IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lembaga 4.1.1 Sejarah Badan Pemeriksa Keuangan Sejarah terbentuknya BPK diawali dengan UUD 1945 pasal 23 ayat (5) yang menetapkan bahwa untuk memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Memenuhi amanat konstitusi tersebut, BPK dibentuk
pada tanggal 1 Januari
1947, dengan kedudukan sementara di kota Magelang. Selanjutnya, berdasarkan Penetapan Pemerintah No.6/1948 tanggal 6 Nopember 1948, tempat kedudukan BPK dipindahkan ke Yogyakarta. Seiring dengan perkembangan sistem politik dan ketatanegaraan di Indonesia, BPK juga mengalami beberapa perubahan, baik dalam hal administrasi maupun sistem legislasi. Dalam era reformasi saat ini, BPK telah mendapatkan dukungan konstitusional yang sangat kuat sebagai lembaga pemeriksa eksternal di bidang Keuangan Negara, yaitu dengan dikeluarkannya TAP MPR No.VI/MPR/2002 yang antara lain menegaskan kembali kedudukan BPK sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa eksternal keuangan negara. Kedudukan, peran, dan fungsi BPK diperkuat juga dengan amandemen ketiga UUD 1945, bab VIII A, pasal 23E, 23F, dan 23G yang menyatakan sebagai berikut: Pasal 23 E Ayat (1): Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. Ayat (2): Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan
Rakyat
Daerah,
sesuai
dengan
kewenangannya.
42
43
Ayat (3): Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-undang. Pasal 23 F Ayat (1): Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden. Ayat (2): Pimpinan Badan Perneriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota. Pasal 23G Ayat (1): Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi. Ayat (2): Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeniksa Keuangan diatur dengan undang-undang. 4.1.2 Visi, Misi dan Tujuan Strategis Visi BPK RI yaitu menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang bebas, mandiri dan profesional serta berperan aktif dalam mewujudkan tata kelola keuangan negara yang akuntabel dan transparan. Misi dari BPK tanggung
jawab
keuangan
yaitu memeriksa pengelolaan dan negara dalam rangka mendorong
terwujudnya akuntabilitas dan transparansi keuangan negara, serta berperan aktif dalam mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan transparan. Badan
pemeriksa
Keuangan
yang
bertugas
memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara memiliki beberapa tujuan strategis antara lain: 1. Mewujudkan BPK sebagai lembaga pemeriksa keuangan negara yang independen dan profesional. BPK
mengedepankan
profesionalisme
dalam
nilai-nilai semua
aspek
independensi tugasnya
dan menuju
terwujudnya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan negara.
44
2. Memenuhi semua kebutuhan dan harapan pemilik kepentingan. BPK bertujuan memenuhi kebutuhan dan harapan pemilik kepentingan, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan masyarakat pada umumnya dengan menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu kepada pemilik kepentingan atas penggunaan, pengelolaan, keefektifan dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara. 3. Mewujudkan BPK sebagai pusat regulator di bidang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. BPK bertujuan menjadi pusat pengaturan di bidang pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang berkekuatan
hukum
mengikat,
yang
berkaitan
dengan
pelaksanaan tugas, wewenang dan fungsi BPK sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. 4. Mendorong terwujudnya tata kelola yang baik atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. BPK bertujuan untuk mendorong peningkatan pengelolaan keuangan negara dengan menetakan standar yang efektif, mengidentifikasi
penyimpangan,
meningkatkan
sistem
pengendalian intern, menyampaikan temuan dan rekomendasi kepada pemilik kepentingan dan menilai efektivitas tindak lanjut hasil pemeriksaan. 4.1.3 Kedudukan dan Organisasi Pelaksanaan BPK RI BPK RI menurut UU nomor 15 tahun 2006, pasal 3 adalah BPK adalah (1) BPK berkedudukan di Ibukota Negara; (2) BPK memiliki perwakilan
di
setiap
provinsi;
(3)
pembentukan
perwakilan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan keputusan BPK dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan negara. BPK RI menurut UUD 1945, Pasal 23 G, ayat (1) berkedudukan di ibu kota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.
45
Organisasi pelaksanaan BPK RI ditetapkan dalam Surat Keputusan Ketua BPK RI Nomor 23/S/I-VIII.3/6/2006 Tanggal 07 Juni 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksanaan Badan Pemeriksa Keuangan. Organisasi Pelaksanaan BPK RI terdiri atas Sekretariat Jendral, Inspektorat Utama Perencanaan Analisa, Evaluasi dan Pelaporan (Irutama Renalev), Inspektorat Utama Pengawasan Intern dan Khusus (Irutama Wasinsus), Auditama Keuangan Negara I s.d VII dan Perwakilan BPK Daerah. Kantor perwakilan yang ditetapkan untuk dibentuk sesuai dengan SK tersebut berjumlah 33. 4.2. Karakteristik Responden Bagian ini akan memberikan gambaran umum mengenai responden dalam penelitian ini yaitu pegawai Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia yang berlokasi di Jakarta dengan jabatan Auditor. Jabatan sebagai auditor BPK merupakan suatu jabatan fungsional. Jabatan Fungsional Pemeriksa adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang diduduki oleh Pemeriksa Negeri Sipil (PNS) di lingkungan BPK. Karakterisitik yang dimiliki oleh auditor BPK mampu mempengaruhi hasil dari persepsi kompetensi dan kinerja mereka masing-masing, namun pada penelitian ini, hanya dibatasi dalam mengetahui hubungan antara karakteristik auditor BPK dengan hasil dari kompetensi dan kinerja yang telah mereka hasilkan. Total keseluruhan pegawai yang diteliti adalah sebanyak 90 pegawai. Jumlah tersebut merupakan jumlah total pegawai yang diberikan kuesioner untuk penelitian sebagai perwakilan dari popuplasi auditor yang ada di BPK pusat. Dalam penelitian ini, karakteristik responden yang akan dianalisa secara deskriptif
meliputi usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan formal, lama pengalaman kerja di bidang audit sampai saat ini, jenjang jabatan dan keluarga jabatan pemeriksa.
46
Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia ≤25 26 – 30 31 – 35 >35 Total
Jumlah (Orang) 10 33 35 12 90
% 11 36,7 38,9 13,3 100
Berdasarkan Tabel 8 di atas, dapat disimpulkan bahwa usia responden dengan usia di bawah 25 tahun sebanyak 10 orang atau sebesar 11 persen, usia 25 – 30 sebanyak 33 atau sebesar 36,7 persen, usia 30 – 35 sebanyak 35 atau sebesar 38,9 persen dan usia di atas 35 tahun sebanyak 12 orang atau sebesar 13,3 persen. Simpulan dari data karakteristik berdasarkan usia auditor BPK, sebagian besar adalah berusia 30 – 35 tahun. Hal tersebut dikarenakan dalam melakukan tugas audit, harus memiliki pengalaman audit yang tinggi dan hasil yang baik yang biasanya diposisikan sebagai ketua tim dalam melaksanakan audit suatu entitas tertentu. Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin seperti yang dapat dilihat dalam Tabel 9. Berdasarkan Tabel 9, dapat disimpulkan bahwa responden dengan jenis kelamin laki – laki sebanyak 62 orang atau sebesar 68,9 persen dan perempuan sebanyak 28 atau sebesar 31,1 persen. Tabel perhitungan mengenai jumlah responden sesuai dengan jenis kelamin dapat dilihat pada Lampiran 4. Jumlah auditor laki–laki lebih banyak dibandingkan dengan auditor perempuan, hal tersebut dikarenakan mobilitas tinggi yang diperlukan oleh seorang anggota auditor dalam melakukan tugas audit. Tugas audit tersebut sering kali membutuhkan waktu berhari-hari yang dilakukan menyebar di seluruh Indonesia, sehingga lebih diperlukan laki– laki untuk dapat melakukan tugas–tugas jauh dalam waktu yang relatif lama. Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Formal Pendidian Formal Pendidikan PraSarjana (setingkat D3) Pendidikan Sarjana (S1) Diploma IV Pendidikan S2 Pendidikan doktor (S3) Total
Data dari Tabel 10 menyajikan
Jumlah (orang) 0 52 8 30 0 90
% 0 57,8 8,9 33,3 0 100
informasi mengenai pendidikan
formal yang dimiliki auditor BPK. Dapat dilihat bahwa responden dengan
47
pendidikan prasarjana (setingkat D3) tidak ada, pendidikan sarjana (S1) sebanyak 52 orang atau sebesar 57,8 persen, Diploma IV sebanyak 8 orang atau 8,9 persen, Pendidikan S2 sebanyak 30 orang atau sebesar 33,3 persen dan pendidikan doktor (S3) tidak ada. Tabel perhitungan mengenai jumlah responden sesuai dengan pendidikan dapat dilihat pada Lampiran 4 Dapat disimpulkan bahwa auditor BPK yang memiliki pendidikan sarjana (S1) pada posisi auditor, memiliki jumlah terbanyak. Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Pengalaman Kerja Di Bidang Audit Lama pengalaman kerja di bidang audit (tahun) <5 5 – 10 >10 Total
Jumlah (Orang)
%
32 44 14 90
35,6 48,9 15,5 100
Berdasarkan Tabel 10 di atas, jumlah responden dengan lama pengalaman kerja di bidang audit kurang dari 5 tahun sebanyak 32 orang atau sebesar 35,6 persen, pengalaman kerja di bidang audit antara 5 sampai 10 tahun sebanyak 44 orang atau 48,9 persen dan pengalaman kerja di bidang audit lebih dari 10 tahun sebanyak 14 orang atau sebesar 15,5 persen. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar auditor BPK memiliki lama pengalaman kerja di bidang audit berada di antara 5 – 10 tahun. Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Jabatan BPK Jenjang Jabatan BPK Auditor Ahli Pratama Auditor Ahli Muda Auditor Ahli Madya Auditor Ahli Utama Auditor Terampil Pratama Auditor Terampil Muda Auditor Terampil Pemula Total
Jumlah (orang) 69 16 3 0 1 1 0 90
% 76,7 17,8 3,3 0 1,1 1,1 0 100
Berdasarkan Tabel 11 di atas, dapat diketahui bahwa responden dengan jenjang jabatan sebagai auditor ahli pratama sebanyak 69 orang atau sebesar 76,7 persen, auditor ahli muda sebanyak 16 orang atau sebesar17,8 persen, auditor ahli madya sebanyak 3 orang atau sebesar 3,3 persen, auditor terampil pratama dan auditor terampil muda masing-masing sebanyak 1 orang atau sebesar 1,1 persen dan untuk jenjang jabatan auditor ahli utama
48
dengan auditor terampil pemula tidak ada. Data yang telah didapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar auditor BPK memiliki jenjang jabatan sebagai auditor ahli pratama. Tabel 12. Karakteristik Responden Berdasarkan Keluarga Jabatan Pemeriksa Keluarga Jabatan Pemeriksa Anggota Tim Yunior Anggota Tim Senior Pemeriksa Ketua Tim Yunior Fungsional Ketua Tim Senior Pengendali Teknis Pengendali Mutu Pemeriksa Kepala Seksi Struktural Kepala Sub Auditorat Kepala Auditorat Total
Jumlah (orang) 76 14 0 0 0 0 0 0 0 90
Berdasarkan Tabel 12, didapat bahwa responden yang
% 84,4 15,6 0 0 0 0 0 0 0 100
berada di
keluarga jabatan pemeriksa fungsional sebagai anggotan tim yunior sebanyak 76 orang atau sebesar 84,4 persen, anggota tim senior sebanyak 14 orang atau 15,6 persen, ketua tim yunior, ketua tim senior, pengendali teknis dan pengendali mutu tidak ada. Keluarga jabatan pemeriksa struktural sebagai kepala seksi, kepala sub auditorat dan kepala auditorat tidak ada. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar auditor BPK berada pada keluarga pemeriksa fungsional sebagai anggota tim yunior. 4.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 4.3.1 Hasil Uji Validitas Pada awal penelitian, kuesioner disebarkan kepada 30 orang untuk dilakukan uji validitas terhadap butir pertanyaan atau pernyataan kepada auditor Badan Pemeriksa Keuangan. Jumlah keseluruhan dari pernyataan yang diajukan pada kuesioner yaitu berjumlah 50 butir pernyatan pada variabel kompetensi yang dibagi dalam kompetensi perilaku sebanyak 30 butir pertanyaan dan kompetensi teknis sebanyak 20 butir pertanyaan. Selanjutnya, variabel kinerja memiliki 25 pernyataan (Lampiran 3). Setelah dilakukan uji validitas menggunakan SPSS 16.0, hasil yang diperoleh dapat dinyatakan sebagian besar dari pernyataan valid, namun terdapat beberapa pernyataan yang tidak valid, yaitu
49
pada variabel kompetensi bagian kompetensi perilaku pada poin nomer 7 dalam efektifitas individu dan pada variabel kinerja bagian pemeriksaan poin 7 dan pemeriksaan profesi poin 9. Nilai validitas yang dihasilkan dapat dilihat pada Lampiran 1. Pernyataan yang tidak valid perlu dilakukan perubahan pada kata-kata dalam pertanyaan atau pernyataan tersebut, agar dapat dimengerti oleh responden, karena biasanya ketidak validan terhadap butir pertanyaan atau pernyataan tersebut dikarenakan pertanyaan yang bias sehingga tidak dapat dimengerti oleh responden. 4.3.2 Hasil Uji Reliabilitas Hasil perhitungan dapat dilihat dari nilai Cronbach’s Alpha dengan hasil 0,966, maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang disebarkan menunjukan sudah realibel. Maka nilai perhitungan tersebut telah dalam keadaan yang sempurna (excellent), sehingga dapat diandalkan sebagai alat ukur dalam penelitian dan hasil dari uji reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 2. 4.4. Hasil Uji Analisis dan Skor Rataan Badan Pemeriksa Keuangan perlu menempatkan pegawai dalam jabatan auditor dengan sumber daya yang cakap, terampil dan memenuhi persyaratan untuk melakukan fungsi audit, karena pada dasarnya, fungsi auditor dengan fungsi bagian kerja lainnya di BPK, memiliki persyaratan dan standar kompetensi yang berbeda sesuai bidang tugasnya masingmasing. Bagian auditor memang memiliki standar kompetensi khusus yang harus dimiliki, karena mereka harus melakukan kegiatan investigasi, penelusuran serta pelaporan keuangan, kinerja dan lainnya terhadap suatu entitas tertentu. Oleh karena itu, untuk melakukan fungsi audit, auditor perlu memiliki standar kompetensi yang sesuai seperti kompetensi perilaku dan teknis dalam melakukan pemeriksaan. Kompetensi khusus yang harus dimiliki auditor dalam melakukan pekerjaannya bertujuan untuk menghasilkan kinerja yang maksimal, karena dengan hasil kinerja yang maksimal dapat memenuhi visi, misi dan tujuan
50
yang ditetapkan oleh BPK dengan tujuan akhir untuk menuju Indonesia yang lebih baik dalam hal keuangan. 4.4.1
Persepsi Terhadap Kompetensi 1. Kompetensi Perilaku Kompetensi Perilaku yang merupakan seperangkat pola perilaku yang diperlukan oleh auditor pegawai BPK untuk dipraktekkan pada suatu posisi tertentu. Kompetensi ini diperlukan dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya secara profesional, efektif, dan efisien. Hasil perhitungan persepsi auditor terhadap variabel kompetensi perilaku beserta indikator-indikatornya pada Badan Pemeriksa Keuangan, dapat dilihat pada Tabel 13 sampai Tabel 17 dan perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan Tabel 13, dapat disimpulkan bahwa auditor BPK telah memiliki intelektual individu yang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil nilai skor rataan yang didapatkan berdasarkan pernyataan yang ada yaitu sebesar 3,92. Dengan demikian, tugas audit dapat diselesaikan dengan baik, karena auditor memiliki intelektual individu yang mendukung dalam melakukan pekerjaannya. Tabel 13. Persepsi atau Skor Rataan Terhadap Intelektual Individu No. 1.
2.
3.
4. 5.
Pernyataan SS Mengetahui hal-hal yang terkait 22 dengan permasalahan yang dihadapi dalam audit. Menguraikan masalah yang 15 dihadapi, sehingga dapat mengidentifikasikan akar permasalahan atau implikasi yang dapat ditimbulkan. Memahami situasi atau masalah 16 dimulai dari mengidentifikasi pola atau hubungan dan permasalahan utama yang mendasar. Saya mampu berpikir dengan 15 cara yang baru. Saya mampu bertindak dengan 6 cara yang baru. Total Rataan
Jawaban Rataan Keterangan S CS TS STS 58 10 4,13 Baik 62
13
-
-
4,02
Baik
52
20
2
-
3,91
Baik
54
14
7
-
3,85
Baik
56
23
5
-
3,70
Baik
3,92
Baik
51
Unsur-unsur Intelektual individu tersebut menjelaskan waktu dan usaha maksimal yang digunakan auditor dalam mencari informasi lebih terkini guna mendukung suatu pekerjaan (audit) saat ini maupun di masa mendatang, auditor dapat menguraikan dengan baik mengenai suatu masalah dan/atau melihat akar penyebab dari suatu masalah, auditor dapat melihat pola dalam suatu kondisi yang selanjutnya menggabungkan beberapa bagian menjadi satu-kesatuan, auditor memiliki visi BPK jangka pendek maupun jangka panjang dan auditor mampu memperkenalkan atau menemukan cara baru dalam melakukan sesuatu (thinking out-of-the box). Tabel 14. Persepsi Terhadap Efektivitas Individu No. 1. 2. 3. 4. 5.
6. 7.
8.
9.
Pernyataan
Jawaban Responden
Rataan
Keterangan
SS
S
Bekerja dengan lebih 17 baik atau melebihi standar kinerja Mampu menyikapi 21 perubahan secara positif Membantu orang lain 12 agar mampu beradaptasi dengan perubahan. Bertindak sesuai dengan 25 nilai-nilai dan etika kerja yang berlaku. Saya mampu bersikap 25 netral atau tidak berpihak dalam menyelesaikan sebuah masalah. Menghindari benturan 12 kepentingan. Mengambil tindakan atas 16 masalah yang terjadi secara proaktif tanpa menunggu instruksi. Memahami pihak 24 internal organisasi dengan melihat keselarasan dan keterpaduan dari proses kerja yang terjadi. Memahami pihak 15 eksternal organisasi dengan melihat keselarasan dan keterpaduan dari proses kerja yang terjadi Total Rataan
57
CS TS STS 13
3
-
3,98
Baik
58
9
2
-
4,09
Baik
54
22
2
-
3,84
Baik
58
6
1
-
4,19
Baik
56
8
1
-
4,17
Baik
49
21
8
-
3,72
Baik
54
15
4
1
3,89
Baik
51
12
3
-
4,07
Baik
53
14
8
-
3,88
Baik
3,98
Baik
52
Pada Tabel 14 menjelaskan bahwa auditor BPK telah efektif dalam melakukan tugasnya seperti yang dilihat dari hasil total rataan efektivitas individunya sebesar 3,98 yang dapat dikatakan dalam kondisi yang baik. Efektivitas yang dimiliki oleh auditor BPK dapat digunakan sebagai pengukuran keberhasilan
dalam
pencapaian
tujuan-tujuan
yang
telah
ditetapkan oleh BPK. Unsur-unsur yang terdapat dalam efektivitas individu tersebut menjelaskan auditor telah mencapai atau bahkan melebihi
sasaran
yang
ditetapkan
termasuk
melakukan
perhitungan resiko yang perlu diambil dalam mencapaian tersebut, auditor mampu menyesuaikan diri dengan baik terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di dalam BPK dan bisa menjadi fasilitator bagi perubahan di dalam BPK, auditor telah memiliki ketegasan dengan tetap memegang prinsip transparansi dalam bertindak dan bekerja sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku, auditor telah bertindak secara objektif dan tidak berpihak sesuai dengan keyakinan dan nilai-nilai, auditor telah berfikir dan bertindak untuk mengidentifikasi kesempatan dan mengantisipasi masalah dan auditor mampu memahami dan mempelajari kondisi organisasi secara internal maupun eksternal dengan baik dan menunjukkan komitmen untuk mendukung pencapaian tujuan BPK. Hasil yang menjelaskan mengenai kondisi pengelolaan tugas oleh auditor BPK dapat dilihat dari Tabel 15. Pengelolaan tugas audit telah dilakukan dengan baik oleh auditor BPK. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai total rataan yang dihasilkan yaitu sebesar 3,73. Dengan pengelolaan tugas yang baik, maka kegiatan pemeriksaan akan berjalan dengan baik dan lancar serta akan menghasilkan laporan pemeriksaan yang baik dan benar sesuai dengan tujuan dilaksanakannya pemeriksaan tersebut.
53
Tabel 15. Persepsi Terhadap Pengelolaan Tugas No.
1.
2.
3.
4. 5.
Pernyataan
Jawaban Responden
Rataan Keterangan
SS
S
CS
TS
STS
Menyusun rencana kerja 10 jangka pendek dengan target yang spesifik, realistis, dan terukur, yang diselaraskan dengan visi/misi BPK. Menyusun rencana kerja 13 jangka panjang dengan target yang spesifik, realistis, dan terukur, yang diselaraskan dengan visi/misi BPK. Melaksanakan pekerjaan 12 secara teratur dengan cara mengawasi pekerjaan. Meninjau ulang 15 pekerjaan atau informasi. Membuat suatu sistem 7 pemeriksaan sendiri. Total Rataan
61
13
6
-
3,83
Baik
45
23
9
-
3,70
Baik
52
23
3
-
3,81
Baik
51
20
3
1
3,84
Baik
47
19
16
1
3,48
Baik
3,73
Baik
Unsur-unsur dalam pengelolaan tugas tersebut menjelaskan rencana kerja telah dibuat dengan baik, tingginya tingkat pelibatan orang lain dalam melaksanakan rencana pekerjaannya dan lingkup kerja yang dimonitor dengan baik oleh auditor dan tingkat kepeduliannya yang tinggi terhadap akurasi hasil pekerjaannya. Berdasarkan Tabel 16 dapat dikemukakan bahwa auditor BPK sudah mampu bekerja dengan orang lain secara baik, karena pada
dasarnya
dalam
melakukan
pemeriksaan
harus
melakukannya secara tim atau bekerja sama dengan orang lain. Kerjasama yang baik dengan orang lain akan membuat pekerjaan menjadi lebih ringan karena dapat berbagi tugas dan dapat lebih teliti karena mereka bisa mendiskusikan satu sama lain. Dengan kemampuan
bekerjasama
tersebut,
pekerjaan
akan
dapat
diselesaikan dengan lebih mudah dan dengan waktu yang singkat.
54
Tabel 16. Persepsi Terhadap Bekerja dengan Orang Lain No.
Pernyataan SS
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jawaban Responden Rataan Keterangan S CS TS STS
Mengetahui dan 6 memahami pikiran orang lain yang tidak terucapkan secara langsung. Mengetahui dan 9 memahami pikiran orang lain yang tidak terucapkan secara langsung. Mengetahui dan 9 memahami masalah orang lain yang tidak terucap secara langsung. Berupaya untuk 17 membina, menjaga, dan mendayagunakan hubungan atau jaringan kontak yang luas. Bekerjasama dalam 16 tim/kelompok kerja/unit lain di BPK. Membantu atau 8 melayani orang lain. Total Rataan
31
30
18
24
28
20
35
14
59
5
3,17
Cukup Baik
9
3,04
Cukup Baik
19
7
3,02
Cukup Baik
14
-
-
4,03
Baik
54
19
1
-
3,94
Baik
65
16
1
-
3,84
Baik
3,51
Baik
Bekerja dengan orang lain tersebut, memiliki unsur-unsur yang menjelaskan auditor menyadari dengan baik apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh orang lain, auditor mampu memperluas network dengan baik, menjaga hubungan baik serta mendayagunakan jaringan/hubungan yang luas untuk mencapai suatu tujuan saat ini maupun dimasa mendatang, auditor dapat bekerjasama dengan baik serta saling mendukung dalam meningkatkan kinerja tim atau kelompoknya dan auditor memahami dan mengambil tindakan dalam memenuhi keinginan pelanggan. Pada Tabel 17 dapat dijelaskan bahwa auditor BPK mampu bekerja melalui orang lain dengan hasil yang dapat dilihat yaitu sebesar 3,84. Bekerja melalui orang lain sangat diperlukan dalam melakukan tugas pemeriksaan karena dengan hal tersebut, seseorang yang kurang mengerti dalam melakukan tugas akan dibantu dengan orang lainnya yang lebih paham sehingga tugas dapat terselesaikan dengan baik. Dengan adanya seseorang yang
55
lebih mengerti dalam melakukan tugas pemeriksaan, dia dapat membantu orang lain. Tabel 17. Persepsi Terhadap Bekerja Melalui Orang Lain No.
Pernyataan SS
1.
2. 3. 4.
5.
Bertindak untuk 19 mempengaruhi atau membuat orang lain percaya. Bertindak sebagai 6 pemimpin kelompok. Berperan sebagai 8 pemimpin kelompok. Mendorong proses 12 belajar orang lain, sehingga memenuhi persyaratan keahlian. Mengembangkan 7 kapabilitas orang lain, sehingga memenuhi persyaratan keahlian. Total Rataan
Jawaban Responden Rataan Keterangan S CS TS STS 53
11
7
-
3,93
Baik
42
28
14
-
3,91
Baik
46
24
12
-
3,56
Baik
55
17
6
-
3,81
Baik
56
23
4
-
3,99
Baik
3,84
Baik
Bekerja melalui orang lain tersebut, memiliki unsur-unsur yang mampu menjelaskan mengenai auditor sudah menggunakan keahliannya dengan baik dalam mempengaruhi opini/pendapat orang lain, auditor mampu membawa kelompoknya bekerja dengan efektif dan harmonis serta auditor membantu orang lain dengan baik dalam mengembangkan diri dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 2. Kompetensi Teknis Kompetensi teknis
yang merupakan pengetahuan serta
keterampilan pemeriksaan yang harus dimiliki oleh auditor BPK dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi pemeriksaan secara profesional, efektif dan efisien. Dengan kompetensi teknis ini pula, kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pemeriksaan menjadi lebih terintegrasi. Auditor BPK diharapkan lebih perduli terhadap tuntutan kompetensi yang harus dimiliki dan dipenuhi dalam rangka pelaksanaan tugas pemeriksaan agar tercapainya Rencana Strategis BPK 2011-2015. Hasil persepsi kompetensi teknis
56
beserta indikator-indikatornya pada Badan Pemeriksa Keuangan, dapat dilihat pada Tabel 18 sampai Tabel 21. Kompetensi
dalam
pengelolaan
dan
tanggungjawab
keuangan Negara merupakan kompetensi yang dibutuhkan auditor dalam melakukan pemeriksaan atas mekanisme kegiatan pengelolaan keuangan Negara serta aspek hukum yang meliputinya. Hal tersebut karena, kompetensi ini meliputi pengetahuan dan keterampilan yang digunakan dalam melakukan pemeriksaan. Dari Tabel 19, dapat dinyatakan bahwa auditor telah memiliki kompetensi yang baik terhadap pengelolaan dan tanggungjawab keuangan Negara. Tabel 18. Persepsi Terhadap Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara No. 1.
2.
3.
4.
Pernyataan
Jawaban Responden
SS Mengetahui mekanisme 23 kegiatan pengelolaan (tata kelola) keuangan negara. Terampil dalam 24 melakukan pemeriksaan atas mekanisme kegiatan pengelolaan (tata kelola) keuangan negara. Mengetahui aspek 16 hukum (buktibukti/temuan/simpulan) terkait pemeriksaan. Terampil dalam 21 melakukan pemeriksaan atas aspek hukum (buktibukti/temuan/simpulan) terkait pemeriksaan. Total Rataan
Unsur-unsur
dalam
S 54
CS 11
TS 2
Rataan Keterangan STS -
4,09
Baik
52
11
3
-
4,08
Baik
50
21
3
-
3,88
Baik
49
17
3
-
3,98
Baik
4,01
Baik
kompetensi
pengelolaan
dan
tanggungjawab keuangan negara menjelaskan kemampuan yang baik untuk memahami, menganalisis, mengevaluasi serta memberikan rekomendasi atas tata kelola keuangan Negara (mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan sampai dengan pertanggungjawaban). Selanjutnya, menjelaskan baiknya kemampuan
yang
dimiliki
auditor
untuk
memahami,
menganalisis, mengevaluasi serta memberikan rekomendasi atas
57
bukti-bukti/temuan/simpulan
dari pemeriksaan, berdasarkan
produk-produk hukum terkait pemeriksaan. Berdasarkan Tabel 19, dapat dijelaskan bahwa auditor telah memiliki kompetensi terhadap entitas pemeriksa yang baik, artinya auditor telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh gambaran menyeluruh atas entitas yang diperiksa. Kompetensi ini memiliki unsur-unsur yang mampu menjelaskan bahwa auditor memiliki kemampuan yang baik untuk memahami, menganalisi serta mengevaluasi proses bisnis suatu entitas pemeriksaan dan auditor memiliki kemampuan
yang
baik
untuk
memahami,
menganalisis,
mengevaluasi serta memberikan rekomendasi perbaikan atas sistem pengendalian internal entitas pemeriksaan. Tabel 19. Persepsi Terhadap Entitas Pemeriksaan No.
Pernyataan
Jawaban Responden SS
1.
2.
3.
4.
Rataan Keterangan
S
CS
TS STS
Mengetahui proses 18 59 bisnis suatu entitas yang diperiksa. Terampil dalam 27 55 melaksanakan pemeriksaan mengenai proses bisnis suatu entitas yang diperiksa. Mengetahui sistem 25 53 pengendalian internal suatu entitas yang diperiksa. Terampil dalam 24 56 melaksanakan pemeriksaan mengenai sistem pengendalian internal suatu enitas yang diperiksa. Total Rataan
10
3
-
4,02
Baik
7
1
-
4,20
Sangat Baik
12
-
-
4,14
Baik
10
-
-
3,89
Baik
4,06
Baik
Teknik dalam pemeriksaan meliputi pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan auditor untuk memperoleh, memproses,
serta
mendokumentasikan
data
pemeriksaan.
Berdasarkan Tabel 20, dapat disimpulkan bahwa auditor menjalankan teknik pemeriksaan dengan baik seperti yang dapat
58
dilihat dari perolehan total rataan teknik pemeriksaan sebesar 4,07. Unsur-unsur
yang
terdapat
dalam
kompetensi
yang
menjelaskan mengenai kemampuan dalam teknik pemeriksaan adalah auditor mampu dalam menyiapkan dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam pemeriksaan. Selain itu, menjelaskan bahwa auditor mampu mengolah data pemeriksaan sehingga memperoleh
informasi
yang
berguna,
mampu
membuat
kesimpulan dan mendukung dalam pengambilan keputusan. Terakhir, unsur-unsur tersebut menjelaskan bahwa auditor mampu untuk mendokumentasikan catatan-catatan mengenai prosedur pemeriksaan yang ditempuh, pengujian yang dilakukan, informasi yang diperoleh dan simpulan yang dibuat sehubungan dengan pemeriksaan. Tabel 20. Persepsi Terhadap Teknik Pemeriksaan No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pernyataan
Jawaban Responden
Rataan Keterangan
SS
S
CS
TS
STS
Mampu menyiapkan data 22 yang diperlukan dalam pemeriksaan. Mampu mengumpulkan 17 data yang diperlukan dalam pemeriksaan. Mampu melakukan 27 pengolahan data pemeriksaan. Mampu untuk 20 mendokumentasikan catatan-catatan mengenai prosedur pemeriksaan Mampu untuk 17 mendokumentasikan catatan-catatan mengenai pengujian pemeriksaan. Mampu untuk 20 mendokumentasikan catatan-catatan mengenai informasi yang diperoleh sehubungan dengan pemeriksan. Mampu untuk 20 mendokumentasikan catatan-catatan mengenai simpulan sehubungan dengan pemeriksaan. Total Rataan
58
10
-
-
4,13
Baik
58
14
1
-
4,01
Baik
54
9
-
-
4,20
Sangat Baik
59
10
1
-
4,09
Baik
61
10
2
-
4,03
Baik
57
10
3
-
4,04
Baik
56
11
3
-
4,03
Baik
4,07
Baik
59
Berdasarkan Tabel 21, dapat dijelaskan bahwa auditor BPK telah baik dalam melaksanakan komunikasi dalam pemeriksaan, seperti hasil yang didapatkan dari total rataan sebesar 4,05. Kompetensi
komunikasi
kompetensi
yang
dalam
dibutuhkan
pemeriksaan pemeriksa
merupakan
untuk
dapat
menyampaikan informasi mengenai pemeriksaan kepada entitas terperiksa selama pemeriksaan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam penyampaian hasil pemeriksaan (DPR, BPKP, Inspektorat Jendral, dll). Tabel 21. Persepsi Terhadap Komunikasi dalam Pemeriksaan No.
1.
2.
3.
4.
5.
Pernyataan
Jawaban Responden
Rataan Keterangan
SS
S
CS
TS
STS
Mampu menyampaikan 22 informasi terkait pemeriksaan secara jelas kepada entitas terperiksa. Mampu menyajikan hasil 16 pemeriksan dalam bentuk laporan tertulis secara objektif oleh pihak yang dituju. Mampu menyajikan hasil 19 pemeriksan dalam bentuk laporan tertulis secara akurat oleh pihak yang dituju. Mampu menyajikan hasil 23 pemeriksan dalam bentuk laporan tertulis secara jelas oleh pihak yang dituju. Mampu menyajikan hasil 22 pemeriksan dalam bentuk laporan tertulis yang mudah dipahami pihak yang dituju. Total Rataan
57
10
-
1
4,10
Baik
58
13
3
-
3,97
Baik
56
13
2
-
4,02
Baik
51
15
1
-
4,07
Baik
57
9
2
-
4,10
Baik
4,05
Baik
Unsur-unsur yang terdapat dalam kompetensi komunikasi dalam pemeriksaan menjelaskan bahwa auditor telah memiliki kemampuan untuk menyampaikan dan menjelaskan informasi terkait pemeriksaan secara ringkas, jelas dan fokus dengan didukung oleh alat bantu serta mendapat perhatian penuh dari audiens, auditor mampu menyajikan hasil pemeriksaan dalam bentuk laporan tertulis yang disampaikan secara objektif,
60
lengkap, akurat, jelas dan mudah dipahami oleh pihak yang dituju. 4.4.2 Persepsi Terhadap Kinerja Persepsi terhadap kinerja beserta indikator-indikatornya yaitu pemeriksaan, pengembangan profesi dan faktor penunjang pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, dapat dilihat pada Tabel 22 sampai Tabel 24. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 22. Persepsi atau Skor Rataan Terhadap Pemeriksaan No.
1.
2. 3. 4. 5.
6. 7.
Deskripsi Pernyataan tentang Pemeriksaan
Jawaban Responden
Skor Keterangan Rataan
SL
SR
K
P
TP
Melakukan penyusunan rencana Kerja Pemeriksaan (RKP). Melakukan Perencanaan pemeriksaan. Melaksanakan 16 pemeriksaan. Melakukan pelaporan 24 hasil pemeriksaan. Melakukan pemantauan 9 tindak lanjut hasil pemeriksaan. Melakukan evaluasi 7 pemeriksaan. Melaksanakan pemantauan kerugian Negara/daerah. Total Rataan
43
34
11
2
3,31
Cukup Baik
51
28
11
-
3,44
Baik
52
22
-
-
3,93
Baik
52
13
1
-
4,10
Baik
66
13
2
-
3,91
Baik
28
43
12
-
4,00
Baik
14
50
22
4
2,82
Cukup Baik
3,64
Baik
Pada Tabel 22 dapat dikatakan bahwa auditor BPK telah melakukan pemeriksaan dengan baik, hal tersebut karena merupakan suatu keharusan untuk menciptakan transparansi terhadap keuangan Negara serta kinerja karyawan atau pegawai terhadap suatu entitas tertentu, agar Indonesia berjalan kearah yang lebih baik lagi terhadap keuangan. Untuk itu, auditor harus mampu bekerja dengan sungguhsungguh
baik
dalam
melakukan
perencanaan,
pemeriksaan,
pelaporan maupun tindak lanjut dari hasil pemeriksaan. Berdasarkan Tabel 23, dapat dikatakan bahwa auditor BPK tidak baik dalam melakukan pengembangan profesi, dapat dilihat dari hasil yang didapat sebesar 1,89. Hal tersebut dikarenakan para auditor
tidak
memiliki
banyak
waktu
dalam
melakukan
pengembangan profesi. Sebagian besar waktu yang dimiliki oleh
61
auditor, dihabiskan untuk melakukan pemeriksaan yang tidak jarang dilakukan di luar kota bahkan di luar pulau Jawa yang biasanya memakan waktu sampai berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Hanya beberapa auditor yang memanfaatkan sedikit waktu mereka untuk melakukan pengembangan profesi tersebut, dan hal tersebut tidak bisa sering dilakukan. Tabel 23. Persepsi Terhadap Pengembangan Profesi No.
Pernyataan
Jawaban Responden SL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Membuat karya tulis/karya ilmiah dibidang pemeriksaan. Melakukan penerjemahan/penyadura n buku. Melakukan bimbingan bagi pemeriksa dibawah jenjang jabatan/tutorial profesi. Mengikuti program magang pada Lembaga Pemeriksaan setingkat BPK. Melakukan pelatihan di kantor sendiri (on the job Training). Mengikuti kegiatan pemaparan draft/pedoman/modul/fat wa yang berkaitan dengan tugas pemeriksaan. Berpartisipasi dalam pengembangan pedoman pemeriksaan. Mengikuti bimbingan teknis terkait tugas pemeriksaan. Memaparkan hasil diklat/studi banding terkait dengan transfer of knowledge secara internal. Total Rataan
Rataan Keterangan
SR
K
P
TP
-
-
23
67
1,26
Sangat Tidak Baik
-
-
18
72
1,20
Sangat Tidak Baik
-
-
25
65
1,28
Sangat Tidak Baik
-
-
23
67
1,26
Sangat Tidak Baik
31
40
19
-
3,13
Cukup Baik
32
37
18
3
3,09
Cukup Baik
-
-
19
71
1,21
Sangat Tidak Baik
44
37
8
1
3,38
Cukup Baik
-
-
21
69
1,23
Sangat Tidak Baik
1,89
Tidak Baik
Berdasarkan Tabel 24 menunjukkan bahwa auditor BPK tidak baik dalam melakukan kegiatan yang mampu menunjang profesinya, dapat dilihat dari hasil yang didapat sebesar 2,43. Hal tersebut dikarenakan para auditor menghabiskan sebagian besar waktu yang dimilikinya dalam melakukan pemeriksaan yang tidak jarang dilakukan di luar kota bahkan di luar pulau Jawa yang biasanya
62
memakan waktu sampai berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Para auditor lebih fokus dalam melakukan kegiatan utamanya yaitu dalam hal pemeriksaan dibandingkan dengan melakukan kegiatan penunjangnya dan untuk beberapa auditor, belum memiliki kemampuan yang sesuai dalam melakukan kegiatan tersebut sehingga mereka tidak pernah melakukannya. Tabel 24. Persepsi Terhadap Penunjang Profesi No.
Pernyataan
Jawaban Responden SL
1.
2.
3.
4.
5.
6. 7.
8.
9.
Menjadi panitia dalam pengembangan pemeriksaan. Menjadi anggota dalam tim penilai jabatan pemeriksa. Menjadi anggota aktif dalam organisasi profesi yang berkaitan dengan tugas pemeriksaan. Berperan serta dalam seminar/lokakarya di bidang pemeriksaan. Melakukan penyusunan/pemutakhira n Database Entitas Pemeriksa (DEP). Merevieu Database Entitas Pemeriksa (DEP). Melakukan penelaahan hasil pengaduan masyarakat. Melakukan penyiapan bahan dan/atau pemberian keterangan ahli dalam peradilan khusus tindak pidana dan/atau kerugian negara yang berkaitan dengan pemeriksaan. Membuat laporan berkala. Total Rata-rata
Rataan Keterangan
SR
K
P
TP
2
51
23
14
2,46
Tidak Baik
-
-
14
76
1,16
Sangat Tidak baik
6
55
20
9
2,64
Cukup Baik
50
33
7
-
3,48
Baik
-
-
19
71
1,21
Sangat Tidak baik
-
-
21
69
1,23
20
49
18
3
2,96
Sangat Tidak baik Cukup Baik
43
39
8
-
3,39
Cukup Baik
39
45
6
-
3,37
Cukup Baik
2,43
Tidak Baik
Berikut adalah tabel yang menjabarkan keseluruhan persepsi responden antara variabel kompetensi perilaku serta teknis dan kinerja beserta indikator-indikatornya sesuai masing-masing, yang dapat dilihat pada Tabel 25 dan Tabel 26. Pada Tabel 25 dapat dikatakan bahwa kompetensi yang dimiliki oleh auditor BPK sudah baik. Kompetensi yang dimiliki tersebut diharapkan dapat terus ditingkatkan agar auditor dapat
63
melakukan pemeriksaan lebih baik lagi dari sebelumnya dan memiliki tingkat keakuratan yang tinggi. Hasil pemeriksaan yang akurat sangat dibutuhkan untuk menciptakan keadaan transparansi keuangan di Indonesia. Tabel 25. Persepsi Terhadap Kompetensi No.
Kompetensi
Skor Rataan
Keterangan
1.
Intelektual Individu
3,92
Baik
2.
Efektifitas Individu
3,98
Baik
3.
Pengelolaan tugas
3,73
Baik
4.
Bekerja dengan orang lain
3,51
Baik
5.
Bekerja melalui orang lain
3,84
Baik
6.
4,01
Baik
7.
Pengelolaan dan tanggungjawab keuangan Negara Entitas pemeriksa
4,06
Baik
8.
Teknik pemeriksan
4,07
Baik
9.
Komunikasi dalam pemeriksaan
4,05
Baik
3,91
Baik
Skor Rataan
Keterangan
Total
Tabel 26. Persepsi Terhadap Kinerja No.
Kinerja
1.
Pemeriksaan
3,64
Baik
2.
Pengembangan profesi
1,89
Tidak Baik
3.
Penunjang
2,43
Tidak Baik
2,65
Cukup Baik
Total
Pada Tabel 26 dapat disimpulkan bahwa kinerja auditor BPK dalam keadaan cukup baik. Hasil kinerja yang didapatkan tersebut diharapkan dapat ditingkatkan untuk berada dalam keadaan baik atau lebih. Kinerja yang perlu ditingkatkan yaitu pada variabel pengembangan profesi dan penunjang, karena dengan kinerja yang cukup, kurang mendukung dalam meningkatkan kondisi keuangan di Indonesia. 4.5. Hasil Uji Crosstab Besarnya karakteristik penilaian pegawai
terhadap variabel
penelitian berdasarkan latar belakang pegawai dapat diketahui dalam bentuk crosstab antara variabel yang diteliti yaitu kompetensi dengan pendidikan,
64
kompetensi dengan jenis kelamin, kinerja dengan pendidikan dan kinerja dengan jenis kelamin. Uji Crosstab digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara karakteristik responden dengan variabel yang diteliti. Hubungan Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 27. Crosstab Kompetensi dengan Pendidikan Kompetensi
Pendidikan Diploma IV
Setuju berkompetensi cukup Baik Setuju berkompetensi baik
8 16,3% 0 0%
Total
S1
S2
36 73,5% 16 39%
5 10,2% 25 61%
49 100% 41 100%
Tabel 28. Chi-Square Test Kompetensi dengan Pendidikan Pearson Chi-Square Likelihood Ratio
Value 28.540a 32.828
df 2 2
Asymp. Sig. (2-sided) .000 .000
Langkah awal melakukan pengujian sebagai berikut: H0 : Tidak ada hubungan antara kompetensi dengan pendidikan H1 : Ada hubungan antara kompetensi dengan pendidikan Tolak H0 jika p-value < alpha (α=5%) Tabel 27 di atas menunjukkan bahwa dari 49 auditor yang memberikan penilaian bahwa auditor setuju telah memiliki kompetensi yang cukup baik dengan pembagian 8 orang dengan pendidikan Diploma IV, 36 orang dengan pendidikan S1 dan 5 orang dengan pendidikan S2. Dari 41 auditor yang setuju memiliki kompetensi baik dengan pembagian 16 orang dengan pendidikan S1 dan 25 orang dengan pendidikan S2. Hasil dari Tabel 28 tersebut menunjukkan p-value (0.000) < 0.05 yang artinya terdapat hubungan yang terjadi antara kompetensi dengan pendidikan. Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa auditor yang memiliki pendidikan yang tinggi, memiliki kompetensi yang baik pula, karena dengan pendidikan tersebut, lebih banyak pembekalan yang diberikan agar auditor mampu bekerja dengan baik sesuai dengan keahliannya. Tabel 29. Crosstab Kompetensi dengan Jenis Kelamin Kompetensi Setuju berkompetensi cukup Baik Setuju berkompetensi baik
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 30 19 61,2% 38,8% 32 9 78% 22%
Total 49 100% 41 100%
65
Tabel 30. Chi-Square Test Kompetensi dengan Jenis Kelamin Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher’s Exact Test N of Valid Cases
2.948a 2.215 3.004
df 1 1 1
Asymp. Sig. (2-sided) .086 .137 .083
Exact Sig. (2-sided)
.111
Exact Sig. (1-sided)
.068
90
Langkah awal melakukan pengujian sebagai berikut: H0 : Tidak ada hubungan antara kompetensi dengan jenis kelamin H1 : Ada hubungan antara kompetensi dengan jenis kelamin Tolak H0 jika p-value < alpha (α=5%) Tabel 29 di atas menunjukkan bahwa dari 49 auditor yang memberikan penilaian bahwa auditor setuju memiliki kompetensi yang cukup baik dengan pembagian 30 orang yang berjenis kelamin laki-laki dan 19 orang yang memiliki jenis kelamin perempuan. Dari 41 auditor yang setuju memiliki kompetensi baik dengan pembagian 32 orang yang berjenis kelamin laki-laki dan 9 orang yang memiliki jenis kelmin perempuan. Hasil dari Tabel 30 tersebut menunjukkan p-value (0.086) > 0.05 yang artinya tidak terdapat hubungan yang terjadi antara kompetensi dengan jenis kelamin. Hal tersebut karena setiap orang memiliki kompetensi yang beragam, bukan tegantung dari jenis kelaminnya apakah laki-laki atau perempuan. Tabel 31. Crosstab Kinerja dengan Pendidikan Kinerja Pendidikan Diploma IV S1 Setuju berkinerja 3 3 Baik 50% 50% Sangat setuju berkinerja baik
5 6%
49 58,3%
Total S2 0 0%
6 100%
30 35,7%
84 100%
Tabel 32. Chi-Square Tests Kinerja dengan Pendidikan Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 14.433a 2 .001 10.563 2 .005 Likelihood Ratio N of Valid Cases 90 Langkah awal melakukan pengujian sebagai berikut: H0 : Tidak ada hubungan antara kinerja dengan pendidikan
66
H1 : Ada hubungan antara kinerja dengan pendidikan Tolak H0 jika p-value < alpha (α=5%) Tabel 31 menunjukkan bahwa dari 6 auditor yang memberikan penilaian bahwa auditor belum pernah menghasilkan kinerja yang baik dengan pembagian 3 orang yang berpendidikan Diploma IV dan 3 orang yang berpendidikan S1. Dari 84 auditor yang pernah menghasilkan kinerja baik dengan pembagian 5 orang dengan pendidikan Diploma IV, 49 orang dengan pendidikan S1 dan 30 orang dengan pendidikan S2. Hasil dari Tabel 32 tersebut menunjukkan p-value (0.001) < 0.05 yang artinya terdapat hubungan yang terjadi antara kinerja dengan pendidikan. Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan pendidikan yang semakin tinggi dan sesuai, akan meningkatkan kinerja karena dengan pengetahuan yang didapat melalui pendidikan tersebut, dapat diterapkan auditor dalam melakukan audit yang akhirnya menghasilkan keakuratan pemeriksaan sesuai tata cara yang ada mulai dari perencanaan hingga tindak lanjutnya. Tabel 33. Crosstab Kinerja dengan Jenis Kelamin Kinerja Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Setuju berkinerja 6 0 Baik 100% 0% Sangat setuju berkinerja baik
56 66,7%
Total 6 100%
28 33,3%
84 100%
Tabel 34. Chi-SquareTests Kinerja dengan Jenis Kelamin Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher’s Exact Test N of Valid Cases
2.903a 1.556 4.663
df 1 1 1
Asymp. Sig. (2-sided) .088 .212 .031
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.171
.099
90
Langkah awal melakukan pengujian sebagai berikut: H0 : Tidak ada hubungan antara kinerja dengan jenis kelamin H1 : Ada hubungan antara kinerja dengan jenis kelamin Tolak H0 jika p-value < alpha (α=5%) Tabel 33 di atas menunjukkan bahwa dari 6 auditor yang memberikan penilaian bahwa auditor belum menghasilkan kinerja yang baik dengan yang
67
seluruhnya berjenis kelamin laki-laki. Dari 84 auditor yang pernah menghasilkan kinerja baik dengan pembagian 56 orang yang berjenis kelamin laki-laki dan 28 orang yang memiliki jenis kelmin perempuan. Hasil dari Tabel 34 tersebut menunjukkan p-value (0.088) > 0.05 yang artinya tidak terdapat hubungan yang terjadi antara kinerja dengan jenis kelamin. Hal tersebut karena setiap orang memiliki kinerja tersendiri bukan berdasaran jenis kelamin. 4.6. Analisis Hubungan Usia dan Lama Kerja dengan Kompetensi dan Kinerja Auditor BPK Hubungan antara kompetensi dengan usia, kompetensi dengan lama kerja, kinerja dengan usia dan kinerja dengan lama kerja dapat dianalisis menggunakan korelasi rank spearman. Data dalam menggunakan korelasi ini didapat melalui survey terhadap auditor BPK yaitu dengan isian usia mereka saat ini dan lama mereka bekerja dibidang audit sampai tahun 2011. Setelah itu usia dalam lama mereka bekerja dimasukan dalam suatu kategori rentang nilai tertentu untuk dapat memudahkan dalam melakukan perhitungan, langkah selanjutnya adalah dengan melakukan pengujian sebagai berikut: 1. Usia dan lama kerja dengan kompetensi H0 : Tidak ada hubungan antara Usia atau Lama kerja dengan kompetensi. H1 : Ada hubungan antara Usia atau Lama kerja dengan kompetensi. Tabel 35. Hasil Korelasi Rank Spearman antara Usia dan Lama Kerja dengan Kompetensi Auditor BPK Variabel Kompetensi Usia Lama Kerja Kompetensi 1,000 Usia ,823** 1,000 Lama Kerja ,801** ,966** 1,000 Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 35 di atas, dapat dijelaskan bahwa nilai P_value sebesar 0,000 < nilai signifikansi α sebesar 0,05 baik pada korelasi lama kerja dengan kompetensi maupun pada usia dengan kompetensi, yang artinya terdapat hubungan antara lama kerja dengan kompetensi dan antara usia dengan kompetensi.
68
Nilai tersebut dapat dilihat pada Lampiran 7. Hal tersebut karena usia mempengaruhi seseorang dalam berfikir dan mengambil keputusan, semakin bertambah usia seseorang maka akan lebih banyak memiliki pengetahuan
dan
keterampilan
yang
didapatkan
berdasarkan
pengalamannya. Faktor lama kerja dalam bidang audit juga mampu mempengaruhi orang dalam mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan mereka akan lebih banyak belajar dari pengalaman kerjanya seperti dari pengalaman-pengalaman yang telah didapatkan selama bekerja. Semakin lama mereka berkerja dalam bidang audit, semakin banyak pula mereka mengetahui segala suatu yang baru dan ilmu dari kesalahan-kesalahan yang pernah didapat untuk diperbaiki kemudain hari yang akan mempengaruhi tingkat kemampuan dan keterampilan mereka di bidang audit. 2. Usia dan lama kerja dengan kinerja H0 : Tidak ada hubungan antara Usia atau Lama kerja dengan kinerja. H1 : Ada hubungan antara Usia atau Lama kerja dengan kinerja. Tabel 36. Hasil Korelasi Rank Spearman antara Usia dan Lama Kerja dengan Kinerja Auditor BPK Variabel Usia Lama Kerja Kinerja Usia 1,000 Lama Kerja ,966** 1,000 Kinerja
,367**
,325**
1,000
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 36 di atas, dapat dijelaskan bahwa nilai P_value
sebesar 0,000 < nilai signifikansi α
sebesar 0,05 pada korelasi usia dengan kinerja dan nilai P_value sebesar 0,002 < nilai signifikansi α sebesar 0,05 pada lama kerja dengan kinerja yang artinya terdapat hubungan yang positif antara lama kerja dengan kinerja dan antara usia dengan kinerja. Nilai tersebut dapat dilihat pada Lampiran 7. Hal tersebut karena dengan semakin tingginya usia dan lama kerja, seseorang akan lebih banyak memiliki pengetahuan dari orang lain maupun dari pengalaman yang telah didapatkannya yang dapat digunakan dalam melakukan pekerjaannya hingga menghasilkan kinerja
69
yang baik. Selain itu pula, mereka akan berlomba untuk mampu menghasilkan kinerja yang baik dari tahun ke tahun yang dapat digunakan sebagai poin untuk peningkatan karir mereka atau golongan kerja mereka sebagai pegawai negeri. Hasil kinerja yang meningkat dari seseorang dalam tahun ke tahun juga dapat mereka gunakan untuk melanjutkan studi mereka di bidang pemeriksaan atau dalam sektor publik lainnya. 4.7. Hasil Analisis Hubungan Kompetensi dengan Kinerja Auditor BPK 4.7.1
Tahapan Pengukuran Korelasi Rank Spearman Data yang digunakan dalam melakukan uji korelasi Rank Spearman ini adalah data primer yang diambil menggunakan survey dengan menyebarkan kuesioner kepada para Auditor BPK. Korelasi tersebut digunakan untuk mencari hubungan antara 2 variabel atau lebih dan untuk mengetahui apakah hubungannya berbanding lurus atau terbalik. Dalam kuesioner terdapat 75 pertanyaan yang terdiri dari variabel kompetensi yang dibagi menjadi dua yaitu kompetensi perilaku dan kompetensi teknis dan variabel kinerja dengan pembagian sebagai berikut: 1. Variabel kompetensi perilaku terdapat 30 pertanyaan dan variabel kompetensi teknis terdapat 20 pertanyaan. 2. Variabel kinerja Auditor BPK terdiri dari 25 pertanyaan. Dua variabel tersebut dapat diketahui nilai hubungan antara keduanya dengan menggunakan nilai korelasi Rank Spearman.
4.7.2
Hasil Korelasi Rank Spearman Hasil korelasi rank spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel kompetensi dan variabel kinerja Auditor BPK dengan langkah awal melakukan pengujian sebagai berikut: H0 : Tidak ada hubungan antara variabel kompetensi dengan kinerja Auditor BPK. H1 : Ada hubungan antara variabel kompetensi dengan kinerja Auditor BPK.
70
Tabel 37. Hasil Korelasi Rank Spearman antara Kompetensi dengan Kinerja Auditor BPK Variabel Kompetensi Kinerja Kompetensi 1,000 Kinerja ,244** 1,000 Hasil korelasi pada Tabel 37 di atas menunjukkan bahwa nilai P_value sebesar 0,020 < nilai signifikansi α sebesar 0,05. Hal tersebut mengindikasikan bahwa variabel kompetensi mempunyai hubungan dengan kinerja Auditor BPK pada signifikansi 0,05 dan kekuatan hubungan tersebut dapat dilihat dari nilai korelasi rank spearman yaitu sebesar 0,244. Hasil perhitungan dapat pula dilihat pada Lampiran 7. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa hal tersebut bisa terjadi karena kompetensi memiliki bagianbagian yang mampu untuk meningkatkan kinerja auditor dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi kewajibannya dalam melakukan pemeriksaan. Hubungan antara kompetensi dengan kinerja sangat erat sekali, hal ini tampak pada hubungan dari keduanya, yaitu hubungan sebab akibat. Oleh karena itu, menurut Spencer yang dikutip oleh Moeheriono (2007), hubungan antara kompetensi karyawan dengan kinerja adalah sangat erat dan penting sekali, relevansinya ada dan kuat akurat, bahkan mereka (auditor) apabila ingin meningkatkan kinerjanya, seharusnya mempunyai kompetensi yang sesuai dengan tuga pekerjaannya (the right man on the right job).
Oleh
karenanya
ia
mengatakan
bahwa
pengelolaan
sumberdaya manusia memang harus dikelola secara benar dan seksama agar tujuan dan sasaran organisasi dapat dicapai melalui pengelolaan sumber daya manusia yang optimal. Kemudian, ada beberapa tindakan manajemen yang harus dilakukan dalam proses mengelola sumber daya manusia yang meliputi beberapa proses, antara lain BPK harus mengidentifikasi dan mengembangkan kompetensi individu kearah kinerja karyawan.
71
4.8. Implikasi Manajerial Jabatan Fungsional Pemeriksa BPK disusun sesuai dengan perkembangan profesi dan tuntutan kompetensi Pemeriksa di lingkungan BPK saat ini. Segala kegiatan pembinaan karir pemeriksa diatur dalam jabatan fungsional ini. Salah satunya adalah penyelenggaraan sertifikasi peran. Penyelenggaran sertifikasi peran dalam jabatan fungsional pemeriksa ini menggunakan standar kompetensi, baik standar kompetensi perilaku maupun teknis pemeriksa, sebagai kriteria penilaian. Sistem manajemen terpadu Sumber Daya Manusia yang tertuang dalam Human Resources Management Plan BPK (HRM Plan) terdiri atas beberapa subsistem. Salah satunya adalah sub sistem manajemen sumber daya manusia berbasis kompetensi. Sub sistem ini menggunakan kompetensi sebagai prinsip kerja utama karena kompetensi adalah serangkaian kemampuan yang terintegrasi terdiri atas pengetahuan, keterampilan, serta sikap atau perilaku yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dengan efektif. Model kompetensi atau Standar Kompetensi adalah perangkat utama yang harus dibangun agar sub sistem manajemen sumber daya manusia berbasis kompetensi dapat bekerja dengan optimal. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap auditor BPK, dinyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara usia dengan kompetensi, usia dengan kinerja,
pendidikan dengan kompetensi, pendidikan dengan
kinerja, lama kerja dengan kompetensi, lama kerja dengan kinerja dan kompetensi dengan kinerja. Hal ini diperkuat dengan nilai signifikan yang dihasilkan dalam masing-masing perhitungan. Hal ini akan menjadi rekomendasi bagi perusahaan dalam mengembangkan kompetensi karyawan untuk meningkatkan kinerja. Hasil analisis persepsi skor rataan menunjukkan kondisi kompetensi yang baik, yang artinya, auditor BPK telah memenuhi standar kompetensi yang ada di BPK dalam melakukan pemeriksaan. Kompetensi yang baik tersebut dikarenakan dalam menempatkan pegawai dalam posisi auditor, para pegawai harus memiliki pengetahuan khusus dibidang pemeriksaan, jika pegawai tidak memiliki pengetahuan tersebut, mereka tidak akan
72
ditempatkan dalam posisi tersebut. Kompetensi yang baik tersebut perlu ditingkatkan agar mencapai kondisi yang sangat baik. BPK dapat meningkatkan kompetensi yang dimiliki oleh auditor dengan cara memberikan program pendidikan dan pelatihan bagi auditor yang masih dianggap kurang kompetensinya atau memberikan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan yang berhubungan dengan tugas pemeriksaan dan penilaian kompetensi auditor sebaiknya memasukkan unsur-unsur seperti konsep diri, watak dan motif yang memang cukup sulit dikembangkan, namun dapat melalui peran psikolog dengan tes atau wawancara untuk mengetahui konsep diri, watak dan motif auditor. Kondisi kinerja yang menyatakan kondisi yang cukup baik, bukan berarti para auditor masih belum baik dalam melaksanakan pemeriksaan, hal tersebut karena faktor dari penilaian itu sendiri yang menilai kinerja di luar dari kegiatan pemeriksaan yang masih belum bisa dilakukan auditor karena keterbatasan waktu yang mereka miliki. Selain itu, sistem penilaian kinerja yang baru untuk auditor juga masih berupa Daftar Usulan Angka Kredit yang belum disosialisasikan sehingga menimbulkan kesulitan untuk para auditor dalam melakukan pengisiannya. Terdapat panduan dalam pengisian angka kredit tersebut, namun para auditor belum mengetahui mengenai teknis pengisian dan penilaiannya. Sebaiknya panduan tersebut dapat dibuat lebih sederhana, perlunya sosialisasi cara pengisian agar auditor mendapatkan panduan yang lebih mudah dipahami dan mereka dapat bertanya secara langsung, atau dengan adanya pelatihan cara pengsian pengajuan angka kredit. Salah satu hal penting yang perlu dikembangkan lebih lanjut dalam upaya
peningkatan
kinerja
dan
akutabilitas
sektor
publik
adalah
meningkatkan kemampuan setiap instansi pemerintah dalam melakukan fungsi-fungsi manajemen dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan bangsa (Moeheriono, 2007). Penataan sistem dan proses manajemen diperlukan untuk mewujudkan pemerintahan berkinerja tinggi. Kunci kesuksesan dalam hal ini terletak pada manajemen kinerja, yang sejauh ini belum banyak dilakukan dan sudah bertahun-tahun berada pada posisi yang
73
selalu berfokus pada output oriented, menerapkan manajemen kinerja yang beorientasi pada outcome oriented sehingga apa yang dihasilkan oleh mereka melalui proes manajemen benar-benar efisien dan efektif serta ekonomis. BPK tidak hanya mampu menunjukan kinerja saja, tetapi juga mampu menunjukan akuntabilitasnya. Dengan adanya sistem pengukuran kinerja yang baik, diharapkan BPK dapat meningkatkan hasil kerjanya dan meningkatkan
nilai-nilai
perbaikan
pelayanan
publik
serta
dapat
memperbaiki akuntabilitas pemerintahan. Usia, lama kerja dan pendidikan yang memiliki hubungan positif dengan kompetensi dan kinerja, sangat perlu dipertahankan dan dikembangkan. Usia dan lama kerja yang lebih pula, auditor lebih memiliki pengetahuan dan keterampilan dari pengalaman yang sudah mereka dapatkan dalam melakukan pemeriksaan. Untuk itu, sebaiknya BPK mempertahankan pegawai tersebut tetap diposisinya dan mengadakan kegiatan bimbingan bagi pegawai yang masih muda untuk diberikan pengetahuan lebih dari senior. Pendidikan yang semakin tinggi, semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki auditor. Sebaiknya BPK memberikan sarana dan prasarana untuk para auditor agar mereka terus melanjutkan pendidikannya seperti memberikan pelatihan, mengadakan seminar dan juga pendidikan ke jenjang yang selanjutnya untuk mendukung pekerjaan mereka dalam melakukan audit.