26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum 1. Sejarah Perkembangan Pada saat terjadinya krisis moneter di Indonesia pada tahun 1998, banyak perusahaan mengalami kerugian dan bangkrut, termasuk beberapa perusahaan swasta yang bergerak di bidang eksportir tanaman hias akuarium. Banyak karyawan terkena pemutusan hubungan kerja dan mengundurkan diri karena kurang mendapat perhatian dari perusahaan. Pada awal tahun 1999, di Ciawi Bogor, beberapa orang korban pemutusan hubungan kerja dan mengundurkan diri melihat potensi dan peluang usaha sehingga sepakat membentuk kelompok dengan usaha menanam tanaman air dan ditetapkan dengan nama Kelompok Rumput Air dengan jumlah kelompok 9 (sembilan) orang dan pembentukan kelompok ini diinisiasi oleh Inchan Maulana. Usaha kelompok ini bertambah maju karena adanya permintaan dari perusahaan eksportir tanaman hias akuarium untuk mensuplai kebutuhan tanaman air dan bahkan mendapat kepercayaan untuk mengelola lahan milik perusahaan swasta. Setelah dua tahun berjalan, kelompok ini mengalami pembaharuan dan anggotanya bertambah menjadi 21 orang tepatnya pada tanggal 6 Desember 2001 dengan mengubah nama menjadi Kelompok Bunga Air dengan maksud agar kelompok ini lebih berkembang dan profesional.
Dalam pemasaran
produknya kepada para eksportir kelompok Bunga Air menggunakan nama Aqua plantindo, maka dikenal dengan Kelompok Bunga Air “Aqua Plantindo”. Kelompok ini sejak tahun 2001 mendapat binaan dari Departemen Kelautan dan Perikanan melalui program Skim Modal Kerja (SMK) bagi Pembudidaya Ikan Skala Rumah Tangga. Sasaran program ini adalah (1)
27
berkembangnya SMK (2) Terlaksananya bimbingan teknis dan manajemen usaha (3) Terwujudnya kemandirian dan (4) Terbentuknya lembaga keuangan mikro bagi pembudidaya, pengolah dan pedagang ikan skala rumah tangga. Kelompok ini sudah mendapatkan bimbingan teknis dan manajemen /pelatihan dan pendampingan dan memperoleh bantuan skim modal kerja sebesar 80 juta rupiah untuk pengembangan usahanya. Kelompok ini semula hanya menanam diatas lahan milik perusahaan dan sekarang sudah mempunyai dan menyewa lahan sendiri. Dua tahun kemudian mendapatkan pinjaman lunak dari program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) dari PT. Telkom sebesar 200 juta rupiah dan telah diselesaikan dengan baik Pada awalnya kelompok ini mempunyai 80 jenis tanaman air dan semakin lama kelompok ini semakin berkembang dengan menanam lebih dari 200 jenis tanaman air dan saat ini sudah lebih dari 300 jenis tanaman hias akuarium. Pada tahun 2003 telah mampu mensuplai kebutuhan tanaman air siap ekspor kepada 6 (enam) perusahaan eksportir. Jenis tanaman yang diusahakan kelompok Aqua Plantindo antara lain Egeria Densa, Cabomba aquatica, Bacopa rotundifolia, Anubias sp., Glossostigma,
Hydrophilla
polysperma,
Echinodorus tenellus, Dracaena dremensis,
Gymnocoronis
spilanthoides,
Cryptocoryne cordata, Blyxa
japonica, Hemigraphis exotica, Alternathera sessilis,
Acorus pussilus,
Aponogeton undulatus”plant”, Hygrophilla species red, Limnophilla aromatica, Ludwigia repens, Vallisneria natans, Rotala macandra, Najas indica, Rotala indica, ophiopogon jaburan dan sebagainya. 2. Organisasi Kelompok Bunga Air “Aqua Plantindo” mempunyai 14 anggota kelompok tetap dengan pendidikan SD, SMP dan SMA dan PT terdiri dari 1 orang ketua, 1 orang sekretaris, 1 orang bendahara, 1 orang seksi produksi, 1 orang seksi mutu, 1 orang seksi pemasaran, 1 orang seksi pengadaan saprodi
28
dan 7 orang pembudidaya tanaman air/tanaman hias akuarium. Untuk memenuhi permintaan pasar atau konsumen, kelompok ini membina petani di beberapa tempat seperti Citayam, Cibinong, Bubulak, Parung, Tenjolaya, Cidahu, Cibedug dan sebagainya untuk mengembangkan usaha tanaman air / tanaman hias akuarium dengan menyediakan bibit dan menampung hasil dan memasarkannya ke eksportir. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap kelompok ini aktif mengikuti kegiatan-kegiatan antara lain mengirim anggota mengikuti diklat budidaya tanaman hias akuarium, penyuluhan dari Dinas/ Departemen, pengadaan buku-buku
dan informasi, pertemuan-pertemuan,
pameran-pameran baik dalam negeri (Bogor, Depok, Jakarta, Bali, Surabaya, Bandung dan kota lain) maupun luar negeri (Jerman dan Singapura) dan melakukan kunjungan ke kelompok lain atau studi banding.
KETUA KELOMPOK
SEKRETARIS
BENDAHARA
SEKSI SAPRODI
SEKSI PRODUKSI
SEKSI PEMASARAN
ANGGOTA
ANGGOTA
ANGGOTA
SEKSI MUTU
ANGGOTA
Gambar 3. Struktur Organisasi Kelompok Usaha Bunga Air “Aqua Plantindo”
29
Uraian tugas dan tanggung jawab utama adalah sebagai berikut : a. Ketua Kelompok : memimpin proses keseluruhan kegiatan usaha b. Sekretaris : bertanggung jawab terhadap pembukuan /pencatatan seluruh transaksi dalam kegiatan usaha c. Bendahara : bertanggung jawab terhadap keuangan kelompok d. Seksi saprodi : bertanggung jawab dalam penyediaan sarana produksi yang diperlukan untuk proses produksi. e. Seksi produksi : bertanggung jawab dalam proses produksi. f. Seksi pemasaran : bertanggungjawab dalam pemasaran hasil produksi g. Seksi mutu : bertanggungjawab dalam masalah mutu produk.
3. Aspek Teknis Produksi Dalam kajian dari aspek ini adalah : a. Fasilitas produksi dan peralatan Lahan untuk bercocok tanam tanaman hias akuarium adalah sawah yang subur dan kolam yang banyak air. Dalam bercocok tanam harus disediakan lahan pembibitan, lahan dan kolam budidaya tanaman dan saung/tempat berteduh. Sarana produksi untuk bercocok tanam yang penting antara lain pupuk dan obat/pestisida untuk memberantas hama dan penyakit. Dalam proses produksi diperlukan ruang proses yang cukup memadai dengan lampu penerangan yang cukup, karena dalam proses pengepakan harus dilakukan pada malam hari agar tidak terkena sinar matahari sehingga tanaman tetap segar dan tidak layu sampai ke konsumen. Jenis-jenis peralatan yang diperlukan untuk menunjang kelancaran aktivitas produksi pada industri tanaman hias akuarium adalah cangkul, ph meter, termometer, bambu, mesin penyemprot, bak, shading net, fiber,
30
gunting, tali, moulding pot, pot, ember, lakban, mesin paking, kardus, plastik dan stereoform. b. Bibit Bibit tanaman yang dibutuhkan pada usaha tanaman hias akuarium harus yang bermutu sebab mutu tanaman yang dihasilkan banyak tergantung dari kualitas bibit yang ditanam. Bibit tanaman hias akuarium pada kelompok ini sebagian besar adalah dari luar negeri/impor (Singapura, Belanda, Jepang, Afrika dan lain-lain) dan sebagian kecil dari dalam negeri.
Pengembangan bibit tanaman hias akuarium dengan
memisahkan tunas dari tanaman induk c. Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja pada kelompok Bunga Air ”Aqua Plantindo” sebesar 14 orang dengan pendidikan formal SD, SMP, SMA dan PT. Dalam usaha tanaman hias akuarium ini diperlukan kemauan yang keras, keuletan dan ketekunan. Tingkat pendidikan formal bukan merupakan yang pokok karena usaha tanaman hias akuarium membutuhkan pengalaman dan ketrampilan dalam teknik pembibitan, pembudidaya dan pasca panen. d. Proses Sebelum menanam tanaman hias akuarium, tanah harus dibajak dan diratakan terlebih dahulu agar gembur. Untuk menentukan jenis tanaman yang harus ditanam harus diukur terlebih dahulu temperatur air dengan termometer dan tingkat keasaman air dengan ph meter. Hal ini dilakukan karena beberapa jenis tanaman akan tumbuh dengan baik pada suhu dan ph tertentu. Setelah tanah rata dan cukup air, baru bibit yang telah disiapkan ditanam dengan jarak Mengetahui gambaran tentang proses mulai dari pengadaan bibit, penanaman, pemeliharaan, pemanenen, sortasi, pemotongan, pemasangan pot sampai teknik pengemasan.
31
e. Kapasitas produksi, produksi dan mutu produk Luas lahan pada kelompok Bunga Air ”Aqua Plantindo” seluas 4.000 m2 sedang jarak tanam 5 cm x 5 cm atau 10 cm x 10 cm tergantung jenis tanamannya. Kapasitas produksi pada kelompok ini 800.000 tanaman per tahun. Produksi tanaman hias akuarium pada kelompok Bunga Air”Aqua Plantindo” dari tahun ke tahun makin meningkat, hal ini untuk memenuhi permintaan pasar yang cukup tinggi. Kenaikan produksi ini karena kelompok mempunyai beberapa pembudidaya binaan di beberapa tempat yaitu Cibinong, Ciawi, Citayam, Parung, Cidahu, Cibedug, Bubulak dan Tenjolaya. Kelompok binaan ini memperoleh bibit tanaman hias akuarium, mendapat binaan dalam teknik budidaya dan jaminan pasar dari kelompok Bunga Air ”Aqua Plantindo”. Tabel 3. Produksi tanaman hias akuarium pada kelompok Bunga Air”Aqua Plantindo” (batang). Produksi tanaman hias
2003 123.200
2004 180.057
2005 267.743
2006 330.371
2007 427.257
Mutu produk tanaman hias akuarium sangat ditentukan oleh mutu bibit
yang
ditanam.
memenuhi/sesuai
Kriteria
mutu
produk
tanaman
ini
harus
permintaan pasar seperti sampai di konsumen harus
segar, tidak cacat, warna menarik dan ukuran sesuai permintaan pasar.
4.
Aspek Pemasaran Permintaan pasar dalam negeri akan tanaman hias akuarium cukup tinggi terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan Jogyakarta serta kota-kota lainnya. Permintaan pasar luar negeri akan tanaman hias akuarium antara lain negara-negara Singapura, Perancis, Portugal,
32
Belanda, Italia, Denmark, Jerman dan Amerika Serikat. Pasar luar negeri masih sangat terbuka hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara bahwa Indonesia belum bisa memenuhi permintaan pasar luar negeri. Berdasarkan hasil kajian bahwa beberapa perusahaan eksportir tanaman hias akuarium mempunyai lahan sendiri untuk budidaya dan sebagian besar di wilayah Bogor. Daerah-daerah lain seperti Bekasi, Depok, Jakarta Selatan, Jogyakarta Klaten, Surabaya juga ada namun jenis tanaman dan jumlahnya terbatas. Harga jual ditetapkan setelah menghitung biaya produksi dan harga jual merupakan kesepakatan antara kelompok/produsen dengan konsumen/ eksportir. Harga jual relatif tetap dan tidak berfluktuasi dari tahun ke tahun dan tergantung dari jenis tanamannya. Persaingan bisnis tanaman hias akuarium cukup ketat namun untuk jenis-jenis tanaman tertentu dan peluang pasar masih sangat terbuka. Bisnis tanaman hias akuarium dewasa ini makin berkembang dan semakin bersaing. Hal ini terlihat semakin banyaknya eksportir tanaman hias dan rata-rata para eksportir saat ini mempunyai beberapa petani binaan di beberapa daerah dalam rangka untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri yang makin meningkat. Saluran tata niaga tanaman hias akuarium pad Kelompok Bunga Air ”Aqua plantido” sebagai berikut : Pembudidaya Tanaman Hias Akuarium Pembudidaya Tanaman Hias Akuarium Pembudidaya Tanaman Hias Akuarium
KELOMPOK BUNGA AIR “AQUA PLANTINDO ”
Eksportir Eksportir
Konsumen Luar Negerri Konsumen Luar Negeri Konsumen Dalam Negeri
Gambar 4. Saluran Tata Niaga Tanaman Hias Akuarium Kelompok Bunga Air ”Aqua plantindo”
33
Tujuan pasar dari hasil tanaman hias akuarium kelompok Bunga Air ”Aqua Plantindo” adalah ke eksportir-eksportir tanaman hias. Dari hasil kajian eksportir tanaman hias akuarium adalah PT. Nusantara Aquatic Exporindo, PT. Inti Samudera Lestasi, CV. Gloria, CV. Cahaya Baru, CV. Dinar, PT. Intinental Pri, PT. Joe Aquatic Indonesia, PT. Tropical Aquatic, PT. Tropicl Fish Indonesia, PT. Colisa, PT. Garfishindo, PT. Indo Tropica, PT. Viva Jaya dan PT. Enoshima Aquatic.
B. Hasil Kajian 1. Analisis Kelayakan Usaha Analisis kelayakan usaha tanaman hias akuarium merupakan analisis terhadap rencana usaha/pengembangan usaha tanaman hias akuarium yang menyangkut berbagai aspek antara lain aspek keuangan yang harus melakukan analisis aliran kas dari suatu investasi, aspek pemasaran, aspek operasi, sumber daya manusia dan aspek lingkungan
sehingga dapat
diketahui suatu usaha tersebut layak atau tidak layak untuk dijalankan. Dari hasil kajian terhadap usaha tanaman hias akuarium dapat diketahui bahwa biaya investasi untuk tanah adalah 10%, modal investasi bangunan dan prasarana 43%, untuk mesin dan peralatan 20%, inventaris kantor 8% dan investasi kendaraan sebesar 19%. Tabel 4. Kebutuhan modal investasi industri tanaman hias akuarium No
Uraian
I.
TANAH /KOLAM (4000 m2)
II
BANGUNAN DAN PRASARANA
III
Jumlah Modal (Rp.)
%
40.000.000
10
161.500.000
43
MESIN DAN PERALATAN
75.430.000
20
IV.
INVENTARIS KANTOR
20.000.000
8
V.
KENDARAAN
70.000.000
19
376.930.000
100
TOTAL INVESTASI AWAL
34
Kemudian dari investasi yang dilakukan dapat dihitung umur ekonomis dari tiap-tiap komponen
untuk menentukan biaya penyusutan
setiap tahunnya. Biaya penyusutan digolongkan sebagai biaya tetap (fixed cost) karena besarnya tidak dipengaruhi oleh perubahan volume. Pengukuran besarnya penyusutan setiap tahunnya dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight line) sesuai dengan umur ekonomisnya. Besarnya biaya penyusutan pertahun untuk masing-masing komponen dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Biaya penyusutan per tahun No
Uraian
1 2 3 4 5
Tanah Bangunan Mesin dan alat Inventaris kantor Kendaraan
Harga Perolehan (Rp.) 40.000.000 161.500.000 75.430.000 30.000.000 70.000.000 TOTAL
Umur Ekonomis
Biaya Penyusutan
20 5 5 5
7.267.500 13.577.400 5.400.000 12.600.000 38.844.900
% 19 35 14 32 100
Perhitungan biaya penyusutan pada Tabel 5 dihitung dengan beberapa asumsi yaitu besarnya biaya penyusutan tidak memperhitungkan bunga modal dan harga akhirnya adalah sepuluh persen. Dari tabel dapat diketahui bahwa biaya penyusutan per tahun sebesar Rp. 38.844.900,00 (100%) yang terdiridari biaya penyusutan bangunan adalah Rp. 7.267.500,00 (19%), mesin dan peralatan Rp. 13.577.400,00 (35%), inventaris kantor Rp. 5.400.000,00 (14%) dan kendaraan Rp. 12.600.000,00 (32%). Dari hasil kajian dapat diketahui bahwa pada tahun pertama, usaha tanaman hias akuarium mengalami rugi/defisit sebesar Rp. 321.284.000,00 karena adanya biaya investasi sebesar Rp. 376.930.000,-. Pada tahun kedua, ketiga, keempat dan kelima akan mendapatkan laba bersih berturut-turut sebesar Rp. 111.285.000,00, Rp. 141.855.000,00, Rp. 223.731.000,00 dan
35
Rp. 392.419.000,00. Metode analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah analisis kelayakan investasi dengan menggunakan beberapa metode yaitu Payback Periode (PBP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Profitability Index (PI)/ Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Break Even Point (BEP). a. Metode Payback Period ( PBP) Metode ini untuk mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali dengan mendasarkan perhitungan pada arus kas investasi. Dari hasil kajian, dapat diketahui bahwa dengan investasi sebesar Rp. 376.930.000,00, selama lima tahun dapat terlihat pada Tabel 6 di bawah ini :
Tabel 6. Proyeksi Laba-rugi Usaha Tanaman Hias Akuarium (Rp. Juta) No 1 2 3 4 5 6 7
Uraian Penghasilan Biaya Laba Operasional Biaya Penyusutan Laba sebelum pajak Pajak Laba setelah pajak
2003 215,600 490,230 -274,630 38,845 -313,475 7,809 -321,284
2004 2005 315,100 468,550 153,000 277,500 162,100 191,050 38,845 38,845 123,255 152,205 11,970 10,350 111,285 141,855
2006 578,150 291,800 286,350 38,845 247,505 23,774 223,731
2007 747,700 363,750 474,950 38,845 436,105 43,686 301,419
Dengan jumlah investasi sebesar Rp. 376.930.000,00, arus kas masuk (proceeds) pada tahun pertama sebesar
Rp. 166.931.000,00 (Rp.
55.646.000,00 + Rp.111.285.000,000) dan sampai
tahun kedua Rp.
308.786.000,00 (Rp. 166.931.000,00 + 141.855.000,00). belum tertutup Rp. 68.144.000,00.
Investasi yang
Sedang arus kas masuk bersih (net
proceeds) tahun ketiga Rp. 223.731.000,00. maka Payback Period dari usaha tanaman hias akuarium adalah : Payback Period = 2 + (3 − 2)(
68.144.000,00 ) 223.731.000,00
= 2 + 0,3 tahun = 2 tahun 3 bulan 18 hari.
36
Berarti masa pengembalian investasi 2 tahun 3 bulan 18 hari lebih singkat dari masa umur investasi selama 5 tahun, maka investasi pada tanaman hias akuarium dapat diterima dan layak untuk dijalankan. b. Metode Net Present Value (NPV) Dalam perhitungan analisis kelayakan pada usaha tanaman hias akuarium ini menggunakan asumsi-asumsi dasar yaitu : 1. Umur proyek adalah 5 tahun 2. Tingkat diskonto yang digunakan adalah 14%, walaupun rata-rata tingkat suku bunga saat ini 8%. Asumsi ini untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga Bank atau deposito dalam jangka waktu 5 tahun. 3. Proses budidaya tanaman hias akuarium yang dilakukan dianggap normal. NPV merupakan perbedaan antara nilai sekarang (present value) dari manfaat (benefit) dan biaya (cost). Apabila NPV bernilai positif dapat diartikan sebagai besarnya keuntungan yang diperoleh dan jika NPV bernilai negatif menunjukkan kerugian.
NPV pada usaha tanaman hias akuarium
dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini : Tabel 7. Analisis Perhitungan Net Present Value Tahun
Biaya (C) (Rp. Juta)
2003
536,884
Penerimaan (B) (Rp. Juta) 215,600
2004
203,815
315,100
0.769
156,734
242,312
2005
326,695
468,550
0.675
220,509
316,257
2006
354,419
578,150
0.592
209,816
342,264
2007
446,281
747,700
0.519
231,620
388,056
DF 14%
Nilai Sekarang (Rp. Juta)
0.877
470,847
189,081
1.289,526
1.477,971
37
Nilai Net Present Value berdasarkan Tabel 7. sebagai berikut : NPV = Rp. 1.477.971.000,00 – Rp. 1.289.526.000,00 = Rp. 188.445.000,00, Suatu proyek dinyatakan layak apabila nilai NPV lebih besar dari nol. Semakin besar NPV suatu usaha menunjukkan semakin layak dan menguntungkan
usaha
tersebut
dijalankan.
Nilai
NPV
sebesar
Rp.188.455.000,00 berarti positif (lebih besar dari nol) dalam lima tahun umur proyek sehingga usaha tanaman hias akuarium layak dilaksanakan. c. Metode Internal Rate of Return (IRR) IRR dihitung dengan metode coba-coba (trial and error), sehingga diperoleh tingkat bunga modal yang menghasilkan nilai NPV negatif. Dari hasil perhitungan diperoleh kesimpulan bahwa pada tingkat bunga 40% nilai NPV adalah negatif Rp. 6.772.000,00 (Tabel 8). Tabel 8. Analisis Perhitungan Internal Rate of Return Usaha Tanaman Hias Akuarium
0.833
PV (Rp. Juta) -267,630
0.769
PV (Rp. Juta) -247,067
0.714
PV (Rp. Juta) -229,397
111,285
0.694
77,232
0.592
65,881
0.51
56,755
2005
141,855
0.579
82,134
0.455
64,544
0.364
51,635
2006
223,731
0.482
107,838
0.350
78,306
0.26
58,170
2007
301,419
0.402
121,170
0.269
81,082
0.186
56,064
Tahun
B-C (Rp. Juta)
DF 20%
2003
-321,284
2004
120,745
DF 30%
42,745
DF 40%
-6,772
Dari tabel 8. nilai Internal Rate of Return dapat dihitung dengan persamaan : NPV1 IRR = i1 + (i 2 − i1 ) (NPV1 − NPV2 )
38
IRR = 30 +
42,745 (40 − 30) = 38,63 % (42,745 − (-6,772)
Suatu proyek dinyatakan menguntungkan jika memiliki nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank-bank komersial. Dari hasil perhitungan nilai IRR 38,63% jauh lebih tinggi dari tingkat suku bunga kredit bank-bank komersial seperti BCA, BNI, BRI, Bank Permata, Bank Danamon yang rata-rata hanya sebesar 14%, maka bisnis tanaman hias akuarium layak dikembangkan. Dalam perhitungan IRR tersebut tetap menggunakan kaidah bahwa nilai penyusutan tidak dihitung.
d. Metode Profitability Index (PI) Profitability Index merupakan perbandingan antara nilai sekarang kas masuk dengan nilai sekarang kas keluar (nilai investasi) PI =
PV kas masuk PV kas keluar
=
Rp.1.477.971.000,00 = 1,15 Rp.1.289.526.000,00
Nilai Profitabilitas Index sebesar 1,15 berarti lebih besar dari pada 1 (satu), sehingga bisnis tanaman hias akuarium layak untuk dikembangkan.
e. Analisis Break Even Point Analisis ini untuk mengetahui jumlah penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian, jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh tingkat keuntungan tertentu, seberapa jauh berkurangnya penjualan agar tidak menderita kerugian dan bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan. Break Even Point merupakan titik atau keadaan dimana perusahaan tidak memperoleh keuntungan dan tidak
39
menderita rugi. Apabila penjualan hanya cukup menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap maka usahanya rugi dan sebaliknya bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang dikeluarkan maka memperoleh keuntungan. Dari hasil kajian dari usaha tanaman hias akuarium ini, BEP dihitung atas dasar unit dan harga. BEP atas dasar unit dihitung dengan persamaan : BEP =
Biaya Tetap Harga Satuan − Biaya variabel / satuan
Sedangkan BEP harga dihitung dengan persamaan : BEP harga =
Total Biaya Total Produksi
Nilai Break Even Point pada usaha tanaman hias akuarium pada Kelompok Usaha Bunga Air ”Aqua Plantindo” dapat dihitung dari data hasil penelitian sebagaimana terdapat pada Tabel 9 di bawah ini. Tabel 9. Analisis Break Event Point pada Tanaman Hias Akuarium Uraian a.Volume produksi
Satuan Batang
2003
2004
123.200
2005
180.057
2006
267.743
2007
330.371
427.257
b. Harga jual
Rp.
1.750
1.750
1.750
1.750
1.750
c.Penjualan (axb)
Rp.
215.600.000
315.099.995
468.550.005
578.150.003
747.699.995
d.Biaya Variabel
Rp.
73.261.155
112.961.155
237.461.155
251.761.155
323.711.155
e.Biaya Variabel per unit (d/a)
Rp.
595
627
887
762
758
f. Biaya tetap
Rp.
40.038.845
40.038.845
40.038.845
40.038.845
40.038.845
g. Total biaya
Rp.
113.300.000
153.000.000
277.500.000
291.800.000
363.750.000
31.153
35.665
46.390
40.527
40.347
25.29
19.81
17,33
12,27
9.44
54.517.750
62.413.750
81.182.500
70.922.250
70.607.250
920
850
1.036
883
851
Perhitungan BEP BEP (unit)
Batang
% Jumlah penjualan BEP harga
Rp. Rp per batang
40
Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa jumlah penjualan tanaman hias akuarium untuk mencapai titik impas (Break Even Point) tahun 2003 pada produksi 123.200 batang adalah sebanyak 31.153 batang (25,29%), tahun 2004 pada produksi 180.057 batang adalah sebanyak 35.665 batang (19,81%), tahun 2005 pada produksi 267.743 batang adalah sebanyak 46.390 batang (17,33%), tahun 2006 pada produksi 330.371 batang adalah sebanyak 40.527 batang (12,27%) dan tahun 2007 pada produksi 427.257 batang adalah sebanyak 40.347 batang (9,44%). Sedang titik impas usaha tanaman hias akuarium tercapai pada tingkat harga masing-masing berturut-turut Rp. 920,00/batang (2003), Rp. 850,00/ batang (2004). Rp. 1.036,00/batang (2005), Rp. 883,00/batang (2006) dan Rp. 851,00/batang (2007). f. Analisa B/C ratio B/C rasio merupakan perbandingan antara jumlah nilai bersih sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif. Analisa ini untuk mengetahui tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya Tabel 10. Analisis B/C ratio Usaha Tanaman Hias Akuarium
215,600
B-C (Rp. Juta) -321,284
DF 14% 0.877
PV (Rp. Juta) -281,766
PV Biaya 470,847
PV Benefit 189,081
203,815
315,100
111,285
0.769
85,578
156,734
242,312
2005
326,695
468,550
141,855
0.675
95,752
220,519
316,271
2006
354,419
578,150
223,731
0.592
132,449
209,816
342,265
2007
446,281
747,700
301,419
0.519
156,436
231,620
388,056
1.289,536
1.477,985
Tahun
C
B
2003
536,884
2004
41
Net B/C ratio merupakan perbandingan antara jumlah nilai NPVB-C positif dengan NPVB-C negatif, maka besarnya adalah : Net B/C ratio =
(85,578 + 95,752 + 132,449 + 156,436) = 1,669 (−281,766)
Nilai net B/C lebih besar dari 1 (satu), maka bisnis tanaman hias akuarium layak dikembangkan. Gross B/C ratio merupakan perbandingan antara present value dari gross benefits dengan present value dari gross cost, maka besarnya adalah : Gross B/C =
1.477,985 = 1,15 1.289,536
Nilai gross B/C lebih besar dari 1 (satu) berarti bahwa bisnis tanaman hias akuarium layak untuk dikembangkan.
2. Analisis Strategi Operasional. Dalam merumuskan strategi pengembangan usaha tanaman hias akuarium,
penulis
menggunakan
analisis
SWOT,
yaitu
dengan
mengidentifikasi berbagai faktor internal dan eksternal yang dihadapi perusahaan secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Kemudian membandingkan antara faktor eksternal (peluang dan ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan). Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matrik SWOT yang menggambarkan secara jelas
42
peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Dari hasil kajian, matriks faktor strategi internal pada kelompok Bunga Air ”Aqua Plantindo” sebagai berikut : Tabel 11. Matriks faktor strategi internal pada Kelompok Bunga Air ”Aqua Plantindo” Faktor-faktor Strategi Internal
Bobot
Rating
Skor
Ranking
Mutu bibit dan produk yang baik
0.096
4
0.384
1
Hubungan baik dengan eksportir dan pemasok
0.091
3
0.273
3
Spesifikasi usaha dan pengalaman bisnis tanaman hias akuarium Keuletan ketua kelompok dalam mengelola usaha Ketrampilan dan loyalitas SDM
0.085
4
0.340
2
0.069
4
0.276
4
0.074
3
0.222
5
Kemitraan Usaha terbuka
0.071
3
0.213
Jalur pemasaran sederhana
0.047
3
0.141
Lingkungan kerja bersifat kekeluargan Kelemahan
0.066
3
0.198
Kesulitan mendapatkan jenis bibit tertentu Sistem manajemen organisasi belum mendukung. Produk mudah layu
0.063
1
0.063
1
0.063
2
0.126
5
0.060
2
0.12
4
Kapasitas produksi terbatas
0.052
2
0.104
3
Dukungan kondisi keuangan untuk pengembangan usaha kurang baik Kemampuan SDM terbatas
0.082
1
0.082
2
0.080
2
0.16
TOTAL
1,000
Kekuatan
2.702
Hasil identifikasi kekuatan faktor internal dapat dijelaskan sebagai berikut :
43
1) Mutu bibit dan produk yang baik memberikan nilai 0,384 (ranking 1), ini menunjukkan bahwa bisnis ini akan berkembang ke depan apabila kelompok mampu mempertahankan mutu baik mutu bibit maupun mutu produk sehingga mampu memenuhi keinginan pasar dan kepuasan konsumen. 2) Spesifikasi usaha dan pengalaman bisnis tanaman hias akuarium memberikan nilai 0,340 (ranking 2), menunjukkan bahwa usaha ini spesifik dan berkembangnya bisnis tanaman hias akuarium ini sangat ditentukan oleh pengalaman bisnis karena dengan pengalaman akan mengetahui persis keinginan konsumen/pasar. 3) Hubungan baik dengan eksportir dan pemasok memberikan nilai 0,273 (ranking 3), menunjukkan bahwa bisnis ini akan bertahan dan berkembang apabila mampu menjalin hubungan yang baik atau kemitraan yang berkesinambungan dengan eksportir dan pemasok. 4) Keuletan ketua kelompok dalam mengelola usaha memberikan nilai 0,276 (ranking 4), hal ini berarti peran ketua kelompok dalam mengelola usaha sangat penting, terutama keuletan dalam bisnis mulai dari pembibitan, budidaya, penanganan pasca panen, pemasaran dan manajemen usahanya. 5) Ketrampilan dan loyalitas SDM memberikan nilai 0,222, menunjukkan bahwa ketrampilan dan loyalitas anggota kelompok diperlukan dalam usaha ini karena bisnis ini membutuhkan ketrampilan, kecepatan dan loyalitas yang tinggi terutama pada penanganan pasca panen yang harus malam hari karena untuk menjaga mutu produk. Sedang hasil identifikasi kelemahan faktor internal dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Kesulitan mendapatkan jenis bibit
tertentu memberikan nilai 0,063
(ranking 1), ini menunjukkan bahwa kelompok ini belum dapat memenuhi permintaan konsumen karena beragamnya jenis tanaman yang diminta,
44
maka diperlukan upaya-upaya dalam mendapatkan jenis tanaman yang dikehendaki
konsumen
dengan
melakukan
upaya
pengembangan
informasi untuk dapat mendapatkan jenis bibit tertentu. 2) Dukungan kondisi keuangan untuk pengembangan usaha kurang baik memberikan nilai 0,082 (ranking 2), ini menunjukkan bahwa untuk dapat berkembang memerlukan dukungan permodalan baik dari perbankan atau lembaga keuangan lainnya maupun dari sumber-sumber lain terutama untuk meningkatkan kapasitas produksi dan pengembangan usaha. Maka kelompok usaha Bunga Air ”Aqua Plantindo” perlu menjalin hubungan kemitraan usaha dengan perbankan atau lembaga-lembaga keuangan lainnya. 3) Kapasitas produksi terbatas memberikan nilai 0,104 (ranking 3), berarti bahwa bisnis ini akan berkembang apabila mampu meningkatkan kapasitas produksi dengan menambah luas lahan budidaya dan menambah jumlah jenis tanaman. 4) Produk mudah layu memberikan nilai 0,12 (ranking 4), menunjukkan bahwa dalam penanganan pasca panen harus benar dan diperhitungkan secara cermat waktu dari tempat pengepakan sampai dengan bandara, tidak boleh terkena langsung sinar matahari, cara pengepakan yang benar dan tetap segar sehingga sampai di tangan konsumen di luar negeri dalam kondisi segar. 5) Sistem manajemen organisasi belum mendukung memberikan nilai 0,126 (ranking 5), menunjukkan bahwa sistem manajemen organisasi memegang peranan penting dalam mengelola bisnis ini, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, tindakan sampai pengawasan/pengendalian. Artinya kelompok Bunga Air ”Aqua Plantindo” belum menerapkan manajemen secara baik terutama dari sisi organisasi.
45
Sedangkan hasil analisis faktor strategi Eksternal dapat dilihat pada Tabel 12.
46
Tabel 12. Matrik faktor strategi eksternal pada Kelompok Usaha Bunga Air ”Aqua Plantindo” Faktor-faktor Strategi Eksternal
Bobot
Rating
Skor
Ranking
0.096
4
0.384
1
0.087
4
0.348
2
Peluang Permintaan tanaman hias akuarium tinggi Produk dikenal konsumen dan sudah memiliki pembeli tetap Pengembangan kemitraan cukup terbuka Jalur pemasaran masih terbuka luas
0.080
3
0.24
0.067
3
0.201
Harga stabil dan cenderung naik
0.090
3
0.27
Ketersediaan sarana produksi cukup
0,064
3
0.192
Upah tenaga kerja cukup murah
0.067
3
0.201
3
Ancaman Pesaing baru dalam dan luar negeri makin meningkat. Hama dan penyakit.
0.061
1
0.061
0.083
2
0.166
Kenaikan biaya produksi
0.077
1
0.077
Menurunnya pangsa pasar ekspor
0.071
2
0.142
Menurunnya kualitas produk
0.077
2
0.154
Menurunnya harga jual tanaman hias akuarium. TOTAL
0.080
1
0.080
1.000
1
2
3
2.516
Hasil identifikasi peluang faktor eksternal dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Permintaan tanaman hias akuarium tinggi memberikan nilai 0,384 (ranking 1), ini menunjukkan bahwa berkembangnya bisnis tanaman hias akuarium ini tergantung pada permintaan pasar. Permintaan pasar yang tinggi merupakan peluang bagi kelompok, sehingga harus mampu mempertahankan mutu produk sesuai dengan keinginan konsumen.
47
2) Produk dikenal konsumen dan sudah memiliki pembeli tetap memberikan nilai 0,348 (ranking 2), ini menunjukkan bahwa kelompok sudah mampu menjalin kemitraan dengan konsumen sehingga mempunyai pelanggan tetap dan peluang ini harus dipertahankan dengan menjaga kualitas produk dan pelayanan. 3) Harga stabil dan cenderung naik memberikan nilai 0,27 (ranking 3), ini menunjukkan peluang bagi kelompok untuk meningkatkan mutu produk sehingga harga jual dapat dinaikkan. Sedang hasil identifikasi ancaman faktor eksternal dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Pesaing baru dalam dan luar negeri makin meningkat, mempunyai nilai 0,061 (ranking 1), ini menunjukkan bahwa semakin bertambahnya pesaing baru baik dari dalam dan luar negeri merupakan ancaman, sehingga kelompok harus dapat meningkatkan daya saing yang tinggi antara lain dengan meningkatkan mutu produk dan pelayanan serta menjaga kerjasama kemitraan yang baik. 2) Kenaikan biaya produksi, mempunyai nilai 0,077 (ranking 2), ini menunjukkan bahwa untuk dapat bertahan dan mempunyai daya saing kelompok harus melakukan efisieni biaya operasional, dengan tidak mengurangi mutu produknya sehingga kenaikan biaya produksi bukan merupakan ancaman bagi kelompok. Disamping itu harus menjalin hubungan kemitraan yang baik dengan para pemasok. 3) Menurunnya harga jual tanaman hias akuarium, mempunyai nilai 0,080 (ranking 3), ini menunjukkan bahwa semakin banyaknya pesaing harga cenderung menurun, hal yang disarankan adalah kelompok harus mampu mempertahankan mutu produk dan pelayanan agar harga jual tetap bertahan.
48
Tabel 13. Perumusan Strategi Kelompok Bunga Air ”Aqua Plantindo dengan matrik SWOT Kekuatan/Strengths (S) Faktor Internal 1. Mutu bibit dan produk yang baik 2. Hubungan baik dengan eksportir dan pemasok 3. Spesifikasi usaha dan pengalaman bisnis tanaman hias akuarium 4. Keuletan ketua kelompok dalam mengelola usaha 5. Ketrampilan dan loyalitas SDM 6. Kemitraan usaha terjalin baik 7. Jalur pemasaran sederhana Faktor Eksternal 8. Linkungan kerja bersifat kekeluargaan Peluang/Opportunities (O) Strategi S-O 1. Permintaan tanaman hias 1. Mempertahankan dan akuarium tinggi meningkatkan mutu 2. Citra produk dikenal produk sesuai keinginan konsumen dan sudah pasar/konsumen memiliki pembeli tetap (S: 1, 2, 3, 4, 5; O: 1, 2, 4) 3. Pengembangan kemitraan 2. Memelihara dan cukup terbuka meningkatkan hubungan 4. Jalur pemasaran masih bisnis dengan eksportir dan pemasok terbuka luas (S: 2, 3, 4,5, 6,7; O: 1, 2, 5. Harga stabil dan 3, 5) cenderung naik 3. Mengembangkan 6. Ketersediaan sarana kemitraan usaha produksi cukup 7. Upah tenaga kerja cukup (S : 2, 4, 6, 7, 8; murah O : 1, 3, 4, 5, 6, 7) Ancaman/Threats (T) Strategi S – T 1. Pesaing baru dalam dan luar 1. Meningkatkan hubungan negeri makin meningkat bisnis dan kemitraan 2. Hama dan penyakit usaha (S : 2, 3, 5; T : 1) 3. Kenaikan biaya produksi 2. Efisiensi biaya produksi 4. Menurunnya pangsa pasar (S : 6, 7; T : 3) ekspor 5. Menurunnya kualitas produk 6. Menurunnya harga jual produk
Kelemahan/Weakness (W) 1. Kesulitan mendapatkan bibit jenis tertentu 2. Sistem manajemen organisasi belum mendukung 3. Produk mudah layu 4. Kapasitas produksi terbatas 5. Dukungan kondisi keuangan untuk pengembangan usaha kurang baik 6. Kemampuan SDM terbatas
Strategi W-O 1. Mengupayakan modal dari investor atau lembaga keuangan untuk pengembangan usaha (W : 1,2, 4, 5; O: 1, 2, 3, 4, 5, 6,7) 2. Meningkatkan kualitas SDM (W: 1, 2, 3, 4, 5, 6; O : 1, 3) 3. Menerapkan sistem manajemen usaha (W: 2, 5; O: 1, 3, 4, 6)
Strategi W – T 1. Mempertahankan mutu agar berdaya saing di pasar dan mampu bertahan (W : 3; T : 1) 2. Mengoptimalkan SDM yang ada (W : 2, 4, 5, 6; T : 2)
49
Menurut Rangkuti (2006) untuk memperoleh strategi bisnis mengunakan model Matrik Internal-Eksternal dengan mengidentifikasikan 9 sel strategi, tetapi umumnya kesembilan sel tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu : 1. Strategi pertumbuhan (growth strategy), merupakan kondisi pertumbuhan perusahaan (sel 1,2,5,7 dan 8). Perusahaan harus mendisain untuk mencapai pertumbuhan baik dala penjualan, modal dan keuntungan atau kombinasi ketiganya. Hal ini dapat dicapai dengan cara menetapkan harga yang terjangkau, mengembangkan produk baru, meningkatkan kualitas produk dan jasa atau meningkatkan akses ke pasar yang lebih luas. 2. Strategi stabilitas (stability strategy) adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang telah diterapkan (sel 4 dan 5). Perusahaan harus mempertahankan strategi yang selama ini dijalankan dengan menjaga mutu produk dan pelayanan, tetap menjalin kemitraan yang telah dirintis. 3. Strategi penciutan (retrenchment strategy) adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang dilkukan perusahaan (sel 3, 6 dan 9). Dari hasil analisis, matriks internal - eksternal dari industri tanaman hias akuarium pada kelompok Bunga Air ”Aqua Plantindo” dapat dijelaskan pada Gambar 6. Berdasarkan analisis faktor strategi internal pada Kelompok Bunga Air ”Aqua Plantindo” diperoleh nilai sebesar 2,702 di kuadran V, menunjukkan bahwa
posisi
internal
kelompok
ini
dinilai
rata-rata
berarti
mengidentifikasikan strategi pertumbuhan. strategi yang disarankan adalah mempertahankan dan meningkatkan mutu produk sesuai keinginan pasar / konsumen, memelihara dan meningkatkan hubungan bisnis dengan eksportir dan pemasok dan mengembangkan kemitraan usaha.
50
Berdasarkan analisis faktor strategi eksternal pada Kelompok Bunga Air ”Aqua Plantindo” diperoleh nilai sebesar 2,516 di kuadran V menunjukkan bahwa pengaruh eksternal kelompok ini dinilai sedang berarti mengidentifikasikan strategi stabilitas. Strategi yang diterapkan kelompok usaha ini harus tetap dipertahankan atau tanpa mengubah arah strategi yang telah diterapkan. Strategi yang disarankan adalah meningkatkan hubungan bisnis dan
kemitraan usaha, efisiensi biaya
produksi dan tetap
mempertahankan mutu. SKOR Tertimbang Faktor Internal Kuat
Rata-rata
Lemah
(3.00 – 4.00)
(2.00 – 2.99)
(1.99 – 1.00)
4.0 4.0 SKOR Tertimbang Faktor
Tinggi 3.0 Sedang
3.0 I Pertumbuhan
2.0 II Pertumbuhan
1.0 III Penciutan
IV
V
VI
Stabilitas
Pertumbuhan
Penciutan
Eksternal
Stabilitas 2.0 Rendah
VII
VIII
IX
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Likuidasi
1.0 Gambar 5. Analisis Matrik Internal-Eksternal 3. Analisis Evaluasi Kinerja Dalam melakukan evaluasi kinerja kelompok, menggunakan pendekatan Balanced Scorecard dengan melihat empat perspektif yaitu :
51
a. Perspektif Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan teknik untuk mengetahui secara cepat kinerja keuangan perusahaan dengan tujuan untuk mengevaluasi situasi yang terjadi saat ini dan memprediksi kondisi keuangan masa yang akan datang. Hasil analisis rasio keuangan dari usaha tanaman hias akuarium pada Kelompok Bunga Air ”Aqua Plantindo” sebagai berikut: Hasil analisis rasio keuangan dari usaha tanaman hias akuarium pada Kelompok Bunga Air ”Aqua Plantindo”dapat dilihat pada Lampiran 12. -
Analisa Likuiditas Rasio likuiditas pada tahun 2007 sebesar 330% (3,3:1) berarti setiap satu rupiah hutang lancar dijamin dengan 3,3 rupiah aktiva lancar. Rasio likuiditas adalah rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek Selama 5 tahun 2003-2007
kelompok usaha Bunga Air ”Aqua
Plantindo” mampu membayar hutang jangka pendek dan mampu memanfaatkan aktiva lancar untuk usaha. Hanya pada tahun 2003 pengelolaan aktiva lancarnya kurang bagus karena nilai rasio likuiditas 740% (7,4 :1), berarti banyak aktiva yang belum dimanfaatkan. Pemanfaatan aktiva lancar dari tahun 2004 sampai 2007 cukup baik dan setiap rupiah hutang lancarnya dijamin oleh 2,5 rupiah (2004), 1,8 rupiah (2005), 2 rupiah (2006) dan 3,3 rupiah (2007). -
Analisa Solvabilitas Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban baik jangka pendek maupun
52
jangka panjang. Pada tahun 2007 nilai rasio solvabilitasnya 170% (1,7 :1) berarti setiap satu rupiah hutang dalam jangka pendek dan jangka panjang dijamin oleh aktiva 1,7 rupiah. Dari nilai rasio solvabilitas tahun 2003-2007 dapat diketahui bahwa kelompok usaha Bunga Air ”Aqua Plantindo”mempunyai kelebihan aktiva (excess value) di atas hutang-hutangnya berarti kelompok usaha tersebut mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan semua kewajibannya. -
Analisa Return on Asset Rasio ini mengambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah aset yang digunakan sehingga dapat dinilai efisiensi dalam memanfaatkan aktiva dalam operasional perusahaan. Pada tahun 2007 nilai rasio Return on Asset 0,38 berarti untuk setiap seratus rupiah aktiva yang dimiliki, kelompok mendapatkan keuntungan sebesar 38 rupiah. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa setiap seratus rupiah aktiva, kelompok mendapatkan keuntungan 12 rupiah (2003), 22 rupiah (2004), 23 rupiah (2005) dan 34 rupiah (2006). Apabila dibandingkan dengan suku bunga simpanan atau deposito, masih jauh lebih tinggi, berarti kelompok tersebut telah efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam operasional perusahaan.
-
Analisa Net Profit Margin Rasio ini menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh kelompok usaha pada setiap penjualan yang dilakukan. Pada tahun 2007 nilai rasio Net Profit Margin 0,40 berarti setiap seratus rupiah penjualan, kelompok usaha memperoleh keuntungan bersih sebesar 40 rupiah. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa setiap seratus rupiah
penjualan
tanaman
hias
akuarium,
akan
memperoleh
keuntungan sebesar 26 rupiah (2003), 35 rupiah (2004), 30 rupiah
53
(2005) dan 39 rupiah (2006). Berarti dari tahun 2003 sampai tahun 2005 kinerja kelompok usaha mengalami penurunan karena penurunan nilai Net Profit Margin, tapi mengalami kenaikan kinerja pada tahun 2006 dan tahun 2007 karena nilai rasio semakin meningkat. -
Analisa Receivable Turn Over Rasio ini untuk menggambarkan kualitas piutang
dan kesuksesan
kelompok usaha dalam melakukan penagihan piutang yang dimiliki. Pada tahun 2007 nilai rasio sebesar 37,38 berarti dalam satu tahun kelompok usaha, mampu mengkonversi piutang menjadi kas sebesar 37,38 kali. Hal ini menggambarkan bahwa kelompok usaha sukses dalam melakukan penagihan piutang yang dimiliki dan efisien. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dalam satu tahun kelompok usaha mampu mengkonversi piutang menjadi kas sebesar 43,12 kali (2003), 31,51 kali (2004), 31,24 kali (2005) dan 23,13 kali (2006). Berarti selama 5 tahun, kelompok usaha ini mampu dan sukses melakukan penagihan piutang yang dimiliki. -
Analisa Total Asset Turn Over Rasio
ini
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
dalam
menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2003 nilai rasio sebesar 0,57 dan pada tahun 2004 sebesar 0,84. Hal ini berarti setiap satu rupiah aktiva, kelompok usaha menghasilkan 0,57 rupiah penjualan (2003) dan 0,84 rupiah penjualan. Ini menggambarkan bahwa pada tahun 2003 dan 2004 kelompok usaha tidak efektif dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan dan tidak produktif karena lebih kecil dari satu. Pada tahun 2005, 2006 dan 2007, kelompok usaha mempunyai nilai rasio Total Asset Turn
54
Over berturut-turut 1,24 ; 1,53 dan 1,98. Hal ini berarti bahwa kelompok usaha cukup efektif dalam memanfaatkan aktiva yang dimiliki dan produktif karena mempunyai nilai rasio lebih besar dari satu. b. Perspektif Pelanggan Pengukuran kepuasan pelanggan dengan memberikan kuesioner kepada para pelanggan untuk mengetahui tanggapan pelanggan akan tingkat harapan dan tingkat persepsi terhadap pelayanan yang diberikan. Pelanggan Kelompok Usaha Bunga Air ”Aqua Plantindo” adalah 10 perusahaan eksportir yang sering membeli tanaman hias akuarium. Dari hasil kajian terhadap persepsi kepuasan pelanggan disajikan pada Lampiran 13. Nilai persepsi pelanggan dari dimensi reliability, 5% sangat tidak puas, 20% tidak puas, 45% cukup puas, 25% puas dan 5% sangat puas yang menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen cukup puas dengan ketepatan waktu dalam pelayanan dan kesesuaian dengan janji yang ditawarkan. Nilai persepsi pelanggan dari dimensi responsiveness, 0% sangat tidak puas, 25% tidak puas, 40% cukup puas, 30% puas dan 5% sangat puas yang menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen cukup puas terhadap kesigapan anggota kelompok dalam pelayanan dan kecepatan dalam penanganan keluhan konsumen. Nilai persepsi pelanggan dari dimensi assurance, 0% sangat tidak puas, 20% tidak puas, 40% cukup puas, 35% puas dan 5% sangat puas yang menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen cukup puas terhadap keramahan, perhatian, kesopanan dalam pelayanan dan juga cukup puas akan prestasi dan reputasi dari kelompok. Nilai persepsi pelanggan dari dimensi emphaty, 0% sangat tidak
55
puas, 30% tidak puas, 50% cukup puas, 15% puas dan 5% sangat puas yang menunjukkan bahwa konsumen merasa cukup puas terhadap kemudahan komunikasi dengan kelompok dan kemampuan kelompok dalam komunikasi. Dari sisi tangible 2,5% sangat tidak puas, 30% tidak puas, 42,5% cukup puas, 22,5% puas dan 2,5% sangat puas yang menunjukkan bahwa konsumen sebagian besar cukup puas terhadap penampilan fisik, kebersihan, kerapian, kenyamanan ruangan dan penampilan anggota kelompok. Sedang dari dimensi produk 0% sangat tidak puas, 30% tidak puas, 40% cukup puas, 26,67% puas dan 3,33% sangat puas yang menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen cukup puas dari sisi harga, ukuran dan keragaman produk. Berdasarkan hasil kajian bahwa persepsi pelanggan dari enam dimensi atribut mutu pelayanan yang diberikan oleh Kelompok Usaha Bunga Air ”Aqua Plantindo”, sebagian besar pelanggan merasa cukup puas. Sedang harapan (tingkat kepentingan) pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan Kelompok Bunga Air ”Aqua Plantindo”, dapat dilihat pada Lampiran 14. Nilai harapan pelanggan dari dimensi reliability, 0% sangat tidak penting, 10% tidak penting, 35% cukup penting, 40% penting dan 15% sangat penting yang menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen menilai penting terhadap ketepatan waktu dan kesesuaian dengan janji. Nilai harapan pelanggan dari dimensi responsiveness, 0% sangat tidak penting, 10% tidak penting, 40% cukup penting, 40% penting dan 10% sangat penting yang menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen menilai cukup penting dan penting terhadap kesigapan pekerja dan penanganan keluhan. Nilai harapan pelanggan dari dimensi assurance, 0% sangat tidak
56
penting, 10% tidak penting, 40% cukup penting, 30% penting dan 20% sangat penting yang menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen menilai cukup penting terhadap keramahan, perhatian,kesopanan, prestasi dan reputasi. Nilai harapan pelanggan dimensi responsiveness, 0% sangat tidak penting, 5% tidak penting, 45% cukup penting, 40% penting dan 10% sangat penting yang menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen menilai cukup penting terhadap kemudahan komunikasi dan kemampuan komunikasi dari kelompok. Nilai harapan pelanggan dari dimensi responsiveness, 0% sangat tidak penting, 20% tidak penting, 40% cukup penting, 27,5% penting dan 12,5% sangat penting yang menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen menilai cukup penting terhadap penampilan fisik, kebersihan, kerapian, kenyamanan ruangan dan penampilan pekerja. Sedang nilai harapan pelanggan dari dimensi produk yaitu harga , 0% sangat tidak penting, 10% tidak penting, 40% cukup penting, 30% penting dan 20% sangat penting, yang menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen menilai cukup penting terhadap harga karena terkait dengan keuntungan yang diperoleh. Nilai harapan dari dimensi ukuran 30% konsumen menyatakan cukup penting, 50% penting dan 20% sangat penting. Berarti kelompok Bunga Air “Aqua Plantindo” dalam melayani konsumen dalam hal ukuran produk harus memperhatikan ukuran tanaman sesuai permintaan konsumen. Sedang nilai harapan dari dimensi keragaman konsumen mengatakan 10% tidak penting, 40% cukup penting, 40% penting dan 10% sangat penting. Keragaman produk tanaman hias akuarium harus menjadi perhatian bagi kelompok karena konsumen sebagian besar menginginkan variasi jenis tanaman karena menyangkut selera konsumen baik dalam maupun luar negeri. Kendala yang dihadapi konsumen adalah sulitnya
57
mendapat bibit yang bermutu dan harus melakukan impor. Tingkat kepuasan terhadap pelayanan dengan cara membandingkan rataan nilai persepsi pelanggan dengan rataan nilai harapan pelanggan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Nilai kepuasan pelanggan Kelompok Usaha Bunga Air ”Aqua Plantindo” No. A 1 2 B 3 4 C 5 6 D 7 8 E 9 10 11 12 F 13 14 15
Atribut Mutu Pelayanan Reliability Tepat Waktu Kesesuaian dengan promosi Rataan Responsiveness Kesigapan pekerja Penanganan Keluhan Rataan Assurance Keramahan, perhatian, kesopanan Prestasi dan reputasi Rataan Empathy Kemudahan komunikasi Kemampuan komunikasi pekerja Rataan Tangibles Penampilan fisik Kebersihan dan kerapian Kenyamanan ruangan Penampilan pekerja Rataan Dimensi Produk Harga Ukuran Keragaman Rataan Rataan Kesesuaian
Rataan Persepsi
Rataan Harapan
Kepuasan (%)
3 3.1
3.8 3.4
78.95 91.18
3.05
3.6
84.72
3 2.7 2.85
3.5 3.5 3.5
85.71 77.14 81.43
3.3 3.2
3.4 3.8
97.06 84.21
3.25
3.6
90.28
3.1 2.8
3.6 3.5
86.11 80.00
2.95
3.55
83.10
2.8 2.9 2.8 3.2 2.93
3.2 3.4 3.3 3.4 3.33
87.50 85.29 84.85 94.12 87.97
3.3 3 2.8 3.03 3.01
3.6 3.9 3.9 3.80 3.56
91.67 76.92 71.79 79.82 84,55
58
Nilai kepuasan 100% berarti tingkat pelayanan yang diberikan telah sesuai dari apa yang diharapkan pelanggan. Sebaliknya bila nilai kurang dari 100% berarti pelayanan yang diberikan masih belum sesuai dengan harapan pelanggan. Nilai rataan nilai kesesuaian sebesar 84.55% berarti pelayanan yang diberikan Kelompok Usaha Bunga Air”Aqua Plantindo” masih berada dibawah tingkat harapan konsumen, sehingga pelayanan masih perlu ditingkatkan. Menurut Supranto (2006), nilai rata-rata tingkat kepuasan pelanggan adalah di atas 90%, berarti kelompok masih harus meningkatkan pelayanannya kepada pelanggan baik ketepatan waktu, kesesuaian dengan janji, kesigapan, penanganan keluhan, keramahan, prestasi/reputasi, kemudahan komunikasi, kemampuan berkomunikasi dan juga dari dimensi produk seperti hara, ukuran dan keragaman. Penilaian sejauhmana tingkat kepentingan dan kepuasan pelanggan terhadap kinerja melalui mutu pelayanan digunakan metode Importance – Performance Analysis. Penggunaan diagram Kartesius digunakan dalam penjabaran atribut-atribut tingkat kesesuaian kepentingan dan kepuasan pelanggan terhadap mutu pelayanan. Dalam mengukur tingkat kepuasan pelanggan ada 2 (dua) peubah yaitu X (sumbu mendatar) dan Y (sumbu tegak), dimana X merupakan persepsi pelanggan yang dapat memberikan kepuasan (performance), sedang Y merupakan harapan atau tingkat kepentingan pelanggan (importance). Dari hasil kajian dapat dilihat pada diagram Kartesius berikut ini.
59
3,53
17 13 3,45
18
22 16 14
Kepentingan
3,37
19
20
15
3,29
3,21
3,13
21 3,05 3,500
3,550
3,600
3,650
3,700
3,750
3,800
3,850
3,900
3,950
4,000
Kinerja
Gambar 7. Diagram kartesius Kelompok Usaha Bunga Air”Aqua Plantindo
4,050
60
Pada Gambar 6 menunjukkan bahwa atribut-atribut mutu yang dianalisis tersebar atas empat daerah yaitu : -
Kuadran I (pertahankan prestasi) Berdasarkan hasil kajian diketahui bahwa atribut-atribut mutu yang terdapat pada kuadran I. adalah prestasi dan reputasi (6), kemudahan komunikasi (7) dan harga (13). Hal ini menunjukkan bahwa atribut mutu tersebut harus dipertahankan kelompok. Prestasi dan reputasi kelompok selama ini harus dijaga dan dipertahankan, jalinan komunikasi yang selama ini berlangsung baik harus dibangun lebih baik lagi dan harga jual produk yang ditetapkan kelompok masih memberi kepuasan pelanggan harus dipertahankan.
-
Kuadran II (prioritas Utama) Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada kuadran II terdapat atribut mutu tepat waktu (1), ukuran/spesifikasi (14) dan keragaman jenis tanaman hias akuarium (15). Hal ini berarti bahwa ketepatan waktu, ukuran/spesifikasi dan keragaman jenis tanaman hias akuarium harus dijadikan
prioritas
utama
karena
merupakan
keinginan
utama
konsumen/eksportir dan keberadaan atribut-atribut ini dinilai sangat penting oleh pelanggan. Dan ini merupakan kunci keberhasilan kelompok apabila mampu memenuhi permintaan konsumen atau pasar. -
Kuadran III (prioritas rendah) Pada kuadran III terdapat atribut kesigapan pekerja (3), penanganan keluhan (4), kemampuan pekerja berkomunikasi (8),
penampilan fisik (9),
kebersihan dan kerapian (10), kenyamanan ruangan (11). Hal ini berarti bahwa konsumen/eksportir tidak terlalu memprioritaskan atribut-atribut mutu tersebut namun bagi kelompok tetap harus menjadi perhatian dalam rangka memperbaiki mutu pelayanan.
61
-
Kuadran IV (berlebihan) Berdasarkan hasil kajian bahwa atribut mutu yang terdapat pada kuadran IV adalah kesesuaian dengan janji yang ditawarkan (2), keramahan, perhatian dan kesopanan (5) dan penampilan pekerja (12). Bagi persepsi pelanggan kesesuaian dengan janji yang ditawarkan, keramahan, perhatian, kesopanan dan penampilan pekerja tidak terlalu dinilai dan berlebihan dalam usaha tanaman hias akuarium dan menganggap tidak terlalu penting. Persepsi utama pelanggan mengarah kepada mutu produk, ketepatan waktu dan keragaman jenis tanaman.
c. Perspektif Bisnis Internal Dalam mengukur kinerja perusahan dari perspektif Bisnis Internal dilihat dari hal berikut : -
Proses Tingkat Layanan Purna Jual Dalam tingkat layanan ini dilihat dari mutu pelayanan, waktu proses
dalam
melakukan
pelayanan
dan
efisiensi
biaya
untuk
meningkatkan keuntungan. Mutu pelayanan dapat diketahui dari diagram Kartesius di atas bahwa dari dimensi reliability (ketepatan waktu dan kesesuaian dengan janji yang ditawarkan) mempunyai nilai kepuasan pelanggan 91,04 berarti kelompok Bunga Air ”Aqua plantindo” masih perlu meningkatkan lagi tingkat layanannya karena masih belum memenuhi harapan pelanggan. Waktu proses dalam melakukan pelayanan dapat diketahui dari dimensi responsiveness (kesigapan pekerja dan penanganan keluhan) yaitu mempunyai nilai kepuasan pelanggan 81,43, berari masih perlu meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan para angota kelompok untuk mempercepat waktu proses pelayanan terhadap pelanggan.
62
Efisiensi penggunaan modal usaha kelompok Bunga`Air ”Aqua plantindo” dapat diketahui dengan menghitung rentabilitas ekonomis atau Return on Asset yaitu pebandingan antara laba bersih dengan total aktiva. Dari
Lampiran
13
memperlihatkan
bahwa
rentabilitas
ekonomi/Return on Asset pada usaha tanaman hias akuarium pada Kelompok Usaha Bunga Air ”Aqua plantindo” 0,12 (2003), 0,22 (2004), 0,23 (2005), 0,34 (2006) dan 0,38 (2007). Berarti setiap seratus rupiah aktiva, kelompok mendapatkan keuntungan 12 rupiah (2003), 22 rupiah (2004), 23 rupiah (2005) dan 34 rupiah (2006). Apabila dibandingkan dengan suku bunga simpanan atau deposito, masih jauh lebih tinggi, berarti kelompok tersebut telah efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam operasional perusahaan. -
Proses Operasi/produksi Tingkat produktivitas Kelompok Usaha Bunga Air ”Aqua Plantindo” dapat diketahui dengan menggunakan analisis rasio Total Asset Turn Over yaitu membandingkan penjualan bersih dengan rata-rata total aktiva. Pada tahun 2003 nilai rasio sebesar 0,57 dan pada tahun 2004 sebesar 0,84 berarti setiap satu rupiah aktiva, kelompok usaha menghasilkan 0,57 rupiah penjualan (2003) dan 0,84 rupiah penjualan. Ini menggambarkan bahwa pada tahun 2003 dan 2004 tidak produktif karena lebih kecil dari satu. Pada tahun 2005, 2006 dan 2007, kelompok usaha mempunyai nilai rasio Total Asset Turn Over berturut-turut 1,24 ; 1,53 dan 1,98. Hal ini berarti bahwa kelompok usaha cukup efektif dalam memanfaatkan aktiva yang dimiliki dan produktif karena mempunyai nilai rasio lebih besar dari satu.
-
Proses Inovasi Proses inovasi yang dilakukan oleh Kelompok Usaha Bunga Air ”Aqua Plantindo” dapat diketahui dengan mengukur tingkat keberhasilan
63
meningkatkan jenis-jenis tanaman baru. Pada tahun 2001 kelompok ini membudidayakan 80 jenis tanaman, tahun 2005 jenis tanamannya bertambah menjadi 200 jenis tanaman dan pada saat penelitian (2008) jumlah tanaman yang dibudidayakan bertambah menjadi 350 jenis tanaman hias akuarium. Berarti dalam perjalanannya kelompok ini telah melakukan proses inovasi untuk memenuhi permintaan pasar dan memanfaatkan teknologi informasi dalam mengembangkan usahanya. Kelompok ini telah mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan anggota dalam melakukan proses inovasi dalam teknik pembibitan dan budidaya tanaman hias akuarium yang baik. Sejak berdiri hingga saat ini mampu meningkatkan jumlah jenis tanaman lebih dari 400%. d. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran 1) Aspek Kinerja Pengukuran kinerja kelompok Bunga Air ”Aqua Plantindo”, penulis menggunakan kuesioner yang terdiri atas 23 parameter kepada 10 anggota kelompok secara sengaja dengan pertimbangan tertentu (sampling purposive) dengan skala Likert menggunakan lima kategori, yaitu 1 : Sangat baik, 2 : Baik, 3 : Cukup Baik, 4 : Kurang dan 5 : Sangat kurang. Parameter tersebut antara lain pendefinisian tugas dan tanggung jawab, pendistribusian tugas dan tanggung jawab pada unit-unit organisasi,
pemahaman
kebijakan,
prosedur
dan
pelaksanaannya,
produktivitas anggota, kerjasama dalam menjaga arus data dengan lancar, pencapaian sasaran dan lain-lain seperti pada Lampiran 15. Berdasarkan tabulasi kuesioner tingkat kinerja Kelompok Usaha Bunga Air ”Aqua Plantindo” responden mengatakan sangat baik (13,04%), baik (39,57%), cukup baik (27,82%), kurang (14,35%) dan sangat kurang (5,22%).
Berarti rata-rata anggota kelompok masih
mengakui kepemimpinan ketua kelompok dalam memimpin, karena
64
persentase tertinggi anggota kelompok mengatakan kinerjanya baik (39,57%) dengan nilai rata-rata 2,6. Sehingga masih perlu meningkatkan kinerja untuk pengembangan usaha tanaman hias akuarium ke depan dengan mengevaluasi kinerja yang telah dilakukan. 2) Aspek Pembaharuan Organisasi Dalam mengetahui aspek pembaharuan dan organisasi digunakan kuesioner dengan 7 (tujuh) pertanyaan kepada 10 responden secara sengaja dengan pertimbangan tertentu (sampling purposive) dengan skala Likert menggunakan lima kategori, yaitu : -
Banyak melakukan/sangat mendorong/sudah memberikan semua/ sangat
mewajibkan/sangat
serius/sangat
meningkatkan/sangat
merencanakan -
Melakukan/mendorong/memberikan
sebagian
besar/mewajibkan/
mendorong/cukup
memberikan/cukup
serius/meningkatkan/merencanakan -
Cukup
melakukan/cukup
mewajibkan/cukup serius/cukup meningkatkan/cukup merencanakan -
Kurang melakukan/kurang mendorong/ kurang memberikan/kurang mewajibkan/kurang serius/kurang meningkatkan/kurang merencanakan
-
Belum
melakukan/belum
mendorong/belum
memberikan/belum
mewajibkan/belum serius/belum meningkatkan/belum merencanakan Parameter dalam aspek pembaharuan organisasi dapat dilihat pada lampiran 16, yang menunjukkan bahwa berdasarkan hasil kajian sebanyak 30% ketua kelompok banyak melakukan pembaharuan dalam organisasi dan 47,14% responden mengatakan bahwa ketua kelompok selaku pemimpin telah melakukan langkah-langkah yang nyata untuk kemajuan usaha, mendorong anggota untuk meningkatkan pengetahuan untuk pembelajaran,
memberikan
penghargaan
sebagian
besar
anggota
65
kelompok yang berhasil, mewajibkan anggota kelompok untuk memahami organisasi secara keseluruhan, serius dalam perbaikan menyeluruh pada organisasi, meningkatkan komunikasi dan pembelajaran bertahap antar unit dan telah merencanakan metode untuk saling belajar demi keberhasilan bersama. Nilai rata-rata yang diperoleh 1,9 sehingga ketua kelompok melakukan pembaharuan-pembaharuan dalam organisasi untuk kemajuan kelompok usaha dan pengembangannya. 3)
Aspek Dinamika Belajar Pengukuran aspek dinamika belajar pada kelompok Bunga Air ”Aqua
Plantindo”, penulis menggunakan kuesioner yang terdiri atas 7
(tujuh) pertanyaan kepada 10 responden secara sengaja dengan pertimbangan tertentu (sampling purposive) dengan skala Likert menggunakan lima kategori, yaitu : -
Diterapkan secara menyeluruh pada organisasi
-
Diterapkan pada sebagian besar organisasi
-
Diterapkan pada bagian-bagian tertentu organisasi
-
Diterapkan pada sebagian kecil organisasi
-
Belum diterapkan Parameter dalam aspek dinamika belajar dapat dilihat pada
Lampiran 17 yang menunjukkan bahwa berdasarkan hasil kajian, 50% responden mengatakan ketua sudah menerapkan sistem belajar dan bekerja
dengan baik, ketua menggunakan beragam cara untuk
mempercepat proses peningkatan pengetahuan di bidang kerja dan mendukung untuk belajar dan saling tukar pikiran dan pengalaman dari anggota lain, menerapan komunikasi efektif antara ketua kelompok dan anggota kelompok. Berarti dari aspek dinamika belajar di kelompok ini cukup baik, ada upaya-upaya ketua kelompok meningkatkan pengetahuan dan pembelajaran antara lain dengan mengikuti berbagai pameran,
66
mengikutkan pelatihan-pelatihan anggota kelompoknya. Nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 1,84 yang menunjukkan bahwa aspek dinamika beajar diterapkan pada sebagian besar organisasi. 4)
Aspek tingkat kepuasan anggota kelompok Pengukuran aspek tingkat kepuasan anggota pada kelompok Bunga Air ‘Aqua Plantindo’, penulis menggunakan kuesioner yang terdiri dari 20 pertanyaan kepada 10 responden secara sengaja dengan pertimbangan tertentu (sampling purposive) dengan skala Likert menggunakan lima kategori, yaitu : 1. Sangat tidak puas 2. Tidak puas 3. Cukup puas 4. Puas 5. Sangat puas Parameter dalam aspek tingkat kepuasan anggota dapat dilihat pada Lampiran 18 yang menunjukkan bahwa berdasarkan hasil kaian 1% anggota kelompok mengatakan sangat tidak puas terhadap kepemimpinan ketua kelompok, 6% tidak puas, 43% cukup puas, 42% puas dan 9% sangat puas. Persentase tertinggi adalah 43% dari anggota cukup puas dengan kepemimpinan ketua kelompok dan 42% puas. Nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 3,5 berarti dalam kategori antara cukup puas dan puas terhadap kepemimpinan ketua kelompok.
5)
Aspek Pengelolaan Pengetahuan Pengukuran aspek Pengelolaan Pengetahuan
anggota pada
kelompok Bunga Air ‘Aqua Plantindo’, peneliti menggunakan kuesioner yang terdiri dari 7 (tujuh) pertanyaan kepada 10 responden secara sengaja dengan pertimbangan tertentu (sampling purposive) dengan skala Likert
67
menggunakan lima kategori, yaitu : 1. Belum diterapkan 2. Diterapkan pada sebagian kecil 3. Diterapkan pada bagian-bagian tertentu 4. Diterapkan pada sebagian besar organisasi 5. Sudah diterapkan secara menyeluruh Dari aspek tingkat pengelolaan pengetahuan, menunjukkan bahwa berdasarkan hasil kajian memberikan informasi bahwa 4% pengelolaan pengetahuan baru diterapkan pada sebagian kecil, 23% diterapkan pada bagian-bagian tertentu, 40% diterapkan pada sebagian besar organisasi dan 33%
sudah diterapkan secara menyeluruh. Nilai rata-rata yang
diperoleh adalah 4 yang menunjukkan bahwa ketua kelompok sudah menerapkan dari aspek pengelolaan pengetahuan pada sebagian besar organisasi. 6)
Aspek Pemberdayaan Pengukuran aspek Pengelolaan Pengetahuan
anggota pada
kelompok Bunga Air ”Aqua Plantindo”, peneliti menggunakan kuesioner yang terdiri atas 7 pertanyaan kepada 10 responden secara sengaja dengan pertimbangan tertentu (sampling purposive) dengan skala Likert menggunakan lima kategori, yaitu : 1. Belum diterapkan 2. Diterapkan pada sebagian kecil 3. Diterapkan pada bagian-bagian tertentu 4. Diterapkan pada sebagian besar organisasi 5. Sudah diterapkan secara menyeluruh Parameter dalam aspek tingkat pemberdayaan dapat dilihat pada Lampiran 19, yang menunjukkan bahwa berdasarkan tabulasi parameter
68
aspek pemberdayaan dapat diketahui bahwa persentase tertinggi dari parameter pemberdayaan anggota untuk meningkatkan kinerja organisasi sudah diterapkan secara menyeluruh (60%), dukungan ketua kelompok dalam pelatihan dan mengawasi hasil yang dipelajari (70%), kesempatan anggota untuk berpartisipasi aktif dalam rangka peningkatan pengetahuan sudah diterapkan pada sebagian besar organisasi (50%). Sedang parameter ketua sudah berperan aktif dalam melatih (60%) dan keaktifan ketua berbagi pengetahuan kepada kelompok, pendelegasian wewenang untuk mengetahui kemampuan dan tanggung jawab serta memfasilitasi dan mengawasi untuk peningkatan kinerja dan pembelajaran bersama mempunyai persentase yang sama berarti sebagian besar sudah diterapkan dan sudah diterapkan secara menyeluruh. Dengan melihat persentasi terbesar adalah 53%, berarti bahwa Kelompok Bunga Air ”Aqua Plantindo” sudah menerapkan secara menyeluruh terhadap aspek pemberdayaan. 7)
Aspek Penerapan Teknologi Pengukuran aspek penerapan teknologi pada kelompok Bunga Air ”Aqua Plantindo”, peneliti menggunakan kuesioner yang terdiri dari 7 (tujuh)
pertanyaan kepada 10 responden secara sengaja dengan
pertimbangan tertentu (sampling purposive) dengan skala Likert menggunakan lima kategori yang meliputi : 1. Belum diterapkan 2. Diterapkan pada sebagian kecil 3. Diterapkan pada bagian-bagian tertentu 4. Diterapkan pada sebagian besar organisasi 5. Sudah diterapkan secara menyeluruh Parameter dalam aspek penerapan teknologi dapat dilihat pada Lampiran 20, yang menunjukkan bahwa aspek penerapan teknologi pada
69
Kelompok Usaha Bunga Air ”Aqua Plantindo”, 37% penerapan teknologi diterapkan pada bagian-bagian tertentu organisasi, 40% diterapkan pada sebagian besar organisasi dan 23% penerapan teknologi sudah diterapkan secara menyeluruh. Nlai rata-rata diperoleh sebesar 3,85 berarti bahwa penerapan teknologi diterapkan pad sebagian besar organisasi. 4. Analisis Kemitraan Usaha Dalam penelitian ini dilakukan kajian dari 2 (dua) yaitu aspek proses manajemen kemitraan dan aspek manfaat. Untuk mengetahui kategori tingkat hubungan kemitraan menggunakan tolok ukur proses manajemen kemitraan (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan efektifitas kerjasama) dan manfaat dari kemitraan (ekonomi, teknis dan sosial). Mengetahui tingkat hubungan kemitraan usaha dengan berdasar pada proses manajemen kemitraan dan manfaatnya, tingkat hubungan kemitraan usaha antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra yang dapat dibagi dalam empat katagori tingkat hubungan, yaitu : a. Kemitraan Pra Prima b. Kemitraan Prima c. Kemitraan Prima Madya dan d. Kemitraan Prima Utama. Tingkat kemitraan terendah adalah Kemitraan Pra Prima, selanjutnya meningkat menjadi Kemitraan Prima, kemudian meningkat menjadi Kemitraan Prima Madya dan tingkat tertinggi adalah Kemitraan Prima Utama. Dari masing-masing faktor pada berbagai aspek dinilai untuk mengetahui tingkat hubungan kemitraan usaha yang dilakukan Kelompok Bunga Air ”Aqua Plantindo”.
70
Untuk menentukan hubungan tingkat kemitraan dengan dasar sebagai berikut : No.
Nilai
Kategori
1
> 750
Tingkat Kemitraan Prima Utama
2
501 – 750
Tingkat Kemitraan Prima Madya
3
250 – 500
Tingkat Kemitraan Prima
4
< 250
Tingkat Kemitraan Pra Prima
Kelompok Bunga Air ”Aqua Plantindo” telah melakukan kemitraan usaha dengan beberapa eksportir yaitu PT. Nusantara Aquatic Exporindo, PT. Inti Samudera Lestasi, CV. Cahaya Baru, CV. Gloria, CV. Dinar, PT. Intinental Pri, PT. Joe Aquatic Indonesia, CV. Tropical Aquatic, PT. Tropicl Fish Indonesia, PT. Colisa, PT. Garfishindo, PT. Indo Tropica, PT. Viva Jaya dan PT. Enoshima Aquatic dan lain-lain..
Kemitraan yang dilakukan
kelompok Bunga Air ”Aqua Plantido” umumnya hanya kemitraan dalam pemasaran tanaman hias akuarium. Hanya beberapa perusahaan saja yang melakukan kemitraan dengan beberapa aspek seperti bantuan modal, pembinaan teknologi, pemasaran. Dari mitra-mitra tersebut belum ada yang melakukan kemitraan dalam aspek secara keseluruhan seperti prasarana, sarana produksi, pembinaan manajemen, pembinaan teknologi, permodalan dan pemasaran. Dalam penelitian ini, analisis tingkat hubungan kemitraan
hanya
dilakukan pada kemitraan antara Kelompok Bunga Air ”Aqua Plantindo” dengan 3 (tiga) perusahaan pelanggan utama kelompok, yaitu : 1. PT. Nusantara Aquatik Exporindo 2. CV. Cahaya Baru 3. CV. Tropical Aquatic Hasil analisis kemitraan antara Kelompok Bunga Air ”Aqua Plantindo”
71
dengan beberapa perusahaan mitra dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Analisis Aspek Kemitraan Nilai faktor PT. Nusantara Aquatic Exporindo 50
Nilai faktor CV. Cahaya Baru
Nilai faktor CV. Tropical Aquatic
50
50
35
30
25
25
25
0
Kontrak Kerjasama
50
50
50
Bentuk Kerjasama
45
40
15
Pelaksanaan Kerjasama
50
50
30
Efektivitas Kerjasama - Kejelasan Peranan - Kontinuitas Suplai - Kualitas Suplai - Sistem Pembayaran - Cara Pembayaran - Penentuan Harga Jumlah Nilai Aspek Proses Manajemen
25 25 25 25 25 25 405
25 25 25 25 15 25 385
25 25 25 25 10 15 295
Manfaat
Pendapatan
100
100
100
Harga
50
50
50
Produktivitas
50
50
50
Resiko Usaha
50
50
50
Mutu
50
50
50
Penguasaan Teknologi
50
50
50
Keinginan Kontinyuitas
50
50
50
50
50
50
JUMLAH NILAI ASPEK MANFAAT
450
450
450
TOTAL NILAI ASPEK PROSES MANAJEMEN DAN
855
835
745
Aspek
Indikator
Proses manajemen kemitraan
Perencanaan
Pengorganisasian
Pelaksanaan dan efektivitas kerjasama
Ekonomi
Teknis Sosial
Faktor yang dinilai Perencanaan Kemitraan Kelengkapan Perencanaan Bidang khusus
kerjasama Pelestarian Lingkungan
ASPEK MANFAAT
Pada Tabel 15. memperlihatkan bahwa hubungan tingkat kemitraan antara
72
Kelompok Usaha Bunga Air ”Aqua Plantindo” dengan PT. Nusantara Aquatic Exporindo dan CV. Cahaya Baru termasuk dalam katagori Tingkat Kemitraan Prima Utama (nilai 855 dan 835) karena lebih besar dari 750. Berarti hubungan tingkat kemitraan usaha tersebut, perlu dikembangkan dan terus dilanjutkan karena saling membutuhkan, saling menguntungkan dan saling memperkuat. Di sisi lain hubungan tingkat kemitraan antara Kelompok Usaha Bunga Air ”Aqua Plantindo” dengan CV. Tropical Aquatic termasuk dalam katagori Tingkat Kemitraan Prima Madya dengan nilai 745 sehingga berada diantara nilai 501 – 750. Hubungan tingkat kemitraan usaha ini masih perlu dijalin lebih baik lagi dan perlu adanya kesepakatan-kesepakatan kerjasama agar dapat berkelanjutan. Bila kemitraan yang selama ini dijalin hanya dengan lisan dan belum jelas hak dan kewajibannya antara para pihak, maka perlu dituangkan dalam perjanjian tertulis di atas materai sehingga ada kesetaraan dalam hukum, sehingga para pihak mengetahui dengan jelas hak dan kewajibannya sehingga jalinan kemitraan dapat berkelanjutan. Esensi kemitraan terletak pada kontribusi bersama, saling sinergi untuk keberhasilan bersama karena harus saling membutuhkan, membesarkan dan saling menguntungkan.