ISSN 1978-869X MAJALAH / JURNAL
GENERASI KAMPUS VOLUME 6, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013
DITERBITKAN OLEH : PEMBANTU REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN, UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, TAHUN 2013
MAJALAH/JURNAL
GENERASI KAMPUS
ISSN 1978-869X
(CAMPUS GENERATION) VOLUME 6, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013 APRIL 2011
Terbit Dua kali setahun pada bulan April dan September. Berisi ringkasan hasil penelitian, gagasan kopseptual, kajian teori, aplikasi teori yang dimuat dalam Majalah/jurnal Generasi Kampus . Pelindung
:
Rektor Unimed (Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si.)
Pengarah
: *Pembantu Rektor 1 Unimed (Prof. Dr.Khairil Ansari, M.Pd). *Pembantu Rektor 2 Unimed (Drs. Chairul Azmi, M.Pd). *Pembantu Rektor IV Unimed (Prof. Dr. Berlin Sibarani, M.Pd)
Penanggung jawab :
Pembantu Rektor III Unimed (Prof. Dr. Biner ambarita, M.Pd.)
Ketua Penyunting
:
Pardomuan N. J. M. Sinambela, S.Pd M.Pd
Sekretaris Penyunting
:
Tappil Rambe, S.Pd, M.Si
Penyunting Pelaksana : *Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd *Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd *Drs. Wanapri Pangaribuan, M.T., M.M. *Lamhot Basani Sihombing, S.Pd, M.Pd. *Dr. Paningkat Siburian, M.Pd *Dr. Sukarman Purba *Syamsul Gutom SKM, M.Kes. * PD 3 FIP, *PD 3 FBS, *PD 3 FT, *PD 3, *PD 3 FIS *PD 3 FIK, dan *PD 3 FE Penyunting Ahli : Prof. Selamat Triono, M.Sc, PhD (Universitas Negeri Medan) Prof. Dr. Hamka (Universitas Negeri Padang) Dr. Herminarta Sofyan (Universitas Negeri Yogyakarta) Prof. Yusuf Sudo Hadi (Institut Pertanian Bogor) Eddy Nur Ilyas, S.H, M.Hum (Universitas Syah Kuala Darussalam B. Aceh) Ir. H.RB. Ainurrasyid, NIS (Universitas Brawijaya) Syarif A. Barmawi, S.H, M.Si (Universitas Pajajaran Bandung) Prof. Dr. H.R. Boenyamin (Universitas Jendral Sudirman) Kontributor : *Samrah, S.Pd. *Nurhaida, SH, M.Kn. *Surbita, SH. *Dra. Hayati Tamba. *Dra. Susiarni. *Nusawati BA. *Drs. Idrus. *Dra.Nismawarni Harahap. * Pelaksana Tata Usaha Alamat
:
Bani Ismail; Dewita Rita
Tata Usaha : Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Medan, Lantai 3. Jln. Williem Iskandar, Pasar V, Medan Estate. Kotak Pos 1589, Medan 20221. Telp : (061) 6613276, 6613365, 6618754. Fax : (061) 6613319.
e-mail :
[email protected]
Penyunting
menerima
sumbangan
tulisan
yang
belum
pernalh
diterbitkan media
dalam cetak
lain.
Naskah diketik dengan spasi 1,5 pada kertas A4
dengan
jumlah
halaman 10-15. (lebih jelas
baca
petunjuk
bagi
penulis
pada
sampul
dalam
belakang).
Naskah
yang masuk di evaluasi oleh
penyunting
ahli.
Penyunting
dapat
melakukan
perubahan
pada
tulisan
yang
SURAT DARI REDAKSI
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas Rahmat dan PetunjukNya, sehingga Jurnal Generasi Kampus Volume 6 Nomor 2 September tahun 2013 dapat terbit sesuaidengan harapan kita bersama. Jurnal merupakan salah satu media ilmiah yang menyuguhkan artikel hasil penelitian dan artikel non hasil penelitian (kajian teori) yang menjelaskan berbagai fenomena bidang pendidikan maupun non pendidikan. Pada kesempatan yang baik inidisampaikan terima kasih kepada para penulis, penyunting pelaksana, dan para penyunting ahli yang telah membantu dalam rangka penyusunan artikel pada jurnal ilmiah ini. Dalam jurnal Volume 6 Nomor 2 September 2013 ini akan disuguhkan beberapa artikel diantaranya adalah : 1) Profesionalisme, Esensi Kepemimpinan, dan Manajemen Organisasi, 2) Kurikulum 2013 dan Implementasinya dalam Pembelajaran, 3) Peningkatan Komitmen Organisasi Kepala Sekolah Efektif pada Era Globalisasi, 4) Peningkatan Kualitas Bernalar Mahasiswa dalam Penulisan Karya Ilmiah, 5) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII, 6) Suatu Pendekatan Strategi dan Metode Pendidikan Seni Melalui Kegiatan Bernyanyi sebagai Aspek-Aspek Pengembangan Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini, 7) Menghentikan Kebiasaan Merokok dengan Behaviour Therapy, 8) Suatu Upaya dalam Pelaksanaan Pengajaran dan Pembelajaran Pendidikan Seni Musik Berbasis Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa di Sekolah-Sekolah Maupun Lembaga-Lembaga Pendidikan di Indonesia, 9) Upaya Pembentukan Karakter Melalui Olahraga Permainan Kecil pada Siswa SD, 10) Penekanan Unsur Dekoratif melalui Aplikasi Ornamen Ulos Batak Toba pada Perancangan Busana, 11)
Meningkatkan Aktivitas Belajar Peserta Didik melalui Media Pembelajaran. Kiranya Jurnal Generasi Kampus Volume 6 Nomor 2 September 2013 dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan dalam rangka pemberdayaan dunia pendidikan
Medan,
September 2013
Penanggungjawab Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan UNIMED,
Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd. NIP. 19570515 198403 1 004
i
ISSN 1978-869X MAJALAH/JURNAL
GENERASI KAMPUS (CAMPUS GENERATION) V VOLUME 1, NOMOR 1, APRIL 2008 IL 2008
VOLUME 6, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013 Daftar Isi Biner Ambarita Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela Paningkat Siburian Wanapri Pangaribuan Jongga Manullang Yasifati Hia Lamhot Basani Sihombing
Syamsul Gultom Danny Ivanno Ritonga
Dewi Endriani Indah Verawati Yetti Pangaribuan Johannes Jefria Gultom
Profesionalisme, Esensi Kepemimpinan, dan Manajemen Organisasi Kurikulum 2013 dan Implementasinya dalam Pembelajaran Peningkatan Komitmen Organisasi Kepala Sekolah Efektif pada Era Globalisasi Peningkatan Kualitas Bernalar Mahasiswa dalam Penulisan Karya Ilmiah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII Suatu Pendekatan Strategi Dan Metode Pendidikan Seni Melalui Kegiatan Bernyanyi Sebagai AspekASpek Pengembangan Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini Menghentikan Kebiasaan Merokok dengan Behaviour Therapy Suatu Upaya dalam Pelaksanaan Pengajaran dan Pembelajaran Pendidikan Seni Musik Berbasis Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa di SekolahSekolah Maupun Lembaga-Lembaga Pendidikan di Indonesia Upaya Pembentukan Karakter Melalui Olahraga Permainan Kecil pada Siswa SD Penekanan Unsur Dekoratif melalui Aplikasi Ornamen Ulos Batak Toba pada Perancangan Busana
Meningkatkan Aktivitas Belajar Peserta Didik melalui Media Pembelajaran
ii
1-16 17-29 30-40 41-50 51-62
63-74 75-81
82-98
99-104 105-111 112-121
1 PEMIMPINAN DAN PROFESIONALISME, ESENSI KEPEMIMPINAN, DAN MANAJEMEN ORGANISASI Biner Ambarita Abstrak Wujud pembangunan generasi muda Indonesia agar insan yang professional adalah (a) pemberdayaan pemuda untuk membangkitkan potensi pemuda untuk berperan serta dalam pembangunan. (2) Pengembangan pemuda untuk menumbuhkembangkan potensi manajerial, kewirausahaan dan kepeloporan pemuda, dan (3) perlindungan pemuda menolong pemuda dalam menghadapi demoralisasi, degradasi nasionalisme, tindakan destruktif, regenerasi dan perlindungan hak dan kewajiban pemuda. Jadi dengan demikian diharapkan di masa depan akan lahir pemimpin-pemimpin bangsa dari generasi muda yang berwawasan kebangsaan, cinta tanah air, yaitu pemuda yang memiliki sikap intelektualitas, dan perilaku yang luhur Kata Kunci: Profesionalisme, Kepemimpinan, Pemuda. A. PENDAHULUAN Era
globalisasi
yang
penuh
menyertakan
pemuda
baik
diminta
persaingan ini, kekuatan ekonomi suatu
maupun secara sukarela aktif di dalamnya.
negara
dari
Bahkan sering sekali pada kesempatan
kemampuan teknologi dan inovasi yang
penting pemuda Indonesia lahir ide,
dimiliki bangsa tersebut. Terkait dengan
semangat dan kepemimpinan berpikir
hal tersebut untuk mendorong akselerasi
jernih dan bebas dalam menuangkan
kemakmuran
segala bentuk ide serta gagasannya dalam
sesungguhnya
bangsa,
berakar
maka
kekuatan
IPTEKS dan inovasi bangsa tersebut perlu ditempatkan
menjadi
utama
Pemuda sebagai agen perubahan
ekonomi. Pemuda yang dipelopori para
akan mampu melakukan inovasi yang
mahasiswa, harus dapat mengambil peran
signifikan berupa sistem atau perangkat-
penting dalam perkembangan IPTEKS di
perangkat pendukung. Organisasi adalah
masa mendatang, Negara dan bangsa
sarana paling efektif untuk menginisiasi
memerlukan orang-orang yang berkualitas
dan melakukan perubahan tersebut. Terkait
untuk
dan
dengan hal tersebut peran organisasi yang
melanjutkan cita-cita perjuangan mencapai
konsisten tentu saja sangat mendukung
tujuan nasional.
perubahan atau inovasi yang diharapkan
membangun
Pemuda
kekuatan
membangun bangasa dan negara.
bangsa
Indonesia
adalah
masyarakat.
kelompok usia yang memiliki nilai serta
Deklarasi Pemuda yang pernah
posisi yang strategis dalam masyarakat.
dicetuskan pada tanggal 23 Juli 1973
Sejarah perjalanan bangsa Indonesia selalu
antara lain menyebutkan bahwa, selaku
Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
2 generasi muda masa kini adalah keharusan
merupakan salah satu faktor penggerak
menyatukan tenaga dan pikiran untuk ikut
sesuatu yang lebih berarti untuk mencapai
serta mengisi kemerdekaan dengan lebih
cita-cita bangsa Indonesia, menuju jenjang
segera mempercepat pembangunan dan
yang lebih tinggi bermartabat, berkarakter,
kemajuan masyarakat.
jujur dan berkeadilan sosial.
Pemuda
menyadari
sepenuhnya
akan panggilan sebagai kaum muda yang B. PROFESIONALISME PEMUDA Profesionalisme berasal dari kata profesional yang mempunyai makna yaitu berhubungan
dengan
profesi
sesuai bidang tugasnya dan mendapat gaji sesuai kebutuhan hidupnya.
dan
Profesionalisme
adalah
sebutan
memerlukan kepandaian khusus untuk
yang mengacu kepada sikap mental dalam
menjalankannya, (KBBI,1994).Sedangkan
bentuk komitmen dari para anggota suatu
profesionalisme
profesi untuk senantiasa mewujudkan dan
adalah
tingkah
laku,
keahlian atau kualitas dan seseorang yang
meningkatkan
professional.
dapat
Seorang yang memiliki profesionalisme
didefinisikan sebagai mutu, kualitas, dan
yang tinggi, akan tercermin dalam sikap
tindak tanduk yang merupakan ciri suatu
mental
profesi atau ciri orang yang professional.
perwujudan
Terkait dengan definisi di atas kata
professional melalui berbagai cara dan
profesional sendiri berarti bersifat profesi,
strategi. Hal ini selalu mengembangkan
memiliki karena
Profesionalisme
kualitas
serta
profesionalnya.
komitmenya
dan
peningkatan
terhadap kualitas
keahlian
dan
keterampilan
dirinya
pendidikan
dan
latihan,
perkembangan
zaman
sehingga
keberadaannya
senantiasa
memberikan
dan
mendapat bayaran karena keahliannya. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa
sesuai
dengan
tuntutan
makna profesional.
profesionalisme
Organisasi adalah sebuah sistem
memiliki dua kriteria pokok, yaitu: (1)
yang hidup. Organisasi tidak hidup dalam
keahlian dan (2) pendapatan . Kedua hal
ruang
itu merupakan satu kesatuan yang saling
dalamnya
berhubungan. Artinya seseorang dapat
ditopang dengan sarana dan prasarana
dikatakan memiliki profesionalisme ketika
yang dibutuhkan dan harus dikendalikan
memiliki dua hal pokok tersebut, yaitu;
karena
keahlian
komputer setelah diinstal program dapat
(kompetensi)
dan
kelayakan
kosong. ada
manusia
dan
sistem
entitas
bukan
yang
manusia
mesin
di
yang
atau
berjalan sendiri dan tidak terpengaruh Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
3 dengan sistem luar, manusia dianugerahi
untuk: (1) menanamkan rasa cinta pada
dengan akal manusia tidak dapat hidup
Tuhan dan kebenaran, (2) menumbuhkan
dengan model kacamata kuda yang hanya
sikap
melihat satu arah, tetapi manusia akan
mandiri, (3) menumbuhkan sikap amanah
terpengaruhi oleh sistem luar meski sudah
dan kejujuran, (4) menumbuhkan rasa
bertekad hanya melihat satu arah.
hormat
tanggung
dan
jawab,
sopan
disiplin
santun,
dan
(5)
pemuda
menumbuhkan sikap kasih sayang, peduli
Indonesia agar profesionalisme pemuda
dan kerja sama, (6) mengembangkan rasa
dapat berkembang dapat dilakukan dengan
percaya
cara: (1) membangun moral dan budi
menyerah, (7) membangun sikap adil dan
pekerti luhur dan suci, (2) membangun
kepemimpinan, (8) menumbuhkan sikap
sarana prasarana fisik dan nonfisik dengan
rendah hati dan (9) membangun sikap
mengedepankan kepentingan bangsa dan
toleransi dan cinta damai.
Strategi
negara
di
pembangunan
atas
kepentingan
pribadi,
diri,
kreatif
dan
pantang
Mencermati wawasan kebangsaan
kelompok atau golongan, (3) membangun
dari pemuda yang merupakan
sumber daya manusia dengan keteladanan,
pandang pemuda
solidaritas, gotong royong, sopan santun,
dirinya yang bersifat dinamis, senantiasa
ramah tamah, saling menghormati, dan
mengikuti
saling
selalu berinteraksi dengan seluruh dimensi
menghargai,
dan
memelihara
cara
terhadap eksistensi
perkembangan
zaman
kepekaan sosial, (4) membangun semangat
kehidupan
juang dan cinta tanah air, dan (5)
kebangsaan Indonesia adalah cara pandang
membangun future mapping sebagai blue
yang harus dimiliki oleh setiap pribadi
print for nation character building.
warga negara Indonesia yang berjiwa
Prioritas
pembangunan
masyarakat.
dan
Wawasan
pancasila.
kepemudaan Indonesia menuju pemuda
US Development health and human
yang mempunyai profesionalisme meliputi
service, (2000), di mana Competency
dua hal yaitu: (1) Character building atau
improvement
pembangunan watak pemuda Indonesia.
pengembangan pemuda agar memiliki (1) kecerdasan intelektual, (2) kemampuan
pemuda
membaca, (3) kemampuan matematika, (4)
Indonesia agar memiliki daya saing di
bisa dipercaya dan disiplin, (5) mampu
tingkat nasional dan global.
bekerja sama, (6) mampu menerima dan
pengembangan
Character
Improvement
upaya
atau
(2)
Competency
merupakan
kemampuan
building
merupakan
upaya pengembangan perilaku karakter
melaksanakan kewajiban, (7) memiliki motivasi
kuat,
(8)
kemampuan
Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
4 komunikasi, (9) mandiri, dan (10) mampu
generasi muda Indonesia menjadi generasi
menyelesaikan masalah dalam profesinya.
penerus
Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan
professional dan didukung oleh etika
pemuda dari dua sisi tersebut diharapkan
moral yang terpuji.
pembangunan
bangsa
yang
C. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI PEMUDA INDONESIA Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
teknologi
dan
seni
permasalahn yang kita hadapi dalam konteks
character
(2008)
mengatakan
materialisme
building (1)
Sakhyan
adanya
dan
arus
para pemuda adalah: (1) meningkatnya kekarasan
di
ketidakjujuran
kalangan yang
remaja,
(2)
merajalela,
(3)
menurunnya rasa hormat kepada orang tua, guru
dan
pemimpin,
(4)
tindakan
hedonisme
kekerasan, (5) meningkatnya rasa saling
nasionalisme
curiga dan kebencian, (6) penurunan etos
para pemuda sehingga menurunkan rasa
kerja, (7) menurunkan rasa tanggungjawab
persaudaraan
tajamnya
sebagai individu dan warga negara, (8)
individualisme. (2) ketidakmampuan para
perilaku merusak diri dengan narkoba, dan
pemuda dalam menyesuaikan diri dengan
seks bebas, dan (9) semakin kaburnya
peluang partisipasi politik yang makin
pedoman moral. Sedangkan dari perspektif
terbuka
ekonomi, permasalah pemuda sekarang ini
mengakibatkan
di
redupnya dan
era
menimbulkan
semakin
reformasi,
sehingga
anarkhisme,
tindak
adalah:
(1)
adanya
ledakan
jumlah
kekerasan, dan liberalisme. (3) banyaknya
penduduk yang tidak seimbang dengan
rintangan untuk menjadi pelaku ekonomi
lapangan
yang mandiri sehingga menurunkan etos
pengangguran
kerja pemuda.
meningkatnya angka kemiskinan yang
Hal senada juga disampaikan oleh Lickona (1992) yang mengemukakan
kerja,
sehingga tinggi,
angka
dan
(2)
mencapai angka hingga 40% dari jumlah penduduk.
bahwa permasalahan umum yang dihadapi D. TANTANGAN YANG DIHADAPI PEMUDA DALAM PERUBAHAN KEMAJUAN ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN SENI Pemuda merupakan generasi sosial dalam masyarakat, tetapi pemuda agent
of
change
(agen
penerus suatu bangsa, bila pemuda lemah
merupakan
maka bangsa itu sendiri akan lemah.
perubah) dan agent of social control (agen
Pemuda
terhadap
kontrol sosial). Perlu kita cermati dalam
kelangsungan suatu bangsa. Sesungguhnya
perjuangan bangsa Indonesia, pemuda
pemuda bukan sekedar bagian dari lapisan
selalu menempati peran yang sangat
sangat
berpengaruh
Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
5 strategis dari setiap peristiwa penting yang
berkembangan
terjadi. Bahkan dapat dikatakan bahwa
pembangunan bangsa dan negara.
pemuda menjadi tulang punggung dari keutuhan
perjuangan
berbagai
sektor.
bangsa
dalam
Sejarah
telah
dalam
Perkembangan
mengisi
IPTEKS
telah
banyak membantu meningkatkan kualitas dan
kesejahteraan
kehidupan
umat
membuktikan, bahwa diberbagai belahan
manusia di dunia. Namun bersamaan
dunia,
dengan
perubahan
sosial
politik
hal
tersebut,
penerapan
dan
menempatkan pemuda di garda depan.
pemanfaatan
Peranannya menyeluruh, tidak hanya mata
IPTEKS yang pesat selama ini, telah
air, tapi juga hulu, hilir sampai muara,
melahirkan tuntutan dan kesadaran baru
bahkan pemuda sebagai sumber energi
akan
perubahan. Bahkan Bung Karno (Presiden
dimensi spiritualitas serta moralitas dalam
RI Pertama) mengungkapkan Beri aku
pengalaman
sepuluh
negara maju. Kemajuan IPTEKS yang
pemuda,
maka
akan
kuguncangkan dunia
pesat
Sejak era reformasi bergulir tahun
hasil-hasil
pentingnya
perkembangan
landasan
etika
pembangunan
tersebut, juga
dibanyak
ditandai
global yang glamour.
peran luar biasa. Banyak orang kecewa
Sejarah
membuktikan,
bahwa dan
karena reformasi tidak berjalan sesuai
penguasaan,
pengembangan
dengan
pendayagunaan
IPTEKS
pencerahan
proses
tidak
didasari moralitas, etika spiritualitas, akan
Sekarang
dapat membawa manusia atau suatu
pemuda lebih cenderung berperan sebagai
bangsa menuju penderitaan, kesengsaraan
kelompok politik, dan sedikit sekali yang
dan kehancuran. Harapan kita semua para
melakukan peranan sebagai kelompok
pemuda Indonesia harus senantiasa berada
sosial, intelektual, dan pencerahan dalam
di dalam jalur nilai-nilai kemanusiaan,
peningkatan
keagamaan, serta berkarakter.
belum
berbangsa
yang
dan
bernegara,
kehidupan
dan
dengan
berkembangnya sikap dan gaya hidup
1998, di mana pemuda juga mempunyai
yang diharapkan
dan
terwujud.
keilmuan,
sehingga
kemandirian pemuda saat ini sangat sulit E. ESENSI DAN URGENSI KEPEMIMPINAN PEMUDA Kepemimpinan pemuda merupakan
dalam
perspektifnya
serta
melakukan
modal dasar yang sangat penting untuk
kepemimpinan partisipasif sejauh mana
menjalankan fungsi dan usaha untuk
pemimpin
mengkaji berbagai masalah kepemimpinan
mengambil keputusan bersama dengan
membagi
kekuasaan
Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
dan
6 para anggota (pengikut) sehingga kedua
Kepemimpinan
pemuda jiwa
zaman
belah pihak antara pemimpin dan anggota
disesuaikan
dapat memahami implikasi-implikasi yang
mengingat sekarang ini kita hidup sebagai
ada
sehingga
keefektifitan
kita
pada
pemuda pada zaman modern yang realita
besar
bagi
kehidupan makin kompleks, dan penuh
menghantar yang
lebih
dengan
harus
resiko. Hal ini sejalan dengan pendapat
organisasi. Kita ketahui bahwa pemuda saat ini
Giddens Modernity is a risk culture.
adalah pemimpin masa depan. Bahkan
Modernitas memang mengurangi resiko
Presiden RI pertama Soekarno pernah
baru pada sendi sendi kehidupan dan cara
mengatakan beri aku 10 pemuda maka
hidup, tetapi membawa parameter resiko
akan aku goncangkan dunia. Terkait
yang baru yang tidak dikenal pada era
dengan hal tersebut, keberadaan kaum
sebelumnya,
muda
mengawal
ketangguhan, baik mental maupun fisik,
keberlanjutan suatu negara, dan peluang
dan pemuda harus mampu mengambil
ini harus dimanfaatkan pemuda saat ini.
jalan yang penuh resiko. Kepemimpinan
Peluang ini mempertemukan berakhirnya
boleh berada di depan, boleh di tengah,
umur generasi tua untuk menyambut
dan boleh di belakang, seperti ungkapan
pergantian
ing ngarso sung tulodo,ing madyo mangun
sangat
vital
generasi
dalam
muda
menjaga
perputaran sejarah dengan ukiran-ukiran
untuk
itu
diperlukan
karso, dan tut wuri handayani.
prestasi baru.
F. KEPEMIMPINAN PEMUDA Secara konseptual, kepemimpinan dapat dikatakan kemampuan seseorang (pemimpin)
untuk
mempengaruhi,
dalam mendukung tercapainya visi, misi dan tujuan organisasi. Pertama, seorang pemimpin harus
mengarahkan dan memotivasi orang lain
mampu
(bawahan),
mau
terutama para bawahanya, baik melalui
yang
unsur perintah maupun tindakan. Namun
diharapkan atau diinginkan oleh pemimpin
demikian, perlu dipahami bahwa derajat
sesuai dengan visi, misi dan tujuan
keterpengaruhan pihak lain atau para
organisasi. Konsep tersebut mengandung
bawahan
sejumlah makna yang sangat substantif
ditentukan oleh wibawa dan keteladanan
mengikuti
sehingga dan
mereka
melakukan
apa
mempengaruhi
tersebut
pihak
lain,
sesungguhnya akan
seorang pemimpin. Jadi, kita jangan terlalu Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
7 berharap seorang pemimpin akan diikuti
memberikan
kehendak dan keinginannya, kalau tidak
pemimpin untuk dapat mendorong dan
menampilkan
merangsang
bawahannya,
sehingga
wibawa terhadap bawahannya. Bawahan
mereka
melaksanakan
tugasnya
akan mengikuti kehendak dan keinginan
dengan baik. Lantas mengapa faktor
pemimpinnya karena merasa terpaksa
kepemimpinan menjadi faktor esensial
sosok
keteladanan
dan
penguatan
mau
bagi
seorang
Kedua, seorang pemimpin harus
bagi seorang pemuda?. Adakah benang
mampu mengarahkan bawahan pada saat
merah antara tugas pokok seorang pemuda
melaksanakan
dengan
pekerjaannya.
Perlu
aspek-aspek
kepemimpinan?.
dicermati dan dipahami bahwa tidak
Sementara asumsi umum yang tampak
semua
melaksanakan
dipermukaan, bahwa seorang pemuda
Dibutuhkan
lebih banyak bersentuhan dengan tugas-
bawahan
tugasnya
dapat
secara
mandiri.
arahan dan bimbingan dari
pemimpin
tugas
yang
bersifat
administratif
sehingga mereka melaksanakan tugasnya
ketimbang
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Setidaknya ada dua argumentasi yang
Kalau semua pegawai (bawahan) sudah
dapat
memiliki tingkat kemandirian yang tinggi,
kemudian seorang pemuda membutuhkan
seorang pemimpin juga harus mencermati
aspek-apek leadership dalam menjalankan
apakah
tugasuya.
mereka
memiliki
persamaan
tugas-tugas
dijadikan
manajerial.
landasan,
mengapa
Pertama, tugas seorang pemuda
persepsi serta mampu melakukan kerja
ikut
mencerdaskan
kehidupan
sama dan koordinasi sehingga terbangun
adalah
sinergitas dalam mencapai visi, misi, dan
bangsa
tujuan organisasi ?
melalui berbagai aksi nyata, seperti: (1)
Ketiga, seorang pemimpin dituntut
yang
dapat
dimanifestasikan
disiplin tinggi, (2) bertanggung jawab , (3)
motivasi
membantu dan membina anak-anak, atau
kepada bawahan, agar mereka terdorong
kaum miskin, (4) memiliki prilaku yang
dan
dilandasi jiwa sapta marga.
untuk
mampu
memberikan
terangsang
energinya
dalam
Kedua, seorang pemuda dituntut
mendukung tercapainya visi, misi, dan tujuan
organisasi.
Secara
psikologis,
untuk
mampu
melakukan
berbagai
seseorang dapat termotivasi ada dua hal,
terobosan dalam bidang IPTEKS dan
yang perlu diberikan motivasi dalam
mendukung
bentuk materi penghargaan bentuk lain.
manusia anggaran dari fasilitas, misalnya
Sinergitas rangsangan
inilah
kedua
bentuk
yang
biasanya
membangun,
penguatan
sumber
mengembangkan
daya atau
akselerasi pola kerja sama dengan berbagai
Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
8 institusi, baik pemerintah maupun swasta
dibutuhkan pemuda yang berkarakter, dan
yang diterjemahkan melalui program hibah
pemimpin masa depan bangsa.
atau
bantuan
kalau
Kualitas kepemimpinan seorang
memungkinkan, membangun kerja sama
pemuda, antara lain dapat dicermati dari
dengan
enam karakteristik, sebagai berikut (1)
pihak
lainnya. Bahkan luar
negeri.
Kedua
argumentasi inilah yang sesungguhnya
visioner,
mengilhami urgensi peningkatan kualitas
intelektual & emosional, (3) memiliki
kepemimpinan di lingkungan pemuda.
kecerdasan enterpreneur, (4) memiliki
Karakteristik kepemimpinan pemuda yang
cerdasan dalam mengambil keputusan, (5)
berkualitas harus mampu menterjemahkan
memiliki integritas & moralitas, dan (6)
.Tugas besar yang akan diemban pemuda
tangguh & konsisten.
(2)
memiliki
kecerdasan
sebagaimana dipaparkan di atas dan Kepemimpinan pemuda dapat dicermati pada gambar berikut ini :
Gambar.1. Kepemimpinan Pemuda Bagian bagian kepemimpinan pemuda dalam gambar di atas untuk membangun kebangsaan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Bersifat Visioner
harus
Seorang pemuda yang berkualitas
perubahan, yang dimanifestasikan melalui
memiliki
upaya
karakteristik
visioner,
penataan,
pengembangan
dan
artinya memiliki jangkauan pemikiran jauh
penyempurnaan. Bahkan dalam konteks
ke depan dan cermat mempertimbangkan
tertentu harus berani untuk mengganti atau
berbagai potensi yang dimiliki, tantangan,
mengubah
kendala yang dihadapi serta peluang yang
sebuah tatanan, sistem atau model internal
mungkin dapat diraih.
maupun
Pemuda
yang
visioner
secara eksternal
mendasar kalau
terhadap
dibutuhkan.
harus
Terkait dengan uraian di atas mungkin
tangguh dan mampu melakukan berbagai
akan berseberangan dengan pihak-pihak
Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
9 yang merasa tidak nyaman dengan adanya
cukup besar, baik dalam bentuk alienasi,
perubahan
hal
cemoohan
bahkan
harus
perbaikan
organisasi
tersebut
tersebut,
tetapi
meningkatkan
kalau
kualitas
ancaman, atau
demi
lembaga.
berani menghadapi sejumlah resiko yang 2.
Memiliki Kecerdasan Intelektual & Emosional Kecerdasan intelektual merupakan
pemikiran yang bersifat intelegensia, maka
kemampuan
berfikir
seseorang
yang
bertujuan
untuk
mencapai
dan
mengasah kepekaan hati, agar dapat
memperjuangkan suatu tujuan. Semakin
membaca situasi dan kondisi serta mampu
cerdas seorang pemimpin, akan semakin
mengendalikan diri. Pemuda harus mampu
mudah menetapkan dan mewujudkan visi,
mencerna dan memaknai setiap fenomena
misi, dan tujuan.
yang bersentuhan dengan masalah emosi
Pemuda, dituntut untuk memiliki kecerdasan
emosional.
seorang
pemuda
hendaknya
mampu
dan perasaan, baik perasaan diri sendiri,
Kecerdasan
seperti takut, marah, iri, dan jengkel
emosional, Semiawan (1984) mengatakan
maupun perasaan orang lain. Melalui
kemampuan membaca pikiran sendiri dan
kecerdasan emosional ini, seorang pemuda
pikiran
dapat
akan lebih memiliki sensitivitas yang
menempatkan diri dalam situasi orang lain
tinggi terhadap perasaan dan perhatian
dan sekaligus dapat mengendalikan dirinya
orang lain serta dapat mengadaptasi
sendiri.
perspektif
orang
lain,
sehingga
Berdasarkan pengertian tersebut bahwa kecerdasan emosional esensinya
mereka,
mengapresiasikan
berbagai perbedaan cara pandang orang dalam mencermati sesuatu.
lebih menekankan perasaan hati ketimbang 3.
Memiliki Kecerdasan Enterpreneur Kecerdasan
dimaknai
sebagai
mengubah
nasib
enterpreneur
dapat
adalah
(a)
kemampuan
untuk
diinginkan,
sendiri,
dengan
mengetahui memiliki
apa
cita-cita
yang secara
realistis, (b) teliti, kreatif dan berimajinasi
membangun diri sendiri, melalui usaha-
positif,
usaha
dan
kesempatan, siap dan mampu berkompetisi
melakukan perbaikan serta perubahan ke
serta memiliki gairah kerja yang tinggi, (d)
arah
hal
mampu memotivasi diri dan mampu
(1974),
menciptakan inisiatif secara realistis, (e)
yang
bersifat
kemajuan.
tersebut
simultan
Sejalan
Sumahamijaya
dengan
mengemukakan ciri-ciri pemimpin yang memiliki
karakteristik
enterpreneur,
memiliki
(c)
mampu
disiplin
yang
menciptakan
tinggi
&
mensyukuri kondisi yang ada, (f) mampu
Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
10 menolong diri sendiri dan orang lain, (g)
pihak lain, (j) Tekun atau ulet dalam
bersedia bekerja keras, hidup hemat dan
melaksanakan pekerjaan, (k) memiliki
mau serta mampu menarik pelajaran dari
kepribadian
sebuah kesalahan, (h) berani mengambil
memelihara kesehatan diri. (i) memiliki
resiko, (i) memiliki kepercayaan diri yang
sikap mental yang baik.
yang baik
serta
mampu
tinggi seraya membina kerja sama dengan 4.
Memiliki Kecerdasan dalam Mengambil Keputusan Pengambilan keputusan dimaknai
upaya untuk memilih atau menentukan
pemimpin dalam melakukan interaksi atau hubungan dengan lingkungannya.
sesuatu dari beberapa alternatif yang ada.
Kearifan seorang pemimpin akan
Jadi, dalam perspektif teori organisasi,
diuji, apakah keputusan yang diambil
pengambilan keputusan dianggap sebagai
memiliki akseptabilitas atau tidak. Melalui
inti dari kepemimpinan.
kecerdasan sosial ini, seorang pemuda atau konteks
pemimpin diharapkan mampu melahirkan
pengambilan keputusan dituntut, tidak
suatu keputusan yang dapat diterima oleh
hanya memiliki kecerdasan intelektual dan
lingkungan atau pihak-pihak yang terkait
emosional saja tetapi harus memiliki
untuk menerima dampak dari keputusan
kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial yang
tersebut.
Pemimpin
dalam
dimaksud adalah kemampuan seorang 5.
Memiliki Integritas dan Moralitas Seorang pemuda yang berkualitas
baik norma atau aturan yang ditetapkan
dituntut untuk memiliki integritas atau
oleh kelembagaan pemerintah maupun
kepribadian serta moralitas yang baik. Jadi
lembaga lain persoalan integritas dan
dalam konteks kepemimpinan, kedua hal
moralitas, tidak hanya berdampak pada
tersebut sangat penting karena persoalan
kredibilitas pemuda secara individu, tetapi
integritas dan moralitas akan bersentuhan
akan
dengan perilaku, norma-norma dan aturan,
institusi kepemudaan secara kelembagaan.
6.
berimplikasi
pada
kredibilitas
Tangguh dan Konsisten Pemuda yang berkualitas harus
memiliki
karakter
tangguh,
artinya
yang menanti di hadapan pemuda tidak mungkin dapat diwujudkan begitu saja.
memiliki ketahanan fisik maupun mental,
Perjuangan
menanti
sehingga yang bersangkutan tidak cepat
menterjemahkan visi, misi, dan tujuan
menyerah, putus asa, atau prustrasi, Harus
yang dihiasi dengan sejumlah tantangan,
disadari sepenuhnya bahwa, tugas besar
kendala bahkan ancaman yang tidak
Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
untuk
11 ringan. Ketangguhan seorang pemuda
pandangannya
mutlak
rasional
diperlukan.
konsisten
dalam
Pemuda
menjaga
pandangannya,
sejauh
harus
sikap sikap
tersebut
benar-benar
dan
dapat
dan
dipertanggungjawabkan, dan diharapkan
dan
selalu
berpihak
kepada yang lemah.
G. PERANAN PEMUDA DALAM ORGANISASI Pemuda adalah harapan dan tulang
Pemuda berperan secara alamiah,
punggung negara yang dapat melakukan
yakni
peran
kepemimpinan
dan
komitmennya
tanggung menjaga
jawab
dalam
persatuan
dan
dalam
masyarakat.
dan keberpihakan kepada masyarakat.
memfokuskan
Terkait
penyusunan
pemuda
untuk
dan
menggerakkan
potensi dan sumber daya yang ada pada
kesatuan bangsa, serta sikap, komitmen, dengan hal tersebut
kepeloporan
Kalau
kita
ingin
pembicaraan, strategi
dan
mengenai
peran
pembangunan,
maka
sebagai agen perubahan (Agent of Change)
pemuda
dan agen kontrol sosial (Agent of Social
konteksnya
Control), agar hal ini terealisasi dapat
kepemimpinan. Jadi, untuk meningkatkan
dilakukan melalui ormas sarana dan arena
peran
belajar,bereksperimen
berlatih
pemuda harus membangun kepeloporan
menjadi
Agent of Change dan Agent of
dan kepemimpinannya. Terkait dengan hal
Social
Control.
dengan
tersebut beberapa pengertian yang perlu
demikian, para pemuda sebagai generasi
mendapat perhatian ada tiga aspek yaitu
penerus harus aktif dan mau terlibat dalam
membangun
organisasi kepemudaan, organisasi profesi,
kemampuannya,
organisasi fungsional, hal ini wadah yang
Kepeloporan dan kepemimpinan berarti
tepat untuk membangun kepeloporan dan
berada di depan untuk diteladani oleh yang
kepemimpinan yang diharapkan.
dipimpinnya
Pemuda
dan Sehingga
memiliki
kepeloporan
dalam
adalah
pemuda
masyarakat.
kepeloporan
dalam
dan
pembangunan,
semangatnya, dan
atau
pengalamannya.
panutan
bagi
Kepeloporan
jelas
yang tinggi, hal ini sesuai dengan apa yang
menunjukkan
diungkapkan Benedict Anderson, seorang
membuka jalan, dan memulai sesuatu,
Indonesianist bahwa sejarah Indonesia
untuk diikuti, dilanjutkan, dikembangkan,
adalah sejarah pemudanya. Pernyataan
dipikirkan dicermati untuk dikerjakan
Anderson ini tidak salah apabila dikaitkan
bersama dalam mencapai tujuan.
dengan sejarah panjang bangsa Indonesia,
sikap
Kepeloporan
terpuji,
merintis,
ada
unsur
di mana pemuda menjadi aktor dari setiap
menghadapi risiko, kesanggupan untuk
langkah perjalanan bangsa Indonesia.
memikul risiko hal ini penting dalam
Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
12 setiap perjuangan, pembangunan, dan
tertentu, tetapi juga membawa parameter
tidak ada perjuangan yang tidak ada
risiko baru yang tidak dikenal pada era
resiko. Jadi dalam zaman modern ini,
sebelumnya,
semua sektor dan kehidupan sudah makin
ketangguhan, baik mental maupun fisik,
kompleks, makin penuh resiko. Hal ini
dan harus berani, serta mampu mengambil
sesuai dengan yang dikemukakan Giddens
keputusan walaupun penuh resiko. Sifat-
Modernity is a risk culture.
sifat itu harus tertanam dalam diri pemuda,
Modernisasi
dapat
dikatakan
mengurangi risiko pada bidang-bidang
untuk
itulah
diperlukan
karena tugas yang diembannya penuh tantangan dan resiko.
H. Peningkatan Kualitas Kinerja Pemuda Apa
sesungguhnya
yang
akan
secara kualitas maupun kuantitas sesuai
diraih oleh lembaga kepemudaan, ketika
dengan
aspek-aspek manajerial sudah mampu
dicanangkan,
dimanifestasikan melalui kepemimpinan
bersifat administratif, teknis, terutama
pemuda apakah sudah berkualitas?. Secara
manajerialnya.
kelembagaan upaya membangun kualitas kepemimpinan
pemuda,
sesungguhnya
diproyeksikan
meningkatkan
program
kerja
termasuk
Kedua
yang
telah
kontrol
yang
berinisiatif,
hal
ini
mencerminkan bahwa seorang pemuda
kinerja
yang berkinerja tinggi harus memiliki
pemuda agar berkualitas. Persoalannya,
inisiatif dalam menyampaikan ide-ide
peningkatan kinerja seperti apakah yang
cerdas
diharapkan dari seorang Pemuda?. Sudah
pengembangan, penyempurnaan bahkan
barang tentu membutuhkan argumentasi
perubahan perubahan yang mungkin dapat
dan penjelasan secara komprehensip.
dilakukan. Pemuda harus cermat dan
Beberapa
parameter
untuk
terkait
dengan
penataan,
bersikap proaktif dalam memperjuangkan
mengukur peningkatan kinerja yang diraih
peningkatan
oleh seorang pemuda, antara lain, (1)
kepemudaan secara menyeluruh.
produktif, (2) berinisiatif, (3) mandiri, (4)
kinerja
Ketiga mandiri, kinerja seorang
disiplin, (5) mampu bekerja secara efektif,
pemuda
(6) responsif dan (7) akuntabel.
kemandiriannya
Pertama
produktif.,
organisasi
dapat
dicermati. dalam
dari
melaksanakan
seorang
pekerjaan, tidak tergantung kepada orang
pemuda yang berkinerja tinggi memiliki
lain, tetapi harus mampu menterjemahkan
produktivitas kerja yang tinggi, artinya
setiap
mampu menghasilkan pekerjaan, baik
sebelumnya.
program
yang
dicanangkan
Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
13 Keempat disiplin, seorang pemuda
dilayani, baik secara internal maupun
yang berkinerja tinggi akan tercermin dari
eksternal. Pemuda yang berkinerja tinggi
sikapnya dan disiplinnya. Disiplin yang
akan tercermin dari sejauh mana ia mampu
dimaksud tidak hanya terkait dengan
memberikan respon yang positif terhadap
persoalan kehadiran dalam bekerja, tetapi
berbagai
disiplin dalam melaksanakan pekerjaan,
kebutuhan pihak lain yang dilayani.
membuat laporan serta mengevaluasi hasil pekerjaan yang telah dilakukan. Kelima,
mampu
keluhan,
Ketujuh mengandung
bekerja
kepentingan
akuntabel, makna
dan
hal
bahwa
ini
seorang
sama
pemuda yang berkinerja tinggi, akan
secara efektif, hal ini dapat dilihat dari
mampu menyelaraskan antara program
kemampuannya ketika melakukan kerja
yang telah dicanangkan, dengan kebutuhan
sama dengan pihak lain, baik secara
pihak
internal maupun eksternal.
pertanggungjawaban yang dilaporkan.
Keenam responsif, responsivitas yang
dimaksud
lain
yang
dilayani
serta
Parameter di atas, tentunya masih
adalah
kemampuan
sangat debatable, namun sebagai bahan
dalam
menangkap
diskusi kiranya dapat dijadikan bahan
seorang
pemuda
berbagai
kebutuhan
pihak
lain
dan
kontemplasi.
I. KEPEMIMPINAN DALAM SEBUAH ORGANISASI Pemimpin
dan
kepemimpinan
dan
Crutchfield
memandang
bahwa
merupakan suatu kesatuan kata yang tidak
dengan kebaikan dari posisinya yang
dapat dipisahkan secara struktural maupun
khusus dalam kelompok ia berperan
fungsional. Banyak muncul pengertian-
sebagai agen primer untuk penentuan
pengertian
dan
struktur kelompok, suasana kelompok,
kepemimpinan, antara lain (1) pemimpin
tujuan kelompok, ideologi kelompok, dan
adalah figur sentral yang mempersatukan
aktivitas kelompok. (4) kepemimpinan
kelompok, (2)
sebagai suatu kemampuan menghandel
keunggulan
mengenai
pemimpin
kepemimpinan adalah
seseorang
atau
beberapa
orang lain untuk memperoleh hasil yang
individu dalam kelompok, dalam proses
maksimal dengan friksi sesedikit mungkin
mengontrol gejala-gejala sosial, (3) Brown
dan
(1936) berpendapat bahwa pemimpin tidak
kepemimpinan
dapat dipisahkan dari kelompok, tetapi
semangat/moral yang kreatif dan terarah
boleh dipandang sebagai suatu posisi
(5)
dengan potensi tinggi di lapangan. Krech
memiliki program/rencana dan bersama
kerja
pemimpin
sama
yang
merupakan adalah
besar, kekuatan
individu
Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
yang
14 anggota
kelompok
bergerak
Sondang
untuk
mencapai tujuan dengan cara yang pasti.
(1994)
menyimpulkan
bahwa seseorang hanya akan menjadi
yang
seorang pemimpin yang efektif apabila (1)
menjadi perdebatan mengenai pemimpin,
seseorang secara genetika telah memiliki
(1) Apakah seorang pemimpin dilahirkan
bakat-bakat kepemimpinan , (2) bakat-
atau ditempa?, (2) Apakah efektivitas
bakat tersebut dipupuk dan dikembangkan
kepemimpinan seseorang dapat dialihkan
melalui kesempatan untuk menduduki
dari satu organisasi ke organisasi yang lain
jabatan kepemimpinannya, (3) ditopang
oleh seorang pemimpin yang sama? Jadi
oleh pengetahuan teoritikal yang diperoleh
pertanyaan pertama
melalui pendidikan dan latihan, baik yang
tersebut perrhatikan beberapa pendapat
bersifat umum maupun yang menyangkut
berikut : (1) ada yang berpendapat bahwa
teori kepemimpinan.
Muncul
untuk
dua
menjawab
pertanyaan
pemimpin itu dilahirkan dengan bakat-
Menjawab pertanyaan kedua dapat
bakat kepemimpinannya. (2) kubu yang
dirumuskan dua kategori yang harus dikaji
menyatakan bahwa pemimpin dibentuk
lebih jauh lagi: (1) keberhasilan seseorang
dan
bahwa
memimpin
satu
organisasi
dengan
efektivitas kepemimpinan seseorang dapat
sendirinya
dapat
dialihkan
kepada
dibentuk dan ditempa dengan memberikan
kepemimpinan oleh orang yang sama di
kesempatan
organisasi lain, (2) keberhasilan seseorang
ditempa
berpendapat
luas
kepada
yang
bersangkutan untuk menumbuhkan dan
memimpin
satu
mengembangkan
merupakan
jaminan
efektivitas
kepemimpinannya.
memimpin
organisasi
tidak
keberhasilannya
organisasi
lain.
J. PERANAN PEMUDA DALAM ORMAS Kodrat Pemuda adalah melakukan peran
dan
komitmennya
tanggung menjaga
jawab persatuan
dalam dan
masyarakat intelektual dan ormas sebagai sarana tempat belajar, bereksperimen, dan berlatih menjadi
Agent of Change Dan
kesatuan bangsa, serta sikap, komitmen,
Agent of Social Control. Sehingga dengan
dan keberpihakan kepada masyarakat.
demikian, pemuda harus aktif dan mau
Terkait dengan hal tersebut predikat yang
terlibat
diberikan dan yang disandang pemuda
organisasi kemasyarakatan (Ormas) untuk
sebagai agen perubahan (Agent of Change)
membangun
dan agen kontrol sosial (Agent of Social
kepemimpinan
Control),
kepentingan masyarakat.
maka
pemuda
bagian
dari
untuk
dibina
di
Organisasi-
kepeloporan yang
berpihak
dan kepada
Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
15 Perkembangan ilmu pengetahuan
mental maupun fisik. Kalau kita cermati
teknologi dan seni serta perkembangan
tidak semua pemimpin berani mengambil
modernitas memang mengurangi resiko
resiko, tetapi pada diri pemuda harus
pada
terpatri
bidang-bidang
tertentu,
tetapi
daya
juang,
nasionalisme,
membawa parameter risiko baru yang
keteladanan, jujur, dan lain-lain, untuk
tidak dikenal pada era sebelumnya, dengan
menjalankan pembangunan yang berpihak
demikian diperlukan ketangguhan, baik
kepada masyarakat.
K. PENUTUP Pada
prinsipnya
faktor
menghadapi
perkembangan
IPTEKS,
kepemimpinan merupakan inti dari proses
sangat penting bagi pemuda Indonesia
pengelolaan (manajemen) dalam suatu
untuk meningkatkan kualitasnya, baik dari
organisasi,
segi iman dan takwa
termasuk
di
lingkungan
maupun IPTEKS
organisasi kepemudaan. Jadi upaya untuk
dengan berpegang teguh pada nilai-nilai
meningkatkan
budaya bangsa maupun agama.
kualitas
kepemimpinan
(leadership) di lingkungan kepemudaan tidak dapat diabaikan. Komitmen untuk meningkatkan
kualitas
kepemimpinan
Disadari atau tidak penguasaan, pengembangan
dan
pendayagunaan
pemuda dapat dimanifestasikan melalui
IPTEKS yang tidak dilandasi, kejujuran,
tindakan nyata, sehingga kinerja pemuda
moralitas, etika, spiritualitas, dan lain-lain
dapat terwujud.
akan dapat membawa manusia atau suatu
Selanjutnya,
bahwa
bangsa menuju penderitaan, kesengsaraan
perkembangan IPTEKS banyak membantu
dan kehancuran. Mengatasi hal tersebut
meningkatkan kualitas dan kesejahteraan
para pemuda Indonesia harus senantiasa
kehidupan umat manusia di dunia. Namun
berada
bersamaan dengan hal tersebut penerapan
kemanusian dan keagamaan yang luhur,
dan pemanfaatan hasil-hasil perkembangan
meningkatkan pengetahuan tentang ilmu,
IPTEKS telah melahirkan tuntutan dan
teknologi,
kesadaran baru akan pentingnya landasan
menumbuhkembangkan jiwa kepeloporan,
etika
serta
daya pikir, inovasi, kreativitas dalam
suatu
mempersiapkan diri menjadi pemimpin
ditandai
masa depan dan melahirkan generasi yang
dengan berkembangnya sikap dan gaya
profesionalis dalam rangka pembangunan
dan
moralitas negara.
disadari
dimensi
spiritualitas
dalam
pembangunan
Kemajuan
IPTEKS
di
dalam
dan
jalur
nilai-nilai
seni
hidup global yang glamour. Maka untuk Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
dan
16 bangsa dan negara yang berkualitas di
berbagai sektor.
DAFTAR PUSTAKA Bronovsky, J. 1972. The Ascent of Mean. Boston : Little Brown. Dick, W and Lou, Carey. (1990). The systematic design of instruction. Florida : Harper Collins. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departement Pendidikan Nasional. Fishbein, M dan Ajzan, Icek. (1990). Belief, attitude, intention, and behavior. New York : McGraw Hill Sumberdaya Habibie B. J. 2012. Manusia Andalan Masyarakat Madani. Makalah disampaikan pada Konvensi Nasional Penddikan Indonesia VII 2012 di Yogayakarta. Hadari, Nawawi, 2005. Manajemen Strategik, Yogyakarta : Gadjah Mada Pers. Parkhe Arvind. 1991. Interfirm Diversity, Organizational Learning, and Longevity in Global Strategic Alliances. Indiana: Indiana University. (www://jstor.org/discover)
Gerakan Menyongsong Seratus Tahun Indonesia Merdeka. Makalah Disampaiakan pada Konvensi Nasional Penddikan Indonesia VII 2012 di Yogayakarta Semiawan, Conny, dkk. 1984. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta : PT. Gramedia. Slamet, Margono. 2003. Filosofi Mutu dan Penerapan Prinsip-prinsip Manajemen Mutu Terpadu di Perguruan Tinggi. Makalah. Jakarta : Depdikbud. Slocum, John W., Jr. dan Hellriegel, Don, 2009. Principles of Organizational Behavior, 12th Edition. Cina: SouthWestern Cengage Learning. Sutarno. 2012. Pendidikan Multikultural. Jakarta: Gramedia. Tilaar, H.A.R. (1999). Pendidikan dalam Pembangunan Nasional Menyongsong Abad XXI. Jakarta : Balai Pustaka. Wiles,
Raka I Dewa Gede. 2012. Pendidikan Karakter untuk 250 Juta Orang:
Kimball. 1983. Democratic Supervision. New York: McGrawHill Book Company
Biner Ambarita adalah Guru Besar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Medan; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan
17 KURIKULUM 2013 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela Abstrak Kurikulum 2013 menuntut agar dalam pelaksanaan pembelajaran siswa diberi kebebasan berpikir memahami masalah, membangun strategi penyelesaian masalah, mengajukan ide-ide secara bebas dan terbuka. Kegiatan guru dalam pembelajaran adalah melatih dan membimbing siswa berpikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah. Guru harus berupaya untuk mengorganisasikan kerjasama dalam kelompok belajar, melatih siswa berkomunikasi menggunakan grafik, diagram, skema, dan variabel. Diharapkan seluruh hasil kerja selalu dipresentasikan di depan kelas untuk menemukan berbagai konsep, hasil penyelesaian masalah, aturan serta prinsip yang ditemukan melalui proses pembelajaran. Pembelajaran tidak hanya ditekankan pada satu aspek saja tetapi keseimbangan pada aspek afektif, aspek psikomotorik, dan aspek kognitif. Kata Kunci : kurikulum 2013, guru, siswa, afektif, psikomotorik, kognitif A. PENDAHULUAN Kurikulum 2013 merupakan suatu
afektif, dan aspek psikomotor secara
kebijakan baru pemerintah dalam bidang
berimbang, sehingga pembelajaran yang
pendidikan yang diharapkan mampu untuk
terjadi diharapkan dapat berjalan dengan
menjawab tantangan dan persoalan yang
menyeimbangkan ketiga aspek tersebut,
akan dihadapi oleh bangsa Indonesia ke
tidak seperti yang selama ini terjadi
depan.
dimana pembelajaran lebih cenderung
Perubahan yang mendasar pada
kurikulum
2013
dibanding
dengan
mengutamakan aspek kognitif saja. Akibat
kurikulum-kurikulum sebelumnya adalah
dari konsep kurikulum 2013 itu, maka
perubahan
penilaian dalam pembelajaran tentunya
pada
pendidikannya
tingkat
dimana
satuan
implementasi
harus
disesuaikan
dengan
konsep
kurikulum ini dilakukan pada tingkat
kurikulum itu sendiri, sehingga penilaian
satuan pendidikan mulai dari sekolah
juga harus didasarkan pada ketiga aspek
dasar, sekolah menengah pertama, dan
tersebut
sekolah menengah atas atau sekolah
kognitifnya, menilai aspek afektifnya, dan
menengah kejuruan. Perubahan yang lain
menilai aspek psikomotoriknya. Selain itu
dapat dilihat dari konsep kurikulum 2013
kurikulum 2013 juga membawa perubahan
itu sendiri.
besar dalam pelaksanaannya.
Kurikulum diharapkan keseimbangan
dalam
dapat aspek
hal
ini
memberikan kognitif,
aspek
yaitu
Hal
ini
harus
menilai
ditunjukkan
aspek
dengan
disediakannya buku ajar yang disusun sesuai dengan tuntutan kurikulum itu
Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013
18 sendiri. Artinya kurikulum 2013 itu tidak
menata
sekedar
seharusnya
hanya
dokumen
sebuah
semata
implementasinya,
konsep
tetapi
kurikulum
dan dalam
bagaimana
dan
dilakukan
apa guru
yang dalam
melaksanakan pembelajarannya.
2013 itu
B. PEMBAHASAN 1. Pola Pikir Kurikulum 2013 Seperti
yang
diungkapkan
sebelumnya jelas sekali terlihat adanya
sebelumnya bahwa pada kurikulum 2013
pemisahan
pembelajaran itu tidak hanya menekankan
membentuk aspek afektif, membentuk
pada aspek kognitif saja, tetapi harus
aspek psikomotorik, dan pembentukan
meliputi ketiga aspek. Pola pikir yang
aspek
menjadi rumusan dalam pembentukan
menurunkan
kurikulum itu adalah memandang bahwa
kompetensi yang ingin dicapai oleh peserta
standar kompetensi lulusan diturunkan dari
didik, sementara kurikulum 2004 dan
kebutuhan.
Berbeda
kurikulum
sebelumnya
mata
kognitif.
pelajaran
untuk
Kurikulum
mata
2013
pelajaran
dari
halnya
dengan
KTSP 2006 menurunkan kompetensi dari
yaitu
standar
mata pelajaran.
kompetensi diturnkan dari standar isi.
Perbedaan pandangan ini akhirnya
Pada kurikulum KBK 2004 dan
yang tadinya mata pelajaran yang saling
KTSP 2006 dijelaskan bahwa standar isi
lepas satu dengan yang lainnya, yaitu
dirumuskan
mata
seperti sekumpulan mata pelajaran yang
pelajaran yang di dalamnya merupakan
terpisah dan tidak tertata irisan dari tiap
paparan standar kompetensi lulusan mata
mata pelajaran menjadi mengikat semua
pelajaran
mata pelajaran oleh suatu kompetensi yaitu
berdasarkan
dirinci
tujuan
menjadi
standar
kompetensi dasar mata pelajaran. Pada
kompetensi inti dari tiap tingkatan kelas.
kurikulum 2013, standar isi diturunkan
Pembelajaran yang terjadi akibat
dari standar kompetensi lulusan melalui
implementasi dari kurikulum 2013 ini
kompetensi inti yang tidak terikat pada
adalah adalah Pembelajaran tidak lagi
mata pelajaran. Pola pikir lainnya dalam
berpusat pada guru, tetapi pembelajaran
kurikulum 2013 memandang bahwa semua
lebih banyak berpusat pada aktivitas siswa.
mata
Karena
pelajaran
harus
berkontribusi
pembelajaran
lebih
banyak
terhadap pembentukan aspek afektif, aspek
berpusat
psikomotorik, dan aspek kognitif pada
pembelajaran tidak lagi menjadi satu arah
peserta didik. Padahal pada kurikulum
tetapi lebih bersifat interaktif. Kurikulum
pada
siswa
akibatnya
Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013
19 2013
juga
menuntut
agar
dalam
memahami bagaimana menggunakan alat
pembelajaran terjadi aktivitas aktif dan
multimedia
menyeldidiki dan diharapkan juga guru
teknologi
sebagai fasilitator dalam pembelajaran
mengorganisakan siswa dalam belajarnya.
dapat merancang pembelajaran agar siswa
Satu hal yang sangat menarik tentang
mampu
kurikulum
menyelesaikan
permasalahan-
yaitu
berbagai
pendidikan
2013
peralatan
yang
yaitu
mampu
siswa
dalam
permasalahan yang kontekstual dan nyata.
belajarnya memperoleh dokumen belajar
Pembelajaran yang selama ini terjadi yaitu
sesuai
pembelajaran yang terlalu luas yang
potensinya dalam belajar, sehingga tidak
mengakibatkan
materi
lagi siswa yang dalam tingkatan yang
materi
sama harus diberikan dokumen belajar
diajarkan.
terlalu
banyak
Penyampaian
dengan
ketertarikannya
dan
pengetahuan hanya merupakan sebuah
yang
kegiatan transfer ilmu belaka yang artinya
pembagian jurusan di sekolah menengah
guru hanya memindahkan pengetahuan
atas yang selama ini dilakukan pada waktu
saja kepada siswa tanpa memperhatikan
siswa naik ke kelas XI, akan tetapi
apakah
tidak
pembelajaran dan dokumen belajar siswa
tersebut.
akan diperoleh siswa pada waktu siswa
Berbeda halnya dengan kurikulm 2013,
tersebut duduk pertama sekali di bangku
kurikulum
sekolah menengah atas. Pembelajaran
siswa
pengetahuan
memahami
yang ini
atau
diberikan
memaksa
guru
agar
sama.
Hal
ini
menggugurkan
mengerti betul karakteristik dari siswanya.
yang
Materi pengetahuan yang disampaikan
pengetahuan akhirnya menuntut terjadinya
guru harus mampu menunjukkan perilaku
pertukaran
yang khas yang mampu memberdayakan
dengan guru lainnya, guru dengan siswa,
kaidah keterkaitan antar materi.
dan siswa dengan siswa lainnya.
tadinya
hanya
transfer
pengetahuan
antara
ilmu guru
Pembelajaran pada kurikulum 2013 juga
mengharapkan agar guru dapat
2. Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 Berdasarkan pola pikir kurikulum
pendekatan
yang
dalam
pendekatan
ilmiah.
implementasi kurikulum juga mengalami
pendekatan
perubahan. Perubahan ini mengakibatkan
aspek antara lain: 1) Materi pembelajaran
pendekatan pembelajaran yang digunakan
berbasis pada fakta atau fenomena yang
adalah
dapat
2013,
maka
pembelajaran
pendekatan
saintifik
yaitu
ini
dijelaskan
menggunakan Kriteria
menekankan
dalam beberapa
dengan logika atau
Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013
20 penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira,
aspek
khayalan, legenda, atau dongeng semata;
substansi atau materi ajar agar siswa “tahu
2) Penjelasan guru, respon siswa, dan
mengapa.”.
interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari
menggamit transformasi substansi atau
prasangka yang serta-merta, pemikiran
materi ajar agar siswa “tahu bagaimana”.
subjektif,
yang
Aspek Kognitif menggamit transformasi
menyimpang dari alur berpikir logis; 3)
substansi atau materi ajar agar siswa “tahu
Mendorong
apa.”.
atau
penalaran
dan
menginspirasi
siswa
sikap
menggamit
transformasi
Aspek
Hasil
psikomotorik
akhir
dari
kegiatan
berpikir secara kritis, analistis, dan tepat
pembelajaran
dalam
memahami,
peningkatan dan keseimbangan antara
dan
kemampuan untuk menjadi manusia yang
mengidentifikasi,
memecahkan
masalah,
mengaplikasikan Mendorong
materi
dan
pembelajaran.
menginspirasi
siswa
baik
adalah
diharapkannya
(soft skills) dan manusia yang
memiliki
kecakapan dan
pengetahuan
mampu berpikir hipotetik dalam melihat
untuk hidup secara layak (hard skills) dari
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu
siswa yang meliputi aspek kompetensi
sama lain dari materi pembelajaran; 4)
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Mendorong mampu
dan
menginspirasi
memahami, menerapkan,
mengembangkan
pola
berpikir
siswa
Dimensi paedagogik modern yang
dan
diterapkan pada kurikulum 2013 adalah
yang
pendekatan
ilmiah.
rasional dan objektif dalam merespon
pembelajaran
materi pembelajaran; 5) Berbasis pada
pendekatan
konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
observing
dipertanggungjawabkan; pembelajaran
yang ini
Langkah-langkah dilakukan
dalam
adalah.
1)
kegiatan
(mengamati);
2)
kegiatan
6)
Tujuan
questioning(menanya);
3)
kegiatan
dirumuskan
secara
associating(menalar);
4)
kegiatan
sederhana dan jelas, namun menarik
experimenting (mencoba); dan 5) kegiatan
sistem penyajiannya.
networking(membentuk
Berdasarkan
penjelasan
sebelumnya yaitu, ada tiga aspek penting
jejaring
atau
menyimpulkan. Pembelajaran
yang
diterapkan
dalam
mengakibatkan ilmu pengetahuan sebagai
pembelajaran yaitu aspek afektif, aspek
penggerak pembelajaran untuk semua
psikomotorik,
kognitif.
mata pelajaran. Kegiatan siswa lebih
setiap
cenderung untuk mencari tahu tentang
pembelajaran tidak boleh terlepas dari
prinsip dan konsep ilmu pengetahuan
ketiga aspek tersebut. Pada pembelajaran
tersebut bukan menunggu dibberikan oleh
yang
Sehingga
harus
diperhatikan dan
aspek
langkah-langkah
Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013
21 guru, pembelajaran ini disebut dengan
merubah kegiatan belajar mengajar yang
discovery learning. Discovery Learning
teacher oriented menjadi student oriented.
adalah teori belajar yang didefinisikan
Dalam Discovery Learning, hendaknya
sebagai proses pembelajaran yang terjadi
guru
bila siswa tidak disajikan dengan materi
muridnya untuk menjadi seorang problem
pelajaran
solver, seorang ilmuwan, ahli sejarah, atau
dalam
bentuk
utuh,
tetapi
harus
memberikan
kesempatan
diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.
ahli
Dalam mengaplikasikan metode Discovery
disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa
guru
Learning pembimbing
berperan
dengan
matematika.
sebagai
dituntut
memberikan
kegiatan
untuk
Bahan
ajar
melakukan
menghimpun
tidak
berbagai informasi,
kesempatan kepada siswa untuk belajar
membandingkan,
mengkategorikan,
secara aktif, sebagaimana pendapat guru
menganalisis,
mengintegrasikan,
harus
mereorganisasikan bahan serta membuat
dapat
membimbing
dan
mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai
kesimpulan-kesimpulan.
dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin 3. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Discovery Learning a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan) Tahap awal dalam pembelajaran ini
pertanyaan, anjuran membaca buku, dan
siswa dihadapkan pada sesuatu yang
aktivitas belajar lainnya yang mengarah
menimbulkan kebingungannya, kemudian
pada
dilanjutkan
memberi
Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
generalisasi, agar timbul keinginan dari
menyediakan kondisi interaksi belajar
siswa untuk menyelidiki sendiri. Selain itu
yang
guru
membantu siswa dalam mengeksplorasi
untuk
sebagai
pembelajarannya
tidak
fasilitator dengan
memulai mengajukan
persiapan
dapat
pemecahan
masalah.
mengembangkan
dan
bahan.
b. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah) Tahap kedua dari pembelajaran ini
kemudian
adalah guru memberi kesempatan kepada
dirumuskan
siswa untuk mengidentifikasi sebanyak
(jawaban
mungkin kejadian-kejadian dari masalah
masalah)
salah
satunya
dalam sementara
dipilih
bentuk atas
dan
hipotesis pertanyaan
yang relevan dengan bahan pelajaran,
Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013
22 c. Data collection (Pengumpulan Data). Pada tahap ini berfungsi untuk
relevan,
membaca
sumber
belajar,
menjawab pertanyaan atau membuktikan
mengamati objek, wawancara dengan nara
benar
sumber, melakukan uji coba sendiri dan
tidaknya
hipotesis,
dengan
demikian siswa diberi kesempatan untuk
kegiatan lainnya yang relevan.
mengumpulkan berbagai informasi yang d. Data Processing (Pengolahan Data) Menurut pengolahan
Syah
data
(2004:244)
merupakan
kegiatan
bacaan,
wawancara,
sebagainya,
observasi,
semuanya diolah,
dan
diacak,
mengolah data dan informasi yang telah
diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila
diperoleh
perlu dihitung dengan cara tertentu serta
para
siswa
baik
melalui
wawancara, observasi, dan sebagainya,
ditafsirkan
lalu ditafsirkan. Semua informai hasil
tertentu
pada
tingkat
kepercayaan
e. Verification (Pembuktian) Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan
secara
membuktikan
benar
cermat
menurut Bruner, bertujuan agar proses
untuk
belajar akan berjalan dengan baik dan
tidaknya
kreatif jika guru memberikan kesempatan
hipotesis yang ditetapkan sebelumnya
kepada siswa untuk menemukan suatu
dengan beberapa fenomena yang sudah
konsep, teori, aturan atau pemahaman
diketahui, dihubungkan dengan hasil data
melalui contoh-contoh yang ia jumpai
processing (Syah, 2004:244). Verification
dalam kehidupannya.
atau
f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi) Tahap
menarik
memperhatikan hasil verifikasi (Syah,
kesimpulan adalah proses menarik sebuah
2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip
maka
umum dan berlaku untuk semua kejadian
mendasari
atau
masalah
generalisasi/
yang
sama,
dirumuskan prinsip-prinsip yang generalisasi
dengan
4. Model-Model Pembelajaran Pendukung Kurikulum 2013 Beberapa
model pembelajaran
pembelajaran itu bukan “paku mati” model
yang sesuai dengan kurikulum 2013 antara
yang
lain 1) Model Pembelajaran Berdasarkan
pembelajaran yang mengimplementasikan
Masalah dan 2) Model Pembelajaran
kurikulum
Berbasis
pembelajaran lain juga dapat digunakan
Proyek.
Kedua
model
harus
dilaksanakan 2013.
dalam
Model-model
Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013
23 dengan catatan bahwa model pembelajaran
tersebut menganut paham konstruktivisme.
a. Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pembelajaran berdasarkan masalah
berdasarkan
masalah,
guru
harus
adalah suatu pembelajaran yang lebih
mengupayakan siswa agar dapat dengan
menekankan pada aspek kognitif siswa dan
sendirinya mengkonstruk konsep maupun
pembelajarannya berpusat kepada siswa.
prinsip-prinsip
Fokus pengajaran tidak begitu banyak
Pembelajaran yang akan dilakukan harus
pada apa yang dilakukan siswa melainkan
terlebih dahulu dirancang oleh guru, dan
kepada apa yang mereka pikirkan pada
guru hanya bertugas sebagai fasilitator dan
saat melakukan pembelajaran tersebut.
pembimbing.
Peran
guru
Dalam
ilmu
pengetahuan.
model
pembelajaran
dalam
pembelajaran
ini
melibatkan
presentasi
dan
berdasarkan
penjelasan sesuatu hal kepada siswa,
instruction)
ditekankan
bahwa
namun pada intinya dalam pembelajaran
pembelajaran
dikendalikan
dengan
berdasarkan
masalah. Oleh karena itu, pembelajaran
terkadang
sebagai
masalah
pembimbing
guru
berperan
dan
fasilitator
berdasarkan
masalah
masalah
(problem-based
dimulai
dengan
sehingga siswa belajar untuk berpikir dan
memecahkan masalah, dan masalah yang
memecahkan masalah dengan cara mereka
diajukan kepada siswa harus mampu
sendiri.
memberikan informasi (pengetahuan) baru Model pembelajaran berdasarkan
sehingga siswa memperoleh pengetahuan
lebih
baru sebelum mereka dapat memecahkan
menekankan pada aspek kognitif siswa.
masalah itu. Dalam pembelajaran yang
Pembelajaran diawali dengan memberikan
dilakukan tujuannya bukan hanya mencari
masalah. Masalah yang diajukan dalam
jawaban tunggal yang benar, tapi lebih dari
pembelajaran
masalah
itu siswa harus dapat menginterpretasikan
haruslah bersifat top-down artinya diawali
masalah yang diberikan, mengumpulkan
dengan
informasi yang penting, mengidentifikasi
masalah,
pembelajarannya
berdasarkan
masalah
yang
kompleks,
dilanjutkan dengan masalah-masalah yang
kemungkinan
spesifik dengan maksud mencari solusi
mengevaluasi
masalah
kesimpulan.
kompleks
tersebut.
Dalam
pemecahan pilihan,
dan
masalah, menarik
pembelajaran dengan model pembelajaran b. Peran guru dalam pembelajaran berdasarkan masalah Dalam konsep
dan
mengajarkan prinsip-prinsip
konsepmateri
pelajaran, guru harus mengilustrasikannya dalam
beberapa
cara.
Dalam
Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013
24 penyampaiannya dimulai dari ilustrasi
lebih kritis dibanding kelas tradisional
masalah
dengan
yang berpusat pada guru. Disamping
kehidupan siswa, memilih kata-kata dalam
menyajikan pengetahuan bagi siswa, guru
percakapan
dipahami,
dalam pembelajaran berdasarkan masalah
memilih simbol-simbol, gambar-gambar,
harus melibatkan siswa dalam menyusun
atau objek nyata. Hal lain yang perlu
informasi dan penggunaan pengetahuan
dilakukan adalah memberi kesempatan
mereka dalam pemecahan masalah
nyata
yang
yang
dekat
mudah
pada siswa memikirkan, menelaah apa saja yang
terkandung
dalam
konsep
dan
Guru
dalam
pembelajaran
berdasarkan masalah harus merancang dan
prinsip. Gardner (dalam James Hiebert,
mengatur
1992: 66) menyatakan, “karena kerja
pemahaman ilmu pengetahuan siswa yang
mental tidaklah tampak, mendiskusikan
memungkinkan
bagaimana gagasan/informasi disusun di
siswa dalam menerapkan pengetahuan
dalam
tingkat
pada berbagai situasi masalah. Guru harus
berpikir yang tinggi.” Dugaan representase
memiliki kemampuan ilmu pengetahuan
mental adalah suatu gagasan inti yang
yang dalam/luas agar dapat melakukan hal
membawa bersama-sama bekerja pada
tersebut. Guru dengan kemampuan ilmu
pengamatan
pengetahuan
otak
didasarkan
dari
pada
berbagai
bidang,
pembelajaran guru untuk
yang
terhadap memandu
dangkal
dalam
mencakup psikologi, ilmu pengetahuan,
pembelajaran
linguistik, dan banyak hal.
kemungkinan akan dapat membawa siswa
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah, kemampuan guru mengajar harus
berdasarkan
masalah,
pada kegagalan dalam mempelajari konsep dan prinsip ilmu pengtahuan tersebut.
c. Tahapan-tahapan pembelajaran berdasarkan masalah Dalam membuat suatu rencana
benar-benar dapat merangsang rasa ingin
pembelajaran perlu dibuat tahapan-tahapan
tahu siswa serta memotivasi siswa untuk
yang akan digunakan dalam pembelajaran,
dapat menjadi pebelajar yang mandiri,
tujuannya adalah agar pembelajaran yang
sehingga memudahkan dalam pelaksanaan
akan dilaksanakan benar-benar terlaksana
berbagai
dengan baik dan memperoleh hasil yang
pembelajaran berdasarkan masalah dan
diinginkan.
pencapaian
tahap
pembelajaran
model
tujuan pembelajaran yang
Pembelajaran berdasarkan masalah
diinginkan. Dalam pembelajaran ini guru
adalah pembelajaran yang berpusat pada
harus terlebih dahulu menetapkan tujuan
siswa. Oleh karena itu guru harus dapat
pembelajaran sehingga tujuan itu dapat
merancang rencana pembelajaran yang
dikomunikasikan dengan jelas kepada
Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013
25 siswa. Setelah guru menetapkan tujuan
konsisten dengan tujuan kurikulum.
kemudian guru harus merancang situasi
Ibrahim
dan
Nur
(2000:
13)
masalah yang sesuai dengan materi.
mengemukakan tahapan-tahapan dalam
Situasi masalah yang baik seharusnya
pembelajaran
autentik, mengandung teka-teki, dan tidak
(problem-based instruction)
terdefinisikan dengan ketat, memungkinan
berikut :
berdasarkan
masalah pada tabel
kerja sama, bermakna bagi siswa, dan Tabel 1. Tahapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Tahap Tahap-1 Orientasi siswa kepada masalah Tahap-2 Mengorganisasi siswa untuk belajar Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Tahap-5 Menganalisis dan meng evaluasi proses pemecahan masalah Berdasarkan
Tingkah Laku Guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
tahapan-tahapan
pembelajaran berdasarkan masalah yang
pembelajaran berdasarkan masalah di atas
melibatkan
jelaslah bahwa pembelajaran berdasarkan
pilihan
masalah menuntut siswa
menginterpretasikan
lebih aktif.
siswa
sendiri,
dalam
penyelidikan
memungkinkan dan
siswa
menjelaskan
Karena dalam pembelajaran berdasarkan
fenomena dunia nyata dan membangun
masalah siswa dilibatkan secara langsung
pemahamannya tentang fenomena itu.
dalam
Karena pembelajaran berdasarkan masalah
penyelidikan
dan
menemukan
penyelesaian masalah, sehingga
pada
terlebih dahulu memberikan masalah yang
akhirnya siswa terbantu menjadi pebelajar
kompleks
yang otonom yang mampu membantu diri
pembelajaran
mereka sendiri, di dalam memecahkan
pembelajaran top-down maksudnya adalah
permasalahan yang dihadapinya. Selain itu
pembelajaran diawali dengan pemberian
kepada ini
siswa
maka,
tergolong
kepada
Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013
26 masalah
yang
kompleks,
selanjutnya
dalam memecahkan masalah diperoleh masalah-masalah
yang
lebih
dengan
maksud
mencari
solusi
dari
masalah tersebut.
spesifik
d. Pembelajaran Berbasis Proyek Proyek
mendalam tentang sebuah topik dunia
(Project Based Learning=PjBL) adalah
nyata, hal ini akan berharga bagi atensi
metoda pembelajaran yang menggunakan
dan usaha peserta didik.
Pembelajaran
Berbasis
Pembelajaran
proyek/kegiatan sebagai media. siswa
Berbasis
Proyek
penilaian,
memiliki karakteristik sebagai berikut: 1)
interpretasi, sintesis, dan informasi untuk
siswa membuat keputusan tentang sebuah
menghasilkan
hasil
kerangka kerja; 2) Adanya permasalahan
belajar. Pembelajaran Berbasis Proyek
atau tantangan yang diajukan kepada
merupakan
peserta didik; 3) siswa mendesain proses
melakukan
eksplorasi, berbagai metode
bentuk belajar
yang
menggunakan masalah sebagai langkah
untuk
awal
permasalahan
dalam
atau
solusi
atas
tantangan
yang
mengumpulkan
dan
pengetahuan
baru
diajukan; 4) siswa secara kolaboratif
dalam
bertanggungjawab untuk mengakses dan
mengintegrasikan berdasarkan
menentukan
pengalamannya
mengelola informasi untuk memecahkan
beraktifitas secara nyata. Pembelajaran
Berbasis
Proyek
permasalahan;
5)
Proses
evaluasi
pada
dijalankan secara kontinu; 6) siswa secara
permasalahan komplek yang diperlukan
berkala melakukan refleksi atas aktivitas
siswa dalam melakukan insvestigasi dan
yang sudah dijalankan; 7) Produk akhir
dirancang
untuk
digunakan
proses
aktivitas belajar akan dievaluasi secara
inquiry dimulai dengan memunculkan
kualitatif; dan 8) Situasi pembelajaran
pertanyaan penuntun (a guiding question)
sangat toleran terhadap kesalahan dan
dan membimbing siswa dalam sebuah
perubahan.
memahaminya.
Melalui
PjBL,
proyek kolaboratif yang mengintegrasikan
Peran guru dalam pembelajaran
berbagai subjek (materi) dalam kurikulum.
berbasis
Pada saat pertanyaan terjawab, secara
fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara
langsung siswa dapat melihat berbagai
untuk mendapatkan hasil yang optimal
elemen utama sekaligus berbagai prinsip
sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan
dalam
inovasi dari siswa.
sebuah
disiplin
yang
sedang
proyek
sebaiknya
sebagai
dikajinya. PjBL merupakan investigasi e. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis Proyek Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013
27 1. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start
proyek, (3) membawa siswa agar merencanakan cara yang baru, (4)
With the Essential Question). dengan
membimbing siswa ketika mereka
pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan
membuat cara yang tidak berhubungan
yang dapat memberi penugasan siswa
dengan proyek, dan (5) meminta siswa
dalam
untuk membuat penjelasan (alasan)
Pembelajaran
dimulai
melakukan
suatu
aktivitas.
Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata
dan dimulai
tentang pemilihan suatu cara. 4. Memonitor
siswa
dan
kemajuan
dengan sebuah investigasi mendalam.
proyek (Monitor the Students and the
Pengajar berusaha agar topik yang
Progress of the Project)
diangkat relevan untuk para peserta
Guru
didik.
melakukan monitor terhadap aktivitas
2. Mendesain
Perencanaan
Proyek
dilakukan
untuk
siswa selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara
(Design a Plan for the Project. Perencanaan
bertanggungjawab
secara
menfasilitasi siswa pada setiap roses.
kolaboratif antara pengajar dan peserta
Dengan kata lain pengajar berperan
didik.
siswa
menjadi mentor bagi aktivitas peserta
diharapkan akan merasa “memiliki”
didik. Agar mempermudah proses
atas proyek tersebut. Perencanaan
monitoring, dibuat sebuah rubrik yang
berisi tentang aturan main, pemilihan
dapat merekam keseluruhan aktivitas
aktivitas
yang penting.
Dengan
yang
emikian
dapat
mendukung
dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan
cara
mengintegrasikan
5. Menguji Hasil (Assess the Outcome) Penilaian dilakukan untuk membantu
berbagai subjek yang mungkin, serta
pengajar
dalam
mengetahui alat dan bahan yang dapat
ketercapaian standar, berperan dalam
diakses untuk membantu penyelesaian
mengevaluasi
proyek.
masing peserta didik, memberi umpan
kemajuan
mengukur masing-
3. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
balik tentang tingkat pemahaman yang
Pengajar dan siswa secara kolaboratif
sudah dicapai peserta didik, membantu
menyusun
pengajar dalam menyusun strategi
jadwal
aktivitas
dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek,
pembelajaran berikutnya. 6. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
(2) membuat deadline penyelesaian Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013
28 Pada
akhir
proses
pembelajaran,
menyelesaikan proyek. Pengajar dan
pengajar dan siswa melakukan refleksi
siswa mengembangkan diskusi dalam
terhadap aktivitas dan hasil proyek
rangka memperbaiki kinerja selama
yang sudah dijalankan. Proses refleksi
proses pembelajaran, sehingga pada
dilakukan
individu
akhirnya ditemukan suatu temuan baru
maupun kelompok. Pada tahap ini
untuk menjawab permasalahan yang
siswa diminta untuk mengungkapkan
diajukan
perasaan dan pengalamanya selama
pembelajaran.
baik
secara
pada
tahap
pertama
C. PENUTUP Kompetensi yang dituntut oleh kurikulum
2013
tergambar
pada
alat las untuk menyambung pipa, dan sebagainya.
kompetensi inti dan kompetensi dasar yang digariskan
dalam
menteri.
dicapai melalui latihan berulang-ulang.
Dalam pembelajaran keseimbangan aspek
Dalam hal ini guru perlu merancang
afektif yaitu aspek sikap. Sikap merupakan
pembelajaran
pembawaan yang dapat dipelajari, dan
aspek
dapat mempengaruhi perilaku seseorang
diharapkan
terhadap suatu objek. Sikap merupakan
keseluruhan keterampilan siswa tersebut.
kecenderungan untuk merespons suatu
Aspek yang terakhir yang tidak dapat
stimulus berdasarkan penilaian terhadap
dilupakan adalah aspek kognitif. Aspek ini
stimulus tersebut. Respons tersebut dapat
meliputi kecakapan untuk mengelola dan
bersifat positif dapat pula bersifat negatif.
mengembangkan proses berpikir dengan
Dalam hal ini guru dituntut untuk dapat
cara merekam, membuat analisis dan
menumbuhkan
respons
dalam
sintesis. Pengaturan pada proses-proses
pembentukan
sikap
Aspek
yang mengaktifkan dan memodifikasi
keterampilan
proses belajar sangat diharapkan dapat
motorik yang tidak hanya mencakup
diatur guru dan dilaksanakan guru dalam
kegiatan-kegiatan fisik, melainkan juga
pembelajaran.
psikomotorik
positif siswa.
merupakan
kegiatan-kegiatan digabungkan
peraturan
Keterampilan motorik paling baik
motorik dengan
yang
psikomotorik dapat
dapat
membentuk
siswa
sehingga
memperbaiki
yang
keterampilan
intelektual, misal dapat menulis, membaca, menggunakan
mikroskop
untuk
mengamati bakteri tertentu, menggunakan Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013
29 DAFTAR PUSTAKA Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta, kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Bornok Sinaga, dkk (2013). Buku Petunjuk Guru untuk Kelas X SMA, Jakarta, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hiebert, James (1992). Instruction and Teaching With Understanding. Macmillan, Publishing Company. Ibrahim, Muslimin dan Nur, Mohamad, (2003). Pengajaran Berdasarkan Masalah, Surabaya, UnesaUniversity Press Sinambela, Pardomuan (2006) Keefektifan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Instruction) dalam Pembelajaran Matematika untuk Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear dan Kuadrat di Kelas X SMA Negeri 2 Rantau Selatan, Sumatera Utara Tesis: Magister Pendidikan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya. Syah, M., 1996. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 54 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 65 tahun 2013 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 67 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Intidaiyah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 68 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 69 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 70 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 71 tahun 2013 tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Pedoman Guru untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 32 tahun 2013 tentanng Perubahan atas Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Pardomuan Nauli Josip Mario Sinambela adalah Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan; Penulis Buku Ajar SMP & SMA Kemendikbud Kurikulum 2013
30 PENINGKATAN KOMITMEN ORGANISASI KEPALA SEKOLAH EFEKTIF PADA ERA GLOBALISASI Paningkat Siburian Abstrak Komitmen organisasi kepala Sekolah Menengah Kejuruan sebagai sikap yang merefleksikan loyalitas pada organisasi yang dipimpinnya perlu ditingkatkan secara terus – menerus agar mereka mau melaksanakan setiap program pendidikan dengan sebaik – baiknya, sehingga tujuan pendidikan tercapai secara efektif dan efisien. Model Integrasi Perilaku Organisasi menjelaskan bahwa budaya organisasi adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi komitmen organisasi. Peningkatan komitmen organisasi kepala SMK dapat dilakukan melalui pengabadian budaya organisasi. Pengabadian budaya organisasi terdiri atas dua proses, yaitu: sosialisasi dan internalisasi. Jadi, kedua proses pengabadian budaya organisasi tersebut sangat diperlukan untuk menjadikan kepala SMK memiliki komitmen organisasi yang diperlukan dalam pencapaian tujuan organisasi. Kata Kunci : Komitmen Organisasi, Budaya Organisasi, Kepala Sekolah. A. PENDAHULUAN Implementasi Kurikulum
2013
dalam
memimpin
guru
melakukan
yang diharapkan dapat memberikan bekal
pembelajaran yang dapat menumbuhkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap bagi
kemampuan peserta didik berpikir kritis,
peserta didik ditentukan oleh berbagai
kreatif, dan inovatif, sehingga memiliki
faktor, baik faktor sosial maupun faktor
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
nonsosisal.
dibutuhkan dalam pembangunan nasional.
Menteri
Sehubungan
Pendidikan
dengan
dan
itu,
Kebudayaan
Hechinger
dalam
Direktorat
Tenaga
(http://www.poskotanews.com/2013/09/01
Kependidikan (2007: 6) mengemukakan
/mendikbud-optimis-bisa-laksanakan-
bahwa naik atau turunnya kualitas sekolah
kurikulum-2013) mengemukakan bahwa
sangat tergantung kepada kualitas kepala
untuk
sekolahnya.
menyukseskan
Kurikulum berbagai kualitas
2013 faktor,
guru,
pendukung, sekolah
sangat seperti
sarana
penguatan
serta
implementasi
peran
dan
Jadi,
kepala
sekolah
ditentukan
merupakan orang kunci dalam menentukan
peningkatan
keberhasilan sekolah, sehingga mereka
prasarana
manajemen pemerintah
di dan
kalangan peduli dunia pendidikan. Kepala sekolah sebagai manajer memiliki peran yang sangat penting di
harus
profesional
serta
memiliki
komitmen organisasi yang tinggi terhadap organisasi yang dipimpinnya. Komitmen
organisasi
kepala
sekolah sebagai sikap yang merefleksikan loyalitas
pada
organisasi
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
yang
31 dipimpinnya perlu ditingkatkan secara
bahwa komitmen organisasi merupakan
terus
tantangan utama pada abad XXI.
menerus
agar
mereka
mau
melaksanakan setiap program pendidikan
Oleh karena itu, dalam rangka
dengan sebaik – baiknya, sehingga tujuan
memberhasilkan
pendidikan tercapai
secara efektif dan
nasional di Sekolah Menengah Kejuruan
efisien. Sehubungan dengan itu, Peneliti
(SMK), perlu dilakukan kajian tentang
dalam Luthans (2006: 248) memandang
peningkatan komitmen organisasi kepala sekolah
efektif
program
pada
era
pendidikan
globalisasi.
B. PEMBAHASAN Sekolah
Menengah
Kejuruan
bertanggung jawab. Secara khusus, dapat
adalah sebuah lembaga pendidikan yang
dikemukakan bahwa SMK
diharapkan dapat menghasilkan tenaga
untuk menyiapkan peserta didik agar
kerja yang dapat diandalkan sebagai faktor
menjadi
manusia
produktif,
keunggulan kompetitif dalam menghadapi
mampu
bekerja
mandiri,
persaingan global. Sehubugan dengan itu,
lowongan pekerjaan yang ada di dunia
dilakukan pengembangan kurikulum SMK
usaha dan dunia industri sebagai tenaga
yang disebut dengan Kurikulum
2013
kerja terampil tingkat menengah serta
potensi,
mampu mengembangkan diri di kemudian
dan
hari, baik secara mandiri maupun melalui
serta
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
yang
berpusat
pada
perkembangan, kepentingan
kebutuhan, peserta
didik
lingkungannya.
bertujuan kreatif, mengisi
Sehubungan dengan itu, Basuki (2005: 21)
Kementerian
dan
mengemukakan bahwa tujuan pendidikan
Kebudayaan (2012: 2) menjelaskan bahwa
kejuruan adalah menyiapkan peserta didik
kurikulum
dikembangkan
memasuki dunia kerja dan melanjutkan
berbasis kompetensi merupakan instrumen
pendidikan ke jenjang pendidikan yang
untuk mengarahkan peserta didik menjadi:
lebih tinggi. Pernyataan Basuki tersebut
(1) manusia berkualitas yang mampu dan
mengacu pada fungsi pendidikan kejuruan,
proaktif menjawab tantangan zaman yang
yakni menyiapkan siswa menguasai ilmu
selalu berubah; (2) manusia terdidik yang
pengetahuan
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
sehingga mampu mengikuti, menguasai,
Maha
sehat,
dan menyesuaikan diri dengan kemajuan
berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3)
Iptek, dan memiliki kemampuan dasar
warga
2013
Esa, negara
Pendidikan
yang
berakhlak yang
mulia, demokratis
dan
teknologi
(Iptek),
dan
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
32 untuk dapat mengembangkan diri secara
terencana
berkelanjutan.
pendidikan agar dapat berkembang dan maju
Bachtiar (Http://File.Upi.Edu/Direktori/FPTK/JUR.
untuk sesuai
meningkatkan dengan
mutu
kebutuhan
pembangunan dan perkembangan zaman. Peningkatan
_PEND.TEKNIK_ELEKTRO/195512041 981031BACHTIAR_HASAN/PENDIDIK
kepala
AN_KEJURUAN_DI_INDONESIA.Pdf)
mewujudkan kepala sekolah efektif, yang
mengemukakan untuk dapat melakukan
mampu melakukan pekerjaan yang benar
fungsi
penyelenggaraan
dengan cara yang benar. Sehubungan
pendidikan kejuruan harus berlandaskan
dengan kepala sekolah efektif, Direktorat
filsafat pendidikan kejuruan sebagaimana
Tenaga
dalam teori Prosser yang menjelaskan
menjelaskan
bahwa sekolah kejuruan akan efektif hanya
sekolah layak dinyatakan sebagai kepala
jika diperkenalkan dengan situasi nyata
sekolah efektif, jika menguasai jawaban
untuk berpikir, berperasaan, berperilaku
atas pertanyaan: (1) mengapa pendidikan
seperti halnya pekerja di industri, di mana
yang baik diperlukan di sekolah; (2) apa
siswa akan bekerja setelah lulus.
yang diperlukan untuk meningkatkan mutu
tersebut,
Penyelenggaraan
pendidikan
kejuruan membutuhkan kepala sekolah
sekolah
profesionalisme dilakukan
Kependidikan bahwa
(2007:
seseorang
untuk
10) kepala
sekolah; dan (3) bagaimana mengelola sekolah untuk mencapai prestasi terbaik.
profesional yang memiliki kepemimpinan
Peranan kepala sekolah sangat
efektif dan komitmen organisasi yang
dominan dalam menetukan keberhasilan
tinggi agar tujuannya dapat tercapai secara
sekolah, sehingga kepala sekolah dituntut
efektif dan efisien. Bubb dan Earley (2007:
memiliki visi dan wawasan yang luas
13)
“professional
tentang sekolah, dan kemampuan yang
development is crucial for organizational
baik serta memiliki komitmen organisasi
growth and school improvement”. Sesuai
yang
dengan pernyataan Bubb dan Earley dapat
kepemimpinan yang efektif. Indonesia
dikemukakan
Australia
menyatakan
profesional
bahwa
bahwa sangat
pengembangan penting
untuk
tinggi
dalam
Technical
and
melakukan Vocational
Education Project (1995: 1) menetapkan
pertumbuhan organisasi dan perbaikan
bahwa
sekolah.
83)
Kejuruan (SMK) yang baik harus memiliki
peningkatan
kemampuan yang tinggi dan bekerja secara
Mulyasa
mengemukakan profesionalisme
bahwa kepala
(2009: sekolah
Kepala
Sekolah
Menengah
perlu
penuh waktu dalam perannya sebagai: (1)
dilaksanakan secara terus - menerus dan
Manajer; (2) Pemimpin; (3) Administrator;
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
33 (4) Wiraswastawan; (5) Penyelia; (6)
Wiyata Mandala, yakni cara memandang
Pencipta
sekolah sebagai lingkungan pendidikan
iklim kerja; dan (7) Pendidik.
Sehubungan
dengan
itu,
Direktorat
dan pembelajaran, dan bertanggung jawab
Pendidikan Menengah Kejuruan (1995: 4 –
penuh
10) menjelaskan indikator keberhasilan
pendidikan.
terhadap
kepala Sekolah Menengah Kejuruan, yaitu: (1)
sebagai
manajer
harus
mampu
penyelenggaraan
Sesuai dengan penjelasan di atas, dapat
dikemukakan
bahwa
seseorang
mengelola sumber daya manusia, fasilitas,
kepala sekolah mau bekerja secara penuh
dan dana untuk melaksanakan misi dan
waktu
mencapai tujuan sekolah; (2) sebagai
terhadap penyelenggaraan pendidikan, jika
pemimpin harus mampu meyakinkan dan
memiliki komitmen organisasi yang tinggi
menggerakkan orang lain (staf, siswa, dan
terhadap
masyarakat) untuk mencapai tujuan sesuai
Komitmen organisasi menunjuk pada janji
target; (3) sebagai administrator harus
atau tanggung jawab seseorang terhadap
memahami
organisasinya untuk bekerja keras sesuai
dan
penyelenggaraan
mengkoordinasikan administrasi
sekolah
dan bertanggung jawab penuh
lembaga
yang
keinginan organisasi
dipimpinnya.
guna mencapai
sesuai pedoman pengelolaan administrasi
tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
sekolah,
Menurut Colquitt, LePine, dan Wesson
dan
memberikan
pelayanan
bahwa
“organizational
administrasi yang lancar dan tepat waktu;
(2009:
(4) sebagai wiraswastawan harus mampu
commitment is defined as desire on the
menganalisis
memanfaatkan
part an employee to remain a member of
peluang, serta menciptakan keunggulan
organization.” Berdasarkan penjelasan Colquitt,
kompetitif; (5) sebagai penyelia harus
LePine, dan Wesson di atas dapat didefinisikan
mampu
bahwa
peluang,
mengkomunikasikan
penyeliaan,
program
melaksanakan,
menindaklanjuti hasil penyeliaan;
67)
komitmen organisasi menunjuk pada
dan
keinginan seorang karyawan untuk tetap
(6)
menjadi
anggota
organisasi.
Jadi,
sebagai pencipta iklim kerja harus mampu
seseorang kepala sekolah yang memiliki
meyakinkan dan menggerakkan seluruh
komitmen organisasi yang tinggi terhadap
tenaga kependidikan dan siswa untuk
organisasi sekolah yang dipimpinnya,
menciptakan
keindahan,
tidak berkehendak meninggalkan sekolah
ketertiban, keamanan, kerindangan, serta
tersebut, karena merasa bahwa tujuan
keakraban dan kekeluargaan; dan
organisasi sesuai dengan tujuannya. Secara
sebagai
kebersihan,
pendidik
harus
(7)
memiliki
pemahaman yang baik terhadap Wawasan
rinci,
Colquitt,
Lepine,
dan
Wesson
mengemukakan tiga tipe komitmen yang
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
34 membentuk komitmen secara keseluruhan
berikut
ini.
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1
Gambar 1. Drivers of Overall Organizational Sumber: Jason A. Colquitt, Jeffery A. Lepine, dan Michael J. Wesson. 2009. Organizational
Behaviour. McGraw-Hill. p. 64
Improving Perfomance and Commitment in the Workplace. New York:
commitment, defined as a desire to remain a member of an organizations due to a feeling of obligation.”
Sehubungan dengan tipe-tipe komitmen organisasi, Colquitt, LePine, dan Wesson (2009: 68 – 69) menjelaskannya sebagai berikut: “These sorts of emotional reasons create affective commitment, defined as a desire to remain a member of an organizations due to an emotional attachment to, and involvement with, that organization. These sorts of reasons create continuance commitment, defined as a desire to remain a member of an organizations because of an awareness of the costs associated with leaving it. These sorts of reasons create normative
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikemukakan definisi
komitmen
afektif sebagai keinginan untuk tetap menjadi anggota dalam organisasi karena keterikatan emosional dan keterlibatan dengan
organisasi,
definisi
komitmen
kelanjutan sebagai keinginan untuk tetap menjadi anggota dari sebuah organisasi karena adanya kesadaran akan biaya yang terkait
dengan
meninggalkannya,
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
dan
35 definisi
komitmen
normatif
sebagai
Jadi,
kepala
sekolah
yang
keinginan untuk tetap menjadi anggota
memiliki kemampuan yang baik untuk
dari
memimpin
sebuah
organisasi
karena
rasa
harus
dibarengi komitmen
kewajiban. Selanjutnya, Prayitno (2009:
organisasi yang kuat untuk berusaha keras
219) mengemukakan bahwa komitmen
sesuai
dapat
untuk
mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah
sunguh-
yang dipimpinnya. Sehubungan dengan
249)
pentingnya komitmen organisasi kepala
diartikan
sebagai
melakukan
sesuatu
sungguh.
Luthans
janji
dengan (2006:
mengemukakan
bahwa
komitmen
organisasi
sering
didefinisikan
paling
keinginan
sekolah
organisasi
dalam
pendidikan,
dalam
memberhasilkan
Direktur
Tenaga
sebagai (1) keinginan kuat untuk tetap
Kependidikan (2008: 6) mengemukakan
sebagai anggota organisasi tertentu; (2)
bahwa komitmen kepala sekolah terhadap
keinginan untuk berusaha keras sesuai
pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya
keinginan organisasi; dan
merupakan
(3)
refleksi
dari
kompetensi
keyakinan tertentu, serta penerimaan nilai
kepribadian dan kompetensi sosial yang
dan tujuan organisasi. Sesuai dengan
harus dimiliki kepala sekolah.
hakikat komitmen organisasi sebagaimana
Komitmen organisasi dipengaruhi oleh
diuraikan di atas, komitmen organisasi
berbagai faktor, baik faktor dalam diri
kepala SMK yang ideal menunjuk kepada
individu maupun faktor lingkungannya.
keyakinan tertentu, serta penerimaan nilai
Secara rinci, Colquitt, LePine, dan Wesson
dan tujuan organisasi; keinginan yang kuat
menjelaskan faktor yang mempengaruhi
untuk tetap sebagai anggota organisasi;
komitmen organisasi, baik secara langsung
dan keinginan untuk berusaha keras sesuai
maupun
keinginan
dibuat
organisasi
sekolah
yang
tidak pada
langsung Gambar
2
sebagaimana berikut
dipimpinnya.
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
ini.
36
Gambar 2. Model Integrasi Perilaku Organisasi Sumber:
dapat
Jason A. Colquitt, Jeffery A. Lepine, dan Michael J. Wesson. 2009. Organizational Behaviour. Improving Perfomance and Commitment in the Workplace. New York : McGraw-Hill. p. 8
Berdasarkan Gambar 2 di atas
individual yang meliputi kepuasan kerja,
diketahui
mekanisme
stres, motivasi, kepercayaan, keadilan,
budaya
etika, pembelajaran, dan pengambilan
organisasi
yang
organisasi,
dan
bahwa meliputi struktur
organisasi;
keputusan,
mekanisme kelompok yang meliputi gaya
individual
dan perilaku kepemimpinan, kuasa dan
mempengaruhi hasil-hasil individual yang
pengaruh
meliputi kinerja dan komitmen organisasi.
kepemimpinan,
karakteristik
tim;
dan
proses
tim,
karakteristik
Jadi,
selanjutnya tersebut
Model
mekanisme
secara
Integrasi
langsung
Perilaku
individual yang meliputi kepribadian dan
Organisasi menjelaskan bahwa budaya
nilai budaya, dan kemampuan secara
organisasi adalah salah satu faktor yang
langsung
dapat mempengaruhi komitmen organisasi.
mempengaruhi
mekanisme
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
37 Gibson,
refleksi asumsi-asumsi yang mendasari
Ivancevich, dan Donnelly (1996: 77)
tentang cara kerja terbentuk, apa yang
menyatakan bahwa budaya organisasi
dapat diterima dan tidak dapat diterima;
mengandung
dan apa perilaku dan tindakan yang
Sehubungan
dengan
itu,
gabungan
nilai-nilai,
kepercayaan, asumsi, persepsi, norma,
didorong dan dianjurkan. Penjelasan Lussier dan Mullins di
kekhasan dan pola perilaku dalam suatu organisasi. Lunenburg dan Ornstein (2000:
atas
60) menyatakan bahwa “the culture of an
organisasi
organization is all the beliefs, feelings,
bagaimana anggota organisasi seharusnya
behaviors,
are
bersikap, apa yang dapat diterima dan
characteristic of an organization”. Sesuai
tidak dapat diterima, dan perilaku yang
dengan
dan
dianjurkan dalam bekerja. Jadi, budaya
Ornstein di atas dapat diketahui bahwa
organisasi dapat merupakan pedoman yang
budaya
semua
berisi asumsi, nilai, dan norma yang akan
dan
menuntun anggota organisasi di dalam
simbol yang merupakan karakteristik dari
berpikir, bersikap, dan bertindak guna
sebuah organisasi. Kedua pernyataan di
mencapai tujuan organisasi secara efektif
atas menjelaskan aspek-aspek budaya yang
dan efisien.
and
symbols
pernyataan
Lunenburd
organisasi
kepercayaan,
that
perasaan,
adalah perilaku,
menunjukkan
hakikat
yang
dapat
Budaya
meliputi nilai-nilai, kepercayaan, asumsi,
budaya menuntun
organisasi
perlu
persepsi, perasaan, perilaku, norma, dan
diabadikan agar anggota organisasi dapat
simbol yang merupakan ciri khas dari
bekerja dengan baik mencapai tujuan
suatu organisasi. Lussier (1997: 255)
organisasi. Pengabadian budaya organisasi
mengemukakan
“organizational
adalah proses yang dilakukan secara sadar
culture consists of the shared values,
atau tidak sadar untuk menanamkan
beliefs, and assumptions of how its
budaya
members should behave”. Mullins (2005:
organisasi agar budaya organisasi dapat
891)
bahwa
terus hidup dan berkembang sepanjang
“organisational culture as reflecting the
kehidupan organisasi. Pengabadian budaya
underlying assumptions about the way
organisasi terdiri atas dua proses, yaitu
work is formed ; what is ‘acceptable and
proses
not acceptable’; and what behavior and
menanamkan budaya organisasi kepada
actions are encouraged and discouraged”.
anggotanya
(sosialisasi)
Berdasarkan penjelasan Mullins dapat
internalisasi
budaya
diketahui bahwa budaya organisasi adalah
anggota organisasi untuk menyamakan
bahwa
mengemukakan
organisasi
upaya
kepada
anggota
organisasi dan
organisasi
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
untuk proses oleh
38 nilai-nilai,
norma,
dan
kepercayaan
sikap dan perilaku yang diperlukan dalam
individu (anggota organisasi) dengan nilai-
pencapaian
nilai, norma, dan kepercayaan organisasi.
pengabadian
Jadi, kedua proses pengabadian budaya
lembaga
organisasi tersebut sangat diperlukan untuk
dengan tahapan seperti pada Gambar 3
menjadikan anggota organisasi memiliki
berikut ini.
Mulai
Seleksi calon anggota organisasi baru
Cuci otak dan prakondisi membuka Ya jalan penerimaan budaya organisasi baru
tujuan budaya
pendidikan
organisasi. organisasi dapat
Proses pada
dilakukan
Observasi, tes, ujian, praktik, sanksi dan sebagainya
Observasi, tes, ujian, praktik, sanksi dan sebagainya
Lulus?
Tidak
Tidak
Calon ditolak
Lulus ?
Ya
Seremoni, wisuda, sumpah, baiat jadi anggota organisasi baru
Selesai
Penguatan melalui pemberian imbalan dan hukuman
Gambar 3 Proses Pengabadian Budaya Organisasi Sumber: Wirawan. 2007. Budaya dan Iklim Organisasi. Teori Aplikasi dan Penelitian. Jakarta: Salemba Empat. p. 31.
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
39 Sesuai dengan Gambar 3 dapat dijelaskan
bahwa
pengabadian
diberi sanksi bagi yang gagal. Bagi calon
budaya organisasi diawali seleksi para
yang lulus diadakan seremoni penerimaan
calon anggota organisasi baru untuk
anggota organisasi baru yang meliputi
mendapatkan
yang
pengucapan sumpah dan pelantikan, dan
memenuhi persyaratan norma, nilai, kode
mereka mempunyai hak dan kewajiaban
etik, dan harapan dari budaya organisasi.
sebagai
Calon tidak lulus ditolak, sedang calon
memperkuat dan melanggengkan budaya
lulus diterima memasuki kegiatan lanjutan
organisasi, bagi anggota organisasi yang
mencuci otak agar meninggalkan pola
berperilaku sesuai dengan norma, nilai,
pikir, norma, dan nilai-nilai yang ada
dan asumsi serta berjasa bagi organisasi
dalam dirinya. Selanjutnya, dilakukan
diberi
sosialisasi dan difusi budaya organisasi, di
sedangkan bagi anggota organisasi yang
mana calon anggota baru diperkenalkan,
perilakunya tidak sesuai, diberi hukuman.
dijelaskan,
proses
indoktrinasi, dan pelatihan dievaluasi, dan
calon
dan
anggota
dirembesi
budaya
anggota
organisasi.
penghargaan
dan
Untuk
imbalan,
Berdasarkan kajian teori dapat
organisasi melalui orientasi, indoktrinasi,
dikemukakan
dan pelatihan. Selain itu, calon anggota
komitmen organisasi kepala SMK dapat
baru
dan
dilakukan
melalui
berperilaku serta manfaatnya bagi dirinya
organisasi
atau
dan
organisasi.
diajari
bagaimana
organisasi.
berpikir
Hasil
orientasi,
bahwa
peningkatan
penguatan
budaya
pengabadian
budaya
C. PENUTUP Komitmen
organisasi
kepala
untuk mencapai tujuan pendidikan secara
SMK adalah salah satu faktor yang dapat
efektif dan efisien. Oleh karena itu, upaya
memberhasilkan
peningkatan komitmen organisasi kepala
pencapaian
tujuan
sekolah melalui implementasi Kurikulum
SMK
2013. Kepala SMK sebagai manajer harus
memberhasilkan program pendidikan agar
memiliki komitmen organisasi yang tinggi
lulusan lembaga tersebut dapat menjadi
agar mau bekerja secara penuh waktu dan
tenaga
bertanggungjawab
sebagai
penyelenggaraan
penuh
terhadap
pendidikan
sangat
kerja faktor
diperlukan
yang
dalam
dapat
diandalkan
keunggulan
kompetitif
yang
dalam menghadapi persaingan global.
dilakukan melalui proses perencanaan,
Peningkatan komitmen organisasi dapat
pengorganisasian,
dilakukan melalui kegiatan penguatan
pengarahan,
dan
pengendalian sumber daya pendidikan
budaya
organisasi
kepala
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
SMK
40 DAFTAR PUSTAKA Bachtiar Hasan. 2009. Arti dan Tujuan Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Http://File.Upi.Edu/Direktori/FPT K/JUR._PEND._TEKNIK_ELEKT RO/195512041981031BACHTIAR_HASAN/PENDIDIK AN_KEJURUAN_DI_INDONESI A.Pdf), p.5 diakses 27 Maret 2012 Basuki
Wibawa. 2005. Pendidikan Teknologi dan Kejuruan .Manajemen dan Implementasinya di Era Otonomi . Surabaya: Kerta Jaya Duta Media
Bubb, Sara and Peter Earley. 2007. Leading and Managing Continuing Professional Development . London: Paul Chapman Publishing Colquitt, Jason A., Jeffery A.Le Pine, dan Michael J.Wesson. 2009. Organizational Behavior. Improving Performance And Comitment In the Workplace. New York: McGraw-Hill International Edition Direktorat Pendidikan Kejuruan. 1995. Keberhasilan Kepala Menengah Kejuruan Direktorat Pendidikan Kejuruan
Menengah Indikator Sekolah . Jakarta: Menengah
Direktorat Tenaga Kependidikan. 2007. Kepemimpinan Pendidikan Persekolahan yang Efektif . Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktur Tenaga Kependidikan 2008. Penilaian Kinerja Kepala Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Yuwono, ANDI
et.
al.,
Yogyakarta:
Gibson, James L., John. M. Ivancevich, dan James H. Donnelly, 1996. Organisasi. Terj. Nunuk Adiarni . Jakarta: Binarupa Aksara Indonesia Australia Technical and Vocational Education Project. 1995. Profil Kepala Sekolah Menengah Kejuruan . Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, 1995), p. 1 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Lunenburg, Fred C dan Allan C. Ornstein 2000. Educational Administration. Concepts and Practices . Belmont: Wadsworth Lussier, Robert N. 1997. Management. Concepts. Applications. Skill Development . Ohio: SouthWestern College Publishing Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Mendikbud Optimis, Bisa Laksanakan Kurukulum 2013. http://www.poskotanews.com/2013 /09/01/mendikbud-optimis-bisalaksanakan-kurikulum-2013/ diakses tanggal 5 September 2013). Mullins, Laurie J. 2005. Management and Organisational Behaviour. London: Prentice Hall Mulyasa, E. 2009. Menjadi Kepala Sekolah Profesional . Bandung: Remaja Rosdakarya Prayitno. 2009. Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Jakarta: Gramedia
Fred Luthans . 2006. Perilaku Organisasi. Terjemahan Vivin Andhika
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
41 PENINGKATAN KUALITAS BERNALAR MAHASISWA DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH Wanapri Pangaribuan Jongga Manullang Abstrak Kualitas bernalar mahasiswa dapat ditingkatkan melalui berbagai upaya berdasarkan teori pembelajaran Piaget, Bruner, Bloom, Gagne, dan Marzano. Kemampuan bernalar tingkat tinggi sangat menentukan kualitas karya ilmiah mahasiswa, khususnya karya ilmiah dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Kata Kunci: Kualitas Bernalar, Karya Ilmiah A. Pendahuluan Penerapan baru
dalam
teknologi
ilmu
industri
menyebabkan
penemuan-penemuan pengetahuan dalam
terjadinya
perubahan-perubahan
dan
yang sangat ketat, tidak ada pilihan lain, kecuali
menyolok
akselerasi
memasuki revolusi industri I, II, III, dan ke
dalam
banyak
ketertinggalan
yang
mampu
IV (Alisyahbana, 1986: 14). Indonesia pengalaman
melanjutkan
penjajahan
pada
tahun
sebelum diplokamirkannya kemerdekaan
yang
RI tahun 1945. Teknologi maju yang
melipatgandakan kemampuan otot belum
ditawarkan negara maju dengan berbagai
selesai bahkan belum dimulai di satu
kecanggihan
daerah, namun di daerah-daerah lain
Indonesia yang konsumtif, tergantung dan
seperti di daerah yang berada di negara
tidak reatif maupun inovatif (Habibie,
maju telah terjadi revolusi industri II yang
2012: 2-3). Lebih lanjut dikatakan bahwa
melipatgandakan kemampuan otak, dan
dengan diimpornya berbagai produk dari
juga telah mempersiapkan diri untuk
negara maju, terselubung “jam kerja” yang
memasuki
dibiayai
Revolusi
revolusi
daerah
masyarakat
bahkan
negara.
di
turut
membentuk
nyata
mengakibatkan
berpartisipasi
kehidupan
kehidupan manusia. Akselerasi perubahan tersebut
harus
industri
I
industri III
yang
menjadikan
rakyat
masyarakat
Indonesia
untuk
melipatgandakan kemampuan informasi
mengembangkan
(Pangaribuan, 1989:1-2).
teknologi, proses pendidikan, dan proses
Indonesia ketertingalan terjaminnya
tersebut,
mengalami namun
kesejahteraan
ilmu
pengetahuan,
pembudayaan masyarakat lain. Masyarakat
demi
lain terus berkembang tetapi masyarakat
rakyat
Indonesia tidak mendapatkan kesempatan
Indonesia dalam kompetisi ekonomi dunia 1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.
42 untuk
berkembang
karena
tidak
memperoleh pembinaan yang dibutuhkan. Indonesia
harus
memegang
peran
penting
dalam
persaingan global. Kebijaksanaan
membangun
dibangun
dari
sumber daya manusia yang handal, yaitu
kemampuan bernalar yang tinggi dan baik
manusia
kemampuan
serta karakter yang kokoh. Tuntutan era
berpikir tinggi, keratif, inovatif, dan
globalisasi pada masyarakat persekolahan
bermental
Perkembangan
tidak cukup hanya memiliki pengetahuan,
mentalitas sangat menentukan kemajuan
keterampilan dan teknologi akan tetapi
sumber daya manusia suatu negara (Raka,
yang sangat mendasar adalah kemampuan
2012:4).
harus
bernalar yang tinggi dan berkarakter.
disiapkan sehingga hidup menantang di
Kemampuan bernalar yang tinggi dan
dalam “knowledge based society” yaitu
berkarakter membangun manusia yang
masyarakat berbasis pengetahuan pada
hidup dengan bijaksana. Kehidupan yang
abad ke-21 (Tilaar, 2012:3). Masyarakat
bijaksana membangun keberuntungan dan
dunia saat ini memasuki era kebijaksanaan
kemudahan-kemudahan
(Covey,
kesejahteraan. Orang yang bijaksana hidup
yang
memiliki
yang
baik.
Manusia
Indonesia
2005:22-23).
Kebijaksanaan
dengan
pola
serta
berpikir
tingkat
tinggi.
B. Hakikat Penalaran Segala sesuatu yang terjadi di
hakiki (Timpe, 1987: 1-5). Penalaran
alam ini adalah mengikuti hukum sebab-
adalah proses berpikir yang bersifat logis,
akibat. Fenomena alam selalu disebabkan
sistematis, dan dapat diuji secara logika.
oleh sejumlah faktor fenomena alam
Penalaran terdiri dari penalaran deduksi,
lainnya. Alam merupakan sistem yang
penalaran
membangun
yang
Penalaran deduksi terdiri dari silogisme
saling berpangaruh yang mengikuti hukum
dan entimen; sedangkan penalaran induktif
sebab-akibat
terdiri dari generalisasi dan analogi.
fenomena-fenomena tersebut.
Pemahaman
terhadap fenomena didasari oleh penalaran yang baik.
induksi
(Wildan,
2012).
Penalaran deduksi bertolak dari proposisi atau fenomena umum menjadi
Penalaran
harus
dipicu
oleh
proposisi atau fenomena khusus dan
khayalan,
khayalan
diproses
secara
sistematis
dengan
proses
yang
Penalaran induksi bertolak dari proposisi
berkelanjutan berbasis hubungan sebab
atau fenomena khusus menuju proposisi
selanjutnya
menarik
kesimpulan.
akibat dari semua para meter objek yang 1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.
43 (fenomena)
umum
dan
selanjutnya
menarik kesimpulan. penarikan kesimpulan secara deduktif. disusun
dan
sebuah
konklusi
(kesimpulan). Silogisme adalah rangkaian
Silogisme adalah suatu proses Silogisme
(pernyataan)
dari
dua
tiga buah pendapat, yang terdiri dari dua pendapat dan satu kesimpulan.
proposi
Contoh (Sinambela, 2012: 17): Premis I: Kalau kakeknya datang dari kampung, Orlando sangat senang. Premis II: Dari kampung kakeknya datang dan menginap di rumah Orlando. Konklusi: Orlando senang. Entimen adalah penalaran deduksi
khusus dari beberapa pendapat khusus
secara langsung. Dan dapat dikatakan pula
yang lain, dengan cara membandingkan
silogisme premisnya dihilangkan atau
situasi yang satu dengan yang sebelumnya.
tidak diucapkan karena sudah sama-sama
Kesamaan
diketahui. Contohnya: kelelawar adalah
diimplmentasikan pada persoalan yang
binatang bersayap yang mencari makan
secara sepintas tidak mungkin dilakukan
pada malam hari. Keimpulannya adalah
akan tetapi sebenarnya dapat dilakukan.
bahwa kelelawar beristirahat pada siang hari.
tersebut
dapat
Satu persoalan sebagai contoh. Kerupuk
lebar
yang
renyah
akan
Generalisasi adalah pernyataan
dimasukkan ke sebuah botol yang akan
yang berlaku umum untuk semua atau
dikirim ke satu tempat dengan harapan
sebagian
kerupuk
besar
gejala
yang
diminati
tetap
lebar
dan
renyah.
generalisasi mencakup ciri – ciri esensial,
Permasalahan adalah kerupuk tersebut jika
bukan rincian. Pengembangan karangan,
dimasukkan ke dalam botol akan hancur
generalisasi
fakta,
karena mulut botol terlalu kecil dibanding
karakteristik-
dengan lebar kerupuk. Dapatkah dilakukan
kecenderungan
?. Dengan menggunakan analogis dapat
contoh,
dibuktikan
data
karakteristik khusus,
statistik, khusus,
fenomena
dengan
khusus.
Contoh
dilakukan. Seandainya kerupuk tersebut
generalisasi: Orang yang ditinggal kekasih
elastis seperti daun talas, maka kerupuk
yang sangat disayangi pasti bersedih.
tidak akan hancur dan tetap dapat dikirim
Analogi adalah membandingkan dua
hal
yang
banyak
ke tujuan dengan kondisi yang diharapkan.
persamaanya.
(Analoginya adalah elastisitas daun talas).
Kesimpulan yang diambil dengan jalan
Langkah selanjutnya adalah bagaimana
analogi, yakni kesimpulan dari pendapat membuat kerupak yang elastis ketika 1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.
44 dimasukkan
ke
dalam
botol
hingga
berkelanjutan.
Pada
gambar
berikut
dikeluarkan dan akan mengeras renyah
ditampilkan penalaran deduktif dan relasi
setelah beberapa saat dikeluarkan dari
yang
botol.
kesimpulan
menjadi
tren
dalam
penarikan sementara.
Penalaran deduksi dan induksi dapat
dilakukan
berurutan
dan
preposisi
Konsep
Konsep
teori Variabel
Variabe l
hipotesis
Defenisi Operasional Penarikan
Defenisi Operasiona kesimpulan
analisis data menyimpulkan ada tidaknya
adalah
pengaruh
berdasarkan hasil analisis data. Hasil
fenomena
berdasarkan
gambar
di
atas
atau
hubungan
antara
dua
(variabel).
Pengambilan kesimpulan dari dua atu lebih preposisi dapat bersyarat. Misalkan, Premis I: Yang disebut mahasiswa Unimed adalah mahasiswa yang terdaftar di buku induk mahasiswa. Premis II: Yang disebut mahasiswa Unimed adalah mahasiswa yang masih aktif kuliah. Premis III: Setiap mahasiswa wajib mengikuti peraturan dan tata tertib Unimed. Premis IV: Budi adalah mahasiswa. Konklusi: Budi terdaftar di buku induk dan masih aktif kuliah serta mengikuti peraturan dan tata tertib Unimed. C. Penalaran berbasis Taxonomi Bloom dan Taxonomi Anderson Penalaran berada dalam ranah
Anderson
kognitif. Penalaran dalam ranah kognitif
memahami,
menurut
menganalisis,
Bloom
menyangkut
ingatan,
pemahaman, palikasi, analisis, sintesa dan
terdiri
dari
mengingat,
mengaplikasikan, mengevaluasi,
dan
mengkreasikan. Penalaran tingkat tinggi
berdasarkan taxonomi Bloom meliputi evaluasi, sedangkan penalaran menurut 1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.
45 analisis, sintesa, dan evaluasi. Penalaran tingkat
tinggi
berdasarkan
taxonomi
Bloom memberikan kata kerja operasional
dan
pertanyaan
dalam
Anderson meliputi analisis, evaluasi, dan
penalaran tingkat rendah dan tingkat tinggi
kreasi.
sebagai berikut: (Kristinandjerry, 2012).
Level 1, Knowledge
8. Complete the solution for .
1. What is the definition for ?
9. Use the technique of to solve the
2. Trace the pattern .
problem.
3. Review the facts .
Level 4, Analysis
4. Name the characteristics of .
1. What are the component parts of ?
5. List the steps for .
2. Which steps are important in the process
Level 2, Comprehension
of ?
1. Tell why these ideas are similar.
3. If , then .
2. In your own words retell the story of .
4. What other conclusions can you reach
3. Classify these concepts.
about that have not been mentioned?
4. Relate how these ideas are different.
5. The difference between the fact and the
5. What happened after ?
hypothesis is .
6. Tell some examples.
6. The solution would be to .
7. Make a model of .
7. What is the relationship between and ?
8. Take notes on .
8. What is the pattern of ?
9. Draw a picture to .
9. How would you make a ?
10. Give the proper sequence for .
10. Which material is the most valuable in
11. If A is related to B, then X is related to
enabling to ?
.
Level 5, Synthesis
12. Act out what happened .
1. Create a model that shows your new
Level 3, Application
ideas.
1. Graph the data.
2. Devise an original plan or experiment
2. Demonstrate the way to .
for.
3. Which one is most like ?
3. Finish the incomplete.
4. Practice .
4. Make a hypothesis about.
5. Act out the way a person would .
5. Change so that it will.
6. Use whatever means necessary to .
6. Propose a method to.
7. Calculate the . 7. Prescribe a new way to. 1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.
46 8. Give a book a new title.
3. Grade or rank the .
9. Speculate on questions that experts in
4. What do you think will be the outcome
the field need to answer to solve the
?
problem of
5. What solution do you favor and why?
Level 6, Evaluation
6. Which systems are best? Worst?
1. In your opinion.
7. Rate the relative value of these ideas to .
2. Appraise the chances for . D. Upaya Peningkatan Kualitas Penalaran Peningkatan penting
penalaran
dilakukan
bagi
sangat
memanipulasi simbol secara sistematis.
gnerasi
Bruner mengatakan bahwa peningkatan
muda. Kemampuan bernalar berbanding
bernalar
lurus secara signifikan dengan prestasi
melakukan inkuiri dan discoveri, penalaran
belajar fisika (Panggabean, 2011:67-76).
induktif, dan motivasi intrinsik.
Semakin
bernalar
mengatakan peningkatan penalaran dapat
semakin tinggi prestasi belajar. Berbagai
dilakukan dengan pelatihan berpikir dari
teori
hal-hal yang sederhana ke hal yang
tinggi
dalam
kemampuan
peningkatan
kemampuan
dilakukan
melalui
keaktivan Gagne
berpikir diantaranya teori Piaget, Bruner,
kompleks
Bloom, Gagne, dan Marzano (King, 2012:
mengungkap
19-21).
sebagai mana ditampilkan pada tabel
Gagne
mengatakan
melatih
berpikir operasional, berpikir logis, dan
berikut
dan
abtrak.
dimensi-dimensi (King,
Marzano beripir
2012:
22):
Tabel : Dimensi, Konsep, dan Elemen Berpikir Dimension Metacognition
Concept Knowledge and self
Element Commitment, attitudes, attention
control Knowledge and control
Types of knowledge inportant in metacognition,
process
declarative, procedural, conditional.
Executive control of
Evaluation, planning, regulation
behavior Critical and
Critical thinking
Goals, disposition
creative thinking
Creative thinking
Intense desire and preparation, internal rather than eksternal locus of evaluation, reframing ideas,
1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.
47 Dimension
Concept
Element getting away from intensive engagement to allow free-flowing throught..
Critical and creative
Application.
thinking Thinking
Concept formation
Lebels, levels
processes
Principle formation
Cause-and-effect, correlational, probability, axiomatic, and fundamental principle
Comprehension
Processes, strategies
Problem solving
Processes, strategies
Decision making
Models, processes
Research
Describing phenomena, testing hypotheses
Composition
Planning, translating, reviewing
Oral discourse
Process, application
Relationships between processes and skills Core thingking
Focusing
Defining problems, setting goals
skill
Information gathering
Observing, formulating questions
Remembering
Encoding, recalling
Organizing
Comparing, classifying, ordering, representing
analyzing
Identifying attributes and components, relationships and patterns, main ideas, errors
Generating
Inferring, predicting, elaborating
Integreting
Summarizing, restructing
evaluating
Establishing criteria: a philosophical perspective.
Relationship of
Content areas as schema
Types of schema
content area
dependent
knowledge to
Content areas as models
thinking
and metaphors
Tasks, systems
Content areas as changing
Fromsimple to complex and divers, hierarchical
bodies of knowledge
heterarchical, mechanical to holographic, determinate to indeterminate,linier to mutual causality, assembly to morphonenesis, objective perspective.
Content areas as special
Conditions needed
1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.
48 Dimension
Concept
Element
approaches to investigation
E. Karya Ilmiah dalam Program Kreativitas Mahasiswa Program kreativitas mahasiswa
berkualitas didanai oleh negara, sehingga
(PKM) adalah program yang menfasilitasi
dapat menjadi motivasi bagai mahasiswa.
mahasiswa untuk berkarya dalam karya
Jenis PKM dan tujuannya dapat dilihat
ilmiah. Karya ilmiah mahasiswa yang
pada
Jenis PKM
tabel
berikut.
Penjelasan umum
PKM
merupakan program penelitian yang bertujuan antara lain: untuk
Penelitian
mengidentifikasi faktor penentu mutu produk, menemukan hubungan
(PKM-P)
sebab-akibat antara dua atau lebih faktor, menguji cobakan sebuah bentuk atau peralatan, merumuskan metode pembelajaran, melakukan inventarisasi sumber daya, memodifikasi produk eksisting, mengidentifikasi senyawa kimia di dalam tanaman, menguji khasiat ekstrak tanaman, merumuskan teknik pemasaran, survei kesehatan anak jalanan, metode pembelajaran aksara Bali di siswa sekolah dasar, laju pertumbuhan ekonomi di sentra kerajinan Kasongan, faktor penyebab tahayul yang mewarnai perilaku masyarakat Jawa dan lain-lain kegiatan yang memiliki tujuan semacam itu.
PKM
berwirausaha dan berorientasi pada profit. Komoditas usaha yang
Kewirausahaan dihasilkan dapat berupa barang atau jasa yang selanjutnya merupakan salah satu modal dasar mahasiswa berwirausaha dan memasuki pasar. Jadi pemeran utama berwirausaha dalam hal ini adalah mahasiswa, bukan masyarakat, ataupun mitra lainnya. PKM
merupakan program bantuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam
Pengabdian
upaya peningkatan kinerja, membangun keterampilan usaha, penataan
Masyarakat
dan perbaikan lingkungan, penguatan kelembagaan masyarakat,
(PKM-M)
sosialisasi penggunaan obat secara rasional, pengenalan dan pemahaman aspek hukum adat, upaya penyembuhan buta aksara dan lain-lain bagi
1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.
49 Jenis PKM
Penjelasan umum masyarakat baik formal maupun non-formal, yang sementara ini dinilai kurang produktif. Disyaratkan dalam usulan program ini adanya komitmen bekerjasama secara tertulis dari komponen masyarakat yang akan dibantu/menjadi khalayak sasaran.
PKM
merupakan program bantuan teknologi (mutu bahan baku, prototipe,
Penerapan
model, peralatan atau proses produksi, pengolahan limbah, sistem
Teknologi
jaminan mutu dan lain-lain) atau manajemen (pemasaran, pembukuan,
(PKM-T)
status usaha dan lain-lain) atau lainnya bagi industri berskala mikro atau kecil (industri rumahan, pedagang kecil atau koperasi) dan menengah yang menyangkut kepentingan masyarakat luas dan sesuai dengan kebutuhan calon mitra program. Mitra program yang dimaksud dalam hal ini adalah kelompok masyarakat yang dinilai produktif. PKM-T mewajibkan mahasiswa bertukar pikiran dengan mitra terlebih dahulu, karena produk PKM-T merupakan solusi atas persoalan prioritas mitra. Dengan demikian, di dalam usul program harus dilampirkan Surat Pernyataan Kesediaan Bekerjasama dari Mitra.
PKM-Karsa
merupakan program penciptaan yang didasari atas karsa dan nalar
Cipta
mahasiswa, bersifat konstruktif serta menghasilkan suatu sistem, desain,
(PKM-KC)
model/barang atau prototipe dan sejenisnya. Karya cipta tersebut mungkin belum memberikan nilai kemanfaatan langsung bagi pihak lain.
PKM Artikel
merupakan program penulisan artikel ilmiah yang bersumber dari suatu
Ilmiah (PKM-
kegiatan mahasiswa dalam bidang pendidikan, penelitian atau pengabdian
AI)
kepada masyarakat yang telah dilakukannya sendiri (misalnya studi kasus, praktek lapang, KKN, PKM, magang, dan lain-lain).
PKM Gagasan
merupakan program penulisan artikel ilmiah yang bersumber dari ide atau
Tertulis
gagasan kelompok mahasiswa. Gagasan yang dituliskan mengacu kepada
(PKM-GT)
isu aktual yang ada di masyarakat dan memerlukan solusi hasil karya pikir yang cerdas dan realistik.
F. PENUTUP
1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.
50 Peningkatan kualitas penalaran
mengharapkan
melalui pelatihan berbasis berbagai teori
kemampuan
terkait dengan kemampuan menulis karya
kemampuan
dan
membutuhkan
berpikir, berpikir
tingkat
terutama tinggi.
ilmiah. Karya ilmiah berupa PKM sangat DAFTAR PUSTAKA Alisyahbana Iskandar. 1986. Penerapan ETI dalam Pembangunan. Majalah Populer Komunikasi dalam Pembangunan (Komonika) No.1 Tahun VII Covey Stephen R., (Alih bahasa Wandi S Brata). 2005. The 8th Habit. Melampaui Efektivitas, Menggapai Keunggulan. Jakarta: P.T. Gramedia Habibie B.J. 2012. Sumber Daya Manusia Andalam Masyarakat Madani. Pidato Kunci Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (Konaspi) VII . Yogyakarta: UNY King F.J., Ludwika Goodson, Faranak Rohani. 2012. Higher Order Thinking Skills. www.cala.fsu.edu. Diunduh tanggal 12 November 2012. Kristinandjerrry.http://kritinandjerry.name /jerry_teaching/general_info/Bloo ms%20Higher %20Order%20Thinking%20Verb s.pdf. Diunduh tanggal 21 November 2012. Pangaribuan Wanapri. 1989. Hubungan antara Kesiapan Kerja, Penguasaan Informasi Kewiraswastaan, dan Motivasi Kerja dengan Minat Berwiraswasta dari Siswa Kelas III Jurusan Listrik STM Negeri III Medan. Tesis. Medan: IKIP Medan.
Panggabean Jonny H. Konstribusi Penalaran dan Kreativitas Siswa terhadap Prestasi belajar Fisika pada Pokok Bahasan Listrik Statik Kelas XI Semester I MAN 2 Medan. Majalah/Jurnal Generasi kampus Vol.4 No. 2 September 2011. Raka I Dewa Gede. 2012. Pendidikan Karakter untuk 250 Juta Orang: Gerakan Menyongsong Seratus Tahun Merdeka. Makalah. Konaspi VII . Yogyakarta: UNY Sinambela Pardomuan N.J.M. Penarikan Kesimpulan dengan Metode Deduktif. Majalah/Jurnal Generasi kampus, Vol 5, No. 1. 2012. Tilaar H. A. R. 2012. Memantapkan Karakter Bangsa Menuju Generasi 2045). Makalah. Konaspi VII. Yogyakarta: UNY. Timpe A. Dale. (Alih bahasa Sofian Cikmat). 1987. Kreativitas. Jakarta: P.T. Gramedia Wildan M Arhamul. Metode Penalaran Deduktif dan Induktif. Arhamulwildan. blogspot.com. diunduh tanggal 12 November 2012.
1) Wanapri Pangaribuan, 2) Jongga Manullang adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro; Staf Ahli Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.
51
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII Yasifati Hia Abstrak Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika siswa, sehingga perlu dilakukan suatu penelitian agar dapat teratasi permasalahan tersebut. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Swasta Dharma Bakti Kab. Langkat T.A 2012/2013 dengan objek aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi bangun ruang sisi datar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam 2 siklus. Dalam penelitian ini terdapat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi bangun ruang sisi datar di kelas VIII SMP. Kata kunci: aktvitas belajar, hasil belajar. A. Pendahuluan suatu
Slavin yang dikutip Trianto, 2009:30)
kumpulan konsep – konsep abstrak yang
bahwa ”perkembangan kognitif sebagian
berhubungan
besar bergantung kepada seberapa jauh
Matematika dengan
adalah sistem
deduktif
dimana dasar komunikasinya dimulai dari
anak
unsur – unsur yang tak terdefinisikan.
berinteraksi
Pelaksanaan pembelajaran selama ini,
Untuk
lebih
sedangkan
siswa perlu didesain pembelajaran dengan
peranan siswa masih sedikit. Trianto
menggunakan model pembelajaran yang
(2009:5-6) ”proses pembelajaran hingga
melibatkan aktivitas siswa dan disesuaikan
dewasa ini masih memberikan dominasi
dengan materi yang akan disampaikan.
terpusat
pada
guru
aktif
memanipulasi dengan
meningkatkan
Permasalahan
guru dan tidak memberikan akses bagi
dan
aktif
lingkungannya”. aktivitas
ini
belajar
diharapkan
anak didik untuk berkembang secara
dapat diperbaiki melalui penerapan model
mandiri melalui penemuan dalam proses
pembelajaran
yang
mengikutsertakan
berpikirnya. Meskipun demikian, guru
peran
siswa.
Banyak
lebih suka menerapkan model tersebut,
pembelajaran
sebab tidak memerlukan alat dan bahan
diantaranya adalah Model Pembelajaran
praktik, cukup menjelaskan konsep-konsep
Kooperatif. Eggen and Kauchak (dalam
yang ada pada buku ajar atau referensi
Trianto 2009:58) “pembelajaran kooperatif
lain”
merupakan Hal ini bertolak belakang dengan
apa yang dikemukakan Piaget (dalam
aktif
yang
sebuah
dapat
model
digunakan,
kelompok
strategi
pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara
berkolaborasi
untuk
mencapai
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
52 tujuan bersama”. Model pembelajaran
antara lain: (1) meningkatkan kerjasama
kooperatif memiliki banyak tipe, salah
antar siswa (2) Melatih tanggung jawab
satunya
siswa (3) meningkatkan peran aktif siswa
adalah
kooperatif
model
pembelajaran
tipe
Jigsaw.
Model
(4) melatih siswa untuk mau berpikir (5)
ini
menerapkan
sistem
melatih
pembelajaran
keberanian
siswa
untuk
belajar berkelompok yang membagi materi
menyampaikan pendapat kepada orang
ajar
lain.
menjadi
kemudian
beberapa
setiap
bagian
anggota
dan
kelompok
Berdasarkan
batasan
masalah
menjadi ahli untuk satu bagian materi
maka disusunlah rumusan masalah dalam
tertentu, setelah bagian materi dikuasai
penelitian ini : Apakah ada peningkatan
mereka saling berbagi pengetahuan pada
aktivitas dan hasil belajar siswa setelah
teman sekelompok.
diterapkan model pembelajaran kooperatif
Beberapa
keuntungan
menggunakan model pembelajaran ini
tipe Jigsaw pada materi bangun ruang sisi datar
di
kelas
VIII
SMP.
B. PEMBAHASAN 1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan
yang
dilakukan
untuk
Oral activities, (3). Listening activities, (4). Writing
activities, (5).
Drawing
menghasilkan
perubahan
pengetahuan-
activities, (6).
pengetahuan,
nilai-nilai
sikap,
dan
Mental activities, (8). Emosional activities.
keterampilan pada siswa sebagai latihan
Dalam Penelitian ini, aktivitas siswa yang
yang
akan diteliti hanya pada : Visual activities,
dilaksanakan
Menurut
Paul
B.
secara
sengaja.
Diedrich
(dalam
Oral
activities,
Motor activities, (7).
Listening
activities,
Sardiman 2011:101) ada 8 jenis aktivitas
Writing activities, Mental activities dan
belajar yaitu: (1). Visual activities, (2).
Emosional
activities.
2. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan
tujuan belajar telah ditetapkan oleh guru.
yang diperoleh siswa setelah melalui
Proses belajar mencapai puncaknya pada
kegiatan belajar. Abdurrahman (2003:37)
hasil belajar. Anak yang berhasil dalam
“hasil belajar adalah kemampuan yang
belajar
diperoleh anak setelah melalui kegiatan
pembelajaran”
belajar yang terprogram dan terkontrol
Hasil
yang disebut kegiatan pembelajaran dan
mencapai belajar
tujuan-tujuan merupakan
kemampuan yang diperoleh siswa berupa
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
53 pengetahuan, sikap, keterampilan setelah
hasil belajar akan dicapai melalui usaha
melalui
yang dilakukan dalam belajar itu sendiri.
kegiatan
belajar
yang
menyebabkan perubahan tingkah laku
Hasil
dalam diri siswa tersebut, dengan tujuan
penelitian ini adalah hasil belajar siswa
mendapatkan hasil yang baik. Hal ini
yang diukur melalui tes essay setelah
berarti belajar dan hasil belajar adalah dua
mengikuti
belajar
yang
dimaksud
proses
dalam
pembelajaran.
hal yang tidak dapat dipisahkan, karena 3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Model pemebelajaran kooperatif
ditugaskan
untuk
mempelajari
dan
tipe Jigsaw adalah sebuah model belajar
mendalami
topik
yang
dan
kooperatif yang menitikberatkan kepada
menyelesaikan
kerja kelompok siswa dalam bentuk
berhubungan
kelompok kecil , seperti yang diungkapkan
kemudian
Trianto (2009 : 73) : “pembelajaran
kelompok asal.
sama
tugas-tugas dengan
dijelaskan
yang
topiknya kepada
untuk anggota
kooperatif tipe Jigsaw merupakan model
Trianto
(2009:73),
belajar kooperatif dengan cara siswa
mengemukakan
langkah-langkah
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri
kooperatif model Jigsaw sebagai berikut:
atas lima sampai dengan enam orang
1.
secara heterogen dan siswa bekerja sama saling
ketergantungan
positif
dan
bertanggung jawab secara mandiri.” Pada
model
2. 3.
pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu
kelompok
induk
siswa
4.
yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam.
Kelompok
asal
5.
merupakan
gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari
6.
Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6 orang) Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa subbab Setiap anggota kelompok membaca subbab yang telah ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari subbab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu
anggota kelompok asal yang berbeda yang
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
54 C. METODE PENELITIAN Jenis
adalah
yaitu penelitian tindakan kelas, maka
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
penelitian ini memiliki beberapa tahap
Action Reserch) yaitu penelitian yang
yang merupakan suatu siklus. Tiap siklus
dimaksudkan untuk memberikan informasi
dilaksanakan sesuai dengan perubahan
bagaimana tindakan yang tepat untuk
yang akan dicapai. Arikunto (2008:75) :
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
“tidak ada ketentuan berapa kali siklus
matematika siswa, sehingga penelitian ini
harus
difokuskan
tergantung dari kepuasan peneliti sendiri,
sebagai
penelitian
kepada
usaha
ini
tindakan-tindakan
untuk
meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar matematika
dilakukan.
Banyaknya
siklus
namun ada saran, sebaiknya tidak kurang dari dua siklus”.
siswa. Sesuai dengan jenis penelitian ini 1. Alat Pengumpulan Data dan Analisis Alat pengumpulan data adalah tes, dan
Setelah dilakukan observasi oleh observer,
lembar observasi (Observasi terhadap
maka data dianalisis dengan menggunakan
proses pembelajaran dan aktivitas siswa).
rumus:
Pi
jumlah nilai dari seluruh aspek yang diamati banyaknya aspek yang diamati
Dimana Pi = hasil pengamatan pada pertemuan ke-i Kriteria Hasil Observasi Pembelajaran Skor
Kriteria Proses Belajar Mengajar
3,6 – 4,0
Sangat baik
2,6 – 3,5
Baik
1,6 – 2,5
Kurang
1,0 – 1,5
Sangat kurang
2. Menganalisis Aktivitas Belajar Siswa Hasil observasi aktivitas siswa dianalisis
secara
menggunakan
deskriptif persentase
dengan
Untuk melihat presentase aktivitas siswa digunakan
rumus
secara
kuantitatif.
Persentase aktivitas siswa ( PAS )
skor yang diperoleh siswa 100% skor maksimum
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
:
55 Adapun kriteria penilaian aktivitas siswa adalah sebagai berikut: PAS<60%
: Aktivitas siswa kurang aktif
60% PAS<70%
: Aktivitas siswa cukup aktif
70% PAS<85%
: Aktivitas siswa aktif
PAS 85%
: Aktivitas siswa sangat aktif
3. Menganalisis Hasil Belajar Siswa Hasil kemudian
tes
yang
dianalisis
diperoleh
menyelesaikan soal-soal bangun ruang sisi
melihat
datar serta upaya apa yang harus dilakukan
untuk
keberhasilan siswa dalam belajar, kesulitan
untuk
apa
selanjutnya.
yang
dialami
siswa
dalam
perbaikan
pada
tindakan
Tingkat penguasaan siswa Tingkat Penguasaaan
Kriteria Kemampuan
90% - 100%
Sangat tinggi
80% - 89%
Tinggi
65% - 79%
Sedang
55% - 64%
Rendah
0% - 54%
Sangat Rendah
Terdapat dua hal yang akan diukur melalui hasil dari setiap tes yang diberikan kepada siswa, yaitu: 1. Ketuntasan belajar individu Untuk mengetahui ketuntasan belajar secara perorangan digunakan rumus: KB
T x 100 % Ti
(dalam Trianto, 2009:241)
Dimana : KB
: Ketuntasan belajar
T
: Jumlah skor yang diperoleh siswa
Ti
: Jumlah skor total
Kriteria: 0 % KB < 65%
Siswa belum tuntas dalam belajar
65% KB 100%
Siswa telah tuntas dalam belajar
Seorang siswa dikatakan tuntas belajar jika KB siswa tersebut mencapai skor 65% Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
56 2. Ketuntasan belajar secara klasikal Untuk mengetahui ketuntasan belajar secara klasikal digunakan rumus:
PKK
jumlah siswa yang memperoleh KB 65% 100% jumlah seluruh siswa
Keterangan : PKK
: Persentase Ketuntasan Klasikal
Indikator Penarikan Kesimpulan Aktivitas
b) Semakin
banyak
siswa
yang
hasil
belajar
apabila
ada
mencapai kategori aktif atau sangat
pertambahan nilai, skor ataupun persentase
aktif dan paling sedikit terdapat
pada setiap aspek yang dinilai. Adapun
75%
indikator penarikan kesimpulan dalam
kategori tersebut.
dikatakan
dan
meningkat
penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan aktivitas belajar siswa
siswa
yang
memperoleh
2. Peningkatan hasil belajar matematika siswa
dikatakan
tercapai
apabila
dikatakan tercapai apabila memenuhi
memenuhi kedua kriteria berikut:
kedua kriteria berikut:
a) Lebih banyak siswa yang tuntas dengan
belajar secara individu pada siklus
menerapkan model pembelajaran
dua dibandingkan dengan pada
kooperatif tipe jigsaw sekurang-
siklus satu, dengan KB ≤
a) Proses
pembelajaran
kurangnya berada pada kategori baik, dimana skor
.
.
b) Ada penambahan nilai rata-rata kelas dari siklus satu ke siklus dua.
4. Hasil Penelitian Hasil
analisis
tes
diagnostik
2) Siswa sulit mengidentifikasi unsur-
terdapat 3 jenis kesulitan siswa:
unsur dalam bangun ruang sisi datar
1) Siswa mengalami kesulitan untuk
jika hanya melihat gambar
membedakan bangun ruang balok dan kubus jika hanya melihat gambar
3) Siswa
tidak
mampu
menentukan
jaring-jaring dari bangun ruang sisi datar
5. Alternatif Pemecahan dan Tindakan
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
57 Alternatif yang
juga
pemecahan
merupakan
masalah
3. Mempersiapkan instrumen penelitian,
perencanaan
yaitu
tindakan, yaitu: 1. Merancang yang
untuk
menguji
kemampuan/hasil belajar siswa dan skenario
berisikan
pembelajaran
lembar
langkah-langkah
bahan
sarana
ajar
untuk
melihat
siswa
dalam
proses
pembelajaran
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw 2. Mempersiapkan
observasi
aktivitas
kegiatan yang sesuai dengan model
yaitu
tes
4. Mempersiapkan lembar pengamatan
pendukung,
untuk mengamati situasi dan kondisi
yang dirancang
kegiatan pembelajaran.
menjadi beberapa subbab dan alat peraga yang sesuai dengan materi ajar Hasil Observasi terhadap Proses Pembelajaran I Pertemuan
Rata-rata Skor
Pada Siklus I
Hasil Observasi
Kategori
Pertemuan I
2,875
Baik
Pertemuan II
3
Baik
Pertemuan III
3,125
Baik
Dari keenam jenis aktivitas siswa (Visual, Oral, Listening, Writing, Mental dan Emosional) yang diamati, diperoleh hasil sebagai berikut: Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Siklus I Persentase Aktivitas Siswa
Jumlah Siswa Kategori
(PAS)
Pert I
Pert II
Pert III
SIKLUS I
PAS<60%
Kurang Aktif
18
8
3
10
60%≤PAS<70%
Cukup Aktif
9
11
12
7
70%≤PAS<85%
Aktif
10
19
23
18
PAS≥85%
Sangat Aktif
4
3
3
6
Terdapat 24 dari 41 orang siswa atau 58,54% yang termasuk ikut berperan aktif (PAS≥70%) selama Siklus I berlangsung. Dari Tes Hasil Belajar yang telah diberikan setelah siklus I diperoleh: Tingkat Penguasaan Siswa Siklus I Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
58 Persentase Penguasaan 90% - 100% 80% - 89% 65% - 79% 55% - 64% 0% - 54%
Tingkat Kemampuan Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah ∑
Banyak Siswa 0 4 27 5 5 41
Persentase Jumlah Siswa 0% 9,75% 65,85% 12,20% 12,20% 100%
Rata-rata Skor kemampuan 66,20%(66%) Sedang
Ketuntasan Belajar Siswa Pada THB Siklus I KB yang Diperoleh
Keterangan
Jumlah Siswa
KB ≥ 65%
Tuntas Belajar
31
KB < 65%
Tidak Tuntas Belajar
10
Nilai rata-rata kelas
66,20
Refleksi I Untuk melihat peningkatan aktivitas dan hasil belajar maka dilanjutkan siklus dua, dengan perbaikan berdasarkan hasil refleksi. Pelaksanaan Siklus dua Kesulitan-kesulitan siswa pada siklus satu adalah: 1. Siswa masih berkesulitan menyelesaikan masalah pada luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar. 2. Siswa sulit memahami materi ketika diskusi kelompok asal berlangsung jika terlalu banyak subbab yang harus dipahami. 3. Siswa tidak berani mengemukakan pendapat. Alternatif Pemecahan Masalah dan pelaksanaan tindakan Pada siklus II, pembagian kelompok dibedakan menjadi 4 tim ahli sesuai dengan materi yang akan dipelajari dan pada saat diskusi ahli, kelompok dengan materi yang sama dibagi menjadi 2 bagian. Hasil Observasi Terhadap Proses Pembelajaran Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diketahui bahwa kelemahan-kelemahan yang terdapat pada siklus I mengenai pengelolaan kelas dan efisiensi waktu tidak lagi ditemukan pada siklus II dan pembelajaran berada pada kategori baik sehingga pembelajaran tersebut dapat dikatakan berhasil. Hasil Observasi terhadap Proses Pembelajaran II Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
59 Pertemuan Pada Siklus II Pertemuan V Pertemuan VI Pertemuan VII
Rata-rata Skor Hasil Observasi 3,125 3,250 3,250
Kategori Baik Baik Baik
a. Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Belajar Siswa Persentase Aktivitas Siswa (PAS) PAS<60% 60%≤PAS<70% 70%≤PAS<85% PAS≥85%
Jumlah Siswa Kategori Kurang Aktif Cukup Aktif Aktif Sangat Aktif
Pert I
Pert II
Pert III
SIKLUS I
2 11 25 3
0 9 27 5
1 8 24 8
1 9 23 8
Dari keenam jenis aktivitas yang
pembelajaran
siklus
II
berlangsung
diobservasi, diperoleh aktivitas belajar
terdapat 31 orang siswa (75,61%) yang
siswa secara keseluruhan. Berdasarkan
termasuk ikut berperan aktif (PAS≥70%)
tabel di atas, diketahui bahwa saat
selama
Siklus
II
berlangsung.
Hasil Tes Belajar II Tingkat Penguasaan Siswa Siklus II Persentase
Tingkat
Banyak
Persentase
Rata-rata
Penguasaan
Kemampuan
Siswa
Jumlah Siswa
Skor kemampuan
90% - 100%
Sangat tinggi
4
9,76%
80% - 89%
Tinggi
8
19,51%
65% - 79%
Sedang
24
58,54%
55% - 64%
Rendah
3
7,32%
0% - 54%
Sangat rendah
2
4,87%
41
100%
∑
73,54%(74%) Sedang
Ketuntasan Belajar Siswa Pada THB Siklus II KB yang Diperoleh Keterangan KB ≥ 65% Tuntas Belajar KB < 65% Tidak Tuntas Belajar Nilai rata-rata kelas
Jumlah Siswa 36 5 73,54
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
60 Dari tabel di atas diketahui bahwa terdapat 36 dari 41 orang siswa yang telah tuntas belajar (nilainya ≥ 65), dengan demikian diperolehlah Persentase Ketuntasan Klasikal (PKK) sebesar 87,80 %. 6. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan
hasil
diterapkan model pembelajaran kooperatif
terdapat
tipe Jigsaw pada materi ajar bangun ruang
peningkatan aktivitas dan hasil belajar
sisi datar. Peningkatan aktivitas dan hasil
siswa dari siklus I ke siklus II setelah
belajar siswa pda setiap siklus sbb:
penelitian
data
dan
menunjukkan
Siklus I
Pertemuan
Siklus II
Skor
Kategori
Skor
Kategori
Pertama
2,875
Baik
3,125
Baik
Kedua
3
Baik
3,250
Baik
Ketiga
3,125
Baik
3,250
Baik
Rata-rata
3
Baik
3,208
Baik
Peningkatan rata-rata skor
0,208
Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa setiap siklus: Kriteria PAS PAS < 60% 60%≤PAS<70% 70%≤PAS<85% PAS≥85%
Kategori Kurang Aktif Cukup Aktif Aktif Sangat Aktif
Jumlah siswa Siklus II Siklus I `1 10 9 7 23 18 8 6
Tingkat ketuntasan belajar siswa: Ketuntasan Belajar (KB)
Jumlah Siswa
Keterangan
Siklus I
Siklus II
KB ≥ 65%
Tuntas Belajar
31
36
KB < 65%
Tidak Tuntas Belajar
10
5
66,20
73,54
Nilai rata-rata kelas Dari tabel diatas menunjukkan
pembelajaran
Model
Jigsaw.
Adapun
adanya peningkatan aktivitas dan hasil
penelitian lain yang sejenis adalah: Dwi
belajar
Yunivo
siswa
setelah
diterapkan
(2012)
dengan
menggunakan
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
61 model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
15,21%
setelah
diterapkan
model
untuk melihat peningkatan aktivitas belajar
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada
siswa. Hasil penelitian yang dilakukannya
pokok bahasan bentuk pangkat dan akar di
berbanding lurus dengan hasil penelitian
kelas X SMA Sultan Iskandar Muda T.A
ini, dimana ia menyatakan bahwa ada
2012/2013.
peningkatan aktivitas belajar siswa sebesar 7. Hubungan Aktivitas dan Hasil Belajar Menurut Piaget (dalam Slavin
berkaitan dengan hasil penelitian yang
yang dikutip Trianto, 2009:30) bahwa
diperoleh bahwa semakin aktif seorang
”perkembangan kognitif sebagian besar
siswa dalam proses pembelajaran maka
bergantung kepada seberapa jauh anak
semakin
aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi
diperolehnya.
baik
hasil
belajar
yang
dengan lingkungannya”. Pernyataan ini D. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
pembahasan, maka diperoleh kesimpulan
pada materi bangun ruang sisi datar
sebagai berikut:
di kelas VIII SMP Swasta Dharma
1.
Pembelajaran
yang
dilaksanakan
pada siklus I berada pada kategori
Bakti Kab. Langkat T.A 2012/2013. 2.
Terdapat 31 dari 41 orang siswa
baik dan terdapat 24 orang siswa
(75,61%) yang telah tuntas belajar
(58,54%)
ikut
secara individu pada THB (Tes Hasil
berperan aktif selama pembelajaran
Belajar) di siklus I dengan nilai rata-
berlangsung.
Pada
II,
rata kelas sebesar 66,20. Pada THB
pembelajaran
yang
dilaksanakan
di siklus II, terdapat 36 dari 41 orang
setelah
yang
tergolong
dianalisis
siklus berada
pada
siswa (87,80%) yang telah tuntas
kategori baik dan terdapat 31 orang
belajar secara individu dengan nilai
siswa (75,61%) yang tergolong ikut
rata-rata
berperan aktif selama pembelajaran
Sehingga, ada peningkatan hasil
berlangsung.
belajar
Sehingga,
ada
kelas siswa
sebesar setelah
73,54.
diterapkan
peningkatan aktivitas belajar siswa
model pembelajaran kooperatif tipe
setelah
jigsaw pada materi bangun ruang sisi
diterapkan
model
Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
62 datar di kelas VIII SMP Swasta
sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan
Dharma Bakti Kab. Langkat T.A
hasil belajar siswa. Selain itu agar
2012/2013.
mempersiapkan perencanaan yang benar-
Berdasarkan
dan
benar matang, baik itu dalam pembagian
pembahasan maka penulis menyarankan
materi menjadi beberapa subbab maupun
agar
dalam
guru
hasil
menggunakan
model
pembagian
waktu
agar
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam
pembelajaran tersebut berjalan dengan
proses pembelajaran matematika, sehingga
lebih
baik.
pembelajaran tersebut lebih bervariasi DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, M., (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Suwarto, (2011), Penelitian Tindakan Kelas dan Struktur Penulisannya, (Diakses Januari 2012)
Arikunto, S., dkk., (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta.
Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Dimyati, dan Mudjiono, (2009), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.
Suprijono, A., (2010), Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2011), Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Kependidikan, FMIPA Unimed.
Hamalik, O, (2008), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Bandung. Isjoni, (2009), Pembelajaran kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar Peserta Didik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Nuharini, D. dan Wahyuni, T., (2008), Matematika Konsep dan Aplikasinya: untuk SMP/MTs kelas VIII, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Syah, M., (2003), Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, P.T. Remaja Rosdakarya, Bandung. Trianto,
(2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Inplementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kencana, Jakarta.
Yunivo, D., (2012), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Bentuk Pangkat dan Akar di Kelas X SMA Sultan Iskandar Muda Tahun Ajaran 2012/2013, FMIPA UNIMED, Medan.
Sardiman, (2011), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, P.T. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Yasifati Hia adalah Dosen Jurusan Matematika; Sekretaris Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
63
SUATU PENDEKATAN STRATEGI DAN METODE PENDIDIKAN SENI MELALUI KEGIATAN BERNYANYI SEBAGAI ASPEK - ASPEK PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI Oleh : Lamhot Basani SihombinG
Abstrak Seni bagi anak-anak merupakan kegiatan bermain, berekspresi, dan kreatif yang menyenangkan. Salah satu kegiatan seni dalam pendidikan untuk anak usia dini adalah bernyanyi. Pada usia pra sekolah (4-6 tahun) tidak semua anak mampu mengomunikasikan pikiran dan perasaannya secara verbal atau tertulis, dan pada usia tersebut, daya tangkap anak masih sangat terbatas. Oleh karenanya, melalui kegiatan bernyanyi diharapkan anak dapat memahami dan memaknai pesan moral yang disampaikan, yang nantinya dapat berpengaruh terhadap karakter dan kepribadian serta tingkah laku anak tersebut. Kegiatan bernyanyi yang sering dilakukan adalah kegiatan bernyanyi aktif. Dimana seluruh aspek pengembangan masuk di dalamnya, antara lain : (1) Ekspresi dan emosi anak; (2) Mengembangkan kecakapan hidup; (3) Kemampuan berbahasa; (4) Hubungan sosial. Kata Kunci : Bernyanyi, Pengembangan Diri, Pendidikan Seni A. PENDAHULUAN Tujuan
adanya
struktur
Pendidikan untuk anak sebaiknya
pendidikan guna membentuk seseorang
dimulai sejak usia dini, yaitu umur 0 - 6
agar memiliki kepribadian, berkarakter,
tahun. Pada masa usia 0 - 6 tahun
intelektual,
merupakan masa keemasan (golden age),
mandiri
serta
mampu
bersosialisasi dengan lingkungansekitar.
dimana
Ini sesuai dengan pernyataan Dewantara
aspek perkembangan
(1962 : 14) yang mengemukakan pendapat
untuk tugas perkembangan selanjutnya.
bahwa pendidikan adalah daya upaya
Sejumlah
untuk
perkembangan kecerdasan anak pada masa
memajukan
pertumbuhan
budi
pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran
stimulasi
riset
berperan
menunjukan
seluruh penting bahwa
ini mengalami peningkatan.
atau intelektual dari tubuh anak kita agar
Ahli pendidikan di Universitas
anak kita dapat memajukan kesempurnaan
Chicago Amerika Serikat mengemukakan
hidup dan selaras bagi penghidupan yang
bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada
kita didik selaras dengan dunianya.
anak usia 0 - 4 tahun mencapai 50%
hingga usia 8 tahun mencapai 80%. Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni; Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.
64 Apabila pada usia tersebut anak tidak
karena seni mengolah kepekaan anak
mendapatkan rangsangan yang maksimal,
terhadap alam sekitar dan hal-hal yang
maka otak anak tidak dapat berkembang
berkaitan
secara optimal.
Dewantoro dalam Kamaril W.S., 1998).
Peran para pendidik baik orang
dengan
keindahan
(K.H
Seni bagi anak usia 4 - 6 tahun
tua, guru, pengasuh maupun orang dewasa
(pra
lainnya sangat dibutuhkan pada masa usia
bermain, berekspresi, dan kreatif yang
dini, dengan menyediakan lingkungan
menyenangkan. Salah satu kegiatan seni
yang kondusif, sehingga anak memiliki
dalam pendidikan untuk anak-anak TK
kesempatan
mengembangkan
adalah bernyanyi. Bernyanyi merupakan
seluruh potensinya. Potensi yang dimaksud
salah satu fungsi seni sebagai media
meliputi seluruh aspek moral dan nilai-
komunikasi atau sarana dan cara untuk
nilai
dan
berhubungan dengan anak. Pada usia pra
berbahasa,
sekolah (4 - 6 tahun) tidak semua anak
kognitif, fisik/motorik, termasuk minat dan
mampu mengomunikasikan pikiran dan
bakat anak dalam bidang seni. Pada masa
perasaannya secara verbal atau tertulis, dan
usia dini yakni usia 4 - 6 tahun, anak
pada usia tersebut, daya tangkap anak
mengalami
dimana
masih sangat terbatas. Oleh karenanya,
seluruh fungsi fisik dan psikis merespons
melalui kegiatan bernyanyi diharapkan
stimulus yang diberikan oleh lingkungan
anak dapat memahami dan memaknai
sekitar.
pesan moral yang disampaikan, yang
untuk
agama,
kemandirian,
sosial,
emosional
kemampuan
masa
Pendidikan
kepekaan,
merupakan
kegiatan
pada
anak
upaya
untuk
karakter dan kepribadian serta tingkah laku
menggali kemampuan dasar dan potensi
anak tersebut. Fenomena inilah yang
anak. Pendidikan seni memiliki banyak
menarik
manfaat
membahas lebih dalam tentang bagaimana
merupakan
salah
yang
seni
sekolah)
satu
dapat
diterima
secara
nantinya
dapat
berpengaruh
perhatian
penulis
terhadap
untuk
langsung maupun tidak langsung oleh
pendidikan
anak. Fungsi yang dapat diterima secara
mengetengahkan pada kegiatan bernyanyi
langsung yakni sebagai media ekspresi
untuk anak usia pra sekolah (4 - 6 tahun),
diri, media komunikasi, media bermain
sangat berpengaruh bagi pengembangan
dan menyalurkan minat dan bakat anak
diri anak baik dari sisi respon afektif,
tersebut (Pekerti, 2008 : 127). Melalui seni
kognitif
seni
dan
yang
lebih
psikomotor.
seorang anak akan dilatih kehalusan budi, Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni; Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.
65 B. PEMBAHASAN Taman Kanak-Kanak merupakan
dimana anak mulai menirukan sesuatu,
wadah pengembangan potensi bagi anak
mengingat dan berpikir, mulai menyadari
usia dini. Berdasarkan kurikulum tahun
bahwa suatu benda tetap ada meskipun
2004,
disembunyikan,
pendidikan
di
Taman
Kanak bertujuan kemampuan
Kanak-
mengembangkan
fisik,
mulai
bertujuan, tidak hanya refleks. Sedangkan
sosial-
pada usia 2 - 7 tahun, anak mulai
emosional, moral dan nilai agama, kognitif
memasuki periode praoperasional, dimana
serta seni (Kurikulum Pendidikan Usia
anak
Dini 2004 dalam pekerti, 2008 : 145).
menggunakan
Namun seiring perkembangannya, dalam
berpikir operasi satu arah, namun masih
Kurikulum TK berbasis KTSP (Kurikulum
sulit melihat pandangan orang lain (ego
Tingkat
tinggi). Teori ini bisa digunakan untuk
Satuan
bahasa,
gerakan-gerakan
Pendidikan),
bidang
mulai
mampu
berkomunikasi
simbol-simbol,
mampu
pengembangan seni terintegrasi dengan
merancang
bidang-bidang
lainnya,
dilakukan pada proses pembelajaran anak
dengan
usia pra sekolah (4 - 6 tahun) pada
pengembangan
diantaranya
terintegrasi
pendekatan
pengembangan fisik motorik, terintegrasi
umumnya dan
dengan bidang pengembangan kognitif,
khususnya.
bahasa dan juga sosial emosional, serta moral
dan
nilai-nilai
Anak
yang
akan
pendidikan seni pada cenderung
menyukai
agama
kegiatan yang menyenangkan bagi dirinya.
(http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/1
Oleh karena itu, guru harus menciptakan
2/pendidikan-seni-untuk-taman-kanak-
suasana
kanak/). Bukan berarti pendidikan seni
pembelajaran untuk anak khususnya anak
ditiadakan, hanya saja aspek dan fokus
usia pra sekolah (4 - 6 tahun) dengan
pengembangannya
strategi,
metode,
menarik
serta
mencakup
semua
aspek-aspek pengembangan lainnya.
menyenangkan
dalam
materi
mudah
proses
dan
media
diikuti
anak.
Pendidikan untuk anak memiliki
Bernyanyi adalah salah satu solusi yang
tahapan-tahapan yang harus disesuaikan
harus diterapkan guru untuk penyampaian
berdasarkan
dan
materi yang berkaitan dengan tujuan
kemampuan anak. Menurut teori Peaget
pengembangan anak. Melalui kegiatan
(Pekerti,
bernyanyi,
tingkatan
2008
:
3.5),
umur
tahap-tahap
guru
lebih
mudah
perkembangan kognitif anak pada usia 0 -
berkomunikasi dengan anak, dan anak
2 tahun memasuki periode sensori motor,
lebih mudah memahami serta memaknai
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni; Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.
66 pesan-pesan
yang
disampaikan
guru.
Berdasarkan observasi yang dilakukan,
(http://bintangbangsaku.com/artikel/.berny anyi).
terdapat respon positif yang ditimbulkan
Kegiatan bernyanyi yang sering
anak dari kegiatan bernyanyi. Hal ini
dilakukan untuk anak usia pra sekolah
membuktikan bahwa kegitan bernyanyi
adalah kegiatan bernyanyi aktif, karena
merupakan suatu pendekatan yang harus
bernyanyi berkaitan dengan ekspresi diri,
dilakukan oleh para pendidik sebagai
pengembangan bahasa dan intelektual,
bagian dari proses pengembangan anak.
hubungan sosial serta kreatifitas, dimana
Hirmaningsih berpendapat bahwa
semua itu menjadi prinsip dari aspek-aspek
terdapat dua bentuk kegiatan bernyanyi
pengembangan dalam diri anak tersebut.
yang dilakukan anak, yang pertama adalah
Sekilas, kegiatan bernyanyi terlihat seperti
bernyanyi
pasif
mendengar
suara
menikmatinya,
anak
hanya
kegiatan olah vokal biasa untuk anak,
nyanyian
dan
namun perlu diketahui bahwa banyak
secara
manfaat yang diperoleh dari kegiatan
dimana tanpa
terlibat
langsung dalam kegiatan nyanyian, dan
bernyanyi.
yang kedua bernyanyi aktif dimana anak
mengenai
melakukan
secara
langsung
kegiatan
serta respon yang akan ditimbulkan secara
bernyanyi,
baik
bernyanyi
sendiri,
mengikuti,
maupun
berkelompok
nyata
Berikut aspek-aspek
oleh
pendidikan
analisis
penulis
pengembangan
anak
setelah
menerima
seni
melalui
kegiatan
bernyanyi di TK : 1. Membentuk Ekspresi dan Emosi Anak Peran bernyanyi bagi anak-anak
(http://www.medicalera.com/index.phpopti
adalah sebagai media ekspresi. Dimana
on=com_myblog&show=10manfaat_berm
anak-anak mencurahkan apa yang ada
ain_alat_musik_bagi_anak-
dalam hatinya, baik itu senang ataupun
anak.html&itemid=314). Oleh karena itu, menjadi tugas
sedih, secara bebas dan spontan. Melalui kegiatan
bernyanyi
anak dapat
guru
untuk
memperkenalkan
mengekspresikan apa yang dirasakan,
musik melalui bernyanyi pada anak-anak,
dipikirkan,
pribadi.
serta menempatkan kegiatan bernyanyi
Jolkovski berkata, “Musik memberikan
pada waktu dan saat yang tepat. Terlebih
kesenangan dan mengekspresikan nuansa
dahulu guru harus mengerti karakteristik
kehidupan emosional dimana tidak ada
suara anak, serta membimbing anak untuk
kata-kata
bernyanyi agar kegiatan bernyanyi menjadi
diimpikan
di
secara
dalamnya”
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni; Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.
67 suatu kegiatan yang menyenangkan bagi
penuh imajinatif, gembira, interval nada
mereka.
dibagi
yang mudah dicapai anak (misalnya : do -
menjadi dua, yakni suara anak tinggi
mi, mi - do), dan lagu ada unsur
dengan jangkauan dari c’ - f’’, dan suara
perulangan.
Wilayah
suara
anak
anak rendah dengan jangkauan nada a -
Agar kegiatan bernyanyi lebih
d’’. Meskipun suara anak cenderung
menarik perhatian anak, guru juga bisa
melengking, namun jangan terlalu sering
memadukannya dengan gerakan atau tarian
memaksakan
sesuai
anak
dengan
nyanyian
dengan
syair
lagu
yang
bernada tinggi, hal itu akan menimbulkan
dinyanyikan. Bernyanyi dan menari tidak
ketidaknyamanan anak tersebut dalam
dapat dipisahkan dari anak-anak. Gerak
bernyanyi.
merupakan hal yang menyenangkan bagi
Pemilihan tema lagu yang akan dinyanyikan
baik
anak, seperti : melompat, berputar, berlari.
secara
Ekspresi diri anak juga bisa ditimbulkan
berkelompok ataupun individu tentunya
dari gerakan dalam bernyanyi. Anak bisa
harus disesuaikan dengan kondisi dan
mengungkapkan perasaan gembira dengan
kemampuan anak, dan dapat menarik
gerak ritmik yang cepat dan bersemangat,
minat anak untuk merespon pesan-pesan
melakukan gerakan yang makin lama
yang akan disampaikan dari lirik lagu.
makin cepat sesuai dengan pengalaman
Pada usia anak 4 - 6 tahun, mereka
anak sehari-hari dan lain sebagainya.
memiliki kecenderungan akan semua hal
Melalui gerak anak dapat menunjukan
yang menyenangkan baginya, dan itulah
pemahaman yang mereka miliki. Melalui
yang menjadi perhatian anak-anak. Oleh
gerak ritmik
karena itu, untuk menarik minat dan
bernyanyi, maka hal ini akan melatih
perhatian anak-anak, guru harus pandai
emosional
dalam pemilihan lagu, tentunya harus
kesabaran dalam mengikuti ritmik yang
sesuai dengan karakter lagu untuk anak,
ditentukan
antara lain melodi nada yang dinyanyikan
ditimbulkan
harus mudah diingat, memiliki tema atau
anak dapat
cerita sehingga mudah dicerna dan diingat
gerakannya. Contoh lagu yang melibatkan
anak dan dapat lebih mudah diekspresikan
aktifitas
yang anak dan
dipadukan mengenai rasa
karena
aman
seluruh
diungkapkan gerak
dan
dengan ketukan, yang ekspresi melalui
bernyanyi
anak, sesuai dengan dunia anak yang lucu, “Tangan ke atas, tangan ke depan Tangan dilipat, duduk yang manis” Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni; Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.
:
68
Kutipan lagu ini berisi tentang perintah
guru
kepada
anak-anak
bernyanyi bukan sekedar bagian dari kecerdasan seni yang dimiliki oleh anak,
untuk tertib, disertai dengan ungkapan
melainkan
gerak. Namun kegiatan bernyanyi yang
sosio-emosi anak sebab bernyanyi harus
dipadukan dengan aktifitas gerak tidak
menyajikan
bisa dilakukan terlalu lama pada anak-
ekspresi yang tepat sesuai isi lagu. Dari
anak, karena menyebabkan kelelahan pada
sisi kesehatan menyanyi dapat melatih otot
anak.
kepala dan leher serta melatih organ Respon yang didapat oleh anak
juga
mengasah
lagu
dengan
kecerdasan emosi
dan
pendengarannya
melalui kegiatan bernyanyi, anak bisa
(http://bintangbangsaku.com/artikel/.berny
membedakan
sedih,
anyi). Dengan kata lain, bernyanyi dan
gembira, riang, dan anak dengan penuh
gerak adalah suatu media untuk melatih
rasa
motorik kasar dan motorik halus anak.
perasaan
puas
dan
senang, spontan
bisa
mengungkapkan apa yang dia rasakan,
Meskipun
pikirkan dan inginkan. Menambah rasa
pertumbuhan
fisiknya
mengalami
percaya diri pada anak, hal ini bisa dilihat
perlambatan,
namun
ketrampilan
dari sikap anak saat bernyanyi dengan
ketrampilan motorik kasar dan motorik
ekspresi suara yang lantang, riang dan
halus
ekspresi
(Desmita, 2008 : 127).
gerak
Hirmaningsih
yang
bersemangat.
berpendapat
selama
justru
masa
anak-anak
yang berkembang
pesat
bahwa
2. Pengembangan Life Skill Anak Pepatah mengatakan “belajar di
perkembangan selanjutnya. Sesuai dengan
waktu kecil bagai mengukir di atas pasir,
standart kompetensi TK, pada usia ini
belajar
adalah
sesudah
dewasa,
bagaikan
waktu
yang
pembentukan
masa kanak-kanak adalah masa yang
pembiasaan yang meliputi nilai-nilai moral
paling baik untuk memahatkan segala
agama dan tingkah laku yang diharapkan
bentuk pada diri anak. Pada masa anak-
kelak menciptakan ketaqwaan terhadap
anak usia 0 - 6 tahun (usia dini) merupakan
Tuhan
masa keemasan (golden age), dimana
keadilan, kepercayaan, rasa hormat, dan
stimulasi
tanggung jawab.
berperan
seluruh penting
aspek perkembangan untuk
Maha
anak
untuk
mengukir di atas air” yang artinya bahwa
Yang
perilaku
tepat
Esa,
melalui
kejujuran,
tugas
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni; Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.
69 Kegiatan
bernyanyi
memiliki
yang ada di SD, SMP dan SMA. Pada usia
peran yang sangat besar dalam hal
tersebut anak belum mampu mencerna
pengembangan kecakapan hidup seorang
komunikasi secara mendalam, oleh karena
anak, mengingat tantangan globalisasi
itu proses pengembangannya harus diolah
yang menuntut kualitas sumber daya
oleh guru agar lebih mudah diterima dan
manusia yang prima dan unggul, oleh
dipahami
karena itu potensi anak harus digali sejak
bernyanyi, pesan-pesan yang berkaitan
dini agar siap menghadapi perannya di
dengan pengembangan kecakapan hidup
masa mendatang. Aspek kecakapan hidup
atau general skill dapat dengan mudah
pertama yang harus ditanamkan pada anak
dicerna dan diterima oleh anak.
anak.
Melalui
kegiatan
TK yaitu kecakapan dasar atau general
Seorang guru memiliki peran
skill, yang mencakup dua sub kecakapan
yang besar dalam kegiatan pengembangan
yaitu personal skill yakni kecakapan
kecakapan hidup atau general skill melalui
memelihara
dan
kegiatan bernyanyi. Syair lagu yang
memelihara raga, serta social skill yakni
digunakan dalam kegiatan bernyanyi harus
kecakapan memelihara hubungan dengan
mengandung nilai-nilai moral dan tingkah
masyarakat umum dan masyarakat khusus.
laku tentang mana yag baik dan buruk
Dengan demikian, diharapkan anak kelak
untuk dilakukan.
memiliki
dirinya
mengandung unsur nilai moral tetapi juga
sebagai makhluk Tuhan dan menunjukan
nilai-nilai kehidupan, antara lain kasih
sikap rajin beribadah, disiplin dan bekerja
sayang antar sesama, kepada orang tua,
keras. Anak juga diharapkan menyadari
teman, guru, dan lain sebagainya. Salah
potensi dirinya sehingga dapat memilih
satu contoh lagu yang bisa menimbulkan
bidang yang sesuai dengan keinginan dan
rasa tanggung jawab anak terhadap diri
kemampuannya,
akademik
sendiri adalah lagu “Bangun Tidur”. Pada
makhluk
syairnya terlihat jelas mengandung nilai
maupun
sukma
atau
kesadaran
terhadap
baik
akademik.
roh,
non
Menjadi
Tidak
hanya
sosial yang saling menghormati, gotong-
moral
royong serta menjadi makhluk lingkungan
untuk membiasakan setelah bangun tidur
yang
haruslah
dapat
memelihara
alam
dan
memanfaatkan dengan arif dan bijaksana.
tanggung mandi,
jawab menggosok
anak, gigi,
menolong ibu membersihkan tempat tidur.
Pengembangan kecakapan hidup
Adapun pengertian dari tanggung jawab di
yang diterapkan kepada anak TK tidak
sini adalah kesadaran dalam diri anak,
dapat disamakan dengan pengembangan
bahwa
setiap
tindakannya
akan
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni; Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.
70 mempunyai pengaruh bagi orang lain
adanya bimbingan, perhatian dan arahan
maupun bagi dirinya sendiri. Menamkan
orang tua untuk mengembangkan seluruh
rasa
anak
potensi yang ada dalam diri anak. Karakter
sebaiknya dilakukan dengan memberi
merupakan watak dasar seseorang, yang
contoh kongkrit dari orang tua maupun
perkembangannya sangat dipengaruhi oleh
guru,
sama
banyak faktor mulai dari keluarga, sekolah
membersihkan tempat tidur dan anak ikut
dan masyarakat. Oleh karena itu menjadi
membantu, ataupun membuang sampah
tugas seorang pendidik untuk membantu
pada tempatnya, dengan begitu anak akan
tugas orang tua dalam hal pembentukan
meniru perbuatan orang tua, karena orang
karakter
tua adalah cermin bagi anak dan contoh
berkarakter
paling dekat untuk ditiru. Anak kecil
sikap yang baik dan terpuji.
tanggung
jawab
misalnya
kepada
bersama
tumbuh dalam jiwa yang kosong dari
diri
anak.
baik,
Seseorang
yang
cenderung memiliki
Menanamkan
nilai-nilai
moral
cukup
dengan
semua lukisan dan gambaran. Jiwanya siap
pada
menerima semua ukiran. Jika jiwanya
menyampaikan kata-kata dan nasihat serta
dibiasakan dengan akhlak yang baik, maka
teguran-teguran apabila anak melakukan
jiwanya
berdasarkan
kesalahan. Pada usia anak 0 - 6 tahun daya
kebiasaan yang baik (Ghazali dalam
tangkap dan daya ingatan anak terhadap
Najati, 2002 : 253).
perkataan masih sangat lemah, sehingga
akan
Apabila
tumbuh
nilai-nilai
anak,
tidak
moral
salah satu solusi penyampaiannya melalui
ditanamkan kepada anak sejak dini, maka
lagu atau nyanyian. Contoh lagu yang
besar kemungkinan anak tersebut akan
terdapat nilai-nilai moral untuk dilakukan
menjadi seseorang yang berguna bagi
anak antara lain :
bangsa dan negara. Oleh karena itu perlu “Anak TK tak boleh ngompol, Anak TK tak boleh cengeng Anak TK haruslah cerdas, agar disayang semua...” ini,
aku sayang Ibu, dua-dua juga sayang
menyampaikan pesan moral tanggung
Ayah, tiga-tiga sayang Adik Kakak, satu
jawab dan disiplin anak, serta dapat
dua tiga sayang semuanya”. Lagu ini
memotivasi anak untuk melakukannya
mengajarkan
dalam kehidupan sehari-hari sesuai syair.
menyayangi
Contoh lain adalah syair lagu “Satu-satu
keluarga dan sesama. Tentunya melodi
Dari
sebait
lirik
anak dan
untuk
menghormati
saling dalam
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni; Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.
71 nada yang digunakan mudah diingat oleh
problema hidup dan kehidupan dengan
anak, dan jangkauan intervalnya sesuai
wajar tanpa merasa tertekan kemudian
dengan kemampuan anak, sehingga anak
secara aktif dan proaktif mencari serta
dapat dengan mudah menyanyikan dan
menemukan
mengingatnya.
mengatasinya. Melalui kegiatan bernyanyi
solusi
sehingga
mampu
untuk
di TK maka bagi anak yang memiliki
secara
bakat dan kemampuan bernyanyi baik,
alamiah kegiatan bernyanyi juga melatih
secara tidak langsung kemampuan tersebut
kekreatifitasan
media
dilatih. Dan apabila bakat dan potensi
pengembangan bakat dalam diri anak.
bernyanyi anak dikembangkan sejak dini,
Sesuai dengan pengertian life skill itu
maka
sendiri yaitu kecakapan yang dimiliki
menjadi suatu prestasi bagi anak di masa
seseorang
yang akan datang.
Selain pengembangan
digunakan general
untuk
anak
berani
skill, dan
menghadapi
besar
kemungkinan
bernyanyi
3. Kemampuan Berbahasa Anak Bernyanyi tentu saja tidak bisa
berjudul “Nama-Nama Hari”. Pada lagu ini
lepas dari kata atau kalimat yang harus
anak diajarkan untuk mengingat nama hari
diucapkan. Pada usia 0 - 6 tahun
sesuai dengan urutannya. Agar anak bisa
perbendaharaan kata anak masih sangat
memahami, guru bertugas menuliskan
sedikit. Melalui kegiatan bernyanyi secara
nama-nama
hari
tidak langsung anak menambah kosa
Smilansky
dalam
katanya, selain itu anak lebih fasih dalam
menemukan tiga fungsi utama bahasa pada
berbahasa Indonesia. Guru tidak harus
anak (Yeni Rachmawati dan Kurniati,
memberikan lagu dengan syair berbahasa
2006 : 65), yaitu :
Indonesia saja. Pengetahuan anak terhadap
a) Meniru ucapan orang dewasa
bahasa lain selain Indonesia juga sangat
b) Membayangkan
penting,
dengan
begitu
anak
bisa
menguasai berbagai macam bahasa di
sesuai
urutannya.
Beaty
(1994)
situasi(terutama
dialog) c) Mengatur permainan.
dunia meskipun hanya berupa kata-kata sederhana.
Pada kegiatan bernyanyi, fungsi
Bahasa yang disampaikan kepada
bahasa yang paling sering dilakukan anak
anak ialah berupa simbol-simbol, bisa
adalah menirukan ucapan orang dewasa
berupa
lain
terutama guru di kelas. Pada saat guru
sebagainya. Seperti contoh lagu yang
menyanyikan nama-nama hari tersebut,
gambar,
tulisan
dan
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni; Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.
72 secara alamiah anak akan menirukan apa
Mengenalkan anak pada bahasa
yang diucapkan atau dinyanyikan guru,
asing, seperti bahasa Ingris juga penting.
dan
mudah
Untuk menanamkan pemahaman pada diri
tersebut
anak, bahwa di dunia ini banyak beragam
mengandung unsur pengulangan. Dengan
suku, ras, bahasa dan kebudayaan. Berikut
demikian kemampuan bahasa anak akan
salah
meningkat dan daya ingat anak terhadap
komunikasi dengan anak melalui lagu dan
materi juga semakin tajam.
simbol dengan bahasa Inggris :
anak
juga
mengingatnya
akan
apabila
lebih lagu
satu
contoh
penyampaian
“Kucing cat, anjing dog, gajah itu elephant Semut ant, burung bird, tikus itu mouse” Bernyanyi dengan menggunakan
mengekspresikan dirinya. Selain itu, dapat
bahasa Inggris dan menyebutkan nama-
mengembangkan
nama hewan, dapat menarik minat dan
anak untuk dapat mengolah perolehan
keingintahuan anak. Untuk mempermudah
belajarnya, dapat menemukan bermacam-
penyampaian
bisa
macam alternatif pemecahan masalah,
menyediakan gambar hewan-hewan yang
membantu anak untuk mengembangkan
akan dinyanyikan, dan menunjuk ke
kemampuan logika matematiknya dan
gambar
mengarahkan
pengetahuan akan ruang dan waktu serta
perhatian anak. Apabila perbendaharaan
mempunyai kemampuan untuk memilah-
kata anak sudah tercukupi, maka hal
milah,
tersebut akan berdampak positif terhadap
mempersiapkan
perkembangan berbicara anak. Anak akan
kemampuan
materi,
tersebut
untuk
guru
kemampuan
mengelompokkan
berpikir
serta
pengembangan berpikir
secara
teliti.
lebih percaya diri, dan kreatif dalam 4. Hubungan Sosial Kegiatan bernyanyi juga memiliki
sebelum dan sesudah malakukan kegiatan,
penting
pengembangan
mengucapkan salam bila bertemu dengan
hubungan sosial anak. Baik hubungan
orang lain, tolong menolong, dan tenggang
sosial anak dengan orang tua, guru
rasa. Semua aspek pengembangan perilaku
maupun teman sebaya. Melalui kegiatan
sosial anak bisa disampaikan melalui
bernyanyi
kegiatan bernyanyi baik dari syair lagu,
peran
anak
bagi
dikenalkan
dengan
perilaku yang baik, seperti contoh berdoa Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni; Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.
73 maupun dari pembiasaan yang dilakukan
kepekaan yang ditunjukan anak dalam
sebelum proses belajar di kelas dimulai.
berhubungan sosial dan berkomunikasi
Melalui kegiatan bernyanyi anak akan
dikenalkan
menghargai
dengan
sesama,
dengan orang lain.
bagaimana
Realitas
lainnya
yang
sering
bagaimana
ditemukan pada saat guru memberikan
menempatkan diri di suatu lingkungan
lagu kepada anak, anak akan menanyakan
baru, serta melatih kemampuan anak
tentang sesuatu yang tidak dimengerti
dalam berkomunikasi. Anak juga dilatih
dalam syair lagu tersebut, misalnya lagu
untuk bersosialisasi
berinteraksi
yang menyebutkan tentang nama binatang,
dengan kelompoknya, dan lingkungan
secara spontan anak menanyakan kepada
sekitar sekolah. Contoh kongkrit kegiatan
guru bagaimana bentuk binatang dan apa
bernyanyi
makanannya.
dan
membantu
anak mengembangkan
kemampuan
Melalui hubungan sosial inilah
sosialnya dengan orang lain, pada saat
semua respon anak ditunjukan, setelah
bernyanyi secara bersamaan, guru bisa
mengikuti kegiatan bernyanyi. Apabila ada
menerapkan gerak bergandengan tangan
anak
dengan teman sebayanya, dan melakukan
hubungan sosialnya dengan orang lain,
gerak langkah ke kanan atau ke kiri.
maka anak tersebut perlu mendapatkan
Apabila ada salah satu teman yang
perhatian khusus dari orang tua ataupun
melakukan kesalahan secara spontan anak
guru.
yang
dirasa
masih
pasif dalam
akan saling mengingatkan, inilah respon C. PENUTUP Kegiatan bernyanyi merupakan
rasa senang ataupun sedih, anak juga
aktifitas yang menyenangkan bagi anak
dilatih untuk berperilaku sesuai dengan
yang bisa dimanfaatkan oleh para pendidik
nilai-nilai norma agama, kedisiplinan,
untuk
menyampaikan
materi.
Melalui
keadilan dan tanggung jawab terhadap diri
lebih
mudah
sendiri dan orang lain, anak juga dilatih
memahami dan memaknai pesan-pesan
untuk berkomunikasi dan bersosialisasi
yang ingin disampaikan oleh guru. Dengan
dengan orang disekitarnya.
nyanyian
bernyanyi
anak
anak
akan
juga
untuk mengekspresikan
diberi apa
wadah
yang
Secara keseluruhan, pendidikan
ada
seni melalui kegiatan bernyanyi membawa
dalam dirinya, apa yang dirasakan, baik itu
banyak manfaat dan respon positif yang
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni; Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.
74 diterima oleh anak. Baik perkembangan
pembangunan negara ini dimasa yang akan
afektif,
datang.
kognif
serta
psikomotor.
Tugas orang tua adalah tetap
Pendidikan hanya memiliki satu tujuan,
melakukan bimbingan terarah agar anak
yakni
penerus
tetap pada jalan yang benar serta menjadi
bangsa yang dapat diandalkan untuk
anak yang berguna di masa depan kelak.
membangun
generasi
DAFTAR PUSTAKA Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung : Rosda. http://bintangbangsaku.com/artikel/.bernya nyi http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/12 /pendidikan-seni-untuk-tamankanak-kanak http://www.medicalera.com/index.phpopti on=com_myblog&show=10manf aat_bermain_alat_musik_bagi_an ak-anak.html&itemid=314 Shepard, Philip. 2007. Peran Musik Dalam Perkembangan Anak. Jakarta : PT. Gramedia Pusataka Utama.
Sudjiono, Yuliani, Nurani. 2005. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta : Universitas Terbuka. Sumardjo, Jacob. 2000. Filsafat Seni. Bandung : ITB. Pekerti,
Widia. dkk. 2008. Metode Pengembangan Seni. Jakarta : Universitas Terbuka.
Rachmawati, Yeni dan Kurniati. 2010. Strategi Pengembangan Kreatifitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Kencana.
Lamhot Basani Sihombing adalah Dosen Jurusan Sendratasik; Fakultas Bahasa dan Seni; Staf Ahli Pembantu Rektor Biidang Kemahasiswaan, Universitas Negeri Medan.
75 MENGHENTIKANKEBIASAAN MEROKOK DENGAN BEHAVIOUR THERAPY Syamsul Gultom Abstrak Merokok merupakan masalah besar yang harus kita tangani bersama karena rokok telah menyebar di seluruh lapisan masyarakat sampai ke kalangan anak-anak dan remaja. Apalagi rokok merupakan pintu masuk penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Salah satu cara menghentikan kebiasaan merokok adalah dengan behavior therapy. Kata Kunci: kebiasaan merokok, behavior therapy, cara menghentikan A. PENDAHULUAN Merokok merupakan suatu masalah sosial bukan hanya di Indonesia tetapi juga
Indonesia menghabiskan 215 milyar batang rokok (Jawa Pos, 2005).
diseluruh dunia. Dewasa ini, Indonesia telah
Data diatas menunjukkan bahwa
menjadi salah satu produsen dan sekaligus
prilaku merokok sudah meluas disemua
konsumen
didunia.Data
lapisan masyarakat Indonesia dan cenderung
Depertemen Kesehatan menyatakan bahwa
untuk terus meningkat setiap tahunnya. Hal
konsumen rokok di Indonesia meningkat
ini memberi makna bahwa masalah merokok
secara konsisten sejak tahun 1970an. Data
merupakan masalah serius untuk ditangani
ini
merokok
bersama. Mengingat rokok memberikan
penduduk dewasa usia 15 tahun keatas
dampak dan resiko timbulnya berbagai
meningkat dari 26,9 persen pada tahun 1995
penyakit,
menjadi 33 persen pada tahun 2003.
kematian. Johnson (2005) dalam Jawa Pos
Peningkatan
oleh
(2005) menyatakan bahwa rokok merupakan
peningkatan jumlah perokok laki-laki yaitu
salah satu penyebab kematian terbesar
53, 4 persen menjadi 62,2 persen selama
didunia. Diduga hingga menjelang tahun
periode tersebut. Data WHO menjelaskan
2030,
lebih jauh, 59 persen laki-laki dan 3,7 persen
mencapai 10 juta orang pertahun. Dan pada
perempuan adalah perokok. Jika mengingat
tahun 2030 diperkirakan tidak kurang dari
jumlah penduduk Indonesia 218, 7 juta
70 persen kematian yang disebabkan oleh
maka ada 72 juta perokok di Indonesia. Data
rokok akan terjadi di negara berkembang.
rokok
menyebutkan
terbesar
prevalensi
tersebut
dipicu
WHO pada tahun 2002 menyebutkan bahwa
gangguan
kematian
kesehatan
akibat
bahkan
merokok
akan
Hal ini diperkuat dengan data Tim
Indonesia negara kelima pengkonsumsi
Penanggulangan
Masalah
Tembakau
rokok terbesar didunia. Setiap tahunnya
Departemen Kesehatan RI (2008) yang
Syamsul Gultom adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
76 menyatakan pada tahun 2001 sebanyak 9,2
pertama karena sukses belajar merokok dan
persen dari 3320 kematian di Indonesia
kedua
disebabkan karena penyakit yang berkaitan
Sukses belajar merokok dimulai ketika
dengan
pertama kali menghisap rokok, asap rokok
rokok.
Secara
global
rokok
karena
pelampiasan
merupakan 8,8 persen penyebab dari semua
bukanlah
kematian pada tahun 2002. Konsumsi rokok
individu
membunuh satu orang setiap 10 detik. Selain
membiasakan diri dengan rasa asap rokok
itu
diperkirakan
yang pahit. Banyak orang menjadi perokok
menyebabkan kematian sekitar 2 persen
karena pada masa remaja mereka percaya
kasus stroke di Indonesia.
bahwa merokok adalah tanda kejantanan,
penggunaan
Selain
rokok
itu
rokok
juga
dapat
kenikmatan.
emosional.
merasa
Namun
harus
bisa
karena merokok,
keberanian, kedewasaan atau identitas lelaki
menyebabkan penyakit seperti penyakit
sejati.
saluran pernapasan kronik, jantung, kanker
program pikiran ini. Individu tidak mau
dan lainnya. Sekitar 56-80 persen penyakit
dikatakan banci oleh teman-teman apabila
saluran
disebabkan
tidak berani merokok. Perusahan rokok
karena rokok termasuk bronkhitis kronis dan
(dengan sengaja atau tidak) juga telah
emfisema. Secara global, rokok bertanggung
menanamkan persepsi bahwa "rokok itu
jawab terjadinya 22 persen penyakit jantung
jantan" melalui berbagai iklan rokok yang
dan pembuluh darah. Serta menyebabkan
dibuat sangat bagus. Sifat remaja yang tidak
terjadinya 90 persen kanker paru pada laki-
mau diremehkan dan ingin dihargai adalah
laki dan 70 persen pada perempuan. Dan
faktor pendorong utama mengapa seseorang
bukan hanya merugikan bagi orang yang
belajar merokok.
pernapasan
kronik
Lingkungan
kita
menanamkan
juga
Prilaku merokok ini semakin kuat,
berbahaya bagi kesehatan orang lain yang
karena pikiran bawah sadar secara otomatis
menghirupnya.
rokok
menghubungkan berbagai aspek kehidupan
mengandung sesedikitnya 30 jenis polutan.
dengan aktivitas merokok. Individu sudah
dan
terbiasa merokok setelah makan, sambil
mengkonsumsinya,
sekitar
tetapi
Karena 60
zat
rokok asap
penyebab
kanker
minum kopi, sambil bekerja, sambil nonton
(Sulistyowati, 2008). (2008)
televisi, sambil ngobrol, sampai urusan
menyebutkan bahwa penyebab utama yang
pribadi di toilet pun rasanya tidak lengkap
membuat seseorang menjadi perokok adalah
tanpa rokok. Sampai tahap ini, rokok sudah
Hipnosis
Center
Syamsul Gultom adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
77 menjadi bagian dari hidup. Lingkungan juga
menghabiskan rokok lebih banyak ketika
memperkuat
Melihat
sedang stress. Pelampiasan ini juga terjadi
banyak sekali perokok di sekitar individu
pada pencandu narkoba dan alkoholis.
yang juga melakukan hal serupa. Semua itu
Selain alasan ingin mendapatkan ketenangan
mendukung individu untuk terus merokok
dari
dan
mencoba narkoba, dan meminum minuman
prilaku
seolah-olah
merokok
mendapat
pembenaran
rokok,
individu
mulai
merokok,
Dengan
keras karena ingin merusak diri sendiri
penguatan lingkungan itu, maka individu
sebagai aksi protes terhadap masalah yang
merasa bahwa merokok adalah bagian dari
dihadapi.
bahwa
merokok
itu
wajar.
Dewasa ini upaya-upaya untuk
kehidupan yang wajar. Bahkan kebanyakan pria
merasa
bahwa
merokok
adalah
mengurangi
permasalahan
rokok
telah
keharusan, karena jika tidak merokok dia
banyak dilakukan oleh pihak pemerintah
bukan pria. Menjadi perokok adalah hasil
tetapi
dari belajar membiasakan diri dengan rokok.
masyarakat.
Dan seseorang mau membiasakan diri
Indonesia juga telah menyatakan bahwa
dengan rokok karena dia terprogram oleh
rokok haram (terlarang) dikonsumsi, tetapi
lingkungan
kenyataannya masih banyak masyarakat
yang
menganggap
perokok
sebagai "orang hebat". Setelah tumbuh
hasilnya
belum
Bahkan,
tampak Mejelis
oleh Ulama
yang tidak mengindahkan fatwa tersebut. Shubinsky
dewasa dengan prilaku merokok, perokok
(2006)
menyatakan
umumnya menyadari bahwa rokok sudah
bahwa ada 5 cara untuk menghentikan
memperbudaknya
prilaku
selama
ini.
Namun
merokok
yaitu;
Pertama
Cold
kebanyakan dari mereka merasa sudah
Turkey; merupakan metode yang digunakan
terlambat untuk berhenti merokok. Mereka
untuk mengubah diri, individu berhenti
merasa
tanpa menggunakan nicotine replecment
tidak
mungkin
bisa
berhenti
merokok.
seperti permen karet atau lainnya. Hasil riset
Penyebab kedua adalah karena pelampiasan kecendrungan
emosi. untuk
Manusia
punya
mencurahkan
mengatakan bahwa metode ini merupakan proses spontan yang membutuhkan motivasi
/
yang kuat untuk dapat mengubah prilaku.
melampiaskan emosi negatifnya kepada
KeduaNicotine Supplements; metode ini
seseorang atau sesuatu yang dianggap bisa
menggunakan penggantian nicotine dalam
menenangkan
rokok melalui kulit (transdermal nicotine),
dirinya.
Perokok
Syamsul Gultom adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
78 mukosa nasal (nicotine nasal spray) atau
pada perokok sangat membantu. Kelima
buccal mucosa (nicotine chewing gum),
terapi alternatif atau complementary yaitu
tujuannya
menurunkan
membantu merubah pikiran dan keyakinan
keinginan dan gejala withdrawal, tetapi
hidup dan belajar bagaimana mengatasi
harganya
adalah
untuk
mahal.
Ketiga
Penggunaan
stress tanpa rokok atau penggunaan zat
dan
Varenicline
terlarang lainnya. Contoh: akupunture, tai
Bupropion
(Zyban)
(Chantix);
Bupropion
digunakan
untuk
chi, yoga, hipnosis dan lainnya.
menurunkan keinginan untuk merokok. Juga
Shubinski (2006) menyatakan bahwa
menurunkan gejala depresi pada pasien,
salah satu intervensi yang dapat dilakukan
tetapi obat ini tidak direkomendasikan pada
untuk
individu dengan riwayat kejang atau eating
adalah behaviour therapy. Menurut Mallin
disorder.
yang
(2002), 70 persen perokok mengatakan akan
diresepkan dan berdampak pada otak dan
berhenti, tetapi hanya 7.9 persen yang dapat
mempunyai cara kerja yang sama dengan
melakukannya tanpa pertolongan terapi,
nicotine.
sedangkan 10.2 persen dengan pertolongan
Chantix
adalah
obat
Keempat, program stop merokok,
terapi
menghilangkan
kombinasi
prilaku
penggunaan
merokok
nicotine
tujuan program ini adalah untuk memotivasi
replacement, bupropion (Zyban) dan sosial
dan memberikan penguatan pada individu
dan
tentang
kombinasi
penghentian
konsumsi
rokok,
behavior ini
therapy.
Penggunaan
menghilangkan
prilaku
dengan menggunakan cognitif behaviour
merokok pasien sampai 35 persen. Leshner
therapy.
tidak
(2002) juga menyebutkan bahwa behaviour
mendapatkan sukses yang tinggi karena
intervention merupakan bagian integral dari
pasien hanya berhenti merokok hanya
treatment
dengan
menghentikan
Tetapi
program
ini
mengkombinasikannya
dengan
medikasi. Akan tetapi behaviour therapy
yang
dilakukan
ketagihan
nikotine
untuk pada
individu.
B. PEMBAHASAN terapi
Behaviour therapy adalah suatu
Laraia, 2005). Terapi ini merupakan suatu
yang
bentuk
diberikan
untuk
merubah
intervensi
keperawatan
untuk
perilaku klien yang menyimpang sehingga
meningkatkan prilaku yang diharapkan atau
menjadi perilaku yang adaptif (Stuart &
menghilangkan
prilaku
yang
Syamsul Gultom adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
tidak
79 diinginkan
dari
Behaviour
Cara mengubahkebiasaan merokok
therapy merupakan program yang paling
(1) Delaying tactics: coba berhenti untuk 1
efektif
hari.
dalam
seseorang. menghentikan
prilaku
(2)
Fading jumlah
techniques: nikotin
coba
merokok
menurunkan
dengan
(http://www.chantixhome.com/smoking_ces
menggunakan permen karet atau dengan
sation.html).
menurunkan kadar nicotine atau tar atau
Menurut Shubinsky (2006), strategi
ubah jenis rokok yang sering dikonsumsi.
behavior therapy yang digunakan untuk
(3) subsitusi satu prilaku dengan prilaku
menghentikan prilaku merokok adalah (1)
lainnya yaitu permen karet, cereal, tusuk
Mencari faktor lingkungan yang menjadi
gigi, batang wortel dan exercise. Untuk
factor
predisposisi
terjadinya
prilaku
membuat sesuatu menjadi prilaku, maka
adalah
dengan
harus dilakukan. Kalau bisa melakukan beri
menghilangkan trigger dan benda-benda
tanda bintang. (4) Aversive conditioning;
yang berhubungan dengan prilaku merokok
mengubah stimulus (prilaku atau pikiran)
dari rumah (asbak rokok, korek api dan
negative dengan prilaku yang ingin dirubah.
lainnya) dan buatlah area rumah, tempat
Kebiasan
bekerja dan mobil menjadi kawasan bebas
muntah. Cara ini efektif tetapi harus diulang
rokok dan buatlah cara untuk mendapatkan
sampai pikiran-pikiran merokok menjadi
rokok
Mengidentifikasi
sesuatu yang memuakkan, dan muntah dapat
situasi dan perasaan yang memperkuat
beresiko terjadinya perdarahan dan aspirasi.
kesenangan untuk merokok, seperti prilaku
Fokus merokok diubah dengan memikirkan
merokok dengan teman-teman, sosialisasi
konsekuensi negative seperti masalah mental
dengan teman-teman yang merokok dan
dan fisik, menyebabkan terjadinya cedera
juga pasangan. Identifikasi situasi yang
pada oranglain, dicela oleh lingkungan
beresiko tinggi menyebabkan penggunaan
social, dilabel menjadi orang yang adiksi
rokok seperti penggunaan alcohol, setelah
atau budak, berpikir bahwa rokok adalah
makan, ketika menyetir atau ketika mood
sama
menurun. Monitor dan catat di catatan
contracting: membuat kontrak dengan diri
harian dengan mengidentifikasi hubungan
sendiri
antara trigger, situasi yang beresiko tinggi
pendek menghilangkan prilaku merokok. (5)
dengan prilaku merokok.
Positive Reinforcement; dasarnya adalah
merokok.
Caranya
menjadi
susah.
merokok
dengan untuk
dihentikan
suicide.
dengan
Contingency
mencapai tujuan jangka
Syamsul Gultom adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
80 pikiran dan prilaku positif dengan prilaku
yang tidak merokok, memberikan tips pada
yang diinginkan. Dengan cara berfokus pada
teman tentang cara penghentian rokok, dan
tujuan; mengidentifikasi dan menuliskan
bayangkan orang-orang akan mengatakan:
insentif pribadi dari penghentian merokok.
wow, bagaimana kamu dapat melakukannya
Berfokus pada reward personal; rencanakan
(6) Meningkatkan konsep diri, koping dan
reward dengan cost saving, pikirkan bahwa
tehnik
pasien dapat melakukan apapun dengan
bagaimana
uang itu, pikirkan tentang keuntungan dari
dirinya,
penghentian rokok terhadap hidup dan
menghadapi stress dan juga akan dilatih
kesehatan atau lainnya. Fokus pada reward
tehnik
sosial; bayangkan bahwa pasien diceritakan
melampiaskan emosinya pada hal-hal yang
oranglain ataun masyarakat sebagai orang
maladaptive.
relaksasi; cara
koping relaksasi
individu
diajarkan
meningkatkan yang agar
konsep
adaptif
dalam
individu
tidak
C. KESIMPULAN Masalah rokok merupakan masalah
perlu upaya dari seluruh pihak, baik
yang sangat kompleks yang memerlukan
pemerintah, petugas kesehatan dan juga
upaya penanggulangan secara komprehensif.
masyarakat. Terapi yang efektif dilakukan
Hal ini karena rokok merugikan bagi
untuk
individu, keluarga maupun masyarakat dan
adalah behaviour therapy.
menghilangkan
prilaku
merokok
DAFTAR PUSTAKA Megan dkk (2004). Strategies for Smoking Cessation.
Dibuka
pada
http://www.chestnet.org/education/o nline/pccu/vol15/lessons13_14/lesso n13.php tanggal Jam 19.00 WIB
20 Maret 2009
Anonim (2008). Smoking Cessation Treatments. Dibuka pada http://www.chantixhome.com/smokin g_cessation.htmltanggal20 Maret 2009 Jam 19.15 WIB Tim Penanggulangan Masalah Tembakau (2008). Tembakau: Dampaknya Yang Merusak Kesehatan. Dibuka pada http://langitan.net/?page_id=111 tanggal 20 Maret 2009 Jam 19.15 WIB Shubinski (2006). Methods of Smoking Cessation. Dibuka pada
Syamsul Gultom adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
81 Therapies. Dibuka pada http://www.aafp.org/afp/20020315/1 107.pdf tanggal 20 Maret 2009 Jam 20.30 WIB
http://wolfweb.unr.edu/homepage/sh ubinsk/smokmet1.html tanggal 20 Maret 2009 Jam 19.15 WIB Sulistyowati (2008). Lingkungan Bebas Asap Rokok Demi Hak Asasi Masyarakat. Dibuka pada tanggalhttp://www.madinask.com/in dex.php?option=com_content&task= view&id=562& tanggal 20 Maret 2009 Jam 20.00 WIB Leshner (2001). Nicotine Addiction. Dibuka pada http://www.hooah4health.com/4you/s toptobaccoshop/docs/nicotinerr.pdf tanggal 20 Maret 2009 Jam 20.15 WIB Mallin
(2002). Smoking Cessation: Integration of Behavioral and Drug
Jawa
Pos (2005) . Dibuka pada http.//www.digilib.petra.ac.id/jiunkpe /s1/hotl/2005/jiunkpe-nsf. tanggal 20 Maret 2009 Jam 20.45 WIB
Hipnosis Center (2008). Smoking Cessation and Hipnosis. Dibuka pada http://www.hypnosis45.com/merokok .htmtanggal 20 Maret 2009 Jam 21.00 WIB Stuart & Laraia (2005). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St: Louis: Mosby Elsevier
Syamsul Gultom adalah Dosen Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
82 SUATU UPAYA DALAM PELAKSANAAN PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN SENI MUSIK BERBASIS PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA DI SEKOLAH - SEKOLAH MAUPUN LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN DI INDONESIA Danny Ivanno Ritonga Abstrak Salah satu bidang pendidikan yang berpotensi untuk mengubah moralitas peserta didik adalah pendidikan seni. Berdasarkan hasil survei, sekolah-sekolah maupun lembagalembaga pendidikan di Indonesia perlu meningkatkan pengajaran pendidikan seni dengan menggunakan paradigma sebagai berikut: materi pelajaran berakar dari budaya lokal bukan dari budaya luar, pelajaran seni musik diajarkan sebagai upaya memberikan pengalaman estetis bukan usaha mencetak seniman, dan pengajaran materi seni musik diiringi dengan penanaman nilai atau makna tidak hanya sekedar belajar praktek, sehingga semua materi seni musik yang diajarkan harus yang mengandung makna, bermakna, dan dibermaknakan. Kata kunci : pembelajaran seni musik, pengajaran pendidikan seni musik, pendidikan budaya dan karakter bangsa. A. PENDAHULUAN Persoalan karakter bangsa kita kini menjadi sorotan tajam masyarakat.
hangat di media massa, seminar, dan di berbagai kesempatan.
Sorotan itu mengenai berbagai aspek
Solusi yang banyak dikemukakan
kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan
untuk
di media cetak, wawancara, dialog, dan
mengurangi
gelar wicara di media elektronik. Selain di
melalui pendidikan. Pendidikan dianggap
media massa, para pemuka masyarakat,
sebagai alternatif yang bersifat preventif
para ahli, dan para pengamat pendidikan,
karena pendidikan membangun generasi
dan pengamat sosial berbicara mengenai
baru bangsa yang lebih baik dalam
persoalan karakter bangsa di berbagai
berbagai aspek yang dapat memperkecil
forum seminar, baik pada tingkat lokal,
dan
nasional,
masalah budaya dan karakter bangsa.
maupun
Persoalan yang seperti
internasional.
muncul di masyarakat
mengatasi
masalah
mengurangi
Memang
atau
diakui
paling
tidak
tersebut
penyebab bahwa
yakni
berbagai
hasil
dari
korupsi, kekerasan, kejahatan
pendidikan akan terlihat dampaknya dalam
seksual, perusakan, perkelahian massa,
waktu yang tidak segera, tetapi memiliki
kehidupan
daya tahan dan dampak yang kuat di
ekonomi
yang
konsumtif,
kehidupan politik yang tidak produktif,
masyarakat.
dan sebagainya menjadi topik pembahasan
pendidikan permasalahan karakter anak
Harapannya
melalui
Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
83 bangsa bisa teratasi, akan tetapi hal
dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
tersebut tidak semudah membalik kan
Sedangkan penanaman nilai-nilai karakter
telapak tangan tentu banyak hambatan dan
merupakan
rintangan yang membutuhkan komitmen
karakter yang bisa diartikan sebagai usaha
bersama dari berbagai pihak.
sadar dan terencana untuk mewujudkan
Karakter
pendidikan
suasana serta proses pemberdayaan potensi
karakter
dan pembudayaan peserta didik guna
individu-individu yang membentuk bangsa
membangun karakter pribadi dan/atau
itu sendiri. Selama bangsa itu masih ada
kelompok yang unik-baik sebagai warga
maka pembentukan karakter dari individu-
negara, ada
individu tersebut akan terus berlanjut. Hal
karakter yang perlu ditanamkan dalam
ini berarti bahwa pembentukan karakter
proses
dari
bangsa
dari
dapat
dibangun
suatu
bagian
pembentukan
delapan belas
pembelajaran,
nilai-nilai
sebagai
berikut:
bangsa akan berlangsung terus menerus
Delapan belas nilai-nilai karakter
ditumbuhkembangkan melalui pendidikan
tersebut perlu juga ditanamkan sejak dini
pada
mulai
pendidikan
dari
lingkungan
keluarga
dan
masyarakat yang merupakan lingkungan tumbuh
dan
muda.
Namun,
diharapkan penggerak
berkembangnya dunia
dapat untuk
semua
jenjang
dasar,
mulai
tingkat
menengah,
hingga
pendidikan tinggi secara berkelanjutan.
generasi
Indonesia merupakan negara yang
pendidikan
kaya akan seni dan budayanya. Dari
menjadi
motor
berbagai
macam suku yang ada
di
memfasilitasi
Indonesia muncul beragam kesenian, seni
pembangunan karakter bangsa. Artinya,
tari dan musik, serta beragam budaya
delapan belas nilai-nilai karakter tersebut
daerah. Seni dan Budaya daerah yang ada
dalam pembentukan karakter bangsa dapat
di
Indonesia
mencerminkan
jati
Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
diri
84 Bangsa Indonesia. Melalui kesenian dan
Sumatera Utara maupun di daerah lainnya
budaya yang ada di Indonesia orang akan
di Indonesia terancam punah karena tidak
kenal dengan Indonesia. Sebagai contoh,
ada lagi yang memainkannya. Permainan
jika seseorang bicara tentang tari serimpi,
tradisional tersebut sudah tergantikan oleh
pendet, reog ponorogo, tor-tor atau musik
permainan modern seperti video games
kolintang, gondang, gamelan, atau tentang
maupun playstation. Padahal permainan
batik, ulos maka semua orang langsung
tradisional seperti patok lele, congklak,
tahu bahwa seni dan budaya tersebut
galasin dan lain-lain memiliki keunggulan
berasal dari Indonesia. Seni dan Budaya
dibandingkan permainan modern, antara
yang ada di Indonesia tersebut perlu
lain permainan tradisional menimbulkan
diperkenalkan,
inisiatif, kreatif, rasa solidaritas atau
ditanamkan
kepada
generasi penerus bangsa agar tidak punah
kesetiakawanan,
dan muncul rasa cinta dan bangga akan
sesamanya. Sedangkan pada permaianan
budayanya.
modern akan menimbulkan rasa egoisme
Melalui
pendidikan
seni
di
dan
rasa
individualisme
empati
karena
kepada
permainan
sekolah diharapkan peserta didik akan
modern cenderung dimainkan oleh satu
mengenal, mencintai, dan memelihara seni
orang. Terlihat jelas bahwa dari permainan
dan budayanya. Sehingga pada saat seni
akan terbentuk karakter anak. Oleh karena
dan budaya asing masuk ke Indonesia
itu maka perlu dimasukkan permainan
diharapkan nilai-nilai seni dan budaya
tradisional dan seni budaya lainnya ke
Indonesia
dalam kurikulum pendidikan seni dan
tidak
luntur
dan
tetap
dipertahankan. Berbagai jenis permainan
memgimplementasikannya.
anak tradisional yang banyak tersebar di B. PEMBAHASAN Seni musik sebagai salah satu
adalah
pemberian
bidang yang diberikan di sekolah-sekolah
pengalaman
maupun lembaga-lembaga di Indonesia
penanaman sikap apresiasi dan ekspresi
merupakan disiplin ilmu berkaitan dengan
peserta didik melalui pendekatan : 1)
penanaman
dan
belajar dengan seni musik; seni musik
pengekspresian karya musik, serta rasa
dapat memberikan kesempatan kepada
berseni (sense of art). Dalam kurikulum
peserta didik mengekspresikan musik dan
yang diadakan saat ini dinyatakan bahwa
mengambil
pembelajaran seni musik pada dasarnya
pengekspresian
sikap
apresiasi
musik
bentuk-bentuk dalam
pemahaman musik
dari
rangka
proses tersebut
Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
85 (psikomotor), 2) belajar melalui seni
pembelajaran seni musik yang berbasis
musik; seni musik dapat membantu peserta
pendidikan budaya dan karakter bangsa.
didik penanaman nilai-nilai atau perilaku
Pendidikan budaya dan karakter bangsa
berdasarkan makna atau pesan yang
dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai
terkandung dalam seni musik itu sendiri
atau kebajikan yang menjadi nilai dasar
(afektif)
akan
budaya dan karakter bangsa. Kebajikan
membentuk karakter peserta didik, dan 3)
yang menjadi atribut suatu karakter pada
belajar tentang seni musik; seni musik
dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu
dapat
pada
pendidikan budaya dan karakter bangsa
peserta didik untuk mengetahui unsur-
pada dasarnya adalah pengembangan nilai-
unsur yang terdapat pada seni musik dan
nilai yang berasal dari padangan hidup
bahkan dapat memberikan pengetahuan
atau ideologi bangsa Indonesia, agama,
kepada
budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan
yang
pada
memberikan
peserta
akhirnya
kesempatan
didik
tentang
segala
sesuatu tentang alam (kognitif).
dalam
tujuan
pendidikan
nasional.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan 1.
Fungsi Seni Musik Pembelajaran seni musik yang
mengungkapkan
ekspresi,
memberikan
dilaksanakan di sekolah-sekolah maupun
tantangan,
lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia
mengenalkan peserta didik pada sejarah
seharusnya sampai pada penanaman nilai-
budaya bangsa mereka sendiri.
melatih
disiplin
dan
nilai atau pengaplikasian sikap-sikap yang
Pembelajaran seni musik dapat
terdapat pada makna atau pesan yang
berfungsi sebagai stimulus bagi peserta
terdapat pada musik itu sendiri. Pendapat
didik untuk dapat peka dengan apa yang
para pakar pendidikan yang menyatakan
terjadi di lingkungan sekitar. Kepekaan
bahwa seni musik mempunyai peranan
yang dimaksudkan, yakni kepekaan untuk
yang penting dalam kehidupan seorang
bagaimana
peserta
yang
mungkin, sehingga tidak ada sesuatu hal
berpartisipasi dalam kegiatan seni musik,
pun yang merasa tidak terperhatikan.
selain dapat mengembangkan kreativitas,
Lewat seni musik peserta didik dapat
musik
merasakan
didik.
juga
Peserta
dapat
didik
membantu
harus
dan
berbuat
membuat
selembut
harmonisasi
perkembangan individu, mengembangkan
dengan lingkungan, baik itu lingkungan
sensitivitas, membangun rasa keindahan,
sosial diantara peserta didik, maupun
Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
86 lingkungan keluarga, masyarakat, bahkan
dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi
bangsa dan negara. Dengan kata lain seni
dan mengekspresikan keindahan serta
musik memberikan pembelajaran untuk
harmoni mencakup apresiasi dan ekspresi,
menanamkan nilai-nilai kepekaan atau
baik dalam kehidupan individual sehingga
kepedulian antar sesama lewat pemahaman
mampu menikmati dan mensyukuri hidup,
terhadap makna atau pesan yang terdapat
maupun dalam kehidupan kemasyarakatan
pada lagu atau musik. Kepekaan dan
sehingga
kepedualian
kebersamaan yang harmonis.
yang
dimunculkan
dari
pemahaman terhadap makna atau pesan lagu
yang
dipelajari,
nantinya
akan
mampu
menciptakan
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
simpulkan
bahwa
seni
musik
memberikan pemahaman tentang budaya
memiliki fungsi yang sangat sesuai dengan
dan karakter bangsa.
pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Depdiknas (2006 : 4) menyatakan
Pembelajaran
seni
bahwa seni musik tergabung kepada
keunikannya
dapat
kelompok
estetika
berharmonisasi baik dalam kehidupan
meningkatkan
individu, kehidupan sosial masyarakat,
mata
dimaksudkan
pelajaran
untuk
sensitivitas, kemampuan mengekspresikan
maupun
dan kemampuan mengapresiasi keindahan
bernegara.
2.
kehidupan
musik
dengan
membaur
dan
berbangsa
dan
Tujuan Seni Musik Depdiknas
611)
menampilkan sikap apresiasi terhadap seni
musik
musik, 3) menampilkan kreativitas melalui
bertujuan agar peserta didik memiliki
seni musik, 4) menampilkan peran serta
kemampuan untuk : 1) memahami konsep
dalam seni musik dalam tingkat lokal,
dan
regional,
mengemukakan
3.
(2006
bahwa
pentingnya
:
seni
seni
musik,
2)
maupun
global.
Fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Fungsi Pendidikan Budaya dan
pengembangan potensi peserta didik yang
Karakter Bangsa dapat berupa : 1)
lebih bermartabat, dan 3) penyaring,
pengembangan,
pengembangan potensi
penyaring difungsikan untuk menyaring
peserta didik untuk menjadi pribadi yang
budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa
perbaikan,
lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
berperilaku
baik,
(2)
memperkuat kiprah pendidikan nasional
budaya
untuk
bermartabat.
4.
bertanggung
jawab
dalam
dan
karakter
bangsa
Tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
yang
87 Pendidikan Budaya dan Karakter bangsa
bertujuan
untuk
:
mengembangkan
1)
potensi
biasanya dimiliki oleh peserta paduan suara
(ansambel
mengembangkan
musik),
kemampuan
4) peserta
kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai
didik menjadi manusia yang mandiri,
manusia dan warga negara yang memiliki
kreatif, berwawasan kebangsaan. Hal ini
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Hal
dapat dilakukan dengan mempelajari dan
ini
memahami lagu-lagu wajib nasional dan
dapat
dicontohkan
dengan
pengembangan potensi atau minat seni
lagu-lagu
musik yang dimiliki peserta didik sebagai
internasional
media
mengembangkan
peserta didik menjadi mandiri, kreatif, dan
mengembangkan
dapat menjaga kelesatarian budaya bangsa
kebiasaan dan perilaku peserta didik yang
mereka sendiri, dan (5) mengembangkan
terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai
lingkungan kehidupan sekolah sebagai
universal dan tradisi budaya bangsa yang
lingkungan belajar yang aman, jujur,
religius. Hal ini sejalan dengan tujuan dan
penuh kreativitas, dan persahabatan, serta
ruang lingkup pembelajaran seni musik
dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan
yang bertujuan untuk memahami konsep
penuh kekuatan (dignity). Hal ini sejalan
dan pentingnya seni musik, dan dapat
dengan fungsi pembelajaran seni musik
berkiprah dalam pelestarian budaya baik di
yang menjadikan peserta didik sebagai
tingkat
seseorang yang peduli, sensitif/peka, serta
untuk
kepribadiannya,
2)
lokal,
internasional,
3)
regional,
maupun
menanamkan
jiwa
dapat
daerah, yang
membuat
serta dapat
lagu-lagu menjadikan
harmonis
kepemimpinan dan tanggung jawab peserta
kehidupan
individu,
didik sebagai generasi penerus bangsa. Hal
masyarakat,
bahkan
ini dapat ditunjukkan melalui seorang
bernegara,
serta
pemimpin lagu yang memiliki ciri-ciri
kelesatarian
dengan
keluarga,
sosial
berbangsa dapat
budaya
dan
menjaga bangsa.
kepemimpinan dan tanggung jawab yang 5.
Pengintegrasian Nilai-nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Ke Dalam Pembelajaran Seni Musik Selanjutnya
akan
dipaparkan
dengan pembelajaran seni musik, sebagai
secara global perpaduan nilai-nilai yang
berikut:
dikembangkan dalam pendidikan budaya
dan karakter bangsa yang disingkronkan
Religius, dapat dimunculkan pada saat mengekspresikan lagu-lagu bertema
Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
88 agama
dan
toleransi
antar
umat
pemilihan pemimpin lagu, penentuan
Jujur, dapat dimunculkan pada saat
jadwal latihan
mereka mengakui kesalahannya
tentang alat musik, cara bermain
Toleransi, dapat dimunculkan ketika
musik, bernyanyi
Semangat
Kebangsaan,
dapat
secara bersama, peserta didik selalu
dimunculkan
menghargai temannya dalam bermain
bersemangat ketika memainkan atau
musik atau bernyanyi dan berusaha
menyanyikan lagu-lagu wajib nasional
dengan
sikap
Cinta Tanah Air, dapat dimunculkan
Disiplin, dapat dimunculkan ketika
ketika peserta didik memainkan atau
memainkan atau menyanyikan lagu
menyanyikan lagu-lagu wajib nasional
sesuai dengan ketukan, tempo lagu,
dan
dan dinamik lagu, serta peserta didik
menyanyikan lagu wajib menunjukkan
datang tepat waktu
rasa
Kerja Keras, dapat dimunculkan ketika
mengaplikasikannya dalam kehidupan
peserta didik berusaha untuk berlatih
sehari-hari
dengan sungguh-sungguh
Rasa Ingin Tahu, dapat dimunculkan ketika peserta didik mencari tahu
untuk tidak individual
memainkan atau menyanyikan lagu,
dalam bermain musik atau bernyanyi
Demokratis, dapat dimunculkan ketika
beragama peserta didik merasa salah dalam
setelah
memainkan
atau
nasionalisme
Menghargai
Prestasi,
dapat
Kreatif, dapat dimunculkan dengan
dimunculkan
adanya inisiatif peserta didik untuk
menemukan temannya yang pintar dan
memperindah
mengembangkan
memberikan sikap apresiasi terhadap
permainan musik atau lagu yang
prestasi teman dengan cara salut dan
dimainkan/dinyanyikan
bertepuk tangan
dan
Mandiri, dapat dimunculkan ketika
ketika
dan
peserta
didik
Bersahabat/Komunikatif,
dapat
peserta didik diberikan kesempatan
dimunculkan
didik
untuk bermain musik atau bernyanyi
berkomunikasi dengan temannya, baik
secara individual, dan tidak tergantung
dalan bermain musik atau bernyanyi.
pada orang lain, serta dapat bermain
Contohnya : tetap mempertahankan
musik atau bernyanyi tanpa dibantu
suaranya menurut pembagian suara
orang lain
masing-masing ketika bernyanyi dalam
ketika
peserta
paduan suara Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
89
Cinta
Damai,
dimunculkan
Tanggung Jawab, dapat dimunculkan
ketika peserta didik berlatih dengan
ketika
baik tanpa mengganggu teman lain
menampilkan
yang sedang latihan
dengan lancar dan benar
peserta
didik berlatih musik
Penanaman
Gemar Membaca, dapat dimunculkan
atau
dan
nyanyi
nilai-nilai
yang
ketika peserta didik membaca atau
terdapat dalam Pendidikan Budaya dan
menyanyikan teks lagu atau membaca
Karakter
notasi musik/lagu
ditambahkan dan dikurangi sesuai dengan
Peduli Lingkungan, dapat dimunculkan
kebutuhan para pengajar di sekolah-
ketika peserta didik menyanyikan lagu-
sekolah
lagu yang bertema lingkungan dan
pendidikan di Indonesia sebagai satuan
dapat
dalam
pendidikan dan masyarakat sebagai unsur
tetap
penunjang pendidikan, serta sesuai dengan
mengaplikasikan
kehidupan
dapat
sehari-hari
untuk
Bangsa
di
maupun
atas,
dapat
lembaga-lembaga
peduli terhadap lingkungan
hakekat
Peduli
dimunculkan
Kompetensi/Kompetensi Dasar (SK/KD).
ketika peserta didik memainkan atau
Meskipun demikian ada 5 nilai yang
menyanyikan
yang
diharapkan menjadi nilai minimal yang
bertemakan tentang kepedulian sosial,
dikembangkan di setiap sekolah, yaitu
dan mengaplikasikan lagu tersebut
nyaman,
dalam kehidupan sosial mereka
tangguh/kerja
6.
Sosial,
dapat
lagu-lagu
materi
jujur,
peduli,
Standar
cerdas,
dan keras.
Langkah Pembelajaran Seni Musik Berbasis Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Pelaksanaan pembelajaran seni
perkembangan fisik, daya pikir, dan minat
musik memiliki keunikan, persiapan dan
peserta didik, 2) mampu menjadikan
rambu-rambu yang harus diperhatikan oleh
peserta didik sebagai media pengungkapan
para
pengajar. Rambu-rambu tersebut
perasaan, pikiran, isi hari peserta didik, 3)
dimaksudkan agar para pengajar tidak
mampu memberikan kesempatan bagi
memaksakan kemampuan peserta didik
perkembangan kreativitas berfikir dan
dalam bermusik/bernyanyi. Rambu-rambu
kreativitas seni, 4) mengakomodir dunia
ini dapat diartikan sebagai karakteristik
peserta didik, 5) ritme dan pola melodinya
bermusik/bernyanyi peserta didik. Secara
pendek, sehingga dapat dengan mudah
umum karakteristik pembelajaran seni
untuk ingat dan dipahami, 6) mengandung
musik
unsur-unsur musik seperti tempo, dinamik,
adalah
:
1)
sesuai
dengan
Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
90 interval, dan ekspresi yang dapat diolah
Pembelajaran,
dan dikuasai oleh peserta didik dan lain-
(tahap kegiatan awal, tahap kegiatan inti,
lain, 7) memberikan kesempatan untuk
dan tahap kegiatan akhir), dan penilaian
bergerak mengikuti musik, 8) pemberian
pembelajaran,
teori berbaur kedalam praktik/pengalaman
pengaplikasian
seni musik dengan perbandingan 30% teori
karakter bangsa. Penanaman nilai-nilai
dan 70% praktik, 9) lebih mengutamakan
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
latihan dan proses.
yang
musik
langkah
pembelajaran
serta
mengakomodir
nilai-nilai
dikembangkan
budaya
dalam
dan
proses
Pelaksanaan pembelajaran seni
pembelajaran seni musik tidak dilakukan
tidak
terpisah, akan tetapi nilai-nilai tersebut
terlepas
dari
perangkat
pembelajaran yang tertuang dalam sebuah
tergabung
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
pembelajaran.
yang
dipaparkan salah satu contoh langkah
berpedoman
pada
Standar
ke
dalam
langkah-langkah
Selanjutnya
akan
Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD)
pembelajaran
yang tertuang dalam Kurikulum Tingkat
pendidikan budaya dan karakter bangsa,
Satuan Pendidikan (KTSP), Indikator,
sebagai berikut:
seni
musik
berbasis
Tujuan Pembelajaran, Sumber dan Media
No.
1.
Tahap Pembelajaran Seni Musik
Kegiatan Pembelajaran Seni Musik
Kegiatan Awal
Pembelajaran dilakukan oleh si pengajar dengan mengecek kehadiran peserta didik dan kesiapan peserta didik untuk belajar, menyiapkan ruangan, dan menyiapkan media pembelajaran. Pembelajaran dilanjutkan dengan membangkitkan skemata peserta didik melalui pengalaman bermain musik atau bernyanyi yang pernah dialami peserta didik dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pengajar membuka skemata peserta didik dengan melakukan tanya jawab dan menggiring serta mengarahkan peserta didik tentang topik yang akan dipelajari. Pengajar menyapa peserta didik dan menanyakan keadaan peserta didik dan setelah itu si pengajar memberikan pertanyaan yang menggiring peserta didik ke topik pelajaran yang akan dipelajari Selanjutnya pengajar berusaha untuk memancing dan menumbuhkan motivasi peserta didik dengan lagu-lagu lain yang disukai peserta didik. Sehingga peserta didik gembira dan menunjukkan semangat dalam bermain musik atau bernyanyi. Pengajar melanjutkan kegiatan membuka skemata peserta didik dengan memberikan pertanyaan tentang pengalaman peserta didik mengenai notasi lagu. Hampir seluruh peserta didik tahu tentang notasi lagu. Pengajar melanjutkan pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan pada hari itu. Pengajar menghidupkan media player (alat pemutar mp3/DVD/VCD Player) dan serentak perhatian peserta didik terarah pada lagu yang diperdengarkan seraya menebak judul lagu yang diperdengarkan dan peserta didik memainkan atau
Nilai-Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Disiplin, peduli lingkungan, kerja keras, dan tanggung jawab
Rasa ingin tahu
Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
91
No.
2.
Tahap Pembelajaran Seni Musik
Kegiatan Inti
Kegiatan Pembelajaran Seni Musik menyanyikan lagu tersebut dengan ekspresi mereka masingmasing. Beberapa peserta didik mengikuti lagu dengan melakukan gerakan-gerakan sesuai dengan kemauan mereka. Pengajar mematikan (turn off) media player dan melakukan tanya jawab dengan peserta didik tentang lagu yang dimainkan. Setelah itu si pengajar memusatkan perhatian peserta didik dan memerintahkan untuk mencatat notasi dan lagu wajib nasional. Pembelajaran pada tahap kegiatan inti dilanjutkan pengajar dengan memajang notasi dan lirik lagu wajib nasional yang diperdengarkan kepada peserta didik sebagai panduan bagi peserta didik untuk membaca dan memainkan atau menyanyikan lagu pada pembelajaran seni musik dan kemudian si pengajar meminta peserta didik untuk mencatat notasi dan lirik lagu yang dipajang si pengajar di depan kelas. Setelah selesai mencatat si pengajar memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperhatikan dan mengidentifikasi notasi dan lirik lagu yang di pajang. Peserta didik memperhatikan notasi dan lirik lagu tersebut. Setelah beberapa saat, pengajar memberikan pertanyaan seputar notasi dan lirik lagu. Kemudian pengajar melanjutkan pembelajaran dengan memberikan pertanyaan yang memandu peserta didik menemukan unsur-unsur yang terdapat pada lagu tersebut. Pengajar memberikan penjelasan tentang notasi dan lirik lagu wajib nasional. Pengajar menjelaskan teori tentang notasi lagu seperti not-not yang membentuk sebuah lagu, tempo lagu, cara memainkan atau menyanyikan lagu dengan ekspresi yang sesuai dengan makna atau isi lagu. Teori juga diberikan di sela-sela latihan. Pengajar memimpin diskusi untuk menemukan makna atau pesan yang terdapat pada lagu. Hal ini dilakukan untuk memberikan arahan tentang bagaimana cara mengekspresikan lagu. Kemudian peserta didik berlatih bermain musik atau bernyanyi dengan terlebih dahulu melakukan pemanasan suara, dan selanjutnya membunyikan simbol not secara bersama sama. Hal ini dilakukan dengan menirukan bunyi notasi yang dibacakan si pengajar. Pengajar memodelkan cara memainkan atau menyanyikan solmisasi di depan kelas dan peserta didik disuruh untuk mengikuti perlakuan pengajar. Pengajar memandu latihan sesuai dengan urutan notasi angka (dari do rendah ke do tinggi dan kembali turun dari do tinggi ke do rendah) secara berulang-ulang sampai peserta didik dapat menemukan dan merasakan perbedaan ketinggian masing-masing not seperti 12-3-4-5-6-7-1 (dibaca: do,re, mi, fa, sol, la, si, do) dan turun kembali dari 1-7-6-5-4-3-2-1 (dibaca: do, si, la, sol, fa, mi, re, do). Latihan ini dilakukan secara berulang-ulang, hingga peserta didik dapat menirukan solmisasi dengan nada yang tepat. Kemudian pembelajaran dilanjutkan dengan membaca notasi. Notasi angka yang dibaca oleh peserta didik, pada awalnya terdengar tidak kompak dan nadanya banyak yang tidak sesuai dengan ketinggian nada (pitch) dan mutu suara (vokal) yang diproduksi oleh peserta didik masih terdengar lengking dan kurang bulat. Pengajar membantu peserta didik sambil menyuarakan notasi ini dengan suara yang agak keras dan jelas. Sehingga peserta didik membunyikan notasi lagu sudah berangsur-angsur tepat dan menyanyikan lagu dengan suara yang lantang. Kegiatan dilanjutkan dengan melakukan latihan membaca notasi lagu wajib dengan tempo yang sesuai dengan tanda tempo yang terdapat pada lagu. Peserta didik menirukan
Nilai-Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Gemar membaca
Rasa ingin tahu
Demokratis
Kerja keras, dan tanggung jawab
Disiplin, rasa ingin tahu, toleransi, kerja keras, dan tanggung jawab
Disiplin
Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
92
No.
Tahap Pembelajaran Seni Musik
Kegiatan Pembelajaran Seni Musik notasi yang dibacakan si pengajar. Pengajar membacakan notasi lagu yang terdapat di papan tulis, potongan demi potongan dan pengajar memandu dengan mengetuk-ngetuk papan tulis dengan rol. Peserta didik menirukan notasi angka yang dibaca oleh si pengajar. Latihan ini dilakukan secara bersama-sama dimulai dari awal sampai akhir lagu dan dilakukan secara berulang-ulang sampai terbentuk efek rasa musik (sense of music). Pengajar melakukan pembelajaran dengan menirukan lagu atau potongan not yang akan dinyanyikan dan setelah itu peserta didik diminta untuk mengikuti lagu yang dimodelkan oleh si pengajar. Pengajar membagi peserta didik menjadi 4 kelompok berdasarkan urutan banjar meja dan kursi peserta didik. Peserta didik yang berada pada banjar paling kanan adalah kelompok 1, peserta didik yang berada di sebelah kiri kelompok 1 adalah kelompok 2, kelompok 3 dan kelompok 4. Masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang dengan jenis kelamin yang berbeda. Latihan dilanjutkan dengan membagi notasi lagu menjadi empat bagian sesuai dengan jumlah kelompok belajar peserta didik. Peserta didik ditugaskan untuk melakukan latihan membaca notasi dan menyanyikan lirik lagu secara berkelompok berdasarkan notasi dan lirik lagu yang telah dibagi oleh pengajar. Tugas latihan adalah kelompok 1 membaca dan menyanyikan lirik lagu yang terdapat pada kalimat ke 1 lagu, kelompok 2 ditugaskan latihan kalimat ke 2 lagu, kelompok 3 melakukan latihan kalimat ke 3 lagu, dan begitu juga kelompok 4 melakukan latihan membaca notasi dan menyanyikan lirik lagu yang terdapat pada kalimat ke 4 lagu. Latihan membaca notasi dan menyanyikan lirik lagu dilakukan secara bergantian yang dimulai dari kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3, dan terakhir kelompok 4 dengan materi, seperti : 1) peserta didik membaca notasi lagu model secara berulang-ulang. Hingga pada setiap diri peserta didik mulai terbentuk efek wirasa dan wirama terhadap melodi lagu, dan 2) setelah itu peserta didik menyanyikan lirik lagu. Latihan ini juga dilakukan secara berulang-ulang sampai lagu ini dibawakan dengan tepat dan benar, serta sesuai dengan tempo lagu. Ketika proses latihan, suasana kelas menjadi ribut dan masing-masing kelompok bersaing untuk menyelesaikan latihan mereka. Kelompok yang satu tidak mau ketinggalan dengan kelompok yang lain. Dan si pengajar kewalahan untuk menenangkan peserta didik supaya melakukan latihan dengan sedikit tenang. Pengajar memberikan bimbingan bagaimana cara latihan. Latihan dilakukan dengan bimbingan si pengajar yang mendatangi kelompok belajar peserta didik. Setiap kelompok dipandu dalam membaca not dan menyanyikan lirik lagu yang sesuai dengan tempo lagu. Dan setelah notasi dan lirik lagu dinyanyikan dengan tepat dan benar dan sesuai dengan tempo lagu, maka dilanjutkan dengan latihan pada kelompok berikutnya, hingga semua kelompok melakukan latihan terhadap potongan notasi dan lirik lagu. Setelah semua kelompok selesai melakukan latihan, maka dilanjutkan dengan penampilan masing-masing kelompok untuk uji coba. Pengajar melakukan uji coba terhadap penampilan masingmasing kelompok dalam 2 tahap, yaitu : 1) uji coba notasi, dan 2) uji coba lirik. Pengajar membimbing peserta didik menyanyikan notasi dan lirik lagu yang dimulai dari kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3, dan kelompok 4 secara berurutan dan tidak terputus. Setelah penampilan kelompok 1,
Nilai-Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Kerjasama
Toleransi, dan cinta damai
Kerjasama
Tanggung jawab, demokratis
Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
93
No.
3.
Tahap Pembelajaran Seni Musik
Kegiatan Akhir
Nilai-Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Kegiatan Pembelajaran Seni Musik maka dilanjutkan dengan penampilan kelompok berikutnya. Setelah selesai melakukan penampilan secara keseluruhan, dilakukan tanya jawab tentang lagu atau nyanyi yang ditampilkan dengan panduan si pengajar. Proses uji coba selesai dilakukan, dilanjutkan dengan penampilan lagu yang sesungguhnya secara mandiri atau tanpa bimbingan pengajar. Pengajar memposisikan diri sebagai dirigen/conductor (pemimpin lagu) yang sebelumnya diminta kesediaan peserta didik untuk memimpin lagu. Peserta didik membaca notasi dan memainkan atau menyanyikan lirik lagu sesuai dengan efek rasa yang terbentuk dalam diri mereka terhadap lagu yang akan dimainkan atau dinyanyikan. Penampilan yang dilakukan oleh masing-masing kelompok dengan cara mengurutkan penampilan dari kelompok 1 sampai kelompok 4. Notasi yang dinyanyikan kelompok 1 bersambung ke kelompok 2, ke kelompok 3, dan berakhir pada kelompok 4. Dengan kata lain penampilan yang dilakukan oleh masing-masing kelompok saling berhubungan sehingga jika didengar hasilnya maka akan terbentuklah lagu yang utuh. Pengajar memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menanggapi penampilan yang dilakukan secara berurutan dalam sebuah diskusi. Peserta didik saling mengomentari penampilan. Setelah peserta didik selesai melakukan penampilan diskusi, si pengajar menyuruh peserta didik untuk memperbaiki susunan bangku seperti sedia kala, dan peserta didik duduk kembali seperti semula. Pembelajaran dilanjutkan dengan melakukan refleksi dengan bimbingan si pengajar. Pengajar memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengungkapkan hal apa saja yang telah mereka perdapat dari pembelajaran yang sudah dilakukan. Kemudian si pengajar merangkum dan menyimpulkan semua pendapat yang dikemukakan oleh peserta didik dan sekaligus si pengajar menyempurnakan pendapat peserta didik. Setelah diberitahukan kesimpulan pembelajaran, si pengajar menyuruh peserta didik untuk mencatat kesimpulan pembelajaran yang dituliskan di papan tulis. Semua peserta didik mencatat kesimpulan pembelajaran Sebelum menutup pembelajaran, si pengajar memberikan tugas kepada peserta didik untuk berlatih di rumah terhadap cara membaca notasi, menyanyikan lirik lagu yang sesuai dengan tempo lagu.
Pembelajaran seni musik berbasis
12)
gemar
Demokratis
Jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, cinta tanah air, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, tanggung jawab, kreatif, dan mandiri
Jujur, dan demokratis
Demokratis
Kerja keras dan tanggung jawab
membaca,
13)
peduli
pendidikan budaya dan karakter bangsa di
lingkungan, dan 14) tanggung jawab.
atas
nilai-nilai
Keempat belas nilai tersebut diaplikasikan
pendidikan budaya dan karakter bangsa
pada proses pembelajaran, dan menjadi
yang dikembangkan, yakni : 1) jurur, 2)
sasaran para pengajar di sekolah-sekolah
toleransi, 3) disiplin, 4) kerja keras, 5)
maupun lembaga-lembaga pendidikan di
kreatif, 6) mandiri, 7) demokratis, 8) rasa
Indonesia.
terdapat
empat
belas
ingin tahu, 9) cinta tanah air, 10) bersahabat/komunikatif, 11) cinta damai,
Dalam
pengajaran
pendidikan
seni musik perlu dilakukan juga upaya
Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
94 penggalian
nilai-nilai
atau
pencarian
kemungkinan tujuan pendidikan seni yang
makna. Hal ini bertujuan agar peserta didik
meliputi dua aspek pengembangan yakni
tidak hanya belajar seni musik dari
cerdas secara intelektual dan moral, dapat
cangkang saja, tapi juga dari isi. Tatkala
tercapai dengan baik.
peserta didik dapat mengaitkan isi dari
Ada
tiga
hal
yang
perlu
pendidikan seni musik dengan pengalaman
diperhatikan dalam pengajaran pendidikan
mereka
seni musik di sekolah-sekolah maupun
sendiri,
itu
berarti
mereka
menemukan makna. Menurut Johnson
lembaga-lembaga
(2006 : 35), mampu mengerti makna dari
upaya dalam mencetak peserta didik yang
pengetahuan
melestarikan seni tradisi lokal dan mampu
dan
keterampilan
akan
pendidikan
sebagai
menuntun pada penguasaan pengetahuan
menerapkan
dan
demikian,
mencangkup pemahaman terhadap akar
apabila peserta didik mampu menemukan
budaya lokal, pemahaman pengajaran seni
dan
sebagai
keterampilan. mengerti
Dengan
makna-makna
yang
nilai-nilai
lokal,
pengalaman
yakni
estetis,
dan
terkandung dalam pendidikan seni melalui
kemampuan
materi-materi pengajaran kesenian yang
menerapkan
diberikan,
menutup
tersembunyi dalam seni tradisi lokal.
Salah satunya merupakan bukti
mengarah pada perbaikan kualitas diri,
dari kegagalan para pengajar atau pendidik
yang diniati sebagai rasa tanggungjawab
seni
cenderung
pribadi untuk menjaga keutuhan budaya
menerapkan seni berbasis luar negeri
sendiri. Karena telah jelas hukumnya,
daripada seni berbasis dalam negeri. Ada
bahwa perubahan itu mesti dimulai dengan
beberapa kemungkinan para pendidik seni
segala
musik tidak mengarahkan peserta didik
apapun resikonya.
1.
maka
tidak
dalam
menemukan
makna-makna
dan yang
Penguatan Akar Budaya
musik
yang
lebih
usaha
mengubah
diri
sendiri,
kepada pengenalan seni tradisi atau budaya
Kedua, kurangnya minat untuk
setempat. Pertama, kurangnya kompetensi
menularkan seni budaya lokal. Adapun
dalam seni budaya lokal. Persoalan ini
pendidik seni yang mampu dan cukup
telah lama terngiang di lapangan, yang
berkompeten dalam seni budaya lokal,
disayangkan, para pendidik seni musik
namun kehilangan spirit kelokalannya.
yang menyandang predikat ini tidak ada
Tidak
upaya untuk merenovasi diri. Idealnya,
pandidik seni musik yang pada awalnya
mereka
gencar mengamalkan seni tradisi lokal,
melakukan
pergerakan
yang
jarang
penulis
temukan,
Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
para
95 kini berubah haluan menjadi misionaris
banyak didemonstrasikan hanya bagian
dalam penyebaran budaya luar. Ada
kulitnya
sesuatu yang hilang pada diri mereka,
lokalnya yang merupakan intisari, atau
antara
sebuah
lain
memudarnya
hubungan
emosional atau ikatan psikologis dengan
saja,
sementara
panduan
way
of
nilai-nilai live
tetap
terbungkus utuh dalam kemasannya.
seni tradisi setempat. Di sini tampak ada
Dengan situasi dan kondisi seperti
yang terlupakan, bahwa seni budaya lokal
di atas, maka upaya untuk menumbuhkan
itu bagian dari tradisi lokal, dan tradisi
peserta didik yang berbasis budaya lokal
lokal itu melahirkan buah-buah kehidupan
dengan dinaungi kecerdasan dalam hal
yang disebut keluhuran budi atau kearifan.
intelektual dan moral, dapat berbuah
Jadi,
ikatan
kegagalan. Oleh karena itu, satu-satunya
dengan budaya lokal sama saja dengan
cara yang mesti ditempuh oleh para
melepaskan diri dari kearifan lokal.
pendidik
orang
yang
melepaskan
seni
musik
yang
memiliki
Ketiga, kurangnya pendalaman
predikat seperti disebutkan di atas, yakni
terhadap kekayaan nilai-nilai dalam seni
kembali membenahi diri dan menjelma
budaya lokal. Masyarakat Indonesia yang
sebagai penanam benih nilai-nilai lokal,
terdiri dari banyak etnik dengan puspa
untuk melakukan penguatan akar budaya
ragam seni tradisinya tentu menawarkan
pada peserta didik. Karena jika benih yang
kekayaan nilai-nilai lokal yang banyak
ditanam tersebut tumbuh mengakar kuat
pula. Salah satu kelemahan para pendidik
dan pohonnya menjulang tinggi, maka
seni
tidak
tidak menutup kemungkinan akan terlahir
mempelajari seni tradisi secara tuntas.
para generasi penerus yang berbudaya
Yang mereka pelajari kebanyakan bagian
lokal, namun siap berpetualang untuk
luarnya saja, sementara bagian dalamnya
mengarungi samudera kehidupan yang
tetap utuh tidak terjamah. Akibatnya, yang
kian mengglobal.
2.
musik
adalah
terbiasa
Pengalaman Estetis Kekeliruan
di
pemahaman terhadap arti seniman itu
kalangan pendidik seni musik di sekolah-
sendiri. Pada umumnya, kata seniman
sekolah
memiliki penyempitan makna sehingga
pendidikan
maupun di
yang
terjadi
lembaga-lembaga
Indonesia,
antara
lain
hanya
dianalogikan
sebagai
seorang
memandang pengajaran seni musik sebagai
“tukang” saja. Misalnya, seniman gitar
upaya mencetak musisi atau seniman.
dapat berarti tukang petik (pemain gitar),
Sementara itu, tengah terjadi kekeliruan
dan seniman tari dapat berarti tukang nari
Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
96 (penari). Akibatnya, peserta didik yang
seseorang secara rasa pada sesuatu. Peserta
sejak dini sengaja diarahkan untuk menjadi
didik yang lebih banyak mendapatkan
seorang seniman, maka pada akhirnya
pengalaman
hanya akan menjadi seorang tukang saja.
kemungkinan akan lebih peka untuk
Lebih parahnya, karena belajar seni identik
memberikan penilaian dan merasakan
dengan
seorang
sesuatu dibandingkan dengan peserta didik
seniman, tidak sedikit orang tua yang
yang kurang mendapatkan pengalaman
melarang anaknya untuk belajar seni
estetis. Dengan demikian, pendidikan seni
khususnya
dalam tataran pendidikan dasar memiliki
banyak
pencalonan
seni
peserta
menuju
musik.
menutup
tugas untuk mengantarkan peserta didik
mendapatkan pengalaman estetis, sehingga
menuju gerbang pengalaman estetis dan
kurang memiliki kehalusan rasa. Padahal
menenggelamkan
pengalaman
membantu
dalamnya, sehingga pada suatu saat nanti
memberikan pengembangan peserta didik
mereka dapat menjadi manusia yang
baik
memiliki
estetis segi
yang
tidak
kurang
dari
didik
Dampaknya,
estetis
dapat
psikomotor,
kognitif,
maupun afektif.
mereka
kecerdasan
sedalam-
intelektual
keindahan
dan moral.
Salah satu tujuan dari pengalaman estetis 3.
adalah
melatih
daya
sentuh
Menggali Makna Banyak nilai-nilai kearifan yang
yang isi liriknya berkaitan dengan nilaiKedua,
melalui
dapat digali dan dimaknai dari seni tradisi.
nilai
Dalam
di
apresiasi seni. Apresiasi dilakukan untuk
pendidikan dasar, penggalian nilai dapat
mencari makna-makna yang tersembunyi
dilakukan melalui berbagai cara. Pertama,
di balik pertunjukan seni. Hal ini bersifat
melalui pembelajaran teks dan kontekstual.
multi tafsir sehingga tugas pendidik seni
Dalam hal ini, tugas seorang pengajar atau
adalah memaknai kembali pertunjukan
pendidik seni musik adalah menyediakan
seni
konteks. Sasarannya adalah peserta didik
dengan
dapat memahami teks yang dipelajari
mengkomunikasikannya dengan peserta
untuk
didik. Ketiga, melalui pemilihan karya
pendidikan
kemudian
seni
musik
dipahami
dan
kearifan
dengan
lokal.
cara
nilai-nilai
Dalam
hal
menghubungkannya kearifan,
ini,
kemudian
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
seni.
pendidik
Hal ini dapat disiasati salah satunya
melakukan pemilihan terhadap berbagai
dengan mempelajari lagu daerah setempat
macam genre seni, untuk dicari yang
Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
seni
97 sesuai dengan nilai-nilai budaya lokal.
tahap ini pendidik seni dan peserta didik
Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan
memberikan penilain terhadap semua jenis
peserta
diberi
kesenian, untuk diambil jenis mana yang
melakukan
sesuai dengan norma-norma setempat, 3)
ini
lebih
tahap
dapat
pendidik seni dapat mengimplementasikan
didik,
kesempatan penilaian.
artinya untuk
Agar
sistematis,
mereka
ikut
kegiatan
maka
pemilihan
implementasi, klasifikasi
pada
ini
dilakukan dengan mengambil prosedur
hasil
sebagai berikut : 1) tahap eksplorasi, pada
kepada peserta didik. Dengan cara ini,
tahap ini pendidik seni dan peserta didik
peserta
mengumpulkan informasi berbagai macam
memahami
jenis kesenian, 2) tahap klasifikasi, pada
terkandung dalam berbagai jenis kesenian.
didik
dan
tahap
menerapkannya
diharapkan
tentang
mampu
nilai-nilai
yang
C. PENUTUP Dari hasil pembahasan di atas, dapat
disimpulkan
untuk
diberikan dengan pengintegrasian nilai-
meningkatkan pembelajaran seni musik
nilai pendidikan budaya dan karakter
dalam membangun dan mengembangkan
bangsa ke dalam langkah pembelajaran
budaya
seni
dan
diperlukan pembelajaran
bahwa
mengembangkan kepribadian peserta didik
karakter
peserta
terobosan
atau
yang
berbasis
didik inovasi
musik
peningkatan
yang
inovatif.
Sehingga
pembelajaran seni
musik
pada
berbasis pendidikan budaya dan karakter
pendidikan budaya dan karakter bangsa
bangsa dapat mengembangkan budaya dan
dengan penanaman dan pengaplikasian
karakter peserta didik. Hal ini sekaligus
nilai-nilai yang dapat mengembangkan
dapat menjadi suatu alternatif dan solusi
budaya dan karakter peserta didik di
untuk memecahkan permasalahan krisis
kehidupan sehari-hari, baik di kehidupan
budaya dan karakter yang mengancam
individu,
bangsa Indonesia.
sekolah,
sosial/masyarakat
maupun di kehidupan berbangsa dan
Sebagai upaya menghasilkan para
bernegara. Untuk itu diperlukan langkah-
peserta didik yang memiliki kecerdasan
langkah pembelajaran yang mengakomodir
intelektual dan keindahan moral, salah
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Hal
satunya
ini
pengajaran pendidikan seni di sekolah-
dapat
diaplikasikan
dengan
pembelajaran yang inovatif.
sekolah
dapat maupun
dilakukan
melalui
lembaga-lembaga
Pembelajaran seni musik yang
pendidikan di Indonesia dengan berbasis
sarat akan pengaplikasian nilai-nilai untuk
tradisi/budaya lokal. Oleh sebab itu,
Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
98 beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
mencari atau mengggali nilai dari berbagai
para pengajar atau pendidik seni musik
genre
khususnya
berikut.
pembelajaran teks dan kontekstual, 2)
Pertama, materi pelajaran pendidikan seni
apresiasi seni, dan 3) pemilihan karya seni
musik harus berasal dari budaya lokal
yang dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu:
bukan dari budaya luar. Kedua, pelajaran
tahap eksplorasi, tahap klasifikasi, dan
seni
upaya
tahap implementasi. Dengan demikian,
memberikan pengalaman estetis bukan
diharapkan peserta didik dapat menjadi
usaha untuk mencetak seniman secara
generasi
utuh. Ketiga, pengajaran materi seni musik
menanamkan
harus diiringi dengan penanaman nilai atau
berwawasan global, sehingga siap sedia
makna tidak hanya sekedar belajar praktek
dalam
bermusik. Oleh karena itu, pengajaran seni
perkembangan zaman.
musik
adalah
sebagai
diajarkan
sebagai
seni
melalui
tiga
penerus
yang
kearifan
menghadapi
cara
:
1)
mampu
lokal
perubahan
dan atau
musik dapat dilakukan dengan jalan D. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan. Jakarta : Puskur.
Dewantara, Ki Hadjar. (1962). Pendidikan. Yogyakarta : Taman Siswa. Johnson, Elaine. B. (2006). Contextual Teaching and Learning. Bandung : Mizan Learning Center.
Danny Ivanno Ritonga adalah Dosen Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Negeri Medan
99
UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER MELALUI OLAHRAGA PERMAINAN KECIL PADA SISWA SD Dewi Endriani, Indah Verawati Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembentukan karakter melalui olahraga permainan kecil pada siswa sekolah dasar. Subjek penelitian ini adalah siswa sekolah dasar kelas IV SD Negeri 101815 Kec. Sibiru-biru, Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara. Jumlah Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah 32 orang. Metode pengumpulan data menggunakan skala. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Uji-t. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pembentukan karakter melalui olahraga permainan kecil dengan F = 1.122 dan p = 0.293 (p>0.05). berdasarkan hal tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini diterima. Kata Kunci : pembentukan karakter, olahraga permainan kecil A. PENDAHULUAN Salah satu indikator kemajuan dan
kualitas
suatu
bangsa
adalah
dan mendapatkan perhatian khusus di dalam dunia pendidikan khususnya di
perkembangan moral generasi penerusnya
Indonesia
(Likona,
kasus
perguruan tinggi. Di negara lain, seperti
kenakalan dan isu-isu masalah moral yang
Amerika, China, Jepang, Korea dan Turki
terjadi pada remaja bahkan anak-anak
pendidikan
sangat kompleks
dalam kurikulum sekolah dasar (Eric, LU
1992).
Sekarang
ini
dan meprihatinkan.
Dimulai dari kasus sederhana ketidak
yang
diterapkan
karakter
sudah
dalam
diterapkan
dkk, 2004;Likona, 1994). Permasalahan adalah bagaimana
jujuran, tawuran hingga kasus penikaman
menumbuhkan pendidikan karakter sejak
yang dilakukan anak sekolah dasar. penyimpangan
dini diIndonesia dimana Indonesia sendiri
perilaku dari anak-anak maupun anak
belum mengimplementasikan kurikulum
muda menunjukkan lingkungan psikologis
berkarakter
dan sosiologis yang kurang mendukung
Menumbuhkan jiwa yang berkarakter pada
bagi perkembangan karakter anak (Likona,
anak
1992). Selain lingkungan dan keluarga,
pembelajaran sosial dan emosional (SEL)
sekolah adalah salah satu families in terms
yang tidak terlepas dari perkembangan
untuk menumbuhkan pendidikan yang
fisik, mental, dan emosi (Santrock, 2002).
jujur, adil, terbuka, peduli, dan tanggung
Menciptakan
jawab(Halit, 2011; Bohlin dkk, 2001).
learning (SEL)dan character education
Menumbuhkan
yang
(CE) dapat distimulus melalui sebuah
berkarakter merupakan suatu isuhangat
kegiatan atau skenario pembelajaran dalam
Rentannya
pendidikan
salah
di satunya
social
sekolah adalah
and
1) Dewi Endriani, 2) Indah Verawati adalah Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
dasar. dengan
emotional
100 pendidikan
jasmani
(Santrock,
2002).
mengimplementasikan
nilai-nilai
Permainan kecil adalah salah satu bentuk
kejujuran, peduli, kerjasama, tanggung
permainan tidak hanya mengandalkan fisik
jawab,
tetapi dalam permainan kecil, siswa dapat
membangun sosial emosional positif anak.
adil,
terbuka
sehingga
dapat
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan Apakah Melalui Olahraga Permainan Kecil dapat membentuk Karakter Pada Siswa SD” C. TUJUAN PENELITIAN 1. Meminimalisir moral
penyimpangan
ataupun
perilaku
nilai
melalui skenario pembelajaran olahraga
yang
permainan
menyimpang pada siswa sekolah dasar. 2. Menumbuhkan emosional
yang
terciptanya
jiwa
perilaku
sosial
positif
menuju
berkarakterdengan
social and emotional learning (SEL)
kecilpadasiswa
sekolah
dasar. 3. Menghasilkan
sebuah
pembelajaran
melalui pendidikan jasmani yang dapat menciptakan
siswa
yang
memiliki
karakter bagi siswa sekolah dasar.
D. METODE PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada sekolah dasar kelas IV SD Negeri 101815
tanggal 23 April 2012 sampai dengan tanggal 07 Juli 2012.
Kec. Sibiru-biru, Kab. Deli Serdang, pada 2. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode
Metode
eksperimen
eksperimen
serta
meramalkan
pada
tingkat tertentu.
lapangan.
lapangan
hasil-hasilnya
Dalam penelitian ini dilibatkan
adalah
dua variabel, yakni : (1). Variabel bebas
metode yang hendak menemukan faktor-
adalah Olahraga Permainan Kecil (2).
faktor sebab akibat, mengontrol peristiwa-
Variabel
peristiwa dalam interaksi variabel-variabel
Karakter.
terikat
adalah
Pendidikan
3. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan secara
pendidikan karakter dalam bentuk
bertahap dengan tahapan sebagai berikut;
skala
a. Tahap
penelitian untuk mencari Validitas dan
1.
persiapan
pembuatan
instrument penelitian yang membahas
serta
menguji
Reliabilitas.
1) Dewi Endriani, 2) Indah Verawati adalah Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
Instrumen
101 b. Tahap 2. Merancang bentuk olahraga
d. Tahap
permainan kecil setiap minggunya.
Implementasi
Olahraga
Permainan kecil kepada siswa guna
c. Tahap 3.Melakukan Pre test atau tes awal.
4.
membangun karakter siswa. e. Tahap 5. Melakukan Post test atau tes akhir
4. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis uji-t dengan menggunakan program SPSS 16,00 for windows. 5. Hasil Penelitian Deskripsi Subjek Penelitian Jumlah Subjek pada penelitian ini adalah 32 orang, yang terdiri atas 16 orang laki-laki dan 16 orang perempuan 6. Hasil Uji Asumsi Uji Normalitas Uji normalitas yang digunakan
sebesar 0.181 dengan p = 0.009 (p > 0.05).
dalam penelitian ini adalah uji
Hasil uji berdasarkan kaidah menunjukan
kolmogorov-smirnov
data berdistribusi normal.
dengan taraf
signifikan = 0.05. Menghasilkan Z K – S Uji Homogenitas Hasil Uji homogenitas dengan menggunakan Levene’s Test for Equality
dan p = 0.293 (p>0.05). Hal ini menunjukan bahwa data bersifat homogen.
of Variance menunjukan nilai F = 1.122 Uji Hipotesis Hasil
Uji
dalam
terhadap pembentukan karakter terbukti
penelitian ini yang berbunyi bahwa ada
dalam penelitian ini yang ditunjukkan oleh
pengaruh
nilai p=0,000 (p,0,05).
olahraga
Hipotesis permainan
kecil
E. PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan di SD ini
dengan
metode
karakter yang terbukti secara signifikan.
penelitian
Permainan kecil adalah salah satu bentuk
menunjukan bahwa ada pengaruh olahraga
permainan tidak hanya mengandalkan fisik
eksperimen
menggunakan
permainan kecil terhadap pembentukan
semu,
hasil
1) Dewi Endriani, 2) Indah Verawati adalah Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
102 tetapi dalam permainan kecil, siswa dapat
dapat
mengimplementasikan
positif
nilai-nilai
mengembangkan dari
kejujuran, peduli, kerjasama, tanggung
kecerdasan
jawab,
emosional.
adil,
terbuka
sehingga
dapat
anak
aspek
dan
kinestetik
pribadi
membangun
dan
kecerdasan
membangun sosial emosional positif anak.
Siswa SD berada pada fase masa
Perilaku sosial emosional yang
kanak-kanak yang merupakan fase yang
positif atau social and emotional learning
penting
anak
melalui
dikarenakan
pendidikan formal dan informal yang
memperoleh
dapat dirancang dan diintegrasikan dalam
keterampilan
skenario
Pembelajaran
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
diterapkan
terciptanya sebuah karakter pada anak
dilingkungan sekolahsalah satunya melalui
salah satunya adalah lingkungan sosial dan
mata
lingkungan psikologis. (Licona, 1992).
dapat
sosial
ditumbuhkan
pembelajaran. emosional
dapat
pelajaran pendidikan jasmani dan
olahraga (Zins dkk, 2004).
untuk
pembentukan
pada
masa
ini
anak
pengetahuan dari
dan
lingkungannya.
Menumbuhkan
Pendidikan jasmani tidak hanya
karakter
karakter
ada
baiknya dimulai pada usia anak-anak (age dari
keluarga
dan
sekolah,
semata mengolah keterampilan fisik saja
school)
namun
keluaraga berperan untuk menumbuhkan
di
terkandung
dalam
kegiatan
nilai-nilai
yang
jasmani dapat
kondisi
lingkungan
psiklogis
yang
diinternalisasi siswa untuk pengembangan
menyenangkan bagi si anak. Sekolah juga
emosional anak dan karakter anak (Zins
memiliki peran dalam membntuk karakter
dkk, 2004). Pendidikan jasmani dan
anak, bukan hanya dari segi kognitif
olahraga sebagai alat untuk membantu
ataupun orientasi untuk mendapatkan nilai
siswa mengembangkan sosial emosional
tinggi saja tetapi menerapkan pada si anak
dan
bagaimana
akhirnya
dapat
menumbuhkan
mengamalkan
ilmu
Pendidikan
pengetahuan yang ada implementasi ilmu
jasmani pada siswa sekolah dasar melalui
pengetahuan untuk memiliki kesadaran
permainan kecil adalah salah satu upaya
pada bangsa, terhadapa diri sendiri, dan
dalam membangun sosial emosional di
menginternalisasi nilai-nilai luhur, nilai-
antara anak. Melalui permainan kecil,
nilai kebajikan dan membiaskannya dalam
siswa belajar untuk bertanggung jawab,
kehidupan sehari sehingga pendidikan
kerjasama, jujur, disiplin, perduli dengan
berkarakter
lingkungan sekitar dan hal lainnya yang
memfokuskan
karakter
bermutu
lainnya.
lebih
mengarah
kepada
F. KESIMPULAN 1) Dewi Endriani, 2) Indah Verawati adalah Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
dan
perubahan.
103 Berdasarkan hasil penelitian dan
signifikan Pembentukan Karakter Melalui
analisis variansi data diperoleh kesimpulan
Olahraga Permainan Kecil Pada Siswa SD.
sebagai berikut : Terdapat pengaruh yang G. SARAN Berdasarkan
dari
2. Untuk menjadi suatu pertimbangan,
hasil penelitian maka peneliti mengajukan
bahwa tidak hanya di mata pelajaran
saran-saran sebagai berikut :
pendidikan jasmani saja pendidikan
1. Kepada pengajar, selain memperhatikan
karakter diterapkan, tetapi dalam mata
materi
kesimpulan
pembelajaran
harus
pelajaran lainnya juga dapat diterapkan.
perkembangan
3. Kepada peneliti selanjutnya untuk
psikologis anak sehingga pembentukan
meneliti pada ruang lingkup yang lebih
karakter siswa dapat terbentuk dengan
luas
baik ditingkat Sekolah Dasar , Sekolah
pembentukan karakter melalui olahraga
Lanjutan, Perguruan Tinggi dan dalam
permainan kecil, yang diterapkan pada
kehidupan selanjutnya.
waktu, lokasi dan sampel yang berbeda
memperhatikan
juga
dan
mendalam,
mengenai
dengan penambahan variabel bebas. DAFTAR PUSTAKA Bohlin, K.E., Farmer, D, & Ryan, K (2001).Building Character in Schools: Resource Guide. San Fransisco. Teaching Exceptional Children Plus Vol. 2 Issue 1, September 2005. Chrisiana, W (2005). Upaya Penerapan Pendidikan Karakter bagi Mahasiswa: http://puslit.petra.ac.id/journals/in dustrial. UKP Elias, Maurice. (2003). Academic and Social Emotional Learning. Brussels, Belgium: International Academy of Education (IAE) Retrieved December 4, 2003, from http://www.ibe.enesco.org. Eric, LU., &Nicholas, S (2004) Character Education Patnership Defining and Understanding Character Education.Diakses darihttp://www.character.org/reso urces/qanda/ Haling, A.S., Meerah, T.S.M, (2012) The Development of Character
Education Curriculum for Elementary Schools Students. International on Social Science Economics & Art Vol.02 No.04. Halit, K. (2011) Transfer of Values in the Turkish and Western Children’s Literary Works: Character Education in Turkey. Academic Journals Educational Research and Reviews Vol.6 pp.472-480, June 2011. Josephson, M (2005). Character Counts: The Basic Primer on Using the Six Piliiars of Character to Make Better Decisions and Better Life.Wes Hanson.Josephson Institute Likona, T. (1992) Educating For Character: How Our Schools Cant Teach Repect and Responsibility. New York. Bantam Book. Liputan 6 diakses dari (http://berita.liputan6.com/read/3
1) Dewi Endriani, 2) Indah Verawati adalah Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
104 77976/polisi-periksa-temanpelaku-penikam-syaiful 2012). Masngudin HMS, Dikutip dari http://www.depsos/Puslitbang/ Mark T. Grenberg; Roger P. Weissberg; Mary Utne O’Brien; Joseph E. Zins; Linda Fredericks dan Hank Resnik; Maurice J. Elias; (2003) (Enhancing School-Based Prevention and Youth Development Through Coordinated Social, Emotional and Academic Learning. Journal American Psychologist Association Vol. 58 No 6/7 466474. Munir, Abdullah, 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah, Yogyakarta : Pedagogia. Santrock, J.W (2002) Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup) Penerbit Erlangga. Jakarta Seputar Indonesia diakses dari http://berita.seputar indonesia.com/read/377976 Zins, JE,. R.B Michelle,. Weissberg, R.P,. Walberg, H.J,.(2004)Building Academic Succes on Social and Emotional Learning.Columbia University New York and London.Teachers College Press.
1) Dewi Endriani, 2) Indah Verawati adalah Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan
105
PENEKANAN UNSUR DEKORATIF MELALUI APLIKASI ORNAMEN ULOS BATAK TOBA PADA PERANCANGAN BUSANA Yetty Pangaribuan Abstrak Perancangan busana ada beberapa indikator yang menjadi pertimbangan dalam produksi busana yaitu : 1. unsur struktur 2. Unsur fungsi, 3. Unsur dekoratif. Masing-masing indikator ini telah menjadi standar yang baku untuk menghasilkan busana yang baik. Suatu busana yang memiliki tampilan baik mensaratkan pemilihan letak garis struktur dan fungsi yang tepat, namun hal ini perlu diimbangi dengan aspek dekoratif, sehingga hasil akhir tampilan suatu busana menjadi lebih baik. Unsur dekoratif berfungsi untuk memperindah struktur, penekanan unsur dekoratif pada busana ini menggunakan ornamen ulos batak toba. Yang mana ulos merupakan ciri khas kebudayaan Batak Toba tradisioal yang berwujud kebudayaan (kongrit) yang ditenun sebagai kerajinan tangan Ragam hias dalam masyarakat tradisional batak disebut ornamen. Ragam hias yang disebut ornament pada ulos batak adalah corak yang terdapat pada tenunan ulos . Ulos adalah selembar kain yang ditenun sebagai kerajinan tangan oleh wanita batak dengan berbagai pola dan aturan-aturan Kata Kunci : 1 Ornamen 2 Ulos Batak A. PENDAHULUAN Beragamnya Indonesia,
suku
menjadikan
bangsa
beragam
di pula
Sumatera Utara khususnya batak , para disainer
sudah
membuatkan
berbagai
pemilikan peninggalan sejarah kebudayaan
model dari
yang
sekarang ini sudah saatnya diperkenalkan
tak
ternilai
,
artefak
artefak
bahan tenunan
ulos, dan
peninggalan budaya masyarakat batak
disain busana pada bahan tekstil
polos
terdiri atas budaya teraga dan tidak teraga.
dengan ditail
motif
Artefak teraga
corak ulos batak
misalnya
tradisional, patung-patung, dan
bangunan ukiran,
bersulam
dengan
guna
semakin
memperkenalkan budaya batak.
serta ulos, sedangkan artefak yang tidak
Seperti
yang
dinyatakan
teraga berupa musik, tarian, upacara adat
Djoemena (2000) semakin meningkatnya
dan sebagainya.
peradaban, keahlian,
Meskipun merupakan peniggalan
keterampilan serta
perkembangan teknologi, maka ditemukan
budaya yang memiliki nilai tinggi namun
beraneka
masyarakat
seperti wol, sutra, kapas dan bermacam
batak
melestarikannya
tetap
berupaya
salah satuya adalah
macam
ragam bahan penutup tubuh bahan
sintetis lainnya
yang
melalui busana. Karena bahan ulos sudah
disebut tekstil, baik yang dibuat melalui
semakin tampil di dunia fashion, selain
alat tenunan mesin maupun
untuk lebih memperkenalkan
bukan
daerah
alat tenan
mesin. Dengan demikian
Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
minat
106 masyarakat dalam mengkonsumsi pakaian menjadi
meningkat
pesat,
hal
ini
Beragam disain yang ditawarkan oleh butik tersebut diasumsikan begitu
dibuktikan dengan munculnya busana jadi
pesatnya
(busana siap pakai) yang menawarkan
disain dirasakan penting, karena proses
beragam model yang mempunyai hiasan.
disain adalah suatu proses kreatif, tidak
Kenyataan ini ini didukung oleh sejumlah
terkecuali
industry busana seperti garmen maupun
semakin tampil di dunia fashion, selain
butik
untuk lebih memperkenalkan daerah batak
lokal
yang
relatiif
banyak
sehingga
menjadikan
peran
busana dari bahan ulos yang
bermunculan, bila dilihat secara umum
, jenis kain tenunnya
desain yang ditawarkan didominasi oleh
bervariasi mulai dari yang murah sampai
busana beragam aspek dekoratif.
yang mahal, namun corak yang ada pada tenunan
dan
ulos
harganya
tetap
sama
B. PEMBAHASAN 1. Ornamen Ulos Batak yang ada pada kain strimin, belacu,
Ornamen Ornamen berasal dari kata ornare bahasa Latin
yang berarti hiasan atau
dekorasi
sering
dekoratif
atau
juga
terjadi karena proses penenunan atau cara pembuatan kain itu sendiri. 2. Ornament applied
yang
digunakan atau diterapkan pada bahan /
ditambahkan secara sengaja dan diatur
benda yang akan dihias dan berfungsi
letaknya pada kain . Ornamen berfungsi
untuk memperindah penampilan benda
untuk
tersebut
bentuk
hiasan
disain
ini
yaitu
merupakan
disain
disebut
beludru, corduroy dsb. Ornamen
karya
seni
menambah nilai estetis dari bahan
yaitu
diciptakan untuk
Terdapat
empat
macam
pakaian yang masih polos yang akhirnya
ornament applied yaitu : 1) Ornamen
akan menambah nilai financial dari pakain
geometris 2) , Ornamen organs, 3)
tersebut.
ornamen Ornamen ada dua macam, yaitu
stilasi, dan
4) Ornamen
gabungan ketiganya. yaitu a. Ornamen
(a) ornament structural dan (b) ornament
geometri
applied. Ornamen
pada desain hiasan
motifnya diambil dari bentukbentuk yang
busana dan lenan rumah tangga, dapat
ada dalam ilmu ukur, seperti bentuk
diartikan sebagai berikut :1. Ornament
bulatan, segi empat, segi tiga, segi lima ,
structural
setengah lingkaran dan sebagainya. Dari
yaitu yang terjadi atau ada
padakain itu sendiri,
misalnya tekstur
ialah ornamen
yang bentuk
bentuk bentuk tersebut dapat diperoleh
Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
107 motif hias dengan cara :1) Menjejerkan
Ulos adalah selembar kain yang
atau mengelompokkan bentuk tersebut
ditenun sebagai kerajinan oleh wanita
dengan jarak tertentu 2) Membagi atau
dengan berbagai pola dan aturan-aturan.
memecahkan bentuk dan sebagainya. b.
Ulos merupakan ciri
Ornament organis bersifat naturalistis,
Batak Toba
menggambarkan
secara
kebudayaan artefaks (konkrit). Sebelum
alamiah,
misalnya : manusia, binatang,
masuknya agama Kristen pada masyarakat
rumah,
pohon,
Batak Toba, ulos
sebagainya.
bentuk
benda
bunga,
daun
Ornament
dan
organis
diresapi
khas kebudayaan
tradisional
adalah
berwujud
benda yang
oleh suatu kualitas/kekuatan
ragam
“magis religius”. Oleh karena itu, banyak
hiasnya dari bentuk alam, dimana manusia
larangan dan pantangan yang tidak boleh
sebagai bagian dari alam semesta tidak
diabaikan ketika proses penenunan karena
dapat melepaskan diri dari lingkungan
diberkati
kehidupannya. c. Ornament
stilasi
Panjangnya harus tertentu, jika tidak, dapat
(renggaan) ragam hias jenis ini, dibuat
mambawa maut dan kehancuran pada
dengan mengubah atau menyederhanakan
“tondi” atau roh sipenerima ulos. akan
bentuk–bentuk yang diambil dari alam.
tetapi,
Penyederhanaan bisa dalam hal bentuk,
aturan berupa ukuran dan pola tertentu
pewarnaan maupun detailnya. Dalam hal
maka ulos akan dapat dijadikan sebagai
ini sekalipun bentuknya sudah diubah atau
pembimbing dalam kehidupan.(Sirait.B,
disederhanakan, bentuk asalnya masih
1980)
menampilkan
sumber
pokok
dapat dikenali. Benda alam yang banyak distilasi yaitu : binatang, tumbuhan, manusia, rumah, dan pemandangan. d. Ornament gabungan merupakan bentuk gabungan dari ketiga macam ornament tersebut di atas. Desain hias ornament
dengan
kekuatan
keramat.
jika ulos dibuat sesuai dengan
Ragam hias dalam masyarakat tradisional batak yang disebut ornamen yaitu yang berbentuk pola atau motif, maka jika hanya sebagai titik titik, garis garis yang tidak berbentuk gambar bukanlah disebut ornamen tetapi dapat dikatakan sebagai hiasan saja atau dekorasi .
gabungan akan memberikan keleluasaan Ada beberapa jenis pola ragam
untuk memvariasikan jenis–jenis ornament dalam suatau desain hias yang menarik sesuai dengan tujuan penggunaan desian hias tersebut. Ulos Batak
hias yaitu 1. Pola lajur atau tepi 2. Pola Simetris 3 Pola sudut atau pola pojok 4. Pola memusat 5. Pola. Memancar 6 Pola geometris tersebut
.Dari beberapa jenis pola pola geometris
Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
adalah pola
108 corak ulos batak batak toba
Dalam kamus budaya
pada ulos besar ragiidup, c) sibolang, ragi
ada macam macam motif
hotang, kebanyakan dipakai pada pinggir
ragam hias antara lain: :a) Hotang-hotang
ulos,
yaitu garis-garis horizontal dan atau
bertolak belakang
vertical dari benang merah atau putih,
biasanya ditempatkan ditengah maupun
corak ini biasanya ditempatkan di pinggir
dipinggir
ulos. b) Gunduk Pahu
motif
yang
ulos
menyerupai
pakis
c) Andor andor, dan
sebagainya.
yaitu terdapat
Contoh ornament ulos Batak
2. Aspek Dekoratif pada Busana Aspek dekoratif (desain hiasan)
dengan
strukturnya,
memberikan
pada busana berfungsi untuk memperkaya
kesederhanan, hiasan sesuai dengan hiasan
permukaan desain strukturnya. Jadi setiap
strukturnya.
garis, warna atau bahan-bahan lain yang
Konteks
pembahasan
aspek
dipergunakan pada desain struktur dengan
structural
tujuan untuk lebih mempertinggi mutu.
menggunakan
(Davis, Marian 1980) Suatu benda kadang-
idealnya lebih mempertimbangkan mutu
kadang memerlukan tambahan hiasan,
kualitas bahan, bukan malah sebaliknya
apabila hiasan strukturnya sederhana, baik
banyaknya hiasan justru membuat si
indah dan sesuai dengan fungsinya, tidak
pemakainya
menjadi soal apakah hiasan itu pada vas,
berjalan. Pemilihan ragam hias batak
pakaian, kursi, maupun ruangan, desainnya
adalah suatu cara membuat busana tampil
harus
beda, semakin selektifnya memilih ragam
memenuhi
syarat-syarat;
tidak
berlebihan, letak hiasan harus sesuai
hias,
pada
busana
ornamen
kelihatan
tampilan
busana
Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Batak
seperti
akan
dengan Toba
obor
lebih
109 ‘berbicara’. Penggunaan Ornamen ulos
visualisasidari karakter disain modern dan
batak memberikan kesempatan yang lebih
tradisional adalah : Modern terdiri dari
luas untuk berkreasi, mampu menciptakan
Fungsional, Dinamis, Efektif, Efisien dan
busana yang memiliki keunikan heritage.
teknologi, sedangkan Tradisional terdiri
Namun
dari : Ornamental, simbolis, tegas, keras,
tetap
dengan
penuh
syarat
(tradisi).
magis, dan dramatis, dengan demikian Unsur tradisi inilah yang akan
unsure unsure tradisi inilah yang akan
membentuk identitas dari disain busana .
membentuk identitas dari disain busana.
seperti yang diungkap oleh Davis (1980). 3. Proses Kreatif Konsep perancangan busana ini
hiasnya
atau
ornament
digunakan
adalah modern dan tradisional. Istilah
warna merah, putih, dan hitam yang
modern
merupakan cirri khas warna tradisi
berarti sekarang, merujuk pada
sesuatu yang baru, sedangkan tradisi dalam pengertian yang sederhana yaitu
suku batak. d. Konsep
material,
material
yang
sesuatu yang sejak lama dan menjadi
digunakan adalah bahan tekstil polos
bahagian dari kehidupan suatu kelompok
yang pemeliharaannya dapat dicuci
masyarakat.
dan di setrika , dan benang sulam
Nilai nilai tradisi memiliki peran
sebagai
penerapan
ornamennya
yang sangat penting dalam perkembangan
sehingga benar benar busana tersebut
masyarakat batak dimana yang menjadi
mempunyai unsure dekorat
komponen komponen disainnya terdiri dari
Letak hiasan pada busana adalah
a. konsep bentuk , yang diambil adalah
pada a) Bagian pinggiran busana yaitu
bentuk dari ornament ulos, yaitu
Pola lajur tepi merupakan pola yang
bentuk geometris.
diterapkan dalam menghias salah satu
b. konsep gubahan ,
dari selembar kain
bagian dari tepi busana misalnya bagian
yang dililitkan pada tubuh (pemakaian
tepi kelim . perulangan-perulangan motif
ulos),
yang
akan di jadikan suatu disain
membentuk
untaian
lurus atau
model busana, menjadi busan yang
berombak maksudnya
mewah.
atau pinggiran berada pada batas dimana
c. konsep warna. Warna yang digunakan
batas tersebut berupa
ragam hias tepi dua garis lurus
terdiri dari arna hitam, merah tua untuk
maupun garis melengkung. Lebar dari
bahan utama busana sesuai dengan
garis batas menentukan lebarnya hiasan
warna ulos, sedangkan untuk ragam
pinggiran. Hiasan harus digambar di dalam
Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
110 kedua garis batas dan tak boleh sampai
dengan bentuk garis leher sehingga motif
melebihinya sehingga kesannya
baik.
tersebut lebih memperindah bentuk 5)
Dengan, selesainya motif di didisain, garis
kerah, 6) bagian bawah rok, 7) bagian
batas yang sebetulnya merupakan garis
bawah
pertolongan, yang boleh saja di hapus. b)
sebagainya.. Contoh gambar
Bagian bidang busana terdiri di 1) Letak
yang akan di terapkan.
bagian
pusat,
letak pada tengah pusat
blus,
8)
bagian
lengan
dan
motif ulos
Ornamen sebagai ragam hias
berada disekitar bagian pinggang jika
diterapkan
model gaun, pas dada pada blus , pada
penghias busana juga memiliki nilai
bagian tengah muka memanjang dari atas
simbolis tertentu didalamnya yaitu norma
sampai pinggang bahkansampai bawah
adat,
rok,2) bagian tengah sisi, 3) bagian sudut,
penempatannya pada busana
4)
yaitu motif diletakkan
juga oleh norma norma adat untuk
disekitar garis leher yang mengikuti
menghindari timbulnya salah pengertian
bentuk garis antara lain bulat oval, segi
akan makna atau nilai simbolis yang
empat, segi lima dan sebagainya, karena
terkandung di dalamnya. Contoh gambar
itu kita harus menyesuaikan bentuk motif
model dengan hiasan ornament ulos.
garis leher,
selain
karena
itu
mempunyai
bentuk
Contoh gambar disain busana dengan motif
Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
fungsi
motif
dan
ditentukan
111 C. PENUTUP Suku batak adalah salah satu suku
Untuk
tetap
memperkenalkan
yang tersebar di Negara Indonesia, dengan
daerah batak pada suku suku lain di
kekayaan peninggalan sejarah yang sangat
Indonesia corak uolos batak yang indah
tinggi yaitu berupa artefak teraga dan
dan unik yang disebut ornamen dijadikan
artefak tidak teraga. Ulos termasuk bagian
sebagai unsur dekoratif atau detail pada
artefak teraga
busana
simbolik, banyak
yang mempunyai
arti
dimana bahan utama busana
Bahan tenunan ulos sudah
adalah bahan katun polos (bukan tenunan
didisain menjadi suatu model
ulos batak) dengan memadukan unsur
busana namun karena bahan tenunan ulos
modern
dan
tradisioal.
yang tidak tahan cuci dan setrika sehingga penggunaan busana menjadi terbatas. DAFTAR PUSTAKA Djoemena (2000) . Dasar dasar Disain. Jakarta. Depdikbud Marian.L.Davis (1980). Visual Design in Dress, Englewood Cliff , New Jersey Mary Thomas, 1969. Embroidery Book. New York. Gramercy Muliawan, Porrie . (2002). Menggambar Mode Busana. Jakarta : Gunung Mulia
Pangaribuan Yetty (2011). Disain Ragam Hias. Unimed, Ritu. 1998. Lates Neck Designs, Delhi, Nishi Sirait Baginda (1980) Pengumpulan dan Dokumentasi Tradisional Di Sumatra utara Pempropsu . Laporan Penelitian Wasia
Roesbani.1982.Ketrampilan Menghias Kain.BandungAngkasa.
Yetti Pangaribuan adalah Dosen Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
PETUNJUK BAGI PENULIS
1. Artikel belum pernah dimuat dalam media cetak/elektronik lain, diketik 1,5 spasi pada kertas A4 sepanjang 10 – 15 halaman, dalam betuk soft copy (MS Work) dan hasil ceak (print out) sebanyak satu eksemplar. Diserahkan paling lambat satu bulan sebelum bulan penerbitan. 2. Artikel merupakan hasil penelitian atau non penelitian ( gagasan konseptual, kajian teori, aplikasi teori) yang dimuat dalam Majalah/Jurnal Generasi Kampus. 3. Artikel ditulis dalam bentuk esai, disertai judul subbab (heading). Peringkat judul subbab dinyatakan dengan karakter huruf yang berbeda : 1) peringkat 1 (huruf besar semua rata dengan tepi kiri). 2) Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan cetak tebal), 3) Peringkat 3 (huruf besar pada awal subbab, dicetak miring dan tebal) 4. Artikel hasil penelitian memuat : a. Judul b. Nama Penulis c. Abstrak, dalam bahasa Ingris/Indonesia (memuat tujuan, metode, dan hasil penelitian : 50 – 80 kata) d. Kata-kata kunci) e. Pendahuluan ( tanpa subjudul, memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, dan rangkuman kajian teoritik) f.
Metode penelitian
g. Hasil penelitian h. Pembahasan i.
Kesimpulan dan saran
j.
Daftar pustaka
5. Artikel Non Penelitian memuat : a. Judul b. Nama Penulis c. Abstrak, dalam bahasa Ingris/Indonesia ( 50 – 80 kata) d. Kata-kata kunci) e. Pendahuluan ( tanpa subjudul, pengantar topic utama diakhiri dengan rumusan tentang hal-hal pokok yang akan dibahas). f.
Sub Judul (sesuai dengan kebutuhan)
g. Sub Judul (sesuai dengan kebutuhan) h. Sub Judul ( sesuai dengan kebutuhan) i.
Penutup ( atau kesimpulan dan saran)
j.
Daftar pustaka
6. Daftar pustaka hanya mencantumkan sumber yang dirujuk dalam uraian tulisan saja, diurutkan secara alfabetis, disajikan seperti contoh berikut : Dryden G dan Dr. Vos Jeannette. (2001). Revolusi Cara Belajar. Bandung : Kaifa. Heninic, Molenda. Russel dan Smadino (1996). Intructional Media and Technology for Learning. New Jersey :Prentice Hall Inc
ISSN 1978-869X