IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONDISI SOSIAL EKONOMI KAMPUNG LEBAKPICUNG Kampung Lebakpicung terdiri dari sebuah rukun rukun tetangga (RT 1) yang secara administratif masuk ke dalam RW 04, Desa Hegarmanah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten . Kampung ini juga terletak berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Gunung Halimun (TNGHS) akibat perluasan tahun 2003. Jumlah kepala keluarga (KK) saat ini 52 KK. Jumlah rumah di kampung ini adalah 52 rumah. Kampung Lebakpicung terletak di lembah yang dapat diakses melalui Jalan Raya Pelabuhan Ratu – Cikotok sampai pertigaan Cikuya, kemudian dilanjutkan dengan jalan berbatu dengan lebar 1,5 – 2 m di antara jurang dan tebing, dapat dilalui dengan kendaraan sepeda motor, truk, atau mobil bergardan depan dan kemudian dilanjutkan dengan jalan setapak melalui tepi sawah yang hanya dapat dilalui oleh sepeda motor atau berjalan kaki. Perjalanan dari kampung terdekat ke kampung ini adalah sekitar 20 menit dengan sepeda motor. Kampung Lebakpicung belum memiliki jaringan listrik PLN. Pada beberapa rumah telah memiliki turbin listrik pribadi (15 rumah) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sumbangan dari Provinsi Banten (22 rumah). Namun demikian, setidaknya ada 32 rumah lainnya yang masih dalam kegelapan . Gambar 2 adalah kondisi Kampung Lebakpicung yang berada disamping Taman Nasional Gunung Halimun.
Gambar 3. Kondisi Kampung Lebakpicung
Pada umumnya warga kampung Lebakpicung berprofesi sebagai petani. Penghasilan mereka per bulanya tidak sampai satu juta. Kepala rumah tangga yang mempunyai usaha tambahan seperti membuka warung , mempunyai penghasilan lebih besar dibandingkan yang lainya. Pekerjaan sampingan mereka selain bertani adalah menjadi buruh angkut kayu dan bekerja di pabrik teh yang berada tak jauh dari kampung Lebakpicung. Pada siang hari para laki-laki warga Kampung Lebakpicung pergi untuk bertani atau menjadi buruh dan umumnya dirumah mereka hanya ada istri dan anak mereka. Para isitri umunya menumbuk padi pada siang hari. Masyarakat Kampung Lebakpicung mempunyai tempat penyimpanan padi yang diberi nama leuit. Padi yang tersimpan
didalam leuit adalah hasil panen mereka sendiri dan digunakan untuk kebutuhan beras mereka selama satu tahun. Gambar 3 menunjukan tempat penyimpanan padi yang telah dipanen dalam leuit.
Gambar 4 . Leuit
Kampung Lebakpicung mempunyai produk khas yaitu kopi. Produksi kopi di kampung ini belum bisa dijual dan dipasarkan sehingga dapat dijadikan komoditas unggulan desa ini. Kopi produksi kampung ini mempunyai prospek yang bagus untuk dijadikan komditas unggulan karena mempunyai rasa yang khas. Kehadiran mikdrohidro di Kampung Lebakpicung yang berdekatan dengan Taman Nasional Gunung Halimun telah membantu masyarakat kampung tersebut untuk menikmati listrik. Masyarakat beramai-ramai membeli televisi, speaker dan barang elektronik lainya. Semua masyarakat Lebakpicung merasa senang dan menikmati adanya mikrohidro di kampung mereka. Pada malam hari mereka dapat menikmati acara televisi atau memutar VCD.. Gambar 4 menunjukan mikrohidro di Kampung Lebakpicung.
Gambar 5. Peralatan lsitrik yang digunakan masyarakat Kampung Lebakpicung Dalam questinoner, semua masyarakat Kampung Lebakpicung tidak keberatan dengan harga yang harus mereka bayar. Harga yang dibayar dihitung dari jumlah alat elektronik yang dipunyai masyarakat pada tabel 4. Televisi merupakan barang elektronik paling popular yang harus dibeli setelah adanya mikrohidro. Karena televisi menyuguhkan hiburan khusunya di sore hingga malam setelah mereka bekerja ke sawah atau menjadi buruh. Semua warga merasa sangat senang dan terbantu tidak ada satupun warga yang menolak adanya mikohidro di kampung ini.
4.2 PEMANFAATAN LISTRIK DI KAMPUNG LEBAKPICUNG 4.2.1 Sebelum ada Mikrohidro Sebelum ada mikrohidro, masyarakat Lebakpicung telah mengenal pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) seperti pada Gambar 4. Akan tetapi pembangkit tenaga surya ini tidak menghasilkan daya listrik yang besar dan hanya bisa untuk menyalakan lampu saja. Tidak semua masyarakat Lebakpicung dapat memanfaatkan PLTS ini hanya sebagaian masyarakat yang lebih mampu yang dapat memanfaatkanya juga kondisi kampung Lebakpicung yang berada di daerah ini kurang mendapatkan intesitas matahari. Selain PLTS, masyarakat Lebakpicung juga menggunakan turbin seperti pada Gambar 5 dan lampu minyak. Untuk turbin biaya pemasangan sebesar Rp 13.000/ bulan, lampu minyak Rp 4.000/lt dan PLTS untuk pemasangannya Rp 150.000. Listrik yang dihasilkan PLTS dan turbin hanya dapat menghidupkan lampu saja.
Gambar 6. Pembangkit Listrik Tenaga SuryaPLTS Secara umum kehadiran mikrohidro di Kampung Lebakpicung membuat perubahan secara nyata dalam konsumsi listrik di kampung ini. Sebelum ada mikrohidro desa ini amat gelap pada malam harinya. Karena mereka hanya menggunakan lampu minyak, PLTS bagi sebagian warganya dan, turbin kecil. PLTS dan turbin kecil hanya dapat menyalakan lampu saja .
Gambar 7. Turbin
4.2.2 Setelah ada Mikrohidro Pengadaan mikrohidro di kampung Lebakpicung merupakan program CSR dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang bekerja dengan badan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Institut Pertanian Bogor. Program ini sudah berjalan selama satu tahun lebih.
Gambar 8. Mikrohidro
Air dibendung oleh dam batu bronjong. Dam ini terbuat dari batu belah yang dibungkus dengan jaring logam untuk menyempurnakan kesatuan. Penggunaan dam jenis ini di karenakan keterbatasan penggunaan sungai dikarenakan efesiensi yang rendah. Intake yang digunakan adalah tipe intake tanpa saringan. Dengan kenaikan debitan sungai, maka aliran air akan mengalir deras ke ambang akhir. Hal ini tidak akan terjadi banjir pada intake. Akan tetapi bila sedimen yang terbawa dapat hanyut melalui air terjun di ambang akhir maka perawatan dari sungai intake akan jauh lebih mudah.
Gambar 9. Bendung air
Air mengalir sepanjang saluran terbuka menuju bak penenang. Mikrohiro di Kampung Lebakpicung tidak menggunakan penstock. Air langsung mengalir ke rumah pembangkit dan menggerakkan generator setiap harinya.
Gambar 10. Saluran terbuka
4.3 ANALISIS TEKNO-EKONOMI Analisis tekno ekonomi bertujuan untuk mempadukan aspek-aspek ekonomi sosial dan budaya terhadap suatu teknologi. Teknologi PLTMH yang dibawa ke Kampung Lebakpicung memberikan suatu keuntungan bagi mereka. Perlu dikaji analis tekno ekonomi untuk meningkatkan optimasi, efesiensi dan efektifitas dalam menggunakan teknologi PLTMH.
4.3.1 Perhitungan Biaya per kWh . Pembangunan PLT Mikrohidro memerlukan investasi yang relatif besar. Biaya (harga) listrik per kWh-nya dihitung berdasarkan biaya awal (initial cost) dan biaya operasional (operational cost). Komponen biaya awal terdiri dari: biaya bangunan sipil, biaya fasilitas elektrik dan mekanik serta biaya sistem pendukung lain. Komponen biaya operasional yaitu: biaya perawatan, biaya penggantian suku cadang, biaya tenaga kerja (operator) serta biaya lain yang digunakan selama pemakaian. Investasi awal dari pembanguanan PLTMH di Kampung Lebakpicung Banten adalah Rp 263.600.000. Selama satu tahun PLTMH telah menerangi Kampung Lebakpicung, terdapat banyak perbaikan atau perawatan selama pengoperasinya diantaranya : bearing, bos, as, kopling, saluran dan rumah tubin, vanbelt, dan turbin mikorhidro. Besar biaya operasional sebesar Rp 5.466.000 seperti diuraikan pada Tabel 2. Umur ekonomis dari PLTMH sendiri terdiri dari bangunan sipil 20 tahun, transmisi 10 tahun, dan pembangkit 10 tahun. Nilai penyustan PLTMH 10 % per tahun. Tabel 1. Bunga modal bangunan dan alat PLTMH Pemabangunan Harga Nilai awal (Rp) penyusutan Bangunan sipil 103.24 10 % 6.440 Transmisi 2.450.0 10% 00 Pembangkit 94.703. 10% /mikrohidro 500 Total Sumber : laporan keuangan pembangunan PLTMH
Bunga modal (Rp) 10.324.64 4 245.000 9.470.350 20.039.99 4
Tabel 2. Penyusutan bangunan dan alat PLTMH Pembangunan Harga Nilai awal (Rp) penyusutan Bangunan sipil Transmisi Pembangkit/mikroh idro
103.24 6.440 27.539. 000 94.703. 000 Total
10 %
Umur ekonomis (tahun) 20
10%
10
10%
10
Penysuta n (Rp) 4.646.09 0 220.500 8.523.31 5 Rp13.38 9.905
Tabel 3. Biaya operasional mikrohidro pada tahun 2010
Kerusakan
Jumlah pergantian per tahun 10 4 2 2
Bearing Bos As Kopling Saluran dan rumah 3 turbin Vanbelt 5 Tubin 1 Biaya tenaga kerja Total Biaya Operasional
Biaya perbaikan (Rp/ tahun) 9 80.000 576.000 1.080.000 700.000 500.000 200.000 880.000 550.000 5.466.000
Total Biaya Tetap adalah Rp 33.429.899 /tahun. Setelah dioperasikan selama setahun, terjadi banyak kerusakan pada PLTMH terutama pada bagian pembangkit. Kerusakan yang terjadi pada bagian bering dan bos. Jauhnya akses ke kota terdekat menambah pembengkakan pada biaya transportasi. Kerusakan dan biaya perbaikan dapat dilihat di tabel 3. Jumlah biaya perbaikan atau biaya tidak tetap dalam satu tahun stelah dihitung sebesar Rp 5.466.000 / tahun. Jadi biaya total adalah Rp 38.895.899 / tahun. Biaya harga per kWh (Rp/kWh) ditentukan oleh energi listrik yang dihasilkan per hari (kWh/hari) dan biaya rata-rata perhari . Energi listrik perhari ditentukan oleh faktor daya atau jumlah jam per hari saat pengoperasian PLTMH. Dengan membagi biaya total per tahun dengan 365 hari maka didapat biaya perhari nya adalah Rp 106.564 / hari (lampiran 4a). Daya yang dihasilkani per hari sebesar 7 kW dan lama penyalaan adalah dari jam 4 sore hingga jam 7 pagi atau 15 jam. Dengan membagi biaya per harinya dengan jumlah besar daya dan lama penyinaran maka didapat biaya per kWh adalah Rp 1.015 / kWh. Maka harga energi listrik per kWh bila dijual ke masyarakat lebakpicung sebesar Rp 1.015 / kWh.
4.3.2 Pembayaran Listrik Masyarakat Kampung Lebakpicung Terdapat 52 kepala keluarga di Kampung Lebakpicung, satu kepala keluarga tidak tinggal lagi di daerah tersebut dan satu kepala keluarga tidak memberikan iuran karena telah memberikan tanah utnuk PLTMH. Penentuan tarif daya lsitrik yang digunakan berdasarkan barang elektronik yang di miliki setiap rumah. Dalam Tabel 4 dapat dilihat barang elektronik yang digunakan masyarakat dan tarifnya. Daftar harga diatas ditentukan melalui musyawarah bersama dan di olah oleh Koperasi setampat. Setelah mensurvey ke setiap rumah di Kampung Lebakpicung umumnya msayarakat sudah memiliki televisi. Televisi menjadi barang elektronik yang digemari masyarakat sana setelah adanya PLTMH di desa tersebut. Dikarenakan sebelum adanya mikrohidro masyrakat kampung Lebakpicung tidak dapat menikamati televisi. Selain televisi magic jar menjadi barang favorit masyarakat Kampung Lebakpicung. Sebelum ada Mikrohdiro untuk menanak nasi masyarakat Lebakpicung masih menggunakan cara konvesional dengan menggu nakan bahan bakar kayu yang berlimpah. Tabel 4. Peralatan listrik dan tarif listriknya N
Peralatan listrik
o
Harga (Rp) 11.000
Jumlah pengguna 11
1
Lampu
2
Rice cooker
13.000
5
3
Rice cooker, cd, Tv
15.000
11
4
Rice cooker, cd, Tv, setrika
17.000
21
5
Rice cooker, cd, Tv, setrika, kulkas
21.000
1
6 Rice cooker, cd, Tv, setrika, kulkas, mesin cuci Sumber : Laporan tahunan penggunaan mikrohidro
25.000
1
Setelah membagikan questioner (lampiran 5) kepada masyarakat Kampung Lebakpicung didapat biaya perbulan total yang harus dibayar masyarakat yaitu sebesar Rp 754.000/bulan atau 9.048.000/ tahun. Biaya ini jauh dari biaya yang seharusnya dibayar yaitu sebesar Rp 38.895.899 / tahun. Jumlah iuran tersebut seharusnya diperbaharui agar pembekakan biaya pokok perbulan dapat di diperkecil. Selain itu banyaknya ketidak seseuain iuran yang seharusnya dibayar dengan jumlah barang elekronik yang ada. Secara umum ada masyarakat yang membayar lebih murah dari seharusnya yang dibayar. Pada tabel 5 memeperlihatkan jenis tarif listirk (Rp/bulan) dan jumlah penggunanya. Pada tabel 6 diperlihatkan biaya per kWh untuk satu rumah. Biaya per rumah didapat dengan membagi jenis tarif (Rp/bulan) dengan energi listrik per hari. Biaya total yang diabayar oleh 50 kepala keluarga adalah Rp 239 / kWh. Hanya dihitung 50 kepala keluarga saja karena satu keluarga tidak menetap lagi dan satu kepala keluarga gratis dalam pemakaian listrik karena telah memberikan lahan untuk bangunan sipil PLTMH. Contoh perhitungan terdapat di lampiran 4b.
Tabel 5. Biaya per bulan pembayaran PLTMH Jenis tarif (Rp/bulan)
Jumlah Rumah tangga pengguna
Biaya (Rp/bulan)
11.000 13.000 15.000 17.000
11 5 11 21
121.000 65.000 165.000 357.000
21.000
1
21000
25.000
1
25000
Total
50
754.000
Tabel 6 Biaya per kWh dalam satu bulan Jenis tarif (Rp/bulan)
Jumlah Rumah tangga pengguna
Biaya per rumah dalam (Rp/ kWh)
11.000 13.000 15.000 17.000
11 5 11 21
3,49 4.13 4,76 5,4
21.000
1
6,67
25.000
1
7,94
Total
50
32
Biaya total (Rp/ kWh) 38,39 20,65 52,36 113,4 6,67 7,94 239
Bila di bandingkan dengan tarif dasar lsitirk yang ditetapkan oleh PLN, maka iuran total yang ditentukan Kampung Lebakpicung sangatlah murah yaitu hanya sebesar Rp 239 /kWh. Bahkan tarif dasar listrik yang ditentukan PLN untuk daya terendah yaitu 450 VA Rp 415 / kWh. Dengan kata lain Pengadaan PLTMH di kampung Lebakpicung dari sudut bisnis dan investasi tidak layak untuk dijalankan. Tujuan awal dari proyek Pengadaan PLTMH adalah program CSR dari PLN. Program ini tidak melihat keuntungan yang di dapat dari pengadaan PLTMH di Kampung Lebakpicung tersebut. Pembekakan biaya pokok ini disebabkan biaya investasi yang begitu besar yaitu sebesar Rp 263.600.000. Sekitar 40 % biaya ini digunakan untuk pekerjaan bangunan sipil yaitu sebesar Rp 103.246.000. Bila dibandingkan dengan persyaratan bangunan untuk PLTMH seharusnya pembangunan untuk bangunan sipil hanya 25 %. Biaya pokok yang dibayar jauh berbeda seharusnya 1.015 / kWh. Beberapa kendala setelah di bnyauat PLTMH di Kampung Lebakpicung, yaitu antara lain: 1. Pengeluaran dana perawatan bukan hanya untuk perawatan mikrohidro atau bangunan sipil tetapi juga dipakai untuk keperluan lain. Seperti untuk pembangunan mesjid. 2. Banyak masyarakat yang menunggak atau berhutang dalam pembayaran iuran dikarengankan masyarakat belum punya uang untuk membayar. 3. Jauhnya desa Lebakpicung dari kota sehingga biaya tranpsortasi membengkak.
4. Sering terjadinya kerusakan pada mikrohidro terutama bering yang sudah rusak sepuluh kali dalam satu tahun. 5. Belum dibuatnya data baru pengguanaan listrik. Sehingga sebagian masyarakat yang seharusnya membayar lebih untuk biaya operasional tapi tidak tertulis di data.
4.3.3 Perhitungan NPV, IRR dan BEP Pengadaan PLTMH di kampung Lebakpicung merupakan program CSR dari PLN. Bila dilihat dari kelayakan bisnis atau investasi, pengadaan PLTMH di kampung ini tidak layak untuk bisnis dan investasi dikarenakan setiap tahunya akan merugi. Hal ini disebabkan karena masyarakat Kampung Lebakpicung hanya membayar Rp 239/ kWh yang seharusnya sebesar Rp 1.015 / kWh. Setelah dilakukan perhitungan IRR dan NPV dipastikan akan merugi setiap tahunnya. Maka dibuat asumsi dengan tarif dasar listik PLN untuk golongan tarif pelayanan sosial A dan untuk golongan tarif rumah tangga dibuat sebagai pemasukan (benefit) dan tarif PLTMH Kampung Lebakpciung sebagai pengeluaran (cost). Tujuan pengamumsian ini untuk melihat apakah pengadaan PLTMH di Kampung Lebakpicung menguntungakan masyarakat Kampung Lebakpicung dalam pengeluaran untuk listrik. Asumsi yang digunakan adalah dengan menggunakan pemakaian daya lsitrik yang sama sebesar 10 kWh untuk semua golongan tarif. Dengan menggunakan simulasi rekening di situs www.pln.co.id, maka dapat diketahui berapa biaya total per bulan dengan pemakaian 105 kWh. Hasil simulasi dapat dilihat di lampiran 1. Bila dilihat dari biaya listrik per bulan PLTMH Kampung Lebakpicung, maka biaya yang mereka bayar sangatlah murah dibandingkan dengan golongan tarif pelayanan sosial dan rumah tangga oleh PLN. Iuran masyarakat sebesar Rp 239 /kWh atau Rp 9.159.675/ tahun (satu tahun 365 hari) dijadikan pengeluran (cost) setiap tahunya sedangkan tarif PLN dijadikan pemasykan (benefit). Perbandingan biaya dapat dilihat di tabel 7.
Tabel 7.Total biaya golongan tarif pelayanan sosial dan rumah tangga PLN
Golongan tarif
besar daya terpasang (VA)
Jumlah pemakaian (kWh)
Biaya total per bulan
Total biaya per tahun
Pelayanan sosial
450
105
32.340
388.08 0
Pelayanan sosial
900
105
45.500
546000
Pelayanan sosial
1300
105
63525
Pelayanan sosial
2200
105
68250
819000 546.00 0
Rumah tangga Rumah tangga Rumah tangga PLTMH Kampung Lebakpiucung Sumber : www.pln.co.id
Total biaya 50 rumah per tahun 19.404.000
27.300.000 762300 38.115.000
40.950.000
450
105
45.500
1300
105
82950
2200
105
7000
105
83475 754.000
27.300.000
995400 100170 0
49.770.000 50.085.000
9.159.6 75
9.159.675
Setelah dimasukan biaya tarif listrik setiap golongan ke perhitungan NPV dan IRR, golongan tarif yang dapat memenuhi payback period kurang dari 20 tahun adalah tarif pelayanan sosial 2200 VA dan tarif rumah tangga 1300 VA dan 2200 VA. Perhitungan NPV, IRR dan Payback period dapat dilihat pada lampiran 2, 3 ,4, 5, 6 dan 7. Tabel 8. Nilai NPV, IRR dan Payback Period setiap golongan tarif Golongan Tarif NPV (Rp) IRR (%) Pelayanan
sial
2200
Rumah tangga
1300
86.216.920
Rumah tangga
2200
88.898.693
VA
11.1272.88
VA VA
Payback period (tahun)
10,6
17- 18
14,5
10-11
14,6
10-11
Pencarian nilai titik impas atau Break Event Point (BEP) bertujuan untuk mengetahui produksi minimal pertahun agar pengadaan mikrohidro tidak akan rugi. Dari perhitungan diatas, di dapat harga mikrohidro yang dijual di masyarakat sebesar Rp 239 / kWh dan biaya total per tahun nya adalah Rp 38.895.899 / tahun. Dengan membagi biaya total dengan harga juial per kWh nya maka Nilai titk Impas sebesar 162.744 kWh / tahun. Pengadaan mikrohidro minimal memproduksi daya listrik sebesar 162.744 kWh / tahun. Sedangakan, mikrohidro hanya menghasilkan daya sebesar 105 kWh / hari atau sebesar 38.325 kWh / tahun. Seperti telah
diuraikan sebelumnya pegadaan mikrohidro tidak berorientasi pada keuntungan. Pengadaan mikrohidro lebih ke pelayanan masyarakat yang masih belum bisa menikmati akses listrik.
4.4 POTENSI DAYA MIKROHIDRO DI KAMPUNG LEBAKPICUNG Sebuah PLTMH memerlukan dua hal yang pokok, yaitu debit air dan ketinggian jatuh (head) untuk menghasilkan tenaga yang bermanfaat. Debit air pada saat diukur (setelah turun hujan) mencapai 1800 liter per detik, dan diperkirakan minimal mencapai 600 liter per detik pada musim kemarau. Dengan memasukan rumus daya maka di dapat potensi daya untuk musim hujan adalah 74 kW dan pada musim kemarau 25 kW dengan efesiensi total adalah 0,6 dan ketinggian jatuh air (head) 7 m. Kemampuan mikrohidro adalah sebesar 10 kW dan daya yang terpakai hanya sekitar 7 kW saja. Mikrohidro dinyalakan hanya jam 4 sore hingga jam 7 pagi. Pada pagi hari mikrohidro tidak terpakai atau dalam keadaan diam. Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak termasuk zona yang tidak dapat diketahui perbedaan hujanya. Sehinggaperbedaan curan hujan di musim hujan dan kemarau hampir sama. Debit air selalau cukup untuk menggerakkan generator.
4.5
PERENCANAAN PEMANFAATAN PENGOLAHAN KOPI
LISTRIK
UNTUK
UNIT
Salah satu tujuan pengadaan PLTMH di perdesaan adalah untuk mengembangkan perekonomian di desa tersebut. Pemanfaatan dari PLTMH tersebut dengan memanfaatkan daya listrik yang tersedia untuk usaha yang dapat memberi keuntungan bagi masyarakat. Kampung Lebakpicung memiliki produk kopi yang khas dengan produksi per tahunnya sekitar satu ton. Produk kopi dari Kampung Lebakpicung telah diperkenalkan ke masyrakat luas atas bantuan PPLH IPB. Sayangnya produksi kopi ini belum dipasarkan secara luas akibat banyaknya kendala, salah satunya adalah teknologi yang memerlukan tenaga listrik. Produksi kopi ini bisa dijalankan setelah jam 7 pagi hingga jam 4 sore sebelum penggunaan untuk rumah tangga. Pengoptimalan pemanfaatan PLTMH untuk pengembangan ekonomi dapat mengurangi beban mayarakat dalam pebiayaan perawatan mikrohidro. Perencanaan unit pengolahan kopi harus dapat memaatkan sumber daya listrik dari PLTMH yang tersedia. Selain itu mesin yang akan di beli hanya mesin yang yang tak dapat dikerjakan oleh tenaga manusia. Salah satu metode pengolahan kopi adalah metode kering atau dry prosses . Metode pengolahan cara kering banyak dilakukan mengingat kapasitas olah kecil, mudah dilakukan, peralatan sederhana dan dapat dilakukan di rumah petani. Tahapan pengolahan kopi cara kering dapat dilihat pada gamabar 10. Setelah proses kering dari mulai panen hingga sortasi biji kering, biji kopi lalu di sangrai, dan di bubuk. Proses sangrai dan pembubukan yang perlu menggunakan alat mesin dengan tanaga listrik. Pada tabel 7 menunjukan daya dan kapasitas mesin sangrai dan pembubuk biji kopi.
Tabel 9. Alat mesin pengolahan kopi beserta daya Mesin Sangrai biji kopi Pembubuk biji kopi
Tenaga penggerak Mesin listrik Mesin listrik
Daya (HP)
Kapasitas
¼
6.67 kg/ batch
1
15 kg/ jam
Sumber: Deptan
Panen
Sortasi Buah Pengeringan Pengupasan kopi Sortasi biji kering Gambar 11. Diagram pengolahan kopi secara kering (Dry Prossses) Penentuan beban permintaan listrik ditentukan berdasarkan besar beban tersebut. Terdapat beban besar dan beban kecil. Mesin yang mempunyai beban besar adalah mesin yang membutuhkan daya lebih dari 1,5 kW atau memerlukan arus lebih dari 0,7 A. Umumnya mesin yang yang menggunakan beban besar dinyalakan secara bersamaan atau tetap dan mesin ini tidak dipindahpindah selama proses. Mesin-mesin beban besar akan mempunyai faktor Permintaan seratus persen. Jumlah permintaan mesin-mesin besar akan ditambah dengan jumlah permintaan mesin-mesin yang bebannya ringan. Perhitungan beban bisa menggunakan ampere atau daya, sehingga jumlah total daya atau arus listrik yang diperlukan untuk pengolahan kopi cukup dengan daya yang tersedia. Tabel 10 menunjukan daya dan arus setiap mesin yang menggunakan energi lsitrik. Tabel 11 menunjukan faktor perminaan. Tabel 10. Mesin yang menggunakan tenaga listirk Alat Phase Daya (kW) Sangrai biji kpi Pembubuk biji kopi
1 1
Teganga n (V) 220 220
0,19 0,75
Arus (A) 0,85 3,39
Tabel 11. Penentuan beban permintaan Alat Sangrai biji kopi Pembubuk biji kopi Jumlah
Daya (kW)
Faktor (100%)
Permintaan
0,19 0,75 100
Daya (kW) 0,19 0,75 0,94
Semua mesin yang menggunakan energi lisrik merupakan mesin yang tergolong mesin dengan besar, sehinga faktor permintaanya adalah 100 %. Daya yang total yang diperlukan sebesar 0,94 kW. Dikarenakan daya total tercukupi oleh daya yang tersedia maka dalam pegolahan kopi penyalaan mesin secara bersamaan bisa dijalankan. Dengan desain pengolahan kopi awal ini diharapkan dapat membantu masyarakat Kampung Lebakpicung dalam penggunaan listrik untuk pengolahan kopi. Sehingga Kampung Lebakpicung bisa menjadi kampung mandiri energi yang dapat mengahasilkan produk kopi yang dapat dijual. Investasi pembelian alsintan pengohan kopi tidak mungkin dari masyarakat Kampung Lebakpicung, maka harus ada investor lain yang bersedia. Perlu dilakukan perhitungan keuntungan perbulanya bila ada investor yang bersedia. Dari hasil wawancara produksi kopi per tahun sebesar 1 ton per tahunnya . Perhitungan bunga modal dan peyusutan dapat dilihat di tabel 10 dan 11. Tabel 12. Bunga modal alsin pengolahan kopi Mesin
Harga (Rp)
Sangrai biji kopi
16.500.000
Pembubuk biji kopi
12.500.000
total
29.000.000
Nilai penyusutan (%) 10 10
Bunga modal (Rp) 1.650.000 1.250.000 2.900.000
Tabel 13. Penyusutan alsin pengolahan kopi Mesin
Harga (Rp)
Nilai penyusutan (%)
Umur ekonomis (tahun)
Sangrai biji kopi
16.500.000
10
10
Pembubuk biji kopi
12.500.000
10
10
Bunga modal (Rp) 1.485.00 0 1.125.00 0
Total 2.610.000 Total biaya tetap adalah Rp 5.510.000 / tahun. Biaya tidak tetap berupa bahan baku yaitu biji kopi dan upah tenaga kerja. Harga biji kopi per kilogram adalah Rp 15.000, jadi per tahunya harga bahan baku sekitar Rp 15.000.000,-. Upah tenaga kerja sebesar Rp 500.000 per orang dan tenaga kerja yang yang diperlukan sekitar 2 orang. Maka total biaya tidak tetap sebesar Rp 16.000.000,-. Biaya total sebesar Rp 21.510.000 /tahun. Biaya pokok dengan membagi biaya total Rp 21.510.000 / tahun dengan produksinya per tahun 1 ton/ tahun yaitu sebesar Rp 2.151 / kg atau dibulatkan sebesar Rp 2.200 / kg. Maka kopi dapat dijual dengan harga sekitar Rp 60.000 / kg, maka untung pertahun sekitar Rp 60.000.000. Titik impas didapat sebesar 4.723 kg/ tahun (lampiran 11). Dengan NPV pada tahun ke-20 sebesar Rp 29.9805143 dan payback period antara tahun ke 1 (lampiran 9)