IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Penelitian I Hasil analisis program linier untuk data survei menunjukkan bahwa kendala
yang ditemui pada pemanfaatan lahan sawah tadah hujan untuk usahatani tumpang sari kapas-kedelai adalah kendala luas lahan, pola a
m
, tenaga kerja keluarga,
jumlah modal clan jumlah air pengakan. Kendala Luas lahan dan Pola Bertanam
4.1.1.
Pola usahatani optimal untuk lahan sawah tadah hujan clan lahan kering di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan tercantum pitch Gambar 4.
Dari Gambar 4
pada bulan Januari sedan@
k q u + kedelai d i w pa& bulan April.
Pola usahatani yang ciilakukao p e h berupii padi-1 dan padl-2 ternyata ti&
masuk dalam rmcangan optimal. Ditinjau dari segi kebutuhm air maka kegidgii usahatani padi-2 disebabkan karexlil jumlah air pengakan ti&
memenuhi kebutuhan
taaamm pa&. Sebaliknya kebutuhan air untuk tan;lman k a p
+ kedelai jauh
lebih
seriikit dibanciingkan dengan timiman padi ~ehing&dkebutuhm i t . dapat terpenuhi
clari air tanah yang terseciia. Dengdn perkam lain has3 tanaman padi lebih banyak ditentukan oleh cukup atau ti-ya
air ketimbang timmau kapas. Hal tersebut telah
dari kil
penelitian yang dihhkim Cordeiro, Salazar, dan Guerra (1987) yang menyimpuhn bahwi nil;likoefisien korelasi antara hasil padi b g a n iklim termasuCr air clan tanPh
adalah 0,68 sedan@ 0,45.
antara hasil kapas dengan iklim dan tanah hanya sebesar
J
F
M
A
H
J
J
A
S
O
N
D
B u l a n
++++++++++++ ++++++++++++ ++++++++++++ ++++++++++++ ++++++++++++ + ++ Kapas + Kedelai +++ ++++++++++++ ++++++++++++ ++++++++++++ ++++++++++++
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x x
x x x x
x x x x
x x x x
x x x x
x x x x
x x x x
:~~ero]! ; X
x x x x
Lahan Sawah Tadah Hujan
X X X X X X X
x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x x Lahan Kering
Gambar 4. Poh usahatani optimal untuk lah;m sawah tarhh hujan dan lahan kering cli Kabupaten Takillar, Sulirwesi Selatan.
28 Pola usahatani optimal di lah;m kering adalah kapas turnpang-sari kacang
hijau yang ctiikuti penanaman ubikayu dengan luas masing-masing 0,54 ha.
Usahataai tumpang-sari kapas
+
kacatlg hijau
bulan Desember
sedanglum ubilcayu h u l ; t i pa& bulan April. Ti
wijen di khan kering seperti yang rtilalrukan sebeIumny8dkatm k d b u s i tanaman wijen terhadap pendapatan petani sangdt kecil yaitu sebesar Rp. 21.800 per ha sedan@
+
kips
h
g hijau sebesar Rp. 172.700 per ha dari peMiapatan
optimal sebesar Rp. 1.038.547 per tahun.
K o m b W pola tanam pati, kapas, dan kectelaijuga banyiik dilalrukan di
dan merupakan suatupola yang cukuj~baik. Hasil penelitian
Amerika -t
Miliun, dan Hickingbottom (1986) menunjuklcan bahwa pda padi - kapas diperoleh Wpa~sebesar6,5ton~haatauberlwang0,3tonperha&~gLandengan
pola pacti-padinamunhasilkapasmenin~dari2,8tonperha~polalcapas -
k;apas~3,5~w~psdapollrrpsrdi-kapas. 4.1.2, &end.lr Tenaga g e j a dra ModPl
Kepeduan tenaga keja untuk mengelola usahatani menurut kadki peZani
dan koMtisi optimal W t u m pada Tabel 3.
..
Dari Tabel 3 dapat d s m p d h Sep*,
tX4.l-
pads
Maret, Agustus,
Oktober, dan Nopember terjadi kelebihan tenaga keja keluarga masing-
masing sebcsoa 4,6 ;44,6 ;40,3 ;60 ;dan 60 hari kerja phia (HKP). Tenaga lebih itudapatdkewahmLellmt~unt.111~tambahon~. Sebaliknya pads bulaa-btrlan J a n h , Februari, April, Juni, dan Desember wadi kehangan t
q
kexja kelwga masing-masingsebesar 34,O ;8,3 ;18,6 ; 6,2 ;
cfan 9,9 bari kerja pria. Kekurangan itu ditutupi dengan j a h laenyewa tenaga keaja
dari luar kelwga.
Tabel 3. Kebutuhiin tenaga kerja per bulan untuk mengelola lahan sawah ctan lahan kering di Kabupten Takalar, Sulawesi Selatan. Kebutuhan Tenaga Kerja
Bu 1an
Kondi s i Petan i Kondis i Optimal
Sewa Tenaga Kelebi han Kerja d a r i Tenaga Kerja l u a r keluarga Keluarga
.......... .... HKP per ha ............. ......... Januar i Februar i karet Apr i1 M e i Juni Jul i A~US~US September Oktober Nopernber Desember
130,l 129,2 109,6 143,O 132,3 114,9 102,l 16,2 36,s 0,o 0,o 124,O
94,O 68,3 55,4 78,6 59,7 66,2 59,O 15,4 19,7 0,o 0,o 69,8
34,O 8,3 O,O 18,6 0,o 6,18 0,O 090 0,o 0,o 0,o 9,9
0,o 0,o 4,6 0,o 0,3 0,o 1,o 44,6 40,3 60,O 60,O 0,o
Secara keseluruhao, jllmlrh tenaga kerja pria yang dibubuhkan pada kondisi petani lebih besar ctari jumlah teaaga kerja ymg dibutuibn padit kondisi optimiil.
Hal ini terjadi hens pada kondisi optimal a h pembaha pola whatmi baik di
lahan sawah maupun di lahan kering misalnya usahatani pa&-2 di lahitn sawah dan wijen di lahan ke.ring tidak dianjdcan pada kondisi uptimiil yang pa& giliriiy'a tejadi perberlaan jllmlah tenaga k q a yang digunakan. Parla u d a t i u i kajm +sorgum mmurut hasil pem9itia.uMohamed (1987) temyata kekurangim tenaga
~ ~ a d i j m d a ~ p e r i o d e p u n c a k y a iparlaumur2-3bulan. bu B e r m
~smcanganoptimal temyata jumhh Lredit krrpas yang
diterima
petani sebesu Rp. 165.038 per h a w lebih kecil dari jumhh yang sebenarnya
dipxlukan yaitu sebesar Rp. 234.238 per ha. Jadi masih @adi
kekurangm
sebanyak Rp. 64.803. Dari angka &mebutdapat
permodalan
.. d s m p k m bahwa
milsih nkmpakan kenckl;l bagi petani. Hiid yang szuna telah diteliti oleh Mohamed
(1987) pada pola tanam kapas + wrgum.
.
Air merupakm kebutuhan pukok cLari semua jenis tanaman sehinga apabila
t a n m a mengalami lcekumngan air maka peatumbuhamya ti&
gihumya m e n d hasil tiuraman. D dibutuhkan tamman kqas
normal yang pafa
h penelitian ini jumlah air yang
+ kedelai acialahjumhh curah hujan
jumhh air yang dibexhn melalui p e n g i i , &dam hal ini air diamhil&
tanah
kedalamaa permulam mdsimum 7 meter. Kebutuhan air untuk tanaman kapas+kedelai di lahan sawah tadah hujan tian jumhh masing-masing sumber yang diperlukan dapat dilihnt.parla Tabel 4. Dati Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada kodki optimal kebutuh air tamman kapas + kedelai pada bukn April cian Mei dapat m u h ickri curah hujan, sedangkan pada bulan Juni, Juli, Agostus, Septembes midi kehrntogan air masingmasing sebesar 12,70 mm ; 184,18 mm ;174,lO mm ;cLan 99,82 mm. Kehangan pa&
tersebutharusbisadipermhiduipengairau.
Total b g a n teasebut di atas sebesar 470,80 mm dapat d i g m h n unhll menen-
lokasi pengembangm Ocapas di lahan sawah. Lokasi yang dipilih adalah
&iqmpotensi air tanah yang sama atau~lebihbesar dari angka kehrangan.
v
Tabel 4. Kebutuhan air tauaman + kedelai &Ijamlah m a s h g - d g ~ a i r y a n g d i p e r w c p s KabupatenT&k,Sula~esiseIntnn
Iulan
Jumlah air yang diperlukan
------------------0,oo 25,OO 25,OO 196,OO
gustus eptember
179,OO 120,OO
Jumlah Curah Hu jan
I
Jumlah air iri asi sesuai kebutui? an opt iaral
4.2. 4.2.1.
Peneiitian I1 Pola Pertumbuhan Tanaman Pola pertumbuhan tanaman &ri waktu ke waktu dapat dilihat ciari Laju
Tumbuh Relatif (Relative Growth Rate
=
RGR) yaitu suatu nil& yang menunjukkan
peningkatan bobot kering tanaman &lam suatu interval waktu Wam hubungannya dengan bobot a ~ l Grat-ik . Laju Tumbuh Relatif untuk masing-masing bagian tanaman yaitu batang, daun, akar, dan bagian generatif menurut jumlah baris tanman kapas dapat dilihat pada Gambar 5. Pada Gambar 5 terlihat bahwa pola pertumbuhan tanaman yang ditunjukkan oleh nilai-nil& RGR batang, RGR &un, RGR akar, dan RGR bagian generatif sampai umur 82 hst hampir sama, baik pada pola monokultur maupun pola tanam sebaris kapas (C l), dud baris kapas (C2), dan tiga baris kapas (C3). Peningkatan laju tumbuh mulai terlihat pada umur 82 h t dan berlangsung sampai umur 110 hst
dan setelah itu terjadi penurunao. Peningkatan laju tumbuh maksimal menurut hasil penelitian Peng dan Krieg (1991) krjadi pada umur 80-90 hst krsamaan dengan tejadinya laju fotosintesis yang maksimal dan setelah itu mengalami penunman yang cepat. Hasil penelitian Kohel dan Benedict (1987) menunjukkan bahwa peningkatan bobot kering tanman dari waktu ke w aktu menggmbarkan peningkatan laju
tumbuh terutama daun dan batang. Peningkatan nilai Laju Tumbuh Relatif merupakan hasil dari peningkatan bahan kering yang dihasikn dari proses fotosintesis. Terjadinya gdngguan proses fotosintesis dapat menurunkan laju pertumbuhan tanaman. Gangguan itu bisa terjadi karena tumpang tindih antara daun pada tanaman yang sama ataupun pa& tan;lman yang berbab. Peningkatan laju tumbuh yang lebih cepat terjadi pa& batang, claun, dan akar dengan nilai RGR tertinggi masing-masing 0,774; 0,714 dan 0,805 g/g/rninggu pada umur 110 hst. Laju tumbuh batang (Gambar 5a) tercepat terjadi pada pola dua baris kapas (Cl) diikuti oleh pola satu baris kapas (C2) dan tiga baris kapas (C3).
C1 = Sebaris Kapas C 2 = RabariKapas
C3 = Tiga barii Kapas
(a) ECR-Bstmr
(b) l C P d r u
1
1
08 -
0.8 0
So6
-
B O"
-
1 2 2 Y
Cl = Sebaris Kapas C2 = DIB bans Kapst
0.2 -
Q= 0
5~68
I
I
1
em
96.1 to
(c) RGR-Abr
C 1 = SebarbKapas 02-
C 2 = RaberisKapas
T i beris Kapas
aa2
m(Lrl-hu3
Mn= h4onOkutrr
1i0ia
C3= TigabariI(apas 0 5140
I
I
1
ma2
uas
96.1 10
11biw
~W-DYY)
(d) 1CR-6emtir
Garnbar 5. Grafik Laju Tumbuh Relatif (Relative Growth Rate = RGR) Batang, Daun, Akar, Bagian Generatif Menurut J umlah Baris Tanaman Kapas, Takalar, 1994.
Hal ini mungkm disebabkan oleh munculnya lebih banyak ubang generatif pada pola tersebut. Selain itu dimungkinkan terjadinya perpanjangan batang ka~enawang untuk itu tersedid. Sejalan dengan pertumbuhan batang, temyata laju pertumbuhan &un tercep'at terjadi pa& pola satu baris kapas (Cl) (Gambar 5b). Pada pola ini perkembangan tajuk ke samping memunglunkan daun berkembang lebih cepat. ~
~ pada
polia monokultur laju pertumbuhan daun paling rendah dan perkembangan tajuk secara vertikal I&& dominan. Reidhnya laju pertumbuhan b u n pa& p l a tanam dua b i kapas (C2)clan tiga baris kapas (C3) dibanciing pola satu baris kapas (Cl) dapat W a b k a n karena terjaclinya ganguan proses fotosintesis. Parla k d u a pola tersebut slain tejadi kompetisi antara tanaman kapas ctalam baris y i sama jug& dengan taaaman kapas yang ada U a m baris yang bedmiit. Selanjutnya pola monokultur menunjukkan pertumbuhan akar paling tinggi (Gambar 5c). Nampaknya pertumbuhan ti.i..uk secaia vertikal juga diimbangi oleh pertumbuhan akar yang lebih &dam pada pola rnonokultur, hal sebalilanya terjadi pada pola satu baris kapas (Cl), dua baris kapas (C2), dan tiga baris kapas (C3). Pertumbuhan cabang-chng yang lebih baik pada pola dua baris kapas (C2) yang diikuti dengan p e r t u m b u b daun yang tidak terlalu lebat menghasillcan pertumbuhan bag& generatif yang lebih tinggi (Gambar 5 4 . Peningkata RGR bagian
generitif terjadi karena dukungian sistem pengairan yang baik pada p l a tanam rlua baris kapas (C2) dan tiga baris kapas (C3). Sistem pengairan yang baik dan menjamin t e r s x h y a kebutuhan air timaman yang cukup dapat mengwangi jumlah buah
gugur sehinggd jumlah buah jadi lebih banyak. Selain itu ganggum pengakan kapas
terhuhp pertumbuhan generatif kectelai ti&& terjacti pada kedua p l a ini (Gambar 6c
clan 6d). Laju tumbuh b a g h generatif p a h g rendah terjadi pacts pola moxwkultur
dan pola satu baris kapas (Cl). K e b m lain pada poh satu baris kapas (Cl) y i t u pengairan ke 4 dan 5 pa& sistem pengairan W1 dim W2 cian pengairan ke 4,5, dan
6 pada sistem pengairan W3 m e m p e n g i pertumbuhan generatif tanam;m kedelai. Penganrh tersebut menyebabkan daun kdelai kwarna hijau kehitaman, tajuk bertambah tinggi, sebagian rebah rian tidak menghuilkan polong (Gambar 6b).
y
a
Gambar 6. K e a W pertumbuhan tanaman pacia berbagai pola taniim yang Jicobakan, Takalar, 1994.
Pola pertumbuhan tanaman kapas Jari waktu ke w&u
menurut sistem
pengainan dapat dilihat pa& Gambar 7. Peningkatan laju pertumbuhan tamman terlihiit jelas muhi pada umur 68 hst dan mencapai puncaknya pada umur 110 hst
kemuctian menurun pada saat memasvki @ode
pexwakm buah.
Perbed;aan pola peatumbuhan antam bagian tilnamao pada
sistem
pengainin y m g c t i w barn mulai talikt pada umur 68 hst. Fezbedim itu lebih
clisebaMmn oleh waktu pemberian air chin jumlah air yang be&& pada setiap p e r m . Perhkuan sistem pengairan W1 dan W2 pachi selaog waktu 61-120 hst sama-sama dihhkan pada saat ko-
air tanah 75% kapastas lapang sehiugga pola
pertumbuhan batmg dan daun tarurmanpada ke&u perhkum ini h @ . r
s;una
(Gambar 7a dm 7b). Pa& kedua perlihan ini RGR
35 perkembangan yang baik karena kekurangan air. Percobaan yang dilakukan Mc. Michael dan Hesketh (1982) menunjukkii bahwa tanaman kapas yang ti& diairi ruas batanpya pendek, claun&un kecil, warna ciaun kekuningan mirip gejali kekuriigan hara. Berbeda dengan perlakuan yang diairi dengan sistem pengairan W3 dimana nilai RGR b a m g clan daun mencapai nilai tertinggi tetapi sebd&nya nilai RGR akar paling kecil (Gambar 7c). A& kecenderungan bahwa akar tanaman yang kekuriangan air berkembang lebih cepat d i b d g k m dengan akar tanamaa ymg kebutuhan airnya terpenuhi. Perlakmn dengan sistem p e n g i W1 pa& umur 110
hs* nilai RGR akar mexapai 0,79 gfglminggu sedugkm RGR &tun m a mencapai 0,49 glglminggu. Nilai RGR bagian generiitif untuk perlakuan dengan sistem pengairan W3 hampir sama dengan sistem pengairan W2 tetapi lebih tin&
dari
perlakuan dengan sistem pengairan W l . Sistem pengairian yang baik ctapat mencegiah buah gugur yang ditunjukkan oleh nil& RGR bagian generatif yang tinggi. Meningkatnya laju pertumbuhan akar disatu pihak clan menurunnyd laju pertumbuhan &un di pihak lain mem*
svatu petuojuk bahwa kebutuhm air
untuk pertumbuhan timaman ti&& memadai. Menurut Grimes 4.(cialam Guinn, Manney, clan Fry , 1981) ceair yang berlangsvng ~3n1-; meningltatkan perkembangan akar, cekaman air pada tujuh hari seteiah pembentukan kuncup m e n d ketahanan buah, ceair picia 16 hari setelah pembentukim kuncup menyebabh gugurnya sebagian besar buah-buah mu& tetapi ti&& pa& buah tua. Pada perakuan clengan sistem pengairan W3 frekuensi penghan
selang w h 0-68 hst Jan 4 kali pa& selang WW68-124 hst.
Peningkatan fiekuensi terjacti karena pengairan *lic
patkt saat kondisi air tanah
100 % kipasitas lapang. Jarli pengaim dilakukan lebih sering dengan selang waktu rata-rata 10 hari. Dengan k o n b i ctemikian m i b jumlah air yang diperlukan sudah
mencukup~kebutuhan tamman khususnyap&peri&68-124
hst. Hal tersebut
ditunjuklm oleh nilai RGR batang, RGR daun, RGR bagian generdtif yang tin&.
Ephrath, W a n i Jan Bravclo (1990) m e n g a t a h bahwa per-
rlengnn sistem
irigasi yang baik medorong laju fotosintesis meningkat cepat pacia pagi hari dao
maksimal pada sore hari.
Garnbar 7. Grafik Laju Tumbuh Relatif (Relative Growth Rate = RGR) Batang, Daun, Akar, Bagian Generatif Menurut Sistem Pengairan, Takalar, 1994.
37 Pertumbuhan generatif ti&& terpisahkan dari pertumbuhan vegetatif artinya pertumbuhan vegetatif yang baik mendorong pertumbuhan generatif yang Iebh baik. Menurut Guinn &
d. (1981) pembentukan dan perkembaugaa buah sangat
dipengaruhi oleh pertumbuhan vegetatif sebelumnya. Kenyataan tersebut texjadi pada
perlakuan ciengan sistem p e n g i Wl dimana pengairan cliiakukan 3 kali panla selang walrhr 0-68 hst dan 2 kali pada selang waktu 68-124 hst. KoMlisi ini jelas ti&& bisa memenuhi kebutuhan air optimal akibatnya pertumbuhau gemmatif tidak berlangsvng dengan sempumah yang ctitunjuklran oleh niiai RGR bagian gemmatif yang menurun. 4.2.2.
Pertumbuhan Vegetatif d m Generatif Rentetm peristiwa yang terjacti selama pertumbuhan tanman
akan
mempengaruhi pertumbuhau vegetatif dan geawatif timaman kapas. F'muneter yang paling jelas
..
menggambrkiln perubahan pertmhuhan vegetatif rrlalah tin&
tanaman dan lebar kanopi, sedaugkan yang menggambarkan perubahan pertumbuhiu~
genecatif diautandny*aaddah jamlah cabang generatif, judah buah abupun jumlah keguliw-=. PengdIUh jumlah baris tammmkapas, jllmlah baris tamman kedelai dan sistem pengairan terbadq pertumbub vegetatif dan geoeratif taoiunankapas pub
umur 110 hst
baris tanaman kapas
clan sistem peugairan masing-masing
b e r p e n g d nyata terhadap tinggi tanaman, Jemikianjuga pengaruh interaksinya. JlunlPh bpris -1ai
peoelitian Sahid
ti&
nyata p e n g d y a terhahp k g g i tsarmsn. Hasil
a 4.(1989) menyatakan bahwa taoiunan kapas ti&
mempenm
per&umbuhankedelai sebagai komponen tumpangsari.
Pada poh tanam tigd baris kapas (C3) tin@
iran;unan
mencapai 109,9 cm
atau lebih tinggi daripolatanamctua barisJqas(C2)dan sttu baris kapas (Cl)
~~ant;uasahrbariskapas(Cl)clanbbariskapas(C2)ti&a&perbedaan
tinggi tanaman yang nyata. Pada pola tanam tiga baris kapas (C3) pertumbuhm
horizontal tanaman kapas pa& setiap barisan dibatasi oleh barisan tanaman lainnya
dan hal ini mxdorong pertumbuhan vatikd lebih dominim yang beqmgaruh kepada tin& tanaman. Penelitian Hasum clan Sulistyowati ( 1989) menunjukkan bahwa tinggi tanaman pada pola mamkultur Reba BTK 12, TAMCOT SP-37 dan KI
128 lebih tinggi dari pa& tanaman kapas ymg dit;mam secara tumpang-sari. Sahid
id. (1989) menyimpulkan bahwi tinggi t;maman kapas dipengaruhi oleh varietas. Perubahan sistem penghan pada setiap pola tanam juga menyebabkiia pedahan
tin& setin&
. .
tanaman yang beheda nyata. Pengairan b g a n sistem W3 cithasrlloiatanaman 117,3 cm ymg berbelit nyata dengan yang dihuillcitn 4enga.u s - m
pengaimn W1 dm W2 masing-g-masing setinggi 90,7 cm ctan 105,O cm. Tanaman yaw paling tin&
. .
&hadkan rlari kornbioasi perhiban C3W3 yaitu 122,3 cm tetapi
ti&& beabeda nyata dengan tin&
t a n a m panla perlakuan C1W3 dan C2W3. Telah
ckbutkan di muka bahwapertumbuhan tanaman pada perkhan dengau sistem pengairan W1 cian W2 tidak d i d b g oleh jnmlah air yang cukup clan keadaan
sebdmya pada perlakum W3.
Lebar Kanopi P e n m jumlah baris tamman kapas, jumlah baris tmaman kedelai clan sistem pengaimn terhzuiap 1-
kaaopi mirip ciengan tinggi tamman (Tabel 5).
Lebaf kaoopi p d a pola tanam satu biuis k a p (Cl) lebih lebar ckri pola tanam rlua baris kapas (C2)dan tip baris lcslpas (a) Hal . ini ciidukung oleh pembahasm tin& tanaman, yang mima pa& pola tanam satu baris kapas (Cl)
horizontal
lebih dominan sehingga meningkdcm lebar kmopi, sedangkan pada pola tanam ctua baris kapas ((2)atau tiga baris kqm (C3)pertumbuhan vertikal lebih dominan yang mdngkatkan tinggi tiuwnan. Jadi e m b a n g a n lebar kiinopi d i p e n g i oleh
ruang yang terse&.
Sahid
d.(1989) r n e n y h j d h bahwa lebar h o p i dipenga-
ruhi oleh falrtor genetiL clan lingkungan. Dikatakan bahwa apabila pupulasi tamman rapat maka lebar kanopi k m g berkembang karena ruang yang terse&
terhtas.
T h l 5. P e n g d jumlah baris tanaman kap'ds, jumlah baris tanaman kectelai, clan sistem pemberian air terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif , trnrman kapas pada umur 110 hari sesuclah tanam.
.,
Komb inas i T i nggi Tanaman Lebar Kanop i Jumlah Cabang Jumlah Keguguran Per lakuan Generat i f (buah) (buah/tanaman) (cm) (cm) n
CxS ClSl CIS2 CIS3 C2S1 C2S2 C2S3 C3S1 C3S2 C3S3
101,9 103,4 103.5 104,6 98,8 90,3 109,3 110,6 109,7
CxW ClWl C1W2 C1W3 C2W1 C2W2 C2U3 C3W 1 C3W2 C3W3
89,l 101,8 117,9 85,8 103,O 111,7 97,l 110,3 122,3
n bc abc abc abc c
d ab a a
n
53,5 55,9 56,5 54,3 49,2 51,6 50,2 51,7 50,5
tn
ab a a ab b ab b ab b
11,02 12,43 10,87 12,07 12,61 11,20 11,81 11,71 11,06
d c a
10,76 11,70 12,44 10,67 12,63 12,46 10,43 11,24 11,44
d bc a c ab a
43,7 55,3 67,O 40,9 52,2 62,O 39,9 50,9 61,6
d c ab
d c b
a ab a b a b ab ab b
n
n
n d bc a
n
2,64 2,30 2,87 2,11 2,37 1,62 2,13 2,30 1,78 bc ab a c a a c bc bc
3,19 2,52 2,10 1,94 2,49 1,67 2,17 2,27 1,78
a ab b b ab b ab ab b
C1 C2 C3
102,9 b 100,2 b 109,9 a
55,3 a 51,7 b 50,8 b
11,63 b 12,25 a 11,04 c
2,60 a 2,03 b 2,07 b
S1 S2 S3
105,3 a 101,l a 101.2 a
52,7 a 52,3 a 52,9 a
11,44 a 11,96 a 11,53 a
2,30 a 2,32 a 2,09 a
W1
90,7 c 105,O b 117,3 a
41,5 c 52,8 b 63,5 a
10,62 c 11,86 b 12,45 a
2,43 a 2,43 a 1,85 b
117,l
58,9
11,l
4,80
797
10,4
896
4,1
W2 U3 Monoku1t u r Kapas C.V. (%)
Angka yang a t i oleh huruf yang sama pa& setiap kolom ti& menurut Uji Jim& Bagan& Duncan pa& Waf 5%. Kedngan : n sn
tn
= berbeda nyata, = bexbeda sangat nyata = ti& berbeda nyata
beheda nyata
Perlakuan dengan sistem pengairan W3 m e n g h a s i h tanaman yang kanupinya lebih Ieba &ui yang dii-lasilkan perlakuan dengan sistein yengairan W 1
clan W2. Dengan demikian sistem pengairan W3 selain meningkatkan tinggi tanaman juga menambah lebar kanopi tanaman. Tanaman yang kanopinya paling l&ar yaitu 67 em diperoleh dari kombinasi perlakuan C 1W3. Jumlah Cabang Generatif Cabang generatif tanaman kapas ber'asal dari batang pokok atau =bang vegetatif, letaknya agak menciatar, dari buku-buku cabang generatif akan keluar bunga clan buah. Jumlah cabang generatif menentukan jumlah hasil serat kapas yang diperoleh. Pada Tabel 5 terlihat bahwa kombiniasi antaria jumlah baris tanaman kapas
clan jumlah baris tanaman kedelai tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah cab% generatif. Hal ini berarti jurnlah baris kedelai yang ditanam diantara biuis tanaman kapas ti&
mempengaruhi jualah cabang generatif yang d i h a s i b tamman kapas.
kapas momkultur lebih
Jumlah cabang generatif yang d i h a s i k dari pe-
banyak dari yang d i h a s i l h kapas tumpang-sari. Varietas yang diperbanhgkan adalah DP 61, KI 128, dan KI 111 (Hasnam, dan Sulistyowati, 1989). Interaksi antiiria jumlah baris tanaman kapas dengan sistem p e n g i a n berpengaruh nyatii terrhaciap jumlah cabang generatif. Jumlah cabang generatif pa& kombinasi perlakuan C2W2, ClW3, C2W3 tidak berbeda yaitu masing-masing 12,63 ; 12,44 ; 12,46 buah. Nampaknya pola tanam dengan satu atau dua baris kapu yang diairi dengan sistem pengairan W3 dapat menghasilkan jumlah cabang generatif yang lebih banyak. Jumlah Keguguran Y i dimaks'ud keguguran actalah gugurnya kuncup, bunga, maupun buah
mucia yang disebabkan oleh berbagai Faktor misainya gangguan pa& proses fisiologi
, . , atau karena ganggum hama penyakit. Kegugwan taaaman
mengakibatkan
penurunao hasil kapas yang sangat mencolok sehingga usaha mengwangi jumlah kegugurian merupakan svatu bagian dalam usaha peninglutan produksi tanaman 7
kapas.
-
.L
..
41
Pada Tabel 5 terlihat bahwa jumlah keguguran pada pola tanam dua baris kapas (C2) clan tiga baris kapas (C3) lebih sed~lutdibanding pola tanam satu baris kapas (Cl), demikian juga keguguran &pat diperkecil pa& perlakuan yang diairi dengan sistem pengakan W3. Kombinasi perlakuan dengan kegugwan yang sedikit acialah C2W3 yaitu 1,67 buah per tiinman sedan*
yang terbanyak adikah Cl Wl
yaitu sebanyak 3,19 buah per tanaman. Pa& pembahasan Laju Tumbuh Relatif disebutkan b
i laju pertumbuhan
. , , parla pola tanwm satu baris kapas (Cl) lebih tinggi dibaMiingkm dengan dua tanaman baris kapas (C2) ctan tiga b i s kipas (C3) namun laju pertumbuhan bagtan generatif sangat menurun. Penurunan itu
h e m kegugwan yang banyak pada pola
tanam satu baris kapas (Cl). Laju perturnbuhan tanaman pa& pola tersebut meningkat terutama daun sehingga terjadilah efek d i n g menaungi clan dan hi mendorong jumlah buah yang gugur. Menurut Krizek (1986) efek penaungan akan meningkatkan jumlah buah yang gugur.
Sejalaa dengan menurunnya laju pertumbuhan bagian generatif pada peridwin dengin sistem pengakan W1 kemudian meningkat dengan sistem pengairan W3 maka dapat dijelaskan bahwa penurunan atau peningkatan tersebut a& kaitannya dengan jumlah kegupan. P e r m dengan sistem pengakan W3 jwnlah keguguran lebih sedikit dibanrlingkm perlakuan dengan sistem W2 clan W1. Krizek
(1986) menjelaslran bahwa cdciimm air yang tejadi pa&
masa
pembungam
menyebabkan penunman hasil h e m meningkatnya jwnlah kuncup yang gugur sebelum jadi bunga. 4.2.3.
Analisis Tumbuh Analisis tumbuh adalah analisis yang ciilakukan terhadap fiaktor-faktor yang
mempengaruhi hiisil p e n dan analisis perkembangan t i i n a m sebagai penimbuim bersih h i 1 fotosintesis selama jangka waktu tertentu (Gadner,
d., 1991).
Analisis tersebut dilakukan baik terhahp individu tanaman maupun komunitas
tanaman antara lain Laju Tumbuh Relatif (Relative Growth Rate = RGR), Laju Assimilasi Netto (Net Assimilation Rate = NAR), Indeks Luiis Daun (Leaf Area
Index = LAI), Nisbah Tajuk-Akar (Shoot-Root Ratio
=
SIR).
Grafik komponen analisis tumbuh (RGR,NAR, LAI, SIR) menurut jumlah baris tanamao kapas &pat dilihat pala Gambar 8. Pola perkembangan Laju Tumbuh Relatif (RGR) dari waktu ke waktu pada pola tanam satu baris kapas (Cl) m e w p a i nilai tertinggi sampai umur 96 hst. Kemwlian nilai itu turn lagi lebih rendah dari nil& RGR pola dua baris kapas (C2) p&
umur 110 hst (Gambar 8a).
Pa& pola monokultur nil4 RGR lebih rendah dan penhgkahmya dari waktu ke waktu sangit kecil, Mungian hal hi ada kaitannya dengii keterbatasan m g yang clapat menampung C 0 2 yang akan digunakan e a i bahan a s s i d u i . Peningkatan nil& RGR yang cepat terjadi mulai padit umur 68 hsi. Pada saat itu tiimmm m e n u p i stadium bunga pertama. Nilai RGR pacia stadium itu sebesar 0,455 g/m2/hari dan mencapai puncaknya pada umur % hari dengan nilpi 0,911 glm21huri kemudian menurun sampi timaman dipanm. Peningkatan nil.i RGR ctiikuti oleh peahgkatitn Wks Luas Daun (LAI) yang mencapai nilai tertinggi 1,77
pada umur 96 hst. Poli perkembangan nilai Laju Assimhi Netto (NAR) tenu m e n g i i pen-
sejak pengamatan pertama umur 54 hst. Penurunan itu lebih tajam texjadi
pada pola satu baris kapas (Cl) dan pola moxwkultur. Tumpang tindih antara daun atas dengan &un bawah paria tamman yang masih mu& lebih kecil dibadiqkan dengii tamman yang sudah dewasa. Jadi laju fotos-intesis lebih tinggi jwki tanaman mu& yang d i t u n j u k h oleh nilai NAR yang tinggi. Mauney
ill.
(dalaun Krizek,
1986) mengahkan bahwa pa& saat timaman mac;ih muda ketersediaao C 0 2 tinggi sehingga laju tumbuh tamman meningkat.
1
4
0.8 -
3
A
c.
i
5
s
Y
:
Mn = Monokultur
Cl = SebarisKqxs 0.2
-
0
5188
2-
Mn = Monokultur 1
-
C1 = S O M SK-
Q = DuabgisKapas
C2 = Dua baris Kapas
Q = TigabrrisKapas
C3 = Tiga baris Kapas
I
I
1
6882
8246
S110
w &r( a [a) Wtk
110.11
0
5c68
I
I
6682
8246
k tru)
1
96110 .
118124
W ( L d M W
hte
(b)I&t~mhdatiaab
Cl= S ~ s K a p a s
Q = Dua baris Kqms
a =ligabai,KqMs
Q = Tiga h i e
0
SMa
I
I
e w
8982
WClllrsllacrr) (e)
bd Ara hla
I
s 1lo
110.1#
5488
8882
82a6
98.110
11812t
wm-lur) (4) sbd*t
lCIUI
Gambar 8. Grafik Komponen Analisis Tumbuh (RGR, NAR. LAI: S/R) Menurut Jumlah Baris Tanaman Kapas, Takalar, 1994.
Penin*
nilai LA1 (Gambar 8c) menydabkan krjadinya penurunan nilai
Laju Assimilasi Netto (NAR). Hal ini &pat d i m e n g d h e m pa&
kondisi LA1
tinggi (> 2), &un-ctaun saling menutupi sehingga laju asimilasi yang d i k m oleh cahaya matahari mengalami pensebaliknya terjadi pa&
tenrtama h & u n
bawii. Keadaan
pola monokultur dimana nil& NAR yang kecil bukan
ctisebabkan oleh nil& LAI yang tinggi tetapi populasi tanaman yang banyak. Pada kondisi yang baik LA1 miiksimal bisa mencapai 3 - 4 (Wells dm Meredith, 1984). Pola hubungan antma LA1 dengan SIR pa& setiap perlakuan pola tanam hampir
sama. Pola pmhgkatan nilai LA1 sama dengan pola peningkatm nilai S/R (Gambar
8d). Nilai xnahimd S/Rpa& pola tanam sebaris kapas lebih tin& dibanding pola tanam
pa&
kalau tiuumm t d u t mengalami ceki.unan air, kemudian
masa pembentukan buah perkembangan akar mulai menurun. Tanamao yang
kedalaman akiunya dangkal mudah mengalami cekamao air seLama pertumbuhannya (Anonymous, 1984).
Perkembangan kompunen analisis tumbuh menurut sistem pengairii dapat dilihat parla Gambar 9. Seam mum terlihat bahwa nilai komponen adisis tumbuh pub pola monokultur lebih r e n u ctibawiingkan perlakuan yang diairi clengan
s&em pengkan W1, W2, dan W3. Sistem pengairan yang baik rnenyebabkan nihi RGR y i g tinggi terutama
pa&
perlakum dengan sistem pengairan W2 clan W3 (Gambar 94. Se&ngkan
perlakuan Jengan sis~empengiihm W1 memperihabn jmhgkaha nilai RGR jauh lebih re&
ctibandinglcitn clengan perlakuan dengan sistem p e n g i - i W2 dm W3.
Demikian juga dengan nilai Laju Assimiliisi Netto (NAR) selalu mengpeningkatiin piula perlakuim dengan sistem pengairao yang lebih bailr (Cambat 9b).
m = mmcw wi=
wi
s r rpug-
(rri=s.s2n.w.wHt
m =s r a m m
54-a
68-02
*.
67.83.99 Ht a m n hrgdmnw P= s,a.m.n.m, I-W
(n= 31. w3=
8W u(H-w
S110
110-124
(b) Wet Amfmmfm Eat8
I
5460
W2
I
8m
1
I
St10
110424
u(Ld-lur)
(d) SIBrt-&t Pltb
Gambar 9. Grafik Komponen Analisis Tumbuh (RGR, NAR, LAI, SIR) Menurut Sistem Pengairan, Takalar, 1994.
46
Walaupun frekuensi pengairan pa& perlakuan W 1 dm W2 sama yaitu 5 kali namun perbedaan waktu pemberian air pa& fase pertumbuhan tanaman yang kesatu (0-61 hst) cukup mempenganrhi pertumbuh tanaman. Keadim tersebut ditunjukkan oleh nilai komponen analisis tumbuh yang lebih r e n u pa& perlakuan W1. Sebagaimana rtiketahui bahwa perbedam sistem pengairan pa& perlakuan W 1 clan W2 terletak pa&
sistem pengairan pa& periocie 0-61 hst. Piah perlakuan W1 pengairan
ctilakukan pa& saat kondisi air tanah 50% kapasitas lapang sahngkan pa&
perla-
kuan W2 d i l i pa& saat kondisi air tanah mencapai 75% kapasitas lapang.
Sama halnya dengan RGR dan NAR maka perkembangan nilai LA1 yang diperlihatkan pa& perlakuan dengan sistem pengairan W2 clan W3 (Gambar
tin&
9c). Pada k d u a perPakuan tersebut terlihat niliai SIR yang tin@ (Gambar 9 4 . Nilai perlakuan dengan sistem pengairan W1 jauh lebih kecil. Hal ini terjadi
SIR pa&
slain h e m nilai LA1 yang kecil, juga karena bobot akar yang lebih tinggi. Bobot
akar
yaag tinggi tex-jadi pa& tiuwnan yang kekurangan air seperti telah rli bahas
pa& RGR akar. Telah disebutkan di muka bahwa analisis tumbuh merupakan analisis terhuhq f a r - f a k t u r yaag mempengxuhi hasil akhir sebagai penimbunan bersih
hasil fotosintesis. Untuk mengetahui respon akhir dari taaaman kapas terhactap perhkum yaag dicobakan ditinjau dari segi komponen analisis tumbuh, maka data
yang d
i
w dikumpullcan pada sidium buah pertama mulai mekar yaitu pada
umur 110 hst (Tabel 6).
Indeks Lms Dam (Leaf Area Index
=
LAI)
Daun m e r u m organ utamir untuk menyerap cahaya matahxi dan melakukan fotosintesis. Dengan meningkatnya luas daun sampai pa&
tingkat
tertentu maka meniogkat pula penyerdpan cahaya oleh &un. Jadi menurut Watson
(&dim Gardner r a h i ma&
a., 1985) LA1 merupakan ukurian kasar bagi luas daun per satuan yang
Tabel 6 . Pengaruh jumlah baris tanaman kapas, jumlah baris tanaman keclelai clan sistem pemberian air terhaciap pertumbuhaii tanaman kapas. I
Kombinasi Leaf Area Index Net Assimi l a t ion Relative Growth Shoot-Root Per lakuan (LA11 Rate (NAR ) Rate (RGR) Ratio g/m2/har i g/g/m inggu ( S/R
n
sn 1,63 2,40 3,61 3,72 3,27 2,16 2,37 3,85 2,53
sn
sn
CxS ClSl C1 S2 CIS3 C2S1 C2S2 C2S3 C3S 1 C3S2 C3S3
1,37 1,85 2,13 1,96 1,77 2,32 1,99 1,90 2,12
CxW ClWl C1W2 C1W3 C2W 1 C2W2 C2W3 C3W 1 C3W2 C3W3
1,26 1,64 2,45 1,44 2,02 2,58 1,53 2,04 2,44
2,51 2,50 2,56 2,91 3,Ol 2,99 2,91 2,90 2,95
0,860 0,871 0,999 0,867 0,812 0,896 0,733 0,776 0,835
4,25 4,55 5,48 4,90 5,83 5,33 5,07 4,86 4,80
C1 C2 C3
1,78 b 2,01 a 2,20 a
3,05 a 2,14 b 2,42 b
0,911 a 0,851 ab 0,785 b
5,76 b 5,35 a 4,91 ab
S1 S2 S3
1,77 b 1,84 b 2,19 a
3,17 a 2,77 b 2,57 b
0,825 b 0,883 a 0,840 b
4,98 a 4,87 a 5,17 a
W1
1,41 b 1,90 b 2,49 a
3,12 a 2,86 ab 2,52 b
0,816 b 0,820 b 0,911 a
4,74 a 5,08 a 5,21 a
1,26
2,54
0,77
3,73
W2 W3 Monoku1t u r Kapas
C.V. (%)
c abc ab ab bc a ab abc ab
tn
17,O
c
b a a a b b a b
tn
12,5
0,873 0,879 0,981 0,858 0,917 0,780 0,743 0,852 0,758
b ab a bc ab bd d b cd
tn
7,4
3,51 4,94 5,82 5,69 5,33 5,05 5,75 4,35 4,65
e bcd a ab abc c ab d cd
n
d c ab bcd a abc abcd bcd bcd
17,7
Angka yiing &ti oleh huruf yang sama pa& setiap kolom tidak krbeda nyata menurut Uji Jarak Bergiinrla Duncan pacia tiuiaf 5 % . Kekrangan : n = berbeda nyata, sn = berbeh sangat nyata tn = ti&& benyita
48 Pengaruh jumlah baris tanaman kitpas, jumlah baris tanaman kedelai dan sistem pengian terhaclap Indeks Luas Daun (Takl 6) menunjukkan nilai LA1 pola
tanam ctua baris kapas (C2) &in tiga baris kapas (C3) tidak berbe& nyata yaitu masing-masing 2,01 clan 2,00 tetapi nilai tersebut lebih tinggi ciaxi nil& LAI pada pola tanam satu baris kapas (Cl). Hal ini stjalan dengan penjelasan di muka biihwa pa& umur 110 hst tercapai nilai LA1 maksimal pala pola tanam clua baris kapas (C2) dan tiga baris kapas (C3) yang I&ih tin&
ctibadhgkan dengan LAI pola
tan'am satu baris kapas (Cl). Selanjutnya perkembangan nilai LA1 p& setiap
kombinasi perlakuan yang rliairi CLengan sistem pengaban W3 lebih tin& dibanclingkan dengan yang cliairi CLengan sistem pengairan W2 dan W1. K e k w i g i slir dapat men-
laju pertumbuhan daun, luas &tun b e r k i g hemi sebagian
&tun-bun krxbut gugur sebelum waktunya (Guinn p;t d., 1981). Nilai LA1 pa& kombinasi periakuan C1W3, C2W3, C3W3 ti&
berbeda
nyatii masing-wing 2,45 ;2,58; dan 2,44 dan menrpakm nilai LAI e g g i yang dicapai rlalam penelitian ini. Menurut Gardner
d.(1985) LAI s e k s x 2 pada
tanaman kitpas merupakan nilai optimal yang memberikan hasil y i g tinggi. Pena-
naman 9 baris kedelai diantara alur kapas juga meningkatkan nilai LA1 = 2 men*
dan
LA1 optimal untuk tanaman kapas. Nil4 LAI = 3 meMtoroag
pengambilan air oleh akar sangat efisien (Jordan, 1986). Nil& LA1 >4 ti& meningkiitkm laju fotosintesis, sebdiknya meningkatkan jumlah buah gugur (Wells
d m Meredith, 1984). Ni)& LAI yang tinggi rneningkatkan efek penaungi shinggii @at
memperkecil pewtridsi insefiicia (Kennedy, Smith, dan Jones, 1986).
J ; i
jarak yang renggang antma alur kapas berpengaruh terhactap peniugkatan nilai LAI. Pola m0nokultu.rkapas yang cLiairi dengan sistem pengido. W3 ternyata nilai LA1 mencapai 1,90.
Laju Assimilasi Netto (Net Assimilation Rate Menurut Gardner
=
NAR)
d.,(1985) Laju Assmiliasi Netto mrup'akan ukuran
rata-rata efisiensi fotosintesis daun clalam suatu komunitas tanaman. Disamping itu merup'akan ukuran rata-rata laju patukaan C 0 2 bersih persaaian luas daun dalam
Pengaruh jumlab baris tiinitman kapas, jumlah baris tanaman kede1.i clan sistem p e n g i i terhadap nilai NAR ( T i 1 6) menunjukkan bahwa nilai NAR pa& pola rilnam satu baris kapas (Cl) &sir
3,05 g/m2/buri lebih tinggi dui NAR pa&
poka tanam dua baris kapas (C2) dan tiga baris kapas (C3) masing-masing 2,54 2,42 g/m2/hari. Nilai LA1 yang lebih besar pa& pula tanvm dw baris *kitpas (C2)
dan tiga baris kapas (C3) mendorong nilai NAR menurun. Hal yang sama berlaku pa& perlalclura dengan sistem prngair.an W3 , NAR men-
nilai 2,52 gfm2/luri
terhadap dam-daun bawah pada tanaman dengan LA1 tinggi maka procluksi bahan kering per satuan luas d a m per satuan waktu mengalid penurunan yang ditunjukkan oleh nilai NAR yang menurun. Gardner
d.,mengatakan bahwa jwia tamman
dengan LA1 tinggi daun yang mu& pada pun& tanaman menyerap r a b s i paling banyak dengan laju assimilasi C 0 2 yang tinggi, s e b h y a &un-daun y i g t . pada &xu tajuk dan terlindung mempunyai laju assimilasi C 0 2 yang rendah.
I n t e r h i antara jumlah baris tanamsn kapas dengan sistem penghan ti& berpengaruh nyata terha&p NAR sedan-
intaaksi antara jllmlah baris tanaman
dengan nilili NAR tertinggi ialvh C3S2 sebesu 3,85 gfm2/huri ti&& babedP cfengm yang dicapai pa& perlakuan C2SI dao C2S2 masing-masing 3,72 dao 3,27 g/m2/hari. Nilai LA1 pada perlilkunn-perlahun tersebut < 2. Pada pola monokultur
nilai NAR sdwar 2,40 g/m2/hari.
50
Laju Tumbuh Relatif (Relative Growth Rate = RGR) Laju Tumbuh Relatif (RGR) merupakan peningkatan bobot kering tanaman
per s
a bobot ~ asal per satuan walrtu. Pengiuuh p e r m t e r w nikai RGR
(Tabel 6) menunjukkan bahwd nilai RGR
p l a tanam satu batis kapas (Cl)
Iebih besar hi pola tanam tigd baris kapas (C3) tetapi tidak berbecta dengdn dua baris kapas (C2). Kombinasi pola tanam clengan nilai RGR paling tinggi &ah
ClS2, ClS3, ctan C2S2 masing-=ing
0,879; 0,981; 0,917 g/g/minggu yang ti&&
berbcxia nyab satu h g a n lainnya. Perlakwn dengm sistem pengakan W3 juga
nyata meningkak nilai RGR. Krizek (1986) mengatdm bahwd nilai RGR dan
NAR ctipeoganhi oleh kousentrasi C02. Kapas &dgai salah satu tanaman yang indeterminate sangat respnsif terhadap konsentrasi C02 dibdbgkau tanaman yang cletermhate. Ia mengemukak;m bahwd nilai RGR pa& tanaman kapas p a h g
tin&
pa&
umur 10-30 hs* yaitu 1,61 g/g/minggu dan menurun parla masa
reprduksi (30-70 hst) hinwd mencapai nilai 0,49 g/g/minggu. Kalau dihubungkan dengdn paditpat tersebut makit
Nisbah Tajuk-Akar (Shoot-Root Ratio = S/R)S
. , , dengdn bobot kering alrar. Komponen pengumtan ini diguuhu untuk tanaman
Pada Tabel 6 terlihat bahwa nilai S/R lebih kecil pada pola tanam satu baris kgm (Cl ) ~~g
Ctua baris kapas (a). Hal ini se-jalanb g a n nilai LA.yang
lebih kecil pa& perlakuan satu baris k;apas (Cl) rlan lebih besar pada pola tanam ctua baris kapas (C2)clan tiga baris kapas (C3). Angka S/R tinggi dicapai pa& kombinasi
perlakuan C 1W3, C2W3 masing-masing sebesar 5,48 rtan 5,33. Sistem pengairii
fibel
7. Pengaruh jumlah baris tanaman kipas, jumlah baris taoaman k&lai, sistem prnkrian air terharlap kornponen hasil tanam;in kapas.
dan
r
Kombinasi Perlakuan
Bobot 100 buah kapas (gram) n
CxS ClSl CIS2 CIS3 C2S1 C2S2 C2S3 C3S 1 C3S2 C3S3
491,29 500,62 491,78 491,60 522,89 492,27 511,16 527,60 520,36
CxW ClWl C1W2 C1W3 C2W1 C2W2 C2W3 C3W 1 C3W2 C3W3
494,62 506,40 538,09 493,51 505,51 501,56 495,56 494,84 519,47
Persentase Serat
Jurnlah buah jad (buah)
b ab b b ab b ab a ab
tn
n
33,53 33,55 33,33 33,53 33,39 33,36 33,56 33,76 33,61
17,41 18,90 17,99 18,62 19,30 18,13 18,94 17,99 17,36
b ab a b ab ab
33,06 33,70 33,66 33,14 33,44 33,70 33,65 33,63 33,67
n
b b ab
n
b a ab ab a ab a ab b
n b a a b ab a a a a
14,30 19,26 21,42 14,69 18,72 22,78 13.61 18,20 21,67
d
c b d
c a d
c ab
C1 C2 C3
513,04 a 500,19 a 503,29 a
33,47 b 33,43 b 33,65 a
18,33 ab 18,73 a 17,83 b
S1 S2 S3
498,Ol a 517,03 a 501,47 a
33,54 a 33,57 a 33,43 a
18,lO a 18,68 a 18,09 a
W1
494,56 b 502,25 ab 519,70 a
Monokultur Kapas Kedelai
33,28 b 33,59 ab 33,68 a
14,20 c 18,73 b 21,96 a
495,20
32,64
12,50
C.V. (%)
6 4
1,5
796
W2 W3
Angka ang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom ti& berbeda nyata menu Uji Jarak Berg& Duncan pacia taraf 5 X.
Keterangan ; n = bextmh nyata, sn = berbeda sangat nyata tn = ti&& berbexla nyata
53 ditambah dengan efek penaungan clapat meningkatkan produksi etilen, peningkatiin etilen juga meningkatkan buah gugur. Peningkatan jumlah buah jadi pula perlakuan
W3 midnya, juga didukung oleh peningkatan jumlah cabang generidtif dan jumlah kegugwan yang lebih sedikit. Menurut Steward (1986) jumlah buah jadi banyak ditentukiin oleh kompetisi cialam hal nutrisi antara buah tuakngan buah mu&. Buah yang tua kebutuhan
nutrisinya lebih banyak dari buah mu& alribatnya kebutuhan nutrisi buah mu& sexing ti
akan
mengalami kegugman atau u k u r i y a kecil. Selain itu cekaman air &pat mempengamhi umur buah yaitu lebih cepat mekar dan kualitas seratnya menrun (Wanjura dan Newton, 1981). Dalam p e n e l i t . ini jumlah buah jadi lebih banyak p;uta perlalruan duzr baris kapas (C2)dan perlalruan W3 kebutuhan nutrisinya terpenuhi yang terlihat dari nil& NAR yang tinggi. Komponen pengdmatan bobot 100 buah (Tabel 7) m e n ~ ~ k ukman a n huh, &ya
pacia keadaan normal buah yang kecil bbcmya lebih ringan dan buah
ymg besar bobdnya lebih berat. Hasil penelitian menunjukkao bahwa bobot 100 buah ti&& d i p e n g i i oleh jumlah baris kapas dan jumlah baris kerlelai, tetapi dipenguuhi oleh sistem pengairan. H a i l penelitian Hasnam dan Suhtyowati (1989) menunjukkao babwa bobot 100 buah hanya d i p e n g d oleh vitrietas kapas, viirietas
KI 111 mencapai 680 g per 100 buah. Bobot 100 buah yang diperoleh dari perlidcum
~~ sistem pengainan W2 dan W3 masing-masing sebesar 502,25 dan 519,70 gram dan nilai tersebut berbeda nyata dengan perlakuan W1. Menurut Stewdtd
(1986) ukmn buah dan keberhasilan buah membentuk w i t selain d i p e n g i oleh
faLtor genet&, juga faktur lingkmgan misalnya air, mineral, dan temperahu. Dikatakan bahwa bila buah mu& mengalami cekaman maka buah tersebut ukuramya kecil atau jatuh. Tanaman kapas yang ctiberi perlalruan tanpa irigasi
54 menunjukkan berkangnya jumlah buah jadi, jumlah biji per buah, dan bobot seat
100 biji ( Mc-Michael, dan Hesketh, 1982). D alam penelitian ini perkhan bobot 100 buah piula p e r l a dengan sistem p e n g i a n yang berbeda dkhbkiu~oleh dipnuhi atau tidak dipenuhinya kebutuhan air yang optimal untuk pertumbuhan tanaman pa& masing-masing p e r l h tersebut. Serat m
a
w perpanjangan sel epidermis clari &lit biji yang panjangnya
antarid 1 sampai 6 cm dan ppuliinya bisa mencapai ribuan seriat paJa satu biji. Populii sent dan panjang seridt pacts satu buah merupahn faktor penentu nilai persentase serat. Pengaruh jumliah baris tanaman kapas, jumlah baris timamim k&lai,
dlla
sistem pengairan techattap persentase serat dapat clilihat pada Tabel 7. Hail penelitian menunjukkan bahwa =at
yang diperoleh dari perlakuan dengan p l a tanam tigd
baris kapas (C3) persentuenya lebih banyak dibanding perlakuao dengan pola tanam satu baris k q d s (Cl) ctan dua baris kapas (C2). Demikian juga persentase =at
yang
diperoleh dari perlakuan dengan sistem pengakan W3 lebih banyak dari W2 dan yang paling M
t addah yang diperoleh ciari perlakuan dengdn sistem pengiiiran
Wl. Menurut Fransen dao Verschaeghe (jj&m de Langhe, 1986) falrtur yang mempeugiirtihi perkembangan serat addah ke1emb;lban udara. Kelembaban wlmd y q tinggi selama masa pembentukan sesdt menghasihu sent yang panjang tetapi tidak hrat dan ppuh-inya berkurang. H a i l penelitian di Ariwsla (Ramey, 1986) menunjukkm bahwa pengairdn twaman kapas yang
yang terlalu penclek (7 hari) ataupun ctengan interval yang terlalu lama (21 atau 28 hari) menghasilkiin sent yang lebih peMLek d i m -
den-.
. .
yang dlhasllkao
dengan pengakan interval 14 hari. Selanjutnya dikatakan bahwd kekeringan selain
menurunkan hasil karewa berkwangnya t i n g i tanaman clan jumlah buah, juga kegugwan menjngkat clan =rat kiipas yang dihiasiikan lebih penctek. Persentase sent yang lebih banyak pada perlahm dengan pola tanam tiga baris kapas (C3) banyak berkaitan dengan sistem p e n g i a n yang lebih baik pada perlakuan tersebut, demikian juga pa& perlakuan dengan sistem pengairan W3 kebutuhan air taaaman terpenuhi sehingga menghasikm sent dengan persentase yang lebih banyak. 4.2 -5.
Poduksi dan Kualitas &rat Pengaruh pola tanam clan sistem pengairan terhadap produksi rlan kualitas
serat clapat clilihat pa& Tabel 8. Dari Tabel 8 terlihat bahwa produksi tertinggi
dhiilkan dari pola C3S2 sebaa 1.881 kg per ha kapas berbiji cfao 715 kg per ha kectelai, hasil tersebut tidak berbeda dengan yang dicapai pada poka C3S1 rlan C B l . Pacia Gambar 10 dapat dilihat penampakan hasil sent dari buah-buah pertama pada
beberap pola t;mam yw *.di
Pola tanam kapas-kedeki t e r n y i hasilnya
lebih bailr c h i pola monokultur. Pola monokultur kiipas (Gambar 10a) hanya
menghasilkiln 1.797 kgha kapas berbiji atau monokultur k&lai
sebanyak 900
kg/ha.
Jumlah buab mekar pa& pola satu baris kapas (Cl) yang diairi dengan sis-tem penghm W2 (Gambar lob) kelihatan Iebih banyak &ban-
clengan pola dua
baris kapas (C2)yang cliairi dengan sistem peng&an W3 (Gambar I&). Cekaman
air path tanaman kapas yang cliairi clengan sistem pengairii W2 rnenyebabkan buahbuah mas& lebih awd, frekuensi p e n n y &2 kaii rlan bcWt sesatnya 1.530 kg/ha. Cekaman air yaog lebih berat pada perlakuan y i
W l (Gambar lCM) menghuilkan buah yang sangat sedikit sehinggia produhinya menurun mencapai 1.233 kg/ha. Sedan-
timaman yang diairi ciengan sistem
Takl 8. Pengaruh jumlah baris tanaman kipas, &in kdelai, serta sistem pemkrkan air terhaciap produksi dan kualitas =rat Koinb inas i
Produks i (kg/ha)
Perlakuan Kapas+Kedelai C x S ClSl
CIS2 C1S3 C2S1 C2S2' C2S3 C3S1 C3S2 C3S3 C x W ClWl C1W2 C1W3 C2W1 C2W2 C2W3 C3W1 C3W2 C3W3 C1 C2 C3 S1 S2 S3 W1 W2 W3 Monokultur Kapas Kedel a i
Setara Kapas
Kual i t a s Serat Panjang (rm)
Kekuatan Kehalusan 1000 p s i micronair
1.059 + 481 1.337 + 666 1.667 + 891 1.238 + 567 1.597+722 1.920 + 956 1.401 + 567 1.656 + 692 1.798 + 795 1.354+679 1.585 + 748 1.618 + 685 1.580 + 670 1.611 + 669 1.367 + 774 1.233 + 538 1.530 + 693 1.795 + 881
sn 1.817 c 1.800~ 2.118b 2.272ab 2.202 b 2.106b 2.286 ab 2.462 a 1.777 c n 1.450 f 1.878 e 2.407 bc 1.700 e 2.184d 2.697 a 1.862 e 2.219 cd, 2.444 b 1.912b 2.193 a 2.175 a 2.125 a 2.155 a 2.000 a 1.671 c 2.093 b 2.516 a
1.797 900
1.797 730
27.00
83,80
5,90
10,o
198
396
395
1.229 + 722 1.312+599 1.521+716 1.697+708 1.640 + 692 1.418+846 1.814 + 581 1.881 + 715 1.160 + 758
C.V.(%)
tn sn 26,75 c 80,15 27,50 abc 78,77 27,50 abc 80,96 27,50 abc83,27 27,lO bcd 82,38 27,20 bcd 82,61 27,50 abc 82,50 27,OO bcd 86,34 27,OO bcd 84,19 sn sn 26,50 d 79,92cd 27,20 bcd 76,62 d 28,OO a 82,81abc 27,50 abc 85,69 ab 27,50 abc 81,61 bc 28,OO ab 80,92 bcd 27.20 bcd 83,96 abc 27,OO cd 86,88 a 27.50 abc 82.19 abc 27.20 bcd 79,77 b 28,OO a 82,77 b 27,50 abc 84,34 a 27,20 bcd 81.96 a 27,50 abc 82,50 a 27,20 bcd 82.42 a 27.20 bcd 83,19 a 27,20 bcd 81,71 a 28,OOa 82,OOa
sn 5,18 a 4,33 b 5,10 a 5,39 a 5,20 a 5,24 a 5,21 a 5,22 a 5,39 a sn 5,02 cd 4,28 d 5,31 abc 5,18 bc 5,24 bc 5,41 ab 5,20 bc 4,98 d 5,64 a 5,20 a 5,28 a 5,27 a 5,26 a 5,25 a 5,24 a 5,13 b 5,17 b 5,46 a
-
-
Angka yang diikuti oleh huruf yang samapada setiap kolom ti&& menurut Uji Jaralr Berganda Duncan pacia taraf 5%.
=-%=:n
= beak&
nyata,
sl
= berbeda sangat nyata
tn
=
ti& berbeda nyiitii
-
bexbeda nyata
59 Soenardi (1985) menyimpulkan bahwa ceka~nanair yang ter-jadi pa& stadia puncak pembungaan kapas (90 hst) mengakibatkan bunga dan buah mudah gugur, jumlah buah berkuriang dan akhirny'a produksi menurun. %lain itu cekaman &pat menurunkan produksi hingga mencapai 600 - 750 kg per ha (Grimes, dan Yamada, 1982). Hail penelitian Asril dan Hidayati (1994) menunjukkan bahwa penwvnan hail kedelai lebih banyak dipengaruhi cekaman air yang terjadi pada fase pertumbuhan a w i . Kuiiitas serat kapas yang dihailkan clari setiap perlakuan pola tanam hampir sama. P
e
U kualitas lebih banyak dipenginhi oleh sistem pengairan.
Panjang serat rata-rata 28 mm dan yang terpendek yaitu 26,l mm dihasilkan
dari pola C l S 1 (Tabel 8). Panjang =rat ti& dipengaruhi oleh jumlah baris kectelai tetapi dipengmhi jumlah baris kapas. Pola tanam dua baris kapas (C2) menghasilkan serat 28 mm atau lebih panjang ciari pola satu baris kapas (Cl) dan tiga baris kapas (C3). Dernikian juga sistem pengairan W3 menghasilkan sent yang Iebih panjang dari W1 ctan W2. Per:rbedaan itu disebabkan oleh pengaruh interaksi yang sangat nyata antara jumlah baris kapas dengan sistem pengairan. Menurut hail penelitian Wanjura dan Barker (1985) panjang serat lebih banyak dipengiiruhi oleh faktor genetik dan sedikit dipengaruhi faktor lingkungan. Bahkim penelitian yang c l i l w y i a selama 3 musim tanam tidak menunjukkan adanya pengaruh lingkungan terhadap panjang sent. Menurut de Langhe (1986) pada kondisi kering
dihasilh sent yang pendek tetapi ti&& ada pengaruhoya terhadap kekuatan serat. Kekuatan serat (Tabel 8) ti& dipenganrhi oleh jumliah baris kedelai dan sistem pengairan tetapi ciipengaruhi oleh jumlah baris k a p dan i n t e r i i jumlah baris kapas dengan sistem pengian. Pada pola taaam tiga baris kapas (C3)
&hasillran kapas dengan kekuatan 84.340 psi Iebih kuat dari yang Wasilkan pola tanam satu baris kapas (Cl) dan dua baris kapas (C2). Wanjura dan Barker (1985)
60 mengatakan bahwa kekuatan serat tidak dipengaruhi oleh cekaman air tetapi sangat nyata dipengaruhi oleh suhu u k d . Peningkatan suhu I derajat Celsius rliluar suhu ekstrim &pat meningkatkan kekuatan serat 7.000 sampai 9.725 psi.
Kehalusan serat (Tabel 8) ti& clipengaruhi pola tiinam tetapi rlipengaruhi oleh sistem pengian. Sistem pengairan W3 menghasillran kapas dengan kehalusan 5,46 mikronair lebih kasar ctari pa& yang dihasilkan W 1 dan W2. An*
micronair
terkecil ada pada pola ClSl dm C l W 1 masing-masing 4,33 dm 4,28 m e r u m serat terhalus yang
~~dari berbagai pola yang dicobakan. Menurut Wanjura
dan Barker (1985) temperatur ekstrim dan cekaman air s e h masa pembentukan buah bapngaruh terhadap perkembangan serat yaitu lambatnya laju pemasakan buah sehingga m~ngmangitingkat kehaiusan serat. Menurut Grimes, &in Yamada (1982) kehalusan serat menurun pa& tanaman kapas yang p e m y a terlambat sebagai &bat cekaman air yang berat. 4.2.6.
Kebutuhan Air dan Efisiensi Penggunavlaya Kebutuhan air ialah jumlah air yang diberikan melalui peng&an
curah hujan selama lima bulan. Efuiensi penggunnan air bisa &t
ditambiih
dari nilai Crop
Water Use Efficiency (CWUE) yaitu perbandingan antima has4 tamman yang bernilai ekonornis dengan evapotranspkasi. Pengaruh jumlah baris tan;lmPn kqm dm jumlah baris t;uraman kecielai serta sistem pengainan pada pemakaian air
efisiensi p e n w y a clapat llilihat pada Tabel 9.
Hasil peneiitian menunjukkan bahwa pola tanam ctua baris lcapas (C2) keseluruhan menggunakan air lebih banyak dibandingkan dengan pola tiga baris
kapas (C3) rian paling sedikit pada pola satu baris kapas (Cl). Keperluan air unhrk pola monokultur kapas paiing baoyak yaitu mencapai 558,4 mm temasuk curah hujan sebanyak 234,7 mm, berarti jumlah air yang rliberikan melalui pengainan sebmyiak 323,7 mm. k h k a n perhitungan neraca air (Tabel Lampiran 5), pola
Tabel 9. Pengaruh jumlah baris tanaman kapas, jumlah baris tanaman kdelai dan sistcn~pe~nbeiiarl all LCIhaclap jurnld~ all yarlg d i p l u h , b i cfisiensi penggunaan air.
Komb i nas i Per lakuan
Jumlah Air Yang diperlukan *)
(mm) CxS ClSl C 1 S2 CIS3 C2S1 C2S2 C2S3 C3S1 C3S2 C3S3 C x W ClWl C1W2 ClW3 C2W1 C2W2 C2W3 C3W 1 C3W2 C3W3
sn
Crop Water Use Efficiency (kg/mm) sn
g e h b a b b d c
2,44 2,42 2.91 3,05 2,96 2,83 3,07 3,31 2,39
sn
n
, 439,7 h 430,5 i
1,95 2,54 3,30 2,28 2,93 3,62 2,50 2,98 3,28
447,5 457,9 445,6 488,7 511,O 487,8 489,6 464,9 486,2
480,6 488,6 467,7 531,3 474,5 460,8 505,5
d c f a e g b
c c b ab b b ab a c e d b d c a d c b
C1 C2 C3
450,3 c 495,8 a 480,2 b
2,59 b 2,95 a 2,92 a
S1 S2 S3
475,3 b 478,3 a 473,2 c
2,85 a 2,89 a 2,71 a
W1 W2
467,6 b 453,O c 505,8 a
2,24 c 2,81 b 3,40 a
558,4 453,O
2,98 1,20
W3
Monokultur Kapas Kedelai C.V.(%)
0,4
9,7
Angka yang &ti oleh huruf yang sama pa& =tidip kolom tidak berbecfa nyata menurut Uji Jarak Bergan& Duncan pa& taraf 5 % . Keterangan : n = berbeda nyata, sn = krbecta. sangat nyata tn = ti&& b e r W n ata *) = termasuk c w d hujan sebanyak 234,7 mm
62 monokultur @as akan mengalami ctefisit air sebiinyak 315,5 mm selama bulan Mei sampai September, jumlah terdut hampir sama ciengan hasil pengamatan jumlah air yang ditambahkm melalui pengairii
pola monokultur k;rpas sebmy'ak 323,7
mm. Apabila lahan clitanami dengan kdelai maka tamman akan mengalami defisit air sebanyak 266,4 mm (Tabel Lampiran 6). Detisit air yang diahami tanaman w a s
masih lebih banyak dibancLingkan t;tnaman kdelai. Hal ini disebabkan slain kebu-
tahan air timmm kapas lebih banyak, juga kiirena umurnya lebih piinjang. PerberJaan judah air yang diperlukan pa& s t i q perlakuan termuuk pola monokuitur terjadi kaFena jumlii air cliiirkan melalui alur tanaman k;lpas (Gambar llb) sangit tergmtung ciari popuhsi t;maman kapas yang
padit perlakuan-
perlidcum tersebut. Pemakaian air terbanyak pa& pola C2W3 yaitu 531,3 mm namun efisiensi penggmmn air pada pola ini p a h g tin& yaitu CWUE= 3,62 kg Imm. Pola S2 mengguniikan air lebih b w a k dibiinclingkan pola SI dan S3 namun efisiensinyii berbe
ti&
4,2 kg/-
pa& populasi 52.000 timamadha cJan turun manjadi 4,O kg/-
populasi ditambah menjadi 94.000 t;lnaman per ha. Musank d
kalau
d. (1981)
menyimpullurn bahwa pacla jarak tanam 75 x 24 cm efisiensi penggunaan air paling tinggi yaitu 3,96 kg/-
~
i
air. De-
clan pacts jarak tanam 90 x 20 cm sebesar 3,5 kg/mm.
k biihwa a jenis ~ taonmao sisiprn sangdt mempengaruhi efisiensi pengguayn juga sistem pengainin W3 memerlukan tambiiban air lebib banyak rlari
pada sis'tem W2 ctan W1 clan keadam ini terjadi pa& set* yang sama terjadi mtuk efisiensi pngjymm
jenis pola tanam. Hal
air. Kesimpulan ini sejalan h g a o
hasil p e n e i i h Seed (1985) ,pemberian air pa& kadar l q a s 75% clan lw % yang &pertihidm sampai umur 120 hari lebih efsien dibanctingkao pa&
kadar
lengas 50%. Sistem irigasi alur untuk tanaman kapas menurut Browne (1984) &pat mencapai efisiensi sebesar 95 %.
4.2.7.
Efisiensi Penggunaan Lahan Penilaian etisiensi penggunaan lahan yang dicapai pada suatu pola tanam
&pat ciilab=ukan meldui penddcatan kuantitatif. Menurut Wiroatmocljo, Turmuclhi,
dan Solimun (1992) Wam penilaian efisiensi penggunaan M a n diprlukan suatu formulasi yang sesuai agar intapretasinya lebih tepat. Untuk pola turnpangsari digunakan Nisbah Kesetaraan Lahan (Land Equivalent Ratio = LER) wdangkan pada pola tanam sisipan dimana Faktor waktu sisipan perlu diperhitungkan makt
formulasi yang tepat a W i Efsiensi Sistem Bertanam (ESP). Nisbah Setara Lahan (LER) cliartkw sebagai perbadbgan antara prduksi masing-masing jenis tanaman ctalam poia tumpangsari dengan pola monokulhrmya. Apabila nilai LER > I m h dika-
pola tanam tersebut efisien.
Perbandingan nilai LER pada berbagai kombinasi pola tanam kapas-kdelai dapat dilihat pada Tabel 10. Dari Tabel 10 clapat disimpulb bahwa semua
kombinasi perlakuan yang dicobakan ternyata lebih efisien dibanding monokultur. Kornbinasi pola tanam yang peningkatan efisiensinya paling kwil a W i ClS2, C2S2 dengan peningkatan efisiensi hanya berkisar antara 34% - 40%. Peningkatan efisiensi pengunam lahan yang p a h g tinggi a& pada perla-
kuan C3S2, ClS3, C2S3, ctan C3S1 dengan peningkatan efisiensi krkisar antaria 49% - 65% rtari poia mo~)kultur. B e r h k a n uji BNJ ternyata empat kornbinasi perlidman yang disebutkao t e r i tidak berbeda nyata y q k r i
semua kombinasi pola tanam tersebut sama &lam hal efisiensi penggunaan lahan. Hasil penelitim Hasnam dan Sulistiowati (1989) rnenunjulrkan nil& LER 1,48 CLiperoleh dari p l a tumpangsari kapas varietas KI 128 clengaa kacang hijau. Jadi hal
ini beri bahwa KI 128 sangat cocok untuk pola turnpang-sari dengan kacang hijau.
Tabel 10. Populasi Tanaman Kapas clan Kedelai serta Nisbah Setara Lahan rnenurut kornbinahi pola tanam yar~gdicobakan, Takalar, 1994. * Kombinas i Per lakuan
Populasi tanaman per ha Kapas
Kede l a i
Nisbah Setara Lahan (LER)
C 1 S1
17 .ZOO
114.400
1,42 bc
C 1 S2
17.200
142.800
1,34 c
C1 S3
17.200
126.000
1,58 ab
C2S1
34.400
68.800
1,40 bc
C2S2
34.400
80.000
1,40 bc
C2S3
22.800
102.800
1,51 ab
C3S1
40.000
57.200
1,49 ab
C3S2
28.400
80.000
1,65 a
C3S3
17 .ZOO
102.800
1,36 c
Monokultur - Kapas
45.45.600
-
1 ,00
160.000
1to
(100x25 cm)
- Kedelai
(25x25 cm) C.V.
(%)
-
-
10,l
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam setiap kolom tidak berbcda nyatii menurut Uji Jwi krganda Duncan pacia taraf 5 %. Pa& pola tanam satu baris kapas (Cl)sebagai mana telah d i w h cli muka ternyata mermliki banyak kelemahan dalam sistem pengairan. Kalau dilihat rlari segi kepentingan pengembangan k o m d t a s kapas maka pola ini h a n g mendukung karena populasi tanaman kapas krkurang 63 % clari pola monokultur. penurunan populasi tanama kapas pa& pola C2S3 seksar 50%, pa& pola C3S2 cian C3S1 masing-masing x k s a r 38% dan 23%, dalam ran*
pengembangan komoditas
kapas sebailiriya diyilih kun~bu~as~-hul~ibll~asl J c n g a ~yoyulas~ ~ laua~niulkapas jiillg
lebih banyak. Ada beberapa keuntungan yang diperoleh apibila pilihan jatuh pi& pola tanam dua baris kapas (C2) atau tigi baris kapas (C3) seperti yang telah diteliti oleh Sivanappan a ;t.(blarn B a t s , 1982) di negwi India. Pola yang mereka gunidan idah 2 baris kapas dan 6 baris kacang-kacangan, dan ternyata populasi tanaman pokok (kapas) dan prduksi seratnya tidak berkurang s a r i nyata d i b d i n g pola monokultur. Mereka menyimpulkan bahwa dengan menggunakan pola tersebut dapat clisimpan air irigasi sebesar 50% dari total air irigasi yang diberikan. 4.2.8.
Analisis Ekonomi Dalam p e m b a h . ~ terclahulu terungkap bahwi pola tanam yang memberkin
hasil kapas dan kedelai terbanyak acialah pola tanam tiga baris +as
dengan tujuh
baris kedelai, dan pola tanam dua baris kapii dengan lima baris kedelai yang keduanya diairi dengan sistem pengian W3. Jumlah setara kapas yang dih.iilkan oleh kedua pola tanam tersebut masing-masing adalah sebesar 2.462 dan 2.272 kg per ha. Dibanctingkan clengan pola monokultur kapas maka efisiensi penggunaan lahan pa& k d u a pola tersebut mengaiarni peningkatan sebesar 40%. Kareoa secara statist& (uji becia rata-rata Duncan) ternyata hasil setara kapas kedua pola tanam tersebut tictak be-
nyata, maka penentuan poli tanam optimal
diclawkao pa& analisis program linier. Pa& Tabel 11 terlihat bahwa pola tanam tiga baris kapas dengan tujuh baris keclelai ( yang cliairi dengan sistem pengairan W3) m e r u p i i pola tanam optimal dengan total keuntungan sebesar Rp. 1.308.767, - per ha per tahun, d i w i hampir dua per tiga dari keuntungan tersebut dihasilkan oleh usahatani k a p i + kertelai.
Perbectaan besarnya tingkat keuntungan pada kedua pola tanam tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan &Lamjumlah kapa dan kedelai yang dihasillian
dan jumlah input yang digunakan. Perbedaan penggunaan input yang paling mencolok antara k d u a pola tanam tersebut terlihat pada input knaga kerja. Pola tiga baris kapas dan tujuh baris kedelai ternyata menghemat input knaga kerja sebanyak 30,8 HKP per ha dibanrtingkm dengan pola tanam dua baris kapas dan lima baris kerlelai. Tabel 11. Andisis Optimal menurut Propiam Linier untuk pola tanam dua kapas, dan tiga baris kapas yang diairi dengan sistem pengairan W3 1
P U r a i a n
Produksi Padi -1 Setara Kapas
o
l
a
t
R~/ha
3.600 k g 2.272 k g
900.000, 1.647.200,-
n
a
m
Tiga B a r i s Kapas dan Tujuh B a r i s k e d e l a i
Dua B a r i s Kapas dan Lima B a r i s Kedelai Fisik/ha
a
Fisik/ha
R~/ha
'
-
Input Padi -1
Kapas+Kedelai Benih Kapas Pupuk NPK Obat-obatan Tenaga K e r j a Keuntungan Padi-1 Kps+Kd
-
3.600 k g 2.462 k g
kg kg 1 HKP
1.824 k g 1.084 k g
14,5 433,9 4,9 220,9
17.700,132.000,116.000,629.250,1.241.818,456.224, 785.960,
-
410.432,-
410.432,11,8 550,O 5,8 251,7
900.000, 1.784.950,-
-
kg kg 1 HKP
1.921 k g 1.142 k g
21.750,104.136, 98.000, 552.250,1.308.767,480.433-, 828.333, -
I
Kekrangan : HKP = Hi Kerja Pria Sebagai contoh rnisdny'a waktu yang ciigunakan untuk menyemprot d u r tiga baris tanaman kapas relatif sama ctengiin waktu yang diperlukan untuk menyemprot
alur dua baris tanan~arlkapas. Dcngan derllikian ef'isienv penyemprotan Iebih tinggi pa& alur tiga baris kapas. Penghematan penggmam input tend.ga kerja jugd terlihat pa& kegiatan-kegiatan lain seperti penanaman, pemupukan, pnyiangan, dan p e n . Kesimpulan ini sesuai pendapat k t s (1982) yang mengatiikiin kombinasi tertentu sejumlah baris tanaman dalam suatu pola tanam &pat kemuclahan &&am
memberi kemuciahan-
sistem pengencialian hama, penyiangan, pemupukan, dan
pengairan yang pada gilirdnnya memperk~ilpenggunaan tenaga kerja dan input lainnya serta meningkatkan produktivitas usahatani. Rdokasi sumber daya yang dilakukan pa& penelitian tahap I1 dengan cara mngubah pola tanam menjadi pola tanam tiga baris kapas dengan tujuh baris kdeliai krnyata dapat meningkatkan penhpdtan bersih (keuntungan) sebesar Rp. 503.06 1,per ha per tahun. Pa& Tabel 12 terlihat bahwa penggunaan ~umber&ya tenagd keja ymg t e r d a pa& berbagai kegiatan usahatani tenyata ti& habis pdw atau dengan perkataan lain sumber daya tersebut mash tersisa. Kelebihan temga kerja keluarga yang krsedia dan tersebar sepanjjang tahun ini w i t digunakan untuk mengelola usahatmi l i i kering atau kegiatan di sektor lain yang &pat memtK:rib t a m b h pendapatan bagi petani. Jarak lokasi pengembangan yang relatif dekat & n g i kota membuka peluang bagi petani untuk melakukaa kegiatan bar u s a h a h q e r t i keridjimn, patdungan dan berdagang.
Sumber &ya
modal y i terdiri clari modal sendiri rtan k r d t tetap
merupdcm kendala yang ditunjukkan oleh sisa sumber daya = 0, &ya
sumber
daya tersebut habis digunalran ctafm uwhatmi. Data penelitian ini menunjukkan bahwa modal senciiri yang dimiliki petani di lahan sawah tadah hujan shinyak Rp. 59 1.200,-. Di Sulawesi Selatan, modal sendhi yang digunakan petani untuk mengelola usahataninya hanya sebesar 49,8 % dan sisaaya digunalran untuk biaya
konsumsi dan bukan konsumsi; atau dengan kata lain modal sendiri yang digunakan petani untuk kegiatan usahataninya di lahan sawah tadah hujan aWah &sar Rp. 295.600,Tabel 12. Hail realokasi sumber daya menurut kondisi optimum p& pola tiga baris kapas clan tujuh baris kectelai yang dlairi h g i sistem pengairan W3. s
Jen is Sumber daya
Satuan
Sarana Produksi Benih Padi Benih kapas Pupuk NPK kapas Insektisida Kapas
kg/ha kg/ha kg/ha l/ha
Nilai Sebelah Kanan
50 25 550 6
Digunakan
50,OO 14,55 433,87 4,90
Sisa
0,OO 10,45 116,13 1,lO I
Tenaga Kerja Pengolahan Tanah T a n a m Penyiangan Pemberantasan Hama Penga iran P a n e n
HKP HKP HKP HKP
85 105 135 48
30,96 37,89 70,13 6,04
54,04 67,ll 64,87 41,96
HKP HKP
48 219
16,18 60,91
31,82 168,09
i
M a 1 Sendiri
R~/ha
295.600, -
295.600,-
0,OO
Kredit Kapas
R~/ha R~/ha
165.000, 371.250, -
165.000,365.000,-
0,OO 6.250,-
Pada kondisi o w , total nilai input yang hanrs dikeluarkan petaai untuk pola tiga baris hpas ctengan tujuh baris k d & i yang ciiaini dengan sistem pengakan W3 sebesar Rp. 776.136,-.
Guna ciapat rnengatasi &k
moctal tersebut perlu kirianya dipertimbangkan
agar kredit Intensifhi Kapas Rdyat (IKR) dapat ditingkatkan besmya dari Rp.
165.000,- m e n j d Rp. 371.250,-per ha per tahun, atau 2,25 kali lipat dari yaag diterima petani dewasa ini.
Benih padi merupakan sumber ciaya terbatas. Mungkin daya tumbuhnya rendah sehingga petani harus m e n g g m lebih banyak dari jumlah yang kiwiilia. Daya tumbuh rendah menentukm persentase benih yang tumbuh dan hal ini banyak ditentukan oleh kemampuiin petmi merawat benih padi selama masa penyimpaoan. Sebagaimana cliketahui bahwa permatan benih padi di lokasi penelitian langsung ctilakukan oleh petani sehinggia benih padi tersebut biasanya merniIiki daya tumbuh
yang rendah.
B&
kpas yang && &anyak h
25 kg per ha hanya d i g u h
sebanyak 14,55 kg per ha. Pengpmm benih kqxds lebih d & i t dari y i diseciiakan karena days tumbuhnya lebih baik. Perawatan benih kapas lanpung ctilakukan oleh pihak pengelola sehingga claya tumbuhnya lebih terjamin. Benih
kapas tersebut baru dibaghn kepacla petani beberapa hari sebelum p
e
l
i
pe.Jumlah pupuk Urea, TSP, dao KC1 yang digunakan pa& pola tan;lm tiga bark kapas dengan tujuh baris kedelai yang ctiairi dengian sis-tem pengakan W3 sebanyak 433,87 kg per ha. ~ e ~ u n g k jumlh iin yang disedbkm untuk kepluan
tersebut sebanyak 550 kglha. Penggunaan insektisicla ti& rneru-
kendda karena clari 6 liter yang
cliseriiakiin hanyia 4,9 liter per ha yang c L i M . Bexbagii informasi hasil
peneiitian yang telah baik di laban sawah tadah hujan maupun lahan kering menunjukkm bahwa p l a usahatani kapas+k&lai
telah berhasil menguriangi
penggunaan insektisicla.
Lebih h j u t , has-il analisis kepekaan yang d i k i terhadiy, pola optimal (pola tiga bark kipas: dim tujuh birris kdelai yang ctiairi dengan sistem pengiian W3) disajikan path Tabel 13.
Tabel 13. H a i l yerhitungan batas kepekaan jenis aktivitas dan kendala pa& pola tiga biu-is kapas inenurut analisis yrogi.am linier 7
J e n i s Kendala/ Aktivitas
Satuan
Jumlah F i s i k /Harga
Batas Bawa h
Batas Atas
Luas lahan untuk Padi 1 Luas lahan untuk Yps+Kd
Ha
0,95
0,416
0,957
Ha
0,95
0,601
0,988
Benih Padi
kg
50
0,000
79,121
en i h Kapas
F
kg
25
14,554
tt
upuk N,K
kg
550
433,872
tt
Insektisida
1
6
4,905
tt
Pengo. Tanah
HKP
95
40,962
tt
T a n a m
i
HKP
125
37,896
tt
eny iang
HKP
195
90,127
tt
HKP
48
6,039
tt
HKP
48
16,179
tt
HKP
269
99,773
tt
RP
480.433,-
283.699,-
tt
Kapas+Kedelai
RP
828.333,-
292.611,-
tt
Harga Gabah
RP
250
21 1
tt
Harga Kapas
RP
650
626
tt
Harga Kede l a i
RP
800
763
tt
Modal S e n d i r i
RP
295.600,-
295.600,-
tt
Yredit
RP
371.250,-
165.000,-
Ket. : tt
=
ti&&
terbatas; HKP = hari kerja pria
--
C..
375.000,
Tampak bahwa luas lahan sawah tadah hujan yang diusahakan untuk padi- 1 minimal 0,416 ha dan maksimal0,957 ha. Lahan yang sama pa& musim tanam berikutnya ditanami kapas +kdelai minimal seluas 0,601 ha dan maksimal0,988 ha. Hal itu menunjukkan bahwa petani masih dimunglunh menggarap l
i diluar
rnillknya seluas 0,387 ha untuk usahatani kapas +kectelai. Apabila petani mengarap lahan kurang ctari batas minimal atau lebih dari batas maksimal akan terjadi perubahan pola usatani optimal. Jarak antiua batas minimal dengan batas maksimal memberi petunjuk bahwa hal-ha1 yang mempengaruhi luas lahan garapan misalnya sewa
tanah l&ih peka pengaruhnya terhadap luas lahan yang
ditanami
kapas +kedelai dibandingkan yang ditanami padi. Penambahan k n i h kapas, pupuk, insektisida, clan tenaga kerja tidak akan ada artinya bagi peningkatan procluksi karena sumber daya tersebut suctah melebihi kebutuhan optimum. Untuk mempertahan kodisi optimum, keuntungan yaag diperleh dari usahatani padi-1 paling seclikit Rp. 283.669,- dan dari usahatani kapas+ kwklai paling Wikit Rp. 292.6 11,-per ha. Penjjualan gabah paling rendah Rp. 21 1,- dan kapas berbiji paling renctah Rp. 626,-. Kenaikan hargii komociitas tersebut sampai batas yang tictak ditentukan menjamin kondisi optimal &tap mantap. H
i kapas
seriit pendek siap pintal di Jakarta (Kompas, 26 Mei 1995) sebesar Rp. 3.500,- per kg. Perbandingan berat serat dengan biji = 1 ; 3 artinya W a u harga tierat di Jakarta sebesar Rp. 3.500,- per kg maka harga serat berbiji sebesar Rp. 1.166,- per kg. Jiidi untuk meningkatkan procluktivitas kapas maka h g a hpas krbiji yang berlaku sekarang sebesu Rp. 650,- per kg &pat dinaikkaa maksimum sama d q a n h a r p p i . Apabila harga kapas berbiji dinaikkan menjadi Rp. 1.166,- per kg dari h g a
Rp. 650,- maka pendapatan optimum yang diperoleh dari wihatani kapas+k&lai meningkat dari Rp. 828.333,- per ha menjadi Rp. 1.158.400,- per ha atau meningkat sebesar Rp. 330.067,- per ha. Kenaikan tersebut sangat berarti untuk mendorong minat petani menanam kapas.
72 4.3.
Pembahasan Umum Dari u r h terdahulu tam@
bahwa pengembangan kapas di khan sawah
tiirlah hujan cii Sulawesi Seiatan mmpakan &ah satu usaha yang
ekonomi
sangat potensial mengingat di dawah ini luas lahan sawah tacLah hujan diperkirakan* mencapai 137.839 ha tersebiar di pesisir pantai, dekat dengan jaian raya sehingga &pat mempermudah pengangkutan s a r i produksi seperti pupuk claa obat-&tan
seta mempermudah pengawasan dan pengangkutan hasil. %lain itu lahan tersebut mempunyai potensi air tanah yang cukup dan mempunyai h d u n g a n residu pupuk TSP &in KC1 yang cukup tinggi (Tabel Lampiran 5). Peta stiitus hara fosfat tanah sawah di Sulawesi Selatao menunjuMcan terdapat 243.73 1 ha laban sawab atau separuh luas lahan sawah yang ada clengan kadar P205 tin& ( > 40 mg P2051100 g W).H a i l penelitian ini menunjukkan adanya penghematan pengguum pupuk sebanyak sepertiga bagian dari pupuk NPK yang s e h s n y a dig-
karena
arlanya resictu pospat tersebut. Namun b r a p a hal perlu diperhatikiin untuk &pat memmf-datkan optimal potensi lahan sawah t a W hujan y&
: tersedkanya potensi air tanah dangkid
maupun air tanPh Mam. Untuk lokasi yang telah memiliki p r m d n a p o m p air
tanah &lam masih perlu dilengkapi dengan saluran-&wan pernbagi air ke petakanpetakan sawah untuk mempermudih pembagian air dan peningkatan efisiensi pengjglaml air. Persiapan lahan perlu dilakukan segera setelah p e n p d i . Hal ini cihdcs'udlran untuk m e d -
semaksimal m u n g b curah hujan ctan kondisi
kelembaban W untuk pertumbuhan awal tamman kapas. Selain itu d-i1agar p e n kapas t e r i dapat c l i l m pada bulan September. Kapas y q dipanen pa& kondisi curah hujan yang tinggi seratnyia mengalami kerusakao sehinggii kuiilitasnia menurun.
73 Tahapan p e l h a a n pacia a r d - a r d yang baru dibuka dimulai dengan areal yang sempit (5-10 ha). Perluasan areal *at
dilakukan maria bt:rbhap pa&
musim tanam dengan memperhitungkan potensi sumber claya yang k r d a pa& lokasi pengembangan misalnya krsdiianya tenaga kerja clan lahan dengan air tanah yang cukup. Perlrluasan areal @at
dilakukan hingga mencapai 15-35 ha.
Pelaksanmya harus dilakukan dengan melibatkan instansi krkait m k h y a perguruan tinggi, pemerintah herah, peneliti, Badan Pertanahan, Dinas Pengian,
dan pengusaha di bawah koordinasi Departemen P e d a n . Sementara procam ini krjalan maka perlu acla usaha menakkm h g a kapas berbiji untuk merangsang petani meningkatkan jumlii clan mutu prduksi. Usaha tersebut clapat dilakukan dengan menyesvaikan harga kapas berbiji di tingkat pe& dengan h i g a serat siap pintal yang diimpr. Faktor pembatas yang mungkin krjadi pa& pengembangan k a p di lahan sawah taW hujan adalah perubahan status hama seiring dengan berubahnya statusekologi. Menurut Soebandrijo, clan Marwoto (1993) pa& sistem turnpangsari kapas
+
k d e l i di laban sawah tactah hujan diperkkakan akan terjadi perubdm status
hama pa& masing-masing tanaman. Serangga hama utama mungkur berubiih status menjadi hama sexwaktu clan sebiiiknya. Beberapa faktor yang jelas berubah kkaitiu~dengan turnpangsari kapas
+ kdelai
a&&
suhu, kelembaban udara,
komposisi dan h t i t a s makanan seriiggid, serta populasi predator dim paridsit.
Perubah in. &pat menyebabkan teqarlinya perubahan status hama. Untuk mengantisipasi perubahan status hama m i k t peru ddakukm langkah-langkah seperti pengatwan sistem tanam yang baik, pengatwijarak tanam, waktu tanam yang tepat, dan kombinasi jenis maman yaog muai cialam suatu p l a tanam.
Faktor pembatas lain yang perlu menclapat perhatian a d a l i kemungkmm krjadhya intrusi air laut yang clapat mengganggu lingkungan disekitar daerah .-- C..
pengembangan. Oleh karena itu sebaiknya lokasi pengembangan tidak pa& satu areal yang sangat luas tetapi terpencar pa& berbagai l o h i dengan luas areal skitar
15-35 hi. Dengan pengembangan secara terencana ctan terkoordinasi xperti ini diperkirakan luas lahan yang terseciia &pat menghasilkan kirii-kira seperlima h i total kebutuhan kapas nasionii.