75
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit 4.1.1. Kesesuaian lahan (kondisi lingkungan yang dikaitkan dengan syarat tumbuh Jenis tanah di areal PT. Incasi Raya kebun Sumbar Andalas Kencana Sei. Aye umumnya dari jenis tanah padsolik merah kuning. Ketinggian tempat 600 m dpl, persentase lereng yaitu antara 5 – 45 % dimana dari luas lahan umumnya merupakan daerah datar, berbukit dan bergelombang.
Salah satu
jenis tanah yang terdapat di PT. Incasi Raya kebun Sumbar Andalas Kencana Sei. Aye yang menjadi masalah adalah jenis tanah Podsolik Merah Kuning (PMK). Dimana jenis tanah ini mepmpunyai ciri – ciri, berwarna merah kekuningan, miskin unsur hara, mempunyai pH yang rendah. Usaha konservasi atau pengawetan tanah yang dilakukan adalah dengan penanaman tanaman penutup tanah (LCC), untuk lahan miring dilakukan pembuatan teras individu maupun teras kontur. Untuk mengurangi erosi pada lahan yang sering tergenang air dibuat saluran drainase sehingga dapat mengalirkan air yang berlebih ke tempat yang rendah. 4.1.2. Persiapan Lahan Persiapan lahan adalah kegiatan yang sangat penting dan perlu diperhatikan dengan baik, karena merupakan kegiatan membuka lahan baru sampai lahan siap ditanam. Lahan yang siap untuk ditanam akan memberikan dampak yang sangat baik untuk tanaman yang akan dibudidayakan.
4.1.3. Persiapan bahan tanam
76
Untuk mendapatkan bahan tanam yang baik, ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan yaitu : A. Penyediaan benih PT. Incasi Raya Group kebun Sumbar Andalas Kencana dalam pengadaan bahan tanam atau kecambah berasal dari kebun PT. Socfindo dengan jenis persilangan Dura dengan Pesifera.
Banyaknya jumlah kecambah yang akan
dipesan berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tentang luasan yang akan ditanami dan jarak tanam yang digunakan serta seleksi yang dilakukan dari pengangkutan sampai siap ditanam di lapangan. B. Pengambilan benih Benih yang telah dipesan diambil lansung oleh Field Manager dengan memeriksa kualitas benih sebelum di packing. Field Manager harus memastikan bahwa tali pengikat kotak masih utuh ketika tiba di Nursery. C. Penerimaan benih Sebelum dilakukan penanaman, terlebih dahulu dilakukan pengecekan terhadap kotak benih yang diterima. Kemudian dilakukan penyeleksian terhadap benih dengan cara memisahkan antara benih yang rusak, benih monoembrional dan poliemrional,
yang nantinya antara benih monoembrional dan poliemrional
akan ditanam secara terpisah. D. Pembibitan Sistem pembibitan tanaman kelapa sawit di PT. Sumbar Andalas Kencana ini dilakukan dengan 2 tahap (Double stage nursery) yaitu pembibitan awal (Pre Nursery) selama 2,5 - 3 bulan dan pembibitan utama (Main Nursery) selama 9
77
bulan. Sebelum dibuat pembibitan, maka beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu penentuan lahan pembibitan dengan syarat sebagai berikut : a) Areal datar dan rata b) Dekat dengan sumber air dan tersedia sepanjang tahun c) Lahan terbuka d) Terhindar dari genangan air e) Dekat dengan areal penanaman f) Terhindar dari gangguan hewan liar atau ternak g) Dekat dengan transportasi Dari ketentuan di atas, pembibitan yang dilakukan pada PT. Incasi Raya Group kebun Sumbar Andalas Kencana ini sudah memenuhi persyaratan yang ada. E. Pembersihan areal pembibitan Areal pembibitan pada PT. Incasi Raya Group kebun Sumbar Andalas Kencana
dibersihkan
menggunakan herbisida
sistemik dengan
dengan
konsentrasi 50 cc/15 liter air F. Pembuatan naungan Pada pembibitan Pre Nursery yang dilakukan di PT. Incasi Raya Group kebun Sumbar Andalas Kencana Sei. Aye ini tidak menggunakan naungan. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan biaya yang dikeluarkan tinggi, dan berdasarkan beberapa kegiatan pembibitan yang telah dilakukan, tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit walaupun tanpa naungan.
G. Pengisian polybag
78
Polybag yang digunakan adalah polybag dengan ukuran 15 x 20 cm yang mempunyai lobang pada bagian samping. Jumlah polybag dalam 1 kg ± 200 lembar. Media yang digunakan dalam pengisian polybag untuk pembibitan yang dilakukan di PT. Incasi Raya Group kebun Sumbar Andalas Kencana ini adalah tanah subsoil, yang mana media subsoil ini kurang bagus untuk dijadikan sebagai media tanam, namun pada areal pembibitan hampir tidak ada lagi ditemukan tanah topsoil. Dengan penggunaan media subsoil ini, maka pada polybag yang sudah diisi tersebut diberikan perlakuan sebelum dilakukan penanaman seperti kegiatan penggemburan media polybag dan pemberian pupuk RP sebanyak 10 gram per polybag satu minggu sebelum kecambah ditanam. Prestasi kerja yaitu 500 polybag/HK dan dilakukan 1 x periode pembibitan. H. Penanaman kecambah Polybag harus disiram sebelum penanaman kecambah dan dibuat lubang dengan menggunakan jari. Dalam hal penanaman plumula (ujung yang lebih halus/licin) harus berada pada bagian atas kemudian ditimbun dengan tanah 1 cm, apabila terjadi kesalahan dalam menempatkan posisi antara plumula dan radikula akan berpengaruh terhadap pertumbuhan kecambah,
dan bahkan
kecambah yang tumbuh akan menjadi kecambah yang abnormal. Prestasi kerja dalam penanaman kecambah adalah Untuk lebih jelasnya penanaman kecambah kelapa sawit dapat dilihat pada gambar 8 berikut:
79
Gambar 8 : Penanaman kecambah kelapa sawit
Plumula Radikula
Gambar 9 : Posisi penanaman kecambah normal pada pre nursery I. Pemeliharaan pembibitan Bibit yang telah ditanam di Pre nursery atau Main nursery perlu dilakukan pemeliharaan dengan baik agar pertumbuhannya sehat dan subur, sehingga bibit yang dipindahkan ke lapangan sesuai dengan umur dan saat tanam yang tepat. Adapun kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di pembibitan adalah sebagai berikut : a) Penyiraman (Watering) Penyiraman dilakukan 2 kali dalam satu hari pagi dan sore. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan selang sumisansui yang telah dihubungkan
80
dengan sumber air. Tenaga kerja penyiraman ditargetkan untuk menyelesaikan 13.500 bibit/HK dengan rotasi 2 x sehari dengan gembor dan 40.000 bibit/HK dengan selang Sumisansui. b) Penyiangan Penyiangan didalam polybag dan antar polybag (Weeding atas) dilakukan secara manual dengan cara mencabut semua gulma yang ada sekaligus membuang sampah atau kotoran yang mengganggu pertumbuhan bibit. Penyiangan
antar
bedengan
menggunakan garu atau tajak. dengan prestasi
(weeding
bawah)
dilakukan
dengan
cara
Rotasi penyiangan dilakukan 1 kali 2 minggu
kerja 3 bedengan/HK (weeding atas)
dan 20 bedengan/HK
(Weeding bawah). c) Pemberian mulsa Mulsa yang diaplikasikan pada polybag bibit tanaman kelapa sawit adalah fiber yang merupakan limbah padat pabrik kelapa sawit. d) Pemupukan Pupuk yang digunakan pada pembibitan di Main Nursery ini adalah pupuk NPK (12:12:12) yang dicairkan dengan konsentrasi 5 kg/ 200 liter air), rotasi pemupukan 1 x 1 minggu dengan dosis 100 ml/polybag.
Pemupukan ini
dilakukan dengan frekuensi yang tidak tetap, tapi pemupukan dilakukan melihat kondisi tanaman, apabila bibit terlihat pucat maka frekuensi dipercepat dan dosisnya ditambah. e) Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada bibit yang terserang dan menganggu pertumbuhan bibit.
Untuk pengendalian bibit di main nursery
dilakukan dengan cara pemberian Dithane M-45 0,2 % dan Matador 0,003 %
81
yang dilarutkan dalam ember disemprotkan dengan knapsack spayer. Prestasi kerja yaitu 5.000 bibit/HK dan rotasi 1 x 2 minggu. f) Penjarangan Penjarangan ini dimulai dengan melakukan pemancangan. Pemancangan yang dilakukan sama halnya dengan pemancangan tata letak tanaman dengan menggunakan jarak 70x70x70 cm, sehingga akan membentuk system mata lima. g) Seleksi bibit Seleksi bibit bertujuan untuk memperoleh bibit yang benar-benar sehat, normal dan bermutu baik, oleh karena itu seleksi harus snahbenar-benar dilaksanakan dengan hati-hati.
Seleksi dilakukan satu minggu sebelum bibit
dipndahkan ke Main Nursery. Bibit yang jelas terlihat abnormal disisihkan dan dikumpulkan dan dimusnahkan dengan sepengetahuan Estate Manager. Kriteria bibit abnormal yang harus dimusnahkan adalah sebagai berikut : g1. Daun berputar, akibat penanaman terbalik. g2. Daun menggulung atau terlihat seperti jarum, akibat kelainan genetik. g3. Daun sangat sempit dan terlihat seperti rumput, akibat kelainan genetik. g4. Permukaan daun keriting dan berkerut, akibat kelainan genetik. g5. Permukaan daun menciut akibat gagal berkembang, akibat stress air. g6. Bibit kurus, mengecil dan menguning. Bibit yang tumbuh lebih dari satu (poliemrional), dipisahkan secara hatihati dengan membelahnya memakai tangan bersama dengan tanah yang melingkupinya, lalu masing-masing belahan ditanam pada polybag besar tersendiri.
4.1.4. Penanaman
82
A. Penanaman leguminosa cover crop (LCC) Setelah pekerjaan persiapan areal selesai dan keadaan lahan sudah bersih dari vegetasi yang tumbuh, maka dilakukan penanaman tanaman penutup tanah Leguminosae (kacangan). Jenis LCC yang dipakai pada PT. Incasi Raya Group kebun Sumbar Andalas Kencana adalah Mucuna bracteata (MC). Kegiatan penanaman LCC di lapangan dimulai dengan kegiatan pembuatan lubang tanam dengan ukuran 14 x 22 cm atau melebihi ukran polybag.
Kemudian jarak tanam yang digunakan adalah 2m x 2m dan jarak
penanaman dengan pokok tanaman adalah 2 meter. Penanaman dilakukan pada gawangan tanaman pokok dengan arah utara-selatan. Prestasi kerja penanaman LCC yaitu 200 pokok/HK dan rotasi 1 x periode penanaman. Adapun tujuan penanaman kacangan di kebun Sumbar Andalas Kencana yaitu untuk : a) Menekan perkembangan gulma sekaligus menghemat biaya pengendalian gulma (penyiangan). b) Mengurangi erosi permukaan. c) Menambah bahan organik dan unsur hara kedalam tanah. d) Memperbaiki aerasi tanah dan menjaga kelembaban tanah. e) Pengikat unsur N dari udara f) Berfungsi sebagai pupuk hijau g) Menambah nilai estetika kebun.
B. Penanaman tanaman pokok
83
Penanaman sawit adalah menanam bibit kelapa sawit yang berumur 9 – 15 bulan pada titik tanam yang telah di pancang pada areal bukaan baru atau konversi dan tanam ulang. Tujuannya adalah untuk menempatkan bibit kelapa sawit yang sehat pada tempat tanam yang sesuai yang memungkinnya untuk tumbuh dengan normal tanpa gangguan hama maupun cuaca sehingga dapat memasuki masa berproduksi. Bibit yang digunakan berasal dari PT. Socfindo Indonesia, karena bibit tersebut memiliki kandungan minyak yang cukup tinggi. Bibit yang ditanam di lapangan harus lolos seleksi yang pertumbuhannya normal. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk Agroblem sebanyak 250 gram/ lobang tanam karena pupuk tersebut memiliki kandungan yang komplek dan mengandung air yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
Prestasi kerja dalam pembuatan lubang
tanam adalah 30-40 lobang/HK, melangsir dan menanam bibit adalah 20-30 batang/HK dan melangsir dan memasang pagar adalah 20-30 batang/HK. a) Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit Pemeliharaan bertujuan untuk menjaga agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi.
Kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa
sawit dibedakan menjadi dua bagian yaitu pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) dan pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) a1. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Penyisipan Penyisipan merupakan kegiatan menanam ulang tanaman kelapa sawit
yang hilang, mati, sakit atau sedikit produksinya, yang tujuannya agar dapat dapat dicapai standar pokok per hektar (SPH) yang cukup dari tanaman normal
84
sesuai dengan jarak tanam yang digunakan, sehingga dapat menghasilkan produksi TBS per hektar yang maksimal dimasa depan. Penyisipan
ini
dilakukan
sebaiknya
pada
musim
hujan
dengan
menggunakan bibit ysng berumur sama dengan bibit yang ditanam sebelumnya yaitu berumur 10-14 bulan. Untuk bibit sulaman dibutuhkan sebanyak 5 % dari jumlah tanaman per hektar. Sebelum dilakukan penyisipan, terlebih dahulu dilakukan sensus pokok. Pada tempat-tempat yang akan dilakukan penyisipan, dipancang kembali dan diberi tanda.
Jumlah pancang dihitung untuk menentukan jumlah bibit yang
akan digunakan.
Sebelum ditanam, terlebih dahulu bibit yang akan diganti
tersebut dibongkar dan pada bekas tempatnya dibuat lubang baru, demikian juga dengan titik kosong, kemudian ditengah lubang tersebut ditancapkan lagi pancangnya.
Prosedur penanaman bibit sisipan sama dengan penanaman
tanaman baru. Pada gambar 10 di bawah ini dapat dilihat kondisi yang baru selesai dilakukan penyisipan:
Gambar 10 : Tanaman kelapa sawit yang baru dilakukan penyisipan. Penyiangan
85
Kegiatan penyiangan yang dilakukan pada tanaman menghasilkan adalah sebagai berikut : Penyiangan piringan (Khemis piringan) Kegiatan khemis piringan dilakukan sebelum melakukan kegiatan manual piringan.
Tujuannya
untuk
mempermudah
pelaksanaan
manual
piringan
sehingga gulma yang ada di sekitar piringan lebih mudah untuk dibabat. Kegiatan khemis piringan ini dilakukan dengan frekuensi 1x2 bulan.
Prestasi
kerja dalam kegiatan khemis piringan adalah 3 Ha/HK. Turun lilitan Kegiatan turun lilitan ini merupakan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM). Karena pada masa tanaman belum menghasilkan, tanaman masih rendah sehingga gulma akan merambat ke tanaman, bahkan gulma tersebut akan
menutupi tanaman yang akan
menyebabkan tanaman mati apabila kegiatan ini terlambat dilakukan. Adapun gulma yang banyak menjalar pada tanaman sawit yang sering dilakukan pengendalian adalah Mikania micranta, Asistasia, dan rumput-rumputan. Selain itu, pertumbuhan tumbuhan penutup tanah (LCC) yang sudah tidak terkendali juga bisa menjadi gulma merambat pada batang tanaman kelapa sawit. Kegiatan turun lilitan ini dilakukan sejak tanaman berumur 1 bulan di lapangan dengan rotasi yang tidak menentu tergantung kondisi gulma di lahan. Kegiatan turun lilitan ini dilakukan secara mekanis yaitu dengan menggunakan alat bantu berupa parang dan kayu pengait.
Setelah turun lilitan, kemudian
pengendalian gula baru dilakukan secara kimia
karena kalau tidak dilakukan
turun lilitan terlebih dahulu akan mengakibatkan herbisida tersebut mengenai tanaman sawit sehingga daunnya akan menguning.
86
kastrasi dan sanitasi Pada pelaksaan praktek di perusahaan, kegiatan kastrasi ini dilakukan hanya satu kali dalam periode tanam, yaitu pada saat tanaman telah berumur 34 tahun setelah tanam, yang mana buah yang akan dikastrasi tersebut telah masak
dan
buah
tersebut
akan
dijadikan
sebagai
bahan
pengolahan.
Pertimbangan perusahaan tidak melakukan pembuangan bunga tersebut dimana buah
yang
dipanen
masih
mengandung
minyak
sehingga
masih
bisa
dimanfaatkan, sedangkan apabila dilakukan pembuangan bunga maka biaya yang akan dikeluarkan besar, tapi tidak menghasilkan income bagi perusahaan. Namun, resiko yang harus diterima adalah kegiatan kastrasi dilakukan pada umur saat tanaman telah berumur 3 tahun, sehingga banyak terdapat buah busuk
yang
mana
buah
busuk
ini
akan
menjadi
inang
dan
tempat
berkembangnya penyakit. Sehingga akan mempermudah penyebaran hama dan penyakit. Selain itu, kondisi gulma di sekitar pokok tanaman mempersulit pelaksanaan kegiatan kastrasi tersebut. Sedangkan kegiatan sanitasi merupakan kegiatan pembersihan areal di sekitar pokok tanaman dari pelepah yang sudah mengering dan dari brondolan yang ada pada piringan yang sudah busuk.
Pembuangan pelepah dilakukan
dengan meninggalkan pelepah sebanyak 2 pelepah di bawah tandan buah atau disebut juga dengan songgo dua dengan tujuan untuk mempertahankan jumlah pelepah pada TBM sebanyak 48 – 56 pelepah. Namun pada praktek yang telah dilakukan, kegiatan sanitasi ini tidak terlalu memperhatikan sistem songgo dua, karena sulit untuk melakukan penunasan karena pelepah sangat mepet ketanah. Sehingga pembuangan pelepah hanya dilakukan dengan membuang pelepah bagian bawah yang sudah mengering.
87
Pemupukan Pemupukan bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah agar tanaman dapat menyerap pupuk sesuai dengan kebutuhan. Dosis pupuk yang digunakan di PT. Incasi raya Group kebun Sumbar Andalas Kencana
pada
tanaman
belum
menghasilkan
dilakukan
sesuai
dengan
rekomendasi pemupukan sebagai hasil dari analisa daun yang dilakukan setiap tahun pada akhir tahun.
Rekomendasi pemupukan yang dilakukan Kebun
Sumbar Andalas Kencana dapat dilihat pada tabel 10 dibawah ini: Tabel 10: Rekomendasi pemupukan untuk tanaman belum menghasilkan di PT. Incasi Raya Group kebun Sumbar Andalas Kencana
BLOCK
A
B
C D,E,F H
I
SPH 134 138 135 115 133 136 125 133 123 132 138 136 133 137 139 139
HA 87.97 87.70 109.74 77.29 75.21 46.55 67.65 85.66 92.01 23.68 96.1 79.05 72.59 88.63 51.00 80.53
RATES IN KILOS/PALM MART/APL JUN/JUL SEP/OCT NPK RP KIES NPK HGFB NPK 2.5 1.0 1.0 2.3 0.08 2.2 2.5 1.0 1.0 2.3 0.08 2.2 2.5 1.0 1.0 2.3 0.08 2.2 2.5 1.0 1.0 2.3 0.08 2.2 2.5 1.0 1.0 2.3 0.08 2.2 2.5 1.0 1.0 2.3 0.08 2.2 2.5 1.0 1.0 2.3 0.08 2.2 2.5 1.0 1.0 2.3 0.08 2.2 2.5 1.0 1.0 2.3 0.08 2.2 2.2 1.0 1.0 2.3 0.08 2.2 2.5 1.0 1.0 2.3 0.08 2.2 2.5 1.0 1.0 2.3 0.08 2.2 2.5 1.0 1.0 2.3 0.08 2.2 2.5 1.0 1.0 2.3 0.08 2.2 2.5 1.0 1.0 2.3 0.08 2.2 2.2 1.0 1.0 2.3 0.08 2.2
Sumber : Hasil rekomendasi pemupukan PT. SAK
Pengendalian hama dan penyakit Tikus merupakan salah satu hama yang merugikan bagi produksi tanaman kelapa sawit.
Pada
tanaman belum menghasilkan, hama tikus
88
menyerang titik tumbuh tanaman kelapa sawit (umbut kelapa sawit) sehingga sangat fatal akibatnya apabila terlambat untuk dikendalikan karena akan menyebabkan tanaman akan mati. Kemudian pada tanaman menghasilkan, tikus menyerang buah kelapa sawit sehingga akan menyebabkan penurunan produksi. Untuk lebih jelasnya, serangan hama tikus pada tanaman belum menghasilkan dan Rodentisida yang digunakan dapat dilihat pada gambar 11 di bawah :
Gambar 11: Serangan hama tikus dan rodentisida yang digunakan untuk mengendalikan hama tikus pada TBM Pengendalian tikus ini dilakukan secara kimia yaitu dengan memberikan racun tikus dengan merek dagang Ratgone dengan bahan aktif Brodifakum 0,005%. Rodentisida ini merupakan racun anti koagulan berupa umpan siap makan. Dengan bentuk blok segi empat yang berwarna kebiru – biruan. Target yang harus dicapai oleh pekerja untuk pemasangan Ratgone ke tanaman kelapa sawit adalah sebanyak 3 kg. Selain pengendalian secara kimia, juga dilakukan pengendalian secara biologi dengan menggunakan musuh alami yaitu dengan pemeliharaan burung hantu (Tyto alba) pada areal pertanaman kelapa sawit. a2. Pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM)
Penyiangan
89
Pengendalian gulma pada tanaman menghasilkan tidak membutuhkan biaya yang mahal. Pengendalian gulma akan menjadi mahal apabila penggunaan tenaga kerja dan herbisida tidak diawasi dengan baik. Penyiangan dilakukan pada pokok kelapa sawit yang ditumbuhi oleh gulma
atau
vegetasi
lainnya
yang dianggap
akan
dapat
menghambat
pertumbuhan tanaman ataupun dapat dijadikan sebagai sarang hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan dengan cara membuang gulma tersebut dengan menggunakan parang atau lainnya kemudian dibuang pada gawangan mati. Prestasi kerja dalam kegiatan penyiangan ini adalah 1,8 HK/ha dan rotasi 1 – 2 x setahun.
Penunasan pokok (Pruning) Prunning/Penunasan pada tanaman menghasilkan ada dua yaitu tunas
panen dan rutin, penunasan bertujuan untuk menjaga kebersihan tanaman (sanitasi), memperlancar proses penyerbukan, mengurangi kehilangan brondolan dan memudahkan pengamatan tandan matang.
Tunas panen yaitu
pemotongan pelepah sawit songgoh 1 atau 2 yang dilakukan pada saat panen. Pelepah yang sudah dipotong, disusun di gawangan mati dengan rapi dan dipotong menjadi 2 bagian.
Sedangkan tunas rutin yaitu dilaksanakan pada
umur tanaman 48 bulan. Penunasan rutin dilakukan dengan rotasi setiap 9 bulan sekali.
Prunning dilakukan dengan sistem songgo dua yaitu mempertahankan
minimal 40-48 pelepah saat tanaman berumur >8 tahun.
Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan pada PT. Incasi Raya
Group Kebun Sumbar Andalas Kencana adalah sebagai berikut: (1) Ulat api
90
a. Monitoring ulat api Rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam pengendalian ulat api yaitu: 1)
Mendengarkan penjelasan dari Pembimbing Lapang tentang pelaksaan kegiatan lapangan.
2)
Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan
3) Menentukan blok dan sub blok serta pokok tanaman yang akan digunakan sebagai sampel pengamatan. 4) Titik sampel yang digunakan adalah pohon ke 3 dari pinggir jalan kebun (TS 1), kemudian pelepah yang masih menempel pada batang tanaman kelapa sawit tersebut dibersihkan dengan menggunakan pisau untuk memberi tanda sampel. 5) Setelah itu, tentukan tanaman sampel berikutnya secara melingkar titik sampel sebanyak 18 pokok. 6 pokok tanaman berada pada lingkaran awal, dan 12 pokok berada pada lingkaran luar dari titik sampel 1. 6) Adapun cara untuk menentukan tanaman contoh 1 yaitu dengan mengambil pokok yang mengarah ke jalan dengan memutar kearah kanan itu merupakan tanaman contoh 1 dan tanaman contoh 2 – 18 ditentukan berdasarkan tanaman 1 kearah kanan yang mengelilingi TS 1. 7)
Setiap tanaman sampel yang telah ditentukan kemudian diberi tanda dengan menggunakan cat ( sampe 1 – 18).
8) Setelah ditentukan tanaman yang akan di monitoring kemudian tentukan Pelepah contoh yang akan diambil yaitu pelepah ke 9 atau 17 pada TBM atau TM muda (< 5 thn), dan pelepah 17 atau 25 pada TM dewasa (> 5 thn).
91
9)
Potong pelepah yang telah ditentukan sebagai sampel, lalu hitung jumlah UPDKS yang ditemukan pada pelepah tersebut dan catat hasilnya.
10) Tentukan titik sensus selanjutnya (TS 2) dengan menghitung setiap selang 12 x 12 (setiap 12 baris tanaman dan setiap 12 pokok per baris) merupakan Titik Sensus selanjutnya TS I pada baris ke 3, dan TS selanjutnya baris ke 15, 27, dan seterusnya. Setiap TS diberi tanda TS 1, TS 2, TS 3, dan seterusnya. b. Pengendalian hama ulat api 1) Cara manual Mengamati tanaman yang terserang hama UPDKS Memungut lansung UPDKS yang terdapat pada tanaman yang terserang kemudian lansung dimusnahkan. 2) Cara biologi Pengendalian secara biologi dilakukan dengan penanaman bunga Turnera
subulata yang merupakan inang alternatif bagi predator UPDKS. 3) Cara kimia Pengendalian UPDKS dengan menggunakan insektisida kontak dan teknik pengaplikasiannya dengan cara pengasapan (fogging) menggunakan alat mist blower. (2) Pengendalian hama rayap Rayap merupakan salah satu hama yang menyerang pada pertanaman kelapa sawit. Serangan hama rayap ini dinilai berbahaya bagi tanaman karena kerusakannya menyerang jaringan tanaman, sehingga bisa menyebabkan kematian tanaman.
Rayap ini banyak dijumpai membangun sarang di sekitar
daerah perakaran tanaman kelapa sawit,
bahkan seringkali menempel pada
92
batang kelapa sawit.
Apabila tanah disekitar batang dibongkar maka
akan
dijumpai rongga-rongga sarang rayap, sehingga mengakibatkan tanaman mudah tumbang serta mengganggu fungsi akar dalam menyerap unsur hara dan air. Hal yang sangat perlu diperhatikan dalam pengendalian hama rayap ini adalah pada saat pembongkaran sarang rayap tersebut yang paling utama dicari dalam sarang sarang rayap itu adalah ratu dari rayap itu sendiri. Karena apabila dalam pembongkaran sarang rayap tersebut tidak ditemukan ratunya, maka kegiatan pembongkaran sarang rayap akan sia-sia. Sarang yang sudah habis dibongkar, namun ratunya tidak ditemukan lalu sarang itu akan terbentuk lagi dalam waktu yang singkat. Kegiatan pengendalian hama rayap yang dilakukan di lapangan berjalan dengan baik. Tingkat serangan hama rayap masih bisa dikategorikan sangat rendah karena masih jarang ditemukan di areal pertanaman kelapa sawit.
Pemupukan Pada perusahaan tempat PKPM ini, dosis pupuk yang diberikan dilakukan
berdasarkan analisa daun yang dilakukan satu kali dalam satu tahun. Tujuan dilakukan analisis daun tersebut adalah untuk mengetahui ketersediaan unsur hara dalam tanah sehingga pupuk yang akan diberikan bisa mencapai sasaran dan sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Kegiatan pemupukan ini dilakukan
berdasarkan 6T yaitu, tepat jenis, tepat dosis, tepat sasaran, tepat cara, tepat waktu dan tepat kontrol.
Tetapi pelaksaan kegiatan pemupukan di lapangan
belum terlalu memperhatikan 6T, hal ini terjadi karena ketersediaan pupuk di gudang tidak mencukupi dan juga keterlambatan pupuk yang di order, sehingga pupuk yang diaplikasikan adalah pupuk yang ada di gudang.
Dosis yang
93
digunkan dalam pemupuka tanaman kelapa sawit ini dapat dilihat pada tabel 11 di bawah ini:
94
Tabel 11. Rekomendasi pemupukan untuk tanaman menghasilkan Sumbar Andalas Kencana
Block
ABC
D
E
F
G
H I
SPH 88 88 88 88 116 116 116 116 114 114 114 114 110 110 110 110 110 110 118 118 118 118 118 118 99 99 99
HA 27.02 52.85 28.75 81.32 42.22 29.69 60.39 64.07 87.24 58.73 46.99 53.66 29.09 41.39 29.05 68.72 69.45 47.96 63.96 39.59 48.21 47.15 46.00 37.92 23.55 48.11 33.93
kebun
rates in kilos/palm Feb/Mar Apr/May jun Ags/Sep NPK RP KIES HGFG NPK 4.5 1.5 1.5 4.2 4.5 1.5 1.5 4.0 4.5 1.5 1.5 4.0 4.5 1.5 1.5 0.10 3.5 4.5 1.5 1.5 0.10 4.2 4.5 1.5 1.5 0.10 4.2 4.5 1.5 1.5 0.10 4.2 4.5 1.5 1.5 0.10 4.2 4.5 1.5 1.5 0.10 4.0 4.5 1.5 1.5 0.10 4.0 4.5 1.5 1.5 0.10 4.0 4.5 1.5 1.5 0.10 4.0 4.5 1.3 1.5 0.10 4.3 4.5 1.5 1.5 0.10 4.3 4.5 1.3 1.5 0.10 4.3 4.5 1.3 1.5 0.10 4.3 4.5 1.5 1.5 0.10 4.3 4.5 1.3 1.5 0.10 4.3 4.5 1.5 1.5 4.5 4.5 1.5 1.5 4.5 4.5 1.5 1.5 4.5 4.5 1.5 1.5 4.5 4.5 1.5 1.5 0.10 4.5 4.5 1.5 1.5 0.10 4.5 4.5 1.5 1.5 3.5 4.5 1.5 1.5 3.5 4.5 1.5 1.5 3.5
Sumber : Hasil rekomendasi pemupukan PT. SAK
4.1.5. Panen dan penanganan hasil panen Panen merupakan kegiatan puncak dari kegiatan budidaya kelapa sawit yang dilakukan, karena pada dasarnya tujuan pembudidayaan kelapa sawit adalah untuk diambil buahnya yang lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS).
95
Secara teoritis, kuantitas dan kualitas TBS yang dihasilkan merupakan cerminan dari efektivitas kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan. Panen meliputi semua kegiatan seperti memotong tandan buah matang, mengutip brondolan, mengumpul dan mengangkut ke TPH. A. Kriteria panen Buah yang dipanen adalah buah yang sudah membrondol sebanyak 5 brondolan yang jatuh ke piringan. Kemudian sebelum dilakukan panen, terlebih dahulu dilakukan pemotongan pelepah, yang mana pemotongan pelepah ini dilakukan semepet mungkin ke batang, sehingga brondolan buah yang dipenen tidak tertinggal pada pangkal pelepah. Pelepah yang telah dipotong kemudian disusun pada gawangan mati dengan menggunakan sistem T Stacking. Tujuannya adalah untuk menahan laju run off sehingga mengurangi erosi dan apabila hujan, maka pupuk tidak mudah hanyut dan pada saat panen, akan menahan brondolan yang jatuh. Setelah selesai dipanen, buah disusun di pinggir jalan dengan cara menyusun 5x5 tandan buah atau tergantung pada jumlah buah yang dipanen, dan tangkai tandan buah dipotong semepet mungkin ke buah membentuk huruf V (V cut). B. Sistem panen Sistem panen yang dilakukan di PT. Incasi Raya Group kebun Sumbar Andalas Kencana adalah sistem ancak tetap. Alasan menggunakan sistem ancak tetap karena lokasi panen yang
berbukit, sehingga mempermudah untuk
melakukan pengontrolan dan tidak adanya perebutan areal panen bagi pekerja.
96
C. Rotasi panen Rotasi panen adalah interval waktu antara pelaksanaan panen dengan pelaksanaan panen berikutnya yang dinyatakan dengan hari. Pada PT. Incasi Raya group kebun Sumbar Andalas Kencana ini, rotasi panen yang diberlakukan adalah rotasi 10 hari. D. Alat panen Peralatan panen adalah alat yang digunakan untuk membantu kegiatan pemungutan hasil. Alat panen yang digunakan di PT. Incasi Raya Group kebun Sumbar Andalas Kencana adalah dodos (ketinggian tanaman < 3 meter), egrek, kapak, gancu, dan pikulan. 4.2. Pengolahan Hasil Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit baru berproduksi setelah berumur sekitar 3 tahun setelah ditanam di lapangan. Buah yang dihasilkan disebut Tandan Buah Segar (TBS) atau Fres Fruit Bunch (FFB).
TBS diolah di pabrik kelapa sawit untuk
diambil minyak dan intinya. Minyak dan inti yang dihasilkan dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan minyak setengah jadi. Minyak mentah atau Crude Palm Oil (CPO) dan inti (PKO) harus diolah lebih lanjut untuk dijadikan produk jadi lainnya. TBS yang dihasilkan di PT. Incasi Raya Group kebun Sumbar Andalas Kencana akan diolah di PKS PT.Jamika Raya. Pengolahan hasil merupakan suatu rangkaian proses penanganan bahan baku dari PKS sampai produk siap untuk dipasarkan. Pada PT. Jamika Raya ini, produk utama yang dihasilkan PKS adalah CPO (Crude Palm Oil) dan kernel (Palm Kernel Oil), dan produk sampingan adalah janjang kosong, cangkang dan fiber.
97
Dalam hal ini akan dijelaskan beberapa pengolahan TBS hingga menjadi minyak mentah CPO dan PKO yang terdapat di PT. Jamika Raya sebagai berikut: 4.2.1. Stasiun utama Untuk mengetahui lebih jelas mengenai stasiun utama pengolahan kelapa sawit di PT. Jamika Raya adalah sebagai berikut: A. Stasiun penerimaan buah Stasiun ini berfungsi untuk menerima buah yang masuk dari kebun untuk dilakukan pengolahan dan mengawasi TBS yang diterima. Stasiun ini terdiri dari beberapa tahapan, diantaranya adalah sebagai berikut: a) Jembatan timbang (Weight bridge) Penimbangan ini dilakukan sebanyak dua kali untuk setiap angkutan TBS yang masuk ke pabrik yaitu pada saat masuk (berat truk dan TBS) serta pada saat keluar (berat truk). Maka selisih timbangan saat truk masuk dan keluar, diperoleh berat bersih TBS yang masuk ke pabrik.
Untuk lebih jelasnya
timbangan di PKS PT. Jamika Raya dapat dilihat pada gambar 12 berikut :
Gambar 12: Jembatan timbang (Weight bridge) di PT. PKS Jamika Raya
98
b) Sortasi dan penimbunan TBS (Sortation & Loading ramp) Buah yang telah ditimbang, kemudian dibawa ke loading ramp untuk dilakukan sortasi. Sortasi dilakukan di Apron bertujuan agar TBS yang diolah di pabrik adalah buah yang berkualitas. Sortasi ini dilakukan oleh petugas Apron dengan
cara
memperhatikan
buah
yang
dibongkar
dengan
melakukan
pemotongan secara visual terhadap buah muda, buah busuk, tangkai panjang dan kandungan sampah atau kotoran. 10%-15%.
Pemotongan yang dilakukan
berkisar
Adapun standar buah yang diharapkan masuk ke pabrik adalah
sebagai berikut :
Buah Hard & Black
=0%
Buah tangkai panjang
= < 2%
Brondolan busuk
= < 2%
Sampah atau kotoran
= <3%
Loading ramp merupakan tempat penampungan sementara TBS yang baru diterima dari kebun sebelum dilakukan proses perebusan. Loading ramp mempunyai kemiringan 450 dan memiliki kisi-kisi yang berguna untuk menyaring kotoran yang terikut bersama buah.
Loading ramp dilengkapi dengan pintu
sebanyak 15 pintu pada satu sisi.
Pengoperasian dari pintu loading ramp
tersebut
adalah
dengan
menggunakan
Hydraulic
yang
berguna
untuk
memudahkan dalam pengisian TBS ke dalam lori dengan kapasitas 1 lori adalah 2,5 ton. Untuk lebih jelasnya loading ramp di PKS PT. Jamika Raya dapat dilihat pada gambar 13 di bawah ini :
99
Gambar 13: Loading ramp di PKS PT. Jamika Raya c) Transfer carriage Buah yang telah dimuat ke dalam lori yang masih berada di rel pengisian buah kemudian dipindahkan ke jalur menuju stasiun sterilizer. Pemindahan lori tersebut dilakukan dengan menggunakan alat yang bernama transfer carriage. Untuk lebih jelasnya transfer carriage di PKS Jamika Raya dapat dilihat pada gambar di bawah 14 ini :
Gambar 14 : Transfer carriage di PKS PT. Jamika Raya
B. Stasiun perebusan (Sterilizer station)
100
Pada stasiun strerilizer merupakan proses tahap awal dimana pada stasiun ini adalah tahap perebusan buah yang berfungsi untuk a) Melunakkan daging buah serta mempermudah pelepasan buah dari tandan. b) Mengurangi kadar air 18-19% dari buah. c) Mempermudah pelepasan daging buah dari nut. d) Mempermudah pelepasan shell dari inti. e) Menonaktifkan enzyme-enzime lipase. Sterilizer memiliki panjang 30 meter dengan kapasitas sterilizer 10 unit lori dan dalam satu lori berkapasitas 2,5 ton/proses.
Perebusan dilakukan
selama 80 menit. Hal ini tergantung dari buahn yang direbus, apabila banyak terdapat buah muda maka waktu diperpanjang sedangkan waktu untuk perebusan buah yang sudah agak busuk maka waktunya dipercepat (<80 menit). Sebagai sumber panas untuk perebusan sterilizer berasal dari boiler yaitu steam (uap panas) dengan tekanan untuk satu sterilizer 40 psi. Apabila steam berlebih maka safety valve akan terbuka secara otomatis. Pada saat holding time harus diatur sebaik mungkin untuk menyeimbangi sterilizer yang lain agar tekanan tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah. Untuk lebih jelasnya stasiun sterilizer di PKS PT. Jamika Raya dapat dilihat pada gambar 15 di bawah ini :
101
Gambar 15: Stasiun perebusan (Sterilizer station) di PKS PT. Jamika Raya C. Stasiun rantai (Hoisting Crane) Hoisting crane berfungsi untuk mengangkat dan menuangkan buah dari lori ke autofeeder, hoisting crane bisa mengangkat lori berisi buah dengan kapasitas ± 5 ton, apabila melebihi kapasitas maka motor penggerak sling tidak mampu karena terlalu berat. Pada saat lori diangkat operator hoisting crane harus memastikan apakah rantai sudah terpasang dan petugas sudah tidak ada didekat lori agar tidak terjadi kecelakaan. Operator juga memperhatikan tumpukan buah yang ada di autofeeder, bila buah banyak di autofeeder maka pembongkaran dihentikan sementara
untuk mengatur kelancaran scraper autofeeder agar tidak rusak.
Hoisting crane yang dimiliki di PKS PT. Jamika Raya sebanyak 2 unit dengan kapasitas 3,5 ton per unit yang dioperasikan secara bergantian oleh 2 orang operator.
D. Stasiun threser (Bantingan)
102
Pada stasiun threser merupakan tempat pemisahan brondolan dengan janjangan. Drum dengan shaft akan berputar dengan kecepatan 22 rpm, bila putaran melebihi 22 rpm maka buah tidak akan terlempar sehingga mengikuti gaya sentrifugal yang akan mengakibatkan penumpukan di dalam threser drum disamping itu brondolan tidak terpisah dari tandannya. Apabila putaran kecil dari 22 rpm maka buah juga akan bertumpuk didalam threser drum karena tidak mengikuti gaya sentrifugal sehingga brondolan tidak terpisah dari tandan karena tidak adanya pelemparan.
Janjangan yang keluar setelah ± 8 kali putaran
menuju conveyor dan apabila masih didapatkan brondolan dijanjangan lebih dari 5 buah brondol maka harus dikutip lagi dan dimasukkan ke dalam lori untuk direbus kembali. Ada beberapa alat yang terdapat pada stasiun threser adalah : a1. Autofeeder Alat ini berfungsi untuk penampung buah dari lori yang berbentuk bak dengan posisi miring yang berkapasitas ± 5 ton.
Pada Auto feeder terdapat
scraper untuk mengatur buah yang masuk ke threser drum, scraper ini digerakkan oleh electromotor.
Scraper ini bertujuan agar tidak terjadi
penumpukan pada treser drum. Untuk lebih jelasnya Autofeeder di PKS PT. Jamika Raya dapat dilihat pada gambar 16 di bawah ini :
103
Gambar 16 : Autofeeder di PKS PT. Jamika Raya b1. Threser Drum Merupakan drum yang terbuat dari plat strip dengan jarak maksimal 5 cm sehingga berkisi-kisi dan bergerak pada sumbu dengan bantuan elektromotor. Diameter alat ini 2,2 meter dan panjang 4,5 meter serta kecepatan putar 22 rpm. Alat ini berfungsi untuk memisahkan brondolan dari janjangan dengan cara memutar dan membanting buah yang masuk sehingga buah akan terpisah antara brondol dengan janjangan.
Brondolan akan jatuh melalui kisi-kisi
sedangkan janjang kosong keluar melalui ujung threser drum yang dibantu oleh sirip-sirip dengan kemiringan 13 0C . c1. Ex Threser Conveyor Merupakan conveyor penampung brondolan yang jatuh dari threser dan brondolan dibawa ke bottom cross conveyor yang dilanjutkan ke fruit elevator sampai ke digester feed conveyor.
Alat-alat diatas merupakan conveyor dan
elevator berfungsi untuk mengantarkan brondolan ke stasiun digester.
104
d1. Horizontal Emty Bunch Conveyor Merupakan conveyor penampung jajang kosong dari threser drum. Janjang kosong akan diteruskan ke penampungan janjang ksosong (loading by).
E. Stasiun pengepresan (Pressing station) Stasiun press ini merupakan proses pemisahan Crude Oil (CO) dengan cake dengan bantuan press sedangkan pelumatan pada digester.
Pada saat
pabrik baru mulai berproses maka cake yang keluar dari press dipisahkan terlebih dahulu
karena
belum
sempurna
dimasukkan ke CBC maka
proses
pengempaannya,
bila
lansung
menyebabkan trip pada CBC karena cake masih
banyak mengandung CO atau pemisahan nut dengan fiber akan sulit sehingga polishing penuh. Di dalam digester suhu harus dipertahankan 90-95
0
C agar pemisahan
minyak dapat sempurna dan pada press perlu diperhatikan tekanannya agar tidak banyak kehilangan minyak atau broken kernel bisa lebih tinggi bila tekanan kuat. Beberapa alat yang terdapat pada stasiun pengepresan tersebut adalah sebagai berikut : a) Digester Digester berfungsi untuk menghancurkan dan melumatkan brondol sehingga nut dan daging buah terpisah. Selain itu, digester juga berfungsi untuk memecah belahkan sel-sel minyak dalam daging buah.
Digester dilengkapi
dengan pisau-pisau yang bertumpu pada as sebanyak 6 pasang, berbentuk melingkar atau bengkok.
pisau
Di dinding digester terdapat siku-siku
penahan 24 buah yang terletak sejajar dengan pisau, pada bagian bawah terdapat 2 pisau pelempar. Cara kerja digester adalah sebagai berikut:
105
a1. Brondol masuk melewati sliding door menuju digester, sliding akan menutup dan membuka scara otomatis. b1. Pisau yang berputar dengan electromotor menghancurkan buah karena ada siku-siku penahan sehingga pada jarak sempit antara pisau dengan siku-siku penahan maka buah yang ada diantaranya akan hancur karena mata pisau. c1. Untuk mengatur agar pelumatan buah lebih rata maka besi pelempar akam melempar serta mengarahkan brondol ke pisau dan masuk ke press d1. Dengan adanya kerjasama dari tiga alat tersebut maka brondolan akan hancur dan lumat. Untuk lebih jelasnya Digester di PKS PT. Jamika Raya dapat dilihat pada gambar 17 di bawah ini :
Gambar 17: Digester di PKS PT. Jamika Raya
b) Press
106
Fungsi dari press adalah untuk memisahkan minyak dari daging buah yang telah lumat sehingga didapatkan minyak kasar (Crude oil) dan cake. Press terdiri dari dua worm screw yang bergerak memutar dengan berlawanan arah berfungsi untuk mendorong hasil lumatan kea arah dua buah cone hidraulic yang kerjanya selalu menekan sehingga dengan adanya dorongan dari worm screw dan penekanan dari cone hydraulic maka lumatan terkempa/terpress, cairan akan jatuh melewati saringan (press cage) dan padatan keluar melalui cela-cela cone. Press cage berdiameter 3mm, kapasitas dari press 15 ton/jam, hasil dari press terbagi dua yaitu crude oil dan cake. Cride oil akan mengalir ke crude oil guatter sedangkan cake menuju cake breaker conveyor.
F. Station pemurnian minyak (Clarification station) Pada stasiun ini merupakan proses pemisahan minyak dari sludge, kotoran, pasir dan air sehingga minyak yang dihasilkan benar-benar bersih dan sedikit mengandung kotoran dan air. Dari setiap alat yang ada pada stasiun ini diusahakan tidak ada yang rusak atau bocor agar tidak banyak kehilangan minyak, yang paling diutamakan adalah kondisi minyak atau sludge selalu pada suhu 90-95
0
C seperti pada CCT
yang bertujuan untuk memudahkan pemisahan minyak dengan sludge atau kotoran,
karena
pada
suhu
rendah
akan
kental
yang
mengakibatkan
pengendapan minyak bersama kotoran. Minyak yang dihasilkan diharapkan mengandung kadar air 0,12% dan kandungan kotoran 0,03%, sedangkan FFA untuk diekspor, maksimal 4.
Jika
FFA lebih dari 4 maka mutu minyak tersebut termasuk masih rendah. Adapun alat-alat yang terdapat pada stasiun klarifikasi ini adalah sebagai berikut :
107
a) Sand Trap Tank (STT) Crude Oil (CO) yang mengalir melalui crude oil guatter ditampung oleh STT. Tank berbentuk silinder vertikal dan pada bagian bawah berbentuk kerucut yang dihubungkan dengan pipa untuk pembuangan pasir dan kotoran.
Cara
kerja dari STT ini adalah pipa guatter dimasukkan ke dalam STT supaya CO yang masuk dapat terpisah berdasarkan berat jenis.
Crude Oil (CO)
akan berada
pada bagian atas dan dialirkan ke vibrating screen sedangkan pasir dan kotoran dibuang melalui pipa drain. b) Vibrating Screen (VS) Ayakan getar ini berfungsi untuk memisahkan non oil solid (NOS) yang berbentuk sampah, kotoran dan ampas yang berukuran besar dan pasir yang masih terikut, ayakan/ saringan ini memiliki getaran sehingga CO yang masuk akan digoyangkan dan disaringnya.
Vibrating ini memiliki 2 saringan untuk
memisahkan ampas dengan CO antara lain: Bagian atas ukuran 20 mesh yaitu untuk memisahkan kotoran yang lebih kecil dari 20 mesh, berdiameter 1,5 meter. Bagian bawah ukuran 40 mesh yaitu untuk memisahkan kotoran yang kecil dari 40 mesh, screen ini terbuat dari stainlessteel.
Untuk lebih jelasnya Vibrating Screen (VS) di PKS PT. Jamika Raya dapat dilihat pada gambar 18 di bawah ini :
108
Gambar 18 : Vibrating Screen (VS) di PKS Jamika Raya c) Crude Oil Tank (COT) COT berfungsi untuk mengendapkan pasir/kotoran yang lolos dari screen dengan ukuran yang lebih halus. Di dalam COT terdapat 2 bak, bak I untuk menampung dan menahan riak CO yang jatuh dari VS, sedangkan bak II untuk pengendapan pasir dan kotoran.
COT dilengkapi dengan pipa steam untuk
memanaskan minyak pada suhu 90-95
0
C sehingga mempermudah pemisahan
pasir dan minyak berdasarkan berat jenisnya.
Untuk lebih jelasnya Crude Oil Tank (COT) di PKS PT. Jamika Raya dapat dilihat pada gambar 19 di bawah ini :
109
Gambar 19 : Crude Oil Tank (COT) di PKS PT. Jamika Raya d) Desander Crude Oil Alat ini berfungsi untuk penyaringan dan pemisahan pasir, lumpur yang terikut bersama CO. sistem pengoperasiannya secara otomatis dengan memakai udara dan tekanan 4 bar, bekerja secara sentrifugal sehingga berat jenis yang lebih tinggi akan turun menuju sludge drain tank sedangkan
BJ yang ringan
dialirkan ke mixing tank dengan tekanan pompa 1,5 – 2,5 psi. e) Mixing Tank (MT) Berfungsi untuk menampung minyak dari desander dan reclimed tank serta membagi minyak untuk masuk ke CTT. MT ini terdiri dari bak-bak kecil yang berfungsi untuk penahan riak dari minyak sehingga minyak yang masuk ke CCT sama dan tidak bergelombang. f)
Continious Clarifier Tank (CCT)
110
CCT berfungsi untuk memisahkan antara minyak, sluge dan pasir dengan bantuan suhu yang dipertahankan 90-95
0
C. Pada suhu 90-95
0
C kekentalan
minyak atau Bj dibawah 1 akan mengapung dan BJ diatas 1 akan berada dibawah dan mengendap. CCT dilengkapi dengan steam sebagai pemanas, yaitu : Steam coil berada di sekeliling dinding tangki dari bawah sampai ke atas secara melingkar yang merupakan steam langsung. Steam injeksi berada di bawah/ di dasar tangki, tujuannya mempertahankan suhu tetap 90-95 0C. Pada pertengahan tangki terdapat stirrer dan memiliki lobang-lobang dengan diameter 2-4 Cm yang berfungsi untuk pengaduk dan memecahkan selsel minyak sehingga mudah terjadi pemisahan minyak dari sludge dan pasir. Pada bagian atas terdapat 2 skimmer yaitu : a) Skimmer over flow yang berfungsi untuk pengutipan minyak. b) Skimmer under flow yangberfungsi untuk pengutipan sludge, posisinya harus lebih rendah dari skimmer over flow agar tidak ada sluge yang terkutip oleh skimmer over flow.
Untuk lebih jelasnya Continious Clarifier Tank (CCT) di PKS PT. Jamika Raya dapat dilihat pada gambar 20 di bawah ini :
111
Gambar 20: Continious Clarifier Tank (CCT) di PKS PT. Jamika Raya g) Oil Tank Berfungsi untuk penampungan sementara minyak dari CCT sebelum diproses oleh purifier dan untuk mengurangi kadar air dengan pemanasan air dan kotoran mengendap. Oil tank berbentuk kerucut bagian bawahnya dan bagian atasnya berbentuk silindris, Didalamnya terdapat pipa steam coil. Suhu pada oil tank tidak boleh terlalu tinggi karena akan menambah warna minyak yang akan mengurangi kualitas minyak.
Untuk lebih jelasnya Oil Tank di PKS PT. Jamika Raya dapat dilihat pada gambar 21 di bawah ini :
112
Gambar 21: Oil Tank di PKS PT. Jamika Raya h) Purifier Berfungsi untuk mengurangi kotoran dan air dari minyak sehingga dihasilkan minyak yang lebih bersih, kadar air yang diharapkan 0,45% dan kandungan kotoran 0,03%. Mesin purifier bekerja berdasarkan gaya sentrifugal dimana berat jenis yang lebih berat terlempar jauh sedangkan yang ringan berkumpul ditengah berupa minyak yang dipompa ke float tank dan air akan terlempar dan dibuang melalui pipa.
Untuk lebih jelasnya Purifier di PKS PT. Jamika Raya dapat dilihat pada gambar 22 di bawah ini :
113
Gambar 22: Purifier di PKS PT. Jamika Raya i)
Vacum drayer Minyak dari float tank akan masuk ke vacuum drayer yang diatur oleh
pelampung dan sedotan dari pure oil pump sehingga minyak yang masuk melewati nozel-nozel (sprayer) akan terpancar secara menyebar. Dengan kondisi yang panas terjadi kevacuman sehingga air akan membentuk uap dan disedot oleh vacumm pump sedangkan minyak merembes ke dinding dan dipompakan ke stroge tank. Suhu dipertahankan 90-95 0C pada vacuum drayer dan tekanan yang diberikan 680-700 mmHg. Pada hasil akhir dari vacuum drayer diharapkan minyak mengandung 0,03% dan kadar air 0,12%. j)
Sluge Tank Berfungsi untuk penampungan sementara sludge sebelum dipompakan ke
desander sludge. Bentuk sama seperti oil tank di dalamnya terdapat pipa steam injeksi agar suhu dipertahankan 90-950C yang akan mempermudah pemisahan minyak dan pasir pada sludge.
Untuk lebih jelasnya Sluge Tank di PKS PT.
Jamika Raya dapat dilihat pada gambar 23 di bawah ini :
114
Gambar 23 : Sluge Tank di PKS PT. Jamika Raya k) Desander Sludge Berfungsi untuk mengendapkan pasir yang terdapat pada sludge dengan bantuan tekanan dan kecepatan pompa.
Tekanan desander sludge 1,5-2,5
kg/cm3 sehingga memiliki gaya sentrifugal yang mengakibatkan pasir dengan BJ yang lebih rendah akan berkumpul di tengah lalu naik ke decanter feed tank, sedangkan pasir yang terlempar di pinggir akan jatuh dan ditampung lalu dialirkan ke sludge drain tank.
Untuk lebih jelasnya Desander Sludge di PKS PT. Jamika Raya dapat dilihat pada gambar 24 di bawah ini :
115
Gambar 24: Desander Sludge di PKS PT. Jamika Raya l)
Decanter Pada decanter terjadi proses pemisahan antara minyak, air dan solid
dengan adanya gaya sentrifugal. Decanter terdiri dari bowl dan scoll dengan arah putar yang berbeda. Cara kerja dari decanter adalah sebagai berikut: Sludge masuk ke dalam bowl dengan adanya gaya sentrifugal dimana BJ yang berat terlempar ke dinding bowl (pasir dan lumpur). Pasir dan lumpu dibawa ke scroll ke daerah kering untuk dibuang ke solid conveyor. Minyak dan sludge yang BJ nya lebih ringan terlempar ke daerah liquid (cairan). Air dan sludge berdasarkan BJ dapat dipisahkan lagi dengan regulating tibes untuk heavy phase (air), dan dengan regulating rings untuk light phase (sludge) dan minyak. Untuk lebih jelasnya Decanter di PKS PT. Jamika Raya dapat dilihat pada gambar 25 di bawah ini :
116
Gambar 25: Decanter di PKS PT. Jamika Raya m) Reclimed Oil Tank Tangki ini berfungsi untuk penampungan sludge dan kotoran yang masih mengandung minyak dan memungkinkan untuk diolah kembali.
Sludge dan
kotoran berasal decanter, oil tank dan over flow dari float tank.
Sludge dari
reclimed ini dipompakan ke mixing tank oleh reclimed oil pump untuk diolah kembali, selain itu sludge juga bersal dari sludge drain tank. n) Sluge Drain Tank Tanki ini berfungsi untuk penampungan drain dari berbagai tanki. Tanki ini berbentuk persegi panjang yang dilengkapi dengan pipa steam injeksi. Tanki ini juga dialirkan air panas dari canter hot water tank agar tidak terlalu kental sludge di dalam tangki. G. Stasiun kernel (Kernel recovery station) Di dalam stasiun kernel ini dilakukan pemisahan antara nut/kernel dengan shell setelah dilakukan pemecahan biji. Untuk pemisahan broken kernel dengan shell pada clay bath digunakan carbonat yang berfungsi untuk menaikkan berat
117
jenis air menjadi 1,14-1,15 sehingga kernel yang lebih ringan BJ nya dari 0,59 akan mengapung sedangkan shell akan tenggelam. Agar kadar air kernel di dalam kernel silo menjadi lebih kecil maka suhu harus dipertahankan 80-900C dengan memasukkan steam melalui heater begitu juga pada nut silo dengan ketetapan suhu 70-800C. Beberapa alat yang terdapat pada Stasiun kernel (Kernel recovery station) adalah sebagai berikut : a) Cake Breaker Conveyor (CBC) CBC
berfungsi
untuk
mengantarkan
cake
ke
winnowing
dan
menghancurkan gumpalan-gumpalan cake agar mudah dalam pemisahan nut dengan fibre pada winnowing separating coloum. b) Winnowing Separating Coloum Alat ini berfungsi untuk memisahkan fraksi ringan dengan yang berat dan benda lain. Dengan bantuan isapan angin maka fraksi ringan akan (fibre) akan terhisap ke fibre silon kemudian fiber dibawa ke boiler untuk bahan bakar. Sedangkan fraksi berat (Nut) dan benda lain akan jatuh ke bawah dan masuk ke polishing drum. Winnowing ini memiliki fan untuk menghisap nut yang berat kecil dari 6 gram dan nut benda lain yang berat lebih dari 6 gram akan jatuh. Nut yang terhisap menuju wet nut transport fan dan masuk ke nut silo air lock sehingga nut masuk ke nut silo. c) Polishing Drum Alat ini berfungsi untuk membersihkan nut dari serat/ fibred dan kotoran beserta benda lain.
Alat ini mempunyai panjang 6 meter dan berdiameter 1
meter, digerakkan oleh electromotor dengan kecepatan putar 20 rpm. Cara kerja dari alat ini adalah sebagai berikut:
118
Nut dan benda lain dalam fraksi berat jatuh ke conveyor pada pangkal polishing drum berbentuk palang selang yang berfungsi untuk mengantarkan nut ke bucket (berbentuk plat siku). Buket akan membawa nut ikut berputar sampai putaran 1800 kemudian nut ditumpahkan, bila masih ada serat/fibre dan benda lain dalam fraksi ringan maka akan terhisap. Pada bagian tengah terdapat 3 pasang plat besi menyilang secara mendatar yang
berfungsi
untuk
mengoptimalkan
gesekan
serta
tidak
terjadi
penumpukan nut di dalam polishing drum. Pada bagian ujung terdapat lobang-lobang berdiameter 3-4 cm yang tersusun rapi pada tiga tempat yang berfungsi untuk menyaring dan mengatur nut yang masuk sesuai dengan ukurannya. Apabila terdapat nut atau benda lain yang lebih besar dari 4 cm maka akan menumpuk pada ujung polishing drum dan pekerja siap membuangnya. Sebelum
menuju
conveyor
terdapat
magnet
yang
berfungsi
untuk
memancing dan menangkap besi yang terikut, sehingga tidak terbawa kedalam nut silo. Untuk lebih jelasnya Polishing drum di PKS PT. Jamika Raya dapat dilihat pada gambar 26 di bawah ini :
119
Gambar 26: Polishing drum di PKS PT. Jamika Raya d) Nut Silo Nut silo berbentuk silindris berdiameter 2,5 meter dan kapasitas ± 10 ton. Berfungsi untuk menampung nut yang akan dikeringkan agar inti tidak lengket dengan shell. Cara kerja nut silo adalah : Nut yang masuk melewati cyclone air lock menuju nut silo dipanaskan dengan memasukkan steam secara hembusan, alat tersebut dinamakan nut silo heater. Suhu dipertahankan di dalam nut silo antara 70-80 0C dan waktu 12-15 jam. Heater ada tiga tingkat dengan masing-masing suhu 900, 600, 400 C dengan tujuan untuk mengurangi kadar air kernel. Kadar air saat nut masuk 15-16% dan diharapkan kadar air keluar dari nut silo 12%. e) Ripple Mill Berfungsi untuk memecahkan nut sehingga inti/kernel terpisah dari cangkang dan shell.
Ripple mill dilengkapi dengan steel root dan ripple plat
120
dimana steel root digerakkan oleh electromotor dengan kecepatan 1000rpm. Cara kerja alat ini adalah sebagai berikut: Nut dari nut silo terlebih dahulu melewati vibrating yang berfungsi untuk mengatur nut masuk ke ripple mill dengan cara getaran, setelah itu akan melewati magnet untuk menangkap besi-besi yang terikut bersama nut agar tidak masu ke ripple mill. Nut melewati antara ripple plate yang berbentuk gerigi secara memanjang dan steel root dengan gaya putar yang cepat (rotor). Dengan adanya pengaturan jarak, maka nut yang masuk akan digesek dan akhirnya nut tersebut pecah. f) Clay Bath Alat ini berfungsi untuk memisahkan fraksi berat (shell) dengan fraksi ringan (kernel) berdasarkan berat jenisnya. Kerenel mempunyai BJ 1.07 g/cm 3 (dalam basah BJ shell berada antara 1,2-1,3 g/cm3 dan larutan
CaCO3. 1,12
g/cm3). Cara kerja dari alat ini adalah sebagai berikut: Satu buah bak pengaduk dimana air pada bak ini dinaikkan BJ nya 1,14-1,15 dengan menambah CaCO3 . Bak tersebut dilengkapi dengan stirrer untuk pengaduk CaCO 3 agar jangan mengendap dan pompa tidak tersumbat, pada bak juga ditambah soda ash untuk menaikkan pH. Dari bak I dipompakan pada bak II (cone) dengan BJ air 1,14 maka shell yang lebih berat akan mengendap dan inti mengapung. Pada bagian dasar cone terbentuk kerucut dan disambungkan dengan pipa menuju vibrating begitu juga bagian atas dilengkapi dengan pipa untuk mengutip kernel dan dibawa ke vibrating.
121
Vibrating terdiri dari dua bagian yaitu shell dan kernel pada saat melewati vibrating, shell dan kernel dicuci dengan air agar sisa-sisa carbonat yang menempel tidak terikut ke kernel silo. Untuk lebih jelasnya Clay bath di PKS PT. Jamika Raya dapat dilihat pada gambar 27 di bawah ini :
Gambar 27: Clay bath di PKS PT. Jamika Raya g) Kernel Silo Alat ini berbentuk silinder yang berfungsi untuk pengeringan kernel atau. Cernel silo dilengkapi dengan heater untuk pemanas sehingga kadar air inti lebih kecil 7%, suhu ditetapkan 80-900C waktu untuk pengeringan 12-18 jam, pada dinding alat terdapat lobang ventilasi agar udara bisa keluar masuk. Untuk lebih jelasnya kernel silo di PKS PT. Jamika Raya dapat dilihat pada gambar 28 di bawah ini :
122
Gambar 28: Kernel silo di PKS PT. Jamika Raya h) Bulk Silo Berfungsi untuk penampungan dan penyimpanan sementara kernel sebelum diolah lebih lanjut untuk diambil minyak inti (PKO), kernel yang masuk berupa kernel kering.
Kernel Sebelum masuk ke kernel silo melewati pipa
berbentuk keong, kernel dihembuskan menuju air lock dari bulk silo. 4.2.2. Stasiun pendukung A. Laboratorium Laboratorium berfungsi sebagai pusat pengendalian terhadap proses dan kualitas yang dihasilkan selama proses produksi berlangsung. Hasil-hasil analisis laboratorium digunakan sebagai
dasar
untuk melakukan
meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan.
perbaikan dan
Analisis yang dilakukan di
laboratorium meliputi: a) Analisa kadar air CPO / volatil mater (VM) Analisa VM ini dilakukan satu kali untuk satu mobil tengki atau setiap ada mobil tangki yang akan mengantar CPO dan tiap satu jam pada saat proses
123
pengolahan berlansung. Adapun alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah timbangan analitik, hotplat, desikator dan erlemeyer. Sampel yang akan diuji kadar airnya adalah CPO. Adapun pelaksanaan kegiatan analisa VM ini adalah sebagai berikut: a1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan praktek. a2. Timbang erlemeyer dalam keadaan kosong dengan menggunakan timbangan analitik. a3. Masukkan sampel kedalam erlemeyer sebanyak 5 gram. a4. Sampel dipanaskan dengan menggunakan hotplate pada suhu 4000C sampai gelembung air dalam sampel hilang (± 5-10 menit). a5. Sampel yang sudah dipanaskan, kemudian di dinginkan kembali didalam desikator selama 30-45 menit. a6. Sampel yang telah dingin ditimbang kembali. a7. Kadar air (VM) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: VM = (Berat erlemeyer + CPO awal) – berat akhir X 100 % Berat sampel Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh kadar air rata-rata 0,15 % yang mana hasil tersebut menunjukan bahwa CPO yang dihasilkan bermutu baik, karena semakin rendah kadar air yang diperoleh maka daya simpan minyak yang dihasilkan akan semakin lama. b) Analisa kotoran minyak /Perosida Value (PV) Analisa PV ini dilakukan satu kali pada saat tanki akan mengantar CPO dan setiap satu jam pada saat pengolahan berlangsung. Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah timbangan analitik, erlemeyer 250 ml, pipet tetes, gelas ukur. Sedangkan bahan yang digunakan adalah sampel CPO, larutan asam
124
asetat-kloroform, larutan KI, aquadest, indicator kanji 1 % dan reagen Na2S2O3. Adapun prosedur kerja dalam pelaksanaan analisa PV ini adalah sebagai berikut: b1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan. b2. Timbang erlemeyer dengan menggunakan timbangan analitik dalam keadaan kosong kemudian timbangan di nolkan. b3. Masukkan sampel CPO sebanyak 5 gram ke dalam erlemeyer dan tambahkan asam asetat sebanyak 30 ml dan larutan potassium iodide sebanyak 0,5 ml kedalam sampel. b4. Sampel diaduk-aduk sampai rata dan diletakkan di tempat gelap selama 1 menit. b5. Tambahkan aquades 30 ml kedalam sampel dan diaduk kembali sampai rata. b6. Tambahkan lagi indikator kanji 1% sebanyak 3-5 tetes sampai warna sampel berubah menjadi kehitaman. b7. Titrasi sampel tersebut dengan menggunakan Na2S2O3 sampai warna sampel berubah menjadi warna semula (orange). b8. Lakukan perhitungan PV denga menggunakan rumus : PV = Na2S2O3 yg terpakai x N Na2S2O3 x 1000 Berat sampel Peroksida value adalah menentukan derajat kerusakan pada minyak atau lemak. Proses pembentukan peroksida dapat dipercepat oleh adanya cahaya, suasana asam, kelembaban udara dan katalis (logam Fe, Co, Mn, Ni dan Cr). Peroksida juga dapat mempercepat proses timbulnya bau tengik dan flavor yang tidak dikehendaki dalam bahan pangan. Dari pelaksanaan analisa PV yang dilakukan, diperoleh hasil PV sebesar 0,2 %, yang mana CPO tersebut dinyatakan baik. Makin tinggi PV, mutu minyak
125
akan semakin rendah. Oleh karena itu persyaratan PV dalam CPO diharapkan seminimal mungkin (<1 %). c) Analisa asam lemak bebas (FFA) Kegiatan ini dilakukan setiap hari dengan standar yang ditetapkan adalah 3,5 % - 5 %. Alat yang digunakan adalah botol sampel, erlemeyer, pipet tetes, gelas ukur, timbangan analitik, hot plate dan alat titrasi. Sedangkan bahan yang digunaka adalah CPO, larutan Phenol phytalin, alkohol dan larutan NaOH. Prosedur pelaksanaan analisa FFA ini adalah sebagai berikut: c1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan. c2. Menimbang erlemeyer dalam keadaan kosong kemudian timbangan di nol kan. c3. Masukkan sampel CPO yang akan dianalisa sebanyak 5 gram kedalam erlemeyer. c4. Tambahkan phenol ptalin (PP) sebanyak 5 ml dan alcohol sebanyak 50 ml kedalam erlemeyer tersebut. c5. Sampel CPO dipanaskan diatas hotplate pada suhu 4000C sampai mendidih. c6. Setelah mendidih, lakukan titrasi dengan menggunakan NaOH 0,0958 N. Tambahkan NaOH tersebut sedikit demi sedikit sambil erlemeyer dikocokkocok hingga warna sampel berubah warna menjadi kemerah-merahan. Catat NaOH yang digunakan untuk titrasi tersebut. c7. Untuk menentukan FFA dapat dihitung dengan menggunakan rumus : FFA = NaOH yang terpakai x 25,6 x N NaOH Berat sampel c8. Setelah dilakukan pengujian dan hasilnya diketahui, catat hasil tersebut kemudian tempelkan pada botol sampel CPO yang akan dikirim ke Padang.
126
Berdasarkan hasil analisis yang dilkukan diketahui kandungan FFA dari CPO tersebut rata-rata adalah 3,2 %.
Dengan demikian mutu CPO yang
dihasilkan tersebut bagus karena kadar FFA < 5 %. d) Analisa Dirt Analisa dirt ini dilakukan satu kali untuk satu mobil tengki atau setiap ada mobil tangki yang akan mengantar CPO dan tiap satu jam pada saat proses pengolahan berlansung. Alat yang digunakan dalam kegiatan adalah timbangan analitik, kertas saring, gooch crucible, desikator, hot plate, oven dan gelas ukur. Sedangkan bahan yang digunakan adalah sampel CPO dan larutan petroleum eter atau hexane. Adapun prosedur pelaksanaan analisa dirt ini adalah sebagai berikut: d1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan. d2. Menimbang media (gooch crucible) yang dilengkapi kertas saring dalam keadaan kosong…………. (W1) d3. Sampel CPO yang telah ditimbang sebanyak 20 gram…. (W) dimasukkan kedalam gooch crucible kemudian disemprot dengan alcohol sampai bersih d4. Setelah bersih, sampel diovenkan selama ± 15 menit. d5. Dinginkan kembali sampel, dan setelah itu ditimbang……..(W2) d6. Catat data-data hasil praktek dan untuk menentukan hasil akhir dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Dirt = W1 – W2 x Berat sampel
100 %.
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, nilai dirt yang diperoleh ratarata adalah 0,02 %, ini artinya kadar kotoran pada CPO masih tergolong rendah karena masih kecil dari 0,03 %. Analisa dirt ini bertujuan untuk menentukan
127
kadar kotorang yang terkandung didalam CPO, semakin rendah nilai dirt maka semakin bagus kualitas CPO. e) Analisa tingkat kecerahan warna CPO (DOBI) Analisa DOBI ini dilakukan satu kali untuk satu mobil tengki atau setiap ada mobil tangki yang akan mengantar CPO dan tiap satu jam pada saat proses pengolahan berlangsung. Alat dan bahan yang digunakan dalan kegiatan adalah spectrophotometer, erlemeyer 25 ml, labu semprot, testup, timbangan analitik, botol, tissue, sampel CPO dan isooctane. Adapun prosedur pelaksanaan kegiatan analisa DOBI ini adalah sebagai berikut: e1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan. e2. Mengambil sampel CPO yang sama dengan sampel CPO yang digunakan untuk melakukan analisa FFA. e3. Letakkan erlemeyer yang berukuran 25 ml diatas timbangan analitik kemudian timbangan di nolkan. e4. Masukkan sampel CPO ke dalam erlemeyer sebanyak 0,15 gr. e5. Tambahkan larutan isooctone kedalam erlemeyer yang berisi sampel CPO sampai volumenya menjadi 25 ml kemudian erlemeyer dikocok-kocok. e6. Ambil testup dari spectrophotometer kemudian bilas dengan isooctone dan masukkan larutan tersebut di ulang dua kali. e7. Bersihkan testup dengan menggunakan tissue sampai bersih e8. Masukkan testup tersebut dalam alat spectrophoto meter lalu tutup . e9. Alat ini akan membaca secara otomatis analisa yang telah dilakukan. e10. Catat hasil yang tertera pada alat. DOBI (deterioration of bleachability index) merupakan salah satu indikator mutu dari CPO (crude palm oil). Semakin tinggi nilai DOBI pada CPO
128
menunjukkan mutu CPO yang bersangkutan semakin baik. Makin rendah DOBI, mutu minyak akan semakin rendah. Oleh sebab itu persyaratan DOBI dalam CPO haruslah semaksimal mungkin atau minimal < 2. f) Analisa % cangkang (frisel) pada kernel Prosedur pelaksanaan analisa frisel pada PKO ini adalah sebagai berikut: f1. Merpersiapkan alat dan bahan yang akan digunkana dalam kegiatan. f2. Kernel yang akan diuji tersebut diambil dari truk yang akan mengantar kernel. f3. Sampel diambil sebanyak ± 1 kg kemudian diletakkan pada nampan. f4. Sampel disortasi dengan cara memisahkan antara kernel utuh, kernel pecah, nut utuh, nut pecah dan frisel. f5.
Setelah
disortasi,
kemudian
masing-masing
sampel
yang
sudah
dikelompokkan tersebut ditimbang sehingga akan didapat berat masingmasing dari sampel tersebut. f6. Untuk nut pecah dan nut yang masih utuh dilakukan pemecahan cangkang terlebih dahulu, setelah itu baru ditimbang untuk mengetahui berat cangkang dan kernelnya. f7. Jumlahkan berat cangkang yang ada. f8. Hitung % frisel dengan rumus sebagai berikut : % frisel = berat seluruh cangkang x 100% Berat seluruh sampel f9. Setelah itu tulis % frisel pada label dan masukkan sampel tesebut dalam amplop besar. Analisa frisel ini bertujuan untuk menegetahui kandungan kotoran yang terdapat pada kernel dan juga sebagai gambaran kedaaan kernel yang
129
dihasilkan.
Kualitas kernel dinyatakan baik apabila kandungan kotoran dalam
kernel < 7 %. Karena standar kotoran untuk kernel maksimal adalah 7 %. B. Pengelolaan air (water treatment) Air merupakan kebutuhan yang sangat vital dalam pabrik pengolahan kelapa sawit. Sebelum digunakan, air harus melalui tahapan pemprosesan yang benar-benar bersih dan dapat digunakan boiler untuk kebutuhan pengolahan dan kebutuhan domestik. Pada pabrik kelapa sawit PT. Jamika Raya ini, air yang diambil dari sungai masih kotor sehingga perlu adanya penanganan khusus sebelum dimanfaatkan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam upaya pengelolaan air (water treatment) adalah sebagai berikut: a) Air yang berasal dari sungai dipompa dan dialirkan ke rawater. b) Air dari rawater tersebut dipompa ke clarifier, dimana pipa dari rawater ke clarifier diinjeksikan N 32,76 dan larutan tawas untuk membentuk ploc. c) Setelah itu disuntikan soda Ash untuk menaikkan pH air sehingga menjadi netral. d) Buka kran pembuangan pada clarifier untuk membuang lumpur yang mengendap. e) Air yang telah jernih tersebut dialirkan ke kolam penampung, kemudian dipompakan ke tangki filtration untuk dilakukan penyaringan. f) Air yang telah keluar dari tangki filtration dikirim ke menara air (water tower) yang sudah dapat dimanfaatkan untuk air boiler, kebutuhan domestik dan kebutuhan pengolahan. 4.3. Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit
130
Pengolahan limbah berfungsi untuk menetralisir zat pencemar
yang
masih terkandung dalam cairan limbah sebelum dibuang ke perairan umum atau untuk diaplikasikan ke lapangan (land application). Limbah yang dihasilkan di PKS Jamika Raya berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berupa cangkang dan fiber yang digunakan sebagai bahan bakar boiler, tandan kosong dimanfaatkan kembali sebagai pupuk untuk tanaman. Limbah cair yang dihasilkan harus memenuhi standar yang sudah ditetapkan dan tidak dapat dibuang secara langsung ke sungai karena dapat mencemari sungai. 4.3.1. Pengolahan limbah cair Sumber limbah cair berasal dari proses produksi kelapa sawit adalah dari unit sterilisasi, unit klarifikasi dan buang hidrosiklon serta air dari pencucian lantai dan mesin serta air limbah dari boiler. Air limbah dari proses produksi sebelum diaplikasikan ke lahan pertanaman kelapa sawit terlebih dahulu diolah pada Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) yang dilengkapi dengan 5 (sepuluh) kolam yang terdiri dari 1 buah acidification pond, 2 buah An Aerobik pond, 1 buah fakultatif dan 1 buah kolam bupper pound. Pada PT. Jamika Raya, terdapat beberapa kolom yang digunakan untuk pengelolaan limbah cair. Diantaranya adalah: A. Kolom pendinginan (cooling pound/acidification pound) Pada PKS PT. Jamika Raya ini terdapat 1 kolom pendinginan (cooling pound). >80
0
Limbah pabrik yang dialirkan ke kolom pendinginan ini memiliki suhu
C sehingga perlu dilakukan pendinginan terlebih dahulu sebelum dialirkan
ke kolom anaerob. Kolom pendinginan ini berfungsi untuk mendinginkan limbah
131
sampai suhu 400 – 450 C karena bakteri anaerob tidak bisa hidup pada suhu diatas 45 0C. Limbah yang ada pada kolom pendinginan ini masih banyak mengandung minyak. Biasanya minyak yang terdapat pada kolom ini dijual untuk pembuatan sabun yang diambil dari FFA pada minyak tersebut. B. Kolom anaerob I & II Pada PKS PT. Jamika Raya ini terdapat 2 kolom anaerob. Yang mana pada kolom ini terdapat beberapa jenis bakteri pengurai yang mempunyai fungsi masing-masing, diantara bakteri tersebut adalah sebagai berikut: a) Bakteri Hidrolisis Bakteri ini berfungsi untuk memisahkan unsur yang terdapat pada limbah sesuai dengan jenis unsurnya masing-masing. b) Bakteri Acitobacter Bakteri ini berfungsi untuk merubah unsur-unsur yang telah dipisahkan oleh bakteri hidrolisis menjadi asam. c) Bakteri Metanogenesis Bakteri ini berfungsi untuk merubah asam organik yang telah diuraikan oleh bakteri Acitobacter diatas menjadi gas (methan dan H2S). C. Kolom fakultatif Limbah yang berasal dari kolom anaerob dialirkan ke kolom fakultatif untuk dilakukan penguraian lebih lanjut agar unsur yang belum terurai di kolom anaerob bisa terurai semua. Pada kolom fakultatif ini yang bakteri yang aktif adalah bakteri aerob. D. Kolom bupper pound
132
Kolom ini berfungsi untuk penampungan sementara limbah sebelum diaplikasikan ke lahan sawit. Limbah cair yang telah diolah tersebut dialirkan ke lapangan dengan menggunakan pompa kemudian dialirkan ke pipa-pipa yang terhubung dengan lahan aplikasi limbah. Limbah cair yang diaplikasikan ke lahan kelapa sawit memiliki kandungan BOD sebesar 5000 ppm. Limbah sawit yang memiliki kandungan BOD 5000 ppm sudah diaplikasikan ke lahan sawit karena pada kondisi ini unsur hara yang terkandung di dalam limbah belum terurai semua dan bahan organiknya masih optimal sehingga tersedia bagi tanaman. Setelah limbah cair diaplikasikan ke lahan maka sisa endapan yang disebut solid diambil dan digunakan sebagai pupuk untuk tanaman sawit. 4.3.2. Pengolahan limbah padat Janjang kosong merupakan salah satu limbah padat dari pabrik pengolahan kelapa sawit di PT. Jamika Raya yang bisa dimanfaat sebagai pupuk organik di lapangan yang mana kandungan yang terdapat pada janjang kosong adalah kalium dan Mg. Pada perusahaan ini, pengaplikasian janjang kosong ini dilakukan diantara barisan tanam kelapa sawit pada areal TBM dan pada gawangan mati pada tanaman TM. kosong juga
berfungsi
Selain sebagai pupuk organik, janjang
menghambat pertumbuhan
gulma
dan
menjaga
kelembaban tanah. Penyusunan janjang kosong dilakukan satu lapis dengan tujuan untuk mempercepat proses penguraian, selain itu apabila tumpukan janjang kosong yang terlalu banyak (lebih dari satu lapis) akan menyebabkan kelembaban terlalu tinggi dan akan menjadi inang bagi kumbang tanduk (Orycetes rhinoceros).
133
4.3.3. Baku mutu limbah Spesifikasi limbah cair mentah PKS, limbah cair untuk land application dan baku
mutu limbah cair PKS dapat
dilihat pada tabel 12 dan tabel 13 berikut
ini. Tabel 12. Spesifikasi limbah cair mentah PKS. No
Parameter
Satuan
Kisaran
1
BOD
mg/l
20.000 - 30.000
2
COD
mg/l
40.000 - 60.000
3
Suspended Solid
mg/l
15.000 - 40.000
4
Total Solid
mg/l
30.000 - 40.000
5
Minyak dan Lemak
mg/l
5.000 - 12.000
6
N-NH3
mg/l
30 – 40
7
Total N
mg/l
500 – 800
8
Ph
9
Suhu
4–5 °C
70 – 80
Sumber : Instruksi Kerja PKS Jamika Raya, 2005.
Tabel 13. Spesifikasi limbah cair untuk Land Application. No
Parameter
Satuan
Kisaran
1
BOD
mg/l
3.500 – 5.000
2
Minyak dan Lemak
mg/l
< 600
3
Ph
Sumber : Instruksi Kerja PKS Jamika Raya, 2005.
4.4. Manajemen Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit 4.4.1. Perencanaan (Planning)
>6
134
PT. Incasi Raya Group kebun Sumbar Andalas Kencana menyusun perencanaan dimulai dengan menentukan lokasi yang akan dikerjakan, luas lokasi yang akan dikerjakan, dan jumlah setiap jenis bahan yang harus diaplikasikan, baik per tahun, per semester, per bulan, maupun per hari. Juga dibuat perkiraan volume hasil kerja yang dapat dicapai. Setelah itu, dibuat jadwal kerja untuk setiap blok sesuai dengan jangka waktu penyelesaian kerja yang ditargetkan. Kemudian dikumpulkan semua data dan informasi tentang kondisi lapangan dari setiap blok tanaman (seperti batas blok, topografi, prasarana yang ada, umur dan jumlah tanaman, umur dan kerapatan gulma, umur dan kerapatan hama, dll) dan dosis pemakaian bahan untuk setiap blok dengan cara survei, sensus atau observasi lapangan, melihat kartu blok atau catatan data agronomi afdeling, melihat peta blok atau peta lainnya, dan melihat rekomendasi pemakaian bahan dari konsultan atau rekomendator. Berdasarkan data dan informasi tersebut, maka dipilih dan ditentukan sistem/metode kerja yang akan diterapkan, jenis alat atau kendaraan yang akan digunakan, standar kapasitas pekerja dan kualitas kerja yang harus dicapai serta jenis bahan dan dosis yang akan digunakan. Kemudian dilakukan penghitungan terhadap jumlah alat kerja, bahan kerja, tenaga kerja dan kendaraan yang dibutuhkan sesuai dengan norma teknis dan volume kerja yang direncanakan. Dibuat persediaan alat dan bahan kerja sesuai dengan kebutuhan, dengan spesifikasi dan jumlah yang tepat, minimal sebulan sebelum pekerjaan dimulai. Minimal 3 bulan sebelum jadwal kerja, bahan kerja sudah diorder ke Kantor Direksi oleh Senior Estate Manager, dimana diminta agar bahan kerja sudah lengkap sampai ke kebun minimal sebulan sebelum jadwal kerja dimulai.
135
Kendaraan yang dibutuhkan juga harus dipersiapkan, dimana rencana jadwal servis rutinnya harus dibuat. Dipersiapkan
tenaga
kerja
sebanyak
yang
dibutuhkan
dengan
keterampilan memadai, melalui rekrutmen dan pelatihan yang baik, terutama untuk pekerjaan yang memerlukan keterampilan khusus, seperti operator alat berat, sopir truk, pekerja semprot, pekerja panen, dll. Pekerja harus dibina sehingga
memiliki
kemahiran
dan
kerajinan
yang
dibutuhkan.
Untuk
operator/sopir harus dilatih agar dapat menyelesaikan pekerjaan dengan selamat dan cepat. Untuk tukang muat harus direkrut pekerja yang kuat dan telaten. Jika menggunakan kontraktor, dibuat kontrak kerja untuk setiap jenis kerja dan setiap blok. Dipersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang kelancaran kerja, seperti: titian, jembatan, piringan, pasar pikul, TPH, pasar ereng-ereng, tangga panen, alat pelindung diri, camp darurat, dll. Misalnya untuk pemupukan, sebelum periode aplikasi dimulai, piringan, rorak, tapak kuda, tapak timbun, teras, dan parit drainase harus dibenahi sehingga tidak mengurangi efektifitasi pemupukan. Prasarana lapangan harus dirawat secara rutin dan dipastikan kondisinya bagus pada saat diperlukan.
4.4.2. Organisasi perusahaan (Organization) Salah satu faktor yang sangat berperan dalam keberhasilan suatu uasaha adalah pengorganisasian yang baik dan tepat. Struktur organisasi yang baik dan dijalankan dengan benar akan memberikan hasil yang memuaskan. Hubungan harmonis akan terjalin antara pimpinan dan bawahan jika struktur organisasi tersusun dengan baik dan teratur.
136
Pada PT. Incasi Raya kebun
Sumbar Andalas Kencana ditetapkan
struktur organisasi kerja, mulai dari Estate Manager, Divisi Manager, Asisten, sampai Mandor dan Petugas.
Dibentuk regu-regu kerja sesuai dengan
kebutuhan, dimana setiap regu terdiri dari 1 orang Mandor (+ 1 orang Mandor Bantu) dan 10 – 15 orang pekerja. Mandor bantu hanya diperlukan dalam aplikasi bahan (seperti pupuk atau pestisida) jika pada suatu afdeling terdapat dari satu regu. Ditetapkan uraian tugas untuk setiap tingkat jabatan sebagai berikut. A. Chief Plantation Controller (CPC) a) Fungsi utama : Mengelola dan memberdayakan semua sumberdaya produksi tanaman sehingga tercapai kinerja bidang produksi tanaman secara optimal. b) Sasaran : Terwujudnya produktivitas TBS 25 ton/ha/tahun untuk areal TM ≥ VII. Terwujudnya produktivitas CPO 5,5 ton/ha/tahun untuk areal TM ≥ VII. Terwujudnya produktivitas inti 1 ton/ha/tahun untuk areal TM ≥ VII. Terwujudnya asam lemak bebas maksimal 3,0 % di tingkat pabrik CPO. Terwujudnya harga pokok kebun sesuai standar dari Direksi. c) Tugas : Menetapkan dan mewujudkan sasaran strategis bidang produksi tanaman. Menetapkan upaya strategis bidang produksi tanaman. Menetapkan sistem kerja bidang produksi tanaman untuk mencapai operational excellence. Mengendalikan biaya produksi tanaman pada tingkat yang lebih efisien.
137
Menetapkan dan memberdayakan sistem informasi yang menggunakan teknologi informasi. B. Agronomy Department a) Fungsi utama : Melaksanakan monitoring, analisa dan evaluasi terhadap pemberdayaan sumberdaya di kebun untuk peningkatan kinerja bidang tanaman. Melakukan perencanaan, pemeliharaan, monitoring, analisa, evaluasi, dan pengembangan sistem informasi dengan memberdayakan sumberdaya informasi untuk menghasilkan kinerja informasi yang lengkap. Melakukan monitoring, analisa, dan evaluasi terhadap pemberdayaan sumberdaya manusia secara optimal sehingga terwujud karyawan yang berilmu pengetahuan dan bermental kerja optimal. b) Sasaran : Terwujudnya produktivitas TBS 25 ton/ha/tahun untuk areal TM ≥ VII. Terwujudnya produktivitas CPO 5,5 ton/ha/tahun untuk areal TM ≥ VII. Terwujudnya kualitas TBS : H & B 0 %, mentah maksimal 3 %, matang minimal 95 %, busuk maksimal 2 %, dan brondolan minimal 8 %. Terwujudnya Good Corporate Governance (GCG). Terwujudnya penggunaan sumberdaya perusahaan secara optimal untuk mencapai zero fraud (bebas kecurangan). Terciptanya sistem informasi berbasis WEB dengan aplikasi terpadu untuk semua komunikasi data, suara, dan gambar. Terwujudnya kompetensi karyawan yang makin optimal. Terwujudnya pembinaan SDM yang berkelanjutan dengan biaya efisien. c) Tugas :
138
Membuat, meninjau, dan merevisi standar kinerja bidang tanaman. Merumuskan kebijakan kultur teknis tanaman dan panen yang lebih baik guna meningkatkan efektifitas dan produktifitas kerja. Melaksanakan pemesanan kecambah kelapa sawit yang bersertifikat dan berkualitas. Memonitor pelaksanaan sampling daun oleh kebun untuk menyusun program pemupukan. Melaksanakan pengkajian dan pengujian sarana dan metode baru di bidang tanaman. Melakukan monitoring dan evaluasi pengadaan dan penggunaan bahan dan alat bidang tanaman. Memeriksa mutu pupuk dan bahan kimia ke pihak berkompeten. Melaksanakan dan merekap hasil pengukuran dan pemetaan areal kebun. Melakukan monitoring, analisa dan evaluasi kinerja bidang tanaman. Merekap dan evaluasi taksasi produksi dengan kebun. Mengajukan rencana strategis dan rencana jangka panjang bidang tanaman. Melakukan monitoring dan evaluasi investasi bidang tanaman. Merumuskan Sistem Penilaian Karyawan. Melaksanakan pengendalian sistem komputerisasi yang terintegrasi untuk bidang tanaman berbasis database secara konsisten dan up to date. Menyusun dan melaksanakan program kerja audit tanaman. Mempertanggungjawabkan hasil audit tanaman yang dilaksanakan. Memonitor dan mengevaluasi tindak lanjut hasil audit, memberikan saran. Mempersiapkan
sumberdaya
hardware,
infrastruktur jaringan internet dan internet.
software,
dan
membangun
139
Melaksanakan perbaikan dan up grade hardware, software, serta jaringan internet dan internet. Malaksanakan pembangunan sistem dan program training dalam rangka pemenuhan kompetensi karyawan. Melaksanakan rekrutmen staff kebun. Mengusulkan strategic planning dan rencana jangka panjang bidang SDM.
C. Senior Estate Manager (SEM) a) Fungsi utama : Melaksanakan monitoring, analisa, evaluasi, memberi keputusan dan terobosan-terobosan
serta
memberdayakan
sumberdaya
perusahaan
di
wilayahnya untuk mencapai kinerja optimal. b) Sasaran : Terwujudnya produktivitas TBS 25 ton/ha/tahun untuk areal TM ≥ VII. Terwujudnya produktivitas CPO 5,5 ton/ha/tahun untuk areal TM ≥ VII. Terwujudnya produktivitas inti 1 ton/ha/tahun untuk areal TM ≥ VII. Terwujudnya asam lemak bebas maksimal 3,0 % di tingkat pabrik CPO. Terwujudnya harga pokok kebun sesuai standar dari Direksi. Terwujudnya kualitas TBS : H & B 0 %, mentah maksimal 3 %, matang minimal 95 %, busuk maksimal 2 %, dan brondolan minimal 8 %. Terwujudnya Good Corporate Governance (GCG). Terwujudnya iklim kinerja yang kondusif (zero fraud, zero accident, dan zero conflict). c) Tugas : Mengkoordinir, memonitor, dan mengevaluasi persediaan dan distribusi pupuk serta pelaksanaan pemupukan di wilayahnya.
140
Mengkoordinir Panen-Angkut-Olah (PAO) di dalam dan antar wilayahnya. Memonitor dan mengkoordinir pelaksanaan pemeliharaan tanaman di wilayahnya. Memonitor dan mengevaluasi mutu produksi yang dihasilkan di wilayahnya, Mengevaluasi Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) dan Rencana Kerja Operasional (RKO) di wilayahnya. Membuat permintaan uang ke Kantor Direksi. Melaporkan pertanggungjawaban penggunaan uang ke Kantor Direksi. Mengusulkan pengadaan kebutuhan barang dan jasa ke Kantor Direksi. Mengkompilasi
laporan
unit
kebun
serta
membuat
neraca,
laporan
manajemen, dan laporan keuangan, serta mengevaluasi kinerja unit kebun di wilayahnya. Melaksanakan sistem penialaian staff di wilayahnya. Menyetujui mutasi karyawan antara unit kebun di dalam wilayahnya. Melaksanakan pengendalian sistem komputerisasi yang terintegrasi berbasis database secara konsisten dan up to date. D. Estate Manager (EM) a) Fungsi utama : Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen serta memberdayakan dan mengalokasikan sumberdaya dan mengalokasikan sumberdaya perusahaan secara optimal untuk mencapai sasaran unit kebun. b) Sasaran : Terwujudnya produktivitas TBS 25 ton/ha/tahun untuk areal TM ≥ VII. Terwujudnya produktivitas CPO 5,5 ton/ha/tahun untuk areal TM ≥ VII. Terwujudnya produktivitas inti 1 ton/ha/tahun untuk areal TM ≥ VII.
141
Terwujudnya asam lemak bebas maksimal 3,0 % di tingkat pabrik CPO. Terwujudnya harga pokok kebun sesuai standar dari Direksi. Terwujudnya kualitas TBS : H & B 0 %, mentah maksimal 3 %, matang minimal 95 %, busuk maksimal 2 %, dan brondolan minimal 8 %. Terwujudnya kondisi tanaman yang homogen, sehat, dan bebas hama penyakit. Terwujudnya kondisi piringan dan pasar pikul yang bersih serta kondisi gawangan yang bebas gulma berbahaya. Terwujudnya iklim kinerja yang kondusif (zero fraud, zero accident, dan zero conflict). c) Tugas : Mengusulkan pemesanan kecambah kelapa sawit ke Departemen Agronomi. Mengajukan permintaan pemetaan areal tanaman ke Departemen Agronomi. Melaksanakan pembangunan dan pemeliharaan pembibitan. Melaksanakan pembangunan dan pemeliharaan areal pertanaman. Melaksanakan pemupukan dengan prinsip 6 T (tepat waktu, dosis, cara, sasaran, jenis, dan kontrol). Melaksanakan pengambilan contoh daun untuk pembuatan rekomendasi pemupukan. Melaksanakan dan memonitor kegiatan panen dan angkut TBS. Melaksanakan pengendalian mutu produksi. Membuat taksasi produksi triwulan dan tahunan. Membangun dan memelihara infrastruktur kebun. Mengelola pemanfaatan tandan kosong sawit dan limbah pabrik lainnya. Melaksanakan pembelian dan pembayaran TBS dari kebun plasma.
142
Merencanakan dan melaksanakan pemeliharaan mesin inventarisasi. Mengusulkan Rencana Kerja dan Rencana Anggaran tahunan dan bulanan kebun bersama dengan SEM. Mengendalikan persediaan barang dan perlengkapan kerja. Membuat laporan kinerja bulanan ke SEM. Memastikan tercapainya harga pokok kebun sesuai ketentuan Direksi. Melaksanakan pengendalian sistem komputerisasi yang terintegrasi berbasis database secara konsisten dan up to date. Melaksanakan sistem Penilaian Karyawan Staff. Mengusulkan bantuan pengamatan eksternal. Melaksanakan penerimaan karyawan sesuai kebutuhan kebun.
E. Division Manager (DM) a) Fungsi utama : Melaksanakan
fungsi-fungsi
manajemen
serta
memberdayakan
pengalokasian sumberdaya perusahaan secara optimal untuk mencapai sasaran divisi. b) Sasaran : Terwujudnya
produktivitas
sesuai
potensi
lahan,
minimal
TBS
25
ton/ha/tahun untuk areal TM ≥ VII. Terwujudnya kualitas TBS : H & B 0 %, mentah maksimal 3 %, matang minimal 95 %, busuk maksimal 2 %, dan brondolan minimal 8 %. Terwujudnya kondisi tanaman yang homogen, sehat, dan bebas hama penyakit.
143
Terwujudnya kondisi piringan dan pasar pikul yang bersih serta kondisi gawangan yang bebas gulma berbahaya. Terwujudnya iklim kinerja yang kondusif (zero fraud, zero accident, dan zero conflict). c) Tugas : Mengelola pemeliharaan areal pertanaman. Melaksanakan pemupukan dengan prinsip 6 T (tepat waktu, dosis, cara, sasaran, jenis, dan kontrol). Melaksanakan pengambilan contoh daun untuk pembuatan rekomendasi pemupukan. Melaksanakan dan memonitor kegiatan panen dan angkut TBS ke pabrik. Mengendalikan mutu produksi tanaman. Membangun dan memelihara infrastruktur divisi. Mengelola pemanfaat tandan kosong dan limbah PKS lainnya. Merencanakan dan melaksanakan pemeliharaan mesin inventarisasi. Mengusulkan Rencana Kerja dan Anggaran Divisi ke Estate Manager. Membuat laporan kinerja Divisi ke Estate Manager. Menilai kebutuhan karyawan afdeling dan merencanakan pembinaan karyawa. F. Asisten Produksi a) Fungsi utama : Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen serta memberdayakan dan mengalokasikan sumberdaya perusahaan secara optimal untuk mencapai sasaran bidang panen di afdeling. b) Sasaran :
144
Terwujudnya
produktivitas
sesuai
potensi
lahan,
minimal
TBS
25
ton/ha/tahun untuk areal TM ≥ VII. Terwujudnya kualitas TBS : H & B 0 %, mentah maksimal 3 %, matang minimal 95 %, busuk maksimal 2 %, dan brondolan minimal 8 %. Terwujudnya iklim kinerja yang kondusif (zero fraud, zero accident, dan zero conflict). c) Tugas : Mengelola dan memonitoring kegiatan panen dan angkut TBS dari afdeling ke pabrik. Mengendalikan mutu produksi di afdeling. Membangun dan memelihara infrastruktur panen di afdeling. Membangun dan memelihara infrastruktur perhubungan dan konservasi. Merencanakan dan melaksanakan pemeliharaan alat angkut TBS. Membuat laporan kinerja bulanan bidang panen afdeling kepada DM. Mengajukan permintaan tambahan karyawan bidang panen kepada EM. Melaksanakan pembinaan terhadap karyawan bidang panen. G. Asisten Pemeliharaan a) Fungsi utama : Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen serta memberdayakan dan mengalokasikan sumberdaya perusahaan secara optimal untuk mencapai sasaran bidang pemeliharaan tanaman di afdeling. b) Sasaran : Terwujudnya
produktivitas
sesuai
potensi
lahan,
minimal
TBS
ton/ha/tahun untuk areal TM ≥ VII. Terwujudnya pertumbuhan tanaman yang bagus tanpa difisiensi hara.
25
145
Tanaman sudah bisa dipanen pada umur 30 bulan. Tanaman bebas dari gangguan hama dan penyakit. Semua jalan dan jembatan bisa dilalui oleh semua jenis kendaraan di kebun. Terwujudnya iklim kerja yang zero fraud, zero accident, dan zero conflict. c) Tugas : Mengelola pemeliharaan areal pertanaman. Mengelola pengendalian gulma, hama, dan penyakit di areal pertanaman. Melaksanakan monitoring hama dan penyakit di afdeling. Mengelola pemupukan dengan prinsip 6 T (tepat waktu, cara, dosis, sasaran, jenis, dan kontrol). Mengelola
pengambilan
contoh
daun
untuk
membuat
rekomendasi
pemupukan. Memelihara dan menjaga keamanan peralatan dan bahan kerja (terutama pupuk dan pestisida) di afdeling. Mengelola aplikasi tandan kosong dan limbah PKS lainnya. Melaporkan kinerja bulanan bidang pemeliharaan afdeling ke DM. Mengajukan permintaan tambahan karyawan pemeliharaan kepada EM. Melaksanakan pembinaan terhadap karyawan bidang pemeliharaan. H. KTU (Kepala Tata Usaha) a) Tugas : Menangani administrasi kantor kebun. Membuat laporan rutin setiap bulan. Memeriksa laporan yang dibuat bawahannya dengan baik. Memastikan semua laporan, surat-surat (dan tembusannya jika ada), apakah sudah sampai di Kantor Padang sesuai dengan tanggal yang ditetapkan.
146
Mengontrol penggunaan barang-barang/stock stationery, seperti alat tulis, kertas, buku, dll. Mengawasi penggunaan telepon. Memeriksa dan menjaga segala bentuk inventaris, baik inventaris kantor maupun perumahan. Mengarsipkan surat PC/SEM yang ditujukan kepada CPC. Mengarsipkan semua catatan cuti staf. I. Mandor/Krani/Operator Komputer a) Tugas : Mengatur pembagian kerja anggota regu kerja di lapangan. Menetapkan target kerja setiap pekerja setiap hari sesuai kondisi. Mengawasi pelaksanaan kerja dan memeriksa hasilnya setiap saat di lapangan. Membuat laporan sesuai dengan arahan dan petunjuk KTU. Mengumpulkan data dan membuat laporan yang bersifat confidential. Menjaga rahasia perusahaan pada setiap waktu. Setiap personil yang terlibat dalam pekerjaan harus dibina sehingga memiliki pemahaman dan kemahiran yang cukup akan pekerjaannya masingmasing. Dihubungi armada angkutan untuk mengangkut alat/bahan kerja dari gudang kebun ke gudang afdeling, dan untuk melangsir alat/bahan kerja dari gudang afdeling ke lapangan. Dibuat tanda untuk titik pengeceran alat/bahan kerja di sepanjang jalur pengeceran dengan tanda cat pada potongan pelepah. Untuk persiapan harian : Asisten membuata rencana kerja harian untuk DM dan EM, lengkap dengan peta rencana kerja.
147
Asisten membuat nota permintaan bahan ke gudang untuk kebutuhan besok. Asisten memastikan kendaraan untuk melangsir alat/bahan kerja ke lapangan sehari sebelumnya. Asisten membagikan alat kerja sesuai dengan kebutuhan pada hari itu kepada setiap pekerja. 4.4.3. Penggerakan (Actuating) Program kerja yang telah disetujui kemudian dilaksanakan oleh masingmasing personil sesuai dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab seperti yang terdapat pada struktur organisas perusahaan. Pelaksanaan kegiatan yang telah disusun harus berpedoman kepada rencana yang telah dibuat, namun dalam pelaksanaannya tidak mesti sama dengan apa yang direncanakan. Setiap perusahaan mempunyai kiat-kiat tersendiri atau motivasi-motivasi terhadap semua karyawan agar karyawan dapat melaksanakan pekerjaan semaksimal mungkin, demikian juga PT. Incasi Raya kebun Sumbar Andalas Kencana mempunyai motivasi terhadap karyawannya, yaitu seperti yang dijelaskan sebagai berikut: A.
Sistem penggajian Pada dasarnya ada tiga sistem penggajian yang bisa digunakan, dimana
tergantung pada masing – masing sifat pekerjaan, kondisi medan kerja kualitas mental dari tenaga kerja yaitu : a) Sistem harian murni, dipilih jika hasil kerja per hari tidak dapat diukur dengan pasti dan tenaga kerja memiliki disiplin kerja yang bagus. b) Sistem harian basis, dipilih jika hasil kerja per hari dapat diukur dengan pasti.
148
c) Sistem borongan, dipilih jika hasil kerja per hari tidak dapat diukur pasti dan tenaga kerja memiliki disiplin kerja yang rendah. Sedangkan untuk kriteria pembayaran komponen upah sistem harian adalah sebagai berikut: 1) Upah pokok :
Pada hari kerja biasa dibayarkan satu kali
Pada hari libur resmi dibayarkan satu kali jika tidak kerja dan dua kali jika bekerja (yakni ditambah dengan Premi Libur sebesar Upah Pokok).
Pada hari istirahat mingguan dibayar satu kali jika tidak bekerja dan dua kali jika bekerja (yakni ditambah dengan Premi minggu sebesar Upah Pokok).
Tidak dibayar jika tidak bekerja pada hari kerja biasa tanpa alasan normatif (sakit, darurat, keperluan penting).
Premi minggu dipotong sebanyak hari tidak bekerja pada hari kerja biasa tanpa alasan normatif.
2) Tunjangan kemahiran :
Hanya dibayarkan apabila melakukan tugas dan pekerjaannya.
Tidak dibayarkan apabila tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan tugasnya dengan alasan apapun, meskipun hadir ditempat kerja.
3) Upah lembur :
Hanya dibayar apabila bekerja melebihi jam kerja wajib sesuai dengan perintah lembur lisan atau tertulis yang diberikan atasan.
Tidak dibayar apabila bekerja lembur bukan karena perintah atasan.
4) Premi basis :
Hanya dibayarkan jika bekerja dengan hasil kerja mencapai kuantitas basis borong harian dan berkualitas bagus.
149
Tidak dibayarkan apabila hasil kerja tidak mencapai basis borong atau kuantitasnya dinilai tidak bagus.
5) Premi lebih basis :
Hanya dibayarkan jika hasil kerja melebihi basis borong dengan kualitas memenuhi kriteria minimal.
Dibayarkan secara bertingkat sesuai dengan kuantitas dan kualitas hasil kerja.
6) Tunjangan : Tunjangan yang diberikan oleh PT. Incasi Raya kebun Sumbar Andalas Kencana kepada karyawan berupa Tunjangan Hari Raya (THR) dan bonus. THR diberikan oleh perusahaan menjelang hari raya Idul Fitri dengan ketentuan:
THR diberikan 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
THR diberikan kepada karyawan yang telah mempunyai masa kerja 3 bulan secara terus menerus atau lebih.
Besarnya THR yang diberikan ditetapkan sebagai berikut : -
Karyawan dengan masa kerja 12 bulan secara terus menerus atau lebih diberikan THR sebesar 1 (satu) bulan upah.
-
Karyawan yang telah mempunyai masa kerja 3 (tiga) bulan secara terus menerus tetapi kurang dari 12 (dua belas) bulan, THR diberikan secara proposional sesuai dengan masa kerja, dengan perhitungan : Masa kerja (bulan) x 1 (satu) bulan upah 12
B. Cuti :
150
a) Bagi staf yang telah bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara berturutturut, berhak atas cuti tahunan sebanyak 12 (dua belas) hari. b) Karyawan mengkhitankan/ membaptiskan anaknya, diberi izin selama 2 (dua) hari. c) Istri karyawan melahirkan /keguguran, diberi izin selama 2 (dua) hari. d) Suami/istri, orang tua/mertua, anak/menantu meninggal dunia, diberi izin selama 2 (dua) hari. e) Anggota keluarga lain dalam satu rumah meninggal dunia, diberi izin selama 1 (satu) hari. f) Segala baiaya yang timbul dalam rangka cuti tidak dapat diklaimkan ke perusahaan dan merupakan tanggungan pribadi. g) Hak cuti tidak dapat digantikan dengan uang. C. Fasilitas : Fasilitas yang diberikan berupa air, rumah, listrik, mesjid, klinik, bus untuk transportasi anak sekolah dan sarana olah raga. Pelaksanaan kegiatan di sini sudah cukup baik walaupun masih ditemukan adanya karyawan yang bekerja asal-asalan, terutama di lapangan dan masih adanya rasa keterpaksaan dari karyawan. 4.4.4. Pengawasan dan evaluasi (Controlling) A.
Rencana kerja dan biaya: Harus diperhatikan sesuai dengan standar norma teknis dan standar
biaya, terutama asumsi volume kerja, dosis dan jumlah bahan yang diaplikasikan, serta kapasitas kerja per hari. B.
Proses pelaksanaan kerja:
151
Harus diperhatikan sesuai dengan standar norma teknis dan standar prosedur kerja, terutama dipastikan bahwa : a)
Bahan kerja diecer pada titik-titik pengeceran yang tepat.
b)
Bahan kerja dilangsir dengan cara yang benar.
c)
Cara/metode kerja dipilih dan dilaksanakan dengan tepat.
d)
Tahapan kerja dilaksanakan dengan benar, lengkap, dan tertib.
e)
Pekerjaan diselesaikan blok per blok.
C.
Kelancaran kerja : Harus diupayakan agar realisasi kerja sesuai dengan rencana, baik per
hari, per bulan, maupun per semester, yang dilaksanakan melalui monitoring terhadap ketersedian alat, bahan, tenaga, dan kendaraan. D. Kuantitas dan kualitas kerja : Harus sesuai dengan standar norma teknis, terutama harus dipastikan bahwa : a) Pekerjaan dilaksanakan tepat waktu. b) Prestasi kerja setiap pekerja sesuai dengan rencana. c) Bahan diaplikasikan dengan cara yang betul, dan tepat sasaran. d) Setiap
sasaran
mendapat
dosis
bahan
yang
tepat
sesuai
dengan
rekomendasi. e) Hasil kerja dapat dipertanggungjawabkan dan dapat diperiksa mutunya. f) E.
Kesalahan dan cacat hasil kerja yang dijumpai seminimal mungkin. Administrasi pelaporan kerja :
152
Harus diperhatikan bahwa data yang dilaporkan dalam administrasi sesuai dengan fakta yang sebenarnya, yaitu melalui absensi pagi langsung oleh Asisten dan malalui pengontrolan di lapangan, terutama dalam hal : jenis bahan, lokasi kerja, jumlah bahan terpakai, jumlah pekerja dan volume hasil kerja.
D. Pelaksanaan dan Frekuensi Pengawasan : a)
Mandor : Mengawasi pelaksanaan kerja oleh minimal 50 % anggota regunya serta
memeriksa kuantitas dan kualitas hasil kerjanya sesuai bergiliran secara hari dan sepanjang hari di lapangan. b)
Asisten : Mengawasi pelaksanaan kerja oleh minimal 25 % anggota regu kerja di
afdelingnya dan memeriksa hasil kerjanya setiap hari secara bergiliran, serta memeriksa laporan kerja dari Mandor. c)
Division Manager (DM) : Mengawasi pelaksanaan kerja oleh minimal 10 % anggota regu kerja di
Divisinya serta memeriksa kuantitas dan kualitas hasil kerjanya setiap hari di lapangan, memonitor kelancaran aplikasi dan distribusi alat/bahan, serta memeriksa laporan kerja dari Asisten. d)
Estate Manager (EM) : Memeriksa rencana kerja, mengawasi pelaksanaan kerja oleh minimal 25
% regu kerja di kebunnya serta memeriksa hasil kerjanya setiap hari secara
153
bergiliran dan secara sampling, memonitor kelancaran kerja dan distribusi alat/bahan, serta memeriksa laporan kerja dari seluruh divisi kebunnya. e)
Senior Estate Manager (SEM) : Memeriksa rencana kerja, mengawasi pelaksanaan kerja oleh minimal 10
% regu kerja di wilayahnya serta memeriksa hasil kerjanya setiap hari secara bergiliran dengan secara sampling, memonitor kelancaran kerja, dan memeriksa laporan kerja dari seluruh kebun di wilayahnya. f)
Pengawasan terutama difokuskan terhadap areal-areal yang sulit dijangkau dan diperkirakan banyak terjadi kesalahan.
g)
h)
Pemeriksaan terhadap hasil kerja setiap pekerja dilakukan oleh : Mandor
: minimal 3 hari sekali secara bergiliran.
Asisten
: minimal 2 minggu sekali secara bergiliran.
Div. Manager
: minimal sebulan sekali secara bergiliran.
Hasil pemeriksaan dari setiap pekerja dicatat dan dievaluasi, untuk selanjutnya dilakukan tindakan perbaikan apabila dijumpai kesalahan, berupa pengarahan, teguran, atau peringatan. Tetapi apabila dijumpai hasil kerja yang bagus, maka dilakukan tindakan peningkatan, berupa pujian, penghargaan, atau hadiah.
i)
Untuk setiap penyimpangan harus diperbaiki hari itu juga, misalnya bila ada pokok tidak ter aplikasi, aplikasi tidak merata, letak aplikasi tidak tepat.
j)
Antara Mandor dengan Mandor Bantu atau antara Mandor dengan Asisten harus berkoordinasi dalam melakukan pengawasan, bila salah satu mengawasi dari arah luar, maka yang lainnya mengawasi dari arah dalam.
k)
Selama pekerjaan berlangsung, Mandor dan Asisten harus selalu berada di lokasi kerja, dan tidak boleh pergi kemana-mana. Misalnya Asisten
154
Pemeliharaan harus selalu berada di lokasi pemupukan selama aplikasi berlangsung. Juga Asisten Produksi harus selalu berrada di lokasi panen selama panen dan pengangkutan TBS berlangsung.
4.4.5. Struktur Organisasi Struktur organisasi kebun adalah susunan dan hierarki tingkatan jabatan dalam
manajemen
kebun
yang
menggambarkan
garis
komando
dan
pertanggungjawaban kerja serta garis koordinasi. Struktur ini disusun untuk menjelaskan hubungan antar jabatan secara vertikal dan horizontal. Berkaitan dengan struktur organisasi ini, juga dirumuskan kapsitas tugas berupa luas areal kebun untuk masing-masing tingkat jabatan, dengan pertimbangan dan sasaran: A.
Untuk mencapai jumlah staf yang efisien dan efektif dengan rasio 200 ha/orang.
B.
Untuk menyesuaikan dengan rata-rata kemampuan staf pada setiap tingkat jabatan di lingkungan Incasi Raya Group sehingga lingkup tugas yang diberikan akan dapat dkelola dengan sempurna.
C.
Untuk memberikan kapasitas tugas yang cukup menantang bagi setiap tingkat jabatan sehingga pada satu sisi diharapkan akan timbul motivasi untuk dapat menjalankan semua tugas yang diberikan dan pada sisi lain waktu para staf akan terisi penuh sehingga akan dapat dihindarkan kesan santai dalam bekerja.
155
Adapun kapasitas manajemen kebun tersebut dapat dilihat pada Tabel. 14 dibawah ini:
Tabel 14: Kapasitas tugas manajemen PT. Incasi Raya Group Kebun Sumbar Andalas Kencana Sei. Aye. Lingkup Tugas Region (Wilayah) Estate (Kebun) Division (Divisi) Afdeling Regu kerja Kantor kebun Bagian teknik Administrasi Gudang Satpam Bengkel
Kepala Manajemen Luas Areal (Ha) Senior Estate Manager 7.000-11.000 (SEM) Estate Manager (EM) 3.500-5.500 Division Manager (DM) 1.200-1.800 Asisten Panen dan Asisten 400-600 Pemeliharaan Mandor/Krani Panen, 200-300 Mandor Pemeliharaan 400-600 Kepala Tata Usaha 3.500-5.500 Kepala Teknik 3.500-5.500 Pegawai 1.500-2.000 Petugas 1.500-2.000 Petugas 450-700 Mekanik 1.500-2.000
Equivalen 2 estate 3division 20 blok (@ 20-30 ha) 10 blok 20 blok
Sumber : Suwanto, et all. 2005
Struktur organisasi kebun merupakan susunan dan hierarki tingkata jabatan dalam menajemen kebun yang menggambarkan garis komando dan pertanggungjawaban kerja serta garis koordinasi.
Struktur ini disusun untuk
menjelaskan hubungan antara jabatan vertikal dan horizontal.
156
SENIOR ESTATE MANAGER IR. H. SURYADI ESTATE MANAGER IR. ABDULLAH NASUTION KEPALA TATA USAHA
KASIR
PERSONALIA
PEGAWAI ADMINISTRASI
KEPALA GUDANG PETUGAS GUDANG
DIVISI MANAGER II
DIVISI MANAGER I ASISTEN
KEPALA SATPAM
PRODUKSI
PETUGAS SATPAM
MANDOR/ KRANI
PEKERJA PANEN
PEKERJA PRASARANA
ASISTEN PEMELIHARAAN
OPERATOR TRAKTOR
Gambar 11: Bagan struktur organisasi kebun Sumbar Andalas Kencana
KEPALA TEKNIK
MEKANIK/ TUKANG
MANDOR/ PETUGAS
PEKERJA PEMUPUKAN
PEKERJA PERAWATAN
PEKERJA PHP
SOPIR/ OP. ALAT BERAT
71