IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tinjauan Umum Lokasi Penggilingan Padi Kelurahan Situ Gede adalah suatu kelurahan yang berada di Kecamatan Bogor Barat. Berdasarkan data monografi Kelurahan Situ Gede pada tahun 2010, Kelurahan Situ Gede mempunyai luas wilayah sebesar 232.47 Ha. Kelurahan ini dibatasi oleh kali Cisadane disebelah utara, kali Sindang Barang disebelah selatan, Desa Cikarawang disebelah barat, dan Kelurahan Bubulak disebelah timur. Ketinggian tanah di Kelurahan Situ Gede adalah 250 m dari permukaan laut. Suhu udara rata-rata sebesar 24.9˚C – 25.8˚C. Jarak Kelurahan Situ Gede dari pusat pemerintahan Kecamatan sejauh lima km. Jarak dari Kelurahan ke ibukota provinsi sejauh 160 km dan jarak dari kelurahan ke ibukota Negara sejauh 100 km. Sebagian besar tanah di Kelurahan Situ Gede digunakan untuk lahan sawah. Lahan sawah yang terdapat di Kelurahan Situ Gede sebesar 65 Ha. Hal ini yang mendorong sebagian besar besar penduduk kelurahan Situ Gede bekerja sebagai petani atau pun buruh tani. Jumlah penduduk di Kelurahan Situ Gede sebesar 7,941 orang, yang terdiri dari 4,048 orang laki-laki dan 2893 orang perempuan. Jumlah kelompok tani yang berada di Kelurahan Situ Gede sebanyak tiga kelompok. Akan tetapi kelompok tani tani tersebut kurang berjalan, sehingga para petani cenderung mengolah lahan sawahnya sendiri. Salah satu penyebab kurang berjalannya kelompok tani yang terdapat di Kelurahan Situ gede adalah kebanyakan lahan sawah yang terdapat di Kelurahan Situ Gede bukan merupakan lahan milik petani. Petani yang merupakan penduduk Kelurahan Situ Gede hanya sebagai buruh tani yang menyewa lahan sawah. Pemilik lahan sawah hanya datang setiap musim panen atau sesuai perjanjian dengan petani yang menyewa lahan tersebut. Di Kelurahan Situ Gede terdapat dua unit pelayanan jasa penggilingan padi. Penggilingan padi milik bapak Kardi adalah penggilingan padi terbesar dan tertua di Kelurahan Situ Gede, sehingga penulis memilih penggilingan tersebut sebagai lokasi pengamatan. Hal ini dilakukan dengan harapan pengamatan yang dilakukan dapat mewakili unit pelayanan jasa penggilingan padi lain di Kelurahan Situ Gede. Penggilingan padi milik bapak Kardi berdiri tahun 1980 dan lokasi penggilingan termasuk strategis karena dikelilingi oleh sawah.
Gambar 2. Penggilingan padi milik Bapak Kardi
15
Fasilitas terdapat di penggilingan padi tersebut antara lain bangunan berukuran 4m x 6m, lantai jemur, mesin penggilingan yang berupa huller dan polisher,serta timbangan. Lantai jemur yang terdapat di penggilingan berukuran 6m x 9m yang dapat menampung 500-600 kg GKP. Untuk menjemur biasanya tidak dikenai biaya karena petani yang menjemur padinya di penjemuran milik penggilingan tersebut akan menggiling padinya di penggilingan ini. Namun ada juga petani yang membawa gabah yang sudah siap digiling menjadi beras.
Gambar 3. Lantai Jemur
Mesin huller yang terdapat di penggilingan adalah huller model LM 24 buatan china diproduksi tahun 1977 bertenaga 5.5 kw, berat 115 kg, mempunyai putaran 1,050 rpm, dan mempunyai kapasitas giling sebesar 1000 kg GKG/jam. Mesin polisher yang terdapat di penggilingan adalah polisher model N-70F buatan china, bertenaga 10-11 kw, berat 185 kg, mempunyai putaran 750-850 rpm, dan berkapasitas 1,100-1,200 kg/jam. Untuk menggerakan huller dan polisher diperlukan dua buah mesin penggerak, yaitu mesin diesel Kubota 8.5 PK untuk menggerakan huller (merk LM 24) sebesar 7.4 PK dan mesin diesel Kubota 16 PK untuk menggerakan polisher (merk N-70 F) sebesar 14 PK. Fasilitas lain yang terdapat di penggilingan adalah timbangan beras yang mempunyai kapasitas menimbang sampai 500 kg. Petani yang menggiling padinya ke penggilingan ini sebagian besar adalah petani yang terdapat disekitar penggilingan. Hanya sedikit petani dari luar kelurahan Situ Gede yang menggiling padinya ke penggilingan ini, biasanya petani yang berasal dari Cikarawang dan Bubulak. Jenis padi yang digiling di penggilingan adalah pandan wangi. Hasil samping penggiliingan yang berupa sekam dan bekatul biasanya diambil secara gratis oleh petani yang bersangkutan atau dibiarkan begitu saja di penggilingan. Jika sekam tertumpuk terus, sekam akan dibuang atau dibakar di sebelah penggilingan. Umumnya petani yang terdapat di Kelurahan Situ Gede menanam padi 2-3 musim dalam setahun. Jadwal tanam petani di Kelurahan Situ Gede biasanya bergilir. Jarak waktu tanam tiap petak sawah antara petani yang satu dengan yang lainnya biasanya berbeda 1-2 minggu. Hal ini dilakukan agar pada saat panen tidak bersamaan dan diharapkan sepanjang tahun ada petak sawah yang panen. Biasanya pada saat panen, petani tidak langsung menggiling padi seluruhnya, tetapi juga ada yang disimpan untuk persediaan makan selama
16
musim tanam. Jumlah panen yang tinggi biasanya pada bulan Mei, Juni, Juli, dan pada saat mendekati hari raya Idul Fitri. Perkiraan hari kerja adalah 26 hari dalam satu bulan. Proses penggilingan dimulai dari pemecahan kulit dengan memakai mesin pemecah kulit (huller). Pemecahan kulit biasanya dilakukan sebanyak dua kali. Setelah proses pemecahan kulit dilanjutkan dengan proses pemutihan beras dengan memakai mesin pemutih (polisher). Proses pemecahan kulit dilakukan hanya satu kali dan beras yang diperoleh tidak dipisahkan berdasarkan ukuran beras. Beras kepala, beras patah dan menir yang dihasilkan oleh proses penggilingan seluruhnya ditimbang untuk mengukur besarnya biaya yang dikenakan ke pemilik beras. Rendemen giling rata-rata yang dihasilkan pada unit penggilingan padi adalah 63.76%. Nilai rendemen tersebut terdiri dari beras kepala, beras patah, dan menir yang ikut tercampur. Jika menir tidak dimasukan dalam perhitungan rendemen tersebut, maka nilai rendemen giling yang diperoleh akan lebih rendah lagi. Rendahnya rendemen giling tersebut dipengaruhi karena faktor keadaan mesin-mesin penggilingan yang ada pada penggilingan tersebut sudah melewati nilai ekonomisnya sehingga tidak dapat bekerja secara maksimal. Selain itu varietas padi yang digiling dan kondisi gabah yang akan digiling (kadar air, kemurnian gabah, dan sebagainya) juga mempengaruhi rendemen giling. Kondisi gabah yang baik biasanya terjadi pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan banyak terjadi gabah kosong sehingga rendemen gabah menurun.
4.2. Analisis Biaya dan Kelayakan Finansial 4.2.1. Analisis Biaya Setiap usaha yang telah beroperasi pasti mengeluarkan sejumlah biaya untuk menjalankannya dan menjual suatu barang atau jasa untuk memperoleh keuntungan temasuk dalam menjalankan usaha pelayanan jasa pengilinggan padi. Berdasarkan pengamatan harian dan wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait dengan usaha penggilingan padi di Kelurahan Situ Gede dapat dianalisis total biaya yang dikeluarkan, penerimaan, biaya pokok penggilingan dan titik impas. Selama usaha penggilingan padi berjalan terdapat sejumlah biaya yang harus dikeluarkan oleh pemilik penggilingan padi antara lain biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang secara rutin dikeluarkan setiap tahun dan nilainya relatif sama. Biaya tetap yang terdapat pada usaha penggilingan padi antara lain penyusutan bangunan, lantai jemur, mesin-mesin penggilingan, timbangan, dan pajak bumi dan bangunan (PBB). Pembayaran pajak bumi dan bangunan (PBB) digabung dengan pajak yang dikenakan ke rumah tinggal pemilik penggilingan padi. Pajak yang dikenakan ke penggilingan diasumsikan sebesar 50% dari total biaya pajak. Biaya awal pembangunan bangunan dan lantai jemur diperkirakan sebesar Rp.60,000,000,-. Biaya pembelian mesin huller dan polisher diperkirakan sebesar Rp. 9,800,000,- .
17
Gambar 4. Huller
Gambar 5. Polisher Untuk menggerakan huller dan polisher dibutuhkan dua mesin penggerak yaitu mesin diesel Kubota 8.5 PK untuk menggerakan huller (merk LM 24) sebesar 7.4 PK dan mesin diesel Kubota 16 PK untuk menggerakan polisher (merk N-70 F) sebesar 14 PK.
Gambar 6. Motor Pengerak
18
Biaya pembelian timbangan beras 500 kg sebesar Rp. 1,500,000,-. Total biaya tetap yang dikeluarkan oleh penggilingan padi sebesar Rp. 5,041,871,-/tahun. Perhitungan dan nilai biaya tetap yang terjadi terdapat pada Lampiran 2.
Gambar 7. Timbangan Beras Biaya tidak tetap adalah biaya yang besarnya berubah-ubah tergantung jumlah jam kerja mesin dan banyaknya produk yang dihasilkan. Biaya tidak tetap mencakup biaya bahan bakar mesin, biaya pelumas, upah tenaga kerja, dan biaya perawatan dan perbaikan mesinmesin penggilingan padi. Mesin-mesin yang terdapat di penggilingan padi ini terdiri dari huller, polisher dan dua mesin penggerak diesel. Mesin penggerak memerlukan bahan bakar berupa solar untuk beroperasi. Harga solar yang digunakan adalah harga solar pada saat dilakukan pengamatan yaitu Rp.4,500,-/liter. Jenis pelumas yang dipakai pada kedua motor ini sama yang berbeda hanya banyaknya penggunaan pelumas dikarenakan perbedaan tenaga motor. Perkiraan pemakaian pelumas untuk motor diesel Kubota 8.5 PK adalah 3 liter/bulan dan motor Kubota 16 PK adalah 6 liter/bulan. Harga pelumas yang dipakai adalah Rp. 20,000,-/liter. Tenaga kerja yang terdapat dipenggilingan padi sebanyak dua orang dan upah masing-masing tenaga kerja sebesar Rp. 20,000,-/hari kerja. Setiap tahun dilakukan pergantian suku cadang dan perawatan motor. Pada huller dan polisher dilakukan pergantian rubber roll. Harga rubber roll adalah Rp. 200,000/set. Pergantian rubber roll ini bergantung pada banyaknya gabah yang digiling. Pergantian dilakukan setiap dua puluh ton gabah digiling. Pada polisher selain dilakukan pergantian rubber roll secara rutin juga dilakukan pergantian ayakan polisher. Harga satu set ayakan polisher adalah Rp. 20,000.-. Ayakan polisher diganti setiap 25 ton gabah digiling. Selain itu terdapat beberapa pergantian suku cadang lain. Pergantian diperkirakan dilakukan setiap 25 ton gabah yang digiling dan diperkirakan memerlukan biaya Rp. 350,000,-. Perawatan dan perbaikan motor penggerak juga dilakukan sebanyak dua kali setahun dengan perkiraan sekali perbaikan yaitu Rp. 400,000,- dan upah montir sebesar Rp. 250,000,-. Total biaya tidak tetap yang dikeluarkan penggilingan padi tersebut sebesar Rp. 36,619.584/jam kerja atau Rp. 31,991,221.765/tahun. Perkiraan jumlah gabah yang digiling dan jam kerja mesin penggilingan padi ini dalam setahun berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama satu musim tanam. Dalam setahun terdapat 2-3 kali musim tanam dan hasil panen yang dihasilkan per musim tanam relatif sama. Jumlah giling dalam setahun diperkirakan sebesar 202.936 ton GKG. Upah giling penggilingan padi biasanya berbeda-beda tergantung kebijakan pemilik penggilingan padi. Pada penggilingan milik bapak Kardi dikenakan bayaran sebesar 1 : 10,
19
maksudnya untuk 10 kg beras yang dihasilkan dikenakan biaya giling sebesar 1 kg beras. Harga beras yang berlaku adalah harga beras selama penulis melakukan penelitian. Apabila dibayarkan menggunakan uang maka biaya penggilingan sebesar Rp. 550.-/kg beras yang dihasilkan. Pembayaran dapat dilakukan dengan uang atau beras yang dihasilkan diberikan ke penggilingan. Biasanya petani langsung membayar biaya giling dengan uang, tetapi jika petani tidak mempunyai uang, mereka dapat memberikan beras kepada penggilingan dan beras tersebut dapat diambil kembali jika petani telah memiliki cukup uang untuk melunasi biaya giling. Total biaya yang dikeluarkan oleh penggilingan selama setahun adalah jumlah dari biaya tetap dan biaya tidak tetap selama setahun. Total biaya yang dikeluarkan penggilingan padi tersebut selama setahun sebesar Rp. 37,033,093.194. Dari total biaya dan jumlah beras yang dihasilkan selama setahun dapat dihitung biaya pokok tiap satu kilogram beras yang dihasilkan. Biaya giling yang ditetapkan oleh penggilingan harus lebih besar dari biaya pokok tiap satu kilogram beras yang dihasilkan. Hal ini dilakukan agar penggilingan dapat memperoleh keuntungan dari usahanya. Berdasarkan perhitungan didapat biaya pokok tiap kilogram beras yang dihasilkan sebesar Rp. 283.8. Nilai ini lebih kecil dari biaya giling yang ditentukan oleh penggillingan sebesar Rp. 550,-, maka penggilingan dapat memperoleh keuntungan sebesar Rp. 266.2/kg beras. Titik impas (Break Even Point) adalah saat dimana jumlah penerimaan sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan perhitungan titik impas penggilingan padi diperoleh nilai sebesar 139.19 jam/tahun atau 35,342.784 kg GKG/tahun. Jika penggilingan tidak ingin mendapatkan kerugian, penggilingan minimal beroperasi selama 139.19 jam setahun atau menggiling gabah sebanyak 35,342.784 kg GKG/tahun. Perhitungan biaya dan titik impas terdapat pada lampiran 4.
4.2.2. Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial dilakukan dengan cara perhitungan tiga macam analisis, antara lain dengan cara perhitungan Net Present Value (NPV), Imternal Rate of Return (IRR), dan perhitungan gross B/C ratio. Perhitungan analisis kelayakan finansial menggunakan hasil perhitungan pada analisis biaya, upah penggilingan, dan jumlah gabah yang digiling per tahun pada tingkat bunga 14%/tahun (BNI rate tahun 2010). Dari hasil perhitungan diperoleh nilai net present value (NPV) sebesar Rp. 168,628,529.933, nilai internal rate of return (IRR) sebesar 40.11 %, dan nilai gross B/C ratio sebesar 1.50. Bersadarkan hasil tersebut dapat disimpulkan penggilingan padi milik bapak Kardi layak dari segi finansial. Hal ini dikarenakan nilai NPV, IRR, dan gross B/C ratio memenuhi syarat kelayakan finansial, yaitu nilai NPV lebih besar dari nol, nilai IRR lebih besar dari discount rate yang berlaku (14%), dan nilai gross B/C ratio lebih besar dari satu. Perhitungan analisis kelayakan finansial dapat dilihat pada lampiran 5.
4.3. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk mempelajari kemungkinan terjadinya perubahan pada salah satu komponen biaya. Komponen biaya yang digunakan adalah biayabiaya yang cepat berubah karena pengaruh keadaan sosial, politik, dan ekonomi dan dapat mempengaruhi jumlah biaya yang dikeluarkan serta dapat menimbulkan resiko pada
20
penggilingan padi. Untuk studi penelitian ini, komponen biaya yang digunakan untuk perhitungan analisis sensitivitas adalah harga solar, upah tenaga kerja, dan jumlah giling tahunan. Harga solar sangat mudah berubah dikarenakan berkurangnya cadangan minyak bumi dan naiknya harga minyak dunia. Kenaikan harga BBM akan menyebabkan naiknya berbagai macam komoditas di pasaran. Hal ini menimbulkan kenaikan upah tenaga kerja. Perubahan kedua komponen biaya tersebut dapat mempengaruhi biaya operasional penggilingan padi. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk memperkirakan perubahan biaya dan resiko yang mungkin dapat terjadi. Selain itu jumlah giling tahunan juga dapat mempengaruhi kelayakan suatu usaha penggilingan. Apabila terjadi penurunan jumlah giling tahunan, jumlah beras yang dihasilkan juga menurun mengakibatkan pendapatan yang didapat pengilingan akan menurun dan dimungkinkan dapat mengakibatkan penggilingan mengalami kerugian. Analisis sensitivitas dilakukan terhadap beberapa kondisi yang mungkin terjadi antara lain : a. Kenaikan harga bahan bakar solar sebesar 15%, 30%, 45%, dan 60% dari harga yang berlaku (Rp. 4,500/liter). Hasil perhitungan analisis sensitivitas terhadap disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Analisis Sensitivitas Terhadap Kenaikan Harga Solar Kenaikan Gross B/C NPV IRR Titik Impas Harga Solar Ratio (%) (Rp) (%) jam/tahun kg GKG/tahun
dalam satuan juta
NPV (Rp)
15 30 45 60
159,963,538.31 151,298,546.69 142,633,555.06 133,968,563.44 165
38.93 37.69 36.37 34.96
1.46 1.43 1.39 1.36
139.19 139.19 139.19 139.19
35,342.78 35,342.78 35,342.78 35,342.78
159.96
160 155
151.30
150 145
142.63
140 135 133.97
130 0
15
30
45
60
Kenaikan Harga Solar (%) Gambar 8. Grafik Hubungan NPV dengan Kenaikan Harga Solar
21
41 39
37.69
38.93
36.37
IRR (%)
37
34.96
35 33 31 29 27 25 0
15
30
45
60
Kenaikan Harga Solar (%) Gambar 9. Grafik Hubungan IRR dengan Kenaikan Harga Solar 1.48
1.46
Gross B/C Ratio
1.46 1.43
1.44 1.42
1.39
1.40 1.38
1.36
1.36 1.34 0
15
30
45
60
Kenaikan Harga Solar (%) Gambar 10. Grafik Hubungan Gross B/C Ratio dengan Kenaikan Harga Solar Pada tabel dan grafik hubungan NPV dengan kenaikan harga solar dapat diketahui apabila harga bahan bakar solar meningkat akan menurunkan nilai NPV penggilingan padi. Penurunan nilai NPV disebabkan karena kenaikan harga bahan bakar solar menyebabkan meningkatnya biaya yang dikeluarkan penggilingan tersebut dan akibatnya keuntungan yang diperoleh juga berkurang. Akan tetapi kenaikan harga bahan bakar solar tidak mempengaruhi kelayakan penggilingan padi. Hal ini disebabkan nilai NPV yang diperoleh tidak ada yang lebih kecil dari nol. Hal ini berarti apabila terjadi kenaikan harga solar mencapai 60% dari harga normal, pemilik penggilingan padi masih mendapatkan keuntungan dari usaha penggilingan yang didirikan. Kenaikan harga solar juga menurunkan nilai IRR penggilingan padi. Akan tetapi kenaikan harga bahan bakar solar tidak mempengaruhi kelayakan penggilingan padi. Apabila harga solar meningkat sampai 60% dari harga normal, nilai IRR yang dihasilkan masih lebih besar daripada nilai suku bunga yang berlaku (14%). Oleh karena itu, apabila pemilik meminjam uang ke bank untuk mendirikan penggilingannya, pemilik penggilingan mampu membayar bunga pinjamannya dan masih mendapatkan keuntungan dari usaha penggilingannya.
22
Selain itu peningkatan harga bahan bakar akan menurunkan nilai gross B/C ratio penggilingan padi. Akan tetapi kenaikan harga bahan bakar solar tidak mempengaruhi kelayakan penggilingan padi. Apabila harga solar meningkat sampai 60% dari harga normal, nilai gross B/C ratio masih lebih besar dari satu. Oleh karena itu, penggilingan padi masih mendapatkan keuntungan meskipun harga bahan bakar solar meningkat hingga 60%. Pada saat terjadi kenaikan harga bahan bakar solar sebesar 60%, jam kerja dan produksi penggilingan masih jauh berada diatas titik impas, sehingga pemilik penggilingan masih mendapatkan keuntungan dari usaha penggilingan tersebut. Kenaikan upah tenaga kerja sebesar 20%, 30, 40%, dan 50% dari upah normal (Rp.20,000/orang/hari). Hasil perhitungan analisis sensitivitas terhadap kenaikan upah tenaga kerja disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Analisis Sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah Tenaga Kerja Gross B/C Kenaikan Upah NPV IRR Titik Impas Ratio (%) (Rp.) (%) jam/tahun kg GKG/tahun 20 30
151,106,907.46 142,346,096.22
37.67 36.32
1.42 1.39
139.19 139.19
35,342.78 35,342.78
40 50
133,585,284.98 124,824,473.74
34.91 33.74
1.36 1.33
139.19 139.19
35,342.78 35,342.78
dalam satuan juta
NPV (Rp)
b.
151.11
160 140
142.35
120
124.82
133.59
100 80 60
40 20 -
0
10
20
30
40
50
60
Kenaikan Upah (%) Gambar 11. Grafik Hubungan NPV dengan Kenaikan Upah
23
IRR (%)
39 38 37 36 35 34 33 32 31 30
37.67 36.32 34.91 33.74
0
10
20
30
40
50
60
Kenaikan Upah (%)
Gross B/C Ratio
Gambar 12. Grafik Hubungan IRR dengan Kenaikan Upah 1.42
1.45 1.40 1.35 1.30 1.25 1.20 1.15 1.10 1.05 1.00 0
10
20
1.39
30
1.36
40
1.33
50
60
Kenaikan Upah (%) Gambar 13. Grafik Hubungan Gross B/C Ratio dengan Kenaikan Upah Pada tabel dan grafik hubungan NPV dengan kenaikan upah dapat diketahui apabila upah tenaga kerja meningkat akan menurunkan nilai NPV penggilingan padi. Akan tetapi kenaikan upah tenaga kerja tidak mempengaruhi kelayakan penggilingan padi. Hal ini disebabkan nilai NPV yang diperoleh tidak ada yang lebih kecil dari nol. Kenaikan upah tenaga kerja juga dapat menurunkan nilai IRR penggilingan padi. Akan tetapi kenaikan upah tenaga kerja tidak mempengaruhi kelayakan penggilingan padi. Hal ini disebabkan nilai IRR yang diperoleh tidak ada yang lebih kecil dari nilai suku bunga yang berlaku (14%). Selain itu kenaikan upah tenaga kerja dapat menurunkan nilai gross B/C ratio penggilingan padi. Akan tetapi kenaikan harga upah tenaga kerja tidak mempengaruhi kelayakan penggilingan padi. Hal ini disebabkan nilai gross B/C ratio yang diperoleh tidak ada yang lebih kecil nol. Pada saat terjadi kenaikan upah tenaga kerja mencapai 50%, jam kerja dan produksi penggilingan masih jauh berada diatas titik impas, sehingga pemilik penggilingan masih mendapatkan keuntungan dari usaha penggilingan tersebut.
24
c.
Perpaduan kenaikan harga bahan bakar solar sebesar 15%, 30%, 45%, dan 60% dari harga normal (Rp.4,500/liter) dan kenaikan upah tenaga kerja sebesar 50% dari upah normal (Rp.20,000/orang/hari). Hasil perhitungan analisis sensitivitas disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Analisis Sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 50% dan Harga Solar Kenaikan Harga Kenaikan Upah NPV IRR Gross B/C Ratio Solar (%) (%) (Rp) (%)
dalam satuan juta
NPV (Rp)
15 30 45 60
50 50 50 50
140
116,159,482.12 107,494,490.49 98,829,498.87 90,164,507.25
32.48 31.12 29.72 28.50
1.30 1.27 1.24 1.22
116.16
120
107.49
100
98.83 90.16
80 60 40 20 0 0
20
40
60
80
Kenaikan Harga Solar (%)
IRR (%)
Gambar 14. Grafik Hubungan NPV dengan Kenaikan Harga Solar pada Kenaikan Upah 50%
33 33 32 32 31 31 30 30 29 29 28
32.48
31.12
29.72 28.50 0
20
40
60
80
Kenaikan Harga Solar (%) Gambar 15. Grafik Hubungan IRR dengan Kenaikan Harga Solar pada Kenaikan Upah 50%
25
Gross B/C Ratio
1.32 1.30
1.30
1.28
1.27
1.26 1.24
1.24 1.22
1.22
1.20 0
20
40
60
80
Kenaikan Harga Solar (%)
Gambar 16. Grafik Hubungan Gross B/C Ratio dengan Kenaikan Harga Solar pada Kenaikan Upah 50% Pada tabel dan grafik hubungan NPV dengan kenaikan harga solar dapat diketahui apabila upah tenaga kerja naik mencapai 50% dari upah normal diikuti kenaikan harga bahan bakar solar mencapai 60% tidak mempengaruhi kelayakan penggilingan padi. Hal ini disebabkan nilai NPV yang diperoleh tidak ada yang lebih kecil dari nol. Hal ini berarti apabila upah tenaga kerja naik mencapai 50% dari upah normal diikuti kenaikan harga bahan bakar solar mencapai 60%, pemilik penggilingan padi masih mendapatkan keuntungan dari usaha penggilingan yang didirikan. Apabila upah tenaga kerja naik mencapai 50% dari upah normal diikuti kenaikan harga bahan bakar solar mencapai 60%, nilai IRR yang dihasilkan masih lebih besar daripada nilai suku bunga yang berlaku (14%). Oleh karena itu, apabila pemilik meminjam uang ke bank untuk mendirikan penggilingannya, pemilik penggilingan mampu membayar bunga pinjamannya dan masih mendapatkan keuntungan dari usaha penggilingannya. Apabila upah tenaga kerja naik mencapai 50% dari upah normal diikuti kenaikan harga bahan bakar solar mencapai 60%, nilai gross B/C ratio masih lebih besar dari satu. Oleh karena itu, penggilingan padi masih mendapatkan keuntungan meskipun upah tenaga kerja naik mencapai 50% dari upah normal diikuti kenaikan harga bahan bakar solar mencapai 60%. d.
Penurunan jumlah giling tahunan sebesar 15%, 20%, 25% dan 30%. Hasil perhitungan analisis sensitivitas disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Jumlah Giling Penurunan Gross B/C NPV IRR Titik Impas Jumlah Giling Ratio (%) (Rp) (%) (jam/tahun) (kg GKG/tahun) 15 20 25 30
109,697,952.54 90,054,426.74 70,410,900.95 45,221,240.49
31.47 28.49 25.37 21.66
1.34 1.28 1.23 1.15
139.19 139.19 139.19 139.19
35,342.78 35,342.78 35,342.78 35,342.78
26
dalam satuan juta
NPV (Rp)
120 100
90.05
109.70
70.41
80 60
45.22
40 20 0 15
20
25
30
Penurunan Jumlah Giling Tahunan (%) Gambar 17. Grafik Hubungan NPV dengan Penurunan Jumlah Giling 35
31.47
IRR (%)
30
28.49
25.37
25 20 21.66
15 10 5 0 15
20
25
30
Penurunan Jumlah Giling Tahunan (%)
Gross B/C Ratio
Gambar 18. Grafik Hubungan IRR dengan Penurunan Jumlah Giling 1.4 1.35 1.3 1.25 1.2 1.15 1.1 1.05 1
1.34 1.28 1.23 1.15
15
20
25
30
Penurunan Jumlah Giling Tahunan (%) Gambar 19. Grafik Hubungan Gross B/C Ratio dengan Penurunan Jumlah Giling Pada tabel dan grafik dapat diketahui apabila terjadi penurunan jumlah giling mencapai 30% tidak mempengaruhi kelayakan penggilingan padi. Hal ini disebabkan nilai NPV yang diperoleh tidak ada yang lebih kecil dari nol. Oleh karena itu, meskipun
27
terjadi penurunan jumlah giling tahunan mencapai 30%, pemilik penggilingan padi masih mendapatkan keuntungan dari usaha penggilingan yang didirikan. Apabila terjadi penurunan jumlah giling tahunan mencapai 30%, nilai IRR yang dihasilkan masih lebih besar daripada nilai suku bunga yang berlaku (14%). Oleh karena itu, apabila pemilik meminjam uang ke bank untuk mendirikan penggilingannya, pemilik penggilingan mampu membayar bunga pinjamannya dan masih mendapatkan keuntungan dari usaha penggilingannya. Apabila terjadi penurunan jumlah giling tahunan mencapai 30%, nilai gross B/C ratio masih lebih besar dari satu. Penggilingan padi masih mendapatkan keuntungan meskipun terjadi penurunan jumlah giling tahunan mencapai 30%. Pada saat terjadi penurunan jumlah giling tahunan sampai 30% dari jumlah giling normal, jam kerja dan produksi penggilingan masih berada diatas titik impas, sehingga pemilik penggilingan masih mendapatkan keuntungan dari usaha penggilingan tersebut. Perpaduan penurunan jumlah giling tahunan sebesar 30% dari jumlah giling normal dengan kenaikan harga bahan bakar solar sebesar 15%, 30%, 45%, dan 60% dari harga normal (Rp.4,500/liter). Hasil perhitungan analisis sensitivitas disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Jumlah Giling Tahunan 30% dengan Kenaikan Harga Solar Penurunan Kenaikan NPV IRR Gross B/C Ratio Jumlah Giling Harga Solar (%) (%) (Rp) (%) 15 30 45 60
dalam satuan juta
30 30 30 30
NPV (Rp)
e.
44,701,881.01 38,636,386.88 34,924,160.04 26,505,398.61
21.57 20.48 19.72 17.97
1.14 1.12 1.11 1.08
44.70
50.00
38.64 40.00
34.92 26.51
30.00
20.00 10.00 0.00 0
15
30
45
60
75
Kenaikan Harga Solar (%) Gambar 20. Grafik Hubungan NPV dengan Kenaikan Harga Solar pada Penurunan Jumlah Giling 30%
28
IRR (%)
21.57
22.00 21.00 20.00 19.00 18.00 17.00 16.00 15.00
20.48
19.72 17.97
0
15
30
45
60
75
Kenaikan Harga Solar (%)
Gross B/C Ratio
Gambar 21. Grafik Hubungan IRR dengan Kenaikan Harga Solar pada Penurunan Jumlah Giling 30% 1.14
1.15 1.14 1.13 1.12 1.11 1.10 1.09 1.08 1.07
1.12 1.11
1.08
0
15
30
45
60
75
Kenaikan Harga Solar (%) Gambar 22. Grafik Hubungan Gross B/C Ratio dengan Kenaikan Harga Solar pada Penurunan Jumlah Giling 30% Pada tabel dan grafik hubungan NPV dengan kenaikan harga solar dapat diketahui apabila terjadi penurunan jumlah giling tahunan mencapai 30% diikuti kenaikan harga bahan bakar solar mencapai 60% tidak mempengaruhi kelayakan penggilingan padi. Hal ini disebabkan nilai NPV yang diperoleh tidak ada yang lebih kecil dari nol. Hal ini berarti apabila terjadi penurunan jumlah giling tahunan mencapai 30% diikuti kenaikan harga bahan bakar solar mencapai 60%, pemilik penggilingan padi masih mendapatkan keuntungan dari usaha penggilingan yang didirikan. Apabila terjadi penurunan jumlah giling tahunan mencapai 30% diikuti kenaikan harga bahan bakar solar mencapai 60%, nilai IRR yang dihasilkan masih lebih besar daripada nilai suku bunga yang berlaku (14%). Oleh karena itu, apabila pemilik meminjam uang ke bank untuk mendirikan penggilingannya, pemilik penggilingan mampu membayar bunga pinjamannya dan masih mendapatkan keuntungan dari usaha penggilingannya. Apabila terjadi penurunan jumlah giling tahunan mencapai 30% diikuti kenaikan harga bahan bakar solar mencapai 60%, nilai gross B/C ratio masih lebih besar dari satu. Oleh karena itu, penggilingan padi masih mendapatkan keuntungan meskipun jumlah
29
giling tahunan menurun sampai 20% diikuti meningkatnya harga bahan bakar solar mencapai 60%. f.
Perpaduan penurunan jumlah giling tahunan sebesar 30% dari jumlah giling normal dengan upah tenaga kerja sebesar 20%, 30%, 40%, dan 50% dari upah normal (Rp. 20,000/orang/hari). Hasil perhitungan analisis sensitivitas disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Jumlah Giling Tahunan Sebesar 30% dengan Kenaikan Upah Tenaga Kerja Penurunan Kenaikan Upah NPV IRR Gross B/C Ratio Jumlah Giling (%) (%) (Rp) (%) 20 30 40 50
dalam satuan juta
NPV (Rp)
30 30 30 30
33,245,752.67 24,484,941.43 15,724,130.20 6,963,318.96
35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00
19.65 18.48 17.12 15.51
1.10 1.07 1.05 1.02
33.25 24.48 15.72
6.96 0
15
30
45
60
Kenaikan Upah (%) Gambar 23. Grafik Hubungan NPV dengan Kenaikan Upah pada Penurunan Jumlah Giling 30% 25.00 19.65 18.48
IRR (%)
20.00
17.12
15.00
15.51
10.00 5.00 0.00 0
15
30
45
60
Kenaikan Upah (%) Gambar 24. Grafik Hubungan IRR dengan Kenaikan Upah pada Penurunan Jumlah Giling 30%
30
Gross B/C Ratio
1.12 1.10
1.10 1.08
1.07
1.06 1.05
1.04 1.02
1.02
1.00 0
10
20
30
40
50
60
Kenaikan Upah (%) Gambar 25. Grafik Hubungan Gross B/C Ratio dengan Kenaikan Upah pada Penurunan Jumlah Giling 30% Pada tabel dan grafik hubungan NPV dengan kenaikan harga solar dapat diketahui apabila terjadi penurunan jumlah giling tahunan mencapai 30% diikuti kenaikan harga upah tenaga kerja mencapai 50% tidak mempengaruhi kelayakan penggilingan padi. Hal ini disebabkan nilai NPV yang diperoleh tidak ada yang lebih kecil dari nol. Hal ini berarti apabila terjadi penurunan jumlah giling tahunan mencapai 30% diikuti kenaikan upah tenaga kerja mencapai 60%, pemilik penggilingan padi masih mendapatkan keuntungan dari usaha penggilingan yang didirikan. Apabila terjadi penurunan jumlah giling tahunan mencapai 30% diikuti kenaikan upah tenaga kerja mencapai 50%, nilai IRR yang dihasilkan masih lebih besar daripada nilai suku bunga yang berlaku (14%). Oleh karena itu, apabila pemilik meminjam uang ke bank untuk mendirikan penggilingannya, pemilik penggilingan mampu membayar bunga pinjamannya dan masih mendapatkan keuntungan dari usaha penggilingannya. Apabila terjadi penurunan jumlah giling tahunan mencapai 30% diikuti kenaikan upah tenaga kerja mencapai 50%, nilai gross B/C ratio masih lebih besar dari satu. Oleh karena itu, penggilingan padi masih mendapatkan keuntungan meskipun jumlah giling tahunan menurun sampai 30% diikuti meningkatnya upah tenaga kerja mencapai 50%. g.
Perpaduan penurunan jumlah giling tahunan sebesar 30% dari jumlah giling normal dengan upah tenaga kerja sebesar 40% dan kenaikan harga solar sebesar 15%, 30%, 45%, dan 60% dari harga normal (Rp.4,500/liter). Hasil perhitungan analisis sensitivitas disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Jumlah Giling Tahunan 30% dengan Kenaikan Upah 40%, dan Kenaikan Harga Solar Penurunan Kenaikan Kenaikan NPV IRR Gross B/C Ratio Jumlah Giling Upah Solar (%) (%) (%) (Rp) (%) 30 30 30
40 40 40
15 30 45
9,658,636.06 3,593,141.92 -3,019,610.45
16.04 14.81 13.57
1.03 1.01 0.99
30
40
60
-8,537,846.35
12.70
0.98
31
dalam satuan juta
NPV (Rp)
15.00 10.00
9.66
5.00
3.59
0.00 0
15
30
45 -3.02 60
75
-5.00 -8.54
-10.00
Kenaikan Harga Solar (%)
Gambar 26. Grafik Hubungan NPV dengan Kenaikan Harga Solar Pada Penurunan Jumlah Giling 30% dan Kenaikan Upah 40% 20.00 16.04 14.81
IRR (%)
15.00
13.57 12.70
10.00
5.00 0.00 0
15
30
45
60
75
Kenaikan Harga Solar (%)
Gross B/C Ratio
Gambar 27. Grafik Hubungan IRR dengan Kenaikan Harga Solar pada Penurunan Jumlah Giling 30% dan Kenaikan Upah 40% 1.04 1.03 1.02 1.01 1.00 0.99 0.98 0.97
1.03 1.01 0.99 0.98 0
15
30
45
60
75
Kenaikan Solar (%) Gambar 28. Grafik Hubungan Gross B/C Ratio dengan Kenaikan Harga Solar pada Penurunan Jumlah Giling 30% dan Kenaikan Upah 40% Pada tabel dan grafik, dapat diketahui apabila terjadi penurunan jumlah giling mencapai 30% diikuti kenaikan upah tenaga kerja sebesar 40% dan kenaikan harga bahan
32
bakar solar sebesar 45% menyebabkan usaha penggilingan padi tersebut menjadi tidak layak dari segi finansial. Hal ini disebabkan oleh nilai NPV yang lebih kecil dari nol, nilai IRR yang lebih kecil dari suku bunga yang berlaku (14%), dan nilai gross B/C ratio yang lebih kecil dari satu. Pada keadaan tersebut penggilingan akan mengalami kerugian. Dari hasil perhitungan menggunakan interpolasi didapat NPV bernilai nol pada saat terjadi kenaikan harga solar sebesar 38.15%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan apabila terjadi penurunan jumlah giling tahunan sebesar 30% dan kenaikan upah sebesar 40%, penggilingan akan menjadi tidak layak untuk dijalankan jika diikuti kenaikan harga solar sebesar 38.15% atau lebih. Perpaduan penurunan jumlah giling tahunan sebesar 30% dari jumlah giling normal dengan upah tenaga kerja sebesar 50% dan kenaikan harga solar sebesar 15%, 30%, 45%, dan 60% dari harga normal (Rp.4,500/liter). Hasil perhitungan analisis sensitivitas disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Jumlah Giling Tahunan 30% dengan Kenaikan Upah 50%, dan Kenaikan Harga Solar Penurunan Kenaikan Kenaikan Gross B/C NPV IRR Jumlah Giling Upah Solar Ratio (%) (%) (%) (Rp) (%) 50 50 50 50
dalam satuan juta
30 30 30 30
NPV (Rp)
h.
15 30 45 60
897,824.82 -5,167,669.32 -11,233,163.45 -17,298,657.59
14.21 13.25 12.23 11.02
1.00 0.99 0.97 0.95
5.00 0.90
0.00 0 -5.00 -10.00
15
30
45
60
75
-5.17 -11.23
-15.00 -17.30 -20.00
Kenaikan Harga Solar (%)
Gambar 29. Grafik Hubungan NPV dengan Kenaikan Harga Solar pada Penurunan Jumlah Giling 30% dan Kenaikan Upah 50%
33
IRR (%)
16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00
13.25
14.21
12.23 11.02
0
15
30
45
60
75
Kenaikan Harga Solar (%) Gambar 30. Grafik Hubungan IRR dengan Kenaikan Harga Solar pada Penurunan Jumlah Giling 30% dan Kenaikan Upah 50%
Gross B/C Ratio
1.01 1.00
1.00 0.99
0.99
0.98 0.97
0.97
0.96
0.95
0.95 0
15
30
45
60
75
Kenaikan Solar (%) Gambar 31. Grafik Hubungan Gross B/C Ratio dengan Kenaikan Harga Solar pada Penurunan Jumlah Giling 30% dan Kenaikan Upah 50% Pada tabel dan grafik dapat diketahui apabila terjadi penurunan jumlah giling mencapai 30% diikuti kenaikan upah tenaga kerja sebesar 50% dan kenaikan harga bahan bakar solar sebesar 30% menyebabkan usaha penggilingan padi tersebut menjadi tidak layak dari segi finansial. Hal ini disebabkan oleh nilai NPV yang lebih kecil dari nol, nilai IRR yang lebih kecil dari suku bunga yang berlaku (14%), dan nilai gross B/C ratio yang lebih kecil dari satu. Pada keadaan tersebut penggilingan tidak layak untuk dijalankan karena akan memberikan kerugian terhadap pemilik penggilingan. Dari hasil perhitungan menggunakan interpolasi didapat NPV bernilai nol pada saat terjadi kenaikan harga solar sebesar 17.22%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan apabila terjadi penurunan jumlah giling tahunan sebesar 30% dan kenaikan upah sebesar 50%, penggilingan akan menjadi tidak layak untuk dijalankan jika diikuti kenaikan harga solar sebesar 17.22% atau lebih.
34
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan bakar solar, kenaikan upah tenaga kerja, dan penurunan jumlah giling tahunan,serta perpaduan masingmasing komponen tersebut, dapat disimpulkan penggilingan padi menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila terjadi kondisi sebagai berikut : 1. Perpaduan penurunan jumlah giling sebesar 30% dengan kenaikan upah tenaga kerja sebesar 40% diikuti kenaikan harga bahan bakar solar sebesar 38.15% atau lebih. 2. Perpaduan penurunan jumlah giling sebesar 30% dengan kenaikan upah tenaga kerja sebesar 50% diikuti kenaikan harga bahan bakar solar sebesar 17.22% atau lebih.
35