48
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian 1. Keadaan Alam a. Lokasi Daerah Penelitian Kabupaten Pati terletak di Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Pati terletak antara 1000,50’–1110,15’Bujur Timur dan 60,25’–70,00’ Lintang Selatan. Jarak ibukota Kabupaten Pati ke ibukota Provinsi Jawa Tengah berjarak 75 km. Kabupaten Pati merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-1.000 m di atas permukaan air laut. Topografi wilayah Kabupaten Pati sebagian besar berada di dataran dan sebagian kecil ada wilayah pesisir pantai dan wilayah pegunungan dengan curah hujan yang sangat bervariasi antara wilayah Kecamatan. Batas-batas wilayah Kabupaten Pati sebagai berikut : Sebelah Timur
: Kabupaten Rembang dan Laut Jawa
Sebelah Barat
: Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara Timur
Sebelah Utara
: Kabupaten Jepara dan Laut Jawa
Sebelah Selatan : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora Secara administratif Kabupaten Pati dibagi menjadi 21 kecamatan. Jarak kecamatan ke ibukota kabupaten terjauh adalah Kecamatan Sukolilo dengan jarak 36 km, dan terdekat adalah Kecamatan Margorejo yang berjarak 4 km. Jarak terjauh antar ibukota kecamatan adalah 69 km dan terdekat 2 km. Ketinggian tempat tertinggi adalah Kecamatan Tlogowungu setinggi 624 meter di atas permukaan laut, dan terendah adalah Kecamatan Tayu 1 meter di atas permukaan laut.
48
49
b. Iklim Sebagaimana keadaan di Indonesia, Kabupaten Pati beriklim tropis dengan dua musim dalam setahun yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Rata-rata suhu udara di Kabupaten Pati antara 23390Celcius dengan Rata-rata curah hujan per tahun sebanyak 192 mm dengan 60 hari hujan selama setahun. Pada tahun 2013, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari setinggi 436,71 mm dan terendah bulan Agustus setinggi 21,21 mm. Kecamatan dengan curah hujan tertinggi adalah Kecamatan Sukolilo. Kabupaten Pati secara umum merupakan kawasan yang terletak pada daerah dengan potensi iklim dan kondisi lahan yang sangat baik untuk pertanian. Dengan curah hujan yang cukup tinggi dan tanah yang subur, sektor pertanian merupakan tulang punggung perekonomian Kabupaten Pati. c. Penggunaan Lahan Luas wilayah Kabupaten Pati adalah 150.368 hektar, yang terdiri dari 59.332 hektar lahan sawah, 66.086 hektar lahan bukan sawah, dan 24.950 lahan bukan pertanian. Jika dilihat menurut kecamatan, kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Sukolilo dengan luas 15.874 ha. Kecamatan terluas kedua adalah Kecamatan Pucakwangi kemudian disusul Kecamatan Winong. Sedangkan kecamatan yang wilayahnya paling kecil adalah Kecamatan Wedarijaksa dengan luas 4.085 ha. Jenis tanah di Kabupaten Pati terbagi menjadi dua bagian yaitu daerah bagian utara dan daerah bagian selatan. Jenis tanah di daerah bagian utara meliputi tanah red yellow, latosol, alluvial, hidromer, dan regosol. Sedangkan di bagian selatan terdiri dari tanah aluvial, hidromer, dan gromosol. Kelapa kopyor cocok di tanam di Kabupaten Pati bagian utara dibandingkan dengan bagian selatan dikarenakan Pati bagian utara memiliki jenis tanah yang cocok untuk dikembangkan kelapa kopyor dimana Kabuapten Pati sebelah utara berbatasan dengan pesisir pantai.
50
2. Keadaan Penduduk a. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Penduduk adalah orang-orang yang tinggal di dalam suatu wilayah pada waktu tertentu dan merupakan hasil dari proses demografi yang meliputi kelahiran, kematian dan migrasi. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat menggambarkan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Pati dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pati Tahun 2015 No Jenis Kelamin 1 Laki-laki 2 Perempuan Jumlah
Jumlah (Jiwa) 593.810 631.784 1.225.594
Persentase (%) 48,45 51,55 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Pati, 2015 Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki sebesar 593.810 jiwa lebih sedikit daripada jumlah penduduk perempuan sebesar 631.784 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki maupun perempuan dapat dikaitkan dengan ketersediaan tenaga kerja. Jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit, maka dapat disimpulkan bahwa di Kabupaten Pati relatif kekurangan tenaga kerja laki-laki. Tenaga kerja laki-laki memiliki tenaga yang lebih besar untuk pekerjaan berat, dan sangat cocok untuk bekerja pada sektor pertanian. Sehingga tenaga kerja laki-laki berperan ganda yaitu dalam usahatani maupun diluar usahatani, khususnya usahatani kelapa kopyor. Berdasarkan Tabel 9 mengenai komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat digunakan untuk menghitung angka sex ratio di Kabupaten Pati. Sex Ratio merupakan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan, dengan rumus sebagai berikut :
51
SR
Penduduk Penduduk
SR
593.810 X 100 631.784
laki laki perempuan
x100
= 0,94 X 100
= 94 Berdasarkan sex ratio diatas sebesar 94, yang berarti setiap 100 penduduk perempuan terdapat 94 penduduk laki-laki. Maka dapat disesuaikan di lapang bahwa di Kabupaten Pati tenaga kerja laki-laki relatif lebih sedikit daripada tenaga kerja perempuan, kebanyakan penggunaan tenaga kerja adalah laki-laki. Sehingga usahatani kelapa kopyor yang lebih banyak tenaga kerja laki-laki untuk semua kegiatan usahatani dari pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen, dan pasca panen. Tenaga kerja perempuan hanya bagian pemasaran saja yang tidak menguras banyak tenaga. b. Penduduk Menurut Kelompok Umur Komposisi penduduk di Kabupaten Pati menurut golongan umur akan mempengaruhi keberhasilan pembangunan di wilayah tersebut. Penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu penduduk usia non produktif dan penduduk usia produktif. Penduduk usia non produktif yaitu penduduk yang berusia 0-14 tahun dan penduduk yang berusia lebih dari 65 tahun, sedangkan penduduk usia produktif yaitu penduduk yang berusia 15-64 tahun. Penduduk usia non produktif adalah penduduk yang belum mampu dan yang telah tidak mampu melakukan kegiatan produksi dengan optimal, sedangkan penduduk usia produktif adalah penduduk yang dapat dan berpotensi untuk melakukan kegiatan produksi dengan optimal.
52
Penduduk dengan jumlah usia non produktif yang banyak akan menghambat potensi penduduk usia produktif, karena dengan banyaknya penduduk non produktif yang harus mereka tanggung sehingga pendapatan yang seharusnya bisa digunakan untuk untuk kebutuhan yang lain harus digunakan untuk membiayai penduduk usia non produktif. Komposisi penduduk Kabupaten Pati berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Umur Kabupaten Pati Tahun 2015 Kelompok Umur 0–4 5–9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 – 69 70 – 74 75 +
Laki-Laki (jiwa)
Perempuan (jiwa)
Jumlah Total
47.490 48.850 49.842 49.886 42.886 39.234 42.175 44.451 45.056 43.620 39.638 33.397 24.415 16.562 12.338 13.990
44.734 46.646 48.287 49.080 45.676 44.109 47.647 48.708 48.996 47.521 41.335 33.540 26.057 20.741 16.590 22.097
92.224 95.496 98.129 98.946 88.562 83.343 89.822 93.159 94.052 91.141 80.993 64.937 50.472 37.303 28.928 36.087
Sumber: BPS Kabupaten Pati, 2015 Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk usia non produktif dan usia produktif Kabupaten Pati dari tahun ke tahun berfluktuaktif. Besarnya jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan jumlah penduduk usia non produktif. Jumlah penduduk usia produktif pada tahun 2015 sebanyak 835.427 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk usia non produktif pada tahun 2015 yaitu sebanyak 390.167 jiwa. Penduduk usia produktif biasanya akan menanggung beban tanggungjawab dari pemenuhan kebutuhan dari penduduk usia non produktif dalam keluarga. Besarnya beban
53
tanggungan yang harus dipikul penduduk usia produktif dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: ABT =
ABT
390.167 X 100 835.427
× 100
= 46,70
Rasio beban tanggungan pada tahun 2015 sebesar 46,70 berarti bahwa tiap 100 orang kelompok penduduk produktif harus menanggung 47 orang pada usia yang tidak produktif. Hal ini berpengaruh terhadap terpenuhinya kebutuhan tenaga kerja di wilayah tersebut sehingga dapat memberikan pengaruh positif terhadap pembangunan perekonomian di Kabupaten Pati.Semakin tinggi persentase rasio beban tanggungan menunjukkan semakin tinggi beban yang harus ditanggung penduduk produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.Sedangkan persentase rasio beban tanggungan yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Semakin kecil angka beban tanggungan akan memberikan kesempatan bagi penduduk usia produktif untuk meningkatkan kualitas dirinya.
54
3. Keadaan Pertanian Kondisi pertanian memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan pangan di dalam suatu wilayah. Kondisi pertanian yang baik di suatu wilayah dapat menggambarkan bahwa lahan pertanian tersedia cukup luas, teknologi yang digunakan tepat guna, ketersediaan modal yang cukup dan sumberdaya manusia yang handal. Penggunaan lahan pertanian di Kabupaten Pati lahan sawah dan lahan bukan sawah dengan rincian dalam tabel berikut. Tabel 11. Data Luas Lahan Pertanian dan Bukan Pertanian Menurut Penggunaan di kabupaten Pati 2015 No
Penggunaan Tanah
Luas (hektar)
I. 1 2. 3. 4.
Lahan Sawah Irigasi Tadah hujan Pasang Surut Rawa lebak
36.668 22.612 19
II. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7
Lahan Bukan Sawah Tegal Ladang Perkebunan Hutan Rakyat Padang Rumput Sementara tidak diusahakan Lainnya (tambak,kolam,empang,pekarangan)
28.146 2.313 1.244 23.156
III Lahan Bukan Pertanian (Jalan, pemukiman, dll)
36.210
Sumber : BPS Kabupaten Pati, 2015 Berdasarkan Tabel 11 luas lahan keseluruhan di wilayah Kabupaten Pati yang terdiri dari luas lahan sawah sekitar 59.299 hektar, luas lahan bukan sawah sekitar
54.859 hektar dan luas lahan bukan
pertanian 36.210 hektar, Maka dapat disimpulkan bahwa di wilayah Kabupaten Pati lahan sawah lebih luas, salah satunya untuk irigasi dengan luas 36.668 Ha. Pekarangan di Kabupaten Pati sebagian besar digunakan untuk budidaya tanaman diantaranya buah, sayuran dan kelapa kopyor.
55
Hal tersebut dilakukan untuk menambah pendapatan keluarga dengan memanfaatkan pekarangan. B.
Sistem Agribisnis Kelapa Kopyor di Kabupaten Pati Pembangunan pertanian merupakan salah satu aktivitas membangun dan mengembangkan potensi-potensi ekonomi yang dapat menggerakkan perekonomian Kabupaten Pati. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam yang tersedia secara
optimal.
Salah
satu
kegiatan
yang
dapat
menggerakkan
perekonomian Kabupaten Pati adalah kegiatan agribisnis kelapa kopyor. Budidaya kelapa kopyor sudah dilakukan hampir 40 tahun lalu oleh masyarakat di Kecamatan Margoyoso, Kecamatan Tayu dan Kecamatan Dukuhseti yaitu ditunjukkan dengan adanya pohon kelapa kopyor yang sudah berusia hampir 40an tahun dan bahkan ada yang sudah diperbarui, ini menunjukkan bahwa kegiatan agribisnis kelapa kopyor sudah berlangsung cukup lama akan tetapi belum mendapat perhatian lebih dari petani sendiri maupun pemerintah daerah setempat untuk mengembangkan agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati. Subsistem yang terkait dengan pengembangan agribisnis kelapa kopyor sendiri mencakup 4 subsistem, yaitu : (1) Subsistem sarana produksi, (2) Subsistem usahatani (3) Subsistem pengolahan dan pemasaran, (4) Subsistem Jasa (organisasi) yang mana dari masing-masing subsistem memiliki peran masing-masing yang berdampak pada pengembangan agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati. 1. Subsistem Sarana Produksi Subsistem sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi. Kegiatan ini mencakup perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi, teknologi dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input usahatani memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk (Hermawan,2008).
56
Petani kelapa kopyor di Kabupaten Pati mudah dalam mengakses sarana produksi untuk menjalankan kegiatan usahanya. Pemilik toko saprodi dalam menjalankan usahanya dilakukan sendiri tanpa bantuan tenaga kerja dari luar maupun dari dalam dikarenakan dalam mereka masih sanggup dalam menjual dan mengurusi jual beli saprodi. Toko saprodi hampir tersebar di masing-masing kecamatan. Sarana produksi yang dibutuhkan oleh petani kelapa kopyor seperti pupuk, pestisida dan alat-alat pertanian seperti sekop, sabit, cangkul sprayer, dan keranjang bambu sudah tersedia semua di toko saprodi masing-masing kecamatan. Jenis pupuk dan pestisida yang biasanya digunakan dalam menjalankan usahatani kelapa kopyor adalah pupuk kandang dan pupuk NPK, harga untuk kedua jenis pupuk ini Rp 500,00 dan Rp 2400,00 per kg sedangkan pestisida yang dijual adalah furadan yang berguna untuk membunuh serangga dalam bentuk larva seperti penggerek daun dan perusak daun, harga untuk furadan sendiri dijual sebesar Rp 20.000,00 per botol, feromonas adalah senyawa kimia yang dapat mengeluarkan aroma khusus sedemikian sehingga dapat mengundang kumbang dewasa untuk terbang mendekati sumber aroma yang ada disekitar perangkap, feromonas sendiri dijual dengan harga Rp 180.000,00 per bungkus. Sarana produksi yang disediakan oleh penyedia sarana produksi jumlahnya cukup dan memadai serta kualitasnya selalu terjaga dengan baik,sehingga apabila petani membutuhkan sarana produksi sewaktu– waktu maka ketersediannya selalu ada. Hubungan antara petani dan penyedia sarana produksi sangat baik yaitu sama–sama saling membutuhkan dalam melakukan usahanya. Penyedia sarana produksi memiliki modal sendiri sehingga tidak bergantung pada pinjaman modal dari pemerintah ataupun perbankan, ini dikarenakan penyedia sarana produksi tidak ingin repot dalam mengurus birokrasi yang rumit dan harus kepikiran untuk mengembalikan modal yang dipinjam dengan mengangsur tiap bulannya.
57
2. Subsistem Usahatani a. Kegiatan Usahatani Usahatani adalah kegiatan mengorganisasikan atau mengelola aset dan cara dalam pertanian. Usahatani juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mengorganisasi sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut bidang pertanian (Daniel, 2001). Kelapa kopyor merupakan salah satu tanaman yang cocok dikembangkan di Kecamatan Dukuhseti, Kecamatan Tayu, dan Kecamatan Margoyoso dikarenakan memiliki tanah yang cocok dan secara agroklimat kelapa kopyor cocok untuk dikembangkan, akan tetapi karena keterbatasan lahan banyak petani yang hanya menanam kelapa kopyor di sekitar pekarangan rumah secara polikultur yaitu dengan adanya tanaman lain seperti kelapa sayur, jarak tanam yang digunakan kebanyakan 6mx6m dari idealnya 8mx8m, jarak tanam yang relatif sempit ini dikarenakan petani berusaha memaksimalkan lahan pekarangan yang dimilikinya, walaupun jarak tanam relative sempit akan tetapi diimbangi dengan kesuburan tanah yang baik maka akan berdampak bagus untuk pertumbuhan kelapa kopyor. Tahap-tahap dalam budidaya kelapa kopyor pada umumnya terdiri dari lima tahap kegiatan. Tahap-tahap dalam budidaya kelapa kopyor adalah sebagai berikut: 1) Persiapan Lahan Lahan
bekas
pertanian. Tidak perlu pembukaan lahan
lagi, dan dapat langsung dilakukan tindakan-tindakan pembuatan lubang tanam, minimal sebesar 40X40X40 cm, galian tanah bagian atas dan bagian bawah dipisahkan. 2) Pembibitan Pembibitan dalam persemaian. Pembibitan kelapa dalam persemaian biasanya dilakukan pada musim penghujan. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pemberian air. Caranya adalah
58
tanah yang akan digunakan untuk persemaian dicangkul dulu sedalam 30 Cm - 40 Cm. Setelah bedengan siap maka bibit kelapa kopyor terpilih ditanam di bedengan tersebut dengan arah mendatar. 3) Penanaman Jarak
penanaman
kelapa
tergantung kepada
tingkat
kesuburan tanah yang akan ditanami. Jarak tanam pohon kelapa kopyor yang biasanya digunakan adalah 9 m x 9 m atau 10 m x 10 m. Akan tetapi petani memilih jarak tanam 6 m x 6 m dikarenakan hanya ditanam disekitar pekarangan rumah yang tidak terlalu luas. Jarak tanam yang biasa digunakan oleh petani dalam penanaman kelapa biasanya berbentuk segitiga samasisi, empat persegi panjang dan bujursangkar. 4) Pemeliharaan Pemupukan diperlukan untuk meningkatkan produktivitas kelapa. Dosis pemupukan kelapa kopyor sangat tergantung pada umur tanaman dan tingkat kesuburan tanah. Penyiangan dilakukan untuk mengurangi rerumputan di sekitar pohon kelapa sehingga pohon kelapa tidak berebut unsur hara dengan rerumputan. 5) Panen Pemanenan pohon kelapa yang masih muda dilakukan dengan galah yang ujungnya diberi pisau atau arit sebagai pengait buah kelapa.
Pemanenan buah kelapa yang masih muda harus
lebih berhati-hati karena jika buah kelapa jatuh akan dapat pecah sehingga tidak laku terjual. Pemetikan buah kelapa yang masih muda dan buah kelapa yang akan digunakan untuk bibit sebaiknya tidak dijatuhkan secara langsung ke tanah tetapi harus diturunkan dengan tali yang dikaitkan pada janjangnya.
59
b. Analisis Usahatani Kelapa Kopyor Kelapa kopyor dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu : kelapa dalam, kelapa genjah, dan kelapa hibrida. Masing-masing jenis memiliki karakteristik yang berbeda-beda antara satu sama lain, dimana kelapa dalam memiliki hasil buah yang lebih besar dibandingkan dengan kelapa genjah maupun kelapa hibrida, tinggi pohonnya sendiri lebih tinggi sekitar 10-15 meter akan tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama sebelum dapat di panen yaitu sekitar 8-9 tahun setelah tanam, sedangkan untuk kelapa genjah memiliki keunikan tersendiri yaitu, memiliki tinggi pohon yang tindak terlalu tinggi sekitar 7-8 meter, waktu panen yang relatife singkat sekitar 4-5 tahun setelah tanam sedangkan untuk kelapa hibrida sendiri di dapat dari perkawinan silang antara dua jenis kelapa dalam (unggul) karena apabila yang disilangkan itu bukan merupakan kelapa jenis unggul maka dapat diperkirakan akan menghasilkan sifat kelapa hibrida yang tidak lebih baik dari induknya, di Kabupaten Pati sendiri lebih banyak ditemukan kelapa kopyor tipe genjah. Penanaman sendiri dilakukan secara konvensional yaitu dengan menyediakan bahan dan alat yang dibutukan untuk menanam kelapa kopyor, pertama yang harus disiapkan adalah bibit kelapa kopyor, bibit ini sendiri dapat dibeli dengan harga Rp 15.000 satu butirnya, kemudian alat yang dibutuhkan seperti sabit, cangkul, sperayer, dan keranjang bambu, untuk harganya sendiri sabit dijual dengan harga Rp 20.000-25.000/ unit, cangkul dijual dengan harga Rp 45.00050.000/ unit tergantung jenis dan kualitas bahan, sedangkan untuk sprayer dan keranjang bambu dijual dengan harga Rp 400.000 dan Rp 125.000 per unit. Pada lahan 1 hektar yang akan ditanami kelapa kopyor dengan jarak tanam, 9 x 9 meter, membutuhkan jumlah bibit sekitar 125 bibit, dengan jumlah minimal 5 sabit dan 5 cangkul serta 2 sprayer dan 10 keranjang bambu untuk membawa bibit kelapa kopyor yang akan ditanam dibantu dengan tenaga kerja dari luar
60
sejumlah 10 orang untuk membantu dalam penanaman dan persiapan lahan dimana dalam 1 hari kerja, mereka dibayar sekitar Rp 70.00075.000/HKP. Selama masa tanam hingga panen diperlukan beberapa perawatan dan pengendalian hama, bila tanaman kurang air maka segera di siram agar tidak mati, untuk perawatan sendiri mudah dilakukan yaitu dengan memberi pupuk NPK dan pupuk kandang, setiap satu pohon kelapa kopyor membutuhkan 3 kg pupuk NPK dan pupuk kandang, pupuk kandang sendiri dijual Rp 500/kg sedangkan pupuk NPK dijual Rp 2400/kg. untuk pengendalian sendiri cukup dengan menggunakan pestisida furadan sejumlah 5 botol, dan membuat perangkap hama kumbang badak dengan diberi tambahan feromonas sebanyak 2 bungkus. Pada tahun pertama hingga tahun ketiga setelah masa tanam, petani belum mendapatkan hasil dari pohon kelapa kopyor yang ditanamnya dan mengeluarkan biaya pada tahun pertama sekitar Rp 8.000.000 untuk membayar tenaga kerja dan membeli bibit,peralatan dan membayar pajak tanah yang dibayar 1 tahun sekali sebesar Rp 30.000 – Rp 40.000, pada tahun kedua dan ketiga biaya yang dikeluarkan oleh petani mengeluarkan biaya untuk perawatan, pemupukan, pengendalian hama kumbang badak, dan membayar pajak tanah, biaya yang dikeluarkan antara Rp 4.000.000 – Rp 5.000.000, tanaman kelapa dapat diambil hasilnya setelah berumur 4 tahun setelah ditanam, setelah tahun ke 4 dan kelapa kopyor siap untuk di panen setiap 2 minggu sekali, dalam satu pohon kelapa belum tentu menghasilkan kelapa kopyor semua akan tetapi juga menghasilkan kelapa biasa, setiap 1 pohon kelapa rata-rata menghasilkan 3-5 butir kelapa kopyor dan 8-10 kelapa biasa , ratarata setiap tahun jumlah kelapa kopyor yang dihasilkan sekitar 800 – 1000 butir kelapa kopyor/tahun dengan harga jual setiap butirnya sebesar Rp 20.000/butir, petani menjual semua produksi kelapa kopyornya maka dalam satu tahun petani yang memiliki lahan sebesar 1 hektar dan memiliki 125 pohon, dalam setahun dapat
61
menghasilakan Rp 20.000,00 – Rp 25.000.000/tahun, sehingga usahatani kelapa kopyor dapat memberikan keuntungan bagi petani kelapa kopyor setelah tahun ke 4, produktivitas kelapa kopyor masih akan sama hingga usia pohon tahun ke 15, setelah itu produktivitas kelapa kopyor akan berkurang hingga usia 25 tahun, sehingga diperlukan penanaman pohon baru untuk mengganti pohon yang sudah berkurang produktivitasnya. 3. Subsistem pengolahan dan pemasaran Hasil pengolahan kelapa kopyor di Kabupaten Pati, masih sebatas usaha pengolahan kelapa kopyor menjadi es kelapa kopyor. Hal ini dikarenakan agroindustri makanan yang sudah melakukan usaha pengolahan kelapa kopyor masih sebatas menjadikan es kelapa kopyor saja, belum ada pengolahan lain yang dilakukan oleh agroindustri makanan untuk menambah nilai tambah dari produk kelapa kopyor yang dimiliki. Pengusaha restoran menjadikan es kelapa kopyor sebagai sarana untuk menarik konsumen yang berorientasi untuk mencari keuntungan dikarenakan kelapa kopyor memiliki rasa yang unik dibandingkan dengan kelapa biasa walaupun harganya sendiri hampir 10x lipat lebih mahal dibandingkan kelapa biasa, 1 butir kelapa kopyor seharga Rp 30.000,00 dapat dibuat es kelapa kopyor menjadi 7-8 gelas dengan harga per gelas Rp16.000,00. Semestinya produk kelapa kopyor dapat dimanfaatkan menjadi produk turunan yang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan dijual berupa buah segar saja atau dibuat es kelapa kopyor dikarenakan kelapa kopyor memiliki rasa yang gurih. Oleh karena rasa dan karakteristiknya yang unik, kelapa ini disukai konsumen baik untuk konsumsi segar maupun dalam bentuk olahan, seperti es krim, koktail, dan kue kelapa (BALITKA, 2010). Pemasaran kelapa kopyor yang dilakukan oleh petani kelapa kopyor di Kabupaten Pati tepatnya di Kecamatan Dukuhseti,
62
Kecamatan Tayu, dan Kecamatan Margoyoso adalah menjual kelapa kopyor langsung ke pedagang pengepul. Selain itu ada juga petani yang menjual ke tukang totok (tukang panjat kelapa) setelah itu baru dijual ke pedagang pengepul, jadi petani tidak menjual kelapa kopyor langsung ke pasar. Untuk harga sendiri petani akan mendapat lebih banyak keuntungan jika langsung menjualnya ke pedagang pengepul akan tetapi banyak petani yang lebih memilih memakai jasa tukang totok dikarenakan petani tidak mau repot untuk memanjat pohon kelapa yang tingginya hampir 10m, tukang totok mengenakan tarif sebesar Rp 5.000,00 per butir kelapa kopyor yang diambil oleh tukang totok dari petani, jadi harga kelapa kopyor di tingkat petani satu butir sekitar Rp.15.000,00 sampai di tukang totok sebesar Rp.20.000-22.500 saat dijual ke pedagang pengepul, setelah itu pedagang pengepul mengirim pesanan kelapa kopyor ke restaurant-restaurant atau toko yang ada di kota-kota besar lewat jalur cargo atau lewat jasa paket barang bisanya pengiriman dilakukan 1 minggu 3x atau tergantung permintaan, untuk biaya pengiriman sendiri dibayar oleh pihak pemesan barang tersebut, harga sekitar Rp.30.000-35.000 per butir dimasukkan dalam 1 dus besar berjumlah sekitar 25 butir per dus, setelah itu pembeli bisaanya ada yang langsung menjual ke restaurant untuk dijual dalam bentuk olahan kelapa kopyor kepada konsumen atau dijual lagi kepada konsumen lain, jangkauan pemasarannya sendiri sudah mencapai kota-kota besar seperti Semarang, Bandung, Surabaya dan Jakarta. Bahkan ada yang sampai keluar pulau seperti NTT dan Sulawesi.
63
4. Subsistem jasa (organisasi) Subsistem jasa (organisasi) memiliki peran penting dalam pengembangan agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati. Pemerintah
sendiri
memiliki
peranan
penting
dalam
mengembangkan agribisnis kelapa kopyor, besarnya pengaruh dapat dilihat dari adanya kebijakan pemerintah yang dibuat untuk mengembangkan agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati. Tabel 12. Peranan instansi dalam pengembangan kelapa kopyor di Kabupaten Pati No
Instansi
1.
Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pati
2.
BAPPEDA Kabupaten Pati
3.
Asosiasi Petani Kelapa di Kabupaten Pati
4.
Balai Penyuluh Kecamatan
Peranan Mengadakan sosialisasi dan pelatihan pengembangan kelapa kopyor kepada petani Membantu mempromosikan kelapa kopyor dengan mengadakan pameran umkm Menampung aspirasi petani dan harapan dari petani kelapa di Kabupaten Pati Memberikan penyuluhan kepada para petani setiap 1 bulan sekali
Sumber : Analisis Data Primer
C. Strategi Pengembangan Agribisnis Kelapa Kopyor di Kabupaten Pati Komoditas kelapa kopyor merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki beberapa keunggulan seperti nilai jual tinggi, budidaya yang mudah akan tetapi memiliki resiko kegagalan yang tinggi. Kelapa kopyor diharapkan mampu untuk meningkatkan pendapatan petani karena kelapa kopyor mayoritas ditanam secara polikultur di pekarangan rumah. Kelapa kopyor mudah sekali terserang hama kumbang badak yang dapat membuat produksi kelapa kopyor berkurang bahkan dapat mematikan tanaman kelapa kopyor jika tidak cepat untuk dilakukan upaya pengendalian hama. Kelapa kopyor memiliki potensi yang sangat bagus untuk dikembangkan dengan harga jual yang tinggi dan upaya dalam
64
mengembangkan inovasi dalam pengolahan kelapa kopyor yang dapat menaikkan nilai tambah yang akan bermanfaat bagi petani. Penentuan faktor-faktor dan perumusan strategi dilakukan dengan teknik wawancara kepada informan. Informan tersebut diantaranya pihak dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pati, Ketua Asosiasi Petani Kelapa Kabupaten Pati, Penyuluh dan Pedagang pengepul untuk mendapatkan informasi mengenai faktor-faktor internal dan eksternal pada komoditas kelapa kopyor dari sudut padang masing-masing informan, sehingga berdasarkan hasil wawancara terhadap berberapa informan maka dapat dianalisis faktor internal dan faktor eksternal yang mendukung dan menghamabat proses budidaya kelapa kopyor, antara lain : 1. Analisis Faktor Internal Perumusan strategi dimulai dengan menganalisis faktor internal untuk mengidentifikasi faktor-faktor strategis yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam mengembangkan kelapa kopyor di Kabupaten Pati sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam penentuan strategi pengembangan. a. Subsistem Sarana Produksi 1) Sumber daya manusia Usahatani kelapa kopyor memerlukan sarana produksi guna menunjang kegiatan budidaya kelapa kopyor. Penyedia sarana produksi sangat berpengaruh penting dalam keberjalanan usahatani kelapa kopyor. Ketrampilan dalam menyediakan sarana produksi yang dimiliki oleh penyedia sarana produksi sangat baik yang mana mereka dapat membedakan dan menjelaskan apa saja keunggulan pupuk, pestisda, dan lain-lain yang dibutuhkan oleh petani kelapa kopyor sangat membantu keberjalanan usahatani kelapa kopyor di Kabupaten Pati. 2) Produksi Produk yang dijual oleh penyedia sarana produksi kepada petani kelapa kopyor sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan
65
oleh petani kelapa kopyor di Kabupaten Pati, jumlah dan kontinuitas produksi selalu terjaga sehingga petani tidak akan kesulitan untuk menemukan produk yang mereka cari. 3) Pemasaran Pemasaran yang pendek menjadi suatu keunggulan bagi penyedia sarana produksi di Kabupaten Pati, dimana rantai pemasaran yang pendek membuat harga sarana produksi yang dibutuhkan tidak mahal dan dapat dijangkau oleh petani kelapa kopyor di Kabupaten Pati. 4) Keuangan Kemampuan permodalan menjadi sangat penting untuk maju tidaknya sebuah usaha, usaha penyediaan sarana produksi membutuhkan dana yang cukup besar oleh karena itu bantuan modal dari pemerintah akan sangat membantu keberjalanan usaha penyedia sarana produksi agar dapat bersaing dengan toko penyedia sarana produksi dari daerah lain yang memiliki modal yang lebih banyak. b. Subsistem Usahatani 1) Sumber Daya Manusia Menurut Hanafie (2010) manajemen sumber daya manusia mencakup semua energi, ketrampilan, bakat dan pengetahuan manusia yang dipergunakan secara potensial, yang dapat atau harus dipergunakan untuk tujuan produksi dan jasa-jasa yang bermanfaat. Usahatani kelapa kopyor di Kabupaten pati umumnya dikelola oleh petani sendiri dengan bantuan tenaga kerja luar pada saat penanaman saja dikarenkan memerlukan tenaga yang banyak, sedangkan dalam proses perawatan dan pengendalian hama petani memilih melakukannya sendiri, kondisi sumber daya manusia yang dimiliki petani jika dilihat dari tingkat pendidikan
masih
rendah,
namun
petani
menggunakan
66
pengalaman usahatani yang sudah lebih dari 20 tahun dalam membudidayakan kelapa kopyor. Petani kelapa kopyor di kabupaten pati kurang dalam meningkatkan potensi yang mereka miliki yaitu kurang tertarik dalam mempelajari hal-hal baru mengenai pengembangan kelapa kopyor lewat teknologi kultur jaringan, pelatihan mengenai penanggulangan hama yang baik dan benar sehingga diharapkan bisa menaikkan produksi maupun nilai tambah dari kelapa kopyor. 2) Produksi Produksi kelapa kopyor yang ada di Kabupaten Pati sudah berlangsung sejak 40an tahun yang lalu, petani memperoleh bantuan bibit dari pemerintah sejumlah 3 bibit yang siap untuk ditanam. Proses budidaya kelapa kopyor sangat mudah dilakukan dari menanam hingga panen, dan tidak perlu perawatan yang rumit, akan tetapi meliki resiko yang tinggi yaitu petani tidak bisa menjamin bibit yang akan mereka tanam nantinya saat akan dipanen berbuah kopyor. Tanaman kelapa kopyor juga mudah sekali terserang hama kumbang badak. Proses pemanenan kelapa kopyor dapat dilakukan minimal 4 tahun setelah penanaman yang mana pohon kelapa sudah siap untuk dipanen, panen sendiri dilakukan oleh petani setiap 2 minggu sekalai. Panen dilakukan dengan cara mengambil kelapa kopyor langsung yaitu dengan memanjat pohon kelapa dan mengambil buah dengan dipetik, sebelum dipetik petani terlebih dahulu menotok maupun menggoyang buah kelapa untuk membedakan buah yang kopyor dan buah yang tidak kopyor. 3) Pemasaran Pemasaran merupakan kegiatan mendistribusikan hasil produksi kelapa kopyor dari petani di Kabupaten Pati ke tangan
67
konsumen. Dalam proses pemasaran ini, ada empat hal yang harus diperhatikan yaitu produk, harga, distribusi dan promosi. Produk yang dihasilkan oleh petani kelapa kopyor adalah buah kelapa kopyor segar yang dijual dengan harga Rp 25.000 untuk ukuran kecil, Rp 30.000 untuk ukuran sedang dan Rp 35.000 untuk ukuran besar, buah kelapa kopyor kemudian dijual ke tukang totok kemudian dijual ke pedagang pengepul setelah itu dikirim ke pedagang pengepul kota setelah itu pedagang pengepul kota menjual ke restaurant dan konsumen. 4) Keuangan Keuangan merupakan aspek penting dalam melakukan kegiatan usaha. Sehingga sebagian besar sumber modal yang diperoleh oleh petani kelapa kopyor di Kabupaten Pati adalah perseorangan atau modal sendiri. Mereka merasa tidak nyaman apabila meminjam modal pada lembaga keuangan seperti bank dikarenkan proses yang rumit dan harus membayar bunga setiap bulannya. Meskipun demikian, sebenarnya petani kelapa kopyor masih membutuhkan modal untuk mengembangkan usahanya. jika hanya mengandalkan dari hasil kelapa kopyor di pekarangan rumah saja maka usaha yang dimiliki oleh petani akan sulit untuk berkembang. Sehingga mereka berharap mendapatkan bantuan modal dari Pemerintah Kabupaten Pati untuk mengembangkan usahanya. c. Subsistem pengolahan dan pemasaran 1) Sumberdaya Manusia Ketrampilan usaha yang dimiliki oleh pengolah dan pedagang pengepul di Kabupaten Pati baik, dimana mereka memiliki kemampuan mengolah dan memasarkan produk kelapa kopyor kepada konsumen, dengan memaksimalkan potensi yang
68
mereka miliki dalam berusaha dalam bidang jual beli kelapa kopyor. 2) Produksi Kualitas produk yang dijual oleh industri pengolahan dan pedagang pengepul selalu terjaga kualitasnya dikarenakan sangat penting untuk menjaga kualitas dari produk yang akan dijual, semakin baik kualitas produk yang dijual, konsumen akan percaya dan semakin yakin dengan produk yang akan mereka beli. 3) Pemasaran Rantai pemasaran yang cukup panjang menjadi sebuah kekurangan yang dimiliki, sehingga harga jual dari produk kelapa kopyor ke konsumen menjadi sangat tinggi dibandingkan mereka membeli secara langsung di tingkat petani, oleh karena itu dibutuhkan suatu trobosan agar rantai pemasaran tidak terlalu panjang dan dapat menekan biaya yang ada. 4) Keuangan Kemampuan permodalan yang dimiliki oleh industri pengolahan dan pedagang pengepul sangatlah baik, dimana mereka mampu mengembangkan usahanya tanpa meminjam modal dari pihak luar, dengan modal yang dimiliki mereka sendiri, masih mampu bertahan pada kondi saat ini. d. Subsistem Jasa (organisasi) 1) Sumberdaya Manusia Sumberdaya manusia yang dimiliki oleh pemerintah Kabupaten Pati tepatnya sumberdaya manusia dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pati serta BAPPEDA Kabupaten Pati mengetahui tentang seluk beluk budidaya kelapa kopyor dikarenakan mereka memiliki bidang yang mengurus tentang komoditas kelapa kopyor.
69
2) Produksi Ketersediaan prasarana menjadi salah satu kendala bagi Pemerintah yaitu Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pati serta BAPPEDA Kabupaten Pati untuk mengenalkan kepada daerah lain dan mengembangkan komoditas kelapa kopyor menjadi lebih baik lagi dan bernilai ekonomis yang lebih tinggi. 3) Keuangan Keterbatasan dana yang dimiliki oleh Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pati menjadi salah satu kekurangan dalam memberikan bantuan kepada petani kelapa kopyor, untuk sekarang ini mereka hanya dapat membantu pembagian bibit kelapa kopyor kepada beberapa petani saja, tidak secara keseluruhan dikarenakan dana yang dimiliki terbatas dari pemerintah pusat. 2. Analisis Faktor Eksternal a.Subsistem Sarana Produksi 1) Konsumen Permintaan konsumen akan sarana produksi setiap tahun semakin meningkat ini dikarenakan semakin banyaknya petani yang ikut dalam berusahtani kelapa kopyor dan semakin seringnya hama kumbang badak menyerang yang membuat petani lebih banyak membeli feromonas untuk mengatasinya, feromonas sendiri bisa didapatkan di toko sarana produksi. 2) Faktor Alam Penjualan sarana produksi tidak terlalu bergantung dengan kondisi alam dimana penjualan akan tetap seperti biasanya, jika tidak terjadi bencana alam yang sangat berpengaruh dalam budidaya
kelapa
kopyor
penggunaan sarana produksi.
dan
akan
berpengaruh
dalam
70
3) Sosial Budaya Penjualan sarana produksi tidak mempengaruhi atau melenceng dari norma-norma yang berlaku di masyarakat sehingga dalam keberjalanan usaha tersebut tidak ada masalah yang merugikan masyarakat, sehingga petani merasa terbantu dengan adanya toko saprodi yang mereka butuhkan dalam proses budidaya kelapa kopyor. 4) Persaingan Harga Persaingan harga antara toko saprodi di Kabupaten Pati pastilah ada, sehingga penyedia saprodi berusaha menjual saprodi yang mereka miliki tidak terlalu tinggi dari harga pasar sehingga petani tidak berpindah ke toko saprodi lain yang harganya lebih murah. 5) Kebijakan Pemerintah Belum adanya kebijakan pemerintah yang mengatur harga dasar sarana produksi membuat perbedaan harga saprodi ditentukan sendiri oleh para penyedia saprodi sehingga harga saprodi antar toko berbeda – beda, tidak adanya bantuan bagi penyedia saprodi berupa modal dari pemerintah juga menjadi sebuah kekurangan. 6) Teknologi Kemampuan penyedia sarana produksi dalam menjual produk yang mereka punyai hanya sebatas menjual di toko saja dikarenakan mereka belum menguasai internet yang dapat digunakan untuk menjual produk yang mereka miliki secara online yang dapat memperluas area penjualan produk yang mereka miliki, sehingga kedepannya diharapkan adanya pengenalan internet kepada penyedia sarana produksi oleh Dinas terkait.
71
b. Subsistem Usahatani 1) Konsumen Konsumen merupakan hal yang penting dalam mengkaji faktor eksternal dari usaha kelapa kopyor dikarenakan semakin tingginya minat konsumen dalam mengkonsumsi kelapa kopyor dapat menambah permintaan akan kelapa kopyor sehingga dapat menambah pendapatan dari petani kelapa kopyor di Kabupaten Pati. Jumlah permintaan akan kelapa koyor sendiri dari tahun ke tahun semakin mengalami peningkatan dapat dilihat dari semakin tingginya jumlah permintaan akan buah kelapa kopyor. 2) Faktor alam Salah satu faktor yang mempengaruhi proses hidup suatu komoditas saat ditanam adalah kondisi alam. Alam yang menentukan ketersediaan unsur yang dibutuhkan tanaman dan kelangsungan hidup tanaman. Faktor alam merupakan hal yang penting dikarenakan Kabupaten Pati sangat cocok untuk usaha budidaya kelapa kopyor dilihat dari segi agroklimat yang mendukung untuk kelapa kopyor dapat tumbuh dengan baik, akan tetapi akhir-akhir ini iklim yang terus berubah-ubah yaitu semakin panjangnya musim kemarau membuat produksi kelapa kopyor semakin berkurang daripada biasanya. 3) Sosial Budaya Kondisi sosial budaya yang mendukung adalah adanya hubungan yang harmonis antara petani dengan masyarakat sekitar. Hubungan kerjasama yang baik terjadi karena adanya rasa saling membutuhkan antara satu sama lainnya, sehingga masyarakat sekitar mendukung dalam pembudidayaan kelapa kopyor, dengan semakin banyaknya masyarakat yang peduli dan mau ikut dalam usaha budidaya kelapa kopyor diharapkan kedepannya kelapa kopyor di Kabupaten Pati semakin berkembang.
72
4) Persaingan Harga Kondisi persaingan harga dalam usaha budidaya kelapa kopyor antara petani dengan petani daerah lain hampir tidak ada dikarenkan
petani
masih
kekurangan
dalam
memenuhi
permintaan kelapa kopyor dari luar daerah sehingga tidak ada persaingan yang terjadi, untuk di Jawa Tengah sendiri usaha budidaya kelapa kopyor terbesar berasal dari Kabupaten Pati, daerah lain masih belum banyak yang ikut mengusahakan sehingga harga jual kelapa kopyor sendiri tidak bersaing dengan harga yang ada di luar daerah. Harga kelapa kopyor yang tinggi membuat persaingan dengan produk pertanian lainnya semakin tinggi dikarenakan masyarakat lebih memilih membeli buah yang memiliki harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga kelapa kopyor seperti harga kelapa hijau yang hanya Rp 3.000/butir dibandingkan kelapa kopyor yang harganya mencapai Rp 30.000/butir. 5) Kebijakan Pemerintah Pemerintah memiliki peranan penting dalam membuat suatu kebijakan dalam mengembangkan usaha kelapa kopyor di Kabupaten Pati. Oleh karena itu Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Pertanian dan Peternakan, Badan Perencanaan Daerah
Kabupaten
Pati
melakukan
koordinasi
dalam
memberikan bantuan kepada petani, melakukan pendampingan dan pengawasan serta memberikan pelatihan-pelatihan bagi petani guna meningkatkan kemampuan dan ketrampilan. Pemerintah juga berkewajiban memberikan bantauan berupa sarana dan prasarana bagi petani kelapa kopyor seperti pembagian bibit gratis, bantuan susbsidi pupuk dan pengenalan produk kelapa kopyor kedaerah lain untuk menarik investor
73
supaya mau menanamkan modal yang dapat berguna dalam pengembangan agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten pati. 6) Teknologi Teknologi merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam upaya mengembangkan kelapa kopyor, sehingga akan diketahui peluang maupun ancaman dengan adanya suatu teknologi yang dapat membantu petani dalam mengembangkan usahanya, tanpa adanya teknologi usaha budidaya kelapa kopyor tidak akan berjalan secara efektif dan efisien. Aspek teknologi yang ditinjau dari penelitian ini adalah belum adanya suatu usaha dalam mengolah produk kelapa kopyor menjadi suatu olahan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, banyak petani yang tidak mengetahui internet juga menjadi salah satu penyebab kurangnya informasi mengenai cara pengolahan yang baik. Teknologi pemuliaan tanaman yang mahal juga menjadi hambatan petani dalam mengakses dan mengoprasikan alat tersebut. c. Subsistem Pengolahan dan Pemasaran 1) Konsumen Semakin banyak permintaan akan buah kelapa kopyor membuat suatu peluang baru yang dapat dimanfaatkan oleh pemasar dalam menjual kelapa kopyor hingga keluar daerah maupun keluar pulau, sehingga diharpkan pasar kelapa kopyor menjadi semakin luas, dan dapat meningkatkan pendapatan petani maupun pedagang pengepul. Bukan hanya permintaan akan buah segar saja, peluang lain yang dapat dimanfaatkan adalah dengan melakukanya dengan berbagai macam pengolahan yang memiliki nilai tambah dibandingkan dengan menjual kelapa kopyor saja, di Kabupaten Pati sendiri baru dijumpai es kelapa kopyor saja, diharpkan
74
kedepannya ada perluasan produk menjadi bentuk yang bermacam-macam sehingga dapat menarik konsumen. 2) Faktor Alam Permintaan akan buah kelapa kopyor akan berbeda di saat musim penghujan dan musim kemarau, dimana pada saat musim penghujan permintaan akan kelapa kopyor lebih sedikit dibandingkan pada saat musim kemarau, dimana pada saat musim
kemarau
konsumen
lebih
banyak
membutuhkan
kesegaran kelapa kopyor dibandingkan saat musim pengujan. 3) Sosial Budaya Kondisi social budaya yang mendukung menjadi suatu peluang yang dapat dimanfaatkan oleh pedagang pengepul maupun industri pengolahan, dimana pemerintah maupun masyarakat sekitar mendukung dalam pengembangan kelapa kopyor yang dapat berguna bagi kesejahteraan masyarakat dan lebih dikenal oleh masyarakat daerah lain. 4) Persaingan Harga Persaingan harga sendiri belum begitu terjadi antara pedagang pengepul satu dengan pedagang pengepul lain dikarenakan mereka memiliki pasar sendiri dalam menjual kelapa kopyor yang mereka miliki, untuk di Kabupaten Pati sendiri olahan es kelapa kopyor masih jarang ditemukan sehingga membuat persaingan harga belum terjadi, akan tetapi ada persaingan dengan produk olahan lain yang memiliki harga yang lebih murah dibandingkan dengan olahan produk kelapa kopyor. 5) Kebijakan Pemerintah Pemerintah daerah mendukung dalam pengembangan kelapa kopyor menjadi suatu produk olahan yang baru dikarenakan saat ini kelapa kopyor menjadi salah satu produk unggulan lokal yang sedang dikembangkan oleh pemerintah
75
daerah Kabupaten Pati sehingga pemerintah sedang berusaha mencari bantuan dari investor untuk mau bersama-sama mengembangkan kelapa kopyor di Kabupaten Pati. 6) Teknologi Teknologi yang digunakan dalam mengolah maupun memasarkan kelapa kopyor masih sederhana, dimana mereka belum memasarkan produk yang mereka punyai secara online lewat internet, jika dapat dimanfaatkan dengan baik maka itu menjadi sebuah peluang dalam mengembangkan produk yang dimiliki. d. Subsistem Jasa (organisasi) 1) Konsumen Konsumen menjadi salah satu komponen yang sangat penting bagi pemerintah, dimana mereka berusaha untuk memeritahukan maupun mempromosikan kelapa kopyor kepada konsumen di Kabupaten Pati maupun luar Kabupaten Pati sehingga
Masyarakat
akan
tertarik
untuk
mencoba
mengkonsumsi kelapa kopyor dan dapat berpeluang untuk memperluas penjualan dari kelapa kopyor. 2) Faktor Alam Pemerintah membantu setiap petani kelapa kopyor jika ada suatu masalah alam maupun masalah serangan hama kumbang badak yang tidak terkendalikan dengan mengadakan sosialisasi dan pemberian bantuan berupa bibit dan pupuk bagi setiap petani, akan tetapi dalam keberjalnnya dirasa kurang begitu efektif dikarenakan belum semua petani yang merasakan bantuan dari pemerintah daerah. 3) Sosial Budaya Adanya dukungan dari masyarakat dan pemerintah daerah dengan adanya pemuatan SK Bupati Pati yang menetapkan komoditas kelapa kopyor menjadi salah satu produk unggulan
76
local, membuat pemerintah daerah semakin semangat dalam mempromosikan maupun mengembangkan kelapa kopyor kedepannya. 4) Persaingan Harga Pemerintah belum bisa mengatur atau mengendalikan persaingan harga kelapa kopyor yang terjadi di pasar diakarenakan dalam menentukan harga dasar sendiri, penjual dan pembeli lah yang mengatur harganya itu sendiri, sehingga peran pemerintah dirasa kurang dalam mengatasi persaingan harga yang dapat merugikan petani. 5) Kebijakan Pemerintah Pemerintah daerah memeberikan bantuan berupa bibit dan pelatihan kepada para petani kelapa kopyor di Kabupaten Pati, diharapkan petani kelapa kopyor bisa mendapat bantuan yang diharpkan dapat mengatasi permasalahan yang sedang mereka hadapi saat ini, dan ditemukan cara penyelesaiana masalah yang terbaik. 6) Teknologi Pemerintah daerah Kabupaten Pati dan Asosisasi Petani Kelapa Kabupaten Pati (APKI) sedang berusaha untuk mencari bantuan
investor
untuk
mengadakan
bantuan
teknologi
pemuliaan tanaman yaitu teknologi dalam mennetukan bibit yang nantinya saat ditanam akan menghasilakan buah kelapa kopyor, yang bermanfaat bagi petani kelapa kopyor agar tidak mengalami kerugian.
77
D. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan Matriks EFE (External Factor Evaluation) 1. Faktor-Faktor Internal Utama a. Kekuatan 1)
Pengalaman usahatani kelapa kopyor yang sudah lebih dari 20 tahun Pengalaman budidaya kelapa kopyor oleh petani sudah dilakukan hampir 20 tahun lamanya. Petani berusaha untuk memanfaatkan lahan pekarangan yang mereka miliki untuk menambah penghasilan dengan menanam kelapa kopyor. Semakin lama petani melakukan budidaya kelapa kopyor semakin membuat mereka terlatih dan trampil dalam usaha membudidayakan kelapa kopyor. Pengalaman petani dalam budidaya kelapa kopyor menjadi kekuatan karena petani mempertahankan budidaya kelapa kopyor dalam pemanfaatan lahan pekarangan yang tidak begitu luas dengan baik dan berusaha membagikan informasi dan pengalaman mengenai usaha budidaya kelapa kopyor yang mereka miliki kepada siapa saja yang membutuhkannya.
2)
Budidaya Mudah Budidaya kelapa kopyor secara umum cukup mudah untuk dilakukan bila dibandingkan dengan tanaman tahunan lain seperti karet dan coklat yang membutuhkan perhatian yang cukup serius dalam budidayanya, kemudahan tersebut seperti pemupukan dilakukan 6 bulan sekali setelah penanaman kelapa kopyor, tidak membutuhkan banyak tenaga kerja dalam merawat dan pengolahan pasca panen.
78
3)
Kontinuitas Produksi Kelapa kopyor biasanya ditanam pada awal musim penghujan yaitu sekitar awal bulan oktober dikarenakan hujan yang turun dapat memberikan mineral yang dibutuhkan bagi tanaman. Lama pohon kelapa dapat menghasilkan buah kelapa kopyor adalah 4 tahun sejak masa penanaman dan buah tersebut siap untuk dipanen, panen sendiri dilakukan setiap 2 minggu sekali dengan mengambil buah yang ada pada pohon kelapa untuk selanjutnya dijual oleh petani ke pedagang pengepul.
4)
Produk kelapa kopyor unik dibandingkan kelapa biasa Tanaman kelapa kopyor memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan sebagai komoditas spesifik daerah karena mempunyai keunggulan kompetitif dibanding kelapa normal. Selain itu, buah kopyor juga berpotensi sebagai komoditas ekspor (Sudarsono, 2011). Kelapa kopyor yang unik membuat petani dan pemerintah kabupaten pati berusaha untuk menambah produksi dan tetap menjaga kualitas agar memiliki citra yang baik di masyarakat sehingga semakin banyak masyarakat daerah lain yang ikut tertarik dalam mengkonsumsi atau membeli kelapa kopyor yang diusahakan oleh petani di Kabupaten Pati. Semakin luas kelapa kopyor dikenal orang maka semakin banyak juga keuntungan yang akan diperoleh oleh petani kelapa kopyor.
5)
Petani mampu mencukupi modal sendiri Sebagian besar petani kelapa kopyor di Kabupaten Pati mengandalakan modal sendiri untuk melaksanakan usaha budidaya kelapa kopyor tersebut. Petani mulai beralih menggunakan pupuk organik dibandingkan membeli pupuk kimia di toko saprodi yang harganya selalu naik, yang akan memberatkan keuangan petani, petani sudah cukup puas
79
menjalankan usahanya sekarang tanpa berpikiran untuk meminjam uang di bank untuk memperluas usahanya diakrenakan prosesnya yang rumit. b. Kelemahan 1) Petani kurang memaksimalkan potensi yang ada Potensi sumberdaya manusia yang dimiliki oleh petani kelapa kopyor di Kabupaten Pati seperti kemaun untuk menerima informasi dari luar, mengikuti pelatihan yang diadakan oleh dinas, menerapkan inovasi baru masih sangat rendah padahal petani sebenarnya sudah mudah dalam mengakses informasi baru yang ada akan tetapi mereka masih ragu dalam menerapkannya pada usaha budidaya kelapa kopyor, jika potensi tersebut dapat dimanfaaatkan dengan baik maka diharapkan menambah pengetahuan dan wawasan yang akan berguna bagi mereka suatu saat nanti. 2) Resiko kegagalan tinggi Usaha budidaya kelapa kopyor memiliki resiko yang tinggi dikarenakan, proses budidaya yang masih sederhana dimana petani tidak dapat menjamin bibit yang ditanam pada saat akan dipanen nanti akan berbuah kopyor atau tidak, sehingga petani akan
memilih
untuk
menebang
pohon
tersebut
dan
menggantinya dengan tanaman baru yang diharapkan nantinya akan berbuah kopyor. 3) Mudah terserang hama Hama merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat pengembangan kelapa kopyor karena dapat menyebakan kerusakan yang serius. Beberapa teknik pengendalian sudah dikembangkan untuk mengatasi serangan hama tersebut di lapangan tetapi Oryctes rhinoceros masih terlalu mengandalkan penggunaan insektisida kimia sintetik. Hal ini
sangat
80
merugikan
lingkungan
hidup,
membahayakan
kesehatan
manusia dan dapat meningkatkan biaya produksi. Pada tanaman muda yang berumur 2 tahun atau kurang, kumbang merusak titik tumbuh dan tanaman akan mati. Suatu populasi kumbang dalam tahap makan sebanyak 5 ekor per ha dapat mematikan setengah dari tanaman yang baru ditanam (Balitka, 2010). 4) Rantai pemasaran panjang Rantai pemasaran merupakan suatu proses penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Rantai pemasran yang digunakan oleh petani kelapa kopyor di Kabupaten Pati dalam menjual produknya adalah petani menjual produknya ke tukang totok, tukang totok menjualnya kembali kepada pedangang pengepul, selanjutnya pedagang pengepul yang memasarkan kelapa kopyor kepada konsumen melalui jasa paket
atau
jasa
cargo
di
beberapa
daerah
seperti
Jakarta,Bandung dan Surabaya sesuai dengan permintaan yang ada. Pedagang pengepul juga menjualnya di restoran-restoran yang ada untuk dijual lagi kepada konsumen dalam bentuk olahan kelapa kopyor. Panjangnya rantai pemasaran yang terjadi membuat harga yang ada di tingkat produsen dan saat berada di tingkat konsumen bisa selisih hampir 100% dikarenakan ada tambahan-tambahan biaya yang terjadi saat proses pemasaran terjadi. 5) Promosi kurang Promosi adalah kegiatan memberikan informasi kepada konsumen, mempengaruhi dan menghimbau khalayak ramai (Rangkuti, 2009). Petani kelapa kopyor di Kabupaten Pati tidak pernah melakukan promosi terhadap kelapa kopyor yang mereka produksi kepada konsumen dikarenakan keterbatasan sarana dan prasarana akan tetapi promosi dilakukan oleh
81
pemerintah kabupaten dalam rangka mewujudkan program komoditas produk unggulan lokal sehingga petani terbantu dengan adanya program yang dijalankan oleh pemerintah lewat adanya pameran produk UMKM di berbagai wilayah yang diharapkan masyarakat daerah lain lebih mengenal kelapa kopyor. 2. Faktor-Faktor Eksternal Utama a. Peluang 1) Permintaan konsumen tinggi Usaha budidaya kelapa kopyor di Kabupaten Pati mengalami peningkatan produksi hampir setiap tahunnya. Mengindikasikan permintaan konsumen juga semakin tinggi dimana petani dengan produksi yang terus meningkat masih saja tidak bisa memenuhi permintaan konsumen akan produk kelapa kopyor. Sehingga masih ada pelung untuk memenuhi permintaan kelapa kopyor yang semakain meningkat tersebut Dengan meningkatnya permintaan buah kelapa kopyor, maka kemungkinan pengembangan tanaman kelapa kopyor di luar wilayah tumbuh tanaman ini akan semakin besar dengan potensi kelapa kopyor yang cepat berbuah (Maskomoro,2007). 2) Kondisi alam sesuai untuk budidaya kelapa kopyor Kelapa kopyor dapat tumbuh di tanah alluvial, laterit, podsolik, tanah bertekstur pasir, lempung, vulkanis, pada lahan-lahan yang miskin hara atau relative marginal seperti lahan gambut, lahan pasang surut. Besar pH tanah yang dikehendaki kelapa cukup bervariasi, tetapi yang paling baik sekitar enam sampai delapan. Lingkungan yang sesuai untuk tempat tumbuh didataran rendah, 0 – 500 m di atas permukaan laut (dpl), beriklim tropis dengan temperatur rata-rata berkisar 29°C, mempunyai curah hujan merata sepanjang tahun antara
82
1.300 –2.300 mm/tahun, air tanah dangkal; cahaya matahari dapat mengenai seluruh bagian tanaman (Sukamto 2001). Kondisi suhu, curah hujan, sinar matahari dan kelembaban udara di lokasi budidaya kelapa kopyor sesuai dengan syarat tumbuh, sehingga secara teknis kondisi iklim di lokasi tersebut layak untuk budidaya kelapa kopyor. Kelayakan struktur tanah, kondisi iklim di Kabupaten Pati telah terbukti dengan banyaknya buah kelapa kopyor yang dihasilkan oleh daerah tersebut. 3) Banyak masyarakat yang membudidayakan kelapa kopyor Banyaknya masyarakat yang membudidayakan kelapa kopyor di Kabupaten Pati sangat baik dan antusias dikarenakan masyarakat tidak merasa dirugikan dengan adanya program pemerintah yang mewajibkan masyarakat dan kantor – kantor pemerintah untuk menanam komoditas unggulan daerah yaitu kelapa kopyor, yang mana diharapkan bertujuan untuk menambah jumlah produksi kelapa kopyor yang masih kurang. Oleh karena itu masyarakat juga akan terbantu ekonominya dengan mau memanfaatkan lahan mereka untuk ditanami kelapa kopyor. 4) Daerah lain belum banyak yang memproduksi kelapa kopyor Produksi kelapa kopyor di Jawa Tengah sendiri masih didominasi oleh Kabupaten Pati sedangkan di daerah lain di Jawa Tengah seperti Kabupaten Kudus baru memulai untuk mengembangkan kelapa kopyor, disini menjadi sebuah peluang yang dapat dimanfaatkan pemerintah daerah maupun petani kelapa kopyor di Kabupaten Pati yang mana tingkat persaingan harga dengan daerah lain belum akan terjadi untuk dalam waktu dekat ini, dikarenakan konsumen daerah lain masih membeli hasil kelapa kopyor yang ada di kabupaten Pati.
83
5) Adanya program pemerintah menjadikan kelapa kopyor sebagai produk unggulan lokal Salah satu program dalam pengembangan komoditas wilayah adalah apa yang dinamakan Program Pengembangan komoditi Unggulan, Andalan dan Potensial atau sering disebut (UAP). Hal ini sesuai dengan surat edaran Bupati Pati Nomor : 500/6.667, tanggal 25 Nopember 1997 tentang Rencana Pengembangan Komoditi Unggulan, Andalan, Potensial dimana komoditi Kelapa Kopyor termasuk salah satu komoditi unggulan di Kabupaten Pati (Dishutbun, 2010). Ini menjadikan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh untuk Memberikan perlindungan terhadap hak kekayaan hayati milik
Pemerintah
pengembangan
Kabupaten
kelapa
Pati
kopyor
di
dan
mendukung
Kabupaten
Pati,
Meningkatnya kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pati, khususnya yang terlibat dalam usaha tersebut, Berkembangnya nilai tambah dari Kelapa Kopyor sebagai produk khas dari Kabupaten Pati. 6) Dikembangkan menjadi produk olahan Pemanfaatan tanaman kelapa kopyor lebih ditujukan untuk kebutuhan konsumsi bahan pangan berupa es kopyor, es krim kopyor, koktil, selai kopyor dan bahan campuran kue. Kelapa kopyor sejak lama digemari masyarakat sebagai minuman yang menyegarkan. Hasil penelitian Santoso et al. (1996) membuktikan kandungan gizi secara umum pada kelapa kopyor lebih tinggi dari pada kelapa biasa. Pada air kelapa kopyor, mineral yang terkandung dalam jumlah banyak adalah Mg, K, P,S, dan Mn sedangkan pada daging buah kelapa kopyor, kandungan mineral terbanyak adalah Fe, Zn, dan Al. Kelapa kopyor juga mengandung vitamin C dan E yang merupakan antioksi dan
84
sekunder yang berfungsi menangkap radikal bebas sehingga dapat dimanfaatkan sebagai minuman yang menyehatkan. Di Filipina, jenis produk yang dapat dihasilkan dari kelapa kopyor lebih beragam dan berkembang, antara lain makapuno coconut candy, pure makapuno preserve (buah kaleng), bokupai (kue kelapa) dan manisan. Produk produk ini telah di pasarkan secara luas di Filipina. b. Ancaman 1) Permintaan masih terbatas dari masyarakat menengah ke atas Kelapa kopyor termasuk komoditas pertanian yang mempunyai nilai jual yang cukup tinggi dibandingkan dengan komoditas pertanian lainnya yang harga nya relative rendah, oleh karena itu kelapa kopyor hanya bisa dinikmati oleh golongan masyarakat menengah ke atas yang sanggup untuk membeli dan mengkonsumsi kelapa kopyor,dibandingkan dengan masyarakat golongan menengah ke bawah yang lebih mengutamakan untuk mengkonsumsi komoditas pertanian yang harganya lebih terjangkau oleh mereka. 2) Iklim yang tidak menentu Iklim yang tidak menentu menjadi sebuah ancaman bagi usaha budidaya kelapa kopyor di Kabupaten Pati, dimana musim penghujan yang seharusnya datang pada bulan Oktober, sekarang ini terjadi pada bulan Desember, sehingga lamanya musim kemarau lebih panjang dibandingkan lamanya musim pengujan yang dapat berdampak pada kualitas kelapa kopyor yang dihasilakan oleh petani kelapa kopyor, dikarenakan kelapa
kopyor
membutuhkan
cukup
air
dalam
pertumbuhannya. Oleh karena itu perlu adanya campur tangan pemerintah dalam mengatasi iklim yang tidak menentu akhirakhir ini.
85
3) Persaingan harga dengan produk olahan pertanian lain Kelapa kopyor memiliki peluang untuk dikembangkan dikarenakan masih bisa dibuat produk turunan yang memiliki nilai jual yang tinggi. Akan tetapi hal ini juga bisa menjadi ancaman apabila olahan kelapa kopyor memiliki harga yang cukup tinggi, seperti harga es kelapa kopyor yang berharga Rp 16.000/gelas dibandingkan dengan minuman buah lainnya yang satu gelasnya dijual tidak sampai Rp 10.000, ini akan berakibat konsumen lebih memilih minuman dengan harga yang lebih terjangkau. 4) Pemberian informasi dari Pemerintah Daerah kurang intensif Jumlah produksi kelapa kopyor yang mengalami fluktuasi setiap tahunnya, dikarenakan petani belum sepenuhnya mengerti tentag bagaimana cara budidaya kelapa kopyor yang baik dan benar, meskipun budidaya kelapa kopyor dapat dibudidayakan dengan mudah akan tetapi dengan penangan yang baik dan benar diharpakan jumlah produksi dan kualitas kelapa
kopyor
dapat
meningkat,
sehingga
diperlukan
pemberian informasi dari Permerintah daerah Kabupaten Pati mengenai tata cara budidaya kelapa kopyor yang baik, tata cara penanggulangan OPT, dan tata cara pengolahan pasca panen. Informasi sendiri dapat dilakukan melalui pelatihan maupun penyuluhan dari dinas terkait sehingga petani akan lebih mengerti dalam budidaya kelapa kopyor. 5) Pemberian bibit dari Pemerintah Daerah kurang merata Salah satu program pemerintah daerah Kabupaten Pati guna mendukung pengembangan budidaya kelapa kopyor selain melakukan
kegiatan
penyuluhan
dan
pelatihan
adalah
pemberian bibit kelapa kopyor kepada petani secara gratis setiap tahunnya sejumlah 3 bibit akan tetapi dalam pelaksanaanya masih ada petani yang belum mendapatkan
86
bibit kelapa kopyor itu sendiri sehingga akan menjadi sebuah ancaman jika ada petani yang merasa kurang diperhatikan oleh pemerintah sehingga mereka tidak lagi berminat untuk budidaya kelapa kopyor. 6) Belum ada teknologi pemuliaan tanaman Budidaya kelapa kopyor masih menggunakan teknologi yang
tradisional
sehingga
dalam
keberjalannya
masih
membutuhkan perhatian serius dari pemerintah dan petani dalam mengembangkan teknologi kelapa kopyor, salah satu teknologi yang diharpkan adalah teknologi pemuliaan tanaman dimana petani membutuhkan suatu alat yang dapat menetukan apakah bibit kelapa kopyor yang akan mereka tanam nanti akan berbuah kopyor bukan hanya berbuah kelapa biasa, sehingga petani tidak akan mendapatkan kerugian yang lebih besar.
87
3. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Faktor-faktor yang dianalisis dalam matriks ini adalah faktor strategis internal yaitu kekuatan dan kelemahan agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati dan selanjutnya dilakukan pemberian bobot dan rating. Skor dan hasil IFE dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Matriks IFE Agribisnis Kelapa Kopyor di Kabupaten Pati Faktor-Faktor Strategis Internal KEKUATAN 1. Pengalaman usahatani kelapa kopyor yang sudah lebih dari 20 tahun 2. Budidaya mudah 3. Kontinuitas Produksi 4. Produk kelapa kopyor unik dibandingkan kelapa biasa 5. Petani mampu mencukupi keuangan sendiri (modal) KELEMAHAN 1. Petani kurang memaksimalkan potensi yang ada 2. Resiko kegagalan tinggi 3. Mudah terserang hama 4. Rantai pemasaran panjang 5. Promosi kurang Jumlah
Rataan Bobot
Rating
Skor Terbobot
0,180
4
0,720
0,154 0,120 0,116
4 3 3
0,616 0,360 0,348
0,096
3
0,288
0,052
2
0,104
0,052 0,088 0,058 0,084 1,000
1 2 1 2
0,052 0,176 0,058 0,168 2,890
Sumber : Data Primer, 2016 Berdasarkan Tabel 17, hasil perhitungan matriks IFE, diketahui bahwa faktor strategis internal yang merupakan kekuatan terbesar dan paling berpengaruh dalam usaha agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati adalah Pengalaman usahatani kelapa kopyor yang sudah lebih dari 20 tahun yaitu skor terbobot 0,720. Faktor strategis internal yang menjadi kelemahan utama mudah terserang hama yaitu dengan skor terbobot sebesar 0,176. Hal ini akan menghambat pengembangan usaha agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati. Skor bobot total faktor-faktor strategis internal pada agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati, sebesar 2,890. Hal ini mengidikasikan bahwa posisi internal usaha yang kuat.
88
4. Matriks EFE (External Factor Evaluation) Faktor eksternal yang dianalisis adalah faktor strategi eksternal yang terdapat pada agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati dan selanjutnya dilakukan pemberian bobot dan rating. Skor dan hasil EFE dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Matriks EFE Agribisnis Kelapa Kopyor di Kabupaten Pati Faktor-Faktor Strategis Eksternal PELUANG 1. Permintaan konsumen tinggi 2. Kondisi alam sesuai untuk budidaya kelapa kopyor 3. Banyak masyarakat yang membudidayakan kelapa kopyor 4. Daerah lain belum banyak yang memproduksi kelapa kopyor 5. Adanya program pemerintah menjadikan kelapa kopyor sebagai produk unggulan lokal 6. Dikembangkan menjadi produk olahan ANCAMAN 1. Permintaan masih terbatas pada konsumen menengah ke atas 2. Iklim yang tidak menentu 3. Persaingan harga dengan produk olahan pertanian lain 4. Pemberian informasi dari Pemerintah Daerah kurang intensif 5. Pemberian bibit dari Pemerintah Daerah kurang merata 6. Belum ada teknologi pemuliaan tanaman Jumlah
Rataan Bobot
Rating
Skor Terbobot
0,106
4
0,424
0,120
4
0,480
0,090
3
0,270
0,060
3
0,180
0,080
3
0,240
0,100
4
0.400
0,080
2
0,160
0,070 0,080
3 1
0,210 0,080
0,050
2
0,100
0.090
2
0,180
0,074
1
0,074
1,000
2,798
Sumber : Data Primer, 2016 Berdasarkan Tabel 18, Berdasarkan hasil skor terbobot diketahui bahwa yang menjadi peluang utama adalah kondisi alam sesuai untuk budidaya kelapa kopyor sebesar 0,480. Peluang ini harus dapat dimanfaatkan dengan baik oleh Petani kelapa kopyor dan Pemerintah Daerah Kabupaten pati dengan cara mengembangkan wilayah pertanaman kelapa kopyor yang ada sehingga pohon kelapa kopyor
89
semakin banyak di Kabupaten Pati. Faktor yang menjadi ancaman utama adalah iklim yang tidak menentu dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman kelapa kopyor tidak tumbuh seperti yang diharapkan yaitu dengan skor terbobot sebesar 0,210. Hasil analisis matriks EFE untuk peluang dan ancaman diperoleh total nilai sebesar 2,798. Hal ini menunjukkan bahwa agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati diatas rata-rata dalam merespon peluang dan mampu menghindari ancaman. 5. Perumusan Alternatif Strategi (Matriks SWOT) Matriks Kekuatan – Kelemahan – Peluang - Ancaman (StrengthsWeakness-Opportunities-Threats) adalah sebuah alat pencocokan yang penting yang membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi yaitu Strategi SO (kekuatan-peluang), Strategi WO (kelemahan-peluang), Strategi ST (kekuatan-ancaman), Strategi WT (kelemahan-ancaman) (David, 2010). Analisis SWOT merupakan tahap pencocokan untuk menghasilkan alternatif strategi apa yang cocok dilakukan untuk agribsinis kelapa kopyor di Kabupaten Pati. Maksud dari analisi SWOT adalah untuk menghasilkan strategistrategi alternatif yang masuk akal, bukan untuk memilih atau menentukan strategi mana yang terbaik. Oleh karena itu, tidak semua strategi yang dikembangkan dalam matriks SWOT akan dipilih untuk diterapkan. dalam matriks SWOT dapat dilihat pada Gambar 4.
90
Faktor Internal
Faktor Eksternal
PELUANG (Opportunities) 1. Permintaan konsumen tinggi 2. Kondisi alam sesuai untuk budidaya kelapa kopyor 3. Banyak masyarakat yang membudidayakan kelapa kopyor 4. Daerah lain belum banyak yang memproduksi kelapa kopyor 5. Adanya program pemerintah menjadikan kelapa kopyor sebagai produk unggulan lokal 6. Dikembangkan menjadi produk olahan ANCAMAN (Threats) 1. Permintaan masih terbatas pada konsumen menengah ke atas 2. Iklim yang tidak menentu 3. Persaingan harga dengan produk olahan pertanian lain 4. Pemberian informasi dari Pemerintah Daerah kurang intensif 5. Pemberian bibit dari Pemerintah Daerah kurang merata 6. Belum ada teknologi pemuliaan tanaman
KEKUATAN (Strengths) 1. Pengalaman usahatani kelapa kopyor yang sudah lebih dari 20 tahun 2. Budidaya mudah 3. Kontinuitas produksi 4. Produk kelapa kopyor unik dibandingkan kelapa biasa 5. Petani mampu mencukupi keuangan sendiri (modal) Strategi SO
KELEMAHAN (Weaknesses) 1. Petani kurang maksimalkan potensi yang ada 2. Resiko kegagalan tinggi 3. Mudah terserang hama 4. Rantai pemasaran panjang 5. Promosi kurang
1.
1. Penyuluhan mengenai budidaya, pasca panen, pengendalian OPT dan pemasaran kelapa kopyor yang baik dan benar dari Dinas terkait . (W1, W2, W3, W4,O2, O3, O4, O5,O6) 2. Peningkatan promosi produk kelapa kopyor . (W1, W5, O1, O3, O4,O5)
2.
Meningkatkan produksi dengan memanfaatkan optimalisasi lahan pekarangan . (S1,S2, S3, S5,O1, O2, O3, O4) Melakukan kerjasama dengan Investor (pemerintah dan swasta) dan akademisi untuk mengembangkan teknologi pengolahan . (S1, S3, S4,O1,O4 O5,O6)
Strategi ST 1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas kelapa kopyor oleh masyarakat dan Pemerintah. (S1,S2,S3,S4,S5,T2,T3, T4,T5,T6) 2. Meningkatkan usaha pembibitan kelapa kopyor (S1,S2,S3,S5,T4,T5)
Strategi WO
Strategi WT 1. Mengoptimalkan pengaksesan teknologi budidaya kelapa kopyor bekerjasama dengan pemerintah daerah . (W1, W2,W3, T4,T6)
Gambar 4. Matriks SWOT Strategi Pengembangan Agribisnis Kelapa Kopyor di Kabupaten Pati
91
a. Strategi S-O 1) Meningkatkan produksi dengan memanfaatkan optimalisasi lahan pekarangan Salah satu keunggulan kelapa kopyor untuk dibudidayakan adalah budidaya yang mudah dan tidak membutuhkan perawatan yang sulit akan tetapi kebanyakan petani hanya memiliki lahan yang sedikit sehingga hasil produksi pun juga sedikit, oleh karena itu diperlukan suatu upaya dalam meningkatkan produksi dengan memanfaatkan optimalisasi lahan pekarangan dimana petani menanam kelapa kopyor dengan jarak tanam minimal 5mx5m dimana itu dirasa cukup baik dikarenakan kondisi lingkungan disana sudah menunjang dalam usaha budidaya kelapa kopyor. 2) Melakukan kerjasama dengan investor (pemerintah dan swasta) dan akademisi untuk mengembangkan teknologi pengolahan Produksi kelapa kopyor yang cukup banyak yang dihasilkan di Kabupaten Pati. Hasil panen secara keseluruhan dijual dalam bentuk buah kelapa kopyor segar. Investor dan akademisi merupakan salah satu pilihan untuk mengembangkan kelapa kopyor di Kabupaten pati. Adanya kerjasama dengan investor diharapkan mampu memanfaatkan kelapa kopyor sebagai bahan olahan industri. Sehingga petani termotivasi untuk meningkatkan produksi kelapa kopyor karena nilai jual kelapa kopyor semakin menguntungkan karena adanya usaha pengolahan. Investor dapat memanfaatkan kelapa kopyor untuk membuat es krim kelapa kopyor, es kelapa kopyor dan kue kelapa sedangkan bagi akademisi dapat bermanfaat sebagai bahan penelitian untuk mengetahui kandungan manfaat dan pengembangan usaha pengolahan dari kelapa kopyor.
92
b. Strategi W-O 1) Penyuluhan mengenai budidaya, pasca panen, pengendalian OPT dan pemasaran kelapa kopyor yang baik dan benar dari Dinas terkait . Pola budidaya kelapa kopyor yang dilakukan petani di Kabupaten
Pati
masih
tradisional.
Pemberian
penyuluhan
mengenai tata cara budidaya yang baik, pasca panen, pengendalian OPT dan pemasaran dapat mengurangi kerugian yang dapat timbul dikarenakan kelalian manusia, sehingga penyuluhan tentang bagaimana penanaman, pengendalian OPT dan pasca panen maupun pemasaran yang benar sesuai dengan aturan akan membantu petani dalam meningkatkan kualitas kelapa kopyor, oleh sebab itu diperlukan adanya campur tangan pemerintah melalui dinas terkait seperti Dinas Perkebunan dan kehutanan memberikan materi yang diperlukan bagi petani. 2) Peningkatan promosi produk kelapa kopyor Kelapa kopyor masih kurang dikenal luas oleh masyarakat sehingga berbagai upaya dapat dilakukan salah satunya melalui kegiatan promosi, promosi yang dilakukan bertujuan untuk menarik konsumen sehingga kelapa kopyor semakin dinikmati dan dicari orang sehingga permintaan kelapa kopyor akan semakin tinggi, petani belum pernah melakukan promosi secara langsung dikarenakan terkendala hambatan sarana dan prasarana yang tidak mendukung oleh karena itu Pemerintah daerah melalui Dinas Perkebunan Kehutanan dan BAPPEDA Pati membantu petani dengan salah satu program menjadikan kelapa kopyor sebagai produk unggulan local, dimana dalam pelaksanaanya mereka mengadakan pameran guna mengenalkan kelapa kopyor ke masyarakat daerah sekitar Kabupaten Pati seperti Kabupaten Kudus, Kabupaten Rembang dan Semarang.
93
c. Strategi S-T 1) Meningkatkan kuantitas dan kualitas kelapa kopyor oleh masyarakat dan pemerintah Permintaan akan buah kelapa kopyor segar dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan akan tetapi tidak diimbangi dengan semakin banyaknya produksi yang dihasilkan oleh petani kelapa kopyor, sehingga diperlukan sebuah alternatife strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan yaitu dengan adanya kerjasama antar masyarakat dan pemerintah guna meningkatkan kualitas dan kuantitas kelapa kopyor, dengan membuat suatu kebijakan bagi masyarakat Kabupaten Pati untuk menanam kelapa kopyor di masing-masing pekarangan rumah beserta seluruh kantor – kantor dinas agar mau menanam kelapa kopyor, sehingga produksi kelapa kopyor dapat meningkat selain itu juga untuk meningkatkan kualitas yang dihasilkan pemerintah memberikan suatu edukasi mengenai kelapa kopyor sesuai dengan SOP yang sudah ada. 2) Meningkatkan usaha pembibitan kelapa kopyor Petani kelapa kopyor kebanykan hanya mengandalkan bantuan bibit dari pemerintah, akan tetapi alangkah lebih baiknya petani mau berusaha untuk merubah pola pikirnya untuk tidak hanya mengandalkan bantuan bibit dari pemerintah saja akan tetapi petani berusaha untuk belajar bagaimana cara membuat bibit kelapa kopyor dengan belajar pada penyuluh maupun penangkar kelapa kopyor yang sudah sukses dan mengerti mengenai pembibitan kelapa kopyor, sehingga jika sewaktu-waktu tidak ada bantuan bibit dari pemerintah, petani tetap bisa mandiri untuk tetap berusaha tani kelapa kopyor.
94
d. Strategi W-T 1) Mengoptimalkan pengaksesan teknologi budidaya kelapa kopyor bekerjasama dengan pemerintah daerah Permasalahan utama petani kelapa kopyor adalah mereka tidak dapat menjamin buah kelapa yang nantinya akan ditanam setelah waktu panennya akan berbuah kelapa kopyor sehingga mereka membutuhkan pemerintah daerah untuk mencari suatu solusi dalam memecahkan permasalahan tersebut salah satunya dengan
mengakses
teknologi
budidaya
yang
sedang
dikembangkan oleh BALITKA manado yang dapat mendeteksi bibit yang nantinya akan tumbuh memiliki peluang untuk menghasilkan buah kelapa kopyor semakin tinggi untuk mengurangi resiko kegagalan pada saat panen.
95
6. Penentuan Prioritas Strategi dengan Matriks QSP Penentuan matriks QSP dilakukan dengan penentuan daya tarik relatif dari berbagai strategi yang dibangun berdasarkan faktor-faktor keberhasilan penting eksternal dan internal. Daya tarik relatif dari setiap strategi di dalam serangkaian alternatif dihitung dengan menentukan dampak kumulatif dari setiap faktor keberhasilan penting eksternal dan internal (David, 2010). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dirumuskan 7 alternatif strategi. Dari 7 alternatif strategi diambil 4 strategi prioritas yang menurut Dinas Perkebunan dan
Kehutanan
paling
tepat
dan
efektif
diterapkan
untuk
pengembangan Agribisnis Kelapa Kopyor di Kabupaten Pati, 4 alternatif tersebut antara lain: 1. Melakukan kerjasama dengan Investor (pemerintah dan swasta) dan akademisi untuk mengembangkan teknologi pengolahan 2. Penyuluhan mengenai budidaya, pasca panen, pengendalian OPT dan pemasaran kelapa kopyor yang baik dan benar dari Dinas terkait . 3. Meningkatkan
kuantitas
dan
kualitas
kelapa
kopyor
oleh
masyarakat dan Pemerintah. 4. Mengoptimalkan pengaksesan teknologi budidaya kelapa kopyor bekerjasama dengan pemerintah daerah Nilai daya tarik diambil dari lima informan yaitu Dinas Perkebunan dan Kehutanan, BAPPEDA PATI, Ketua APKI, Penyuluh, dan Pedagang pengepul yang memiliki peran penting dalam pengembangan agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati. Data hasil perhitungan matriks QSP dapat dilihat pada Tabel 15.
48 96 Tabel 15. Matriks QSP Pengembangan Agribisnis Kelapa Kopyor di Kabupaten Pati Faktor-Faktor Utama
Bobot
1 AS
KEKUATAN (Strengths) 1. Pengalaman usahatani kelapa kopyor yang sudah lebih dari 20 tahun 2. Budidaya mudah 3. Kontinuitas produksi 4. Produk kelapa kopyor unik dibandingkan kelapa biasa 5. Petani mampu mencukupi keuangan sendiri (modal) KELEMAHAN (Weakness) 1. Petani kurang memaksimalkan potensi yang ada 2. Resiko kegagalan tinggi 3. Mudah terserang hama 4. Rantai pemasaran panjang 5. Promosi kurang Jumlah I PELUANG (Opportunities) 1. Permintaan konsumen tinggi 2. Kondisi alam sesuai untuk budidaya kelapa kopyor 3. Banyak masyarakat yang membudidayakan kelapa kopyor 4. Daerah lain belum banyak yang memproduksi kelapa kopyor 5. Adanya program pemerintah menjadikan kelapa kopyor sebagai produk unggulan lokal 6. Dikembangkan menjadi produk olahan ANCAMAN (Threats) 1. Permintaan masih terbatas pada konsumen menengah ke atas 2. Iklim yang tidak menentu 3. Persaingan harga dengan produk olahan pertanian lain 4. Pemberian informasi dari Pemerintah Daerah kurang intensif 5. Pemberian bibit dari Pemerintah Daerah kurang merata 6. Belum ada teknologi pemuliaan tanaman Jumlah II Jumlah Total
Keterangan : AS (Attractive Score) : Nilai Daya Tarik TAS (Total Attractive Score) : Total Nilai Daya Tarik Sumber : Data Primer 2016
ALTERNATIF STRATEGI 2 TAS AS TAS AS
3
4 TAS
AS
TAS
0.180 0.154 0.120 0.116 0.096
4 4 2 2 2
0.720 0.616 0.240 0.232 0.192
2 3 3 4 1
0.720 0.616 0.240 0.232 0.192
3 1 4 1 3
0.540 0.154 0.480 0.116 0.288
1 2 1 3 4
0.180 0.308 0.120 0.348 0.384
0.052 0.052 0.088 0.058 0.084
2 1 4 1 2
0.104 0.052 0.352 0.058 0.168 2.734
3 4 2 3 3
0.156 0.208 0.176 0.174 0.252 2.708
4 3 3 2 4
0.208 0.156 0.264 0.116 0.336 2.658
1 2 1 4 1
0.052 0.104 0.088 0.232 0.084 1.900
0.106 0.120 0.090 0.060 0.080
2 2 3 3 2
0.212 0.240 0.270 0.180 0.160
3 1 2 1 3
0.318 0.120 0.180 0.060 0.240
4 3 1 4 4
0.424 0.360 0.090 0.240 0.320
1 4 4 2 1
0.106 0.480 0.360 0.120 0.080
0.100
1
0.100
3
0.300
2
0.200
4
0.400
0.080 0.070 0.080 0.050 0.090 0.074 1,000
4 1 4 1 2 4
0.320 0.070 0.320 0.050 0.180 0.296 2.398 5.132
2 4 2 2 3 1
0.320 0.070 0.320 0.050 0.180 0.296 2.262 4.970
3 3 1 3 1 3
0.240 0.210 0.080 0.150 0.090 0.222 2.626 5.284
1 2 3 4 4 2
0.080 0.140 0.240 0.200 0.360 0.148 2.714 4.614
9748
Berdasarkan hasil analisis QSPM, total nilai tertinggi adalah strategi III sebesar 5,284. Strategi III merupakan strategi dalam melakukan strategi Meningkatkan kuantitas dan kualitas kelapa kopyor oleh masyarakat dan Pemerintah.Stategi dengan total nilai daya tarik tertinggi mengindikasikan bahwa strategi tersebut terpilih sebagai strategi terbaik yang dapat dilaksanakan terlebih dulu dalam Agribisnis kelapa kopyor di Kabupaten Pati dikarenakan semakin banyak jumlah kelapa kopyor yang dihasilkan maka permintaan konsumen akan buah kelapa kopyor akan terpenuhi dan dapat menambah pendapatan petani kelapa kopyor di Kabupaten Pati dan harus diimbangi dengan peningkatan kualitas kelapa kopyor seperti semakin tinggi prosentase buah tersebut kopyor, ukuran yang lebih besar, dan cita rasa buah yang selalu terjaga. Selain strategi tersebut, strategi lain yang dapat dilakukan adalah strategi I yaitu Melakukan kerjasama dengan investor dan akademisi untuk mengembangkan teknologi pengolahan dengan total nilai daya tarik sebesar 5,132. strategi II yaitu strategi Penyuluhan mengenai Budidaya kelapa kopyor yang baik dan benar dari Dinas terkait dengan total nilai daya tarik sebesar 4,970, dan strategi IV yaitu Mengoptimalkan pengaksesan teknologi budidaya kelapa kopyor bekerjasama dengan pemerintah daerah dengan total nilai daya tarik sebesar 4,614.