IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. SEBARAN CONTOH MINUMAN SARI BUAH KEMASAN SIAP MINUM YANG DITELITI Total merek minuman sari buah kemasan siap minum yang diperoleh dai hasil pengumpulan contoh pada penelitian ini adalah 68 merek yang berasal dari dua hypermarket (Giant dan Hypermart), empat supermarket (Foodmart, Superindo, Yogya, dan Ramayana), dan empat minimarket (Alfamart, Indomaret, Al Amin, dan Circle K) yang semuanya berlokasi di kota Bogor, Jawa Barat. Minuman sari buah kemasan siap minum yang diteliti adalah semua jenis minuman sari buah dengan berbagai rasa, kemasan, dan ukuran. Rasa minuman sari buah yang umum ditemui di pasaran adalah jeruk, jambu, mangga, anggur, sirsak, dan leci. Kemasan yang juga sebagai tempat utama label yang ditemui pada produk minuman sari buah kemasan siap minum adalah botol plastik, karton tetrapack, botol kaca, cup plastik, dan kemasan pouch (alumunium foil) dengan ukuran bervariasi seperti 240 ml, 500 ml, 1 liter, dan 2 liter. Sebaran merek contoh minuman sari buah kemasan siap minum yang diteliti beserta tempat pengambilannya dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran 2dan jumlah merek contoh minuman sari buah kemasan siap minum yang ditemui di pasar swalayan kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah merek contoh minuman sari buah kemasan siap minum yang didapat pada setiap pasar swalayan Tempat Pengambilan Contoh Jumlah merek yang didapat Giant 45 Hypermart 29 Superindo 23 Yogya 30 Foodmart 33 Ramayana 18 Alfamart 13 Indomaret 11 Al Amin 6 Circle K 11 Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa minuman sari buah kemasan siap minum terbanyak dijual di Giant yaitu sebanyak 45 merek dan paling sedikit dijual di Al Amin yaitu sebanyak 6 merek. Setiap pasar swalayan memiliki minuman sari buah kemasan siap minum berbeda-beda untuk dijual. Sesuai dengan ukuran dan jenisnya, maka pada umumnya minuman sari buah kemasan siap minum akan dijumpai lebih banyak pada pasar moderen jenis hipermarket. Hal ini juga terkait dengan penetrasi produk impor yang lebih banyak diarahkan pada jenis pasar moderen yang lebih besar. Pengambilan contoh minuman sari buah di berbagai pasar swalayan adalah secara cacah lengkap, artinya seluruh merek minuman sari buah yang ditemui di semua tempatpengambilan contoh diambil tanpa terkecuali. Pengambilan contoh ini bersifat saling melengkapi, artinya semua merek yang didapat akan diamati. Apabila di tempat pengambilan contoh selanjutnya terdapat merek yang telah diamati di tempat sebelumnya, maka contoh label tersebut tidak diamati kembali.
11
Merek minuman sari buah kemasan siap minum beserta produsen yang membuat dapat dilihat pada Lampiran 3. Semua minuman sari buah kemasan siap minum yang ditemui telah mencantumkan produsen yang memproduksinya, baik sebagai produsen yang langsung menjual produknya maupun produsen yang memproduksi minuman sari buah kemasan siap minumnya untuk produsen lain seperti PT. Buana Tirta Utama yang memproduksi nutrisariuntuk PT. Nutrifood Indonesia. Dari Lampiran 3 diketahui bahwa pada umumnya produsen minuman sari buah kemasan siap minum memproduksi satu merek dan beberapa produsen memproduksi dua merek yaitu PT. Heinz ABC Indonesia, PT. Makmur Sejati Internusa, PT. Buana Tirta Utama, PT. Sinar Sosro, Del Monte Foods (EPSL) U.S.A, PT. Diamond Cold Storage, PT. Pepsi-Cola Indobeverages, Vitalon Food Thailand, LD&D Australia Pty Ltd, PT. ABC President Indonesia, PT. Pancaran Mulia Sejati. Terdapat pula produsen yang memproduksi tiga merek yaitu PT. Berri Indosari, Rauch Fruchtsafte Gesmbh & Co Austria, dan PT. Ciracasindo Perdana. Banyaknya merek yang diproduksi oleh produsen terkait dengan perluasan segmentasi pasar dan variasi produk di pasaran. Produk minuman sari buah kemasan siap minum yang ditemui di pasar Indonesia terutama kota Bogor ternyata tidak hanya buatan dalam negeri, tetapi juga berasal dari berbagai macam negara seperti Afrika Selatan, Amerika Serikat, Australia, Austria, Filipina,India, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Turki. Klasifikasi merek yang diteliti berdasarkan jenis nama produk pangannya dapat dilihat pada Lampiran 6. Jumlah masing-masing merek berdasarkan nama produk pangannya dapat dilihat pada gambar 1. Terlihat bahwa contoh yang diteliti terdiri dari 30 merek sari buah, 19 merek minuman sari buah, dan 19 merek minuman rasa buah.Sementara itu jumlah merek yang diteliti berdasarkan jenis kode pendaftarannya dapat dilihat pada Gambar 2. Jumlah merek dengan kode pendafataran MD adalah 36 merek, kode ML adalah 30 merek, dan kode PIRT adalah 2 merek.
19 30
sari buah minuman sari buah minuman rasa buah
19
Gambar 1. Jumlah merek berdasarkan jenis nama produk pangan (total 68 merek)
12
2
MD ML
30 36
PIRT
Gambar 2. Jumlah merek yang diteliti berdasarkan jenis kode pendaftarannya (total 68 merek)
4.2. KETERANGAN MINIMUM LABEL Pemenuhan syarat unsur keterangan minimum label oleh setiap merek dapat dilihat pada Lampiran 5. Pada Tabel 6 dapat dilihat jumlah merek yang memenuhi syarat unsur keterangan minimum label. Tabel 6. Jumlah merek yang memenuhi syarat unsur keterangan minimum label Unsur label Jumlah merek yang memenuhi Presentase (%) Nama produk pangan 65 95.58 Daftar bahan 67 98.53 Berat bersih/ isi bersih 67 98.53 Nama dan alamat produsen 66 97.06 Tanggal kadaluarsa 57 83.82 Rata-rata 94.70 Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pemenuhan syarat kelompok unsur keterangan minimum label adalah 94,70%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar produk minuman sari buah kemasan siap minum telah memenuhi syarat unsur minimum pada label. Unsur keterangan minimum label yang mempunyai tingkat pemenuhan syarat unsur tertinggi terdapat pada daftar bahan dan berat bersih yaitu sebanyak 67 merek. Lalu diikuti oleh nama dan alamat produsen dengan 66 merek, nama produk pangan 65 merek, dan yang memiliki tingkat pemenuhan terrendah yaitu tanggal kadaluarsa sebanyak 57 merek. Pencantuman nama produk pangan pada label minuman sari buah kemasan siap minum cukup tinggi dimana hanya tiga merek yang belum memenuhi. Ketiga merek tersebut adalah calista, chez’s, dan fitactive. Pada merek calista, terdapat dua jenis nama produk pangan yang dicantumkan yaitu jus dan minuman sari buah yang dapat membingungkan konsumen. Semntara itu pada merek chez’sdan fitactive tidak ditemukan pencantuman nama produk pangan. Pada pencantuman daftar bahan hanya terdapat satu merek (rauch) yang tidak memenuhi syarat dikarenakan tidak mencantumkan daftar bahan pada labelnya. Jumlah yang sama juga didapatkan pada merek yang belum memenuhi syarat pencantuman berat bersih. Seluruh merek telah mencantumkan berat bersih pada bagian utama label dengan didahului “isi bersih” dan
13
dicantumkan pada satuan metrik ml atau liter kecuali untuk merek cooler. Dalam PP Nomor 69 Tahun 1999 pasal 23 telah dijelaskan bahwa produk makanan cair, ukuran dinyatakan dengan ukuran isi (didahului isi bersih). Pencantuman nama dan alamat produsen memiliki tingkat pemenuhan yang tinggi yaitu sebesar 97.06% dimana masih terdapat dua merek yang belum memenuhi. Untuk produk impor, maka nama dan alamat pihak yang mengedarkan wajib pula dicantumkan sesuai dengan ketentuan pasal 26 ayat 2 dan 3. Kedua merek tersebut adalah cooler dan s&w del monte dimana nama dan alamat produsen tidak disebutkan dengan jelas. Tatacara pencantuman informasi alamat produsen sendiri tidak dijelaskan rinci pada PP Nomor 69 Tahun 1999 sehingga diperlukan penjelasan lebih lanjut mengenai hal tersebut. Seluruh merek sebenarnya telah mencantumkan unsur tanggal kadaluarsa pada label. Namun, hanya 57 merek yang telah memenuhi syarat pemenuhan unsur yaitu dengan mencantumkan tanggal kadaluarsa didahului keterangan “baik digunakan sebelum”. Sebelas merek lainnya yang seluruhnya merupakan produk impor yaitu bravo, ceres, del monte, dimes, florida natural, happy day, martinellis, rauch, realemon, s&w del monte, dan sunsweet prune masih mencantumkan tanggal kadaluarsa dengan istilah asing seperti “expire date” dan “best before” sehingga dianggap belum memenuhi.Hal ini terkait dengan ketentuan mengenai penulisan pada label yang menharuskan penggunaan bahasa Indonesia. Secara umum, hanya 80.88% (55 merek) minuman buah dari total 68merek yang berhasil memenuhi ketentuan pencantuman keterangan minimum label. Jumlah merek yang belum memenuhi adalah sebanyak 13 merek yang terdiri dari 11 merek dengan kode ML, 1 merek dengan kode MD, dan 1 merek dengan kode PIRT.
4.3. TULISAN PADA LABEL Dari Lampiran 4 dapat terlihat bahwa tingkat pemenuhan syarat kelompok unsur tulisan pada label minuman sari buah kemasan siap minum yang diteliti yaitu sebesar 88.24%. Terdapat delapan merek masih belum memenuhi syarat tulisan pada label karena menggunakan bahasa asing dan huruf selain huruf latin. Penggunaan bahasa asing tersebut terutama ditemukan pada produk impor. Ketentuan mengenai tulisan pada label ini berlaku mengikat tidak hanya terhadap pangan yang diproduksi dalam negeri, namun berlaku juga terhadap pangan yang dimasukkan dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan. Tujuan pengaturan ini dimaksudkan agar informasi tentang pangan dapat dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat. Pada merek pokka yang merupakan produk Singapura misalnya, sebagian besar keterangan disajikan dalam bahasa Inggris dan terdapat huruf kanji. Produk dengan merek mama roz yang merupakan produk Indonesia dan terdaftar dalam kode P-IRT juga menggunakan bahasa Inggris pada seluruh keterangannya. Pada produk-produk impor, bahasa Indonesia hanya ditemui terbatas pada label berupa stiker yang ditempelkan pada kemasan yang dicetak oleh perusahaan importirnya saja. Pencantuman tulisan dengan bahasa Indonesia terbatas pada nama produk, perusahaan yang mendatangkan, dan komposisi. Sementara keterangan-keterangan lain pada umumnya masih dalam bahasa asing sesuai dengan negara asal produsen produk tersebut. Hal ini menyebabkan konsumen yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang bahasa tersebut juga akan terbatas pengetahuannya akan produk minuman sari buah impor yang dijumpai. Semua label minuman sari buah kemasan siap minum yang diamati pada umumnya telah menggunakan tulisan dengan ukuran yang cukup untuk dilihat dan dibaca. Pemenuhan syarat unsur tulisan pada label secara lengkap untuk setiap merek dapat dilihat pada Lampiran 5.
14
4.4. TEKNIS PENCANTUMAN LABEL Label pada minuman sari buah biasanya terdapat langsung pada kemasannya. Pada jenis kemasan botol plastik atau kaca, label ditempelkan di luar botol. Sedangkan pada kemasan karton tetrapack, label langsung dicetak pada karton. Hasil pengamatan terhadap label minuman sari buah pada Lampiran 4 menunjukkan bahwa tingkat pemenuhan syarat kelompok unsur teknis pencantuman label adalah 66.18%. Sebanyak 45 merek telah memenuhi syarat teknis pencantuman label. Hal ini menunjukkan bawa sebagian besar produsen minuman sari buah kemasan siap minum telah menaati dan memiliki kesadaran akan pentingnya pencantuman lebal dengan teknis yang baik sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Sedangkan sebanyak 23 merek dari 68 merek yang diteliti belum memenuhi syarat teknis pencantuman label. Secara umum penyebabnya adalah label yang dicantumkan berupa stiker yang ditempelkan pada kemasan mudah lepas, rusak ataupun luntur. Hal ini semakin besar kemungkinanannya terjadi mengingat minuman sari buah pada umumnya dikonsumsi pada keadaan dingin dimana label menjadi basah karena sebelumnya produk disimpan pada lemari pendingin. Sebagian besar label yang ditempel merupakan label berupa stiker yang dicetak oleh perusahaan pengimpor minuman sari buah kemasan siap minum produksi luar negeri. Ukuran stiker label yang sangat kecil serta penempatan label pada kemasan menyebabkan label tidak mudah dibaca. Pada merek rauch misalnya, stiker label berwarna transparan sehingga saat ditempel pada kemasan cenderung tidak terbaca karena tersamarkan oleh latar belakang kemasan. Sementara itu, pada merek cooler, label yang dicetak langsung pada kemasan berupa cup plastik sebagian telah luntur saat diamati. Label yang dicetak juga berlawanan arah saat dibaca dengan saat diminum sehingga menyulitkan konsumen untuk membaca. Pemenuhan syarat unsur teknis pencantuman label secara lengkap untuk setiap merek dapat dilihat pada Lampiran 5.
4.5. KETERANGAN YANG DILARANG (TIDAK BOLEH DICANTUMKAN) Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 juga menjelaskan beberapa keterangan yang dilarang untuk dicantumkan pada label pangan. Keterangan-keterangan beserta tingkat pemenuhannya oleh merek-merek yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 7. Dapat dilihat bahwa dari seluruh keterangan yang dilarang (tidak boleh dicantumkan) hanya keterangan yang tidak benar yang tidak dipenuhi 100%. Pemenuhan keterangan lain selain keterangan yang tidak benar dan menyesatkan mempunyai tingkat pemenuhan unsur sebesar 100% karena semua merek yang diteliti tidak mencantumkan keterangan-keterangan tersebut.
15
Tabel 7. Jumlah merek yang memenuhi syarat unsur keterangan yang dilarang ( total 68 merek) Jumlah merek yang Presentase (%) Unsur label memenuhi Keterangan yang tidak benar dan menyesatkan 30 45.58 Pangan dapat berfungsi sebagai obat Mencantumkan nama dan lembaga yang menganalisis produk pangan
68
100
68
100
Keterangan bahwa pangan mengandung zat gizi lebih unggul dari produk pangan lain
68
100
Keterangan pangan terbuat dengan tanpa (sebagian) bahan baku alamiah
68
100
68
100
Keterangan pangan terbuat dari bahan segar apabila terbuat dari bahan setengah jadi/jadi Rata-rata
90.68
Dalam penjelasan pada PP Nomor 69 Tahun 1999 pasal 5 mengenai keterangan yang tidak benar dan menyesatkan, keterangan tidak benar yang dimaksud merupakan suatu keterangan yang isinya bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya atau tidak memuat keterangan yang diperlukan agar keterangan tersebut dapat memberikan gambaran atau kesan yang sebenarnya tentang pangan. Keterangan yang menyesatkan adalah pernyataan yang berkaitan dengan hal-hal seperti sifat, harga, bahan, mutu, dan komposisi. Manfaat atau keamanan pangan yang meskipun benar dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan. Dari Tabel 7 terlihat bahwa tingkat pemenuhan syarat unsur keterangan yang tidak benar dan menyesatkan adalah 45.58%.Artinya, hanya 31 merek yang memenuhi syarat dan sebanyak 37 merek masih belum memenuhi syarat. Seluruh kesalahan ini diakibatkan oleh pencantuman gambar buah terutama buah asli dan segar yang dicetak pada label minuman sari buah dan minuman rasa buah. Pencantuman gambar buah tidak dapat dilakukan jika buah tersebut ditambahkan sebagai perisa. Anggraini dan Dewi (2008) telah manjelaskan bahwa gambar buah hanya dapat dicantumkan oleh produk yang tergolong minuman buah jenis sari buah. sementara itu untuk jenis minuman sari buah dan minuman rasa buah tidak dapat dilakukan pencantuman gambar buah seperti yang dimaksud.
16
Persentase kesalahan (%)
120 100
100
94,73
80 60 40 20 0
0 sari buah
minuman sari buah
minuman rasa buah
Jenis minuman Gambar 3. Presentase kesalahan untuk unsur keterangan yang menyesatkan berdasarkan jenis produk pangan (total 68 merek) Gambar 3 menunjukkan bahwa pelanggaran ini sebagian besar dilakukan pada merek dengan jenis minuman sari buah (100%) dan minuman rasa buah (94.73%). Sebanyak 19 merek dari total 19 merek minuman sari buah serta 18 dari total 19 minuman rasa buah mencantumkan gambar buah pada label mereka. Hanya satu merek minuman rasa buah (happy jus) yang telah memenuhi syarat tersebut karena tidak memasang gambar buah pada labelnya. Pada label happy jus, gambar buah diganti menjadi tokoh karikatur dari rasa buah yang dikandung minuman tersebut yaitu stroberi dan jeruk. Pelarangan pencantuman gambar buah ini terkait dengan komposisi yang terkandung oleh jenis minuman sari buah dan minuman rasa buah yang masingmasing hanya mengandung minimal 35% dan 10%. Kandungan gizi yang terkandung jelas akan jauh berbeda dengan buah asli dan juga sari buah karena jumlah kandungan sari buah dalam minuman yang kecil tersebut. Pencantuman gambar buah pada label minuman akan meberikan kesan kepada konsumen bahwa minuman seolah-olah berasal dari buah asli seluruhnya. Pemenuhan syarat unsur keterangan yang dilarang (tidak boleh dicantumkan) pada label secara lengkap untuk setiap merek dapat dilihat pada Lampiran 9.
4.6. KETERANGAN LAIN PADA LABEL Berdasarkan Tabel 8 dapat disimpulkan bahwa secara umum pemenuhan syarat unsur keterangan lain pada label sangat baikdimana rata-ratanya mencapai 99.41%. Hanya dua unsur yang tidak dapat dipenuhi oleh masing-masing dua merek yaitu untuk unsur pencantuman kode produksi dan keterangan kandungan gizi. Pada penelitian ini, untuk unsur keterangan lain dengan kondisi tertentu yang dicantumkan dan memenuhi syarat pemenuhan unsur maupun yang tidak dicantumkan dianggap telah memenuhi syarat unsur label. Sedangkan, unsur yang dicantumkan namun tidak memenuhi syarat pemenuhan unsur dianggap belum memeuhi syarat unsur label. Pemenuhan syarat unsur keterangan lain pada label secara lengkap untuk setiap merek dapat dilihat pada Lampiran 7.
17
Tabel 8. Jumlah merek yang memenuhi syarat unsur keterangan lain label (total 68 merek) Jumlah merek yang Unsur label Presentase (%) memenuhi Manfaat pangan bagi kesehatan 68 100 Pernyataan tentang halal 68 100 Nomor pendaftaran pangan 68 100 Kode produksi 66 97.06 Keterangan kandungan gizi 66 97.06 Keterangan iradiasi pangan 68 100 Keterangan tentang pangan rekayasa genetika 68 100 Keterangan tentang pangan sintesis 68 100 Keterangan tentang tentang pangan olahan tertentu 68 100 Keterangan tentang bahan tambahan pangan 68 100 Rata-rata 99.41 Keterangan lain yang biasa dicantumkan pada label pangan juga dapat dilihat pada Tabel 8. Klaim manfaat pangan bagi kesehatan membutuhkan pembuktian berupa dokumen dan hasil pemeriksaan yang dapat membuktikan kebenaran akan keterangan yang dicantumkan. Untuk minuman sari buah, pada umumnya menonjolkan manfaat kandungan vitamin terutama vitamin C yang dapat berperan sebagai antioksidan. Sebanyak 11 merek mencantumkan klaim tersebut, yaitu buavita, calamansi, country choice, frutang, fruitamin, mama roz, minute maid pulpy, mr jussie, nutrisari, pokka, dan sunglo. Seluruhnya dianggap telah memenuhi syarat karena seluruh merek tersebut telah memiliki nomor pendaftaran pangan karena untuk mendapatkan nomor pendaftaran pangan dibutuhkan dokumen dan hasil pemeriksaan yang dapat membuktikan kebenaran akan keterangan yang dicantumkan.ketentuan pencantuman ini sesuai dengan penjelasan dalam PP Nomor 69 Tahun 1999 masih memerlukan penjelasan lanjut dari Menteri Kesehatan. Namun, sampai saat ini tidak terdapat standar yang dikeluarkan secara jelas mengenai pengaturan lebih lanjut tersebut. Mengingat banyaknya klaim kesehatan yang semakin meningkat pada produk pangan pada umumnya untuk promosi, ketentuan ini harus segera diatur oleh Menteri Kesehatan. Masyarakat Islam merupakan jumlah terbesar dari penduduk Indonesia yang secara khusus dan non diskriminatif perlu dilindungi melalui pengaturan halal. Namun, pencantuman tentang halal masih belum diwajibkan. Di Indonesia, lambang halal yang digunakan masih sangat bervariasi. LPPOM-MUI yang dipercaya sebagai lembaga pengkaji halal untuk peredaran pangan di Indonesia sebenarnya telah mengeluarkan lambang halal, namun dalam prakteknya banyak lambang halal lain yang dicantumkan. Pada contoh yang diteliti misalnya, produk impor masih menggunakan lambang halal yang dikeluarkan oleh lembaga yang bersangkutan di negara asal masing-masing. Karena belum wajibnya pencantuman kode halal ini, maka semua merek baik yang telah mencantumkan maupun yang belum mencantumkan lambang halal pada label dianggap telah memenuhi pemenuhan syarat unsur. Nomor pendaftaran pangan adalah nomor yang diberikan untuk satu jenis bahan pangan yang diproduksi di perusahaan yang sama. Bagi perusahaan yang masih dalam skala rumah tangga, Nomor pendaftaran pangan dikeluarkan oleh dinas kesehatan tingkat kabupaten berupa P-IRT. Sedangkan berdasarkan Keputusan Kepala BPOM Nomor 00/05.1.2569 tentang Kriteria dan Tatalaksana Penilaian Produk Pangan, perusahaan dengan modal besar mencantumkan nomor pendaftaran pangan yang dikeluarkan oleh BPOM, yaitu MD untuk makanan dalam negeri dan ML untuk produk impor dimana nomor pendaftaran diurus oleh perusahaan yang mengimpor. Seluruh merek yang diteliti telah memiliki nomor pendaftaran pangan dan secara rinci klasifikasi contoh yang diteliti berdasarkan jenis kode pendaftaran pangannya dapat dilihat pada Lampiran 8.
18
Sebanyak dua merek (cooler dan juice united) belum memenuhi syarat kode produksi karena tidak mencantumkan kode produksi pada labelnya. Jumlah yang sama juga terdapat pada merek yang belum memenuhi syarat pemenuhan unsur kandungan gizi. Dua merek yaitu happy day dan ocean spray belum memenuhi karena dalam labelnya mencantumkan pernyataan bahwa mengandung vitamin c namun tidak mencantumkan keterangan kandungan gizi sesuai dengan urutan yang dipersyaratkan sesuai dengan pasal 32 pada PP Nomor 69 Tahun 1999.
4.7 HASIL KUISIONER Pada penelitian tambahan dalam penelitian ini, dilakukan pemberian kuisioner kepada responden untuk mengetahui tingkat kesadaran konsumen terhadap label minuman sari buah kemasan siap minum. Responden pada penelitian ini merupakan penduduk kota Bogor yang berusia 15-60 tahun yang dipilih secara acak dengan metode non probability sampling yaitu quota sampling. Quota Sampling adalah pencarian sejumlahunsur dengan memilih unsur (responden) yang paling mudah diperoleh peneliti dan unsur yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan keinginannya (Black 1999). Pemilihan rentang usia tersebut disebabkan karena usia tersebut dinilai merupakan usia yang masih produktif. Didapatkan total 112 responden pada pengisian kuisoner penelitian. Contoh lembar kuisioner yang telah diisi responden dapat dilihat pada Lampiran 14 dan 15. Daftar pertanyaan serta hasil jawaban kuisoner secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Pertanyaan dan hasil jawaban kuisioner ( total 112 responden) No Pertanyaan Jawaban 1 Apakah Anda pernah mengkonsumsi Ya (100%) Tidak (0%) minuman sari buah komersial atau sejenisnya? 2
Seberapa seringkah Anda mengkonsumsi minuman sari buah tersebut (per minggu)?
0-1 kali (54.46%)
2-4 kali (35.71%)
5-7 kali (9.83%)
3
Apakah alasan Anda mengkonsumsi minuman sari buah?
Kesehatan (15.18%)
Kesegaran (52.67%)
Kesukaan (32.15%)
4
Apakah Anda pernah memperhatikan label minuman sari buah?
Ya (71.43%)
Tidak (28.57%)
5
Apakah yang Anda perhatikan pada label minuman sari buah? (boleh lebih dari satu)
Komposisi (58.03%)
Tanggal kadaluarsa (71.43%)
6
Apakah Anda mengetahui tentang Peraturan Pelabelan Pangan?
Ya (21.43%)
Tidak (78.57%)
7
Apakah gambar buah pada kemasan minuman sari buah menarik minat Anda untuk mengkonsumsinya?
Ya (82.14%)
Tidak (17.86%)
8
Menurut Anda apakah dengan meminum minuman sari buah akan memberikan efek kesehatan yang sama dengan mengkonsumsi buah asli?
Ya (58.93%)
Tidak (41.07%)
Lainnya (17.85%)
19
Dari Tabel 9 diketahui bahwa seluruh responden yang berjumlah 112 orang merupakan konsumen minuman sari buah kemasan siap minum komersial yang mengkonsumsi minuman sari buah kemasan siap minum minimal satu kali setiap minggunya, bahkan sebanyak 9.83% dari total responden mengkonsumsi lima sampai tujuh kali dalam setiap minggunya. Survei dari Frontier Consulting Group Research pada awal Tahun 2012 menunjukkan bahwa penetrasi minuman sari buah kemasan siap minum ke konsumen di kota-kota besar yaitu Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya sebesar 80.9%. Jumlah tersebut berarti bahwa sebanyak delapan dari sepuluh orang yang disurvei mengkonsumsi minuman sari buah kemasan siap minum dengan rutin setiap bulannya. Sebanyak 59 orang responden mengkonsumsi minuman sari buah kemasan siap minum karena alasan kesegaran yang diperoleh setelah pengkonsumsian. Pengetahuan konsumen mengenai produk pangan seperti sari buah utamanya bersumber dari label produk tersebut. Fungsi label pangan ini adalah sebagai sumber informasi dari produsen ke konsumen, mengikat transaksi (jadi apabila ada yang tidak sesuai dengan yang dicantumkan, produsennya dapat dituntut), serta sebagai bahan pertimbangan bagi konsumen untuk menentukan pilihan. Label minuman sari buah kemasan siap minum diperhatikan sebanyak 71.43% dari total responden. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumen saat ini telah memiliki kesadaran yang cukup tinggi akan informasi mengenai minuman sari buah kemasan siap minum yang diperoleh melalui pembacaan pada label produk. Sebanyak 82.14% responden mengakui bahwa gambar buah pada kemasan sari buah kemasan siap minum menarik minat mereka untuk mengkonsumsinya. Di sisi lain, 78.57% responden ternyata tidak mengetahui adanya peraturan yang mengatur mengenai pelabelan pangan. Hal ini membuat transaksi dalam pangan pada umumnya dan minuman sari buah kemasan siap minum pada khususnya tidak dapat terikat. Konsumen tidak dapat menuntut karena tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai peraturan pelabelan pangan. Dalam penjelasan UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen disebutkan bahwa tingkat pengetahuan konsumen yang rendah mengakibatkan kedudukan pelaku usaha (produsen) menjadi tidak seimbang dan konsumen berada pada posisi yang lemah. Konsumen menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya melalui promosi. Pencantuman gambar buah pada jenis minuman sari buah dan minuman rasa buah merupakan salah satu hal yang dapat meningkatkan daya tarik konsumen untuk membeli produk minuman sari buah kemasan siap minum, meskipun tidak dibenarkan. Tanggal kadaluarsa dan komposisi merupakan dua hal yang diperhatikan paling banyak oleh responden yaitu masing-masing 71.43% dan 58.03%. Sebanyak 58.93% responden berasumsi bahwa dengan meminum minuman sari buah akan memberikan efek kesehatan yang sama jika dibandingkan dengan mengkonsumsi buah asli. Artinya mereka beranggapan bahwa seluruh jenis minuman sari buah memiliki kandungan gizi yang sama dengan gizi yang terkandung oleh buah-buahan asli. Komposisi pada minuman sari buah kemasan siap minum pada umumnya berisi daftar bahan penyusun minuman tersebut seperti air, gula, dan kandungan sari buah. Sayangnya, tidak ada satu merek pun yang mencantumkan persentase kandungan sari buah yang dikandung secara jelas. Hal ini membuat konsumen tidak mengetahui secara pasti mengenai kandungan sari buah pada produk yang biasa mereka minum.
4.8
PEMBAHASAN UMUM
Sebaran rata-rata tingkat pemenuhan syarat unsur dan kelompok unsur secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 10. Terlihat bahwa tingkat pemenuhan syarat unsur dari yang tertinggi ke
20
terendah yaitu unsur keterangan lain (99.41%), keterangan minimum label (94.70%), keterangan yang dilarang (90.68%), tulisan pada label (88.24%), dan teknis pencantuman label (66.18%). Sementara itu, rata-rata tingkat pemenuhan unsur atau kelompok unsur rata-rata label minuman sari buah kemasan siap minum yang diamati adalah 87.84%. Tabel 10. Jumlah merek minuman sari buah kemasan siap minum yang memenuhi syarat unsur label Jumlah merek yang memenuhi Kelompok unsur Jumlah unsur label syarat label (%) Keterangan minimum label 5 94.70 Tulisan pada label 1 88.24 Teknis pencantuman label 1 66.18 Keterangan yang dilarang 6 90.68 (tidak boleh dicantumkan) Keterangan lain 10 99.41 Rata-rata 87.84 Jumlah unsur label yang dipenuhi oleh setiap merek minuman sari buah secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 10. Sedangkan sebaran merek minuman sari buah kemasan siap minum berdasarkan pemenuhan syarat unsur label dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Sebaran merek minuman sari buah kemasan siap minum berdasarkan pemenuhan syarat unsur label ( total 68 merek) Jumlah unsur yang dipenuhi Jumlah merek Presentase (%) <18 0 0 18 1 1.47 19 2 2.94 20 5 7.35 21 14 20.59 22 36 52.94 23 10 14.70 Dapat diketahui bahwa umumnya merek yang diteliti memenuhi lebih dari 18 unsur. Sebanyak 10 unsur telah memenuhi selurut persyaratan pemenuhan unsur label atau kelompok unsur label. Kesepuluh merek tersebut adalah berri, calamansi, country choice, happy jus, nucleo, premium sunfresh, soursop, sunfresh, sunkist, dan yoa. Kesepuluh merek tersebut merupakan produk minuman sari buah produksi dalam negeri atau berkode pendaftaran MD. Sementara itu tidak ada satu pun merek berkode ML (produk luar negeri) dan P-IRT (produk industri rumah tangga) yang berhasil memenuhi seluruh persyaratan pemenuhan unsur atau kelompok unsur label. Sementara itu merek yang memiliki jumlah unsur yang terpenuhi paling sedikit adalah cooler yaitu sebanyak 18 unsur.
21
Persentase Pemenuhan (%)
98
96.39
96 91.87
94 92 90
86.95
88 86 84 82 MD
ML
PIRT
Jenis kode pendaftaran Gambar 4. Persentase rata-rata jumlah unsur yang dipenuhi oleh kelompok contoh berdasarkan jenis kode pendaftarannya (total 23 unsur) Dari Gambar 4 terlihat bahwa memang produk-produk dengan kode pendaftaran MD (produk dalam negeri) rata-rata memenuhi jumlah unsur yang lebih banyak yaitu sebesar 96.39% (22.17 unsur). Sementara produk-produk dengan kode pendaftaran ML (produk luar negeri) ratarata memenuhi 91.87% (21.13) jumlah unsur. Produk minuman sari buah produksi industri rumah tangga dengan kode pendaftaran P-IRT hanya memenuhi rata-rata 86.95% (20unsur). Contoh analisis label untuk setiap merek dengan kode pendaftaran MD, ML, dan P-IRT masing-masing dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 11, Lampiran 12, dan Lampiran 13. Keseluruh merek yang diteliti merupakan produk yang telah mendapatkan kode dan nomor pendaftaran pangan yaitu ML dan MD dari BPOM RI serta P-IRT dari Dinas Kesehatan setempat. Label yang akan beredar wajib dicantumkan saat pendaftaran dan permohonan dalam mendapatkan nomor pendaftaran pangan. Seharusnya, nomor pendaftaran hanya diberikan kepada produsen yang memproduksi produk dengan label yang telah memenuhi syarat label sesuai perundangan. Pada praktiknya, ternyata 85.29% merek minuman sari buah yang beredar di pasar swalayan kota Bogor masih belum memenuhi seluruh syarat pemenuhan unsur atau kelompok unsur label namun sudah mendapatkan nomor pendaftaran pangan. Label pangan sebagai sumber informasi memiliki peranan sangat penting dalam perdagangan pangan. Tanggung jawab mengenai label pangan ini melibatkan konsumen, produsen, serta pemerintah. Hasil kuisioner menunjukkan bahwa sebenarnya konsumen telah memiliki kesadaran yang cukup tinggi akan informasi mengenai produk pangan yang akan mereka konsumsi melalui pembacaan label. Label minuman sari buah kemasan siap minum diperhatikan sebanyak 71.43% dari total 112 responden. Menurut Blanchfield (2000), mayoritas konsumen tidak mempunyai tuntutan khusus pada label pangan. Produsen bertanggung jawab dalam menentukan desain dan isi label sehingga label dapat memberikan informasi yang akurat kepada konsumen serta tidak luput dari kewajiban dan tanggung jawabnya dalam memenuhi peraturan pelabelan yang dietapkan pemerintah. Pemerintah juga perlu meningkatkan sosialisasi label pangan terutama untuk ketentuan tulisan pada label dan keterangan minimum label. Pengawasan juga harus dilakukan terhadap label pangan yang telah beredar di pasaran. Pemberian sanksi yang tegas juga diperlukan kepada
22
produsen yang masih memproduksi produk dengan label yang belum memenuhi ketentuan pemenuhan syarat label. Penerapan PP Nomor 69 Tahun 1999 sendiri belum berjalan efektif karena masih terdapat enam substansi label pangan yang perlu diatur lebih lanjut oleh Menteri Kesehatan (Gunanta 2007). Sampai saat ini (tahun 2012) belum ada peraturan Menteri Kesehatan yang membahas keterangan lebih lanjut mengenai hal tersebut. BPOM juga telah mengeluarkan Buku Pedoman Umum Pelabelan Pangan melalui Keputusan BPOM HK 00.05.52.4321 pada tahun 2003. Buku pedoman ini digunakan sebagai acuan dalam rangka penilaian label produk pangan, kegiatan inspeksi label produk pangan, serta sebagai acuan pelaku usaha dalam merancang label produk pangan. Buku ini sendiri kurang disosialisasikan dan lebih banyak digunakan untuk kepentingan internal dalam melaksanakan pengawasan. Meskipun buku pedoman ini banyak menjelaskan beberapa substansi Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999, buku pedoman ini bukan merupakan ketentuan lanjutan dari peraturan pemerintah tersebut yang memiliki kekuatan hukum mengikat karena dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tidak disebutkan peranan BPOM dalam pelaksanaaan peraturan tersebut (Gunanta 2007). Pelaksanaan pengawasan terhadap ketentuan tentang label dan iklan pangan berdasarkan PP Nomor 69 Tahun 1999 pasal 59 dilakukan oleh Menteri Kesehatan karena pada saat peraturan tersebut dibuat BPOM masih berada di bawah Departemen Kesehatan, sedangkan sekarang BPOM merupakan lembaga non departemen yang pertanggungjawabannya langsung kepada presiden. Oleh karena itu, revisi peraturan tersebut harus segera dilakukan agar pengawasan dapat dilakukan BPOM. Perbedaan beberapa substansi antara Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 dan Buku Pedoman Umum Pelabelan Pangan yang dikeluarkan BPOM (2003) yaitu mengenai ketentuan tentang keterangan minimum label, ketentuan tentang keterangan minimal pada bagian utama label, dan ketentuan mengenai bahasa yang digunakan pada label. Terdapat pula beberapa substansi yang tidak dicantumkan secara rinci pada Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 namun dijelaskan dengan lebih rinci pada Buku Pedoman Umum Pelabelan Pangan (BPOM) yaitu 1) unsur tulisan pada label, yang dicantumkan ukuran minimum tulisan, 2) unsur nama dan alamat produsen, yang dijelaskan secara lengkap tatacara pencantuman alamat, 3) unsur tanggal kadaluarsa, dicantumkannya jenis pangan yang tidak perlu mencantumkan tanggal kadaluarsa serta, 4) dicantumkan syarat-syarat pencantuman klaim pada label (Gunanta 2007). Unsur keterangan minimum label yang diatur Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 juga berbeda dengan peraturan lainnya. Gunanta (2007) membandingkan unsur keterangan minimum label yang diatur PP Nomor 69 Tahun 1999 dengan UU Nomor 7 Tahun 1996 pasal 30 ayat 2 dan UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pasal 8 ayat 2. Perbedaan unsur keterangan minimum label tersebut dapat dilihat pada Tabel 12. Dapat terlihat bahwa unsur keterangan minimum label terbanyak adalah menurut UU Nomor 8 Tahun 1999 yaitu sebanyak 8 buah, karena peraturan ini tidak hanya berlaku untuk produk pangan, namun produk pada umumnya. Sementara itu, dibandingkan dengan UU No 7 Tahun 1996 unsur minimum yang diatur oleh PP Nomor 69 Tahun 1999 juga memiliki perbedaan yaitu mengenai pencantuman keterangan halal pada label produk. Padahal, PP Nomor 69 Tahun 1999 dibuat sebagai pelaksanaan dari UU No 7 Tahun 1996 untuk mengatur tentang label dan iklan pangan. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 juga masih membingungkan. Banyak pasal-pasal yang masih memerlukan penjelasan lebih lanjut terkait pelaksanaannya. Kerancuan itu juga ditemui di pasal-pasal yang ada. Untuk keterangan minimum label misalnya, pada pasal 3 ayat 2 disebutkan ada lima unsur yang sekurang-kurangnya harus ada pada label , yaitu nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat atau isi bersih, nama dan alamat pihak yang
23
memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia, dan tanggal-bulan-tahun kadaluarsa.Namun, di pasal 12 unsur yang dimaksud (ada pada label) ternyata hanya mensyaratkan tiga unsur yaitu nama produk, berat atau isi bersih, serta nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia. Perbedaan dan kerancuan ini akan menyulitkan karena menimbulkan kebingungan bagi produsen dalam memilih pedoman dalam memproduksi label untuk produknya, sehingga memungkinkan produsen minuman sari buah kemasan siap minum mengikuti peraturan pelabelan yang berbeda. Sebagai peraturan yang masih berlaku sampai saat ini, Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 memiliki efektivitas penerapan yang belum efektif terkait pengaturan label produk pangan. Revisi peraturan tersebut sangat perlu dilakukan terkait dengan perkembangan variasi produk jenis pangan sehinggga membutuhkan pengaturan yang lebih rinci dan ketat agar konsumen dapat memperoleh keterangan yang sebenarnya. Pencantuman persentase kandungan sari buah yang dikandung oleh sari buah, minuman sari buah, dan minuman rasa buah juga harus dilakukan oleh produsen. BPOM dan Dinas Kesehatan seharusya memeriksa label produk suatu pangan dengan mengaitkan pemenuhan syarat ketentuan label pangan yang berlaku sebelum memberikan nomor pendaftaran pada produsen agar semua pangan yang beredar ke konsumen telah memiliki label yang benar. Tabel 12. Perbedaan unsur keterangan minimum label PP Nomor 69 Tahun 1999 UU Nomor 7 Tahun 1996 Nama produk Nama produk Berat bersih Berat bersih Daftar bahan Daftar bahan Nama dan alamat produsen Nama dan alamat produsen Tanggal kadaluarsa Tanggal kadaluarsa Keterangan halal
UU Nomor 8 Tahun 1999 Nama produk Berat bersih Daftar bahan Nama dan alamat produsen Tanggal kadaluarsa Tanggal pembuatan Akibat samping Aturan pakai
24