasi yang pelatihan menjahit, kadang dikasih tau teorinya, terus prakteknya juga, pengen ndang cepet iso… kalau pertemuan yang dibahas nggak cuma pelatihan aja, terkadang juga membahas kerja bakti mbersihke kolam dan mbersihke kebun...” ( sumber : wawancara 2 Juni 2012 ) Ibu Nur menyatakan: “…Karena baru satu kali pertemuan ya semangat mbak, saya datang. Pertemuan pertama itu ya mbahas tentang penetapan pertemuannya, disepakati kalo di RW VI itu pertemuane tiap hari sabtu minggu terakhir. Terus juga mbahas iuran untuk kas itu berapa? Dibahas bareng-bareng, mbahas pelatihannya juga yang akan dilaksanakan itu apa aja…” ( sumber : wawancara 20 Juni 2012 )
commit to user 116
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam pertemuan rutin, juga membicarakan tentang rencana-rencana tiap-tiap wilayah baik yang sudah dijalankan maupun yang belum berjalan, serta
dibahas
juga
permasalahan
yang
muncul diselesaikan
dalam
musyawarah. Kehadiran fasilitator sangat penting dalam pertemuan dan pelatihan disamping keinginan dari masyarakat mitra untuk mengetahui informasi dan pengetahuan baru dalam program. Tempat diadakannya pertemuan per wilayah dilakukan secara bergilir, adapun iuran yang dikenakan tiap pertemuan yaitu sebesar Rp. 2000,00. Penentuan nominal untuk iuran tidak dipaksakan, namun berdasarkan atas musyawarah yang dilakukan oleh masyarakat mitra. Iuran ini digunakan untuk tambahan modal praktek. Ketrampilan yang di praktekkan hanya ketrampilan memasak dan menjahit. Untuk ketrampilan tata rias tidak di praktekkan karena jumlah keseluruhan masyarakat mitra pelatihan tata rias hanya berjumlah empat orang dan wilayahnya berbedabeda. Karena keterbatasan dana, maka setiap pertemuan yang diadakan belum tentu praktek. Dalam hal ini, setiap wilayah sudah mengadakan prakteknya sendiri-sendiri, pembelian bahan untuk praktek diambil dari dana iuran secara swadaya yang sudah terkumpul. Pelaksanaan praktek dilakukan secara bergantian yaitu praktek memasak kemudian untuk bulan selanjutnya baru dilakukan praktek menjahit. Hal ini seperti penuturan Ibu Dinar : “…karena terbatasnya modal, jadi setiap pertemuan ya belum tentu praktek, prekteknya diadakan tiap tiga kali pertemuan baru praktek. Praktek juga gentian, karena kegiatan itu berbeda hari, pertemuan agak susah tergantung ibu-ibu kapan longgarnya…” ( sumber : wawancara 28 Mei 2012 )
commit to user 117
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam pelatihan yang diadakan per wilayah juga terdapat tutor yang berfungsi untuk mengajarkan berbagai pelatihan. Tutor disini diambilkan dari warga masyarakat yang secara sukarela ikut membantu mengajarkan pelatihan. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Ibu Dinar: “…Tutornya ada, di RW II itu ada warga yang sukarela menjadi tutornya, ada dua tutornya, yang satu untuk pelatihan memasak dan yang satu pelatihan menjahit. Tutor disini bukan merupakan peserta P2M-BG. Beliau hanya sukarela membantu memberikan materi kepada masyarakat mitra…” ( sumber : wawancara 28 Mei 2012 ) Tutor atau pengajar dalam pemberdayaan ekonomi di wilayah RW III diambilkan dari masyarakat mitranya sendiri yang kebetulan sudah membuka usaha konveksi terlebih dahulu sebelum mengikuti Program Terpadu P2M-BG. Berikut penuturan dari Ibu Wandan: “…Peran saya ya sebagai tutor kalo di wilayah, mengajarkan peserta lainnya untuk praktek menjahit, kita belajar bareng, terkadang ya memberikan PR yang bisa dikerjain di rumah, untuk menyingkat waktu, kalau belum jelas bisa dikerjain bersama-sama…” ( sumber : wawancara 2 Juni 2012 ) Hasil dari pelatihan yang sudah terlaksana di masing-masing RW sudah menghasilkan berbagai macam produk. Namun sampai saat peneliti menyelesaikan penelitian, hanya RW II dan RW III saja yang sudah menghasilkan berbagai macam hasil produk dari pelatihan yang sudah dijalankan. Produk yang sudah jadi kemudian di tawarkan ke masing-masing RT. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Wandan: “…Ilmu bertambah, biasanya tiap tiga bulan sekali kita kan praktek menjahit, kita mendapat upah walaupun sedikit, kalo praktek sudah selesai terus kita menjual barang, biasanya kita jual pertemuan RT, uang kan ngumpul. Kita waktu mau
commit to user 118
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pertemuan lagi, uang kemarin yang sudah terkumpul, digunakan untuk praktek memasak kita praktek dua sampai tiga menu, terus kita jual kita dapat laba. Untuk menjahit, uang dah terkumpul kita belikan kain, kita buat beberapa produk seperti daster 10 bji, tas konsumsi 10 biji kalo sudah jalan kita edarkan,kita jual ke pesertanya masing-masing ada yang beli nggak, kalo nggak ya ditawarkan ke wilayah RT nya masing-masing, sisanya baru kita jual ke luar wilayah…” ( sumber : wawancara 18 Juli 2012 ) Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa pertemuan rutin dari tiap wilayah diadakan satu bulan satu kali. Di dalam pertemuan rutin tersebut dapat berupa teori maupun praktek. Praktek dilaksanakan setiap tiga bulan sekali untuk selebihnya aktivitas yang ada diisi dengan penjelasanpenjelasan mengenai materi yang akan dipraktekkan. Kemudian dilanjutkan dengan memasarkan hasil produk yang sudah jadi. 3.1 Pemberian Modal Tambahan Partisipasi perempuan dapat dilihat dari tingginya keinginan fasilitator program untuk mendukung dan mengembangkan Program Terpadu P2M-BG. Selain ketrampilan menjahit, memasak dan tata rias yang masyarakat mitra dapatkan dalam Program Terpadu P2M-BG, masyarakat mitra juga mendapatkan bantuan tambahan langsung dari Provinsi Jawa Tengah berupa uang senilai Rp. 3.000.000,- (3 juta). Bantuan uang tersebut diwujudkan dalam bentuk usaha perikanan lele, dimana bantuan tersebut diperoleh dari pengajuan proposal yang dilakukan oleh fasilitator program yang ditujukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Bantuan ini merupakan kelanjutan dari Program Terpadu P2M-BG yang sudah berjalan sebelumnya.
commit to user 119
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain mendapatkan bantuan uang yang diwujudkan dalam usaha perikanan lele, fasilitator program juga mengajukan permohonan kepada Dinas Pertanian untuk pengajuan bantuan dalam penanaman tanaman obat. Bantuan yang didapatkan dari Dinas Pertanian yaitu berbagai macam bibit tanaman obat yang diperoleh secara gratis. Bantuan ini juga digunakan untuk mendukung pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG. Seperti yang dikemukakan oleh Ibu Dinar: “…Pengajuan kolam lele itu kemaren kita di ancer-anceri dari Bapermas suruh mencoba membuat proposal langsung diajukan ke propinsi, dana nya itu turunnya langsung ke rekening…jadi tidak lewat Bapermas…” ( sumber : wawancara 11 Juli 2012 ) Hal senada juga dikemukakan oleh Ibu Wandan: “…Pengajuan dana langsung ke propinsi, Ada pemberitahuan dana segini tapi harus mengajukan proposal terlebih dahulu. Dana turun langsung lewat rekening bendahara melalui bank jateng. Kemudian ketua dan bendahara tanda tangan. Yang mengambil dana ya mereka berdua…” ( sumber: wawancara 18 Juli 2012 ) Pengelolaan usaha perikanan lele dikelola oleh fasilitator program. Dalam hal ini masyarakat mitra lainnya hanya dilibatkan dalam kerja bakti untuk memelihara dan membersihkan kolam dan kebun penanaman obat. Pelaksanaan kerja bakti ada jadwalnya tersendiri dan dilakukan secara bergilir, mengenai pelaksanaan kerja bakti tergantung keputusan tiap RW masing-masing untuk menentukan tanggal dan harinya. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Ibu Dinar : “…Karja bakti itu kita jadwal per RW dulu per minggu kita gilir…tiap hari itu kan ada satu sampai dua orang
commit to user 120
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
gitu…tapi lama-lama ya pada males, banyak yang ga datang,…jadi sekarang untuk kerja bakti dilaksanakan per bulan terserah mereka mau ngadake krja bkti minggu pertama, kedua atau ketiga ya itu trserah…” ( sumber: wawancara 11 Juli 2012 ) Usaha perikanan lele sudah mendapatkan hasil. Usaha perikanan lele tersebut sudah mengalami dua kali panen. Lele yang siap panen kemudian dijual ke masyarakat mitra dan masyarakat umum dengan kisaran harga Rp. 10.000,-/ kg. Hasil dari penjualan lele tersebut kemudian di kelola oleh fasilitator untuk dibelikan bibit lele dan pakan lele kembali. Dalam pengelolaan perikanan lele juga menghadapi suatu permasalahan yaitu jebolnya kolam lele, sehingga masyarakat mitra juga mengalami kerugian akibat kejadian tersebut. Untuk usaha tanaman obat, sampai peneliti selesai melakukan penelitian belum mengalami pemanenan. Pemberian bantuan usaha tambahan tersebut sangat besar peranannya dalam meningkatkan pendapatan atau profit usaha. Kegiatan ini bertujuan agar mendapatkan tambahan keuntungan dan pendapatan bagi 100 masyarakat mitra binaan Program Terpadu P2MBG dari RW I, RW II, RW III, dan RW VI di Kelurahan Sumber. Dengan adanya pengembangan dana bantuan juga menjadikan nilai tambah untuk kegiatan Program Terpadu P2M-BG. Tambahan modal dilakukan dengan asumsi bahwa masyarakat mitra mempunyai keinginan untuk meningkatkan produktifitas suatu usaha dengan tujuan untuk memaksimalkan tingkat keuntungan.
commit to user 121
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penambahan modal usaha juga dapat dipahami sebagai optimisme atau keyakinan bahwa usaha yang sedang ditekuni bagi masyarakat mitra dipandang prospektif untuk memperbaiki perekonomian keluarga. 4. HAMBATAN PEREMPUAN DALAM PROGRAM TERPADU P2MBG Pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG tidak terlepas dari berbagai hambatan yang muncul baik hambatan dari masyarakat mitra itu sendiri maupun pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan program. Masih banyak permasalahan yang dirasakan oleh masyarakat mitra Program Terpadu P2MBG untuk mengembangkan hasil dari produksi mereka. Sumber daya manusia yang kurang menjadi hambatan untuk mengembangkan usaha. Hambatan yang berpengaruh dalam pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber yaitu : 4.1 Hambatan dari masyarakat mitra 4.1.1 Modal Dalam menjalankan suatu usaha, modal mempunyai peranan penting yang harus tersedia untuk penyelenggaraan dan menunjang proses produksi, dimana dengan tersedianya modal dalam jumlah yang mencukupi maka proses produksi akan berjalan dengan lancar. Keterbatasan modal usaha yang dimiliki dapat menghambat
perempuan
untuk
mengembangkan
usahanya.
Masing-masing masyarakat mitra Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber mempunyai keinginan untuk mengembangkan
commit to user 122
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
usahanya, akan tetapi mereka terkendala oleh modal, sehingga manfaat ekonomi yang mereka peroleh belum maksimal. Dengan diberikannya modal usaha oleh Pemkot yang berupa peralatan usaha, tidak serta merta dapat memudahkan masyarakat untuk mengembangkan usaha. Selama ini faktor penyebab tidak berhasilnya masyarakat miskin dalam memperbaiki kehidupan yaitu karena mereka tidak mampu
untuk
dipergunakan
melakukan sebagai
pemupukan
pengembangan
modal usaha.
yang
dapat
Pembentukan
kelompok swadaya perempuan dalam Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber didasarkan pada kesadaran perempuan sebagai
sarana
untuk
memupuk
modal.
Dengan
adanya
pemberdayaan ekonomi kelompok yang dilakukan, maka akan mampu mendorong perempuan untuk melakukan pemupukan modal, modal yang kecil dari setiap warga dapat berkembang menjadi besar, sehingga dapat dipergunakan sebagai modal usaha. Kemampuan permodalan kelompok yang semakin bertambah dapat memberikan peluang semakin besar untuk mengembangkan usaha produktif. Pembentukan modal untuk pemberdayaan ekonomi dalam ketrampilan tiap wilayah diperoleh dari iuran swadaya tiap bulan RP 2000,-. Karena jumlah modal yang sedikit, maka produk yang dihasilkan juga dalam jumlah yang sedikit.
commit to user 123
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.1.2 Pemasaran Pemasaran juga merupakan sebuah kegiatan utama dalam suatu
usaha
yang
kemudian
juga
sangat
mempengaruhi
keberhasilan dan kelangsungan hidup usaha tersebut. Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi perkembangan suatu usaha. Peran strategi pemasaran sangatlah penting untuk mendukung kesuksesan usaha yang dijalankan. Dalam mengembangkan usaha ekonomi dalam pelaksanaan Program
Terpadu
P2M-BG
di
Kelurahan
Sumber
masih
menghadapi kendala terutama dalam pemasaran. Hal ini terjadi di karenakan persaingan yang begitu ketat, terbatasnya modal, pengetahuan yang terbatas dan kurangnya kepedulian pemerintah untuk mengembangkan usaha ekonomi lokal. Kegiatan Promosi ditujukan untuk memperkenalkan produk Program Terpadu P2M-BG kepada konsumen kepasar dalam rangka mendorong peningkatan produksi Program Terpadu P2MBG, sehingga permintaan terhadap produk Program Terpadu P2MBG dapat meningkat. Untuk tujuan tersebut pemerintah seharusnya melaksanakan berbagai bentuk program promosi, dalam upaya memperkenalkan
produk
Program
Terpadu
P2M-BG
dan
meningkatkan daya saing barang-barang produk – produk Program Terpadu P2M-BG tersebut. Dengan dikenalnya produk dari Program Terpadu P2M-BG, diharapkan dapat meningkatkan
commit to user 124
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
volume usaha kegiatan Program Terpadu P2M-BG dan dapat meningkatkan keuntungan. Seperti yang diungkapkan oleh Kasubid Bidang Pemberdayaan Perempuan Bapermas PP, PA dan KB Kota Surakarta, Ibu Endang Sri Anti: “….mereka butuh promosi pemasaran itu harus paling tidak ada rekomendasi dari Pemkot. Kalau Pemkot membuat program paling tidak Pemkot itu bisa to selalu merekomendasikan kebijakan-kebijakan pemerintah itu ke dalam kehidupan para pegawai. Pemkot itu kan sering mengadakan rapat, nah itu bisa dijadikan ajang untuk promosi mereka makanya mereka itu butuh promosi…Paling tidak Pemkot itu memberikan rekomendasi ke dinas-dinas untuk membeli snack dan jajanannya kepada produk P2M-BG…” ( sumber: wawancara 25 Juni 2012 ) Kegiatan-kegiatan promosi pemasaran ini juga diharapkan sekaligus dapat mendorong kegiatan ekonomi lokal untuk meningkatkan efesiensi dan produktifitas. Pelaksanaan kegiatan promosi pemasaran produk Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber memang telah dilaksanakan oleh masyarakat mitra, tetapi frekuensi pelaksanaan kegiatan itu tersebut nampaknya belum mencukupi. Kegiatan promosi yang dilakukan oleh masyarakat mitra sendiri ruang lingkupnya sangat terbatas dalam memasarkan hasil ketrampilan yang telah diproduksi, masyarakat mitra Program Terpadu P2M-BG hanya dapat memasarkan produk di wilayahnya masing-masing saja. Minim dan lemahnya jaringan sistim informasi merupakan masalah utama dalam pemasaran serta
commit to user 125
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rendahnya
kemampuan
SDM
dalam
memasarkan
produk
ketrampilan dari Program Terpadu P2M-BG. 4.2 Hambatan dari pemerintah Selain hambatan yang dialami oleh masyarakat mitra, adapun hambatan yang juga dialami oleh pemerintah. Hambatan tersebut seperti keterbatasan Sumber daya manusia dalam menerima akses informasi tentang kegiatan Program Terpadu P2M-BG, banyak dari masyarakat belum paham mengenai kegiatan Program Terpadu P2M-BG. Pada tahap awal perencanaan kegiatan, banyak masyarakat yang beranggapan jika bantuan peralatan modal akan di berikan secara kredit atau cicilan, tak sedikit dari mereka takut jika tidak sanggup untuk membayar bantuan tersebut.
Berikut
ini
seperti
pernyataan
dari
Kasubid
Bidang
Pemberdayaan Perempuan Bapermas PP, PA dan KB Kota Surakarta, Ibu Endang Sri Anti : “…Kadang-kadang masyarakat itu ada yang beranggapan wah nanti di kasih bantuan malah disuruh mencicil seperti itu ada… terus juga sikap dari masyarakat itu tidak fear, ketika masyarakat itu mendapat bantuan dikira sedikitsedikit mendapat bantuan gitu…” ( sumber: wawancara 25 Juni 2012 ) Dari pernyataan di atas maka dapat di ketahui bahwa masyarakat kurang mengerti mengenai bentuk kegiatan yang terdapat dalam Program Terpadu P2M-BG. Hal ini terlihat ketika sosialisasi Program Terpadu P2M-BG yang dilaksanakan oleh pemerintah selama tiga hari mengalami pergantian peserta, karena modal bantuan yang diberikan kurang diminati
commit to user 126
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
oleh masyarakat. Untuk menghindari agar tidak terjadi salah persepsi dalam pemberian dana bantuan, pihak Pemerintah sebaiknya lebih berperan proaktif dalam menjelaskan kepada masyarakat mengenai tujuan dan bentuk kegiatan Program Terpadu P2M-BG.
B. Kerangka Kerja Longwe Tabel 3.1 Profil Gender dalam P2M-BG di Kelurahan Sumber Sektor
Proyek
Pendidikan dan Pelatihan
Program Terpadu P2M-BG
Kesejahteraan
Akses
Kesadaran Kritis
Partisipasi
Kontrol
Kesejahteraan perempuan dapat terpenuhi
Perempuan dapat mengakses semua kegiatan Program Terpadu P2MBG
Program Terpadu P2MBG dapat menumbuhkan kesadaran kritis perempuan
Muncul partisipasi perempuan dalam semua tahap kegiatan Program Terpadu P2M-BG
Perempuan dapat mengontrol program
Sumber: Hasil penelitian
a. Dimensi kesejahteraan Dimensi kesejahteraan merupakan salah satu aspek penting dalam upaya peningkatan pemberdayaan perempuan. Dimensi kesejahteraan tersebut digunakan untuk menganalisis sejauh mana manfaat yang dirasakan perempuan dalam mengikuti Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber. Kegiatan pemberian pelatihan ketrampilan yang diadakan
oleh
Pemkot
tersebut
memperlihatkan
adanya
aspek
pemberdayaan kepada perempuan. Kesejahteraan sudah dapat terlihat dengan adanya Program Terpadu P2M-BG yaitu dengan pemberian bantuan modal usaha yang diberikan oleh Pemkot. Kemudian dengan
commit to user 127
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adanya bantuan peralatan tersebut, perempuan dapat mengembangkan usahanya untuk menambah pendapatan ekonomi dalam keluarga sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga. Hal ini terlihat ketika masyarakat mitra yang menjadi responden peneliti sudah mengaplikasikan bentuk bantuan peralatan yang telah diterimanya tersebut dengan membuka warung, menerima pesanan catering, menerima panggilan untuk merias, dan menjahit, walaupun usaha tersebut masih usaha kecil akan tetapi dengan membuka usaha
tersebut dapat sedikit
membantu
perekonomian dalam keluarga. Hal ini berarti perempuan diberi kesempatan untuk dapat mengembangkan kemampuannya dalam berusaha, sehingga berperan dalam kegiatan produktif untuk meningkatkan pendapatan keluarga. b. Dimensi akses Dalam analisa longwe, dimensi akses diartikan sebagai kemampuan perempuan untuk dapat memperoleh akses terhadap sumber daya produktif seperti pelatihan, fasilitas pemasaran, tenaga kerja, dan semua pelayanan publik yang setara dengan perempuan. Akses terhadap teknologi dan informasi juga merupakan aspek penting lainnya. Melalui teknologi dan dan informasi, perempuan dapat meningkatkan produktivitas ekonomi dan sosial mereka dan mempengaruhi lingkungan tempat mereka tinggal. Dimensi akses ini merupakan jalan atau arah bagi perempuan dalam mengimplikasikan jati dirinya atau peranannya. Dengan adanya dimensi akses ini akan memberikan peluang bagi perempuan untuk maju.
commit to user 128
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dimensi akses dapat dilihat dalam keikutsertaan perempuan dan mengakses semua kegiatan yang terdapat dalam Program Terpadu P2MBG, baik dari tahap penyusunan dasar, tahap perencanaan, pelaksanaan dalam kegiatan pelatihan maupun dalam pemanfaatan pemberiaan bantuan. Di dalam mengikuti rangkaian kegiatan dalam Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber, perempuan dapat mengakses semua kegiatan secara langsung. Dalam tahap penyusunan data dasar, perempuan mempunyai akses untuk dapat melakukan pendaftaran menjadi masyarakat mitra dalam Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber. Dimensi akses dapat diketahui adanya kesempatan perempuan dalam akses informasi tentang Program Terpadu P2M-BG, kesempatan mengeluarkan pendapat, kesempatan untuk menghadiri sosialisasi program yang dilaksanakan oleh Pemkot, maupun akses perempuan dalam penggunaan bantuan yang telah diberikan. Selain itu, perempuan dalam hal ini fasilitator program juga mempunyai akses secara langsung untuk mengajukan bantuan tambahan ke provinsi Jawa Tengah, bantuan tersebut diwujudkan sebagai tambahan modal masyarakat mitra untuk melanjutkan Program Terpadu P2M-BG. Pengajuan bantuan tambahan modal tersebut diwujudkan sebagai usaha perikanan lele. Selain mendapatkan bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, fasilitator juga meminta bantuan dari Dinas Pertanian yang diwujudkan dengan tananam obat.
commit to user 129
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Dimensi Kesadaran Kritis Dimensi kesadaran kritis dilakukan dengan maksud bahwa kegiatan pemberdayaan penting untuk meningkatkan kualitas hidup mereka, dan dilakukan secara mandiri. Pemberdayaan pada tingkat ini berarti upaya penyadaran bahwa kesenjangan tersebut adalah bentukan sosial yang dapat dan harus diubah. Kesenjangan gender disebabkan karena adanya anggapan bahwa posisi sosial ekonomi perempuan yang lebih rendah dari laki-laki dan pembagian kerja gender tradisional adalah dari tatanan abadi. Dengan adanya pemberdayaan berarti menumbuhkan sikap kritis dan
penolakan
terhadap
pandangan
bahwa
subordinasi
terhadap
perempuan bukanlah pengaturan ilmiah, tetapi hasil diskriminatif dari tatanan social yang berlaku. Keyakinan bahwa kesetaraan gender adalah bagian dari tujuan perubahan merupakan inti dari kesadaran gender dan merupakan elemen idiologis dalam proses pemberdayaan yang menjadi landasan konseptual bagi perubahan kearah kesetaraan. Dimensi
kesadaran
kritis
bagi
perempuan
dalam
rangka
pemberdayaan perempuan kearah perubahan yang baik sangatlah penting. Dimensi ini merupakan pengimplementasian dalam rangka perenungan bagi perempuan bahwa dirinya harus maju dan berkembang sesuai dengan emansipasi yang diharapkan. Dimensi ini akan berdampak positif bagi perkembangan perempuan itu sendiri apabila yang muncul sebuah kesadaran kritis yang positif atau kesadaran untuk bisa maju.
commit to user 130
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pelatihan ketrampilan yang diikuti perempuan dalam Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber, dapat memunculkan adanya kesadaran kritis yang dimiliki oleh perempuan. hal tersebut terlihat ketika adanya
pelatihan
ketrampilan
yang
diadakan
Pemkot,
pelatihan
ketrampilan diikuti secara penuh, dan di dalam pelatihan, perempuan sangat memperhatikan materi yang telah diajarkan. Karena pelatihan yang diadakan oleh pemerintah dirasa kurang untuk mengembangkan usaha, terlebih untuk para pemula, maka perempuan dalam hal ini fasilitator mempunyai inisiatif tersendiri untuk mengadakan pemberdayaan ekonomi yang diadakan di wilayah masing-masing. Dengan adanya pemberdayaan ekonomi tersebut dapat memunculkan kesadaran akan pentingnya arti pemberdayaan untuk perempuan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga. d. Dimensi partisipasi Dimensi partisipasi sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas perempuan. Dimensi partisipasi dapat dilihat dari keterlibatan atau kehadiran perempuan dalam setiap kegiatan Program Terpadu P2M-BG mulai tahap penyusunan data dasar, perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, evaluasi dan pemanfaatan hasil kegiatan serta sejauh mana perempuan terlibat dalam mengambil keputusan di dalam setiap tahap kegiatan tersebut dan kendala yang dihadapi perempuan dalam mengikuti kegiatan Program Terpadu P2M-BG.
commit to user 131
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Program Terpadu P2M-BG menuntut partisipasi aktif dari seluruh masyarakat mitra, dalam tahap penyusunan data dasar, perempuan dilibatkan dalam pemilihan fasilitator program. Dalam pertemuan sosialisasi program, perempuan di berikan kesempatan untuk mengajukan usulnya mengenai program yang akan diadakan. Partisipasi perempuan tidak hanya dinilai dari kehadiran saja namun terlibat dalam hal penting yaitu keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan program yang merupakan pemecahan masalah kehidupan perempuan secara langsung, akan tetapi pada waktu proses sosialisasi banyak perempuan yang bersifat pasif, mereka tidak berani untuk mengutarakan pendapat dan cenderung menerima semua keputusan dari pihak Pemkot. Partisipasi perempuan juga terlihat saat pelaksanaan kegiatan pelatihan yang diadakan oleh Pemkot. Perempuan dapat berpartisipasi dalam penerimaan tentang materi yang telah diajarkan dan langsung dapat mempraktekkan materi tersebut dengan semua fasilitas yang telah disediakan oleh Pemkot. Perempuan juga dapat berpartisipasi untuk mengikuti lomba ketrampilan yang sudah pernah diajarkan sebagai evaluasi kegiatan dari pihak pemkot. Diadakannya lomba ketrampilan ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana kemampuan perempuan dalam menerima materi dan mempraktekkannya dari pelatihan ketrampilan yang sudah mereka peroleh.
commit to user 132
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain itu, partisipasi perempuan juga nampak ketika diadakannya pelatihan ketrampilan per wilayah. Partisipasi perempuan terlihat dengan kesukarelaan mereka untuk terlibat dalam bentuk tenaga maupun materi. Keiikutsertaan mereka untuk datang tanpa adanya paksaan dalam mengikuti pertemuan rutin sebagai lanjutan Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber yang sudah pernah diterima dan diadakan oleh Pemkot. e. Dimensi kontrol Dimensi kontrol digunakan untuk menganalisis sejauh mana perempuan mempunyai kekuasaan untuk pengambilan keputusan dalam pengelolaan kegiatan dalam Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber. Dimensi kontrol dapat dilihat dari kekuasaan masyarakat mitra untuk mempunyai kekuasaan dalam pengambilan keputusan mengelola Program Terpadu P2M-BG, kontrol ini dapat terlihat ketika pelaksanaan pemberdayaan ekonomi yang diadakan per wilayah yaitu seperti memutuskan secara bersama-sama mengenai jadwal pertemuan yang dilaksanakan, selain itu masyarakat mitra juga mempunyai kontrol untuk memutuskan
jumlah
iuran
per
wilayah,
serta
pengelolaannya,
merencanakan ketrampilan apa yang akan di praktekkan, hingga bagaimana rencana pemasaran atas produk ketrampilan tersebut yang akan mereka lakukan. Kontrol dari masyarakat mitra juga terlihat pada pemberian usaha lanjutan yang diwujudkan dalam usaha perikanan lele dan tanaman obat.
commit to user 133
perpustakaan.uns.ac.id
Fasilitator
digilib.uns.ac.id
mempunyai
kontrol
untuk
mengelola
usaha
tersebut,
membersihkan kolam, dan bagaimana pemasaran yang dilakukan
C. Analisis Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori aksi. Teori aksi juga dikenal sebagai teori tindakan yang pada mulanya di kemukakan oleh Max Weber, kemudian di kembangkan lebih lanjut oleh Talcot Parson. Di dalam teori aksi dikemukakan bahwa aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma-norma mengarahkannya memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai tujuan. Norma-norma itu tidak menetapkan pilihannya terhadap cara atau alat, tapi ditentukan oleh kemampuan aktor untuk memilih. Kemampuan inilah yang disebut Parsons sebagai voluntarism. Voluntarisme adalah kemampuan individu melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah alternatif yang tersedia dalam rangka mencapai tujuannya. Aktor menurut konsep voluntarisme ini adalah pelaku aktif dan kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih dari alternatif tindakan. Dari uraian di atas jelas terlihat bahwa masyarakat mitra yang ikut berperan dalam pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber dipandang sebagai aktor yang dalam menjalankan partisipasinya mempunyai tujuan untuk memenuhi atau meningkatkan kesejahteraan hidup keluarganya. Masyarakat mitra dalam mengejar tujuannya menggunakan cara atau alat yaitu dengan memanfaatkan adanya program pelatihan ketrampilan
commit to user 134
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam Program Terpadu P2M-BG. Dalam menjalankan partisipasinya tersebut, masyarakat mitra terkadang juga dibatasi oleh norma yang ada yang dapat mempengaruhi dalam berpartisipasi terhadap Program Terpadu P2MBG. Masyarakat mitra disebut sebagai aktor yang aktif, hal ini dapat dilihat dari tingkat kehadiran mereka dalam mengikuti serangkaian kegiatan Program Terpadu P2M-BG mulai dari tahap penyusunan data dasar, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan tanpa adanya paksaan. Fasilitator yang juga termasuk masyarakat mitra mempunyai peran yang aktif dalam pelaksanaan kegiatan Program Terpadu P2M-BG ini. Hal ini dapat dilihat dari cara fasilitator dalam penyebaran informasi pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG terhadap masyarakat mitra, selain itu fasilitator juga mampu untuk berbaur dengan masyarakat mitra untuk mendampingi masyarakat mitra. Masyarakat mitra juga menguasai materi yang telah diajarkan oleh tutor dan dapat langsung mempraktekkannya, akhir dari pelatihan, masyarakat mitra dapat membuka usaha dengan memanfaatkan bantuan peralatan yang diberikan dan modal ketrampilan yang telah di dapat. Masyarakat mitra juga nampak kreatif dalam memanfaatkan bantuan peralatan yang telah diberikan. Agar bantuan peralatan tersebut terpakai dan dapat
digunakan
sebagaimana
mestinya,
fasilitator
mengadakan
pemberdayaan ekonomi per wilayah sebagai lanjutan kegiatan Program Terpadu P2M-BG yang sudah diterima. Dengan adanya pertemuan rutin tiap wilayah,
perempuan
dapat
merumuskan
commit to user 135
sendiri
kegiatan
pelatihan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ketrampilan yang akan dilakukan, menentukan sendiri jumlah iuran yang akan digunakan untuk membeli bahan praktek, dan pada akhirnya produk dari hasil praktek tersebut kemuadian di pasarkan. Fasilitator juga nampak kreatif dalam pengajuan permohonan bantuan tambahan modal ke Provinsi Jawa Tengah. Pengajuan bantuan ini ditujukan untuk meningkatkan pendapatan atau profit usaha masyarakat mitra Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber. Keterbatasan dari pemupukan modal dalam pemberdayaan ekonomi kelompok merupakan hambatan yang dialami oleh masyarakat mitra untuk mengembangkan usahanya, sehingga manfaat ekonomi yang diperoleh belum maksimal. Sedikitnya modal yang diperoleh maka berpengaruh pada sedikitnya produk yang dihasilkan. Selain modal, pemasaran juga merupakan hambatan yang dialami masyarakat mitra, hal ini terjadi karena minim dan lemahnya jaringan sistem informasi pemasaran yang dialami oleh masyrakat mitra, serta redahnya kemampuan SDM dalam memasarkan produk. Terlihat pada pemasaran produk ketrampilan yang dilakukan oleh masyarakat mitra lingkupnya masih sangat terbatas yaitu hanya di dalam lingkup wilayahnya masing-masing.
commit to user 136
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang sudah dipaparkan dalam Bab III dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber secara garis besar dinyatakan berhasil, berjalan sesuai dengan rencana program. Pemberdayaan yang di kembangkan melalui Program Terpadu P2M-BG dalam pemberian pelatihan keterampilan untuk masyarakat mitra di Kelurahan Sumber sudah sesuai dengan tujuan program yaitu untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga menuju pada kesejahteraan, kesetaraan dan keadilan melalui kegiatan lintas
bidang pembangunan dalam upaya
penanganan
kemiskinan dengan fokus peningkatan kondisi, status, kedudukan dan partisipasi perempuan. Semua tahapan kegiatan dalam pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG telah dilaksanakan secara partisipatif dengan melibatkan partisipasi perempuan dalam rangkaian kegiatan Program Terpadu P2M-BG mulai dari tahap penyusunan data dasar, perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, evaluasi kegiatan dan pemanfaatan kegiatan. Partisipasi perempuan di Kelurahan Sumber tergolong cukup aktif. Masyarakat mitra dapat berpartisipasi secara baik dengan mengikuti seluruh rangkaian kegiatan, seperti menghadiri pertemuan yang diadakan, mengajukan pendapat dan penerimaan materi yang diajarkan oleh tutor
commit to user 137
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
atau pengajar dalam pelatihan ketrampilan. Bantuan peralatan yang diberikan oleh Pemerintah Kota juga sudah diberikan sesuai dengan jenis pelatihan yang didapatkan. Dengan diberikannya pelatihan ketrampilan dan bantuan berupa peralatan usaha, diharapkan masyarakat mitra dapat menggunakannya untuk mengembangkan usaha dan menambah pendapatan ekonomi dalam keluarga sehingga kesejahteraan keluarga dapat meningkat. Pemberdayaan ekonomi dilaksanakan secara swadaya oleh masyrakat mitra sebagai proses pemandirian perempuan bertujuan untuk meneruskan pelatihan ketrampilan yang sudah diperoleh dengan memanfaatkan bantuan peralatan yang sudah diberikan oleh Pemerintah Kota. Selain ketrampilan memasak, menjahit dan tata rias yang masyarakat mitra dapatkan dalam Program Terpadu P2M-BG, masyarakat mitra juga memperoleh bantuan tambahan dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang diwujudkan dengan bentuk usaha perikanan lele dan tanaman obat. Pemberian bantuan usaha tambahan tersebut sangat besar peranannya dalam meningkatkan pendapatan atau profit usaha. Tambahan modal dilakukan dengan asumsi bahwa masyarakat mitra mempunyai keinginan untuk meningkatkan produktifitas suatu usaha dengan tujuan untuk memaksimalkan tingkat keuntungan sehingga dapat memperbaiki perekonomian keluarga. Keterbatasan modal dalam pemberdayaan ekonomi kelompok merupakan hambatan yang dialami oleh masyarakat mitra untuk mengembangkan usahanya, sehingga manfaat ekonomi yang diperoleh belum maksimal. Sedikitnya modal yang diperoleh maka berpengaruh pada sedikitnya produk yang dihasilkan. Minim
commit to user 138
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan lemahnya jaringan sistem informasi pemasaran yang dialami oleh masyrakat mitra, serta redahnya kemampuan SDM dalam memasarkan produk juga merupakan hambatan yang dialami masyarakat mitra dalam bidang pemasaran. Dalam memasarkan produk dari hasil ketrampilan yang dilakukan oleh masyarakat mitra lingkupnya masih sangat terbatas yaitu hanya di dalam lingkup wilayahnya masing-masing saja. Pihak Bapermas, PP, PA dan KB kota Surakarta sebagai pengelola program juga belum terlihat untuk melakukan promosi dalam upaya memperkenalkan produk ketrampilan Program Terpadu P2M-BG ke masyarakat luas.
B. IMPLIKASI 1. Implikasi Teoritis Untuk melihat partisipasi perempuan dalam Program Terpadu P2MBG di Kelurahan Sumber, penelitian ini menggunakan pendapat yang dikemukakan oleh Dusseldorp, dimana partisipasi di klasifikasikan menjadi 9 tipe partisipasi. Akan tetapi, tidak semua tipe partisipasi ditemukan dalam penelitian, dalam penelitian di temukan 6 tipe partisipasi, diantaranya partisipasi spontan, partisipasi terbujuk, partisipasi terorganisir, partisipasi langsung, partisipasi sebagian dan partisipasi efektif. Dalam pendekatan tersebut, maka dapat dijelaskan bagaimana partisipasi perempuan di Kelurahan Sumber dalam melaksanakan serangkaian Program Terpadu P2M-BG yang digulirkan oleh Pemerintah Kota Surakarta.
commit to user 139
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selanjutnya dalam penelitian ini juga menggunakan pendekatan teori aksi. Teori aksi juga dikenal sebagai teori tindakan yang pada mulanya di kemukakan oleh Max Weber, kemudian di kembangkan lebih lanjut oleh Talcot Parson. Di dalam teori aksi dikemukakan bahwa aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma-norma mengarahkannya memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai tujuan yang kemudian disebut sebagai voluntarisme. Dari uraian di atas jelas terlihat bahwa masyarakat mitra yang ikut berperan dalam pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber dipandang sebagai aktor yang dalam menjalankan partisipasinya mempunyai tujuan untuk memenuhi atau meningkatkan kesejahteraan hidup keluarganya dengan memanfaatkan adanya program pelatihan ketrampilan dalam
Program
Terpadu P2M-BG di Kelurahan
Sumber.
Dalam
menjalankan partisipasinya tersebut, masyarakat mitra terkadang juga dibatasi oleh norma
yang ada
yang dapat mempengaruhi dalam
berpartisipasi terhadap Program Terpadu P2M-BG. Penelitian ini mendukung teori aksi yang telah dikemukakan diatas, dimana masyarakat mitra ikut berpartisipasi dengan mengikuti serangkaian kegiatan dalam Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber dengan tujuan untuk memenuhi atau meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Seseorang dapat dikatakan berpartisipasi apabila ikut dalam suatu kegiatan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian masyarakat mitra ikut hadir dalam mengemukakan usul atau pendapat dalam setiap kegiatan Program Terpadu
commit to user 140
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
P2M-BG sudah bisa dikatakan berpartisipasi, masyarakat mitra juga dapat dikatakan berpartisipasi yaitu dengan memanfaatkan bantuan peralatan yang diberikan dalam Program Terpadu P2M-BG serta bersedia untuk bertanggung jawab dengan pemberian bantuan tersebut, masyarakat mitra sudah dapat dikatakan berpartisipasi. 2. Implikasi Metodologis Penelitian
berjudul
Partisipasi
dan
Pemberdayaan
Ekonomi
Perempuan dalam Program Terpadu P2M-BG. Penelitian ini mengambil lokasi di RW I, RW II, RW III dan RW VI Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta. Alasan pemilihan lokasi di kelurahan tersebut karena Kelurahan Sumber merupakan kelurahan yang menjadi sasaran Program Terpadu P2M-BG tahun 2011, kemudian masyarakat mitra pelatihan ketrampilan Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber hanya diikuti oleh kaum perempuan saja. Jenis penelitian yang di gunakan adalah deskriptif kualitatif, penggunaan metode kualitatif dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang partisipasi dan pemberdayaan ekonomi perempuan dalam Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta. Data yang diperoleh dari penelitian ini berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui wawancara secara mendalam guna mengumpulkan data yang akurat dari informan dan responden yang terlibat langsung dalam kegiatan Program Terpadu P2M-BG. Sedangkan
commit to user 141
perpustakaan.uns.ac.id
data
sekunder
digilib.uns.ac.id
berupa
studi pustaka
dan
dokumen
sebagai
data
pendukungnya. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ditempuh melalui 3 cara yaitu wawancara
mendalam, pengamatan atau observasi dan
dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih secara langsung, dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas dan mendalam tentang beberapa aspek di dalam penelitian. Pengamatan atau observasi dilakukan dengan observasi non partisipan dimana peneliti tidak terlibat dalam peristiwa atau kehidupan dari responden, namun peneliti dapat memahami dan mencatat segala peristiwa yang dialami oleh responden. Sedangkan teknik dokumentasi dilakukan dengan melakukan pencatatan-pencatatan atau pengutipan dari dokumen yang ada di lokasi. Dokumen-dokumen yang dicatat dan dikutip dalam penelitian ini antara lain: data monografi penduduk, daftar mata pencaharian penduduk, peta lokasi, dan dokumen-dokumen lainnya yang menunjang penelitian ini. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purpossive sampling, penggunaan teknik ini guna mendapatkan informasi yang tepat, yang
dianggap
menguasai permasalahan
objek
penelitian.
Peneliti
mengambil 9 orang sampel yang terdiri dari 1 orang Tim Pengelola Program, 1 orang Tim Kelurahan dan 7 orang masyarakat mitra yaitu 2 orang Fasilitator Program dan 5 orang peserta ketrampilan. Agar data yang diperoleh valid, peneliti menggunakan validitas data triangulasi. Pengecekan
commit to user 142
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
data ini berguna untuk membandingkan antara jawaban dari responden dengan kenyataan yang diamati oleh orang-orang sekitar tempat tinggal responden. Pengecekan data ini diperoleh melalui wawancara dengan 2 orang fasilitator program dalam Program Terpadu P2M-BG , 1 orang Tim Pengelola Program dan 1 orang Tim Kelurahan Sumber. Analisis data yang akan digunakan oleh peneliti adalah analisa interaktif. Analisa data akan melalui tiga alur yaitu dimulai dari reduksi data berupa data kasar catatan-catatan di lapangan. Alur yang kedua yaitu penyajian data yaitu menyeleksi, menyingkirkan hal yang tidak perlu dan mengadakan pembobotan terhadap data yang diperoleh. Alur yang terakhir yaitu menarik kesimpulan atau verifikasi. Selain itu, peneliti juga menggunakan teknik analisa gender longwe yang merupakan suatu teknik analisis yang dikembangkan sebagai metode pemberdayaan perempuan dengan lima kriteria analisis yaitu dimensi kesejahteraan, akses, kesadaran kritis, partisipasi dan kontrol. Teknik analisa Longwe dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui bagaimana pemberdayaan perempuan dan makna persamaan dalam praktek serta seberapa jauh suatu intervensi akan mendukung pemberdayaan. 3. Implikasi Empiris Semua tahapan Program Terpadu P2M-BG menimbulkan partisipasi perempuan. Dalam tahap penyusunan data dasar, perempuan dilibatkan untuk menjadi fasilitator Program Terpadu P2M-BG untuk mendampingi
commit to user 143
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masyarakat mitra lainnya. Partisipasi perempuan juga terlihat dari seleksi peserta dalam mengikuti Program Terpadu P2M-BG. Dalam tahap perencanaan kegiatan, perempuan dilibatkan dalam pertemuan sosialisasi program yang diadakan oleh Pemerintah Kota. Walaupun dalam pertemuan sosialisasi sebagian perempuan di Kelurahan Sumber cenderung pasif. Perempuan kurang berani mengemukakan ide mereka karena adanya perasaan kurang percaya diri untuk berpendapat di depan umum. Perempuan hanya sebatas ikut hadir dalam kegiatan Program Terpadu P2M-BG untuk mendengarkan dan ikut menerima atau menyetujui keputusan dari Pemerintah Kota. Pada tahap pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG, perempuan banyak ikut terlibat di dalamnya. Mereka ikut aktif menyumbangkan tenaga dan materi yang mereka miliki untuk kelancaran kegiatan pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG dengan pemberian ketrampilan yang diberikan oleh Pemerintah. Materi pemberian ketrampilan yang diajarkan oleh tutor dapat diterima dan di praktekkan oleh masyarakat mitra. Tahap evaluasi program juga sudah terlihat partisipasi perempuan. Masyarakat mitra dilibatkan untuk mengikuti berbagai lomba ketrampilan yang diadakan oleh pihak Pemkot di Balaikota Surakarta. Untuk tahap pemanfaatan hasil Program Terpadu P2M-BG juga sudah terlihat partisipasi perempuan di Kelurahan Sumber ini. Pemberian bantuan yang diberikan oleh Pemkot sudah menghasilkan manfaat ekonomi oleh perempuan. ada yang sudah membuka warung dengan bantuan yang di
commit to user 144
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berikan, akan tetapi penggunaan bantuan tersebut memang kurang maksimal. Hal ini terjadi karena kurangnya modal yang dimiliki oleh masyarakat mitra. Setelah pemberian bantuan sudah dilakukan kemudian perempuan memiliki inisiatif untuk melakukan pemberdayaan ekonomi di lingkungan mereka sebagai kelanjutan dari program kegiatan Program Terpadu P2MBG yang sudah terlaksana. Pemberdayaan ekonomi di semua wilayah sasaran Program Terpadu P2M-BG di kelurahan Sumber sudah terlaksana, hanya saja RW I belum melaksanakannya. Penentuan Jadwal pertemuan rutin tiap wilayah diputuskan secara bersama-sama oleh masyarakat mitra lainnya, pertemuan rutin diadakan 1 kali per bulan, mengenai penetapan tanggalnya itu berbeda-beda berdasarkan keputusan tiap wilayahnya sendiri. Pertemuan rutin selalu dihadiri oleh fasilitator program. Iuran dalam pertemuan rutin sebesar Rp. 2000,- tiap pertemuan. Besaran iuran juga berdasarkan keputusan bersama. Ketrampilan yang dipraktekkan hanya ketrampilan memasak dan menjahit. Dalam pertemuan rutin tiap wilayah, praktek untuk ketrampilan dilakukan setelah 3 kali pertemuan dan dilakukan secara bergantian. Hal ini dikarenakan sedikitnya modal yang ada. Selain adanya pertemuan rutin tiap wilayah, masyarakat mitra juga mendapatkan bantuan modal dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang diwujudkan usaha perikanan lele. Bantuan tersebut diperoleh dengan pengajuan proposal ke Pemerintah Provinsi Jawa Tengah oleh fasilitator untuk tambahan usaha Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber.
commit to user 145
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain mendapatkan bantuan dari Pemerintah Provinsi, masyarakat mitra juga mendapatkan bantuan dari Dinas Pertanian berupa tanaman obat. Adapun hambatan-hambatan yang ditemukan dalam Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber. Hambatan tersebut dapat berasal dari masyarakat mitra maupun dari Pemkot. Kurangnya modal yang berdampak dalam pengembangan usaha dan minimnya informasi pemasaran merupakan hambatan yang dialami oleh masyarakat mitra. Selain itu, pihak Pemkot juga mengalami hambatan pada tahap perencanaan program yaitu kurangnya informasi yang diterima oleh masyarakat mengenai kegiatan Program Terpadu P2M-BG, sehingga masih terdapat masyarakat yang belum paham mengenai kegiatan dalam Program Terpadu P2M-BG.
C. SARAN Dari hasil penelitian yang telah diuraikan diatas, penulis mencoba untuk mengajukan beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG ke depannya: 1. Masyarakat Mitra a. Sosialisasi program merupakan upaya mengkomunikasikan kegiatan untuk menciptakan dialog dengan masyarakat. Sosialisasi program yang dilaksanakan dapat membatu pemahaman masyarakat tentang hal-hal yang berkaitan dengan Program Terpadu P2M-BG. Melalui Sosialisasi yang diberikan oleh Pemerintah hendaknya di manfaatkan oleh masyarakat. Masyarakat seharusnya lebih bersikap aktif dalam
commit to user 146
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyampaikan pendapat mengenai program yang akan dilaksanakan sesuai dengan yang mereka inginkan, hal ini dilakukan untuk menghindari agar tidak terjadi salah informasi mengenai pelaksanaan program. Sehingga masyarakat benar-benar paham dan mengerti tentang pelaksanaan pemberdayaan dalam Program Terpadu P2M-BG ini. b. Dengan diberikannya pelatihan ketrampilan dan pemberian bantuan peralatan usaha dalam Program Terpadu P2M-BG dapat berpengaruh terhadap meningkatnya pendapatan usaha. Dengan demikian pelatihan yang sudah ada masih perlu dilakukan dan lebih ditingkatkan lagi. Pengelolaan manajemen yang baik dalam mengatur dan mengelola program sangat diperlukan dalam proses pemberdayaan ekonomi karena dapat berpengaruh terhadap pendapatan usaha yang diperoleh. 2. Pemerintah Kota a. Menurut hasil penelitian, Pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber masih terfokus pada perempuan, sehingga Program Terpadu P2M-BG di Kelurahan Sumber belum dapat dikatakan berperspektif gender. Hal ini dapat dilihat dari masyarakat mitra atau peserta dalam pelatihan ketrampilan hanya diikuti oleh perempuan. Untuk pelaksanaan Program Terpadu P2M-BG kedepannya dalam melakukan seleksi peserta pelatihan ketrampilan diharapkan dapat mencakup semua jenis kelamin, baik laki-laki atau perempuan.
commit to user 147
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Dengan diadakannya pemberian pelatihan ketrampilan dalam Program Terpadu P2M-BG terbukti dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat mitra melalui penerimaan bantuan modal usaha yang diberikan
Pemerintah.
Pemerintah
diharapkan
mampu
untuk
menambah alokasi anggaran dalam menampung para masyarakat yang ingin berpartisipasi dengan mengikuti pelaksanaan kegiatan Program Terpadu P2M-BG di tahun-tahun yang akan datang, c. Strategi pemasaran sangat penting untuk mendukung kesuksesan usaha yang dijalankan. Peran serta dari pemerintah sangat diperlukan untuk membantu memasarkan produk ketrampilan Program Terpadu P2M-BG dengan cara merekomendasikan untuk menggunakan produk Program Terpadu P2M-BG dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah.
commit to user 148