55
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit Guna memperoleh produk akhir yang baik, semua kegiatan dalam perkebunan kelapa sawit harus tersusun dan terencana dengan baik. Terlebih lagi perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu jenis usaha jangka panjang, dimana kelapa sawit yang ditanam saat ini baru akan memberikan hasil beberapa tahun kemudian dan setiap satu kesalahan dapat berakibat fatal dalam jangka panjang nantinya. Adapun kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit yang dilaksanakan di PT. Bina Pratama Sakato Jaya, Solok Selatan II, Sei. Jujuhan Estate dalam rangka kegiatan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) adalah sebagai berikut: 4.1.1. Persiapan Lahan Tanaman kelapa sawit dapat ditanam pada daerah-daerah hutan primer, hutan sekunder dan juga bekas dari areal tanaman pekebunan lainnya. Yang sangat perlu diperhatikan adalah cara mengelola dan mengatur lahan tersebut sehingga sesuai dengan syarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman kelapa sawit. Kegiatan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan lahan yang sesuai tersebut adalah:
56
luasan yang akan ditanami kelapa sawit, jenis dan kondisi vegetasi, topografi dan jenis tanah. Hasil survei areal digunakan sebagai dasar untuk penataan kebun dan penentuan sistem konservasi tanah, sistem jaringan jalan, blok tanaman, kantor, dan lain-lain. Hasil survei juga berguna sebagai dasar untuk menyusun rencana kerja, sistem
kerja, kebutuhan alat dan kebutuhan dana. Jenis survei yang
dilakukan adalah survei awal bertujuan untuk menentukan batas-batas areal, survei dasar yang bertujuan untuk memeriksa kondisi didalam areal, dan survei lanjutan yang bertujuan untuk memeriksa kondisi areal lebih rinci. Setelah itu hasil survey tersebut dipetakan.
B. Pembersihan lahan (land clearing) Kegiatan yang dilakukan dalam land clearing adalah: -
Babat dan imas yaitu membabat dan menebang semak dan pohon berdiameter <10 cm, yang dilakukan secara manual agar memudahkan pekerjaan tumbang. Alat yang digunakan adalah parang dan kampak. Pekerjaan mengimas dilakukan dengan sistem borong yang membutuhkan tenaga kerja 7 HK/ha untuk areal datar sampai 10 Hk/ha untuk areal berbukit.
57
Gambar 9. Contoh pembersihan lahan ( kegiatan imas) di PT. BPSJ SS II -
Tumbang yaitu menebang pohon berdiameter >10 cm secara manual atau mekanis. Alat yang digunakan adalah chainsaw, kampak, dan bulldozer. Kegiatan
penumbangan
dilakukan
dengan
sistem
borongan
yang
membutuhkan tenaga kerja 8-12 JKT/ha.
Gambar 10. Contoh hasil penumbangan pohon di PT. BPSJ SS II
-
Perun
yaitu
memotong
cabang-cabang
pohon
untuk
memudahkan
perumpukan. Alat yang digunakan adalah chainsaw dan kampak. Norma tenaga yang dibutuhkan dalam kegiatan perun adalah 10-15 HK/ha. -
Cincang
yaitu
memotong
pohon-pohon
yang
telah
tumbang
untuk
memudahkan perumpukan. Alat yang digunakan adalah chainsaw dan
58
kampak. Norma tenaga yang dibutuhkan dalam kegiatan cincang ini adalah 20-30 HK/ha. -
Rumpuk yaitu mengumpulkan kayu-kayu, beserta cabang dan ranting yang telah ditumbang menjadi jalur tumpukan yang rapi dan teratur. Alat yang digunakan adalah bulldozer, kabel baja, dan lain-lain. Norma tenaga yang dibutuhkan dalam kegiatan merumpuk jika dilakukan secara manual adalah 8-12 HK/ha. Dalam pembersihan lahan di PT. BPSJ SS II sudah baik, namun perlu
memperhatikan jenis tanah dan topografi lahan. Pada areal yang topografi yang sangat miring dihindarkan pemakaian alat berat dan juga untuk daerah yang kemiringannya sangat curam hendaknya digunakan sebagai areal konservasi. C. Pemancangan Berdasarkan
jenisnya,
pancang
yang
digunakan
saat
melakukan
pemancangan di PT BPSJ SS II adalah : -
Pancang induk yaitu pancang yang dibuat dan ditancapkan pada interval 100 x 100 m, tinggi pancang yang digunakan adalah 4 meter dan berwarna kuning.
-
Pancang kepala yaitu pancang yang dibuat dan ditancapkan antar pancang induk dimana jarak antar pancang kepala sama dengan jarak tanam yang digunakan. Pancang kepala tingginya 2.5 meter dan berwarna merah.
-
Pancang isi yaitu pancang yang ditancapkan pada setiap titik tanam diantara pancang kepala. Tinggi pancang isi 1,5 meter dan warnanya putih.
59
Alat yang digunakan saat melakukan kegiatan pemancangan adalah teodolit, kompas, water pass, pita ukur, kawat, pancang, cat dan lain-lain. Norma tenaga yang dibutuhkan dalam kegiatan pemancangan adalah 3-4 HK/ha. Pemancangan adalah penandaan titik tanam dengan jarak dan pola barisan yang teratur, dengan tujuan untuk memberikan akses yang sama dan cukup akan sinar matahari untuk setiap pokok tanaman sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan yang optimal dan produksi yang maksimal. Pada areal datar sampai kemiringan 20º pola pemancangan yang digunakan adalah pola segitiga sama sisi. Sedangkan pada areal yang sangat miring (20º-40º) adalah berdasarkan garis kontur dan pola pemancangan yang digunakan adalah pola segitiga tak sama sisi. Dalam melakukan kegiatan pemancangan hendaknya lebih diperhatikan ukuran jarak tanam yang digunakan dan kelurusan barisan pancang. Gunanya adalah untuk menghindari penebangan pohon sawit yang telah ditanam jika jarak antar pancang terlalu dekat.
Gambar 11. Hasil pemancangan di PT. BPSJ SS II
60
D. Pembuatan teras Teras yang dibuat di PT. BPSJ SS II adalah teras tapak kuda dan teras kontur. Tuhuan dilakukan pembuatan teras adalah untuk menjaga dan mengurangi terjadinya kerusakan tanah sebagai akibat dari proses erosi yang dapat mengikis permukaan tanah. Berdasarkan bentuk teras yang dibuat ada 2 yaitu teras tapak kuda (Individual terace) dan teras kontur (Countour terace). a. Teras tapak kuda Pembuatan teras tapak kuda dilakukan dengan cara menggali tanah yang telah dipancang menggunakan cangkul, kemudian tanah digali dan ditimbun kearah bibir teras. Tujuan dari pembuatan teras tapak kuda adalah: -
Untuk memberikan tempat tanam yang sesuai dan sarana yang memadai bagi kegiatan pemeliharaan, pemupukan, dan panen di daerah yang bergelombang
-
Untuk menekan terjadinya erosi tanah dan kehilangan hara
-
Untuk mengurangi aliran permukaan (run off) akibat air hujan
-
Untuk meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah Teras tapak kuda umumnya dibuat pada areal yang memiliki kemiringan 15°–
20°. Satu teras tapak kuda dipakai untuk satu tanaman pokok dengan ukuran lebar 4 m dan panjang 4 m. b. Teras kontur (teras bersambung) Pembuatan teras kontur dilakukan secara mekanis menggunakan buldozer. Lebar teras dibuat 4 meter dengan kemiringan 15°-20° mengarah kedalam bukit.
61
Tujuan pembuatan teras sambung adalah: -
Untuk menciptakan tempat tanam atau jalan setapak yang datar sehingga memudahkan dalam kegiatan pemeliharaan, pemupukan dan panen di daerah berbukit.
-
Untuk mengurangi laju aliran permukaan (run off).
-
Untuk meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah. Teras kontur dibuat pada lahan-lahan yang mempunyai kemiringan 20°-35°,
pancang
dibuat
atau
terletak
segaris
dengan
arah
kemiringan
bukit
(berkesinambungan).
Gambar 12. Bentuk teras kontur di PT. BPSJ SS II
Pembuatan teras pada areal yang akan ditanam agar lebih memperhatikan jenis teras yang akan digunakan dengan topografi wilayah tersebut. Selain itu pada areal dengan kemiringan > 40˚, jangan dilakukan pembuatan teras dan menanam
62
sawit karena teras yang dibuat akan mudah runtuh dan longsor, areal sulit dipelihara atau dikontrol, dan lain-lain. 4.1.2. Persiapan Bahan Tanam ( Pembibitan ) A. Persiapan lahan pembibitan Tujuan dari persiapan lahan pembibitan adalah untuk memberikan tempat tumbuh yang sesuai bagi bibit kelapa sawit dan memudahkan dalam kegiatan pemeliharaan bibit. Kegiatan yang dilakukan untuk
mempersiapkan lahan
pembibitan di PT. BPSJ SS II adalah sebagai berikut : 1. Pembuatan lokasi Syarat lokasi pembibitan adalah dekat dengan sumber air dengan jumlah air yang tersedia cukup banyak, drainasenya baik, mudah dijangkau, dan lokasi pembibitan sedapat mungkin dibuat diareal datar dan bersih. Lokasi pembibitan yang telah direncanakan dibersihkan dari pohon, semak, atau gulma lunak lainnya. Kemudian areal tersebut didatarkan sesuai dengan luasan yang telah ditetapkan. Setelah itu dilakukan pembuatan saluran drainase sesuai dengan desain yang telah ditentukan. Lahan yang disiapkan adalah lahan yang digunakan untuk pembibitan di Pre Nursery dan Main Nursery. Lokasi pembibitan di PT. BPSJ sudah memenuhi semua persyaratan tersebut. 2. Pembuatan kolam penampung air dan pemasangan pipa Ukuran kolam penampung air di PT. BPSJ SS II adalah 6 meter × 8 meter. Setelah selesai membuat kolam penampung air, maka dari kolam tersebut di pasang
63
pipa penghisap dengan diameter 4”, panjang pipa 7 meter dimana kedalaman pipa masuk kedalam kolam penghisap adalah 3 meter. Kemudian dari pipa penghisap tersebut dihubungkan dengan pipa primer yang berdiameter 3”, dimana panjang 1 pipa primer adalah 6 meter. Pipa primer ini berada pada tepi petakan ( jalan ). Setelah pipa primer dipasang maka dipasang pipa skunder yang berdiameter 2,5”. Pipa skunder ini berhubungan langsung dengan pipa primer. Panjang pipa skunder ini adalah 4 meter. Setelah pipa skunder terpasang, maka dipasang saluran tertier. Jarak antar saluran tertier adalah 8 meter dimana saluran tertier ini menghubungkan 2 bedengan. Diujung saluran tertier dipasangkan pipa kecil yang ujungnya di pipihkan yang bertujuan untuk mengatur air yang keluar. Cost dalam pemasangan pipa adalah Rp. 10.000,00/ 1 batang pipa. Pembuatan kolam penampung air dan pemasangan pipa bertujuan untuk memberikan fasilitas dan memperlancar kegiatan dalam penyiraman bibit. Kolam penampung air hendaknya lebih diperhatikan kebersihannya. Gulma dan sampah yang terdapat didalam kolam dibuang keluar.
B. Penyediaan benih Benih yang akan digunakan haruslah jelas, sebab benih yang ditanam akan menentukan berhasil atau tidaknya suatu usaha budidaya karena akan berpengaruh terhadap produksi yang dihasilkan nantinya. Dalam penyediaan benih PT.BPSJ SS II memesan benih dari jenis tenera ( hasil persilangan dari dura dan pisifera ) yang didatangkan dari Marihat Research Station (MRS) dan PT. Socfindo Sumatera Utara dalam bentuk kecambah.
64
C. Pembibitan di Pre Nursery Pembibitan
di
Pre
Nursery
dilakukan
dengan
tujuan
memudahkan
pemeliharaan bibit dan memberikan waktu panjang dalam mempersiapkan pembibitan utama (Main Nursery). Kegiatan yang dilakukan di pembibitan Pre Nursery adalah : a. Pembuatan bedengan Bedengan di Pre Nursery dibuat berbentuk persegi panjang dengan panjang 10 meter dan lebar 1,2 meter dengan memanjang utara-selatan. Kemudian pinggir bedengan diberi dinding dengan papan setebal 2 cm, lebar 15 cm, dan setiap jarak 100 cm papan diapit dengan sepasang patok kecil yang ditancapkan ketanah sampai tingginya sama dengan papan (jarak antar bedengan adalah 50 cm). Cost pembuatan bedengan 1 HK adalah 4 bedengan. Sedangkan alat dan bahan yang digunakan saat pembuatan bedengan adalah cangkul, palu, meteran, papan, paku, dan kayu patok. Satu bedengan berisi 1200 polybag. Tujuan pembuatan bedengan adalah untuk sebagai tempat menyusun polybag kecil, mengelompokkan bibit sesuai jenisnya, menyangga tegaknya polybag kecil, dan memudahkan dalam pemeliharaan.
Sedangkan tujuan pembuatan
bedengan dengan lebar 1,2 meter adalah untuk untuk memudahkan dalam menjangkau bibit saat melakukan perawatan. Dan pemberian jarak antar bedengan 50 cm adalah sebagai tempat berjalan bagi pekerja. Secara teori pemberian naungan bertujuan agar dapat melindungi bibit dari sinar matahari secara langsung. Jika jumlah sinar matahari yang diterima tanaman
65
dengan intensitas yang tinggi dapat mengakibatkan rusaknya jaringan tanaman sehingga tanaman dapat layu atau kering. Selain itu naungan juga berfungsi melindungi bibit dari terpaan air hujan secara langsung. Namun pembibitan Pre Nursery di PT. BPSJ SS II tidak dibuatkan naungan.
Ini dilakukan karena
pertimbangan biaya yang dikeluarkan tinggi, dan berdasarkan beberapa kegiatan pembibitan yang dilakukan, tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit. b. Pengisian polybag Sebelum melakukan pengisian
polybag,
terlebih
dahulu
tanah
yang
digunakan untuk mengisi polybag diambil dan diangkut dengan truk lalu ditumpuk didekat bedengan. Tanah yang sudah ditumpuk, kemudian dilansir/ diangkut dengan gerobak sorong kedalam setiap bedengan. Polyabag diisi sampai penuh namun disisakan ± 2 cm dibawah bibir polybag. Polybag yang telah diisi, kemudian disusun rapi polybag didalam bedengan. Setelah polybag tersusun dengan rapi didalam bedengan lalu diberikan pupuk rock phosphate kedalam polybag dengan dosis 10 gram/ polybag yang berguna untuk menambahkan unsur hara kedalam tanah yang ada dalam polybag . Kemudian polybag tersebut disemprotkan larutan insektisida dan disiram . Pengisian polybag di Pre Nursery harus disiapkan ± 4 minggu sebelum kecambah ditanam. Alat dan bahan yang digunakan saat melakukan kegiatan pengisisan polybag adalah cangkul, gerobak, truk, tanah, polybag, dan pupuk Rock Phospate. Norma tenaga yang digunakan saat melakukan kegiatan pengisisan polibag di Pre Nursery adalah 1000 polybag/ HK dan pemberian pupuk adalah 30.000 plybag/ HK.
66
Pengisian polybag yaitu mengisi polybag kecil dengan tanah yang sesuai dan menyusunnya didalam bedengan, yang bertujuan untuk menciptakan media dan tempat tanam yang sesuai bagi tanaman. Tanah yang digunakan untuk mengisi polybag di PT. BPSJ SS II adalah tanah yang gembur, bebas dari hama dan penyakit dan diusahakan tanah tersebut berasal dari tanah topsoil. Ukuran polybag yang digunakan di pembibitan Pre Nursery adalah 18 cm x 22 cm. Sehingga untuk mencari kebutuhan media (tanah dan pupuk) yang digunakan adalah sebagai berikut: Diketahui : Panjang = 22 cm Lebar
= 18 cm
Ditanya
: Kebutuhan media tanam untuk di Pre Nursery ?
Jawab
: R
= 18 cm/ π = 18 cm/ 3,14 = 5,73 cm
Tinggi polybag = 22 cm - 5,73 cm - 2cm = 14,27 cm Luas lingkaran = πr² = 3,14 x (5,73cm) ² = 103,1 cm² v.1 polybag = luas alas(lingkaran) x tinggi = 103,1 cm² x 14,27 cm = 1471,24 cm³/ polybag a) Kebutuhan tanah untuk 5000 polybag = 5000 polybag x 1471,24 cm³/ polybag = 7.356.200 cm³ = 7,3562 m³ 1 m³= 700 kg = 7,3562 m³ x 700 kg/ m³
67
= 5.149,4 kg = 5,1494 ton b) Kebutuhan pupuk Rock Phospat untuk 5000 polybag = 5000 polybag x 10 gram/ polybag = 50.000 gram = 50 kg c. Penanaman kecambah Setelah kecambah datang, dilakukan seleksi terhadap kecambah tersebut, dimana kecambah yang rusak dibuang atau dipisahkan(max kecambah afkir 2%) dengan cara merendam didalam air. Kecambah yang mengapung dibuang, sedangkan kecambah yang tenggelam di ambil untuk dijadikan sebagai bahan tanam. Setelah kecambah tersebut diseleksi maka kecambah dilangsir. Kemudian dilakukan penanaman pada permukaan tanah polybag tepatnya dibagian tengah polybag yang dibuat lubang . Lalu kecambah ditanam dengan plumula diatas dan radikula dibawah. Radikula (calon akar) ditandai dengan bentuknya yang tumpul, kasar, dan warnanya kecoklatan. Sedangkan plumula (calon batang) ditandai dengan bentuknya yang seperti tombak, halus dan berwarna putih. Kecambah yang ditanam dikubur ± 2 cm dari permukaan tanah polybag. Setelah selesai melakukan penanaman dilakukan penyiraman. Alat dan bahan yang digunakan saat melakukan kegiatan penanaman kecambah adalah ember, tugal, kecambah, dan air. Sedangkan norma tenaga yang digunakan saat melakukan penanaman kecambah 1 HK adalah 2.000 kecambah.
68
Penanaman kecambah pada Pre Nursery di PT. BPSJ SS II bertujuan untuk menyiapkan bibit yang tahan/ mudah beradaptasi, dan memudahkan dalam melakukan perawatan. Penanaman kecambah lebih baik dilakukan pada pagi hari dan sore hari. Dengan tujuan agar pertumbuhan kecambah tidak terganggu atau stress jika langsung terkena sinar matahari dengan intensitas yang tinggi pada siang hari. d. Pemeliharaan bibit di Pre Nursery Penyiraman bibit kecil (bibit di Pre Nursery) Penyiraman dilakukan dengan menggunakan selang air dimana ujungya diberi pipa yang dipipih kan sehingga air yang keluar berbentuk embun. Bibit disiram sampai basah namun tidak sampai tergenang. Norma tenaga yang digunakan saat melakukan kegiatan penyiraman adalah 13.500 bibit/ HK. Penyiraman yaitu memberikan suplai air kebibit kecil sesuai dengan kebutuhannya dengan aturan dan cara tertentu. Penyiraman bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman sehingga tanaman tidak akan mengalami kekurangan air. Kegiatan penyiraman hendaknya dilakukan pada pagi hari dan sore hari. Karena jika dilakukan pada siang hari maka dapat merusak jaringan pada tanaman.
Pengendalian gulma ( penyiangan bibit kecil ) Dalam melakukan penyiangan gulma ini, gulma yang terdapat antara polybag dan didalam polybag dibersihkan dengan cara dicabut. Sedangkan gulma yang berada
pada
antar
bedengan
dibersihkan
dengan
cara
disiangi
dengan
69
menggunakan cangkul atau garu. Norma tenaga yang digunakan saat melakukan kegiatan pengendalian gulma adalah 10 bedengan untuk 1 HK. Penyiangan yaitu membersihkan gulma yang terdapat didalam polybag kecil dan disela-sela polybag. Penyiangan bertujuan untuk menghilangkan kompetisi terhadap bibit dalam mendapatkan hara, air, dan cahaya. Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian hama dan penyakit dilakukan setelah kecambah berumur 4 minggu yaitu dengan melakukan penyemprotan guna menanggulangi hama dan penyakit.
Penyemprotan
dilakukan
dengan
menggunakan
campuran
larutan
fungisida, insektisida, dan pupuk daun. Larutan tersebut disemprotkan secara merata pada bibit di Pre Nursery dengan menggunakan knapsack sprayer. Penyemprotan ini dilakukan 3×1 minggu. Norma tenaga yang digunakan saat melakukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit adalah penyemprotan 50.000 polybag untuk 1 HK. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Dithane 2 gr/ liter air, Decis 2 ml/ liter air, dan Bayfolan 2 ml/ liter air. Pengendalian hama dan penyakit yaitu kegiatan menekan kehidupan organisme pengganggu bibit dari golongan serangga, jamur, dan virus. Tujuan dilakukan pengendalian hama penyakit adalah untuk mengendalikan kehidupan organisme pengganggu bibit dari golongan serangga, jamur, dan virus. Sehingga dapat mencegah kerusakan bibit dari serangan hama dan penyakit. Hama yang sering menyerang sadalah kumbang malam ( Apogonia sp dan Adoretus
sp),
belalang (Valangan nigricornis) dan penyakit yang menyerang adalah penyakit bercak daun yang disebabkan oleh jamur Pestalotiopsis.
70
Pemupukan bibit kecil Pemupukan dilakukan setelah bibit berumur 4 minggu. Pupuk yang digunakan terlebih dahulu dilarutkan dengan air di dalam ember. Setelah larut, lalu disiramkan ke tanah polybag dengan menggunakan gembor atau takaran sampai merata. Norma tenaga yang digunakan saat melakukan kegiatan pemupukan di pembibitan Pre Nursery adalah memupuk 25.000 pokok bibit untuk satu HK. Jenis pupuk yang diberikan di pembibitan Pre Nursery adalah: Tabel 8. Jenis pupuk yang diberikan di pembibitan Pre Nursery Umur
Urea / ZA (2x)
NPK 12-12-17-2
Air
4 minggu
250 gram
-
200 ml
5 minggu
300 gram
-
200 ml
6 minggu
100 gram
500 gram
200 ml
7 minggu
100 gram
800 gram
200 ml
8 minggu
100 gram
800 gram
200 ml
9 minggu
100 gram
800 gram
200 ml
10 minggu
200 gram
1000 gram
200 ml
11 minggu
200 gram
1000 gram
200 ml
12 minggu
200 gram
1000 gram
200 ml
Pemupukan bibit kecil yaitu penambahan unsur hara untuk kebutuhan bibit kecil dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan bibit akan hara sehingga dapat mendukung pertumbuhan bibit yang optimal. Setelah melakukan pemupukan
71
dilakukan penyraman teerhadap bibit atay kecambah. Dengan tujuan agar mencuci pupuk yang lengket pada daun. e. Seleksi bibit Penyeleksian bibit dilakukan saat bibit berumur 3 bulan. Dimana bibit yang kerdil atau pertumbuhannya abnormal dibuang. Jumlah bibit yang afkir maksimal 12%.
Bibit yang telah berumur 3 bulan, pertumbuhannya baik dan telah
mempunyai daun 3-4 helai. Kegiatan penyeleksian bibit merupakan kegiatan mengamati pertumbuhan bibit dan menyisihkan bibit yang abnormal. Tujuan penyeleksian bibit adalah untuk menyingkirkan bibit yang abnormal dari pembibitan awal. D. Pembibitan di Main Nursery Tujuan dilakukan pembibitan di Main Nursery adalah untuk menghasilkan perkembangan tanaman yang optimal, menyiapkan tanaman yang siap ditransfer ke lapangan dan memudahkan dalam perawatan. Sehingga nantinya diharapkan memiliki potensi produksi yang maksimal. Kegiatan yang dilakukan di pembibitan Main Nursery adalah :
a. Pengisian polybag Tanah tersebut digemburkan dengan menggunakan cangkul, lalu akar-akaran dan sampah di pisahkan dan dibuang. Kemudian polybag diisi sampai setengah dan dipadatkan lalu di isi sampai penuh kira-kira sampai 2 cm dari tepi polybag. Ukuran polybag yang digunakan adalah 35 cm x 45 cm. Norma tenaga yang digunakan saat melakukan pengisisan polybag adalah 400 polybag untuk satu HK.
72
Untuk mencari kebutuhan tanah yang dibutuhkan untuk mengisi polybag sebanyak 5000 polybag adalah sebagai berikut: Diketahui : Panjang = 45 cm Lebar Ditanya
= 35 cm
: Jumlah tanah yang dibutuhkan dalam mengisi polybag di Main Nursery ?
Jawab
: R = 35 cm/ π = 35 cm/ 3,14 = 11,15 cm Tinggi polybag = 45 cm – 11,15 cm - 2cm = 31,85 cm Luas lingkaran = πr² = 3,14 x (11,15) ² = 390,37 cm² v.1 polybag = luas alas(lingkaran) x tinggi = 390,37 cm² x 31,85cm = 12.433,28 cm³/ polybag Kebutuhan tanah untuk 5000 polybag : = 5000 polybag x 12.433,28 cm³/ polybag = 62.166.400 cm³ = 62,1664 m³ 1 m³= 700 kg = 62,1664 m³ x 700 kg/ m³ = 43.516,48 kg = 43,51648 ton = 43,52 ton
Tujuan pengisian polybag adalah untuk menyediakan media tumbuh yang sesuai bagi bibit asal Pre Nursery. Tanah yang digunakan untuk mengisi polybag di Main Nursery adalah tanah yang gembur agar akar lebih mudah berkembang.
73
b. Penyusunan polybag Polybag yang telah siap diisi, disusun dengan menggunakan bantuan kawat yang telah disiapkan yang berguna sebagai pengatur/ patokan jarak antar polybag. Kawat tersebut dibentangkan dengan arah utara-selatan dan timur barat sesuai panjang lahan (T-B= 70 cm dan U-S = 60 cm). Polybag tersebut disusun tepat pada tanda putih yang ada dikawat, peletakan poybag diseragamkan pada arah selatan. Kemudian penarikan kawat dan penyusunan polybag selanjutnya dilakukan baris demi baris, dimana setiap pergeseran baris kawat juga digeser searah barisan sejauh 35 cm. Kawat yang digeser adalah kawat yang membentang dari arah timurbarat. Penyusunan polybag di Main Nursery dengan menggunakan sistim mata lima. Setelah polybag siap disusun dilakukan pemberian pupuk Rock Phospat dengan dosis per polybag = 30 gram. Norma tenaga yang digunakan dalam pengisian polybag adalah 600 polybag untuk 1 HK, dan pemberian pupuk Rock Phospate adalah 5000 polybag untuk 1 HK. Penyusunan polybag yaitu menyusun polybag yang sudah diisi tanah dengan jarak yang sama dan barisan teratur. Tujuan penyusunan polybag dengan jarak 70 cm arah T-B agar semua bibit memperoleh kesempatan yang sama dalam mendapatkan sinar matahari. Sedangkan jarak 60 cm arah U-S adalah untuk mengoptimalkan penggunaan lahan. Tujuan penyusunan polybag adalah
c. Penanaman bibit di Main Nursery Bibit yang telah berumur ± 3 bulan di prenursery telah siap ditanam atau dipindahkan ke Main Nursery. Bibit ditanam ke polybag yang telah tersedia dengan
74
cara tanah pada polybag di Main Nursery dibuat lobang dengan menggunakan bor tanam dengan kedalaman ± 20 cm. Kemudian polybag dilepas dengan hati-hati, dimana tanah masih utuh melekat pada bibit. Setelah itu bibit ditanam persis lurus ditengah-tengah.
Norma
tenaga
yang digunakan
saat melakukan
kegiatan
penanaman bibit di Main Nursery adalah 800 batang bibit untuk 1 HK. Tujuan penanaman di main nursery adalah untuk memberikan media tumbuh yang cukup bagi bibit yang sudah mulai besar dan menempatkan bibit secara teratur sesuai kelompok persilangannya. Kegiatan penanaman dilakukan pada pagi atau sore hari dengan tujuan untuk menghindari stres bibit setelah ditanam di Main Nursery. d. Pemeliharaan bibit Penyiraman. Bibit disiram sampai lembab atau basah dengan menggunakan selang. Dimana air yang keluar dari selang tersebut dalam bentuk butiran-butiran yang kecil agar tidak merusak kondisi tanah dalam polybag. Norma tenaga yang digunakan dalam melakukan kegiatan penyiraman adalah 500 batang untuk 1 HK. Kegiatan penyiraman bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman sehingga tanaman tidak akan mengalami kekurangan air. Dalam melakukan kegiatan penanaman, air yang digunakan tidak boleh dalam kondisi yang deras dengan butiran-butiran yang besar. Kerena dapat merusak kondisi tanah dalam polybag dan juga dapat merusak kondisi bibit.
75
Pengendalian gulma / penyiangan Pengendalian gulma di Main Nursery dilakukan dengan dua cara yaitu secara manual dan chemis. Secara manual dilakukan saat melakukan pengendalian gulma dalam polybag. Pengendalian secara chemis dilakukan untuk mengendalikan gulma yang terdapat diantara polybag. Untuk mengedalikan gulma ini digunakan herbisida dengan bahan aktif parakuat (Gramoxone) dengan dosis yang digunakan adalah 30 cc/ 15 liter air. Larutan herbisida tersebut disemprotkan dengan menggunakan knapsack sprayer. Nozel yang digunakan adalah nozel kancing (nozel kipas). Jarak nozel dari tanah saat melakukan kegiatan penyemprotan adalah ± 20 cm. Tujuan pengendalian gulma yaitu untuk menghindari atau menghilangkan kompetisi terhadap bibit dalam mengambil unsur hara, air dan cahaya. Pengendalian gulma secara chemis lebih cepat dan hemat dalam penggunaan tenaga kerja sehingga sangat cocok digunakan untuk luasan yang besar di bandingkan secara manual. Namun penggunaan secara terus-menerus sangat berbahaya bagi tanah dan dapat mengganggu organisme tanah. Pemberian mulsa Mulsa yang digunakan adalah mulsa fiber. Mulsa yang telah disiapkan dimasukkan dalam karung, lalu diangkut menggunakan gerobak dorong. Kemudian mulsa tersebut ditumpuk secara selang seling dalam barisan bibit di Main Nursery. Sebelum mulsa diletakkan dipermukaan polybag, jika ada gulma maka dicabut terlebih dahulu kemudian mulsa baru ditaburkan secara merata dengan ketebalan 23 cm. Dosis pemberian mulsa adalah 250 gram/ polybag.
Norma tenaga yang
76
digunakan saat pemberian mulsa adalah 600 polybag yang harus diisi mulsa untuk 1 HK. Pemberian mulsa pada polybag di Main Nursery sangatlah bermanfaat. Selain dapat melindungi tanah dari percikan air secara langsung, juga dapat berfungsi untuk mengendalikan gulma, menambah unsur hara, menjaga kelembaban tanah dalam polybag. Pengendalian hama dan penyakit Hama yang menyerang bibit di Main Nursery adalah kumbang malam (
Apogonia sp dan Adoretus sp), belalang (Valangan nigricornis), Setora nitans, dan Spider mith. Sedangkan penyakit yang biasa menyerang adalah bercak daun, dan penyakit akar (Apogonia sp). Dalam melakukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit insektisida yang digunakan adalah Decis 45 WP dengan dosis 30 cc/ 15 liter air, dan fungisida yang digunakan adalah Dithane M 45 dengan dosis 30 cc/ 15 liter air. Selain insektisida dan fungisida yang digunakan, juga ditambahkan pupuk daun (Bayfolan) dengan dosis 30cc/ 15 liter air. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara menyemprotkan campuran larutan insektisida, fungisida, dan pupuk daun kepada bibit di Main Nursery secara merata. Norma tenaga yang dikeluarkan saat melakukan kegiatan pengendalian hama dn penyakit adalah menyemprot 10.000 bibit untuk 1 HK. Pengendalian hama penyakit yaitu upaya untuk mengendalikan populasi dan serangan organisme pengganggu bibit dengan menggunakan berbagai cara agar tetap berada dibawah ambang ekonomis. Tujuan pengendalian hama dan penyakit
77
adalah untuk melindungi bibit dari kerusakan dan kematian akibat serangan hama penyakit. Dalam melakukan pengendalian hama dan penyakit pekerja harus memakai alat pelindung agar tidak mengancam kesehatan dan juga alat yang digunakan harus selalu dalam keadaan baik dan dilakukan kalibrasi dan pembersihan setiap selesai atau sebelum memakai alat tersebut. Pemupukan Pemupukan dilakukan pada saat bibit telah berumur dua minggu setelah bibit di tanam di Maen Nusery. Pupuk yang digunakan adalah pupuk NPK, urea, dan kieserit. Pupuk diberikan dengan cara ditebar melingkar di sekeliling bibit ± 2 cm dari bibit. Dosis pemberian pupuk dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 9. Jenis pupuk yang diberikan di pembibitan Main Nursery Umur
Urea / ZA
NPK
Kieserite
16 minggu
5 gr / pk
-
18 minggu
7 gr / pk
-
20 minggu
-
5 gr / pk
-
22 minggu
-
7 gr / pk
-
24 minggu
-
10 gr / pk
-
26 minggu
-
10 gr / pk
-
28 minggu
-
15 gr / pk
-
30 minggu
-
34 minggu
-
15 gr / pk
-
36 minggu
-
15 gr / pk
-
38 minggu
-
20 gr / pk
-
-
-
5 gr / pk
78
40 minggu
-
-
42 minggu
-
20 gr / pk
-
44 minggu
-
20 gr / pk
-
46 minggu
-
25 gr / pk
-
48 minggu
-
25 gr / pk
-
50 minggu
-
51 minggu
-
30 gr / pk
-
52 minggu
-
30 gr / pk
-
-
10 gr / pk
30 gr / pk
Pemupukan yaitu menambahkan unsur hara melalui bahan pupuk ke tanah polybag besar sesuai dengan kebutuhan bibit. Pemupukan dilakukan dengan tujuan untuk menjamin kecukupan hara bagi pertumbuhan bibit yang baik dan menghindarkan bibit dari mengalami gejala defisiensi hara. Dalam melakukan pemupukan, pupuk yang ditebar tidak boleh dalam keadaan menggumpal. e. Seleksi bibit Kegiatan seleksi bibit bertujuan untuk memisahkan bibit yang baik dengan bibit yang terganggu pertumbuhannya, sehingga bibit yang baik (normal) dapat dipindahkan kelapangan dan bibit yang pertumbuhannya terganggu akan diberikan perawatan yang lebih intensif (khusus) sehingga pertumbuhannya menjadi normal kembali dan akhirnya bisa ditanam dilapangan. Selain itu juga memisahkan bibit jantan dengan bibit betina.
79
E.
Penanaman Sebelum melakukan penanaman terlebih dahulu direncanakan permintaan
bibit dan transportasi dalam mengangkut bibit tersebut dari pembibitan Main Nursery menuju kelokasi penanaman. Selain itu, 1 minggu sebelum tanam dilakukan kegiatan pemancangan dan pembuatan lobang tanam dengan diameter ± 50 cm dimana pancang terletak ditengahnya. Lobang digali dengan cangkul dengan kedalaman ± 60 cm(seukuran polybag di Main Nursery). Saat melakukan penggalian, tanah topsoil dengan subsoil dipisah peletakannya. Setelah selessai membuat lubang tanam, maka ditaburkan pupuk NPK yang dicampurkan dengan pupuk RP kedalam lubang tersebut. Saat melakukan penanaman terlebih dahulu bibit direbahkan, lalu dasar polybag disayat dan dilepas. Kemudian bibit dimasukkan kedalam lobang dengan posisi tegak lurus dan tepat ditengah-tengah lobang. Setelah itu lobang ditimbun dengan menggunakan tanah topsoil. Setelah selesai lakukan pemagaran bibit untuk menghindari dari serangan babi. Pemagaran dilakukan dengan cara menancapkan kayu di sekitar bibit dimana bentuk pemasangannya berbentuk segitiga dimana kayu dijadikan untuk penyangga. Kemudian dipasangkan kawat setinggi ± 1 meter mengelilingi bibit. Norma tenaga yang di keluarkan untuk melakukan kegiatan pembuatan lubang tanam adalah 30 lobang untuk 1 HK, melangsir, menanam, dan memagar bibit adalah 20 batang untuk 1 HK.
80
Gambar 12. Bibit yang telah siap ditanam yang di pagari dengan menggunakan kawat dan pelepah sawit di PT. BPSJ SS II. Penanaman sawit adalah menanam bibit kelapa sawit yang telah berumur 915 bulan pada titik tanam yang telah dipancang pada areal bukaan baru atau areal konversi dan tanam ulang. Tujuan penanaman bibit adalah untuk menempatkan bibit kelapa sawit yang sehat pada tempat tanam yang sesuai sehingga nantinya dapat tumbuh dengan normal. Penanaman dilakukan pada saat musim hujan. F.
Pemeliharaan Tanaman Adapun kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada tanaman menghasilkan
(TM) adalah sebagai berikut : a. Pengendalian gulma Pada tanaman menghasilkan pengendalian gulma dilakukan pada daerah piringan dan daerah gawangan.
81
Pengendalian gulma didaerah piringan ( rawat piringan ) Kegiatan rawat piringan dilakukan secara manual yaitu dengan cara membabat dengan menggunakan parang atau menggaru dengan menggunakan cangkul atau garu. Secara khemis yaitu dengan menyemprot gulma dengan larutan herbisida sistemik dengan bahan aktif yang sesuai dengan golongan gulma. Selain itu dapat juga memadukan kedua cara tersebut, yaitu secara manual dan khemis, dimana gulama dipiringan terlebih dahulu dibabat, setelah dua minggu dilakukan penyemprotan. Gulma yang ada di piringan kerapatannya tidak boleh lebih dari 50 %. Waktu penyemprotan gulma yang tepat adalah pada saat cuaca cerah dan gulma masih berumur muda dan sedang tumbuh aktif. Rawat piringan pada TBM dan TM I-II dilarang secara kimiawi/semprot, karena dapat berisiko merusak daun dan titik tumbuh tanaman.Sedangkan ukuran lebar pembersihan piringan & rotasinya adalah: -
TBM I : 150 cm dari pokok (12 kali/thn).
-
TBM II : 200 cm dari pokok (8 kali/thn).
-
TBM III : 250 cm dari pokok (6 kali/thn).
-
TM I-II : 250 cm dari pokok (6 kali/thn).
Norma tenaga pada saat malakukan babat piringan adalah pada Tabel beriku: Tabel 10. Norma tenaga babat piringan. Umur kelapa sawit
Rotasi / tahun
Tenaga
TBM I (0-12 bulan)
12 kali
2 HK / ha
TBM II (12-24 bulan)
8 kali
3 HK / ha
TBM III (24-36 bulan)
6 kali
4 HK / ha
82
Norma tenaga pada saat malakukan garu piringan adalah pada Tabel 10: Tabel 11. Norma tenaga garuk piringan. Umur kelapa sawit
Rotasi / tahun
Tenaga
TM I-II (3-5 tahun)
3 kali
1 HK / ha
TM III-IV (5-7 tahun)
2 kali
1 HK / ha
TM > V (> 7 tahun)
1 kali
1 HK / ha
Piringan adalah bundaran yang mengelilingi pangkal batang kelapa sawit yang harus bersih menurut ukuran tertentu sesuai dengan umur tanaman. Pengendalian gulma pada daerah piringan bertujuan untuk : -
Mendukung dan memacu pertumbuhan kelapa sawit dengan mengurangi kompetisi dari gulma terhadap air, hara, dan cahaya matahari.
-
Memudahkan operasi pemeliharaan dan pemanenan yang efektif.
-
Menciptakan piringan yang bersih bagi pengumpulan buah / brondolan. Piringan mulai disemprot saat tanaman mulai memasuki TM III. Alat semprot
yang digunakan pada areal datar berbeda dengan areal berbukit. Pada areal datar dengan menggunakan CKS (Conventional knapsack Sprayer) contohnya alpha 16, solo spraying. Sedangkan pada areal berbukit dengan menggunakan CDA contohnya Herbi-4. Herbisida yang digunakan saat musim panas bebeda dengan saat musim hujan. Musim panas digunakan campuran herbisida sistemik (glifosat 2 lt/ha + metil metsulfuron 75 gr/ha). Sedangkan musim hujan digunakan herbisida kontak (paraquat 2 lt/ha). Norma tenaga yang digunakan saat menyemprot piringan adalah pada Tabel 11 :
83
Tabel 12. Norma tenaga semprot piringan. Umur kelapa sawit
Rotasi / tahun
Tenaga
TM III-IV (5-7 tahun)
4 kali
2-3 ha / HK
TM > V (> 7 tahun)
3 kali
2-3 ha / HK
b. Pruning Pada tanaman sawit, kegiatan pruning dilakukan setelah tanaman memasuki usia TM III. Pelepah yang dipotong adalah pelepah yang melebihi dari jumlah pelepah optimum, pelepah yang menghalangi akses kegiatan pemanenan, pelepah gantung dan lain-lain. Ketentuan yang harus diperhatikan saat melakukan kegiatan pruning dapat dilihat pada tabel 12 : Tabel 13. Ketentuan umum pelaksanaan pruning Umur tanaman
Jumlah
pelepah
yang Jumlah songgo
harus dipertahankan < 7 tahun ( TM III-IV)
56 pelepah
Songgo 3
7-12 tahun ( TM V- X)
48 pelepah
Songgo 2
>12 tahun (TM XI dst)
40 pelepah
Songgo 1
Pada tanaman muda (TM III-IV) pelaksanaan pruning dilakukan dengan menggunakan alat dodos dimana seluruh pelepah yang berada di bawah songgo 3 dipruning. Sedangkan pada saat tanaman memasuki TM V maka digunakan egrek dan pelepah yang dipruning adalah pelepah yang berada dibawah songgo 2 atau 1 . Alat yang digunakan saat melakukan pruning dapat dilihat pada gambar :
84
Gambar 14. Alat yang digunakan saat melakukan kegiatan pruning. Pelepah yang telah dipruning kemudian dilakukan pemotongan menjadi dua atau tiga bagian, lalu disusun rapi di gawangan antar barisan dan gawangan antar pokok. Pada areal berteras, pelepah disusun disepanjang bibir teras dimana lebar susunan 1 meter dari bibir teras. Kondisi tanaman sebelum dan sesudah di pruning dapat dilihat pada gambar 15, sedangkan pelaksanaan pruning dapat dilihat pada gambar 15.
Gambar 15. Kondisi tanaman sebelum pruning (kiri) dan sesudah di pruning (kanan) di PT BPSJ SS II Pruning yaitu kegiatan pemotongan
pelepah tanaman kelapa sawit yang
melebihi jumlah pelepah optimum. Tujuannya yaitu untuk mempertahankan jumlah
85
pelepah optimum dan indeks luas daun optimum guna memaksimalkan cahaya yang masuk. Pruning yang dilakukan yaitu pruning rutin
dan pruning pemeliharaan.
Pruning rutin dilakukan sambil panen, dimana pelepah yang dipotong adalah pelepah yang menghalangi panen. Sedangkan pruning pemeliharaan dilakukan pada bulan produksi sedang atau rendah (2 kali setahun). Norma tenaga yang digunakan saat kegiatan pruning yaitu pada saat pruning ringan untuk 1 HK areal yang harus di pruning yaitu 1,5 ha. Sedangkan pada saat pruning berat untuk 1 HK areal yang harus di pruning yaitu 0,5 ha. c. Pemupukan Cara pengaplikasian pupuk pada TM yaitu dengan sistem tabur rata pada daerah tumpukan pelepah, kecuali aplikasi pupuk Boron yang dilakukan di pangkal pokok tanaman atau pada ketiak pelepah tanaman.
Dosis standar aplikasi
pemupukan pada tanah mineral untuk tanaman sudah menghasilkan dapat dilihat pada tabel 14: Tabel 14. Dosis standar aplikasi pemupukan pada tanah mineral untuk TM Dosis pupuk (kg/pk/tahun)
Umur (tahun)
Urea
SP-3
MOP
Kies
3- 8
2,00
1,50
1,50
1,00
9-13
2,75
2,25
2,25
1,50
14-20
2,50
2,00
2,00
1,50
21-25
1,75
1,25
1,25
1,00
86
Pupuk yang digunakan di PT. BPSJ SS II, adalah pupuk NPK Granular dengan dosis 4,5 kg per pokok tanaman, pupuk RP sebanyak 1,5 kg per pokok tanaman, Kieserite dengan dosis 1,5 kg per pokok tanaman, pupuk Borate dengan dosis 100 gram per pokok tanaman, dan janjang kosong sebanyak 300 kg per petakan antara pokok tanaman. Norma tenaga yang digunakan dalam aplikasi pupuk yaitu :
NPK yaitu untuk 1 HK harus mengaplikasikan 15 zak dengan berat 1 zak adalah 50 kg.
RP yaitu untuk 1 HK harus mengaplikasikan 11 zak dengan berat 1 zak adalah 50 kg.
Kieserite yaitu untuk 1 HK harus mengaplikasikan 11 zak dengan berat 1 zak adalah 50 kg.
Borate yaitu untuk 1 HK harus mengaplikasikan 1 zak dengan berat 1 zak adalah 50 kg. Dalam pengaplikasian pupuk ini, setelah pupuk dimuat di gudang lalu di
angkut menuju tempat lokasi yang akan dipupuk. Pupuk tersebut dilangsir, dimasukkan kedalam ember. Kemudian pupuk di tebarkan sesuai dengan jenis pupuk yang diaplikasikan. Pemupukan adalah kegiatan pemberian hara tambahan untuk tanaman dalam bentuk bahan pupuk , baik bahan organik maupun bahan anorganik. Tujuan dilakukan pemupukan adalah :
Untuk
menyediakan kebutuhan hara tambahan bagi tanaman sehingga
tanaman dapat tumbuh dengan optimal dan berproduksi secara maksimal.
87
Untuk mengganti hara yang diambil tanaman berupa TBSdan pelepah tunasan.
Untuk meningkatkan daya tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Efisiensi dan efektivitas pemupukan ditentukan oleh beberapa faktor :
a. Faktor pada tanaman berupa indeks luas daun, dan masa perakaran aktif. b. Faktor cuaca berupa lama dan intensitas penyinaran dan suhu udara. c. Faktor tanah berupa kandungan hara tanah, kelembaban tanah, keasaman tanah, struktur dan tekstur tanah, mikroorganisme dan bahan organik, juga sarana konservasi. d. Faktor pada aplikasi pupuk berupa ketepatan jenis, ketepatan dosis, ketepatan cara, dan ketepatan waktu. Sedangkan dalam aplikasi janjang kosong (jankos), jangkos dilangsir dengan menggunakan gerobak dan disusun berbentuk persegi panjang. Penyusunan jangkos dilakukan di atas pelepah. Jarak petakan jangkos dari pokok adalah 1,5 meter. Aplikasi jangkos dapat dilihat pada gambar 16.
Gambar 16. Aplikasi janjang kosong di PT. BPSJ SS II
88
d. Monitoring atau sensus ulat api Ulat pemakan daun kelapa sawit merupakan hama yang lazim dijumpai pada tanaman kelapa sawit. Ulat yang paling banyak menyerang saat melaksanakan PKPM di PT. BPSJ SS II adalah ulat api. Ulat ini memakan jaringan daun tanaman sehingga dapat menganggu proses fotosintesis tanaman. Tujuan pengendalian ulat api ini adalah agar dapat mengendalikan tingkat populasi hama ulat api tersebut, sehingga secara ekonomis tidak merugikan terhadap produksi tanaman. Sensus ulat api dilakukan secara rutin setiap bulan pada setiap blok. Kriteria serangan ulat api adalah sebagai berikut : Tabel 15. Kriteria kelas serangan ulat api TBM Jenis ulat api
Ringan
Sedang
TM Berat
Ringan
Sedang
Berat
(ekor/pelepah)
Setora nitens
<3
3-5
>5
<7
7-10
>10
Setothosea asigna
<3
3-5
>5
<7
7-10
>10
Thosea bisura
<7
7-10
>10
<15
15-20
>20
Ploneta diducta
<7
7-10
>10
<15
15-20
>20
Darna trima
<15
15-25
>25
<35
35-50
>50
Pelaksanaan sensus ulat api dilakukan dengan cara menentukan pokok pusat sensus dimana dalam satu hektar memiliki satu pokok poko pusat sensus. Jarak titik pokok pusat sensus adalah selang 12 baris. Pokok contoh diambil dari pokok tanaman yang mengelilingi pokok pusat yakni satu lingkaran pertama (= 6 pokok),
89
dan satu lingkaran kedua (= 12 pokok). Dari setiap pokok contoh, diambil pelepah yang telah ditentukan dan dilihat apakah ada gejala serangan ulat api. Jika terdapat ulat api, maka dilakukan perhitungan dan pengutipan. Jika populasinya sangat banyak maka akan direncanakan tindakan yang akan diambil selanjutnya. Jenis ulat api yang ditemukan saat praktek adalah :
Gambar 17. Thosea asigna (kiri) dan Setora nitens (kanan). Sensus ulat api dilakukan bertujuan untuk melacak peningkatan populasi hama sedini mungkin, sehingga pengendalian hanya perlu dilakukan pada areal sempit dan kerusakan ke tanaman dapat di perkecil. Dan juga mengendalikan tingkat populasi hama ulat sehingga secara ekonomis tidak merugikan terhadap produksi tanaman. G. Sensus buah hitam Saat praktek kegiatan sensus buah hitam dilakukan dengan cara menghitung seluruh buah sawit yang masih berwarna hitam (tidak termasuk bunga) pada setiap pohon sampel. Penetapan pohon sampel dilakukan dengan system kelipatan tiga. Setelah selesai maka dijumlahkan dan dirata-ratakan. Sensus buah hitam bertujuan untuk menaksir jumlah produksi
untuk 3-4
bulan kedepan, menjaga kestabilan pabrik, kesiapan pemanen, pengadaan transportasi dan sebagai bisnis perusahaan dimana taksiran CPO yang akan
90
dihasilkan telah dipesan oleh perusahaan lain. Taksasi produsi dilakukan 1 x 4 bulan ,dengan jumlah sampel 5 % dari luas areal. Dalam pelaksanaan kegiatan sensus buah hitam tenaga kerja harus memperhatikan dan mengamati dengan cermat keadaan tanaman dan jumlah buah pada tanaman tersebut. Sehingga hasil yang didapat lebih akurat.
H. Panen Kriteria tandan buah yang boleh dipanen adalah apabila terdapat 1 brondolan per tandan untuk areal berbukit dan 5 brondolan per tandan untuk areal datar. Seluruh tandan yang masak dipanen kemudian tangkai tandan dipotong mepet ke buah dengan bentuk huruf V, dan brondolan yang jatuh dikutip dimasukkan kedalam karung kemudian dilangsir dan disusun di TPH dimana dalam 1 baris terdapat 5 TBS yang telah dipanen dan brondolan di tempatkan disamping susunan TBS. Rotasi panen adalah 7- 12 hari. Sistem yang digunakan adalah sistem borongan dimana pengupahannya Rp. 40.000,00 per ton. Satu tenaga borongan memanen 7 ancak. 1 ancak luasnya 1,5 ha. Alat yang digunakan dalam kegiatan panen adalah kampak, garu, egrek, karung, dan lain-lain. Panen TBS adalah rangkaian kegiatan pengutipan hasil tandan buah segar kelapa sawit yang dimulai dari pengamatan tandan buah segar
kelapa sawit.
Kegiatan ini dimulai dari pengamatan tandan masak, pemotongan tandan masak, pemotongan dan penyusunan pelepah, pengutipan brondolan, sampai dengan pelangsiran dan pengumpulan TBS dan brondolan ke TPH. Tujuan panen TBS adalah:
91
-
Untuk mengutip semua buah yang ada di pokok pada tingkat kemasakan rata-rata yang optimum, sehingga diperoleh jumlah minyak dan inti maksimum, dengan kualitas minyak yang optimum.
-
Untuk mencegah semua kemungkinan kehilangan minyak dan inti di lapangan, baik melalui panen buah belum masak maupun uah tinggal atau tak dilangsir ke TPH Dalam melaksanakan kegiatan panen, harus memperhatikan kondisi buah
yang akan di panen. Jika buah yang di panen adalah buah yang belum masak atau masih termasuk buah hitam, maka nantinya akan berpengaruh pada mutu dan jumlah CPO yang di hasilkan. 4.2. Pengolahan Hasil Tanaman Kelapa Sawit PT. BPSJ. SS. II, melaksanakan pengolahan kelapa sawit untuk menghasilkan CPO ( Crude Palm Oil ) dan kernel ( Palm Kernel ) serta hasil sampingan berupa janjang kosong, cangkang ( shell ), dan serabut ( fiber ). Adapun tahap- tahap yang dilakukan dalam pengolahan hasil tanaman kelapa sawit di PT. BPSJ. SS II adalah : 4.2.1. Penimbangan TBS Sebelum TBS diolah, terlebih dahulu dilakukan penimbangan di stasiun penimbangan. Tujuan penimbangan yaitu untuk mengetahui jumlah TBS yang masuk ke pabrik, memperkirakan CPO dan PK yang dihasilkan, laporan kepada pengirim TBS dan laporan kepada manajemen. Alat yang digunakan dalam penimbangan TBS adalah timbangan dengan sistem komputer.
92
4.2.2. Stasiun Penerimaan Buah TBS yang sudah ditimbang kemudian dibongkar di loading pengumpul buah untuk dilakukan sortasi. Sortasi buah dilakukan dengan memisahkan buah yang normal dengan buah hitam ( mentah ), buah busuk, jangkos, atau benda lainnya. Buah hitam terlebih dahulu diperam selama 3 hari. Loading pengumpul buah dapat dilihat pada gambar 18.
Gambar 18. Loading pengumpul buah / TBS Buah yang telah lolos seleksi lalu dimasukkan kedalam loading ramp. Loading ramp terdiri dari kisi-kisi baja, sehingga pada saat TBS melewatinya, maka kotoran akan jatuh. Loading ramp mempunyai kapasitas 60 ton TBS dan terdiri dari 12 pintu yang digerakkan dengan motor hidrolik. Loading ramp merupakan tempat penampung sementara TBS yang baru diterima dari kebun sebelum dilakukan proses perebusan. Loading ramp mempunyai kemiringan 450 dan memiliki kisi-kisi yang berguna untuk menyaring kotoran yang terikut bersama buah. Di PT. BPSJ SS II pintu loading ramp terbuka secara otomatis yang di atur oleh mesin pengontrol. Kemudian buah tersebut di kirim melalui FFB
93
Horizontal Conveyor menuju lori. Kapasitas satu lori adalah 30 ton TBS. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 19.
a. Pintu loading ramp terbuka
b. Buah di transfer menuju ke lori
c. Buah masuk ke dalam lori
d. Alat pengontrol motor
Gambar 19. Proses pengiriman buah dari loading ramp menuju ke lori. 4.2.3. Stasiun Perebusan (Sterilizer Station) Setelah lori terisi penuh, kemudian lori ditransfer menuju stasiun perebusan (sterilizer) dengan dikontrol oleh mesin pengontrol secara otomatis. Kemudian lori masuk kedalam stasiun perebusan.
Pada stasiun sterilizer dilakukan perebusan
dengan menggunakan uap panas dengan suhu 135º C. Proses perebusan terdiri dari
94
3 puncak dengan lamanya perebusan adalah 95 menit. Puncak pertama dengan tekanan 1,2 - 1,7 bar selama 15 menit yang berfungsi untuk pembuangan udara. Puncak kedua dengan tekanan 2 - 2,5 bar selama 15 menit yang berfungsi untuk pembuangan air. Puncak ketiga dengan tekanan 2,8 – 3 bar selama 65 menit yang berfungsi untuk pematangan buah. Perebusan bertujuan untuk melunakkan daging buah, mehkan cangkang darmudahkan pemisahan brondolan dengan tandan, memudahkan memisahkan cangkang dengan inti, dan menghentikan aktifnya enzim lipase penyebab kenaikan ALB. PT. BPSJ SS II memiliki 3 unit sterilizer yang berkapasitas 2 lori per unit atau 17,5 ton TBS/ unit. Pengontrolan perebusan dilakukan dengan menggunakan mesin pengontrol. Bentuk lori dan sterilizer dapat dilihat pada gambar 20.
Gambar 20. Lori sedang memasuki Sterilizer (kiri), dan mesin pengontrol sterilizer (kanan)
4.2.4. Stasiun perontokan (Thresing station) Lori yang telah keluar dari sterilizer dikirim kebagian pemipilan dan tandan buah sawit yang ada didalamnya dituangkan ke bak penampung. Buah tersebut dikirim ke alat pemipil (thresher) dengan bantuan hosting crane atau transfer
95
carriage. Pada thresher atau alat pemipil ini terjadi proses pemisahan brondolan dengan janjangan. Proses pemipilan ini dapat terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa tandan buah ikut berputar sehingga membantingbanting tandan buah tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya. Pada bagian dalam dari pemipil, dipasang batang-batang besi perantara sehingga membentuk kisi-kisi yang menyebabkan brondolan keluar dari pemipil. Brondolan yang keluar dari pemipil dan ditampung oleh sebuah screw conveyor untuk dikirim ke bagian digesting dan pressing.
Sementara, tandan kosong yang keluar dari
bagian belakang pemipil ditampung oleh elevator. Kemudian, hasil tersebut dikirim ke hopper untuk dijadikan pupuk janjang kosong.
Gambar 21. Transfer carriage (kiri) dan alat pemipil atau thresher (kanan) 4.2.5. Stasiun pencacahan (digester) dan pengempaan (presser) Brondolan yang telah dipipil dari stasiun pemipilan masuk kebagian pengadukan/pencacahan atau digester. Pada alat digester ini brondolan tersebut dilumatkan dan diaduk dengan kecepatan putaran berkisar 25-26 rpm. Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian bawah digester sudah
96
berupa bubur. Hasil cacahan tersebut langsung masuk ke alat pengempaan (screw press) yang berada persis di bagian bawah digester. Minyak dapat terpisah dari ampas akibat adanya putaran screw yang mendesak bubur buah keatas, sedangkan dari arah yang berlawanan tertahan oleh sliding cone. Screw dan sliding cone ini berada di dalam sebuah selubung baja yang disebut press cage, dimana pada permukaannya terdapat lubang-lubang kecil. Sehingga minyak dari bubur buah yang didesak ini akan keluar melalui lubanglubang press cage tersebut, sedangkan ampasnya keluar melalui celah antara sliding cone dan press cage.
Minyak selanjutnya disaring di vibrating screen sebelum
masuk ke stasiun klarifikasi.
Gambar 22. Minyak disaring di vibrating screen
4.2.6. Stasiun klarifikasi atau pemurnian ( Clarification station ) Kotoran yang tersaring di vibrating screen (berupa serabut kasar) dialirkan ke tangki penampung minyak kasar (crude oil tank). Minyak kasar yang terkumpul di crude oil tank (COT) dipanaskan hingga mencapai temperatur 95-1000C sehingga
97
minyak, air, dan sludge terpisah saat pengendapan di COT. Minyak yang telah terpisah disalurkan ke tangki pengendapan (contious settling tank/clarifer tank). Di clarifer tank, minyak kasar terpisah menjadi minyak dan sludge karena proses pengendapan.
Minyak dari clarifer tank selanjutnya dikirim ke oil tank,
sedangkan sludge dikirim ke sludge tank. Sludge merupakan fasa campuran yang masih mengandung minyak. Minyak yang terdapat di oil tank, kemudian dimurnikan di oil purifier. Dari oil purifier minyak diteruskan menuju vakum drier tank untuk membuang uap dan mengurangi kadar air. Minyak yang masuk atau terhisap ke dalam vacuum drier akan keluar melalui nozzle, sehingga minyak tersebut dapat tersebar dan uap air yang terkandung diminyak terhisap ke atas oleh clean oil pump dan minyak yang telah murni akan mengalir ke bawah kemudian di pompa ke storage tank.
4.2.7. Stasiun pengolahan inti (palm kernel station) Pemisahan biji dengan serabut dilakukan dengan cara pneumatis yaitu dengan menggunakan tarikan atau gumpalan hisapan udara pada sebuah kolom pemisah. Ampas yang berasal dari presser akan masuk ke cake breaker conveyor. Pada cake breaker conveyor terjadi pemecahan gumpalan ampas tersebut. Setelah itu hasil pemisahan dijatuhkan dari bagian samping atas kolom pemisah, dimana pada bagian tengah atas, diberi hisapan udara yang berasal dari depericarper fan. Pemisahan biji dengan fiber terjadi akibat adanya perbedaan berat antara dua kejenis bahan. Fiber akan tertarik ke atas, sedangkan biji akan jatuh ke bawah. Biji yang jatuh ke bawah langsung memasuki nut polishing drum (tromol pembersih biji)
98
untuk membersihkan sisa-sisa serabut yang masih menempel pada biji. Selanjutnya biji yang telah bersih ditampung dan dikeringkan di nut silo.
Gambar 23. Biji yang telah dipisahkan dari fiber Biji yang telah bersih ditampung di nut silo dan dibiarkan beberapa lama untuk menjalani proses pengeringan dan penguapan kandungan air sehingga hubungan inti dan cangkang akan lekang. Disamping penguapan, biji dalam nut silo juga mengalami proses fermentasi sehingga serabut yang masih menempel pada biji akan mengalami pelapukan. Setelah itu, biji dimasukkan ke alat pemecah biji ( Ripple mill) sehingga kernel dapat terlepas atau terpisah dari shellnya. Biji atau nut masuk pada ripple mill melalui celah-celah rotor ball yang berputar. Kemudian nut atau biji akan terhimpit pada celah tersebut berkali-kali sehingga akan dapat membuat biji tersebut pecah. Hasil pemecahan nut ini berupa Inti bulat (Whole
Kernel), Inti pecah (Broken Kernel), Cangkang (Shell), Cangkang yang masih melekat pada inti pecah (Partly), Abu pecahan kernel dan shell (Dust). Hasil pemecahan dari ripple mill dikirim menuju winnower dengan menggunakan Cracked mixture conveyor. Winnower cyclone
berfungsi untuk
99
memisahkan fraksi ringan, sedang, dan berat dengan hisapan angin dari blower. Shell yang masih menempel pada broken kernel dipisahkan dengan memanfaatkan hisapan angin dari blower. Shell pada fraksi ringan akan terhisap dan dialirkan ke boiler sebagai bahan bakar. Broken kernel dan sebagian shell lain yang beratnya hampir sama serta sulit dipisahkan dengan hisapan angin dan masuk ke dalam larutan claybath untuk pemisahan selanjutnya. Broken kernel dan sebagian shell lain masuk ke claybath. Claybath merupakan campuran air dengan tanah liat dengan perbandingan sedemikian rupa. Tujuannya adalah agar broken kernel yang memiliki berat jenis < 1,135 kg/m3 akan terapung, sedangkan broken kernel > 1,135 kg/m3 akan tenggelam, lalu dipisahkan. Kemudian broken kernel masuk ke belting yang terbuka untuk dihantarkan menuju kernel drier. Kernel drier adalah alat pemanas yang digunakan untuk mengurangi kandungan air pada kernel agar diperoleh produksi yang sesuai standart pemasaran dengan cara menghembuskan udara panas pada beberapa tahapan. Di PT. BPSJ SS II Sei. Jujuhan Estate memiliki kernel drier dengan kapasitas 8,7 ton per jam dan standart kadar air untuk pemasaran adalah < 7 %. Kernel yang telah siap dipasarkan terlebih dahulu disimpan di kernel bulking silo berfungsi sebagai tempat penyimpanan kernel sebelum diangkut dengan mobil. 4.2.8. Stasiun boiler (Boiler station) Stasiun boiler merupakan alat yang mengkonversi energi panas sehingga air menjadi stem (uap panas) yang dialirkan ke berbagai stasiun-stasiun penggolahan lainnya dan mengerakan turbin (pembangkit tenaga listrik). Untuk mendapatkan
100
hasil pembakaran yang sempurna boiler dibantu oleh angin (Fan). Adapun jenis fan yang digunakan adalah sebagai berikut : 1) FFF (Fuel feeder fan) yaitu melempar bahan bakar dari dumper agar langsung ke dapur boiler. 2) FDF (Fuel draft fan) berfungsi untuk mengangkat bahan baker dari bawah dapur boiler. 3) IDF (Inducad draugt fan) yaitu menghisap sisa-sisa pembakaran 4) SAF (Scondary air fan) yaitu mengaduk bahan baker yang ada dalam dapur boiler sehingga bahan baker memutar. Proses pengolahan kernel kadang dapat terganggu karena adanya batu-batu kecil yang masuk kedalam alat pengolahan kernel, sehingga dapat menyebabkan alat-alat pengolahan mudah rusak. Untuk mengatasi hal ini kegiatan sortasi buah lebih ditingkatkan lagi. Dalam pengolahan kernel ini cara pengoperasian alat juga harus benar-benar diperhatikan untuk menghindari tersumbatnya salah satu bagian alat. 4.2.9. Pengolahan limbah pabrik Penanganan limbah dalam sebuah perusahaan sangat dibutuhkan, karena limbah dapat merusak lingkungan sekitar. Limbah dari penggolahan kelapa sawit secara garis besar ada 2 macam yaitu limbah cair dan limbah padat. Limbah padat berupa tandan kosong, fiber dan shell. Sementara limbah cair adalah air bekasbekas pemakaian dibeberapa stasiun dan air bekas pencucian alat-alat seperti stasiun klarifikasi dan stasiun rebusan (air kondensat).
101
Di PT. BPSJ.SS-II penanganan limbah hasil penggolahan FFB (fresh frit
bunch) di PKS PT.BPSJ SS II Sei. Jujuhan Estate yaitu limbah padat ( fiber and shell) dari stasiun penggolahan kernel digunakan sebagai bakan bakar di stasiun boiler, sedangkan janjangan kosong (empty bunch) dan limbah cair (sludge) diaplikasikan ke Lapangan. 4.2.10. Analisa laboratorium kelapa sawit Laborotarium berfungsi sebagai pusat pengendalian terhadap proses dan kualitas yang dihasilkan selama dan setelah proses produksi berlangsung.
Hasil-
hasil analisis laborotarium digunakan sebagai salah satu bagian pengawasan dan perbaikan dalam peningkatan proses dan produk yang dihasilkan. Produk yang dihasilkan tersebut harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Standar mutu yang ditetapkan oleh pihak PT. BPSJ. SS-II, Sei. Jujuhan Estate untuk setiap komoditi berbeda. a) CPO -
Kadar asam lemak bebas (%)
: < 3,5 %
-
Kadar Air (%)
: < 0,1
-
Kadar Kotoran
: < 0,01
-
DOBI ( %)
: 2,4
b) Inti Sawit -
Kadar air (%)
:<7
-
Kadar Kotoran (%)
:<6
-
Inti Pecah (%)
: < 25
-
Inti Berubah Warna
: < 40
102
Berdasarkan hasil kegiatan analisa laborotarium kelapa sawit di PT. BPSJ.SSII. yang berada di PKS Palm Oil Mill Sei. Jujuhan Estate dalam rangka mencari pengalaman praktek kerja mahasiswa dapat di uraikan sebagai berikut : a) Analisa kadar free fatty acid (FFA oil desfatch determination) Analisa kadar free fatty acid (FFA) bertujuan untuk mengetahui kadar asam yang terdapat pada CPO yang dihasilkan oleh pabrik yang nantinya asam tersebut dapat menyebabkan CPO menjadi beku atau basi. Untuk mengetahui kadar FFA dilakukan dengan cara : -
Siapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian kadar Free
Fatty Acid (FFA) minyak kelapa sawit. -
Timbang erlemeyer dengan memakai timbangan metalik ( Analytikal
balance). -
Masukan CPO sebanyak 5 garam kedalam erlemeyer.
-
Tambahkan 50 ml pelarut yang telah dinetralkan dan indikator PP sebanyak 0,5 ml.
-
Panaskan diatas hot plate hingga temperatur ± 40º C
-
Titrasi dengan NaOH 0,01 N memakai Burette Digital sampai sample berubah warna orange kemerahan.
-
Rumus perhitungan FFA adalah: % FFA
=Vol NaOH x Normalitas NaOH x Normalitas NaOHx 100 % Berat sampel = 3,96 ml x 25,6 x 0,1217 x 100 % = 2,36 % 5,2225 gram
103
b) Analisa kadar air minyak sawit (VM oil despatch determination) Analisis kadar air minyak sawit bertujuan untuk mengetahui kadar air yang terdapat dalam CPO yang dihasilkan oleh pabrik, sehingga kualitas dan kuantitas CPO menjadi lebih baik. Prosedur kegiatan perhitungan kadar air adalah : -
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam analisa kadar air minyak sawit (CPO).
-
Timbang gelas piala kosong dengan hasilnya = 36,0824 gram.
-
Masukkan sampel CPO sebanyak 5,0193 gram.
-
Panaskan diatas hot plate ± 2 menit.
-
Dinginkan sebentar lalu ditimbang.
Hasil perhitungan analisa kadar air minyak sawit adalah : = berat awal – berat akhir x 100 % berat awal = (berat awal gelas piala+ CPO)-(berat akhir gelas piala+ CPO) x 100% Berat CPO awal = (36,0824 gram + 5,0193 gram) – 41,0934 gram x 100 % 5,0193 gram = 0,0083 gram x 100 % = 0,17 % 5,0193 gram
c) Analisa kadar kotoran minyak sawit (Dirt oil despatch determination) Analisis kotoran minyak sawit bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kotoran yang terikut pada CPO yang dihasilkan oleh pabrik dan mengetahui kualitas CPO tersebut. Untuk menghitung kadar kotoran yang terdapat dalam minyak dilakukan dengan cara :
104
-
Basahi (semprot) kertas saring ukuran 25 mm dengan N. Xexana memakai botol semprot
-
Masukan sample kedalam oven dengan suhu 105 oC selama kurang lebih 20 menit.
-
Keluarkan kertas saring, lalu masukan kedalam desikator selama 20 menit
-
Keluarkan kertas saring dari dalam desicator dan timbang
-
Timbang breker glass, lalu masukan CPO sebanyak 20, 4387 gram
-
Larutkan sample dengan N. Hexana
-
Hidupkan pompa vacuum, naikan perlahan-lahan sample dalam gronek crubble dan bilas sampai bersih
-
Sewaktu penyaringan selalu disemprotkan dengan N. Hexena hingga kertas saring bersih oleh minyak.
-
Keluarkan kertas saring dari gronek crubble dan masukan kedalam oven dengan suhu 105 oC selama 20 menit.
-
Keluarkan kertas saring dari oven dan masukan kedalam desicator selama 20 menit,
keluarkan
kertas saring dari
desicator
dan
timbang.
Perhitungan : = (Berat kertas saring + kotoran) – (Berat kertas saring) x 100 % Berat sample Hasil perhitungan analisa kadar kotoran minyak sawit adalah : % Kotoran = (Berat kertas saring + kotoran) – (Berat kertas saring) x 100 % Berat sample = 21,8862 gram – 21,8808 gram x 100 % = 0,027 % 20,4387 gram
105
4.3.
Manajemen Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai produktifitas yang tinggi dan
mempunyai mutu yang baik dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi dan merupakan faktor terpenting adala manajemen perusahaan. Manajemen perusahaan sangat penting karena faktor inilah yang berperan sebagai pengendali dalam proses usahayang dilakukan guna mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam sebuah perusahaan lebih cenderung menginginkan input turun dan output yang meningkat. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan manajemen yang tinggi dalam pengelolaan perkebunan. Salah satu teknik untuk melaksanakannya adalah dengan merekomendasikan dan mengidentifikasikan fungsi-fungsi dasar manajemen dalam perusahaan. Unsur-unsur dasar yang terdapat dalam manajemen perusahaan meliputi planning, organizing, actuating, dan controling. Berikut ini unsur-unsur dasar manajemen yang dilaksanakan di PT. BPSJ SS II adalah sebagai berikut: 4.3.1. Perencanaan
Perencanaan sangat perlu disusun sebelum melaksanakan suatu kegiatan. Sebab dengan adanya perencanaan, pedoman dalam melaksanakan suatu kegiatan telah ada. Pada PT. BPSJ. SS II dalam menyusun perencanaan melibatkan seluruh aparat kebun. Pada tingkat divisi melibatkan Asisten, Mandor I dan para Mandor lainnya. Perencanaan ini berupa perencanaan sarana dan prasarana, penggunaan alat dan bahan yang mendukung produksi yang semuanya
berdasarkan atas
106
ketetapan oleh pihak-pihak perusahaan yang tertuang pada SOP (Standart
Operating Procedure). Perencanaan pada PT. BPSJ SS II Sei. Jujuhan Estate dapat dibagi menjadi : 1. Rencana kerja tahunan (Budget) Budget adalah suatu bentuk perkiraan dalam bentuk finansial tentang anggaran setahun.
Budget ini meliputi nomor heading, jenis pekerjaan, volume
pekerjaan, kebutuhan tenaga kerja untuk setahun, kebutuhan alat dan bahan serta penggunaan
sarana
dan
prasarana
yang
diperlukan
selama
satu
tahun.
Penyusunan rancana kerja tahunan (Budget) ini dibuat oleh Asisten lapangan yang mengajukan rencana kerja tahunan kepada divisi manager (DM) dan diteruskan kepada estate manager (EM). Setelah usulan rencana kerja tahunan diterima dan sudah disetujui oleh EM kemudian diserahkan kepada Administratur (ADM), maka rencana kerja tersebut diturunkan ke kebun dalam bentuk budget yang selanjutnya diturunkan ke masing-masing afdeling. 2.
Rencana kerja semester Rencana kerja semester ini dibuat oleh masing–masing EM yang dibuat
dalam 6 bulan sekali berdasarkan rencana kerja tahunan. 3.
Rencana kerja triwulan Rencana kerja ini dibuat oleh DM masing – masing yang dikerjakan 3 bulan
sekali.
107
4. Rencana kerja bulanan (RKB) Rencana kerja bulanan merupakan penjabaran dari rencana kerja tahunan (Budget) yang terdiri dari nomor perkiraan, uraian pekerjaan, blok, luasan (Ha/meter), tenaga kerja laki-laki dan perempuan yang dibutuhkan. Rencana kerja bulanan ini di buat berdasarkan rencana kerja tahunan, dan ringkasan kerja tahunan, yang dibuat oleh asisten afdeling pada bulan sebelum pelaksanaan. 5. Rencana kerja harian (RKH) Rencana kerja harian ini merupakan penjabaran dari rencana kerja bulanan yang berisikan nomor perkiraan, jenis pekerjaan, blok, karyawan (laki–laki dan perempuan ), tenaga pemborong dan taksiran produksi hari ini. Rencana kerja harian ini dibuat oleh masing-masing mandor sesuai tugasnya masing-masing sehari sebelum pelaksanaan dan setelah selesai dibahas dan dilaporkan pada mandor 1 dan asisten divisi saat antri pagi yang didengarkan oleh mandor-mandor lain. 4.3.2. Organisasi Perusahaan Suatu perusahaan dalam mencapai tujuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang menentukan kesuksesan dalam mencapai tujuan perusahaan adalah organisasi yang tersusun dengan baik dan teratur. Struktur organisasi yang baik dengan garis-garis koordinasi yang jelas akan memberikan kemudahan dan kelancaran dalam melaksanakan kegiatan disuatu perusahaan.
108
Dengan garis-garis koordinasi yang jelas maka semua tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh perusahaan akan dapat dijalankan dengan baik dan tidak akan terjadi tumpang tindih aktifitas di perusahaan, selain itu juga akan terjadi hubungan yang harmonis antara pimpinan dan bawahan sehingga tujuan yang diinginkan akan dapat tercapai. Melihat sistem manajemen yang diterapkan di PT. BPSJ SS II, Sei, Jujuhan Estate serta sistem organisasinya dapat disimpulkan bahwa sistem organisasi yang diterapkan di kebun sudah baik, hal ini sudah terbukti terhadap pelaksanaan dari segala kegiatan berjalan dengan lancar dan terorganisir serta koordinasi satu sama lainnya juga cukup baik.
Semua peraturan dan intruksi yang dibuat di kebun
dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan penuh kedisiplinan sehingga jarang di jumpai jenis kegiatan yang menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan. Struktur organisasi perusahaan dibuat dengan tujuan memberikan gambaran tentang jalur-jalur perintah dan koordinasi serta birokrasi di perusahaan, dan terlihat jabatan yang menjalankan perintah. Adapun tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian dalam struktur organisasi dapat dijelaskan pada uraian di bawah ini : 1.
Senior Estate Manager (SEM) Tugas pokok, wewenang dan tanggung jawab : -
Mengkoordinir, memonitor, dan mengevaluasi penggunaan pupuk serta persediaan pupuk diwilayahnya
-
Pelaksanaan system penilaian staf diwilayahnya
-
Bertanggung jawab kepada direksi
109
-
Menyetujui rencana bulanan dari estate manager
-
Menyusun usulan budged
-
Mengawasi dan terjun langsung pada semua pekerjaan personil organisasi
-
Mengambil keputusan untuk tingkat kebun dan pabrik
2.
Estate Manager (EM) Tugas pokok, wewenang dan tanggung jawab : -
Membuat planning atau rencana kerja dan kebutuhan keuangan yang dibutuhkan oleh perusahaan
-
Melakukan pengontrolan terhadap semua kegiatan yang dilakukan oleh bawahan
3. Divisi Manager (DM) Divisi manager ini mempunyai tanggung jawab kepada pimpinan kebun dan mempunyai tanggung jawab penuh kepada afdeling-afdeling yang dipimpinnya. Tugas dan tanggung jawab divisi manager : -
Menyetujui anggaran belanja yang dibuat asisten afdeling dan mengajukan kepada pimpinan kebun
-
Mengontrol semua kegiatan budidaya yang ada pada masing-masing afdeling
-
Bertanggung jawab penuh atas segala kegiatan yang ada pada divisinya
-
Membantu pimpinan kebun dalam melaksanakan tugas dan bertanggung jawab penuh pada pimpinan kebun
4.
Asisten Afdeling Asisten Afdeling bertanggung jawab kepada pimpinan melalui divisi manager.
Tugas dari divisi manager adalah :
110
-
Membuat rencana kerja bulanan dan mengajukan kepada pimpinan kebun melalui divisi manager
-
Menontrol semua kegiatan yang ada di afdeling
-
Membuat laporan hasil kerja yang disertai laporan kerja harian afdeling
-
Bertanggung jawab kepada divisi manager
5.
Pengawas Afdeling Pengawas afdeling merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap
kesuksesan dalam kelancaran semua kegiatan yang ada di afdeling. Tugas dan wewenang pengawas afdeling adalah :
6.
-
Mengawasi semua kegiatan pemeliharaan yang ada di afdeling
-
Mengatur rotasi panen dan melaporkannya kepada asisten afdeling
-
Mengawasi dan mengatur anggota panen
-
Mengumpulkan absesi pekerja
-
Membantu asisten afdeling dalam membuat dan menyusun aggaran
-
Bertanggung jawab kepada asisten afdeling Supervisor pemupukan Supervisor pemupukan merupakan orang yang bertanggung jawab kepada
kelancaran dan kesuksesan kegiatan pemupukan di afdelingnya, mengatur rotasi pupuk, menilai hasil kerja pemupukan, dan membuat laporan pemupukan. Supervisor pemupukan ini bertanggung jawab langsung kepada pimpinan kebun 7.
Supervisor Hama Penyakit Terhadap semua kegiatan yang berhubungan dengan pengendalian dan
pemanotoring hama dan penyakit yang dilakukan setiap afdeling, mengatur rotasi
111
pengamatan dan pengendalian terhadap hama dan penyakit dan dapat menegur asisten kalau pengendalian tidak sesuai target yang diharapkan 8.
Mandor Mandor terdiri dari 2, yaitu mandor harian dan mandor panen yang
bertanggung jawab terhadap asisten afdeling. Adapun tugas dari mandor harian mengatur dan mengontrol kerja harian serta absensi pekerja sedangkan mandor panen yang mengatur dan mengawasi anggota panen, bertanggung jawab terhadap jumlah hasil dan kualitas TBS ke TPH serta membantu administrasi panen dan secara rutin melaporkan setiap harinya kepada asisten afdeling. 9.
Kepala Kantor (KTU) Kepala kantor merupakan orang yang bertanggung jawab penuh terhadap
kegiatan administrasi di perkebunan. Adapun
tugas dan tanggung jawab kepala
kantor adalah sebagai berikut: -
Mengawasi seluruh kegiatan kerani-kerani afdeling dalam pembuatan daftar gaji karyawan.
-
Mengontrol setiap daftar gaji ditiap afdeling sebelum di setujui oleh pimpinan kebun pada setiap akhir bulan.
-
Bertanggung jawab langsung kepada pimpinan kebun.
10. Personalia. Bagian personalia bertugas dalam penerimaan dan pengeluaran tenaga kerja serta mengurus asuransi kecelakaan diri dalam hal ini asuransi yang digunakan adalah jamsostek. Bagian personalia inibertanggung jawab penuh terhadap pimpinan kebun.
112
11. Kepala Gudang Kepala gudang adalah orang yang bertanggung jawab terhadap semua barang-barang inventaris yang di miliki perusahaan sedangkan tugasnya adalah sebagai berikut: mencatat keluar masuknya barang-barang inventaris perusahaan dan bertanggung jawab kepada kepala kantor (KTU). 12. Kepala Bengkel Kepala bengkel bertanggung jawab terhadap semua kendaraan dan alat-alat mesin yang dimiliki perusahaan, sedangkan tugas dan tanggung jawabnya sebagai berikut: -
Melaksanakan perbaikan terhadap alat mesin dan kendaraan yang rusak berikut servcenya.
-
Mengatur penggunaan alat-alat berat dan alat mesin dalam penggunaanya disetiap afdeling.
-
Bertanggung jawab kepada pimpinan kebun.
4.3.3. Penggerakan ( Actuating ) Pelaksanaan kegiatan dikebun merupakan tanggung jawab manajer yang pelaksanaannya dilimpahkan kepada asisten kepala dan dibantu oleh asisten divisi. Dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan field asisten divisi berpedoman terhadap budget dan dibantu oleh mandor I dalam menginstruksikan kepada mandor lapangan. Mandor lapangan mengawasi serta mengarahkan tenaga kerja dalam pelaksanaan kerja di lapangan, namun pekerjaan tersebut dibimbing oleh asisten divisi dan dikontrol oleh asisten kepala dan Manajer.
113
Pada perusahaan perkebunan pada umumnya sebelum melakukan kegiatan (pekerja, mandor dan asisten) terlebih dahulu berkumpul di kantor divisi. Pelaksanaan kegiatan di lapangan dimulai pada pukul 06.30 WIB. Pada saat apel pagi dilakukan pengabsenan dan pemberian pengarahan oleh asisten divisi pada mandor tentang apa yang akan dikerjakan di lapangan nantinya. Di lapangan pekerja mendapat pengarahan dari mandor dan mandor membuat laporan kerja harian yang diserahkan pada waktu selesai jam kerja. Untuk mendorong, memacu dan meningkatkan mutu kerja dan karyawan dalam mengerjakan pekerjaan di lapangan perlu adanya suatu motivasi. Gunanya motivasi adalah agar karyawan bermotivasi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, perusahaan dengan diwakili Estate memberikan imbalan dan penyediaan fasilitas. Imbalan dan penyediaan fasilitas yang dimaksud adalah : 1. Gaji Gaji pokok untuk karyawan harian diberikan sesuai dengan jumlah hari kerja. Sedangkan untuk karyawan tetap diberikan gaji pokok per bulan dengan ditambah jatah beras. 2. Premi / upah lembur Premi diberikan kepada pekerja atau karyawan yang bekerja pada kegiatan potong buah dan transportasi serta karyawan pabrik. Premi diberikan bila karyawan dapat melebihi norma prestasi yang ditetapkan untuk karyawan potong buah atau transport. Sedangkan untuk karyawan pabrik premi dihitung berdasarkan kelebihan jam kerja (7 jam / hari). Perhitungan premi / upah lembur ditetapkan sebagai berikut :
114
a. Hari biasa -
Untuk jam kerja lembur pertama harus dibayarkan upah lembur sebesar satu setengah kali (1,5) upah per jam
-
Untuk setiap jam kerja lembur selebihnya dibayar upah lembur sebesar dua kali (2) upah per jam.
b. Hari minggu -
Kerja dalam batas 7 jam dibayar upah lembur sebesar 2 kali upah per jam
-
Kerja selanjutnya 7 jam dibayar upah lembur sebesar 3 kali upah per jam
c. Hari libur resmi (1 januari, 17 agustus dan idul fitri) -
Kerja dalam batas 7 jam dibayar upah lembur sebesar 3 kali upah per jam
-
Kerja selanjutnya 7 jam dibayar upah lembur sebesar 4 kali upah per jam
3. Tunjangan dan bonus Tunjangan yang diberikan di kebun kepada karyawan berupa Tunjangan Hari Raya (THR) dan bonus. THR diberikan oleh perusahaan menjelang hari raya Idul Fitri
sebesar
satu
bulan
gaji.
Sedangkan
bonus
diberikan
berdasarkan
pendapatan/keuntungan dari perusahaan 4. Cuti Cuti diberikan pada karyawan apabila mendapat kemalangan, hamil, melahirkan, cuti tahunan dan perpanjangan, yang mana cuti tahunan adalah cuti yang diberikan kepada karyawan yang telah bekerja selama satu tahun. Sedangkan cuti normal yang diberikan perusahaan 12 hari/tahunnya.
115
5. Fasilitas Fasilitas yang diberikan berupa air, rumah, listrik, mesjid, penitipan, klinik, bus untuk transportasi anak sekolah dan sarana olah raga.
4.3.4. Pengawasan dan Evaluasi Pelaksanaan kegiatan pengawasan di PT. BPSJ SS II melibatkan semua tingkat staf yang terkait, mulai dari asisten divisi sampai pada dewan direksi. Pengawasan dilakukan terhadap semua kegiatan yang sedang berlangsung baik di lapangan maupun di pabrik. Pengawasan ini berpedoman kepada rencana-rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi dilakukan secara administratif yang dituangkan dalam laporan. Laporan ini terdiri dari laporan harian, mingguan, bulanan dan tahunan.
Dalam
laporan ini dituangkan bagaimana akibat dari kesalahan dan penyimpangan yang ada
selama
rencana
dijalankan.
Disamping
itu
diterangkan
juga
tentang
kebijaksanaan yang telah diambil dalam menanggulangi. Disamping laporan bulanan ini manajer juga membuat laporan belanja atau tata buku bulanan. Manajemen perkebunan memiliki tujuan tertentu yang telah ditetapkan dalam program kerja jangka panjang maupun jangka pendek. Tujuan tersebut dijabarkan dalam bentuk sasaran yang dibagi berdasarkan waktu kerja misalnya harian, mingguan, bulanan dan tahunan.
4.3.5.
Struktur Organisasi Struktur organisasi PT. BPSJ SS II dapat dilihat pada lampiran 1.