5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sawi Sendok/Pakcoy (Brassica rapa L) 1. Sejarah Sawi Sendok/Pakcoy (Brassica rapa L) Pakcoy (Brassica rapa) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di China selatan dan China pusat serta Taiwan. Sayuran ini merupakan introduksi baru di Jepang dan masih sefamili dengan Chinese vegetable. Saat ini pakcoy dikembangkan secara luas di Filipina dan Malaysia, di Indonesia dan Thailand (Adiwilaga 2010). Rubatzky dan Yamaguchi (1998) menyatakan “tanaman Pakchoy merupakan salah satu sayuran penting di Asia, atau khususnya di China. Daun Pakchoy bertangkai, berbentuk oval, berwarna hijau tua, dan mengkilat, tidak membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau setengah mendatar, tersusun dalam spiral rapat, melekat pada batang yang tertekan. Tangkai daun, berwarna putih atau hijau muda, gemuk dan berdaging, tanaman mencapai tinggi 15–30 cm. Keragaman morfologis dan periode kematangan cukup besar pada berbagai varietas dalam kelompok ini. Terdapat bentuk daun berwarna hijau pudar dan ungu yang berbeda”. 2. Klasifikasi Tanaman Sawi Sendok/Pakcoy (Brassica rapa L) Adapun klasifikasi tanaman sawi sendok atau pakcoy adalah sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Rhoeadales
Famili
: Brassicaceae
Genus
: Brassica
Species
: Brassica rapa L
(Eko 2007). 5
6
3. Morfologi Tanaman Sawi Sendok/Pakcoy (Brassica rapa L) Tanaman ini memiliki daun yang bertangkai, daun berbentuk agak oval berwarna hijau tua dan mengkilap, tidak membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau setengah mendatar. Tangkai daun berwarna putih atau hijau muda, gemuk dan tinggi tanaman dapat mencapai 15-30 cm. Pada kelompok ini terdapat keragaman morfologis dan periode kematangan pada berbagai kultivar. Salah satunya adalah kultivar tipe kerdil dengan ciri-ciri bentuk daun warna hijau pudar dan ungu yang berbeda-beda (Sutinah 2010). Pakcoy merupakan jenis sayuran hijau yang masih satu golongan dengan sawi. Pakcoy juga sering disebut dengan sawi sendok karena bentuknya yang menyerupai sendok. Pakcoy sering disebut dengan sawi manis atau sawi daging karena pangkalnya yang lembut dan tebal seperti daging. Pakcoy biasa digunakan untuk bahan sup atau sebagai penghias makanan ini berasal dari Cina (Alviani 2015). Yogiandre, dkk (2011) menyatakan tanaman pakcoy merupakan salah satusa yuran penting di Asia, atau khususnya di China. Daun pakcoy bertangkai, berbentuk oval, berwarna hijau tua, dan mengkilat, tidak membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau setengah mendatar, tersusun dalam spiral rapat, melekat pada batang yang tertekan. Tangkai daun, berwarna putih atau hijau muda, gemuk dan berdaging, tanaman mencapai tinggi 15–30 cm. Keragaman morfologis dan periode kematangan cukup besar pada berbagai varietas dalam kelompok ini. Terdapat bentuk daun berwarna hijau pudar dan ungu yang berbeda. Lebih lanjut dinyatakan pakcoy kurang peka terhadap suhu ketimbang sawi putih, sehingga tanaman ini memiliki daya adaptasi lebih luas. Vernalisasi minimum diperlukan untuk bolting. Bunga berwarna kuning pucat (Hernowo 2010). 4. Syarat Tumbuh Sawi Sendok/Pakcoy (Brassica rapa L) Sawi mangkok atau sawi sendok tergolong tanaman yang dapat ditanam pada berbagai musim, baik musim penghujan ataupun musim kemarau dan dapat diusahakan di dataran rendah sampai dataran tinggi.
7
Sayuran ini termasuk sayuran yang dapat dibudidayakan sepanjang tahun. Apabila pembudidayaan dilakukan di dataran tinggi, umumnya akan cepat berbunga karena dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk/lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak baik apabila dibudidayakan pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok apabila ditanam pada akhir musim penghujan (Haryanto 2006). Menurut Sutirman (2011) pakcoy bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan di Indonesia ini. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl. Tanaman pakcoy dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi. Tanaman pakcoy tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur Tanah yang cocok untuk ditanami pakcoy adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7 (Haryanto 2007). Pakcoy ditanam dengan benih langsung atau dipindah tanam dengan kerapatan tinggi, yaitu sekitar 20– 25 tanaman/m2, dan bagi kultivar kerdil ditanam dua kali lebih rapat. Kultivar genjah dipanen umur 40-50 hari, dan kultivar lain memerlukan waktu hingga 80 hari setelah tanam. Pakcoy memiliki umur pasca panen singkat, tetapi kualitas produk dapat dipertahankan selama 10 hari, pada suhu 0. Media tanam adalah tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik.
8
5. Kandungan dan Manfaat Sawi Sendok/Pakcoy (Brassica rapa L) Pakcoy sering disebut sawi sendok karena ukurannya kecil dan bentuknya seperti sendok makan. Pakcoy kaya akan kandungan vitamin A, E, dan K untuk kesehatan. Sementara itu, vitamin K berkhasiat untuk membantu proses pembekuan darah dan vitamin E yang baik untuk kesehatan kulit (Prastio 2015). Menurut Fahrudin (2009) manfaat pakcoy sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan, bijinya dimanfaatkan sebagai minyak serta pelezat makanan. Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah kalori, protein,lemak, karbohidrat, serat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C. Menurut Eko (2007) Kandungan vitamin K pada sawi sangat tinggi, yaitumencapai 419,3 mkg. Vitamin K sangat berguna untuk membantu proses pembekuan darah, sehingga sering disebut sebagi vitamin koagulasi. Vitamin K mempunyai potensi dalam mencegah penyakit-penyakit serius, seperti penyakit jantung dan stroke, karena efeknya mengurangi pengerasan pembuluh darah oleh faktor timbunan plak kalsium. Tabel 1. Kandungan gizi per 100 gram pakcoy segar Zat gizi Energi13 kal Lemak2 kal Total Lemak 0 g Lemak Jenuh0 g Lemak Trans Kolesterol 0 g Sodium 65 g Total Karbohidrat 2 g Serat Pangan 1 g Gula 1 g Vitamin A Vitamin C Kalsium Zat Besi Sumber: Nutrition Data (2013)
%AKG 0% 0% 0% 3% 1% 4% 89 % 75 % 11 % 4%
9
Kandungan kalsium yang tinggi pada sawi dapat mengurangi hilangnya bobot tulang yang biasa terjadi pada usia lanjut. Tekanan darah tinggi juga dapat disebabkan oleh rendahnya kadar kalsium di dalam darah. Mineral lain yang cukup berarti pada sawi adalah magnesium. Kandungan magnesium pada sawi sangat berguna untuk mereduksi stres dan membantu membentuk pola tidur yang baik (Sutirman 2011). Tanaman pakcoy termasuk tanaman yang berumur pendek dan memiliki kandungan gizi yang diperlukan tubuh. Kandungan betakaroten pada pakcoy dapat mencegah penyakit katarak selain mengandung betakaroten yang tinggi, pakcoy juga mengandung banyak gizi diantaranya protein, lemak nabati, karbohidrat, serat, Ca, Mg, Fe, sodium, vitamin A, dan vitamin C (Prasetyo 2010). B. Teknik Budidaya Tanaman Sawi Sendok/Pakcoy (Brassica rapa L) Secara Hidroponik 1. Hidroponik Secara Umum Hidroponik adalah suatu cara pembudidayaan tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media pertumbuhan. Jadi media tanah diganti dengan arang sekam/pasir. Media yang digunakan bukan tanah, nutrisi yang diperlukan tanaman berbentuk larutan. Tidak seperti media tanah yang memiliki unsur hara yang berupa zat-zat penting bagi tumbuhan. Hidroponik memiliki keunggulan yaitu tidak memerlukan lahan yang luas. Jadi tidak perlu berkeliling ladang yang luas untuk perawatan dan panen. Hidroponik merupakan salah satu alternatif bagi petani yang tidak memiliki lahan yang cukup untuk becocok tanam (Ekawati 2005). Hidroponik merupakan salah satu sistem pertanian masa depan karena dapat diusahakan di berbagai tempat, baik di desa, di kota, di lahan terbuka, atau di atas apartemen sekalipun. Luas tanah yang sempit, kondisi tanah kritis, hama dan penyakit yang tak terkendali, keterbatasan jumlah air irigasi, musim yang tidak menentu, dan mutu yang tidak seragam bisa ditanggulangi dengan sistem hidroponik. Hidroponik dapat diusahakan sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Oleh karena itu, harga jual
10
panennya tidak khawatir akan jatuh. Pemeliharaan tanaman hidroponik pun lebih mudah karena tempat budidayanya relatif bersih, media tanamnya steril, tanaman terlindung dari terpaan hujan, serangan hama dan penyakit relatif kecil, serta tanaman lebih sehat dan produktivitas lebih tinggi (Hartus 2008). Tabel 2. Perbandingan sistem penanaman secara hidroponik dan konvensional No 1
Penanaman secara hidroponik Penanaman secara konvensional Lingkungan kerja bersih dan 1. Lingkungan kerja tidak bersih dalam keadaan steril dan tidak dalam keadaan steril 2 Pemberian nutrisi digunakan 2. Penggunaan nutrisi oleh secara efisien oleh tanaman tanaman kurang efisien 3 Pemberian nutrisi sesuai 3. Nutrisi yang diberikan dapat dengan kebutuhan tanaman bereaksi dengan zat yang sehingga tidak ada zat lain mungkin terdapat di dalam yang mungkin dapat bereaksi tanah (karena tanah tidak steril) dengan nutrisi 4 Tanaman bebas dari gulma 4. Tanah sering ditumbuhi gulma 5 Tanaman lebih jarang 5. Tanaman lebih sering terserang terserang hama dan penyakit hama dan penyakit 6 Pertumbuhan tanaman lebih 6. Pertumbuhan tanaman kurang terkontrol terkontrol 7 Tanaman sayuran dapat 7. Kuantitas dan kualitas produksi berproduksi dengan kuantitas tanaman kurang begitu tinggi dan kualitas yang tinggi 8 Pertanian hidroponik 8. Pertanian konvensional mempunyai ciri: mempunyai ciri: a. Bisa ditanam pada lahan a. Lahan yang dipakai lebih sempit luas b. Kesuburan dapat diatur, b. Mengandalkan unsur tanah, dan dan c. Memiliki nilai jual yang c. Nilai jualnya tidak begitu tinggi tinggi Sumber: Prihmantoro dan Indriani (1999). Hidroponik merupakan pengembangan ilmu di bidang pertanian yang dilakukan oleh para ilmuan yang giat mengembangkan sektor pertanian guna terpenuhi kebutuhan manusia akan sayuran yang semakin meningkat, sistem pertanian berubah yang dahulunya para petani menggunakan sistem pertanian secara konvensional setahap demi setahap cara ini ditinggalkan sejalan dengan adanya penemuan penanaman yang
11
dilakukan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam untuk bercocok tanam atau sekarang disebut dengan hidroponik (Wijayani 2005). 2. Hidroponik Sistem Rakit Apung Sistem hidroponik terapung merupakan yang paling populer, sistem hidroponik lainnya bahkan belum dilaporkan hingga tahun 1991. Sistem terapung ini menggunakan styrofoam yang mengapung di atas larutan hara dengan terdapat lubang pada styrofoam sebagai tempat peletakan tanaman. Sistem hidroponik ini dapat bekerja dengan baik untuk tanaman berhari pendek dan berakar dangkal seperti selada dan sawi, dimana tanamantanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik pada kondisi kelembaban yang tinggi pada zona perakarannya (Tyson 2010). Hidroponik rakit apung merupakan budidaya tanaman (khususnya sayuran) dengan cara menanamkan atau meancapkan tanaman pada lubang styrofoam yang mengapung diatas permukaan larutan nutrisi dalam suatu bak penampung atau kolam sehingga akar tanaman terapung atau terendam dalam larutan nutrisi. Styrofoam diambangkan pada kolam larutan nutrisi sedalam kurang lebih 30 cm. Pada styrofoam diberi lubang tanam dan bibit ditancapkan
dengan
bantuan
busa
atau
rockwool.
Metode
ini
dikembangkan pertama kali oleh Jensen di Arizo dan Massantini di Italia (Sudarmojo 2008). Hidroponik rakit apung ialah menanam suatu rakit berupa panel tanam yang dapat mengapung diatas permukaan larutan nutrisi dengan akar menjuntai kedalam kolam dengan larutan unsur hara. Sterofoam kemudian dilubangi untuk lubang taman dan lubang diisi dengan sedikit busa supaya anak semai dapat berdiri dan tidak jatuh ke dalam air. Hidroponk rakit apung lebih sederhana dibandingkan dengan sistem lain. Budidaya sistem rakit apung relatif aman jika listrik padam dan juga dengan tidak adanya resirkulasi nutrisi dapat menurunkan biaya investasi (Duryatmo 2000). Pada sistem rakit apung larutan nutrisi tidak disirkulasikan, namun dibiarkan pada bak penampung dan dapat digunakan lagi dengan cara
12
mengontrol kepekatan larutan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini perlu dilakukan karena dalam jangka yang cukup lama akan terjadi pengkristalan dan pengendapan pupuk cair dalam dasar kolam yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Sistem ini mempunyai beberapa karakteristik
seperti
terisolasinya
lingkungan
perakaran
yang
mengakibatkan fluktuasi suhu larutan nutrisi lebih rendah, dapat digunakan untuk daerah yang sumber energi listriknya terbatas karena energi yang dibutuhkan tidak terlalu tergantung pada energi listrik (mungkin hanya untuk mengalirkan larutan nutrisi dan pengadukan larutan nutrisi saja) (Falah 2006). Floating Hydroponic System (FHS) merupakan suatu budidaya tanaman
(khususnya
menanamkan/menancapkan
tanaman tanaman
sayur) pada
lubang
dengan
cara
sterofoam
yang
mengapung diatas permukaan larutan nutrisi dalam bak penampung atau kolam sehingga akar tanaman terapung atau terendam dalam larutan nutrisi. Sistem ini larutan tidak disirkulasikan, namun dibiarkan pada bak penampung dan dapat digunakan lagi dengan cara mengontrol kepekatan larutan dalam jangka waktu tertentu. Pengontrolan kepekatan larutan dilakukan karena dalam jangka yang cukup lama akan terjadi pengkristalan dan pengendapan pupuk cair dalam dasar kolam yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman (Affan 2006). Rakit apung atau Floating Hydroponic System (FHS) adalah salah satu sistem budidaya secara hidroponik. Penanaman tanaman dengan cara menanam tanaman pada lubang sterofoam yang mengapung diatas permukaan larutan nutrisi dalam bak penampung atau kolam sehingga akar tanaman terendam dalam larutan nutrisi. Penanaman dengan sistem ini hanya dapat dilakukan dengan menggunakan tanaman yang mempunyai bobot rendah (Trijono 2014).
13
3. Hidroponik Sistem Substrat Karakteristik
substrat
harus
bersifat
inert
dimana
tidak
mengandung unsur hara mineral. Media tanam hidroponik harus bebas dari bakteri, racun, jamur, virus, spora yang dapat menyebabkan patogen bagi tanaman. Metode substrat yaitu menumbuhkan tanaman dalam media padat (bukan tanah), pada umunya digunakan untuk mengusahakan sayuran atau buah yang bernilai tinggi. Fungsi utama substrat adalah untuk menjaga kelembaban, dapat menyimpan air dan bersifat kapiler terhadap air. Media yang baik bersifat ringan dan dapat sebagai penyangga tanaman. Media padat antara lain, arang (kayu, sekam padi), pasir, perlit, zeolit, gambut, kerikil, potongan sabut kelapa, pakis, pecahan genteng/batu bata, batu apung, dan sebagainya Larutan nutrisi diberikan dengan cara disiram / dialirkan lewat sistem irigasi. Sistem irigasi yang biasa dipakai pada Hidroponik Substrat yaitu sistem air mengalir ataupun irigasi tetes (drip irigation) (Zulfitri 2005). Metode hidroponik substrat ini tidak menggunakan air sebagai media, tetapi menggunakan media padat (bukan tanah) yang dapat menyerap atau menyediakan nutrisi, air, dan oksigen serta mendukung akar tanaman seperti halnya fungsi tanah. Media yang dapat digunakan dalam hidroponik substrat antara lain batu apung, pasir, serbuk gergaji, atau gambut. Media tanam sebelum digunakan harus dilakukan sterilisasi dahulu. Cara paling umum dilakukan adalah dengan penguapan atau dengan bahan kimia. Larutan nutrisi atau pupuk diberikan dengan cara disiramkan atau dialirkan melalui sistem irigasi, setiap pemberian larutan nutrisi, harus dapat melembapkan barisan tanaman secara seragam. Banyaknya penyiraman tergantung dari pertumbuhan tanaman, jenis substrat, dan iklim. Permukaan substrat yang kasar dan tidak teratur harus lebih sering disiram (Djajadi 2010). Sistem hidroponik substrat merupakan metode budidaya tanaman dimana akar tanaman tumbuh pada media porus selain tanah yang dialiri larutan nutrisi sehingga memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi,
14
dan oksigen secara cukup. Kelebihan hidroponik jenis ini adalah dapat menyerap dan menghantarkan air, tidak mempengaruhi pH air, tidak berubah warna, dan tidak mudah lapuk. Sistem hidroponik substrat pada praktikum ini ditempatkan pada kolom-kolom yang terbuat dari bambu. Kelebihan dari penggunaan hidroponik substrat adalah tanaman dapat berdiri lebih tegak, kebutuhan nutrisi mudah untuk dipantau dan biaya operasional tidak terlalu besar. Kekurangannya adalah populasi tanaman tidak terlalu banyak dan kolom-kolom substrat mudah ditumbuhi lumut (Ricardo 2009). Arang sekam mempunyai karakteristik ringan (berat jenis 0.2 kg/l), kasar sehingga sirkulasi udara tinggi, kapasitas menahan air tinggi, berwarna hitam sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan efektif. Rongganya banyak sehingga aerasi dan drainasenya baik, hal ini juga mempermudah pergerakan akar tanaman dalam media tanam tersebut. Arang sekam telah steril, karena saat pembuatannya sekam telah mendapat panas yang tinggi karena proses pembakaran sehingga tidak memerlukan desinfeksi dengan kemikalia apapun. Mempunyai daya melapuk lambat dan dianggap dapat bertahan kira-kira satu tahun sehingga dapat digunakan beberapa kali (Wuryaningsih 2008). 4. Budidaya Tanaman Sawi Sendok/Pakcoy (Brassica rapa) Tanaman pakcoy (Brassica rapa) termasuk dalam jenis sayur sawi yang mudah diperoleh dan cukup ekonomis. Saat ini pakcoy dimanfaatkan oleh masyarakat dalam berbagai masakan. Hal ini cukup meningkatkan kebutuhan masyarakat akan tanaman pakcoy. Tanaman pakcoy cukup mudah untuk dibudidayakan dan hanya memerlukan waktu yang pendek berkisar 3 sampai 4 minggu. Perawatannya juga tidak terlalu sulit dibandingkan dengan budidaya tanaman yang lainnya. Budidaya tanaman pakcoy dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat dengan menggunakan media tanam dalam polibag. Media tanam dapat dibuat dari campuran tanah dan kompos dari sisa limbah (Prihastanti 2014).
15
Teknik budidaya sawi meliputi pemilihan benih, pembibitan, penanaman, pemeliharaan serta pemanenan. Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan digunakan harus mempunyai
kualitas
yang
baik,
seandainya
benih
beli
harus
memperhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. Kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang digunakan dari hasil pananaman harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Selain itu juga harus memperhatikan proses yang akan dilakukan mesilnya dengan dianginkan,tempat penyimpanan dan diharapkan
lama
penggunaan
benih
tidak
lebih
dari
3
tahun
(Mandha 2010). Salah satu alternatif budidaya tanaman selain konvensional, untuk meningkatkan kualitas sayuran pakcoy dapat menggunakan teknologi hidroponik. Sistem budidaya hidroponik merupakan budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanaman dengan penambahan nutrisi hara untuk pertumbuhan. Budidaya tanaman pakcoy dengan sistem hidroponik dapat panen lebih cepat. Panen tanaman pakcoy secara konvensional ± 45 hari, sedangkan dengan hidroponik menjadi lebih cepat yaitu sekitar 4 minggu. Penunjang keberhasilan dari sistem budidaya ini adalah media yang bersifat porus dan aerasi baik serta tercukupinya nutrisi untuk pertumbuhan tanaman (Perwitasari 2012). Pemanenan pakcoy hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah umur panen dan cara panen. Umur panen 40-45 hari setelah tanam untuk sayur pakcoy baby. Pemanenan pakcoy dilakukan pada sore hari karena
16
cahaya matahari tidak terlalu panas. Dalam satu hamparan panen dilakukan secara bertahap, maksimum 2 kali dengan selang waktu 2-3 hari. Pemanenan pertama dilakukan pada sayur yang benar-benar siap panen, yaitu dengan melihat fisik, warna, bentuk, dan ukuran daun (Anas 2009). Pakcoy kurang peka terhadap suhu dibandingkan dengan sawi putih sehingga tanaman ini memiliki adaptasi yang lebih luas. Tanaman ini ditanam dengan benih langsung atau dipindah-tanam dengan kerapatan tinggi umumnya berkisar antara 20-25 tanaman/m2, sedangkan kultivar kerdil ditanam dua kali lebih rapat. Kultivar umur genjah matang pada umur 40 hari dan kultivar lainnya memerlukan waktu hingga 80 hari setelah tanam. Kualitas dari tanaman ini akan cepat menurun jika tanaman dibiarkan lewat umur matangnya.
Pakcoy memiliki umur pascapanen
yang singkat, tetapi kualitas produknya dapat dipertahankan selama sekitar 10 hari pada suhu 0 oC dan RH 95% (Rubatzky dan Yamaguchi 1998). C. Peluang Pemasaran Tanaman Sawi Sendok/Pakcoy (Brassica rapa L ) Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan untuk mendapatkan laba. Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tergantung kepada keahlian pengusaha dibidang pemasaran, produksi, keuangan maupun bidang lain. Selain
itu
tergantung
pula
pada
kemampuan
pengusaha
untuk
mengkombinasikan fungsi-fungsi tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar (Ernie 2010). Belakangan ini, masyarakat Indonesia makin sering mengonsumsi pakcoy yang diolah menjadi berbagai masakan. Karenanya, potensi budidaya pakcoy semakin cerah. Beberapa daerah seperti Indramayu dan Tasikmalaya, Jawa Barat, adalah contoh lokasi pembudidayaan sawi pakcoy di Indonesia. Kedua daerah itu memang terkenal dengan tanahnya yang gembur. Biasanya, para pembudidaya pakcoy tidak hanya menanam satu jenis tanaman di satu lahannya. Tanaman inibanyak dipilih petani karena pembudidayaannya yang
17
relatif mudah. Masa panen pakcoy cukup singkat, hanya sekitar 45 hari. Masyarakat pun kini semakin banyakyang mengenal dan menyukai sawi pakcoy ini dibandingkan dengan sawi atau sayuran lain. Karena pakcoy memiliki kandungan vitamin yang cukup dan mudah dalam pengolahannya. Tehnik budidaya yang mudah dan minat pasar yang cukup tinggi ini membuat banyak
petani
menanam
pakcoy
sebagai
tanaman
selingan.
(Anonynous 2013). Menurut Supriono (2009) analisis usaha tani dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha, beberapa hal yang dibahas dalam analisis ini adalah : 1. Biaya Tetap Biaya tetap memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Biaya yang jumlah totalnya tetap konsisten tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktifitas sampai dengan tingkatan tertentu. b. Pada biaya tetap, biaya satuan (unit cost) akan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume penjualan, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan. 2. Biaya Variabel Biaya variabel memiliki karakteristik sabagai berikut : a. Biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding (proposional) dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan semakin tinggi jumlah total biaya variable, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah jumlah biaya variabel. b. Pada biaya variabel, biaya satuan tidak dipengaruhi oleh volume kegiatan, jadi biaya semakin konstan. 3. Penerimaan Menurut Soekartawi (1995), penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual dan biasanya produksi
18
berhubungan negatif dengan harga, artinya harga akan turun ketika produksi berlebihan. Secara matematis dapat di tulis sebagai berikut : TR = Q x Pq Keterangan
:
TR
= Total Penerimaan (Rp)
Q
= Jumlah Produk
Pq
= Harga Produk (Rp)
4. Keuntungan Keuntungan adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha. Apabila beban lebih besar dari pendapatan, selisihnya disebut rugi. Keuntungan atau kerugian merupakan hasil dari perhitungan berkala. Hal ini akan diketahui secara pasti saat perusahaan menghentikan kegiatanya dan dilakukan likuidasi (Soemarso 2005). Tujuan dari pelaku ekonomi adalah memaksimumkan utility. Produsen
memaksimumkan
utility
dengan
cara
memaksimumkan
keuntungan. Keuntungan (JI) merupakan hasil pengurangan dari penerimaan (revenue) dengan biaya (cost). Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produk (Q) dengan harga produk (P). Jika dirumuskan yaitu : Π
= R-C
Π
= (QxP) - C
5. R/C Ratio R/C Ratio (Revenue Cost Ratio) merupakan ukuran perbandingan antara penerimaan dengan biaya operasional. R/C Ratio dihitunng untuk menentukan kelayakan usaha. R/C Ratio lebih dari 1 maka usaha ini layak untuk dijalankan. Rumus R/C Ratio adalah total penerimaan dibagi total biaya produksi. Rumusnya yaitu : R/C Ratio
=
19
6. B/C Ratio B/C Ratio (Benefit Cost Ratio) biasanya digunakan untuk mengukur kelayakan suatu usaha tani dilihat dari keuntungan yang diperoleh, yaitu dengan cara membandingkan antara keuntungan dengan total biaya yang dikeluarkan. B/C Ratio lebih dari 1 maka usaha ini berarti untung dan layak untuk dijalankan. Rumus B/C Ratio adalah keuntungan dibagi total biaya, rumus B/C Ratio B/C Ratio
=
adalah :
20
DAFTAR PUSTAKA Adiwilaga. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sisi Permintaan dan Sisi Penawaran Sayuran Sawi. Bandung: Penerbit Alumni Bandung Affan 2006. Produksi Tanaman dan Makanan dengan Menggunakan Hidroponik Sederhana Hingga Otomatis. Http://Io.Ppijepang.Org. Diakses Pada Tanggal 20 April 2016 Pukul 18.19 WIB Alviani, P. 2015. Bertanam hidroponik Untuk Pemula Cara Bertanam Cerdas di Lahan Terbatas. Jakarta: Bibit Publisher Anas.
2009. Budidaya Sayuran Organik. http://infobisnisukm.wordpress.com/2009/05/22/budidaya-sayuranorganik. Diakses pada tanggal 20 Februari 2016 pukul 12.08 WIB
Djajadi, dkk. 2010. Pengaruh Media Tanam Dan Frekuensi Pemberian Air Terhadap Sifat Fisik Kimia Dan Biologi Tanah Serta Pertumbuhan Jarak Pagar. J. litri1 6(1): 69-69. Duryatmo, S, 2000. Hidroponik Rakit Apung. Trtlbus XXXIII (386) : 37-38.
Ekawati, E. 2005. Budidaya Tanaman Hidroponik. Jakarta : PT Musi Perkasa Utama. Eko, M. 2007.Budidaya Tanaman Sawi(Brassica juncea). Jakarta: Penebar Swadaya Ernie Tisnawati. 2009. Manajemen Strategi Untuk Meningkatkan Kompetensi. Harvarindo. Jakarta Fahrudin, F. 2009, Budidaya Caisim (Brasica juncea) Menggunakan Ekstrak Teh dan Pupuk Kascing, Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Hartus, T. 2008. Berkebun Hidroponik Secara Murah. Edisi IX. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya Haryanto. 2006. Teknik Budidaya Sayuran Pakcoy (Sawi Mangkok). Jakarta: Penebar Swadaya Hernowo, B. 2010. Panduan Sukses Bertanam Buah dan Sayuran. Klaten: Penerbit Cable Book Ir. Surtinah .2010. Agronomi Tanaman Budidaya.Riau : Alaf Riau. Mandha. 2010. Teknik Budidaya sayuran Sawi Sendok atau Pakcoy. Yogyakarta: Kanisius Muthia, D. 2008. Pengaturan Suhu, Kelembaban, Waktu Pemberian Nutrisi, dan Waktu Pembuangan Air untuk Pola Cocok Tanam Hidroponik Berbasis Mikrikontroler AVR ATMEGA 8535. Skripsi. Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
21
Perwitasari, Belia, Mustika T, Catur W. 2012. Pengaruh Media Tanam dan Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Pakcoy (Brassica juncea) dengan Sistem Hidroponik. Jurnal Argovigor 5(1): 15 Prasetyo, A. 2010. Kubis Tiongkok Alias Pakcoy. (online). http://koebiz.blogspotcom/2010/10/kubis-tiongkok-aliad-pakcoy.html. Diakses pada tanggal 20 Februari 2016 Prastio, U. 2015. Panen Sayuran Hidroponik Setiap Hari. Yogyakarta: PT Agro Media Pustaka Prihastanti. 2014. Perbaikan Kesuburan Tanah Liat dan Pasir Dengan Penambahan Kompos Limbah Sagu Untuk Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Pakcoy (Brassica rapa Var.Chinensis).Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXII No. 2 Prihmantoro, H dan Y. H. Indriani. 1999. Hidroponik Sayuran Semusim untuk Bisnis dan Hobi. Penebar Swadaya. Jakarta. Ricardo 2009. Teknologi Hidroponik Untuk Budidaya Tanaman. Bogor. IPB Press. Rubatzky E V, Yamaguchi M. 1998. Sayuran Dunia 2. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Soekarwati. 1995. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia-Press. Jakarta. Soemarso, S. R. 2005. Akutansi Suatu Pengantar, Edisi Kelima. Salemba Empat. Jakarta. Suryani, R. 2015. Hidroponik Budidaya Tanaman Tanpa Tanah Mudah, Bersih dan Menyenangkan. Yogyakarta: AR Citra Sutirman. 2011, Budidaya Tanaman Sayuran Sawi di Dataran Rendah Kabupaten Serang Provinsi Banten. Banten Tim Nutritions. 2013. Pedoman Budidaya Secara Hidroponik. Nuansa Aulia. Bandung. Trijino 2014. Macam-Macam Sistem Hidroponik.Materi Kuliah Teknologi Hidroponik. Fakultas Pertanian. UNS Untung O. 2011. Hidroponik Sayuran Sistem NFT. Jakarta: Penebar Swadaya Wachjar A dan R Anggayuhlin. 2013. Peningkatan Produktivitas dan Effisiensi Konsumsi Air Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor). Buletin Agrohorti 1(1):127-134. Zulfitri 2005. Analisis Varietas dan Polybag Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai ( Capsicum annum L. ) Sistem Hidroponik. Buletin Penelitian 8(1).