IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan LAI resmi didirikan pada tanggal 9 Februari 1954 yang ditandai penandatanganan akta notaris pendirian Lembaga Alkitab Indonesia dengan badan hukum sebagai Yayasan. Percetakan berlokasi di Jalan Roda Pembangunan No. 96, Nanggewer Km. 49, Cibinong, Bogor. Perusahaan dibangun pada tanggal 4 Oktober 1995 diatas tanah seluas 11.270 m2. Sebelum berdiri di Nanggewer, percetakan LAI berada di daerah Ciluar, Bogor. Percetakan dipindahkan ke Nanggewer karena kapasitas yang tidak memadai. Visi LAI adalah menjadi salah satu pusat produksi Alkitab yang mengedepankan kualitas. Misi LAI adalah memenuhi kebutuhan pelanggan sesuai kualitas produk yang ditetapkan, menyediakan sumber daya yang memadai, menyelesaikan produksi dengan tepat waktu, menghasilkan produk dengan biaya yang kompetitif. LAI membutuhkan karyawan yang bekualitas untuk mendukung kelancaran perusahaan. Komitmen dan disiplin menjadi salah satu syarat yang harus dimiliki karyawan LAI. Latar belakang pendidikan karyawan LAI berasal dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sarjana (S1). Karyawan yang memiliki latar belakang pendidikan D3-S1 berjumlah 20 persen dan berada pada bagian top management. Sedangkan dengan latar pendidikan SMA berjumlah 55 persen berada pada bagian administrasi dan produksi. Pendidikan SD-SMP bekerja pada bagian produksi atau office boy berjumlah 25 persen. Jumlah karyawan LAI dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah karyawan LAI Karyawan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah (orang)
Karyawan tetap
54
47
101
Karyawan borongan
25
60
85
Karyawan kontrak
5
1
6
Total
84
108
192
Struktur organisasi LAI dipimpin oleh Kepala percetakan yang membawahi setiap Kepala Bidang (Kabid). Setiap Kabid memiliki bawahan yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Gambar 5 menunjukkan struktur organisasi LAI. Kepala Unit
Kabid Reproduksi/Cetak/Jilid
Kabid Keuangan
1. Repro
1.Accounting
2. Cetak Goss + Speed Master
2. Cost accounting
3. Jilid Tahapan 1 & 2
3. Pembelian
4. Quality control 5. Pemeliharaan produksi
4. Kasir
Kabid Logistik
Kabid Administrasi Umum dan SDM
1. Gudang bahan baku
1. Administrsi SDM/sekretariat
2. Barang dalam proses
2. Rumah Tangga/Umum
3. Barang jadi
3. Pemeliharaan Gedung
5. Administrasi keuangan
4. Security
Gambar 5 . Struktur organisasi percetakan LAI Setiap bagian memiliki kewenangan dan tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh LAI. 1. Kepala Unit Kepala unit bertanggung jawab atas seluruh kegiatan yang berlangsung di percetakan LAI. Kepala unit membawahi semua kabid yang ada di LAI. 2. Kabid Reproduksi/Cetak/Jilid Kabid produksi bertanggung jawab atas seluruh proses produksi yang berlangsung di LAI. Kabid produksi bertugas menentukan jadwal produksi,
memeriksa kualitas produk yang diproduksi, memastikan proses produksi berjalan lancar. Kabid ini membawahi bagian cetak Goss dan Speed Master, jilid tahap 1 dan 2, quality control, dan pemeliharaan produksi yang masingmasing bagian memiliki supervisor. 3. Kabid keuangan Kabid keuangan bertanggung jawab atas seluruh pemasukan dan pengeluaran yang terjadi di percetakan. Selain itu, Kabid keuangan bertanggung jawab mengawasi pembelian bahan baku, mengatur gaji karyawan, membuat, laporan keuangan percetakan. Kabid keuangan membawahi bagin accounting, cost accounting, pembelian , kasir, dan administrasi keuangan yang terdiri dari 1 (satu) orang pada setiap bagian. 4. Kabid logistik Kabid logistik mengawasi persediaan bahan baku, menentukan limit stock, mengawasi barang dalam proses, merencanakan bahan baku. Bagian logistik bertanggung jawab dalam menjamin ketersediaan bahan baku bersama-sama dengan bagian pembelian. Karyawan bagian logistik berjumlah 5 (orang) yang terbagi menjadi 2 (dua) yaitu, bagian administrasi logistik berjumlah 3 (tiga) orang dan 2 (orang) pada bagian gudang. 5. Kabid Administrasi Umum dan SDM Kabid Administrasi Umum dan SDM berwenang dalam menyediakan Alat Tulis Kantor (ATK), mengadakan pelatihan bagi karyawan, menerima, memindahkan dan mengeluakan karyawan percetakan LAI. Selain itu, bertanggung jawab memelihara gedung serta kesejahteraan karyawan. 4.2. Jenis Produk dan Proses Produksi Produk yang dihasilkan LAI adalah Alkitab, Alkitab dalam bentuk testament , portion ( kitab), dan selection (petikan). Alkitab yang dicetak di LAI telah diterjemahkan lebih dari 2.426 bahasa termasuk bahasa daerah Indonesia. Produk yang paling diminati adalah Alkitab. Ukuran alkitab terbagi kedalam berbagai ukuran yaitu 032, 052, 062. Produk ukuran tersebut dinamakan General Sales, dikarenakan ukuran tersebut sangat diminati dan diketahui oleh konsumen. Permintaan akan produk Alkitab membuat LAI terus meningkatkan jumlah
produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Peningkatan jumlah produksi dianalisis dengan melihat trend dan peramalan untuk 3 (tiga) tahun kedepan. Gambar 6 menunjukkan analisis trend dan peramalan produksi Alkitab dengan menggunakan data produksi dari tahun 2007 sampai dengan 2010. Gambar 6. Analisis trend dan peramalan jumlah produksi Trend Analysis Plot for Produksi Quadratic Trend Model Yt = 922572 - 22199*t + 23306*t**2 2000000
Variable A ctual Fits Forecasts
Produksi
1800000
A ccuracy Measures MA PE 2 MA D 19056 MSD 453923448
1600000 1400000 1200000 1000000 2007
2008
2009
2010 Tahun
2011
2012
2013
Hasil dari peramalan dan analisis trend menunjukkan bahwa untuk 3 (tiga) tahun kedepan produksi Alkitab akan meningkat. Tampilan grafik yang menyajikan grafik data aktual (sebenarnya), grafik data fit (nilai data periode lalu menggunakan model kuadratik) dan grafik forecast (nilai peramalan kedepan). Tahun 2011 jumlah produksi diperkirakan sebesar 1.394.215, pada tahun 2012 sebesar 1.628.376 dan tahun 1.909.149 . Ini merupakan acuan bagi LAI untuk mengantisipasi peningkatan jumlah produksi yang diikuti peningkatan kebutuhan bahan baku dan melakukan perencanaan produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. LAI memproduksi Alkitab kedalam beberapa jenis. Alkitab Injil terdiri dari 2 (dua) perjanjian yaitu perjanjian lama dan perjanjian baru dan terdiri dari 66 kitab. Sedangkan jenis testament, Alkitab yang dicetak hanya terdiri dari satu perjanjian saja seperti Perjanjian lama. Jenis portion hanya mencetak salah satu kitab dari jumlah keseluruhan seperti kitab Mazmur. Sedangkan selection mencetak mengenai cerita-cerita tokoh Alkitab atau tema-tema berdasarkan ayatayat Alkitab. Jumlah produksi untuk Alkitab Injil sebesar 47 persen dan produksi
testament sekitar 39 persen dari jumlah total keseluruhan produksi, untuk jumlah produksi portion sekitar 6 persen dan 8 persen untuk memproduksi selection. Alkitab Injil menjadi produk utama pada percetakan LAI. Proses Produksi Proses produksi dalam mencetak Alkitab terbagi menjadi 2 (dua) tahap yaitu tahap cetak dan tahap jilid. Tahap jilid dibagi menjadi 2 (dua) tahap yaitu tahap jilid pertama dan kedua. Sebelum ke tahap cetak, ada tahap Pra Persiapan Cetak (PPC) untuk melakukan pemeriksaan terhadap tata letak Alkitab, pemeriksaan kalimat, huruf dan semua format yang sesuai dengan ketentuan dasar dalam percetakan. Setelah melewati bagian Pra Persiapan Cetak (PPC), maka akan dilakukan pemindahan negatif film ke plate. Tahap itu terdapat pada bagian reproduksi. Proses produksi pembuatan Alkitab secara keseluruhan adalah sebagai berikut : A. Tahap Cetak 1. Cetak Alkitab Tahap ini adalah tahap awal produksi, yang menggunakan mesin GOSS dan mesin Speed Master. Langkah awal mencetak adalah mempersiapkan mesin dan bahan baku sesuai dengan pesanan. Setelah tahap persiapan tersebut, kertas dan tinta dimasukkan, lalu mesin dijalankan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Apabila proses cetak telah selesai, katern akan diperiksa apakah ada yang rusak atau tidak. Jika ada katern yang rusak, maka pisahkan dengan katern yang hasilnya bagus. Katern yang bagus dikumpulkan dalam palet lalu diserahkan pada bagian jilid tahap pertama. Katern adalah satuan yang digunakan untuk menyebut hasil cetak kertas sebelum menjadi Alkitab. Satu lembar katern berisi 64 halaman dan jumlah katern untuk membuat Alkitab adalah 22 katern. 2. Jilid Tahap Pertama Pada tahap ini, katern yang telah dicetak akan dijilid menjadi satu kesatuan berbentuk buku. Pada tahap jilid tahap pertama diperlukan waktu sekitar 2 (dua) hari untuk menyelesaikannya. Hal ini dikarenakan proses melipat dilakukan secara manual. Di bawah ini adalah proses produksi yang harus dilalui yaitu :
3. Melipat Katern Tahap ini adalah proses lanjutan dari tahap cetak, dimana pada tahap lipat terdapat dua cara pelipatan, yaitu lipat tangan dan lipat mesin. Kegiatan tersebut menggunakan mesin Sthal dilakukan untuk melipat kertas dari hasil cetakan Speed Master. Sedangkan lipat tangan untuk melipat katern Alkitab. Setelah proses cetak selesai, kertas yang telah dicetak dibawa kebagian lipat tangan untuk dipotong dan dilipat. Katern yang telah dilipat dikumpulkan pada palet untuk dibawa pada proses mengumpulkan katern menjadi satu buku. 3. Penyatuan Katern Penyatuan katern adalah tahap mengumpulkan semua katern Alkitab untuk menjadi buku. Jumlah katern Alkitab adalah 22 katern. Jika ada tambahan Kidung Jemaat (KJ) maka akan bertambah 9 (sembilan) katern. Sedangkan untuk tambahan DC (Deutronika) akan bertambah 5 (lima) katern. Katern yang terkumpul pada tahap ini harus secara keseluruhan. Jika tidak lengkap maka mesin tidak akan dijalankan. Mesin yang digunakan pada tahap ini adalah mesin Gathering. 4. Pemeriksaan 1 Pemeriksaan dilakukan terhadap urutan katern. Katern yang sudah menjadi satu diperiksa kembali agar tidak terjadi kekurangan katern. Pada tahap ini akan ditambahkan katern KJ dan DC agar menjadi satu dengan katern Alkitab. 5. Menjahit Katern Katern yang telah disatukan akan dijahit menggunakan mesin jahit Ishida. Mesin jahit yang digunakan akan diatur terlebih dahulu disesuaikan dengan jenis kertas dan panjang buku. Buku yang telah dijahit akan diperiksa oleh operator untuk memastikan jahitannya sudah baik dan sesuai, jika belum akan dijahit kembali. 6. Pemasangan Schutblad dan Backlining Buku yang telah dijahit akan dimasukkan ke dalam mesin Book Black Lining 30 (BBL) untuk memasang schutblad dan backlining. Sebelum mesin digunakan dilakukan pengaturan sesuai dengan kebutuhan buku. Mesin yang
berjalan diawasi oleh operator. Jika ada gangguan mesin akan berhenti dengan sendirinya, karena mesin telah dilengkapi sensor. 7. Pemotongan Buku Proses selanjutnya adalah pemotongan sisi buku. Buku yang telah melewati mesin BBL 30 akan melewati mesin Three Knife. Mesin Three Knife adalah mesin yang digunakan untuk memotong buku. Biasanya pemotongan buku dilakukan oleh 2 (dua) orang. 8. Pemeriksaan 2 Setelah tahap jilid pertama selesai, lalu dilakukan pemeriksaan oleh bagian koreksi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan buku yang telah diproses sesuai dengan standar produk. Hal yang diperiksa adalah kesesuaian ukuran buku dengan spesifikasi, schutblad dan backlining terpasang dengan baik, kerapihan jahitan. Jika ada buku yang rusak, maka akan diserahkan pada bagian perbaikan. Buku yang telah diperbaiki dapat diproses kembali ke penjahitan buku. 9. Pemberian Indeks atau Daftar isi Buku akan diberi indeks atau daftar isi sesuai dengan pesanan. Pihak percetakan memberikan pesanan kepada koperasi yang terdapat di Percetakan LAI. Hal ini dikarenakan untuk memudahkan proses produksi sehingga tidak perlu menunggu Alkitab Injil untuk diberi daftar isi diluar percetakan. Hal tersebut dapat menghemat waktu dan biaya serta memudahkan dalam pemeriksaan. B. Jilid Tahap Kedua Proses jilid tahap kedua adalah menjilid buku pada bagian luar buku untuk menjadi Alkitab utuh dan siap dijual. Proses produksi yang dilakukan adalah : 1. Potong Sudut Buku yang telah diberi indeks akan dipotong pada sudut buku. Sudut atas dan sudut bawah buku akan dipotong sehingga menjadi sedikit melengkung. 2. Pelengkungan Buku Buku akan dibuat melengkung pada bagian punggung oleh mesin pilung yang digerakkan oleh operator. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pemasangan karton, pita dan kapital pada punggung buku.
3. Pemasangan Karton, Kapital dan Pita Pemasangan karton, kapital, pita dilakukan secara manual. Buku yang telah dilengkungkan pada bagian punggung akan ditempel dengan karton. Karton telah disesuaikan dengan ukuran buku, lalu bagian atas punggung dengan pita dan setelah itu akan diberikan kapital pada bagian atas dan bawah punggung. 4. Pemasangan Cover Pemasangan cover ada 2 (dua) cara yaitu pemasangan cover manual dan pemasangan cover dengan mesin. Pasang cover manual adalah memasang jenis cover imitasi dengan tangan sedangkan pasang cover dengan mesin untuk jenis cover plastik. Mesin yang digunakan untuk pemasangan cover adalah mesin Cassing In. Cover yang dipasang dengan mesin langsung diperiksa oleh bagian koreksi final. 5. Proses Penekanan Buku Cover yang dipasang secara manual harus melalui proses penekanan agar cover buku lebih kuat dan lem yang ditempelkan lebih merekat. Setelah proses tersebut, maka buku akan diperiksa oleh bagian koreksi. 6. Pemeriksaan Akhir Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan akhir dari keseluruhan proses dan jika masih ada buku yang rusak maka akan ada perbaikan kembali. 7. Shrink buku Alkitab yang dipesan untuk menggunakan untuk menggunakan plastik shrink akan melalui mesin Sill Shrink. Alat ini untuk menghilangkan udara yang ada dalam plastik untuk membungkus buku. 8. Pengemasan Alkitab yang tidak menggunakan plastik shrink akan dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu disusun di dalam box. Alkitab yang telah dimasukkan ke dalam box akan diikat dengan menggunakan mesin ikat Meiwa. 9. Penyimpanan Alkitab yang sudah dikemas akan disimpan di gudang bahan jadi sebelum dilakukan pengiriman. Diagram alir proses produksi Alkitab Injil dapat dilihat pada Gambar 7.
Cetak Alkitab dan Inspeksi Bahan Baku Lipat Katern Komplit Katern Pemeriksaan 1 Jahit Benang Pemasangan Schutblad dan Backlining Pemotongan Buku Pemeriksaan 2 Indeks Potong Sudut Pilung Buku Pemasangan Karton, Kapital, Pita Pemasangan Cover Proses Penekanan Buku Pemeriksaan Akhir Shrink Buku Pengemasan Penyimpanan
Keterangan :
Operasi
Persediaan
Inspeksi
Transportasi
Gambar 7. Diagram alir produksi Alkitab
4.3. Identifikasi Rantai Pasok Percetakan LAI memiliki rantai pasokan yang terdiri dari pemasok bahan baku, percetakan, distributor, dan pelanggan. Model rantai pasokan percetakan Alkitab dapat dilihat pada Gambar 8.
Pemasok A
Aliran informasi
Pemasok B
Pemasok C
Aliran barang
Percetakan
Distributor LAI
Pelanggan
Pemasok D
Pemasok E
Aliran uang
Gambar 8. Pola rantai pasokan Alkitab Rantai pasokan ini dimulai dari pemasok. Aliran rantai selanjutnya adalah Percetakan LAI dimana semua perencanaan, proses produksi, hingga penyaluran produk dilakukan. Pola ini berlanjut ke distributor yang menjadi mitra LAI untuk dipasarkan kepada pelanggan atau konsumen akhir. Interaksi yang dilakukan dalam pola aliran ini tidak hanya antar pemasok hingga pelanggan akhir tetapi melibatkan pola aliran barang, uang dan informasi. Aliran bahan baku dimulai pada saat pemasok menyalurkan bahan baku kepada percetakan sesuai dengan pemesanan yang dilakukan LAI. Pemesanan ini dilakukan oleh pihak pembelian atas permintaan dari bagian logistik. Bahan baku yang telah dipesan akan diantarkan oleh pemasok sesuai jadwal yang telah disepakati bersama LAI. Pada saat bahan baku datang, bahan baku akan diperiksa oleh bagian gudang dan quality control (QC). Bahan baku yang telah melewati proses ini akan disimpan ke gudang bahan baku dan akan dicatat oleh bagian logistik. Bahan baku selanjutnya akan diproses sehingga menjadi produk jadi. Alkitab Injil yang sudah dikemas akan disalurkan kepada distributor untuk
dipasarkan
kepada
konsumen.
Distributor
memegang
peranan
dalam
pendistribusian Alkitab Injil hingga ke tangan pelanggan/konsumen akhir. Aliran informasi pada rantai pasokan Alkitab didapat dari setiap anggota rantai pasokan. Pemasok mendapatkan informasi mengenai spesifikasi bahan baku yang dibutuhkan percetakan, sedangkan pemasok memberikan informasi mengenai harga, produk yang mereka miliki. Percetakan mendapatkan informasi pesanan dari Departemen Penyebaran (Deppan) dan Deppan mendapatkan informasi dari distributor mengenai penjualan untuk mengetahui permintaan pasar. Distributor mengetahui kapasitas dan produk apa saja yang dimiliki percetakan untuk didistribusikan serta memberikan informasi tingkat penjualan dari Alkitab yang mereka distribusikan. Pelanggan mendapatkan informasi mengenai Alkitab yang mereka inginkan dan harga Alkitab. Dari pelanggan akan dibuat peramalan permintaan untuk target produksi. Aliran uang terjadi dari pelanggan/konsumen akhir ke pihak distributor lalu ke percetakan kemudian ke pemasok. Pembayaran dilakukan secara tunai/cash
maupun
kredit.
Transaksi
pembayaran
yang
dilakukan
pelanggan/konsumen akhir biasanya secara tunai. Namun pada anggota pasokan lain seperti distributor, percetakan dan pemasok dapat berupa tunai/cash, wesel giro berdasarkan kesepakatan cara pembayaran antara anggota rantai pasokan. Sub bab berikut akan menjelaskan anggota masing-masing rantai pasokan. 4.3.1 Pemasok Percetakan LAI memiliki pemasok tetap, diantaranya pemasok plate, kertas, tinta, lem cover. Pemasok LAI menyediakan bahan baku utama dan bahan baku pendukung untuk memproduksi produk yang ada di LAI. Dalam melakukan pesanan bahan baku, LAI melakukan pesanan rutin untuk bahan baku utama dan bahan baku pendukung. Pemasok rutin biasanya memasok bahan baku secara kontinyu setiap bulannya. Pengiriman dapat dilakukan beberapa kali dalam 1 (satu) bulan sesuai dengan permintaan LAI. Tabel 7 memperlihatkan pemasok dengan jenis bahan baku yang dipasok serta skala berdasarkan pemesanan.
Tabel 7. Pemasok Bahan baku dan skala pemesanan Nama Perusahaan PT. Ferrostaal PT. Heidelberg Indonesia PT.Indah Permata Kencana PT. Microlux Indonesia PT. Surya Nenggala PT. Surya Zig Zag PT. Cemani Toka PT. Printcolor Indonesia PT. Makro Rekat Sekawan Abba Tas Alkitab Minamahesa PD. Agung Perdana PT. Pentamapan Cemerlang PT. Surya Palace Jaya Primkoveri Sanserita Jaya UD. Goramera CV. Mitra Lestari Go & Brothers PT. Sinar Saudara Baru PT. Spectra Alam Sejahtera Toko Kertas Matahari
Jenis Bahan baku
Rutin
Plate Plate, Chemical Plate, Chemical
Skala Tidak rutin √ √
√ √ √
Plate, Chemical Plate Bible Paper Tinta, Chemical Tinta
√
√
Lem
√
Cover Cover Cover Cover De Lux, Fancy Paper, Karton Cover De Lux, Fancy Paper, Karton Cover Cover Cover Backlining Benang Kertas
√
Kertas sheet
√
Kertas sheet, Fancy paper, karton
√
√
√ √
√ √ √
√
√ √ √ √
Bahan baku pada Tabel 7 adalah bahan baku yang digunakan LAI dalam membuat Alkitab Injil. LAI telah melakukan perjanjian kontrak dengan pihak pemasok sehingga pada saat membutuhkan bahan baku LAI akan menghubungi pemasok. Pemasok bahan baku bible paper, hanya satu pemasok karena belum ada pemasok yang dapat memenuhi permintaan LAI dalam memasok kertas jenis bible paper. Tinta yang digunakan LAI adalah Web-Black LAI. Tinta ini hanya dipasok ke LAI saja karena tinta ini hanya digunakan untuk mencetak Alkitab Injil dengan menggunakan bible paper. Pemasok plate memiliki beberapa
pemasok tetapi hanya satu yang menjadi pemasok utama LAI. Plate yang digunakan adalah plate positif. Bahan baku lem hanya memiliki satu pemasok, lem yang digunakan adalah jenis Lem MA 60 dan MA 12 yang digunakan untuk merekatkan backlining dan cover. LAI memiliki banyak pemasok cover dikarenakan disesuaikan dengan desain produk yang akan diproduksi. Frekuensi pemesanan bahan baku utama dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Frekuensi pemesanan No. 1 2 3 4 5
Jenis Bahan baku
Frekuensi pemesanan dalam sebulan (kali)
Plate Bible Paper Tinta Lem Cover
2 2 1 1 4
Rata-rata jumlah pemesanan dalam sebulan (∑) 600 sheet 80 kg 900 kg 1600 kg 40000 eksemplar
Rata-rata frekuensi pesanan bahan baku hanya berkisar antara 1-2 kali. Pemesanan cover paling banyak dilakukan karena dalam setiap kali produksi cover yang digunakan dapat berbeda-beda sesuai dengan pesanan yang diinginkan pelanggan. Hal itu juga terlihat dari rata-rata jumlah pemesanan. Dalam pemesanan bahan baku LAI memberikan waktu 10 hari, lead time yang diberikan untuk mengantisipasi keterlambatan bahan baku dan transportasi yang dibutuhkan. Pada saat bahan baku telah sampai dan diterima oleh LAI, maka pemasok akan mendapatkan pembayaran satu bulan setelah penyerahan penagihan dan bukti penerimaan barang. LAI mendapatkan informasi mengenai pemasok melalui pihak lain atau mitra LAI dan melalui internet. Pembayaran bahan baku dilakukan dengan cek dan giro. Pembayaran akan dilakukan oleh pihak LAI satu bulan setelah kuitansi penagihan diterima oleh bagian purchasing disertai dengan bukti pengiriman barang. Pembayaran biasanya dilakukan pada awal minggu pertama dan minggu kedua setiap bulannya. Pembayaran yang dilakukan hanya pada saat awal bulan hal ini menyebabkan pemasok yang mengirimkan penagihan melebihi minggu kedua akan mendapatkan pembayaran pada bulan berikutnya. Hal tersebut menyebabkan pemesanan bahan baku berikutnya terkena masalah karena pembayaran belum dilakukan.
Kerjasama yang baik antar pemasok dan perusahaan dapat berjalan baik apabila ada komunikasi yang baik diantara keduanya. Pemasok dan LAI dapat berkomunikasi dalam menyelesaikan persolan yang ada. Pemasok harus dapat menerima setiap keluhan dan saran dari LAI untuk kelancaran kerjasama. LAI juga harus dapat melaksanakan kewajibannya untuk kelancaran pengiriman bahan baku. Kinerja pemasok akan dievaluasi, hasil kinerja pemasok akan diberitahukan kepada pemasok. LAI melakukan hal ini untuk memberikan saran serta motivasi bagi para pemasok untuk meningkatkan kinerja mereka. Pemasok yang tidak memiliki kinerja yang baik akan diputus kontraknya apabila perjanjian dengan LAI telah berakhir. 4.3.2 Percetakan LAI Pemilihan pemasok yang dilakukan LAI berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan yaitu, mutu produk dan kemampuan dalam memasok. Mutu produk bahan baku menjadi sesuatu yang penting karena LAI ingin memproduksi Alkitab Injil dengan kualitas terbaik. Kemampuan pemasok dalam menyediakan bahan baku menjadi bagian dalam memilih pemasok. Karena LAI menyelesaikan produk yang dibuat sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Sehingga ketersediaan bahan baku menjadi salah satu hal yang penting untuk memperlancar proses produksi. Pembelian dan pemesanan bahan baku ke pemasok dilakukan oleh bagian pembelian/purchasing. Bagian purchasing berada di bawah Kabid Keuangan. Selain itu bagian purchasing, logistik, Quality Control (QC), Kabid Produksi, Kabid Keuangan dan Kepala Unit Percetakan memiliki wewenang dalam memilih dan menilai kinerja pemasok. Kriteria yang digunakan dalam mengevaluasi kinerja pemasok adalah ketepatan mutu bahan, ketepatan waktu dan ketepatan jumlah. Bagian purchasing akan mengevaluasi kineja pemasok dengan mendapatkan data dari bagian logistik lalu menghitungnya dengan menggunakan Microsoft Excel. Hasil kinerja pemasok akan dilaporkan kepada Kabid Keuangan, Kabid Logistik, Kabid Produksi serta Kepala Unit Percetakan. Hasil kinerja pemasok dikirimkan melalui surat kepada pemasok. Pemberitahuan ini dilakukan agar perusahaan dapat meningkatkan kinerja mereka dalam penyediaan bahan
baku. Pemasok yang memiliki penilaian yang kurang baik akan diberi surat peringatan terlebih dahulu, jika kinerja mereka tetap tidak baik maka LAI tidak akan memperpanjang kontrak perjanjian. Bahan baku yang datang dari pemasok akan diperiksa. Pemeriksaan ini dilakukan oleh bagian QC dan bagian logistik. Apabila ada bahan baku yang rusak, maka pihak LAI akan mengembalikan kepada pemasok. Setelah pemeriksaan selesai, selanjutnya surat jalan yang diantarkan akan diberi kode sesuai dengan urutan yang telah ditentukan. Bahan baku yang telah diterima akan disimpan pada gudang bahan baku sesuai dengan jenisnya. LAI memiliki 3 (tiga) gudang penyimpanan, yaitu : 1. Gudang Bahan Baku Gudang bahan baku adalah tempat untuk menerima bahan baku datang dan menyimpan bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi. 2. Gudang Chemical Gudang chemichal berisi bahan-bahan kimia yang akan digunakan, plate, cover. 3. Gudang Barang jadi Gudang ini digunakan untuk menyimpan barang jadi yang sudah dikemas sebelum dikirim kepada pelanggan. Penyimpanan ini bertujuan untuk memudahkan dalam pembagian bahan baku serta prosedur pengambilan bahan baku, maupun pengembalian bahan baku dari dan ke gudang bahan baku, sehingga bahan baku yang masuk dan keluar dapat diawasi. Penyimpanan ini dilakukan untuk persediaan. Permasalahan dalam persediaan terjadi karena kurang akuratnya data persediaan. Pencatatan persediaan dilakukan secara komputerisasi dan manual terkadang terjadi perbedaan antara yang terdapat kartu persediaan dengan jumlah digudang. Hal ini membuat tidak diketahui secara pasti jumlah persediaan sehingga pada saat diperlukan bahan baku tidak mencukupi. Bahan baku yang diperlukan oleh bagian produksi akan diberikan apabila pihak produksi mengikuti prosedur yang telah ditetapkan bagian logistik. Setiap bagian yang akan mengambil bahan baku harus mengisi Laporan Pemakaian
Bahan Baku (LPBB). Pengambilan dapat dilakukan setelah pengisian LPBB dan pengambilan diawasi oleh orang gudang. Setelah pengambilan, LPBB yang terdiri dari dua rangkap akan ditandatangani oleh bagian logistik dan bagian gudng sebagai bukti bahwa bahan baku telah diambil. LPBB yang telah ditandatangani diberikan kepada pihak logistik lalu LPBB yang satu lagi dibawa oleh pihak yang meminta bahan baku. LPBB yang masuk ke bagian logistik akan dicatat ke dalam kartu persediaan dan ke dalam komputer. Kumpulan dari LPBB akan disusun menurut tanggal dan bulan pemakaian bahan baku. Bahan baku yang dikeluarkan harus melalui staf logistik dan mengikuti prosedur yang berlaku. LPBB sangat penting karena bukti dari pemakaian dan permintaan bahan baku, sehingga pengawasan bahan baku dapat dilakukan. diagram alir pengambilan bahan baku dapat dilihat pada Gambar 9.
Supervisor produksi mengambil dan mengisi LPBB
Staf logistik dan gudang memeriksa bahan baku yang diminta
Tidak
Bahan baku tersedia?
Ya Pengambilan bahan baku
Penandatanganan LPBB untuk bukti pengambilan bahan baku
Staf logistik melakukan pencatatan pada kartu persediaan dan komputer
Menyusun LPBB sesuai tanggal, bulan dan tahun
Menyimpan LPBB dalam lemari penyimpanan
Gambar 9. Proses pengambilan bahan baku
LAI dapat memproduksi 2 juta Alkitab per tahun baik pesanan dalam negeri ataupun luar negeri. Percetakan LAI membuat perencanaan permintaan jumlah produksi Alkitab pada saat Rapat Kerja (Raker) tahunan LAI yang dihadiri oleh semua Kepala Bidang (Kabid). Pada saat Raker ditentukan jumlah yang akan diproduksi sehingga bagian logistik dapat menghitung kebutuhan bahan baku. Dengan adanya prediksi pesanan maka pesanan yang datang akan disesuaikan dengan kapasitas percetakan dalam membuat Alkitab. Biasanya pesanan datang dari Departemen Penyebaran (Deppan) atau dari pemesan luar dan pada saat pesanan datang bagian produksi memperhitungkan waktu produksi hingga waktu pengiriman kepada pemesan. Pesanan yang masuk tertuang dalam Formulir Penerimaan Order Pelanggan (FPOP). Apabila disetujui, maka produksi akan berjalan sesuai jadwal, jika tidak maka akan dilakukan negoisasi sampai tercapai kesepakatan. Penjadwalan produksi dibuat berdasarkan pesanan yang datang. Jadwal produksi biasanya dibuat per bulan dan akan direvisi jika mengalami perubahan, jadwal produk. Pada saat melakukan pesanan, pelanggan harus mengisi Formulir Penerimaan Order Pelanggan (FPOP) dalam FPOP tercantum jenis pesanan yang akan dipesan, berapa jumlahnya, tanggal produksi dan pengiriman kepada pemesan. Tanggal produksi dan pengiriman yang tercantum dalam FPOP dibuat oleh Kabid produksi dengan mempertimbangkan kapasitas produksi, lamanya hari produksi, jumlah pesanan, jumlah tenaga kerja. Jika tanggal produksi dan pengiriman telah disetujui maka akan dibuat SPK. FPOP dan Surat Perintah Kerja (SPK) merupakan landasan untuk membuat Work Order (WO) oleh Kabid Logistik, WO dibuat untuk menentukan jumlah bahan baku yang dibutuhkan. WO yang telah dibuat harus disetujui oleh Kabid produksi, keuangan, dan Kepala Percetakan. Apabila WO telah disetujui maka produksi dapat dijalankan. Jika WO belum keluar maka proses produksi tidak dapat dijalankan. Keterlambatan pembuatan FPOP, SPK, dan WO akan menghambat proses produksi. Jika proses produksi yang seharusnya sudah mulai berjalan tetapi terhambat karena kelalaian menjalankan prosedur maka perusahaan akan mengalami kerugian dalam waktu, biaya
karena mesin tidak berjalan,
keterlambatan dalam memenuhi pesanan pelanggan. Penjadwalan produksi diawasi setiap minggu untuk melihat kemungkinan perubahan-perubahan yang terjadi. Alkitab yang telah diproduksi memiliki standar produk sesuai ketentuan yang berlaku dan sesuai dengan spesifikasi pesanan. Ukuran standar untuk 032 adalah 10,5cm x 15 cm, ukuran 052 adalah 13 cm x 18 cm, dan ukuran 062 sebesar 14 cm x 21 cm. Berat Alkitab 032 adalah 450 gram, 550 gram untuk 052, dan 650 gram untuk 062. Jumlah isi Alkitab sebanyak 22 katern dan 1 (satu) katern memiliki 64 halaman. Sistem jilid yang digunakan adalah dengan jahitan benang. Alkitab harus dilengkapi dengan schutblad sebagai pembatas antara cover dengan isi. Kain backlining pada punggung untuk melindungi jahitan dan schutblad. Karton, kapital band dan pita jilid dipasang pada punggungnya Alkitab. Pita jilid berfungsi sebagai pembatas buku yang biasanya warna biru dan merah tetapi warna tersebut dapat disesuaikan dengan permintaan. Cover yang digunakan merupakan cover plastik dan cover imitasi yang disesuaikan dengan ukuran Alkitab. 4.3.3 Distributor dan Pelanggan Distributor yang telah menjadi mitra LAI akan memasarkan produk LAI kepada pelanggan. LAI memiliki 5 (lima) distributor atau penyalur utama yaitu, Yayasan Penginjilan Immanuel, PT. Gapura Jasa Murni, BPK Gunung Mulia, PT. Muliapurna Jayaterbit dan Kalam Hidup. LAI memiliki kantor perwakilan di Medan, Manado, Makassar dan Jayapura. Para distributor membantu penyaluran produk LAI kepada pelanggan akhir. Dalam mengirimkan produk Alkitab ke distributor, LAI menggunakan jalur darat karena distributor utama mereka di daerah Jakarta. Pengiriman dilakukan menggunakan mobil jenis box yang dimiliki LAI. Mobil jenis box digunakan karena lebih aman dalam pengiriman Alkitab Injil yang berbahan baku kertas. Distributor akan menyalurkan Alkitab menggunakan jalur yang sesuai dengan tujuan pendistribusian. Pelanggan utama LAI adalah umat kristiani yang berada didalam dan luar negeri. Pelanggan LAI dapat berupa perorangan, yayasan dan organisasi. Pelanggan LAI lebih dinominasi perorangan sekitar 90 persen dan 10 persen lagi
adalah yayasan, organisasi. LAI juga menerima pesanan dari luar negeri seperti Malaysia, Inggris dan negara Asia Tenggara. Namun jumlah pesanan dari luar negeri hanya 5 persen. Pesanan LAI lebih didominasi pesanan dalam negeri. 4.4. Analisis Kinerja Pemasok Bahan Baku Utama Setiap faktor yang berpengaruh dalam mengukur kinerja pemasok bahan baku pada LAI. Kriteria yang memiliki bobot yang paling tinggi adalah kualitas dengan bobot 0.317. Tabel 9 menunjukkan bobot dan prioritas kriteria dalam mengukur kinerja pemasok bahan baku di LAI. Tabel 9. Bobot dan prioritas kriteria pengukuran kinerja pemasok Kriteria
Bobot
Prioritas
Kualitas (Q)
0,317
1
Ketepatan Waktu (D)
0,269
2
Ketepatan jumlah (L)
0,168
3
Pelayanan (S)
0,139
4
Reputasi Pemasok (I)
0,107
5
Bobot yang terdapat pada Tabel 9, diolah secara horizontal. Hasil pengolahan data horizontal dapat dilihat pada Lampiran 3. 4.4.1 Kriteria dalam Mengukur Kinerja Pemasok 1. Kualitas (0,317) baku yang berkualitas sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan LAI. LAI memprioritaskan kualitas sebagai kriteria untuk menilai kinerja pemasok. Kualitas merupakan kriteria yang didapatkan dari perusahaan dalam mengevaluasi kinerja pemasok. Kriteria ini merupakan kriteria yang sangat penting dan besar peranannya dalam menilai kinerja pemasok. Kualitas merupakan harga mutlak bagi setiap perusahaan dalam memuaskan serta mempertahankan loyalitas pelanggannya. Produk yang berkualitas memerlukan bahan baku yang digunakan harus berkualitas. Dalam kriteria kualitas ini LAI ingin pemasok menghasilkan bahan
2. Ketepatan Waktu Pengiriman (0,269) Kriteria ini termasuk dalam penilaian kinerja pemasok yang dilakukan LAI. Pemasok harus mampu mengirimkan bahan baku sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh LAI dengan pemasok. Ketidaktersediaan bahan baku karena keterlambatan akan menghambat proses produksi yang sedang atau akan berjalan. Karena itu pihak LAI menginginkan agar pemasok dapat mengirimkan bahan baku yang telah LAI pesan sesuai dengan waktu yang telah disepakati. LAI memberikan waktu 10 hari dalam pengiriman bahan baku. Ketepatan waktu penting dalam menilai kinerja pemasok karena keterlambatan akan menyebabkan tidak berjalannya proses produksi. 3. Ketepatan jumlah (0,168) Jumlah bahan baku yang dikirim harus sesuai dengan perjanjian yang dilakukan. Kekurangan jumlah bahan baku dalam pengiriman akan menganggu jalannya produksi dan persediaan yang ada di LAI. Pada saat bahan baku yang akan digunakan tidak memenuhi jumlah yang dibutuhkan maka LAI akan mengalami kerugian karena terhambatnya proses produksi. Ketidaksesuaian jumlah pengiriman dengan pemesanan membuat persediaan bahan baku yang direncanakan akan berubah dan menghambat produksi apabila persediaan yang ada tidak mencukupi. 4. Pelayanan (0,139) Pelayanan yang baik akan memberikan kepuasan kepada konsumen. Ini dapat meningkatkan loyalitas perusahaan dalam hal ini LAI kepada pemasok. Pelayanan yang baik akan meningkatkan nilai jual pemasok kepada LAI. Pelayanan yang diberikan pemasok harus sesuai dengan apa yang mereka janjikan. Semua ini akan membuat perusahaan puas. Pemasok bahan baku di LAI selama ini telah memberikan pelayanan yang baik tetapi masih perlu ditingkatkan lagi. Pelayanan yang baik membuat pemasok memiliki nilai lebih tetapi dalam menilai kinerja pemasok sehingga pelayanan berada pada prioritas keempat. Meskipun begitu pelayanan tetap menjadi pertimbangan untuk menilai kinerja.
5. Reputasi Pemasok (0,107) Reputasi pemasok menjadi bagian dalam kriteria pengukuran kinerja. Hal ini dikarenakan pemasok harus dapat memberikan image yang baik kepada LAI. Reputasi yang baik akan membuat LAI dapat mempercayai pemasok dalam menyediakan bahan baku bagi LAI. Reputasi yang terjaga akan membuat perusahaan merasa aman dalam melakukan hubungan bisnis dengan pemasok. Reputasi yang baik adalah aset perusahaan untuk dalam meningkatkan keuntungan. Indikator yang menjadi tolak ukur reputasi pemasok adalah kejujuran pemasok, berorientansi pada kepuasan pelanggan dan memiliki nama baik di pasaran. 4.4.2 Sub Kriteria Pengukuran Kinerja Pemasok 1. Sub Kriteria dari Kualitas Sub kriteria dari kualitas adalah penyediaan barang tanpa cacat, bahan baku sesuai dengan spesifikasi, kekonsistenan dalam menjaga kualitas. Sub kriteria dari kualitas akan dijabarkan secara lebih rinci dibawah ini. a. Penyediaan bahan baku tanpa cacat (0,251) Pemasok diharapkan tidak memiliki barang cacat dalam menyediakan bahan baku. Bahan baku yang cacat tidak dapat digunakan oleh LAI dalam berproduksi. Bahan baku yang cacat akan memakan waktu dalam proses pengembalian dan pergantian bahan baku yang baru. LAI mengharapkan pemasok dapat menyediakn bahan baku tanpa cacat. Keinginan LAI untuk penyediaan barang tanpa cacat masih belum dapat terpenuhi karena bahan baku yang datang masih didapati ada yang cacat. b. Sesuai dengan spesifikasi (0,369) Spesifikasi yang telah disepakati dalam kontrak harus menjadi patokan bagi pemasok dalam penyediaan bahan baku. Spesifikasi yang diberikan LAI merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan oleh pemasok.. Spesifikasi yang diinginkan LAI dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Spesifikasi bible paper No.
Spesifikasi
Bible Paper 28 gr
Bible Paper 33 gr
1
Basis Weight (gr/m2)
27-29
32-32
2
Brightness (%)
87-90
87-90
3
Thickness ( micron)
38-45
42-46
4
Opacity (%)
78-79
81-82
Sumber : LAI (2011) Pemasok yang mengikuti standar spesifikasi LAI akan mendapatkan kepercayaan dalam menyediakan bahan baku. Hal ini dikarenakan bahan baku yang dipesan harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan LAI. Jika tidak sesuai LAI tidak dapat memproduksi Alkitab yang sesuai dengan standar LAI. c. Konsisten dalam kualitas (0,379) Kekonsistenana pemasok dalam menjaga kualitas menjadi pertimbangan yang penting dalam menilai kinerja. Apabila pemasok tidak dapat menjaga kualitas secara kontinu maka perusahaan tidak akan mempercayai pemasok tersebut. Perusahaan akan mencari pemasok baru yang dapat memberikan kualitas secara tetap dan terus-menerus. Kekonsistenan sangat diperlukan dalam penyediaan bahan baku. Hal ini untuk menjaga kualitas dari Alkitab injil yang dihasilkan. 2. Ketepatan waktu pengiriman a. Mampu mengirimkan pesanan tepat waktu (0,452) Pesanan yang dikirimkan tepat waktu oleh pemasok akan memuaskan LAI. Proses produksi yang berjalan tidak akan terganggu karena keterlambatan bahan baku. Hal ini membuat perusahaan akan mempertahankan pemasok karena itu pemasok harus dapat mengirimkan bahan baku tepat waktu. Sub kriteria ini menjadi prioritas utama dalam konteks ketepatan waktu pengiriman karena LAI bahan baku yang mereka pesan datang tepat waktu sehingga tidak mengganggu persediaan.
b. Pemasok dapat mengatasi masalah keterlambatan (0,260) Pemasok harus dapat menangani masalah keterlambatan. Masalah keterlambatan harus segera diatasi dan pemasok harus memiliki solusi baru agar tidak terjadi keterlambatan dalam mengirimkan bahan baku. Keterlambatan yang terjadi akan mengganggu kegiatan operasional perusahaan dan kerugian baik dari pihak perusahaan dan pemasok. c. Sarana tranportasi yang menunjang (0,288) Pengiriman barang harus ditunjang dengan sarana transportasi yang memadai. Sarana transportasi yang digunakan disesuaikan dengan jarak tempuh, jumlah bahan baku yang akan dikirimkan. Hal ini diperlukan agar bahan baku yang dikirim sampai tepat waktu dan tidak mengalami kerusakan ketika didalam perjalanan. Bobot yang dihasilkan menunjukkan sarana transportasi memiliki kepentingan lebih besar daripada masalah mengatasi keterlambatan. Dengan sarana transportasi yang menunjang pemasok
dapat
mengatasi
masalah
keterlambatan.
Kemampuan
mendistribusikan bahan baku harus ditunjang dengan sarana yang memadai. 3. Ketepatan jumlah a. Jumlah sesuai pesanan (0,357) Jumlah yang dikirim oleh pemasok harus sesuai dengan pesanan yang diberikan LAI. Jumlah yang tidak sesuai akan mengurangi persediaan bahan baku LAI dan hal tersebut dapat mengganggu kegiatan operasional perusahaan. Waktu yang dibutuhkan dalam pemenuhan bahan baku akan lebih lama karena pemasok harus menyediakan bahan baku yang LAI inginkan. b. Jumlah minimum barang cacat (0,348) Jumlah minimum barang cacat akan menentukan berapa toleransi yang diberikan LAI kepada pemasok. LAI menginginkan bahan baku tanpa cacat, namun sering kali pada saat pemeriksaan ditemukan bahan baku yang cacat. Hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah pesanan yang datang. Apabila pada saat bahan baku datang dan ditemukan ada yang cacat maka akan menghambat kinerja perusahaan. Pemasok harus dapat mendapatkan solusi
dari masalah ini karena akan berdampak buruk bagi pemasok. Bahan baku yang cacat dapat dikembalikan kepada pemasok dan digantikan dengan bahan baku yang baru. Perusahaan dapat mengembalikan bahan baku yang cacat tetapi dalam pengembalian dan pengiriman kembali memakan waktu sehingga dapat berdampak buruk terhadap perusahaan jika bahan baku yang dibutuhkan tidak ada. Selama ini pemasok masih dapat menyediakan pengganti dari bahan cacat tersebut. c. Kemampuan dalam memenuhi pesanan (0,295) Pemasok harus dapat memenuhi jumlah pesanan yang diinginkan perusahaan. Jika LAI memerlukan bahan baku dengan skala yang besar maka pemasok harus dapat memenuhinya. Kapasitas produksi yang dimiliki pemasok harus dapat memenuhi kebutuhan LAI. 4. Pelayanan a. Pemasok memberikan informasi yang mudah dan akurat (0,302) Informasi yang mudah didapat dan akurat akan memberikan LAI kelancaran dalam berbisnis dengan pemasok. Dengan adanya informasi yang mudah dan akurat, perusahaan dapat mengetahui perkembangan yang terjadi dan mengantisipasi kemungkinan yang akan dihadapi LAI dan pemasok dalam memenuhi kebutuhan bahan baku LAI. b. Perusahaan mudah melakukan pesanan (0,288) Kemudahan dalam melakukan pesanan akan membuat LAI menyukai pemasok. Kemudahan tanpa harus melalui birokrasi yang sulit namun tetap professional akan memberikan nilai tambah bagi pemasok. Karena ketika LAI sangat membutuhkan bahan baku pemasok siap memenuhi kebutuhan LAI. Walaupun mudah dalam pemesanan mempermudah LAI tetapi tidak menjadi prioritas utama dalam konteks pelayanan. c. Respon dalam menghadapi keluhan (0,410) Keluhan yang dilakukan perusahaan karena pemasok tidak dapat memenuhi keinginan perusahaan harus cepat ditanggapi. Ini akan membuat perusahaan lebih menghargai pemasok apabila ditanggapi dengan baik dan ingin memperbaiki kesalahan mereka. Keluhan yang cepat ditanggapi akan
memberikan dampak yang baik bagi pemasok, mempermudah birokrasi dalam mengajukan keluhan akan mempercepat realisasi dari dalam menghadapi keluhan perusahaan. 5. Reputasi Pemasok a. Dapat dipercaya oleh perusahaan (0,369) Kepercayaan merupakan hal yang penting dalam melakukan hubungan kerjasama. Untuk mendapatkan kepercayaan sangat susah karena itu pemasok harus dapat menjaga kepercayaan yang perusahaan berikan. Hal ini dapat dilakukan dengan memenuhi setiap perjanjian yang dilakukan dengan perusahaan. Dengan menjaga kepercayaan maka hubungan perusahaan dengan pemasok akan berjalan baik dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. b. Memiliki hubungan yang baik dengan perusahaan (0,319) Hubungan yang terjalin antara perusahaan dengan pemasok menentukan keberlangsungan bisnis antara keduanya. Apabila pemasok tidak dapat menjalin hubungan yang baik dengan perusahaan maka pemasok tersebut tidak dapat dijadikan mitra dalam berbisnis. Pemasok dapat menerima setiap saran maupun kritik dari perusahaan demi keberlangsungan hubungan, begitu juga dengan perusahaan. c. Pemasok termasuk perusahaan yang sehat (0,284) Perusahaan yang sehat dapat dilihat dari sistem manajemen dan kondisi keuangannya. Pemasok harus memiliki keadaan keuangan yang menunjang keberlangsungan perusahaannya, tidak memiliki cacat hukum, maupun permasalhan dalam internal perusahaan. Semua itu menunjang setiap performa yang diberikan pemasok terhadap perusahaan. Gambar 10 menyajikan struktur hirarki dengan bobot yang sudah dihitung secara horizontal dan secara vertikal.
Menilai Kinerja Pemasok Bahan Baku
TUJUAN
KRITERIA
SUB KRITERIA
Kualitas (0,317)
Pelayanan (0,139)
Reputasi pemasok (0,107)
Jumlah Sesuai Pesanan (0,357)
Dapat memberikan informasi yang mudah dan akurat (0,302)
Dapat dipercaya oleh perusahaan (0,369)
Pemasok dapat mengatasi masalah keterlambatan (0,260)
Jumlah minimum barang cacat (0.348)
Perusahaan mudah dalam melakukan pemesanan
Kemampuan dalam memenuhi pesanan (0,295)
Respon dalam menghadapi keluhan (0,410)
Pemasok termasuk perusahaan yang sehat
(0,379)
Sarana transportasi yang menunjang (0,288)
Pemasok A (0,1746)
Pemasok B (0,2833)
Pemasok C (0,1984)
Pemasok D (0,1714)
Pemasok E (0,1765)
Penyediaan Bahan baku tanpa cacat (0,251) Sesuai dengan spesifikasi (0,369)
Konsisten dalam kualitas
KINERJA PEMASOK
Ketepatan waktu pengiriman (0 269) Mampu mengirimkan pesanan tepat waktu (0,452)
Ketepatan Jumlah (0 168)
(0,288)
Memiliki hubungan baik dengan perusahaan (0,319)
(0,284)
4.5. Identifikasi Pemasok dengan Nilai Tertinggi Pengolahan vertikal menunjukkan pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki tertentu terhadap tujuan.Pengolahan vertikal menunjukkan alternatif pengukuran kinerja pemasok untuk mengetahui bobot dan prioritas dalam mengukur kinerja pemasok. Tabel 11 menunjukkan prioritas alternatif dalam mengukur kinerja pemasok. Tabel 11. Bobot dan prioritas kinerja pemasok Kinerja Pemasok
Bobot
Prioritas
Pemasok B
0,2833
1
Pemasok C
0,1984
2
Pemasok E
0,1765
3
Pemasok A
0,1746
4
Pemasok D
0,1714
5
Tabel 11 yang ditunjukkan dapat dilihat bahwa pemasok yang menjadi prioritas utama adalah pemasok B dengan bobot 0,2833. Pemasok C terpilih karena paling banyak memiliki kriteria dan sub kriteria yang unggul. Pemasok B menjadi prioritas utama dalam semua kriteria. Kriteria kualitas (0,296), ketepatan waktu (0,298), ketepatan jumlah (0,266), pelayanan (0,223), reputasi
pemasok (0,310) . Hasil bobot kriteria dan sub kriteria pemasok B secara jelas dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Bobot kriteria dan sub kriteria pemasok B Kriteria / Subkriteria VP Kriteria Q1 Q2 Q3 D1 D2 D3 L1 L2 L3 S1 S2 S3 I1 I2 I3
Q 0,296 0,319 0,359 0,221
D 0,298
Pemasok B L S 0,266 0,223
I 0,310
Bobot 0,2833
0,377 0,200 0,265 0,249 0,200 0,365 0,234 0,200 0,233 0,376 0,200 0,348 Berdasarkan hasil penelitian, pemasok B mendapatkan bobot tertinggi
dari reputasi pemasok. Hal ini dikarenakan pemasok B dapat memberikan kesan yang baik bagi LAI dan dapat menjaga kepercayaan yang diberikan LAI. Pemasok B menerima setiap kritik dan saran serta memprioritaskan keinginan perusahaan. Kemampuan pemasok B dalam menyediakan bahan baku membuat LAI memprioritaskan pemasok B sehingga LAI dapat menyediakan produk yang berkualitas dan memuaskan pelanggan. LAI menjalin hubungan yang baik dengan peasok B karena saampai saat ini hanya pemasok B yang mampu menyediakan bahan baku bible paper yang sesuai dengan standar yang dimiliki LAI. Pemasok C berada diprioritas kedua dengan nilai bobot 0,1984. Kriteria pemasok C berada pada prioritas kedua dan sub kriteria yang dimiliki seperti pemasok dapat mengatasi masalah keterlambatan, jumlah minimum barang cacat, perusahaan mudah melakukan pesanan, dan memiliki hubungan yang baik dengan perusahaan memiliki bobot yang sama dengan pemasok A,B, D, dan E yang bernilai 0,200. Pemasok E menempati prioritas ketiga, diikuti pemasok A dengan prioritas keempat dan prioritas kelima atau yang kelima pemasok D.
Penilaian kinerja yang dilakukan masih menunjukkan kekurangan pemasok. Kriteria yang menjadi prioritas utama adalah kualitas tetapi dalam kenyataannya pemasok belum dapat menjaga kekonsistenan kualitas bahan baku yang mereka hasilkan. LAI masih menggunakan pemasok tersebut karena LAI hanya memiliki satu pemasok tetap yaitu pemasok A,B, C,dan D. Saat ini hanya pemasok A, B, C, dan D yang masih dapat memenuhi persyaratan yang dimiliki LAI dan mampu menyediakan bahan baku yang dibutuhkan LAI. Bahan baku yang dipasok oleh pemasok E memiliki pemasok lain namun diantara pemasok sejenis pemasok E yang dapat menyediakan bahan baku yang sesuai dengan keinginan LAI. Hasil pengukuran kinerja pemasok lebih banyak memiliki nilai lebih pada kriteria pelayanan dan ketepatan jumlah. Hasil pengolahan data secara vertikal dapat dilihat pada Lampiran 4. 4.6. Implikasi Manajerial Peningkatan mutu perlu dilakukan dalam menghadapi persaingan dan tuntutan ekonomi global. Untuk meningkatkan mutu, LAI melakukan perbaikan manajemen dengan meraih ISO 9000:2001. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan rencana jangka panjang LAI, yaitu menjadi pusat produksi Alkitab, bukan hanya di Indonesia melainkan juga di kawasan Asia. Percetakan LAI ingin hasil cetakannya diakui secara kualitas oleh United Bible Society (UBS). Untuk mencapai hal itu, Percetakan LAI perlu mewujudkan biaya produksi yang kompetitif, kualitas produksi sesuai permintaan customer, jadwal produksi yang tepat waktu, dan pengadaan sumber daya yang memadai untuk mengatasi tantangan masa depan. Perencanaan jangka panjang tersebut harus ditunjang dengan strategi yang tepat. Salah satunya dengan memilih dan mengukur kinerja pemasok. Dengan memilih dan mengukur kinerja pemasok, LAI dapat mewujudkan biaya produksi yang kompetitif, memenuhi kualitas dari bahan baku yang digunakan, pelaksanaan jadwal yang tepat waktu. Perusahaan memiliki kriteria dalam memilih dan mengukur kinerja pemasok. Hal ini dilakukan untuk mendukung kelancaran proses produksi. Penentuan kriteria dilakukan oleh manajemen puncak
dan
diimplikasikan
oleh
bagian
purchasing
sesuai
dengan
kewenangannya. Strategi yang dihasilkan oleh manajemen puncak harus berkomitmen pada waktu, biaya, dan sumber daya untuk mendukung pemasok agar terjadi kemitraan pada jangka panjang. Perencanaan yang matang dalam memilih dan menilai kinerja pemasok akan menghasilkan umpan balik bagi perusahaan untuk melakukan perbaikan. Perusahaan yang memiliki pemasok yang tepat akan memberikan keunggulan bagi kedua belah pihak terutama pada peningkatan produktifitas, inovasi dan kompetensinya. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kinerja pemasok. Hal ini dilakukan untuk menunjang kegiatan produksi perusahaan. Pengukuran kinerja ini menghasilkan kriteria yang menjadi prioritas utama yaitu, kualitas. Kriteria yang ada ditunjang dengan sub kriteria dalam menghasilkan kinerja pemasok. Pemasok yang memiliki kinerja yang baik adalah pemasok B. Strategi yang dilakukan oleh LAI adalah memiliki sedikit pemasok untuk bahan baku utama. Hal ini memungkinkan pengawasan yang lebih mudah. Perusahaan dapat melakukan komunikasi yang lebih efektif untuk meningkatkan daya saing. Frekuensi komunikasi, pertukaran informasi, duduk bersama-sama untuk menyelesaikan
permasalahan
agar
didapatkan
kondisi
yang
saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak dan mendapatkan kualitas bahan baku yang terbaik sesuai dengan keputusan kedua belah pihak. Keuntungan yang dimiliki LAI karena memiliki sedikit pemasok belum ditingkatkan secara maksimal. Karena kekonsistenan kualitas yang menjadi prioritas utama dalam pengukuran kinerja belum tercapai. Pemasok B memiliki bobot tertinggi pada reputasi pemasok bukan pada kualitas. Karena itu pihak purchasing harus melakukan perbaikan untuk mengatasi hal tersebut. Perbaikan kinerja dapat dilakukan dengan memberikan reward bagi pemasok akan yang memiliki kinerja yang bagus. Pemberian reward akan memotivasi pemasok untuk meningkatkan kinerja mereka. Untuk pemasok yang memiliki kinerja yang tidak baik, LAI dapat memberikan saran, kritik bahkan peringatan kepada pemasok untuk memperbaiki kinerja mereka.
Perbaikan kinerja dapat dilakukan dengan melakukan kolaborasi antara pemasok dan LAI agar tercapainya integrasi informasi dari berbagai mitra rantai pasok. Kolaborasi dengan pemasok dapat menghasilkan perbaikan dalam kualitas bahan baku, pengiriman bahan baku, kemitraan untuk mengurangi biaya produksi, peningkatan produktifitas, respon dalam menghadapi keluhan, dan berorientasi pada kepuasan pelanggan. Pemasok diharapkan dapat memenuhi kriteria yang diharapkan oleh LAI. Selain itu LAI dapat mencari alternatif pemasok untuk memenuhi kebutuhan bahan baku untuk bahan baku utama. Memiliki alternatif pemasok untuk bahan baku utama akan membuat LAI tidak perlu mengkhawatirkan kekurangan bahan baku pada saat proses produki. Perbaikan dan peningkatan kinerja pemasok harus diawasi bersamasama. Pengawasan dan penilaian yang telah berjalan tidak hanya dilakukan oleh bagian purchasing dan logistik tetapi semua bagian yang terlibat dalam rantai pasokan dan para pimpinan di manajemen puncak. Perhatian yang lebih mengenai aliran rantai pasokan akan membuat LAI dapat mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi.