27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum 1. Letak Geografi Kabupaten Wonogiri adalah salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Jawa Tengah. Letak Kabupaten Wonogiri secara geografis antara 110.41o dan 111.18o BT serta 7.32o dan 8.15o LS. Kabupaten Wonogiri mempunyai luas wilayah sebesar 182.237 Ha. Secara topografis, sebagian besar wilayah Kabupaten Wonogiri merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 100-300 meter di atas permukaan air laut (dpl). Sedangkan sebagian lagi merupakan dataran tinggi yaitu berada pada 500 m atau lebih dari permukaan air laut. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Wonogiri yaitu : Sebelah Utara
: Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Sebelah Selatan
: Kabupaten Pacitan dan Samudra Indonesia
Sebelah Barat
: Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sebelah Timur
: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo
Secara administratif Kabupaten Wonogiri terdiri dari 25 kecamatan dengan 43 kelurahan dan 252 desa. Salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Wonogiri adalah Kecamatan Wuryantoro. Kecamatan Wuryantoro mempunyai luas wilayah 7.261 Ha. Wilayah Kecamatan Wuryantoro terletak pada ketinggian 165 meter dpl. Wilayah Kecamatan Wuryantoro berbatasan dengan : Sebelah utara
: Kecamatan Manyaran dan Wonogiri
Sebelah timur
: Genangan Waduk Serba Guna Wonogiri
Sebelah selatan
: Kecamatan Eromoko
Sebelah barat
: Kecamatan Manyaran
Secara administratif Kecamatan Wuryantoro dibagi menjadi 6 desa dan 2 kelurahan. Jarak dari kota wonogiri 16 km. Kecamatan Wuryanoro sebagian luasmya menjadi daerah pasang surut. Desa yang mempunyai lahan pasang surut adalah kelurahan Wuryantoro,
27 7
28
Mojopuro, Desa Genukharjo, Sumberejo.Mlopoharjo, dan desa Gumiwang lor. Desa Sumberojo merupakan desa dengan lahan pasang surut terluas di kecamatan Wuryantoro. Desa Sumberejo ini adalah yang dijadikan objek penelitian. Desa Sumberejo berjarak 5 km dari Ibukota Kecamatan Wuryantoro, dan berjarak 23 km dari ibukota Kabupaten Wonogiri. Daerah ini memiliki luas daerah 764,72 Ha yang terbagi atas 10 dusun. Secara batas wilayah pusat desa, Desa Sumberejo berbatasan dengan : Sebelah Utara
: PBS
Sebelah Timur
: PBS
Sebelah Selatan
: Kelurahan Mojopuran
Sebelah Barat
: Desa Genukharjo
2. Keadaan Penduduk Keadaan penduduk di Desa Sumberejo meliputi komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan, dan keadaan penduduk menurut lapangan pekerjaan utama adalah sebagai berikut : a. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Komposisi
penduduk
menurut
jenis
kelamin
dikelompokkan menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan. Berdasarkan komposisi tersebut dapat diketahui sex ratio-nya yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di suatu daerah. Penduduk Desa Sumberejo berdasarkan pada monografi desa tahun 2015 mencapai 2.546 jiwa. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Desa Sumberejo dapat dilihat pada Tabel 4.
29
Tabel 4 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Sumberejo Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. Jenis Kelamin 1. 2.
Jumlah (Jiwa) Prosentase (%)
Laki-laki Perempuan Jumlah
1.205 1.341 2.546
47,33 52,67 100,00
Sex Ratio
89,86
Sumber : Monografi Desa Sumberejo Tahun 2015 Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa komposisi jumlah penduduk di Desa Sumberejo menunjukkan jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki, dimana jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.205 jiwa atau sebesar 47,33 % dan penduduk perempuan sebanyak 1.341 jiwa atau sebesar 52,67 % dari keseluruhan jumlah penduduk di Desa Sumberejo. Berdasarkan tabel tersebut juga dapat digunakan untuk menghitung sex ratio, yang merupakan perbandingan antara penduduk laki-laki dengan perempuan yang dapat dicari dengan menggunakan jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan untuk kemudian dibuat perbandingannya. Sex Ratio
=
Jumlah . Laki
Laki
x
100
Jumlah . Perempuan
Jika Sex Ratio 100 artinya dalam 100 orang perempuan terdapat 100 orang laki-laki (jumlah laki-laki sama dengan perempuan). Berdasarkan Tabel 3. dapat diketahui bahwa tahun 2015 sex ratio mempunyai jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Hal ini bisa dilihat dari besarnya rasio jenis kelamin (sex ratio) pada tahun 2015 sebesar 89,86 yang berarti bahwa setiap 90 penduduk lakilaki terdapat 100 penduduk perempuan di Desa Sumberejo.
30
b. Komposisi Penduduk Menurut Umur Komposisi penduduk menurut umur digunakan untuk mengetahui jumlah penduduk yang produktif dan yang non produktif. Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri golongan umur non produktif adalah golongan umur antara 0 – 14 tahun dan golongan umur lebih dari atau sama dengan 65 tahun, sedangkan golongan umur produktif adalah golongan umur 15 – 64 tahun. Perbedaaan kelompok umur penduduk tersebut dapat digunakan
sebagai
acuan
untuk
menyusun
kebijaksanaan
pemerintah terutama dalam penyediaan lapangan bagi angkatan kerja, karena dengan mengetahui umur penduduk pada suatu daerah dapat diperkirakan jumlah angkatan kerja yang tersedia serta perubahan jumlah angkatan kerja di masa mendatang. Komposisi penduduk menurut umur di Desa Sumberejo dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Umur di Desa Sumberejo Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No. 1. 2. 3.
Umur 0 – 14 tahun 15 – 64 tahun 65+ Jumlah
Jumlah (Jiwa) 472 1713 361 2546
Prosentase (%) 18,54 67,28 14,18 100
Sumber : Monografi Desa Sumberejo Tahun 2015 Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Desa Sumberejo merupakan penduduk dalam usia produktif yaitu penduduk yang berusia antara 15 – 64 tahun dengan prosentase 67,28%. Penduduk yang berumur 15 – 64 tahun ini dapat disebut sebagai usia kerja potensial meskipun tidak semua penduduk pada usia ini bekerja. Kemudian diketahui jumlah penduduk dalam usia non produktif yang berumur 0 – 14 tahun sebanyak 472 jiwa atau sebesar 18,54% dan yang berumur 65+
31
tahun sebanyak 361 jiwa atau sebesar 14,18%.
Dari jumlah
penduduk menurut umur dapat digunakan untuk menghitung angka beban tanggungan (ABT). ABT merupakan perbandingan antara usia non produktif (penduduk umur <14 tahun dan penduduk umur >65 tahun) dan usia produktif (penduduk umur 15-64 tahun) pada waktu tertentu. Jumlah penduduk usia non produktif adalah 833 jiwa dan penduduk usia produktif adalah 1.713 jiwa. Berikut adalah perhitungan ABT di Desa Sumberejo.
ABT
JumlahPend JumlahPend
833
udukUsiaNo udukUsia
n Pr oduktif
x 100
Pr oduktif
x 100
1713 48 , 63
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui bahwa Angka Beban Tanggungan (ABT) di Desa Gesikan diketahui sebesar 48,63 yang berarti bahwa setiap 100 jiwa penduduk usia produktif menanggung beban sebanyak 49 jiwa penduduk usia non produktif. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk yang berusia produktif di Desa Sumberejo sehingga daerah dapat berkembang dengan baik, karena memiliki jumlah penduduk usia produktif yang lebih banyak dari pada usia non produktif. c. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi dalam sumber daya manusia. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan dapat digunakan untuk mengetahui kualitas sumber daya manusia dan kemampuan penduduk menyerap teknologi di daerah tersebut. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh penduduk suatu wilayah akan berkaitan dengan pola pikir dan mempengaruhi
32
kecepatan dalam menerima informasi dan inovasi baru serta pengambilan keputusan. Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Sumberejo pada tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sumberejo Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No.
Pendidikan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 10.
Tidak/Belum Sekolah SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat D I / II D III D IV / S1 S2 S3 Jumlah
Jumlah (Jiwa) 336 1002 506 640 15 22 25 0 0 2546
Prosentase (%) 13,2 39,35 19,87 25,14 0,59 0,86 0,98 0 0 100,00
Sumber : Monografi Desa Sumberejo Tahun 2015 Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa mayoritas pendidikan penduduk di Desa Sumberejo adalah tamat Sekolah dasar, yaitu sebesar 39,35%, sedangkan penduduk yang tamat akademi maupun perguruan tinggi memiliki prosentase yang paling rendah, yaitu sebesar 2,43%. Keadaan demikian dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain masih rendahnya perekonomian daerah sehingga belum mampu membangun sarana dan prasarana pendidikan yang cukup, kondisi ekonomi penduduk yang kurang untuk biaya sekolah dan kurangnya kesadaran penduduk akan pentingnya pendidikan, sehingga kualitas pendidikan penduduk di Desa Sumberejo masih rendah
33
c. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Komposisi penduduk menurut mata pencaharian digunakan untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi dan karakteristik daerah dengan melihat mata pencahariaan yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Indikator keberhasilan pembangunan daerah adalah tersedianya lapangan kerja bagi penduduknya, karena dengan mengetahui mata pencaharian penduduk suatu daerah dapat digunakan untuk mengetahui kesejahteraan penduduk di daerah tersebut. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Desa Sumberejo ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel 7. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Sumberejo Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri Tahun 2015 No.
Mata Pencaharian
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 10. 11 12. 13 14 15
Tidak bekerja Pengurus Rumah Tangga Petani Nelayan Pedagang Industri Transportasi Pertukangan Buruh Swasta Karyawan Honorer PNS TNI/Polri Pensiunan Jumlah
Jumlah (Jiwa) 912 210 920 9 23 11 15 38 102 196 23 49 4 34 2546
Prosentase (%) 35,82 8,15 36,13 0,35 9,03 0,43 0,59 1,49 4,01 7,7 0,9 1,92 0,16 1,33 100,00
Sumber : Monografi Desa Sumberejo Tahun 2015 Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa penduduk Desa Sumberejo sebagian besar mata pencahariannya adalah sebagai petani yaitu sebesar 36,13%. Hal ini sesuai dengan kondisi Desa Sumberejo yang berupa dataran rendah dan sebagian besar luas tanahnya digunakan untuk areal pertanian dan juga memanfaatkan
34
lahan pasang surut. Urutan berikutnya yaitu tidak bekerja sebesar 35,82%, ini dikarenakan usia non produktif ataupun sedang menempuh pendidikan. Kemudian bermata pencaharian sebagai pedagang sebesar 9,03%. Selanjutnya pengurus rumah tangga dan swasta masing-masing sebesar 8,15% dan 7,7%. Kurang dari 5% ada sebagai, buruh, PNS, TNI/Polri, nelayan,dll.
Dengan
banyaknya jenis pekerjaan yang ada di Desa Sumberejo maka dapat digunakan sebagai menambah lapangan kerja untuk mengurangi pengangguran. B. Karakteristik Petani Usahatani Padi Lahan Pasang Surut Waduk Gajah Mungkur di Desa Sumberejo Kecamatan Wuryantoro. Karakteristik petani responden merupakan gambaran umum tentang keadaan latar belakang responden yang dapat berpengaruh terhadap usahatani. Responden penelitian ini adalah petani usahatani padi lahan pasang surut Waduk Gajah Mungkur di Desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri yang berjumlah 30 orang. Identitas responden yang dikaji meliputi alamat, usia responden, lama pendidikan formal, jumlah anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usahatani, alasan memilih usahatani padi serta lama mengusahakan usahatani padi di lahan pasang surut. Data mengenai identitas responden petani usahatani padi lahan pasang surut Waduk Gajah Mungkur di Desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 8.
35
Tabel 8. Identitas Responden Usahatani Padi Lahan Pasang Surut Waduk Gajah Mungkur Desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri. No 1 2
3 4 5 6
Uraian Rata-rata Umur Petani (tahun) Pendidikan a. SD (Orang) b. SMP (Orang) c. SMA (Orang) d. D3 (Orang) e. S1 (Orang) Rata-rata jumlah anggota keluarga (Orang) Rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usahatani Padi Lahan Pasang Surut (Orang) Rata-rata lama melakukan usahatani Padi Lahan Pasang Surut (tahun) Rata-rata luas lahan (ha)
Jumlah 47 8 11 8 1 2 5 3 22 1,15
Sumber: Analisis data primer 2015
Jumlah petani yang digunakan sebagai sampel penelitian ini adalah 30 orang responden dengan syarat petani yang melakukan usahatani padi di lahan pasang surut Desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri. Usahatani padi di lahan pasang surut Desa Sumberejo dalam setahun hanya satu kali yaitu saat air waduk surut, sekitar bulan Agustus sampai dengan Desember. Sedangkan penelitian ini meneliti analisis usahatani yang dilakukan pada bulan Agustus 2014 sampai dengan Desember 2014. BPS Wonogiri membagi penduduk berdasarkan umur menjadi dua golongan yaitu penduduk umur produktif dan penduduk umur non produktif. Penduduk umur non produktif merupakan penduduk yang berumur kurang dari 15 tahun dan diatas 64 tahun, sedangkan penduduk umur produktif adalah penduduk dengan umur 15-64 tahun. Rata-rata umur petani melakukan usahatani padi di lahan pasang surut waduk gajah mungkur desa Sumberejo adalah 47 tahun, sehingga rata-rata petani yang melakukan usahatani padi di lahan pasang surut waduk gajah mungkur desa Sumberejo adalah penduduk berumur produktif. Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dalam bekerja dan cara berfikir petani. Usahatani padi membutuhkan tenaga kerja dalam usia produktif, karena usia produktif memiliki kemampuan fisik
36
yang cukup kuat agar petani dapat menjalankan usahatani padi dengan baik dan maksimal, apalagi responden petani dalam penelitian ini seluruhnya terjun langsung untuk melakukan usahatani padi di lahan pasang surut. Kemampuan kerja petani akan terus bertambah pada satu tingkat umur tertentu, kemudian akan mulai menurun. Pada usia produktif, petani dapat meningkatkan keahlian dan ketrampilannya dalam berusahatani. Sebagian besar petani berada pada usia produktif di daerah penelitian, petani yang demikian tersebut mempunyai kemampuan fisik yang baik untuk melakukan kegiatan usahatani dan relatif lebih terbuka dalam mengadopsi inovasi dan teknologi dalam usahatani padi di lahan pasang surut. Adanya keahlian dan ketrampilan dalam berusahatani diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani. Selain faktor usia, tingkat pendidikan juga memiliki peran dalam kegiatan usahatani padi di lahan pasang surut Desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri.. Tingkat pendidikan yang rendah akan memberikan pengaruh terhadap pola pikir petani dalam mengambil keputusan. Selain itu, tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan tingkat pengetahuan yang dimiliki petani masih kurang sehingga mengakibatkan keterbatasan petani dalam memperoleh informasi maupun tingkat kemampuan petani untuk mengadopsi suatu inovasi dan teknologi yang mampu untuk meningkatkan dan mengembangkan usahatani padi di lahan pasang surut. Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa seluruh responden dalam penelitian merupakan petani padi lahan pasang surut desa Sumberejo telah memperoleh pendidikan formal. Sebagian besar petani merupakan lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan jumlah presentase 36,67%, lulusan Sekolah Menengah Atas sejumlah 26,67%, lulusan Sekolah Dasar (SD) sebesar 26,67%, lulusan S1 dan D3 masing-masing kurang lebih 6,67% dan 3,33%. Rata-rata pendidikan terakhir terbanyak adalah tingkat SMP, meskipun pendidikan formal tidak menjadi syarat untuk melakukan usahatani padi, namun tingkat pendidikan
37
dapat mempengaruhi pola pikir petani padi di lahan pasang surut dalam pengambilan keputusan terkait dengan pengelolaan usahatani padi di lahan pasang surut desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri.. Tingkat pendidikan petani juga akan berpengaruh pada proses pengembangan usahatani padi, semakin tinggi pendidikan yang ditempuh maka pola pikir yang dimiliki oleh petani padi akan semakin rasional dalam mengambil keputusan dan strategi usahatani yang akan diambil, sehingga akan berpengaruh pada jumlah pendapatan yang akan diterima oleh petani padi. Pengalaman usahatani padi di lahan pasang surut desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri juga sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan usahtani padi di lahan pasang surut. Usahatani padi dilahan pasang surut telah berlangsung cukup lama. Rata-rata lama usahatani padi di lahan pasang surut waduk Gajah Mungkur adalah 22 tahun. Usahatani di lahan pasang suirut yang berlangsung selama 22 tahun merupakan bukan waktu yang singkat untuk melakukan usahatani padi, sehingga mereka memiliki cukup pengalaman dalam usahatani padi di lahan pasang surut di Waduk Gajah Mungkur. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki petani maka petani tersebut akan semakin terampil dalam mengatasi kendala dalam kegiatan usahataninya. Bila petani mampu mengkombinasi antara pengalaman di lapang dengan ilmu baru yang diterima, maka pengembangan usahatani padi di lahan pasang surut Waduk Gajah Mungkur Desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri bisa mendapat hasil yang optimal. Petani usahatani padi lahan pasang surut di Waduk Gajah Mungkur,
Desa
Sumberrejo,
Kecamatan
Wuryantoro,
Kabupaten
Wonogiri mendapatkan pengetahuan mengenai usahatani padi di lahan pasang surut dari berbagai sumber. Sebagian besar petani memperoleh pengetahuan dari belajar sendiri (pengalaman) dan mengamati secara langsung petani lahan pasang surut yang sudah terlebih dahulu melakukan usahatani padi di lahan pasang surut seperti tetangga terdekat. Mereka
38
bisa saling bertukar informasi dan pengetahuan mengenai cara usaha tani padi dilahan pasang surut. Petani lahan pasang surut memilih komoditas padi untuk diusahakan di lahan pasang surut, karena usahatani padi ini sudah turun temurun dilakukan sejak Waduk Gajah Mungkur dibangun. Komoditas Padi merupakan komoditas yang sesuai dengan lahan pasang surut. Budidaya padi juga relatif mudah dibudidayakan sehingga para petani memilih padi untuk diusahakan. Meskipun usahatani padi membutuhkan air dan harus menyedot air dari waduk menggunakan pompa air yang memerlukan biaya lebih, tetapi harga jual hasil panen padi lahan pasang surut relatif tinggi. Dan ini yang menjadi faktor utama kenapa petani memilih usahatani padi untuk diusahakan. Rata-rata jumlah anggota keluarga yaitu 5 orang, dimana rata-rata anggota keluarga yang aktif dalam usahatani yaitu 3 orang. Penggunaan tenaga kerja dari luar keluarga tergantung dari kebutuhan petani pemilik usahatani padi di lahan pasang surut. Penggunaan tenaga kerja biasanya dilakukan ketika persiapan lahan, penanaman dan saat panen. Luas rata-rata lahan yang diusahakan oleh petani padi di lahan pasang surut desa Sumberejo yaitu seluas 1,15 ha. Lahan pasang surut hanya ditanami sekali dalam setahun, yaitu saat air waduk surut atau saat musim kemarau. Hak usaha atas lahan yang diusahakan di lahan pasang surut telah turun temurun, sehingga sudah seperti hak kepemilikan. Petani memiliki hak guna lahan dengan cara mengarap lahan-lahan pasang surut dan akan diakui secara adat oleh masyarakat. Petani padi di lahan pasang surut
memiliki alasan dalam
menjalankan usahatani padi di lahan pasang surut desa Sumberejo, Kecamatan
Wuryantoro,
Kabupaten
Wonogiri..
Seluruh
petani
memaparkan bahwa usahatani padi di lahan pasang surut menguntungkan, meskipun budidaya padi di lahan pasang surut memperlukan biaya lebih untuk menyedot air, tetapi usahatani ini masih menguntungkan.. Nilai jual padi hasil budidaya relatif cukup tinggi berkisar Rp4.800 per kilogram, oleh karena itu petani memilih usahatani padi. Usahatani padi lahan
39
pasang dilakukan saat kemarau, antara bulan juli-november. Disaat petani di daerah lain menamanam atau membudidayakan tanaman selain padi, sehingga saat panen pada bulan Oktober-November harga padi pasang surut menjadi realtif tinggi. Tanaman Padi juga mudah untuk dibudidayakan, dan merupakan komoditas yang sudah turun temurun di budidayakan. Sehingga ini yang menjadi alasan petani untuk memilih komoditas padi untuk dibudidayakan.
C. Analisis Biaya, Penerimaan, Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Padi di Lahan Pasang Surut Waduk Gajah Mungkur Desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri. a. Penggunaan Sarana Produksi Input produksi merupakan jumlah unit operasional yang setiap saat dapat berubah sesuai dengan kebutuhan pada setiap musim tanam. Input produksi yang digunakan pada usahatani padi di lahan pasang surut Waduk Gajah Mungkur Desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri meliputi benih padi, pupuk organik dan anorganik. Petani mendapatkan input produksi yang berasal dari kios atau toko penyedia sarana alat-alat pertanian. Jenis varietas benih yang digunakan oleh petani diantaranya adalah Ir64 dan mentik. Pupuk yang digunakan pada lahan pasang surut di Waduk Gajah Mungkur terdiri dari pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik yang digunakan berasal dari kotoran sapi. Pupuk anorganik yang digunakan yaitu Urea, Za, dan Phonska.
40
Tabel 9. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Padi di Lahan Pasang Surut Waduk Gajah Mungkur Desa Sumberejo Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri No. 1.
Keterangan
Usahatani Padi di Lahan Pasang Surut Per UT Per Ha
Sarana Produksi a. Benih (kg) b. Pupuk - Organik (kg) - Urea (kg) - Za (kg) - Phonska (kg) Tenaga Kerja a. Tenaga Kerja Luar (HKP)
34,55
25,25
78,5 28,33 10 68
57,37 20,71 7,31 49,69
29
21
Sumber : Analisis Data Primer Tabel 9 Rata-rata penggunaan benih padi di Lahan Pasang Surut Waduk Gajah Mungkur diketahui bahwa jumlah benih yang digunakan pada usahatani padi di lahan pasang surut sebesar 34,55 kg/per usahatani atau sebesar 25,25 kg/Ha/MT. Petani memilih benih padi dengan varietas Ir64 dan menthik dengan alasan mudah untuk di jual. Harga hasil panen varietas mentik dan ir64 tergolong tinggi yaitu mncapai Rp 4.800,00. Pemupukan
pada
tanaman
padi
dilakukan
dengan
pemupukan dasar dan pemupukan lanjut. Penggunaan pupuk yang paling banyak yaitu dengan menggunakan pupuk organik di mana tidak memberi efek negatif terhadap tanah untuk jangka panjang. Pupuk kandang yang digunakan dalam usahatani padi di lahan pasang surut sebanyak 78,5 kg/ut atau 57,37 kg/Ha/MT. Pembelian pupuk organik didapatkan melalui peternak yang menjual hasil kotoran hewan yang telah diolah sehingga dijadikan pupuk yang dikemas dalam karung. Harga pupuk organik perkilo adalah Rp 500,00. Penggunaan pupuk organik dilakukan saat persiapan lahan sebelum padi ditanam, sebagai pemupukan dasar. Harga pupuk urea yaitu Rp1800/kilogram. Harga pupuk Za yaitu sebesar Rp1500/kilogram. Harga pupuk Phonska sebesar Rp
41
2400 /kilogram. Penggunaan pupuk yang berimbang dapat membantu memenuhi kebutuhan unsur hara dalam tanah sehingga pupuk anorganik banyak digunakan pada lahan pasang surut. Penanganan hama, penyakit, dan gulma dilakukan dengan cara mekanik atau manual dengan menggunakan tangan. Pupuk yang digunakan dalam aplikasi pemupukan di usahatani padi pasang surut adalah jauh lebih rendah dengan rekomendasi per hektarnya dari deptan, hal ini terjadi di karenakan lahan pasang surut sudah mempunyai kandungan unsur hara lebih. Lahan pasang surut setelah tergenang mempunyai mikro organisme yang tinggi yang berguna dalam mensuburkan tanah. Satuan yang digunakan dalam perhitungan kebutuhan tenaga kerja adalah man days atau HKO (hari kerja orang). Dalam penelitian ini perhitungan jumlah HKO yang digunakan yaitu 1 HKO = 1 HKP, 1 HKW = 1 HKO dengan jam kerja selama 8 jam mulai dari pukul 07.00 hingga pukul 16.00 WIB dengan upah tenaga kerja pria sebesar Rp 50.000,00 dan untuk tenaga kerja wanita untuk di Desa Sumberejo Kecamatan Wuryantoro Kabupaten wonogiri sama dengan upah tenaga kerja pria. Penggunaan tenaga kerja pada lahan pasang surut yang paling banyak yaitu pada pemanenan sedangkan penggunaan tenaga kerja yang paling sedikit yaitu pada pemupukan atau pemeliharaan. Pembayaran tenaga kerja luar menggunakan upah secara langsung/tunai, tidak menggunakan bagi hasil dari panen padi. Alasannya adalah pembayaran upah berupa uang tunai lebih mudah disesuaikan pada keadaan ekonomi saat itu. Upah yang berupa uang secara tunai lebih dinilai mudah dan praktis daripada membagi hasil. b. Biaya Usahatani Konsep biaya usahatani yang digunakan dalam usahatani padi di lahan pasang surut waduk gajah mungkur desa Sumberejo,
42
Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri adalah konsep biaya eksplisit yang terdiri atas biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, dan biaya lain-lain. Biaya sarana produksi terdiri dari biaya benih dan pupuk. Biaya tenaga kerja merupakan biaya yang dikeluarkan petani kepada sejumlah tenaga kerja yang dipekerjakan selama satu masa usahatani padi. Biaya lain-lain merupakan biaya irigasi, biaya sewa traktor, biaya konsumsi. Besarnya biaya usahatani yang digunakan dalam usahatani padi di lahan pasang surut waduk gajah mungkur Desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Rata-rata Biaya pada Usahatani Padi di Lahan Pasang Surut Waduk Gajah Mungkur Desa Sumberejo, Kecamatan Wuryanto, Kabupaten Wonogiri. No 1.
2. 3.
Jenis Biaya Sarana Produksi a. Benih b. Pupuk - Organik - Urea - ZA - Phonska Tenaga Kerja a. Tenaga Kerja Luar Lain-lain a. Irigasi b. Sewa Traktor c. Konsumsi Jumlah
Per UT (Rp)
Per Ha(Rp)
Prosentase (%)
359.100
262.436
4,43
75.500 190.200 56.250 396.400
55.177 139.001 41.108 289.695
0,38 1,13 0,68 3,20
1.458.333
1.065.773
17,87
3.305.250 1.175.000 1.458.333
2.415.530 858.709 1.065.773
40,45 14,29 17,57
8.474.367
6.193.203
100
Sumber : Analisis Data Primer Biaya
usahatani
adalah
semua
pengeluaran
yang
dipergunakan dalam suatu usahatani. Rata-rata penggunaan biaya usahatani pada usahatani padi di Waduk Gajah Mungkur adalah Rp. 8.474.367/ usahatani. Penggunaan biaya usahatani sebagian besar digunakan untuk Irigasi yaitu Rp. 3.305.250/ usahatani atau 40,45 persen dari total biaya usahatani. Salah satu kelemahan usahatani di lahan pasang surut adalah adanya biaya tambahan yaitu biaya irigasi. Irigasi sangat perlu dilakukan karena posisi
43
lahan berada di atas posisi air, sehinga irigasi yang dilakukan adalah penyedotan air ke atas untuk mengairi lahan. Penyedotan air dilakukan dengan bantuan pompa air yang berbahan bakar bansin, sehingga memakan biaya lebih besar dibanding usahatani dilahan sawah biasa. Rata-rata penggunaan benih yaitu sebesar Rp 359.100/usahatani. Rata-rata penggunaan biaya tenaga kerja pada usahatani padi di lahan pasang surut desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri yaitu Rp. 1.458.333/ usahatani atau sekitar 17,87 persen dari total biaya. Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja luar relatif sedikit karena hampir seluruh petani responden terjun langsung untuk melakukan usahatani, baik proses pemeliharaan maupun pada saat panen. Rata-rata penggunaan biaya pupuk adalah Rp 718.350/ usahatani. Pupuk yang digunakan oleh responden petani dalam mengusahakan usahatani padinya adalah pupuk organik pupuk kandang, urea, ZA, phonska. Prosentase biaya usahatani terbesar adalah pada biaya irigasi, karena usahatani padi sangat bergantung dengan air, yang dibutuhkan padi untuk hidup. Hal ini disebabkan karena petani petani menggunakan lahan passang surut yang keberadaan air yang dibutuhkan dalam budidaya tempatnya lebih rendah daripada lahan yang untk budiaya, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk irigasi menjadi tinggi. Irigasi atau pengairan dalam usahatani lahan pasang surut menggunakan pompa air, pompa air digerakkan dengan mesin diesel yang membutuhkan bahan bakar minyak. Pengairan dilakukan selama masa persiapan lahan sampai mendekati panen. Pengairan atau penyedotan dilakukan tergantung luas lahan, jarak antara air dan lahan, dan juga ketersediaan air di lahan. Rata-rata petani melakukan 15 kali penyedotan dengan rata-rata menghabiskan bahan bakar minyak sebesar 40 liter dalam sekali penyedotan. Sehingga rata-rata petani menghabiskan biaya Rp 3.305.250 dalam sekali usaha tani, dan
44
biaya irigasi atau penyedotan merupakan biaya terbesar dalam usahatani padi di lahan pasang surut, mencapai 40,45 persen dalam persentase rata-rata seluruh biaya usaha tani padi di lahan pasang surut. Biaya tenaga kerja adalah banyaknya upah yang harus dibayarkan oleh petani kepada tenaga kerja luar keluarga yang bekerja dalam usahatani padi di lahan pasang surut waduk gajah mungkur desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri. Di daerah penelitian yaitu Desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri tidak ada penggolongan upah tenaga pria dan upah tenaga wanita, upah tenaga pria dan upah tenaga wanita sama yaitu sebesar Rp 50.000 per hari. Biaya tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani padi dilahan pasang surut meliputi biaya yang digunakan untuk membayar upah tenaga kerja yang bekerja dalam
aktivitas
pengelolaan/persiapan lahan,
penanaman, pemupukan, dan pemanenan. Rata-rata biaya tenaga kerja yang dikeluarkan petani adalah Rp. 1.458.333 per usahatani atau Rp. 1.065.773 per Ha. Biaya tenaga kerja luar keluarga yang dikeluarkan untuk usahatani padi ini cenderung sedikit karena hampir seluruh petani terjun langsung untuk mengelola usahatani padi sendiri dibantu dengan beberapa anggota keluarganya. Tenaga luar dibutuhkan dalam jumlah banyak adalah saat penanaman dan pemanenan padi. Dalam penelitian ini biaya tenaga kerja dalam atau tenaga kerja keluarga tidak diperhitungkan. Tahapan usahatani padi di lahan pasang surut Desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 11.
45
Tabel 11. Tahap Usahatani padi di Lahan Pasang Surut Waduk Gajah Mungkur Desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri Tahun 2014 Tahap Bulan Agustu s
Septembe r
Oktobe r
Novembe r
Desembe r
Persipan lahan dan penanaman benih Penanaman Pemupuka n Panen Sumber: Data Primer 2015 Usahatani padi di lahan pasang surut waduk gajah mungkur Desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri dilakukan satu kali masa tanam dalam satu tahun, yaitu saat memasuki musim kemarau, saat air waduk surut. Usahatani dilakukan antara bulan Agustus hingga Desember. Persiapan lahan dilakukan pada bulan agustus, disaat air waduk mulai surut. Lahanlahan yang saat air pasang tergenangi air di olah menjadi berpetakpetak lahan sawah yang siap untuk ditanami padi. Penanaman dilakukan saat bibit padi sudah tumbuh agak besar sekitar umur 2025 hari, dilaksanakan pada bulan September. Setelah padi ditanam dilakukan pemupukan dan perawatan hingga panen, ketersedian air juga dijaga sampai padi siap panen. Bulan November hingga Bulan Desember memasuki musim panen, panen dilakukan sebelum memasuki bulan penghujan. Biaya lain-lain yang digunakan dalam usahatani padi di lahan pasang surut waduk gajah mungkur Desa Sumberejo, Kecamatan wuryantoro, Kabupaten Wonogiri selain biaya irigasi adalah biaya sewa traktor dan biaya konsumsi. Biaya sewa traktor adalah sekaligus biaya pengerjaan lahan, yang 1 Ha lahan sawah rata-rata Rp 858.708. Biaya konsumsi adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk memberi makan tenaga kerja luar yang
46
sedang bekerja dalam usahatani padi miliknya. Rata-rata biaya konsumsi yang dikeluarkan petani dalam usahatani padi di lahan pasang surut adalah Rp 1.458.333 per usahatani. c. Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani pada usahatani padi di lahan pasang surut waduk gajah mungkur Desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri merupakan hasil perkalian yang diperoleh petani dari jumlah hasil panen padi yang terjual seluruhnya dengan harga satuan padi per kilogram. Rata-rata penerimaan usahatani pada usahatani padi di lahan pasang surut Desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri dapat dilihatdalam Tabel 12. Tabel 12. Rata-rata Penerimaan Usahatani padi di lahan pasang surut Desa Sumberejo Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri Tahun 2014. Uraian Produksi padi (Kg) Harga (Rp/Kg) Penerimaan
Per UT 5.938 4.800 28.504.000
Per Ha 4339,83 4.800 20.831.181
Sumber: Analisis data primer 2015
Penerimaan
adalah
perkalian
antara
produksi
diperoleh dengan harga jual (Soekartawi, 1995).
yang
Produksi
usahatani padi adalah padi yang siap panen dengan umur berkisar 3 bulan. Petani memanen padi dengan bantuan para tenaga kerja luas, pemanenan ada yang menggunakan mesin dan ada juga yang masih secara manual. Rata-rata perhektar lahan menghasilkan 4339,83 kg padi. Rata-rata produksi padi petani responden usahatani padi di lahan pasang surut waduk gajah mungkur Desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri sebesar 5.938 kg. Harga padi persatuan kilo saat panen adalah Rp 4.800,00, harga ini tergolong tinggi, dikarenakan padi saat musim panen padi lahan pasang surut jumlah di pasaran sedikit. Lahan sawah yang panen pada bulan november-desember hanya lahan pasang surut,
47
sehingga jumlah padi di pasaran sedikit yang menjadikan harga melambung tinggi. Rata-rata penerimaan yang diterima oleh petani dari usahatani padi di Waduk gajah mungkur Desa Sumberejo, Kecamatan
Wuryantoro
Kabupaten
Wonogiri
adalah
Rp.
28.504.000,00 per usahatani dan rata-rata penerimaan petani per hektar adalah Rp 20.831.181,00 . d. Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani padi di lahan padi pasang surut Desa Sumberejo
Kecamatan
Wuryantoro
Kabupaten
Wonogiri
merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya usahatani yang dikeluarkan oleh petani dalam satu masa usahatani. Rata-rata pendapatan petani dalam usahatani padi di lahan pasang surut waduk gajah mungkur Desa Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri ditampilkan di Tabel 13. Tabel 13. Rata-Rata Pendapatan pada Usahatani Padi di Lahan Pasang Surut Desa Sumberejo Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri Tahun 2014. Uraian Penerimaan Usahatani (Rp) Biaya Usahatani (Rp) Pendapatan Usahatani
Per UT 28.504.000 8.474.367 20.029.633
Per Ha 20.831.181 6.193.203 14.637.978
Sumber : Analisis data primer 2015 Menurut (Suratiyah, 2006), pendapatan adalah selisih antara nilai produksi dikurangi dengan biaya yang betul-betul dikeluarkan oleh petani. Rata-rata pendapatan yang diterima oleh petani dalam usahatani padi di lahan pasang surut waduk gajah mungkur Desa Sumberejo Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri adalah Rp. 20.029.633 per usahatani dan rata-rata pendapatan per haktar lahan adalah Rp. 14.637.978. Hasil analisis tersebut menunjukan bahwa usahatani padi di lahan pasang surut waduk gajah mungkur sudah menghasilkan pendapatan yang cukup tinggi yaitu Rp 20.029.633 per usahatani dalam waktu kurang lebih lima bulan. Usahatani padi di lahan pasang surut waduk gajah
48
mungkur hanya bisa dilakukan satu kali masa tanam, yaitu antara bulan agustus sampai dengan bulan desember. Usahatani hanya dilakukan saat musim kemarau yang akan mengakibatkan air waduk surut, sehingga lahan-lahan yang digunakan untuk usahatani bisa dikerjakan untuk usahatani. Implikasi adanya lahan pasang surut dari Waduk Gajah Mungkur adalah pendapatan petani di Desa Sumberejo bertambah. Walaupun usahatani padi di lahan pasang surut hanya bisa dilakukan satu kali dalam setahun tetapi hasil usahatani memiliki hasil yang tinggi. Petani terus menurus secara turun temurun mengusahakan usahatani padi di lahan pasang surut. e. Efisiensi Usahatani Efisiensi usahatani padi di lahan pasang surut waduk gajah mungkur Desa Sumberejo Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri merupakan perbandingan antara penerimaan total dengan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani padi lahan pasang surut. Efisiensi usahatani padi di lahan pasang surut waduk gajah mungkur Desa Sumberejo Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Efisiensi Usahatani Padi di lahan pasang surut Desa Sumberejo Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri Tahun 2014 No
Uraian (Rp)
1 2
Penerimaan total (R) Biaya (C) R/C
Rata-rata per UT 28.504.000 8.474.366 3,36
Rata-rata per Ha 20.831.181 6.193.203 3,36
Sumber: Analisis data primer 2015 Kriteria efisiensi dalam usaha yaitu R/C > 1 berarti usaha yang dijalankan sudah efisien, R/C = 1 berarti usaha yang dijalankan dalam titik impas atau break event point dan R/C < 1 berarti usaha yang dilakukan tidak efisien. Tabel 14 menunjukan efisiensi usahatani padi di lahan pasang surut Desa Sumberejo
49
Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri yaitu sebesar 3,36. Efisiensinya cukup besar dikarenakan konsep dalam analisis ini menggunakan konsep biaya ekplisit yang tidak menghitung biaya tanaga keluarga. Padahal usahatni padi dilahan pasang surut banyak mengggunakan tenaga kerja dalam atau tenaga kerja keluarga. Efiseinsi 3,36 ini berarti R/C > 1, usahatani padi di lahan pasang surut Desa Sumberejo Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri yang telah dijalankan sudah efisien. Nilai R/C rasio sebesar 3,36, berarti setiap Rp 1.000 biaya yang dikeluarkan dalam usahatani padi di lahan pasang surut Desa Sumberejo Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri akan memberikan penerimaan sebesar Rp 3.360.