II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Puyuh Puyuh
(Coturnix
coturnix
japonica)
merupakan
salah
satu
sumberdiversifikasi produk daging dan telur. Ukuran tubuh yang kecil, menyebabkan puyuhmemiliki keunikan, yaitu pertumbuhanyang cepat, dewasa kelamin lebih awal,produksi telur yang relatif tinggi, intervalgenerasi dalam waktu singkat, dan periode inkubasi relatif cepat(Susilorini, 2007). Wuryadi (2014) menyatakan klasifikasi burung puyuh sebagai berikut: Filum
: Chordata
Class
: Aves
Ordo
: Galiformes
Family
: Phasianidae
Sub Family
: Perdicinae
Genus
: Coturnix
Sub Spesies
: Coturnix coturnix japonica
Bobot badan puyuh jantan dewasa sekitar 100-140 gdanpuyuh betina sedikit lebih berat yaitu antara 120-160 g.Puyuh betina mulai bertelur pada umur 35 hari.Puncak produksi dicapai pada minggu ke-13 dengan persentase bertelur lebih dari 80%. Produktivitasnya akan menurun dengan persentase bertelur kurang dari 50% pada umur lebih dari 14 bulan. Selanjutnya sama sekali berhenti bertelur saat berumur 2,5 tahun atau 30 bulan (Anggorodi, 1995). Populasi burung puyuh Coturnix coturnix japonica atau Japanese quail diIndonesia mengalami peningkatan, berdasarkan data Dirjen Peternakan danKesehatan Hewan (2012) populasi burungpuyuh di Indonesia tahun 2010 mencapai 7.053.576 ekor, tahun 2011 sebanyak 7.356.648 ekor dan tahun 2012 sebanyak 7.840.880 ekor. Burung puyuh ini berpotensi dikembangkan untuk produksi telur dan daging, ciri-cirinya memiliki bulu berwarna coklat, tubuh relatif kecil, kaki pendek dan produksinya mampu mencapai 300 butir/ekor/tahun. Data Dirjen Peternakan dan Kesehatan
5
Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung puyuh per kapita per minggu dari tiga tahun terakhir menunjukkan peningkatan, berturut-turut tahun 2009 sebesar 0,040 kg, 2010 sebesar 0,043 kgdan 2011 sebesar 0,052 kg. Sugiharto (2005) menerangkan bahwa burung puyuh dengan berat badan 90 - 100 g akan segera mulai bertelur umur 35 - 42 hari. Kemampuan berproduksi mulai awal produksi akan terus mengalami kenaikan secara drastis sampaimencapai puncak produksi (top production 98,5 %) pada umur 4 - 5 bulan dan perlahan-lahan menurun hingga 70 % pada umur 9 bulan. B. Asam Fitat Bahan pakan untuk ternak nonruminansia berbasis pada jagung dan kedelai, sehingga mempunyai kelemahan dengan kandungan P-nya yang 90% pada asam fitat. Asam fitat tersebut tidak dapat dimanfaatkan oleh ternak ruminansia, sehingga memerlukan tambahan fitase, dengan demikian ransum yang berbasis pada jagung dan kedelai biasa digunakan untuk percobaan pakan ternak non ruminansia menggunakan penambahan fitase (Gillespie dan Flanders, 2010). Asam fitat akan membentuk ikatan dengan mineral yang bervalensi dua maupun protein menjadi senyawa yang sukar larut sehingga menyebabkan mineral dan protein tidak dapat diserap tubuh dan nilai cernanya menjadi rendah. Untuk menekan kerugian dari asam fitat yang terkandung dalam ransum perlu ditambahkan enzim pencerna asam fitatseperti enzim fitase (Maenz, 2005). Asam fitat juga dapat bersifat chelating jika berikatan dengan protein membentuk ikatan protein-fitat-mineral. Fitat dapat berasosiasi secara elektrostatik dengan mengikat protein atau asam amino seperti lisin dan arginin. Asam fitat juga dapat berupa ikatan fosfat dengan mineral dan protein dengan ikatan pada sisi fosfat dengan sisi karboksil atau karboksil bebas seperti dengan aspartat dan glutamat (Cheryan, 1980).
C. Fitase Menurut Applegate dan Angel (2004) fitase termasuk dalam golongan enzim fosfatase karena mampu menghidrolisis senyawa fitat. Ada dua kelas fitase, yaitu 3-fitase dan 6-fitase. Penamaan tersebut didasarkan pada sifat dimulainya
hidrolisis,
yaitu
dapat
menghidrolisis
fosfat
(molekul
fosfat/H2PO4) pada asam fitat pada bagian atom C nomer 3 untuk 3-fitase dan 6 untuk 6-fitase. Fitase mengkatalisis mio-inositol (1, 2, 3, 4, 5, 6) heksaksisfosfat secara bertahap dengan cara defosforilasi menjadi lima kelas produk mioinositol yaitu penta, tetra, tris, bis dan monofosfat berdasarkan pada urutan stereometrinya (McCleary, 2005). Pengelompokan ini didasarkan pada kemampuan enzim fitase untuk melepas molekul fosfor (H2PO4) pada atom C dari gugus benzene inositol, sehingga pemanfaatan unsur fosfor dalam tubuh unggas menjadi optimal (Applegate dan Angel, 2004). Fitase dapat diisolasi dan dikarakterisasi dari tanaman seperti gandum, kedelai, jagung, rerumputan, bunga lili, padi-padian, kacang-kacangan dan wortel. Fitase dari tanaman aktivitasnya ternyata jauh lebih kecil dibanding fitase dari mikroorganisme (Sajidan, 2004). Fitase yang ditambahkan pada pakan tersebut merupakan cara yang efektif untuk menurunkan kandungan fitat pada bahan pakan ternak (Adeola dan Coewison, 2011). Fitase yang ditambahkan dalam pakan dapat meningkatkan pemanfaatan P dari sumber bahan baku nabati(Baruah et al., 2004). D. Vitamin D3 Vitamin D pada produk-produk vitamin seringkali ditulis sebagai vitamin D3. Vitamin D3 atau yang lebih dikenal sebagai cholecalciferol adalah satu-satunya metabolit dari vitamin D yang bisa digunakan oleh unggas.Vitamin D bermanfaat untuk metabolisme kalsium dan fosfor diantaranya untuk pembentukkankerabang telur yang kuat(Weidman.1999).
Tabel 1. Kebutuhan nutrien puyuh berbagai fase umur Kebutuhan Nutrien Starter Grower Kadar air maksimal (%) 14 14 Protein kasar (%) 19 17 Lemak kasar maksimal (%) 7 7 Serat kasar maksimal (%) 6,5 7 Abu maksimal (%) 8 8 Kalsium (%) 0,9 - 1,2 0,9 - 1,2 Fosfortotal (%) 0,6 - 1 0,6 - 1 Fosfortersedia minimal (%) 0,4 0,4 Energi metabolisme (ME)(kkal/kg) 2800 2600 Asam amino 40 40 - Lisinminimal (%) 1,1 0,8 - Metionin minimal (%) 0,4 0,35 - Metionin + sistin minimal (%) 0,6 0,5 Sumber: SNI (2006).
Layer 14 17 7 7 14 2,5 - 3,5 0,6 - 1 0,4 2700 40 0,9 0,4 0,6
Kalsium dibutuhkan untuk proses pembentukan kerabang telur, jika kebutuhan kalsium dalam telur kurang terpenuhi maka akan menyebabkan kerabang telur menjadi tipis, akibatnya telur akan mudah retak dan pecah. Mineral yang sangat berperan dalam proses pembentukan cangkang telur adalah kalsium dan fosfor. Asupan mineral yang dibutuhkan kurang maka deposisi mineral (kalsium dan fosfor) maka secara langsung akan mengambil cadangan mineral pada tulang tibia untuk proses pembentukan kerabang telur (Suprapto, 2012). Vitamin D sangat diperlukan ayam dan berkaitan dengan kalsium dan fosfor. Transportasi kalsium yang aktif bergantung pada vitamin D dalam ransum. Vitamin D merangsang kalsium dan fosfor untuk melewati sel mukosa usus kecil, sehingga menaikkan kadar unsur ini dalam darah dan cairan ekstraseluler tulang yang siap mengalami kalsifikasi. Vitamin D juga berpengaruh dalam fungsi hormon parathipoid. Hormon parathipoid memberi efeknya terhadap translokasi kalsium bila vitamin D ini ada (Norman.2001). E. Profil Darah Glukosa darah merupakan hasil akhir dari metabolisme dalam tubuh seperti glikolisis, glukoneogenesis, glukogenolisis dan glikoneogenesis yang terjadi secara terus menerus dalam tubuh sehingga kadar glukosa darah dapat
berbeda (Yuwanta et al., 2009). Faktor genetik juga memengaruhi tinggi rendahnya kadar glukosa dalam darah (Prayitno 2003). Glukosa darah didapatkan dari sumber makanan yang utamanya berasal dari karbohidrat dan sumber makanan lainnya seperti protein dan lemak (Widodo, 2006).Asam fitat mengikat beberapa nutrien yang dapat dimanfaatkan ternak unggas diantaranya mineral (Ca, P, Mg, Zn, Fe, Cu), fosfat, glukosa dan protein (Maenz, 2005). KandunganCa dan P dalam serum darah sedikit sekali tetapi hal tersebut dapat mencerminkan metabolisme mineral secara menyeluruh. Kadar kalsium dan fosfor dalam darah mempunyai hubungan berbanding terbalik, bila kadar kalsium tinggi maka kadar fosfor menurun. Defisiensi kalsium dan fosfor pada unggas yang sedang bertelur dapat dilihat darikerabangnya yang lembek dan tipis serta tulang-tulangnya kenyal dengan tulang dada bengkok. Glukosa darah merupakan metabolit utama yang berkaitan erat dengan kelangsungan pasokan energi untuk pelaksanaan fungsi fisiologis dan biokimia dalam tubuh. Proses ini melibatkan sumber lain glukosa dalam tubuh seperti glikogen, asam-asam lemak dan asam amino(Weidman, 1999). Protein plasma merupakan bagian utama plasma darah dan terdiri dari campuran yang sangat kompleks, yaitu protein sederhana dan protein konjugasi seperti glikoprotein dan berbagai bentuk lipoprotein. Protein plasma terdiri dari tiga protein utama yakni albumin, globulin dan fibrinogen.Albumin, fibrinogen dan 50-80% globulin disintesis dihati dansisa globulin lainnya dibentuk di dalam jaringan limfoid.Protein merupakan 7/8 dari fraksi plasma (7 g/100 ml) (Frandson, 1992).Protein plasma hanya 2-3% dari jumlah total protein dalam tubuh (Ismoyowati et al., 2006). Suplementasi fitase sebanyak 2.400 FTU/kg pada ransum ayam broiler menghasilkan kadar Ca dalam darah lebih tinggi dibandingkan ransum yang diberikan suplementasi fitase sebesar 600 FTU/kg (Jalali dan Babaei, 2012). Selanjutnya dinyatakan pula bahwa suplementasi fitase sebesar 600 FTU/kg pada ransum ayam broiler menghasilkan kadar fosfor dalam darah
lebih tinggi dibadingkan ransum yang diberikan suplementasi fitase 300 FTU/kg. Aktivitas fitase pada brush borderusus yang tertinggi pada duodenum kemudianterjadi penurunan secara progresif di sepanjang usus halus. Aktivitastotal fitase pada brush borderusus adalah 35% dan paling tinggi pada usus halus ayam petelur. Fitase pada brushborderusus memberikan kontribusi padapencernaan fitat-P dan mungkin berperandalam pengaturan sebagai respons terhadap kebutuhan P dan vitamin D dari ayam (Maenz dan Classen, 1998). Kandungan P dan protein dalam darah mengalami peningkatan pada ransum rendah P ditambah fitase hasil teknologi rekombinan dibanding ransum rendah P pasa ayam broiler. Kandungan P dan protein dalam darah mengalami penurunan pada ransum rendah P dibanding ransum basal. Kandungan Ca darah tidak mengalami perubahan baik pada pakan basal, pakan rendah P dan pakan rendah P ditambah fitase hasil teknologi rekombinan (Nuhriawangsa et al., 2011) Protein plasma disintesis didalam hati yang berfungsi mengatur tekanan osmotik darah, menjaga tekanan darah normal dan membantu keseimbangan asam-basa (Adisuwirjo et al., 2001). Sebagai sumber asam amino bagi jaringan, berperan dalam transportasi lipid, bilirubin, vitamin A, D dan E, hormon tiroksin dan steroid, mineral seperti besi yang terikat pada transferin, kalsium yang diangkut oleh seruloplasmin dan albumin, dan tembaga dan zink yang diangkut oleh albumin(Murray et al., 2003).Protein yang terikat asam fitat dapat mengakibatkan menurunnya aktivitas enzim protease dan tripsin, sehingga protein tercerna akan menurun (Sajidan et al., 2004).