31
IV.
4.1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kabupaten Bogor Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas ± 298.838, 304 hektar, yang
secara geografis terletak di antara 6o18’0”- 6o47’10” lintang selatan dan 106o23’45”- 107o13’30” bujur timur. Kabupaten Bogor secara administratif terdiri dari 428 desa/kelurahan meliputi 411 desa dan 17 kelurahan, dengan jumlah 3.770 RW dan 15.124 RT yang tercakup dalam 40 kecamatan. Batas-batas wilayah Kabupaten Bogor adalah: - sebelah utara, berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang, Kota Depok, Kabupaten/Kota Bekasi; - sebelah barat, berbatasan dengan Kabupaten Lebak; - sebelah selatan, berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur; - sebelah timur, berbatasan dengan Kabupaten Karawang, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Purwakarta; - bagian tengah berbatasan dengan Kota Bogor. Pada tahun 2006, jumlah penduduk Kabupaten Bogor sebanyak 4.239.783 jiwa dan menjadi 4.771.932 jiwa pada tahun 2010 (hasil Sensus Penduduk Nasional 2010). Rata-rata laju pertumbuhan penduduk periode 2006-2010 adalah sebesar 3,10 persen. Jumlah penduduk tersebut menempatkan Kabupaten Bogor pada urutan pertama Kabupaten/Kota terbanyak penduduknya di Provinsi Jawa Barat maupun Indonesia.
4.2
Gambaran Umum Kecamatan Dramaga Kecamatan Dramaga memiliki luas wilayah 2.632,13 hektar. Jumlah
penduduk Kecamatan Dramaga pada tahun 2009 adalah 92.402 jiwa dan meningkat menjadi 100.679 jiwa pada tahun 2010. Batas administratif Kecamatan Dramaga adalah:
32
-
sebelah utara
: Kecamatan Rancabungur
-
sebelah barat
: Kecamatan Ciampea
-
sebelah selatan
: Kecamatan Kota Bogor
-
sebelah timur
: Kecamatan Ciomas dan Kota Bogor
Kecamatan Dramaga terdiri dari 10 Desa, yaitu: 1. Desa Purwasari
6. Desa Sinarsari
2. Desa Petir
7. Desa Ciherang
3. Desa Sukadamai
8. Desa Dramaga
4. Desa Sukawening
9. Desa Babakan
5. Desa Neglasari
10. Desa Cikarawang
4.3
Kondisi Usaha Ritel di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Sebagai kota yang tergabung dalam Jabodetabek, Bogor telah mengalami
pertumbuhan ekonomi dan penduduk secara pesat. Hingga kini terdapat 401 usaha ritel modern di Kabupaten Bogor, 392 diantaranya adalah minimarket. Tabel 5 menunjukkan jumlah minimarket di setiap Kecamatan di Kabupaten Bogor. Dapat dilihat bahwa jumlah minimarket terbanyak adalah Kecamatan Cibinong dengan jumlah 65 minimarket sedangkan minimarket di Kecamatan Dramaga hanya berjumlah 11 minimarket. Bukan kuantitasnya yang penulis permasalahkan, namun dengan jumlah 11 minimarket saja sudah menjadi ancaman yang serius bagi pedagang eceran tradisional di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Tumbuh pesatnya minimarket di Kecamatan Dramaga dengan jarak yang berdekatan, berdampak buruk bagi pedagang eceran tradisional. Semakin dekat jarak antara pedagang eceran tradisional dengan minimarket membuat tingkat persaingan diantara keduanya semakin besar sehingga terjadi perubahan omzet usaha pedagang eceran tradisional. Kekuatan modal antara minimarket dengan pengusaha pedagang eceran tradisional tentu tidak sebanding. Minimarket dengan sistem waralaba dapat memutus rantai distribusi dari produsen sehingga saluran distribusinya lebih pendek dibandingkan pedagang eceran tradisional. Akibatnya, harga di minimarket menjadi lebih murah. Hal ini menjadi ancaman yang serius bagi pedagang eceran tradisional. Sebagian responden mengatakan bahwa setelah pendirian minimarket, omzet mereka turun secara drastis. Mereka sudah berupaya untuk melakukan
33
protes terhadap pemerintah setempat saat mengetahui pembangunan minimarket baru. Realitanya, aksi tersebut tidak membuahkan hasil. Pihak minimarket meminta persetujuan warge sekitar yang bukan pedagang untuk memperoleh izin pendirian minimarket di Kecamatan Dramaga. Tabel 5. Jumlah Minimarket (Unit) di Kabupaten Bogor Tahun 2011 Kecamatan Nanggung Leuwiliang Leuwisadeng Pamijahan Cibungbulang Tenjolaya Ciampea Dramaga Ciomas Taman Sari Cijeruk Cigombong Caringin Ciawi Cisarua Megamendung Sukaraja Babakan Madang Sukamakmur Cariu Tanjungsari
Jumlah 0 6 1 1 11 1 11 11 18 3 1 9 11 12 7 4 11 4 0 2 2
Kecamatan Jonggol Cileungsi Klapanunggal Gunung Putri Citeurep Cibinong Bojonggede Tajurhalang Kemang Rancabungur Parung Ciseeng Gunung Sindur Rumpin Cigudeg Sukajaya Jasinga Tenjo Parung Panjang
Jumlah 9 33 7 59 29 65 31 3 1 0 6 2 7 1 1 0 2 2 8
Total
392
Sumber: Diskoperindag Kabupaten Bogor, 2012
4.4
Karakteristik Responden Pedagang Eceran Tradisional di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Tahun 2012 Pedagang eceran tradisional yang menjadi responden adalah pedagang
eceran atau warung/toko kecil yang memiliki kesamaan barang yang dijual dengan minimarket minimal 50 persen dan lama usaha minimal tiga tahun. Jumlah pedagang eceran yang dijadikan responden adalah 25 pedagang yang berlokasi di sekitar minimarket dengan jarak maksimum 400 meter.
34
4.4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan pedagang eceran tradisional sebagian besar adalah Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada kenyataanya sebagian besar pedagang eceran tradisional sudah memenuhi wajib belajar sembilan tahun, tetapi keterbatasan lapangan kerja mendorong mereka untuk berwirausaha di bidang perdagangan eceran. Karakteristik perdagangan eceran (ritel) yang tidak memerlukan keahlian khusus serta pendidikan tinggi untuk menekuninya, membuat mereka terjun ke dunia ritel. Sebaran tingkat pendidikan masing-masing responden dapat dilihat pada Gambar 2. 16 14 12 10 8 14 6 4
8
2 2
1
0 SD
SMP
SMA
S1
Frekuensi Tingkat Pendidikan
Gambar 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Hubungan antara tingkat pendidikan dengan perubahan omzet responden disajikan pada Tabel 6. Semakin tinggi tingkat pendidikan responden, omzet akibat pendirian minimarket seharusnya semakin meningkat, namun Tabel 6 menunjukkan kecenderungan sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan strategi dan pengalaman usaha. Pedagang eceran tradisional dengan tingkat pendidikan rendah ternyata memiliki strategi yang lebih baik dibandingkan dengan pedagang yang berpendidikan tinggi. Pedagang dengan tingkat pendidikan rendah lebih ramah terhadap pembeli dan dapat menjaga hubungan baik dengan pelanggannya.
Pedagang
eceran
tradisional
dengan
pendidikan
rendah
mendapatkan bekal ilmu dari keluarga untuk berdagang. Mereka sudah terlatih sejak kecil untuk membantu keluarganya berdagang sehingga memiliki pengalaman usaha yang lebih banyak.
35
Tabel 6. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Omzet Responden Tingkat Pendidikan Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Strata Satu
Omzet Tetap 2 0 4 0
Turun 6 2 10 1
Sengitnya persaingan diantara pedagang eceran tradisional dan dengan minimarket membuat sebagian pedagang eceran tradisional menerapkan strategi baru untuk mempertahankan pelanggannya. Ketika ditanya mengenai strategi yang dipakai untuk menarik pembeli, ternyata 40 persen pedagang tidak memiliki strategi untuk menarik pembeli dan pedagang tersebut adalah pedagang dengan tingkat pendidikan SMA (Tabel 7). Pedagang dengan yang tidak menerapkan strategi adalah pedagang yang tidak menjadikan keuntungan dari penjualannya sebagai sumber pendapatan utama. Empat puluh persen pedagang tersebut sumber pendapatan sebagai pendapatan utama seperti usaha sewa rumah, pemancingan, atau suami pedagang tersebut memiliki pekerjaan tetap sebagai karyawan swasta atau PNS. Enam puluh persen pedagang yang terdiri dari 32 persen pedagang dengan tingkat pendidikan SD, 8 persen pedagang dengan tingkat penddidikan SMP, dan 16 persen pedagang dengan tingkat pendidikan SMA dan 4 persen pedagang dengan tingkat pendidikan S1 menerapkan strategi untuk tetap mempertahankan pelanggannya. Tabel 7. Strategi Pedagang Eceran Tradisional Strategi untuk Menarik Pembeli Keramahan dan sopan santun Menambah keanekaragaman produk Menerima pembayaran dalam bentuk hutang Harga Tidak ada strategi
Jumlah Pedagang 8 1 2 4 10
Persen (%) 32 4 8 16 40
Sebanyak 32 persen pedagang berusaha menarik pembeli dengan mengutamakan keramahan dan sopan santun, sedangkan 4 persen pedagang memilih menambah keragaman produknya dengan menjual barang yang tidak dijual di minimarket atau dengan mengecer barang-barang sembako. Pedagang lain pun menerapkan strategi yang berbeda, 8 persen pedagang menerima
36
pembayaran dalam bentuk hutang. Hutang tersebut biasanya dilunasi pada awal bulan setelah konsumen mendapatkan gaji atau upah dari pekerjaannya. Strategi lain yang digunakan pedagang adalah menetapkan harga yang lebih murah untuk komoditas yang laku terjual, 16 persen pedagang menerapkan strategi ini. 4.4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jam Kerja Usaha ritel tidak dibatasi oleh jam kerja. Pedagang eceran bebas menentukan jam kerjanya. Sebagian besar jam kerja responden berada pada rentang waktu 10-16 jam. Beberapa pedagang eceran tradisional menentukan jam kerja berdasarkan permintaan konsumen. Apabila ramai pembeli maka pedagang eceran tradisional dapat memperpanjang jam kerjanya, begitu juga sebaliknya. Apabila sepi pembeli maka pedagang eceran tradisional dapat mempersingkat jam kerjanya. Gambar 3 menunjukkan sebaran jam kerja masing-masing responden. Penentuan jam kerja bagi setiap respoden didasarkan pada rata-rata jam kerja responden per hari karena sebagian responden menetapkan jam kerja yang tidak sama setiap harinya. 16 14 12 10 8
15
6
Jam Kerja (jam/hari) 10
4 2 0 10-16
17-21
Gambar 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jam Kerja Hubungan antara jam kerja dengan omzet responden disajikan pada Tabel 8. Semakin lama jam kerja responden maka omzet responden seharusnya semakin meningkat, namun Tabel 8 menunjukkan kecenderungan sebaliknya. Penurunan omzet pada rentang jam kerja 16-21 jam disebabkan oleh lokasi usaha responden yang lebih dekat dengan minimarket. Kedekatan lokasi usaha dengan minimarket membuat omzet usaha responden turun secara drastis, sehingga untuk meminimalisir penurunan omzet, responden cenderung meningkatkan jam
37
kerjanya. Waktu operasi minimarket maksimum adalah 14 jam, yaitu pukul 8.0022.00 WIB. Apabila responden meningkatkan jam kerjanya maka penurunan omzetnya akan lebih kecil. Tabel 8. Hubungan Antara Jam Kerja dengan Omzet Responden Omzet
Jam Kerja (jam/hari)
Tetap 5 1
10-16 17-21 4.4.3
Turun 14 5
Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha Penetapan lama usaha responden adalah minimal 3 tahun. Ketentuan ini
berdasarkan tahun berdiri minimarket terbaru di Kecamatan Dramaga, yaitu Alfamidi pada tahun 2010. Penetapan lama usaha minimum bertujuan untuk mengetahui perubahan omzet pedagang sebelum dan setelah pendirian minimarket. 18 16 14 12 10 17
8 6 4 2
4
2
2
11-15
16-30
0 3-5
5-10
Lama Usaha (tahun)
Gambar 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha Hubungan antara lama usaha dengan omzet responden disajikan pada Tabel 9. Semakin lama usaha responden maka omzet usaha responden seharusnya meningkat, namun Tabel 9 menunjukkan kecenderungan sebaliknya. Mayoritas responden mengalami penurunan omzet yang lebih besar pada rentang lama usaha 5-10 tahun. Hal ini disebabkan oleh waktu pendirian minimarket. Pada lima tahun terakhir, tedapat peningkatan jumlah minimarket sebanyak tiga minimarket. Tiga minimarket tersebut adalah Alfamidi, Alfamart dan Ceriamart. Penambahan
38
jumlah minimarket dalam jarak yang berdekatan menyebabkan omzet usaha responden di sekitar minimarket tersebut turun secara drastis, sehingga semakin lama usaha responden, maka akan semakin merasakan dampak minimarket yang berimbas pada penurunan omzet usaha responden. Tabel 9. Hubungan Antara Lama Usaha dengan Omzet Responden Omzet
Lama Usaha (tahun)
Tetap 1 5 0 0
3-5 5-10 11-15 16-30 4.4.4
Turun 3 12 2 2
Karakteristik Responden Berdasarkan Jarak Usaha Responden dengan Minimarket Penetapan jarak usaha responden berdasarkan jarak terdekat lokasi
pedagang eceran tradisional terhadap minimarket. Penetapan jarak bertujuan untuk mengetahui perubahan omzet pedagang yang terkena dampak akibat pendirian minimarket. 16 14 12 10 8 14 6 4 6 2
4 1
0 10-100
101-200
201-300
301-400
Jarak (meter)
Gambar 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jarak Antara Usaha Responden dengan Minimarket Respon terhadap perubahan omzet berdasarkan lama usaha responden disajikan pada Tabel 10. Sebanyak 76 persen responden dengan jarak antara 0-300 meter mengalami penurunan omzet. Semakin dekat jarak antara pedagang eceran tradisional dengan minimarket membuat tingkat persaingan diantara keduanya
39
semakin besar sehingga terjadi perubahan omzet usaha yang lebih besar. Pendirian minimarket di Kecamatan Dramaga dalam jarak yang berdekatan dengan lokasi usaha responden menyebabkan omzet usaha responden di sekitar minimarket tersebut turun secara drastis. Tabel 10. Hubungan Antara Jarak dengan Omzet Responden Tetap 0 0 0 6
0-100 101-200 201-300 301-400 4.4.5
Persen (%) 56 16 4 24
Omzet
Jarak (meter)
Turun 14 4 1 0
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Pedagang eceran tradisional terdiri dari berbagai usia. Variabel Usia
berfungsi sebagai variabel kontrol. Sebagian besar dari responden memiliki umur produktif dengan rentang 20-30 tahun. Pedagang eceran tradisional bergantung pada usaha ini untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. 10 9 8 7 6 5 4
9 7
3
8
2 1
1
0 20-30
31-40
41-50
51-60
Usia (tahun)
Gambar 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 4.5
Analisis Uji-t Berpasangan Pada penelitian ini, peneliti harus memastikan perbedaan omzet pedagang
eceran tradisional antara sebelum dan sesudah pendirian minimarket dengan melakukan pengujian hipotesis:
40
H0 : tidak terdapat perbedaan omzet pedagang eceran tradisional antara sebelum dan sesudah pendirian minimarket.
H1 : terdapat perbedaan omzet pedagang eceran tradisional antara sebelum dan sesudah pendirian minimarket. Berdasarkan Paired Sample T-Test, nilai probabilitas yang diperoleh
adalah 0,011, lebih kecil dari alpha (0,05) maka tolak H0. Artinya, omzet pedagang eceran tradisional antara sebelum pendirian minimarket berbeda nyata dengan sesudahnya. Rata-rata sebelum lebih besar dibandingkan rata-rata sesudah. Rata-rata omzet sebelum pendirian minimarket adalah Rp 55.260.000,00/bulan dengan standar deviasi 63.334.100, sedangkan rata-rata omzet pedagang eceran tradisional sesudah pendirian minimarket adalah Rp 33.664.000,00/bulan dengan standar deviasi 30.701.700. Rata-rata perubahan omzet pedagang adalah sebesar 30,57 persen/bulan dengan standar deviasi 22,15. 4.6
Analisis Crosstab Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Omzet Pedagang Eceran Tradisional Akibat Pendirian Minimarket Analisis setiap variabel terhadap perubahan omzet pedagang eceran akibat
pendirian minimarket dilakukan dengan alat analisis crosstab. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas memiliki pengaruh nyata terhadap perubahan omzet yang diperoleh. Hasil (output) dari analisis crosstab disajikan pada tabel berikut: Tabel 11. Hasil Analisis Crosstab (Uji Chi-Square) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Omzet Pedagang Eceran Tradisional Akibat Minimarket Variabel Tingkat Pendidikan Jam Kerja Lama Usaha Jarak Usia
Asymp. Sig (2-sided) 0,774 0,629 0,673 0,000* 0,076**
Df 3 1 3 3 3
Chi Square Hitung 1,112 0,233 1,538 25,000 6,888
Chi Square Tabel 7,815 3,841 7,815 7,815 7,815
Keterangan: * Nyata pada taraf kepercayaan 95 persen ** Nyata pada taraf kepercayaan 80 persen
Berdasarkan hasil dari output crosstab pada Tabel 11, dapat dijelaskan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap perubahan omzet yaitu jarak antara pedagang eceran tradisional dengan minimarket dan usia pedagang eceran
41
tradisional. Artinya, terdapat hubungan antara jarak dengan dengan perubahan omzet pedagang eceran, juga terdapat hubungan antara usia dan perubahan omzet pedagang eceran. Nilai Asymp. Sig (2-sided) untuk variabel jarak yang terdapat pada ChiSquare test adalah 0,000 lebih kecil dari alpha (α=0,05). Nilai tersebut menyatakan bahwa jarak antara pedagang eceran tradisional dengan minimarket berhubungan nyata terhadap perubahan omzet pedagang eceran tradisional. Nilai Asymp. Sig (2-sided) untuk variabel usia yang terdapat pada ChiSquare test adalah 0,076, lebih kecil dari alpha (α=0,05). Nilai tersebut menyatakan bahwa usia pedagang eceran tradisional dengan perubahan omzet pedagang eceran tradisional berhubungan nyata.
4.7
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Omzet Pedagang Eceran Tradisional Akibat Pendirian Minimarket dengan Menggunakan Model Regresi Linear Berganda Untuk melihat dampak minimarket terhadap omzet pedagang eceran
tradisional dilakukan analisis dengan menggunakan model regresi linear berganda dan diuji signifikansinya dengan menggunakan aplikasi software SPSS version 16.0. Hasil pengolahan data pada Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai R2 adalah 0,640 yang artinya 64 persen keragaman nilai omzet dapat dijelaskan oleh masing-masing variabel bebas yang ada dalam model. Selain itu, tidak ada pelanggaran asumsi autokorelasi yang terjadi pada setiap persamaan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Durbin-Watson yang mendekati 2. Scatterplot di Lampiran 5 menunjukkan bahwa titik-titik residual tidak membentuk pola yang jelas dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y. Hasil output uji white pada Lampiran 5 dengan menggunakan software eviews 6 menunjukkan nilai Obs*R-squared sebesar 23,59048 sedangkan nilai probabilitas (chi-square) adalah 0,2607 (lebih besar dari alpha 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model. Pada Lampiran 4, nilai asymp. sig. (2-tailed) pada one-sample kolmogorov-smirnov test adalah 0,656 (lebih besar dari alpha 0,05) artinya data terdistribusi normal. Nilai VIF masing-masing variabel bebas pada Tabel 12 lebih kecil dari 10, artinya data tidak mengalami
multikolinearitas.
Setelah
melakukan
pengujian
normalitas,
42
multikolinearitas, autakorelasi dan heteroskedastisitas, dapat disimpulkan bahwa data memenuhi asumsi klasik. Tabel 12. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Omzet Pedagang Eceran Tradisional Variabel Intersep Tingkat Pendidikan Jam Kerja Lama Usaha Jarak Usia R2 = 0,640
Koefisien 18,272 7,147 -0,883 0,868 -0,152 0,676 Fhitung = 6,747
Probabilitas VIF 0,568 0,070** 1,454 0,487 1,333 0,176 1,553 0,000* 1,697 0,123 1,741 Durbin-Watson = 1.324
Keterangan: * Nyata pada taraf kepercayaan 95 persen ** Nyata pada taraf kepercayaan 80 persen
Berdasarkan hasil output di atas maka model logit yang diperoleh adalah: Yi = 18,272 + 7,147PDi - 0,883JMi + 0,868LUi – 0,152JRi + 0,676USi ........ (4.1) Jarak memiliki pengaruh negatif dan signifikan pada taraf nyata lima persen terhadap omzet usaha dengan koefisien parameter 0,152. Artinya, apabila jarak antar lokasi usaha pedagang eceran tradisional dengan minimarket meningkat satu meter maka perubahan omzet usaha akan bertambah kecil sebanyak 0,152 persen, ceteris paribus. Tingkat pendidikan memiliki pengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata 10 persen terhadap omzet usaha dengan koefisien parameter 7,147. Artinya, apabila tingkat pendidikan pedagang eceran tradisional meningkat satu tingkat maka perubahan omzet usaha akan bertambah besar sebanyak 7,147 persen, ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2011) menganalisis bahwa jarak antara warung tradisional dengan minimarket berpengaruh terhadap penurunan omzet warung tradisional di Kecamatan Padurungan Kota Semarang, semakin dekat jarak antara keduanya, maka penurunan omzet warung tradisional semakin besar. Semakin tinggi tingkat pendidikan responden, perubahan omzet akibat pendirian
minimarket
seharusnya
semakin
kecil,
namun
hasil
analisis
menunjukkan sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan strategi dan pengalaman usaha. Pedagang eceran tradisional dengan tingkat pendidikan rendah ternyata memiliki strategi yang lebih baik dibandingkan dengan pedagang yang berpendidikan tinggi. Pedagang dengan tingkat pendidikan rendah lebih ramah
43
terhadap pembeli dan dapat menjaga hubungan baik dengan pelanggannya. Pedagang eceran tradisional dengan pendidikan rendah mendapatkan bekal ilmu dari keluarga untuk berdagang. Mereka sudah terlatih sejak kecil untuk membantu keluarganya berdagang sehingga memiliki pengalaman usaha yang lebih banyak. Beberapa responden dengan tingkat pendidikan tinggi menjadikan warung sebagai pendapatan sampingan saja, akibatnya mereka tidak sepenuhnya berkonsentrasi pada usaha tersebut. Parameter lama usaha dan jam kerja tidak signifikan secara statistik terhadap omzet usaha yang diperoleh. Artinya, lama usaha dan jam kerja responden tidak berpengaruh terhadap besar kecilnya perubahan omzet usaha.
4.8
Karakteristik Perubahan Tingkat Pengeluaran Responden Akibat Pendirian Minimarket di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Masyarakat yang menjadi responden adalah masyarakat yang bertempat
tinggal di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Jumlah masyarakat yang dijadikan responden adalah 30 orang. Pertanyaan yang diajukan kepada responden adalah apakah tingkat pengeluaran responden meningkat setelah hadirnya minimarket. Jawaban responden dibagi menjadi dua, yaitu meningkat dan tidak meningkat (tetap). Karakteristik umum responden ini dinilai dari dua variabel yaitu usia (US) dan jarak antara tempat tinggal responden dengan minimarket terdekat (JR).
4.8.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Responden terdiri dari berbagai usia. Sebagian besar dari responden
memiliki umur produktif dengan rentang usia 20-30 tahun. Usia termuda responden adalah 20 tahun dan usia tertua responden adalah 55 tahun.
44
12 10 8 6 10 4
7 5
2
2 0 20-30
31-40
41-50
51-55
Usia (tahun)
Gambar 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Hubungan usia dengan perubahan tingkat pengeluaran setelah pendirian minimarket disajikan pada Tabel 13. Responden dengan usia lebih tua memiliki kecenderungan peningkatan pengeluaran yang lebih kecil. Hal ini disebabkan oleh kemampuan responden dalam mengatur atau mengelola pengeluarannya. Responden yang lebih tua cenderung dapat meredam keinginannya dalam berbelanja karena memiliki keluarga dan tanggungan. Pendapatan yang terbatas membuat responden dengan usia yang lebih tua harus mampu mengelola keuangannya agar dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Akibatnya tingkat pengeluaran responden dengan usia lebih tua memiliki kecenderungan untuk tidak meningkatkan pengeluarannya. Tabel 13. Hubungan Antara Usia dengan Perubahan Tingkat Pengeluaran Responden Usia (tahun) 20-30 31-40 41-50 51-55
Tingkat Pengeluaran Tidak Meningkat Meningkat 3 7 6 3 5 0 2 0
45
4.8.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Jarak Antara Tempat Tinggal Responden dengan Minimarket Terdekat Penetapan jarak berdasarkan jarak terdekat antara tempat tinggal
responden terhadap minimarket dengan satuan meter. Penetapan jarak bertujuan untuk mengetahui perubahan tingkat pengeluaran responden yang terkena dampak akibat pendirian minimarket. 12 10 8 6 10
11 9
4 2 0 16-150
151-300
301-365
Jarak (meter)
Gambar 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Jarak Antara Tempat Tinggal Responden dengan Minimarket Terdekat Hubungan jarak antara tempat tinggal responden dengan minimarket terhadap perubahan tingkat pengeluaran responden disajikan pada Tabel 14. Sebanyak 10 responden (33,33 persen) dengan jarak antara 16-150 meter mengalami peningkatan pengeluaran. Disisi lain, 10 dari 11 responden pada jarak 151-300 meter tidak mengalami peningkatan pengeluaran. Berdasarkan data pada Tabel 14 dapat disimpulkan bahwa semakin dekat jarak antara tempat tinggal responden dengan minimarket membuat tingkat pengeluaran responden cenderung mengalami peningkatan. Tabel 14. Hubungan Antara Jarak Tempat Tinggal Responden dengan Minimarket Terdekat dan Perubahan Tingkat Pengeluaran Responden Jarak (meter) 16-150 151-300 301-365
Tingkat Pengeluaran Tidak Meningkat Meningkat 0 10 6
10 1 3
46
4.9
Analisis Uji-t Berpasangan Pada penelitian ini, harus dipastikan perbedaan tingkat pengeluaran
masyarakat antara sebelum dan sesudah pendirian minimarket dengan melakukan pengujian hipotesis:
H0 : tidak terdapat perbedaan tingkat pengeluaran masyarakat antara sebelum dan sesudah pendirian minimarket.
H1 : terdapat
perbedaan
tingkat
pengeluaran
masyarakat
antara
sebelum dan sesudah pendirian minimarket. Berdasarkan uji-t berpasangan (Paired Sample T-Test), nilai probabilitas yang diperoleh adalah 0,000, lebih kecil dari alpha (0,05) maka tolak H0. Artinya, tingkat pengeluaran masyarakat antara sebelum pendirian minimarket berbeda nyata dengan sesudahnya. Rata-rata tingkat pengeluaran sebelum lebih kecil dibandingkan
rata-rata
sesudah
pengeluaran
masyarakat
pendirian
sebelum
minimarket.
pendirian
Rata-rata
minimarket
tingkat
adalah
Rp
140.333,33/bulan dengan standar deviasi 107.068,57, sedangkan rata-rata tingkat pengeluaran
masyarakat
sesudah
pendirian
minimarket
adalah
Rp
165.833,33/bulan dengan standar deviasi 111.115,68. Rata-rata perubahan tingkat pengeluaran masyarakat adalah sebesar 28,32 persen/bulan dengan standar deviasi 49,82.
4.10
Analisis Crosstab Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tingkat Pengeluaran Masyarakat Akibat Pendirian Minimarket Analisis setiap variabel terhadap perubahan tingkat pengeluaran responden
dilakukan dengan alat analisis crosstab. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas memiliki pengaruh nyata terhadap respon yang diperoleh. Tabel 15 menunjukkan hasil dari analisis crosstab. Tabel 15. Hasil Crosstab Antara Variabel Bebas terhadap Perubahan Tingkat Pengeluaran Responden Variabel Bebas Usia Jarak
Asymp. Sig (2-sided) 0,011* 0,000*
Df 3 2
Chi Square Hitung 11,085 18,312
Keterangan: * Nyata pada taraf kepercayaan 95 persen
Chi Square Tabel 7,815 5,991
47
Berdasarkan hasil dari output crosstab di atas maka dapat dijelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tingkat pengeluaran masyarakat akibat pendirian minimarket, yaitu: 1.
Hubungan antara usia terhadap perubahan tingkat pengeluaran masyarakat akibat pendirian minimarket yang diperoleh dari analisis crosstab chi-square test memperoleh hasil nilai Asymp. Sig (2-sided) 0,011, lebih kecil dari taraf nyata 5 persen atau dengan kata lain signifikan pada taraf kepercayaan 95 persen. Nilai tersebut menyatakan usia berhubungan nyata terhadap perubahan tingkat pengeluaran masyarakat akibat pendirian minimarket.
2.
Hubungan jarak antara tempat tinggal responden dengan minimarket terdekat terhadap perubahan tingkat pengeluaran masyarakat akibat pendirian minimarket yang diperoleh dari analisis crosstab chi-square test memperoleh hasil nilai Asymp. Sig (2-sided) 0,000, lebih kecil dari taraf nyata 5 persen atau dengan kata lain signifikan pada taraf kepercayaan 95 persen. Nilai tersebut menyatakan bahwa jarak antara tempat tinggal responden dengan minimarket terdekat berhubungan nyata terhadap perubahan tingkat pengeluaran masyarakat akibat pendirian minimarket.
4.11
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tingkat Pengeluaran Masyarakat Akibat Pendirian Minimarket dengan Menggunakan Model Logit Variabel terikat (dependent) yang digunakan dalam analisis ini memiliki
nilai nol dan satu. Nilai nol mewakili jawaban tingkat pengeluaran tidak meningkat akibat pendirian minimarket. Sedangkan nilai satu mewakili jawaban tingkat pengeluaran meningkat akibat pendirian minimarket. Variabel-variabal bebas yang digunakan, yaitu usia (US) dan jarak antara tempat tinggal responden dengan minimarket terdekat (JR). Hasil logit untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tingkat pengeluaran masyarakat akibat pendirian minimarket dapat dilihat pada Tabel 16. Hasil Hosmer and Lemeshow Test dapat dilihat nilai dari p-value sebesar 0,987 lebih besar dari taraf nyata 5 persen maka tolak H0 yang artinya model logit adalah Fit. Nilai Overall Precentage sebesar 90,0 yang artinya model logit mampu mengklasifikasikan secara tepat sebesar 90 persen.
48
Tabel 16. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tingkat Pengeluaran Masyarakat Akibat Pendirian Minimarket Variabel Koefisien Constant 13,066 -0,315 Usia Jarak -0,012 Hosmer and Lemeshow Test = 0,987 Overall Percentage = 90,0
P-value 0,019 0,025* 0,146***
Rasio Odd 4,726x105 0,730 0,988
Keterangan: * Nyata pada taraf kepercayaan 95 persen *** Nyata pada taraf kepercayaan 85 persen
Berdasarkan hasil output di atas maka model logit yang diperoleh adalah: Logit(pi) = 13,066 - 0,315 USi - 0,012 JRi .................................................... (4.2) Tabel 16 adalah hasil output yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tingkat pengeluaran masyarakat akibat pendirian minimarket, antara lain: 1. Pengaruh usia terhadap perubahan tingkat pengeluaran masyarakat akibat pendirian minimarket Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,025 lebih kecil dari taraf nyata 5 persen atau dengan kata lain signifikan pada taraf kepercayaan 95 persen maka tolak H0 yang artinya usia berpengaruh nyata (meningkat atau tidak meningkat) mempengaruhi perubahan tingkat pengeluaran masyarakat akibat pendirian minimarket. Semakin tua usia responden maka tingkat pengeluaran akan semakin tidak meningkat. Hal ini dapat dilihat dari tanda negatif pada koefisien. Variabel usia memiliki nilai Odd Ratio 0,730 artinya dengan pertambahan usia seseorang maka peluang untuk tidak meningkatkan pengeluaran adalah 0,730 kalinya dibandingkan dengan meningkat. 2. Pengaruh jarak antara tempat tinggal responden dengan minimarket terdekat terhadap perubahan tingkat pengeluaran masyarakat akibat pendirian minimarket Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,146 lebih kecil dari taraf nyata 15 persen atau dengan kata lain signifikan pada taraf kepercayaan 85 persen maka tolak H0 yang artinya jarak antara tempat tinggal responden dengan minimarket berpengaruh nyata (meningkat atau
49
tidak
meningkat)
mempengaruhi
perubahan
tingkat
pengeluaran
masyarakat akibat pendirian minimarket. Semakin jauh jarak antara tempat tinggal responden dengan minimarket terdekat, maka tingkat pengeluaran akan semakin tidak meningkat. Hal ini dapat dilihat dari tanda negatif pada koefisien. Variabel jarak antara tempat tinggal responden dengan minimarket memiliki nilai Odd Ratio 0,988 artinya semakin jauh jarak antara tempat tinggal responden dengan minimarket maka peluang untuk tidak meningkatkan pengeluaran adalah 0,988 kalinya dibandingkan dengan meningkat.