22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Inventarisasi Tahap inventarisasi merupakan tahap yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang mendukung dan dibutuhkan pada perencanaan jalur hijau jalan ini. Berdasarkan hasil survei, secara umum peta inventarisasi lokasi studi disajikan dalam tujuh segmen yang dapat dilihat pada Gambar 16, Gambar 17, Gambar 18, Gambar 19, Gambar 20, Gambar 21 dan Gambar 22.
4.1.1 Kondisi Umum Kabupaten Banjarnegara adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, dengan ibukota kabupaten adalah Banjarnegara. Secara geografis Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7° 12' LS - 7° 31' LS dan 109° 20' 10” BT - 109° 45' 50" BT. Luas wilayah Kabupaten Banjarnegara secara keseluruhan adalah 106.970,997 ha atau 3,29 % dari luas seluruh wilayah Provinsi Jawa Tengah (3,25 juta Ha). Secara administrasi, kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang di sebelah utara, Kabupaten Wonosobo di sebelah timur, Kabupaten Kebumen di sebelah selatan, serta berbatasan dengan Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Purbalingga di sebelah barat. Lokasi studi perencanaan jalan yang dilakukan berada pada ibukota kabupaten yaitu pada Kecamatan Banjarnegara yang memiliki batas administrasi sebagai berikut, sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Madukara dan Wanadadi, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sigaluh, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Pagedongan, serta sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Pagedongan dan Bawang. Kecamatan Banjarnegara merupakan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu 2.306 orang per km2 dibandingkan dengan kecamatan lainnya, berdasarkan data yang terdapat di Bappeda Banjarnegara tahun 2008.
23
4.1.2 Iklim Pengamatan iklim di Kota Banjarnegara dilakukan berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Banjarnegara dari bulan Maret hingga Desember tahun 2009, suhu udara rata-rata Kabupaten Banjarnegara adalah sebesar 24,8 °C dengan suhu terendah 18,2°C terjadi pada bulan Agustus dan suhu tertinggi 33 °C terjadi pada bulan Maret. Grafik suhu rata-rata bulanan di Kabupaten Banjarnegara bulan Maret hingga Desember tahun 2009 dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Grafik suhu udara rata-rata bulanan di Kab. Banjarnegara bulan Maret - Desember tahun 2009. Hal ini dipengaruhi oleh letak Kabupaten Banjarnegara yang tergolong dataran tinggi, yaitu 44-1.633 meter di atas permukaan laut (mdpl). Jalan kota yang menjadi lokasi studi memiliki ketinggian 289 mdpl. Kelembaban udara rata-rata di Banjarnegara selama bulan Maret hingga Desember 2009 tercatat 83% dan kecepatan angin rata-rata selama tiga bulan terakhir sebesar 5,5 knot. Grafik kelembaban rata-rata di Kabupaten Banjarnegara bulan Maret hingga Desember tahun 2009 dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Grafik kelembaban udara rata-rata di Kab. Banjarnegara bulan Maret - Desember tahun 2009.
24
Berdasarkan data curah hujan di Kabupaten Banjarnegara antara tahun 2005-2009 menunjukkan jumlah curah hujan tahunan sebesar 3.718 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata 15 hari/bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli hingga September. Hari hujan merupakan banyaknya jumlah hari dalam satu bulan yang terjadi hujan. Grafik jumlah curah hujan dan hari hujan rata-rata Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.
Gambar 5 Grafik curah hujan rata-rata di Kab. Banjarnegara tahun 2005-2009.
Gambar 6 Grafik hari hujan rata-rata di Kab. Banjarnegara tahun 2005-2009.
4.1.3 Jenis Tanah dan Topografi Berdasarkan data Bappeda Kabupaten Banjarnegara tahun 2008, diketahui bahwa jenis tanah pada lokasi studi adalah tanah latosol. Tanah latosol yaitu tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminium. Warna tanahnya merah hingga kuning dan mempunyai sifat cepat mengeras bila tersingkap atau berada di udara terbuka disebut tanah laterit. Dudal dan Soepraptohardjo (1960) dalam Rachim dan Suwardi (2002) menyatakan pada umumnya jenis tanah latosol di Pulau Jawa mempunyai solum yang dalam dan
25
terlapuk dengan kuat, tidak menunjukkan perbedaan horizon yang nyata, bahan induk mencapai kedalaman yang beragam antara 2 dan 4 meter, mempunyai tekstur sedang sampai berat, stabilitas agregat yang tinggi, bobot isi sedang, nisbah debu terhadap liat rendah, permeabel dan gembur. Kapasitas tukar kation 10-25 me/100 gr tanah, kejenuhan basa 15–50% dan mempunyai pH 4,5 – 6,0. Wilayah Kabupaten Banjarnegara terletak pada jalur pegunungan di bagian tengah Jawa Tengah sebelah barat yang membujur dari arah barat ke timur. Jika ditinjau dari ketinggiannya, Kabupaten Banjarnegara sebagian besar berada pada ketinggian 100-500 meter di atas permukaan laut (mdpl) sebesar 37,04%, kemudian antara 500-1000 mdpl sebesar 28,74%, lebih besar dari 1000 mdpl sebesar 24,4% dan sebagian kecil terletak kurang dari 100 mdpl sebesar 9,82%. Jalan yang menjadi lokasi studi berada di Kota Banjarnegara memiliki ketinggian 289 mdpl. Berdasarkan bentuk tata alam dan penyebaran geografisnya, Kabupaten Banjarnegara dapat digolongkan dalam tiga bagian: a. bagian utara, terdiri dari daerah pegunungan dengan relief bergelombang dan curam. b. bagian tengah, terdiri dari wilayah dengan bentuk relief yang datar. c. bagian selatan, terdiri dari wilayah dengan relief yang curam. Dilihat dari lokasi keberadaan Kota Banjarnegara yang terletak di tengah Kabupaten Banjarnegara, maka berdasarkan data bentuk tata alam di atas dapat diketahui bahwa jalan Kota Banjarnegara yang menjadi lokasi studi memiliki bentuk relief permukaan yang datar. Berdasarkan informasi dari budayawan Banjarnegara menyatakan bahwa lanskap Kota Banjarnegara pada jaman dahulu adalah kawasan perbukitan yang memiliki kontur sangat beragam. Kemudian banyak dilakukan grading atau perataan untuk dijadikan sebuah pemukiman, khususnya yang saat ini menjadi Kota Banjarnegara, sehingga pada bagian Kota Banjarnegara saat ini konturnya cenderung datar. Hal ini menjadikan Kota Banjarnegara dikelilingi oleh bukit-bukit yang masih dipertahankan eksistingnya hingga saat ini.
26
(a)
(b)
Gambar 7 Pemandangan wilayah perbukitan di Kabupaten Banjarnegara (a) di sebelah utara Jl. Letjen. Soeprapto (b) di sebelah selatan Jl. Letjen. Soeprapto.
4.1.4 Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di lokasi studi dibedakan menjadi kawasan terbangun dan kawasan tidak terbangun. Penggunaan lahan untuk kawasan terbangun antara lain bangunan perkantoran, pemukiman, pendidikan, industri, fasilitas umum, perdagangan, dan jasa. Berdasarkan pengamatan, aktivitas perdagangan dan jasa merupakan aktivitas yang paling dominan di keempat segmen jalan. Penggunaan lahan pada kawasan tidak terbangun antara lain sebagai pengembangan pertanian/perkebunan dan ruang terbuka hijau. Bentuk dari ruang terbuka hijau bermacam-macam, seperti taman, alun-alun, makam atau lapangan. Gambar 8 dan 9 menunjukan kondisi eksisting penggunaan lahan di lokasi dan tata guna lahan sesuai RTRDK, sedangkan Gambar 10 merupakan dokumentasi hasil inventarisasi lapang. Pada Jalan Tentara Pelajar terdapat area industri, pemukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa serta ruang terbuka hijau berupa taman kota, lapangan maupun kebun campuran. Industri pada Jalan Tentara Pelajar berupa pengolahan kayu dan keberadaannya turut menyumbang polusi pada lingkungan. Jalan ini didominasi oleh area pemukiman. Pada jalan S. Parman terdiri dari area pemukiman, perdagangan dan jasa, perkantoran serta ruang terbuka hijau berupa taman kota, kebun campuran dan makam. Penggunaan lahan sekitar pada Jalan S. Parman didominasi oleh area perdagangan dan jasa karena disekitar jalan ini terdapat pasar induk, pasar tradisional, swalayan dan pertokoan.
27
28
29
Pada Jalan Pemuda, kawasan ini didominasi oleh area perkantoran, pendidikan, perdagangan dan jasa. Ruang terbuka hijau yang terdapat di Jalan Pemuda berupa alun-alun kota. Penggunaan lahan pada Jalan pemuda didominasi oleh area perkantoran terutama kantor pemerintahan dan dinas karena Jalan Pemuda merupakan jalan yang berada di pusat kota. Pada Jalan Letjen. Soeprapto yang merupakan jalan kota yang berada di bagian paling barat kota, kawasan ini terdiri dari area pemukiman, pendidikan, perkantoran, ruang terbuka hijau, perdagangan dan jasa. Pada jalan ini jumlah ruang terbuka hijau masih cukup banyak yaitu berupa lahan pertanian.
(a)
(b)
(c)
Gambar 10 Penggunaan lahan di sekitar tapak (a) pemukiman, (b) perdagangan, (c) pertanian. 4.1.5 Ciri Khas Banjarnegara Setiap daerah memiliki sesuatu yang menjadi ciri khas bagi daerahnya. Berdasarkan hasil studi di lapang dapat diketahui adanya beberapa hal yang menjadi ciri khas bagi Banjarnegara baik dari segi sosial dan budaya atau segi vegetasi dan satwa. Segi vegetasi dan satwa, Banjarnegara memiliki ciri khas yaitu salak pondoh sebagai tanaman produksi dengan kualitas dan kuantitas yang baik, pohon cempaka/kantil (Michelia champaca Linn) dan burung kepodang (Oriolus chinensis). Selain pohon cempaka, di Banjarnegara juga ditanami dengan pohon tanjung (Mimusoph elengi). Kedua tanaman ini pada awalnya dipilih karena merupakan tanaman peneduh yang memiliki aroma wangi yang ditanam di sepanjang Jalan Dipayuda yang merupakan jalan menuju Kademangan Banjarnegara pada masa lalu dan saat ini menjadi pendopo sekaligus rumah
ERROR: stackunderflow OFFENDING COMMAND: ~ STACK: