IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil identifikasi herbarium yang dilakukan mempertegas bahwa ketiga jenis kayu yang diteliti adalah benar Cinnamomum burmanii Blume, C. parthenoxylon Meissn., dan C. subavenium Miq. 4.1 Struktur Anatomi 4.1.1 Cinnamomum burmanii Blume Ciri umum Kayu: Lingkar tahun jelas, warna coklat kekuningan, beda warna antara kayu gubal dan kayu teras tidak jelas, tekstur agak halus dan merata, arah serat lurus, agak mengkilap, kesan raba agak licin, keras, bau harum kayu manis pada kayu yang masih segar. Kulit: Warna kelabu kehijauan, agak halus, ketebalan sekitar 3 mm. Ciri anatomi Batas lingkar tumbuh: jelas ditandai dengan perbedaan ketebalan dinding sel pada lapisan serat. Pembuluh: baur dengan frekuensi agak banyak, 16 per mm2 , soliter 83% dan lainnya berganda radial 2(-3-4), ditemui bergerombol; bentuk umumnya bulat; panjang 531±41 (490- 572) mikron; ukuran diameter agak kecil, rata-rata 125±7 (118–132) mikron; bidang perforasi sederhana; noktah antar pembuluh selang-seling dengan diameter besar, rata-rata 11 mikron; noktah antar pembuluh dengan jari-jari dengan halaman yang sempit sampai sederhana, noktah bundar atau bersudut; tilosis biasa dijumpai. Trakeida vaskular tidak dijumpai. Parenkim: axial paratrakea sepihak hingga vasisentrik, parenkim axial apotrakea baur jarang; panjang untai 3-4 sel. Jari-jari: heteroseluler; dengan 1 jalur sel tegak dan atau sel bujur sangkar marjinal, terkadang sel baring, sel bujur sangkar dan sel tegak bercampur; sempit (-1)2 seri (29 mikron), pendek (627 mikron), frekuensi sangat banyak, 25 per mm. Serat: bersekat
tidak
dijumpai;
serat dengan noktah
sederhana sampai berhalaman sangat kecil, panjang 1455±46,17 (1409-1502) mikron, diameter 27,55±1,34 (26,20-28,89) mikron, tebal dinding 2,19±0,23 (1,95-2,42) mikron, ada penebalan ulir. Sel minyak/lendir: bergabung dengan parenkim aksial dan hadir di antara serat. Saluran interselular: tidak dijumpai. Inklusi mineral: tidak dijumpai. 58
4.1.2 Cinnamomum parthenoxylon Meissn Ciri umum Kayu: Lingkar tahun jelas, warna coklat kekuningan, beda warna antara kayu gubal dan kayu teras tidak jelas, textur agak kasar, arah serat lurus, mengkilap, kesan raba agak kesat, agak keras, bau harum pakanangi pada kayu yang masih segar. Kulit: berwarna hijau kelabu, permukaan kasar beralur dengan bintik-bintik (lentisel) yang jelas, ketebalan sekitar 4 – 6 mm Ciri anatomi Batas lingkar tumbuh: jelas ditandai perbedaan ketebalan dinding sel pada lapisan serat. Pembuluh: baur dengan frekuensi agak jarang, 7 per mm2 , soliter 78% dan lainnya berganda radial 2(-3) dan ada yang bergerombol; bentuk bulat; panjang 650±41,12 (609-691) mikron; diameter agak besar, rata-rata 182±11 (171-193) mikron; bidang perforasi sederhana; noktah antar pembuluh selang-seling dengan diameter sedang, rata-rata 9 mikron; noktah antar pembuluh dengan jari-jari dengan halaman yang sempit sampai sederhana; noktah horisontal atau vertikal; tilosis tidak dijumpai. Parenkim: axial paratrakea vasisentrik, parenkim axial apotrakea tersebar jarang; panjang untai 4-7 sel. Jari- jari: heteroseluler; 1 jalur sel
tegak dan atau sel
bujur sangkar
marjinal; agak sempit (1)-2 seri (33
mikron), luar biasa pendek (308 mikron), frekuensi agak banyak, 9 per mm. Serat: bersekat dijumpai; serat tanpa sekat dijumpai; pita serat mirip parenkim selangseling dengan serat biasa; serat dengan noktah sederhana sampai berhalaman sangat kecil,
panjang 1318±30 (1288-1349) mikron, diameter 40±1 (39-41)
mikron, tebal dinding 2,5±0,18 (2,68-2,31) mikron. Sel minyak/lendir: bergabung dengan jari-jari; sel minyak/lendir bergabung dengan parenkim aksial. Inklusi mineral: tidak dijumpai. 4.1.3 Cinnamomum subavenium Miq Ciri umum Kayu: Lingkar tahun jelas, warna coklat kekuningan, perbedaan antara warna kayu gubal dan kayu teras tidak jelas, tekstur halus, arah serat lurus, keras,
59
mengkilap, bau kayu segar harum kayu manis, kesan raba agak kesat. Kulit: warna kelabu kehijauan, agak halus, ketebalan sekitar 3 mm. Ciri anatomi Batas lingkar tumbuh: jelas ditandai dengan adanya perbedaan ketebalan dinding sel pada lapisan serat. Pembuluh:baur dengan frekuensi agak banyak 16 per mm2 , soliter 87% dan lainnya berganda radial 2 (-3); bentuk umumnya bulat; panjang 440±26 (414-466) mikron; ukuran diameter agak kecil, rata-rata 128±7 (121-135) mikron; bidang perforasi sederhana; noktah antar pembuluh selang-seling bersegi banyak dengan diameter kecil, rata-rata 7 mikron; noktah antar pembuluh dengan jari-jari dengan halaman yang sempit sampai sederhana; noktah horisontal atau vertikal; tilosis umum dijumpai. Trakeida vaskular tidak dijumpai. Parenkim: axial paratrakea sepihak dan vasisentrik, parenkim axial apotrakea tersebar jarang; panjang untai 4 (-7) sel. Jari-jari: heteroseluler; dengan 1 jalur sel tegak dan atau sel bujur sangkar marjinal; agak lebar 1-3 seri (55 mikron), sangat pendek (610 mikron), frekuensi agak banyak, 9 per mm. Serat: bersekat dijumpai, serat tanpa sekat dijumpai; serat dengan noktah halaman yang jelas, panjang 1242±33 (1208-1274) mikron, diameter 27,12±1,54 (25,57-28,66) mikron, tebal dinding 2,07±0,23 (1,84-2,30) mikron. Sel minyak/lender: bergabung dengan jari-jari dan parenkim aksial. Inklusi mineral: tidak dijumpai. Bentuk pohon dan batang, serta foto mikroskopis pada ketiga bidang sayat masing- masing jenis dapat dilihat pada Gambar 5 hingga 12.
60
a
a
b
c
d
e
Gambar 5 Bentuk pohon dan batang C. burmanii Blume Keterangan: (a) dan (b) lokasi tumbuh, (c) bentuk batang dan tajuk pohon, (d) kayu segar bagian dalam batang, (e) tumpukan batang yang sudah kering
a
d
Gambar 6
b
e
c
f
g
Bentuk pohon dan batang C. parthenoxylon Meissn.
Keterangan: (a) tajuk, (b) batang hasil pertunas an pohon yang tumbang (panah), (c) lentisel pada permukaan kulit, (d) alur pada kulit luar (e) potongan lintang batang, (f) dan (g) potongan akar dan tunggak
61
a
b
d
c
e
Gambar 7 Bentuk pohon dan batang C. subavenium Miq (kayu manis/ Aju cening) Keterangan: (a) tajuk dan batang pohon, (b) daun, (c) tunggak yang mudah bertunas, (d) dan (e) permukaan potongan lintang batang
C. burmanii (50 x) sel pembuluh/pori baur, soliter dan gandaan 2(-3-4), bergerombol ada, parenkim sepihak, vaskisentrik, tersebar jarang
C.Gbr parthenoxylon (50(50 x) 1 C. burmanii selx)pembuluh/pori baur, soliter sel pembuluh/pori dan gandaan radial 2(-3), baur,parenkim soliter dan vaskisentrik gandaan 2(-3-4), dan tersebar bergerombol ada, parenkim sepihak,
C. subavenium (50 x) sel pembuluh/pori baur, soliter dan gandaan radial 2(-3), parenkim sepihak, vaskisentrik, tersebar jarang
Gambar 8 Penampang lintang
62
C. burmanii (50 x) jari-jari heteroseluler dgn 1 jalur sel tegak/sel bujur sangkar marjinal, terkadang sel baring, sel bjr skr dan/sel tegak bercampur, sel minyak/lendir bergabung dgn parenkim
C. parthenoxylon (50 x) sel jari-jari heteroseluler dgn 1 jalur sel tegak atau sel bujur sangkar marjinal, sel minyak/lendir bergabung dgn parenkim
aksial
C. subavenium (100 x) sel jari-jari heteroseluler dgn 1 jalur sel tegak dan/sel bujur sangkar marjinal, minyak/lendir bergabung dgn parenkim aksial
Gambar 9 Penampang radial
C. burmanii (50 x) sel jari-jari dgn lebar (-1)2 seri, parenkim 3-4 untai/utas
C. parthenoxylon (50 x) sel jari-jari dgn lebar (-1)2 seri, parenkim 4-7 untai/utas
C. subavenium (100 x) Sel jari-jari dgn lebar 1-3 seri, parenkim 4(-7) untai/utas
Gambar 10 Penampang tangensial 63
C. burmanii (100 x) Noktah antar pembuluh selangseling
C. parthenoxylon (100 x) Noktah antar pembuluh selang-seling, dan ada serat bersekat
C. subavenium (200 x) Noktah antar pembuluh selang-seling bersegi banyak, dan ada serat
bersekat Gambar 11 Noktah antar pembuluh dan serat bersekat (pada penampang tangensial)
C. burmanii (200 x) Noktah antar pembuluh dengan jarijari dengan halaman yang sempit sampai sederhana; noktah bundar atau bersudut
C. parthenoxylon (200 x) Noktah antar pembuluh dengan jarijari dengan halaman yang sempit sampai sederhana; noktah horisontal atau vertikal
Gambar 12 Noktah antar pembuluh dengan jari-jari (pada penampang radial) 64
Perbandingan
ciri
anatomi
(mikroskopis)
dari
ketiga
jenis
kayu
Cinnamomum dituangkan dalam Tabel 3. Tabel 3 Perbandingan ciri anatomi Cinnamomum burmanii Blume
Cinnamomum parthenoxylon Meissn
Cinnamomum subavenium Miq
?
?
?
Bentuk Persen soliter (%) Pembuluh gandaan Diameter (mikron) Frekuensi per mm 2 Panjang (mikron) Noktah antar pembuluh a. Susunan
bulat 83 2(-3-4) agak kecil, 125 ± 7 Agak banyak, 16 531 ± 41
bulat 78 2(-3) Agak besar, 182 ± 11 Agak jarang, 7 625 ± 41
bulat 87 2(-3) Agak kecil, 128 ± 7 Agak banyak,16 470 ± 26
selang-seling
selang-seling
selang-seling, bersegi banyak
b. Diameter (mikron) Noktah antar pembuluh dengan jari-jari
Besar, 11
sedang, 9
kecil, 7
8.
dengan halaman yang sempit sampai sederhana;ceruk bundar atau bersudut
dengan halaman yang sempit sampai sederhana; noktah horisontal atau vertikal
dengan halaman yang sempit sampai sederhana; noktah horisontal atau vertikal
9.
Tilosis biasa
10.
Endapan
+ ?
? ?
+ ?
C.
Parenkim
1.
Paratrakea
2. 3. 4.
Apotrakea Panjang utas sel Parenkim fusiform/gelendong
D. 1. 2. 3. 4. 5.
Jari-jari
Ciri anatomi A. B. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
6. E. 1. 2. 3. 4. 5. 6. F. G.
Batas lingkar tumbuh Pembuluh
Homoselular Heteroselular Lebar (seri) / (mikron) Tinggi rata-rata (mikron) Tinggi maksimum (mikron) Frekuensi per mm 2
paratrakea sepihak, vaskisentrik baur jarang 3-4
baur jarang 4-7
paratrakea sepihak, vaskisentrik baur jarang 4(-7)
?
?
?
? +
? +
? +
sempit, (1)-2/29 sangat pendek, 627
(1)-2/33 luar biasa pendek, 308 490
1-3/56 sangat pendek, 610
sangat banyak, 25
agak banyak, 9
Agak banyak, 9
? + +
+ + +
+ + +
2,19 ± 0,23 27,55 ± 1,34 1455 ± 46
2,5 ± 0,18 40 ± 1,17 1 318 ± 30
2,07 ± 0,23 27,12 ± 1,54 1 242 ± 33
+ ?
+ ?
+ ?
996
paratrakea vaskisentrik
810
Serat (Serabut) Bersekat Tanpa sekat Noktah halaman Tebal dinding (mikron) Diameter (mikron) Panjang (mikron)
Sel minyak Inklusi mineral Keterangan : ? = batas jelas
+ = ada
?
= tidak ada
( ) = jarang
65
Ketiga jenis ini memiliki persamaan ciri umum berupa warna kayu coklat kekuningan; tidak jelas batas antara kayu teras dan kayu gubal; serat kayu lurus hingga berpadu; tekstur kayu agak halus dan biasanya mengeluarkan bau harum; lingkar tumbuh umumnya jelas. Persamaan ciri anatomi diantara ketiga jenisnya yaitu pori tersebar, soliter dan ganda radial 2(-3); bidang perforasi sederhana; noktah antar pembuluh susunannya selang-seling; parenkim axial paratrakea sepihak hingga vasisentrik (selubung), parenkim axial apotrakea baur jarang; jari-jari heteroseluler; serat dengan noktah sederhana sampai berhalaman sangat kecil; dan dijumpai sel minyak/lendir. Sebagian besar persamaan ciri mikroskopis tersebut juga terdapat pada diskripsi anatomi jenis C. iners, C. porrectum, C. sintoc dan C. verum dalam Lemmens (1995), disebutkan bahwa jenis-jenis tersebut memiliki ciri mikroskopis batas lingkar tumbuh tidak jelas hingga samar, susunan pembuluh baur, frekuensi pembuluh 20-50-/mm2 , pengelompokan pembuluh soliter dan ganda radial 2-3(4), rata-rata diameter tangensial 80-170 (-200) mikron, bidang perforasi sederhana, noktah antar pembuluh selang-seling, tilosis biasanya ada, parenkim jarang hingga banyak, vaskisentrik hingga aliform; parenkim apotrakeal baur, jarijari 2-3(-5) seri, heteroseluler dengan 1(-2) jalur sel tegak hingga sel bujur sangkar marjinal. Menurut Kikata et al (2002), pada C. porrectum ditemukan parenkim apotrakea baur, vaskisentrik dan jarang aliform; jarang yang memiliki lingkar tumbuh jelas, memiliki bau harum; serat jarang bersekat dengan noktah sederhana sampai berhalaman sempit; sel minyak/lendir berasosiasi dengan parenkim axial atau jari-jari. Dalam Martawijaya et al (2005) disebutkan bahwa C. parthenoxylon memiliki pori soliter dan bergabung radial 2-4, kadang bergerombol; parenkim jarang hingga banyak, selubung lengkap, terkadang parenkim terminal. Perbedaan ciri anatomi dapat dilihat melalui susunan noktah antar pembuluh selang-seling yang bersegi banyak, serta rata-rata diameter dan panjang pembuluh masing- masing 131 mikron dan 470 mikron yang hanya ditemui pada C. subavenium. Sedangkan kedua jenis lainnya dapat dibedakan diantaranya melalui bentuk noktah antar pembuluh dengan jari-jari bundar atau bersudut, komposisi jari-jari heteroselular yang terkadang dijumpai sel baring dan sel bujur sangkar/sel tegak bercampur, serta tidak ditemuinya serat bersekat pada C. burmanii, pada C. 66
parthenoxylon ditemukan rata-rata diameter dan panjang pembuluh masingmasing sebesar 172 mikron dan 625 mikron, serta tidak ditemui tylosis. Dari persamaan dan perbedaan ciri struktur anatomi dapat dibuat kunci identifikasi seperti tertera pada Tabel 4. Tabel 4 Kunci identifikasi tiga jenis Cinnamomum
1
2A
2B
3A
3B
Susunan pori tersebar, soliter dan ganda radial 2(-3); bidang perforasi sederhana; noktah antar pembuluh susunannya selang-seling; parenkim axial paratrakea sepihak hingga vaskisentrik (selubung), parenkim axial apotrakea baur jarang; jari-jari heteroseluler; serat dengan noktah sederhana sampai berhalaman sangat kecil; dijumpai sel minyak/lendir yang bergabung dengan parenkim aksial Diameter rata-rata pembuluh 125 mikron, panjang rata-rata pembuluh 531 mikron, terdapat tilosis biasa; serat tanpa sekat, tebal rata-rata dinding serat 2,19 mikron, panjang rata-rata serat 1455 mikron; komposisi jari-jari heteroseluler dengan 1 jalur sel tegak dan atau sel bujur sangkar marjinal, terkadang sel baring, sel bujur sangkar dan sel tegak bercampur; noktah antar pembuluh dengan jari-jari dengan halaman yang sempit sampai sederhana, noktah bundar atau bersudut Komposisi jari-jari heteroseluler dengan 1 jalur sel tegak dan atau sel bujur sangkar marjinal; noktah antar pembuluh dengan jari-jari dengan halaman yang sempit sampai sederhana, noktah horisontal atau vertikal Diameter rata-rata pembuluh 182 mikron, panjang rata-rata pembuluh 650 mikron, tilosis tidak ada; serat bersekat, tebal rata-rata dinding serat 2,5 mikron, panjang rata-rata serat 1318 mikron Diameter rata-rata pembuluh 128 mikron, panjang rata-rata pembuluh 440 mikron; tilosis ada; noktah antar pembuluh susunannya selang-seling, bersegi banyak; serat bersekat, tebal rata-rata dinding serat 2,07 mikron, panjang rata-rata serat 1242 mikron
2
Cinnamomum burmanii Blume
3
Cinnamomum parthenoxylon Meissn
Cinnamomum subavenium Miq
67
4.2 BJ, TJS, KA dan Laju Pengeringan Udara BJ, KA, TJS dan lamanya waktu pengeringan hingga tercapai KAK dengan lingkungan sekitar pada suhu antara 26-27ºC dan kelembaban antara 79-73%, serta laju pengeringan secara lengkap tertera pada Tabel 5. Tabel 5 BJ, KA, lamanya hari dan laju pengeringan udara Cinnamomum burmanii Blume
Cinnamomum parthenoxylon Meissn
Cinnamomum subavenium Miq
BJ KA (%)
0,52
0,31
0,51
segar awal setimbang TJS Lama pengeringan (hari)
75,72 55,53 14,86 22,58
115,18 101,6 14,19 32,15
79,55 58,66 15,23 23,25
8
6
7
10
12
11
17
17
17
11,57 1,49
5,05 0,72
5,14
2,55
Jenis Pengukuran/ Pengamatan
dari KA awal ke KA TJS dari KA TJS ke KA setimbang dari KA awal ke KA setimbang
Laju pengeringan/laju penurunan KA (% / hari) di atas TJS 4,11 di bawah TJS 0,77 dari KA awal pengeringan ke KA 2,40 setimbang
BJ kayu C. burmanii, C. parthenoxylon, dan C. subavenium berturut-turut adalah 0,52; 0,31; dan 0,51. Nilai ini masuk dalam selang sebagaimana Oey Djoen Seng (1950), kecuali C. parthenoxylon. BJ kayu dari marga Cinnamomum berkisar antara 0,36 hingga 0,65. Meskipun dinding seratnya lebih tebal dari dua jenis yang lain, rendahnya BJ kayu C. parthenoxylon disebabkan karena tingginya porsi rongga sel yang dimiliki. Hal ini dibuktikan dari ukuran diameter rongga serabut dan pembuluh yang lebih besar. Nilai KAK pada ketiga jenis kayu Cinnamomum yang diteliti berkisar antara 14-15%.
Nilai ini masuk dalam kisaran hasil penelitian Kadir (1973) yang
menyatakan bahwa KAK untuk wilayah Bogor dan sekitarnya sebesar 14,75%. Laju keluarnya air disajikan pada Gambar 13. Dari gambar tersebut terlihat bahwa penurunan KA pada periode di atas TJS (KA > 22-31%) menukik tajam, 68
kemudian melambat pada periode di bawah TJS hingga konstan pada KA 14-15% (setimbang) di hari ke 17. Hal ini dikarenakan yang keluar selama periode di atas TJS adalah air bebas, sedangkan untuk mengeluarkan air terikatnya (untuk periode di bawah TJS) butuh energi yang lebih besar. Lamanya pengeringan dari KA awal ke KA TJS berlangsung selama 6 hingga 8 hari. Dari KA TJS ke KAK berlangsung selama 10 hingga 12 hari. Kecepatan pengeringan dari KA awal hingga mencapai KAK paling tinggi terjadi pada C. parthenoxylon. Hal ini diperkuat dengan tidak dijumpainya tilosis atau endapan lain dalam rongga sel pembuluh kayu C. parthenoxylon yang dapat menghambat keluarnya air dari kayu. Selain itu banyaknya jumlah sel parenkim yang berasosiasi dengan sel minyak/lendir pada C. parthenoxylon diduga juga menyebabkan kecepatan pengeringan yang terjadi lebih tinggi dibanding jenis
Kadar air (%)
lainnya. 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Hari ke C. burmanii
C. subavenium
C. parthenoxylon
Gambar 13 Grafik penurunan kadar air selama pengeringan Bentuk parenkim pita tangensial dan sel jari-jari lebar yang tidak dimiliki oleh ketiga jenis Cinnamomum ini sebenarnya juga merupakan keuntungan dalam menghindari retak dan pecah selama pengeringan. Menurut Basri dan Mandang (2002), retak dan pecah pada kayu selama proses pengeringan biasanya terjadi lewat jari-jari, apalagi bila kayunya berat dan sel jari-jarinya lebar. Pada sel parenkim bentuk pita dan rapat beraturan sangat memudahkan keluarnya air ke arah tebal atau lebar. Jika di lihat pada gambar grafik di atas, maka penurunan KA selama pengeringan udara yang tidak terlalu tajam menunjukkan bahwa proses 69
pengeringan pada kayu C. burmanii dan C subavenium diperkirakan tidak menyebabkan keretakan maupun pecah kayu. Jika penguapan air bebas lebih cepat, maka penguapan air terikat memerlukan energi lebih besar yang dapat menimbulkan retakan-retakan pada permukaan kayu (Karnasudirdja dan Hidayat, 1985).
70