IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Keadaan Umum 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Kelompok Tani Gemah Parahiyangan Lokasi Usaha Pembenihan yang dijadikan obyek kajian terletak di Kecamatan Cilebar Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat. Sebelum menjadi Kelompok Tani Gemah Parahiyangan yang diorbitkan pada tahun 2009, pengelolaan sudah dimulai pada tahun 1985 dibawah manajemen PT. Cahaya Windu yang berorientasi pada pembesaran udang windu, dengan berjalannya waktu dimana sudah tidak lagi untuk budidaya udang di wilayah pantai utara maka Kelompok Tani Gemah Parahiyangan melakukan usaha perikanan budidaya dengan beralih komoditi yaitu ikan Nila. Unit usaha yang dijadikan obyek kajian adalah Unit usaha yang bergerak di segmentasi pembenihan ikan nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan yang memiliki luas lahan 40.000 m2 yang terdiri dari kolam, bangunan kantor, rumah jaga, dan gudang sarana produksi.
4.1.2 Struktur Organisasi Kelompok Tani Gemah Parahiyangan Struktur organisasi Rakyat Kelompok Tani Gemah Parahiyangan adalah sebagai berikut : Nama Ketua
:
H. Kaswandi
Sekretaris
:
Wawan
Bendahara
:
Euis
Penanggung Jawab Teknis
:
Maman
Penyedia Sarana Produksi
:
Sobana
Penjualan / Pemasaran
:
Yosep
Teknisi / Anggota
:
5 Orang
30
4.2
Analisis Kelayakan Usaha Untuk melihat prospek atau kelayakan usaha yang dilakukan oleh Kelompok Tani Gemah Parahiyangan diperlukan pembahasan yang mencakup aspek-aspek berikut : 4.2.1 Fasilitas Produksi dan Peralatan Pelaksanaan usaha pembenihan ikan nila memerlukan ketersediaan fasilitas dan peralatan yang terbagi menjadi dua bagian yaitu fasilitas utama dan fasilitas pendukung. Fasilitas utama merupakan fasilitas yang secara langsung memberikan dampak terhadap keberhasilan usaha pembenihan sedangkan fasilitas pendukung merupakan fasilitas yang secara tidak langsung memberikan dampak terhadap usaha pembenihan. Fasilitas utama yang terdapat pada Kelompok Tani Gemah Parahiyangan, diantaranya : a. Kolam pemeliharaan induk Kolam pemeliharaan induk yang digunakan merupakan kolam tanah dengan kedalaman berkisar antara 100-125 cm. Untuk induk jantan dan betina dipelihara dalam kolam yang berbeda sehingga memudahkan dalam seleksi induk. Kolam pemeliharaan dan induk terdiri dari beberapa bagian yaitu pematang dengan kemiringan 1:1,5, pintu masuk air dan pintu buang. Untuk memudahkan dalam pengeringan dan pengolahan lahan maka dasar kolam dibuat miring dengan kondisi pada pintu buang lebih dalam daripada pintu masuk. Kemiringan tanah dasar berkisar antara 5-10o. Hal ini memungkinkan air dalam kolam dapat kering total pada saat dilakukan pembuangan air atau pengeringan. b. Kolam pemijahan dan pemeliharaan larva Kolam pemijahan memiliki fungsi ganda yaitu digunakan juga sebagai kolam pemeliharaan larva. Kolam pemijahan dan pemeliharaan larva berukuran lebih besar daripada kolam pemeliharaan induk. Konstruksi dari tanah, hal ini bertujuan memudahkan dalam pelaksanaan panen larva.
31
c. Kolam pendederan 1 dan 2 Kolam pendederan 1 dan 2 merupakan kolam tanah dengan kondisi dan bagian petakan sama dengan kolam pemeliharaan induk yaitu dasar kolam dengan kemiringan 5-10o, pintu masuk dan pintu buang air. d. Tandon air Tandon air disiapkan untuk memenuhi kebutuhan air pada petakan serta sebagai tempat perlakuan sterilisasi awal sebelum air digunakan sebagai media pemeliharaan. e. Saluran masuk air Saluran masuk air terbagi menjadi 2 yaitu saluran primer dan sekunder sehingga memudahkan dalam pengisian serta pembagian air dalam petakan. f. Saluran buang g. Peralatan mekanisasi budidaya : Pompa. Fasilitas pendukung diantaranya bangunan kantor, rumah jaga, alat transportasi, dan lain-lain seperti yang tercantum pada Lampiran 1. 4.2.2 Teknik Pengadaan dan Mutu Bahan Bahan-bahan atau sarana produksi yang digunakan dalam kegiatan pembenihan ikan nila terdapat beberapa hal teknis penting yang memerlukan perhatian khusus demi mencapai keberhasilan diantaranya : wadah pemeliharaan, air media pemeliharaan, genetika induk, dan proses pemijahan, serta pemeliharaan larva. Selain kegiatan
teknis,
guna
menunjang
keberhasilan
suatu
usaha
pembenihan juga perlu mempertimbangkan faktor manajerial. 4.2.3 Wadah Pembenihan Pembenihan ikan nila dapat dilakukan secara massal di perkolaman secara terkontrol (pasangan). Pemijahan secara massal ternyata lebih efisien, karena biaya yang dibutuhkan relatif lebih kecil dalam memproduksi larva untuk jumlah yang hampir sama.
32
Pendederan ikan nila dapat dilakukan pada karamba jaring apung, kolam atau tambak serta bak beton. Ada segi positif dari pendederan ikan nila di tambak yaitu pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan di kolam atau di jaring apung. Hal ini diduga karena asupan nutrisi untuk pertumbuhannya lebih banyak yaitu dari plankton, tumbuhan ganggang yang tumbuh pada tanah dasar. Wadah untuk kegiatan budidaya ada umumnya terbuat dari beberapa jenis bahan yaitu : terpal dengan rangka kayu atau bambu, semen, fiber atau kolam tanah. Secara teknis penggunaan berbagai jenis bahan tersebut mempengaruhi produksi yang dihasilkan.wadah yang digunakan pada setiap segmen berbeda-beda, yaitu : Kolam pemeliharaan induk, kolam pemijahan dan pemeliharaan larva, kolam pendederan 1 serta kolam pendederan 2. Wadah pemeliharaan induk yang digunakan merupakan kolam tanah dengan kedalaman berkisar antara 100-125 cm dengan luas 300 m2/unit. Untuk induk jantan dan betina dipelihara dalam kolam yang berbeda sehingga memudahkan dalam seleksi induk. Kolam pemeliharaan induk terdiri dari beberapa bagian yaitu pematang dengan kemiringan 1:1,5, pintu masuk air dan pintu buang. Untuk memudahkan dalam pengeringan dan pengolahan lahan maka dasar kolam dibuat miring dengan kondisi pada pintu buang lebih dalam dengan pintu masuk. Kemiringan tanah dasar berkisar antara 5-10o. Hal ini memungkinkan air dalam kolam dapat kering total pada saat dilakukan pembuangan air atau pengeringan. Sebelum pemeliharaan induk diawali dengan pengolahan lahan, hal ini merupakan salah faktor pendukung yang sangat penting. Dengan pengolahan lahan yang baik dan tepat akan mampu meningkatkan daya dukung lahan. Pengolahan lahan yang dilakukan antara lain: pengeringan dasar kolam sampai retak-retak yang bertujuan membuang gas-gas beracun yang terkandung dalam tanah melalui proses oksidasi; pengangkatan lumpur dasar yang bertujuan memperdalam kolam serta membuang bagian tanah yang telah
33
membusuk kurang berjalannya kerja bakteri pengurai akibat pemeliharaan sebelumnya; pemupukan menggunakan pupuk organik untuk memulihkan kembali kesuburan lahan, sehingga pakan alami berupa ganggang dan lumut dapat tumbuh. Induk ikan nila yang telah matang gonad akan diseleksi dan dipindahkan dalam kolam pemijahan. Kolam pemijahan dibedakan dengan kolam pemeliharaan induk agar memudahkan dalam memanen larva atau induk. Kolam pemijahan adalah kolam tanah dengan ukuran 400 m2/unit, kontruksi tanah bertujuan memudahkan dalam pelaksanaan panen larva. Pengolahan kolam pemijahan sama halnya dengan kolam pemeliharaan induk. Larva yang dipanen dari kolam pemijahan akan dipindahkan pada petakan pendederan 1 dengan tujuan menghasilkan benih berukuran 2-4 cm, yang kemudian dilanjutkan dengan pendederan 2 dengan tujuan menghasilkan benih berukuran 5-7 cm. Kolam pendederan 1 seluas 400 m2/unit dan kolam pendederan 2 seluas 400 m2/unit merupakan kolam tanah dengan kondisi dan bagian petakan sama dengan kolam pemeliharaan induk yaitu dasar kolam dengan kemiringan 5-10o, pintu masuk dan pintu buang air. Persiapan lahan kolam pendederan 1 dan 2 diawali dengan pengeringan lahan yang dilanjutkan dengan perbaikan konstruksi berupa pengangkatan lumpur dasar, perbaikan pematang berupa penambalan bocoran dan pendalaman kolam. 4.2.4 Air Media Pemeliharaan Air media pemeliharaan yang digunakan mulai dari pemeliharaan induk, pemijahan, pendederan 1 sampai dengan pendederan 2 berasal dari sungai Ciwadas. Aliran Sungai Ciwadas bersumber dari waduk Walahar yang ada di daerah Jawa Barat. Sepanjang aliran sungai dimanfaatkan sebagian besar oleh petani sawah dan hanya sebagian kecil termanfaatkan untuk kegiatan perikanan budidaya.
34
Dari aliran sungai dimasukkan ke dalam lokasi budidaya melalui saluran pasok. Dari saluran pasok, air media akan ditampung terlebih dahulu pada tandon. Penggunaan tandon dalam kegiatan budidaya penting artinya, dimana pada abad ini ketersediaan air tidak selalu berkelanjutan, selain itu penggunaan tandon dapat meminimalisir hama dan bibit penyakit. Pengelolaan air media yang digunakan selama proses kegiatan budidaya terbagi dalam dua metode yaitu melalui penyaringan air menggunakan waring dan filter bag serta melalui sterilisasi atau suci hama. Melalui proses ini dharapkan air yang digunakan akan memenuhi baku mutu standar air media dalam proses pembenihan ikan nila. 4.2.5 Pengelolaan Induk Induk merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan pembenihan ikan nila. Induk yang baik akan menghasilkan benih yang baik juga. Induk yang digunakan berasal dari hasil pemuliaan panti benih daerah Sukabumi yang diterima dalam bentuk induk sehingga dipelihara selama 1 sampai 2 bulan untuk memperoleh induk yang baik. Pemeliharaan induk dilakukan pada kolam tanah. Pemijahan pertama dilakukan dengan menyatukan induk jantan dan betina pada satu kolam dan menghasilkan telur sebanyak 1.000-2.000 butir/ekor. Pemijahan dilakukan secara alami tanpa adanya rekayasa lingkungan maupun genetika. Hal ini sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) induk ikan nila. Induk yang digunakan memiliki ciri-ciri bentuk badan normal atau tidak cacat, sisik besar dan tersusun rapi, sehat dan gerakan lincah. Hal ini sesuai dengan pendapat Arie (2004) bahwa induk ikan nila yang berkualitas baik adalah kepala relatif lebih kecil dibanding badan, badan tebal dan berwarna hitam keabu-abuan, gerakan lincah, sehat, dan tidak cacat. Umur induk yang dipijahkan dan ukuran serta bobot total induk yang digunakan telah sesuai dengan SNI induk yaitu umur induk
35
jantan 8 bulan dan induk betina 9 bulan, panjang total induk jantan 20-23 cm dan induk betina 17-20 cm, sedangan bobot induk jantan seberat 475-550 gram dan induk betina 325-400 gram. Sedangkan menurut Sularto, et al (1993) ikan nila mulai dipijahkan setelah berumur 5-6 bulan karena sudah mulai matang kelamin, saat ini biasanya berat calon induk betina mencapai 200-250 gram dan calon induk jantan 250-300 gram. Secara kuantitatif induk yang digunakan pada Unit Pembenihan ini telah memenuhi SNI sehingga diduga akan menghasilkan benih dengan kualitas yang baik. 4.2.6 Pengelolaan Benih Ikan Nila Proses mempersatukan induk jantan dan induk betina dalam rangka memperoleh benih ikan nila disebut sebagai pemijahan. Pada kolam tanah, induk nila jantan membuat sarang pada dasar kolam kemudian mengundang induk nila betina untuk bertelur pada sarang tersebut. Dalam memijahkan ikan nila terdapat perbedaan jumlah antara induk betina dengan induk jantan dimana sex rasio jantan dan betina yang digunakan adalah 3 : 1. Hal ini sesuai dengan pendapat Sularto, et al (1993). Apabila telur-telur ikan nila telah keluar maka induk jantan menyemprotkan spermanya untuk membuahi telur, proses ini disebut sebagai pembuahan eksternal. Setelah dibuahi, induk nila betina akan menyimpan kembali telurnya kedalam mulut. Telur-telur yang dierami dalam mulut induk betina menetas dalam 1-2 hari yang disebut dengan larva. Larva merupakan benih ikan nila dengan umur 1-5 hari. Pada usia 4-5 hari larva-larva mulai terbentuk seperti ikan nila dewasa dan induk betina mulai membiarkan anak-anaknya mencari makan sendiri. Berdasarkan hasil pengamatan, benih ikan nila pada umur ini mencari makan secara bergerombol. Proses pemijahan ikan nila dilakukan pada kolam pemijahan khusus dimana metode pemijahan dilakukan secara alami tanpa menggunakan tambahan bahan-bahan lain. Induk jantan dan induk
36
betina di satukan dalam petakan pemijahan. Sebelum disatukan terlebih dahulu dilakukan seleksi terhadap induk yang telah matang gonad. Proses seleksi dilakukan dengan menangkap dan menampung induk-induk yang telah matang gonad dalam satu wadah berupa hapa. Hal ini bertujuan untuk menghitung kembali jumlah ketersediaan induk yang siap dipijahkan sesuai dengan jumlah paket yang akan digunakan. Pupuk organik digunakan untuk menumbuhkan pakan alami yang akan di gunakan sebagai asupan nutrisi pada awal pemeliharaan benih atau selama pemeliharaan larva. Setelah pakan alami dalam petakan berkurang maka dilanjutkan dengan pemberian pakan buatan berupa crumble atau pellet dengan diameter rendah. Pendederan ikan nila dimulai sejak pemisahan induk dengan benih yang dilakukan setelah umur 5-7 hari dengan ukuran 3-5 mm. Larva hasil pemijahan dipanen menggunakan serok dengan mesh size kecil sehingga tidak ada yang lolos. Dari hasil panen larva akan dilanjutkan dengan proses grading untuk memisahkan antar ukuran benih. Larva akan dipelihara pada proses pendederan 1 sampai dengan pendederan 2. Pada proses pendederan 1, benih ikan yang ditebar berukuran 1,5-1,7 cm dengan padat penebaran 150 ekor/m2. Pemeliharaan benih pada pendederan 1 bertujuan untuk menghasilkan benih nila berukuran 2-4 cm yang diperoleh dalam kurun waktu 20 hari masa pemeliharaan. Selama proses pemeliharaan dilakukan pemberian pakan dengan kadar protein yang tinggi dengan ukuran disesuaikan dengan bukaan mulut benih. Selanjutnya pada masa ukuran benih telah mencapai 2-4 cm maka dilakukan grading untuk memisahkan benih yang telah mencapai ukuran tebar pada proses pendederan 2. Sedangkan benih yang belum mencapai ukuran akan dipelihara kembali pada pendederan 1. Apabila selama pemeliharaan kondisi pertumbuhan benih kurang baik maka akan dilakukan pembuangan terhadap benih. Sedangkan menurut Amri dan Khairuman (2003)
37
bahwa pendederan 1 adalah pemeliharaan benih ikan nila berukuran 1-3 cm yang dipelihara selama 2 minggu sehingga mencapai ukuran 3-4 cm. Pada pendederan 2 bertujuan untuk memperoleh benih berukuran 5-7 cm yang akan diperoleh selama kurun waktu masa pemeliharaan 20 hari. Kegiatan pendederan 2 dilakukan pada kolam tanah dengan padat tebar 100 ekor/m2 dengan ukuran tebar 2 – 4 cm. Pendederan 2 dilakukan selama 20 hari dimana setiap 6-7 hari dilakukan sampling dan grading untuk memisahkan benih sesuai ukurannya. Dari hasil pengamatan terhadap penerapan SNI diketahui bahwa secara umum telah memenuhi standar, baik dari segi kuantitas maupun mutu. Namun terdapat ketidaksesuaian dengan SNI yaitu pada hasil benih untuk pendederan dimana berat benih adalah 20 gram/ekor, sedangkan dalam SNI di katakan bahwa sebaiknya benih yang dihasilkan seberat 25 gram/ekor. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan teknisi setempat, bahwa permintaan pasar untuk benih ikan nila adalah berukuran 100-200 ekor/kg. 4.2.7 Distribusi Benih Ikan Nila Benih ikan nila hasil pemuliaan di Kelompok Tani ini pada umumnya didistribusikan kepada para pembudidaya tambak di sekitar kawasan Kabupaten Karawang. Namun pada beberapa hasil sering dikirim keluar daerah antara lain Jatiluhur, dan Cirata. Adapun distribusi benih pada tiga bulan terakhir hanya mencakup kawasan Kabupaten Karawang dengan ukuran benih 100-200 ekor/kg dengan tujuan daerah kecamatan Cilamaya, daerah kecamatan Pedes dan daerah kecamatan Cilebar. 4.2.8 Aspek Pemasaran Aspek pemasaran antara lain meliputi kondisi permintaan, penawaran, persainganharga dan proyeksi permintaan pasar.
38
a.
Permintaan Kebutuhan pasar untuk benih ikan nila di daerah Kabupaten Karawang umumnya berukuran 100-200 ekor/kgdengan tujuan Kecamatan Cilamaya, Kecamatan Pedes dan Kecamatan Cilebar.
b.
Penawaran Peluang pasar benih ikan nila cukup besar baik di pasar lokal dalam hal ini untuk Kabupaten Karawang maupun di luar Kabupaten Karawang antara lain Jatiluhur dan Cirata.
c.
Harga Harga jual benih ikan nila ukuran 2-4 cm Rp. 75,-/ekor, sedangkan untuk ukuran 5-7 cm Rp. 165,-/ekor.
4.2.9 Aspek Keuangan a.
Komponen Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya tetap yang dikeluarkan pada saat memulai suatu usaha. Biaya investasi dalam usaha Pembenihan Ikan Nila dikelompokkan menjadi :
Tabel 8. Perhitungan biaya investasi No
Keterangan
1
Perbaikan kolam Perbaikan peralatan produksi Pengadaan peralatan produksi Pengadaan Induk Ikan Total Investasi
2 3 4
Jumlah/ Satuan
Harga Satuan (Rp)
Total Biaya (Rp)
Umur ekonomis (Thn)
Penyusutan (Rp)
32 unit
200.000
6.400.000
1
6.400.000
1 paket
500.000
500.000
1
500.000
1 paket
2.000.000
2.000.000
1
2.000.000
304 kg
25.000
7.600.000
1
7.600.000
16.500.000
16.500.000
Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa dengan 32 unit kolam memerlukan biaya investasi pada tahun ke 0 sebesar Rp. 16.500.000,komponen biaya investasi disusutkan selama 1 tahun dan waktu proyek adalah 1 tahun.
39
b. Komponen Biaya Operasional. Biaya operasional untuk Usaha Pembenihan Ikan Nila meliputi pembelian pakan induk, pakan larva/benih, obat-obatan dan vitamin, pupuk, kapur, listrik, panen dan tenaga kerja. Tabel 9. Komponen biaya operasional No
Komponen
Harga per satuan (Rp)
Nilai per periode (Rp)
6.000 6.000
3.283.200
6
19.699.200
10.722.000
6
64.332.000
Paket
200.000
200.000
6
1.200.000
Unit
Satuan
547,2 1.787
Kg
Siklus per Tahun
Total per Tahun (Rp)
1
Pakan Induk
2
Pakan Larva/Benih
3
Obat-obatan dan Vitamin
1
4
Pupuk, kapur
1
Paket
200.000
200.000
6
1.200.000
5
Listrik
1
Paket
50.000
50.000
6
300.000
6
Panen
1
Paket
400.000
400.000
6
2.400.000
7
Tenaga Kerja
5
Org/siklus
400.000
2.000.000
6
12.000.000
kg
Jumlah Biaya
16.855.200
101.131.200
c. Investasi dan modal kerja Biaya investasi dan modal kerja usaha pembenihan nila sebesar Rp 117.631.200, masing-masing untuk investasi sebesar Rp 16.500.000 dan biaya operasional sebesar Rp. 101.131.200. Biaya investasi dan modal kerja diperoleh dari kredit dengan jangka waktu pengembalian selama 1 tahun dan tingkat suku bunga 16%. d. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Perhitungan hasil diperoleh dari penjualan benih ikan nila dengan harga jual per ekor Rp. 165,- produksi per periode 145.840 ekor, mempunyai siklus sebanyak 6 kali maka diperoleh pendapatan sebesar Rp. 24.063.600 per siklus atau Rp. 144.381.600,- per tahun. e. Proyeksi Rugi Laba Dengan menggunakan data dan asumsi yang ada, maka dapat diperhitungkan proyeksi laba-rugi usaha pembenihan ikan nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan, seperti pada Tabel 10. Pada Tabel 10 menunjukkan bahwa usaha pembenihan ikan Nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan telah mampu menghasilkan keuntungan Rp 7.553.568,- dengan profit margin sebesar 6%.
40
Tabel 10. Proyeksi Laba Rugi Usaha No. 1 2 3 4 5 6
Uraian Pendapatan Biaya Operasional Laba Kotor (A) Bunga Kredit Laba Sebelum Penyusutan Biaya Penyusutan Laba Bersih(A-3-4-5) Profit Margin (%)
Tahun Ke-n 1 144.381.600 101.131.200 43.250.400 19.196.832 24.053.568 16.500.000 7.553.568 6
f. Kelayakan Usaha Dari analisis perhitungan komponen-komponen biaya pada Lampiran 2 didapatkan nilai beberapa kriteria kelayakan usaha pembenihan ikan nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan berikut : 1) NPV Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan discount factor 20% (Lampiran 2) maka nilai NPV Rp. 1.950.102,- selama 1 tahun investasi. Nilai NPV positif (>0) mengindikasikan bahwa usaha layak dikelola oleh Kelompok tani Gemah Parahiyangan. 2) IRR IRR merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil internal. Nilai IRR dari perhitungan NPV; DF 20% diperoleh IRR 29,67% dimana nilai ini lebih besar dari suku bunga bank komersial yang berlaku saat penelitian (16%). IRR lebih besar dari suku bunga bank komersial mengindikasikan bahwa usaha pembenihan ikan nila yang dilaksanakan Kelompok tani Gemah Parahiyangan layak. 3) PBP PBP merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Berdasarkan analisis perhitungan, PBP (usaha) Kelompok tani Gemah
41
Parahiyangan 0,94 tahun atau sekitar kurang dari 6 siklus. Total investasi Rp 16.500.000,- dengan umur ekonomis selama 1 (satu) tahun, maka usaha ini dapat dikembalikan melalui Cash flow selama 0,94 tahun, lebih pendek dari jangka waktu umur ekonomis biaya investasi. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha pembenihan ikan nila layak dikembangkan. 4) B/C Ratio ( BCR) Berdasarkan analisis perhitungan BCR (Lampiran 2) diperoleh nilai BCR sebesar 1,06 (lebih besar dari 1). Nilai BCR lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa Kelompok tani Gemah Parahiyangan layak dilaksanakan bila dilihat dari dampak sosial yang ditimbulkannya maupun dari segi finansialnya. 5) BEP BEP merupakan suatu gambaran kondisi penjualan produk yang harus dicapai untuk melampaui titik impas. Usaha dikatakan impas jika jumlah hasil penjualan produknya pada suatu periode tertentu sama dengan jumlah biaya yang ditanggung sehingga usaha tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga tidak memperoleh laba. Berdasarkan analisis perhitungan BEP (Lampiran 2) dapat diketahui bahwa titik impas didapatkan dari kapasitas produksi minimal 145.840 ekor per siklus dengan harga jual Rp. 63,- per ekor. Bila dikonversikan dengan luas lahan maka potensi lahan mendukung pengembangan usaha tersebut. 4.3
Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Nila 4.3.1 Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal Kelompok Tani Gemah Parahiyangan
berupa
kekuatan
(strengths)
dan
kelemahan
(weaknesses) serta kondisi eksternalnya yang meliputi peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang berpengaruh terhadap
42
pengembangan usaha pembenihan ikan nila. Dari hal tersebut dapat diidentifikasi faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancamannya.
Hasil
analisis
tersebut
akan
digunakan
untuk
menetapkan posisi Kelompok Tani Gemah Parahiyangan dengan menggunakan matriks internal-eksternal (IE Matriks), dipetakan posisi suatu perusahaan dalam suatu diagram. Setelah mengetahui posisi perusahaan, selanjutnya hasil analisis tersebut digunakan untuk merumuskan alternatif starategi bisnis ke dalam analisis SWOT. Berikut ini dianalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman Kelompok Tani Gemah Parahiyangan, yaitu : a. Kekuatan 1) Mutu BenihIkan Nila Baik Benih ikan nila yang dihasilkan mempunyai mutu yang lebih baik dan dapat bersaing di pasaran, hal ini dapat dilihat dari benih yang tidak cacat dan pertumbuhan baik. Hasil tersebut erat kaitannya dengan proses penanganan panen dan pascapanen yang dilakukan, teknologi yang dimiliki sangat mendukung untuk menghasilkannya produk dengan mutubenih ikan nilayang lebihbaik. 2) Jaringan Pemasaran Sederhana Kelompok Tani Gemah Parahiyangan memperoleh induk Nila Gesit dari Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang. Pembenihan dan pendederan dilakukan di Kelompok Tani Gemah Parahiyangan. Benih ikan nila hasil pemuliaan di Unit Pembenihan ini pada umumnya didistribusikan kepada para pembudidaya tambak di sekitar kawasan Kabupaten Karawang. Namun pada beberapa hasil sering dikirim keluar daerah antara lain Jatiluhur dan Cirata. 3) Manajer/Ketua Kelompok Profesional Seiring dengan meningkatnya skala usaha dan jumlah unit kegiatan organisasi, maka peran seorang ketua yang profesional merupakan kekuatan bagi pengembangan usaha. Ketua Kelompok
43
ini telah lama menekuni usaha pembenihan ikan nila dan telah dikenal baik oleh mitra kerja. Dalam hal ini, Kelompok Tani Gemah Parahiyangan diharapkan mampu menerapkan manajemen korporasi untuk menjalankan sistem usaha agribisnis pembenihan ikan nila. 4) Lokasi Strategik Lokasi Unit Usaha Pembenihan yang terletak di sentra pertambakan usaha pembesaran ikan nila, lokasi yang mudah dijangkau sehingga ketersediaan sarana produksi tidak mengalami kesulitan dan menjadi sebagai salah satu pemasok benih ikan nila di Kabupaten Karawang. 5) Ketersediaan lahan Lahan untuk pembenihan ikan nila masih terbuka luas, potensi lahan yang dimiliki 4 Ha. b. Kelemahan 1) Biaya Produksi Lebih Besar Biaya produksi dalam hal ini pengisian air untuk kebutuhan air dengan pompa baik dengan penggerak motor listrik maupun dengan solar mesin diesel dapat menambah biaya operasional. Dari asumsi tersebut maka biaya pengisian air atau kebutuhan dengan menggunakan pompa lebih besar bila dibandingkan dengan pengisian air dengan menggunakan gaya gravitasi dari saluran pemasok air tawar. 2) Akses Permodalan Lemah Akses permodalan ke perbankan atau penyedia jasa keuangan lainnya masih lemah, sementara modal usaha yang dibutuhkan cukup
menyulitkan.
Pihak
perbankan
masih
sulit
untuk
mencairkan dana kepada pembudidaya ikan walaupun dalam bentuk kelembagaan kelompok karena pengalaman masa lalu. Jenis kredit untuk pembudidaya memang sudah tersedia namun
44
kenyataan dilapangan, tetap sulit mendapatkan akses ke perbankan. 3) Kemampuan SDM Terbatas Kemampuan SDM masih terbatas baik dalam budidaya, panen, pasca panen dan manajemen usaha. Untuk menjamin kelancaran produksi perlu ditingkatkan keterampilan pembudidaya melalui pelatihan atau magang. Pembudidaya perlu mendapatkan pelatihan teknis maupun manajemen untuk meningkatkan keterampilan teknis dalam mengelola usaha pembenihan tersebut. Masalah keselamatan kerja juga harus mendapatkan perhatian yang serius. Pengamanan tidak hanya diberikan kepada kawasan beserta komoditinya, tetapi juga terhadap pekerja. 4) Produksi Masih Rendah Permintaan benih dari usaha pembesaran menyebabkan pasokan benih tidak kontinu sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan pasar. 5) Tingkat Pengembalian Modal Lambat Biaya yang dikeluarkan pada unit usaha pembenihan ikan nila digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Dari perhitungan PBP diperoleh pengembalian modal setelah 0,94 tahun (kurang dari 6 siklus) dengan asumsi unit usaha pembenihan ikan nila pengembalian biaya selama satu tahun (6 Siklus). Bila dilihat kondisi ini dapat disimpulkan untuk tingkat pengembalian modal tergolong lambat. c. Peluang 1) Pangsa Pasar yangPotensial Pangsa pasar dalam negeri masih terbuka luas, mengingat kebutuhan benih ikan nila dalam negeri meningkat terus menerus. Benih ikan nila digunakan untuk konsumsi dengan ukuran baby
45
fish dan terbesar untuk skala usaha pembesaran. Pangsa pasar benih ikan nilasaat ini sangat potensial mengingat lokasinya yang strategis dan mutu benih yang baik. 2) Hubungan yang Baik dengan Pembeli Hubungan yang baik antara anggota Kelompok Tani Gemah Parahiyangan dengan pembeli memberikan manfaat dan nilai tambah dalam pengembangan usaha pembenihan ikan nila yang dikelola sehingga perlu ada keterkaitan usaha utama (core business) antara kedua pihak. Adanya hubungan yang baik tersebut dapat menciptakan kondisi saling membutuhkan. Keterkaitan ini merupakan modal utama untuk menciptakan saling ketergantungan dan saling membutuhkan. Faktor ini menjadi peluang karena antara bidang usaha utama penjual dan pembeli saling melengkapi. Hubungan ini masih sebatas saling percaya, belum dituangkan dalam bentuk kontrak kerjasama. 3) Permintaan Benih Ikan NilaMeningkat Permintaan benih ikan nila cenderung terus meningkat untuk segmentasi usaha pembesaran ikan nila menjadikan ikan nila dengan ukuran konsumsi. Permintaan terbesar adalah untuk pembudidaya
pada
segmentasi
usaha
pembesaran
untuk
menghasilkan ukuran konsumsi lebih khusus pada Keramba Jaring Apung (KJA) daerah Jatiluhur dan Cirata. 4) Kebijakan Pemerintah (Pengadaan) Kebijakan
pemerintah
dalam
pengadaan
bantuan
kepada
pembudidaya baik berupa calon induk maupun induk ikan nila dan sarana produksi menjadi peluang bagi pengembangan usaha Kelompok Tani Gemah Parahiyangan. Dalam pengelolaan unit usaha pembenihan ikan nila peran pemerintah sangat besar dalam mendukung kemajuan dalam bisnis benih ikan nila. Bantuan kepada kelompok-kelompok tani baik berupa pendampingan teknis dan modal usaha telah dilakukan pemerintah baik melalui
46
APBN maupun APBD dengan harapan Kelompok tani ini menjadi lebih berkembang dalam mengelola usahanya. 5) Kesempatan bermitra dengan industri pakan Kelompok Tani Gemah Parahiyanganakan berkelanjutan apabila dapat menghasilkan keuntungan, oleh karena itu harus diupayakan kemitraan usaha dengan berbagai industri hilir untuk memperoleh jaminan pasar dengan harga layak. Adanya kesempatan ini harus dimanfaatkan dalam mengembangkan usaha. 6) Dukungan pemerintah daerah maupun Pusat Dukungan pemerintah daerah maupun pemerintah pusat yang kondusif dalam pengembangan usaha pembenihan ikan nila di Kabupaten Karawang merupakan peluang bagi kelompok tani dalam pengembangan unit usahanya. Pendampingan yang dilakukan oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dalam hal ini dilakukan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan di tingkat Pusat, Provinsi maupun Kabupaten dalam pengembangan usaha pembenihan ikan nila di Provinsi Jawa Barat. d. Ancaman 1) Perubahan Cuaca dan Iklim Perubahan cuaca dan iklim yang semakin sulit diprediksi menjadi ancaman bagi pengembangan usaha karena dapat menyebabkan adanya fluktuasi suhu pada lingkungan pembenihan yang dapat berakibat pada benih mengalami stres bahkan kematian sehingga dapat mengurangi produksi. Apalagi usaha pembenihan ikan nila dilakukan dengan sistem outdoor. 2) Fluktuasi Harga Benih Ikan Nila Harga benih ikan nila sepenuhnya ditetapkan oleh pasar sehingga posisi pembudidaya masih sangat lemah dalam penetapan harga.
47
3) Tingkat persaingan usaha Tingkat persaingan usaha pembenihan ikan nila biasanya terjadinya dengan pedagang pengumpul setempat maupun dari luar daerah. Pedagang pengumpul dengan cara tidak sehat akan memberikan pinjaman modal kepada pembudidaya, sehingga petani terikat dengan pedagang pengumpul tersebut. 4) Tingkat Suku Bunga Kredit Tingkat suku bunga kredit untuk produk perikanan yang tinggi merupakan ancaman dalam pengembangan usaha. Unit usaha pembenihan ikan nila membutuhkan modal tidak terlalu besar dalam investasi maupun biaya operasional. Tetapi meskipun demikian pembudidaya dalam mengembangkan usahanya masih tergantung pada pinjaman atau kredit. Dengan kondisi ini, unit usaha pembenihan ikan nila sangat terancam dengan kenaikan tingkat suku bunga. 5) Perubahan Kultur Masyarakat Perubahan Kultur Masyarakat merupakan ancaman dalam perikanan budidaya, semakin berkurangnya minat masyarakat untuk menekuni usaha perikanan budidaya, lahan perikanan budidaya yang beralih fungsi baik menjadi perumahan maupun untuk sarana lainnya. 4.3.2 Analisis Matriks IFE Faktor yang dianalisis dengan matriks ini adalah faktor-faktor strategik internal perusahaan. Faktor-faktor strategik ini merupakan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan unit usaha. Hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan dimasukkan sebagai faktorfaktor strategik internal, kemudian diberi bobot dan rating, sehingga diperoleh hasil identifikasi.
48
Tabel 11. Faktor strategik internal Kelompok Tani Gemah Parahiyangan Faktor strategik internal
Bobot (a)
Rating (b)
Skor (axb)
Mutu benih ikan nila baik
0,1338
4,000
0,535
Jaringan pemasaran sederhana
0,1171
4,000
0,468
Ketua profesional
0,1182
3,000
0,355
Lokasi strategik
0,1131
3,000
0,339
Ketersediaan lahan
0,0832
3,000
0,250
Biaya produksi lebih besar
0,0855
2,000
0,172
Akses permodalan lemah
0,0988
2,000
0,198
Kemampuan SDM terbatas
0,0915
2,000
0,183
Produksi masih rendah
0,0856
2,000
0,171
Tingkat pengembalian modal lambat
0,0732
2,000
0,146
Kekuatan (A)
Kelemahan (B)
Total (A+B)
1
2,817
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 11, mutu benih ikan nila baik diakui sebagai faktor kekuatan paling penting yang dimiliki Kelompok Tani Gemah Parahiyangan dalam pengembangan usahanya (skor 0,535). Mutu benih ikan nila yang lebih baik dengan penggunaan teknologi proses penanganan panen dan pasca panen terkait dengan jaringan pemasaran yang sederhana (skor 0,468) didukung peran ketua kelompok (skor 0,355) yang memiliki pengalaman dalam bisnis usaha pembenihan ikan nila. Lokasi yang strategik (skor 0,339) adalah lokasi yang mudah dijangkau, sehingga ketersediaan sarana produksi tidak mengalami kesulitan dan menjadikan sebagai salah satu pemasok benih ikan nila di Kabupaten Karawang. Ketersediaan lahan (skor 0,250) merupakan kekuatan yang dimiliki dalam pengembangan usahanya. Faktor kelemahan utama dalam pengembangan usaha adalah lemahnya akses permodalan (skor 0,198). Kemampuan SDM yang
49
terbatas, antara lain kemampuan manajerial dan teknis (skor 0,183) merupakan kelemahan yang harus diatasi. Biaya produksi yang dikeluarkan lebih besar (skor 0,172), biaya pengisian air atau kebutuhan dengan menggunakan pompa lebih besar bila dibandingkan dengan pengisian air dengan menggunakan gaya gravitasi dari saluran pemasok air tawar. Tingkat produksi yang masih rendah (skor 0,171) yang ditunjukkan dengan tingginya permintaan tetapi tidak dapat mencukupi permintaan pasar. Tingkat pengembalian modal yang lambat (skor 0,146) menjadi kelemahan juga karena dari satu periode satu tahun (6 siklus) pengembalian modal pada siklus kelima (5). Hasil evaluasi matriks pada Tabel di atas selanjutnya akan digabungkan dengan hasil evaluasi matrik eksternal dan dengan menggunakan Matriks Internal-Eksternal (IE) akan dipetakan posisi Kelompok Tani Gemah Parahiyangan dalam suatu diagram untuk mempermudah perumusan alternatif strategi bisnis. 4.3.3 Analisis Matriks EFE Faktor yang dianalisis dengan matriks ini adalah faktor-faktor strategik eksternal perusahaan. Faktor-faktor strategik ini merupakan faktor-faktor yang menjadi ancaman dan peluang unit usaha. Hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan dimasukkan sebagai faktorfaktor strategik eksternal, kemudian diberi bobot dan rating, sehingga diperoleh hasil identifikasi. Seperti dimuat pada Tabel 12. Peluang utama yang diakui dalam pengembangan usaha adalah pangsa pasar yang potensial (skor 0,398). Pangsa pasar potensial ini menciptakan hubungan yang baik dengan pembeli (skor 0,320) merupakan peluang yang harus dimanfaatkan dengan tetap menjaga kepercayaan karena kemitraan dijalin belum dituangkan secara tertulis. Permintaan akan benih ikan nila yang meningkat dari tahun ke tahun (skor 0,317) merupakan peluang dalam pengembangan usaha. Demikian juga halnya dengan dukungan pemerintah daerah maupun Pusat (skor 0,301) dan kebijakan pemerintah terutama
50
pengadaaan (skor 0,292) baik pengadaan bantuan induk dan sarana produksi merupakan peluang yang harus dimanfaatkan mengingat Kelompok Tani Gemah Parahiyangan menjadi usaha yang perlu dibina. Peluang lainnya yang dapat dimanfaatkan adalah terbukanya kesempatan bermitra dengan industri pakan (skor 0,287). Tabel 12. Faktor strategik eksternal Kelompok Tani Gemah Parahiyangan Faktor strategik eksternal
Bobot (a)
Rating (b)
Skor (axb)
A. Peluang Pangsa pasar yang potensial
0.0996
4.000
0.398
Hubungan yang baik dengan pembeli
0.1057
3.000
0.320
Permintaan benih ikan nila meningkat
0.1055
3.000
0.317
Kebijakan pemerintah (Pengadaan)
0.0972
3.000
0.292
Kesempatan bermitra dengan industri pakan
0.0958
3.000
0.287
Dukungan Pemerintah Daerah maupun Pusat
0.1004
3.000
0.301
Perubahan Cuaca dan Iklim
0.1074
2.000
0.215
Fluktuasi Harga benih ikan nila
0.0711
2.000
0.142
Tingkat persaingan usaha
0.0839
1.000
0.084
Tingkat suku bunga kredit
0.0705
2.000
0.141
Perubahan kultur masyarakat
0.0632
1.000
0.063
B. Ancaman
Total A + B
1
2,497
Ancaman utama dalam pengembangan usaha Kelompok Tani Gemah Parahiyangan adalah perubahan cuaca dan iklim (skor 0,215), maka perlu disiasati atau antisipasi untuk fluktuasi suhu lingkungan agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Fluktuasi harga benih ikan nila (skor 0,142) yang sulit diprediksi merupakan ancaman bagi pengembangan unit usaha. Oleh karena itu diharapkan adanya kebijakan pemerintah dalam menetapkan HMR (Harga Minimum Regional) benih ikan nila. Tingginya tingkat suku bunga kredit (skor 0,141) menjadi ancaman bagi pengembangan unit usaha pembenihan
51
ikan nila hal ini berhubungan dengan modal yang dibutuhkan untuk biaya operasional dan tingkat persaingan usaha (skor 0,084) dapat dikendalikan jika HMR dari pemerintah sudah menjadi dasar. Perubahan kultur masyarakat (skor 0,063) jika tidak mengalami kerugian dan dapat memenuhi kebutuhan dengan usaha pembenihan ikan nila tidak akan terjadi alih fungsi lahan. 4.3.4 Matriks IE Matriks IE disusun untuk mengetahui strategik apa yang sebaiknya digunakan. Untuk menentukan strategi tersebut, dipetakan skor rataan dari matriks IFE (2,817) dan EFE (2,497).
Total Skor EFI Rataan
Kuat 4.0
Tinggi
3.0
Lemah 2.0
1.0
I
II
III
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Penciutan
IV
V
VI
Stabilitas
Pertumbuhan / Stabilitas
Penciutan
VII
VIII
IX
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Likuidasi
Total Skor EFE
3.0
Menengah 2.0
Rendah 1.0
Gambar 3. Matriks IE Strategik Kelompok Tani Gemah Parahiyangan
Dari hasil evaluasi dan analisis yang telah dilakukan, selanjutnya dilakukan analisis IE yang menghasilkan matriks IE untuk mengetahui posisi perusahaan dalam pemilihan alternatif strategik.
52
Dalam hal ini, Pemetaan posisi usaha sangat penting bagi pemilihan alternatif strategi untuk menghadapi persaingan dan perubahan yang terjadi dalam Kelompok Tani Gemah Parahiyangan.Total nilai pada matriks internal 2,817, maka unit usaha pembenihan ikan nila memiliki faktor internal tergolong tinggi untuk melakukan agribisnis benih ikan nila dan total matriks eksternal 2,497 memperlihatkan respon yang diberikan oleh Kelompok Tani Gemah Parahiyangan kepada lingkungan eksternal tergolong tinggi. Apabila masing-masing total skor dari faktor internal maupun eksternal dipetakan dalam matriks, maka posisi unit usaha saat ini berada pada kuadran kelima. Pada sel ini, strategi pertumbuhan dimaksud melalui konsentrasi integrasi vertikal, dengan cara backward integration (mengambil alih fungsi supplier) atau dengan cara forward integration (mengambil alih fungsi distributor). Agar
dapat
meningkatkan
kekuatan
bisnisnya
maka
harus
dilaksanakan upaya meminimalkan biaya dan operasi yang tidak efisien untuk mengontrol mutu dan distribusi produk. Integrasi vertikal dapat dicapai baik melalui sumberdaya internal maupun eksternal. Kelompok Tani Gemah Parahiyangan dapat mengembangkan usahanya dengan meningkatkan kelembagaan kelompok, dibina dan dilatih untuk meningkatkan produksinya melalui penyediaan sarana produksi, fasilitasi prasarana produksi seperti sumber air yang kualitas baik dan pengaturan pola pembenihan sehingga ketersediaan benih sepanjang tahun selalu tersedia. Kelompok Tani Gemah Parahiyangan
dapat
juga
mengembangkan
usahanya
dengan
memproduksi pakan sendiri yang tidak jauh beda dengan mutu pakan pabrikan. 4.3.5 Analisis Matriks SWOT Penajaman alternatif strategi pengembangan Kelompok Tani Gemah Parahiyangan dapat dirumuskan berdasarkan analisis Matriks SWOT. Penyusunan formulasi strategi dilakukan dengan mengkombinasikan berbagai faktor yang telah diidentifikasi dan dikelompokkan. Hasil
53
formulasi dikelompokkan menjadi empat kelompok formulasi strategi yang terdiri dari strategi Kekuatan–Peluang (S – O), strategi Kekuatan–Ancaman (S – T), strategi Kelemahan–Peluang (W – O), dan strategi Kelemahan–Ancaman (W – T). a. Strategi S – O Strategi S – O adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada, melalui beberapa strategi berikut : 1) Membangun kemitraan dengan industri pakan dengan tetap mempertahankan brand image produk 2) Meningkatkan peran ketua dalam mengembangkan usahanya 3) Meningkatkan produksi dan produktivitas benih ikan nila dalam memanfaatkan permintaan benih yang semakin meningkat. b. Strategi S – T Strategi ini dilakukan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki dengan cara menghindari ancaman, dengan beberapa strategi yang dapat digunakan sebagai berikut: 1) Pengembangan segmentasi usaha dalam menghadapi fluktuasi harga 2) Memanfaatkan peran ketua dalam menghadapi tingkat persaingan usaha 3) Mengembangkan kelembagaan kelompok dalam menghadapi persaingan usaha. c. Strategi W – O Strategi ini dilakukan dengan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan. Dalam hal ini unit usaha sebaiknya tetap berproduksi dengan keuntungan, dengan menggunakan strategi berikut : 1) Meningkatkan efisiensi usaha pembenihan ikan nila 2) Meningkatkan kemampuan SDM dengan memanfaatkan dukungan pemerintah dan mitra usaha
54
3) Meningkatkan kapasitas lahan untuk meningkatkan produksi dan pengembangan usaha. d. Strategi W – T Strategi
ini
bersifat
bertahan,
sehingga
ditujukan
untuk
meminimalkan kelemahan yang ada dan menghindari ancaman melalui beberapa strategi berikut : 1) Menjalin kerjasama dengan stake holder terkait untuk mengatasi masalah permodalan 2) Meningkatkan kemampuan SDM melalui pelatihan dan magang 3) Penetapan HMR benih ikan nila dan fasilitas akses permodalan oleh pemerintah. Tabel 13. Matriks SWOT Faktor Internal
Kekuatan (S) 1. Mutu benih lebih baik 2. Jaringan pemasaran sederhana 3. Ketua kelompok profesional 4. Lokasi strategik 5. Ketersediaan lahan
Faktor Eksternal Peluang (O) 1. Pangsa pasar yang potensial 2. Hubungan yang baik dengan pembeli 3. Permintaan benih meningkat 4. Kebijakan pemerintah (pengadaan) 5. Kesempatan bermitra dengan industri pakan 6. Dukungan pemerintah
Ancaman (T) 1. Perubahan cuaca dan iklim 2. Fluktuasi harga benih 3. Tingkat persaingan usaha 4. Tingkat suku bunga kredit 5. Perubahan kultur masyarakat
Strategi SO (agresif) 1. Membangun kemitraan dengan industri pakan, dengan tetap mempertahankan brand image produk (S1,S3,O1,O2,O3,O4,O5,O6) 2. Meningkatkan peran ketua dalam mengembangkan usaha (S1,S3,S4,S5,O1,O2,O5) 3. Meningkatkan produksi dan produktivitas benih ikan Nila dalam memanfaatkan permintaan benih yang semakin meningkat (S5,O1,O2,O3,O5) Strategi ST (diferensiasi) 1. Pengembangan segmentasi usaha dalam menghadapi fluktuasi harga (S1,S3,S4,S5,T2,T3,T4) 2. Memanfaatkan peran manajer dalam menghadapi tingkat persaingan usaha (S1,S3,T1,T3) 3. Mengembangkan kelembagaan kelompok dalam menghadapi persaingan usaha (S1,S5,T3)
Kelemahan (W) Biaya produksi lebih besar Akses permodalan lemah Kemampuan SDM terbatas Produksi masih rendah Tingkat pengembalian modal lambat Strategi WO (diversifikasi) 1. Meningkatkan efisiensi usaha pembenihan ikan nila (W2,W3,O1,O2,O5) 2. Meningkatkan kemampuan SDM dengan memanfaatkan dukungan pemerintah dan mitra usaha (W2,W3,O1,O6) 3. Meningkatkan kapasitas lahan untuk meningkatkan produksi dan pengembangan usaha (W1,W3,O1,O3,O4,O6) 1. 2. 3. 4. 5.
Strategi WT (defensif) 1. Menjalin kerjasama dengan stakeholder terkait untuk mengatasi masalah permodalan (W1,W2,W3,W4,T2,T3,T4) 2. Meningkatkan kemampuan SDM melalui pelatihan dan magang (W3,W4,T1,T3) 3. Penetapan HMR benih ikan Nila dan fasilitas akses permodalan oleh pemerintah (W3,W5,T1,T2)
55
4.3.6 Pemilihan Alternatif Strategi Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi yang diterapkan oleh manajemen usaha, selanjutnya dilakukan pemilihan alternatif strategi paling efektif untuk diimplementasikan. Pemilihan alternatif strategi tersebut dilakukan dengan cara memberikan bobot pada setiap unsur SWOT yang telah diidentifikasi sesuai dengan tingkat kepentingannya. Tingkat kepentingan unsur SWOT diberi bobot 1, 2, 3 dan 4 (Tabel 14). Tabel 14. Tingkat kepentingan unsur SWOT SWOT Kekuatan (S) S1. Mutu benih baik S2. Jaringan pemasaran sederhana S3. Ketua profesional S4. Lokasi strategis S5. Ketersediaan lahan Kelemahan (W) W1. Biaya produksi lebih besar W2. Akses permodalan lemah W3. Kemampuan SDM terbatas W4. Produksi masih rendah W5. Tingkat pengembalian modal lambat Peluang (O) O1. Pangsa pasar yang potensial O2. Hubungan yang baik dengan pembeli O3.Permintaan benih meningkat O4. Kebijakan pemerintah (Pengadaan) O5. Kesempatan bermitra dengan industri pakan O6. Dukungan Pemerintah Ancaman (T) T1. Perubahan Cuaca dan Iklim T2. Fluktuasi Harga benih ikan nila T3. Tingkat persaingan usaha T4. Tingkat suku bunga kredit T5. Perubahan kultur masyarakat Keterangan : 1 = Sangat tidak penting 3 = Penting
Peringkat 20 4 4 3 3 3 12 2 2 2 2 2 19 4 3 3 3 3 3 12 2 2 1 2 1 2 = Tidak penting 4 = Sangat penting
Setelah pembobotan terhadap unsur-unsur SWOT dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan skor kepentingan dari setiap alternatif strategik yang diperoleh dalam analisis SWOT berdasarkan
56
jumlah akumulasi keterkaitan antar unsur SWOT yang menghasilkan strategik tersebut. Selanjutnya dari hasil penjumlahan itu, masingmasing alternatif strategi diberi peringkat (ranking) yang merupakan urutan strategi terbaik berdasarkan kondisi usaha saat ini. Dari 12 alternatif strategi yang diperoleh dalam analisis SWOT dipilih alternatif strategik untuk diimplementasikan dari 6 (enam) rangking tertinggi, yaitu ranking 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 (Tabel 15).
Tabel 15. Penentuan alternatif strategi terbaik Alternatif Strategi SWOT Strategi S-O 1. Membangun kemitraan dengan industri pakan dengan tetap mempertahankan brand image produk 2. Meningkatkan peran ketua dalam mengembangkan usaha 3. Meningkatkan produksi benih ikan nila dalam memanfaatkan permintaan benih yang semakin meningkat Strategi W-O 1. Meningkatkan efisiensi usaha pembenihan ikan nila 2. Meningkatkan kemampuan SDM dengan memanfaatkan dukungan pemerintah dan mitra usaha 3. Meningkatkan kapasitas lahan untuk meningkatkan produksi dan pengembangan usaha Strategi S-T 1. Pengembangan segmentasi usaha dalam menghadapi fluktuasi harga 2. Memanfaatkan peran manajer dalam menghadapi tingkat persaingan usaha 3. Mengembangkan kelembagaan kelompok dalam menghadapi persaingan usaha Strategi W-T 1. Menjalin kerjasama dengan stake holder terkait untuk mengatasi masalah permodalan 2. Meningkatkan kemampuan SDM melalui pelatihan dan magang 3. Penetapan HMR benih ikan nila dan fasilitas akses permodalan oleh pemerintah
Keterkaitan
Kepentingan Ranking
(S1,S3,O1,O2,O3,O4,O5, O6)
26
1
(S1,S3,S4,S5,O1,O2,O5)
23
2
(S5,O1,O2,O3,O5)
16
5
(W2,W3,O1,O2,O5)
14
6
(W2,W3,O1,O6)
11
4
(W1,W3,O1,O3,O4,O6)
17
(S1,S3,S4,S5,T2,T3,T4)
21
(S1,S3,T1,T3)
10
(S1,S5,T3)
8
(W1,W2,W3,W4,T2,T3,T4)
13
(W3,W4,T1,T3)
7
(W3,W5,T1,T2)
8
3
57
Berdasarkan analisis tersebut, maka strategi yang paling efektif dilakukan oleh Kelompok Tani Gemah Parahiyangan adalahmenjalin kemitraan dengan industri pakan dengan tetap menjaga brand image produk (skor 26), meningkatkan peran ketua kelompok dalam pengembangan usaha (skor 23), pengembangan segmentasi usahadalam menghadapi fluktuasi harga (skor 21), meningkatkan kapasitas lahan untuk peningkatan produksi dan pengembangan usaha (skor 17), meningkatkan produksi benih ikan nila dalam menghadapi permintaan benih yang semakin meningkat (16), aktif menjalin kerjasama dengan stakeholder terkait dalam menghadapi permasalahan permodalan (skor 14). 4.3.7 Implementasi Strategi Strategi yang telah dirumuskan pada analisis SWOT tersebut perlu diimplementasikan pada kebijakan usaha. Langkah-langkah tersebut diimplementasi pada aspek produksi, sumber daya manusia (SDM), pemasaran dan pengembangan usaha. Uraian implementasi strategi yang dimaksud adalah : a. Produksi Alternatif strategik yang dapat dilakukan oleh Kelompok Tani Gemah Parahiyangan, antara lain meningkatkan kapasitas produksi dengan ketersediaan lahan yang memadai dan pengembangan segmentasi usaha pembenihan dengan memperhatikan permintaan pasar, sehingga fluktuasi harga dapat terjaga. Selain itu dengan memperhatikan lebih intensif cara penanganan panen dan pasca panen, sehingga produk dapat terjaga mutunya. Kedepan perlu diupayakan induk unggulan agar dapat mencapai target benih yang diharapkan dan tidak terlepas dengan mengadopsi teknologi terkini untuk teknis pembenihan yang baik serta mengejar sertifikat Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB). b. SDM Implementasi alternatif strategik pada aspek SDM adalah memberdayakan
peran
manager
dalam
merencanakan,
58
mengorganisasikan, mengaktualisasikan dan mengontrol semua kegiatan pembenihan ikan nila. Untuk itu seorang ketua kelompok tani harus benar-benar dipilih yang terbaik. Aktif menjalin kerjasama dengan stakeholder terkait dalam menghadapi
permasalahan
teknis
pembenihan
ikan
nila.
Peningkatan kemandirian kelompok harus dan mutlak dilakukan. Kelompok kuat dan mandiri dicirikan dengan kemampuannya memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu dan hilir, memfasilitasi usaha secara komersial dan berorientasi pasar, serta adanya pemupukan modal usaha, baik iuran dari anggota atau penyisihan hasil usaha. Untuk terwujudnya kelompok yang kuat dan mandiri,maka diperlukan uluran tangan dari luar, khususnya
dari
pemerintah
dalam
bentuk
pendampingan,
pembinaan dan subsidi guna penguatan modal organisasi. Hal ini disebabkan kemampuan organisasi Kelompok Tani Gemah Parahiyangan masih lemah, maka perlu dilindungi dan dibina secara khusus.
c. Pemasaran Pemasaran merupakan suatu konsep dasar dari proses kegiatan usaha yang dilakukan oleh Kelompok Tani Gemah Parahiyangan agar berkelanjutan, yang ditunjukkan oleh keuntungan. Alternatif strategik yang perlu diimplementasikan terkait pemasaran benih ikan nila adalah dibangunnya kemitraan usaha pemasaran yang merupakan kerjasama usaha dengan pengusaha industri hilir seperti industri pakan yang disertai pemberian bimbingan teknis dan manajemen. Untuk itu diupayakan agar kemitraan dijalankan dengan berlandaskan prinsip-prinsip saling membutuhkan, saling memperkuat
dan
saling
membutuhkan.
Kerjasama
yang
dilaksanakan oleh Kelompok Tani Gemah Parahiyangan selama ini belum dinyatakan dalam bentuk tertulis dan perlu dijalin kemitraan dengan pabrik pakan.
59
d. Pengembangan Usaha Pengembangan Kelompok Tani Gemah Parahiyangan merupakan salah satu upaya untuk mendukung program peningkatan produksi benih ikan nila. Dalam hal ini, implementasi Alternatif Strategi adalah pengembangan lahan untuk operasional dan mencari segmentasi usaha sesuai permintaan pasar, terutama menjaga kestabilan
dalam
menghadapi
fluktuasi
harga.
Strategi
pengembangan lanjutan adalah membangun suatu kawasan terpadu yang terdiri dari Kelompok Tani Gemah Parahiyangan sebagai penyedia benih, kelompok pembudidaya pembesaran ikan nila ukuran konsumsi dan industri pakan. Untuk mewujudkan strategi tersebut, maka Kelompok Tani Gemah Parahiyangan masih perlu melakukan konsolidasi ke dalam (internal kelompok), khususnya penguatan manajemen atau kepengurusan kelompok serta kesiapan kontribusi anggota kelompok guna penguatan kelembagaan kelompok dan unit-unit usahanya.