IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Kawasan Agropolitan Pacet, Kabupaten Cianjur 4.1.1 Konsep Agropolitan Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang seiring dengan berjalannya sistem dan usaha agribisnis yang mampu melayani, mendorong, menarik dan menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) wilayah sekitarnya (Suwandi, Iqbal dan Anugrah, 2009). Nasution (dalam Iqbal dan Anugrah, 2009) mendeskripsikan karakter Agropolitan atas lima kriteria. Kriteria tersebut adalah: 1. Agropolitan
meliputi
kota-kota
berukuran
kecil
sampai
sedang
(berpenduduk paling banyak 600 ribu jiwa dengan luas wilayah maksimum 30 ribu hektar). 2. Agropolitan memiliki wilayah belakang/pedesaan penghasil komoditas utama atau unggulan dan beberapa komoditas penunjang sesuai kebutuhan yang selanjutnya dikembangkan berdasarkan konsep perwilayahan komoditas. 3. Agropolitan memiliki pusat pertumbuhan yang harus dapat memperoleh manfaat ekonomi internal bagi perusahaan serta sekaligus memberikan manfaat eksternal bagi pengembang argoindustri secara keseluruhan. 4. Agropolitan mendorong wilayah pedesaan untuk membentuk satuansatuan usaha secara optimal melalui kebijakan sisten insentif ekonomi yang rasional. Tujuan
pengembangan
kawasan
Agropolitan
adalah
untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pembangunan wilayah dan peningkatan keterkaiatan desa dengan kota. Wujudnya yaitu dengan mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan (tidak merusak
lingkungan)
dan
terdesentralisasi
pemerintah daerah dan masyarakat).
(wewenang berada
pada
47
Pada wilayah Agropolitan, masyarakat diharapkan berperan aktif, sementara fungsi pemerintah adalah sebagai penyedia fasilitas (fasilitator) dengan fokus pemberdayaan (Deptan, 2003). Pemberdayaan yang dimaksud mengandung empat prinsip, yaitu: 1. Prinsip kerakyatan: pembangunan diutamakan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat banyak (bukan kesejahteraan individu maupun kelompok) berdasarkan keadilan. 2. Prinsip swadaya: bimbingan dan dukungan kemudahan (fasilitas) yang diberikan
harus
mampu
menumbuhkan
sikap
keswadayaan
dan
kemandirian (bukan menciptakan ketergantungan). 3. Prinsip kemitraan: para pelaku agribisnis diperlakukan sebagai mitra kerja pembangunan yang berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, sehingga dapat menjadikan mereka sebagai pelaku dan mitra kerja yang aktif dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan. 4. Prinsip bertahap dan berkelanjutan: pembangunan dilaksanakan sesuai dengan potensi dan kemampuan masyarakat setempat serta memperhatikan kelestarian lingkungan. Idealnya, Agropolitan dapat digambarkan sebagai kawasan yang memiliki karakteristik khusus (Deptan, 2002). Karakteristik khusus tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Sebagian besar kegiatan di kawasan Agropolitan adalah pertanian (agribisnis) yang sekaligus menjadi sumber pendapatan masyarakat, termasuk di dalamnya usaha agroindustri, perdagangan dan jasa pelayanan. 2. Hubungan antar kota dan daerah-daerah sekitarnya pada kawasan Agropolitan
bersifat
interdepensi,
dimana
kawasan
pertanian
mengembangkan usaha budidaya dan produk skala rumah tangga sedangkan kota menyediakan fasilitas seperti sarana, modal, teknologi, penampungan, pengolahan, dan pemasaran. 3. Kehidupan masyarakat di kawasan Agropolitan mirip dengan suasana kota, karena kondisi prasarana dan sarananya relatif tidak jauh berbeda dengan prasarana yang ada di kota.
48
4.1.2 Tujuan dan Sasaran Program Agropolitan Konsep Agropolitan ini ditawarkan dalam rangka memberdayakan masyarakat tani melalui penyediaan prasarana pembangunan sistem agrobisnis, industri kecil dan kerajinan rakyat serta pemanfaatan sumber daya alam secara holistik di perdesaan. Konsep ini sangat diyakini mampu mengurangi kemiskinan struktural, mendukung ketahanan pangan nasional, mendukung pertumbuhan ekonomi yang luas dan merata. Sebuah konsep dengan sasaran akhir tercapainya kawasan perdesaan yang mandiri, berwawasan lingkungan, selaras, serasi dan bersinergi dengan kawasan lainnya, dengan memperhatikan hak, asal-usul dan adat-istiadat desa melalui pembangunan yang holistik dan berkelanjutan. Pengembangan kawasan Agropolitan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pengembangan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan kota dengan mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan,
berkelanjutan
dan
terdesentralisasi.
Sedangkan
sasaran
pengembangan kawasan Agropolitan adalah untuk mengembangkan kawasan pertanian yang berpotensi menjadi kawasan Agropolitan, melalui: 1. Pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis 2. Penguatan kelembagaan petani dan pengembangan kelembagaan sistem agribisnis 3. Pengembangan kelembagaan Penyuluhan Pembangunan Terpadu 4. Pengembangan iklim yang kondusif bagi usaha dan investasi. 4.1.3 Inti Program Agropolitan Sesuai otonomi daerah, maka seluruh fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan) pengembangan kawasan Agropolitan dilakukan dan ditetapkan oleh masyarakat yang difasilitasi oleh pemerintah.
Pemerintah
memfasilitasi
gerakan
dan
partisipasi
aktif
masyarakat dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga. Fasilitasi oleh Pemerintah mencakup beberapa kegiatan yaitu: 1. Menyusun dan menyebarkan pedoman/petunjuk teknis/petunjuk praktis melakukan sosialisasi dan pelatihan
49
2. Membantu mewujudkan program masyarakat (jangka menengah/program tahunan) 3. Membantu melaksanakan identifikasi 4. Membantu melaksanakan program sesuai dengan program yang disusun masyarakat 5. Membantu memecahkan masalah 6. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan. Indikator keberhasilan program pengembangan kawasan Agropolitan, yang disesuaikan dengan kondisi daerah, dapat dilihat dari dampak dan output yang dihasilkan sebagai berikut: 1. Dampak: a. Pendapatan masyarakat meningkat minimal 5% b. Produktivitas meningkat minimal 5% c. Investasi masyarakat meningkat minimal 10% 2. Output: a. Program jangka panjang 70% dapat dilaksanakan b. 80% kelembagaan tani mampu menyusun usaha yang berorientasi pasar dan lingkungan c. Menyusun
perencanaan
partisipatif
dan
disetujui
bersama
pelaksanaannya d. Jaringan bisnis petani terbentuk dan aktif e. Tim penyuluh multi disiplin dan profesional terbentuk dan operasional f. 80% kontak tani/petani maju mampu menjadi tempat belajar bagi petani sekitarnya. Program pengembangan kawasan Agropolitan meliputi beberapa fase kegiatan yaitu: 1. Fase pengenalan: sosialisasi di tingkat Pusat, Propinsi, Kabupaten dan di Kawasan Agropolitan 2. Fase
persiapan:
pelatihan
dan
persiapan
(perencanaan
dan
pengorganisasian) 3. Fase penyusunan program: musyawarah desa/kawasan Agropolitan dengan output dari musyawarah yaitu Program kesepakatan (program masyarakat)
50
4. Fase pelaksanaan: pelaksanaan kegiatan sesuai program yang telah disepakati bersama. 4.1.4 Peranan Lintas Sektoral Dalam Pengembangan Agropolitan 1.
Departemen Pemukiman Prasarana Wilayah Aspek struktur sektoral kawasan secara teknis menjadi tanggung jawab dan di bawah pembinaan Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. Mengingat letak dan tempatnya di desa, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah melibatkan dua Direktorat Jenderal sekaligus yaitu Direktorat Jenderal Tata Perkotaan
dan
Tata
Perdesaan
serta
Direktorat
Jenderal
Sumberdaya Air. Sedangkan basis pertanian yang dijadikan andalan program ini, tentu melibatkan Departemen Pertanian. Pengembangan perdesaan melalui pendekatan agro based development perlu terus ditingkatkan karena diyakini dapat memperkokoh perekonomian bangsa Indonesia. Desa–desa yang ditumbuhkembangkan terutama yang mempunyai produk unggulan dan pandangan bahwa desa hanya sebagai pemasok hasil produksi pertanian perlu dihilangkan dengan didorong menjadi desa yang mampu menghasilkan bahan-bahan olahan (industri hasil pertanian) sehingga desa dapat menjadi kawasan pertumbuhan ekonomi baru. Kawasan perdesaan dikembangkan sebagai satu kesatuan pengembangan wilayah berdasarkan keterkaitan ekonomi antara desa–kota (Urban-rural
linkage) dan
hubungannya
bersifat
interdependensi yang dinamis. Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) atau sentra produksi pertanian masih kurang prasarana dan sarana produksi, pemasaran dan lingkungan perumahan serta permukiman. Dukungan
Departemen
Kimpraswil
adalah
dalam
aspek
produktivitas, pemasaran, lingkungan permukiman. Strategi yang diterapkan adalah strategi bantuan teknis dan dukungan Prasarana dan Sarana bidang Kimpraswil (PSK) yang meliputi: a. Persiapan master plan kawasan Agropolitan termasuk rencana prasarana dan sarana
51
b. Pemenuhan kebutuhan air baku (pertanian, peternakan dan tambak), jalan usahatani dan pergudangan c. Peningkatan nilai tambah dan pemasaran produk dalam kawasan (Pasar,TPI, terminal DPP) dan ke luar kawasan (Akses menuju jalan primer) d. Peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman (kebutuhan air bersih sanitasi, perbaikan perumahan, jalan lingkungan perumahan dan fasos serta fasum). 2. Departemen Dalam Negeri Dukungan
Depdagri
melalui
Direktorat
Jendral
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa terhadap pengembangan Kawasan Agropolitan tidak spesifik, namun dilakukan dengan Pembangunan Perdesaan yang menggunakan dua pendekatan yaitu: a. Pembangunan kawasan/wilayah (Spatial development), dan b. Pembangunan
perdesaan
sebagai
bagian
dari
pendekatan
pembangunan masyarakat 3. Departemen Pertanian. Pembangunan pertanian tahun 2000-2004 dilaksanakan melalui Program Pengembangan Agribisnis dan Peningkatan Ketahanan
Pangan
yang
bertujuan
menciptakan
peluang,
memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis dan peningkatan serta keberlanjutan ketahanan pangan sampai ke tingkat rumah tangga. Operasionalisasi pembangunan pertanian di kawasan dilakukan melalui pengembangan kawasan agribisnis yang ditetapkan sesuai keunggulan komoditas komersial (selain padi) di masing-masing daerah.
Pembangunan
agribisnis
yang
terintegrasi
dengan
pembangunan wilayah yang bersifat multidimensi perlu di dukung oleh keterlibatan secara penuh masyarakat tani, pengusaha dan pemerintah. Ditinjau dari sudut pandang sumberdaya manusia maka diperlukan upaya–upaya: a. Peningkatan kemampuan atau produktivitas sumberdaya manusia
52
b. Peningkatan
kemampuan
organisasi
ekonomi
masyarakat
kawasan c. Peningkatan iklim yang dapat mendorong berkembangnya agribisnis. Iklim yang dapat mendorong berkembangnya agribisnis yaitu: a. Perbaikan, penataan dan perluasan infrastruktur fisik (sistem irigasi, farm road, transportasi ke kawasan, sentra produksi dengan pusat-pusat pelayanan) b. Pengelolaan pasar output dan input c. Permukiman dan d. Pengelolaan
sumberdaya
alam
dan
lingkungan
yang
mempertahankan kelestariannya. Semua upaya-upaya tersebut perlu dilakukan secara koordinatif, sinergis dan berkelanjutan agar tercapai percepatan kawasan Agropolitan. 4.1.5 Kawasan Agroplitan Berbasis Agribisnis Tanaman Sayuran. Kawasan Agropolitan Kabupaten Cianjur adalah di Pacet yang luasnya 5.476 hektar yang terdiri dari areal pertanian 3.594 hektar dan 1.882 terdiri dari permukiman, jalan, sungai, dan hutan lindung. Jumlah penduduknya pada tahun 2000 adalah 169.731 jiwa dengan tingkat pertumbuhan 6,65 persen per tahun. Keadaan topografi kawasan adalah berbukit dan pegunungan dengan ketinggian 800-1400 mdpl, dengan iklim basah 9 bulan dan kering 3 bulan dengan suhu rata-rata 18-20 derajat Celcius. Mata pencaharian penduduk adalah 29.332 jiwa buruh lepas, 11.526 jiwa buruh tani, sisanya adalah PNS, ABRI, Pensiunan dan Karyawan perusahaan. Komoditas yang diusahakan adalah sayuran terutama wortel dan bawang daun yang didistribusikan ke Cipanas, Bogor dan Jakarta. Program–program
pengembangan
kawasan
Agropolitan
yang
dilaksanakan adalah: 1. Pengembangan sistem usaha Agribisnis hulu, Usaha tani, pengolahan hasil, pemasaran hasil dan jasa penunjang
53
2. Pengembangan sarana–prasarana kawasan, SDM, permodalan, kelembagaan dan usaha tani 3. Melaksanakan pekerjaan non fisik dan fisik pembangunan Prasarana-Sarana Kimpraswil. 4.1.6 Hasil-hasil Program Pengembangan Kawasan Agropolitan 1. Sumbangan terhadap Perekenomian Nasional Berdasarkan
Produk
Domestik
Bruto
(PDB)
riil,
perekonomian agregat baru pulih pada tahun 2003, sedangkan subsektor pertanian pangan telah pulih sejak tahun 1999 ke level sebelum krisis, subsektor perkebunan tidak pernah mengalami kontraksi, subsektor peternakan pulih tahun 2002. Kepulihan pertumbuhan rata-rata subsektor perkebunan dan pertanian pangan, laju pertumbuhannya jauh lebih tinggi dari periode sebelum krisis. Laju pertumbuhan subsektor tanaman pangan meningkat dari 0,13 persen sebelum krisis, periode 1993–1997, menjadi 0,52 persen pada periode 2000-2003, subsektor perkebunan meningkat dari 4,3 persen sebelum krisis, menjadi 5,02 persen, sementara laju pertumbuhan subsektor peternakan masih belum pulih ke level sebelum krisis. Dibanding sebelum krisis, selama periode 2000-2003, hampir semua produksi komoditas pertanian mengalami peningkatan, kemiskinan di pedesaan menurun konsisten, kesejahteraan petani meningkat, ketahahan pangan semakin mantap, kesempatan kerja sektor pertanian meningkat dan sumbangan sektor pertanian terhadap penerimaan devisa bertambah. Program Pengembangan Kawasan Agropolitan telah memberikan sumbangan yang cukup berarti sehingga sejak tahun 2003 Indonesia telah berada pada fase percepatan pertumbuhan menuju pertumbuhan berkelanjutan. 2. Sumbangan Terhadap Perekonomian Perdesaan. Program Pengembangan Kawasan Agropolitan telah meningkatkan kinerja perekonomian perdesaan terlihat dari beberapa indikator sebagai berikut:
54
a. Diterapkannya teknologi tepat guna/teknologi baru dapat meningkatkan hasil, misalnya: bokashi, pertanian organik, penggunaan varietas unggul dan lainnya. b. Dilakukannya kegiatan bimbingan pengolahan hasil pertanian mendorong industrialisasi perdesaan. c. Banyaknya
kegiatan
pembangunan
fisik
menyebabkan
terbukanya lapangan kerja baru. d. Tersedia
dan
berfungsinya
sarana
-
prasarana
dasar
menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas ekonomi , misalnya: 1) Balai Penyuluhan Pertanian, Kantor Koperasi, Pasar/sub terminal agribisnis yang 2) melakukan aktivitas setiap hari sehingga memungkinkan terlayaninya kebutuhan petani. 3) Jalan yang tersedia, baik farm road ataupun jalan menuju pusat pertumbuhan 4) memungkinkan terjadinya transportasi input, alat-alat pertanian
dan
produk-produk
pertanian,
sehingga
meningkatkan pendapatan petani karena transportation cost berkurang 5) Berkembangnya agrowisata/ekowisata 6) Meningkatnya peran serta petani dalam investasi usaha menyebabkan terhimpunnya modal usaha diantara petani dan kelompok tani disamping terjalinnya kemitraan antara petani dengan pengusaha dan koperasi. 4.1.7 Aspek Hukum Pengembangan Kawasan Agropolitan Pasal 48 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 secara tegas pemerintah
telah
mengatur
adanya
pengembangan
kawasan
Agropolitan sebagai bagian dari penataan ruang wilayah yang berfungsi sebagai upaya pemberdayaan masyarakat pedesaan. Undang-Undang tersebut juga menjelaskan mengenai hirarki perencanaan penataan ruang wilayah pedesaan sebagai kawasan
55
Agropolitan. Dalam upaya pengembangan kawasan Agropolitan diperlukan adanya landasan hukum yang kuat. Demikian diatur dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 yang menyebutkan bahwa harus ada peraturan-peraturan yang menyangkut masalah pengembangan wilayah Agropolitan pada tingkat provinsi dan tingkat Kabupaten/Kota yang menjadi lokasi pengembangan kawasan Agropolitan. 4.1.8 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Agropolitan. 1. Kebijakan Pengembangan a. Kebijakan pengembangan kawasan Agropolitan berorientasi pada kekuatan pasar (market driven), melalui pemberdayaan masyarakat
yang
tidak
saja
diarahkan
pada
upaya
pengembangan usaha budidaya (on-farm) tetapi juga meliputi pengembangan agribisnis hulu (penyediaan sarana pertanian) dan agribisnis hilir (processing dan pemasaran) dan jasa-jasa pendukungnya. b. Memberikan kemudahan melalui penyediaan prasarana dan sarana yang dapat mendukung pengembangan agribisnis dalam suatu kesisteman yang utuh dan menyeluruh, mulai dari subsistem budidaya (on-farm), subsistem agribisnis hulu, hilir, dan jasa penunjang. c. Agar terjadi sinergi daya pengembangan tenaga kerja, komoditi yang akan dikembangkan hendaknya yang bersifat export base bukan row base, dengan demikian hendaknya konsep
pengembangan
kawasan
Agropolitan
mencakup
agrobisnis, agroprocessing dan agroindustri. d. Diarahkan pada consumer oriented melalui sistem keterkaitan desa dan kota (urban-rural linkage). 2. Strategi Pengembangan a. Penyusunan master plan pengembangan kawasan Agropolitan yang akan menjadi acuan masing-masing wilayah/ propinsi. Penyusunan
dilakukan
oleh
Pemerintah
Daerah
dan
56
masyarakat sehingga program yang disusun lebih akomodatif. Disusun dalam jangka panjang (10 tahun), jangka menengah (5 tahun) dan jangka pendek (1-3 tahun) yang bersifat rintisan dan stimultans. Dalam program jangka pendek setidaknya terdapat out line plan, metriks kegiatan lintas sektor, penanggung jawab kegiatan dan rencana pembiayaan. b. Penetapan Lokasi Agropolitan: kegiatannya dimulai dari usulan penetapan Kabupaten oleh Pemerintah Propinsi, untuk selanjutnya oleh Pemerintah Kabupaten mengusulkan kawasan Agropolitan dengan terlebih dahulu melakukan identifikasi potensi dan masalah untuk mengetahui kondisi dan potensi lokasi (komoditas unggulan), antara lain: Potensi SDA, SDM, Kelembagaan, Iklim, kondisi PSD, dan sebagainya, serta terkait dengan sistem permukiman nasional, propinsi, dan kabupaten. c. Sosialisasi Program Agropolitan: dilakukan kepada seluruh stakeholder yang terkait dengan pengembangan program Agropolitan baik di Pusat maupun di Daerah, sehingga pengembangan program Agropolitan dapat lebih terpadu dan terintegrasi. 4.2. Gambaran Umum Kabupaten Cianjur Cianjur salah satu kabupaten di wilayah Propinsi Jawa Barat yang berpenduduk 1.931.480 jiwa. Terdiri dari laki-laki sebanyak 982.164 jiwa dan perempuan 949.676 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,48 persen. Luas wilayah 350.148 hektar, terdiri dari 30 Kecamatan, 342 Desa dan 6 Kelurahan. Kabupaten Cianjur dikelilingi oleh 5 Kabupaten yang memiliki pantai sepanjang 75 Kilometer. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Purwakarta, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Garut, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Kabupaten Cianjur beriklim tropis dengan curah hujan per tahun ratarata 1.000 sampai 4.000 milimeter dan jumlah hari hujan rata-rata 150 pertahun. Iklim tropis tersebut menjadikan kondisi alam Kabupaten Cianjur
57
subur dan mengandung keanekaragaman kekayaan sumber daya alam yang potensial sebagai modal dasar pembangunan dan potensi investasi yang menjanjikan. Lahan-lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan dan perkebunan merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat. Keadaan itu ditunjang dengan banyaknya sungai besar dan kecil yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya pengairan tanaman pertanian. Luas wilayah Kabupaten Cianjur 350.148 hektar, pemanfaatannya meliputi 83.034 hektar (23,71 persen) berupa hutan produktif dan konservasi, 58.101 hektar (16,59 persen) berupa tanah pertanian lahan basah, 97.227 hektar (27,76 persen) berupa lahan pertanian kering dan tegalan, 57.735 hektar (16,49 persen) berupa tanah perkebunan, 3.500 hektar (0,10 persen) berupa tanah dan penggembalaan/pekarangan, 1.239 hektar (0,035 persen) berupa tambak/kolam, 25.261 hektar (7,20 persen) berupa pemukiman/pekarangan dan 22.483 hektar (6,42 persen) berupa penggunaan lain-lain. Lapangan atau pekerjaan penduduk Kabupaten Cianjur di sektor pertanian
yaitu sekitar 62,99 persen.
Sektor pertanian merupakan
penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu sekitar 42,80 persen. Sektor lainnya yang cukup banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan dan jasa yaitu sekitar 14,60 persen. Salah satu komoditas Kabupaten Cianjur adalah beras. Beras Pandan Wangi yaitu beras asli Cianjur merupakan beras terbaik yang tidak ditemukan di daerah lain dan menjadi trademark Cianjur dari masa ke masa. Di Kabupaten Cianjur sendiri, pesawahan yang menghasilkan beras asli Cianjur ini hanya di sekitar Kecamatan Warungkondang, Cugenang dan sebagian Kecamatan Cianjur. Luasnya sekitar 10.392 hektar atau 10,30 persen dari luas lahan persawahan di Kabupaten Cianjur. Produksi rata-rata per-hektar 6,3 ton dan produksi per-tahun 65.089 ton. Di daerah Cipanas, Kecamatan Pacet sekitar 80 kilometer dari Jakarta atau 20 kilometer dari Kota Cianjur, selain dikenal sebagai kawasan wisata pegunungan, juga merupakan daerah penghasil sayuran. Kawasan sayuran ini kini dikembangkan menjadi Kawasan Agropolitan hortikultura. Hasil produksi Kabupaten Cianjur, khususnya di sektor pertanian mudah
58
dipasarkan. Hal ini selain karena produksi pertanian merupakan kebutuhan rutin sehari-hari, juga didukung oleh kemudahan-kemudahan pemasaran mengingat lokasi Cianjur berada di lintasan jalur ekonomi regional Jawa Barat. Daerah Kecamatan Pacet sebagai primadona Pariwisata Cianjur memiliki obyek-obyek wisata yang menarik antara lain obyek wisata Pendakian Gunung Gede, Kebun Raya Cibodas, Taman Mandala Kitri untuk kegiatan Pramuka dan Remaja, Kota Bunga serta Taman Bunga Nusantara. Kabupaten Cianjur juga memiliki jenis khas fauna yaitu Ayam Pelung. Kekhasan ayam pelung adalah suara kokoknya yang mengalun panjang dan merdu. Secara genetika, kelebihan Ayam Pelung ini selain tubuhnya yang relatif besar dan bulunya gemerlap, juga kokok suaranya yang mengalun panjang. Di Cianjur terdapat dua peternakan dan pembibitan Ayam Pelung yang cukup besar yakni Kecamatan Warungkondang dan di Bojongherang. 4.3. Karakteristik Responden Petani penggarap lahan di kawasan Agropolitan Cianjur yang dapat menjadi responden dalam penelitian ini sebelumnya dilakukan seleksi dengan cara ditanya secara langsung apakah sudah bekerja di Agropolitan Cianjur selama tiga tahun. Berdasarkan hasil kuesioner yang telah disebarkan selama penelitian, maka identitas responden yang didapatkan meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan hidup, dan usaha sampingannya. 1. Jenis Kelamin Data pada Tabel 6 menjelaskan bahwa responden berjenis kelamin pria sebanyak 133 orang. Responden didominasi pria disebabkan pekerjaan di bidang
pertanian
lebih
banyak
menggunakan
tenaga
dibanding
keterampilan. 2. Usia Data pada Tabel 6 memperlihatkan bahwa usia petani pada rentang 31-50 tahun merupakan yang paling banyak yaitu 55,64 persen (74 orang) dan usia kurang dari 20 tahun merupakan yang paling sedikit yaitu 3,01 persen (4 orang). Hal ini dikarenakan usia produktif seseorang berada pada rentang 31 – 50 tahun dan pada rentang usia tersebut memiliki tenaga maksimal untuk bekerja di bidang pertanian.
59
Tabel 6. Karakteristik responden Karakteristik Laki-laki < 20 20 – 30 31 – 50 > 50 Tingkat pendidikan SD SMP SMA Jumlah tangungan ≤ 3 hidup >3 Usaha sampingan Berjualan Jasa angkutan (ojek) Kuli bangunan Penjaga villa Pemandu wisata Aparat desa Peternak Tidak ada usaha sampingan Jenis kelamin Usia
Jumlah 133 4 35 74 20 122 6 5 76 57 52 7 6 4 3 3 2 56
Persentase (%) 95 3,01 26,31 55,64 15,04 91,73 4,51 3,80 57,14 42,86 39,09 5,26 4,51 3,01 2,25 2,25 1,50 42,10
3. Tingkat Pendidikan Data pada Tabel 6 menjelaskan bahwa responden dengan tingkat pendidikan SD adalah yang terbesar, yaitu sebesar 91,73 persen (122 orang). Pengelola Agropolitan membutuhkan petani yang mampu bekerja keras dan giat. Secara tidak langsung, kemampuan fisik lebih dibutuhkan dibanding kemampuan intelektual. 4. Jumlah Tanggungan Hidup Data pada Tabel 6 menjelaskan sebanyak 57,14 persen (76 orang, namun 14 orang di antaranya belum menikah) dari total responden yang telah berkeluarga, responden memiliki tanggungan hidup kurang dari tiga orang. Banyaknya responden yang menerapkan program Keluarga Berencana, dilandasi alasan minimnya pendapatan dari profesi petani. 5. Usaha Sampingan Beberapa responden memiliki usaha sampingannya selain sebagai petani. Hal ini dilakukan untuk mencukupi kebutuhan hidup responden. Data pada Tabel 6 menjelaskan bahwa menjadi pedagang sayuran merupakan alternatif usaha sampingan yang banyak dipilih oleh sebagian petani di kawasan Agropolitan Pacet. Sebanyak 39,09 persen (52 petani) menjadi petani yang menjual sayuran hasil panen. Alternatif ini banyak dipilih sebagai usaha sampingan dikarenakan pendapatan yang dihasilkan
60
dari usaha sampingan ini mampu melebihi pendapatan yang dihasilkan dari profesi sebagai petani. 4.4. Kompensasi Langsung Penilaian petani terhadap kompensasi langsung yang diberlakukan di Kawasan Agropolitan Pacet, Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Perspektif petani terhadap kompensasi langsung Cluster
Pernyataan
Kompensasi Langsung Saya menerima kompensasi dalam bentuk uang tunai tiap bulan (tiap habis panen) Upah yang saya terima sangat K1 berarti bagi saya Upah yang saya terima sudah mencukupi kebutuhan hidup saya Besarnya upah yang saya terima sesuai dengan keahlian yang saya miliki Besarnya upah yang saya terima sesuai dengan tingkat pendidikan K2 Besarnya upah yang saya terima sesuai dengan jabatan/golongan saya saat ini Besarnya upah yang saya terima sesuai dengan lama kerja Upah yang saya terima sesuai dengan upah minimum Kabupaten Cianjur Upah yang saya terima sebanding dengan organisasi lain bergerak di bidang yang K3 sama Pembagian upah dilakukan secara adil Upah yang saya terima mampu meningkatkan semangat saya dalam bekerja
Sangat tidak setuju
Tidak setuju
Cukup setuju
Setuju
Sangat setuju
-
1
-
83
49
4,3
-
1
2
126
4
4
1
19
1
106
6
3,7
-
2
-
129
2
3,98
-
3
-
129
1
3,96
-
1
8
122
2
3,94
-
8
43
80
2
3,57
1
67
47
17
1
2,62
2
114
15
2
-
2,13
-
4
11
118
-
3,86
-
-
-
59
74
4,55
Nilai rataan
Nilai rataan
3,69
Persepsi petani terhadap kompensasi langsung yang digunakan dalam penelitian ini meliputi cluster kelayakan upah (penerimaan kompensasi dalam bentuk tunai setiap musim panen, upah yang diterima sangat berarti, upah mencukupi kebutuhan hidup), cluster upah sesuai kompetensi (upah sesuai dengan keahlian yang dimiliki, upah sesuai dengan tingkat pendidikan, upah sesuai dengan jabatan/golongan, upah sesuai dengan lama kerja), cluster
61
keadilan upah (upah sesuai dengan UMR Kabupaten Cianjur, upah setara dengan perusahaan yang bergerak pada bidang yang sejenis, pembagian upah secara adil, serta upah mampu meningkatkan semangat kerja). Persepsi sebagian besar (78,94%) petani menyetujui bahwa upah yang diberikan selama ini sudah layak. Kelayakan pemberian upah ini dilihat dari penerimaan kompensasi dalam bentuk uang tunai tiap bulan/tiap panen dan upah yang diberikan juga telah mencukupi kebutuhan hidup petani. Persepsi sebagian besar (86,47%) petani menyetujui bahwa upah yang diberikan selama ini berdasarkan kompetensi. Kompetensi ini dilihat dari keahlian yang dimiliki, tingkat pendidikan, jabatan/golongan, dan lama kerja selama bekerja di kawasan Agropolitan. Persepsi sebagian besar petani (25%) tidak menyetujui bahwa keadilan upah telah diterapkan dalam pemberian upah. Parameter keadilan upah adalah besarnya upah belum sesuai dengan UMR Kabupaten Cianjur dan upah tidak setara dengan perusahaan lain yang bergerak di bidang yang sejenis. 4.5. Kompensasi Tidak Langsung Penilaian
petani
terhadap
kompensasi
tidak
langsung
yang
diberlakukan di Kawasan Agropolitan Pacet, Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Tabel 8. Persepsi petani terhadap kompensasi tidak langsung yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jaminan keamanan/keselamatan kerja,
perhatian
akan
kesejahteraan
kesehatan/pendidikan/simpan-pinjam,
kerja,
pemberian
penyediaan fasilitas
layanan penunjang
kehidupan, upah yang diberikan semakin banyak apabila panen semakin banyak, penerimaan bonus apabila panen lebih cepat dari waktu yang ditargetkan, penerimaan bonus apabila mampu pekerjaan tepat waktu dengan hasil yang baik, bonus mampu memotivasi, bonus yang diterima jumlahnya sama dengan yang diterima oleh rekan kerja, dan bersedia meningkatkan produktivitas untuk mendapatkan bonus. Persepsi sebagian besar petani (77,22%) tidak menyetujui bahwa pengelola telah memperhatikan fasilitas penunjang kesejahteraan. Fasilitas penunjang kesejahteraan yang diharapkan oleh petani adalah adanya jaminan
62
keselamatan kerja, penyediaan layanan kesehatan, pendidikan serta simpanpinjam. Tabel 8. Perspektif petani terhadap kompensasi tidak langsung Cluster
Pernyataan
Kompensasi Tidak Langsung Pengurus Agropolitan menjamin keamanan/keselamatan kerja selama saya bekerja di sini Pengurus Agropolitan memperhatikan kesejahteraan kerja selama saya bekerja di sini Pengurus Agropolitan K4 menyediakan pelayanan kesehatan / pendidikan / simpan-pinjam dana kepada saya selama saya bekerja di sini Saya mendapatkan fasilitas penunjang kehidupan dari pengelola (rumah, kendaraan, dll) Semakin banyak hasil panen, maka semakin banyak upah yang saya terima (piecework) Apabila hasil panen melebihi target, maka saya akan K5 menerima bonus/uang tambahan Apabila waktu panen lebih cepat dari waktu yang telah ditentukan, maka saya akan menerima bonus/uang tambahan Apabila saya mampu menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktu dan hasil yang baik, maka saya akan mendapatkan bonus/uang tambahan Uang tambahan yang diberikan memotivasi saya untuk bekerja K6 lebih baik (bonus) Uang tambahan yang saya terima sama besarnya dengan rekan kerja saya Saya bekerja dengan giat untuk mendapatkan uang tambahan tersebut
Sangat tidak setuju
Tidak setuju
Cukup setuju
Setuju
Sangat setuju
Nilai rataan
-
126
-
7
-
2,10
-
28
29
69
7
3,41
-
130
2
1
-
2,03
-
130
1
2
-
2,04
-
79
10
43
1
2,74
-
79
10
43
1
2,74
-
79
14
39
1
2,71
-
78
20
34
1
2,68
-
1
-
125
7
4,04
-
128
-
5
-
2,07
-
1
1
127
4
4,01 2,78
Persepsi sebagian besar (59,40%) petani tidak menyetujui bahwa upah yang diberikan terkait dengan jumlah panen. Petani tidak merasakan bahwa bonus yang diberikan berdasarkan hasil panen, target pengelola yang berhasil dilampaui dan masa panen yang lebih cepat dari yang ditargetkan. Persepsi sebagian besar (39,10%) petani tidak menyetujui bahwa pengelola telah membuat kebijakan pemberian bonus dengan baik. Bonus
63
diberikan jika petani dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dan hasil yang baik, namun besarnya tidak sama antar petani. 4.6. Lama Kerja Penilaian petani terhadap lama kerja yang mampu mempengaruhi produktivitas Kawasan Agropolitan Pacet, Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Perspektif petani terhadap lama kerja Cluster
Pernyataan
Lama kerja Semakin lama saya bekerja di sini, saya makin P1 memahami seluk-beluk pekerjaan saya Semakin lama saya bekerja di sini, makin sedikit waktu P2 yang saya butuhkan untuk mengerjakan suatu bagian pekerjaan Semakin lama saya bekerja di sini, semakin banyak P3 pengalaman yang saya dapat tentang pekerjaan saya
Tidak setuju
Cukup setuju
Setuju
Sangat Setuju
-
-
1
124
8
4,05
-
-
-
125
5
4,04
-
-
-
94
39
4,29
Nilai rataan
Persepsi petani
Nilai rataan
Sangat tidak setuju
3.09
terhadap lama kerja meliputi semakin memahami
seluk-beluk pekerjaan jika semakin lama bekerja di kawasan Agropolitan Pacet, semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk melakukan suatu pekerjaan jika semakin lama bekerja di kawasan Agropolitan Pacet dan semakin banyak pengalaman jika semakin lama bekerja di kawasan Agropolitan Pacet. Persepsi petani terhadap pemahaman seluk-beluk pekerjaan jika semakin lama bekerja di kawasan Agropolitan Pacet bahwa secara keseluruhan petani menyatakan setuju (93,23%). Hal ini dikarenakan apabila petani menggeluti suatu pekerjaan dalam waktu yang cukup lama, maka akan memahami hingga ke detail pekerjaan tersebut. Persepsi petani terhadap pengurangan waktu dalam pengerjaan suatu pekerjaan jika semakin lama bekerja di kawasan Agropolitan Pacet secara keseluruhan petani menyatakan setuju (93,98%). Hal ini dikarenakan apabila
64
petani secara rutin melakukan suatu pekerjaan, maka akan terbiasa mengerjakan pekerjaan tersebut hingga waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut akan berkurang. Persepsi petani terhadap penambahan pengalaman jika semakin lama bekerja di kawasan Agropolitan Pacet bahwa secara keseluruhan petani menyatakan setuju (70,67%). Hal ini dikarenakan apabila petani telah lama bekerja di kawasan Agropolitan Pacet, maka akan mendapatkan banyak pengalaman serta pengetahuan di bidang pertanian terutama tentang bidang yang mereka kerjakan selama di kawasan Agropolitan Pacet. 4.7. Perilaku kerja Penilaian petani terhadap perilaku kerja yang mampu mempengaruhi produktivitas Kawasan Agropolitan Pacet, Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Perspektif petani terhadap perilaku kerja Cluster
Pernyataan
Perilaku Kerja Saya bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mencapai target perusahaan Saya selalu berusaha menemukan jalan keluar jika saya menemui masalah dalam mengerjakan pekerjaan saya P4 Hasil pekerjaan saya selalu mencapai target yang telah ditentukan Saya selalu mampu menampilkan hasil kerja yang baik dan tidak melakukan kesalahan Saya tidak segan untuk bertanya kepada rekan kerja jika ada pekerjaan yang tidak mampu saya kerjakan Saya menggunakan waktu istirahat untuk mempercepat penyelesaian pekerjaan P5 Saya mengetahui strategi untuk mencapai target perusahaan Saya menerapkan ide kreatif dalam menyelesaikan pekerjaan
Nilai rataan
Sangat tidak setuju
Tidak setuju
Cukup setuju
Setuju
Sangat setuju
-
2
6
123
2
3,94
-
-
-
126
7
4,05
-
10
118
5
-
2,96
-
6
120
7
-
3,01
-
9
61
25
38
3,69
1
112
16
2
2
2,19
-
4
9
116
4
3,90
-
3
7
119
4
3,93
Nilai rataan
3,46
65
Persepsi petani yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kesungguhan mencapai target Agropolitan, berusaha menemukan jalan keluar apabila menemukan masalah, hasil pekerjaan selau mencapai target yang ditentukan, menampilkan hasil yang baik dan tidak melakukan kesalahan, tidak segan bertanya pada rekan apabila menemukan masalah, menggunakan waktu istirahat untuk mempercepat pekerjaan, mengetahui strategi untuk mencapai target perusahaan, dan
menggunakan ide kreatif dalam
menyelesaikan masalah. Persepsi sebagian besar petani (91,54%) menyetujui bahwa perilaku kerja mereka selama ini sudah sesuai dengan target. Perilaku kerja yang dilakukan selama ini antara lain: bekerja dengan sungguh-sungguh, mencari solusi jika menemukan masalah, hasil pekerjaan sesuai dengan target yang ditentukan, dan mampu menampilkan hasil kerja yang baik serta tidak melakukan kesalahan fatal. Persepsi sebagian besar petani (66,73%) menyetujui bahwa selama bekerja di kawasan Agropolitan telah menerapkan kreatifitas kerja. Namun, responden tidak menyetujui penggunaan waktu istirahat untuk mempercepat penyelesaian pekerjaan, karena sebagian besar responden memiliki usaha sampingan selain pekerjaan pokoknya sebagai petani. 4.8. Tanggung jawab Penilaian petani terhadap lama kerja yang mampu mempengaruhi produktivitas Kawasan Agropolitan Pacet, Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Tabel 11. Persepsi petani terhadap perilaku kerja yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tanggung jawab terhadap tugas yang diemban, tanggung jawab atas kelangsungan hidup kawasan Agropolitan, mematuhi aturan kerja yang telah dibuat oleh pengelola Agropolitan, tugas dan tanggung jawab yang diberikan sesuai dengan kemampuan, pekerjaan sesuai dengan minat dan kemampuan yang dimiliki, memahami prosedur dan pembagian
kerja,
berusaha
mempelajari
hal
baru,
mengikuti
pendidikan/penyuluhan/pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja dan bersedia meningkatkan produktivitasn jika upah ditingkatkan.
66
Tabel 11. Perspektif responden terhadap tanggung jawab No
Pernyataan
Sangat tidak setuju
Tanggung Jawab Saya bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang saya emban saat ini P6 Saya turut bertanggung jawab atas kelangsungan hidup Agropolitan Saya sudah mematuhi aturan kerja yang telah ditetapkan oleh pengelola P7 Tugas dan tanggung jawab yang diberikan sesuai dengan kemampuan saya Pekerjaan yang saat ini saya kerjakan sesuai dengan minat dan kemampuan yang saya miliki P8 Saya memahami prosedur dan pembagian pekerjaan (untuk pekerjaan yang saya lakukan saat ini) saya selalu berusaha mempelajari hal baru yang belum saya ketahui yang berkaitan dengan pekerjaan saya Pengelola sering mengadakan pendidikan/penyuluhan/pelatihan P9 untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja Saya bersedia meningkatkan produktivitas (bekerja lebih sungguhsungguh) jika upah kerja saya dinaikan Nilai rataan
Nilai rataan
Tidak setuju
Cukup setuju
Setuju
Sangat setuju
-
-
110
23
4,17
-
28
59
46
4,13
3
36
87
7
3,74
-
-
131
2
4,01
-
1
129
3
4,01
-
3
127
3
4
1
1
129
2
4
60
20
25
28
3,16
-
-
46
87
4,65 3,98
Persepsi petani menyetujui bahwa selama bekerja di kawasan Agropolitan telah bertanggung jawab atas tugas yang diberikan dan bertanggung jawab atas kelangsungan hidup kawasan Agropolitan. Persepsi petani menyetujui bahwa selama bekerja di kawasan Agropolitan telah mematuhi aturan kerja yang diberlakukan oleh pengelola Agropolitan dan memberikan tugas serta tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan petani. Persepsi petani menyetujui bahwa dilakukan pembagian bidang kerja yang sesuai. Kesesuaian yang dimaksud adalah pembagian kerja berdasarkan minat dan kemampuan yang dimiliki. Persepsi sebagian besar petani (88,53%) menyetujui bahwa selama bekerja di kawasan Agropolitan, responden mempunyai semangat untuk mempelajari hal baru. Namun, semangat tersebut tidak didukung dengan pelatihan, pendidikan, serta penyuluhan yang diadakan oleh pengelola Agropolitan.
67
4.9. Pengaruh kompensasi terhadap produktivitas Berdasarkan hasil pengolahan data dengan bantuan software smartPLS,
diperoleh
suatu
model
yang
menggambarkan
pengaruh
kompensasi langsung terhadap produktivitas seperti pada Gambar 7. Indikator yang memiliki nilai loading di bawah 0,50 harus dieliminasi dan model diestimasi kembali (reestimasi). Hasil perhitungan yang menampilkan nilai loading factor dapat dilihat pada Lampiran 3. Reestimasi dilakukan dengan cara mengeliminasi pada indikator: 1. Peubah laten bebas kompensasi yaitu cluster kelayakan upah (penerimaan kompensasi dalam bentuk tunai setiap musim panen, upah yang diterima sangat berarti, upah mencukupi kebutuhan hidup), cluster keadilan upah (upah sebanding dengan perusahaan lain yang sebidang, pembagian upah dilakukan secara adil, upah meningkatkan semangat dalam bekerja), cluster fasilitas kesejahteraan (jaminan keamanan/keselamatan kerja, adanya perhatian akan kesejahteraan kerja, adanya penyediaan layanan kesehatan/pendidikan/simpan-pinjam,
pemberian
fasilitas
penunjang
kehidupan), cluster upah terkait panen (bonus yang didapatkan semakin banyak apabila jumlah panennya semakin banyak, mendapatkan bonus jika panen lebih dari target, mendapatkan bonus jika waktu panen lebih cepat), cluster bonus (mendapatkan bonus jika mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu, bonus mampu memotivasi untuk bekerja lebih baik, bonus yang diterima jumlahnya sama dengan yang diterima oleh rekan kerja, bersedia meningkatkan produktivitas untuk mendapatkan bonus). 2. Peubah laten tak bebas produktivitas yaitu semakin lama bekerja di kawasan Agropolitan Pacet maka semakin banyak pengalaman, cluster perilaku kerja sesuai target (kesungguhan mencapai target Agropolitan, berusaha menemukan jalan keluar apabila menemukan masalah, hasil pekerjaan selau mencapai target yang ditentukan, selalu menampilkan hasil kerja yang baik dan tidak melakukan kesalahan), cluster kreativitas kerja (tidak segan bertanya pada rekan apabila menemukan masalah, menggunakan waktu istirahat untuk mempercepat pekerjaan, mengetahui
68
strategi untuk mencapai target perusahaan, dan menggunakan ide kreatif dalam menyelesaikan masalah), cluster tanggung jawab (bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang dikerjakan dan ber tanggung jawab terhadap kelangsungan hidup Agropolitan), cluster standard oprasional dan prosedur dalam bekerja (memenuhi aturan kerja yang telah ditetapkan oleh pengelola Agropolitan, tugas dan tanggung jawab yang diberikan sesuai dengan kemampuan), cluster kesesuaian bidang kerja (pekerjaan yang diberikan sesuai dengan minat dan kemampuan, memahami prosedur dan pembagian kerja), keinginan mempelajari hal baru (mempelajari hal baru yang
berkaitan
dengan
pekerjaan
yang
diemban,
mengikuti
pendidikan/penyuluhan/pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
tenaga
kerja,
kenaikan
upah
akan
meningkatkan
produktivitas).
Gambar 7. Model struktural pengaruh kompensasi terhadap produktivitas secara keseluruhan (sebelum dimodifikasi) Gambar 8 menunjukkan model yang telah diestimasi kembali, diperoleh nilai R-square yang menunjukkan pengaruh peubah laten bebas terhadap peubah laten tak bebas. Model pengaruh kompensasi terhadap produktivitas memberikan nilai R-square sebesar 0,1425. Hasil tersebut dapat diinterpretasikan bahwa variabilitas konstruk produktivitas sebesar 14,25 persen, sedangkan 85,75 persen untuk konstruk produktivitas dijelaskan oleh variabel lain diluar yang diteliti.
69
Gambar 8. Model struktural pengaruh kompensasi terhadap produktivitas secara keseluruhan (sesudah dimodifikasi) Besarnya koefisien parameter kompensasi terhadap produktivitas -0,3775. Angka tersebut menunjukkan adanya pengaruh positif kompensasi terhadap produktivitas. Semakin tinggi kompensasi yang diberikan, maka semakin tinggi pula produktivitasnya. Pada tabel nilai AVE yang tertera pada Lampiran 4, dapat disimpulkan bahwa nilai akar AVE dari konstruk produktivitas lebih tinggi daripada korelasi antara kompensasi dengan produktivitas. Jadi semua konstruk dalam model yang diestimasi memenuhi kritria discriminant validity. Nilai AVE dari konstruk produktivitas lebih besar dari 0,50 dan hal tersebut menunjukkan bahwa konstruk tersebut valid. Tabel 12. Nilai koefisien parameter dan t-hitung konstruk kompensasi Konstruk Kompensasi terhadap produktivitas
Koefisien parameter
Nilai t hitung
Keterangan Berpengaruh secara positif namun tidak signifikan
0,377
1,552 < 1,96
Konstruk
Alpha cronbach
Composite reliability
Keterangan
Produktivitas
0,761 > 0,70
0,816 > 0,70
Konstruk memiliki reliabilitas yang baik
Nilai koefisien parameter dan t-hitung menunjukkan apa dan berapa besar pengaruh kompensasi langsung terhadap produktivitas. Tabel 12 memperlihatkan bahwa kompensasi berpengaruh secara positif terhadap produktivitas sebesar 37,7 persen. Pemberian upah berdasarkan kompetensi sangat berpengaruh pada kompensasi. Ketika kompensasi dinaikan maka produktivitas akan
70
meningkat. Peningkatan produktivitas terutama pada pemenuhan aturan kerja yang telah ditetapkan pengelola Agropolitan dan pemberian tugas serta tanggung jawab sesuai dengan kemampuan. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 5. 4.9.1 Pengaruh kompensasi langsung terhadap produktivitas Berdasarkan hasil pengolahan data dengan bantuan software smartPLS, diperoleh suatu model yang menggambarkan pengaruh kompensasi langsung terhadap produktivitas seperti pada Gambar 9. Indikator yang memiliki nilai loading di bawah 0,50 harus dieliminasi dan mereestimasi model. Hasil perhitungan yang menampilkan nilai loading factor dapat dilihat pada Lampiran 6. Reestimasi dilakukan dengan cara mengeliminasi pada indikator: 1. Peubah laten bebas kompensasi langsung yaitu cluster kelayakan upah (penerimaan kompensasi dalam bentuk tunai setiap musim panen, upah yang diterima sangat berarti, upah mencukupi kebutuhan hidup) dan cluster keadilan upah (upah sebanding dengan perusahaan lain yang sebidang, pembagian upah dilakukan secara adil, upah meningkatkan semangat dalam bekerja).
Gambar 9. Model struktural pengaruh kompensasi langsung terhadap produktivitas (sebelum dimodifikasi)
71
2. Peubah laten tak bebas lama kerja yaitu semakin lama bekerja maka akan semakin memahami seluk-beluk pekerjaan. 3. Peubah laten tak bebas tanggung jawab yaitu cluster tanggung jawab (bertanggung jawab atas pekerjaan yang dikerjakan dan bertanggung jawab atas kelangsungan hidup Agropolitan).
Gambar 10. Model struktural pengaruh kompensasi langsung terhadap produktivitas sesudah dimodifikasi Gambar 10 menunjukkan model yang telah diestimasi kembali, diperoleh nilai R-square yang menunjukkan pengaruh peubah laten bebas terhadap peubah laten tak bebas. Model pengaruh kompensasi langsung terhadap lama kerja memberikan nilai Rsquare sebesar 0,0503, terhadap perilaku kerja memberikan nilai Rsquare terbesar yaitu 0,6881 dan terhadap tanggung jawab memberikan nilai R-square sebesar 0,8161. Hasil tersebut dapat diinterpretasikan bahwa variabilitas konstruk lama kerja sebesar 5,03 persen, variabilitas konstruk perilaku kerja sebesar 68,81 persen dan variabilitas konstruk tanggung jawab sebesar 81,61
persen
sedangkan 94,97 persen untuk konstruk lama kerja, 31,19 persen untuk konstruk perilaku kerja dan 18,39 persen untuk konstruk tanggung jawab dijelaskan oleh variabel lain diluar yang diteliti.
72
Besarnya koefisien parameter kompensasi langsung terhadap lama kerja 0,2244, kompensasi langsung terhadap perilaku kerja 0,1804 dan kompensasi langsung terhadap tanggung jawab 0,3608. Angka tersebut menunjukkan adanya pengaruh positif kompensasi terhadap lama kerja, perilaku kerja dan tanggung jawab. Semakin tinggi kompensasi langsung maka semakin meningkat pula lama kerja, perilaku kerja dan tanggung jawab. Pada tabel nilai AVE yang tertera di Lampiran 7, dapat disimpulkan bahwa nilai akar AVE dari konstruk lama kerja, perilaku kerja dan tanggung jawab lebih tinggi daripada korelasi antara kompensasi langsung dengan lama kerja, kompensasi langsung dengan perilaku kerja dan kompensasi langsung dengan tanggung jawab. Jadi semua konstruk dalam model yang diestimasi memenuhi kritria discriminant validity. Nilai AVE dari konstruk lama kerja, perilaku kerja dan tanggung jawab seluruhnya lebih besar dari 0,50 dan hal tersebut menunjukkan bahwa konstruk tersebut valid. Tabel 13. Nilai koefisien parameter dan t-hitung konstruk kompensasi langsung Koefisien parameter
Nilai t hitung
Keterangan
0,2244
1,3747 < 1,96
Berpengaruh secara positif namun tidak signifikan
0,1804
1,1463 < 1,96
Berpengaruh secara positif namun tidak signifikan
0,3608
1,8917 < 1,96
Berpengaruh secara positif namun tidak sigifikan
Konstruk
Alpha cronbach
Composite reliability
Keterangan
Lama kerja
0,4696 < 0,70
0,7878 > 0,70
Perilaku kerja
0,3733 < 0,70
0,6881 < 0,70
Tanggung jawab
0,6959 < 0,70
0,8161 < 0,70
Konstruk Kompensasi langsung terhadap lama kerja Kompensasi langsung terhadap perilaku kerja Kompensasi langsung terhadap tanggung jawab
Konstruk memiliki reliabilitas yang kurang baik Konstruk memiliki reliabilitas yang kurang baik Konstruk memiliki reliabilitas yang kurang baik
Nilai koefisien parameter dan t-hitung menunjukkan apa dan berapa besar pengaruh kompensasi langsung terhadap produktivitas. Tabel 13 memperlihatkan bahwa kompensasi langsung sangat berpengaruh terhadap lama kerja, terutama pada peningkatan lama
73
kerja yang diiring dengan peningkatan pengalaman. Peningkatan kompensasi langsung akan meingkatkan perilaku kerja, terutama peningkatan kreatifitas kerja. Bentuk dari kreatif kerja adalah pekerja tidak segannya bertanya jika menemukan masalah, menggunakan waktu
istirahat
untuk
mempercepat
penyelesaian
pekerjaan,
penggunaan strategi dalam pencapaian target Agropolitan dan penerapan ide kreatif dalam penyelesaian pekerjaan. Peningkatan kompensasi langsung juga akan meningkatkan pematuhan standard operasi dan prosedur. Bentuk dari pemenuhan standar operasional dan prosedur adalah pemenuhan aturan kerja yang telah ditetapkan oleh pengelola dan pemberian tugas serta tanggung jawab sesuai dengan kemampuan petani. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 8. 4.9.2 Pengaruh kompensasi tidak langsung terhadap produktivitas Berdasarkan hasil pengolahan data dengan bantuan software smartPLS, diperoleh suatu model yang menggambarkan pengaruh kompensasi tidak langsung terhadap produktivitas seperti pada Gambar 11. Indikator yang memiliki nilai loading di bawah 0,50 harus dieliminasi dan mereestimasi model. Hasil perhitungan yang menampilkan nilai loading factor dapat dilihat pada Lampiran 9. Reestimasi dilakukan dengan cara mengeliminasi pada indikator: 1. Peubah laten bebas kompensasi tidak langsung yaitu cluster upah terkait panen (bonus yang didapatkan semakin banyak apabila jumlah panennya semakin banyak, mendapatkan bonus jika panen lebih dari target, mendapatkan bonus jika waktu panen lebih cepat),
cluster
bonus
(mendapatkan
bonus
jika
mampu
menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu, bonus mampu memotivasi untuk bekerja lebih baik, bonus yang diterima jumlahnya sama dengan yang diterima oleh rekan kerja, bersedia meningkatkan produktivitas untuk mendapatkan bonus).
74
2. Peubah laten tak bebas lama kerja yaitu semakin lama bekerja di kawasan Agropolitan makaakan semakin banyak pengalaman yang didapatkan mengenai pekerjaan yang digeluti.
Gambar 11. Model struktural pengaruh kompensasi tidak langsung terhadap produktivitas (sebelum dimodifikasi) 3. Peubah laten tak bebas tanggung jawab yaitu cluster standar oprasional dan prosedur dalam bekerja (memenuhi aturan kerja yang telah ditetapkan oleh pengelola Agropolitan, tugas dan tanggung jawab yang diberikan sesuai dengan kemampuan), cluster kesesuaian bidang kerja (pekerjaan yang diberikan sesuai dengan minat dan kemampuan, memahami prosedur dan pembagian kerja), keinginan mempelajari hal baru (mempelajari hal baru yang berkaitan dengan pekerjaan yang diemban, mengikuti pendidikan/penyuluhan/pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja, kenaikan upah akan meningkatkan produktivitas). Gambar 12 menunjukkan model yang telah diestimasi kembali, diperoleh nilai R-square yang menunjukkan pengaruh peubah laten bebas terhadap peubah laten tak bebas. Model pengaruh kompensasi tidak langsung terhadap lama kerja memberikan nilai R-
75
square sebesar 0,0021, terhadap perilaku kerja memberikan nilai Rsquare terbesar yaitu 0,0806 dan terhadap tanggung jawab memberikan nilai R-square sebesar 0,0132. Hasil tersebut dapat diinterpretasikan bahwa variabilitas konstruk lama kerja sebesar 0,21 persen, variabilitas konstruk perilaku kerja sebesar 8,06 persen dan variabilitas konstruk tanggung jawab sebesar 1,32 persen sedangkan 99,79 persen untuk konstruk lama kerja, 91,94 persen untuk konstruk perilaku kerja dan 98,68 persen untuk konstruk tanggung jawab dijelaskan oleh variabel lain diluar yang diteliti.
Gambar 12. Model struktural pengaruh kompensasi tidak langsung terhadap produktivitas (sesudah dimodifikasi) Besarnya koefisien parameter kompensasi tidak langsung terhadap lama kerja -0,0457, kompenasai tidak langsung terhadap perilaku kerja 0,2840 dan kompensasi tidak langsung terhadap tanggung jawab -0,1149. Angka tersebut menunjukkan adanya pengaruh negatif kompensasi tidak langsung terhadap lama kerja dan tanggung jawab, sedangkan kompensasi tidak langsung berpengaruh positif terhadap perilaku kerja. Semakin tinggi kompensasi tidak langsung maka semakin rendah lama kerja dan tanggung jawab, namun perilaku kerja akan semakin baik.
76
Pada tabel nilai AVE yang tertera di Lampiran 10, dapat disimpulkan bahwa nilai akar AVE dari konstruk lama kerja, perilaku kerja dan tanggung jawab lebih tinggi daripada korelasi antara kompensasi tidak langsung dengan lama kerja, kompensasi langsung dengan perilaku kerja dan kompensasi langsung dengan tanggung jawab. Jadi semua konstruk dalam model yang diestimasi memenuhi kritria discriminant validity. Nilai AVE dari konstruk lama kerja, perilaku kerja dan tanggung jawab seluruhnya lebih besar dari 0,50 dan hal tersebut menunjukkan bahwa konstruk tersebut valid. Tabel 14. Nilai koefisien parameter dan t-hitung konstruk kompensasi tidak langsung Koefisien parameter
Nilai t hitung
Keterangan
-0,0457
0,6045 < 1,96
Berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan
0,2840
4,0077 > 1,96
Berpengaruh signifikan
-0,1149
1,3054 < 1,96
Berpengaruh secara negatif dan tidak sigifikan
Konstruk
Alpha cronbach
Composite reliability
Keterangan
Lama kerja
0,8472 > 0,70
0,9029 > 0,70
Perilaku kerja
0,3721 < 0,70
0,7361 > 0,70
Tanggung jawab
1 > 0,70
1 > 0,70
Konstruk Kompensasi langsung terhadap lama kerja Kompensasi langsung terhadap perilaku kerja Kompensasi langsung terhadap tanggung jawab
secara
positif
dan
Konstruk memiliki reliabilitas yang baik Konstruk memiliki reliabilitas yang kurang baik Konstruk memiliki reliabilitas yang baik
Nilai koefisien parameter dan t-hitung menunjukkan apa dan berapa besar pengaruh kompensasi tidak langsung terhadap lama kerja, perilaku kerja dan tanggung jawab. Tabel 14 memperlihatkan bahwa kompensasi tidak langsung berpengaruh terhadap lama kerja dan tanggung jawab secara berkebalikan. Apabila kompensasi langsung dinaikan maka lama kerja akan mengalami penurunan, terutama penurunan pada pemahaman seluk-beluk pekerjaan dan penggunaan waktu yang berlebih dalam penyelesaian pekerjaan. Kemudian, apabila kompensasi tidak langsung dinaikan maka tanggung jawab akan menurun. Penurunan tanggung jawab akan sangat terlihat pada tanggung jawab atas
77
pekerjaan yang dikerjakan dan tanggung jawab atas kelangsungan hidup Agropolitan. Lain halnya dengan kenaikan kompensasi tidak langsung yang diiringi dengan peningkatan perilaku kerja. Peningkatan perilaku kerja ini dapat terlihat dari pengerjaan tugas dengan sungguh-sungguh, mencari solusi apabila menemukan masalah dalam pengerjaan tugas, menampilkan hasil yang baik dan tidak melakukan kesalahan fatal serta berusaha untuk mencapai target yang telah ditentukan oleh pengelola Agropolitan. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 11. 4.10. Implikasi Manajerial Secara garis besar, berdasarkan analisis terhadap unsur-unsur yang membentuk pengaruh kompensasi terhadap produktivitas, terdapat pengaruh positif kompensasi terhadap produktifitas, namun pengaruh tersebut tidaklah signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan kompensasi mempunyai kontribusi dalam mempengaruhi produktivitas Agropolitan Pacet. Adapun langkah yang dapat dilakukan oleh pengelola Agropolitan dalam meningkatkan produktivitas adalah: 1. Pihak pengelola Agropolitan perlu meninjau kembali hal yang berkaitan dengan pemberian kompensasi langsung, sebab hal tersebut secara signifikan mampu meningkatkan lama kerja, perilaku kerja dan tanggung jawab petani yang menggarap lahan di kawasan Agropolitan. Adapun peningkatan yang paling terlihat adalah pada tanggung jawab terhdap pematuhan standar operasional dan prosedur. 2. Adanya perhatian yang khusus dalam pemberian kompensasi tidak langsung
berupa
fasilitas
kesejahteraan,
secara
signifikan
akan
meningkatkan perilaku kerja petani. Oleh karena itu, dibutuhkan kebijakan tersendiri dalam pemberian kompensasi tidak langsung kepada petani dengan cara penyediaan fasilitas sesuai dengan kebutuhan petani.