BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KEDIRI No. 03/03/3571/Th.XVI, 2 Maret 2015
PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA KEDIRI FEBRUARI 2015 DEFLASI 0,83 PERSEN Pada bulan Februari 2015 Kota Kediri mengalami deflasi sebesar 0,83 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 117,75 dibanding dengan IHK Januari 2015 sebesar 118,73. Dari 8 kota IHK di Jawa Timur, seluruhnya mengalami deflasi atau penurunan indeks dengan deflasi tertinggi di Banyuwangi sebesar 1,02 persen dan deflasi terendah di dua kota, yaitu Probolinggo dan Surabaya sebesar 0,42 persen. Deflasi Kota Kediri berada di peringkat kedua setelah Bayuwangi. Deflasi di Kota Kediri dipengaruhi oleh penurunan indeks yang cukup besar pada kelompok Bahan Makanan, yaitu sebesar 2,43 persen, kemudian kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan sebesar 2,09 persen, serta kelompok Kesehatan
mengalami penurunan
sebesar 0,06 persen. Untuk kelompok pengeluaran lain mengalami kenaikan indeks, antara lain; kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau sebesar 0,59 persen, kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga sebesar 0,12 persen, serta kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan bakar dengan kelompok Sandang mengalami kenaikan yang sama yaitu sebesar 0,11 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap deflasi di Kota Kediri pada bulan Februari 2015 adalah Bensin, Daging Ayam Ras, Cabai Merah, Cabai Rawit, Kelapa, Telur Ayam Ras, Bawang Merah, Batu Bata/Batu Tela, Jeruk, dan Tomat Sayur. Komoditas yang memberikan tekanan terbesar terhadap deflasi di Kota Kediri pada bulan Februari 2015 adalah Beras, Sawi Hijau, Tarip Listrik, Sewa Rumah, Rokok Kretek Filter, Mie, Kangkung, Kue Basah, Apel, dan Bahan Bakar Rumah Tangga. Deflasi Kota Kediri pada bulan Februari 2015 sebesar 0,83 persen dan inflasi tahun kalender sebesar -1,02 persen sedangkan inflasi periode “year on year” (Februari 2015 – Februari 2014) mencapai 4,99 persen.
Berita Resmi Statistik No. 03/03/3571/Th.XVI, 2 Maret 2015
Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi yang sering digunakan untuk mengukur tingkat perubahan harga (inflasi/deflasi) di tingkat konsumen, khususnya di daerah perkotaan. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket komoditas yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Di Indonesia, tingkat inflasi diukur dari persentase perubahan IHK dan diumumkan ke publik setiap awal bulan (hari kerja pertama) oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Mulai Januari 2014, pengukuran inflasi di Indonesia menggunakan IHK tahun dasar 2012=100. Ada beberapa perubahan yang mendasar dalam penghitungan IHK baru (2012=100) dibandingkan IHK lama (2007=100), khususnya mengenai cakupan kota, paket komoditas, dan diagram timbang. Perubahan tersebut didasarkan pada Survei Biaya Hidup (SBH) 2012 yang dilaksanakan oleh BPS, yang merupakan salah satu bahan dasar utama dalam penghitungan IHK. Hasil SBH 2012 sekaligus mencerminkan adanya perubahan pola konsumsi masyarakat dibandingkan dengan hasil SBH sebelumnya. Berdasarkan hasil pemantauan dan pencatatan BPS Kota Kediri pada pasar tradisional dan pasar modern dengan menggunakan penghitungan tahun dasar, tahun 2012 (2012=100), pada bulan Februari 2015 terjadi deflasi 0,83 persen atau terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 118,73 pada bulan Januari 2015 turun menjadi 117,75. Laju inflasi tahun kalender pada bulan Februari 2015 sebesar -1,02 persen, sedangkan inflasi ”year on year” (Februari 2015 terhadap Februari 2014) adalah 4,99 persen. Deflasi di Kota Kediri dipengaruhi oleh penurunan indeks yang cukup besar pada kelompok Bahan Makanan, yaitu sebesar 2,43 persen, kemudian kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan sebesar 2,09 persen, serta kelompok Kesehatan mengalami penurunan sebesar 0,06 persen. Untuk kelompok pengeluaran lain mengalami kenaikan indeks, antara lain; kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau sebesar 0,59 persen, kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga sebesar 0,12 persen, serta kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan bakar dengan kelompok Sandang mengalami kenaikan yang sama yaitu sebesar 0,11 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap deflasi di Kota Kediri pada bulan Februari 2015 adalah Bensin, Daging Ayam Ras, Cabai Merah, Cabai Rawit, Kelapa, Telur Ayam Ras, Bawang Merah, Batu Bata/Batu Tela, Jeruk, dan Tomat Sayur. Komoditas yang memberikan tekanan terbesar terhadap deflasi di Kota Kediri pada bulan Februari 2015 adalah Beras, Sawi Hijau, Tarip Listrik, Sewa Rumah, Rokok Kretek Filter, Mie, Kangkung, Kue Basah, Apel, dan Bahan Bakar Rumah Tangga.
Berita Resmi Statistik No. 02/02/3571/Th.XVI, 2 Februari 2015
Tabel 1
Gambar 1
IHK dan Tingkat Inflasi Kota Kediri Februari 2015, Tahun Kalender 2015, dan Tahun ke Tahun Menurut Kelompok Pengeluaran (2012 = 100)
Laju Inflasi Kota Kediri Februari 2014 sampai dengan Februari 2015
Berita Resmi Statistik No. 03/03/3571/Th.XVI, 2 Maret 2015
Gambar 2
Inflasi Bulanan Kota Kediri 2011-2015
Gambar 3
Inflasi Kota Kediri Bulan Februari 2015 Menurut Kelompok Pengeluaran
Berita Resmi Statistik No. 02/02/3571/Th.XVI, 2 Februari 2015
URAIAN MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN
1.
Bahan Makanan Kelompok Bahan Makanan pada bulan Februari 2015 mengalami deflasi tertinggi, yaitu sebesar
2,43 persen atau terjadi penurunan indeks dari 119,12 pada bulan Januari 2015 menjadi 116,22 pada bulan Februari 2015. Dari sebelas sub kelompok yang ada dalam kelompok bahan makanan, empat diantaranya mengalami penurunan indeks. Penurunan indeks tertinggi terjadi pada sub kelompok Bumbu-bumbuan, yaitu sebesar 13,49 persen, sedangkan kenaikan tertinggi pada sub kelompok Bahan Makanan Lainnya sebesar 0,97 persen.
2.
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau pada bulan Februari 2015 mengalami
inflasi sebesar 0,59 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 120,26 pada bulan Januari 2015 menjadi 120,97 pada bulan Februari 2015. Dari tiga sub kelompok dalam kelompok ini, satu sub kelompok mengalami deflasi, yaitu sub kelompok Minuman yang Tidak Beralkohol sebesar 0,08 persen, sedangkan dua sub kelompok lainnya mengalami kenaikan indeks. Kenaikan indeks tertinggi pada sub kelompok Makanan Jadi sebesar 0,83 persen, sedangkan sub kelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol sebesar 0,75 persen.
3.
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar pada bulan Februari 2015 mengalami
inflasi sebesar 0,11 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 117,40 pada bulan Januari 2015 menjadi 117,53 pada bulan Februari 2015. Dari empat sub kelompok dalam kelompok ini, seluruhnya mengalami inflasi kecuali pada sub kelompok Biaya Tempat Tinggal mengalami penurunan indeks sebesar 0,31 persen. Inflasi tertingi terjadi pada sub kelompok Bahan Bakar, Penerangan, dan Air sebesar 0,80 persen, dan kenaikan terendah pada sub kelompok Penyelenggaraan Rumah Tangga yaitu sebesar 0,16 persen.
4.
Sandang Kelompok Sandang pada bulan Februari 2015
mengalami inflasi sebesar
0,11 persen atau
mengalami kenaikan indeks dari 109,63 pada bulan Januari 2015 naik menjadi 109,75 pada bulan Februari 2015.
Berita Resmi Statistik No. 03/03/3571/Th.XVI, 2 Maret 2015
Dari empat sub kelompok penyusun kelompok ini, dua diantaranya mengalami kenaikan harga dan dua lainnya mengalami penurunan. Kenaikan tertinggi pada sub kelompok Barang Pribadi dan Sandang Lain sebesar 0,51 persen, sedangkan penurunan tertinggi pada sub kelompok Sandang Anak-anak sebesar 0,12 persen.
5. K e s e h a t a n Kelompok Kesehatan pada bulan Februari 2015 mengalami deflasi 0,06 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 115,80 pada bulan Januari 2015 turun menjadi 115,70 pada bulan Februari 2015. Pada bulan Februari 2015, dari empat sub kelompok yang ada dalam kelompok ini, dua diantaranya mengalami kenaikan indeks, satu sub kelompok mengalami penurunan, dan satu lainnya tidak mengalami kenaikan maupun penurunan atau cenderung stabil. Sub kelompok Jasa Kesehatan cenderung stabil. Sub kelompok Obat-obatan mengalami penurunan sebesar 0,47 persen. Sub kelompok Jasa Perawatan Jasmani dan sub kelompok Perawatan Jasmani dan Kosmetika mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,21 persen dan 0,07 persen.
6.
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga pada bulan Februari 2015 mengalami Inflasi 0,12
persen atau mengalami kenaikan indeks dari 114,44 pada bulan Januari 2014 naik menjadi 114,58 pada bulan Februari 2015. Dari lima sub kelompok pada kelompok ini, tiga di antaranya mengalami kenaikan indeks atau inflasi , dan dua sub kelompok tidak mengalami perubahan atau relatif stabil. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok Olahraga sebesar 0,87 persen dan terendah pada sub kelompok Perlengkapan/Peralatan Pendidikan yaitu sebesar 0,17 persen. Sub kelompok yang tidak mengalami perubahan indeks atau relatif stabil pada kelompok ini adalah sub kelompok Pendidikan dan sub kelompok Kursus-kursus/Pelatihan.
7.
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan merupakan penyumbang deflasi terbesar kedua
pada bulan Februari 2015 setelah kelompok Bahan Makanan dengan mengalami penurunan indeks sebesar 2,09 persen, dari 123,11 pada bulan Januari 2015 turun menjadi 120,54 pada bulan Februari 2015. Dari empat sub kelompok yang ada di kelompok ini, dua diantaranya mengalami penurunan indeks, yaitu pada sub kelompok Transpor sebesar 3,07 persen dan sub kelompok Komunikasi dan Pengiriman sebesar 0,11 persen. Kenaikan indeks hanya terjadi pada sub kelompok Sarana dan Penunjang Transpor sebesar 1,06 persen. Sedangkan sub kelompok Jasa Keuangan cenderung stabil atau tidak mengalami perubahan harga.
Berita Resmi Statistik No. 02/02/3571/Th.XVI, 2 Februari 2015
PERBANDINGAN INFLASI TAHUNAN Selama kurun waktu tahun 2009 - 2015, inflasi periode bulanan pada bulan Februari, terdapat dua periode yang mengalami deflasi, yaitu pada bulan Februari tahun 2011 sebesar 0,11 persen dan bulan Februari tahun 2015 sebesar 0,83 persen. Selama tujuh tahun tersebut, inflasi tertinggi terjadi di bulan Februari 2013 sebesar 0,94 persen, sedangkan inflasi terendah pada periode Februari 2014 sebesar 0,05 persen. Pada periode year on year, inflasi tertinggi sebesar 7,75 persen terjadi pada tahun 2009. Tertinggi berikutnya pada Februari 2014 sebesar 7,68 persen, sedangkan terendah 3,94 persen terjadi pada tahun 2012. Tabel 3
Inflasi Bulanan, Tahun Kalender, year on year Kota Kediri Tahun 2009-2015
Gambar 3
Perbandingan Inflasi Tahun 2009-2015 Kota Kediri
Berita Resmi Statistik No. 03/03/3571/Th.XVI, 2 Maret 2015
Berita Resmi Statistik No. 02/02/3571/Th.XVI, 2 Februari 2015
PERBANDINGAN INFLASI 8 KOTA DI JAWA TIMUR Dari delapan kota di Jawa Timur yang dihitung sebagai penimbang IHK – Inflasi Nasional, pada bulan Februari 2015 seluruhnya mengalami penurunan indeks atau deflasi. Deflasi tertinggi di Banyuwangi, yaitu sebesar 1,02 persen, diikuti oleh kota Kediri sebesar 0,83 persen. Deflasi terkecil terdapat di Probolinggo dan Surabaya, yaitu masing-masing sebesar 0,42 persen. Inflasi kumulatif tertinggi sampai dengan bulan Februari 2015 terjadi di Kota Surabaya dengan kumulatif inflasi sebesar -0,02 persen, diikuti Malang sebesar -0,53 persen dan Madiun sebesar -0,56 persen. Sedangkan Inflasi yoy pada bulan Februari 2015 tertinggi terjadi di Malang sebesar 6,43 persen, Kota Surabaya sebesar 6,39 persen. Inflasi yoy terendah terjadi di Banyuwangi sebesar 3,92 persen, sedangkan inflasi kumulatif Kota Kediri sebesar 4,99 persen.
Tabel 4
Inflasi Bulanan, Tahun Kalender dan year on year 8 Kota di Jawa Timur (persen) Kota
Februari 2015
Tahun Kalender
year on year
[1]
[2]
[3]
[4]
BANYUWANGI
-1,02
-0,93
3,92
KEDIRI
-0,83
-1,02
4,99
MALANG
-0,57
-0,53
6,43
SUMENEP
-0,56
-0,84
5,51
JEMBER
-0,54
-0,77
5,34
MADIUN
-0,51
-0,56
5,26
PROBOLINGGO
-0,42
-0,62
5,10
SURABAYA
-0,42
-0,02
6,39
Jawa Timur
-0,52
-0,32
6,29
Nasional
-0,36
-0,61
6,29 Kediri, 2 Maret 2015 BPS Kota Kediri Kepala,
Ir. FIRDA NIP. 19640810 199003 2 002
Berita Resmi Statistik No. 03/03/3571/Th.XVI, 2 Maret 2015