IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA RED PALM OLEIN (RPO) Penelitian ini menggunakan RPO yang diproses dari CPO yang diperoleh dari PT. Salim Ivomas Pratama (Bimoli), Jakarta. Proses pemurnian CPO mengikuti kondisi proses yang telah direkomendasikan oleh Widarta (2008), Riyadi (2009), dan Asmaranala (2010). Setelah RPO selesai diproduksi, dilakukan analisis sifat fisikokimia RPO untuk mengetahui kualitas bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini. Analisis sifat fisikokimia dilakukan terutama terhadap parameter-parameter kritis yang akan digunakan sebagai acuan untuk mengukur tingkat kerusakan RPO dan kelayakannya sebagai bahan baku penelitian. Analisis sifat fisikokimia yang dilakukan meliputi kadar air, slip melting point, kadar asam lemak bebas, bilangan peroksida, total karoten, dan bilangan iod. Hasil karakteristik sifat fisikokimia RPO disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Karakteristik sifat fisikokimia RPO Parameter Kadar air (%) Slip melting point* (oC) Kadar asam lemak bebas (%) Bilangan peroksida (meq peroksida/kg sampel) Total karotenoid (ppm) Bilangan iod (g iod/100 g sampel)
Nilai 0,02 ± 0,001 17,35 ± 0,500 0,13 ± 0,000 3,97 ± 0,057 373,88 ± 10,380 54,81 ± 0,148
Standar Refferensi 0.2 (maks)1 24 (maks)1 0.3 (maks)2 5 (maks)3 50-554
1. Codex Stan (17-1999) 2. SNI 3741-1995 3. SII (Standard Industri Indonesia) 0003-72 4. Codex Stan (210-1999)
4.1.1. Kadar Air Kadar air merupakan salah satu parameter mutu kritis suatu minyak atau lemak. Kadar air berkorelasi positif dengan tingkat kerusakan minyak yang diakibatkan oleh hidrolisis. RPO yang digunakan pada penelitian ini memiliki kadar air sebesar 0.02%. kadar air pada RPO yang digunakan masih memenuhi standar mutu yang ditetapkan CODEX (1999), yaitu sebesar maksimum 0.20%. ini menunjukkan bahwa RPO yang digunakan dalam penelitian ini masih memiliki mutu yang baik ditinjau dari segi kadar air sehingga bisa dipastikan stabil terhadap hidrolisis selama penyimpanan.
4.1.2. Slip Melting Point (SMP) SMP suatu minyak atau lemak sangat ditentukan oleh jenis asam lemak penyusunnya. Lemak atau minyak yang tersusun oleh asam lemak-asam lemak jenuh berantai karbon panjang akan memiliki nilai SMP yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan minyak yang tersusun oleh asam lemak-asam lemak jenuh berantai karbon pendek. RPO yang digunakan pada penelitian ini memiliki nilai SMP sebesar 17.35oC. Nilai ini memenuhi standar CODEX (1999) yang mensyaratkan nilai maksimum untuk SMP olein maksimal sebesar 24oC. Ini menunjukkan bahwa RPO yang dihasilkan memiliki mutu yang baik ditinjau dari segi kemurniannya.
4.1.3. Kadar Asam Lemak Bebas Karakteristik mutu suatu minyak atau lemak dipengaruhi juga oleh kadar asam lemak bebasnya. Kadar asam lemak bebas merupakan korelasi dari kadar air sekaligus indikator pendugaan kerusakan minyak lebih lanjut. Kadar asam lemak bebas yang tinggi menunjukkan bahwa minyak atau lemak tersebut memiliki mutu yang buruk. Tingginya kadar asam lemak bebas dapat memperbesar risiko kerusakan minyak lebih lanjut akibat oksidasi. Ketaren (1986) menyatakan bahwa kandungan asam lemak bebas yang tinggi dalam minyak dapat dikurangi dengan melakukan proses netralisasi pada minyak tersebut sebelum digunakan sebagai bahan baku. RPO yang digunakan pada penelitian ini memiliki nilai kadar asam lemak bebas sebesar 0.13% dan masih memenuhi standar kadar asam lemak bebas yang diterima, yaitu maksimal sebesar 0.30% (SNI 1995).
4.1.4. Bilangan Peroksida Bilangan peroksida merupakan parameter mutu yang mengindikasikan tingkat kerusakan oksidatif pada minyak atau lemak. Bilangan peroksida pada suatu minyak atau lemak menunjukkan bahwa telah dimulainya kerusakan oksidatif pada minyak atau lemak tersebut. Bilangan peroksida pada RPO yang digunakan masih cukup rendah bila dibandingkan dengan standar yang diterima, yaitu sebesar maksimum 5 meq peroksida/kg minyak (SII 0003-72). Ini menunjukkan bahwa mutu RPO yang digunakan dengan bilangan peroksida sebesar 3.97 meq peroksida/kg minyak masih cukup baik ditinjau dari segi bilangan peroksida.
4.1.5. Total Karotenoid Karotenoid merupakan pigmen alami dalam minyak sawit yang dapat berfungsi sebagai provitamin A dan antioksidan. Karotenoid sangat rentan terhadap suhu tinggi. RPO yang digunakan pada penelitian ini masih mengandung total karotenoid yang cukup tinggi yaitu sebesar 373.88 ppm. Perlakuan penambahan 2 mL RPO dan perlakuan substitusi 2 mL RPO sebagai seasoning oil mi instan diharapkan mampu memberikan nilai gizi yang baik bagi kesehatan manusia.
4.1.6. Bilangan Iod Bilangan iod digunakan untuk mengukur derajat ketidakjenuhan suatu minyak atau lemak. Ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh dapat diadisi oleh senyawa iod sehingga menghasilkan senyawa dengan ikatan jenuh. Reaksi adisi ikatan rangkap asam lemak oleh senyawa iod dibantu dengan suatu carrier (Ketaren, 1986). Analisis bilangan iod pada penelitian ini menggunakan larutan KI 10% sebagai carrier. Bilangan iod pada RPO yang digunakan pada penelitian ini adalah sebesar 54.81 g iod/100 g sampel dan masih berada pada kisaran yang ditetapkan Codex (1999) yaitu sebesar 50-55 g iod/100 g sampel.
4.2. KARAKTERISTIK MI INSTAN MERK INDOMIE Indomie adalah merk mi instan populer di Indonesia, diproduksi oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur. Diluncurkan pada tahun 1982 oleh Sudono Salim (Anonima, 2010). Selain di Indonesia, Indomie juga dijual di luar negeri, antara lain di Amerika Serikat, Australia, Asia, Afrika dan negara-negara Eropa. Di Indonesia, sebutan Indomie juga umum dijadikan istilah umum yang merujuk kepada mi instan secara umum.
21
Indomie yang selama ini sering dijadikan makanan pengganti nasi di Indonesia ternyata memiliki kandungan kadar gizi yang cukup banyak dan berguna bagi tubuh. Hal ini berbeda dengan anggapan orang-orang yang mengatakan bahwa mi instan membuat orang kekurangan gizi. Hanya saja kandungan gizi yang ada dalam Indomie masih belum lengkap sehingga dalam mengkonsumsinya sangat dianjurkan dipadukan dengan makanan lain yang bisa memenuhi kebutuhan gizi seimbang dalam tubuh. Misalnya, untuk menambah protein maka dapat menambahkan telur atau kornet pada Indomie yang dimasak, untuk menambahkan serat maka bisa ditambahkan sayuran, dan sebagainya. Penelitian ini menggunakan mi instan merk Indomie rasa ayam bawang dan rasa kari ayam sebagai bahan baku lain selain RPO. Tabel 7, 8, dan 9 berikut ini menyajikan komposisi dan kandungan gizi mi instan merk indomie rasa ayam bawang dan rasa kari ayam : Tabel 7. Komposisi mi instan merk Indomie rasa ayam bawang dan rasa kari ayam Komposisi Indomie Mi Bumbu
Rasa ayam bawang (MD 227209512185)
Rasa kari ayam (MD 227209506185)
tepung terigu, minyak sayur, tepung tapioka, garam, pemantap, pengatur keasaman, mineral (zat besi), pewarna (tartrazin CI 19140), dan antioksidan (TBHQ).
garam, gula, penguat rasa mononatrium glutamat (MSG), perisa ayam, bubuk bawang putih, bubuk bawang merah, bubuk lada, daun bawang, vitamin (A, B1, B6, B12, Niasin, Asam Folat, Pantotenat), dan bubuk cabe.
tepung terigu, minyak sayur, tepung tapioka, garam, pemantap, pengatur keasaman, mineral (zat besi), pewarna (tartrazin CI 19140), dan antioksidan (TBHQ).
garam, gula, penguat rasa mononatrium glutamat (MSG), bubuk kari, bubuk bawang putih, perisa ayam, bubuk bawang merah, bubuk lada, rempahrempah, bubuk cabe, dan vitamin (A, B1, B6, B12, Niasin, Asam Folat, Pantotenat).
Seasoning Oil minyak sayur dan bawang merah
minyak sayur dan bumbu kari.
Tabel 8. Kandungan gizi mi instan merk Indomie rasa ayam bawang Jumlah Per Sajian %AKG* Lemak Total 13 g 23% Lemak Jenuh 6g 30% Kolesterol 0 mg 0% Protein 7g 14% Karbohidrat Total 44 g 14% Serat Makanan 2g 9% Gula 3g Natrium 1240 mg 52% Vitamin A 15% Vitamin B1 30% Vitamin B6 30% Vitamin B12 15% Vitamin C 6% Niasin 30% Asam Folat 20% Kalsium 0% Zat Besi 15% *Persen AKG berdasarkan pada diet 2000 kalori. AKG dapat lebih tinggi atau lebih rendah tergantung pada kebutuhan kalori masingmasing . Mengandung 1.01 mg asam pantotenat.
22
Tabel 9. Kandungan gizi mi instan merk Indomie rasa kari ayam Jumlah Per Sajian %AKG* Lemak Total 15 g 27% Lemak Jenuh 7g 39% Kolesterol 0 mg 0% Protein 8g 15% Karbohidrat Total 44 g 14% Serat Makanan 3g 11% Gula 2g Natrium 1200mg 50% Vitamin A 15% Vitamin B1 25% Vitamin B6 15% Vitamin B12 40% Vitamin C 6% Niasin 35% Asam Folat 25% Kalsium 2% Zat Besi 28% *Persen AKG berdasarkan pada diet 2000 kalori. AKG dapat lebih tinggi atau lebih rendah tergantung pada kebutuhan kalori masing-masing. Mengandung 1.20mg asam pantotenat.
4.3. QUANTITATIVE DESCRIPTIVE ANALYSIS (QDA) Metode analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Quantitative Descriptive Analysis (QDA). Analisis deskriptif adalah teknik analisis sensori yang bertujuan untuk memperoleh deskripsi karakteristik sensori dari berbagai macam produk atau material oleh panelis terlatih (Lawless dan Heymann, 1998). Di dalam proses pengujian menggunakan metode QDA, diperlukan standar atau reference sebagai panduan bagi panelis dalam menilai intensitas atribut sampel. Untuk penyajian data hasil QDA digunakan spider web diagram. Panelis yang digunakan dalam QDA adalah panelis terlatih. Oleh karena itu, sebelum dilakukan penilaian produk, perlu dilakukan pelatihan untuk mendapatkan panelis terlatih.
4.3.1. Focus Group Discussion (FGD) Penelitian ini menggunakan panelis dari Lembaga Jasa Analisis (LJA) Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan (ITP) IPB. Panelis yang terpilih berjumlah 14 orang. Namun tiga panelis mengundurkan diri dikarenakan kesibukan yang tidak mungkin ditinggalkan sehingga selama penelitian berjalan panelis yang bertahan hanya tinggal 11 orang. Panelis selanjutnya mengikuti Focus Group Discussion (FGD) untuk mengembangkan atribut sensori yang terdapat dalam mi instan merk Indomie rasa ayam bawang dan rasa kari ayam. Kegiatan ini merupakan cara analisis kualitatif untuk mendapatkan data deskripsi seluruh atribut sensori kontrol, yang selanjutnya data tersebut digunakan untuk pengujian kuantitatif. Saat diskusi berlangsung, panel leader hanya berperan sebagai fasilitator dengan menyiapkan semua keperluan panelis seperti sampel dan fasilitas lain, serta mengawasi jalannya diskusi (Lawless dan Heymann, 1998). Pada metode ini, panelis diberi kebebasan dalam berdiskusi untuk menentukan atribut aroma, rasa dan citarasa yang terdapat pada mi instan merk Indomie rasa ayam bawang dan rasa kari ayam. Keputusan hasil diskusi diambil langsung oleh para panelis tanpa ada campur tangan
23
dari panel leader. Hasil diskusi atribut aroma, rasa, dan citarasa produk mi instan merk Indomie rasa ayam bawang dan rasa kari ayam terlihat pada Tabel. 10. Tabel 10. No 1 2 3
Hasil diskusi aroma, rasa, dan citarasa pada mi instan merk Indomie rasa ayam bawang dan rasa kari ayam Atribut Ayam bawang Kari ayam Aroma Bawang Bawang Cabe Kari Minyak goreng Minyak goreng Rasa Asin Asin Gurih/ umami Gurih/ Umami Citarasa Pedas Pedas Aftertaste pedas Kari Aftertaste Gurih Aftertaste berminyak
4.3.1.1. Aroma Aroma makanan banyak menentukan kelezatan bahan makanan tersebut, aroma lebih banyak berhubungan dengan panca indera pencium. Identitas aroma yang keluar melalui produk pangan akan ditangkap oleh epitel olfaktori. Aroma baru dapat dikenali jika berbentuk uap dan molekul-molekul aroma tersebut sempat menyentuh silia sel olfaktori. Aroma yang terdeteksi saat FGD untuk mi instan merk Indomie rasa ayam bawang adalah aroma bawang, aroma cabe, dan aroma minyak goreng. Sedangkan aroma yang terdeteksi pada mi instan merk Indomie rasa kari ayam adalah aroma bawang, aroma kari, dan aroma minyak goreng.
4.3.1.2. Rasa Identifikasi rasa lebih banyak melibatkan panca indera lidah. Rasa makanan dapat dikenali oleh kuncup-kuncup cecapan yang terletak pada papila, yaitu bagian noda merah jingga pada lidah. Rasa yang terdeteksi saat FGD untuk mi instan merk Indomie rasa ayam bawang dan rasa kari ayam adalah rasa asin dan gurih (umami).
4.3.1.3. Citarasa Citarasa biasa juga disebut rasa sekunder. Citarasa merupakan sensasi yang ditimbulkan oleh saraf trigeminal (rongga mulut, hidung, dan mata). Citarasa yang terdeteksi saat FGD untuk mi instan merk Indomie rasa ayam bawang adalah citarasa pedas dan aftertaste pedas. Sedangkan untuk mi instan merk Indomie rasa kari ayam, citarasa yang terdeteksi adalah citarasa pedas, citarasa kari, aftertaste gurih, dan aftertaste berminyak.
4.3.2. Pelatihan Panelis Panelis terpilih harus mengikuti pelatihan secara kontinyu. Dalam penelitian ini, pelatihan panelis ditekankan pada atribut aroma, rasa dan citarasa. Aroma, rasa dan citarasa adalah tiga komponen penting yang mempengaruhi penerimaan secara organoleptik dari kualitas bahan pangan. Banyaknya RPO yang ditambahkan akan berbanding lurus dengan aroma, rasa, dan citarasa yang ditimbulkan. Meskipun demikian, diharapkan perlakuan penambahan 2 mL RPO maupun
24
perlakuan substitusi 2 mL RPO tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap aroma, rasa, dan citarasa. Hal ini akan sangat bergantung pada kualitas RPO yang digunakan sebagai bahan baku. Penetapan perlakuan 2 mL RPO sebagai seasoning oil ingredient mi instan merk Indomie rasa ayam bawang dan rasa kari ayam pada penelitian ini adalah karena pertimbangan kontribusi karotenoid yang akan disumbangkan sebagai pro-vitamin A dalam tubuh. Perlakuan 2 mL RPO merupakan penambahan yang dianggap cukup untuk menyumbangkan nilai gizi, terutama karotenoid, bagi pengkonsumsi mi instan. Perlakuan 2 mL RPO akan menyumbangkan sekitar 598.208 µg karoten. Jika dalam RPO diasumsikan bahwa seluruh karotennya adalah β-karoten, maka jumlah kontribusinya bagi tubuh dalam menyumbangkan vitamin A adalah sebesar 99.7013 RE. Kebutuhan vitamin A perhari untuk pria dewasa adalah 600 RE dan wanita dewasa adalah 500 RE (AKG, 2009). Dengan demikian jika perlakuan 2 mL RPO diaplikasikan pada mi instan maka akan menyumbang kebutuhan vitamin A sebesar 16.62% dari kebutuhan total vitamin A pada pria dewasa dan 19.94% dari kebutuhan total vitamin A pada wanita dewasa. Perhitungan kontribusi 2 mL RPO dalam menyumbangkan kebutuhan vitamin A ini dapat dilihat pada Lampiran 2. Pelatihan panelis bertujuan untuk melatih kepekaan dan konsistensi panelis sehingga diharapkan kepekaan panelis menjadi lebih kuat terutama dalam hal membedakan atribut aroma, rasa, dan citarasa. Kuesioner yang digunakan dalam pelatihan panelis dapat dilihat pada Lampiran 3-13. Berdasarkan hasil FGD, aroma yang terdeteksi pada mi instan merk Indomie rasa ayam bawang adalah aroma bawang, aroma cabe, dan aroma minyak goreng. Rasa yang terdeteksi adalah rasa asin dan gurih (umami). Sedangkan citarasa yang terdeteksi adalah pedas, dan aftertaste pedas. Aroma yang terdeteksi pada mi instan merk Indomie rasa kari ayam adalah aroma bawang, aroma kari, dan aroma minyak goreng. Rasa yang terdeteksi adalah rasa asin dan gurih (umami). Sedangkan citarasa yang terseteksi adalah pedas, kari, aftertaste gurih, dan aftertaste berminyak. Tahap selanjutnya, dilakukan pengenalan terminologi aroma dan rasa untuk menyamakan konsep atau pengertian terminologi sehingga dapat dikomunikasikan antarpanelis satu sama lain (Lawless dan Heymann, 1998). Panelis diberikan pelatihan dengan reference mi instan merk Indomie rasa ayam bawang dan rasa kari ayam tanpa perlakuan apapun. Tujuannya adalah untuk melatih kepekaan dan konsistensi panelis terhadap atribut-atribut kontrol sehingga akan didapat nilai atribut tersebut yang nantinya akan dibandingkan dengan nilai atribut perlakuan. Pelatihan panelis dilakukan setiap hari Selasa dan Rabu pukul 11.00-13.00, serta Jumat pukul 09.00-11.30. Pelatihan panelis bertujuan untuk mendapatkan deskripsi produk mi instan merk Indomie rasa ayam bawang dan rasa kari ayam. Pertama-tama panelis diminta menilai masing-masing atribut kontrol dengan reference mi instan merk Indomie rasa ayam bawang dan rasa kari ayam, kemudian dilakukan FGD untuk menyepakati nilai masing-masing atribut kontrol. Kemudian panelis melakukan penilaian produk yang sudah diberi perlakuan dengan acuan nilai masing-masing atribut kontrol. Panjang skala garis yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 cm. Hal ini berkaitan dengan visualisasi, sehingga lebih memudahkan panelis dalam memberikan penilaian terhadap nilai skala sampel. Pelatihan panelis dilakukan sebanyak 5 kali pelatihan. Setiap kali pelatihan, panelis akan disajikan mi instan merk Indomie rasa ayam bawang dan rasa kari ayam kontrol dengan cara penyajian mi direbus selama tiga menit dan diseduh dengan air mendidih sebanyak 200 mL. Selama lima kali pelatihan penilaian panelis telah menunjukkan konsistensi yang baik, hal ini dibuktikan dengan nilai standar deviasi yang secara umum lebih kecil dari satu untuk semua atribut sensori. Secara keseluruhan juga terdapat tren yang hampir sama yaitu adanya kecenderungan untuk mi instan merk Indomie rasa ayam bawang bahwa aroma bawang memiliki intensitas paling tinggi diantara aroma yang lain, kemudian diikuti dengan aroma minyak goreng dan aroma cabe. Sedangkan
25
untuk rasanya, rasa umami memiliki intensitas yang paling tinggi dibandingkan atribut sensori yang lain, kemudian diikuti dengan aftertaste pedas, rasa asin, dan citarasa pedas. Tren yang muncul pada pelatihan panelis mi instan merk Indomie rasa kari ayam adalah aroma kari memiliki intensitas yang paling tinggi dibandingkan aroma yang lainnya kemudian diikuti dengan aroma bawang dan aroma minyak goreng. Kemudian tren yang muncul pada atribut rasa adalah rasa gurih memiliki intensitas paling tinggi diikuti dengan aftetaste gurih, citarasa kari, rasa asin, aftertaste berminyak, dan citarasa pedas. Setelah dilakukan pelatihan selama lima kali kemudian data hasil penilaian yang didapat didiskusikan dalam FGD untuk menetapkan nilai kontrol masing-masing antribut pada kedua rasa mi instan. Dari FGD ini disepakati panelis bahwa nilai masing-masing atribut adalah nilai reratanya. Hasil lima kali pelatihan panelis dapat dilihat pada Lampiran 14-15. Tabel 11. Nilai atribut kontrol mi instan merk Indomie rasa ayam bawang dan rasa kari ayam Atribut Rasa ayam bawang Rasa kari ayam Aroma bawang 5.48 5.22 Aroma minyak goreng 4.73 4.86 Aroma cabe 4.36 Aroma kari 6.14 Rasa asin 4.88 4.73 Rasa gurih 5.67 5.72 Citarasa pedas 4.86 4.04 Citarasa kari 5.76 Aftertaste pedas 5.73 Aftertaste berminyak 4.24 Aftertaste gurih 5.63 Hasil FGD nilai atribut kontrol tersebut akan dijadikan acuan bagi panelis untuk menilai produk mi instan merk Indomie rasa ayam bawang dan rasa kari ayam yang telah mengalami perlakuan penambahan 2 mL RPO dan perlakuan substitusi 2 mL RPO. Berikut disajikan spider web diagram untuk kontrol mi instan merk Indomie rasa ayam bawang (Gambar 3) dan rasa kari ayam (Gambar 4).
Gambar 3. Spider web diagram kontrol mi instan merk Indomie rasa ayam bawang
26
Gambar 4. Spider web diagram kontrol mi instan merk Indomie rasa kari ayam
4.3.3. Penilaian Produk Analisis deskriptif adalah teknik analisis sensori yang bertujuan untuk memperoleh deskripsi karakteristik sensori dari berbagai macam produk atau material oleh panelis terlatih (Lawless dan Heymann, 1998). Analisis sensori deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quantitative Descriptive Analysis (QDA). Sampel yang akan dianalisis dengan metode ini adalah mi instan merk Indomie rasa ayam bawang dan kari ayam dengan dua perlakuan yaitu perlakuan penambahan 2 mL RPO pada seasoning oil mi instan dan perlakuan substitusi 2 mL seasoning oil mi instan dengan 2 mL RPO.
4.3.3.1. Mi Instan Merk Indomie Rasa Ayam Bawang Secara keseluruhan mi instan merk Indomie rasa ayam bawang kontrol berbeda nyata dengan perlakuan penambahan 2 mL RPO dan perlakuan substitusi 2 mL RPO pada taraf signifikansi 5%. Namun perlakuan penambahan 2 mL RPO tidak berbeda nyata dengan perlakuan substitusi 2 mL RPO pada taraf signifikansi 5% (Lampiran 18). Tabel 12. dibawah ini menampilkan nilai rata-rata QDA dan hasil ANOVA untuk mi instan merk Indomie rasa ayam bawang, hasil QDA kemudian disajikan dalam spider web diagram (Gambar 5). Nilai yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 5%. Sebagai contoh, aroma bawang pada kontrol berbeda nyata dengan aroma bawang pada perlakuan penambahan 2 mL RPO dan perlakuan substitusi 2 mL RPO, namun aroma bawang perlakuan penambahan 2 mL RPO dan perlakuan substitusi 2 mL RPO tidak berbeda nyata. Hal ini juga terjadi pada rasa gurih dan aftertaste pedas. Aroma cabe kontrol tidak berbeda nyata dengan aroma cabe perlakuan penambahan 2 mL RPO maupun perlakuan substitusi 2 mL RPO. Hal ini juga terjadi pada aroma minyak goreng dan citarasa pedas. Sedangkan untuk rasa asin kontrol tidak berbeda nyata dengan rasa asin perlakuan penambahan 2 mL RPO tetapi berbeda dengan rasa asin perlakuan substitusi 2 mL RPO. Namun rasa asin perlakuan penambahan 2 mL RPO tidak berbeda nyata dengan rasa asin perlakuan substitusi 2 mL RPO (Lampiran 18).
27
Tabel 12. Rata-rata nilai QDA dan hasil ANOVA mi instan merk Indomie rasa ayam bawang Atribut
Kontrol
Penambahan 2 mL RPO
Substitusi 2 mL RPO
Aroma bawang 5.48(a)* 4.01(ab) 3.8(b) Aroma cabe 4.36(a) 4.24(a) 3.97(a) Aroma minyak goreng 4.73(a) 4.82(a) 5.08(a) Rasa asin 4.88(a) 4.56(ab) 4.41(b) Rasa gurih 5.67(a) 5.35(b) 5.28(b) Citarasa pedas 4.86(a) 4.32(a) 4.34(a) Aftertaste pedas 5.73(a) 4.84(b) 4.75(b) * Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 5%
Gambar 5. Spider web diagram hasil QDA mi instan merk Indomie rasa ayam bawang
4.3.3.2. Mi Instan Merk Indomie Rasa Kari Ayam Secara keseluruhan mi instan merk Indomie rasa kari ayam kontrol berbeda nyata dengan perlakuan penambahan 2 mL RPO maupun dengan perlakuan substitusi 2 mL RPO pada taraf signifikansi 5%. Namun, perlakuan penambahan 2 mL RPO tidak berbeda nyata dengan perlakuan substitusi 2 mL RPO pada taraf signifikansi 5% (Lampiran 19). Tabel 13. dibawah ini menampilkan nilai rata-rata QDA dan hasil ANOVA untuk indomie rasa kari ayam, hasil QDA kemudian disajikan dalam spider web diagram (Gambar 6). Nilai yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 5%. Sebagai contoh aroma bawang pada kontrol berbeda nyata dengan aroma bawang pada perlakuan penambahan 2 mL RPO dan perlakuan substitusi 2 mL RPO, namun aroma bawang perlakuan penambahan 2 mL RPO dan perlakuan substitusi 2 mL RPO tidak
28
berbeda nyata. Hal yang sama juga terjadi pada atribut aroma kari dan rasa asin. Untuk atribut yang tidak memiliki perbedaan antara kontrol dengan perlakuan penambahan 2 mL RPO dan perlakuan substitusi 2 mL RPO adalah atribut aroma minyak goreng, rasa gurih, aftertaste gurih dan aftertaste berminyak. Citarasa kari kontrol tidak berbeda nyata dengan citarasa kari perlakuan penambahan 2 mL RPO, tetapi berbeda nyata dengan citarasa kari perlakuan substitusi 2 mL RPO. Namun citarasa kari perlakuan penambahan 2 mL RPO tidak berbeda nyata dengan citarasa kari perlakuan substitusi 2 mL RPO. Sedangkan untuk citarasa pedas kontrol berbeda nyata dengan citarasa pedas perlakuan penambahan 2 mL RPO, dan berbeda nyata dengan perlakuan substitusi 2 mL RPO. Citarasa pedas perlakuan penambahan 2 mL RPO juga berbeda nyata dengan citarasa pedas perlakuan substitusi 2 mL RPO (Lampiran 19). Tabel 13. Rata-rata nilai QDA dan hasil ANOVA mi instan merk Indomie rasa kari ayam Atribut
Kontrol
Penambahan 2 mL RPO
Substitusi 2 mL RPO
Aroma bawang 5.22(a)* 3.9(b) 3,92(b) Aroma kari 6.14(a) 4.58(b) 4.7(b) Aroma minyak goreng 4.86(a) 4.75(a) 4.69(a) Rasa asin 4.73(a) 4.29(b) 4.33(b) Rasa gurih 5.72(a) 5.78(a) 5.1(a) Citarasa kari 5.76(a) 5.2(ab) 4.64(b) Citarasa pedas 4.04(a) 3.26(b) 3.08(c) Aftertaste gurih 5.63(a) 5.43(a) 4.99(a) Aftertaste berminyak 4.24(a) 5.12(a) 5.03(a) *Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 5%
Gambar 6. Spider web diagram hasil QDA mi instan merk Indomie rasa kari ayam
29