IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Profil Perusahaan 4.1.1. Sejarah PT. Indosat Tbk PT. Indonesian Satellite Corporation Tbk. (PT. Indosat Tbk.) adalah sebuah perusahaan telekomunikasi dan multimedia terbesar kedua di Indonesia untuk jasa selular. Perusahaan tersebut didirikan pada tahun 1967 sebagai Operator Stasiun Bumi Intelsat oleh International Telephone and Telegraph Corporation (ITT) dan mulai beroperasi pada tahun 1969. Pada tahun 1980, PT. Indosat menjadi Badan Usaha Milik Negara dan Badan Penyelenggara Tunggal Telekomunikasi Internasional yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Hingga tahun 1990, PT. Indosat menyediakan layanan telekomunikasi seperti SLI dan layanan transmisi televisi antarbangsa. Pada tahun 1993, PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) didirikan di bawah pengawasan PT. Indosat dan beroperasi pada tahun 1994. Pendirian PT. Satelindo sebagai anak perusahaan PT. Indosat menjadikan PT. Satelindo sebagai operator GSM pertama di Indonesia yang mengeluarkan kartu prabayar Mentari dan pascabayar Matrix. Dalam perjalanannya, PT. Indosat mulai memperdagangkan sahamnya di Indonesia dan Amerika Serikat, yaitu di Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya, dan New York Stock Exchange pada tanggal 19 Oktober 1994. Kemudian pada tahun 2001, PT. Indosat mendirikan PT. Indosat Multi Media Mobile (IM3) yang menjadi pelopor GPRS dan multimedia di Indonesia. Pada tahun yang sama, PT. Indosat juga memegang kendali penuh atas PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo).
42
PT. Indosat merupakan perusahaan pertama yang menerapkan obligasi dengan konsep syariah pada tahun 2002. Namun pada akhir tahun 2002, Pemerintah Indonesia menjual 41,94 persen saham PT. Indosat ke Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd, sebagai akibat kebijakan pasar bebas. Dengan demikian, PT. Indosat kembali menjadi PMA. PT. Indosat memperoleh lisensi nasional untuk lokal atau FWA pada tahun 2003, dan bulan November 2003 PT. Indosat mengakuisisi PT. Satellindo, PT. IM3 dan Bimagraha. Selanjutnya, pada tanggal 1 Maret 2007 STT menjual kepemilikan saham PT. Indosat sebesar 25 persen ke Qatar Telecom di Asia Holdings Pte. Ltd. Pada tanggal 31 Desember 2008, Qatar Telecom Q.S.C. (Qtel) memiliki saham PT. Indosat (Qtel) sebesar 40,81 persen secara tidak langsung melalui Indonesia Communication Limited (ICLM) dan Indonesia Communications Pte Ltd (ICLS), sementara Pemerintah Republik Indonesia dan Publik masing-masing memiliki 14,29 persen dan 44,90 persen. Hingga tahun 2009, Qtel memiliki 65 persen saham PT. Indosat melalui tender offer (memiliki tambahan 24,19 persen saham seri B dari publik). Saat ini, PT. Indosat memberikan kemudahan bagi para pelanggannya dengan menyediakan kantor pelayanan PT. Indosat yang dikenal dengan Galeri Indosat. Galeri Indosat sudah tersedia hampir di seluruh wilayah Indonesia. Galeri Indosat tersebut dibagi dalam berbagai regional seperti Jabodetabek, Sumatra bagian utara, Sumatra bagian selatan, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Kalimantan, dan Indonesia bagian timur. Kantor pusat PT. Indosat berkedudukan di Jalan Medan Merdeka Barat No. 21, Jakarta Pusat 10110.
43 4.1.2. Visi dan Misi PT. Indosat Tbk. Visi
dan
Misi
suatu
perusahaan
merupakan
panduan
keberhasilan dalam menjalankan bidang usaha. Visi dapat memberikan aspirasi, motivasi, dan panduan dalam menyusun strategi perusahaan. Sedangkan misi berguna dalam menginformasikan kepada stakeholder tentang alasan pendirian perusahaan dan arah tujuan perusahaan. Oleh karena itu, PT. Indosat berusaha merumuskan visi dan misi perusahaannya agar dapat menjadi langkah konkret dalam mencapai tujuan. Adapun visi dan misi dari PT. Indosat adalah sebagai berikut: a.
Visi Menjadi Penyelenggara Jasa dan Jaringan Telekomunikasi Terpadu Berfokus Selular/Nirkabel, yang Terkemuka di Indonesia.
b.
Misi 1. Menyediakan dan mengembangkan inovasi dan kualitas produk, jasa, dan solusi yang menawarkan nilai lebih bagi pelanggan. 2. Menjaga kesinambungan pertumbuhan nilai shareholders. 3. Menyediakan kualitas hidup yang baik bagi para stakeholders. Untuk mencapai misi tersebut PT. Indosat menerapkan beberapa strategi jangka pendek seperti: 1. Fokus pada pertumbuhan selular. 2. Mempertahankan usaha SLI dan memasuki usaha SLJJ dan FWA. 3. Menumbuhkan usaha MIDI melalui sinergi antar unit usaha. 4. Meningkatkan efisiensi dan mengembangkan sinergi. Berdasarkan visi dan misi tersebut, PT. Indosat berharap dapat
memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan dalam rangka meningkatkan kredibilitas perusahaan.
44
4.1.3. Bidang Usaha PT. Indosat Tbk. PT. Indosat memiliki tiga bidang usaha, yaitu Selular, Telekomunikasi Tetap, dan Multimedia Komunikasi Data dan Internet (MIDI). Adapun pemaparan setiap bidang usaha adalah sebagai berikut: 1.
Bidang usaha selular Bidang usaha selular dari PT. Indosat merupakan penyelenggara selular kedua terbesar di Indonesia dengan kontribusi sebesar 75 persen pendapatan usaha pada tahun 2005. Bidang usaha selular memiliki target pasar seperti korporat, umum, dan generasi muda. Adapun produk-produk yang ditawarkan dalam bidang usaha tersebut, yaitu: a. IM3 IM3 merupakan layanan selular prabayar yang terjangkau, dengan fleksibiltas isi ulang. IM3 memiliki slogan No Limits dan
merupakan
pilihan
untuk
generasi
muda.
IM3
menghadirkan berbagai fitur inovatif dengan nilai super hemat, seperti layanan broadband, dan layanan paket data dengan kecepatan tinggi hingga 2 Mbps dengan beragam paket pilihan sesuai kebutuhan. IM3 merupakan operator pertama yang meluncurkan GPRS, MMS, Video Streaming hingga java games di seluruh Indonesia. b. Mentari Mentari merupakan layanan selular prabayar yang terjangkau untuk pengguna regular. Mentari memiliki slogan Lengkap Melengkapi Hidup dan dapat dipergunakan saat internasional roaming di banyak negara. Mentari menyediakan berbagai fasilitas yang memberikan kemudahan dan kenyamanan berkomunikasi dengan tarif murah. Kartu Mentari mengandung
45 nilai kepercayaan, kekeluargaan dan ekonomis, serta memiliki fitur dan layanan yang lengkap. c. Matrix Matrix merupakan layanan selular pascabayar dengan mobilitas yang semakin tinggi, sambungan lebih cepat, liputan lebih luas dan kualitas sinyal maupun suara yang lebih jernih. Matrix memiliki slogan The Freedom to be You. Jaringan Matrix yang mencakup lima benua di dunia, memungkinkan Matrix untuk dibawa ke luar negeri dan seluruh wilayah di Indonesia. Matrix juga menyajikan beragam layanan hi-tech bagi pelanggan yang banyak memanfaatkan fitur canggih. d. BlackBerry BlackBerry merupakan layanan selular pascabayar atau prabayar dengan layanan akses tiada batas untuk komunikasi bisnis. BlackBerry memiliki slogan The Business is Yours. BlackBerry didukung dengan fitur–fitur yang menunjang aktivitas komunikasi bagi pelanggan dalam segala kegiatan, seperti realtime email, organizer, hingga layanan multimedia. e. Indosat 3.5G Indosat 3.5G merupakan layanan akses internet mobile berkecepatan tinggi. Indosat 3.5G memberikan kemudahan pada aktivitas berinternet seperti e-mail, browsing, dan chatting. Indosat 3.5G memiliki slogan Speed Gives You More. f. I-Games, i-Ring, i-Go, i-Menu I-Games, i-Ring, i-Go, dan i-Menu adalah layanan nilai tambah bagi pengguna layanan selular dengan berbagai pilihan fitur. 2.
Bidang usaha telepon tetap Bidang usaha telepon tetap memiliki pendapatan utama dari LSI dengan kontribusi sebesar 11 persen pendapatan usaha pada tahun 2005. Bidang usaha telepon tetap memiliki target pasar seperti
46 korporat, UKM, dan generasi residendial. Adapun produk-produk yang ditawarkan oleh bidang usaha telepon tetap adalah sebagai berikut: a. StarOne StarOne merupakan layanan komunikasi tetap nirkabel dengan tarif pascabayar dan prabayar yang berbasis teknologi CDMA. b. IDD 008 IDD
008
merupakan
layanan
sambungan
internasional
langsung ke seluruh belahan dunia tanpa melalui operator dengan tarif hemat. c. IDD 001 IDD
001
merupakan
layanan
sambungan
internasional
langsung ke seluruh belahan dunia tanpa melalui operator. d. Indosat Phone (iPhone) Indosat Phone adalah layanan telepon tetap domestik dan internasional berbasis kabel untuk komunikasi data, suara dan video dengan kualitas prima. e. Indosat Flat Call 01016 Indosat Flat Call 01016 adalah layanan hubungan internasional ke semua negara berbasis Voice over Internet Protocol (VoIP) dengan tarif hemat. f. Global Save Global Save adalah layanan dari PT. Indosat Tbk. yang berbasis VoIP (Voice over Internet Protocol). 3.
Bidang usaha MIDI (Multimedia, Komunikasi Data dan Internet) Bidang usaha MIDI memiliki kontribusi sebesar 14 persen pendapatan usaha pada tahun 2005. Bidang usaha tersebut memiliki target pasar seperti korporat, wholesale, dan residensial. Produk-produk yang ditawarkan dalam bidang usaha MIDI
47 menyediakan solusi dalam pemenuhan kebutuhan korporasi yang lebih kompleks. Layanan korporasi ini meliputi: a. IPLC (International Private Leased Circuit) dan DPLC (Domestic Private Leased Circuit) IPLC dan DPLC merupakan layanan koneksi sirkit point to point. b. Frame Relay dan ATM (Asynchronous Transfer Mode) Frame Relay dan ATM adalah layanan fleksibilitas pengiriman data yang bersifat bursty. c. INIX (Indosat National Internet Exchange) d. IDIA (Indosat Dedicated Internet Access) IDIA merupakan layanan yang dapat membantu korporat dalam membuat jaringan pribadi melalui paket data. e. INP (Internet Network Provider) INP merupakan layanan akses internet global. f. DRC (Disaster Recovery Center) DRC merupakan layanan keamanan data yang disediakan oleh Indosat. g. Satellite Services Satellite Services adalah solusi layanan broadcast nasional dan internasional. h. MPLS (Multi-Protocol Label Switching) Based Services MPLS merupakan layanan terbaru berbasis jaringan Metro Ethernet dengan teknologi MPLS. 4.1.4. Struktur Organisasi PT. Indosat Tbk. Dalam menjalankan kegiatan operasional, perusahaan perlu membentuk struktur organisasi. Struktur organisasi tersebut berguna untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Oleh karena itu, PT. Indosat merumuskan
48 struktur organisasi untuk memudahkan pembagian tugas dan koordinasi antar divisinya. Struktur organisasi PT. Indosat akan disajikan pada Lampiran 2. 4.1.5. Anak Perusahaan PT. Indosat Tbk. PT. Indosat Tbk. memiliki beberapa anak perusahaan yang berperan dalam membantu kinerja perusahaan induk. Anak perusahaan dari PT. Indosat Tbk. tersebut adalah sebagai berikut: a. PT. Aplikanusa Lintasarta (Lintasarta) b. PT. Indosat Mega Media (IndosatM2) c. Indosat Finance Company B.V. (IFB) d. Indosat International Finance Company B.V. (IIFB) e. Indosat Singapore Pte. Ltd. (ISP) f. PT. Artajasa Pembayaran Elektronis (APE) g. PT. StarOne Mitra Telekomunikasi (SMT) 4.2.
Hasil Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini menggunakan software SPSS 15.0 for Windows Evaluation Version, Minitab 14 dan Microsoft Excel. Data hasil kuesioner merupakan data Skala Likert yang masih berbentuk skala ordinal. Skala ordinal mempunyai informasi skala nominal ditambah dengan sarana peringkat relatif tertentu tetapi tidak dapat menjelaskan kekurangan dan kelebihan dari karakteristik yang dimiliki oleh suatu objek (Sarwono, 2006). Oleh karena itu, skala ordinal tersebut perlu ditransformasi menjadi skala interval dengan bantuan software GMacro yang tersedia pada Minitab agar dapat diketahui jaraknya. Hasil konversi data tersebut disajikan pada Lampiran 3 dan akan digunakan untuk pengolahan dan analisis data lebih lanjut. 4.2.1. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Analisis validitas dan reliabilitas kuesioner merupakan hal yang penting dari suatu penelitian. Salah satu cara untuk mencari validitas
49 kuesioner adalah dengan mengkorelasi skor butir pertanyaan dengan skor total yang didapat. Skor total adalah nilai yang diperoleh dari hasil penjumlahan semua skor butir pertanyaan. Instrumen yang digunakan untuk menghitung korelasi tersebut adalah rumus korelasi product moment pearson yang tersedia pada software SPSS 15.0 for Windows Evaluation Version. Penghitungan korelasi dilakukan kepada jawaban dari 30 responden awal, dan akhirnya didapatkan lima butir pertanyaan untuk variabel X1, lima butir pertanyaan untuk variabel X2, dan tiga butir pertanyaan untuk variabel Y. Seluruh butir pertanyaan tersebut dikatakan valid karena memiliki r hitung > r tabel (r tabel = 0,361 untuk n = 30 pada selang kepercayaan 95%). Hasil output perhitungan uji validitas akan disajikan pada Lampiran 4. Setelah kuesioner dinyatakan valid, maka langkah selanjutnya adalah menguji konsistensi atas jawaban dari kuesioner dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach’s yang tersedia pada program SPSS 15.0 for Windows Evaluation Version. Semakin konsisten jawaban dari kuesioner, maka semakin tinggi tingkat reliabilitasnya. Reliabilitas yang kecil ditentukan oleh kesalahan pengukuran. Hubungan antar koefisien reliabilitas dengan kesalahan pengukuran adalah berbanding terbalik. Semakin besar koefisien reliabilitas, maka kesalahan pengukuran semakin kecil dan semakin kecil koefisien reliabilitas maka kesalahan pengukuran semakin besar. Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan hasil sebesar 0,845 untuk variabel X (Perceived credibilities konsumen terhadap Adli Fairuz sebagai endorser SIMcard IM3) dan 0,697 untuk variabel Y (Sikap konsumen terhadap produk SIMcard IM3). Dengan demikian, instrumen penelitian tersebut sudah reliable karena memiliki nilai Cronbach’s Alpha > 0,60. Hasil output perhitungan uji reliabilitas akan disajikan pada Lampiran 5.
50
4.2.2. Karakteristik Konsumen Data
karakteristik
konsumen
diperoleh
dari
kuesioner
penelitian yang disebarkan di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor. Kuesioner penelitian tersebut disebarkan kepada 100 konsumen yaitu mahasiswa Institut Pertanian Bogor yang sudah mengetahui dan melihat tayangan iklan SIMcard IM3 versi Cumi minimal sebanyak tiga kali. Pengolahan dan analisis data mengenai karakteristik konsumen dilakukan dengan menggunakan tabulasi silang dan pie chart sebagai berikut: 1.
Angkatan Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui bahwa 46 persen konsumen merupakan angkatan 43, diikuti dengan angkatan 45 sebesar 25 persen, angkatan 44 sebesar 16 persen, angkatan 46 sebesar 7 persen, dan angkatan 42 sebesar 6 persen.
Angkatan Responden Angkatan 46 7%
Angkatan 42 6%
Angkatan 45 25%
Angkatan 44 16%
Angkatan 43 46%
Gambar 4. Diagram angkatan responden 2.
Jenis Kelamin Konsumen dalam penelitian ini dapat dibedakan berdasarkan komposisi gender atau jenis kelamin yaitu perempuan dan lakilaki. Berikut ini merupakan hasil tabulasi silang hubungan jenis
51 kelamin dengan sikap konsumen dilihat dari tiga dimensi sikap, yaitu: a. Dimensi Strongly Like-Strongly Dislike Dimensi sikap Strongly Like-Strongly Dislike dikembangkan oleh Till dan Busler (2000) dan digunakan untuk mengukur sikap konsumen terhadap produk mulai dari pernyataan sangat tidak suka hingga sangat suka. Tabel 4 menunjukkan hasil tabulasi silang hubungan jenis kelamin dengan dimensi sikap Strongly Like-Strongly Dislike. Tabel 4. Hasil tabulasi silang hubungan jenis kelamin dengan dimensi sikap Strongly Like-Strongly Dislike
3.00 Jk
1.00 Count % within Jk % within Sk % of Total 2.00 Count % within Jk % within Sk % of Total Total Count % within Jk % within Sk % of Total
12 27.3% 57.1% 12.1% 9 16.4% 42.9% 9.1% 21 21.2% 100.0% 21.2%
Sk 4.00 5.00 20 12 45.5% 27.3% 41.7% 40.0% 20.2% 12.1% 28 18 50.9% 32.7% 58.3% 60.0% 28.3% 18.2% 48 30 48.5% 30.3% 100.0% 100.0% 48.5% 30.3%
Total 3.00 44 100.0% 44.4% 44.4% 55 100.0% 55.6% 55.6% 99 100.0% 100.0% 100.0%
Hasil tabulasi silang pada Tabel 4 menunjukkan bahwa pada jenis kelamin laki-laki yang menyukai produk SIMcard IM3 ada 20 orang atau sebanyak 45,5 persen. Sedangkan pada jenis kelamin perempuan yang menyatakan menyukai produk SIMcard IM3 ada 28 orang atau sebanyak 50,9 persen. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsumen yang berjenis kelamin perempuan cenderung menyukai produk SIMcard IM3 dibandingkan konsumen berjenis kelamin laki-laki.
52
b. Dimensi Very Good-Very Bad Dimensi sikap Very Good-Very Bad dikembangkan oleh Till dan Busler (2000) dan digunakan untuk mengukur sikap konsumen terhadap produk mulai dari pernyataan sangat buruk hingga sangat baik. Tabel 5 menunjukkan hasil tabulasi silang hubungan jenis kelamin dengan dimensi sikap Very GoodVery Bad. Tabel 5. Hasil tabulasi silang hubungan jenis kelamin dengan dimensi sikap Very Good-Very Bad Sk 2.00 Jk
1.00
2.00
Total
Count % within Jk % within Sk % of Total Count % within Jk % within Sk % of Total Count % within Jk % within Sk % of Total
1 2.3% 50.0% 1.0% 1 1.8% 50.0% 1.0% 2 2.0% 100.0% 2.0%
3.00 12 27.3% 40.0% 12.1% 18 32.7% 60.0% 18.2% 30 30.3% 100.0% 30.3%
Total 4.00 25 56.8% 45.5% 25.3% 30 54.5% 54.5% 30.3% 55 55.6% 100.0% 55.6%
5.00 6 13.6% 50.0% 6.1% 6 10.9% 50.0% 6.1% 12 12.1% 100.0% 12.1%
2.00 44 100.0% 44.4% 44.4% 55 100.0% 55.6% 55.6% 99 100.0% 100.0% 100.0%
Hasil tabulasi silang pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pada jenis kelamin laki-laki yang menyatakan produk SIMcard IM3 baik ada 25 orang atau sebanyak 56,8 persen. Sedangkan pada jenis kelamin perempuan yang menyatakan produk SIMcard IM3 baik ada 30 orang atau sebanyak 54,5 persen. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsumen yang berjenis kelamin perempuan cenderung menyatakan produk SIMcard IM3 baik dibandingkan konsumen berjenis kelamin laki-laki. c. Dimensi Very Positive-Very Negative Dimensi sikap Very Positive-Very Negative dikembangkan oleh Till dan Busler (2000) dan digunakan untuk mengukur
53 sikap konsumen terhadap produk mulai dari pernyataan sangat negatif hingga sangat positif. Tabel 6 menunjukkan hasil tabulasi silang hubungan jenis kelamin dengan dimensi sikap Very Positive-Very Negative. Tabel 6. Hasil tabulasi silang hubungan jenis kelamin dengan dimensi sikap Very Positive-Very Negative Sk Jk
1.00
2.00
Total
Count % within Jk % within Sk % of Total Count % within Jk % within Sk % of Total Count % within Jk % within Sk % of Total
2.00
3.00
1 2.3% 100.0% 1.0% 0 .0% .0% .0% 1 1.0% 100.0% 1.0%
6 13.6% 40.0% 6.1% 9 16.4% 60.0% 9.1% 15 15.2% 100.0% 15.2%
Total 4.00 27 61.4% 40.3% 27.3% 40 72.7% 59.7% 40.4% 67 67.7% 100.0% 67.7%
5.00 10 22.7% 62.5% 10.1% 6 10.9% 37.5% 6.1% 16 16.2% 100.0% 16.2%
2.00 44 100.0% 44.4% 44.4% 55 100.0% 55.6% 55.6% 99 100.0% 100.0% 100.0%
Hasil tabulasi silang pada Tabel 6 menunjukkan bahwa pada jenis kelamin laki-laki yang memberikan penilaian positif terhadap produk SIMcard IM3 ada 27 orang atau sebanyak 61,4 persen. Sedangkan pada jenis kelamin perempuan yang memberikan penilaian positif terhadap produk SIMcard IM3 ada 40 orang atau sebanyak 72,7 persen. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsumen yang berjenis kelamin perempuan cenderung memberikan penilaian yang positif terhadap produk SIMcard IM3 dibandingkan konsumen berjenis kelamin laki-laki. 3.
Usia Berdasarkan hasil kuesioner dapat diketahui bahwa responden yang memiliki usia 21 tahun sebanyak 32 persen, usia 20 tahun sebanyak 26 persen, usia 22 tahun sebanyak 16 persen, usia 19
54 tahun sebanyak 14 persen, usia 18 tahun sebanyak 6 persen, usia 23 tahun sebanyak 5 persen, dan usia 24 tahun sebanyak 1 persen.
Usia Responden 23 tahun 5%
24 tahun 1%
18 tahun 6%
22 tahun 16%
19 tahun 14%
21 tahun 32% 20 tahun 26%
Gambar 5. Diagram usia responden 4.
Pengeluaran rutin tiap bulan Pengeluaran rutin tiap bulan dari konsumen dapat mempengaruhi sikap konsumen terhadap produk. Berikut ini merupakan hasil tabulasi silang hubungan pengeluaran rutin tiap bulan dengan sikap konsumen dilihat dari tiga dimensi sikap, yaitu: a. Dimensi Strongly Like-Strongly Dislike Dimensi sikap Strongly Like-Strongly Dislike dikembangkan oleh Till dan Busler (2000) dan digunakan untuk mengukur sikap konsumen terhadap produk mulai dari pernyataan sangat tidak suka, tidak suka, cukup suka, suka, hingga sangat suka. Tabel 7 menunjukkan hasil tabulasi silang hubungan pengeluaran rutin tiap bulan dengan dimensi sikap Strongly Like-Strongly Dislike.
55 Tabel 7. Hasil tabulasi silang hubungan pengeluaran rutin tiap bulan dengan dimensi sikap Strongly LikeStrongly Dislike
3.00 Pr
1.00 Count % within Pr % within Sk % of Total 2.00 Count % within Pr % within Sk % of Total 3.00 Count % within Pr % within Sk % of Total 4.00 Count % within Pr % within Sk % of Total Total Count % within Pr % within Sk % of Total
9 25.0% 42.9% 9.0% 9 17.3% 42.9% 9.0% 3 30.0% 14.3% 3.0% 0 .0% .0% .0% 21 21.0% 100.0% 21.0%
Sk 4.00 5.00 19 8 52.8% 22.2% 38.8% 26.7% 19.0% 8.0% 24 19 46.2% 36.5% 49.0% 63.3% 24.0% 19.0% 4 3 40.0% 30.0% 8.2% 10.0% 4.0% 3.0% 2 0 100.0% .0% 4.1% .0% 2.0% .0% 49 30 49.0% 30.0% 100.0% 100.0% 49.0% 30.0%
Total 3.00 36 100.0% 36.0% 36.0% 52 100.0% 52.0% 52.0% 10 100.0% 10.0% 10.0% 2 100.0% 2.0% 2.0% 100 100.0% 100.0% 100.0%
Berdasarkan tabulasi silang pada Tabel 7 dapat dihasilkan kesimpulan sebagai berikut: a) Konsumen dengan pengeluaran rutin tiap bulan sebanyak Rp 500.000,00 cenderung menyukai produk SIMcard IM3 dengan persentase sebesar 52,8 persen. b) Konsumen dengan pengeluaran rutin tiap bulan sebanyak Rp 500.001,00-Rp 1.000.000,00 cenderung menyukai produk SIMcard IM3 dengan persentase sebesar 46,2 persen. c) Konsumen dengan pengeluaran rutin tiap bulan sebanyak Rp 1.000.001,00-Rp 1.500.000,00 cenderung menyukai
56
produk SIMcard IM3 dengan persentase sebesar 40 persen. d) Konsumen dengan pengeluaran rutin tiap bulan sebanyak >Rp 1.500.000,00 cenderung menyukai produk SIMcard IM3 dengan persentase sebesar 100 persen. b. Dimensi Very Good-Very Bad Dimensi sikap Very Good-Very Bad dikembangkan oleh Till dan Busler (2000) dan digunakan untuk mengukur sikap konsumen terhadap produk mulai dari pernyataan sangat buruk hingga sangat baik. Tabel 8 menunjukkan hasil tabulasi silang hubungan pengeluaran rutin tiap bulan dengan dimensi sikap Very Good-Very Bad. Tabel 8. Hasil tabulasi silang hubungan pengeluaran rutin tiap bulan dengan dimensi sikap Very Good-Very Bad Sk 2.00 Pr
1.00
2.00
3.00
4.00
Total
Count % within Pr % within Sk % of Total Count % within Pr % within Sk % of Total Count % within Pr % within Sk % of Total Count % within Pr % within Sk % of Total Count % within Pr % within Sk % of Total
0 .0% .0% .0% 1 1.9% 50.0% 1.0% 1 10.0% 50.0% 1.0% 0 .0% .0% .0% 2 2.0% 100.0% 2.0%
3.00 12 33.3% 38.7% 12.0% 14 26.9% 45.2% 14.0% 3 30.0% 9.7% 3.0% 2 100.0% 6.5% 2.0% 31 31.0% 100.0% 31.0%
Total 4.00 22 61.1% 40.0% 22.0% 29 55.8% 52.7% 29.0% 4 40.0% 7.3% 4.0% 0 .0% .0% .0% 55 55.0% 100.0% 55.0%
5.00 2 5.6% 16.7% 2.0% 8 15.4% 66.7% 8.0% 2 20.0% 16.7% 2.0% 0 .0% .0% .0% 12 12.0% 100.0% 12.0%
2.00 36 100.0% 36.0% 36.0% 52 100.0% 52.0% 52.0% 10 100.0% 10.0% 10.0% 2 100.0% 2.0% 2.0% 100 100.0% 100.0% 100.0%
57 Berdasarkan tabulasi silang pada Tabel 8 dapat dihasilkan kesimpulan sebagai berikut: a) Konsumen dengan pengeluaran rutin tiap bulan sebanyak Rp 500.000,00 cenderung menyatakan produk SIMcard IM3 baik dengan persentase sebesar 61,1 persen. b) Konsumen dengan pengeluaran rutin tiap bulan sebanyak Rp 500.001,00-Rp 1.000.000,00 cenderung menyatakan produk SIMcard IM3 baik dengan persentase sebesar 55,8 persen. c) Konsumen dengan pengeluaran rutin tiap bulan sebanyak Rp 1.000.001,00-Rp 1.500.000,00 cenderung menyatakan produk SIMcard IM3 baik dengan persentase sebesar 40 persen. d) Konsumen dengan pengeluaran rutin tiap bulan sebanyak >Rp
1.500.000,00
cenderung
menyatakan
produk
SIMcard IM3 cukup baik dengan persentase sebesar 100 persen. c. Dimensi Very Positive-Very Negative Dimensi sikap ini dikembangkan oleh Till dan Busler (2000) dan digunakan untuk mengukur sikap konsumen terhadap produk mulai dari pernyataan sangat negatif, negatif, cukup positif, positif, hingga sangat positif. Tabel 9 menunjukkan hasil tabulasi silang hubungan pengeluaran rutin tiap bulan dengan dimensi sikap Very Positive-Very Negative.
58 Tabel 9. Hasil tabulasi silang hubungan pengeluaran rutin tiap bulan dengan dimensi sikap Very Positive-Very Negative Sk Pr
1.00
2.00
3.00
4.00
Total
Count % within Pr % within Sk % of Total Count % within Pr % within Sk % of Total Count % within Pr % within Sk % of Total Count % within Pr % within Sk % of Total Count % within Pr % within Sk % of Total
2.00
3.00
0 .0% .0% .0% 1 1.9% 100.0% 1.0% 0 .0% .0% .0% 0 .0% .0% .0% 1 1.0% 100.0% 1.0%
8 22.2% 53.3% 8.0% 6 11.5% 40.0% 6.0% 1 10.0% 6.7% 1.0% 0 .0% .0% .0% 15 15.0% 100.0% 15.0%
Total 4.00 24 66.7% 35.3% 24.0% 37 71.2% 54.4% 37.0% 6 60.0% 8.8% 6.0% 1 50.0% 1.5% 1.0% 68 68.0% 100.0% 68.0%
5.00 4 11.1% 25.0% 4.0% 8 15.4% 50.0% 8.0% 3 30.0% 18.8% 3.0% 1 50.0% 6.3% 1.0% 16 16.0% 100.0% 16.0%
2.00 36 100.0% 36.0% 36.0% 52 100.0% 52.0% 52.0% 10 100.0% 10.0% 10.0% 2 100.0% 2.0% 2.0% 100 100.0% 100.0% 100.0%
Berdasarkan tabulasi silang pada Tabel 9 dapat dihasilkan kesimpulan sebagai berikut: a) Konsumen dengan pengeluaran rutin tiap bulan sebanyak Rp 500.000,00 cenderung memberikan penilaian yang positif terhadap produk SIMcard IM3 dengan persentase sebesar 66,7 persen. b) Konsumen dengan pengeluaran rutin tiap bulan sebanyak Rp 500.001,00-Rp 1.000.000,00 cenderung memberikan penilaian yang positif terhadap produk SIMcard IM3 dengan persentase sebesar 71,2 persen. c) Konsumen dengan pengeluaran rutin tiap bulan sebanyak Rp 1.000.001,00-Rp 1.500.000,00 cenderung memberikan
59
penilaian yang positif terhadap produk SIMcard IM3 dengan persentase sebesar 60 persen. d) Konsumen dengan pengeluaran rutin tiap bulan sebanyak >Rp 1.500.000,00 cenderung memberikan penilaian yang cukup positif dan positif terhadap produk SIMcard IM3 dengan persentase yang sama yaitu sebesar 50 persen. 5.
Proporsi pengeluaran untuk pembelian pulsa dibandingkan dengan total rata-rata pengeluaran rutin tiap bulan konsumen. Hubungan proporsi pembelian pulsa dibandingkan total rata-rata pengeluaran rutin tiap bulan konsumen dengan sikap konsumen dilihat dari tiga dimensi sikap akan diolah dan dianalisis menggunakan tabulasi silang yang tersedia pada software SPSS 15.0 for Windows Evaluation Version. Hasil tabulasi silang tersebut sebagai berikut: a.
Dimensi Strongly Like-Strongly Dislike Dimensi sikap Strongly Like-Strongly Dislike dikembangkan oleh Till dan Busler (2000) dan digunakan untuk mengukur sikap konsumen terhadap produk mulai dari pernyataan sangat tidak suka, tidak suka, cukup suka, suka hingga sangat suka. Tabel 10 menunjukkan hasil tabulasi silang hubungan proporsi pembelian pulsa dengan dimensi sikap Strongly LikeStrongly Dislike.
60
Tabel 10. Hasil tabulasi silang hubungan proporsi pembelian pulsa dengan dimensi sikap Strongly Like-Strongly Dislike
3.00 Pp
1.00 Count % within Pp % within Sk % of Total 2.00 Count % within Pp % within Sk % of Total 3.00 Count % within Pp % within Sk % of Total 4.00 Count % within Pp % within Sk % of Total 5.00 Count % within Pp % within Sk % of Total 6.00 Count % within Pp % within Sk % of Total Total Count % within Pp % within Sk % of Total
5 10.9% 23.8% 5.0% 7 41.2% 33.3% 7.0% 4 23.5% 19.0% 4.0% 1 16.7% 4.8% 1.0% 1 20.0% 4.8% 1.0% 3 33.3% 14.3% 3.0% 21 21.0% 100.0% 21.0%
Sk Total 4.00 5.00 3.00 28 13 46 60.9% 28.3% 100.0% 57.1% 43.3% 46.0% 28.0% 13.0% 46.0% 7 3 17 41.2% 17.6% 100.0% 14.3% 10.0% 17.0% 7.0% 3.0% 17.0% 10 3 17 58.8% 17.6% 100.0% 20.4% 10.0% 17.0% 10.0% 3.0% 17.0% 4 1 6 66.7% 16.7% 100.0% 8.2% 3.3% 6.0% 4.0% 1.0% 6.0% 0 4 5 .0% 80.0% 100.0% .0% 13.3% 5.0% .0% 4.0% 5.0% 0 6 9 .0% 66.7% 100.0% .0% 20.0% 9.0% .0% 6.0% 9.0% 49 30 100 49.0% 30.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 49.0% 30.0% 100.0%
Berdasarkan tabulasi silang pada Tabel 10 dihasilkan kesimpulan sebagai berikut: a) Konsumen dengan proporsi pembelian pulsa sebanyak 10 persen cenderung menyukai produk SIMcard IM3 dengan persentase sebesar 60,9 persen.
61 b) Konsumen dengan proporsi pembelian pulsa sebanyak 15 persen cenderung cukup menyukai dan menyukai produk SIMcard IM3 dengan persentase yang sama, yaitu sebesar 41,2 persen. c) Konsumen dengan proporsi pembelian pulsa sebanyak 20 persen cenderung menyukai produk SIMcard IM3 dengan persentase sebesar 58,8 persen. d) Konsumen dengan proporsi pembelian pulsa sebanyak 25 persen cenderung menyukai produk SIMcard IM3 dengan persentase sebesar 66,7 persen. e) Konsumen dengan proporsi pembelian pulsa sebanyak 30 persen cenderung sangat menyukai produk SIMcard IM3 dengan persentase sebesar 80 persen. f) Konsumen dengan proporsi pembelian pulsa sebanyak lainnya cenderung sangat menyukai produk SIMcard IM3 dengan persentase sebesar 66,7 persen. b.
Dimensi Very Good-Very Bad Dimensi sikap Very Good-Very Bad dikembangkan oleh Till dan Busler (2000) dan digunakan untuk mengukur sikap konsumen terhadap produk mulai dari pernyataan sangat buruk, buruk, cukup baik, baik hingga sangat baik. Tabel 11 menunjukkan hasil tabulasi silang hubungan proporsi pembelian pulsa dengan dimensi sikap Very Good-Very Bad.
62 Tabel 11. Hasil tabulasi silang hubungan proporsi pembelian pulsa dengan dimensi sikap Very Good-Very Bad Sk 2.00 Pp
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
Total
Count % within Pp % within Sk % of Total Count % within Pp % within Sk % of Total Count % within Pp % within Sk % of Total Count % within Pp % within Sk % of Total Count % within Pp % within Sk % of Total Count % within Pp % within Sk % of Total Count % within Pp % within Sk % of Total
0 .0% .0% .0% 1 5.9% 50.0% 1.0% 0 .0% .0% .0% 0 .0% .0% .0% 0 .0% .0% .0% 1 11.1% 50.0% 1.0% 2 2.0% 100.0% 2.0%
3.00 15 32.6% 48.4% 15.0% 3 17.6% 9.7% 3.0% 12 70.6% 38.7% 12.0% 0 .0% .0% .0% 0 .0% .0% .0% 1 11.1% 3.2% 1.0% 31 31.0% 100.0% 31.0%
Total 4.00 27 58.7% 49.1% 27.0% 11 64.7% 20.0% 11.0% 3 17.6% 5.5% 3.0% 6 100.0% 10.9% 6.0% 4 80.0% 7.3% 4.0% 4 44.4% 7.3% 4.0% 55 55.0% 100.0% 55.0%
5.00 4 8.7% 33.3% 4.0% 2 11.8% 16.7% 2.0% 2 11.8% 16.7% 2.0% 0 .0% .0% .0% 1 20.0% 8.3% 1.0% 3 33.3% 25.0% 3.0% 12 12.0% 100.0% 12.0%
2.00 46 100.0% 46.0% 46.0% 17 100.0% 17.0% 17.0% 17 100.0% 17.0% 17.0% 6 100.0% 6.0% 6.0% 5 100.0% 5.0% 5.0% 9 100.0% 9.0% 9.0% 100 100.0% 100.0% 100.0%
Berdasarkan tabulasi silang pada Tabel 11 dihasilkan kesimpulan sebagai berikut: a) Konsumen dengan proporsi pembelian pulsa sebanyak 10 persen cenderung menyatakan produk SIMcard IM3 baik dengan persentase sebesar 58,7 persen.
63 b) Konsumen dengan proporsi pembelian pulsa sebanyak 15 persen cenderung menyatakan produk SIMcard IM3 baik dengan persentase sebesar 64,7 persen. c) Konsumen dengan proporsi pembelian pulsa sebanyak 20 persen cenderung menyatakan produk SIMcard IM3 cukup baik dengan persentase sebesar 70,6 persen. d) Konsumen dengan proporsi pembelian pulsa sebanyak 25 persen cenderung menyatakan produk SIMcard IM3 baik dengan persentase sebesar 100 persen. e) Konsumen dengan proporsi pembelian pulsa sebanyak 30 persen cenderung menyatakan produk SIMcard IM3 baik dengan persentase sebesar 80 persen. f) Konsumen dengan proporsi pembelian pulsa sebanyak lainnya cenderung menyatakan produk SIMcard IM3 baik dengan persentase sebesar 44,4 persen. c.
Dimensi Very Positive-Very Negative Dimensi sikap Very Positive-Very Negative dikembangkan oleh Till dan Busler (2000) dan digunakan untuk mengukur sikap konsumen terhadap produk mulai dari pernyataan sangat negatif, negatif, cukup positif, positif hingga sangat positif. Tabel 12 menunjukkan hasil tabulasi silang hubungan proporsi pembelian pulsa dengan dimensi sikap Very PositiveVery Negative.
64 Tabel 12. Hasil tabulasi silang hubungan proporsi pembelian pulsa dengan dimensi sikap Very Positive-Very Negative Sk Pp
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
Total
Count % within Pp % within Sk % of Total Count % within Pp % within Sk % of Total Count % within Pp % within Sk % of Total Count % within Pp % within Sk % of Total Count % within Pp % within Sk % of Total Count % within Pp % within Sk % of Total Count % within Pp % within Sk % of Total
2.00
3.00
0 .0% .0% .0% 1 5.9% 100.0% 1.0% 0 .0% .0% .0% 0 .0% .0% .0% 0 .0% .0% .0% 0 .0% .0% .0% 1 1.0% 100.0% 1.0%
6 13.0% 40.0% 6.0% 1 5.9% 6.7% 1.0% 6 35.3% 40.0% 6.0% 0 .0% .0% .0% 1 20.0% 6.7% 1.0% 1 11.1% 6.7% 1.0% 15 15.0% 100.0% 15.0%
Total 4.00 33 71.7% 48.5% 33.0% 11 64.7% 16.2% 11.0% 10 58.8% 14.7% 10.0% 5 83.3% 7.4% 5.0% 3 60.0% 4.4% 3.0% 6 66.7% 8.8% 6.0% 68 68.0% 100.0% 68.0%
5.00 7 15.2% 43.8% 7.0% 4 23.5% 25.0% 4.0% 1 5.9% 6.3% 1.0% 1 16.7% 6.3% 1.0% 1 20.0% 6.3% 1.0% 2 22.2% 12.5% 2.0% 16 16.0% 100.0% 16.0%
2.00 46 100.0% 46.0% 46.0% 17 100.0% 17.0% 17.0% 17 100.0% 17.0% 17.0% 6 100.0% 6.0% 6.0% 5 100.0% 5.0% 5.0% 9 100.0% 9.0% 9.0% 100 100.0% 100.0% 100.0%
Berdasarkan tabulasi silang pada Tabel 12 dihasilkan kesimpulan sebagai berikut: a) Konsumen dengan proporsi pembelian pulsa sebanyak 10 persen cenderung memberikan penilaian yang positif terhadap produk SIMcard IM3 dengan persentase sebesar 71,7 persen.
65 b) Konsumen dengan proporsi pembelian pulsa sebanyak 15 persen cenderung memberikan penilaian yang positif terhadap produk SIMcard IM3 dengan persentase sebesar 64,7 persen. c) Konsumen dengan proporsi pembelian pulsa sebanyak 20 persen cenderung memberikan penilaian yang positif terhadap produk SIMcard IM3 dengan persentase sebesar 58,8 persen. d) Konsumen dengan proporsi pembelian pulsa sebanyak 25 persen cenderung memberikan penilaian yang positif terhadap produk SIMcard IM3 dengan persentase sebesar 83,3 persen. e) Konsumen dengan proporsi pembelian pulsa sebanyak 30 persen cenderung memberikan penilaian yang positif terhadap produk SIMcard IM3 dengan persentase sebesar 60 persen. f) Konsumen dengan proporsi pembelian pulsa sebanyak lainnya cenderung memberikan penilaian yang positif terhadap produk SIMcard IM3 dengan persentase sebesar 66,7 persen. 4.2.3. Tingkat Kesesuaian Endorser (Adli Fairuz dalam Iklan SIMcard IM3 Versi Cumi) terhadap Produk A. Kriteria Pantas-Tidak Pantas Kriteria pantas-tidak pantas merupakan instrumen yang dikembangkan oleh Till dan Busler (2000) dan digunakan untuk mengukur tingkat kesesuaian endorser terhadap produk. Kriteria pantas-tidak pantas tersebut diindikasikan dengan kesesuaian antara karakter endorser dengan produk yang diiklankan. Berdasarkan Gambar 6 dapat diketahui bahwa sebagian besar konsumen menganggap karakter Adli Fairuz sudah sesuai dengan produk yang
66
diiklankannya yaitu SIMcard IM3. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya persentase konsumen yang berpendapat bahwa Adli Fairuz pantas untuk menjadi endorser dari produk SIMcard IM3 yaitu sebanyak 65 persen.
Kriteria Pantas-Tidak Pantas Adli Fairuz sebagai Endorser dari SIMcard IM3
Presentase Kesesuaian
75,00%
65%
60,00% 45,00% 24%
30,00% 15,00%
6%
4%
1% 0,00% Sangat Tidak Pantas
Tidak Pantas
Cukup Pantas
Pantas
Sangat Pantas
Gambar 6. Diagram kriteria pantas-tidak pantas Adli Fairuz sebagai endorser dari SIMcard IM3 B. Kriteria Efisien-Tidak Efisien Kriteria efisien-tidak efisien merupakan instrumen yang dikembangkan oleh Till dan Busler (2000) dan digunakan untuk mengukur tingkat kesesuaian endorser terhadap produk. Kriteria efisien-tidak efisien tersebut diindikasikan dengan efisiensi endorser dalam menyampaikan pesan dari suatu produk dengan waktu tayang yang singkat. Gambar 7 menunjukkan bahwa sebanyak 62 persen konsumen menganggap Adli Fairuz sudah efisien dalam menjalankan perannya sebagai endorser dari produk SIMcard IM3.
67
Kriteria Efisien-Tidak Efisien Adli Fairuz sebagai Endorser dari SIMcard IM3
Persentase Kesesuaian
75,00%
62%
60,00% 45,00% 27% 30,00% 15,00%
6%
1%
4%
0,00% Sangat Tidak Efisien
Tidak Efisien
Cukup Efisien
Efisien
Sangat Efisien
Gambar 7. Diagram kriteria efisien-tidak efisien Adli Fairuz sebagai endorser dari SIMcard IM3 4.2.4. Gambaran Proses Intepretasi dan Sikap Konsumen terhadap Endorser (Adli Fairuz dalam Iklan SIMcard IM3 Versi Cumi) Pada sub bab ini, akan dipaparkan hasil dan intepretasi penelitian mengenai proses intepretasi konsumen terhadap tingkat kredibilitas endorser SIMcard IM3 yaitu Adli Fairuz dengan menggunakan skala yang dikembangkan oleh Ohanian (1991). Skala tersebut digunakan untuk mengukur kredibilitas endorser melalui dimensi perceived attractiveness, perceived trustworthiness, dan perceived
expertise.
Namun
penelitian
ini
hanya
melakukan
pendekatan terhadap dimensi perceived attractiveness dan perceived expertise dari endorser dengan asumsi konsumen memiliki intepretasi yang sama untuk setiap iklan SIMcard IM3 Versi Cumi. Adapun hasil penelitian sebagai berikut:
68 a. Dimensi attractiveness Dimensi attractiveness dibagi menjadi lima sub dimensi, yaitu Attractive-Unattractive, Classy-Not Classy, Beautiful-Ugly, ElegantPlain, dan Sexy-Not Sexy. Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa masing-masing sub dimensi memiliki nilai modus dengan frekuensi yang berbeda-beda yang diolah menurut skala pengukuran interval.
Nilai
modus
dengan
frekuensi
tersebut
dapat
merepresentasikan mayoritas pendapat dari konsumen yaitu mahasiswa Institut Pertanian Bogor mengenai proses intepretasi terhadap dimensi attractiveness. Adapun artinya sebagai berikut: 1. Sebanyak 51 persen konsumen dari Sub dimensi AttractiveUnattractive memilih poin keempat dari 5 skala Likert yang digunakan. Dengan kata lain, mayoritas konsumen lebih memilih untuk menjawab Atraktif dibandingkan poin lainnya. 2. Sebanyak 63 persen konsumen dari Sub dimensi Classy-Not Classy memilih poin keempat dari 5 skala Likert yang digunakan. Dengan kata lain, mayoritas konsumen lebih memilih untuk menjawab Komunikatif dibandingkan poin lainnya. 3. Sebanyak 58 persen konsumen dari Sub dimensi Beautiful-Ugly memilih poin ketiga dari 5 skala Likert yang digunakan. Dengan kata lain, mayoritas konsumen lebih memilih untuk menjawab Cukup Tampan dibandingkan poin lainnya. 4. Sebanyak 57 persen konsumen dari Sub dimensi Elegant-Plain memilih poin keempat dari 5 skala Likert yang digunakan. Dengan kata lain, mayoritas konsumen lebih memilih untuk menjawab Moderen dibandingkan poin lainnya. 5. Sebanyak 48 persen konsumen dari Sub dimensi Sexy-Not Sexy memilih poin ketiga dari 5 skala Likert yang digunakan. Dengan kata lain, mayoritas konsumen lebih memilih untuk menjawab Cukup Maskulin dibandingkan poin lainnya.
69 Tabel 13. Modus proses intepretasi konsumen terhadap Perceived Attractiveness Endorser Frekuensi
Persentase
Skala Pengukuran
Atraktif
51
51%
OrdinalInterval
Classy-Not Classy
Komunikatif
63
63%
OrdinalInterval
BeautifulUgly
Cukup Tampan
58
58%
OrdinalInterval
ElegantPlain
Moderen
57
57%
OrdinalInterval
Sexy-Not Sexy
Cukup Maskulin
48
48%
OrdinalInterval
No.
Sub dimensi
1
AttractiveUnattractive
2 3 4 5
Modus Indikator
b. Dimensi expertise Dimensi
expertise
dibagi
menjadi
lima
sub
dimensi,
yaitu
Experienced-Inexperienced, Expert-Not an expert, KnowledgeableUnknowledgeable,
Qualified-Unqualified,
dan
Skilled-Unskilled.
Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa masing-masing sub dimensi memiliki nilai modus dengan frekuensi yang berbeda-beda yang diolah menurut skala pengukuran interval. Nilai modus dengan frekuensi tersebut dapat merepresentasikan mayoritas pendapat dari konsumen yaitu mahasiswa Institut Pertanian Bogor mengenai proses intepretasi terhadap dimensi expertise. Adapun artinya yaitu: 1. Sebanyak 50 persen konsumen dari Sub dimensi Expert-Not an Expert memilih poin ketiga dari 5 skala Likert yang digunakan. Dengan kata lain, mayoritas konsumen lebih memilih untuk menjawab Cukup Ahli dibandingkan poin lainnya. 2. Sebanyak 51 persen konsumen dari Sub dimensi ExperiencedInexperienced memilih poin ketiga dari 5 skala Likert yang
70 digunakan. Dengan kata lain, mayoritas konsumen lebih memilih untuk menjawab Cukup Pengalaman dibandingkan poin lainnya. 3. Sebanyak 57 persen konsumen dari Sub dimensi KnowledgeableUnknowledgeable memilih poin ketiga dari 5 skala Likert yang digunakan. Dengan kata lain, mayoritas konsumen lebih memilih untuk menjawab Cukup Banyak dibandingkan poin lainnya. 4. Sebanyak 49 persen konsumen dari Sub dimensi QualifiedUnqualified memilih poin ketiga dari 5 skala Likert yang digunakan. Dengan kata lain, mayoritas konsumen lebih memilih untuk menjawab Cukup Berkualitas dibandingkan poin lainnya. 5. Sebanyak 54 persen konsumen dari Sub dimensi Skilled-Unskilled memilih poin keempat dari 5 skala Likert yang digunakan. Dengan kata lain, mayoritas konsumen lebih memilih untuk menjawab Baik dibandingkan poin lainnya. Tabel 14. Modus proses intepretasi konsumen terhadap Perceived Expertise Endorser Modus No. 1
2
Sub dimensi
Indikator
Persentase
expert
Cukup Ahli
50
50%
Experienced-
Cukup
51
51%
57
57%
49
49%
54
54%
Expert-Not
an
Inexperienced 3
KnowledgeableUnknowledgeable
4
QualifiedUnqualified
5
Skala Frekuensi
Pengukuran Ordinal-
Pengalaman Cukup Banyak Cukup Berkualitas
Interval OrdinalInterval OrdinalInterval Ordinal-
Skilled-Unskilled
Interval Ordinal-
Baik
Interval
71 4.2.5. Sikap Konsumen terhadap Produk SIMcard IM3 Pada bagian ini akan dipaparkan hasil dan intepretasi penelitian mengenai sikap konsumen terhadap produk SIMcard IM3 setelah melihat tayangan Iklan SIMcard IM3 Versi Cumi minimal sebanyak tiga kali. Menurut Till dan Busler (2000), sikap konsumen terhadap produk dapat diukur melalui tiga dimensi pertanyaan, yaitu Strongly Like-Strongly Dislike, Very Good-Very Bad, dan Very Positive–Very Negative. Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa masing-masing dimensi memiliki nilai modus dengan frekuensi yang berbeda-beda yang diolah menurut skala pengukuran interval. Nilai modus dengan frekuensi tersebut dapat merepresentasikan mayoritas pendapat dari konsumen yaitu mahasiswa Institut Pertanian Bogor mengenai sikap konsumen terhadap produk SIMcard IM3. Adapun artinya yaitu: 1. Sebanyak 49 persen konsumen dari dimensi Strongly Like-Strongly Dislike memilih poin keempat dari 5 skala Likert yang digunakan. Dengan kata lain, mayoritas konsumen lebih memilih untuk menjawab Suka dibandingkan poin lainnya. 2. Sebanyak 55 persen konsumen dari dimensi Very Good-Very Bad memilih poin keempat dari 5 skala Likert yang digunakan. Dengan kata lain, mayoritas konsumen lebih memilih untuk menjawab Baik dibandingkan poin lainnya. 3. Sebanyak 68 persen konsumen dari dimensi Very Positive –Very Negative memilih poin keempat dari 5 skala Likert yang digunakan. Dengan kata lain, mayoritas konsumen lebih memilih untuk menjawab Positif dibandingkan poin lainnya.
72 Tabel 15. Modus sikap konsumen terhadap produk SIMcard IM3 Frekuensi
Persentase
Skala Pengukuran
Suka
49
49%
OrdinalInterval
Very Good-Very Bad
Baik
55
55%
OrdinalInterval
Very PositiveVery Negative
Positif
68
68%
OrdinalInterval
No.
Dimensi
1
Strongly LikeStrongly Dislike
2 3
Modus Indikator
4.2.6. Pengaruh Proses Intepretasi pada Sikap terhadap Produk Pada sub bab ini akan dipaparkan hasil dan intepretasi penelitian mengenai pengaruh dari proses intepretasi terhadap perceived credibilities endorser pada sikap terhadap produk. Teknik yang digunakan untuk menganalisis pengaruh tersebut adalah dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Dalam analisis regresi linier berganda terdapat beberapa asumsi klasik yang harus diuji terlebih dahulu sebelum data diolah lebih lanjut. Uji asumsi klasik tersebut meliputi normalitas sebaran, E(εi) = 0, multikolinearitas, autokorelasi, dan homoskedastisitas (Myers, 1990). Sedangkan uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Asumsi E(εi) = 0 Uji asumsi ini mengasumsikan jika Xi adalah variabel nonrandom dan diobservasi dengan negligible error, sedangkan εi adalah variabel random dengan rata-rata nol, variance konstan, dan tidak berkorelasi dari satu observasi ke observasi lainnya. Pengujian asumsi ini dapat dilakukan dengan mengunakan program Minitab, dengan hasil sebagai berikut:
73
Residual Plots for Y One-Sample Z: RESI1 Test of mu = 0 vs not = 0 The assumed standard deviation = 1 Variable N RESI1 100
Mean -0.000
StDev 0.662
SE Mean 95% CI 0.100 (-0.196, 0.196)
Z -0.00
P 1.000
Gambar 8. Hasil minitab untuk uji asumsi E(εi) = 0 Berdasarkan Gambar 8, dapat diketahui bahwa nilai p-value dari Residual adalah 1,000 atau lebih besar dari 0,05. Sedangkan hipotesis yang diajukan dalam asumsi ini adalah: H0 : μ error samadengan 0 H1 : μ error tidak samadengan 0 Dengan demikian uji asumsi ini sudah terpenuhi karena menerima H0 dan menolak H1. Asumsi homoskedastisitas Asumsi-asumsi untuk analisis regresi memerlukan kondisi bahwa residu tetap konstan untuk semua nilai Y'. Kondisi ini disebut homoskedastisitas. Pengujian homoskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan Scatterplot, seperti yang disajikan pada Gambar 9 sebagai berikut: V e r s u s F its
( r e s p o n s e is Y ) 2
1 R e s id u a l
2.
0
-1
-2 2 .5 0
2 .7 5
3 .0 0
3 .2 5 F it t e d V a lu e
3 .5 0
3 .7 5
4 .0 0
Gambar 9. Scatterplot untuk uji asumsi Homokedastisitas
74 Berdasarkan Scatterplot tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada lagi keragaman di sekitar banyak nilai Y' daripada di sekitar sedikit nilai Y'. Dengan demikian asumsi tersebut terpenuhi. 3.
Asumsi multikolinearitas Multikolinearitas terjadi ketika peubah bebas saling berkorelasi atau benar-benar tidak independen dan memberikan informasi yang berlebihan. Pengujian multikolinearitas digunakan untuk melihat adanya hubungan yang terjadi antara sesama prediktor. Semakin kuat hubungan antara sesama prediktor maka semakin tidak independen. Sebaliknya semakin lemah hubungan antara sesama
prediktor
maka
semakin
independen.
Pengujian
multikolinearitas diindikasikan dengan nilai VIF masing-masing prediktor.
Suatu
data
dikatakan
terbebas
dari
persoalan
multikolinearitas apabila nilai VIF prediktor tidak melebihi 10. Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa masing-masing prediktor memiliki nilai VIF sebesar 1,620. Dengan demikian dapat
disimpulkan
bahwa
data
terbebas
dari
persoalan
multikolineritas karena nilai VIF tidak melebihi 10. Tabel 16. Hasil uji asumsi Multikolinearitas
Model 1
Unstandardized Coefficients Std. B Error (Constant)
1.733
.373
X1
.216
.140
X2
.265
.131
Standardized Coefficients Beta
Collinearity Statistic T
Sig.
4.641
.000
Tolerance
VIF
.184
1.544
.126
.617
1.620
.241
2.019
.046
.617
1.620
Dependent Variable: Y
4.
Asumsi normalitas sebaran Asumsi normalitas sebaran menggambarkan sebaran data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang disebarkan kepada konsumen yaitu mahasiswa Institut Pertanian Bogor. Asumsi normalitas sebaran dapat diketahui melalui pengujian statistik maupun pengujian normalitas yang dilakukan dengan histogram dan plot
75 normal. Berikut ini pengujian asumsi normalitas sebaran dengan menggunakan plot normal dan pengujian statistik: P r o b a b ility P lo t o f R E S I1 N orm a l
9 9 .9
M ean S tD e v N A D P - V a lu e
99 95 90
- 2 .6 7 3 4 2 E - 1 5 0 .6 6 2 3 100 0 .4 4 6 0 .2 7 8
Pe rce nt
80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0 .1
-2
-1
0 R E S I1
1
2
Gambar 10. P-Plot untuk uji asumsi Normalitas Sebaran Berdasarkan Gambar 10 tersebut, dapat disimpulkan bahwa asumsi normalitas sebaran terpenuhi. Ini ditunjukkan dengan sebaran data hasil kuesioner yang berada di sekitar garis lurus Normal P-Plot dan nilai p-value yang menunjukkan angka sebesar 0,278 atau lebih besar dari 0,05. Setelah
dilakukan
pengujian
asumsi
klasik,
langkah
selanjutnya adalah melakukan analisis regresi linier berganda, dimana sikap terhadap produk (Y) merupakan variabel dependen, dan perceived Attractiveness terhadap endorser (X1) serta perceived Expertise terhadap endorser (X2) merupakan variabel independen. Adapun model regresi linier berganda dengan 2 variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Yi = β0 + β1x1i + β2x2i + … + βpxpi + εi………….(6) Dimana: Y
= sikap terhadap produk
X1i
= perceived Attractiveness terhadap endorser
X2i
= perceived Expertise terhadap endorser
β0, β1, β2 = koefisien regresi linier berganda
76 Semua pengolahan data berikut analisis regresi linier berganda dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer yaitu SPSS 15.0 for Windows Evaluation Version. Hasil pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 17. Hasil uji Descriptive Statistics
RATA2Y RATA2X1 RATA2X2
N Minimum 100 1.00 100 1.77 100 1.00
Maximum 4.60 4.62 4.32
Mean 3.1528 3.2887 2.6819
Std. Deviation .71713 .61273 .65197
Tabel 17 tersebut menggambarkan bahwa rata-rata sikap dari 100 konsumen (Y) adalah 3,1528 dengan nilai minimum dan maksimum secara berturut-turut adalah 1,00 dan 4,60 serta standar deviasi sebesar 0,71713. Adapun rata-rata dari proses intepretasi responden terhadap dimensi attractiveness (X1) adalah 3,2887 dengan nilai minimum dan maksimum sebesar 1,77 dan 4,62 serta nilai standar deviasi sebesar 0,61273, sedangkan rata-rata dari proses intepretasi responden terhadap dimensi expertise (X2) adalah 2,6819 dengan standar deviasi sebesar 0,65197 serta nilai minimum dan maksimum sebesar 1,00 dan 4,32. Descriptive Statistic tidak menggambarkan korelasi antar variabel. Oleh karena itu, untuk perhitungan korelasi antar variabel dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment pearson dengan Sig.(1-tailed). Perhitungan korelasi akan signifikan apabila nilai Signifikansi (Sig.(1-tailed)) < 0,05 atau nilai probabilitas lebih kecil dari pada taraf signifikansi yang digunakan yaitu 5 persen. Dengan demikian, berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan korelasi positif antara variabel sikap dengan variabel Source Credibility Scale, dengan penjelasan sebagai berikut:
77 a. Variabel sikap (Y) berkorelasi nyata dengan variabel persepsi Attractiveness terhadap endorser (X1) dengan Nilai Signifikansinya (Sig.(1-tailed)) adalah 0,000 dan nilai probabilitas sebesar 0,333. b. Variabel sikap (Y) berkorelasi nyata dengan variabel persepsi Expertise terhadap endorser (X2) dengan Nilai Signifikansinya (Sig.(1-tailed)) adalah 0,000 dan nilai probabilitas sebesar 0,355. Tabel 18. Hasil uji Correlations Variable sikap dengan Variable Source Credibility Scale Y X1 Pearson Correlation 1 .333** Sig. (1-tailed) .000 N 100 100 X1 Pearson Correlation .333** 1 Sig. (1-tailed) .000 N 100 100 X2 Pearson Correlation .355** .619** Sig. (1-tailed) .000 .000 N 100 100 ** . Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). Y
X2 .355** .000 100 .619** .000 100 1 100
Tabel 19. Koefisien regresi linier berganda
Variabel
Koefisien Regresi
Standar Error
Nilai Probabilitas (Sig.)
95% Confidence Interval for B Lower Bound
Upper Bound
Constant
1,733
0,373
0,000
0,992
2,474
X1
0,216
0,140
0,126
-0,062
0,493
X2
0,265
0,131
0,046
0,005
0,526
Dependent Variable: Y
Berdasarkan Tabel 19 maka diperoleh informasi tentang persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y = 1,733 + 0,216 X1 + 0,265 X2
78 Dimana: a. β0 = Sikap konsumen bernilai 1,733 pada saat X1=0, dan X2=0 meningkat. b. β2 = 0,265. Dengan demikian apabila terjadi penambahan sebesar satu satuan pada perceived Expertise terhadap endorser (X2) dimana faktor-faktor yang lain tidak mengalami perubahan, maka akan terjadi peningkatan variabel sikap responden (Y) terhadap produk sebesar 0,265 satuan nilai. c. Nilai probabilitas (Sig.) X1 adalah sebesar 0,126 sehingga Y tidak berpengaruh pada setiap perubahan X1.
Berikut ini merupakan estimasi selang interval koefisien regresi pada selang kepercayaan 95% a. β1 berada pada selang 0 ≤ β1 ≤ 0,493, karena nilai persepsi β1 tidak mungkin negatif seperti yang tergambar pada nilai β1 di Lower Bound.
b. β2 berada pada selang 0,005 ≤ β2 ≤ 0,526.
Langkah selanjutnya adalah menganalisis pengaruh variabel
proses intepretasi konsumen terhadap endorser pada variabel sikap konsumen terhadap produk. Analisis tersebut menggunakan uji F untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama dan uji T untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial. Hasil analisis tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 20. Hasil uji Anova Sum of Model Squares 1 Regression 7.483 Residual 43.430 Total 50.913 a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: Y
Df 2 97 99
Mean Square 3.742 .448
F 8.357
Sig. .000
79 Hasil uji Anova seperti yang terlihat pada Tabel 20 menunjukkan bahwa nilai Ftest adalah 8,357 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 atau kurang dari alpha (0,05). Sedangkan nilai Ftabel untuk df pembilang=2 dan df penyebut=97 adalah 3,090. Dengan demikian penelitian ini menolak H0 dan menerima H1, dimana H1 menyatakan bahwa ada hubungan antara perceived credibilities konsumen terhadap endorser SIMcard IM3, yaitu Adli Fairuz dengan sikap yang ditunjukkan konsumen terhadap produk SIMcard IM3. Tabel 21. Model Summary regresi linier berganda Model R R Square 1 .383 .147 a Predictors: (Constant), X2, X1
Adjusted R Square .129
Std. Error of Durbinthe Estimate Watson .66913 1.810
b Dependent Variable: Y
Pada Model Summary regresi linier berganda (Tabel 21) terdapat beberapa bilangan statistik yang secara sekaligus ditampilkan secara bersamaan, yaitu harga koefisien R, koefisien R Square, koefisien Adjusted R Square, koefisien Standar Error of the Estimate, dan koefisien Durbin Watson. Berikut ini merupakan intepretasi dari koefisien R dan R Square yang ditampilkan pada Model Summary, yaitu: a. Koefisien R Koefisien R berguna untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel independen X1 (Perceived attractiveness terhadap endorser) dan X2 (Perceived expertise terhadap endorser) secara simultan terhadap
variabel
dependen
Y
(Sikap
terhadap
produk).
Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa harga koefisien R menunjukkan nilai sebesar 0,383. Hal ini menggambarkan bahwa terdapat hubungan yang lemah (Tabel 22) antara variabel
80 independen dalam hal ini proses intepretasi terhadap endorser dengan variabel sikap terhadap produk sebagai variabel dependen. Tabel 22. Kriteria nilai korelasi Nilai R (korelasi)
Kriteria Hubungan
0
Tidak ada hubungan
0 - 0,5
Korelasi lemah
0,5 - 0,8
Korelasi sedang/cukup kuat
0,8 – 1
Korelasi kuat
1
Korelasi sempurna
b. Koefisien R Square Koefisien R Square berguna untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel independen (X1 dan X2) secara bersama-sama dalam menjelaskan variabel dependen (Y). Semakin besar nilai R Square maka semakin menggambarkan ketepatan model yang diuji. Tabel 21 menunjukkan nilai R Square sebesar 0,147. Ini berarti bahwa variabel independen (X1 dan X2) secara bersama-sama menjelaskan variabel dependen (Y) sebesar 14,7 persen. Hubungan yang terjadi antara endorser dengan produk merupakan hubungan yang tidak langsung. Oleh karena itu nilai 14,7 persen dianggap sudah cukup untuk merepresentasikan pengaruh dari proses intepretasi terhadap keahlian dan keatraktifan dari endorser dalam pembentukan sikap konsumen terhadap produk. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 85,3 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Pada uji T, hasil analisis menunjukkan bahwa variabel perceived Expertise terhadap endorser berpengaruh nyata terhadap variabel sikap terhadap produk. Ini dibuktikan dengan nilai signifikansi X2 yang terlihat pada Tabel probability (Lampiran 6). Adapun nilai signifikansi X2 tersebut kurang dari alpha (0,05) yaitu
81 sebesar 0,046 dan tstat lebih besar dari ttabel (1,984) yaitu sebesar 2,019. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsumen lebih memperhatikan sisi keahlian dari endorser untuk mempengaruhi mereka dalam menentukan sikap terhadap produk dibandingkan sisi keatraktifan dari endorser itu sendiri. 4.3.
Implikasi Manajerial Persaingan bisnis yang semakin ketat antara perusahaan operator selular mendorong PT. Indosat Tbk. harus senantiasa memperbaiki strateginya dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen dan memimpin pasar. Konsumen merupakan faktor penting dari suatu kegiatan pemasaran. Informasi-informasi yang berasal dari konsumen dapat digunakan untuk mengevaluasi keefektifan strategi pemasaran dari suatu perusahaan. Salah satu cara memperoleh informasi dari konsumen adalah dengan mempelajari hasil penelitian-penelitian mengenai perusahaan tersebut, seperti hasil penelitian ini. Hasil penelitian mengenai analisis pengaruh endorser’s perceived credibilities dalam pembentukan sikap konsumen terhadap produk SIMcard IM3 menunjukkan bahwa selebriti yang berperan sebagai endorser dari suatu produk akan mempengaruhi sikap konsumen terhadap produk tersebut, terutama ditinjau dari segi keahlian endorser. Pemilihan endorser yang tidak tepat dapat menurunkan value dari suatu merek. Berdasarkan hal tersebut, maka implikasi manajerial yang dapat dilakukan oleh PT. Indosat Tbk. yang berkaitan dengan endorser yaitu perusahaan perlu mempertimbangkan kapasitas dari selebriti sebagai endorser, terutama segi expertise dari seorang endorser
dalam
mewakili
merek
yang
diiklankan,
dan
perlu
mempertimbangkan image selebriti dalam mewakili image produk tersebut dibandingkan hanya melihat dari popularitas selebriti saja. Selain itu, PT. Indosat Tbk. selaku provider SIMcard IM3 dapat tetap mempertahankan selebriti yang dinilai pantas dan efisien oleh konsumen dalam menjalankan perannya sebagai endorser dari suatu produk, seperti dalam kasus ini adalah
82 Adli Fairuz. Bahkan, PT. Indosat Tbk. perlu memperpanjang kontrak dengan selebriti yang dinilai pantas dan efisien tersebut untuk menjadi endorser produk dalam beberapa episode iklan. PT. Indosat Tbk. perlu berhati-hati dalam membuat iklan yang dapat mewakili produknya. Hal ini disebabkan sikap konsumen yang semakin selektif terhadap produk setelah melihat tayangan iklan di berbagai media televisi. Oleh karena itu, implikasi manajerial yang dapat dilakukan oleh PT. Indosat
Tbk.
yang
berkaitan
dengan
periklanan
adalah
dengan
mempertahankan bentuk iklan yang atraktif, unik, dan mampu memberikan informasi tentang produk yang ditawarkan dengan tidak berlebihan. Sedangkan implikasi manajerial yang dapat dilakukan oleh PT. Indosat Tbk. yang berkaitan dengan produk dan akan berdampak pada sikap konsumen, yaitu dengan tetap mempertahankan fitur-fitur yang sudah ada pada produk, menambah fitur-fitur baru pada produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen pada saat ini, meningkatkan reward bagi para pelanggan, memperbaiki kualitas signal pada jaringan, menambah paket ekonomis untuk short message service dan telephone, serta memperluas gerai galeri Indosat yang dapat memudahkan konsumen dalam berkonsultasi mengenai produk-produk dari PT. Indosat Tbk. Walaupun penelitian ini hanya melihat dari segi persepsi konsumen, namun implikasi-implikasi manajerial tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat bagi PT. Indosat Tbk. dalam rangka memperbaiki kinerja strategi perusahaannya.