27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan Usaha pengolahan kerupuk Ichtiar ini termasuk ke dalam golongan usaha perusahaan kecil dengan bidang usaha yaitu perdagangan barang. Jenis kegiatan usaha yang dilakukan adalah perdagangan dalam negeri. Perusahaan ini merupakan suatu tempat kegiatan usaha yang bergerak di bidang industri makanan, khususnya di bidang usaha pengolahan kerupuk. Pada awalnya, pemilik mendirikan perusahaan ini dikarenakan memiliki keahlian secara turun-temurun dari keluarganya. Selain dari keahlian, terdapatnya peluang pasar yang cukup besar dan persaingan usaha yang tidak terlalu tinggi menjadi dasar penilaian utama pemilik mendirikan perusahaan ini. Perusahaan pengolahan kerupuk ini sudah beraktivitas sejak tahun 1990 dan pada tahun 1994 mulai resmi didirikan dengan perizinan. Izin usaha yang dimiliki yaitu berupa Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). Perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar berlokasi di Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.
Kabupaten Bogor
merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan ibukota RI (Jakarta) dan secara geografis mempunyai luas sekitar 2.301,95 Km2 terletak antara 6.190 lintang selatan dan 10601' -1070103' bujur timur. Kabupaten Bogor memiliki 40 kecamatan, 427 desa/kelurahan, 3.516 RW dan 13.603 RT. Desa Cibanteng ini terletak pada ketinggian sekitar 300 – 500 meter dari permukaan laut.
Keadaan letak geografis perusahaan seperti ini, dapat
mendukung secara maksimal seluruh aktivitas perusahaan demi tercapainya tujuan perusahaan. Perusahaan yang tepat berada diantara perkotaan dan pedesaan, serta ketersediaan jalur transportasi yang merupakan jalan besar sangat mendukung berbagai aktivitas perusahaan. Letak geografis seperti ini, dapat memudahkan dalam aktivitas pengadaan sumberdaya (bahan baku produksi, tenaga kerja, dan energi) dan dapat juga mempermudah proses pemasaran hasil produksi.
28
4.2. Analisis Studi Kelayakan Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar Dalam melakukan suatu pengembangan usaha perlu dilakukan suatu kajian yang cukup mendalam untuk mengetahui apakah suatu usaha yang akan dilakukan itu layak atau tidak layak.
Kajian semacam ini disebut
dengan studi kelayakan usaha. Pada pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini studi kelayakan usaha akan dilihat dari aspek pemasaran, aspek hukum, aspek teknis dan operasi, aspek lingkungan (ekonomi dan sosial), dan aspek finansial. 4.2.1 Aspek Pemasaran Salah satu aspek dalam pengembangan usaha yang perlu untuk dikaji kelayakannya yaitu aspek pasar. Aspek pasar bertujuan untuk mengetahui tentang penjualan suatu produk demi pencapaian pendapatan.
Dengan aspek pemasaran, dapat diketahui perkiraan
volume penjualan suatu produk berdasarkan pada permintaan yang terjadi di pasar. Perkiraan penjualan ini bertujuan agar suatu usaha dapat menjual produknya sesuai dengan permintaan yang terdapat di pasar.
Hal ini dimaksudkan untuk menekan biaya operasional
(menghemat sumberdaya) ketika kurangnya permintaan di pasar dan memaksimalkan pendapatan ketika permintaan di pasar tinggi. Analisis aspek pemasaran dalam pengembangan usaha kerupuk Ichtiar meliputi Segmentasi, Target, dan Posisi di pasar dan Kebijakan Bauran Pemasaran (produk, harga, promosi, dan distribusi). 1) Segmentasi, Targeting, dan Posisi pasar. Dalam menjalankan pengembangan usahanya perusahaan harus mengetahui pasar di mana produk yang akan diproduksi akan ditawarkan.
Penentuan
segmentasi pasar.
pasar
ini
dapat
dilakukan
dengan
Menurut Kotler (2004), segmentasi pasar
merupakan suatu usaha untuk meningkatkan ketepatan pemasaran perusahaan. Untuk menentukan segmentasi pasar perlu dilakukan pengamatan mengenai ciri-ciri konsumen (variabel segmentasi), yang diantaranya yaitu aspek geografis, aspek demografis, aspek psikografis, dan aspek perilaku. Dalam menentukan segmentasi
29
pasar, setiap segmen harus dapat diukur, terjangkau, dan dapat dilaksanakan. Pada perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar, wilayah Bogor dan sekitarnya merupakan wiliyah geografis yang menjadi pasar dari usaha ini.
Wilayah Bogor dan sekitarnya
dipilih, karena selain dari lidah penduduknya yang sudah terbiasa, perusahaan
juga
mempertimbangkan
sumber
daya
yang
dimilikinya.
Sehingga Bogor dan sekitarnya merupakan pasar
potensial untuk perusahaan, terlebih jika ditambah dengan pendapatan penduduk Bogor yang secara garis besar mampu untuk membeli kerupuk putih, yang merupakan hasil produksi dari perushaaan. Produk yang dihasilkan tidak membedakan konsumen dari kelompok umur secara khusus. Kerupuk putih konsumsi yang dihasilkan dapat diambil manfaatnya oleh seluruh golongan usia. Manfaat kerupuk putih konsumsi ini juga dapat digunakan oleh seluruh penduduk atau masyarakat tanpa membedakan kelas sosial, gaya
hidup,
dan
kepribadiannya
secara
lebih
mendalam.
Pendekatan pembelian yang dilakukan oleh usaha kerupuk Ichtiar yaitu dengan cara menjaga hubungan baik yang telah terjalin dengan pedagang pengecer selama ini, dan membuka hubungan baik
dengan
pihak-pihak pedangang pengecer baru
memungkinkan untuk dilakukan kerjasama.
yang
Sehingga, variabel
segmentasi yang lebih utama pada perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini, yaitu aspek geografis dan perilaku. Kerupuk putih konsumsi yang dihasilkan perusahaan secara garis besar ditawarkan dan dijual kepada para pedagang pengecer. Perusahaan merubah bahan mentah menjadi barang setengah jadi, hingga barang jadi (kerupuk putih konsumsi), lalu disalurkan kepada pedagang pengecer, hingga akhirnya dapat dinikmati para konsumen akhir.
Melihat konsumen dari perusahaan bukan
konsumen akhir, sehingga sasaran atau target pasar perusahaan yaitu para pedagang pengecer.
Pasar yang akan dipilih oleh
30
perusahaan adalah para pedagang pengecer yang berada di wilayah Bogor. Dalam menentukan posisi pasar, perusahaan akan berdasarkan pada mutu atau kualitas dengan ukuran kuantitas yang lebih besar per satuan unit kerpuknya disertai dengan pelayanan yang lebih baik dalam penjualan. Perusahaan akan menetapkan untuk memberikan pelayanan yang cepat, sopan, dan santun dalam mendatangi para pedagang pengecer. 2) Bauran Pemasaran (marketing-mix) Pada
pemasaran
produk
berupa
barang,
manajemen
pemasaran akan dipecah atas empat kebijakan pemasaran yang lazim disebut sebagai bauran pemasaran (marketing-mix) atau dikenal dengan sebutan 4P yang terdiri dari empat komponen, yaitu produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion) (Umar, 2005). A) Kebijakan Produk(Product) Produk adalah setiap tawaran yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan (Kotler, 2004). Pada pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini produk yang dihasilkan untuk memuaskan kebutuhan konsumen yaitu barang konsumsi berupa kerupuk putih yang biasa disebut sebut sebagai kerupuk mawar atau kerupuk usus.
Kerupuk putih yang
dihasilkan berbahan baku dasar berupa tepung sagu bermerk kerupuk.
Untuk memenuhi kebutuhan sagu kerupuk ini
perusahaan mendapatkan kiriman dari distributor sagu di daerah Parung, Bogor.
Bahan-bahan lain yang digunakan
dalam pengolahan kerupuk pada usaha ini antara lain, yaitu terigu, garam, botan, sasa, terasi, bawang putih, gula pasir, dan air. Bahan dasar berupa tepung sagu dan bahan-bahan lain diproduksi sesuai dengan tahapan-tahapan pengolahan produksi kerupuk yang akhirnya menjadi kerupuk putih berbentuk bulat siap konsumsi.
Secara lebih jelasnya,
31
kerupuk putih konsumsi yang merupakan produk perusahaan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Kerupuk Putih Konsumsi. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan pengembangan kerupuk Ichtiar ini berupa kerupuk putih yang memiliki ukuran kapasitas sedikit lebih besar dan lebih padat dibandingkan dengan pesaingnya. Selain dari kapasitas yang sedikit lebih besar dan lebih padat, kualitas rasa kerupuk juga tidak kalah dengan para pesaingnya.
Rasa kerupuk putih
tidak jauh beda dengan para pesaing karena rahasia dari pembuatan kerupuk ini telah diketahui juga oleh para pesaing yang merupakan keluarga dari pemilik.
Produk ini biasa
dikonsumsi sebagai makanan pelengkap untuk makanan lainnya seperti nasi, mie, dan bakso. B) Kebijakan Harga (price) Harga suatu barang adalah nilai pasar (nilai tukar) dari barang tersebut yang dinyatakan dalam jumlah uang. Menurut Umar (2005), keputusan-keputusan mengenai harga dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni faktor internal perusahaan dan faktor lingkungan eksternal. Pada perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini, harga produk kerupuk putih siap konsumsi yaitu ditetapkan sebesar Rp 300,00 per unit. Penetapan harga ini ditetapkan berdasarkan pada harga pokok penjualan pada awalnya dan disesuaikan dengan mekanisme
32
pasar yang berlaku pada waktu sekarang.
Selain itu,
penetapan harga tersebut juga berdasarkan pada perhitungan harga pokok penjualan kerupuk mulai dari bahan mentah, bahan setengah jadi, sampai akhirnya menjadi kerupuk siap konsumsi dan dipasarkan.
Perhitungan Harga Pokok
Penjualan kerupuk putih siap konsumsi dapat terlihat pada Lampiran 9. Perhitungan Harga Pokok Penjualan. C) Kebijakan Promosi (Promotion) Promosi yang dilakukan yaitu dengan cara mempertahankan konsumen (pedagang pengecer) yang selama ini telah menjalin hubungan dengan baik.
Promosi dilakukan oleh
tenaga kerja pemasaran (pedagang perusahaan) yang sudah memiliki langganan-langganan khusus.
Selain itu, dalam
pengembangan usaha pengolahan kerupuk ini, perusahaan perlu memanfaatkan besarnya permintaan pasar dengan cara menjalin hubungan baru melalui penawaran langsung tatap muka atau penawaran dari mulut ke mulut (personal selling). Penawaran secara langsung tatap muka atau dari mulut ke mulut (personal selling) ini merupakan salah satu cara promosi yang dinilai cukup efektif untuk digunakan perusahaan. Promosi seperti ini efektif dikarenakan selain biaya promosi yang terjangkau, dengan melihat pasar sasaran perusahaan pun lebih tepat dengan menggunakan promosi seperti ini. D) Kebijakan Distribusi/penyaluran (Place) Perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar sebagai produsen,
melakukan
distribusi
barang
dengan
cara
menyalurkan produk kepada para pedagang pengecer (pasar sasaran perusahaan). Penyaluran produk tersebut dilakukan oleh tenaga kerja bagian pemasaran (pedagang perusahaan) secara langsung kepada pihak pedagang pengecer. Dari pihak pedagang pengecer produk langsung dipasarkan kepada
33
konsumen.
Secara lebih jelas jalur distribusi usaha dapat
dilihat pada Gambar 3. Saluran Distribusi Pemasaran. Produsen
Pedangan Pengecer
Konsumen
Gambar 3. Saluran Distribusi Pemasaran 4.2.2. Aspek Hukum Aspek hukum ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah suatu rencana pengembangan usaha diyakini layak dilihat dari sisi legalitasnya. Perusahaaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini di bawah kepemilikan pimpinan usaha. Perusahaan pengolahan kerupuk ini termasuk ke dalam bentuk badan usaha perusahaan perseorangan, yang seluruh modalnya di tanggung oleh pemilik usaha. Pemilik usaha juga merupakan pimpinan struktural perusahaan.
Perusahaan
Perseorangan merupakan perusahaan yang diawasi dan dikelola oleh seseorang.
Di satu pihak ia memperoleh semua keuntungan
perusahaan, dan di lain pihak ia juga menangggung semua risiko yang timbul dalam kegiatan perusahaan (Umar, 2005). Perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini termasuk kedalam golongan usaha perusahaan kecil (PK). Bidang usaha yang dilakukan yaitu bergerak pada bidang pengolahan makanan, khususnya yaitu kerupuk putih konsumsi. Jenis kegiatan usaha yang dilakukan adalah perdagangan dalam negeri.
Perizinan yang dimiliki oleh
perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini berupa Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dengan No. SIUP ; 238 / 10-21 / PK / V / 1994.
Pemilik yang merupakan pimpinan dari perusahaan juga
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). NPWP yang dimiliki
34
atas nama Otih Sutiarah, dengan No. 09.222.223.1 - 404.001. Ibu Otih Sutiarah ini merupakan pemilik dan pemimpin perusahaan dengan bertanggung jawab terhadap seluruh aktivitas perusahaan. 4.2.3. Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia Aspek manajemen sumber daya manusia ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi pengembangan usaha dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan, sehingga pengembangan usaha dapat dinyatakan layak atau sebaliknya dilihat dari aspek sumber daya manusia. Aspek manajemen sumber daya manusia yang dikaji dalam penelitian ini meliputi fungsi manajemen yang
terdiri
dari
perencanaan
(planning),
pengoranisasian
(Organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengendalian (controlling). 1) Perencanaan (planning) Perencanaan
pada
perusahaan
pengembangan
usaha
kerupuk Ichtiar menggunakan pendekatan campuran. Pendekatan campuran
merupakan
suatu
pendekatan
gabungan
antara
pendekatan atas-bawah (top-down) dan pendekatan bawah-atas (bottom-up).
Pimpinan memberikan petunjuk perencanaan
organisasi secara garis besar, sedangkan perencanaan secara detailnya diserahkan kepada kreativitas unit perusahaan di bawahnya (tenaga kerja produksi dan pemasaran) dengan tetap mematuhi aturan yang ada (Umar, 2005). Melalui pendekatan ini, perusahaan akan memperkirakan waktu maksimum pengembangan usaha, yang pada perusahaan ini sekitar sepuluh tahun. Dengan memperkirakan waktu tersebut perusahaan akan memecah perencanaan jangka panjang menjadi beberapa kali pelaksanaan perencanaan menengah, sehingga setiap tahap akan disesuaikan dengan prioritas. Rencana pekerjaan yang akan dilakukan pada perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini secara garis besar mulai dari rencana kebutuhan fisik, rencana anggaran biaya, dan rencana waktu kerja.
Secara lebih jelas rencana kebutuhan fisik dapat
35
dilihat pada Lampiran 2. Rencana Kebutuhan Fisik pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar dan rencana anggaran biaya dapat dilihat pada Lampiran 4. Rencana Anggaran Biaya pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar.
Rencana waktu kerja
dalam satu tahun perusahan akan bekerja selama sebelas bulan, dan dalam satu bulan bekerja selama 26 hari kerja. Waktu libur yang di dapat yaitu hari atau bulan besar dalam Islam.
Hal ini
disebabkan, seluruh tenaga kerja beragama Islam. 2) Pengorganisasian (Organizing) Struktur organisasi menjadi penting dalam organisasi karena dapat mempengaruhi sikap dan perilaku tenaga kerja. Efektifitas dan efisiensi para tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan demi mencapai tujuan perusahaan sangatlah didukung dengan bentuk struktur organisasi yang digunakan. Menurut T. Hani Handoko (2003) struktur organisasi menunjukan kerangka dan susunan perwujudan pola terhadap hubungan-hubungan diantara
fungsi-fungsi,
bagian-bagian,
tugas-wewenang
dan
tangggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Struktur tersebut mengandung unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan ukuran satuan kerja. Pada pengembangan usaha pengolahan kerupuk Ichtiar ini, struktur organisasi yang digunakan adalah struktur organisasi lini atau garis.
Struktur organisasi ini digunakan karena dapat
memudahkan perusahaan dalam melakukan aktivitasnya. Dengan struktur organisasi ini, pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat. Struktur organisasi pada usaha ini terdari dari satu orang pimpinan yang merupakan pemilik usaha, empat orang tenaga kerja produksi, dan sembilan orang tenaga kerja pedagang (pemasaran).
36
A) Deskripsi Pekerjaan 1) Pimpinan Dalam pengembangan perusahaan kerupuk Ichtiar ini, pemimpin yang merupakan pemilik merupakan posisi tertinggi. Seperti halnya perusahaan atau organisasi lain, pemimpin memiliki tugas yang sangat penting.
Hal
tersebut dikarenakan seorang pemimpin harus mengetahui dan bertanggung jawab secara penuh terhadap seluruh kegiatan yang diperlukan dan dilakukan oleh perusahaan. Tugsa-tugas yang dimiliki oleh seorang pemimpin atau pemilik pada perusahaan kerupuk Ichtiar ini yaitu : a) Bertanggung jawab tehadap pengelolaan perusahaan agar perusahaan dapat berjalan sesuai dengan tujuannya untuk memperoleh manfaat. b) Mengambil keputusan secara tepat juga cepat dan sesuai dengan yang dibutuhkan perusahaan. c) Menciptakan dan memberikan kebijakan-kebijakan terhadap seluruh kegiatan perusahaan, mulai dari kegiatan manajerial, produksi, pemasaran, hingga keuangannya. d) Menjalin dan menjaga hubungan dengan pihak eksternal perusahaan seperti konsumen. Selain dari kewajiban, pemilik yang merupakan pimpinan perusahaan ini memiliki beberapa wewenang atau hak dalam menjalankan tugasnya.
Wewenang atau hak dari
seorang pemilik yang merupakan pimpinan perusahaan diantaranya, yaitu ; 1) Menentukan kegiatan-kegiatan perusahaan. 2) Menetapkan aturan-aturan perusahaan. 3) Mengatur keluar masuknya tenaga kerja. 4) Mendapatkan kompensasi penggajian dan keutungan perusahaan.
37
2) Tenaga Kerja Produksi. Tenaga kerja produksi pada perusahaan ini terdari dari empat orang. Tugas pokok yang wajib untuk dikerjakan dalam kesehariannya yaitu menciptakan barang mentah menjadi barang setengah jadi. Deskripsi pekerjaan tenaga kerja ini yaitu bertanggung jawab terhadap kegiatan penciptaan produk setengah jadi berupa kerupuk mentah (babangi),
mulai
dari
mempersiapkan
pembuatan adonan, dan pengeringan.
peralatan,
Tenaga kerja ini
mayoritas memiliki umur yang lebih muda dibandingkan dengan tenaga kerja pemasaran (pedagang) dan masih melajang (belum menikah). 3) Tenaga Kerja Pemasaran. Tenaga kerja ini bertugas untuk melanjutkan kegiatan tenaga kerja produksi. Tugas pokok itu berupa merubah barang setengah jadi menjadi barang jadi (barang siap konsumsi).
Deskripsi kerja tenaga kerja ini, yaitu
bertanggung jawab terhadap tugasnya dalam melakukan penjualan barang jadi perusahaan, atau dengan kata lain tenaga
kerja
bertugas
sebagai
bagian
pemasaran
perusahaan. B) Sistem Kompensasi Perusahaan Tenaga kerja yang terlibat pada pengembangan usaha kerupuk Ichtiar merupakan tenaga kerja tetap. Tenaga kerja ini mendapatkan kompensasi berupa gaji dengan jumlah yang tetap pada tahun pertama dan diberikan setiap akhir bulan. Gaji yang diberikan disesuaikan dengan tingkat upah minimum daerah sekitar.
Gaji yang diberikan pada awal tahun
pengembangan berjumlah Rp 900.000,00 per bulan untuk tenaga kerja produksi dan sebesar Rp 1.200.000,00 per bulan untuk tenaga kerja pemasaran. Untuk tahun-tahun berikutnya tingkat upah disesuaikan dengan keadaan dan situasi pada
38
waktu yang akan datang. Besarnya gaji meningkat pada tahun ke-4 dan tahun ke-8, dengan dasar peningkatan disebabkan terdapatnya pengaruh inflasi. Selain itu, para tenaga kerja juga diberikan Tunjagan Hari Raya (THR) pada akhir tahun. Jumlah yang diberikan untuk THR yaitu sebesar satu bulan gaji. C) Sistem Penerimaan Tenaga Kerja Kriteria untuk menjadi seorang tenaga kerja pada perusahaan ini dapat dikatakan tidak sulit, atau bahkan sederhana. Kriteria tersebut yaitu hanya dengan bermodalkan kejujuran dan beridentitas jelas, memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP). Perusahaan mengambil tenaga kerja ini dari daerah sekitar, sehingga dapat mengurangi tingkat pengaguran daerah sekitar walau jumlahnya tidak besar.
Proses
penerimaan tenaga kerja yang dilakukan dapat dikatakan cukup selektif dibandingkan dengan pesaingnya, walau kriteria yang diberikan sederhana. Proses tersebut terdiri dari wawancara dan tes kerja.
Wawancara dilakukan agar perusahaan dapat
mengetahui keseriusan calon tenaga kerja dalam bekerja. Kemauan dan keseriusan ini diharapkan nantinya dapat tetap menjaga atau bahkan meningkatkan produktivitas tenaga kerja itu sendiri.
Untuk tes kerja dilakukan dengan tujuan agar
perusahaan dapat mengetahui sejauh mana tingkat keahlian yang dimiliki calon tenaga kerja.
Hal ini berfungsi agar
perusahaan dapat mengetahui sejauhmana tindakan perusahaan yang akan dilakukan untuk menjadikan calon tenaga kerja itu menjadi tenaga ahli, seperti memberikan pelatihan. 3) Pelaksanaan (Actuating) Dalam pelaksanaannya agar dapat berjalan dengan baik, perusahaan harus dapat mengkaji fungsi dari pelaksanaan itu sendiri, dan sikap perilaku seorang pemimpin yang harus memenuhi keriteria sebagai pemimpin dalam menggerakan bawahannya.
Pada perusahaan pengembangan usaha kerupuk
39
Ichtiar dalam pelaksanaannya dilakukan dengan menjaga jalannya komunikasi antara tenaga kerja, rasa tanggung jawab yang didasari oleh kejujuran tenaga kerja, dan menciptakan suasana kerja kekeluargaan yang nyaman dengan tidak memaksakan kemampuan tenaga kerja. Pelaksanaan tersebut juga didukung dengan sikap pimpinan yang penuh dengan tanggung jawab, bijaksana dalam menghadapi setiap masalah yang terjadi (mendengarkan bawahan), dan memberikan motivasi dengan mencontohkan sikap disiplin, jujur, optimis (berfikiran positif), dan bekerja keras. Selain itu, perusahaan juga memberikan berbagai fasilitas untuk mendukung pelaksanaan daalm aktivitas perusahaan, seperti tempat tinggal dan fasilitasnya. 4) Pengendalian (Controlling) Pengendalian
terhadap
seluruh
aktivitas
manajemen
perusahaan dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan atau kesalahan, memperbaiki penyimpangan yang telah terjadi, mendinamiskan organisasi ke arah yang yang lebih efektif dan efisien, dan mempertebal rasa tangggung jawab (Umar, 2005). Pada
perusahaan
pencegahan
pengembangan
terjadinya
kesalahan
usaha
kerupuk
dilakukan
dengan
Ichtiar, cara
pengawasan setiap hari kerja oleh pimpinan perusahaan. Hal ini dilakukan karena lingkup kerja yang memungkinkan untuk dilakukan pengawasan setiap harinya. Jika terjadi suatu kesalahan pimpinan memberikan arahan secara bijaksana untuk memperbaiki kesalahan yang telah terjadi. Untuk mendinamisasikan organisasi, perusahaan selalu menjaga adanya komunikasi yang baik antara tenaga kerja, berdisiplin terhadap aturan-aturan kerja, dan saling menghargai dan menghormati antara pekerja.
Rasa tanggung
jawab yang dimiliki setiap tenaga kerja didasarkan pada deskripsi pekerjaan (tugas dan wewenang) dan sikap ketegasan yang disertai kebijaksanaan dalam menghadapi setiap masalah yang terjadi, sehingga mendapatkan keputusan yang tepat.
40
4.2.4. Aspek Produksi dan Operasi Setelah dilihat dari aspek pemasaran, dan telah dianggap layak, maka tahap berikutnya adalah mengenai aspek teknis dan operasi. Aspek ini merupakan suatu kegiatan (di dalam perusahaan) untuk mengubah masukan menjadi keluaran, sehingga keluarannya akan lebih bermanfaat dari masukannya.
Manajemen operasi adalah
serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan menggubah input menjadi output. Dalam perusahan manufaktur dapat terlihat dengan jelas aktivitas produksi yang menghasilkan barang (produk). Pada perusahaan pengolahan kerupuk ini barang atau produk yang dihasilkan yaitu kerupuk. Tujuan dari aspek ini yaitu untuk menyakini apakah secara teknis, perusahaan pengembangan dapat dilaksanakan secara layak atau tidak, baik pada saat pembangunan proyek atau operasional rutin. Dalam hal ini, perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar merubah bahan dasar sagu yang merupakan bahan baku utama menjadi produk siap konsumsi berupa kerupuk. Aspek produksi dan operasi dalam pengembangan usaha kerupuk ini meliputi pemilihan lokasi, proses produksi dan fasilitas produksi. 1) Pemilihan Lokasi Perusahaan dalam pemilihan lokasinya mempertimbangkan berbagai faktor, seperti ; ketersedian bahan baku, ketersedian energi, ketersedian tenaga kerja, ketersedian jalur trasportasi yang digunakan, dan letak pasar sasarannya.
Secara geografis letak
perusahaan terdapat di Kabupaten Bogor, tetapi jarak terhadap pusat Kota Bogor lebih dekat dibandingkan dengan jarak terhadap pusat Kabupaten Bogor. Letak lokasi yang berada diantara pusat kota dengan pedesaan ini, sangat memudahkan perusahaan dalam hal pengadaan bahan baku, energi, dan tenaga kerja. Bahan dasar sagu dikirimkan langsung dari daerah Parung Bogor, sedangkan bahan baku lainnya di dapatkan dari pasar setempat. Ketersedian energi (air dan listrik)
41
yang dibutuhkan juga tidak sulit untuk didapatkan dengan keadaan kondisi geografis yang seperti ini.
Jenis pekerjaan yang tidak
terlalu membutukan daya fikir dan tidak terlalu banyak jumlahnya, membuat daerah menyediakan tenaga kerja yang berlebih untuk perusahaan. Perusahaan juga letaknya berada tidak jauh, bahkan tepat di pinggir jalur lintas kota (jalan besar). Jalur lalulintas yang seperti ini sangat membantu perusahaan dalam memenuhi segala kebutuhan untuk mendukung pelaksanaan seluruh aktivitas. Letak perusahaan yang
berada tidak jauh dari pasar sasaran sangat
memudahkan kegiatan pemasaran perusahaan. Dengan berbagai manfaat tersebut, Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, menjadi pemilihan letak lokasi yang tepat untuk perusahaan. Lebih jeasnya dapat dilihat pada Gambar 4. Peta Lokasi perusahaan.
Gambar 4. Peta Lokasi Perusahaan
2) Proses Produksi Proses produksi merupakan urutan atau tahapan-tahapan dalam merubah bahan baku dasar menjadi barang setangah jadi dan barang jadi siap konsumsi.
Urutan proses produksi pada
pengembangan usaha kerupuk Ichtiar dapat terlihat pada Gambar 4.
42
Persiapan Wadah dan Bahan Baku
Pembuatan Adonan dan Pencetakan Pengeringan
Pengorengan dan Pengepakan Gambar 4. Bagan Proses Produksi a) Persiapan Wadah dan Bahan Baku Wadah yang digunakan yaitu berupa wajan dengan diameter sekitar satu meter.
Persiapan wadah dilakukan dengan
pembersihan menggunakan air, lalu dikeringkan dengan menggunakan kain lap dan dipanaskan. Seluruh bagian atas wajan dioleskan dengan minyak sayur yang berfungsi agar bahan baku yang dimasukan tidak melekat pada wadah. Setelah persiapan wadah, langkah selanjutnya yaitu mempersiapkan bahan baku. Bahan baku yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 4. Bahan baku untuk satu kali produksi. Tabel 4. Bahan baku untuk satu kali produksi (80 Kg). No Bahan baku Satuan Jumlah 1 Tepung Sagu Kg 110 2 Garam Pak 2 3 Terigu Kg 5 4 Botan Kaleng 3 5 Sasa Kg 0,5 6 Terasi Pak 1 7 Bawang putih Kg 0,5 8 Gula pasir Kg 0,5 9 Air Kg 25 Sumber ; Data diolah, 2010
43
b) Pembuatan Adonan dan Pencetakan Pembuatan adonan yaitu suatu kegiatan produksi merubah bahan baku dasar menjadi suatu adonan kerupuk yang siap untuk dicetak. Kegiatan ini diawali dengan memasukan bahan baku kedalam wadah yang telah disiapkan. Pada tahap ini sagu yang digunakan sebanyak 10 kg dan dicampurkan dengan bahan baku lainnya. Sagu dan bahan baku tersebut diaduk secara merata hingga menyatu dan kental, yang disebut sebagai bubur kerupuk. Pada saat proses untuk merubah bahan baku manjadi bubur, dilakukan juga kegiatan pemanasan air hingga benarbenar panas untuk mencampurkan bubur dengan sagu. Langkah selanjutnya adalah mencampurkan bubur kerupuk, sagu sebanyak 100 kg, dan air yang telah dipanaskan hingga benarbenar panas. Setelah dicampurkan, kemudian kembali diaduk secara merata hingga berbentuk kental. Bahan ini dinamakan sebagai adonan kerupuk yang siap untuk dicetak. Adonan kerupuk ini disimpan selama satu malam, dan agar tidak melekat diberikan minyak sayur diatas adonan tersebut. Setelah penyimpanan selama satu malam, adonan dimasukan kedalam mesin molen untuk lebih dihaluskan.
Adonan yang telah
dihaluskan oleh mesin molen, dimasukan kedalam mesin hidrolik pencetakan untuk dicetak menjadi unitan-unitan kerupuk yang siap untuk dikeringkan. Unitan kerupuk yang telah dicetak disimpan diatas wadah penjemuran yang disebut sebagai ebeg. Dari produksi sekitar 100 kg adonan kerupuk dapat menghasilkan sekitar 10.000 ribu unit kerupuk yang siap untuk dikeringkan. c) Pengeringan Unitan-unitan yang telah disimpan diatas ebeg dijemur pada lamporan penjemuran kerupuk. Ebeg yaitu suatu wadah yang terbuat dari anyaman kayu bambu dan berfungsi sebagai wadah penyimpanan unitan kerupuk untuk dikeringkan. Pengeringan
44
unitan kerupuk menggunakan cahaya matahari kurang lebih 6 jam. Setelah itu, unitan kerupuk kembali dikeringkan dengan openan pada ruangan open dalam pabrik selama satu jam. Butian yang telah melalui tahap pengeringan ini siap untuk dilanjutikan pada tahap penggorengan. d) Penggorengan dan Pengepakan. Tahap penggorengan merupakan tahapan akhir dalam proses produksi pembuatan kerupuk. Pada tahap ini, unitan yang telah melalui poses pengeringan dimasukan pada wajan kecil yang telah dilengkapi dengan minyak goreng dan telah dipanaskan. Proses pada tahap penggorengan awal ini sekitar satu menit. Setelah itu, unitan kerupuk yang mulai berkembang langsung dipindahkan ke dalam wajan yang lebih besar dengan minyak goreng yang lebih panas. Hal ini bertujuan agar hasil penggorengan
kerupuk
mendapatkan
hasil
seperti
yang
diinginkan. Kerupuk yang dihasilkan dapat berkembang lebih baik dan mutu produk yang lebih terjaga kualitas rasa dan bentuknya. Daya tahan kerupuk yang dihasilkan dengan bahan baku dan proses seperti pada tahapan-tahapan tersebut yaitu sekitar 7 hari (satu minggu). Kerupuk yang siap konsumsi ini langsung dikemas kedalam kaleng kerupuk besar (Rombong) dan siap untuk dipasarkan. Hingga pada tahap pengemasan tentunya terdapat kerupuk-kerupuk yang cacat, terutama bentuknya (tidak layak jual). Jumlah dari kerupuk yang cacat sekitar 10% dari total hasil produksi adonan kerupuk menjadi unitan kerupuk dan sisa penjualan. Sedangkan untuk kerupuk sisa penjualan yang melewati waktu daya tahannya digunakan untuk pakan ikan penduduk di sekitar. Kerupuk yang cacat bentuk dapat dikonsumsi oleh pemilik, maupun pegawai. Sehingga dalam satu kali produksi dapat menghasilkan 9.000 unit kerupuk yang siap untuk dipasarkan.
45
3) Fasilitas Produksi Dalam melakukan aktivitas produksi diperlukan beberapa fasilatas berupa peralatan produksi (bentuk fisik). Rencana fisik pada perusahaan pengolahan kerupuk ichtiar ini, yaitu sebagai beirkut : a) Kantor dan Fasilitas Kantor Kantor dan fasilitas kantor berfungsi sebagai
tempat kerja
pemilik atau pimpinan perusahaan. Luas dari bangunan ini yaitu 54 meter persegi. Bangunan ini terbagi menjadi dua bagian ruangan.
Bangunan pertama terdiri dari beberapa ruangan
yang terdiri dari ruang kerja, ruang tamu, dan kamar mandi. Untuk bagian kedua yaitu bangunan berupa kamar mandi yang terletak tersendiri diluar bangunan kantor. Ketersedian fasilitas kantor ini bertujuan untuk memudahkan para tenaga kerja dalam mennggunakannya.
Umur ekonomis dari kantor dan
fasilitas kantor yaitu sekitar 25-35 tahun.
Pada rencana
pengembangan usaha perusahaan pengolahan kerupuk ini di tetapkan sekitar 25tahun, dengan dasar umur minimum suatu bangunan. b) Mes Karyawan Pada perusahaan kerupuk Ichtiar ini disediakan bangunan khusus sebagai tempat beristirahat para tenaga kerja yang disebut sebagai mes karyawan. Mes karyawan ini terdiri dari 13 kamar dengan luas masing-masing kamar yaitu sekitar 12 meter persegi, sehingga secara keseluruhan memiliki luas sekitar 156 meter persegi. c) Pabrik dan lamporan penjemuran Pabrik ini merupakan suatu tempat dimana terjadinya aktivitas proses produksi. Pabrik pada perusahaan ini terbagi menjadi dua bagian ruangan, yaitu ruangan alat-alat pencetakan dan pengorengan
yang
menjadi
satu
dan
ruangan
khusus
pengopenan. Ukuran dari pabrik yang dimiliki yaitu panjang 25
46
meter dan lebar 10 meter, sehingga kurang lebih memiliki luas sekitar 250 meter persegi. Lamporan penjemuran yaitu suatu tempat tanpa bangunan (lahan kosong) yang berfungsi sebagai tempat penjemuran unitan kerupuk (hasil percetakan adonan kerupuk), sebelum masuk tahap produksi penggorengan. Luas lamporan yang dimiliki pada perusahaan ini yaitu sebesar 540 meter persegi. d) Alat percetakan kerupuk Dalam aktivitas proses penciptaan produk, dibutuhkan alat-alat pendukung.
Alat percetekan kerupuk berfungsi sebagai alat
bantu dalam merubah bahan mentah menjadi produk setengah jadi. Satu set alat percetakan kerupuk ini terdiri dari beberapa bagian seperti ; Mesin molen (pengaduk dan penghalus bahanbahan dasar agar menjadi adonan), Mesin Hidrolik (Alat pencetak dengan delapan tangan), Piring cetakan, Loyang, Gayung, dan Tungku. Alat percetakan kerupuk ini, memiliki kapasitas maksimum produksi sebesar 220 ton per hari adonan kerupuk (20.000 unitan kerupuk) dengan tenaga kerja berjumlah delapan orang. e) Alat Penjemuran Pada proses produksi pengolahan kerupuk, setelah tahapan percetakan langkah selanjutnya adalah tahapan penjemuran unitan kerupuk yang telah dicetak.
Dalam pelaksanaan
kegiatannya tahapan penjemuran ini membutuhkan fasilitas alat penjemuran berupa wadah yang disebut sebagai Ebeg. Alat penjemuran (Ebeg)terbuat dari bahan bambu yang dianyam dan telah dibersihkan, dihaluskan, dan dicat. Umur ekonomis dari alat ini sekitar dua tahun.
47
f) Alat Penggorengan Alat penggorengan digunakan dalam proses perubahan bahan setengah jadi (unitan kerupuk) menjadi bahan jadi (kerupuk konsumsi).
Wajan yang digunakan sebagai wadah untuk
menggoreng kerupuk ini dibeli dari daerah tasikmalaya. Wajan dengan merk dagang matahari ini, mrupakan wajan khusus untuk penggorengan kerupuk.
Alat penggorengan lainnya
berupa kompor yang berfungsi untuk pengapian. g) Kaleng kerupuk Terdapat dua ukuran kaleng kerupuk yang digunakan. Kaleng kerupuk yang pertama, merupakan kaleng kerupuk besar yang di sebut sebagai rombong. Rombong digunakan sebagai wadah kerupuk dalam melakukan pemasaran kepada pedagang pengecer. Kaleng kerupuk yang satunya lagi, memiliki ukuran jauh lebih kecil.
Kalenng kerupuk ini, digunakan untuk
disimpan di pedagang pengecer sebagai wadah dalam pemasaran kepada konsumen akhir. 4.2.5. Aspek Lingkungan, Ekonomi, dan Sosial Dalam menyusun suatu studi kelayakan bisnis, sebagai titik tolak untuk melakukan analisa, diperlukan informasi lingkungan luar perusahaan untuk mengetahui seberapa jauh lingkungan luar tersebut memberikan peluang sekaligus ancaman bagi rencana bisnis dan mengetahui apa saja yang dapat disumbangkan proyek bisnis terhadap lingkungan luar jika telah direalisasikan.
Setiap proyek yang
dijalankan akan sangat besar pengaruhnya terhadap lingkungan di sekitarnya, baik terhdap darat, air, dan udara, yang akhirnya akan berdampak terhadap kehidupan mahkluk hidup yang ada disekitarnya (Kasmir dan Jakfar, 2007). Aspek lingkungan ini memiliki tujuan, yaitu apakah secara lingkungan hidup, misalnya dari sisi darat, udara, dan air, rencana bisnis diperkirakan dapat dilaksanakan secara layak atau sebaliknya (Umar, 2005)
48
Pada perusahaan kerupuk Ichtiar ini, pengelolaan atau dalam memproduksi kerupuk memiliki dampak terhadap lingkungan alam sekitar berupa limbah abu yang merupakan sisa dari pembakaran. Limbah abu ini dapat menjadi pupuk organik yang digunakan pada daerah pertanian masyarakat sekitar pabrik. Abu ini diberikan kepada masyarakat
sekitar
yang membutuhkan, dengan timbal balik
pengambilan abu menjadi tanggung jawab masyarakat tersebut. Pada aspek ekonomi dan sosial apakah proyek yang diusulkan memberikan kontribusi nyata atau tidak terhadap pembangunan perekonomian dan sosial secara keseluruhan dalam menentukan penggunaan sumberdaya yang diperlukan dari sudut pandang masyarakat keseluruhan.
Pengaruh pengembangan usaha kerupuk
Ichtiar terhadap masyarakat disekitarnya, yaitu memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Dampak atau pengaruh yang diberikan untuk masyarakat sekitar yaitu dengan menggunakan sumber daya masyarakat (tenaga kerja) sekitar sebagai tenaga kerja yang diproritaskan. penduduk
setempat
pemerintah
daerah
menyatakan dalam
Tenaga kerja yang merupakan perusahaan
mengatasi
pengangguran di wilayah sekitar.
telah
membantu
pengurangan
jumlah
Selain itu, perusahaan memiliki
kontribusinya dalam peningkatan pendapatan daerah melalui bentuk pembayaran PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) dan PBPh (Pajak Penghasilan). 4.2.6. Aspek Keuangan (Finansial) Aspek finansial merupakan suatu aspek yang dapat melihat layak atau tidak layaknya suatu usaha untuk dijalankan dengan perhitungan yang menggunakan formula penilaian investasi. Aspek ini dapat menilai biaya-biaya apa saja dan seberapa besar biaya-biaya tersebut dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat berupa penerimaan dalam menjalankan suatu usaha. Menurut Umar (2005) tujuan menganalisis
aspek
keuangan
dari
suatu
studi
kelayakan
pengembangan usaha adalah untuk menentukan rencana investasi
49
melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Hal tersebut dapat terlihat diantaranya seperti dari ketersedian dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang secara berkelanjutan (continue). Analisis aspek keuangan pada perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar, meliputi rencana Kebutuhan Fisik, Indeks Harga, Rencana Anggaran Biaya (RAB), Nilai Penyusutan, Biaya Operasional, Modal dan Penerimaan, dan Analisis Kelayakan Investasi. 1) Rencana Kebutuhan Fisik Rencana kebutuhan fisik merupakan suatu perencanaan perusahaan dalam memenuhi perlengkapan fisiknya dalam rangka mendukung seluruh aktivitasnya. Pada perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini rencana kebutuhan fisik terdiri dari kebutuhan bangunan, peralatan produksi, bahan baku produksi, energy, dan tenaga kerja. Kebutuhan fisik bangunan berupa kantor dan fasilitasnya termasuk didalamnya kamar mandi dengan luas 54 meter persegi, Mes karyawan yang berfungsi sebagai tempat istirahat karyawan terdiri dari 13 kamar dengan luas 156 meter persegi, dan pabrik beserta lamporan penjemuran dengan luas 790 meter persegi. Untuk peralatan produksi yang dibutuhkan yaitu berupa satu unit alat percetakan kerupuk, dua ratus unit alat penjemuran (ebeg), satu unit alat penggorengan, delapan belas unit kaleng kerupuk besar (rombong) dan sembilan puluh unit kaleng kerupuk. Bahan baku produksi merupakan kebutuhan fisik yang digunakan setiap kali
perusahaan melakukan produksinya.
Kebutuhan bahan baku ini dengan kata lain merupakan kebutuhan fisik satu kali pakai atau sekali habis, berbeda dengan kebutuhan fisik akan bangunan dan peralatan produksi. Bahan baku yang terpakai yaitu tepung sagu, garam, terigu, botan, sasa, terasi, bawang putih, dan gula pasir. Selain dari bahan baku produksi,
50
kebutuhan fisik yang dipakai dalam melakukan aktivitas produksi yaitu kebutuhan akan energi.
Kebutuhan energi terdiri dari
minyak, kayu bakar, solar, air, dan listrik.
Untuk rencana
kebutuhan fisik yang terakhir tidak lain adalah kebutuhan akan sumber daya manusia atau tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja di bagi menjadi tiga bagian berdasarkan fungsi dan job deskripsi masing-masing bagian yang dibutuhkan. Pada perusahaan ini di pimpin oleh satu orang pimpinan yang merupakan seorang pemilik keseluruhan permodalan perusahaan. Demi mendukung jalannya aktivitas perusahaan, pimpinan membutuhkan bantuan tenaga kerja lainnya yang dibagi ke dalam bagian produksi dan bagian pemasaran (karyawan pedagang). Secara lebih rinci kebutuhan akan rencana fisik selama umur proyek dapat dilihat pada Lampiran 2. Rencana Kebutuhan Fisik pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar. 2) Indeks Harga Indeks harga
merupakan nilai mata uang (rupiah) atau
harga per satuan kebutuhan fisik perusahaan. Hal ini meliputi nilai atau harga per meter persegi bangunan dan lahan yang digunakan, nilai atau harga per kg bahan baku produksi, nilai per liter dan per meter kubik (m3) energi, dan upah tenaga kerja per orang kerja per satuan waktu kerja.
Lebih jelasnya indeks harga selama umur
proyek dalam ribuan rupiah dapat dilihat pada Lampiran 3. Rencana Indeks Harga pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar. 3) Rencana Anggaran Biaya (RAB) Rencana jumlah keseluruhan biaya yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi segala bentuk kebutuhan dalam mendukung lancarnya jalan aktivitas perusahaan itu sendiri disebut sebagai Rencana Anggaran Biaya (RAB). RAB pada perusahaan pengelolaan kerupuk Ichtiar meliputi biaya Investasi dan biaya operasional perusahaan. Rencana anggaran biaya ini merupakan
51
hasil kali dari jumlah per satuan kebutuhan fisik dengan indeks harganya. Rincian lebih lengkap RAB pada perushaan pengelolaan kerupuk Ichtiar dapat dilihat pada Lampiran 4. Rencana Anggaran Biaya pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar. 4) Biaya Penyusutan Biaya yang dibebankan ke dalam biaya tetap (fix cost), akibat adanya penyusutan nilai buku dari asset sampai akhir tahun umur ekonomis asset. Secara kumulatif beban ini merupakan dana yang dapat digunakan kembali untuk membeli asset yang baru. Asset-asset yang terkena biaya penyusutan biasanya merupakan asset yang memiliki umur ekonomis lebih dari satu tahun. Pada perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar, asset-asset yang terkena biaya penyusutan diantaranya, yaitu kantor dan fasilitas kantor, mes karyawan (tempat tinggal karyawan), pabrik dan lamporan, alat percetakan kerupuk, alat penjemuran, alat penggorengan, kaleng kerupuk besar yang biasa disebut sebagai rombong, dan kaleng kerupuk. Jumlah biaya penyusutan dari asset yang dimiliki perusahan sebesar Rp 15.250.500,00 selama umur proyek sepuluh tahun. Secara lebih jelas biaya penyusutan dapat dilihat pada Lampiran 5.
Perhitungan Biaya Penyusutan pada
Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar. 5) Modal dan Rencana Penerimaan Dalam merealisasikan proyek bisnis dibutuhkan dana untuk investasi. Dana tersebut diklasifikasikan atas dasar aktiva tetap berwujud seperti tanah, bangunan, pabrik dan mesin-mesin serta aktiva tetap tak berwujud seperti paten, lisensi, biaya-biaya pendahuluan dan biaya-biaya sebelum operasi. Di samping untuk aktiva tetap, terdapat juga dana yang dibutuhkan untuk kegiatan kerja (Umar, 2005). Dana yang diperlukan untuk seluruh investasi dan dana awal untuk melakukan seluruh kegiatan usaha di sebut sebagai modal. Modal yang dimiliki perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini, berasal seluruhnya dari pemilik. Jumlah
52
modal yang diinvestasikan perusahaan pada tahun awal yaitu sebesar Rp
944.988.000,00.
Modal awal yang dimiliki ini
merupakan suatu penjumlahan dari biaya untuk investasi sebesar Rp 333.600.000,00 dan biaya kerja awal yang merupakan biaya operasional (biaya tetap dan biaya tidak tetap) tanpa biaya penyusutan pada tahun pertama sebesar Rp 611.388.000,00. Secara lebih jelasnya perhitungan permodalan pada perusahaan pengembangan kerupuk Ichtiar dapat dilihat pada Lampiran 6. Perhitungan Modal Awal Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar. Penerimaan merupakan seluruh manfaat atau pendapatan yang dapat diterima oleh perusahaan.
Pada perusahaan
pengembangan usaha kerupuk Ichtiar, penerimaan berasal dari penjualan produk kerupuk putih konsumsi dan nilai sisa atas asset yang terkena biaya penyusutan.
Penerimaan yang diperoleh
perusahaan pada tahun pertama sebesar Rp 772.200.000,00 dari seluruh hasil penjualan produk. Pada tahun terakhir proyek (tahun ke-10), penerimaan yang didapatkan perusahaan sebesar Rp 2.513.085.000,00. Jumlah penerimaan perusahaan yang jauh lebih besar dari tahun pertama, disebabkan oleh adanya rencana penambahan produksi, kenaikan harga jual yang di sebabkan karena terjadinya kenaikan harga produksi yang di dasarkan pada pengaruh inflasi, dan adanya penambahan dari nilai sisa penyusutan asset perusahaan itu sendiri. Secara lebih jelas dan terperinci, jumlah penerimaan perusahaan setiap tahunnya, dapat dilihat pada Lampiran 7. Perhitungan Penerimaan Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar. 6) Biaya Operasional Biaya
operasional
merupakan
jumlah
dana
yang
dikeluarkan perusahaan dalam memenuhi seluruh kebutuhan yang mendukung jalannya aktivitas prusahaan.
Pada perusahaan ini
biaya operasional yang digunakan sebesar Rp
626.639.000,00
pada tahun pertama. Jumlah biaya operasional ini berasal dari
53
penjumlah biaya tetap (fix cost) dan biaya variabel (variabel cost). Biaya
tetap
merupakan
sejumlah
dana
yang
dikeluarkan
perusahaan tanpa dipengaruhi oleh kegiatan produksi. Biaya upah tenaga kerja, biaya perawatan, biaya penyusutan, dan biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran abudemen listrik dan air merupakan biaya tetap perusahaan. Junlah biaya tetap perusahaan pada tahun awal (tahun ke-1) yaitu sebesar Rp 235.177.000,00. Untuk biaya variabel yaitu biaya-biaya yang hanya dikeluarkan pada saat adanya kegiatan produksi.
Pada perusahaan ini, biaya yang
tergolong kedalam biaya variabel diantaranya biaya bahan baku, enrgi, dan transportasi. Junlah biaya variabel pada tahun awal (tahun ke-1) yaitu sebesar Rp 391.462.000,00.
Secara lebih
jelasnya perhitungan biaya operasional perusahaan untuk tahuntahun berikutnya dapat dilihat pada Lampiran 8.
Rekapitulasi
Seluruh Biaya dan Perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPBP) pada Pengembangan Usaha Kerupuk Ichtiar. 7) Analisis Kelayakan Investasi Analisis
Kelayakan
Investasi
pada
perusahaan
pengembangan usaha kerupuk Ichtiar dibuat selama sepuluh tahun periode usaha.
Discount factor yang digunakan sesuai dengan
suku bunga Bank BRI, BNI, dan Mandiri yaitu 14% per tahunnya. Analisis kelayakan investasi pada perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar terdiri dari Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Return (IRR), Payback periode (PBP), dan Profitability Index (PI). a. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) yaitu nilai sekarang dari keuntungan bersih yang akan diperoleh pada masa mendatang dan merupakan selisih antara nilai sekarang dari penerimaan dengan nilai sekarang dari pengeluaran pada tingkat tertentu.
Nilai
NPV pada pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini
adalah
sebesar Rp 411.405.000,00.
Angka ini menunjukan bahwa
54
sampai akhir periode pengembangan usaha selama sepuluh tahun, perusahaan akan mendapatkan jumlah keuntungan sebesar Rp 411.405.000,00 jika dinilai pada saat sekarang berdasarkan tingkat suku bunga 14% per tahun.
Hal ini
menunjukkan bahwa usaha yang akan dijalankan layak dan menguntungkan karena NPV lebih besar dari nol. b. Benefit Cost Ratio (Net B/C) Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) digunakan untuk kegiatan atau proyek-proyek makro dimana manfaatnya terutama dinikmati oleh sebagian atau seluruh masyarakat. B/C Ratio dibedakan menjadi Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C).
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) Merupakan perbandingan antara jumlah present value dari manfaat (benefit) kotor dengan jumlah present value dari biaya (cost) kotor. Gross B/C yang diperoleh yaitu sebesar 1,11.
Hal ini menunjukan bahwa usaha yang akan
dijalankan
merupakan
usaha
yang
layak
dan
menguntungkan, karena Gross B/C yang diperoleh lebih besar dari satu.
Artinya setiap Rp 1,00 biaya yang
dikeluarkan akan mendapatkan manfaat kotor Rp 1,11 selama umur proyek berdasarkan tingkat suku bunga 14% per tahun.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C adalah perbandingan antara total nilai sekarang dari penerimaan bersih yang bersifat positif dengan total nilai sekarang dari penerimaan bersih yang bersifat negatif. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) yang diperoleh pada usaha ini yaitu sebesar 2,23. Hal ini menunjukkan bahwa usaha yang akan dijalankan merupakan usaha yang layak dan menguntungkan, karena Net B/C yang diperoleh lebih besar dari satu.
Artinya setiap biaya yang dikeluarkan
55
sebesar Rp 1,00 akan mendapatkan manfaat bersih sebesar Rp 2,23 selama umur proyek berdasarkan tingkat suku bunga 14% per tahun. c. Internal Rate Return (IRR) Metode ini digunakan untuk mencari tingkat suku bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa mendatang. Pada perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar, IRR yang diperoleh sebesar 34,75%. Perolehan IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga bank sebesar 14% per tahun, menunjukkan bahwa pengembangan usaha ini layak untuk dijalankan. Perusahaan ini akan mendapatkan keuntungan sebesar 34,75% per tahun selama umur proyek atas investasi yang telah ditanamkan dalam usaha. d. Payback periode (PBP) Payback Periode (PBP) adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas. Dengan kata lain payback periode merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Payback period yang diperoleh pada usaha ini yaitu selama 1 tahun untuk penerimaan kotor dan selama 5,01 tahun untuk penerimaan bersih. Hal ini menunjukkan bahwa modal investasi akan kembali setelah 5,01 tahun dengan indikator pembanding menggunakan pendapatan bersih. Perolehan payback periode selama 5,01 tahun menunjukan jika usaha ini layak untuk dijalankan, karena nilai ini masih di bawah periode proyek selama sepuluh tahun. e. Profitability Index (PI). Metode
Profitability
Index
(PI)
menghitung
melalui
perbandingan antara nilai sekarang dari rencana penerimaanpenerimaan kas bersih masa yang akan datang dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang telah dilaksanakan.
56
Pada pengembangan usaha kerupuk Ichtiar ini, nilai profitability index yang diperoleh sebesar 3,03. Hal ini artinya usaha layak untuk dijalankan, karena nilai profitability index yang dihasilkan lebih besar dari nol. 8) Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Analisis sensitivitas dapat dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel menentukan
penting,
seberapa
perubahan tersebut.
dengan
pekanya
persentase
hasil
tertentu
perhitungan
dan
terhadap
Pada perusahaan pengembangan usaha
kerupuk Ichtiar ini, asumsi yang akan digunakan adalah kenaikan indeks harga bahan baku yang dipengaruhi oleh tingkat inflasi tertinggi sebesar 11%, selama empat tahun terakhir.
Dengan
adanya kenaikan harga bahan baku sebesar 11%, menghasilkan NPV sebesar Rp 182.583.000,00, Gross B/C sebesar 1,06 dan Net B/C sebesar 1,55, IRR sebesar 26,67%, PBP Gross selama 1 tahun dan PBP Net selama 5,13 tahun dan PI sebesar 2,11. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan jika perusahaan tetap layak untuk dikembangkan walau pun tejadi kenaikan harga bahan baku sebesar 11%. 4.3 Implikasi Manajerial Hasil penelitian ini diharapkan memiliki implikasi manajerial bagi perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar. Implikasi manajerial yang dapat dilakukan yaitu : 1. Perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar dapat memenuhi kebutuhan konsumsi kerupuk masyarakat dengan produk yang lebih bermutu dan strategi pemasaran yang jelas dan tepat. Produk yang lebih bermutu dapat dilakukan perusahaan dengan cara merubah bentuk,
rasa,
dan
warna
produk.
Perubahan
yang
paling
memungkinkan adalah perubahan bentuk pada kerupuk, karena hal ini dilakukan dengan mengubah cetakan dasar. Perubahan bentuk kerupuk
57
dapat membuat pilihan pada konsumen dalam melakukan pembelian dan terlihat lebih menarik dibandingkan produk pesaing. Pasar sasaran yang ditetapkan perusahaan yaitu para pedagang pengecer di wilayah Bogor. Dalam menentukan posisi pasar, perusahaan akan berdasarkan pada mutu atau kualitas dengan ukuran kuantitas yang lebih besar per satuan unit kerpuknya disertai dengan pelayanan yang lebih baik dalam penjualan. Pelayanan yang lebih baik dilakukan dengan cara menjaga kualitas produk dan terus melakukan perubahan produk sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen. Selain itu, tenaga kerja pedagang bersikap ramah dan memberikan senyuman juga bersikap bersahabat terhadap konsumennya. 2. Pada aspek manajemen sumber daya manusia, perusahaan dapat merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengendalikan seluruh aktivitas dengan lebih rapih dan teratur. Pendekatan campuran yang digunakan perusahaan dapat mendukung dalam merencanakan berbagai kebutuhan dan aktivitasnya.
Perusahaan menggunakan
struktur organisasi sederhana, dengan menerapkan sistem penggajian yang sesuai dengan upah minimum regional. Setelah perusahaan dapat merencanakan seluruh aktivitasnya dengan baik dan didukung oleh sumber daya manusia yang tertib organisasi, akan memudahkan dalam pelaksanaan seluruh aktivitas. Untuk menciptakan suasana yang baik di likungan perusahaan, komunikasi harus tetap dijaga dan pengawasan terhadap seluruh kegiatan akan membantu dalam meminimalisasi resiko perusahaan. 3. Pada aspek keuangan perusahaan dapat mengetahui modal awal, biaya operasional, dan penerimaan selama periode pengembangan dilakukan. Perhitungan analisis studi kelayakan dapat diterapkan, dengan melihat NPV, IRR, B/C Ratio, Payback Periode dan Profitability Index menunjukan jika perusahaan pengembangan usaha kerupuk Ichtiar layak untuk dijalankan. Berdasarkan analisis studi kelakayan yang telah dilakukan, perusahaan dapat melakukan pengembangan usahanya untuk meningkatkan manfaat dan laba perusahaan.