Volume 3 No. 1 Maret 2012
ISSN : 1907-1396
PERBEDAAN PERTUMBUHAN ANAK UMUR 5-6 TAHUN ANTARA JENIS KELAMIN LAKI-LAKI DENGAN JENIS KELAMIN PEREMPUAN BERDASARKAN BERAT BADAN DAN TINGGI BADANDI TK AISYIYAHPURWOGONDO Ita Rahmawati1 INTISARI Penilaian tumbuh kembang anak secara medis atau secara statistik diperlukan untuk mengetahui apakah seorang anak tumbuh dan berkembang normal atau tidak. Anak yang sehat akan menunjukkan tumbuh kembang yang optimal apabila diberikan lingkungan bio-fisikopsikososial yang adekuat. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan anak umur 5 tahun antara jenis kelamin perempuan dengan jenis kelamin laki-laki. Penelitian ini merupakan survey analitik, dan menggunakan metode cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 responden yang diperoleh secara Purposive Sampling. Pengumpulan data menggunakan observasi data diolah secara editing, coding, data entri, melakukan teknik analisa, data dianalisa menggunakan ujiChi Square 2 Sample. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah ada perbedaan pertumbuhan anak umur 5-6 tahun antara jenis kelamin laki-laki denganjenis kelamin perempuan berdasarkan berat badan dan tinggi badan. Kata Kunci
: Perbedaan Pertumbuhan, Berat Badan, Tinggi Badan
Latar Belakang Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan. Jadi bersifat kuantitatif sehingga dengan demikian dapat kita ukur dengan mempergunakan satuan panjang dan satuan berat. (IDAI, 2008 ; h. 1) Menurut publikasi BPS (Badan Pusat Statistik) pada bulan Agustus 2010, jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus adalah sebanyak 237.556.363 orang, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Untuk jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah hasil olah cepat adalah 32.380.687 orang, yang terdiri atas 16.081.140 laki-laki dan 16.299.547 perempuan. Jumlah Penduduk Kabupaten Jepara adalah 1.097.158 orang, yang terdiri atas 547.876 laki-laki dan 549.282 perempuan (BPS, BPS Provinsi Jawa Tengah, BPS Kabupaten Jepara, Hasil SP- 2010) Kualitas anak masa kini merupakan penentu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dimasa yang akan datang. Pembangunan manusia masa depan dimulai dengan pembinaan anak masa sekarang. Untuk mempersiapkan SDM yang berkualitas dimasa yang akan datang maka anak perlu dipersiapkan agar anak bisa tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. (IDAI, 2008 ; h. 13) Penilaian tumbuh kembang anak secara medis atau secara statistik diperlukan untuk mengetahui apakah seorang anak tumbuh dan berkembang normal atau tidak. Anak yang sehat akan menunjukkan tumbuh kembang yang optimal apabila diberikan lingkungan bio-fisikopsikososial yang adekuat. (IDAI, 2008 ; h. 95) Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
24
Volume 3 No. 1 Maret 2012
ISSN : 1907-1396
Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang satu sama lainnya saling berhubungan. Adapun faktor-faktor tersebut meliputi faktor herediter seperti seks dan ras, dimana faktor ini tidak dapat diubah lagi. Kemudian faktor lingkungan yang terdiri dari, yang pertama kebudayaan suatu daerah akan mempengaruhi tingkah laku, adat kebiasaan dan kepercayaan tentang pola dan cara pemeliharaan anak. Faktor yang Kedua adalah nutrisi, dimana yang perlu diperhatikan adalah dari segi kuantitas dan kualitasnya. Kualitas makanan harus yang sesuai dengan kebutuhan tubuh seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin. Kebutuhan nutrisi pada anak tergantung pada seks, tingkat pertumbuhan dan perkembangan akan umur dan tingkat aktivitas. Pada pertumbuhan awal pada prenatal intake protein dan kalori perlu ditingkatkan. Akibat dari nutrisi yang kurang akan terlihat pertumbuhan dan perkembangan anak akan lambat. Faktor lingkungan yang ketiga adalah penyimpangan dari keadaan sehat hal ini disebabkan oleh adanya penyakit atau kecelakaan yang dapat mengganggu tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Faktor yang keempat adalah olahraga yang dapat meningkatkan sirkulasi, aktifitas fisiologi dan stimulasi perkembangan otot-otot. Faktor yang kelima adalah urutan posisi anak dalam keluarga akan mempengaruhi sikap orang tua terhadap anak. Kelahiran anak pertama dalam keluarga merupakan pusat perhatian seluruh keluarga, sehingga semua kebutuhan terpenuhi baik fisik, emosi, maupun sosialnya. Selanjutnya pada kalahiran adiknya keadaan ini mulai berkurang. Faktor yang keenam adalah lingkungan internal yaitu intelegensi, hormon, dan emosi (PUSDIKNAKES, 1993 ; h.16-17) Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara, serta pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh dan rangsangan perkembangan otak. Dilain pihak upaya dini deteksi gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan kearah yang lebih berat. (Meilani, 2009 ; h. 99-100) Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. ( Soetjiningsih,1995; h. 29) Masa balita juga merupakan umur yang paling rawan, oleh karena pada masa itu anak mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi. Disamping itu masa balita merupakan dasar pembentuk kepribadian anak. Sehingga diperlukan perhatian khusus. ( Soetjiningsih,1995; h. 6) Pada masa prasekolah (2-6 tahun) pertumbuhan berlangsung secara stabil, terjadi perkembangan dengan aktifitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya ketrampilan dan proses berfikir. (IDAI, 2008 ; h. 2) Berdasarkan penelitian dari Hastuti (2005) terhadap anak umur 7-12 tahun menunjukkan bahwa tempat tinggal, jenis kelamin dan umur secara bersama-sama berpengaruh terhadap ukuran tinggi badan dan berat badan. Hasil study pendahuluan di TK Aisyiyah Purwogondo Kalinyamatan Jepara dengan jumlah seluruh siswa 93 anak, setelah dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan terhadap 5 anak laki-laki dan 5 anak perempuan umur 5 tahun 7 bulan didapatkan untuk anak Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
25
Volume 3 No. 1 Maret 2012
ISSN : 1907-1396
laki-laki rata-rata berat badan adalah 18,2 kg dan rata-rata tinggi badan 108,6 cm. Sedangkan untuk anak perempuan didapatkan rata-rata Berat badan 16 kg dan rata-rata tinggi badan 106 cm. Apabila dibandingkan dengan indikator NCHS, anak umur 5 tahun 7 bulan untuk jenis kelamin laki-laki seharusnya mempunyai berat badan 19,8 kg dan tinggi badan 113,6 cm sedangkan untuk anak perempuan seharusnya mempunyai berat badan 18,7 kg dan tinggi badan 112,1 cm. sehingga dapat disimpulkan baik untuk rata-rata berat badan maupun tinggi badan untuk anak laki-laki dan perempuan lebih rendah dari NCHS. Dan dari data tersebut didapat bahwa untuk anak laki-laki mempunyai rata-rata berat badan dan rata-rata tinggi badan lebih tinggi. Berdasarkan data diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Perbedaan Pertumbuhan Anak Umur 5-6 Tahun antara Jenis Kelamin Laki-laki dengan Jenis Kelamin Perempuan Berdasarkan Berat Badan dan Tinggi Badan di TK Aisyiyah Purwogondo Kalinyamatan Jepara”. Metode Penelitian Jenis/desain penelitian adalah survey analitik, dan menggunakan metode cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa-siswi TK Aisyiyah Purwogondo pada tahun 2011 sebanyak 93 orang dengan rincian jumlah siswa laki-laki sejumlah 51 anak, siswi perempuan sejumlah 42 anak sedangkan siswa-siswi yang berusia 5-6 tahun sebanyak 40 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa siswi yang berumur 5-6 tahundi TK Aisyiyah Purwogondo. Pada bulan Mei tahun 2011 sejumlah 40 orang dengan menggunakan tehnik sampling jenuh. Penelitian menggunakan data primer berupa pengukuran berat badan serta tinggi badan dan data sekunder berupa data jumlah siswa siswi objek penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan pengukuran. Analisa data univariat menggunakan prosentase, sedangkan analisa bivariat dengan uji Chi-Square 2 Sample dan pengolahan program SPSS 16.0 for windows. Hasil Penelitian 1. Analisa Univariat a. Pertumbuhan Anak laki-laki Umur 5-6 Tahun Berdasarkan Berat Badan dan Tinggi Badan Tabel 1 Distribusi frekuensi pertumbuhan anak laki-laki umur 5-6 tahun Berdasarkan Berat badan dan tinggi badan di TK Aisyiyah Purwogondo tahun 2011 No Pertumbuhan F % 1 Sesuai 1 5 2 Tidak sesuai 19 95 total 20 100 Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa untuk pertumbuhan anak laki-laki didominasi pertumbuhan yang tidak sesuai yaitu sebanyak 19 anak (95%). b. Pertumbuhan Anak perempuan Umur 5-6 Tahun Berdasarkan Berat Badan dan Tinggi Badan Tabel 2 Distribusi frekuensi pertumbuhan anak perempuan umur 5-6tahun berdasarkan berat badan dan tinggi badan di TK Aisyiyah Purwogondo tahun2011 No pertumbuhan F % 1 Sesuai 0 0 2 Tidak sesuai 20 100 Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
26
Volume 3 No. 1 Maret 2012 total
ISSN : 1907-1396 20
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa untuk pertumbuhan anak perempuan didominasi pertumbuhan yang tidak sesuai yaitu sebanyak 20 anak (100%). 2. Analisa Bivariat Analisa perbedaan pertumbuhan anak umur 5-6 tahun antara jenis kelamin laki-laki dengan jenis kelamin perempuan berdasarkan berat badan dan tinggi badan di TK Aisyiyah Purwogondo tahun 2011 di uji dengan menggunakan uji Chi Square 2 Sample dalam program komputer SPSS 16.0 for windows. Tabel 3 Perbedaan pertumbuhan anak umur 5-6 tahun antara jenis kelamin laki-laki dengan jenis kelamin perempuan di TK Aisyiyah Purwogondo tahun 2011.
N0
Jenis Kelamin
1. 2.
Laki-laki Perempuan
Pertumbuhan sesuai Tidak sesuai frekuensi % frekuensi % 1 5 19 95 0 0 20 100
Jumlah
20 (100%) 20 (100%)
Untuk pertumbuhan anak laki-laki dan perempuan yang sesuai jarang terjadi, terbukti dari hasil penelitian ditemukan pertumbuhan yang sesuai pada anak laki-laki dengan frekuensi 1 sedangkan untuk anak perempuan tidak ada. Setelah dilakukan uji Chi Square 2 sampel, didapatkan hasil Ho ditolak dan Ha diterima atau ada perbedaan pertumbuhan anak umur 5-6 tahun berdasarkan jenis kelamin laki-laki dengan jenis kelamin perempuan berdasarkan berat badan dan tinggi badan. Pembahasan 1. Pertumbuhan Anak Laki-laki Untuk pertumbuhan anak laki-laki didominasi pertumbuhan yang tidak sesuai yaitu sebanyak 19 anak (95%). Sehingga dapat diketahui bahwa masih banyak anak laki-laki yang mengalami pertumbuhan yang tidak sesuai. Hal ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu lingkungan, nutrisi, penyimpangan dari keadaan sehat, hal ini disebabkan oleh adanya penyakit atau kecelakaan yang dapat mengganggu tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, olahraga yang dapat meningkatkan sirkulasi, aktifitas fisiologi dan stimulasi perkembangan otot-otot, dan urutan posisi anak dalam keluarga akan mempengaruhi sikap orang tua terhadap anak. (Pusdiknakes, 1993 ; h.16-17) 2. Pertumbuhan Anak Perempuan Untuk pertumbuhan anak perempuan diperoleh hasil bahwa pertumbuhan anak perempuan semuanya tidak sesuai yaitu dengan frekuensi 20 anak (100%). Hal ini dapat disebabkan karena kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu. Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus kering yang disebut dengan wasting. Wasting yaitu berat badan Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
27
Volume 3 No. 1 Maret 2012
ISSN : 1907-1396
anak tidak sebanding dengan tinggi badannya. Jika kekurangan ini bersifat menahun (kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi keadaan stunting yaitu anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus. ( Marimbi, 2010 ; h.100 ) Sebagai penyebab langsung gangguan gizi pada anak adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka. Sedangkan yang menjadi factor tidak langsung gangguan gizi adalah : a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relative baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga. b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu. Pebggunaan bahan makanan itu dianggap dapat menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga. c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan. Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantangan makan makanan tertentu masih sering dijumpai terutama didaerah pedesaaan. Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya. d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memeperoleh semua zat gizi yang diperlukan. e. Jarak kelahiran yang teralu rapat Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir, sehingga ibunya tidak bisa merawatnya secara baik. f. Social ekonomi Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan. g. Penyakit infeksi Penyakit infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan. h. Akibat gizi yang tidak seimbang i. Kekurangan energi dan protein. (Marimbi, 2010 ; h.96-100 ). Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
28
Volume 3 No. 1 Maret 2012
ISSN : 1907-1396
3. Perbedaan Pertumbuhan Anak Laki-laki dan Anak Perempuan Untuk pertumbuhan anak laki-laki dan perempuan yang sesuai jarang terjadi, terbukti dari hasil penelitian ditemukan pertumbuhan yang sesuai pada anak laki-laki dengan frekuensi 1 sedangkan untuk anak perempuan tidak ada. Setelah dilakukan uji Chi Square 2 sampel, memenuhi syarat karena tidak ada cell yang bernilai kurang dari 5, didapatkan hasil Ho ditolak dan Ha diterima atau ada perbedaan pertumbuhan anak umur 5-6 tahun antara jenis kelamin laki-laki dengan jenis kelamin perempuan berdasarkan berat badan dan tinggi badan. Dengan perbandingan nilai p value 0,05 sedangkan nilai signifikannya 0,000. Dengan ketetapan apabila nilai p value lebih besar dari nilai signifikasinya maka Ha diterima dan Ho ditolak atau ada perbedaan pertumbuhan anak umur 5-6 tahun jenis kelamin laki-laki dengan jenis kelamin perempuan berdasarkan berat badan dan tinggi badan. Apabila nilai p value lebih kecil dari nilai signifikasinya maka Ha ditolak dan Ho diterima atau tidak ada perbedaan pertumbuhan anak umur 5-6 tahun jenis kelamin laki-laki dengan jenis kelamin perempuan berdasarkan berat badan dan tinggi badan. Hal ini tidak sesuai dengan teori tentang pertumbuhan berdasarkan berat badan dan tinggi badan, yang mengatakan bahwa untuk anak 5-6 tahun tidak ada perbedaan pertumbuhan. Pada bayi yang lahir cukup bulan, berat badan akan kembali pada hari kesepuluh. BB menjadi dua kali berat badan lahir pada bayi umur 5 bulan menjadi 3 kali berat badan lahir pada umur satu tahun, dan menjadi empat kali berat badan lahir pada umur dua tahun. Pada masa pra sekolah kenaikan barat badan rata-rata 2kg/ tahun. Kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir dan dimulai “pre-adolecent growth spurt” ( pacu tumbuh dan adolesen) dengan rata-rata kenaikan berat badan adalah 3-3.5 kg/ tahun, yang kemudian dilanjutkan dengan pacu tumbuh adeleson. Dibandingkan dengan anak laki-laki, “growth spurt” (pacu tumbuh ) anak perempuan lebih cepat yaitu sekitar umur delapan tahun , sedangkan anak lakilaki baru pada umur sekitar 10 tahun. Tetapi pertumbuhan anak perempuan lebih cepat berhenti dari pada anak laki- laki. Anak perempuan ada umur 18 tahun sudah tidak tumbuh lagi, sedangkan anak laki-laki baru berhenti tumbuh pada umur 20 tahun. (Soetjiningsih, 1995 ; h. 18). Kecepatan pertumbuhan tinggi badan sudah menurun pada saat lahir, kemudian relatif tetap hingga usia 4-5 tahun, lalu menigkat lagi pada usia 6-8 tahun, menurun lagi sampai pada saat sebelum adeleson, kemudian meningkat pesat pada usia 11-15 tahun dan disebut adolecent growth spurt. Puncak kecepatan pertumbuhan tinggi badan anak perempuan terjadi 2 tahun lebih awal daripada anak laki-laki. (IDAI, 2008 ; h. 5). Penelitian dari Hastuti janastin yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik antropometri anak laki-laki dan perempuan umur 7-12 tahun didataran tinggi dan dataran rendah di kecamatan Samigaluh (dataran tinggi) dan Galur (dataran rendah) menyatakan bahwa untuk ukuran antropometri berat badan dan tinggi badan tidak terdapat perbedaan pada anak laki-laki dan perempuan umur 7-12 tahun untuk masing-masing daerah baik di kecamatan Samigaluh (dataran tinggi) maupun Galur (dataran rendah) dengan demikian hal ini tidak sesuai dengan hasil uji chi square 2 sample yang telah dilakukan yaitu didapat ada perbedaan pertumbuhan pada anak umur 5-6 tahun berdasarkan berat badan dan tinggi badan. Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
29
Volume 3 No. 1 Maret 2012
ISSN : 1907-1396
Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu : a. Faktor Genetik Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak.faktor ini juga merupakan faktor bawaan anak, yaitu potensi anak yang menjadi ciri khasnya. Melalui genetik yang terkandung didalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajad sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. b. Faktor Lingkungan Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Faktor ini disebut juga milieu merupakan tempat anak tersebut hidup, dan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak. Lingkungan yang cukup baik akan mungkin tercapainya potensi bawaan sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya.faktor lingkungan secara garis besar dibagi menjadi : 1) Faktor lingkungan yang memepengaruhi tumbuh kembang anak pada waktu masih dalam kandungan (faktor prenatal) yaitu gizi ibu pada waktu hamil, mekanis, toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas, anoksia embrio. 2) Faktor lingkungan yang memepengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (faktor postnatal) dapat digolongkan menjadi : a) Lingkungan biologis Yang dimaksud adalah ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme dan hormon. b) Faktor fisik Yang termasuk faktor fisik antara lain cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah, sanitasi, keadaan rumah baik dari struktur bangunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan hunian, serta radiasi. c) Faktor psikososial Stimulasi merupakan hal penting dalam tumbuh kembang anak, selain itu motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memeberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar, ganjaran atau hukuman yang wajar merupakan hal yang dapat menimbulkan motivasi yang kuat dalam perkembangan kepribadian anak kelak dikemudian hari. Dalam proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan teman sebaya, stress juga sangat berpengaruh terhadap anak, selain sekolah, cinta dan kasih saying, kualitas interaksi anak orang tua dapat memepengaruhi proses tumbuh kembang anak. d) Faktor keluarga dan adat istiadat Yaitu pekerjaan / pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder, pendidikan ayah/ibu yang baik dapat menerima informasi diluar terutama tentang cara pengasuahan anak yang baik, menjaga kesehatan, dan pendidikan yang baik pula, jumlah saudara yang banyak pada keluarga yang keadaan social ekonominya cukup akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih saying yang diterima anak, jenis kelamin dalam Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
30
Volume 3 No. 1 Maret 2012
ISSN : 1907-1396
keluarga seperti pada masyarakat tradisional masih banyak wanita yang mengalami malnutrisi sehingga dapat menyebabkan angka kematian bayi meningkat, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat, normanorma, agama, urbanisasi yang banyak menyebabkan kemiskinan dengan segala permasalahannya, serta kehidupan politik dalam masyarakat yang memepengaruhi prioritas kepentingan anak. ( Marimbi, 2010 ; h.73-78) Simpulan Untuk pertumbuhan anak laki-lakididapatkan hampir semua anak laki-laki pertumbuhannya tidak sesuai dengan indicator yaitu sebabyak 19 anak (95%). Untuk pertumbuhan anak perempuan, didapatkan semua anak pertumbuhannya tidak sesuai dengan indicator yaitu sebanyak 20 anak (100%). Ada perbedaan pertumbuhan anak umur 5-6 tahun jenis kelamin laki-laki dengan jenis kelamin perempuan berdasarkan berat badan dan tinggi badan di TK Aisyiyah Purwogondo. Daftar Pustaka Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara. Hasil Sensus Penduduk 2010 Kabupaten Jepara Data Agegat Kecamatan. Agustus 2010 [Diakses tanggal 25 Maret 2011]. Didapat dari: http://www.bps.go.id/hasilsp2010/jateng/3320.pdf Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Hasil Sensus Penduduk 2010 Provinsi Jawa tengah. [Diakses tanggal 25 Maret 2011]. Didapat dari: http://www.bps.go.id/hasilsp2010/jateng/3300.pdf Badan Pusat Statistik. Hasil Sensus Penduduk 2010. 22 Oktober 2010 [Diakses tanggal 25 Maret 2011]. Didapat dari: http://Storage.Jak.Stik.ac.id Dewi L,Nanny V. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika. Hastuti, J. Karakteristik antropometri anak umur 7-12 tahun didataran tinggi dan dataran rendah. 2005 [Diakses tanggal10 Mei 2011]. Didapat dari: http://i-lib.ugm.ac.id. Hidayat, A A. 2007 . Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. IDAI. 2008. Tumbuh Kembang Anak Dan Remaja. Jakarta : Sugeng Seto. Marimbi, H. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Immunisasi Dasar pada Balita. Yogyakarta: Nuha Offset. Meilani, NS, Nanik.dkk. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. PUSDIKNAKES. 1993. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga, Jakarta: Departeman Kesehatan RI. Rahayu S, Dedeh. 2009. Asuhan Keperawatan Anak dan Neonatus. Jakarta : Salemba Medika. Rahmawati, N T. Status Gizi Antropometrik Anak Usia 7-12 tahun di DIY. 2003 [Diakses tanggal10 Mei 2011]. Didapat dari: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/351-33947.pdf Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogjakarta: Nuha Medika. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC. Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
31
Volume 3 No. 1 Maret 2012
ISSN : 1907-1396
Sudarso R, Iwa Sutardjo. Perbedaan Free way Space pada Anak Balita Suku Jawa dan Cina DIY. 2003 [Diakses tanggal10 Mei 2011]. Didapat dari: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/231081318.pdf Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfa Beta.
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
32