9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perusahaan Asuransi Pengertian asuransi menurut undang-undang tentang usaha perasuransian (UU Republik Indonesia No.2/1992) adalah sebagai berikut ; 1.
“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih
yang pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul akibat suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang disasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.” 2.
Yang dimaksud “penanggung” dalam definisi itu adalah suatu badan usaha
asuransi yang memenuhi ketentuan UU No.2/1992. Selanjutnya pasal 21 UU No.2/1992 menjelaskan bisnis atau bidang usaha perasuransian sebagai berikut : “Usaha asuransi yaitu usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi, memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau meninggalnya seseorang.” Penjelasan pemikiran tentang dasar-dasar kontrak asuransi terdapat pada prinsip hukum. Pemahaman karakteristik prinsip-prinsip itu akan membantu konsumen asuransi dalam membaca kontrak asuransi serta mendalami konsepsi hukum yang melatarbelakangi kontrak asuransi pada umumnya. (Darmawan, 2006). Bidang usaha asuransi biasanya dibagi dua bagian yaitu : asuransi atas orang, dan asuransi atas harta. Asuransi yang objeknya orang adalah asuransi yang berkaitan langsung dengan individu. Pada umumnya asuransi ini diselenggarakan oleh perusahaan asuransi jiwa dan sebagian oleh asuransi kerugian. Ada empat macam peril yang ditutup oleh dalam personal coverage ini, yaitu : kematian,
10
kecelakaan dan sakit, pengangguran, dank arena umur tua. Bidang kedua yaitu asuransi atas harta, asuransi ini ditujukkan terhadap peril-peril yang mungkin menghancurkan properti atau harta kekayaan. Asuransi ini di Indonesia digolongkan ke dalam asuransi kerugian. (Darmawan, 2006) Jenis bidang usaha perasuransian menurut undang-undang mengenai usaha perasuransian pasal 3 UU No. 2/1992 dalam Darmawi (2006), jenis usaha asuransi dibedakan ke dalam : 1.
Usaha asuransi, yang terdiri dari : a.
Usaha asuransi kerugian yang memberikan jasa dan penanggulangan risiko atau kerugian dan tanggungjawab kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.
b.
Usaha asuransi jiwa yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan
c.
Usaha reasuransi yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi kerugian dan jiwa
2.
Usaha penunjang usaha asuransi Usaha ini terdiri dari usaha pialang asuransi, usaha penilai kerugian asuransi, usaha konsultan aktuaria, dan usaha agen.
2.1.1 Prinsip Kerja Perusahaan Asuransi Prinsip kerja asuransi menurut Darmawan (2006) dapat dijelaskan dengan empat konsep berikut : 1.
Persamaan Asuransi Persamaan asuransi menyatakan bahwa total penerimaan harus sama dengan
total pengeluaran. Penerimaan sebagian besar berasal dari premi dan sebagian lagi berasal dari bunga deposito, bunga obligasi dan dividen dari penanaman modal dalam perusahaan-lain. Pengeluaran terdiri dari pembayaran klaim, biaya operasional, dan biaya modal, profit serta cadangan teknis. 2.
Probabilitas dan risiko Tugas asuransi adalah untuk menanggung beban risiko yang dipindahkan
oleh tertanggung kepada perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi sanggup untuk mengurangi risiko yang dirasakan tertanggung menjadi “ketidakpastian”. Dengan
11
menerapkan konsep probabilitas asuransi dapat menaksirkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Tingkat premi didasarkan atas ramalan kejadian masa depan. 3.
Hukum bilangan besar Perusahaan asuransi bekerja dengan hukum yang menyatakan bahwa hasi
aktual akan persis sama dengan hasil harapan (expected result), jika kejadian yang diamati jumlahnya tak terhingga. Dengan mengamati sejumlah besar kasus, bisa dihitung probabilitas akan munculnya kejadian itu. Dengan menghimpun sejumlah besar nasabah, perusahaan asuransi sanggup menghitung dengan akurat probabilitas akan terjadinya kerugian bagi sejumlah besar nasabah. Dengan demikian dapat diperkirakan “kerugian harapan” dengan akurat. Oleh karena itu untuk layaknya sebuah perusahaan asuransi, maka jumlah nasabahnya harus cukup besar. 2.1.2 Perusahaan Asuransi Kerugian Perusahaan asuransi kerugian adalah perusahaan asuransi yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti. Produk asuransi kerugian yang umumnya ditawarkan industry asuransi dapat digolongkan atas : asuransi kebakaran, asuransi transportasi, dan asuransi aneka. (Darmawan, 2006). Menurut Husnan (1998), walaupun terdapat perbedaan-perbedaan tertentu antara asuransi jiwa dan asuransi kerugian, namun kegiatan utamanya dapat digolongkan sebagai berikut : 1.
Memilih dan mengelompokkan risiko (underwriting) Underwriter mengumpulkan sebanyak mungkin informasi tentang pokok–
pokok asuransi dalam bata-batas waktu dan biaya memperoleh data tambahan. Underwriter dapat menerima calon nasabah sepanjang memenuhi persyaratan underwriter yang ditetapkan perusahaan, dan dapat menolaknya apabila bahaya hazard yang berhubungan dengan risiko terlalu tinggi 2.
Penetapan harga (pembuatan tarif/rating/pricing)
12
Penetapan harga pada perusahaan asuransi berdasarkan perkiraan. Proses itu dimulai dengan perkiraaan biaya, perkiraan kerugian, dan menggolongkan biaya itu diantara berbagai kelas polis. 3.
Penilaian kerugian (lost adjustment) Seorang penilai adalah individu yang menyidik kerugian. Dia menentukan
kewajiban dan jumlah pembayaran yang harus dilakukan. 4.
Investasi Sebagai hasil operasi perusahaan asuransi maka terkumpul sejumlah besar
uang untuk pembayaran klaim di masa datang. Apabila ditambahkan terhadap dana perusahaan itu sendiri maka jumlahnya menjadi sangat besar untuk dibiarkan menganggur tanpa diinvestasikan. Porsi dana yang diinvestasikan itu nantinya akan disalurkan melalui klaim yang datang. 5.
Produksi Produk asuransi berupa janji pengganti kerugian kepada pihak tertanggung.
Janji itu dituangkan dalam surat perjanjian yang lazim disebut polis. Jadi yang diproduksi perusahaan asuransi adalah janji. 2.2. Investasi 2.2.1 Pentingnya Investasi Bagi Perusahaan Asuransi Perusahaan
asuransi
dalam
kegiatan
operasionalnya
tidak
hanya
mendapatkan penerimaan dari premi yang dikumpulkan dari tertanggung, karena jumlah tersebut sangat kecil apabila dibandingkan dengan besarnya kerugian yang aka dibayar kepada tertanggung. Oleh karena itu perusahaan asuransi juga mendapatkan penerimaan dari investasi (Darmawan, 2006). Investasi dapat diartikan sebagai kegiatan menanam modal baik dalam bentuk uang maupun benda pada suatu objek dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan selama periode tertentu (Husnan, 1998). 2.2.2 Proses Investasi Apabila pemodal mengharapkan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi, maka ia harus bersedia menanggung risiko yang tinggi pula. Salah satu karakteristik investasi pada sekuritas adalah kemudahan untuk membentuk portofolio investasi. Artinya pemodal dapat dengan mudah menyebar (melakukan
13
diversifikasi) investasinya pada berbagai kesempatan investasi. Berikut akan dijelaskan proses investasi menurut Husnan (1998) : 1.
Menentukan kebijakan investasi Pemodal perlu menentukan tujuan investasinya, dan berapa banyak investasi
tersebut akan dilakukan. Karena ada hubungan yang positif antara risiko dan keuntungan investasi, ia harus menyadari bahwa ada kemungkinan untuk merugi. Jadi tujuan investasi dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko. 2.
Analisis sekuritas Tahap ini berarti melakukan analsis terhadap individual (atau sekelompok)
sekuritas. Ada dua analisis dalam melakukan analisis sekuritas. Pertama pendapat mengenai mispriced (harganya salah, mungkin terlalu tinggi, mungkin terlalu rendah) dan analisis dapat mendeteksi sekuritas tersebut. Dalam analisis inii terdapat berbagai cara, tetapi dapat dikelompokkan menjadi analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis tekninal menggunakan data (perubahan) harga masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga sekuritas di masa yang akan dating. Sedangkan analisis fundamental berupaya mengidentifikasi prospek perusahaan untuk bisa memperkirakan harga saham di masa yang akan datang. Cara kedua dalam menganalisis sekuritas adalag pendapat bahwa harga sekuritas adalah wajar. 3.
Pembentukan portofolio Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut indentifikasi
sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. 4.
Melakukan revisi portofolio Tahap ini melakukan tahap pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya.
Apabila dirasa kurang optimal maka akan dilakukan perubahan terhadap sekuritas yang membentuk portofolio tersebut. 5.
Evaluasi kinerja portofolio Dalam tahap ini pemodal melakukan penilaian teradap kinerja portofolio,
baik dalam aspek tingkat keuntungan maupun risiko yang ditanggung.
14
2.2.3 Kebijakan investasi Setiap perusahaan memiliki tujuan investasi yang berbeda ini disebut dengan gaya investasi. Tujuan investasi ini yang membedakan karakteristik perusahaan satu dengan yang lain. Menurut teori portofolio modern, tujuan ini dicerminkan oleh sikap perusahaan dalam menghadapi risiko dan ekspektasi return-nya. Adapun perkiraan toleransi risiko yang menjadi pertimbangan perusahaan. Toleransi risiko didefinisikan sebagai risiko terbesar yang bersedia diterima klien atas peningkatan ekspektasi return. Penetapan kebijakan investasi perusahaan dimulai dengan keputusan alokasi aktiva atau aset, yaitu investor harus memutuskan bagaimana dana institusi sebaiknya didistribusikan terhadap kelompok-kelompok aktiva utama yang ada. Kendala-kendala
dari
klien
dan
peraturan-peraturan
yang
ada
harus
dipertimbangkan dalam menetapkan kebijakan investasi. (Sharpe at all, 1997) 2.2.4 Instrumen Pasar keuangan Menurut Bank Indonesia (1998), Instrumen pasar keuangan dapat dikelompokkan menjadi instrumen di pasar uang dan pasar modal. Pasar uang adalah tempat terjadinya transaksi tagihan keuangan berjangka waktu pendek (umumnya kurang dari satu tahun). Sedangkan pasar modal adalah pasar yang memperdagangkan saham sebagai bukti penyertaan/pemilikan dan surat-surat berharga sebagai bukti tagihan berjangka waktu panjang (lebih dari satu tahun). 1.
Jenis-jenis instrumen pada pasar uang yaitu :
a)
Promes Promes adalah surat pengakuan utang atas nama diterbitkan oleh debitur
sebagai bukti utangnya. Promes paling banyak digunakan oleh bank dalam PUASB dan dapat dipindahtangankan melalui endosemen. b) Wesel Wesel merupakan surat tagih yang diterbitkan oleh penarik (kreditur) dan harus diketahui (diaksep) oleh pihak tertarik (debitur) dalam jumlah, tanggal, dan jangka waktu tertentu. Wesel juga dapat dipindahtangankan setelah diendos oleh pihak tertarik. c)
Sertifikat Deposito (Certificate of Deposits-CDs)
15
Sertifikat deposito dikenal sebagai surat bukti utang yang diterbitkan oleh bank unum. CDs merupakan surat berharga atas unjuk dimana pembayaran bunganya dapat dibayar di belakang (ad on) atau di muka (discount). CDs dapat dipindahtangankan atau diperdagangkan. Nilai nominal yang terkecil adalah Rp 1 juta, dengan jangan waktu minimal 30 hari dan maksimal 24 bulan. d) Sertifikat Bank Indonesia (SBI) SBI adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto. Tujuan awal dikeluarkannya SBi memperkenalkan surat berharga kepada masyarakat yang digunakan untuk Operasi Pasar Terbuka (OPT). Nilai nominal SBI terkecil sebesar Rp 50 juta dan terbesar Rp 100 milyar dengan jangka waktu (tenor) 1, 2, 3, 6 dan 12 bulan yang dinyatakan dalam hari. Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan SBI : 1) SBI lelang, yiatu SBI yang dijual secara lelang kepada bank atau pialan, yang didasarkan atas target kuantitas dalam rangka pelaksanaan kebijakan pengendalian moneter. 2) SBI repo (repurchase agreement)adalah SBI yang dibeli kembali oleh Bank Indonesia dalam rangka memenuhi kebutuhan likuiditas bank dengan perjanjian bank akan membeli kembali sesuai jangka waktu repo yang diperjanjikan. e)
Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) SBPU adalah surat berharga atas ama yang berjangka waktu pendek dalam
rupiah yang diperdagangkan secara diskonto di pasar uang. Fungsi SBPU adalah sebagai piranti OPT atau piranti pasar uang. f)
Surat Berharga Komersial (Commercial Papers-CPs) CPs adalah surat sanggup tanpa jaminan yang diterbitkan oleh perusahaan
bukan bank yang berbadan hukum Indonesia dan diperdagangkan melalui bank atau perusahaan efek, berjangka waktu pendek (paling lama 270 hari) dan diperdagangkan dengan sitem diskonto. g) Banker’s Acceptance (BA) BA adalah wesel berjangka pendek yang diaksep oleh bank, yang ditarik oleh eksportir (beneficiary) dan pihak tertariknya adalah importir (applicant). 2.
Jenis-jenis instrument pasar modal :
16
a)
Medium Term Notes (MTNs) Medium term Notes (MTNs) merupakan surat berharga tanpa jaminan
berjangka waktu menengah yang dapat diperdangkan di pasar uang b) Efek Beragun Aset (EBA) EBA adalah surat berharga yang dapat diperdagangkan di pasar modal yang berasal dari proses transformasi aset keuangan lain yang kurang likuid. c)
Obligasi Obligasi merupakan surat tanda bukti berutang dari perusahaan penerbitnya
(emiten) kepada pemegang obligasi. Pemegang obligasi pada umumnya menerima pembayaran bunga dan pada saat jatuh tempo akan menerima pembayaran nilai pokok sebagaimana tercantum dalam obligasi tersebut. Pemegang obligasi memiliki hak atas pembayaran bunga secara penuh sebelum para pemegang saham menerima pembagian dividen. Oleh karena itu termasuk fixed income security karena memberikan pendapatan yang relative stabil dan aman bagi pemegangnya. d) Saham Saham merupakan surat berharga yang bersifat pemilikan (penyertaan) terhadap suatu perusahaan. Jenis-jenis saham berdasarkan hak pengembalian dalam hal terjadi likuidasi, saham digolongkan menjadi : 1) Saham preferen yaitu saham yang pemiliknya tidak memiliki hak suara, namun menjadi prioritas dalam hal pembagian dividend an hak atas kekayaan perusahaan setelah dilikuidasi. 2) Saham biasa yaitu saham yang menempatkan pemiliknya sebagai pemegang hak paling akhir atas pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan setelah dilikuidasi. e)
Waran Waran merupakan hak untuk membeli saham perusahaan pada waktu dan
harga yang telah ditentukan. f)
Sertifikat Right Sertifikat/bukti right merupakan hak yang diberikan kepada para pemegang
saham biasa untuk membeli tambahan penerbitan saham baru.
17
2.2.5 Risiko Jenis risiko ekonomi menurut Bank Indonesia (1998), terdiri atas: 1.
Risko pasar (market risk) atau interest rate and exchange rate risks, yaitu
risiko yang timbul akibat fluktuasi harga, suku bunga dan nilai tukar. 2.
Risiko penanaman kembali (reinvestment risk), yaitu risiko bagi investor
karena mengalihkan dana dari investasi yang memberi hasil tinggi menjadi investasi dengan hasil lebih rendah. 3.
Risiko gagal bayar (default risk), yaitu risiko yang timbul karena pembayaran
yang tidak terpenuhi pada saat tagihan jatuh tempo. 4.
Risiko fundamental (fundamental risk) adalah risiko yang timbul akibat
perubahan kondisi makro-ekonomi, moneter, fiskal, dan kebijakan pemerintah lainnya. Sementara itu, risiko nonekonomi dipengaruhi oleh situasi sosial, politik, bencana alam dan lain-lain. Menurut Astuti (2002), dalam menghadapi risiko, terdapat tiga kelompok perilaku investor : 1.
Investor yang mengharapkan return atau tingkat pengembalian lebih tinggi
bila risiko meningkat disebut risk averters. 2.
Investor yang bersedia menerima return atau tingkat pengembalian yang tetap
walau risiko meningkat disebut risk indifferent. 3.
Investor yang bersedia menerima tingkat pengembalian yang menurun
walaupun risiko meningkat disebut risk seeking. 2.3. Portofolio Portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan banyak sekuritas (dengan kata lainpemodal
melakukan diversifikasi) dimaksudkan untuk
mengurangi risiko yang ditanggung. Proses awal dalam melakukan investasi, haruslah ditentukan tingkat keuntungan yang diharapkan dan juga risiko investasinya. Tingkat keuntungan yang diharapkan merupakan tingkat keuntungan yang diharapkan dari masingmasing saham yang membentuk portofolio tersebut. Sedangkan risiko dapat
18
diartikan sebagai kemungkinan tingkat keuntungan yang diperoleh menyimpang dari tingkat keuntungan yang diharapkan. (Husnan, 1998) 2.3.1 Teori Portofolio Markowitz Model Markowitz dalam penggunaannya, untuk mengidentifikasi satu kedudukan portofolio yang efisien seseorang perlu mengetahui keuntungan yang diharapkan untuk setiap sekuritas, varians, dan kovarians (atau kadang-kadang koefisien korelasi). Varians keuntungan menerangkan kecenderungan sekuritas untuk menghasilkan keuntungan yang berada di atas atau di bawah rata-rata sampel. Kovarians menerangkan hubungan keuntungan antara sekuritas. Jika satu sekuritas memperoleh keuntungan yang lebih tinggi daripada nilai keuntungan diharapkan, dan yang satu lagi juga begitu, maka kovarians mereka adalah positif. Kovarians akan menjadi negatif seandainya satu sekuritas keuntungannya melebihi keuntungan yang diharapkan, dan yang satu lagi di bawah nilai keuntungan yang diharapkan. (Rodoni dan Yong, 2001). Menurut Hartono (2008), Model Markowitz menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut : 1.
Waktu yang digunakan satu periode
2.
Tidak ada biaya transaksi
3.
Preferensi investor didasarkan pada return ekspektasi dan risiko dari
portofolio 4.
Tidak ada pinjaman dan simpanan bebas risiko.
2.3.2 Portofolio yang Efisien Portofolio yang efisien adalah portofolio yang menghasilkan tingkat keuntungan tertentu dengan risiko terendah, atau risiko tertentu dengan tingkat keuntungan tertinggi. Setiap portofolio yang terletak pada efficient frontier merupakan portofolio yang efisien, sehingga kita tidak bisa mengatakan portofolio mana yang terbaik. (Husnan, 1998). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perhitungan portofolio yang efisien, yaitu : 1.
Expected Return
Expected return atau tingkat pengembalian yang diharapkan adalah pengembalian yang paling mungkin terjadi pada sekuritas tertentu (Astuti, 2002).
19
2.
Varians atau Standar Deviasi
Semakin tinggi nilai standar deviasi berarti semakin lebar rentang ketidakpastian return, atau semakin lebar rentang penyimpangan dari tingkat pengembalian yang diharapkan (Astuti, 2002). 3.
Kovarian
Kovarian adalah nilai statistik yang dapat mengukur dari dua usulan investasi yang bersifat independen dan merupakan variabel acak (Sofyan, 2004). 4.
Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi merupakan suatu indikator yang dapat menunjuk tingkat kebebasan penggunaan unit-unit dalam pengukuran penerimaan dari usulan investasi sehingga dapat dijadikan indeks (Sofyan, 2004). Suatu investasi yang efisien memiliki karakteristik sebagai berikut ; 1.
Memiliki tingkat return yang lebih tinggi daripada investasi lain untuk tingkat
risiko yang sama. 2.
Memiliki tingkat risiko yang lebih rendah daripada investasi lain untuk
tingkat return yang sama. 3.
Memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dan tingkat return yang lebih tinggi
dari portofolio lain. Investasi yang mempunyai karakteristik seperti di atas disebut Markowitz Efficient Asets. Gambar berikut ini menunjukkan portofolio yang efisien. E(Rp)
A
D C B
.
G E F
Gambar 2 Portofolio-portofolio efisien (Hartono, 2008)
Garis vertikal pada gambar di atas menunjukkan tingkat return yang diharapkan, sedangkan garis horizontal menggambarkan tingkat risiko portofolio. Bidang ABCDEFG dalam gambar di atas menunjukkan kumpulan portofolio yang tersedia bagi investor. Investor yang rasional akan memilih portofolio D
20
dibandingkan dengan portofolio E atau portofolio F. Portofolio E lebih baik dari portofolio F dan Portofolio D lebih baik daripada portofolio E, karena dengan risiko yang sama, return ekspektasi portofolio D lebih tinggi dibandingkan dengan return ekspektasi portofolio E atau F. Dengan demikian portofolio D adalah portofolio yang efisien. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam pembentukan portofolio yang efisien adalah : (1) mengenai perilaku investor dalam membuat keputusan investasi maka asumsi yang wajar adalah investor cenderung menghindari risiko (risk averse). (2) ada dua parameter yang mempengaruhi keputusan investor, yaitu pengembalian yang diharapkan dan varians. (3) investor akan memilih portofolio yang menawarkan tingkat pengembalian tertinggi dengan risiko tertentu. (Hartono, 2008) 2.3.3 Investasi pada Aset Bebas Risiko Model Markowitz membatasi pilihan hanya pada portofolio yang terdiri dari aset berisiko. Dengan adanya aktiva yang bebas risiko, misalnya Sertifikat Bank Indonesia (SBI), investor mempunyai pilihan untuk memasukkan aktiva ini ke portofolionya. Karena aktiva bebas risikoo variannya (deviasi standarnya (sama dengan nol, kovarian antara aktiva bebas risiko ini dengan aktiva berisiko yang lainnnya akan menjadi sama dengan nol. Gambar di bawah ini akan menunjukkan hubungan antara portofolio efisien aktiva berisiko dengan aktiva tidak berisiko. E(Rp) X A
R BR
Z
B U
T
Gambar 3. Kombinasi portofolio efisien aktiva berisiko dengan aktiva tidak berisiko((Hartono, 2010) Kurva AB di gambar atas merupakan efficient set dan portofolio yang berada di kurva tersebut merupakan portofolio-portofolio efisien yang dibentuk dari
21
aktiva-aktiva berisiko. Garis lurus dari titik RBR di sumbu vertikal ke titik-titik di kurva efficient set merupakan aktiva bebas risiko dengan return ekspektasi sebesar RBR. Para investor dapat membuat portofolio yang merupakan kombinasi portofolio efisien dengan aktiva bebas risiko. (Hartono, 2008) 2.3.4 Diversifikasi Risiko Diversifikasi yaitu strategi pengelolaan risiko dengan berinvestasi pada beragam instrumen dalam satu portofolio. Secara rasional, portofolio dengan investasi yang bervariasi secara rata-rata memberi keuntungan yang lebih tinggi dan risiko yang lebih rendah dibandingkan investasi individu dalam portofolio. Diversifikasi berfungsi untuk mengurangi risiko tak sistematis dalam portofolio sehingga kinerja positif pada suatu investasi akan menetralisasi kinerja negatif pada investasi lainnya. Manfaat diversifikasi akan didapatkan jika suatu instrument di dalam portofolio tidak berkorelasi satu sama lain. Apabila investasi-investasi tidak mempunyai koefisien korelasi antara tingkat keuntungannya yang negatif sempurna, maka kita tidak bisa menghilangkan fluktuasi tingkat keuntungan portolio tersebut. Dengan kata lain, semakin kita menambah jumlah jenis saham dalam suatu portofolio, semakin kecil fluktuasi tingkat keuntungan yang diukur dari deviasi standar portofolio tersebut.meskipun demikian deviasi standar ini tidak bisa mencapai nol. Dengan kata lain, meskipun kita menambah jumlah jenis saham yang membentuk portofolio, kita selalu dihadapkan pada suatu risiko tertentu. Risiko yang selalu ada dan tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi ini disebur risiko sistematis, disebut juga risiko risiko tidak sistematis. Penjumlahan kedua jenis risiko tersebut disebut risiko total.
Terdapat dua prinsip deversifikasi, yaitu diversifikasi random dan
diversifikasi Markowitz. Diversifikasi random atau diversifikasi naïf terjadi ketika investor menginvestasikan dananya secara acak pada berbagai aset yang berbeda. Dalam hal ini, investor memilih aset-aset yang akan dimasukkan ke dalam portofolio tanpa terlalu memperhatikan karakteristik aset yang dimasukkan dalam portofolio. Prinsipnya adalah dengan semakin banyak jenis aset yang dimasukkan dalam portofolio, semakin besar manfaat pengurangan risiko yang akan diperoleh. Dengan memperhatikan karakteristik aset seperti tingkat return yang diharapkan
22
serta klasifikasi industri suatu aset kita akan lebih selektif dalam memilih aset-aset yang mampu memberikan manfaat diversifikasi secara optimal. (Husnan, 1998) Teori diversifikasi Markowitz terdapat dua pengecualian pembentukan portofolio dapat mengurangi risiko dibandingkan dengan hanya menginvestasikan dalam satu sekuritas saja. Pertama, di bawah keadaan tertentu, portofolio Cuma merata-ratakan risiko daripada mengurangkan risiko sekuritas individu. Kedua, secara
konsep
portofolio
berkemungkinan
dapat
mengurangkan
atau
menghapuskan kedua risiko sistematik dan risiko sistematik. Korelasi positif sempurna adalah apabila korelasi bernilai +1 risiko portofolio adalah sama dengan risiko rata-rata pemberat sekuritas individu dan tidak ada pengurangan risiko yang dapat dicapai dengan membina portofolio seperti itu. Korelasi negatif sempurna adalah kemungkinan diwujudkan satu strategi untuk menghapuskan jumlah risiko portofolio. Korelasi nol, jika portofolio yang terdiri dari pada sekuritas satu dan dua kurang daripada risiko sekuritas manapun. Dalam dunia sebenarnya kebanyakan koefisien korelasi saham adalah terletak antara 0 dan +1, maka diversifikasi dapat dicapai melalui pembentukan portofolio yang terdiri daripada saham-saham yang berkorelasi positif yang paling rendah. (Rodoni dan Yong, 2002) 2.3.5 Kinerja portofolio Kinerja portofolio sering diukur secara periodik dengan interval minimum empat tahun, dengan ukuran return untuk sejumlah periode dalam interval, biasanya bulanan atau kuartalan. Dalam proses evaluasinya, kinerja dibandingkan dengan return yang diperoleh oleh manajer investasi melalui manajemen aktif dengan return yang diperoleh klien jika memilih portofolio alternative untuk investasi. Setelah mengukur return periodik portofolio untuk suatu interval waktu, langkah berikutnya menentukan apakah return ini mencerminkan kinerja yang superior atau inferior. Apabila kinerja sudah superior maka portofolio investasi yang dilakukan sudahlah memuaskan dan perlu dipertahankn. Tetapi apabila kinerja portofolio inferior maka perlu dilakukan perubahan (Sharpe at all, 1997)
23
2.4. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu Saifuddin (2004) melakukan penelitian terhadap portofolio investasi PT Asuransi Takaful Keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja portofolio yang telah dilakukan PT Asuransi Takaful keluarga kurang optimal, hal ini disebabkan pemilihan aset yang aman. antara lain tampak dari pembiayaan mudharabah yang tetap dipilih dalam portofolio, pembiayaan mudharabah memiliki risiko yang rendah. Resiko yang rendah sendiri terkait dengan tingkat pengembalian yang rendah pula. Selain itu pembiayaan mudharabah juga mempunyai korelasi positif yang besar terhadap pembiayaan mudharabah. Adapun portofolio optimal dapat diperoleh dengan menempatkan dananya mulai dari persentase terbesar pada deposito, surat berharga, tanah dan bangunan pembiayaan mudharabah dengan persentase terendah. Namun karena dianggap paling syar’I, maka agar tidak melikuidasinya perlu perbaikan kinerja. Cahyani (2004) melakukan penelitian yang hampir serupa yaitu analisis kebijakan dan portofolio investasi pada PT MLC Life Indonesia. Hasil penelitian yang didapat bahwa PT MLC Life Indonesia dalam hal keputusan kebijakan investasi, perusahaan banyak dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan, baik secara intern maupun ekstern salah satu pertimbangannya adalah peraturan pemerintah dan keputusan Menteri Keuangan. Dalam pemilihan aset investasi PT MLC Life Indonesia juga memilih untuk berinvestasi pada aset yang aman dapat terlihat dari aset deposito yang mendominasi penerimaan. Adapun hasil analisis portofolio yang efisien bagi penempatan dana investasi yang dimiliki PT MLC Life Indonesia, yaitu terdiri dari investasi terbesar pada deposito, kemudian saham, dan obligasi dengan tingkat persentase terendah.