Volume VII Nomor 1, September 2013
ISSN 2085-2037
“Jurnal”
Volume VII Nomor 1, September 2013
Volume VII Nomor 1, September 2013
ISSN : 2085-2037
DAFTAR ISI “JURNAL EKSAKTA BORNEO” KAJIAN STATUS DAYA DUKUNG SUMBERDAYA AIR PADA EKOSISTEM PULAU KECIL DI KAWASAN PERBATASAN (Studi Kasus di Kecamatan Sebatik Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur)
1–7
Adi Sutrisno, Nur Indah Mansyur POTENSI LEBAH (HYMENOPTERA: APIDAE) DAN NEKTAR SEBAGAI KOMPONEN PENGHASIL PRODUK MADU ALAMI DI WILAYAH UTARA KALIMANTAN TIMUR
8 – 18
Abdul Rahim, Ahmad Rijali ANALISIS KORELASI POPULASI BIOTA ENDEMIK KERANG KAPAH (Geloina coaxans) DAN VEGETASI MANGROVE DI KAWASAN KONSERVASI MANGROVE DAN BEKANTAN KOTA TARAKAN
19 – 32
Dhimas Wiharyanto, Gazali Salim, Muhammad Firdaus PERBAIKAN FAKTOR DAYA DENGAN MENGGUNAKAN KAPASITOR BANK PADA TRAFO DAYA 206 PT. PLN TARAKAN
33 – 42
Linda Sartika HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN PERUMAHAN DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN PENYAKIT GASTROENTERITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANTAI AMAL TARAKAN KALTIM
43 – 52
Susilowati, Dewi Wijayanti STUDI POTENSI ANCAMAN KEBAKARAN DI DAERAH PESISIR KOTA TARAKAN
53 – 59
Budi Setiawan PENGARUH PENERAPAN BEDSIDE TEACHING TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU PROFESIONAL DALAM TEKNIK PERAWATAN LUKA PADA MAHASISWA JURUSAN KEPERAWATAN UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
60 – 67
Triana Jumarianti, Paridah KAJIAN PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK CAIR MOL PADA BUDIDAYA SAWI
68 - 74
Siti Zahara, Nur Indah Mansyur STABILISASI SUBGRADE JALAN PADA KONDISI TANAH LEMPUNG DENGAN KANDUNGAN KALSIUM HIDROKSIDA (Ca(OH)2) LIMBAH BETON
75 – 83
Achmad Zultan M POTENSI PENGEMBANGAN APICULTURE DI KOTA TARAKAN 84 - 90 Sutanto, Abdul Rahim
POTENSI PENGEMBANGAN APICULTURE DI KOTA TARAKAN Sutanto1 dan Abdul Rahim2 Staf UPTD Planologi Kehutanan Kota Tarakan Staff Pengajar Program Studi Agrotekologi Fakultas Pertanian Universitas Borneo
Penyerahan Naskah, 16 Desember 2012
ABSTRACT Honey production in the northern region of East Kalimantan still rely on hunting honey bees in the forest, because it is necessary to develop alternative development beekeeping with Apicultur system, but determining the location becomes very important for the development. This study was conducted to analyze the suitability of the location in the city of Tarakan to develop Apicultur. The method used was a survey of compliance of technical criteria based on criteria Apiculture. Based on the results of this study concluded Apiculture development in Tarakan can be done in Karang Anyar and Juata Kerikil. Keyword : Apiculture, Tarakan, Honey Bee. PENDAHULUAN Negara Indonesia merupakan daerah tropis yang ditumbuhi berbagai spesies tanaman yang berbunga sepanjang tahun. Selain fungsi ekologis, keragaman jenis tanaman memiliki nilai ekonomis yakni salah satunya tersedianya nektar sepanjang tahun yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kelompok lebah (Hymenoptera: Apidae). Namun, produksi madu Indonesia masih rendah, dibandingkan dengan negara Vietnam dan Thailand padahal luas wilayahnya jauh lebih kecil dibandingkan Indonesia. Menurut data tahun 2002, kebutuhan madu nasional mencapai 150 ribu ton per tahun, sementara produksinya hanya 40 ribu ton (Caroko dalam Puslit Sosek Dephut RI 2010), dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut kita masih mengimpor. Produksi madu di wilayah utara Kalimantan Timur masih bergantung pada perburuan lebah madu di hutan (Dephut RI 2010; Murtidjo 1991; Rahim 2009). Hasil observasi awal lainnya menunjukkan produksi madu bergantung dari keberadaan lebah yang berasosiasi dengan jenis tanaman berbunga sebagai pakan alami. Selain itu, produk kualitas madu alami menurut persepsi konsumen masih dibawah standar mutu yang ditetapkan (Rahim, 2009). Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas dengan mengembangkan teknologi alternatif yakni perpaduan antar jenis tanaman yang mengandung nektar dengan ternak lebah (Ejigu et al. 2009). Selain itu, perpaduan tersebut dapat meningkatkan produksi tanaman yang ada disekitar budidaya, oleh adanya jasa pollinasi (penyerbukan) lebah (McGregor, 1976;; Delaplane & Mayer 2000). Berdasarkan uraian di atas, maka kajian potensi pengembangan Apikultur di Kota Tarakan dilakukan sebagai dasar bagi upaya pengembangan budidaya lebah madu dengan sistem Apikultur 84
Potensi Pengembangan Apiculture
B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan analisis keseuaian lokasi kelurahan di kota Tarakan yang dapat mengembangkan Apicultur
METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kota Tarakan. Kajian dilakukan selama 4 bulan B. Bahan dan Alat Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian/pengkajian yaitu; GPS, meteran, buku identifikasi, perlengkapan dokumentasi. C. Prosedur Penelitian Metode yang digunakan adalah teknik survey terhadap keseuaian criteria berdasarkan criteria budidaya lebah madu (Murtidjo 1991). Teknik pengumpulan data karakteristik fisik calon lokasi. Teknik pengumpulan data kemiringan/kelerengan dan ketinggian tempat diperoleh dari lapangan melalui pengukuran lereng dengan menggunakan alat Clinometer. Ketinggian tempat diukur dari permukaan laut (dpl) sebagai titik nol yang diukur dengan menggunakan alat ukur Altimeter atau GPS (Global Position System). Pengukuran pada petak ukur yang dapat mewakili kondisi umum lokasi. Selain itu dilakukan pengumpulan data dari peta kelerengan (elevasi), Topografi dan Ketinggian tempat. Data iklim yang terdiri dari atas data curah hujan dan suhu udara dikumpulkan melalui studi dokumentasi data iklim yang berasal dari stasiun pengamatan terdekat. Dalam hal ini stasiun pengamatan yang dijadikan sumber data adalah Stasiun Pengamatan Cuaca (meteorologi dan geofisika) Kota Tarakan. Selain itu data yang diperoleh dengan cara pengukuran/pengambilan titik koordinat dengan menggunakan alat GPS (Global Posision System) yang kemudian dipetakan. Selain itu dilakukan pengumpulan data Peta Dasar Pulau Tarakan yang bersumberkan dari BAPPEDA Kota Tarakan. Analisis data karakteristik fisik calon lokasi. Bentuk wilayah, kemiringan/kelerengan dan ketinggian tempat standart dan kreteria/informasi karakteristik calon lokasi yang digunakan untuk evaluasi atau pembanding mengacu pada standart dan kreteria Inventarisasi dan Tata Guna Hutan Departemen Kehutanan (1991) dan Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL, 2006). Faktor kemiringan/kelerengan dibagi kedalam 5 (lima) kelas lereng lapangan dan diberi nilai 1 sampai dengan 5 sesuai dengan kelas lerengnya. Untuk jelasnya disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2 berikut :
85
Potensi Pengembangan Apiculture
Tabel 1. Klasifikasi Kelerengan/Kemiringan (%) Berdasarkan Departemen Kehutanan Kelerengan/ Kemiringan Kelas Lereng Keterangan (% 1 0 - 8 Datar 2 8 - 15 Landai 3 15 - 25 Agak curam 4 25 - 45 Curam 5 45 ≥ Sangat curam Sumber: INTAG Departemen Kehutanan RI (1991) Tabel 2. Klasifikasi Kelerengan/Kemiringan (%) Berdasarkan Bakosurtanal Kelerengan/ Kemiringan Kelas Lereng Keterangan (% 1 0 7 Datar 2 7 - 15 Landai 3 15 - 30 Agak curam 4 30 - 70 Curam 5 70 ≥ Sangat curam Sumber : BAKOSURTANAL (2006) Selanjutnya untuk penentuan kelas ketinggian tempat diatas permukaan laut (dpl) dilapangan dengan tabel klasifikasi ketinggian tempat yang dijadikan acuan disajikan dalam Tabel 3 berikut : Tabel 3. Klasifikasi Ketinggian Tempat (mdpl) Berdasarkan Bakosurtanal dan Departemen Kehutanan Ketinggian Tempat (M dpl) Deskripsi Ketinggian Tempat 0 400 Dataran rendah 400 700 Dataran sedang 700 ≥ Dataran Tinggi Sumber : Departemen Kehutanan RI ( 1991 ) dan BAKOSURTANAL (2006)
86
Potensi Pengembangan Apiculture
Tabel 4.
Standart dan kreteria calon lokasi potensi pengembangan kegiatan Apikultur Standart dan Kreteria Uraian A. Standart Teknis 1. Mempunyai kemiringan/kelerengan <15 % 2. Luas satu hamparan minimal 1 Ha 3. Jauh dari pemukiman B Kriteria 1. Tersedia cukup bahan makan (nektar dan pollen) 2. Kondisi cuaca sesuai dengan batas-batas toleransi (30˚C s/d 35˚C) 3. Dekat dengan sumber air (sungai, kolam,sumur) tetapi jauh dari kawasan yang sering banjir. 4. Suasana lingkungan aman dari faktor penggangu (hama dan penyakit) seperti; semut, cecak, burung walet, dan laba-laba jejaring. C Kriteria lain (tambahan) 1. Dekat (dalam jangkauan terbang ekonomis dengan sumber pakan yang cukup melimpah) radius terbang ± 2000 M 2. Jauh dari kegiatan penggunaan pestisida 3. Jauh dari lokasi anak-anak bermain dan tidak bising 4. Jauh dari tempat pembakaran sampah/tempat yang berasap.
Sumber : Murtidjo (1991)
Teknik pengumpulan data jenis tanaman yang menghasilkan nektar. Data tentang jenis tanaman yang menghasilkan nektar ditentukan dengan cara melakukan identifikasi tanaman yang telah menghasilkan nektar yang disesuaikan dengan keadaan lingkungan yang memungkinanan untuk berkembangnya kegiatan apikultur, dengan cara melakukan pengamatan pada jalur/petak yang dibuat dengan ketentuan sebagai berikut : a. Menetapkan jalur/petak dengan sistem random (acak) yang disesuaikan dengan lingkungan yang memungkinkan terdapat jenis tanaman yang menghasilkan nektar dalam jumlah yang banyak. b. Setiap petak ukur dicatat jenis tanaman yang telah dapat menghasilkan nektar. Hampir semua tanaman yang berbunga merupakan sumber pakan lebah madu. Sumber pakan lebah madu adalah nektar, serbuk sari pada bunga dan air, beberapa jenis tanaman sebagai sumber pakan lebah madu disajikan pada Tabel 5 berikut:
87
Potensi Pengembangan Apiculture
Tabel 5.Klasifikasi Kandungan Pakan Berdasarkan Jenis Tanaman No. I. 1. 2. 3. 4. 5. II 1. 2. 3. 4. III. 1. 2.
Nama Tanaman Tanaman Kehutanan Petai cina/lamtoro (Leucaena glauca) Acacia Mangium Sengon (Paraserianthes falcataria) Acacia auriculiformis Lamtorogung (Leucaena leucocephala) Tanaman Buah-buahan Rambutan (Nephelium lappaceum) Mangga (Mangifera indica) Durian (Durio zibethinus) Jambu air (Eugenia, Spp) Tanaman Perkebunan/Industri Kelapa (Coccus nucifera Jambu mete (Anacardium occidentale)
Kandungan N (Nektar) P (Pollen)
Keterangan
P N,P N,P P P
Baik Baik Cukup Cukup Baik
N,P N,P N,P N,P
Sangat baik Cukup Cukup Cukup
P N,P
Sangat baik Cukup
Sumber: Lamberkabel, 1997 Kesesuaian lokasi pengembagan Apiculture Secara umum proses analisis data hingga diperoleh kelayakan calon lokasi percetakan sawah bagi pengembangan Apiculture Berdasakan pada diagram alir proses analisis pada Gambar 1, analisis data dalam rangka evaluasi kelayakan calon lokasi sebagai Luas Lokasi Bentuk Wilayah Potensi Ekologi Calon Lokasi
Kelerengan
Standar atau Kriteia
Ketinggian Tempat Sumber Air Matching Jarak dari Pemukiman Jauh dari Akivitas Pembakaran dan Penggunaan Pestisida
Rekomendasi Layak
Potensi Sosial dan Ekonomi
Gambar 1. Diagram Alir Proses Analisis HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis menunjukkan untuk Kecamatan di wilayah Timur kota Tarakan tidak ditemukan lokasi yang dapat dijadikan wilayah pengembangan apiculture, begitu pula pada Kecamatan Tarakan Tengah. Namun pengembangan Apicultur dapat dilakukan di Kecaata Tarakan Barat dan Utara, yakni pada Kelurahan Karang Anyar dan Juata Kerikil (Tabel 6 dan 7) 88
Potensi Pengembangan Apiculture
Tabel 6. Karakteristik Fisik Calon Lokas di Tarakan Barat dan Tengah Karakteristik Fisik Calon Lokasi Luas Lokasi Bentuk Wilayah Kelerengan Ketinggian Suhu Sumber air Jauh dari Pemukiman dan Penggunaan Pestisida Tersedia cukup bahan makan (Nektar,Pollen) Jauh dari tempat pembakaran sampah/berasap
MS MS MS MS MS MS MS
Lokasi Kelurahan / Penilaian (Evaluasi) KR KB KH KP1 P S&S P MS MS MS MS TM TM MS MS MS MS MS TM MS MS TM TM TM TM MS MS MS MS MS MS MS MS MS MS MS MS TM MS MS MS MS MS TM TM TM TM TM TM
MS
TM
TM
TM
TM
TM
TM
MS
TM
TM
TM
TM
TM
TM
KA
Keterangan: MS (Memenuhi Syarat); TM (Tidak Memenuhi Syarat); KA (Karag Anyar); KR (Karang Rejo); KH (Karang Harapan); KP1 (Kampung Satu); P (Pamusian); S (Selumit dan Selumit Pantai)
Tabel 7. Karakteristik Fisik Calon Lokas di Tarakan Timur dan Utara Karakteristik Fisik Calon Lokasi Luas Lokasi Bentuk Wilayah Kelerengan Ketinggian Suhu Sumber air Jauh dari Pemukiman dan Penggunaan Pestisida Tersedia cukup bahan makan (Nektar,Pollen) Jauh dari tempat pembakaran sampah/berasap
LU TM TM TM MS MS TM TM
Lokasi Kelurahan / Penilaian (Evaluasi) KP 6 KP4 GL M JP TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM MS MS MS MS MS MS MS MS MS MS TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM
JK
MS MS MS MS MS MS MS
TM
TM
TM
TM
TM
TM
MS
TM
TM
TM
TM
TM
TM
MS
Keterangan: MS (Memenuhi Syarat); TM (Tidak Memenuhi Syarat); LU (Lingkas Ujung); KP6 (Kampung VI); KP4 (Kampung IV); GL (Gunung Lingkas);M (Mamburungan); JP (Juata Permai); (JK (Juata Kerikil).
Hasil identifikasi juga mempertimbangkan aspek yakni: (1) Kawasan tersebut berbatasan dan mempunyai dampak langsung terhadap kawasan Hutan Lindung pulau Tarakan; (2) Pada saat identifikasi lokasi tersebut terdapat sarang/bekas sarang jenis lebah madu; (3) Mempunyai wilayah berhutan yang masih luas; (4) Terdapat sumber pakan yang potensial untuk kegiatan pengembangan apikultur; (5) Kawasan pemukiman yang tidak terlalu padat.
89
Potensi Pengembangan Apiculture
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan pengembangan Apiculture di Kota Tarakan dapat dilakukan di Kelurahan Karang Anyar dan Juata Kerikil IV. Saran Saran yang perlu dilakukan; (1) Dalam kegiatan potensi pengembangan apiculture, sebaiknya 1 tahun sebelumnya lokasi/lahan telah ditanami oleh tanaman yang menghasilkan pollen/nektar; (2) Melakukan pengukuran petak lahan yang sesuai untuk pengembangan Apicultur di kelurahan Karang Anyar dan Juata Kerikil. DAFTAR PUSTAKA Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional. 2006. Jaringan Data Spasial Nasional [Dephut RI] Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 2010. Perlebahan Indonesia: Kondisi Perlebahan di Indonesia. [terhubung berkala] http://www.dephut.go.id. [15 Februari 2010]. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 1990. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengukuhan Hutan. Bogor Delaplane, K.S., Mayer, D.F., 2000. Crop Pollination by Bees. CABI Publishing, UK. Ejigu K, Gebey T, Preston TR. 2009. Constraints and prospects for apiculture research and development in Amhara region, Ethiopia. Livestock Research for Rural Development 21 (10). Lamberkabel. 1997 Hasil Hutan Ikutan dan Ternak Harapan McGregor, S.E., 1976. Insect Pollination of Cultivated Crop Plants. U.S. Department of Agriculture–Agricultural Research Service, Washington, DC. Michener, C.D., 1979. Biogeography of the bees. Annals of the Missouri Botanical Garden 66, 277–347. Murtidjo B, 1991. Memelihara Lebah Madu. Yogyakarta: Kanasius. [Puslit Sosek Dephut RI] Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 2010. Kajian Pengembangan Tanaman Pakan Lebah Madu Pada Hutan Tanaman Acacia mangium. [terhubung berkala] http://www.dephut.go.id. [15 Februari 2010]. Rahim, A. 2009. Survey Koloni Lebah Pada Tanaman di Sekitar Hutan Kecamatan Sesayap Kabupaten Tana Tidung. Fakultas Pertanian Universitas Borneo Tarakan
90