IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian analisis uji profil darah puyuh petelur dengan penambahan vitamin D3 ditampilkan pada Tabel 4. Tabel
4. Pengaruh Penambahan Vitamin D3 dalam Ransum yang MengandungFitase terhadap Profil Darah Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Perlakuan
Peubah P0 356,75 4,72 34,56 3,75
ns
Glukosa (mg/dl) ns Total protein plasma (g/dl) ns Ca (mg/dl) ns P (mg/dl)
P1 350,65 5,22 39,69 4,79
P2 347,20 5,47 43,14 5,25
P3 365,02 5,03 38,80 4,48
P4 363,42 5,64 41,78 5,43
Keterangan nsadalah Non Signifikan A. Kadar Glukosa Darah Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa penggunaan ransum denganpakan basal (fitase 500 FTU/kg, Ca 3,3%, Pav 0,5%) dengan penambahan
vitamin
D3
sampai
2.000
mg/kg
vit
D3
tidak
berpengaruhterhadap kadarglukosa dalam darah puyuh (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa penambahan vitamin D3 sampai 2.000 mg/kg dapat diberikan karena tidak mempengaruhi kandungan glukosa pada darah burung puyuh (Lampiran 1). Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Carlos dan Edwards (1998), glukosa tidak signifikan terhadap diet dengan 600 FTU/kg fitase dan 5 g/kg 1,25 (OH)2D3 pada ayam petelur. Menurut Turgut et al. (2006) penambahan vitamin D dalam masa puncak produksi ayamlayer tidak berpengaruh terhadap kadar glukosa darah. Menurut Curtiss et al. (1994) Penambahan vitamin D3 tidak memberikan pengaruh yang siginifikan terhadap kadar glukosa darah pada ayam broiler. Glukosa pada darah yang tidak berbeda dalam penelitian ini dapat disebabkan karena fungsi vitamin D3 500 mg/kg (0,0005% dari total pakan) belummempengaruhikinerja insulin untuk meningkatkankadar glukosa dalam darah. Menurut Simon et al. (2000),insulin bertindak untuk meningkatkan penggunaanenergi
dan
secara
fisiologis
18
insulin
pada
unggas
berperanmenyeimbangkan kadar glukosa dalam darah. Menurut Pittas et al. (2006), pemberian vitamin D3 pada ayamberperan dalam kinerja insulin untuk menjaga glukosa darah dalam keadaan normal, sehingga menjaga agar gula dalam darah tidak naik drastis. Kandungan glukosa pada puyuh (Cortunix cortunix japonica) pada umur 115 hari dengan penambahan vitamin D3 0,002% (2.000 mg/kg) sebesar356,61 mg/dl. Menurut Halit et al. (2009) konsentrasi glukosa pada plasma darahpuyuh (Japanese quail) pada umur 42 harisebesar236,23mg/dL. Kandungan glukosa darah pada penelitian ini mempunyai nilai lebih tinggi, hal ini dimungkinkan karena pada penelitian tersebut menggunakan jenis dan umur puyuh yang berbeda.
B. Kadar Total Protein Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa penggunaan ransum denganpakan basal (fitase 500 FTU/kg, Ca 3,3%, Pav 0,5%) + 2.000 mg/kg vit D3 tidak berpengaruh terhadap total protein plasma darah puyuh (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa penambahan vitamin D3 sampai 2.000 mg/kg dapat diberikan karena tidak mempengaruhi kandungan total protein pada darah burung puyuh (lampiran 2). Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Han et al. (2009),bahwa kandungan total protein pada plasma darah ayam broilertidak berbeda pada ransum dengan penambahan 5ug/kg 1ahydroxycholecalciferol.Menurut Turgut et al. (2006) penambahan vitamin D dalam masapuncak produksi ayam layertidak berpengaruh terhadap kadar total protein dalam darah. Total protein pada darah yang tidak berbeda dalam penelitian ini, dapat disebabkan karena kandungan protein yang terdapat didalam pakan tercukupi karena pada perlakuan P0 sampai P4 dengan kadar protein yang sama (18%). Menurut SNI (2006), protein yang dibutuhkan dalam ransum puyuh petelur pada fase layer adalah minimal 17,0%. Perbedaan total protein plasma dalam darah burung puyuh menurut Sutrisno (1985), dipengaruhi oleh kandungan protein pakan. Pada penelitian kandungan protein kasar perlakuan
P0 sampai P4 mempunyai nilai yang sama, sehingga dimungkinkan total protein darah juga sama. Kandungan total protein pada puyuh (Cortunix cortunix japonica) pada umur 115 hari dengan penambahan vitamin D3 0,002% (2.000 mg/kg) sebesar 5,21 mg/dl.Menurut Elkloubet al. (2015), total protein plasma yang terkandung dalam darah puyuh (Japanese quail)pada umur 42 hari sebesar4,15mg/dl. Kandungan total protein darah pada penelitian ini mempunyai nilai lebih tinggi, hal ini dimungkinkan karena pada penelitian tersebut menggunakan jenis dan umur puyuh yang berbeda.
C. Kadar Ca Darah Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa penggunaan ransum pakan basal (fitase 500 FTU/kg, Ca 3,3/%, Pav 0,5%) + 2.000 mg/kg vit D3 tidak berpengaruh terhadap kadar Ca dalam darah puyuh (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa penambahan vitamin D3 sampai 2.000 mg/kg dapat diberikan karena tidak mempengaruhi kandungan Ca pada darah burung puyuh (Lampiran 3). Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Han et al. (2009), bahwa kandungan Ca pada plasma darah ayam broiler tidak berbeda pada ransum dengan penambahan 5ug/kg 1a-hydroxycholecalciferol. Menurut Fritts
et
al.
(2003)
penambahan25-hydroxylcholecalceiferol
tidak
berpengaruh terhadap Ca plasma pada ayam broiler. Menurut Carlos and Edward (1998), penambahan 1,25-(OH)D3 sebanyak 5ug/kg dan fitase 600 FTU/kg pada ayam
petelurtidak berpengaruh terhadap Ca plasma
darah.Menurut Aburto (1998) penambahan 25-(OH)D3 pada ayam broiler tidak berpengaruh terhadap kadar Ca dalam darah Ransum yang mengandung fitase yang diberikan dengan kandungan vitamin D3 0,002% (2.000 mg/kg) mempunyai kandunganCa tersedia 3,3% dalam ransum perlakuan sama, sehingga penambahan vitamin D3 tidak berpengaruh terhadap kadar Ca darah dan dalam keadaan yang sama. Menurut NRC (1994), kebutuhan Ca tersedia dalam ransum adalah 2,5- 3,5% pada pakan puyuh petelur pada fase layer.
Kandungan Ca pada puyuh (Cortunix cortunix japonica) pada umur 115 hari dengan penambahan vitamin D3 0,002% (2.000 mg/kg) sebesar38,99 mg/dl.Menurut Halit et al. (2009) konsentrasi Ca pada plasma darah puyuh (Japanese quail) pada umur 28-42 harisebesar 11,99mg/dl. Kandungan Ca darah pada penelitian ini mempunyai nilai lebih tinggi, hal ini dimungkinkan karena pada penelitian tersebut menggunakan jenis dan umur puyuh yang berbeda.
D. Kadar P Darah Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa penggunaan ransum pakan basal (fitase 500 FTU/kg, Ca 3,3%, Pav 0,5%) + 2.000 mg/kg vit D3 tidak berpengaruh terhadap kadar P dalam darah puyuh (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa penambahan vitamin D3 sampai 2.000 mg/kg dapat diberikan karena tidak mempengaruhi kandungan P pada darah burung puyuh (Lampiran 4).Hasil penelitian ini sesuai menurut Carlos and Edward (1998),penambahan 1,25-(OH)D3 sebanyak 5ug/kg dan fitase 600 FTU/kg pada ayam petelur tidak berpengaruh terhadap P plasma darah. Menurut Pendapat Han et al. (2009), bahwa kandungan P pada plasma darah tidak berbeda
pada
ransum
dengan
hydroxycholecalciferol.Menurut
Biehl
penambahan dan
Baker
5ug/kg
(1997)
1a-
hasil
ini
menunjukkan bahwa 1α - OH D3 yang diberikan pada ayam broiler tidak berpengaruh terhadap kadar phosphor darah. Kadar P pada darah yang tidak berbeda dalam penelitian ini dapat disebabkan karena fungsi vitamin D3 2.000 mg/kg (0,002% dari total pakan) sudah mampu mempertahankan kadar P dalam darah. Hal ini sesuai menurut pendapat Shin et al. (2001) menyatakan bahwapemanfaatan fitase dalam ransum
dapat
mengoptimalkan
pemanfaatan
unsur
P
pada
ternak
monogastrik. Fitase yang disuplementasikan dapat memutus ikatan P dengan asam fitat, sehingga P dapat dimanfaatkan oleh ternak unggas (Mansoori et al., 2007).Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya olehNuhriawangsaet al. (2014), bahwa pemberian sumplementasi fitase
sampai 0,020% (1.000 IU/kg) dengan P tersedia 0,3% tidak memberikan pengaruh terhadap kadar P dalam darah puyuh petelur. Hasil analisis P pada penelitian penambahan vitamin D3 0,002% (2.000 mg/kg) pada darah puyuh (Cortunix cortunix japonica) pada umur 115 hari sebesar 4,74 mg/dl.Menurut Nuhriawangsaet al. (2014),kandungan P pada plasma puyuh (Cortunix cortunix japonica) pada umur 98 harisebesar 5,02 mg/dl. Kandungan total protein darah pada penelitian ini mempunyai nilai lebih rendah, karena menggunakan jenis puyuh pada umur yang berbeda.
V. SIMPULAN
Penambahan pakan basal (fitase 500 FTU/kg,Ca 3,3%,Pav 0,5%) dengan vitamin D3 sampai 2.000 mg/kg dalam ransum tidak mempengaruhi profil darah (kadar glukosa, total protein, kadar Ca dan kadar P) dalam darah puyuh petelur.