15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Skor Motilitas Kime et al. (2001) mengemukakan bahwa skor motilitas merupakan parameter yang sering digunakan dalam mengukur kualitas sperma. Ada berbagai metode yang dapat digunakan dalam mengukur skor motilitas sperma salah satunya adalah menggunakan metode dikembangkan oleh McMaster (1992).
6 5
Skor
4 3 2 1 0 0 ppt
3 ppt
6 ppt
9 ppt
Konsentrasi Larutan Uji
Gambar 7. Histogram Skor Motilitas Pada gambar 2. Dapat dilihat bahwa perlakuan 0 ppt memperoleh nilai paling tinggi dengan skor rata-rata 5. Hasil ini terus menurun pada perlakuan 3 ppt yang memperoleh skor rata-rata 4,67 dan terus menurun pada perlakuan 6 ppt yang memperoleh skor rata-rata 3. Skor motilitas kembali meningkat pada perlakuan 9 ppt yang memperoleh skor rata-rata 4,33. Berdasarkan analisis ragam yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa P-value (0,002) < 0,05. Ini berarti sudah cukup bukti untuk mengatakan bahwa paling sedikit ada 1 taraf perlakuan salinitas yang memberikan pengaruh nyata dengan taraf nyata 5%. Untuk mengetahui perlakuan mana yang memberikan pengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut yaitu uji Duncan. Berdasarkan uji Duncan terlihat bahwa salinitas 6 ppt memberikan pengaruh yang berbeda nyata dibandingkan perlakuan 0 ppt, 3 ppt dan 9 ppt. Berdasarkan uji Duncan juga dapat
16
disimpulkan bahwa 0 ppt adalah perlakuan yang menghasilkan skor motilitas terbaik diikuti oleh perlakuan 3ppt, 9 ppt dan 6 ppt. Variasi nilai yang diperoleh dalam percobaan terjadi karena perbedaan tekanan osmotik yang dihasilkan oleh semua larutan uji. Tekanan osmotik perlakuan salinitas 6 ppt hampir sama dengan salinitas yang ada di tubuh ikan sebesar 5 ppt. Diduga perbedaan salinitas yang kecil menyebabkan tidak tersedianya perbedaan tekanan osmotik yang cukup untuk mengaktifkan sperma. Kegagalan dalam mengaktifkan sperma ini menyebabkan rendahnya skor motilitas yang diperoleh. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa perlakuan salinitas 6 ppt merupakan larutan uji terbaik untuk mengencerkan sperma. Hal ini sesuai dengan pendapat Billard (1978) bahwa air tawar dan air laut bukanlah media terbaik untuk menyimpan atau mengencerkan sperma dan disarankan menggunakan pengencer yang spesifik untuk mengencerkan sperma pemijahan buatan Skor motilitas paling tinggi diperoleh pada perlakuan 0 ppt karena perlakuan ini mampu menyediakan perbedaan tekanan osmotik yang cukup besar untuk mengaktifkan sperma. Hal ini menunjukan bahwa larutan 0 ppt adalah larutan terbaik dalam aktifasi sperma.
17
4.2 Viabilitas Menurut Hidayaturrahmah (2007) viabilitas sperma dapat diukur dengan mencacat waktu mulai dari sperma bergerak sampai dengan tidak berdenyut lagi atau mati. Viabilitas sangat penting karena tidak seperti sperma mamalia yang harus mendobrak untuk masuk ke dalam telur, sperma ikan harus menemukan satu pintu di permukaan telur untuk masuk yang disebut mikrofil. Viabilitas yang semakin lama tentu saja akan memperbesar peluang sperma menemukan mikrofil. 250 208
Waktu (detik)
200 162
161 150 96
100 50 0 0 ppt
3 ppt
6 ppt
9 ppt
Konsentrasi Larutran Uji
Gambar 8. Histogram viabilitas sperma Dapat dilihat pada gambar 8. bahwa angka viabilitas yang dihasilkan oleh ke empat perlakuan cukup bervariasi. Hasil tertinggi diperoleh pada perlakuan 3 ppt dengan durasi rata-rata 208 detik, diikuti oleh perlakuan 9 ppt dengan durasi motil rata-rata 162 detik dan perlakuan 0 ppt dengan hasil rata rata 161 detik. Hasil paling rendah diperoleh pada perlakuan 6 ppt dengan hasil ratarata 162 detik. Berdasarkan analisi ragam yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa P-value (0,006) < 0,05. Ini berarti sudah cukup bukti untuk mengatakan bahwa paling sedikit ada 1 taraf perlakuan salinitas yang memberikan pengaruh nyata terhadap viabilitas dengan taraf nyata 5%. Untuk mengetahui perlakuan mana yang memberikan pengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut yaitu uji Duncan.
18
Berdasarkan uji Duncan terlihat bahwa perlakuan salinitas 6 ppt memberikan pengaruh yang berbeda dibandingkan perlakuan 0 ppt, 3 ppt dan 9 ppt. Berdasarkan uji Duncan juga dapat disimpulkan bahwa perlakuan 3 ppt adalah perlakuan yang menghasilkan durasi viabilitas terbaik diikuti oleh perlakuan 9 ppt, 3 ppt dan 6 ppt. Diduga perlakuan 3 ppt memberikan hasil terbaik karena mampu menyediakan perbedaan tekanan osmotik yang cukup untuk mengaktifkan sperma tetapi tidak menyebabkan sperma mengalami cedera osmotik. Hal ini sesuai dengan pendapat Billard (1978) yang menyatakan motilitas spermatozoa ikan air tawar terjadi dalam hitungan detik dan menit akibat adanya cedera osmotik. Cedera osmotik adalah kerusakan sel akibat goncangan tekanan osmotik. Perlakuan salinitas 6 ppt memberikan hasil paling rendah karena diduga tekanan salinitas larutan uji terlalu dekat dengan salinitas osmotik dari tubuh ikan. Kecilnya perbedaan tekanan osmotik menyebabkan gagalnya aktifasi sperma. Hal ini berpengaruh pada rendahnya durasi viabilitas pada perlakuan 6 ppt. Hipotesa ini dikuatkan dengan hasil skor motilitas dimana perlakuan 6 ppt memperoleh nilai terendah dengan rata-rata skor 3. Perlakuan 0 ppt dan 9 ppt menghasilkan viabilitas yang lebih tinggi dibanding perlakuan 6 ppt tetapi lebih rendah dibanding hasil dari perlakuan 3 ppt. Hal ini menandakan tersedianya perbedaan tekanan osmotik yang cukup untuk mengaktifkan sperma tetapi memberi dampak cedera osmotik yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 3 ppt. Berdasarkan Gambar 3 dapat disimpulkan bahwa salinitas 3 ppt adalah larutan yang paling baik digunakan dalam pemijahan buatan karena memberikan viabilitas yang paling lama. Hal ini sesuai dengan pendapat Billard (1978) bahwa air tawar dan air laut bukanlah media terbaik untuk menyimpan atau mengencerkan sperma dan disarankan menggunakan pengencer yang spesifik untuk mengencerkan sperma pemijahan buatan. Semakin lama viabilitas sperma maka akan semakin jauh jarak yang bisa ditempuh dan semakin besar kemungkinan untuk sperma dapat masuk ke mikrofil. Berdasar Gambar 8. salinitas 6 ppt adalah larutan terbaik untuk menyimpan sperma ikan gutame. Hal ini sesuai dengan syarat larutan yang
19
digunakan dalam penyimpanan sperma dimana larutan tersebut tidak boleh mengaktifkan sperma itu sendiri. Diduga perbedaan tekanan osmotik yang kecil antara tubuh ikan dengan t larutan salinitas 6 ppt menyebabkan tidak tersedianya perbedaan tekanan osmotik yang cukup untuk merangsang aktifasi sperma. Sedikitnya sperma yang aktif menyebabkan rendahnya angka viabilitas yang dihasilkan larutan uji 6 ppt.