IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Ekonomi Perekonomian Kabupaten Tegal banyak dipengaruhi oleh kegiatan perdagangan, pertanian dan industri. Dari kegia tan perdagangan, beberapa komoditi telah berhasil diekspor. Komoditi tersebut adalah kayu olahan, sapu, furniture, benang tenun, bracket, dan hanger. Di Kabupaten Tegal banyak sekali industri rumah tangga, diantaranya: pengecoran dan pengerjaan logam, teks tile (konveksi & tenun tradisional), suttle chock, furniture, dan gerabah (barang pecah belah). Selain itu warga Tegal banyak juga yang berusaha di sektor pertanian (padi, palawija, bawang, cabe, dan tebu). Di sektor kelautan da n perikanan, nelayan Tegal mencari ikan di laut Jawa sampai ke Laut Tiongkok Selatan (kepulau an Riau). Hasil tangkapan mereka jual ke pelabuhan perikanan (pelelangan ikan) Jakarta, Cirebon, Pekalongan dan Tegal. Masyarakat Tegal (khususnya daerah pesisir) kebanyakan membuka usaha tambak ikan bandeng dan udang windu. Mereka juga menjual nener/benur (bibit ikan bandeng). Di sektor peternakan, masyarakat Tegal banyak mengusahakan peternakan ayam (pedaging & petelur), Itik Tegal (jenis Indian Runner) untuk suplai industri telur asin di Brebes. Ternak kambing, sapi dan kerbau banyak diusahakan secara tradisional oleh masyarakat pedesaan di Tegal. Masyarakat Kabupaten Tegal banyak yang merantau ke kota lain di pulau Jawa dan pulau lainnya. Warga Tegal lebih suka menjadi wira swasta, sebagian besar membuka usaha Warung Tegal (Warteg) mereka tergabung dalam Kowarteg (Koperasi Warung Tegal), penjual martabak telor (biasanya warga kecamatan Lebaksiu), dan lain -lain. Setiap menjelang hari raya idul fitri warga Tegal mudik dari kota yang menjadi tempat usahanya, mereka akan membawa uang hasil usaha dan kerja selama di perantauan. Selama masa masa mudik itulah perekonomian Kabupaten Tegal menjadi lebih semarak dalam perputaran uangnya sehingga per ekonomian menjadi lebih dinamis.
4.2. Pariwisata di Kabupaten Tegal Pariwisata di Kabupaten Tegal tergolong cukup lengkap karena memiliki wisata pantai, waduk dan pegunungan. Objek -objek wisata ramai dikunjungi oleh wisatawan nusantara pada hari libur terutama libur hari raya idul fitri. Keberadaan objek -objek wisata dapat membantu kehidupan perekonomian masyarakat di sekitar kawasan tersebut. 4.2.1. Pantai Purwahamba Indah Pantai ini terletak di pinggir jalan raya pantura, tidak jauh setelah melewati Kota Tegal. Disini, para pengunjung dapat menikmati pemandangan pantai yang indah dengan ombak laut berwarna biru jernih serta berombak tenang. Selain itu, tersedia berbagai fasilitas seperti penginapan, kolam renang bertaraf internasional, arena bermain anak -anak (play ground), kebun binatang mini, restoran, cafe musik dan karaoke, tempat parkir luas, sarana bilas di pantai, tenda santai di sepanjang pantai, perahu motor yang siap mengantar pengunjung berkeliling pantai dan sepeda air. 4.2.2. Wisata Guci Salah satu tujuan wisata yang menjadi kebanggaan Kabupaten Tegal adalah Wisata Guci. Obyek wisata ini berupa suatu kompleks sumber air panas yang selalu mengalir tanpa henti dengan luas total area sekitar 210 hektar. Banyak pancuran air hangat yang dapat dijumpai di area ini, salah satu diantaranya yang paling banyak dikunjungi adalah pancuran 13. Tempat ini berupa pemandi an air panas yang memilki pancuran berjumlah 13. Paling ramai dikunjungi karena memang gratis untuk berendam disini. Mandi disini konon dipercaya dapat menyembuhkan
berbagai penyakit terutama
penyakit rematik dan penyakit kulit. Di Guci ada banyak air ter jun, jumlahnya mencapai 10 buah. Salah satu diantaranya terletak sekitar 1 km dari pancuran 13 dan dinamai air terjun Jedor yang mempunyai ketinggian sekitar 15 meter. Nama Jedor sendiri berasal dari nama salah satu mantan Lurah disitu yan memiliki tanah d i area air terjun tersebut. Obyek wisata ini akan lebih ramai dikunjungi pada hari
Jumat Kliwon. Konon apabila orang mandi pada jam 12 malam di Jumat Kliwon dengan memohon sesuatu, maka permohonan akan dikabulkan. Sebuah kepercayaan yang telah berlangsung secara turun temurun. Menurut hikayat, air panas Guci adalah air yang diberikan Walisongo kepada orang ang diutus untuk menyiarkan Islam di Jawa Tengah bagian Barat, yakni sekitar Tegal. Karena air pemberian Wali tersebut sangat sedikit, maka pada malam Jumat Kliwon salah satu Sunan menancapkan tongkat sakti ke tanah. Dengan Izin Allah swt. Mengalirlah air panas yang penuh rakhmat ini. Hingga saat ini masih banyak orang yang percaya kepada sahibul hikayat tersebut dan datang pada malam Jumat Kliwon ke pemandian air panas untuk mendapat berkah. Selain itu, terdapat berbagai fasilitas yang dapat dinikmati pengunjung diantaranya hotel dan penginapan, wana wisata, kolam renang air panas, lapangan tenis, lapangan sepak bola dan camping ground. 4.2.3. Waduk Cacaban Waduk Cacaban adalah sebuah bendungan yang terletak di Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal. Luas areal waduk adalah 928,7 ha dan berisi air sebanyak 90 juta m³. Waduk ini didukung dengan latar belakang pemandangan hutan dengan panorama yang indah sehingga b erfungsi sebagai objek wisata. Selain itu, digunakan untuk mengairi sawah -sawah di sekitarnya. Cacaban adalah salah satu objek wisata andalan di Kabupaten Tegal. Wisatawan dapat menikmati suasana santai, dengan memancing ikan, jalan-jalan di atas bendunga n ataupun dapat mengelilingi waduk dengan kapal motor. Adapun makanan khasnya adalah aneka ikan air tawar yang setiap saa t tersedia. Fasilitas wisata yang tersedia di kawasan tersebut antara lain: arena pemancingan yang luas, jalan-jalan di atas waduk dan bendungan, mengelilingi waduk dengan kapal motor dan sepeda air.
4.3. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tegal Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal perlu mengenal lebih dekat struktur PAD yang dimiliki agar dapat mengetahui sumber -sumber PAD yang dimiliki daerahnya, sehingga Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal dapat mengetahui sumber PAD mana yang potensial dan mana yang kurang potensial. Setelah mengetahuinya, Pemerintah Daerah diharapkan dapat memfokuskan perhatiannya pada sumber PAD yang potensial dan berupaya menggali lebih lanjut sumber tersebut, sedangkan PAD yang kurang potensial, Pemerintah Daerah dapat melakukan koreksi dan mengkaji lebih lanjut mengapa penerimaan pada sumber tersebut rendah, apakah karena objek
terbatas
atau
adanya
kendala -kendala
yang
menyebabkan
terhambatnya PAD tersebut. Adapun sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tegal meliputi pajak daerah , retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan bagian laba perusahaan milik daerah dan lain -lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tegal dari Tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 didominasi oleh penerimaan dari retribusi daerah dan pajak daerah. Untuk mengetahui besarnya pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat dilihat pada Tabel 3 . Tabel 3. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tegal Tahun Anggaran 2005-2009 Tahun Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Pertumbuhan Anggaran (PAD) (Rp) (%) 2005
48.015.429.308
-
2006
53.319.682.356
11,05
2007
63.336.928.102
18,79
2008
59.496.963.199
-6,06
2009
70.359.838.579
18,26
Sumber: DPPKAD Kabupaten Tegal 1.
Retribusi Daerah Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli daerah (PAD) Kabupaten Tegal yang memiliki peran cukup besar dan
menunjang pembanguan
daerah.
Retribusi daerah
menduduki
peringkat pertama sebagai penunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD) . Retribusi daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah Kabupaten Tegal meliputi retribusi jasa umum seperti retribusi layanan kesehatan, pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat, retribusi pelayanan sampah atau kebersihan, dan restibusi pelayanan pasar; retribusi jasa usaha meliputi jasa usaha penyedotan kaskus, jasa usaha tempat rekreasi dan olah raga, retribusi jasa usaha pemakaian kekayaan daerah, retribusi jasa usaha tempat khusus parkir kendaraan, retribusi jasa usaha pengolah limbah cair; selain itu, terdapat retribusi perizinan tertentu seperti retribusi ijin usaha pariwisata dan ijin usaha tempat penginapan. Pertumbuhan rertribusi daerah dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Pertumbuhan Retribusi Daerah Kabupaten Tegal Tahun Anggaran 2005-2009 Tahun Retribusi Daerah Pertumbuhan Anggaran (Rp) (%) 2005
27.372.618.510
-
2006
27.155.635.933
-0,79
2007
29.265.378.263
7,77
2008
31.955.496.756
9,19
2009
41.975.784.168
31,36
Sumber: DPPKAD Kabupaten Tegal 2.
Pajak Daerah Pajak daerah juga merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tegal yang cukup penting. Pajak daerah terbagi menjadi dua yaitu pajak provinsi dan pajak Kabupaten. Adapun pajak yang dipungut Kabupaten Tegal meliputi pajak hotel, pajak restoran, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak bahan galian golongan C dan pajak sarang burung. Pajak hotel di Kabupaten Tegal meliputi hotel bintang satu dan hotel melati satu, pajak restoran terdiri dari restoran, rumah makan, warung lesehan dan cafe, pajak hiburan terdiri d ari
bioskop, karaoke, permainan bilyar, balap kendaraan bermotor, permainan ketangkasan, panti pijat atau refleksi, pertandingan olah raga, VCD rental, undar atau kesenian tradisional, band atau orkes, pajak reklame terdiri dari reklame papan, reklame kain , reklame melekat atau stiker, reklame selebaran, reklame berjalan, dan pajak sarang burung meliputi sarang burung walet dan sarang burung sriti. Pertumbuhan pajak daerah dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Pertumbuhan Pajak Daerah Kabupaten Tegal Tahun Anggaran 2005-2009 Tahun Pajak Daerah Pertumbuhan Anggaran (Rp) (%) 2005
10.639.015.045
-
2006
11.258.683.741
5,82
2007
12.674.642.395
12,58
2008
13.834.520.432
9,15
2009
14.749.729.349
6,62
Sumber:DPPKAD Kabupaten Tegal 3.
Pajak Hotel dan Restoran Pajak Hotel dan Restoran merupakan bagian dari pajak daerah yang merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Tegal. Pajak hotel dan Restoran di Kabupaten Tegal diperoleh dari tarif pajak hotel dan restoran yang ditetapkan 10% dari jumlah pembayaran yang dilakukan kepada pengusaha hotel, restoran, dan usaha sejenis. Pertumbuhan pajak hotel dan restoran dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Pertumbuhan Pajak Hotel dan Restoran Kabupaten Tegal Tahun Anggaran 2005-2009 Tahun Pajak Hotel dan PERTUMBUHAN Anggaran Restoran (Rp) (%) 2005
315.408.850
-
2006
346.566.552
9,88
2007
389.471.782
12,38
Lanjutan tabel 6. 2008
213.578.537
-45,16
2009
399.404.170
87,01
Sumber: DPPKAD, Disbudpar, Dinas UKM, Koperasi dan Pasar Kabupaten Tegal 4.4. Analisis Deskripsi Data Analisis deskripsi data merupakan suatu metode dengan cara mendeskripsikan faktor - faktor yang berhubungan dengan permasal ahan yang dimaksud ( pendeskripsian pengaruh realisasi pajak hotel dan restor an terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupa ten Tegal). Penelitian yang dilakukan berkaitan dengan seberapa besar jumlah hotel dan restoran, tingkat inflasi, dan jumlah wisatawan nusantara mempengaruhi realisasi pajak hotel dan restoran di Kabupate n Tegal. Adapun data - data yang digunakan di dalam penelitian ini, dapat dilihat pada Tabel 7. sebagai berikut: Tabel 7. Realisasi pajak hotel dan restoran, jumlah hotel dan restoran, tingkat inflasi dan jumlah wisatawan RPHR JHR TI JW (Orang) No Tahun (Rp) (Unit) (%) 1
2005
315.408.850
237
17,76
402.999
2
2006
346.566.552
251
5,73
419.208
3
2007
389.471.782
220
6,16
502.498
4
2008
213.578.537
215
9,57
457.992
5
2009
399.404.170
228
4,5
490.372
Mean
332.885.978,20
230,20
8,74
454.613,80
Sumber: DPPKAD, Dinas Kebudayaan dan Pariwasata, Dinas Koperasi, UKM dan Pasar . Keterangan: RPHR = Realisasi Pajak Hotel dan Restoran JHR
= Jumlah Hotel dan Restoran
TI
= Tingkat Inflasi
JW
= Jumlah Wisatawan Nusantara
1.
Perkembangan Realisasi Pajak Hotel dan Restoran Rata-rata realisasi pajak hotel dan restoran di Kabupaten Tegal dari tahun 2005 sampai 2009 sebesar Rp 332.885.978,20. Dari tahun ke tahun realisasi pajak hotel dan restoran mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2008. Hal ini dikarenakan, menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata di Kabupaten Tegal yang berdampak pada menurunnya jumlah pengunjung hotel dan restoran. Selain itu, sepinya pembeli karena kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dijadikan alasan pemilik r umah makan sehingga pajak restoran yang disetorkan menjadi berkurang.
2.
Jumlah Hotel dan Restoran Perkembangan jumlah hotel di kabupaten Tegal relatif stabil sedangkan restoran sangat fluktuatif karena restoran di Kabupaten Tegal sebagian besar berbentu k rumah makan atau warung makan yang sangat rentan dengan kondisi ekonomi masyarakat Kabupaten Tegal. Ketika kondisi ekonomi masyarakat kabupaten Tegal kurang baik akan mengurangi jumlah pengunjung rumah makan atau warung makan sehingga banyak makanan yang tidak laku terjual dan penjual mengalami kerugian, kerugian yang terjadi secara terus menerus membuat penjual menutup usahanya.
3.
Tingkat Inflasi Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga -harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Pada tahun 2005 tingkat inflasi di Kabupaten Tegal sebesar 17,76%, Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Pada tahun 2006 tingkat inflasi turun menjadi 5,73% sedangk an pada tahun 2007 kembali mengalami kenaikan 6,16%. Pada tahun 2008 terjadi kenaikan bahan bakar minyak yang menyebabkan tingkat inflasi naik menjadi 9,57% tetapi
bulan desember harga premium turun sebesar Rp 500; sehingga pada tahun 2009 tingkat inflasi turun menjadi 4,5%. 4.
Jumlah Wisatawan Nusantara Jumlah wisatawan nusantara yang berkunjung ke objek -objek wisata di Kabupaten Tegal dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan, hal ini di sebabkan oleh penambahan objek dan perbaikan-perbaikan yang dilakukan pihak pengelola objek wisata serta masyarakat yang mulai menganggap kegiatan wisata sebagai salah satu kebutuhan untuk menghilangkan kejenuhan akan tetapi pada tahun 2008 terjadi penurunan jumlah wisatawan nusantara dibandingkan tahun 2007. Hal i ni disebabkan oleh terjadinya krisis air di waduk cacaban padahal salah satu kegiatan wisata di waduk cacaban adalah memancing. Selain itu, terdapat sampah -sampah berserakan di pantai Purwahamba Indah yang menyebabkan pengunjung merasa kurang nyaman berada di pantai tersebut dan pada tahun 2009 jumlah wisatawan nusantara yang membeli tiket objek wisata kembali meningkat yang jumlahnya mencapai 490.372 orang.
4.5. Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran Terhadap PAD Kontribusi pajak hotel
dan
restoran
terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) di kabupaten Tegal dihitung dengan
membandingkan
jumlah penerimaan pajak hotel dan restoran dengan jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Besarnya kontribusi tersebut dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Kontribusi Pajak Hotel Dan Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tegal Tahun Anggaran 2005 2009 Tahun Anggaran
RPHR
PAD
Kontribusi
(Rp)
(RP)
(%)
1
2005
315.408.850
48.015.429.308
0,657
2
2006
346.566.552
53.319.682.356
0,650
3
2007
389.471.782
63.336.928.102
0,615
No
Lanjutan Tabel 8. 4
2008
213.578.537
59.496.963.199
0,359
5
2009
399.404.170
70.359.838.579
0,568
Mean
332.885.978
58.905.768.309
0.570
Sumber: DPPKAD, Dinas Kebudayaan dan Pariwasata, Dinas Koperasi, UKM dan Pasar . Keterangan: RPHR
= Realisasi Pajak Hotel dan Restoran
PAD
= Pendapatan Asli Daerah
Dalam menghitung kontribusi pajak hotel dan restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Tegal menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan : Pn = Kontribusi penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah (rupiah) QY = Penerimaan pendapatan asli daerah (rupiah) QX = Penerimaan pajak hotel dan restoran (rupiah) n
= Tahun (periode) tertentu Tahun 2004/2005
=
315.408.850
x 100% = 0,657%
48.015.429.3080
Tahun 2005/2006
=
346.566.552
x 100% = 0,650%
53.319.682.356
Tahun 2006/2007
=
389.471.782
x 100% = 0,615%
63.336.928.102
Tahun 2007/2008
Tahun 2008/2009
=
213.578.537 59.496.963.199
399.404.170
x 100% = 0,359%
=
x 100% = 0,568% 70.359.838.579 Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh besarnya kontribusi pajak hotel dan restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tegal tahun anggaran 2005 -2009 bervariasi mulai dari 0,359% sampai 0,657% atau rata-rata 0,570% per tahun. Naik turunya kontribusi pajak hotel dan restoran dikarenakan oleh banyak tidaknya kunjungan ke hotel dan restoran. Kontribusi terbesar terjadi pada tahun anggaran 2005 yaitu 0,657% dan mengalami penurunan 0,007% di tahun 2006 sehingga memberikan kontribusi 0,650%. Pada tahun 2007 mengalami penurunan 0,035% dari 0,650% menjadi 0,615%. Pada tahun 2008 kontribusi pajak hotel dan restoran turun menjadi 0,359%, hal tersebut dikarenakan turunnya penerimaan pajak hotel dan restoran yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah pengunjung hotel dan restoran serta jumlah wisatawan nusantara, sedangkan pada tahun 2009 mulai mengalami peningkatan kontribusi pajak hotel dan restoran 0,568%. Rata -rata kontribusi pajak hotel dan restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah selama lima tahun sebesar 0,570% dan dapat dikatakan masih relatif kecil, akan tetapi cukup berarti dalam pembiayaan penyelenggaraan pemerintah. 4.6. Efektifitas Pajak Hotel dan Restor an Tingkat efektifitas pajak hotel dan restoran di Kabupaten Tegal dihitung dengan membandingkan antara realisasi penerimaan pajak hotel dan restoran dengan target pajak hotel dan restoran. Apabila perhitungan efektifitas pajak hotel dan restoran menghasil kan angka atau persentase 100% berarti efektif atau dengan kata lain kinerja pemungutan pajak hotel dan restoran Kabupaten Tegal semakin baik, di bawah 100% berarti tidak efektif dan di atas 100% berarti sangat efektif karena bertujuan memperoleh realisasi pajak hotel dan restoran sebesar -besarnya. Dalam penelitian ini yang dipertimbangkan dalam
menentukan efektifitas hanya pencapaian
target. Sedangkan untuk tujuan lain, seperti keadilan, ketepatan waktu pembayaran, dan kepastian hukum diabaikan. Tabel 9. adalah hasil perhitungan efektifitas pajak hotel dan restoran Kabupaten Tegal tahun anggaran 2005-2009.
Tabel 9. Efektifitas Pajak Hotel dan Restoran Kabupaten Tegal Tahun Anggaran 2005-2009 Efektifitas Target Pajak Realisasi Pajak PajakHotel Tahun No Hotel Restoran Hotel Restoran Restoran Anggaran (Rp) (Rp) (%) 1
2005
320.746.100
315.408.850
98,336
2
2006
345.933.000
346.566.552
100,183
3
2007
359.084.000
389.471.782
108,463
4
2008
367.077.000
213.578.537
58,184
5
2009
589.891.550
399.404.170
67,708
Rata-rata
87
Sumber: DPPKAD Kabupaten Tegal Tingkat efektifitas pajak hotel dan restoran Kabupaten Tegal dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Realisasi penerimaan pajak hotel dan restoran = = Efektifitas
Target penerimaan pajak hotel dan restoran 315.408.850
Tahun 2004/2005
=
x 100% = 98,336% 320.746.100
Tahun 2005/2006 =
346.566.552 =
x 100% = 100,183% 345.933.000
Tahun 2006/2007
=
389.471.78 2 359.084.000
x 100% = 108,463%
213.578.537 Tahun 2007/2008
=
x 100% = 58,184% 367.077.000 399.404.170
Tahun 2008/2009
x100%
=
x 100% = 67,708%
589.891.550 Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat bahwa tingkat efektifitas pajak hotel dan restoran Kabupaten Tegal pada tahun 2005 sampai dengan 2007 mengalami kenaikan dari 98,336% (tidak efektif) meningkat menjadi 100,183% (efektif) di tahun 2006 kemudian di tahun 2007 meningkat menjadi 108,463% (efektif). Kenaikan tingkat efektifitas menunju kkan bahwa kinerja dalam memungut pajak hotel dan restoran meningkat semakin baik. Tingkat efektifitas pada tahun 2008 mengalami penurunan tajam sebesar 58,184% (tidak efektif) yang berarti terjadi penurunan kinerja dalam pemungutan pajak hotel dan restor an sehingga target penerimaan pajak hotel dan restoran tidak sesuai dengan yang direncanakan, penurunan kinerja disebabkan oleh para pegawai yang menyesuaikan diri terhadap penggabungan dua dinas yaitu Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) dan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang bergabung menjadi Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD). Selain itu, penggabungan kedua dinas tersebut menyebabkan berkas -berkas tercecer dan hilang, jadi mengakibatkan penurunannya sangat tajam. Pada tahun 2009 kembali mengalami kenaikan sebesar 67,708% (tidak efektif), hal ini membuktikan bahwa pemerintah telah melakukan upaya upaya perbaikan kinerja dalam pemungutan pajak hotel dan restoran. Kesimpulan yang dapat diambil adalah tingkat efektifita s pemungutan pajak hotel dan restoran tidak menunjukkan progress dalam artian berjalan fluktuatif dari tahun ke tahun sehingga Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal masih harus mengoptimalkan kinerja para pegawainya. 4.7. Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda digunakan untuk menganalisis besarnya hubungan dan pengaruh variabel bebas atau independen yang jumlahnya lebih dari dua terhadap variabel terikat atau dependen yang termasuk variabel bebas di dalam penelitian ini adalah jumlah hotel dan restoran , tingkat inflasi dan jumlah wisatawan nusantara sedangkan variabel terikatnya adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Tegal. jadi, Penelitian ini berkaitan dengan analisis kontribusi pajak hotel dan restoran
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di kabupaten Tegal yang dipengaruhi oleh faktor jumlah hotel dan restoran, tingkat inflasi, jumlah wisatawan nusantara yang dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Realisasi Pajak Hotel dan Restoran, Jumlah Hotel dan Restoran, Tingkat Inflasi, Jumlah Wis atawan Nusantara di Kabupaten Tegal Tahun 2005 -2009 RPHR JHR TI JW No Tahun (Unit) (%) (Orang) (Rp) 1
2005
315.408.850
237
17,76
402.999
2
2006
346.566.552
251
5,73
419.208
3
2007
389.471.782
220
6,16
502.498
4
2008
213.578.537
172
9,57
457.992
5
2009
399.404.170
228
4,5
490.372
Sumber: DPPKAD, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Badan pusat statistik. Hasil analisis regresi meliputi penyajian hasil regresi hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen secara statistik langkah analisis yang dilakukan adalah meliputi variabel -variabel independen secara individu, secara serentak dan asumsi klasik. Adapun Hipotesis yang diajukan di dalam penelitian ini yaitu ada pengaruh antara jumlah hotel dan restoran (x1), tingkat inflasi (x2) dan jumlah wisatawan (x3) terhadap realisasi pajak hotel dan restoran (Y) baik secara bersama-sama maupun parsial. 4.7.1. Koefisien Korelasi Berganda (R) Nilai R berguna untuk mengetahui keeratan hubungan antara peubah bebas x1, x2 dan x3 terhadap peubah terika t (Y). Nilai korelasi dapat bernotasi negatif maupun positif, notasi ini mengindikasikan bentuk atau arah hubungan yang terjadi. Nilai koefisien korelasi berganda (R) dapat dilihat pada Tabel 10.
Hasil dari olah data diperoleh nilai R = 1, hal ini menunjuk kan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat bahkan dapat dikatakan sempurna antara jumlah hotel dan restoran (x1), tingkat inflasi (x2) dan jumlah wisatawan nusantara (x3) secara bersama -sama terhadap realisasi penerimaan pajak hotel dan restoran (Y). Art inya apabila jumlah hotel dan restoran, tingkat inflasi dan jumlah wisatawan nusantara mengalami perubahan maka sangat berpengaruh terhadap realisasi pajak hotel dan restoran yang diterima oleh pemerintah daerah Kabupaten Tegal dan penelitian ini menghasil kan nilai R yang positif sehingga kenaikan jumlah hotel dan restoran, tingkat inflasi dan jumlah wisatawan nusantara akan menyebabkan kenaikkan realisasi pajak hotel dan restoran. Tabel 11. Model Summary (b) M od
R
R Squ are
R Squar e Chan ge
F Cha nge
el
1
Adj uste dR Squ are
df1
Std. Error of the Estim ate
df2
Sig. F Cha nge
38449 03,70 ,999 491 a Predictors: (Constant), JW, TI, JHR b Dependent Variable: RPHR 1,000( a)
,999
,997
DurbinWatson
Change Statistics
R Squar e Chan ge
F Cha nge
df1
503,6 93
3
1
df2
,033
Sig. F Change
1,193
4.7.2. Regresi R Squared ( R 2 ) Nilai R square (R 2) disebut juga sebagai koefisien determinasi yang berguna untuk mengetahui besarnya kontribusi peubah bebas (x) secara serempak di dalam menjelaskan peubah terikat (Y). Selain itu, R square dapat menunjukkan ragam naik atau turunya peubah terikat (Y) yang diterangkan oleh pengaruh linier peubah bebas (X). Ukuran nilai R square adalah semakin mendekati angka satu berarti garis regresi yang terbentuk dapat meramalkan peubah terikat (Y) secara lebih baik menuju kesempurnaan. Nilai regresi R squared (R 2) dapat dilihat pada Tabel 11 Model Summary.
Nilai R2 yang terdapat dalam tabel model summary sebesar 0.999. hal ini dapat diartikan bahwa peubah bebas dalam hal ini jumlah hotel dan restoran, tin gkat inflasi dan jumlah wisatawan nusantara secara bersama-sama mampu menjelaskan peubah realisasi penerimaan pajak hotel dan restoran sebesar 99.9%, sedangkan sisanya 0,1% dijelaskan oleh peubah lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. 4.7.3. Uji Global / Uji F Nilai F hitung dapat digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi kontribusi peubah bebas (secara bersama -sama) dalam menjelaskan peubah terikat. Artinya apakah memiliki pengaruh yang nyata atau bermakna. Tingkat signifikansi dapat diketahui dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel. Nilai F hitung dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. ANOVA(b) Model
Sum of df Squares 1 Regression 2233871 3382841 610,000 Residual 1478328 4500006, 320 Total 2235349 6667341 620,000 a Predictors: (Constant), JW, TI, JHR b Dependent Variable: RPHR
Mean Square
F
3
7446237794 280530,000
503,693
1
1478328450 0006,320
Sig. ,033(a)
4
Tabel ANOVA menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 503.693 sedangkan F tabel dapat ditentukan dengan cara melihat tabel. Dalam penelitian ini besarnya derajat bebas pembilang adalah 3 sedangkan derajat bebas penyebut adalah 1 dan perpotongan keduanya pada tingkat alpha 0.05 menghasilkan F tabel sebesar 216 sehingga diperoleh nilai F hitung > F tabel yaitu 50 3.693 > 216. Jadi keputusannya adalah menerima hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah hotel dan restoran
(x1), tingkat inflasi (x2) dan jumlah wisatawan nusantara (x3) secara bersama-sama terhadap realisasi penerima an pajak hotel dan restoran sehingga peningkatan jumlah hotel dan restoran, tingkat inflasi dan jumlah
wisatawan
secara
bersama -sama
akan
menyebabkan
peningkatan realisasi pajak hotel dan restoran, begitu pula sebaliknya. 4.7.4. Uji t-Student / Uji t Pengaruh secara parsial adalah pengaruh secara sendiri -sendiri artinya bagaimana pengaruh X1 terhadap Y dalam kondisi X2 dan X3 dikontrol/tetap/cateris paribus. Adapun manfaat yang diperoleh dari pengaruh secara parsial adalah untuk mencari informasi dari keseluruhan peubah bebas sehingga dapat diketahui peubah yang memiliki pengaruh paling dominan atau paling besar. Uji t dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel. Adapun nilai t hitung dapat dilihat pada Tabel 13. sebagai berikut: Tabel 13. Coefficients(a)
Model
Unstandardi zed Coefficients
Stand ardiz ed Coeff icient s
t
Sig.
Std. Error
Beta
Zero order
Parti al
31,2 36
,020
B 1
(Con stant )
JHR
TI
JW
378 968 850 4,17 5 949 431 3,08 5 137 430 92,5 06 399 6,39 0
1213 2535 9,750
Correlations
Collinearit y Statistics
Par t
Tole ranc e
VIF
B
Std. Erro r
2762 32,47 5
1,817
34,3 71
,019
,29 4
1,00 0
,884
,237
4,22 6
7246 70,40 7
,989
18,9 65
,034
,45 1
,999
,488
,243
4,11 2
123,7 90
2,315
32,2 84
,020
,39 4
1,00 0
,830
,129
7,77 5
1.
Peubah jumlah hotel dan re storan Pada taraf signifikansi 5%, nilai t tabel = 4.303 dan t hitung = 34.371, karena t hitung > t tabel, maka dapat disimpulkan hipotesis diterima artinya jumlah hotel dan restoran mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap realisasi penerimaan pajak hotel dan restoran. Hal ini juga, dapat dilihat dari nilai Sig. = 0.019 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5%. koefisien regresi peubah tersebut sebesar 9.494.313,085 dan bernilai positif yang artinya setiap bertambah 1 unit jumlah hot el dan restoran akan meningkatkan realisasi pajak hotel dan restoran sebesar 9.494.313,085 rupiah dalam setahun dan berlaku untuk sebaliknya.
2.
Peubah tingkat inflasi Pada taraf signifikansi 5%, nilai t tabel = 4.303 dan t hitung = 18.965, karena t hitung > t tabel, maka dapat disimpulkan hipotesis diterima artinya tingkat inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap realisasi penerimaan pajak hotel dan restoran. Hal ini dapat dilihat dari Sig. = 0.034 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5%. koefisien regresi peubah tersebut sebesar 13.743.092,506 dan bernilai positif yang artinya kenaikkan 1% tingkat inflasi akan mengakibatkan kenaikkan realisasi pajak hotel dan restoran sebesar 13.743.092,506 rupiah dalam setahun tetapi sampai batas in flasi ringan dan begitu juga sebaliknya.
3.
Peubah jumlah wisatawan nusantara Pada taraf signifikansi 5%, nilai t tabel = 4.303 dan t hitung = 32.284, karena t hitung > t tabel, maka dapat disimpulkan hipotesis
diterima
artinya
jumlah
wisatawan
nus antara
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap realisasi penerimaan pajak hotel dan restoran. Hal ini dapat dilihat dari Sig. = 0.020 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5%.
koefisien regresi peubah tersebut sebesar 1885.931 dan bernilai positif yang artinya setiap bertambahnya 1 orang wisatawan nusantara yang berkunjung ke objek wisata akan meningkatkan realisasi pajak hotel dan restoran sebesar 1885. 931 rupiah dam berlaku sebaliknya. Secara parsial semua peubah bebas mempunyai pengaruh yang signifikan hal ini dapat dilihat dari nilai t hitung maupun Sig, dimana nilai t hitung lebih besar dari t tabel sedangkan nilai Sig masih dibawah alpha 0.05 sehingga hipotesis diterima. 4.7.5. Pengujian Asumsi klasik Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui (mende teksi) ada atau tidaknya Heteroskedastisitas, Autokorelasi, Multikolinieritas pada hasil regresi yang akan dianalisis. Karena apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut, uji t dan uji F yang dilakukan menjadi tidak valid dan secara statis tik kesimpulan akhir yang diperoleh hasilnya menjadi tidak baik. 4.7.5.1.
Multikolinieritas Berdasarkan Tabel 14. coefficient correlation (a) menunjukkan bahwa hasil korelasi antara variabel jumlah hotel dan restoran dengan jumlah wisatawan sebesar 0,873, variabel tingkat inflasi dengan jumlah wisatawan sebesar 0,869, dan variabel antara tingkat inflasi dengan jumlah hotel dan restoran sebesar 0,742. Besarnya korelasi diantara variabel bebas menunjukkan lebih kecil dari pada koefisien determinasi (R 2) 0,999, serta terdapat variabel yang semuanya berpengaruh nyata secara parsial, maka dapat diputuskan tidak terdapat multikolinieritas. Selain itu, Uji multikolinieritas tolerance
dapat dilakukan
value dan Variance
dengan
Inflation Factor
melihat (VIF),
Multikolinieritas terjadi apabila suatu variabel independen mempunyai nilai VIF > 10 dan nilai
tolerance value
dibawah 0,1. Hasil uji multikolinieritas disajikan dalam
Tabel 13. Coefficients (a) yang menunjukkan bahwa besarnya nilai VIF jumlah hotel dan restoran adalah 0,884, VIF tingkat inflasi sebesar 0,488 dan VIF jumlah wisatawan nusantara sebesar 0,830 yang berarti nilai VIF nya dibawah 10 serta Nilai tolerance jumlah hotel dan restoran, tingkat inflasi dan jumlah wisatawan nusantara diatas 0,1 sehin gga dapat dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinieritas diantara variabel-variabel bebas. Tabel 14 coefficient correlations (a) Model 1 Correlations
JW TI JHR JW TI
Covariances
JHR
4.7.5.2.
JW
TI
JHR
1,000 ,869 ,873 15323,873 77975809, 764 29853310, 293
,869 1,000 ,742 77975809,764 52514719833 9,165 14849836697 0,150
,873 ,742 1,000 29853310,293 148498366970,15 0 76304380061,165
Heteroskedastisitas Pendeteksian heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji korelasi spearman yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 14. Pada kolom residual dapat dilih at bahwa nilai signifikansi
(sig.
(2-tailed))
masing-masing
variabel
independennya diatas 5% sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regr esi linier, dengan terpenuhinya asumsi tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa persamaan regresi te rsebut tidak bias dan efisien. Tabel 15. Correlations JHR Spearm an's rho
JHR
TI
JW
residual
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
TI
JW
residual
1,000
-,200
-,600
,600
. 5
,747 5
,285 5
,285 5
-,200
1,000
-,500
-,400
,747 5
. 5
,391 5
,505 5
-,600
-,500
1,000
-,200
,285 5
,391 5
. 5
,747 5
,600
-,400
-,200
1,000
,285
,505
,747
.
N
5
5
5
5
Selain itu, pengujian heteroskedastisitas dapat menggunakan gambar scatterplot. Hasil uji pada gambar, diketahui bahwa titik-titik (data) menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian, maka memiliki arti tidak terjadi Heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk mempred iksi variabel terikat realisasi pajak hotel dan restoran (RPHR) berdasarkan ketiga variabel bebas
yang digunakan yaitu jumlah hotel
dan restoran (JHR), tingkat inflasi (TI), dan jumlah wisatawan nusantara (JW). S c a t t e r p lo t
R e g r e s s io n S t u d e n t iz e d R e s id u a l
D e p e n d e n t V a r ia b le : R P H R 1 .0 0 .5 0 .0 - 0 .5 - 1 .0 - 2 .0
- 1 .5
- 1 .0
- 0 .5
0 .0
0 .5
1 .0
R e g r e s s io n S t a n d a r d iz e d P r e d ic t e d V a lu e
4.7.5.3.
Uji Autokorelasi Berdasarkan hasil uji korelasi diperoleh nilai DurbinWatson sebesar 1,193 yang dapat dilihat pada Tabel 16. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa model regresi di dalam penelitian ini tidak terjadi autokorelasi. Hal ini, sesuai dengan kriteria umum yang menyatakan apabila nilai Durbin Watson
dengan tingkat kepercayaan α = 5%
terletak antara
-2 sampai +2 maka tidak terdapat
autokorelasi. Tabel 16 Model Summary(b) Model 1
R 1,000(a)
R Square ,999
a Predictors: (Constant), JW, TI, JHR
Adjusted R Square ,997
Std. Error of the Estimate 3844903,70 491
DurbinWatson 1,193
b Dependent Variable: RPHR
4.7.6. Interpretasi Hasil Regresi Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji adanya hubungan antara dua atau lebih variabel bebas dengan satu variabel terikat. Hasil analisis regresi be rganda diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: RPHR = a + B1X1 JHR + B2X2 TI + B3X3 JW + ei RPHR = -3789688504,175 + 9494313,085 JHR + 13743092,506 TI + 3996,390 JW Keterangan: RPHR
= Realisasi Pajak Hotel dan Restoran (Rupiah)
A
= Konstanta
b1, b2, b3
= Koefisien regresi
ei
= Variabel pengganggu
X1
= Jumlah Hotel dan Restoran ( unit )
X2
= Tingkat Inflasi ( persen )
X3
= Jumlah Wisatawan Nusantara ( orang ) Dari persamaan hasil regresi diatas menunjukkan bahwa nilai Y
(Realisasi Pajak Hotel dan Restoran) jika tidak dipengaruhi oleh Jumlah Hotel dan Restoran, Tingkat Inflasi, Jumlah Wisatawan Nusantara atau bisa juga dikatakan nilai ketiga variabel Independen (yang mempengaruhi) tersebut adalah 0, sehingga nilai realisasi pajak hotel dan restoran adalah sebesar -3789688504,175. 1. Jumlah Hotel dan Restoran = 9494313,085. Dari hasil regresi berganda diatas, tanda parameter untuk Jumlah Hotel dan Restoran adalah positif yaitu 9494313,085 yang akan menunjukkan bahwa apabila jumlah hotel dan re storan naik atau bertambah 1 unit, maka akan mengakibatkan naiknya realisasi pajak hotel dan restoran sebesar 9494313,085 rupiah, hasil regresi dengan asumsi variabel yang lain tetap (cateris paribus). Jumlah hotel dan restoran sesuai dengan hipotesis pen elitian karena apabila
jumlah hotel dan restoran bertambah akan mengakibatkan naiknya realisasi pajak hotel dan restoran. 2. Tingkat Inflasi = 13743092,506. Tanda parameter untuk tingkat inflasi adalah positif
yaitu
13743092,506 dan hasil output olah dat a menunjukkan angka yang signifikan. Jadi, kenaikan inflasi sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan realisasi pajak hotel dan restoran sebesar 13743092,506 rupiah dengan asumsi variabel yang lain tetap (cateris paribus). Kenaikan tingkat inflasi tidak menuru nkan realisasi pajak hotel dan restoran, hal ini
dikarenakan nilai rata -rata tingkat inflasi di
Kabupaten Tegal dari tahun 2005 sampai tahun 2009 sebesar 8,74% per tahun lebih kecil dari 10% per tahun sehingga tergolong inflasi ringan. Jika inflasi masih tergolong ringan, maka inflasi ini memberikan pengaruh positif terhadap perekonomian, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat produsen menjadi bergairah bekerja atau terdapat insetif untuk bekerja, menabung maupun mengadakan investasi. 3. Jumlah Wisatawan Nusantara = 3996,390 Dari hasil regresi berganda diatas, tanda parameter untuk Jumlah wisatawan nusantara adalah positif yaitu 3996,390 yang akan menunjukkan
bahwa
apabila
jumlah
wisatawan
nusantara
bertambah 1 orang, maka akan mengakibatkan naiknya realisasi pajak hotel dan restoran sebesar 3996,390 rupiah, hasil regresi dengan asumsi variabel yang lain tetap (cateris paribus). Jumlah hotel dan restoran sesuai dengan hipotesis penelitian karena apabila jumlah wisatawan nusantara bertambah akan mengakibatkan naiknya realisasi pajak hotel dan restoran. 4.8. Upaya Peningkatan Pajak Hotel dan Restoran Berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan kepada 9 orang petugas pajak hotel dan restoran di Kabupaten Tegal diperoleh informasi sebagai berikut:
1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal dalam menetapkan target penerimaan pajak hotel dan restoran. Pemerintah Kabupaten Tegal menetapkan target penerimaan pajak hotel dan restoran berdasarkan atas potensi yang ada di setiap wilayah Kabupaten
Tegal,
anggaran
belanja
daerah,
laporan
income
(pemasukan) dari wajib pajak, jumlah dan besarnya hotel dan restoran, jumlah pengunjung hotel dan restoran, perkembangan industri dibidang hotel. 2.
Tarif minimum pajak yang dikenakan di Kabupaten Tegal. Sesuai dengan Perda No.5 tahun 1998 bab 3 tentang dasar pengenaan dan tarif pajak di dalam pasal 5 menyebutkan bahwa dasar pengenaan pajak adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel dan atau restora dan pasal 6 menyebutkan bahwa tarif pajak ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen). Pungutan pajak hotel minimum di Kabupaten Tegal sebesar Rp. 150.000 per bulan dan pajak restoran sebesar Rp. 15.000 per bulan.
3.
Kendala yang dihadapi dalam pemungutan pajak hotel dan restoran di Kabupaten Tegal. Petugas pajak menghadapi beberapa kendala dalam memungut pajak hotel dan restoran. Apabila kendala tersebut tidak dapat diatasi atau diminimalisasikan maka akan mengurangi besarnya penerimaan pajak hotel dan restoran. Adapun kendala -kendala yang dihadapi petugas pajak dalam memungut pajak hotel dan restoran seperti: w ajib pajak yang kurang disiplin dalam membayar pajak atau tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, s epinya pengunjung sering dijadikan alasan oleh para wajib pajak , kurang sadarnya wajib pajak dalam membayar pajak, serta sektor kesejahteraan masyarakat yang akan berpengaruh terhadap pendapatan pajak hotel dan restoran ketika kesejahteraan masyarakat meningkat
akan terjadi
peningkatan
pendapatan dan ketika kesejahteraan masyarakat menurun, pendapatan pun akan turun. 4.
Usaha yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi kendala -kendala
Dalam rangka mengatasi kendala -kendala yang dihadapi petugas pemungut pajak hotel dan restoran, Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal melakukan beberapa usah a seperti mengadakan sosialisasi tentang pajak hotel dan restoran, memberikan pengarahan kepada pemilik restoran untuk melakukan promosi di tempat -tempat wisata dan memasang iklan, petugas pajak mencari objek pajak baru serta melakukan penagihan langsung k epada wajib pajak agar mengurangi besarnya tunggakan pajak. 5.
Upaya peningkatan penerimaan pajak hotel dan restoran. Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di sektor pajak hotel dan restoran, upaya – upaya tersebut meliputi: diadakannya sosialisasi terhadap pemilik hotel dan restoran, intensifikasi dan ekstensifikasi objek pajak hotel dan restoran, mengadakan pendataan ulang atau tertib administrasi
di setiap
kecamatan yang bertujuan untuk melihat perkembangan wajib pajak baik yang belum terdaftar maupun yang sudah terdaftar sebagai wajib pajak serta melakukan pengawasan terhadap w ajib pajak apakah sudah membayarkan kewajibanya. 4.9. Implikasi Manajerial Hasil penelitian mengenai kon tribusi pajak hotel dan restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) menunjukkan bahwa kontribusi pajak hotel dan restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Tegal masih relatif kecil dan tingkat efektifitasnya tidak menunjukkan progres dalam artian fluktuatif dari tahun ke tahun. Pengelolaan pajak hotel dan restoran yang efektif akan menghasilkan pendapatan pajak hotel dan restoran yang maksimal dan diharapkan akan memberikan kontribusi yang tinggi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) s ehingga Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal perlu meningkatkan efektifitas pajak hotel dan restoran. Tingkat efektifitas di dalam penelitian ini hanya mempertimbangkan pencapaian target pajak hotel dan restoran sehingga menentukan efektif atau tidak efektif berdasarkan pada dapat atau tidaknya target pajak hotel dan
restoran terealisasikan. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan efektifitas pajak hotel dan restoran Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal harus dapat meningkatkan realisasi pajak hotel dan rest oran dengan mendukung kegiatan yang dilakukan pihak hotel seperti promosi tentang hotel. Adapun kegiatan promosi yang dilakukan pihak hotel meliputi advertising yang merupakan suatu kegiatan promosi melalui media cetak atau media alektronik, public relation adalah kegiatan yang menggunakan teknik-teknik pendekatan kepada masyarakat secara luas dengan bermacam macam kegiatan yang berkaitan dengan operasional hotel dan tugas utamanya memelihara citra hotel dimata tamu dan masyarakat secara luas, serta apabila terdapat hal-hal yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap hotel maka public relation bertanggung jawab meluruskan misalnya dengan meralat di surat kabar atau melakukan wawancara dengan wartawan, sales adalah kegiatan penjualan dengan menggu nakan alat bantu seperti slide presentasi, brosur, leaflet, dan lain-lain, serta kegiatan promosi yang terakhir adalah personal selling yang merupakan suatu kegiatan promosi yang dilakukan dengan jalan melakukan bujukan kepada calon tamu dengan harapan dapat memutu skan kepastian akan membeli produk hotel yang ditawarkan . Hasil persamaan regresi di peroleh bahwa jumlah hotel dan restoran, tingkat inflasi dan jumlah wisatawan nusantara merupakan penyumbang realisasi pajak hotel dan restoran sebesar 99,9%. Oleh ka rena itu, implikasi manajerial yang dapat dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal yang berkaitan dengan jumlah hotel dan restoran adalah memaksimalkan penarikan pajak hotel dan restoran seperti bekerja lebih keras dalam menggali atau menjaring wajib pa jak baru yang belum terdata dan dalam rangka meningkatkan jumlah wisatawan, Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal perlu melakukan promosi pariwisata Kabupaten Tegal baik melalui media elektronik maupun media cetak serta melakukan kerjasama dengan pihak biro perjalanan wisata.