3
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perusahaan Peternakan Perusahaan peternakan adalah usaha peternakan yang dilakukan pada tempat tertentu serta perkembangbiakannya dan manfaatnya diatur dan diawasi oleh peternak. Peternakan merupakan suatu usaha sebagaimana layaknya usaha lain yang membutuhkan semua unsur bisnis yang biasa diterapkan di dunia bisnis, hanya di sini alat produksinnya adalah benda hidup. Faktor teknisnya perlu lebih diperhatikan, karena nyawa (makhluk hidup) di luar kekuasaan manusia (Rasyaf, 2000). Aspek pengelolaan peternakan yang baik dan tidak hanya mengelola peternakan domba secara teknis saja. Aspek pengelolaan peternakan penggemukan domba, terutama konsep penting yang aplikatif. Keberhasilan suatu peternakan tergantung kepada tata laksana yang dilakukan (Simamora, 1999). Tanpa tata laksana yang teratur dan baik produksi yang dihasilkan ternak tidak akan sesuai dengan yang diharapkan, bahkan suatu kerugian dan kehancuran yang cukup besar akan senantiasa mengancam, peranan manajer dalam suatu usaha perusahaan peternakan sangat menonjol. Tenaga terlatih yang sangat terampil melakukan segala tata laksana peternakan disertai penataan perlengkapan dan peralatan.
Perusahaan peternakan
yang
disesuaikan dengan faktor fisik dan ekonomi akan menentukan keberhasilan tujuan tersebut (Santosa, 2002). Tujuan utama dari usaha peternakan domba adalah mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, baik berupa uang maupun berwujud hasil. Usaha peternakan bisa digolongkan menjadi dua, yakni hasil pokok yang dapat berupa makanan seperti daging, berupa bahan baku tekstil seperti kain wol dan hasil sampingnya yang bisa dimanfaatkan antara lain, yakni pupuk, dari kotorannya yang sangat besar manfaatnya bagi usaha pertanian (Sihombing, 2006).
3
4
B. Karakteristik Domba Merino Domba Merino sangat terkenal dengan kualitas daging dan bulunya untuk bahan wol yang terbaik. Domba Merino berasal dari Asia kecil dan telah menyebar ke berbagai belahan dunia, khususnya bagi negara yang memiliki 4 musim, seperti Australia, New Zeland, Prancis, Inggris dan Spanyol. Domba Merino tidak tahan dengan iklim panas dan lembap seperti daerah tropis karena bulu wolnya yang panjang dan tebal. Domba Merino jantan dewasa berat badannya bisa mencapai 70-100 kg, sedangkan untuk betina dewasa 50-80 kg (Cahyono, 1998). Domba merino telah banyak dibudidayakan semenjak beberapa tahun yang lalu dengan hasil yang sangat baik dan pertumbuhan yang sangat cepat, rata-rata kenaikan berat badan per bulan bisa mencapai 8 kg. Domba Merino ini juga sudah banyak dibudidayakan di Indonesia, terutama di daerah pegunungan seperti Wonosobo,
Magelang,
Tawangmangu
dan
lain
sebagainya. Domba jenis ini merupakan tipe pedaging dikarenakan badan yang besar serta perlemakan yang banyak pada tubuhnya (Rosidi, 2000). Upaya pemeliharaan domba sebenarnya mudah, bila memberikan pakan, minum dan vitamin serta sering dibersihkan kandangnya, domba akan tumbuh sehat dan gemuk. Kendala yang masih dihadapi para peternak lokal domba Merino saat ini adalah adanya permainan harga jual baik saat membeli bibit maupun saat menjual domba yang sudah cukup umur (Heriyadi, 2001). C. Pemilihan Bibit Domba Umur domba yang baik digunakan untuk penggemukan (bakalan) yaitu belum berumur satu tahun. Pada umur itu pertumbuhan domba sedang mencapai fase pertumbuhan cepat, dimana pakan akan dikonversikan menjadi daging. Pada umur lebih dari satu tahun, pakan akan mulai dikonversikan menjadi lemak dan tidak diharapkan oleh peternak (Astuti, 2009). Domba yang digunakan sebagai bakalan dalam usaha peggemukan adalah domba jantan, karena mempunyai pertambahan bobot badan yang lebih tinggi daripada domba betina karena hormon testosteron yang
5
dimilikinya. Pengaruh hormon testosteron sangatlah perperan penting dalam proses penggemukan ternak (Dwiyanto, 1993). Pencarian bibit yang berkualitas harus dilakukan dengan teliti dan benar. Kesalahan dalam memilih bibit domba akan mengganggu proses penggemukan bahkan akan terjadi kegagalan usaha. Perlu diperhatikan dalam memperoleh bibit domba (bakalan) yang berkualitas. Bibit bakalan yang baik untuk pengggemukan adalah sebagai berikut: umur antara 8 bulan–1 tahun, ukuran badan normal, sehat, bulu bersih dan mengkilap, garis punggung dan pinggang lurus. Keempat kaki lurus, kokoh dan tumit terlihat tinggi, tidak ada cacat pada bagian tubuhnya, tidak buta, hidung bersih, mata tajam dan bersih serta anus bersih (Prahasta, 2008). D. Manajemen Pemeliharaan 1. Pakan Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Konsentrat merupakan pakan yang mengandung serat kasar rendah tetapi kandungan zat-zat makanan seperti karbohidrat, lemak dan protein yang dapat dicerna tinggi. Apabila konsentrat untuk domba sulit didapatkan, maka dapat diganti dengan konsentrat untuk sapi. Namun, apabila konsentrat untuk sapi masih sulit didapatkan, peternak dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada di lingkungan sekitar, semisal dengan menggunakan ampas tahu (Anggorodi, 1995). Hijauan yang digunakan dapat berupa rumput budidaya, rumput lapang, legum dan rambanan. Apabila menggunakan rumput Gajah, rumput perlu dipotong kecil-kecil agar domba lebih mudah dalam mengonsumsi. Pakan dalam usaha penggemukan domba merupakan hal yang paling pokok. Ketersedian pakan baik konsentrat, maupun hijauan (daun-daunan) harus benar-benar diperhatikan (Widayati dan Widalestari, 1996). Pemberian pakan sebaiknya secara teratur yaitu pagi, siang dan sore. Pemberian pakan secara sekaligus dapat menyebabkan domba kurang nafsu makan dan pakan juga lebih mudah busuk Selain diberi pakan,
6
domba juga perlu minum, dengan teknik pemberian yang tidak perlu dibatasi atau ad libitum (Murtidjo, 1993). Tabel kebutuhan nutrisi domba dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut: Table 1. Nutrient Requirements Of Sheep: Daily Nutrient Requirements Per Animal Body Avg Daily Dry % Body Total TDN Wt. Gain (lb.) Matter Weight Protein (lb.) (lb.) (lb./head) (lb.) Early. Weaned Lambs, Moderate Growth Potential 22 0,44 1,1 5,0 0.38 0.9 44 0,55 2,2 5,0 0,37 1,8 66 0,66 2,9 4,3 0,42 2,2 88 0,76 3,3 3,8 0,44 2,6 110 0,66 3,3 3.0 0.40 2,6
Sumber: NRC, (1985). 2. Kandang Pada umumnya tipe kandang pada ternak domba adalah berbentuk panggung, dimana di bawah lantai kandang terdapat kolong untuk menampung kotoran. Adanya kolong dapat menghindari kebecekan dan kontak langsung dengan tanah yang mungkin tercemar penyakit. Tinggi lantai kandang antara 0,5–2 meter. Bak pakan dapat ditempelkan pada dinding (Astuti, 2009). Ketinggian bak pakan domba dasar bak pakan horizontal dengan lantai kandang karena kebiasaan domba merumput. Lantai kandang dibuat dari kayu papan atau belahan bambu yang disusun dengan jarak 2-3 cm. Kotoran dan air kencing mudah jatuh pada kolong, serta kaki domba tidak terpelosok ke dalamnya (Sodiq, 2008). Dasar kolong kandang digali sedalam ± 20 cm dibagian pinggirnya dan 30-50 cm pada bagian tengah serta dibuatkan saluran yang menuju bak penampung kotoran. Kotoran kemudian dapat diproses untuk menjadi pupuk kandang. Kandang sebaiknya harus selalu dalam keadaan bersih, minimal sehari sekali kandang dibersihkan (Sudarmono dan Sugeng, 2011).
7
3. Perwatan ternak Manajemen kesehatan ternak dapat diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian faktorfaktor produksi melalui optimalisasi sumberdaya yang dimilikinya agar produktivitas ternak dapat dimaksimalkan. Manajemen kesehatan ternak harus melalui suatu proses yaitu suatu cara yang sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan. Penyakit merupakan salah satu hambatan yang perlu diatasi dalam usaha ternak. Melalui penerapan manajemen kesehatan ternak yang dilakukan secara berkelanjutan, diharapkan dampak negatif dari penyakit ternak dapat diminimalkan. Penyakit-penyakit yang dijadikan prioritas untuk diatasi adalah penyakit parasiter, terutama skabies dan parasit saluran pencernaan (Astuti, 2009). Secara umum pengendalian dan pencegahan penyakit yang terjadi pada domba dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang dan mengganti alas kandang. Mengontrol anak domba (cempe) sesering mungkin karena rentan terhadap penyakit. Memberikan pakan konsentrat yang mengandung nutrien termasuk, mineral (kalsium dan mangan) Memberikan pakan sesuai jadwal dan jumlahnya. Hijauan pakan yang baru dipotong sebaiknya dilayukan lebih dahulu sebelum diberikan untuk menurunkan kadar air serta racun yang terdapat di dalamnnya. Menghindari
pemberian
pakan
kasar
atau
hijauan
pakan
yang
terkontaminasi siput dan sebelum diberikan sebaiknya dicuci dulu (Dwiyanto, 1993). Tatalaksana kandang diatur dengan baik. Sanitasi yang baik diantaranya dengan sering memandikan domba dan mencukur bulu, karena domba yang tidak pernah dicukur bulunya akan menjadi gimbal, kotor dan lembab sehingga sulit dibersihkan. Keadaan bulu seperti itu merupakan tempat
bersarangnya
penyakit,
parasit
dan
jamur
yang
dapat
membahayakan kesehatan ternak domba. Menghindari keadaan seperti itu, domba harus dicukur sekurang–kurangnya dua kali dalam satu tahun.
8
Pencukuran pertama domba, dilakukan setelah domba berumur 6–7 bulan (Prahasta, 2008). Pemeliharaan kuku yang teratur pada ternak domba merupakan hal yang penting kuku domba dapat tumbuh dan bertambah panjang. Kuku domba berfungsi seperti layaknya sepatu pada manusia, yaitu melindungi bagian yang lunak dan mudah terluka. Kuku yang tidak terpelihara sangat berpengaruh terhadap kondisi ternak. Penyakit pada kuku akan mempengaruhi posisi berdirinya dan lebih jauh lagi dapat menimbulkan infeksi pada kuku (Sudarmono dan Sugeng, 2001). Domba yang terserang penyakit dapat segera dipisahkan dari yang sehat dan diobati. Pencegahan dilakukan dengan memberikan vaksin pada domba-domba yang sehat. Ternak induk bunting diberi pakan yang baik dan teratur, ruang gerak yang lapang dan dipisahkan dari domba lainnya. Induk yang baru melahirkan diberi minum dan pakan hijauan yang telah dicampurkan dengan makanan konsentrat. Anak domba (Cempe) yang baru dilahirkan, dibersihkan dan diberi pakan yang terseleksi. Cempe yang disapih perlu diperhatikan pakan yang berkualitas dalam bentuk bubur tidak lebih dari 0,20 kg satu kali sehari (Widayani, 2008). 4. Pemasaran Pemasaran adalah proses perencanaan dan melaksanakan konsep, promosi, harga serta distribusi beberapa ide, barang atau jasa, guna menghasilkan pertukaran yang bisa memuaskan tujuan individu dan organisassi. Pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial dimana di dalamnya tiap individu dan organisasi memperoleh apa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menghasilkan, menawarkan serta menukarkan produk dan jasa yang memiliki nilai dengan pihak lainnya. Inti dari konsep pemasaran tersebut beroperasi di dalam lingkungan yang berkembang secara terus menerus sebagai akibat sosial dari entitas bisnis, tapi juga dibatasi oleh sumber daya dari perusahaaan itu sendiri serta peraturan yang ada (Mulyadi, 2001).
9
Kegiatan
pokok
mempertahankan
yang
dilakukan
kelangsungan
oleh
perusahaannya,
perusahaan berkembang,
untuk dan
mendapatkan laba. Proses pemasaran itu dimulai jauh sebelum barangbarang diproduksi, dan tidak berakhir dengan penjualan. Kegiatan pemasaran perusahaan harus juga memberikan kepuasan kepada konsumen jika menginginkan usahanya berjalan terus, atau konsumen mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap perusahaan (Margono, 2007). Suatu perubahan lingkungan bagi pemasaran bisa menjadi tantangan baru yang membutuhkan tanggapan dan pemecahan masalah (problem solving) yang baru juga, ataupun sebaliknya bisa berupa peluang untuk pengembangan usaha. Berhubungan dengan hal tadi, diperlukan suatu keahlian yang bisa membedakan dan menjalankan aktivitas pemasaran dalam suatu pencapaian tujuan perushaan serta dalam penyesuaian diri dengan lingkungan yang berubah. Aktivitas pemasaran mestinya dikelola dan dikoordinir dengan langkah yang tepat, maka timbullah istilah Manajemen Pemasaran (Sundjaja, 2002). 5. Pengolahan Limbah Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak dan sebagainya. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen dan lain-lain (Sihombing, 2000). Semakin berkembangnya usaha peternakan, limbah yang dihasilkan semakin meningkat. Tekstur dari kotoran domba adalah khas, karena bentuk butiranbutiranyang agak sukar dipecah secara fisik sehingga sangat berpengaruh terhadap prosesdekomposisi dan penyedian unsur unsur hara. Nilai rasio C/N pukan domba umumnya masih diatas 30. Pupuk organik yang baik memiliki rasio C/N < 20, sehingga feses domba akan lebih baik apabila diolah terlebih dahulu (Hartatik dan Widowati, 2005).
10
Pemanfaatan limbah usaha peternakan terutama kotoran ternak sebagai pupuk organik dapat dilakukan melalui pemanfaatan kotoran tersebut sebagai pupuk organik. Penggunaan pupuk kandang (manure) selain dapat meningkatkan unsur hara pada tanah juga dapat meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah dan memperbaiki struktur tanah tersebut. Kotoran ternak dapat juga dicampur dengan bahan organik lain untuk mempercepat proses pengomposan serta untuk meningkatkan kualitas kompos tersebut (Hasibuan, 2006). Metode pengomposan merupakan salah satu cara pengolahan limbah yang memanfaatkan proses biokonversi. Biokonversi adalah proses yang dilakukan oleh mikroorganisme dan organisme untuk mengubah suatu senyawa atau bahan menjadi produk yang mempunyai struktur kimiawi yang saling berhubungan. Proses biokonversi limbah dengan cara pengomposan menghasilkan pupuk organik yang merupakan hasil degradasi bahan organik. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah bahan organik limbah sudah terdegradasi dengan baik adalah perubahan bahan organik limbah menjadi unsur hara, terutama unsur makro, seperti N total, P2O5 dan K2O (Outerbridge, 1991). E. Analisis Usaha 1) Kebutuhan dana a. Modal investasi Investasi adalah modal perusahaan dalam bentuk aset seperti plant and equipment dan aset tersebut dapat menghasilkan pendapatan dan arus kas (cash flow). Pengeluaran modal yang diinvestasikan dalam suatu proyek oleh perusahaan akan menentukan arah strategi dari perusahaan sehingga dapat menghasilkan suatu return yang maksimal bagi
perusahaan.
Manajemen
perusahaan
bertugas
untuk
memaksimalkan nilai perusahaan (value of the firm) dari perusahaan (Simamora, 1999). Investasi merupakan penanaman modal (baik modal tetap maupun modal tidak tetap seperti tanah, bangunan kandang, peralatan,
11
instalasi air, kendaraan yang digunakan dalam proses produksi untuk memperoleh
keuntungan
dalam
suatu
perusahaan
peternakan
(Sumastuti, 2006). Modal merupakan hal yang mendasari suatu perusahaan dapat mulai berdiri sampai terus bisa berjalan hingga mendapatkan suatu keuntungan. Peran modal sangatlah penting selain untuk pembiayaan perusahaan, perputaran modal harus berlangsung dengan baik agar sistem produksi peternakan dapat berjalan dengan lancar (Hariadi, 2002). b. Modal kerja tetap (fixed cost) Biaya tetap adalah biaya minimal yang harus dikeluarkan oleh suatu perusahaan agar dapat memproduksi barang atau jasa. Biaya ini tidak dipengaruhi oleh banyak sedikitnya produk atau jasa yang dihasilkan, nilainya tetap dan tidak berubah. Contoh dari biaya tetap dari sebuah perusahaan peternakan adalah gaji karyawan, perawatan dan pengelolaan peternakan, bangunan, peralatan kantor (Munawir, 2001). Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi atau jasa dan waktu pengeluarannya, biasanya lebih dari satu tahun. Biaya tetap yang tidak berubah dengan berubahnya produksi. Fixed cost merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan, instansi pemerintah atau swasta, ataupun biaya investasi pendirian perusahaan dan yang lain-lain (Riyanto, 1999). c. Modal kerja variabel (variable cost) Biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya tergantung dari sedikit atau banyaknya produk dan jasa yang akan dihasilkan. Semakin besar produk yang ingin dihasilkan, biaya tidak tetap akan semakin tinggi dan sebaliknya. Contoh dari biaya ini dalam perusahaan peternakan adalah ternak yang dipelihara, pakan yang diberikan (Sartono, 2002).
12
Semakin banyak produk yang ingin dihasilkan, maka material yang dibutuhkan juga akan semakin banyak dan biayanya otomatis ikut menjadi banyak. Contoh lain adalah biaya bahan bakar, lembur tenaga kerja. Modal kerja ini dibagi: Modal kerja musiman (seasonal working capital) modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi musim. Modal kerja siklis (cyclical working capital) modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur. Modal kerja darurat (emergency working capital) modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (Astuti, 2004). 2) Rencana pembiayaan (financial plan) Perancangan keuangan yang dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengelolaan keuangan yang dilakukan secara disiplin. Konsisten dan dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai tujuan keuangan yang telah ditetapkan. Secara sederhana perencanaan pembiayaan merupakan tindakan yang dilakukan untuk memegang kendali atas keuangan kita terutama menyangkut kebutuhan dan penggunaan uang dalam pengelolaan perusahaan peternakan (Darmadji, 2008). Rencana pembiayaan juga menyangkut
dari mana modal
pembiayaan ini dilakukan dari modal sendiri, pinjaman luar, atau penerapan modal investasi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui biayabiaya apa saja yang dikeluarkan dan digunakan (Darsono, 2005). 3) Laba dan rentabilitas a. Rentabilitas Rentabilitas
ekonomis
merupakan
kemampuan
untuk
menghasilkan laba dari keseluruhan modal, baik modal asing maupun modal sendiri, yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Rentabilitas modal sendiri merupakan perbandingan keuntungan yang tersedia bagi pengusaha atau laba bersih setelah pajak. Modal sendiri yang digunakan untuk mendapatkan keuntungan tersebut, jadi modal tidak mengandung modal asing (Munawir, 2001).
13
b. Payback period of credit (PPC) Payback period (PP) adalah ukuran kelayakan investasi berdasarkan waktu (berapa lama) modal yang sudah ditanamkan dalam suatu proyek dapat kembali. Kriteria payback period adalah makin cepat modal kembali maka makin baik atau makin layak proyek tersebut dilaksanakan. Semakin pendek waktu yang diperlukan untuk pengembalian biaya investasi, rencana investasi tersebut semakin menguntungkan atau dengan kata lain semakin kecil waktu payback period, proyek tersebut semakin baik (Hanafi, 2004). Perhitungan kelayakan pengembalian investasi ini didasarkan pada present value atau discounted dari perkiraan dana yang masuk (cash flows), selama umur proyek. Payback period merupakan suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi
dengan
menggunakan
proceed
atau
aliran kas netto.
Sehingga payback period dari suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya apabila proceed setiap tahunnya sama jumlahnya, maka payback period dari suatu investasi dapat dihitung dengan cara membagi jumlah investasi dengan proceed tahunan (Irawati, 2006). c. Break event point (BEP) Break even point adalah titik (dalam kurva) yang mewakili keadaan yang tidak menghasilkan laba dan juga tidak rugi. Suatu perusahaan disebut berada pada titik impas jika total penerimaan perusahaan sama dengan total pengeluarannya (Kasmir, 2009). 4) Asset turn over (ATO) Asset turnover ratio atau disebut juga rasio perputaran total aktiva merupakan rasio yang mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas dari perputaran maupun pemanfaatan total aktiva dalam menghasilkan penjualan. Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah yang telah ditanamkan pada aktiva
14
perusahaan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik bagi perusahaan (Kuswadi, 2005). Rasio ini dapat menjelaskan seberapa sukses suatu perusahaan dalam memanfaatkan asetnya untuk menghasilkan laba. Jika suatu perusahaan dapat melakukan penjualan dengan menggunakan aset secara minimal maka akan menghasilkan rasio perputaran aktiva yang lebih tinggi. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat menjalankan operasi dengan baik karena mampu memanfaatkan aset yang dimilikinya secara efisien (Martono, 2008). Rasio perputaran aktiva yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan memanfaatkan asetnya secara tidak efisien dan optimal. Asset turnover ratio merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh pada return on equity menurut dari analisis dupont. Asset turnover ratio mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada aktivitas perusahaan serta berpengaruh pada rasio ini antara lain pangsa pasar produk kunci menurun, berpindahnya penguasaan pangsa pasar pada pesaing, modal kerja yang menurun drastis, perputaran persediaan yang menurun drastis, kepercayaan konsumen berkurang, dan beberapa indikator lainnya (Margono, 2007). 5) Depresiasi (nilai penyusutan) Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik properti seiring dengan waktu dan penggunaannya. Dalam konsep akuntansi, depresiasi adalah pemotongan tahunan terhadap pendapatan sebelum pajak sehingga pengaruh waktu dan penggunaan atas nilai aset dapat terwakili dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Depresiasi adalah biaya non-kas yang berpengaruh terhadap pajak pendapatan (Mulyadi, 2001). Properti yang dapat didepresiasi harus memenuhi ketentuan berikut: harus digunakan dalam usaha atau dipertahankan untuk menghasilkan pendapatan, harus mempunyai umur manfaat tertentu dan umurnya harus lebih lama dari setahun, merupakan sesuatu yang
15
digunakan sampai habis, mengalami peluruhan atau kehancuran, usang, atau mengalami pengurangan nilai dari nilai asalnya, Bukan inventaris, persediaan atau stok penjualan, atau properti investasi. Properti yang dapat didepresiasi dikelompokkan menjadi: nyata (tangible): dapat dilihat atau dipegang. Terdiri dari properti personal (personal property) seperti mesinmesin, kendaraan, peralatan, furnitur dan item-item yang sejenis dan properti riil (real property) seperti tanah dan segala sesuatu yang dikeluarkan dari atau tumbuh atau berdiri di atas tanah tersebut. Tidak nyata (intangible). Properti personal seperti hak cipta atau paten (Muslich, 2003). Depresiasi merupakan komponen penting dalam analisis ekonomi teknik. Dapat dipergunakan untuk mengetahui nilai suatu asset sesuai dengan waktu. Dapat dipergunakan untuk mengalokasikan depresiasi (accounting depreciation) nilai asset tersebut. Pengalokasian tersebut dipergunakan untuk menjamin bahwa aset yang telah diinvestasikan dapat diperoleh kembali setelah masa layannya selesai. Dengan depresiasi dapat dipergunakan untuk pengurangan pengenaan pajak dengan jalan bahwa asset yang diinvestasikan diperhitungkan sebagai biaya produksi, sehingga hal ini berkaitan dengan pajak (Riyanto, 1999). 6) Earning before interest and tax (EBIT) Laba sebelum pajak adalah laba bersih sebelum dikurangi kewajiban pajak dimana istilah yang umum dalam bahasa Inggris adalah earnings before tax (EBT). Ada variasi lain dari laba sebelum pajak, yaitu Earnings Before Interest and Tax (EBIT) yaitu laba sebelum bunga dan pajak, earnings before interest and after tax (EBIAT) yaitu laba sebelum bunga setelah pajak, earnings before interest, tax and depreciation (EBITD) yaitu laba sebelum bunga, pajak dan penyusutan dan earnings before interest tax and depreciation (EBITDA) yaitu laba sebelum bunga, pajak, penyusutan Amortisasi dan laba yaitu operasi dan non-operasional keuntungan (misalnya bunga, dividen yang diperoleh dari investasi lain) (Sadeli, 2002).
16
7) Profit margin Profit margin ialah perbandingan antara net sales dengan operating expenses (harga pokok penjualan + biaya administrasi + biaya penjualan + biaya umum), selisih dimana dinyatakan dalam persentase dari net sales. Didalam laporan laba rugi jumlah laba usaha ini memberikan gambaran yang penting karena menunjukkan tingkat keberhasilan penjualan (keberhasilan kegiatan pembelian, produksi dan penjualan). Banyak faktor yang mempengaruhi perubahan laba usaha perusahaan dari tahun ke tahun. Faktor tersebut terutama berupa pengaruh perubahan tingkat penjualan, perubahan harga pokok penjualan dan perubahan biaya usaha (Sartono, 2002). Profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan (sales). Besar kecilnya profit margin pada setiap transaksi sales ditentukkan oleh 2 faktor, yaitu net sales dan laba usaha. Besar kecilnya laba usaha atau net operating income tergantung kepada pendapatan dari penjualan (sales) dan besarnya biaya usaha (operating expenses). Jumlah operating expenses tertentu profit margin dapat diperbesar dengan memperbesar sales, atau dengan jumlah sales tertentu profit margin dapat diperbesar dengan menekan atau memperkecil operating expenses. 8) Return on investmen (ROI) Return on investmen (ROI) atau rate of return (ROR) laba atas investasi. Rasio uang yang diperoleh atau hilang pada suatu investasi, relatif terhadap jumlah uang yang diinvestasikan. Jumlah uang yang diperoleh atau hilang tersebut dapat disebut bunga, laba atau rugi. Investasi uang dapat dirujuk sebagai aset, modal, pokok, basis biaya investasi (Sawir, 2001). Return on investmen biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase dan bukan dalam nilai desimal dan tidak memberikan indikasi berapa lamanya suatu investasi. Namun demikian, ROI sering dinyatakan dalam
17
satuan tahunan atau disetahunkan dan sering juga dinyatakan untuk suatu tahun kalendar atau fiskal. Juga dikenal sebagai tingkat laba (rate of profit) atau hasil suatu investasi pada saat ini, masa lampau atau prediksi di masa mendatang. Atau bahasa sederhananya ROI merupakan pengembalian keuntungan atas investasi (Sinuraya, 2008). 9) Output-input analysis Analisis input-output adalah istilah ekonomi yang mengacu pada studi tentang efek yang berbagai sektor terhadap perekonomian secara keseluruhan, untuk suatu bangsa atau daerah tertentu. Analisis input-output memungkinkan berbagai hubungan dalam suatu sistem ekonomi yang akan dianalisis secara keseluruhan, bukan komponen individu (Skousen, 2009). 10) Benefit cost ratio (BCR) Benefit cost ratio merupakan salah satu metode kelayakan investasi. Pada dasarnya perhitungan metode kelayakan investasi ini lebih menekankan kepada benefit (manfaat) dan perngorbanan (biaya atau cost) suatu invetasi, bisa berupa usaha atau proyek. Pada umumnya jenis invetasi yang sering digunakan adalah proyek-proyek pemerintah dimana benefitnya jenis benefit langsung, manfaatnya akan terasa langsung pada masyarakat banyak (Soemarso, 2004). Jadi suatu invetasi atau proyek tidak bisa terlepas dari benefit dan cost.
Benefit
cost
ratio analysis
secara matematis
merupakan
perbandingan nilai ekuivalen semua benefit terhadap nilai ekuivalen semua biaya. Perhitungan ekuivalensi bisa menggunakan salah satu dari beberapa analisis. Kriteria pengambilan keputusan untuk alternatif tunggal adalah dengan cara melihat nilai dari B/C apakah besar dari sama dengan satu atau kecil dari satu. Jika B/C ≥ 1 , maka alternatif investasi atau proyek layak (feasible), diterima. Jika B/C < 1 , maka alternatif investasi atau proyek tidak layak (not feasible) (Sugiono, 2009).