IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. 1. ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS IV. 1. 1. Bahan Baku Bahan baku merupakan salah satu unsur penting dalam proses produksi, dengan tersedianya bahan baku dalam jumlah dan waktu yang tepat akan memperlancar proses produksi dalam perusahaan, sehingga diharapkan dengan lancarnya proses produksi tersebut dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen baik jumlah dan waktunya. Bahan baku yang digunakan pada industri biodiesel ini adalah biji nyamplung. Tanaman nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) merupakan jenis tanaman yang sudah sangat umum dikenal di Indonesia. Tanaman nyamplung dikenal masyarakat Indonesia sebagai salah satu tanaman yang memiliki manfaat yang banyak Kendala yang dihadapi untuk memproduksi biodiesel skala industri adalah ketersediaan bahan baku tingkat produksi. Keunggulan biji nyamplung yang dijadikan bahan baku untuk produk biodiesel adalah produksi nyamplung sangat tinggi apabila dibandingkan dengan jarak pagar dan sawit, produksi biji nyamplung dapat mencapai 20 ton/ha/tahun dan kandungan minyak relatif tinggi yaitu antara 50-70% sedangkan produksi biji jarak rata-rata sebesar 5 ton/ha/tahun dan kandungan minyak antara 40-60%. Sawit mencapai 6 ton/ha/tahun dan kandungan minyak antara 46-54%. Bahan baku pengolahan minyak nyamplung sangat mudah diperoleh dan tanaman nyamplung memiliki tingkat produksi yang tinggi apabila dibandingkan dengan yang lainnya (Badan Litbang Kehutanan, 2008).
IV. 1. 2. Kapasitas Produksi Kapasitas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Keuntungan ini dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu pangsa pasar yang mungkin diraih, sedangkan faktor internal yaitu usaha-usaha pemasaran yang dilakukan serta variabel-variabel teknik yang berkaitan langsung dengan proses produksi. Penentuan kapasitas pabrik juga dipengaruhi ketersediaan bahan baku dan teknologi proses yang dipilih. Kapasitas produk untuk industri biodiesel ini diperoleh setelah dilakukan scale up dari hasil percobaan skala laboratorium di SBRC (Surfactant Bioenergi and Research Center). Kapasitas biodiesel yang dihasilkan dari industri biodiesel ini adalah 1000 liter per hari. Sedangkan, penentuan kapasitas biji nyamplung untuk bahan baku biodiesel ini ditentukan berdasarkan jumlah bahan baku yang dihasilkan oleh kebun. Luas lahan yang bertegakan nyamplung dapat dilihat pada Lampiran 1.
IV. 1. 3. Lokasi Pabrik Lokasi proyek untuk perusahaan industri mencangkup dua pengertian yakni lokasi dan lahan pabrik, serta lokasi untuk bukan pabrik. Pada dasarnya lokasi proyek yang paling ideal adalah terletak pada suatu tempat yang akhirnya mampu memberikan total biaya operasional yang rendah dan keuntungan yang maksimal. Pemilihan lokasi proyek merupakan suatu keputusan yang penting, karena kekeliruan yang dibuat tidaklah mungkin dengan segera dikoreksi tanpa kehilangan investasi yang sudah terlanjur ditanamkan, serta tambahan investasi untuk mencari alternatif lokasi di tempat lain.
26
Suatu industri yang lokasinya tidak tepat, akan menghadapi persoalan yang terus menerus dan tidak terselesaikan, terutama dalam menghadapi saingan sehingga kelangsungan hidup dan stabilitas industri tersebut akan selalu mengalami kesulitan. oleh sebab itu, untuk memperoleh keputusan yang tepat dalam penentuan lokasi, maka perlu dilakukan pengkajian berbagai faktor yang mempengaruhinya. Lokasi industri yang tepat dapat melayani proses-proses baru, perkembangan teknologi dan dapat menampung kemungkinan-kemungkinan perluasan industri. Untuk melakukan penentuan kriteria dalam pemilihan lokasi, dilakukan brainstorming dengan pakar dan studi pustaka, meliputi hal apa saja yang mempengaruhi keberhasilan pendirian pabrik. Dari hasil pemikiran tersebut, dapat disaring menjadi lima kriteria penentuan lokasi pabrik yaitu, ketersediaan bahan baku, ketersediaan infrasruktur dan transportasi, ketersediaan utilitas, kedekatan dengan pasar, dan ketersediaan tenaga kerja. Yang dikatakan faktor-faktor utama adalah faktor-faktor yang langsung mempengaruhi tujuan utama perusahaan. Adapun faktor-faktor yang termasuk dalam faktor utama yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi suatu perusahaan atau pabrik adalah : a. Ketersediaan Bahan Baku Perusahaan atau pabrik memerlukan bahan mentah untuk diolah lebih lanjut untuk menjadi barang setengah jadi dan/atau barang jadi. Bahan-bahan mentah tersebut perlu diangkut ke perusahaan atau pabrik untuk dapat diolah lebih lanjut. Perusahaan menginginkan untuk selalu memperoleh bahan baku dalam jumlah yang dibutuhkan dengan mudah, harganya yang layak, biaya pengangkutan yang rendah serta bahan-bahan mentah tersebut tidak rusak sehingga bila diproses atau diolah menjadi barang jadi dapat menghasilkan produk yang memiliki kualitas yang baik. Suatu pabrik didirikan dekat dengan sumber bahan bakunya memiliki tujuan untuk tetap menjamin ketersediaannya bahan-bahan tersebut sehingga kontinuitas pabrik dapat terjamin dan agar biaya pengangkutan bahan-bahan mentah ke pabrik lebih rendah. Jika pabrik terlampau jauh dari sumber bahan mentahnya maka kemungkinan terlambatnya kedatangan bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi. b. Ketersediaan Infrastruktur dan Transportasi Pengangkutan (transportation) merupakan suatu faktor yang penting. Kegiatan pengangkutan meliputi mengangkut dan memindahkan bahan baku, bahan tambahan maupun produk-produk yang dihasilkan sampai pada tempat tujuan. Untuk melaksanakan kegiatan pengangkutan ada empat jenis fasilitas pengangkutan yang sering digunakan, yaitu kereta api, truk angkutan jalan raya, pengangkutan melalui air, pengangkutan melalui udara. c. Ketersediaan utilitas Suatu pabrik sangat mutlak memerlukan tenaga listrik untuk keperluan menjalankan mesin-mesin serta penerangan pabrik secara keseluruhan. Dengan ketersediaan utilitas yang cukup maka proses produksi dan kegiatan lain yang ada di pabrik akan berjalan dengan lancar, begitu pula sebaliknya apabila ketersediaan utilitas kurang maka proses produksi dan kegiatan lainnya akan terhambat. d. Kedekatan dengan Pasar Banyak perusahaan atau pabrik yang memperhatikan daerah pemasaran hasil produksinya dalam menentukan lokasi perusahaan atau pabrik tersebut. Alasan utama perusahaan mendirikan pabriknya dekat dengan pasar agar barang yang akan dipasarkan dapat
27
cepat sampai dipasar. Jadi bila letak perusahaan dekat dengan daerah pasar maka pelayanan kepada konsumen akan menjadi lebih cepat. Disamping itu biaya pengangkutan produk ke pasar akan menjadi lebih rendah. e. Ketersediaan Tenaga Kerja Faktor buruh atau tenaga kerja merupakan faktor yang penting bagi suatu perusahaan. Karena berhasil tidaknya pencapaian tujuan perusahaan juga dipengaruhi oleh faktor buruh atau tenaga kerja ini. Salah satu faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja dan penekanan biaya produksi adalah tenaga kerja.
Setelah lima kriteria disusun maka dilakukan penyusunan sub kriteria yaitu aktor dan tujuan. dan setelah itu perlu ditentukan alternatif lokasi yang mewakili kriteria dan sub kriteria tersebut. Aktor yang berpengaruh pada penentuan lokasi yang potensial untuk pendirian industri biodiesel ini adalah investor, pelaku industri, pemerintah, dan masyarakat sekitar. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah : • Meningkatkan keuntungan (profit) dari pendirian industri biodiesel ini dengan meminimalisasi biaya produksi untuk memproduksi biodiesel yang ramah lingkungan • Pemerataan lokasi industri yang dilakukan dengan cara mendirikan industri di daerah atau wilayah yang potensial yang belum terdapat industri yang sejenis. Pendirian ini dimaksudkan agar terdapat industri biodiesel dengan bahan baku biji nyamplung di beberapa wilayah secara merata. • Meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dengan adanya lapangan pekerjaan yang baru. Hal yang penting dalam penentuan alternatif adalah ketersediaan bahan baku yaitu biji nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) dan dekat atau tidaknya dengan pasar yaitu masyarakat yang menggunakan bahan bakar untuk kendaraan dan mesin-mesin mereka. Untuk pertimbangan lingkungan dan peraturan pemerintah dinilai bahwa kriteria tersebut merupakan nilai kritis yang memiliki arti bahwa dalam pendirian industri di daerah tersebut tidak memungkinkan karena dilarang oleh pemerintah atau kondisi geografis lingkungan yang tidak mendukung, maka pilihan lokasi tersebut gugur walaupun memiliki kemampuan suplai bahan baku yang baik dan dekat dengan pasar. Lokasi yang memiliki banyak bahan baku dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Areal tanaman nyamplung di beberapa lokasi
Sumber : Departemen Kehutanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
28
Tabel 8. Produksi buah dan benih dari beberapa lokasi
Untuk pemilihan alternatif lokasi dilakukan dengan cara memilih empat daerah yang memiliki potensi suplai bahan baku dan kedekatan dengan pasar. Keempat daerah tersebut adalah Kedu, Banyuwangi, Cilacap, dan Ciamis. Susunan hierarki pemilihan lokasi pabrik dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Hierarki AHP pemilihan lokasi potensial pendirian industri biodiesel
29
Pemilihan lokasi yang potensial untuk pendirian industri biodiesel dari biji nyamplung dilakukan dengan menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Process). Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan akan dipecahkan dalam suatu kerangka berfikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut, persoalan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan keputusannya. Berdasarkan struktur hierarki AHP di atas, level 1 (fokus) adalah memperoleh lokasi yang paling strategis untuk pendirian industri biodiesel dari biji nyamplung. Level 2 dari struktur hierarki AHP model penentuan lokasi potensial tersebut adalah faktor. Level 3 dari struktur hierarki AHP model penentuan lokasi potensial tersebut adalah aktor. Level 4 dari struktur hierarki AHP model penentuan lokasi potensial tersebut adalah tujuan. Level 5 dari struktur hierarki AHP model penentuan lokasi potensial tersebut adalah alternatif lokasi. Setelah penyusunan hierarki terbentuk, maka untuk pembobotan kriteria dan alternatif lokasi diperlukan pendapat dari tiga orang pakar. Para pakar tersebut mewakili dari bidang akademisi, teknologis, dan pakar mengenai bahan baku yaitu nyamplung. Penilaian pakar diambil berdasarkan lama dan banyaknya pengalaman pada masing-masing bidang tersebut. Contoh lembaran kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 2. Perhitungan perkalian matriks untuk mendapatkan nilai pembobotan dari aktor dan tujuan secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 3. Nilai pembobotan dari hasil akhir dengan menggunakan program AHP dapat dilihat pada Gambar 11 dan untuk nilai pembobotan hasil akhir disetiap kriteria dan sub kriteria dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 11. Nilai pembobotan hasil akhir
30
Gambar 12. Nilai pembobotan akhir dari masing-masing kriteria Dapat diketahui dari bobot yang diperoleh, untuk penentuan lokasi industri biodiesel faktor yang utama adalah ketersediaan bahan baku dengan hasil bobot terbesar dibandingkan dengan faktor-faktor yang lain yaitu 0,374, karena bahan baku biji nyamplung merupakan hal yang utama untuk produksi biodiesel dan biji nyamplung memiliki karakteristik yang cepat busuk sehingga industry biodiesel ini harus dekat dengan sumber bahan baku. Faktor-faktor lain yang penting setelah ketersediaan bahan baku adalah kedekatan dengan pasar, ketersediaan utilitas, ketersediaan tenaga kerja, dan ketersediaan infrastruktur. Adapun aktor-aktor dalam pendirian industri biodiesel ini yang paling berpengaruh yaitu pelaku industri dengan nilai bobot terbesar yaitu 0,34, pelaku industri yang melakukan kegiatan berupa pengolahan, pengawasan, pengorganisasian dan lainnya sehingga tanpa adanya pelaku industri, industri ini tidak akan dapat dijalankan. Aktor kedua adalah investor, ketiga adalah pemerintah, dan yang keempat adalah masyarakat sekitar. Selain bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pemerataan industri, tujuan yang paling utama dalam pendirian industri biodiesel ini adalah meningkatkan keuntungan dengan nilai bobot terbesar yaitu 0,49. Untuk hasil akhir diperoleh bobot keempat alternatif yaitu untuk Kedu sebesar 0,187; Banyuwangi sebesar 0,503; Cilacap sebesar 0,227; dan Ciamis sebesar 0,083, dari bobot akhir alternatrif tersebut dapat disimpulkan bahwa Banyuwangi keluar dengan nilai tertinggi sehingga Banyuwangi merupakan lokasi yang potensial untuk pendirian industri biodiesel karena Banyuwangi memiliki bahan baku yang melimpah dengan pelaku industri menjadi pihak yang sangat berpengaruh terhadap kelancaran Industri biodiesel ini yang dapat menjalankan dan mengelola pabrik tersebut agar tetap berjalan dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan (profit) dengan meminimalisasi biaya, dan sebaliknya untuk Ciamis memiliki bobot akhir terendah karena faktor-faktor utama tersebut tidak tepenuhi untuk lokasi Ciamis.
31
IV. 1. 4. Teknologi Proses Proses pembuatan biodiesel biji nyamplung pada umumnya sama seperti proses pembuatan boidiesel lainnya yaitu terdiri dari dua tahap yaitu ekstraksi minyak nyamplung (pretreatment) dan proses pengolahan minyak nyamplung menjadi biodiesel. Biodiesel diolah dengan bahan baku minyak yang diperoleh dari berbagai hasil agroindustri, misalnya dari tanaman nyamplung. Pengolahan bahan baku menjadi faktor penting untuk menghasilkan biodiesel yang berkualitas dan memenuhi standar. Secara keseluruhan proses pembuatan biodiesel dari biji nyamplung dapat dilihat pada Gambar 13. Biji Nyamplung
Sortasi dan Pengupasan Pencacahan Pengeringan
Filterisasi Esterifikasi Transesterifikasi Pemurnian
Pengepresan Degumming Refined Oil
Biodiesel Nyamplung
Gambar 13. Proses pengolahan biji nyamplung menjadi biodiesel 1. Proses Pengupasan, Pencacahan dan Pengeringan Tahap persiapan merupakan tahap pertama dari proses produksi biodiesel dari buah nyamplung. Tahap ini dimulai dari penerimaan buah hingga diperoleh minyak nyamplung kotor. Tahap ini meliputi aktivitas-aktivitas sebagai berikut : seleksi bahan baku, pemecah dan pemisah kulit, perajangan biji, pengeringan dan pengepresan. Buah nyamplung diterima di pabrik dalam kemasan karung. Biji ditimbang dan diberikan nomor dan tanggal penerimaan sebelum disimpan dalam gudang buah. Dalam penerimaan buah harus dilakukan pemeriksaan kualitas secara visual. Buah yang bisa diterima adalah buah yang memenuhi kriteria yaitu : bersih dari bahan lain, kering (tidak lembab atau basah)dan bernas (berisi biji, tidak kosong atau busuk). Produksi dimulai dengan proses pemecahan dan pemisahan kulit buah. Proses tersebut dilakukan pada mesin pemecah. Buah dimasukkan dalam corong mesin dengan menggunakan screw conveyor. Setelah katup dibuka, buah akan jatuh dan digilas oleh roller yang terpasang di dalam mesin pemecah. Kulit buah akan pecah dan biji terekspose keluar. Campuran biji dan kulit buah dipisahkan dalam mesin separator yang bekerja berdasarkan perbedaan berat jenis. Campuran dijatuhkan dalam ruangan yang dihisap dengan blower. Kulit buah yang memiliki berat jenis lebih rendah akan terhisap. Sedangkan biji yang lebih berat akan jatuh ke arah bawah. Dengan demikian biji akan terpisah dari kulit dan ditampung pada tempat masing-masing. Biji yang telah terpisah dari kulitnya dicacah dengan mesin pencacah. Biji dimasukkan secara mekanis dengan screw feeder. Pada ujung screw feeder terdapat piringan pisau mengiris
32
biji secara kontinyu sehingga tercacah tipis-tipis. Biji yang telah tercacah akan keluar dari lubang pengeluaran. Selanjutnya biji nyamplung yang telah tercacah tipis dikeringkan dengan menggunakan vibrating fluidized bed dryer. Cacahan biji dimasukkan ke bagian atas dryer dengan menggunakan scrapper conveyor. Proses pengeringan dilakukan pada temperatur 70 oC selama 2 jam. Udara kering dibangkitkan pada tungku secara direct contact. Setelah kering, cacahan biji akan berubah warna menjadi coklat tua dan siap diturunkan dari mesin pengering.
2. Proses Pengepresan Biji yang telah kering, dikeluarkan dari mesin pengering dan dimasukkan dalam mesin pengepres. Mesin pengepres digunakan untuk memeras minyak dari biji. Jenis mesin pengepres adalah screw press expeller yang beroperasi secara kontinyu. Biji dimasukkan dalam hopper dan didorong oleh screw yang terpasang dibawahnya. Aliran bahan oleh screw akan tertahan oleh ring sehingga terjadi proses pemerasan. Minyak akan keluar dari celah diantara ring dan ampas keluar dari ujung mesin. Minyak yang dihasilkan oleh mesin pengepres ditampung dalam tangki penampung minyak kotor dan siap untuk diolah menjadi biodiesel. Hasil pengepresan selain minyak akan dihasilkan juga limbah yang berupa bungkil yang terdiri dari tempurung, daging biji, dan sisa minyak dengan jumlah sekitar 40% dari berat biji kering, bungkil yang jumlahnya cukup besar tersebut kalau tidak dimanfaatkan akan menjadi sumber pencemaran lingkungan. oleh karena itu, pabrik pengolahan minyak nyamplung harus disertai dengan pengolahan limbah. Minyak yang keluar dari mesin pres umumnya berwarna hitam gelap karena banyak mengandung korotan yang berasal dari kulit.
3. Proses Degumming Degumming merupakan proses pemisahan zat-zat terlarut atau zat-zat koloid seperti gum, resin, protein, dan fosfatida tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak (Ketaren, 1986). Prinsip proses degumming adalah pembentukan gumpalan-gumpalan dari zatzat terlarut atau terkoagulasinya zat-zat yang bersifat koloidal di dalam minyak. Minyak hasil pemerasan dimasukkan ke dalam reaktor degumming melalui gear pump. Dalam reaktor degumming, minyak dipanaskan hingga temperatur 100 oC. Setelah temperatur tercapai ditambahkan larutan asam fosfat sambil diaduk. Reaksi degumming membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Setelah itu, minyak disaring dengan menggunakan filter press. Gum akan tertahan oleh kain filter. Minyak yang bersih ditampung dalam tangki minyak bersih dan siap diproses pada tahap reaksi biodiesel. Tujuan proses degumming adalah untuk memisahkan minyak dari getah atau lendir. Hasil dari degumming akan memperlihatkan perbedaan yang sangat jelas dari minyak asalnya yaitu berwarna jernih kemerah-merahan. Sebelum dilakukan proses selanjutnya, dilakukan proses filterisasi dengan tujuan untuk menyaring kotoran-kotoran yang terdapat pada minyak yang tidak dikehendaki sehingga tidak menghambat proses selanjutnya.
4. Pengolahan minyak nyamplung menjadi biodiesel Setelah minyak nyamplung dipisahkan getahnya, dianalisa kadar asam lemak bebasnya kemudian dilakukan proses esterifikasi dan transesterifikasi. Proses pengolahan minyak nyamplung menjadi biodiesel sangat tergantung dari kadar asam lemak bebas awal dari minyak nyamplung setelah degumming.
33
Reaksi Esterifikasi Esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dari asam karboksilat dan alkohol. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi kesetimbangan (bolak-balik). Dari persamaan reaksi dapat dilihat bahwa reaksi selain menghasilkan methyl ester juga menghasilkan air. Jika metanol dan FFA direaksikan dengan katalis yang cukup maka reaksi akan berlangsung hingga terbentuk air dalam jumlah tertentu. Kadar asam lemak bebas dalam bahan baku minyak nyamplung kurang lebih 20%, dengan demikian kadar trigliserida berkisar antara 80%. Kedua jenis bahan sesungguhnya merupakan bahan baku yang dapat dikonversi menjadi biodiesel (methyl ester). Pada reaksi esterifikasi, asam lemak direaksikan dengan metanol menghasilkan methyl ester sesuai dengan persamaan reaksi sebagai berikut : katalis
RCOOH
+
CH3OH
RCOOCH3
+
H20
kalor Asam lemak
Metanol
Metil ester
Air
Persamaan reaksi tersebut menunjukkan bahwa satu molekul asam lemak dapat bereaksi dengan satu molekul metanol menjadi satu molekul methyl ester (biodiesel) dan satu molekul air. Untuk melangsungkan reaksi diperlukan katalis asam kuat berupa asam sulfat. Minyak bersih dialirkan dari tangki minyak bersih ke dalam reaktor biodiesel. Volume minyak dapat dilihat dari level indikator yang terpasang. Minyak dipanaskan dan dijaga temperaturnya pada 60 oC. Sambil menunggu temperatur tercapai, metanol dimasukkan kedalam tangki metanol, ditambahkan katalis asam sulfat dan diaduk hingga rata. Setelah metanol siap dan temperatur tercapai, larutan metanol sulfat dialirkan ke dalam reaktor dengan membuka valve tangki metanol. Selama reaksi dilakukan pengadukan. Reaksi esterifikasi selesai dalam waktu satu jam.
Reaksi Trans-Esterifikasi Salah satu proses utama pembuatan biodiesel dari minyak nyamplung adalah reaksi transesterifikasi, yaitu reaksi pertukaran alkohol dari sebuah ester. Reaksi transesterifikasi dilakukan selama 1 jam dengan temperatur antara 60-65 oC. Bahan baku minyak limbah mengandung gliserida (ester gliserol) dalam jumlah yang besar kurang lebih 80%. Pada reaksi transesterifikasi gliserol yang terikat dalam gliserida akan ditukar dengan metanol sehingga menghasilkan methyl ester (biodiesel). Reaksi transesterifikasi tersebut dapat digambarkan dalam persamaan reaksi sebagai berikut :
Reaksi transesterifikasi pada pabrik biodiesel ini menggunakan katalis KOH. Jumlah KOH ditentukan dengan mempertimbangkan kadar asam lemak dalam bahan baku minyak sebelum reaksi transesterifikasi.
34
Ada 3 kategori proses pengolahan minyak nyamplung berdasarkan klasifikasi kompleks atau kerumitan pengolahannya yaitu : •
Proses Transesterifikasi Proses ini digunakan apabila kadar FFA dari refined oil ≤ 1%
•
Proses Esterifikasi-Transesterifikasi Proses ini digunakan apabila kadar FFA dari refined oil berkisar antara 10-20%
•
Proses Esterifikasi-Esterifikasi-Transesterifikasi Proses ini digunakan apabila kadar FFA refined oil lebih besar dari 20%
Dalam produksi biodiesel digunakan metanol dengan menggunakan katalis alkali. Untuk metanol dan katalis ini pada dasarnya dapat diganti dengan bahan lain yaitu katalis yang tidak bercampur homogen dan mampu mengarahkan reaksi secara spesifik guna menghasilkan produk yang diinginkan tanpa reaksi samping. Enzim lipase yang bisa menjadi biokatalis dalam sintesis biodiesel tersebut diduga mampu memperbaiki kelemahan katalis alkali, Selain itu enzim tersebut juga mampu mengarahkan reaksi secara spesifik tanpa adanya reaksi samping yang tidak diinginkan. Meski mengandung kelebihan, penggunaan lipase sebagai biokatalis terdapat kekurangan. Lingkungan beralkohol seperti metanol menyebabkan lipase terdeaktivasi secara cepat dan stabilitas enzim tersebut dalam menga-talisis reaksi menjadi buruk. Untuk itu untuk menjaga aktivitas dan stabilitas enzim tetap tinggi selama reaksi berlangsung, digunakan metil asetat yang menggantikan metanol sebagai penyuplai gugus metal. Penambahan metil asetat dan enzim lipase itu disebut proses non alkohol, tetapi untuk hal ini masih dilakukan penelitian lebih lanjut karena masih banyak mengandung kekurangan. 5. Pemurnian Biodiesel yang dihasilkan dari tahap reaksi masih terkontaminasi oleh sisa-sisa sabun, gliserin dan metanol. Oleh karena itu biodiesel perlu dibersihkan dengan proses pencucian. Pencucian dilakukan dalam tangki pemurnian. Biodiesel dialirkan kedalam tangki pemurnian. Dari bagian atas disemprotkan air melalui sprayer. Air akan jatuh mengenai biodiesel dan tertampung pada bagian bawah tangki. Selama menerobos biodiesel, aliran air akan membawa sabun, gliserin dan sisa metanol. Air bekas pencucian dibuang melalui bagian bawah tangki ke kolam pengolahan limbah. Setelah air dikeluarkan, biodiesel dikeringkan dengan menaikkan temperatur dan menghidupkan pompa vakum. Air yang tersisa akan menguap dan tersedot dalam pompa vakum, sehingga biodiesel bebas dari air (kering). Setelah kering, biodiesel akan tampak jernih dan menjadi produk jadi. Biodiesel jadi ditampung dalam drum dengan menggunakan pompa. Pada pembahasan ini akan dilakukan 2 perbandingan proses (Lampiran 4) yang nantinya akan berpengaruh terhadap analisa finansial. Proses yang pertama adalah proses pembuatan biodiesel tanpa melalui proses pengukusan, proses yang kedua adalah proses pembuatan biodiesel dengan melalui proses pengukusan. Neraca massa produksi untuk proses pertama dapat dilihat pada Gambar 14 dan neraca massa produksi untuk proses kedua dapat dilihat pada Gambar 15. Neraca massa tersebut diolah dari berbagai sumber yaitu dari hasil percobaan skala laboratorium di SBRC (Surfactant and Bioenergy Research Center), Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, dan sumber lainnya. Untuk tabulasi neraca energi dapat dilihat pada Lampiran 5 dan perhitungan neraca energi dapat dilihat pada Lampiran 6.
35
Gambar 14. Neraca massa proses pembuatan biodiesel tanpa melalui proses pengukusan
36
Gambar 15. Neraca massa proses pembuatan biodiesel melalui proses pengukusan
37
IV. 1. 5. Desain Tata Letak Pabrik Desain tata letak sangat dibutuhkan dalam rangka pendirian suatu pabrik, karena hal ini berhubungan dengan penyusunan letak mesin, peralatan-peralatan produksi, dan ruanganruangan dalam pabrik. Pada tahapan proses pendirian industri biodiesel dari biji nyamplung, penentuan desain tata letak menjadi salah satu faktor yang sangat diperhatikan karena akan membuat proses produksi dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Tata letak merupakan salah satu strategi wilayah yang akan menentukan efisiensi operasi dalam jangka panjang. Perencanaan rancangan tata letak fasilitas pabrik yang baik selain dapat memperlancar proses produksi juga dapat memberikan keuntungan lain yaitu : •
Meningkatkan output produksi dalam waktu singkat dengan biaya produksi lebih murah.
•
Mengurangi proses pemindahan bahan (material handling).
•
Mengurangi adanya inventori in-proses karena proses berjalan dengan lancar.
•
Mengurangi waktu tunggu (delay) dan waktu menganggur.
•
Memperbaiki moral dan kepuasan kerja.
Pada penentuan tata letak pabrik, terdapat tiga tipe tata letak pada pabrik yaitu antara lain adalah : 1. Tata Letak Berdasarkan Produk (Layout by Product) Tata letak jenis ini membentuk suatu garis mengikuti jenjang proses pengerjaan produksi suatu produk dari awal hingga akhir. 2. Tata Letak Berdasarkan Proses (Layout by Process) Layout pada jenis tata letak berdasarkan proses memiliki bagian yang saling terpisah satu sama lain dimana aliran bahan baku terputus-putus dengan mesin disusun sesuai fungsi dalam suatu group departemen. 3. Tata Letak Berdasarkan Stationary (Layout by Stationary) Tata letak jenis ini mendekatkan sumber daya manusia (SDM) serta perlengkapan yang ada pada bahan baku untuk kegiatan produksi. Industri biodiesel dari biji nyamplung memproduksi satu jenis produk yaitu biodiesel. Oleh karena itu, tipe tata letak yang digunakan adalah tipe produk. Layout by Product adalah cara pengaturan dan penempatan semua fasilitas produksi yang diperlukan ke dalam suatu departemen tertentu atau khusus. Suatu produk dapat diproduksi sampai selesai di dalam departemen tersebut, dan tidak perlu dipindah-pindahkan ke departemen yang lain. Dalam Layout by Product, mesin-mesin atau alat bantu disusun menurut urutan proses dari suatu produk. Produk bergerak secara terus menerus dalam suatu garis perakitan. Layout by Product akan digunakan apabila volume produksi cukup tinggi dan variasi produk tidak banyak dan sangat sesuai untuk produk yang kontinyu. Tujuan dari Layout by Product pada dasarnya adalah untuk mengurangi proses pemindahan bahan dan memudahkan pengawasan di dalam aktivitas produksi, sehingga pada akhirnya terjadi penghematan biaya (Purnomo, 2004). Ruangan yang terdapat di industri biodiesel ini adalah gudang bahan baku, gudang bahan pembantu, ruang pengupasan dan pengukusan, ruang produksi, ruang pengemasan, gudang produk jadi, pengolahan limbah, ruang generator, laboratorium, sumber air, kantor, musola, toilet, lavatory.
38
Tata letak ruang produksi adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Mesin pemecah atau pengupas Mesin pencacah Mesin pengering Mesin pengepres Mesin degumming Mesin esterifikasi, transesterifikasi, pemurnian Mesin distilasi
Terdapat beberapa pola aliran bahan dalam ruang produksi, yaitu : pola aliran garis lurus jika proses produksinya pendek dan sederhana, pola aliran bentuk “L” jika terdapat keterbatasan pada besar gedung, pola aliran bentuk “U” jika aliran masuk dan keluar pada lokasi yang sama, pola aliran bentuk “O” jika bahan baku dan produk ditempatkan pada satu ruang, dan pola aliran bentuk “S” (zig zag) jika aliran produksi panjang. Aliran bahan yang lancar secara otomastis akan mengurangi biaya dan akhirnya akan meningkatkan produktivitas. Pola aliran bahan dalam ruang produksi untuk memproduksi biodiesel adalah pola aliran bahan berbentuk “S”. 2
1
3
4 7
5 6
Gambar 16. Pola aliran bahan dalam ruang produksi biodiesel dari biji nyamplung Keterangan : 1. 2. 3. 4.
Mesin pengupas Mesin pencacah Mesin pengering Mesin pengepres
5. Mesin degumming dan filterisasi 6. Mesin esterifikasi, transesterifikasi, dan pemurnian 7. Mesin distilasi
IV. 1. 6. Keterkaitan Aktivitas Pada umumnya dalam menetapkan desain tataletak digunakan satu dari beberapa metode antara lain yaitu Activity Relationship Chart dan Travel Chart. Activity Relationship Chart merupakan suatu metode yang menghubungkan aktivitas-aktivitas secara berpasangan sehingga semua aktivitas akan diketahui tingkat hubungannya. Travel Chart merupakan suatu metode yang digunakan untuk kondisi dimana terdapat banyak produk atau item yang mengalir melalui suatu area. Activity Relationship Chart berbeda dengan Travel Chart dimana Travel Chart berdasar pada tataletak yang ada dan merupakan data jumlah aliran yang berhubungan dengan tataletak yang diberikan. Untuk industry biodiesel ini digunakan Activity Relationship Chart untuk perancangan tataletak dan tidak menggunakan Travel Chart karena Travel Chart ini tidak sesuai bila diaplikasikan untuk perancangan layout berdasarkan aliran produk (product layout).
39
Keterkaitan aktivitas digambarkan dengan menggunakan bagan yang disebut dengan bagan keterkaitan aktivitas. Bagan keterkaitan aktivitas merupakan bagan yang menggambarkan tingkat keterkaitan antara dua aktivitas yang ada. Derajat keterkaitan di gambarkan dengan simbol : A
= mutlak perlu
O
= cukup/biasa
E
= sangat penting
U
= tidak penting
I
= penting
X
= tidak dikehendaki
Gambar 17. Diagram keterkaitan aktivitas Bagan keterkaitan aktivitas di atas dijadikan patokan sebagai perhitungan keterkaitan antar ruang. Diagram keterkaitan antar aktivitas menggunakan template-template yang menggambarkan kegiatan yang ada (Apple, 1990). Untuk membuat diagram ini dihitung dengan menggunakan metode Total Closeness Rating (TCR). Perhitungan TCR ini adalah penjumlahan dari bobot setiap simbol dalam satu kegiatan. Bobot dari simbol-simbol tersebut adalah : A
= 3 pangkat 4
O
= 3 pangkat 1
E
= 3 pangkat 3
U
= 3 pangkat 0
I
= 3 pangkat 2
X
=0
40
Tabel 9. Nilai Total Closeness Rating (TCR) No
Kegiatan
Nilai TCR
Peringkat
1
Penerimaan bahan baku
127
3
2
Gudang bahan pembantu
125
4
3
Proses produksi
295
1
4
Ruang pengemasan
129
2
5
Gudang produk
119
5
6
Pengolahan limbah
24
11
7
Generator
48
9
8
Laboratorium
61
6
9
Sumber air
50
8
10
Kantor
60
7
11
Mushola
29
10
12
Toilet
23
12
13
Lavatory dan klinik
18
13
Susunan letak mesin berdasarkan alur produksi pada ruang produksi biodiesel ini dapat dilihat pada Gambar 18.
Mesin pencacah
Mesin pengupas
Mesin pengering
Mesin pengepres 1
Mesin degumming
Mesin pengepres 2
Mesin esterifikasi dan transesterifikasi
Mesin distilasi
Gambar 18. Tataletak mesin dalam ruang produksi
IV. 1. 7. Kebutuhan Luas Ruang Setelah dianalisa hubungan keterkaitan antar aktivitas dan dibuat bagan dan diagram keterkaitan antar aktivitas, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa kebutuhan luas ruang yang diperlukan. Kebutuhan luasan ruang produksi tergantung pada jumlah mesin/peralatan, tenaga kerja atau operator yang menangani fasilitas produksi, serta jumlah dan jenis sarana lain yang mendukung kegiatan produksi yang bersangkutan. Jumlah mesin atau tenaga kerja
41
tergantung pada tingkat produksi secara keseluruhan dan tingkat produksi pada setiap tahapan kegiatan produksi. Mesin-mesin dan peralatan yang digunakan mempunyai sistem kerja yang otomatis dan berteknologi tinggi, sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan tidak banyak dan harus terampil, ahli dan mengerti dengan baik proses yang berjalan. Pada Tabel 10 disajikan kebutuhan ruang produksi. Kebutuhan luasan ruang pabrik industri pengolahan biodiesel dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 10. Kebutuhan ruang produksi No
Jumlah
Nama Ruang
Sub total (m2)
mesin
Total x 150 %
1
Gudang bahan baku
50
75
2
Gudang bahan pembantu
25
37,5
3
Gudang produk jadi
50
75
4
Ruang proses produksi Pemecahan
1
15
22,5
Pencacahan
1
15
22,5
Pengeringan
1
20
30
Pengepresan
2
25
37,5
Degumming dan filterasi
1
15
22,5
pemurnian
1
20
30
Metanol recovery
1
10
15
Ruang pengemasan
1
50
75
8
295
442,5
Esterifikasi, transesterifikasi dan
5
Total
Area kelonggaran ditentukan sebesar 150 %. Kelonggaran 150 % ini disediakan untuk kegiatan penanganan bahan, pergerakan pekerja dan perawatan, lorong, kolom, dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan. Jika jumlah mesin yang akan ditangani operator sudah ditetapkan, maka kebutuhan luas ruang untuk mesin atau peralatan dapat ditentukan. Salah satu metode dalam menentukan luasan ruang produksi adalah metode pusat produksi. Pusat produksi terdiri dari mesin dan semua perlengkapan untuk mendukung proses produksi, serta luasan untuk melaksanakan proses operasi. Tabel 11. Kebutuhan luasan ruang pabrik industri biodiesel No
Lokasi
1
Ruang produksi
2
Ruang non produksi
Luas (m2) 442,5
a. Kantor
30
b. Laboratorium
20
42
No
3
Lokasi
Luas (m2)
c. Generator
20
d. Pengolahan limbah
45
e. Mushola, lavatory, klinik, toilet
25
f. Sumber air
10
Lain-lain a. Parkir
50
b. Jalan
100
c. Lahan terbuka
150 Total
892,5
Tahap berikutnya dalam proses perancangan tata letak adalah menentukan alokasi area. Alokasi area merupakan suatu proses untuk mengintegrasikan hasil analisa aliran bahan, keterkaitan antar kegiatan dan kebutuhan luasan ruang. Hasil dari proses alokasi area ini adalah diagram alokasi area atau diagram hubungan antar ruang. Alokasi area tersebut dapat dilihat pada Gambar 19.
Gambar 19. Layout pabrik biodiesel dari biji nyamplung
43
IV. 2. ASPEK FINANSIAL Tujuan menganalisa aspek finansial adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Dalam melakukan investasi diperlukan perhitungan kemungkinan keuntungan yang tinggi agar harapan untuk mendapatkan nilai lebih pada waktu mendatang dapat tercapai. Sebagai tolak ukur analisa finansial diperlukan parameter-parameter yang berasal dari analisa sebelumnya, antara lain kapasitas produksi, teknologi yang dipakai, pilihan peralatan, jumlah tenaga kerja, fasilitas pendukung dan proyeksi harga-harga. Untuk menentukan perkiraan biaya diperlukan asumsi-asumsi (Lampiran 7) yang menjadi dasar perhitungan biaya. Asumsi-asumsi tersebut antara lain adalah: a. Umur ekonomis proyek direncanakan selama 10 tahun dengan jumlah hari kerja per tahun sebanyak 288 hari dengan asumsi hari kerja per bulan 24 hari dan bulan kerja per tahun 12 bulan. Umur proyek ini ditentukan berdasarkan umur mesin dan peralatan yang digunakan dalam proyek yaitu 10 tahun. b. Nilai sisa bangunan pada masa akhir proyek bernilai 50 persen dari nilai awal, sedangkan nilai sisa tanah pada masa akhir proyek tetap (100 persen). c. Nilai sisa mesin 10 persen dari nilai awal, biaya pemeliharaan sebesar 0,5 persen, dan biaya asuransi sebesar 0,5 persen dari harga awal. d. Nilai sisa kendaraan pada masa akhir proyek bernilai 20 persen dari nilai awal. e. Kapasitas produksi yang akan diraih berdasarkan perhitungan neraca massa adalah sebagai berikut: •
Kapasitas produksi biodiesel : 288.000 liter/tahun.
•
Kebutuhan bahan baku untuk biodiesel : Rp.4.500 kg/hari biji nyamplung atau sekitar 1.296.000 kg/tahun biji nyamplung yaitu 1.235.520 kg dari Perhutani Banywangi dan sisanya yaitu sekitar 2520 pohon dari warga sekitar.
•
Produk akhir biodiesel : 1.000 liter/hari.
•
Lama operasi : 24 jam
•
f.
g. h.
i. j.
Target produksi biodiesel pada tahun pertama sebesar 80 persen, tahun 2 sebesar 90 persen sedangkan tahun ketiga sampai seterusnya sebesar 100 persen. Harga-harga yang digunakan dalam analisa finansial ini berdasarkan harga pada saat analisa teknoekonomi tahun 2011 dan selama tahun perencanaan yang dipengaruhi discount factor sebesar 12 persen di bank. Debet Equity Ratio (DER) yang ditetapkan adalah sebesar 35 persen modal sendiri dan 65 persen modal yang dipinjam dari bank, besar angsuran tiap tahun seragam. Modal kerja 65 persen berasal dari pinjaman bank dengan waktu pembayaran selama 4 tahun. Pembayaran kredit dimulai pada tahun pertama dengan pembayaran pokok sama setiap tahun. Harga bahan baku diasumsikan sama selama periode 10 tahun. Besar pajak keuntungan didasarkan pada undang-undang no. 17 tahun 2000 dan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) berdasarkan pasal 1 undang-undang PPN, yaitu sebagai berikut: • Jika pendapatan < 50.000.000 maka 10 persen x pendapatan • Jika 50.000.000 < pendapatan < 100.000.000 maka (10 persen x 50.000.000) + (15 persen x pendapatan - 50.000.000)
44
• Jika pendapatan > 100.000.000 maka (10 persen x 50.000.000) + (15 persen x 50.000.000) + (30 persen x pendapatan - 100.000.000). k. Proyek dan konstruksi pabrik dimulai pada tahun ke-0 sedangkan produksi pertama berlangsung pada tahun ke-1 dan masa konstruksi pembangunan adalah selama 1 tahun. IV. 2. 1. Sumber Dana dan Struktur Pembiayaan Pembiayaan investasi terdiri atas dua sumber dana yaitu dana dari pinjaman Bank dan modal sendiri. Untuk dana pinjaman berasal dari Bank Konvensional, yaitu kredit investasi yang diberikan untuk mendirikan usaha baru. Nilai suku bunga yang berlaku untuk pinjaman tersebut adalah 12 persen, sedangkan untuk Debet Equity Ratio (DER) atau porsi pendanaan yang berlaku adalah 65 persen dari pihak bank dan 35 persen dari pihak peminjam. Struktur pendanaan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Struktur pembiayaan industri biodiesel (dalam ribuan rupiah) Jenis kredit Kebutuhan investasi Modal sendiri (35%) Pinjaman (65%) Modal investasi tetap Modal kerja Jumlah
2.329.271
815.245
1.514.026
308.304
107.906
200.398
2.637.575
923.151
1.714.424
Pembayaran pinjaman sumber dana untuk investasi dilakukan selama 6 tahun, sedangkan untuk modal kerja dilakukan selama 4 tahun dengan tingkat suku bunga 12 persen. Pembayaran angsuran pinjaman pokok dan bunga dimulai pada tahun pertama. Struktur pembiayaan pembayaran kepada bank dapat dilihat pada Lampiran 8.
IV. 2. 2. Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya yang dibutuhkan pada saat akan mendirikan industri biodiesel dari biji nyamplung. Biaya investasi terdiri atas biaya investasi tetap dan modal kerja. Biaya investasi tetap merupakan biaya yang diperlukan untuk keperluan pabrik, mulai dari biaya pra investasi, pembangunan pabrik, fasilitas penunjang, pembelian mesin-mesin, peralatan kantor dan transportasi. Perincian investasi pabrik Lampiran 9, sedangkan untuk perincian nilai sisa dan penyusutan dari modal investasi tetap terdapat pada Lampiran 10. Biaya modal kerja adalah biaya operasi yang diperlukan untuk memproduksi biodiesel pada kali pertama. Perhitungan modal kerja tergantung pada kebijakan perusahaan yang pembeliaan atau penjualannya secara kredit tentu akan membutuhkan modal kerja yang berbeda dengan perusahaan yang melakukan tunai. Modal kerja diperlukan untuk menjamin kegiatan pada awal produksi. Komposisi dari modal kerja tersebut dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Komposisi modal kerja (dalam ribuan rupiah) Komponen Hari Modal kerja
No 1
Account Receivable
24
255.744
2
Inventory (Produk)
10
106.560
3
Account Payable (bahan baku)
24
(54.000)
Total
308.304
45
Investasi pabrik biodiesel dari biji nyamplung bernilai Rp.2.366.146.000,00 seperti yang terinci pada Tabel 14. Tabel 14. Biaya investasi Industri Biodiesel dari Biji Nyamplung Komponen Nilai (dalam ribuan rupiah) Persentase 1. Modal tetap Pra investasi
135,000
5.7
Bangunan
513,875
21.7
18,450
0.8
1,375,767
58.1
14,750
0.6
308,304
13
2,366,146
100
Fasilitas penunjang Mesin dan peralatan Alat kantor 2. Modal kerja Total
Modal tetap memiliki presentase sebesar 87 persen dari total investasi atau senilai 2,06 milyar, sedangkan untuk modal kerja memiliki presentase sebesar 13 persen dari total investasi atau senilai 308 juta.
IV. 2. 3. Harga dan Prakiraan Penerimaan Harga pokok dari biodiesel adalah Rp.6164/liter, harga akhir biodiesel yang telah ditambah margin sebesar 5% adalah Rp.6500/liter. Harga akhir diperoleh dari biaya variabel, biaya tetap dan kapasitas produksi pada tahun pertama. Untuk tahun pertama kapasitas produksi adalah sebesar 80%, sedangkan tahun kedua adalah 90% dan tahun ketiga sampai seterusnya adalah 100%, Asumsi yang dipakai adalah produk terjual 100 % dari yang diproduksi. Jumlah produksi untuk tahun pertama sebesar 230.400 liter, untuk tahun kedua sebesar 259.200 liter, dan untuk tahun ketiga sampai tahun kesepuluh kapasitas produksi biodiesel adalah sebesar 288.000 liter. Total penjualan dapat dilihat pada Lampiran 11. Apabila biodiesel dicampur dengan solar (B20, B10, B5) maka harga masing-masing campuran dapat dihitung sebagai berikut : • Harga solar untuk konsumsi: Rp. 4.300/liter Harga Biodiesel : Rp. 6.500/liter Harga B20 (solar 80%, biodiesel 20%) = (80%* Rp. 4.300) + (20%* Rp 6.500) = Rp. 4.740/liter Harga B10 (solar 90%, biodiesel 10%) = (90%*Rp. 4.300) + (10%* Rp 6.500) = Rp. 4.500/liter Harga B5 (solar 95%, biodiesel 5%) = (95%*Rp. 4.300) + (5%* Rp 6.500) = Rp. 4.400/liter Berdasarkan perhitungan seluruh biaya yang berkaitan dengan harga biodiesel dari biji nyamplung sehingga dapat diperoleh harga akhir untuk konsumsi masyarakat memang lebih mahal dibandingkan dengan solar bersubsidi (Rp.4.300,-), hal tersebut dikarenakan biaya produksi yang tinggi untuk pembuatan biodiesel tersebut. Selain itu, faktor bahan baku sangat mempengaruhi terhadap harga biodiesel. Untuk menghindari ketidak tersediaan pasar maka
46
produk biodiesel ditawarkan tidak sebagai produk yang bersaing dengan solar melainkan lebih condong sebagai produk adiktif. Perbandingan harga biodiesel dengan berbagai bahan baku dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Perbandingan harga biodiesel Biodiesel
Harga/satuan
1. Biodiesel dari CPO
Rp. 6.500/liter
Kendala • Harga CPO yang masih tergolong tinggi
• Berkompetisi dengan bahan pangan 2. Biodiesel dari jarak pagar
Rp. 6.000/liter
• Bahan baku sulit diperoleh
Penerimaan tahunan didapatkan dari hasil penjualan pada tahun tersebut. Asumsi yang digunakan adalah setiap tahun seluruh biodiesel dan produk samping yang diproduksi habis terjual. Hal ini disebabkan biodiesel yang diproduksi telah memiliki standar kualitas dan harga kompetitif, sehingga dengan spesifikasi biodiesel yang dihasilkan diharapkan dapat bersaing dipasaran. Ditargetkan 100 persen biodiesel dapat terjual dari total produk yang diproduksi pada tahun tersebut. Pada tahun-tahun berikutnya penjualan tetap dipertahankan sebesar 100 persen dari total biodiesel yang diproduksi. Asumsi biaya operasional dapt dilihat pada Lampiran 12 dan perhitunga total biaya operasi pabrik dapat dilihat pada Lampiran 13.
IV. 2. 4. Proyeksi Laba Rugi Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi-laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Dalam laporan laba rugi ini menggambarkan mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan rugi-laba dalam suatu periode tertentu. Laporan laba rugi mempunyai 2 unsur yaitu pendapatan dan beban/biaya. Proyeksi laba rugi diperlukan untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu usaha. Laba bersih yang didapatkan memiliki karakteristik laba operasi yang dikurangi dengan pembayaran pajak. Laporan laba rugi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 14. Pajak dihitung berdasarkan Undang-undang no.17 tahun 2000, untuk mendapatkan laba bersih dilakukan pengurangan pada laba atas pajak. Laba bersih ini kemudian menjadi dasar perhitungan dalam analisa arus kas.
IV. 2. 5. Proyeksi Arus Kas Aliran arus kas proyek dikelompokkan menjadi tiga yaitu, aliran kas awal (initial cash flow), aliran kas periode operasi (operational cash flow), dan aliran kas terminal (terminal cash flow). Aliran kas awal adalah pengeluaran untuk merealisasikan gagasan sampai menjadi kenyataan fisik, misalnya aliran kas langsung pengeluaran biaya pembangunan unit instalasi. Aliran kas periode operasi merupakan aliran kas yang masuk dari penjualan produk dan aliran kas yang keluar yang terdiri dari biaya produksi, pemeliharaan, depresiasi dan pajak. Aliran kas terminal adalah aliran kas yang didapat pada saat proyek berakhir, aliran kas ini terdiri dari nilai sisa (salvage value) aktiva tetap dan pengembalian (recovery) modal kerja. (Soeharto, 2000). Proyeksi arus kas dapat dilihat pada Lampiran 15.
47
1.
Titik Impas (Break Event Point) Analisa titik impas memberikan informasi mengenai hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel. Titik impas secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 16. Perhitungan titik impas untuk pabrik biodiesel dari biji nyamplung adalah : BEP
=
BEP
= =
Biaya Tetap 1- (Biaya Variabel / Penerimaan) Rp.419.338.000 1- (Rp.1.205.103.000 / Rp.2.455.142.000) Rp. 823.601.000
Sesuai dengan grafik yang tergambar pada lampiran tersebut maka nilai BEP yang paling kecil adalah nilai BEP dalam keadaan normal yaitu industri biodioesel dengan proses produksi tanpa melalui proses pengukusan. Meskipun kapasitas yang diperoleh dari proses biodiesel dengan melalui proses pengukusan lebih besar namun hal ini tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan antara lain untuk biaya penambahan tenaga kerja, penambahan mesin pengukusan, dan lainnya, sehingga apabila kedua proses tersebut dibandingkan maka yang memiliki keuntungan lebih untuk direalisasikan adalah industri biodiesel dengn proses pembuatan biodiesel tanpa melalui proses pengukusan.
2.
Kriteria Kelayakan Investasi Kriteria investasi yang digunakan antara lain adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Pay Back Period (PBP). Untuk menentukan layak atau tidaknya proyek tersebut didanai, maka diperlukan metode yang memperhitungkan pula berubahnya nilai uang terhadap waktu atau faktor diskonto. Hal ini dikarenakan faktor diskonto merupakan suatu teknik, dan dengan teknik tersebut dapat menurunkan manfaat yang diperoleh pada masa mendatang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang (Gittinger, 1986).
a. Net Present Value (NPV) Nilai NPV yang diperoleh untuk proyek pendirian pabrik biodiesel dari biji nyamplung adalah sebesar Rp.1.402.610.000. Nilai tersebut lebih besar dari nol, ini berarti bahwa proyek memperoleh peningkatan nilai uang, sehingga pendirian pabrik ini dianggap layak sesuai perhitungan NPV. b. Internal Rate of Return Untuk menentukan layak atau tidaknya proyek dilaksanakan maka sebagai patokan dasar pembanding adalah tingkat bunga yang berlaku di lembaga keuangan yang ada yaitu ditetapkan sebesar 12 persen. Jika nilai IRR lebih besar dibandingkan tingkat suku bunga bank, maka usaha dinyatakan layak. IRR pada usaha ini sebesar 22 persen yang berarti bahwa pendirian pabrik biodiesel dari biji nyamplung layak untuk dilaksanakan. c. Net B/C Ratio Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) menunjukkan manfaat yang diberikan dari proyek ini untuk kepentingan umum dan bukan keuntungan finansial perusahaan. Nilai Net B/C
48
dihitung berdasarkan nilai arus kas yang telah diperhitungkan nilai perubahannya terhadap waktu. Nilai net B/C proyek ini diperoleh sebesar 1,60 yang menunjukkan bahwa pendirian pabrik biodiesel dari biji nyamplung ini layak untuk dilaksanakan, karena nilai net B/C lebih besar dari satu.
d. Pay Back Period (PBP) Berdasarkan hasil perhitungan, nilai PBP untuk proyek ini adalah 4,7 tahun yang berarti untuk mengembalikan investasi awal pabrik dibutuhkan waktu 4 tahun 8 bulan setelah pabrik berproduksi. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa industri biodiesel dari biji nyamplung layak untuk didirikan karena waktu pengembalian modal lebih cepat dibandingkan dengan umur proyek. Berdasarkan semua kriteria investasi yang telah dipaparkan maka dapat disimpulkan bahwa industri pengolahan jarak pagar menjadi biodiesel layak untuk direalisasikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 16 dan Lampiran 17.
Tabel 16. Penilaian kriteria investasi Kriteria
Nilai
NPV
Rp.1.402.610.000
IRR
22%
Net B/C
1,60
PBP
4,7 tahun
IV. 2. 6. Analisa Kepekaan/Sensitivitas Analisa sensitivitas dilakukan terhadap perbedaan proses yang dapat berpengaruh dengan harga jual dan kapasitas yang dihasilkan, kenaikan harga bahan baku, dan penurunan harga jual produk. Analisa dilakukan pada empat kriteria investasi, yaitu NPV, IRR, B/C Ratio. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Analisa sensitivitas terhadap perbedaan proses dan kapasitas, kenaikan bahan baku dan penurunan harga jual Perubahan
Kriteria investasi NPV
IRR
Net B/C
PBP (tahun)
pengukusan
Rp.727.936.000
17%
1,31
5,7
Kenaikan harga bahan baku sebesar 50 persen
Rp.218.967.000
14%
1,1
6,8
Kenaikan harga bahan baku sebesar 60 persen
Rp.(17.761.000)
11,87%
0,99
7,5
Penambahan kapasitas akibat adanya proses
Penurunan harga jual sebesar 20,7 persen
Rp.6.532.000
12%
1
7,5
Penurunan harga jual sebesar 20,8 persen
Rp.(213.000)
11,9%
0,99
7,5
49
Penambahan kapasitas akibat adanya proses pengukusan dapat berpengaruh terhadap harga produk dan kriteria investasi yang cenderung lebih kecil apabila dibandingkan dengan keadaan normal. Harga produk yang pada awalnya adalah Rp. 6.500 per liter menjadi lebih rendah yaitu Rp. 6.300 per liter. Kenaikan bahan baku mempunyai titik kritis sebesar 50% sampai 60% dari harga bahan baku awal, dengan tetap mempertahankan harga produk sebesar Rp.6.500 per liter pada kenaikan bahan baku sebesar 50% industri masih dikatakan layak, namun apabila terjadi kenaikan bahan baku sampai 60% maka industri biodiesel ini dianggap tidak layak. Sama halnya dengan sensitivitas terhadap penurunan harga mempunyai titik kritis berkisar antara 20,7 sampai 20,8 persen dari harga awal. Industri masih dikatakan layak jika terjadi penurunan harga sebesar 20,7 persen. Namun, jika sudah mencapai penurunan sebesar 20,8 persen maka industri sudah dianggap tidak layak, karena semua kriteria investasi atau salah satu menunjukkan ketidaklayakan. Penurunan masih diperbolehkan sampai 20,7 persen. Jadi jika akan melakukan potongan harga, batas maksimalnya adalah sampai Rp. 5.000/liter. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 18 sampai 22.
IV. 3. ASPEK VALUASI DAN KOMERSIALISASI TEKNOLOGI Enam cara untuk mendesain dan menciptakan suatu teori dari bisnis baru yaitu : menciptakan suatu visi, menulis misi, menetapkan rencana, menciptakan bisnis model, mendeskripsikan kompetensi dasar dan keunggulan kompetitif, bertindak untuk membuat keunggulan kompetitif berkelanjutan (Richard, 2005).
IV. 3. 1. The Vision Visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Oleh karena itu jika pengusaha menyadari adanya suatu kemungkinan bagus untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, maka pengusaha tersebut akan mendeskripsikan suatu perusahaan yang akan merespon secara efektif terhadap kesempatan itu. Menurut Richard (2005), Visi adalah suatu pernyataan yang informatif dan memandang ke depan tujuan jangka panjang dari perusahaan. Visi bagi organisasi atau perusahaan dapat digunakan sebagai : •
Penyatuan tujuan, arah dan sasaran perusahaan
•
Dasar untuk pemanfaatan dan alokasi sumber daya serta pengendaliannya
•
Pembentuk dan pembangun budaya perusahaan Menurut Richard (2005), empat elemen dari suatu visi adalah :
Kejelasan
: mudah dipahami dan fokus
Konsistensi
: konstan dalam suatu periode waktu namun dapat disesuaikan dengan keadaan
Keunikan
: spesial terhadap perusahaan
Penuh tujuan : menyediakan alasan untuk peduli Visi dari industri biodiesel dari biji nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) ini diciptakan berdasarkan kajian secara mendalam dari berbagai aspek dan referensi yang terkait. Visi dari industri ini adalah : “Menjadi perusahaan biodiesel terpadu yang terkemuka untuk
50
mengatasi kelangkaan BBM (Bahan Bakar Minyak) dan memberi manfaat maksimal bagi stakeholder”. IV. 3. 2. The Mission Statement Misi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan tujuan atau alasan eksistensi organisasi yang memuat apa yang disediakan oleh perusahaan kepada masyarakat, baik berupa produk ataupun jasa. Tujuan dari pertanyaan misi adalah mengkomunikasikan kepada stakeholder, di dalam maupun luar organisasi, tentang alasan pendirian perusahaan dan ke arah mana perusahaan akan menuju. Oleh karena itu, rangkaian kalimat dalam misi sebaiknya dinyatakan dalam satu bahasa dan komitmen yang dapat dimengerti dan dirasakan relevasinya oleh semua pihak yang terkait. Untuk menjamin bahwa misi yang telah dicanangkan merupakan sebuah misi yang bagus, misi tersebut harus : • Cukup luas untuk dapat diterapkan selama beberapa tahun sejak saat ditetapkan • Cukup spesifik untuk mengkomunikasikan arah • Fokus pada kompetisi atau kemampuan yang dimiliki perusahaan
Setelah ditetapkan visi maka dapat ditentukan misi-misi perusahaan mengacu pada visi yang telah diciptakan. Misi industri biodiesel dari biji nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) ini adalah : 1. Mengembangkan potensi usaha perusahaan dalam bidang agroindustri 2. Dalam jangka panjang, perusahaan berupaya membangun industri pengolahan tanaman nyamplung dengan memanfaatkan potensi kekayaan alam dengan memanfaatkan potensi kekayaan alam Indonesia yang berorientasi pada peningkatan nilai tambah dan kualitas produk. 3. Berperan aktif meningkatkan daya saing produk agroindustri di Indonesia sehingga dapat memberikan kontribusi pada devisa negara dan perekonomian nasional serta kesejahteraan masyarakat sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab perusahaan. IV. 3. 3. The Value Proposition Untuk menjadi sukses maka suatu perusahaan harus menawarkan nilai-nilai yang dapat memenuhi kebutuhan dari pelanggan. Kebutuhan dari pelanggan merupakan kemudahan untuk mendapatkan produk dan juga kualitas serta kegunaan dari barang maupun jasa tersebut. Menurut Richard (2005), Lima nilai yang ditawarkan kepada customer : Produk Harga Akses
: performansi, kualitas, ciri, merk, seleksi, pencari, kemudahan pemakaian, keamanan : adil, jelas, konsisten dan sesuai : kenyamanan, lokasi, daerah sekitar, tersedia, mudah untuk diperoleh dalam waktu singkat
Service
: pemesanan, pengantaran, pengembalian, pemeriksaan
experience
: emosional, rasa hormat, suasana, kesenangan, intimasi, hubungan, komunitas
Diasumsikan suatu tingkatan value proposition dalam skala 1-5 dimana 5 = kelas dunia, 1 = tidak dapat diterima, dan 3 = kondisi normal industri, dinyatakan bahwa harus merencanakan
51
penawaran produk untuk mempunyai nilai 5-4-3-3-3, untuk 5 atribut value proposition tersebut, dalam urutan dominan-diferensiasi-normal-normal-normal (Richard, 2005). Untuk industri biodiesel yang akan didirikan, produk merupakan nilai yang dominan karena produk yang ditawarkan adalah produk yang memiliki ciri khas dan berbeda, service merupakan nilai diferensiasi karena dalam industri biodiesel yang diunggulkan adalah pemberian service, dan sisanya (harga, akses, experience) memiliki nilai normal. Value proposition untuk industri biodiesel adalah sebagai berikut : Kami menyediakan produk yang berkualitas dan ramah lingkungan, yang dapat digunakan pada semua mesin tanpa harus modifikasi, berfungsi sebagai pelumas sekaligus membersihkan injektor, serta dapat mengurangi emisi karbon dioksida, partikulat berbahaya, dan sulfur oksida. USP (unique selling proposition) merupakan versi pendek dari value proposition suatu perusahaan sebagai slogan untuk menjelaskan manfaat utama dari tawaran perusahaan dibandingkan dengan competitor utama. Unique Selling Proposition perusahaan biodiesel ini adalah produk yang ramah lingkungan dengan tingkat pemurnian yang tinggi. 1. Produk Produk adalah sesuatu yang ditawarkan dan dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen. Produk yaitu karakteristik dari produk yang ditawarkan kepada pasar sasarannya (keanekaragaman produk, kualitas, desain, bentuk, merek, kemasan, ukuran, pelayanan, jaminan, pengembalian). Produk biodiesel ini memiliki banyak keunggulan yaitu : • Bilangan setana tinggi (di atas 50), yakni bilangan yang menunjukkan ukuran baik tidaknya kualitas solar berdasar sifat kecepatan baker dalam ruang baker mesin. Semain tinggi bilangan setana, semakin cepat pemabakaran dan semakin baik efisiensi termodinamisnya. Angka setana yang relatif tinggi mengurangi ketukan pada mesin sehingga mesin bekerja dengan mulus. • Titik kilat tinggi, yakni temperatur terendah yang dapat menyebabkan uap biodiesel dapat menyala, sehingga biodiesel lebih aman dari bahaya kebakaran pada saat disimpan maupun pada saat didistribusikan dari pada solar. • Menambah pelumasan mesin yang lebih baik dari pada solar sehingga memperpanjang umur pakai mesin. • Dapat dengan mudah dicampur dengan solar biasa dalam berbagai komposisi dan tidak memerlukan modifikasi mesin. • Tidak mengandung sulfur dan benzene yang mempunyai sifat karsinogen, dapat diuraikan secara alami, serta kadar CO dalam gas buang lebih kecil sehingga relatif lebih aman. • Mengurangi asap hitam dari gas buang mesin diesel secara signifikan walaupun penambahan hanya 5 %- 10 % volume biodiesel kedalam solar. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Kandungan emisi B20 dan B100 Emisi
B20*
B100**
Karbon monoksida (CO)
-12%
-47%
Hidrokarbon (HC)
-20%
-67%
Asam hitam
-12%
-48%
Sumber : Biodiesel Group-ITB, (2006). * B20 : Campuran 20 % biodiesel dengan 80 % solar **B100 : Bahan bakar 100 % Biodiesel.
52
2. Harga Menentukan harga suatu produk merupakan keputusan penting dari perusahaan, karena harga adalah satu-satunya variabel strategi pemasaran yang secara langsung menghasilkan pendapatan. Umumnya harga yang ditetapkan perusahaan akan berada pada suatu titik antara harga yang terlalu rendah dan harga yang terlalu tinggi. Biaya produk menentukan harga terendah dan persepsi konsumen terhadap nilai produk menentukan harga tertinggi. Perusahaan harus dapat menentukan harga diantara kedua titik tersebut untuk menentukan harga yang paling baik. Tujuan penetapan harga adalah untuk : 1) 2) 3) 4) 5)
Mencapai target pengembalian investasi atau tingkat penjualan netto suatu perusahaan Memaksimalkan keuntungan Alat persaingan utama untuk perusahaan sejenis Menyeimbangkan harga itu sendiri Sebagai penentu pangsa pasar, karena dengan harga dapat diperkirakan kenaikan atau penurunan penjualannya (Gitosudarmo dalam Yuliana, 2003).
Dengan mengacu pada aspek finansial dan aspek valuasi dan komersialisasi teknoligi, harga akhir produk biodiesel dalam satuan per liter adalah sebesar : Harga pokok
= biaya tetap tahun pertama + biaya variabel tahun pertama kapasitas penjualan tahun pertama (80%) = 1775141000 / 230400 = 6164
Harga jual
3.
= Harga pokok + Margin 5% = 6164 + 308 = 6472 ≈ 6500
Tempat dan Distribusi
Untuk melaksanakan fungsi distribusi diperlukan sumberdaya manusia dan dana substansial, sarana fisik distribusi, pengetahuan tentang produk, daerah pemasaran, persaingan pasar, dan pembeli di masing-masing daerah pemasaran. Dalam melaksanakan distribusi maka harus memperhatikan 6 (enam) tepat kepada konsumen yaitu tepat harga, tepat jumlah, tepat jenis, tepat tempat, tepat waktu dan tepat kualitas. Menurut Kotler (2002) saluran pemasaran dapat dilihat sebagai sekumpulan organisasi yang saling tergantung satu dengan yang lainnya serta terlibat dalam proses penyediaan sebuah produk atau pelayanan untuk digunakan. Lokasi atau tempat penjualan biodiesel merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam keputusan konsumen untuk beralih menggunakan biodiesel. Lokasi disini terkait dengan mudah atau tidaknya konsumen untuk memperoleh produk yang bersangkutan. Distribusi biodiesel yaitu dengan tanpa adanya batasan wilayah dan ditujukan khusus untuk pemenuhan permintaan dalam negeri. Distribusi dilakukan dengan selalu menjamin adanya ketersediaan produk untuk dijual sehingga tidak terjadi kehilangan pasar.
53
Terdapat beberapa alternatif penyaluran produk biodiesel. Pertama, perusahaan dapat membentuk organisasi penjualan produk untuk menjual secara langsung produk ini ke konsumen. Kedua, produk disalurkan melalui distributor pada wilayah tertentu. Produsen dapat memasarkan biodiesel di setiap SPBU yang ada dengan melakukan kerjasama dengan PERTAMINA selaku pihak yang memiliki wewenang terhadap penjualan bahan bakar di SPBU. selain itu biodiesel akan dipasarkan kepada masyarakat melalui toko-toko (contoh : bengkel service). 4. Service Industri biodiesel ini sangat mengutamakan kepuasan konsumen, salah satu cara pemenuhan kepuasan konsumen adalah dengan menyediakan layanan untuk konsumen yang dapat memudahkan para konsumen untuk melakukan complain dan memberikan kritik serta saran demi perkembangan dan kemajuan produk biodiesel ini. Service juga dapat diberikan dengan cara pengembalian produk apabila didapati produk tersebut rusak atau tidak layak konsumsi.
5. Experience Konsumen membutuhkan produk-produk yang dapat menjadi alternatif untuk masalah kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi saat ini, dan konsumen ingin memperoleh manfaat yang besar dari produk biodiesel ini. Pengadaan acara-acara yang berhubungan dengan perkenalan produk biodiesel ini sangat dibutuhkan, contohnya adalah dengan mengadakan tour jawa-bali dengan menggunakan bahan bakar biodiesel ataupun acara-acara yang lainnya yang dapat mempererat hubungan antar komunitas. IV. 3. 4. The Business Model The Business model adalah kumpulan dari asumsi yang terencana tentang bagaimana suatu perusahaan akan menciptakan value untuk semua stakeholder-nya (Richard, 2005). Menurut Richard (2005), Elemen dari bisnis model adalah : Costumer selection, Value preposition, Diferentiation and control, Scope of product and activity, Organizational design, Value capture for profit, Value for talent.
Customer selection a. Segmentasi Segmentasi pasar adalah usaha pemisahan pasar pada kelompok-kelompok pembeli menurut jenis-jenis produk tertentu dan yang memerlukan bauran pemasaran tersendiri. Perusahaan menetapkan berbagai cara yang berbeda dalam memisahkan pasar tersebut, kemudian mengembangkan profil-profil yang ada pada setiap segmen pasar, dan penentuan daya tarik masing-masing segmen. Segmentasi pasar merupakan proses identifikasi yang bertujuan untuk mendapatkan pembeli dalam keseluruhan pasar (Kotler, 2002). Pembagian segmentasi pasar adalah sebagai berikut : • Segmentasi geografis yaitu pasar disesuaikan dengan kondisi wilayah, pembagian pasar menjadi unit geografis seperti negara, negara bagian, wilayah, propinsi dan lainnya.
54
• Segmentasi demografis yaitu pasar dibagi menjadi kelompok-kelompok berdasarkan variabel-variabel demografis seperti usia, ukuran keluarga, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan, agama, ras, kelas sosial, dan lainnya. • Segmentasi psikografis yaitu pasar dibagi sesuai gaya hidup dan kepribadian. • Segmentasi perilaku yaitu pasar dibagi sesuai pengetahuan, sikap, pemakaian atau tanggapan mereka terhadap produk. Segmentasi pasar produk biodiesel adalah masyarakat luas yang berperan sebagai konsumen yang menggunakan produk biodiesel ini sebagai bahan bakar maupun sebagai bahan adiktif untuk keperluan sehari-hari dengan penyaluran produk melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan toko-toko yang terkait. Selain masyarakat luas, pasar produk biodiesel adalah industri pengguna yang menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar untuk menjalankan proses produksi yang menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar yang disalurkannya. Segmentasi juga dilakukan berdasarkan geografis, dengan variabel segmentasi yang digunakan adalah wilayah negara. Variabel ini dinilai penting dalam mengklasifikasikan konsumen biodiesel yaitu lebih mengacu ke dalam negeri. b. Targeting Setelah proses segmentasi pasar selesai dilakukan, maka dapat diketahui beberapa segmen yang dianggap potensial untuk dimasuki. Secara umum, penetapan sasaran dilakukan dengan mengevaluasi kelebihan setiap segmen, kemudian dilakukan penentuan target pasar yang akan dilayani. Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki. Target pemasaran biodiesel ini lebih ditujukan pada konsumen dalam negeri dan kepada masyarakat secara luas dengan kemasan tertentu dengan penyaluran produk biodiesel tersebut melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan toko-toko yang terkait.
c. Positioning Salah satu elemen penting dari strategi pemasaran adalah positioning. Positioning dapat diartikan penempatan keunggulan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen. Melalui kegiatan positioning, perusahaan harus mampu membuat citra produk unggulan dimana persepsi konsumen terhadap minyak nyamplung yang diproduksi sebagai produk yang lebih unggul dibanding dengan produk pesaing dengan kualitas yang dapat dipercaya. Biodiesel merupakan produk yang memiliki banyak keunggulan, Selain itu bahan bakar biodiesel ini memiliki peranan dalam hal penghematan cadangan minyak bumi khususnya Indonesia umumnya dunia. Positioning dari minyak nyamplung adalah barang berkualitas dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Differentiation and control 1. Membangun kemitraan dengan berbagai pihak yang saling terkait berdasarkan prinsip kehatihatian (prudent) dan saling menguntungkan 2. Melakukan konsolidasi dengan kelompok usaha perusahaan untuk pengembangan aktivitas usaha perusahaan 3. Menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi dan lembaga penelitian untuk pengembangan produk-produk samping dari minyak nyamplung. 4. Mengelola usaha secara profesional dilandasi dengan kejujuran dan tanggung jawab
55
Scope of product and activities Pengolahan pre-treatment biji nyamplung menjadi minyak nyamplung dan kemudian diolah menjadi biodiesel sebagai produk utama industri ini. Pengolahan juga dilakukan terhadap hasil samping dari industri biodiesel ini, yaitu pengolahan bungkil sisa pengepresan menjadi briket arang dan pengolahan metanol sisa proses esterifikasi dan transesterifikasi dengan tujuan agar dapat digunakan pada proses berikutnya. Organizational design Struktur organisasi dan deskripsi pekerjaan akan dikaji lebih mendalam pada aspek manajemen dan organisasi.
Value Capture For Profit • Melakukan pengembangan produk secara terus-menerus • Mengembangkan produk samping dari minyak nyamplung • Selalu memperbaharui strategi pemasaran • Memperluas target pasar • Melakukan promosi untuk produk baru Value For Talent • Melakukan pelatihan tenaga kerja secara rutin • Pemberian award, hadiah, bonus kepada pekerja yang memiliki kinerja yang bagus. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghargaan kepada karyawan tersebut agar karyawan tersebut tetap semangat bekerja. • Kenaikan jabatan bagi karyawan • Pemberian jaminan kesejahteraan para karyawan • Pemberian asuransi kesehatan dan keselamatan kerja • Melakukan evaluasi terhadap kinerja karyawan secara rutin • Pemberian hak-hak karyawan yang sudah seharusnya karyawan dapatkan selama bekerja di Perusahaan
IV. 4. ASPEK PASAR DAN PEMASARAN Pemasaran merupakan salah satu aspek yang memegang peranan penting dalam suatu perusahaan terutama dalam memasarkan produk perusahaan kepada masyarakat serta mengidentifikasi pesaing perusahaan. Selain itu pula dalam aspek pemasaran disusun atau dibentuk strategi serta taktik pemasaran perusahaan dalam menghadapi pasar global agar dapat mengikuti trend serta mengetahui selera konsumen terhadap produk yang akan dipasarkan atau dijual. Pemasaran adalah proses mengkonsentrasikan berbagai sumber daya dan sasaran dari sebuah organisasi atau perusahaan terhadap kesempatan dan kebutuhan lingkungan. Dalam menganalisa aspek pasar dan pemasaran, beberapa hal yang diperhatikan adalah kedudukan produk dalam pasar saat ini, komposisi dan perkembangan permintaan produk, dan kemungkinan persaingan. Kotler (2002) mengemukakan bahwa untuk memasuki pasar harus memperkirakan pasar potensial agar sumber daya yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara
56
efektif, pasar potensial adalah sejumlah konsumen yang mempunyai kadar minat tertentu pada tawaran tertentu. Konsep pemasaran lebih menekankan kepada pemasaran dari produk kepada pelanggan. Tujuan sistem ini yaitu mencari laba atau keuntungan dimana pencapaiannya dengan menggunakan sistem bauran pemasaran (marketing mix) atau 4P, yaitu product, price, promotion, dan place.
IV. 4. 1. Potensi Pasar Pemenuhan sumber energi dalam bentuk cair terutama solar pada sektor transportasi merupakan sektor paling kritis dan perlu mendapat perhatian khusus. Dengan meningkatnya konsumsi solar dalam negeri (Tabel 19), berarti impor dari luar negeri adalah hal yang tidak bisa ditunda lagi, jika tidak maka kekurangan pasokan tidak dapat dihindari, pada saat ini kurang lebih 25% kebutuhan solar dalam negeri telah menjadi bagian yang di Impor yang artinya adalah pengurasan devisa negara. Tabel 19. Konsumsi minyak solar sektor transportasi tahun 1995-2010 Tahun
Transportasi (milyar liter)
Total (milyar liter)
Porsi (%)
1995
6,91
15,84
43,62
2000
9,69
21,39
45,29
2005
13,12
27,05
48,5
2010
18,14
34,71
52,27
Sumber : Soerawidjaya et al., (2005)
Oleh karena itu sudah saatnya dipikirkan untuk dapat disubtitusi dengan bahan bakar alternatif lainnya terutama bahan bakar yang berkesinambungan terus pengadaannya (renewable) dalam upaya meningkatkan security of supply dan mengurangi kuantitas impor bahan baku tersebut. Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif dari bahan mentah terbaharukan (renewable) selain bahan bakar diesel dari minyak bumi. Biodiesel tersusun dari berbagai macam ester asam lemak yang dapat diproduksi dari minyak-minyak tumbuhan seperti minyak sawit (palm oil), minyak kelapa, minyak nyamplung, minyak jarak pagar, minyak biji kapok randu, dan masih ada lebih dari 30 macam tumbuhan Indonesia yang potensial untuk dijadikan sumber energi bentuk cair ini. Oleh karena itu, pengembangan biodiesel di Indonesia dan dunia menjadi sangat penting seiring dengan semakin menurunnya cadangan bahan bakar diesel berbasis minyak bumi, isu pemanasan global, serta isu tentang polusi lingkungan. Diperkirakan pada tahun 2007 atau sebelum tahun 2015 Indonesia akan menjadi negara Net-Importir bahan baku minyak mentah. Saat ini Indonesia mengimpor hampir 5-6 Milyar liter bahan bakar diesel, yang merupakan hampir 50% kebutuhan solar dalam negeri sehingga alternatif substitusi dengan bahan baku di Indonesia sangat layak dilakukan. Subtitusi dalam sedikit bagian saja (1-3%) biodiesel dalam solar akan menghemat devisa yang cukup berarti. Husnan dan Muhammad (2000) menyatakan bahwa analisa aspek pasar dan pemasaran terhadap suatu proyek ditujukan untuk mendapatkan gambaran mengenai pasar potensial yang tersedia untuk masa yang akan datang, pangsa pasar yang dapat diserap oleh proyek tersebut dari
57
keseluruhan pasar potensial, perkembangan pangsa pasar tersebut di masa mendatang untuk mencapai pangsa pasar yang telah ditetapkan. Seperti yang dikemukakan dalam literatur bahwa terdapat kebijakan pemerintah dalam penggunaan biodiesel sebesar 2% pada tahun 2010 dan 5% pada tahun 2025, maka produk biodiesel ini berpotensi untuk dikembangkan karena sudah ada pasar yang tetap. Indonesia memiliki potensi lahan yang sangat luas berupa lahan kritis yang belum dimanfaatkan, pasar biodiesel secara potensial cukup besar, pengembangan biodiesel biji nyamplung akan memacu masyarakat secara spontan untuk menanam tanaman nyamplung, pengembangan nyamplung dan biodiesel akan menambah kesempatan kerja, dapat memperkuat ekonomi pedesaan, serta dapat berdampak pada pembangunan negara yaitu penghematan devisa. Perlu disadari, bahwa untuk menjamin pemasaran yang lancar dan harga jual yang tinggi, diperlukan biji nyamplung dengan kualitas yang baik. Standarisasi mutu biji nyamplung harus jelas dan disosialisasikan dengan baik kepada para petani. Hal ini akan lebih menjamin mutu dari biodiesel yang dihasilkan. IV. 4. 2. Perkembangan Produksi Biodiesel Tanaman nyamplung yang bijinya dapat menghasilkan minyak memiliki prospek yang bagus sebagai bahan baku biodiesel. Mengingat keuntungan yang ditawarkan oleh tanaman ini, maka pengadaan tanaman nyamplung sebagai bahan dasar biodiesel diharapkan juga bermasa depan baik karena sampai sekarang tanaman nyamplung ini tidak dimanfaatkan dengan baik sehingga tidak memiliki nilai tambah yang dapat bermanfaat bagi semua orang. Tanaman nyamplung sebagai tanaman hutan bukan tanaman pangan, sehingga dalam pemanfaatannya tidak akan mengganggu ketersediaan pangan atau bukan ancaman bagi ketahanan pangan. Sebagai contoh, produksi CPO yang semula diarahkan sebagai bahan pangan, karena peningkatan permintaan CPO untuk bahan baku biofuel maka menimbulkan permasalahan dalam pasokan dan tingkat harga bahan pangan dalam negeri. Dampaknya biodiesel yang semula sulit bersaing dengan BBM dari segi harga, kini bisa dimunculkan dipasar sebagai bahan bakar alternatif pengganti BBM dan sebagai bahan adiktif. Indonesia harus mulai mengembangkan biodiesel dengan pertimbangan antara lain harga BBM terus meningkat dan persediannya semakin menurun. Untuk mencapai tahapan pemasaran biodiesel yang baik, maka diperlukan strategi serta program-program pengembangan dan penciptaan untuk produk biodiesel. Pasar biodiesel perlu diciptakan lalu dikembangkan dikarenakan pada kenyataannya biodiesel adalah produk bahan bakar alternatif yang masih baru dan belum banyak masyarakat (konsumen) yang familiar dengan biodiesel. Pengedukasian pasar merupakan salah satu hal yang mutlak dilakukan untuk menciptakan product awareness dan product knowledge dibenak konsumen sehingga terbentuklah market share terhadap produk biodiesel.
Gambar 20. Target produksi biodiesel di Indonesia (Sawarni, 2009)
58
IV. 4. 3. Strategi Pembentukan dan Pengembangan Pasar Biodiesel Pada umumnya, strategi pemasaran terdiri dari pengambilan keputusan mengenai segmentasi, targeting dan positioning. Strategi untuk setiap pemasaran tidak akan sama tergantung pada besar, posisi atau kedudukan perusahaan dalam industri, sasaran dan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Penentuan positioning bisa saja mempengaruhi peninjauan kembali pada cara membagi pasar pasar dan pemilihan target pasar. Begitu juga, setelah target market ditentukan, bisa saja cara membagi pasar dan positioning ditinjau kembali. Strategi pembentukan dan pengembangan pasar adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam upaya pencapaian sasaran-sasaran pemasaran. Adapun strategi dalam upaya penguasaan dan pengembangan pasar produk biodiesel adalah : • Mengutamakan pemenuhan kebutuhan pasar domestik, dengan memberikan perhatian pada ruang cakupan (kota besar, kompleks perumahan, pabrik) karena adanya regulasi yang ketat terkait dengan kualitas udara, mensyaratkan keberadaan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. • Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat luas akan pentingnya arti biodiesel dan hal-hal teknis yang terkait dengan utilisasi biodiesel itu sendiri. • Meningkatkan kualitas biodiesel dari bahan baku, sistem produksi, distribusi, dan pengawasan produk itu sendiri. • Dalam jangka panjang dilakukan dilakukan perluasan pasar untuk biodiesel ini tidak hanya dipasarkan sebagai bahan adiktif saja melainkan dipasarkan sebagai bahan bakar pesawat terbang dengan mengacu kepada Negara Jepang yang telah menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar pesawat dan begitu pula di Nevada yang telah melakukan percobaan terhadap Pesawat militer L-29 dan percobaan tersebut berhasil. Terkait dengan aspek valuasi dan komersialisasi teknologi, ditetapkan 2 segmentasi pasar yaitu masyarakat luas dan industri pengguna biodiesel sebagai bahan bakar. Untuk targeting yaitu konsumen dalam negeri yaitu masyarakat secara luas dengan memasarkan produk biodiesel ini dengan kemasan tertentu, dan untuk positioning ditetapkan produk biodiesel sebagai produk kualitas tinggi dengan tingkat pemurnian yang tinggi. IV. 4. 4. Strategi Bauran Pemasaran Menurut Umar (2001) terdapat berbagai kegiatan yang harus dilalui oleh barang dan jasa sebelum sampai ke konsumen. Ruang lingkup kegiatan yang luas itu disederhanakan menjadi empat kebijakan pemasaran yang dapat dikontrol yang biasa disebut sebagai bauran pemasaran (marketing mix). Definisi dari bauran pemasaran adalah perpaduan dari tindakantindakan produk, harga, distribusi dan promosi dalam memasarkan produknya atau melayani konsumennya. Sedangkan menurut Kotler (2002) bauran pemasaran adalah campuran dari variabel-variabel pemasaran yang dapat dikendalikan dan dipergunakan oleh suatu perusahaan untuk mengejar tingkat penjualan yang diinginkan dalam pasar sasaran.
a. Strategi Produk Strategi produk adalah suatu strategi yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang berkaitan dengan produk yang dipasarkannya. Strategi produk dilakukan agar perusahaan selalu menjaga mutu produk yang dihasilkan, sehingga mampu bersaing dengan produk lain yang sejenis. Strategi yang dilakukan pada produk yang ditawarkan mencakup kualitas (mutu), desain kemasan dan jenis produk. Untuk menjangkau pasar yang luas perlu diperhatikan kualitas yang
59
diberikan oleh produk biodiesel yang dipasarkan. Kemasan dan label yang terjamin dari kerusakan dan kebocoran dari produk akan mendorong konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan. Produk diklasifikasikan menjadi dua kelompok menurut tujuan pemakainya, yaitu barang konsumsi dan barang industri. Biodiesel merupakan kelompok barang konsumsi, yaitu barang yang dibeli untuk digunakan sebagai bahan bakar ataupun bahan adiktif kebutuhan sehari-hari. Produk biodiesel ini akan digunakan oleh konsumen, terutama sebagai bahan bakar kendaraannya. Mengacu pada aspek valuasi dan komersialisasi teknologi, konsep pemasaran yang diterapkan adalah menggunakan konsep produk, dimana dalam pelaksanaannya sangat mengutamakan keunggulan produk sehingga produk diharapkan mampu bersaing dipasaran. Strategi yang dapat diterapkan adalah melakukan pencampuran (Blending) antara solar dengan biodiesel sehingga dapat digunakan konsumen sebagai bahan bakar kendaraan mereka. Penambahan biodiesel pada solar dapat meningkatkan kualitas dari bahan bakar campuran yang dihasilkan. Produsen dapat mengembangkan strategi untuk melakukan pencampuran antara solar dengan 10 persen biodiesel atau lebih dikenal dengan nama B10. Pencampuran juga dapat dilakukan antar 80 persen solar dengan 20 persen biodiesel atau dikenal dengan B20. Semakin banyak biodiesel yang ditambahkan pada solar, maka semakin baik kualiatas bahan bakar campuran tersebut sehingga dalam memproduksi biodiesel harus menjaga kualitas dari biodiesel yang bersangkutan, oleh karena itu produsen harus selalu melakukan penelitian dan pengujian secara berkelanjutan untuk mempertahankan kualitas terhadap bahan bakar biodiesel yang dihasilkan. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Balai Mekanisasi Pertanian Serpong pada tahun 2003 menunjukan bahwa biodiesel dapat meningkatkan daya tahan mesin sehingga mesin dapat lebih awet. Hal ini merupakan salah satu keunggulan biodiesel yang harus tetap dipertahankan oleh perusahaan agar dapat menarik perhatian konsumen. Bentuk produk akhir dari biodiesel adalah berbentuk cairan seperti minyak. Strategi lain yang harus juga diterapkan adalah dengan mengemas biodiesel tersebut dengan kemasan praktis berupa kemasan berbahan dasar plastik dengan takaran tertentu agar lebih praktis untuk digunakan oleh konsumen dan pemberian merk dalam kemasan tersebut. Desain kemasan produk biodiesel dari biji nyamplung dapat dilihat pada Lampiran 23. Syarat pembungkus adalah sebagai tempat, menarik, dapat melindungi, praktis, ketepatan ukuran, tidak memakan tempat ketika proses pengangkutan. Sedangkan, syarat-syarat pemilihan merk adalah merk tersebut harus mudah diingat, menimbulkan kesan positif dan tepat untuk kegiatan promosi. Menurut Buchari (2009), bagi produsen pembungkus bertujuan untuk : • Melindungi barang-barang yang dibungkusnya sewaktu barang-barang tersebut bergerak melalui proses marketing. • Memudahkan pedagang-pedagang eceran untuk membagi-bagi atau memisah-misahkan barang tersebut. • Untuk mempertinggi nilai isinya dengan daya tarik yang ditimbulkan pembungkus, sehingga menimbulkan ciri khas produk tersebut. • Untuk identifikasi, mudah dikenal, karena adanya label/merk yang tertera pada pembungkus. • Pembungkus dapat digunakan sebagai alat komunikasi karena membawa berita atau catatan mengenai produk itu.
60
• Pembungkus sebagai salesman diam, seperti di supermarket. Di sini para pembeli tidak dilayani oleh salesman tetapi pembeli cukup mengetahui dan memilih barangnya sendiri dengan membaca label pada pembungkus. Tujuan pemberian merk pada pembungkus adalah : • Pengusaha menjamin konsumen bahwa barang yang dibeli sungguh berasal dari perusahaannya. • Perusahaan menjamin mutu barang. • Pengusaha memberi nama pada merk barangnya supaya mudah diingat dan disebut sehingga konsumen dapat menyebutkan merknya saja. • Memberi motivasi pada saluran distribusi, karena produk yang memiliki merk lebih mudah disalurkan. b. Strategi Harga Menurut Kotler (2002), salah satu metode dalam penetapan harga yaitu harga margin. Dalam menentukan harga biodiesel digunakan metode harga margin. Dipilihnya metode tersebut karena dari sisi penjual memiliki kepastian yang lebih besar mengenai biaya daripada megena permintaan. Penjual tidak harus terlalu sering melakukan penyesuaian terhadap perubahan permintaan, dan jika semua perusahaan dalam industri menggunakan metode ini, maka harga akan cenderung sama dan persaingan harga akan minimal. Namun kelemahan dari metode ini adalah harga margin hanya berjalan jika benar-benar membawa ke tingkat penjualan yang dikehendaki dan penjual tidak memanfaatkan pembeli ketika permintaan pembeli tinggi. Seperti diketahui bahwasannya kelemahan utama dari biodiesel sekarang adalah harga biodiesel yang masih dianggap relatif mahal dibandingkan dengan solar. Tingginya harga tersebut disebabkan karena masih tingginya harga untuk memproduksi biodiesel. Strategi yang dapat diterapkan untuk mempengaruhi harga adalah berkaitan dengan pengaruh kapasitas produksi biodiesel yang bersangkutan. Kapasitas produksi dari biodiesel dapat berpengaruh terhadap biaya produksi biodiesel tersebut. Oleh karena itu, strategi yang dapat diterapkan adalah harus tepat guna dalam memproduksi biodiesel, baik untuk penggunaan mesin dan peralatan maupun penggunaan bahan baku dan bahan tambahan, diusahakan untuk se-efisien mungkin guna menghasilkan output yang tinggi sehingga biaya produksi yang dikeluarkan rendah serta harga jual ke konsumen dapat ditekan. Penentuan harga mengacu pada aspek finansial yaitu total penjualan produk, biaya variabel dan biaya tetap dengan ditambahkan margin.
c. Strategi Tempat Terkait dengan aspek valuasi dan komersialisasi teknologi, strategi tempat untuk pemasaran produk biodiesel ini adalah dengan membentuk organisasi penjualan produk untuk menjual secara langsung produk ke konsumen dan dengan penyaluran produk melalui distributor sebagai contoh adalah penyaluran produk melalui SPBU dan toko-toko yang terkait. Strategi tersebut dimaksudkan agar konsumen dapat memperoleh biodiesel yang digunakan sebagai bahan bakar dan bahan adiktif dengan mudah. Untuk itu, diperlukan adanya sinergisitas antara produsen dengan pihak kedua agar strategi pemasaran biodiesel melalui tempat atau lokasi dimana konsumen secara umum melakukan pembelian produk dapat diterapkan.
61
d. Strategi Promosi Promosi adalah upaya untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa kepada calon konsumen dengan tujuan menarik calon konsumen untuk membeli atau mengkonsumsinya, dengan adanya promosi produsen atau distributor mengharapkan kenaikannya angka penjualan. Kegiatan promosi produk biodiesel dilakukan secara terus menerus untuk mengingatkan dan meyakinkan pembeli bahwa produk yang dijual dapat memberikan kepuasan dan memenuhi kebutuhan bagi konsumennya. Tujuan Promosi untuk industri biodiesel dari biji nyamplung ini adalah : • Menyebarkan informasi dan membantu memperkenalkan produk biodiesel dengan banyak keunggulannya kepada target pasar potensial • Mengingatkan kembali kepada pelanggan mengenai manfaat dan peranan keberadaan produk di pasar • Untuk mendapatkan kenaikan penjualan dan profit dari produk biodiesel itu sendiri • Untuk mendapatkan pelanggan baru dan menjaga kesetiaan pelanggan terhadap produk biodiesel • Untuk menjaga kestabilan penjualan produk biodiesel ketika terjadi lesu pasar • Membedakan serta mengunggulkan produk biodiesel dibanding produk pesaing • Membentuk citra produk biodiesel di mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan.
Bauran komunikasi pemasaran (bauran promosi) terdiri dari empat perangkat utama, yaitu: iklan, promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat (public relation), dan penjualan personal (personal selling) (Kotler, 2002). Promosi yang dilakukan difokuskan pada sarana-sarana yang akrab dengan konsumen, hal tersebut dilakukan karena biodiesel merupakan produk konsumsi. Sarana-sarana tersebut berupa pembuatan iklan di katalog konsumen, di media televisi, dan surat kabar untuk konsumen, Promosi juga dapat dilakukan melalui e-mail, melalui sms, melalui pembicaraan dengan memberikan promo-promo tertentu agar menarik minat konsumen untuk membeli produk biodiesel.
IV. 5. ASPEK MANAJEMEN DAN ORGANISASI Aspek manajemen operasional adalah suatu fungsi atau kegiatan manajemen yang meliputi perencanaan organisasi, staffing, koordinasi, pengarahan, dan pengawasan terhadap operasi perusahaan (Umar, 2001). Terkait dengan aspek teknis dan tenologis, dapat ditentukan struktur organisasi, deskripsi pekerjaan dan kebutuhan kerja untuk industri biodiesel ini.
IV. 5. 1. Struktur Organisasi Struktur organisasi adalah susunan dan hubungan antara bagian dan posisi dalam perusahaan. Struktur organisasi menjelaskan pembagian akivitas kerja, serta memperhatikan hubungan fungsi dan aktivitas tersebut sampai dalam perusahaan. Struktur organisasi juga menjelaskan hirarki dan susunan kewenangan, serta hubungan pelaporan. Beberapa faktor yang menentukan struktur organisasi, yaitu strategi dan struktur organisasi, teknologi manusia, serta kapasitas produksi sebagai bahan penentu struktur (Umar, 2001).
62
Manajemen operasional industri yang baik akan mampu memenuhi segala kebijakan dan tujuan perusahaan. Tenaga manajemen yang ahli merupakan faktor utama dalam keberhasilan manajemen industri. Menurut Sutojo (2000), tenaga kerja yang tepat dan berkualitas dapat diperoleh dengan mengetahui beberapa hal penting yaitu uraian jenis pekerjaan atau tugas pokok yang diperlukan untuk menjalankan operasional industri, struktur organisasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas perusahaan secara efisien, persyaratan minimal yang harus dipenuhi untuk mengisi jabatan yang ada untuk mengisi kekurangan ahli. Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan harus dirinci dan didistribusikan semua kepada orang-orang yang mampu bekerja di bidang tersebut. Karena penekanan kepada spesialisasi dan efisiensi, maka struktur organisasi operasi umumnya disusun atau dikelompokkan berdasarkan fungsi. Salah satu cara agar organisasi mencapai kemampuan mengelola suatu perusahaan yang baik adalah menentukan struktur formal organisasi. Adanya struktur organsisasi yang jelas akan memudahkan dalam sistem koordinasi antar anggota organisasi, sehingga masing-masing anggota mengetahui tugasnya secara jelas. Dalam struktur formal ditetapkan tingkat-tingkat wewenang dan tanggung jawab, yang merupakan mekanisme yang mengaitkan tugas, jabatan, dan cara pengoperasian. Secara garis besar rencana pengelolaan operasional industri biodiesel pada dasarnya terdiri dari dua kegiatan utama, yaitu kegiatan operasional dan kegiatan produksi. Kegiatan operasional meliputi seluruh kegiatan yang berkaitan dengan sumber daya manusia, keuangan dan pemasaran. Struktur organisasi dalam sebuah industri pengolahan wewenang untuk memberi keputusan dimaksudkan agar operasinya dapat berjalan lancar. Rencana struktur organisasi untuk industri biodiesel dari biji nyamplung yang menunjukkan setiap bagian memiliki peranan dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya. Struktur organisasi sebagian besar sama untuk Industri pada umumnya, pada industri biodiesel ini ditekankan pada bagian pemasaran dengan adanya staff ahli pemasaran karena produk ini tergolong baru sehingga perlu adanya pemasaran yang baik. Untuk struktur dapat dilihat pada Gambar 21.
Gambar 21. Struktur Organisasi Industri biodiesel dari Biji Nyamplung
63
IV. 5. 2. Deskripsi Pekerjaan Agar pembagian tugas dan tanggung jawab menjadi jelas, maka perlu disusun uraian kerja masing-masing posisi sehingga setiap tanggung jawab dapat dilaksanakan dengan baik. Setiap pekerjaan dideskripsikan secara jelas dan diberikan kepada pekerjaan yang memiliki kemampuan dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut. Deskripsi tugas dan tanggung jawab disusun untuk memudahkan pekerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Deskripsi tugas dan tanggung jawab masing-masing jabatan di industri biodiesel dari biji nyamplung antara lain sebagai berikut: • Manager Pabrik, bertugas sebagai penentu kebijakan dalam seluruh kegiatan perusahaan. Tanggung jawab manager pabrik adalah menjalankan roda organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan, merencanakan, mengorganisasikan, mengatur, mengendalikan dan mengawasi seluruh kegiatan jabatan yang berada dibawahnya. • Kepala Pabrik, bertugas melakukan perencanaan, pengkoordinasian, pengarahan dan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan produksi pabrik, kualitas produksi dan pemeliharaan sarana produksi. Bertanggung jawab penuh terhadap kelancaran proses produksi pabrik, kualitas hasil produksi dan pengendalian biaya-biaya produksi. Melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan terhadap produk agar memperoleh keunggulan dalam persaingan. • Staff Pengembangan Sumber daya Manusia (HRD), bertugas melakukan perencanaan, pengkoordinasian, pengarahan dan pengawasan dalam pengembangan dan riset yang berhubungan dengan sumber daya manusia. • Staff ahli pemasaran, bertugas merencanakan pemasaran produk, menetapkan strategi pemasaran, memperoleh informasi mengenai kebutuhan/keinginan konsumen (pembeli), kondisi pesaing, dan berbagai masalah eksternal. Meneliti prospek pemasaran yang berkaitan dengan jenis, model dan kebijakan harga dari produk yang dihasilkan. • Staff Keuangan dan administrasi, bertugas mengkoordinasikan kegiatan keuangan perusahaan, pengawasan pencatatan kegiatan keuangan serta pelaksanaan administrasi kantor dan operasional perusahaan. • Quality Control (QC), bertanggung jawab atas kualitas produksi, termasuk didalamnya quality control, jaminan mutu serta Research and Development (R&D). • Laboran, bertugas membantu supervisor QC dalam pelaksanaan pemeriksaan kualitas baik bahan baku atau produk, pemeriksaan standar produk yang dihasilkan pabrik, jaminan mutu dan sebagainya. • Operator produksi, bertugas menjalankan mesin sesuai dengan prosedur yang ada dan memastikan mesin berjalan sesuai dengan kriteria yang seharusnya. Operator harus secara terus menerus melakukan pengawasan terhadap proses produksi dan kinerja mesin agar tidak terjadi penyimpangan produk yang tidak diinginkan. Operator juga bertugas untuk melakukan perawatan mesin dan alat-alat produksi • Pekerja pabrik, bertugas mengangkut bahan mentah dan produk jadi, serta melaksanakan proses produksi pabrik. • Lain-lain, yang bertugas untuk memperlancar kegiatan yang ada di industri.
IV. 5. 3. Kebutuhan Tenaga Kerja Salah satu aspek dalam manajemen operasi adalah menganalisa kebutuhan tenaga kerja pada industri yang dijalankan. Analisa kebutuhan tenaga kerja merupakan salah satu aspek dalam
64
manajemen operasi yang perlu direncanakan pada awal proyek. Proses produksi biodiesel dari biji nyamplung sebagian besar dilakukan oleh mesin, namun dalam pelaksanaan proses produksi tetap dibutuhkan tenaga kerja manusia sebagai operator, pengawas proses produksi, dan beberapa kegiatan produksi yang membutuhkan campur tangan manusia secara langsung. Selain dalam lingkup proses produksi, tenaga kerja dibutuhkan dalam pelaksanaan aktivitas di luar produksi seperti kegiatan administrasi, kegiatan pemasaran, kegiatan distribusi dan transportasi, serta kegiatan yang lainnya. Tenaga kerja yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan dan kriteria tenaga kerja yang dibutuhkan. Industri biodiesel dari biji nyamplung ini merupakan perusahaan yang benar-benar baru didirikan sehingga kebutuhan sumber daya merupakan hal yang sangat penting untuk ditetapkan dengan baik. Tenaga kerja yang dipakai dalam industri biodiesel dari biji nyamplung ini terdiri dari tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tak langsung. Tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja yang secara langsung terlibat dalam proses produksi, sedangkan tenaga kerja tak langsung adalah tenaga kerja yang tidak berhubungan secara langsung dengan proses produksi. Tenaga kerja langsung adalah operator produksi, laboran, pekerja pabrik, sedangkan tenaga kerja tak langsung antara lain general manager, kepala pabrik, quality control dan staff kantor. Jam kerja untuk operator dan pekerja pabrik terbagi menjadi 3 shift dengan waktu kerja yaitu shift pertama dari jam 07.00-15.00, untuk shift kedua dari jam 15.00-23.00, dan untuk shift ketiga yaitu dari jam 23.00-07.00. Untuk bagian selain pekerja pabrik dan operator produksi, jam kerja yang diberlakukan adalah mulai dari jam 08.00-17.00. Adapun kualifikasi pekerjaan dan jabatan dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Tabulasi Kebutuhan Tenaga Kerja No
Jabatan
Kualifikasi Pendidikan
Jumlah (orang)
1
Manajer Pabrik
S1, S2 Berpengalaman
1
2
Kepala Pabrik
S1, Teknik Industri
1
3
Staff HRD
S1, Psikologi
1
4
Staff Keuangan dan Administrasi
S1, Manajemen, Ekonomi, Akutansi
1
5
Staff Pemasaran
S1, Teknik Industri, Marketing
2
6
Operator Produksi
D3, Teknik, SMU/STM
3
7
Quality Control
S1, Teknik Industri, Kimia
1
8
Pekerja Pabrik
Sekolah Menengah
11
9
Laboran
D3, Kimia, Teknik Industri
1
10
Supir
Sekolah Menengah
2
11
Satpam
Sekolah Menengah
1
12
Bagian kebersihan
Sekolah Menengah Pertama
1
TOTAL
26
65
Pada kajian ini diperkirakan jumlah sumber daya yang dibutuhkan adalah 26 orang, dengan rincian pekerja langsung sebanyak 15 orang dan pekerja tidak langsung sebanyak 11 orang dengan upah per bulan sesuai dengan jabatan dan deskripsi perkerjaan masing-masing bagian dengan mengacu pada upah minimum pekerja daerah Banyuwangi. Pada awal pendirian industri, komposisi tenaga kerja banyak difokuskan pada bagian pemasaran. Hal ini berkaitan dengan sifat produk yang tergolong produk baru dan masih berada pada tahap pengenalan sehingga pemasaran merupakan satu hal yang penting dalam rangka pengenalan dan pencarian pasar biodiesel dari biji nyamplung yang telah diproduksi. Untuk perkembangan perusahaan ke depannya tidak menutup kemungkinan dilakukan perubahan komposisi tenaga kerja maupun dilakukan rotasi kerja.
IV. 6. ASPEK LINGKUNGAN IV. 6. 1. Studi Aspek Lingkungan Limbah merupakan hasil dari proses yang terjadi di dalam industri yang dapat bersifat merugikan ataupun menguntungkan. Pencemaran pada setiap proses produksi tidak dapat dihilangkan atau dihindari tetapi pencemaran ini dapat dikendalikan sehingga menimbulkan dampak yang seminimal mungkin. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah pengendalian pada sumbernya. Setelah sumber pencemarnya diketahui, maka dilakukan pengenalan sifat dan karakter pencemar tersebut. Kemudian masing-masing sumber pencemar tersebut dimasukkan dalam suatu daftar dan dilakukan pengelompokan sesuai dengan karakter pencemarannya. Studi Aspek lingkungan hidup bertujuan untuk menentukan apakah secara lingkungan hidup rencana bisnis diperkirakan dapat dilaksanakan secara layak atau sebaliknya. Studi aspek lingkungan hidup dilakukan dengan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). AMDAL dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan beroperasinya proyek-proyek industri. AMDAL harus mengacu pada peraturan dan perundangan yang berlaku mengenai lingkungan hidup setempat studi AMDAL dilakukan. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 17 Tahun 2001, tentang jenis rencana usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan). AMDAL terdiri dari 4 dokumen, yaitu PIL (Penyajian Informasi Lingkungan), KA (Kerangka Acuan), AMDAL (Analisa Dampak Lingkungan), RKL (Rencana Kelola Lingkungan). Tujuan studi AMDAL adalah untuk meminimumkan dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positif, maka segenap upaya dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan uraian kegiatan yang dilakukan oleh pabrik, maka komponen kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak dibagi menjadi tiga tahap. Pada tahap prakonstruksi, tahap konstruksi, tahap operasional dan tahap pasca operasi. Dari setiap tahap ini dilakukan analisa dan penanganan terhadap setiap limbah yang dihasilkan. Untuk penyusunan AMDAL perusahaan menggunakan jasa konsultan yang memiliki memiliki sertifikat AMDAL A (dasar-dasar AMDAL) atau B (penyusun) dan perusahaan menggunakan ahli di bidang biodiesel. Pemanfaatan limbah akan dapat menunjang pada peningkatan pendapatan industri. Dalam tahapan operasinya industri biodiesel ini akan menghasilkan limbah cair, limbah padat, dan limbah udara. Limbah yang akan dibuang di lingkungan harus benar-benar bersih dari bahan yang berbahaya sehingga tidak menyebabkan kerusakan bagi lingkungan sekitar.
66
1.
Limbah yang dihasilkan dan upaya pengelolaan a. Limbah Padat Limbah padat yang dihasilkan industri biodiesel dari biji nyamplung ini umumnya berupa limbah yang berasal dari pengupasan dan pengepresan biji nyamplung yaitu bungkil. Upaya pengelolaan limbah padat yaitu limbah padat tersebut dapat dimanfaatkan antara lain yaitu : • Limbah pengepresan biji berupa bungkil yang terdiri dari campuran tempurung, daging biji dan minyak dapat digunakan untuk pembuatan briket arang. Briket arang ini memiliki potensi untuk dijual kembali dengan harga lebih tinggi daripada menjual limbah secara mentah. Permintaan briket arang dalam negeri 40 ton per bulan dengan daerah tujuan adalah Surabaya dan Jakarta. Harga arang briket dalam negeri berkisar antara Rp 3.000 – Rp 3.500 per kilogram sedangkan harga ekspor berkisar antara Rp 5.750 – Rp 7.500 per kilogram dengan Kurs 1 US $ = Rp 9.000. Keunggulan dari briket arang ini adalah : - Memperbesar rendemen pada pembuatan arang karena arang yang diperoleh dapat dipergunakan dalam pembuatan briket arang - Memiki bentuk yang seragam dan lebih padat - Kualitas pembakaran lebih baik
Gambar 22. Diagram alir proses pembuatan briket arang • Kulit dan tempurung dari limbah pengupasan dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar tungku pada proses produksi sehingga mengurangi biaya kebutuhan bahan bakar. b. Limbah Cair Limbah cair dan limbah domestik merupakan limbah yang dihasilkan dari kegiatan proses produksi. Limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi antara lain metanol, gliserol dan air. Limbah tersebut tidak dibuang akan tetapi di proses kembali untuk digunakan dalam proses produksi lagi, sehingga akan mengurangi biaya pembelian bahan baku. Pabrik menentukan jadwal pencucian peralatan setiap satu bulan sekali tetapi waktu pencucian ini bisa diubah sesuai dengan keadaan dilapangan seperti terjadinya tumpahan oli dan kebocoran. Selain itu minyak nyamplung tidak menghasilkan kerak yang bisa merusak mesin. Pencucian peralatan harus dilakukan setelah proses produksi berakhir agar tidak mengganggu selama kegiatan proses produksi. Limbah cair dari industri biodiesel dari biji nyamplung yang dapat dimanfaatkan antara lain adalah : • Metanol yang dihasilkan dari proses esterifikasi dan transesterifikasi biodiesel dapat diolah kembali dan digunakan untuk proses berikutnya. Proses esterifikasi dengan metanol bekas terdistilasi sampai dengan 100 % baik untuk frekuensi distilasi dan campuran tidak ada perbedaan dengan metanol baru dilihat dari kadar FFA dari produk esterifikasi yang
67
dihasilkan. Begitu pula dengan proses transesterifikasi dengan metanol bekas terdistilasi sampai dengan 100 % baik untuk frekuensi distilasi dan campuran tidak ada perbedaan dengan metanol baru • Hasil endapan proses pembuatan biodiesel adalah gliserin sebesar 10%. Gliserin tersebut dapat digunakan untuk pembuatan sabun rakyat atau sabun transparan
Gambar 23. Gliserin 10% dapat diolah menjadi sabun transparan c. Limbah Gas Limbah gas yang dihasilkan oleh industri biodiesel dari biji nyamplung ini berasal dari proses produksi, emisi generator dan kendaraan bermotor. Limbah yang dihasilkan dapat menyebabkan penurunan terhadap kualitas udara dan debu yang dapat membahayakan lingkungan pabrik dan sekitar pabrik. Pengelolaan limbah gas ini difokuskan untuk menjaga kualitas udara dan debu di lokasi pabrik dan sekitarnya agar tidak mencemari lingkungan sekitar. Pada penanganan limbah gas ini pabrik memanfaatkan penggunaan exhaust fan. Exhaust fan ini berfungsi untuk membuang limbah gas ke udara bebas sehingga limbah gas yang terlepas dapat terurai diudara bebas.
Gambar 24. Contoh exhaust fan yang akan digunakan untuk pabrik
IV. 7. ASPEK LEGALITAS Pendirian dan beroperasinya suatu industri akan lebih diketahui serta diakui keberadaannya oleh pemerintah apabila telah berbentuk badan usaha. Suatu industi yang layak untuk direalisasikan, perlu mendapatkan legalitas sehingga dalam perjalanannya dapat melakukan akses keluar yang baik, dan mendapat dukungan serta terikat pada kebijakan yang berlaku baik di tingkat wilayah/daerah, nasional, maupun internasional.
IV. 7. 1. Badan Usaha Perusahaan yang ada di Indonesia terdapat dalam beberapa bentuk, yaitu Perseroan Terbatas (PT), Persekutuan Komanditer (CV), Koperasi, Firma, Kongsi, Yayasan dan bentuk usaha tetap. Dalam hal pemilikan, bentuk perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran perusahaan, jenis perusahaan, pembagian laba, resiko yang akan ditanggung, pembagian pengawasan dan aturan penguasaan perusahaan. Berdasarkan pertimbangan diatas,
68
maka bentuk perusahaan yang sesuai untuk industri biodiesel ini adalah Perseroan Terbatas (PT). Pemilihan ini dilakukan dengan alasan modal investasi yang dibutuhkan relatif cukup besar.
IV. 7. 2. Perizinan Untuk mendirikan suatu industri, menurut Keputusan Menteri Negara Investasi (Menives) No. 38/SK/1999 pada Bab I tentang Ketentuan Umum, diperlukan izin-izin dan persyaratan legalitas sebagai berikut : 1. Persetujuan fasilitas dan izin pelaksanaan penanaman modal yang dikeluarkan Menives/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) atau Ketua BPKMD terdiri dari : • Persetujuan pemberian fasilitas pembebasan bea masuk dan fasilitas perpajakan atas pengimporan barang modal. • Persetujuan pemberian fasilitas pembebasan bea masuk atas pengimporan bahan baku dan/atau bahan penolong untuk keperluan produksi 2 (dua) tahun berdasarkan kapasitas terpasang. • Persetujuan pemberian fasilitas pajak penghasilan yang ditanggung oleh pemerintah untuk usaha industri tertentu. • Angka Pengenal Importir Terbatas (APIT). • Keputusan tentang Rencana Penggunaan Tenaga Kerja warga Negara asing pendatang (RPTK). • Keputusan tentang Izin Kerja Tenaga Kerja Warga Negara Asing pendatang (IKTA). • Izin Usaha Tetap (IUT), Izin Usaha Perluasan dan Pembaharuan IUT. 2. Izin pelaksanaan penanaman modal yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota terdiri dari :
Daerah
• Izin lokasi • Izin Undang-undang Gangguan (UUG)/HO • Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Menurut Ariyoto (1990), minimal diperlukan persyaratan legalitas sebagai berikut : • Persetujuan prinsip mendirikan industri • Surat Izin Umum Perusahaan (SIUP) • Tanda Daftar Perusahaan (TERDAPAT) • Akta Pendirian Perusahaan Persyaratan izin Undang-undang gangguan (HO) dan izin tempat usaha adalah : •
Mengisi formulir permohonan dan materai Rp.3000 sebanyak 2
• Surat persyarataan tidak keberatan dari tetangga • Rekomendasi pertimbangan dari Camat • Berita acara pemeriksaan lapangan dari kecamatan setempat • Gambar lokasi ruangan yang akan dipergunakan • Keterangan Kartu Tanda Penduduk (KTP) • Pas photo hitam putih ukuran 3 x 4 sebanyak 6 lembar • Akta Pendirian Perusahaan, bagi yang berbadan hukum • Surat keterangan tanda bukti pemilikan/penyewaan bangunan
69
• Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) • Izin Mendirikan Bangunan (IMB) • Surat Keterangan (SEKRI) bagi keturunan asing • Rekomendasi dari instansi yang sesuai dengan jenis yang dimohon Perseroan didirikan oleh dua orang atau lebih dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia. Perseroan memperoleh status sebagai badan hukum setelah akta pendirian persero disyahkan oleh menteri kehakiman Republik Indonesia. Berdasarkan UU Republik Nomor 1 tahun 1995 tentang perseroan terbatas (PT), pasal delapan menyatakan bahwa akta pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan lain, seperti : • Nama lengkap, tempat tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal dan kewarganegaraan pendiri • Susunan, nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan kewarganegaraan anggota direksi dan komisaris yang pertama kali diangkat • Nama pemegang saham yang mengambil bagian saham pada saat pendirian Selain itu, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, direksi perseoan wajib mendaftarkan perusahaan. Hal-hal yang harus didaftarkan : • Akta pendirian beserta surat pengesahan menteri kehakiman RI • Akta perubahan Anggaran Dasar beserta laporan kepada menteri kehakiman RI Untuk mendirikan suatu industri juga diperlukan izin lokasi usaha, untuk memperoleh izin lokasi, pemohon menyampaikan permohonan secara tertulis kepada gubernur kepala daerah melalui Kanwil BPN dengan dilengkapi : • Rekomendasi Bupati/Walikota Kepala Daerah • Akte pendirian perusahaan bagi perusahaan yang berbadan hukum atau Surat Izin Usaha bagi perusahaan perseorangan • Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) • Lay out pabrik • Garis besar uraian proyek • Pernyataan kesanggupan memberikan ganti rugi dan atau menyediakan tempat penampungan bagi pemilik tanah • Pertimbangan aspek penatagunaan tanah • Peta rencana tata ruang lokasi yang bersangkutan Dewasa ini, pemerintah masih membuka kesempatan lebar bagi perusahaan yang bermaksud mendirikan industri yang dapat meningkatkan nilai tambah pada bahan baku, memperluas kesempatan kerja, serta meningkatkan pendapatan daerah. Oleh karena itu, selama persyaratan yang dibutuhkan dapat dipenuhi, maka tidak akan ada kesulitan untuk memperoleh perizinan tersebut. IV. 7. 3. Peraturan Pemerintah Pada saat ini, pemerintah sudah berperan proaktif dalam memacu perkembangan biodiesel Indonesia. Adanya peran tersebut pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang mendukung pengembangan biodiesel di Indonesia. Selain itu juga pemerintah telah membentuk
70
Tim Kerja Nasional biodiesel. Kebijakan pemerintah ini merupakan kekuatan daya dukung keberhasilan pengembangan biodiesel di Indonesia. Pemerintah menyadari bahwa biodiesel merupakan komoditas baru dan dalam pengembangannya akan melibatkan banyak pihak. Kebijakan tersebut dituangkan mulai dari peringkat hukum tertinggi (Undang-Undang Energi), secara bertingkat kepada Keppres, Inpres, Deklarasi sampai kepada penunjukkan Tim Kerja Tingkat Nasional. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain : 1. Rencana Undang-Undang RI yang masih dalam proses pembahasan di DPR 2. Peraturan Presiden RI No.5/2006 tanggal 25 Januari 2006, tentang Kebijakan Energi Nasional. Isi dari kebijakan ini antara lain tahun 2025 ditargetkan bahan energi terbarukan harus sudah mencapai lebih dari 5% dari kebutuhan energi nasional dan BBM ditargetkan menurun sampai di bawah 20% 3. Instruksi Presiden RI No.1/2006 tanggal 25 Januari, tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Bio-Fuel) sebagai bahan bakar lain. Isinya antara lain Presiden menginstruksikan kepada Menteri, gubernur, dan Bupati/Walikota untuk mengambil langkah percepatan pemanfaatan bahan bakar hayati 4. Keputusan Presiden RI No.10/2006 tanggal 24 Juli 2006, tentang Tim Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati Untuk Percepatan Pengurangan Kemiskinan dan Pengangguran 5. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor :Kep.11/MEKON/02/2006, tentang Tim Koordinasi Program Aksi Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Alternatif. Isinya adalah memutuskan pembentukan tim koordinasi tingkat nasional penyediaan dan pemanfaatan energi alternatif yang diketuai oleh Deputi Bidang Koordinasi energi Sumber Daya Mineral dan Kehutanan dengan tim pengarah 11 Menteri dan Menteri Negara. IV. 7. 4. Pajak Industri biodiesel tidak terlepas dari kewajiban pajak yang dibebankan, sesuai dengan Undang Undang No.17 tahun 2000 tentang pajak penghasilan yang menyatakan bahwa yang menjadi subyek pajak adalah badan yang terdiri dari Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Perseroan atau perkumpulan lainnya, Firma Kongsi, Koperasi, Yayasan atau lembaga untuk usaha tetap. Penentuan besar pajak penghasilan yang dilakukan berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.17 tahun 2000, yaitu keuntungan dibawah Rp 50 juta maka dikenakan pajak sebesar 10 persen dari pendapatan, apabila pendapatan antara Rp 50 juta sampai dengan Rp 100 juta, maka dikenakan pajak 10 persen dari Rp 50 juta ditambah dengan 15 persen dari pendapatan yang telah dikurangi dengan Rp 50 juta, kemudian apabila pendapatan berada diatas Rp 100 juta, maka dikenakan pajak sebesar 10 persen dari Rp 50 juta ditambah 15 persen dari Rp 50 juta dan ditambah dengan 30 persen dari pendapatan yang telah dikurangi Rp 100 juta. Hal ini dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Tabel 21. Tarif pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.17 tahun 2000 Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Tarif Pajak
Sampai dengan Rp.50 juta (lima puluh juta rupiah)
10 persen (lima persen)
Di atas Rp.50 juta s/d Rp.100 juta
15 persen (sepuluh persen)
Di atas Rp.100 juta (seratus juta rupiah)
30 persen (lima belas persen)
71