IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan Wahyuningtyas (2011) jenis tanah di Kebun Percobaan Cikabayan merupakan Latosol. Tanah ini memiliki ciri – ciri batas horizon yang samar, warna 7.5YR,4/4 (brown), remah sampai gumpal, dan gembur, memiliki tekstur, dan terdapat distribusi kadar liat tinggi. 4.1
Pemotretan Profil Tanah
4.1.1 Kondisi Profil Tanah Tanpa Naungan Kondisi tanpa naungan mendapatkan cahaya matahari yang melimpah dibandingkan dengan naungan. Cahaya matahari ini memiliki kualitas cahaya yang berbeda – beda berdasarkan intensitasnya. Kualitas cahaya matahari dapat bersifat keras, lembut, dan menyebar. Kualitas cahaya dapat terlihat dari pembentukan bayangan pada suatu objek yang terkena sinar matahari. 4.1.1.1 Kondisi Cahaya Terik/Keras Hasil pemotretan profil tanah pada kondisi cahaya keras/terik disajikan pada Gambar 4. Gambar 4A merupakan profil tanah yang dipotret dengan program auto. Program ini membiarkan kamera yang memilih pengaturan sendiri tanpa ada campur tangan dari pengguna. Gambar 4B merupakan gambar dari hasil pengaturan kamera yang dilakukan oleh pengguna. Gambar ini berbeda dengan Gambar 4A karena memakai custom white balance dengan menggunakan gray card. Cahaya yang keras pada kondisi alami terbentuk ketika cahaya matahari bersinar tanpa adanya penutupan awan. Contohnya adalah cahaya matahari pada terik siang hari saat langit tidak berawan. Dari Gambar 4A hasil pemotretan pada cahaya terik, dapat dilihat bahwa cahaya terik/keras itu mengakibatkan timbulnya flare (pijar lensa) atau ghosting dan terjadi perbedaan kontras sinar yang terpapar (gelap-terang yang jelas). Efek dari cahaya keras ini memang lebih mudah terlihat dibandingkan dengan dua kondisi cahaya yang lain. Begitu juga pada Gambar 4B yang telah dirubah white balance dengan gray card masih terdapat ghosting. Ghosting pada Gambar 4A dan Gambar 4B terjadi akibat sinar yang terlalu besar intensitasnya masuk ke dalam lensa, namun tidak terlalu terlihat seperti 12
flare. Ghosting terlihat seperti kabut putih atau seperti hantu yang berwarna putih. Hal ini dapat terlihat pada bagian bawah profil di atas. Cara yang dilakukan agar mengurangi efek lens flare (pijar lensa) atau ghosting adalah tidak memotret dengan sinar matahari menyinari langsung atau terpantul langsung dari arah matahari. Cara lain yang biasa dilakukan dengan menggunakan lens hood (tudung lensa). Selain itu, kualitas lensa yang lebih baik juga bisa mengurangi efek lens flare (pijar lensa) atau ghosting.
13
A
B
Gambar 4: Foto profil tanah pada kondisi cahaya keras/terik tanpa naungan ( A foto profil tanah sebelum dikalibrasi white balance dengan gray card dan B foto profil tanah setelah dikalibrasi dengan gray card).
14
4.1.1.2 Kondisi Cahaya Lembut Hasil pemotretan profil tanah kondisi cahaya lembut disajikan pada Gambar 5. Gambar 5A merupakan gambar dengan program auto dari kamera. Area pada kanan bagian bawah terlihat sedikit gelap karena penyebaran cahaya yang kurang merata. Gambar 5B pada area kanan bagian bawah menjadi lebih sedikit terlihat karena white balance telah dikalibrasi sehingga warna tanah asli dan kamera menjadikan bagian yang gelap pada Gambar 5A menjadi lebih sedikit terang dibandingkan sebelumnya. Pemotretan pada kondisi cahaya lembut tidak terlalu menyulitkan dibandingkan kondisi cahaya keras (terik). Cahaya lembut masih tergolong kondisi cahaya yang cocok untuk dilakukan pemotretan terhadap lubang profil. Hasil penelitian pada kondisi cahaya lembut terbentuk dari sumber cahaya yang relatif besar. Sumber cahaya ini tidak langsung meradiasikan sinarnya langsung kepada objek tapi sinar tersebut dibiaskan oleh medium tertentu. Sebagai contoh cahaya matahari yang tertutup awan yang menyelubungi bumi. Jarak awan yang relatif dekat dengan bumi akan memberikan sinar yang telah dibiaskan dari matahari sehingga cahaya yang terbentuk menjadi lembut. Bayangan yang terjadi pada kondisi cahaya yang demikian memiliki intensitas yang lebih rendah dibandingkan kondisi cahaya keras. Kondisi cahaya lembut masih terdapat kekurangan, pada bagian bawah kanan masih terlihat adanya daerah gelap (shadow) seperti yang terlihat pada Gambar 5A. Area ini masih kurang terpapar sinar matahari secara merata. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan reflektor agar dapat memantulkan sedikit cahaya pada area yang gelap sehingga mendapat cahaya yang cukup.
15
A
B
Gambar 5: Foto profil tanah pada kondisi cahaya lembut tanpa naungan ( A foto profil tanah sebelum dikalibrasi white balance dengan gray card dan B foto profil tanah setelah dikalibrasi dengan gray card)
16
4.1.1.3 Kondisi Cahaya Menyebar Hasil pemotretan profil tanah kondisi cahaya menyebar disajikan pada Gambar 6. Gambar 6A pada posisi kamera pada program auto, tanah terlihat pada kondisi apa yang dibaca kamera tanpa mengetahui warna sebenarnya dari tanah. Penggunaan gray card sebagai custom white balance akan membuat kamera mengetahui warna sebenarnya dari tanah. Hal ini terlihat pada Gambar 6B. Cahaya yang menyebar terjadi karena sumber cahaya yang menjadi sangat besar, jauh lebih besar dari subjek foto. Di lapang, cahaya yang menyebar itu bisa ditemukan ketika cuaca sangat mendung atau sangat berawan. Hal ini disebabkan sumber cahaya, yaitu cahaya matahari disaring oleh awan. Ukuran awan yang relatif besar mengakibatkan cahaya akan terdistribusi secara merata menerangi semua bayangan yang ada.
17
A
B
Gambar 6: Foto profil tanah pada kondisi cahaya menyebar ( A foto profil tanah sebelum dikalibrasi white balance dengan gray card dan B foto profil tanah setelah dikalibrasi dengan gray card).
18
4.1.2 Kondisi Profil Tanah di Bawah Naungan Kondisi pemotretan profil yang lain dilakukan pada profil tanah berada pada naungan, yaitu naungan kelapa sawit. Pemotretan profil tanah pada naungan kelapa sawit di areal kebun percobaan Cikabayan. Pemotretan profil dalam kondisi naungan memiliki kendala pada kebutuhan cahaya alami (matahari). Cahaya alami tidak menyinari sepenuhnya karena terhalang oleh dedaunan. Hasil pemotretan profil tanah kondisi terik di bawah naungan disajikan pada Gambar 7. Saat kondisi cahaya matahari bersinar terik tanpa adanya penutupan awan, cahaya matahari menembus melalui dedaunan. Saat cahaya matahari menembus dedaunan, cahaya tidak seluruhnya menyinari lubang profil. Cahaya yang sebagian menembus dedaunan menyebabkan wilayah yang mendapat cahaya matahari mengalami clipping. Clipping merupakan hilangnya detail suatu wilayah pada foto yang dikarenakan cahaya yang berlebihan (overexposed) atau cahaya yang memiliki intensitas yang sangat rendah (underexposed). Hal ini terlihat dari Gambar 7A yang kurang terkena cahaya sehingga detail profil tanahnya tidak terlalu terlihat. Gambar 7A bagian yang gelap tidak terlalu terlihat dibandingkan gambar 7B. Gambar 7B bagian tanah yang gelap yang dilakukan custom white balance dengan gray card sehingga menjadi terlihat dibandingkan Gambar 7A.
19
A
B
Gambar 7:Foto profil tanah pada kondisi cahaya keras/terik di bawah naungan ( A foto profil tanah sebelum dikalibrasi white balance dengan gray card dan B foto profil tanah setelah dikalibrasi dengan gray card)
20
Kondisi yang kedua adalah kondisi saat cahaya matahari tertutup oleh awan (mendung). Hasil pemotretan profil tanah kondisi mendung disajikan pada Gambar 8. Penutupan awan di atmosfir sangat tinggi sehingga cahaya matahari menyebar secara merata dan intensitasnya menjadi berkurang. Kamera tidak begitu mengalami kesulitan dalam melakukan metering cahaya yang mengenai profil tanah. Walaupun pada kondisi mendung namun karena profil tanah berada di bawah naungan, cahaya yang dibutuhkan untuk menyinari masih kurang. Hal ini terlihat pada Gambar 8A dan 8B, bagian bawah profil tanah masih terlihat gelap. Gambar 8A merupakan gambar hasil dari program auto dan Gambar 8B hasil dari custom white balance yang telah dikalibrasi dengan gray card.
21
A
B
Gambar 8: Foto profil tanah pada kondisi lembut atau menyebar di bawah naungan ( A foto profil tanah sebelum dikalibrasi white balance dengan gray card dan B foto profil tanah setelah dikalibrasi dengan gray card)
22
4.2
Jarak Pemotretan Profil Tanah Jarak pemotretan ini berhubungan dengan kedalaman lubang profil dan
focal length (jarak fokal) dari kamera. Dalam fotografi focal length menjelaskan jarak antara sensor atau film dari kamera dengan objek yang melalui lensa dalam satuan milimeter (mm). Jarak ini menentukan sudut pandang area akan yang ditangkap kamera. Jarak fokal kamera hanya menentukan ukuran gambar yang dibentuk oleh lensa, jarak tertentu akan menghasilkan gambar yang berbeda dengan jarak lainnya. Area yang tertangkap ini tergantung juga dari ukuran sensor (atau film). DSLR (Digital Single Lens Reflex) sekarang pada umumnya menggunakan sensor dengan format ukuran lebih kecil dari ukuran 35 mm (36 mm x 24 mm). Ukuran sensor kamera yang digunakan merupakan tipe APS-C (Advanced Photo System type-C) yang memiliki nilai crop factor 1,6X. Hal ini mengakibatkan adanya crop factor, crop factor ini menjadikan focal length kamera dikalikan dengan nilai crop factor yang dimiliki oleh sensor kamera. Misalnya kamera yang digunakan untuk penelitian ini memiliki nilai crop factor sebesar 1,6X, maka jika lensa yang digunakan memiliki focal length 18 – 55 mm akan menjadi 28.8 – 88 mm karena nilai focal length lensa dikali dengan nilai crop factor(18 x 1.6 = 28.8mm dan 55 x 1.6 = 88mm). Jadi, pada pemotretan dengan jarak 1,8 meter dengan lensa 18 – 55 mm dapat memotret kedalaman profil 1,6 meter. 4.3
Aperture/Diafragma kamera Modus pemotretan yang digunakan adalah modus Av maka hal yang
diperlukan adalah hanya mengatur diafragma. Pada modus diafragma (Av) kecepatan rana akan otomatis menyesuaikan dengan pilihan diafragma yang digunakan. Pada setiap pemotretan pada cahaya yang berbeda menggunakan pengaturan diafragma yang sama disesuaikan dengan jarak ruang tajam yang dibutuhkan Jika belum bisa menentukan diafragma yang sesuai dengan ruang tajam yang diinginkan, di internet terdapat situs untuk menghitung ruang tajam. Situs yang
dapat
diakses
untuk
menghitung
ruang
tajam
adalah
http://www.dpreview.com/learn/?/Glossary/Optical/Depth_of_Field_01.htm. Nilai diafragama dapat dicoba satu – persatu agar mengetahui diafragma yang sesuai 23
dengan ruang tajam yang diinginkan. Berdasarkan perhitungan ruang tajam yang dilakukan di situs tersebut, didapatkan diafragma yang bernilai F/8 (jarak ruang tajam antara 1.187 – 1.870 meter) cocok untuk mendapatkan jarak ruang tajam 1,8 meter. 4.4
Pemotretan Objek Mikroskop Objek yang dilihat pada mikroskop perlu dipotret agar dapat
terdokumentasi dengan baik. Mikroskop yang biasa digunakan untuk memotret obyek melalui mikroskop adalah mikroskop trinokular. Mikroskop ini memiliki lubang pengamatan berjumlah tiga. Dua lubang untuk mata pengamat dan satu lubang untuk kamera. Kamera ini dapat langsung dihubungkan ke layar monitor sehingga selain pengamat dapat melihat langsung objek seperti apa yang diamati. Namun, mikroskop ini memiliki harga yang mahal dan resolusi kamera rendah. Hasil pemotretan objek mikroskop disajikan pada Gambar 9 dan 10. Pemotretan objek pada mikroskop tidak mengalami kesulitan yang banyak dibandingkan memotret profil. Hal ini dikarenakan cahaya dari mikroskop dapat diatur sedemikian rupa sesuai dengan keinginan. Kendala pada pemotretan di mikroskop adalah pada posisi lensa dengan lubang pandang mikroskop. Posisi yang kurang tepat pada lubang pandang akan mengakibatkan kurang tepatnya objek yang dapat ditangkap dari lubang intip mikroskop dan mengganggu hasil pemotretan pada mikroskop. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 10. Penempatan yang tepat akan menghasilkan gambar yang lebih baik, seperti pada Gambar 9. Kamera DSLR pada saat ini bisa langsung terhubung dengan komputer langsung dengan menggunakan kabel yang tersedia saat membeli kamera. Hal ini dapat mempermudah pengamat dalam melihat objek pada mikroskop. Selain itu, dengan cara demikian dapat dijadikan sebagai bahan ajar saat perkuliahan dan praktikum yang berhubungan dengan mikroskop. Diafragma (aperture) kamera untuk pemotretan melalui mikroskop diatur pada diafragma maksimum (diafragma dengan nilai paling kecil). Hal ini dikarenakan ruang tajam pada mikroskop sangat pendek sehingga diafragma dengan nilai maksimum lebih tepat digunakan. Untuk mendapatkan fokus, gunakan fokus manual karena fokus otomatis kurang dapat bekerja baik pada
24
jarak sempit. Selain itu, fokus dapat diatur melalui pengaturan fokus pada mikroskop sendiri. Hasil pemotretan fauna tanah (Acari) disajikan pada Gambar 11 dan 12. Pada Gambar 11 Acari difotopada kondisi tanpa adanya pengubahan filter. Untuk memperjelas hasil gambar maka dilakukan maka dilakukan pengubahan filter sehingga gambar Acari menjadi lebih jelas yang dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12 memperlihatkan dengan jelas bagian – bagian dari Acari.
25
Gambar 9: Foto mineral Augit yang difoto dengan tepat melalui mikroskop (objek difoto dengan perbesaran 10X).
Gambar 10: Foto mineral Augit difoto dengan penempatan lensa yang kurang tepat (objek difoto dengan perbesaran 10X).
26
Gambar 11: Foto fauna tanah (Acari) tanpa pengubahan filter (objek difoto dengan perbesaran 4X)
Gambar 12: Foto fauna tanah (Acari) dengan pengubahan filter (objek difoto dengan perbesaran 4X)
27
Gambar 13: Foto mineral plagioklas yang difoto dengan filter cross nikol perbesaran 10X).
Gambar 14: Foto mineral plagioklas difoto dengan filter cross nikol
28