IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Produk Minuman Khusus Ibu Hamil dan/atau Ibu Menyusui Masa Kehamilan dan masa menyusui merupakan masa khusus dimana ibu dapat mengalami kondisi khusus berhubungan dengan makanan dan minuman yang dikonsumsinya. Selain itu, ibu hamil dan ibu menyusui memerlukan asupan zat gizi yang berbeda dengan kelompok wanita pada umumnya. Karena kebutuhan khusus ini, maka hal ini membuka peluang besar bagi industri pangan untuk merancang makanan atau minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui. Menurut Yang dan Huffman (2011) produk pangan yang khusus diformulasi untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil dan ibu menyusui dapat membantu memenuhi kebutuhan zat besi dan zat gizi lainnya. Akan tetapi, di negara berkembang, hanya ada sedikit produk yang diperuntukkan untuk ibu hamil dan ibu menyusui yang terjangkau dan tersedia di pasaran. Di Indonesia, produk pangan yang diperuntukkan untuk ibu hamil dan ibu menyusui masih terbatas jenisnya. Di pasaran, hanya ditemukan produk pangan khusus untuk ibu hamil dan ibu menyusui yang berupa produk minuman yang berbasis susu. Produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui ini tersedia dalam bentuk bubuk atau bentuk cair siap minum. Berdasarkan data tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, Badan Pengawas Obat dan Makanan telah memberikan izin edar berupa nomor pendaftaran (BPOM RI MD/ML) untuk produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui sebanyak 103 buah. Gambar 3 menunjukkan tren perkembangan produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui.
Jumlah Produk
40
33
30
22
20 10
18
22
8
0 2007
2008
2009
2010
2011
Tahun
Gambar 3 Tren produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui yang telah memperoleh izin edar periode tahun 2007-2011
26
Berdasarkan tren perkembangan produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui periode tahun 2007 sampai dengan 2011 terdapat peningkatan jumlah produk yang telah memperoleh izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan. Hal ini dapat berarti bahwa produk tersebut banyak diproduksi oleh industri pangan dan banyak dikonsumsi oleh kelompok ibu hamil dan ibu menyusui. Perkembangan produk pangan untuk ibu hamil dan ibu menyusui tersebut diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan kesehatan ibu hamil dan ibu menyusui. Berdasarkan hasil inventarisasi data produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui periode tahun 2007 sampai dengan 2011 diketahui bahwa dari 103 produk yang memiliki izin edar terdapat 19 nama dagang/merek minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui. Berdasarkan Gambar 4, diketahui bahwa sebagian besar nama dagang/merek memiliki jumlah produk lebih dari 1 (satu) produk, dikarenakan sebuah nama dagang/merek dapat memiliki beberapa varian rasa, jenis susu (bubuk dan UHT), jenis dan ukuran kemasan, serta status perusahaan. Beberapa faktor tersebut berpengaruh terhadap perolehan izin edar yang berupa nomor pendaftaran sehingga dalam satu nama dagang/merek dapat memiliki beberapa nomor pendaftaran. Jumlah varian dan produk
14
13
12 10
4
8
7
8 6
12
11
6
5 3
2
3
4
4
22
3
13
7
6
4 2
3
2
2
2
2
22
11 11 11 11 1
2
33
0
Varian Rasa
Produk
Gambar 4 Sebaran jumlah produk dan jumlah varian rasa berdasarkan nama dagang yang telah memperoleh izin edar periode tahun 2007-2011 Gambar 4 menunjukkan sebaran varian rasa dari 19 nama dagang/merek yang telah mendapat izin edar, sebanyak 4 nama dagang yang memiliki jumlah varian rasa yang cukup banyak. Varian rasa yang umum terdapat pada produk
27
adalah coklat dan vanila, sedangkan varian rasa lainnya seperti moka, stroberi, jeruk, mangga, vanila-mangga, dan plain (tanpa rasa). Varian rasa yang diberikan oleh setiap perusahaan dalam produknya dimaksudkan untuk memberikan pilihan kepada konsumen untuk mengonsumsi produk tersebut berdasarkan selera dari konsumen itu sendiri. Hasil pengamatan di beberapa toko modern bahwa dari 19 nama dagang/merek yang telah memperoleh izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan periode tahun 2007 sampai dengan 2011 tidak semuanya terdapat di pasar. Adapun yang beredar di pasar sebanyak 12 nama dagang. Berdasarkan konfirmasi dari pihak perusahaan diketahui bahwa nama dagang yang tidak beredar tersebut disebabkan berbagai alasan seperti bahwa perusahaan tidak memproduksi atau mengimpor produk tersebut kembali atau nama dagang tersebut telah berganti dengan nama dagang yang baru atau nama dagang tersebut sedang dalam proses daftar ulang izin edar. Tabel 4 menunjukkan sebaran nama dagang yang beredar di pasaran.
Tabel 4 Sebaran nama dagang produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui berdasarkan peredaran di pasar Perusahaan
PT Abbot Indonesia PT Fonterra Brands Indonesia
Jumlah Nama Dagang 1 2
PT Frisian Flag PT Gizindo Primanusantara PT Mirota KSM PT Mead Johnson Indonesia PT Nutricia Indonesia
1 1 1 1 2
PT Nestle Indonesia PT Nutrifood Indonesia PT Polaris Healthcare PT Rasa Pangan Distrindo PT Sanghiang Perkasa
1 1 1 1 4
PT Sarihusada
2
Nama Dagang
Mama’s Best 1. Anmum Materna 2. Anmum Lacta Frisianflag Mama SUN Lactona Ibu Enfa Mama 1. Bebemum 2. Nutrima Nestle Mom & Me WRP NewMom PHI Vineral 1. Prenagen Mommy 2. Prenagen Lactamom 3. Lovamil 4. Prenamil 1. Lactamil 2. SGM Bunda
Keterangan (beredar di pasar) Tidak Ya Ya Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Ya Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Tidak Ya Ya
Tabel 5 menjelaskan bahwa tidak semua produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui diproduksi oleh perusahaan itu sendiri. Beberapa perusahaan memproduksi produknya sendiri dan juga memaklonkan produknya
28
kepada perusahaan lain. Alasan perusahaan yang memaklonkan produknya dikarenakan
perusahaan
tersebut
tidak
memiliki
peralatan
untuk
memproduksinya seperti perusahaan yang mengeluarkan produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui dalam bentuk cair. Selain itu juga terdapat 3 (tiga) perusahaan yang mengimpor produknya. Tabel 5 Sebaran perusahaan berdasarkan cara memproduksi produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui Perusahaan PT Abbot Indonesia PT Fonterra Brands Indonesia PT Frisian Flag PT Gizindo Primanusantara PT Mirota KSM PT Mead Johnson Indonesia PT Nutricia Indonesia PT Nestle Indonesia PT Nutrifood Indonesia PT Polaris Healthcare Indonesia PT Rasa Pangan Distrindo PT Sanghiang Perkasa PT Sarihusada
Produksi sendiri √ √ √ √ √ √ √ √
Status Produksi Produksi dengan maklon √ √ √ √ √
Diimpor √ √ √ -
Berdasarkan hasil analisis harga produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui pada Tabel 6, produk dengan nama dagang Prenagen mommy emesis merupakan produk dengan harga paling mahal yaitu sebesar Rp 190 per gram dan Rp 7.600 per saji. Sedangkan produk dengan nama dagang SUN ibu merupakan produk dengan harga paling murah yaitu sebesar Rp 73 per gram dan Rp 2.500 per saji. Berdasarkan anjuran konsumsi dapat dilihat bahwa produk dengan nama dagang Enfamama merupakan produk yang paling mahal yaitu sebesar Rp 21.900 sedangkan produk dengan nama dagang SGM bunda merupakan produk paling murah yaitu sebesar Rp 2.900. Dengan adanya berbagai jenis pilihan harga yang diberikan oleh perusahaan kepada konsumen minuman khusus ibu hamil dan atau ibu menyusui, diharapkan bahwa produk ini dapat dikonsumsi oleh semua kelas sosial sehingga produk ini juga dapat membantu mengatasi masalah gizi dan kesehatan ibu hamil dan ibu menyusui di Indonesia.
29
Tabel 6 Analisis harga produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui Nama Dagang
Harga (Rp)
Berat bersih (g)
Takaran saji (g) 46 46
Harga per gram (Rp) 152 152
Harga per saji (Rp) 7.000 7.000
Anjuran konsumsi (gelas) 2 2
Anmum Lacta Anmum Materna Enfa Mama Lactamil Lovamil Nestle Mom & Me Nutrima Prenagen Mommy Prenagen Mommy Emesis Prenagen Lacta SGM Bunda SUN Ibu
60.900 60.900
400 400
58.740 47.000 21.700 49.000
400 400 200 350
50 40 40 35
147 118 109 140
7.300 4.700 4.300 4.900
2 dan 3 2 2 2
28.000 32.000
200 200
50 40
140 160
7.000 6.400
3 2
38.000
200
40
190
7.600
2
32.000
200
40
160
6.400
2
14.500 10.900
150 150
30 35
97 73
2.900 2.500
1 2
1. Takaran Saji Takaran saji adalah jumlah produk pangan yang biasa dikonsumsi dalam satu kali makan, dinyatakan dalam ukuran rumah tangga (URT) yang sesuai dengan produk pangan tersebut. URT meliputi antara lain sendok teh, sendok makan, sendok takar, gelas, botol, kaleng, mangkuk/cup, cungkus, sachet, keping, buah, biji, potong dan iris (BPOM 2005). Takaran saji yang tercantum dalam produk minuman khusus ibu hamil dan atau ibu menyusui meliputi 29 (49%) produk menggunakan takaran saji 40 g, 13 (22%) produk menggunakan takaran saji 35 g, 9 (15%) produk menggunakan takaran saji 50 g, 4 (7%) produk menggunakan takaran saji 30 g
dan 1 (2%)
produk
masing-masing
menggunakan takaran saji 37,5 g dan 50,3 g. Gambaran tentang takaran saji produk minuman khusus ibu hamil dan atau ibu menyusui ditunjukkan pada Gambar 5. Ukuran rumah tangga (URT) yang digunakan untuk menyatakan takaran saji produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui adalah sendok makan dan sendok takar. Produk yang menggunakan ukuran sendok makan sebanyak 48 (86%) produk dengan takaran saji dan jumlah sendok makan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 7. Dari tabel tersebut, berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rata-rata berat produk per sendok makan adalah 10,8 g.
30
Produk yang menggunakan ukuran sendok takar sebanyak 8 (14%) produk dengan takaran saji (7 sendok takar), sehingga ukuran baku untuk 1 sendok takar adalah 7,1 g.
% jumlah produk
60 49
50 40 30
22 15
20 7
10
3
2
2
0 30
35
37,5
40
46
50
50,3
Takaran saji (g)
Gambar 5 Takaran saji produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui Saat ini Indonesia belum memiliki standar baku takaran saji dan URT untuk produk pangan sehingga takaran saji dan URT yang digunakan pada produk ini bervariasi. Takaran saji perlu dibakukan untuk setiap jenis pangan dengan mempertimbangkan aspek rasionalitas dan kemampuan konsumsi. Penentuan takaran saji untuk produk pangan yang beredar harus disetujui oleh Badan POM pada saat penilaian keamanan pangan/pendaftaran.
Tabel 7 Ukuran rumah tangga sendok makan produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui Takaran saji (g) 30 35 35 37,5 40 40 46 50 50,3
URT (sdm) 3 4 3 4 3 4
Jumlah produk 04 03 10 01 27 02
Berat per sdm (g) 10,0 08,7 11,7 09,4 13,3 10,0
5 4 4
02 09 01
09,2 12,5 12,6
2. Takaran Saji dengan Petunjuk Penyajian dan Penggunaan Petunjuk penyajian produk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui sangat bervariasi. Petunjuk penyajian terkait dengan rekonstitusi produk dengan
31
penambahan air. Gambaran antara takaran saji dengan jumlah air yang ditambahkan ditunjukkan pada Tabel 8.
Tabel 8 Hubungan antara takaran saji dengan jumlah air yang ditambahkan Takaran saji (g) 30 35 35 35 35 37,5 40 40 46 50 50,3
Jumlah air yang ditambahkan (ml)
Konsentrasi produk per sajian (g/ml)
180 200 180 185 160 200 200 180 200 190 240
0,17 0,18 0,19 0,19 0,22 0,19 0,20 0,22 0,23 0,26 0,21
Tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai minimun dan maksimum konsentrasi produk per sajian yaitu 0,17g/ml dan 0,26 g/ml. Jumlah takaran saji dengan jumlah air yang ditambahkan sangat bervariasi. Terdapat produk dengan jumlah takaran saji yang lebih besar tetapi jumlah air yang ditambahkan lebih sedikit. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rata-rata nilai konsentrasi produk per sajian adalah 0,20 g/ml. Rata-rata konsentrasi produk per sajian berada pada kisaran 0,19 g/ml sampai dengan 0,22 g/ml dengan ragam 0,00067 g/ml dan simpangan baku 0,026 g/ml pada selang kepercayaan 95%.
B. Kesesuaian Kandungan Gizi terhadap SNI Sebagaimana ditetapkan dalam SNI 01-7148-2005, zat gizi yang terkandung dalam minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui diupayakan dapat memenuhi kebutuhan tambahan zat gizi yang diperlukan untuk mencapai kecukupan gizi pada ibu hamil dan ibu menyusui. SNI tersebut menyatakan batasan kandungan zat gizi makro maupun zat gizi mikro. Untuk zat gizi mikro (vitamin dan mineral) ditetapkan beberapa vitamin dan mineral yang harus terdapat dalam produk serta vitamin dan mineral yang dapat ditambahkan ke dalam produk tersebut. Kriteria penilaian kesesuaian standar dibagi menjadi 2 yaitu (1) kesesuaian standar untuk keseluruhan zat gizi yang wajib terdapat dalam produk
32
maupun zat gizi yang dapat ditambahkan secara sukarela dan (2) kesesuaian standar untuk keseluruhan zat gizi yang wajib terdapat dalam produk. Produk yang tidak mencantumkan informasi kandungan gizi untuk zat gizi yang wajib terdapat dalam produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui diasumsikan tidak sesuai dengan standar, sedangkan untuk zat gizi yang dapat ditambahkan ke dalam produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui secara sukarela, pengkajian hanya dilakukan terhadap produk yang mencantumkan kandungan gizi tersebut pada label. Produk dinyatakan tidak sesuai standar apabila terdapat satu atau lebih parameter kandungan gizi yang tidak sesuai standar. Pada umumnya syarat mutu yang ditetapkan dalam SNI dinyatakan dalam 100 gram produk. Oleh karena itu, kandungan gizi yang tercantum dalam label per sajian, dihitung terlebih dahulu menjadi per 100 g produk. Produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui yang dikaji keseluruhannya berjumlah 59 produk dimana dari jumlah tersebut terdiri dari 30 produk minuman khusus ibu hamil, 22 produk minuman khusus ibu menyusui dan 7 produk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui. 1. Minuman Khusus Ibu Hamil Berdasarkan hasil kajian produk minuman khusus ibu hamil, untuk keseluruhan zat gizi yang wajib terdapat dalam produk tersebut maupun zat gizi yang dapat ditambahkan secara sukarela, sebanyak 4 (13%) produk sesuai dengan standar dan 26 (87%) produk tidak sesuai standar. Apabila analisis dilakukan untuk semua zat gizi yang wajib terkandung dalam produk, sebanyak 4 (13%)
produk minuman khusus ibu hamil yang sesuai standar. Hal ini
dikarenakan komponen zat gizi yang tidak sesuai standar paling banyak terdapat pada zat gizi mikro (vitamin dan mineral) yang wajib terdapat dalam produk. Hasil kajian selengkapnya terkait jumlah zat gizi dalam produk minuman khusus ibu hamil ditunjukkan pada Lampiran 2. Berdasarkan Gambar 6 diketahui bahwa persentase produk minuman khusus ibu hamil yang tidak sesuai standar kandungan gizi meliputi protein (20%), lemak (7%), karbohidrat (10%), vitamin A (63%), vitamin B1 (27%), vitamin B2 (30%), vitamin B3 (23%), vitamin B6 (47%), vitamin B9 (83%), vitamin B12 (40%), vitamin C (67%), kalsium (63%), besi (3%), magnesium (10%), iodium (17%) dan selenium (11%). Dari zat gizi tersebut, yang wajib terdapat
33
dalam produk minuman khusus ibu hamil
meliputi energi, protein, lemak,
karbohidrat, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, vitamin B6, vitamin B9, vitamin B12, vitamin C, kalsium, besi dan seng. Sedangkan magnesium, mangan, iodium, selenium dan flour bersifat sukarela.
Flour Selenium Iodium Mangan Magnesium Seng Besi Kalsium Vitamin C Vitamin B12 Vitamin B9 Vitamin B6 Vitamin B3 Vitamin B2 Vitamin B1 Vitamin A Karbohidrat Lemak Protein Energi Total
0
20
40
60
80
100
Persentase Kesesuaian Sesuai standar Tidak sesuai standar
Gambar 6 Persentase pemenuhan kesesuaian kandungan gizi produk minuman khusus ibu hamil terhadap SNI Energi Berdasarkan Gambar 7a, diketahui bahwa sebanyak 30 (100%) produk minuman khusus ibu hamil memenuhi persyaratan kandungan energi yaitu minimal sebesar 370 kkal. Kebutuhan ibu hamil dipengaruhi oleh dua hal, yaitu peningkatan angka metabolisme basal untuk menunjang kebutuhan tumbuhkembang janin dan jaringan yang menyertainya, serta aktivitas fisik (Atmatsier, et al 2011). Menurut IOM (1990) suplementasi energi semasa kehamilan dapat meningkatkan berat lahir bayi melalui laju pertambahan berat badan selama kehamilan. Akan tetapi, efektifitas penambahan tersebut terjadi pada wanita hamil yang rentan gizi dan rendah konsumsi kalorinya. Yang dan Huffman (2011) menyatakan bahwa ketika ketahanan pangan tidak menjadi isu yang
34
dibahas, konsumsi energi dari produk dapat dinyatakan pada batas 100-300 kkal untuk menghindari konsumsi energi yang berlebihan. Jika ketahanan pangan menjadi masalah, suplementasi energi dapat ditambahkan pada persentase yang cukup tinggi (>35%) yang dapat diperoleh dari lemak. Protein Berdasarkan penelitian dari 30 produk minuman khusus ibu hamil diketahui bahwa sebanyak 23 (91%) produk sesuai standar dan sebanyak 7 (9%) produk tidak sesuai dengan standar. Produk yang tidak sesuai standar tersebut memiliki nilai kandungan protein dibawah nilai standar (18-25 g) yaitu berkisar 17-17,5 g. Berdasarkan Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi (ING) pada Label Pangan bahwa untuk keseragaman pencantuman kandungan gizi pada tabel ING, ditetapkan ketentuan pembulatan nilai kandungan gizi dan persentase AKG. Dengan demikian nilai yang tercantum pada tabel ING merupakan hasil pembulatan dari kandungan gizi berdasarkan hasil pengujian laboratorium. Dalam hal nilai protein yang tidak sesuai standar kemungkinan dikarenakan merupakan hasil pembulatan dari nilai protein hasil pengujian laboratorium sehingga ketika dikonversikan per sajian nilai protein tersebut tidak dapat memenuhi nilai standar. Pembulatan nilai protein yang kurang dari 0,5 g per sajian dinyatakan sebagai 0 g sedangkan pembulatan lebih dari 0,5 g per sajian dibulatkan ke kelipatan 1 gram terdekat (BPOM 2005). Profil nilai kandungan protein produk minuman khusus ibu hamil dapat dilihat pada Gambar 7b. Lemak Berdasarkan Gambar 7c, diketahui bahwa terdapat sebanyak 28 (93%) produk sesuai dengan standar dan sebanyak 2 (7%)
produk tidak sesuai
standar. Nilai kandungan lemak pada produk yang tidak sesuai standar (maks. 3,5 g) yaitu 2,5 g. Nilai lemak yang tidak sesuai standar kemungkinan dikarenakan merupakan hasil pembulatan dari nilai lemak hasil pengujian laboratorium sehingga ketika dikonversikan per sajian nilai lemak tersebut tidak dapat memenuhi nilai standar. Pembulatan nilai lemak total yaitu kurang dari 0,5 g per sajian dinyatakan sebagai 0 g; 0,5 g sampai 5 g per sajian dibulatkan ke kelipatan 0,5 g terdekat; dan lebih dari 5 g per sajian dibulatkan ke kelipatan 1 g terdekat (BPOM 2005).
35
(a)
(c) 13
450
11 Kandungan Lemak (g)
Kandungan Energi (kkal)
430
410
390
9 7 5
370
3
350
1 0
5
SNI : min 370kkal
10
15
20
25
30
Kode Produk
0
10
SNI : min 3,5g
20
30
Kode Produk
(d)
(b)
70 29
Kandungan Karbohidrat (g)
Kandungan Protein (g)
27 25 23 21 19
65
60
55
17 15
50 0
SNI : 18g-25g
10
20
Kode Produk
30
0 SNI : maks 65g
10
20
30
Kode Produk
Gambar 7 Profil kesesuaian kandungan energi (a), protein (b), lemak (c) dan karbohidrat (d) produk minuman khusus ibu hamil terhadap SNI
36
Karbohidrat Berdasarkan hasil penelitian dari 30 produk diketahui bahwa sebanyak 27 (90%) produk sesuai standar dan sebanyak 3 (10%) produk tidak sesuai dengan standar. Nilai produk yang tidak sesuai standar dikarenakan kandungan karbohidratnya melebihi nilai yang dipersyaratkan dalam standar (maks 65 g) yaitu 67 g dan 68 g. Nilai karbohidrat yang tidak sesuai standar kemungkinan dikarenakan merupakan hasil pembulatan dari nilai karbohidrat hasil pengujian laboratorium sehingga ketika dikonversikan per sajian nilai karbohidrat tersebut tidak dapat memenuhi nilai standar. Pembulatan nilai karbohidrat yaitu kurang dari 0,5 g per sajian dinyatakan sebagai 0 g sedangkan lebih dari 0,5 g per sajian dibulatkan ke kelipatan 1 g terdekat (BPOM 2005). Selain itu kemungkinan juga nilai karbohidrat yang tidak sesuai standar dikarenakan formulasi dari ingredien produk yang dilakukan oleh produsen. Profil kandungan karbohidrat produk dapat dilihat pada Gambar 7d. Vitamin A Profil kandungan vitamin A produk ditampilkan pada Gambar 8a. Produk yang sesuai standar sebanyak 11 (37%) produk sedangkan sebanyak 19 (63%) produk tidak sesuai standar. Produk yang tidak sesuai standar tersebut mempunyai nilai kandungan vitamin A yang melebihi standar (300-500 mcg). Berdasarkan Allen (2005) bahwa suplementasi vitamin A selama kehamilan dapat mengurangi risiko kematian ibu sebesar 40%. Penyebab berkurangnya risiko kematian ibu dikarenakan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Manfaat lainnya dari suplementasi vitamin A pada ibu hamil adalah meningkatnya konsentrasi hemoglobin sekitar 10g/L pada populasi yang mengalami defisiensi. Menurut Picciano dan Mc Guire (2004) selama kehamilan, tambahan vitamin A diperlukan untuk mendukung metabolisme dan pertumbuhan jaringan pada ibu hamil begitu pula dengan pertumbuhan dan perkembangan janin. Peningkatan kebutuhan akan vitamin A relatif kecil dan sebaiknya dipenuhi melalui makanan (bukan suplemen). Yang perlu menjadi perhatian adalah toksisitas vitamin A selama kehamilan pada populasi ibu hamil yang sehat. Konsumsi vitamin A berlebih yang berasal dari suplemen memberikan efek teratogenik. Batas aman (upper level) dari vitamin A pada kelompok ibu hamil adalah 3000 mcg. Walaupun sebagian besar nilai kandungan vitamin A produk melebihi nilai kandungan vitamin A standar, tetapi masih di bawah nilai upper level. Menurut Muhilal dan Hardinsyah (2004) bahwa penetapan upper level
37
salah satunya didasarkan pada evaluasi asupan suatu zat gizi yang terkait dengan suplemen gizi bukan dari makanan sehari-hari. Pemerintah perlu memperhatikan penetapan nilai kandungan vitamin A jika standar ini akan direvisi, dengan mempertimbangkan konsumsi vitamin A dari makanan lainnya dan anjuran konsumsi produk minuman khusus ibu hamil yang sebagian besar produk memberikan anjuran konsumsi 2 kali sehari.
Vitamin B1 Gambar 8b menunjukkan profil kandungan vitamin B1 pada produk. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 22 (73%) produk sesuai standar dan sebanyak 8 (27%) produk tidak sesuai dengan standar. Nilai produk yang tidak sesuai standar dikarenakan nilai kandungan vitamin B1 produk melebihi nilai standar. Vitamin B1 berfungsi sebagai koenzim berbagai reaksi metabolisme energi. Selain itu vitamin B1 dibutuhkan dalam metabolisme lemak, protein dan asam nukleat, yang peran utamanya adalah dalam metabolisme karbohidrat. Oleh karena vitamin B1 larut dalam air maka tidak membahayakan bila dikonsumsi berlebihan karena akan dibuang melalui urin (Almatsier 2001). Vitamin B2 Gambar 8c menunjukkan profil kandungan vitamin B2 dalam produk. Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa sebanyak 20 (70%) produk sesuai standar dan sebanyak 10 (30%) produk tidak sesuai dengan standar. Vitamin B2 terutama berfungsi dalam pembentukan enzim-enzim yang penting untuk produksi energi melalui siklus asam sitrat/rantai transpor elektron. Berdasarkan perannya tersebut, asupan vitamin B2 selama kehamilan dapat bermanfaat untuk energi dan mood ibu hamil (Judge & Beck 2008). Kebutuhan vitamin B2 meningkat 7% dikarenakan meningkatnya sintesis jaringan janin dan ibunya serta sedikit peningkatan pada utilisasi energi. Suplementasi vitamin B2 dapat meningkatkan respon hematologi terhadap zat besi dan jika terjadi defisiensi, suplementasi diperlukan untuk mengembalikan normalitas biokimia. Tidak terdapat bukti bahwa vitamin B2 memiliki toksisitas dengan pemberian secara oral dan tidak ada batas aman (upper level) yang ditetapkan (Ladipo 2000).
38
(a)
(c) 3 Kandungan Vitamin B2 (mg)
1600
Kandungan Vitamin A (mcg)
1400 1200 1000 800
2,5 2 1,5 1
600
0,5
400 200
0 0
5
SNI : 300-500mcg
10
15
20
25
30
Kode Produk
5
(d)
3
22 Kandungan Vitamin B3 (mg)
(b)
2
1,5
1
10
15
20
25
30
Kode Produk
SNI : 0,5-1mg
2,5 Kandungan Vitamin B1 (mg)
0
20 18 16 14 12 10 8
0,5 6 0 0
5
SNI : 0,5-1mg
10
15
20
Kode Produk
25
30
4 0
5
SNI : 6-14mg
10
15
20
25
30
Kode Produk
Gambar 8 Profil kesesuaian kandungan vit. A (a), vit.B1 (b), vit.B2(c) dan vit.B3 (d) produk minuman khusus ibu hamil terhadap SNI
39
(c)
(a)
6
12,5
5,5 Kandungan Vitamin B12 (mcg)
11,5 Kandungan Vitamin B6 (mg)
10,5 9,5 8,5 7,5 6,5 5,5 4,5 3,5
4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5
2,5
1
1,5
0,5
0,5 0
5
10
15
20
25
30
0 0
Kode Produk
SNI : 0,6-1,3mg
5
10
SNI : 0,3-2,4mcg
15
20
25
30
Kode Produk
(d)
(b) 1600
170
1400
150
Kandungan Vitamin C (mg)
Kandungan Vitamin B9 (mcg)
5
1200 1000 800 600
130 110 90 70 50
400
30
200 0
5
SNI : 285-400mcg
10
15
20
Kode Produk
25
30
10 0
5
SNI : 14-75mg
10
15
20
25
30
Kode Produk
Gambar 9 Profil kesesuaian kandungan vit.B6 (a), vit.B9 (b), vit.B12 (c) dan vit.C (d) produk minuman khusus ibu hamil terhadap SNI
40
Vitamin B3 Berdasarkan penelitian diketahui sebanyak 23 (77%) produk sesuai standar dan sebanyak 7 (23%) produk tidak sesuai standar. Dari 6 produk yang tidak sesuai standar (6-14mg) kandungan vitamin B3, sebanyak 2 produk yang memiliki nilai di bawah standar dan sebanyak 4 produk yang memiliki nilai di atas standar. Gambar 8d menunjukkan profil kandungan vitamin B3 dalam produk. Serum vitamin B3 menurun selama kehamilan dan kebutuhan vitamin B3 meningkat 10% (Ladipo 2000). Vitamin B6 Berdasarkan Gambar 9a, diketahui sebanyak 16 (53%) produk sesuai standar dan sebanyak 14 (47%) produk tidak sesuai standar. Produk yang tidak sesuai standar memiliki nilai kandungan vitamin B6 yang melebihi nilai yang dipersyaratkan. Vitamin B6 membantu mengurangi efek mual dan muntah selama kehamilan yang merupakan gejala yang paling umum pada wanita hamil. Beberapa studi memberikan bukti bahwa suplementasi vitamin B6 selama kehamilan dapat mengurangi efek mual dan muntah tanpa ada efek samping yang membahayakan. Berdasarkan laporan Thaver (2006) bahwa tidak cukup bukti untuk memberikan kesimpulan bahwa suplementasi vitamin B6 selama kehamilan memberikan efek klinis. Oleh karena itu perlu dilakukan uji klinis untuk menjamin isu ini mengingat efek mual dan muntah memberikan komplikasi serius pada wanita hamil. IOM telah menetapkan batas aman (upper level) untuk vitamin B6 yaitu 100 mg per hari selama kehamilan (Picciano & Mc Guire 2009). Vitamin B9 / Asam Folat Berdasarkan hasil kajian kesesuaian kandungan vitamin B9 pada produk terhadap standar pada Gambar 9b, sebanyak 5 (17%) produk sesuai standar dan sebanyak 25 (83%) produk tidak sesuai standar. Sebagian besar produk yang tidak sesuai standar nilainya melebihi persyaratan. Hal ini kemungkinan dikarenakan semua produk minuman khusus ibu hamil menyatakan klaim manfaat terhadap kesehatan yaitu “diet gizi seimbang dengan asupan folat yang cukup dapat mengurangi risiko kelainan kongential pada janin, misalnya gangguan perkembangan neural tube berupa kelainan otak atau spinal cord. Penyebab kelainan perkembangan neural tube adalah multifaktorial” dan klaim kandungan gizi asam folat, berupa klaim “mengandung asam folat” dengan
41
persyaratan sedikitnya mengandung 10-19% AKG per sajian dan klaim “tinggi/kaya akan asam folat” dengan persyaratan sedikitnya mengandung 20% AKG per sajian (BPOM 2005). Dikarenakan tidak adanya pembatasan maksimal untuk persyaratan klaim “tinggi/kaya” maka hal ini kemungkinan dimanfaatkan oleh produsen untuk mempromosikan produknya dengan kandungan asam folat yang lebih tinggi dari produk sejenis lainnya, sehingga memberikan nilai jual lebih. Menurut Green, et al (2005) bahwa untuk mengurangi risiko Neural Tube Defect (NTD), wanita yang merencanakan kehamilan disarankan untuk mengonsumsi 400 mcg asam folat per hari, baik dari suplemen ataupun dari makanan yang difortifikasi. Konsumsi tersebut dimulai sebelum kehamilan sampai
dengan
akhir
trimester
pertama.
Konsumsi
asam
folat
dapat
meningkatkan konsentrasi folat darah, dengan meningkatnya konsentrasi folat darah dapat mengurangi risiko terjadinya NTD. Fortifikasi asam folat telah meningkatkan rata-rata status folat darah di Amerika Serikat dan Kanada dan hal ini terkait dengan menurunnya kejadian NTD. Berdasarkan Picciano dan Mc Guire (2009) IOM telah menetapkan batas aman (upper level) untuk asam folat yaitu 1 mg per hari untuk wanita usia 19 tahun ke atas. Batas aman ini tidak berlaku untuk folat dalam pangan tetapi hanya dalam bentuk sintetik yang diperoleh dari suplemen dan pangan yang difortifikasi. US Centers for Disease Control and Prevention juga merekomendasikan untuk mengonsumsi total folat kurang dari 1 mg per hari. Vitamin B12 Gambar 9c menunjukkan profil kandungan vitamin B12 produk. Berdasarkan hasil kajian diketahui bahwa sebanyak 18 (60%) produk sesuai standar dan sebanyak 12 (40%) produk tidak sesuai standar. Produk yang tidak sesuai standar memiliki nilai kandungan vitamin B12 yang melebihi nilai standar. Vitamin B12 berfungsi sebagai koenzim dalam metabolisme asam nukleat dan mencegah anemia megaloblastik. Tidak ada efek yang membahayakan kesehatan terkait mengonsumsi sejumlah vitamin B12 dari makanan ataupun suplemen. Data terkait efek yang membahayakan dari konsumsi vitamin B12 dalam jumlah besar masih terbatas (IOM 1998). FAO/WHO merekomendasikan 40% peningkatan kebutuhan vitamin B12 untuk memenuhi kebutuhan janin dan peningkatan kebutuhan metabolisme (Ladipo 2000).
42
Vitamin C Profil kandungan vitamin C produk ditampilkan pada Gambar 9d. Berdasarkan hasil kajian, produk yang sesuai standar sebanyak 10 (33%) produk sedangkan sebanyak 20 (67%) produk tidak sesuai standar. Produk yang tidak sesuai dengan standar memiliki nilai kandungan vitamin C yang melebihi standar. Selama masa kehamilan, serum vitamin C menurun <50%, sebagian karena diambil untuk kebutuhan janin dan sebagian lagi karena hemodilusi. Kecukupan gizi vitamin C pada wanita hamil 67% lebih tingggi daripada wanita yang tidak hamil, hal ini dikarenakan untuk menggantikan kehilangan dari cadangan tubuh wanita hamil (Ladipo 2000). Kalsium Profil kandungan kalsium produk ditampilkan pada Gambar 10a. Berdasarkan hasil kajian, produk yang sesuai standar sebanyak 11 (37%) produk sedangkan sebanyak 19 (63%) produk tidak sesuai standar. Produk yang tidak sesuai dengan standar memiliki nilai kandungan kalsium yang melebihi standar. Menurut Kollasa dan Weismiller (2008), sekitar 99% kalsium pada wanita hamil dan janinnya tersimpan pada tulang dan gigi. Kehamilan berkaitan dengan meningkatnya turnover tulang untuk memenuhi kebutuhan. Jika terjadi kekurangan kalsium dari makanan, maka kalsium pada tulang ibu akan diberikan kepada janinnya. Suplementasi kalsium selama kehamilan mengurangi tekanan darah. Penelitian klinis untuk menguji hipotesis bahwa suplementasi kalsium selama kehamilan
mengurangi kejadian
pregnancy-induced
hypertension
memberikan hasil yang bervariasi. Oleh karenanya, tidak perlu suplementasi kalsium secara rutin dengan 2000 mg per hari untuk wanita hamil. Untuk wanita hamil yang makanannya kekurangan kalsium (900 mg per hari), menderita hipertensi dan mempunyai sejarah preeklampsia maka suplementasi kalsium disarankan. Besi Profil
kandungan
besi
produk
ditampilkan
pada
Gambar
10b.
Berdasarkan hasil kajian, produk yang sesuai standar sebanyak 29 (97%) produk sedangkan sebanyak 1 (3%) produk tidak sesuai standar. Produk yang tidak sesuai dengan standar memiliki nilai kandungan besi di bawah standar yaitu 8,3 mg.
43
(a)
(b) 65
1500 1300 Kandungan Kalsium (mg)
Kandungan Besi (mg)
55
1100 900 700 500
45 35 25 15
300 100
5 0
5
SNI : 200-800mg
10
15
20
25
30
0
Kode Produk
5
SNI : min 10mg
10
15
20
25
30
Kode Produk
(c) 18 16
Kandungan Seng (mg)
14 12 10 8 6 4 2 0 0
5
SNI : min 5mg
10
15
20
25
30
Kode Produk
Gambar 10 Profil kesesuaian kandungan kalsium (a), besi (b) dan seng (c) produk minuman khusus ibu hamil terhadap SNI
44
Pemerintah telah menetapkan AKG besi untuk wanita usia 19-49 tahun sebesar 26 mg per hari dan untuk wanita hamil mendapat tambahan sebesar 9 mg per hari pada trimester 2 dan 13 mg per hari pada trimester 3. Defisiensi zat besi yang terjadi dikarenakan kurangnya asupan bioavaibilitas zat besi mengakibatkan anemia dan berkaitan dengan kematian ibu. Defisiensi zat besi juga diketahui dapat mempengaruhi status imun (Ladipo 2000). Menurut Picciano dan Mc Guire (2008) IOM telah menetapkan batas aman (upper level) untuk zat besi yaitu sebesar 45 mg per hari dari semua sumber. Hal ini dikarenakan dampak negatif dari toksisitas zat besi. Seng Berdasarkan hasil kajian, semua produk sesuai dengan nilai standar yang dipersyaratkan yaitu sebanyak 30 (100%) produk. Profil kandungan seng produk ditampilkan pada Gambar 10c. Menurut Picciano dan Mc Guire (2008) suplementasi seng sebaiknya tidak melebihi nilai batas aman (upper level) yaitu 40 mg per hari. Besi dapat menekan plasma seng pada wanita hamil, oleh karenanya suplementasi seng sekitar 15 mg direkomendasikan jika suplementasi besi di atas 30 mg. Sedikit data terkait dengan defisiensi seng selama kehamilan. Rendahnya konsentrasi plasma seng selama kehamilan diakibatkan rendahnya bioavaibilitas seng dari makanan atau tingginya jumlah tembaga dan zat besi dalam makanan yang menjadi kompetitor dalam penyerapan seng, selain itu defisiensi seng mengakibatkan aborsi, congenital abnormal, kelahiran prematur, intrauterine growth retardation dan preeklampsia (Ladipo 2000). 2. Minuman Khusus Ibu Menyusui Hasil kajian menunjukkan bahwa produk minuman khusus ibu menyusui yang memenuhi standar untuk persyaratan keseluruhan zat gizi yang wajib terdapat dalam produk maupun zat gizi yang dapat ditambahkan secara sukarela sebanyak 9 (41%) produk dan 13 (59%) produk tidak sesuai standar. Apabila analisis dilakukan untuk standar kandungan zat gizi wajib, sebanyak 9 (41%) produk minuman khusus ibu menyusui sesuai dengan standar. Hasil kajian selengkapnya terkait dengan jumlah zat gizi dalam produk minuman khusus ibu menyusui ditunjukkan pada Lampiran 3.
45
Berdasarkan gambar 11 diketahui bahwa persentase produk minuman khusus ibu menyusui yang tidak sesuai standar kandungan gizi meliputi protein (9%), vitamin A (45%), vitamin B1 (36%), vitamin B2 (36%), vitamin B3 (27%), vitamin B6 (36%), vitamin B9 (59%), vitamin B12 (41%), vitamin C (45%), kalsium (50%), seng (5%), magnesium (5%), iodium (9%) dan selenium (8%). Berdasarkan hasil kajian kesesuaian kandungan gizi produk dengan SNI bahwa zat gizi yang paling banyak tidak memenuhi persyaratan adalah zat gizi mikro seperti vitamin B9 (asam folat), vitamin C, vitamin A dan kalsium.
Flour Selenium Iodium Mangan Magnesium Seng Besi Kalsium Vitamin C Vitamin B12 Vitamin B9 Vitamin B6 Vitamin B3 Vitamin B2 Vitamin B1 Vitamin A Karbohidrat Lemak Protein Energi Total
0
20
40 60 Persentase Kesesuaian Sesuai standar
80
100
Tidak sesuai standar
Gambar 11 Persentase pemenuhan kesesuaian kandungan gizi produk minuman khusus ibu menyusui terhadap SNI Energi Berdasarkan hasil kajian, semua produk sesuai dengan nilai standar yang dipersyaratkan yaitu sebanyak 22 (100%) produk. Profil kandungan energi produk ditampilkan pada Gambar 12a. Asupan energi tambahan yang disarankan pada 6 bulan pertama masa menyusui adalah 500 kkal dengan asumsi 170 kkal per hari akan dimobilisasi dari akumulasi cadangan energi pada masa kehamilan. Kebutuhan energi pada masa pemberian ASI eksklusif (780 ml per hari) lebih besar dibandingkan pada masa kehamilan.
46
(a)
(c) 15
435
14
430
13 Kandungan Lemak (g)
Kandungan Energi (kkal)
425 420 415 410 405
12 11 10 9 8 7
400
6
395 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 SNI : min 400kkal
5 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Kode Produk
(b)
SNI : min 7g
Kode Produk
(d) 70
35 33
65 Kandungan Karbohidrat (g)
Kandungan Protein (g)
31 29
60
27
55
25 23
50
21 19
45
17 40
15 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 SNI : 20-34g
Kode Produk
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 SNI : maks 65g
Kode Produk
Gambar 12 Profil kesesuaian kandungan energi (a), protein (b), lemak (c) dan karbohidrat (d) produk minuman khusus ibu menyusui terhadap SNI
47
Asupan tambahan energi yang disarankan setelah enam bulan pertama berkurang menjadi 400 kkal per hari karena laju produksi ASI menurun menjadi 600 ml per hari (Picciano 2003). Protein Gambar 12b menampilkan profil kandungan protein produk. Berdasarkan hasil kajian, sebanyak 20 (91%) produk sesuai dengan nilai standar yang dipersyaratkan dan sebanyak 2 (9%) produk tidak sesuai standar. Produk yang tidak sesuai standar dikarenakan nilai kandungan proteinnya dibawah standar yaitu 17 g. Lemak Berdasarkan hasil kajian, semua produk sesuai dengan nilai kandungan lemak yang dipersyaratkan dalam standar yaitu sebanyak 22 (100%) produk. Profil kandungan lemak produk ditampilkan pada Gambar 12c. Ibu menyusui memerlukan lemak sebagai sumber energi dan sumber asam lemak esensial. Komposisi asam lemak pada ASI tergantung bahan sumber lemak dalam makanan sehari-hari dan cadangan lemak pembentuk lemak. Karenanya, memperhatikan asupan lemak pada ibu menyusui sangat penting agar komposisi optimal asam lemak pada ASI dapat dicapai. Karbohidrat Berdasarkan hasil kajian, semua produk sesuai dengan nilai standar yang dipersyaratkan yaitu sebanyak 22 (100%) produk. Profil kandungan karbohidrat produk ditampilkan pada Gambar 12d. Vitamin A Hasil kajian menunjukkan bahwa sebanyak 12 (55%) produk sesuai dengan standar kandungan vitamin A dan sebanyak 10 (45%) produk tidak sesuai dengan standar. Produk yang tidak sesuai standar memiliki nilai kandungan vitamin A melebihi persyaratan dalam standar. Profil kandungan vitamin A produk ditampilkan pada Gambar 13a. Walaupun terdapat beberapa produk yang memiliki kandungan vitamin A yang melebihi standar akan tetapi nilainya masih dibawah nilai upper level, sebagaimana ditetapkan oleh IOM (2001) bahwa upper level vitamin A untuk ibu menyusui sebesar 3000 mcg per hari. Ketika bayi lahir, cadangan vitamin A-nya sangat kecil sehingga mereka
48
sangat tergantung pada asupan vitamin A. ASI merupakan sumber vitamin A yang baik dan defisiensi klinis vitamin A hampir tidak pernah terjadi pada bayi yang diberi ASI selama satu tahun kehidupannya. Memelihara asupan vitamin A dalam ASI mempertahankan status vitamin A bayi (Allen 2005). Vitamin B1 Hasil kajian menunjukkan bahwa sebanyak 14 (64%) produk sesuai dengan standar kandungan vitamin B1 dan sebanyak 8 (36%) produk tidak sesuai dengan standar. Produk yang tidak sesuai standar memiliki nilai kandungan vitamin B1 melebihi persyaratan dalam standar. Profil kandungan vitamin B1 produk ditampilkan pada Gambar 13b. Peningkatan kebutuhan vitamin B1 selama masa menyusui lebih tinggi dibandingkan kehilangan vitamin B1 pada ASI, hal ini dikarenakan kebutuhan vitamin B1 tergantung pada asupan energi yang diharapkan lebih tinggi selama masa menyusui. Asupan vitamin B1 ibu yang rendah dapat mengakibatkan rendahnya kandungan vitamin B1 pada ASI (IOM 1991). Vitamin B2 Hasil kajian menunjukkan bahwa sebanyak 14 (64%) produk sesuai dengan standar kandungan vitamin B2 dan sebanyak 8 (36%) produk tidak sesuai dengan standar. Produk yang tidak sesuai standar memiliki nilai kandungan vitamin B2 melebihi persyaratan dalam standar. Profil kandungan vitamin B2 produk ditampilkan pada Gambar 13c. Selama masa menyusui kebutuhan vitamin B2 yaitu sebesar 1,6 mg per hari, lebih besar dari kebutuhan pada masa kehamilan. Miyake et al melaporkan bahwa konsumsi vitamin B2 pada trimester ketiga kehamilan berhubungan dengan menurunnya risiko depresi setelah melahirkan. Hal tersebut diduga karena vitamin B2 merupakan dalam regenerasi homosistein yang terlibat dalam produksi serotonin (Judge & Beck 2008). Vitamin B3 Hasil kajian menunjukkan bahwa sebanyak 16 (73%) produk sesuai dengan standar kandungan vitamin B3 dan sebanyak 6 (27%) produk tidak sesuai dengan standar. Produk yang tidak sesuai standar memiliki nilai kandungan vitamin B3 melebihi persyaratan dalam standar. Profil kandungan vitamin B3 produk ditampilkan pada Gambar 13d.
49
(c)
(a)
3,5
1600
Kandungan Vitamin B2 (mg)
Kandungan Vitamin A (mcg)
1800
1400
3
2,5
1200 1000
2
1,5
800
1
600
0,5
400 200
0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
SNI : 300-500mcg
Kode Produk
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 SNI : 0,4-1,1mg
Kode Produk
(d)
(b)
20
3
18 Kandungan Vitamin B3 (mg)
Kandungan Vitamin B1 (mg)
2,5 2
1,5 1
16 14 12 10 8 6
0,5
4 2
0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 SNI : 0,3-1mg
Kode Produk
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 SNI : 3-14mg
Kode Produk
Gambar 13 Profil kesesuaian kandungan vit.A (a), vit.B1 (b), vit.B2 (c) dan vit.B3 (d) produk minuman khusus ibu menyusui terhadap SNI
50
(a)
(c) 7
Kandungan Vitamin B12 (mcg)
Kandungan Vitamin B6 (mg)
7 6 5 4 3 2
6 5 4 3 2 1
1 0
0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 SNI : 0,5-1,3mg
Kode produk
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 SNI : 0,4-2,4mcg
(d)
(b)
200 Kandungan Vitamin C (mg)
1200
1000 kandungan Vitamin B9 (mcg)
Kode Produk
800
600
180 160 140 120 100
400
80 200
60
0
40 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
SNI : 100-400mcg
Kode Produk
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 SNI : 45-75mg
Kode Produk
Gambar 14 Profil kesesuaian kandungan vit. B6 (a), vit. B9 (b), vit. B12 (c) dan vit. C (d) produk minuman khusus ibu menyusui terhadap SNI
51
Vitamin B6 Hasil kajian menunjukkan bahwa sebanyak 14 (64%) produk sesuai dengan standar kandungan vitamin B6 dan sebanyak 8 (36%) produk tidak sesuai dengan standar. Produk yang tidak sesuai standar memiliki nilai kandungan vitamin B6 melebihi persyaratan. Profil kandungan vitamin B6 produk ditampilkan pada Gambar 14a. Kandungan vitamin B6 pada ASI sangat dipengaruhi oleh asupan makanan. Kandungan ASI wanita yang disuplementasi dengan 2,5 mg per hari vitamin B6 bernilai dua kali lebih tinggi dibandingkan wanita yang tidak disuplementasi. Asupan vitamin B6 yang rendah selama menyusui dapat berakibat buruk terhadap bayi dan ibunya (IOM 1991). Vitamin B9 / asam folat Hasil kajian menunjukkan bahwa sebanyak 9 (41%) produk sesuai dengan standar kandungan vitamin B9 dan sebanyak 13 (59%) produk tidak sesuai dengan standar. Produk yang tidak sesuai standar memiliki nilai kandungan vitamin B9 melebihi persyaratan dalam standar. Profil kandungan vitamin B9 produk ditampilkan pada Gambar 14b. IOM (1998) menetapkan upper level sebesar 1000 mcg untuk vitamin B9 yang berasal dari suplemen makanan dan/atau makanan yang difortifikasi dengan vitamin B9. Vitamin B12 Hasil kajian menunjukkan bahwa sebanyak 12 (59%) produk sesuai dengan standar kandungan vitamin B12 dan sebanyak 10 (41%) produk tidak sesuai dengan standar. Produk yang tidak sesuai standar memiliki nilai kandungan vitamin B12 melebihi persyaratan dalam standar. IOM (1998) menyatakan bahwa tidak ada efek yang merugikan terkait dengan konsumsi vitamin B12 baik dari pangan maupun suplemen. Hal ini tidak berarti bahwa tidak ada kemungkinan efek yang merugikan akibat konsumsi vitamin B12 yang tinggi. Profil kandungan vitamin B12 produk ditampilkan pada Gambar 14c. Vitamin C Hasil kajian menunjukkan bahwa sebanyak 10 (55%) produk sesuai dengan standar kandungan vitamin C dan sebanyak 12 (45%) produk tidak sesuai dengan standar. Produk yang tidak sesuai standar memiliki nilai kandungan vitamin C melebihi standar sebanyak 10 produk sedangkan sebanyak 2 produk memiliki kandungan vitamin C di bawah nilai standar. IOM (2000)
52
menetapkan upper level vitamin C sebesar 2000 mg. Walaupun masih terdapat 10 produk yang memiliki kandungan vitamin C melebihi nilai kandungan vitamin C standar, tetapi masih di bawah nilai upper level. Profil kandungan vitamin C produk ditampilkan pada Gambar 14d. Kalsium Hasil kajian menunjukkan bahwa sebanyak 11 (50%) produk sesuai dengan standar kandungan kalsium dan sebanyak 11 (50%) produk tidak sesuai dengan standar. Produk yang tidak sesuai standar memiliki nilai kandungan kalsium melebihi persyaratan dalam standar. Profil kandungan kalsium produk ditampilkan pada Gambar 15a. Menurut IOM (1991) kebutuhan kalsium untuk ibu menyusui perlu menjadi perhatian mengingat banyak ibu menyusui yang kesulitan mengonsumsi kalsium sesuai dengan kebutuhan yang disarankan yaitu 1200 mg per hari, khususnya jika produk susu tidak menjadi bagian dari makanannya. Asupan kalsium yang rendah tidak akan mempengaruhi konsentrasi kalsium pada ASI, tetapi berpengaruh terhadap densitas tulang ibu untuk jangka waktu lama, khususnya jika masa menyusuinya cukup lama walaupun hal ini tidak pasti. Terdapat beberapa bukti berdasarkan studi hewan bahwa penyerapan kalsium meningkat selama masa menyusui. Walaupun status kalsium hanya salah satu dari banyak faktor pada etiologi osteoporosis, disarankan kepada ibu menyusui untuk mengonsumsi pangan sumber kalsium. Besi Berdasarkan hasil kajian, semua produk sesuai dengan nilai standar kandungan besi yang dipersyaratkan yaitu sebanyak 22 (100%) produk. IOM (2001). Profil kandungan besi produk ditampilkan pada Gambar 15b. Seng Hasil kajian menunjukkan bahwa sebanyak 21 (95%) produk sesuai dengan standar kandungan seng dan sebanyak 1 (5%) produk tidak sesuai dengan standar. Produk yang tidak sesuai standar memiliki nilai kandungan seng di bawah nilai yang dipersyaratkan dalam standar. Profil kandungan seng produk ditampilkan pada Gambar 15c.
53
(a)
(b) 40
1600
1200
30
Kandungan Besi (mg)
35
Kandungan Kalsium (mg)
1400
1000 800 600 400
25 20 15 10
200
5
0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 SNI : 150-800mg
Kode Produk
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 SNI : min 6mg
Kode Produk
Kandungan Seng (mg)
(c) 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 SNI : min 4,6mg
Kode Produk
Gambar 15 Profil kesesuaian kandungan kalsium (a), besi (b) dan seng (c) produk minuman khusus ibu menyusui terhadap SNI
54
Peningkatan kebutuhan seng selama kehamilan sebesar 4 sampai 13 kali lebih tinggi dari perkiraan seng yang disekresi pada ASI. Rendahnya asupan seng tidak menggambarkan rendahnya konsentrasi seng pada ASI dan tidak ada risiko kesehatan yang terkait dengan asupan seng yang lebih rendah dari kebutuhan yang disarankan (IOM 1991).
3. Minuman Khusus Ibu Hamil dan Ibu Menyusui Pada SNI minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui tidak terdapat persyaratan khusus untuk produk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui. Persyaratan kandungan gizi yang terdapat dalam standar tersebut diperuntukan untuk produk minuman khusus ibu hamil dan produk minuman khusus ibu menyusui sehingga dalam melakukan kajian kesesuaian digunakan persyaratan dengan nilai kisaran antara persyaratan kandungan gizi produk minuman khusus ibu hamil dan persyaratan kandungan gizi produk minuman khusus ibu menyusui. Hasil analisis kesesuaian produk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui dengan standar kandungan gizi wajib maupun kandungan gizi yang dapat ditambahkan diperoleh sebanyak 7 (100%) produk tidak memenuhi standar. Hasil kajian selengkapnya terkait dengan jumlah zat gizi dalam produk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui terdapat pada Lampiran 4. Berdasarkan Gambar 16 diketahui persentase produk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui yang tidak sesuai standar kandungan gizi meliputi energi (14%), lemak (14%), karbohidrat (86%), vitamin A (71%), vitamin B1 (57%), vitamin B2 (86%), vitamin B3 (14%), vitamin B6 (86%), vitamin B9 (29%), vitamin B12 (86%), vitamin C (86%), kalsium (43%), seng (14%), dan iodium (50%). Berdasarkan hasil kajian kesesuaian 3 (tiga) kategori produk minuman khusus baik untuk ibu hamil maupun ibu menyusui terhadap SNI, menunjukkan bahwa sebagian besar produk yang tidak sesuai standar dikarenakan nilai kandungan gizi dalam produk tersebut melebihi nilai standar. Walaupun diketahui, nilai zat gizi yang melebihi standar tersebut masih di bawah nilai upper level. Selain itu tidak adanya persyaratan untuk produk minuman khusus bagi ibu hamil dan ibu menyusui dapat menyulitkan penilaian produk tersebut oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan dan juga formulasi produk oleh produsen. Hal tersebut terlihat bahwa 100% produk ini tidak sesuai standar. Dengan pertimbangan diatas maka perlu menjadi perhatian bagi pemerintah jika akan
55
memberlakukan SNI Minuman Khusus Ibu Hamil dan/atau Ibu Menyusui menjadi wajib atau sebagai regulasi teknis. Dalam hal penetapan nilai zat gizi untuk produk ini, sebaiknya mempertimbangkan takaran saji, anjuran konsumsi serta asupan zat gizi dari makanan lainnya. Agar tidak terjadi kelebihan konsumsi zat gizi tertentu dari produk ini terutama pada ibu hamil dan ibu menyusui dengan status gizi normal. Adapun hal lain yang perlu ditekankan, bahwa produk minuman khusus bagi ibu hamil dan ibu menyusui ini merupakan makanan tambahan yang diharapkan dapat menyumbangkan asupan gizi bagi ibu hamil dan ibu menyusui. Sehingga dengan diberlakukannya SNI tersebut menjadi wajib atau sebagai regulasi teknis diharapkan tidak ada lagi produk minuman khusus bagi ibu hamil dan ibu menyusui yang memiliki kandungan gizi yang tidak sesuai standar.
Flour Selenium Iodium Mangan Magnesium Seng Besi Kalsium Vitamin C Vitamin B12 Vitamin B9 Vitamin B6 Vitamin B3 Vitamin B2 Vitamin B1 Vitamin A Karbohidrat Lemak Protein Energi Total
0
20
40 60 Persentase Kesesuaian Sesuai standar
80
100
Tidak sesuai standar
Gambar 16 Persentase pemenuhan kesesuaian kandungan gizi produk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui terhadap SNI
C. Persentase Angka Kecukupan Gizi (AKG)
Kajian tentang persentase Angka Kecukupan Gizi setiap zat gizi yang terkandung dalam produk minuman khusus ibu hamil dan atau ibu menyusui dilakukan dengan mengacu kepada
acuan label gizi yang
ditetapkan
berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
56
HK.00.05.52.6291 tentang Acuan Label Gizi Produk Pangan tahun 2007 untuk kelompok ibu hamil dan ibu menyusui.
1. Minuman Khusus Ibu Hamil Data tentang persentase AKG kandungan gizi semua produk minuman khusus ibu hamil yang dikaji ditunjukkan pada Lampiran 5. Sebaran mengenai rata-rata persentase AKG kandungan gizi pada produk minuman khusus ibu hamil per sajian ditunjukkan pada Gambar 17. Rata-rata vitamin B6 memberikan persentase terbesar (62%) terhadap AKG. Hal ini dikarenakan terdapat 3 buah produk yang memiliki persentase terhadap AKG sebesar 295% dan ketiga produk tersebut ditujukan untuk awal kehamilan dengan menyatakan klaim fungsi vitamin B6 yaitu dapat menghilangkan rasa mual pada masa kehamilan. Terjadinya mual selama awal kehamilan dikarenakan defisiensi protein yang sangat cepat yang merupakan reaksi fisiologi tubuh akibat ketidakseimbangan homeostatic. Ketidakseimbangan tersebut didorong oleh kebutuhan untuk sintesis protein dalam rangka pembelahan sel dan perkembangan sel, dimana cadangan protein yang tersedia untuk janin dan ibunya tidak mencukupi untuk mencapai proses ini secara optimal. (Green 2010). Vitamin B6 berperan dalam bentuk fosforilasi Pyridoxal 5' phosphate (PLP) dan pyridoxamine 5' phosphate (PMP) sebagai ko-enzim aktif terutama dalam transaminasi, dekarbosilasi dan reaksi lain yang berkaitan dengan metabolisme protein. Vitamin B6 juga berperan dalam
perkembangan
kognitif
melalui
biosintesis
nuerotransmitter
dan
mempertahankan homocysteine, asam amino dalam darah pada tingkat normal. Berdasarkan mekanisme tersebutlah vitamin B6 dapat membantu mengurangi rasa mual selama awal kehamilan (Almatsier 2001). Rata-rata persentase AKG untuk keseluruhan zat gizi yang terkandung dalam produk minuman khusus ibu hamil per saji adalah 21%. 2. Minuman Khusus Ibu Menyusui Data tentang persentase AKG kandungan gizi semua produk minuman khusus ibu menyusui yang dikaji ditunjukkan pada Lampiran 6. Sebaran rata-rata persentase AKG kandungan gizi pada produk minuman khusus ibu menyusui per sajian ditunjukkan pada Gambar 18. Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa vitamin D memberikan suplementasi terbesar yaitu 60% terhadap AKG. Vitamin D berperan dalam memfasilitasi penyerapan kalsium dan pembentukan
57
tulang. Vitamin D3 (kolekalsiferol) dibentuk di dalam kulit oleh sinar ultraviolet dari 7-dehidrokolesterol. Vitamin D3 di dalam hati diubah menjadi bentuk aktif 25hidroksi kolekalsiferol [25(OH)D3] yang lima kali lebih aktif daripada vitamin D3. Bentuk [25(OH) D3] adalah bentuk vitamin D yang paling banyak di dalam darah dan banyaknya tergantung pada konsumsi dan penyingkapan tubuh terhadap matahari. Bentuk paling aktif adalah kalsitriol atau 1,25-hidroksi kolekalsiferol yang 10 kali lebih aktif dari vitamin D3. Bentuk aktif ini dibuat oleh ginjal. Kalsitriol pada usus halus meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfor dan pada tulang meningkatkan mobilisasinya. Sintesis kalsitriol diatur oleh taraf kalsium dan fosfor dalam serum. Hormon paratiroid (PTH) yang dikeluarkan bila kalsium dalam serum darah rendah, merupakan perantara yang merangsang poduksi kalsitriol oleh ginjal. Jadi taraf konsumsi kalsium yang rendah tercermin pada taraf kalsium serum yang rendah. Hal ini yang akan mempengaruhi sekresi PTH dan peningkatan sintesis kalsitriol oleh ginjal (Almatsier 2001). Menurut IOM dalam Picciano dan Mc Guire (2008) menyatakan bahwa wanita, baik yang sedang hamil maupun tidak hamil, yang menerima paparan sinar matahari secara rutin tidak perlu suplementasi vitamin D. Hal ini perlu menjadi pertimbangan bagi perusahaan yang memproduksi minuman khusus ibu hamil dalam membuat formulasi produknya. Rata-rata persentase AKG untuk keseluruhan zat gizi yang terkandung dalam produk minuman khusus ibu menyusui per saji adalah 21%. 70 Rata-rata % AKG per saji
62
60
57
50
47 42
42
40
35
33
31 31
30
25
23
7
10 4
2
0
2
25 25
12 8
5
4
7
8 1
0
Energi Lemak total Lemak jenuh Kolesterol Asam Linoleat Protein Karbohidrat total Serat makanan Vitamin A Vitamin D Vitamin E Vitamin K Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin B3 Vitamin B5 Vitamin B6 Vitamin B9 Vitamin B12 Vitamin C Kalium Natrium Kalsium Fosfor Magnesium Besi Yodium Seng Selenium Mangan Flour
0
28
27
21
20 10
37
Gambar 17 Rata-rata persentase AKG per saji produk minuman khusus ibu hamil
58
60
60 50
41
40
32
32 32
30
0
31
40
43
33 28 27 28 22
20 10
28 27
40
7
11 5
3
1
5
15 7
5
5
8
12 5 0 0
Energi Lemak total Lemak jenuh Kolesterol Asam linoleat Protein Karbohidrat total Serat makanan Vitamin A Vitamin D Vitamin E Vitamin K Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin B3 Vitamin B5 Vitamin B6 Vitamin B9 Vitamin B12 Vitamin C Kalium Natrium Kalsium Fosfor Magnesium Besi Iodium Seng Selenium Mangan Flour
Rata-rata % AKG per saji
70
Gambar 18 Rata-rata persentase AKG per saji Minuman Khusus Ibu Menyusui
3. Minuman Khusus Ibu Hamil dan Ibu Menyusui Data tentang persentase AKG kandungan gizi semua produk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui yang dikaji ditunjukkan pada Lampiran 7. Sebaran rata-rata persentase AKG kandungan gizi pada produk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui per sajian ditunjukkan pada Gambar 19. Berdasarkan Gambar tersebut diketahui bahwa vitamin C memberikan suplementasi terbesar terhadap AKG yaitu 64%, hal ini diduga karena produk yang khusus diperuntukkan ibu hamil dan ibu menyusui pada umumnya mengandung zat besi dan dengan adanya vitamin C ini membantu penyerapan zat besi. Vitamin C mereduksi besi feri menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah diabsorpsi. Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang sulit dimobilisasi untuk membebaskan besi bila diperlukan. Absorpsi besi dalam bentuk non-hem, meningkat empat kali lipat bila ada vitamin C. Vitamin C berperan dalam memindahkan besi dari transferin di dalam plasma ke feritin hati (Almatsier 2001). Tidak terdapat bukti bahwa asupan vitamin C di negara berkembang tidak mencukupi, tetapi fluktuasi musiman dilaporkan terjadi di Gambia. Sharma et al dan Clemetson dan Cafaro melaporkan hubungan antara kejadian abruptio
59
placentae dan konsentrasi vitamin C yang rendah. Konsumsi dosis tinggi > 1000 mg per hari secara rutin tidak disarankan (Ladipo 2000). Rata-rata persentase AKG untuk keseluruhan zat gizi yang terkandung dalam produk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui per saji adalah 23%.
70
64 57 53
51
50
47 42
42 39
40
36 33 30
30
27
20
18 11
10 0
7 4
2
2
17 17 16 10 9
8
6
25
20
5
4 0
0
Energi Lemak total Lemak jenuh Kolesterol Asam linoleat Protein Karbohidrat total Serat makanan Vitamin A Vitamin D Vitamin E Vitamin K Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin B3 Vitamin B5 Vitamin B6 Vitamin B9 Vitamin B12 Vitamin C Kalium Natrium Kalsium Fosfor Magnesium Besi Iodium Seng Selenium Mangan Flour
Rata-rata % AKG per saji
60
Gambar 19 Rata-rata persentase AKG per saji minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui
Berdasarkan uraian tersebut di atas, bahwa rata-rata persentase AKG untuk produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui per sajian berkisar 21-23%. Nilai tersebut hanya menunjukkan rataan persentase AKG dan tidak mewakili persentase AKG setiap komponen gizi. Jika dilihat dari persentase AKG produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui persentase AKG untuk zat gizi makro paling besar menyumbangkan 11% AKG sedangkan untuk zat gizi mikro bervariasi nilainya, sumbangan terbesar yaitu 64% AKG. Persentase AKG pada label dicantumkan per takaran saji sehingga takaran saji sangat mempengaruhi informasi tentang jumlah kandungan gizi produk. Berdasarkan hasil kajian diketahui bahwa produk minuman khusus ibu hamil dan/atau menyusui memiliki takaran saji yang bervariasi yaitu 30 g sampai dengan 50,3 g. Saat ini pemerintah belum menetapkan takaran saji baku untuk produk ini. Hal ini yang mungkin dimanfaatkan oleh produsen untuk
60
memformulasikan sejumlah takaran saji tertentu untuk produknya sehingga produk tersebut memiliki nilai kandungan zat gizi yang lebih tinggi per sajiannya dibandingkan dengan produk pesaingnya yang mungkin memiliki jumlah takaran saji yang lebih kecil. Dengan demikian jumlah takaran saji yang lebih besar, memiliki kandungan zat gizi yang lebih besar pula. Selain itu ketiadaan takaran saji baku juga dapat dimanfaatkan produsen untuk mengajukan klaim gizi atau klaim kesehatan. Mengingat klaim gizi dan klaim kesehatan dihitung berdasarkan nilai kandungan zat gizi tertentu per sajinya terhadap AKG.
4. Zat gizi dan non gizi Zat gizi adalah substansi yang memberikan energi, diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan dan/atau pemeliharaan kesehatan, yang jika kekurangan atau kelebihan dapat menyebabkan perubahan karakteristik biokimia dan fisiologis tubuh. Sedangkan zat non gizi adalah substansi yang terdapat dalam pangan yang tidak berfungsi sebagai zat gizi tetapi mempengaruhi kesehatan (BPOM 2011). Berdasarkan hasil pengamatan terhadap seluruh label produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui diketahui bahwa, terdapat 16 jenis zat gizi dan non gizi yang dicantumkan dalam label sebagaimana tersaji pada Tabel 9. Ke-16 jenis zat gizi dan non gizi tersebut tidak memiliki nilai AKG sehingga pada informasi nilai gizi dinyatakan dengan nilai kandungan zat tersebut per saji. Pencantuman zat gizi dan non gizi yang tidak memiliki AKG ini biasanya ditujukan untuk klaim gizi. Tabel 9 Zat gizi dan non gizi dalam label produk 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Zat Gizi Klorida Tembaga Molybdenum Biotin Kolin Inositol Omega 3 Omega 6 DHA EPA Laktosa
1. 2. 3. 4. 5.
Zat Non Gizi Prebiotik FOS Prebiotik GOS Prebiotik inulin Probiotik Kolagen
61
5. Kesesuaian klaim gizi dan kesehatan terhadap ketentuan yang berlaku Ketentuan yang mengatur mengenai klaim gizi dan kesehatan dimulai tahun 2005 dalam Peraturan Teknis Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional yang selanjutnya direvisi pada tahun 2011 dalam Peraturan Kepala Badan POM tentang Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan. Aturan lain yang terkait adalah ketentuan tentang Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan bagi penduduk Indonesia dan ketentuan tentang Acuan Label Gizi. Pada Guidelines for Use of Nutrition and Health Claims yang dikeluarkan oleh Codex Alimentarius Commission menetapkan bahwa pencantuman klaim gizi dan kesehatan harus memenuhi sejumlah persyaratan. Salah satu persyaratan tersebut adalah bahwa klaim kandungan gizi hanya diizinkan untuk energi, protein, karbohidrat, lemak dan komponennya, serat, vitamin dan mineral yang telah mempunyai Nutrient Reference Value (NRV) atau acuan label gizi (ALG). Sementara klaim gizi hanya diizinkan untuk zat-zat gizi esensial yang telah mempunyai NRV atau zat-zat gizi yang tercantum dalam pedoman gizi yang ditetapkan oleh instansi berwenang (Sihombing 2008). Sejumlah label produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui dijumpai mencantumkan klaim beberapa zat gizi dan non gizi. Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa zat besi paling banyak dinyatakan sebagai klaim kandungan gizi yaitu sebanyak 51 produk. Hal ini dikarenakan zat besi berperan mencegah dan mengatasi anemia defisiensi besi pada masa kehamilan. Sedangkan zat non gizi yang banyak dinyatakan sebagai klaim pada label produk adalah prebiotik FOS yaitu sebanyak 23 produk.
Prebiotik
berfungsi untuk
membantu
mempertahankan fungsi saluran cerna. Label produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui yang dikaji dalam penelitian ini adalah produk yang telah memiliki izin edar berupa nomor pendaftaran periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, maka kajian klaim untuk produk ini menggunakan Peraturan Teknis Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional tahun 2005. Walaupun saat ini terdapat peraturan terbaru tentang Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan yang diterbitkan tahun 2011, akan tetapi peraturan tersebut mulai berlaku pada tanggal 4 Januari 2012. Pada peraturan tahun 2005, klaim terdiri dari klaim kandungan gizi, klaim fungsi gizi dan klaim manfaat terhadap kesehatan. Komponen yang dapat menyatakan klaim terdiri dari vitamin, mineral, gula alkohol, asam lemak tidak
62
jenuh, peptida dan protein tertentu, asam amino, serat pangan, prebiotik, probiotik, kolin, lesitin, inositol, karnitin, skualen, isoflavon, fitosterol, fitostanol, polifenol dan komponen fungsional lain yang akan ditetapkan kemudian. Sedangkan jika meninjau peraturan terbaru tentang Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan tahun 2011 diketahui bahwa peraturan terbaru tersebut hanya mengatur klaim gizi (klaim kandungan gizi dan klaim perbandingan zat gizi), klaim kesehatan (klaim fungsi zat gizi, klaim fungsi lain dan klaim penurunan risiko penyakit) dan klaim indeks glikemik. Komponen yang diperbolehkan dinyatakan sebagai klaim hanya untuk zat gizi makro (energi, protein dan lemak), vitamin, mineral dan serat pangan sedangkan untuk komponen gizi dan non gizi yang tidak terdapat pada peraturan tersebut, yang akan diajukan sebagai klaim maka dapat dilakukan penilaian dan kajian tersendiri oleh Tim Mitra Bestari Badan POM. Tabel 11 menunjukkan matriks klaim gizi dan kesehatan berdasarkan kedua peraturan tentang klaim tersebut pada produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui.
Tabel 10 Klaim zat gizi dan non gizi yang paling sering dicantumkan Zat Gizi dan Non Gizi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Zat besi Kalsium Asam folat Omega 3 Omega 6 Kolin Prebiotik FOS DHA Prebiotik inulin Vitamin B6 Protein Vitamin D Prebiotik GOS Lemak Vitamin C Fosfor Vitamin E Probiotik Vitamin B2 Vitamin B1 Vitamin B3
Jumlah Klaim 51 45 41 32 30 29 23 15 10 09 07 06 04 03 03 03 02 02 02 02 01
63
Tabel 11 Matriks Peraturan Pangan Fungsional dan Peraturan Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan Zat gizi/Non gizi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
Zat besi Kalsium Asam folat Omega 3 Omega 6 Kolin Prebiotik FOS DHA Prebiotik inulin Vitamin B6 Protein Vitamin D Prebiotik GOS Lemak Vitamin C Fosfor Vitamin E Probiotik Vitamin B2 Vitamin B1 Vitamin B3
Peraturan Pangan Fungsional (2005)
Peraturan Pengawasan Klaim dalam Label dan Iklan Pangan Olahan (2011) Klaim Klaim Kesehatan kand. Klaim Klaim gizi fungsi penurunan gizi risiko penyakit √ √ √ √ √ √ -
Klaim kand. gizi
Klaim fungsi gizi
Klaim manfaat terhadap kesehatan
√ √ √ √ √ √ √
√ √ -
√ -
√ √
√ -
-
-
-
-
√ √ √
√ -
-
√ √ √ -
√ -
-
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
-
√ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √
-
D. Persepsi Konsumen Survei yang dilakukan dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai persepsi, pemahaman dan pola konsumsi konsumen terhadap produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui. Responden yang dipilih adalah ibu hamil dan ibu menyusui yang mengonsumsi minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui. Selain itu peneliti juga melakukan survei kepada ibu hamil dan ibu menyusui yang tidak mengonsumsi produk tersebut untuk mendapatkan informasi mengenai alasan responden tidak mengonsumsinya. Gambar 20 menunjukkan alasan responden tidak mengonsumsi produk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui.
64
asupan pangan telah mencukupi; 15%
takut gemuk ; 5%
tidak suka susu; 45%
konsumsi minuman lain; 20% konsumsi suplemen; 15%
Gambar 20 Sebaran responden berdasarkan alasan tidak mengonsumsi produk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui
Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa alasan terbanyak responden tidak mengonsumsi minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui (45%) dikarenakan tidak menyukai susu. Walaupun disebut sebagai produk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui, akan tetapi bahan dasar produk ini adalah susu. Responden yang memberikan alasan tidak menyukai susu adalah ibu hamil, hal ini mungkin dikarenakan ibu hamil mengalami perubahan fisiologi yang berpengaruh terhadap perilaku konsumsinya. 1.
Profil Responden Pada penelitian ini, responden terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok ibu
hamil dan kelompok ibu menyusui. Pengelompokan tersebut didasarkan pada peruntukan produk. Profil umum responden meliputi usia, usia kehamilan, riwayat kehamilan,
bulan pemberian ASI, jumlah anak,
pendidikan, pekerjaan,
pendapatan keluarga dan pengeluaran untuk minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui. Keseluruhan profil responden ibu hamil dan ibu menyusui dapat dillihat pada Tabel 12. Usia. Usia seluruh responden ibu hamil berkisar antara 17 tahun hingga 39 tahun. Umumnya responden ibu hamil (87%) berada pada kelompok 20-35 tahun. Sebagian besar responden dalam penelitian ini tidak berada pada kelompok usia yang memiliki risiko kehamilan. Salah satu keadaan yang menambah risiko kehamilan adalah usia ibu ketika hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun (Basri 2011). Untuk responden ibu menyusui usia keseluruhannya berkisar antara 19 tahun hingga 41 tahun. Umumnya responden ibu menyusui (83%) berada pada kelompok 20-35 tahun.
65
Tabel 12 Profil responden ibu hamil dan ibu menyusui Profil Responden Usia < 20 tahun 20-35 tahun >35 tahun Usia kehamilan Trimester 1 (1-12 minggu) Trimester 2 (13-27 minggu) Trimester 3 (28-40 minggu) Urutan kehamilan 1 2 >3 Bulan Pemberian ASI 0-6 bulan 7-12 bulan 13-18 bulan 19-24 bulan Jumlah anak 0 1-2 anak ≥ 3 anak Pendidikan SD SLTP SLTA Akademi/D3 S1 S2 Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Pegawai swasta PNS Profesi Wiraswasta Pendapatan Keluarga < Rp 1.500.000 Rp 1.500.000 – Rp 5.000.000 >Rp 5.000.000 Pengeluaran untuk minuman khusus ibu hamil atau ibu menyusui < Rp 100.000 Rp 100.000 – Rp 300.000 >Rp 300.000
Ibu Hamil N %
Ibu Menyusui N %
02 52 06
03 87 10
01 50 09 -
02 83 15 -
06 19 35
10 32 58 -
-
32 12 14 -
55 21 24 50 08 00 02
83 13 00 03
38 18 04
63 30 07
00 54 06
00 90 10
01 05 28 06 17 03
02 08 47 10 28 05
00 01 10 06 39 04
00 02 16 10 65 07
17 34 01 06 02
28 57 02 10 03
21 31 04 03 01
35 51 07 02 05
15 27 18
25 45 30
01 38 21
12 63 35
11 45 04
18 75 07
11 43 06
15 75 10
Riwayat Kehamilan. Sebesar 55% responden yang diwawancarai merupakan ibu yang sedang hamil anak pertama dan 24% dari seluruh responden merupakan ibu yang sudah hamil lebih dari tiga kali. Dari semua responden terdapat 3 responden ibu hamil yang pernah mengalami keguguran.
66
Usia kehamilan sebagian besar responden (58%) berkisar pada 28-40 minggu. Hanya 10% dari seluruh responden yang memiliki usia kehamilan 1-12 minggu. Hal ini diduga pada usia kehamilan 1-12 minggu, ibu hamil masih mengalami morning sickness sehingga pada awal kehamilan ibu sulit untuk mengonsumsi makanan atau minuman. Bulan pemberian ASI. Sebagian besar responden ibu menyusui (83%) yang mengonsumsi minuman khusus ibu menyusui sedang memberikan ASI pada semester pertama (0-6 bulan), sedangkan hanya 3% responden yang mengonsumsi minuman khusus ibu menyusui sedang memberikan ASI pada semester keempat (19-24 bulan). Hal ini dimungkinkan pada 6 bulan pertama responden memerlukan asupan tambahan yang bergizi untuk menghasilkan volume ASI yang banyak dan berkualitas, mengingat ASI merupakan satusatunya makanan untuk bayinya. Menurut IOM (1991) ibu yang memberikan ASI eksklusif pada 4 bulan pertama setelah melahirkan memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang mencampur pemberian ASI dengan formula bayi di tahap yang sama. Pendidikan. Menurut Sumarwan (2011) bahwa tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang, bahkan persepsinya terhadap suatu masalah. Konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi. Pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk maupun merek. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden ibu hamil, sebagian besar responden (47%) memiliki tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), sedangkan pada responden ibu menyusui sebanyak 65% memiliki tingkat pendidikan strata 1. Tingkat pendidikan yang tinggi berkaitan dengan pengetahuan gizi yang lebih tinggi pula, hal ini memungkinkan seseorang memiliki informasi tentang gizi dan kesehatan yang lebih baik yang mendorong terbentuknya perilaku makan yang baik pula. Pekerjaan. Sebagian besar responden, baik ibu hamil maupun ibu menyusui bekerja sebagai pegawai swasta yaitu masing-masing 57% dan 51%. Untuk responden yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga sebesar 28% dan 35%. Status pekerjaan seseorang akan menentukan kelas sosial seseorang dan juga mempengaruhi gaya hidupnya (Sumarwan 2011). Jumlah anak. Jumlah anggota keluarga atau rumah tangga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi suatu barang dan jasa. Untuk responden
67
ibu hamil sebagian besar (63%) merupakan kehamilan anak pertama, sedangkan untuk responden ibu menyusui sebanyak 90% memiliki 1-2 orang anak. Pendapatan keluarga. Pendapatan merupakan sumber daya material yang sangat penting bagi konsumen, karena dengan pendapatan itulah konsumen
bisa
membiayai
kegiatan
konsumsinya.
Pendapatan
akan
menentukan daya beli seseorang, yang selanjutnya akan mempengaruhi pola konsumsinya. Pendapatan yang diukur dari seorang konsumen biasanya bukan hanya pendapatan yang diterima oleh seorang individu, tetapi diukur semua pendapatan yang diterima oleh semua anggota keluarga dimana konsumen berada (Sumarwan 2011). Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa sebagian besar responden baik ibu hamil dan ibu menyusui memiliki pendapatan keluarga diatas Rp 1.500.000 per bulannya. Pengeluaran untuk produk. Jumlah uang yang dikeluarkan untuk pembelian minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui oleh responden baik ibu hamil dan ibu menyusui (75% dan 72%) berkisar 100-300 ribu per bulan. Pengeluaran untuk pembelian produk ini berkaitan dengan pola konsumsi ibu terhadap produk tersebut.
2.
Pemahaman Responden terhadap produk Pemahaman responden tentang produk minuman khusus ibu hamil
dan/atau ibu menyusui terkait dengan kebiasaan responden membaca label, membaca informasi pada label, pemahaman terhadap informasi nilai gizi, serta cara penyiapan dan penggunaan produk tersebut. Efektifitas pemanfaatan label sebagai salah satu sumber informasi produk akan tergantung dari tingkat kesadaran dan pemahaman konsumen terhadap informasi yang disampaikan. Gambar 21 menunjukkan sebaran responden berdasarkan kebiasaan membaca label,
dimana sebagian dari
responden baik ibu hamil maupun ibu menyusui menyatakan selalu membaca label ketika membeli produk pertama kali. Hal ini dikarenakan masih rendahnya kesadaran responden terhadap pentingnya informasi pada label. Selain itu adanya sejumlah istilah yang tidak awam menyebabkan tidak semua responden mampu membaca dan memahami label dengan teliti. Informasi nilai gizi (ING) merupakan keterangan mengenai kandungan zat gizi suatu produk. Informasi ini tentunya menjadi sangat penting bagi ibu hamil dan ibu menyusui untuk mengetahui kandungan gizi produk yang dikonsumsinya,
68
yang kemudian diharapkan dapat membantu memenuhi kecukupan gizinya. Oleh karenanya pemahaman terhadap informasi nilai gizi ini menjadi penting. Gambar 22 menunjukkan sebaran responden berdasarkan pemahaman tentang informasi nilai gizi, dimana sebagian besar responden menyatakan pemahamannya terhadap informasi nilai gizi pada label. Menurut Campos et al (2011), konsumen kesulitan untuk menginterpretasikan informasi kuantitatif yang terdapat pada informasi nilai gizi. Hal ini diduga menjadi penyebab sebagian responden tidak memahami informasi nilai gizi. Jika sebagian besar responden telah memahami informasi nilai gizi produk pada label maka kepatuhan responden untuk mengikuti petunjuk penyiapan dan pengunaan menjadi penting. Hal ini diharapkan agar responden dapat memperoleh manfaat dari kandungan gizi produk yang dikonsumsinya sesuai dengan jumlah yang tercantum pada label. Sebaran responden terhadap kebiasaan mengikuti petunjuk penyiapan dan penggunaan produk pada label dapat dilihat pada Gambar 23, dimana sebagian responden baik ibu hamil maupun ibu menyusui mengikuti petunjuk penyiapan dan pengunaan produk pada label. Berdasarkan hasil wawancara, responden yang kadang-kadang atau tidak sama sekali mengikuti petunjuk penyiapan dan penggunaan dikarenakan masih mengalami morning sickness sehingga tidak dapat mengonsumsi sesuai petunjuk pada label dan merasa bahwa ukuran produk per sajinya terlalu kental sehingga mengurangi jumlah takaran sajinya. Pada akhirnya penyiapan produk tergantung pada selera responden.
% jumlah responden
60
53
51
50 37
40 30
30 20
17
12
10 0 Tidak
Kadang-kadang
selalu
Pembacaan Label Ibu hamil Ibu menyusui
Gambar 21 Kebiasaan responden membaca label produk pangan
% jumlah responden
69
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
82 70
30 18
Ya
Tidak
Pemahaman tentang informasi nilai gizi Ibu hamil
Ibu menyusui
Gambar 22 Sebaran responden berdasarkan pemahaman tentang informasi nilai gizi 80 % jumlah responden
70
68
67
60 50 40 30
18
20
15
18
14
10 0 ya
kadang-kadang
tidak
Mengikuti petunjuk penyiapan dan penggunaan Ibu hamil
Ibu menyusui
Gambar 23 Sebaran responden yang mengikuti petunjuk penyiapan dan penggunaan minuman khusus ibu hamil dan ibu menyusui
Untuk melihat hubungan antara profil responden dengan kebiasaan membaca label, pemahaman terhadap informasi nilai gizi dan kebiasaan mengikuti petunjuk penyiapan dan penggunaan, digunakan uji korelasi rank Spearman untuk peubah usia, pendidikan dan pendapatan. Sedangkan peubah pekerjaan diuji dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil uji korelasi dapat dilihat pada Tabel 13.
70
Tabel 13 Hubungan profil responden dengan kebiasaan membaca label, pemahaman tentang ING dan kepatuhan mengikuti petunjuk penyiapan dan penggunaan Profil responden
Kebiasaan membaca label
Usia Pendidikan Pendapatan Pekerjaan
Pemahaman tentang Informasi Nilai Gizi
Ibu hamil
Ibu Menyusui
Ibu hamil
Ibu Menyusui
0,091 0,790 0,187 0,033*
0,207 0,124 0,180 0,310
0,200 0,216 0,240 0,031*
- 0,058 0,124 0,018 0,301
Kepatuhan mengikuti petunjuk penyiapan dan penggunaan Ibu hamil - 0,205 0,073 0,060 0,149
Ibu Menyusui - 0,182 0,090 0,131 0,403
* signifikan pada taraf kepercayaan α : 0,05 )
Berdasarkan Tabel 13, terlihat bahwa sebagian besar profil responden tidak berhubungan dengan kebiasaan membaca label, pemahaman terhadap informasi
nilai
gizi
dan
kebiasaan
mengikuti
petunjuk
penyiapan
dan
penggunaan, kecuali profil responden mengenai pekerjaan pada responden ibu hamil mempunyai hubungan dengan kebiasaan membaca label dan pemahaman terhadap informasi nilai gizi. Pekerjaan responden ibu hamil memiliki hubungan terhadap kebiasaan membaca label. Dengan meningkatnya status pekerjaan responden maka akan meningkatkan kebiasaan responden dalam membaca label terlebih dahulu dalam memilih produk. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Campos et al (2011), yang menyatakan bahwa pekerjaan berhubungan dengan kebiasaan membaca label. Pekerjaan responden ibu hamil juga memiliki hubungan terhadap pemahaman mengenai informasi nilai gizi. Dengan meningkatnya status pekerjaan responden maka responden semakin paham terhadap informasi nilai gizi pada label. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perhatian responden terhadap informasi yang tercantum pada label, pertanyaan yang diajukan berikutnya adalah responden dipersilahkan untuk memilih keterangan yang tercantum pada label sesuai dengan urutan dalam membaca label. Informasi tersebut meliputi : (1) nama produk, (2) nama dagang, (3) nomor pendaftaran, (4) nama dan alamat perusahaan/importir, (5) berat bersih, (6) keterangan kedaluwarsa, (7) kode produksi, (8) komposisi/daftar bahan, (9) informasi nilai gizi, (10) petunjuk penyiapan dan penggunaan dan (11) klaim/pernyataan pada label.
71
Hasil uji peringkat menggunakan analisis Friedman terhadap perhatian responden ibu hamil dan ibu menyusui mengenai informasi yang tercantum pada label menyatakan bahwa paling sedikit terdapat satu variabel yang memiliki peringkat berbeda dengan peringkat dari variabel lain (α=0.000, α<0,05). Secara lengkap hasil analisis Friedman dapat dilihat pada Lampiran 8. Adapun peringkat setiap variabel dari informasi pada label yang menjadi perhatian responden dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 menunjukkan bahwa nama produk, tanggal kedaluwarsa, dan informasi nilai gizi secara berturut-turut merupakan informasi pada label yang menjadi perhatian responden ibu hamil sedangkan nama produk, tanggal kedaluwarsa dan nama dagang secara berturut-turut merupakan keterangan pada label yang menjadi perhatian responden ibu menyusui.
Tabel 14 Peringkat perhatian responden terhadap informasi pada label Informasi pada Label
Peringkat Perhatian Ibu Hamil Ibu Menyusui
Nama produk Nama dagang Nomor pendaftaran Nama dan alamat pabrik/importir Berat bersih Tanggal kedaluwarsa Kode Produksi Komposisi Informasi nilai gizi Petunjuk Penyiapan dan Penggunaan Klaim pada label
01 04 10 11 06 02 09 07 03 05 08
01 03 09 10 06 02 11 07 04 05 08
Berdasarkan analisis peringkat tersebut diketahui bahwa baik responden ibu hamil maupun responden ibu menyusui membaca informasi mengenai nama produk
terlebih
dahulu
pada
label.
Walaupun
kebanyakan
responden
menyatakan produk tersebut merupakan susu ibu hamil/ibu menyusui, hal ini dikarenakan produk minuman khusus untuk ibu hamil dan ibu menyusui tersebut berbasis susu. Selain itu juga diduga karena kemasan produk ini sudah memberikan identitas produknya dengan adanya gambar ibu hamil atau ibu menyusui sehingga memudahkan konsumen untuk membedakan produk ini dengan produk lainnya yang sejenis. Informasi kedua yang menjadi perhatian responden baik ibu hamil maupun ibu menyusui adalah tanggal kedaluwarsa. Hal ini dikarenakan
72
responden mengetahui akan pentingnya keterangan tersebut yaitu memberikan informasi kepada konsumen mengenai batas akhir penggunaan produk. Hal tersebut juga terkait dengan kelayakan dan keamanan produk tersebut untuk dikonsumsi. Informasi terkait nilai gizi menjadi perhatian selanjutnya oleh responden ibu hamil. Hal ini dikarenakan informasi nilai gizi sangat penting bagi responden ibu hamil untuk mengetahui kandungan gizi produk yang dikonsumsinya dan juga terkait dengan asupan gizi yang diperlukan oleh ibu hamil tersebut untuk memenuhi kebutuhannya. Sedangkan informasi mengenai nama dagang menjadi perhatian selanjutnya oleh responden ibu menyusui.
Hal ini diduga karena faktor
pengalaman responden sebelumnya ketika masa kehamilan yaitu konsumsi produk minuman khusus dengan nama dagang tertentu sehingga responden biasanya akan mengonsumsi produk dengan nama dagang yang sama dengan pengalaman sebelumnya. Hal tersebutlah yang menjadi perhatian selanjutnya oleh responden ibu menyusui ketika membaca informasi pada label. Walaupun terdapat beberapa responden baik ibu hamil maupun ibu menyusui yang menyatakan ketidaktahuannya terhadap perbedaan antara nama dagang dengan nama produk. 3.
Persepsi Responden terhadap Produk Konsumen memiliki hak penuh dalam menentukan produk yang akan
dikonsumsinya. Namun keputusan konsumen ini tentunya akan dipengaruhi oleh pihak pemasar atau pihak-pihak yang memiliki kepentingan khusus terhadap konsumen tersebut. Keputusan pembelian dapat dipengaruhi oleh persepsi konsumen dan oleh karena itu pihak pemasar harus dapat memahami persepsi konsumen terhadap produk.
Persepsi Responden Persepsi responden terhadap produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui dilihat melalui sikap responden terhadap tingkat kepentingan produk tersebut. Gambar 24 menunjukkan sebaran responden berdasarkan persepsi tentang keberadaan produk minuman khusus ibu hamil/ibu menyusui. Sebagian besar responden memandang bahwa produk ini penting hingga sangat penting, hal ini mengingat produk ini diperuntukkan bagi kelompok tertentu yaitu
73
ibu hamil dan ibu menyusui yang memerlukan tambahan zat gizi. Adanya perbedaan dalam persepsi akan mempengaruhi perilaku konsumen dalam memilih atau membeli produk karena konsumen akan membeli barang sesuai dengan persepsinya.
Pemahaman terhadap persepsi konsumen sangat
bermanfaat bagi pemasar karena persepsi konsumen dapat dijadikan dasar dalam melakukan market segmentation (Engel et al. 1994). Untuk melihat hubungan antara profil responden dengan persepsi responden terhadap produk, digunakan uji korelasi rank Spearman untuk peubah usia kehamilan, riwayat kehamilan, bulan pemberian ASI, jumlah anak, pendidikan dan pendapatan. Sedangkan peubah pekerjaan diuji dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil uji korelasi pada Tabel 15, menunjukkan bahwa secara umum profil responden tidak berhubungan dengan persepsi responden terhadap produk.
60 48
50 % jumlah responden
43 40 30
37 27
25 20
20 10
0
0 sangat penting
penting
biasa
0
tidak penting
0
0
sangat tidak penting
Persepsi responden terhadap produk Ibu hamil
Ibu menyusui
Gambar 24 Sebaran responden berdasarkan persepsi terhadap keberadaan produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui
74
Tabel 15 Hubungan profil responden dengan persepsi terhadap produk Profil responden
Persepsi terhadap produk Ibu hamil Ibu Menyusui
Usia Kehamilan Riwayat Kehamilan Bulan pemberian ASI Jumlah anak Pendidikan Pendapatan Pekerjaan
-0,252 -0,074 0,015 -0,109 -0,071 0,968
0,020 -0,148 -0,101 -0,140 0,496
* signifikan pada taraf kepercayaan α : 0,05 )
Pertimbangan dalam memilih produk Hasil
uji
peringkat
menggunakan
analisis
Friedman
terhadap
pertimbangan responden ibu hamil dan ibu menyusui dalam memilih produk menyatakan bahwa paling sedikit terdapat satu variabel yang memiliki peringkat berbeda dengan peringkat dari variabel lain (α=0.000, α<0,05). Secara lengkap hasil analisis Friedman dapat dilihat pada Lampiran 9. Adapun peringkat setiap atribut yang menjadi pertimbangan responden dalam memilih produk dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Peringkat atribut utama yang menjadi pertimbangan responden memilih produk Atribut Merek Harga Kandungan gizi Rasa Iklan
Peringkat Ibu hamil
Ibu menyusui
3 4 1 2 5
3 4 1 2 5
Berdasarkan Tabel tersebut diketahui bahwa atribut kandungan gizi menjadi peringkat pertama yang dipertimbangkan oleh responden ibu hamil dan ibu menyusui dalam memilih produk, yang selanjutnya diikuti oleh atribut rasa. Hal ini sejalan dengan penelitian Yuliati, et al. (2008) dan Kilic et al. dalam Sudaryanto et al. (2011) yang menyatakan bahwa kandungan gizi menjadi pertimbangan pertama dalam memilih jenis susu dan selanjutnya diikuti oleh rasa yang disukai. Atribut kandungan gizi menjadi pertimbangan pertama yang dipilih oleh responden dikarenakan responden ibu hamil dan ibu menyusui memerlukan tambahan zat gizi, yang diharapkan dengan konsumsi produk ini dapat
75
membantu memenuhi kebutuhan zat gizinya selama kehamilan dan masa menyusui. Hasil uji Chi-Square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan (α=0,040 ; α<95%)
antara pekerjaan pada responden ibu hamil dengan
pertimbangan atribut kandungan gizi dalam pemilihan produk. Semakin tinggi status pekerjaan responden ibu hamil maka responden ibu hamil tersebut akan mempertimbangkan atribut kandungan gizi dalam memilih produk. Hasil uji rank Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah anak pada responden ibu hamil dengan pertimbangan atribut kandungan gizi dalam memilih produk (ρ=0,282 ; α =95%). Semakin sedikit jumlah anak yang dimiliki maka responden cenderung mementingkan atribut kandungan gizi sebagai pertimbangan pertama dalam memilih produk. Hal ini diduga karena responden ibu hamil yang belum memiliki anak atau kehamilannya merupakan kehamilan pertama, berusaha untuk memenuhi kebutuhan gizinya dari asupan makannya sehingga ketika membeli produk ini, ibu hamil tersebut akan mempertimbangkan atribut kandungan gizi dengan harapan produk tersebut dapat membantu memenuhi kecukupan gizinya. Sumber Informasi Berdasarkan hasil wawancara diperoleh sebanyak 65% responden ibu hamil dan 64% responden ibu menyusui menyatakan bahwa mengonsumsi produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui ini atas inisiatif sendiri. Hal ini berarti responden telah menyadari pentingnya konsumsi pangan lain untuk memenuhi kebutuhan gizinya dalam keadaan kondisi khusus mereka. Menurut Bardhani, et al (2009) pencarian informasi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu secara internal berdasarkan ingatan (informasi dari ingatan diri sendiri) dan secara eksternal melalui sumber pribadi (keluarga dan teman) dan sumber komersial (iklan/promosi). Sumber informasi menjelaskan dari mana konsumen mengetahui/mendapatkan informasi mengenai suatu produk. Dengan demikian informasi yang diperoleh
dari responden pada penelitian ini sebagian besar
berasal dari ingatan diri sendiri. Untuk responden ibu hamil sebanyak 20% menyatakan bahwa anjuran pertama untuk mengonsumsi produk minuman khusus ibu hamil berasal dari suami atau anggota keluarga lain. Hal ini mungkin dikarenakan pada kehamilan saat ini merupakan kehamilan pertama bagi responden tersebut sehingga perhatian akan keadaan khusus ini menjadi sangat penting bagi keluarga.
76
Sedangkan untuk responden ibu menyusui 13% anjuran konsumsi minuman khusus ibu menyusui ini berasal dari teman dan tenaga kesehatan, hal ini mungkin dikarenakan saran dari teman berdasarkan pengalaman mereka ketika menyusui sedangkan saran dari tenaga kesehatan dimungkinkan karena beberapa responden ibu menyusui mengalami kesulitan dalam memproduksi ASI. Selengkapnya gambaran tentang sumber informasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 25. Hasil uji Chi Square dalam melihat hubungan antar peubah profil responden dengan sumber informasi dapat dilihat pada Tabel 17, yang menunjukkan bahwa pekerjaan responden ibu menyusui akan mempengaruhi pencarian sumber informasi produk.
13
Teman
2 10
Suami/anggota keluarga lain
20 13 13
Tenaga Kesehatan
64 65
Inisiatif sendiri
0
20
40 % jumlah responden Ibu menyusui
60
Ibu hamil
Gambar 25 Sebaran responden berdasarkan sumber informasi
Tabel 17 Hubungan profil responden dengan sumber informasi Profil responden Usia Pendidikan Pendapatan Pekerjaan * signifikan pada taraf kepercayaan α : 0,05 )
Sumber informasi Ibu hamil Ibu Menyusui 0,092 0,408 0,365 0,824
0,301 0,275 0,257 0,041*
80
77
Manfaat konsumsi produk Sebagian besar (77 %) responden ibu hamil dan 54 % responden ibu menyusui menyatakan manfaat mengonsumsi produk ini untuk pemenuhan gizi. Sudaryanto et al. (2011) menyatakan bahwa meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi menjadi pendorong meningkatnya konsumsi produk-produk susu. Selengkapnya gambaran tentang manfaat dari mengonsumsi produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui terdapat pada Gambar 26.
5
Kualitas ASI baik
0
Volume ASI banyak
0
Meningkatkan berat badan
0 1
38
3
Menyehatkan
22 54
Pemenuhan gizi 0
20
40
60
77 80
100
% jumlah responden Ibu menyusui
Ibu hamil
Gambar 26 Sebaran responden berdasarkan manfaat konsumsi produk
Hasil uji Chi Square dalam melihat hubungan antar peubah profil responden dengan manfaat konsumsi dapat dilihat pada Tabel 18, yang menunjukkan tingkat pendidikan responden ibu hamil mempengaruhi jenis manfaat yang diperoleh responden setelah mengonsumsi susu. Sehingga dengan tingkat pendidikan yang berbeda, manfaat mengonsumsi susu yang dirasakan pun akan berbeda. Tabel 18 Hubungan profil responden dengan manfaat konsumsi produk Profil responden Usia kehamilan Bulan pemberian ASI Pendidikan * signifikan pada taraf kepercayaan α : 0,01 )
Manfaat konsumsi produk Ibu hamil Ibu Menyusui 0,311 0,003*
0,965 0,252
78
4.
Pola Konsumsi Responden terhadap Produk Pola konsumsi adalah kebiasaan seseorang atau kelompok (rumah
tangga) dalam mengonsumsi produk pangan. Dalam penelitian ini pola konsumsi dilihat dari merek yang dikonsumsi, alasan mengonsumsi merek tertentu dan frekuensi mengonsumsi. Nama dagang/merek yang dikonsumsi Nama dagang atau merek adalah nama penting bagi sebuah produk atau jasa. Merek adalah simbol dan indikator kualitas dari sebuah produk. Gambar 27 menunjukkan pada ibu hamil sebanyak 48% responden mengonsumsi nama dagang Prenagen Mommy dan 26% responden mengonsumsi nama dagang Anmum Materna. Hal yang sama juga untuk responden ibu menyusui dimana 45% responden mengonsumsi nama dagang Anmum Lacta dan 42% responden mengonsumsi Prenagen Lactamom. Berdasarkan pengamatan di beberapa toko modern, kedua nama dagang yang banyak dikonsumsi tersebut sangat mudah diperoleh. Selain itu beberapa responden menyatakan faktor rasa dan kelengkapan gizi merupakan salah satu alasan mereka memilih nama dagang tersebut.
Nutrima
2 5
SUN Ibu
2
Nestle Mom & Me
2
SGM Bunda
2 42
Prenagen Lactamom Prenagen Emesis
5
Prenagen Mommy
48 45
Anmum Lacta Anmum Materna
26 8
Lactamil 0
10
13 20 30 40 % jumlah responden Ibu menyusui
50
60
Ibu hamil
Gambar 27 Sebaran nama dagang/merek minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui yang dikonsumsi
79
Hasil uji rank Spearman dalam melihat hubungan antar peubah profil responden dengan nama dagang produk dapat dilihat pada Tabel 19, yang menunjukkan tingkat pendapatan mempengaruhi nama dagang/merek produk yang dipilih oleh responden ibu hamil, sehingga responden dengan pendapatan yang lebih tinggi cenderung memilih nama dagang/merek produk dengan harga yang lebih mahal.
Tabel 19 Hubungan profil responden dengan nama dagang produk Profil responden Pendapatan Pengeluaran untuk produk
Nama dagang produk Ibu hamil Ibu Menyusui 0,315* 0,136
0,213 -0,078
* signifikan pada taraf kepercayaan α : 0,05 )
Berdasarkan hasil wawancara, baik responden ibu hamil (37%) maupun ibu menyusui (32%) menyatakan pernah membeli lebih dari satu nama dagang minuman khusus ibu hamil dan atau ibu menyusui. Alasan mereka dikarenakan ingin mencari rasa yang sesuai dengan selera mereka. Responden juga biasanya mengganti nama dagang produk sedang dikonsumsinya jika sudah mulai bosan ataupun mencari produk dengan kandungan gizi yang lebih lengkap. Tabel 20 menunjukkan sebaran responden yang pernah membeli lebih dari satu nama dagang produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui.
Tabel 20 Sebaran responden berdasarkan pembelian produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui Pertanyaan N Pernah membeli lebih dari satu nama dagang produk Tidak pernah membeli lebih dari satu nama dagang
Ibu Hamil %
Ibu Menyusui N %
22
37
19
32
38
63
41
68
Frekuensi konsumsi produk Frekuensi konsumsi minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui adalah seberapa sering responden mengonsumsi produk tersebut dalam sehari. Berdasarkan hasil wawancara, pada Gambar 28 terlihat bahwa persentase konsumsi terbanyak adalah 2 gelas sehari yaitu sebesar 57% responden, baik
80
ibu hamil maupun ibu menyusui. Hal tersebut sesuai dengan anjuran konsumsi produk dimana rata-rata produsen menganjurkan konsumsi 2 gelas sehari. Walaupun tidak ada rekomendasi khusus mengenai jumlah maupun frekuensi mengonsumsi produk minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui.
57
60
57
% jumlah responden
50 40
36 30
30 20
13 7
10 0 1 gelas
2 gelas
≥3 gelas
Frekuensi konsumsi produk Ibu hamil
Ibu menyusui
Gambar 28 Sebaran responden berdasarkan frekuensi konsumsi produk dalam sehari
Berdasarkan Institute of Medicine (IOM) yang dikutip dalam Collasa dan Meismiller (2008) disebutkan bahwa tidak ditemukan bukti yang cukup untuk merekomendasikan
penggunaan
suplemen
vitamin
dan
mineral
untuk
pemenuhan gizi, kecuali pada ibu hamil dengan risiko tinggi (contohnya ibu hamil yang mengalami kurang gizi, usia remaja, jarak antar kehamilannya pendek, pernah melahirkan bayi BBLR atau mengandung anak kembar). Demikian pula dengan ibu menyusui, IOM merekomendasikan bahwa ibu menyusui diharapkan untuk memenuhi kebutuhan gizinya dari mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang daripada mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral. Untuk ibu menyusui yang memiliki pola makan dengan makanan yang sedikit mengandung satu atau beberapa zat gizi dianjurkan mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral (Picciano & Mc Guire 2009). Hal ini menunjukkan bahwa ibu hamil dan ibu menyusui yang sehat tidak perlu secara khusus mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral, demikian juga dengan konsumsi makanan yang difortifikasi.
81
Untuk melihat hubungan antara profil responden dengan frekuensi konsumsi minuman khusus ibu hamil dan/atau ibu menyusui digunakan korelasi rank Spearman untuk peubah usia, usia kehamilan, riwayat kehamilan, bulan pemberian ASI, pendidikan, pendapatan, jumlah anak dan pengeluaran untuk produk. Hasil korelasi antara profil responden dengan frekuensi konsumsi produk dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Hubungan antara profil responden dengan frekuensi konsumsi produk Profil responden Usia Usia kehamilan Riwayat kehamilan Bulan pemberian ASI Pendidikan Jumlah anak Pengeluaran untuk produk Pendapatan
Frekuensi konsumsi Ibu Hamil Ibu Menyusui 0,155 0,034 0,137 -0,141 0,208 0,397** -0,137
0,088 0,058 0,119 0,090 0,437** -0,306*
** signifikan pada taraf kepercayaan α : 0,01 ) * signifikan pada taraf kepercayaan α : 0,05 )
Berdasarkan hasil uji korelasi rank Spearman pada Tabel 21, terlihat bahwa sebagian besar profil responden tidak berhubungan dengan frekuensi konsumsi produk. Namun, profil responden seperti pengeluaran untuk produk terdapat hubungan yang positif baik pada responden ibu hamil maupun ibu menyusui. Hal ini sejalan bahwa semakin sering responden mengonsumsi produk maka pengeluaran untuk pembelian produk tersebut semakin besar. Terdapat hubungan negatif antara pendapatan dengan frekuensi konsumsi pada responden ibu menyusui. Dengan kata lain berarti semakin tinggi pendapatan semakin rendah frekuensi konsumsi produk, hal ini diduga, responden yang memiliki pendapatan lebih tinggi mempunyai kesempatan untuk membeli variasi makanan yang bergizi sehingga produk minuman khusus ibu menyusui bukan merupakan satu-satunya sumber makanan untuk pemenuhan gizinya. Menurut Skoufias, et al. (2009) bahwa peningkatan pendapatan keluarga dapat mengubah konsumsi pangan dan konsumsi zat gizi keluarga. Jika peningkatan pendapatan mengakibatkan perubahan pola makan keluarga menjadi mengonsumsi pangan yang mengandung kandungan gizi yang tinggi (contohnya, mengonsumsi sayuran/buah dan daging) maka defisiensi zat gizi akan menurun. Berdasarkan penelitian di China oleh Fuller, et al. (2007) bahwa
82
terdapat hubungan negatif antara pendapatan dengan konsumsi susu bubuk, semakin tinggi pendapatan konsumen maka konsumsi susu bubuknya semakin menurun. Kondisi tersebut diduga karena di China susu bubuk merupakan produk inferior dibandingkan susu cair. Pada penelitian tersebut, susu bubuk mungkin menjadi produk inferior di China. Dengan demikian maka semakin meningkatnya pendapatan maka akses kenyamanan untuk memperoleh susu cair semakin meningkat.