Volume 3 No. 1 Maret 2012
ISSN : 1907-1396
HUBUNGAN SIKAP IBU TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RSIA KUMALA SIWI PECANGAAN JEPARA Mulastin1, dan Asmawahyunita2 INTISARI Salah satu Metode Kontrasepsi Jangka Panjang adalah Alat Kontrasepsi Dalam rahim (AKDR) dan Implant. Tetapi sebagian besar masyarakat lebih tertarik untuk memakai Implant. Sampai saat ini, AKDR merupakan jenis kontrasepsi yang kurang diminati jika dibandingkan dengan KB suntik dan pil. Dan ditunjang dengan adanya data yang menunjukkan lebih tinggi Implant yaitu 18.748 sedangkan pengguna IUD hanya 8.018 Penelitian ini menggunakan analitik korelatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasangan usia subur yang memakai AKDR yaitu sebanyak 146 orang. Sampel dalam penelitian ini semua pasangan usia subur di Desa Mantingan Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara sebanyak 25% dari 146 yaitu 37 orang. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat dan analisa bivariat dengan uji chisquare. Hasil penelitian menyatakan ibu sebagian besar memiliki sikap positif terhadap AKDR yaitu sebanyak 24 orang (64.9%). Hasil analisa penelitian uji statistik chi-squaredidapatkan ada hubungan antara sikap ibu tentang AKDR dengan pemilihan AKDR di RSIA Kumala Siwi Pecangaan Jepara. Saran bagi tenaga kesehatan hendaknya memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Sehingga dapat menambah pengetahuan dan AKDR dapat diterima di masyarakat dengan baik. Kata Kunci
: sikap, AKDR
Latar Belakang Indonesia memiliki beberapa masalah kependudukan diantaranya adalah jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Jumlah penduduk Indonesia makin hari makin terus meningkat. Padahal pemerintah terus berupaya untuk menargetkan bahwa idealnya 2 atau 1 anak per wanita. Meskipun begitu, masih ada saja dari keluarga Indonesia yang senang mempunyai banyak anak. Pemerintah terus menekan laju pertumbuhan jumlah penduduk melalui program keluarga berencana (KB), sebab jika tidak meningkatkan peserta KB, jumlah penduduk Indonesia akan mengalami ledakan yang luar bisa. Nantinya Indonesia akan semakin dipadati oleh manusia (Prawirohardjo,2008;h.122). Menurut syaifuddin 2002 Upaya yang dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk yaitu dengan Keluarga Berencana (KB). Pelayanan Keluarga Berencana yang dimaksudkan untuk menjaga kesehatan reproduksi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Kebijakan tersebut tertuang dalam upaya safe motherhood. KB adalah pilar pertama safe motherhood yang memastikan bahwa setiap orang atau pasangan mempunyai akses informasi dan pelayanan Keluarga Berencana agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
53
Volume 3 No. 1 Maret 2012
ISSN : 1907-1396
dan jumlah anak. Dengan demikian tidak ada kejadian kehamilan yang tidak diinginkan (Setiawan, 2010). Pengertian keluarga berencana menurut UU No 10 tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Noviawati dan Sujiyatini,2009;h.28). Menurut Syaifudin, 2006 tidak ada satupun Alat Kontrassepsi yang aman dan efektif bagi semua klien karena masing – masing mempunyai kelemahan dan kelebihan yang harus disesuaikan setiap klien. AKDR adalah alat kontrasepsi efektif jangka panjang yang dianjurkan sebagai pilihan yang utama pada fase menjarangkan kelahiran namun mempunyai efek samping yang lebih banyak dibandingkan dengan kontrasepsi yang lain. Salah satu komplikasi AKDR adalah perdarahan berat pada saat menstruasi atau diantaranya yang memungkinkan terjadinya penurunan kadar hemoglobin sampai dengan anemia. Dalam prosedur tetap layanan keluarga berencana di indonesia untuk akseptor AKDR tidak ada pemeriksaan hemoglobin dan tidak ada suplementasi tablet besi pada saat menstruasi (Setiawan, 2010). Menurut YB Mantra yang dikutip Notoadmojo (2003) Pendidikan berarti bimbingan yang diberikMenurut Nursalam, 2003 Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi (Wawan dan Dewi,2010; h.17).Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam motivasi untuk skap berperan serta dalam pembangunan. Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Muhibbin, 2008;h.10) Sebagian besar PUS belum mengetahui bahwa AKDR memiliki efektifitas yang tinggi yaitu 1-3 kehamilan per 1000 perempuan selama satu tahun pertama penggunaan (hartanto, 2004; h.207). Menurut WHO 2007 Pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di dunia mencapai 19%. Pasangan Usia Subur (PUS) di Negara maju mengandalkan Kontrasepsi Oral, Kondom, Sawar vagina dan Keluarga Berencana Alami sedangkan di Negara berkembang lebih mengandalkan sterilisasi vagina dan AKDR (Setyawan, 2010). Penggunaan IUD di Indonesia Tahun 2011 masih kalah dibandingkan dengan kontrasepsi jenis lain, seperti suntik, pil, dan susuk (implan) KB. Menurut data ada 29 juta pemakai alat kontrasepsi di tanah air tetapi 8 % yang memakai IUD, suntikan 32 %, pil 27 %, implan 12 % serta kondom 0,9% (http://kesehatan.kompasiana.com). Tabel1 Data BKKBN Provinsi Jawa Tengah 2011. No JenisKontasepsi 1 Suntik 2 Pil 3 IUD 4 Implan 5 MOW Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
Jumlah 2.241.592 684.914 429.636 374.444 246.985
Persen (%) 54,44 16,63 10,43 9,09 5,99
54
Volume 3 No. 1 Maret 2012 6
Kondom Total Sumber : Sayekti, 2011.
ISSN : 1907-1396 75.920 4.117.037
1,84
Tabel 2 Data Peserta KB Aktif di Kabupaten Jepara 2010. No Tahun Persen (%) 1 2009 78,13 2 2010 77,90 Sumber : Profil Jepara,2011;h.79-80. Namun angka ini telah melampaui target SPM tahun 2010 sebesar 70%. Cakupan tertinggi adalah Puskesmas Nalumsari 106,90% dan terendah Puskesmas Kalinyamatan sebesar 58,19% (Profil Jepara,2011;h.79-80). Tabel 3 Data Akseptor KB di Kabupaten Jepara 2011 Jumlah Persen (%) N Jenis Baru Akti o Kontrasepsi Aktif Baru f 1 Suntik 104.102 20.511 56,4 51,13 2 Pil 39.956 10.522 21,7 26,22 3 Implant 18.631 4.471 10,1 11,14 4 IUD 7.099 1.273 3,8 3,17 5 MOW 6.187 379 3,4 0,94 6 Kondom 5.115 2.621 2,8 6,53 7 MOP 3.364 350 1,8 0,87 Total 184.454 40.127 Sumber : BKKBN 2011 Tabel 4 Data Akseptor KB di Kabupaten Jepara Februari 2012. Jumlah Persen (%) Jenis No kontrasepsi Aktif Baru Aktif Baru 1 Suntik 103.139 1.785 56,2 61,51 2 Pil 39.055 759 21,3 26,15 3 Implan 18.668 80 10,2 2,76 4 MOW 6.192 9 3,4 0,31 5 Kondom 5.261 235 2,9 8,10 6 IUD 7.984 34 4,3 1,17 7 MOP 3.354 0 1,8 0,00 Total 183.653 2.902 Sumber : BKKBN Februari 2012. Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
Total 124.613 50.478 23.102 8.372 6.566 7.736 3.714 224.581
Total 104.924 39.814 18.748 6.201 5.496 8.018 3.354 186.555
55
Volume 3 No. 1 Maret 2012
ISSN : 1907-1396
Tabel 5 Data Akseptor KB di Kecamatan Tahunan Tahun 2011 No 1 2 3 4 5 6 7
Jenis Kontrasepsi Pil Suntik Implan Kondom IUD MOW MOP Total
Jumlah Aktif
Total
Baru 2.198 1.482 835 630 556 276 81 6.004
276 7.907 101 4 232 80 30 8.621
2.474 9.389 936 634 788 356 111 14.688
Sumber : PLKB Tahunan 2011 Tabel 6 Data Akseptor IUD Desa Mantingan Maret 2012. No
Jumlah Akseptor AKDR
Desa
1 Ngabul 2 Langon 3 Sukodono 4 Petekean 5 Mangunan 6 Platar 7 Semat 8 Telukawur 9 Demangan 10 Tegalsambi 11 Mantingan 12 Tahunan 13 Kecapi 14 Senenan 15 krapyak Sumber : PLKB Tahunan 2012
Aktif 35 19 64 31 1 6 12 15 2 15 135 121 62 29 30
Tabel 7 Data Akseptor KB di Desa Mantingan Maret 2012 Jenis No Kontrasepsi 1 Pil 2 Suntik 3 IUD 4 Kondom 5 Implant 6 MOW 7 MOP Total Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
Baru 41 8 29 2 0 0 0 0 0 14 11 72 21 29 5
Jumlah Aktif 347 142 135 43 23 19 8 717
Baru 21 685 11 2 4 2 4 729
56
Volume 3 No. 1 Maret 2012
ISSN : 1907-1396
Sumber : PLKB Tahunan 2012 Tabel 8 Data pelepasan AKDR No Nama Umur Lama pemakaian Alasan 1 Ny. E 34 3 Th Hamil 2 Ny. N 31 3 Th Siklus Mens tidak teratur 3 Ny. H 29 6 Th Ingin Hamil Sumber : PLKB Tahunan 2012 Berdasarkan data di atas dapat di interpretasikan bahwa pengguna kontrasepsi AKDR/IUD di Kota Jepara masih rendah dibandingkan dengan kontrasepsi Pil, Suntik, dan Implan. Sedangkan di Desa Mantingan AKDR cukup tinggi dibandingkan dengan Implant. AKDR/IUD di desa Mantingan berada di urutan nomer 3 setelah KB Suntik pada Bulan Maret 2012. Padahal kontrasepsi AKDR/IUD mempunyai efektifas yang tinggi dan sedikit efek samping dibandingkan dengan kontrasepsi hormonal, dan di dukung dengan program puskesmas dan program safari untuk menggratiskan AKDR/IUD. Metode Penelitian Jenis penelitian ini survey observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Akseptor AKDR bulan April diRSIA Kumala Siwi yaitu 146 orang, teknik sampling dengan quota sampling, karena subyeknya banyak (>100) sehingga diambil 2025% dari populasi (Arikunto,2006;h.134). Analisa bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square. Hasil Penelitian 1. Analisa Univariat a. Tingkat Pendidikan Tabel 9 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden di RSIA Kumala SIWI Jepara Tahun 2012. No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%) 1 Dasar 24 64,9 2 Menengah 13 35,1 3 Tinggi 0 0,0 Total 37 100.0 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan Dasar yaitu sebanyak 24 orang (64.9%), sedangkan tidak ada responden yang memiliki tingkat pendidikan Tinggi (0,0%). b. Tingkat Pengetahuan Tabel 10 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di RSIA Kumala Siwi Jepara Tahun 2012. No 1 2
Tingkat Pengetahuan Baik Cukup
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
Frekuensi 6 13
Persentase (%) 16,2 35,1
57
Volume 3 No. 1 Maret 2012 3
Kurang Total
ISSN : 1907-1396 18 37
48,6 100.0
Berdasarkan tabeldi atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 18 orang (48,6%), dan yang paling sedikit adalah yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 6 orang (16,2%). 2. Analisa Bivariat Tabel 11 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan dengan tingkat pengetahuan tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di RSIA Kumala Siwi Jepara Tahun 2012. No Tingkat Tingkat Pengetahuan Total Pendidikan Baik % Cukup % Kurang % 1 Dasar 1 16,7 9 69,2 14 77,8 24 2 Menengah 5 83,3 4 30,8 4 22,2 13 3 Tinggi 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 Total 6 100,0 13 100,0 18 100,0 37 Berdasarkan Tabel di atas menjelaskan tentang penyebaran data antara dua variabel yaitu tingkat pendidikan dasar dengan tingkat pengetahuan tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di RSIA Kumala Siwi Jepara. Sebagian besar responden dengan tingkat pendidikan memiliki pengetahuan kurang sebanyak 14 orang (77,8%), sementara itu sebagian kecil responden dengan tingkat pendidikan menengah memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 4 orang (22,2%). Setelah dilakukan uji Chi-Square dikatakan tidak memenuhi syarat karena terdapat nilai Expected count <5 pada 3 cell senilai 50,0% maka dilakukan penggabungan cell. Dikatakan tidak memenuhi syarat karena terdapat nilai Expected count <5 pada 2 cell yaitu (50,0%) maka dilakukan uji Fisher Exact Test dengan hasil p Value 0.014 sehingga ada hubungan antara Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Pengetahuan Tentang AKDR. Pembahasan Penelitian mengenai hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan akseptor tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di RSIA Kumala Siwi Jepara akan dibahas meliputi: 1. Analisa Univariat a) Tingkat Pendidikan di RSIA Kumala Siwi JeparaTahun 2012. Penelitian terhadap tingkat pendidikan ibu diperoleh hasil sebagian besar ibu memiliki tingkat pendidikan dasar yaitu sebanyak 24 orang (64.9%), yang memiliki pendidikan menengah sebanyak 13 orang (35,1%) dan yang memiliki pendidikan tinggi sebanyak 0 orang (0,0%). Pendidikan adalah berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
58
Volume 3 No. 1 Maret 2012
ISSN : 1907-1396
Pendidikan diperlukan untuk mendaapat informasi. Misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup (Wawan & Dewi,2010;h.16). Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan pasangan suami - istri yang rendah akan menyulitkan proses pengajaran dan pemberian informasi, sehingga pengetahuan tentang IUD juga terbatas (Erfandi, 2008). Pada hasil penelitian ini sebagian besar akseptor di RSIA Kumala Siwi Jeparapekerjaannya sebagai buruh. Dan responden sebagian besar berpendidikan dasar. Hal Ini mungkin dikarenakan kurangnya kesadaran untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Tetapi sekarang dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti TV, radio, koran dan alat komunikasi seseorang akan mendapatkan pengetahuan terutama pengetahuan tentang AKDR. Hal lain yang menyebabkan pendidikan sesorang wanita rendah adalah adanya pandangan bahwa seorang wanita tidak harus menempuh pendidikan tinggi, serta keterbatasan factor ekonomi sehingga menyebabkan pendidikan seorang wanita terbatas pada pendidikan dasar. Upaya untuk mengatasi pendidikan ibu yang rendah adalah dengan memberikan penyuluhan dan mengubah cara pandang masyarakat tentang pentingnya pendidikan formal untuk memperbarui informasi dan mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide gagasan. b) Tingkat Pengetahuan tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di RSIA Kumala Siwi Jepara. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 18 orang (48,6%), yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 6 orang (16,2%) dan yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 13 orang (35,1%). Menurut teori WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo 2007, salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri (Wawan dan Dewi, 2010;h.12) Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa paling banyak adalah responden dengan pengetahuan kurang. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya informasi yang diterima responden berkaitan dengan AKDR baik itu dari media maupun dari tenaga kesehatan sekitar, selain itu juga karena pendidikan yang rendah dan sebagian besar pekerjaan penduduk sebagai buruh. Karena lingkungan pekerjaan dapat juga mempengaruhi dalam pola fikir seseorang. Responden yang memiliki pengetahuan baik dikarenakan adanya informasi yang diterima responden baik dari media massa seprti radio, Koran, majalah maupun televisi tentang alat kontrasepsi AKDR. Upaya tenaga kesehatan untuk mengatasi masalah ini, adalah dengan memberikan KIE (Komunikasi Informasi Edukasi / Pendidikan) terhadap Ibu maupun keluarga, agar dapat mengerti dan memahami tentang AKDR yang dapat dilakukan dengan cara penyuluhan di posyandu, PKK, dan pengajian. Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
59
Volume 3 No. 1 Maret 2012 2.
ISSN : 1907-1396
Analisa Bivariat Hubungan Tingkat Pendidikan dengan tingkat Pengetahuan Akseptor Tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di RSIA Kumala Siwi Jepara Tahun 2012. Pada responden dengan tingkat pendidikan dasar, dari 24 orang terdapat 1 orang (16,9%) yang memiliki pengetahuan baik, 9 orang (62,2%) yang memiliki pengetahuan cukup dan 14 orang (77,8%) yang memiliki pengetahuan kurang. Dari 13 orang yang memiliki pendidikan menengah terdapat 5 orang (83,3%) yang memiliki pengetahuan baik, 4 orang (30,8%) yang memiliki pengetahuan cukup dan 4 orang (22,2%) yang memiliki pengetahuan kurang. Pendidikan adalah berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendaapat informasi. Misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup (Wawan & Dewi,2010;h.16). Hasil uji Fisher Exact Test menunjukkan bahwa ada hubungan antara Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat Pengetahuan Tentang AKDR pada Akseptor AKDRRSIA Kumala Siwi JeparaTahun 2012 Dari data diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan dasar dan sebagian besar penduduk bekerja sebagai buruh, serta sebagian besar tingkat pengetahuan responden kurang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka tingkat pengetahuan yang diperoleh adalah kurang. Sebagian orang beranggapan bahwa pendidikan bukanlah suatu kebutuhan. Namun hanya mementingkan kebutuhan dasar seseorang contoh : sandang, pangan, papan. Tanpa memperdulikan tingakat pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan seseoang dalam pola fikir. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam motivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Sedangkan pemilihan AKDR adalah bentuk perilaku, sehingga secara tidak langsung pendidikan ibu dapat mempengaruhi pengetahuan tentang AKDR. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin mudah menerima informasi terutama tentang alat kontrasepsi AKDR. Dengan semakin mudah menerima informasi, maka akan semakin banyak informasi yang diterima yang berakibat pengetahuan yang dimiliki akan semakin banyak dan baik, sedangkan seseorang dengan pendidikan rendah akan semakin sulit menerima informasi sehingga pengetahuan yang dimiliki akan semakin sedikit. Salah satu faktor penyebab ibu bersedia menggunakan AKDR adalah rasa ingin tahu ibu terhadap AKDR, serta ditunjang adanya program safari yang menggratiskan biaya AKDR. Tanpa memikirkan besarnya biaya ibu dapat menggunakan Alat Kontrasepsi untuk mencegah terjadinya kehamilan sampai 10 tahun tanpa kembali tiap bulan serta tidak perlu mengingat-ingat tanggal kembali. Itulah yang menjadi alasan sebagian responden walaupun memiliki tingkat pendidikan dasar serta memiliki tingkat pengetahuan kurang tapi responden bersedia menggunakan AKDR.
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
60
Volume 3 No. 1 Maret 2012
ISSN : 1907-1396
Untuk menguatkan penelitian ini hal ini sesuai dengan penelitian Apriliyanti dewi bahwa ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi IUD, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan ibu akan menambah pengetahuan ibu dalam memilih alat kontrasepsi yang cocok sesuai dengan keinginan. Kesimpulan 1. Sebagian besar ibu memiliki tingkat pendidikan dasar yaitu sebanyak 24 orang (64,9%), yang memiliki pendidikan menengah sebanyak 13 orang (35,1%).dan yang memiliki pendidikan tinggi 0 orang (0%). 2. Sebagian besar ibu memiliki tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 18 orang (48,6%), yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 6 orang (16,2%) dan yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 13 orang (35,1%). 3. Hasil uji statisk chi-square menunjukkan nilai Exact fisher adalah dengan p value 6.853 yaitu 0.014. dengan demikian ada hubungan antara hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan tentang alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) pada akseptor AKDR di desa Mantingan kecamatan tahunan kabupaten jepara tahun 2012. Saran Bagi peneliti, diharapkan Penelitian ini merupakan sarana bagi penulis sebagai bahan latihan dalam rangka melaksanakan kegiatan penelitian secara langsung di lapangan.Bagi institusi pendidikan, diharapkan dapat memberikan tambahan bahan bacaan tentang metode kontrasepsi AKDR bagi pengajar dan mahasiswa untuk proses belajar mengajar yang lebih baik dilingkungan pendidikan. Bagi keilmuan kebidanan, diharapkan Penelitian ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk menerapkan ilmu pengetahuan tentang ilmu kebidanan yang didapat selama perkuliahan. Bagi masyarakat, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi dan wawasan tentang AKDR bagi masyarakat. Daftar Pustaka Ahmadi Abu dan Uhbiyati Nur. Ilmu pendidikan. Jakarta: Rineka cipta; 2007. Arikunto. Prosedur Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta. 2010.h.194. Arum Dyah Noviawati seyta dan Sujiyatini. Panduan lengkap pelayanan KB terkini. Yogyakarta: Nuha medika; 2009. Dahlan M. Sopiyudin. Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta. Salemba Medika. 2008. DINKES Kabupaten Jepara. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2010. Jepara; 2010. Handayani Sri. Buku ajar pelayanan keluarga berencana. Yogyakarta: Pustaka rihana; 2010. Hartanto Hanafi. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan; 2004. Hidayat A.Aziz Alimul. Metode penelitian keperawatan dan tekhnik analisa data. Jakarta: salemba medika; 2009. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-sayektiwul-5855-1-babi.pdf. http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/08/kontrasepsi-spiral-akdr-alat.html. http://kesehatan.kompasiana.com. Machfoedz, ircham. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan. 2009. Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
61
Volume 3 No. 1 Maret 2012
ISSN : 1907-1396
Manuaba IBG. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan KB untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC; 2010. Notoatmodjo Soekidjo. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka cipta; 2010. Notoatmodjo Soekidjo. Metodologi penelitian kesehatan Edisi revisi. Jakarta: Rineka cipta; 2005. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. 2008. Prawirohardjo Sarwono. Ilmu kandungan. Jakarta: YBP-SP; 2008. Prawirohardjo Sarwono, dkk. Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi. Jakarta: YBP-SP; 2006. Setiawan Ari dan Saryono. Metodologi penelitian kebidanan DIII, DIV, S1, dan S2. Yogyakarta: Nuha medika; 2010. Sugiyono. Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta, CV; 2010. Trianto M.Pd. Pengantar penelitian pendidikan bagi pengembangan profesi pendidikan & tenaga kependidikan. Jakarta: Kencana prenada media group; 2010.
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
62