ISSN: 2338-2864 Volume 1, Nomor 2, September 2012
JURNAL
Visionerk Strategis Pengaruh Struktur Modal Terhadap Aktivitas Operasi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Achiruddin Siregar Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pasien Jaminan Kesehatan Aceh B u s r a Pengaruh Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap Kepuasan Pasien yang Menggunakan Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin Banda Aceh Fikriah & Agustami Phonna The Relation of Corporate Governance to Firm Performance and Management Compensation as Mediating Variable Endang Surasetyo Ningsih, Wida Fadhlia & Rahmawaty Pengaruh Atribut Produk dan Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Pengguna Telkomflexi di Kota Lhokseumawe Faisal Matriadi Analisis Pengaruh Current Ratio, Net Profit Margin Terhadap Return On Equity pada Perbankan yang Go–Publik di BEI I s w a d i Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Tercatat dalam LQ45 di Bursa Efek Indonesia J u f r i z e n Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Farmasi Studi pada Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia Rizkie Hizada & Wahyuddin Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Masyarakat dalam Memilih Jasa Pelatihan Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Aceh Utara Siti Maimunah Analisis Keuntungan dan Rentabilitas Ikan Teri Olahan di Kota Lhokseumawe Yusniar
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
JURNAL
Visioner kStrategis ADVISORY BOARD Rektor Universitas Malikussaleh Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh EDITORS Marzuki (Chief) Husaini (Managing Editor) Ghazali Syamni, Nazir, Yusniar Anwar Puteh, Nurmala, Naufal Bachri
REVIEWERS A. Hadi Arifin Universitas Malikussaleh Jullimursyida Universitas Malikussaleh Nasir Azis Universitas Syiah Kuala Sabri Abd Madjid Universitas Syiah Kuala Mutia Universitas Tirtayasa Kamaluddin Universitas Bengkulu Adi Zakaria Affif Universitas Indonesia Zaafri Husodo Universitas Indonesia EDITORIAL SECRETARY Rasyidin, Chairil Akhyar, Yuli Yasman, Rahmawati, Cut Fauziah EDITORIAL OFFICE
Kantor Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Kampus Bukit Indah, Lhokseumawe Telp/Fax: 0645-41373/44450 Email:
[email protected] http://www.fe-unimal.org/jurnal/visi/
JURNAL VISIONER DAN STRATEGIS
Diterbitkan sejak Maret 2012, oleh Jurusan Manajemen FE-Unimal Bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Lhokseumawe
Daftar Isi Pengaruh The Development Struktur Modal of Employee Terhadap at Aktivitas Malikussaleh Operasi University, pada Perusahaan Lhokseumawe Manufaktur di Bursa Efek Indonesia D a h r u m Achiruddin Siregar Pengaruh Manfaat Relasional terhadap Keputusan Berbelanja Secara Online Kualitas PelayananFakultas dan Kepuasan Pasien JaminanMalikussaleh Kesehatan Aceh pada Mahasiswa Ekonomi Universitas Lhokseumawe B s rda i a h Hu am Pengaruh KualitasKomoditi PelayananKaret Kesehatan terhadapAceh Kepuasan Analisis Kluster di Kabupaten UtaraPasien yang Menggunakan Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) di Rumah Sakit Umum Jullimursyida, Mawardati, Mariyudi dan Yulius Dharma Zainal Abidin Banda Aceh Fikriah & Agustami Phonna Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap
Pendapatan Daerah Kota Lhokseumawe The Relation of Corporate Governance to Firm Performance and Management Khairil Anwar Compensation as Mediating Variable Endang Surasetyo Wida Fadhlia & Rahmawaty Faktor-Faktor yangNingsih, Mempengaruhi Prestasi Kerja Pegawai pada Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertanaman (DPKP)Kabupaten Aceh Utara Marbawi dan Eddy PengaruhAdamy Atribut Produk danMulyadi Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Pengguna Telkomflexi di Kota Lhokseumawe Pengaruh Tingkat Pendapatan Pegawai Negeri Sipil terhadap Permintaan Faisal Matriadi Kredit Konsumtif di Kota Lhokseumawe M a r z uPengaruh k i Analisis Current Ratio, Net Profit Margin Terhadap Return On Equity pada Perbankan yang Go–Publik di BEI Nilai dan Hubungannya dengan Kepemilikan Manajerial, I s w Perusahaan a d i Set Peluang Investasi, dan Dewan Komisaris Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Muhammad Azimah Dianah yang TercatatArfan dalamdan LQ45 di Bursa Efek Indonesia
395 121
135 411 421 147 429 159 437 171 447 185 463
J u f r i z e n Teaching Management for The Lecturers of Economics Faculty of Malikussaleh University, Lhokseumawe Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Farmasi Saynipada Nasrah Studi Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia
197
Rizkie Hizada & Wahyuddin Perilaku Konsumen, Keputusan Pembelian, dan Kepuasan Konsumen Y a n i t Pengaruh a Analisis Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Masyarakat dalam Memilih Jasa Pelatihan Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Aceh Utara Dampak Dana Bergulir BRR NAD–Nias terhadap Pendapatan Penerima Siti Maimunah Manfaat pada Lembaga Keuangan Mikro di Provinsi Aceh Yeni Irawan Analisis Keuntungan dan Rentabilitas Ikan Teri Olahan di Kota Lhokseumawe Y u s n i a r
213
477 495 121 511 227
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Aktivitas Operasi pada Perusahaan Manufaktur diJurnal Bursa EfekVisioner Indonesia & Strategis Volume 1, Nomor 2, September 2012 ISSN: 2338-2864 p. 121-134
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Aktivitas Operasi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
This study describes the effect of capital structure as indicated by Debt to Asset Ratio (DAR) and the Debt to Equity Ratio (DER) which is an independent variable with the company’s operating activities which indicated with Net Profit Margin (NPM) as the dependent variable. This study aimed to examine whether capital structure affect the company’s operating activities. The population in this study are all companies listed on the Indonesia Stock Exchange. Techniques used in sampling is purposive sampling technique that is based on sampling criteria or considerations the author based on the easiness in the process of data collection. The samples are 46 companies listed in Indonesia Stock Exchange for the period 20062008. Analysis tool used is multiple linear regression with the help of SPSS version 12 softwear. Results of analysis using t-test statistics with significant (α) = 0.05 and using the sig of SPSS output obtained significant value of each independent variable DAR (0,000) and DER (0.773). This value indicates that there are significant partially between DAR ratio against Net Profit Margin (NPM), while the ratio of Debt to Equity Ratio (DER) has no effect on Net Profit Margin (NPM). Analysis of the test results with significant F (α) = 0.05 obtained significance of 0.000. This value indicates that there is a simultaneous effect between capital structure to operating activities. While testing the determination showed that the ability of the independent variable Debt to Asset Ratio (DER) and Debt to Equity Ratio (DER) in influencing the dependent variable is Net Profit Margin (NPM) is equal to 0.153 or 15.3%. A percentage of 84.7% is influenced by other variables outside of this study.
Achiruddin Siregar
Dosen pada Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammaddiyah, Sumatera Utara
Keywords: Debt to asset ratio (DAR), debt to equity ratio (DER), net profit margin (NPM).
Volume 1, Nomor 2, September 2012
121
Achiruddin Siregar
Latar Belakang
Grafik pada Gambar 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2006-2007 persentase ketiga rasio mengalami peningkatan. Dimana rasio DAR ratarata meningkat sebesar 0,006, rasio DER ratarata meningkat sebesar 0,212, serta rasio NPM meningkat sebesar 2,725. Dan untuk tahun 20072008 ketiga rasio mengalami penurunan. Dimana rasio DAR rata-rata menurun sebesar 0,005, rasio DER rata-rata menurun 0,11, serta NPM rata-rata menurun sebesar 0,538. Fungsi keuangan merupakan salah satu fungsi penting dalam kegiatan perusahaan. Dalam mengelola keuangan, salah satu unsur yang perlu diperhatikan adalah seberapa besar perusahaan mampu memenuhi kebutuhan dana yang akan digunakan untuk operasi dan mengembangkan usahanya. Untuk pemenuhan kebutuhan dana ini perusahaan dapat memperoleh dari dalam perusahaan (modal sendiri) atau dari luar perusahaan (utang), selain dari usaha atau pendapatan operasi perusahaan. Widodo (2001) menjelaskan bahwa struktur modal perusahaan merupakan komposisi hutang dan ekuitas. Dana yang berasal dari hutang mempunyai biaya modal dalam bentuk biaya bunga. Dana yang berasal dari ekuitas mempunyai biaya modal berupa deviden. Perusahaan akan memilih sumber dana yang paling rendah biayanya diantara berbagai alternatif sumber dana yang tersedia. Keputusan kombinasi hutang dan ekuitas tidak optimal akan mengurangi profitabilitas perusahaan dan sebaliknya.
Dalam situasi perekonomian global dan perdagangan bebas saat ini, persaingan antar perusahaan dalam melakukan kegiatan ekonomi menjadi sangat ketat. Dalam menghadapi kondisi yang demikian, setiap perusahaan dituntut untuk mampu membaca dan melihat situasi yang terjadi sehingga dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dengan baik seperti dalam bidang pemasaran, produksi, sumber daya manusia, maupun keuangan agar perusahaan dapat lebih unggul dalam persaingan yang ada. Kehadiran bursa efek sebagai lembaga penunjang pasar modal telah ikut berperan serta dalam menunjang perkembangan perusahaanperusahaan yang ada dalam satu negara. Melalui bursa efek perusahaan dimungkinkan untuk mencari alternatif penghimpunan dana selain melalui perbankan. Perusahaan yang akan melakukan ekspansi dapat memperoleh dana tidak hanya dalam bentuk kredit perbankan tetapi juga dalam bentuk equity (modal sendiri). Melalui bursa efek memungkinkan suatu perusahaan untuk menerbitkan sekuritas yang berupa saham. Fenomena pengaruh struktur modal yang di proksikan dengan Debt to Asset Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap aktivitas operasi yang di proksikan dengan Net Profit Margin (NPM) yang terjadi pada beberapa perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia dapat dilihat pada grafik berikut :
G ra fik T in g k a t P e rs e n ta s e R a s io D A R , D E R , d a n N P M P e ru s a h a a n M a n u fa k tu r d i B E I P e rio d e 2 0 0 6 -2 0 0 8 7 ,6 2 9
8
7 ,0 9 1
7
PERSENTASE RASIO
6
4 ,9 0 4
5 4 3
1 ,7 8
2 1 0
0 ,4 8 7 2006
1 ,9 9 2 0 ,4 9 3 2007
1 ,8 8 2
DAR DER NPM
0 ,4 8 8 2008
TAHUN
Gambar 1
122
Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Aktivitas Operasi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Weston dan Brigham (1983) menyatakan bahwa berdasarkan sejumlah penelitian, kegagalan perusahaan lebih banyak disebabkan oleh ketidakmampuan manajemen dalam mengelola keuangan, misalnya salah dalam mengelola perimbangan struktur modal (modal asing dan modal sendiri) akan berakibat fatal. Masalah struktur modal merupakan unsur yang penting bagi setiap perusahaan. Baik buruknya suatu perusahaan memiliki efek yang langsung terhadap posisi finansial perusahaan. Terlalu besar modal pinjaman, akan berakibat ketergantungan kepada pihak luar menjadi lebih besar sehingga resiko finansial juga besar karena harus membayar bunga. Sebaliknya, jika semua dana dipenuhi oleh modal intern tentu menjadi tidak efektif. Sartono (1996) menyatakan bahwa semakin besar penggunaan hutang dalam struktur modal maka semakin besar laba yang diperoleh perusahaan karena penggunaan hutang dalam operasional perusahaan memberikan peluang untuk penambahan keuntungan yang berasal dari tambahan volume dan jenis usaha atau investasi yang dibiayai oleh hutang. Semakin besar dana yang tersedia maka memungkinkan perusahaan meningkatkan aktivitas operasinya yang tercermin dari peningkatan profit margin perusahaan tersebut. Sehingga diduga ada hubungan antara struktur modal dengan aktivitas operasi perusahaan. Dimana struktur modal diindikasikan dengan Debt to Asset Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER), sedangkan aktivitas operasi diindikasikan dengan rasio profitabilitas yaitu Net Profit Margin (NPM). Penelitian yang dilakukan oleh Rajan dan Zingales (1995) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan struktur modal di negaranegara G-7, membuktikan bahwa struktur modal berhubungan positif dengan tangibility dan ukuran perusahaan, sedangkan dengan profitabilitas berhubungan negatif. Penelitian yang dilakukan oleh Nakman Harahap (2003) menyatakan bahwa struktur modal yang digunakan perusahaan industri pulp dan paper yang terdaftar di BEI berpengaruh terhadap pencapaian profitabilitas perusahaan. Volume 1, Nomor 2, September 2012
Penelitian yang dilakukan oleh Imam Purhadi (2006) menyatakan bahwa struktur modal yang digunakan pada perusahaan barang konsumsi di Bursa Efek Jakarta memiliki pengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Mira Elvianingsih (2008) menyatakan bahwa struktur modal yang diindikasikan dengan Debt to Asset ratio (DAR) berpengaruh positif terhadap beberapa aktivitas operasi yang diindikasikan dengan profit margin yaitu Operating Profit Margin (OPM) dan Net Profit Margin (NPM), sedangkan terhadap Gross Profit Margin (GPM) berpengaruh negatif. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Mira Elvianingsih (2008). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel independen yang menggunakan dua variabel yaitu Debt to Asset Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER), serta pada variabel dependen yang menggunakan Net Profit Margin (NPM). Selain itu, data penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah data pada tahun 2006-2008. Alasan pemilihan struktur modal menjadi variabel independen adalah karena penulis merasa tertarik untuk meneliti hubungan antara struktur modal dengan tingkat margin laba (profitabilitas). Tinjauan Teoritis Struktur modal adalah komposisi ekuitas (Equity) dan pinjaman (Debt) dalam pembiayaan proyek. Komposisi ekuitas dan pinjaman akan menghasilkan biaya modal rata-rata yang berbeda apabila komposisinya berbeda (Purnomo Yusgiantoro, 2004 : 145). Sejalan dengan Bambang Rianto (1993) yang menyatakan bahwa struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang dan modal sendiri. Struktur modal perusahaan tercermin dalam keseluruhan pasiva dalam neraca. Struktur modal merupakan keputusan keuangan yang kompleks. Untuk mencapai tujuan perusahaan memaksimalkan kekayaan pemilik, manajer keuangan harus dapat menilai struktur modal perusahaan dan memahami 123
Achiruddin Siregar
hubungannya dengan risiko, hasil/pengembalian, dan nilai. Keputusan keuangan yang efektif dapat merendahkan biaya modal, menghasilkan NBS (nila bersih sekarang) yang lebih tinggi dan meningkatkan nilai perusahaan (Sundjaya dan Barlian, 2002 : 239). Sumber pendanaan di dalam suatu perusahaan dibagi ke dalam dua kategori yaitu pendanaan internal dan pendanaan eksternal. Jadi, keputusan pendanaan berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Sumber dana internal perusahaan berasal dari laba bersih atau arus kas masuk. Dana internal ini berasal dari hasil operasi perusahaan yang pada dasarnya milik pemegang saham. Sedangkan sumber dana eksternal perusahaan berasal dari ekuitas pemegang saham dan hutang dari kreditor. Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kredit merupakan hutang bagi perusahaan dan dana yang diperoleh dari para pemilik merupakan modal sendiri. Proporsi antara bauran dari penggunaan modal sendiri dan hutang dalam memenuhi kebutuhan dana perusahaan disebut dengan struktur modal perusahaan (Mayang Sari, 2001). Struktur modal adalah hasil atau akibat dari keputusan pendanaan yang intinya memilih apakah akan menggunakan hutang atau ekuitas untuk mendanai operasi perusahaan. Pilihan penggunaan hutang atau ekuitas mengandung resiko yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sehingga pemilihan sumber dana eksternal harus berhati-hati, karena masingmasing memiliki kelebihan dan kelemahan. Menurut Keown (2000), jika biaya modal dapat diminimukan akibat penggunaan hutang dalam pendanaan, maka dividen sebagai bagian laba dapat ditingkatkan, sehingga hal ini akan bisa memaksimumkan nilai (harga) saham di bursa efek. Dari pendapat tersebut jelaslah bahwa keputusan pemilihan sumber dana baik dari dalam maupun luar perusahaan dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Nilai perusahaan diukur dari nilai/harga saham yang ada di bursa atau dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profitabilitas). Menurut Sawir (2003) profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan 124
dalam menghasilkan laba yang diperoleh dari hasil penjualan atau investasi. Menurut Sutrisno (2000:307-308), ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan kebijaksanaan struktur modal adalah : 1. Persesuaian atau suitability Merupakan persesuaian antara cara pemenuhan dana dengan jangka waktu kebutuhannya. Bila yang dibutuhkan perusahan dana berjangka pendek, bila dibelanjai dengan hutang, obligasi atau dengan mengeluarkan modal sendiri kurang sesuai. Sebaliknya cara pemenuhan dana disesuaikan dengan jangka waktu kebutuhannya, artinya bila kebutuhan dana berjangka pendek, maka sebaiknya dipenuhi dari sumber dana jangka pendek dan bila kebutuhan dana jangka panjang sebaiknya dipenuhi sumber dana jangka panjang. 2. Pengawasan atau control Pengendalian atau pengawasan perusahaan ada di tangan para pemegang saham. Manajemen perusahaan mengemban tugas untuk menjalan kan hasil keputusan pemegang saham. Biasanya sebuah perusahaan dimiliki oleh beberapa pemegang saham sehingga bila diperlukan tambahan dana perludipertimbangkan apakah fungsi pengawasan dari pemilik lama tidak akan terkurangi. Oleh sebab itu dengan pertimbangan tersebut, biasanya pemilik lama lebih menginginkan mmengeluarkan obligasi dibanding dengan menambah saham. 3. Laba atau earning per share Memilih sumber dana apakah dari saham atau hutang, secara finansial harusnya yang bisa menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham atau earning per share lebih besar. 4. Tingkat resiko atau riskness Hutang merupakan sumber dana yang mempunyai resiko tinggi sebab bunganya tetap harus dibayarkan baik pada saat perusahaan mendapatkan laba maupun dalam kondisi merugi. Oleh karena itu semakin besar penggunaan dana dari hutang mengindikasikan perusahaan mempunyai tingkat resiko yang besar. Ada empat faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal (Brigham, 2001 : 6): Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Aktivitas Operasi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
1. Risiko bisnis, yakni risiko yang melekat pada operasi perusahaan apabila perusahaan tidak menggunakan hutang. Makin besar risiko bisnis perusahaan, maka makin rendah rasio utang yang optimal. 2. Posisi pajak perusahaan, yakni dengan menggunakn utang maka biaya bunga dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak, sehingga menurunkan biaya utang yang sesunguhnya. 3. Fleksibilitas keuangan, atau kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang wajar dalam keadaan yang memburuk. Para manajer dana perusahaan mengetahui bahwa modal yang kuat diperluakan untuk opersai yang stabil dan pemilik modal lebih suka menanamkan modalnya pada perusahaan dengan posisi neraca yang baik bila keadaan perekonomian sulit. 4. Konservatisme atau agresivitas manajemen, yakni ada sebagian besar manajer lebih agresif dari yang lain, sehinggaa sebagian perusahaan lebih cendurung menggunakan utang untuk meningkatkan laba, dimana hal ini tidak memepengaruhi struktur modal yang optimal, tetapi akan mempengaruhi struktrur modal yang ditargetkan. Manfaat yang timbul dari penggunaan hutang adalah bunga yang muncul karena adanya hutang tidak dikenai pajak dan kreditor mendapat pengembalian yang tetap sehingga pemegang saham tidak perlu mengambil bagian laba ketika perusahaan dalam kondisi prima. Sedangkan kelemahan penggunaan hutang adalah ketika rasio hutang meningkat maka resiko perusahaan akan meningkat dan suku bunga juga akan naik. Selain itu bila perusahaan mengalami kesulitan keuangan sehingga laba operasi tidak mencukupi untuk menutupi beban bunga maka pemegang sahamnya harus menutupi kekurangan itu, jika tidak sanggup mengakibatkan perusahaan bangkrut (Purba, 2002). Adanya tingkat pinjaman yang tinggi merupakan insentif bagi manajemen untuk bekerja dengan lebih efisien. Dengan adanya tingkat pinjaman yang tinggi, manajemen berada dalam posisi terdesak karena harus memastikan arus kas yang dihasilkan mencukupi pembayaran Volume 1, Nomor 2, September 2012
pinjaman. Oleh karena itu, manajemen memiliki insentif untuk menggunakn dana yang ada bagi investasi yang akan menghabiskan dana. Sedangkan perusahaan dengan sedikit pinjaman dan arus kas bebas yang besar, memiliki kecenderungan untuk tidak terlalu mengawasi pemakaian biaya-biaya yang sebenarnya dapat dikurangi. Teori struktur modal menjelaskan pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan. Dengan kata lain, jika perusahaan mengganti sebagian modal sendiri dengan hutang atau sebaliknya apakah harga saham akan berubah, dengan catatan perusahaan tidak merubah keputusan-keputusan keuangan lainnya. Tetapi kalau dengan merubah struktur modalnya ternyata nilai perusahaan berubah maka akan diperoleh struktur modal yang terbaik atau optimal (Suad Husnan, 1996). Berikut ini dijelaskan beberapa teori atau konsep tentang struktur modal, yaitu : 1. Signaling Theory Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (1999:36) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi para investor tentang bagaimana manejemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya. 2. Tradeoff Theory Sebelumnya trade off theory ini terkenal dengan nama Balance Theory. Teori trade off merupakan penyeimbang manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat yang dihasilkan lebih besar, porsi hutang dapat ditambah. Berdasarkan teori ini, perusahaan berusaha mempertahankan struktur modal yang ditargetkan dengan tujuan memaksimumkan nilai pasar. Teori trade off menjelaskan bahwa struktur modal optimal ditemukan dengan menyeimbangkan keuntungan pajak dengan biaya tekanan finansial dari penambahan hutang, 125
Achiruddin Siregar
sehingga biaya dan keuntungan dari penambahan hutang di trade off. Tekanan finansial biasanya terjadi hanya pada perusahaan yang memiliki hutang, perusahaan yang bebas dari hutang biasanya tidak mengalami tekanan finansial. Semakin besar akses ke sumber dana semakin tersedia potensi dana, maka semakin besar kemungkinan mengambil peluang investasi yang menguntungkan sehigga keuntungan yang diperoleh semakin besar dan kinerja perusahaan meningkat. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan antara resiko dan tingkat pengembalian. Menggunakan lebih banyak hutang berarti memperbesar resiko yang di tanggung pemegang saham dan juga memperbesar tingkat pengembalian tingkat yang diharapkan. Resiko yang semakin tinggi diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut. Karena itu struktur modal yang optimal harus berada pada keseimbangan antara resiko dan tingkat pengembalian yang memaksimumkan harga saham. Menurut teori trade off, setiap perusahaan harus menetapkan target struktur modalnya, yaitu pada posisi keseimbangan biaya dan keuntungan marginal dari pendanaan dengan utang, sebab pada posisi keseimbangan biaya dan keuntungan marginal dari pendanaan dengan utang, mencerminkan nilai perusahaan pada posisi maksimum. Sundjaya dan Barlian (2002:242) menjelaskan bahwa struktur modal yang optimal didasarkan atas keseimbangan antara manfaat dan biaya dari pembiayaan dengan pinjaman. Manfaat terbesar dari suatu pembiayaan dengan pinjaman adalah pengurangan pajak yang diperoleh dari pemerintah yang mengizinkan bunga atas pinjaman dikurangi dalam menghitung pendapatan kena pajak. 3. Pecking Order Theory Teori pecking order adalah teori yang menjelaskan bahwa manajemen secara sistematis mendahulukan pendanaan investasi dengan menggunakan dana internal (laba ditahan) daripada penggunaan dana eksternal dan mendahulukan utang daripada ekuitas jika pendanaan eksternal dibutuhkan. Penggunaan sumber dana memiliki biaya tersendiri. Laba ditahan memiliki biaya langsung 126
yang lebih kecil dari penerbitan ekuitas baru karena adanya penghematan nyata pada banker fees dan perusahaan dapat megurangi deviden sekarang yang dapat dikenai pajak dengan membatasi ekuitas. Di samping itu biaya transaksi untuk utang lebih kecil dari penerbitan ekuitas. Kenyataan ini mendorong perusahaan memilih pendanaan internal daripada pendanaan eksternal (Baskin, 1989 dalam Harahap (2003). Untuk mengurangi berbagai biaya yang timbul dari pemilihan dana antara hutang atau ekuitas para manajer akan menerbitkan sekuritas yang beresiko paling kecil. Menurut teori pecking order, perusahaan tidak memiliki struktur modal optimal, sebab pendanaan perasahaan tidak sepenuhnya tergantung pada biaya modal. Tetapi berdasarkan pada urutan hirarki, yaitu dimulai dari laba ditahan, utang, dan penerbitan saham (ekuitas) pada urutan terakhir. Hal ini didasarkan pada argumentasi bahwa penggunaan laba ditahan lebih murah dibandingkan utang dan ekuitas. Menurut teori pecking order, peningkatan profitabilitas akan meningkatkan laba ditahan, yang dapat digunakan untuk pendanaan investasi. Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan, maka semakin sedikit pendanaan dengan menggunakan utang. Teori ini menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah sedikit. Jenis-jenis Modal menurut Sundjaya dan Barlian (2002:240) terdiri dari modal pinjaman (hutang) dan modal sendiri (equitas), dimana : 1. Modal pinjaman, termasuk semua pinjaman jangka panjang yang diperoleh perusahaan. Pemberi dana umumnya meminta pengembalian yang relatif lebih rendah, karena mereka memperoleh risiko yang paling kecil atas segala jenis modal jangka panjang. Menurut Murthada (1998:116), rasio stuktur modal untuk modal pinjaman atau hutang yang digunakan adalah Debt to Asset Ratio (DAR). 2. Modal sendiri/equitas, merupakan dana jangka panjang yang diperoleh dari pemilik perusahaan (pemegang saham). Tidak seperti Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Aktivitas Operasi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
hutang yang harus dibayar pada tanggal tertentu di masa yang akan dating, modal sendiri diharapkantetap dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Menurut Murthada (1998:116), rasio struktur modal untuk modal sendiri/equitas yang digunakan adalah Debt to Equity Ratio (DER).
Aktivitas operasi didefenisikan sebagai kinerja operasi yaitu untuk mengevaluasi margin laba dari aktivitas operasi (Wild dan Halsey, 2005:39). Tingkat profit margin (margin laba) menjelaskan tingkat efisiensi dari manajemen operasi perusahaan yang mencerminkan tingkat profitabilitas perusahaan yaitu kemampuan perusahaaan dalam menghasilkan laba. Dimana kemampuan manajemen operasi dapat diukur melalui rasio profitabilitas yang diperoleh suatu perusahaan. Aktivitas operasi merupakan bagian dari aktivitas bisnis yang meliputi kebijakan penjualan produksi, personalia, promosi dan administrasi umum. Hasil dari aktivitas operasi ini diindikasikan dengan semakin efisiensinya proses produksi dan distribusi yang dilakukan yang tercermin dari tingkat laba perusahaan terhadap penjualan yang dilakukannya. Tingkat laba yang dihasilkan dapat dilihat pada laporan laba rugi. Dimana menurut Wild dan Halsey (2004:25), laporan laba rugi mencerminkan aktivitas operasi yang mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Salah satu indikator profitabilitas yang tercermin dalam laporan laba-rugi, yaitu: laba bersih dengan rasio Net Profit Margin (NPM). Wild dan Halsey (2005:407) menyatakan bahwa aktivitas operasi perusahaan merupakan sumber utama laba perusahaan. Laba merupakan salah satu pengukuran aktivitas operasi dan dihitung berdasarkan dasar akuntansi akrual. Laba mencerminkan kesuksesan perusahaan dalam membeli dari pasar input dan menjual dalam pasar output. Analisis atas angka laba dan bagian komponennya, mencerminkan kesuksesan perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisninsnya secara efektif dan efisien. Laba dapat dilihat pada laporan keuangan laba rugi. Laporan laba rugi menyediakan rincian pendapatan, beban, utang, dan rugi perusahaan Volume 1, Nomor 2, September 2012
untuk satu periode waktu. Menurut Wild dan Halsey (2004:22), aktivitas operasi melibatkan lima komponen, yaitu: penelitian dan pengembangan, pembelian, produksi, pemasaran, dan administrasi. Pengaruh Struktur Modal terhadap Aktivitas Operasi Menurut Bambang Rianto (1993:31), salah satu usaha untuk memperbesar profit margin adalah dengan menambah jumlah biaya usaha sampai tingkat tertentu. Dimana biaya usaha yang dimaksud adalah sumber dana perusahaan. Keputusan pendanaan berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Sumber dana internal perusahaan berasal dari hasil operasi perusahaan yang pada dasarnya milik pemegang saham. Sedangkan sumber dana eksternal perusahaan berasal dari ekuitas pemegang saham dan utang dari kreditor. Semakin besar akses ke sumber dana, semakin tersedia potensi dana maka semakin besar kemungkinan mengambil peluang investasi yang menguntungkan sehingga keuntungan yang diperoleh semakin besar dan kinerja perusahaan akan meningkat. Semakin besar dana yang tersedia maka memungkinkan perusahaan meningkatkan aktivitas operasinya. Salah satu bagian yang lebih penting dalam menganalisis perusahaan adalah aktivitas operasi. Aktivitas operasi (operating activities) mencerminkan pelaksanaan rencana bisnis yang terdapat daiam aktivitas pendanaan dan aktivitas investasi. Tersedianya dana yang cukup memungkinkan perusahaan meningkatkan penjualan, meningkatkan efisiensi produksi melalui efisiensi penggunaan aktiva, efisiensi tenaga kerja melalui pendidikan dan pelatihan, dan efisiensi pelaksanaan administrasi umum sehingga tingkat profit margin akan semakin tinggi dan kinerja keuangan perusahaan semakin meningkat. Kinerja keuangan perusahaan sangat tergantung pada kemampuan manajemen operasi dalam mengelola dana yang berasal dari struktur modal dalam meningkatkan profrtabilitas perusahaan. Hubungan antara rasio-rasio struktur modal terhadap laba dapat dijelaskan sebagai berikut : 127
Achiruddin Siregar
1. Rasio Debt to Asset Ratio (DAR) terhadap laba. Rasio ini memperlihatkan proporsi antara hutang yang dimiliki dengan seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi hasil persentasenya, maka hutang yang dimiliki oleh perusahaan semakin besar dan hal ini menandakan semakin besar resiko perusahaan. Karena, hutang yang ada akan menimbulkan biaya bunga yang nantinya akan dibebankan kepada kas perusahaan, dan secara otomatis hal ini akan mengurangi laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan demikian rasio ini memiliki pengaruh negatif terhadap laba. 2. Rasio Debt to Equity Ratio (DER) terhadap laba. Rasio ini memperlihatkan proporsi antara hutang yang dimiliki terhadap total ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi hasil persentasenya, maka hutang yang dimiliki oleh perusahaan semakin besar dan hal ini menandakan semakin besar resiko perusahaan. Tingginya kemampuan ekuitas dalam menjamin seluruh hutang yang dimiliki oleh perusahaan ditandai oleh semakin kecilnya rasio ini, dan hal tersebut mencerminkan kinerja perusahaan berada dalam kondisi ang baik. Karena, hutang yang ada akan menimbulkan biaya bunga yang nantinya akan dibebankan kepada kas perusahaan, dan secara otomatis hal ini akan mengurangi laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Rasio ini memiliki pengaruh negatif terhadap laba. Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah : “Rasio hutang yang terdiri dari Debt to Asset Ratio (X1), Debt to Equity Ratio (X2), dan Net Profit Margin (Y)”. Rangkaian hubungan antara vaiabel-variabel tersebut dijelaskan dalam gambar 2. berikut :
Berdasarkan kerangka konseptual yang disajikan, maka peneliti mengajukan 3 hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut : H1 : Terdapat pengaruh DAR terhadap NPM. H2 : Terdapat pengaruh DER terhadap NPM. H3 : Terdapat pengaruh DAR dan DER terhadap NPM. METODOLOGI PENELITIAN Variabel independen dalam penelitian ini adalah struktur modal yang merupakan perimbangan atau perbandingan antara jumlah modal pinjaman dengan jumlah modal sendiri. Sehingga analisis struktur modal yang digunakan adalah : a) Debt to Asset Ratio (DAR), yang dapat dihitung dengan rumus :
DAR =
Total Utang Total Aktiva
b) Debt to Equity Ratio (DER), yang dapat dihitung dengan rumus :
DER =
Total Utang Modal Sendiri
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas yang diindikasikan dengan Net Profit Margin (NPM), yang dapat dihitung dengan rumus :
NPM =
Laba Bersih Penjualan
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan penelitian mengenai fenomena pengaruh struktur modal terhadap aktivitas operasional perusahaan
DAR (Debt to Asset Ratio) NPM (Net Profit margin)
DER (Debt toEquity Ratio) Gambar 2. Kerangka Konseptual Penelitian
128
Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Aktivitas Operasi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan melakukan browsing pada http:// www.idx.co .id serta http://www.bei.co.id
terdaftar di BEI yang telah memenuhi kriteria dan teknik pengambilan sampel dapat dilihat pada Tabel 1.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapka oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,1999:57). Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2008. Berdasarkan data yang diperoleh dari situs http://www.idx.co.id, jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2008 sebnyak 143 perusahaan. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 1999:57). Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan sampel non probability sampling yaitu dengan teknik purposive sampling. Menurut Sudjana (1996:168) teknik purposive sampling yaitu suatu teknik pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan kriteria atau pertimbangan yang diajukan oleh perorangan atau pertimbangan peneliti berdasarkan atas kemudahan-kemudahan dalam proses pengumpulan data. Kriteria penentuan sampel perusahaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di BEI sejak tahun 2005 dan masih aktif sampai dengan tahun 2008. 2. Perusahaan manufaktur mempublikasikan laporan kinerja keuangannya selama 3 tahun berturut-turut, yaitu mulai tahun 2006 sampai dengan akhir tahun 2008. 3. Dan perusahaan manufaktur tersebut masih termasuk ke dalam sub industri perusahaan manufaktur selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal dari laporan keuangan perusahaan tahun 2006 sampai dengan tahun 2008, yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory. Datadata yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah informasi keuangan yang berhubungan dengan variabel penelitian, yaitu : 1. Informasi mengenai rasio DAR. 2. Informasi mengenai rasio DER. 3. Informasi mengenai rasio NPM.
Berdasarkan kriteria pemilihan sampel di atas, diperoleh sebanyak 46 perusahaan dari 143 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2006-2008 yang telah memenuhi kriteria pemilihan sampel. Perusahaan-perusahaan manufaktur yang Volume 1, Nomor 2, September 2012
Metode Analisis Data 1. Koefisien Determinatik dan Model Analisis Regresi Linier Berganda Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel bebas (DAR dan DER) dalam penelitian dapat menjelaskan variabel terikat (NPM), maka digunakan model analisis regresi linier berganda. Untuk mencari trend dalam penelitian ini dapat dirumuskan dengan formula: Y = β0 + β1X1i +β2X2i+….+ ei Dimana : Y = Net Profit Margin β0 = Konstanta β1- β2 = Koefisien beta dari variabel bebas X1 = Debt to Asset Ratio X2 = Debt to Equity Ratio 2. Uji Hipotesis a. Uji Simultan (F hitung) Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan. Langkah-langkah yang digunakan untuk uji F adalah sebagai berikut : a. Merumuskan Hipotesis H0 = Tidak terdapat pengaruh secara simultan antara variabel DAR dan DER terhadap NPM. Ha = Terdapat pengaruh secara simultan antara variabel DAR dan DER terhadap NPM. 129
Achiruddin Siregar
Tabel 1 Manufacturing Companies No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Nama Perusahaan Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. (AISA) AKR Corporindo Tbk. (AKRA) Aneka Tambang (Persero) Tbk. (ANTM) Astra Graphia Tbk. (ASGR) Astra International Tbk. (ASII) Astra Otoparts Tbk. (AUTO) Colorpak Indonesia Tbk. (CLPI) Central Korporindo Int I Tbk. (CNKO) Citra Tubindo Tbk. (CTBN) Delta Dunia Petroindo Tbk (DOID) Dynaplast Tbk. (DYNA) Goodyear Indonesia Tbk. (GDYR) Gudang Garam Tbk. (GGRM) Panasia Indosyntec Tbk. (HDTX) Hexindo Adiperkasa Tbk. (HEXA) Kageo Igar Jaya Tbk. (IGAR) Intikeramik Almasari Inds. Tbk. (IKAI) Indomobil Sukses Int I Tbk. (IMAS) Intanwijaya International Tbk. (INCI) International Nickel Indonesia Tbk. (INCO) Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) Indorama Syntetics Tbk. (INDR) Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP) Indocement Tunggal Perkasa Tbk. (INTP) Japfa Tbk. (JPFA) Jaya Pari Steel Tbk. (JPRS) Kimia Farma Tbk. (KAEF) Kalbe Farma Tbk. (KLBF) Lionmesh Prima Tbk. (LMSH) Multi Prima Sejahtera Tbk. (LPIN) Lautan Luas Tbk. (LTLS) Medco Energi International Tbk. (MEDC) Metrodata Electronics Tbk. (MTDL) Nipress Tbk. (NIPS) Sierad Produce Tbk. (SIPD) Holcim Indonesia Tbk. (SMCB) Semen Gresik (Persero) Tbk. (SMGR) Suparma Tbk. (SPMA) Indo Acidatama Tbk. (SRSN) Tembaga Mulia Semanan Tbk. (TBMS) Timah Tbk. (TINS) Tempo Scan Pacific Tbk. (TSPC) Trias Sentosa Tbk. (TRST) Unggul Indah Cahaya Tbk. (UNIC) United Tractors Tbk. (UNTR) Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) Tabel 2 Uji Determinasi Model Summary(b)
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
,391(a)
,153
,140
8,79472
a Predictors: (Constant), DER, DAR b Dependent Variable: NPM
130
Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Aktivitas Operasi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
b. c. d.
Menentukan tingkat signifikan α = 0,05 Mencari nilai Fhitung Membandingkan hasil Fhitung dgn Ftabel Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan Ha diterima. Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan Ha ditolak.
b. Uji Parsial (thitung) Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Langkah-langkah yang digunakan untuk uji t adalah sebagai berikut : a. Merumuskan Hipotesis H0 = Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel DAR dan DER terhadap NPM Ha = Terdapat pengaruh secara parsial antara variabel DAR dan DER terhadap NPM b. Menentukan tingkat signifikan α = 0,05 c. Mencari nilai t hitung d. Membandingkan hasil thitung dgn ttabel Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak Seluruh analisis statistik dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa program komputer SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 12.0 for Windows. HASIL PENELITIAN Nilai Koefisien Determinatik dan Model Regresi Linier Berganda Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen (X) dapat menjelaskan
variabel dependen (Y), maka perlu diketahui nilai koefisien determinatiknya. Nilai ini menjelaskan kontribusi variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi R Square memiliki nilai sebesar 0,153, sehingga dapat dinyatakan bahwa kemampuan variabel independen (DAR dan DER) dalam menjelaskan variabel dependen (NPM) sangat terbatas, kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sebesar 15,3% dan sisanya sebesar 84,7% dijelaskan oleh variabel lain diluar model regresi penelitian ini. Dari Tabel 3 maka persamaan yang diperoleh untuk model regresi adalah : Y = 15,723 – 19,057 DAR + 0,078 DER Adapun interprestasi dari persamaan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Nilai parameter atau koefisien regresi β1 adalah sebesar -19,057 menunjukkan koefisien arah variabel Debt to Asset Ratio (X1) yang mempengaruhi variabel Net Profit Margin (Y) dengan arah yang bernilai negatif. Koefisien regresi (X1) sebesar -19,057 berarti bahwa setiap variabel Debt to Asset Ratio (X1) turun 1 satuan, maka laba bersih akan turun sebesar 19,057 atau dengan kata lain setiap penurunan laba bersih dibutuhkan variabel Debt to Asset Ratio (X1) sebesar 19,057 dengan asumsi variabel bebas yang lain yaitu Debt to Equity Ratio (X2) tetap. 2. Nilai parameter atau koefisien regresi β2 adalah sebesar 0,078 menunjukkan koefisien arah variabel Debt to Equity Ratio (X2) yang mempengaruhi variabel Net Profit Margin (Y) dengan arah yang bernilai positif. Koefisien regresi (X1) sebesar 0,078 berarti bahwa se-
Tabel 3 Hasil Analisis Regresi Model
Unstandardized Coefficients B
1
(Constant) DAR DER
15,723 -19,057 ,078
Std. Error 2,144 4,648 ,270
a Dependent Variable: NPM Volume 1, Nomor 2, September 2012
131
Achiruddin Siregar
tiap peningkatan Debt to Equity Ratio (X1) sebesar 1 satuan, maka akan meningkatkan laba bersih sebesar 0,078. Atau dengan kata lain setiap peningkatan laba bersih dibutuhkan variabel Debt to Equity Ratio (X1) sebesar 0,078 dengan asumsi variabel bebas yang lain yaitu Debt to Asset Ratio (X1) tetap.
Uji Hipotesis 1. Uji F (Simultan) Hipotesis H0 = Tidak terdapat pengaruh secara simultan antara DAR dan DER terhadap NPM. Ha = Terdapat pengaruh secara simultan antara DAR dan DER terhadap NPM.
ini dapat dilihat pada Tabel Coefficients Berdasarkan pada kesimpulan penarikan hipotesis di atas, maka jawaban hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Hipotesis : DAR (X1) H0 = Tidak terdapat pengaruh DAR terhadap NPM Ha = Terdapat pengaruh DAR terhadap NPM thitung (-4,100) nilai tersebut dimutlakkan baru dibandingkan dengan ttabel. Sehingga, thitung (4,100) > ttabel(120:0,05) (1,658), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Atau Asymp Sig. (0,000) < α (0,05), maka H0 ditolak. Jadi koefisien regresi signifikan. Hipotesis : DER (X2) thitung (0,029) < ttabel(120:0,05) (1,658), maka H0 diterima dan Ha ditolak atau Asymp Sig. (0,773) > α (0,05), maka H0 diterima. Jadi koefisien regresi tidak signifikan.
Fhitung (12,154) > Ftabel (2:136,0,05) (3,07), maka H0 ditolak. Sehingga ada pengaruh secara simultan antara DAR dan DER terhadap NPM. Atau Asymp Sig. (0,000) < α (0,05), maka H0 ditolak. Sehingga ada pengaruh secara simultan antara DAR dan DER terhadap NPM.
Dari pengujian statistik secara parsial dan simultan dapat dijelaskan pengaruh struktur modal yang terdiri dari DAR dan DER terhadap aktivitas operasi yang di ukur dengan parameter perubahan NPM dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pengujian Hipotesis H1 Nilai signifikansi dari DAR berdasarkan uji t diperoleh 0,000. Nilai ini lebih kecil dari
2. Uji t (Parsial) Uji parsial bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual atau parsial terhadap variabel dependen. Hasil dari pengujian
Tabel 4 Uji F Statistik ANOVA(b) Sum of Squares
Model 1
Regression Residual Total
df
1880,101 10441,851 12321,951
Mean Square 2 135 137
940,050 77,347
F
Sig.
12,154
,000(a)
a Predictors: (Constant), DER, DAR b Dependent Variable: NPM Tabel 5 Uji t Statistik Coefficients(a) Unstandardized Coefficients
Model
B 1
(Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
t
Sig.
Beta
15,723
2,144
7,333
,000
DAR
-19,057
4,648
-,407
-4,100
,000
DER
,078
,270
,029
,290
,773
a Dependent Variable: NPM
132
Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Struktur Modal Terhadap Aktivitas Operasi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
signifikansi 0,05. Oleh karena itu hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial antara DAR terhadap NPM diterima. Hasil ini ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mira Elvianingsih yang menyatakan bahwa rasio DAR mempunyai pengaruh terhadap NPM. 2. Pengujian Hipotesis H2 Nilai signifikansi dari DER berdasarkan uji t diperoleh 0,773. Nilai ini lebih besar dari signifikansi 0,05. Oleh karena itu hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial antara DER terhadap NPM ditolak. Hal yang menyebabkan tidak terdapatnya pengaruh antara DER terhadap NPM adalah tidak selarasnya perbandingan antara angkaangka rasio DER dengan rasio NPM. Data dari rasio DER untuk sebagian besar sampel dalam penelitian ini telah memenuhi asumsi teori yang menjelaskan bahwa semakin tinggi DER, maka laba yang dihasilkan akan rendah. Akan tetapi pada beberapa perusahaan yang dijadikan sampel terjadi penyimpangan data, yaitu rata-rata rasio DER pada beberapa perusahaan tersebut relatif tinggi, tetapi laba yang diperoleh juga mengalami peningkatan. 3. Pengujian Hipotesis H3 Nilai signifikansi berdasarkan uji F diperoleh 0,000. Nilai ini lebih kecil dari signifikansi 0,05. Oleh karena itu, hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara simultan atau bersama-sama antara DAR dan DER terhadap NPM diterima. Nilai R Square diperoleh sebesar 0,153 yang berarti kontribusi variabel-variabel bebas yang diajukan dalam penelitian ini dapat menjelaskan
Volume 1, Nomor 2, September 2012
variabel terikat sebesar 15,3% dan sisanya sebesar 84,7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diuraikan dalam penelitian ini. KESIMPULAN 1. Berdasarkan atas analisis data dapat disimpulkan bahwa rasio struktur modal yang diproksikan dengan Debt to Asset Ratio (DAR) berpengaruh terhadap Net Profit Margin (NPM). Sedangkan Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap Net Profit Margin (NPM). Hal ini dilihat dari hasil uji-t dengan nilai signifikansi masing-masing variabel bebas yaitu: DAR (0,000) dan DER (0,773). Hasil uji F statistik dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 yang mengindikasikan bahwa DAR dan DER secara simultan (bersama-sama) berpengaruh terhadap NPM. 2. Dalam peneltian ini berdasarkan hasil dari analisis regresi, maka diperoleh persamaan Y = 15,723 – 19,057 DAR + 0,078 DER. Berdasarkan persamaan tersebut, diperoleh nilai beta (B) dari variabel bebas DAR memiliki berpengaruh negatif, yang menunjukkan bahwa semakin besar rasio DAR maka pertumbuhan laba akan semakin kecil. Sedangkan nilai beta (B) dari variabel bebas DER memiliki pengaruh positif. 3. Nilai R Square adalah sebesar 0,153 yang mengindikasikan bahwa aktivitas operasi yang diproksikan dengan NPM dapat dijelaskan oleh kedua variabel struktur modal yaitu DAR dan DER sebesar 15,3% dan selebihnya yaitu sebesar 84,7% dijelaskan oleh faktor lain.
133
Achiruddin Siregar
Referensi Bambang Riyanto. 1993. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta : Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada. Brigham, Eugene F., dan Joel F. Houston. 2001. Fundamental of Financial Management, Alih Bahasa herman Wibowo. Manajemen Keuangan Buku 2, Jakarta : Erlangga. Eko Widodo. 2001. Rasio Keuangan untuk Mengukur Asosiasi Likuiditas, Struktur Modal dan Kualitas Aktiva, Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Imam Ghozali. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Keown, Arthur. J., et al. 2000. Basic Financing Management, Alih Bahasa, Chairul D. dan Dwi Sulisyorini, Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Buku 2, Jakarta : Salemba Empat. Murthada Sinuraya. 1998. Teori Manajemen Keuangan. Edisi Revisi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Purba, Parentahen. 2002. Studi Kelayakan dan Evaluasi Proyek Bisnis. Medan : USU Press Purnomo Yusgiantoro. 2004. Manajemen Keuangan Internasional. Jakarta : Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Said Kelana Asnawi. 2005. Riset Keuangan Pengujian-Pengujian Empiris. Penerbit PT. Gramedia Utama, Jakarta. Sartono, Agus R.. 1996. Manajemen Keuangan, Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat. Yogyakarta : BPFE. Sawir, Agnes. 2003. Analisis Kinerja dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka. Suad Husnan. 1996. Manajemen Keuangan : Teori dan Penerapan Keputusan Jangka Panjang. Edisi 1. Yogyakarta : BPFE Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Penerbit CV Alfabeta. Sundjaya, Ridwan. S., dan Barlian, Inge. 2002. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Baru. Cetakan Keempat, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Supramono dan Intyas Utami. 2004. Desain Proposal Akuntansi dan Keuangan. Yogyakarta : Penerbit Andi. Sutrisno. 2000. Manajemen Keuangan, Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta : Ekonosia. Weston, J. Fred dan Brigham Eugene F. 1983. Manajemen Keuangan, Alih Bahasa oleh Djoerban Wahid dan Roechyat Kosasih. Jakarta : Erlangga. Wild, Jhon J.,et. al. 2005. Anlisis Laporan Keuangan. Salemba Empat. Jakarta. Yayasan Mitra Dana Bapepam. Indonesia Capital Market Directory, Jakarta. http ://www.idx.co.id http ://www.bei.co.id
134
Jurnal Visioner & Strategis
Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pasien Jaminan Kesehatan Aceh
Jurnal Visioner & Strategis
Volume 1, Nomor 2, September 2012 ISSN: 2338-2864 p. 135-145
Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pasien Jaminan Kesehatan Aceh
This research aim analyse influence between service quality to satisfaction of patien’ Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) in the Lhokseumawe city. By using primer data collecting with questionnaire to 100 respondent. Sample taking using convenience- non probability sampling From the regression analysis, all of the quality dimention or variable have significant with 5 percent level of convidence. For the F-test showing F-statistic > F- table (19.289 > 2,311), hence nol hypotesis accepted and we are reject altenatif hypotesis.
Busra
Dosen pada Politeknik Negeri, Lhokseumawe
Keywords: Service quality, service dimention
Volume 1, Nomor 2, September 2012
135
Busra
PENDAHULUAN Pelayanan yang baik serta prima menjadi harapan semua masyarakat Pelayanan yang baik saat ini bukan hanya dituntut oleh masyarakat pada lambaga swasta akan tetapi juga pada lembaga pemerintah, lembaga pemerintah merupakan lembaga publik yang harus memberikan pelayan yang baik kepada masyarakat sebagai bentuk tanggung jawab. Setiap pimpinan instansi pemerintah selalu dituntuk untuk meningkatkan kualitas pelayanan instansi yang dipimpinnya terutama instansi yang terkait langsung dengan pelayanan publik seperti rumah sakit dan pusatpusat kesehatan. Rumah sakit, seperti Rumah Sakit Cut Mutia Aceh Utara dan Rumah Sakit Kesrem Lhokseumawe merupakan lembaga milik pemerintah yang berkewajiban memberikan pelayanan publik. Bentuk pelayanan yang diberikan berupa pengobatan dan perawatan, baik berupa rawat jalan maupun rawat inap. Proses pelayanan yang diberikan dimulai dari tahapan registrasi sampai pasien mendapat pegobatan dan penyembuhan. Bentuk dan tatacara pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit disesuaikan dengan jenis pasien yang berobat. Dewasa ini, jenis pasien yang berobat ke setiap rumah sakit pada umumnya dikategorikan pasien dengan kartu jaminan Askes, Askeskin, Askes sosial, pasien umum. Khusus untuk di provinsi Aceh, sejak tahun 2010 Pemerintah Aceh telah menjalankan program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA), program ini merupakan salah satu program asuransi kesehatan yang pendanaannya ditanggung oleh Pemerintah Aceh melalui APBA dan peserta program ini adalah seluruh masyarakat Aceh. Pengukuran kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh instansi pemerintah sebagai lembaga yang memberikan pelayanan publik, diatur dalam keputusan menpan No. 25/ KEP/M. PAN/2/2004 tentang pedoman umum penyusunan indek kepuasan masyarakat unit pelayanan instansi pemerintah. Dalam keputusan ini, untuk mengukur kepuasan pelayanan kepada masyarakat dapat dinilai dalam 14 indikator yang meliputi, prosudur pelayanan, persyaratan 136
pelayanan, kejelasan pegawai yang memberikan pelayanan, kedisiplinan pegawai, tanggung jawab pegawai dalam memberikan pelayanan, kemampuan pegawai dalam memberikan pelayanan, kecepatan pelayanan, keadilan dalam memdapatkan pelayanan, kesopanan dan keramahan pegawai yang memberikan pelayanan, kewajaran biaya pelayanan, kepastian biaya dan jadwal pelayanan dan kenyamanan lingkungan pelayanan serta keamanan pelayanan. Sebagai salah satu bentuk sarana pelayanan kesehatan yang bergerak di bidang jasa maka rumah sakit perlu memperhatikan kualitas jasa yang dijadikan indikator oleh pasien baik pasien yang secara langsung membayar maupun pasien yang mendapat jaminan asuransi. Dengan adanya penilaian tersebut rumah sakit baik rumah sakit pemerintah maupun swasata diharapkan dapat semakin baik dalam memberikan pelayanan kepada pasien, kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien akan memberikan persepsi pasien terhadap pelayanan yang telah diberikan kepada pasien. Tidak jarang ditemukan terdapat perbedaan antara pelayanan oleh rumah sakit yang diberikan dengan harapan pasien, untuk mengetahui perbedaan ini maka perlu dilakukan evaluasi dari sudut pandang pasien terhadap kualitas pelayanan rumah sakit. Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, saat ini melayani pasien baik pasien dengan biaya sendiri maupun pasien dengan jaminan kesehatan, khusus untuk provinsi Aceh sejak tahun 2010, rumah sakit yang ada di Aceh, disamping melayani pasien dengan asuransi kesehatan yang secara umum ada di seluruh Indonesia, juga melayani pasien dengan asuransi Jaminan Kesehatan Aceh (JKA). Jaminan Kesehatan Aceh merupakan suatu subsistem pendanaan kesehatan perorangan yang menggunakan prinsip-prinsip asuransi kesehatan sosial yang berlaku bagi seluruh masyarakat Aceh (Qanun No 12). Jaminan Kesehatan Aceh merupakan suatu system jaminan kesehatan yang terintegrasi dengan system jaminan kesehatan secara nasional, yang bertujuan untuk memberikan pelayanan dan menjamin kesehatan bagi seluruh masyarakat Aceh. Jamianan Kesehatan Aceh yang secara Jurnal Visioner & Strategis
Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pasien Jaminan Kesehatan Aceh
resmi berlaku di Aceh sejak April 2010, dalam prakteknya berkerja sama dengan PT Askes, dan mengunakan rumah sakit, baik rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta yang dipilih serta unit-unit pelayanan kesehatan masyarakat sebagai penyelenggara pelayanan dibidang kesehatan. Khusus untuk daerah Lhokseumawe, rumah sakit yang mendapat kepercayaan untuk memberikan pelayanan kesehatan Jaminan Kesehatan Aceh adalah Rumah Sakit Daerah Cut Meutia dan Rumah Sakit Kesrem Sejak bergulirnya Jaminan Kesehatan Aceh tahun 2010, Pemerintah Aceh mengalokasikan dana sebanyak Rp. 420 milyar setiap tahun, yang diperuntukan untuk melayani 3,8 juta dari 4,3 penduduk Aceh yang belum mendapatkan jaminan kesehatan (www.acehprov.go.id. 2010). Dilihat dari efektivitas berlakunya Jaminan Kesehatan Aceh, dapat dikatakan program jaminan kesehatan ini masih tergolong baru, akan tetapi program ini telah dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat Aceh, sehingga beberapa rumah sakit terjadi peningkatan jumlah pasien dalam jumlah yang cukup besar. Jumlah pasien yang cukup banyak tersebut, membuat pasien yang akan berobat dirumah sakit harus menunggu dalam waktu yang relatif lebih lama untuk dapat dilayani oleh rumah sakit. Disamping itu sebagai program yang masih baru, Jaminan Kesehatan Aceh, belum dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang jelas, sehingga menyulitkan rumah sakit dalam melayani pasien. (www. acehprov.go.id 2010). Jaminan Kesehatan Aceh, meskipun sebagai jaminan kesehatan yang berlaku untuk tingkat lokal (Provinsi Aceh), tetapi tetap menggunakan prinsip-prinsip asuransi secara umum. Pasien dalam menggunakan Jaminan Kesehatan Aceh juga diberikan hak untuk mendapatkan pelayanan secara maksimal. Pasien yang berobat dengan menggunakan Jaminan Kesehatan Aceh, apabila tidak mampu dilayani dirumah-rumah sakit yang ada di daerah, dikarenakan keterbatasan sarana kesehatan maupun dokter, maka pasien berhak untuk dirujuk kerumah sakit diluar Aceh yang memiliki sarana kesehatan yang dibutuhkan, selama rumah sakit tersebut memiliki kerjasama Volume 1, Nomor 2, September 2012
dengan PT. Askes sebagai asuransi pelaksana Jaminan Kesehatan Aceh. Hal ini merupakan suatu bentuk tanggung jawab untuk memberikan pelayanan baik yang diberikan oleh pemerintah maupun oleh rumah sakit, yang nantinya diharapkan akan memberikan kepuasan kepada pasien. Disamping itu, sering juga dilaporkan bahwa ada beberapa rumah sakit yang meminta pembayaran atas beberapa jasa yang diberikan dan obat yang digunakan.(Serambi Indonesia, 13 januari 2011). Jaminan Kesehatan Aceh yang baru digulirkan sejak april 2010, dapat diakatakan masih sebagai program yang relatif baru, namum program ini sudah dapat dirasakan oleh sebahagian besar masyarakat Aceh, terutama masyarakat miskin. Dalam prakteknya Jaminan Kesehatan Aceh bekerja sama dengan beberapa rumah sakit baik yang ada di Aceh maupun diluar Aceh, yang memiliki kerja sama dengan PT Askes. Ini bertujuan untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Oleh karena itu berdasarkan latarbelakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti: Apakah kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan pasien Jaminan Kesehatan Aceh di Kota Lhokaseumawe. TINJAUAN TEORITIS Pelayanan oleh banyak literatur seringkali diidentikkan dengan jasa, berbagai definisi diberikan untuk menjelaskan jasa tersebut. Kotler (2004) menjelaskan tentang pengertian jasa, adalah suatu perbuatan dimana seseorang atau sekelompok orang menawarkan sesuatu kepada orang lain sesuatu yang pada dasarnya tidak berwujud dan produksinya berkaitan atau tidak berkaitan dengan fisik produk. Dari definisi Kotler tersebut dapat disimpulkan jasa merupakan sesuatu yang tidak berwujud, tidak dapat diraba, namun dapat dinikmati. Selanjutnya Kotler (2000) menyatakan bahwa jasa dan pelayanan memiliki karakteristik: intangible, yaitu jasa adalah sesuatu yang tidak berwujud, tidak dapat dilihat dan tidak dapat dirasakan, inseparability, yaitu jasa tidak dapat dipisahkan, dan dihasilkan dan dikonsumsi pada 137
Busra
saat yang bersamaan, tidak dapat didistribusikan terlebih dahulu baru kemudian dikonsumsi seperti halnya barang fisik, variability, yaitu jasa pada dasarnya sangat mudah berubah-ubah, sangat tergantung siapa yang menyajikan dan dimana disajikan Jasa yang dikonsumsi dapat disediakan secara individu atau kelompok, dalam kaitan dengan kelompok, maka jasa atau pelayanan sering dipersamakan dengan pelayanan publik. Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan sesuai dengan peundang-undangan, (Qanun no. 12). Pelayanan publik dapat diartikan sebagai kegiatan penyediaan barang dan jasa oleh penyedia pelayanan atau jasa yang untuk memenuhi kebutuhan publik. Apabila pelayanan publik dikaitkan dengan keadilan maka dapat dibagi kedalam tiga bagian 1. Pelayanan yang sama bagi semua, misalnya pelayan pendidikan yang diwajibkan bagi usia wajib belajar. 2. Pelanyanan yang sama secara proporsional bagi semua, yaitu distribusi pelayanan yang didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang berhubungan dengan kebutuhan, misalnya pelayanan kesehatan bagi semua masyarakat. 3. Pelayanan yang tidak sama bagi setiap individu karena disesuaikan dengan perbedaan yang relevan, perbedaan tersebut kemungkinan karena pelayanan disesuaikan dengan kemampuan menbayar dari penerima pelayanan dan penyediaan layanan disesuaikan dengan objek yang dilayani. Mutu atau kualitas pelayanan dipersepsikan secara berbeda oleh banyak orang, dan persepsi yang dibangun masing-masing sangat tergantung pada konteknya. Juran dalam Yamit, (1996) menyatakan bahwa kualitas sebagai kesesuaian terhadap spesifikasi, jika dilihat dari sudut pandang produsen, sedangkan secara objektif kualitas adalah suatu standar khusus dimana kemampuan (ability), kinerja (performance), kehandalan (reliability) dan kemudahan pemeliharaan (maintainability) serta karakteristiknya dapat diukur. 138
Sementara itu, Goetcsh dalam (Yamit, 2005), mendefinisikan kualitas dengan lebih luas yaitu suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau bahkan melebihi harapan. Pendekatan ini bukan hanya menekankan pada aspek hasil akhir, tetapi juga mempertimbangkan proses dalam mencapai kualitas tersebut, sangat sulit mencapai hasil yang berkualitas kalau prosesnya tidak berkualitas. Demikian juga dalam definisi yang disampaikan Gaspersz (2002) mendefinisikan kualitas merupakan totalitas dari karakteristik suatu produk dan jasa, yang menunjang untuk memenuhi kebutuhan yang dipersyaratkan. Kualitas seringkali didefinisikan segala segala sesuatu yang dapat memuaskan pelanggan, ataupun kesesuaian antara yang ditawarkan dengan persyaratan yang dibutuhkan oleh pengguna barang. Secara lebih spesifik, dalam bidang jasa kualitas lebih menekankan pada proses dibandingkan hasil akhir, karena konsumen terlibat langsung dan lebih intens dengan proses penciptaan jasa tersebut. Sedangkan pada barang, pendefinisian kualitas lebih ditekankan pada hasil, karena konsumen tidak terlibat langsung dengan proses dimana barang tersebut dihasilkan. Dalam mendifinisikan kualitas, Dimensi kualitas harus dibedakan antara dimensi kualitas barang dan kualitas jasa, Purnama (2006) menyatakan manajer harus membedakan antara kualitas barang (good) dan layanan (service), karena keduanya memiliki banyak perbedaan. produk layanan berbeda produk dalam bentuk barang. Perbedaan tersebut memiliki beberapa implikasi penting dalam manajemen kualitas. Tjiptono (2005), menyatakan kualitas pelayanan adalah sebagai penilaian ataupun sikap global yang berkenaan dengan superioritas suatu pelayanan. Definisi dari Tjiptono didasarkan pada tiga landasan konseptial utama, yaitu: pertama, kualitas pelayanan lebih sukar dievaluasi daripada kualitas barang, kedua, persepsi terhadap kualiatas pelayanan merupakan hasil dari persepsi dan perbandingan konsumen antara pelayanan yang diterima dengan harapan akan Jurnal Visioner & Strategis
Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pasien Jaminan Kesehatan Aceh
pelayanan, ketiga, evaluasi kualitas tidak hanya dilakukan atas hasil jasa, tetapi juga menyangkut evaluasi terhadap proses penyampaian layanan. Dalam mendefinikan kualitas pelayanan jasa, pengguna lebih berorientasi kepada hasil, kualitas jasa selalu di definisikan dengan membandingkan antara kenyataan yang diterima dengan harapan yang diinginkan oleh konsumen tersebut. Kinerja nyata yang dirasakan oleh konsumen akan sangat menentukan baik buruknya persepsi seorang konsumen terhadap pelayanan yang diberikan. Hal ini jika dikaitkan dengan pendapat Assauri (2003) bahwa pelangan akan menilai kualitas pelayanan yang diterima dari suatu perusahaan tertentu setelah konsumen menerima layanan atau jasa itu sendiri dari perusahaan tertentu. Mereka menilai mutu atas layanan yang diterima berdasarkan harapan mereka atas layanan tersebut. Kualitas pelayanan, sebagaimana telah didefinisikan oleh beberapa ahli sebelumnya merupakan seperangkat keyakinan dan penilaian atas sikap dan persepsi konsumen terhadap layanan yang diterima. Oleh karena itu maka pengukuran kualitas pelayanan identik dengan pengukuran persepsi konsumen terhadap kualitas layanan dalam menerima layanan yang diberikan. Pengukuran kualitas layanan dapat dilakukan dengan seperangkat pertanyaan yang digunakan untuk mengukur persepsi pelanggan atas kualitas layanan. Parasuraman dalam Tjiptono (2005) menyatakan kualitas layanan meliputi lima dimensi: 1. Reability (kehandalan), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan. 2. Responsiveness (daya tanggap), yaitu kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. 3. Assurance (jaminan), yaitu kamampuan, kesopanan dan sikap yang dipercaya yang dimiliki olah para staf, bebas dari bahaya dan resiko dan keragu-raguan 4. Emphaty, yaitu kemudahan dalam berhubungan dengan pelanggan, mudah dalam melakukan komunikasi, memiliki perhatian secara Volume 1, Nomor 2, September 2012
khusus dan memahami kebutuhan pelanggan. 5. Tangible, menyangkut dengan fasilitas fisik yang dimiliki, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi. Pendapat Tjiptono sejalan dengan pendapat Ziethaml, Berry dalam (Yamit, 2005), yang mengidentifikasi lima dimensi karakteristik yang digunakan oleh para pelanggan dalam mengevaluasi kualitas layanan. Kelima dimensi karakteristik kualitas pelayanan tersebut adalah 1. Reaility (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan sesuai yang dijanjikan. 2. Assurance (Jaminan) yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat yang dapat dipercaya dimiliki para staf, bebas dari resiko ataupun keragu-raguan. 3. Responsiveness (daya tanggap) yaitu keinginan para staf untuk merespon para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. 4. Emphaty, yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik dan penuh perhatian terhadap kebutuhan pelanggan. 5. Tangible yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi. Masalah kepuasan sangat terkait dengan individu yang sifatnya sangat subjektif. Kepuasan sangatlah samar untuk bisa dijelaskan secara tepat, Kepuasan sangat sulit diukur dengan tepat, jikapun dipaksakan untuk diukur dengan tepat, tetap saja mengandung unsur-unsur yang bersifat subjektif. Kotler (2001) menyatakan bahwa ”kepuasan pelanggan adalah perasaan pelanggan setelah membeli dan mengkonsumsi apa yang dibeli”. Kepuasan pelanggan adalah unpan balik dari pengharapanya dan kualitas produk yang dirasakan. Dalam buku yang lain, Kotler (2004), menyatakan ”kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul muncul setelah membandingkan kinerja yang dipikirkan terhadap kinerja yang dihasilkan. Jika kinerja berada dibawah harapan maka konsumen tidak puas dan sebaliknya”. 139
Busra
Diperlukan cara atau metode yang tepat untuk dapat menjelaskan kualitas pelayanan dengan tepat maka setiap perusahaan perlu memikirkan dan menerapkan metode pengukuran kepuasan pelanggan, Kotler (2001), mengidentifikasi metode untuk mengukur kepuasan pelanggan yaitu: 1. Complaint and suggestion system (sistem keluhan dan saran), setiap organisasi perlu memberikan kesempatan kepada setiap pelanggan untuk menyampaikan keluhan, saran dan pendapatnya. Informasi yang diperoleh dari pelanggan dapat dijadikan sebagai informasi yang berguna bagi perusahaan, sehingga memungkinkan perusahan untuk bergerak lebih cepat dan lebih tanggap dalam menangani setiap keluhan dari pelanggan. Akan tetapi karena metode ini bersifat pasif maka sulit untuk menentukan secara tepat kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan. 2. Costumer satisfaction survey, yaitu survey yang dilakukan untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan. Umumnya penelitian untuk mengetahui kepuasan pelanggan menggunakan survey model ini. Melalui survey perusahaan akan memperoleh unpan balik yang tepat mengenai tanggapan pelanggan. 3. Gost shopping, metode ini dilakukan dengan cara memperkerjakan beberapa orang yang seolah-olah bertindak sebagai pembeli potensial bagi perusahaan pesaing, kemudian mereka melaporkan teman-temannya mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman meraka dalam membeli dan mengkonsumsi produkproduk tersebut.
Kualitas layanan
Faktor sosial
Kualitas produk (barang dan jasa)
Kepuasan pelanggan
harga
Faktor pribadi
Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat menentukan bagi keberhasilan pelayanan. Hal ini berarti dengan didapatkannya kepuasan oleh konsumen maka tujuan pelayanan itu sudah tercapai. Semua indikator keberhasi sebuah instansi baik pemerintah maupun swasta. Suhartono (2001) mengatakan bahwa konsumen yang puas terhadap barang dan jasa yang dikonsumsikannya akan mempunyai kecendrungan untuk membeli ulang dari produsen yang sama. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang akan mendorong komunikasi dari mulut ke mulut yang bersifat positif (world od mouth). Informasi yang disampai dari mulut ke mulut merupakan sarana promosi yang paling baik dalam membentuk citra terhadap pelayanan. Usaha yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kepuasan pelanggan adalah memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan yang meliputi realibility, assurence, emphaty, responsiveness dan tangeble. Hubungan antara kualitas layanan dan kepuasan pelayanan dapat dilihat pada Gambar 1 Kepuasan pelanggan ditentukan oleh banyak faktor, bukan hanya ditentukan oleh kualitas pelayanan semata, tetapi juga ditentukan oleh harga, kualitas barang dan jasa, faktor pribadi dan faktor sosial. Dalam hal ini, prilaku konsumen sangat erat kaitannya dengan kepuasan pelanggan, dan kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas layanan. Hipotesis merupakan kesimpulan sementara yang masih membutuhkan pembuktian tentang kebenarannya, berdasarkan rumusan masalah
Nilai berprilaku
Gambar 1. Model hubungan antara kualitas layanan dan kepuasan serta niat berprilaku Sumber: Suhartono (2001)
140
Jurnal Visioner & Strategis
Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pasien Jaminan Kesehatan Aceh
diatas maka dapat dirumuskan hipotesis alternatif untuk penelitian ini adalah Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara dimensi kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien Jaminan Kesehatan Aceh di Lhokseumawe, Ha: Ada pengaruh yang signifikan antara dimensi kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien Jaminan Kesehatan Aceh di Lhokseumawe
• Dimensi Assurance( Assu), yaitu mencakup pengetahuan, kemempuan, dan sifat dapat dipercaya yang dimilki oleh pegawai, bebas dari resiko dan keragu-raguan • Dimensi Emphaty (Emph) yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian, dan memahami kebutuhan pasien. • Dimensi Tangible (Tangb) yaitu meliputi fasilitas fisik, peralatan, dan sarana lainnya.
METODE PENELITIAN Populasi adalah seluruh pasien pengguna Jaminan Kesehatan Aceh. Jika populasi sangat besar maka perlu dilakukan pengambilan sampel (sampling). Keterwakilan populasi dalam sampel adalah sangat penting. Bila ukuran sampel terlalu besar maka model menjadi sangat sensitif sehingga sulit untuk mendapatkan goodness of fit yang baik. Oleh karena itu Sudman dalam (Ma’ruf 2005), menyarankan riset untuk penelitian tentang sikap biasanya jumlah minimum responden adalah 100 responden. Dalam penelitian ini akan mengikuti pendapat diatas dimana responden yang akan diambil sebanyak 100 responden. Penarikan sampel sejumlah tersebut dilakukan dengan cara cara convenience- random sampling, dimana responden yang dijadikan sample adalah responden yang paling mudah dijumpai tampa mentukan kategori terlebih dahulu. yang didasarkan pada alasan bahwa masyarakat yang dijadikan responden adalah masyarakat yang sudah pernah menggunakan Jaminan Kesehatan Aceh Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepuasan Pasien (Satisfaction) yaitu perasaan menyenangkan dan tidak menyenangkan, puas dan tidak puas yang ada dalam diri pasien setelah mendapatkan pelayanan. Variable bebas dalam penelitian ini adalah • Dimensi Reliability (Rel), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segara, akurat dan memuaskan • Dimensi Responsiveness (Resp) yaitu kemampuan memberikan pelayanan dengan tanggap Volume 1, Nomor 2, September 2012
Pengukuran kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien menggunakan tehnik skala likert dengan menggunakan lima tingkatan skor sebagai berikut (Sekaran, 2006). a. Sangat setuju diberi skor 5. b. Setuju diberi skor 4. c. Kurang setuju diberi skor 3. d. Tidak setuju diberi skor 2. e. Sangat tidak setuju diberi skor 1. Metode Analisis Data. a. Analisis Deskriptif., Metode analisis diskriptif merupakan metode yang digunakan dengan mengadakan pengumpulan data dan menganalisa data yang diperoleh sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti. b. Analisis Statistik. Yaitu Analisis Regresi Linier Berganda. Analisis ini digunakan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Model yang digunakan adalah: Satisfaction = a + b1Rel + b2 Resp + b3 Assu + b4 Emph + b5 Tangb + e Dimana : Satisfaction = tingkat kepuasan pasien a = konstanta Rel = Reliability Resp = Responsiveness Assu = Assurance Emph = emphaty Tangb = tangible. b1, b2, b3, b4, b5 = koefisien regresi e = standar error 141
Busra
Sebelum data tersebut dianalisis model regresi perlu dilakukan uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji multikolenieritas, dan uji heteroskedastisitas. Model yang telah memenuhi syarat asumsi klasik akan diuji dengan menggunakan uji sebagai berikut 1. Uji goodness of fit atau determinan (R2). Uji ini digunakan untuk melihat pengaruh variable bebas terhadap variable terikat. Jika determinan (R2) semakin besar maka variable bebas semakin kuat pengarunya terhadap variable terikat, sementara jika determinan (R2) semakin kecil maka pengaruh variable bebas semakin kecil 2. Uji F. pengujian ini digunakan untuk melihat apakah variable bebas (Rel, Resp, Assu, Amph, Tangb) secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap variable terikat (satisfaction). Pengambilan keputusan dengan membandingkan Fhitung dengan nilai Ftabel. Bila Fhitung > Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa secara bersama saam variable bebas memiliki pengaruh terhadap variable terikat . Model hipotesis yang digunakan adalah Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0 artinya variabel bebas (Rel, Resp, Assu, Amph, Tangb) secara bersama-sama tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap (Satisfaction). Ho: b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 artinya variable bebas secara bersama – sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap (Satisfaction). Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: Ho diterima bila Fhitung < Ftabel pada α = 5 % Ho ditolak jika Fhitung > Ftabel pada α = 5 % 3. Uji parsial (Uji - t). Uji –t digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Jika probabilitas variabel bebas lebih besar dari kesalahannya (α) maka variabel bebas tidak berpengaruh dan sebaliknya. Model pengujiannya adalah sebagai berikut: Ho: b1 = 0 maka variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh terhadap Kepuasan (Satisfaction) Ho : b1 ≠ 0 maka variabel bebas seacara par142
sial berpengaruh terhadap epuasan (Satisfaction). Nilai akan dibandingkan dengan nilai dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: Ho diteriama jika Thitung < Ttabel , pada α = 5% Ho ditolak jika Thitung > Ttabel , pada α = 5% HASIL PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengujian instrument diperoleh hasil r – tabel sebesar 0,238 (df = 28; = 5% pada semua pertanyaan. Sehingga semua dinyatakan valid. Demikian juga dengan hasil pengujian reliabilitas diperoleh koefisien alpha cronbach lebih besar dari 0,23 pada semua dimensi sehingga dinyatakan reliabel. Dengan dinyatakan valid dan reliabel, maka kuesioner dalam penelitian ini layak digunakan untuk menguji data penelitian. Pengujian Validitas diperoleh nilainya dari hasil perhitungan product moment pada tiap ítem pertanyaan dalam dimensi kualitas pelayanan. Nilai yang diperoleh berkisar antara 0,43 – 0,92, Dari nilai tersebut secara keseluruhan lebih besar dari 0,23, sehingga dinyatakan valid Analisis Regresi Gambaran tentang kualitas pelayanan dapat dikatakan sesuatu yang unik, dimana kualitas pelayanan merupakan gambaran tentang sikap sesorang terhadap objek yang berasal dari rangsangan yang ditimbulkan dari faktor-faktor yang mempengaruhi rangsangan tersebut. Dalam penelitian ini diteliti terhadap lima faktor yang merupakan faktor yang dapat menjelaskan tentang kualitas pelayanan, yang merupakan juga faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen atau pasien. Dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana faktor pelayanan tersebut akan mempengaruhi tingkat kepuasan pasien Jaminan Kesehatan Aceh. Penelitian ini menggunakan analisis regresi untuk menjelaskan pengaruh antara tingkat pelayanan terhadap kepuasan pasien. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis regresi diperoleh hasil sebagai berikut seperti ditunjukan oleh Tabel 1. Jurnal Visioner & Strategis
Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pasien Jaminan Kesehatan Aceh
Berdasarkan hasil regresi seperti nilai tertera pada Tabel 1, dapat diperoleh persamaan regresi adalah sebagai berikut: Y = -20,177 + 1,042X1 + 2,025X2 + 1,314X3 + 1,257X4 + 1,721X5 + ε Dilihat dari nilai R-Squared, dengan besaran R-squared nya 0. 601 maka dapat dikatakan bahwa 60 persen seluruh variabel dapat menjelaskan dengan baik kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien Jaminan Kesehatan Aceh. Sisanya 40 persen tingkat kepuasan pasien Jaminan Kesehatan Aceh dijelaskan oleh faktor diluar variabel yang dianalisis. Hasil estimasi persamaan regresi di atas dapat dinterpretaikan sebagai berikut: Dimensi Realibility memberikan pengaruh yang positif terhadap kepuasan pasien Jaminan Kesehatan Aceh yaitu sebesar 1,042, nilai tersebut menunjuk-kan bahwa jika kualitas pelayanan dari dimensi realibility meningkat sebesar 1 poin maka kepuasan pasien Jaminan Kesehatan Aceh akan meningkat sebesar 1,042 poin. Jika dilihat dari nilai t- hitung, maka dimensi realibility memiliki pengaruh yang signifikan dalam mempengaruhi kepuasan pasien, terlihat dari besarnya nilai t – hitung dimensi realibility sebasar 3,745 lebih besar dari nilai t- tabel yaitu 1,986 pada derajat kepercayaan sebesar 5 persen atau α = 5%. Dimensi Responsiveness juga memberikan pengaruh yang positif terhadap kepuasan
pasien Jaminan Kesehatan Aceh yaitu sebesar 2,025, nilai tersebut menunjukan bahwa jika kualitas pelayanan dari dimensi responsiveness meningkat sebesar 1 poin maka kepuasan pasien Jaminan Kesehatan Aceh akan meningkat sebesar 2,025 poin. Sama halnya dengan dimensi realibility, dengan melihat nilai t- hitung, maka dimensi responsiveness memiliki pengaruh yang signifikan dalam mempengaruhi kepuasan pasien, terlihat dari besarnya nilai t – hitung dimensi realibility sebasar 3,005 lebih besar dari nilai t- tabel yaitu 1,986 pada derajat kepercayaan sebesar 5 persen atau α = 5%. Nilai t – hitung berada di daerah penerimaan sehingga dapat disimpilkan Ha diterima atau memiliki pengaruh signifikan secara parsial. Dimensi Assurance juga memberikan pengaruh yang positif terhadap kepuasan pasien Jaminan Kesehatan Aceh yaitu sebesar 1,314, nilai tersebut menunjukan bahwa jika kualitas pelayanan dari dimensi Assurance meningkat sebesar 1 poin maka kepuasan pasien Jaminan Kesehatan Aceh akan meningkat sebesar 2,559 poin. Dimensi Assurance memiliki pengaruh yang signifikan dalam mempengaruhi kepuasan pasien, terlihat dari besarnya nilai t – hitung dimensi realibility sebasar 2,559 lebih besar dari nilai t- tabel yaitu 1,986 pada derajat kepercayaan sebesar 5 persen atau α = 5%. Dimensi Emphaty juga memberikan hasil yang sama dengan variabel sebelumnya, dimensi emphaty juga berpengaruh positif terhadap kepuasan pasien Jaminan Kesehatan Aceh yaitu
Tabel 1 Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien Jaminan Kesehatan Aceh dikota Lhokseumawe Variabel Konstanta Realibility (Rell) Responsibility (Resp) Assurance (Assu) Emphaty (Emph) Tangible (Tang) R- Squared Adjusted R- Squared F- Statistik Prob (F- Statistik) Durbin-watson Stats
Nilai variabel -20. 177 1,042 2.025 1.314 1.257 1.721 0.601 0.39 19. 298 0.000 0.106
Nilai Statistik -10.247 3,745 3.005 2.559 2.302 2.260
Nilai t- tabel 1,986 1,986 1,986 1,986 1,986 1,986
Probabilitas (t-statistik) 0.216 0,011 0.046 0.013 0.063 0,014
Sumber : SPSS (diolah) Volume 1, Nomor 2, September 2012
143
Busra
Tabel 2 Uji Anova Model Regression Residual Total
Sum of Squares
df
131,419 151,691 283,112
5 94 99
Mean Square 93.919 9.151
F
Sig
19,298
.000
Sumber : Output SPSS (diolah)
sebesar 1,257 nilai tersebut menunjukan bahwa jika kualitas pelayanan dari dimensi emphaty meningkat sebesar 1 point maka kepuasan pasien Jaminan Kesehatan Aceh akan meningkat sebesar 1,257 poin. Dimensi emphaty memiliki pengaruh yang signifikan dalam mempengaruhi kepuasan pasien, terlihat dari besarnya nilai t – hitung dimensi emphaty sebasar 2,302 lebih besar dari nilai t- tabel yaitu 1,986 pada derajat kepercayaan sebesar 5 persen atau α = 5%. Dimensi Tangible juga memberikan hasil yang sama dengan variabel sebelumnya, dimensi tangible juga berpengaruh positif terhadap kepuasan pasien Jaminan Kesehatan Aceh yaitu sebesar 1,721 nilai tersebut menunjukan bahwa jika kualitas pelayanan dari dimensi emphaty meningkat sebesar 1 poin, maka kepuasan pasien Jaminan Kesehatan Aceh akan meningkat sebesar 2,260 poin. Dimensi tangible memiliki pengaruh yang signifikan dalam mempengaruhi kepuasan pasien, terlihat dari besarnya nilai t – hitung dimensi tangible sebasar 2,260 lebih besar dari nilai t- tabel yaitu 1,986 pada derajat kepercayaan sebesar 5 persen atau α = 5%. Uji Pengaruh Secara Simultan Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas yaitu (X1) yaitu Realibility, (X2) yaitu Responsiveness, (X3) yaitu Assurance, (X4) yaitu Emphaty dan (X5) yaitu Tangible, secara bersama-sama berpengaruh terhadap kepuasan pasien Jaminan Kesehatan Aceh. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh Fhitung sebesar 19.298, karena nilai Fhitung > Ftabel (19.298 > 2,311). Maka konsekuensinya adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian terbukti bahwa ada
144
pengaruh yang signifikan dari Realibility (X1), Responsiveness (X2), Assurance (X3), Emphaty (X4), dan Tangible (X5) terhadap kepuasan pasien Jaminan Kesehatan Aceh dikota Lhokseumawe. Untuk melihat apakah variabel kualitas pelayanan Realibility (X1), Responsiveness (X2), Assurance (X3), Emphaty (X4), dan Tangible (X5) memiliki pengaruh yang signifikan juga dapat dilihat dari nilai probabilitas, nilai probabilitas sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, hal ini menunjukan pengaruh yang signifikan KESIMPULAN Dari hasil pembahasan sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier, dari lima variabel yang dianalisis yaitu Realibility (X1), Responsiveness (X2), Assurance (X3), Emphaty (X4), dan Tangible (X5). kesemua variabel memiliki pengaruh yang signifikan pada level kebebasan 5%. 2. Hasil Uji t-statistik ditemukan bahwa semua variabel yaitu Realibility (X1), Responsiveness (X2), Assurance (X3), Emphaty (X4), dan Tangible (X5) secara parsial berpengaruh dalam menentukan tingkat kepuasan pasien Jaminan Kesehatan Aceh (JKA), dengan demikian maka hipotesa nol diterima (Ho) dan menolak Ha. 3. Seluruh varaibel secara bersama sama memiliki pengaruh dalam menentukan kepuasan pasien Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) di kota Lhokseumawe, ini ditunjukan oleh nilai F- hitung sebesar 19,298, karena nilai F-hitung > F- tabel (19.298> 2,311). Konsekuensinya adalah Ho ditolak dan Ha diterima.
Jurnal Visioner & Strategis
Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pasien Jaminan Kesehatan Aceh
Referensi Assouri, Sofyan. 2003. Costumer service yang Baik Landasan Pencapain Costumer Satisfaction, Manajemen Usahawan Indonesia, No. 01/TH.XXXII. Januari, Jakarta. Gasperzs, Vincent, 2002. Manajemen Kualitas Dalam Industri Jasa, Gramedia, Jakarta, Keptusan Menteri Pendayagunaa Aparatur Negara, NO. 25KEP/ M. PAN/2/2004 Tentang Pedoman Umum Penyusunan Indek Kepusan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. Kotler, Phillip, 2000, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Salemba Empat, Jakarta. ………………, 2001, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Edisi ke 8, Jilid 2, Salemba Empat, Jakarta. ………………, 2004, Manajemen Pemasaran: Edisi ke 8, Jilid 2, Salemba Empat, Jakarta. Ma’ruf, Jasman, 2005. Riset Prilaku Konsumen, Niat Membeli Melalui Internet, Magister Manajemen Unsyiah, Banda Aceh Purnama, Nursya,bani, 2006. Yogyakarta.
Manajemen Kualitas Persfektif Global, Ed 1. Ekonisia, FE UII,
Qanun Aceh No 12 tahun 2008. Susunan Orgainisasi dan Tatakerja Badan Pelayanan Perizinan TerpaduProvinsi NAD. Serambi Indonesia, Koran Harian, Banda Aceh Sekaran, Uma, 2006, Research Methods For Bussiness: Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Edisi 4, Buku 2, terjemahan: Kwak Men Yon, Salemba Empat, Jakarta Suhartono, Dwi, 2001, Kepuasan Pelanggan: Pengaruhnya Terhadap Prilaku Konsumen Industri Perhotelan , manajemen Usahawan Indonesia, No. 07/TH. XXX Juli. Yakarta. Tjiptono, Fandi, 2005, Manajemen Pemasaran Jasa, Bayu Media. Malang. Yamit, Zulian, 1996. Manajemen Produksi dan Operasi, Ed 1. Ekonisia, FE UII. Yokyakarta ......................, 2005. Manajemen Kualitas Produksi Jasa, Ekonisia, FE UII. Yokyakarta www.acehprov.go.id. Jaminan Kesehatan Aceh, Tanggung Jawab Pemerintah Untuk Rakyat.
Volume 1, Nomor 2, September 2012
145
Busra
146
Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap Kepuasan Pasien yang MenggunakanJurnal JKA ... Visioner & Strategis Volume 1, Nomor 2, September 2012 ISSN: 2338-2864 p. 147-158
Pengaruh Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap Kepuasan Pasien yang Menggunakan Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin Banda Aceh
This study aims to examine and analyze the influence of the quality of health services to the satisfaction levels of impatiens who use the JKA facilities at RSUZA. The research was conducted using primary data. Data were analyzed with descriptive and quantitative approach through the presentation and preparation of data into the table. This study uses multiple regression model and calculation of Likert Scale. The results of this study indicate that there are only two variables that influence JKA patients satisfaction in the RSUZA that physician services and nursing services (the medical). This is shown by test t where t count is greater than t table. While the support services (facilities/ infrastructure) and administrative services not partially effected to the satisfaction of JKA patients in RSUZA. Therefore, the hospital must make improvements care to JKA patients, good service medical personnel (doctors and nurses), support services, facilities and infrastructure, as well as administrative services in order to create good health care. The Government of Aceh will be able Following JKA program for the creation of health care access to all the people of Aceh.
Fikriah
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Agustami Phonna
Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Keywords : Health insurance, JKA, health care quality, health care programs
Volume 1, Nomor 2, September 2012
147
Fikriah & Agustami Phonna
Latar Belakang Program jaminan sosial (social security program) sebenarnya merupakan amanah konstitusi UUD 1945 sebagai penganut konsep negara kesejahteraan (walfarestate). Dalam amandemen UUD 1945 Pasal 28 H Ayat 1 berbunyi: setiap penduduk berhak atas pelayanan kesehatan. Sementara pada Pasal 34 ayat 3 berbunyi: negara bertanggung jawab atas penyedian fasilitas kesehatan yang layak (Afrianty, 2010). Propinsi Aceh yang merupakan salah satu propinsi di Indonesia telah menetapkan sebuah kebijakan baru di bidang kesehatan yaitu program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA). Pemerintah Aceh di bawah pimpinan Irwandi Yusuf selaku Gubernur Aceh memberlakukan sistem kesehatan yang menjamin seluruh warga Aceh memperoleh pelayanan kesehatan tanpa pengecualian. Program yang bernama Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) merupakan wujud komitmen pemerintah Aceh dalam rangka pencapaian RPJM yang telah ditetapkan sebelumnya. JKA menawarkan fasilitas pengobatan gratis yang dikelola PT Askes selaku pihak ketiga sebagaiman MoU antara Pemerintah Aceh dengan Askes pada tanggal 1 Juni 2010. JKA diharapkan menjadi salah satu solusi dalamm pemenuhan kebijakan di bidang kesehatan di Aceh. Dari segi proses pelayanan JKA, pasien cukup menunjukkan KTP Aceh dan Kartu Keluarga (KK) di puskesmas maupun rumah sakit. JKA juga tidak membatasi jenis penyakit yang diderita oleh pasien. Pada tahun 2010, JKA memperoleh dana dari APBA sekitar Rp 241
milyar untuk jangka waktu enam bulan. Dana tersebut digunakan untuk membiayai jaminan kesehatan bagi sekitar 3,8 juta warga Aceh (Abdul, 2010) Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah pasien yang berobat di RSUZA pada bulan Oktober sebanyak 22.394 pasien. Kunjungan pasien terbanyak terjadi pada minggu pertama yaitu sebanyak 5.867 pasien. Jumlah pasien pada bulan Oktober yang berobat dengan program asuransi JKA mencapai 40,48 persen, sedangkan Jamkesmas 21,98 persen, Askes 25,52 persen dan umum 12,02 persen. Tinjauan Teoritis Sebagian besar ahli memberi pengertian kebijakan publik dalam kaitannya dengan keputusan atau ketetapan pemerintah untuk melakukan suatu tindakan yang dianggap akan membawa dampak baik bagi kehidupan warganya. Bahkan, dalam pengertian yang lebih luas, kebijakan publik sering diartikan sebagai ‘apa saja yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan’. Seperti kata Bridgman dan Davis (2004:3), seringkali, kebijakan publik tidak lebih dari pengertian mengenai ‘whatever government choose to do or not to do.’ Pengaturan Pendanaan Daerah tercantum dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah. Berdasarkan UU tersebut diketahui dasar-dasar pendanaan pemerintah daerah, yaitu:
Tabel 1 Jumlah Pasien di Rumah Sakit Umum Dr. Zaenal Abidin (Oktober 2010) Minggu I II III IV V Jumlah (Pasien) Persentase
Rumah Sakit Umum Dr. Zaenal Abidin JKA 2392 2161 1479 2084 948 9064 40,48
Jamkesmas 1123 997 1238 976 588 4922 21,98
Askes 1754 1354 1213 924 471 5716 25,52
Umum 588 696 512 659 237 2692 12,02
Jumlah 5.857 5.208 4.442 4.643 2.244 22.394 100
Sumber: RSU Dr. Zaenal Abidin
148
Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap Kepuasan Pasien yang Menggunakan JKA ...
1. Penyelenggaraan urusan Pemerintahan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi didanai APBD. 2. Penyelenggaraan urusan Pemerintah yang dilaksanakan oleh gubernur dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi didanai APBN. 3. Penyelenggaraan urusan Pemerintah yang dilaksanakan oleh gubernur dalam rangka Tugas Pembantuan didanai APBN. 4. Pelimpahan kewenangan dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi dan/atau penugasan dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan 5. dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah diikuti dengan pemberian dana. Sumber-sumber penerimaan daerah juga dicantumkan dalam UU tersebut yaitu: 1. Penerimaan Daerah dalam pelaksanaan Desentralisasi terdiri atas Pendapatan Daerah dan Pembiayaan. 2. (Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari: a. Pendapatan Asli Daerah; b. Dana Perimbangan; dan c. Lain-lain Pendapatan. 3. Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari: a. sisa lebih perhitungan anggaran Daerah; b. penerimaan Pinjaman Daerah; c. Dana Cadangan Daerah; dan d. hasil penjualan kekayaan Daerah yang dipisahkan. Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan (Widodo, 2001:269). Kondisi masyarakat saat ini telah terjadi suatu perkembangan yang sangat dinamis, tingkat kehidupan masyarakat semakin baik, hal ini merupakan indikasi dari ”empowering” yang dialami masyarakat .Menurut Widodo (2001:273) pihak pelayan publik dalam memberikan layanan publik setidaknya harus : 1. Mengetahui kebutuhan apa yang dilayani 2. Menerapkan persyaratan manajemen untuk Volume 1, Nomor 2, September 2012
mendukung penampilan (kinerja) 3. Memantau dan mengukur kinerja. Menurut Widodo (2001:273) sebagai perwujudan dari apa yang harus dilperhatikan dan dilakukan oleh pelayan publik agar kualitas layanan menjadi baik maka dalam memberikan layanan publik seharusnya: 1. Mudah dalam pengurusan bagi yang berkepentingan (prosedurnya sederhana 2. Mendapat pelayanan yang wajar 3. Mendapat pelayanan yang sama tanpa pilih kasih 4. Mendapat perlakuan jujur dan terus terang (transparan) Anoop (1999:21) mengingatkan kepada pemerintah bahwa “public services are services that are demanded by the public not what the government thinks…”. Pernyataan ini dilandasi suatu pemikiran bahwa kekuasaan dan wewenang yang dimiliki pemerintah bersumber dari rakyat, sehingga maju atau mundurnya, kuat atau lemahnya suatu pemerintahan ditentukan oleh rakyat, maka pemerintah mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan yang baik kepada rakyat. Pelayanan kesehatan yang baik menurut Azwar ( 1996:38-39) harus memenuhi syaratsyarat pokok sebagai berikut: a. Tersedia dan berkesinambungan, artinya jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan. b. Dapat diterima dan wajar, artinya tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat. c. Mudah dicapai, untuk mewujudkan pelayanan yang baik, pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting, sehingga tidak terjadi konsentrasi sarana kesehatan yang tidak merata. d. Mudah dijangkau, artinya harus diupayakan biaya pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. e. Berkualitas, yaitu yang menunjuk pada 149
Fikriah & Agustami Phonna
tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang di satu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan pihak lain tata cara penyelenggaraanya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan. Kualitas jasa menurut Parasuraman dkk, (dalam Tjiptono, 1996: 70) ditentukan dalam lima dimensi pokok, yaitu: a. Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana kamunikasi. b. Keandalan (reliability), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan. c. Daya tangkap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. d. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat yang dapat dipercaya, bebas dari bahaya, resiko, atau keragu – raguan. e. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan. Kotler (dalam Supranto, 2006 : 231), menjelaskan lima determinan kualitas jasa adalah sebagai berikut: a. Keandalan (reliability), yaitu kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya. b. Ketanggapan (responsiveness), yaitu kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat atau ketanggapan. c. Keyakinan (confidence), yaitu mencakup pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan atau “assurance’. d. Empati (emphaty), yaitu syarat untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi pelanggan. e. Berwujud (tangible), yaitu penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil, dan media komunikasi. 150
Kepuasan Masyarakat Berdasarkan Kepmen PAN no. 25 Tahun 2004 Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : KEP / 25 / M. PAN/2/ 2004 tanggal 24 Februari 2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah yang menjelaskan bahwa : a. pelayanan kepada masyarakat oleh aparatur pemerintah perlu terus ditingkatkan, sehingga mencapai kualitas yang diharapkan; b. untuk mengetahui kinerja pelayanan aparatur pemerintah kepada masyarakat, perlu dilakukan penilaian atas pendapat masyarakat terhadap pelayanan, melalui penyusunan indeks kepuasan masyarakat; c. berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS), salah satu kegiatan dalam upaya meningkatkan pelayanan publik adalah menyusun Indeks Kepuasan Masyarakat sebagai tolok ukur terhadap optimalisasi kinerja pelayanan publik oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat. d. untuk maksud tersebut pada huruf a, b dan c perlu ditetapkan Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat unit pelayanan Instansi Pemerintah dengan K e p u t u s a n Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. Pedoman Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat dimaksudkan sebagai acuan bagi Unit Pelayanan instansi pemerintah dalam menyusun indeks kepuasan masyarakat, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kinerja unit pelayanan secara berkala sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan dalam rangka peningkatan – kualitas pelayanan publik selanjutnya. Bagi masyarakat, Indeks Kepuasan Masyarakat dapat digunakan sebagai gambaran tentang kinerja pelayanan unit yang bersangkutan. Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri PAN Nomor : 63/KEP/M.PAN/7/2003, yang kemudian dikembangkan menjadi 14 unsur yang ”relevan”, ”valid” dan ”reliabel”, sebagai unsur minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks kepuasan masyarakat adalah sebagai berikut : 1) Prosedur pelayanan, 2) Persyaratan pelayanan, Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap Kepuasan Pasien yang Menggunakan JKA ...
3) Kejelasan petugas pelayanan, 4) Kedisiplinan petugas pelayanan, 5) Tanggung jawab petugas pelayanan, 6) Kemampuan petugas pelayanan, 7) Kecepatan pelayanan, 8) Keadilan mendapatkan pelayanan, 9) Kesopanan dan keramahan petugas, 10) kewajaran biaya pelayanan, 11) Kepastian biaya pelayanan, 12) Kepastian jadwal pelayanan, 13) Kenyamanan lingkungan, 14) Keamanan Pelayanan. Program Kesehatan Aceh Strategi Pembangunan Kesehatan Aceh 20072012 yang tertuang dalam Lampiran I Peraturan Gubernur Aceh Nomor : 26 Tahun 2010 Tanggal 1 Mei 2010 adalah sebagai berikut: 1. Terwujudnya pelayanan kesehatan minimal bagi masyarakat. 2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan melalui perencanaan yang tepat, penempatan tenaga kesehatan dan peningkatan kapasitas yang sesuai untuk mendukung pembangunan sistem kesehatan daerah. 3. Peningkatan jangkauan, pemerataan, efisiensi dan mutu pelayanan kesehatan. 4. Meningkatkan pencegahan dan pengendalian penyakit serta kesehatan lingkungan termasuk penanggulangan bencana. 5. Memperkuat mekanisme rujukan dengan memanfaatkan rumah sakit dengan pelayanan unggulan. 6. Meningkatkan pendidikan kesehatan masyarakat melalui promosi kesehatan dan mengembangkan sistem informasi kesehatan berbasis data teknologi. 7. Melakukan penelitian terhadap kebijakan dan masalah kesehatan. 8. Mengembangkan pola Badan Layanan Umum (BLU) di rumah sakit provinsi dan kabupaten/ kota. 9. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama lintas sektor, masyarakat, termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat Lokal, Nasional dan Internasional di setiap upaya pembangunan kesehatan melalui advokasi. 10. Pengembangan fasilitas pendidikan kesehatan dan kedokteran. 11. Pemberian Jaminan Kesehatan kepada Masyarakat Miskin diseluruh Aceh (JKA) dalam Volume 1, Nomor 2, September 2012
bentuk pengobatan gratis diseluruh rumah sakit yang ada di Aceh. Pemerintah Aceh mengembangkan Program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) yang mulai dilaksanakan pada1 Juni 2010. Tujuan umum JKA untuk menjamin kesehatan bagi seluruh penduduk Aceh yang berkeadilan, tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, jenis kelamin dan usia dalam rangka meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan (Dinas Kesehatan Aceh, 2010:2). Tujuan khusus penyelanggaraan JKA adalah: a. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkeadilan dan merata bagi seluruh penduduk Aceh. b. Menjamin akses pelayanan bagi seluruh penduduk dengan mencegah terjadinya beban biaya kesehatan yang melebihi kemampuan bayar penduduk. c. Menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas dari pelayanan kesehatan primer/ tingkat pertama sampai pelayanan rujukan yang memuaskan rakyat, tenaga kesehatan, dan Pemerintah Aceh. d. Mewujudkan reformasi sistem pembiayaan dan pelayanan kesehatan di Aceh secara bertahap. Penelitian sebelumnya yang berjudul Releven Pembangunan Kesehatan Daerah terhadap Kebijakan Kesehatan Nasional di Era Otonomi Daerah, Saefullah menyimpulkan bahwa tingginya relevansi Health Policies di beberapa pemerintah daerah /kota tidak signifikan dengan adanya disparitas derajat kesehatan di propinsi Jawa Barat maupun tingkat nasional tahun 2010. Slamet melakukan penelitian yang berjudul Studi Tentang Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Konsumen di Rumah Sakit Islam Manisrenggo Klaten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel kualitas pelayanan memiliki pengaruh yang signifikan untuk kepuasan konsumen. Kesimpulan dari hasil di atas adalah kualitas pelayanan kesehatan, kualitas pelayanan paramedis, dan medis mendukung kualitas pelayanan mempunyai pengaruh positif yang signifikan untuk kepuasan konsumen di Rumah 151
Fikriah & Agustami Phonna
Sakit Islam, di Manisrenggo Klaten. Mahendra melakukan penelitian yang berjudul Analisis Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Kinerja Perawat Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Mutiara Hati Di Gading Rejo. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa adanya beberapa variabel yang di rasakan masih tidak mampu memenuhi harapan pasien rawat inap sehingga menimbulkan ketidakpuasan pasien rawat inap, antara lain adalah kecepattanggapan perawat dalam menyelesaikan keluhan pasien, sikap perawat yang sopan dan ramah serta jijik kepada pada pasien, dan kemampuan perawat untuk membuat pasien dapat beristirahat dengan nyaman. Kerangka Pemikiran Program JKA Kualitas Pelayanan Kesehatan • Pelayanan dokter (medis) • Pelayanan perawat (paramedis) • Pelayanan Sarana penunjang rumah sakit • Pelayanan Administrasi • • • • •
Keandalan (reliability) Ketanggapan (responsineness) Keyakinan (confidence) Empati (emphaty) Berwujud (tangible) Kepuasan Pasien
Program JKA merupakan fasilitas layanan kesehatan masyarakat dimana Pemerintah Aceh memberi kemudahan pengobatan gratis di RSU Banda Aceh. Pasien yang berobat tentunya menginginkan kualitas pelayanan yang baik sehingga nantinya dapat memberi kepuasan bagi pasien yang tercermin dalam kualitas pelayanan kesehatan berupa; pelayanan dokter, pelayanan perawat, pelayanan sarana penunjang RS, pelayanan administrasi. Kesemuanya diukur secara objektif dalam hal kendalanya, ketanggapannya, keyakinan yang diberikan, adanya empati, dan tersedia segala fasilitas 152
yang mencukupi. Pengukuran dilakukan dengan memberi skor pada jawban tertinggi dan terendah. Hasil tabulasi data dianalisis dengan model linear berganda yang nantinya dapat diketahui besaran hubungan, keakuratan hubungan, dan lainnya setelah dilakukan pengujian-pengujian yang tepat dan dapat menjawab hipotesis penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah diduga Pelayanan dokter (medis), Pelayanan perawat (paramedis), Pelayanan Sarana penunjang rumah sakit, Pelayanan Administrasi mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan dan kepuasan pasien JKA. METODE PENELITIAN Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat 1. Variabel bebas (X), kualitas pelayanan rawat inap kamar/sal terdiri dari subvariabel sebagai berikut: a. Pelayanan medis (dokter) (X1) b. Pelayanan paramedis (perawat) (X2) c. Pelayanan penunjang rumah sakit (X3) d. Pelayanan administrasi rumah sakit (penerimaan pasien, informasi dan administrasi keuangan ) (X4) Setiap subvariabel ini akan diukur dengan lima indikator yaitu : a. Keandalan (reliability). b. Ketanggapan (responsineness). c. Keyakinan (confidence). d. Empati (emphaty). e. Berwujud (tangible). 2. Variabel tidak bebas (Y), kepuasan pasien JKA yang mendapat pelayanan rawat inap kamar/sal. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah pasien yang berobat dengan menggunakan fasilitas JKA yang diambil dari data penelitian pendahuluan bulan Oktober 2010 selama 5 minggu yang diperoleh pada data rekam medis RSUZA. Jumlah pasien rawat inap menggunakan kamar/sal adalah: Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap Kepuasan Pasien yang Menggunakan JKA ...
Tabel 2 Jumlah Pasien Rawat Inap JKA di RSUZA Minggu
Rumah Sakit Umum Dr. Zaenal Abidin JKA
I II III IV V Jumlah Rata-rata
267 229 193 179 68 936 187
Target populasi adalah jumlah pasien rawat inap dalam satu bulan yaitu 936. Jumlah pasien yang diinginkan menjadi sampel dengan menggunakan rumus Solvin secara stratified adalah sebagai berikut:
N S= (N . d2 )+ 1 936 S= [936 . (0,10)2 ] + 1 S = 90,34 dibulatkan menjadi 90 sampel
Dimana : N = jumlah populasi (diambil jumlah rata-rata perminggu) S = jumlah sampel d = sampling error = 0,1 1 = faktor koreksi Pasien yang akan menjadi sampel dengan ketentuan telah menjalankan perawatan di RSUZA minimal 1x24jam. Kemudian yang menjadi target sampel adalah siapa saja dengan kriteria yang telah ditentukan dalam masa penelitian, sedangkan pemilihan sampel dilakukan secara confinience sampling sejumlah 90 orang. Definisi Operasional 1. Pelayanan medis (dokter) adalah dokter mengunjungi pasiennya setiap pagi, tanggap, ramah, sopan, penuh perhatian pada pasien dan selalu berpakaian rapi. 2. Pelayanan paramedis (perawat) adalah perawat berada selalu berada di tempat, sepat tanggap pada pasien, ramah, sopan, dan empati dalam melayani pasien.
Volume 1, Nomor 2, September 2012
3. Pelayanan sarana penunjang rumah sakit adalah tersedianya semua sarana prasarana yang menunjang kegiatann tindak medis. 4. Pelayanan administrasi rumah sakit, penerimaan pasien, informasi dan administrasi keuangan.. 5. Kepuasan pasien adalah gambaran utuh tingkat kualitas pelayanan rumah sakit menurut penilaian pasien, berupa rasa puas, ingin berobat lagi, dan dapat menceritakan apa yang dialami pada orang lain. Metode Analisis Data Setelah data terkumpul, untuk kuesiener pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban: STP, TP, B, P, dan SP, diberi skoring dengan asumsi bahwa semakin puas penderita yang dirawat akan memberikan nilai lebih tinggi atau dengan kata lain semakin puas akan semakin besar nilainya, sehingga secara rinci skornya sebagai berikut : Untuk Dimensi Kualitas Pelayanan - Jika jawaban Sangat Tidak Puas (STP) maka skornya 1 - Jika jawaban Tidak Puas (TP) maka skornya 2 - Jika jawaban Biasa (B) maka skornya 3 - Jika jawaban Puas (P) maka skornya 4 - Jika jawaban Sangat Puas (SP) maka skornya 5 Hasil skor jawaban setiap pertanyaan dengan menggunakan skala likert (Sugiyono, 2000:86) ditabulasi, dijumlah dan dihitung rata kemudian seluruh skor dinilai dikali bobot masing-masing jawaban sesuai dengan perhitungan IKM sebagai berikut: 1. Hitung nilai indeks tertinggi untuk seluruh unsur yang masuk dalam perhitungan. Bobot tertinggi = Jumlah bobok : jumlah unsur 2. Untuk setiap unsur hitung nilai rata-rata Likert-nya. 3. Hitung nilai indeks unit pelayanan, yaitu: Sigma (nilai unsur x bobot) 4. Perhitungan IKM dilakukan dengan mengkali nilai indeks dengan nilai dasar (25).
153
Fikriah & Agustami Phonna
Interval konversi IKM menggunakan interval yang telah ditetapkan dalam Kepmenpan no. 25 Tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan, bagaimana pola hubungan (pattern of relation) antara Y dan X dan beberapa besar perubahan rata-rata Y dan X berubah satu satuan digunakan analisis regresi berganda, analisa koefisien korelasi, dan koefesien determinan. Untuk menjawab Hipotesis digunakan Persamaan Regresi linier berganda Yi = b0 + b1X1 + b2X2 + … + biXi + ei .....(Supranto, 2001:236) diformulasikan: Yi = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + ei Dimana: Y = kepuasan pasien X1 = Pelayanan dokter X2 = Pelayanan perawat X3 = Pelayanan sarana RS X4 = Pelayanan administrasi
b0 = Konstanta b1, b2, b3, b4= Koefisien regresi ei = error term HASIL PENELITIAN Sasaran JKA adalah penduduk Aceh yang mempunyai Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan atau yang tercantum dalam Kartu Keluarga Aceh (KK), dan belum memiliki jaminan kesehatan, kecuali peserta Jamkesmas melalui mekanisme integritas pembiayaan dalam JKA. Alokasi dana JKA 2010 dalam APBA sebesar Rp.241.965.073.000,- dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Aceh (DPA SKPA) Dinas Kesehatan Nomor 1.02.1.02.01.28.01.5.2. Tahun anggaran 2010, untuk jangka waktu 7 bulan terhitung sejak 1 Juni 2010 hingga tanggal 31 Desember 2010 (Dinas Kesehatan Aceh, 2011:1). Data ringkasan realisasi dan rogres JKA dapat diperhatikan pada Tabel 4.
Tabel 3 Interval IKM Nilai Interval Konversi IKM
Mutu Pelayanan
Kinerja Unit Pelayanan
25,00 - 43,75 43,76 - 62,50 62,51 - 81,25 81,26 - 100,00
D C B A
Tidak Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik
Tabel 4. Realisasi dan Progres Jaminan Kesehatan Aceh Tahun Anggaran 2010 No 1
2
Uraian Dana JKA T.A 2010 a. Realisasi b. Over Head I(Askes) c. Sisa (dikembalikan ke kas daerah) Dana Pelayanan Kesehatan
Jumlah (Rp) 241.965.073.050 209.338.477.562 12.098.253.650 32.626.595.488 85.537.382.000
a. Kapitasi untuk Puskesmas (RJTP) b. Pelayanan ANC, Persalinan, dan PNC c. Pelayanan RITL di RSUD kab/kota (Aceh) d. Fasilitas Obat dan Penunjang Medis
3
e. RITL dan RJTL di Medan f. RITL dan RJTL di RSU Jkt Belanja Tidak Langsung Validasi, entri data, cetak kartu
Keterangan
(Jiwa)
4.033.805 7.859 165.576 89.129 189.505 272 142
316 PKM di 23 kab/kota 25 RSUD 25 apotik; 13 optikal, dsb 7 RS 4 RS
5.619.928.122
Sumber: Laporan Pelaksanaan JKA (Dinkes, 2011)
154
Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap Kepuasan Pasien yang Menggunakan JKA ...
Untuk melihat pengaruh pelayanan dokter (medis), perawat (para medis), penunjang/sarana dan administrasi/informasi terhadap kepuasan pasien JKA di RSU ZA digunakan regresi linear berganda. Hasil regresi dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini. Berdasarkan hasil regresi tersebut maka model hasil penelitian yang menggambarkan pengaruh kualitas pelayanan dokter (X1), para medis (X2), pelayanan penunjang/sarana prasarana (X3), dan pelayanan administrasi (X4) terhadap kepuasan pasien (Yi) sebagai berikut: Yi = -0,054 + 0,066X1 + 0,057X2 + 0,006X3 + 0,041X4 Berdasarkan Tabel 4 diperoleh koefisienkoefisien yang dapat diinterpretasikan sebagai berikut : 1. Koefisien regresi untuk Pelayanan Dokter (β1) adalah 0,066, artinya apabila terjadi penambahan kualitas Pelayanan Dokter sebesar 1 poin maka akan menambah kepuasan pasien sebesar 6,6 persen, dengan menganggap variabel lain tetap (konstan). 2. Koefisien regresi untuk Pelayanan Tenaga Medis (β2) adalah 0,057, artinya apabila terjadi penambahan kualitas Pelayanan Tenaga Medis sebesar 1 poin maka akan menambah kepuasan pasien sebesar 5,7 persen, dengan menganggap variabel lain tetap (konstan). Uji lain dilakukan untuk menguji model yang terbentuk yaitu;
1. Uji Parsial (Uji t) Berdasarkan uji t dengan tingkat keyakinan 95 persen (α=0,05) bahwa hanya terdapat 2 variabel yang mempengaruhi kepuasan pasien JKA di RSU ZA secara parsial yaitu pelayanan dokter dan pelayanan perawat (para medis). Hal ini tunjukkan dengan uji t dimana t hitung lebih besar dari t tabel. Sedangkan pelayanan penunjang (sarana/prasarana) dan pelayanan administrasi tidak bepengaruh secara parsial terhadap kepuasan pasien JKA di RSU ZA. 2. Uji Simultan (Uji F) Untuk mengetahui apakah variabel pelayanan dokter, perawat, sarana penunjang, dan administrasi mempengaruhi secara bersamasama (simultan) terhadap kepuasan pasien JKA di RSU ZA maka dilakukan uji F. Hasil uji F menunjukkan F hitung (14,64) lebih besar dari F tabel (2,45) sehingga dapat dikatan bahwa pelayana dokter, perawat, pelayanan penunjang/ sarana dan administrasi mempengaruhi secara bersama-sama (simultan) terhadap kepuasan pasien JKA. 3. Uji Multikorelasi Untuk melihat apakah ada hubungan antar variabel independen (pelayanan dokter, perawat, penunjang/sarana, dan administrasi) maka perlu dilakukan uji multikorelasi. Nilai R2 yang relatif rendah yaitu hanya 0,408 dan terdapat variabel yang berpengaruh secara parsial sebanyak 2 buah maka dapat dinyatakan bahwa model yang terbentuk terbebas dari multikorelasi. Hasil tes terhadap dua buah variabel independen menunjukkan hasil tidak signifikan, oleh sebab itu dapat dikatakan terbebas dari multikorelasi.
Tabel 5 Hasil Regresi Unstandardized Coefficients
Model
B -0,054
Std. Error 0,389
Pelayanan Dokter
0,066
0,034
Pelayanan Tenaga Medis
0,057
0,029
Sarana Prasarana
0,006
Pelayanan Administrasi
0,041
Konstanta
R=0,639 Fhit=14,644
R2=0,408 ttabel = 1,664
Volume 1, Nomor 2, September 2012
Standardized Coefficients Beta
T
Sig.
-0,138
0,890
0,244
1,955
0,054
0,273
1,929
0,057
0,023
0,050
0,278
0,782
0,031
0,170
1,302
0,196
Adj R2=0,380 Ftabel = 2,45
DW= 1,963
155
Fikriah & Agustami Phonna
Kesimpulan
Saran
Kesimpulan setelah melakukan pembahasan dan pengujian terhadap data yang diperoleh selama penelitian adalah sebagai berikut: 1. Dari skor kualitas masing-masing pelayanan berdasarkan skala likert dan perhitungan kualitas pelayanan berdasarkan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) sesuai dengan KEPMEN PAN Nomor: KEP/25/M.PAN/2/2004, maka dapat disimpulkan kualitas pelayanan kesehatan di RSU ZA terhadap pasien yang menggunakan Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) adalah Baik. 2. Pelayanan dokter (medis) dan pelayanan perawat (para medis) berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap kepuasan pasien JKA di RSU ZA, sedangkan pelayanan sarana penunjang dan pelayanan administrasi/informasi tidak berpengaruh secara parsial terhadap kepuasan pasien. 3. Pelayanan dokter, pelayanan perawat, pelayanan penunjang/sarana dan pelayanan administrasi/informasi secara bersamaan (simultan) mempengaruhi secara signifikan terhadap kepuasan pasien JKA di RSU ZA Kota Banda Aceh.
Saran yang penulis berikan setelah melakukan kajian ini adalah: 1. Pihak rumah sakit harus melakukan perbaikan pelayanan terhadap pasien JKA baik pelayanan tenaga medis (dokter dan perawat), pelayana penunjang, sarana dan prasarana, serta pelayanan administrasi guna terciptanya pelayanan kesehatan yang baik. 2. Para pengguna fasilitas kesehatan (pasien) khususnya pengguna layanan JKA harus turut serta membantu pemerintah Kota Banda Aceh khususnya RSU ZA untuk menciptakan pelayanan kesehatan yang baik dengan cara mentaati peraturan yang telah dicipatakan demi kebaikan bersama. 3. Pemerinah Kota Banda Aceh dan Pemerintah Aceh diharapakan membantu kesuksesan dan kesinambungan program JKA karena sangat membantu masyarakat khsusunya masyarakat kurang mampu agar dapat mengakses fasilitas dan pelayanan kesehatan yang memadai. 4. Pemerintah Aceh diharapkan mampu melanjuti program JKA demi terciptanya akses layanan kesehatan ke seluruh rakyat Aceh,
156
Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap Kepuasan Pasien yang Menggunakan JKA ...
Referensi Abdul, Abdullah Muthaleb. 2010. JKA: cek kosong untuk rakyat. Afrianty, Fatimah. 2010. Menggagas Inovasi Lewat Jaminan Kesehatan Aceh. Anderson R, Joannna K, dkk. 1979. Equity in Health Service, Emperical Analysis in Social Policy. Mass Ballinger Publishing Campany, Cambrige. Anoop, Rana SJB. 1999. The Sky Limit Public Services: New Approach. Liberal Times, FNS. Azwar, Azrul, H. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta . Azwar, Azrul, H. III. 1996 . Pengantar Administrasi Kesehatan, Binarupa Aksara, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2006. Aceh Dalam Angka Tahun 2009. BPS NAD Barnes, James G. 2003. Secrets of Customer Relationship Management (Terjemahan Andreas Winardi), Andi,Yogyakarta:. Budiyanto, FX. 1991. Pelayanan Pelanggan yang Bermutu, Seni Melakukan Pelanggan Sebagai tamu. Binarupa Aksara, Jakarta Dedi. 2010. Gubernur Aceh Minta Bupati Perkuat Manajemen Rumah Sakit. korandigital.com Golberg, Alan. III. 1996, Hospital Departemen Profil. AHA, American Hospital Publishing Tuc, USA. Kaloh J. 2003. Kepala Daerah: Pola Kegiatan dan Kekuasaan dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, Gramedia Pustaka, Jakarta. Kotler, P.2003. Marketing Management. Prentice Hall, New Jersey Lampiran I Peraturan Gubernur Aceh Nomor : 26 Tahun 2010 Tanggal : 1 Mei 2010. Ringkasan Perubahan Rpjm Aceh 2007-2012. Kantor Gubernur Aceh. Banda Aceh. Dinas Kesehatan Aceh. 2010. Pedoman Pelaksanaan JKA. DINKES Aceh. Banda Aceh. ____________________. 2011. Laporan Pelaksanaan dan Progres JKA. DINKES Aceh. Banda Aceh. Mahendra, Suryo._. Analisis Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Kinerja Perawat D a l a m Memberikan Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Mutiara Hati Di Gading Rejo. Skripsi. ejournal.unud.ac.id Moenir, H.A.S . 1998 . Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Bumi Aksara, Jakarta..
Ndraha, Taliziduhu. I. 2003. Kybernology (Ilmu Pemerintahan). Rineka Cipta, Jakarta.
Riyanto, Supriyadi. 1994. Tantangan Industri Rumah Sakit Indonesia tahun 2020, Jurnal Kajian Administrasi Rumah Sakit, Universitas Indonesia, Jakarta Saefullah. __ . Releven Pembangunan Kesehatan Daerah terhadap Kebijakan Kesehatan Nasional di Era Otonomi Daerah. Makalah. Program Magister IKM Kedokteran UNPAD. Bandung. Senge, M. Peter. 1994. The Fifth Disciplin. New Jersey: Chatham House Publishing Sianipar, J.P.G . 1999. Manajemen Pelayanan Publik. LAN, Jakarta. Slamet, Azis Wiyono._. Studi Tentang Kualitas Pelayanan Dan Kepuasan Konsumen dl Rumah Sakit Islam Manisrenggo Klaten. Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Volume 1, Nomor 2, September 2012
157
Fikriah & Agustami Phonna
Sigiyono. 2000. Metode Penelitian Bisnis. CV Alfabeta. Bandung. Sumarwanto, Edi. 1994, Standar Perilaku sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan, Cermin Dunia Kedokteran No. 91, Jakarta Supranto, J, M.A. 2001. Statistik teori dan aplikasi. Edisi Ke Enam Relangga: Jakarta
158
Jurnal Visioner & Strategis
The Relation of Corporate Governance to Firm Performance and Management Compensation as Mediating Variable Jurnal Visioner & Strategis Volume 1, Nomor 2, September 2012 ISSN: 2338-2864 p. 159-169
The Relation of Corporate Governance to Firm Performance and Management Compensation as Mediating Variable
The objective of this research is to investigate influence of corporate governance to management compensation and subsequent firm performance. This study uses data from manufacture companies that listed in Jakarta Stock Exchange for the financial reporting in 2003 – 2005 periods. The sample consists of 198 observations over a three-year period for 66 publicly traded firms. The mechanism of corporate governance is to be proxy by managerial ownership and number of commissioner proportion board. Management compensation is measured using sum of remuneration that reported in audited financial reporting. Firm performance is to be proxy by return on assets (ROA) and return on equity (ROE) after compensation is awarded. The result was showed that managerial ownership and number of commissioner proportion board giving significant positive impact to management compensation. Even though, managerial ownership as one of mechanism of corporate governance has negative coefficient to management compensation. This study was find that corporate governance and management compensation was not impact to subsequent firm performance. This result was indicated that compensation did not designed optimally and corporate governance did not work effectively.
Endang Surasetyo Ningsih Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Wida Fadhlia
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Rahmawaty
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Keywords: Corporate governance, management compensation, subsequent firm performance
Volume 1, Nomor 2, September 2012
159
Endang Surasetyo Ningsih, Wida Fadhlia & Rahmawaty
BACKGROUND The Indonesian for Corporate Governance (IICG) together with SWA Magazine were leading a rate survey to companies applying good corporate governance (GCG) for corporate governance perception index 2005 (CGPI). Good corporate governance (GCG) application success in a company could not be separated from the stakeholders’ role, especially the primary ones such as the employees and managers. The stakeholders were motivated to work actively and cooperate with the company to increase the performance, job opportunity and the company continually. This closely related to the employees and managers and might created balanced value between the company owner and the stakeholders. The company would professionally give some kinds of compensation based on their performance and integrity. The torch participant number in the last 5 active years would create a question; if the good corporate governance (GCG) application in the company value creation had no relation with optimal compensation value? Indonesian monetary crisis directly affected in conviction and financial crisis in trading world. The financial crisis was once caused by the less transparency and accountability, and this made the information manipulation possibly done by a company. Later, this created a good arrangement concept known as good corporate governance (GCG) mechanism. The important matter often become a debate in corporate governance was the chosen compensation contract. The main point of the debate was the existence and function of the remuneration committee. According to the corporate governance and corporate ethics published by the BUMN State Ministry office in 1999, a duty of the remuneration committee function was to examine and recommend the remuneration system changes of the management, commissaries, and employees in order to show the relationship between the firm performance target achievement and accepted compensation rate. Later, the decrease of the torch participant number annually would also create a question, whether the decision to apply the corporate governance and optimal compensation were not 160
closely related to the company occupation in the following year? Eisenhardt (1989) stated three assumptions related to the agency theory as the based theory in the owner and management contract. They were: (1) human nature behavior generally put personal importance above the others’ (self interest); (2) man basically had limited imagination to the future perception (bounded rationality) and (3) man always avoided the risk over him though there were others to sacrifice (risk averse). Gibbon and Murphy (1992) showed that the optimal compensation contract was an incentive combination implicitly related to the compensation contract which was capable to motivate and give direction to the company manager to a maximal company occupation. Some people realized the importance of the application of the good corporate governance (GCG) principal convinced to be able to create conducive condition and firm base to perform the company operational right, efficient, and profitable; to increase and create balanced value between the shareholders and stakeholders. This study was attractive because of several reasons. First, Indonesian economic condition disturbed by a multidimensional crisis, made the good governance reading more become a benchmark in recovered and stability in the economic condition especially in corporation management. Second, the good corporate governance (GCG) pressuring was more aimed to protect the minority stockholders’ right and importance. In the other side, the good corporate governance (GCG) application success could not be separated from all company stakeholders’ role, so that the compensation to the achievement was needed to increase the conviction and also the company value and a value creation to the shareholders. Third, this study was a reaction to the surveyed year by year member decrease phenomenon. The research was aimed to investigate if there was a positive relationship in the good corporate governance (GCG) application to the management compensation. More over, this research wanted to investigate if there were a relationship between the good corporate governance (GCG) application and the management compensation to the next Jurnal Visioner & Strategis
The Relation of Corporate Governance to Firm Performance and Management Compensation as Mediating Variable
company occupation. THEORY EXAMINATION Agency theory and compensation contract Agency relationship perspective was a base used to view corporate governance. The main point of the agency relationship was the existence of the separation between the owned (in principal / investor side) and control (in agent / manager side). Investor had their expectation to earn return from their invested money. Therefore, a good contract between the investor and the management was a contract which was able to explain detail specifications should be performed by the manager in managing the investor’s fund, and specification related to the return distribution between the manager and the investor. Agency relationship was a contract between the principal and agent developed by Jensen and Meckling (1976); and Fama and Jensen (1983). Agency relationship was emphasized to overcome two main problems occasionally appear in the agency relationship. According to Eisenhardt (1989), the first problem was a problem appeared when: (a) the desire and purpose of the principal and agent were opposite and (b) it was a hard or expensive to the principal to verify the agent real tasks. The problem appears when the principal could not verify the agent real tasks precisely. The second problem was the risk sharing problem appeared when the principal and agent had different action preference caused by their different preference toward the risks. Shleiver and Vishny (1997) stated that the corporate governance concept based on the agency theory was expected to be functioned as the tools to solve all agency problems and also give the conviction to the investor that they would gain the appropriate return of the fund invested. Entity theory viewed the company as an entity apart from its owner and creditor. The relationship between the management and the company owner was a principal-agent relationship paradigm, in which the company owner as the principal gave the conviction to the management who gave its managerial service. Compensation was a human resource management strategy to create a job Volume 1, Nomor 2, September 2012
harmonious which had different importance for different person. Some took compensation as a return from the service given by the human resources gained as an organization, or a value addicted by the company to the human resource competence and ability, or, an appreciation given by the company to dedicated person (Simamora, 1995). Jensen and Meckling (1976) stated that compensation was a service value given by the owner to the management. Compensation contract showed the service response value given by the principal to the management. Formally, the compensation contract was a bundle between the manager and principal to perform some activities in the name of the principal, aimed to maximally the company value in order to increase the shareholders prosperity at the end. Therefore, the management compensation contract was designed to motivate the management to fulfill the job occupation determined previously by the principal. Corporate Governance and Compensation Among the mentioned factor to motivate the creation of the effective company management creation, the commissaries council (management structure) was a main factor affected the manager behavior in the company management. In a modern corporation, compensation policy was delegated to the commissaries council. When the compensation designed optimally, the compensation contract could be a motivation tools to maximally all stakeholders’ prosperity. Jensen (1993) stated that several problems appeared in the internal mechanism system (management structure) was started with the existence of the commissaries council possessing final responsibility in the company. The commissaries council possessed the authority to make rules to the manager in managing the company, employing, firing, and creating compensation policy and also giving some strategic advices. More number of commissaries would increase the service and control function because there were more skilful persons and more valuable advices in the company strategy and management. According to Kusumawati and 161
Endang Surasetyo Ningsih, Wida Fadhlia & Rahmawaty
Riyanto (2005), the relationship between the number of commissaries council member and the company value were supported by control and service function perspective given by the commissaries council. Consultation and advice given were valuable services to the management never been given by the market. Their research also found that the investor’s will to give more premiums was supported by the service and control given by the commissaries. Several researches showed that the council structure would be able to explain cross-sectional variation in management compensation. Hallock (1997) in his research on 500 companies in 1992 discovered that the council with interlocking relationship and council measurement had an effect to the higher management compensation. Core, Holthausen and Larcker (1999) observed the compensation rate to 205 companies and discovered that the council composition variable (council head variable was CEO, council number, council came from the internal company, council came from the external company, council with interlock relationship, council member with age above 69, and busy council) had positive and significant relationship to the company compensation level. Cyert, Kang, and Kumar (2002) in their research about compensation determinant in public companies in the beginning of 1990, stated that CEO or also the head of the council, and the number of the council, had positive relationship to the compensation. Grinstein and Hribar (2004) stated that CEO would affect the new council member election process, CEO was also the head of the council and the number of the council would significantly affect the compensation. Chhaochharia and Grinstein (2006) in their observation result found that the council structure was a significant determinant to the measure and structure of the CEO compensation. H1: there was a positive relationship between the number of the commissaries and management compensation. Different importance in a company was caused by different ownership characteristics, such as: (1) dispersed ownership. Gilberg and Idson 162
(1995), Husnan (2000) in Hastuti (2005) found that the company with more dispersed ownership gave more payment to the management compared to the company with concentrated ownership. In this type of company ownership we could find two categories of stockholders named controlling interest and minority interest (shareholders). (3) BUMN ownership. Core, Haolthausen and Larcker (1999) in their research found that management ownership structure had a substantive cross-sectional relationship to the management compensation. Empiric research led by Xu and Wang (1999) in Hastuti (2005) explained more the research result as followed: (1) There was significantly a positive relationship between the concentrated ownership and productivity as a proxy of the company occupation. (2) The concentrated ownership affection was stronger for companies dominated by legal person shareholders compared to those dominated by company. (3) The company profitability positively related to the stock ownership proxy by a legal person but negatively related to the stock ownership by the company. (4) Employee productivity tended to decrease when the stock ownership proportion by the company was increased. Stock ownership by legal person shareholders could monitor the management effectively through the supervision of the board of directors, the company employee election and the compensation award to the chief corporate officer. H2: there was a positive relationship between the ownership structure and management compensation. Corporate Governance, Compensation and Firm Performance The distinction definition of good corporate governance (GCG) did not affect the distinction of meaning and purpose. Forum for corporate governance in Indonesia (2001) used the definition of Cadbury Committees named: a set of rules arrange the relationship among the stockholders, company management (manager), creditor, government, employee, and other internal and external interest holder related to their rights and also responsibilities. In the other word, a system Jurnal Visioner & Strategis
The Relation of Corporate Governance to Firm Performance and Management Compensation as Mediating Variable
arranged and controlled the company. More details, the good corporate governance (GCG) terminology could be used in order to explain the role and behavior of the direction council, commissaries council, the company manager and the stockholders. Empirically, result of the observation of corporate governance applied in a company related to the company occupation was remained inconsistent. Several others researches showed that there were no relationship between the corporate governance and the company occupation, such as Daily and friends (1998) and CBI survey result, Deloitte and Touche (1996), as copied in Darmawati, Khomsiyah and Rahayu research (2004). McKinsey research, as copied by Lukuhay (2002) and Rafick (2002), had proved that investor in the advanced countries willing to give a quite high premium, nearly take the average of 28% to the company consistently applying the corporate governance principal. As an addition, evidences proved that the stocks of the companies enjoyed the market valuation among 10% to 12% were founded. Gompers and friends (2003) in their observation found a positive relationship between the corporate governance index and long-term company occupation. Darmawati and friends (2004) in their analysis showed that corporate governance would statistically and significantly affect the return on equity. This proved the hypothesis that corporate governance would affect the company internal occupation. Klapper and Love (2002) founded the positive relationship between the corporate governance and company occupation measured using the return in assets (ROA) and Tobin’s Q. Other important result gained from their observation was that the corporate governance application in the company level had more importance in the development countries that those in the advanced countries. This research would use the company specific internal mechanism as a proxy from good corporate governance named the ownership structure and management structure. Xu and Wang (1999) successfully proved that the ownership structure (mix and concentrated) significantly affect the Volume 1, Nomor 2, September 2012
company occupation. Demztz and Lehn (1985) in Hastuti (2005) discovered that there was no significant relationship between the concentrated ownership with accounting profit level for 511 largest companies in United States. Holderness and Sheehan (1988) analyzed 144 listed companies in NYSE with stocks ownership more than 50,1% and found that Tobin’s Q result was higher when the company was owned by majority stockholders. Tobin’s Q was significantly lower for companies with individual majority stockholders. McConnell and Servaes (1990) took samples of more that 1000 companies discovered that Tobin’s Q positively related to the stocks ownership proxy by individual investor. The commissaries council service and control function as corporate governance mechanism could be seen as a signal to the investor that the company had managed as its required (positive signal). Investors were expected to accept this signal and willingly paid higher premium for well-governed companies in Indonesia. Thus, the good corporate governance (GCG) application would relate positively with the company occupation in the investors’ view (Labelle, 2002 in Kusumawati and Riyanto, 2005). Executive manager skills and ability were closely related to the financial performance in an organization. Therefore, a good understanding was needed between the executive compensation level and monetary success measurement. The stockholders used the company compensation scheme as a tool to monitor and or to motivate the manager. Jensen and Murphy (1990) stated that the stockholders demanded the executive to act maximally the organization value to the owner and other stockholders in the company. The stockholders and other stakeholders needed to find out if the executive salary at present commonly related to the company occupation and if there was a possibility to motivate the executive to make some decisions in order to increase the organization value. Some researches showed significant relationship among the managerial compensation and the monetary occupation, the market occupation and the company measurement. Leonard (1990) tested the executive 163
Endang Surasetyo Ningsih, Wida Fadhlia & Rahmawaty
compensation and organization structure policy influence to the company occupation. The result showed that the companies with longterm incentive plan significantly enjoyed larger return of equity, compared to the companies without long-term incentive plan. Abowd (1990) tested the managerial compensation sensitively to the company occupation in a year positive relationship with the company occupation in the following year. The occupation measure based on the accounting resulted in a weak relationship while the occupation based on the economy and market created stronger support. Ely (1990) analyzed the relationship between the compensation and occupation of four major industries (utility, bank, oil and gas, and retail) and discovered that the CEO compensation to bank industry was directly related to the accountant variable. Shim, Lee and Corrigan (1999) observed the CEO compensation determiner in monetary institute by testing the relationship between the CEO compensation and occupation based on the accounting and based on the market. The result showed that the CEO compensation would significantly and positively related to the ROA with lower degree and related to the ROE and market-to-book assets. The company measurement showed a positive relationship with CEO compensation total and cash compensation (salary and bonus). Magnan and St-Onge (1997) tested how the relationship between the bank occupation and executive compensation tended to be related to the bank occupation in higher managerial policy context. H3: there was a positive relationship between the management compensation and corporate governance with the following company occupation. OBSERVATION METHOD The sample of the observation was taken from the population based on the purposive sampling. The ending numbers of the sample were 66 companies and 198 observations. The data used in this research was second data. The corporate governance data used was the data of the ownership structure and commissaries number 164
taken from monetary report gained from UGM modal market database. Firm Performance data was the market and monetary data gained from Indonesian Capital Market Directory 2003-2005. The company management compensation was the numeric data of commissaries and management stated in the annual report of the audit monetary report note 2003-2005. Variable and measurement Management compensation was a return of the service given by human resources for the organization, or value closely put by the company to the ability and human resources talent. Management compensation was measured by the level of remuneration achieved by the commissaries and management in a year of observation. The remuneration number listed covered total salary and bonus achieved. Corporate governance was a relationship, system and process pattern led by the company organs (management, commissaries council, RUPS) in order to give additional value to the stockholders as a long term period continuously, which also considering the other stakeholders importance based on the governmental rules and valid norms. Corporate governance was proxy using the ownership structure variable and the number of the commissaries. Firm Performance was a company ability sketch to produce its profit in the past and could be projected to the future to see the company ability to gain more in the present period, so that the investor might read the part of total profitability that could be allocated to the stockholders’ hands. In this research, the firm performance was measured using both the ROA (Net Profit / Total Assets) and ROE (Net Profit / Total Equity). The company assets composition was measured using the ratio between the constant assets to the total sales (Klapper and Love, 2002). The growth opportunity was proxy used IOS counted with MV/BV. Hartono (2005) stated that when the MV/BV value was above 1, the company would be classified prospected or developed, oppositely when the MV/BV value was less than or equal to 1, the company would be classified unprospected or undeveloped. The Jurnal Visioner & Strategis
The Relation of Corporate Governance to Firm Performance and Management Compensation as Mediating Variable
company measurement was measured from the natural log of the sales. Incentive was given to the management based on its capability in increasing the sales, which was the key to cost the company activities (Lewellen and Huntsman, 1970). DATA ANALYSIS Descriptive Statistic In order to gain a common sketch of the research data sample, we could see the research descriptive statistic as seen in table 2. Dependent variable in model 1 was management compensation in 2004 which showed approximately 9.4372 with standard deviation of 0.55370. Management ownership had approximately 47.1855 with standard deviation of 19.79762. The commissaries number had approximately 3.9394 with standard deviation of 1.58725. Dependent variable in model 2 was the company occupation in 2005 measured using ROA and ROE with average 0.5462 and 0.9874 with standard deviation of 0.59378 and 0.64947. 2004 Management Compensation independent Variable, the number of commissaries and management ownership in 2004 had average 9.4372, 3.82 and 46.7400 with standard deviation of 0.55370, 1.424 and 19.9516. Hypothesis 1 and 2 Test Result showed number R square of 0.491, meant that 49.1% total compensation in 2004 could be explained by the number of commissaries, management ownership, company measure, growth opportunity, assets composition, and company occupation measured by ROA and ROE in 2003, meanwhile the rest would be explained by other factors outside the research model. F-stat value of 8.001 with signification level of 0.000 which was less than 0.05 indicated that regression model totally explained the significant compensation in 2004. The commissaries number had coefficient of 0.178 and positive signal 0.000 less than 0.05 meant that greater number of commissaries council meant greater number of management compensation. This meant that based on the sample of the research, the commissaries number variable positively and significantly affected the Volume 1, Nomor 2, September 2012
management compensation. Therefore, the first hypothesis stated that the commissaries number positively affected the management compensation was failed to be rejected. Managerial ownership which had coefficient of 0.001 and negative sign with significantly 0.825 above the average 0.05 meant that the management ownership based on the research sample was not a variable which was able to decide the management compensation. Therefore, the second hypothesis stated that there was a positive relationship between the managerial ownership and management compensation was failed to be supported. The third hypothesis test result, dependent variable measured with ROA and ROE in 2005. In ROA test, the R square number was 0.068 meant that 6.8% ROA in 2005 could be explained by compensation in 2004, commissaries number, management ownership, company measure, growth opportunity and assets composition in 2004, while the others were explained by other factors outside the research model. F-stat value was 0.715 with significantly level of 0.639 or greater than 0.05 indicated that the regression model was not entirely significant, and this condition would statistically explain the ROA in 2005. R square number of ROE test was 0.168 meant that 16% ROE in 2005 could be explained by compensation in 2004, number, management ownership, company measure, growth opportunity and assets composition in 2004, while the others were explained by other factors outside the research model. F-stat value was 1.988 with significantly level of 0.082 or greater than 0.05 indicated that the regression model was not entirely significant, and this condition would statistically explain the ROE in 2005. Regression result showed that the compensation variable, corporate governance and economic determiner variables of the company occupation would not statistically affect the next company occupation. Therefore, the third hypothesis stated that compensation and corporate governance had positive relationship with the company occupation in the following year could not be supported. This result supported 165
Endang Surasetyo Ningsih, Wida Fadhlia & Rahmawaty
Core, Holthausen, Larcker (1999) research. The research tested also the company occupation in 2004. Table 7 showed the same result with company occupation test result in the following year (2005), that the compensation variable, corporate governance and economic determiner variables of the company occupation would not statistically affect the company occupation in the year of 2004. Discussion The commissaries number in this research was positively related to the management compensation. This indicated that the management compensation was able to catch their duties, authority, and strategic decisions created by the commissaries council. Viewed from the perspective of agency, the positive relationship would show us that the principal and agent relationship had a contract to bundle the agent to service based on their knowledge, experiences, skill and ability. Watts and Zimmerman (1986) in their positive accounting theory stated that the owner and management relationship, commonly hypnotized in bonus plans was a bundle between the owner and management shaped in a contract. Walker (1992) stated that compensation was a strategic key to human resource management purposed to create job harmony to achieve the objective and target decided at the first place. Therefore, the management compensation contract was designed to motivate the management to achieve the occupation target decided previously by the principal. Ownership structure measured by managerial ownership negatively related to the management compensation. This condition showed that the management compensation was not affected by the importance of management possesses company stocks. The entity theory viewed the company as an entity separated from the owner and creditor, separated management from the company owner. This condition showed that there was a function separation between the managerial as owner and as agent. Other condition was the small proportion of Indonesian managerial ownership. Major 166
company ownership taken by company or institution controlling the company management was a special characteristic of concentrate ownership (closely head). Gilberg and Idson (1995), Husnan (2000) research in Hastuti (2005) discovered that the company with more spreading ownership gave greater payment to the management compared to the company with more concentrated ownership. The firm Performance in some researches showed the existence of positive relationship with the compensation or corporate governance. The hypothesis test result of the research showed different results. Observed from the statistic descriptive model 2, average ROA 2005 from the research sample company was 0.5462% possessing positive correlation sign which was not significant to the compensation 2004 and negative for both measurement of corporate governance. This condition showed the low ability of the company to gain profit from the assets utility. Average ROE in 2005 was 0.9874, possessing positive correlation sign which was not significant to the compensation 2004 and negative for both measurement of corporate governance. This also showed that the ability of the research sample of company to distribute the gained profit to the stockholders was low. Therefore, compensation and corporate governance were explicitly unable to be reserved for subsequent firm performance. The result of model 2 was consistent with several researches showed that there was no relationship between the corporate governance and company occupation, such as Daily and friends (1999) result, CBI survey result, Deloitte and Touche (1996) in Darmawati, Khomsiyah and Rahayu (2004). According to Kakabadse and friends (2001) in Darmawati, Khomsiyah and Rahayu (2004), the difference result of the researches was caused by several reasons. There were: 1) Decided perspective theoretic, 2) Research methodology, 3) Occupation measure, and 4) Opinion distinction towards the council participation in the decision making. The research result showed also that the compensation contract was not yet optimal to be a motivation to the company occupation in the Jurnal Visioner & Strategis
The Relation of Corporate Governance to Firm Performance and Management Compensation as Mediating Variable
following year. Compensation in 2004 which had positive relationship with the corporate governance showed that there was no significant relationship with the subsequent firm performance. Consistent to the research, Core, Holthausen, Larcker (1999) that the compensation component had negative association was significant to the ownership and council structure variable, the management council did not actively supervised and this was an opposite interpretation with the company request of the CEO quality.
tion of the ownership structure did not work effectively yet. 3. The result of this research answered the research question that the compensation and corporate governance did not positively related to the subsequent firm performance. This condition showed that the compensation did not design optimally and the corporate governance did not work effectively.
Conclusion
In this research, mistake might happen eventually and caused the result could not be generalized. Some limits in this research were: 1. Compensation data was not ready for all management in the strategic level that made this research used remuneration data for all the commissaries and management council. 2. The samples used were manufacture companies only, stated the remuneration number in their financial report without differentiate the company participation in the corporate governance performance survey. This fact occurred since the research did not use the perception index of corporate governance performed by IICG together with SWA magazine.
The goal of this research was to give evidence that the corporate governance affected the management compensation and subsequent firm performance. This research was expected to be able to answer some research questions related to the corporate governance, management compensation and subsequent firm performance. Based on the research result performed in the manufacture companies listed in Jakarta Stock Exchange fulfilled the sample election criteria, we could take several conclusions as follow: 1. The result of this research showed that the commissaries number would positively and significantly affect the management compensation in 2004. This fact answered the research question that the corporate governance application to create the company value positively related with the management compensation. This fact showed also that compensation as a company human resource strategy gave reward to the service given by the commissaries council. 2. The result of this research also gave evidence that the ownership structure measured by the managerial ownership had no positive relationship with the managerial compensation. This condition indicated that the control func-
Volume 1, Nomor 2, September 2012
Limit and Suggestion
The research was expected to give idea to develop the next researches. Based on the present existed limits, the following researches might give several considerations as follow: 1. Surveying the management compensation to gain the compensation data for each management level. 2. Made the good corporate governance (GCG) index in order to explain all good corporate governance (GCG) variables so that the good corporate governance (GCG) application success measure could be more measurable.
167
Endang Surasetyo Ningsih, Wida Fadhlia & Rahmawaty
REFERENCES Abowd, J. M. 1990. Does Performance-based Managerial Compensation Affect Corporate Governance?. Industrial and Labor Relations Review, 43. Chhaochharia, V., and Grinstein, Y. 2006. CEO Compensation and Board Structure. Journal of Finance. Version 2006. Core, John E., Holthausen, Robert W., and Larcker, David F. 1999. Corporate Governance, Chief Executive Officer Compensation, and Firm Performance. Journal of Financial Economics. Cyert, R., Kang, S., Kumar, P. 2002. Corporate Governance, Takeovers, and Top Management Compensation: Theory and Evidence. Manegement Science 48. Darmawati, Deni, Khomsiyah, and Rahayu, Gelar R. 2004. Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan. Seminar Nasional Akuntansi VII. Denpasar – Bali. Eisenhardt, Kathleen M. 1989. Agency Theory: An Assesment and Review. Academic of Management Review. Vol. 14. Ely, Kirsten M. 1991. Interindustry Differences in the Relation between Compensation and Firm Performance Variables. Journal of Accounting Research. Vol 29. Fama, Eugene F and M. C. Jensen. 1983. Separation of Ownership and Control. Journal of Law and Economics. Vol. XXVI. Grinstein, Y., dan Hribar, P. 2004. CEO Compensation and Incentives: Evidence from M&A bonuses. Journal of Financial Economics 73. Gibbons, R., and Muphy, K. J. 1992. Optimal Incentive Contracts in The Presence of Career Concern: Theori and Evidence. Journal of Political Economy. Gompers, Paul A., Ishii, Joy L., and Metrick Andrew. 2003. Corporate Governance and Equity Prices. Quarterly Journal of Economics. Hallock, K. F. 1997. Reciprocally Interlocking Boards of directors and Executive Compensation. Journal of Financial and Quantitative Analysis 32. Hartono, Jogiyanto. 2005. Pasar Efisien Secara Keputusan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hastuti, Dwi., T. 2005. Hubungan antara Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo. Husnan, Suad. 2000. Corporate Governance: Pengamatan terhadap Sektor Korporat dan Keuangan. Seminar Sosialisasi Corporate Governance. UGM. Yogayakarta. Holdernest, C. G., and Sheehan, D. P. 1988. The Role of Majority Shareholders in Publicly Held Corporation: An Exploratory Analysis. Journal of Financial Economics 3. Jensen, M. C., and Meckling, W. H. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3. Jensen, M. 1993. The Modern Industrial Revolution, Exit, and The Failure of Internal Control Systems. Journal of Finance 48. Klapper, Leora F. and I. Love. 2002. Corporate Governance, Investor Protection and Performamnce in Emerging Markets. World Bank Working Paper.
168
Jurnal Visioner & Strategis
The Relation of Corporate Governance to Firm Performance and Management Compensation as Mediating Variable
Kusumawati, D. W. and Riyanto, B. 2005. “Corporate Governance dan Kinerja: Analisis Pengaruh Compliance Reporting dan Struktur Dewan terhadap Kinerja.” Simposium Nasional Akuntansi VIII, 248-261. Lawellen, W. G., and Huntsman, B. 1970. Managerial Pay and Corporate Performamnce. American Economic Review 60. Leonard, Jonathan S. 1990. Executive Pay and Firm Performance. Industrial and Labor Relations Review. Vol. 43. Lukuhay, Jos. 2002. Tata Pamong dan Nilai Perusahaan. Warta Ekonomi, No. 21/XIV/2 September. Magnan, Michel L and Sylvie St-Onge. 1997. Bank Performance and Executive Compensation: A Managerial Discretion Perspective. Strategic Management Journal. Vol 18. McConnel, J. and Servaes, H. 1990. Additional Evidence on Equity Ownership and Corporate Value. Journal of Financial Economics 27. Rafick, Ishack. 2002. Menggugat Fungsi Komisaris Independen. SWA, No. 15/XVII/15 Juli-7 Agustus. Shim, Eunsup “Daniel”, John Lee, and Thomas Corrigan. 1999. An Empirical Examination of Top Executive Compensation and Economic Performamnce in Financial Service Firms. Advances in Management Accounting. Vol 8. Shleiver, A. and R. W. Vishny. 1997. A Survey of Corporate Governance. Journal of Finance 52. Simamora, H. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. STIE YKPN. Yogyakarta. Walker, J. W. 1992. Human Resource Strategy. Mc Graw-Hill, Inc. New York. Watts, R., and J. Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory. Englewood Cliffs NJ: Prenctice Hall. Xu, Xiaonian., and Wang, Yang. 1999. Ownership Structure, Corporate Governance: The Cases of Chinesse Stock Company. Journal of Financial Economics
Volume 1, Nomor 2, September 2012
169
Endang Surasetyo Ningsih, Wida Fadhlia & Rahmawaty
170
Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Atribut Produk dan Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Pengguna Telkomflexi di Visioner Kota Lhokseumawe Jurnal & Strategis Volume 1, Nomor 2, September 2012 ISSN: 2338-2864 p. 171-184
Pengaruh Atribut Produk dan Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Pengguna Telkomflexi di Kota Lhokseumawe
Product attributes such as price, guarantee and quality, are the product elements which are important for the consumer as a basic to make decision to buy a product. A company is required to be able to creat a qualified product that can satisfy and meet the consumer’ desaire because the consumer will be loyal to the company that can meet their need and want that a close relationship will be created between the consumers and the company. The purpose of this study entitled the influence of Product Attribute and Consumer Satisfaction on the Loyalty of TelkoFlexi User in the City of Lhokseumaw2e was to find out and analyze the influence of price, guarantee and quality on customer satisfaction and the influence satisfaction on the loyalty of Telkomflexi user in the City of Lhokseumawe. The first hypothesis in this study was that price, guarantee and quality had influence on the satisfaction of Telkomflexi consumer in the City of Lhokseumawe. The second Hypothesis in this study was that consumer satisfaction had influence on the loyalty of Telkomflexi consumers in the City of Lhokseumawe. The result of this study revealed that simultaneously price, guarantee and quality had significant influence on consumer satisfaction at the level of confident. 97% (α = 5%). Determination coefficient (R2) of consumer satisfaction was 0.548 which means that price, guarantee and quality could only explain about consumer satisfaction for 54.8% so the remaining 45.2% was explained by the other factors which were not included in the model. Determination coefficient (R2) of consumer loyalty was 0.557 which means that price, guarantee and quality could only explain abaut consumer loyalty for 55.7% so the remaining 44.3% was explained by the other factors which were not included in the model. The result of t-test showed that partially price, guarantee and quality had signifacant influence on consumer satisfaction and consumer loyalty. Guarantee (X2) and quality (X3) the most dominant variables influenching consumer satisfaction (Y). The conclusion is that price, guarantee and quality had significant influence on consumer satisfaction and had significant influence on consumer loyalty.
Faisal Matriadi
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe
Keywords: Price, quality, consumer satisfaction, consumer loyalty
Volume 1, Nomor 2, September 2012
171
Faisal Matriadi
Latar Belakang Salah satu operator seluler yang ikut bersaing di pasaran adalah PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. PT. Telkom sebagai sebuah perusahaan telekomunikasi terkemuka di Indonesia yang menyediakan layanan baru dengan teknologi terkini yaitu CDMA (Code Division Multiple Access). CDMA adalah teknologi akses voice dan data, dimana setiap user menggunakan code tersendiri yang unik dalam mengakses kanal frekuensi yang sama dalam sebuah sistem. CDMA diberi brand “Telkomflexi“ sebagai telepon bergerak terbatas dalam satu area code. Para pakar teknologi telepon seluler sepakat bahwa kecanggihan CDMA jauh melebihi GSM yang sekarang ini banyak dipergunakan oleh operator telepon seluler di Indonesia. Para pelaku bisnis telepon seluler (hand phone) memperkirakan bahwa “Telkomflexi” mendapat sambutan positif masyarakat mengingat tarifnya jauh berada dibawah GSM karena biaya investasinya sangat murah. Tentu saja, kehadiran “Telkomflexi” membuat lega pengguna/pelanggan telepon yang sudah lama mendambakan telepon hemat. Telkomflexi produk idola masyarakat dari Telkom yang mampu menjawab kebutuhan pelanggan. Untuk mempermudah Kepuasan konsumen sebagai keseluruhan sikap yang ditunjukkan konsumen atas barang atau jasa setelah mereka memperoleh dan menggunakannya (Mowen dan Minor, 2002). Kepuasan konsumen sangat ditentukan oleh atribut produk yang berkualitas. Semakin berkualitas atribut produk yang diberikan, maka semakin tinggi kepuasan yang dirasakan konsumen (Kotler dan Amstrong, 1996). Setiap perusahaan termasuk PT. Telkom. Keunggulan kompetitif dapat dicapai melalui produk yang berkualitas dan harga yang kompetitif, sehingga konsumen loyal terhadap produk (Asakdiyah, 2005). Loyalitas konsumen merupakan dorongan perilaku untuk melakukan pembelian secara berulang-ulang dan membangun kesetiaan konsumen terhadap suatu jasa/produk yang dihasilkan oleh suatu badan usaha (Olson, 1993). Fenomena semacam ini menuntut pihak provider operator telepon seluler untuk berubah 172
serta mampu membangun citra bahwa komunikasi selular merupakan bagian hidup dari keseharian serta memberikan kemudahan berkomunikasi sehingga atribut produk tersebut mampu menarik perhatian pasar dan menciptkan kesan produk yang baik dan melekat pada konsumen sasaran agar konsumen tertarik dan loyal terhadap produk tersebut (Ribhan, 2007). Konsumen yang loyal merupakan kunci sukses suatu usaha. Loyalitas konsumen akan terbentuk ketika konsumen tersebut merasa puas dengan produk yang digunakannya. Disisi lain dengan memberikan kepuasan yang baik kepada konsumen merupakan sebuah strategi yang sangat penting karena dapat menghasilkan lebih banyak konsumen baru (akibat rekomendasi dari konsumen lama), lebih sedikit kehilangan konsumen. Selain itu jaminan akan produk yang ditawarkan perusahaan juga perlu diperhatikan, karena jaminan memberikan suatu keyakinan dan kepercayaan di benak konsumen, bahwa memiliki hubungan erat dengan konsumen, karena kualitas memberikan suatu dorongan kepada konsumen untuk menjali ikatan dengan perusahaan. Perilaku konsumen yang demikian menunjukan orientasi konsumen terhadap kepuasan. Konsumen yang puas akan setia lebih lama dan memberikan komentar yang baik tentang produk dan perusahaannya. Atribut produk meliputi harga, jaminan, dan kualitas yang terdapat produk tersebut. Perusahaan harus mampu menciptakan atribut produk yang bernilai lebih dari pesaing. Semakin besar nilai yang terkandung pada atribut produk, maka kemungkinan besar konsumen juga akan semakin puas. Misalnya PT Telkom menawarkan tarif percakapan baik lokal dan interlokal dengan harga yang relatif lebih murah dari pesaing. Para praktisi maupun para ahli yang menyatakan bahwa kepuasan dan konsumen loyalitas memiliki hubungan yang tidak dapat terpisahkan (Oliver, 1997). Hasil penelitian Bloemer dan Ruyter (1997) menemukan bahwa kepuasan seringkali dipandang sebagai dasar munculnya loyalitas. Hal senada diungkapkan Jones dan Sasser (1994) bahwa loyalitas dan kepuasan konsumen memiliki hubungan yang positif. Adapun yang menjadi masalah dalam Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Atribut Produk dan Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Pengguna Telkomflexi di Kota Lhokseumawe
penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah pengaruh atribut produk, yaitu, jaminan, dan kualitas berpengaruh terhadap kepuasan konsumen Telkomflexi di Kota Lhokseumawe? 2. Bagaimanakah pengaruh kepuasan konsumen terhadap loyalitas pengguna Telkomflexi di Kota Lhokseumawe? Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh atribut produk yang terdiri dari: harga, jaminan, dan kualitas terhadap kepuasan konsumen telkomflexi di Kota Lhokseumawe. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepuasan konsumen terhadap loyalitas pengguna telkomflexi di Kota Lhokseumawe. Tinjauan Teoritis Atribut Produk Keputusan-keputusan yang berkaitan dengan variabel produk dapat dijadikan instrumen oleh perusahaan dalam kegiatan pemasaran produknya untuk mengkomunikasikan variabel produk yang sesuai di mata konsumen, sehingga akan menimbulkan persepsi tertentu pada konsumen yang mengkonsumsi produk tersebut, yang diinginkan oleh produsen dan sesuai dengan yang diharapkan konsumen. Salah satu keputusan variabel produk yang penting adalah keputusan mengenai atribut produk, yaitu kualitas produk (product quality), fitur produk (product features), dan desain (design) (Kotler dan Amstrong,2001). Definisi Atribut produk menurut Tjiptono (2002) Atribut produk adalah unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Atribut produk meliputi merek, kemasan, jaminan (garansi), pelayanan dan sebagainya. Atribut-atribut produk tersebut sangat berpengaruh terhadap reaksi pelanggan akan suatu produk. Atribut produk merupakan salah satu faktor produk yang menentukan tinggi rendahnya nilai dari suatu produk yang dirancang oleh perusahaan. Sementara itu Stores (Kaplan dan Norton, Volume 1, Nomor 2, September 2012
1996:78), menyatakan bahwa “product attributes for its consumer value propositions: price, fashion, and quality”, yang artinya atribut produk dapat mengidentifikasikan tiga tujuan sebagai atribut utama untuk proposisi nilai pelanggan, yaitu harga, model atau desain, dan mutu atau kualitas. Atribut produk antara satu jenis produk dengan jenis produk lainnya mungkin akan berbeda, karena atribut produk juga dapat memberikan suatu ciri tertentu dari suatu produk. Berikut ini adalah atribut yang harus ada dalam suatu produk, yaitu : a. Harga, Menurut Kotler dan Amstrong (2003) harga adalah jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa, jumlah ini yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat yang dimiliki dengan menggunakan produk atau jasa. b. Merek adalah semua nama, istilah, tanda, simbol, desain atau kombinasi dari semua yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk dari satu penjual untuk membedakannya dengan produk pesaing. c. Kemasan adalah pembungkus luar produk yang berfungsi untuk melindungi produk, memudahkan konsumen dalam memakainya, menaikan citra produk atau bahkan sekaligus dapat dijadikan alat promosi ketika produk yang dilemparkan ke pasaran. Dengan menciptakan bentuk kemasan yang menarik berguna untuk meyakinkan konsumen tentang keunggulan produk tersebut. d. Kualitas merupakan salah satu atribut produk yang paling penting di mata konsumen. Konsumen akan berusaha mencari produk yang paling berkualitas tinggi, karena menyangkut kepuasan konsumen. Oleh karena itu suatu perusahaan harus memperhatikan kualitas produk yang akan diluncurkan kepasaran. e. Ukuran suatu produk mempunyai hubungan yang erat dengan kebiasaan membeli jumlah kebutuhan konsumen. Ini berati kebutuhan antara konsumen yang satu dengan konsumen yang lainnya berbeda–beda, sehingga perlu menyediakan produk dengan berbagai macam ukuran. Hal ini bertujuan agar konsumen dapat menyesuaikan antara kebutuhannya dengan ukuran produk yang ada. 173
Faisal Matriadi
Kepuasan Pelanggan Menurut Kotler danAmstrong (2003) kepuasan adalah tingkat perasaan setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dia rasakan dibandingkan dengan harapannya. Kepuasan pelanggan sesudah pembelian tergantung penawaran yang dibandingkan dengan harapannya”. Jadi tingkat kepuasan adalah fungsi perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Kalau kinerja lebih kecil dari harapan, pelanggan akan kecewa. Kepuasan pelanggan adalah persepsi pelanggan bahwa harapannya terpenuhi atau terlampaui (Gefen, 2002). Pelanggan yang puas akan mengulangi pembelian, membeli lebih banyak dan membeli lebih sering sepanjang waktu. Kotler dan Amstrong (2003) menyatakan bahwa “Kepuasan adalah tingkat perasasan seseorang setelah membandingkan kinerja produk atau hasil yang ia rasakan dengan harapannya. Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan (perceived performance) dan harapan (expectations). Jika kinerja dibawah harapan, pelanggan akan tidak puas. Elemen-elemen Kepuasan Pelanggan Menurut Irawan (2003) “Kepuasan pelanggan ditentukan oleh persepsi pelanggan atas performance jasa dalam memenuhi harapan pelanggan. Pelanggan merasa puas apabila harapannya terpenuhi atau akan sangat puas jika harapan pelanggan terlampaui”. Ada 5 (lima) penggerak utama kepuasan pelanggan, yaitu: a. Kualitas Jasa, Pelanggan akan puas kalau setelah menggunakan jasa tersebut, ternyata kualitasnya baik. b. Harga, Untuk pelanggan yang sensitif biasanya harga murah adalah sumber kepuasan yang penting karena akan mendapatkan value for money yang tinggi. c. Service Quality, sangat tergantung pada tiga hal, yaitu: system, teknologi dan manusia. Faktor manusia memegang kontribusi sakitar 70%, oleh karena itu kepuasan terhadap kualitas pelayanan sulit ditiru. d. Emotional factor yaitu rasa bangga, rasa percaya diri, simbol sukses, bagian dari kelompok orang penting, merupakan contoh 174
emotional value yang mendasari kepuasan pelanggan. e. Kemudahan untuk mendapat jasa tersebut, pelanggan akan semakin puas apabila relative mudah, nyaman dan efisien dalam mendapat pelayanan. Menurut Kotler dan Amstrong (2003), bahwa “membuat pelanggan tetap bertahan mungkin merupakan ukuran terbaik untuk kualitas dan kemampuan perusahaan jasa untuk mempertahankan pelanggannya tergantung pada seberapa konsisten perusahaan menyampaikan nilai kepada pelanggan”. Menurut Wellington (1998), terdapat 6 (enam) faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan, yaitu : 1. Elemen produk, terdiri dari faktor: ketersediaan, mutu, perwujudan, citra, nilai, tukar dengan uang dan pemenuhan harapan. 2. Elemen penjualan, terdiri dari faktor: pemasaran dan penataan barang dagangan, komunikasi verbal, lingkungan pembelian, staf, dokumentasi dan variabel pembelian. 3. Elemen purna jual, terdiri dari faktor: mempertahankan perhatian yang tinggi dan penanganan keluhan. 4. Elemen lokasi, terdiri dari faktor: lokasi, akses, keamanan dan kenyamanan, menyediakan kebutuhan khusus pelanggan. 5. Elemen waktu, terdiri dari faktor: jam kerja, kecocokan dan ketersediaan produk, kecepatan transaksi. 6. Elemen budaya, terdiri dari faktor: etiket, tingkah laku, hubungan internal, hubungan eksternal dan mutu pengalaman pembeli. Dalam rangka mempertahankan pelanggan, Mowen dan Minor (2002), memberikan 7 (tujuh) langkah menuju sistem layanan pelanggan yang sukses, yaitu : a. Komitmen manajemen total. b. Kenalilah pelanggan anda. c. Kembangkan standar kinerja layanan yang berkualitas. d. Pekerjakan, latih dan berilah penghargaan kepada staf yang baik. e. Penghargaan atas penyelesaian layanan. Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Atribut Produk dan Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Pengguna Telkomflexi di Kota Lhokseumawe
f. Tetaplah dekat ke pelanggan anda. g. Bekerjalah menuju perbaikan yang berkesinambungan. Mengukur Kepuasan Pelanggan Pemasar sangat mengharapkan dapat mempertahankan pelanggannya dalam jangka panjang, bahkan jika mungkin untuk selamanya. Usaha ini akan mendatangkan sukses besar dalam jangka panjang. Pelanggan yang loyal mempunyai kecenderungan lebih rendah untuk melakukan switching (berpindah merek), menjadi strong word of mouth (Mowen dan Minor, 2002). Tjiptono (2006), menyatakan bahwa terdapat kesamaan paling tidak dalam 6 (enam) konsep ini mengenai objek pengukuran kepuasan pelanggan, yaitu : 1. Kepuasan Pelanggan Keseluruhan (Overall Satisfaction) Cara yang paling sederhana untuk mengukur kepuasan pelanggan adalah langsung menanyakan kepada pelanggan seberapa puas mereka dengan produk atau jasa spesifik tertentu. Biasanya ada dua bagian dalam proses pengukurannya, yaitu : a) mengukur tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk atau jasa perusahaan bersangkutan, dan b) menilai dan membandingkannya dengan tingkat kepuasan pelanggan keseluruhan terhadap produk atau jasa para pesaing. 2. Dimensi Kepuasan Pelanggan Berbagai penelitian memilah kepuasan pelanggan ke dalam komponen-komponennya. Umumnya, proses semacam ini terdiri atas empat langkah, yaitu: a) mengidentifikasikan dimensidimensi kunci kepuasan pelanggan, b) meminta pelanggan menilai produk atau jasa perusahaan berdasarkan item-item spesifik, seperti kecepatan layanan, fasilitas layanan, atau keramahan staf layanan pelanggan, c) meminta pelanggan menilai produk atau jasa pesaing berdasarkan itemitem spesifik yang sama, dan d) meminta para pelanggan untuk menentukan dimensi-dimensi yang menurut mereka paling penting dalam menilai kepuasan pelanggan secara keseluruhan. 3. Konfirmasi Harapan (Confirmation of Expectations) Dalam konsep ini, kepuasan tidak diukur langsung, namun disimpulkan berdasarkan Volume 1, Nomor 2, September 2012
kesesuaian/ketidaksesuaian antara harapan pelanggan dengan kinerja aktual produk perusahaan pada sejumlah atribut atau dimensi penting. 4. Minat Pembelian Ulang (Repurchase Intent) Kepuasan pelanggan diukur secara behavioral dengan jalan menanyakan apakah pelanggan akan menggunakan jasa perusahaan lagi. 5. Kesediaan Untuk Merekomendasi (Willingness to Recommend) Dalam kasus produk yang pembelian ulangnya relatif lama atau bahkan hanya terjadi satu kali pembelian (seperti pembelian mobil, broker rumah, asuransi jiwa, tur keliling dunia, dan sebagainya), kesediaan pelanggan untuk merekomendasikan produk kepada teman atau keluarganya menjadi ukuran yang penting untuk dianalisis dan ditindaklajuti. 6. Ketidakpuasan Pelanggan (Customer Dissatisfaction) Beberapa macam aspek yang sering ditelaah guna mengetahui ketidakpuasan pelanggan, meliputi : a) complain, b) retur atau pengembalian produk, c) biaya garansi, d) product recall (penarikan kembali produk dari pasar ), e) gethok tular negatif, dan f) defections (konsumen yang beralih ke pesaing). Loyalitas pelanggan dalam tahap afektif menyatakan bahwa antecedent dari loyalitas adalah kepuasan. Namun masih ada pertentangan mengenai hal ini. Rowley & Dawes (1997) seperti yang dijelaskan oleh Sunarto (2004) menyatakan bahwa hubungan antara kepuasan dengan loyalitas tidak jelas. Buktinya Strauss & Neugaus (1997) seperti yang dijelaskan oleh Sunarto (2004) menemukan bahwa sejumlah pelanggan yang mengekspresikan kepuasan masih berpindah merek. Hal ini mendorong penulis untuk meneliti lagi mengenai variabel ini dalam hubungannya dengan loyalitas pelanggan. Demikian halnya dengan kaitan perpindahan merek yang dilakukan oleh pelanggan dengan loyalitas pelanggan. Dikenal pula dengan switching cost yaitu biaya yang dikeluarkan oleh pelanggan jika berpindah ke operator lain. Penelitian yang dilakukan oleh Griffin (1995) menunjukkan adanya kepastian bahwa pembelian 175
Faisal Matriadi
berulang yang merupakan perilaku setia (loyalty behaviour) akan meningkatkan retensi pelanggan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Feinberg (1992) serta Van Trijp, Hoyer dan Inman (1996), dimana pembelian berulang terhadap suatu jenis produk akan menimbulkan kebosanan yang pada akhirnya mendorong perilaku mencari variasi sebagai faktor yang berpengaruh terhadap perpindahan merek. Lebih lanjut Griffin (1995) menyatakan bahwa keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan apabila memiliki konsumen yang loyal antara lain : 1. Mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik konsumen baru lebih mahal). 2. Mengurangi biaya transaksi (seperti biaya negoisasi kontrak, pemrosesan pesanan, dan lain-lain). 3. Mengurangi biaya turn over konsumen (karena penggantian konsumen yang lebih sedikit). 4. Meningkatkan penjualan silang yang akan memperbesar pangsa pasar perusahaan. 5. World of mounth yang lebih positif dengan asumsi bahwa konsumen yang loyal juga berarti mereka yang merasa puas. Tingkat Loyalitas Pelanggan Griffin (1995) menyatakan bahwa tahaptahap pelayan yang loyal adalah : 1. Suspects meliputi semua orang yang mungkin akan membeli barang atau jasa perusahaan. Kita menyebutnya sebagai suspects karena yakin bahwa mereka akan membeli tapi belum tahu apapun mengenai perusahaan dan barang atau jasa yang ditawarkan. 2. Prospects adalah orang-orang yang memiliki kebutuhan akan produk atau jasa tertentu, dan mempunyai kemampuan untuk membelinya. Para prospects ini, meskipun mereka belum melakukan pembelian, mereka telah mengetahui keberadaan perusahaan dan barang atau jasa yang ditawarkan, karena seseorang telah merekomendasikan barang atau jasa tersebut padanya. 3. Disqualified Prospects adalah prospects yang telah mengetahui keberadaan barang atau jasa tertentu. Tetapi tidak mempunyai kebutuhan 176
akan barang atau jasa tersebut, atau tidak mempunyai kemampuan untuk membeli barang atau jasa tersebut. 4. First time costomers adalah konsumen yang membeli untuk pertama kalinya. Mereka masih menjadi konsumen yang baru dari barang atau jasa pesaing. 5. Repeat costumer adalah konsumen yang telah melakukan pembelian suatu produk sebanyak dua kali atau lebih. Mereka adalah yang melakukan pembelian atas produk yang sama sebanyak dua kali, atau membeli dua macam produk yang berbeda dalam dua kesempatan yang berbeda pula. 6. Clients membeli semua barang atau jasa yang ditawarkan yang mereka butuhkan. Mereka membeli secara teratur. Hubungan dengan jenis konsumen ini sudah kuat dan berlangsung lama, yang membuat mereka tidak terpengaruh oleh tarikan persaingan produk lain. 7. Advocate membeli seluruh barang atau jasa yang ditawarkan yang ia butuhkan, serta melakukan pembelian secara teratur. Sebagai tambahan, mereka mendorong teman-teman mereka yang lain agar membeli barang atau jasa tersebut. Ia membicarakan tentang barang atau jasa tersebut dan membawa konsumen untuk perusahaan tersebut. Diek dan Basu dalam Tjiptono (2005) telah mengkombinasikan komponen-komponen sikap perilaku pembelian ulang, sehingga diperoleh 4 (empat) situasi kemungkinan loyalitas pelanggan, yaitu : 1) no loyalty, 2) spurious loyalty, 3) latent loyalty, dan 4) loyalty. Loyalitas pelanggan berdasarkan sikap dan pembelian ulang dijelaskan sebagai berikut: 1. No Loyalty Bila sikap dan perilaku ualng pelanggan sama-sama lemah, maka loyalitas tidak terbentuk. Ada dua kemungkinan penyebabnya. Pertama, sikap yang lemah bias terjadi bila suatu produk/ jasa baru diperkenalkan dan/atau pemasarnya tidak mamapu mengkomunikasikan keunggulan produknya. Tantangan bagi pemasar tersebut adalah meningkatkan kesadaran (awareness) dan preferensi konsumen melalui berbagai strategi Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Atribut Produk dan Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Pengguna Telkomflexi di Kota Lhokseumawe
bauran promosi. Penyebab kedua berkaitan dengan dinamika pasar, dimana merek-merek yang berkompetisi dipersepsikan serupa/sama. Konsekuensinya, pemasar mungkin sangat sukar membentuk sikap yang positif/kuat terhadap produk atau perusahaannya, namun pemasar bisa mencoba menciptakan spurious loyalty melalui pilihan lokasi yang strategis, promosi yang agresif, meningkatkan self space untuk mereknya, dan lain-lain. 2. Spurious Loyalty Bila sikap yang relatif lemah disertai dengan pola pembelian ulang yang kuat, maka yang terjadi adalah spurious loyalty atau captive loyalty. Situasi semacam ini dipengaruhi oleh faktor non sikap terhadap perilaku, misalnya norma subjektif dan faktor situasional. Situasi ini dikatakan pula inertia, dimana konsumen sulit membedakan berbagai merek dalam kategori produk dengan tingkat keterlibatan rendah, sehingga pembelian ulang dilakukan atas dasar pertimbangan situasional, seperti familiarity (karena penempatan produk yang strategis pada rak pajangan, lokasi outlet jasa dipusat perbelanjaan atau persimpangan jalan yang ramai) atau faktor diskon. Dalam konteks produk industrial, pengaruh sosial juga bisa menimbulkan spurious loyalty. 3. Latent Loyalty Situasi latent loyalty tercermin bila sikap yang kuat disertai dengan pola pembelian ulang yang lemah. Situasi yang menjadi perhatian besar para pemasar ini disebabkan pengaruh faktorfaktor non sikap yang sama kuat atau bahkan cenderung lebih kuat daripada faktor sikap dalam menentukan pembelian ulang. 4. Loyalty Situasi ini merupakan ideal yang paling diharapkan para pemasar, di mana konsumen bersikap positif terhadap produk/jasa atau penyedia produk/jasa bersangkutan dan disertai pola pembelian ulang yang konsisten. Terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dan pelanggan menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas Volume 1, Nomor 2, September 2012
pelanggan, dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang menguntungkan perusahaan (Tjiptono, 2005). Kepuasan pelanggan ini memberikan modal dasar bagi perusahaan dalam membentuk loyalitas pelanggan, dimana pelanggan yang loyal adalah merupakan aset yang paling berharga bagi perusahaan dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan (McDougall dan Levesque, 2000). Muhmin dalam Manurung (2009), membuktikan bahwa variabel harga memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan. Ini dimaksudkan bahwa tidak selamanya harg yang rendah memberikan kepuasan, karena ini harga menyangkut dengan gaya hidup (style), bahwa sebahagian orang tidak menyukai harga yang murah karena dianggap semua dapat memiliki barang tersebut. Produk berkualitas mempunyai peranan penting untuk membentuk kepuasan pelanggan. Semakin berkualitas jasa yang diberikan, maka kepuasan yang dirasakan pelanggan akan semakin tinggi. Bila kepuasan semakin tinggi, maka dapat menimbulkan keuntungan bagi badan usaha tersebut. (Kotler dan Amstrong, 2003). Kepuasan pelanggan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya (Kotler, 2000). Pelanggan setelah menerima pelayanan, mereka akan membandingkan antara pelayanan yang diharapkan dan pelayanan yang mereka terima. Jika pelayanan yang diterima lebih baik dari diharapkan, maka konsumen akan puas dan kepercayaan konsumen terhadap penyedia produk tersebut akan meningkat, atau sebaliknya. Kepuasan yang dirasakan oleh konsumen mempunyai konsekuensi perilaku berupa komplain dan loyalitas konsumen, sehingga apabila organisasi atau perusahaan dapat memperhatikan segala hal yang dapat membentuk kepuasan konsumen, maka kepuasan yang dirasakan oleh konsumen secara keseluruhan akan terbentuk. Kepuasan yang dirasakan oleh konsumen dapat meningkatkan intensitas membeli dari konsumen tersebut (Assael, 2004). Dengan adanya kepuasan konsumen yang optimal maka mendorong terciptanya loyalitas bagi 177
Faisal Matriadi
konsumen. Ini membuktikan bahwa kepuasan mempunyai hubungan positif dengan loyalitas, meskipun terkadang peningkatan kepuasan tidak selalu menghasilkan peningkatan loyalitas (Assael, 2004). Kepuasan konsumen dan loyalitas memiliki hubungan yang tidak dapat terpisahkan (Oliver, 1997). Bloemer dan Ruyter (1997) menjelaskan bahwa kepuasan seringkali dipandang sebagai dasar munculnya loyalitas. Hal senada diungkapkan Jones dan Sasser (1994) bahwa loyalitas konsumen dan kepuasan konsumen memiliki hubungan yang positif. Kepuasan yang tinggi akan meningkatkan loyalitas konsumen, begitu pula sebaliknya semakin rendah kepuasan maka loyalitas konsumen juga semakin rendah. Loyalitas konsumen merupakan dorongan perilaku untuk melakukan pembelian secara berulang-ulang dan untuk membangun kesetiaan konsumen terhadap suatu jasa/produk yang dihasilkan oleh suatu badan usaha (Olson, 1993). Selness (1993), ditemukan bahwa kepuasan konsumen berpengaruh positif terhadap loyalitas konsumen. Mcllroy dan Barnett (2000), konsep penting yang harus dipertimbangkan ketika membangun program loyalitas adalah kepuasan konsumen. Kepuasan diukur dari sebaik apa harapan konsumen dipenuhi. Sedangkan loyalitas konsumen adalah ukuran semau apa konsumen melakukan pembelian lagi. Seseorang konsumen dikatakan loyal apabila konsumen tersebut menunjukkan perilaku pembelian secara teratur atau terdapat suatu kondisi dimana mewajibkan konsumen membeli paling sedikit dua kali dalam selang waktu tertentu (Griffin, 1995). Berdasarkan konsep-konsep yang dijelaskan di atas, maka kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut:
Fauzan dan Gunarsih, (2008), “Pengaruh Atribut Produk dan Minat Konsumen Terhadap Loyalitas Konsumen (Studi Kasus pada Produk AJB Bumiputera 1921). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel atribut produk berpengaruh terhadap loyalitas nasabah. Marhayanie dan Sihite (2008) Pengaruh Atribut Produk terhadap Sikap Konsumen pada Green Product Cosmetics (Studi Kasus pada Puri Ayu Martha Tilaar Sun Plaza Medan). Uji Signifikan Simultan (Uji F) membuktikan bahwa atribut produk yang terdiri dari variabel merek, kualitas, desain, label dan kemasan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap sikap konsumen. Wijayanti (2010), hasil penelitiannya diperoleh parameter estimasi untuk pengujian pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan menunjukkan nilai Standardized Estimate sebesar 0.545 dan nilai CR sebesar 4.930 dengan probabilitas sebesar 0.000. Oleh karena nilai probabilitas < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada konsumen yang menggunakan Telkomflexi Kota Lhokseumawe. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, yaitu suatu metode penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah (Nazir, 1999 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat pengguna Telkom Flexi yang ada di Kota Lhokseumawe. Jumlah populasi tidak
Harga Jaminan
Kepuasan Konsumen
Loyalitas Konsumen
Kualitas Gambar 1. Kerangka Konseptual
178
Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Atribut Produk dan Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Pengguna Telkomflexi di Kota Lhokseumawe
diketahui sehingga digunakan rumus unknown populasion untuk menentukan jumlah sampel. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan accidental sampling yaitu pemilihan sampel non probabilitas atas dasar kebetulan responden yang memakai produk yang sama pada saat penelitian berlangsung. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan kuesioner, dilakukan dengan menyebar daftar pertanyaan kepada konsumen pengguna telkomflexi yang terpilih sebagai sampel. Model analisis data yang digunakan adalah model regresi linier berganda dan model regresi linear sederhana. Analisis regresi linear berganda dapat digunakan untuk mengukur atau mengetahui, apakah variabel atribut produk yang terdiri dari harga, jaminan, dan faktor kualitas merupakan variabel bebas yang mempunyai pengaruh terhadap loyalitas konsumen pengguna Telkomflexi sebagai varibel terikat. Model analisis dalam penelitian dirumuskan (Koutsoyiannis, 1981) sebagai berikut: Yi = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
Dimana: Y = Kepuasan konsumen X1 = Harga X2 = Jaminan X3 = kualitas β0 = Intersep atau Konstanta e = Variabel yang tidak terungkap (error term) β1, β2, β3 adalah koefisien regresi Model regresi linier sederhana, yaitu:
Dimana: Y = Loyalitas konsumen X = Kepuasan konsumen β0 = Intersep atau Konstanta e = Variabel yang tidak terungkap (error term) β = koefisien regresi Hasil Penelitian Untuk menguji pengaruh variabel atribut produk yang terdiri dari harga, jaminan dan kualitas terhadap kepuasan konsumen secara simultan (serempak) dapat dihasilkan perhitungan dalam model summary, khususnya angka R squares yang ditunjukkan Tabel 1. Koefisien determinasi (R2) yang diperoleh dari pengaruh atribut produk yaitu berupa harga (X1), jaminan (X2), dan kualitas (X3), dianggap tetap maka diperkirakan kepuasan konsumen (Y) adalah sebesar 0,740. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh atribut produk berupa harga (X1), jaminan (X2), dan kualitas (X3), dianggap tetap maka diperkirakan loyalitas konsumen (Y) adalah sebesar 74%. Artinya atribut produk dan kepuasan konsumen memberikan sumbangan efektif sebesar 74% dalam membentuk loyalitas konsumen, sedangkan sisanya 26% (1 – 0,74 = 0,26 atau 26%) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini (di luar model ini). Berdasarkan perhitungan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 ini menunjukkan bahwa ada hubungan linier antara atribut produk yang terdiri dari harga, jaminan dan kualitas terhadap kepuasan konsumen.
Yi = βo + βX + e
Tabel 1 Nilai Koefisien Determinasi (R2) Model Summaryb Model
R
R Squares
Adjusted R Squares
Std. Error of the Estimate
1
.740
.548
.536
104.833
a. Predictors: (Constant), Harga, Jaminan, Kualitas b. Dependent Variabel : Kepuasan Konsumen Sumber: Hasil Penelitian, 2011 (Data Diolah) Volume 1, Nomor 2, September 2012
179
Faisal Matriadi
Tabel 2 Hasil Uji Simultan Model
Sum of Squares
Mean Square
df
Regression 150,737 3 50,246 Residual 124,187 113 1,099 Total 274,293 116 a. Predictors: (Constant), Harga (X1), Jaminan (X2) dan Kualitas (X3) b. Dependent Variable: Kepuasan konsumen (Y)
F
1
Sig.
45,719
0,000
Sumber: Hasil Penelitian, 2011 (Data Diolah) Tabel 3 Hasil Uji Parsial Standardized Coefficients
Unstandardized Coefficients Model 1
(Constant) Harga (X1) Jaminan (X2) Kualitas (X3)
B
Std. Error
3,978 0,188 0,348 0,274
1,305 0,053 0,059 0,074
Beta 0,237 0,446 0,271
t
Sig
3,048 3,534 5,894 3,694
0,003 0,001 0,000 0,000
a. Dependent Variable: Kepuasan konsumen (Y) Sumber: Hasil Penelitian, 2011 (Data Diolah) Tabel 4 Nilai Koefisien Korelasi (R) Model Summaryb Model
R
R Squares
Adjusted R Squares
Std. Error of the Estimate
1
.746
.557
.553
1.25458
a. Predictors: (Constant), Kepuasan Konsumen b. Dependent Variabel : Loyalitas Konsumen Sumber: Hasil Penelitian, 2011 (Data Diolah) Tabel 5 Hasil Uji Parsial Unstandardized Coefficients Model
B
1 (Constant) 0,901 Kepuasan (X) 0,910 a. Dependent Variable: Kepuasan konsumen (Y)
Standardized Coefficients
Std. Error
Beta
1,369 0,076
0,746
Sumber: Hasil Penelitian, 2011 (Data Diolah)
180
Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Atribut Produk dan Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Pengguna Telkomflexi di Kota Lhokseumawe
Dari data tersebut menunukkan bahwa, Atribut produk (Harga, Jaminan dan Kualitas) secara serempak berpengaruh terhadap kepuasan penguna Telkomflexi di Kota Lhokseumawe. Kesimpulannya ialah atribut produk yang terdiri dari harga, jaminan dan kualitas secara simultan mempengaruhi kepuasan pengguna Telkomflexi di kota Lhokseumawe. Besarnya pengaruh adalah 54,8%. Besarnya pengaruh variabel lain di luar model tersebut dihitung dengan rumus 1 – R2 atau 1 – 0,548 =0,452 atau 45,2%. Pengaruh Atribut Produk Terhadap Kepuasan Konsumen Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 3, diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = 3,978 + 0,188X1 + 0,348X2 + 0,274X3 + e Nilai koefisien regresi harga (X1) sebesar 0,188, dengan tanda positif artinya konsumen sudah merasa puas dengan harga (X1) yang ditawarkan perusahaan sekarang. Jadi kondisi harga yang sekarang mampu memberikan kontribusi positif terhadap kepuasan konsumen sebesar 0,188. Begitu juga halnya dengan nilai koefisien regresi jaminan (X2), dan kualitas (X3), bertanda positif ini menunjukkan bahwa setiap variabel independen (X2, dan X3) meningkat, maka kepuasan konsumen juga akan meningkat. Hubungan antara Harga dengan Kepuasan Konsumen Jika dilihat dari koefisien harga yang bertanda positif ini berarti terdapat hubungan linier antara harga dengan kepuasan konsumen. Besarnya pengaruh harga terhadap kepuasan konsumen yaitu 0,188 atau 18,8%. Sementara nilai signifikan sebesar 0.001 menunjukkan bahwa pengaruhnya signifikan yaitu < 0.05. Hubungan antara Jaminan dengan Kepuasan Konsumen Hasil perhitungan SPSS diperoleh angka t hitung sebesar 5,894. Nilai t tabel sebesar 1,69. Dari hasil perhitungan SPSS diperoleh angka t hitung sebesar 5,894, sehingga Ho ditolak dan Volume 1, Nomor 2, September 2012
menerima H1. Artinya ada hubungan linier antara jaminan dengan kepuasan konsumen. Besarnta pengaruh jaminan terhadap kepuasan konsumen yaitu 0,348 atau 34,8%. Hubungan antara Kualitas dengan Kepuasan Konsumen Hasil perhitungan SPSS diperoleh angka t hitung sebesar 3,694. Nilai t tabel sebesar 1,69. Dari hasil perhitungan SPSS diperoleh angka t hitung sebesar 3,694, sehingga Ho ditolak dan menerima H1. Artinya ada hubungan linier antara kualitas dengan kepuasan konsumen. Besarnya pengaruh jaminan terhadap kepuasan konsumen yaitu 0,274 atau 27,4%. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat diketahui bahwa variabel dari atribut produk yang mempunyai pengaruh terbesar terhadap kepuasan konsumen adalah jaminan karena mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0,348. Sedangkan pengaruh terbesar kedua adalah kualitas sebesar 0,274 dan kemudian harga sebesar 0,188. Hasil Regresi Linier Sederhana Untuk menguji pengaruh variabel kepuasan terhadap loyalitas konsumen dapat dihasilkan perhitungan dalam model summary, khususnya angka R squares yang ditunjukkan Tabel 4. Dari hasil regresi yang terlihat pada Tabel 4, koefisien korelasi (R) yang diperoleh dari pengaruh kepuasan konsumen dianggap tetap maka diperkirakan loyalitas konsumen (Y) adalah sebesar 0,746. Artinya kepuasan memberikan sumbangan efektif sebesar 74,6% dalam membentuk loyalitas konsumen, sedangkan sisanya 0,254% (1 – 0,746 = 0,254 atau 25,4%) dipengaruhi oleh faktor lain seperti kualitas produk tersebut, pelayanan pasca jual yang tidak diteliti dalam penelitian ini (di luar model ini). Berdasarkan perhitungan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 ini menunjukkan bahwa menerima Ha dan menolak Ho, artinya ada hubungan linier antara kepuasan terhadap loyalitas konsumen. Berikut ini akan dijelaskan hasil pengolahan data mengenai pengaruh kepuasan konsumen terhadap loyalitas pengguna Telkomflexi yang diperoleh dengan melihat arah dan besaran nilai 181
Faisal Matriadi
koefisien pasa masing-masing variabel penelitian. Untuk lebih lengkapnya disajikan pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5 maka diperoleh persamaan regresinya adalah sebagai berikut: Y = 0,901 + 0,910 X + e Persamaan regresi di atas diperoleh nilai koefisien kepuasan konsumen (X) berslope positif. Slope positif ini dapat diinterpretasikan bahwa jika setiap kenaikan nilai kepuasan konsumen (X), maka loyalitas konsumen (Y) juga akan mengalami peningkatan, dengan asumsi veriabel yang lain konstan. Nilai adjusted R sebesar 0,746. Ini bermakna bahwa loyalitas konsumen dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam penelitian ini kepuasan konsumen adalah sebesar 74,6%, sisanya 25,4% dijelaskan oleh faktor eksternal lain diluar variabel independen yang digunakan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh angka t hitung sebesar 12,023 dengan P.value (sig.) sebesar 0.000, sehingga Ho ditolak dan menerima H1. Artinya ada hubungan linier antara kepuasan dengan loyalitas konsumen secara statistik signifikan pada 5%. Besarnya pengaruh kepuasan terhadap loyalitas konsumen yaitu 0,910 atau 91%. KESIMPULAN Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalahsebagai berikut: 1. Variabel atribut produk yang terdiri dari har-
182
ga, jaminan dan kualitas berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna Telkomflexi. Ini memberikan arti bahwa atribut produk dapat memberikan kontribusi positif terhadap kepuasan konsumen pada PT. Telkom Cabang Lhokseumawe. 2. Variabel atribut atribut produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pengguna kartu Telkomflexi di Lhokseumawe. Variabel kepuasan konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan loyalitas konsumen Telkomflexi di Lhokseumawe. Saran Dari kesimpulan di atas maka dapat disarankan sebagai berikut: 1. Hendaknya perusahaan menciptakan kepuasan bagi konsumen dengan memberikan harga yang kompetitif, jaminan layanan pascajual yang baik, kualitas jasa yang bagus. Jika semua ini dapat diberikan perusahaan kepada konsumen, dapat dipastikan bahwa konsumen akan loyal terhadap produk tersebut. 2. Perusahaan hendaknya dapat meningkatkan nilai tambah yang terkandung pada atribut produk, seperti kelengkapan fitur produk yaitu menambah memory kartu, dapat diakses langsung ke internet tanpa harus mendaftar terlebih dahulu, dan rendahnya biaya telepon ke operator yang lain (GSM dan CDMA), layanan telepon bebas pulsa untuk digunakan konsumen jika mempunyai masalah atau pertanyaan.
Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Atribut Produk dan Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Pengguna Telkomflexi di Kota Lhokseumawe
Referensi Asakdiyah, S. 2005. Analisis Hubungan Antara Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pelanggan Dalam Pembentukan Intensi Pembelian Konsumen Matahari Group Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Akuntansi dan Manajemen. Bloemer, dan Ruyter. 1997. Investigating Drivers of Bank Loyalty : The Complex Relationship Between Image, Service Quality and Satisfaction, Vol.16, No.7, Page 280. International Journal of Bank Marketing. Fauzan, M. Noor dan Gunarsih, Tri. 2010. Pengaruh Atribut Produk Dan Minat Konsumen Terhadap Loyalitas Konsumen (Studi Kasus pada Produk AJB Bumiputera 1912). Tesis. Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. Gefen, David. 2020. Customer Loyalty in E-Commerce, Volume 3, Number 2, pp. 178-190. Journal of the Association for Information Systems. Griffin, Hill. 1995. Customer Loyalty, How to Earn it How to Keep it. Loxington. Books An Imprint of The Free Press. Irawan, Handy. 2003. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta. PT Elex Media Computindo. Jones, Thomas, and W. Earl Sasser, Jr. 1994. Marketing, Second edition. United States of America : Mc. Grow Hill Inc. Kotler, Philip, dan Gary, Armstrong. 2003. Dasar-dasar Pemasaran. Jilid 1, Alih Bahasa: Alexander Sindoro, Jakarta. Indeks. Kotler, Philip, dan Kevin, Lang Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium, Alih Bahasa: Hendra Teguh, Prenhallindo. Jakarta . Indeks. Kotler, Philip. 2000 Manajemen Pemasaran. Edisi kesebelas. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia. Koutsoyiannis, A. 1981. Theory Of Econometrics. Second edition, London. The Macmillan Press. McDaugall, Gordon H.G, Terrace J, Levesque. 2000. Customer Satisfaction With Services: Putting Perceived Value Into The Equation. Vol. 14 No. 5. Pp. 392-410. Journal Of Service Marketing. Manurung, Dinarti, 2009. Pengaruh Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Merek pada Pengguna Kartu Prabayar Simpati, Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Marhayanie dan Eka Laniasti, Sihite. 2008 . Pengaruh Atribut Produk terhadap Sikap Konsumen pada Green Product Cosmetics (Studi Kasus pada Puri Ayu Martha Tilaar Sun Plaza Medan). Vol. 1 Nomor 1, Januari 2008 hal. 10-17. Jurnal Manajemen Bisnis. Mowen, C. Mowen, Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Jakarta. Alih Bahasa: Dwi Kartini Yahya, Erlangga. Nazir, Moh. 1999. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia. Oliver, RL, 1997. A Cognitive Model of The Antecedents and Consequences of Satisfaction Decisions. Vol. 17, No.4, page. 460-469. Journal of Marketing Research. Olson, Peter, 1993. Consumer Behavior and Marketing Strategy. Third Edition, Boston. Richard D. Irwan Inc. Ribhan, 2006. Faktor-faktor tang mempengaruhi Brand Swiching pada pengguna SIM Carddi Fakultas Ekonomi Lampung. vol 3 no. 1 hal 34 – 56. Jurnal Bisnis dan manajemen.
Volume 1, Nomor 2, September 2012
183
Faisal Matriadi
Selnes, Fred. 1993. An Examination the Effect of Product Performance on Brand Reputation Satistication anf Loyality. Vol. 27, No. 9, hal. 19 – 35. Europen of Journal Marketing. Sunarto, 2004. Prinsip-prinsip Pemasaran, Yogyakarta . Edisi kedua. Amus. Tjiptono, Fandy. 2005. Manajemen Jasa. Yogyakarta. Penerbit Andi. Tjiptono, Fandy, dan Chandra, Gregorius. 2002. Service, Quality, Satisfaction. Yogyakarta. Penerbit Andi . Wellington, Patricia. 1998. Kaizen: Strategies for Customer Care (Kepedulian Pada Pelanggan). Batam. Penerbit Interaksana. Wijayanti, Ari. 2010. Strategi Meningkatkan Loyalitas Melalui Kepuasan Pelanggan (Studi Kasus: Produk Kartu Seluler PraBayar Mentari-Indosat Wilayah Semarang). Tesis. Semarang. Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro.
184
Jurnal Visioner & Strategis
Analisis Pengaruh Current Ratio, Net Profit Margin Terhadap Return On Equity padaJurnal PerbankanVisioner yang Go–Publik di BEI & Strategis Volume 1, Nomor 2, September 2012 ISSN: 2338-2864 p. 185-195
Analisis Pengaruh Current Ratio, Net Profit Margin Terhadap Return On Equity pada Perbankan yang Go–Publik di BEI
The purpose of research is to analyze the influence of the Current Ratio (CR) dab Net Profit Margin (NPM) on Return On Equity in banks which are listed on the Indonesia Stock Exchange either simultaneously or partially. Samples are 10 (ten) banking and obtained by using purposive sampling. Data were taken from a note published on the Indonesia Stock Exchange from 2008-2010, and then analyzed using multiple linear regression with SPSS. Partial test results show only the current ratio is not significant effect on return on equity, while net profit margin significantly influence the return on equity in the banks listed on the Indonesia Stock Exchange. While the F-test results showed that simultaneous current ratio and net profit margin significantly influence the return on equity on banks listed on the Indonesia Stock Exchange. Bank managers should pay more attention to company fundamentals such as Net Profit Margin. Because it has a positive influence on Return On Equity.
Iswadi
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe
Keywords: Current ratio, net profit margin, return on equity
Volume 1, Nomor 2, September 2012
185
Iswadi
Pendahuluan Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat diukur dengan rasio-rasio seperti rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Analisis rasio memungkinkan manajer keuangan dan pihak yang berkepentingan untuk mengevaluasi kondisi keuangan akan menunjukkan kondisi sehat tidaknya suatu perusahaan. Analisis rasio juga menghubungkan unsur-unsur rencana dan perhitungan laba rugi sehingga dapat menilai efektivitas dan efesiensi perusahaan. Laba perusahaan itu sendiri dapat diukur melalui ROE perusahaan. Karena ROE mempunyai hubungan positif dengan perubahan laba. ROE digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimilikinya. Semakin tinggi laba perusahaan maka akan semakin tinggi ROE, besarnya laba perusahaan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain seperti Current Rasio dan Net Profit Margin. Keberhasilan kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilihat dari ROE yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Selama ini telah banyak penelitian tentang ROE, karena ROE merupakan hal yang penting dan diperhatikan banyak pihak baik itu investor dan kreditur, yang mempengaruhi ROE dalam menginvestasikan modalnya. Perbankan sebagai salah satu fondasi perekonomian Indonesia sangat berpengaruh dengan krisis keuangan global yang terjadi pada akhir tahun 2008. Tetapi lambat laun setelah krisis keuangan global, kondisi perbankan Indonesia semakin membaik. Menurut data Bank Indonesia, Mei 2010 telah tercatat sebanyak 122 Bank Umum dan 31 diantaranya merupakan bank yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Posisi dan kinerja perusahaan/bank sangat penting artinya bagi perusahaan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan, apalagi mengingat pentingnya peranan perbankan dalam stabilitas sistem keuangan dan perekonomian. Kekuatan perlu diketahui agar dapat dipertahankan atau bahkan lebih ditingkatkan, sedangkan kelemahan perlu diketahui untuk dapat segera diperbaiki. Ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja 186
keuangan berbeda diantara industria yang satu dengan industri lainnya. Tetapi yang biasa digunakan oleh para manajer maupun investor selama ini adalah menggunakan rasio keuangan perusahaan seperti rasio likuiditas (liquidity ratio), rasio leverage (leverage ratio), rasio aktivitas (activity ratio), dan rasio profitabilitas (profitability ratio). Adapun dalam penelitian ini hanya difokuskan pada Current Ratio dan Net Profit Margin yang akan berdampak terhadap ROE pada perbankan yang go-public di Bursa Efek Indonesia. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Current Ratio (CR) dan Net Profit Margin (NPM) terhadap Return On Equity pada perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tinjauan Teoritis Return on Equity merupakan salah satu rasio profitabilitas yang sangat penting bagi pemegang saham pada perusahaan, karena rasio ini mengukur tingkat pengembalian keuntungan atas dana yang diinvestasikan pada perusahaan. Rasio ini merupakan komponen dari rasio neraca dan rasio laba rugi. Menurut Sartono (2001), return on equity merupakan pengembalian hasil atau ekuitas yang jumlahnya dinyatakan sebagai suatu parameter dan diperoleh atas investasi dalam saham biasa perusahaan untuk suatu periode waktu terrtentu. Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2006:109) return on equity merupakan rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa, mengukur tingkat pengembalian atas invetasi dari pemegang saham biasa. Semakin tinggi rasio ini, semakin besar tingkat pengembalian dana yang diberikan kepada pemegang saham. Menurut Mulyadi (2006:127) return on equity adalah perbandingan antara laba bersih dengan jumlah modal yang dilaporkan pada periode yang sama. Selanjutnya menurut Van Horne dan Wachowicz (2005:225) return on equity membandingkan laba bersih setelah pajak (earnings after tax) dengan ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham di perusahaan. Perhitungan return on equity dapat dilakukan Jurnal Visioner & Strategis
Analisis Pengaruh Current Ratio, Net Profit Margin Terhadap Return On Equity pada Perbankan yang Go–Publik di BEI
menggunakan rumus sebagai berikut:
ROE
EAT M S
Dimana : ROE = Return On Equity EAT = Earnings After Tax MS = Modal Sendiri Berdasarkan pendapat para ahli di atas penulis menyimpulkan bahwa return on equity merupakan rasio yang sangat penting bagi pemegang saham, karena rasio ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham pada perusahaan. Semakin rendah rasio ini, semakin kecil tingkat keuntungan yang diperoleh pemegang saham perusahaan. Current Ratio, salah satu rasio likuiditas yang paling umum digunakan perusahaan adalah rasio lancar. Rasio ini menunjukkan hubungan antara kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar pada perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2006:95) rasio lancar (current ratio) merupakan pembagian antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar perusahaan. Sedangkan menurut Mulyadi (2006:126) Current ratio merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan terhadap kewajiban lancarnya pada suatu tanggal tertentu. Semakin tinggi angka rasio menunjukkan kemampuan perusahaan yang makin baik. Selanjutnya menurut Van Horne dan Wachowicz (2005:206) ratio lancar merupakan aktiva lancar dibagi dengan kewajiban jangka pendek. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Current ratio dapat dihitung dengan formula :
C R
A L u 100% K L
Dimana : CR = Current Ratio AL = Aktiva Lancar KL = Kewajiban Lancar Volume 1, Nomor 2, September 2012
Current Ratio ini menunjukkan tingkat keamanan kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Tidak ada ketentuan yang mutlak tentang berapa tingkat Current Ratio yang dianggap baik atau yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan karena biasanya tingkat Current Ratio ini juga sangat tergantung kepada jenis usaha dari masing-masing perusahaan. Berdasarkan pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa current ratio merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara total aktiva lancar dengan kewajiban lancar yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik likuiditas suatu perusahaan. Net profit margin merupakan salah satu rasio profitabilitas. Rasio ini digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dari waktu ke waktu dalam hal profitabilitas dan juga dapat dipakai untuk memperkirakan dan meramalkan laba bersih perusahaan pada masa yang akan datang atas dasar estimasi penjualannya (Kuswadi, 2006). Menurut Robert Ang (1997), Net Profit Margin menunjukkan rasio antara laba bersih setelah pajak atau net income terhadap total penjualan. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan bersih terhadap total penjualan yang dicapai. Sedangkan menurut Sartono (2001) Net Profit Margin merupakan rasio antara EAT setelah pajak dengan penjualan, yang mengukur EAT yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan. Perhitungan net profit margin dapat dirumuskan sebagai berikut :
NPM
L O x100% P
Dimana : NPM = Net Profit Margin LO = Laba Operasi P = Penjualan Berdasarkan pendapat para ahli penulis menyimpulkan bahwa net profit margin merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan laba setelah pajak dari setiap penjulan perusahaan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik profitabilitas perusahaan. 187
Iswadi
Menurut Riyanto (2001: 39) untuk mempertinggi Net Profit Margin dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1. Dengan menambah biaya usaha sampai tingkat tertentu diusahakan tercapainya tambahan volume usaha yang sebesar-besarnya, atau dengan kata lain tambahan volume usaha harus lebih besar daripada tambahan biaya usaha. 2. Dengan mengurangi pendapatan dari volume usaha sampai tingkat tertentu diusahakan adanya pengurangan biaya usaha yang sebesarbesarnya, atau dengan kata lain berkurangnya biaya usaha harus lebih besar daripada berkurangnya pendapatan dari volume usaha.
2008-2010 dengan data laporan keuangan tahun 2008-2010, maka populasinya adalah 28 bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan mewakili keseluruhan populasi tersebut, Arikunto (2002:108). Dalam penelitian ini sampel diambil secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan keperluan peneliti. Kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah (i) Bank tersebut menerbitkan laporan keuangan secara berturut- turut pada tahun 2008-2010, (ii) Bank tersebut terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2008-2010 dan (iii) 10 bank yang merupakan bank terbesar dari segi asset Desember 2010. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh sampel sebanyak 10 bank yang memiliki asset terbesar yaitu Bank Central Tbk, Bank Negara Indonesia Tbk, Bank Rakyat Indonesia Tbk, Bank Danamon Tbk, Bank Mandiri Tbk, Bank CIMB Niaga Tbk, Bank INTL Indonesia Tbk, Bank Permata Tbk, Bank Panin Tbk dan Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk
Adapun kerangka konseptual dalam kajian ini digambarkan pada skema dibawah ini. Hipotesis Sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: H1 : Current Ratio, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity. H2 : Net Profit Margin secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity. Metode Penelitian
Data dikumpulkan dengan menggunakan dokumentasi berupa laporan keuangan periode 2008-2010 yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia melalui situs www.idx.co.id.
Pengertian populasi menurut Arikunto (2002:108) adalah keseluruhan dari subjek penelitian (semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian). Populasi yang yang diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar dan mempublikasikan laporan keuangan melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
Current Ratio (X1):yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhi atau dengan kata lain untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Skala pengukuran menggunakan skala rasio. Net Profit Margin (X2): menunjukkan rasio antara laba bersih setelah pajak atau net income
Uji-F Current Ratio (X1)
Uji-t Return On Equity (Y)
Uji-t Net Profit Margin (X4)
Gambar 1. Kerangka Konseptual
188
Jurnal Visioner & Strategis
Analisis Pengaruh Current Ratio, Net Profit Margin Terhadap Return On Equity pada Perbankan yang Go–Publik di BEI
terhadap total penjualannya. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih terhadap total penjualan yang dicapai. Skala pengukuran menggunakan skala rasio. Return On Equity (Y): kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan memanfaatkan total equity yang dimilikinya. Skala pengukuran menggunakan skala rasio. Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Model Regresi Berganda (Multiple regression). Model ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk menentukan variabel independen yang mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen yang diformulasikan sebagai berikut; Y = α+ b1X1 + b2X2 + e Dimana: Y = Return On Equity X1 = Current Ratio X2 = Net Profit Margin e = Error / variabel residual α = konstanta b1-2 = Koefisien regresi dari masing- masing variabel independen Pengujian secara simultan (F-test): Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel Current Ratio (CR) dan Net
Profit Margin (NPM) secara serentak/bersamasama mempunyai pengaruh terhadap Return On Equity (ROE). Waktu dengan membandingkan antara nilai kritis F table dengan F hitung. Pengujian secara parsial (t-test) : Pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah masing-masing atau secara individu variabel Current Ratio (CR), dan Net Profit Margin (NPM) mempunyai pengaruh terhadap Return On Equity (ROE). Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan perbandingan nilai masing-masing koefisien dengan t tabel, dengan tingkat signifikan 5%. Hasil Penelitian Deskriptif data dari current ratio yang meliputi rata-rata, nilai tertinggi, dan nilai terendah dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1 dapat dilihat gambaran bahwa angka current ratio tahun 2008 nilai tertinggi sebesar adalah 1,149 pada Bank Pan Tbk, nilai terendah adalah 1,033 pada Bank Permata Tbk, tahun 2009 nilai tertinggi sebesar 1,163 pada Bank Pan Tbk, nilai terendah sebesar 1,069 pada Bank Permata Tbk, dan Tahun 2010 nilai tertinggi sebesar 1,239 pada Bank Danamon Tbk, nilai terendah sebesar 0,843 pada Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. Rata-rata current ratio sepuluh perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun
Tabel 1 Nilai Rata-rata, Nilai Tertinggi, dan Nilai Terendah Current Ratio Sepuluh Perusahaan Perbankan Tahun 2008-2010
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
CURRRENT RATIO
NAMA BANK
2008
2009
2010
Bank Central Tbk Bank Negara Indonesia Tbk Bank Rakyat Indonesia Tbk Bank Danamon Tbk Bank Mandiri Tbk Bank CIMB Niaga Tbk Bank INTL Indonesia Tbk Bank Permata Tbk Bank Pan Tbk Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk Rata-rata Nilai Tertinggi Nilai Terendah
1.088 1.066 1.094 1.104 1.080 1.111 1.107 1.033 1.149 1.071 1.090 1.149 1.033
1.091 1.080 1.102 1.163 1.104 1.125 1.106 1.069 1.163 1.138 1.114 1.163 1.069
1.102 1.146 1.112 1.239 1.110 1.126 1.098 1.103 1.156 0.843 1.104 1.239 0.843
Sumber : Hasil Penelitian, Data Diolah (2011) Volume 1, Nomor 2, September 2012
189
Iswadi
Tabel 2 Nilai Rata-rata, Nilai Tertinggi, dan Nilai Terendah Net Profit Margin Sepuluh Perusahaan Perbankan Tahun 2008-2010 NET PROFIT MARGIN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
NAMA BANK
2008
2009
2010
Bank Central Tbk Bank Negara Indonesia Tbk Bank Rakyat Indonesia Tbk Bank Danamon Tbk Bank Mandiri Tbk Bank CIMB Niaga Tbk Bank INTL Indonesia Tbk Bank Permata Tbk Bank Pan Tbk Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk Rata-rata Nilai Tertinggi Nilai Terendah
0.299 0.074 0.212 0.095 0.359 0.141 0.081 0.226 0.117 0.094 0.170 0.359 0.074
0.457 0.128 0.317 0.162 0.427 0.255 -0.010 0.190 0.284 0.086 0.229 0.457 -0.010
0.655 0.218 0.349 0.291 0.472 0.348 0.070 0.320 0.299 0.141 0.316 0.655 0.070
Sumber : Hasil Penelitian, Data Diolah (2011) Tabel 3 Nilai Rata-rata, Nilai Tertinggi, dan Nilai Terendah Return On Equity Sepuluh Perusahaan Perbankan Tahun 2008-2010 RETURN ON EQUITY No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
NAMA BANK
2008
2009
2010
Bank Central Tbk Bank Negara Indonesia Tbk Bank Rakyat Indonesia Tbk Bank Danamon Tbk Bank Mandiri Tbk Bank CIMB Niaga Tbk Bank INTL Indonesia Tbk Bank Permata Tbk Bank Pan Tbk Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk Rata-rata Nilai Tertinggi Nilai Terendah
0.248 0.079 0.267 0.145 0.174 0.073 0.097 0.107 0.088 0.140 0.142 0.267 0.073
0.244 0.130 0.268 0.097 0.204 0.140 -0.012 0.099 0.085 0.091 0.135 0.268 -0.012
0.249 0.124 0.313 0.156 0.222 0.185 0.064 0.126 0.103 0.142 0.168 0.313 0.064
Sumber : Hasil Penelitian, Data Diolah (2011) Tabel 4 Hasil Regresi Linier Berganda Unstandardized Coefficients
Model
B 1
(Constant) Current Ratio Net Profit Margin
0.172 0.038 0.602
Std. Error 0.172 0.129 0.062
Standardized Coefficients Beta -.032 1.192
a Dependent Variable: Return On Equity Sumber : Hasil Penelitian, Data Diolah (2011)
190
Jurnal Visioner & Strategis
Analisis Pengaruh Current Ratio, Net Profit Margin Terhadap Return On Equity pada Perbankan yang Go–Publik di BEI
2008 sebesar 1,090, tahun 2009 sebesar 1,114, dan tahun 2010 sebesar 1,104. Nilai rata-rata current ratio lebih besar dari satu, ini menunjukkan aktiva lancar bank mampu menutupi seluruh kewajiban lancarnya, tetapi masih terlalu lemah. Deskriptif data dari net profit margin yang meliputi nilai rata-rata, nilai tertinggi, dan nilai terendah dapat dilihat pada Tabel 2. Dari Tabel 2 dapat dilihat gambaran bahwa angka net profit margin tahun 2008 nilai tertinggi sebesar adalah 0,359 pada Bank Mandiri Tbk, nilai terendah adalah 0,074 pada Bank Negara Indonesia Tbk, tahun 2009 nilai tertinggi sebesar 0,457 pada Bank Central Tbk, nilai terendah sebesar -0,010 pada Bank Internasional Indonesia Tbk, dan Tahun 2010 nilai tertinggi sebesar 0,655 pada Bank Central Tbk, nilai terendah sebesar 0,070 pada Bank Internasional Indonesia Tbk. Rata-rata net profit margin sepuluh perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 sebesar 0,170, tahun 2009 sebesar 0,229, dan tahun 2010 sebesar 0,316. Deskriptif data dari return on equity yang meliputi nilai rata-rata, nilai tertinggi, dan nilai terendah dapat dilihat pada Tabel 3. Dari Tabel 3 dilihat gambaran bahwa angka return on equity tahun 2008 nilai tertinggi sebesar adalah 0,267 pada Bank Rakyat Indonesia Tbk, nilai terendah adalah 0,073 pada Bank CIMB Niaga Tbk, tahun 2009 nilai tertinggi sebesar 0,268 pada Bank Rakyat Indonesia Tbk, nilai terendah sebesar -0,012 pada Bank Internasional Indonesia Tbk, dan Tahun 2010 nilai tertinggi sebesar 0,313 pada Bank Rakyat Indonesia Tbk, nilai terendah sebesar 0,064 pada Bank Internasional Indonesia Tbk. Rata-rata return on equity sepuluh perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 sebesar 0,142, tahun 2009 sebesar 0,135, dan tahun 2010 sebesar 0,168. Uji Normalitas Uji asumsi klasik yang pertama adalah uji normalitas, dilakukan untuk melihat bahwa suatu data terdistribusi dengan normal atau tidak. Uji normalitas data juga dilakukan menggunakan Volume 1, Nomor 2, September 2012
uji one sample kolmogorov-smirnov. Hasil uji normalitas menunjukkan nilai sig pada Unstandardized Residual sebesar 0,404, nilai signifikan lebih besar dari 0,05. Sehingga data dalam penelitian ini berdistribusi normal dan data layak untuk diuji. Hasil uji multikoleniaritas disimpulkan tidak terjadi multikoleniearitas. Ini ditunjukkan bahwa nilai tolerance dan nilai VIF > 10 (Current Ratio sebesar 1,408, dan Net Profit Margin sebesar 1,836) dan nilai toleransi juga menunjukkan tidak satu variabel bebas yang memiliki nilai tolerance < 0,10 (Current Ratio sebesar 0,710, dan Net Profit Margin sebesar 0,545). Hasil ini menandakan bahwa model regresi yang dihasilkan tidak terjadi multikoliniearitas dan baik untuk digunakan. Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengkaji apakah suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). nilai Durbin Watson sebesar 2,247. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai Durbin Watson dengan menggunakan nilai signifikan 5%, jumlah sampel 30 (n), dan jumlah variabel bebas 2 (k=2). Maka nilai dl sebesar 1,142 dan nilai du sebesar 1,738. Oleh karena nilai durbin watson 2,247 < (4-du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, tidak ada autokorelasi. Pembahasan Untuk mengetahui hasil penelitian ini digunakan metode analisis regresi linier berganda. Hasil regresi linier berganda dapat dilihat pada Tabel di bawah ini : Berdasarkan pada tabel di atas, maka diperoleh persamaan regresi linier berganda adalah: Y = a + b1X1 + b2X2 Y = 0,172 + 0,038X1 + 0,602X2 Pada persamaan dapat dilihat bahwa variabel current ratio, dan net profit margin mampu mempengaruhi return on equity. Nilai konstanta sebesar 0,172 artinya bahwa jika variabel current 191
Iswadi
ratio dan net profit margin dianggap konstan, maka nilai rata-rata return on equity sebesar 0,172. Koefisien b1 sebesar 0,038, berarti jika nilai current ratio meningkat sebesar 1 satuan, maka return on equity akan meningkat sebesar 0,038 (dengan asumsi net profit margin dianggap konstan). Koefisien b2 sebesar 0,602 yang artinya jika nilai net profit margin meningkat sebesar 1 satuan, maka return on equity akan meningkat sebesar 0,602 (dengan asumsi current ratio dianggap konstan). Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa koefisien korelasi (R) sebesar 0,892; yang bermakna eratnya hubungan (korelasi) antara current ratio dan net profit margin terhadap return on equity pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan koefisien determinasi (R²) sebesar 0,795; artinya variabel current ratio dan net profit margin memiliki kemampuan dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel return on equity pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Pembuktian Hipotesis Penelitian ini menganalisis pengaruh current ratio dan net profit margin terhadap return on equity pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga digunakan analisis regresi linier berganda. Berdasarkan Tabel 6 terlihat hasil ujit diperoleh thitung untuk current ratio sebesar 0,296 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,770. Sedangkan nilai ttabel pada tingkat kepercayaan 95% (α=5%) dan df=n-k-1 (30-2-1=27) diperoleh nilai ttabel sebesar 2,059, maka H1 ditolak. Dengan demikian thitung < ttabel yaitu 0,296 < 2,059, dalam pengertian current ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap return on equity pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kemudian nilai net profit margin diperoleh thitung > ttabel yaitu 9,706 > 2,059, dalam pengertian berpengaruh signifikan terhadap return on equity pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Tabel 5 Hasil Koefisien Korelasi dan Determinasi Model 1
R
R Square
0.892(a)
Adjusted R Square
0.795
Std. Error of the Estimate
0.762
0.036536
a Predictors: (Constant), Net Profit Margin, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Assets Turnover b Dependent Variable: Return On Equity Sumber : Hasil Penelitian, Data Diolah (2011) Tabel 6 Hasil Uji-t Model
T
1
(Constant) Current Ratio Net Profit Margin a Dependent Variable: Return On Equity
Sig. .996 .296 9.706
.329 .770 .000
Sumber : Hasil Penelitian, Data Diolah (2011) Tabel 7 Hasil Uji-F Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares .129 .033 .163
df 4 25 29
Mean Square .032 .001
F 24.212
Sig. .000(a)
Sumber : Hasil Penelitian, Data Diolah (2011)
192
Jurnal Visioner & Strategis
Analisis Pengaruh Current Ratio, Net Profit Margin Terhadap Return On Equity pada Perbankan yang Go–Publik di BEI
Pengujian hipotesis pada penelitian ini juga menggunakan uji-F. Pada Tabel 7 terlihat nilai Ftabel sebesar 24,212 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. sedangkan nilai Ftabel dengan tingkat signifikan 5% diperoleh sebesar 2,991. Hasil ujiF memperlihatkan bahwa Fhitung > Ftabel (24,212 > 2,991). Artinya pengertian current ratio, dan net profit margin berpengaruh signifikan terhadap return on equity pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut : 1. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan hanya current ratio yang tidak berpengaruh signifikan terhadap return on equity pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan net profit margin berpengaruh signifikan terhadap return on equity pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Sedangkan hasil uji-F menunjukkan bahwa
Volume 1, Nomor 2, September 2012
secara simultan current ratio, dan net profit margin berpengaruh signifikan terhadap return on equity pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Saran Sebagai akhir dari penelitian ini, peneliti dapat memberikan sumbangan saran sebagai berikut : 1. Manajer perbankan harus lebih memperhatikan faktor fundamental perusahan yang pada penelitian ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity seperti Net Profit Margin. Karena perubahan Net Profit Margin mempunyai pengaruh yang positif terhadap Return On Equity. 2. Penelitian ini hanya menggunakan ROE untuk menilai kinerja perusahaan. Untuk selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan menilai rasio keuangan lainya yang dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan seperti ROA, ROI, EPS, deviden, dan lain-lain. 3. Untuk penelitian selanjutnya disarankan menambah jumlah sampel agar dapat menggeneralisasikan hasil penelitian yang baik.
193
Iswadi
Referensi Algifari, (2000), Analisis Teori Regresi: Teori Kasus Dan Solusi. BPFE. Yogyakarta. Aminatuzzahra. (2010). Analisis Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover, Net Profit Margin Terhadap ROE (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Go–Public di BEI Periode 2005-2009). Skripsi, Tidak Dipublikasikan, Universitas Diponegoro. Semarang Ang, Robert. (1997). “Buku Pintar Pasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide to Indonesian Capital Market)”, Mediasoft Indonesia, Jakarta. Arifin, Johar, (2004), Analisis Laporan Keuangan Berbasis Komputer, Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta. Arikunto, Suharsimi, (2002), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT Rineka Cipta. Jakarta. Brigham dan Houston, (2001), Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan, Penerbit Erlangga, Jakarta. Ghozali, Imam, (2005), Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Halim, Abdul. (2007). Manajemen Keuangan Bisnis, Bogor: Ghalia Indonesia. Harahap, Sofyan Syafri, (2006), Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi 5, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hasibuan, Malayu. (2004). Dasar-dasar Perbankan. Bumi Aksara. Jakarta Ikatan Akuntan Indonesia.(2002). Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta. Kasmir, (2004). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Kasmir, (2008). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Kuswadi. (2005). Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Biaya. PT Elex Media Komputindo. Jakarta Maulida dan Ashadi (2008). Pengaruh Debt Equity Ratio, Current Ratio, dan Total Assets Turnover Terhadap Return On Equity (Studi Kasus Pada Perum Pegadaian), Mulyadi, (2006), Memahami Akuntansi Keuangan, Edisi 1, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Nurgiyantoro, Burhan; Gunawan; dan Marzuki. (2004). Statistik Terapan. UGM Press. Yogyakarta. Riyanto, Bambang. ( 2001). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE. Yogyakarta. Sartono, Agus .(2001). Manajemen Keuangan (Teori dan Aplikasi), Edisi Empat, Yogyakarta. Sawir, Agnes, (2005), Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Cetakan Kelima, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sidabutar, Sahata Pardomuan. (2007). Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusi, Net Profit Margin, Debt to Equity Ratio, dan Rasio-Rasio Bank Terhadap Return on Equity (Studi Empiris: Perusahaan Perbankan Yang Listed di BEJ Periode 2003-2005). Tesis, Tidak Dipublikasikan. Universitas Diponegoro, Semarang. Sinungan, Muchdarsyah .(2003). Manajemen Dana Bank. PT Bumi Aksara. Jakarta.
194
Jurnal Visioner & Strategis
Analisis Pengaruh Current Ratio, Net Profit Margin Terhadap Return On Equity pada Perbankan yang Go–Publik di BEI
Van Horne, James C dan Wachowicz, John M. (2005). Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Edisi 12. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Weston dan Brigham, (2005), Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Kesembilan, Penerbit Erlangga, Jakarta. Wild, John, K.R.Subramanyam dan Robert F. Halsey, (2005), Analisis Laporan Keuangan, Jilid 2, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Yadiati, Winwin, (2007), Teori Akuntansi: Suatu Pengantar, Edisi Pertama, Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Laporan Keuangan Perbankan, www.idx.co.id, Diakses 21 Maret 2011.
Volume 1, Nomor 2, September 2012
195
Iswadi
196
Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Tercatat dalam LQ45Visioner di Bursa Efek& Indonesia Jurnal Strategis Volume 1, Nomor 2, September 2012 ISSN: 2338-2864 p. 197-211
Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Tercatat dalam LQ45 di Bursa Efek Indonesia
Profitability ratio that indicates a company’s ability to generate profits is one way to know the state of the company. This study was conducted to determine whether there is influence profitability ratio of the stock price. Objects in this study is a listed company in LQ45 in Indonesia Stock Exchange (BEI), by period of the 2006 financial statements. In addition, data on monthly closing stock prices the 2006 period. Rsio used profitability is Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), and net profit margin (NPM). Data were analyzed using multiple regression with SPSS lnear. From the results of this study indicate that (i) Return on Assets (ROA) have a significant effect on stock prices, (ii) Return On Equity (ROE) has no effect on stock prices, (iii) Net Profit Margin (NPM) has no effect on stock prices and (iv) simultaneously significant effect on stock prices.
Jufrizen
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammaddiyah, Sumatra Utara
Keywords: Profitability ratios, stock price
Volume 1, Nomor 2, September 2012
197
Jufrizen
Latar Belakang Sebelum melakukan investasi saham ke sejumlah portofolio saham, investor harus memastikan bahwa investasi yang dilakukan adalah tepat. Investor harus melakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan untuk melakukan investasi. Karena pada umumnya hampir semua investasi khususnya saham mengandung ketidakpastian. Artinya investor harus menilai dari berbagai alternatif yang akan mendatangkan pengembalian (return) positif di masa yang akan datang. Baik pada deviden yaitu pola investasi jangka panjang maupun penerimaan perubahan harga saham itu sendiri atau yang sering terjadi pada investasi jangka pendek. Investor melakukan evaluasi dan analisis terhadap faktor yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan emiten di masa mendatang, sehingga investor dapat memperkecil kerugian yang timbul seminimal mungkin dari adanya fluktuasi pertumbuhan dan perkembangan emiten yang bersangkutan. Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Manfaat laporan keuangan tersebut menjadi optimal bagi investor apabila investor dapat menganalisis lebih lanjut melalui analisis rasio keuangan. Rasio keuangan berguna untuk memprediksi kesulitan keuangan perusahaan, hasil operasi, kondisi keuangan perusahaan saat ini dan pada masa mendatang, serta sebagai pedoman bagi investor mengenai kinerja masa lalu dan masa mendatang. Dari beberapa alternatif penilaian investasi salah satunya adalah analisis secara fundamental. Artinya seorang calon investor mencoba untuk meramal masa depan portofolio yang dipilihnya berdasarkan performa perusahaan yang digambarkan dari data sekunder perusahaan, yaitu berupa neraca, laporan laba rugi, perubahan modal, arus modal dan laporan pendukung lainnya yang wajib diketahui oleh investor atau calon investor. Analisis fundamental mencoba meperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan memperkirakan nilai faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan 198
datang dan menerapkan hubungan variabel sehingga diperoleh taksiran harga saham. Analisis secara fundamental tersebut dapat digunakan sebagai dasar bagi investor untuk memprediksi return, risiko atau ketidakpastian, jumlah, waktu, dan faktor lain yang berhubungan dengan aktivitas investasi di pasar modal. Analisis fundamental sering disebut dengan analisis perusahaan karena menggunakan data keuangan perusahaan dalam menghitung nilai instrinsik saham. Seperti yang diungkapkan oleh Abdul Halim (2003:12): “Fluktuasi harga saham ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Apabila laba yang diperoleh perusahaan relatif tinggi, maka kemungkinan besar bahwa deviden yang dibayarkan juga relatif tinggi. Apabila deviden yang dibayarkan relatif tinggi, maka berpengaruh positif terhadap harga saham di bursa, dan investor akan tertarik untuk membelinya. Akibatnya permintaan akan saham tersebut menjadi meningkat, sehingga akhirnya harganya juga meningkat.” Profitabilitas adalah salah satu cara untuk menilai secara tepat sejauh mana tingkat pengembalian (return) yang akan didapat dari aktivitas investasinya. Jika kondisi perusahaan dikategorikan menguntungkan atau menjanjikan keuntungan di masa yang akan datang maka banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut dan hal tersebut tentu saja mendorong harga saham naik menjadi lebih tinggi. Hasil penelitian terdahulu mengenai informasi keuangan dan hubungannya dengan return saham maupun harga saham antara lain: Anastasia et al.(2003) menganalisis faktor fundamental (diwakili oleh ROA, ROE, BV, DER, r) dan risiko sistematik (diwakili oleh beta) terhadap harga saham. Dan hasil penelitiannya menunjukkan hanya faktor fundamental Book Value (BV) yang mempengaruhi harga saham secara parsial, sedangkan faktor fundamental lainnya tidak berpengaruh. Sunarto dari STIE Stikubang Semarang, melakukan penelitian tentang pengaruh rasio profitabilitas dan leverage terhadap return saham perusahaan manufaktur di BEJ. Dengan kategori perusahaan yang sahamnya selalu Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Tercatat dalam LQ45 di Bursa Efek Indonesia
aktif diperdagangkan di BEJ selama periode pengamatan (31 Desember 1998 sampai dengan 2000), diperoleh 92 saham perusahaan. Dari hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa rasio profitabilitas (ROA dan ROE) dan leverage (DTA) signifikan mempengaruhi return saham di BEJ untuk periode 1998/1999 dan 1999/2000. Dan hasil pengujian ditemukan bahwa ROA secara konsisten dominan mempengaruhi return saham perusahaan sektor manufaktur. Edi Subiyantoro dari Fakultas Ekonomi - Universitas Merdeka Malang dan Fransisca Andreani dari Univesitas Kristen Petra (2003) melakukan penelitian terhadap pengaruh beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham perusahaan jasa perhotelan yang terdaftar di pasar modal Indonesia. Hasil penelitian menunjukan bahwa harga saham dipengaruhi oleh book value equity per share dan return on equity (ROE). Dan penelitian lain yang dilakukan oleh Haryanto et.al. (2003) dari Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma. Riset yang dilakukan pada perusahaan industri minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta periode 2000 – 2001. hasil dari penelitiannya konsisten dengan Edi Subiyantoro (2003) bahwa pengembalian ekuitas /return on equity (ROE) berpengaruh positif terhadap harga saham. Hamdan Junaldi (2007) meneliti tentang analisis pengaruh faktor fundamental dan kurs valuta asing terhadap harga saham sektor telekomunikasi di Bursa Efek Jakarta tahun 2003-2005. Faktor fundamental yang dianalisis dibatasi pada empat rasio yaitu debt to equity ratio (DER), return on equity (ROE), return on assets (ROA) dan price earning ratio (PER) dan earning per share (EPS). Berdasarkan identifikasi diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ada pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap harga saham secara parsial pada perusahaan yang tercatat dalam LQ45? 2. Apakah ada pengaruh Rasio Profitabilitas secara simultan terhadap harga saham pada perusahaan yang tercatat dalam LQ45?
Volume 1, Nomor 2, September 2012
Tinjauan Teoritis Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan dan menginformasikan posisi keuangan pada suatu perusahaan pada periode tertentu. Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Manfaat laporan keuangan tersebut menjadi optimal bagi investor apabila investor dapat menganalisis lebih lanjut melalui analisis rasio keuangan. Menurut Zaki Baridwan (1992:17) laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, transaksi-transaksi selama tahun buku yang bersangkutan dan penyusunannya dilakukan secara periodik. Weston (2000:24) mengungkapkan, laporan keuangan melaporkan prestasi historis dari suatu perusahaan dan memberikan dasar bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi, untuk membuat proyeksi dan peramalan untuk masa depan. Laporan tahunan merupakan dokumen yang memberikan informasi kepada pemegang saham untuk masa depan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) (2002:2) menyebutkan bahwa: laporan keuangan disusun dan disajikan sekurangkurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar pemakai. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi , laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas, atau laoran arus dana) catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Pada umumnya laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal/ekuitas, laporan arus kas dan laporan pendukung lainnya yang wajib diketahui oleh pihak-pihak luar perusahaan seperti investor atau calon investor maupun kreditor. Dimana neraca menginformasikan tentang harta, kewajiban dan
199
Jufrizen
modal, sedangkan laporan laba rugi menunjukkan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya selama periode tertentu. Laporan perubahan modal/ekuitas menunjukkan sebab-sebab perubahan atas modal perusahaan, laporan arus kas menyajikan informasi relevan tentang sumber dan penggunaan kas selama suatu periode, sedangkan laporan pendukung lainnya menginformasikan tetang pengungkapan atas laporan keuangan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002:4), tujuan dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan seluruh informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. Berdasarkan laporan keuangan diketahui kinerja keuangan perusahaan dengan cara melakukan analisis laporan keuangan melalui perhitungan rasio-rasio keuangan. Penilaian kinerja merupakan penilaian formal dan sistematis mengenai hasil dari kegiatan dan potensinya untuk pengembangan dimasa yang akan datang. Tujuan analisis laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi dan gambaran atas kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu. Informasi atau gambaran ini pada akhirnya akan menjadi suatu alat analisis bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Analisis laporan keuangan perlu dilakukan karena laporan keuangan yang disusun perusahaan masih bersifat umum dan ditujukan bukan hanya untuk melakukan interprestasi dan analisis. Analisis laporan keuangan dapat diartikan sebagai suatu metode untuk mempelajari hubungan-hubungan variabel ataupun unsur dari laporan keuangan yang menunjukkan posisi laporan keuangan pada tahun tertentu, sehingga dapat diketahui kekuatan dan kelemahan kinerja perusahaan. Bagi penanam modal (investor), 200
analisis atas ikhtisar keuangan juga merupakan suatu alat yang sangat membantu dalam proses penilaian dan memproyeksikan keadaan keuangan dan hasil usaha suatu proyek perusahaan. Analisis laporan keuangan merupakan alat untuk membuat atau mengambil keputusan untuk mencapai tujuan tertentu. Melalui analisis laporan keuangan akan dapat diketahui kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya, mengukur struktur modal, distribusi aktiva, profitabilitas, serta nilai buku per lembar saham. Pasar modal (capital market) terbetuk karena adanya hubungan keuangan beberapa institusi dan peraturan yang memungkinkan terjadinya transaksi dana jangka panjang. Pasar modal dibentuk oleh berbagai bursa efek yang membentuk tempat transaksi baik hutang maupun modal sendiri. Pasar modal adalah pelengkap di sektor keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan, dimana pasar modal memberikan jasanya sebagai jembatan penghubung antara pemilik modal dengan emiten (Anoraga,2000:5; dalam Haryanto,2003). Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Sedangkan tempat dimana terjadinya jual beli sekuritas disebut dengan bursa efek. Oleh karena itu, bursa efek merupakan arti dari pasar modal secara fisik (Tandelilin,2001:130 dalam Junaldi,2007) Perusahaan yang membutuhkan dana dapat menjual surat berharganya di pasar modal. Surat berharga yang baru dikeluarkan diperdagangkan di pasar primer (primary market). Selanjutnya surat berharga yang sudah beredar diperdagangkan di pasar sekunder (secondary market). Pasar modal tipe lain adalah pasar ketiga (third market) merupakan pasar perdagangan surat berharga pada saat pasar kedua tutup. Dan pasar keempat (fourth market) merupakan pasar modal yang dilakukan diantara institusi berkapasitas besar untuk menhindari komisi untuk broker. Adapun para pemain utama yang terlibat di pasar modal (Kasmir,1999:185; dalam Junaldi, 2007) adalah sebagai berikut: Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Tercatat dalam LQ45 di Bursa Efek Indonesia
1. Emiten adalah perusahaan yang akan melakukan penjualan surat-surat berharga atau melakukan emisi di bursa. 2. Investor adalah pemodal yang akan membeli atau menanamkan modalnya di perusahaan yang akan melakukan emisi. 3. Lembaga Penunjang adalah mendukung beroperasinya pasar modal, sehingga mempermudah baik emiten maupun investor dalam melakukan berbagai kegiatan di pasar modal. Lembaga penunjang tersebut seperti enjamin Emisi, Pialang Dealer, Penanggung (guarantor),Wali amanat (trustee), Perusahaan Surat Berharga, Perusahaan Pengelola Dana dan Kantor Administrasi Efek. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu prusahaan. Wujud dari saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu PT bagi perusahaan yang bersangkutan. Bentuk saham (surat-surat berharga) yang diperdagangkan di pasar modal yaitu: a. Obligasi adalah instrument hutang jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan dan pemerintah untuk mengumpulkan sejumlah besar uang ,umumnya dari berbagai kelompok peminjam. b. Saham biasa merupakan unit kepemilikan atau modal sendiri diperusahaan. Pemegang saham mengharapkan mendapat keuntungan yang diterima sebagai dividen yaitu pembagian hasil untuk pemilik saham diperusahaan dalam suatu periode. c. Saham preferen merupakan bentuk khusus kepemilikan perusahaan dimana deviden diperoleh secara tetap serta pembayarannya harus didahulukan dari deviden saham biasa. Diantara surat–surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal, saham biasa adalah yang paling dikenal di masyarakat. Di Volume 1, Nomor 2, September 2012
antara emiten (perusahaan yang menerbitkan surat berharga), saham biasa juga merupakan yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat. Sebagai investor harus rasional dalam menghadapi pasar jual beli saham. Selain itu, investor harus mempunyai ketajaman pikiran masa depan perusahaan yang sahamnya akan dibeli atau dijual. Harga saham adalah suatu saham yang mempunyai ciri untuk diperjualbelikan di bursa efek yang diukur dengan mata uang (harga) dimana harga tersebut akan ditentukan antara kekuatan permintaan dan penawaran. Harga saham merupakan jumlah nilai sekarang dari keseluruhan aliran kas yang akan diterima oleh pemodal selama periode pemegang saham (holding period) berdasarkan tingkat keuntungan (rate of return) yang dianggap layak di masa yang akan datang. Dalam pasar modal, bahwa harga saham secara menyeluruh mencerminkan semua informasi publik yang relevan dan tersedia di pasar. Penilaian suatu efek sangat dipengaruhi dan tidak terlepas dari kondisi kinerja perusahaan penerbitnya. Para penganut analisis fundamental beranggapan bahwa harga saham merupakan refleksi dari nilai perusahaan yang bersangkutan. Pada dasarnya harga saham dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran, namun untuk melakukan penilaian atas harga saham dengan baik diperlukan data operasional perusahaan seperti laporan keuangan yang telah diaudit, performance perusahaan di masa yang akan datang dan kondisi ekonomi. Naik turunnya harga saham yang diperdagangkan dilantai bursa ditentukan oleh kekuatan pasar. Jika pasar menilai bahwa perusahaan penerbit saham dalam kondisi baik, maka biasanya harga saham perusahaan yang bersangkutan akan naik; begitupun sebaliknya, jika perusahaan dinilai rendah oleh pasar, maka harga saham perusahaan juga akan ikut turun bahkan bisa lebih rendah dari harga pasar sekunder antara investor yang lain sangat menentukan harga saham perusahaan. Pergerakan harga saham sangat dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari dalam perusahaan 201
Jufrizen
itu sendiri ataupun dari luar perusahaan. Hal ini disebabkan karena investor memiliki harapan atas sejumlah pengembalian (return) atas nilai investasinya saat ini. Pengembalian (return) itu tentunya tergambar jelas pada perfoma perusahaan, jika dari tahun ke tahun perusahaan mengalami keuntungan yang signifikan tentu pula investor cenderung memiliki harapan yang cukup optimis akan pengembalian yang pasti didapatnya, sementara itu jika perusahaan pada tahun-tahun terakhir mengalami kerugian maka secara otomatis terbayang di dalam benak investor sejumlah kerugian yang dihitungnya. Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu nilai buku, nilai pasar dan nilai intrinsik saham. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham (emiten). Nilai pasar adalah nilai saham di pasar yang ditunjukan oleh harga saham tersebut di pasar modal. Sedangkan nilai intrinsik atau yang dikenal dengan nilai teoritis adalah nilai saham yang sebenarnya atau yang seharusnya terjadi. Saham biasa memiliki nilai bagi para investor karenanya adanya keuntungan yang diharapkan, yaitu dalam bentuk deviden dan capital gain. Secara umum ada dua pendekatan dalam menilai saham yaitu: the fundamental approach dan the technical approach. The fundamental approach (pendekatan fundamental) menitik beratkan pada nilai intrinsiknya yaitu kemampuan masa yang akan datang perusahaan yang dilihat dari keadaan aktiva, produksi, pemasaran, pendapatan yang kesemuannya itu menggambarkan prospek perusahaan. Sedangkan the technical approach (pendekatan teknikal) memusatkan pada bagan harga sekuritas, pendekatan ini menekankan penilaian saham biasa yang berdasarkan pada keadaan pasar modal seperti trend harga pasar, permintaan dan penawaran di pasar modal serta volume transaksi surat berharga (Ang, 1997:201; dalam Junaldi,2007). Analisis fundamental atau Pendekatan fundamental berkaitan dengan penilaian 202
kinerja perusahaan, tentang efektifitas dan efisiensi perusahaan mencapai sasarannya. Untuk menganalisis kinerja perusahaan dapat digunakan rasio keuangan yang terbagi dalam empat kelompok, yaitu rasio likuiditas, aktivitas, hutang, dan profitabilitas. Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan memperkirakan nilai faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel sehingga diperoleh taksiran harga saham. Analisis secara fundamental tersebut dapat digunakan sebagai dasar bagi investor untuk memprediksi return, risiko atau ketidakpastian, jumlah, waktu, dan faktor lain yang berhubungan dengan aktivitas investasi di pasar modal. Analisis fundamental sering disebut dengan analisis perusahaan karena menggunakan data keuangan perusahaan dalam menghitung nilai instrinsik saham. Dengan analisis tersebut, harga saham di masa yang akan datang dapat diperkirakan dengan mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang dan menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Ide dasar analisis ini adalah, bahwa harga saham akan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan dan kinerja perusahaan itu sendiri dipengaruhi oleh kondisi industri dan perekonomian secara makro (Abdul Halim 2003;21). Faktor-faktor fundamental yang umum digunakan adalah nilai intrinsik, nilai pasar, ROA/ROI, ROE, Book Value (BV),dept Equity Ratio (DER), Deviden Earning, Price Earning Ratio (PER), Devidend Payout Ratio (DPR), Deviden Yield, dan likuiditas saham. Rasio Profitabilitas memperlihatkan besar kecilnya laba perusahaan, dan informasi ini para investor jangka panjang sangat berkepentingan. Profitabilitas adalah salah satu cara untuk menilai secara tepat sejauh mana tingkat pengembalian (return) yang akan didapat dari aktivitas investasinya. Rasio ini mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Tercatat dalam LQ45 di Bursa Efek Indonesia
penjualan, asset dan modal saham. Rasio profitabilitas juga dikelompokkan menjadi beberapa rasio seperti: gross profit margin (GPM), operating profit margin (OPM), net profit margin (NPM), return on asset (ROA) atau sering disebut return on investment (ROI), dan return on equity (ROE). a. Gross Profit Margin (GPM) Margin laba kotor (gross profit marjin) merupakan ukuran penting yang mempengaruhi kebijakkan-kebujakkan biaya yang lebih rinci dan menjelaskan berapa banyak yang dapat dikeluarkan untuk beban umum dan administrasi, iklan dan pemasaran, riset dan pengembangan, dengan tetap mencapai profitabilitas akhir yang memuaskan (Weston, 2000;250). Perhitungannya: GPM =
Penjualan – Harga pokok penjualan Penjualan
b. Operating Profit Margin (OPM) Margin laba operasi (operating profit margin) menunjukkan keefektifan manajemen dalam mengelola laporan keuanganperusahaan yang diukur dengan membandingkan laba usaha/ operasi terhadap penjualan (Keown 2004;77). Dapat dirumuskan sebagai berikut:
OPM =
Laba operasi Penjualan
c. Net Profit Margin (NPM) Rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa diinterprestasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efesiensi) di perusahaan pada periode tertentu. Rasio ini bisa dihitung sebagai berikut: NPM =
Laba bersih Penjualan
Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Profit
Volume 1, Nomor 2, September 2012
margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu atau biaya terlalu tinggi untuk penjualan tertentu, atau kombinasi keduanya (Abdul Halim,2000;82). d. Return on Asset (ROA) Return on Asset (ROA) sering disebut juga dengan ROI (Return on Investment) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting diantara rasio rentabilitas/ profitabilitas yang lainnya. Semakin besar ROA atau ROI menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat kembalian semakin besar (Robbert Ang 1997 dalam Sunarto). Rasio ini dapat dihitung sebagai berikut: ROA =
Laba bersih Total Aktiva
e. Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE) digunakan untuk mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholders’ equity) yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba atau keuntungan bersih. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Rasio ini dapat dihitung sebagai berikut: ROE =
Laba bersih Modal Saham
Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah: Rasio profitabilits sebagai variabel bebas (independen) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), dan Net Profit Margin (NPM), sebagai variabel bebas (independen). Sedangkan harga saham adalah sebagai variabel terikat (dependen). Rangkaian hubungan antara variabel-variabel tersebut, dijelaskan dalam gambar sebagai berikut:
203
Jufrizen
Return on Assets (ROA) X1
Return on Equity (ROE) X2
Harga Saham Y
Net Profit Margin (NPM) X3
Keterangan: X1 = ROA sebagai variabel bebas (independen) X2 = ROE sebagai variabel bebas (independen) X3 = NPM sebagai variabel bebas (independen) Y = Harga Saham sebagai variabel terikat (dependen) Hipotesis merupakan suatu dugaan sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya. Untuk itu berdasarkan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah: H1 : ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham. H2 : ROE berpengaruh signifikan terhadap harga saham. H3 : NPM berpengaruh signifikan terhadap harga saham. H4 : ROA, ROE, dan NPM berpengaruh signifikan terhadap harga saham. METODE PENELITIAN Variabel penelitian merupakan subjek penelitian yang akan dianalisis. Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: Variabel independen dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas yakni: a. Return on Assets (ROA) ROA adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari total aktiva. ROA dirumuskan sebagai berikut: ROA =
204
Laba bersih Total Asset
b. Return on Equity (ROE) Rasio ini menunjukkan bagian keuntungan yang berasal dari Shareholders’ Equity (modal sendiri). ROE dapat dirumuskan sebagai berikut: ROE =
Laba bersih Stockholder's Equity
c. Net Profit Margin (NPM) NPM merupakan perbandingan antara keuntungan (laba) bersih setelah pajak (profit after taxes) dengan penjualan bersih (revenue). Laba bersih NPM = Revenue Variabel dependen penelitian ini adalah harga saham (Y). Harga saham adalah saham yang diperjualbelikan di bursa efek yang diukur dengan mata uang dalam hal ini harga perlembar saham perusahaan yang tercatat dalam LQ45. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan yang tercatat dalam LQ45 di BEI. LQ45 merupakan 45 perusahaan yang terpilih karena memiliki saham-saham dengan likuiditas tinggi. Dan sampel yang digunakan adalah seluruh perusahaan yang menjadi anggota populasi tersebut. Teknik pengumpulan dilakukan dengan data membrowsing situs resmi BEI, Indonesia Stock Exchange (IDX) Online di http://www.idx.co.id dan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan terutama rasio keuangan perusahaan periode 2006. Selain itu juga digunakan data penutupan harga saham bulanan periode tahun 2006. Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Tercatat dalam LQ45 di Bursa Efek Indonesia
Tabel 1 Perusahaan Yang Tercatat Dalam LQ45 di BEI sebagai Sampel No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Kode Perusahaan AALI ADHI ADMG ANTM APOL ASII BBCA BBRI BDMN BLTA BMRI BNBR BNGA BNII BRPT BTEL BUMI CMPN CTRS ENRG GGRM GJTL INCO INDF INKP INTP ISAT KIJA KLBF LPKR LSIP MEDC MPPA PGAS PNBN PNLF PTBA RALS SMCB SMRA TKIM TLKM UNSP UNTR UNVR
Volume 1, Nomor 2, September 2012
Nama Perusahaan Astra Agro Lestari Tbk Adhi Karya (Persero) Tbk Polychem Indonesia Tbk Aneka Tambang (Persero) Tbk Arpeni Pratam Ocean Line Tbk Astra International Tbk Bank Central Asia Tbk Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Bank Danamon Indonesia Tbk Berlian Maju Tanker Tbk Bank Mandiri (Persero) Tbk Bank Niaga Tbk Bakrie & Brothers Tbk Bank International Indonesia Tbk Barito Pacific Timber Tbk Bakrie Telecom Tbk Bumi Resources Tbk Citra Marga Nusaphala Persada tbk Ciputra Surya Tbk Energi Mega Persada Tbk Gudang Garam Tbk Gajah Tunggal Tbk International Nickel Ind. Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk Indah Kiat Pulp & Paper Tbk Indocement Tunggal Prakasa Tbk Indosat Tbk Kawasan Industri Jababeka Tbk Kalbe Farma Tbk Lippo Karawaci Tbk PP London Sumatera Tbk Medco Energi International Tbk Matahari Putra Prima Tbk Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Bank Pan Indonesia Tbk Panin Life Tbk Tambang Batubara Bukit Asam Tbk Ramayana Lestar Sentosa Tbk Holcim Indonesia Tbk Summarencon Agung Tbk Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk Telekomunikasi Indonesia Tbk Bakrie Sumatra Plantations Tbk United Tractors Tbk Unilever Indonesia Tbk
205
Jufrizen
Juga dengan mengumpulkan jurnal-jurnal dan karya ilmiah yang berkaitan dengan judul penelitian ini, bahan-bahan bacaan khususnya yang memuat tentang teori portofolio dan investasi, manajemen investasi dan keuangan. Analisis statistik dilakukan dengan regresi linear berganda dengan metode kuadrat terkecil biasa (method of ordinary least squares) yang mempunyai asumsi: tidak ada autokolerasi, tidak ada heteroskedastisitas, dan tidak ada multikilinearitas (Imam Ghozali,2005; 82). Asumsi yang lain adalah mengenai normalitas data. Untuk memperoleh data yang normal, beberapa cara transformasi data dapat dilakukan atau dengan membuang data outlier. Model regresi linear berganda: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ε Dimana : Y = Harga saham X1 = Return on Assets (ROA) X2 = Return on Equity (ROE) X3 = Net Profit Margin (NPM) a = Konstanta b1(…3) = Koefisien regresi masing-masing X ε = Stochastic Error Term atau kesalahan pengganggu Pengujian hipotesis pada penelitian ini yaitu rasio keuangan dari Rasio Profitabilitas yang terdiri dari Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), dan Net Profit Margin (NPM) berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap harga saham. Pengujian hipotesis dilakukan dengan pengujian statistik yang terdiri dari: a. Uji t statistik Untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen pada masing-masing koefisien regresi secara parsial digunakan uji t. Pengujian melalui uji t adalah membangdingkan thitung dengan ttabel pada derajat kepercayaan sebesar 5% dan bila jumlah df adalah 20 atau lebih. Hipotesis yang hendak diuji adalah: H0 : bi = 0, artinya tidak ada pengaruh dari masing-masing variabel independen secara par206
sial terhadap variabel dependen. Ha : bi ≠ 0, artinya ada pengaruh dari masingmasing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut: Ho diterima apabila : thitung < ttabel Ho ditolak apabila : thitung > ttabel b. Uji F statistik Untuk menguji pengaruh secara bersamaan atau simultan antara variabel independent dan variabel dependen digunakan uji F. Pengujian ini menbandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel pada derajat kepercayaan 5%. Ho : b1 = b2 = ……….= bk = 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara semua variabel independen terhadap variabel dependen. Ho : b1 ≠ b2 ≠ …………≠ bk ≠ 0, artinya semua variabel independen secara simultan berpengaruhsignifikan terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut: Ho ditolak jika : Fhitung > Ftabel Ho diterima jika : Fhitung < Ftabel Untuk mempermudah pelaksanaan perhitungan dalam penelitian ini, seluruh analisis statistik dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa program komputer SPSS (Statistical Package for Social Science). Pengolahan data dengan program tersebut akan lebih cepat dan memiliki tingkat ketelitian yang tinggi bila dibandingkan dengan perhitungan yang dilakukan dengan cara manual. HASIL PENELITIAN Hasil Koefisien Regresi Pengujian hipotesis dilakukan secara parsial (uji t), yaitu untuk menguji apakah terdapat pengaruh rasio profitabilitas yang signifikan terhadap harga saham. Pengujian melalui uji t adalah membangdingkan thitung dengan ttabel pada derajat kepercayaan sebesar 5%. Hipotesis yang hendak diuji: Ho : bi = 0 , artinya apakah suatu variabel inJurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Tercatat dalam LQ45 di Bursa Efek Indonesia
dependen bukan merupakan penjelasan yang signifikan terhadap variabel dependen. Ha : bi ≠ 0, artinya apakah suatu variabel independen merupakan penjelasan yang signifikan terhadap variabel dependen.
saham. c. H3: Net Profit Marjin (NPM) berpengaruh terhadap harga saham. Dengan tingkat signifikasi dalam penelitian ini ditentukan sebesar 5% (α=0.05), sehingga dapat dinyatakan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Karena probabilitas lebih besar dari 0,05 atau 0,263 > 0,05. Jadi tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara NPM terhadap harga saham.
Dengan kriteria pengujian adalah sebagai berikut: Ho diterima apabila : thitung < ttabel (probabilitas > 0,05) Ho ditolak apabila : thitung > ttabel (probabilitas < 0,05)
Dari sini dapat disimpulkan bahwa harga saham dipengaruhi oleh ROA, dan dengan melihat nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel independen sebagai berikut: Konstanta sebesar 965,65 menunjukkan bahwa jika ROA, ROE dan NPM dianggap konstan, maka harga saham akan memiliki nilai 965,65. Koefisien regresi ROA sebesar 193,163 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1% terhadap ROA maka akan meningkatkan harga saham sebesar 193,163 dengan anggapan ROE dan NPM adalah tetap. Koefisien regresi ROE sebesar –23,272 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1% terhadap ROE maka akan meningkatkan harga saham sebesar 23,272. Koefisien regresi NPM sebesar 66,366 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1% terhadap NPM maka akan meningkatkan harga saham sebesar 66,366.
Uji parsial (uji t) digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan secara parsial adalah sebagai berikut: a. H1: Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap harga saham. Dengan tingkat signifikansi dalam penelitian ini ditentukan sebesar 5% (α=0,05). Sehingga dapat dinyatakan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima karena probabilitas ROA lebih kecil dari 0,05 atau 0,034 < 0,05. Jadi terdapat pengaruh yang signifikan antara ROA terhadap harga saham. b. H2: Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap harga saham. Dengan tingkat signifikansi dalam penelitian ini ditentukan sebesar 5% (α=0,05). Sehingga dapat dinyatakan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak karena probabilitas lebih besar dari 0,05 atau 0,613 > 0,05. Jadi tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ROE terhadap harga
Maka persamaan matematis dari regresi tersebut adalah:
Tabel 2 Regresi I Regresi Linear Berganda ROA, ROE dan NPM terhadap Harga Saham Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model
B
Std. Error
(Constant) 965.650 895.442 ROA 193.163 87.985 ROE -23.272 45.719 NPM 66.366 58.506 a Dependent Variable: HARGA SAHAM
Standardized Coefficients Beta
1
.535 -.123 .174
Correlations t 1.078 2.195 -.509 1.134
Sig. .287 .034 .613 .263
Zeroorder
Partial
.520 .410 .384
.324 -.079 .174
Part .288 -.067 .149
Sumber: Hasil Olah Data. Volume 1, Nomor 2, September 2012
207
Jufrizen
Y = 965,65+ 193,163 ROA – 23,272 ROE + 66,366 NPM + ε
Ho = Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) dan Net Profit Marjin (NPM) secara simultan tidak berpengaruh terhadap harga saham. H4 = Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) dan Net Profit Marjin (NPM) secara simultan berpengaruh terhadap harga saham.
Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi antara masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat dari nilai correlations partial pada tabel di atas, adalah sebagai berikut: a. Nilai correlations partial yang dimiliki Return On Asset (ROA) sebesar 10,5% menunjukkan bahwa hubungan ROA terhadap harga saham sebesar 10,5% . b. Nilai correlations partial yang dimiliki Return On Equity (ROE) sebesar 0,62% menunjukkan bahwa hubungan ROE terhadap harga saham sebesar 0,62%. c. Nilai correlations partial yang dimiliki Net Profit Marjin (NPM) sebesar 3,03% menunjukkan bahwa hubungan NPM terhadap harga saham sebesar 3,03%.
Penentuan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (5%). Menentukan penerimaan dan penolakan Ho, yakni dengan melihat nilai signifikansinya. Dari hasil regresi diketahui bahwa tingkat signifikansi uji F adalah 0,002. dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa Ho ditolak dan menerima Ha/ H4 atau semua variabel independen dalam model regresi ini secara simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
Uji F statistik Berikut ini adalah hasil analisis regresi secara simultan untuk melihat pengaruh variabelvariabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Dengan langkah pengujian hipotesis sebagai berikut: Kriteria pengujian hipotesis Uji F:
Untuk regresi dengan lebih dari dua variabel bebas, digunakan adjusted R² sebagai koefisien determinasi. Pada tabel di atas, besarnya adjusted R² adalah 0,243. Menunjukkan bahwa hubungan antara ketiga variabel independen dengan variabel dependen adalah positif. Semakin tinggi R² yang disesuaikan (adjusted R²) akan semakin baik suatu model regresi, karena variabel independen
Tabel 3 Uji F ANOVA(b) Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
221056393.042 529336569.241 750392962.284
3 41 44
73685464.347 12910648.030
F
Sig.
5.707
.002(a)
a Predictors: (Constant), NPM, ROE, ROA b Dependent Variable: HARGA SAHAM Sumber: Hasil Olah Data Tabel 4 Adjusted R² Model Summary(b) Model
R
1
.543(a)
R Square .295
Adjusted R Square .243
Std. Error of the Estimate 3593.13902
a Predictors: (Constant), NPM, ROE, ROA b Dependent Variable: HARGA SAHAM Sumber: Hasil Olah Data
208
Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Tercatat dalam LQ45 di Bursa Efek Indonesia
bisa menjelaskan variabel dependen lebih besar. Dari tabel tersebut ditunjukkan bahwa 24,3% harga saham dapat dijelaskan oleh ROA, ROE dan NPM. Sedangkan sisanya, sebesar 75,7% (100% – 24,3%), dijelaskan oleh faktor–faktor atau variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan sebagai variabel bebas dalam penelitian ini.
harga saham disebabkan nilai dari total equitas dari perusahaan-perusahaan yang tercatat dalam LQ45 tidak terlalu besar. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryanto et al.(2003) dan Edi Subiyantoro (2003) namun konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamdam Junaldi (2007).
PEMBAHASAN
3. Net Profit Margin (NPM) tidak berpengaruh terhadap harga saham. NPM merupakan salah satu rasio yang dapat mempengaruhi harga saham, sesuai dengan teori yang menyatakan semakin besar nilai NPM maka kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan pada penjualan tertentu meningkat, sehingga harga saham juga meningkat. Namun dalam penelitian ini diperoleh bahwa NPM tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hal tersebut disebabkan oleh tingkat penjualan yang rendah diperoleh dari sebagian besar perusahaan kelompok LQ45. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryanto et al.(2003) yang menunjukkan bahwa NPM atau marjin keuntungan bersih (MKB) tidak berpengaruh terhadap harga saham.
1. Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap harga saham. ROA merupakan salah satu rasio yang positif mempengaruhi harga saham, sesuai dengan teori yang menyatakan semakin besar nilai ROA maka kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada tingkat asset yang dimiliki oleh perusahaan meningkat, sehingga harga saham pun juga semakin meningkat. Dengan tingkat probabilitas yang dimiliki oleh ROA sebesar 0,034 dan lebih kecil dari tingkat signifikan yang ditentukan sebesar 0,05 atau 0,034 < 0,05. Maka Ho ditolak dan menerima Hipotesis yang menyatakan ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham (H1). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian I.G.K.A. Ulupui (2005) dan Sunarto (2001) yang menjelaskan bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 2. Return On Equity (ROE) tidak berpengaruh terhadap harga saham. ROE merupakan salah satu rasio yang dapat mempengaruhi harga saham, sesuai dengan teori yang menyatakan semakin besar nilai ROE maka kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu yang dimiliki oleh perusahaan meningkat, sehingga harga saham juga semakin meningkat. Namun dalam penelitian ini hasil yang diperoleh adalah menentang pada teori tersebut. Tidak berpengaruhnya ROE terhadap
Volume 1, Nomor 2, September 2012
4. Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) secara simultan berpengaruh terhadap harga saham. Dari hasil regresi diketahui bahwa tingkat signifikan uji F adalah sebesar 0,002 dimana lebih kecil dari pada 0,05; yang artinya Ho ditolak dan menerima Ha/H4 ang menyatakan bahwa semua variabel independen dalam model regresi ini secara simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryanto et al.(2003) yang menyatakan bahwa secara simultan (PA, PE dan MKB) tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap harga saham
209
Jufrizen
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan di bab sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Return On Assets (ROA) berpengaruh signifikan terhadap harga saham dengan tigkat probabilitas (Sig.) sebesar 0,034 (α= 34%), dimana tingkat probabilitas ini lebih kecil dari 0.05. 2. Return On Equity (ROE) tidak berpengaruh terhadap harga saham dengan tingkat profitabilitas sebesar 0,613. 3. Net Profit Marjin (NPM) tidak berpengaruh terhadap harga saham dengan tingkat profitabilitas sebesar 0,263. 4. Terdapat pengaruh yang signifikan antara Rasio Profitabilitas yang terdiri dari rasio return on assets (ROA), return on equity (ROE) dan net profit marjin (NPM) terhadap harga sa-
210
ham secara simultan, karena dari hasil regresi didapat bahwa probabilitas (Sig.) uji F adalah sebesar 0,002 dimana nilai probabilitas (Sig.) lebih kecil dari pada 0,05. Saran Peneliti berikutnya diharapkan melakukan penelitian lebih lanjut dengan: 1. Menambahkan atau memasukkan kriteria perusahaan yang aktif dan listing di Bursa Efek Indonesia dalam pengambilan sampel, agar hasil yang diperoleh lebih valid. 2. Menambahkan tahun pengamatan agar dapat membandingkan hasil peneliti dengan penelitian terdahulu. 3. Menggunakan atau menambahkan variabel lain seperti rasio keuangan maupun ukuran kinerja perusahaan yang lainnya.
Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Tercatat dalam LQ45 di Bursa Efek Indonesia
Referensi Abdul Halim, Analisis Investasi, Edisi 2. Salemba Empat 2003. Abdul Halim dan Mamduh M. Hanafi, Analisis laporan Keuangan. UPP AMP YKPN 2000. Hamdan Junaldi, Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Dan Kurs Valuta Asing Terhadap Return Saham Sektor Telekomunikasi Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2003-2005. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta 2007. Haryanto dan Toto Sugiharto, Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Industri Minuman Di BEJ. FE Universitas Gunadarma. Jurnal Ekonomi & Bisnis No. 3 Jilid 8, Tahun 2003. Hengky, Pengaruh Pergerakan Rasio Profitabilitas Emiten Terhadap Perubahan Harga Saham. FE Universitas Gunadarma. Majalah Ekonomi dan Komputer No. 3 Tahun XII-2004. I G K A. ULUPUI, Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, Dan Profitabilitas Terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Dengan Kategori Industri Barang Konsumsi Di BEJ). Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana 2005. Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Imam Ghozali (2005), Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Indonesia Stock Exchange (IDX) Online di http://www.idx.co.id . Jogiyanto (2003), Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 3. Yogyakarta: Balai Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Keown, Martin, Petty, Scott Jr, Manajemen Keuangan Prinsip-prinsip dan Aplikasi, Edisi Kesembilan Jilid 1. Indeks 2004. Njo Anastasia, Yanny Widiastuty Gunawan dan Imelda Wijiyanti, Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti di BEJ. FE Universitas Kristen Petra. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 5. No. 2 Nop 2003 Subiyantoro, Edi dan Fransisca Andreani, Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham (Kasus Perusahaan Jasa Perhotelan yang Terdaftar Di Pasar Modal Indonesia). Universitas Merdeka Malang dan Universitas Kristen Petra 2003. Sunarto, Pengaruh Rasio Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur Di BEJ. STIE Stikubank Semarang 2001. Weston, J. Fred & Thomas E. Copeland, Manajemen Keuangan, Edisi 9. Penerbit Binarupa Aksara 2000. Zaki Baridwan (1997), Intermadiate Accounting, Edisi 7. Yogyakarta: Balai Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.
Volume 1, Nomor 2, September 2012
211
Jufrizen
212
Jurnal Visioner & Strategis
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Farmasi
Jurnal Visioner & Strategis
Volume 1, Nomor 2, September 2012 ISSN: 2338-2864 p. 213-220
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Farmasi Studi pada Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia
The objectives of this research is to analyze the financial performance of the pharmaceutical companies in Indonesia Stock Exchange using Economic Value Added. The use of EVA approach in research is expected to describe the rate of return generated wealth for investors and companies. From the results of the study found the average pharmaceutical company has a positive EVA rnilai. This shows that the company is able to produce effective performance and management company is able to generate wealth for companies and investors. more attention to the company’s cost of capital in order not greater than the profits from the company, because it would be difficult to give a firm lead to the return demanded by investors and continue to improve the competitiveness and reform in terms of management, finance, production and other sectors.
Rizkie Hizada Pegawai Swasta
Wahyuddin
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe
Keywords: Economic value added, competitiveness, performance
Volume 1, Nomor 2, September 2012
213
Rizkie Hizada & Wahyuddin
Latar Belakang Salah satu departemen yang paling penting dalam mencapai tujuan suatu perusahaan adalah departemen keuangan yang dipimpin oleh manajer keuangan. Yang dilihat dari departemen keuangan ialah bagaimana kinerja dari pada departemen keuangan tersebut dalam mengelola sumber dana yang sudah ada dan mengalokasikan sumber dana tersebut ke departemen lain secara efektif dan efisien. Dana yang sudah di alokasikan ini kemudian harus dikelola kembali, karena dalam periode berjalan perusahaan akan memperoleh sejumlah penghasilan, baik dari pendapatan yang berupa hasil penjualan maupun dari pendapatan lainnya. Seluruh pendapatan dan pengeluaran yang sudah diperoleh ini harus dilaporkan oleh manajer keuangan dalam bentuk laporan keuangan baik yang berbentuk neraca, laporan laba rugi, arus kas, maupun laporan lainnya per periode. Kinerja berasal dari kata performance, kinerja dinyatakan sebagai prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan tersebut. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Menurut Sulistiyani (2003: 223), kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya, sebagai hasil kerja yang dicapai oleh individu yang disesuaikan dengan peran atau tugas individu tersebut dalam suatu perusahaan pada suatu periode waktu tertentu, yang dihubungkan dengan suatu ukuran nilai atau standar tertentu dari perusahaan dimana individu tersebut bekerja. Selain dari pada analisis rasio, terdapat salah satu unit analisis yang dapat di gunakan untuk mengukur kinerja dan laporan keuangan yang disebut Economic Value Added (EVA). Menurut Rudianto (2006:340) Economic Value Added adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital). 214
Tunggal (2001), Economic Value Added sebagai indikator dari keberhasilan manajemen dalam memilih dan mengelola sumber-sumber dana yang ada di perusahaan tentunya juga akan berpengaruh positif terhadap return pemegang saham. Di dalam konsep EVA memperhitungkan modal saham, sehingga memberikan pertimbangan yang adil bagi para penyandang dana perusahaan. Analisis sekuritas menemukan bahwa harga saham mengikuti EVA jauh lebih dekat dibanding faktor lainnya seperti tiga laba persaham, margin operasi. Korelasi ini terjadi karena EVA benar-benar diperhatikan investor. Apabila nilai EVA suatu perusahaan meningkat, maka kinerja perusahaan semakin baik sehingga kesejahteraan para pemegang saham dapat ditingkatkan. Return pemegang saham akan menyangkut dengan prestasi perusahaan di masa depan, karena harga saham (juga deviden) yang diharapkan oleh pemodal merupakan nilai intrinsik yang menunjukkan prestasi dan resiko saham tersebut dimasa yang akan datang. Industri farmasi merupakan salah satu tempat dimana apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian terutama yang menyangkut pengadaan, pengendalian mutu sediaan farmasi, penyimpanan, pendistribusian, dan pengembangan obat. Sasaran utama industri farmasi adalah memproduksi obat jadi dengan mengutamakan keamanan, keefektifan, kualitas, dan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Persaingan antar industri farmasi semakin meningkat di tahun 2010, baik dari industri farmasi yang sudah lama berdiri, maupun dari industri farmasi yang baru berdiri. Tabel 1.1 memperlihatkan Perrusahaan ini senantiasa berusaha meningkatkan daya saingnya melalui pembaharuan, baik dari segi manajemen, keuangan, maupun teknologi produksinya agar menghasilkan produk farmasi bermutu, berkhasiat, dan terjangkau. Salah satu hal yang menjadi perhatian penting bagi perusahaan farmasi untuk meningkatkan persaingan dan menarik minat dari para investor untuk menginvestasikan modalnya yaitu bagaimana kinerja manajer keuangan perusahaan tersebut. Seorang manajer keuangan atau pihakpihak lain yang terlibat dalam bidang keuangan Jurnal Visioner & Strategis
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Farmasi
harus dapat menyediakan laporan keuangan perusahaannya, karena laporan keuangan merupakan salah satu media yang dapat di gunakan untuk melihat kondisi perusahaan. Yang dapat di pakai dari laporan keuangan untuk melihat kondisi perusahaan salah satunya adalah laba-rugi atau laba bersih dari perusahaan. TINJAUAN Teoritis Informasi keuangan berasal dari internal perusahaan dan pihak eksternal. Informasi keuangan internal merupakan data akuntansi perusahaan yang dapat berupa penjualan, profit, operasinya, total aktiva dan lain-lain. Mulyadi (2001: 419) Kinerja keuangan adalah penetuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Menurut Anthony dan Gouvindarajan (2002: 177) mengatakan kinerja keuangan merupakan suatu gambaran kemampuan keuangan perusahaan untuk mencapai target keuangan perusahaan dan bagaimana kondisi manajemen perusahaan tersebut kepada masyarakat. Sedangkan informasi keuangan eksternal berupa hasil kajian dari para analisis dan konsultan keuangan yang dipublikasikan. Pengukuran kinerja perusahaan yang umum adalah pengukuran terhadap tingkat likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas. Istilah kinerja atau performance seringkali dikaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Menurut Wirawan (2009: 5) Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fugsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumberdayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi para karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran. Pengukuran kinerja perusahaan meliputi Volume 1, Nomor 2, September 2012
proses perencanaan, pengendalian, dan proses transaksional bagi kalangan perusahaan sekuritas, fund manager, eksekutif perusahaan, pemilik, pelaku bursa, kreditur, serta stakeholder lainnya. Penilaian kinerja perusahaan oleh stakeholder digunakan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kepentingan mereka terhadap perusahaan. Kepentingan terhadap perusahaan tersebut berkaitan erat dengan harapan kesejahteraan yang mereka peroleh. Penilaian kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi perusahaan, karena pengukuran tersebut digunakan sebagai dasar untuk menyusun sistem imbalam dalam perusahaan, yang dapat mempengaruhi perilaku pengambilan keputusan dalam perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan bertujuan untuk : 1. Memberikan informasi yang berguna dalam membuat keputusan penting mengenai asset yang digunakan dan memacu para manajer untuk membuat keputusan yang menyalurkan kepentingan perusahaan. 2. Mengukur kinerja unit usaha sebagai suatu entitas usaha). Pengukuran kinerja keuangan mempunyai arti yang penting bagi pengambilan keputusan baik bagi pihak intern maupun ekstern perusahaan. Laporan keungan merupakan alat yang dijadikan acuan penilaian untuk meramalkan kondisi keuangan, operasi dan hasil usaha perusahaan. Menurut Mahmud dan Halim (2003, 75) ukuran kinerja meliputi rasio-rasio berikut : a. Rasio Likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih. b. Rasio Aktivitas mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas aset. c. Rasio Solvabilitas mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajibankewajiban jangka panjangnya. d. Rasio Profitabilitas mengukur seberapa kemampuan perusahaan menghasilkan laba 215
Rizkie Hizada & Wahyuddin
(Profitabilitas). e. Rasio Pasar mengukur perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai pasar. Rasio Keuangan sebagai pengukuran kinerja keuangan dalam laporan keuangan perusahaan dapat digunakan sebagai salah satu dasar untuk memprediksi laba bersih dan dividen pada masa yang akan datang. Cara yang digunakan untuk mendukung prediksi tersebut adalah dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan. Analisis tersebut mengkombinasikan hubungan antara komponen keuangan yang satu dengan komponen keuangan yang lain. Pada umumnya, hubungan tersebut dilihat dari rasio antara komponen-komponen keuangan yang satu dengan yang lain. Dalam konteks manajemen keuangan, analisis tersebut dikenal dengan analisis rasio keuangan. Analisis rasio ini berguna untuk membandingkan kinerja perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain atau membandingkan kinerja satu perusahaan pada tahun ini dengan tahun yang lainnya. Economic Value Added merupakan indikator tentang adanya penmbahan nilai dari suatu investasi. Economic Value Added yang positif menunjukkan bahwa maajemen perusahaan berhasil meningkatkan nilai perusahaan bagi pemilik perusahaan sesuai dengan tujuan manajemen keuangan memaksimumkan nilai perusahaan. Arifin, (2004:131), Economic Value Added atau diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia menjadi nilai tanbah ekonomis (NITAMI) merupakan sebuah model yang relatif baru dalam penilaian kinerjka keuangan. EVA merupakan alat pengukuran kinerja perusahaan untuk menilai tingkat keberhasilan suatu kegiatan dari suatu kepentingan dan harapan penyandang dana (pemegang saham). Menurut Brigham (2006: 68) Economic Value Added adalah nilai yang ditambahkan oleh manajemen kepada pemegang saham selama satu tahun tertentu. Sedangkan menurut Rahardjo (2005: 123) mendefinisikan EVA sebagai laba usaha dikurangi dengan pajak dan biaya bunga
216
atas hutang serta dikurangi cadangan untuk biaya modal. Menurut Sawir (2000: 48) Economic Value Added adalah laba operasi setelah pajak dikurangi dengan total biaya modal, dan untuk meningkatkan EVA dapat di lakukan dengan cara : yang pertama memperoleh lebih banyak laba tanpa menggunakan lebih banyak modal, dan yang kedua memperoleh pengembalian (return) yang lebih tinggi daripada biaya modal atas investasi baru. Adanya EVA menjadi relevan untuk mengukur kinerja berdasarkan nilai ekonomis yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Dengan adanya EVA, maka pemilik perusahaan akan memberikan imbalan aktivitas yang menambah nilai dan membuang fasilitas yang merusak atau mengurangi nilai keseluruhan suatu perusahaan dan membantu manajemen dalam hal menentukan tujuan internal perusahaan untuk implikasi jangka panjang dan bukan jangka pendek saja. Suatu sistem pengukuran kinerja dalam perusahaan harus dapat membedakan aktivitas yang value added dengan aktivitas yang non value added. Pembagian ini diperlukan sehingga manajemen organisasi dapat fokus untuk mengurangi biaya-biaya yang timbul akibat aktivitas yang non value added. Dengan mengkomunikasikan secara awal bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai bukan laba, sehingga para manajer menjadi lebih terfokus pada penciptaan nilai dan bukan mengejar laba yang besar. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, penulis menggunakan perusahaan farmasi sebagai objek penelitian ini untuk di analisis. Telah disebutkan bahwa dengan laporan keuangan, perusahaan dapat melihat kemajuan maupun kemunduran juga masalah-masalah yang di alami perusahaannya. Untuk mengetahui hal tersebut maka penulis tertarik menganalisis kinerja keuangan dengan menggunakan metode economic value added pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Visioner & Strategis
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Farmasi
HASIL PENELITIAN Dari perhitungan kinerja keuangan yang diukur dengan menggunakan EVA akan dapat diketahui apakah perusahaan dapat menciptakan nilai yang diharapkan oleh investor atau tidak. Analisis yang telah dilakukan untuk perusahaan farmasi dari tahun 2007-2010, rata-rata perusahaan memiliki nilai yang positif dan hanya terdapat beberapa perusahaan yang memiliki nilai EVA negatif, yaitu PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk tahun 2007, PT. Schering-Plough Indonesia Tbk pada tahun 2010 dan PT. Taisho Pharmaceutical Tbk pada tahun 2009-2010. Untuk kinerja keuangan PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk nilai EVA untuk tahun 2007 adalah Rp. -96.179.844.000, kemudian pada tahun 2008 sebesar Rp. 12.847.574.240 atau meningkat dari tahun sebelumnya dari nilai EVA < 0 menjadi nilai EVA > 0, pada tahun 2009 hasil yang diperoleh sebesar Rp. 16.684.231.395 atau meningkat dari tahun 2008 sebesar Rp. 3.836.657.155, pada tahun 2010 juga mengalami peningkatan meenjadi Rp. 22.586.076.670. kemudian untuk PT. Indofrma Tbk. Kinerja keuangan tahun 2007 memperoleh hasil sebesar Rp. 6.876.194.721, pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi Rp. 2.415.191.658, dan pada tahun 2009 perusahaan ini terus mengalami penurunan dan hanya memperoleh nilai sebesar Rp. 370.116.651, Namun terjadi perubahan pada tahun 2010 nilai perusahaan meningkat menjadi Rp. 6.095.068.366. Begitu juga untuk perusahaan-perusahaan lainnya, ada yang terjadi peningkatan terus menerus setiap tahunnya, ada yang mengalami peningkatan pada tahun pertama namun mengalami penurunan di tahun kedua dan mengalami peningkatan lagi pada tahun ketiga dan mengalami penurunan lagi di tahun ke empat, begitu juga sebaliknya. Dari data jelas terlihat bahwa dari 9 perusahaan farmasi, sebagian besar kinerja keuangannya dalam keadaan baik dan memiliki nilai EVA >
Volume 1, Nomor 2, September 2012
0, seperti PT. Pyridam farma Tbk. ditahun 2007 memiliki nilai EVA positif atau EVA > 0 dan terus meningkat pada setiap tahunnya sampai tahun 2010, yang berarti perusahaan dalam keadaan baik dan mampu menghasilkan nilai tambah ekonomis melalui kegiatan-kegiatan operasionalnya sehingga mampu membayar kewajibannya kepada investor-investor atau penyedia dan dan mampu menghasilkan laba bagi perusahaan. Namun ada beberapa perusahaan yang memiliki nilai EVA < 0, seperti PT. Taisho Pharmaceutical Tbk pada tahun 2007 mimiliki nilai EVA yang positif dan terjadi peningkatan pada tahun 2008, Namun terjadi penurunan pada tahun 2009 dan 2010 yang memiliki nilai EVA yang negatif atau EVA < 0 KESIMPULAN 1. Economic Value Added yang di hasilkan oleh perusahaan farmasi rata-rata bernilai positif. Nilai EVA PT. Indofarma Tbk, PT. Kimia Farma Tbk. PT. Kalbe Farma Tbk. PT.Merck Tbk. PT. Pyridam Farma Tbk, PT. Tempo Scan Pacific Tbk tahun 2007, 2008, 2009, 2010. Nilai EVA PT. Darya-Varia Laboratoria tahun 2008, 2009, 2010 Nilai EVA PT. Schhering-Plough Indonesia Tbk, tahun 2007, 2008, 2009. Nilai EVA PT. Taisho Pharmaceutical Tbk, tahun 2007, 2008. Ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu memberikan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor. 2. Beberapa perusahaan yang memiliki nilai EVA negatif yang artinya perusahaan tidak mampu memberikan pengembalian yang di harapkan oleh investor. Perusahaan yang memiliki nilai EVA < 0, PT Darya-Varia Laboratoria Tbk, tahun 2007. Nilai EVA PT. Schhering-Plough Indonesia Tbk, tahun 2010. Nilai EVA PT. Taisho Pharmaceutical Tbk, tahun 2009 dan tahun 2010. Dari hasil tersebut membuktikan perusahaan dalam keadaan kurang baik.
217
Rizkie Hizada & Wahyuddin
Saran 1. Kepada perusahaan agar dapat meninggkatkan produktifitas dan penjualan untuk meninggkatkan laba agar laba tidak lebih rendah dari pajak. 2. Kepada perusahaan agar dapat memperhatikan biaya modal agar tidak lebih besar daripada laba yang diperoleh perusahaan, karena akan mengakibatkan perusahaan sulit untuk memberikan pengembalian yang dituntut oleh investor. 3. Kepada perusahaan agar terus meningkatkan daya saing dan melakukan pembaharuan dari segi manajemen, keuangan, produksi dan sektor lainnya.
218
Jurnal Visioner & Strategis
Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Farmasi
REFERENSI Arifin, Johar, (2004), Analisis Laporan Keuangan Berbasis Komputer, Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta. Brigham, Eugene F & Houston, Joel F. (2006). Fundamentals of Financial Management. Tenth Edition, Yulianto, Ali Akbar (Penerjemah). 2006. Dasar- dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kesepuluh, Jakarta: Salemba Empat. Fianka, Vandana. (2008). Pengertian Kinerja. Retrieved November 12, 2010, from http://fianka. wordpress.com/2008/09/11/pengertian-kinerja/ Mamduh, Hanafi dan Abdul Halim. (2003). Analisis Laporan Keuangan. YKPN, Yogyakarta. Harahap, Sofyan Syafri, (2006), Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi 5, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hastuti, Theresia, 2005. dalam Ayu (2006.) Hubungan Antara GCG dan Struktur Kepemilikandengan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VII. Iramani dan Febrian, Erie. (2005). Financial Value Added: Suatu Paradigma dalam Pengukuran Kinerja dan Nilai Tambah Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 7 No. 1 Mei 2005. Khosim, Nur dan Idjang Soetikno, (2006), Keterkaitan Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Alat Ukur ROA, EVA dan MVA terhadap Retuurn Saham Pada Perusahaan Manufaktur di BEJ, Jurnal Akuntansi Indonesia (JAI). Volume2. No.1, Maret. Hal.17–28. Universitas Diponegoro. Semarang. Mahmud, Abdul Halim. (2003). Analisis Laporan Keuangan, Cetakan Pertama, UPP STIE YKPN, Yogyakarta. Mulyadi. (1997). Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi Kedua, STIE YKPN, Yogyakarta. Mulyadi. (2001). Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi 3, Salemba Empat, Ugm, Yogyakarta. Munawir (2002) Analisis Informasi Keuangan. Liberty, Yogyakarta Pranata, Yudha (2007). Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Rahardjo, Budi. (2005). Laporan Keuangan Perusahaan: Membaca, Memahami dan Menulis. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Robert N. Anthony & Vijay Gouvindarajan, penerjemah F.X. kurniawan Tjakrawala, M.Si.Ak, (2002). Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta. Rudianto. (2006). Akuntansi Manajemen. Jakarta: PT Grasindo Sawir, Agnes (2005). Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Sugiono (2004) Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung Sukardi (2003), Metodologi Penelitian Pendidikan, Cetakan Pertama, Bumi Aksara, Jakarta. Sulistiyani, Ambar T. dan Rosidah (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Volume 1, Nomor 2, September 2012
219
Rizkie Hizada & Wahyuddin
Tunggal, Amin Wijaja (2001). Audit Laporan Keuangan, AVR. Haravindo. Wirawan. (2009). Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia: Teori, Aplikasi dan Penelitian. Jakarta: Salemba Empat (www.idx.com). Retrieved on Monday, January 24, 2011. at 20.30 wib.
220
Jurnal Visioner & Strategis
Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Masyarakat dalam Memilih Jasa Pelatihan... Jurnal Visioner & Strategis Volume 1, Nomor 2, September 2012 ISSN: 2338-2864 p. 221-226
Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Masyarakat dalam Memilih Jasa Pelatihan Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Aceh Utara
The purpose of this study is to analyze the influence of service quality to satisfaction of the trainees in Balai Latihan Kerja (BLKI) Aceh Utara. The data used is the primary data obtained by distributing questionnaires. Data processed by the method of Multiple Linear Regression using SPSS 15.0. Variable used is the tangibles (X1), reliability (X2), responsiveness (X3), assurance (X4), empathy (X5) as independent variables and anxiety trainee satisfaction in Industrial Training Center (BLKI) North Aceh as the dependent variable (Y). Processing of the data was obtained: Y = -0.560 + 0.287 + 0.088 X1 + 0.275 X2 + 0.178 X3 + 0.172 X4 X5. Correlation coefficient (R) of 0.852 indicates a significant and positive relationship between quality of service to the satisfaction of the trainee and adjusted R2 is 0.712 indicates that 0.712% of the variation of trainee satisfaction can be explained by five variables of service quality. The research conclude that the services provided by Balai Latihan Kerja (BLKI) Aceh Utara has been qualified for the quality service and physical appearance (X1) has a dominant influence on people’s satisfaction. Based on the research recommended to Balai Latihan Kerja (BLKI) Aceh Utara in order to further improve the reliability dimension of service quality because this variable has the smallest influence in comparison with other dimensions of service quality, then also suggested in future to be further enhance the quantity of participants. It is also expected in the future to run a micro, small and medium business built by Balai Latihan Kerja (BLKI) Aceh Utara and it has a distinctive product of Balai Latihan Kerja (BLKI) Aceh Utara.
Siti Maimunah
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe
Keywords: Quality, service, satisfaction, BLKI
Volume 1, Nomor 2, September 2012
221
Siti Maimunah
Latar Belakang Kemajuan perekonomian dan teknologi dalam era globalisasi semakin menuntut tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas dan kompeten disegala sektor usaha, agar mampu menghadapi persaingan maka perlu adanya peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) agar memiliki kompetensi pada bidangnya masing-masing. Untuk menyiapkan SDM yang bermutu sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar tenga kerja atau dunia usaha/industri, perlu adanya hubungan timbal balik antara dunia usaha/industri dengan pendidikan dan pelatihan bagi peningkatan SDM itu sendiri. Salah satu hubungan timbal balik tersebut adalah pihak dunia usaha/industri harus dapat merumuskan standar kebutuhan kualifikasi SDM yang diinginkan, untuk menjamin kesinambungan usaha atau industri tersebut. Sedangkan dunia pendidikan dan pelatihan akan menggunakan standar tersebut sebagai acuan dalam mengembangkan program dan kurikulum, dan pihak birokrat akan menggunakan sebagai acuan dalam merumuskan kebijakan dalam pengembangan sumber daya manusia secara makro. Standar kebutuhan kualifikasi SDM tersebut diwujudkan kedalam standar kompetensi bidang keahlian yang merupakan refleksi atas kompetensi yang diharapkan dimiliki seseorang yang akan bekerja dibidang tersebut. Disamping standar kompetensi yang baik, perlu adanya kualitas pelayanan yang perlu diterapkan, dimana kualitas pelayanan ini mencakup kemudahan administrasi, proses pelaksanaan pendidikan dan pelatihan serta hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan dalam upaya peningkatan SDM tersebut. Konsep penilaian atau pengukuran kualitas pelayanan yang pernah dikembangkan Parasuraman et.al., (dalam Kotler, 2004:445) yaitu bahwa ada lima dimensi kualitas jasa, yaitu tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy. Mengukur kualitas jasa berarti mengevaluasi atau membandingkan kinerja suatu jasa dengan seperangkat standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Sejalan dengan pemikiran diatas pemerintah 222
telah mendirikan Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) di beberapa kota di tiap propinsi di Indonesia, dan salah satunya adalah BLKI Aceh Utara, dengan bertambahnya jumlah penduduk dan perkembangan jaman yang semakin meningkat, menyebabkan kebutuhan akan jasa pelatihan semakin meningkat. BLKI Aceh Utara sendiri telah berusaha memberikan pelayanan yang terbaik dengan fasilitas yang memadai bagi masyarakat khususnya peserta didik, agar mereka merasa puas terhadap jasa yang mereka rasakan dan mereka termotivasi untuk menggunakan jasa pelatihan tersebut. Terciptanya kepuasan masyarakat/peserta didik dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya hubungan antara BLKI dan peserta didiknya menjadi harmonis atau dekat, memberikan dasar yang baik bagi pengunaan ulang atas jasa pelatihan tersebut atau terciptanya loyalitas masyarakat dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang menguntungkan, sebab akan menimbulkan hubungan sebab-akibat dengan bertambahnya tingkat pelayanan yang semakin baik. Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa, penyelenggara pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan yang membentuk keseimbangan hak dan kewajiban. Ukuran keberhasilan penyelenggaraan pelayanan ditentukan oleh tingkat kepuasan penerima pelayanan. Kepuasan penerima pelayanan dicapai apabila penerima pelayanan memperoleh pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan dan diharapkan. Yang dijadikan objek pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang mengikuti pelatihan di BLKI Aceh Utara. Pada tahun 2011 berjumlah 100 orang dan ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada dimensi kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen. Seluruh populasi dijadikan sebagai sampel. Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, penulis menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data dengan menggunakan angket atau kuesioner yang disusun berdasakan kisi-kisi teoritis dalam bentuk skala likert. Kuesioner akan diuji dengan menggunakan pengujian validitas dan reliabilitas. Uji Validitas Jurnal Visioner & Strategis
Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Masyarakat dalam Memilih Jasa Pelatihan...
digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya seuatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2001:135). Valid tidaknya suatu instrumen dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi antara skor item dengan skor totalnya pada taraf signifikansi 5%, itemitem yang tidak berkorelasi secara signifikasi dinyatakan gugur. Apabila probabilitas hasil korelasi lebih kecil dari 0.05 (5%) maka dinyatakan valid dan apabila yang terjadi adalah sebaliknya, maka dinyatakan tidak valid. Katakanlah apabila nilai probabilitas berada di sekitar 0,05 sudah dapat diterima dan dianggap memuaskan (handal). Namun apabila koefisiensi validitas ini kurang dari 0,05 maka dianggap tidak memuaskan. Dalam kaitannya dengan besarnya koefisien korelasi ini, Azwar (2000:153) menyebutkan bahwa koefisien validitas yang tidak begitu tinggi, katakanlah berada di sekitar 0,50 sudah dapat diterima dan dianggap memuaskan (handal). Reliabilitas menunjukkan konsistensi dan stabilitas dari suatu skor atau skala pengukuran (Kuncoro, 2003:154). Untuk mengetahui apakah alat ukur reliable atau tidak, diuji dengan menggunakan metode alpha cronbach. Menurut Nunnally dalam Ghozali (2001:133) suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,60. Metode Analisis Data Dalam menganalisa data, penulis menggunakan metode kuantitatif, dimana data yang diperoleh
akan diolah dengan metode kuantitatif yaitu suatu metode dengan menggunakan angkaangka yang telah diperoleh dilapangan, yang mana pengolahan datanya dianalisa dengan menggunakan model regresi linear berganda dengan menggunakan komputerisasi SPSS (Statistical Package for Social Science). Adapun persamaan regresinya adalah sebagai berikut : Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + ε Dimana : Y = Kepuasan α = Konstanta β1-5 = Parameter yang dicari X1 = Faktor Tampilan Fisik (tangibles) X2 = Faktor Keandalan (reliability) X3 = Faktor Ketanggapan (responsiveness) X4 = Faktor Jaminan (assurance) X5 = Faktor Perhatian (empathy) ε = Error term PEMBAHASAN Dalam penelitian ini kepuasan masyarakat dipengaruhi oleh faktor-faktor kualitas pelayanan yang terdiri dari Tampilan Fisik (Tangibles), Keandalan (Reliability), Ketanggapan (Responsivenes), Jaminan (Assurance) dan Perhatian (Empathy). Secara teoritis kepuasan konsumen dipengaruhi oleh kelima faktor tersebut. Untuk membuktikan hal tersebut digunakanlah analisis regresi linear berganda dalam menguji pengaruh faktor – faktor tersebut terhadap kepuasan konsumen. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Cofficients Unstandardized Coefficients Model
B
Std. Error
1
(Constant) -.560 X1 .287 X2 .088 X3 .275 X4 .178 X5 .172 a. Dependent Variable : Y
1.250 .069 .044 .090 .083 .084
Standardized Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
.330 .118 .258 .174 .173
-.448 4.177 1.997 3.046 2.136 2.049
Sig. .655 .000 .049 .003 .035 .043
Tolerance .466 .832 .404 .440 .409
VIP 2.146 1.202 2.472 2.275 2.446
Sumber : Penelitian (Data Diolah), 2012
Volume 1, Nomor 2, September 2012
223
Siti Maimunah
Analisa ini digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen, melalui X1, X2, X3, X4, dan X5 terhadap Y. Hasil analisa diatas adalah sebagai berikut: Y = -0,560 + 0,287X1 + 0,088X2 + 0,275X3 + 0,178X4 + 0,172X5 Dari hasil formulasi model di atas, konstanta mempunyai koefisien sebesar -0,560 yang berarti bahwa apabila variabel-variabel observasi tidak mengalami perubahan, maka kepuasan masyarakat pada jasa pelatihan Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Aceh Utara sebesar 0,560%. Sementara koefisien variabel Tampilan fisik (X1) sebesar 0,287 yang berarti bahwa apabila tampilan fisik Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) ditingkatkan 1% maka akan meningkatkan kepuasan masyarakat dalam memilih jasa Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) sebesar 0,287%. Koefisien variabel Keandalan (X2) sebesar 0,088 yang berarti bahwa apabila variabel Keandalan (X2) ditingkatkan sebesar 1% maka akan meningkatkan kepuasan masyarakat sebesar 0,088%. Koefisien variabel Ketanggapan (X3) sebesar 0,275 yang berarti bahwa apabila variabel Ketanggapan (X3) ini dapat ditingkatkan 1% maka akan meningkatkan kepuasan masyarakat sebesar 0,275%. Koefisien variabel Jaminan (X4) sebesar 0,178 menunjukkan bahwa apabila variabel Jaminan (X4) dapat ditingkatkan sebesar 1% maka akan meningkatkan kepuasan masyarakat sebesar 0,178%. Sementara koefisien variabel Perhatian (X5) sebesar 0,172, artinya apabila variabel ini ditingkatkan 1% maka akan meningkatkan kepuasan konsumen sebesar 0,172%. Untuk melihat besarnya pengaruh dari variabel Tampilan fisik (X1), variabel Keandalan (X2), variabel Ketanggapan (X3), variabel Jaminan (X4), dan variabel Perhatian (X5) terhadap kepuasan masyarakat dalam memilih jasa pelatihan Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Aceh Utara dapat dilakukan dengan melihat nilai R.
224
Model Summary Model 1
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.726
.712
1.58219
.852
Sumber : Penelitian (Data Diolah), 2012
Berdasarkan hasil pengujian sebagaimana yang tertera pada Tabel Model Summary tersebut, maka ditemukan nilai R sebesar 0,852. Untuk dapat memberi interprestasi terhadap kuat atau lemahnya hubungan itu, maka dapat digunakan pedoman seperti yang tertera pada Tabel berikut: Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00-0,199 0,20-0,399 0,40-0,599 0,60-0,799 0,80-1,000
Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono (2004:183)
Berdasarkan Tabel tersebut, maka koefisien korelasi yang ditemukan sebesar 0,852 berada pada interval 0,80 - 1,000 termasuk pada kategori sangat kuat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di antara variabel kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen terdapat hubungan yang sangat kuat. Seberapa kuat hubungan variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen dapat kita lihat melalui nilai Adjusted R2. Dari hasil penelitian sebagaimana yang tertera pada Tabel Model Summary, ditemukan nilai Adjusted R2 sebesar 0,712 yang berarti pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan masyarakat kuat, selain itu 71,2% dari kepuasan masyarakat dipengaruhi oleh kelima variabel kualitas pelayanan, sementara sisanya sekitar 18,8% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model penelitian. Kesimpulan 1. Kualitas pelayanan yang diberikan oleh Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Aceh Utara mempengaruhi kepuasan masyarakat yang mengikuti pelatihan sebesar 85,2%. Artinya
Jurnal Visioner & Strategis
Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Masyarakat dalam Memilih Jasa Pelatihan...
85,2% kepuasan masyarakat yang mengikuti pelatihan di Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Aceh Utara dipengaruhi oleh kualitas pelayanan. 2. Secara parsial dimensi kualitas pelayanan yang terdiri dari tampilan fisik (tangibles), keandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), jaminan (assurance) dan perhatian (emphanty) berpengaruh terhadap kepuasan peserta pelatihan di Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Aceh Utara yaitu sebesar 0,287 untuk Tampilan fisik (X1), 0,088 untuk Keandalan (X2), 0,275 untuk Ketanggapan (X3), 0,178 untuk Jaminan (X4) dan 0,172 untuk Perhatian (X5). Dengan demikian terlihat bahwa Tampilan fisik (X1) memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap kepuasan masyarakat yang mengikuti pelatihan di Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Aceh Utara. Saran 1. Disarankan kepada pihak Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Aceh Utara untuk dapat lebih meningkatkan dimensi keandalan dari kualitas pelayanan karena dimensi ini merupakan variabel yang memiliki pengaruh terkecil
Volume 1, Nomor 2, September 2012
dibandingkan dengan dimensi kualitas pelayanan lainnya. Hal ini dapat diatisipasi dengan memodifikasi metode pelatihan sehingga para peserta dapat lebih cepat memahami materi yang diberikan, selain itu juga perlu adanya peningkatan soft skill dari instruktur yang bersangkutan, keragaman kejuruan yang diberikan juga dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja saat ini seperti teknik sepeda motor, tata boga, listrik, dan lain – lain. 2. Kepada pihak Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Aceh Utara juga disarankan kedepannya untuk dapat lebih meningkatkan lagi kuantitas peserta pelatihan. Selain itu juga diharapkan kedepannya akan lahir usaha – usaha mikro, kecil dan menengah binaan Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Aceh Utara dan memiliki produk yang khas Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Aceh Utara. 3. Disarankan kepada para peneliti yang hendak melakukan penelitian lanjutan untuk dapat menambahkan variabel lain seperti kepuasan kerja, sehingga kita dapat melihat bagaimana pengaruh kepuasan kerja karyawan Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Aceh Utara terhadap kualitas pelayanan yang diberikan.
225
Siti Maimunah
REFERENSI Azwar, Saifuddin (2000). Reliabilitas dan Validitas. Pustaka Belajar. Yogyakarta. Ghozali, Imam (2001). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Kotler, Philip. (2004). Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium. PT. Prenhallindo. Jakarta. Kuncoro, Mudrajad (2003). Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi. Penerbit Erlangga. Jakarta. Sugiyono (2004). Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.
226
Jurnal Visioner & Strategis
Analisis Keuntungan dan Rentabilitas Ikan Teri Olahan di Kota Lhokseumawe
Jurnal Visioner & Strategis
Volume 1, Nomor 2, September 2012 ISSN: 2338-2864 p. 227-240
Analisis Keuntungan dan Rentabilitas Ikan Teri Olahan di Kota Lhokseumawe
The fish processing business is a household industry of people who live in coastal area implemented by government by giving the capital and development training of business so that will be able to enrich the family income of fishermen, create the benefit and rentability of worker. The most of fish processing is dried Teri (the kind of small fish) and Cob. This processing is done because of a large number of both fish remain and excess stock and high demand of consumer of fish processing. The research purposes to find out how much benefit and the rentability scale received by fish processing worker in Lhokseumawe downtown. The research method used is surveillance method with complete count technically. To find out the appropriate of this business is used the return cost ratio and rentability analysis. The result of survey is shown that the average score of dried Teri product received by worker is Rp. 118.680.000.00 per month, the production cost spent to teri fish with briling is Rp. 95.583.208,33, the benefit obtained of teri fish with briling is Rp. 23.096.791,67 that the score of return cost ratio to teri fish and without briling is 1,28. The average score of Cob product received by worker is Rp. 50.400.000,00, per month and the production cost spent is Rp. 42.554.504,17, the benefit is Rp. 7.845.495,83 that the score of return cost ratio is 1,18. It is shown that the business of Teri fish processing and Cob fish in research area is able to give the excellent benefit. The rentability of Teri fish without briling is 28,11% and Cob fish is 18,44%. The rentability percentage of interest capital is 15% per annum. It is shown that the business of fish processing can give the excellent benefit and proper to be run even though the rentability score of Cob fish 8,44% is less then both of rentability of boiled teri fish It is proved that the Teri processing business is more benefit.
Yusniar
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe
Keywords: Benefit, rentability, fish processing
Volume 1, Nomor 2, September 2012
227
Yusniar
Latar Belakang Menghadapi krisis moneter dan ekonomi perlu dicari peluang ke sektor-sektor ekonomi yang secara komparatif dan kompetitif mampu memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia. Sub sektor perikanan yang merupakan andalan harus mampu mencari terobosan karena potensi sumber daya perikanan laut saja 6,1 juta ton per tahun baru dimanfaatkan 57 %. Alasan yang utama yang mendasar sub sektor perikanan menjadi andalan yaitu pertama: Sumber daya perikanan di Indonesia masih cukup melimpah. Data terakhir menunjukkan potensi sumber daya perikanan laut 6,1 juta ton pertahun baru dimanfaatkan 57 %, kedua: Kontribusi sub sektor perikanan menunjukkan kecenderungan meningkat. Data Produk Domestik Bruto ( PDB ) selama tahun 2007 – 2011 menunjukkan peningkatan rata-rata 5,08%. Ketiga : Sumber daya perikanan sudah sangat dikenal sebagai sumber daya yang menghasilkan komoditas dengan nilai gizi dan nilai ekonomi tinggi. Pemerataan sumber daya ikan hendaknya terwujud dalam perlindungan terhadap kegiatan usaha yang masih lemah seperti petani, nelayan dan petani kecil agar tidak terdesak oleh kegiatan usaha yang lebih kuat. Oleh karena itu dalam rangka pengembangan usaha perlu didorong ke arah kerja sama dalam koperasi. Disamping itu diharapkan pula adanya kerja sama antara perusahaan perikanan yang kuat dengan nelayan/petani ikan kecil atas dasar saling menguntungkan. Salah satu strategi untuk meningkatkan keuntungan adalah memperluas pemasaran melalui pengembangan produk perikanan sebagai terobosan baru dalam menghadapi persaingan pemasaran ikan teri kering, sehingga diharapkan dapat memberikan nilai tambah melalui mutu, gaya, kemasan bentuk produk yang dapat menyerap tenaga kerja dan meningkatkan harga, yang pada gilirannya mendapatkan keuntungan untuk mengembangkan usaha. Provinsi Nanggrou Aceh Darussalam memiliki sumber daya kelautan yang potensial. Keadaan ini disamping didukung oleh daerah lautnya yang luas dan kaya, juga memiliki letak kelautan yang 228
strategis. Berbagai keunggulan yang komperatif harus dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah, disamping itu potensi ini juga dapat memberikan lapangan kerja dan kehidupan yang layak bagi masyarakat yang tinggal di pesisir pantai. Sebagian besar masyarakat Aceh yang tinggal di daerah pesisir bermata pencaharian sebagai nelayan, mereka telah menekuni pekerjaan tersebut secara turun temurun hingga kini. Namun masih ada nelayan melaut dengan menggunakan alat sederhana, umumnya penangkapan ikan masih secara tradisional. Oleh karena itu penghasilan yang mereka peroleh masih sangat terbatas, dan kadang-kadang tidak mencukupi bahkan ada yang harus berhutang dahulu sebelum melakukan aktivitasnya. Penangkapan yang dilakukan oleh masyarakat pesisir dengan menggunakan perahu boat dan pancing tonda serta jaring insang hanyut. Desa pusong adalah desa yang merupakan tempat pendaratan ikan di Kota Lhokseumawe. Urutan hasil ikan yang didaratkan paling banyak selama tahun 2007 s/d 2011 berturut-turut adalah ikan teri, ikan tuna, ikan dancis, dan ikan tongkol. Oleh sebab itu, jenis ikan olahan yang paling banyak diusahakan oleh pengrajin adalah ikan teri kering, sedangkan ikan teri basah (rebus) dilakukan apabila musim hujan dan tidak memiliki panas yang cukup untuk penjemuran ikan. Khusus untuk ikan asin merupakan ikan olahan yang dibumbuhi garam dan dijemur, umumnya dari ikan belanak. Sebagian besar ikan olahan tersebut dipasarkan ke Medan, dan selebihnya dijual di pasar tradisional Kota Lhokseumawe (Tabel 1). Pada mulanya masyarakat membuat ikan olahan untuk konsumsi sendiri dalam jumlah kecil bila harga ikan murah, dengan tujuan sebagai persediaan apabila membutuhkan ikan sewaktu-waktu pada saat harga ikan mahal. Dengan adanya permintaan dari masyarakat, maka para nelayan Pusong memproduksi ikan olahan sebagai usaha industri rumah tangga untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Masyarakat Pusong merupakan nelayan perikanan rakyat yang memiliki permodalan Jurnal Visioner & Strategis
Analisis Keuntungan dan Rentabilitas Ikan Teri Olahan di Kota Lhokseumawe
Tabel 1 Data Produksi Perikanan Tangkap Pelabuhan Pendaratan Ikan Pusong Kota Lhokseumawe, Tahun 2007 - 2011 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Jenis Ikan Alu-alu Bawal hitam Bawal Putih Belanak Biji nangka Cakalang Cuale Dancis Ekor Kuning Ikan kapas Ikan Rucah Ikan Thok Kakap Kerapu Kembung Krisi Kuro/Senangin Layaran Layur Manyung Pari Parang-parang Rambeu Salam Selar Teri Tenggiri Tongkol Tuna Turok/Cancaru Total
Produksi (Ton/Tahun) 2007
2008
2009
2010
2011
110,08 154,68 146,20 113,82 68,73 144,34 74,00 576,41 146,31 76,31 85,84 70,49 118,98 126,52 273,54 86,71 70,75 77,87 166,02 85,44 116,48 66,57 146,32 75,56 80,78 1.023,80 166,81 547,53 883,22 110,16 5.990,27
104,2 145,85 137,75 107,78 64,70 135,98 69,74 553,51 138,81 70,99 80,09 66,38 111,75 119,91 260,36 80,92 65,68 73,43 157,64 79,71 106,5 61,68 138,82 71,23 76,21 1.002,87 157,44 520,19 856,15 94,73 5.711,00
100,58 141,08 134,17 103,03 61,07 131,47 70,63 543,01 132,28 65,25 77,03 63,68 109,82 115,82 255,54 74,92 63,00 72,49 151,59 76,66 104,70 59,10 136,18 67,43 73,25 979,71 154,32 507,64 838,76 95,19 5.559,40
106,77 149,77 144,55 110,43 65,89 140,63 73,39 571,14 143,08 70,86 82,83 66,54 114,46 121,89 271,27 82,72 67,95 75,89 163,35 82,44 110,09 65,92 146,16 70,52 77,76 1.024,64 168,07 549,72 885,10 98,40 5.902,23
107,35 151,40 146,06 111,01 64,44 142,04 72,12 582,11 144,55 67,48 75,65 65,10 115,23 122,84 274,87 73,84 64,50 74,68 164,29 71,15 107,67 60,37 147,70 69,18 73,60 1.130,78 170,15 561,19 940,16 93,65 6.048,25
Sumber : Dinas pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kelautan, 2011.
yang sedikit untuk membuat usaha ikan olahan. Beberapa alasan masyarakat Pusong membuat ikan olahan ini adalah : 1. Adanya permintaan dari masyarakat terhadap ikan olahan tersebut. 2. Banyaknya ikan yang didaratkan sehingga tidak habis terjual. 3. Tidak semua daerah dapat menghasilkan makanan sejenis karena tergantung pada alam yang sesuai dengan bahan makanan tersebut. 4. Besarnya sumber daya hayati laut yang tak akan habis bila penangkapannya dilakukan tidak pada satu jenis ikan saja. 5. Sosial budaya masyarakat Aceh yang sebagian besar mengkonsumsi ikan dalam jumlah besar dibandingkan dengan sayuran. Volume 1, Nomor 2, September 2012
Dampak peningkatan usaha agroindustri ikan olahan terhadap masyarakat cukup banyak antara lain dapat menambah pendapatan keluarga, membuka lapangan usaha baru atau memberi lapangan pekerjaan kepada mereka yang belum memiliki pekerjaan. Usaha agroindustri ikan olahan merupakan usaha sampingan yang tergolong dalam industri rumah tangga yang akhirnya akan menghasilkan pendapatan untuk menambah penghasilan rumah tangga. Walaupun hanya industri rumah tangga yang mengandalkan keterampilan tangan dan alat-alat produksi yang sederhana, usaha ini dapat diteruskan dengan baik sehingga para pekerja dapat meningkatkan produksinya. Dengan bertambahnya jumlah produksi, maka secara tidak langsung akan 229
Yusniar
berpengaruh terhadap pendapatan atau keuntungan yang diterima dari usaha tersebut. Dalam pengolahannya, ikan olahan membutuhkan biaya dan tenaga kerja. Biaya yang dikeluarkan meliputi biaya produksi, biaya upah tenaga kerja, biaya penyusutan bangunan, alat dan mesin serta biaya umum lainnya. Biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha akan mempengaruhi pendapatan atau keuntungan yang diterima oleh pengusaha tersebut. Setiap industri dalam menjalankan usahanya selalu ingin memperoleh pendapatan atau keuntungan yang besar, dimana pendapatan tersebut merupakan jaminan bagi kelangsungan hidup suatu usaha atau aktivitas suatu perusahaan. Besarnya nilai produksi tergantung pada besarnya modal, teknik pengelolaan dan harga jual. Meskipun modal besar tetapi harga jualnya rendah dan pengelolaannya tidak baik maka nilai produksi juga rendah. Jika modal kecil akan tetapi pengelolaannya baik dan harga jualnya tinggi nilai produksi relatif tinggi. Makin besar nilai produksi yang dihasilkan dari usaha tersebut, makin besar pula keuntungan yang diperoleh pengusahanya. Sehubungan dengan permasalahan penelitian ini bertujuan ingin melihat usaha ikan teri kering dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi pengelohan ikan di kota Lhokseumawe. Tinjauan Teoritis Ikan segar, sebagaimana produk pertanian lainnya, bersifat mudah busuk. Jika penanganan kurang baik selama proses pengangkutan dan pemasaran, maka dalam jangka waktu 1 hari; akan tercium bau busuk. Penyebab utama pembusukan ikan adalah aktivitas bakteri atau mikroba lainya yang ada dalam daging ikan. Bakteri ini ada sejak ikan mati ditangkap atau terkontaminasi selama proses pemasaran (Junianto, 2002). Kalau kita perhatikan, proses pemasaran ikan —terutama jenis hasil perikanan laut, untuk sampai ke tangan konsumen akhir atau ibuibu rumah tangga, sangatlah panjang. Prosedur pemasaran ikan melalui beberapa tahapan, yaitu proses pelelangan ke pedagang pengumpul kemudian ke grosir, selanjutnya ke pedagang 230
pengecer dan akhirnya ke konsumen. Tahapan tersebut sekurang-kurangnya memerlukan waktu 1 hingga 2 hari. Karena itu penanganan selama proses pemasaran mempunyai peranan penting dalam menjaga atau mempertahankan kualitas kesegaran ikan. Penilaian kualitas kesegaran ikan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu cara kimia, fisik, mikrobiologi dan organoleptik. Cara organoleptik merupakan cara yang paling mudah untuk dilakukan. Ciri organoleptik ikan segar yang berkualitas baik antara lain: Keadaan bola mata cembung dan cemerlang serta korneanya masih bening; Warna insang merah tua dan cemerlang; Terdapat lendir alami menutupi permukaan ikan yang baunya khas menurut jenis ikan, rupa lender bening dan cemerlang; Warna kulit belum pudar atau cemerlang; Sisik melekat kuat dan mengkilat; Dagingnya kenyal dan jika ditekan dengan jari tidak berbekas. Adapun ciri dari kualitas ikan yang jelek atau mungkin tidak layak untuk dikonsumsi adalah: Warna insang pucat dan berbau busuk; Lendir yang menutupi tubuh ikan hilang atau mengering atau mungkin pula lender menjadi pekat dan lengket; Warna kulit menjadi pudar, jika pengemasan kurang baik kulit ikan akan mengering dan retak; Sisik-sisiknya banyak yang lepas; Keadaan daging lunak dan kehilangan elastisitasnya yaitu jika ditekan dengan jari maka bekas tekanan sulit hilang. Jenis ikan yang dipasarkan dapat digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu ikan atau hasil perikanan dalam keadaan segar dan dalam produk olahannya. Umumnya produk-produk olahan yang sering kita jumpai adalah ikan asin, ikan kayu dan ikan kaleng. Produk ikan olahan ini juga akan cepat rusak atau busuk yang dapat membahayakan konsumen apabila tidak ditangani dengan baik selama proses pemasarannya. Ikan olahan merupakan salah satu komoditi perikanan yang diarahkan dengan berbagai rangsangan guna meningkatkan produksi sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan. Usaha meningkatkan pendapatan nelayan berarti membantu nelayan dalam meningkatkan taraf hidupnya. Ikan olahan dapat berupa ikan kering, ikan asin, ikan kayu, dan ikan basah. Jurnal Visioner & Strategis
Analisis Keuntungan dan Rentabilitas Ikan Teri Olahan di Kota Lhokseumawe
Ikan olahan adalah hasil dari proses pengolahan ikan-ikan seperti; ikan teri, ikan tongkol dan ikan lainnya secara tradisional atau modern. Pembuatan ikan olahan didaerah penelitian masih dilakukan secara tradisional dengan skala industri rumah tangga. Pertama mulanya, ikan olahan ini adalah salah satu produk kegiatan rumah tangga untuk dikonsumsi sendiri, tetapi sekarang kegiatan tersebut telah berubah menjadi salah satu usaha yang bertujuan untuk menambah pendapatan keluarga. Seorang pengolah dalam memimpin usahanya selalu mengharapkan agar usahanya akan terus berjalan dan akan mendapat hasil secara terus menerus dengan tujuan akhir untuk memperoleh keuntungan yang optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu tingkat harga yang digunakan oleh pengolah untuk menawarkan produknya pada suatu waktu tertentu yaitu harga jual. Orientasi harga dipengaruhi oleh dasar penetapan harga beli dan harga jual yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keuntungan. Penetapan harga jual merupakan pencerminan biaya, laba (margin) dan harga beli ikan segar. Harga jual mempengaruhi keuntungan pengolah, untuk meningkatkan keuntungan per unit dapat dilakukan dengan menaikkan harga jual atau menghemat biaya produksi. Akan tetapi, bila harga jual terlalu tinggi akan menurunkan jumlah volume penjualan karena para pelanggan (konsumen) akan mencari harga yang lebih murah dari pesaing. Keuntungan merupakan tujuan akhir yang diinginkan oleh pengrajin ikan teri kering. Soekirno (1997) menyatakan bahwa, keuntungan adalah perbedaan diantara hasil penjualan total yang diperoleh dengan biaya total yang ditawarkan. Adapun formulasi keuntungan dapat ditulis sebagai berikut : Π = TR – TC Dimana: Π = Keuntungan TR = Total penerimaan (total revenue) TC = Total biaya yang dikeluarkan (total cost) Keuntungan yang diterima oleh pengolah Volume 1, Nomor 2, September 2012
agroindustri ikan olahan dipengaruhi oleh besar kecilnya biaya produksi yang dikeluarkan. Biaya produksi ini meliputi biaya bahan baku, biaya penyusutan bangunan, alat dan mesin serta biayabiaya umum lainnya. Dengan mengefisienkan biaya produksi tersebut maka pendapatan bersih yang diterima oleh pengolah akan menjadi lebih besar. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Assauri (1993) bahwa : “Biaya produksi sebenarnya adalah pengeluaran yang tidak dapat dihindarkan, tetapi dapat diperkirakan dalam menghasilkan suatu barang. Besarnya biaya produksi merupakan besarnya pembebanan yang diperhitungkan atas pemakaian faktor-faktor produksi yang berupa bahan, tenaga kerja serta mesin dan peralatan untuk menghasilkan suatu produksi tertentu. Komponen biaya produksi terdiri dari biaya bahan, biaya tenaga kerja yang langsung dikelompokkan sebagai biaya yang tidak langsung, yang diperhitungkan melalui penyusutan dan dikelompokkan sebagai biaya tetap”. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang mempunyai kaitan erat dalam meingkatkan produksi usaha ikan teri kering karena tenaga kerja merupakan faktor produksi yang menghasilkan jumlah produksi yang tinggi berdasarkan kemampuan yang dimilikinya, sehingga faktor tenaga kerja merupakan faktor faktor penting bagi suatu perusahaan, karena berhasil tidaknya pencapaian perusahaan berpengaruh dalam penggunaan tenaga kerja. Penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja efektif dan skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dan juga menentukan macam tenaga kerja yang bagaimana diperlukan. Biasanya skala usaha kecil hanya menggunakan tenaga kerja dari dalam keluarga dan pada skala besar, lebih banyak menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga. Selanjutnya dalam analisa ketenagakerjaan juga diperlukan perbedaan tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak. Perbedaan ini terjadi karena setiap jenis tahapan pekerjaan dalam suatu usaha pertanian adalah berbeda (Soekartawi, 1993). 231
Yusniar
Untuk memperoleh keuntungan yang maksimum, setiap usaha pasti membutuhkan modal karena modal sangat penting dalam memulai suatu usaha. Modal dianggap penting karena modal merupakan sejumlah uang atau perlengkapan yang digunakan untuk mengelola usahanya sehingga penggunaannya haruslah efisien dan efektif. Modal sangat menentukan berjalan atau tidaknya suatu usaha, modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor lain menghasilkan barang-barang baru yaitu, dalam hal ini hasil pertanian. Modal tidak lain adalah salah satu faktor produksi. Modal yang produktif adalah modal yang menyumbangkan hasil total sebanyak biayanya. Dengan adanya modal yang cukup dan penggunaan faktor-faktor produksi yang efisien sangat diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup suatu usaha. Mubyarto (1995) membagi modal dalam dua golongan yaitu modal sendiri (equity capital) dan modal pinjaman (credit), sedangkan kredit tidak lain adalah suatu alat penciptaan modal. Dalam hubungan ini Riyanto (1992) menyatakan bahwa barang modal adalah semua barang yang ada dalam rumah tangga perusahaan yang fungsi produktifnya untuk mendapatkan keuntungan. Modal yang digunakan dapat dikatakan produktif apabila dalam penggunaannya dapat menghasilkan suatu yang lebih dari jumlah yang diperlukan untuk menutupi biaya produksi. Biaya produksi mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan besar kecilnya keuntungan yang diterima para pengusaha, karena dengan mengefisienkan biaya produksi, maka keuntungan yang diterima oleh pengusaha akan lebih besar. Modal yang digunakan pada usaha ikan teri kering umumnya dimanfatkan untuk modal kerja dan investasi. Modal kerja terdiri dari biaya pembelian saran produksi, bunga modal dan pajak. Sedangkan investasi terdiri dari biaya penyusutan alat dan biaya upah tenaga kerja dalam keluarga. Seluruh investasi ini dapat dikategorikan sebagai biaya tetap, sedangkan modal kerja termasuk biaya variabel. 232
Untuk mengetahui apakah usaha agroindustri ikan teri kering sudah menguntungkan atau tidak, dapat dihitung dengan membandingkan total penerimaan dengan jumlah biaya yang telah dikeluarkan. Secara matematika, hal ini dapat dituliskan sebagai berikut : a R C a
= = = =
R/C Py. Y FC + VC {(Py. Y)/(FC + VC)} ...........................(Soekartawi, 1995)
Evaluasi kegiatan usaha agroindustri ikan teri kering perlu ditinjau yaitu untuk mengetahui besarnya modal yang digunakan dalam proses produksi sehingga dapat dilihat keuntungan yang didapat oleh pengusahanya.. Dalam rangka pelaksanaan usaha agroindustri ikan teri kering di Kota Lhokseumawe, untung atau tidak untungnya usaha agroindustri ikan teri kering dapat diketahui dari besarnya jumlah produksi, harga jual dan biaya produksi dari perusahaan tersebut. Maka keuntungan bersih yang diterima oleh pengusaha merupakan hasil kali jumlah produksi dan harga jual yang dikurangi dengan total biaya yang telah dikeluarkan untuk produksi ikan teri kering METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Kota Lhokseumawe tepatnya di Desa Pusong. Penentuan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa desa tersebut merupakan sentral produksi ikan olahan di Kota Lhokseumawe. Objek penelitian adalah pengolah ikan di Kota Lhokseumawe. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada masalah keuntungan yang diterima pengolah ikan dengan menggunakan analisis ekonomi. Analisis ikan olahan hanya dilakukan pada ikan teri kering, mengingat ikan teri kering ini relatif lebih banyak diusahakan dibanding ikan olahan lainnya.. Dalam penelitian ini digunakan metode survei dengan teknik cacah lengkap pada suatu usaha yang bergerak dalam suatu produksi ikan olahan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua Jurnal Visioner & Strategis
Analisis Keuntungan dan Rentabilitas Ikan Teri Olahan di Kota Lhokseumawe
masyarakat nelayan yang mengusahakan ikan olahan di lokasi penelitian. Mengingat besarnya jumlah populasi pengolah di Desa Pusong Baru, maka jumlah sampel yang diambil hanya 10% dari jumlah populasi, yaitu 14 pengolah. Sedangkan di Desa Pusong Lama, jumlah populasi pengolah relatif sedikit, maka semua populasi dijadikan sampel. Untuk lebih jelasnya, besarnya populasi dan sampel pengolah ikan di daerah penelitian diperlihatkan pada Tabel 2. Batasan variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Produksi adalah besarnya ikan olahan yang dihasilkan selama satu bulan produksi (kg/ bulan). b. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha ikan olahan, baik yang dibayar tunai maupun tidak tunai selama satu bulan produksi (Rp/bulan). c. Nilai produksi adalah jumlah ikan olahan yang dihasilkan per ekor ikan segar dikalikan dengan harga jual yang berlaku di pasaran (Rp/kg). d. Harga jual adalah suatu tingkat harga yang digunakan untuk menjual ikan olahan (Rp/kg). e. Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi ikan olahan (Rp/bulan). f. Volume penjualan adalah rata-rata jumlah ikan olahan yang terjual oleh pengolah ikan pada waktu dan harga tertentu (kg/bulan). g. Keuntungan adalah keuntungan bersih yang diterima pengolah ikan dalam satu bulan produksi, yang merupakan pengurangan antara nilai produksi dan total biaya produksi (Rp/kg/bulan). Model analisis yang digunakan untuk mengetahui untung atau tidaknya usaha ikan
olahan, digunakan model analisis dengan menghitung besarnya formula ratio penerimaan biaya (R/C). R/C = Total penerimaan Total biaya ..... (Soekartawi, 1995) Dengan kriteria keputusan sebagai berikut : 1. Bila R/C lebih besar dari 1 (R/C > 1) = menguntungkan, layak diusahakan. 2. Bila R/C sama dengan 1 (R/C = 1) = Balik modal (Break Event Point). 3. Bila R/C lebih kecil dari 1 (R/C < 1) = belum menguntungkan, tidak layak diusahakan. HASIL DAN PEMBAHASAN Usaha ikan olahan merupakan usaha rumah tangga yang termasuk ke dalam agroindustri. Pengembangan agroindustri diprioritaskan pada komoditas yang mempunyai prospek pasar yang cerah, dengan memperhatikan dukungan berbagai macam bahan-bahan hasil pertanian yang potensial. Selain itu adanya sumberdaya manusia yang berpotensi dan teknologi yang mudah serta sederhana, sehingga dapat dikerjakan oleh manusia. Pengadaan modal usaha diperoleh dari modal sendiri dan pinjaman dari pihak lain dengan dasar kepercayaan antar kedua belah pihak dalam mengadakan hutang piutang. Bahan baku ikan ikan teri kering adalah ikan teri segar. Ikan ini diperoleh dari tempat pendaratan ikan di Desa Pusong, yang merupakan satu-satunya tempat pendaratan ikan di pusat Kota Lhokseumawe. Oleh sebab itu, Desa Pusong sangat berpotensi untuk pengembangan ikan olahan. Ikan teri segar, dengan harga jual rata-rata Rp. 10.000/kg.. Proses produksi ikan teri segar menjadi ikan teri kering diproduksi dalam dua cara, yaitu
Tabel 2 Besaran Populasi dan Sampel Pengolah di Daerah Penelitian No. 1. 2.
Desa Pusong Baru Pusong Lama Jumlah
Volume 1, Nomor 2, September 2012
Populasi (Jiwa)
Sampel (Jiwa)
143 8 151
14 8 22
233
Yusniar
direbus terlebih dahulu sebelum dijemur atau dijemur langsung tanpa di rebus, tergantung pada kondisi cuaca. Namun demikian, dalam penelitian ini hanya akan mengkaji proses produksi, keuntungan ikan teri kering dengan proses perebusan. Proses produksi ikan teri kering melalui tahapan sebagai berikut a. Pembersihan Ikan teri segar dicuci sampai bersih dan tidak dibuang kepalanya. Ikan teri yang telah dibersihkan dimasukkan dalam keranjang b. Perebusan Ikan teri segar ada yag direbus sebelum dijemur dan ada juga yang tanpa proses perebusan. Hal ini disesuaikan dengan keadaan cuaca saat pengolahan dilakukan. Apabila cuaca panas, maka ikan teri segar cenderung dijemur langsung dan tanpa dibubuhi garam atau dikenal dengan ikan teri tawar. Sedangkan bila cuaca mendung maka ikan teri direbus dengan suhu 100oC selama + 3 jam selanjutnya dijemur atau dikering anginkan. Pada saat perebusan dibubuhi garam dan tawas. Tujuan dari perebusan agar hasil produksi ikan teri menjadi steril dengan berkurangnya kadar air dalam badan ikan dan mematikan sebagian bakteri juga mengawetkan ikan. Sedangkan garam digunakan sebagai pengawet agar ikan teri dapat disimpan lebih lama. Selama perebusan, diberikan tawas untuk membersihkan ikan dari kotoran yang masih melekat saat perebusan dan agar ikan kelihatan lebih putih dan bersih. c. Penjemuran Setelah ikan masak kemudian dilakukan penjemuran atau pengeringan. Penjemuran ini dilakukan dengan menggunakan lantai jemur untuk mengeluarkan air yang ada pada badan ikan dengan cara menguapkan energi panas. Ikan teri tanpa melalui proses perebusan, maka penjemuran dilakukan selama 1-1,5 hari,
sedangkan bila cuaca mendung maka ikan teri direbus dengan suhu 100oC selanjutnya dijemur atau dikering anginkan selama 1-2 jam. d. Pengemasan Ikan teri yang kering dan telah didinginkan kemudian dikemas dalam kotak dan dapat disimpan dalam waktu yang lama. Karaketristik pengrajin ikan olahan adalah keadaan atau gambaran tentang pengrajin yang dapat mempengaruhi kemampuan kerja serta keterampilan pengrajin ikan olahan tersebut dalam mengelola usaha dan meningkatkan keuntungan. Karakteristik pengrajin meliputi umur, pendidikan, pengalaman berusaha dan jumlah tanggungan keluarga. Pengrajin merupakan manajer dari usaha yang dikelolanya dan memiliki wewenang penuh dalam proses pengambilan keputusan khususnya berkenaan dengan penggunaan sumber-sumber produksi secara efisien dan penentuan besarnya perolehan pendapatan yang diinginkan. Untuk itu, seorang pengrajin harus memiliki kemampuan dan keterampilan dalam mengusahakan ikan olahan sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Kemampuan dan keterampilan seorang pengrajin dalam mengelola usahanya sangat tergantung pada faktor umur, pendidikan, pengalaman dan jumlah tanggungan keluarga yang dapat berpartisipasi aktif dalam usahanya. Berikut diperlihatkan karakteristik pengrajin ikan olahan di daerah penelitian. Kemampuan kerja pengrajin dipengaruhi oleh umur. Seiring dengan peningkatan umur pengrajin maka kemampuan kerja diduga semakin menurun. Pernyataan ini didukung oleh Soekartawi (2003) yang menyatakan bahwa umur produktif secara ekonomi adalah 15 – 45 tahun, diluar batasan tersebut kemampuan kerja seseorang itu tidak
Tabel 3 Karakteristik Pengrajin Ikan Olahan di Daerah Penelitian, Tahun 2011 No. 1. 2. 3. 4.
Karakteristik Umur Pendidikan Pengalaman berusaha Jumlah tanggungan keluarga
Satuan Tahun Tahun Tahun Jiwa
Rata-rata 30,25 9,17 14,20 4,30
Sumber : Data Primer (diolah), 2011.
234
Jurnal Visioner & Strategis
Analisis Keuntungan dan Rentabilitas Ikan Teri Olahan di Kota Lhokseumawe
baik. Umur rata-rata pengrajin adalah 30,25 tahun, tergolong produktif dan masih memungkinkan untuk melakukan perubahan-perubahan dalam usahanya yang dapat meningkatkan pendapatan. Pendidikan merupakan dasar pijakan untuk mengembangkan kemampuan dalam memanfaatkan sumberdaya yang ada guna memicu peningkatan kreatifitas. Rata-rata pendidikan responden adalah 9,17 tahun setara dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP). Rendahnya pendidikan berpengaruh terhadap kinerja usaha khususnya kemampuan dalam pengambilan keputusan berkenaan dengan pemamfaatan sumberdaya produktif secara efisien Pengrajin ikan olahan rata-rata telah berpengalaman selama 14,20 tahun. Diperkirakan telah memahami usaha ikan olahan dan memiliki wilayah pemasaran tersendiri dalam upaya peningkatan pendapatannya. Mengingat bahan baku adalah ikan tangkapan segar, maka diduga pengrajin telah menguasai kegiatan produksi ikan olahan dengan memanfaatkan jenis ikanikan tertentu yang diperoleh dalam jumlah lebih banyak. Jumlah tanggungan keluarga sangat menentukan besarnya pengeluaran dalam rumah tangga. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin besar pengeluaran rumah tangga. Namun demikian, besarnya jumlah tanggungan keluarga dalam usia produktif justru akan sangat membantu dalam peningkatan produksi ikan olahan. Rata-rata jumlah tangungan keluarga pengrajin di daerah penelitian adalah 4,30 jiwa atau setara dengan 4 jiwa. Jumlah ini tergolong besar jika tidak diiringi dengan peningkatan produksi ikan olahan dan perolehan
pendapatan yang lebih besar baik pada usaha ikan olahan maupun dibidang lainnya maka dapat dipastikan pendapatan yang diperoleh pengrajin tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Ketersediaan bahan dan peralatan yang cukup, dan memadai akan mempelancar proses produksi. Bahan baku yang digunakan pada pengolahan ikan teri kering adalah ikan teri segar, garam, air, minyak tanah, dan tawas. Bahan baku ini relatif mudah diperoleh mengingat daerah penelitian terletak di kawasan Tempat Pendaratan Ikan (TPI) dan pusat pasar Kota Lhokseumawe. Berikut diperlihatkan rata-rata penggunaan bahan untuk pengolahan ikan teri kering. Tabel 4 memperlihatkan bahwa dalam satu bulan produksi, pengrajin ikan teri kering membutuhkan rata-rata ikan teri segar sebanyak 9.000 kg, garam sebanyak 5.400 kg, minyak tanah sebanyak 900 liter dan tawas sebanyak 6 ons. Biaya bahan yang paling besar adalah biaya bahan baku dibanding bahan penunjang lainnya. Hal ini disebabkan ikan teri segar merupakan bahan baku utama dalam pembuatan ikan teri kering. Biaya yang paling sedikit dikeluarkan dalam pengolahan ikan teri kering adalah untuk membeli tawas dan relatif paling sedikit digunakan dibanding bahan lainnya. Peralatan yang digunakan dalam pengolahan ikan teri kering adalah drum, lantai jemur, keranjang, panci besar, sendok kayu ukuran besar, sendok kayu ukuran kecil, baskom, timba, tenda, dan sorok. Berikut diperlihatkan secara berturutturut rincian penggunaan peralatan pada produksi ikan teri kering ikan di daerah penelitian
Tabel 4 Rincian Penggunaan Bahan untuk Produksi Ikan Teri Kering (Melalui Proses Perebusan) dalam Satu Bulan Produksi Di Daerah Penelitian, Tahun 2011 No. 1. 2. 3. 4.
Komponen Bahan baku (Ikan teri segar) Garam Minyak tanah Tawas
Satuan Kg Kg Liter Ons Jumlah
Volume
Harga (Rp/Satuan)
Nilai Beli (Rp)
9.000
10.000,00
90.000.000,00
5.400 900 6
3.000,00 5.000,00 5.000,00
5.400.000,00 2.700.000,00 30.000,00 98.130.000,00
Sumber : Data Primer (diolah), 2011. Volume 1, Nomor 2, September 2012
235
Yusniar
Tabel 5 Rincian Penggunaan Alat pada Produksi Ikan Teri Kering dalam Satu Bulan Produksi Di Daerah Penelitian, Tahun 2011 No.
Komponen
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Drum Lantai Jemur Keranjang Sendok kayu ukuran besar Sendok kayu ukuran kecil Baskom Timba Sorok Jumlah
Harga (Rp/Buah)
Volume 10 35 4 2 4 2 2 2
60.000,00 40.000,00 15.000,00 35.000,00 10.000,00 20.000,00 8.000,00 10.000,00
Nilai Beli (Rp) 600.000,00 1.400.000,00 60.000,00 70.000,00 40.000,00 40.000,00 16.000,00 20.000,00 2.246.000,00
Sumber : Data Primer (diolah), 2011. Tabel 6 Rata-rata Pengunaan Tenaga Kerja Menurut Fase Kegiatan dalam Satu Bulan Produksi pada Usaha Ikan Teri Kering (Melalui Proses Perebusan) Di Daerah Penelitian, Tahun 2011 No.
Jenis Kegiatan
1. 2. 3. 4.
Pembersihan Perebusan Penjemuran Pengemasan Jumlah
Tenaga Kerja (HKP/Bulan) 9,80 16,50 11,00 4,90 42,20
Persentase (%) 23,22 39,10 26,07 11,61 100,00
Sumber : Data Primer (diolah), 2011 Tabel 7 Rata-rata Penggunaan Biaya dalam Satu Bulan Produksi pada Usaha Ikan Teri Kering (Melalui Proses perebusan) Di Daerah Penelitian, Tahun 2011 Komponen Modal A. Biaya Tetap - Drum - Lantai jemur - Keranjang - Sendok kayu ukuran besar - Sendok kayu ukuran kecil - Baskom - Timba - Sorok B. Biaya Tidak Tetap - Bahan baku - Garam - Minyak tanah - Tawas C. Penggunaan Tenaga Kerja D. Penyusutan Peralatan E. Bunga Modal (15%) Jumlah
Biaya Produksi (Rp)
Persentase (%)
600.000,00 1.400.000,00 60.000,00 70.000,00 40.000,00 40.000,00 16.000,00 20.000,00
0,63 1,47 0,06 0,07 0,04 0,04 0,01 0,02
72.000.000,00 5.400.000,00 2.700.000,00 30.000,00 1.055.000,00 106.833,33 12.467.375,00 96.005.208,33
75,33 5,65 2,82 0,03 0,66 0,11 13,04 100,00
Sumber : Data Primer (diolah), 2011 Tabel 8 Rata-rata Produksi dan Nilai Hasil Produksi Ikan Teri Kering dalam Satu Bulan Produksi Di Daerah Penelitian, Tahun 2011 No. 1. 2. 3.
Uraian Produksi Harga Jual Nilai Hasil Produksi
Satuan Kg Rp Rp
Jumlah 5.160,00 23.000,00 118.680.000,00
Sumber : Data Primer (diolah), 2011
236
Jurnal Visioner & Strategis
Analisis Keuntungan dan Rentabilitas Ikan Teri Olahan di Kota Lhokseumawe
Tabel 5 memperlihatkan bahwa rata-rata biaya peralatan yang digunakan untuk memproduksi ikan teri kering adalah Rp. 2.246.000,00. Sebagaimana halnya biaya peralatan yang dibutuhkan untuk memproduksi ikan teri kering, penggunaan biaya peralatan yang paling besar pada produksi ikan teri kering adalah untuk membeli lantai jemur sebesar Rp. 1.400.000,00 dan biaya peralatan yang paling kecil adalah untuk membeli timba yaitu Rp. 16.000,00. Namun demikian, biaya peralatan yang digunakan untuk memproduksi ikan teri kering (Rp. 2.246.000,00) Hal ini menunjukkan tingginya permintaan konsumen akan ikan teri kering sehingga produksi ikan teri kering per bulannya lebih besar. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat mempengaruhi dalam usaha memproduksi ikan olahan. Kebutuhan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah produk masyarakat dalam satu satuan waktu tertentu. Tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan produksi ikan olahan berasal dari dalam dan luar keluarga, yang dihitung dalam satu bulan produksi dan dikonversikan ke dalam Hari Kerja Pria (HKP). Rata-rata waktu kerja sehari diasumsikan sebesar 7 jam, dengan upah tenaga kerja sebesar Rp. 25.000,00 per HKP. Adapun jenis kegiatan yang dilakukan pada usaha ikan olahan meliputi penyiangan, perebusan, penjemuran dan pengapuran. Berikut diperlihatkan distribusi rata-rata penggunaan tenaga kerja menurut fase kegiatan dalam satu bulan produksi pada usaha ikan olahan di daerah penelitian. Tabel 6 memperlihatkan bahwa total ratarata curahan tenaga kerja pada usaha ikan teri kering (melalui proses perebusan) adalah 42,20 HKP, didistribusikan dalam beberapa fase kegiatan yaitu kegiatan pembersihan sebesar 9,80 HKP (23,22%), perebusan sebesar 16,50 HKP (39,10%), penjemuran sebesar 11,00 HKP (26,07%), dan pengemasan sebesar 4,90 HKP (11,61%). Penggunaan tenaga kerja terbesar dicurahkan pada kegiatan perebusan dan curahan kerja yang paling sedikit pada kegiatan pengemasan. Hal ini disebabkan lamanya waktu dan jenis tenaga kerja yang digunakan. Ratarata tenaga kerja yang digunakan sebagian besar Volume 1, Nomor 2, September 2012
adalah tenaga kerja wanita yang dikonversikan dalam hari kerja Pria (HKP) sebanyak 5 orang dan 2 orang tenaga kerja pria. Rata-rata biaya tenaga kerja per HKP sebesar Rp. 25.000,00, maka total biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja selama satu bulan produksi pada usaha ikan teri kering melalui proses perebusan adalah Rp. 1.055.000,00. Biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan baik biaya tetap maupun biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam suatu proses produksi dan besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang dihasilkan, seperti biaya peralatan. Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi tergantung dari besar kecilnya produksi yang dihasilkan. Yang termasuk dalam biaya tidak tetap dalam usaha ikan olahan adalah biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan bunga modal. Perhitungan biaya produksi sangat diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan pemanfaatan sumber-sumber modal, penggunaan sumberdaya dan penentuan harga jual ikan olahan. Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa total pengeluaran biaya produksi ikan teri kering melalui proses perebusan adalah Rp. 95.583.208,33, didistribusikan untuk biaya tetap sebesar Rp. 2.246.000,00, biaya tidak tetap sebesar Rp. 80.130.000,00, biaya tenaga kerja sebesar Rp. 633.000,00, biaya penyusutan peralatan sebesar Rp. 106.833,33, dan bunga modal sebesar Rp. 12.467.375,00. Produksi dalam penelitian adalah banyaknya ikan olahan yang dihasilkan dari sejumlah bahan yang digunakan dan dinyatakan dalam satuan kilogram. Sedangkan nilai hasil produksi merupakan hasil perkalian antara jumlah ikan olahan yang dihasilkan dengan harga jual ikan olahan tersebut pada periode tertentu dan dinyatakan dalam satuan rupiah. Berikut diperlihatkan besaran produksi dan nilai hasil produksi ikan olahan dengan rata-rata harga berlaku di daerah penelitian. Pada Tabel 8 memperlihatkan bahwa ratarata produksi ikan teri kering melalui proses perebusan sebanyak 5.160,00 kg dengan harga 237
Yusniar
jual rata-rata sebesar Rp. 23.000,00/kg diperoleh nilai hasil produksi sebesar Rp. 118.680.000,00. Besarnya perolehan nilai hasil produksi ditentukan oleh harga jual yang berlaku dan saluran pemasaran yang ditempuh oleh pengrajin. Sebagian besar ikan teri kering dipasarkan ke beberapa daerah diluar Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam yaitu Padang, Medan, Pekan Baru, dan Duri. Hanya sedikit yang dipasarkan ke daerah sekitar produksi seperti Banda Aceh, Lhoksukon, Bireuen, dan Lhokseumawe. Namun demikian, konsumen pasar tradisional di Aceh lebih menyukai ikan teri kering tanpa proses perebusan karena lebih kenyal atau masih mengandung kadar air dengan volume tertentu. Ikan teri kering jenis ini tidak dipasarkan ke luar Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam karena dikhawatirkan terjadi pembusukan atau tidak bertahan lam Keuntungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keuntungan bersih yang merupakan selisih antara nilai hasil produksi dan jumlah biaya selama satu bulan produksi ikan olahan. Besar kecilnya keuntungan yang diterima pengrajin dari usaha ikan olahan ditentukan oleh besar kecilnya produksi dan harga jual yang berlaku serta besaran biaya yang dikeluarkan dalam satu bulan produksi ikan olahan di daerah penelitian. Besaran keuntungan yang diterima sangat menentukan besaran rentabilitas yang diperoleh pengrajin dari usaha ikan olahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perolehan keuntungan bagi pengrajin dari usaha ikan teri kering (melalui proses perebusan) adalah Rp. 23.096.791,67. Besaran keuntungan ini bervariasi antar pengrajin di daerah penelitian dan ditentukan oleh besaran biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi ikan teri kering, produksi yang dihasilkan dan sistem pemasarannya.
Analisis return cost ratio merupakan perbandingan antara penerimaan (nilai hasil produksi) dengan biaya yang dikeluarkan. Analisis ini digunakan untuk mengetahui untung tidaknya atau layak tidaknya suatu usaha untuk dijalankan, dengan ketentuan bahwa jika nilai return cost ratio yang diperoleh lebih besar dari satu ( R/C >1) maka usaha tersebut layak untuk dijalankan. Sebaliknya, jika perolehan nilai return cost ratio lebih kecil dari satu atau sama dengan satu, (R/C < 1 atau R/C = 1) maka usaha tersebut tidak layak untuk dijalankan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total penerimaan atau nilai hasil produksi ikan teri kering (melalui proses perebusan) yang diterima pengrajin adalah Rp. 118.680.000,00 dan biaya produksi yang dikeluarkan pengrajin sebesar Rp. 95.583.208,33 maka perolehan nilai raturn cost ratio sebesar 1,24, artinya setiap penambahan biaya produksi sebesar satu satuan rupiah akan menambah keuntungan usaha ikan teri kering sebesar Rp 1,24 Kalau dibandingkan dengan pengolahan ikan teri tanpa perebusan memperlihatkan bahwa usaha ikan teri kering tanpa proses perebusan lebih menguntungkan dibanding usaha ikan teri kering melalui proses perebusan. Pemilihan proses produksi ikan teri kering disesuaikan dengan kondisi cuaca saat pengolahan. Apabila cuaca mendung maka pengrajin harus merebus ikan teri segar untuk diolah menjadi ikan teri kering, dan bila cuaca cerah dan penyinaran sinar matahari cukup maka pengrajin langsung menjemur ikan teri segar untuk diolah menjadi ikan teri kering. Secara keseluruhan menunjukkan bahwa usaha ikan teri kering di daerah penelitian sudah menguntungkan dan layak untuk diusahakan.
Tabel 9 Rata-rata Besaran Keuntungan yang Diperoleh Pengrajin dalam Satu Bulan Produksi Ikan Teri Kering (Melalui Proses Perebusan) Di Daerah penelitian, Tahun 2011 No. 1. 2. 3. 4.
Uraian Produksi Nilai Hasil Produksi Biaya Produksi Keuntungan
Satuan
Rata-rata
Kg Rp Rp Rp
5.160,00 118.680.000,00 95.583.208,33 23.096.791,67
Sumber : Data Primer (diolah), 2011
238
Jurnal Visioner & Strategis
Analisis Keuntungan dan Rentabilitas Ikan Teri Olahan di Kota Lhokseumawe
Kesimpulan
.Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Rata-rata nilai hasil produksi ikan teri kering yang diterima pengrajin adalah Rp. 118.680.000,00 per bulan dan biaya produksi yang dikeluarkan baik melalui proses perebusan adalah Rp. 95.583.208,33 dengan perolehan keuntungan berturut-turut sebesar Rp. 23.096.791,67 maka perolehan nilai raturn cost ratio untuk ikan teri kering sebesar 1,24 menunjukkan bahwa usaha ikan teri kering di daerah penelitian sudah menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ikan teri kering di daerah penelitian cukup menguntungkan untuk dijalankan.
Mengingat tingginya permintaan ikan teri kering dan besarnya keuntungan yang diperoleh pengrajin ikan olahan, hendaknya pengrajin usaha ikan olahan dapat memanfaatkan peluang pasar dan sumberdaya seefisien mungkin serta melakukan inovasi dalam proses pengolahan ikan olahan.
Volume 1, Nomor 2, September 2012
239
Yusniar
Referensi Assauri. 1993. Manajemen Pemasaran. PT. Rajawali. Jakarta. Junianto. 2002. Kiat Memilih Ikan Segar & Produk Olahannya. Pikiran Rakyat. 21 Juli 2002. Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. Munawir, S. 1981. Analisa Laporan Keuangan. Liberty. Jakarta. Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bandung. Riyanto, B. 1992. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Gajah Mada. Yogyakarta. Samosir, A. 1985. Alat-alat Analisa Dalam Pembelanjaan Perusahaan. Universitas Nomensen. Medan. Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi. Rajawali Pers. Jakarta. _________. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Teori dan Aplikasinya. Rajawali Pers. Jakarta. _________. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta. Soekirno, S. 1997. Pengantar Teori Mikroekonomi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
240
Jurnal Visioner & Strategis
PETUNJUK PENULISAN JURNAL VISI FAKULTAS EKONOMI UNIMAL 1. Naskah dapat ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris dan harus merupakan tulisan asli dari hasil penelitian, telaah pustaka, laboratorium, pengalaman lapangan atau gagasan yang belum dan tidak akan dipublikasikan dalam media cetak lain. 2. Tulisan yang dimuat dalam Jurnal Visi berasal dari bidang Ilmu-ilmu Ekonomi, Manajemen dan Bisnis. 3. Naskah diketik dengan perangkat lunak pengolahan kata Microsolft Word yang dicetak pada satu permukaan (tidak dibolak-balik) kertas berukuran A-4 putih 80 gram /m2, dengan jarak 1,5 spasi (kecuali abstrak), dengan tata letak porfraif, serta jarak margin kiri dan atas 4 cm, kanan dan bawah 3 cm. Panjang naskah 20-25 halaman, termasuk halaman dan tabel. 4. Naskah yang termasuk katagori penelitian, disusun dengan urutan sebagai berikut: a. Judul: diusahakan singkat dan mencerminkan isi penelitian/karya ilmiah, ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris. b. Nama Penulis: ditulis dibawah judul, tanpa gelar kesarjanaan. Jika penulis lebih dari satu orang hendaknya diurutkan dan diberi angka Arab di akhir nama masing-masing penulis. Angka-angka Arab tersebut diberi keterangan sebagai catatan kaki pada halaman pertama, lengkap dengan alamat lembaga penulis c. Abstrak: ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris, diketik satu spasi dan maksimum 150 kata. Dibawah abstrak dicantumkan kata kunci (key-words) antara 3-5 frasa (phrase) d. Pendahuluan: (tanpa subjudul, berisi : Latara Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Tinjauan Pustaka) e. Metode Penelitian (alat/bahan, cara penelitian, teknik pengambilan data dan teknik analisis) f. Hasil dan Pembahasan: menguraikan hasil yang diperoleh, disertai pembahsan baik dalam bentuk tabel, grafik dan gambar g. Kesimpulan dan Saran h. Referensi (daftar pustaka) i. Biodata Penulis (daftar riwayat hidup/curriculum vitae) 5. Naskah yang termasuk katagori non penelitian/ konseptual, disusun dengan urutan sebagai berikut a. Judul (sama dengan poin 4.a) b. Nama Penulis (sama dengan poin 4.b) c. Abstrak (sama dengan poin 4.c) d. Pendahuluan (berisi: Latar Belakang, Perumusan Masalah, Sedikit Tinjauan Pustaka. Tidak dipecah menjadi anak sub judul, tetapi dalam bentuk alinea saja) e. Pembahasan (Isi Informasi/pemikiran ilmiah penulis)
f. Kesimpulan dan Saran (saran tidak merupakan keharusan) g. Referensi (daftar pustaka) h. Biodata Penulis (daftar riwayat hidup/curriculum vitae) 6. Naskah tidak diperkenankan memakai lampiran 7. Daftar pustaka yang ditampilkan hanya yang benarbenar diacu/dikutip saja: penulisan daftar pustaka disusun menurut abjad nama pengarang secara kronologis: a. Untuk buku: nama pokok dan inisial pengarang, tahun terbit. Judul Buku jilid, edisi. tempat/kota penerbit : nama penerbit b. Untuk karangan/artikel dalam pertemuan ilmiah atau seminar nama pokok dan inisial pengarang, tahun “Judul Karangan”. Singkatan nama pertemuan (penyelenggara). Waktu;tempat/kota pertemuan. c. Untuk karangan/artikel dalam majalah atau jurnal: nama pokok dan inisial pengarang, tahun. Judul karangang : nama majalah atau jurnal. Jilid (nomor) halaman permulaan dan akhir. d. Untuk tulisan dari internet : nama pokok dan inisial pengarang, tahun. Judul tulisan. Nama jurnal atau majalah/sumberlainnya. (online), vol.,no., (alamat sumber rujukan dan tanggal diakses) 8. Naskah yang dikirim ke redaksi rangkap 2 (asli dan foto copynya) dan disertakan disketnya selambatlambatnya 3(tiga) minggu sebelum penertbitan 9. Dewan redaksi dapat mengubah dan mengoreksi bahasa dan istilah, tanpa merubah isi dan maknanya dengan atau tanpa memberitahukan penulis. 10.Dewan redaksi dapat menolak naskah yang dianggap tidak memenuhi persyarat. Alamat Redaksi : Fakultas Ekonomi Univesitas Malikussaleh. Kampus Bukit Indah P.O.Box 141 Lhokseumawe. Tlp. (0645), 40210 Fax. (0645) 44450. Email:
[email protected] Website: fe-unimal.org
Jurnal Visioner & Strategis
Volume 1, Nomor 1, September 2012
9 772338 286005