28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Abu Terbang dan Bahan Humat pada Pertumbuhan Tanaman Sengon Hasil analisis ragam menunjukkan adanya interaksi pengaruh antara abu terbang dan bahan humat pada peningkatan tinggi tanaman dan bobot basah daun sengon. Rata-rata peningkatan tinggi tanaman dan bobot basah daun sengon tersebut disajikan pada Gambar 2 dan Gambar 3 . Gambar 2 menunjukkan peningkatan tinggi tanaman dari yang tertinggi hingga terendah adalah pada perlakuan F2H2, F2H1, F1H1, F2H0, F1H2, F0H2, F0H1, F1H0, dan F0H0. Pada perlakuan tanpa abu terbang (F0H0, F0H1, dan F0H2), dan perlakuan abu terbang dengan dosis 80 ton/ha (F2H0, F2H1, dan F2H2), penambahan bahan humat meningkatkan tinggi tanaman sengon, sedangkan pada perlakuan abu terbang dengan dosis 40 ton/ha (F1H0, F1H1, dan F1H2), penambahan bahan humat meningkatkan tinggi tanaman sengon dibandingkan perlakuan yang tidak diberi bahan humat (F1H0).
Peningkatan Tinggi Tanaman (cm)
60,00 51,98 50,00
45,12 42,38
40,02 40,00
33,00
32,64
35,64
30,00 21,86
22,02
F0H0
F1H0
20,00 10,00 0,00 F2H0
F0H1
F1H1
F2H1
F0H2
F1H2 F2H2 Perlakuan
Gambar 2. Pengaruh Bahan Amelioran terhadap Peningkatan Tinggi Tanaman Keterangan : F0, F1, F2 = dosis abu terbang 0, 40, 80 ton/ha H0, H1, H2 = dosis bahan humat 0, 15, 30 l/ha
Pada perlakuan tanpa bahan humat (F0H0, F1H0, dan F2H0), bahan humat dosis 15 l/ha (F0H1, F1H1, dan F2H1), serta perlakuan dengan bahan
28
humat dosis 30 l/ha (F0H2, F1H2, dan F2H2), penambahan abu terbang hingga dosis 80 ton/ha (F2) dapat meningkatkan tinggi tanaman sengon. Pengaruh perlakuan pada bobot basah daun sejalan dengan peningkatan tinggi tanaman (Gambar 2) dan disajikan pada Gambar 3. Pada Gambar 3 menunjukkan bahwa bobot basah daun sengon yang tertinggi hingga terendah adalah perlakuan F2H2, F2H0, F1H2, F1H1, F0H1, F0H0, F0H2, F1H0, dan F2H1. Perlakuan tanpa abu terbang (F0H0, F0H1, dan F0H2), penambahan bahan humat H1 dapat meningkatkan bobot basah daun sengon, namun menurun pada dosis H2. Pada perlakuan abu terbang dengan dosis 40 ton/ha (F1H0, F1H1, dan F1H2), penambahan bahan humat hingga dosis 30 l/ha (H2) dapat meningkatkan bobot basah daun sengon.
Kemudian perlakuan abu
terbang dengan dosis 80 ton/ha (F2H0, F2H1, dan F2H2), penambahan bahan humat dosis H2 (30 l/ha) dapat meningkatkan bobot basah daun sengon, namun menurun saat penambahan bahan humat dosis H1. 25,00 22,60 21,20 20,09 20,00
Bobot Basah Daun (g)
16,56 15,00
16,98
14,75
13,69
13,52 10,79
10,00
5,00
0,00 F0H0
F1H0
F2H0
F0H1
F1H1
F2H1
F0H2
F1H2 F2H2 Perlakuan
Gambar 3. Pengaruh Bahan Amelioran terhadap Bobot Basah Daun Keterangan :
F0, F1, F2 = dosis abu terbang 0, 40, 80 ton/ha H0, H1, H2 = dosis bahan humat 0, 15, 30 l/ha
Pada perlakuan tanpa bahan humat (F0H0, F1H0, dan F2H0), penambahan abu terbang dosis F2 (30 l/ha) dapat meningkatkan bobot basah daun sengon, namun menurun saat penambahan abu terbang dosis F1 (40 ton/ha). Kemudian pada perlakuan bahan humat dosis 15 l/ha (F0H1, F1H1,
28
dan F2H1), penambahan abu terbang dosis F1 (40 ton/ha) dapat meningkatkan bobot basah daun sengon, namun menurun saat penambahan abu terbang dosis F2 (80 ton/ha). Pada perlakuan dengan bahan humat humat dosis 30 l/ha (F0H2, F1H2, dan F2H2), penambahan abu terbang hingga dosis 80 ton/ha (F2) dapat meningkatkan bobot basah daun sengon. Peningkatan tinggi tanaman dan bobot basah daun ini disebabkan oleh kandungan abu terbang dan bahan humat dapat menyuplai hara-hara bagi pertumbuhan vegetatif tanaman sengon dan hasil ini ditunjang oleh serapan N dan Mg yang meningkat pada perlakuan tersebut (Tabel 5 dan 6).
4.2. Pengaruh Abu Terbang dan Bahan Humat pada Kadar Hara N, P, K, Ca, dan Mg Daun Sengon Hasil analisis ragam menunjukkan terdapat interaksi pengaruh kombinasi bahan humat dan abu terbang pada kadar unsur nitrogen di daun sengon, dan hasil uji lanjutnya disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh Abu Terbang dan Bahan Humat pada Kadar Hara Nitrogen Daun Sengon (%) F(Abu Terbang)
F0
H (Bahan Humat)
F1
F2
H0
2,43cd
2,57bc
2,86b
H1
2,10de
2,05de
1,99e
H2
2,69bc
2,40cde
3,43a
Ket. Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT (taraf α=5%). F0, F1, F2 = Abu terbang dengan dosis 0, 40, 80 ton/ha. H0, H1, H2 = Bahan Humat dengan dosis 0, 15, 30 l/ha.
Pada perlakuan tanpa abu terbang (F0) dan dosis 80 ton/ha (F2), peningkatan dosis bahan humat pada H2 (30 l/ha) dapat meningkatkan kadar N daun sengon, namun pada perlakuan dosis 15 l/ha (H1) terjadi penurunan N daun sengon.
Pada perlakuan abu terbang dengan dosis 40 ton/ha (F1),
penambahan bahan humat sampai H2 (30 l/ha) menurunkan kadar N pada
daun tanaman. Pengaruh peningkatan kadar N pada F0 dan F2 dengan penambahan bahan humat pada dosis 30 L/ha (H2) disebabkan bahan humat mempunyai
28
kandungan C, N dan S yang lebih tinggi daripada dosis H1. Kadar N asam humat berkisar antara 2-5 % (Tan, 1993). Pada perlakuan tanpa bahan humat (H0) dan dosis bahan humat 30l/ha (H2), penambahan abu terbang sampai dengan dosis 80 ton/ha (F2) dapat meningkatkan kadar N daun sengon, sedangkan pada perlakuan bahan humat dengan dosis 15 l/ha (H1), penambahan abu terbang sampai F2 (80 ton/ha) cenderung menurunkan kadar N daun sengon. Hasil analisis ragam menunjukkan tidak ada interaksi antara bahan humat dan abu terbang terhadap parameter kadar hara P, K, Ca dan Mg daun sengon, tetapi parameter kadar Mg tanah nyata dipengaruhi oleh abu terbang dan hasil analisis lanjutan rata-rata pada percobaan tersebut disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Pengaruh Abu Terbang dan Bahan Humat terhadap Kadar P, K, Ca, dan Mg pada Daun Sengon Dosis Bahan Amelioran Abu Terbang (g/10kg)
Bahan Humat (ml/10kg)
P
K
Ca
Mg
Perlakuan ----------------------------(%)--------------------------F0
0,24
1,85b
0,42
0,14b
F1
0,25
1,94b
0,46
0,23a
F2
0,29
2,20a
0,36
0,25a
H0
0,28
2,02
0,45
0,17
H1
0,25
1,97
0,37
0,25
H2
0,26
2,00
0,42
0,21
Ket. Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT (taraf α=5%). F0, F1, F2 = Abu terbang dengan dosis 0, 40, 80 ton/ha. H0, H1, H2 = Bahan Humat dengan dosis 0, 15, 30 l/ha.
Berdasarkan hasil analisis ragam bahan humat tidak berpengaruh pada kadar P, K, Ca dan Mg daun sengon seiring dengan meningkatnya pemberian dosis bahan humat, namun aplikasi abu terbang nyata meningkatkan kadar hara K dan Mg daun, serta cenderung meningkatkan kadar P daun sengon pada dosis 80 ton/ha (F2). Peningkatan ini diduga disebabkan karena meningkatnya kadar-kadar hara tersebut yang ada di dalam tanah (Tabel 7).
28
4.3. Pengaruh Abu Terbang dan Bahan Humat pada Serapan Hara N, P, K, Ca, dan Mg Daun Sengon Hasil analisis ragam menunjukkan terdapat interaksi pengaruh
kombinasi bahan humat dan abu terbang pada serapan N daun sengon, dan hasil uji lanjutnya disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Pengaruh Abu Terbang dan Bahan Humat terhadap Serapan Nitrogen Daun Sengon (gram/tanaman) F(Abu Terbang)
F0
H (Bahan Humat)
F1
F2
H0
13,42bcd
13,40bcd
20,20ab
H1
13,20bcd
10,86cd
8,00d
H2
14,25bcd
17,42bc
25,37a
Ket. Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT (taraf α=5%). F0, F1, F2 = Abu terbang dengan dosis 0, 40, 80 ton/ha. H0, H1, H2 = Bahan Humat dengan dosis 0, 15, 30 l/ha.
Pada perlakuan abu terbang (F0, F1, dan F2), penambahan dosis bahan
humat sampai H2 (30 l/ha) menghasilkan kadar N daun sengon tidak berbeda, namun cenderung meningkat, sedangkan pada perlakuan F1 dan F2, pengaruh dosis bahan humat H1 cenderung menurunkan serapan N daun sengon. Pada perlakuan tanpa bahan humat (H0), penambahan abu terbang sampai dengan dosis 80 ton/ha (F2) dapat meningkatkan kadar N daun sengon, namun perlakuan bahan humat dengan dosis 15 l/ha (H1), penambahan abu terbang sampai F2 (80 ton/ha) menurunkan kadar N daun sengon, sedangkan
pada perlakuan bahan humat dengan dosis 30 l/ha (H2), penambahan abu terbang sampai dosis 80 ton/ha (F2) nyata dapat meningkatkan kadar N daun
sengon. Hasil analisis lanjutan pengaruh abu terbang dan bahan humat terhadap
serapan unsur P, K, Ca, dan Mg daun sengon ditunjukkan pada Tabel 6. Berdasarkan hasil analisis ragam aplikasi aplikasi abu terbang nyata meningkatkan serapan Mg daun, serta cenderung meningkatkan serapan P dan K daun sengon pada dosis 80 ton/ha (F2). Peningkatan serapan Mg, P dan K disebabkan oleh abu terbang memiliki kandungan hara-hara tersebut sesuai dengan analisis abu terbang pada Tabel Lampiran 2.
28
Selanjutnya penambahan bahan humat pada dosis 30 l/ha (H2) menyebabkan peningkatan serapan P, K, Ca dan Mg, sedangkan pemberian bahan humat dosis 15 l/ha (H1) cenderung menurunkan serapan P, K, dan Ca daripada perlakuan tanpa bahan humat (H0). Tabel 6. Pengaruh Abu Terbang dan Bahan Humat terhadap Serapan P, K, Ca, Mg
pada Daun Sengon Dosis Bahan Amelioran
P
K
Ca
Mg
-----------------------(g/tanaman)------------------
Abu Terbang (g/10kg)
Bahan Humat (ml/10kg)
Perlakuan F0
1,36
10,29
2,41
1,30ab
F1
1,46
11,31
2,86
0,81b
F2
1,85
13,79
2,16
1,50a
H0
1,65
12,09
2,66
0,92
H1
1,29
9,95
1,92
1,28
H2
1,73
13,34
2,85
1,40
Ket. Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT (taraf α=5%). F0, F1, F2 = Abu terbang dengan dosis 0, 40, 80 ton/ha. H0, H1, H2 = Bahan Humat dengan dosis 0, 15, 30 l/ha.
4.4. Pengaruh Abu Terbang dan Bahan Humat terhadap Parameter pH, COrganik, N, P, K, Na, Ca, Mg, Al, H, KTK, dan KB Tanah Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara abu terbang dan bahan humat terhadap parameter tanah yang diukur, tetapi pada parameter pH, C-organik, N-total, K-dd, Na-dd, Ca-dd, dan KB tanah nyata dipengaruhi oleh abu terbang, sedangkan kadar P-tersedia dan Ca-dd tanah nyata dipengaruhi oleh bahan humat. Hasil analisis lanjutan rata-rata masing-masing parameter tersebut disajikan pada Tabel 7. Pemberian abu terbang meningkatkan pH, C-organik, N-total, K-dd, Nadd, Ca-dd, dan KB tanah. Peningkatan pH, dan kandungan hara tanah tersebut diduga disebabkan oleh abu terbang memiliki pH alkalin (pH = 7,40) dan mengandung N dan basa-basa seperti: K, Na, Ca, dan Mg sesuai dengan Tabel Lampiran 2.
Peningkatan pH ini sejalan dengan percobaan yang dilakukan
Ramadina (2003) yang menyatakan penambahan abu terbang pada perlakuan P4 (125 g abu terbang/kg tanah) dapat meningkatkan pH tanah bila dibandingkan dengan perlakuan P0 (tanpa perlakuan abu terbang) yaitu dari 3,60 menjadi 6,67.
28
Inthasan et. al., (2002) menunjukkan bahwa pemberian abu terbang dapat meningkatkan konsentrasi K, Na, dan Ca dapat dipertukarkan dalam tanah. Kejenuhan basa (KB) tanah juga meningkat karena adanya sumbangan basa-basa dari abu terbang yang ditunjukkan dengan meningkatnya kation-kation yang dapat dipertukarkan (Ca-dd, Mg-dd, K-dd, Na-dd) dalam tanah (Tabel 7). Kation-kation basa yang dijerap dalam kompleks jerapan tanah dapat dilepaskan dalam larutan tanah dan bila bereaksi dengan tanah dapat memberikan suasana basa. Hal tersebut mengakibatkan pH tanah meningkat akibat pengaruh abu terbang, namun pH tanah pengaruh bahan humat tidak berpengaruh nyata, meskipun demikian ada kecenderungan meningkat. Tabel 7 juga menunjukkan bahwa parameter P-tersedia dan Ca-dd nyata meningkat oleh aplikasi bahan humat pada perlakuan H2. Selain itu, aplikasi bahan humat cenderung meningkatkan pH, C-Organik, Na-dd, Mg-dd, KTK, dan KB tanah pada perlakuan H2, serta cenderung menurunkan Al-dd pada tanah yang diberi perlakuan bahan humat pada dosis 30 l/ha (H2). Parameter P-tersedia nyata ditingkatkan oleh bahan humat diduga berhubungan dengan meningkatnya pH tanah dan kecenderungan menurunnya kadar Al dalam tanah akibat penambahan bahan humat karena asam-asam organik dari
bahan humat mampu mengikat unsur Al dan atau Fe sebagai senyawa
kompleks atau terkhelat, sehingga P yang terikat oleh Al dan atau Fe dapat tersedia. Peningkatan kadar P-tersedia disebabkan oleh ikatan kompleks yang terjadi antara asam-asam organik dari humat dengan Fe dan Al merupakan antisipasi terhadap ikatan yang terjadi antara unsur P dengan Al dan Fe, sehingga unsur hara P dapat tersedia di dalam tanah dan dapat diserap oleh tanaman (Tan, 1993).