ISSN: 2338-2864 Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
JURNAL
Visionerk Strategis Pengaruh Cash Position Terhadap Dividen Payout Rasio pada Perusahaan Asuransi yang Listing di Bursa Efek Indonesia Azhari Modal Sumberdaya Entrepreneur dan Orientasi Entrepreneur Untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis Literature Review Meutia Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Mahasiswa S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Fikriah & Priyatna Wirausaha: Sebuah Peluang Kerja Saifuddin M. Yunus & Kamaruddin M. Said Factors Affecting Consumer Decision in Choosing Harun Square Hotel Lhokseumawe Hilmi Pengaruh Pendidikan, Pelatihan Staf dan Pimpinan Administrasi Tingkat Pertama (Diklat Spama) Terhadap Produktivitas Kerja Aparatur Pemerintah di Kabupaten Aceh Utara Jamaluddin Pengaruh Budaya Organisasi Dan Semangat Kerja Pegawai Terhadap Prestasi Kerja Pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe Mansur Perbandingan Kinerja Cash Flow Perusahaan Textile dan Garment Sebelum dan Sesudah Krisis Keuangan Global yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Marzuki Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Nurlela dan Dede Suryani Kepemimpinan Visioner, Motivasi dan Disiplin dalam Manajemen Yanita
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
JURNAL
Visioner kStrategis
ADVISORY BOARD Rektor Universitas Malikussaleh Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh EDITORS Marzuki (Chief) Husaini (Managing Editor) Ghazali Syamni, Nazir, Yusniar Anwar Puteh, Nurmala, Naufal Bachri
A. Hadi Arifin Jullimursyida Nasir Azis Sabri Abd Madjid Mutia Kamaluddin Adi Zakaria Affif Zaafri Husodo
REVIEWERS Universitas Malikussaleh Universitas Malikussaleh Universitas Syiah Kuala Universitas Syiah Kuala Universitas Tirtayasa Universitas Bengkulu Universitas Indonesia Universitas Indonesia
EDITORIAL SECRETARY Rasyidin, Chairil Akhyar, Yuli Yasman, Rahmawati, Cut Fauziah EDITORIAL OFFICE
Kantor Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Kampus Bukit Indah, Lhokseumawe Telp/Fax: 0645-41373/44450 Email:
[email protected] http://www.fe-unimal.org/jurnal/visi/
JURNAL VISIONER DAN STRATEGIS
Diterbitkan sejak Maret 2012, oleh Jurusan Manajemen FE-Unimal Bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Lhokseumawe
Daftar Isi Pengaruh Cash Position Terhadap Dividen Payout Rasio pada Perusahaan Asuransi yang Listing di Bursa Efek Indonesia Azhari
1
Modal Sumberdaya Entrepreneur dan Orientasi Entrepreneur Untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis Literature Review Meutia
9
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Mahasiswa S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Fikriah & Priyatna
19
Wirausaha: Sebuah Peluang Kerja Saifuddin M. Yunus & Kamaruddin M. Said
29
Factors Affecting Consumer Decision in Choosing Harun Square Hotel Lhokseumawe Hilmi
37
Pengaruh Pendidikan, Pelatihan Staf dan Pimpinan Administrasi Tingkat Pertama (Diklat Spama) Terhadap Produktivitas Kerja Aparatur Pemerintah di Kabupaten Aceh Utara Jamaluddin
51
Pengaruh Budaya Organisasi Dan Semangat Kerja Pegawai Terhadap Prestasi Kerja Pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe Mansur
63
Perbandingan Kinerja Cash Flow Perusahaan Textile dan Garment Sebelum dan Sesudah Krisis Keuangan Global yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Marzuki
77
Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Nurlela dan Dede Suryani
87
Kepemimpinan Visioner, Motivasi dan Disiplin dalam Manajemen Yanita
103
Pengaruh Cash Position terhadap Dividen Payout Rasio pada Perusahaan Asuransi yang Listing diVisioner Bursa Efek Indonesia Jurnal & Strategis Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 ISSN: 2338-2864 p. 1-8
Pengaruh Cash Position terhadap Dividen Payout Rasio pada Perusahaan Asuransi yang Listing di Bursa Efek Indonesia
This research is to analyze the influence of Cash Position on Divident Pay Out Ratio at Insurance Corperate that listed at Bursa Efek Indonesia. The secondary data used in this research and collected by using Porposive sampling since 2006 to 2009. Data was analyze used single regression. The result of the research conclude that Cash Position has relationship with Devident Payout Ratio where adjusted R2 is 30,8% remain is infleunced by other varibles.
Azhari
Dosen Sekolah Tinggi Ekonomi Bumi Persada, Lhokseumawe
Keywords: Cash position, dividen, insurance
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
Azhari
PENDAHULUAN Setiap investor yang menanamkan modalnya pada perusahaan akan mengharapkan pembagian dividen yang tinggi. Sementara perusahaan akan menentukan bagimana pembagian dividen yang ideal. Besar kecilnya dividend payout ratio akan mempengaruhi keputusan investasi para pemegang saham dan di sisi lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan. Perkembangan mengenai dividend payout ratio ini diduga sangat berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Bila kinerja keuangan perusahaan bagus maka keuangan perusahaan tersebut akan mampu menetapkan besarnya dividend payout ratio sesuai dengan harapan pemegang saham dan tentu saja tanpa mengabaikan kepentingan perusahaan untuk tetap sehat dan tumbuh. Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya deviden yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena deviden merupakan cash outflow, maka makin kuatnya posisi kas atau likuiditas perusahaan berarti makin besar kemampuannya membayar deviden (Riyanto, 2001:202). Di samping itu, pernyataan dari pemerintah bahwa kepemilikan saham pihak asing terbatas hanya sebesar 80% ketika pendirian perusahaan asuransi. Namun, kepemilikan asing dapat ditingkatkan tanpa batasan langsung sesuai dengan operasi perusahaan. Oleh karena itu, menurutnya perusahaan asuransi lokal harus lebih kreatif dan pemerintah juga perlu mempersiapkan strategi khusus untuk mengembangkan perusahaan-perusahaan lokal agar dapat mempertahankan posisi kasnya untuk menutupi kewajiban-kewajiban perusahaan, meningkatkan laba perusahaan, dan meningkatkan jumlah pembagian deviden yang menjadi faktor utama seorang investor menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Tujuan dari kajian ini untuk menganalisis pengaruh Cash Position (CP), terhadap Dividen Payout Ratio pada perusahaan asuransi di Bursa Efek Indonesia (BEI).
KAJIAN PUSTAKA Pengertian Cash Position Posisi kas mempunyai kedudukan sentral dalam usaha menjaga kelancaran operasi perusahaan. Jumlah kas yang memadai sangat penting bagi kelancaran usaha sehari-hari maupun bagi keperluan menunjang pelaksanaanpelaksanaan keputusan-keputusan strategi jangka panjang. Posisi kas atau likuiditas perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya deviden yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena deviden merupakan “Cash Outflow”, maka makin kuat posisi kas perusahaan, berarti makin besar kemampuan perusahan untuk membayar deviden (Riyanto 2001:267). Ada pula suatu perusahaan yang posisi kasnya sangat baik tetapi membayar dividen yang rendah karena laba yang diperoleh perusahaan diinvestasikan dalam bentuk mesin dan peralatan, persediaan dan barang-barang lainnya, bukan disimpan dalam bentuk uang tunai. Posisi kas merupakan rasio kas akhir tahun dengan Earning After Tax. Bagi perusahan yang memiliki posisi kas semakin kuat akan semakin besar kemampuannya untuk membayar deviden. Faktor ini merupakan faktor internal yang dapat dikendalikan oleh manajemen sehingga pengaruhnya dapat dirasakan secara langsung bagi kebijakan deviden (Sudarsi 2002:79). Hal serupa juga diungkapkan oleh (Stanley dan Geoffrey, 1987 dalam Prihantoro, 2003: 10). “Posisi kas suatu perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan, sebelum membuat keputusan menentukan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Pembayaran dividen merupakan arus kas keluar. Semakin kuat posisi kas perusahaan, berarti semakin besar kemampuannya untuk membayar dividen . Posisi kas dihitung berdasarkan perbandingan antara saldo kas akhir tahun dengan laba bersih setelah pajak”. Rumus cash position dapat dinyatakan sebagai berikut : Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Cash Position terhadap Dividen Payout Rasio pada Perusahaan Asuransi yang Listing di Bursa Efek Indonesia
Kas akhir tahun CP= EAT
Dimana : CP : Cash Position (posisi kas) EAT : Earning After Tax (laba setelah pajak) Dari beberapa pengertian diatas dapat diketahui bahwa cash position mempunyai hubungan terhadap deviden payout ratio. Dimana jika semakin kuat cash position yang dimiliki oleh perusahaan maka kemampuan perusahaan untuk membayarkan deviden juaga akan semakin tinggi. Deviden Payout Ratio Kebijakan terhadap pembayaran dividen merupakan keputusan yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Kebijakan ini melibatkan dua pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda, yaitu pihak pertama para pemegang saham dan pihak kedua perusahaan itu sendiri. Dividen diartikan sebagai pembayaran kepada para pemegang saham oleh pihak perusahaan atas keuntungan yang diperolehnya. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya pembayaran dividen dan besarnya laba ditahan untuk kepentingan pihak perusahaan (Alexander, et.al, 1993 dalam Prihantoro,2003:8). Keputusan mengenai dividen payout ratio adalah keputusan yang menyangkut bagaimana cara dan dalam bentuk apa dividen dibayarkan kepada pemegang saham. Deviden Payout Ratio merupakan indikasi atas persentase jumlah pendapatan yang diperoleh yang didistribusikan kepada pemilik atau pemegang saham dalam bentuk kas (Gitman, 2003). Deviden Payout Ratio (DPR) ini ditentukan perusahaan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham setiap tahun, penentuan DPR berdasarkan besar kecilnya laba setelah pajak. Deviden per share Deviden Payout Ratio = Earnings per share Kebijakan
deviden
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
dengan
penetapan
deviden payout ratio yang konstan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan deviden payout ratio yang konstan misalnya 50%. Ini berarti bahwa jumlah deviden per lembar saham setiap tahunnya yang dibayarkan akan berfluktuatif sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh tiap tahunnya. KERANGKA BERPIKIR Kebijakan deviden tersebut dapat dilihat dari rasio pembayaran deviden dengan laba yang dihasilkan perusahaan. Adapun faktor yang diduga mempengaruhi rasio pembayaran deviden salah satunya adalah Cash Pasisition dimana Posisi kas atau likuiditas perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya deviden yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena deviden merupakan “Cash Outflow”, maka makin kuat posisi kas perusahaan, berarti makin besar kemampuan perusahaan untuk membayar Deviden. Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat disusun kerangka berpikir penelitian sebagai berikut :
Cash Position
Dividend Pay out Ratio
HIPOTESIS Untuk dapat mengarahkan hasil penelitian, disampaikan suatu hipotesis penelitian. Hipotesis ini akan diuji kebenarannya dan hasil ujian ini akan dapat dipakai sebagai masukan dalam menentukan kebijakan perbankan pemerintah. Hipotesis adalah suatu pernyataan yang dikemukakan dan masih lemah kebenarannya. Hipotesis juga dipandang sebagai konklusi yang sifatnya sementara. Sesuai dengan masalah di atas dapat diambil hipotesis sebagai berikut : Ho : Cash Position (CP) tidak berpengaruh signifikan terhadap Deviden ayout Ratio (DPR) Ha : Cash Position terdapat pengaruh signifikan terhadap Deviden Payout Ratio (DPR)
Azhari
METODE PENELITIAN Populasi yang di gunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan Asuransi yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2009 yaitu sebanyak 11 perusahaan. Dari populasi tersebut, maka metode penarikan sampel menggunakan Non-Probability Random Sampling atau pemilihan sampel secara tidak acak dengan metode Purposive Sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan kriteria tertentu (Sugiyono, 2003:61). Dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representative sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan asuransi yang memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan Asuransi yang yang telah go public di Bursa Efek Indonesia. 2. Perusahaan Asuransi yang telah listing sebelum periode penelitian. 3. Perusahaan Asuransi yang menerbitkan laporan keuangannya secara berkala selama tahun 2006-2009. Berdasarkan kriteria di atas maka yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah: Tabel 1 Nama-Nama Perusahan Asuransi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama-Nama Perusahaan Asuransi Asuransi Bina Dana Arta Tbk Asuransi Bintang Tbk Asuransi Dayin Mitra Tbk Asuransi Harta Aman Pratama Tbk Asuransi Jasa Tania Tbk Asuransi Multi Artha Guna Tbk Lippo General Insurance Tbk Maskapai Reasuransi Ind. Tbk Panin Insurance Tbk Panin Life Tbk
Sumber : www.idx.co.id
Jenis Data dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui directory pasar modal yang dikeluarkan oleh Indonesia Stock Excange (Bursa Efek Indonesia) yang dimuat pada webside www.idx.co.id. Data yang diambil dari laporan keuangan adalah laba bersih setelah pajak, total
aktiva, modal sendiri, Jumlah arus kas dan setara kas tahunan, arus kas operasional, arus kas investasi, arus kas pendanaan, jumlah pelunasan hutang, dan pembayaran deviden . Pengumpulan data dilakukan dengan cara Cross Section Pooling dan Time Series data dari perusahaan asuransi. Cross Section Pooling data dilakukan dengan cara menjumlahkan perusahaan asuransi yang mampu memenuhi kriteria sampel yang telah ditentukan selama periode penelitian yaitu pada tahun 2006-2009. Data keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan tahunan dari perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode dokumentasi dengan mengambil data laporan keuangan perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006-2009 dalam tahunan. Data diperoleh melalui penggunaan fasilitas internet dengan situs resmi Bursa Efek Indonesia, www.idx.co.id. Definisi Operasional Variabel Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen). Variabel terikat (Y) adalah Devidend Payout Ratio (DPR), sedangkan variabel bebas X terdiri atas Cash Position (CP), Dept to Equiti Ratio (DER) dan Return on Assets (ROA). 1. Cash Posisition (X ). Cash Posisition dihitung berdasarkan perbandingan antara saldo kas akhir dengan laba bersih setelah pajak (skala pengukuran dengan skala rasio). 2. Deviden Payout Ratio (Y). Deviden Payout Ratio diukur dengan membandingkan dividen kas perlembar saham terhadap laba yang diperoleh perlembar saham (skala pengukuran dengan skala rasio) Uji Normalitas Suatu model dikatakan baik untuk alat prediksi apabila mempunyai sifat-sifat tidak bias linier terbaik suatu penaksir. Disamping itu suatu model dikatakan cukup baik dan dapat dipakai untuk memprediksi apabila sudah lolos dari Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Cash Position terhadap Dividen Payout Rasio pada Perusahaan Asuransi yang Listing di Bursa Efek Indonesia
serangkaian uji asumsi klasik yang melandasinya. Uji asumsi klasik digunakan uji normalitas yaitu untuk melihat bahwa suatu data terdistribsi dengan normal atau tidak. Penulis melakukan uji normalitas dengan melihat nilai KS (Kolmogorov Smirnnov), (Ghozali,2011:84). Metode Analisis Data Penelitian ini akan mengggunakan analisis regresi linier sederhana untuk analisis pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Model ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk menentukan variabel bebas yang mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Persamaan yang digunakan : Y = a + bX + e Dimana : Y = Deviden Payout Ratio (DPR) a = Konstanta X = Cash Position (CP) e = error term Pengujian Hipotesis Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Pada penelitian akan dibandingkan antara nilai t hitung dengan t tabel pada tingkat signifikan (α) = 5%. Kriteria pengambilan keputusan pada uji t ini adalah :
Ho : diterima jika : t hitung ≤ t tabel Ha : diterima jika : t hitung > t tabel HASIL PENELITIAN Cash Position merupakan rasio kas akhir tahun dengan Earning After Tax. Deskriptif data dari cash position yang meliputi nilai mean, maximum, dan minimum dapat dilihat pada Tabel IV-1 berikut ini : Dari Tabel 2 dapat dilihat gambaran bahwa angka Cash Position tahun 2006 nilai maximum sebesar adalah 4,31 dengan perusahaan Asuransi Bina Dana Arta, nilai minimum adalah 0,12 dengan perusahaan Panin Life Tbk. Tahun 2007 nilai maximum sebesar 5,16 dengan perusahaan Asuransi Harta Aman Pratama, nilai minimum sebesar -0,79 pada Perusahaan Asuransi Jasa Tania Tbk. Tahun 2008 nilai maximum sebesar 0,11 pada Perusahaan Asuransi Harta Aman Pratama Tbk, nilai minimum sebesar 0,000 pada perusahaan Panin Insurance Tbk dan Panin Life Tbk. Dan pada tahun 2009 nilai maximum sebesar 0,12 pada perusahaan Maskapai Reasuransi Ind. Tbk, nilai minimum sebesar 0,000 pada perusahaan Lippo General Insurance Tbk, Panin Insurance Tbk dan Panin Life Tbk. Rata-rata Cash Position perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006 sebesar 1,52, tahun 2007 dengan nilai
Tabel 2 Cash Position Tahun 2006-2009 NO
Nama Perusahaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Asuransi Bina Dana Arta Tbk Asuransi Harta Aman Pratama Tbk Asuransi Bintang Tbk Asuransi Dayin Mitra Tbk Asuransi Jasa Tania Tbk Asuransi Multi Artha Guna Tbk Lippo General Insurance Tbk Maskapai Reasuransi Ind. Tbk Panin Insurance Tbk Panin Life Tbk Mean Maximum Minimum
Cash Position 2006
2007
2008
2009
4,31 1,32 2,81 3,57 0,81 0,92 1,02 0,13 0,17 0,12 1,52 4,31 0,12
1,50 5,16 -0,47 1,57 -0,79 0,98 0,06 0,04 0,17 0,11 0,83 5,16 -0,79
0,03 0,11 0,03 0,02 0,02 0,03 0,01 0,02 0,00 0,00 0,03 0,11 0,00
0,04 0,06 0,02 0,07 0,03 0,02 0,00 0,12 0,00 0,00 0,04 0,12 0,00
Sumber : Microsoft Excel (Diolah), 2011 Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
Azhari
sebesar 0,83 (turun 0,69), tahun 2008 dengan nilai sebesar 0,03 (turun 0,80), dan pada tahun 2009 dengan nilai sebesar 0,04 (naik 0,01). Cash Position perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006-2009 bernilai positif dan nilai rata-rata Cash Position tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar 1,52 artinya kemampuan kas perusahaan asuransi untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada tahun 2006 sebesar 1,52.
Pengujian normalitas data juga dilakukan menggunakan uji Kolmgorov-Smirnov Test. Hasil pengujian normalitas dapat dilihat pada Tabel 3. PEMBAHASAN Analisis Regresi Linier Sederhana Dalam uji ini model regresi yang digunakan adalah model regresi linear sederhana, di mana cash position (X ) sebagai variabel bebas (independen) dan dividen payout ratio (Y) sebagai variabel terikat (dependen). Pengaruh variabel bebas dan variabel terikat seperti yang terlihat pada Tabel 4, dapat diketahui bahwa persamaan regresi linear sederhana pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Cara untuk melihat normalitas adalah dengan melihat histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian dengan hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk sampel yang kecil jumlahnya. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi komulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Y = 0,178 + 00,192 X + e Dari persamaan regresi linear sederhana di atas, dapat dijelaskan bahwa a = intersept sebesar 0,178 artinya apabila variabel independen (cash position dianggap konstan (bernilai 0), maka dividen payout ratio sebesar 0,178. Koefisien (b) nilai cash position (X1) sebesar 0,192, artinya apabila nilai cash position mengalami kenaikan sebesar 1 %, maka dividen payout ratio akan
Tabel 3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences
40 ,0000000 ,31863849 ,113 ,113 -,066 ,713 ,690
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Tabel 4 Hasil Regresi Liner Sederhana Nama Variabel
B
Konstanta 0,178 Cash Position (x) 0,192 Koefisien Korelasi (R) = 60,1% Koefisien Determinasi (R2) = Adjusted (R2) = 30,8%
thitung
ttabel
sig (t)
1,385 4,504
2,021
0,175 0,000 36,1%
Sumber : Hasil Penelitian, Tahun 2011 (data diolah)
Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Cash Position terhadap Dividen Payout Rasio pada Perusahaan Asuransi yang Listing di Bursa Efek Indonesia
mengalami kenaikan sebesar 0,192 atau 19,2%. Sementara nilai koefisien determinasi (adjusted R2) sebesar 0,308 atau 30,8%. Hasil ini menunjukkan Cash Position, dapat mempengaruhi Dividen Payout Ratio sebesar 30,8%. Sedangkan sisanya 69,2% (100% - 30,8%) dipengaruhi oleh variabel lainnya . Pengujian Hipotesis (Uji t) Uji – t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas secara satu per satu. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa cash position (X ) diperoleh nilai thitung > ttabel sebesar 4,504 > 2,021 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. jika nilai thitung > ttabel dengan tingkat signifikansi > α = 0,05, maka hipotesis menyatakan menerima Ha dalam artian Cash Position mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividen payout ratio (Y) pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa Cash Position berpengaruh secara signifikan terhadap Dividen
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
Payout Ratio pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan nilai thitung > ttabel sebesar 4,504 > 2,021 nilai signifikansi sebesar 0,000. Sementara koefisien korelasi (R) sebesar 60,1% yang menunjukkan bahwa derajat hubungan (korelasi) antara variabel bebas (Cash Position) dengan variabel terikat yaitu Dividen Payout Ratio sebesar 60,1%. Sedangkan nilai koefisien determinasi (adjusted R2) sebesar 0,308 atau 30,8%. Hasil ini menunjukkan Cash Position dapat mempengaruhi dividen payout ratio sebesar 30,8%. Sedangkan sisanya 69,2% (100% - 30,8%) dipengaruhi oleh variabel lain. Saran Adapun saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah agar manajemen perusahaan asuransi, perlu memperhatikan faktor cash position (posisi kas) dalam menentukan kebijakan deviden. Sehingga dapat membantu manajemen untuk menentukan kebijakan deviden yang optimal. Bagi penelitian selanjutnya, perlu menambahkan variabel-variabel lain yang secara teoritis dapat mempengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan.
Azhari
REFERENSI Arikunto, S. (2002), Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Edisi Revisi Kelima. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Ghozali, Imam. (2011), Aplikasi Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit UNDIP. Semarang. Halim, Abdul. (2005), Analisis investasi, Edisi Kedua. Jakarta : Salemba Empat. Harahap, Sofyan Syafri. (2006), “Analisis Kritis atas Laporan Keuangan”. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hartadi, Happy S. (2006). Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Deviden Payout Ratio Pada Perusahaan Go Public yang Listed di Bursa Efek Jakarta Periode Tahun 2001-2003. Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada. Riyanto, Bambang. (2001), Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE. Sartono, R. Agus. (2001), Manajemen Keuangan, Edisi 3. BPFE. Yogyakarta. Sudarsi, Sri. (2002), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Devident Payout Ratio pada Industri Perbankan yang Listed Di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Sugiyono, (2003). Metode Penelitian Bisnis, Edisi 1, Cetakan Satu. CV Alfabeta. Bandung. Wild, John, K.R. Subramanyan, and Robert F. Halsey. (2004), Financial Statement Analysis. Alih Bahasa Yanivi Bachtiar, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Delapan, Buku I. PT Salemba Empat. Jakarta. www.commlife.co.id, diakses 22 Januari 2011 www.idx.co.id, diakses 05 Februari 2011
Jurnal Visioner & Strategis
Modal Sumberdaya Entrepreneur dan Orientasi Entrepreneur untuk Meningkatkan Kinerja BisnisVisioner & Strategis Jurnal Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 ISSN: 2338-2864 p. 9-17
Modal Sumberdaya Entrepreneur dan Orientasi Entrepreneur untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis Literature Review
The entrepreneur mean that doing a job. The entrepreneurship is the process in beginning a new bussiness, to organize the resorcess that consider risk dan return. The role of entrepreneur very important to grow up the UKM especially the their soft skill. The skill of human capital like training and learning increase the UKM success. Kilkeny (1999) discribe that research model like human capital to get success. He explain the level of training, the experience of business and total revenue have a positive relationship with the business success. (Dakhli & De Clercg, 2004). Forthemore, Bates (1995), identify that the the higher of level education has a positive relationship wiht bussiness succes. Beside the quality of human capital, many research said entreprenuer orientation also impact to business performance as like as Covin and Slevin (1991); Smart and Conant (1994); Wiklund (1999) discribe that the higher entreprenuer orientation would be increase the ability of firm to promote the produk to get the good performance.
Meutia
Dosen Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Tirtayasa, Banten
Keywords: human capital, entrepreneur orientation, business performace
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
Meutia
PENDAHULUAN Menurut Drucker istilah entrepreneur telah digunakan lebih dari 200 tahun. Entrepreneur berasal dari kata perancis “Entreprendre” yang artinya melaksanakan, mengerjakan sesuatu pekerjaan. Kewirausahaan adalah suatu proses memulai bisnis baru, mengorganisasi sumber daya yang diperlukan dengan mempertimbangkan risiko yang terkait dan balas jasa yang akan diterima. Banyak definisi kewirausahaan yang telah dibahas oleh peneliti diantaranya adalah kewirausahaan merupakan mental dan sikap jiwa yang selalu aktif berusaha meningkatkan hasil karyanya untuk meningkatkan penghasilan. Jiwa entrepreneurship merupakan sikap dan watak yang dimiliki seseorang dalam melihat dan menilai kesempatan bisnis dan mengumpulan sumber daya guna mengambil keuntungan. Peranan entrepreneur sangat mempengaruhi perkembangan UKM terutama keterampilan dan keahlian yang dimiliki. Modal sumber daya manusia yang merupakan keahlian dan ketrampilan yang dimiliki baik melalui pengalaman, pembelajaran maupun pelatihan akan meningkatkan keberhasilan UKM Teori modal sumberdaya manusia yang ditelaah oleh para peneliti berkembang kearah pengembangan kewirausahaaan (Chandler dan hanks, 1998: Davisson dan Honig, 2003; Rauch, 2005a). Hasil penelitian modal sumber daya manusia dalam sebuah model diprediksi mengarah kepada keberhasilan usaha. Sejumlah peneliti sudah menetapkan dan menggunakan sejumlah variabel yang memberikan indikasi terhadap modal sumber daya manusia seperti pendidikan formal, pelatihan, pengalaman pegawai dan pengalaman awal saat mendirikan bisnis, pengalaman pemilik bisnis, latar belakang orang tua, keterampilan dan ilmu pengetahuan dan lainnya. Keberhasilan atau kegagalan usaha mikro sering tergantung pada sejumlah faktor seperti kurangnya sumber daya, keterampilan teknis dan bisnis yang tidak memadai, informasi yang tidak memadai tentang pasar dan pesaing, dan kurang pengetahuan tentang kebijakan peraturan pemerintah dan factor lainnya. Salah satu faktor 10
potensi yang mempengaruhi kinerja usaha mikro adalah modal sosial dari pengusaha mikro yang meliputi kemampuan sosial entrepreneur dalam menjalankan bisnisnya, modal sumber daya entrepreneur yang meliputi pelatihan, ketrampilan dan pengalaman akan menciptakan peluang. Faktor-faktor ini diduga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha. Selain modal sumber daya manusia, orientasi kewirausahaan memegang peranan penting dalam keberhasilan bisnis. Beberapa hasil penelitian menjelaskan bahwa ada pengaruh antara orientasi entrepreneur dengan keberhasilan bisnis UKM. Hal ini dikemukakan oleh banyak peneliti diantaranya Lee dan Tsang (2001) yang meneliti tentang dampak dari orientasi kewirausahaan terhadap ”venture growth” (Growth of Sales and Profit) dimana orientasi kewirausahaan terdiri atas unsur (1) need for achievement (2) internal locus of control (3) self reliance dan (4) extroversion. Steward et al (2003) juga meneliti aspek kewirausahaan dengan unsur (1) achievement (2) innovation dan (3) risk terhadap goal orientation dengan membandingkan antara sikap wirausaha di USA dibandingkan dengan sikap wirausaha di Rusia. Demikian pula Vitale, Giglierano dan Miles (2003) menguji pengaruh orientasi kewirausahaan yang terdiri atas unsur (1) innovating (2) acting proactively dan (3) managing risk terhadap performance atau growth. Zahra dan Covin ( 1995) mengemukakan bahwa dimensi orientasi kewirausahaan merupakan dimensi yang independen dan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Dalam kajian literature review ini akan melihat hubungan antara modal sumberdaya entrepreneur, orientasi entrepreneur dan keberhasilan UKM LITERATURE REVIEW Modal Sumber Daya Entrepreneur dan Kinerja Bisnis Becker (1964) mendefinisikan modal sumber daya manusia sebagai keterampilan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dan didapatkan dari pendidikan mereka di sekolah, pelatihan kerja, dan jenis pengalaman lainnya. Modal sumber daya entrepreneur adalah Jurnal Visioner & Strategis
Modal Sumberdaya Entrepreneur dan Orientasi Entrepreneur untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis
ketrampilan dan ilmu pengertahuan yang dimiliki oleh seorang entrepreneur yang didapat dari lembaga formal maupun informal yang meliputi pendidikan, pelatihan, pengalaman dan latar belakang entrepreneur. Definisi menurut Becker (1964) menjelaskan adanya perbedaan modal sumber daya manusia yang ada dengan dua konseptualisasi yang berbeda dalam hal atribut modal sumber daya manusia, investasi terhadap modal sumber daya manusia versus hasil akhir dan investasi terhadap modal sumber daya manusia dan hubungan antara tugas wirausaha dan modal sumber daya manusia versus modal sumber daya manusia yang tidak berhubungan dengan penyelesaian sebuah tugas kewirausahaan. Hasil akhir yang diperoleh dari investasi terhadap modal sumber daya manusia akan berimbas pada ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh individu tersebut. Hubungan antara modal sumber daya manusia dengan penyelesaian tugas kewirausahaan membahas apakah investasi terhadap modal sumber daya manusia dapat menjelaskan hasil akhir yang berhubungan dengan penyelesaian tugas tertentu atau tidak, seperti melaksanakan suatu usaha bisnis. Konsep mengenai modal sumber daya manusia berhubungan dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang individu tertentu dan kemampuannya yang memungkinkan terjadinya perubahan dalam tindakan dan pertumbuhan perekonomian (Coleman, 1988). Modal berupa sumber daya manusia akan dikembangkan melalui pelatihan formal dan pendidikan yang bertujuan untuk terus melakukan pembaharuan terhadap kemampuan seseorang dengan tujuan agar orang tersebut dapat bertindak dengan baik dalam lingkungan masyarakat. Modal berupa sumber daya manusia yang bersifat spesifik bagi suatu industri akan berhubungan erat dengan ilmu pengetahuan yang berasal dari pengalaman spesifik dalam sebuah lingkungan industri, dan beberapa peneliti sudah menelaah peranan dari pengalaman industri terhadap pertumbuhan dan kinerja ekonomis dari sebuah perusahaan yang bersifat kewirausahaan (Siegel, 1993) dan juga peranannya terhadap lingkungan masyarakat sekitarnya (Kenney dan von Burg, 1999). Hasil penelitian menjelaskan Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
bahwa modal sumber daya manusia yang bersifat spesifik bagi suatu industri memainkan peranan penting dalam menghasilkan aktivitas yang bersifat inovatif dalam suatu industri jika hal ini dikarakterisasikan sebagai bentuk transaksi atau pertukaran ilmu pengetahuan yang berkualitas tinggi antara para pemain utama dalam satu lingkungan industri (Bianchi, 2001). Modal berupa sumber daya manusia yang bersifat spesifik secara individual mengacu pada bentuk ilmu pengetahuan yang dapat diaplikasikan atau diterapkan pada beragam cakupan perusahaan dan lingkungan industri yang sangat luas, hal ini juga meliputi sistem manajerial secara umum dan pelatihan keterampilan (Pennings, 1998). Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa tingkatan modal sumber daya manusia secara keseluruhan akan memberikan dampak atau pengaruh pada keberhasilan perekonomian, baik di tingkat bisnis maupun di tingkat makro. Sebagai contoh Kilkeny (1999) yang membahas tentang model penelitian berupa modal sumber daya manusia untuk mencapai keberhasilan, ia menjelaskan bahwa tingkatan pelatihan seseorang, pengalaman bisnis secara keseluruhan dan total pendapatan berhubungan positif dengan keberhasilan bisnis.(Dakhli & De Clercq, 2004). Selanjutnya Bates (1995) mengidentifikasi adanya hubungan positif yang terjadi antara tingkat pendidikan yang lebih tinggi dengan kecenderungan sebuah perusahaan untuk mencapai keberhasilan. Brewster et al. (2000) mengemukakan bahwa agar dapat diperoleh suatu keunggulan kompetitif yang kuat dan bertahan dalam jangka panjang, perusahaan harus memiliki suatu kelebihan dalam skill dan kapabilitas yang dimiliki oleh para karyawannya. Wright et al. (1998) mengemukakan pentingnya kapabilitas sumber daya manusia dalam mencapai keunggulan kompetitif. Kapabilitas sumber daya manusia berperan sebagai suatu pengetahuan kolektif dari anggota perusahaan (sulit ditiru), yang dikembangkan dalam suatu periode waktu tertentu (langka), dan sangat berharga karena rutinitas perusahaan dalam memanage karyawannya akan mengarahkan segala sikap dan bakat karyawannya dalam pembentukan nilai 11
Meutia
dan meraih suatu tujuan sehingga keunggulan kompetitif akan tercapai. Orientasi Entrepreneur dan Kinerja Bisnis Venkataraman (1997) mendefinisikan kewirausahaan sebagai “Sebuah bidang akademis yang berusaha untuk mencari dan memahami bagaimana sebuah peluang akan diwujudkan di masa yang akan datang, dan bagaimana barang dan jasa akan ditemukan, diciptakan sekaligus dieksploitasi, oleh siapa dan untuk siapa konsekuensi tersebut terbentuk. Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju kesuksesan. Beberapa literatur manajemen memberikan tiga landasan dimensi-dimensi dari kecenderungan organisasional untuk proses manajemen kewirausahaan, yakni kemampuan inovasi, kemampuan mengambil risiko, dan sifat proaktif (Matsuno, Mentzer dan Ozsomer, 2002). Sikap percaya diri sangat dibutuhkan oleh entrepreneur dimana keyakinan bahwa bisnisnya akan berhasil merupakan motivasi yang sangat kuat untuk keberhasilan usaha. Keyakinan dan sikap dalam memulai melihat peluang, memulai usaha, menjalankan dan mengambil resiko atas kegagalan usaha adalah harus dipersiapkan sedini mungkin. Seorang entrepreneur merupakan orang yang terlatih untuk selalu menjalankan usahanya dengan tekun, gigih, percaya diri, ulet, tekun, inisiatif, tekad yang kuat, orientasi pada proses dan hasil, selalu kreatif, mempetimbangkan resiko. Kreativitas yang dimiliki akan menjadikan bisnisnya akan bertahan untuk jangka panjang dibandingkan dengan competitornya. Dalam penelitian entrepreneurship sudah banyak dibahas dalam istilah yang berbeda seperti manajemen entrepreneur (Stevenson dan Jarillo, 1990) dan sekarang hasil penelitian yang sangat populer yaitu orientasi kewirausahaan yang diteliti oleh (Lumpkin dan Dess, 1996). Di dalam literatur penelitian yang ada, konsep orientasi wirausaha juga dikenal sebagai Entrepreneurial Posture (Miller, 1983), Entrepreneurial Behavior (Miller dan Friesen 1982, Covin dan Slevin 1986), Strategic Posture (Covin dan Slevin, 1989) dan Entrepreneurial Posture (Covin dan Slevin 1990, 12
1991). Lumpkin dan Dess (1996) dalam usahanya untuk mengklarifikasi kebingungan dalam istilah, memberikan perbedaan yang jelas antara orientasi wirausaha Entrepreneurial Orientation dan kewirausahaan (entrepreneurship). Definisi orientasi kewirausahaan dimulai dari penelitian Minzberg (1973) kemudian Khandwalla (1977) dan Miller dan Friesen (1982). Perkembangan dimensi orientasi kewirausahaan juga terus bertambah seiring dengan banyaknya penelitian tentang orientasi entrepreneur. Pada awalnya dimensi orientasi entrepreneur sudah dikemukakan oleh Schumpeter (1934) dengan dimensi invention dan inovator, selanjutnya Mintzberg (1973) menambahkan dengan mencari peluang. Miller dan Friesen (1982) mengemukakan dimensi dari orientasi kewirausahaan adalah agressiveness, inovative new product, novel solutions, logistic inovation dan emphasis on research and development. Selanjutnya menurut Venkataraman (1989) dan Lumpkin and Dess (1996) mengemukakan dimensi yang hampir sama begitu juga Knight (2000). Krauss et al (2005) menambahkan dimensi baru orientasi kewirausahaan yaitu orientasi belajar, orientasi pestasi, orientasi otonom, agresif berkompetisi, orientasi inovasi, mengambil resiko, proaktif dalam mencari peluang dan inisiatif personal. Dari perkembangan orientasi kewirausahaan maka dimensi terus berkembang sesuai dengan kebutuhan dan penelitian yang akan datang pun masih banyak dimensi –dimensi lain yang bisa diteliti. Sementara itu, menurut Gosselin (2005), bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara orientasi kewirausahaan yang ditetapkan dengan kinerja perusahaan. Orientasi kewirausahaan yang tinggi berhubungan erat dengan penggerak utama keuntungan sehingga seorang wirausahawan mempunyai kesempatan untuk mengambil keuntungan dan munculnya peluang-peluang tersebut, yang pada akhirnya berpengaruh positif terhadap kinerja usaha (Wiklund, 1999). Miller dan friesen (1982) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki orientasi kewirausahaan yang kuat akan lebih banyak melakukan inovasi produk, berani menjalankan perusahaan yang beresiko dan memulai tindakanJurnal Visioner & Strategis
Modal Sumberdaya Entrepreneur dan Orientasi Entrepreneur untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis
tindakan yang proaktif untuk meningkatkan kinerja bisnis. Orientasi kewirausahaan mengacu pada proses, praktik, dan pengambilan keputusan yang mendorong ke arah input baru dan mempunyai tiga aspek kewirausahaan, yaitu berani mengambil risiko, bertindak secara proaktif dan selalu inovatif (Lumpkin dan Dess, 1996). Namun dari kesekian banyaknya dimensi orientasi kewirausahaan keberanian mengambil resiko (risk taking), kecendrungan mencari peluang (proactiveness), dan dukungan menemukan inovasi (innovativeness) paling sering digunakan oleh para peneliti. Keberanian mengambil Resiko Konsep risk taking telah lama dihubungkan dengan kewirausahaan (Kreiset, 2001). Dimensi ini mencerminkan kemauan aktif perusahaan untuk mengejar peluang meskipun peluang tersebut mengandung risiko dan hasilnya tidak pasti. Dimensi ini menangkap tingkat pengambilan risiko dalam berbagai keputusan alokasi sumber daya seperti halnya pilihan produk dan pasar (Venkatraman, 1989). Menurut Lumpkin dan Dess (1996) berani mengambil resiko mencerminkan kecenderungan untuk mengerahkan sumberdaya dalam kegiatan atau proyek yang memiliki prospek kegagalan yang besar namun jika berhasil maka keuntungan juga besar. Semakin besar resiko yang dihadapi maka kecenderunga hasil yang diperoleh juga semakin besar. Keberanian mengambil resiko termasuk resiko memilih usaha, kegiatan usaha, tempat usaha dan resiko kegagalan yang akan dihadapi. Sesuai dengan pengertiannya bahwa seorang entrepreneur adalah seseorang yang suka dengan usaha yang lebih menantang. Semakin menantang maka semakin semangat untuk menghadapi tantangan tersebut. Biasanya entrepreneur akan sangat berani mengambil resiko jika sudah mengetahui jenis kegiatan usaha yang dilakukan. Tetapi pada umumnya pengusaha memiliki sikap yang sangat tidak berani mengambil resiko jika tidak memiliki keahlian atau belum dikuasai sebelumnya. Begley dan Boyd (1987) dalam Kreser, Marino dan Weaver (2002) menemukan
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
bahwa kecenderungan perusahaan untuk berani mengambil risiko (risk talking) memiliki pengaruh positif pada kinerja perusahaan. Kecenderungan sikap risk taking berhubungan secara positif dengan sukses perusahaan karena manajer ataupun pemilik perusahaan dapat membuat perjanjian yang menguntungkan bagi perusahaannya (Fresee, Brantjes dan Horn, 2002). Kecenderungan Mencari Peluang Sifat lain yang dimiliki oleh entrepreneur adalah kecendrungan mencari peluang untuk perluasan maupun proses deversifikasi bisnisnya. Kecenderungan mencari peluang bisa dilihat dari berbagai keadaan misalnya dari kebutuhan konsumen dan kebutuhan pasar secara keseluruhan. Sikap proaktif dalam mencari peluang pasar merupakan sikap untuk melihat kebutuhan jauh kedepan dan selalu berusaha untuk mengejar peluang tersebut. Miller (1983) menyatakan sikap mencari peluang adalah perusahaan agresif dalam mengejar priorits dan tujuan dibandingkan dengan pesaingnya. Yeoh dan Joeng (1995 dalam Kreser, 2002) yang mendefinisikan proaktif untuk bersaingan dengan pesaingnya. Perusahaan proaktif cenderung menjadi pemimpin daripada pengikut, karena memiliki keinginan dan pandangan ke depan untuk menangkap peluang baru sekalipun tidak selalu menjadi yang pertama melakukan hal tersebut. Lumpkin dan Dess (1996) menyatakan sikap mencari peluang dilakukan sebagai antisipasi keinginan dan kebutuhan masa mendatang di pasar serta menciptakan keunggulan dibandingkan dengan pesaingnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mencari peluang merupakan factor penting yang menentukan kinerja perusahaan. Kecenderungan mencari peluang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan kecil dan menengah seperti penelitian Krauss et al (2006). Semakin tinggi kemampuan peengusaha untuk mencari peluang usaha maka semakin tinggi tingkat keberhasilan bisnis yang akan dicapai dan semakin tinggi tingkat keunggulan bersaing dibandingkan dengan pesaingnya.
13
Meutia
Innovativeness Para peneliti menganggap inovasi sebagai jantung dari kewirausahaan (Covin dan Miles, 1999 Jennings dan Young, 1990, Schollhammer, 1982, Shcumpeter, 1934, 1942 dalam Kreiser, 2001). Dimensi innovatiness mencerminkan kecenderungan perusahaan untuk menggunakan dan mendukung ide-ide baru, eksperimen dan proses kreatif yang mungkin berhasil dalam memperkenalkan produk atau jasa baru dalam proses teknologi (Lumpkin dan Dess, 1996). Sikap inovasi akan mencerminkan kecenderungan untuk mendukung dan terlibat dalam ide-ide baru, proses-proses kreatif yang menyimpang dari praktek dan teknologi yang ada. Seorang entrepreneur cenderung selalu kreatif dalam usaha menemukan sesuatu yang baru baik dari pengalaman maupun dari eksperimen. Hasil pengalaman dan eksperimen akan ditemukan inovasi baru seperti inovasi proses, inovasi produk, inovasi pemasaran, inovasi pelayanan dan lain sebagainya. Hodgson (1998) melihat inovasi sebagai proses pembelajaran yang diperlukan dalam sebuah konteks sosioekonomis yang bersifat dinamis. Proses ini memastikan dihasilkannya dan tercapainya transmisi ilmu pengetahuan dan inovasi dengan dua komponen pembentuk yaitu inovasi yang bersifat adaptif dan inovasi yang bersifat kreatif. Inovasi dilihat sebagai sebuah perubahan material dalam tehnologi produksi dan sebagai perubahan kapasitas seseorang untuk mengeksploitasi peluang dalam pasar terbaru. Banyak hasil penelitian yang menjelaskan bahwa inovasi akan berdampak positif terhadap kinerja bisnis baik perusahaan yang baru (Lumpkin et al, 2006) maupun perusahaan yang sudah lama berdiri. Hasil penelitian Frese, Brantjes dan Hoorn (2002) kecenderungan perusahaan untuk bermotivasi (innovativeness) secara positif berhubungan dengan sukses perusahaan karena dengan ide baru, perusahaan dapat menangkap segmen penting dalam pasar. Akan tetapi yang harus diperhatikan inovasi membutuhkan biaya yang tinggi sehingga untuk perusahaan yang sudah lama berdiri sering mengabaikan inovasi karena merasa sudah punya pasar dan sudah dikenal oleh konsumen. 14
KESIMPULAN 1. Becker (1964) mendefinisikan modal sumber daya manusia sebagai keterampilan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dan didapatkan dari pendidikan mereka di sekolah, pelatihan kerja, dan jenis pengalaman lainnya. Modal sumber daya entrepreneur adalah ketrampilan dan ilmu pengertahuan yang dimiliki oleh seorang entrepreneur yang didapat dari lembaga formal maupun informal yang meliputi pendidikan, pelatihan, pengalaman dan latar belakang entrepreneur. Penelitian terdahulu sudah menunjukkan bahwa tingkatan modal sumber daya manusia secara keseluruhan akan memberikan dampak atau pengaruh pada keberhasilan perekonomian, baik di tingkat bisnis maupun di tingkat makro. Sebagai contoh Kilkeny (1999) yang membahas tentang model penelitian berupa modal sumber daya manusia untuk mencapai keberhasilan 2. Venkataraman (1997) mendefinisikan kewirausahaan sebagai “Sebuah bidang akademis yang berusaha untuk mencari dan memahami bagaimana sebuah peluang akan diwujudkan di masa yang akan datang, dan bagaimana barang dan jasa akan ditemukan, diciptakan sekaligus dieksploitasi, oleh siapa dan untuk siapa konsekuensi tersebut terbentuk. Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju kesuksesan. Di dalam literatur penelitian yang ada, konsep orientasi wirausaha juga dikenal sebagai Entrepreneurial Posture (Miller, 1983), Entrepreneurial Behavior (Miller dan Friesen 1982; Covin dan Slevin 1986), Strategic Posture (Covin dan Slevin 1989) dan Entrepreneurial Posture (Covin dan Slevin 1990, 1991). Lumpkin dan Dess (1996) dalam usahanya untuk mengklarifikasi kebingungan dalam istilah, memberikan perbedaan yang jelas antara orientasi wirausaha Entrepreneurial Orientation dan kewirausahaan (entrepreneurship).
Jurnal Visioner & Strategis
Modal Sumberdaya Entrepreneur dan Orientasi Entrepreneur untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis
Referensi Bates. T.,1995,”Analysis of survival rates among franchise and independent small business star-up. Journal of business management 33 (2). 26-36. Becker, G.S., 1964,” Human Capital”, Columbia University Press, New York. Begley, T.M.& Boyd,D.B. 1987,” Psycological characteristics associated with performance in entrepreneurial firm and small business,” Journal of Business venturing 2(1), 79-93 Bianchi, T. 2001,” With and without co-operation: two alternative strategies in the food-processing industry in the Italian South”, Entrepreneurship & Regional Development, 13: 117–145. Brewster, C; Dowling, P; Grobler, P; Holland, P dan Warnich, S. 2000,”Contemporary Issues in HRM: Gaining a Competitive Advantage. Oxford Uniersity Press: Southern Africa. Chandler, G.N., Hanks, S., 1998,” An examination of the substitutability of founders’ human and financial capital in emerging business venture”. Journal of BusinessVenturing 13, 353–369. Coleman, J. S. 1988,” Social capital in the creation of human capital.” American Journal of Sociology, 94, 95-120. Covin J.G and D. Slevin, 1989.” Strategic management of small firm in hostile and begin environment”, Strategic Management Journal, 10 (1) pp 75-87. Covin, J.& Slevin,D.1991,” A Conceptual Model Of Entrepreneurship as Firm Behaviour Entrepreneurship,” Theory and Practice,16(1),7-25. Covin, J. G dan T. Covin., 1990. “Competitive Aggresiveness, environmental context, and small firm performance”, Entrepreneurship: Theory dan Practice, Vol. 14 (4), 35-50 Dakhli, Mourad and Clercq., Dirk De, 2004,” Human Capital, Social Capital and Innovation: A Multicountry Study p. 107–128 Davidsson, P., Honig, B., 2003.” The role of social and human capital among nascent entrepreneurs.” Journal of Business Venturing 18, 301–331. Freese,M., Brantjes,A.& Hoorn,R. 2002,” Psycological success factor of small scale businesses in Namimbia: The Roles Of Strategy process, Entrepreneurial Orientation and The Environment,” Journal Of Development Entrepreneurship 7(3) Gosselin Maurice, 2005,” An Empirical Study of Performance Measurement in Manufacturing Firm, International Journal of Productivity and Performance Management, Vol. 54 No.5/6.pp.419- 437 Hodgson, G. ,1998,” Competence and contract in the theory of the firm. Journal of Economic Behavior, 35, 179–201. Kenney, M. and von Burg, U. 1999,” Technology, entrepreneurship and path dependence: industrial clustering in Silicon Valley and Route 128, Industrial and Corporate Change, 8: 67–103. Khandawalla, P.N.1977.”The Design of Organization” New York:Harcout brace Jovanovich Kilkenny, M., Nalbarte, L. and Besser, T. 1999,” Reciprocated community support and small townsmall business success”, Entrepreneurship & Regional Development, 11: 231–246. Knight, Gary.2000.” Entrepreneurship and marketing strategy: The SME under globalization.” Journal of international marketing,8,(2), pp.12-21
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
15
Meutia
Krauss, Stetanie I,& Michale Frese et.al,2005.” Entrepreneurial orientation: A phycological Model of success among southern African Small Business Owners”, Europian journal of work and organizational psychology, Vol 14, No. 3, pp.315-344 Kreiser, P. M. 2001. “Entrepreneurial Organization or Family Firm? A strategic Analysis of Gulf States Paper Corporation”, EBHA Conference : Business dan Knowledge, July, The University of Alabama, USA. Kreiser, P. M., Marino L. D., dan Weaver, K. M. 2002.“Assessing the Psychometric Properties of the Entrepreneurial Orientation Scale: A Multicountry Analysis”, Entrepreneurship: Theory dan Practice, 71-93. Lee, D.Y.& Tsang, E.W.K.2001.” The Effect Of Entrepreneurial Personality, Background and Network Activities on Ventures Growth,” Journal Of Management Studies 38(4) 583-602. Lumpkin, G.T., & Dess, G.G.1996.” Clarifying the entrepreneurial orientation construct and linking it to performance. “Academy of management Review,21(1), 135-172. Lumpkin et al.2006.” Entrepreneurial Orientation Effects and New Venture Performance : The Moderating Role of Venture Age.” Academy of Management Best Conference Paper, 2006. Matsuno at al. 2002.” The Effect of Entrepreneurial Proclivity and Market Orientation on Markides C and P.J. Williamson,1994: Related diversifikasi, core competence and corporate performance. Strategi Manajemen Journal Vol.15 Miller, D. dan Friesen, Peter H.1982.”Innovation in conservative and entrepreneurial firm: Two Model of Strategic Momentum”, Strategic Management Journal, 3 (1) pp.1-25 Miller D.1983.” The Correlates of Entrepreneurship in three type of firms,”Management Science,29,pp. 770-791 Mintzberg, H. 1973.” Strategy Making in Three Models”, California Management Review. 16:44-53 Pennings, J. M., Lee, K. & van Witteloostuijn, A.1998,” Human capital, social capital, and firm dissolution. Academy of Management Journal, 41, 425-440. Rauch, A., Unger, J., Skalicky, B., Frese, M., 2005b.” The effect of business owners’ cognitive ability, human capital, knowledge and experience on business success: acomparison of three different perspectives. “Poster Presented at the 2005 Babson Kaufman Entrepreneurship Research Conference, June 9 11, Babson. Schumpeter, Joseph. 1934,” The Theory of Economic Development. Cambridge, Mass.: Harvard University Press. Siegel, R., Siegel., E. and MacMillan, I. C. 1993,” Characteristics distinguishing high-growth ventures”, Journal of Business Venturing, 8: 169–180. Smart, D. T. and Conant, J. S. (1994) ‘Entrepreneurial Orientation, Distinctive Marketing Competencies and Organizational Performance’, Journal of Applied Business Research 10(3): 28–38. Stewart Jr W H, Carland J C, Carland J.W, Watson W E and Sweo R, 2003, Entrepreneurial Dispositions and Goal Orientations: A Compative Exploration of United States and Russian Entrepreneurs, Journal of Small Business Management 41-1 pp. 27-46 Stevenson, H. H. and J. C. Jarillo (1990). ‘A paradigm of entrepreneurship: Entrepreneurial management’, Strategic Management Journal, 11, pp. 17-27. Venkatraman, N. (1989). “Strategic Orientation of Business Enterprises: The Construct, Dimensionality and Measurement:, Management Science, Vol. 35. No.8. p. 942-962.
16
Jurnal Visioner & Strategis
Modal Sumberdaya Entrepreneur dan Orientasi Entrepreneur untuk Meningkatkan Kinerja Bisnis
Venkatraman, S., 1997. “The distinctiveness domain of entrepreneurship research: an editor’s perspective.” In: Katz, J., Brockhaus, R. (Eds.), Advances in Entrepreneurship, Firm Emergence, and Growth. JAI Press, Greenwich, CT, pp. 119 138. Vitale R, Giglierano J, and Miles M, 2003,” Entrepreneurial Orientation, Market Orientation, and Performance in Estableshed and Startup Firms, http://www.uic.edu/cba/ies/2003papers Wiklund, J. 1999.“The sustainability of the entrepreneurial orientation- performance relationship.” Entrepreneurship: Theory & Practice, 24 (1), 37-49. Wright, P; McMahan, G; McCormick, B dan Sherman, S. 1998. “Strategy, core competence, and Human Resource involvement as determinants of HR effectiveness and refinery performance”. Human Resource Management, Vol. 36, pp. 17-29.
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
17
Meutia
18
Jurnal Visioner & Strategis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Mahasiswa S-1, Fakultas EkonomiJurnal UniversitasVisioner Syiah Kuala & Strategis Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 ISSN: 2338-2864 p. 19-28
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Mahasiswa S-1, Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
This study aims to assess and analyze the influence of internal and external factors on student learning achievement S1 Syiah Kuala University Faculty of Economics. Number of samples in this study amounted to 300. The research was conducted using primary data. Data were analyzed through the presentation and preparation of data into the table. Internal factors (health, motivation, interest in learning) affect learning achievement. However, the health variables obtained results were not significant, it is because there is a good health condition of students it will be better the student’s learning achievement, but there are some students who are in poor health condition continued to lecture activities. Showed that external factors (family, community, campus environment) affect learning achievement. For all students, in order to still consider the health condition. This can be done by keeping the diet, adequate rest, sleep on time, regular exercise. Thus, the health will be maintained so that learning achievement will be better.
Fikriah
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Priyatna
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Keywords: internal factors, external factors, student learning achievement
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
19
Fikriah dan Priyatna
PENDAHULUAN Pengembangan sumber daya manusia adalah suatu hal yang harus dilakukan dalam suatu organisasi atau lembaga pendidikan agar dapat mengantisipsi dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi pada masa sekarang ini. Salah satu usaha pengembangan sumber daya manusia tersebut adalah dengan peningkatan mutu pendidikan, baik melalui pendidikan formal maupun non formal. Optimalisasi pengelolaan sumber daya serta keberhasilan pembangunan dapat diwujudkan dengan adanya sumber daya manusia yang berkualitas, cerdas, tangguh dan ulet. Pendidikan yang rendah membatasi seseorang untuk terserap dalam akses sumber-sumber ekonomi yang lebih baik sehingga seseorang dengan tingkat pendidikan rendah cenderung mengalami kemiskinan dan ketertinggalan. Berkaitan dengan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas selain dapat ditingkatkan melalui pendidikan yang bersifat formal juga dapat digali melalui pendidikan dalam keluarga sebagai wadah sosial terkecil (pendidikan in formal), kualitas sumber daya manusia tidak lepas dari bagaimana keluarga mendidik anakanaknya dalam beberapa hal yang berkaitan dengan kehidupan baik dimasa lalu, sekarang maupun di masa yang akan datang. Hal itu dapat menunjukkan bahwa untuk menghasilkan sumber daya yang berkualitas, keluarga harus memaksimalkan fungsinya sebagai motivator seorang mahasiswa untuk mencapai prestasi yang maksimal. Peran keluarga terutama orang tua sangat penting dalam proses pendidikan terutama sebagai motivator utama bagi seorang mahasiswa untuk meraih prestasi setinggi-tingginya. Menurut Murtiyani (2000), Pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha untuk mencerdaskan kehidupan suatu bangsa, terutama pada bangsa yang sedang berkembang seperti negara Indonesia. Pembangunan yang dilakukan itu sangat membutuhkan manusia-manusia yang berkualitas dan terampil dalam melaksanakannya. Pendidikan merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk menghasilkan manusia yang 20
berkualitas dan mampu menerapkan ilmu yang sudah dipelajarinya untuk menerapkannya dalam kehidupan dan pada pekerjaannya untuk dapat meningkatkan taraf hidup kedepan yang lebih baik. Dan disebutkan dalam hasil penelitiannya: “kualitas pengajaran berpengaruh terhadap orientasi profesional. Semakin baik penguasaan dosen dalam menggunakan metode, pendekatan, media, dan prinsip-prinsip pengajaran maka semakin tinggi orientasi profesionalisme dosen yang berpengaruh positif terhadap hasil belajar mahasiswa”. Prestasi seorang mahasiswa pada perguruan tinggi dapat dilihat dari indeks prestasi yang diperoleh. Indeks prestasi dijadikan sebagai tolak ukur penguasaan akademik mahasiswa. Semakin baik penguasaan akademik mahasiswa maka prestasi yang diperoleh pun akan baik. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui kemajuan belajar mahasiswa di perguruan tinggi dengan melihat angka indeks prestasi semester maupun indeks prestasi mahasiswa secara keseluruhan. Pada dasarnya seorang mahasiswa ingin berusaha untuk mencapai nilai indeks kumulatif semaksimal mungkin. Namun dalam kenyataannya tidak semua mahasiswa dapat mencapai prestasi yang sebagaimana diinginkannya. Untuk mencapai tujuan prestasi yang baik tidaklah cukup hanya mengandalkan staf pengajar yang baik, dan penyedian sarana dan prasarana yang memadai. Namun keseriusan, ketekunan, motivasi belajar, serta kondisi lingkungan, keluarga dan faktorfaktor lain yang dapat mendukung prestasi belajar mahasiswa itulah merupakan hal yang sangat penting untuk mewujudkan prestasi yang baik di perguruan tinggi. Prestasi dapat diartikan sebagai suatu hal yang menunjukkan tingkat kemampuanatau keberhasilan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan. Prestasi artinya hasil akhir dari suatu kegiatan. Prestasi belajar adalah istilah yang telah dicapai individu sebagai usaha yang dialami secara langsung serta merupakan aktivitas yang bertujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, ketrampilan, kecerdasan, kecakapan, dalam kondisi serta situasi tertentu (Depdikbud, 1994:298). Sedangkan menurut Muhammad Ali (1992:323) mengemukakan Jurnal Visioner & Strategis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Mahasiswa S-1, Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
prestasi adalah melakukan suatu kegiatan dengan keseluruhan dari kemampuan yang dimiliki hingga memperoleh suatu keberhasilan. Menurut slameto (2003:2) belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Belajar merupakan suatu proses penting bagi perubahan prilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar menurut James O. Whittaker adalah proses yang menimbulkan atau merubah perilaku melalui latihan atau pengalaman (Darsono, 2000:4). Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri (Syah, 2003:59). Indeks prestasi adalah indeks prestasi yang dihitung pada setiap akhir semester yang digunakan sebagai dasar untuk mengetahui keberhasilan belajar dari semua mata kuliah yang diikuti pada semester yang bersangkutan. Indeks prestasi kumulatif (IPK) yaitu indeks prestasi yang dihitung pada akhir suatu program pendidikan lengkap atau pada akhir semester kedua dan seterusnya untuk sluruh mata kuliah yang diambil, yang dinyatakan rentangan angka 0,00 – 4,00. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa indeks prestasi kumulatif adalah tingkat keberhasilan mahasiswa dalam mempelajari studi mata kuliah dari semester awal hingga semester akhir yang dinyatakan dalam nilai angka yang diperoleh dari jumlah nilai kumulatif dibagi dengan jumlah kredit SKS yang dicapai. Masalah pendidikan merupakan masalah substansial yang umum dialami berbagai negara di dunia. Kemampuan akademik setiap mahasiswa yang berbeda memunculkan berbagai teori berdasarkan banyak riset yang telah dilakukan. Salah satu teori yang menarik adalah adanya Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
hubungan antara status ekonomi dengan prestasi akademik yang telah diraih. Santrock (2008) mengungkapkan bahwa beberapa faktor yang memengaruhi antara lain ketidakstabilan dalam rumah tangga berlatarbelakang status sosial ekonomi rendah, kurangnya dukungan sosial dari orang tua, kurangnya akses buku dan komputer, serta lingkungan tempat tinggal. Tingkat sosial ekonomi keluarga mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap indeks prestasi mahasiswa di universitas, sebab segala kebutuhan anak yang berkenaan dengan pendidikan ditentukan oleh keadaan social ekonomi keluarga. Bila mahasiwa memiliki minat yang tinggi untuk belajar tetapi tidak didukung dengan kondisi ekonomi keluarga, maka mahasiswa tersebut sulit untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal dikarenakan kondisi ekonomi keluarganya yang tidak mampu, sebaliknya bila seorang mahasiswa kondisi keluarganya sangat mampu untuk membiayai tapi mahasiswa itu sendiri tidak memiliki minat untuk belajar maka tidak berarti apa-apa keluarga membiayai pendidikannya. Untuk mengetahui sejauh mana proses pendidikan yang dilaksanakan di perguruan tinggi dan hal-hal apa saja yang menjadi kendala bagi mahasiswa untuk memperoleh nilai yang maksimal, maka perlu diperhatikan adalah mengenai indeks prestasi kumulatif seorang mahasiswa dalam mengikuti pendidikan di perguruan tinggi tersebut. Indeks prestasi kumulatif seorang mahasiswa di perguruan tinggi sangat bervariasi baik itu dari faktor internal (yaitu faktor yang melekat pada diri Mahasiswa) ataupun faktor eksternal (yaitu faktor dari luar diri mahasiswa) itu sendiri (Slameto, 2003: 56). Ditentukan faktor tersebut dalam penelitian ini karena dinilai sangat dominan pengaruhnya terhadap prestasi belajar mahasiswa, dalam belajar satu faktor tidak dapat berpengaruh secara mutlak terhadap prestasi belajar. Hal ini juga sangat perlu diperhatikan karena bila seorang mahasiswa tidak dapat meningkatkan indeks prestasi kumulatif selama mahasiswa mengikuti perkuliahan serta batas waktu yang telah ditentukan maka maka seorang mahasiswa itu akan mendapat resiko yang sangat besar yaitu 21
Fikriah dan Priyatna
yang pertama evaluasi dan yang sangat parah yaitu Drop Out (DO). Data IPK rata-rata mahasiswa perjurusan sebagai data pendahuluan dapat dilihat pada Tabel 1. Dari survei pendahuluan yang penulis lakukan, diperoleh indeks prestasi rata-rata mahasiswa jurusan EKP,EKM dan EKA angkatan 2007 sampai 2010. Sebagian mahasiswa itu memperoleh indeks prestasi yang tinggi, tetapi masih ada rata-rata indeks prestasi dibawah 3,00. Pada jurusan EKP dapat dilihat indeks prestasi kumulatif yang dicapai rata-rata di bawah 3,00, itu dapat dilihat pada angkatan 2007, 2008, 2009 kecuali angkatan 2010 indeks prestasi kumulatifnya diatas 3,00. Ada penurunan prestasi belajar yang dialami mahasiswa jurusan EKP dari mahasiswa jurusan EKM dan EKA. Penurunan prestasi belajar yang ditunjukkan dengan indeks prestasi itu diperoleh karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi, baik faktor dari dalam diri mahasiswa (faktor internal) maupun faktor dari luar mahasiswa (faktor eksternal). Dari data yang didapatkan terlihat bahwa jurusan EKP memiliki Indeks Prestasi yang lebih rendah dari pada jurusan EKM dan EKA. Hal itu dikarenakan ketika ujian masuk fakultas ekonomi, banyak mahasiswa yang berprestasi lebih memilih jurusan EKA sehingga indeks prestasi yang dicapai jurusan EKA lebih tinggi dibandingkan jurusan EKM dan EKP, dan juga cakupan mata kuliah pada jurusan EKP lebih luas dibandingkan dengan jurusan EKM dan EKA. METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 yang aktif Fakultas Ekonomi Unsyiah angkatan 2007 sampai dengan angkatan 2010. Metode pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode purposive random sampling dan stratified random sampling. purposive random sampling (pengambilan sampel dengan tujuan tertentu) yaitu setiap unit sampel mempunyai peluang yang sama untuk dipilih yaitu mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala yang tercatat sebagai mahasiswa aktif. Stratified random sampling adalah sampel yang ditarik dengan memisahkan elemen-elemen dalam kelompok populasi, dalam kelompokkelompok yang disebut strata atau menempatkan populasi pada tingkat masing-masing, dan kemudian memilih sampel secara acak yaitu pengambilan sampel berdasarkan tingkat tahun masuk secara proporsional. Pemilihan sampel terakir di lakukan secara convenience. Peneliti mengambil sampel sejumlah 300 sampel atau 300 responden, pengambilan sampel tersebut mencakup tiga jurusan yaitu EKP, EKA, EKM dari angkatan 2007, 2008, 2009, 2010. Data yang diperoleh akan diolah menggunakan statistic dengan bantuan komputer melalui bantuan program Statistical Producted and Service Solution (SPSS). Peralatan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dari permasalahan penelitian adalah menggunakan analisis regresi linear berganda (multiple linear regression). Bentuk formulasi regresi linier berganda dengan bentuk umum persamaan sebagai berikut, menurut Supranto, 2001:236: Yi = b0 + b1X1 + b2X2 + … + biXi + ei Diformulasikan kembali ke dalam: 1. Regresi Faktor Internal PB = b0 + b1K + b2M + b3MB + ei Dimana: PB = Prestasi Belajar K = Kesehatan
Tabel 1 Data Rata-Rata Prestasi Belajar (IPK) Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Tahun Angkatan 2007 2008 2009 2010
22
EKP
EKM
EKA
2.95 2.55 2.52 3.04
3.11 3.17 3.09 3.19
3.15 3.13 3.22 3.24
IPK Rata-Rata 3.07 2.95 2.94 3.16
Sumber: bagian akademik jurusan EKP, EKM, EKA (data diolah) Jurnal Visioner & Strategis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Mahasiswa S-1, Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
M = Motivasi MB = Minat Belajar b0 = Konstanta b1, b2, b3 = Koefisien Regresi ei = errorterm 2. Regresi Faktor Eksternal PB= b0 + b1Kel + b2Mas + b3LK + ei Dimana: PB = Prestasi Belajar Kel = Keluarga Mas = Masyarakat LK = Lingkungan Kampus b0 = Konstanta b1, b2, b3 = Koefisien Regresi ei = errorterm Setelah diperoleh perhitungan hasil regresi variabel-variabel yang signifikan mempengaruhi pretasi belajar dijumlahkan.
Variabel internal = X1 Variabel eksternal = X2
Kemudian dilakukan regresi yang ketiga dengan persamaan: PB = β0 + β1X1 + β2X2 + ei Dimana: PB = Prestasi Belajar X1 = Faktor Internal X2 = Faktor Eksternal b1, b2 = Koefisien Regresi ei = errorterm Variabel yang dioperasionalkan dalam penelitian ini adalah prestasi mahasiswa (Y) sebagai variabel dependen dan faktor internal (X1) dan faktor eksternal (X2) sebagai variabel independen. HASIL PENELITIAN Untuk menilai kehandalan kuesioner yang digunakan, maka dalam penelitian ini digunakan Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
uji reliabilitas berdasarkan Cronbach Alpha yang lazim digunakan untuk pengujian kuesioner dalam penelitian ilmu sosial. Hasilnya dinyatakan valid jika cronbach alpha dalam masingmasing variabel lebih dari 0,60. Hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen dalam penelitian ini reliabel (handal) karena nilai alphanya lebih besar dari 0,60. Pengujian validitas data dalam penelitian ini dilakukan secara statistik, yaitu dengan menggunakan uji Person product-moment coefficient of correlation. Data dinyatakan valid karena memiliki tingkat signifikansi dibawah 5%. Sedangkan jika dilakukan secara manual maka nilai korelasi yang diperoleh masingmasing pertanyaan harus dibandingkan dengan nilai kritis korelasi product moment dimana hasilnya menunjukkan bahwa semua pertanyaan mempunyai nilai korelasi diatas nilai kritis 5% yaitu diatas 0.113. dari hasil pengujian yang dilakukan data dinyatakan valid karena lebih besar dari 0.113. Pengujian normalitas data dilakukan dengan melihat sebaran standarrized residual pada gambar normal P-Plot. Apabila sebaran standarrized residual berada dalam kisaran garis normal, maka data mempunyai distribusi normal (Gozali, 2005:45). Dari gambar tersebut terlihat data penelitian terdistribusi normal karena residual mengikuti garis. Hasil perhitungan nilai VIF untuk masing-masing variabel adalah lebih kecil dari 10 dan Tolerance tidak kurang dari 0,1. Hal ini membuktikan bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat gejala multikolinearitas. Uji heteroskedastisitas untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan nilai residualnya. Dari gambar terlihat data penelitian titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang tidak mengandung autokorelasi. Autokorelasi adalah keadaan dimana variabel error-term pada periode tertentu 23
Fikriah dan Priyatna
berkorelasi dengan variabel error-term pada periode lain yang bermakna variabel error-term tidak random. Pelanggaran terhadap asumsi ini berakibat interval keyakinan terhadap hasil estimasi menjadi melebar sehingga uji signifikansi tidak kuat. Uji F Dalam melakukan pengujian hipotesis, dilakukan dengan uji-F untuk mengetahui pengaruh secara simultan variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut tabel hasil Uji-F berdasarkan hasil olahan SPSS. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai F-hitung adalah 271,548 dengan tingkat signifikansi atau probabilitas sebesar 0.000 (lebih kecil dari α = 0,05). Dengan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,00, hal ini menunjukkan bahwa variabel faktor internal dan faktor eksternal secara bersamasama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala. Uji t Jika t-hitung > t-tabel dengan tingkat signifikansi 5 persen maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Sebaliknya jika t-hitung < t-tabel dengan tingkat signifikansi 5 persen maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil uji t masingmasing variabel dapat dilihat pada Tabel 3. Dari hasil perhitungan statistik dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 16.0 seperti terlihat pada Tabel 3, maka diperoleh persamaan regresi berganda sebagai berikut: 1. Koefisien regresi faktor kesehatan tidak signifikan. Hal itu dikarenakan ada kondisi ke-
sehatan mahasiswa yang baik maka akan semakin baik pula prestasi belajar mahasiswa tersebut, tetapi ada sebagian mahasiswa yang dalam kondisi kesehatan kurang baik tetap melanjutkan kegiatan perkuliahan. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien regresi yang tidak signifikan pada hasil variabel kesehatan tersebut. 2. Koefisien regresi untuk motivasi sebesar 0.609, artinya bahwa setiap kenaikan 1% dalam faktor motivasi, maka secara relatif akan meningkatkan prestasi belajar mahasiswa sebesar 60.9%, dengan asumsi variabel lain dianggap tetap (konstan), dengan demikian semakin tinggi motivasi belajar akan meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Koefisien motivasi sangat signifikan sehingga mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa 3. regresi untuk minat belajar sebesar 1.001, artinya bahwa setiap kenaikan 1% dalam faktor minat belajar, maka secara relatif akan meningkatkan prestasi belajar mahasiswa sebesar 100.1%, dengan asumsi variabel lain diaanggap tetap (konstan). Dengan demikian semakin tinggi minat belajar mahasiswa maka akan meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Koefisien motivasi juga sangat signifikan sehingga mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa 4. Pada hasil regresi model faktor internal ini didapatkan bahwa koefisien regresi yang paling besar nilainya adalah minat belajar dengan koefisien regresi sebesar 1.001 dengan arti bahwa minat belajar lebih berpengaruh terhadap prestasi belajar dibandingkan kesehatan dan motivasi, yang keduanya adalah motivasi belajar 0,609. Motivasi yang besar dapat meningkatkan prestasi belajar. Dari persamaan koefisien tersebut, koefisien motivasi dan minat belajarlah yang dapat mempengaruhi secara positif terhadap prestasi belajar maha-
Tabel 2 Hasil Uji-F Model Regression Residual Total
Sum of Squares 116.578 63.752 180.330
Df
Mean Square 2 297 299
58.289 0.215
F-hitung 271.548
Sig. .000a
Sumber: Hasil Penelitian, 2011 (diolah)
24
Jurnal Visioner & Strategis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Mahasiswa S-1, Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
siswa, sedangkan faktor kesehatan tidak dapat mempengaruhinya. Dari hasil persamaan regresi berganda tersebut, masing-masing variabel dapat diinterpretasikan pengaruhnya terhadap prestasi belajar mahasiswa adalah sebagai berikut: 1. Koefisien regresi untuk faktor keluarga sebesar 0.816, artinya bahwa setiap kenaikan 1% dalam faktor keluarga, maka secara relatif akan meningkatkan prestasi belajar mahasiswa sebesar 81,6%, dengan asumsi variabel lain dianggap tetap (konstan). Dengan demikian semakin tinggi dukungan keluarga terhadap mahasiswa maka akan meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa pendidikan, pendapatan dan kepedulian keluarga merupakan faktor penting yang dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. 2. Koefisien regresi untuk lingkungan masyarakat sebesar 0.692, artinya bahwa setiap kenaikan 1% dalam faktor keluarga, maka secara relatif akan meningkatkan prestasi belajar mahasiswa sebesar 69.2%, dengan asumsi variabel lain diaanggap tetap (konstan). Dengan demikian semakin besar pengaruh lingkungan masyarakat akan meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. 3. Koefisien regresi untuk lingkungan kampus sebesar 0.375, artinya bahwa setiap kenaikan 1% dalam faktor lingkungan kampus maka secara relatif akan meningkatkan prestasi belajar mahasiswa sebesar 37.5%, dengan asumsi variabel lain diaanggap tetap (konstan). Dengan demikian semakin besar pengaruh ling-
kungan kampus akan meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. 4. Pada hasil regresi model faktor eksternal ini didapatkan bahwa koefisien regresi yang paling besar nilainya adalah keluarga dengan koefisien regresi sebesar 0.816 dengan arti bahwa keluarga lebih berpengaruh terhadap prestasi belajar dibandingkan lingkungan masyarakat maupun lingkungan kampus, dan semua koefisien menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan. Dari hasil perhitungan statistik dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 16.0 seperti terlihat pada Tabel 5 di atas, maka diperoleh persamaan regresi berganda sebagai berikut: 1. Koefisien regresi faktor internal (X 1 ) sebesar 1.476, artinya bahwa setiap kenaikan 1% dalam faktor internal maka secara relatif akan meningkatkan prestasi belajar mahasiswa sebesar 147.6%, dengan asumsi variabel lain dianggap tetap (konstan). Ini artinya dalam diri mahasiswa secara internal dapat memotivasi diri untuk member dorongan sehingga mahasiwa memiliki minat serta keinginan yang tinggi untuk belajar dan memperoleh prestasi yang lebih baik. 2. Koefisien regresi faktor eksternal (X 2 ) sebesar 0.457. artinya bahwa setiap kenaikan 1% dalam faktor eksternal maka secara relatif akan meningkatkan prestasi belajar mahasiswa sebesar 45.7%, dengan asumsi variabel lain di anggap tetap (konstan). Dapat diartikan bahwa lingkungan keluarga sebagai pendorong yang member motivasi, masyarakat
Tabel 3 Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen Regresi Faktor Internal Persamaan Regresi Linear Berganda Y = 2.982 + 0.030K + 0.609M + 1.001MB Nama Variabel Konstanta Kesehatan Motivasi Minat Belajar Koefisien Korelasi (R) = 0.804 Koefisien Determinasi(R2) = 0.646 Adjusted (R2) = 0.644
B 2.982 0.030 0.609 1.001
Standar Error 0.288 0.119 0.086 0.113
thitung 10.368 0.256 7.107 8.832
ttabel 1.986 1.986 1.986 1.986
Sig 0.000 0.798 0.000 0.000
a. predictors (constant): Kesehatan, motivasi, minat belajar b. Prestasi Belajar Mahasiswa
Sumber: Hasil Penelitian, 2011(Diolah) Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
25
Fikriah dan Priyatna
Tabel 4 Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen Regresi Faktor Eksternal Persamaan Regresi Linear Berganda Y = 2.982 + 0.816Kel + 0.692Mas + 0.375LK Nama Variabel
B
Konstanta Keluarga Masyarakat Lingkungan Kampus Koefisien Korelasi (R) = 0.804 Koefisien Determinasi(R2) = 0.646 Adjusted (R2) = 0.644
2.982 0.816 0.692 0.375
Standar Error 0.601 0.087 0.114 0.106
thitung 6.634 9.368 6.055 3.525
ttabel 1.986 1.986 1.986 1.986
Sig 0.000 0.000 0.000 0.000
a. predictors (constant): Keluarga, Masyarakat, Lingkungan Kampus b. Prestasi Belajar Mahasiswa
Sumber: Hasil Penelitian, 2011(Diolah)
Tabel 5 Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen
Persamaan Regresi Linear Berganda Y = 2.982 + 1.476 X1 + 0.457 X2 Nama Variabel Konstanta Faktor Internal Faktor Eksternal Koefisien Korelasi (R) = 0.804 Koefisien Determinasi(R2) = 0.646 Adjusted (R2) = 0.644
B 2.982 1.476 0.457
Standar Error 0.519 0.076 0.143
thitung 7.994 19.497 3.118
ttabel 1.986 1.986 1.986
Sig 0.000 0.000 0.000
a. predictors (constant): Faktor internal dan faktor eksternal b. Prestasi Belajar Mahasiswa
Sumber: Data Primer, 2011 (diolah)
sekitar dimana mahasiswa tinggal, serta lingkungan kampus yang bersinergi secara positif dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. 3. Variabel faktor internal X1 dan faktor eksternal X2 keduanya menunjukkan signifikansi ,sehingga dapat dikatakan bahwa faktor internal dan eksternal secar positif dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. PEMBAHASAN Nilai R Square adalah 0,644 menunjukkan bahwa variabel independen mampu menjelaskan 64.4 % variabel dependen, sedangkan sisanya yaitu sebesar 35.6% dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel independen atau dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,804menunjukkan bahwa kuat hubungan variabel independen terrhadap variabel dependen sebesar 80.4%. Berdasarkan hasil regresi berganda di atas dengan menggunakan uji-F terlihat bahwa 26
faktor internal dan faktor eksternal berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa S1 fakultas ekonomi universitas syiah kuala. Hal ini menunjukkan bahwa Ha diterima, dengan kata lain faktor internal dan faktor eksternal secara signifikan dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa S1 fakultas ekonomi universitas syiah kuala. Dari hasil uji-t terlihat bahwa secara parsial Variabel faktor internal dan eksternal mempunyai nilai yang lebih besar bila dibandingkan dengan nilai t tabel (t hitung > t tabel). Dengan demikian secara parsial variabel faktor internal dan faktor eksternal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa (Ha1 dan Ha2 diterima). Kesimpulan Dari hasil analisis di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Faktor internal (kesehatan, motivasi, minat belajar) mempengaruhi prestasi belajar. Namun demikian, pada variabel kesehatan Jurnal Visioner & Strategis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Mahasiswa S-1, Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
didapatkan hasil yang tidak signifikan, Hal ini disebabkan oleh kondisi kesehatan mahasiswa yang baik maka akan semakin baik pula prestasi belajar mahasiswa tersebut, tetapi ada sebagian mahasiswa yang dalam kondisi kesehatan kurang baik tetap melanjutkan kegiatan perkuliahan. 2. Faktor eksternal (keluarga, masyarakat, lingkungan kampus) mempengaruhi prestasi belajar.
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
Saran Untuk seluruh mahasiswa, agar tetap memperhatikan kondisi kesehatan. Hal itu dapat dilakukan dengan menjaga pola makan, istirahat yang cukup, tidur tepat waktu, olah raga teratur. Dengan demikian, kesehatan akan terjaga sehingga prestasi belajar akan lebih baik.
27
Fikriah dan Priyatna
Referensi Ali, Muhammad. 1992. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, Pustaka Amani, Jakarta. Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press. Depdikbud. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Gozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Murtiyani, Siti. 2000. “Pengaruh Kesempatan Pembelajaran Organisasi, Kualitas Pengajaran, dan Orientasi Professional pada Hubungan Antara Partisipasi Dosen Dalam Pengambilan Keputusan Dengan Hasil Belajar Mahasiswa”. Seminar Nasional III-IAI KPAd, Jakarta. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Supranto, J, M.A. 2001. Statistik Teori dan Aplikasi Edisi ke enam Relangga: Jakarta Syah, M. 2003. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Edisi Revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya.
28
Jurnal Visioner & Strategis
Wirausaha: Sebuah Peluang Kerja
Jurnal Visioner & Strategis
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 ISSN: 2338-2864 p. 29-36
Wirausaha: Sebuah Peluang Kerja
The choosing of working for the future isnot only in goverment but also in entreprenuership should be considered. If anybody choice it, it mean we able to face any probability either success or failure. An enterpreneur has to brave to face the unsuccessful. If somebody have basic knowledge and soft skill, they will get a good way to reach the success. Thus, this written could be a reference about the enterpreneurship to help the readers to understand about Enterpreneurship and enterprice. This quality make different an enterpreneur and bussinessman (trader). An enterpreneur must observe the environment such as creative and innovate to be a success to the future. Keywords: Enterprise, enterpreneurship
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
Saifuddin M. Yunus
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe
Kamaruddin M. Said
Profesor pada Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan, Universiti Kebangsaan Malaysia, Malaysia
29
Saifuddin M. Yunus dan Kamaruddin M. Said
PENDAHULUAN Saat ini usahawan menjadi satu perkataan populer di kalangan mahasiswa baik di Indonesia maupun di Malaysia. Di Indonesia usahawan lebih dikenal dengan istilah wirausaha. Usahawan tidak boleh dilahirkan, begitu juga keusahawanan ia tidak boleh diwarisi. Sebaliknya usahawan dan keusahawanan boleh dibangun melalui berbagai proses yang melibatkan pendidikan, pelatihan dan juga pengalaman. Proses ini akan berhasil dilakukan jika ada pihak yang bersedia mengambil inisiatif untuk mempromosikan agenda keusahawanan. Golongan pendidik merupakan pendorong dan juga penyuntik pada penghayatan nilai-nilai keusahawanan di kalangan mahasiswa. Pendidik perlu bersedia memberikan dorongan kepada pelajar untuk mengubah sikap dan mengambil faedah daripada gabungan antara potensi yang mereka miliki dengan ilmu yang disuntik dalam memastikan berlakunya cetusan pembudayaan keusahawan mereka sebagai satu pilihan kerja yang terbaik. Perkataan ini bertambah populer lagi apabila negara mulai menghadapi masalah pengangguran di kalangan sarjana. Dalam hal ini bidang keusahawanan menjadi satu jawaban kepada pengangguran tersebut. Bahkan saat ini program keusahawnan (wirausaha) mulai digalakkan bagi mahasiswa sejak belajar di perguruan tinggi terutama di Malaysia, seperti di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), demikian juga di kampus lain di Indonesia. Di Indonesia pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan dan menggalakkan keusahawanan. Pada tahun 1995 terbit Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Keusahawanan (GNMMK). Tindak lanjut gerakan ini cukup bergema. Seminar, lokakarya, simposium, diskusi, sampai pelatihan keusahawanan sering kali dilakukan. Pada tahun 2009, keluar Instruksi Presiden nomor 6 terkait dengan pengembangan ekonomi kreatif. Hal tersebut menjadi landasan pengembangan keusahawanan di bidang industri kreatif yang cukup kuat. Tulisan dalam artikel ini akan saya mulakan 30
dengan penjelasan mengenai usahawan dan keusahawanan secara konseptual. Hal ini bermaksud untuk meluruskan pemahaman yang kurang tepat tentang usahawan atau keusahawanan. Faktor penyebab ketidakinginan menjadi usahawan adalah merasa tidak mempunyai modal, merasa tidak berbakat, dan risiko bisnis terlalu besar. Upaya menyadarkan masyarakat khususnya kelompok sasaran potensial, seperti: mahasiswa, generasi muda perlu terus dilakukan. Modal bukan satu-satunya kunci sukses usahawan akan tetapi kesuksesan usahawan lebih ditentukan oleh kejelian dan keuletan usahawan daripada bakatnya, dan risiko usaha dapat diminimalisir dengan cara membuat perencanaan bisnis yang baik. Program-program pengenalan keusahawanan bertujuan memberikan penjelasan dasar dalam bidang keusahawanan kepada masyarakat umum yang bakal menjadi usahawan. Tujuan utama usahawan membuka perniagaan ialah untuk memaksimalkan keuntungan di samping terus berusaha untuk mengembangkan perniagaan (Longenecker, Moore, Petty, & Palich, 2006; Madura, 2007; Zimmerer & Scarborough, 2005). Oleh karena itu, memiliki kemahiran keusahawanan dilihat menjadi semakin penting dalam arus perubahan dunia keusahawanan masa kini (van Gelderen, 2007). Banyak perniagaan telah menghadapi masalah dalam pengurusan keuangan (Scarborough & Zimmerer, 2006). Oleh karena itu, mengurus sumber keuangan dengan baik dan efisien menjadi semakin penting kepada perniagaan yang dijalankan. Pada peringkat awal, kemahiran untuk menjalankan analisis keuangan setiap potensi perniagaan yang ingin dijalankan akan dapat membantu usahawan membuat investasi yang betul. Setiap pergerakan keuangan perniagaan memerlukan penelitian. Individu dalam masyarakat perlu diyakinkan bahwa masyarakat yang mempunyai ramai usahawan merupakan masyarakat yang terbaik. Hal ini disebabkan karena usahawan merupakan individu yang paling dinamik dan lebih siap untuk menghadapi ketidakpastian dalam usaha mereka untuk mengejar kejayaan. Mereka perlu diyakinkan bahwa pembudayaan keusahawanan Jurnal Visioner & Strategis
Wirausaha: Sebuah Peluang Kerja
yang dimiliki akan menjurus mereka untuk menjadi lebih yakin dan lebih siap untuk merebut peluang serta berhadapan dengan tantangan. USAHAWAN DAN KEUSAHAWANAN Usahawan Dari segi istilah, perkataan keusahawanan berasal dari kata pokok ‘usaha’. Akan tetapi dari segi konsep banyak orang mentafsirkan perkataan tersebut sebagai suatu kerja atau usaha yang bercorak perniagaan. Kirzner (1979) pula mendefinisikan usahawan sebagai orang yang sentiasa waspada terhadap peluangpeluang yang tidak disadari oleh orang lain. Usahawan akan mengambil tindakan secara imajinatif, kreatif dan inovatif. Sedangkan Shefsky (1994) mendefinisakan usahawan sebagai seorang yang masuk ke alam peniagaan tidak kira dalam bentuk apapun perniagaan dan pada masa yang sama bersaing untuk terus mengukuhkan lagi perniagaan yang dijalankan. Sementara Dollinger (1995) menyebutkan usahawan merupakan individu yang mengambil inisiatif dalam pembentukan perusahaan yang inovatif bagi tujuan keuntungan dan perkembangan serta bersedia untuk berhadapan dengan resiko dan ketidakpastian. Dollinger menambahkan kewujudan usahawan bukanlah satu fenomena yang baru, usahawan telah muncul dan wujud sepanjang perjalanan sejarah. Sementara itu menurut Sexton dan Bowman (1991) pula usahawan merupakan individu yang mampu mengenalpasti, mengeksploitasi peluang perniagaan dan bersedia untuk berhadapan dengan ketidakpastian. Keusahawanan Pride, Hughes dan Kapoor (1988) mendefinisikan keusahawanan ialah satu bentuk perniagaan yang dimiliki secara berasingan oleh seseorang yang beroperasi untuk memperoleh keuntungan. Seterusnya Stevenson, Roberts dan Grousbeck (1989) mengatakan bahwa keusahawanan adalah kesediaan merebut peluang tanpa mengambil kira sumber semasa dalam kawalan. Dalam kontek ini keusahawanan Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
yang dimaksudkan ialah salah satu bidang yang perlu dilaksanakan oleh mahasiswa setalah tamat kuliah karena setiap individu mempunyai peluang untuk menjadi usahawan. Yep Putih (1988) menyebutkan tidak semua usaha atau kerja boleh dikategorikan sebagai keusahawanan. Pekerjaan atau kegaitan ekonomi seperti berternak secara sambilan, bercocok tanam untuk memenuhi keperluan diri dan keluarga, supir pribadi, staf kantor dan pegawai negeri tidak layak dianggap usahawan. Ini semata-mata karena pekerjaan tersebut bukan bersifat perniagaan. Pendapatan hasil kerja yang diterima oleh individu yang berkenaan tetap dan terbatas. Tidak ada jual beli berlaku di antara pekerja yang menerima bayaran dengan pihak majikan yang membayar gaji atau honor karena upah dan ganjaran telah ditetapkan kadar dan nilainya sejak awal. Dengan demikian si pekerja tidak menghadapi resiko apapun sebagaimana yang dihadapi oleh peniaga. Petani, nelayan, peternak atau pemburu yang bekerja hanya untuk mendapatkan rezeki bagi memenuhi keperluan diri dan keluarga juga tidak dianggap terlibat dalam bidang keusahawanan, walaupun mereka tidak bekerja untuk orang lain. Tujuan usaha mereka adalah untuk mendapatkan hasil yang akan mereka gunakan sendiri bukan untuk dijual atau mencari keuntungan. Sedangkan matlamat keusahawanan ialah untuk mendapatkan keuntungan. Adakah keusahawanan berarti peniaga? Jawabannya juga tidak, sungguhpun semua usaha keusahawanan mempunyai ciri-ciri perniagaan, bukan semua perniagaan boleh dianggap keusahawanan. Perbedaan ini amat perlu kita pahami dengan sejelas-jelasnya agar kita tidak menganggap bahwa semua peniaga adalah usahawan. Secara lebih tepat para pengkaji telah sependapat mengatakan bahwa keusahawanan adalah satu kebolehan, kemampuan dan kecenderungan untuk melakukan perkara yang berikut; mengenal pasti peluang perniagaan, mengendalikan usaha perniagaan yang menguntungkan dirinya sendiri dan orang 31
Saifuddin M. Yunus dan Kamaruddin M. Said
banyak, mendapatkan kejayaan melalui usahausaha yang dapat memenuhi keperluan orang ramai, mendapatkan kekayaan dengan cara berusaha memenuhi keperluan masyarakat, mengambil resiko yang telah diperhitungkan, sentiasa berusaha dan bersedia untuk membuat pembaharuan yang dapat meningkatkan daya pengeluaran dari waktu ke waktu. Jadi keusahawanan dapat didefinisikan sebagai kualitas manusia yang bukan saja mendatangkan faedah kepada dirinya sendiri, tetapi ia dapat membangun ekonomi dengan pesat serta memberi sumbangan kepada orang lain. Jadi dengan wujudnya perniagaan belum berarti bertambah usaha keusahawanan dalam sesebuah negara atau masyarakat. Peniaga yang bersifat lintah darat yang sentiasa mengambil kesempatan untuk menindasa dan menipu para pengguna atau orang banyak tidak boleh dianggap sebagai usahawan karena dia tidak memberikan sumbangan yang positif kepada masyarakat dan negara. Demikian juga dengan perniagaan yang didirikan dengan niat untuk mendapatkan pendapatan sekedar cukup untuk sara hidup diri dan keluarga. Perniagaan ini tidak dianggap satu kegiatan keusahawanan yang sebenarbenarnya karena dengan niat yang demikian pemiliknya tidak akan bersungguh-sungguh memajukan perniagaan. Dia juga tidak akan bersedia melipatgandakan usaha perniagaannya, walaupun dia mampu untuk berbuat demikian. Menurut pandangan ahli ekonomi setiap usaha yang produktif mestilah dihasilkan daripada empat unsur utama yang dipanggil faktor pengeluaran. Unsur atau faktor-faktor tersebut ialah usahawan, tanah, modal dan pekerja. Tanah merupakan faktor pengeluaran semula jadi anugerah tuhan. Ia menyediakan tempat atau kawasan untuk melaksanakan berbagai usaha ekonomi yang produktif. Ahli ekonomi dahulu menggunakan istilah tanah sebagai faktor pengeluaran semula jadi karena pada zaman dahulu manusia hanya menggunakan tanah sebagai tapak kegiatan mereka. Hari ini manusia telah menguasai lautan, udara bahkan luar angkasa. Oleh sebab itu pengertian tanah tidak lagi terbatas kepada tanah atau permukaan 32
tanah sepertimana yang kita pahami. Modal ialah segala kelengkapan dan keperluan kerja atau usaha-usaha ekonomi yang diciptakan oleh manusia, seperti peralatan, perkakas serta uang. Kesemua benda ini direka oleh manusia, dimajukan dari semasa ke semasa untuk memudahkan mereka menjayakan usaha produktif mereka. Pada hari ini manusia menggunakan uang sebagai modal utama dalam setiap kegiatan ekonomi yang mereka lakukan, baik kegiatan yang bercorak pertanian, pembalakan, pabrik maupun pelayanan yang berdasarkan kepakaran seperti konsultan, kejuruteraan dan perubatan. Peranan uang semakin penting karena uang mempunyai kuasa beli yang boleh membantu kita mendapatkan aneka kelengkapan dan bahan yang diperlukan. Tenaga kerja atau buruh merupakan salah satu daripada faktor pengeluaran yang utama karena faktor ini memastikan tanah dan modal dapat digabungkan dengan sebaik-baiknya bagi mewujudkan kerja yang mendatangkan hasil. Dengan memiliki sebidang tanah dan sebuah mobil pembajak sawah saja belum cukup bagi kita untuk membajak sawah. Kita masih memerlukan seorang pekerja untuk membajak kawasan tanah yang dimaksud. Dengan adanya gabungan tiga faktor utama yang terdiri dari pekerja, modal dan tanah barulah kerja-kerja yang produktif dapat dilaksanakan. Pada hari ini banyak peralatan yang boleh bergerak secara outomatik atau robot yang dibuat oleh manusia, ciptaan-ciptaan ini telah dapat membantu pekerjaan manusia dengan mudah dan cepat. Walaubagaimanapun tenaga manusia tetap diperlukan. Alat automatik atau robot itu perlu dikawal agar dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan. Kawalan yang berkesan hanya dapat dilakukan oleh tenaga atau fikiran atau gerak-gerik manusia yang waras, terlatih dan rasional. Oleh karena itu tenaga manusia senantiasa diperlukan untuk membolehkan kegiatan ekonomi dilaksanakan secara berkesan. Jadi, usahawan adalah tenaga atau kualitas manusia yang bertanggung jawab membentuk dan mewujudkan usaha atau kerja dengan Jurnal Visioner & Strategis
Wirausaha: Sebuah Peluang Kerja
menggunakan faktor pengeluaran yang tersebut di atas. Tanah, modal dan pekerja tidak boleh menghasil pekerjaan apapun dan nilai faedah kepada kita tanpa ada orang yang mengusahakannya. Dengan demikian jelaslah bahwa usahawan ialah manusia yang berdikari, bekerja dan bertindak secara bebas untuk mewujudkan dan menghasilakan barangbarang dan perkhidmatan yang berguna kepada orang banyak. Sedangkan keusahawanan pula sepertimana yang disebutkan oleh Barjoyai Bardai (2000) ialah sikap, nilai, pengetahuan dan kemahiran yang membolehkan seseorang itu mampu dan cekap untuk mencari, mengenal, merebut peluang dan menterjemahkannya kepada strategi-strategi dan usaha perniagaan untuk mendapatkan keuntungan. FAKTOR YANG DAPAT MENGHEMAT WAKTU USAHAWAN Perekrutan dan Pemilihan Pekerja yang Prihatin Terhadap Waktu Kejayaan sesebuah perniagaan tergantung pada kekuatan sokongan yang diperoleh daripada pihak lain. Oleh sebab itu, usahawan bergantung kepada sejauhmana pekerja mereka bersedia untuk menunjukkan prestasi kerja yang cemerlang dan sudah tentu akan mempengaruhi kejayaan keseluruhan perusahaan. Memperoleh calon pekerja yang produktif bukanlah mrupakan perkara yang mudah. Walaupun telah dilakukan wawancara, namun usahawan perlu ingat bahwa kebanyakan yang datang untuk wawancara coba menunjukkan imej yang terbaik supaya mereka diambil untuk bekerja. Di samping memberi penekanan terhadap kebolehan teknikal kepada bakal pekerja, terdapat aspek-aspek lain yang perlu diambil kira. Di antara perkara yang perlu diambil kira ialah mengambil berat tentang penggunaan masa. Penekanan pada aspek ini boleh dilakukan dengan melihat ketepatan masa mereka menghadiri wawancara atau mengemukakan persoalan yang menguji tahap keprihatinan mereka terhadap masa. Sebagai contoh menyuruh mereka menyediakan jadwal harian bagaimana mereka menghabiskan masa. Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
Pertukaran Kerja Karyawan Semua manusia mempunyai kepakaran yang berbeda bagi membolehkan mereka melakukan tugas yang berbeda. Perkara yang dianggap susah mungkin mudah bagi seseorang yang lain. Oleh karena itu sebagai usahawan, harus mengambil kesempatan daripada kelebihan yang dimiliki oleh setiap pekerja. Jika pusingan tugas dilakukan sudah tentu terdapat beberapa perkara yang perlu diteliti. Jika kita menginginkan soorang pekerja mendalami bidang tertentu yang spesialis maka pusingan tugas tidak harus dilakukan. Pusingan tugas juga haruslah adil agar kedua-dua pihak mendapat beban tugas yang sama. Pembagian Tugas Sekiranya sesuatu tugas itu perlu diselesaikan pada suatu masa yang telah ditetapkan, tetapi anda tidak mampu menyelesaikannya, maka cara terbaik untuk memberi lebih masa kepada anda ialah dengan mengagihkan tugas tersebut kepada pekerja yang berkebolehan dan boleh dipercayai. Teknik ini akan meningkatkan keyakinan pekerja terhdapa anda karena anda yakin dengan kebolehan mereka. Usahawan yang melaksanakan tugas secara sendirian merupakan individu yang tidak bersedia untuk berkongsi tugas dan masalah bersama pekerja. Sikap semacam ini hanya membebankan anda karena semakin hari semakin banyak tugas yang perlu diselesaikan dalam waktu yang bersamaan sehingga anda merasa waktu semakin terbatas. Apabila tugas mulai menumpuk sudah pasti anda akan menghadapi ketegangan, bertindak tidak berdasarkan keutamaan, bersikap lepas tangan dan adakalanya menyerahkan kerja kepada mereka yang tidak sepatutnya. Komunikasi Komunikasi juga dikenali sebagai perhubungan dan ia adalah satu aktifitas yang dilakukan setiap hari dalam kehidupan bagi memuaskan kehendak sosial dan psikologi. Anda perlu berkomunikasi dengan rakan niaga untuk melafalkan apa yang ingin anda katakan seperti berkongsi pemikiran, pendapat, pandangan dan perasaan (Ab. Azis Yusof, 2000). Pendekatan komunikasi dalam perusahaan 33
Saifuddin M. Yunus dan Kamaruddin M. Said
akan mempengaruhi cara kita menguruskan waktu. Kemunikasi ke bawah berlaku apabila pihak pengurusan atasan menyatakan kepada pengurusan lini apa yang perlu mereka lakukan. Dalam komunikasi ke bawah, pihak pengurusan berkomunikasi melalui peraturan syarikat, tatacara dan daftar spesifikasi kerja yang telah ditetapkan. KUNCI SUKSES SEORANG USAHAWAN Pembangunan daya kreatif merupakan strategi untuk pengembangan ide bagi tujuan pembangunan pencarian alternative atau metode baru untuk memastikan perusahaan terus mencipta dan memiliki kelebihan persaingan. Pemikiran strategik akan membolehkan seseorang sebagai calon usahawan terus mencari pendekatan baru dan memperkenalkan metode yang lebih baik dalam proses produksi, pemasaran produk atau pelayanan. Pembangunan daya kreatif merupakan keupayaan untuk mempersoalkan konsep, produk dan proses untuk mencari satu metode yang terbaik. Dalam usaha mencari metode yang terbaik usahawan perlu bersedia untuk membangunkan, menghubungkan dan mencantumkan semula isu-isu yang kelihatan tidak berhubung antara satu sama lain untuk membangun kekuatan yang sinergi. Setiap orang yang dilahirkan mempunyai kebolehan seimbang antara kreatif dan logis. Berdasarkan penganalisaan otak secara melintang, otak bahagian kiri khusu dalam bahagian logis, perkiraan, bahasa dan kuantitatif. Otak bagian kanan pula kusus dalam aspek kreatif, imajinasi, seni dan gambaran. Seorang kanak-kanak mempunyai kemampuan penuh untuk menggunakan kedua-dua bagian otak ini. Namun penekanan kepada aspek logis dalam kehidupan dan pendidikan anak-anak sejak kecil hanya penggunaan otak bagian kiri berkembang pesat. Otak bagian kanan pula tidak berkembang. Apabila meranjak dewasa lebih 97% masa sebenarnya ia menggunakan otak bagian kiri dan mengabaikan otak bahagian kanannya, inilah yang menyebabkan ia tidak kreatif (Barjoyai Bardai, 2000). 34
Masalah yang lebih serius adalah penggunaan otak bagian kiri menyebabkan ia terlalu logis. Logis ini akan mengokong hidupnya dan semua tindak-tanduknya akan didasarkan pada logis ini. Padahal seorang bakal usahawan merupakan seorang yang sentiasa kreatif mencari ide baru untuk mengeksploitasinya menjadi peluang perniagaan. Kemampuan berfikir secara kreatif dan inovatif merupakan satu kualitas utama seorang usahawan. Kualitas inilah yang menbedakan seorang usahawan dengan seorang peniaga. Seorang peniaga hanya perlu merealisasikan rancangan dan impian usahawan. Manakala seorang usahawan perlu senantiasa melihat alam sekitarnya daripada perspektif inovatif dan mengeksploitasnya. Usahawan perlu senantiasa kreatif dalam mewujudkan peluang-peluang perniagaan daripada masalah, kesulitan, sumber dan situasi yang tertentu. Untuk menjadi kreatif dan inovatif seorang usahawan perlu mempunyai satu kemahiran berfikir yang khusus. Kemampuan berfikir secara logis yang telah diserapkan kepada kita lahir tidak mencukupi untuk menjadikan kita kreatif. Kita perlu menggunakan satu metode berfikir yang lain untuk mebedakan gaya pemikiran kita dengan orang biasa dan orangorang lain dalam perniagaan. Pemikiran kreatif perlu disulam dengan pemikiran inovatif yang sebenarnya coba mengeksploitasikan ide-ide agar menjadi sebuah rancangan perniagaan yang kongkrit. Walaubagaimanapun kita tidak boleh berfikir secara kreatif sepanjang masa. Berfikir secara kreatif hanya perlu dilakukan di masa-masa tertentu apabila kita menghadapi masalah atau apabila kita coba untuk mewujudkan peluangpeluang perniagaan. Ini kemudian perlu diikuti dengan metode berfikir secara inovatif. KESIMPULAN Peranan yang dimainkan oleh usahawan adalah antara faktor penting dalam proses membangun dan memajukan masyarakat dan negara. Pembudayaan keusahawanan akan dapat direalisasikan jika pendidik bersedia memberikan Jurnal Visioner & Strategis
Wirausaha: Sebuah Peluang Kerja
tumpuan dan penekanan pada kepentingan pendidikan keusahawanan merentasi sempadan kurikulum. Dengan memberikan penekanan kepada aspek ini saya berkeyakinan mahasiswa yang bakal dilahirkan akan lebih siap untuk bersaing, lebih berkeyakinan, bersedia untuk berdikari dan mampu mengambil faedah dalam persekitaran yang penuh dengan ketidakpastian apabila tamat kuliah masing-masing. Pembudayaan keusahawanan hanya dapat direalisasikan apabila seseorang sebagai calon usahawan memiliki pemikiran yang strategik dalam setiap waktu dan dalam berbagai situasi. Usahawan harus memiliki dan terus membangunkan kemampuan menggunakan data, fakta, logik, kreatifitas dan inovasi yang
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
diperoleh dari berbagai sumber. Kemampuan bakal usahawan berfikir secara lebih bernas, kreatif dan inovatif memungkinkan mereka mengubah tantangan menjadi peluang. Dalam kontek pendidikan keusahawan pendidik perlu membangunkan potensi pelajar dengan mendedahkan mereka kepada pembudayaan nilai-nilai keusahawanan yang diterima sebagai salah satu keistimewaan yang perlu dimiliki oleh pelajar bagi berhadapan dengan cabaran kerjaya pada masa hadapan. Oleh sebab itu latihan keusahawan perlu disediakan sebagai sebahagian daripada program perkembangan staf karena pendidik memainkan peranan yang besar terhadap pendidikan keusahawanan.
35
Saifuddin M. Yunus dan Kamaruddin M. Said
Referensi Ab. Aziz Yusof. 2000. Usahawan dan Pengukuhan Jaringan Rakan Niaga. Sintok: Universiti Utara Malaysia. Ab. Aziz Yusof. 2009. Pendidikan Keusahawanan dalam Konteks Pembangunan Negara. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. Ab. Aziz Yusof. 2009. Pembangunan Modal Insan, Teras Pendidikan Negara. Sintok. Universiti Utara Malaysia. Barjoyai Bardai. 2000. Keusahawanan dan Perniagaan. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. Dollinger, M.J. 1995. Entrepreneurship, Strategies and Resources. Edisi Ke-2. New Jersey: Prentice – Hell. Kirzner, I. 1979. Perception, Opportunity and Profit: Studies and Theory of Enterpreneurship. Chicago: The University of Chicago Press. Khairuddin Khalil. 1996. Keusahawanan Sebagai Kerjaya. Pustaka.
Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Longenecker, J. G., Moore, C.W., Petty, J.W. & Palich, L.E. 2006. Small Business Management: An Entrepreneurial Emphasis (13th ed.). Mason, OH: Thompson South-Western. Madura, J. 2007. Introduction to Business. (4th ed.). Mason, OH: Thompson South-Western. Pride, W.M, Huge, R.J dan Kapoor J.R. 1988. Business. Edisi ke-2. Boston: Hounghton. Siti Faaizah Ismail. 2009. Didik Anak Jadi Usahawan. Kuala Lumpur: PTS Professional Publishing Sdn. Bhd. Sexton, D.L dan Bowman-Upton, N.B. 1991. Entrepeneurship: Creativity and Growth. New York: McGraw-Hill. Shefsky, L.E. 1994. Entrepreneurs Are Mate Not Born. New York: West Publishing. Stevenson, H, Robert, M dan Grousbeck, 1989. New Business Ventures and Entrepeneur. Homewood: Irwin. Yep Putih, 1989. Keusahawanan. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
36
Jurnal Visioner & Strategis
Factors Affecting Consumer Decision In Choosing Harun Square Hotel LhokseumaweJurnal Visioner & Strategis Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 ISSN: 2338-2864 p. 37-50
Factors Affecting Consumer Decision In Choosing Harun Square Hotel Lhokseumawe
The purpose of this study was to determine the factors that can influence consumer decisions in choosing Harun Square Hotel Lhokseumawe. The research was conducted at the Harun Square Hotel Lhokseumawe. Object of research related to consumer decision in choosing hotel as a function of the cultural, social, personal, family and situasional factors as theoretical secar factors affect consumer behavior in general. The number of samples in this study were 100 respondents with data analysis technique used linear regression. The test results showed that the five factors simultaneously used as independent variables in this study are cultural factors (x1), social (x2), private (x3), family (x4) and situational factors (x5) significantly influence consumer decisions (Y) pick Harun Square Hotel Lhokseumawe. While family factors have the most influence among the four factors. Instead factor with least influence on consumer decision is a factor of the situation. Advice to management Harun Square hotel Lhokseumawe trying to give a good impression to all customers. Thus they will always have a good perception of the services provided as well the hotel, in the end the customer will recommend others, especially family members, and close friends ti use the services of Harun Square Hotel Lhokseumawe in the future.
Hilmi
Dosen Program Studi Administrasi Bisnis, Politeknik Negeri Lhokseumawe, Lhokseumawe
Keywords: cultural, social, personal, family, customer decision situations
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
37
Hilmi
Pendahuluan Perilaku konsumen juga berubah dan dinamis. Itu berarti bahwa perilaku seorang konsumen, grup konsumen, ataupun masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Hal ini memiliki implikasi terhadap studi perilaku konsumen, demikian pula pada pengembangan strategi pemasaran. Dalam hal ini studi perilaku konsumen, salah satu implikasinya adalah bahwa generalisasi perilaku konsumen biasanya terbatas untuk jangka waktu tertentu, produk, dan individu atau grup tertentu. Perilaku konsumen sulit untuk diamati dan dipahami secara langsung, akan tetapi keputusan yang terlihat dalam melakukan pembelian seorang individu timbul karena ada interaksi dengan lingkungan mereka, yaitu yang bersifat psikologikal dan sosial, sehingga menjadi sebuah keputusan pembelian. Akibatnya proses keputusan pembelian yang dilaksanakan oleh individu lebih banyak melibatkan faktor lingkungan (Beureukat, 2003). Perilaku ini terjadi apabila seseorang berinteraksi dengan lingkungannya yang dapat bersifat kompleks ataupun sederhana, dimana muncul pengaruh lingkungan dari satu individu terhadap individu lain. Dalam menganalisis keputusan konsumen, perlu diperhatikan determinasi yang menjadi dasar keputusan konsumen, salah satunya adalah pengaruh faktor lingkungan. Faktor lingkungan adalah kekuatan yang dominan dalam mempengaruhi keputusan konsumen dalam memilih produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan termasuk jasa perhotelan. Faktor lingkungan ini terdiri dari lima faktor yaitu: budaya, kelas sosial, pribadi, keluarga dan situasi (Setiadi, 2003). Selain itu dalam situasi global yang berubah dengan cepat, ada enam kekuatan yang juga harus diperhatikan, yaitu lingkungan demografi, lingkungan ekonomi, lingkungan politik atau hukum, dan lingkungan sosial atau budaya. Kekuatan-kekuatan ini saling berinteraksi sehingga dapat membentuk dasar untuk peluang serta ancaman baru, yang mungkin mengubah keputusan dan sikap konsumen dalam menggunakan atau memilih suatu produk. Harun Square Hotel Lhokseumawe yang 38
diresmikan pada tanggal 10 Januari 2008 merupakan salah satu hotel bintang tiga yang dibangun setelah musibah gempa dan tsunami melanda Aceh beberapa waktu yang lalu. Pembangunan hotel ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akomodasi bagi para pendatang, baik wisatawan, pekerja NGO, konsultan atau pelaku bisnis, maupun aparatur pemerintahan yang berkunjung ke Lhokseumawe. Mengingat fungsi hotel yang bukan hanya sebagai penyedia akomodasi melainkan juga menyediakan sarana atau tempat bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan bisnis seperti kontak dagang, rapat kerja, maupun seminar-seminar lainnya, maka tidaklah mengherankan apabila industri perhotelan di kota Lhokseumawe saat ini tumbuh sangat pesat. Para konsumen sebelum memilih Harun Square Hotel Lhokseumawe, terlibat dalam proses pengambilan keputusan tentang dimana mereka akan menginap. Setiap individu mempunyai alasan dan latar belakang tertentu sehingga ia sampai pada kesimpulan/keputusan untuk menggunakan/membeli suatu produk, termasuk dalam memutuskan untuk menginap pada produk jasa tersebut. Saat ini kota Lhokseumawe terdapat sejumlah hotel/penginapan dengan berbagai tingkatan/ kelas, yang tentunya menjadi pesaing bagi Harun Square Hotel Lhokseumawe. Adapun hotel bintang tiga yang menjadi pesaing bagi Harun Square Hotel Lhokseumawe adalah Hotel Lido Graha. Sementara pesaing lainnya yang tidak bisa dinafikan adalah penginapan-penginapan kelas melati yang banyak menjamur saat ini diseputar kota Lhokseumawe. Dalam hal ini penulis lebih tertarik untuk memilih objek Harun Square Hotel Lhokseumawe sebagai objek penelitian tentang keputusan konsumen dalam memilih hotel dikarenakan hotel tersebut terdapat di pusat kota Lhokseumawe. Tinjauan Teoritis Perilaku Konsumen Memahami perilaku konsumen merupakan dasar bagi manajemen pemasaran. Schiffman dan Kanuk (dalam Anorga 2000: 136), menyebutkan perilaku konsumen adalah perilaku yang Jurnal Visioner & Strategis
Factors Affecting Consumer Decision In Choosing Harun Square Hotel Lhokseumawe
ditunjukkan melalui pencarian, pembelian, penggunaan, pengevaluasian, dan penentuan produk atau jasa yang mereka harapkan dapat memuaskan kebutuhan mereka. Manullang (2002: 216) menyebutkan bahwa perilaku konsumen sebagai kajian tentang satuan pembeli (buying units), dan proses pertukaran (exchange proseses) yang terlibat dalam mencari (acquiring), memakai (consuming) dan menghentikan pemakaian (disposing) barang, jasa dan pengalaman serta ide. Sedangkan The American Marketing Association (dalam Setiadi, 2003: 10) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai berikut: perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka … (American Marketing Association). Dari definisi tersebut diatas terdapat 3 (tiga) ide penting yaitu: (1) perilaku konsumen adalah dinamis; (2) hal tersebut melibatkan interaksi antara afeksi dan kognisi, perilaku dan kejadian disekitar; serta (3) hal tersebut melibatkan pertukaran diantara individu. Perilaku konsumen dapat dirumuskan sebagai perilaku yang diperlihatkan oleh orang-orang didalam merencanakan, membeli dan menggunakan produk barang atau jasa. Menurut Winardi (2002: 142) perilaku konsumen merupakan aktivitas yang akan melibatkan orang-orang didalam menyeleksi apa-apa yang akan dibeli dan bagaimana menggunakan produk barang dan jasa sedemikian rupa, sehingga semua yang akan dibeli akan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Aktivitas didalam melakukan pembelian produk barang dan jasa sangat dipengaruhi oleh perilaku konsumen, yaitu mencakup proses mental dan emosional, disamping tindakan-tindakan fisikal dan selanjutnya akan menjadi sebuah keputusan apa dan bagaimana para konsumen melakukan pembelian setelah mereka menyeleksi produk barang aatau jasa apa yang akan mereka beli. Kotler (2001: 177), menyebutkan inti perilaku konsumen adalah bagaimana konsumen memberikan jawaban atau membuat keputusan terhadap berbagai rangsangan pemasaran yang Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
dapat diatur oleh perusahaan. Dari definisi di atas, kita mengetahui bahwa ada dua komponen kunci yang harus dilakukan pemasar. Pertama, pemasar berusaha untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Kedua, pemasar mempelajari proses pertukaran, yaitu dua pihak harus saling mentransfer sesuatu yang bernilai bagi yang lain. Hal ini berarti bahwa titik pusat kegiatan pemasaran didasarkan pada suatu aplikasi disiplin keunggulan konsumen. Oleh karena itu, konsumen merupakan titik pusat usaha pemasaran. Dalam hal pengembangan strategi pemasaran, sifat dinamis perilaku konsumen menyiratkan bahwa seseorang tidak boleh berharap bahwa suatu strategi pemasaran yang sama dapat memberikan hasil yang sama disepanjang waktu, pasar, dan industri. Hubungan Perilaku Konsumen dengan Strategi Pemasaran Strategi pemasaran (marketing strategy) adalah suatu rencana yang didesain untuk mempengaruhi pertukaran dalam mencapai tujuan organisasi. Biasanya strategi pemasaran diarahkan untuk meningkatkan kemungkinan atau frekuensi perilaku konsumen. Hal ini dapat dicapai dengan mengembangkan dan menyajikan bauran pemasaran yang diarahkan pada pasar sasaran yang dipilih. Suatu bauran pemasaran terdiri dari elemen produk, promosi, distribusi dan harga. Menurut Setiadi (2003: 159) memahami konsumen adalah elemen penting dalam pengembangan strategi pemasaran. Sangat sedikit jika ada keputusan tentang strategi yang tidak mempertimbangkan perilaku konsumen. Contohnya analisis persaingan membutuhkan suatu pengertian tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan konsumen terhadap merek pesaing, konsumen bagaimana yang membeli suatu merek atau mengapa, serta dalam situasi bagaimana konsumen membeli dan menggunakan produk pesaing. Dengan demikian, semakin banyak kita belajar tentang konsumen semakin baik kesempatan untuk mengembangkan strategi pemasaran yang berhasil.
39
Hilmi
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Setiadi (2003: 12) mengemukakan keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi pembeli. Sebagian besar adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pemasar, tetapi harus benar-benar diperhitungkan. a. Faktor Kebudayaan: b. Faktor Sosial: c. Faktor Pribadi: d. Faktor Psikologis: Motivasi, beberapa kebutuhan bersifat biogenik, kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa lapar, rasa haus, rasa tidak nyaman. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lain bersifat psikogenik yaitu kebutuhan yang timbul dari keadaan fisiologis tertentu, seperti kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan diterima. Persepsi, didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda dari objek yang sama karena adanya tiga proses persepsi: - Perhatian yang selektif. - Gangguan yang selektif. - Mengingat kembali yang selektif. Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Kepercayaan dan sikap adalah suatu gagasan deskriptif yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. Faktor Lingkungan Pemasaran Menurut Purnama (Beureukat, 2003) lingkungan adalah faktor yang ikut mempengaruhi konsumen, karena sifatnya kompleks. Perilaku proses keputusan konsumen, berkaitan dengan lingkungannya, biasanya dipengaruhi oleh lima faktor yaitu: budaya, kelas sosial, pribadi, keluarga dan situasi. Budaya, seperti yang digunakan dalam studi 40
perilaku konsumen mengacu pada nilai, gagasan, artefak, dan simbol-simbol lain yang bermakna membantu individu untuk berkomunikasi, melakukan penafsiran dan evaluasi sebagai anggota masyarakat. Budaya merupakan sesuatu yang khas, budaya satu orang dengan yang lainnya atau satu daerah dengan daerah lainnya berbeda. Kelas sosial merupakan pembagian dalam masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang berbagi nilai, minat, dan perilaku yang sama. Mereka dibebaskan oleh perbedaan status sosio ekonomi, belajar dari yang rendah sampai yang tinggi. Status sosial seringkali menghasilkan bentuk-bentuk perilaku konsumen yang berbeda. Beberapa dari kontribusi yang paling awal terhadap studi perilaku konsumen adalah perbedaan kelas sosial, karena dapat digunakan sebagai variabel utama dalam menjelaskan perbedaan konsumen. Sebagai konsumen, perilaku individu seringkali dipengaruhi oleh mereka yang erat hubungannya dengan individu yang bersangkutan. Tiap individu mungkin berespons terhadap tekanan yang dirasakan dan menyesuaikan diri dengan norma dan harapan yang diberikan oleh orang lain. Ini dapat mengambil bentuk pengamatan atas apa yang dilakukan oleh orang lain dan menjadikan mereka sebagai kelompok acuan komparatif. Keluarga sering menjadi fungsi pengambilan keputusan utama, dengan pola peranan dan fungsi kompleks dan bervariasi. Pasangan hidup juga dapat berperan dan saling mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan konsumen. Situasi sangat mempengaruhi perilaku karena perilaku akan berubah ketika situasi berubah. Kadangkala perubahan ini tidak menentu dan tidak dapat diramalkan. Menurut Kotler (2001: 140) dalam situasi global yang berubah dengan cepat, perusahaan harus memantau enam kekuatan, yaitu lingkungan demografi, lingkungan ekonomi, lingkungan politik atau hukum, dan lingkungan sosial atau budaya. Walaupun kekuatankekuatan ini terlihat terpisah satu sama lainnya, namun mereka berinteraksi secara kasual yang membentuk dasar untuk peluang serta ancaman baru. Misalnya ledakan pertumbuhan penduduk Jurnal Visioner & Strategis
Factors Affecting Consumer Decision In Choosing Harun Square Hotel Lhokseumawe
(demografi) menyebabkan peningkatan konsumsi sumber daya dan peningkatan polusi (lingkungan alam), yang menyebabkan konsumen menuntut lebih banyak peraturan (politik/hukum). Tuntutan tersebut akan merangsang solusi teknologi dan produk baru (teknologi), yang dapat dijangkau oleh masyarakat (kekuatan ekonomi) sehingga mengubah perilaku dan sikap mereka. (sosial/ budaya). • Lingkungan demografi. Kekuatan ekonomi makro pertama yang dipantau oleh pemasar adalah populasi, karena (kumpulan) orangoranglah yang membentuk pasar. Pemasar biasanya tertarik pada ukuran dan tingkat pertumbuhan penduduk dalam kota, wilayah, dan negara yang berbeda; distribusi umur dan bauran etnis; tingkat pendidikan, pola rumah tangga; serta karakteristik dan pergerakan regional. • Lingkungan ekonomi. Selain pasar, pasar juga memerlukan daya beli. Daya beli yang tersedia dalam suatu perekonomian bergantung pada pendekatan harga, tabungan, utang dan ketersediaan kredit saat ini. Pemasar harus memperhatikan dengan cermat trend utama dalam pendapatan dan pola pembelanjaan konsumen. • Lingkungan alam. Dalam kaitannya dengan lingkungan alam, pemasar perlu mewaspadai ancaman dan peluang yang berhubungan dengan keempat trend dalam lingkungan alam yaitu kekurangan bahan baku, biaya energi yang meningkat, tingkat polusi yang meningkat, dan peran pemerintah yang berbeda. • Lingkungan teknologi. Salah satu kekutan paling dramatis yang mempengaruhi hidup manusia, baik itu yang bersifat positif maupun negatif, adalah teknologi, teknologi yang baru memberikan nilai terunggul dalam memuaskan kebutuhan dapat merangsang aktifitas investasi dalam ekonomi. Namun, teknologi baru juga menciptakan konsekuensi jangka panjang yang tidak selalu dapat diduga. Oleh karena itu, pemasar perlu memperhatikan trend teknologi seperti langkah perubahan teknologi yang semakin cepat, peluang investasi yang tidak terbatas, anggaran litbang yang beragam, dan peraturan yang meningkat Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
atas perubahan teknologi. • Lingkungan politik/hukum. Keputusan pemasaran dipengaruhi kuat oleh perkembangan dalam lingkungan politik dan hukum. Lingkungan ini dibentuk oleh hukum, badan pemerintah dan kelompok penekan yang mempengaruhi dan membatasi beragam organisasi dan individu. Kadang-kadang hukum ini juga menciptakan peluang baru bagi bisnis. • Lingkungan sosial/budaya. Keyakinan, nilainilai, dan norma seseorang dibentuk oleh masyarakat dimana mereka dibesarkan. Manusia menyerap hampir secara tidak sadar pandangan dunia yang merumuskan hubungan mereka dengan dirinya sendiri dan sesamanya, dengan alam. Selain itu beberapa ciri kebudayaan lainnya misalnya tingkat kemampuan yang tinggi dari nilai-nilai budaya dasar; keberadaan sub-kultur (beragam kelompok yang memiliki nilai-nilai yang sama yang muncul dari pengalaman atau keadaan hidup yang khusus); dan pergeseran nilai-nilai budaya sekunder sepanjang waktu. Menurut Hair, Lamb, & Daniel (2001: 76) walaupun para manajer dapat mengendalikan bauran pemasaran, mereka tidak dapat mengendalikan elemen-elemen dalam lingkungan eksternal yang secara terus-menerus membentuk dan membentuk kembali pasar sasaran. Oleh karena itu, beberapa organisasi merancang sebuah tim yang terdiri dari para pakar untuk secara terus-menerus mengumpulkan dan mengevaluasi informasi lingkungan, suatu proses yang dikenal dengan analisis lingkungan (environmental scanning). Tujuang dalam pengumpulan data lingkungan adalah untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman pasar dimasa datang. Dampak faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan dalam lingkungan eksternal terhadap bauran pemasaran adalah: faktor sosial, demografis, ekonomi, teknologi, politik dan hukum, dan faktor persaingan. Selanjutnya Kotler (2003: 71) mengatakan bahwa lingkungan pemasaran terdiri dari lingkungan mikro dan lingkungan makro. Kedua dimensi lingkungan ini dapat dijelaskan sebagai 41
Hilmi
berikut: a. Lingkungan mikro terdiri dari berbagai kekuatan yang dekat dengan perusahaan, yang mempengaruhi kemampuannya untuk melayani pelanggannya, perusahaan, pemasok, perusahaan saluran pemasaran, pasar pelanggan, pesaing dan masyarakat. b. Lingkungan makro yang terdiri dari kekuatan yang bersifat kemasyarakatan yang lebih besar dan mempengaruhi semua pelaku dalam lingkungan mikro perusahaan yaitu: faktor kependudukan, ekonomi, fisik, teknologi, politik, hukum dan kekuatan sosial/budaya. Kemudian Kotler (2003: 112) mengatakan dari segi perubahan dapat dibedakan atas: a. Lingkungan yang stabil, dimana kekuatan ekonomi yang pokok, teknologi, hukum serta kebudayaan adalah stabil. b. Lingkungan yang berubah perlahan-lahan, dimana berlangsung perubahan yang mulus dan dapat diperkirakan. c. Lingkungan yang penuh gejolak, dimana sering terjadi perubahan-perubahan besar yang tidak dapat diperkirakan. Perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan yang penuh gejolak mempunyai tiga kewajiban yaitu: 1. Secara sistematis mengamati dengan cermat lingkungannya. 2. Menganalisa ancaman lingkungan dan peluang yang tersedia. 3. Melakukan penyesuaian yang cerdik terhadap lingkungan yang sedang berubah. Dengan demikian jelaslah bahwa faktor lingkungan adalah kekuatan yang dominan dalam mempengaruhi jalannya usaha memasarkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Lingkungan perusahaan selalu memberikan pengaruh terhadap prospek pemasaran suatu produk, namun demikian prospek pemasaran tersebut tidak tercipta dengan sendirinya untuk setiap perusahaan. Oleh karenanya dibutuhkan inisiatif dan kreatifitas untuk mencari dan menciptkan prospek yang ditimbulkan oleh lingkungan perusahaan. 42
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Tugas pemasar adalah memahami perilaku pembeli pada tiap-tiap tahap dan pengaruh apa yang bekerja dalam tahap-tahap tersebut. Setiadi (2003: 17) mengungkapkan pendiria orang lain, faktor situasi tidak diantisipasi, dan resiko yang dirasakan dapat mempengaruhi keputusan pembelian, demikian pula tingkat kepuasan pasca pembelian konsumen dan tindakan pasca pembelian di pihak perusahaan. Pelanggan yang puas akan terus melakukan pembelian; pelanggan yang tidak puas akan menghentikan pembelian produk yang bersangkutan dan kemungkinan akan menyebarkan berita tersebut pada temanteman mereka. Karena itu, perusahaan harus berusaha memastikan kepuasan konsumen pada semua tingkat dalam proses pembelian. Kotler (2003: 173) menyebutkan konsumen melewati lima tahap seluruhnya pada setiap pembelian. Secara rinci tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pengenalan masalah. Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh rangsangan internal atau timbul karena disebabkan rangsangan eksternal. 2. Pencarian informasi. Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak melalui sumber informasi. Sumber-sumber informasi konsumen dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok: • sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan • sumber komersi: iklan, tenaga penjualan, penyalur, kemasan dan pameran • sumber umum: media massa, organisasi konsumen • sumber pengalaman: pernah menangani, menguji, menggunaka produk. Secara umum konsumen menerima informasi terbanyak dari suatu produk dari sumbersumber komersial, yaitu sumber-sumber yang didominasi oleh para pemasar. Pada sisi lain, informasi yang paling efektif justru berasal Jurnal Visioner & Strategis
Factors Affecting Consumer Decision In Choosing Harun Square Hotel Lhokseumawe
3.
4.
5.
6.
7.
dari sumber-sumber pribadi. Setiap sumber informasi melaksanakan suatu fungsi yang agak berbeda dalam mempengaruhi keputusan membeli. Informasi komersial umumnya melaksanakan fungsi memberitahu, sedangkan sumber pribadi melaksanakan fungsi legitimasi dan atau evaluasi. Evaluasi alternatif. Bagaimana konsumen memproses informasi tentang pilihan merek untuk membuat keputusan akhir? Ada beberapa proses evaluasi keputusan. Kebanyakan model dari proses evaluasi konsumen sekarang bersifat kognitif, yaitu mereka memandang konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan pertimbangan yang sadar dan rasional. Keputusan membeli. Ada dua faktor dapat mempengaruhi tujuan membeli dan keputusan membeli. Faktor yang pertama adalah sikap orang lain, dan faktor-faktor keadaan yang tidak terduga. Konsumen membentuk tujuan pembelian berdasarkan faktor-faktor seperti: pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan. Pada saat konsumen ingin bertindak, faktor-faktor keadaan yang terduga mungkin timbul dan mengubah tujuan membeli. Perilaku sesudah pembelian. Sesudah pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Kepuasan sesudah pembelian. Setelah membeli suatu produk, seorang konsumen mungkin mendeteksi adanya suatu cacat. Tindakan-tindakan sesudah pembelian. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen pada suatu produk akan mempengaruhi tingkah laku berikutnya. Jika konsumen merasa puas, maka ia akan memperlihatkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli produk itu lagi. Konsumen yang tidak puas tersebut akan mengambil satu atau dua tindakan. Mereka mungkin akan mengurangi ketidakcocokkanya dengan meninggalkan atau mengembalikan produk tersebut, atau mereka mungkin berusaha mengurangi ketidakcocokkannya dengan mencari informasi.
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
8. Penggunaan dan pembuangan sesudah konsumen. Para pemasar juga harus mengontrol bagaimana pembeli menggunakan dan membuang suatu produk. Pemasar perlu mempelajari pemakaian dan pembuangan produk untuk mendapatkan isyarat-isyarat dari masalah-masalah dan peluang-peluang yang mungkin ada. Pengertian Hotel dan Jenis-jenis Hotel Salmun (2001: 11) menyatakan “pengertian hotel adalah suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan secara khusus, untuk setiap orang dapat menginap, makan, memperoleh pelayanan dengan menggunakan fasilitas lainnya dengan pembayaran“. Hotel merupakan pendukung pariwisata yang penting disamping unsur-unsur lainnya yang sekaligus juga merupakan industri pariwisata. Dimyati (2000: 14) mengatakan, sebuah hotel biasanya menawarkan kepada tamu sebuah susunan (daftar) penuh akomodasi dan pelayanan, yang mungkin meliputi: pesanan tempat, kamarkamar, restoran umum, fasilitas pelayanan, PC (personal computer), layanan pribadi, kolam renang dan transportasi ke airport. Selanjutnya Salmun (2001: 10) membagi hotel dalam 2 (dua) tipe, yaitu: 1. Hotel transit (transite hotel), adalah hotel yang sekaligus menyediakan pelayanan makan selama si tamu menginap, bisa untuk sehari, seminggu, atau bahkan sebulan, baik tamu atau tujuan bisnis ataupun bersenang-senang. 2. Hotel tempat tinggal (residential hotel), adalah hotel tempat seseorang atau keluarga yang tinggal atau penghuni secara tetap dan mendapatkan pelayanan, dimana penghuninya tersebut dilakukan bukan secara membayar hotel, melainkan dengan kontrak sewa perhotelan tempat tinggal ini dibagi dua yaitu: a. Hotel kecil Hotel kecil umumnya terdapat dikota atau kabupaten yang potensi pariwisatanya maupun potensi usahanya (bisnis)nya kurang. Umumnya hotel kecil menurut ukuran ini adalah hotel yang memiliki 20 kamar sampai dengan 50 kamar, fasilitas tergantung dari potensi 43
Hilmi
bisnis atau pariwisata yang dimaksud. b. Hotel besar Hotel besar umumnya terletak di kota-kota besar atau ditempat-tempat tujuan wisata asing. Hotel besar barangkali mempunyai ukuran kamar lebih dari 100 kamar.
Menurut klasifikasinya di Indonesia dikenal rangking hotel menurut bintangnya, yaitu dari bintang satu yang terendah, sampai dengan bintang 5 sebagai hotel yang tertinggi atau terbaik. Ukuran untuk menentukan bintang ini pada prinsipnya tergantung dari jenis fasilitas yang diberikan oleh hotel yang bersangkutan seperti jumlah kamar, luas kamar plus fasilitas kamar. Adapun sebagai usaha mengolah orang dengan memberikan nilai tambah melalui pelayanan dan penyajian. Hasil Penelitian Sebelumnya Indarti (2002) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Dipertimbangkan Konsumen dalam Keputusan Pembelian Produk Kosmetika Pemutih Wajah, menyimpulkan sikap dan keluarga, persepsi, motivasi, kelompok referensi, kelas sosial, dan kecantikan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan dengan keputusan pembelian 0,921 yang menunjukkan adanya hubungan yang cukup kuat. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,848 menunjukkan bahwa proporsi kemampuan faktor-faktor pembelian dalam menjelaskan keragaman keputusan pembelian adalah sebesar 84,8%. Hipotesis Penelitan Dari latar belakang dan landasan teoritis yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ho : Faktor budaya, sosial, pribadi, keluarga dan faktor situasi tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen memilih Hotel Harun Square Lhokseumawe. Ha : Faktor budaya, sosial, pribadi, keluarga dan faktor situasi berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen memilih Hotel Harun Square Lhokseumawe.
44
Metode Penelitian Populasi penelitian iini adalah seluruh kkonsumen/tamu yang menginap di hotel selama periode penelitian ini dilakukan yaitu dari bulan Februari sampai bulan Mei 2011. Karena keterbatasan kemampuan peneliti dalam waktu, tenaga dan biaya dengan metode quota sampling ditentukan sebanyak 100 responden/konsumen yang meningap selama periode tersebut. Selanjutnya berdasarkan persentase jumlah kamar yang tersedia berdasarkan masing-masing tipe/jenis kamar pengambilan besarnya jumlah sampel diambil secara proporsional. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian, pengumpulan data dilakukan melalui penelitian lapngan, yakni dengan cara mengedarkan kuesioner. Kuesioner tersebut berisi pertanyaan/pernyataan yang berhubungan keputusan konsumen memilih hotel, faktor sosial, budaya, pribadi, keluarga dan faktor situasi. Setiap pernyataan dijabarkan dalam bentuk pernyataan positif. Responden diminta untuk memberikan respon dalam bentuk tingkat kesetujuan pada masing-masing pernyataan terkait. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hipotesis penelitian, keputusan konsumen merupakan fungsi dari faktor budaya, sosial, pribadi, keluarga dan faktor situasi. Karena itu, peralatan statistik yang digunakan untuk menjelaskan hubungan fungsional antara kelima faktor tersebut dengan keputusan konsumen memilih Harun Square Hotel Lhokseumawe adalah regresi linier berganda (multiple linier regression). Berdasarkan parameter yang digunakan dalam peralatan statistik regresi linier, peralatan statistik tersebut termasuk statistik parametrik. Penggunaan regresi sebagai alat analisis data membutuhkan perhitungan matematis didalamnya. Skala pengukuran yang digunakan minimal berskala interval. Jika ada yang dianalisis berskala ordinal sebagaimana halnya skala likert, maka terlebih dahulu harus ditransformasikan ke dalam bentuk skala interval agar dapat dianalisis dengan statistik parametrik (Waryanto dan Miliafati, 2006). Hal ini didukung oleh pendapat Suliyanto (2006: 83) menyatakan, tingkat pengukuran data dalam skala likert’s Jurnal Visioner & Strategis
Factors Affecting Consumer Decision In Choosing Harun Square Hotel Lhokseumawe
adalah ordinal sehingga apabila akan dianalisis dengan statistik parametrik harus dinaikkan terlebih dahulu menjadi skala likert. Dengan demikian langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis data dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. mentabulasikan data kuesioner berdasarkan skor/skala likert’s. 2. mentransformasikan data skala likert menjadi skala interval. 3. penggunaan peralatan statistik regresi linier berganda. Pengujian Hipotesis Pada tingkat keyakinan 95 persen, hipotesis penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dengan kaedah sebagai berikut: Ho: faktor budaya sosial pribadi, keluarga dan faktor situasi tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen memilih Harun Square Hotel Lhokseumawe. Ho: faktor budaya sosial pribadi, keluarga dan faktor situasi berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen memilih Harun Square Hotel Lhokseumawe. Penjabaran hipotesis di atas yang terdiri dari hipotesis awal (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) sengaja tidak diderivasi dalam 4 (empat) hipotesis, yang terdiri dari Ho1 dan Ha1 sampai Ho5 dan Ha5. Hal ini didasarkan pada alasan, pengujian hipotesis tidak hanya menggunakan statistik ujiF untuk menguji signifikansi pengaruh kelima faktor secara simultan, akan tetapi juga uji-t untuk mengetahui signifikansi pengaruh lima faktor tersebut secara parsial. Dengan demikian penjabaran hipotesis tidak akan memberi nilai tambah bagi kebaikan tulisan ini, kecuali hanya membuat pembahasan bertele-tele. Ketentuan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-F adalah sebagai berikut: - Apabila nilai F-hitung > F-tabel, dapat diartikan bahwa kelima variabel independen (faktor budaya, sosial, pribadi, keluarga dan faktor situasi) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen memilih Harun Square Hotel Lhokseumawe (hipotesis Ha diterima, sebaliknya hipotesis Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
Ho ditolak). - Apabila nilai F-hitung < F-tabel, dapat diartikan bahwa kelima variabel independen (faktor budaya, sosial, pribadi, keluarga dan faktor situasi) secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen memilih Harun Square Hotel Lhokseumawe (hipotesis Ha ditolak, sebaliknya hipotesis Ho diterima). Selanjutnya ketentuan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t adalah sebagai berikut: - Apabila nilai t-hitung suatu faktor lebih besar bila dibandingkan dengan nilai t-tabel, dapat diartikan bahwa faktor terkait berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen memilih Harun Square Hotel Lhokseumawe. - Apabila nilai t-hitung suatu faktor lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai t-tabel, dapat diartikan bahwa faktor terkait tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen memilih Harun Square Hotel Lhokseumawe. Keseluruhan proses perhitungan dalam pengolahan data menggunakan alat bantu komputer melalui software komputer Statistic Product for Service Solution (SPSS) versi 18.00. Hasil Penelitian Sesuai dengan jumlah sampel yang direncanakan yaitu 100 orang pelanggan Harun Square Hotel Lhokseumawe, maka kuesioner yang diedarkan dalam pengumpulan data sebanyak 100 eksemplar. Proses pengedaran kuesioner tidak hanya dilakukan oleh peneliti, namun dengan meminta bantuan staf/karyawan bagian resepsionis hotel tersebut. Pada saat pengambilan kuesioner, sebanyak 1 kuesioner dinyatakan hilang, 2 kuesioner dinyatakan rusak karena tidak lengkap diisi. Dengan demikian, jumlah kuesioner yang diolah dan dianalisis dalam penelitian ini hanya 97 eksemplar, sehingga responden penelitian yang sebenarnya hanya 97 orang pelanggan hotel tersebut. Mereka memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Ditinjau dari jenis kelamin, sebagian besar 45
Hilmi
responden penelitian adalah laki-laki, yakni sebanyak 75 orang atau sebesar 73,30 persen dari jumlah keseluruhan responden. Dengan demikian perempuan hanya 22 orang. Karakteristik responden berikutnya adalah tingkat usia. Sebagian besar responden dengan usia di atas 30 tahun. Mereka dengan usia relatif muda dibawah 25 tahun hanya 6 orang atau sebesar 6,20 persen dari jumlah keseluruhan responden. Sebanyak 7 orang dengan usia berkisar antara 25-30 tahun, 20 orang dengan usia berkisar antara 31-35 tahun, sebanyak 24 orang dengan usia berkisar antara 36-40 tahun. Selanjutnya mereka dengan usia relatif tua diatas 40 tahun sebanyak 40 orang atau sebesar 41,20 persen dari jumlah keseluruhan responden. Sesuai dengan tingkatan usia, sebagian besar responden penelitian sudah berkeluarga atau dengan status menikah, sebanyak 75 orang atau sebesar 77,30 persen dari jumlah keseluruhan responden. Sisanya sebanyak 22 orang lagi dengan status belum menikah. Sebaliknya tidak satupun diantara mereka dengan status janda atau duda. Hasil penelitian diketahui bahwa responden penelitian juga memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda. Mereka dengan tingkat pendidikan terendah hanya 1 orang atau sebesar 1 persen dari jumlah keseluruhan responden. Sebanyak 45 orang dengan latar belakang pendidikan SMA, 31 orang dengan latar belakang pendidikan Diploma, dan sebanyak 17 orang dengan latar belakang pendidikan Sarjana (S1). Selanjutnya mereka dengan pendidikan tertinggi yaitu pascasarjana (S2) hanya 3 orang atau sebesar 3,10 persen dari jumlah keseluruhan responden. Responden penelitian juga memiliki pekerjaan yang berbeda, sebanyak 36 responden dengan pekerjaan sebagai PNS, 22 orang pengusaha, 6 orang TNI/Polri, dan 15 orang dengan pekerjaan sebagai wiraswasta. Mereka yang bekerja sebagai ibu rumah tangga hanya 4 orang, sisanya masingmasing sebanyak 6 orang dan 8 orang lagi dengan pekerjaan sebagai pekerja NGO dan mahasiswa. Karakteristik responden yang terakhir adalah pendapatan rata-rata per bulan. Sebanyak 13 orang responden memiliki pendapatan dibawah Rp 2.000.000 perbulan. Mereka ini umumnya 46
adalah berasal dari kelompok mahasiswa, dan sebagian wiraswasta. Sebanyak 39 orang dengan pendapatan berkisar antara Rp 2.000.0002.999.000 per bulan, 9 orang dengan pendapatan berkisar antara Rp 3.000.000-3.999.000 per bulan, 14 bulan dengan berkisar antara Rp 4.000.000-4.999.000 per bulan, sisanya 22 orang lagi dengan pendapatan rata-rata per bulan di atas Rp 5.000.000. pelanggan yang memiliki pendapatan rata-rata per bulan lebih dari Rp 5.000.000, berasal dari golongan pengusaha. Hasil Pengujian Reliabilitas dan Validitas Pengujian reliabilitas kuesioner pada dasarnya digunakan untuk menguji apakah kuesioner yang digunakan dalam pengumpulan data sudah dinilai handal atau tidak. Suatu kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data dinyatakan handal apabila kuesioner tersebut konsisten dalam mengukur apa yang hendak diukur. Tolok ukur reliabilitas kuesioner yang biasanya digunakan adalah nilai cronbach alpha yang diperoleh melalui perhitungan statistik. Maholtra, (2005: 268) menyatakan, ”suatu kuesioner dinyatakan handal apabila memiliki nilai cronbach alpha di atas 0,60”. Dalam pengolahan data penelitian, keseluruhan perhitungan statistik menggunakan alat bantu komputer melalui software SPSS versi 18.0, sehingga dapat diketahui secara langsung besarnya nilai Cronbach Alpha untuk kepentingan pengujian reliabilitas kuesioner penelitian. Hasil pengujian menunjukkan nilai Cronbach Alpha untuk variabel keputusan konsumen sebesar 0,663. Angka ini lebih besar dari 0,60, dapat diartikan bahwa kuesioner yang digunakan untuk mengungkapkan fenomena yang berhubungan dengan keputusan konsumen dinyatakan handal. Nilai Cronbach Alpha untuk variabel faktor budaya sebesar 0,610 untuk variabel faktor sosial sebesar 0,605. Kedua nilai Cronbach Alpha tersebut lebih besar dari 0,60 dapat diartikan bahwa kuesioner yang digunakan untuk pengumpulan data yang berhubungan dengan faktor budaya dan faktor sosial juga dinyatakan handal. Selanjutnya nilai untuk faktor pribadi menunjukkan angka sebesar 0,636 untuk faktor keluarga sebesar 0,707 dan untuk faktor situasi Jurnal Visioner & Strategis
Factors Affecting Consumer Decision In Choosing Harun Square Hotel Lhokseumawe
sebesar 0,661. Ketiga nilai Cronbach Alpha tersebut juga lebih besar dari 0,60 sebagai nilai yang dipersyaratkan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kuesioner yang digunakan untuk pengumpulan data yang berkaitan dengan persepsi pelanggan terhadap ketiga faktor tersebut yang dikaitkan dengan pemilihan Harun Square Hotel Lhokseumawe dinyatakan handal. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Memilih Harun Square Hotel Lhokseumawe Berdasarkan hasil regresi seperti dalam tabel di atas, maka persamaan regresi linier berganda yang menjelaskan keputusan konsumen memanfaatkan pelayanan Harun Square Hotel Lhokseumawe sebagai fungsi dari faktor budaya, sosial, pribadi, keluarga dan faktor situasi dapat diformulasikan sebagai berikut: Y = 0,708 + 0,145X1+ 0,138X2 + 0,108X3 + 0,339X4 + 0,119X5 Persamaan di atas memperlihatkan nilai konstanta sebesar 0,708. Secara statistik angka tersebut dapat diartikan sebagai besaran nilai ratarata skor alternatif pilihan jawaban responden terhadap pernyataan yang berhubungan dengan keputusan konsumen apabila skor alternatif pilihan jawaban pada faktor budaya, sosial, pribadi, keluarga, dan situasi dianggap konstan atau tetap. Karena nilai rata-rata skor mendekati 1,00 dapat diartikan bahwa tingkat intensitas atau kencenderungan konsumen untuk menginap di Harun Square Hotel Lhokseumawe sangat kecil. Dengan kata lain, seandainya konsumen tidak terpengaruh oleh faktor budaya, sosial, pribadi, keluarga dan faktor situasi, maka kemungkinan untuk memanfaatkan layanan hotel tersebut sangat kecil. Selanjutnya nilai koefisien regresi b1 sebesar 0,145 dapat diartikan setiap peningkatan nilai rata-rata skor alternatif pilihan jawaban responden terhadap pernyataan yang berhubungan dengan faktor budaya sebesar 1,00 akan dapat meningkatkan nilai rata-rata skor alternatif pilihan terhadap pernyataan yang berhubungan
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
dengan keputusan konsumen sebesar 0,145. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa semakin tinggi sensitivitas konsumen terhadap faktor budaya sebagai salah satu faktor yang dapat membentuk perilaku mereka dalam memilih jasa penginapan, maka akan semakin tinggi pula kecenderungan untuk memanfaatkan pelayanan Harun Square Hotel Lhokseumawe. Selanjutnya nilai koefisien regresi b2 sebesar 0,138 dapat diartikan peningkatan nilai rata-rata skor alternatif pilihan jawaban responden terhadap pernyataan yang berhubungan dengan faktor sosial sebesar 1,00, akan dapat meningkatkan nilai rata-rata skor tingkat kesetujuan terhadap pernyataan yang berhubungan dengan keputusan konsumen sebesar 0,138. Dengan demikian jelaslah bahwa faktor sosial juga berpengaruh positif terhadap kecenderungan konsumen untuk menginap di Harun Square Hotel Lhokseumawe. Semakin tinggi sensitivitas konsumen terhadap faktor sosial sehubungan dengan pemilihan jasa penginapan, akan semakin tinggi pula kecenderungan untuk menginap di Harun Square Hotel Lhokseumawe. Demikian pula halnya dengan keterkaitan antara faktor pribadi, faktor keluarga dan faktor situasi dengan keputusan konsumen. Ketiga variabel tersebut juga berpengaruh positif terhadap keputusan konsumen untuk memilih Harun Square Hotel Lhokseumawe diantara sekian banyak alternatif pilihan perusahaan yang menawarkan jasa yang sama. Hasil analisis lainnya juga memperlihatkan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,836. Angka ini mendekati 1,00 dapat diartikan bahwa hubungan antara kelima variabel independen (faktor budaya, sosial, pribadi, keluarga, dan faktor situasi) dengan keputusan konsumen tergolong erat. Selanjutnya nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,700 dapat diartikan sebesar 70,0 persen keputusan konsumen memanfaatkan pelayanan Harun Square Hotel Lhokseumawe dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, pribadi, keluarga dan faktor situasi. Sisanya sebesar 30 persen lagi (10,700) dipengaruhi oleh faktor lain selain kelima faktor tersebut.
47
Hilmi
Hasil Statistik Uji F dan Uji T untuk Pembuktian Hipotesis Hasil pengujian statistik dengan menggunakan uji F menunjukkan nilai F hitung sebesar 42,388. Nilai F tabel pada tingkat keyakinan 95 persen menunjukkan angka sebesar 2,315. Karena nilai F hitung > F tabel (42,388 > 2,315) dapat diartikan secara simultan faktor budaya, sosial, pribadi, keluarga dan faktor situasi berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen memanfaatkan layanan jasa Harun Square Hotel Lhokseumawe. Hasil pengujian statistik uji t menunjukkan nilai t hitung sebesar 2,618 untuk faktor budaya, sebesar 2,042 untuk faktor sosial, sebesar 1,364 untuk faktor pribadi dan sebesar 3,943 untuk faktor keluarga dan sebesar 1,346 untuk faktor situasi. Sedangkan nilai t tabel pada tingkat keyakinan 95 persen menunjukkan angka sebesar 1,985. Dengan demikian dapat diartikan, secara parsial faktor budaya, sosial, dan faktor keluarga berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen. Sebaliknya faktor pribadi dan faktor sosial secara parsial tidak berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis seperti yang dijelaskan di atas, dapat dipahami bahwa secara simultan, kelima variabel independen yang meliputi faktor budaya, sosial, pribadi, keluarga dan faktor situasi berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen dalam memilih Harun Square Hotel Lhokseumawe. Hal ini berarti bahwa keputusan konsumen untuk menggunakan jasa penginapan hotel tersebut dipengaruhi oleh kelima faktor tersebut secara bersama-sama. Dengan kata lain, keinginan konsumen untuk memanfaatkan jasa penginapan Harun Square Hotel Lhokseumawe terkait erat dengan adanya pengaruh dari faktor budaya, sosial, pribadi, keluarga dan faktor situasi. Kelima faktor tersebut merupakan faktor yang secara teoritis dapat membentuk perilaku konsumen dalam memilih suatu produk yang dalam hal ini adalah jasa penginapan. Sedangkan secara parsial, hanya faktor pribadi dan faktor situasi yang tidak berpengaruh signifikan. Sebaliknya faktor budaya, sosial, dan faktor keluarga justru berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen dalam memilih 48
Harun Square Hotel Lhokseumawe. Hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: 1. Keinginan seorang konsumen untuk memilih Harun Square Hotel Lhokseumawe tidak terlepas dari adanya informasi yang mereka terima tentang pelayanan hotel tersebut. Kepercayaan orang lain terhadap pelayanan Harun Square Hotel Lhokseumawe dapat dilihat sebagai faktor budaya (nilai-nilai/keyakinan yang dianut masyarakat), dapat memotivasi konsumen untuk memanfaatkan pelayanan hotel tersebut. Hal ini berarti informasi yang diterima calon konsumen mengenai pelayanan hotel menjadi pertimbangan penting bagi mereka sebelum memilih hotel tertentu. 2. Sebelum memanfaatkan pelayanan hotel, konsumen lebih cenderung untuk mencari tahu informasi mengenai pelayanan hotel yang akan mereka pilih. Karena itu, faktor sosial yang didalamnya termasuk informasi dari masyarakat, menjadi pertimbangan sangat penting bagi mereka untuk memanfaatkan pelayanan Harun Square Hotel Lhokseumawe. 3. Faktor keluarga juga berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen untuk memilih Harun Square Hotel Lhokseumawe. Hal ini disebabkan secara umum konsumen hotel lebih percaya pada informasi tentang pelayanan hotel yang mereka terima dari anggota keluarga dan kerabat mereka sendiri. Rekomendasi dari orang-orang dekat termasuk anggota keluarga dan kerabat, sangat besar pengaruhnya terhadap keputusan yang akan diambil konsumen dalam memanfaatkan pelayanan hotel. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Faktor budaya, sosial, pribadi, keluarga dan faktor situasi berpengaruh terhadap keputusan konsumen menginap di Harun Square Hotel Lhokseumawe. Diantara lima faktor tersebut, faktor keluarga memiliki pengaruh paling besar diantara empat faktor lainnya. Sebaliknya faktor dengan pengaruh paling kecil terhadap Jurnal Visioner & Strategis
Factors Affecting Consumer Decision In Choosing Harun Square Hotel Lhokseumawe
keputusan konsumen adalah faktor situasi. 2. Hasil pengujian statistik menyimpulkan bahwa secara simultan kelima faktor yang dijadikan variabel independen penelitian (faktor budaya, sosial, pribadi, keluarga dan faktor situasi) berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen. Sedangkan secara parsial, hanya faktor budaya, sosial dan faktor keluarga yang berpengaruh signifikan. Sebaliknya faktor pribadi, dan faktor situasi secara parsial tidak berpengaruh signifikan. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka yang menjadi saran dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Sebaiknya pihak manajemen Harun Square Hotel Lhokseumawe berupaya untuk memberikan kesan yang baik kepada seluruh pelanggannya. Dengan demikian mereka akan selalu memiliki persepsi yang baik pula terhadap pelayanan yang diberikan hotel tersebut, pada akhirnya pelanggan tersebut akan mer-
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
ekomendasikan orang lain terutama anggota keluarga, dan teman dekat untuk memanfaatkan jasa Harun Square Hotel Lhokseumawe di masa yang akan datang. Selain itu, adanya kesan yang baik dikalangan pelanggan terhadap hotel tersebut juga akan berdampak pada terciptanya persepsi sosial (masyarakat) terhadap pelayanan yang diberikan. Pada akhirnya faktor sosial yang wujud dalam bentuk suara masyarakat tentang kualitas pelayanan yang diberikan Harun Square Hotel Lhokseumawe dapat mempertinggi sensitivitas konsumen dalam mengambil keputusan untuk memanfaatkan layanan jasa penginapan hotel tersebut. 2. Pihak manajemen Harun Square Hotel Lhokseumawe harus berupaya untuk mempertahankan dan meningkatkan pelayanan yang baik bagi pelanggannya. Perbaikan pelayanan dapat diwujudkan dalam bentuk perbaikan kualitas pelayanan terutama yang berhubungan dengan kecepatan dan ketepatan waktu pelayanan.
49
Hilmi
Referensi Anoraga, Pandji (2000) Manajemen Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta. Beureukat (2003) Faktor Lingkungan sebagai Penentu Perilaku Konsumen, Jurnal Ilmiah Manajemen & Bisnis, Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Volume 03, No. 02, Oktober 2003. Dimyati, Aan Suanchlan (2000) Pengetahuan Dasar Perhotelan, Cetakan Kesatu, Devisi Ganan, Jakarta. Gozali, Imam (2001) Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi 1, Semarang. Gujarati, Damodar (2005). Ekonometrika Dasar. Alih Bahasa: Sumarno Zain. Penerbit Erlangga. Jakarta. Hair, Lamb, & Daniel (2001) Pemasaran. Buku 1. Penerjemah David Octrevia. Salemba Empat. Jakarta. Indarti, (2002) Analisis Faktor-faktor yang Dipertimbangkan Konsumen dalam Keputusan Pembelian Produk Kosmetika Pemutih Wajah. Studi pada Mahasiswi Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Beberapa Perguruan Tinggi Swasta di Malang. Kotler, Philip (2001) Manajemen Pemasaran di Indonesia: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Buku 2. Penerjemah: Aitawati Hermawan, Adaptasi: A.B. Susanto. Salemba Empat. Jakarta. Kotler, Philip (2003) Manajemen Pemasaran. Terjemahan. Edisi Milinium. Indeks. Jakarta. Malhotra (2005). Marketing Research. Mc. Graw Hill Book Company. New York. Manullang, M (2002) Pengantar Bisnis. Edisi Pertama. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Salmun, Jusupadi (2001) Pengantar Manajemen Hotel. Penerbit PT Dewi Sri Primula. Jakarta. Setiadi, J. Nugroho (2003) Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Prenada Media. Jakarta. Suliyanto (2006) Metode Riset Bisnis. Penerbit Andi. Yogyakarta. Waryanto, Budi dan Miliafati (2006) Transformasi Data Skala Ordinal ke Interval dengan Menggunakan Makro Minitab. Informatika Pertanian. Volume 15. Winardi (2002) Marketing dan Perilaku Konsumen. Mandar Madju. Jakarta.
50
Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Pendidikan, Pelatihan Staf dan Pimpinan Administrasi Tingkat Pertama (Diklat Spama)... Jurnal Visioner & Strategis Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 ISSN: 2338-2864 p. 51-62
Pengaruh Pendidikan, Pelatihan Staf dan Pimpinan Administrasi Tingkat Pertama (Diklat Spama) Terhadap Produktivitas Kerja Aparatur Pemerintah di Kabupaten Aceh Utara
The purpose of this study was to analyze in depth the influence of Education and Training of Staff and Head of Administration of First Instance (Training Spama) on the productivity of civil servants working in the district of North Aceh. The population in this study were all employees who work in government agencies precisely in North Aceh district. The number of employees working in the North Aceh district in accordance with the data in 2010 that there were as many as 2436 employees. Selected sample of respondents is the number of 96 people or the whole of the population. In this study consists of primary and secondary data. Primary data obtained from questionnaires, while secondary data obtained from other relevant sources. Equipment used in SPSS to analyze data is modelpenelitian is multiple linear regression and used to test hypotheses and test-f-t test. The test results are obtained simultaneously while Ftabel Fhitung of 19.420 at a significance level alpha = 5% (0.05) is equal to 2.934. This shows that Fhitung> Ftabel with 0.000 probability level. Thus, the results of these calculations can be taken a decision that accepted the alternative hypothesis (Ha) and reject the null hypothesis (Ho), meaning that together the variables of education and training of leadership staff consisting of methods, instructors and curriculum significantly influence labor productivity of the North Aceh district government apparatus
Jamaluddin
Dosen pada STIE Lhokseumawe, Lhokseumawe
Keywords: methods, instructors, curriculum, labor productivity apparatus
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
51
Jamaluddin
PENDAHULUAN Lingkungan pemerintahan daerah Kabupaten adalah merupakan salah satu bentuk organisasi non profit, yaitu suatu organisasi yang produktivitas kerja aparaturnya tidak diukur dari nilai finansial atau materi, tetapi sampai sejauh mana tugastugas yang ada dapat terselesaikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam menghasilkan barang atau jasa yang memuaskan masyarakat (publik), dalam mendukung pencapaian tujuan pemerintah pada umumnya. Suatu pekerjaan dikatakan produktif jika dapat dikerjakan dengan cara yang tepat oleh sumber daya manusia yang sedikit. Pekerjaan dikatakan tidak produktif apabila dikerjakan dengan cara yang keliru oleh lebih banyak sumber daya manusia. Demikian juga pekerjaan dikatakan produktif jika diselasaikan lebih cepat atau tepat waktu. Sebaliknya pekerjaan yang sama dikatakan tidak produktif, jika dikerjakan tidak tepat waktu. Oleh karena itu penambahan tenaga kerja sumber daya manusia dilihat dari segi produktivitasnya, hanya berguna jika mampu mempercepat penyelesaian pekerjaan, dengan hasil yang maksimal. Sehingga dapat dikatakan bahwa aparatur pemerintah yang produktif adalah aparat pemerintah yang mampu memanfaatkan waktu, dana, peralatan dan perlengkapan serta ketrampilan semaksimal mungkin sehingga diperoleh hasil yang sebesar-besarnya dari usaha yang dilakukan, baik dalam rangka penyelenggaraan pemerintah maupun dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan pembangunan nasional. Berdasarkan fenomena yang diperoleh dari survai pendahuluan di lingkungan pemerintahan Daerah Kabupaten Aceh Utara terdapat berbagai permasalahan yang cukup menonjol yang berhubungan dengan peningkatan kuwalitas sumber daya manusia, dalam hal ini yang dimaksud adalah pegawai negeri sipil setempat, seperti: kurangnya daya inisiatif dan kreativitas pegawai dalam melaksanakan tugas, terbatasnya kemampuan nalar dan tidak adanya kemajuan keterampilan para pegawai dalam kerja, banyak dari mereka saat jam kerja digunakan untuk bersenda gurau, membaca koran dan bahkan 52
berjalan-jalan ke pusat perbelanjaan, bahkan ada dari sebagian pegawai yang terkena sanksi pemecatan karena jarang masuk. Banyaknya kegiatan pemerintah yang tidak terealisir diberbagai bidang di atas, menunjukkan adanya penurunan/ lemahnya produktivitas kerja aparatur pemerintah setempat. Kondisi semacam ini lama kelamaan akan menurunkan kredibilitas pegawai dan organisasi. Oleh sebab itu daerah Kabupaten Aceh Utara perlu terus menerus berupaya untuk meningkatkan sumber daya manusia pegawainya dengan mengadakan Diklat Spama, yaitu pendidikan dan pelatihan (Diklat) yang dipersyaratkan bagi Pegawai Negeri Sipil yang terpilih dan memiliki kemampuan untuk diangkat dalam jabatan struktural eselon III. Gambaran tingkat kurang profesionalnya sumber daya manusia di lingkungan pemerintah daerah Kabupaten Aceh Utara menjadi kendala dalam rangka pencapaian produktivitas kerja aparatur pemerintah secara maksimal. Kuwalitas sumber daya manusia ini merupakan faktor yang sangat menentukan tingkat keberhasilan pemerintah Daerah. Memang keberhasilan pemerintahan daerah tidak hanya ditentukan oleh kuwalitas sumber daya manusia saja, masih banyak faktor lain yang menentukan. Namun demikian kalau diperhatikan secara cermat dan mendalam nampaknya bahwa kuwalitas sumber daya manusia ini merupakan faktor yang paling esensi atau dominan dalam pencapaian produkivitas kerja aparatur secara maksimal. Berdasarkan uraian di atas penelitian ini menfokuskan pada pengaruh pendidikan dan pelatihan (Diklat) Spama terhadap produktivitas kerja aparatur pemerintahan, sehingga judul penelitian ini adalah: “Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Staf dan Pimpinan Administrasi Tingkat Pertama (Diklat Spama) Terhadap Produktivitas Kerja Aparatur Pemerintah di Kabupaten Aceh Utara”. TINJAUAN PUSTAKA Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) adalah suatu kegiatan yang diadakan oleh suatu instansi untuk memperbaiki mutu, pengembangan sikap, tingkah laku, ketrampilan dan pengetahuan Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Pendidikan, Pelatihan Staf dan Pimpinan Administrasi Tingkat Pertama (Diklat Spama)...
pegawai sesuai dengan persyaratan yang terdapat dalam suatu organisasi bersangkutan. (Syuhadak, M. 1995: 124) Pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan dan pelatihan tidak saja menambah pengetahuan, akan tetapi juga meningkatkan ketrampilan bekerja, dengan demikian dapat meningkatkan produktivitas kerja. (Simanjuntak, 1998: 69). Pembinaan yang paling tepat untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja adalah antara lain melalui pendidikan dan pelatihan (Suradinata, Ermaya 1996: 200). Pendidikan dan pelatihan yang dimaksudkan juga berguna untuk meningkatkan kemampuan untuk memadukan antara teori ilmiah dengan pengalaman yang diperoleh dilapangan, termasuk peningkatan kemampuan menerapkan teknologi tepat guna dalam rangka peningkatan produktivitas kerja. (Siagian, P. 1997: 185). Pendidikan dan pelatihan yang diadakan dalam suatu organisasi merupakan salah satu upaya untuk pengembangan sumber daya manusia, sebagai suatu siklus yang harus dilakukan secara terus menerus. Karena suatu organisasi harus terus berkembang, untuk mengantisipasi perubahan di luar organisai. Untuk itu maka kemampuan sumber daya manusia dalam suatu organisai harus terus menerus ditingkatkan seirama dengan kemajuan dan perkembangan organisasi (Sedarmayanti, 2001: 29). Pengertian Pendidikan Pendidikan dengan berbagai programnya mempunyai peranan penting dalam proses memperoleh dan meningkatkan kualitas kemampuan profesional individu. Melalui pendidikan, seseorang dipersiapkan untuk memiliki bekal agar mampu mengetahui, mengenal dan mengembangkan metode berpikir secara sistematik agar dapat memecahkan masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan dikemudian hari. Hal tersebut nantinya akan nampak pada kinerjanya, yang pada akhirnya akan menjamin produktivitas kerja yang semakin meningkat. (Sedarmayanti, 2001: 32). Pengertian pendidikan, menurut Instruksi Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
Presiden No. 15 Tahun 1974. adalah: Pendidikan adalah segala usaha untuk membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia Indonesia, jasmani dan rokhaniah, yang berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah, dalam rangka pembangunan persatuan Indonesia dan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila”. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/ atau pelatihan bagi peranannya di masa yang akan datang”. Pengertian Pelatihan Pelatihan adalah kegiatan untuk menambah pengetahuan dan kecakapan pegawai guna melaksanakan suatu jabatan tertentu (Moekijat. 1991: 77). Menurut Nasution, Mulia (2000: 71), memberikan devinisi pelatihan sebagai suatu proses belajar mengajar dengan mempergunakan teknik dan metode tertentu, guna meningkatkan ketrampilan dan kemampuan seseorang atau sekelompok orang. Sedangkan menurut Mukaram dan Marwansyah 2000, Pelatihan meliputi aktivitas-aktivitas yang berfungsi untuk meningkatkan kerja seseorang dalam pekerjaan yang sedang dijalani atau terkait dengan pekerjaan yang sedang ditekuni pada waktu itu. Pelatihan merupakan salah satu fungsi administrasi kepegawaian yang penting. Pelatihan merupakan suatu proses yang terus menerus, karena adanya perubahan - perubahan dalam organisasi, perubahan -perubahan jabatan, perubahan - perubahan dalam volume usaha, perubahan - perubahan dalam pegawai - pegawai perseorangan, perubahan - perubahan metode semuanya ini memerlukan peruhahan pengertian, sikap dan kecakapan pada pihak pegawai. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Tujuan nasional seperti termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 ialah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk 53
Jamaluddin
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial (UUD 1945). Adapun sosok Pegawai Negeri Sipil yang diharapkan dalam rangka upaya mencapai tujuan nasional adalah Pegawai Negeri Sipil yang penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Negara, Pemerintah serta yang bersatu padu, bermental baik, berwibawa, kuat, berdayaguna, berhasilguna, bersih, berkualitas tinggi, sadar akan tanggung jawabnya sebagai unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat. Pendidikan dan pelatihan (Diklat) mempunyai tiga dimensi, yaitu: metode, Instruktur dan kurikulum. Hal tersebut di dasari oleh teorinya Sondang P. Siagian (1997: 179). “Bahwa pendidikan dan pelatihan merupakan suatu proses belajar mengajar dengan mempergunakan teknik dan metoda tertentu. Dengan demikian jelas terlihat bahwa sebagai suatu proses, pendidikan dan pelatihan merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung relatif lama dan diselenggarakan dengan pendekatan yang “structured”. “Structured” artinya pendidikan dan pelatihan diselenggarakan oleh satuan kerja yang melembaga dan kegiatannya diserahkan kepada seseorang atau sekelompok orang yang dipandang menguasai materi yang hendak dialihkan kepada orang lain yang mengikuti program pendidikan yang bersangkutan. Melalui serangkaian kegiatan, baik yang sifatnya kurikuler maupun ekstra kurikuler, yang telah disusun dan dipersiapkan sebelumnya, standar pengetahuan tertentu ingin dialihkan kepada yang diajar oleh yang mengajar. Artinya, sesuatu program pendidikan dan pelatihan diarahkan kepada pemenuhan standar pengetahuan tertentu. Metode Diklat. Di dalam pedoman penyelenggaraan Diklat Spama dijelaskan bahwa metode yang dipakai adalah dengan pendekatan proses belajar mengajar andragogi/ ilmu tentang cara orang dewasa belajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 54
1988: 34). Melalui pendekatan andragogi para peserta Diklat dipacu untuk berpartisipasi secara aktif dengan jalan saling asih, saling asah, dan saling asuh di antara para peserta. Dalam penerapan pendekatan andragogi perlu dipahami hal-hal sebagai berikut : 1. Para peserta sebagai orang dewasa diperlakukan sebagai seorang dewasa, tidak sebagai anak-anak. 2. Peserta dilibatkan dalam proses belajar mengajar melalui komunikasi dua arah, sehingga memberi kesempatan kepada peserta untuk mengembangkan pikiran dan pemahamannya serta menunjukkan kemampuan penganalisaan masalah. 3. Kekayaan pengalaman peserta merupakan potensi positif untuk sumber kegiatan belajar mengajar yang berorientasi pada masalahmasalah aktual yang dihadapi peserta selaku staf dan pimpinan dalam organisasi untuk dicarikan pemecahannya. Atas dasar pendekatan tersebut, maka metode yang digunakan dalam proses Diklat Spama adalah sebagai berikut: 1. Ceramah yang dikombinasikan dengan dengan kesempatan tanya jawab, diskusi dan latihan. 2. Pendalaman materi. a. Peserta melakukan komunikasi antar peserta secara terorganisasi, dan agar terbentuk pola pikir dan pola tindak secara organisasional (team-learning). b. Peserta diberikan pelatihan untuk saling bekerjasama secara aktif dalam berpikir, menyumbangkan ide, mengidentifikasi, membahas dan memecahkan masalah yang menjadi topik pembahasan kelompok. 3. Studi Kasus. a. Peserta dihadapkan pada suatu peristiwa nyata atau masalah yang pernah terjadi dengan terus dipacu dan dimotivasi untuk melakukan kajian, mencari faktor penyebab terjadinya kasus, dan cara pemecahan yang setepat-tepatnya. b. Peserta diharapkan dapat megembangkan keterampilan dan kecakapan untuk memJurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Pendidikan, Pelatihan Staf dan Pimpinan Administrasi Tingkat Pertama (Diklat Spama)...
ecahkan berbagai masalah dalam kondisi yang nyata dengan menggunakan materi dan referensi yang dipelajari. 4. Diskusi Diskusi untuk membahas tema dan topiktopik permasalahan dalam suatu kelompok dengan sasaran antara lain untuk pengembangan kemampuan dalam mengidentifikasi dan menganalisis masalah, tukar menukar informasi serta memperkaya gagasan. 5. Penulisan kertas kerja. a. Peserta baik secara kelompok maupun secara perorangan diwajibkan menulis kertas kerja mengenai suatu topik tertentu yang merupakan pelatihan unutk merumuskan, menganalisis, menyimpulkan, menyarankan dan menyampaikan hasil konsep pemikirannya secara meyakinkan. b. Baik secara kelompok maupun perseorangan, peserta diwajibkan mempertahankan kertas kerjanya dalam sebuah forum pendalaman materi antar peserta. Instruktur Diklat Istruktur adalah jabatan fungsional yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang bertugas mendidik, mengajar dan atau melatih secara penuh pada unit pendidikan dan pelatihandari instansi pemerintah. Instruktur diambil atau diangkat dari pegawai intern (instansi sendiri), dan ditambah dari wilayah, namun bisa juga diambilkan dari figur perguruan tinggi apabila dianggap perlu. Dalam kerangka mencapai tujuan dan sasaran pendidikan dan pelatihan Diklat Spama, ditetapkan kreteria penugasan pejabat fungsional widyaiswara sebagai berikut : a. Kreteria utama; 1. Menguasai materi yang akan diajarkan. 2. Terampil mengajar secara sistematis, efektif, dan efesien. 3. Mampu menggunakan metode dan media yang relevan dengan tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus mata pelajarannya. b. Kreteria penunjang; 1. Mempunyai pendidikan formal yang setara atau lebih tinggi dari persyaratan penVolume 1, Nomor 1, Maret 2012
didikan minimal pesarta. 2. Mempunyai pangkat / golongan yang setara atau lebih tinggi dari persyaratan pangkat/ golongan minimal dari peserta. 3. Telah mengikuti Diklat widyaiswara dalam mata pelajaran yang diajarkan atau telah biasa mengajarkannya dengan baik. 4. Telah mengikuti Diklat Spama atau lebih tinggi dari Diklat Spama, atau telah menduduki jabatan yang setara atau lebih tinggi dari eselon III. Kurikulum Diklat Kurikulum menurut Firth dan Kimpton (dalam Oliver, 1977: 64) diartikan sebagai: “A sequance of content units arranged in such a way that the learning of each unit maybe accomplished as a single act provided the capabilities describbed by specific prior units (in the sequence) have ready been learned by learner”. Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa kurikulum adalah perangkat mata pelajaran atau materi pelajaran yang harus diajarkan pengajar atau yang harus diajarkan atau yang harus dipelajari oleh peserta didik. Menurut Pedoman penyelenggaraan Diklat SPAMA, kurikulum Diklat SPAMA menekankan pada kesamaptaan fisik, disiplin dan kemampuan pengelolaan pekerjaan dalam koordinasi dengan pihak lain. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini menggunakan pendekatan survey dengan jenis penelitian survey eksplanatory yaitu, penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data lalu menjelaskan hubungan kausal antara variabelvariabel melalui pengujian hipotesa. (Singaribun dan Efendi, 1999: 3-5). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai yang bekerja pada instansi pemerintah tepatnya di Kabupaten Aceh Utara. Adapun jumlah pegawai yang bekerja di lingkungan Kabupaten Aceh Utara sesuai dengan data tahun 2009 yang ada adalah sebanyak 2.436 pegawai. 55
Jamaluddin
Tehnik sampling atau tehnik pengambilan sampel dalam penelitian (Sugiono, 2001: 73) ini adalah menggunakan teknik Proportional Random Sampling. Jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini disesuaikan dengan rancangan analisis yang digunakan, analis data yang akan digunakan adalah regresi. Sampel respoden yang akan diteliti harus mancapai jumlah sampel yang dianggap mewakili populasi. Untuk menentukan jumlah sampel yang dianggap memenuhi syarat, dalam penelitian ini menggunakan rumus Yamane. (Rahmad Djalaludin, 2000: 82), yaitu: n=
N Nd2 + 1
Dimana N = Jumlah populasi n = Jumlah sampel d = Tingkat kepercayaan (diihat dari tabel). 1 = Nilai konstan Berdasarkan rumus di atas ukuran sampel yang diangap sudah dapat mewakili populasi dengan menggunakan derajat kepercayaan 0,10 (90%) adalah: 2.436 n= = 96 (2.436 (0,10)2 + 1 Jadi sampel yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebanyak 96 pegawai yang bekerja di lingkungan Kabupaten Aceh Utara Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa tehnik pengumpulan data yaitu berupa: 1. Field Research, salah satu cara penelitian yang langsung dilakukan ke objek penelitian untuk memperoleh data primer dan informasi lainnya yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas termasuk dalam penelitian ini adalah observasi dan kuisioner. a. Observasi yaitu pengumpulan data dengan melihat dan meneliti secara langsung dokumen – atau data-data yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini. b. Kuisioner yaitu pengumpulan data den56
gan cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden yang menjadi sensus penelitian. 2. Library Research yaitu tehnik mengumpulkan informasi dengan mempelajari sumber-sumber data tertulis berupa buku, majalah brosur dan literatur-literatur lainnya yang berhubungan dengan objek penelitian. Operasionalisasi Variabel Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah Pendidikan dan Pelatihan (Diklat ) Spama sebagai variabel bebas (X) dan Produktivitas kerja aparatur pemerintah sebagai variabel terikat (Y). Secara metodologis Diklat Spama dan produktivitas kerja aparatur pemerintah merupakan variabel penelitian yaitu, suatu simbol/ lambang yang memiliki nilai. (Kerlinger, 1990: 49). Berdasarkan kerangka pikiran yang telah dikemukakan diatas, maka definisi operasional variabel penelitian ini adalah : 1. Pendidikan dan pelatihan (Diklat) Spama merupakan kegiatan yang diadakan oleh instansi / lembaga organisasi pemerintahan daerah untuk membentuk kepribadian dan sikap, memberikan pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan kepemimpinan, mempunyai kemampuan dalam memberikan bimbingan dalam pelaksanaan pekerjaan, pengelolaan kegiatan serta mempunyai kemampuan dalam pelaksanaan program secara terkoordinasi, tertib, efektif dan efisien. Diklat Spama mengandung dimensi-dimensi antara lain metode, instruktur dan kurikulum. (Siagian P. 1997: 179). 2. Produktivitas menurut pendapat Hadari Nawawi dan Martini Hadari (1994: 248) adalah, berasal dari bahasa Inggris, dengan kata dasar product atau result atau outcome. Kata dasar tersebut berkembang menjadi productive yang berarti menghasilkan, dan kata productivity yang artinya “having the ability to make or create, creative”. Perkataan productivity ini masuk ke dalam bahasa Indonesia menjadi produktivitas yang diartikan sebagai “kekuatan atau kemampuan mengasilkan sesuatu”. Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Pendidikan, Pelatihan Staf dan Pimpinan Administrasi Tingkat Pertama (Diklat Spama)...
Menurut (Paul Mali, 1978: 6-7) mengatakan bahwa produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau meningkatkan hasil barang dan jasa setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien dan efektif. Oleh karena itu produktivitas sering diartikan sebagai rasio antara keluaran dan masukan dalam satuan waktu tertentu. Ada juga pendapat yang berpendapat bahwa produktivitas adalah pendayagunaan sumber daya manusia secara efektif dan efesien. Ketepatan atau keserasian penggunaan metode atau cara kerja dibandingkan dengan alat atau waktu yang tersedia, dalam rangka mencapai tujuan. Ukuran pokoknya adalah penyelesaian volume dan beban kerja yang tepat pada waktunya, dengan mempergunakan sumber daya manusia secara minimal. Secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). (Sedarmayanti, 2001: 57). Yang dimaksud dengan input, ialah semua sumber (resources), yaitu sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses produksi barang atau jasa. Sarana atau sumber-sumber yang digunakan, misalnya: tenaga kerja (man), biaya (money), peralatan atau mesin (machine), cara kerja (method), pemasaran atau pelayanan (market atau service), termasuk dalam hal ini ialah waktu (time). Di samping itu juga penggunaan daripada prasarana mialnya: gedung, alat transpot. Yang dimaksud dengan output ialah hasil produksi yang berwujud barang atau jasa. (Handayaningrat, 1996: 15). Uji Validitas dan Reliabilitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevaliditan/ kesahihan instrumen (Arikunto 1997:160). Sedangkan menurut Ghozali (2001:135) menyatakan uji validitas adalah uji yang dipergunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
dengan nilai r tabel untuk degree of freedom (df) = n – k dalam hal ini n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah konstruk. Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrument penelitian cukup dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto 1997:170). Sedangkan menurut Ghozali (2001:132) menyatakan bahwa reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator dari variabel atau kontruk. Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1. Repeated Measure atau pengukuran ulang. Disini seseorang akan disodori pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda, dan kemudian dilihat apakah ia tetap konsisten dengan jawabannya. 2. One Shot atau pengukuran sekali saja. Disini pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik. Cronbach Alpha (a). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.60 (Ghozali, 2001:133). Metode Analisis Data Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik statistika inferensial. Teknik ini digunakan untuk mengukur pengaruh terhadap masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk menguji sifat signifikansi pengaruh variabel tersebut digunakan uji t dan uji F. pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan peralatan statistika berupa regresi linear berganda dan pengujian data dilakukan dengan program SPSS (Statistical Package for Social Science) Versi 16.0. Untuk menguji besarnya pengaruh Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Spama Terhadap Produktivitas Kerja Aparatur di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Aceh Utara dilakukan dengan menggunakan model statistika berupa regresi linear berganda guna melihat sejauhmana pengaruh variabel bebas 57
Jamaluddin
terhadap variabel terikat. Pengujian dilakukan dengan mengunakan program SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 14.0. Kegunaan persamaan regresi berganda adalah hubungan memperkirakan/meramalkan antara satu variabel tidak bebas dengan beberapa variable bebas, dengan formulasinya sebagai berikut : Y = β0 + β1X1 + β2+X2 + β3X3 + ε Dimana : Y = Produktivitas kerja aparatur pemerintah di Kabupaten Aceh Utara βo = Intersep ( konstanta ) βi = Koefisien regresi atas masing-masing variabel X1 = Metode X2 = Instruktur X3 = Kurikulum Hasil Penelitian Pengujian validitas data dalam penelitian ini dilakukan secara statistik , yaitu dengan menggunakan uji person product moment coefficient of correlation dengan bantuan SPSS. Berdasarkan output komputer, seluruh pernyataan dikatakan valid karena memiliki tingkat signifikan dibawah 5% (0,05). Sedangkan jika dilakukan secara manual, maka nilai korelasi yang diperoleh dari masing-masing pernyataan harus dibandingkan dengan nilai kritis korelasi product moment, dimana hasilnya menunjukkan bahwa semua pernyataan mempunyai nilai korelasi diatas nilai kritis 5% (0,05) yaitu 0,344. Sehingga pernyataan tersebut adalah signifikan dan berarti bahwa data yang diperoleh adalah valid. Pengujian Reliabilitas Alat Ukur Untuk meniali kehandalan kuisioner yang digunakan, maka dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas berdasarkan Cronbach Alpha yang lazim digunakan untuk penelitian dengan menggunakan kuisioner dalam penelitian ilmu sosial. Analisa ini digunakan untuk menafsir korelasi antara skala yang dibuat dengan skala 58
variabel yang ada. Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten. Pengujian ini dilakukan secara statistik, yaitu dengan menghitung besarnya Cronbach Alpha dengan bantuan program SPSS version 14.0. Hasilnya seperti yang terlihat pada tabel 4.8 berikut ini, yang menunjukkan bahwa instrument dalam penelitian ini reliabel (handal) karena nilai alphanya > 0,5 (Malhotra, 1996: 305) Tabel 2 memperlihatkan bahwa nilai alpha untuk masing-masing variabel telah memenuhi kehandalan, dimana variabel Metode (X1) diperoleh nilai alpha sebesar 0,708 atau 70,8%, variabel instruktur (X2) diperoleh nilai alpha sebesar 0,714 atau 71,4%, kurikulum (X3) diperoleh niali alpha sebesar 0,682 atau 68,2%, dan variabel produktivitas kerja aparatur pemerintah (Y) diperoleh nilai alpha sebesar 0,748 atau 74,8%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai alpha untuk masing-masing variabel diatas 5% (0,05) yang berarti bahwa data yang diperoleh dari hasil kuisioner tersebut dapat diandalkan atau bersifat reliabel serta dapat dipercaya. Dari hasil perhitungan statistik dengan menggunakan bantuan program SPSS seperti terlihat pada tabel diatas, maka diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + e Y = 1,823+ 0,165x1 + 0,141x2 + 0,289x3
Dari persamaan regresi di atas dapat diketahui hasil penelitian sebagai berikut : Koefisien korelasi (R) = 0,623; yang menunjukkan bahwa derajat hubungan (korelasi) antara variabel bebas dengan variabel terikat sebesar 62,3%. Artinya produktivitas kerja aparatur pemerintah mempunyai hubungan yang erat dengan metode, instruktur dan kurikulum. Koefisien determinasi (R²) = 0,388; artinya sebesar 38,8% perubahan-perubahan pada variabel terikat (produktivitas kerja aparatur pemerintah) dapat dijelaskan oleh perubahanperubahan variabel bebas (metode, instruktur dan kurikulum). Sedangkan selebihnya, yaitu sebesar Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Pendidikan, Pelatihan Staf dan Pimpinan Administrasi Tingkat Pertama (Diklat Spama)...
Tabel 1 Hasil Uji Validitas No. Pertanyaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Koefisien Korelasi
Nilai Kritis 5% (n=33)
0,380 0,478 0,397 0,616 0,390 0,855 0,346 0,866 0,370 0,639 0,796 0,839 0,874 0,739 0,561 0,628 0,358
0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344 0,344
A1 A2 A3 A4 B1 B2 B3 B4 C1 C2 C3 C3 D1 D2 D3 D4 D5
Sumber: Output SPSS versi 16.0 Tabel 2 Reliabilitas Variabel Penelitian (Alpha) No. 1. 2. 3. 4.
Variabel Metode (X1) Instruktur(X2) Kurikulum (X3) Produktivitas kerja Apratur Pemerintah (Y)
Rata-Rata
Jumlah Variabel
Nilai Alpha
3,92 3,64 4,10 4,01
4 4 4 5
0,708 0,714 0,682 0,748
Sumber: Output SPSS versi 16.0 Tabel 3 Pengaruh Masing-Masing Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat Nama Variabel Konstanta (a) Metode (X1) Instruktur (X2) Kurikulum (X3) Koefisien Korelasi (R) Koefisien Determinasi (R²) Adjusted (R²) Fhitung Ftabel Fsig
B 1,823 0,165 0,141 0,289 = 0,623ª = 0,388 = 0,368 = 19,420 = 2,934 = 0,000ª
Standar Error 0,344 0,113 0,108 0,089
T-hitung
T-tabel
Sig
5,292 1,264 0,000 1.464 1,264 0,147 1,308 1,264 0,194 0,336 1,264 0,002 a. Prediktor (constant) : Metode, instruktur, kurikulum b. Dependent Variabel : Produktivitas kerja aparatur pemerintah.
Sumber: Data Primer, 2011 (diolah)
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
59
Jamaluddin
61,2% dijelaskan oleh faktor-faktor variabel lain diluar dari penelitian ini. Konstanta sebesar 1,823; artinya jika faktorfaktor metode, instruktur dan kurikulum dianggap konstan, maka besarnya produktivitas kerja aparatur pemerintah adalah sebesar 1,823 pada satuan skala likert, atau dianggap masih rendah. Koefisien regresi metode sebesar 0,165. artinya setiap 100% perubahan atau perbaikan pada variabel metode, maka secara relatif akan meningkatkan produktivitas kerja aparatur pemerintah sebesar 16,5%. Koefisien regresi instruktur sebesar 0,141; artinya setiap 100% perubahan atau perbaikan pada variabel instruktur, maka secara relatif akan meningkatkan produktivitas kerja aparatur pemerintah sebesar 14,1%. Koefisien regresi kurikulum sebesar 0,289; artinya setiap 100% perubahan atau perbaikan pada variabel kurikulum, maka secara relatif akan meningkatkan kinerja aparatur pemerintah sebesar 28,9%. Berdasarkan hasil analisis diatas dapat diketahui bahwa dari ketiga variabel yang diteliti, ternyata variabel kurikulum mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap produktivitas kerja aparatur pemerintah, disusul kemudian variabel metode, dan instruktur. Pengujian Hipotesis Seperti yang dikemukakan pada perumusan masalah dan hipotesis, bahwa penelitian ini menganalisis Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Staf Pimpinan Administrasi Tingkat Pertama (Diklat Spama) Terhadap Produktivitas Aparat Pemerintah Kabupaten Aceh Utara, baik secara simultan (bersama-sama) maupun secara parsial (masing-masing). Hasil Uji F (Secara Simultan) Hasil pengujian secara simultan diperoleh Fhitung sebesar 19,420 sedangkan Ftabel pada tingkat signifikansi alpha = 5% (0,05) adalah sebesar 2,934. Hal ini memperlihatkan bahwa Fhitung > Ftabel dengan tingkat probabilitas 0,000. Dengan demikian, dari hasil perhitungan ini dapat diambil suatu keputusan bahwa menerima hipotesis alternatif (Ha) dan menolak hipotesis 60
nol (Ho); artinya bahwa secara bersamasama variabel pendidikan dan pelatihan staf pimpinan yang terdiri dari metode, instruktur dan kurikulum berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja Aparatur Pemerintah Kabupaten Aceh Utara. Hasil Uji t (Secara Parsial) Untuk menguji variabel yang mempunyai pengaruh terhadap produktivitas kerja Aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara, secara parsial (masing-masing) dapat dilihat dari hasil uji t. Dari hasil perhitungan dapat diketahui besarnya thitung untuk masing-masing variabel dengan tingkat kepercayaan atau tingkat signifikansi alpha = 5% (0,05) sebagai berikut: a. Metode Berdasarkan hasil analisis terhadap variabel metode dengan standar profesi diperoleh nilai thitung sebesar 1,464 dan ttabel sebesar 1,264; hasil perhitungan menunjukkan thitung > ttabel dengan tingkat signifikansi sebesar 0,147 atau probabilitas > alpha (0,05). Dengan demikian dapat diputuskan bahwa Ho ditotak dan Ha diterima; artinya variabel metode mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara. b. Instruktur Berdasarkan hasil analisis terhadap variabel instruktur diperoleh nilai thitung sebesar 1.308 dan ttabel sebesar 1,264; hasil perhitungan menunjukkan thitung > ttabel dengan tingkat signifikansi sebesar 0,194 atau probabilitas < alpha (0,05). Dengan demikian dapat diputuskan bahwa Ho ditotak dan Ha diterima; artinya variabel kurikulum mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara. c. kurikulum Berdasarkan hasil analisis terhadap variabel kurikulum diperoleh nilai thitung sebesar 3,160 dan ttabel sebesar 1,264; hasil perhitungan menunjukkan thitung < ttabel dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002 atau probabilitas > alpha (0,05). Dengan demikian dapat diputuskan bahwa Ho ditotak dan Ha diterima; artinya variabel kurikulum mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Pendidikan, Pelatihan Staf dan Pimpinan Administrasi Tingkat Pertama (Diklat Spama)...
produktivitas kerja Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara. Kesimpulan Dari hasil pengujian yang telah diuraikan terhadap permasalahan yangdirumuskan dalam hipotesis penelitian dengan menggunakan uji regresi linier berganda, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil pengujian secara simultan diperoleh Fhisebesar 19,420 sedangkan Ftabel pada tingkat tung signifikansi alpha = 5% (0,05) adalah sebesar 2,934. Hal ini memperlihatkan bahwa Fhitung > Ftabel dengan tingkat probabilitas 0,000. Dengan demikian, dari hasil perhitungan ini dapat diambil suatu keputusan bahwa menerima hipotesis alternatif (Ha) dan menolak hipotesis nol (Ho); artinya bahwa secara bersamasama variabel pendidikan dan pelatihan staf pimpinan yang terdiri dari metode, instruktur dan kurikulum berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja Aparatur Pemerintah Kabupaten Aceh Utara. 2. Berdasarkan hasil analisis terhadap variabel metode dengan standar profesi diperoleh nilai thitung sebesar 1,464 dan ttabel sebesar 1,264; hasil perhitungan menunjukkan thitung > ttabel dengan tingkat signifikansi sebesar 0,147 atau probabilitas > alpha (0,05). Dengan demikian dapat diputuskan bahwa Ho ditotak dan Ha diterima; artinya variabel metode mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara. 3. Berdasarkan hasil analisis terhadap variabel instruktur diperoleh nilai thitung sebesar 1.308
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
dan ttabel sebesar 1,264; hasil perhitungan menunjukkan thitung > ttabel dengan tingkat signifikansi sebesar 0,194 atau probabilitas < alpha (0,05). Dengan demikian dapat diputuskan bahwa Ho ditotak dan Ha diterima; artinya variabel kurikulum mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara. 4. Berdasarkan hasil analisis terhadap variabel kurikulum diperoleh nilai thitung sebesar 3,160 dan ttabel sebesar 1,264; hasil perhitungan menunjukkan thitung > ttabel dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002 atau probabilitas > alpha (0,05). Dengan demikian dapat diputuskan bahwa Ho ditotak dan Ha diterima; artinya variabel kurikulum mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja Aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara. Saran-saran Berdasarkan keterbatasan penelitian yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti memberikan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut: 1. Perlu kiranya dilakukan penelitian yang lebih mendalam terhadap produktivitas kerja aparatur pemerintah, sehingga nantinya akan diperoleh gambaran mengenai keadaan yang sesungguhnya dan diharapkan kinerja aparat pemerintah bisa lebih diefektifkan lagi. 2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk meneliti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja aparatur Pemerintah Di Kabupaten Aceh Utara.
61
Jamaluddin
Referensi Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Penerbit : PT Rineka Cipta. Jakarta. Flippo, Edwin B, 1982. Principles of personal Management. Fifth Edition, by McGraw Hill, Inc. Frederickson. Abad, George, Sucherly. 1986. Peningkatan Produktivitas Organisasi Pemerintah dan Pegawai Negeri. Penerbit : Prisma 12, LP3ES. Jakarta. Gujarati, Damodar, 1999. Ekonometrika Dasar. Alih bahasa, Drs. Ak. Sumarno Zain, MBA. Penerbit : Erlangga, Jakarta. Handayaningrat, Suwarno, 1996. Pengantar Studi lmu administrasi dan Manajemen. Penerbit : PT Toko Gunung Agung, Jakarta. Hersey, Paul and Kenneth H. Blanchard, 1996. Management of Organizational Behavior Utilizing Human Resources. New Jersey: Prentice – Hall, Inc Alih Bahasa, Agus Dharma Ph. D. Airlangga, Jakarta Indriantoro, Nur. dan Bambang Supomo, 1999. Metodologi Penelitian Bisnis, Untuk Akutansi dan Manajemen. Penerbit: BPFE, Yogyakarta. Kantz, Daniel. And Robert L. Kahn, 1984. The Social Psychology of Organizations. 2 ed. New Jersey. Kerlinger. Fred N., 1990. Asa-Asas Penelitian Behavioral. Penerbit : Gajah Mada University Press. (terjemahan) Yogyakarta. Mali, Paul, 1978. Improving Total Productivity, MBO Strategies for Business Government, and Not Profile Organizations, John Wiley & Sons, New York, Chuchester, Brisbane, Toronto. -------------- - John Wiley - Sons. 1981. CMC Management Handbook.
62
Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Budaya Organisasi dan Semangat Kerja Pegawai terhadap Prestasi Kerja Pegawai... Jurnal Visioner & Strategis Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 ISSN: 2338-2864 p. 63-75
Pengaruh Budaya Organisasi dan Semangat Kerja Pegawai terhadap Prestasi Kerja Pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe
The purpose of this study was to examine the influence of organizational culture and morale of the work performance of the Department of Population and Civil Registration Lhokseumawe. The data used in this study are primary and secondary data. Analisisregresi linear regression model used to test the influence of organizational culture and morale of the work performance of the Department of Population and Civil Registration Lhokseumawe simultaneously and partially. Results The study found that the test found the two variables simultaneously organizational culture and morale simultaneously have a significant effect on the performance of the service population and civil registration Lhokseumawe. The result showed a significant R²0.641 organizational culture and employee morale can affect the performance of the service population and civil registration Lhoseumawe City 64,1%, while the remaining 35.9% are influenced by factors outside the study. Likewise with partial test of each variable also affects work performance on the population and civil registry office Lhokseumawe. In particular found Organizational Culture has variable t count of 8.503. Thus t count> t table, ie 8.530> 1.993 with significant value of 0.000 <0.05. Which means partially Organizational culture significantly influence the achievement of work on population and civil registry offices Lhokseumawe.
Mansur
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe
Keywords: Organizational culture, morale, job achievement
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
63
Mansur
PENDAHULUAN Sukses tidaknya suatu organisasi sangat tergantung dari kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh Instansi tersebut, hal ini dikarenakan sumber daya manusia mampu berinteraksi dengan lingkungan kerjanya dalam mengatasi masalah eksternal maupun internal organisasi untuk mencapai keberhasilanbagi tumbuhnya suatu organisasi.Organisasi maupun instansi terbentuk berdasarkan kemampuan pegawai dalam mengelola dan meningkatkan keterkaitan antara pegawai dengan masyarakat sehingga diperoleh peningkatan hasil prestasi kerja dari organisasi tersebut. Munandar (2001 : 263 ), Budaya organisasi merupakan struktur dari fungsi di tempat suatu organisasi beroperasi, berupa peraturan yang menekan, dan merupakan sikap orang–orang dalam berprilaku sehingga bisa diartikan sebagai produk perjanjian psikologis antara individu dengan organisasi. Membahas masalah budaya itu sendiri merupakan hal yang esential bagi suatu organisasi, karena akan selalu berhubungan dengan kehidupan yang ada dalam suatu instansi baik pemerintahan maupun non pemerintah. Budaya organisasi sebagai cerminan dari suatu instansi pemeri ntahan menuntut setiap pegawai mampu meningkatkan secara kuantitas maupun kualitas kerja sesuai dengan prosedur yang berfokus pada tujuan yang hendak dicapai melalui dukungan individu pegawai yakni semangat kerja. Semangat kerja dapat mempengaruhi secara keseluruhan hasil yang dicapai dan merupakan faktor penting selain budaya organisasi. Semangat kerja yang dimiliki oleh setiap pegawai merupakan suatu yang penting diperhatikan oleh setiap instansi terlebih instansi pemerintah yang memiliki tanggung jawab melayani masyarakat sebaik mungkin. Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyaknya pegawai instansi pemerintah yang memiliki pola kerja yang tidak baik sehingga berdampak pada pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Adanya pegawai pemerintah yang masih berkeliaran di luar ketika jam kerja merupakan tantangan bagi setiap kepala dinas yang harus segera di evaluasi dan dicari solusi terbaik guna 64
terciptanya pegawai yang berdedikasi sehingga bermuara pada pelayanan maksimal yang di terima masyarakat. Menurut Nitisemito (2002: 56), mendefinisikan semangat kerja merupakan kondisi seseorang yang menunjang dirinya untuk melakukan pekerjaan lebih cepat dan lebih baik di dalam sebuah perusahaan. Semangat kerja yang tinggi tentu dapat mengurangi angka absensi pegawai atau tidak bekerja karena malas, dengan semangat kerja dapat mempercepat hasil kerja yang lebih baik, serta pihak organisasi juga memperoleh keuntungan dari sudut kecilnya angka kerusakan karena semakin tidak puas dalam bekerja, sebaliknya menurunnya semangat pegawai dalam bekerja, maka akan berdampak pada semakin besarnya angka kerusakan, yang cenderung diakibatkan oleh ketidaktelitian pegawai dalam bekerja sesuai prosedur yang ada. Sebagai salah satu instansi pemerintahan yang memberikan jasa dan pelayanan terhadap masyarakat, dalam melaksanakan tugas setiap pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe sering kali dituntut untuk memberikan jasa dan pelayanan yang baik terhadap masyarakat melalui prestasi kerja yang kondusif bagi berlangsungnya berbagai aktivitas pemerintahan. Disisi lain setiap pegawai juga dituntut untuk bekerja dengan lebih semangat agar mampu melayani publik sesuai dengan harapan lembaga. Pegawai dalam suatu organisasi maupun instansi tidak akan terlepas dari masalah kehidupan sehubungan dengan pekerjaannya dan rekan sekerjanya sehingga menurunkan semangat kerja pegawai yang bersangkutan, terlebih lagi permasalahan budaya yang dimiliki organisasi sebagai nilai atau ideologi belum tentu sesuai dengan penciptaan prestasi kerja. Dengan demikian baik tidaknya budaya organisasi yang ada serta semangat kerja menentukan prestasi kerja yang diberikan oleh pegawai di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kepada organisasi/instansi tersebut. Masih banyaknya kesemrawutan disana sini yang berhubungan dengan budaya organisasi yang tercermin pada prilaku para pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe hal ini menjadi suatu pertanyaan Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Budaya Organisasi dan Semangat Kerja Pegawai terhadap Prestasi Kerja Pegawai...
besar seberapa besarkah penerapan budaya dan bagaimana budaya organisasi yang sejauh ini sudah di terapkan pada instansi tersebut. Tidak hanya pada budaya organisasi, hal yang sangat patut untuk disoroti adalah etos kerja/ semangat kerja yang dimiliki oleh setiap pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe. Tidak dapat dipungkiri bahwa budaya organisasi yang baik akan membentuk pola pikir dan prilaku yang baik bagi setiap individu yang ada di internal organisasi tersebut, sehingga diharapkan dengan pola pikir yang ada akan menumbuhkan semangat kerja yang positif pula yang nantinya akan berdampak pada hasil kerja maksimal yang dihasilkan oleh setiap pegawai.Berdasarkan Uraian diatas, maka yang menjadi Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalahSeberapa besar pengaruh budaya organisasi dan semangat kerja pegawai terhadap prestasi kerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe baik secara parsial maupun simultan. TINJAUAN PUSTAKA Budaya telah menjadi konsep penting dalam memahami masyarakat dan kelompok manusia untuk waktu yang panjang. Kebudayaan diambil dari kata dasar budaya, kebudayaan dalam bahasa inggrisnya culture berasal dari bahasa Latin “Colere” yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, kemudian berkembanglah pengertian kultur sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”. (Ahmadi, 2004:58). Menurut Koentjaningrat (2001:72), budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri sendiri manusia dengan cara belajar. Thomas dan Inkson, (2004) dalam Wibowo (2011:15) menyatakan bahwa budaya terdiri mental program bersama yang mensyaratkan respon individual pada lingkungannya. Definisi tersebut mengandung makna bahwa kita melihat budaya dalam perilaku sehari-hari, tetapi dikontrol oleh mental program yang ditanamkan sangat dalam. Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
Deal dan Kennedy, (2004) dalam Wibowo (2011:15) mendifinisikan budaya sebagai pola terintergrasi dari perilaku manusia termasuk pikiran, pembicaraan, tindakan, dan artifak serta tergantung pada kapasitas orang untuk menyimak, dan meneruskan pengetahuan kepada generasi penerus.Dalam kehidupan sehari-hari seseorang tidak akan terlepas dari lingkungannya. Kepribadian seseorang akan dibentuk pula oleh lingkungannya dan agar kepribadian tersebut mengarah kepada sikap dan perilaku positif tentunya harus didukung oleh suatu norma yang diakui tentang kebenarannya dan dipatuhi sebagai pedoman dalam bertindak. Mengingat budaya organisasi merupakan suatu kesepakatan bersama para anggota dalam suatu organisasi atau perusahaan sehingga mempermudah lahirnya kesepakatan yang lebih luas untuk kepentingan perorangan. Keutamaan budaya organisasi merupakan pengendali dan arah dalam membentuk sikap dan perilaku manusia yang melibatkan diri dalam suatu kegiatan organisasi. Secara individu maupun kelompok seseorang tidak akan terlepas dengan budaya organisasi dan pada umumnya mereka akan dipengruhi oleh keanekaragaman sumber-sumber daya yang ada sebagai stimulus seseorang bertindak. Peran budaya organisasi sangat penting sebagai variabel yang dapat mempengaruhi efektivitas organisasi, budaya organisasi mengacu ke suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggotanya dan yang membedakan antara satu organisasi dengan lainnya. Dari sudut pandang pegawai, budaya memberikan pedoman bagi pegawai akan segala sesuatu yang dilakukan. Menurut Tika (2006:1), Budaya Organisasi merupakan bagian dari manajemen sumber daya manusia dan teori organisasi. Budaya organisasi dalam MSDM, ditemukan saat mengkaji aspek perilaku, sedangkan budaya organisasi dalam teori organisasi, ditemukan mengkaji aspek sekelompok individu yang bekerjasama untuk mencapai tujuan, atau organisasi sebagai wadah tempat individu bekerjasama secara rasional dan sistematis untuk mencapai tujuan.Martin dalam Lako, (2004: 31), berpendapat bahwa budaya organisasi merupakan sensitivitas 65
Mansur
terhadap kebutuhan pelanggan dan karyawan; kemauan untuk menerima resiko; kebebasan atau minat karyawan untuk memberi ide-ide baru; keterbukaan untuk melakukan komunikasi secara bebas dan bertanggung jawab. Budaya organisasi Greenberg dan Baron (2003) dalam Wibowo (2011:17) menyatakan budaya organisasi sebagai kerangka kerja kognnitif yang terdiri dari sikap, nilai-nilai, norma perilaku dan harapan yang diterima bersama oleh anggota organisasi.Marcoulides dan Heck (1993) dalam Brahmasari (2004:16) mengemukakan bahwa budaya organisasi sebagai suatu konsep dapat menjadi suatu sarana untuk mengukur kesesuaian dari tujuan organisasi, strategi dan organisasi tugas, serta dampak yang dihasilkan. Kemudian Susanto (1997:3), mendefinisikan budaya organisasi sebagai suatu nilai-nilai yang menjadi pedoman sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan usaha penyesuaian integrasi ke dalam organisasi, sehingga masing-masing anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana mereka harus bertindak atau berprilaku. Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa Budaya Organisasi merupakan Sistem nilai yang harus dipelajari dan diterapkan untuk pengendalian dengan bentuk sikap dan perilaku untuk kepentingan perorangan atau berkelompok yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Budaya organisasi dalam suatu organisasi yang satu dapat berbeda dengan yang ada dalam organisasi yang lain. Namun, budaya organisasi menunjukkan ciri-ciri, sifat, atau karakteristik tertentu yang menunjukkan kesamaannya. Terminologi yang dipergunakan para ahli untuk menunjukkan karakteristik budaya organisasi sangat bervariasi. Hal tersebut menunjukkan beragam ciri, sifat, dan elemen yang terdapat dalam budaya organisasi. Semangat kerja atau kegairahan kerja timbul dari diri karyawan yang bersangkutan pada saat bekerja. Job-job yang jelas menurut jenjang pendidikan dan keahlian. Bagi setiap perusahaan pada dasarnya mempunyai keinginan untuk selalu berada pada kondisi yang sangat menyenangkan, terlebih apabila suatu pekerjaan membutuhkan 66
konsentrasi penuh. Semangat kerja pada karyawan dipengaruhi oleh kondisi kerja yang menyenangkan dalam instansi pemerintahan. Oleh karena itu, kondisi kerja ini harus benarbenar diperhatikan oleh setiap kepala instansi pemerintahan, karena secara tidak langsung ia dapat menjadi faktor penentu bagi keberhasilan usaha. Semangat kerja, menurut Davis dalam Early (2007) adalah sikap individu dan kelompok terhadap lingkungan kerja mereka dan terhadap kesediaan bekerja sama dengan orang lain secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan mereka yang paling baik demi kepentingan organisasi (dalam kasus ini adalah instansi pemerintahan tempat mereka bekerja). Selain itu, Nawawi dalam Early (2007) berpendapat bahwa semangat kerja akan menyentuh aspek kemauan, kehendak, pikiran,dan sikap dalam melaksanakan pekerjaan. Semangat kerja yang tinggi dan positif merupakan faktor yang berpengaruh pada sikap, berupa kesediaan meweujudkan cara atau metode kerja yang berdaya guna dan berhasil guna dalam meningkatkan produktivitas kerja. Selanjutnya menurut Knowles dalam Taufik (2002: 23), semangat kerja adalah sikap mental dari individuindividu dan kelompok. Menurut Davis dan Newstrom (2004: 165), ada empat aspek yang menunjukkan seseorang tersebut memiliki semangat kerja yang tinggi, yaitu: 1. Kegairahan; 2. Kekuatan untuk melawan frustasi; 3. Kualitas untuk bertahan; 4.Semangat kelompok. Menurut Siswanto (2001) semangat kerja dapat diartikan sebagai suatu kondisi rohaniah atau perilaku individu tenaga kerja dan kelompokkelompok yang dapat menimbulkan kesenangan yang mendalam pada diri tenaga kerja untuk bekerja dengan giat dan konsekuen, sehingga pekerjaan lebih cepat selesai dan lebih baik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja pegawai cukup banyak diantaranya adalah faktor lingkungan, individu, organisasi, komunikasi, pelayanan kesejahteraan karyawan (Siswanto, 1990). Prestasi kerja yang dicapai pegawai merupakan Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Budaya Organisasi dan Semangat Kerja Pegawai terhadap Prestasi Kerja Pegawai...
suatu hal yang sangat penting dalam menjamin kelangsungan hidup organisasi, semangat kerja merupakan faktor pencapaian suatu keberhasilan output yang baik bagi instansi pemerintahan. Menurut Hasibuan (2005) menyatakan bahwa prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang dipengaruhi oleh kecakapan, pengalaman, keterampilan, kesungguhan dan lingkungan kerja itu sendiri. Benardin (1993:379) mengatakan bahwa prestasi kerja merupakan produk yang dihasilkan atas sebuah pekerjaan (aktivitas) pada suatu periode tertentu. Menurut Sastrohardiwiryo (2002) menyatakan bahwa prestasi kerja adalah kinerja yang dicapai seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Menurut Mangkunegara (2000: 67) prestasi kerja secara kualitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Menurut Marwansyah (2000: 103) menjabarkan prestasi kerja adalah sebuah sistem formal untuk memeriksa atau mengkaji dan mengevaluasi prestasi kerja seseorang. Soeprihanto (1998:7) mendefinisikan prestasi kerja pegawai sebagai hasil kerja seorang pegawai selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan. Selanjutnya, Prawirosentono (1992:2) menyatakan bahwa prestasi kerja adalah produktivitas merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang (sekelompok orang) dalam sbuah organisasi sesuai dengan tanggung jawab yang diembannya. Sedangkan pengertian dari pada pekerjaan itu sendiri adalah kegiatan yang membutuhkan berbagai persyaratan kemampuan dan untuk itu biasa pelakunya mendapatkan balas jasa dan kepuasan tertentu. Dalam melaksanakan tugas-tugasi rutin seorang pegawai biasanya terlihat beberapa indikator-indikator yang memperlihatkan bahwa seseorang karyawan mempunyai prestasi kerja yang baik, sebagaimana yang diungkapkan oleh Heidjracman (2000:125) menyatakan bahwa indikator-indikator prestasi kerja pegawai adalah 1) kualitas; 2) kuantitas pekerjaan; 3) Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
kerjasama; 4) kepemimpinan; 5) kehati-hatian; 6) pengetahuan mengenai jabatan; 7) kerajinan; 8) kesetian; 9) dapat tidaknya diandalkan; 10) inisiatif. Sistem penilaian yang dilakukan didalam prestasi kerja memerlukan beberapa faktor dasar yang dijadikan pegangan didalam menilai prestasi kerja pegawai. Untuk itulah suatu perusahaan/ instansi pemerintahan hendaknya terlebih dahulu menetapkan beberapa faktor yang diperlukan dalam upaya terciptanya penilaian prestasi kerja yang tepat dan benar. Dengan adanya penilaian prestasi kerja ini diharapkan dapat menghasilkan prestasi kerja yang lebih baik dan rasa puas dipihak karyawan/pegawai maupun perusahaan. Apabila prestasi kerja rendah, maka hal ini mungkin merupakan hasil dari pelaksanaan pendelegasian wewenang yang tidak baik atau karena kemampuan yang rendah. Oleh karena itu penting untuk menentukan faktor-faktor yang menyebabkan prestasi kerja rendah tersebut. Menurut Rao (1996:89) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja karyawan yaitu: Kemampuan merencanakan; Kemampuan berorganisasi; Koordinasi; Kepemimpinan dan Dinamika; Inisiatif; Kepandaian mencari akal; kreativitas dan daya khayal; Pengembangan dan daya khayal; Sumbangan kepada semangat kelompok; Kemampuan analitis; Pendelegasian wewenang; Hubungan masyarakat; Sosialitas; Kepercayaan kepada diri sendiri; Pengambilan keputusan; Kerjasama; Fleksibelitas; Penyelesaian masalah; Pengambilan resiko; Kemampuan memotivasi bawahan; Memanajemeni konflik; Keterampilan komunikasi (lisan dan tulisan); Keuletan; Kerja Keras. Sedangkan menurut Martoyo (2000:87) untuk dapat meningkatkan prestasi kerja perlu di perhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu motivasi, kepuasan kerja, tingkat stress, kondisi fisik pekerjaan, sistem kompensasi, aspek-aspek ekonomi, aspek-aspek teknis, dan perilaku lainnya. Namun menurut Hasibuan (2002:117) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja adalah kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan. Dengan adanya penilaian prestasi kerja diharapkan dapat memacu setiap karyawan/ 67
Mansur
pegawai untuk lebih meningkatkan prestasinya dalam bekerja, sehingga nantinya juga akan berdampak pada kinerja instansi itu sendiri. Suatu penilaian prestasi yang baik adalah penilaian yang dilaksanakan secara objektif dan periodik. Penilaian yang dilakukan hendaknya berpegang pada prinsip yang benar dan terbuka. Dengan maksud agar apa yang diinginkan dari suatu penilaian prestasi dapat dicapai dan memungkinkan terciptanya hubungan yang harmonis antara instansi dengan pegawai. Sehingga diharapkan dapat memberikan keuntungan yang berarti bagi kedua belah pihak. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel independen yang digunakan untuk mempengaruhi variabel terikat. Variabel (Budaya organisasi) yang terdiri dari Inovasi, stabilitas, orientasi pada orang, orientasi pada hasil, bersikap tenang, dan orientasi pada kalaborasi merupakan aspek yang sangat penting didalam suatu budaya organisasi, dan Variabel (Semangat Kerja) yang terdiri dari minat, gaji/upah, status sosial pekerjaan, suasana kerja dan tujuan pekerjaan merupakan faktor pencapaian suatu keberhasilan didalam instansi pemerintahan. Budaya Organisasi (X1)
Uji t
Uji F Semangat Kerja (X2)
Prestasi Kerja (Y)
Uji t
Gambar 1
Berdasarkan gambar kerangka berfikir diatas dapat diberikan penjelasan sebagai berikut: 1. Variabel prestasi kerja sebagai variabel terikat (dependentvariabel) dilambangkan dengan Y. Variabel ini adalah variabel Y terpengaruhi oleh variabel bebas (dependent variabel). 2. Variabel Budaya Organisasi sebagai variabel bebas (independent variabel) pertama yang dilambangkan X1. Variabel yang mempengaruhi variabel terikat. 3. Variabel Semangat Kerja sebagai variabel bebas (independent variable) kedua yang dilambangkan X2. Variabel yang mempengaruhi variabel terikat. 68
Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara yang akan dibuktikan kebenarannya dalam suatu penelitian. Berdasarkan fenomena dan dari landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat ditarik suatu hipotesis: Ho1 : Diduga Budaya Organisasi dan Semangat kerja pegawai tidak berpengaruh signifikan terhadapPrestasi kerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe. Ha1: Diduga Budaya Organisasi dan semangat kerja pegawai berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe. Ho2 : Diduga Semangat Kerja pegawai bukan faktor yang dominan berpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe. Ha2 : Diduga Semangat Kerja pegawai merupakan faktor yang dominan berpengaruh terhadap Prestasi kerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe.
METODEOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe, objek penelitian yaitu pegawai yang bekerja pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tersebut. Dalam melaksanakan penelitian selalu dihadapkan pada sumber data tertentu yang diharapkan dapat memberi hak informasi dan keterangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun sumber data dalam penelitian sering disebut dengan populasi penelitian. Sudjana (2002:6) dalam bukunya mengatakan bahwa populasi adalah “Totalitas semua nilai Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Budaya Organisasi dan Semangat Kerja Pegawai terhadap Prestasi Kerja Pegawai...
yang mungkin hasil menghitung atau apapun pengukuran kuantitatif maupun kuallitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas ingin dipelajari sifat-sifatnya”. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil sebanyak 60 orang, yang terdiri dari pegawai PNS sebanyak 20 orang dan pegawai honorer sebanyak 40 orang (sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, 2012). Menurut Sugiyono (2005:55) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilki oleh populasi tersebut. Dalam penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik sensus sampling yaitu metode penentuan sampel bila seluruh anggota populasi digunakan sebagai sampel (Jogiyanto, 2005:79). Hal ini sering dilakukan bila populasi relatif kecil. Dan dalam penelitian ini yang di jadikan sampel adalah keseluruhan jumlah populasi pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Lhokseumawe sebanyak 60 orang. Dalam penelitian ini jenis dan sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. a. Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber atau objek penelitian, pada penelitian ini yaitu pegawai negeri sipil dan honorer Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Lhokseumawe. Data primer diperoleh langsung melalui penyebaran koisoner dan melalui tatap muka. b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari tinjauan kepustakaan melalui literatur, jurnal - jurnal penelitian dan situs internet yang dapat memberikan imformasi sesuai dengan permasalahan penelitian. Untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan penelitian ini maka teknik pengumpulan data yang penulis lakukan sebagai berikut: a. Kuisioner yaitu dengan mengajukan seperangkat pertanyaan-pertanyaan yang dijawab oleh pihak-pihak narasumber.Dalam penelitian ini yaitu pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe. Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
b. Penelitian Kepustakaan(librari research) dilakukan untuk memperoleh literatur yang relevan dengan permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini. Selain itu, juga dipelajari data-data yang terdapat dalam Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang menggambarkan Budaya Organisasi dan Semangat Kerja berpengaruh terhadap Prestasi Kerja. Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Budaya organisasi (X1), yaitu sebagai kerangka kerja kognnitif yang terdiri dari sikap, nilai-nilai, norma perilaku dan harapan yang diterima bersama oleh anggota organisasi. 2. Semangat kerja (X2), yaitu sikap individu dan kelompok terhadap lingkungan kerja mereka dan terhadap kesediaan bekerja sama dengan orang lain secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan mereka yang paling baik demi kepentingan organisasi. 3. Prestasi kerja (Y), yaitu hasil kerja yang dicapai seseorang, atas tugas-tugasnya yang dibebankan kepadanya yang dipengaruhi oleh kecakapan, pengalaman, keterampilan, kesungguhan dan lingkungan kerja itu sendiri. Dalam menganalisa data yang telah dikumpulkan dari hasil penelitian metode yang penulis gunakan adalah metode kuantitif dengan melakukan analisa terhadap pokok permasalahan baik dengan menggunakan pemikiran-pemikiran logis maupun menggunakan pendekatan teoritis, kemudian selanjutnya dapat ditarik kesimpulan. Adapun model analisis data yang dipergunakan adalah analisis Regresi Linier Berganda. Menurut Umar (2003:126) persamaan umum regresi linear berganda dari data pengamatan biasanya tidak hanya disebabkan oleh sutu variabel, data hasil pengamatan Y dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas X1,X2,X3,.... Xn. Sesuai dengan model regresi tersebut, maka model yang dijabarkan sesuai dengan pendapat Umar (2003) yaitu Y=a + b1X1 + b2X2 .... + bkXk. Penulis menggunakan rumus regresi linier berganda untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara variabel, budaya organisasi (X1), semangat kerja (X2) terhadap variabel prestasi kerja (Y). 69
Mansur
Persamaan regresi linier berganda untuk penelitian ini adalah : Y = a + b1X1+b2X2+e Dimana Y = Pretasi Kerja X1 = Budaya Organisasi X2 = Semangat Kerja a = Konstanta, yaitu nilai taksir Y pada saat X=0 b1 = Koefisien Regresi budaya organisasi b2 = Koefisien Regresi semangat kerja e = Kesalahan Penganggu (Error Term) Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidtan/ keabsahan instrumen (Arikunto, 2002:160). Sedangkan menurut Ghozali (2005:135) menyatakan uji validitas adalah uji yang dipergunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan datang diukur oleh kuisioner tersebut. Dimana seluruh pertanyaan dinyatakan valid dengan membandingkan r-hitung dengan r-tabel. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dalam menguji kehandalan (reliabilitas) dapat dipergunakan pengujian Cronbach Alpha, yaitu menafsirkan kolerasi antara skala yang dibutuhkan dengan semua skala variabel yang ada. Ukuran reliabilitas dianggap handal berdasarkan pada koefisien alpha 0,50 (Rangkuty, 2000:27). Jika derajat kehandalan data lebih besar dari koefisien alpha, maka hasil pengukuran dapat dipertimbangkan sebagai alat ukur dengan tingkat ketelitian dan konsistensi pemikiran yang baik. Menurut Ghozali (2005) Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yaitu distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal. Pedoman pengambilan keputusan dengan uji 70
Kolmogorov-Smirnov tentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal dapat dilihat dari: a. Nilai signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal. b. Nilai signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal. Mulitikoliniaritas adalah adanya satu hubungan yang sempurna (mendekati sempurna) antara beberapa atau semua variabel bebas (independen). Sehingga multikoliniaritas itu sendiri bertujuan untuk mengetahui sempurna (mendekati sempurna) tidak semua variabel bebas. Apabila dalam regresi berganda terdapat dua variabel bebas yang multikoliniaritas sempurna, maka taksiran parameternya tidak dapat ditentukan, dan kesalahan baku menjadi besar tak terhingga. Untuk mengetahui bagaimana mendeteksi ada tidaknya multikoliniaritas yaitu kolerasi antara dua variabel bebas lebih tinggi dibandingkan kolerasi salah satunya kedua kolerasi bebas tersebut dengan variabel terikat (Pindyck dan Rubinfeld, 2000:89). Pengujian multikoliniaritas dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance atau lawannya variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan bahwa setiap variabel bebas sama dengan VIF tinggi (VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya multikoliniaritas yang tinggi. Pada umumnya nilai cut offyang umum dipakai adalah nilai tolerance 0.10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10 (Ghozali, 2005:57 Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apabila kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya (Hanke dan Reitsch, 2008:259). Artinya setiap observasi (pengamatan) mempunyai reliabilitas yang berbeda akibat perubahan dalam kondisi yang Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homokedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Untuk mengetahui terdapatnya heteroskedastisitas peneliti melakukan dengan melihat grafik Scaterplotantara lain variabel dependen (ZPRED) dengan residual (ZRESID). Untuk Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Budaya Organisasi dan Semangat Kerja Pegawai terhadap Prestasi Kerja Pegawai...
mengetahui ada tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplotantara ZPRED dan ZRESID, yaitu sumbu Y adalah yang diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang distudentized. Dasar pengambilan keputusan (Santoso, 2002:210) adalah jika pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka terdapat situasi heterokendastisitas dan jika pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi situasi heterokendastisitas. Sesuai dengan metode analisis yang penulis uraikan diatas, maka pengujian hipotesisnya adalah sebagai berikut: Uji t dilakukan untuk menentukan tingkat pengaruh setiap variabel X secara individu terhadap variabel Y. Pengujian ttest, jika hasil penelitian olahan data dijumpai nilai thitung> ttabel maka hipotesis alternatih (Ha) diterima, sebaliknya jika thitung < ttabel maka penilitian (Ho) dan menolak Ha. Sedangkan uji F guna menentukan tingkat pengaruh secara keseluruhan terhadap variabel Y pada tingkat keyakinan (level of significant) sebesar 95%. Pengujian hipotesis dengan uji F dilakukan dengan membandingkan antara Fhitung dengan Ftabel. Apabila Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. HASIL PENELITIAN Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa 42 orang atau 70% responden berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 18 orang atau 30% responden berjenis kelamin perempuan. Karakteristik berdasarkan umur diketahui bahwa sebanyak3 orang atau 5% responden berumur antara 20-25 tahun, sebanyak 24 orang atau 40% responden berumur antara 25-30 tahun, sebanyak 13 orang atau 21,7% responden berumur 30-35 tahun, sebanyak 20 orang atau 33,3% responden berumur >35tahun. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir diketahui bahwa sebanyak 1 orang atau 1,7% responden berpendidikan SMP, sebanyak 17 orang atau 28,3% responden berpendidikan SMA, sebanyak 13 orang atau 21,7% responden Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
berpendidikan diploma, sebanyak 28 orang atau 46,7% berpendidikan sarjana (S1) dan sebanyak 1 orang atau 1,7% berpendidikan pascasarjana (S2). Karakteristik responden berdasarkan pendapatan perbulam diketahui bahwa sebanyak 15 orang atau 25% responden memiliki pendapatan perbulan < 1.000.000. Sebanyak 19 orang atau 31,7% memiliki pendapatan perbulan 1.000.000-2.000.000., sebanyak 7 orang atau 11,7% memiliki pendapatan 2.000.000-3.000.000 dan 19 orang atau 31,2% responden memiliki pendapatan perbulan sebesar >3.000.000. Uji signifikansi pada uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai Corrected ItemTotal Correlation pada setiap butir pertanyaan dengan nilai r tabel. Jika nilai Corrected ItemTotal Correlation (r hitung) > nilai r tabel dan nilainya positif, maka butir pertanyaan pada setiap variabel tersebut dinyatakan valid. Dan sebaliknya jika nilai Corrected Item-Total Correlation (r hitung) < nilai r tabel dan nilainya negatif, maka butir pertanyaan pada setiap variabel tersebut dinyatakan tidak valid (Ghozali, 2001). Penentuan nilai r tabel adalah jumlah N= 44, maka nilai r tabel adalah (df) = n-k-1= 44-1-1= 42 pada tingkat signifikansi 0,05 maka ditemukan nilai r tabel berdasarkan tabel korelasi product moment adalah 0,304. Dari hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai Corrected Item-Total Correlation (r hitung) untuk setiap masing-masing variabel lebih besar dari 0,304 (r tabel) dan nilainya positif, hal ini sesuai dengan pendapat Ghozali (2001) yang menyatakan bahwa jika nilai Corrected Item-Total Correlation (r hitung) > nilai r tabel dan nilainya positif, maka butir pertanyaan pada setiap variabel tersebut dinyatakan valid. Namun terdapat satu variable pertanyaan yang memiliki nilai di bawah 0,304 hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh pertanyaan pada poin posisi dan jabatan kerja dimana diketahui bahwa hanya terdapat beberapa orang saja yang memiliki posisi dan jabatan yang diatas rata-rata pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe, namun demikian secara keseluruhan pertanyaan penelitian ini dinyatakan 71
Mansur
valid dan instrumen ini dapat digunakan dalam penelitian ini. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan one shoot atau pengukuran sekali saja. suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach alpha> 0,60 (Ghozali 2001:133). Dari hasil penelitian memiliki nilai Cronbach alpha lebih besar dari 0,60 yang berarti bahwa data yang diperoleh dari hasil kuisioner tersebut dapat diandalkan atau bersifat reliabel serta dapat dipercaya. Dalam penelitian ini peneliti melakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Pedoman pengambilan keputusan dengan uji Kolmogorov Smirnov. Dari hsil pengolahan data diperoleh nilai normalitas Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 1,222 dengan nilai signifikansi 0,101> 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa datadata yang digunakan dalam variabel penelitian terdistribusi normal dan dapat digunakan dalam penelitian. Untuk menguji apakah terdapat interkorelasi yang sempurna diantara beberapa variabel bebas yang digunakan dalam persamaan regresi digunakan uji multikoleniearitas. Uji multikoleniearitas menggunakan nilai tolerace dan VIF (Varian Inflation Factor). Apabila tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10, maka dikatakan terjadi multikoleniearitas. Hasil uji multikoleniearitas menunjukkan tidak ada satu variabel yang memiliki nilai VIF > 10 (X1 sebesar 1.443 dan X2 sebesar 1.443) dan nilai tolerance juga menunjukkan tidak ada satu variabel bebas yang memiliki nilai tolerance< 0,10 (X1 sebesar 0,693 dan X2 sebesar 0,693). Hasil ini menandakan bahwa model regresi yang dihasilkan tidak terjadi multikoliniearitas dan baik untuk digunakan. Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apabila kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya (Hanke dan Reitsch, 2008:259). Untuk mengetahui terdapatnya heteroskedastisitas dapat dilihat pada grafik Scaterplotantara lain variabel 72
dependen (ZPRED) dengan residual (ZRESID) yaitu sebagai berikut :
Gambar 2. Scatterplot Untuk Uji Heteroskedastisitas
Gambar di atas memperlihatkan bahwa titiktitik yang berada pada grafik scatterplot tidak membentuk suatu pola yang jelas, dan cenderung menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas padaprestasi kerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe. Untuk menguji besarnya pengaruh budaya organisasi dan semangat kerja terhadap prestasi kerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe, penelitian ini menggunakan rumus regresi linier berganda. Berdasarkan hasil regresi linier berganda diperoleh hasil seperti terlihat pada Tabel 1. Berdasarkan dari hasil pada Tabel 1 maka dapat diambil persamaan garis regresi linier berganda yakni Y=1,667 + 0,627X1 + -0,017X2 dan pada persamaan tersebut maka dapat diartikan bahwa prestasi kerja dipengaruhi oleh budaya organisasi sebesar 0,627 atau 62,7% dan semangat kerja sebesar -0,017 atau -1,7%pada konstanta 1,667. Hasil dari koefisien regresi untuk variabel budaya organisasi sebesar 0,627. Nilai koefisien (b1) sebesar 0,627 yang berarti jika nilai budaya organisasi (X1) meningkat sebesar 1%, maka akan diikuti dengan meningkatnya prestasi kerja sebesar 0,627 atau 62,7% pada konstanta 1.667. Hasil sebaliknya akan terjadi pada variabel semangat kerja, dari koefisien regresi untuk variabel semangat kerja sebesar -0,017. Nilai koefisien (b2) sebesar -0,017 yang berarti jika Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Budaya Organisasi dan Semangat Kerja Pegawai terhadap Prestasi Kerja Pegawai...
Tabel 1 Hasil Regresi Pengaruh budaya organisasi dan semangat kerja terhadap prestasi kerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe Unstandardized Coefficients B
Model 1
(Constant) Budaya organisasi Semangat kerja
Std. Error
1.667 .627 -.017
.320 .074 .095
Standardized Coefficients Beta
T .810 -.017
Sig. 5.214 8.503 -.177
.000 .000 .860
Tabel 2 Model Summary
Model 1
R R Square a .801 .641
Adjusted R Std. Error of Square the Estimate .629 .29717
nilai semangat kerja (X2) meningkat sebesar 1%, maka akan diikuti dengan menurunnya prestasi kerjasebesar 0,017 atau 1,7% pada konstanta 1,667. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang positif antara budaya organisasi terhadap prestasi kerja dan hubungan yang negatif antara semangat kerja dengan prestasi kerja. Dengan dibuktikan secara parsial dengan uji t maupun secara simultan yang dibuktikan dengan uji F dimana dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh antara budaya organisasi dansemangat kerja terhadap prestasi kerja.Untuk melihat besarnya hubungan pengaruh antara budaya organisasi dansemangat kerja terhadap prestasi kerja, dapat dilakukan dengan melihat nilai koefisien korelasi (R). Berikut adalah hasil Tabel Model Summary. Berdasarkan Tabel 2 diatas ditemukan nilai koefisien korelasi (R) bahwa variabel budaya organisasi dan semangat kerja memiliki hubungan terhadap prestasi kerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil KotaLhokseumawe sebesar 0,801 atau 80,1%. Hal ini berarti derajat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen tinggi. Menurut Djarwanto (1996 : 169) jika koefisien korelasi bernilai 0,70 sampai mendekati 1,00 (plus atau minus) menunjukkan derajat hubungan yang tinggi. Koefisien korelasi lebih besar dari 0,40 sampai dibawah 0,70 (plus atau minus) menunjukkan derajat hubungan yang Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
DurbinWatson 2.389
sedang. Apabila koefisien korelasinya diatas 0,20 sampai dibawah 0,40 (plus atau minus) menunjukkan derajat hubungan yang rendah atau lemah.Sedangkan nilai koefisien determinasi (Adjusted R12) sebesar 0,641. Hasil ini berarti budaya organisasi dan semangat kerja mampu mempengaruhi prestasi kerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe sebesar 64,1%. Sedangkan sisanya 35,9% (100%-64,1%) dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini apakah variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat, maka digunakan beberapa pengujian yaitu: Uji Simultan (Uji-F) UjiF dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen berpengaruh secara simultan atau serempak terhadap variabel dependen secara statistik atau tidak. Pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan kriteria keputusan jika F hitung > F tabel pada α = 0,05 dengan taraf kepercayaan 95% maka menolak Ho 1 dan menerima Ha1. Dan sebaliknya jika F hitung < F tabel pada α = 0,05 maka menerima Ho 1 dan menolak Ha1. Berdasarkan hasil pengujian secara simultan diperoleh nilai F hitung sebesar 50,989 dengan nilai signifikan sebesar 0.000 pada taraf kepercayaan 95%. Sedangkan F tabel df2 = n-k (60 – 3 = ) dan df1 = k- 1 (3 – 1 = 2) diperoleh nilai sebesar 4.7374 pada α = 0,05. Dengan demikian 73
Mansur
F hitung > F tabel , yaitu 50,989> 4.7374 dan nilai signifikan < 0.05. Maka keputusanya adalah menolak Ho 1 dan menerima Ha1, yang berarti secara simultan atau serempak budaya organisasi dan semangat kerja berpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe Uji Parsial (Uji-t) Uji-t dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh variabel independen secara parsial atau individual terhadap variabel dependen secara statistik atau tidak. Pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan kriteria keputusan jika thitung > ttabel pada α = 0,05 dengan taraf kepercayaan 95% makan menolak Ho 1 dan menerima Ha1. Dan sebaliknya jika thitung < ttabel pada α = 0,05 maka menerima Ho1 dan menolak Ha1. Dari hasil pengujian secara parsial atau individual dapat ditunjukkan bahwa variabel budaya organisasi memiliki nilai t hitung sebesar 8,503 dengan nilai signifikan 0.000, sementara nilai t tabel dengan df = n-k (60 - 3 = 57) pada α =0.05 diperoleh nilai sebesar 1.993. Dengan demikian thitung > ttabel, yaitu 8,530> 1.993 dengan nilai signifikan 0.000< 0.05. Maka keputusannya adalah menolak Ho1 dan menerima Ha1. Yang berarti secara parsial atau individual budaya organisasi berpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe. Variabel semangat kerja memiliki nilai t hitung sebesar 0,177 dengan nilai signifikan 0.860, sementara nilai t tabel dengan df = n-k (60 - 3 = 57) pada α =0.05 diperoleh nilai sebesar 2,8412 Dengan demikian t hitung < t tabel , yaitu 0,177 <2,8412 dengan nilai signifikan 0.860> 0.05. Maka keputusannya adalah menolak Ha dan menerima Ho. Yang berarti secara parsial atau individual semangat kerja tidakberpengaruh terhadap prestasi kerja pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe.
74
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa Variabel Budaya Organisasi(X1) dan Semangat Kerja (X2), memiliki hubungan terhadap prestasi kerja pegawai (Y) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe, sebesar 0,801 atau 80,1%. Variabel yang dominan mempengaruhi prestasi kerja adalah variabel budaya organisasi (X1). Untuk melihat pengaruh Budaya Organisasi (X1) terhadap prestasi kerja (Y) Pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe, dapat dilihat pada tabel 4.7 dimana diketahui variabel budaya organisasi mempengaruhi prestasi kerja sebesar sebesar 0,627. Saran 1. Perlu kiranya dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja pegawai baik itu dari faktor budaya organisasi maupun semangat kerja pegawai yang nantinya akan meningkatkan kinerja karyawan sehingga nantinya akan diperoleh gambaran mengenai keadaan yang sesungguhnya dan diharapkan agar dapat meningkatkan kualitas kinerja yang lebih baik lagi bagi setiap pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe. 2. Disamping itu kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih memperluas lagi variabel-variabel yang akan diteliti. 3. Bagi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, diharapkan dengan adanya pengelolaan budaya organisasi yang baik maka akan memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas kinerja terutama dalam hal mengoperasikan sistem kerja yang lebih efektif dan efisien bagi setiap pegawai pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lhokseumawe
Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Budaya Organisasi dan Semangat Kerja Pegawai terhadap Prestasi Kerja Pegawai...
Referensi Arikunto, Suharsimi (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praket. Rineka Cipta, Jakarta. Davis, Keith ; Newstrorm, J.W (2004), Perilaku Dalam Organisasi, Erlangga, Jakarta. Ghozali, Imam (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. BP-UNDIP. Semarang. Hasibuan, S.P. Melayu (2002) Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta. Jogiyanto (2005) Metodologi Penelitian Bisnis, Fakultas Ekonomi ; Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Koentjaningrat (2001), Pengantar Antropologi, Jakarta, Rineka Cipta. Mangkunegara (2005), Perilaku dan Budaya Organisasi, Penerbit PT Refika Aditama – Bandung. Munandar & Wutun (2004). Pengaruh praktek Manajemen Sumber Daya Manusia Terhadap Budaya Organisasi dan Kinerja Perusahaan. Penelitian Universitas Airlangga, Surabaya. Nitisemito (2002), Pengertian Semangat Kerja, http://www.informasiku.com/2011/04/semangatkerja-definisi-dan-aspeknya.html. Diakses pada tanggal 21 maret 2012. Pindyck, R.S. dan Rubinfeld, D.L (2000). Mikro Ekonomi. PT. Indeks. Jakarta Priyonto Lako (2004), Hubungan Kepemimpinan, Budaya, Strategi dan Kinerja; Pendekatan konsep, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang. Rangkuty (2000). Statistika Teori dan Aplikasi. Erlangga, Jakarta. RAO, T.V. (1996). Penilaian Prestasi Kerja, PT. Karya Unipress ; Jakarta. Santoso, S (2002). Buku Latihan SPSS Statistik Paramtrik, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Sastrohardiwiryo (2002),Pengaruh Motivasi dan Kepuasan Kerja terhadap Prestasi Kerja. http// www.ebookfreetoday.com/viewpdf.php?bt: Pengaruh motivasi-dan-kepuasan-kerja-terhadapprestasi kerja. Diakses pada tanggal 22 maret 2012. Siswanto (2001) Aspek-Aspek Semngat Kerja http:/ /www.masbow.com/2009/12/ semangat-kerjapengertian-aspek-dan.html.Diakses pada tanggal 21 maret 2012. Sudjana (2002), Metode statistika, Cetakan Ulang, Edisi Keenam, Penerbit PT. Tarsito, Bandung. Sugiyono (2004) Statistika Penelitian, Alfabeta ; Bandung. Susilo, Martoyo (2000) Manajemen Sumber daya manusia, Edisi Ketiga, Penerbit BPFE : Yogyakarta. Taufik (2002), Korelasi dan Analisi Regresi Ganda, Penerbit Nur Cahaya, Yogyakarta. Tika (2006), Budaya Organisasi dan Manajemen Sumber daya Manusia, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Umar, Husein (2003). Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT Gramedia Pustaka Utama Bekerjasama dengan Jakarta Business Research Center (JBRC), Jakarta. Wibowo (2011), Budaya Organisasi, cetakan II, edisi pertama, PT. RAJAGRAFINDO PERSADA. Jakarta.
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
75
Mansur
76
Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Ratio Keuangan terhadap Modal Kerja Perbankan di Indonesia
Jurnal Visioner & Strategis
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 ISSN: 2338-2864 p. 77-85
Perbandingan Kinerja Cash Flow Perusahaan Textile dan Garment Sebelum dan Sesudah Krisis Keuangan Global yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
This study aims to compare cash flows Manufacturing Companies Listed on the Stock Exchange before and after the financial crisis global. The population of this study are all companies listed Indonesian Stock Exchange securities, amounting to as many as 398 companies engaged in the textile and garment sector. Variable used is the operating cash flow, investment cash flow, cash flow financing and cashflow at the end of the year. Technique of data analysis through comparative analysis. Hypothesis testing is performed using Paired-Sample T-Test with α = 5%. Data processing was performed using SPSS. The results showed that there was no significant difference between cash flow periods before and after the global crisis. Significance value (2-tailed) all variables in this study is greater than the limit specified probability is equal to 0.05.
Marzuki
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe
Keywords: Performance, operation cash flow, cash flow financing
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
77
Marzuki
Pendahuluan Untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan dibutuhkan jumlah kas yang mencukupi, jika perusahaan tidak memiliki cadangan kas yang mencukupi, maka itu akan sangat menghambat operasional perusahaan. Tingkat likuiditas suatu perusahaan juga dapat diukur dari ketersediaannya kas pada perusahaan. Kas tidak hanya diartikan sebagai dana tunai yang dimiliki oleh perusahaan tetapi kas juga dapat berupa surat-surat berharga lainnya yang dapat diuangkan. Kebutuhan akan Kas untuk membiayai operasional perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap. Tanpa adanya kas yang memadai sulit bagi perusahaan untuk dapat menjalankan usahanya dengan stabil. Semakin besar kas yang dimiliki oleh perusahaan maka kestabilan usaha yang dijalankan juga akan semakin baik. Untuk mengelola kas dengan baik perusahaan membutuhkan suatu pencatatan terhadap kas masuk maupun kas keluar yang diringkas melalui laporan arus kas (Statements of cash flow). Laporan arus kas pada perusahaan sangat dibutuhkan untuk mengawasi arus kas masuk (cash inflow) maupun arus kas keluar (cash outflow) perusahaan, agar pengunaan dana yang terdapat pada perusahaan dapat digunakan secara efisien. Penyusunan arus kas perusahaan merupakan analisa yang sangat penting yang digunakan oleh mereka berkepentingan terhadap masalah keuangan perusahaan, sebagai alat pembantu pengambilan keputusan yang rasional. Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang mengelola bahan baku untuk menjadi barang siap pakai atau barang jadi. Sebagian besar produksi yang dihasilkan oleh perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia ditujukan untuk memenuhi pasar luar negeri (ekspor). Salah satu produksi manufaktur yang menjadi produksi ekspor keluar negeri adalah textile Landasan Teoritis Menurut Riyanto (2001:86) Makin besar 78
jumlah kas yang ada dalam perusahaan berarti makin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Laporan arus kas merupakan suatu catatan yang menggambarkan arus masuk dan keluar kas yang terjadi sesudah periode anggaran. Laporan arus kas digunakan untuk mengontrol dan mengawasi aliran kas pada perusahaan. Dengan adanya laporan arus kas para stakeholder dapat mengetahui ikhtisar perubahan kas yang terjadi. Laporan arus kas melaporkan penerimaan dan pengeluaran tunai oleh perusahaan dalam suatu periode. Horngren, Sunclem Elliot (2000:69). Harahap (2006:257) Laporan arus kas memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan. Menurut Munawir (2000:194) laporan sumber dan penggunaan kas (aliran kas) adalah perubahan kas sesudah satu periode dan memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukan dari mana sumber dan penggunanpenggunaannya.Menurut Brigham dan Houston (2001:47) Arus kas adalah arus kas masuk operasi dengan pengeluaran yang dibutuhkan untuk mempertahankan arus kas operasi dimasa mendatang. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa setiap arus kas yang masuk (cash inflow) maupun keluar (cash outflow) yang menggambarkan penerimaan ataupun pengeluaran perusahaan tunai yang dilakukan oleh perusahaan untuk membiayai operasional perusahaan sesudah satu periode anggaran terctatat pada laporan arus kas. Laporan arus kas memberi alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukan dari mana sumber dan penggunan-penggunaannya. Selain itu laporan arus kas menyediakan informasi yang relevan terhadap penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan yang dapt digunakan bagi pihakpihak yang membutuhkan informasi tersebut. Ada beberapa hal yang dapat dilihat dari perubahan arus kas yang terjadi pada suatu periode anggaran pada perusahaan. Perubahanperubahan itu menimbulkan efek membesar atau mengecilnya kas pada suatu perusahaan. Setiap perusahaan dalam menjalankan operasi usahanya akan mengalami arus masuk kas (cash inflows) dan arus keluar (cash outflows). Apabila Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Ratio Keuangan terhadap Modal Kerja Perbankan di Indonesia
arus kas yang masuk lebih besar dari arus kas yang keluar maka hal ini akan menunjukkan positive cash flows, dan sebaliknya apabila arus kas masuk lebih sedikit daripada arus kas keluar maka arus kas yang tejadi akan negative cash flows. Laporan arus kas merupakan salah satu laporan keuangan pokok yang dibutuhkan dalam setiap laporan keuangan suatu perusahaan yang berguna untuk memberikan informasi mengenai arus kas masuk dan arus kas keluar pada periode tertentu. Menurut Pakpahan ( 2009 ) Sebagai bahagian dari laporan keuangan, laporan arus kas merupakan alat komunikasi artinya bahwa laporan arus kas adalah suatu alat yang digunakan untuk mengkomunikasikan kas dari suatu perusahaan tersebut. Dengan laporan arus kas para pemakai dapat mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan termasuk likuiditas dan solvabilitas dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang. Laporan arus kas yang tercakup dalam laporan tahunan kas. Lebih lanjut, menganalisa semua perubahan yang mempengaruhi kas dan setara kas dalam kategori operasi, investasi dan pendanaan dari suatu perusahaan sesudah suatu periode dalam format yang merekonsiliasi saldo awal dan saldo akhir kas dan setara kas. (Harahap, 2006:257) Tujuan laporan arus kas adalah memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas. Informasi arus kas membantu pemakai untuk menilai Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas, Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban, Penyebab terjadinya perbedaan antara laba dan arus kas terkait, Pengaruh kegiatan investasi dan pembiayaan (pendanaan) yang menggunakan kas dan yang tidak (non kas) terhadap posisi keuangan perusahaan. Dengan adanya laporan arus kas akan memudahkan manajemen perusahaan dalam memprediksi kas atau arus kas masa yang akan datang. Mengevaluasi pengambilan keputusan manajemen. Tidak hanya itu saja, dengan adanya laporan arus kas yang disusun pada setiap Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
periode anggaran akan membantu manajemen perusahaan dalam melaporkan kegiatan investasi perusahaan, menentukan pembayaran deviden dan memperkirakan arus kas masa yang akan datang. Menurut Harahap (2006:257) laporan laba atau rugi yang berasal dari bukan kegiatan operasional seperti penjualan peralatan atau aktiva tetap lainya tidak termasuk sebagai kegiatan operasional. Kas yang diterima dari kegiatan ini dimasukkan sebagai kegiatan investasi atau keuangan mana yang lebih dominan. Investasi adalah semua transaksi kas yang berhubungan dengan perolehan fasilitas investasi dan non kas lainnya yang digunakan oleh perusahaan.Arus kas masuk terjadi jika kas diterima dari hasil atau pengambilan investasi yang dilakukan sebelumnya misalnya dari hasil atau penjualan.Pendanaan merupakan arus kas yang menyebabkan perubahan dalam struktur modal atau pinjaman perusahaan. Arus kas merupakan kegiatan mendapatkan dana untuk kepentingan perusahaan. Arus kas keluar adalah pembayaran kepada pemilik dan kreditor. (Harahap, 2006:257) Kerangka Konseptual Analisis Arus Kas Analisis Arus Kas Sebelum Krisis Global Sesudah Krisis Global
Arus Kas Operasi
Arus Kas Operasi
Arus Kas Investasi
Arus Kas Investasi
Arus Kas Pendanaan
Arus Kas Pendanaan
Arus Kas Akhir Tahun Arus Kas Akhir Tahun
Hipotesis pada penelitian ini adalah: Ho : Tidak terdapat perbedaan signifikan antara perbandingan arus kas pada perusahaan manufaktur di Indonesia sebelum dansesudah krisis keuangan global. Ha : Terdapat perbedaaan signifikan antara acash flow pada perusahaan manufaktur di Indonesia sebelum dansesudah krisis keuangan global.
79
Marzuki
Metodelogi Penelitian Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 sampai tahun 2010, dan populasi menurut Arikunto (2002:108) adalah keseluruhan dari subjek penelitian (semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian). Sedangkan menurut Indriantoro (2002:115) populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Adapun populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memenuhi kriteria. Saat ini keseluruhan perusaaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berjumlah 181 perusahaan yang tergolong menurut jenis usahannya yaitu : Industri Dasar dan Kimia (Basic Industry and Chemical), Aneka Industri (Miscellaneous Industry, Industri barang konsumsi (Consumer Goods Industry), Sampel menurut Arikunto (2002:108) adalah sebagian dari populasi yang akan mewakili keseluruhan populasi tersebut. Dari populasi di atas maka metode penarikan sampel menggunakan Non-Probability Random Sampling atau pemilihan sampel secara tidak acak dengan metode Purposive Sampling.Purposive Sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representative sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan manufaktur yang yang telah go public di Bursa Efek Indonesia yang bergerak pada sektor textile dan garment 2. Perusahaan textile dan garment yang telah listing sebelum periode penelitian. 3. Perusahaan textile dan garment yang menerbitkan laporan keuangannya secara berkala dan telah diaudit oleh akuntan publik. Berdasarkan kriteria di atas maka yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah:PT. Polychem, PT. Argo Pantes, PT. Delta Dunia Petronindo, PT. Ever Shine, PT. Indorama Syntetic, PT. Karwelll, PT. Apac Citra Centertex, PT. Panasia Filament, PT. Pan Brother, PT. Asia 80
Pasifik Fiber, PT. Roda Vivatex, PT. Ricy Putra Globalindo, PT. Sunson Textile Manufaktur, PT. Taijin Indonesia, PT. UNITEX Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data sekunder yang di peroleh melalui directory pasar modal yang dikeluarkan oleh Indonesia Stock Excange (Bursa Efek Indonesia) yang dimuat pada webside www.idx.co.id. Data yang diambil dari laporan keuangan adalah laba bersih setelah pajak, total aktiva, modal sendiri, Jumlah arus kas dan setara kas tahunan, arus kas operasional, arus kas investasi, arus kas pendanaan, jumlah pelunasan hutang, dan pembayaran deviden . Pengumpulan data dilakukan dengan caraCross Section Pooling Data dari perusahaan manufaktur. Cross Section Pooling Data dilakukan dengan cara menjumlahkan perusahaan textile dan garment yang mampu memenuhi kriteria sampel yang telah ditentukan sesudah periode sebelum dan sesudah krisis keuangan global. Yaitu pada tahun 2006-2010, dengan asumsi tahun 2006-2007 merupakan periode sebelum krisis global dan 2008-2010 merupakan periode sesudahkrisis global. Data keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan semesteran dari perusahaantextile dan garment yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode pengumpulan data yang digunakan Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002: 206). Metode dokumentasi dalam penelitian ini adalah mengambil data laporan keuangan perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006-2010. Data diperoleh melalui penggunaan fasilitas internet dengan situs resmi Bursa Efek Indonesia, www.idx.co.id. Selain metode tersebut juga menggunakan Metode studi pustaka yaitu metode yang digunakan dengan memahami literatur-literatur yang memuat pembahasan yang berkaitan dengan penelitian dan juga pengumpulan data dengan membaca buku-buku dan sumber bacaan yang relevan, Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Ratio Keuangan terhadap Modal Kerja Perbankan di Indonesia
seperti buku-buku manajemen keuangan, analisis laporan keuangan, dasar-dasar analisis laporan keuangan.
sebagai periode sebelum krisis keuangan global dan tahun 2008-2010 diasumsikan sebagai periode sesudah krisis keuangan global.
Definisi Operasional Variabel Arus kas operasi merupakan arus kas masuk dan keluar dari kegiatan operasional perusahaan. Arus kas dari kegiatan operasi merupakan arus kas yang berasal dari aktifitas penghasil utama pendapatan perusahaan. Kegiatan ini melibatkan pengaruh kas dari transaksi yang masuk ke dalam penentuan laba bersih dalam laporan laba rugi. Arus kas investasi merupakan arus kas masuk dan keluar dari aktivitas investasi.arus kas dari aktifitas investasi mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang diperoleh perusahaan yang ditujukan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Arus kas pendanaan merupakan arus kas masuk (cash inflows) dan kas keluar (cash outflows) dari aktivitas pendanaan. Arus kas yang berasal dari aktifitas ini merupakan arus kas yang menyebabkan perubahan dalam struktur modal atau pinjaman perusahaan. Arus kas akhir tahun merupakan informasi posisi kas pada akhir periode laporan arus kas (cash flows).Dari arus kas akhir tahun kita dapat menemukan informasi apakah kondisi jumlah kas yang tersimpan bernilai positif atan negatif. Jika nilainya positif, maka dapat diartikan bahwa arus kas masuk (cash inflows) lebih besar dari kas keluar (cash outflows).
Pengujian Hipotesis Untuk mendapatkan hasil dari penelitian ini dan pengujian terhadap hipotesis penelitian, selanjutnya langkah pengujian hipotesis yang akan dilakukan setelah data yang diperoleh dari laporan arus kas dirangkumkan dalam bentuk tabel diuji dengan menggunakan program SPSS 17.0. Adapun metode yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah menggunakan dengan menggunakan metode Paired- Sample TTest.Paired-samples T-Test atau uji berpasangan merupakan uji parametrik yang digunakan untuk menguji hipotesis sama atau tidak berbeda (N0) diantara dua variabel. Data berasal dari dua pengukuran atau dua periode pengamatan yang berbeda yang diambil dari subjek penelitian yang sama atau satu pengukuran berasal dari subjek yang dipasangkan. Setelah melakukan perhitungan pengujian statistik Paired- Sample T-Test menggunakan program SPSS 17.0. untuk dapat menentukan apakah hipotesis Ha atau Ho yang ditolak, adalah dengan melihat Asymp. Sig.(2-tailed). Jika Asymp.Sig.(2-tailed)< α, maka Ha diterima dan Ho ditolak, sebaliknya jika Asymp.Sig.(2-tailed)> α, maka Ha ditolak. Sedangkan α yang dipakai adalah 5%.
Metode Analisis Data Analisis deskriptif yaitu proses pengumpulan, penyajian, dan meringkas berbagai karakteristik dari data dalam upaya untuk menggambarkan data tersebut secara memadai. (Singgih, 2003:32) Alat analisis data ini disajikan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi absolute yang menggambarkan angka-angka prosentase , rata-rata, median, kisaran, standar deviasi. Metode analisis komparatif yaitu teknik analisis data yang dilakukan melalui analisis perbandingan. Penelitian dimaksudkan untuk melihat adanya perbandingan arus kas (cash flows) pada tahun 2006-2007 diasumsikan Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
Hasil Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang bergerak pada sektor textile dan garment pada tahun 2006-2010 yang kemudian diasumsikan dan membaginya menjadi dua periode, yaitu tahun 2006-2007 diasumsikan sebagai periode sebelum krisis keuangan global dan tahun 2008-2010 diasumsikan sebagai periode sesudah krisis keuangan global. Berdasarkan hasil uji hipotesis arus kas operasional menunjukkan bahwa Tidak Terdapat perbedaan signifikan antara perbandingan arus kas operasi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI sebelum dansesudah krisis keuangan global.
81
Marzuki
Tabel 1 Hasil Paired Sample t-test Arus Kas Operasi
Keterangan
Rata-rata uji beda Standar deviasi uji beda Nilai t uji beda Sig. (2-tailed)
Paired Sample t-test (arus kas operasi sebelum dan sesudah krisis keuangan global) -120906,96667 432668.03721 -1.531 0,137
Dari tabel di atas menunjukkan nilai rata-rata uji beda sebesar 120906,96667 dan nilai thitung (-1.531) < ttabel df= 9;5% (2,262) signifikansi (2tailed) adalah sebesar 0,137. Dimana nilai ini lebih besar dari batas probabilitas yang ditetapkan untuk uji t ini yaitu sebesar 0,05, sehingga Ha ditolak) . Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara arus kas operasi sebelum krisis keuangan global dengan sesudahkrisis keuangan global. Berdasarkan arus kas investasi hasil ujian hipotesis adalah Tidak Terdapat perbedaan signifikan antara perbandingan arus kas Investasi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI sebelum dan sesudah krisis keuangan global. Tabel 2 Hasil Paired Sample t-test Arus Kas Investasi
Keterangan
Rata-rata uji beda Standar deviasi uji beda Nilai t uji beda Sig. (2-tailed)
Paired Sample t-test (arus kas investasi sebelum dan sesudah krisis keuangan global) 46338,20000 312714,33501 0,812 0,424
Dari tabel di atas menunjukkan nilai ratarata uji beda sebesar 46338,20000 dan nilai thitung (0,812) < ttabel df= 9;5% (2,262) signifikansi (2tailed) adalah sebesar 0,424. Dimana nilai ini lebih besar dari batas probabilitas yang ditetapkan untuk uji t ini yaitu sebesar 0,05, sehingga Hi ditolak). Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara arus kas operasi sebelum krisis keuangan global dengan sesudahkrisis keuangan global. Arus Kas Pendanaan hasilnya adalah Tidak Terdapat perbedaan signifikan antara perbandingan 82
arus kas pendanaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI sebelum dansesudah krisis keuangan global. Tabel 3 Hasil Paired Sample t-test Arus Kas Pendanaan Keterangan
Rata-rata uji beda Standar deviasi uji beda Nilai t uji beda Sig. (2-tailed)
Paired Sample t-test (arus kas pendanaan sebelum dan sesudah krisis keuangan global) 136454.60000 854636.91917 0,875 0,389
Dari tabel di atas menunjukkan nilai ratarata uji beda sebesar 46338,20000 dan nilai thitung (0,812) < ttabel df= 9;5% (2,262) signifikansi (2tailed) adalah sebesar 0,424. Dimana nilai ini lebih besar dari batas probabilitas yang ditetapkan untuk uji t ini yaitu sebesar 0,05, sehingga Hi ditolak) . Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara arus kas operasi sebelum krisis keuangan global dengan sesudahkrisis keuangan global. Arus Kas Akhir Tahun juga Tidak Terdapat perbedaan signifikan antara perbandingan arus kas akhir tahun pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI sebelum dansesudah krisis keuangan global. Tabel 4 Hasil Paired Sample t-test Arus Kas Pendanaan Keterangan
Rata-rata uji beda Standar deviasi uji beda Nilai t uji beda Sig. (2-tailed)
Paired Sample t-test (arus kas pendanaan sebelum dan sesudah krisis keuangan global) -29782,50000 91733,64249 -1,778 0,086
Dari tabel di atas menunjukkan nilai rata-rata uji beda sebesar -29782,50000, dan nilai thitung (1,778) > ttabel df= 9;5% (2,262) signifikansi (2tailed) adalah sebesar 0,086. Dimana nilai ini lebih besar dari batas probabilitas yang ditetapkan untuk uji t ini yaitu sebesar 0,05, sehingga Hi ditolak) . Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara arus kas operasi sebelum krisis keuangan global dengan sesudah krisis keuangan global. Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Ratio Keuangan terhadap Modal Kerja Perbankan di Indonesia
Berdasarkan penyajian data hasil penelitian beserta pengolahannya yang bersumber dari laporan keuangan arus kas perusahaanperusahaan manufaktur yang bergerak pada sektor textile dan garment, diperoleh hasiL uji statistik data di atas dapat disimpulkan bahwa keseluruhan variabel yang di teliti pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya perbandingan yang signifikan antara arus kas perusahaan textile dan garment sebelum dan sesudah krisis keuangan global. Hal ini berarti perusahaan mampu mengelola kas dengan baik dan perusahaan mampu mengalokasikan kas serta menginvestasikan kas pada sumber-sumber yang tepat dan melakukan penggunaan kas sesuai dengan kebutuhan serta kewajiban perusahaan seperti untuk pembayaran deviden, pembayaran hutang jangka panjang dan pembayaran bunga. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis laporan arus kas perusahaan manufaktur yang bergerak pada sektor textile dan garment pada periode sebelum dan periode sesudah dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara arus kas periode sebelum dan sesudah krisis global. Dikarenakan hasil uji paired sample T-test menunjukkan nilai signifikansi (2-tailed) seluruh variabel pada penelitian ini lebih besar dari batas probabilitas yang ditetapkan yaitu sebesar 0,05. Oleh karena itu pada penelitian ini Ha ditolak dan Ho diterima. 2. Pada variabel arus kas operasi sebelum dan sesudah krisis keuangan global, hasil uji hipotesis melalui uji statistik non parametrik dengan metode paired sample t-test menunjukkan nilai signifikansi (2-tailed) untuk arus kas operasi pada penlitian ini adalah sebesar 0,137 lebih besar dari batas probabilitas yang ditetapkan yaitu sebesar 0,05. Oleh karena itu pada penelitian ini Ha ditolak dan Ho diterima. Artinya tidak terdapat perbandingan signifikan antara arus kas operasi sebelum dan sesudah krisis keuangan global. Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
3. Pada variabel arus kas investasi sebelum dan sesudah krisis keuangan global, dari hasil uji hipotesis dengan uji statistik non parametrik dengan metode paired sample t-test menunjukkan nilai signifikansi (2-tailed) untuk arus kas operasi pada penlitian ini adalah sebesar 0,137 lebih besar dari batas probabilitas yang ditetapkan yaitu sebesar 0,05. oleh karena itu pada penelitian ini Ha ditolak dan Ho diterima. Artinya tidak terdapat perbandingan signifikan antara arus kas investasi sebelum dan sesudah krisis keuangan global. 4. Pada variabel arus kas pendanaan sebelum dan sesudah krisis keuangan global, dari hasil uji hipotesis dengan uji statistik non parametrik dengan metode paired sample t-test menunjukkan nilai signifikansi (2-tailed) untuk arus kas operasi pada penlitian ini adalah sebesar 0,137 lebih besar dari batas probabilitas yang ditetapkan yaitu sebesar 0,05. oleh karena itu pada penelitian ini Ha ditolak dan Ho diterima. Artinya tidak terdapat perbandingan signifikan antara arus kas pendanaan sebelum dan sesudah krisis keuangan global. 5. Pada variabel arus kas akhir tahun sebelum dan sesudah krisis keuangan global, dari hasil uji hipotesis dengan uji statistik non parametrik dengan metode paired sample t-test meunjukkan nilai signifikansi (2-tailed) untuk arus kas operasi pada penelitian ini adalah sebesar 0,137 lebih besar dari batas probabilitas yang ditetapkan yaitu sebesar 0,05. Oleh karena itu pada penelitian ini Ha ditolak dan Ho diterima. Artinya tidak terdapat perbandingan signifikan antara arus kas akhir tahun sebelum dan sesudah krisis keuangan global. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas ada beberapa saran yang diharapkan dapat membantu pihak manajemen untuk menentukan kebijakan perusahaan sehubungan dengan perencanaan dan pengelolaan arus kas guna terjaganya kestabilan kas yang dimiliki perusahaan. 1. Bagi investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor serta pengambilan keputusan 83
Marzuki
yang tepat sehubungan dengan investasinya. Selain itu, investor juga harus mempertimbangkan faktor di luar kebijakan perusahaan seperti kondisi pasar yang terjadi serta faktorfaktor eksternal yang lain karena hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi cash flow perusahaan. 2. Diharapkan perusahaan textile dan garment tetap menjaga kestabilan kinerja keuangan terutama kemampuan memperoleh laba pada khususnya. Sehingga perusahaan tetap dapat
84
melakukan investasi pada sumber-sumber daya yang produktif dan bisa menutupi pengeluaran modal dan pembayaran deviden 3. Penelitian ini hanya menggunakan nilai-nilai arus kas aktifitas pada laporan arus kas tahunan yang diklasifikasikan menjadi, arus kas aktifitas operasi, arus kas aktifitas investasi, arus kas aktivitas pendanaan dan arus kas akhir tahun atau akhir periode yang diukur dengan nominal jumlah arus kas pada masing-masing aktifitas.
Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Ratio Keuangan terhadap Modal Kerja Perbankan di Indonesia
Referensi Arikunto, Suharsimi. (2002). ”Prosedur penelitian Suatu pendekatan Praktek”. PT Rineka Cipta, Jakarta. Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston.(2001).”Manjemen Keuangan”, Salemba Empat. Jakarta Harahap, Sofyan Syafri. (2006) “Analisis Kritis atas Laporan Keuangan”, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta . (2006)“Teori Akutansi Laporan Keuangan”, PT Bumi Aksara, Jakarta Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. (2002). “Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen”. Edisi Pertama. BPFE, Yogyakarta Munawir. (2000). ”Analisis Laporan Keuangan”, Edisi Keempat, Liberty, Yogyakarta, Pakpahan, Hombar. (2009). ”Pengertian Kas”, http://ilmucomputer2.blogspot.com/2009/10/ pengertian- kas.html Singgih, Santoso. (2003). “ Statistik Deskriptif ”, Andi. Yogyakarta. Riyanto, Bambang. (2001). “Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Edisi Keempat. BPFE. Yogyakarta, www.idx.co.id
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
85
Marzuki
86
Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan... Jurnal Visioner & Strategis Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 ISSN: 2338-2864 p. 87-102
Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia
Abstract, The research objective influence Interest Rate Levels, Inflation and Exchange Rate Against Rupiah Composite Stock Price Index in the Indonesia Stock Exchange to test hypotheses about the power of the independent variables (SBI Interest Rate, Inflation and Exchange Rate US $) to the dependent variable (CSPI). This study uses the multiple Linier Regression Analysis (mulltiple Regression Analysis Model) with the basic model is Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + e, using statistical analysis tools in the form F test and the t test, to determine the effect of Rate Interest Rates, Inflation and Exchange Rate US $ simultaneously and partially against JCI in IDX-year period 2007-2009. The results simultaneously Rate Interest Rates, Iflation and Exchange Rate of Rupiah against the U.S dollar had a significant influence for 82% of the Composite Stock Price Index (CSPI). And partially, the Interest Rate SBI, the results obtained from comparison t hitung < t table negative (-5.884 < -2.037), meaning significant effect on the Composite stock Price Index (CSPI). Inflation Rate, t hitung > t table (2.530 > 2.037), mean significant effect on the Composite Stock Price Index (CSPI). Exchange Rate of Rupiah against the US dollar, t hitung < t table (-10.180 < -2.037), meaning significant effect on the Composite Stock Price Index (CSPI).
Nurlela
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe
Dede Suryani
Alumnus Fakultas Ekonomi, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe
Keywords: SBI, inflation, exchange rates rupiah, CSPI
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
87
Nurlela dan Dede Suryani
Pendahuluan Peran aktif lembaga pasar modal sangat dibutuhkan dalam membangun perekonomian sebuah negara. Lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak yang memiliki kelebihan dana dengan peminjaman selaku pihak yang membutuhkan dana. ( http://artikel-media. blogspot.com) Inti kegiatan pasar modal adalah kegiatan investasi yaitu kegiatan menanamkan modal baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan pada waktunya nanti pemilik modal mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut. Bagi para investor, melalui pasar modal mereka dapat memilih obyek investasi dengan beragam tingkat pengembalian dan tingkat resiko yang dihadapi, sedangkan bagi para penerbit (issue atau emiten) melalui pasar modal mereka dapat mengumpulkan dana jangka panjang untuk menunjang kelangsungan usaha mereka (http:// artikel-media.blogspot.com). Ada beberapa alasan seseorang melakukan investasi, antara lain adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang, mengurangi tekanan inflasi dan dorongan untuk menghemat pajak. (Tandelilin, 2001:5) Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Sedangkan tempat di mana terjadinya jual beli sekuritas disebut dengan bursa efek, dengan pertumbuhan yang pesat dan dinamis, bursa efek perlu ditangani secara lebih serius. Untuk menjaga objektifitas dan mencegah kemungkinan adanya conflict of interest, fungsi pembinaan dan operasional bursa harus dipisahkan dan dikembangkan dengan pendekatan yang lebih profesional. Banyak perusahaan yang aktif dalam memperjualbelikan sahamnya di BEI yang dalam istilah pasar modal disebut listing, menjadikan 88
para investor bingung untuk memilih dan menentukan pilihan yang tepat. Oleh karena itu, BEI berusaha membantu para investor untuk menentukan pilihan terbaik dari berbagai alternatif yang ada dengan menciptakan beberapa Indeks Harga Saham (stock price index) juga di sebut indeks pasar saham (stock market indexes) merupakan indikator yang mencerminkan kinerja saham-saham di pasar. Karena merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan saham-saham. (Tandelilin, 2010:86). Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan, kebutuhan untuk memberikan informasi yang lebih lengkap kepada masyarakat mengenai perkembangan kinerja pasar saham sebagai cerminan dari pergerakan harga saham maka diperlukan Indeks Harga Saham, PT. Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham yaitu Indeks Harga Saham Gabungan, Indeks Sektoral, Indeks LQ45, Jakarta Islamic Index (JII), Indeks Kompas 100, Indeks BISNIS-27, Indeks PEFINDO25, Indeks SRIKEHATI, Indeks Papan Utama, Indeks Papan Pengembangan dan Indeks Individual. (Buku Panduan Indeks Harga Saham BEI: 2010). Dari kesebelas indeks yang disebutkan di atas penulis lebih tertarik membahas tentang perkembangan IHSG, karena salah satu indeks yang sering diperhatikan investor ketika berinvestasi di BEI, hal ini disebabkan indeks tersebut berisi atas seluruh saham yang tercatat di BEI, dimana investor dapat melihat kondisi pasar apakah sedang bergairah atau lesu (http:// id.wikipedia.org/wiki/IHSG), seiring dengan perkembangan dan dinamika pasar IHSG mengalami periode naik turun. Pada tanggal 9 Januari 2008, IHSG mencapai level tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia yaitu ditutup pada level 2.830.263 dengan jumlah emiten sebanyak 396 dan Tahun 2009 menurun ditutup pada level 2.534.356 dengan jumlah emiten sebanyak 398 (Data Indeks Harga Saham BEI 2010) Perkembangan yang pesat, bisa dilihat dari jumlah emiten terdaftar maupun pada kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia. meningkatkan jumlah perusahaan yang go publik serta bertambahnya minat investor lokal maupun Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan...
pemodal internasional terhadap pasar modal Indonesia. Investasi melalui pasar modal selain memberikan hasil, juga mengandung resiko. Besar kecilnya resiko di pasar modal sangat dipengaruhi oleh keadaan Negara khususnya dibidang ekonomi, politik dan sosial. Saham sebagai pilihan investasi merupakan salah satu surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal, memiliki saham berarti mendapatkan deviden. Keuntungan berinvestasi di saham untuk mendapatkan dividen yaitu pembagian keuntungan perusahaan kepada pemegang saham dan capital gain yaitu keuntungan ketika kita menjual saham lebih tinggi dari harga beli. Sedangkan resiko berinvestasi adalah tidak mendapatkan dividen karena perusahaan mengalami penurunan kinerja atau mengalami kerugian dan capital Loss karena menjual saham yang dimiliki lebih rendah dari harga beli. Pergerakan harga saham ditentukan oleh supply dan demand atas saham tersebut. Demand meningkat maka harga saham naik dan sebaliknya, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah pergerakan suku bunga bank, tingkat inflasi, nilai tukar rupiah, kinerja perusahaan dan laba meningkat bagi dividen serta Faktor non-ekonomi, seperti kondisi sosial dan politik (Google, Indonesia stock exchange/ Bursa Efek Indonesia Edisi 2008) Investasi di pasar modal dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor ekonomi maupun faktor non ekonomi yang mempengaruhi kegiatan investasi di pasar modal adalah kondisi makro ekonomi dimana kondisi tersebut tercermin dari indikator-indikator ekonomi moneter yang meliputi : PDB (Produk Dosmetik Bruto), Inflasi, suku bunga, nilai tukar rupiah, cadangan devisa dan Neraca Pembayaran, indikator moneter tersebut pada akhirnya akan menentukan naik turunnya indeks di Bursa saham. Tingginya tingkat inflasi merupakan suatu hal yang mengkhawatirkan dan harus diwaspadai, karena pada umumnya inflasi yang terjadi di negara-negara berkembang, bersumber pada impor besar-besaran bahan baku bagi industri yang belum dapat diproduksi di dalam negeri dan juga rumor politik yang merupakan salah satu pemicu terjadinya inflasi serta pola Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
kehidupan konsumeristis masyarakat terutama terhadap barang-barang konsumsi akibat dari perdagangan bebas yang sudah mulai diterapkan serta globalisasi pasar yang membuat semakin parahnya kinerja perekonomian. Peningkatan laju inflasi disebabkan oleh depresiasi nilai tukar dan kenaikan administered prices yang juga telah mendorong meningkatnya ekspektasi inflasi masyarakat. Selain itu, tingginya tingkat inflasi terjadi karena ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran barang dan jasa. Ini membuktikan bahwa tingginya laju inflasi di Indonesia lebih banyak dipengaruhi sektor riil dan bukan sektor moneter. Tingginya inflasi dan suku bunga bank akan menyebabkan beban operasional perusahaan semakin berat serta akan mempengaruhi kinerja keuangan badan usaha. Disisi lain, meningkatnya suku bunga merupakan peluang investasi yang cukup menjanjikan bagi investor deposito. Semua ini pada akhirnya akan berdampak pada harga saham di pasar modal. Kenaikan bunga yang agresif bisa memperkuat rupiah, dan tingkat permintaan pekerja. Ketidakstabilan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar dari waktu ke waktu menyebabkan ketidakstabilan harga saham. Kondisi ini cenderung menimbulkan keraguraguan bagi investor, sehingga kinerja bursa efek menjadi menurun. Hal ini dapat dilihat dari harga sekuritas atau harga saham yang sedang terjadi, baik indeks harga saham sektoral maupun Indeks Harga Saham Gabungan. Semakin tinggi tingkat menganggur pada suatu negara akan semakin sedikit masyarakatnya yang secara keseluruhan akan dapat menghabiskan uang pada belanja pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa dan Bank Sentral, di Indonesia dalam hal ini dilakukan oleh Bank Indonesia biasanya akan sedikit kesulitan dalam melakukan penyesuaian pasokan uang yang dalam persediaan untuk mengakomodasi perubahan dalam permintaan uang berkaitan dengan transaksi bisnis.tapi indeks harga saham gabungan (IHSG) akan anjlok karena investor lebih suka menabung di bank, ekonomi dan investasi melemah. Bila bunga naik tipis, IHSG relatif stabil, namun rupiah bisa melemah lagi akibat beralihnya investasi rupiah ke dollar Amerika. 89
Nurlela dan Dede Suryani
Suku bunga adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam perekonomian suatu negara selain inflasi. Suku bunga dapat mempengaruhi keseimbangan antara simpanan masyarakat dan investasi pada sektor riil, selanjutnya mempengaruhi jumlah lapangan kerja dan tingkat pengangguran, kenaikan atau penurunan suku bunga dalam bursa efek juga sangat terasa imbasnya pada investor. Berinvestasi lewat bursa saham bukan hanya untuk pebisnis kelas kakap atau berpendidikan tinggi. Masyarakat umum tanpa batas latar belakang dapat membeli atau memiliki dan menjual saham-saham perusahaan lewat pasar modal atau bursa saham untuk mendapatkan keuntungan. Untuk itu seorang investor harus memahami pola perilaku harga saham di pasar modal. Perubahan tingkat bunga, inflasi dan nilai tukar rupiah apakah mempengaruhi pola perilaku harga saham ataupun mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham di BEI. Berdasarkan uraian di atas maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga SBI, inflasi dan nilai tukar rupiah secara simultan dan parsial terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. LANDASAN Teoritis Pengertian Tingkat Suku Bunga Perubahan tingkat suku bunga akan berdampak pada perubahan jumlah investasi di suatu negara, baik yang berasal dari investor domestik maupun dari investor asing, khususnya pada jenis invesatsi portfolio yang umunya berjangka pendek. Perubahan tingkat suku bunga ini akan berpengaruh pada perubahan jumlah permintaan dan penawaran di pasar uang domestik. Apabila dalam suatu negara terjadi peningkatan aliran modal masuk (capital inflows) di luar negeri, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang asing di pasar valuta asing. Suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu penawaran tabungan dan permintaan investasi modal (terutama dari sektor bisnis). Tabungan adalah selisih antara pendapatan 90
dan konsumsi. Bunga pada dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tinggi suku bunga, akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung, dan sebaliknya. Tinggi rendahnya penawaran dana investasi ditentukan oleh tinggi rendahnya suku bunga tabungan masyarakat Dengan demikian maka pengertian dari tingkat suku bunga adalah tingkat pembayaran yang dilakukan atas penggunaan sejumlah uang atau harga yang dibayarkan untuk satuan mata uang yang dipinjam pada periode waktu tertentu. Jika suku bunga tinggi, otomatis orang akan lebih suka menyimpan dananya di bank karena ia dapat mengharapkan pengembalian yang menguntungkan. Dan pada posisi ini, permintaan masyarakat untuk memegang uang tunai menjadi lebih rendah karena mereka sibuk mengalokasikannya ke dalam bentuk portfolio perbankan (deposito dan tabungan). Seiring dengan berkurangnya jumlah uang beredar, gairah belanja pun menurun. Selanjutnya harga barang dan jasa umum akan cenderung stagnan, atau tidak terjadi dorongan inflasi. Sebaliknya jika suku bunga rendah, masyarakat cenderung tidak tertarik lagi untuk menyimpan uangnya di bank. Suku bunga menurut Kasmir (2003 : 121), adalah balas jasa yang diberikan oleh Bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga dapat juga diartikan sebagai harga yang harus di bayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus di bayar oleh nasabah kepada bank (yang memperoleh pinjaman). Menurut Sadono (2006 : 302) Suku bunga dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Suku bunga nominal adalah suku bunga dalam nilai uang. Suku bunga ini merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum. Suku bunga ini menunjukkan sejumlah rupiah untuk setiap satu rupiah yang diinvestasikan. 2. Suku bunga riil adalah suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat inflasi dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inflasi. Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan...
Pengertian Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Sebagaimana tercantum dalam UU No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, salah satu tugas Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter adalah membantu pemerintah dalam mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam melaksanakan tugasnya, BI menggunakan beberapa piranti moneter yang terdiri dari Giro Wajib Minimum (Reserve Requirement), Fasilitas Diskonto, Himbauan Moral dan Operasi Pasar Terbuka. Dalam Operasi Pasar Terbuka BI dapat melakukan transaksi jual beli surat berharga termasuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.8/13/DPM tentang Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang, Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Dasar Hukum Sertifikat Bank Indonesia Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di BI) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut. Pengertian Inflasi Inflasi adalah harga secara umum, atau inflasi dapat juga dikatakan sebagai penurunan daya beli uang. Makin tinggi kenaikan harga makin turun nilai uang. Inflasi adalah masalah seluruh dunia, penyebaran inflasi keseluruh dunia terjadi oleh karena adanya mekanisme perdagangan keuangan yang saling berkaitan antara negara dunia.( artikel dari internet oleh sarmi jawanti, makro ekonomi, sadono:hal 333) Definisi inflasi banyak ragamnya seperti yang dapat kita temukan dalam literatur ekonomi. Keaneka ragaman definisi (pengertian) tersebut terjadi karena luasnya pengaruh inflasi terhadap berbagai sektor perekonomian. Hubungan yang erat dan luas antara inflasi dan berbagai sektor perekonomian melahirkan berbagai perbedaan pengertian dan persepsi tentang inflasi. Namun, pada prinsipnya masih terdapat beberapa Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
kesatuan pandangan bahwa inflasi adalah suatu fenomena yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik) mata uang suatu negara. (khalwaty, 2000:5) Jadi inflasi adalah suatu keadaan di mana harga barang-barang secara umum mengalami kenaikan dan berlangsung dalam waktu yang lama terus menerus. Harga barang yang ada mengalami kenaikan nilai dari waktu-waktu sebelumnya dan berlaku di mana-mana dan dalam rentang waktu yang cukup lama. Kenaikan harga tersebut diukur dengan beberapa cara antara lain dengan Indeks biaya hidup (consumer price index), Indeks harga perdagangan besar (whole sale price index) dan GNP Deflator. Jenis Inflasi Berdasarkan besarnya laju inflasi, kategori inflasi dapat digolongkan menjadi tiga yaitu : a. Inflasi Merayap (creeping inflation) biasanya ditandai dengan laju inflasi yang rendah, yaitu kurang dari 10% pertahun b. Inflasi Menengah (galloping inflation) ditandai dengan meningkatnya harga yang cukup besar dan kondisi tersebut berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi, artinya harga pada bulan/minggu berikutnya selalu lebih tinggi dari waktu sebelumnya dan seterusnya. c. Inflasi Tinggi (hyper inflation) adalah inflasi yang sangat mengkhawatirkan, karena harga-harga barang meningkat sampai dengan lima atau enam kali, sehingga nilai uang turun secara tajam. (Nopirin: 2001) Inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas, artinya kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan, kondisi ini juga akan menurunkan daya beli uang (purchasing power of money) dan mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya. Pengertian Nilai Tukar Rupiah Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs 91
Nurlela dan Dede Suryani
dalam keuangan adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara atau wilayah. Kurs mata uang dapat diartikan sebagai perbandingan nilai antar mata uang. jadi kurs menunjukkan harga suatu mata uang jika dituliskan dengan mata uang lain. Menurut Fabozzi dan Franco (1996:724) an exchange rate is defined as the amount of one currency that can be exchange per unit of another currency, or theprice of one currency in items of another currency. Sedangkan menurut Adiningsih, dkk (1998:155), nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen,dan lain sebagainya. Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas dipasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003). Penentuan Nilai Tukar Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu (Madura, 2007): 1. Faktor Fundamental Faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator ekonomi seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antarnegara, ekspektasi pasar danintervensi Bank Sentral. 2. Faktor Teknis Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan devisa pada saatsaat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan sebaliknya. 3. Sentimen Pasar Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valas naik atau turun secara tajam dalam jangka 92
pendek. Apabila rumor atau berita-berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal. Indeks Harga Saham Saat ini di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat 11 (sebelas) jenis indeks, sebagai berikut (Indonesia Stock Exchange): 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua emiten yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. 2. Indeks Sektoral, menggunakan semua emiten yang ada pada masing-masing sektor 3. Indeks LQ45, menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. 4. Jakarta Islamic Index (JII), menggunakan 30 emiten yang masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK) dan termasuk saham yang memiliki kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi. 5. Indeks Kompas 100, menggunakan 100 emiten yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. 6. Indeks BISNIS-27, menggunakan 27 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT Bursa Efek Indonesia dengan Harian Bisnis Indonesia 7. Indeks REFINDO25, menggunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating REFINDO 8. Indeks SRI-KEHATI, menggunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerja sama PT Bursa Efek Indonesia dengan yayasan KEHATI 9. Indeks Papan Utama, Menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan utama. 10. Indeks Papan Pengembangan, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan pengembangan. 11. Indeks Individual, yaitu indeks harga saham masing-masing emiten. Dari berbagai jenis indeks harga saham tersebut, dalam penelitian ini hanya menggunakan Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan...
indeks harga saham gabungan (IHSG) sebagai obyek penelitian karena IHSG merupakan proyeksi dari pergerakan seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Anoraga dan Piji (2001: 100-104) mengatakan, secara sederhana yang disebut dengan indeks harga adalah suatu angka yang digunakan untuk membandingkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Demikian juga dengan indeks harga saham, indeks disini akan membandingkan perubahan harga saham dari waktu ke waktu. Apakah suatu harga saham mengalami penurunan atau kenaikan dibandingkan dengan suatu waktu tertentu. Seperti dalam penentuan indeks lainnya, dalam pengukuran indeks harga saham kita memerlukan juga dua macam waktu, yaitu waktu dasar dan waktu yang berlaku. Waktu dasar akan dipakai sebagai dasar perbandingan, sedangkan waktu berlaku merupakan waktu dimana kegiatan akan diperbandingkan dengan waktu dasar. Pergerakan nilai indeks akan menunjukkan perubahan situasi pasar yang terjadi. Pasar yang sedang bergairah atau terjadi transaksi yang aktif, ditunjukkan dengan indeks harga saham yang mengalami kenaikan. Kondisi inilah yang biasanya menunjukkan keadaan yang diinginkan. Keadaan stabil ditunjukkan dengan indeks harga saham yang tetap, sedangkan yang lesu ditunjukkan dengan indeks harga saham
yang mengalami penurunan. Untuk mengetahui besarnya Indeks Harga Saham Gabungan, digunakan rumus sebagai berikut (Anoraga dan Piji, 2001: 102): IHSG =
Σ Ht Σ Ho
x100
Dimana : ΣHt: Total harga semua saham pada waktu yang berlaku ΣHo: Total harga semua saham pada waktu dasar METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mengakses melalui website www.idx.co.id, http://finance.yahoo. com, dan http://duniainvestasi.com. Penelitian ini mengambil subjek tentang Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Periode pengamatan mulai tahun 2007-2009. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005: 55). Penelitian ini dilakukan untuk meneliti tingkat suku
Tabel 1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti
Tahun
Sudjono
2002
Sitinjak dan Kurniasari
2003
Sa’adah dan Panjaitan Aldrian Syarif Achmad (2008)
Variabel
Sampel/Model Penelitian
Hasil Penelitian
- IHSG - Tingkat Bunga Deposito - SBI - Jumlah Uang Beredar - Nilai Tukar Rupiah - Inflasi - SBI - IHK - Kurs - Pasar Saham
V A R (Vactor Auto Regression) dan ECM (Error Correction Model)
Nilai Tukar Rupiah berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham
Non- Linear Combination
2006
- IHSG - Nilai Tukar
VAR (Vactor Auto Regression)
2008
- IHSG - Nilai Tukar - Inflasi - SBI
VAR (Vactor Auto Regression)
Kurs berpengaruh signifikan negatif dan SBI berpengaruh signifikan positif terhadap pasar saham Tidak ada interaksi dinamis antara harga saham dan nilai tukar Nilai Tukar dan Inflasi berpengaruh signifikan negatif dan SBI berpengaruh signifikan positif terhadap IHSG
Sumber : Dari hasil Penelitian Sebelumnya Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
93
Nurlela dan Dede Suryani
bunga SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah/US$ berpengaruh secara signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Karena yang menjadi obyek penelitian adalah IHSG, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah indeks harga seluruh saham yang ada di BEI yang terdaftar dari 1 Januari 2007 sampai 31 Desember 2009. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009:81). Penentuan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan sampling jenuh atau sampel sensus, yaitu teknik penentuan sampel dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh jumlah sampel selama periode tahun 2007-2009 sebanyak 36 sampel data observasi (penelitian).Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa tingkat suku bunga SBI, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah/US$ dan IHSG selama bulan Januari 2007 sampai dengan Desember 2009. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi. Definisi Operasional Variabel Masing-masing variabel dalam penelitian ini secara operasional dapat didefinisikan sebagai berikut: a. Tingkat Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) (X1) adalah ukuran keuntungan investasi berupa sertifikat bank Indonesia yang dapat diperoleh pemodal dan juga biaya modal yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menggunakan dana dari pemodal. Pengukuran yang digunakan adalah satuan persentase dan data yang diambil adalah tingkat suku bunga SBI mulai bulan Januari 2007-Desember 2009. b. Inflasi (X2) merupakan suatu tindakan dimana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam yang berlangsung terus menerus dalam jangka waktu cukup lama. Tingginya tingkat inflasi akan berakibat naiknya suku bunga, naiknya suku bunga nominal berakibat naiknya suku bunga kredit, sehingga akan menurunkan investasi nasional, sehingga melemahnya minat investasi, yang berakibat menurunnya 94
harga saham di bursa. Pengukuran yang digunakan adalah satuan persentase dan data yang diambil adalah tingkat Inflasi mulai bulan Januari 2007-Desember 2009. c. Nilai Tukar Rupiah/US$ (X3) menunjukkan nilai dari mata uang dolar AS yang ditranslasikan dengan mata uang Rupiah. Sebagai contoh, US$ 1 = Rp 9.681,- artinya apabila 1 dollar AS dihitung dengan menggunakan satuan rupiah maka nilainya adalah sebesar Rp 9.681,-. Data yang diambil adalah Nilai tukar Rupiah/US$ mulai bulan Januari 2007-Desember 2009. d. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Y) adalah indeks yang diperoleh dari seluruh saham yang tercatat di BEI dalam satu waktu tertentu. Pengukuran yang digunakan adalah dalam satu satuan poin, dan data yang diperoleh merupakan data IHSG sejak Januari 2007-Desember 2009. Untuk menentukan ketepatan model regresi perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang mendasari model regresi sebagai berikut: a. Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Sebagai dasar bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka model regresi dianggap tidak valid dengan jumlah sampel yang ada. b. Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent variable). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara viriabel bebas, karena jika hal tersebut terjadi maka variabelvariabel tersebut tidak ortogonal atau terjadi kemiripan. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas bernilai nol. c. Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan veriance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance tetap maka disebut homoskedastisitas dan Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan...
jika berbeda maka terjadi problem heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu homoskesdatisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (t-1). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk menguji hipotesis tentang kekuatan variabel independen (Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah/US$) terhadap IHSG, penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linear berganda (multiple regression analysis model) dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for the Social Science). Adapun persamaan yang digunakan sebagai berikut: Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + ε Dimana: Y = IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) a = konstanta X1 = Tingkat Suku Bunga SBI X2 = Inflasi X3 = Nilai Tukar b1,b2,b3 = koefisien regresi parsial untuk X1, X2, X3 ε = disturbance error (faktor pengganggu/residual)
2. Uji-t, digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen Tingkat suku bunga SBI (X1), Inflasi (X2) dan Nilai Tukar Rupiah/US$ (X3) secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap IHSG (Y) di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Dasar pengambilan keputusan : Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak. Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima. HASIL PENELITIAN Sebelum dilakukan pengujian hipotesis menggunakan analisis regressi linier berganda, ada beberapa asumsi yang harus terpenuhi agar kesimpulan dari regressi tersebut tidak bias, diantaranya adalah uji normalitas, uji multikolinieritas (untuk regressi linear berganda), uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi (untuk data yang berbentuk deret waktu). Pada penelitian ini keempat asumsi yang disebutkan diatas tersebut diuji karena variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini lebih dari satu (berganda) dan data yang dikumpulkan mengandung unsur deret waktu (3 tahun pengamatan). 1. Uji Normalitas Pada penelitian ini digunakan uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov untuk menguji normalitas model regressi. Tabel 5 Hasil Pengujian Asumsi Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Uji F, digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen Tingkat Suku Bunga SBI (X1), Inflasi (X2) dan Nilai Tukar Rupiah/US$ (X3) secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh signifikan terhadap IHSG (Y) di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Dasar pengambilan keputusan : Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak. Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
N Normal Parameters Most Extreme Differences
a,b
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz ed Residual 36 .0000000 191.44016737 .202 .202 -.101 1.211 .107
a.
b. Test distribution is Normal. Calculated from data.
Pada Tabel 5 dapat dilihat nilai probabilitas (sig.) yang diperoleh dari uji KolmogorovSmirnov sebesar 0,107. Karena nilai probabilitas pada uji Kolmogorov-Smirnov masih lebih besar dari tingkat kekeliruan 5% (0.05), maka 95
Nurlela dan Dede Suryani
disimpulkan bahwa model regressi berdistribusi normal. Secara visual gambar grafik normal probability plot dapat dilihat pada Gambar 1 berikut N o rm a l P -P P lo t o f R e g re s s io n S ta n d a rd iz e d R e s id u a l
D e p e n d e n t V a ria b le : IH S G
memberikan suatu indikasi bahwa residual (error) yang muncul dari persamaan regresi mempunyai varians yang sama (tidak terjadi heteroskedastisitas), dimana nilai signifikansi (sig) dari masing-masing koefisien regresi ketiga variabel bebas dengan logaritma error2, (yaitu 0,799; 0,574 dan 0,645 ) masih lebih besar dari 0,05.
1 .0
Expected Cum Prob
0 .8
0 .6
0 .4
0 .2
0 .0
0 .0
0 .2
0 .4
0 .6
0 .8
1 .0
O b s e rv e d C u m P ro b
Gambar 5 Grafik Normalitas
Grafik di atas mempertegas bahwa model regressi yang diperoleh berdisitribusi normal, dimana sebaran data berada disekitar garis diagonal. 2. Uji Multikolinieritas Tabel 6 Hasil Pengujian Asumsi Multikolinieritas
Coefficients
Model 1
SBI Inflasi Kurs
a
Collinearity Statistics Tolerance VIF2.512 .398 .377 2.653 .891 1.122
a.
a. Dependent Variable: IHSG IHSG Dependent Variable:
Berdasarkan nilai VIF yang diperoleh seperti terlihat pada Tabel 6 diatas menunjukkan tidak ada korelasi yang kuat antara sesama variabel bebas, dimana nilai VIF dari ketiga variabel bebas lebih kecil dari 10 dan dapat disimpulkan tidak terdapat gejala multikolinieritas diantara ketiga variabel bebas. 3 Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan hasil korelasi yang diperoleh seperti dapat dilihat pada Tabel 7 96
4. Uji Autokorelasi Berdasarkan hasil pengolahan pada table 8 diperoleh nilai statistik Durbin-Watson (D-W) = 0,709, sementara dari tabel d untuk jumlah variabel bebas = 3 dan jumlah pengamatan n = 36 diperoleh batas bawah nilai tabel (dL) = 1,295 dan batas atasnya (dU) = 1,653. Karena nilai Durbin-Watson model regressi (0,709) lebih kecil dari dL (1,295), maka disimpulkan terdapat autokorelasi positif pada model regressi. Hasil dan Pembahasan Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen yaitu Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Tingkat Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Estimasi model regresi linier berganda ini menggunakan software SPSS.15 dan diperoleh hasil output seperti terlihat pada Tabel 9. Dari Tabel 9 tersebut di bentuk persamaan regresi linier sebagai berikut : Y = 8426,047 - 333,708 SBI + 47,230 INFLASI - 0,404 KURS Dimana : Y = Indeks harga saham gabungan (IHSG) X1 = Tingkat suku bunga Bank Indonesia (SBI) X2 = Tingkat inflasi X3 = Nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS (Kurs) Koefisien yang terdapat pada persamaan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan...
Tabel 7 Hasil Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model
B
1
22.563 1.390 .777 -1.947
(Constant) ln_sbi ln_inflasi ln_kurs a. Dependent Varible: ln_e^2
Standardized Coefficients
Std. Error
Beta
41.570 5.407 1.368 4.182
t
.082 .184 -.084
.543 .257 .568 -.466
Sig. .591 .799 .574 .645
Tabel 8 Nilai Durbin-Watson Untuk Uji Autokorelasi Model Summaryb Model
R
Adjusted R Square
R Square
1 .906a a. Predictors: (Constant), Kurs, SBI, Inflasi b. Dependent Variable: IHSG
.820
Std. Error of the Estimate
.803
DurbinWatson
200.21292
.709
Tabel 9 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model
B
1
(Constant) SBI Inflasi Kurs a. Dependent Varible: IHSG
Standardized Coefficients
Std. Error
8426.047 -333.708 47.230 -.404
Beta
581.693 56.717 18.668 .040
t
-.699 .309 -.808
14.485 -5.884 2.530 -10.180
Sig. .000 .000 .017 .000
Tabel 10 Analisis Koefisien Korelasi Berganda dan Koefisien Determinasi Model Summaryb Model
R
Adjusted R Square
R Square
1 .906a a. Predictors: (Constant), Kurs, SBI, Inflasi b. Dependent Variable: IHSG
.820
Std. Error of the Estimate
.803
DurbinWatson
200.21292
.709
Tabel 11 Anova Untuk Uji Simultan (Uji F) Model
Sum of Squares
df
1
Regression 5852327 Residual 1282727 Total 7135054 a. Predictors: (Constant), Kurs, SBI, Inflasi b. Dependent Variable: IHSG
Mean Square 3 32 35
1950775.721 40085.213
F 48.666
Sig. .000a
Tabel 12 Uji Parsial (Uji t) Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
(Constant) SBI Inflasi Kurs a. Dependent Varible: IHSG Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
B 8426.047 -333.708 47.230 -.404
Std. Error 581.693 56.717 18.668 .040
Standardized Coefficients Beta -.699 .309 -.808
t 14.485 -5.884 2.530 -10.180
Sig. .000 .000 .017 .000
97
Nurlela dan Dede Suryani
1. Konstanta sebesar 8426,047 menunjukkan apabila Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Tingkat Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS di anggap konstan (tetap) maka Indeks harga Saham Gabungan sebesar 8426,047 2. Tingkat Suku Bunga SBI memiliki koefisien bertanda negatif sebesar 333,708, artinya setiap peningkatan Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia sebesar 1 persen maka akan menurunkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 333,708 poin, dengan asumsi Tingkat Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS tidak berubah. 3. Tingkat Inflasi memiliki koefisien bertanda positif sebesar 47,230, artinya setiap peningkatan Tingkat Inflasi sebanyak 1% maka akan meningkatkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 47,230 poin, dengan asumsi Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS tidak berubah. 4. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS memiliki koefisien bertanda negatif sebesar 0,404, artinya setiap peningkatan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS sebesar 1 rupiah maka akan menurunkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 0,404 poin dengan asumsi Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia tidak berubah. Korelasi berganda merupakan angka yang menunjukan kekuatan hubungan antar ketiga variabel bebas secara bersama-sama dengan variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hubungan korelasi secara simultan dapat dilihat pada Tabel 10. Berdasarkan data pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi ganda adalah sebesar 0,906 (R) yang berada antara 0,80 - 1,00, artinya Tingkat suku bunga SBI, tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS secara simultan memiliki hubungan yang sangat kuat dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel Tingkat 98
Suku Bunga SBI, Tingkat Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS secara bersamasama berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Untuk nilai koefisien determinasi dapat dilihat pada Tabel 4.10 tepatnya dilihat dari nilai R Square yaitu sebesar 0,820 atau 82,0%, artinya pengaruh Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Tingkat Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS secara simultan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 82,0% sedangkan sisanya yaitu 18,0% merupakan pengaruh faktorfaktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini. Selanjutnya untuk menguji apakah terdapat pengaruh Tingkat Suku Bunga Sertifikat SBI, Tingkat Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) maka perlu dilakukan Pengujian hipotesis secara simultan yang dapat dilihat dari Tabel ANOVA hasil pengolahan SPSS.15. Pada Tabel 11 F untuk df1= 3, df2=32, diperoleh nilai Ftabel sebesar 2,901. Pada Tabel 11, diperoleh nilai Fhitung sebesar 48,666. Hasil yang diperoleh dari perbandingan Fhitung dengan Ftabel adalah Fhitung > Ftabel (48,666 > 2,901), maka pada tingkat kekeliruan 5% Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ketiga variabel bebas, yaitu Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Tingkat Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Selain itu peneliti juga melakukan pengujian dengan cara melihat tingkat signifikansi yang dapat dilihat pada Tabel 11. Dari Tabel ANOVA di atas diperoleh nilai signifikansi uji F sebesar 0,000, karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka keputusan yang diambil dengan tingkat signifikansi adalah Ho ditolak dan kesimpulannya adalah terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Tingkat Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia.
Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan...
Pengaruh Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Tingkat Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS Terhadap IHSG Secara Parsial Pengujian secara parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Statistik uji yang digunakan pada pengujian parsial adalah uji t. Nilai Tabel yang digunakan sebagai nilai kritis pada uji parsial (uji t) sebesar 2,037 yang diperoleh dari Tabel t pada α = 0.05 dan derajat bebas 32 untuk pengujian dua pihak. Nilai statistik uji t yang digunakan pada pengujian secara parsial dapat dilihat pada Tabel 12 Nilai statistik uji t yang terdapat pada Tabel 12 selanjutnya akan dibandingkan dengan nilai ttabel untuk menentukan apakah variabel yang sedang diuji berpengaruh signifikan atau tidak. 1. Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI Secara Parsial Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Seperti terlihat pada Tabel 12 diperoleh nilai thitung variabel Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia sebesar -5,884, Maka hasil yang diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel adalah thitung > ttabel (-5,884 > -2,037), sehingga pada tingkat kekeliruan 5% Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti Tingkat Suku Bunga SBI secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Karena dengan meningkatnya tingkat suku bunga SBI menjadi peluang yang menjanjikan bagi investor deposito dan ini menyebabkan menurunkan indeks harga saham gabungan. 2. Pengaruh Tingkat Inflasi Secara Parsial Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pada Tabel 12 diperoleh nilai thitung variabel tingkat inflasi sebesar 2,530. Maka hasil yang diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel adalah thitung > ttabel (2,530 > 2,037), sehingga pada tingkat kekeliruan 5% Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti variabel Tingkat Inflasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hal ini menyebabkan dengan meningkatnya inflasi diiVolume 1, Nomor 1, Maret 2012
kuti meningkatnya indeks harga harga saham gabungan 3. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS Secara Parsial Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pada tabel 12 diperoleh nilai thitung variabel Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS sebesar -10,180. Maka hasil yang diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel adalah thitung < negatif ttabel (-10,180 < -2,037), sehingga pada tingkat kekeliruan 5% Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti variabel Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dengan meningkatnya atau menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dollar dan IHSG akan melemah. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pengaruh Tingkat suku bunga SBI, tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG), maka pada bagian akhir dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara simultan Tingkat Suku Bunga SBI, Tingkat Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS memberikan pengaruh yang signifikan sebesar 82% terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 2. Tingkat Suku Bunga SBI memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Penurunan Tingkat Suku Bunga SBI diduga akan menurunkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 3. Tingkat Inflasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Peningkatan Tingkat Inflasi diduga akan meningkatkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 4. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Penurunan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS diduga akan menurunkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 99
Nurlela dan Dede Suryani
Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian untuk pengembangan penelitian yang lebih lanjut adalah sebagai berikut: 1. Investor sebaiknya memperhatikan informasi-informasi mengenai Tingkat Suku Bunga SBI, Tingkat Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia karena dengan adanya informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk memprediki IHSG di BEI yang kemudian untuk mengambil keputusan yang tepat sehubungan dengan investasi.
100
2. Pemerintah sebaiknya juga memperhatikan faktor-faktor makroekonomi tersebut (Tingkat Suku Bunga SBI, Tingkat Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS) melalui kebijakan-kebijakan yang diambil, selanjutnya untuk menarik minat investor baik domestic maupun asing di Bursa Efek Indonesia. 3. Selain itu penulis juga mengakui masih banyak keterbatasan yang dimiliki antara lain referensi yang dimiliki penulis belum begitu lengkap untuk menunjang proses penulisan penelitian ini. Sehingga terjadi banyak kekurangan dalam mendukung teori ataupun justifikasi masalah yang diajukan.
Jurnal Visioner & Strategis
Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan...
Referensi Adiningsih, Sri dkk, (1998), Perangkat Analisis dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia. Jakarta: PT. Bursa Efek Jakarta. Aldrian, Syarif Achmad, (2008), Pengaruh Nilai Tukar Rupiah atas US Dolar, SBI, dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Anoraga, Panji dan Piji Pakarti, (2001), Pengantar Pasar Modal. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Avonti, Amos Amoroso dan Hudi Prawoto, (2004), Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi Bisnis. Vol. III No.5. Boediono, 1990. Sari Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 5: Ekonomi Moneter. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE. Darmawan, Indra, (2006), Kamus Istilah Ekonomi Kontemporer. Yogyakarta : Pustaka Widyatama Tandelilin, Eduardus, (2001), Analisis Investasi Dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta: BPFE. __________________, (2010), Portofolio dan Investasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: KANISIUS Fabozzi, E.J. and Francis, J.C, (1996), Capital Markets and Institution and Instrument. Upper Saddle River New Jersey. Google, Indonesia stock exchange/Bursa Efek Indonesia Edisi 2008 Indonesia Stock Exchange. Buku Panduan. Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia. Jakarta : 2010 Kasmir, (2003), Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Khalwaty, Tajul, (2000), Inflasi dan Solusinya. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Kuncoro,Mudrajad, (2003), Manajemen Keuangan Internasional. Yogyakarta: BPFE. Madura, Jeff, (2007).,Keuangan Perusahaan Internasional. Buku 1 Edisi 8. Jakarta : Salemba Empat Nopirin, (2001), Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta Sa’adah, Siti dan Yunia Panjaitan, (2006), Interaksi Dinamis Antara Harga Saham Dengan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.pp:46-62. Sadono Sukirno, (2006), Makro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada Samuelson dan Nordhaus, (1995), Makro Ekonomi. Edisi Keempat belas. Jakarta. Penerbit Erlangga Sarmijawanti.blogspot.com/2010/03/Pengertian-Inflasi.html. Artikel Ekonomi. Sitinjak, Elyzabeth Lucky Maretha dan Widuri Kurniasari, (2003), Indikator-indikator Pasar Saham dan Pasar Uang Yang Saling Berkaitan Ditijau Dari Pasae Saham Sedang Bullish dan Bearish. Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen. Vol. 3 No. 3. Sudjono, (2002), Analisis Keseimbangan dan Hubungan Simultan Antara Variabel Ekonomi Makro Terhadap Indeks Harga Saham di BEJ dengan Metode VAR (Vector Autoregression) dan ECM ( Error Correction Model). Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen. Vol. 2. no. 3. Sugiyono, (2009), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
101
Nurlela dan Dede Suryani
Wardane, (2003), Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap IHSG di BEJ. Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen. Vol 3 No. 3. Website Bank Indonesia. www.bi.go.id Website http://id.wikipedia.org/wiki/IHSG Website http:// www.idx.co.id Website http://artikel-media. blogspot.com. Website http://finance.yahoo.com. Website http://duniainvestasi.com.
102
Jurnal Visioner & Strategis
Kepemimpinan Visioner, Motivasi dan Disiplin dalam Manajemen
Jurnal Visioner & Strategis
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 ISSN: 2338-2864 p. 103-119
Kepemimpinan Visioner, Motivasi dan Disiplin dalam Manajemen
The visioner of leadership is leadership form that sterss on good vision in working together among the member of in company. A successfull leader not only has good idea, financial, and courageous in wprking but also has the ability to develop her/his business, appreciate the potency of the offialdom, able to guide her/his members to work more with the great motivate to reach the target.
Yanita
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe
Keywords: Leadership, visioner, motivation, discipline.
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
103
Yanita
PENDAHULUAN Dalam konteks organisasi, realitas menunjukkan bahwa motivasi dan profesionalisme pegawai banyak dipengaruhi oleh persoalan kepemimpinan, karena keberhasilan manajemen pemerintahan akan ditentukan oleh efektifitas kepemimpinan sehingga kepemimpinan atau leadership dapat dikatakan inti dari manajemen pemerintahan, Ali (2007). Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja, antara lain : motivasi, kepemimpinan, lingkungan kerja, insentif, budaya kerja dan disiplin, Parlinda dan Wahyuddin (no date). Dewasa ini kepemimpinan menjadi perhatian banyak orang dimana sangat dibutuhkan pemimpin visioner yang akan mengarahkan mereka, para pemimpin yang ulet dan percaya pada kemampuannya, berani mengambil resiko, lugas dan bersemangat serta mampu memberikan inspirasi dan dorongan, Nanus (2001). Kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mampu membawa organisasi sesuai dengan asas-asas manajemen modern sekaligus bersedia memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan kepada bawahan, karena itu keberhasilan seorang pemimpin dapat dilihat dari produktifitas dan prestasi yang dicapainya, juga dapat dinilai dari kepiawaiannya dalam memimpin suatu organisasi, Rivai dan Arifin (2009 : 7). Lebih jauh Hesselbein dan Johnston, (2005) mengatakan bahwa pemimpin harus memiliki kemampuan memprediksi, mengkalkulasikan dan merancang berbagai solusi untuk menyikapi setiap perubahan yang terjadi dengan cepat di sekitarnya. Sementara itu Gibson (1977 dalam Notoatmodjo 2009 : 124) menyebutkan faktorfaktor yang menentukan kinerja seseorang diantaranya, organisasi yang terdiri dari kepemimpinan, struktur organisasi, sikap terhadap pekerjaan, motivasi dan kepribadian. Kepemimpinan visioner selalu berupaya untuk menciptakan dan mengartikulasikan visi yang realistis, mengenai masa depan organisasi dimana kepemimpinan yang efektif mempunyai empat peran penting, yakni sebagai penentu arah, sebagai agen perubahan (agent of change), 104
juru bicara (spokesperson) dan sebagai pelatih (coach), Nanus (2001 : 17) Keberhasilan suatu institusi atau organisasi ditentukan oleh dua faktor utama, yakni sumber daya manusia, karyawan atau tenaga kerja, sarana dan prasarana pendukung atau fasilitas kerja, sumberdaya manusia lebih penting daripada sarana dan prasarana pendukung, sebab secanggih dan selengkap apapun fasilitas yang tersedia dalam suatu organisasi tanpa adanya sumber daya yang memadai, maka niscaya organisasi tersebut tidak dapat mewujudkan visi, misi dan tujuan organisasinya, Notoatmodji (2009 : 124). Peran kepemimpinan sangat strategis dan penting dalam suatu organisasi sebagai salah satu penentu keberhasilan dalam pencapaian misi, visi dan tujuan organisasi, Porter (1996) dalam Baihaqi (2010). Sementara menurut Siagian (1983) yang mengatakan bahwa keberhasilan atau kegagalan yang dialami sebagian besar organisasi sangat ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki orang-orang yang diserahi tugas memimpin organisasi. Hal senada juga disampaikan oleh Suranta (2002) bahwa gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Salah satu cara untuk dapat tercapainya tujuan organisasi adalah dengan menerapkan kepemimpinan visioner sebagaimana dikemukakan oleh Kartanegara (2003) dalam Ardi (2011) kepemimpinan visioner adalah pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas. Seseorang layak disebut sebagai pemimpin visioner, memang bukan hanya diukur dari kemampuannya melahirkan ide-ide inovatif dan keberaniannya menantang resiko, tetapi yang tak kalah penting adalah mempersiapkan dan mengembangkan model kepemimpinan yang lebih terdesentralisasi dan melembaga, Sugihartati (2008). Menurut Masrukhin dan Waridin (2006) Jurnal Visioner & Strategis
Kepemimpinan Visioner, Motivasi dan Disiplin dalam Manajemen
mengatakan bahwa kepemimpinan, motivasi kerja, kepuasan kerja, budaya organisasi mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Sementara Lodge dan Derek dalam Heriyanti (2007) menyebutkan bahwa perilaku pemimpin memiliki dampak signifikan terhadap sikap, perilaku dan kinerja karyawan, efektifitas pemimpin dipengaruhi karakteristik karyawan dan terkait dengan proses komunikasi antar pemimpin dan bawahan. Lebih jauh Gibson et al (1995: 56) memberikan gambaran lebih rinci dan komprehensif tentang faktor–faktor yang berpengaruh terhadap kinerja, yaitu: a. Variabel individu, meliputi kemampuan, keterampilan, mental fisik, latar belakang keluarga, tingkat sosial, pengalaman, demografi (umur, asal – usul, jenis kelamin). b. Variabel organisasi, meliputi sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur desain pekerjaan. c. Variabel psikologis yang meliputi persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Sementara itu menurut Timple dalam Mangkunegara (2006) kinerja terdiri dari dua faktor yaitu : a. Faktor Internal yang terkait dengan sifat-sifat seseorang misalnya kinerja baik disebabkan mempunyai kemampuan tinggi dan tipe pekerja keras. b. Faktor Eksternal yang terkait dengan lingkungan seperti perilaku, sikap dan tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi. Menurut Fahmi (2011 : 2) “ kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi, baik organisasi tersebut bersifat profit dan nonprofit oriented yang dihasilkan selama satu periode waktu. Lebih jauh Bastian (dalam Fahmi 2011) menyatakan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi. Kemudian elemen lain yang merupakan hal penting dalam organisasi selain kepemimpinan Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
visioner adalah motivasi. Handoko (2003) menjelaskan bahwa motivasi kerja yaitu keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Selain motivasi, faktor penting dalam organisasi pemerintah adalah disiplin. Menurut Setiyawan dan Waridin (2006) mendefinisikan disiplin sebagai keadaan ideal dalam mendukung pelaksanaan tugas sesuai aturan dalam rangka mendukung optimalisasi kerja, tanpa adanya disiplin yang baik jangan harap akan dapat diwujudkan sosok pemimpin atau karyawan ideal sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat dan organisasi. Fathoni (2006 : 126) memberikan definisi disiplin sebagai suatu kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan dan norma-norma yang berlaku. Sejalan dengan diberlakukannya UndangUndang Nomor 43 Tahun 1999 tentang “Pokokpokok Kepegawaian” pasal 3 ayat (1) Pegawai Negeri Sipil berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan (Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999) dan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil dimana dalam pasal 1 diatur secara jelas bahwa “Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin”. Sukses tidaknya organisasi dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sangat dipengaruhi oleh kedisiplinan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pegawai Negeri Sipil mempunyai peran yang sangat menentukan keberhasilan dalam meraih tujuan dan merupakan kunci dalam menentukan berhasil tidaknya organisasi pemerintahan. Menurut Wirawan (2009) dan Suranta (2002) dalam Abdilah (2011) ada beberapa variabel yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai antara lain: a. Gaya kepemimpinan yang biasa diterapkan 105
Yanita
pimpinan kepada bawahan atau pegawai dalam rangka proses kepemimpinannya. b. Motivasi kerja yang biasa diberikan pemimpin atau organisasi kepada bawahan atau pegawai. Faktor lain yang mempengaruhi kinerja adalah motivasi. Motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang individu yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku, Gibson, Ivancevich & Donnelly (no date). Menurut Hakim (2006) menyatakan bahwa pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan menunjukkan hubungan positif dan signifikan. Lebih lanjut menurut Brahmasari dan Suprayitno (2008) mengatakan bahwa motivasi dan budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja sedangkan kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan serta motivasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Selanjutnya Listianto dan Setiaji (2007) menyatakan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Dari penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara motivasi dan kinerja berbanding lurus, artinya bahwa semakin tinggi motivasi karyawan dalam bekerja maka kinerja yang dihasilkan juga tinggi. Berkaitan dengan kinerja, motivasi mempunyai peranan penting dalam upaya peningkatan produktivitas kerja pegawai, apabila seorang termotivasi, maka semangat kerja akan semakin tinggi dan pada akhirnya akan berpengaruh pada prestasi kerja. KAJIAN PUSTAKA Pengertian Kepemimpinan Jusmaliani (2010 : 195) memberikan pengertian kepemimpinan adalah “kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan organisasi. Sumber pengaruh ini dapat formal seperti yang diberikan oleh pejabat atau para manajer yang memegang posisi dalam organisasi perusahaan ataupun informal sebagai yang dimiliki oleh mereka yang mampu memberikan pengaruh tanpa harus menduduki jabatan pimpinan”. 106
Kepemimpinan berorientasi pada dua dimensi yaitu orientasi pada tugas dan orientasi hubungan dengan bawahan sebagaimana teori dari Hersey dan Blanchard dalam Jusmaliani (2011 : 198) yang dikatergorikan menjadi tinggi atau rendah dan selanjutnya dikombinasikan pada empat perilaku spesifik dari pemimpin yaitu : a. Menjelaskan (telling) untuk kondisi dimensi orientasi pada tugas tinggi sedangkan dimensi hubungan rendah; perilaku pemimpin disini harus directive. b. Menjual (selling) untuk kondisi dimensi tugas tinggi dan dimensi hubungan juga tinggi; perilaku pemimpin direktive dan sekaligus supportive. c. Berpartisipasi (participacing) untuk kondisi dimensi tugas rendah dan dimensi hubungan tinggi. Pemimpin dan bawahan bersama membuat putusan, peran utama pemimpin adalah memfasilitasi dan berkomunikasi. d. Mendelegasikan (delegating) untuk dimensi tugas rendah dan dimensi hubungan juga rendah. Pemimpin hanya memberikan sedikit sedikit pengarahan dan sedikit support. Pemimpin dalam mewujudkan good governance hendaknya kepemimpinan yang visioner, bersih, berwawasan, demokratis, responsif dan responsibel. Lebih lanjut Robbins (2008 : 49) “kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai sebuah visi atau serangkaian tujuan yang ditetapkan”. Sedangkan menurut Rivai, (2004 : 2) “kepemimpinan adalah proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikutnya untuk mencapai tujuan dan mempengaruhi kelompok dan budayanya” Lebih lanjut Agustian (2007 : 158) membagi kepemimpinan dalam lima tingkatan yaitu : a. Pemimpin yang dicintai b. Pemimpin yang dipercaya c. Pebimbing d. Pemimpin yang berkepribadian e. Pemimpin yang abadi Berdasarkan hal tersebut di atas maka jelaslah bahwa tingkat keberhasilan seseorang Jurnal Visioner & Strategis
Kepemimpinan Visioner, Motivasi dan Disiplin dalam Manajemen
sangat ditentukan pada seberapa tinggi tingkat kepemimpinannya. Tingkat kepemimpinan seseorang juga menentukan seberapa besar dan seberapa jauh tingkat pengaruhnya terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya. Kepemimpinan Visioner Kepemimpinan visioner merupakan kemampuan menciptakan dan mengartikulasikan visi yang realistis dan menarik tentang masa depan organisasi dan ke arah mana tujuan organisasi. Visi adalah daya pandang yang jauh, mendalam dan luas yang merupakan daya fikir abstrak yang memiliki kekuatan amat dahsyat dan dapat menerobos segala batas-batas fisik, waktu dan tempat. Gaffar, (1994) dalam Fataruba (2010). Sementara Nanus (2001 : 9-10) mendefinisikan “visi adalah pernyataan tujuan ke mana masa depan organisasi akan dibawa, sebuah masa depan yang lebih baik, lebih berhasil, atau lebih diinginkan dibandingkan dengan kondisi sekarang”. Lebih lanjut Raharjo dalam Mulyono (2008) visi adalah bayangan tentang masa depan organisasi baik itu perusahaan atau lembaga. Hal senada dikemukakan oleh Lembaga Administrasi Negara (2005) visi adalah berkaitan dengan pandangan ke depan, ke mana instansi pemerintah harus dibawa dan diarahkan, agar dapat bekerja secara eksis, konsisten, antisipatif, inovatif dan produktif. Kepemimpinan visioner adalah pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas, Kartanegara, (2003) dalam Ardi, 2011). Hal senada dikemukakan oleh Golleman et.al (2006) dalam Sutja (2010) kepemimpinan visoner adalah gaya atau kemampuan seseorang untuk menggerakkan orang lain mencapai tujuan organisasi dengan menggunakan cara pandang ke depan yang realistik, lebih sederhana lagi pengertian kepemimpinan visioner adalah kemampuan menggerakkan orang–orang ke arah impian bersama. Dari beberapa pengertian yang telah Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa visi merupakan suatu gambaran masa depan mengenai keadaan organisasi yang dicitacitakan, yaitu organisasi yang lebih baik, inovatif, kompetitif dan mampu mengubah diri serta lingkungan. Lebih lanjut Rivai dan Arifin, (2009 : 215) menyebutkan indikator (ciri-ciri) kepemimpinan sebagai berikut : a. Percaya diri b. Menyenangkan c. Ramah tamah d. Sabar e. Berhati-hati f. Akurat g. Logis h. Fokus kualitas. Nanus (2001 : 15-18), menyebutkan ada empat peran yang harus dimainkan oleh pemimpin visioner dalam melaksanakan kepemimpinannya, yaitu: a. Peran penentu arah (direction setter). Peran ini merupakan peran di mana seorang pemimpin menyajikan suatu visi, meyakinkan gambaran atau target untuk suatu organisasi, guna diraih pada masa depan. Hal ini bagi para ahli dalam studi dan praktek kepemimpinan merupakan esensi dari kepemimpinan. Sebagai penentu arah, seorang pemimpin menyampaikan visi, mengkomunikasikannya, memotivasi pekerja dan rekan, serta meyakinkan orang bahwa apa yang dilakukan merupakan hal yang benar, dan mendukung partisipasi pada seluruh tingkat dan pada seluruh tahap usaha menuju masa depan. b. Agen perubahan (agent of change). Agen perubahan merupakan peran penting kedua dari seorang pemimpin visioner. Dalam konteks perubahan, keinginan para stakeholders. para pemimpin yang efektif harus secara konstan menyesuaikan terhadap perubahan dan berpikir ke depan tentang perubahan potensial dan yang dapat dirubah. Hal ini menjamin bahwa pemimpin disediakan untuk seluruh situasi atau peristiwa-peristiwa yang dapat mengancam kesuksesan organisasi saat ini, dan yang paling penting masa depan. Akh107
Yanita
irnya, fleksibilitas dan resiko yang dihitung pengambilan adalah juga penting lingkungan yang berubah. c. Juru bicara (spokesperson). Memperoleh “pesan” ke luar, dan juga berbicara, boleh dikatakan merupakan suatu bagian penting dari memimpikan masa depan suatu organisasi. Seorang pemimpin efektif adalah juga seseorang yang mengetahui dan menghargai segala bentuk komunikasi tersedia, guna menjelaskan dan membangun dukungan untuk suatu visi masa depan. Pemimpin, sebagai juru bicara untuk visi, harus mengkomunikasikan suatu pesan yang mengikat semua orang agar melibatkan diri dan menyentuh visi organisasi-secara internal dan secara eksternal. Visi yang disampaikan harus “bermanfaat, menarik, dan menumbulkan kegairahan tentang masa depan organisasi.” d. Pelatih (coach). Pemimpin visioner yang efektif harus menjadi pelatih yang baik. Dengan ini berarti bahwa seorang pemimpin harus menggunakan kerjasama kelompok untuk mencapai visi yang dinyatakan. Seorang pemimpin mengoptimalkan kemampuan seluruh “pemain” untuk bekerja sama, mengkoordinir aktivitas atau usaha mereka, ke arah “pencapaian kemenangan,” atau menuju pencapaian suatu visi organisasi. Pemimpin, sebagai pelatih, menjaga pekerja untuk memusatkan pada realisasi visi dengan pengarahan, memberi harapan dan membangun kepercayaan di antara pemain yang penting bagi organisasi dan visinya untuk masa depan. Dalam beberapa kasus, hal tersebut dapat dibantah bahwa pemimpin sebagai pelatih, lebih tepat untuk ditunjuk sebagai “player-coach.” Sementara itu menurut Nanus (1992 dalam Ardi, 2011) pemimpin visioner setidaknya harus memiliki empat kompetensi kunci yaitu: a. Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan komponen lainnya dalam organisasi. Hal ini membutuhkan pemimpin untuk menghasilkan “guidance, encouragement, and motivation.” b. Memahami lingkungan luar dan memiliki kemampuan bereaksi secara tepat atas segala 108
ancaman dan peluang. c. Memegang peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktek organisasi, prosedur, produk dan jasa. Mempertahankan kesempurnaan pelayanan, sejalan dengan mempersiapkan dan memandu jalan organisasi ke masa depan (successfully achieved vision). d. Memiliki atau mengembangkan peluang untuk mengantisipasi masa depan. Sedangkan menurut (Goleman dalam Kurniawan 2010) salah satu gaya kepemimpinan yang paling positif adalah kepemimpinan visioner, yaitu kemampuan pemimpin untuk menggerakkan orang ke arah impian bersama. Kepemimpinan ini berdampak sangat positif terhadap suasana emosi organisasi. Kepemimpinan visioner ini tepat digunakan ketika perubahan membutuhkan visi baru atau ketika dibutuhkan arah yang jelas. Menurut Antonio (2008) dalam Jusmaliani (2011 : 200-201) menyebutkan bahwa teladan kepemimpinan sesungguhnya terdapat pada diri Rasulullah Saw karena ia adalah pemimpin yang hilostic, accepted dan proven. Holistik karena beliau adalah pemimpin yang mampu mengembangkan leadership dalam berbagai bidang termasuk diantaranya, self development, bisnis dan entrepreneurship kehidupan rumah tangga yang harmonis. Kepemimpinan accepted karena diakui lebih dari 1,3 milyar manusia. Sedangkan kepemimpinan proven karena sudah terbukti sejak lebih dari 15 abad yang lalu dan hingga hari ini masih relevan diterapkan. Lebih lanjut Hilal (2005) dalam Wahidin (2008) mengemukakan bahwa seorang pemimpin harus memiliki sekurang-kurangnya lima syarat, yaitu: 1. Muslim 2. Berilmu 3. Adil 4. Memiliki kemampuan memimpin 5. Sehat jasmani sehingga dapat menjalankan tugas-tugasnya. Sosok pemimpin teladan adalah sosok pemimpin yang mampu menyelenggarakan tugas dan fungsinya sebagai pemimpin serta memiliki daya kenegarawanan dan keteladanan. Lebih Jurnal Visioner & Strategis
Kepemimpinan Visioner, Motivasi dan Disiplin dalam Manajemen
lanjut Sujatno (2009) tipe pemimpin teladan adalah pemimpin yang memenuhi 4 pilar suri teladan para Nabi dan Rasul yaitu : 1. Siddiq, yaitu jujur, benar berintegritas tinggi dan terjaga dari kesalahan; 2. Amanah, yaitu dapat dipercaya, memiliki legitimasi dan akuntabel; 3. Tabligh, yaitu senantiasa menyampaikan risalah kebenaran, tidak pernah menyembunyikan yang wajib disampaikan; 4. Fathanah, yaitu cerdas, memiliki intelektualitas yang tinggi dan profesional. Lebih lanjut seorang filosof Islam termasyhur Alfarabi (257-339 H/870-950 M dalam Riza (2012 : 8) mempersyaratkan kepemimpinan moral dalam suksesi kepemimpinan,sebagai berikut : a. Lengkap anggota badannya b. Mempunyai daya paham yang baik c. Intelektual d. Cakap dalam mengemukakan argumentasi sehingga mudah dipahami rakyat e. Cinta pendidikan dan ilmu pengetahuan f. Tidak tamak, bukan pemabuk dan penzina g. Cinta kejujuran dan membenci kebohongan h. Berjiwa besar dan berakhlaq karimah i. Tidak mengutamakan kemegahan dan kemewahan j. Pencinta keadilan dan benci kezaliman k. Tanggap terhadap penegakan hukum berkeadilan l. Istiqamah dan berani menjalankan kebenaran. Sementara Kurniawan (2010) mengatakan ada empat karakter dan model kepemimpinan berdasarkan Al Qur’an yang dapat menjadi contoh teladan bagi kita yaitu : a. Hafiizun Alim (memelihara dan berilmu) yakni kepemimpinan model Nabi Yusuf as. b. Basthathan fil Ilmi wal Jism (Kuat dalam Ilmu dan Fisik) yakni Kepemimpinan Model Nabi Daud as. c. Qawiyyul Amiin (Teguh dan Amanah) yakni Kepemimpinan Model Nabi Ibrahim as.. d. Raufurrahim (Bersikap Lembut dan Penyayang) yakni Kepemimpinan Model Nabi Muhammad saw. Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
Lebih lanjut Kurniawan (2010) menyebutkan prinsip-prinsip dasar kepemimpinan menurut Al Qur’an sebagai berikut : a. Hikmah, Mengajak manusia dengan penuh Hikmah (Qs An Nahl : 125) b. Diskusi dengan cara yang baik, jika ada perbedaan berdiskusi dengan cara baik (QS An Nahl : 125) c. Qudwah, memimpin dengan memberi contoh ( QS Al Ahzab : 21) d. Pelajaran yang baik, orang akan ikhlas menerima perintah jika dia memahami apa manfaat yang didapatkannya (QS An Nahl : 125) e. Musyawarah, kalau ada perintah yang akan dikerjakan sebaiknya melakukan musyawarah dengan orang yang kita pimpin (QS Ali Imran: 159) f. Keadilan, menjadi pemimpin dengan sikap adil, yaitu proporsional dan tidak memihak. QS An Nisaa : 58 g. Kebebasan berpikir dan kreativitas (ijtihad). Rasul saw menerima pendapat dan ijtihad para sahabatnya h. Ikatan hati, kelembutan dan saling mendoakan orang yang dpimpinnya. QS Ali Imran : 159 i. Empati terhadap masalah dan keadaan orang yang dipimpin (QS Ali Imran : 159. j. Mampu mengembangkan dan memanfaatkan potensi orang lain. Rasul saw mengutus para sahabatnya untuk berdakwah menggantikan posisinya ke Madinah, Habasyah, Yaman dan lain-lain. Lebih lanjut tugas utama seorang pemimpin menurut Stonen (dalam Sitompul, 2010) adalah: a. Pemimpin bekerja dengan orang lain Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang diluar organisasi. b. Pemimpin adalah tanggungjawab dan mempertanggungjawabkan (akuntabilitas). Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggungjawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan. 109
Yanita
c. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas. Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efesien dan menyelesaikan masalah secara efektif. d. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual. Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain. e. Pemimpin adalah seorang mediator. Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah). f. Pemimpin adalah politisi dan diplomat. Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya. g. Pemimpin membuat keputusan yang sulit. Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah atau persoalan yang dihadapi. Lebih jauh, Rivai dan Arifin (2009 : 267) menyebutkan bahwa seorang pimpinan adalah orang yang mempunyai kemampuan sebagai pemimpin yaitu : a. Dapat dipercaya oleh pengikutnya/ follower. b. Mempunyai pengaru positif yang kuat terhadap pengikutnya. c. Saling melayani dengan pengikutnya d. Mampu menjadi navigator yang andal. e. Menumbuhkan kreativitas pengikutnya. Kemudian Tasmara (2002 : 102103) mendefinisikan kepemimpinan ialah “kemampuan untuk mengambil posisi dan sekaligus memainkan peran (role) sehingga kehadiran dirinya memberikan pengaruh pada lingkungannya, seorang pemimpin adalah orang yang mempunyaai personalitas yang tinggi”. Lebih lanjut Tasmara (2002 : 103) memaparkan 110
bahwa dalam Islam ” seorang pemimpin harus memiliki pandangan atau wawasan ke depan (visioner leadership), gaya kepemimpinan seperti ini merupakan salah satu gaya kepemimpinan Rasulullah yang memiliki prinsip-prinsip serta wawasan ke depan (future outlook) bahkan gagasan pemikiran pemikiran beliau jauh melampaui zamannya dimana kepemimpinan beliau adalah bentuk kepemimpinan dengan keteladanan, uswatun hasanah (leadership by example) dimana kepemimpinan beliau terpadu tiga komponen yang mutlak dibutuhkan oleh para pemimpin yaitu vision, value dan vitality. Selanjutnya menurut Covey (1997) dalam bukunya yang berjudul “Principle Centered Leadership” Ibrahin, (2001) dalam Sitompul (2010) menguraikan prinsip-prinsip kepemimpinan itu sebagai berikut : a. Selalu Belajar (Belajar Seumur Hidup). Belajar tidak diartikan melalui pendidikan formal saja, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar, terbuka terhadap saran-usul dan kritik. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar. b. Berorientasi pada pelayanan Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik. c. Memancarkan energi positif. Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif. d. Percaya pada orang lain. Seorang pemimpin mampu memberikan kepercayan pada orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga mereka termotivasi untuk bekerja lebih baik. Kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian. e. Hidup seimbang. Seorang pemimpin harus dapamenyeimbangkan tugasnya dan beroriJurnal Visioner & Strategis
Kepemimpinan Visioner, Motivasi dan Disiplin dalam Manajemen
entasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara pekerjaan dan kemampuan untuk menjaga kesehatan (melaui olah raga, rekreasi, istirahat yang cukup). Keseimbangan kebutuhan phisik dan psikis. Keseimbangan antara kehidupan dunia dan akherat. f. Melihat kehidupan sebagai petualang. Dalam hal ini ‘petualang‘ berarti kemampuan untuk menikmati hidup dengan segala konsekuensinya. Karena hidup adalah suatu petualangan yang membutuhkan inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan dari dalam diri sendiri. g. Sinergitas (Kompak) Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergistik dan merupakan katalis (media) perubahan. Dia selalu mengatasi kelemahannya dirinya dengan kekuatan orang lain. Sinergi adalah bekerjasama (working together) yang memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman sekerja. h. Latihan mengembangkan diri sendiri. Seorang pemimpin harus selalu memperbaharui diri agar mampu mencapai keberhasilan yang tinggi. Oleh karena itu orientasi jangan hanya pada produk, tetapi juga pada proses. Proses ini berhubungan dengan pemahaman dan pendalaman, memperluas melalui belajar dan pengalaman diri sendiri dan orang lain, penerapan prinsip-prinsip dan pemantauan hasil. Selanjutnya menurut Sofa (2008) beberapa karakteristik pemimpin visioner yaitu : a. Sebagai penentu arah dimana pemimpin harus mampu menyusun langkah berbagai sasaran yang dapat diterima sebagai suatu kemajuan rill oleh semua elemen bangsa. Seperti nakhoda, pemimpin harus mampu menentukan arah negara dalam situasi dan kondisi apapun dengan langkah-langkah yang tepat untuk mengamankan, menyelamatkan atau dalam memajukan negara dengan langkah revolusioner sekalipun (bila benar-benar dibutuhkan). Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
b. Sebagai agen perubahan pemimpin harus mampu mengantisipasi berbagai perkembangan di bunia luar, memperkirakan implikasinya terhadap negara, menciptakan sense of urgency dan prioritas bagi perubahan yang disyaratkan oleh visi, mempromosikan eksperimentasi dan memberdayakan orangorang untuk menghasilkan perubahan yang diperlukan. Gambaran sederhana pemimpin sebagai agen perubahan adalah rakyat yang tadinya disiplin menjadi berdisiplin tinggi, rakyat yang tadinya dihantui konflik etnis dan agama menjadi penuh toleran, rakyat yang tadinya membuang sampah sembarangan menjadi membuang sampah pada tempatnya. c. Sebagai orator ulung, yang mampu mengkomunikasikan visi dan misinya kepada rakyat sehingga rakyat antusias mendengarkan dengan penuh perhatian ketika pemimpin tersebut memberi pencerahan. Selain itu pemimpin juga harus bisa berdiplomasi di tingkat dunia untuk mempromosikan berbagai gagasannya yang orsinil dan universal. d. Sebagai guru dan pemberi teladan yang baik, pemimpin harus sanggup dan mampu dijadikan cermin bagi warganya dan sanggup menjadi tauladan yang baik kepada siapapun. Pemimpin harus menjaga ahlaknya karena pemimpin sebagai pusat perhatian, pemimpin juga harus menciptakan banyak karya dan keberhasilan sebab pemimpin akan dicontoh oleh warganya. Contoh kepemimpinan transfomasional sekaligus visioner bisa kita perhatikan ada pada diri nabi dan rasul sejak zaman Nabi Adam AS sampai Nabi Muhammad SAW dan terutama Rasul Ulul Azmi. Rasul Ulul Azmi dikenal dengan rasul yang mempunyai banyak keinginan dan harapan untuk kemajuan peradaban manusia dan mampu mengatasi krisis kemanusian pada zamannya sehingga manusia pada saat itu mendapat bimbingan dan tercerahkan serta mempunyai efek (pengaruh) yang sangat besar sampai pada kehidupan masa kini. Rasul Ulul Azmi tersebut adalah Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad.
Lebih jauh, Hart sang penulis buku 111
Yanita
“Seratus Tokoh Paling Berpengaruh Dalam Sejarah” dalam Agustian (2007 : 161) mengatakan bahwa “Muhammad bukan saja pemimpin agama, tetapi juga pemimpin dunia. Hart menilai, adanya kombinasi yang tak tertandingi yang mampu dipegangnya secara seimbang, antara agama dan duniawi, melekat erat dalam diri Nabi Muhammad, sehingga Muhammad itu manusia paling berpengaruh dalam sejarah manusia”. Sementara itu Rivai dan Arifin (2009 : 8) menyebutkan “untuk mendapatkan pemimpin yang sesuai dengan era kini diperlukan kejelian dalam menghadapi segala permasalahan yang ada, mempunyai kemampuan memimpin dan kemampuan intelektual. Selain itu seorang pemimpin hendaknya mempunyai karisma untuk melakukan transformasi atau perubahan dalam organisasi dan juga transformasi dalam pemikiran individu serta pihak-pihak yang ada dalam organisasi”. Menurut Sofa (2008) kepemimpinan visioner harus bisa menjadi penentu arah, agen perubahan, juru bicara dan pelatih oleh karena itu seorang pemimpin visioner harus : a. Menyusun arah dan secara personal sepakat untuk menyebarkan kepemimpinan visioner ke seluruh organisasi. b. Memberdayakan para karyawan dalam bertindak untuk mendengar dan mengawasi umpan balik. c. Selalu memfokuskan perhatian dalam membentuk organisasi mencapai potensi terbesarnya. Keberhasilan manajemen pemerintahan sangat dipengaruhi oleh efektivitas kepemimpinan, sehingga kepemimpinan atau leadership dapat dikatakan inti dari manajemen pemerintahan. Seorang pemimpin harus menerapkan gaya kepemimpinan untuk mengelola bawahannya, karena seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya, Waridin dan Guritno, (2005). Namun pada kenyataannya, masih terdapat karyawan yang kurang mendapat dukungan dan perhatian dari pimpinan sehingga berakibat pada menurunnya kinerja pegawai yang berdampak pada produktifitas organisasi menjadi kurang optimal dan tidak tercapainya 112
visi organisasi tersebut. Pada sisi lain dengan adanya program kesejahteraan diharapkan dapat memenuhi berbagai kebutuhan para karyawan sehingga menimbulkan disiplin yang tinggi karena dengan disiplin yang tinggi berarti karyawan sadar dan bersedia bekerja dalam kondisi yang baik, bersungguh-sungguh dan dengan sepenuh hati melaksanakan tugas-tugasnya perlu adanya program kesejahteraan sehingga mendukung keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Hasibuan (2001:182) mengatakan bahwa “Pentingnya program kesejahteraan yang diberikan kepada karyawan dalam rangka meningkatkan disiplin kerja karyawan”. Tipe-tipe Pemimpin Menurut Siagian (2002) pemimpin dapat diklasifikasikan menjadi lima tipe utama yaitu sebagai berikut : a. Tipe pemimpin otokratis b. Tipe pemimpin militeristis c. Tipe pemimpin pathernalistis d. Tipe pemimpin kharismatis e. Tipe pemimpin demokratis Sedangkan Robbins (2006) dalam Reza (2010) mengidentifikasikan empat jenis gaya kepemimpinan antara lain: a. Gaya Kepemimpinan Kharismatik. Para pengikut terpacu kemampuan kepemimpinan yang heroik atau yang luar biasa ketika mereka mengamati perilaku-perilaku tertentu pemimpin mereka b. Gaya Kepemimpinan Transaksional. Pemimpin transaksional merupakan pemimpin yang memandu atau memotivasi para pengikut mereka menuju sasaran yang ditetapkan dengan memperjelas persyaratan peran dan tugas. Gaya kepemimpinan transaksional lebih berfokus pada hubungan pemimpin-bawahan tanpa adanya usaha untuk menciptakan perubahan bagi bawahannya. c. Gaya Kepemimpinan Transformasional. Pemimpin transformasional mencurahkan perhatian pada hal-hal dan kebutuhan pengembangan dari masing-masing pengikut. Pemimpin Jurnal Visioner & Strategis
Kepemimpinan Visioner, Motivasi dan Disiplin dalam Manajemen
transformasional mengubah kesadaran para pengikut akan persoalan-persoalan dengan membantu mereka memandang masalah lama dengan cara-cara baru dan mereka mampu menggairahkan, membangkitkan dan mengilhami para pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra demi mencapai sasaran kelompok. d. Gaya Kepemimpinan Visioner. Kemampuan menciptakan dan mengartikulasikan visi yang realistis, kredibel dan menarik mengenai masa depan organisasi atau unit organisasi yang tengah tumbuh dan membaik dibanding saat ini. Visi ini jika diseleksi dan diimplementasikan secara tepat, mempunyai kekuatan besar sehingga bisa mengakibatkan terjadinya lompatan awal ke masa depan dengan membangkitkan keterampilan, bakat dan sumber daya untuk mewujudkannya. Dari beberapa definisi kepemimpinan sebagaimana telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan itu meliputi : a. Adanya upaya saling mempengaruhi antar individu (pimpinan – bawahan) b. Situasi terjadinya proses tersebut (faktor lingkungan) c. Adanya dorongan dan arahan dari pimpinan. d. Adanya proses komunikasi tertentu e. Tujuan yang ingin dicapai. Demikian juga halnya dengan disiplin yang merupakan salah satu indikator dari kinerja pegawai dalam merealisasikan tujuan organisasi, baik tujuan jangka pendek, menengah maupun jangka panjang sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan. Peran dan fungsi Pegawai Negeri Sipil menjadi kata kunci dapat tidaknya dilaksanakan secara berkesinambungan dalam rangka peningkatan kinerja pegawai negeri sipil dan harus benar-benar mampu mengemban tugas pokok dan fungsi yang pada akhirnya dapat memperlancar dan mempercepat tercapainya tujuan organisasi. Pegawai Negeri Sipil harus berwibawa, berdaya guna, bersih, loyal, penuh dedikasi pada bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta mampu menjalankan tugas pokok dan fungsi pada bidang masingmasing dan hanya mengabdikan diri kepada Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
kepentingan bangsa dan negara. Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud di atas, beberapa upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Lhokseumawe antara lain : a. Memberikan kesempatan belajar ke jenjang yang lebih tinggi bagi pegawai dan pada gilirannya diharapkan pegawai mempunyai pengetahuan dan berwawasan luas sebagai pendukung dalam menunjang tugas sehari-hari. b. Melalui pelatihan dan pengembangan diri yang disesuaikan dengan bidang tugas yang diarahkan untuk mewujudkan tujuan-tujuan organisasi demi kelancaran pelaksanaan tugas dan diarahkan untuk pengembangan karir dari pegawai secara perorangan. Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata bahasa latin yaitu “moreve” yang berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku, Notoatmodjo (2009 : 114). Sementara motif adalah keadaan kejiwaan yang mendorong, mengaktifkan, menggerakkan dan menyalurkan perilaku, sikap dan tindak-tanduk seseorang yang selalu dikaitkan dengan pencapaian tujuan, Siagian (2011). Dorongan seseorang bekerja dipengaruhi adanya kebutuhan yang harus dipenuhi dan tingkat kebutuhan yang berbeda pada setiap pegawai sehingga dapat terjadi perbedaan motivasi untuk berprestasi. Menurut Robbins (2002 : 55) “motivasi yaitu keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan kemampuan bertindak untuk memuaskan kebutuhan individu”. Selanjutnya Masrukhin dan Waridin (2006 dalam Reza 2010 : 18) mengemukakan bahwa motivasi merupakan faktor psikologis yang menunjukkan minat individu terhadap pekerjaan, rasa puas dan ikut bertanggungjawab terhadap aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan. Buhler, (2004 : 191) memberikan definisi motivasi adalah proses yang menentukan seberapa banyak usaha yang akan dicurahkan untuk melaksanakan pekerjaan. Selanjutnya Hasibuan (2003 : 141) mengatakan bahwa “motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan agar mau 113
Yanita
bekerjasama secara produktif, berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan”. Kemudian Jusmaliani (2011 : 180) menyatakan bahwa “motivasi adalah faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk berperilaku tertentu ke arah tujuan yang akan dicapainya”. Lebih lanjut Rivai dan Arifin (2009 : 387) memberikan definisi motivasi “sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja seseorang untuk melakukan perbuatan atau kegiatan tertentu”. Kemudian Stooner (1992) dalam Notoatmodjo (2009 : 115) mendefinisikan motivasi adalah sesuatu hal yang menyebabkan dan yang mendukung tindakan atau prilaku seseorang. Senada dengan hal tersebut di atas menurut Mangkunegara (2005) dalam Abdilah, 2011 : 28) “motivasi merupakan kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja. Lebih lanjut menurut Reksohadiprojo dan Handoko (1996 : 256) dalam Anikmah (2008) motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Rivai dan Arifin (2009 : 387) membagi motivasi kepada dua macam yaitu sebagai berikut : a. Motivasi finansial, yaitu dorongan yang dilakukan dengan memberikan imbalan finansial kepada karyawan, imbalan tersebut sring disebut insentif. b. Motivasi nonfinansial, yaitu dorongan yang diwujudkan tidak dalam bentuk financial/ uang, akan tetapi berupa hal-hal seperti pujian, penghargaan, pendekatan manusia dan sebagainya. Selanjutnya Maslow (dalam Robbins 2002 : 56) dan Ivancevich dkk, (2005: 148) menyebutkan bahwa ada lima tingkat kebutuhan yaitu : a. Kebutuhan fisik (berupa : lapar, haus, seks dan kebutuhan tubuh lainnya) b. Kebutuhan rasa aman (meliputi perlindungan dari bahaya fisik dan emosi). c. Kebutuhan sosial (meliputi kasih sayang, rasa memiliki, penerimaan dan persahabatan) d. Kebutuhan penghargaan (berupa pengakuan 114
dan perhatian dari orang lain) e. Kebutuhan aktualisasi diri (berupa pencapaian potensi diri dan pemenuhan kebutuhan diri sendiri. Seirama dengan teori Maslow yaitu teori ERG Aldelfer dalam Ivancevich at.el (2005 : 150) yang menyebutkan bahwa teori kebutuhan ada tiga tingkatan yaitu : a. Eksistensi (existence). Kebutuhan yang dipuaskan oleh factor-faktor seperti makanan, udara, imbalan dan kondisi kerja. b. Hubungan (relatedness). Kebutuhan yang dipuaskan oleh hubungan sosial dan interpersonal yang berarti. c. Pertumbuhan (growth). Kebutuhan yang terpuaskan jika individu membuat kontribusi yang produktif atau kreatif. Selain daripada hal tersebut di atas Jusmaliani (2011 : 192) menyebutkan bahwa Allah SWT dalam menciptakan manusia menganugerahkan lima naluri dasar yang merupakan kebutuhan primer yaitu : a. Agama (al-din), kebutuhan terhadap Tuhan selalu ada pada diri setiap manusia, apakah disadari atau tidak. b. Kehidupan (al-nafs), kebutuhan untuk kehidupan ini adalah yang diperlukann oleh jasad, misalnya makanan, kesehatan, rumah dan pakaian. c. Akal/ Intelektualitas ( al-Aql). Hal ini dapat ditafsirkan dengan selalu belajar, mengasah kecerdasan diri. d. Keturunan/Posterity (al-Nasl). Manusia secara naluri membutuhkan keturunan yang merupakan suatu kebanggaan, kebahagiaan dan kepuasan tersendiri, dipercaya Allah untuk membesarkan amanah yang dititipkan-Nya. e. Harta/Properti (al-Mal) Motivasi yang tinggi ditandai oleh semangat atau kegairahan karyawan dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Motivasi kerja para pegawai tidak muncul begitu saja, akan tetapi ada faktor-faktor penyebabnya, artinya motivasi kerja hanya dapat diwujudkan apabila faktor-faktor pendorongnya dipahami. Hal ini sangat penting karena manusia Jurnal Visioner & Strategis
Kepemimpinan Visioner, Motivasi dan Disiplin dalam Manajemen
merupakan sumber daya terpenting dalam organisasi, baik organisasi swasta maupun pemerintah dalam rangka mencapai tujuannya. Dari beberapa definisi motivasi yang telah disebutkan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan bagi seseorang untuk bekerja yang dipengaruhi oleh adanya kebutuhan yang harus dipenuhi dan tingkat kebutuhan yang berbeda pada setiap orang sehingga dapat terjadi perbedaan motivasi untuk berprestasi. Dimana motivasi mampu mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai dengan arahan dan yang memberikan motivasi guna untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh organisasi, baik organisasi swasta maupun pemerintah. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Menurut Saydam (2000 : 257) dalam bukunya, “Manajemen Sumber Daya Manusia” faktorfaktor motivasi dibagi ke dalam dua kelompok yaitu : a. Faktor eksternal (karakteristik organisasi) Faktor eksternal yaitu lingkungan kerja yang menyenangkan, tingkat kompensasi, supervisi yang baik, adanya penghargaan atas prestasi, status dan tanggungjawab. b. Faktor internal (karakteristik pribadi). Faktor internal yaitu tingkat kematangan pribadi, tingkat pendidikan, keinginan dan harapan, kebutuhan, kelelahan dan kebosanan. Lebih lanjut Rivai dan Arifin (2009 : 396-398) menyebutkan bahwa motivasi dipengaruhi oleh : a. Pengaruh lingkungan fisik, dimana setiap orang menghendaki lingkungan yang baik untuk bekerja seperti lampu yang terang, bebas dari ganggua, dan sebagainya. b. Pengaruh lingkungan sosial terhadap motivasi. Manusia sebagai makhluk socsal dalam bekerja tidak semata-mata hanya mengejar penghasilan saja, tetapi juga mengharapkan bahwa dalam bekerja dia dapat diterima dan dihargai oleh orang lain. c. Kebutuhan pribadi. Pada dasarnya setiap manusia dalam hidupnya dikuasai oleh kebutuhan tertentu yang mendorong dia unVolume 1, Nomor 1, Maret 2012
tuk bekerja, dimana manusia memiliki 1001 macam kebutuhan. Berikut ini adalah jenis-jenis motivasi menurut Notoatmodjo (2009 : 131) yang dibagi menjadi 2 yaitu: a. Motivasi positif (incentive positive) yaitu suatu dorongan yang bersifat positif yakni pimpinan memberikan hadiah ataun reward kepada bawahan yang berprestasi atau kinernya baik, dengan hadiah yang diberikan akan meningkatkan semangat kerja para pegawai yang akhirnya akan memicu kinerja mereka lebih meningkat. b. Motivasi negative (incentive negative) yaitu memberikan pegawai ancaman hukuman kepada bawahan yang kurang berprestasi atau kinerjanya rendah, baik dengan teguran atau kalau perlu hukuman, pemecatan, penurunan pangkat dan sebagainya. Lebih lanjut Jawwad, (2006 dalam Jusmaliani, 2009 : 180) menyebutkan motivasi dipengaruhi banyak macam sebagaimana zaman Rasulullah lebih banyak member motivasi non –materi dalam bentuk pujian, perkataan maupun arahan. Misalnya perkataan Rasul kepada Abu Dzar ra, tiada yang dinaungi langit dan dipikul bumi yang lebih setia dari Abu Dzar. Dari beberapa faktor motivasi yang telah diuraikan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi seseorang tidak semata-mata dipengaruhi oleh imbalan dalam bentuk finansial akan tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah memberikan motivasi dalam bentuk pujian, senyuman atau sekedar sapaan dari sang pimpinan terhadap bawahan juga merupakan sesuatu penghargaan dan hal ini dapat membangkitkan semangat kerja karyawan atau pegawai dalam mencapai kinerja yang optimal karena bawahan merasa dihargai dan ini yang sering terlupakan oleh pimpinan. Untuk pengembangan organisasi motivasi mempunyai tujuan sebagai berikut (Hasibuan, 2003) : a. Mendorong gairah dan semangat kerja pegawai b. Meningkatkan kepuasan kerja pegawai yang pada akhirnya meningkatkan kinerjanya. 115
Yanita
c. Meningkatkan produktifitas kerja karyawan d. Meningkatkan loyalitas dan integritas karyawan e. Meningkatkan kedisiplinan karyawan f. Meningkatkan kehadiran kerja karywan. Pengertian Disiplin Menurut Jusmaliani (2011 : 305) “disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota memenuhi berbagai tuntutan berbagai ketentuan dengan kata lain suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk prilaku karyawan agar secara sukrela berusaha bekerja secara kooperatif. Lebih lanjut menurut Heidjrachman dan Husnan (2002 : 15) mengemukakan bahwa : “disiplin adalah setiap perseorangan dan juga kelompok yang menjamin adanya kepatuhan terhadap perintah dan berinisiatif untuk melakukan suatu tindakan yang diperlukan seandainya tidak ada perintah”. Hal senada dikemukakan oleh Fathoni (2006 : 126) disiplin adalah “kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku”. Sedangkan menurut Davis (2002 : 112) “Disiplin adalah tindakan manajemen untuk memberikan semangat kepada pelaksanaan standar organisasi, ini adalah pelatihan yang mengarah pada upaya membenarkan dan melibatkan pengetahuanpengetahuan sikap dan perilaku pegawai sehingga ada kemauan pada diri pegawai untuk menuju pada kerjasama dan prestasi yang lebih baik”. Sementara menurut Suryohadiprojo (1989) disiplin itu merupakan suatu kesadaran bahwa tanpa disadari unsur ketaatan, tujuan organisasi tercapai, hal itu berarti bahwa sikap dan perilaku didorong adanya kontrol diri yang kuat, artinya sikap dan perilaku untuk mentaati peraturan organisasi muncul dari dalam dirinya. Sementara itu menurut Waridin (2006) dalam Novitasari (2008) menyebutkan indikator disiplin sebagai berikut : a. Penggunaan waktu secara efektif meliputi : ketepatan waktu dalam tugas dan penghematan waktu. b. Ketaatan terhadap peraturan meliputi : taat jam kerja, taat terhadap pimpinan dan taat terhadap prosedur/ metode kerja. 116
c. Tanggaungjawab dalam tugas dan pekerjaan meliputi : melaksanakan tugas sesuai rencana, mengvaluasi hasil pekerjaan dan keberanian menerima resiko (kesalahan) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tegak tidaknya suatu disiplin kerja dalam suatu perusahaan. Menurut Saydam (1996:202), faktor-faktor tersebut antara lain: a. Besar kecilnya pemberian kompensasi b. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan c. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan d. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan e. Ada tidaknya pengawasan pimpinan f. Ada tidaknya perhatian kepada pada karyawan g. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin. Lebih jauh Notoatmodjo (2009 : 127) menyebutkan bahwa indikato yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan dalam suatu organisasi diantaranya adalah : a. Tujuan dan kemampuan b. Teladan pimpinan c. Balas jasa d. Keadilan e. Waskat (pengawasan melekat) f. Sanksi hukuman g. Ketegasan h. Hubungan kemanusiaan. Menurut Nitisemito (1984:119-123) ada beberapa hal yang dapat menunjang keberhasilan dalam pendisiplinan karyawan yaitu: a. Ancaman : dalam rangka menegakkan kedisiplinan kadang kala perlu adanya ancaman meskipun ancaman yang diberikan tidak bertujuan untuk menghukum, tetapi lebih bertujuan untuk mendidik supaya bertingkah laku sesuai dengan yang kita harapkan. b. Kesejahteraan : untuk menegakkan kedisiplinan maka tidak cukup dengan ancaman saja, tetapi perlu kesejahteraan yang cukup Jurnal Visioner & Strategis
Kepemimpinan Visioner, Motivasi dan Disiplin dalam Manajemen
yaitu besarnya upah yang mereka terima, sehingga minimal mereka dapat hidup secara layak. c. Ketegasan : Jangan sampai kita membiarkan suatu pelanggaran yang kita ketahui tanpa tindakan atau membiarkan pelanggaran tersebut berlarut-larut tanpa tindakan yang tegas. d. Partisipasi : Dengan jalan memasukkan unsur partisipasi maka para karyawan akan merasa bahwa peraturan tentang ancaman hukuman adalah hasil persetujuan bersama. e. Tujuan dan kemampuan : Agar kedisiplinan dapat dilaksanakan dalam praktek, maka kedisiplinan hendaknya dapat menunjang tujuan perusahaan serta sesuai dengan kemampuan dari karyawan. f. Keteladanan Pimpinan : Pemimpin atau manajer mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menegakkan kedisiplinan sehingga keteladanan pimpinan harus diperhatikan. Dalam hal pengembangan sumber daya manusia dituntut tersedianya tenaga yang profesional, untuk itu diperlukan adanya aparatur yang mempunyai komitmen dan dedikasi tinggi sehingga pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Amidjoyo (1982) mengatakan bahwa pada dasarnya tujuan pembangunan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk merubah suatu keadaan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Pembangunan yang merupakan suatu proses tiada akhir yang dilakukan secara terus menerus tidak saja dalam bentuk fisik tapi juga non fisik termasuk pengembangan sumber daya manusia, kepemimpinan, motivasi kerja, disiplin kerja dalam mewujudkan kinerja optimal yang berlangsung sepanjang waktu. KESIMPULAN Sumber daya manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi, baik organisasi pemerintah maupun
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
swasta. Salah satu cara yang tepat adalah didukung oleh kepemimpinan visioner, motivasi dan disiplinuntuk Dengan adanya peraturan-peraturan yang tegas dan adil yang dilakukan pemerintah, dapat memacu kesadaran pegawai untuk lebih meningkatkan disiplin kerja sehingga prestasi atau kinerjanya dapat meningkat dan tujuan pemerintahan dapat tercapai. Kedisiplinan merupakan tindakan manajemen untuk mendorong anggota organisasi merealisasikan tujuan organisasi. Jadi kedisiplinan merupakan bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk sikap perilaku pegawai untuk meningkatkan prestasi kerja. Menurut Setiyawan dan Waridin (2006) disiplin sebagai keadaan ideal dalam mendukung pelaksanaan tugas sesuai aturan dalam rangka mendukung optimalisasi kerja. Salah satu syarat agar disiplin dapat ditumbuhkan dalam lingkungan kerja ialah adanya pembagian kerja yang tuntas sampai kepada pegawai atau petugas yang paling bawah, sehingga setiap orang tahu dan sadar apa tugasnya, bagaimana melakukannya, kapan pekerjaan dimulai dan selesai, seperti apa hasil kerja yang disyaratkan, dan kepada siapa mempertanggung jawabkan hasil pekerjaan itu (Setiyawan dan Waridin, 2006). Untuk itu disiplin harus ditumbuh kembangkan agar tumbuh pula ketertiban dan efisiensi. Disiplin tidak akan terwujud jika tidak disertai adanya kepemimpinan yang baik, sebab kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi orang-orang agar bekerja mencapai tujuan. Pemimpinan juga mengharapkan perilaku bawahannya untuk mencapai kinerja optimal sebagaimana yang diharapkan organisasi Tanpa disiplin yang baik dari pimpinan dan bawahan di semua tingkat dalam suatu organisasi, maka pencapaian tujuan dan keberhasilan organisasi menjadi sesuatu yang sulit bahkan mustahil dicapai. Karena sukses tidaknya birokrasi pemerintahan sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan dan bawahan dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dalam organisasi.
117
Yanita
Referensi Agustian, Ari Ginanjar, 2007, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, ESQ Emotional Spiritual Quotient. Cet. Ketigapuluh Tiga, Arga, Jakarta. As-Suwaidan, Thariq M dan Basyarahil, Faishal. U, 2006, Mencetak Pemimpin : Tips Melahirkan Orang Sukses dan Mulia, Cetakan Pertama, Khalifa, Jakarta. Davis, Keith, 2002, Fundamental Organization Behavior, Diterjemahkan Agus Dharma, Erlangga, Jakarta. Desler, Gary, 2009, Human Resource Management (Manajemen Sumber Daya Manusia) (edisi bahasa Indonesia), Edisi Kesepuluh Jilid 2, PT Indeks, Jakarta Gibson, James L, John M. Ivencevich, James H. Donelly, Jr, 1997, Organisasi. (Perilaku, Struktur, Proses) jilid II. Terjemahan Edisi Kedelapan. Binarupa Aksara. Jakarta. Handoko, Tani T 1992, Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. BPFE. Yogyakarta ______, 2003 Manajemen. Edisi II. BPFE Yogyakarta. Hasibuan, Melayu SP, 1996, Organisasi dan Motivasi Bumi Aksara Bandung. Helmi, Avin Fadilla, 1996, Disiplin Kerja, Buletein psikologis, Tahun IV No.2 ISSN : 0854-7108 Hersey, Paul and Kenneth Blanchard, 1982, Management of Oganization Behavior. Utilizing Human Reource, 4 th Edition, Prentice - Hall Inc Singapore.. Hesselbein, Frances dan Jhonston, 2005, A Leader to Leader Guide, On Creative, Innovation and Renewal (Tentang Kreativitas, Inovasi dan Pembaharuan), Alek Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta. Heidjrachman dan Husnan, Suad, 2002, Manajemen Personalia, BPFE, Yogyakarta Kouzes dan Posner, 2004, Leadership The Challeng, Tantangan Kepemimpinan, Erlangga, Jakarta. Kurniawan, Boy Hadi 2010, The Art of Leadership : Menjadi Pemimpin efektif dan Berpengaruh, Just Another Wordpress.com.weblog. Lembaran Negara, 1974, Undang-undang Pokok Kepegawaian No.8 Tahun 1974, Jakarta. ______,1999, Undang-undang Pokok Kepegawaian No. 43 Tahun 1999 Jakarta. ______,2010, Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010, Jakarta. Mangkunegara, Anwar Prabu, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, PT.Remaja Rosda Karya, Bandung. Nanus, Burt, 2001, Kepemimpinan Visioner: Menciptakan Kesadaran Akan Arah Dan Tujuan di Dalam Organisasi, Cetakan Pertama, PT.Prenhallindo, Jakarta. ______, 2003, Manajemen Karya,Bandung.
Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, PT. Remaja Rosda
_______, 2003, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Rajawali Pers. Jakarta. _______ dan Arifin, Arviyan, 2009, Islamic Leadership Membangun Superleadership Melalui Kecerdasan Spiritual, Cet. Pertama, PT.Bumi Aksara, Jakarta.
118
Jurnal Visioner & Strategis
Kepemimpinan Visioner, Motivasi dan Disiplin dalam Manajemen
Robbins, Stephen.P dan Judge, Timopthy. 2008, Perilaku Organisasi (organizational behavior) Edisi 12 buku dua (edisi bahasa Indonesia) Salemba Empat, Jakarta. _______, 2002, Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi, Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta. Siagian, SP, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia Bumi Aksara Bandung. _______, 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cet. Kesembilan belas, PT.Bumi Aksara, Jakarta _______, 1989, Teori Motivasi dan Aplikasinya Bina Aksara, Jakarta. _______, 1983, Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi, PT. Gunung Agung, Jakarta. Sutja, Akmal, 2010, Kepemimpinan Visioner, http://akmalsutja.blogspot.com. Tasmara, Toto, 2002. Membudayakan Etos Kerja Islam, Cet. Pertama, Gema Insani, Jakarta. Wahidin. Dadan, 2008, leadership Menurut Ajaran Islam, htm Wahjosumidjo, 1994, Kepemimpinan dan Motivasi, Ghalia Indonesia: Jakarta
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
119
Yanita
120
Jurnal Visioner & Strategis
PETUNJUK PENULISAN JURNAL VISI FAKULTAS EKONOMI UNIMAL 1. Naskah dapat ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris dan harus merupakan tulisan asli dari hasil penelitian, telaah pustaka, laboratorium, pengalaman lapangan atau gagasan yang belum dan tidak akan dipublikasikan dalam media cetak lain. 2. Tulisan yang dimuat dalam Jurnal Visi berasal dari bidang Ilmu-ilmu Ekonomi, Manajemen dan Bisnis. 3. Naskah diketik dengan perangkat lunak pengolahan kata Microsolft Word yang dicetak pada satu permukaan (tidak dibolak-balik) kertas berukuran A4 putih 80 gram /m2, dengan jarak 1,5 spasi (kecuali abstrak), dengan tata letak porfraif, serta jarak margin kiri dan atas 4 cm, kanan dan bawah 3 cm. Panjang naskah 20-25 halaman, termasuk halaman dan tabel. 4. Naskah yang termasuk katagori penelitian, disusun dengan urutan sebagai berikut: a. Judul: diusahakan singkat dan mencerminkan isi penelitian/karya ilmiah, ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris. b. Nama Penulis: ditulis dibawah judul, tanpa gelar kesarjanaan. Jika penulis lebih dari satu orang hendaknya diurutkan dan diberi angka Arab di akhir nama masing-masing penulis. Angka-angka Arab tersebut diberi keterangan sebagai catatan kaki pada halaman pertama, lengkap dengan alamat lembaga penulis c. Abstrak: ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris, diketik satu spasi dan maksimum 150 kata. Dibawah abstrak dicantumkan kata kunci (keywords) antara 3-5 frasa (phrase) d. Pendahuluan: (tanpa subjudul, berisi : Latara Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Tinjauan Pustaka) e. Metode Penelitian (alat/bahan, cara penelitian, teknik pengambilan data dan teknik analisis) f. Hasil dan Pembahasan: menguraikan hasil yang diperoleh, disertai pembahsan baik dalam bentuk tabel, grafik dan gambar g. Kesimpulan dan Saran h. Referensi (daftar pustaka) i. Biodata Penulis (daftar riwayat hidup/curriculum vitae) 5. Naskah yang termasuk katagori non penelitian/ konseptual, disusun dengan urutan sebagai berikut a. Judul (sama dengan poin 4.a) b. Nama Penulis (sama dengan poin 4.b) c. Abstrak (sama dengan poin 4.c) d. Pendahuluan (berisi: Latar Belakang, Perumusan Masalah, Sedikit Tinjauan Pustaka. Tidak dipecah menjadi anak sub judul, tetapi dalam bentuk alinea saja) e. Pembahasan (Isi Informasi/pemikiran ilmiah penulis) f. Kesimpulan dan Saran (saran tidak merupakan
keharusan) g. Referensi (daftar pustaka) h. Biodata Penulis (daftar riwayat hidup/curriculum vitae) 6. Naskah tidak diperkenankan memakai lampiran 7. Daftar pustaka yang ditampilkan hanya yang benarbenar diacu/dikutip saja: penulisan daftar pustaka disusun menurut abjad nama pengarang secara kronologis: a. Untuk buku: nama pokok dan inisial pengarang, tahun terbit. Judul Buku jilid, edisi. tempat/kota penerbit : nama penerbit b. Untuk karangan/artikel dalam pertemuan ilmiah atau seminar nama pokok dan inisial pengarang, tahun “Judul Karangan”. Singkatan nama pertemuan (penyelenggara). Waktu;tempat/kota pertemuan. c. Untuk karangan/artikel dalam majalah atau jurnal: nama pokok dan inisial pengarang, tahun. Judul karangang : nama majalah atau jurnal. Jilid (nomor) halaman permulaan dan akhir. d. Untuk tulisan dari internet : nama pokok dan inisial pengarang, tahun. Judul tulisan. Nama jurnal atau majalah/sumberlainnya. (online), vol.,no., (alamat sumber rujukan dan tanggal diakses) 8. Naskah yang dikirim ke redaksi rangkap 2 (asli dan foto copynya) dan disertakan disketnya selambatlambatnya 3(tiga) minggu sebelum penertbitan 9. Dewan redaksi dapat mengubah dan mengoreksi bahasa dan istilah, tanpa merubah isi dan maknanya dengan atau tanpa memberitahukan penulis. 10.Dewan redaksi dapat menolak naskah yang dianggap tidak memenuhi persyarat. Alamat Redaksi : Fakultas Ekonomi Univesitas Malikussaleh. Kampus Bukit Indah P.O.Box 141 Lhokseumawe. Tlp. (0645), 40210 Fax. (0645) 44450. Email:
[email protected] Website: fe-unimal.org
Jurnal Visioner & Strategis
9 772338 286005
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012