IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kota Depok Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6o 19’ 00’’ – 6o 28’ 00’’ Lintang Selatan dan 106o 43’ 00’’–106o 55’ 30’’ Bujur Timur. Secara geografis, Kota Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkungan wilayah Jabotabek. Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah-perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50-140 meter di atas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15%. Kota Depok sebagai wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km2. Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor tanggal 16 Mei 1994 Nomor 135/SK.DPRD/03/1994 tentang Persetujuan Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat tanggal 7 Juli 1997 Nomor 135/Kep.Dewan 06/DPRD/1997 tentang Persetujuan Atas Pembentukan Kotamadya Dati II Depok dan untuk lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat serta untuk lebih meningkatkan peran aktif masyarakat, maka pembentukan Kota Depok sebagai wilayah administratif baru di Provinsi Jawa Barat ditetapkan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1999. Berdasarkan undang-undang tersebut, dalam rangka pengembangan fungsi kota sesuai dengan potensinya dan guna memenuhi kebutuhan pada masamasa mendatang, terutama untuk sarana dan prasarana fisik kota, serta untuk kesatuan perencanaan, pembinaan wilayah, dan penduduk yang berbatasan dengan wilayah Kota Administratif Depok, maka wilayah Kota Depok tidak hanya terdiri dari wilayah Kota Administratif Depok, tetapi juga meliputi sebagian wilayah Kabupaten Bogor lainnya, yaitu Kecamatan Limo, Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Sawangan dan sebagian wilayah Kecamatan Bojonggede yang terdiri dari Desa Pondokterong, Desa Ratujaya, Desa Pondokjaya, Desa Cipayung dan Desa Cipayung Jaya. Wilayah Kota Depok terdiri dari enam Kecamatan. Hal ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dan volume kerja dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan serta pelayanan masyarakat di Kota Depok. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, tuntutan masyarakat akan pelayanan prima dari pemerintah dan volume kegiatan penyelenggaraan pemerintahan pada akhir tahun 2009 Kota Depok pemekaran wilayah Kecamatan yang semula enam Kecamatan menjadi 11 Kecamatan. Adapun pemekaran ini dituangkan dalam Perda Kota Depok No. 8 Tahun 2007 dengan implementasi mulai dilaksanakan tahun 2009. Wilayah yang mengalami pemekaran ada lima Kecamatan terdiri atas Kecamatan Tapos merupakan pemekaran dari Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Bojongsari pemekaran dari Kecamatan Sawangan, Kecamatan Cilodong pemekaran dari Kecamatan Sukmajaya, Kecamatan Cipayung pemekaran dari Kecamatan Pancoran Mas dan Kecamatan Cinere pemekaran dari Kecamatan Limo. Wilayah Kota Depok dibagi ke dalam sebelas Kecamatan (Sawangan, Bojongsari, Cipayung,
43
44
Cilodong, Tapos, Pancoran Mas, Sukmajaya, Cimanggis, Beji, Cinere dan Limo), 63 kelurahan, 880 Rukun warga (RW) dan 4920 Rukun Tetangga (RT). Tabel 2 Batas Wilayah Kecamatan di Kota Depok, 2011 Kode
Kecamatan
010
Sawangan
011
Bojongsari
020
Pancoran Mas
021
Cipayung
030
Sukmajaya
031
Cilodong
040
Cimanggis
041
Tapos
050
Beji
060
Limo
061
Cinere
Batas Wilayah Utara : Kabupaten Tangerang Selatan : Kecamatan Parung Kab.Bogor Timur : Kecamatan Limo dan Pancoran Mas dan Kecamatan Cipayung Barat : Kecamatan Bojongsari Utara : Kabupaten Tangerang Selatan : Kabupaten Bogor Timur : Kecamatan Sawangan Barat : Kabupaten Bogor Utara : Kecamatan Limo dan Kecamatan Beji Selatan : Kecamatan Cipayung Timur : Kecamatan Sukamajaya Barat : Kecamatan Sawaangan Utara : Kecamatan Pancoran Mas Selatan : Kabupaten Bogor Timur : Kecamatan Sukamajaya dan Kecamatan Cilodong Barat : Kecamatan Sawangan Utara : Kecamatan Cimanggis Selatan : Kecamatan Cilodong Timur : Kecamatan Cimanggis dan Kecamatan Tapos Barat : Kecamatan Cipayung dan Kecamatan Pancoran Mas Utara : Kecamatan Sukmajaya Selatan : Kabupaten Bogor Timur : Kecamatan Tapos Barat : Kecamatan Cipayung Utara : DKI Jakarta dan Kota Bekasi Selatan : Kecamatan Tapos dan Kecamatan Sukmajaya Timur : Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor Barat : Kecamatan Beji Kota Depok Utara : Kecamatan Cimanggis dan Kota Bekasi Selatan : Kabupaten Bogor Timur : Kabupaten Bogor Barat : Kecamatan Sukmajaya dan Kecamatan Cilodng Utara : DKI Jakarta Selatan : Kecamatan Pancoran Mas Timur : Kecamatan Sukmajaya dan Kecamatan Cimanggis Barat : Kecamatan Limo Utara : Kecamatan Cinere Selatan : Kecamatan Pancoran Mas Timur : DKI Jakarta dan Kecamatan Beji Barat : Kab. Tangerang dan Kecamatan Sawangan Utara : DKI Jakarta Selatan : Kecamatan Limo Timur : DKI Jakarta Barat : Kabupaten Tangerang
Sumber : BPS Kota Depok 2011
45
Bentang alam Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah perbukitan, bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50-140 meter dpi dan kemiringan lerengnya kurang dari 15 persen. Wilayah Kota Depok berbatasan dengan tiga kabupaten dan satu provinsi, yaitu: Sebelah Utara : berbatasan dengan DKI Jakarta dan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Gunung Sindur dan Parung Kabupaten Bogor Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Gunung Putri Kab. Bogor dan Kec. Pondok Gede Bekasi. Letak Kota Depok sangat strategis, diapit oleh Kota Jakarta dan Kota Bogor. Hal ini menyebabkan Kota Depok semakin tumbuh dengan pesat seiring dengan meningkatnya perkembangan jaringan transportasi yang tersinkronisasi secara regional dengan kota-kota lainnya. Data kependudukan dan sosial ekonomi Kota Depok a. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk Kota Depok tahun 2011 mencapai 1.813.612 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki 918.835 jiwa dan penduduk perempuan 894.777 jiwa. Kecamatan Cimanggis merupakan Kecamatan yang paling banyak penduduknya dibanding dengan Kecamatan lain di Kota Depok, yaitu 252.424 jiwa, sedangkan Kecamatan dengan penduduk terkecil adalah Kecamatan Limo yaitu 91.749 jiwa. Di Tahun 2011 kepadatan penduduk Kota Depok mencapai 9.055 jiwa/km². Kecamatan Sukmajaya merupakan Kecamatan terpadat di Kota Depok dengan tingkat kepadatan 13.433 jiwa/km2, kemudian Kecamatan Pancoran Mas dengan tingkat kepadatan 12.059 jiwa/km2. Adapun Kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Sawangan yaitu sebesar 4.977 jiwa/km2. Tabel 3 Jumlah penduduk menurut Kecamatan dan jenis kelamin Kode
010 011 020 021 030 031 040 041 050 060 061
Kecamatan
Sawangan Bojongsari Pancoran Mas Cipayung Sukmajaya Cilodong Cimanggis Tapos Beji Limo Cinere Kota Depok
Sumber : BPS Kota Depok 2011
Laki-laki (Jiwa)
Perempuan (Jiwa)
Jumlah (Jiwa)
65.980 53.122 111.089 68.172 120.886 66.234 128.324 113.961 88.106 46.694 56.268 918.836
62.925 50.918 108.512 65.267 121.449 64.176 124.100 111.586 84.958 45.055 55.831 894.777
128.905 104.040 219.601 133.439 242.335 130.410 252.424 225.547 173.064 91.749 112.099 1.813.613
46
b. Penyebaran dan Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk Kota Depok pada tahun 2011 mencapai 9.055 orang/km2. Kecamatan Sukmajaya merupakan Kecamatan terpadat yaitu sebesar 13.433 orang/km2, sedangkan Kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Sawangan yaitu sebesar 4.977 orang / km2. Tabel 4 Jumlah penduduk, luas wilayah dan kepadatan penduduk menurut Kecamatan di Kota Depok, 2011 Kecamatan
Jumlah Penduduk (jiwa)
Sawangan Bojongsari Pancoran Mas Cipayung Sukmajaya Cilodong Cimanggis Tapos Beji Limo Cinere
128.905 104.040 219.601 133.439 242.335 130.410 252.424 225.547 173.064 91.749 112.099
25,90 19,79 18,21 11,63 18,04 16,09 21,22 32,33 14,30 12,32 10,47
4.977 5.257 12.059 11.474 13.433 8.105 11.896 6.976 12.102 7.447 10.707
1.813.612
200,29
9.055
Kota Depok
Luas Wilayah (Km2)
Kepadatan Penduduk (jiwa/Km2)
Sumber : BPS Kota Depok 2011
c. Pendidikan Tahun Ajaran 2011/2012 jumlah Sekolah Taman Kanak-kanak di Kota Depok sebanyak 357 sekolah, jumlah murid TK 16.828, dan 2.614 guru TK. Sekolah SD sebanyak 393 sekolah, dengan 153.890 murid dan 9.116 orang guru. Sekolah SMP berjumlah 162 sekolah dengan jumlah siswa 55.309 orang dan jumlah guru 3.526 orang. Di tingkat SMA terdapat 55 sekolah dengan jumlah murid dan guru masing-masing 17.535 orang dan 1.302 orang. Selain itu terdapat 97 sekolah SMK, dengan jumlah murid 34.534 orang dan jumlah guru 1.403 orang. sedangkan jumlah Perguruan Tinggi berjumlah 8 yang tersebar di wilayah Kota Depok.
47
Tabel 5 Fasilitas pendidikan di Kota Depok, 2011 Jenis Sarana Pendidikan
TK SD SMP SMA / SMK Perguruan Tinggi
Jumlah (unit)
Prosentase (%)
357 393 162 55 8
36.61 40.30 16.61 5.64 0.82
Sumber : BPS Kota Depok 2011
d. Tenaga Kerja Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun ke atas. Penduduk usia kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Penduduk yang tergolong angkatan kerja adalah mereka yang aktif dalam kegiatan ekonomi. Kesempatan kerja memberikan gambaran besarnya tingkat penyerapan pasar kerja, sehingga angkatan kerja yang tidak terserap dikategorikan sebagai pengangguran. Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional 2010, dapat diperoleh gambaran bahwa pada tahun 2010, penduduk Kota Depok yang bekerja 714.891 jiwa, sedangkan yang menganggur sekitar 65.072 jiwa. Jadi penduduk Kota Depok yang tergolong angkatan kerja sebanyak 779.963 jiwa, sedangkan yang merupakan penduduk buka angkatan kerja sebanyak 441.891 jiwa. Penduduk yang bekerja masih didominasi laki-laki dari pada perempuan (laki-laki 61.87% dan perempuan 38.13%. Dari penduduk yang bekerja sebagian besar bekerja di sektor 4 (Jasa Kemasyarakatan). Status pekerjaan masih didominasi sebagai buruh/karyawan/pegawai sebanyak 62.99%, kemudian berusaha sendiri 19.42%.
48
Tabel 6
Persentase penduduk 15 tahun keatas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama dan jenis kelamin di Kota Depok, 2011
Lapangan Pekerjaan Utama
Laki-laki (%)
Perempuan (%)
Laki-laki + Perempuan (%)
Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan
10.976
543
11.519
Industri Pengolahan
66.792
51.259
118.051
Perdagangan Besar, \Eceran, Rumah Makan dan Hotel
108.292
83.014
191.306
Jasa Kemasyarakatan
122.402
108.355
230.757
Pertambangan dan Penggalian, Listrik, Gas, dan Air Minum, Konstruksi, Angkutan, Pergudagangan dan Komunikasi, Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan
133.875
29.383
163.258
442.337
272.554
714.891
Jumlah Sumber : BPS Kota Depok 2011
Gambar 6 Persentase penduduk 10 tahun ke atas menurut ijazah tertinggi yang dimiliki di Kota Depok tahun 2010 Sumber : BPS Kota Depok 2011
49
Tabel 7 Persentase penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut status pekerjaan utama dan jenis kelamin di Kota Depok, 2011 Status Pekerjaan Utama
Laki-laki (%)
Perempuan (%)
Laki-laki + Perempuan (%)
Berusaha Sendiri
91.143
47.670
138.813
Berusaha dibantu buruh tetap/dibayar
41.515
26.896
68.411
Berusaha dibantu buruh
15.754
1.527
17.281
Tdk tetap/tidak dibayar
276.158
174.162
450.320
Pekerja bebas di pertanian Pekerja bebas di non pertanian Pekerja tidak dibayar Jumlah
892
-
892
10.824
1.422
12.246
6.051
20.877
26.928
442.337
272.554
714.891
Sumber : BPS Kota Depok 2011
Media Luar Ruang di Kota Depok Pengelolaan luar ruang di Kota Depok dilakukan oleh Badan Penanaman Modal Pelayanan Perijinan Terpadu (BPMP2T), yang dibentuk berdasarkan Peraturan Walikota Depok No 7 tahun 2008 tentang nilai sewa media luar ruang. Keberadaan Media Luar Ruang di Kota Depok tidak terlepas dari penerimaan pajak terhadap pendapatan asli daerah (PAD). Penerimaan pemerintah daerah merupakan salah satu faktor utama untuk membiayai pembangunan. Penerimaan pemerintah daerah bersumber dari PAD berupa pajak daerah dan bantuan pemerintah pusat. Dengan terbatasnya penerimaan daerah maka bantuan pusat berupa dana perimbangan masih cukup dominan dalam APBD Kota Depok. Realisasi anggaran pendapatan Kota Depok tahun 2011 berdasarkan anggaran perubahan adalah Rp.1.070.305.504.081,87 dengan rincian PAD sebesar Rp.128.229.208.876,94; dana perimbangan Rp.667.535.226.354,00; dan pendapatan lain-lain yang sah sebesar Rp.274.541.068.850,93. Realisasi anggaran pengeluaran Kota Depok pada tahun 2010 sebesar Rp.1.283.574.069.410,76. terlihat pada Tabel 8 berikut
50
Tabel 8 Ringkasan perubahan anggaran pendapatan dan belanja pemerintah daerah Kota Depok (Rupiah), 2011 No
Uraian
1. 2 3 4
Anggaran 2011
Perubahan Anggaran 2011
Pendapatan Asli Daerah 217.101.143.804,00 Pajak Daerah 136.883.333.750,00 Retribusi Daerah 40.366.034.770,00 Hasil Pengelolaan Kekayaan 5.771.018.714,00 Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli 34.080.756.570,00 Daerah yang Sah
5
Jumlah
434.202.287.608,00
257.464.813.546,74 169.205.044.125,00 38.397.897.682,50 5.345.662.646,00 44.516.209.093,24
514.929.627.093,00
Sumber : BPS Kota Depok tahun 2011
Adapun kontribusi pajak dalam APBD Kota Depok Tahun 2006 - 2011 dapat dilihat pada Tabel 9 Tabel 9 Realisasi penerimaan pajak daerah Kota Depok tahun 2006 - 2011 Jenis Pajak Daerah
2006
2007
2008
2011
Pajak Hotel Pajak Restoran Pajak Hiburan Pajak Media luar ruang Pajak Penerangan Jalan Pajak Parkir
1.238.628.869
1.433.568.696
1.658.480.431
2.715.727.219
Jumlah
12.864.057.723 15.129.339.253 17.746.763.032 26.144.132.520 1.328.047.382
1.887.301.264
2.464.074.076
3.742.855.290
2.561.925.436
2.802.234.350
4.316.077.876
8.056.947.306
19.338.375.703 19.819.728.787 20.701.221.970 29.382.754.087 1.054.137.761
1.323.587.111
1.569.834.601
1.601.129.995
38.385.172.874 42.395.759.641 48.456.451.986 71.643.546.417
Sumber: BPMP2T Kota Depok tahun 2012
Terlihat bahwa kontribusi pajak media luar ruang di tahun 2011 adalah sebesar Rp. 8.056.947.306,00 berada di bawah penerimaan pajak penerangan jalan dan pajak restoran, hal ini disebabkan basis pajak media luar ruang masih rendah. Adapun lokasi (jalan) yang mempunyai banyak titik pemasangan media luar ruang dan memiliki izin di antaranya terlihat pada Tabel 10 berikut
51
Tabel 10 Lokasi pemasangan media luar ruang berizin di Kota Depok tahun 2011
N0 Nama Jalan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Margonda Raya Raya Cinere Raya Bogor Alternatif Cibubur Raya Sawangan Tole lskandar Akses UI Raya Kartini Nusantara Raya Citayam Ir. Djuanda Radar AURI Raya Sentosa Raya Gandul Kemakmuran Raya Siliwangi Dewi Sartika Proklamasi Muchtar Raya Limo Raya
Sumber: BPMP2T
Kelas Jalan
Titik Media luar ruang yang memiliki izin
A A A A B B B B B B B B B B B B B B B B
855 174 147 84 77 73 46 44 43 35 29 29 23 22 21 19 18 17 16 16
Penerimaan Pajak Media luar ruang Berizin (Rp)
1.569.399.821 172.050.992 156.712.142 158.480.079 76.898.456 70.751.526 55.427.581 53.651.326 30.570.548 27.255.106 40.721.637 22.271.125 6.021.318 22.310.645 11.082.471 18.835.204 16.511.413 13.253.861 38.668.540 22.075.630
2011
Pada Tabel 10 terlihat bahwa dari sekian banyak lokasi yang dapat dipasangi media luar ruang, yang banyak diminati menurut data yang diperoleh tahun 2011, terdapat 216 jalan yang memiliki izin untuk pemasangan media luar ruang dengan total titik media luar ruang sebanyak 1.847 titik, di mana Jalan Raya Margonda merupakan jalan dengan titik media luar ruang terbanyak terpasang dan memiliki izin yaitu 855 titik, diikuti dengan Jalan Raya Cinere sebanyak 174 titik, dan Jalan Raya Bogor sebanyak 147 titik. Secara keseluruhan potensi pajak media luar ruang untuk lokasi yang sudah terpasang dan memiliki izin untuk periode 2008-2009. Peraturan Walikota Depok No. 07 Tahun 2008 tentang nilai sewa media luar ruang hanya mengatur pengelompokkan jalur jalan berupa jalan khusus, jalan utama, jalan pendukung dan jalan lingkungan. Dari keempat jalur jalan tersebut, hanya jalur jalan lingkungan yang tidak dinyatakan rincian jalan secara spesifik, sebagaimana yang dinyatakan pada Pasal 5 (1): Nilai Strategis Pemasangan Media luar ruang berdasarkan lokasi pada setiap jalur jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, diberi bobot sebesar 50% dan ditentukan sebagai berikut:
52
a. Jalur jalan khusus yaitu Margonda Raya b. Jaur jalan Utama meliputi jalan tol, jalan raya Cinere, jalan raya Bogor, jalan raya Cibubur-Cileungsi, jalan raya Parung Ciputat dan jalan Ir. H. Djuanda c. Jalur Jalan Pendukung, meliputi Jalan Tole Iskandar, Jalan Dewi Sartika, Jalan Nusantara, Jalan Raya Sawangan, Jalan Arief Rahman Hakim, Jalan Cilangkap, Jalan Raya Beji Kukusan, Jalan KSU, Jalan Tanah Baru, Jalan Radar AURI, Jalan Akses UI, Jalan Siliwangi, Jalan Gandul, Jalan Bukit Cinere, Jalan Parung Bingung, Jalan Pangkalan Jati, Jalan Kartini Citayam, Jalan Raya Proklamasi, Jalan Keadilan, Jalan Bahagia Raya, Jalan Cilodong, Jalan BBM, Jalan Prof. Lafran Pane, Jalan Pelni, Jalan Pitara Raya, Jalan Raya Depok, Jalan Ridwan Rais, Jalan Pengasinan, dan Jalan Sentosa Raya. d. Jalur Jalan Lingkungan, meliputi jalan lainnya yang tidak termasuk jalur jalan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b dan c. Berdasarkan Peraturan Walikota Depok No. 07 Tahun 2008 tersebut, perhitungan lokasi pemasangan media luar ruang yang tidak memiliki izin dan kurang diminati pada tahun 2011 sebanyak 2 lokasi ditentukan hanya untuk jalur jalan khusus, jalan utama, jalan pendukung saja, tidak termasuk jalan lingkungan perumahan, yaitu Jalan BBM dan Jalan Pelni. Dari daftar izin pemasangan media luar ruang baru dan diperpanjang yang didapatkan dari BPMP2T Kota Depok (2012), diketahui terdapat beberapa pemasangan media luar ruang yang tidak terdata oleh BPMP2T Kota Depok dan tidak membayar pajak media luar ruang. Seperti yang diungkapkan melalui pemeriksaan Bawasda Kota Depok, terdapat 5 SPBU yang terletak di Kecamatan Beji dan Limo belum memiliki izin pemasangan media luar ruang dan tidak membayar pajak media luar ruang pada tahun 2011. Adanya media luar ruang yang tidak memiliki izin pemasangan menunjukkan rendahnya pengawasan dan pengendalian oleh aparat, dan menunjukkan masih terbukanya kemungkinan penerimaan pajak media luar ruang di Kota Depok yang lebih besar dari yang telah direalisasi. Untuk itu perlu dilakukan sosialisasi secara periodik tentang izin media luar ruang, untuk meningkatkan kesadaran dan menambah pengetahuan wajib pajak media luar ruang. Untuk mendapatkan ijin pemasangan media luar ruang harus menunjukkan data media luar ruang, mendokumentasikan peta situasi tempat yang ingin dituju, menunjukkan gambar serta naskah media luar ruang yang akan ditampilkan, menyerahkan fotocopy KTP pemasang media luar ruang, menyerahkan fotocopy lahan tanah bila menggunakan lahan pemda, menyerahkan surat permohonan ditandatangani oleh anggota direksi bermaterai, serta melampirkan surat pernyataan yg menyatakan bersedia mengikuti semua ketentuan yang ditetapkan oleh Pemkot Depok dan surat kuasa apabila pengurusan bukan oleh pemohon. Di Kota Depok media luar ruang dibedakan berdasarkan jenis pajaknya berdasarkan Peraturan Walikota Depok No. 07 Tahun 2008 adalah : 1. Media Luar ruang Papan adalah media luar ruang yang terbuat dari bahan kayu, plastik, fiberglass, kaca, batu, logam, alumunium, seng, plat besi, lampu neon, atau bahan lainnya yang sejenis yang dipasang atau digantung atau ditempelkan pada bangunan, tembok, dinding, pagar, tiang dan sebagainya baik yang disinari maupun yang tidak disinari antara lain billboard, papan merek, neon sign / neon box, thin plate.
53
2. Media luar ruang megatron / videotron / Large Electronic Display (LED) adalah media luar ruang yang menggunakan layar monitor besar berupa program media luar ruang atau iklan yang bersinar dengan gambar dan atau tulisan berwarna yang dapat berubah-ubah, terprogram dan difungsikan dengan tenaga listrik. 3. Media luar ruang kain adalah media luar ruang yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan kain, termasuk kertas, plastik, karet atau bahan lain yang sejenis dengan itu. 4. Media luar ruang melekat (stiker) adalah media luar ruang yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau dapat diminta untuk ditempelkan, diletakan, dipasang, digantungkan pada suatu benda milik pribadi lain dengan ketentuan luasnya tidak lebih dari 100 cm2 perlembar 5. Media luar ruang selebaran adalah media luar ruang yang berbentuk selebaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau dapat diminta dengan ketentuan tidak untuk ditempelkan, dilekatkan, dipasang, digantungkan pada suatu benda lain. 6. Media luar ruang berjalan adalah media luar ruang yang diselenggarakan dengan cara ditempatkan, ditempel pada kendaraan bermotor atau tidak bermotor atau membawa media luar ruang secara berkeliling oleh orang yang berjalan kaki dengan tujuan komersial. 7. Media luar ruang udara (balon udara) adalah media luar ruang yang diselenggarakan di udara dengan menggunakan balon atau bahan lainnya yang diisi dengan gas 8. Media luar ruang suara adalah media luar ruang yang diselenggarakan dengan menggunakan kata - kata yang diucapkan atau dengan suara yang ditimbulkan dan atau oleh perantara alat. 9. Media luar ruang slide atau film adalah media luar ruang yang diselenggarakan dengan cara menggunakan klise berupa kaca atau film, atau bahan-bahan sejenis, sebagai alat untuk diproyeksikan dan atau dipancarkan pada layar atau benda lain di dalam ruangan. 10.Media luar ruang peragaan adalah media luar ruang yang diselenggarakan dengan cara memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai suara. 11.Media luar ruang branding adalah media luar ruang yang diselenggarakan dengan cara mengecat bangunan dengan bahan cat tembok, cat minyak dan sejenisnya. Dasar pengenaan pajak media luar ruang dan tata cara perhitungan nilai sewa media tersebut dihitung dengan menjumlahkan nilai strategis dan nilai jual obyek pajak media luar ruang, untuk rokok dan minuman beralkohol, nilai sewanya dikenakan tambahan sebesar 25% dari nilai sewa media luar ruang yang telah ditetapkan. Untuk media luar ruang media yang ditempatkan di dalam gedung / ruangan nilai sewanya dikenakan pengurangan sebesar 25 % dari nilai sewa yang telah ditetapkan. Nilai sewa media luar ruang (NSR) dihitung dengan menjumlahkan nilai strategis (NSPR) dan nilai jual obyek pajak media luar ruang. Nilai strategis adalah nilai strategis pemasangan media luar ruang (NSPR). Di mana nilai strategis pemasangan media luar ruang adalah nilai yang ditetapkan pada titik lokasi pemasangan media luar ruang berdasarkan kriteria kepadatan pemanfaatan
54
Tata Ruang Kota untuk berbagai aspek kegiatan di bidang usaha. Nilai strategis pemasangan media luar ruang ditentukan berdasarkan lokasi pada setiap jalur jalan, fungsi suatu kawasan, dan sudut pandang lokasi media luar ruang. Nilai Jual Obyek Pajak Media luar ruang (NJOPR) adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh pemilik dan atau penyelenggara media luar ruang termasuk dalam hal ini adalah biaya atau harga beli bahan media luar ruang, konstruksi, instalasi listrik, pembayaran atau ongkos perakitan, pemancangan, peragaan, penayangan, pengecatan, pemasangan, transportasi pengangkutan dan lain sebagainya sampai dengan bangunan media luar ruang selesai dipancangkan, diperagakan, ditayangkan dan atau terpasang ditempat yang telah diizinkan. NJOPR disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan jenis media luar ruang, satuan, bahan atau komponen dan masa pajak. Berbagai jenis media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok sesuai dengan pengklasifikasian menurut kemudahan pengaturan terdapat dua tingkatan, yaitu: 1). Media luar ruang yang bersifat langsung Media luar ruang ini berkaitan dengan kegiatan pada suatu bangunan atau lingkungan di mana media luar ruang tersebut diletakan. 2). Media luar ruang yang bersifat tidak langsung Media luar ruang ini mengandung pesan-pesan yang tidak mempunyai kaitan langsung dengan kegiatan dalam bangunan atau lingkungan di mana media luar ruang tersebut diletakkan. Beberapa jenis media luar ruang yang dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu media luar ruang permanen atau berdurasi lama (minimal 1 tahun) dan media luar ruang yang temporer atau berdurasi pendek (mingguan atau bulanan). Media yang termasuk media luar ruang permanen antara lain jenis billboard tanam maupun tempel, backlight tanam maupun tempel, frontlight tanam maupun tempel, bando jalan, prismatek, thin plat, dan rombong. Adapun yang termasuk media luar ruang temporer atau berdurasi pendek antara lain spanduk, umbul-umbul, poster, banner kain, baliho, dan balon udara. Keberadaan media luar ruang berdurasi pendek ini relatif sulit dikendalikan karena dapat dipasang sewaktu-waktu dan berpotensi mengurangi estetika visual. Karakteristik Masyarakat Karakteristik masyarakat adalah sifat atau ciri-ciri yang melekat pada diri masyarakat, yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan lingkungannya. Jumlah keseluruhan masyarakat dalam penelitian ini berjumlah 94 orang. Karakteristik ini diperlukan dalam penelitian ini karena karakteristik yang berbeda-beda dapat mempengaruhi persepsi masyarakat. Gifford (1987), juga menyebutkan bahwa persepsi manusia dipengaruhi oleh karakteristik masyarakat yang terdiri dari karakteristik personal, karakteristik cultural, karakteristik physical. Pada karakteristik personal didalamnya terdapat indikator umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan. Pada karakteristik cultural terdapat indikator suku bangsa. Pada karakteristik physical terdapat indikator frekuensi melintas di jalan Margonda Raya Kota Depok.
55
Umur Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat yang berada di sekitar lokasi jalan Margonda Raya berasal dari berbagai tingkat umur. Sebagian besar masyarakat yang menjadi masyarakat pada penelitian ini berumur antara 15-25 tahun sebanyak 74.46 persen, kategori umur tersebut disebut pemuda. Masyarakat yang menjadi masyarakat kisaran umur 26–36 tahun terpaut cukup jauh persentasenya yaitu sebanyak 18.09 persen, sementara itu jumlah masyarakat yang berumur 48-58 tahun berjumlah 4.26 persen dan yang berumur 37-47 tahun tidak terpaut jauh yaitu 3.19 persen. Mayoritas umur yang terkategorikan sebagai pemuda menunjukkan bahwa pemuda banyak terdapat di jalan Margonda Raya Depok, di mana banyak perguruan tinggi, perusahaan swasta serta wisata belanja di lokasi penelitian dan para pemuda berada di sekitar jalan tersebut berorientasi untuk bekerja dan kuliah, Tabel 11 Sebaran umur masyarakat yang berada di sekitar lokasi jalan Margonda Raya Umur (Tahun) Frekuensi (Orang) Persentase (%) 15 - 25 26 - 36 37 - 47 48 - 58
70 17 3 4
74.46 18.09 3.19 4.26
Total
94
100.00
Jenis Kelamin Hasil penelitian terbesar yang menjadi masyarakat pada penelitian ini adalah laki–laki dengan persentase 54.26 persen sementara perempuan hanya 45.74 persen. Di lapangan laki–laki lebih mudah ditemui dibandingkan perempuan, tidak ada yang mempengaruhi kenapa lebih banyak laki–laki yang menjadi masyarakat dari pada perempuan, Hal ini disebabkan penyebaran kuisioner dengan menggunakan metode Convenient Sampling sesuai dengan pengunjung yang berada di wilayah jalan Margonda Raya saja, yang mana pengunjung perempuan dan pengunjung laki-laki tidak ditentukan jumlahnya. Jika melihat kebelakang memang jumlah penduduk Kota Depok pada tahun 2011 lebih banyak laki - laki dibandingkan perempuan yaitu 918.836 untuk laki-laki dan 894.777 perempuan, akan tetapi dengan luasnya wilayah jalan Margonda Raya dan pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi terletak di koridor jalan Margonda Raya maka tidak ada alasan yang mempengaruhi kenapa lebih banyak laki-laki. Tabel 12 Sebaran jenis kelamin sebaran umur masyarakat yang berada di sekitar lokasi jalan Margonda Raya Jenis Kelamin Frekuensi (Orang) Persentase (%) Laki -Laki
51
54.26
Perempuan
43
45.74
Total
94
100.00
56
Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan memiliki kaitan dengan tingkat penilaian terhadap persepsi masyarakat terhadap keberadaan media luar ruang, hal ini didasarkan pada asumsi bahwa masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi akan mampu memahami dan menilai persepsi terhadap keberadaan media luar ruang. Karena secara umum tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan, kemampuan, dan persepsi masyarakat yang menjadi responsden dan mempermudah seseorang untuk menyerap informasi. Tingkat pendidikan pada penelitian ini dilihat berdasarkan pendidikan formal terakhir yang didapatkan oleh masyarakat sampai saat penelitian ini dilakukan. Tingkat pendidikan masyarakat menyebar dari yang paling rendah lulus SLTP sampai lulus tertinggi yaitu S3. Sebesar 50.06 persen masyarakat merupakan lulusan SLTA, sementara itu lulusan S1 sebesar 40.42 persen, lulusan SLTP mempunyai persentase yaitu 4.26 persen, S2 3.13 persen dan yang paling rendah adalah lulusan S3 sebesar 2.13 persen. Dari sebaran data tersebut dapat disimpulkan bahwa banyak masyarakat merupakan lulusan SLTA, sehingga tingkat pendidikan masyarakat di koridor jalan Margonda Raya dapat dikategorikan cukup tinggi, ini menandakan bahwa tingkat pengetahuan dan pemahaman mereka cukup tinggi sehingga dapat menjadi faktor kunci yang penting bagi penelitian ini. Masyarakat yang berhasil dijumpai selama proses pengumpulan data di lapangan relatif beragam atau berasal dari kelompok masyarakat dari berbagai jenjang pendidikan. Relatif cukup beragamnya masyarakat seperti ini merupakan sumber informasi yang baik bagi sebuah hasil penelitian mengenai persepsi masyarakat. Penyebaran tingkat pendidikan masyarakat yang berada di sekitar lokasi jalan Margonda Raya dapat dilihat pada Tabel 13 Tabel 13 Sebaran tingkat pendidikan masyarakat yang berada di sekitar lokasi jalan Margonda Raya Pendidikan Frekuensi (Orang) Persentase (%) SLTP 4 4.26 SLTA 47 50.00 S1 38 40.42 S2 3 3.19 S3 2 2.13 Total 94 100.00 Jenis Pekerjaan Pada Tabel 14, masyarakat yang berada di sekitar lokasi jalan Margonda Raya didominasi oleh masyarakat yang belum bekerja, di antaranya pelajar atau mahasiswa (67.02%), ibu rumah tangga (2.13%); sedangkan masyarakat yang sudah bekerja di antaranya swasta (14.89%), wirausaha (6.38%), pekerjaan lainnya (4.26%), PNS dan TNI POLRI (2.13%). Banyaknya masyarakat yang belum bekerja terutama pelajar atau mahasiswa, berkaitan dengan keadaan lokasi yang memang banyak terdapat perguruan tinggi serta atau hanya sekedar mengunjungi pusat hiburan, restoran atau kafe sehingga aktivitas pelajar dan mahasiswa sering dijumpai. Tingginya tingkat kesibukan seseorang akan
57
mempengaruhi motivasi atau minatnya untuk melakukan suatu perjalanan atau hiburan yang dapat menghilangkan kepenatan setelah sekian lama melakukan aktivitas kerja. Tabel 14 Sebaran jenis pekerjaan masyarakat yang berada di sekitar lokasi jalan Margonda Raya Pekerjaan Frekuensi (Orang) Persentase (%) Sudah bekerja 28 29.79 Tidak bekerja 66 70.21 Total 94 100.00 Tingkat Pendapatan Dilihat dari Tabel 15 tingkat pendapatan masyarakat lebih didominasi berpenghasilan Rp. 500.000–1.250.000 perbulannya, yaitu 62.77 persen. Pendapatan tersebut disebabkan karena memang masyarakat di dominasi oleh pelajar dan mahasiswa yang rata-rata memiliki latar belakang pendidikan SLTA serta adapula sebagian mahasiswa yang memiliki uang saku perbulannya mencapai satu juta dua ratus ribu rupiah. Persentase pendapatan terbesar kedua yaitu > Rp. 2.750.000 yaitu 14.89 persen yang banyak didominasi oleh PNS, TNI/POLRI, dan wirausaha. Pendapatan Rp. 1.250.000–2.000.000 perbulannya memiliki persentase yaitu 13.83 persen hasil ini di dominasi oleh masyarakat yang bekerja atau swasta di mana upah minimum regional Kota Depok sekitar Rp. 2.000.000 perbulannya dan tingkat pendapatan Rp. 2.000.000–2.750.000 perbulan memiliki persentase 8.51 persen. Tabel 15 Sebaran tingkat pendapatan masyarakat yang berada di sekitar lokasi jalan Margonda Raya Tingkat pendapatan (Rp) Frekuensi (Orang) Persentase (%) 500.000 - 1.250.000 59 62.77 >1.250.000 - 2.000.000 13 13.83 >2.000.000 - 2.750.000 8 8.51 > 2.750.000 14 14.89 Total 94 100.00 Suku Bangsa Pada Tabel 16 terlihat bahwa dominan masyarakat yang melintasi jalan Margonda Raya berasal dari Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. Masyarakat yang berasal dari Pulau Jawa berasal dari suku Jawa (46.81%), suku Sunda (23.40%), dan suku Betawi (13.83%). Adapun masyarakat yang berasal dari luar pulau Jawa berasal dari suku Manado (7.45%), suku Padang (6.38%), dan suku Batak dan Manado (1.06%). Kesimpulan dari sebaran suku bangsa ini adalah di Kota Depok terutama di wilayah koridor jalan Margonda Raya suku bangsa sangat beragam, perlu diketahui Kota Depok merupakan wilayah perbatasan antara Jawa barat dan DKI Jakarta, oleh karena itu sangat besar potensi keberagaman suku bangsa berada di wilayah tersebut. Itu terlihat dari jumlah suku bangsa Jawa paling terbanyak dalam penelitian ini dan suku bangsa lainnya ada di Kota Depok.
58
Tabel 16 Sebaran suku bangsa masyarakat yang berada di sekitar lokasi jalan Margonda Raya Asal Suku Bangsa Frek (Orang) Persentase (%) Pulau Jawa 79 84.04 Luar Pulau Jawa 15 15.96 Total 94 100.00 Frekuensi Melintas Jalan Margonda Raya Masyarakat yang pada penelitian ini sebagian besar sering melintas jalan Margonda Raya, sebaran masyarakat melintas jalan tersebut tertinggi adalah setiap hari dengan 23.40 persen, diurutan selanjutnya kurang dari 1 kali perminggu dan 1 kali perminggu mempunyai satu kesamaan dengan persentase 21.28 persen. Masyarakat yang melintas kawasan tersebut tiga kali perminggu sebanyak 19.15 persen, dan terakhir lima kali perminggu dengan persentase yaitu 14.89 persen. Adanya perbedaan tersebut karena masyarakat yang melintas kawasan jalan Margonda Raya sebagian besar berdomisili di sekitar Depok sehingga kesempatan untuk melintas kembali sangat besar hubungannya. Selain itu, jalan Margonda Raya merupakan jalur utama yang menghubungkan Kota Depok dengan DKI Jakarta dan jalur tersebut banyak sekali pusat pendidikan, perguruan tinggi serta pertokoan dan wisata belanja. Tabel 17 Sebaran frekuensi masyarakat melintas jalan Margonda Raya Seringnya melintas Frek (Orang) Persentase (%) < 1x Per Minggu 20 21.28 1x Per Minggu 20 21.28 3x Per Minggu 18 19.15 5x Per Minggu 14 14.89 Setiap hari 22 23.40 Total 94 100.00
Pengetahuan Masyarakat terhadap Jenis Media Luar Ruang yang dilihat di Jalan Margonda Raya Kota Depok Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat mengenai media luar ruang, desain dan format pertanyaan kuesioner yang dibagikan kepada masyarakat berfungsi sebagai screening, bertujuan menyaring masyarakat yang menjadi responsden. Masyarakat menceklist kolom yang tersedia dengan keadaan yang sebenarnya. Ada tiga pertanyaan mendasar yang digulirkan untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang media luar ruang antara lain : apakah masyarakat kenal istilah media luar ruang atau reklame, media luar ruang apa saja yang sering dilihat masyarakat dan informasi apa yang sering masyarakat dapatkan dari media luar ruang di jalan Margonda Raya. Semua masyarakat yang menjadi responden pada penelitian ini seluruhnya mengenal istilah media luar ruang. Seringnya masyarakat mengenal istilah media luar ruang atau reklame, karena masyarakat familiar terhadap media ini dan sering melihat media luar ruang di jalan Margonda Raya.
59
Pada Tabel 18, jawaban pada kuesioner yang diberikan kepada masyarakat boleh dipilih lebih dari satu, tujuannya adalah ingin mengetahui keberagaman pengetahuan masyarakat mengenai jenis-jenis media luar ruang. Dari hasil penelitian dapat diketahui, pengetahuan masyarakat mengenai jenis media luar ruang sangat beragam, ini dapat dilihat dari hasil kuesioner yang dibagikan. Masyarakat lebih banyak mengenal jenis media luar ruang spanduk dengan persentase 88.29, diurutan kedua jenis media luar ruang yang banyak dikenal masyarakat adalah papan toko dengan persentase 74.46. Diurutan selanjutnya terdapat baliho dengan persentase 69.14, disusul billboard dengan persentase 59.57, neon box 53.19 persen, umbul-umbul 52.12 persen, mobile ad/iklan dikendaraan 37.23 persen, LED/Megatron 32.97 persen, branding 26.59 persen dan balon udara 17.02 persen. Salah satu alasan mengapa masyarakat lebih mengenal spanduk sebagai jenis media luar ruang adalah karena spanduk lebih banyak ditemukan di sudutsudut kota dibandingkan dengan media lainnya seperti billboard, balon udara dan LED/Megatron, karena media ini lebih banyak ditemukan di jalan-jalan besar. Alasan lainnya adalah spanduk merupakan salah satu media yang murah produksinya dan lebih flexible penempatannya dibandingkan dengan media lainnya yang penempatannya harus mempunyai lahan yang besar dan mempunyai penopang ke tanah dengan tiang atau listrik sebagai media penerangannya Tabel 18 Sebaran pengetahuan masyarakat mengenai jenis media luar ruang atau reklame di jalan Margonda Raya Kota Depok Jenis Media Luar Ruang Frek (Orang) Persentase (%)* Billboard 56 59.57 Spanduk 83 88.29 Baliho 65 69.14 Neon Box 50 53.19 Umbul-umbul 49 52.12 Papan Toko 70 74.46 Branding 25 26.59 LED/Megatron 31 32.97 Balon Udara 16 17.02 Mobile Ad/dikendaraan 35 37.23 *Keterangan : Persentase dihitung dari seluruh responden (n=94) Pada Tabel 19, informasi yang sering masyarakat dapatkan dari media luar ruang di jalan Margonda Raya adalah informasi iklan komersial, di mana 62.77 persen masyarakat, 29.79 persen masyarakat sering melihat informasi iklan komersial dan iklan non komersial. Sedangkan informasi non komersial mempunyai persentase 7.44 persen.
60
Tabel 19 Sebaran pengetahuan masyarakat mengenai informasi yang sering didapat pada media luar ruang/reklame di jalan Margonda Raya Kota Depok Jenis Informasi Frek (Orang) Persentase (%) Informasi Iklan Komersial 59 62.77 Informasi Iklan Non Komersial 7 7.44 Kombinasi Informasi Iklan Komersial 28 29.79 dan Iklan Non Komersial Total 94 100.00
Persepsi Masyarakat terhadap Keberadaan Media Luar Ruang di Jalan Margonda Raya Kota Depok (Per peubah) Pengertian persepsi masyarakat dapat disimpulkan sebagai tanggapan atau pengetahuan lingkungan dari kumpulan individu-individu yang saling bergaul dan berinteraksi karena mempunyai nilai-nilai, norma-norma, cara-cara dan prosedur merupakan kebutuhan bersama berupa suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontiyu dan terikat oleh suatu identitas bersama yang diperoleh melalui interpretasi data indera. Secara kuantitatif, deskripsi data didasarkan pada perhitungan frekuensi terhadap skor setiap alternatif jawaban kuesioner, sehingga diperoleh persentase dan skor rata-rata jawaban masyarakat dari masing-masing peubah, peubah pada persepsi ini dibagi menjadi tiga aspek yaitu aspek komunikasi visual media luar ruang, aspek tipologi media luar ruang dan aspek estetika media luar ruang. Tabel 20 Rataan skor persepsi masyarakat terhadap keberadaan media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok Persepsi Rataan Skor* Persepsi masyarakat terhadap aspek 3.62 komunikasi visual media luar ruang Persepsi masyarakat terhadap tipologi media 3.32 luar ruang Persepsi masyarakat terhadap estetika media 3.25 luar ruang Rataan Skor Total 3.40 Ket : 1-1.8 = Sangat Buruk;1.81 – 2.61 = Buruk; 2.62-3.42 = Cukup Baik; 3.43 – 4.23 = Baik; 4.24 – 5 = Sangat Baik Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap keberadaan media luar ruang di Jalan Margonda Raya Kota Depok cukup baik yaitu dengan rataan skor 3.40. Pada Tabel 20 menunjukkan bahwa terdapat satu peubah yang berada pada kategori baik yaitu persepsi terhadap aspek komunikasi visual yaitu 3.62 dan dua peubah yang berada pada ketegori cukup baik yaitu persepsi terhadap tipologi dengan nilai rata-rata sebesar 3.32, serta persepsi terhadap estetika media luar ruang sebesar 3.25. Berikut penjabaran setiap peubah persepsi masyarakat.
61
Persepsi Masyarakat terhadap Aspek Komunikasi Visual Media Luar Ruang di Jalan Margonda Raya Kota Depok Untuk mengetahui sebaran persepsi masyarakat terhadap aspek komunikasi visual dapat dilihat pada Tabel 21. Dapat dilihat bahwa 59.57 persen masyarakat mengganggap bahwa aspek komunikasi visual media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok baik dan 31.92 persen masyarakat beranggapan bahwa aspek komunikasi visual di jalan Margonda Raya Kota Depok cukup baik, sementara itu 8.51 persen masyarakat beranggapan bahwa sangat baik aspek komunikasi visual di jalan tersebut. Jika dilihat dari rataan skor persepsi masyarakat hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap keberadaan media luar ruang dilihat dari aspek komunikasi visual sebesar 3.62, ini menunjukkan bahwa masyarakat umumnya mempersepsikan bahwa aspek komunikasi visual pada media luar ruang di jalan Margonda Raya mempunyai kategori baik penilaiannya. Tabel 21 Persepsi masyarakat terhadap aspek komunikasi visual media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok Kategori Frekuensi (Orang) Persentase (%) Sangat buruk 0 0.00 Buruk 0 0.00 Cukup baik 30 31.92 Baik 56 59.57 Sangat baik 8 8.51 Total 94 100.00 Persepsi masyarakat terhadap aspek komunikasi visual media luar ruang didefinisikan sebagai cara pandang atau pemaknaan masyarakat dalam melihat komunikasi visual atas dasar pengalaman–pengalaman masyarakat yang terdapat di media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok yang terbagi menjadi enam indikator yaitu huruf, warna, ukuran, tekstur, layout/tata letak dan ilustrasi. Persentase masyarakat lebih banyak memberikan jawaban baik dan sangat baik pada indikator huruf, warna, ukuran dan tekstur yang ditampilkan di media luar ruang. Pada penelitian ini, indikator huruf mempunyai nilai rataan skor 3.76 yang berarti persepsi masyarakat baik dalam menilainya. Masyarakat mempersepsikan legibility (kejelasan) dapat dilihat dengan jelas huruf yang ditampilkan walaupun sambil berkendara dan huruf yang digunakan mempermudah masyarakat untuk mengenali informasi pada media luar ruang di jalan tersebut. Sepertinya desainer atau orang yang mendesain media luar ruang di jalan Margonda Raya lebih mengenal dan mengerti karakter daripada bentuk suatu huruf dengan baik, sehingga masyarakat melihat huruf tersebut terbaca dengan tepat. Begitupun dengan readibility (keterbacaan) di mana masyarakat mudah membaca huruf walaupun sambil berkendara, dan spasi antara huruf, kata atau kalimat pada media luar ruang sangat baik, serta penggunaan huruf pada media luar ruang saling memperhatikan hubungannya dengan huruf yang lain sehingga terlihat jelas. Hal ini berarti huruf-huruf yang digunakan sudah cukup legible bagi para masyarakat, dan dapat dikatakan bahwa huruf yang ditampilkan mempunyai tingkat
62
keterbacaan yang tinggi bagi mereka. Dilihat dari Visibility (jarak keterbacaan), masyarakat meyakini bahwa huruf yang ditampilkan di media luar ruang dapat terbaca dalam jarak 10 meter dan huruf yang ditampilkan harus cukup besar untuk dapat terbaca dengan jelas, karena huruf yang digunakan untuk headline dalam brosur tentunya berbeda dengan yang digunakan untuk papan iklan, oleh karena itu masyarakat yakin huruf yang berada di media luar ruang dapat terbaca dari jarak tertentu sehingga dapat berkomunikasi dengan baik. Begitu pula dengan clarity (mudah dimengerti) masyarakat beranggapan bahwa huruf yang digunakan pada media luar ruang, ketika menjadi sebuah kalimat dapat dibaca dan dimengerti oleh masyarakat. Keempat elemen dalam indikator huruf tersebut merupakan salah satu syarat keberhasilan komunikasi. Seperti yang diutarakan oleh Sunarimahingsih, Widjaja dan Dewi (2013) bahwa pemilihan bentuk huruf (tipografi) harus tepat untuk memikat perhatian masyarakat. Selain itu faktor legibility, readibility, visibility dan clarity huruf juga sangat menentukan keberhasilan komunikasi. Pada indikator warna, persepsi masyarakat mempunyai nilai rataan skor 3.61, yang berarti persepsi masyarakat baik dalam menilainya, terutama pada metode obyektif, komperatif dan subyektif. Hasil dari analisis tersebut mengidentifikasikan bahwa pada metode obyektif, masyarakat mempersepsikan warna yang ditampilkan sangat beragam serta memiliki tingkat kecerahan yang tinggi. Disamping itu masyarakat sepakat bahwa warna yang ditampilkan sering membandingkan hal lain dalam kehidupan, membandingkan hal lain dengan warna termasuk dalam metode komperatif, di mana penggunaan metode ini adalah dengan cara membandingkan warna, walaupun kendalanya setiap orang mempunyai pemahaman yang berbeda tentang warna. Masyarakat sepakat bahwa warna bisa mempunyai pemahaman yang berbeda dengan tema desainnya seperti contohnya warna marah disamakan dengan darah, sedangkan warna biru disamakan dengan langit bersih saat hari cerah dan lain sebagainya. Pada metode subyektif, masyarakat melihat bahwa warna yang ditampilkan menarik perhatian serta mempengaruhi suasana hati. Indikator ukuran adalah unsur lain dalam desain yang mendefinisikan besar kecilnya suatu obyek. Masyarakat menilai ukuran media luar ruang dengan rataan skor 3.73, artinya persepsi masyarakat baik dalam menilainya. Masyarakat menyatakan keberagaman ukuran yang ditampilkan dijalan Margonda Raya sangat beragam dan media luar ruang yang ditampilkan tidak memakan seluruh atau sebagian dari ruang publik karena semakin besar ukuran media maka semakin besar menarik perhatian. Seperti yang diutarakan Iskandar (2011), bahwa umumnya dengan memperbesar ukuran media akan meningkatkan perhatian konsumen, alasannya karena setiap kali penayangan sebuah iklan di media, belum tentu langsung dilihat apalagi diperhatikan oleh audiensnya karena banyaknya iklan-iklan yang mempromosikan produk lain. Oleh sebab itu, iklan dapat sampai pada konsumen ketika adanya suatu daya tarik yang dapat menarik perhatian dalam bentuk ukuran yang besar. Dalam ilmu psikologi, perhatian dapat didefinisikan sebagai alokasi kapasitas pemrosesan untuk stimulus yang baru masuk. Kapasitas merupakan sumber daya yang terbatas, maka konsumen sangat selektif mengalokasikan perhatian mereka. Ini berarti pada saat sejumlah stimulus menerima perhatian, yang lain akan diabaikan.
63
Begitu juga indikator tekstur, masyarakat menilai baik jika tektur yang ditampilkan baik dan menarik dengan rataan skor 3.54, karena di lapangan tekstur merupakan kualitas tertentu suatu permukaan yang timbul sebagai akibat dari struktur tiga dimensi dan masyarakat mengetahui bahwa tekstur yang paling banyak di temukan di media luar ruang adalah kertas, logam, kaca, dan plastik. Pada indikator layout atau tata letak, terbagi atas empat klasifikasi diantaranya urutan (sequence), penekanan (emphasis), keseimbangan (balance), dan kesatuan (unity) di mana masyarakat menilai dengan rataan skor 3.34. Artinya masyarakat menilai layout atau tata letak cukup baik. Pada klasifikasi urutan (sequence), masyarakat menilai baik karena layout atau tata letak desain yang ditampilkan memprioritaskan informasi yang dibaca terlebih dahulu. Pada klasifikasi penekanan (emphasis), masyarakat menilai cukup baik karena layout atau tata letak desain yang ditampilkan menekankan pada warna. Pada klasifikasi keseimbangan (balance), masyarakat menilai cukup baik karena layout atau tata letak desain yang ditampilkan seimbang (simetris) dan klasifikasi kesatuan (unity), masyarakat menilai baik karena layout atau tata letak desain yang ditampilkan mempunyai satu kesatuan dengan tema yang ditampilkan. Merujuk pada penelitian Sunarimahingsih, Widjaja dan Dewi (2013) mengenai layout atau tata letak bahwa urutan (sequence) pesan yang ditangkap oleh mata pengamat (target audience) berbeda-beda menyesuaikan kebiasaan yang berlaku pada masyarakat. Contohnya masyarakat membaca dari atas ke bawah, karena tanpa urutan yang jelas informasi mempunyai pengertian ganda. Pada klasifikasi penekanan (emphasis), Sunarimahingsih, Widjaja dan Dewi (2013) juga menjelaskan bahwa upaya memberikan penekanan dapat dicapai dengan memberikan warna yang kontras atau berbeda dengan latar belakang dan elemen lainnya. Begitu juga dengan klasifikasi kesatuan (unity), Sunarimahingsih, Widjaja dan Dewi (2013) mengatakan bahwa komposisi yang seimbang akan memberikan kenyamanan bagi pengamat. Karena melalui keseimbangan, komunikasi visual akan lebih mudah tersampaikan dan keseimbangan berprinsip pada pembagian berat yang merata pada suatu bidang layout. Pada klasifikasi kesatuan (unity), Sunarimahingsih, Widjaja dan Dewi (2013) mengatakan bahwa sebuah layout harus memiliki efek yang kuat bagi pengamat dan memiliki kesatuan. Kesatuan tercipta melalui keterkaitan antar elemen dalam komposisi dan keterkaitan itu sendiri tercipta karena adanya kesatuan tema dan makna.(fisik dan non fisik). Untuk itu dalam sebuah layout aspek komposisi selalu dikaitkan dengan tema dan makna, sehingga makna pesan yang akan disampaikan dapat terwujud. Pada indikator ilustrasi, masyarakat menilai dengan rataan skor 3.67, artinya masyarakat menilai layout atau tata letak baik. Masyarakat menilai baik karena ilustrasi yang ditampilkan jelas dan mudah dimengerti, dan ilustrasi yang ditampilkan sangat sesuai dengan yang ditawarkan pada media luar ruang. Secara khusus Hartanto (2001) mengatakan bahwa ilustrasi dalam iklan berfungsi sebagai judul dalam bentuk gambar atau foto, untuk menekankan judul bahkan menggantikan posisinya yang penting. Hal ini karena potensi gambar yang dapat menjelaskan arti lebih luas daripada kata-kata, khususnya apabila gambar atau foto itu ditampilkan untuk mengemukakan ide. Melalui gambar orang, bahkan yang buta huruf dapat menerima dari belajar sesuatu informasi secara lebih mudah
64
karena ilustrasi iklan yang menonjolkan kekuatan gambar lebih mudah untuk mengkomunikasikan detil produk yang ditawarkan. Persepsi Masyarakat terhadap Tipologi Media Luar Ruang di Jalan Margonda Raya Kota Depok Persepsi masyarakat terhadap tipologi media luar ruang didefinisikan sebagai cara pandang atau pemaknaan masyarakat dalam melihat kondisi tipologi media luar ruang yang ada di jalan Margonda Raya Kota Depok atas dasar pengalaman masyarakat. Semuanya terdiri dari 16 pernyataan yang telah tersedia dalam kuisioner. Sebaran persepsi masyarakat terhadap tipologi media luar ruang di jalan Margonda Raya terdapat pada Tabel 22. Tabel 22 Persepsi masyarakat terhadap tipologi media luar ruang di jalan Margonda Raya. Kategori Frekuensi (Orang) Persentase (%) Sangat Buruk 2 2.13 Buruk 10 10.64 Cukup Baik 42 44.68 Baik 36 38.30 Sangat Baik 4 4.25 Total 94 100.00 Dari Tabel 22 dapat dilihat bahwa 44.68 persen masyarakat mengganggap tipologi media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok cukup baik penilaiannya, sementara itu 38.30 persen masyarakat beranggapan bahwa tipologi media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok baik. Berbeda dengan 10.64 persen masyarakat yang mempersepsikan tipologi media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok buruk, meskipun begitu ada juga 4.25 persen masyarakat yang memberikan nilai sangat baik dan 2.13 persen masyarakat yang menilai tipologi media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok sangat buruk. Jika dilihat dari rataan skor persepsi masyarakat adalah sebesar 3.32, yang berarti umumnya masyarakat menilai tipologi media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok cukup baik. Cukup baiknya persepsi masyarakat terhadap tipologi media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok ini diambil dari indikator isi pesan, bahan dan periode waktu yang digunakan, sifat penyampaian informasi dan teknis pemasangannya. Pada indikator isi pesan, menunjukan bahwa media luar ruang komersial dan non-komersial atau iklan layanan masyarakat dari pemerintah Kota Depok mempunyai nilai rataan skor 3.49, artinya masyarakat menilai baik karena isi pesan media luar ruang komersial dan non komersial mudah dipahami/dimengerti. Begitu juga dengan penilaian isi pesan media luar ruang komersial yang mempunyai kategori baik, karena berkualitas dan penilaian tersebut berbanding terbalik dengan kualitas isi media luar ruang non komersial yang mempunyai nilai cukup baik. Pada pernyataan isi pesan bahwa media luar ruang komersial kurang mengajak untuk memilih produk dengan cermat dan teliti, banyak respons yang menyatakan isi pesan media luar ruang hanya memperkenalkan produk saja bukan
65
memberikan arahan untuk memilih produk dengan teliti sedangkan masyarakat menilai baik jika isi pesan media luar ruang non-komersial mengajak untuk mendukung program pemerintah. Pada indikator bahan dan periode waktu yang digunakan, mempunyai rataan skor 3.40, artinya masyarakat menilai cukup baik karena bahan media luar ruang cukup aman bagi para pengendara dan pejalan kaki. Masyarakat menilai media luar ruang harus diatur perijinannya dengan mempunyai rataan skor 3.84. Pada indikator sifat penyampaian informasi nilai rataan skor 3.72, artinya masyarakat menilai cukup baik karena masyarakat melihat sifat penyampaian informasi dapat terlihat dengan jelas. Pada indikator teknis pemasangan media luar ruang mempunyai nilai rataan skor 3.83. Artinya masyarakat menilai cukup baik, karena pemasangan media luar ruang tidak mendukung keindahan kota serta pemasangannya tidak memenuhi syarat struktur dan tata ruang kota serta mengganggu pandangan lalu lintas serta keamanan dan keselamatan umum. Kesimpulan data di lapangan mengenai persepsi masyarakat terhadap tipologi media luar ruang ini adalah media luar ruang komersial lebih menonjol dibandingkan dengan media non-komersial atau iklan layanan masyarakat dari pemerintah Kota Depok. Hal tersebut disebabkan sifat media luar ruang sebagai media alat promosi berusaha selalu membuat perbedaan dalam setiap pemasangannya dibanding media luar ruang non-komersial, misalnya saja dilihat dari ukuran yang besar, konstruksi yang menarik perhatian dan tempatnya yang selalu ditengah-tengah kerumunan atau ditempat yang konsentrasi masyarakat selalu banyak. Lain halnya dengan reklame non-komersial yang cenderung pasif. Dilihat dari bentuk dan ukurannya yang kecil, titik lokasinya juga kadang tidak selalu ditempat yang strategis dan kadang tanpa pencahayaan. Sangat wajar karena reklame non-komersial tidak dikenakan pajak retribusi walaupun kadang muatannya sangat berguna bagi masyarakat umum. Hal tersebut jelas sangat berbeda dengan komersial. Seharusnya Pemerintah Kota Depok sebagai pengelola media luar ruang lebih menata media luar ruang komersial dan non-komersial menurut fungsinya, karena di lapangan seringkali terlihat saling tumpang tindih antara kedua jenis media luar ruang tersebut. Persepsi Masyarakat terhadap Estetika Media Luar Ruang di Jalan Margonda Raya Kota Depok Penilaian persepsi masyarakat terhadap estetika media luar ruang dimaksudkan untuk melihat sejauh mana mereka dapat menerima keberadaan media luar ruang sebagai bagian dari produk kebijakan pemasangan yang selama ini sudah dilaksanakan dan diimplementasikan oleh Pemerintah Kota Depok. Persepsi terhadap estetika media luar ruang ini terdiri dari 12 pernyataan yang telah tersedia dalam kuisioner, yang terbagi menjadi indikator bentuk media luar ruang, penampilan media luar ruang, kesesuaian penempatan media luar ruang, kesesuaian satu media dengan media lainnya, kesesuain penempatan ukuran media luar ruang dengan lingkungannya, dan pencahayaan di malam hari. Pada Tabel 23 Sebaran persepsi masyarakat terhadap estetika media luar ruang di jalan Margonda Raya memiliki rataan skor sebesar 3.25 yang berarti para masyarakat cukup baik dalam mempersepsikan aspek estetika pada media luar ruang di jalan Margonda Raya.
66
Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa 40.43 persen masyarakat cukup baik dalam mempersepsikan estetika media luar ruang, sedangkan 35.11 persen masyarakat mempersepsikan estetika media luar ruang dengan baik. Adapula masyarakat yang mempersepsikan estetika media luar ruang buruk dengan persentase 19.15 persen dan 5.32 persen mempersepsikan estetika media luar ruang dengan sangat baik. Tabel 23 Persepsi masyarakat terhadap estetika media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok Kategori Frekuensi (Orang) Persentase (%) Sangat Buruk 0 0.00 Buruk 18 19.15 Cukup Baik 38 40.43 Baik 33 35.11 Sangat Baik 5 5.32 Total 94 100.00 Tabel 23 menunjukkan bahwa penilaian masyarakat yang dijadikan responden terhadap estetika media luar ruang secara umum dapat dikatakan sangat kritis. Masyarakat menilai aspek estetika media luar ruang di jalan Margonda Raya sudah dalam kondisi jenuh, karena jumlah media luar ruang komersial di jalan Margonda Raya jumlahnya sudah sangat banyak dibandingkan dengan media luar ruang non-komersial sehingga menimbulkan kesan kumuh dan tidak teratur mirip sekali dengan “Jamur Kota” dan masyarakat menghendaki pemasangan media luar ruang dapat menambah keindahan kota dan teratur tata letaknya. Pada indikator bentuk media luar ruang mempunyai nilai rataan skor 3.42. Artinya masyarakat menilai cukup baik, karena bentuk media luar ruang biasa, sederhana dan tidak unik. Jika dilihat dari penampilannya masyarakat menilai baik jika media luar ruang di jalan Margonda Raya menarik dan bagus dengan nilai rataan skor 3.49. Dilihat dari apakah dapat menambah estetika kota, masyarakat menilai bahwa media luar ruang di jalan Margonda Raya masih belum meningkatkan keindahan kota Depok dan dari kesesuaian penempatannya media luar ruang di jalan Margonda Depok, masyarakat menilai media luar ruang tidak teratur dan tidak tertata rapih dengan nilai rataan skor 2.85. sehingga bisa dikatakan butuk. Dilihat dari kesesuaian satu media luar ruang dengan media luar ruang lainnya di jalan Margonda Raya, masyarakat menilai jika jarak antar media luar ruang bervariasi dengan rataan skor 3.43. Selanjutnya jika dilihat dari kesesuaian penempatan ukuran dengan lingkungannya, masyarakat di jalan Margonda Raya menilai cukup baik dengan nilai rataan skor 2.98. Media luar ruang dilihat dari kesesuaian penempatan ukuran dengan lingkungannya dikatakan tidak serasi, tidak proposional dan sesuai dengan sudut pandang dengan ketinggian. Indikator pencahayaan di malam hari mempunyai nilai rataan skor 3.51, artinya masyarakat menilai baik jika media luar ruang di jalan Margonda Depok terang dan pencahayaan tepat arahnya.
67
Menurut Pramono (2006), reklame/media luar ruang merupakan signage dalam visualisasi perkotaan yang dapat menjadi visualisasi perkotaan sehingga menambah keindahan/estetika sebuah kota. Didalamnya terdapat aspek bentuk media luar ruang, penampilan media luar ruang, penempatan media luar ruang, jarak antar media, penempatan ukuran dan pencahayaan di malam hari sehingga dapat menjadi aksesoris kota yang dapat membantu keindahan kota. Hubungan Karakteristik Masyarakat dengan Persepsi terhadap Aspek Komunikasi Visual Media Luar Ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok Persepsi adalah inti dari komunikasi. Penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi yang identik dengan penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi. Persepsi masyarakat terhadap aspek komunikasi visual tidak akan terlepas dari karakterisik masyarakat itu sendiri. Hal ini jelas tampak menurut Cohen (1994) dalam Mulyana (2001) persepsi didefinisikan sebagai interpretasi masyarakat yang bermakna atas sensasi sebagai wakil suatu obyek eksternal serta pengetahuan yang tampak mengenai apa yang ada di luar sana. Tabel 24 Hubungan karakteristik masyarakat dengan persepsi terhadap aspek komunikasi visual media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok Persepsi terhadap Aspek Komunikasi Visual (Y1) Karakteristik Masyarakat Uji Statistik
Koefisien korelasi
X1.1 Umur
rs
-0.027
X1.2. Jenis Kelamin
2
1.866
X1.3. Tingkat Pendidikan
rs
-0.234*
X1.4. Jenis Pekerjaan
2
6.643*
X1.5. Tingkat Pendapatan
rs
-0.088
2
2.853
rs
0.690**
Karakteristik Personal (X1)
Karakteristik Cultural (X2) X2.1 Suku Bangsa Karakteristik Physical (X3) X3.1 Frekuensi Melintas
Keterangan: **bila p-value < 0.01 maka berhubungan sangat nyata *bila p-value < 0.05 maka berhubungan nyata
rs = koefisien rank Spearman
2= koefisien chi-square
68
Pada penelitian ini terdapat tujuh karakteristik masyarakat yang terbagi menjadi tiga peubah diantaranya karakteristik personal, karakteristik cultural dan karakteristik physical ditenggarai dapat mempengaruhi persepsi dalam memandang aspek komunikasi visual media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok. Hubungan antara karakteristik masyarakat dengan persepsi terhadap aspek komunikasi visual dapat dilihat pada Tabel 24. Hubungan Karakterisitik Personal dengan Persepsi terhadap Aspek Komunikasi Visual Media Luar Ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok
Pada Tabel 24, indikator tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan berhubungan nyata (p<0.05) dengan persepsi masyarakat. Berdasarkan hasil penghitungan korelasi rank Spearman, menunjukkan angka sebesar -0.234. Di mana menurut Sarwono (2006) angka ini menunjukkan adanya korelasi yang lemah dan berlawanan arah. Nilai korelasi tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berhubungan nyata dengan persepsi masyarakat terhadap komunikasi visual media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok. Selanjutnya, jenis pekerjaan mempunyai nilai p-value sebesar 0.036 lebih kecil dari 0.05. berdasarkan hasil perhitungan Chi-Square, menunjukkan angka sebesar 6.643. Nilai korelasi tersebut menunjukkan bahwa jenis pekerjaan berhubungan nyata dengan persepsi masyarakat terhadap komunikasi visual media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok. Nilai korelasi rank Spearman -0.234 pada tingkat pendidikan menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka persepsi masyarakat terhadap aspek komunikasi visual media luar ruang semakin buruk. Artinya, masyarakat dengan tingkat pendidikan lebih rendah memandang aspek komunikasi visual media luar ruang lebih baik. Menurut Pujiyanto (2003), menyatakan bahwa kecenderungan masyarakat dengan kategori tingkat pendidikan rendah mempersepsikan aspek komunikasi visual media luar ruang tidak bisa di jadikan tolok ukur layak atau tidaknya media tersebut berada di jalan, asalkan bagus warnanya dan dapat terbaca dengan jelas berarti aspek komunikasi visual tersebut bisa diterima. Berbeda dengan masyarakat dengan kategori tingkat pendidikan tinggi yang mempersepsikan bahwa, aspek komunikasi visual pada media luar ruang memiliki potensi yang besar untuk mendongkrak penjualan produk, jasa dan informasi bila dirancang untuk menghasilkan daya tarik pada target khalayaknya sehingga media luar ruang juga menjadi media beriklan yang efisien. Menurut data di lapangan, media luar ruang dapat meraih perhatian masyarakat hanya untuk beberapa detik, untuk itu mereka melihat bahwa hirarki aspek komunikasi visual yang perlu diperhatikan adalah visibilitas huruf, warna yang khas, tata letak atau layout yang baik, bentuk media luar ruang yang unik serta tektur dan elemen ilustrasi yang menarik. Beberapa hal yang muncul dari penelitian ini adalah preferensi masyarakat yang berpendidikan tinggi dalam melihat desain media luar ruang yaitu memanfaatkan ilustrasi sebagai daya tarik melalui gaya ikonik, pengolahan elemen huruf dan fotografi agar bisa menarik perhatian. Saat ini masyarakat berpendidikan tinggi berasumsi bahwa, aspek komunikasi visual di jalan Margonda Raya tidak serta merta hanya mampu memberikan pemecahan terhadap permasalahan yang ada dan hanya berkaitan dengan eksekusi visual, namun juga harus mampu memilih media yang tepat dan
69
relevan untuk membangun komunikasi dengan masyarakat sehingga media luar ruang bisa menjadi media yang efektif dalam penyampaian pesan secara visual. Menurut data dilapangan, masyarakat berpendidikan tinggi yang berada di koridor jalan Margonda Raya berharap, kerusakan ekologi yang dimunculkan dalam bentuk kepulan asap kendaraan bermotor, panasnya cuaca akibat tidak adanya lagi pohon-pohonan, dinding kota yang tak terawat serta segala bentuk kebisingan di jalan Margonda Raya ‘disegarkan’ kembali oleh aspek komunikasi visual pada media luar ruang yang kaya warna dan kaya interpretasi dalam segala aspek visualnya. Menurut mereka iklan media luar ruang komersial dan non komersial bisa menjadi salah satu alternatif yang dapat dijadikan sebagai penyeimbang lingkungan ketika lingkungan kota tidak memberi lagi kesegaran bagi panca indera secara lengkap, namun dengan kehadiran aspek komunikasi visual terutama bentuk layout yang baik serta ilustrasi yang menarik, minimal mata sudah menjadi indera yang dapat menikmati keindahan kota yang dihiasi dengan segala macam imajinasi yang tergambar dalam desain yang ditampilkan. Pada Tabel 25, nilai Chi-Square sebesar 6.643 menjelaskan bahwa, masyarakat yang sudah bekerja akan semakin baik menilai aspek komunikasi visual pada media luar ruang di jalan Margonda Raya dibandingkan dengan masyarakat yang belum bekerja. Masyarakat yang sudah bekerja akan lebih fokus dalam menyikapi aspek komunikasi visual terutama iklan yang menawarkan barang dan jasa, karena jika aspek komunikasi visual yang ditampilkan sebagai iklan menarik perhatian masyarakat yang sudah bekerja maka akan berubah perilakunya. Mereka akan segera membuat keputusan berdasarkan atas kebutuhan, fungsi, kegunaan, dan cita rasa dibandingkan dengan masyarakat yang belum bekerja. Keputusan tersebut juga diteliti oleh Pujiyanto (2003), pada penelitiannya Pujianto menyatakan bahwa perilaku pembuatan keputusan konsumen dapat didasarkan atas prinsip problem solving (pemenuhan kebutuhan), rasional (pertimbangan akal sehat tentang fungsi dan kegunaannya), atau hedonic benefits (pertimbangan emosional atau afektif, cita rasa). Jika ditinjau secara lebih rinci melalui wawancara dengan masyarakat yang sudah bekerja tentang aspek komunikasi visual media luar ruang di jalan Margonda Raya. Masyarakat menyatakan bahwa, saat ini media luar ruang di jalan Margonda Raya hanya memenuhi kebutuhan konsumen tetapi kurang berhasil membangkitkan perilaku konsumen untuk membeli lewat aspek komunikasi visual yang dirancang menjadi sebuah desain yang baik. Penjelasan tersebut sejalan dengan yang dikatakan Shiffman dan Kanuk (2000) dalam Suhartono (2004), tentang pengertian perilaku konsumen yang mempunyai arti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan pada suatu media. Oleh sebab itu masyarakat berharap Pemerintah Kota Depok dengan pesan-pesan informasi pembangunannya dan pihak swasta yang berkesempatan melancarkan pemasaran lewat media luar ruang bisa lebih memberikan sesuatu yang berbeda terhadap aspek komunikasi visual sehingga bisa lebih diterima oleh masyarakat terutama merubah perilaku konsumen masyarakat yang sudah bekerja. Dilihat dari kacamata responden saat ini, masih belum dioptimalkan terutama oleh pemerintah dan dari industri kecil dan menengah, sehingga kualitas aspek
70
komunikasi visual pada media luar ruang kurang memiliki daya saing di koridor jalan Margonda Raya. Hubungan Karakterisitik Cultural dengan Persepsi terhadap Aspek Komunikasi Visual Media Luar Ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok
Pada Tabel 24 menunjukkan bahwa masyarakat dengan suku bangsa di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa tidak memiliki hubungan nyata (p>0.05) dengan persepsi masyarakat terhadap aspek komunikasi visual pada media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok dengan nilai Chi-Square sebesar 2.853. Hal ini mengindikasikan bahwa hipotesis penelitian ditolak, yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara suku bangsa di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa dengan persepsi masyarakat terhadap aspek komunikasi visual media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok. Artinya, bahwa masyarakat yang mempunyai suku bangsa tersebut tidak memberikan perbedaan dalam mempersepsikan media luar ruang. Menurut data di lapangan, tidak berpengaruhnya suku bangsa dikarenakan sebagian besar masyarakat suku bangsa yang menjadi responden memahami aspek komunikasi visual sesuai dengan budayanya masing-masing, rata-rata masyarakat memahami aspek warna dalam mempersepsikan aspek komunikasi visual. Alasannya karena warna memiliki nilai simbolis dan nilai keindahan. Umumnya diasosiasikan dengan hubunganhubungan yang bersifat supernatural (adikodrati), atau ada kekuatan tertentu yang menguasai bagian dari alam raya. Hubungan Karakterisitik Physical dengan Persepsi terhadap Aspek Komunikasi Visual Media Luar Ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok
Dari Tabel 24 dapat dilihat bahwa frekuensi melintas masyarakat berhubungan sangat nyata dengan persepsi masyarakat terhadap aspek komunikasi visual media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok dengan nilai korelasi rank Spearman 0.690. Nilai korelasi tersebut menunjukkan bahwa frekuensi melintas masyarakat memiliki hubungan yang sangat kuat. Semakin seringnya masyarakat melintas jalan Margonda Raya maka persepsi masyarakat dalam melihat aspek komunikasi visual semakin baik, Data di lapangan menjelaskan bahwa hal tersebut dilatarbelakangi oleh kesadaran (awareness) masyarakat terhadap aspek komunikasi visual tentang familiarnya suatu informasi yang ada di media luar ruang dan fungsi dari media tersebut bisa memberikan informasi kepada masyarakat tentang ciri khusus informasi yang disampaikan. Masyarakat akan lebih mudah melihat aspek komunikasi visual yang terdiri dari warna, huruf, ukuran, layout serta ilustrasi yang semuanya menginformasikan bahwa iklan yang ditawarkan lebih baik ditinjau dari sisi fungsional atau simbolisnya. Setiap masyarakat yang melihat akan sadar akan iklan dan mempengaruhi sikap serta nilai positif atas produk atau informasi yang ditampilkan Hubungan antara frekuensi melintas masyarakat dengan persepsi masyarakat terhadap keberadaan media luar ruang juga diteliti oleh Hardjati (2008), pada penelitiannya menyatakan bahwa seringnya masyarakat melintas kawasan yang banyak terdapat media luar ruang, mengakibatkan beberapa informasi produk dan jasa serta informasi dari pemerintah mampu berkembang dengan baik di benak konsumen karena keberhasilannya dalam membuat ruang di pikiran konsumen melalui aspek komunikasi visual. Konsumen dapat dirangsang perhatiannya dengan memanfaatkan 80% daya tarik visual/sesuatu yang terlihat.
71
Artinya, memanfaatkan warna, bentuk, ilustrasi dan merek adalah cara efektif memikat konsumen. Hubungan Karakteristik Masyarakat dengan Persepsi terhadap Tipologi Media Luar Ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok Media luar ruang dapat dibedakan dalam berbagai klasifikasi. Pengklasifikasian setiap media luar ruang berbeda–beda, sesuai dengan sudut pandang, tujuan dan kepentingan yang hendak dicapai. Perbedaan pengklasifikasian ini berkaitan erat dengan bentuk–bentuk pengelolaan atau pengaturan yang ditetapkan. Pemahaman atas kesamaan dan perbedaan antara kelompok media luar ruang tersebut diklasifikasikan, merupakan kunci dalam memahami suatu pengelolaan media luar ruang (Yulisar 1999). Secara umum klasifikasi media luar ruang dapat berdasarkan isi pesan, bahan, sifat informasi dan teknis pemasangannya. Indikator karakteristik masyarakat yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap tipologi media luar ruang adalah: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, suku bangsa dan frekuensi melintas. Untuk lebih jelasnya mengenai hubungan karakteristik masyarakat dengan persepsi terhadap tipologi media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25 Hubungan karakteristik masyarakat dengan persepsi terhadap tipologi media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok Persepsi terhadap Tipologi (Y2) Karakteristik Masyarakat Uji Statistik
Koefisien korelasi
Karakteristik Personal (X1) X1.1 Umur
rs
0.106
X1.2. Jenis Kelamin
2
2.784
X1.3. Tingkat Pendidikan
rs
-0.237*
X1.4. Jenis Pekerjaan
2
1.430*
X1.5. Tingkat Pendapatan
rs
-0.041
2
4.604
rs
0.250*
Karakteristik Cultural (X2) X2.1 Suku Bangsa Karakteristik Physical (X3) X3.1 Frekuensi Melintas
Keterangan: *bila p-value < 0.05 maka berhubungan nyata
rs = koefisien rank Spearman
2= koefisien chi-square
72
Hubungan Karakterisitik Personal dengan Persepsi terhadap Tipologi Media Luar Ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok Dari Tabel 25 dapat dilihat bahwa umur tidak berhubungan nyata (p>0.05) dengan persepsi terhadap tipologi media luar ruang. Hal ini berarti bahwa umur tidak secara nyata berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap aspek tipologi media luar ruang. Dari empat klasifikasi umur yang ada, baik pemuda sampai lanjut usia tidak memberikan perbedaan nyata dalam mempersepsikan tipologi media luar ruang. Sama dengan indikator jenis kelamin dengan persepsi masyarakat terhadap tipologi media luar ruang, jenis kelamin juga tidak memiliki hubungan nyata (p>0.05) dengan persepsi masyarakat terhadap karakeristik dan tipologi media luar ruang. Hal ini berarti bahwa jenis kelamin masyarakat tidak secara nyata mempengaruhi persepsi masyarakat. Baik masyarakat yang berjenis kelamin lakilaki dan perempuan tidak memberikan sikap yang berbeda terhadap jenis pekerjaan Berbeda dengan tingkat pendidikan masyarakat yang berkorelasi nyata dengan persepsi masyarakat terhadap tipologi media luar ruang, dengan koefisien korelasi rank Spearman sebesar -0.237. Nilai hubungan tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan memiliki hubungan nyata (p<0.05) dengan persepsi masyarakat terhadap tipologi media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok. Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka persepsi masyarakat semakin buruk terhadap tipologi media luar ruang. Begitu juga dengan pekerjaan masyarakat yang berkorelasi nyata dengan persepsi masyarakat terhadap tipologi media luar ruang, dengan nilai koefisien Chi-Square 11.43. Nilai hubungan tersebut menunjukkan bahwa jenis pekerjaan memiliki hubungan nyata (p<0.05) dengan persepsi masyarakat terhadap tipologi media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok. Nilai tersebut menjelaskan bahwa, masyarakat yang sudah bekerja akan semakin baik menilai tipologi pada media luar ruang di jalan Margonda Raya dibandingkan dengan masyarakat yang belum bekerja. Data di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat yang berpendidikan tinggi dan sudah mempunyai pekerjaan menganggap hal penting dalam tipologi media luar ruang adalah menentukan isi pesan atau penentuan keunggulan produk yang dijadikan sebagai informasi inti dalam pesan periklanan. Saat ini media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok baik itu pesan iklan komersial dan iklan non komersial dalam konsep isi pesannya lebih banyak menggunakan daya tarik rasional daripada daya tarik emosional dalam menyampaikan kepada khalayak. Menurut Moriarty (1991), mengatakan bahwa dalam mengkonsep isi pesan, pemerintah dan biro iklan harus bisa menggunakan daya tarik rasional dan emosional dalam menyampaikan pesan di media. Daya tarik rasional atau informasional dipandang sebagai sesuatu yang sangat tumpul untuk diterapkan pada beberapa jenis produk tertentu, sehingga sukar untuk menarik perhatian konsumen. Perlu diketahui daya tarik rasional adalah jenis daya tarik dalam penyusunan pesan iklan yang mengemukakan sejumlah informasi yang ditujukan pada proses berpikir logis dari khalayaknya. Pesan iklan yang menggunakan daya tarik rasional biasanya digunakan pada iklan produk yang bersifat teknis atau menonjolkan spesifikasi teknis dan cenderung memberikan informasi nyata.
73
Pengiklan menggunakan pendekatan ini umumnya mencoba untuk menunjukkan suatu kenyamanan bagi konsumen terhadap suatu produk, dengan menawarkan keuntungan tertentu. Hal terpenting adalah bagaimana produk tersebut bisa memuaskan kebutuhan konsumen. Tujuan pengiklan adalah untuk memberikan kenyamanan pada khalayak sasaran, agar mau membeli produk yang diiklankan. Berbeda dengan daya tarik emosional yang berkaitan dengan kebutuhan psikologis atau kebutuhan sosial dari khalayak sasaran yang dituju dalam membeli produk. Beberapa motivasi khalayak sasaran dalam menentukan keputusan pembelian adalah motivasi emcsional. Daya tarik emosional menjadi populer dalam periklanan seperti pengakuan masyarakat di koridor jalan Margonda Raya Kota Depok bahwa beberapa keputusan pembelian dibuat atas dasar perasaan dan emosi. Disamping itu, adanya beberapa merk yang produknya tidak jauh berbeda menyebabkan konsumen menjadi bingung dan memilih berdasarkan pertimbangan irasional, antara lain dengan memilih merk produk yang dirasanya "dekat di hati". Alasan lainnya dalam menggunakan daya tarik emosional adalah untuk mempengaruhi interpretasi konsumen melalui pengalaman mereka dalam penggunaan suatu produk. Jika ditinjau dari data di lapangan, salah satu contoh ke tidak berjalannya suatu pesan pembangunan yang diterima oleh masyarakat adalah program yang digulirkan oleh Pemerintah Kota Depok mengenai program One Day No Rice (ODNR) yang tahun 2012 hangat diperbincangkan. Walikota Depok mengatakan gerakan ODNR adalah gerakan untuk diversifikasi makanan sehingga makanan yang kita makan menjadi beragam, bergizi, dan seimbang. Sejarah dan aturan yang telah ada merupakan tekad mulia, baik, dan mendasar dengan menawarkan cita-cita nasional ke depan sehingga menjadi lebih sehat dan cerdas. Pemerintah Kota Depok menampilkan informasi tersebut ke dalam media billboard yang berukuran 5x10 meter di pertigaan jalan Margonda Raya dan Arief Rahman Hakim. Dilihat dari tujuannya sangatlah mulia, akan tetapi pola penyampaian yang disampaikan oleh Pemerintah Kota Depok belum mengunggah daya tarik emosional masyarakat, sehingga masyarakat membutuhkan mekanisme dengan propaganda yang tepat karena berhubungan dengan kebiasaan masyarakat untuk menyantap nasi. Kecenderungan masyarakat dalam menilai program ODNR tersebut adalah belum memaksimalkan pesan yang harus dipahami dalam membuat konsep kampanye periklanan, yaitu dengan menambahkan unsur penyadaran dalam iklan ODNR, masyarakat berpendidikan tinggi dan yang sudah mempunyai pekerjaan menilai Pemerintah Kota Depok belum maksimal dalam memberikan informasi tersebut karena yang di sampaikan kepada masyarakat hanyalah unsur persuasi atau mengajak masyarakat untuk mengikuti program pemerintah, seharusnya Pemerintah Kota Depok harus memberikan penyadaran terlebih dahulu kepada masyarakat akan dampak negatif ketika terlalu bergantung pada beras. Tidak hanya program ODNR yang belum banyak dipahami oleh masyarakat, banyak pesan program pemerintah Kota Depok seperti “makan memakai tangan kanan,” “One day No Car” dan “Gemarikan dan Gerimis Telur” yang belum tersosialisasikan baik kepada masyarakat. Masyarakat berpendidikan tinggi dan yang sudah mempunyai pekerjaan juga menilai bahwa Pemerintah Kota Depok hendaknya perlu lebih ketat dalam mengatur periode waktu yang digunakan media luar ruang dengan mengatur
74
perijinannya, masyarakat melihat banyak sekali media luar ruang dalam bentuk spanduk, baliho bebas liar di jalan Margonda Raya sehingga menimbulkan kesan tumpang tindih antar media tersebut, kotor dan masyarakat menjuluki media tersebut sebagai “jamur kota”. Alasan ini diutarakan agar media luar ruang yang digunakan aman bagi para pengendara dan pejalan kaki. Disimpulkan juga dalam penelitian ini, bahwa ada ketakutan apabila media luar ruang terutama billboard tersebut roboh, ketakutan lainnya juga muncul apabila tidak ada yang bertanggung jawab akan robohnya media luar ruang tersebut, namun ketakutan yang muncul belum begitu besar karena masyarakat yang dijadikan responden pada penelitian ini belum pernah menjadi korban. Ramainya media luar ruang menurut masyarakat berpendidikan tinggi dan sudah mempunyai pekerjaan juga mengakibatkan berkurangnya konsetrasi dalam mengemudi dalam hal penyampaian informasi Alasan lainnya mengapa masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi ingin Pemerintah Kota Depok memperketat dalam mengatur kawasan jalan Margonda Raya terhadap keberadaan media luar ruang adalah bahwa sebuah kawasan yang ramai lalu lintas kendaraannya, tentunya membutuhkan reklame jenis billboard, baliho atau spanduk dalam ukuran besar, LED, Megatron untuk kawasan yang banyak terdapat kerumunan massa seperti pasar, pertokoan, perkantoran atau terminal dimungkinkan pemasangan media luar ruang jenis papan nama, shopsign, spanduk, reklame melekat/menempel ataupun selebaran dengan ukuran yang relatif kecil. Temuan data di lapangan, masyarakat berharap policy pemasangan media luar ruang tidak melulu didasarkan pada pertimbangan demi mengejar PAD saja melainkan haruslah didasarkan juga pada pertimbangan tata ruang kota dan kepentingan publik. Menurut Tinarbuko (2006) dalam Wicaksono, Susilo dan Lestari (2008) mengatakan bahwa idealnya perbandingan antara kepentingan ekonomi dan kepentingan publik sebaiknya adalah 52% untuk kepentingan ekonomi dan 48% untuk kepentingan publik. Dalam konteks tersebut, Pemerintah Kota Depok seharusnya menetapkan wilayahnya kedalam beberapa kategori. Paling tidak untuk kepentingan media luar ruang harus ditetapkan empat jenis wilayah: bebas, umum, selektif dan khusus. Contohnya wilayah di mana terdapat kantor pemerintah, sarana ibadah, komplek pendidikan, dalam radius tertentu sudah sepantasnya ditetapkan sebagai wilayah bebas dari reklame. Wilayah umum merupakan daerah yang boleh memasang reklame. Untuk wilayah selektif masih boleh memasang reklame dengan jumlah, penempatan, ukuran, jenis serta content tertentu. Sementara wilayah khusus hanya boleh dipasang reklame dengan pengaturan yang lebih spesifik lagi. Pada Tabel 25, tingkat pendapatan masyarakat tidak memiliki hubungan nyata (p>0.05) dengan persepsi masyarakat terhadap tipologi pada media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok. Artinya, baik masyarakat yang berpendapatan rendah maupun masyarakat yang berpendapatan tinggi sama–sama memberikan nilai negatif terhadap tipologi media luar ruang. Hubungan Karakteristik Cultural dengan Persepsi terhadap Tipologi Media Luar Ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa suku bangsa tidak memiliki hubungan nyata (p>0.05) dengan persepsi masyarakat terhadap tipologi pada
75
media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok. Nilai ini menunjukkan suku bangsa masyarakat yang berada di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa tidak secara nyata (p>0.05) berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap aspek tipologi media luar ruang. Hasil data di lapangan, masyarakat menilai bahwa pesan iklan komersial dan non komersial dari jalan Margonda Raya Kota Depok saat ini sudah bisa dikatakan familiar dari segi tata bahasanya, mereka melihat bahwa pesan yang disampaikan sudah menggunakan bahasa Indonesia yang baik, sehingga mereka tidak terlalu sulit untuk membaca dan mengartikannya. Hubungan Karakteristik Physical dengan Persepsi terhadap Tipologi Media Luar Ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok Tabel 25 menunjukkan bahwa karakteristik physical dengan indikator frekuensi melintas masyarakat memiliki hubungan nyata (p<0.05) dengan persepsi masyarakat terhadap tipologi media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok, dengan nilai koefisien rank Spearman sebesar 0.250. Nilai korelasi ini menunjukkan, bahwa frekuensi masyarakat melintas jalan Margonda Raya memiliki hubungan nyata (p<0.05). Nilai tersebut juga menunjukkan bahwa frekuensi melintas masyarakat memiliki hubungan positif dengan persepsi masyarakat terhadap tipologi media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok. Semakin sering masyarakat melintas jalan Margonda Raya maka persepsi masyarakat terhadap tipologi media luar ruang yang bearada di jalan Margonda Raya semakin baik penilaiannya. Hal tersebut cukup masuk akal mengingat semakin sering masyarakat melintas jalan Margonda Raya maka akan semakin tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai pesan, penyampaian informasi serta bagaimana dampak yang timbul dari pemasangan media luar ruang yang berada di jalan Margonda Raya. Tinarbuko (2008) menjelaskan bahwa masyarakat yang dalam mobilitasnya sangat tinggi melalui suatu jalan/wilayah sering memperhatikan iklan yang ditempatkan di jalan tersebut. Hampir semua pesan iklan dapat diterima dengan baik, namun semuanya tergantung lokasi penempatan medianya, namun penerimaan pesan iklan tersebut hanya sebatas pemahaman terhadap produk karena belum ada keinginan untuk membeli. Hal tersebut disebabkan karena produk atau jasa yang ditawarkan tidak sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Meski disadari bahwa iklan membantu masyarakat untuk mendapatkan informasi tentang suatu produk dan informasi dari Pemerintah Kota. Hubungan Karakteristik Masyarakat dengan Persepsi terhadap Estetika Media Luar Ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok Dalam dunia periklanan, media luar ruang biasa dikaitkan dengan dunia estetika dalam bentuknya dan ditempatkan pada tempat-tempat yang ramai dilihat orang banyak. Jangkauannya terbatas terkecuali orang yang lewat dan sempat mencuri perhatian untuk membacanya sekalipun sepintas lalu, tetapi memiliki kelebihan karena bisa tahan lama, dan beberapa media luar ruang bisa dipindahpindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain. Nilai estetika diyakini dapat mempengaruhi persepsi masyarakat. Oleh karena itu aspek estetika juga merupakan aspek yang penting dalam penempatan media luar ruang. Bagaimanapun keindahan suatu kota merupakan suatu hal yang tidak bernilai
76
harganya bagi kenyamanan jiwa setiap warganya, pada akhirnya menimbulkan rasa bangga sendiri kepada status Kota Depok secara keseluruhan. Dengan dapat menempatkan media luar ruang sesuai dengan keinginan masyarakat, berarti sudah melaksanakan prinsip-prinsip parsipatory planning dalam mengelola kota. Sesuai dengan kondisi paradigma otonomi daerah yang menuntut setiap daerah mampu melaksanakan kegiatan pemerintahan dengan melibatkan masyarakat, untuk dapat merepresentasikan kepentingan masyarakat dan keperluan proses pelaksanaan studi ini secara keseluruhan. Untuk lebih jelasnya mengenai hubungan karakteristik masyarakat dengan persepsi terhadap estetika media luar ruang dapat dilihat pada Tabel 26 Tabel 26
Hubungan karakteristik masyarakat dengan persepsi terhadap estetika media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok Persepsi terhadap Estetika (Y3)
Karakteristik Masyarakat Uji Statistik
Koefisien korelasi
Karakteristik Personal (X1) X1.1 Umur
rs
-0.057
X1.2. Jenis Kelamin
2
1.488
X1.3. Tingkat Pendidikan
rs
-0.232*
X1.4. Jenis Pekerjaan
2
15.254**
X1.5. Tingkat Pendapatan
rs
-0.155
2
2.010
rs
0.240*
Karakteristik Cultural (X2) X2.1 Suku Bangsa Karakteristik Physical (X3) X3.1 Frekuensi Melintas
Keterangan: **bila p-value < 0.01 maka berhubungan sangat nyata *bila p-value < 0.05 maka berhubungan nyata
rs = koefisien rank Spearman
2= koefisien chi-square
Hubungan Karakteristik Personal dengan Persepsi terhadap Estetika Media Luar Ruang di Jalan Margonda Raya Kota Depok Dapat dilihat pada Tabel 26, karakteristik Personal memiliki hubungan nyata (p<0.05) dengan persepsi masyarakat terhadap estetika media luar ruang terutama pada indikator tingkat pendidikan dengan nilai koefisien rank Spearman sebesar -0.232, nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan memiliki hubungan nyata (p<0.05). Nilai ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan memiliki hubungan negatif dengan persepsi masyarakat terhadap estetika media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok, artinya semakin tinggi tingkat
77
pendidikan maka persepsi masyarakat semakin buruk terhadap estetika media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok. Menurut masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi melihat penempatan media luar ruang memang amburadul dan berantakan, mereka menilai media luar ruang tidak memiliki keunikan dan idealnya dalam ukuran yang sama dan jarak penempatan media tersebut harus dijaga agar berkesinambungan satu sama lain, saat ini media luar ruang mengganggu pandangan dan terlihat sangat kotor. Media luar ruang satu sama lain saling menutupi untuk meraih point of interest dari pengguna jalan. Artinya antara satu media dengan media lainnya jangan saling tumpang tindih dan jaraknya jangan terlalu dekat, karena jarak iklan yang dekat dan penataan yang kurang tepat membuat masyarakat nyaman saat melewati jalan Margonda Raya. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Pramono (2006) yang menyatakan bahwa, masyarakat berpendidikan tinggi biasanya lebih melihat estetika penempatan media luar ruang dari sisi penempatan, keunikan, jarak antar media dan tidak mengganggu pemandangan. Oleh karena itu masyarakat berpendidikan tinggi menghendaki pemasangan reklame yang tidak mengganggu keselamatan, dapat menambah keindahan kota dan teratur tata letaknya. Penemuan lain di lapangan, masyarakat berharap bentuk media luar ruang yang menurut masyarakat tidak membosankan yaitu bentuk yang unik, beragam dan menggunakan pencahayaan buatan. Hal ini sesuai dengan persepsi keindahan yang dikemukakan Sarwono (1992) dalam Nurmasari (2008), bahwa makin banyak ragam, makin positif penilaiannya. Sarwono (1992) dalam Nurmasari (2008) menambahkan bahwa persepsi keindahan juga dilihat seberapa banyak lingkungan mengandung komponen yang unik yang tidak ada ditempat lain. Kenyataan lainnya di lapangan, masyarakat yang berpendidikan tinggi menilai kritis estetika media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok adalah media ruang luar di jalan Margonda Raya dimalam hari terlihat sebagai obyek yang keberadaannya menjadi penanda jalan dimalam hari. Mayoritas masyarakat menilai obyek yang terlihat asing tersebut yaitu LED/Megatron, dan neon box. Sedangkan media ruang luar lainnya seperti neon sign, papan reklame terlihat tidak asing karena media ruang luar tersebut juga ada di tempat lain. Masyarakat juga menilai, keberadaan media luar ruang tersebut seharusnya dapat membantu masyarakat dalam mengidentifikasi kawasan, menjadi identitas jalan yang jelas bagi masyarakat dan dari segi pergerakan masyarakat ketika berkendara, sehingga keberadaan media luar ruang juga membantu masyarakat sehingga tidak kehilangan arah orientasi jalan di Kota Depok. Akan tetapi dari segi keamanan pergerakan kendaraan, terdapat beberapa media luar ruang yang menutupi pandangan ketika berkendara dijalan Margonda Raya. Keberadaan LED/Megatron menghalangi sebagian pemandangan ke depan dan menyilaukan serta kemungkinan dapat memecah konsentrasi masyarakat ketika berkendara dimalam hari. hal ini dikarenakan LED/Megatron memiliki ukuran yang besar dan pencahayaan yang lebih terang dibandingkan sekitarnya dan LED/Megatron juga terlihat membatasi jalan. Penilaian masyarakat berpendidikan tinggi tersebut sama dengan penelitian Nurmasari (2008) yang mengatakan bahwa sisi positif lain dari keberadaan media ruang luar ini yaitu, dapat membantu masyarakat dalam
78
mengidentifikasi kawasan, menjadi identitas jalan yang jelas bagi masyarakat dan membuat masyarakat sudah merasa berada dijalan dimalam hari. Dari segi pergerakan masyarakat ketika berkendara, keberadaan media ruang luar seharusnya juga bisa membantu masyarakat sehingga tidak kehilangan arah orientasi jalan. Begitu juga dari segi keamanan pergerakan kendaraan, terdapat beberapa media ruang luar yang menutupi pandangan ketika berkendara dijalan dan terdapat kemungkinan dapat memecah konsentrasi masyarakat ketika berkendara dimalam hari.
Gambar 7 Efek cahaya pada media LED di jalan Margonda Raya Dari Tabel 26 dapat dilihat bahwa jenis pekerjaan masyarakat berhubungan sangat nyata (p<0.01) dengan persepsi masyarakat terhadap estetika visual media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok, dengan nilai koefisien Chi-Square 15.254. Nilai tersebut menunjukkan bahwa jenis pekerjaan masyarakat memiliki hubungan yang sangat nyata. Masyarakat yang sudah bekerja semakin kritis dalam menilai estetika media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok Menurut data di lapangan, salah satu responden yang bekerja sebagai PNS di lingkungan Pemda Depok yang berinisial D menyatakan bahwa, pemasangan iklan di media luar ruang di jalan Margonda Raya saat ini jauh lebih buruk dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Diungkapkan lebih jauh oleh D sebagai berikut: ”Jalan Margonda Raya sekarang berbeda dengan jalan Margonda Raya dulu sekitar tahun 2005, jalan Margonda Raya sekarang lebih berantakan oleh keberadaan media luar ruang dan perlu dilakukan penataan, sepertinya saat ini kepentingan ekonomi masih mendominasi sehingga membuat kepentingan pengguna jalan atau publik menjadi
79
dikesampingkan dan pemerintah perlu memperhatikan permasalahan estetika.”
Gambar 8 Salah satu sudut jalan Margonda Raya Kota Depok Menurut beberapa responden yang sudah bekerja, mereka menilai Pemerintah sebagai pihak yang seharusnya netral dalam penataan media luar ruang tersebut sudah tidak bisa lagi melakukan kendali penempatan media luar ruang, efeknya, berakibat pada berantakannya jalan Margonda Raya oleh iklan di jalan Margonda Raya Kota Depok. Pada dasarnya “D” sebagai masyarakat pengguna jalan Margonda Raya tidak setuju akan penataan media luar ruang seperti saat ini. Kenyataan tersebut bisa dibuktikan pada salah satu pasal dalam Keputusan Walikota Depok yang mengatur masalah media luar ruang insidental. Menurut regulasi tersebut disebutkan media luar ruang insidental adalah pemasangan media luar ruang yang dilakukan secara temporer dengan durasi waktu harian, mingguan dan bulanan. Media luar ruang yang termasuk media insidental adalah media luar ruang yang meliputi spanduk, umbul-umbul, cover board, banner, media luar ruang yang terbuat dari bahan triplek atau sejenisnya/baliho, media luar ruang lainnya termasuk balon udara, selebaran, dan poster. Kerap kali media insidental di jalan Margonda Raya menunjukkan kecenderungan kesemrawutan, karena kurang tempat-tempat khusus untuk memasang media jenis ini dan dalam Keputusan Walikota tidak ada pasal yang mengatur tentang reklame jenis ini. Ketidakcukupan tempat menyebabkan media luar ruang insidental seringkali menggunakan jalur hijau dan taman di jalan Margonda Raya Kota Depok sehingga sangat memperburuk keindahan kota. Perlu diketahui bahwa media luar ruang lain yang menonjol di koridor tersebut adalah media yang menerangkan bangunan didekatnya atau menempel pada bangunan yang diterangkannya. Cara membedakan pemasangan media luar ruang di Jalan Margonda Raya dengan media luar ruang di tempat lainnya adalah sebagian besar
80
letak pemasangan yang menggunkan jalur hijau, dan dapat digambarkan media luar ruang jenis komersial lebih banyak dan lebih menonjol dalam pemasangannya. Hal tersebut bertolak belakang dengan media luar ruang nonkomersial yang jumlahnya sedikit dan penempatanya tidak mencolok yang cenderung titik penempatanya seenaknya. Keberadaan media luar ruang insidental diutarakan juga oleh Pramono (2006), yang menyatakan bahwa banyaknya media insidental di jalan menunjukkan kecenderungan kesemrawutan karena kurang tempat-tempat khusus untuk memasang reklame jenis ini dan ketidakcukupan tempat menyebabkan media luar ruang insidental seringkali menggunakan jalur hijau dan taman disepanjang jalan sehingga sangat memperburuk keindahan kota.
Gambar 9
Salah satu contoh media luar ruang insidental di jalan Margonda Raya Kota Depok
Hubungan Karakteristik Culture dengan Persepsi terhadap Estetika Media Luar Ruang di Jalan Margonda Raya Kota Depok Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa masyarakat dengan suku di Pulau Jawa dan suku di luar Pulau Jawa, tidak memiliki hubungan nyata (p>0.05) dengan persepsi masyarakat terhadap estetika pada media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota Depok. Nilai ini menunjukkan suku bangsa tidak secara nyata berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap estetika media luar ruang. Masyarakat tetap cenderung bersikap positif terhadap estetika media luar ruang. Tidak terdapat perbedaannya karena masyarakat menilai bahwa untuk menilai estetika yang ada di media luar ruang di Kota Depok tidak mementingkan suku bangsa tertentu. Alasannya, karena media luar ruang sudah mempunyai nilai keterpaduan (unity), menciptakan kesatuan secara visual dari bentuk, penampilan, dan penempatan elemen yang berbeda sehingga membuat hal-hal yang bersifat kedaerahan tidak tampak, melainkan lebih mengarah ke universal, sehingga
81
masyarakat melihat estetikanya lebih mengarah kekinian atau modern contohnya sisi teknologi LED / Megatron. Hubungan Karakteristik Physical dengan Persepsi terhadap Estetika Media Luar Ruang di Jalan Margonda Raya Kota Depok Tabel 26 menunjukkan bahwa karakteristik masyarakat Physical Effect dengan indikator frekuensi melintas masyarakat memiliki hubungan nyata (p<0.05) dengan persepsi terhadap estetika media luar ruang di jalan Margonda Raya Kota dengan nilai korelasi rank Spearman sebesar 0.240. Nilai korelasi ini menunjukkan bahwa frekuensi melintas masyarakat memiliki hubungan positif dengan persepsi terhadap estetika media luar ruang di jalan Margonda Kota Depok. Semakin sering masyarakat melewati jalan Margonda Raya maka pemahaman masyarakat terhadap estetika media luar ruang semakin lebih mudah. Hal tersebut cukup masuk akal karena mobilitas masyarakat yang dijadikan responden terpusat di jalan Margonda Raya, mengingat jalan tersebut merupakan jalan utama mereka untuk bekerja, sekolah/kuliah serta wisata belanja. Menurut masyarakat yang sering melintas jalan tersebut, keberadaan media luar ruang di jalan Margonda Raya didukung oleh faktor geografis yang baik. Artinya, selain lokasinya mendukung, faktor wilayah dan karakter daratan juga mendukung untuk berdirinya sebuah media luar ruang, sehingga ukuran media luar ruang banyak terdapat ukuran raksasa yang tujuannya agar menarik perhatian masyarakat. Dengan adanya faktor-faktor yang mendukung tersebut membuat banyak sekali iklan-iklan luar ruang yang ditempatkan di jalan Margonda Raya. Ironisnya masyarakat yang sering melewati tersebut menilai adanya persaingan yang ketat antara para pengiklan yang justru menciptakan tumpang tindih media luar ruang. Semua iklan bersaing untuk dapat terlihat yang akhirnya saling menutupi satu sama lain. Banyaknya iklan luar ruang yang berdiri dan adanya persaingan antara pengiklan menciptakan fenomena baru iklan luar ruang di jalan Margonda Raya. Pada akhirnya dengan adanya iklan-iklan tersebut justru menciptakan sebuah anti klimaks media luar ruang yaitu estetika media luar ruang yang sudah terbangun melalui faktor-faktor yang mendukung penempatan media luar ruang menjadi hilang karena banyak media luar ruang yang saling tumpang tindih. Temuan di lapangan menyebutkan, masyarakat yang sering melintas jalan Margonda Raya melihat fenomena estetika tersebut pada saat kampanye calon Gubernur Jawa Barat periode 2013-2018. Implikasi yang dapat disaksikan oleh masyarakat adalah melimpahnya baliho yang menghias jalanan, perempatan hingga jembatan-jembatan. Lokasi-lokasi yang tergolong strategis langsung diserbu dengan baliho para calon Gubernur Jawa Barat, bahkan seringkali bukan keindahan yang tercermin tapi kesemrawutan yang menganggu keasrian suatu daerah dan menjadi kawasan kumuh dan tidak sedap dipandang. Menurut masyarakat yang sering melintas jalan Margonda Raya, iklan politik terutama baliho dapat digolongkan dalam obyek seni. Bahkan baliho iklan parpol ini memiliki kekhususan obyek seni, obyek seni yang hanya muncul lima tahun sekali. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dibahas Tinarbuko (2009), yang menyebutkan bahwa pemilihan kepala negara atau pemilihan kepala daerah, saat ini menciptakan fenomena baru iklan luar ruang di suatu jalan. Dengan adanya iklan-iklan tersebut justru menciptakan sebuah anti klimaks media
82
luar ruang yaitu buruknya estetika media luar ruang yang sudah terbangun karena banyak media luar ruang yang saling tumpang tindih.