Volume 3 No. 1 Maret 2012
ISSN : 1907-1396
HUBUNGAN PENGGUNAAN PEMBERSIH GENETALIA EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHANPADA SISWI KELAS X1 IPA DI SMAN 1 MAYONG JEPARA Anik Sholikah1, dan Triana Widiastuti2 INTISARI Masalah kesehatan reproduksi wanita yang sering dikeluhkan adalah keputihan, yang tak jarang sangat menganggu hingga menyebabkan ketidaknyamanan dalam melakukan aktvitas sehari-hari. Sebanyak 75% remaja putri di seluruh dunia minimal pernah mengunakan pembersih vagina yang digunakan secara rutin. Sedangkan di Indonesia ada sekitar 75% wanita indonesia mengalami masalah keputihan fisiologis minimal 1 kali dalam seumur hidup. Berdasarkan study pendahuluan, dan didapatkan 4 siswi yang menggunakan pembersih genetalia ekstena mengalami keputihan fisiologis saat menjelang dan sesudah menstruasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan penggunaan pembersih cairan genetalia dengan kejadian keputihan pada siswi kelas X1 IPA di SMAN 1 Mayong Jepara Jenis penelitian adalah analitik dengan menggunakan pendekatan Cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMA N 1 Mayong Jepara kelas XI yang sejumlah 156 siswi, dan sampel sebanyak 67 siswi pada kelas XI IPA dengan teknik sampling jenuh. Data penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan dengan cara angket melalui kuesioner. Data diolah dengan editing, coding, scoring, tabulating dan analisa data secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji statistic exact fisher. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian responden tidak pernah menggunakan pembersih genetalia eksterna sebanyak 45 siswi (67, 2%), sebagian responden mengalami keputihan fisiologis sebanyak 58 siswa (86,6%). Hasil uji exact fisher (0,004) terdapat ada hubungan penggunaan pembersih genetalia ekterna dengan kejadian keputihan dengan keeratan hubungan (C:0,353) Di harapkan sebagai petugas kesehatan tetap memberikan informasi / pendidikan kesehatan kepada remaja putri mengenai kesehatan reproduksi khususnya bahaya penggunaan pembersih genetalia eksterna secara rutin dengan produk tertentu dapat menyebabkan keputihan. Kata kunci : Keputihan, Penggunaan pembersih genetalia eksterna,siswi PENDAHULUAN Banyak kaum wanita yang tidak percaya diri dengan area pribadi mereka. Karena itu mereka berlomba lomba menggunakan sabun pembersih khusus pada area pribadi, sehingga kaum wanita mudah tergoda berbagai program produk iklan yang di tawarkan di media. Tinggal di daerah tropis ini, panas yang menimbulkan banyak keringat dari tubuh kita. Keringat ini menimbulkan kelembapan pada tubuh kita, terutama pada organ seksual reproduksi kita yang tertutup dan berlipat. Didalam keadaan normal vagina terdapat bau yang khas. Tetapi bila ada infeksi atau keputihan yang tidak normal dapat menimbulkan bau yang menganggu, seperti bau yang tidak sedap, bau menyenggat dan amis yang di sebabkan oleh jamur, kuman , Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
8
Volume 3 No. 1 Maret 2012
ISSN : 1907-1396
atau bakteri lainya. Jika infeksi di vagina ini dibiarkan maka akan berbahaya bisa masuk ke rahim. (Junita , 2009) Dari hasil penelitian yang di lakukan di Amerika mengungkapkan lebih dari 20 juta perempuan Amerika menggunakan cairan pembersih vagina secara rutin. Sekitar 37% perempuan Amerika yang berusia 15 - 44 tahun menggunakan cairan pembersih kedalam vagina secara rutin, teratur seminggu sekali. Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita di indonesiamenunjukkan 75% pernah menggunakan pembersih vagina yang telah menjadi bagian dari personal higienis mereka yang dilakukan secara rutin. Bahkan yang bisa digunakan adalah (51%) sabun (18%) pembersih cairan dengan berbagai merek yag di pasarkan ( Septian , 2009 ) Diketahui bahwa perempuan yang secara rutin menggunakan cairan pembersih ke dalam vagina cenderung mempunyai lebih menimbulkan banyak masalah yang berhubungan dengan kesehatan vaginanya. Menimbulkan masalah – masalah karena menggunakan pembersih vagina adalah iritasi vagina, infeksi vagina dapat mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidup. Untuk menjaga organ intim wanita agar selalu sehat dan juga terhindar dari berbagai macam penyakit kelamin maka hindarilah memakai pemakaian pembersih vagina dari bahan kimia dan bahan pewangi (cairan yang khusus untuk mebersihkan alat kelamin wanita ), karena itu dapat mengganggu keseimbangan flora dalam vagina. Jika terlalu sering menggunakan pembersih vagina maka bisa mengakibatkan membunuh bakteri baik yang ada dalam vagina. Efeknya justru akan menimbulkan tumbuhnya jamur, sehingga akan timbul gatal gatal di daerah organ intim . Apalagi sampai menyemprotkan minyak wangi pada area vagina. (Septian. 2009) Keputihan fisiologis ini merupakan keputihan yang bersifat normal. Dimana, cairan yang keluar cenderung jernih atau sedikit kekuningan dan kental seperti lendir serta tidak disertai bau atau rasa gatal. Biasanya terjadi pada masa subur, sebelum dan sesudah menstruasi, atau saat banyak melakukan aktivitas fisik. Keputihan Patologis, merupakan keputihan yang tidak normal yang terjadi karena infeksi pada vagina, adanya benda asing pada vagina atau karena keganasan. Infeksi bisa sebagai akibat dari virus, bakteri, jamur, dan parasit bersel satu Trichomonas vaginalis. Dapat pula disebabkan oleh iritasi karena berbagai sebab seperti iritasi akibat bahan pembersih vagina, iritasi saat berhubungan seksual, penggunaan tampon, dan alat kontrasepsi. Infeksi virus, bakteri, dan parasit bersel satu umumnya didapatkan saat melakukan aktivitas seksual. Wanita Indonesia yang pernah mengalami masalah keputihan fisiologis sangat besar. Tercatat sebesar 75% wanita Indonesia pasti mengalami keputihan fisiologis minimal 1 kali dalam hidupnya (Octaviyanti, 2006). Menurut spesialis kebidanan, ahli kanker dan kandungan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Dr Laila Nuranna, SpOG(K), 99,7 persen kanker serviks disebabkan oleh HPV Onkogenik. H PV 16 dan 18 merupakan penyebab utama pada 70 persen kasus kanker serviks di dunia. "Sekitar 80 persen kasus kanker leher rahim terjadi pada perempuan yang hidup di negara berkembang. Di Indonesia, terdapat 90-100 kasus kanker leher rahim per 100.000 penduduk," kata Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Farida Hatta Swasono di Jakarta.
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
9
Volume 3 No. 1 Maret 2012
ISSN : 1907-1396
DiIndonesia, kasus vaginitis mencapai 10% penyebabadalah infeksi ringan pada vagina. Kondisi ini disebabkan oleh ketidakseimbangan pertumbuhan bakteri normal vagina. Kondisi ini biasa disebabkan oleh bakteri Gardnerella vaginitis. (Munzila & Wiknjosastro, 2007) Hasil penelitian di perkotaan dari dr. Prita Muliarini SpOG , ( 2010) meningkatnya gaya hidup yang terdiri dari gaya berpakaian, bekerja, kebiasaan terhadap kebersihan lingkungan (sanitasi) dan pemakaian obat-obatan berpengaruh besar terhadap keseimbangan ekosistem vagina yang seringkali mempengaruhi prevalensi keputihan sebesar 76 %, padahal faktanya keputihan tidak normal bisa memicu kanker serviks.( Sylvia, 2010 ). Berdasarkan hasil studI pendahuluan yang di lakukan pada tanggal 7 September 2011 dengan wawancara langsung kepada 20 responden dari kejuruan IPA sebanyak 10 responden, terdapat 4 responden yang menggunakan pembersih genetalia eksterna seperti daun sirih, laktoserum dan yang mengalami keputihan 2 responden dan sebanyak 10 responden dari kejuruan IPS di dapatkan 2 yang menggunakan pembersih genetalia eksterna daun sirih, laktoserum yang mengalami keputihan sebanyak 2 responden. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi analitik dimana peneliti menggunakan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas XI IPA di SMAN 1 Mayong Jepara Tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 67 responden. Penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Analisa data menggunakan Chi Square. HASIL PENELITIAN 1. Penggunaan pembersih Genetalia eksterna Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penggunaan pembersih genetalia eksterna di SMA N 1 Mayong Jepara Penggunaan pembersih genetalia eksterna Frekuensi Presentase (siswi) (%) Tidak pernah 45 67,2 Kadang-kadang 22 32,8 Sering 0 0 Jumlah 67 100,0 Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa sebagai besar responden tidak pernah menggunakan pembersih genetalia eksterna sebanyak 45 siswa (67,2%). 2. Kejadian keputihan Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Keputihan di SMA N 1 Mayong Jepara Bulan Kejadian keputihan Frekuensi (Siswi) Presentase (%) Fisiologis 58 86,6 Patologis 9 13,4 Jumlah 67 100,0 Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
10
Volume 3 No. 1 Maret 2012
3.
ISSN : 1907-1396
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa sebagai besar responden mengalami kejadian keputihan fisiologis sebanyak 58 siswi (86,6%). Hubungan penggunaan pembersih genetalia eksterna dengan kejadian keputihan Tabel 3 Hubungan penggunaan pembersih genetalia eksterna dengan kejadian keputihan di siswi kelas X1 IPA SMA N 1 Mayong Jepara Penggunaan Pembersih Genetalia Eksterna Tidak pernah Kadang-kadang Sering Jumlah
Keputihan Fisiologis Patologis 43 (64,2%) 2(3,0%) 15(22,4%) 7(10,4%) 0(0,00%) 0(0,00%) 58(86,6%) 9(13,4%)
Jumlah 45(67,2%) 22(32,8%) 0(0,00%) 67(100,0%)
Berdasarkan data dari tabel 3 menunjukkan bahwa mayoritas responden yang tidak pernah menggunaan pembersih genetalia eksterna, dan yang mengalami keputihan patologis, dan kategori kadang-kadang yang mengalami keputihan fisiologis sebanyak 43 siswi (64,2%) sedangkan paling sedikit responden yang kadang – kadang menggunakan pembersih genetalia eksterna yang mengalami keputihan patologis sebanyak 7 siswi (10,4%). Syarat uji chi square tidak terpenuhi, karena terdapat expected count < 5 lebih dari 20% sel, sehingga menggunakan uji exact fisher dengan hasil value = 0,004 dengan tarif signifikan 5% sehingga p value < 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak, berarti ada hubungan penggunaan pembersih genetalia eksterna dengan kejadian keputihan di siswi kelas X1 IPA SMA N 1 mayong Jepara. Hasil Contingency Coefficient = 0,353, sehingga keeratan hubungan rendah antara penggunaan pembersih genetalia eksterna dengan kejadian keputihan. PEMBAHASAN 1. Penggunaan pembersih genetalia eksterna Berdasarkan hasil penelitian didapatkan mayoritas responden tidak pernah menggunakan pembersih genetalia eksterna sebanyak 45 siswi ( 67,2%). Hal ini disebabkan karena adanya ketakutan remaja dalam penggunaan pembersih genetalia eksterna, kurangnya pemahaman remaja tantang manfaat penggunaan pembersih genetalia eksterna dan keterlibatan dari orang tua atau ibu.Hal ini Menurut septian (2009), bahwa ekosistem vagina adalah lingkaran kehidupan yang ada di vagina ekosistem ini dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu phatogen dan laktobasilus (bakteri baik) jika keseimbangan ini terganggu, bakteri laktobasilus akan mati dan bakteri phatogen akan tumbuh subur dan bakteri phatogen ekosistem vagina adalah penggunaan sabun pembersih organ intim yang terlalu sering. Sangat banyak pilihan produk pembersih genetalia eksterna dipasaran, bahkan hampir setiap hari bermunculan iklan yang menawarkan khasiat ampuh produk pembersih vagina itu. Dari sekian banyak produk yang beredar rata-rata memiliki tiga bahan dasar. Estrak daun sirih, bahan providone, kombinasi laktoserum dan asam lakta. Namun demikian, masih terdapat responden yang kadang – kadang menggunakan pembersih genetalia eksterna sebanyak 22 siswi (32,8%). Hal ini disebabkan karena Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
11
Volume 3 No. 1 Maret 2012
ISSN : 1907-1396
adanya iklan yang memamerkan keunggulan produkya sehingga dapat menarik kita untuk menggunakan alat pembersih daerah kewanitaan sebagai kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari.Menurut Syarif (2007) bahwa efek samping dari kesalahan dalam merawat alat reproduksi eksterna, yaitu : Jika ada pembersih / sabun berbahan daun sirih digunakan dalam waktu lama, akan menyebabkan keseimbangan ekosistem terganggu dan produk pembersih wanita yang mengandung bahan providen lodine mempunyai efek samping dermatis kontak sampai reaksi efek yang berat.(http://ayohidupsehat.net/semprotan) Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita di indonesia menunjukkan 75% pernah menggunakan pembersih vagina yang telah menjadi bagian dari personal higienis mereka yang dilakukan secara rutin. Bahkan yang bisa digunakan adalah (51%) sabun (18%) pembersih cairan dengan berbagai merek yag di pasarkan ( Septian , 2009 ) Beberapa wanita percaya bahwa menggunakan pembersih atau penyemprot vagina (vaginal douching) dapat memberikan manfaat dan merawat organ intimnya. Padahal cara pembersihan vagina ini justru dapat memberikan dampak negatif. 2. Keputihan Berdasarkan hasil penelitian didapatkan mayoritas responden mengalami keputihan fisiologis sebanyak 58 siswi ( 86,6% ). Hal ini menunjukkan siswi tidak pernah menggunakan pembersih genetalia eksterna seperti pengeluaran dari alat kelamin yang bukan darah yang tidak gatal, tidak berbau, berwarna bening, dan terjadi hanya menjelang menstruasi. Hal ini disebabkan karena keputihan fisiologis dijumpai pada keadaan menjelang menstruasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan Manuaba (2002), bahwa keputihan fisiologis dijumpai pada keadaan menjelang menstruasi, pada saat keinginan seks meningkat dan pada waktu hamil, penyebab keputihan antara lain adanya infeksi, benda asing. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 9 siswi (13,4%) yang mengalami keputihan patologis. Hal ini dapat dibuktikan dari jawaban responden yang menyatakan mengalami keputihan yang bewarna kehijau-hijauan, gatal dan berbau, sebanyak 7 responden (77,8%) dan alat kelamin berubah menjadi kemerahan sebanyak 2 responden (22,2%). Di Indonesia angka kejadian infeksi vagina disebabkan oleh bacterial vaginosis mencapai 40% - 50%. Vulva vaginosis candidiasis mencapai 20% - 25% kasus, dan tricononasis mencapai 15% - 20% kasus. Sedangkan menurut penelitian bagian Obstetri Ginekologi di Jawa Tengah didapatkan data 2% penderita berusia 11-15 tahun, dan 12% (usia 16-20 tahun) dari 223 remaja terinfeksi di daerah kemaluan atau vulva vaginitis (Posledan, 2008). 3. Hubungan penggunaan pembersih genetalia eksterna dengan kejadian keputihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yang tidak menggunakan pembersih genetalia eksterna, mengalami keputiahan fisiologis sebanyak 43 siswi (64,2%) sedangkan paling sedikit responden yang kadang – kadang menggunakan pembersih genetalia eksterna yang mengalami keputihan patologis sebanyak 7 siswi (10,4%). Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
12
Volume 3 No. 1 Maret 2012
ISSN : 1907-1396
Berdasarakan hasil uji exact fhisher pada α = 0,05 didapatkan hasil exact sig (2sided)= 0,004(p value <α ) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan penggunaan pembersih genetalia eksterna dengan kejadian keputihan. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan estrak daun sirih, bahan produk - produk pembersih kewanitaan yang mengandung bahan providone, produk yang merupakan kombinasi laktoserum dan asam laktat laktoserum dapat menggakibatkan keputihan patologis. Pembersih genetalia eksterna yang berlebihan dapat mengurangi keasaman daerah intim (vagina), sehingga mudah terinfeksi pada area pribadi wanita. Karena sabun umumnya bersifat basa yang tidak sesuai dengan pribadi yang bersifat asam, ( Septian,2009 ) Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian eko wijayanti (2004) yang menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara penggunaan antiseptik, cara membersihkan alat genital, kebersihan kamar mandi, penggunaan pembalut dan tampon dengan kejadian keputihan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Dianis wulan sari (2010), menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku higiene pribadi dengan kejadian keputihan. SIMPULAN Sebagaian besar responden tidak pernah menggunakan pembersih genetalia eksterna sebanyak 45 Siswi (67,2%). Sebagian besar responden mengalami keputihan fisiologis sebanyak 58 siswi (86,6%). Ada hubungan penggunaan pembersih genetalia eksterna dengan kejadian keputihan dengan keeratan hubungan rendah (C = 0,353). SARAN Bagi masyarakat khususnya siswi, diharapkan dalam menggunakan pembersih genetalia eksterna melihat dampak yang akan terjadi, dan melakukan tindakan yang dapat mencegah terjadinya keputihan yang fisiologis maupun patologis. Bagi Tenaga Kesehatan, dengan meingkatkan kesehatan dalam KIE / penkes tentang kesehatan reproduksi kepada siswi khususnya mengenai bahwa penggunaan pembersih genetalia ekstrena dengan kejadian keputihan.Bagi institusi pendidikan sekolah, diharapkan dapat memberikan bahan masukan untuk mempertimbangkan dan evaluasi dalam rangka meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan khususnya kesehatan reproduksi pada siswi kelas XI IPA di SMA N 1 Mayong Jepara.Bagi Peneliti Selanjutnya, perlu penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan penelitian tersebut seperti faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian keputihan patologis. DAFTAR PUSTAKA Anonim. http://ayohidupsehat.net. 2011 [Diakses tanggal 2 Juni 2011] Arikunto. Produser Penelitian, Soekarto: Rineka Cipta. 2006; h. 151. Afriyani.http://www.fkm.undip.ac.id. 2005 [Diakses tanggal 15 Mei 2011] Ayurai. Hubungan Antara Volua Hygienes Dengan Kejadian Keputihan. (http://www.situskespro.com. Diakses 6 April 2009). 2002; Azwar. Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010; h. 91. Elizabeth, Hurlook. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Tentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.1999; h. 206-207. Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
13
Volume 3 No. 1 Maret 2012
ISSN : 1907-1396
Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Cetakan Empat. Jakarta: Salemba Medika; 2010; h. 43; 86; 94-95. Isnawati. Awas Bahaya Penyakit Kelamin. Yogjakarta: Diva Press. 2010; h. 15. Junita. Kesehatan Vagina. (http://www.dechacare.com. Diakses 17 Januari 2009). 2009. Kasdu, Dra.Dini, Mkes. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Suara; 2005; h. 38 Latipun. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press. 2001; h. 65. Manuaba, IBG. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Ercon. 2002; h. 59. Notoadmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip Dasar). Jakarta: PT Rineka Cipta. 2003; h. 70. Notoadmodjo. Metodologi Konseling. Malang: UMM press. 2005; h. 25; 46; 70; 79; 124-125. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2003; h. 67. Posledan A. Kesehatan Reproduksi. 20 Januari 2008 [Diakses 16 Januari 2011]. Didapat dari: http://adbritepoledon.com/ kesehatan-reproduksi Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka: Jakarta: Yayasan Bina Pustaka; 2007; h. 116-117. Purwanto. Pengantar Perilaku Manusia. Jakarta: EGC. 1999; h. Septian. Cara merawat Organ Intim dengan Baik dan Benar. (http://ti-an.co.cc. Diakses 10 Februari 2009). 2009 Sugiyono. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Afabeta 2007; h. 68. Wulan Sari. Hubungan Perilaku Higiene Pribadi Dengan Kejadian (http://eprints.undip.ac.id) 2010. Zulkifli. Psikologi perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2001; h. 65.
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
14