IV. HASIL PEHELITIAN DAN PWBAHASAN
4.1. Percobaan Rumah Kaca I. 4.1.1. Pengaruh Glifosat terhadap Kadar Sukrosa dan Asam Shikimat
Sidik ragam Tabel Lampiran 1 dan 2 menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara glifosat sebagai zat pemacu kemasakan dan saat panen terhadap kadar sukrosa dan asam shikimat. Rataan kadar sukrosa dan asam shikimat pada berbagai dosis glifosat dan saat panen disajikan pada Tabel 5, sementara persamaan regresinya disajikan pada Tabel 6. Tabel 5. Pengaruh Berbagai Taraf Glifosat dan Saat Panen 3, 6 dan 13 hari Setelah Aplikasi terhadap Kadar Sukrosa dan Asam Shikimat. Saat Panen (hari setelah aplikasi )
Taraf (Dosis) glifosat (l/ha)
-
0
013
016
0,9
L
K
........................ sukrosa ( % )............................
......................Asam
Shikimat (ppm)......................
Angka yang diikuti huruf yang sama pada lajur atau baris tidak berbeda nyata pada 5% uji jarak Duncan. N : nyata TN : tidak nyata L : linier K : kuadratik (Istilah ini akan dipergunakan pada tabel-tabel selanjutnya)
Tabel 6. Persamaan Regresi Kadar Sukrosa dan Asam Shikimat pada Berbagai Dosis Glifosat dan Saat Panen Setelah Aplikasi -
Uraian
Persamaan Regresi
rZ
N
Sukrosa Penqaruh Saat Panen terhadap Kadar Sukrosa a.Pada dosis 0 1 glifosat/ha
YO=0,62t0,10HSA
b.Pada dosis 0,3 1 glifosat/ha
Y1=1,79t0,15HSA
c.Pada dosis 0,6 1 glifosat/ha
Y2=0, 85+0,48 HSA
d.Pada dosis 0,9 1 glifosat/ha
Y3=0,75+0,49HSA
Penqaruh dosis qlifosat terhada~Sukrosa a.Pada 3 HSA
Y=2,0+0,61G
b.Pada 6 HSA c.Pada 13 HSA Asam shikimat
Penuaruh saat panen terhada~ kadar asam shikimat a.Pada dosis 0 1 glifosat/ha
Yo=0,23+0,07HSA
b.Pada dosis 0,3 1 glifosat/ha
Y1=0,48+0,12HSA
c.Pada dosis 0,6 1 glifosat/ha
Y2=0, 55+0,20 HSA
d.Pada dosis 0,9 1 glifosat/ha
Y3=0, 56+0,37 HSA
Penqaruh dosis qlifosat terhadap asam shikimat a.Pada 3 HSA b.Pada 6 HSA c.Pada 13 HSA G = glifosat
Y= % sukrosa atau asam shikimat
YO= 0,l glifosat/ha ; Y1= 0,3 1 glifosat/ha ; Y2= O,6 1 glifosat/ha; Y3= 0,9 1 glifosat/ha ;N = populasi pengamatan ; r2= Koef -regresi
(Istilah ini akan dipergunakan pada tabel-tabel selanjutnya)
Tabel 5 dan 6 memperlihatkan bahwa pemberian glifosat 0,3 l/ha hingga 0,9 l/ha secara konsisten meningkatkan kadar sukrosa dan asam shikimat. Semakin tinggi dosis glifosat, kenaikan kadar sukrosa dan asam shikimat semakin tajam. Tanpa glifosat kenaikan kadar sukrosa dan asam shikimat hanya 0,l unit per hari untuk kadar sukrosa dan 0,07 unit per hari untuk asam shikimat, tetapi pada dosis 0,9 l/ha, kenaikan meningkat menjadi 0,49 unit dan 0,37 unit per hari untuk kadar sukrosa dan kadar asam shikimat. Dosis maksimum belum dapat diduga, karena hubungan regresinya hingga dosis 0,9 l/ha masih linier. Pengaruh peningkatan glifosat terhadap kadar sukrosa dan asam shikimat, ditentukan oleh saat panen. Kalau dipanen terlalu dini, peningkatan dosis glifosat tidak begitu nyata meningkatkan kadar sukrosa dan asam shikimat. Hal ini dapat dimengerti, karena glifosat yang diberikan belum bekerja dengan sempurna, lagi pula senyawa tersebut memerlukan waktu untuk penetrasi dan translokasi, baik melalui apoplas maupun simplas (Asthon dan Craft, 1981; Akobundu, 1987 ; Carl Fedke, 1982). Tetapi setelah diberi waktu yang cukup untuk bereaksi, barulah pengaruh glifosat menjadi nyata (Duke dan Kenyon, 1988). Panen yang dilakukan 3 dan 6 HSA tidak begitu meningkatkan kadar sukrosa dan asam shikimat, bila dibandingakan
dengan panen 13 HSA.
Peningkatan dosis glifosat hanya dapat meningkatkan O,6l unit kadar sukrosa dan 1,16 unit kadar asam shikimat untuk setiap 1 glifosat kalau dipanen 3 HSA atau 2,4 unit dan 3,19 unit untuk masing-masing kadar sukrosa dan asam shikimat, bila dipanen pada 6 HSA. Tapi bila dipanen 13 HSA, maka kenaikan meningkat menjadi 6,15 unit dan 5/26 unit untuk
masing-masing kadar sukrosa dan asam shikimat. Kapan saat yang paling tepat belum dapat diduga, karena hubungan regresinya hingga 13 HSA masih linier.
.
4.1.2.
Pengaruh Glifosat terhadap Kadar Fruktosa dan Glukosa Sidik ragam pada Tabel Lampiran 3 dan 4 memperlihatkan bahwa ada
interaksi antara dosis glifosat dengan saat panen terhadap kadar fruktosa dan glukosa. Rataan kadar fruktosa dan glukosa pada berbagai dosis glifosat dan saat panen disajikan pada Tabel 7, sementara persamaan regresinya disajikan pada Tabel 8.
Tabel 7. Pengaruh Berbagai Taraf Glifosat dan Saat Panen 3, 6 dan 13 Hari Setelah Aplikasi terhadap Kadar Fruktosa dan Glukosa. -
-
Saat Panen (hari setelah aplikasi) -
Taraf (Dosis) glifosat (l/ha)
-
-
0
013
....................Fruktosa
.................... Glukosa
016
o19
L
K
-
..........................
(%)
...........................
(%)
Angka yang diikuti huruf yang sama,pada lajur atau baris tidak berbeda nyata pada 5% uji jarak Duncan. K = kuadratik. N = nyata TN = tidak nyata L = linier Tabel 7 dan 8 memperlihatkan bahwa pernberian glifosat 0,3 l/ha hingga 0,9 l/ha secara konsisten menekan kadar fruktosa dan glukosa. Semakin tinggi dosis glifosat, kadar fruktosa dan glukosa semakin menurun. Tanpa glifosat, penurunan kadar fruktosa dan glukosa hanya
Tabel 8. Persamaan Regresi Kadar Fruktosa dan Glukosa pada Berbagai Dosis Glifosat dan Saat Panen Setelah Aplikasi. -
-
Uraian
Persamaan Regresi
r2
N
-
Fruktosa Pensaruh Saat Panen terhadap Kadar Fruktosa a.Pada dosis 0 1 glifosat/ha
Yo=2,16-0,012HSA
0,96
36
b.Pada dosis 0,3 1 glifosat/ha
Yi=2,10-0,057HSA
O,86
36
c.Pada dosis 0,6 1 glifosat/ha
Y2=1,85-0,064 HSA
0,77
36
d.Pada dosis 0,9 1 glifosat/ha
Y3=1,69-0,054 HSA
Q,71
36
Pensaruh dosis qlifosat terhadap Fruktosa a.Pada 3 HSA
Y=2,17-0,53G
0,95
36
b.Pada 6 HSA
Y=1,97-0,99G
0,91
36
c.Pada 13 HSA
Glukosa Penqaruh saat Panen terhadap kadar Glukosa a.Pada dosis 0 1 glifosat/ha
YO=0,20-0,013HSA
0,85
36
b.Pada dosis 0,3 1 glifosat/ha
Yi=1,98-0,058HSA
0,91
36
c.Pada dosis 0,6 1 glifosat/ha
Y2=1,87-0,065 HSA
0,77
36
d.Pada dosis 0,9 1 glifosat/ha
Y3=1,70-0,053 HSA
0,70
36
0,91
36
Penqaruh dosis qlifosat terhadap Glukosa a.Pada 3 HSA
Y=2,12-0,52G
b.Pada 6 HSA c.Pada 13 HSA
G = glifosat
Y= % fruktosa dan glukosa
0,012 unit perhari untuk kadar fruktosa dan 0,013 unit perhari untuk kadar glukosa, tetapi bila dosis glifosat ditingkatkan menjadi 0,9 l/ha, penurunannya meningkat menjadi 0,054 unit perhari untuk kadar fruktosa dan 0,053 unit perhari untuk kadar glukosa. Dosis maksimum belum dapat
diduga, karena hubungan regresinya hingga dosis 0,9 l/ha linier negatif. Penurunan kadar fruktosa dan glukosa tidak Oegitu nyata bila dipanen terlalu dini. Hal ini misalnya dapat dilihat pada panen yang dilakukm 3 HSA, tidak begitu menurunkan kadar fruktosa d m glukosa bila dibandingkan dengan panen 13 HSA. Penurunan kadar fruktosa hanya 0,53 unit dan glukosa 0,52 unit untuk setiap 1 glifosat bila dipanen pada 3 HSA. Tapi bila dipanen pada 13 HSA, menurunnya kadar fruktosa dan kadar glukosa menjadi 1 unit ~!tuksetiap 1 glifosat. Kapm saat panen yang paling tepat belum dapat diduga, karena regresinya hingga 13 HSA masih linier. 4.2. Percobaan Rumah Kaca 11 4.2.1. Pengaruh glifosat d m fcsilad terhadap kadar sukrosa Sidik ragam Tabel Lampiran 5 nemperlihatkan bahwa terdapat interaksi antara saat aplikasi ZPK dengan dosis glifosat dan fusilad. Rataan sukrosa pada berbagai dosis glifosat dari berbagai aplikasinya (minggu menjelang.tebang) dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Pengaruh Berbagai Dosis glifosat dan fusilad dari Berbagai saat Aplikasinya Menjelang Tebang Terhadap Kadar Sukrosa ( % ) .
-
-
.%
FUilad (l/ha)
Saat
Aplikasi (m.s.t)
0.
0,3
Glifosat (itha)
L K 0,6
0
03
1,0
L K
........................ Sukrosa % .........................
Angka yang d i i k u t i o l e h huruf yang sama t i d a k berbeda nyata pada u j i jarak Duncan 5% N = nyata TN = t i d a k nyata m s t = minggu sebelum tebang
.
: Tanda g a r i s yanq diatasnya terdapat huruf yang berbeda, b e r a r t i
berbeda nyata secara kontras orthogonal. ( I s t i l a h - i s t i l a h i n i akan dipergunakan pada t a b e l - t a b e l selanjutnya)
-25
B s
9..-....... 8-
-
0: Y=5,35-0,03m s.?..
........................
.....
-
7 .. ..-............
; 0,55
F0,3: Y=8,4-0,26m
; r=O,BZ
F0,6: Y=7,5-0,41m
; r=0,89
GO, 5: Y=lI75+2,89m-0,24rr?; R'=O, 94
a , ...................................................................
G1,O: Y=QlC8+3,39in-0,28m'; ~ ~ = 0 , 9 2
(I)
4J
8
4.5
4
5
6.5 7 7.5 Saat Apliliasi Menjelang Te bang 5.5
8
6
J
Gnmbar 1 3 : Pengaruh S a a t A p l i k a s i ZPK terhadap Kadar Sukrosa.
Dari Tabel 9; Gambar 13, 14, dan 15 dapat dilihat bahwa pemberian zat pemacu kemasakan glifosat dan fusilad dapat meningkatkan kadar sukrosa batang tebu.
ZPK 8 : ~ = 5 , 0 5 + 1 0 , 0 4 ~ - 1 9 , 0 3 p; R2=0, 95
.....
.........
.
ZPK 6 : Y - 5 , 2 8 + 9 , 4 6 ~ - 1 4 , 5 8 ~ ~; ~ " 0 ~ 9 3 ZPK 4 : ~ = 5 , 1 8 + 1 4 , 0 4 ~ - 2 2 , 3 6;~ ~ R2=0, 96
.
0
" 0.1 ' " 0.2 0:3 ' ~ ' 4 0'5 016 0 05 0.15 0 25 0.S 0.45 O.'ZZ '
'
Dosis Fusilad (Itha)
Gambar 14: Pengaruh Dosis Fusilad terhadap Kadar Sukrosa.
ZPK 8: ZPK 6: ZPK 4:
5 J / 0
D
0.1
.
0.2
0.3 0.4
0.5
0.6
07
C.S 0.9
1
I
Dosis Glifosat ([/ha)
Gambar 15: Pengaruh Dosis Glifosat terhadap Kadar Sukrosa. Dari seluruh perlakuan fusilad yang diuji, kadar sukrosatertinggi dicapai pada dosis 0,3 1 fusilad/ha yang diaplikasikan 4 rninggu sebelum tebang (Tabel 9,dan Gambar 14. Bila dosis ditingkatkan menjadi 0,6 l/ha, maka kadar sukrosa akan turun, oleh karena pada dosis tersebut, siwilan makin banyak, apalagi bila panen ditunda hingga 6-8 minggu setelah aplikasi. Timbulnya siwilan pada perlakuan fusilad ini, adalah karena zat pemacu ini mengganggu apikal dominan tanaman. Terganggunya apikal dominan, akan mendorong timbulnya siwilan (Philips,1969; Krisnamoorthy 1981). Tabel 9, Gambar 15 memperlihatkan bahwa dari seluruh perlakuan glifosat yang diuji, sukrosa tertinggi dicapai pada dosis 1 , O glifosat/ha yang diaplikasikan
1
6 minggu sebelum tebang. Bila panen
dilakukan sebelumnya, kadar sukrosa belum meningkat. Mungkin zat pemacu glifosat tersebut belum bekerja secara sempurna, oleh karena memerlukan waktu untuk proses penetrasi, translokasi serta pengaruhnya terhadap proses fisiologi tanaman tebu. Alexander (1976) dan Yang (1986) membuat hipotesis, bahwa mekanisme kerja glifosat 'qdalah mengharnbat aktivitas
51
enzim invertase. Enzim invertase berfungsi dalam hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa (Alexander,l972). Terhambatnya aktivitas enzim ini, akan menyebabkan meningkatnya kadar sukrosa dalam batang tebu. Bila panen lebih lama ditunda kadar sukrosa akan turun, karena terjadi proses penyembuhan (recovery), terutama pada dosis yang lebih rendah. Hanyokrowati dalam penelitiannya di Pasuruan (1984) pernah mengungkapkan bahwa tanaman tebu yang diberi glifosat, lambat laun akan mengalami proses penyembuhan (recovery). Belum begitu jelas bagaimana berlangsungnya
proses penyembuhan tersebut, tetapi ada beberapa
peneliti yang menduga bahwa glifosat akan mengalami degradasi yaitu membentuk konyugasi dengan gula, asam amino dan protein (Lund-Hoie, 1976) dan mengalami dekomposisi, membentuk C02 (Devine dan Bandeen, 1983). Kelihatannya dosis glifosat masih dapat ditingkatkan, dimana Gambar 15 memperlihatkan, bahwa kurva setiap perlakuan saat aplikasi glifosat pada berbagai dosis glifosat belum mencapai dosis maksimum
.
Dari kedua zat pemacu yang diuji, ternyata glifosat lebih tinggi kadar sukrosanya dibandingkan fusilad (Tabel 9). Keadaan disebabkan banyaknya siwilan yang tumbuh pada perlakuan fusilad. Siwilan ini memerlukan energi yang diperoleh dari perombakan sukrosa. 4.2.2.
Pengaruh glifosat dan fusilad terhadap kadar fruktosa Sidik ragam Tabel Lampiran 6 menunjukkan bahwa terdapat interaksi
antara saat aplikasi ZPK dengan dosis glifosat dan fusilad. Rataan fruktosa pada berbagai dosis glifosat dan fusilad dari berbagai saat aplikasinya (minggu menjelang tebang) dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Pengaruh Berbagai Dosis Glifosat dan Fusilad pada Berbagai saat Aplikasi Menjelang Tebang terhadap Kadar Fruktosa ( % ) . Saat Aplikasi
Fusilad ( l / h a )
Glifosat ( l/ha) L
(m.9 . t )
O
0,3
Or6
K
L O
Or5
K
1,O
0 'L
G0,5 0.1
0
........... 4
4.5
5 5.5 6 6.5 7 7.5 Saat Aplikasi Menjelang Tebang
8
Gambar 1 6 : Pengaruh Saat Aplikasi Z P K Terhadap Kadar Fruktosa
Dari Tabel 10, Gambar 16, 17 dan 18 dapat dilihat bahwa pemberian zat pemacu glifosat dan fusilad dapat menekan kadar fruktosa di dalam batang tebu. Hilton
&.(1976)
dalam penelitiannya pernah melaporkan
bahwa pemberian zat pemacu glifosat pada tanaman tebu ternyata dapat menekan
kadar
fruktosa dan
glukosa, seperti
telah dibicarakan
sebelumnya bahwa salah satu mekanisme kerja zat pemacu kemasakan adalah menghambat aktivitas enzim invertase dalam menghidrolisis sukrosa
menjadi glukosa dan fruktosa, maka penggunaan zat pemacu kemasakan pada tebu,
tanaman
akan
menghambat
penibentuk
glukosa
dan
fruktosa
(Alexander,l976; Yang, 1986).
ZPK 8: k=0,825-1,26~+0,82~*
R2=0,97
ZPK 6: ~=0,865-2,28~+2,32~' R2=0,97 ZPK 4: ~ = 0 , 5 6 7 - 1 , 5 9 ~ + 1 , 2 7 ~ ~ R*=O,91
1
1
0
1
1
0.05
1
0.2
0.1
015
1
1
0.3
1
1
1
0.4
025 035 045 Dcsk Fusilad !I!ha)
1
.
0.5
1
06 055
Gambar 17: Pengaruh Dosis Fusilad terhadap Kadar Fruktosa. Dari seluruh perlakuan fusilad yang diuji, kadar fruktosa terendah dicapai pada dosis 0,3 1 fusilad/ha yang diaplikasikan 4 minggu sebelum tebang (Tabel 10, Gambar 17). Bila dosis ditingkatkan menjadi 0,6 l/ha, fruktosa akan meningkat, karena diperlukan untuk pertumbuhan siwilan, apalagi bila panen ditunda 6-8 minggu setelah aplikasi. Tabel 10; Gambar 18 menunjukkan, bahwa dari seluruh perlakuan glifosat yang diuji, fruktosa terendah dicapai pada dosis 1 l/ha yang diaplikasikan 6 minggu sebelum tebang.
ZPK 8 : ~ = 0 , 8 7 5 - 1 , 5 6 G + 0 , 7 4 ~ ~ ; R=O, 90
ZPK 6 : ~ = 0 , 8 4 4 - 1 , 9 9 G + 0 , 9 7 G 2 ; R'=O, 9 7
ZPK 4 : Y = 0 , 5 7 5 - 1 , 3 3 G + 0 , 6 2 ~ ~ ; ~'=0,97
Dosis Glibsat (liha)
Gambar 18: Pengaruh Dosis Glifosat Terhadap Radar Glukosa. Dari kedua zat pemacu yang diuji, ternyata glifosat lebih rendah kadar fruktosanya dibandingkan fusilad. Keadaan ini disebabkan oleh banyaknya twnbuh wiwilan pada perlakuan fusilad. 4.2.3. Pengaruh glifosat dan fusilad terhadap glukosa Sidik ragam Tabel Lampiran 7 menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara saat aplikasi ZPK
dengan dosis glifosat dan fusilad. Rataan
glukosa pada berbagai dosis glifosat.dan fusilad dari berbagai saat aplikasinya (minggu menjelang tebang) dapat dilihat pada Tabel 11. Dari Tabel 11, Gambar 19, 20 dan 21
dapat
dilihat
bahwa
pemberian zat pemacu glisofat dan fusilad dapatmenekan kadar glukosa di dalam batang tebu. Dari seluruh perlakuan fusilad yang diuji, kadar glukosa terendah dicapai pada 0,3 l/ha yang diaplikasikan 4 minggu sebelum tebang (Tabei 11, Garrbar 20). Bila dosis ditingkatkan menjadi 0,6 l/ha, glukosa akan meningkat, karena diperlukan untuk pertwnbuhan siwilan, apalagi bila panen ditunda 6-8 minggu setelah aplikasi.
Tabel 11. Penqaruh Berbagai Dosis Glifosat dan Fusilad pada Berbagai saat Aplikasinya Menjelzng Tebang terhadap Kadar Glukosa I%) Sa a t Aplikasi (m.s.t)
Fusilad ( l/ha) Or3
O
L
TN TN
X
Or6
N TIT
1
N
Glifosat (l/ha)
K
L
- - -
L O
Or5
TI TN
TI? N
K
1,0
TN TI?
-- --
I
4
45
5
5.5
F
7 75 Aplikasi Menjelang Tebang 65
9
Gamfjar 19: Pengaruh Saat Aplikasi ZTK terhadap Kadar Glukosa. T&el
11 dan Gainbar 21 menunfukkan, bahwa dari seluruh perlakuan
glifosat yang diuji, glukosa terendah dicapai pada dosis 1 l/ha yang diaplikasikan 6 minggu sebelum tebang.
I I
09,
ZPK 8: ~ = 0 , 8 1 - 1 , 2 2 ~ + 0 , 7 ~ ~ ~ ; R2=0,98 ZPK 6: ~=0,82-2,30~+3,11~'; l. ....... .. P\2=0,98 ZPK 4 : 6=0,82-2,866+3,47F2; R2=0,98
.
0.5-
.
.......
0.4
0
0
.
3.1
C.35
3 0.: 5
-
0.2
.
* 0.4
0.3 0.26
0.S
~
~
0.5 0 45
.
~
~
8
~
0.6 0.55
Wsis Fusibd (IRa)
Gambar 20: Pengaruh Dosis Fusilad terhadap Kadar Glukosa Bila panen ditunda hingga 8 minggu setelah aplikasi, maka terjadi proses penyembuhan (recovery), sehingga glukosa dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.
ZPK 8: ZPK 6 : ZPK 4: :4 8.1'
,
0
.
07
J
02
0.3 0 4 0.5 0.6 0.7 2.9 0.9 1 Dosis Glifosat (iiha)
Gambar 21: Pengaruh Dosis Glifosat terhadap Kadar Glukosa Dari kedua zat pemacu yang diuji, ternyata glisofat lebih rendah kadar glukosanya dibandingkan fusilad. Keadaan ini disebabkan oleh karena banyaknya tumbuh siwilan pada perlakuan fusilad.
4.2.4.
Pengaruh Glifosat dan Fusilad terhadap diameter batang Sidik ragam pada Tabel Lampiran 8 menunjukkan bahwa tidak terdapat
interaksi antara zat pemacu kemasakan dengan saat aplikasinya, tetapi ada pengaruh zat pemacu kemasakan dan saat
aplikasinya terhadap
diameter batang. Rataan diameter batang pada berbagai dosis glifosat dan fusilad dari berbagai saat aplikasinya dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12: Pengaruh Berbagai Dosis Glifosat dan Fusilad dari Berbagai Saat Aplikasinya Menjelang Tebang (minggu) terhadap Diameter Batang (em). Fusilad (l/ha)
Saat
Aplih$i (m.s.t)
8 6 4 Rataan
0
0,3
0-6
6,88 7,03 7-30 7:07a
6,CIO 6,3@ 6-53 6,28b
538 5,65 6.23 5:82c
-Angka
--
L K
TN TN TN N
TN' TN TN TN
Glif osat
-
(m) 1,o
0
0,5
6188 7,03 7.30 7107a
6,35 633 6.58 6,48b
L K Rataan
6,10 TN TN 6,18y 6,28 TN TN 6,36y 628 TN TN 6 . 5 8 ~ 6121~ N TN 1
--
yang d i i k u t i h u r u f yang sama t i d a k berbeda n y a t a pada u j i j a r a k Duncan 5% ; m.s.t =minggu sebelum tebang.
6 1 5 ~
I L
1
5
5 55 C 6.5 7 75 Seat Aplikasi Menjelang Tebeng
Gambar 2 2 : Pengaruh Saat A p l i k a s i ZPK terhadap Diameter Batang
R
waiaupun tidak terjadi interaksi antara zat pemacu kemasakan dengan saat aplikasibya, tetapi hasil uji kontrast (Tabel Lampiran 8) memperlihatkan bah#a zat pemacu kemasakan nyata menekan diameter. Demikian juga antar zat pemacu kemasakan glifosat d m fusiiad, nyata perbedaannya, dimma
fusiiad iebih menekan
pertumbuhm
hiameter
dibandingkan glifosat.
Gacber
23: Pengerah Berbsgai dosis &silad Terhadap Diameter Batanq
Dari seluruh perlakuan fusilad y m g diuji, dosis 0,6 ljha adaiah yang paling menekan pertumbuhan diameter, bila dipanen 8 minggu menjeiangtebang (Tabel 12 dan Gambar 2 2 j . Semakin tinggi dosis fusiiad, maka pertumbuhan batang semakin tertekan seperti yang digambarkan oleh persamaan garis regressi :
G a m b a r 2 4 : Pengaruh Berbagai Dosis G l i f o s a t Terhadap D i a m e t e r .
Ternyata keadaan ini berkaitan erat dengan mekanisme kerja fusilad yaitu pada dosis rendah akan menghambat pertwnbuhan pucuk,ruas dan jaringan meristem akar (Duke,1988). Rostron (1985) di Afrika Selatan dan Plowman
d. (1980) di Inggris, pernah mengungkapkan dalam hasil
penelitiannya, bahwa fusilad menekan pertumbuhan tanaman tebu. Walaupun hasil uji kontras tidak berbeda nyata tapi dari seluruh perlakuan glifosat yang diuji, dosis 1,O lfha adalah yang paling menekan pertumbuhan diameter, bila dipanen 8 minggu menjelang tebang (Tabel 12 dan Gambar 24). Semakin tinggi dosis glifosat, maka pertumbuhan diameter batang akan semakin tertekan, seperti yang diperlihatkan oleh persamaan garis regressi:
Metoda penekan pertumbuhan dengan penggunaan zat pemacu kemasakan inilah yang digunakan untuk meningkatkan kadar gula (Johnson,l982 ; Fernandez
G . , 1976 dan Rostron, 1976)
Dari seluruh saat aplikasi zat pemacu kemasakan, maka aplikasi 8 minggu menjelang tebang,adalah saat yang paling menekan pertumbuhan diameter (Tabel 12, Garnbar 22).
Pengaruh glifosat dan fusilad terhadap tinggi tanaman
4.2.5.
Sidik ragam pada Tabel lampiran 9 menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara zat pemacu kemasakan dengan saat aplikasinya, tetapi ada ada pengaruh zat pemacu kemasakan secara nyata terhadap tinggi tanaman. Rataan tinggi tanaman pada berbagai dosis glifosat dan fusilad dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13: Pengaruh Berbagai Dosis Glifosat dan Fusilad pada Berbagai Saat Aplikasinya Menjelang Tebang terhadap Tinggi Tanaman (cm) -
-
Fusilad (ma)
Saat
Aplikasi (m.s.t)
8 6 4
0
02
L K
0,6
...................................... Tinggi 157,5 127,8 115,3 164.5 128,5 124.8 167.0 144,O 125,3
Giifosat (lh) 0
0,5
-
L K Rataan
1 .O
tanaman (cm).....................................................
TN TN 137,5 132,O ll1,O TN TN TN TN 1&,5 136,3 116,O TN TN TN TN 167.0 138.4 121,s TN TN
-
Angka yang d i i k u t i huruf yang sama t i d a k berbeda nyata pada u j i jarak Duncan 5%
.
Walaupun tidak terjadi interaksi antara zat pemacu kemasakan dengan saat aplikasinya, tetapi hasil uji kontrast (Tabel Lampiran 9) memperlihatkan bahwa zat pemacu kemasakan berpengaruh nyata terhadap tertekannya tinggi tanaman. Dari seluruh perlakuan fusilad yang diuji, dosis 0,6 l/ha adalah yang paling menekan pertumbuhan tinggi tanaman, bila dipanen 8 minggu
'-1
.....................
735..
- .....
.-
-
125- ........
-. . . . . . . . . . .
....
-'-
...-
130-
-. ..............
...--.........
--
..
I,-.1
1
5
0
01
r
m
.
0.2
0.15
0.05
-
0.3
0.26
.
a
04
0.35
0.5
.
~
'
06
0.55
0.45
Dosk Fusild ( I h )
Gambar 2 5 : Pengaruh Berbagai D o s i s Fusilad terhadap Tinggi Tanaman
menjelang tebang (Tabel 13 dan Gambar 25). Semakin tinggi dosis fusilad,
maka
pertumbuhan
tinggi
tanaman
semakin
tertekan
digambarkan oleh persamaan garis regressi :
11oi
3
1
0
01
,
02
r
3
05
,
3
CE 3 7 Dosk Glifosat (l!ha)
0.3
04
,
OP
, 03
.
1
I
Gambar 2 6 : Pengaruh Berbagai D o s i s G l i f o s a t terhadap t i n g g i Tanaman ( c m )
.
seperti
yang
Dari seluruh perlakuan glifosat yang diuji, dosis 1,O l/ha adalah yang paling menekan pertumbuhan tinggi tanaman, bila dipanen 8 minggu menjelang tebang (Tabel 13 dan Gambar 26). Semakin tinggi dosis glifosat, maka pertumbuhan tinggi tananan semakin tertekan, seperti yang diperlihatkan oleh persamaan garis regressi:
Hasil penelitian Rozeff (1976); di Texas dan Beste et a1 (1983) serta Plowman (1980) pernah melaporkan bahwa zat pemacu kemasakan dapat menekan pertumbuhan tinggi tanaman. 4.2.6. Pengaruh glifosat dan fusilad terhadap bobot perbatang
Sidik ragam Tabel Lampiran 10 menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara saat aplikasi ZPK dengan dosis glifosat dan fusilad. Rataan berat per-batang pada berbagai dosis glifosat dan dan fusilad dari berbagai saat aplikasinya (minggu menjelang tebang) dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Pengaruh Berbagai Dosis fusilad dan Glifosat pada Berbagai Saat Aplikasinya Terhadap Berat per Batang. Saat Aplikasi (rn.8.t)
Fusilad (l/ha)
Glifosat (l/ha) L
0
0? 3
Or6
...................... B o b t
L K Rataalr
K
0 perbatang (Kg)
0 15
1.0
..........................
Angka yang d i i k u t i huruf yang sama t i d a k berbeda nyata pada u j i j a r a k Duncan 5% i m.s.t =minggu sebelum tebang. m.s.t = mlnggu sebelum tebang P, = 0,3 1 f u s i l a d / h a ; P, = 0 , 6 1 f u s i l a d / h a ; P, = 0.5 1 tglifosat/h: ; P, = 1.0 1 g l i f o s a t / h a .
0.55'
.
4
4.5
5 5.5 6 6.5 7 75 Saat Aplikasi hienjclang Tebang
0
Gambar 27: Pengaruh S a a t A p l i k a s i Z P K t e r h a d a p B e r a t Perbatang.
Tabel 14, Gambar 27, 28 dan 29 memperlihatkan bahwa secara nyata zat pemacu kemasakan glifosat dan fusilad dapat menekan berat batang. Dari
keseluruhan zat pemacu
yanq
diuj i , ternyata fusilad
berpengaruh menekan bobot batanq dibandinqkan ql i fosat .
Gambar 28: Pengaruh D o s i s F u s i l a d t e r h a d a p B e r a t P e r b a t a n g .
lebih
Gambar 2 9 : Pengaruh Dosis G l i f o s a t t e r h a d a p B e r a t Perbatang.
Dari Tabel 14 dan Gambar 28 dapat dilihat bahwa dari seluruh perlakuan fusilad yang diuji, dosis 0,6 l/ha yang paling berpengaruh menekan bobot batang, bila diaplikasikan 8 minggu sebelum tebang. Menurut Peregoy dan Glenn (1988), mekanisme kerja fusilad adalah menghambat sintesis protein, sementara Carr et al. (1985) serta Worthing dan Hance (1991), fusilad dapat mengharnbat sintesis rantai asam lemak pada lintasan malonat, padahal asam lemak ini dibutuhkan ,untuk pembentukan fosfolipid
pada membran sel. Selanjutnya Plowman &
a.
(1980) dan Rostron (1980) mengungkapkan hasil penelitiannya di Afrika
Selatan, bahwa fusilad menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman tebu Dari perlakuan glifosat yang diuji, ternyata dosis 1 , O l/ha adalah dosis yang paling berpengaruh menekan bobot batang, bila diaplikasikan 8 minggu menjelang tebang. Semakin tinggi dosis glifosat maka
pertumbuhan vegetatif makin tertekan (Tabel 14 dan gambar 29). Menurut Hoagland dan Duke (1982); Cole (1985); Duke (19881, mekanisme kerja glifosat adalah menghambat aktivitas enzim 5-en01 pyrupyl-shikimat-3 fosfat sintesa dan chorismat mutase dalam lintasan shikimat, sehingga
65
pembentukan asam amino triptofan; fenil-alanin dan tirosin terhambat , serta mengaktifkan aktivitas enzim fenil-alanin amonia lyase (PAL) dalam proses de-aminase asam amino tirosin dan fenil-alanin menjadi senyawa fenolik. Dengan demikian, maka pool asam amino aromatik (triptofan, fenil-alanin dan tirosin) akan habis terkuras. Akibatnya pertumbuhan vegetatif terhambat.
4.3. Percobaan di lapang 4.3.1.
Pengaruh glifosat dan fusilad pada bobot (tonfha) tanaman tebu. Sidik ragam pada Tabel Lampiran 11, bahwa ada interaksi antara zat
pemacu kemasakan (glifosat dan fusilad) dengan saat aplikasinya (minggu) terhadap bobot tebu. Rataan bobot batang pada berbagai dosis glifosat dan fusilad dari berbagai saat aplikasinya dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Pengaruh berbagai Dosis Glifosat dan Fusilad pada berbagai Saat Aplikasinya Terhadap Bobot (Ton/Ha). Fusilad ( l / h a )
Saat
Aplikasi
(m.s.t)
0
013
L 016
................ Bobot
Glifosat ( l / h a )
K 0
tanaman
(Tan/Ha)
015
2 Io
L
K Rataan
...........................
Tabel 15, Gambar 30, 31 dan 32 memperlihatkan bahwa zat pemacu kemasakan glifosat dan fusilad dapat mengurangi b~bottanam&?
tebu r?a= fusilad
lebih berpengaruh mengurangi bsbot dibandingkan glifosat.
.-
*
-
..
--
0 : ~ = 8 1 , 7 9 - 0 , 1 4 1 1 ~r; = 0 , 7 6 F0,3:
Y=81-1,79s;
r=0,95
F0,6:
~ = 7 2 - 1 , 0 8 s ; r=0,64
G0,5:
~=83,74-1,309 ; r=0,81
G1,O:
~=77,64-0,86 ; r=0,80
G1,O €2-
*
4
4.5
7 7.5 Saat Aplikasi Menjelang Tebang 5
55
6
6.5
6
Gambar 30: Pengaruh S a a t A p l i k a s i ZPK t e r h a d a p b o b o t (ton/Ha)
Dari semua dosis fusilad yang diuji, dosis O,6 1/Ha adalah yang paling menekan bobot tanaman tebu, bila diaplikasikan 8 minggu menjelang tebang. Semakin tinggi dosis fusilad, bobot akan semakin berkurang dan semakin ditunda panen, maka bobot juga akan semakin berkurang (Tabel 15, Gambar 31). LVT
... ....................................................................... pJ,. ...............
z C
8,
a
76--
ZPK 8: Y=82,37-26,3F;
r=-0,96
76- ....................................
ZPK 6: Y=80,35-23,8F;
r=-0,86
ZPK 4: Y=81,78-22,716
;r=-0,94
74
...........................................
72
70 - -.....-........................... -................................. .........
68- .......-.............-. .....................................
Dosis Fusilad (Ifhe;
Gambar 31: Pengaruh Dosis F u s i l a d t e r h a d a p Bobot Tanaman. Telah dikemukakan sebelumnya dalam bahasan berat perbatang pada percobaan rumah kaca 11, bahwa mekanisme kerja fusilad adalah menghambat
67
pembentukan protein dan fosfolipid, padahal fosfolipid adalah komponen
.
dari membran sel (Carr et a1 . 1985) Beste et a1 pernah melaporkan bahwa fusilad dapat mengharnbat pertumbuhan vegetatif.
8 1 M
€
i
0
B
J
0.1
t
c
r
a
0.2 0 3 0 4
,
r
25
I
b
08
0.7 0.8 0 9
1
Dosis G l i s a t (Itha)
Gambar 32: Pengaruh Dosis G l i f o s a t
terhadap Bobot Tanaman.
Dari semua dosis glifosat yang diuji, dosis 1,O l/ha adalah dosis yang paling besar pengaruhnya mengurangi bobot tanaman tebu, bila diaplikasikan 8 minggu menjelang tebang. Semakin tinggi dosis glifosat, bobot akan semakin berkurang dan semakin ditunda panen maka bobot juga semakin berkurang (Tabel 15, Gambar 32). Beberapa laporan penelitian mengungkapkan bahwa glifosat dapat mengurangi bobot tanaman tebu yaitu: Awad dan Isobe di Sudan (1984); Legendre di Lousiana (1984) dan Baur g& al. -
(1977) pada tanaman sorghum dan gandum.
4.3.2.Pengaruh glifosat dan fusilad terhadap tinggi tanaman Sidik ragam pada Tabel lampiran 12, menunjukkan bahwa pengaruh zat pemacu kemasakan (glifosat dan fusilad) sangat nyata terhadap tinggi tanaman, sementara pengaruh interaksi antara zat pemacu kemasakan dengan saat aplikasinya maupun pengaruh saat aplikasi zat pemacu kemasakan tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Rataan tinggi tanaman akibat pemberian zat pemacu kemasukan dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16: Pengaruh Berbagai Dosis Glifosat dan Fusilad pada Berbagai Saat Aplikasi Menjelang Tebang terhadap Tinggi Tanaman (cm) -
-
hilad
Saat
Aplh~i (m.s.t)
0
(l/ha) 0,3
............................................
L K
@,6
Glifosat (l/ha) 0
-
095
1,o
L K Rataan
Tinggi tanaman (cm)....................................................
Walaupun tidak ada interaksi antara zat pemacu kemasakan dengan saat aplikasinya, tetapi uji kontras pada Tabel Lampiran 12 memperlihatkan bahwa zat pemacu kemasakan dapat menekan pertumbuhan tinggi tanaman, dimana fusilad lebih berpengaruh menekan pertumbuhan tinggi tanaman tebu dibandingkan glifosat (Tabel 16).
Gambar 33: Pengaruh D o s i s Fusilad Terhadap T i n g g i Tanaman (cm)
Dari semua perlakuan fusilad yang diuji, ternyata dosis 0,6 l/ha fusilad adalah yang paling berpengaruh menekan pertumbuhan tinggi tanaman. Semakin tinggi dosis fusilad, semakin tertekan tinggi tanaman, seperti yang diperlihatkan oleh persamaan garis regressi:
Y = ~Y7,5- 47F ; r=-0,90
dan Gambar 33. Plowman (1980) dan Robert (1982) pernah melaporkan bahwa fusilad menekan pertumbuhan tinggi Asrop~ronrepens.
Dari semua perlakuan glifosat yang diuji, ternyata dosis 1 , O l/ha adalah yang paling berpengaruh menekan pertumbuhan tinggi tanaman. Semakin tinggi glifosat, maka tinggi tanaman semakin tertekan, seperti yang digambarkan oleh persamaan garis regressi:
Y= 298,8 4.3.3.Pengaruh
-
L9,16G; r=-0,91
dan Gambar 34.
glifosat dan fusilad terhadap diameter
Sidik ragam pada Tabel lampiran 13 menunjukkan bahwa zat pemacu kemasakan (glifosat dan fusilad) serta saat aplikasinya berpengaruh secara nyata terhadap diameter batang. Rataan diameter batang akibat pengaruh zat pemacu kemasakan dengan saat aplikasinya yang berbeda disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17: Pengaruh Berbagai Dosis Glifosat dan Fusilad dari Berbagai Saat Aplikasinya Menjelang tebang (minggu) terhadap Diameter Batang (cm) Fwilad (I/lia)
Saat
Aplihqi (m.s.t)
G
Glifcisat (l/ha)
L K
O
0,6
0,?
0,5
1,0
L K Rataan
Diameter (Cm)- ......................................................
......................................................
Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan 5% . 232 29
,
-.
-. 5
.
..
. . . . . . . . . . . - .........................
.
\,
29-
-
m.0
&
rn.8-
......... -1.k-....
..........................................................
1,
.................. ...: ?<;.
\-.
b
28 7
.I n
...............................................
1.. '.,.
.................................
2e.6...
28.5-
...?'t...... f............................
-,%Y=30,W-G.22m , r = U,W ., ' . \:'
x.
28 4 - ..................................................... 28.5-..............
282&
.-....
...??~-................
'.\\
.........................................................
.'K
........ \
n
4
4.5
5 55 6 G.5 7 7.5 Saat Aplikasi tdcnjelang Tebang
B
Gambar 35: Pengaruh Saat A p l i k a s i ZPK Terhadap Diameter batang (cm)
.
Walaupun tidak ada interaksi antara zat pemacu kemasakan dengan saat aplikasinya, tetapi uji kontras pada Tabel Lampiran 13 memperlihatkan bahwa zat pemacu kemasakan dapat menekan pertumbuhan diameter batang, dimana fusilad lebih berpengaruh menekan pertumbuhan diameter batang dibandingkan glifosat (Tabel 17). Semakin lama dipanen maka diameter batang semakin tertekan (Gambar 35). Dari semua perlakuan fusilad yang diuji, ternyata dosis 0,6 l/ha
fusilad adalah yang paling berpengaruh menekan pertumbuhan diameter batang. Semakin tinggi dosis fusilad, semakin tertekan diameter batang, seperti dapat kita lihat pada persamaan garis regressi: Y=30,7-7,5F (Gambar 36)
Gambar 3 6 : Pengaruh Dosis Fusilad Terhadap diameter Batang (cm)
Morrisan &
a
1981 mengemukakan hasil penelitiannya, bahwa fusilad
dapat menekan perkernbangan akar gandum
.
Dari semua perlakuan glifosat yang diuji, ternyata dosis 1,0 l/ha adalah yang paling berpengaruh menekan pertumbuhan diameter batang.
Gambar 3 7 : Pengaruh Dosis G l i f o s a t Terhadap Diameter batang ( cm)
Seperti yang digambarkan oleh persamaan garis regressi: Y=30,9-3,lG (Gambar 37). Rozeff dan Martin et
a. (1977) pernah melaporkan hasil penelitiannya,
bahwa glifosat dapat menekan pertumbuhan diameter batang. 4.3.4.Pengaruh glifosat dan fusilad terhadap rendemen Analisis sidik ragam pada Tabel lampiran 14, memperlihatkan bahwa ada interaksi antara zat pemacu kemasakan (glifosat dan fusilad) dengan saat aplikasinya terhadap rendemen. Rataan rendemen pada berbagai dosis glifosat dan fusilad dari berbagai saat aplikasinya menjelang tebang (minggu) dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 1 8 : Pengaruh Berbagai Dosis G l i f o s a t dan F u s i l a d pada Berbagai S a a t A p l i k a s i Menjelang Tebang {minggu) Terhadap Rendemen ( 3 ) Saat Aplikasi
(m.s.t)
Fusilad
( l/ha)
G l i f o s a t (l/ha) L
0
013
016
L
K 0
01 5
110
K
Rataan
-
9.5 .......4, .
-
&
0: ?=6,28-0,025rn; *
9
5
8.6.
$
7 5.
..... .....
....
r=0,87
F 0 , 3 : Y=9,08-0,21m; ... ~ 7 . 0 F0,6:
G0.5
Fp.3
Y=8,12-0,211~;
r =O,EO
r =0,81
GO, 5: P = 4 , 4 3 + l l 4 6 m 0 , 1 3 d ;
R'=O,
Gl, 0: <=1,43+3,13m0,28nf;
R2=0, 8 4
74
W.6 0
6-
4
4.5
5 5.5 6 6.5 7 75 Sent Aplikaai Menjelang Tebnng
8
Gambar 38: Pengaruh Saat Aplikasi ZPK Terhadap Rendemen
(%)
Tabel 18, Gambar 38, 39 dan 40 memperlihatkan bahwa zat pemacu glifosat dan fusilad dapat meningkatkan rendemen. Menurut Samuels (1984), mekanisme zat pemacu kemasakan kelihatannya, adalah menumpuk / menyimpan sukrosa didalam batang, daripada digunakan untuk pembentukan serat. Glifosat lebih berpengaruh meningkatkan rendemen dibandingkan fusilad karena siwilan/tunas samping lebih banyak tumbuh pada perlakuan fusilad. Semakin ditunda panen rendemen akan turun, karena sukrosa dipergunakan untuk pertumbuhan siwilan (Gambar 38 dan Tabel 18).
....................
-8
..........
........................
ZPK 8 : Y=6,43+10, EEF-15, 9 7 ~ ~R230,95 ; 5 . . ..........
ZPK 6: Y = 6 , 4 8 + 6 , 5 4 F - l 1 , 2 5 ~ ~ ; ~ ' = 0 , 9 8
...
ZPK 4 : Y = 6 ; 4 3 + 8 , 5 8 F - 1 2 , 7 8 ~ ~ ; ~ ' = 0 , 9 6
......
..........
..............................................
.....
I
I , , , , , i
t
122
I11
PC5
315
03
225
06
05
0.4 1
0.45
0%
D o s ~ sFusilad (Ilha)
Gambar 39: Pengaruh Dosis Fusilad Terhadap Rendemen ( % )
XPK 8: ZPK 6 :
ZPK 4 :
6
I
,
, 3
01
,
,
,
,
t.2 0.3 C.4 0.d 0.6 G 7 Dosia Glifosat (Iiha)
,
,
/
G8
0.9
i
Gambar 40: Pengaruh Dosis Glifosat Terhadap Rendemen
(%)
Dari semua perlakuan fusilad yang diuji, rendemen tertinggi dicapai pada dosis 0 , 3 l/ha, bila dipanen 4 minggu setelah aplikasinya. Bila dosis ditingkatkan menjadi 0,6 l/ha, rendemen turun, karena siwilan bertambah banyak yang tumbun. Bila panen ditunda rendemen juga akan turun, karena sukrosa dipergunakan untuk perturnbuhan siwilan (Tabel 18 dan Gambar 39). Gronwald (1986) dan Duke (1988) menyatakan, bahwa salah satu mekanisme kerja fusilad adalah menghambat respirasi. Dengan demikian sukrosa tidak diuraikan menjadi glukosa dan fruktosa. Dengan kata lain sukrosa disimpan di dalam batang. Dari semua perlakuan glifosat yang diuji, rendemen tertinggi dicapai pada dosis 1,O l/ha , bila dipanen 6 minggu setelah aplikasi. Kelihatannya dosis masih dapat ditingkatkan karena, sesuai gambar 40, dosis maksimum belum tercapai. Untuk mendapatkan dosis maksimum perlu penelitian lebih lanjut dengan peningkatan dosis glifosat. Bila panen ditunda rendemen turun, karena sesuai pengamatan penampilan tebu di lapangan
ada
gejala
penyembuhan
(recovery).
Beberapa
peneliti
n~enyungkapkan~bahwa glifosat dapat meningkatkan rendemen tebu (Gonzales dan Tianco, 1978 ; Clowes,l980 ; Rostron, i973 ; Clowse dan Woob,1978).
4.3.5.Pengaruh
glifosat dan fusilad terhadap hablur.
Sidik ragam pada Tabel Lampiran 15, memperlihatkan bahwa ada interaksi antara zat pemacu kemasakan dengan saat aplikasinya terhadap hablur. Rataan hablur pada berbagai dosis glifosat dan fusilad dari berbagai saat aplikasinya menjelang tebang (minggu) dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Pengaruh Berbagai Dosis Glifosat dan Fusilad dari Berbagai saat Aplikasi Menjelang Tebang (minggu) Terhadap hablur (Ton/Ha). G l i f osat ( l / h a )
F u s i l a d ( l/ha)
Saat Aplikasi fm.s.tl
3.8
L
0
4
4.5
0,3
0,6
5 5.5 6 E.5 7 7.5 Saat Aplikasi Menjelang Tebang
L
K 0
0,s
1,o
@
Gambar 41: Pengaruh Saat Aplikasi ZPK Terhadap Hablur (Ton/Ha)
K
76
Tabel 19; G d a r 41, 42 dan 43 memperlihatkan bakda zat pemacu glifosat dan fusilad dapat meningkatkan hablur dan tanaman yang diberi glifosat lebih tinggi hablurnya dibandingkan fusilad, karena siwilan lebih banyak tumbuh pada tanaman tebu yang diberi fusilad. Bila panen ditunda hingga 8 minggu, hablur tuna, karena sebagian sukrosa dipergunakan untuk pertumbuhsn siwilan.
ZPK 8: Y=5,08+2,33F-3,5 ; ' F
R2=0,82
ZPK 6: ?=5,08+4,46~-6,69F2; R'=O, 90 ZPK 4: Y=5,10+7,13F-10,7~'; R2=0,94
8
8 0
1 0.1
0.5
s 0.15
.
0.2
0.25
.
0.3
.
0.35
. 0.4
a
0.5
0.45
.
~
0.6
i
0.55
Dcsk Fusilad (Ilk)
Gambar 42: Pengaruh Dosis Fusilad Terhadap Hablur (Ton/Ha) Dari semua perlakuan fusilad yang diuji, habfur tertinggi dicapai pada dosis 5,3 l/ha bila panen dilakukan 4 mingqu setelah aplikasinya. Bila dosis ditingkatkan menjadi 0,6 l/ha, hablur akan turun, karena banyak tumbuh siwilan. Dan bila panen ditunda hingga 8 minggu, hablur akan turun karena sebagian sukrosa dipergunakan untuk pertumbuhan siwilan (Tabel 19 dan Gambar 42). Telah dikemukakan sebelumnya bahwa, salah satu mekanisme fusilad adalah menghwbat respirasi. Bila respirasi dihambat, sukrosa akan disiinpan di dalam batang daripada dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa.
ZPK
8: Y=5, Ge+1,95G-0, 86G2; 32=G,S1
ZFK 5: Y=5,11+2,38G
;~~=0,90
Gambar 43: Pengaruh Dosis Glifosat Terhadap Hablur (Ton/Ha) Dari semua perlakuan glifosat yang diuji, hablur tertinggi dicapai pada dosis 1,O l/ha, bila panen dilakukan, 6 minggu setelah aplikasinya. Bila panen dilakukan 8 minggu setelah aplikasinya, hablur akan turun, karena mulai terjadi proses penyembuhan (recovery), sesuai penampilan (performance) di kebun, dimana dalam proses penyembuhan ini dibutuhkan sukrosa. Dengan demikian sebagian sukrosa yang seharusnya untuk dishpan, dipergunakan untuk pertumbuhan tananan. Bila panen lebih dini, hablur belum meningkat , karena senyawa tersebut belum bekerja dengan sempurna. Glifosat memerlukan waktu untuk penetrasi, translokasi dan pengaruhnya terhadap proses fisiologi tanaman tebu. Dari Gambar 43 dapat dilihat bahwa dosis glifosat masih dapat ditingkatkan oleh karena belum mencapai titik maksimum. Untuk ini perlu penelitian lanjutan pada berbagai dosis yang lebih tinggi. Telah dikemukakan sebelmya bahwa salah satu mekaniome kerja glifosat adalah menghambat aktifitas enzim invertase.1nvertase ini berperan dalam hidrolisis sukrosa menjadu glukosa dan fruktosa. Bila aktifitas enzim invertase terhambat maka sukrosa akan disimpan didalam
batang (Alexander,l972; Alexander, 1976).
Pengaruh glifosat dan fusilad terhadap Brix (%)
4.3.6.
Yang dimaksud dengan Brix adalah jumlah zat padat terlarut yang terdiri dari gula dan non gula, dinyatakan dalarn %. Sidik ragam pada Tabel 16 memperlihatkan bahwa terdapat interaksi antar ZPK (glifosat dan fusilad) dengan saat aplikasinya terhadap Brix. Rataan Brix pada berbagai dosis glifosat dan fusilad dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Pengaruh Berbagai Dosis Glifosat dan Fusilad pada Berbagai Saat Aplikasinya Terhadap Brix ( % ) . Saat
Glifosat (l/ha)
Fusilad ( l/ha)
Aplikasi (m. s . t )
L
o
0,3
K
..................... B r i x
-
Coif-
- ,
- 60,s - --
. -
..-
o
016
Fo$ fo,b
(%)
L 0,s
.........................
--
-
-'
F0,3:
~=18,47-0,45111;
r =-0,96
F0,6:
Y=16,06-0,37111;
r =-0,98
G0,5:
~ = 9 , 2 5 + 3 , 6 ~ - 0 , 6 m 2 ;R2=-0,92
G1,O:
~=2,98+6,261~-1,04m~;~~=0,90
-3
-
--
--
--
--
-
-
-
4
.c
.......................................
.........
10 ...
..
-15
4
Gambar 4 4 :
45
K
1,O
............................................
............ --
I
5 55 6 E5 7 75 Saat Aplikati Menjelang Tebang
...............
8
Pengaruh Saat A p l i k a s i ZPK Terhadap B r i x .
79
Tabel 21, Gambar 44, 45 dan 46 mernperlihatkan bahwa ZPK dapat meningkatkan brix, dimana nilai brix glifosat lebih tinggi dibandingkan fusilad.
ZPK 8 : Y = 1 3 , 8 2 + 1 0 , 0 4 F - 1 6 , 2 5 F 2 ; R'=O, 82 ZPK 6 : ~ = 1 3 , 8 5 + 1 4 , 1 2 ~ - 2 3 , l ~ ~ ; R2=0, 7 8 ZPK 4 : ~ = 1 3 , 8 8 + 1 6 , 0 5 ~ - 2 6 , 0 4 F 2 ; R2=0, 86
01
02
0.3
04
05
06
Dosk Fusilad (%)
Gambar 45: Pengaruh D o s i s F u s i l a d T e r h a d a p B r i x
Dari semua dosis fusilad yang diuji, brix tertinggi dicapai pada dosis 0,3 1/Ha, bila dipanen 4 minggu setelah aplikasinya. Bila dosis ditingkatkan menjadi O,6 l/Ha, brix akan turun (Gambar 45).
ZPK 8 : Y = 1 3 , 8 2 + 5 , 0 1 - 2 , 3 1 ~ * ; R ~ = O72 , ZPK 6 : ~ = 1 3 , 8 8 + 7 , 2 ~ ; R2=0, 86
Gambar 4 6 : Pengaruh D o s i s G l i f o s a t T e r h a d a p B r i x .
80
Dari semua perlakuan giifosat yang diuji, brix tertinggi dicapai pada dosi's 1,0 l/Iia, biia dipanen 6 minggu setelah aplikasi (Gambar 46). 4.3.7.
Penqaru'n Glifosat dan Fusilari ter'nadap Foi ( 6 j Yang dimaksud dengan pol adaiah kemampuan suatu larutan memutar
bidang polarisasi cahaya (Lehniger, 1982). Analisis sidik ragam pada Tabel Lampiran 17 memperlihatkan bahwa terdapat interaksi antara ZPK (glifosat dan fusiladj dengan saat aplikasinya terhadap Pol. Rataan Pol pada Tabel 21. Tabel 21: Pengaruh Berbagai Dosis Glifosat dan Fusilad pada Berbagai Saat Aplikasinya terhadap Pol ( % ) . Saat
l/ha!
Fusilad
Glifosat (l/ha)
-
Aplikasi (m. 8.t)
0
013
L
45
5
15
---,.-
65 7 Ssat Aplikasi (minggu) 6
--r--
75
L 0
.....................
4
K
016
Pol
($)
0 15
110
.........................
,- 1 8
Gambar 47: Pengaruh Saat Aplikasi ZPK Terhadap Pol
(%)
K
81
Tabel 21, Garbar 47, 48 dan 49 memperlihatkan bahwa ZPK dapat meningkatkan Pol, dimana nilai Pol glifosat lebih tinggi dibandingkan fusilad.
ZPK 8: Y=11,29+10,99F-17,36F2;
R2=0,78 ZPK 6: ~=11,31+14,34~-23,0p;
~"0,82 ZPK 4 : R2=0,78 ~=11,33+16,15~-26,15F2;
Gambar 48: Pengaruh Dosis F u s i l a d Terhadap Pol
Dari semua dosis fusilad yang diuji, Pol tertinggi dicapai pada dosis 0 , 3 1/Ka, bila dipanen 4 minggu setelah aplikasi. Bila dosis ditingkatkan menjadi 0,6 1/Ha, Pol akan turun (Gambar 48), karena banyak tumbuh siwilan.
Z P K 8: Y=11,14+3,31G-1 ,l~';
~~=0,70 ZPK 6 : ~=11,38+4,20~;
r=0,78 ZPK 4: ~=11,32+3,1~-0,86GZ;
R2=0,86
Gambar 49:
Pengaruh D o s i s G l i f o s a t Terhadap P o l .
Dari semua perlakuan glifosat yang diuji, Pol tertinggi dicapai pada dosis 1,O l/Ha, bila dipanen 6 minggu setelah aplikasi. bila dipanen lebih lama, akan terjadi proses penyembuhan (recovery). 4.3.8. Pengarub glifosat dan fusilad terhadap EiK (%)
Yang dimaksud dengan HK adalah: kemurnian (purity) nira, yang diekstrak dari batang tebu. Makin tinggi kemurnian nira berati makin tinggi kadar gulanya. Sidik ragam pada Tabel Lampiran 18, memperlihatkan bahwa tidak ada interaksi antara zat pemacu kemasakan dengan saat aplikasinya terhadap HK, sementara pengaruh zat pemacu kemasakan adalah nyata terhadap HK.
Rataan
HK
pada
berbagai
dosis glifosat dan fusilad dilihat pada
Tabel 22. Tabel 22: Pengaruh Berbagai Dosis Fusilad dan Glifosat pada Berbagai Saat Aplikasi Menjelang Tebang (minggu) Terhadap HK ( % ) -
-
Fusilad (l/ha)
Saat
Aplikasi (m.s.t)
0
0,3
K
L
........................................................... HK (%) 81,42 83,85 82.10
82,28 83,66 84,95
84,49 84,25 84,64
Rataan
82,46b
83,63b
84,46b
L
K
0,5
1,o ...................................................... 0
0,6
8 6 4
Glifosat (1Jha)
78.58 96,61 78.05
88,44 93,28 91,58
TN TN
TW TN
TN
81,42 83,85 82,lO
TN
N
TN
82,46b
84.25b
91,la
N
TN
TN
TN
TN
TN
TN
N
Angka yang d i i k u t i huruf yang sama t i d a k berbeda nyata pada u j i jarak Duncan 5 % . m . s . t = minggu sebelum tebang.
Walaupun tidak ada interaksi antara zat pemacu kemasakan dengan saat aplikasinya, namun dari hasil uji kontras (Tabel Lampiran 18) memperlihatkan bahwa zat pemacu kemasakan berpengaruhnyata terhadap HK. HK tanaman tebu yang diberi glifosat lebih tinggi dibandingkan dengan fusilad. Dari keseluruhan perlakuan fusilad yang diuji, ternyata HK tertinggi dicapai pada dosis 0,3 l/ha bila dipanen 4 minggu setelah aplikasinya.
Dari
hasil
uji
kontras
(Tabel Lampiran 18) memperlihatkan
bahwa ada perbedaan yang nyata diantara semua perlakuan glifosat yang diuji. HK tertinggi dicapai pada dosis 1,O l/ha bila dipanen 6 minggu setelah aplikasi. Dosis maksimum belum bisa diduga karena regrssinya adalah linier : Y = 81,61 + 8,646
D-is
(Gambar 51)
Dosis Glisat
Fusilad
Gambar 5 0 : Pengaruh Dosis Fusilad terhadap HK ( % )
Gambar 51 : Pengaruh Dosis G l i f o s a t terhadap EK ( % )
Hasil penelitian Buren di Hawai (1976), Srivasta dan Singh di India (1976) dan Gosnell di Hawai (1976) mengungkapkan bahwa pemberian glifosat dapat meningkatkan HK tanaman tebu. 4.3.9.
Pengaruh glifosat dan fusilad terhadap KDT (%) Yang dimaksud dengan KDT adalah : Daya tahan tanaman tebu untuk
bertahan di kebun, setelah aplikasi zat pemacu kemasakan, apakah rendemen meningkat atau menurun. Bila KDT > 100%
,
masih meningkat setelah aplikasi zat pemacu kemasakan
berarti rendemen
. Artinya panen
,
dapat ditunda. Bila KDT < 100% berarti rendemen mulai turun. Artinya penen tidak bisa ditunda dan harus segera dipanen supaya produksi gula
84
tidak turun. Sidik ragam pada Tabel Lampiran 19, bahwa tidak ada interaksi antara zat pemacu kemasakan dengan saat aplikasinya terhadap
KDT,
sementara pengaruh zat pemacu kemasakan adalah nyata terhadap KDT. Rataan KDT pada berbagai dosis glifosat dan fusilad dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23: Pengaruh Berbagai Dosis Fusilad dan Glifosat pada Berbagai Saat Aplikasinya Menjelang Tebang (minggu) terhadap KDT ( % ) -
-
Wla)
Saat
.....................................
Rataan
105,6b
. ..............
110,la
104,9b
Glifosat (l/ha)
KDT (74)
N
TN
.....................................................
105,6b
108,Sb
114,2a
Angka yang d i i k u t i huruf yang sama t i d a k berbeda n y a t a pada u j i j a r a k Duncan 5%
.
Walaupun tidak ada interaksi antara zat pemacu kemasakan dengan saat aplikasinya, ternyata zat pemacu kemasakan dapat meningkatkan KDT dan tanaman yang diberi fusilad lebih rendah KDT-nya dibandingkan dengan tanaman yang diberi glifosat (Tabel 24, Gambar 52 dan 53).
i 1
0
7 0
!
,
,
O7
0 .
,
,
02
015
04
03
025
0,s
Of5
5
045
I
055
Dosn Fusilad &ha)
Gambar 52: Pengaruh Dosis Fusilad terhadap KDT ( % )
Dari
keseluruhan perlakuan
fusilad
yang diuji ternyata KDT
tertinggi dicapai pada dosis 0,3 ljha bila dipanen 4 minggu setelah aplikasinya. Dari Keseluruhan
perlakuan glifosat yang diuji ternyata
KDT tertinggi dicapai pada dosis 1 , O l/ha bila dipanen 6 minggu setelah
Gambar 53: Pengaruh D o s i s G l i f o s a t t e r h a d a p KDT ( % ) .
aplikasinya. 4.3.10.
Pengaruh glifosat dan fusilad terhadap KP (%) Yang dimaksud dengan KP adalah : sejauh mana adanya peningkatan
rendemen, kalau tanaman tebu diberi zat pemacu kemasakan. Bila KP < 100 %, rendemen mulai turun. Artinya tebu segera ditebang. Sidik ragam pada Tabel Lampiran 20 meperlihatkan bahwa tidak ada interaksi antara zat pemacu kemasakan dengan saat aplikasinya terhadap KP, sementara pengaruh zat pemacu kemasakan adalah nyata terhadap KP. Rataan KP pada berbagai dosis glifosat dan fusilad dapat dilihat pada
Tabel 24: Pengaruh Berbagai Dosis Fusilad dan Glifosat pada Berbagai Saat Aplikasinya Menjelang Tebang (minggu) terhadap KP ( % ) -
Fusilad (Vha)
Saat
Aplikasi (m.s.t>
0
0.3
L
K
0.6
................................................................ KP (R)
-
Glifosat (lm) 0
-
0.5
L K Rataan 1,0
...............................................................
Walaupun tidak ada interaksi antara zat pemacu kemasakan dengan saat aplikasinya, ternyata zat pemacu kemasakan dapat memperkecil K? dan tanaman yang diberi fusilad lebih rendah KP-nya dibandingkan dengan tanaman yang diberi glifosat (Tabel 24, Gambar 54 dan 55).
Dari
keseluruhan perlakuan fusilad yang diuji, ternyata KP tertinggi dicapai pada dosis 0,3 l/ha, bila dipanen 4 minggu setelah aplikasinya.
Gambar 5 4 : Pengaruh D o s i s F u s i l a d terhadap KP ( % )
Gambar 5 5 : Penqaruh D o s i s G l i f o s a t terhadap KP ( % )
.
Dari keseluruhan perlakuan glifosat yang diuji, ternyata KP tertinggi dicapai pada dosis 1,O
l/ha bila dipanen 6 minggu
setelah
aplikasinya.
4.4. Pengaruh Glifosat d m Fusilad Terhadap Produksi Gula Ratoon Berikutnya.
4.4.1.
Pengaruh glifosat dan fusilad terhadap jwmlah tunas per meter juringan
.
Sidik ragam pada Tabel Lampiran 21 menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara zat pemacu kemasakan dan saat aplikasinya terhadap jumlah tunas per meter juringan. Sementara zat pemacu kemasakan dan saat aplikasinya berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas per meter juringan. Rataan jumlah tunas per meter pada berbagai dosis glifosat dan fusilad dari berbagai saat aplikasinya dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25: Pengaruh Berbagai Dosis Fusilad dan glifosat pada Berbagai Saat Aplikasinya Terhadap Tunas per Meter Juringan Ratoon Pertama
................................................................... Per-akuan
Taraf (Dosis) l/ha .............................................. Fusilad
Rataan
Glifosat
...................... ------------------0 013 016 015 110 ................................................................... Saat Aplikasi ..................p
er meter.....
...................
.................................................................... 4,OOc 8,08b 11,58a 2,92d 1,08d ...................................................................
Rataan
Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan 5% . m.s.t = minggu sebelum tebang.
3
0.1
C.2
0.3 0.4
0.5 O C
0.7 0 8
3.3
1
Dosis GIifosat (Ijha)
Gambar 5 6 : Pengaruh G l i f o s a t t e r h a d a p Jumlah Tunas.
Tabel 25, Gambar 56 dan 57 memperlihatkan bahwa zat pemacu kemasakan glifosat menekan pembentukan tunas sementara fusilad mendorong pembentukan tunas. Semakin lama dipanen setelah aplikasi zat pemacu kemasakan, tunas makin banyak (Gambar 58).
89 Dari seluruh glifosat yang diuji, jumlah tunas terendah dicapai pada pada dosis 1,O l/ha, bila dipanen 4 minggu setelah aplikasi. Belum dapat pada dosis berapa jumlah tunas yang paling rendah dicapai, karena hubungan regressinya linier: Y= 4/13 - 2/92 G ( Gambar 56 ) .
Dosb Fusilad (I.-)
Gambar 5 7 : Pengaruh F u s i l a d t e r h a d a p Jumlah Tunas
Menurut Duke (1938), salah satu mekanisme kerja glifosat adalah menghambat pembentukan asam amino: triptofan, fenil-alanin dan tirosin, padahal triptofan adalah prasat zat pengatur tumbuh auksin (Devlin dan Withan, 1983; Salisbury dan Ross,1992; Pandey dan Sinha,1981). Sementara auksin
diperlukan
(Krisnamoorthy,l981; terhambat,
untuk
pembelahan
Wattimena,l988).
sel Kalau
dan
pembesaran
pembentukan
sel
auksin
maka pembentukan tunas juga akan terharnbat. Beberapa
peneliti pernah mengungkapkan dalam laporannya bahwa pemberian glifosat pada tanaman tebu, menekan pertumbuhan ratoon berikutnya (Julien dan Goolam Hossen di Mauritius,l977; Hilton et al. di Hawai,1977; Clowes di Afrika Selatan,i48O dan Sianaan di Sumatera Utara,i484).
Saat Aplikasi MenMng Tebang (minggu)
Gambar 58: Pengaruh Saat A p l i k a s i Z P K terhadap Jumlah Tunas.
Dari seluruh dosis fusilad yang diuji, jumlah tunas terbanyak dicapai pada dosis 0,6 l/ha, bila dipanen 8 minggu setelah aplikasinya. Belum dapat diduga pada dosis berapa, jumlah tunas maksimal dicapai, karena hubungan regressinya adalah linier: Y= 4,l + 12/63 F (Gambar 57).
Tapi yang jelas adalah makin tinggi dosis fusilad, jumlah tunas makin banyak.
Seperti diketahui bahwa mekanisme
kerja
fusilad adalah
mengganggtl atau merusak apikal dominan, sehingga tunas samping (lateral buds) tumbuh (Philips,1959;%eyer and Anderson,l959; Krisnamoorthy,l981; Weaver,1972).
4.4.2;Pengan;h glifosat dan fusilad terhadap jwlah Catang per meter juringan
.
Sidik ragam pada Tabel Lampiran 21 menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara zat pemacu kemasakan dan saat aplikasinya terhadap
91
jumlah batang per meter juringan, sementara zat pemacu kemasakan da~l saat aplikasinya berpengaruh nyata terhadap jumlah batang per meter juringan. Rataan jumlah batang permeter pada berbagai dosis glifosat dan fusilad dari berbagai saat aplikasinya dilihat pada Tabel 26. Tabel 26: Pengaruh Berbagai Dosis Fusilad dan glifosat pada Berbagai Saat Aplikasinya Terhadap Jumlah Batang per Meter Juringan Ratoon Pertama
................................................................... Taraf (Dosis) l/ha Perlakuan .............................................. Fusilad Glifosat ...................... ------------------0 013 016 015 110 ................................................................... Saat Aplikasi .............p (m.s.t) 8 $lo 13,5 11,5 6 810 4 718 1013
er meter juringan............... 16,3 16,O 14,5
7,3 613 613
4,s 415 410
11,6a
6,6d
4,3e
....................................................................
Rataan
7,9c
11,8b
Rataan
9,9a 9,3a 8,6b
Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan 5% .m.s.t = minggu sebelum tebang.
D o S S GUFOSAT (IiFiaI
Gambar 5 9 : Pengaruh G l i f o s a t t e r h a d a p Jumlah Batang
92 Tabel 26, Gambar 59 dan 60, memperlihatkan bahwa zat pemacu kemasakan glifosat menekan pembentukan batang, sementara fusilad mendorong pembentukan batang. Semakin lama dipanen setelah aplikasi zat pemacu kemasakan, jumlah tunas semakin banyak (Gambar 61). Dari seluruh dosis glifosat yang diuji, jumlah batang terkecil dicapai pada dosis 1,O l/ha
, bila
dipanen 4 minggu setelah aplikasi.
Belum dapat diduga pada dosis berapa jumlah batang yang terendah dicapai, karena hubungan regresinya adalah linier: Y = 8,l
-
3,6G (Gambar 61).
Hal ini dapat dimengerti karena batang yangterbentuk tersebutberasal dari
tunas, dimana pada
penjelasan
sebelumnya glifosat menekan
pertumbuhan tunas tanaman ratoon berikutnya.
I
Gambar 6 0 : Pengaruh F u s i l a d terhadap Jumlah Batang.
Dari seluruh dosis fusilad yang diuji jumlah batang terbanyak dicapai pada dosis 0,6 l/ha
, bila
dipanen 8 minggu setelah aplikasinya.
Belum dapat diduga pada dosis berapa
,
jumlah batang maksimal dicapai,
karena hubungan regresinya adalah linier : Y = 7,9 + 12,8F (Gambar 60).
Saat Aplikasi ?&n@ang Tebang (minggu)
Gambar 61: Pengaruh Saat A p l i k a s i ZPK terhadap Jumlah Batang.
Tapi yang jelas adalah makin tinggi dosis fusilad, jumlah batang makin banyak. Hal ini dapat dimengerti, karena batang yang terbentuk tersebut berasal dari tunas, dimana pada penjelasan sebelumnya fusilad mendorong pernbentukan tunas ratoon berikutnya.
4.4.3.
Pengaruh Glifosat dan Fusilad terhadap Bobot ( ton/ha ). Sidik ragam pada Tabel Lampiran 23 memperlihatkan bahwa tidak ada
interaksi antara zat pemacu kemasakan dengan saat aplikasinya terhadap bobot tanaman tebu ratoon berikutnya, sementara zat pemacu kemasakan dan saat aplikasinya berpengaruh nyata terhadap bobot ratoon berikutnya. Ratoon bobot pada berbagai dosis glifosat dan fusilad dari berbagai saat aplikasinya dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27: Pengaruh Berbagai Dosis Fusilad dan Glifosat pada Berbagai Saat Aplikasinya terhadap Bobot (Ton/Ha) Ratoon Pertama
................................................................... Taraf (Dosis) l/ha Perlakuan .............................................. Fusilad Saat Aplikasi .............. tonjha (m.s.t) 104,3 8 89,9 100,4 91,8 86,2 87,O 6 89,9 4 84,4 86,l Rataan
87,4b
Rataan
Glifosat
90,9ab
........................
95,3a
87,6 82,4 77,2
83,3 79,8 74,9
82,4c
79,3d
83,la 85,6b 82,5b
Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan 5% .
Dosk Glifosat (Iiha)
Gambar 6 2 : Pengaruh Glifosat t e r h a d a p Bobot
.
Tabel 27, Gambar 62 dan 63 memperlihatkan bahwa zat pemacu kemasakan glifosat menekan bobot, sementara fusilad meningkatkan bobot. Semakin ditunda panen maka bobot makin meningkat (Gambar 64). Dari semua perlakuan glifosat yang diuji, bobot terendah dicapai pada dosis 1 l/ha, bila dipanen 4 minggu setelah aplikasinya (Tabel 27). Belum bisa diduga pada dosis berapa akan dicapai Bobot yang paling rendah, karena hubungan regresinya masih linier:
Y= 87,l
-
8,lG
(Gambar 62).
87
L/ 9
0
0.1
0.2
0.3
04
DG
0.5
Dash Fusilad (liha)
Gambar 6 3 : Pengaruh Fusilad terhadap Bobot
.
Tetapi yang jelas adalah, makin tinggi dosis glifosat, maka bobot makin rendah. Hal ini dapat dimengerti, karena komponen bobot adalah jumlah batang, dimana pada penj elasan sebelumnya, gli fosat menekan pembentukan tunas, rnaupun jumlah batang.
€QJ
!
4
4.5
Gambar 6 4 :
55
6
65
7 75 Saat Aplikasi Menjelsng Tebang 5
8
I
Pengaruh Saat Aplikasi Z P K terhadap Bobot.
Dari semua perlakuan fusilad yang diuji, bobot tertinggi dicapai pada dosis O,6 l/ha, bila dipanen 6 minggu setelah aplikasinya (Tabel 28). Belum bisa diduga pada dosis berapa akan dicapai bobot maksimal, tetapi yang jelas adalah, makin tinggi dosis fusilad dan makin ditunda panen, bobot akan makin tinggi, seperti yang digambarkan oleh regresinya yang masih linier: Y=87,26 + 13,15F (Gambar 63). Hal ini dapat dimengerti, karena komponen bobot adalah jumlah batang, dimana pada penjelasan sebelumnya, fusilad mendorong pertumbuhan tunas maupun jumlah batang tanaman ratoon berikutnya, bila zat pemacu kemasakan diberikan pada tanaman baru (Plant Cane). 4.4.4.
.
Pengaruh Glifosat dan Fusilad terhadap rendemen (%)
Sidik ragam pada Tabel Lampiran 24 memperlihatkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara zat pemacu kemasakan dengan saat aplikasinya, maupun pengaruh zat pemacu kemasakan serta saat aplikasinya terhadap rendemen. Dengan demikian zatpemacu kemasakan glifosat dan fusilad yang diberikan pada tanaman baru (Plant Cane),
tidak berpengaruh lagi
terhadap enzim yang berkaitan dengan hidrolisis sukrosa pada tanaman ratoon berikutnya. Rataan rendemen disajikan pada Tabel 28.
Tabel 28: Pengaruh Berbagai Dosis Fusilad dan Glifosat pada Berbagai Saat Aplikasinya terhadap Rendemen ( % ) Ratoon Pertama
................................................................... Taraf (Dosis) l/ha Perlakuan .............................................. Glifosat Fusilad ...................... ------------------0
Of 3
OI6
015
Rataan
1I 0
i-----------------------------------------
Saat Aplikasi (m.s; t) 8 6,5 6I ? 612 6 614 6tb 684 4 6r3 6,s 6r 3 .................................................................... Rataan 6,4 614 613 6,6 6,3 ................................................................... m.s.t = minggu sebelum tebang.
Penganrh Glifosat dan Fusilad terhadap hablur (ton/ha).
4.4.5.
Sidik ragam pada Tabel Lampiran 25, memperlihatkan bahwatidak ada interaksi antara zat pemacu kemasakan dengan saat aplikasinya terhadap hablur tanaman ratoon berikutnya, sementara zat pemacu kemasakan berpengaruh nyata terhadap hablur ratoon berikutnya. Rataan hablur pada berbagai dosis glifosat dan fusilad dari berbagai saat aplikasinya dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29: Pengaruh Berbagai Dosis Fusilad dan glifosat pada Berbagai Saat Aplikasinya terhadap Kablur (Ton/%) Ratoon pertama
................................................................... Taraf (Dosis) l/ha Perlakuan .............................................. Fusilad Glifosat ...................... ------------------0 013 0,6 015 It0 ................................................................... Saat Aplikasi (m.s.t) 8 5,81 6 5,68 4 5,29
5,91 5,67 5,60
6,45 5,84 5,70
5,64 5,57 5,11
5,37 4,82 4,78
Rataan
5,73a
5,99a
5,44ab
4,9833
5,59ab
Rataan
5,84 5,51 5,f;g
Angka yang diikuti huruf yang sama ticiak berbeda nyata pada uji jarak Duncan 5% . m.s.t = minggu sebelum tebang.
Tabel 29 ; Gambar 65 dan 66 memperlihatkan bahwa zat pemacu kemasakan glifosat menekan hablur tanarnan ratoon berikutnya, sebaliknya fusilad adalah meningkatkan hablur ratoon.
Gambar 65: Pengaruh Glifosat terhadap Hablur.
Dari semua perlakuan glifosat yang diuji, hablur terendah dicapai pada dosis 1,O l/ha, bila panen dilakukan 4 minggu setelah aplikasi zat pemacu kemasakan glifosat. Belum dapat diduga pada dosis berapa akan dicapai hablur yang paling rendah, karena hubungan regresinya masih linier :
Yang jelas adalah, semakin tinggi dosis glifosat dan semakin ditunda panen, setelah aplikasi glifosat, hablur makin rendah. Ton tebu per hektar dan rendemen adalah komponen hablur. Seperti telah diuraikan pada pembahasan ton-tebu/ha; pertunasan dan pembentukan batang, bahwa glifosat menghambat pertunasan dan pembentukan batang,
99 sehingga ton-tebu malah turun akibat pemberian glifosat, sementara rendemen tidak dipengaruhi oleh glifosat. Dengan demikian pemberian glifosat pada tanaman baru (Plant Cane) akan mengurangi produksi hablur pada tanaman ratoon berikutnya. Dari semua perlakuan fusilad yang diuji, hablur tertinggi dicapai pada dosis 0,6 l/ha, bila dipanen 8 minggu setelah aplikasi zat pemacu kemasakan fusilad. Belum dapat diduga pada dosis berapa akan dicapai hablur yang maksimal karena hubungan regresinya adalah linier:
Artinya, semakin tinggi dosis fusilad dan semakin ditunda panen, setelah aplikasi zat pemacu kemasakan fusilad, hablur semakin meningkat.
1 0
01
0.2 0.3 0.4 Dosis Fusilad (I,'tm)
0.5
0.6
Gambar 6 6 : Pengaruh Dosis f u s i l a d terhadap Hablur ( T o n h a ) Ratoon Pertama
.
4.4.6 .Pengaruh g l i f osat dan fusilad terhadap sukrosa (%)
Sidik ragam pada Tabel Lampiran 26, menunjukkan bahwa zat pemacu kemasakan; saat aplikasinya dan interaksi antara zat pemacu kemasakan dengan saat aplikasi tidak berpengaruh nyata terhadap sukrosa. Dengan
demikian zat pemacu kemasakan glifosat dan fusilad yang disemprotkan pada tanaman baru (plant cane), tidak ber-pengaruh lagi terhadap enzim-enzim yang berkaitan dengan hidrolisis sukrosa pada tanaman ratoon berikutnya. Rataan sukrosa akibat pemberian zat pemacu kemasakan dengan saat panen yang berbeda disajikan pada Tabel 30. Tabel 30: Pengaruh Berbagai Dosis Fusilad dan glifosat pada Berbagai Saat Aplikasinya terhadap Kadar Sukrosa ( % ) Ratoon Pertama Perlakuan
Taraf (Dosis) l/ha
....................................... Fusilad Glifosat .................... --------------0
O f
3
0,6
0,5
Rataan
110
Saat Aplikasi ................. % ............................ (m.s.tl 11,ll 8 10,80 10,61 10,56 11,40 10,71 10,99 6 11,ll 10,86 11/23 11,lO 11,29 10,82 4 11,OO 11,14 10,78 10,86 11,14
.................................................................. Rataan 10,97 10,87 10,86 11,12 11,05 .................................................................. rn.s.t : rninggu sebelum tebang.
4.4.7. Pengaruh glifosat dan fusilad terhadap glukosa (%) Sidik ragam pada Tabel Lampiran 27, menunjukkan bahwa zat pemacu kemasakan; saat aplikasinya dan interaksi antara zat pemacu kemasakan dengan saat aplikasinya, tidak berpengaruh nyata terhadap glukosa. Sesuai penjelasan sebelumnya, ternyata zat pemacu kernasakan glifosat dari fusilad yang disemprotkan pada tanaman baru (plant cane), tidak berpengaruh lagi terhadap enzim-enzim yang berkaitm dengan iiiriroiisis sukrusa menjadi giukosa dan fruktosa pada tanaman ratoon berikutnya. Rataan glukosa akibat pemberian zat pemacu kemasakan dengan saat panen yang berbeda disajikan pada Tabel 31.
Tabel 31: Pengaruh Berbagai taraf Glifosat dan fusilad pada Berbagai Saat Aplikasinya terhadap Kadar Glukosa ( % ) Ratoon Pertama Taraf (Dosis) l/ha ........................................ Perlakuan .................... Fusilad Glifosat Rataan 0 013 016 015 110 ................................................................. ---------------me
Saat Aplikasi .................. % ....................... (m.s.t) 8 0,40 0,40 0,39 0,41 0,41 0,40 0,40 0,39 6 0,40 0,39 0,39 0,39 4 0,39 0,39 0,40 0,39 0,40 0,39 ................................................................. Rataan 0,40 0,39 0,40 0,40 0,40 ................................................................. m.s.t : minggu sebelum tebang. 4.4.8. Pengaruh glifosat dan fusilad terhadap fruktosa (%)
Sidik ragam pada Tabel Lampiran 28, menunjukkan bahwa zat pemacu kemasakan; saat aplikasinya dan interaksi antara zat pemacu kemasakan dengan saat aplikasinya, tidakberpengaruh nyataterhadap fruktosa. Sesuai penjelasan sebelwnnya, ternyata zat pemacu kemasakan glifosat dan fusilad yang disemprotkan pada tanaman baru, tidak berpengaruh lagi terhadap enzim-enzim yang berkaitan dengan hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa pada tanaman ratoon berikutnya. Rataan fruktosa akibat pemberian zat pemacu kemasakan dengan saat panen. yang berbeda disajikan pada Tabel 32. Tabel 32: Pengaruh Berbagai Dosis Fusilad dan glifosat pada Berbagai Saat Aplikasinya terhadap Kadar Fruktosa ( % ) Ratoon pertama 'rarar (uosls) l/na ........................................ Perlakuan Fusilad Glif~ s a t .................... ----------------0 0,3 0,6 0,5 1,o ................................................................. Saat Aplikasi (m.s.t)
..................
%
Rataan
.......................
................................................................. Rataan 0,40 0,39 0,39 0,39 0,40 .................................................................
m.s.t : minggu sebelum tebang.
Pengaruh glifosat dan fusilad terhadap Brix (%)
4.4.9.
Sidik ragam pada Tabel Lampiran 29, menunjukkan bahwa zat pemacu kemasakan; saat aplikasinya dan interaksi antara zat pemacu kemasakan dengan saat aplikasinya, tidak berpengaruh nyata terhadap Brix. Rataan Brix akibat pemberian zat pemacu kemasakan dengan saat panen yang berbeda disajikan pada Tabel 33. Tabel 33 : Pengaruh Berbagai Dosis Fusilad dan glifosat pada Berbagai Saat Aplikasinya terhadap Brix ( % ) Ratoon Pertama
Per1akuan
Fusilad
Glifosat
Rataan
....................... Saat Aplikasi .................. % (m.s.t) 15,7 15,3 8 15,4 14,9 15,l 15,3 14,8 15,4 15,6 16,O 6 15,6 15,3 15,8 15,2 15,5 4 15,5 15,l ................................................................. 15,4 Rataan 15,5 15,l 15,3 15,6 15,4 m.s.t : minggu sebelum tebang. 4.4.10.
Pengaruh glifosat dan fusilad terhadap Pol (%) Sidik ragam pada Tabel Lampiran 30, menunjukkan bahwa zat pemacu
kemasakan ; saat aplikasinya dan interaksi antara zat pemacu kemasakan dengan saat aplika~inya~tidak berpengaruh nyata terhadap Pol. Dengan demikian zat p&acu
kemasakan glifosat dan fusilad yang disemprotkan
pada tanaman baru (plant cane),
tidak berpengaruh lagi terhadap
enzim-enzim yang berkaitan dengan hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa pada tanaman ratoon berikutnya. zat pemacu kemasakan dengan saat Tabel 34.
Rataan Pol akibat pemberian
panen yang berbeda disajikan pada
Tabel 34 : Pengaruh Berbagai Dosis Fusilad dan Glifosat pada Berbagai Saat Aplikasinya terhadap Pol ( % ) Ratoon Pertama Taraf (Dosis) l/ha ........................................ Perlakuan Fusilad Glifosat Rataan .................... ----------------0 Of 3 016 Of 5 1,o .................................................................
Saat Aplikasi .................. % ....................... (m.s.t) 8 13,l 12,3 12,6 13,l 13,2 12,9 6 13,2 13,3 13,O 13,7 12,3 13,l 13,1 12,9 13,4 4 12,9 13,2 ................................................................. 13,l Rataan 13,l 12,9 12,8 13,4 12,9
................................................................. m.s.t : minggu sebelum tebang.
4.4.11. Penganth glifosat dan fusilad terhadap HK (%)
Sidik ragam pada Tabel Lampiran 31, menunjukkan bahwa zat pemacu kemasakan; saat aplikasinya dan interaksi antara zat pemacu kemasakan dengan saat aplikasinya, tidak berpengaruh nyata terhadap Hk. Dengan demikian zat pemacu kemasakan glifosat d m fusilad yang disemprotkan pada tanaman baru (Plant Cane), tidak berpengaruh lagi terhadap proses fisiologi tanaman ratoon berikutnya.
Rataan Hk akibat pemberian zat
pemacu kemasakan dengan saat panen yang berbeda disajikan pada Tabel 35. Tabel 35: Pengaruh Berbagai Dosis Fusilad dan glifosat pada Berbagai Saat Aplikasinya terhadap IiK ( % ) Ratoon pertama
Perlakuan Saat Aplikasi
Tarat (Dosis) l/ha Fusilad Gli fosat
..................
%
.......................
................................................................. 84,3 85,4 84,O 85,7 83,3 .................................................................
Rataan
m.s.t : minggu sebelum tebang.
Rataan
4.4.12.
Pengaruh glifosat dan fusilad terhadap KP (%) Sidik ragam pada Tabel Lampiran 32, menunjukkan bahwa zat pemacu
kemasakan; saat aplikasinya dan interaksi antara zat pemacu kemasakan dengan saat aplikasinya, tidak berpengaruh nyata terhadap KP. Dengan demikian zat pemacu kemasakan glifosat dan fusilad yang disemprotkan pada tanaman baru (plant cane), tidak berpengaruh lagi pada proses fisiologi tanaman ratoon berikutnya. Rataan KP akibat pemberian zat pemacu kemasakan dengan saat panen yang berbeda disajikan pada Tabel 36. Tabel 36: Pengaruh Berbagai Dosis Fusilad dan Glifosat pada Berbagai Saat Aplikasinya terhadap KP ( % ) Ratoon Pertama
Perlakuan
Taraf (Dosis) l/ha Fusilad Glifosat
.................... ----------------- Rataan 0 0,3 016 015 110 ................................................................. Saat Aplikasi
..................
%
.......................
................................................................. Rataan 97,l 98,5 98,4 91,s 99,7 ................................................................. m.s.t : minggu sebelum tebang. Sidik ragam pada Tabel Lampiran 33, menunjukkan bahwa zat pemacu kemasakan ; saat aplikasinya dan interaksi antara zat pemacu kemasakan dengan saat aplikasinya, tidak berpengaruh nyata terhadap KDT. Dengan demikian zat pemacu kemasakan glifosat dan fusilad yang disemprotkan pada tanaman baru, tidak berpengaruh lagi terhadap proses fisiologi tanaman ratoon berikutnya. Rataan KDT akibat pemberian zat pemacu kemasakan dengan saat panen yang berbeda disajikan pada Tabel 37.
Tabel 37 : Pengaruh Berbagai Dosis Fusilad dan glifosat pada Berbagai Saat Aplikasinya terhadap KDT ( % ) Ratoon Pertama Taraf (Dosis) l/ha ........................................ Perlakuan Fusilad Glifosat Rataan .................... ----------------0 013 016 015 110 .................................................................
Saat Aplikasi .................. % (m.s.t) 8 98,O 103,7 99,7 93,5 100,l 6 95,O 4 104,O 97,9 100,2
.......................
99,l 99,6 90,6
103,3 94,7 99,9
................................................................. Rataan 99,O 98,4 100,O 96,4 98,3 .................................................................
100,2 96,5 98,5
m.s.t : minggu sebelum tebang.
Pengaruh glifosat dan glifosat pada Tinggi Tanaman (cm)
4.4.14.
Sidik ragam pada Tabel Lampiran 34, menunjukkan bahwa zat pemacu kemasakan; saat aplikasinya dan interaksi antara zat pemacu kemasakan dengan saat aplika~inya~tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Rataan tinggi tanaman akibat pemberian zat pemacu kemasakan dengan saat panen yang berbeda disajikan pada Tabel 38. Tabel 38:
Pengaruh Berbagai Dosis Fusilad dan g l i f o s a t pada Berbagai Saat Aplikasinya terhadap Tinggi Tanaman (cm) Ratoon Pertama
Taraf (Dosis) l/ha --------------------------------me------
Perlakuan
Fusilad Glifosat Rataan .................... ----------------0 013 016 015 110 ................................................................. Saat Aplikasi .................. cm (m.s.t) 8 259,8 255,5 254,5 6 253,7 248,5 249,5 4 246,O 248,3 246,3
......................... 268,8 255,8 245,O
262,3 257,O 256,O
................................................................. 253,2 250,8 250,l 256,5 258,4 ................................................................. Rataan
m.s.t : minggu sebelum tebang.
260,2 252,9 248,3
Sidik ragam pada Tabel Lampiran 35, menunjukkan bahwa zat pemacu kemasakan; saat aplikasinya dan interaksi antara zat pemacu kemasakan dengan saat aplikasinya, tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang. Rataan diameter batang akibat pemberian zat pemacu kemasakan dengan saat panen yang berbeda disajikan pada Tabel 39. Tabel 39:
Pengaruh Berbagai Dosis Fusilad dan g l i f o s a t pada Berbagai Saat Aplikasinya terhadap Diameter Batang (cm) Ratoon Pertama
Taraf (Dosis) l/ha ........................................ Perlakuan Fusi1ad Glifosat .................... ----------------0 013 OI6 015 110 ................................................................. Saat Aplikasi
..................
Rataan
.......................
em
................................................................. Rataan 24,7 24,5 24,O 24,8 25,4 ................................................................. m.s.t : minggu sebelum tebang. 4.5.
4.5.1.
Pembahasan Umum Pengaruh ZPK terhadap Kadar Gula Tanaman Baru (Plant Cane).
Hasil penelitian di rumah kaca maupun di kebun memperlihatkan bahwa ZPK
meningkatkan rendemen (kadar sukrosa) dan hablur. Tetapi
sebaliknya menekan
kadar fruktosa dan
kadar glukosa.
Besarnya
peningkatan rendemen, kadar sukrosa dan hablur oleh glifosat berturutturut adalah: 6,2%
-
39,8% ; 6 / 6 8
oleh fusilad adalah 6,3%
-
-
41,9% dan 7,4%
26,7% ; 7 / 2 8
-
-
30,5%,
~ 7 ~ 6 dan % . 2,0%
sementara
-
8,7%.
Besarnya penekanan kadar fruktosa dan glukosa oleh glifosat masingmasing adalah 36,5% adalah 4,9%
-
-
42,0% dan 37,2%
29,3% dan 6,O%
Hasil penelitian
-
-
42,6%,
sementara oleh fusilad
30,1%.
Soenyoto dan Sudayanto di Pasuruan (1989 dan
107
1990), menunjukkan bahwa glifosat dan fusilad dapat meningkatkan
-
rendemen 8%
27%,
sementara penelitian Tianco dan Gonzales di Filipina
(1980) menunjukkan bahwa glifosat dapat meningkatkan rendemen 20% - 25%. Sementara penelitian Rostron di Afrika Selatan (1986), memperlihatkan bahwa glifosat dapat meningkatkan rendemen sebesar 21%
-
27%
.
Meningkatnya rendemen, kadar sukrosa dan hablur serta menurunnya kadar fruktosa dan glukosa karena aplikasi ZPK adalah sesuai dengan mekanisme
kerja
glifosat,
yaitu menghambat
aktivitas
invertase
(Alexander 1976; Hilton et a1 1976; Yang, 1986) dan fusilad menghambat respirasi (Arnaud g& d . , 1993 ; Gronwald, 1986 ; Duke dan Kenyon, 1983). Dengan demikian, sukrosa akan disimpan di dalam batang, daripada dihidrolisis menjadi fruktosa dan glukosa untuk dipergunakan pada proses respirasi dan pertumbuhan. Dari data di atas, ternyata bahwa kadar sukrosa akibat perlakuan glifosat lebih tinggi dibandingkan perlakuan fusilad. Hal ini disebabkan tanaman yang mendapat perlakuan fusilad banyak tumbuh tunas dari ruasruas batangnya (Gambar 13) dimana sukrosa yang seharusnya disimpan di batang dialihkan untuk pertumbuhan tunas-tunas tersebut. 4.5.2.
Pengaruh ZPK terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Baru (Plant
Cane) Most dan Vlitos (1964); Vlitos J e
(1974) dalam Hanyokrowati
(1984) menyimpulkan bahwa paling sedikit terdapat 4 kelompok zat pengatur tumbuh alami di dalam tanaman pertumbuhannya, yaitu:
a)auksin
tebu
pada berbagai
b)giberelin
c)sitokinin
stadia dan
d)berbagai senyawa pemacu kemasakan lainnya. Dalam
pertumbuhan
vegetatif, auksin
diperlukan
untuk
108
pembesaran dan pemanjangan sel. Wattimena (1980) menjelaskan mengenai mekanisme auksin ini, yaitu : a. Auksin
mendorong pemanjangan sel pada koleoptil dan ruas- ruas
tanaman. Pemanjangan sel terutama
terjadi
diikuti dengan pembesaran sel dan Peningkatan
bobot basah terutama
pada
arah vertikal,
meningkatnya bobot basah. oleh
karena
meningkatnya
pengarnbilan air oleh sel tersebut. b. Auksin dinding
melonggarkan (looseninq) dinding sel menyebabkan
berkurangnya
sel primer. Longgarnya tekanan
dinding
sel,
sehingga air akan masuk ke dalam sel. Bahan-bahan dinding sel baru ditimbun
kembali pada bagian dinding sel yang telah bergeser
atau retak itu. c. Auksin mengaktifkan pompa ion H', untuk mempertahankan
pH dinding
sel sekitar 4, dimana untuk perpanjangan suatu jaringan diperlukan pH=4. d. Auksin
meningkatkan
plastisitas
sel
tanaman,
sehingga
memungkinkan sel semakin besar. e. Auksin meningkatkan sintesis pembentuk komponen dinding sel pada peristiwa pelonggaran (looseninq) dinding sel.
fosfat sintase dan korismat mutase dalam lintasan shikimat. Dengan demikian, glifosat akan menghambat pembentukan asam amino triptofan, fenil-alanin dan tirosin. Di samping itu akan terjadi peningkatan asam shikimat di dalam tanaman tebu, seperti dapat dilihat pada Tabel 6. Sesuai mekanisme kerja glifosat yaitu menghambat pembentukan asam amino triptofan yang merupakan prasat auksin, maka akan terjadi perubahan komposisi hormonal, sehingga pertunasan tertekan. Menurut Duke dan Kenyon (1983), mekanisme kerja fusilad adalah menghambat respirasi. Sementara Carr & &,. (1985) menyebutkan bahwa fusilad akan
menghambat sintesis rantai asam lemak pada lintasan
malonat, padahal asam lemak ini dibutuhkan untuk pembentukan fosfolipid
.
pada membran sel Peregoy dan Glenn (9188) selanjutnya menyebutkan bahwa fusilad ternyata juga penghambat sintesis protein. Dengan terhambatnya pembentukan membran sel dan protein, maka pertumbuhan vegetatif terhambat. Besarnya penekanan terhadap diameter batang, tinggi batang dan bobot tebu akibat aplikasi glifosat berturut-turut adalah : 5,5%-10%; 3,5%-6,4% dan 4%-8,5%. Sementara oleh fusilad adalah : 7,8%-9,4%; 6,3%Hadi Saputro dan
Barlilaoh (1986) pada penelitian penggunaan
glifosat pada tanaman tebu di Pasuruan memperlihatkan bahwa perlakuan glifosat dengan dosis 1 l/ha 14,9%
-
dapat menekan tinggi tanaman sebesar
41,0% dan bobot tebu 14,1%
-
43/08. Besarnya pengurangan tinggi
tanaman dan bobot tebu sangat dipengaruhi oleh kultivar dan umur tebu pada saat diberi perlakuan. Dari data di atas, ternyata bahwa fusilad lebih besar pengaruhnya terhadap penekanan pertumbuhan vegetatif dibandingkan dengan glifosat. Hal ini sesuai dengan pengamatan di kebun, dimana tanaman tebu yang mendapat perlakuan fusilad lebih merana pertumbuhannya (pupus kering seperti gejala terbakar) dibandingkan dengan tanaman tebu yang mendapat
111
perlakuan glifosat. Bahkan terlihat adanya gejala penyembuhan pada tanaman yang mendapat perlakuan glifosat. 4.5.3.Pengaruh Zat Pemacu Kemasakan terhadap Daya Tahan Tanaman Tebu Dua minggu setelah pemberian zat pemacu
kemasakan fusilad,
terlihat adanya tunas yang tumbuh dari ruas tanaman tebu, terutama pada dosis 0,6 1
fusilad/ha. Bila
tebu tidak
segera ditebang 1 bulan
setelah aplikasi fusilad, maka akan terjadi p e n m a n hablur sebesar 19,9% dibandingkan dengan tanaman tebu yang tidak mendapat fusilad. Pada tanaman tebu yang diberi
glifosat, tanaman masih dapat
bertahan hingga 6 minggu tetapi bila dibiarkan di kebun lebih lama dari 6 minggu setelah aplikasi glifosat, maka akan terjadi p e n m a n hablur,
karena mulai terjadi proses pemulihm (recovery). 4.5.4.Pengaruh Zat Pemacu Kemasakan terhadap Tanaman Ratoon Pertama 4.5.4.1. Pengaruh Glifosat terhadap Ratoon Pertama Hasil penelitian dan penampilan di kebun memperlihatkan bahwa glifosat menghambat pertumbuhan ratoon pertama disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: 1) Dominansi apikal tanaman baru tidak rusak, karena adanya gejala
penyembuhan (recovery), dimana daun yang semula memperlihatkan klorosis, berangsur-angsur akan hijau kembali. Belum begitu jelas bagaimana berlangsungnya proses penyembuhan tersebut, tetapi ada beberapa peneliti menduga bahwa glifosat akan mengalami degradasi, yaitu dengan membentuk ikatan dengan gula, asam amino, dan protein (Lund-Hoie, 1976), dan mengalami dekomposisi C02 (Devine dan Bandeen, 1983).
Menurut Philips (1969) dan Hilman (1984), adanya sifat
dominansi apikal ini akan menyebabkan a) aliran nutrisi akan menuju
112
meristem apikal yang terdapat pada pucuk (sink yang kuat) dan mata tunas samping sebagai sink yang lemah, kalah bersaing untuk memperoleh nutrisi tersebut
b) pucuk memproduksi senyawa penghambat dan
ditranslokasi secara basipetal menuju mata tunas samping, sehingga perkecambahannya terhambat. 2) Glifosat menghambat pembentukan asam amino triptofan, dimana zat ini
adalah prazat auksin (Hoagland dan Duke, 1982). 3) Glifosat meningkatkan sintesis etilen
(Duke dan Kenyon, 1988),
sementara Wattimena (1980) menyebutkan bahwa, etilen akan menghambat: a) perubahan triptofan menjadi auksin
b) merusak polaritas dan
menghambat translokasi auksin, sehingga tidak sampai pada target dan c) menghambat perpanjangan sel. 4) Morris dan Arthur (1984 dan 1986) menyebutkan bahwa fungsi auksin pada tanaman tebu antara lain adalah mendorong aktivitas enzim invertase-asam, dimana fungsi enzim ini adalah menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Sejalan dengan pendapat Morris dan Arthur (1984) tersebut, data tanaraan baru memperlihatkan bahwa kadar glukosa dan fruktosa menurun, akibat aplikasi glifosat pada tanaman baru, sehingga energi yang diperlukan unruk perkecambahan mata tunas samping untuk menjadi ratoon tidak cukup tersedia. Julien dalam Yang dan Ito (1978); Nickel (1983), Samuels (1984) dan Orsinego (1984) serta Siahaan
et
a.menyebutkan, bahwa
glifosat
menekan pertumbuhan tebu, walaupun telah dipergunakan sebagai ZPK baku pada tanaman baru (plant cane). Hasil penelitian di rumah kaca dan di kebun, memperlihatkan bahwa glifosat ternyata rnemang menekan jumlah batang, bobot dan hablur masing-masing sebesar: 16,9%-45,5%; 5,7%-9,3%
113
dan 2,2%-10,9%, sementara terhadap peubah lainnya yaitu terhadap rendemen, brix, pol, HK, KDT dan KP, glifosat tidak berpengaruh lagi. Dari uraian tersebut di atas, tertekannya pertumbuhan ratoon oleh perlakuan glifosat (Gambar 66) yang diberikan pada tanaman baru, disebabkan oleh: glifosat mengalami degradasi, sehingga memulihkan dominansi apikal; terhambatnya pembentukan auksin dan translokasinya, serta terbatasnya energi yang tersedia akibat menurunnya kandungan glukosa dan fruktosa pada tunggul. 4.5.4.2. Pengaruh Fusilad terhadap Ratoon Pertarsa
Berbeda dengan tanaman yang diberi glifosat, penampilan tebu yang diberi fusilad yaitu daun dan pucuk menjalani kekeringan. Demikian juga pada waktu batang dibelah, pucuk telah mati dan busuk. Berarti sifat dominansi apikalnya telah rusak. Kematian pucuk ini disebabkan oleh mekanisme kerja fusilad yaitu : merusak membran sel dan menghambat pembentukan fosfolipid (Carr &
a. 1985)
padahal fosfolipid ini
diperlukan untuk membentuk membran sel (Devlin, 1983). Duke dan Kenyon (1988) menyatakan bahwa salah satu efek fusilad adalah menghilangkan sifat dominansi apikal.
115
menghubungkan batang utama dengan mata tunas samping, sehingga dormansi mata tunas samping pecah dan selanjutnya terbentuk anakan tanaman ratoon (Peng dan Twu, 1978; Hillman 1984). Sejalan dengan mekanisme kerja fusilad tersebut, data dari tanaman baru (plant cane) memperlihatkan bahwa kadar glukosa dan fruktosa meningkat akibat perlakuan fusilad, sehingga energi yang diperlukan untuk perkecambahan mata tunas samping cukup tersedia. Hasil penelitian di rumah kaca dan di kebun memperlihatkan bahwa fusilad dapat meningkatkan jumlah batang, bobot batang dan hablur ratoon pertama berturut-turut sebesar : 33,8%-59,1%; 4,0%-9,0% dan 3,4%-7,5%, sementara terhadap peubah lainnya, seperti terhadap rendemen, brix, pol, HK, KDT dan KP, fusilad tidak berpengaruh lagi. Dari data tersebut di atas, maupun penampilan di kebun (Gambar 66), fusilad menunjukkan pengaruh lebih baik terhadap pertumbuhan
vegetatif dan hablur ratoon pertama dibandingkan dengan perlakuan glifosat. Uraian tersebut di atas dapat menjelaskan, mengapa perlakuan fusilad pada tanaman baru mendorong pertumbuhan ratoon pertama. 4.5.5.
Dampak Secara Ekonomi
Penggunaan ZPK mernberi keuntungan yang positif. Pada Tabel 27 disajikan estimasi keuntungan per-ha bila tanaman tebu diberi glifosat dan fusilad.
116
Tabel 41. Estimasi keuntungan per Ha
...................................................................... Uraian
Tebu Yang Disemprot ZPK
Kontrol
...................................................................... A.
Tanaman Baru (Plant Cane) Rata-rata ton tebu/ha Produksi Gula Pendapatan dari gula @Rp.792/kg
73-74 5,8-6,8 Rp.4.572.000-5365.000
Biaya-biaya ZPK Biaya Penyemprot Biaya T/A (Rp.7000/kg)
Rp.lOO.OOO Rp. 20.000 Rp.511.000-518.000
Selisih (Glifosad-Kontrol) (Fusilad-Kontrol)
Rp.1.130.000 Rp. 387.000
82 514 4.170.000
574.000
B. Ratoon
Rata-rata ton tebu/ha Produksi gula (ton)
82,4-95,3 5,5- 6,OO
Pendapatan dari gula Biaya T/A Selisih (Glifosad-Kontrol) (Fusilad-Kontrol) Jumlah (AtB) Keuntungan Glifosat Fusi1ad
Rp.4.254.000-4.612.000 Rp.576.800-667.100 Rp.80.000 Rp.273.000
-
4.364.000 611.800
Rp.1.050.000 Rp.560.000
..................................................................... Dari Tabel 27 terlihat bahwa total keuntungan (plant canetratoon) dengan menggunakan glifosat jauh lebih besar dibandingkan dengan fusilad, walaupun produksi tanaman ratoon akibat perlakuaan glifosat lebih kecil dibandingkan dengan fusilad. Tetapi karena keuntungan yang diperoleh dari plant cane dengan perlakuan glifosat jauh lebih tinggi, yaitu 2 1/2 kali lipat dari keuntungan akibat perlakuan fusilad, maka
117 keuntungan kumulatif yang diperoleh dari plant cane + ratoon, akibat perlakuan glifosat, tetap lebih tinggi dibandingkan dengan fusilad. Untuk mengatasi produksi tanaman ratoon yang lebih rendah pada perlakuan glifosat, karena pertunasan yang lebih lambat dan sedikit, perlu diadakan tindakan penyulaman (menyisip) tanaman yang dilaksanakan 3 minggu setelah ratooning. Dan biaya menyisip ini relatif tidak begitu mahal karena jumlah hari kerja (HK) yang
dibutuhkan adalah 10 HK x
Rp. 3.600 = Rp. 36.000 ditambah biaya bibit sebesar Rp. 100.000 sehingga total biaya menyisip per Hektar adalah Rp. 36.000 + Rp. 100.000 = Rp.
Bila total keuntungan yang diperoleh dari perlakuan glifosat dikurangi dengan biaya menyisip, masih Rp. 1.050.000
-
ada keuntungan bersih sebesar
Rp. 136.000 = Rp. 914.000/Ha. Keuntungan inipun masih
jauh lebih besar dibandingkan dengan total keuntungan yang diperoleh dari perlakuan fusilad yang sebesar Rp.560.000. Jadi, selisih keuntungan bersih yang diperoleh pada perlakuaan glifosat (kumulatif dari plant cane + ratoon), dengan keuntungan pada perlakuan fusilad adalah sebesar Rp. 914.000
-
Rp. 560.000 = Rp. 354.000 /Ha.
Dari total panen tebu seluas 13.000 Ha, dimana sekitar 4.000 Ha dapat disemprot dengan ZPK, maka selisih keuntungan bersih yang diperoleh dengan perlakuan glifosat dibandingkan dengan keuntungan fusilad adalah sebesar 4.000 x Rp.354.000/Ha. = Rp.1.416.000.000.-
4.5.6. Produksi Tanaman Baru Dibandingkan Dengan Produksi Tanaman Ratoon dan Implikasinya Bagi Pertanaman Tebu pada Wilayah Penelitian
Tabel 42. Rangkuman Hasil Percobaan Uraian
Tanpa ZPK
Potensi
(*I
Dengan ZPK
Fusilad
(kontml)
Peningkatan/Penurunan ( 8 ) Pusilad
Glifocat
Glif osat
tarhad*
terhmlap
koutrol
potmci
-6,O 30,3 -33,O
terhadap kols+ml
tarhadep
-4,7
-1,4 -15,l -17,6
potansi
TanBaru
82,s 6,s 5,1
88,O 11,9 9,1
Ratoon PertBobot 89,9 ~endcvnen 6,s ~ablur 5,8
Total Eablur
Bob& -enen
Eablur
10,9
75,2 8,s 6,1
78,9 10,l 7,s
-8,l 27,6 19,6
-
104,3 6,6 6,s
87,6 6,7 5,6
16,O
-
12,6
13,l
-
11,9
-
-
-
55,3 47,l
-2,6
-
-30,O
-
-
-
( * ) Potensi : s e s u a i deskripsi d i daerah a s a l (Taiwan)
Dari Tabel 42 di atas dapat dilihat bahwa ZPK (glifosat dan fusilad) dapat meningkatkan hablur dan rendemen tanaman baru, tetapi masih lebih rendah dibandingkan dengan potensi sesuai deskripsi varietas (F156) tersebut yaitu hablur 9,l ton dan rendemen 11,9, sementara hasil penelitian adalah rendemen: 8,3 oleh perlakuan fusilad dan 10,l oleh perlakuan glifosat dan hablur: 6,l ton/Ha oleh perlakuan fusilad dan 7,5 ton/Ha oleh perlakuan glifosat. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena kondisi tanah dan iklim tidak sama dengan daerah asal varietas F156. Tabel 28 juga memperlihatkan bahwa produksi ratoon pertama lebih tinggi dibandingkan produksi tanaman baru terutana dengan perlakuan fusilad, padahal biasanya produksi tanaman ratoon pertama selalu lebih
119
d.
rendah dibandingkan tanaman baru di perkebunan tebu (Plucknett
1970, Hunsigi, 1982), oleh karena alat angkutan dan traktor (mesin tebang) meinasuki areal tebangan, sehingga merusak tunggul tanaman tebu yang merupakan asal pertunasan tanaman ratoon dan mengakibatkan tanah sekitar barisan tebu menjadi padat oleh tekanan roda angkutan dan mesin tebang, senentara pada areal percobaan, alat angkutan maupun traktor dan mesin tebang tidak dipergunakan. Untuk mencegah ha1 ini beberapa perkebunan tebu, seperti di Hawaii misalnya, sistem pertanaman tebu hanya satu kali, yaitu: tanam, panen, dan bongkar kembali dengan umur tebangan 24 bulan. Bila
hasil
penelitian tersebut, dikaitkan dengan masa tanan/tebang, ternyata hablur
tanaman tebu yang diberi glifosat dan fusilad selalu lebih
tinggi
dibandingkan
hablur tanaman pabrik, seperti terlihat pada
tabel 43. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan ZPK tidak terbatas hanya pada bulan tertentu saja. Artinya aplikasi ZPK dapat dilaksanakan sepanjang Masa Tebang (Januari-Agustus) yaitu
+
7-8
bulan dan sepanjhg tahun. Tetapi sesuai ketentuan di pabrik gula bahwa setiap masa giling harus dilaksanakan bongkar pasang pabrik selama 4-5 bulan untuk perbaikan mesin dalam rangka persiapan pada masa giling berikutnya, maka masa giling dibatasi hanya 7-8 bulan saja (Januari hingga Agustus).
Tabel 43. Hasil P e n e l i t i a n Dihadapkan terhadap Produksi Hablur Tanaman Pabrik pada Keadaan Curah hujan dan Masa Tebang Areal Tebu Pabrik.
Uraian
Bul an Jan
Peb
Mrt
Apr
Uei
Jon
Jnl
Amg
Sep
OM
Mov
Dea
104
90
110
115
160
158
115
145
215
240
286
223
-
-
-
-
-
6,8
6.9
-
-
-
6,s
6,6
Cnrab hujan (rata-rat.
10 tahuu)
Hablur (ton/Ba) haail penditian Hablur pabrik g n l a (ton/Ha) r a t a - r a t . tahun
5 5 ~ 3
)(.#a
Tebang
)(..a
Boaglur Paaang
Pabrik ( o v e r h o n l l )
1
4
t--------------i