IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Industri Kayu Lapis 4.1.1 Gambaran Umum Industri Kayu Lapis CV Mekar Abadi merupakan industri yang bergerak dibidang kayu olahan yang masih berupa produk setengah jadi. CV Mekar Abadi didirikan pada tahun 1994, awal mula hanya berupa penggergajian dan memproduksi sawntimber albasia. Pada perkembangannya, awal tahun 2009 CV Mekar Abadi sudah memproduksi, vinir, bare-core, kayu lapis, serta block board sampai sekarang. CV Mekar Abadi memiliki satu anak cabang dengan produk yang sama, yaitu kayu lapis dan block board. Jumlah pekerjanya mencapai 2896 orang di pabrik utama CV Mekar Abadi. Hari kerja dalam satu minggu yaitu 6 hari kerja (senin-sabtu), sedangkan jam kerja dibagi menjadi tiga shift. Shift A dari pukul 23.00 sampai pukul 07.00, shift B dari pukul 07.00 sampai pukul 15.00, shift C dari pukul 15.00 sampai pukul 23.00. Kantor pusat dan pabrik utama CV Mekar Abadi terletak di jalan Purworejo km.17, Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo. Jarak dari CV Mekar Abadi ke pusat kota Wonosobo sejauh 18 km. Cabang pabriknya terletak di desa Kedalon, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo. Penelitian dilakukan di pabrik utama CV Mekar Abadi karena memiliki kapasitas produksi kayu lapis lebih besar daripada pabrik cabang. Pabrik utama CV Mekar Abadi terdiri dari beberapa unit bangunan sesuai dengan unit proses masing-masing. Kondisi tanah yang berbukit menjadikan beberapa unit bangunan terpisah satu sama lainnya. Unit proses bare-core I berada pada tingkat 1 dengan ketinggian paling rendah, unit proses vinir berada pada tingkat 2, unit proses kayu lapis dan block-board berada pada tingkat 3, unit proses pengeringan dan penggergajian berada pada tingkat 4, serta unit proses bare-core II dan kantor berada pada tingkat 5 dengan ketinggian paling tinggi. Lay out pabrik dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 3. Topografi tanah di CV Mekar Abadi berombak dengan ketinggian tempat 760 m dpl dengan luas areal 27,393 m2. Jenis tanah di CV Mekar Abadi adalah regosol. Berdasarkan dari data BPS Kabupaten Wonosobo tahun 2009 daerah di sekitar CV Mekar Abadi memiliki curah hujan rata-rata 94 mm/bulan dan jumlah hari hujan dalam tahun 2009 mencapai 125 hari. Suhu udara di CV Mekar Abadi berkisar antara 14.3 – 26.5 0C.
4.1.2 Jenis Produk, Kapasitas Produksi, dan Sertifikasi Produk yang dihasilkan CV Mekar Abadi yaitu vinir, bare-core, block-board, dan kayu lapis dengan berbagai ketebalan. Penelitian hanya difokuskan pada proses produksi kayu lapis. Kayu lapis yang dihasilkan yaitu kayu lapis dengan jenis ordinary plywood. Ordinary plywood merupakan kayu lapis murni yang tidak mendapatkan perlakuan tambahan. Produk kayu lapis yang dihasilkan di CV Mekar Abadi tergolong dalam grade B, karena bahan baku yang digunakan juga tergolong grade B. Kapasitas produksi rata-rata mencapai 84,976 m3/tahun untuk semua produk. Kapasitas produksi plywood mencapai 788 m3/tahun. Ditinjau dari aspek sertifikasi, CV Mekar Abadi belum memiliki sertifikasi apapun. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan RI No: P.38/Menhut-II/2009, Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan No: P.6/VI-Set/2009, dan Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan No: P.02/VI-BPPHH/2010 mewajibkan setiap industri kayu bersertifikasi Sistem
16
Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK). Lembaga yang terkait seperti Indonesian Sawmill and Woodworking Association (ISWA) dan Asosiasi Panel Kayu Indonesia (APKINDO) juga menyarankan sertifikat SVLK. Sertifikat SVLK juga digunakan sebagai standar perdagangan kayu ke negara-negara Timur Tengah dan beberapa negara lainnya di Asia. Sertifikat SVLK merupakan persyaratan untuk memenuhi legalitas kayu atau produk yang dibuat berdasarkan kesepakatan para pihak (stakeholder) kehutanan yang memuat standar legalitas kayu (legal compliance) dalam memperoleh hasil hutan. Pada dasarnya, CV Mekar Abadi sedang berusaha untuk mendapatkan sertifikasi SVLK, karena dengan sertifikasi tersebut dapat memberikan peluang untuk memperluas perdagangannya ke pasar internasional. Disamping itu, produk yang ditandai dengan sertifikasi tersebut dapat meningkatkan citra perusahaan karena produk yang dihasilkan ramah lingkungan. Sebaiknya, dengan adanya komitmen perusahaan dalam meningkatkan mutu produk kayu lapis diperlukan sertifikasi ISO seri 9000 dan ISO seri 14000 untuk manajemen lingkungan tetapi dengan keterbatasan modal perusahaan belum mampu untuk mendapatkan sertifikasi tersebut.
4.1.3 Sistem Pengadaan Bahan Baku Tabel 3. Bahan baku dan bahan penolong Bahan baku dan
Cara
Bentuk fisik
Sifat bahan
Asal bahan
Log albasia
Padat
Mudah terbakar
Lokal
Dikeringkan
Balok albasia
Padat
Mudah terbakar
Lokal
Dikeringkan
Face-Back Meranti
Padat
Mudah terbakar
Jawa timur
Gudang
Cair
Mudah terbakar
Jawa timur
Gudang
bahan penolong
penyimpanan
Bahan baku
Bahan penolong Lem
Tabel 3 diatas menjelaskan jenis bahan baku dan bahan penolong yang digunakan CV Mekar Abadi. Bahan baku log albasia dan balok albasia berasal dari hutan rakyat daerah Kabupaten Wonosobo dan sebagian kecil dari daerah Kabupaten Banjarnegara. Penggunaan albasia sebagai bahan baku utama kayu lapis didasarkan karena produktivitas kayu albasia di daerah lokal sangat besar dan dominan dari kayu lainnya. Selain itu, keberadaan industri yang dekat dengan bahan baku menjadikan biaya untuk bahan baku dan transportasinya lebih hemat. Pada umumnya petani lokal menjual pada pengumpul kayu, pengumpul kayu selanjutnya menjual pada depo (tempat penggergajian kayu), setelah itu dari depo menjual pada supplier untuk dijual ke industri. Kayu diangkut menggunakan truk dan proses jual-beli dilakukan di pabrik. Jenis dan ukuran log yang digunakan oleh CV Mekar Abadi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jenis-jenis log CV Mekar Abadi No
Jenis log
1
Log reject
2
Log medium
3
Log super
Diameter log (cm) < 10, 10-14 < 15 < 18, 18-19, 20-24, < 25
17
Log jenis super akan dibuat menjadi vinir, sedangkan log jenis medium dan reject digunakan untuk membuat balken (balok kecil yang sudah dikeringkan) sebagai bahan baku utama pembuatan block board. Kriteria bahan baku yang dapat diterima CV Mekar Abadi adalah log harus lurus, bulat, tanpa mata kayu, bukan kayu yang masih muda, dan kayu berumur lima tahun keatas. Bahan baku kayu albasia di CV Mekar Abadi juga belum bersertifikat dan hanya berupa perijinan. Dokumen yang disertai dalam proses jual beli log albasia dan balok albasia antara lain Surat Keterangan Asal Usul Kayu (SKAU), Faktur Angkutan Kayu Olahan (FAKO), dan Daftar Kayu Olahan (DKO) atas ijin Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonosobo. Face-back yang digunakan berasal dari kayu meranti dan dibeli dari Surabaya. Face-back berukuran 1.33 x 2.54 m2. Meskipun sudah mempunyai mesin rotary 9 feet yang mampu mengupas kayu dengan ketebalan sangat tipis, tetapi industri belum berani memproduksi face-back karena bahan baku kayu meranti sulit untuk didapat di daerah lokal maupun di pulau Jawa. Hal ini tentu akan meningkatkan biaya produksi.
4.1.4 Teknologi Produksi Kayu Lapis CV Mekar Abadi Terlepas dari penebangan dan pemilihan kayu yang ditebang dari hutan, digram alir proses produksi kayu lapis dipaparkan pada Gambar 7. Log albasia
Platform plywood
Face and back
Rotary Perekatan lem
Vinir
Pengeringan 6 hari 1200C
Cold press 35 menit 95 kgf/cm2
Perekatan lem
Cold press 35 menit 95 kgf/cm2
Hot press 1060C 4 menit 95 kgf/cm2
Double sizer Hot press 1060C 12 menit 95 kgf/cm2
Sander kalibrasi
Sander finishing
Plywood Gambar 7. Diagram alir proses produksi kayu lapis di CV Mekar Abadi
18
Berdasarkan diagram alir diatas, maka dapat dijelaskan teknik dan teknologi yang digunakan pada proses produksi kayu lapis di CV Mekar Abadi sebagai berikut. 1. Bahan baku kayu gelondongan yang sudah dipotong dengan panjang 1.30 m dan diameter 1045 cm disortir dibagian logyard seperti yang tampak pada Gambar 8. Penyortiran untuk menentukan jenis dan kualitas bahan baku kayu.
Gambar 8. Penyortiran log di logyard 2. Kayu gelondongan selanjutnya dibersihkan dan dikupas kulit luarnya secara manual menggunakan pisau kupas untuk menghilangkan dan membersihkan dari kotoran, batu, dan logam seperti yang tampak pada Gambar 9.
Gambar 9. Pengupasan kulit luar log 3. Kayu gelondongan direndam dalam bak perendaman untuk meningkatkan kadar air sehingga tidak mudah retak jika dikupas menggunakan rotary. Namun belum ditentukan berapa lama waktu perendaman, sedangkan selama ini waktu perendaman disesuaikan dengan rencana produksi dan masuknya bahan baku. Proses perendaman dapat dilihat pada Gambar 10.
19
Gambar 10. Perendaman log di unit proses rotary 4. Selanjutnya log albasia dikupas menggunakan rotary 3 feet yang menghasilkan lembaran vinir dengan ketebalan sesuai rencana produksi. Ukuran vinir diharuskan memiliki panjang 2.5 m dan lebar 1.27 m. Kupasan pertama dibuang sebagai limbah karena ukurannya tidak mencukupi. Kupasan kedua berupa vinir poly (vinir yang terpotong dengan lebar standar yaitu 1.27 m dan panjang yang tidak mencukupi yaitu 16-20 cm). Kupasan kedua biasanya digunakan untuk membuat short core dan sering disebut sampah yang merupakan bahan baku untuk menambal (patching) kayu lapis yang berlubang atau sobek. Kupasan ketiga digunakan sebagai bahan baku long core. Ukurannya memenuhi standar dan tidak rusak atau retak seperti kupasan sebelumnya. Proses tersebut menyisakan log core dengan diameter 10–11 cm. Kemudian log core dikupas dengan mesin rotary spindeless 3 feet, ketebalannya sesuai dengan rencana produksi. Proses ini menghasilkan limbah yang besar sehingga menurunkan rendeman produksi kayu lapis. Proses pengupasan log dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Log dikupas dengan mesin rotary menjadi vinir 5. Sebelum proses pengeringan, vinir disusun sebanyak lima pieces, kemudian di-stik, yaitu disisipkan balok kecil, dan vinir disusun kembali. Stik berguna untuk laju sirkulasi uap panas agar pengeringan merata sehingga meminimalkan waktu pengeringan. Satu palet terdapat 177 vinir. Proses stik dapat dilihat pada Gambar 12.
20
Gambar 12. Vinir di-stik sebelum dimasukkan ke kiln dry 6. Pengeringan menggunakan uap panas, sumber panas berasal dari heating elemen yang dialiri oleh media pemanas (hot water) dari boiler. Selanjutnya, uap panas dialirkan ke kiln dry. Kiln dry merupakan ruang pengeringan yang menyirkulasi uap panas dan mempertahankan panas sehingga dapat mengeringkan vinir pada MC (moisture content) yang dikehendaki. Lembaran vinir yang terdiri dari long core (vinir yang seratnya memanjang atau horizontal) dan short core (vinir yang seratnya pendek dan mengarah vertikal) selanjutnya dikeringkan dalam kiln dry selama 6-16 hari dengan temperatur 1200C. Proses ini menghasilkan produk vinir kering dengan MC maksimal sebesar 14% yang dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Vinir kering setelah keluar dari kiln dry 7. Selanjutnya dilakukan perbaikan mutu vinir dan face-back serta menggabung vinir yang terpisah (join veneer) secara manual. Proses repair dan join vinir dapat dilihat pada Gambar 14.
21
Gambar 14. Proses join vinir 8. Vinir yang telah diperbaiki selanjutnya diangkut ke glue spreader menggunakan forklift. Vinir yang terdiri dari long core dan short core disusun secara bersilangan sehingga seratnya tegak lurus. Vinir disusun dengan ketebalan dan lapisan yang sesuai dengan rencana produksi. Vinir ini disebut platform karena belum dilapisi oleh face-back, inilah tahap I proses produksi kayu lapis yaitu tahap pembuatan platform. Selanjutnya vinir diberi perekat urea formaldehida. Perekat adalah suatu bahan yang dapat menahan dua benda berdasarkan ikatan permukaan. Perekatan bertujuan agar produk kayu lapis kuat dan tahan lama. Proses peleburan lem dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Proses peleburan lem pada vinir 9. Platform kemudian dimasukkan dalam mesin cold press selama 25-35 menit dengan tekanan 95 kgf/cm2 untuk pengempaan dingin. Pengempaan dingin berfungsi untuk meratakan dan merekatkan lem sehingga memudahkan dalam proses hot press. Proses pengempaan dingin dapat dilihat pada Gambar 16.
22
Gambar 16. Platform melalui proses pengempaan dingin 10.Setelah keluar dari cold press, vinir di-repair ulang dengan cara ditambal (patching) agar permukaan tetap rata dan tidak berlubang. Proses repair dan patching vinir dapat dilihat pada Gambar 17. Kemudian platform dimasukkan ke dalam mesin hot press selama 12 menit pada temperatur 1060C dengan tekanan 95 kgf/cm2 untuk pengempaan panas. Pengempaan panas berfungsi untuk pelengketan dan pengeringan lem dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 17. Proses repair platform
Gambar 18. Platform melalui pengempaan panas
23
11.Platform yang sudah selesai di-press harus melalui proses repair dan pendempulan (putty) pada bagian permukaaan yang tidak rata, berlubang atau sobek, kemudian dilakukan pengampelasan (sander). Proses pendempulan dan pengampelasan dapat dilihat pada Gambar 19 dan 20.
Gambar 19. Proses pendempulan
Gambar 20. Pengampelasan platform dengan mesin sander 12.Tahap II yaitu proses produksi kayu lapis dimulai dari penyusunan platform dan face-back sesuai rencana produksi. Kemudian direkatkan dengan lem pada glue spreader. 13.Proses selanjutnya sama dengan proses diatas yaitu dimasukkan ke cold press selama 25–35 menit dengan tekanan 95 kgf/cm2, lalu diperbaiki bagian yang berlubang dan sobek pada kayu lapis. Kayu lapis hasil repair dimasukkan ke dalam hot press selama 4 menit pada temperatur 1060C dengan tekanan 95 kgf/cm2. 14.Kayu lapis yang selesai di-press kemudian dipotong sisi panjangnya dan sisi lebarnya sesuai dengan ukuran panjang 2.44 m dan lebar 1.22 m dengan mesin double sizer. Proses double sizer dapat dilihat pada Gambar 21.
24
Gambar 21. Proses double sizer pada kayu lapis 15.Selanjutnya dilakukan pendempulan (putty) pada permukaan kayu lapis yang tidak rata dan berlubang, lalu dilakukan pengampelasan terakhir (sander finishing). 16.Proses akhir dari produksi kayu lapis yaitu sortasi yang menentukan kelas kayu lapis sesuai dengan mutunya. Kemudian dilakukan pengepakan dan dimasukkan ke gudang yang merupakan hasil produksi yang siap dijual. Mutu produk kayu lapis sesuai dengan standar mutu negara-negara yang dituju, antara lain Cina, Malaysia, Singapura, Taiwan, Korea, dan Timur Tengah. Negara-negara tersebut memiliki standar mutu yang tidak terlalu ketat dan tidak mewajibkan untuk bersertifikasi. Mutu yang ditetapkan meliputi pengecekan pelekatan, kadar air, jenis, berat jenis, warna, ketebalan lapisan, ukuran, kelengkungan, karakteristik natural, karakteristik pabrik, inti kayu, dan pengemasan. Produk yang bermutu didukung oleh prosedur kerja dan peran teknologi pendukung yang baik. CV Mekar Abadi belum memiliki standar operasional prosedur, tetapi perawatan mesin dilakukan secara berkala. Pengecekan mesin dilakukan sebelum melakukan produksi dan setiap minggu dilakukan perawatan mesin didukung oleh tenaga ahli mekanik. Selain itu, dengan adanya perkembangan teknologi pengolahan kayu yang dapat meningkat mutu produk, CV Mekar Abadi berusaha untuk mengadakan restrukturasi mesin kayu lapis. Restrukturasi dimulai dengan penambahan rotary 9 feet yang dapat mengkonversi log menjadi face dan back.
4.1.5 Limbah Proses Produksi Kayu Lapis Proses produksi di industri kayu lapis menghasilkan sisa produksi berupa limbah. Setiap unit proses menghasilkan limbah, antara lain limbah padat, limbah cair, dan limbah udara. Ketiga jenis limbah tersebut akan dijelaskan dibawah ini. Limbah padat dari proses produksi kayu lapis terdiri dari beberapa jenis dan dampak pencemarannya pada Tabel 5.
25
Tabel 5. Jenis dan dampak pencemaran limbah padat di industri kayu lapis Sumber Limbah
Jenis Limbah
Dampak Pencemaran
Unit pembersihan log
Kulit kayu basah
Tanah, air
Unit rotary
Serbuk kayu sisa potongan log
Tanah, udara
Potongan log basah
Tanah, air
Kayu bulat busuk
Tanah
Serpihan kayu basah
Tanah, air
Serpihan kayu kering
Tanah
Serpihan vinir kering
Tanah
Unit stik
Sisa tali plastik
Tanah
Unit repair vinir dan face-
Kertas sisa gummed tape
Tanah
back
Serpihan vinir kering
Tanah
Mesin glue spreader
Sisa perekat (glue)
Tanah
Kerak sisa perekat
Tanah
Kerak sisa dempul
Tanah, udara
Mesin double sizer
Potongan kayu lapis
Tanah
Boiler
Jelaga boiler
Udara
Abu sisa pembakaran
Tanah
Kerak sisa pembakaran
Tanah
Unit repair platform dan kayu lapis
Berdasarkan hasil pengamatan, limbah padat yang paling dominan adalah limbah kayu. Limbah kayu yang terbentuk berupa kulit kayu tidak dapat diolah, serpihan kayu dan vinir, potongan kayu yang tidak sesuai ukurannya, dan serbuk kayu. Proses produksi kayu lapis secara keseluruhan menghasilkan sisa produksi berupa limbah sekitar 40%-50%. Penanganan limbah kayu di CV Mekar Abadi berupa potongan kayu kering, kulit kayu kering, dan serbuk kayu digunakan untuk bahan bakar boiler. Bahan bakar boiler 10% nya merupakan limbah kayu yang dibeli dari luar perusahaan. Serpihan vinir kering digunakan sebagai bahan tambalan untuk repair vinir, face-back, platform, dan kayu lapis. Kulit kayu basah, potongan log basah, kayu busuk, serta sisa perekat dibuang dan ditimbun di lahan terbuka yang dimiliki perusahaan. Jika pembuangan ini terus berlanjut, maka akan terjadi akumulasi dampak lingkungan. Oleh karena itu, limbah harus diminimalkan dan diolah dengan baik. Semakin meningkatnya limbah yang dibuang maka semakin luas lahan pembuangan yang harus disediakan. Limbah tersebut juga menimbulkan bau yang tidak sedap, gangguan estetika lingkungan, serta terjadinya pencemaran tanah. Selain itu, terdapat limbah dari aktifitas pendukung berupa kerak dan abu sisa pembakaran pada boiler dan limbah domestik. Limbah domestik merupakan limbah padat sisa dari aktivitas para tenaga kerja, mengingat bahwa CV Mekar Abadi adalah industri padat karya. Limbah cair di CV Mekar Abadi berasal dari sisa pencucian glue spreader, dan buangan dari mesin-mesin seperti hot press dan peralatan lainnya. Air pencucian glue umumnya mengandung formaldehida dan amonia. Selain itu, limbah cair dari sisa pengasahan mesin kupas di unit proses rotary mengandung logam berat, air blow down boiler mengandung senyawa fosfat dan panas.
26
Limbah cair juga dihasilkan dari air perendaman log dan air dari aktivitas pemeliharaan mesin yang mengandung pelumas. Limbah cair domestik juga sangat besar, mengingat jumlah tenaga kerja yang sangat banyak. Limbah cair sisa pencucian glue spreader serta buangan dari mesin-mesin seperti hot press dan peralatan lainnya dialirkan melalui saluran drainase menuju bak peresapan dengan ukuran sekitar 2 x 3 m2. Apabila ada hujan, maka debit air dari dalam akan menjadi besar dan meluap dari bak peresapan mengalir ke sungai. Pada unit proses rotary, limbah cair perendaman log dan aktivitas lainnya langsung dibuang ke sungai melalui saluran drainase yang ada di pabrik. Tabel 6. Jenis dan dampak pencemaran limbah udara di industri kayu lapis Jenis limbah
Sumber limbah
Pencemaran
Debu kayu
Pengampelasan
Tanah, udara
Formaldehida
Pelaburan perekat, pengempaan panas
Udara
Amoniak
Pelaburan perekat, pengempaan panas
Udara
Gas CL2
Gas dari pengempaan panas
Udara
Gas CO2, CO, NOx,VOC
Cerobong boiler berbahan bakar kayu
Udara
Jelaga
Boiler saat blow up
Tanah, udara
Uap aseton dan toluen
Dempul
Udara
Uap air dan VOC
Pengeringan vinir
Udara
Kebisingan
Mesin produksi
Udara
Sumber : Nurendah (2006)
Tabel 6 menjelaskan bahwa limbah udara secara spesifik dari produksi kayu lapis dapat dihasilkan dari beberapa bahan kimia. Dalam penanganan debu kayu, CV Mekar Abadi menggunakan mesin penghisap debu (cyclon) yang ditempatkan dibagian pabrik untuk menghisap debu hasil proses produksi. Jumlah mesin cyclon yang terbatas, dua buah, maka bagi pekerja masih dirasa terganggu. Oleh karena itu, CV Mekar Abadi menghimbau pekerja untuk memakai masker. Pada umumnya pabrik kayu lapis menggunakan cyclon untuk menangkap debu kayu, tetapi debu di atas 400 mesh sulit untuk dipisahkan dengan metode ini. Partikel yang berukuran lebih kecil dari 5 mikron dapat mencapai alveoli dan 1 mikron memiliki peluang besar untuk mengendap di paruparu, sementara pabrik yang telah menginvestasikan alat ini lima kali lebih mahal (King and Magid, 1980). Limbah B3 yang terdapat di CV Mekar Abadi yaitu ceceran oli pada mesin glue spreader, sisa cairan pengasahan pisau yang mengandung logam, dan oli bekas pada unit proses rotary. Limbah B3 yang terbuang langsung ke lingkungan akan mengakibatkan pencemaran dan berbahaya bagi kelangsungan ekosistem pada lingkungan tersebut.
4.1.6 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Setiap karyawan memiliki resiko dalam menjalankan aktivitas produksi selama proses produksi berlangsung dalam suatu pabrik. Kecelakaan kerja menjadi resiko yang tidak dapat dihindari apabila seorang karyawan kurang hati-hati. Resiko ini dapat menimbulkan dampak dalam jangka waktu yang pendek sampai jangka waktu yang panjang tergantung dari faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan tersebut. Apabila resiko ini diacuhkan oleh perusahaan, maka perusahaan dianggap lalai
27
dengan hak pekerja karena tidak ada pencegahan maupun penanganan kecelakaan kerja. Hal ini akan memperburuk citra perusahaan dan akan menimbulkan dampak sosial. K3 (Keselamatan dan kesehatan kerja) merupakan jaminan yang wajib diberikan perusahaan kepada karyawan dalam melakukan hubungan kerja. Sistem K3 ini diimplementasikan dalam Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja dan penyelenggaraannya diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1993. Menurut UU No 3 Tahun 1992, jaminan sosial tenaga kerja merupakan suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia. Sistem K3 yang baik akan mendukung program produksi bersih. Apabila perusahaan memberikan jamsostek maka produktivitas karyawan akan meningkat sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik. Hal ini akan meningkatkan good housekeeping pada semua unit proses sehingga meningkatkan efisiensi produksi serta limbah yang terbuang dapat diminimalisir. Menurut UU No 14 Tahun 1993, jaminan sosial tenaga kerja yang menanggulangi resiko-resiko kerja sekaligus akan menciptakan ketenangan kerja yang pada gilirannya akan membantu meningkatkan produktivitas kerja. CV Mekar Abadi telah memakai jamsostek selama lebih dari satu tahun, namun pada kenyataannya implementasi jamsostek ini masih belum dirasakan oleh karyawan. Hal ini terbukti dari kurangnya perlindungan kerja terhadap karyawan yang melakukan aktivitas produksi pada mesinmesin yang menghasilkan limbah B3 maupun mesin-mesin yang berbahaya. Karyawan juga belum mengerti dan peduli dengan pentingnya K3. Apabila dibiarkan terus-menerus akan terjadi dampak sosial dan penurunan produktivitas perusahaan. CV Mekar Abadi memberikan masker kain sebagai perlindungan pekerja agar tidak mengganggu saluran pernafasan akibat debu kayu, tetapi sebagian besar pekerja pada setiap unit proses tidak menggunakan masker. Hal ini mengartikan bahwa pekerja belum mengerti tentang K3. Beberapa proses yang membutuhkan K3 yang ketat yaitu proses pengupasan pada mesin rotary, peleburan lem, pengempaan panas, pengampelasan, dan pembakaran pada boiler. Proses pengupasan log pada mesin rotary dan proses pengampelasan pada mesin sander menghasilkan kebisingan sehingga dapat mengurangi kenyamanan pekerja dalam melaksanakan proses produksi. Selain itu, pekerja pada unit-unit tersebut tidak memakai alat perlindungan pendengaran karena tidak tersedianya alat tersebut. Jika hal ini berlangsung secara terus-menerus maka indra pendengaran pekerja akan mengalami penurunan fungsi. Oleh karena itu, diperlukan perlindungan saluran pendengaran bagi pekerja berupa pemberian earplug. Pada proses pelaburan lem terdapat gas yang mengandung formaldehida dan amonia. Dampak formaldehida pada kesehatan manusia dapat bersifat (Amiruddin, 2006) : 1. Akut Akut berarti akibat jangka pendek yang terjadi biasanya bila terpapar formaldehida dalam jumlah yang banyak. Tanda dan gejala akut atau jangka pendek yang dapat terjadi adalah iritasi, alergi, sakit kepala, mual, diare, dan muntah. Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian. 2. Kronik Efek kronik terjadi apabila terpapar formaldehida dalam jangka waktu yang lama dan berulang adalah sensitisasi dan kanker. Apabila terpapar terus-menerus dapat mengakibatkan kerusakan hati, ginjal dan jantung, iritasi kemungkinan parah, mata berair, gangguan pada
28
pencernaan, dan sistem syaraf pusat. Efek samping ini terlihat setelah jangka panjang karena terjadi akumulasi formaldehida didalam tubuh. 3. Karsinogenik Penelitian laboratorium menunjukkan bahwa formaldehida merupakan bahan yang memiliki potensi karsinogenik. Paparan formaldehida diikuti peningkatan resiko kanker nasal dan tumor nasal diamati pada tikus yang menghirup formaldehida jangka panjang. Meningkatnya leukimia dan tumor saluran cerna pada tikus yang mengandung formaldehida. Menurut Hopp (1983), amonia merupakan bahan beracun korosif yang bersifat iritan terhadap manusia. Efek amonia terhadap manusia meliputi saluran pernafasan, mata, kulit, dan saluran cerna. Cairan amonia dapat terurai menjadi gas amonia yang merupakan gas beracun. Jika terhirup gas amonia ini akan mengakibatkan iritasi maupun infeksi paru-paru. Para pekerja pada proses peleburan lem memakai pelindung berupa masker kain, celemek, dan sepatu boot. Sebaiknya perusahaan memberikan masker filter udara atau masker corong dan kacamata safety agar meminimalkan resiko terhadap kesehatan pekerja. Pada proses pengempaan panas juga menghasilkan gas formaldehida, amonia dan gas Cl2. Klorin sangat potensial untuk terjadinya penyakit di kerongkongan dan hidung. Terjadi iritasi tinggi ketika gas tersebut dihirup serta dapat menyebabkan kulit terbakar dan iritasi mata. Jika berpadu dengan udara lembab, asam hidroklorik dan hipoklorus dapat mengakibatkan peradangan jaringan tubuh yang terkena. Akibat-akibat yang kronis untuk jangka panjang dari pengaruh gas klorin, ada kemungkinan menjadi tua sebelum waktunya, menimbulkan masalah dengan cabang tenggorok, kecenderungan munculnya penyakit paru-paru seperti TBC dan emphisema (Widyastuti, 2005). Pekerja pada proses pengempaan panas hanya memakai masker kain. Sebaiknya perusahaan juga memberikan masker filter udara dan pelindung mata agar meminimalkan resiko terhadap kesehatan pekerja. Pekerja pada mesin boiler memiliki resiko yang tinggi karena pembakaran yang terjadi pada boiler menghasilkan suhu yang tinggi sehingga kondisi lingkungan sekitar menjadi panas. Selain itu, terkadang percikan api yang besar keluar dari tungku dan sangat dekat dengan pekerja. Pekerja hanya memakai masker kain untuk melindungi saluran pernafasan dari jelaga dan gas CO 2, CO, NOx, VOC. Dampak keracunan CO sangat berbahaya bagi orang yang telah menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah pariferal yang parah. Kadar CO yang tinggi dapat menyebabkan perubahan tekanan darah, meningkatkan denyut jantung, ritme jantung menjadi abnormal, gagal jantung, dan kerusakan pembuluh darah periferal. Oksida nitrogen seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. Penelitian menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun daripada NO. Penelitian terhadap hewan percobaan yang diberi NO dengan dosis tinggi memperlihatkan gejala kelumpuhan sistem syaraf dan kekejangan. NO2 bersifat racun terutama pada paru (Widyastuti, 2005). Oleh karena itu, untuk pencegahan sebaiknya perusahaan memberikan baju pelindung panas, masker filter udara atau masker corong, dan kacamata safety.
29
4.2 Strategi Produksi Bersih. 4.2.1 Pengelolaan Lingkungan di CV Mekar Abadi CV Mekar Abadi belum memiliki sertifikat ISO seri 14000 tentang sistem manajemen lingkungan karena keterbatasan modal, tetapi perusahaan berkomitmen untuk menjaga dan memelihara lingkungan yang berkelanjutan. Terbukti bahwa perusahaan telah melakukan beberapa alternatif pengelolaan lingkungan yang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pengelolaan lingkungan yang diterapkan CV Mekar Abadi Unit proses Rotary
Pengelolaan lingkungan Penggunaan sisa core untuk dijadikan balken Penggunaan vinir sampah untuk join core Penggunaan limbah untuk bahan bakar boiler
Boiler
Recycle air untuk pengisian boiler dengan memanfaatkan kondensat dari uap panas
Double sizer
Penggunaan limbah untuk bahan bakar boiler
Join core
Penggunaan limbah untuk bahan bakar boiler
4.2.2 Analisis Penerapan Produksi Bersih Analisis ini bertujuan untuk mengetahui potensi penerapan produksi bersih di CV Mekar Abadi. Analisis meliputi tiga aspek, yaitu teknik-teknologi, finansial, dan politis. Sebelum melakukan analisis, neraca massa harus dihitung dan dikaji terlebih dahulu. Neraca massa dapat membantu untuk mengetahui sumber limbah dan dapat membantu dalam analisis untuk menentukan opsi produksi bersih yang tepat untuk meminimalkan bahan baku, energi, dan limbah yang terbuang. Neraca massa CV Mekar abadi dapat dilihat pada Gambar 22.
30
Log albasia 25.193 m3
Rotary
Platform plywood 13.058 m3 Limbah kayu 8.565 m3
14.245 m3 Glue 0.14 m3
Vinir 16.628 m3 Kadar Air 50%
Face and back 1.187 m3
perekatan
14.385 m3 Cold press
pengeringan
Uap air 36%
13.325 m3 Hot press
Vinir 16.628 m3 Kadar Air 14%
12.995 m3 Doble sizer
Glue 0.14 m3 16.768 m3
Sander
15.698 m3 Hot press
Loss tebal 0.33 m3 Potongan kayu 0.98 m3
12.015 m3
perekatan
Cold press
Loss tebal 1.06 m3
Loss tebal 1.07 m3
Serbuk kayu 0.33 m3
Plywood 11.685 m3
Loss tebal 1.65 m3
14.048 m3 Sander
Serbuk kayu 0.99 m3
13.058 m3 Gambar 22. Neraca massa proses produksi kayu lapis di CV Mekar Abadi Neraca massa diatas dapat menghasilkan perhitungan rendemen sebesar 44%. Berarti masih banyak limbah yang dihasilkan dari proses produksi kayu lapis di CV Mekar Abadi. Berdasarkan neraca massa dapat dilihat bahwa jumlah limbah terbesar ada di unit proses rotary, sedangkan unitunit proses lain yang menghasilkan loss dan limbah adalah cold press, hot press, double sizer, dan sander. Sumber-sumber limbah yang telah diketahui melalui neraca massa selanjutnya dikaji dengan analisis teknik-teknologi yang akan menghasilkan opsi-opsi produksi bersih yang tepat.
4.2.2.1 Analisis Teknik-Teknologi Pada CV Mekar Abadi terdapat beberapa teknik-teknologi yang kurang tepat dan cenderung merugikan perusahaan pada beberapa unit proses dan aktivitas produksi. Teknik-teknologi tersebut selanjutnya dianalisis sehingga dapat dicari solusi untuk teknik-teknologi yang tepat dan berguna meningkatkan produktivitas perusahaan. Tabel 8 dan 9 menjelaskan tentang peluang opsi produksi bersih pada unit proses dan aspek kegiatan di CV Mekar Abadi.
31
Tabel 8. Opsi produksi bersih pada setiap unit proses Unit proses
Opsi produksi bersih
Sortir log
Good housekeeping: penyortiran log yang masuk harus teliti
Rotary
Penggantian sistem penggulungan vinir manual dengan sistem konveyor Good housekeeping: Pengontrolan MC pada vinir Penggantian air pada bak perendaman serta mengontrol pH dan suhu
Join core
Good housekeeping: penanganan vinir dan face-back yang baik untuk mencegah agar tidak pecah atau sobek
Glue spreader
Good housekeeping: pengontrolan input glue melalui pipa ke mesin glue spreader agar tidak tumpah Good housekeeping: pengontrolan roll di glue spreader agar glue tidak meluap dan tumpah. Modifikasi penampung glue yang meluap agar tidak tercecer ke lantai pabrik
Cold press
Good housekeeping: pengecekan mesin dan pengontrolan tekanan
Hot press
Good housekeeping: pengecekan mesin dan pengontrolan tekanan serta temperatur
Sander
Good housekeeping: pengecekan mesin terutama mengecek ketersediaan amplas sebelum produksi
Boiler
Pemasangan termometer pada boiler Pelapisan pada pipa steam untuk menahan suhu steam
Good housekeeping sebaiknya dilakukan pada penyortiran log secara teliti dan mempunyai standar yang jelas. Log albasia sebagai material input minimal berumur 5 tahun. Namun, seringkali log albasia yang berumur 3 tahun masih dijadikan material input. Akibatnya vinir mudah pecah karena umur kayu yang masih muda. Selain itu, terkadang log yang sudah busuk juga dijadikan material input. Pada unit proses rotary, penggulungan vinir masih dilakukan secara semi-otomatis dengan tenaga manusia dibantu mesin penggulung. Vinir mudah retak dan terputus karena tarikan oleh tenaga kerja serta getaran yang ditimbulkan oleh mesin penggulung yang frekuensinya sangat besar. Penggunaan konveyor sangat membantu untuk meminimalkan tarikan dan getaran sehingga tidak diperlukan mesin penggulung. Vinir yang dihasilkan dari mesin rotary selanjutnya disusun dan menunggu untuk proses selanjutnya. Vinir didiamkan hingga beberapa hari, sehingga kadar air vinir naik jika cuaca hujan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengontrolan MC vinir untuk memudahkan penanganan pada proses selanjutnya. Air pada bak perendaman tidak pernah diganti sehingga warna air menjadi hitam dan keruh. Suhu dan pH pada bak perendaman juga tidak pernah dikontrol. Jika dibiarkan maka akan berakibat log menjadi rusak karena zat dan kotoran pada air. Selain itu mutu produk juga akan menurun. Pada unit proses join core, seringkali vinir dan face-back mudah sobek dan rusak karena pekerja kurang hati-hati dalam repair dan penanganannya. Hal ini dapat merugikan perusahaan
32
karena mutu produk kayu lapis turun serta meningkatnya biaya produksi untuk menambahkan dempul. Oleh karena itu, pelatihan untuk pekerja menjadi sangat penting. Pipa yang mengalirkan glue menuju glue spreader berupa pipa plastik setengah lingkaran untuk memudahkan pembersihan pipa. Namun terkadang pekerja lalai dalam pengontrolan kran untuk aliran glue sehingga glue tumpah karena laju alir yang besar. Oleh karena itu, sebaiknya pekerja melakukan pengontrolan dengan baik. Selain itu, glue sering tumpah di mesin glue spreader karena melebihi kapasitas roll. Oleh karena itu, pekerja sebaiknya mengatur dan mengontrol roll sebelum dialirkan glue. Tumpahan glue di lantai produksi dan mesin meningkatkan limbah yang dibuang. Modifikasi mesin untuk menampung dan me-reuse glue yang tumpah dapat meminimalkan limbah. Tekanan di cold press terkadang tidak terkontrol dan tekanannya sangat besar karena kerusakan pada pressure gage. Akibatnya mengurangi ketebalan kayu lapis yang dihasilkan karena tekanan yang besar. Hal ini dapat merugikan perusahaan karena kayu lapis tidak dapat dijual dengan ketebalan yang kurang dari standar. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan pengecekan sebelum produksi. Sama halnya dengan hot press juga sebaiknya dilakukan pengecekan sebelum produksi. Proses produksi kayu lapis sering terhenti bahkan sampai satu hari karena tidak tersedianya amplas pada sander. Penurunan produktivitas dapat menurunkan keuntungan perusahaan. Seharusnya dilakukan pencegahan dengan pengecekan ketersediaan amplas sebelum berproduksi. Temperatur pada boiler tidak bisa diketahui karena tidak adanya termometer pada boiler. Oleh karenanya perlu dipasang hygro-termometer pada boiler. Temperatur pada ruang pengeringan (kiln dry) biasanya tidak memenuhi standar yaitu 120 0C. Hal ini dikarenakan pipa besi yang mengalirkan steam tidak dilapisi sehingga panas steam keluar ke lingkungan sekitar. Sebaiknya pipa steam dilapisi glasswhole agar menahan panas steam. Tabel 9. Opsi produksi bersih pada aspek kegiatan Aspek kegiatan Lay out SOP IPAL K3
Aktivitas perbaikan Tata letak pabrik diperbaiki dengan memindahkan mesin doble sizer sebelum sander finishing. Membuat SOP dan menempelkan pada setiap unit proses dan mesin Pembuatan IPAL untuk pengolahan limbah cair Pemberian masker filter udara atau masker corong, kacamata safety, baju anti api, dan earplug pada pekerja di unit proses yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan pekerja
Lay out ruang proses produksi kayu lapis pada Lampiran 3 menunjukkan letak double sizer setelah sander finishing. Menurut diagram alir proses produksi seharusnya double sizer merupakan tahap proses sebelum tahap proses sander finishing. Hal ini berakibat ketidakteraturannya proses distribusi bahan dan menyebabkan voluminous pada ruang pabrik. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan pemindahan mesin. CV Mekar Abadi belum memiliki standar operasional prosedur, akibatnya banyak pekerja yang belum mengerti pentingnya tata cara operasi untuk meningkatkan mutu produk dan mengurangi limbah. Oleh karena itu, sangat penting untuk membuat SOP dan menempelkan pada setiap unit proses dan mesin. Standar operasional prosedur juga mencegah terjadinya pemborosan energi dan bahan baku. Limbah cair pada unit proses kayu lapis hanya ditampung oleh bak peresapan, sehingga jika hujan akan meluap dan mengalir ke sungai. Hal ini sangat membahayakan bagi lingkungan sekitar karena adanya kandungan zat B3 dan logam berat dalam limbah cair. Oleh karena itu, instalasi pengolahan air limbah sangat diperlukan. Instalasi pengolahan air limbah yang disarankan yaitu IPAL
33
dengan lumpur aktif dengan melihat kondisi lahan CV Mekar Abadi yang tidak luas untuk IPAL. IPAL dengan lumpur aktif memiliki beberapa kriteria yang diinginkan perusahaan, yaitu : 1. Efisiensi pengolahan dapat mencapai standar baku mutu air limbah yang disyaratkan. 2. Pengelolaan harus mudah. 3. Konsumsi energi sedapat mungkin rendah. 4. Biaya operasinya rendah. 5. Lumpur yang dihasilkan kecil. 6. Dapat digunakan untuk air limbah dengan BOD yang cukup besar. 7. Dapat menghilangkan amonia sampai mencapai standar baku mutu yang berlaku. 8. Perawatan mudah dan sederhana. Pada kenyataannya, CV Mekar Abadi belum mampu untuk melaksanakan semua opsi produksi bersih karena keterbatasan modal dan waktu. Oleh karena itu, diperlukan pemilihan beberapa opsi yang berpotensi untuk diterapkan pada CV Mekar Abadi dengan besarnya modal dan waktu yang sesuai. Pemilihan opsi produksi bersih didasarkan pada unit proses dan mesin yang menjadi sumber limbah terbesar dalam neraca massa. Selain itu, opsi yang dipilih juga berpotensi untuk menghasilkan keuntungan paling besar. Tabel 10 menjelaskan beberapa potensi opsi produksi bersih yang direkomendasikan untuk diterapkan di CV Mekar Abadi. Tabel 10. Potensi opsi produksi bersih di CV Mekar Abadi Unit proses dan aspek kegiatan Rotary Join core Glue spreader Boiler
Opsi produksi bersih yang dapat diterapkan Penggantian sistem penggulungan vinir manual dengan sistem konveyor Good housekeeping: penanganan vinir dan face-back yang baik untuk mencegah agar tidak pecah atau sobek Modifikasi penampung glue yang meluap agar tidak tercecer ke lantai pabrik Pemasangan termometer pada boiler Pelapisan pada pipa steam untuk menahan suhu steam
SOP IPAL
Membuat SOP dan menempelkan pada setiap unit proses dan mesin Pembuatan IPAL untuk pengolahan limbah cair
4.2.2.2 Analisis Finansial Analisis finansial digunakan untuk memperkirakan biaya yang diperlukan dalam penerapan produksi bersih serta menghitung keuntungan dan penghematan dari penerapan produksi bersih. Analisis finansial pada opsi produksi bersih dibagi menjadi tiga prioritas. Prioritas pertama ditandai dengan tiga bintang (***). Prioritas pertama menunjukkan opsi yang penting untuk dilaksanakan. Prioritas kedua ditandai dengan dua bintang (**). Prioritas kedua menunjukkan opsi yang cukup penting untuk dilaksanakan. Prioritas ketiga ditandai dengan satu bintang (*). Prioritas ketiga menunjukkan opsi yang kurang penting untuk dilaksanakan. Biaya dari opsi produksi bersih yang harus dilakukan dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12, sedangkan rincian biaya dapat dilihat pada Lampiran 4, 5, dan 6.
34
Tabel 11. Analisis finansial opsi produksi bersih pada unit-unit proses Unit proses Sortir log Rotary
Join core
Glue spreader
Cold press Hot press Sander Boiler
Opsi produksi bersih Good housekeeping: penyortiran log yang masuk harus teliti Penggantian air pada bak perendaman serta mengontrol pH dan suhu Good housekeeping: Pengontrolan MC pada vinir Penggantian sistem penggulungan vinir manual dengan sistem konveyor Good housekeeping: penanganan vinir dan faceback yang baik untuk mencegah agar tidak pecah atau sobek Good housekeeping: pengontrolan input glue melalui pipa ke mesin glue spreader agar tidak tumpah Good housekeeping: pengontrolan roll di glue spreader agar glue tidak meluap dan tumpah. Modifikasi penampung glue yang meluap agar tidak tercecer ke lantai pabrik Good housekeeping: pengecekan mesin dan pengontrolan tekanan Good housekeeping: pengecekan mesin dan pengontrolan tekanan serta temperatur Good housekeeping: pengecekan mesin terutama mengecek ketersediaan amplas sebelum produksi Pemasangan termometer hygro analog pada boiler Pelapisan pada pipa steam untuk menahan suhu steam
Biaya (Rp) 0
Prioritas **
400,000
**
0 112,524,000
** ***
0
***
0
**
0
**
3,360,000
***
0
*
0
*
0
**
340,000
***
51,625,350
***
Tabel 12. Analisis finansial opsi produksi bersih pada aspek kegiatan Aspek kegiatan Lay out SOP IPAL K3
Aktivitas perbaikan Tata letak pabrik diperbaiki dengan memindahkan mesin doble sizer sebelum sander finishing. Membuat SOP dan menempelkan pada setiap unit proses dan mesin Pembuatan IPAL untuk pengolahan limbah cair Pemberian masker corong, kacamata safety, baju anti api, dan earplug pada pekerja di unit proses yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan pekerja
Biaya (Rp)
Prioritas
10,000,000
*
150,000
***
38,593,677 23,100,000
*** **
35
Berdasarkan opsi produksi bersih yang telah direkomendasikan dan mempunyai prioritas penting, maka perhitungan biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Biaya investasi opsi produksi bersih yang direkomendasikan Unit proses dan aspek kegiatan Rotary Join core Glue spreader Boiler
Opsi produksi bersih yang dapat diterapkan Penggantian sistem penggulungan vinir manual dengan sistem konveyor Good housekeeping: penanganan vinir dan face-back yang baik untuk mencegah agar tidak pecah atau sobek Modifikasi penampung glue yang meluap agar tidak tercecer ke lantai pabrik Pemasangan termometer pada boiler Pelapisan pada pipa steam untuk menahan suhu steam
SOP IPAL
Membuat SOP dan menempelkan pada setiap unit proses dan mesin Pembuatan IPAL untuk pengolahan limbah cair
Total biaya investasi
Biaya (Rp)
112,524,000 0 3,360,000 340,000 51,625,350 150,000 38,593,677 206,593,027
Apabila opsi produksi bersih dilaksanakan, maka perhitungan dilakukan dengan asumsi sebagai berikut : 1. Penggantian penggulungan vinir menggunakan konveyor dan penanganan join core yang baik dapat mengurangi down grade yang rata-rata 40 plywood per hari menjadi 38 plywood per hari. Keuntungan perusahaan sebesar Rp 200,000/ hari dengan harga plywood per satuan sebesar Rp 100,000. 2. Modifikasi penampung glue akan mengurangi glue yang terbuang sekitar 1 kg per hari dan menghemat biaya produksi perusahaan dari recycle glue sekitar minimal Rp 15,000 per harinya. 3. Pemasangan termometer pada boiler serta pelapisan pipa steam dapat mempercepat pengeringan yang tadinya 6 hari menjadi 1.5 hari. Hal ini dapat menghemat biaya produksi listrik dan air per harinya Rp 2,678,860 4. Perusahaan membeli bahan bakar boiler 10%, bahan bakar boiler dari limbah pabrik 90%. Harga limbah Rp 1,700,000, sehingga penghematan sebesar Rp 17,188,889 per bulan. Dari hasil perhitungan biaya investasi serta keuntungan dan penghematan dari penerapan produksi bersih, maka payback period dapat dihitung:
Payback Period =
=
=
3 bulan 5 hari
36
4.2.2.3 Analisis Politis Analisis politis berguna untuk mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi posisi CV Mekar Abadi. Faktor-faktor internal ditentukan dari pengamatan kondisi internal perusahaan seperti kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor eksternal ditentukan dari pengamatan kondisi diluar perusahaan yang akan berdampak pada jalannya perusahaan disertai berbagai peluang dan ancamannya bagi perusahaan. Berdasarkan kondisi perusahaan, selanjutnya akan dianalisis alternatif strategi menggunakan matrik SWOT. Selain itu, analisis politis juga digunakan untuk mengetahui keterkaitan antara tujuan yang diharapkan industri melalui program produksi bersih dengan beberapa faktor yang mempengaruhi keberadaan industri, aktor lain yang mempunyai peran dalam industri seperti pemerintah dan masyarakat. Selanjutnya, keterkaitan tersebut akan menghasilkan urutan alternatif strategi yang dapat digunakan industri untuk mencapai tujuan dengan menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Process). Langkah terakhir adalah menentukan beberapa strategi yang tepat digunakan oleh CV Mekar Abadi berdasarkan hasil yang didapat dari matrik SWOT, dan AHP.
4.2.2.3.1 Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threath) 4.2.2.3.1.2 Pendekatan Kuantitatif Matriks SWOT Pendekatan kuantitatif matriks SWOT digunakan untuk melihat posisi CV Mekar Abadi berdasarkan evaluasi terhadap faktor internal perusahaan maupun faktor eksternal perusahaan. Faktor internal ditentukan dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki CV Mekar Abadi. Faktor eksternal ditentukan dari peluang dan ancaman yang datang dari luar perusahaan. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara di CV Mekar Abadi, diperoleh gambaran kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang berkaitan dengan prinsip produksi bersih sebagai berikut. Kekuatan (Strengths). Berdasarkan wawancara dan pengamatan, kekuatan yang dimiliki oleh CV Mekar Abadi sebagai berikut. 1. Produk kayu lapis CV Mekar Abadi memiliki kualitas yang baik, terbukti dari 90% produk kayu lapis diekspor ke negara Cina, Malaysia, Singapura, Taiwan, Korea, dan Timur Tengah. Sebanyak 10% produk kayu lapis dipasarkan di dalam negeri. 2. Komitmen kuat dari manajemen puncak yaitu direktur utama terhadap kualitas kayu lapis dengan membentuk bagian khusus quality control yang terdapat di masing-masing unit proses. 3. Perawatan mesin-mesin produksi secara berkala yaitu satu minggu sekali dan pengecekan mesin sebelum produksi oleh ahli mekanik dapat meningkatkan efisiensi produksi. 4. Volume limbah kayu yang besar dimanfaatkan perusahaan sebagai bahan bakar mesin boiler, sehingga dapat menghemat energi yang dibutuhkan. 5. Potensi sumber daya manusia yang besar karena CV Mekar Abadi menggunakan sistem padat karya dalam menjalankan produksi. 6. Lokasi CV Mekar Abadi dekat dengan bahan baku karena bahan baku diperoleh dari daerah sekitar Kabupaten Wonosobo. 7. CV Mekar Abadi memberikan bibit kepada dinas perhutani di sekitar wilayah pabrik dan petani daerah dalam rangka program reboisasi setiap tahunnya. Hal ini dapat meningkatkan potensi hutan dan bahan baku yang berkelanjutan. 8. Perlindungan K3 terhadap karyawan telah dilakukan melalui keikutsertaan CV Mekar Abadi dalam Jamsostek.
37
Kelemahan (Weaknesses). Kondisi yang menunjukkan kelemahan CV Mekar Abadi dalam penerapan produksi bersih sebagai berikut. 1. Upaya pengelolaan dan pemanfaatan limbah belum sepenuhnya ditangani karena masih banyak limbah yang dibuang di landfill. Tempat pembuangan limbah ini akan berdampak pada masyarakat sekitar seperti pencemaran udara, merusak lapisan tanah, dan menimbulkan pemandangan yang tidak sedap. 2. Kurang kesadaran karyawan dalam pengelolaan lingkungan industri karena masih banyak dilakukan pemborosan terhadap bahan baku dan energi. 3. Belum dilakukan perhitungan volume limbah dan biaya terhadap pengendalian limbah menjadi kendala dalam meminimalkan limbah dan meningkatkan efisiensi produksi. 4. Belum ada SOP (Standard Operating Prosedure) sehingga karyawan kurang mengerti tata cara operasi yang baik. 5. Tingkat efisiensi bahan baku masih rendah terbukti dari masih besarnya limbah kayu yang dibuang. 6. Kurangnya manajemen operasional akibat dari manajemen CV Mekar Abadi yang belum terorganisir dengan baik dan job description yang belum jelas. 7. Kurangnya pengembangan sumber daya manusia melalui training pekerja. 8. Tidak adanya sertifikasi terhadap bahan baku, mutu produk, maupun manajemen lingkungan akan mempersulit perluasan pasar internasional. 9. Daya dukung hutan rakyat belum dapat memenuhi kapasitas produksi karena dalam setiap tahunnya perusahaan mengalami masa sulit dalam memenuhi bahan baku. Perusahaan bahkan harus membeli bahan baku dari luar daerah. Peluang (Opportunities). Peluang yang muncul dari penerapan program produksi bersih bagi CV Mekar Abadi sebagai berikut. 1. Areal hutan rakyat perlu terjamin kelangsungannya dan pemanfaatan seefektif dan seefisien mungkin. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kelangkaan bahan baku. 2. Keanekaragaman hayati yang besar perlu terjamin kelangsungannya dan pemanfaatan seefektif dan seefisien mungkin. Dengan demikian, akan lebih banyak sumber daya hutan yang dapat dimanfaatkan. 3. Semakin meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap kelestarian lingkungan ditandai dengan semakin meningkatnya perhatian dan minat masyarakat dengan produk yang ramah lingkungan. 4. Pelaksanaan program produksi bersih meningkatkan kepercayaan internasional terhadap produk kayu lapis yang dihasilkan. 5. Produksi bersih memberikan peluang untuk reuse hasil samping sehingga dapat memberikan nilai tambah. 6. Produksi bersih memberikan peluang untuk reduce limbah dan meminimalkan dampak lingkungan. 7. Produksi bersih dapat memberikan peluang terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam pemakaian bahan baku, energi, dan sumberdaya lainnya. 8. Produksi bersih dapat memperbaiki teknologi produksi dan memperbaiki kualitas manajemen. 9. Produksi bersih dapat memperbaiki kinerja dan meningkatkan produktivitas.
38
Ancaman (Threats). Kondisi yang muncul yang dapat menjadi ancaman bagi CV Mekar Abadi dalam penerapan program produksi bersih sebagai berikut. 1. Semakin terbatasnya sumber daya hutan khususnya stok kayu bulat menjadi ancaman perusahaan pada masa mendatang. 2. Kebijakan pemerintah yang mengharuskan perusahaan untuk menggunakan sertifikasi dapat mengancam perusahaan karena terbatasnya modal finansial perusahaan. 3. Tekanan dunia internasional terhadap perkayuan Indonesia senantiasa dihubungkan dengan kelestarian hutan di Indonesia. Perlunya keterbukaan dan negosiasi yang baik agar pemasaran kayu lapis dapat berlangsung secara lancar. 4. Penebangan liar dapat mengancam ketersediaan bahan baku kayu bulat. 5. Kurangnya informasi tentang teknologi yang ramah lingkungan dan belum banyak terjadi alih teknologi yang berhasil dari negara maju yang seharusnya telah dilakukan, sehingga belum terjadi efisiensi yang diharapkan. 6. Isu-isu lingkungan mengenai konservasi hutan di masa datang menjadi ancaman bagi perusahaan. 7. Krisis moneter merupakan ancaman karena apabila kondisi tersebut berkelanjutan akan membawa dampak yang kurang baik bagi perusahaan. Oleh karena itu, perlu adanya langkah antisipasi. 8. Persaingan dengan industri-industri kayu lapis lainnya yang telah bersertifikasi merupakan ancaman bagi perusahaan dalam pemasaran produk kayu lapis. 9. Hubungan dengan masyarakat sekitar harus senantiasa harmonis agar tidak terjadi konflik. Oleh karena itu perlu adanya CSR (corporate social responsibility) untuk membantu masyarakat sekitar. 10. Ketidakpastian hukum yang terjadi sampai saat ini menimbulkan ketidaknyamanan. Misalnya pungutan liar pada saat pengangkutan bahan baku yang tidak ditindak secara tegas dengan hukum yang berlaku. Langkah selanjutnya yaitu menentukan peringkat dan bobot dari setiap faktor dengan pengisian kuisioner dari enam responden ahli. Contoh kuisioner dan data responden terdapat pada Lampiran 9 dan Lampiran 7. Pengisian peringkat setiap faktor dilakukan dengan cara checklist, sedangkan penilaian bobot setiap faktor menggunakan metode perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Nilai perbandingan yang digunakan adalah skala 1-9. Kemudian penentuan peringkat setiap faktor diambil dari rata-rata nilai peringkat dari enam responden ahli. Perhitungan bobot setiap faktor menggunakan perhitungan geo mean.
39
Tabel 14. Analisis faktor internal dan eksternal 1. Kekuatan (Strength) Bobot Produk kayu lapis memiliki kualitas baik terbukti 1 banyaknya importir dari negara Timur Tengah, 0.17517 Korea, Cina, dan Taiwan Komitmen kuat dari manajemen puncak terhadap 2 0.18143 kualitas produk kayu lapis Proses produksi yang didukung dengan adanya 3 0.11423 perawatan mesin-mesin secara berkala Volume limbah yang cukup besar untuk dilakukan 4 0.11035 pengendalian dan pemanfaatan 5 Potensi sumber daya manusia yang besar 0.14186 6 Lokasi industri dekat dengan bahan baku 0.06052 Perusahaan kayu lapis tersebut mempunyai reputasi 7 0.05142 yang baik di pasar domestik maupun internasional Program reboisasi oleh industri dalam rangka 8 0.04848 sustainable development Adanya perlindungan terhadap keselamatan dan 9 0.05349 kesehatan kerja Komitmen yang kuat dari manajemen puncak 10 terhadap manajemen lingkungan, termasuk 0.06304 produksi bersih Total skor kekuatan 2. Kelemahan (Weaknesses) Upaya pengelolaan dan pemanfaatan limbah belum 1 0.11911 sepenuhnya ditangani Kurangnya kesadaran karyawan terhadap 2 0.18523 pengelolaan lingkungan industri Belum dilakukan perhitungan volume limbah dan 3 0.12223 biaya terhadap pengendalian limbah 4 Belum ada SOP (Standard Operating Prosedure) 0.12995 5 Tingkat efisiensi bahan baku masih rendah 0.08444 6 Kurangnya manajemen operasional 0.12204 7 Kurangnya pengembangan sumber daya manusia 0.10675 Belum adanya sertifikasi bahan baku terkait dengan 8 0.05000 sustainable development Belum adanya sertifikasi mutu produk kayu lapis 9 0.04073 maupun sertifikasi manajemen lingkungan Daya dukung hutan rakyat belum dapat memenuhi 10 0.03951 kapasitas produksi Total skor kelemahan Skor Kekuatan – Skor Kelemahan ( 3.68606 – 2.46200 )
Rating
Skor
4
0.70068
4
0.72572
4
0.45692
4
0.44140
3 3
0.42558 0.18156
4
0.20568
3
0.14544
4
0.21396
3
0.18912 3.68606
3
0.35733
2
0.37046
3
0.36669
3 2 2 2
0.38985 0.16888 0.24408 0.21350
3
0.15000
3
0.12219
2
0.07902 2.46200 1.22406
40
Tabel 14. Analisis faktor internal dan eksternal (lanjutan) 3. Peluang (Opportunities) Bobot Rating Areal hutan rakyat perlu terjamin kelangsungannya 1 0.18736 4 dan pemanfaatannya efektif dan efisien Keanekaragaman hayati hutan perlu terjamin 2 kelangsungannya dan pemanfaatannya efektif dan 0.12238 4 efisien Semakin meningkatnya kepedulian masyarakat 3 0.11474 4 dunia terhadap kelestarian lingkungan Peluang pasar domestik maupun internasional yang 4 0.14405 4 besar Pelaksanaan program produksi bersih 5 meningkatkan kepercayaan internasional terhadap 0.13983 4 produk kayu lapis Produksi bersih memberikan peluang untuk reuse 6 hasil samping sehingga dapat memberikan nilai 0.07936 4 tambah Produksi bersih memberikan peluang untuk reduce 7 0.05556 4 limbah dan meminimalkan dampak lingkungan Produksi bersih dapat memberikan peluang terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas 8 0.06289 4 dalam pemakaian bahan baku, energi, dan sumberdaya lainnya Produksi bersih dapat memperbaiki teknologi 9 0.05232 4 produksi dan memperbaiki kualitas manajemen Produksi bersih dapat memperbaiki kinerja dan 10 0.04151 4 meningkatkan produktivitas Total skor peluang 4. Ancaman (Threat) 1 Terbatasnya sumber daya hutan 0.13689 3 2 Kebijakan pemerintah 0.11974 3 Tekanan dunia internasional terhadap produk 3 0.13604 3 perkayuan Indonesia 4 Penebangan liar 0.12956 3 5 Belum ada transfer teknologi 0.07937 3 6 Isu-isu lingkungan mengenai konservasi hutan 0.10051 3 7 Krisis moneter 0.10487 3 Persaingan dengan industri-industri kayu lapis 8 0.07908 3 lainnya Hubungan antara industri kayu lapis dengan 9 0.05472 3 masyarakat sekitar (corporate social responsibility) 10 Ketidakpastian hukum 0.05922 3 Total skor ancaman Skor Peluang – Skor Ancaman ( 4.00000 – 3.00000 )
Skor 0.74944 0.48952 0.45896 0.57620 0.55932
0.31744 0.22224
0.25156
0.20928 0.16604 4.00000 0.41067 0.35922 0.40812 0.38868 0.23811 0.30153 0.31461 0.23724 0.16416 0.17766 3.00000 1.00000
Tabel 14 memperlihatkan langkah penentuan skor faktor internal dan faktor eksternal yang akan diplotkan pada matriks SWOT. Penentuan posisi sumbu X dengan cara total skor kekuatan (3.68606) dikurangi total skor kelemahan (2.46200) sehingga menghasilkan nilai 1.22406. Penentuan
41
posisi sumbu Y dengan cara total skor peluang (4.00000) dikurangi total skor ancaman (3.00000) sehingga menghasilkan nilai 1.00000.
(1.22 ; 1.00)
Gambar 23. Posisi CV Mekar Abadi dalam matriks SWOT Grafik matriks SWOT diatas menunjukkan bahwa posisi CV Mekar Abadi berada pada kuadran I. Posisi ini menandakan sebuah industri yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah agresif, artinya industri dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
4.2.2.3.1.2 Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT Langkah selanjutnya, untuk memperoleh alternatif strategi yang tepat berdasarkan prinsip produksi bersih dilakukan pendekatan kualitatif matriks SWOT. Pendekatan ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimilikinya. Pendekatan ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi. 1. Strategi SO (Strength-Opportunity) Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. 2. Strategi ST (Strength-Threat) Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. 3. Strategi WO (Weakness-Opportunity) Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. 4. Strategi WT (Weakness-Threat) Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
42
Internal
Tabel 15. Penentuan strategi dengan matrik SWOT. Strength (S) Weakness (W)
Eksternal
Opportunity (O) 1. Hutan rakyat perlu terjamin kelangsungannya 2. Keanekaragaman hayati hutan perlu terjamin kelangsungannya 3. Meningkatnya kepedulian masyarakat dunia terhadap kelestarian lingkungan 4. Peluang pasar yang besar 5. Pelaksanaan produksi bersih meningkatkan kepercayaan internasional 6. Produksi bersih memberikan peluang untuk reuse 7. Produksi bersih memberikan peluang untuk reduce 8. Produksi bersih dapat meningkatan efisiensi dan efektivitas 9. Produksi bersih dapat memperbaiki teknologi dan kualitas manajemen 10. Produksi bersih dapat memperbaiki kinerja dan meningkatkan produktivitas
Threat (T) 1. 2. 3.
Terbatasnya sumber daya hutan Kebijakan pemerintah Tekanan dunia internasional terhadap produk perkayuan Indonesia 4. Penebangan liar 5. Belum ada transfer teknologi 6. Isu-isu lingkungan mengenai konservasi hutan 7. Krisis moneter 8. Persaingan dengan industriindustri kayu lapis lainnya 9. Hubungan antara industri kayu lapis dengan masyarakat sekitar (corporate social responsibility) 10. Ketidakpastian hukum
1. Produk kayu lapis memiliki kualitas baik 2. Komitmen dari manajemen terhadap kualitas produk 3. Proses produksi didukung perawatan mesin-mesin 4. Pengendalian terhadap volume limbah yang besar 5. Potensi SDM yang besar 6. Lokasi industri dekat dengan bahan baku 7. Reputasi perusahaan yang baik di pasaran 8. Program reboisasi oleh industri dalam rangka sustainable development 9. Adanya perlindungan terhadap K3 10. Komitmen terhadap manajemen lingkungan
1.
Pengelolaan limbah belum sepenuhnya ditangani 2. Kurangnya kesadaran karyawan terhadap pengelolaan lingkungan 3. Belum ada perhitungan volume dan biaya pengendalian limbah 4. Belum ada SOP 5. Tingkat efisiensi bahan baku rendah 6. Kurangnya manajemen operasional 7. Kurangnya pengembangan sumber daya manusia 8. Belum ada sertifikasi bahan baku 9. Belum adanya sertifikasi mutu produk dan manajemen lingkungan 10. Daya dukung hutan rakyat belum memenuhi kapasitas produksi
Strategi SO 1. Peningkatan kualitas produk kayu lapis dengan program produksi bersih dapat memperluas pasar. (Strength 1,2,7 : Opportunity 4,5) 2. Pengembangan teknologi seperti inovasi, modifikasi, dan pengontrolan mesin dapat meningkatkan efisiensi energi dan bahan baku serta meminimalkan limbah. (Strength 3,4,6 : Opportunity 1,6-10) 3. Peningkatan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dan sistem K3 melalui program produksi bersih. (Strength 5,8-10 : Opportunity 1-3,6-8,10)
Strategi WO 1. Peningkatan pengendalian limbah serta perhitungan volume dan biaya pengendalian limbah. (Weakness 1-3,9 : Opportunity 3, 6-7) 2. Penyusunan SOP dan peningkatan manajemen operasional sehingga efisiensi bahan baku dapat tercapai. (Weakness 4-6,10 : Opportunity 1,2,8-10) 3. Mengadakan training terhadap karyawan dan penggunaan sertifikasi sehingga dapat memperluas pasar. (Weakness 2,7-9 : Opportunity 4,10)
Strategi ST 1. Peningkatan kualitas kayu lapis melalui penerapan program produksi bersih sehingga meningkatkan efisiensi bahan baku dan energi serta meminimalkan limbah. (Strength 1-10 : Threat 1,3-9) 2. Dukungan pemerintah daerah melalui penetapan kebijakan, hukum serta penghargaan yang tepat terhadap industri yang melakukan pengendalian limbah. (Strength 8-10 : Threat 2,7,10)
Strategi WT 1. Penerapan program produksi bersih melalui pengembangan teknologi, efisiensi bahan baku dan energi, good housekeeping, serta meminimalkan limbah. (Weakness 1-10 : Threat 1, 39) 2. Peran pemerintah melalui kebijakan yang mendukung program produksi bersih. (Weakness 1-10 : Threat 2,7,10)
43
Berdasarkan matrik SWOT yang telah disusun, didapatkan perumusan alternatif strategi yang sesuai untuk CV Mekar Abadi sebagai berikut. 1. Alternatif strategi SO (Strength-Opportunity) : a. Peningkatan kualitas produk kayu lapis dengan program produksi bersih dapat memperluas pasar. b. Pengembangan teknologi seperti inovasi, modifikasi, dan pengontrolan mesin dapat meningkatkan efisiensi energi dan bahan baku serta meminimalkan limbah. c. Peningkatan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dan sistem K3 melalui program produksi bersih. 2. Alternatif strategi ST (Strength-Threat) : a. Peningkatan kualitas kayu lapis melalui penerapan program produksi bersih sehingga meningkatkan efisiensi bahan baku dan energi serta meminimalkan limbah. b. Dukungan pemerintah daerah melalui penetapan kebijakan, hukum serta penghargaan yang tepat terhadap industri yang melakukan pengendalian limbah. 3. Alternatif strategi WO (Weakness-Opportunity) : a. Peningkatan pengendalian limbah serta perhitungan volume dan biaya pengendalian limbah. b. Penyusunan SOP dan peningkatan manajemen operasional sehingga efisiensi bahan baku dapat tercapai. c. Mengadakan training terhadap karyawan dan penggunaan sertifikasi sehingga dapat memperluas pasar. 4. Alternatif strategi WT (Weakness-Threat) : a. Penerapan program produksi bersih melalui pengembangan teknologi, efisiensi bahan baku dan energi, good housekeeping, serta meminimalkan limbah. b. Peran pemerintah melalui kebijakan yang mendukung program produksi bersih. Alternatif strategi SWOT tersebut dapat dipilih dan disesuaikan dengan posisi CV Mekar Abadi dalam matriks kuadran SWOT.
4.2.2.3.2 Proses Hierarki Analitik Selain berhubungan dengan faktor internal dan eksternal yang terkait dengan industri kayu lapis, analisis politik juga berguna untuk menentukan alternatif strategi program produksi bersih yang akan diimplementasikan dalam industri kayu lapis. Sebelumnya dilakukan penentuan beberapa alternatif strategi program produksi bersih yang ditinjau dari kondisi industri kayu lapis CV Mekar Abadi dan juga didiskusikan dengan pakar. Berdasarkan hasil strategi pada analisis SWOT, selanjutnya dapat diringkas menjadi empat alternatif strategi program produksi bersih yang dapat dijadikan acuan dalam implementasi produksi bersih. Keempat alternatif strategi dapat dilihat pada Tabel 16.
44
Tabel 16. Alternatif strategi produksi bersih untuk meningkatkan produktivitas kayu lapis No 1
2 3 4
Alternatif strategi program produksi bersih Pengembangan kelembagaan untuk sosialisasi serta pelatihan penerapan produksi bersih dan peningkatan kualitas kayu lapis (berkaitan dengan alternatif strategi SWOT 1a, 1c, 2a, 3b, 3c, 4a) Pengembangan transfer teknologi dan pengendalian limbah terpadu (berkaitan dengan alternatif strategi SWOT 1b, 3a, 4a) Penetapan instrumen kebijakan terhadap pengelolaan lingkungan (program produksi bersih) (berkaitan dengan alternatif strategi SWOT 2b, 4b) Pemberian insentif bagi industri pelaku produksi bersih (berkaitan dengan alternatif strategi SWOT 2b)
Keempat alternatif strategi tersebut dianalisis dengan AHP (Analytical Hierarchy Process). Langkah pertama dalam analisis AHP yaitu membuat struktur hierarki yang sesuai dengan tujuan dan saling berikatan dengan faktor, aktor, maupun alternatif strateginya. Tujuan yang ingin dicapai dalam penentuan alternatif strategi program produksi bersih yaitu memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih. Faktor yang berpengaruh yaitu modal atau investasi dari industri kayu lapis, teknologi yang digunakan, dan kebijakan pemerintah daerah. Aktor yang berkaitan secara internal maupun eksternal adalah industri kayu lapis, pemerintah daerah, dan masyarakat. Struktur hierarki menjadi acuan penentuan nilai berdasar tingkat kepentingan dari elemenelemen yang dibandingkan diatas oleh responden. Penilaian ini didasarkan pada metode perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Nilai perbandingan yang digunakan adalah skala 1-9. Penilaian dilakukan oleh tiga orang pakar yang dapat dilihat pada Lampiran 8, sedangkan bentuk kuisioner metode perbandingan berpasangan dapat dilihat pada Lampiran 10. Penggabungan hasil penilaian ketiga orang pakar menggunakan AHP. Software AHP yang digunakan yaitu Expert Choice 2000. Memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih
TUJUAN
FAKTOR
AKTOR
Modal (0.384)
Industri (0.670)
Teknologi (0.528)
Kebijakan pemda (0.088)
Pemerintah daerah (0.260)
Masyarakat (0.070)
STRATEGI Sosialisasi serta pelatihan penerapan produksi bersih dan peningkatan kualitas kayu lapis
Pengembangan transfer teknologi dan pengendalian limbah terpadu
(0.465)
(0.226)
Penetapan instrumen kebijakan terhadap pengelolaan lingkungan (program produksi bersih) (0.191)
Pemberian insentif bagi industri pelaku produksi bersih
(0.118)
Gambar 24. Struktur hierarki dan hasil bobot agregat
45
Gambar 24 memperlihatkan hasil AHP secara agregat menggunakan expert choice 2000. Berdasarkan Gambar 24, dihasil bobot agregat yang diperoleh masing-masing aktor, faktor, dan alternatif strategi. Faktor teknologi memiliki bobot agregat tertinggi (0.528) sehingga menjadi prioritas penting. Aktor yang memiliki peran penting adalah industri dengan bobot agregat tertinggi (0.670). Selain itu, alternatif strategi yang memiliki bobot agregat tertinggi adalah sosialisasi serta pelatihan penerapan produksi bersih dan peningkatan kualitas kayu lapis (0.465). Namun, untuk penjelasan lebih rinci disajikan pada Gambar 25 dan Gambar 26.
Gambar 25. Hasil perhitungan bobot faktor dan aktor dengan AHP Penggabungan dari ketiga pakar dengan AHP menghasilkan nilai bobot pada masing-masing faktor, aktor, dan alternatif strategi seperti. Hasil keseluruhan menunjukkan bahwa faktor teknologi (0.528) mendapatkan nilai yang paling tinggi sehingga faktor teknologi merupakan faktor yang paling penting. Urutan faktor ke dua dan ke tiga yaitu faktor modal (0.384) dan faktor kebijakan pemerintah daerah (0.088). Hal ini menunjukkan bahwa faktor teknologi merupakan faktor yang perlu diprioritaskan terlebih dahulu untuk memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih. Faktor teknologi telah mengalahkan faktor modal yang selama ini dalam industri dianggap sebagai faktor paling krusial dalam peningkatan produksi. Aktor yang paling penting yang berkaitan dengan faktor modal yaitu industri (0.726). Aktor dengan urutan ke dua dan ke tiga yaitu pemerintah daerah (0.201) dan masyarakat (0.073). Hal ini menunjukkan bahwa industri menjadi prioritas untuk peningkatkan modal. Aktor yang paling penting yang berkaitan dengan faktor teknologi yaitu industri (0.752). Aktor dengan urutan ke dua dan ke tiga yaitu pemerintah daerah (0.169) dan masyarakat (0.079). Hal ini menunjukkan bahwa industri menjadi prioritas untuk pengembangan teknologi. Aktor yang paling penting yang berkaitan dengan faktor kebijakan pemerintah daerah yaitu industri (0.560). Aktor dengan urutan ke dua dan ke tiga yaitu pemerintah daerah (0.360) dan masyarakat (0.079). Hal ini menunjukkan bahwa industri menjadi prioritas untuk peningkatan informasi tentang kebijakan pemerintah daerah. Aktor industri menduduki prioritas tertinggi pada masing-masing faktor, selain itu industri juga memiliki nilai paling tinggi dari keseluruhan bobot. Hal ini berarti untuk memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih, industri menjadi prioritas untuk diperhatikan. Industri yang masih berbentuk CV seperti CV Mekar Abadi memang masih memiliki
46
banyak kelemahan yaitu lambatnya pengembangan teknologi, kepemilikan modal finansial, dan kurangnya perhatian terhadap kebijakan pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan manajemen perusahaan yang kurang terorganisir dan sumber daya manusia yang masih rendah. Menurut Kementrian Lingkungan Hidup (2000), pelaksanaan produksi bersih lebih mengarahkan pada pengaturan diri sendiri (self regulation), daripada pengaturan secara command and control. Jadi pelaksanaan program produksi bersih ini tidak hanya mengandalkan peraturan pemerintah saja, tetapi lebih didasarkan pada kesadaran untuk merubah sikap, cara pandang, dan tingkah laku. AHP juga digunakan untuk menentukan urutan prioritas alternatif strategi program produksi bersih. Urutan alternatif strategi produksi bersih dari prioritas yang paling penting yaitu sosialisasi serta pelatihan penerapan produksi bersih dan peningkatan kualitas kayu lapis (0.465), pengembangan transfer teknologi dan pengendalian limbah terpadu (0.226), penetapan instrumen kebijakan terhadap pengelolaan lingkungan (program produksi bersih) (0.191), pemberian insentif bagi industri pelaku produksi bersih (0.118). Hal ini berarti untuk memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih, alternatif strategi yang diprioritaskan terlebih dahulu adalah sosialisasi serta pelatihan penerapan produksi bersih dan peningkatan kualitas kayu lapis.
Gambar 26. Hasil perhitungan bobot alternatif strategi produksi bersih dengan AHP
4.2.2.4 Implementasi Program Produksi Bersih Implementasi program produksi bersih berupaya untuk mencapai tujuan yaitu memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan penerapan strategi produksi bersih. Namun, penentuan strategi produksi bersih yang tepat harus menyesuaikan dengan kondisi industri kayu lapis pada saat ini. Strategi untuk memaksimalkan produktivitas kayu lapis dengan implementasi program produksi bersih diwujudkan dari penggabungan hasil analisis SWOT, AHP, dan pengamatan kondisi CV Mekar Abadi sebagai berikut. 1. Pengembangan kelembagaan untuk sosialisasi serta pelatihan penerapan produksi bersih dan peningkatan kualitas kayu lapis dengan cara: a. Pemerintah Kabupaten Wonosobo membuat lembaga khusus daerah yang bekerjasama dengan Pusat Produksi Bersih Nasional untuk membantu industri dalam melaksanakan program produksi bersih. Selain itu, industri kayu lapis merupakan salah satu industri andalan di Kabupaten Wonosobo. Oleh karenanya diperlukan lembaga khusus daerah yang bekerjasama dengan APKINDO dan Balitbang Hasil Hutan untuk memberikan bimbingan terhadap masalah peningkatan mutu kayu lapis.
47
b. Lembaga-lembaga tersebut akan memberikan informasi, pelatihan, konsultasi, dan pengawasan terhadap industri kayu lapis dalam menjalankan program produksi bersih untuk peningkatan mutu kayu lapis. 2. Pengembangan teknologi seperti inovasi, modifikasi, dan pengontrolan mesin dapat meningkatkan efisiensi energi dan bahan baku serta meminimalkan limbah. Strategi ini berkaitan dengan opsi teknik teknologi, antara lain good housekeeping pada glue spreader, coldpress, hot press, dan sander ; inovasi pada sistem penggulungan rotary ; serta modifikasi padapenampung glue dan boiler. 3. Peningkatan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat, lingkungan, dan sistem K3 melalui program produksi bersih. Strategi ini berhubungan dengan opsi teknik teknologi pemberian peralatan K3 pada pekerja. 4. Dukungan pemerintah daerah melalui penetapan kebijakan, hukum serta penghargaan yang tepat terhadap industri yang melakukan pengendalian limbah. 5. Peningkatan pengendalian limbah serta perhitungan volume dan biaya pengendalian limbah. Strategi ini berhubungan dengan opsi teknik teknologi pembuatan IPAL. 6. Penyusunan SOP dan peningkatan manajemen operasional sehingga efisiensi bahan baku dapat tercapai. Strategi ini berhubungan dengan opsi teknik teknologi pembuatan SOP. 7. Mengadakan training terhadap karyawan dan penggunaan sertifikasi sehingga dapat memperluas pasar.
4.3 Pembangunan Berkelanjutan Bahan baku berupa log dan balok albasia CV Mekar Abadi berasal dari hutan rakyat daerah Kabupaten Wonosobo. Hutan rakyat yaitu hutan milik individu yang dikelola sendiri. Kapasitas bahan baku per tahun CV Mekar Abadi mencapai 156,000 m3. Menurut BPS Kabupaten Wonosobo tahun 2009, jumlah penebangan tegakan albasia mencapai 424,161.64 m3/tahun. Hal ini mengartikan bahwa ketersediaan albasia di Kabupaten Wonosobo untuk bahan baku kayu lapis di CV Mekar Abadi masih tercukupi. Namun, dari hasil wawancara dengan karyawan perusahaan yang mengurusi bahan baku didapat hasil bahwa setiap tahunnya terdapat rentang waktu dimana perusahaan mengalami kekurangan bahan baku. Hal ini dikarenakan petani kayu banyak yang menggunakan sistem tebang butuh. Tebang butuh merupakan sistem penebangan yang didasarkan pada kebutuhan ekonomi si petani. Misalkan jika petani memerlukan kebutuhan uang yang sudah mendesak maka si petani akan menebang tegakan albasia walaupun umur kayu masih muda. Sebaliknya jika petani belum membutuhkan uang maka tegakan albasia tidak akan ditebang. Secara sederhana, pemenuhan bahan baku kayu lapis CV Mekar Abadi melalui penebangan tegakan albasia berdampak positif bagi masyarakat sekitar karena dapat meningkatkan pendapatan petani hutan rakyat. Namun disisi lain dapat berdampak negatif kerena menurunkan kualitas udara sekitar dan menurunkan ruang terbuka hijau. Kapasitas terpasang dari industri perkayuan khususnya industri kayu lapis yang terus meningkat melebihi kapasitas penyediaan bahan baku secara lestari sehingga nantinya akan terjadi kekurangan supply yang berpotensi meningkatkan kegiatan penebangan secara liar. Kondisi yang diinginkan tentu saja menghilangkan penebangan secara liar sebagai alternatif pemenuhan kekurangan tersebut. Dengan demikian diperlukan alternatif lain, misalnya melalui impor kayu atau bila hal ini tidak memungkinkan maka harus dilakukan restrukturisasi industri kayu lapis dengan mengutamakan keseimbangan supply-demand secara lestari. Selain itu, sebagian besar petani belum juga mengerti tentang pentingnya hutan lestari. Hal ini juga menjadi faktor yang berpengaruh dalam penurunan
48
kapasitas penyediaan bahan baku. Oleh karena itu, esensi dari pembangunan berkelanjutan menjadi penting untuk dipahami. Pembangunan merupakan proses pengolahan sumber daya alam dan pendayagunaan sumber daya manusia dengan memanfaatkan teknologi. Dalam pola pembangunan tersebut, perlu memperhatikan fungsi sumber daya alam dan sumber daya manusia, agar dapat terus-menerus menunjang kegiatan atau proses pembangunan yang berkelanjutan. Menurut (Sugandhy dan Hakim, 2007), pengertian pembangunan berkelanjutan adalah perubahan positif sosial ekonomi yang tidak mengabaikan sistem ekologi dan sosial dimana masyarakat bergantung kepadanya. Keberhasilan penerapannya memerlukan kebijakan, perencanaan dan proses pembelajaran sosial yang terpadu, viabilitas politiknya tergantung pada dukungan penuh masyarakat melalui pemerintahannya, kelembagaan sosialnya, dan kegiatan dunia usahanya. Pembangunan berkelanjutan khususnya keberlanjutan sumberdaya hutan dapat meningkatkan kualitas hidup manusia. Beberapa kondisi yang diinginkan dalam pengelolaan sumberdaya hutan untuk memenuhi pembangunan berkelanjutan diantaranya : 1. Tidak terjadinya penebangan hutan secara liar. 2. Tidak bertambahnya hutan konversi. 3. Penegakan hukum bagi pelanggaran peraturan dan perundang-undangan. 4. Teratasinya masalah industri perkayuan. 5. Dihentikannya ekspor atau penyelundupan kayu keluar negeri. 6. Penggunaan dana reboisasi sesuai dengan tujuan. 7. Terjaganya keberlanjutan ekosistem hutan. 8. Terjadinya partisipasi yang optimal dari semua stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan kehutanan. 9. Terciptanya pengelolaan sumberdaya hutan berbasiskan masyarakat dengan dasar berkelanjutan dan mendapat pengakuan secara legal. Ditinjau dari segi produksi bersih merupakan program pengelolaan lingkungan yang mendorong adanya pembangunan berkelanjutan khususnya industri yang berkelanjutan. Produksi bersih meningkatkan efisiensi bahan baku dan sumber daya alam sehingga penggunaannya dapat dilakukan secara tepat dan tidak boros. Produksi bersih juga dapat menggerakkan industri untuk senantianya peduli dan menjaga keberlangsungan lingkungan sekitar. Dalam menjaga ketersediaan bahan baku, CV Mekar Abadi bekerja sama dengan perhutani daerah melakukan reboisasi setiap tahunnya dengan memberikan bibit albasia kepada para petani kayu.
49