IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.
Gambaran Umum Perusahaan PT Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Amanah Ummah merupakan salah satu BPRS yang tumbuh di Indonesia khususnya wilayah Kabupaten Bogor yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip Islam. Tujuan didirikannya PT BPRS Amanah Ummah diantaranya menumbuhkan ekonomi masyarakat atas dasar syariah Islam sebagaimana telah diatur dalam UU nomor 21 tahun 2008. PT BPRS Amanah Ummah mendapat izin beroperasi dari Departemen Keuangan pada tanggal 18 Mei 1992 dan mulai beroperasi pada tanggal 11 Juli 1992. Sedangkan peresmiannya dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 1992 oleh Bupati Kepala daerah Tingkat II Kabupaten Bogor. PT BPRS Amanah Ummah memiliki visi menjadi BPRS pilihan ummat dan menjadi BPRS yang amanah dan profesional. Misi PT BPRS Amanah Ummah adalah membangun kualitas kehidupan ummat melalui perbankan syariah. Motto yang dimiliki oleh PT BPRS Amanah Ummah adalah meraih laba menepis riba, mengundang berkah. Sedangkan budaya perusahaan yang dimiliki oleh PT BPRS Amanah Ummah adalah pelayanan cepat, amanah dan ramah.
4.2.
Produk PT BPRS Amanah Ummah Produk-produk PT BPRS Amanah Ummah dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu produk penghimpunan dana dan produk penyaluran dana. 1. Produk-produk Penghimpunan Dana a. Tabungan Wadi’ah Tabungan Wadi’ah adalah simpanan pihak ketiga pada Bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat dan cara-cara tertentu. Produk tabungan yang ada di BPR Syariah Amanah Ummah adalah tabungan Wadi’ah dengan akad Wadi’ah Yadhomanah berupa titipan nasabah kepada bank. Bank diberi wewenang untuk mengelola uang dari nasabah tersebut, bila bank mendapatkan keuntungan maka nasabah akan mendapat athoya/bonus dari keuntungan yang langsung dibukukan pada rekening tabungan penabung setiap bulan. Besarnya bonus dibagi berdasarkan keuntungan yang didapat dan
merupakan kebijakan bank. Alat penarikan dana tabungan melalui buku atau ATM. b. Tabungan Pelajar Tabungan pelajar merupakan tabungan yang diperuntukkan bagi pelajar dan santri dengan setoran awal minimal Rp. 10.000,00 dan setoran selanjutnya minimal Rp. 5.000,00. Pengambilan dan penyetoran tabungan dapat dilakukan kapan saja pada setiap jam kerja c. Tabungan Ummah
.
Tabungan Ummah merupakan tabungan yang diperuntukkan bagi masyarakat umum, berbentuk tabungan biasa dengan setoran awal minimal Rp. 10.000,00 dan untuk setoran selanjutnya minimal Rp. 5.000,00. Sedangkan untuk tabungan perusahaan/badan usaha, setoran awal minimal Rp. 100.000,00 dan setoran selanjutnya minimal Rp.50.000,00. Tabungan ini dapat diambil kapan saja pada setiap jam kerja. d. Tabungan Mudharabah/Tabungan Haji dan Umrah (Taharah) Tabungan Mudharabah/Tabungan Haji dan Umrah merupakan tabungan yang berfungsi untuk investasi dana bagi masyarakat yang akan melaksanakan ibadah haji dan umrah. Setoran awal tabungan haji dan umrah minimal Rp. 100.000,00 dan setoran selanjutnya minimal sebesar Rp. 50.000,00. Tabungan ini dapat diambil pada saat nasabah hendak membayar Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) atau sesuai kesepakatan antara bank dengan nasabah. Nasabah akan mendapatkan bagi hasil sesuai dengan kesepakatan dengan Bank. e. Deposito Mudharabah Deposito Mudharabah adalah simpanan berupa investasi tidak terikat pihak ketiga pada Bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah pemilik dana (shahibul maal) dengan bank (mudharib). Jangka waktu tersebut adalah satu, tiga, enam dan dua belas bulan dengan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati. 2. Produk-produk Penyaluran Dana a. Murabahah Murabahah adalah akad jual beli barang antara bank sebagai pemilik barang dengan nasabah seharga pokok barang ditambah dengan marjin
keuntungan yang disepakati. Bank membiayai (membelikan) kebutuhan investasi, modal kerja atau barang konsumtif nasabah yang dijual dengan harga pokok dan keuntungan yang diketahui dan disepakati bersama. Pembayaran dilakukan dengan cara mengangsur dalam jangka waktu yang ditentukan. b. Istishna Istishna adalah akad jual beli barang atas dasar pesanan antara nasabah dan bank dengan spesifikasi tertentu yang diminta nasabah. Bank akan meminta produsen/kontraktor untuk membuatkan barang pesanan sesuai permintaan nasabah dan setelah selesai nasabah akan membeli barang tersebut dari bank dengan harga yang telah disepakati bersama. c. Ijarah Ijarah adalah akad sewa menyewa atas manfaat suatu barang dan/ atau jasa antara pemilik obyek sewa (bank) dengan penyewa (nasabah) untuk mendapatkan imbalan berupa sewa atau upah bagi pemilik obyek sewa. Bank menyewakan suatu barang atau aset yang dibutuhkan nasabah, harga sewa, jenis barang dan lama waktu sewa ditentukan semasa akad. Nasabah akan membayar sewa barang tersebut kepada bank dengan cara angsur/cicil dalam jangka waktu yang ditentukan. d.. Mudharabah Mudharabah adalah akad kerjasama antara bank sebagai pemilik dana (shahibul maal) dengan nasabah sebagai pelaksana usaha (mudharib) dimana keuntungan dibagi sesuai nisbah yang disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung pemilik dana/modal. Proyek/usaha tersebut adalah suatu usaha yang produktif lagi halal. e. Musyarakah Musyarakah adalah akad kerjasama antara bank dengan nasabah untuk usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan nisbah yang disepakati sebelumnya. Usaha tersebut dikelola oleh pihak bank maupun nasabah secara bersama atau salah satu pemilik dana atau pihak lain yang disepakati bersama. Kerugian ditanggung oleh para pihak sebesar partisipsi modal yang disertakan
dalam usaha. Dalam pembiayaan ini, pemilik dana boleh melakukan intervensi manajemen dalam usaha tersebut. f. Rahn Rahn adalah akad penyerahan barang (emas) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan untuk mendapatkan hutang g. Qardhul Hasan (QH) dan Qard (QR) Qardhul Hasan dan Qard adalah akad pinjaman dana oleh nasabah kepada bank syariah tanpa imbalan dengan kewajiban pihak nasabah mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu. Qardhul Hasan dananya bersumber dari infaq dan shadaqah, sedangkan Qard bersumber dari modal atau laba bank. 4.3.
Struktur Organisasi dan Sumber Daya Insani (SDI) Perusahaan Struktur organisasi PT BPRS Amanah Ummah terdiri dari RUPS, DPS, Dewan Komisaris, Direksi, Kepala Bidang Operasional, Kepala Bidang Marketing, Kepala Bidang Umum & Personalia dan Kepala Kantor Cabang. Struktur organisasi PT BPRS Amanah Ummah dapat dilihat pada Lampiran 1. Dewan Pengawas Syariah bertugas untuk: 1. Merumuskan dan menetapkan produk-produk bank yang dianggap dapat dilaksanakan sebagai produk bank. 2. Mengontrol dan mengawasi penerapan produk-produk bank agar tetap sesuai dengan syariah minimal tiga bulan sekali. 3. Memberikan pengarahan terhadap seluruh karyawan, khususnya bidang pemasaran tentang penerapan syariah dan produk-produknya. Dewan komisaris bertugas untuk : 1. Mengadakan pengawasan dan pemeriksaan secara berkala minimal tiga bulan sekali kepada direksi dan kepala bidang dan bilamana diperlukan kepada seluruh karyawan bank untuk mengetahui perkembangan bank. 2. Mengadakan internal audit bank secara berkala minimal enam bulan sekali meliputi neraca, administrasi pembiayaan dan manajemen bank. 3. Memberikan teguran kepada direksi bila dalam pemeriksaannya terdapat halhal yang dianggap tidak sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan.
4. Memberikan persetujuan atas Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) yang disusun oleh direksi. 5. Memberikan petunjuk dan saran kepada direksi dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. 6. Bersama-sama direksi melakukan sosialisasi tentang bank syariah kepada masyarakat. 7. Bersama-sama direksi menangani pembiayaan bermasalah. Direktur utama bertugas untuk: 1. Memimpin dan melaksanakan kegiatan bank sehari-hari sesuai dengan kebijaksanaan umum yang telah disetujui dan ditetapkan oleh Dewan Komisaris. 2. Memimpin rapat komite pembiayaan dengan kepala bidang marketing dan petugas Account Officer (AO) untuk memutuskan setiap pembiayaan yang diajukan. 3. Mengetahui dan menyetujui (approval) setiap pengeluaran keuangan Bank baik biaya operasional, biaya dana, dan biaya lainnya yang termasuk gaji, tunjangan dan honor karyawan. 4. Menandatangani bukti-bukti pembukuan dan neraca. 5. Menerima laporan dan memberikan petunjuk kepada Direktur, Asisten Direksi, dan para kepala bidang tentang kegiatan yang dilaksanakan seharihari. 6. Mengontrol dan mengawasi likuiditas bank, baik yang ada pada kas maupun yang ada pada antar bank aktiva serta bertindak sebagai treasury bank. 7. Memberikan pertanggungjawaban pada RUPS atas jalannya usaha bank. Kepala bidang pemasaran bertugas untuk: 1. Menyusun taktik dan strategi pemasaran produk perbankan kepada masyarakat dan dunia usaha. 2. Bersama direksi, asisten direksi, dan kepala bidang lainnya menyusun RKA tahunan di bidang pemupukan dana dan pembiayaan serta memantau realisasinya. 3. Melakukan supervisi terhadap kegiatan kegiatan penghimpunan dana masyarakat yang dilakukan Funding Officer untuk memastiskan tercapainya
pelayanan yang memuaskan nasabahMelakukan evaluasi kelayakan terhadap pembiayaan yang diajukan oleh AO untuk memastikan analisa pembiayaan yang diajukan tersebut berkualitas sehingga dapat mengamankan dan meminimalkan resiko pembiayaan bank. 4. Menangani kegiatan pemasaran lainnya, antara lain permintaan dan atau pemberian informasi antarbank/instansi/pihak ketiga lainnya. Kepala bidang operasional bertugas untuk: 1. Melakukan supervisi dan koordinasi terhadap pelaksanaan tugas-tugas di bidang operasional untuk menjamin tidak terjadinya penyimpangan, kekeliruan/kesalahan dalam pelaksanaannya dan telah sesuai dengan sistem dan prosedur operasi yang berlaku. 2. Mengelala likuiditas bank, baik yang ada pada kas maupun yang ditempatkan antarbank untuk memastikan pengeluaran tersebut sesuai dengan ketentuan dan prosedur operasional bank yang berlaku. 3. Melakukan monitoring dengan koordinasi kepala bidang umum dan personalia terhadap perangkat komputer yang menunjang operasional bank (software dan hardware) untuk memastikan perangkat tersebut berjalan dengan lancar. 4. Membuat penilaian kinerja (performance appraisal) stafnya secara berkala. 5. Menyetujui pencairan modal teller pusat, menyetujui distribusi bagi hasil deposito, dan tugas operasional lainnya. Kepala bidang umum dan personalia bertugas untuk: 1. Mengkoordinir dan mensupervisi pelaksanaan pembayaran gaji, insentif dan lembur Komisaris, DPS, Direksi dan karyawan dan penghitungan pajak penghasilannya (PPh 21) untuk memastikan pembayaran gaji karyawan tersebut dibayar secara tepat waktu dan akurat. 2. Bersama-sama dengan Asisten Direksi merencanakan dan mengkoordinir penyelenggaraan program pelatihan karyawan sesuai dengan kebutuhan bank untuk menjamin peningkatan kinerja karyawan. 3. Memberikan
pembinaan, pengarahan dan penjelasan kepada karyawan
terhadap permasalahan-permasalahan kepegawaian, hak dan kewajiban karyawan serta kebijakan manajemen mengenai kepegawaian untuk menjamin
terjalinnya komunikasi dua arah serta hubungan kerja yang harmonis antara manajemen dengan karyawan dan sesama karyawan. 4. Melakukan pembinaan kepada karyawan di bawah supervisinya untuk memastikan karyawan memahami tugas dan tanggung jawabnya serta memiliki tingkat produktivitas yang tinggi. 5. Bersama dengan asisten Direksi mengatur proses seleksi dan rekrutmen pegawai, serta tugas-tugas umum dan kepersonaliaan lainnya. 4.4.
Perkembangan Analisis (Trend) Laporan Keuangan PT BPRS Amanah Ummah Perkembangan perusahaan dari tahun ke tahun dapat diketahui dengan menganalisis laporan keuangan menggunakan metode analisis trend atau yang biasa dikenal dengan analisis horizontal. Analisis tren (horizontal) digunakan untuk melihat pergerakan masing-masing komponen dalam laporan keuangan dari tahun ke tahun. Melalui analisis tren ini dapat diketahui kecenderungan atau perkembangan dari posisi keuangan maupun hasil-hasil keuntungan yang telah diperoleh perusahaan, apakah meningkat, menurun atau bahkan cenderung tidak bergerak (tetap). Selain itu analisis ini juga berperan sebagai analisis pendukung dalam menginterpretasikan hasil analisis rasio sehingga komponen-komponen yang dilihat dalam analisis tren adalah komponen yang digunakan dalam analisis rasio keuangan. Selain itu juga dilihat komponen-komponen lainnya yang dianggap penting. Dalam penelitian ini tahun yang dijadikan sebagai tahun dasar dalam analisis tren adalah tahun 2005, dengan alasan bahwa tahun 2005 adalah tahun awal dari lima periode terakhir dari penelitian. Tabel hasil analisis tren terhadap laporan keuangan PT BPRS Amanah Ummah dapat dilihat dalam Lampiran 2 dan Lampiran 3.
4.4.1. Perkembangan Neraca Analisis tren terhadap laporan neraca dilakukan terhadap komponenkomponen aktiva dan pasiva yang digunakan untuk melihat rasio keuangan perusahaan. Selain itu juga dianalisis komponen aktiva dan pasiva lainnya yang dianggap penting.
300 250
241,73
Tren (%)
200
186,22
150
Total Aktiva
146,16 118,64
100
100
50 0 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 2. Perkembangan (trend) Total Aktiva PT BPRS Amanah Ummah Periode 2005-2009 Komponen laporan neraca yang dianalisis diantaranya adalah total aktiva. Hasil analisis tren dari tahun 2005-2009, menunjukkan bahwa total aktiva perusahaan mengalami kenaikan sebesar 141,73 persen (241,73-100) dari tahun dasar (Gambar 2). Kenaikan ini disebabkan oleh peningkatan hampir seluruh komponen-komponen aktiva BPRS. Pada Gambar 3 terlihat besarnya tren peningkatan dari seluruh komponen aktiva dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. 500 450
432,66
400 Tren (%)
350 Aktiva Produktif
300 249,13
250 200
Aktiva Tetap Aktiva Lain-Lain
150 100 50
24,92
0 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 3. Perkembangan (trend) Komponen Aktiva PT BPRS Amanah Ummah Periode 2005-2009
Komponen-komponen
aktiva
menunjukkkan
kecenderungan
yang
meningkat kecuali pos aktiva lain-lain yang berfluktuasi dan cenderung menurun. Kenaikan terbesar terjadi pada pos aktiva tetap yaitu sebesar 332,66 persen dari tahun dasar pada akhir periode 2009. Sebenarnya pos aktiva tetap mengalami perkembangan yang berfluktuasi, namun pada tahun 2008 mengalami peningkatan yang drastis yaitu sebesar 285,19 persen dari tahun dasar setelah tahun sebelumnya hanya mencapai 49,63 persen. Hal ini dikarenakan pada tahun 2008 perusahaan memutuskan untuk membuka kantor cabang di kota Bogor. Selanjutnya peningkatan juga terjadi pada pos aktiva produktif. Peningkatan ini terjadi karena meningkatnya seluruh komponen aktiva produktif. Perkembangan peningkatan komponen aktiva produktif dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 4. 400 350
334,02
Tren (%)
300 250 227,87 200
Pembiayaan Penempatan Pada Bank Lain
150 100 50 0 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 4. Perkembangan (trend) Komponen Aktiva Produktif PT BPRS Amanah Ummah Periode 2005-2009 Penempatan pada bank lain mengalami peningkatan terbesar pada tahun 2009 yaitu sebesar 224,02 persen dari tahun dasar. Peningkatan yang tinggi dalam penempatan pada bank lain menunjukkan sikap kehati-hatian bank dalam menyalurkan dananya. Selain itu juga mengindikasikan sulitnya bank untuk mendapatkan nasabah pembiayaan yang potensial. Sedangkan komponen aktiva produktif lainnya yaitu pembiayaan mengalami peningkatan pada tahun 2009
sebesar 127,87 persen dari tahun dasar. Yang paling besar pengaruhnya terhadap peningkatan pembiayaan adalah piutang murabahah. Komponen pembiayaan ini selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2009 piutang murabahah mengalami peningkatan sebesar 98,30 persen dari tahun dasar. Selain itu penyebab peningkatan pembiayaan lainnya yaitu mulai tahun 2007 akad qard rahn selalu memberikan kontribusi terhadap peningkatan pembiayaan dan semakin besar pengaruhnya. Akad qard rahn adalah suatu gadai emas, dimana pendapatan yang diperoleh bank adalah berupa sewa dari emas yang telah digadaikan. Peningkatan kedua komponen aktiva produktif yaitu penempatan pada bank lain dan pembiayaan menyebabkan naiknya pos aktiva produktif sebesar 149,13 persen dari tahun dasar (Gambar 3). Hasil analisis tren terhadap komponen neraca lainnya yaitu pasiva menunjukkan perkembangan yang terus meningkat. Perkembangan komponen pasiva dapat dilihat pada Gambar 5. 300 251,85 238,11
250
Tren (%)
200 Dana Pihak Ketiga (DPK)
150
Jumlah Ekuitas
100 50 0 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 5. Perkembangan (trend) Komponen Pasiva PT BPRS Amanah Ummah Periode 2005-2009 Komponen pasiva yang mengalami peningkatan terbesar pada tahun 2009 adalah jumlah ekuitas yang mencapai 151,85 persen dari tahun dasar. Peningkatan jumlah ekuitas dari tahun ke tahun ini terjadi karena adanya kebijakan bank untuk terus mengembangkan usahanya. Dan salah satu cara untuk mengembangkan usahanya yaitu dengan meningkatkan komponen dari jumlah ekuitas yaitu modal
disetor secara bertahap. Sehingga modal disetor perusahaan pada tahun 2009 meningkat sebesar 140 persen dari modal disetor pada tahun 2005. Selain itu juga setiap tahun perusahaan mempunyai kebijakan untuk menyisihkan 30 persen dari laba bersih perusahaan untuk dijadikan sebagai pos cadangan. Pos cadangan ini juga merupakan bagian dari komponen jumlah ekuitas. Pada tahun 2009 pos cadangan perusahaan mengalami peningkatan sebesar 141,95 persen dari pos cadangan pada tahun 2005. Komponen pasiva lainnya yaitu dana pihak ketiga mengalami peningkatan sebesar 138,11 persen dari tahun dasar. Seperti yang terlihat dalam Gambar 5, pergerakan yang terjadi cenderung stabil dan terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini menandakan bahwa BPRS Amanah Ummah semakin mendapatkan kepercayaan masyarakat untuk menyimpan dan mengelola dananya. Peningkatan dana pihak ketiga terutama disebabkan oleh peningkatan tabungan wadiah. Pada tahun 2009 peningkatannya mencapai 148, 13 persen dari tahun dasar. 4.4.2. Perkembangan Laba Rugi Analisis tren terhadap laporan laba rugi perusahaan dilakukan pada komponen-komponen yang digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (laba). Komponen-komponen tersebut antara lain jumlah pendapatan operasional, jumlah beban operasional, dan laba sesudah pajak penghasilan badan. Hasil analisis tren terhadap laba rugi memperlihatkan adanya peningkatan nilai total pendapatan operasional, total beban operasional, dan laba (rugi) sesudah pajak penghasilan badan seperti yang terlihat dalam Gambar 6. Peningkatan total pendapatan operasional tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 107,75 persen dari tahun dasar. Peningkatan ini salah satunya disebabkan oleh naiknya pendapatan dari sewa yang sangat tinggi. Pendapatan ini diperoleh antara lain dari produk yang bernama akad qard rahn. Pada tahun 2009 pendapatan dari sewa mengalami peningkatan sebesar 2.185,64 persen dari tahun dasar. Peningkatan yang drastis ini mulai terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 1.097,85 persen dari tahun dasar. Padahal dalam periode sebelumnya yaitu tahun 2007 hanya terjadi peningkatan sebesar 160,85 persen dari tahun dasar. Peningkatan yang drastis ini terjadi karena pada tahun 2008 perusahaan
mengeluarkan produk baru yang bernama akad qard rahn. Produk baru ini cukup menarik minat masyarakat sehingga memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan bagi perusahaan 250 236,28 207,75 201,86
200
Tren (%)
Total Pendapatan Operasional 150
Total Beban Operasional
100
Laba (Rugi) Sesudah Pajak Penghasilan Badan
50
0 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 6. Perkembangan (trend) Komponen Laba Rugi PT BPRS Amanah Ummah Periode 2005-2009 Peningkatan juga terjadi pada total beban operasional perusahaan. Namun, peningkatan ini masih di bawah dari peningkatan total pendapatan operasionalnya. Hal ini berarti bahwa perusahaaan telah menjalankan usahanya secara efisien karena beban yang ditimbulkan lebih rendah dari jumlah pendapatan yang dihasilkan. Dan dari tahun ke tahun selisih antara total pendapatan dan total beban operasional makin besar. Akibat dari hal tersebut maka laba sesudah pajak penghasilan badan mengalami peningkatan yang relatif tinggi pada tahun 2009 yaitu sebesar 136,28 persen dari tahun dasar. Peningkatan laba yang relatif tinggi ini mulai terjadi pada tahun 2008 yaitu setelah dikeluarkannya produk qard rahn. 4.5.
Analisis Persentase Per Komponen Laporan Keuangan PT BPRS Amanah Ummah Analisis persentase per komponen atau yang biasa dikenal dengan analisis vertikal, digunakan untuk melihat proporsi keuangan perusahaan. Jenis metode analisis ini disebut juga dengan metode analisis statis dimana komponen yang diperbandingkan dengan komponen lainnya dalam satu laporan keuangan yang sama berada dalam tahun yang sama. Dengan kata lain informasi yang didapat
hanya keadaan keuangan tahun itu saja. Melalui analisis ini dapat diketahui proporsi investasi pada masing-masing aktiva, struktur permodalan serta komposisi biaya dalam hubungannya dengan pendapatan perusahaan. Selain itu analisis
ini
juga
merupakan
pendukung
analisis
rasio
didalam
menginterpretasikannya. Tabel hasil analisis persentase per komponen terhadap laporan keuangan PT. BPRS Amanah Ummah dapat dilihat dalam Lampiran 2 dan Lampiran 3. 4.5.1. Proporsi Neraca Komponen-komponen yang dilihat dalam analisis persentase per komponen terhadap laporan neraca adalah komponen yang digunakan dalam analisis rasio keuangan dan komponen lainnya yang dianggap penting. Komponen tersebut antara lain adalah total aktiva, aktiva tetap, pembiayaan, aktiva produktif, dan jumlah ekuitas. Analisis ini bertujuan untuk memperoleh gambaran bagaimana perubahan yang terjadi pada tiap-tiap pos dalam laporan neraca dan juga untuk melihat struktur permodalan perusahaan serta proporsi investasi pada aktiva perusahaan. 100,00
96,29
Proporsi (%)
80,00 60,00
Aktiva Produktif Aktiva Tetap
40,00
Aktiva lain-Lain
20,00 0,00
2,26 0,29 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun
Gambar 7. Perkembangan (trend) Proporsi Komponen Aktiva PT BPRS Amanah Ummah Periode 2005-2009 Berdasarkan hasil analisis persentase per komponen terhadap laporan neraca menunjukkan bahwa pada sisi aktiva, yaitu aktiva produktif memiliki proporsi terbesar terhadap total aktiva dibandingkan dengan aktiva tetap dan
aktiva lain-lain. Aktiva produktif memiliki nilai rata-rata proporsi sebesar 95,61 persen dari total aktiva. Perkembangan Proporsi komponen aktiva dapat dilihat pada Gambar 7. Berdasarkan analisis persentase per komponen terhadap aktiva tetap ternyata rata-rata proporsi aktiva tetap terhadap total aktiva hanya 1,39 persen. Hal ini berarti peningkatan aktiva tetap yang tinggi dari hasil analisis tren tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap perkembangan total aktiva. Pada Gambar 8 terlihat bahwa pada sisi pasiva, dana pihak ketiga memiliki proporsi terbesar terhadap total pasiva dibandingkan dengan jumlah ekuitas. Hal ini merupakan ciri dari suatu lembaga keuangan khususnya perbankan yang sebagian besar dananya berasal dari masyarakat. Rata-rata proporsi dana pihak ketiga terhadap total pasiva adalah sebesar 86,93 persen. 100,00 86,97
Proporsi (%)
80,00 60,00
Dana Pihak Ketiga (DPK)
40,00
Jumlah Ekuitas
20,00 10,11 0,00 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 8. Perkembangan (trend) Proporsi Komponen Pasiva PT BPRS Amanah Ummah Periode 2005-2009 4.5.2. Proporsi Laba Rugi Analisis vertikal terhadap laporan laba rugi melihat komponen-komponen yang digunakan untuk menunjukkan kondisi rentabilitas perusahaan. Analisis ini bertujuan untuk melihat proporsi beban yang terjadi dihubungkan dengan jumlah pendapatan.
Beban Bagi Hasil
Proporsi (%)
50,00 41,76 36,34
40,00 30,00
21,90 15,56
20,00
Beban Operasional Lainnya Laba Operasional
10,00 0,00 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun
Laba (Rugi) Sesudah Pajak Penghasilan Badan
Gambar 9. Perkembangan (trend) Proporsi Komponen Laba Rugi PT Amanah Ummah Periode 2005-2009 Berdasarkan
hasil
analisis
vertikal
terhadap
laporan
laba
rugi
menunjukkan bahwa beban operasional lainnya merupakan komponen dengan proporsi pengurang terbesar terhadap total pendapatan operasional. Komponen beban operasional lainnya diantaranya yaitu beban tenaga kerja dan beban administrasi dan umum. Dalam Gambar 9 terlihat angka proporsi beban operasional lainnya terhadap pendapatan yang rata-ratanya sebesar 41,96 persen. Dalam dua tahun terakhir proporsi tersebut mengalami penurunan, sehingga mengakibatkan kenaikan pada proporsi laba operasional. Proporsi laba operasional pada tahun 2009 menjadi 21,90 persen dari total pendapatan operasional. Hal ini merupakan proporsi terbesar laba operasional dalam lima tahun terakhir. Selain beban operasional lainnya, komponen beban yang memiliki proporsi terbesar kedua terhadap total pendapatan operasional adalah beban bagi hasil dengan nilai rata-rata sebesar 37,18 persen. Dalam Gambar 9 terlihat perkembangan beban bagi hasil dalam lima tahun terakhir yang cenderung menurun namun mengalami peningkatan pada tahun 2009. Gambar 9 juga memperlihatkan proporsi laba sesudah pajak penghasilan badan terhadap total pendapatan operasional mengalami perkembangan yang berfluktuatif. Namun dalam dua tahun terakhir proporsi tersebut mengalami peningkatan. Bahkan proporsi dalam dua tahun terakhir merupakan proporsi yang
besarnya di atas rata-rata proporsi dalam lima tahun terakhir. Peningkatan ini disebabkan oleh menurunnya beban operasional lainnya dalam dua tahun terakhir. 4.6.
Analisis Rasio Keuangan PT BPRS Amanah Ummah Analisis rasio merupakan suatu metode analisis yang menghitung dan menginterpretasikan rasio keuangan perusahaan untuk memberikan gambaran mengenai kinerja dan keadaan keuangan perusahaan. Selain itu analisis rasio juga bermanfaat dalam membantu pengambilan keputusan perusahaan. Rasio keuangan merupakan analisis dengan jalan membandingkan satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya baik secara individu maupun bersama-sama guna mengetahui hubungan di antara pos tertentu, baik dalam neraca maupun laporan laba rugi. Dalam analisis rasio, dibuat perbandingan dari laporan keuangan perusahaan selama periode tertentu untuk diketahui arah pergerakannya dan juga membandingkan rasio keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya atau bisa juga dengan menggunakan indikator atau tolak ukur tertentu dalam memperbandingkannya. Setiap rasio keuangan yang dibentuk memiliki tujuan yang ingin dicapai masing-masing. Ini berarti tidak dijumpai batasan yang jelas dan tegas berapa rasio yang terdapat pada setiap aspek yang dianalisis. Namun dalam penelitian ini analisis rasio keuangan yang digunakan antara lain rasio permodalan, rasio kualitas aset, rasio rentabilitas dan rasio likuiditas. Tabel hasil analisis rasio keuangan secara lengkap terhadap laporan keuangan PT BPRS Amanah Ummah periode (2005-2009) dapat dilihat dalam Lampiran 7.
4.6.1. Rasio Permodalan Rasio permodalan digunakan untuk mengetahui kemampuan kecukupan modal bank dalam mendukung kegiatan bank secara efisien. a. Rasio Kecukupan Modal (CAR) Rasio kecukupan modal digunakan untuk mengukur kecukupan modal bank dalam menyerap kerugian dan pemenuhan ketentuan Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) yang berlaku. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa bank semakin solvable. Perkembangan nilai rasio PT BPRS Amanah Ummah dapat dilihat pada Gambar 10.
Nilai (% )
Rasio Modal (CAR) 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00
15.13
15.35
2006
2007
15.69
15.21
11.46
2005
2008
2009
Tahun
Gambar 10. Perkembangan (trend) Rasio Kecukupan Modal (CAR) PT BPRS Amanah Ummah Periode 2005-2009 Berdasarkan data pada Gambar 10 diketahui bahwa rata-rata rasio kecukupan modal PT BPRS Amanah Ummah adalah 14,57 persen. Hal ini berarti bahwa setiap Rp. 100,- Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) dijamin dengan Rp. 14,57,- modal (modal inti dan pelengkap). Jika dilihat dari kriteria nilai rasionya, maka kemampuan perusahaan sudah sangat baik. Hal ini dikarenakan dalam penilaian tingkat kesehatan menurut Bank Indonesia, nilai rasio yang dicapai oleh perusahaan menempati peringkat satu, yaitu CAR > 11 persen. 4.6.2. Rasio Kualitas Aset Rasio kualitas aset digunakan untuk mengevaluasi kondisi aset BPRS, sebagai akibat dari kegiatan BPRS dalam mengelola risiko. Nilai rasio kualitas aset dipengaruhi oleh komponen-komponen yang terdapat pada aktiva perusahaan. Analisis rasio kualitas aset dilakukan dengan mengunakan rasio kualitas aktiva produktif dan rasio pembiayaan bermasalah. a. Rasio Kualitas Aktiva Produktif (EAQ) Rasio kualitas aktiva produktif digunakan untuk mengukur proporsi aktiva produktif
yang
tidak
diklasifikasikan
terhadap
total
aktiva
produktif.
Perkembangan rasio kualitas aktiva produktif PT BPRS Amanah Ummah dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 11.
Nilai (%)
Rasio Kualitas Aktiva Produktif 100,00 99,50 99,00 98,50 98,00 97,50 97,00 96,50 96,00 95,50 95,00 94,50
99,30 98,61 97,57
97,55 96,38
2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 11. Perkembangan (trend) Rasio Kualitas Aktiva Produktif PT BPRS Amanah Ummah Periode 2005-2009 Dalam lima tahun terakhir terjadi perkembangan yang berfluktuatif. Pada tahun 2006 rasio ini mengalami nilai terendah yaitu sebesar 96,38 persen. Hal ini terjadi karena tingginya tingkat pembiayaan non lancar terhadap seluruh pembiayaan yang mencapai 7,04 persen. Namun pada tahun 2008 rasio ini memiliki nilai tertinggi yaitu 99,30 persen. Hal ini disebabkan oleh menurunnya pembiayaan non lancar menjadi hanya 1,71 persen terhadap seluruh pembiayaan. Dari hasil analisis, rata-rata rasio kualitas aktiva produktif perusahaan adalah 97,88 persen. Hal ini berarti bahwa setiap Rp. 100,- aktiva produktif yang dimiliki oleh perusahaan, terdapat Rp. 97,88 aktiva produktif yang tidak diklasifikasikan Jika dilihat dari kriteria nilai rasionya, maka kondisi perusahaan sudah sangat baik. Hal ini dikarenakan dalam penilaian tingkat kesehatan menurut Bank Indonesia, nilai rasio yang dicapai oleh perusahaan menempati peringkat satu, yaitu EAQ > 93 persen. b. Rasio Pembiayaan Bermasalah (NPF) Rasio pembiayaan bermasalah digunakan untuk mengukur proporsi pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan. Perkembangan dalam lima tahun terakhir rasio ini dapat dilihat pada Gambar 12.
Niali (%)
Rasio Pembiayaan Bermasalah
8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00
7.04
4.00
3.87 1.97
1.71
2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 12. Perkembangan (trend) Rasio Pembiayaan Bermasalah PT BPRS Amanah Ummah Periode 2005-2009 Seperti yang terlihat dalam Gambar 12, perkembangan lima tahun terakhir rasio pembiayaan bermasalah juga berfluktuasi. Nilai rata-rata rasio ini dalam lima tahun terakhir sebesar 3,72 persen. Hal ini berarti bahwa dalam setiap Rp. 100,- jumlah pembiayaan terdapat Rp. 3,72 pembiayaan yang bermasalah. Dengan nilai rasio seperti ini maka kondisi perusahaan dapat dikatakan sangat baik. Hal ini dikarenakan dalam penilaian tingkat kesehatan menurut Bank Indonesia, nilai rasio yang dicapai oleh perusahaan menempati peringkat satu, yaitu NPF < 7 persen. 4.6.3. Rasio Rentabilitas Rasio rentabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan profit melalui operasi bank. Analisis rasio rentabilitas dilakukan dengan mengunakan rasio aset yang menghasilkan pendapatan dan rasio net margin operasional utama. a. Rasio Aset yang Menghasilkan Pendapatan (IGA) Rasio aset yang menghasilkan pendapatan digunakan untuk mengukur proporsi aset yang memberikan pendapatan terhadap total aset. Pada Gambar 13 terlihat perkembangan rasio ini dalam lima tahun terakhir.
Nilai (%)
Rasio Aset Yang Menghasilkan Pendapatan 96.00 95.00 94.00 93.00 92.00 91.00 90.00 89.00 88.00
94.90 94.38 94.05
91.07 90.44
2005 2006 2007 2008 2009 Tahun
Gambar 13. Perkembangan (trend) Rasio Aset yang Menghasilkan Pendapatan PT BPRS Amanah Ummah Periode 2005-2009 Dalam Gambar 13 terlihat kecenderungan dari nilai rasio ini yang terus meningkat, kecuali pada tahun 2008 yang mengalami penurunan tetapi kemudian mengalami peningkatan kembali pada tahun berikutnya. Nilai rata-rata rasio ini dalam lima tahun terakhir sebesar 92,97 persen. Hal ini berarti bahwa dalam setiap Rp. 100,- dari total aset terdapat Rp. 92,97 aset yang memberikan pendapatan. Aset yang memberikan pendapatan tersebut adalah aktiva produktif yang tergolong kualitas lancar. Dalam penilaian tingkat kesehatan menurut Bank Indonesia, apabila nilai rasio IGA > 87 persen, maka bank berada pada peringkat 1. Sehingga dalam lima tahun terakhir ini BPRS Amanah Ummah selalu menempati peringkat 1 dalam penilaian rasio IGA. b. Rasio Net Margin Operasional Utama (NSOM) Rasio net margin operasional utama digunakan untuk mengukur proporsi pendapatan bersih utama setelah dikurangi distribusi bagi hasil dan biaya operasi utama, terhadap aktiva produktif. Perkembangan nilai rasio ini dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 14.
Nilai (%)
Rasio Net Margin Operasional Utama 4.00 3.90 3.80 3.70 3.60 3.50 3.40 3.30 3.20 3.10 3.00
3.93 3.87 3.69
3.66
3.35
2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 14. Perkembangan (trend) Rasio Net Margin Operasional Utama PT BPRS Amanah Ummah Periode 2005-2009 Nilai rata-rata rasio ini dalam lima tahun terakhir yaitu 3,70 persen. Hal ini berarti bahwa setiap Rp. 100,- aktiva produktif dapat menghasilkan pendapatan bersih utama sebesar Rp. 3,70. Dalam penilaian tingkat kesehatan menurut Bank Indonesia, apabila nilai rasio NSOM (3% < NSOM < 5%), maka bank berada pada peringkat 4. Dalam lima tahun terakhir ini BPRS Amanah Ummah selalu menempati peringkat 4 dalam penilaian rasio NSOM. Hal ini menunjukkan bahwa dalam penilaian rasio ini bank memiliki efektifitas pendapatan terhadap aktiva produktif yang kurang baik. b. Return On Equity (ROE) Rasio ROE digunakan untuk mengukur tingkat kemampulabaan bank atas modal yang dimiliki. Pada Gambar 15 terlihat perkembangan nilai rasio ini dalam lima tahun terakhir.
Return On Equity 60.00
Nilai (%)
50.00
47.80
48.55 43.78
40.01
40.00
40.37
30.00 20.00 10.00 0.00 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 15. Perkembangan (trend) Return On Equity (ROE) PT BPRS Amanah Ummah Periode 2005-2009 Rasio ini dalam lima tahun terakhir memiliki nilai rata-rata sebesar 44,10 persen. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap Rp. 100,- modal disetor yang dimiliki oleh perusahaan dapat menghasilkan Rp. 44,10 laba sesudah pajak penghasilan. Berdasarkan penilaian tingkat kesehatan menurut Bank Indonesia, apabila nilai rasio ROE > 23 persen, maka bank berada pada peringkat 1. Sehingga dalam lima tahun terakhir ini BPRS Amanah Ummah selalu menempati peringkat 1 dalam penilaian rasio ROE. 4.6.4. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendek. Analisis rasio likuiditas dilakukan dengan mengunakan rasio kas (Cash Ratio) dan rasio pembiayaan terhadap dana yang diterima (financing to deposit ratio/FDR). a. Rasio Kas Rasio kas digunakan untuk mengukur kemampuan alat likuid bank dalam memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek. Pada Gambar 16 terlihat perkembangan rasio kas dalam lima tahun terakhir. Rata-rata nilai rasio kas dalam lima tahun terakhir adalah 14,76 persen. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 100,- kewajiban lancar maka akan dijamin dengan Rp. 14,76 alat likuid bank.
Semakin tinggi nilai rasio ini maka akan semakin tinggi pula kemampuan likuiditas bank, namun akan dapat mempengaruhi rentabilitasnya. Hal ini dikarenakan komponen dari rasio kas yaitu kas itu sendiri merupakan salah satu bagian dari aktiva tidak produktif. Dimana definisi dari aktiva tidak produktif adalah aktiva yang tidak memberikan hasil bagi bank (Dendawijaya, 2005).
Rasio Kas 25.00 19.32
Nilai (%)
20.00
20.29
15.00 10.00
12.37 11.52 10.28
5.00 0.00 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 16. Perkembangan (trend) Rasio Kas PT BPRS Amanah Ummah Periode 2005-2009 b. Financing to Deposit Ratio (FDR) Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar perbandingan antara pembiayaan yang diberikan bank terhadap dana yang dihimpun. Nilai rata-rata dari rasio FDR dalam lima tahun terakhir adalah sebesar 78,30 persen. Hal ini berarti bahwa setiap Rp. 100,- dana yang dihimpun maka bank menyalurkan pembiayaan sebesar Rp. 78,30. Perkembangan nilai rasio ini dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 17.
Financing to Deposit Ratio (FDR)
120.00
Nilai (%)
100.00
96.60 79.78
80.00 70.09
60.00
72.64
72.41
40.00 20.00 0.00 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 17. Perkembangan (trend) Rasio FDR PT BPRS Amanah Ummah Periode 2005-2009 Semakin tinggi nilai rasio ini maka memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari loan to deposit ratio (LDR) atau dalam perbankan syariah disebut financing to deposit ratio (FDR) suatu bank adalah sekitar 80 persen. Namun, batas toleransi berkisar antara 85 persen dan 100 persen (Dendawijaya, 2005). 4.7.
Perbandingan Analisis Tren Laporan Keuangan BPRS Amanah Ummah dan Rata-rata Industri BPRS Perkembangan perusahaan dari tahun ke tahun dapat diketahui dengan menganalisis laporan keuangan menggunakan metode analisis tren atau yang biasa dikenal dengan analisis horizontal. Selain untuk mengetahui perkembangan kondisi keuangan dari tahun ke tahun, analisis tren juga dapat digunakan untuk membandingkan kondisi tersebut dengan perkembangan kondisi dari rata-rata industri di mana perusahaan tersebut berada.
4.7.1. Perkembangan Neraca Analisis tren terhadap laporan neraca dilakukan terhadap komponenkomponen aktiva dan pasiva yang digunakan didalam perhitungan analisis rasio serta komponen lainnya yang dianggap penting. Komponen-komponen tersebut
diantaranya adalah total aktiva, aktiva produktif, pembiayaan, penempatan pada bank lain dan aktiva tetap. a. Perkembangan Komponen Aktiva Hasil perbandingan analisis tren secara umum menunjukkan bahwa, perkembangan total aktiva pada rata-rata industri lebih baik daripada perkembangan total aktiva pada perusahaan. Namun pada tahun 2009 perkembangan total aktiva pada perusahaan sedikit lebih baik dari rata-rata industri. Perkembangan total aktiva perusahaan pada tahun 2009 sebesar 141,73 persen dari tahun dasar, sedangkan perkembangan total aktiva rata-rata industri pada tahun 2009 sebesar 140,32 persen dari tahun dasar (Gambar 18). 300 241,73 240,32
Tren (%)
250 200 150 100
167,60
203,12 186,22
146,16 134,09 118,64 100
BPRS Amanah Ummah Rata-rata industri
50 0 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 18. Perbandingan analisis tren total aktiva PT BPRS Amanah Ummah dan Rata-rata Industri Periode 2005-2009 300
Tren (%)
250
214,88
200
174,37
150 100
253,93 249,13
100
190,10
134,94 151,94 121,71
BPRS Amanah Umm ah Rata-rata industri
50 0 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 19. Perbandingan analisis tren aktiva produktif PT BPRS Amanah Ummah dan Rata-rata Industri Periode 2005-2009
Perbandingan analisis tren antara aktiva produktif PT BPRS Amanah Ummah dan aktiva produktif rata-rata industri dapat dilihat pada Gambar 19. Hasil analisis tren menunjukkan bahwa perkembangan aktiva produktif rata-rata industri lebih baik daripada perkembangan aktiva produktif pada BPRS Amanah Ummah. Pada tahun 2009 aktiva produktif yang dimiliki oleh rata-rata industri sebesar 253,93 persen dari tahun dasar, sedangkan aktiva produktif yang dimiliki oleh perusahaan pada tahun 2009 hanya 249,13 persen dari tahun dasar. Hal ini berarti bahwa perkembangan aktiva produktif yang terjadi pada perusahaan dalam lima tahun terakhir ini adalah hal yang wajar. Hal ini dikarenakan perusahaan lain juga mengalami kenaikan.
300 251,71 227,87
250
Tren (%)
200 BPRS Amanah Ummah
150
Rata-rata industri 100 50 0 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 20. Perbandingan analisis tren pembiayaan PT BPRS Amanah Ummah dan Rata-rata Industri Periode 2005-2009 Selanjutnya, perbandingan hasil analisis tren menunjukkan bahwa perkembangan pembiayaan pada rata-rata industri lebih baik daripada perkembangan pembiayaan pada BPRS Amanah Ummah. Pada tahun 2009 pembiayaan yang dilakukan oleh rata-rata industri sebesar 251,71 persen dari tahun dasar, sedangkan pembiayaan yang dilakukan oleh BPRS Amamah Ummah pada tahun 2009 hanya 227,87 persen dari tahun dasar (Gambar 20). Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi pada perusahaan khususnya pembiayaan dalam lima tahun terakhir ini adalah hal yang wajar. Bahkan perkembangan tersebut ternyata kurang maksimal karena masih di bawah perkembangan dari rata-rata industri.
400 350
334,02
Tren (%)
300 262,99
250
BPRS Amanah Ummah
200
Rata-rata industri
150 100 50 0 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 21. Perbandingan analisis tren penempatan pada bank lain PT BPRS Amanah Ummah dan Rata-rata Industri Periode 2005-2009 Perbandingan analisis tren antara penempataan pada bank lain BPRS Amanah Ummah dan penempatan pada bank lain rata-rata industri dapat dilihat pada Gambar 21. Secara umum penempatan pada bank lain pada perusahaan lebih tinggi daripada penempatan pada bank lain rata-rata industri. Setelah sempat mengalami penurunan pada tahun 2008, pada tahun berikutnya penempatan pada bank lain pada perusahaan mencapai peningkatan sebesar 224,02 persen dari tahun dasar. Hal ini jauh melebihi peningkatan pada rata-rata industri yang hanya mengalami peningkatan sebesar 162,99 persen dari tahun dasar. Hal ini menandakan bahwa perusahaan belum optimal dalam menyalurkan dana yang dimilikinya. Perbandingan analisis tren antara aktiva tetap BPRS Amanah Ummah dan aktiva tetap rata-rata industri dapat dilihat pada Gambar 22. Dalam dua tahun terakhir terjadi peningkatan aktiva tetap pada perusahaan yang relatif tinggi. Hal ini dikarenakan pada tahun 2008 perusahaan membuka kantor cabang di kota Bogor. Sedangkan peningkatan aktiva tetap pada rata-rata industri berjalan relatif stabil.
500 450
432,66
400
Tren (%)
350 300
BPRS Amanah Ummah
250
Rata-rata industri
200
182,02
150 100 50 0 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 22. Perbandingan analisis tren aktiva tetap PT BPRS Amanah Ummah dan Rata-rata Industri Periode 2005-2009 b. Perkembangan Komponen Pasiva Dalam komponen pasiva, hasil analisis tren menunjukkan bahwa perkembangan dana pihak ketiga pada rata-rata industri lebih baik daripada perkembangan dana pihak ketiga pada BPRS Amanah Ummah (Gambar 23). Pada tahun 2009 jumlah dana pihak ketiga dalam industri mencapai 242,82 persen dari tahun dasar. Hal tersebut melebihi daripada jumlah dana pihak ketiga pada BPRS Amanah Ummah yang mencapai 238,11 persen dari tahun dasar di tahun yang sama. Hal ini mengindikasikan bahwa kurang maksimalnya kinerja perusahaan di dalam menghimpun dana pihak ketiga, dikarenakan peningkatannnya masih di bawah dari peningkatan rata-rata industri.
300 242,82 238,11
250
Tren (%)
200 150 BPRS Amanah Ummah 100
Rata-rata industri
50 0 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 23. Perbandingan analisis tren dana pihak ketiga (DPK) PT BPRS Amanah Ummah dan Rata-rata Industri Periode 2005-2009 6000 5.284,30
5000
Tren (%)
4000 BPRS Amanah Ummah
3000
Rata-rata industri
2000 1000 629,70 0 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 24. Perbandingan analisis tren kewajiban pada bank lain PT BPRS Amanah Ummah dan Rata-rata Industri Periode 2005-2009 Perkembangan terhadap komponen pasiva lainnya yaitu kewajiban pada bank lain dapat dilihat pada Gambar 24. Hasil analisis tren menunjukkan bahwa perkembangan kewajiban pada bank lain pada BPRS Amanah Ummah jauh lebih tinggi daripada perkembangan kewajiban pada bank lain pada rata-rata industri. Pada tahun 2009 jumlah kewajiban pada bank lain pada perusahaan mencapai 5.284,30 persen dari tahun dasar, sedangkan jumlah kewajiban pada bank lain
pada industri hanya 951,39 persen dari tahun dasar. Hal ini terjadi terutama disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah deposito pada perusahaan yang sangat besar, yang pada tahun 2009 mencapai jumlah 51.526.78 persen dari tahun dasar. 4.7.2. Perkembangan Laporan Laba Rugi Analisis tren terhadap laporan laba rugi perusahaan dilakukan pada komponen-komponen yang digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (laba). Komponen-komponen tersebut antara lain jumlah pendapatan operasional, jumlah beban operasional, dan laba sesudah pajak penghasilan badan. a. Pendapatan Operasional
300 263,28
Tren (%)
250
214,72 207,75 170,60 162,12
200 150 100
100
139,81 125,78 111,79
BPRS Amanah Ummah Rata-rata Industri
50 0 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 25. Perbandingan analisis tren pendapatan operasional PT BPRS Amanah Ummah dan Rata-rata Industri Periode 2005-2009 Hasil analisis tren menunjukkan bahwa perkembangan pendapatan operasional pada rata-rata industri lebih baik daripada perkembangan pendapatan operasional pada perusahaan (Gambar 25). Hal ini berarti peningkatan pendapatan operasional pada perusahaan dalam lima tahun terakhir ini masih belum maksimal karena masih di bawah perkembangan pendapatan operasional rata-rata industri.
b. Beban Operasional 300 277,29
Tren (%)
250
234,55
200
201,86 158,14
180,80 150
146,31
100
109,88
100
BPRS Amanah Ummah Rata-rata Industri
124,86
50 0 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 26. Perbandingan analisis tren beban operasional PT BPRS Amanah Ummah dan Rata-rata Industri Periode 2005-2009 Hasil analisis tren menunjukkan bahwa perkembangan beban operasional pada rata-rata industri lebih tinggi daripada perkembangan beban operasional pada perusahaan (Gambar 26). Hal ini berarti bahwa perusahaan telah berhasil menekan beban operasionalnya. Sehingga peningkatan beban operasional perusahaan lebih rendah daripada peningkatan beban operasional pada rata-rata industri b. Laba Sesudah Pajak Penghasilan Badan 250
236,28 220,28
200 Tren (%)
180,35 150 100
100
133,06 131,85 110,90 131,13
BPRS Amanah Ummah 126,79
Rata-rata Industri
50 0 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 27. Perbandingan analisis tren laba sesudah pajak pada PT BPRS Amanah Ummah dan Rata-rata Industri Periode 2005-2009 Hasil analisis tren menunjukkan bahwa perkembangan laba sesudah pajak pada PT BPRS Amanah Ummah lebih tinggi daripada perkembangan laba sesudah pajak pada rata-rata industri (Gambar 27). Hal ini menunjukkan bahwa
perkembangan laba perusahaan dalam lima tahun terakhir ini sangat baik. Dikarenakan secara umum perkembangan laba sesudah pajak pada perusahaan masih lebih baik daripada peningkatan laba pada rata-rata industri. 4.8.
Perbandingan Persentase Per Komponen Laporan Keuangan PT BPRS Amanah Ummah dan Industri BPRS Analisis persentase per komponen atau yang biasa dikenal dengan analisis vertikal, digunakan untuk melihat proporsi keuangan perusahaan. Melalui analisis ini dapat diketahui proporsi investasi pada masing-masing aktiva, struktur permodalan serta komposisi biaya dalam hubungannya dengan pendapatan perusahaan.
Selain
untuk
mengetahui
perkembangan
kondisi
keuangan
perusahaan dari tahun ke tahun, analisis persentase per komponen juga dapat digunakan untuk membandingkan kondisi tersebut dengan perkembangan kondisi dari industri di mana perusahaan tersebut berada. 4.8.1. Perbandingan Proporsi Neraca Perbandingan analisis persentase per komponen terhadap laporan neraca dilakukan dengan membandingkan total aktiva dengan komponen-komponen yang digunakan di dalam perhitungan analisis rasio. Komponen-komponen tersebut diantaranya adalah aktiva produktif, pembiayaan, penempatan pada bank lain, dana pihak ketiga dan kewajiban pada bank lain. a. Aktiva Produktif Hasil
analisis
persentase
per
komponen
menunjukkan
bahwa
perkembangan proporsi aktiva produktif terhadap total aktiva pada perusahaan lebih tinggi daripada proporsi aktiva produktif pada rata-rata industri (Gambar 28). Proporsi investasi perusahaan pada aktiva produktif selalu lebih tinggi dari proporsi investasi aktiva produktif pada rata-rata industri dalam lima tahun terakhir. Hal ini dapat diartikan bahwa perusahaan lebih banyak mengalokasikan sumber dayanya untuk aktiva produktif.
98,00
97,12
Proporsi (%)
96,00 94,00
95,84 93,43 92,38
92,00 90,00 88,00
96,29 95,37 93,94 93,83
88,80
BPRS Amanah Ummah Rata-rata Industri
89,36
86,00 84,00 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 28. Perbandingan analisis persentase per komponen aktiva produktif PT BPRS Amanah Ummah dan Rata-rata Industri Periode 2005-2009 b. Pembiayaan Hasil
analisis
persentase
per
komponen
menunjukkan
bahwa
perkembangan proporsi pembiayaan pada perusahaan dan rata-rata industri berfluktuasi (Gambar 29). Namun secara rata-rata proporsi pembiayaan pada ratarata industri sedikit lebih tinggi dari proporsi pembiayaan pada perusahaan, dengan perbandingan 72,42 persen dan 72,20 persen terhadap total aktiva. Hal ini sebagai akibat hasil dari analisis tren bahwa perkembangan pembiayaan pada ratarata industri lebih baik daripada perkembangan pembiayaan pada perusahaan. 78,00
77,27
Proporsi (%)
76,00 74,00 72,00
74,72 73,25 71,27
74,21
70,81
70,00
74,65
70,43
Rata-rata Industri
68,69 67,79
68,00
BPRS Amanah Ummah
66,00 64,00 62,00 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 29. Perbandingan analisis persentase per komponen pembiayaan PT BPRS Amanah Ummah dan Rata-rata Industri Periode 2005-2009
c. Penempatan Pada Bank Lain 30,00 28,05
Proporsi (%)
25,00 20,00
18,71 17,52
20,67
26,32
25,85
19,73 19,18 19,13 18,11
15,00
BPRS Am anah Um mah
10,00
Rata-rata Industri
5,00 0,00 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 30. Perbandingan analisis persentase per komponen penempatan pada bank lain pada PT BPRS Amanah Ummah dan Rata-rata Industri Periode 20052009 Hasil
analisis
persentase
per
komponen
menunjukkan
bahwa
perkembangan proporsi penempatan pada bank lain pada perusahaan selalu lebih tinggi daripada perkembangan proporsi penempatan pada bank lain pada rata-rata industri (Gambar 30), kecuali tahun 2008. Hal ini dapat diartikan bahwa perusahaan kesulitan untuk menyalurkan dananya, sehingga lebih banyak mengalokasikan dananya untuk ditempatkan pada bank lain agar terhindar dari resiko yang lebih besar. Hal tersebut juga semakin mempertegas hasil dari analisis tren yang menunjukkan perkembangan penempatan pada bank lain pada perusahaan lebih tinggi daripada perkembangan rata-rata industri. d. Aktiva Tetap Hasil
analisis
persentase
per
komponen
menunjukkan
bahwa
perkembangan proporsi aktiva tetap pada perusahaan dalam dua tahun terakhir lebih tinggi daripada proporsi aktiva tetap pada rata-rata industri (Gambar 31). Hal ini juga sesuai dengan hasil analisis tren yang menunjukkan hal yang sama, yaitu perkembangan aktiva tetap yang lebih tinggi dalam dua tahun terakhir daripada rata-rata industri. Penyebabnya adalah pada tahun 2008 perusahaan telah membuka kantor cabang di kota Bogor.
3,50 3,00
Proporsi (%)
2,50
2,26 2,19
2,00
BPRS Amanah Ummah Rata-rata industri
1,50 1,00 0,50 0,00 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 31. Perbandingan analisis persentase per komponen aktiva tetap pada PT BPRS Amanah Ummah dan Rata-rata Industri Periode 2005-2009
Proporsi (%)
e. Dana Pihak Ketiga (DPK) 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00
88,29 85,64 87,51
58,23
86,23
58,16 59,04 57,63
86,97 58,83 BPRS Amanah Ummah Rata-rata Industri
2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 32. Perbandingan analisis persentase per komponen dana pihak ketiga (DPK) pada PT BPRS Amanah Ummah dan Rata-rata Industri Periode 20052009 Hasil
analisis
persentase
per
komponen
menunjukkan
bahwa
perkembangan proporsi dana pihak ketiga pada perusahaan lebih tinggi daripada perkembangan proporsi dana pihak ketiga pada rata-rata industri (Gambar 32). Hal ini dapat diartikan bahwa perusahaan sangat mengandalkan sumber dananya dari dana pihak ketiga. Rata-rata proporsi dana pihak ketiga pada perusahaan
dalam lima tahun terakhir sebesar 86,93 persen. Sedangkan rata-rata proporsi DPK pada rata-rata industri dalam lima tahun terakhir hanya sebesar 58,38 persen. f. Kewajiban Pada Bank Lain 18,00 16,03
Proporsi (%)
16,00 14,00 12,00
10,89
10,00 8,00 6,00
BPRS Amanah Ummah Rata-rata Industri
6,34
4,00 2,00 0,00
16,61
14,46
0,07 2005
1,47 1,01 0,02 2007 2008 2009
1,28
2006
Tahun
Gambar 33. Perbandingan analisis persentase per komponen kewajiban pada bank lain pada PT BPRS Amanah Ummah dan Rata-rata Industri Periode 20052009 Hasil
analisis
persentase
per
komponen
menunjukkan
bahwa
perkembangan proporsi kewajiban pada bank lain pada rata-rata industri lebih tinggi daripada perkembangan proporsi kewajiban pada bank lain pada perusahaan (Gambar 33). Hal ini menunjukkan lebih bervariatifnya sumber dana yang bisa diperoleh rata-rata industri selain dari DPK. 4.8.2. Perbandingan Proporsi Laporan Laba Rugi Perbandingan proporsi laporan laba rugi perusahaan dilakukan dengan membandingkan pendapatan operasional dengan komponen-komponen yang digunakan
untuk
melihat
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan
keuntungan (laba). Komponen-komponen tersebut antara lain jumlah beban operasional, dan laba sesudah pajak penghasilan badan.
a. Beban Operasional 88,00
87,19
Proporsi (%)
86,00 84,00
83,53
84,59
84,06 BPRS Amanah Ummah
82,00 80,00
80,38 79,82
79,01
79,80 78,41
78,00
Rata-rata Industri 78,10
76,00 74,00 72,00 2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 34. Perbandingan analisis persentase per komponen beban operasional pada PT BPRS Amanah Ummah dan Rata-rata Industri Periode 2005-2009 Analisis persentase per komponen dilakukan dengan membandingkan beban operasional dengan pendapatan operasional. Hasil perkembangan analisis persentase per komponen menunjukkan bahwa perkembangan proporsi beban operasional pada perusahaan lebih rendah daripada perkembangan proporsi beban operasional pada rata-rata industri (Gambar 34). Hal ini berarti perusahaan lebih dapat menekan jumlah beban operasionalnya dan menjalankan usahanya dengan lebih efisien. Hal ini juga sejalan dengan hasil analisis tren yang menunjukkan bahwa perkembangan beban operasional pada rata-rata industri lebih tinggi daripada perkembangan beban operasional pada perusahaan. b. Laba Sesudah Pajak 18,00
Proporsi (%)
16,00 14,00 12,00
15,43 16,13 15,22 15,56 14,47 13,68 12,91 12,24 11,86
10,00 8,00
9,11
BPRS Amanah Ummah Rata-rata Industri
6,00 4,00 2,00 0,00 2005
2006
2007 2008
2009
Tahun
Gambar 35. Perbandingan analisis persentase per komponen laba sesudah pajak pada PT BPRS Amanah Ummah dan Rata-rata Industri Periode 2005-2009
Analisis persentase per komponen dilakukan dengan membandingkan laba sesudah pajak dengan pendapatan operasional. Hasil analisis persentase per komponen menunjukkan bahwa perkembangan proporsi laba sesudah pajak pada perusahaan lebih tinggi daripada perkembangan proporsi laba sesudah pajak pada rata-rata industri (Gambar 35). Hal ini dikarenakan perusahaan lebih dapat menekan jumlah beban operasionalnya, sehingga proporsinya terhadap jumlah pendapatan operasional menurun. Hal ini secara otomatis akan meningkatkan proporsi dari laba sesudah pajak. Dalam lima tahun terakhir ini rata-rata proporsi laba sesudah pajak pada perusahaan sebesar 15,01 persen. Sedangkan proporsi laba sesudah pajak pada rata-rata industri adalah sebesar 12,31 persen. Hal ini juga sejalan dengan hasil analisis tren yang menunjukkan laba sesudah pajak pada perusahaan mengalami peningkatan lebih tinggi daripada laba setelah pajak pada rata-rata industri.