1 HUBUNGAN LINGKUNGAN AKADEMIK DENGAN FREKUENSI MEROKOK PADA MAHASISWA LAKI-LAKI PEROKOK KAMPUS TERPADU NGUDI WALUYO UNGARAN
Akhirul Zaini Surahman *) Raharjo Apriyatmoko, S.K.M., M.Kes **), Sukarno, S.Kep.,Ns **) *) Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Dosen PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Perilaku merokok bagi remaja dianggap mampu meningkatkan daya konsentrasi, memperlancar kemampuan pemecahan masalah, meredakan ketegangan, meningkatkan kepercayaan diri dan penghalau kesepian. Frekuensi merokok ditunjukkan seberapa banyak rokok yang dihisap dalam sehari. Prevalensi mahasiswa (laki-laki) yang merokok sebanyak 21% dan mahasiswi 2,3% dengan tingkat kecanduan mencapai 33%. Faktor yang mempengaruhi frekuensi merokok antara lain lingkungan akademik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan lingkungan akademik dengan frekuensi merokok pada mahasiswa laki-laki perokok di Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah Mahasiswa Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran terdiri dari STIKES dan AKPER sebanyak 464 mahasiswa dengan sampel yang diteliti 98 responden menggunakan teknik proportionate simple random sampling serta alat pengambilan data menggunakan kuesioner. Uji analisis menggunakan chi square test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan lingkungan akademik dengan frekuensi merokok pada mahasiswa laki-laki perokok Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran, dengan nilai p-value 0,000 (α = 0,05). Hendaknya kampus terpadu Ngudi Waluyo meningkatkan pelayaannya dalam upaya pengendalian perilaku merokok dikalangan mahasiswa dengan mengadakan penyuluhan yang berkaitan dengan bahaya merokok. A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Survey mengenai konsumsi rokok yang terkini adalah Globol Adult Tabacca Survey (GATS) tahun 2011 menunjukkan, bila dibandingkan dengan negara-negara lain yang melaksanakan GATS (16 law dan middle income countries), Indonesia menduduki posisi pertama dengan prevalensi perokok aktif tertinggi, yaitu 67,0 persen pada laki-laki dan 2,7 persen pada wanita jika dibandingkan dengan India, laki-laki 47.9 persen dan wanita 20.3 persen Philippines (2009) laki-laki 47,7 persen dan wanita 9,0 persen, Thailand (2009) laki-laki 45,6 persen dan wanita 3,1 persen Vietnam (2010) 47,4 persen laki-laki dan 1,4 persen wanita Polandia (2009), 33,5 persen laki-laki dan 21.0 persen wanita.
Secara nasional, rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap tiap hari oleh lebih dari separuh perokok (52,3%) adalah 1-10 batang. Sekitar dua dari lima perokok saat ini rata-rata merokok sebanyak 11-20 batang per hari. Sedangkan prevalensi yang merokok rata-rata 21-30 batang per hari dan lebih dari 30 batang per hari masing-masing sebanyak 4,7 persen dan 2,l persen. Provinsi dengan rata-rata penduduk yang merokok 1-10 batang per hari paling tinggi dijurnpai di Maluku (69,4%), disusul oleh Nusa Tenggara Timur (68,7%), Bali (67,8%), DI Yogyakarta (66,3%) dan Jawa Tengah (62,7%). (Riskesdas, 2010). Bahaya merokok terhadap remaja yang terutama adalah terhadap fisiknya, menurut badan kesehatan dunia (WHO) rokok merupakan zat aditif yang memiliki
2 kandungan kurang lebih 4000 elemen, di mana 200 elemen di dalamnya berbahaya bagi kesehatan tubuh (Abadi, 2005). Perokok aktif dan perokok pasif memiliki resiko tinggi terkena berbagai macam penyakit akibat merokok.. Berbagai jalan ditempuh oleh remaja untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru. Ketidak matangan emosi, cara berpikir. dan bertindak akan sangat berpengaruh pada perilaku remaja dalam mengadakan penyesuaian diri tersebut. Kondisi inilah yang kadang-kadang menjadi penyebab perilaku yang menyimpang pada remaja di masyarakat. Merokok merupakan salah satu cara remaja untuk menghadapi kondisi yang kerap tidak jelas tersebut (Tukiran et.,al. 2010). Menurut Global Health Professional Survey (GHPS) prevalensi mahasiswa (lakilaki) yang merokok sebanyak 21% dan mahasiswi 2,3% dengan tingkat kecanduan mencapai 33% atau dengan kata lain 1 dari 3 perokoktadi tergolong kecanduan dengan parameter 30 menit selang bangun tidur langsung merokok. Parahnya, tingkat kecanduan rokok di kalangan mahasiswi (39,4%) lebih tinggi dibanding mahasiswa (31,9%) (Sukendro, 2007). Kebiasaan merokok yang masih dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa tersebut berawal dari faktor-faktor dan motivasi yang berbeda. Faktor-faktor tersebut adalah faktor internal & faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi tingkah laku antara lain, jenis kelamin, sifat fisik, sifat kepribadian dan intelegensia. Sedangkan untuk faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain, pengaruh orang tua, pengaruh teman, pengaruh media atau iklan dan pengaruh lingkungan (Kariyoso, 1994 dalam Arwani, 2003). Lingkungan akademik menyangkut sejauh mana sebuah institusi pendidikan dapat memenuhi kebutuhan individu sebagai siswa berprestasi di akademiknya, meliputi fasilitas yang disediakan, hubungan antara siswa dan dosen, dan hubungan antar siswa sendiri (Muskita, 2012). Lingkungan akademik terdiri dari
2.
dua macam, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. Lingkungan akademik sosial seperti para dosen, para tenaga pendidikan dan teman sekelas. Lingkungan non sosial akademik meliputi gedung akademik, alat-alat belajar, cuaca dan sebagainya (Syah, 2005). Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran terdiri dari Akbid, Akper dan Stikes. Hasil studi pendahuluan pada tanggal 8 April 2013, dari hasil pengumpulan data terhadap l0 orang mahasiswa laki-laki yang merokok di mana 4 orang (40,0%) merokok kurang dari 10 batang setiap hari, mereka merokok karena penggunaan metode yang tepat dalam kegiatan pembelajaran sebanyak 1 orang (25,0%) dan mereka merokok karena tugas kuliah yang waktu penyelesaiaannya pendek sebanyak 3 orang (75,0%). Di peroleh pula 3 orang (30,0%) merokok 1121 batang setiap hari, mereka merokok karena suasana kompetisi antar mahasiswa yang tidak sehat di lingkungan kampus, sebanyak 1 orang (33,3%) dan karena lingkungan belajar mengajar yang teratur, tidak melompat-lompat dan tidak mengganggu kegiatan ruang lain sebanyak 2 orang (66,7%). Hasil penelitian juga menunjukkan 3 orang (30,0%) merokok lebih dari 21 batang setiap hari tenaga pengajar yang profesional sebanyak 2 orang (66,7%) dan karena pengaruh dari temanteman yang merokok sebanyak 1 orang (33,3%). Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa lingkungan akademik tidak kondusif di duga menyebabkan frekuensi merokok dalam kategori ringan mahasiswa di Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran. Diperoleh pula lingkungan akademik yang kondusif diduga menyebabkan frekuensi merokok dalam kategori sedang dan berat mahasiswa di Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran. Berdasarkan fenomena tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul, "Hubungan lingkungan akademik dengan frekuensi merokok pada mahasiswa laki-laki perokok di Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran" Rumusan Masalah
3 Rumusan masalah dari penelitian ini adalah adakah hubungan lingkungan akademik dengan frekuensi merokok pada mahasiswa laki-laki perokok di Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran? 3. Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan lingkungan akademik dengan frekuensi merokok pada mahasiswa laki-laki perokok di Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Frekuensi Merokok a. Pengertian Frekuensi merokok adalah jumlah rokok yang dihisap dalam satuan batang per hari. Dari sini jenis perokok dapat dibagi atas perokok ringan sampai sangat berat. Perokok ringan jika merokok kurang dari 10 batang per hari. Perokok sedang mengisap 10 – 19 batang, perokok berat 20 - 29 dan perokok sangat berat jika lebih 30 batang (Bustan, 2000). b. Tipe Perokok Menurut Smet (1994) dalam Hasnida dan Indri (2005) ada tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan menurut banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut adalah : 1) Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari. 2) Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari. 3) Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari. c. Indikator Perokok Menurut Aula (2010), tiga indikator yang biasa muncul pada perokok, antara lain : 1) Aktivitas Fisik Aktivitas fisik merupakan perilaku yang ditampakkan individu saat merokok. Perilaku ini berupa kondisi individu yang sedang memegang rokok, menghisap rokok dan menghembuskan asap rokok. 2) Aktivitas Psikologis Aktivitas psikologis merupakan aktivitas yang muncul bersamaan dengan aktivitas fisik. 3) Intensitas Merokok Cukup Tinggi
Intensitas merokok cukup tinggi menunjukkan seberapa sering ataupun seberapa banyak rokok yang diisap dalam sehari. Sebenarnya, ketiga aktivitas tersebut cenderung muncul secara bersamaan, walaupun hanya satu atau dua aktivitas psikologis yang menyertainya. 2. Lingkungan Akademik a. Pengertian Lingkungan akademik merupakan jumlah semua benda hidup dan benda mati juga semua kondisi yang ada dalam sebuah lembaga pendidikan yang dapat membantu mahasiswa dalam mengembangkan potensinya baik potensi sosial maupun akademiknya (Maros, 2010). b. Komponen Lingkungan Akademik Menurut Maros (2010), ada empat komponen utama dalam lingkungan akademik, yaitu : 1) Lingkungan Psikologi Lingkungan psikologi kampus yang kondusif membantu mahasiswa untuk lebih berprestasi. Lingkungan psikologi kampus yang ideal meliputi: a) Kegiatan kampus yang bervariasi. b) Suasana dinamis dan berdedikasi pada mahasiswa, dosen dan para pegawai di kampus. c) Kesempatan untuk berpartisipasi di kampus sesuai dengan minat dan bakat mahasiswa. d) Suasana demokratis di kampus. e) Suasana bersaing yang sehat di kampus. f) Ketersediaan layanan bimbingan yang profesional dan bersifat individual bagi mahasiswa. g) Metode dan teknik belajar yang mempertimbangkan aspek psikologis mahasiswa.
4 h) Hubungan yang harmonis antar pihak kampus dengan orang tua. i) Kesesuaian rasio jumlah dosen dan mahasiswa. j) Aktivitas kurikuler yang dapat menyalurkan minat dan bakat mahasiswa.
2) Lingkungan Sosial Secara umum lingkungan sosial yang perlu dikembangkan di kampus meliputi ; a) Hubungan antar mahasiswa di ruang yang sama. b) Hubungan antar mahasiswa di ruang yang berbeda. c) Hubungan antar ruang, kelompok kerja dan partisipasi kerja dalam berbagai aktivitas kampus. d) Hubungan antar para dosen. e) Hubungan antar para dosen, kepala kampus, dan para pegawai. f) Hubungan antar para dosen dan staf dengan orang tua, wali murid, masyarakat dan mahasiswa. g) Disiplin di kampus. h) Suasana kompetisi di kampus. 3) Lingkungan Fisik Lingkungan fisik yang harus diperhatikan meliputi ; a) Ruang kuliah, b) Lapangan untuk kegiatan ekstrakurikuler, c) Toilet untuk pegawai, dosen dan mahasiswa, d) Ketersediaan minuman bersih, e) Ruang kerja dan perlengkapan, f) Fasilitas kampus seperti perpustakaan, laboratorium, gedung workshop dan sebagainya, g) Selokan dan pembuangan, h) Kantin kampus. c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Akademik
Menurut Slameto (2010), faktorfaktor kampus yang mempengaruhi belajar mencakup : a. Metode Mengajar Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar dapat mempengaruhi belajar siswa. Metode mengajar dosen yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. b. Kurikulum Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Kurikulum yang kurang baik akan berpengaruh tidak baik pula terhadap belajar. c. Relasi Dosen dengan Siswa Proses belajar mengajar terjadi antara dosen dengan siswa. Proses ini dipengaruhi oleh relasi di dalam proses tersebut. Relasi dosen dengan siswa baik, membuat siswa akan menyukai dosennya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaikbaiknya. d. Relasi Siswa dengan Siswa Siswa yang mempunyai sifat kurang menyenangkan, rendah diri atau mengalami tekanan batin akan diasingkan dalam kelompoknya. Jika hal ini semakin parah, akan berakibat terganggunya belajar. e. Disiplin Kampus Kedisiplinan kampus erat kaitannya dengan kerajinan siswa dalam kampus dan belajar. Kedisiplinan kampus mencakup kedisiplinan dosen dalam mengajar, pegawai kampus dalam bekerja, kepala kampus
5 dalam mengelola kampus, dan BP dalam memberikan layanan. Seluruh staf kampus yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa disiplin pula. f. Media Pembelajaran Media pembelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa karena media pembelajaran tersebut dipakai siswa untuk menerima bahan pelajaran dan dipakai dosen waktu mengajar.. g. Waktu Kuliah Waktu kuliah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di kampus. Waktu kuliah akan mempengaruhi belajar siswa. Memilih waktu kuliah yang tepat akan memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar. d. Hubungan Lingkungan Akademik dengan Perilaku Merokok Perilaku merokok merupakan perilaku yang dipelajari, sehingga perlu ada agen sosialisasi dalam proses munculnya perilaku tersebut, dan lingkungan merupakan faktor penting yang pertama kali memperkenalkan remaja terhadap perilaku merokok. Aktivitas merokok yang ada di lingkungan menstimulasi remaja untuk mencoba hal yang sama agar dapat diterima sebagai anggota dari lingkungan tersebut (Muchtar, 2005). Menurut Soekidjo (2010), permulaan untuk merokok terjadi akibat pengaruh lingkungan akademik. Modeling (meniru perilaku orang lain) menjadi salah satu determinan dalam memulai perilaku merokok. Sejalan dengan pernyataan di atas, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan akademik dan individu, artinya perilaku merokok selain dari faktor diri sendiri juga dipengaruhi faktor lingkungan akademik. Hasil tersebut senada dengan pendapat Basyir (2005), yang mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok, maka akan semakin besar
e.
f.
C. 1.
2.
3.
kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini menggunakan variabel bebas dan variabel terikat. 1. Variabel bebas Variabel terikat dalam penelitian ini adalah lingkungan akademik 2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah frekuensi merokok. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini yaitu, “Ada hubungan antara lingkungan akademik dengan frekuensi merokok pada mahasiswa laki-laki perokok di Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran”. Metode Penelitian Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi penelitian ini adalah mahasiswa laki-laki yang merokok di Kampus Terpadu Ngudi Waluyo sejumlah 155 mahasiswa. b. Sampel Sampel penelitian ini sebanyak 98 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proportionate simple random sampling yaitu metode pemilihan sampel dengan cara setiap elemen diseleksi secara acak, jika sampling frame kecil, nama bisa ditulis pada secarik kertas, diletakan di kotak, diaduk, dan di ambil secara acak setelah semuanya terkumpul. Proportionate di sini berarti bahwa sampel ditentukan dengan pertimbangan tertentu. Kriteria yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan sampel adalah mahasiswa laki-laki perokok Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran pada tanggal 28 – 31 Juli 2013. Metode Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengukur variabel dalam rangka mengumpulkan
6 data instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner. 2. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas Untuk menguji validitas kuesioner menggunakan uji kuesioner product moment karena pengujiannya dengan cara validitas eksternal dimana instrumen tersebut sesuai dengan data atau informasi lain yang mengenai variabel penelitian yang dimaksud. Hasil uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan di FIK Universitas Satyawacana Salatiga pada tanggal 23 Juli 2013 terhadap 20 responden yaitu mahasiswa lakilaki yang merokok diperoleh nilai r hitung untuk variabel lingkungan akadenrik antara 0,530-0,868, artinya semua pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel lingkungan akademik adalah valid. b. Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini, untuk uji reliabilitas menggunakan sistem reliabilitas internal yaitu, diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali hasil pengetesan (Arikunto, 2010). Hasil uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan di FIK Universitas Satyawacana Salatiga pada tanggal 23 Juli 2013 terhadap 20 responden yaitu mahasiswa laki laki yang merokok diperoleh nilai cronbach alpha untuk variabel lingkungan akademik 0,978 artinya semua pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel lingkungan akademik adalah reliabel. 3. Metode Pengumpulan Data a. Pemilihan Asisten Peneliti 1) Guna mengefektifkan waktu maka dalam penelitian ini digunakan
asisten peneliti yaitu : a) Mahasiswa PSIK Stikes Ngudi Waluyo Ungaran yang mempunyai tingkat pendidikan minimal sederajat dengan peneliti b) Mengetahui dan menguasai ilmu keperawatan khususnya untuk mata kuliah riset keperawatan. 2) Penelitian ini dibantu oleh 2 asisten peneliti yaitu mahasiswa PSIK Stikes Ngudi Waluyo Ungaran yang telah diinformasikan tentang cara pengambilan data menggunakan kuesioner dan prosedur pelaksanaan penelitian. Metode yang dipakai dalam persamaan persepsi antara peneliti dan asisten adalah dengan cara diskusi. b. Prosedur Perijinan 1) Mengurus surat perijinan dari STIKES Ngudi Waluyo Ungaran guna studi pendahuluan. 2) Menyampaikan ijin studi pendahuluan kepada Kaprodi Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran. 3) Menyampaikan ijin studi pendahuluan kepada LP2M STIKES Ngudi Waluyo Ungaran. 4) Menyampaikan ijin studi pendahuluan kepada LP2M AKPER Ngudi Waluyo Ungaran c. Prosedur Pengumpulan Data Tanggal 26 Juli 2013 meminta data jumlah mahasiswa lakilaki aktif di STIKES (bagian akademik) di kantor urusan akademik STIKES dan meminta data jumlah mahasiswa laki-laki aktif di AKPER (bagian akademik) di kantor urusan akademik AKPER. Mahasiswa lakilaki Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran mempunyai mahasiswa sebanyak 464 orang dimana jumlah mahasiswa PSIK sebanyak 220 orang, PSKM sebanyak 26 orang, Gizi sebanyak 19 orang, Farmasi sebanyak
7 55 orang, dan mahasiswa Akper 144 orang. Tanggal 18 Juli sampai 27 Juli 2013 meminta bantuan kepada komting / mahasiswa setiap kelas setiap jurusan untuk meminta data nama dan no Hp mahasiswa laki-laki yang merokok sesuai dengan proporsi sampel yang telah dihitung oleh peneliti. Pemilihan sampel oleh mahasiswa/komting dilakukan secara random (acak) sesuai pengetahuan mereka terhadap perilaku merokok dari teman yang dijadikan sampel. Pengumpulan data dilakukan selama 4 hari dari tanggal 28 – 31 Juli 2013 sampai terkumpul 98 responde (bertempat di kos peneliti). Penelitian ini dilakuakan dengan metode wawancara tidak langsung, yaitu wawancara yang dilakukan bukan secara tatap muka melainkan melalui saluran komunikasi jarak jauh. Kemudian menghubungi satu persatu tiap responden dengan cara menyampaikan pernyataan yang tercantum dalam kuesioner, dengan cara wawancara tertutup yaitu wawancara yang menggunakan kuesioner tertutup, kuesioner yang alternatif jawabannya telah disediakan, sehingga responden tidak mungkin memberikan jawaban lain. Mahasiswa perokok bersedia menjadi responden kemudian diberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner dan diminta untuk mengisi kuesioner harus sesuai dengan kenyataan yang dialami atau dirasakan oleh responden. Mencatat semua jawaban lisan yang diberikan oleh responden/informasi secara teliti, efisien dan efektif dengan memperhatiakan maksud yang tersirat dalam jawaban itu. Selama wawancara peneliti melakukan pengulangan pertanyaaan dan memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya jika ada pertanyaan yang kurang dipahami. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi jika ada pertanyaan
yang belum difahami responden maka peneliti dapat langsung memberikan penjelasan tetapi peneliti tidak diperkenankan memberi jawaban atas pertanyaan dari kuesioner agar tidak menimbulkan bias dalam penelitian. Peneliti mengumpulkan semua kuesioner yang sudah di isi sesuai jawaban dari responden dari hasil wawancara tidak langsung yang sudah dilakukan selama 4 hari dari tanggal 28 – 31 Juli 2013. Tanggal 1 Agustus 2013 selanjutnya data yang terkumpul dilakukan tabulasi data dan tanggal 2 Agustus 2013 dilakukukan pengolahan data. 4. Etika Penelitian a. Prinsip Penelitian 1) Bebas dari penderitaan, artinya dalam penelitian ini tidak menggunakan tindakan yang dapat menyakiti atau membuat responden tidak nyaman. 2) Bebas dari eksploitasi, artinya data yang diperoleh dari responden tidak digunakan untuk hal-hal yang dapat merugikan responden. b. Prinsip Menghargai Hak 1) Informed Consent (Lembar Persetujuan) Subjek mendapat informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang dilaksanakan, mempunyai hak untuk berpartisipasi atau menolak menjadi responden. 2) Anonymity (Tanpa Nama) Peneliti harus menjaga kerahasiaan identitas sampel penelitian, responden cukup menuliskan inisial nama dan peneliti menambahkan kode responden pada lembar kuesioner penelitian. 3) Confidensiality (Kerahasiaan) Peneliti menjamin kerahasiaan semua informasi yang diberikan oleh responden dengan cara melaporkan hasil penelitian dalam bentuk kelompok data bukan dalam bentuk data individual. 5. Pengolahan Data a. Editing (Memeriksa Data)
8 Editing merupakan kegiatan untuk meneliti ulang kembali kelengkapan isian lembar likert dan melihat konsistensi jawaban. Data yang diperiksa berdasarkan lembar kuesioner yang terdiri dari variabel bebas. b. Scoring (Menentukan Nilai Data) Scoring merupakan kegiatan menentukan nilai dari variabel yang datanya diperoleh dari kuesioner. Kuesioner terdiri dari 26 item pertanyaan untuk lingkungan akademik dengan scor total 78 dan kuesioner terdiri dari satu pertanyaan untuk frekuensi merokok. Pemberian skor untuk variabel lingkungan akademik adalah : a. Sangat setuju diberikan skor 3 b. Setuju diberikan skor 2 c. Tidak setuju diberikan skor 1 d. Sangat tidak setuju diberikan skor 0 c. Coding (Pemberian Kode) Peneliti melakukan pemberian kode pada data untuk mempermudah dalam mengelompokkan atau mengklasifikasi. Pemberian koding untuk variabel lingkungan akademik adalah : a. Kondusif diberikan kode 1 b. Tidak kondusif 2 Pemberian koding untuk variabel lingkungan akademik adalah : a. Berat diberikan kode 3 b. Sedang diberikan kode 2 c. Ringan diberikan kode 1 d. Cleansing (Pembersihan Data) Merupakan proses pemeriksaan data yang telah dimasukkan apakah sudah benar atau lengkap. e. Entering (Memasukkan Data) Yaitu kegiatan memasukkan datadata hasil penelitian ke dalam komputer melalui program SPSS yang sebelumnya dilakukan analisis dengan komputer dan dilakukan pengecekan ulang terhadap data yang meliputi seluruh variabel penelitian dan jawaban responden. 6. Analisis Data a. Analisis Univariat Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi setiap variabel lingkungan akademik dan
frekuensi merokok secara terpisah dengan cara membuat tabel frekuensi dari masing-masing variabel. b. Analisis Bivariat Analisis bivariat yang dilakukan menggunakan uji chi-square untuk membuktikan kekuatan hubungan lingkungan akademik dengan frekuensi merokok pada mahasiswa laki-laki perokok di Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran. Nilai p ≤ α, sebaliknya jika p > α maka diputuskan tidak ada hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini. D. Hasil Penelititan 1. Lingkungan Akademik Berdasarkan Penilaian Mahasiswa Perokok di Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran Tabel 1 Distribusi Frekuensi Lingkungan Akademik Berdasarkan Penilaian Mahasiswa Perokok Lingkungan Frekuensi Persentase Akademik (orang) (%) Kondusif 68 69,4 Tidak kondusif 30 30,6 Jumlah 98 100,0 Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan bahwa lingkungan akademik berdasarkan penilaian mahasiswa perokok di Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran sebagian besar dalam kategori kondusif sebanyak 68 responden (69,4%) dan dalam kategori tidak kondusif sebanyak 30 responden (30,6%). lingkungan fisik
23,5% kondusif tidak kondusif
76,5%
Gambar 1 Distribusi Frekuensi Lingkungan Fisik Berdasarkan Penilaian Mahasiswa Perokok Berdasarkan gambar 1 menunjukkan bahwa lingkungan fisik berdasarkan penilaian mahasiswa perokok di Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran dalam
9 kategori kondusif sebanyak 75 responden (76,5%) dan dalam kategori tidak kondusif sebanyak 23 responden (23,5%) lingkungan sosial
28,6%
kondusif
71,4%
tidak kondusif
Gambar 2 Distribusi Frekuensi Lingkungan Sosial Berdasarkan Penilaian Mahasiswa Perokok Berdasarkan gambar 2 menunjukkan bahwa lingkungan sosial berdasarkan penilaian mahasiswa perokok di Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran dalam kategori kondusif sebanyak 70 responden (71,4%) dan dalam kategori tidak kondusif sebanyak 28 responden (28,6%) lingkungan psikologi 12,2%
87,8%
Berat Jumlah
19 98
19,4 100,0
Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan bahwa frekuensi merokok mahasiswa lakilaki perokok kampus terpadu Ngudi Waluyo Ungaran sebagian besar dalam kategori ringan yaitu sebanyak 62 responden (63,3%), sedangkan mahasiswa laki-laki perokok kampus terpadu Ngudi Waluyo Ungaran dalam kategori berat yaitu sebanya 19 responden (19,43%) dan mahasiswa laki-laki perokok kampus terpadu Ngudi Waluyo Ungaran dalam kategori sedang yaitu sebanya 17 responden (17,3%). Tabel 3 Hubungan Lingkungan Akademik dengan Frekuensi Merokok pada Mahasiswa Laki-Laki Perokok Frekuensi merokok Lingkungan Total Ringan Sedang Berat χ2 akademik f % f % f % f % Kondusif 61 62,2 5 5,1 2 2,0 68 69,4 68,328 Tidak 1 1,0 12 12,2 17 17,3 30 30,6 kondusif Total 62 63,3 17 17,3 19 19,4 98 100,0
kondusif tidak kondusif
Gambar 3 Distribusi Frekuensi Lingkungan Psikologi Berdasarkan Penilaian Mahasiswa Perokok Berdasarkan gambar 5.3 menunjukkan bahwa lingkungan psikologi berdasarkan penilaian mahasiswa perokok di Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran dalam kategori kondusif sebanyak 86 responden (87,8%) dan dalam kategori tidak kondusif sebanyak 12 responden (12,2%) 2. Frekuensi Merokok Mahasiswa Laki-Laki Perokok Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran Tabel 2 Distribusi Frekuensi Merokok Mahasiswa Laki-Laki Perokok Frekuensi Frekuensi Persentase Merokok (orang) (%) Ringan 62 63,3 Sedang 17 17,3
Berdasarkan hasil chi square disimpulkan ada hubungan lingkungan akademik dengan frekuensi merokok pada mahasiswa laki-laki perokok Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran. Hal ini ditunjukkan dari nilai korelasi sebesar 68,328 dengan nilai p-value 0,000 (α = 0,05). Tabel 4 Hubungan Lingkungan Fisik dengan Frekuensi Merokok pada Mahasiswa Laki-Laki Perokok Frekuensi merokok Lingkungan Total Ringan Sedang Berat χ2 fisik f % f % f % f % Kondusif 62 82,7 8 10,7 5 6,7 75 100,0 53,908 Tidak 0 0,0 9 39,1 14 60,9 23 100,0 kondusif Total 62 63,3 17 17,3 19 19,4 98 100,0
Berdasarkan hasil chi square disimpulkan ada hubungan lingkungan fisik dengan frekuensi merokok pada mahasiswa laki-laki perokok Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran. Hal ini ditunjukkan dari
10 nilai korelasi sebesar 53,908 dengan nilai pvalue 0,000 (α = 0,05). Tabel 5.5 Hubungan Lingkungan Sosial dengan Frekuensi Merokok pada Mahasiswa Laki-Laki Perokok Frekuensi merokok Lingkungan Total Ringan Sedang Berat χ2 sosial f % f % f % f % Kondusif 61 87,1 5 7,1 4 5,7 70 100,0 60,411 Tidak 1 3,6 12 42,9 15 53,6 28 100,0 kondusif Total 62 63,3 17 17,3 19 19,4 98 100,0
Berdasarkan hasil chi square disimpulkan ada hubungan lingkungan sosial dengan frekuensi merokok pada mahasiswa laki-laki perokok Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran. Hal ini ditunjukkan dari nilai korelasi sebesar 60,411 dengan nilai p-value 0,000 (α = 0,05). Tabel 6 Hubungan Lingkungan Psikologi dengan Frekuensi Merokok pada Mahasiswa Laki-Laki Perokok Lingkungan Ringan psikologi f % Kondusif 62 72,1 Tidak 0 0,0 kondusif Total 62 63,3
Frekuensi merokok Total Sedang Berat
χ2
f % f % f % 13 15,1 11 12,8 86 100,0 26,432 4 33,3 8 66,7 12 100,0 17 17,3 19 19,4 98 100,0
Berdasarkan hasil chi square disimpulkan ada hubungan lingkungan psikologi dengan frekuensi merokok pada mahasiswa laki-laki perokok Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran. Hal ini ditunjukkan dari nilai korelasi sebesar 26,432 dengan nilai p-value 0,000 (α = 0,05). E. Pembahasan 1. Lingkungan Akademik Berdasarkan Penilaian Mahasiswa Perokok di Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran Responden menyatakan bahwa kampus terpadu Ngudi Waluyo Ungaran memberikan fasilitas untuk kegiatan ekstra kurikuler yang luas dan nyaman, kantin kampus terpadu Ngudi Waluyo Ungaran bersih, lengkap dan nyaman,
mahasiswa satu angkatan Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran dapat menjaga keharmonisan, kampus terpadu Ngudi Waluyo Ungaran memberi kesempatan mahasiswa untuk berpartisipasi sesuai dengan minat dan bakat di berbagai bidang, kampus terpadu Ngudi Waluyo Ungaran dapat menciptakan suasana demokratis di kampus dalam pengambilan keputusan, kampus terpadu Ngudi Waluyo Ungaran kurang dapat menjalin hubungan yang harmonis dengan orang tua, rasio jumlah dosen dan mahasiswa Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran berimbang, aktivitas kurikuler Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran dapat menyalurkan minat dan bakat mahasiswa. Penilaian mahasiswa perokok di Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran dalam kategori kondusif disebabkan oleh metode mengajar yang mudah diterima oleh mahasiswa (Slameto, 2010). Setiap mengajar pendidik harus dapat memilih dan menentukan macam metode mana yang dipakai, bagaimana bentuk mengajar yang akan dilakukan, semuanya itu harus meninjau kepada eksistensi yang dihadapinya. Pendidik harus bertindak secara paedagogis dan harus melihat fenomenologisnya, tidak secara receptik dalam segala persoalan. Harus disadari bahwa metode mengajar di negara manapun, harus selalu berubah mengikuti perubahan bentuk dan citacita masyarakat dan haruslah diinsyafi bahwa cara mengajar yang tidak baik tidak hanya berarti membuang-buang tenaga dengan percuma tetapi juga merusak jiwa anak (Slameto, 2010). Tenaga pengajar di Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran menggunakan metode pengajaran yang bervariatif yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dipakai. Salah satu metode yang digunakan adalah metode ceramah. Metode ceramah agaknya merupakan metode mengajar yang paling sering digunakan. Hal itu mungkin sekali disebabkan karena mudah dan murahnya
11 metode ini. Dosen akan dapat menyampaikan suatu materi pelajaran kepada mahasiswa dengan hanya bermodalkan suara. Metode lain yang juga sering digunakan adalah tanya jawab. Metode tanya jawab adalah suatu cara mengajar di mana seorang dosen mengajukan beberapa pertanyaan kepada mahasiswa tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca sambil memperhatikan proses berfikir di antara mahasiswa. Metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi tersebut mendorong mahasiswa merasa nyaman mengikuti perkuliahan sehingga lingkungan akademik menjadi kondusif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan akademik berdasarkan penilaian mahasiswa perokok di Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran dalam kategori tidak kondusif sebanyak 30 responden (30,6%). Media pembelajaran erat hubungannya dengan cara belajar mahasiswa karena media pembelajaran tersebut dipakai mahasiswa untuk menerima bahan pelajaran dan dipakai dosen waktu mengajar. Media pembelajaran yang lengkap dan tepat akan mempercepat penerimaan bahan pelajaran. Jika mahasiswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, belajar akan lebih giat dan lebih maju. Mengusahakan media pembelajaran yang baik dan lengkap sangat dibutuhkan guna memperlancar kegiatan belajar-mengajar (Slameto, 2010). 2. Frekuensi Merokok Mahasiswa LakiLaki Perokok Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran Periklanan merupakan penggunaan media bayaran oleh seorang penjual untuk mengkomunikasikan informasi persuasif tentang produk (ide, barang, jasa) ataupun organisasi sebagai alat promosi yang kuat. Iklan mempunyai berbagai macam bentuk (industri, konsumen, merek, produk, lokal dan sebagainya) yang dirancang untuk
mencapai berbagai macam tujuan (penjualan seketika, pengenalan merek, preferensi dan sebagainya) (Suyanto, 2005). Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut (Mu’tadin, 2002). Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi merokok mahasiswa laki-laki perokok kampus terpadu Ngudi Waluyo Ungaran dalam kategori sedang yaitu sebanyak 17 responden (17,3%). Frekuensi merokok adalah jumlah rokok yang dihisap dalam satuan batang per hari. Dari sini jenis perokok dapat dibagi atas perokok ringan sampai sangat berat. Perokok sedang mengisap 5 – 14 batang menurut Smet (1994) dalam Hasnida dan Indri (2005). Faktorfaktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok pada mahasiswa diantaranya faktor pengaruh teman Bagi remaja, rokok dan alkohol merupakan lambang kematangan. Tetapi menurut norma yang berlaku di Indonesia lebih memandang bahwa remaja khususnya remaja yang masih berada diusia kampus melakukan aktivitas merokok diidentikan sebagai anak yang nakal (Hurlock, 2002). Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi merokok mahasiswa laki-laki perokok kampus terpadu Ngudi Waluyo Ungaran dalam kategori berat yaitu sebanyak 19 responden (19,4%). Frekuensi merokok adalah jumlah rokok yang dihisap dalam satuan batang per hari. Dari sini jenis perokok dapat dibagi atas perokok ringan sampai sangat berat. Perokok berat lebih dari 15 batang menurut Smet (1994) dalam Hasnida dan Indri (2005). Faktor yang mempengeruhi mahasiswa menjadi perokok berat adalah faktor psikologis Menurut Aula (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok antara lain faktor psikologis. Ada beberapa alasan psikologis yang
12 menyebabkan seseorang merokok, yaitu demi relaksasi atau ketenangan, serta mengurangi kecemasan atau ketegangan. Pada kebanyakan perokok, ikatan psikologis dengan rokok dikarenakan adanya kebutuhan untuk mengatasi diri sendiri secara mudah dan efektif.
F. Hasil Analisis Bivariat Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa lingkungan akademik kategori kondusif dengan frekuensi merokok kategori sedang sebanyak 5 orang (5,1%). Responden menyatakan bahwa lingkungan akademik kategori kondusif, yang ditunjukkan pernyataan responden bahwa ruang kuliah yang disediakan sangat nyaman, memberikan fasilitas untuk kegiatan ekstrakurikuler yang luas dan nyaman, menyediakan fasilitas perkuliahan yang lengkap dan baik, fasilitas seperti perpustakaan, laboratorium yang nyaman, mahasiswa satu angkatan dapat menjaga keharmonisan, mahasiswa dapat menjaga keharmonisan dengan jajaran staf akademik, mahasiswa dapat menjaga keharmonisan dengan masyarakat, suasana belajar sangat nyaman dan kondusif, kegiatan sangat bervariasi, mahasiswa, sehingga frekuensi merokok kategori sedang (5-14 batang per hari) yaitu mereka yang merokok 6 batang per hari sebanyak 2 orang (40,0%), yang merokok 10 batang per hari sebanyak 2 orang (40,0%), yang merokok 11 batang per hari sebanyak 1 orang (20,0%). Lingkungan akademik kategori kondusif dengan frekuensi merokok kategori sedang salah satu faktor penyebabnya adalah kepribadian dari mahasiswa. Kepribadian meliputi segala corak perilaku dan sifat yang khas dan dapat diperkirakan pada diri seseorang, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu. Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan.
Disamping itu, orang juga memiliki tingkat kompromi sosial tinggi juga lebih cenderung mudah untuk terjebak dalam rokok (Trim, 2006). Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa lingkungan akademik kategori kondusif dengan frekuensi merokok kategori berat sebanyak 2 orang (2,0%). Mahasiswa laki-laki perokok Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran menyatakan bahwa lingkungan akademik kategori kondusif, yang ditunjukkan pernyataan responden bahwa mahasiswa dapat menjaga keharmonisan dengan masyarakat, suasana belajar sangat nyaman dan kondusif, kegiatan sangat bervariasi, mahasiswa, sehingga frekuensi merokok kategori berat (≥15 batang per hari) yaitu mereka yang merokok 15 batang per hari sebanyak 2 orang (100,0%). Lingkungan akademik kategori kondusif dengan frekuensi merokok kategori berat diantaranya disebabkan karena faktor orang tua. Salah satu temuan tentang mahasiswa perokok adalah bahwa anakanak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, di mana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang lebih keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibandingkan anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson, 2006). Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa lingkungan akademik kategori tidak kondusif dengan frekuensi merokok kategori ringan sebanyak 1 orang (1,0%). Mahasiswa laki-laki perokok Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran menyatakan bahwa lingkungan akademik kategori tidak kondusif, yang ditunjukkan pernyataan responden bahwa tidak memberikan fasilitas untuk kegiatan ekstrakurikuler yang luas dan nyaman, ruang kerja dan perlengkapan yang kurang rapi bersih dan beraturan, menyedikan asrama yang kurang memenuhi harapan mahasiswa, sehingga frekuensi merokok kategori ringan (1-4 batang per hari) yaitu mereka yang merokok 4 batang per hari sebanyak 1 orang (100,0%).
13 Lingkungan akademik kategori tidak kondusif dengan frekuensi merokok kategori ringan disebabkan karena faktor kedisiplinan. Kedisiplinan kampus erat kaitannya dengan kerajinan siswa dalam kampus dan belajar. Kedisiplinan kampus mencakup kedisiplinan dosen dalam mengajar, pegawai kampus dalam bekerja, kepala kampus dalam mengelola kampus, dan BP dalam memberikan layanan. Seluruh staf kampus yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa disiplin pula. Disiplin sangat dibutuhkan dalam proses belajar,untuk mengembangkan motivasi yang kuat. Agar siswa belajar lebih maju, maka harus disiplin di dalam belajar baik di kampus, di rumah dan lain-lain (Slameto, 2010). Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa lingkungan akademik kategori tidak kondusif dengan frekuensi merokok kategori sedang sebanyak 12 orang (12,2%). Mahasiswa laki-laki perokok Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran menyatakan bahwa lingkungan akademik kategori tidak kondusif, yang ditunjukkan pernyataan responden bahwa ruang kuliah yang disediakan kurang nyaman, memberikan fasilitas untuk kegiatan ekstrakurikuler yang tidak luas dan nyaman, fasilitas seperti perpustakaan, laboratorium yang kurang nyaman, suasana belajar di sangat kurang nyaman dan kondusif, mahasiswa, dosen dan para pegawai di kampus mempunyai loyalitas yang rendah, dapat menciptakan suasana bersaing yang tidak sehat di kampus untuk meningkatkan prestasi sehingga frekuensi merokok kategori sedang (5-14 batang per hari) yaitu mereka yang merokok 5 batang per hari sebanyak 1 orang (8,3%), mereka yang merokok 8 batang per hari sebanyak 3 orang (25,0%), mereka yang merokok 9 batang per hari sebanyak 1 orang (8,3%), mereka yang merokok 10 batang per hari sebanyak 2 orang (16,7%) mereka yang merokok 11 batang per hari sebanyak 1 orang (8,3%), mereka yang merokok 12 batang per hari sebanyak 1 orang (8,3%), mereka yang merokok 13 batang per hari sebanyak 2 orang (16,7%) dan mereka yang merokok 14 batang per hari sebanyak 1 orang (8,3%).
Lingkungan akademik kategori tidak kondusif dengan frekuensi merokok kategori sedang dikarenakan faktor hubungan antara siswa dengan siswa. Siswa yang mempunyai sifat kurang menyenangkan, rendah diri atau mengalami tekanan batin akan diasingkan dalam kelompoknya. Jika hal ini semakin parah, akan berakibat terganggunya belajar. Siswa tersebut akan malas untuk kampus dengan berbagai macam alasan yang tidak-tidak. Jika terjadi demikian, siswa tersebut memerlukan bimbingan dan penyuluhan. Menciptakan relasi yang baik antar siswa akan memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa (Slameto, 2010). Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa lingkungan akademik kategori tidak kondusif dengan frekuensi merokok kategori berat sebanyak 17 orang (17,3%). Mahasiswa laki-laki perokok Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran menyatakan bahwa lingkungan akademik kategori tidak kondusif, yang ditunjukkan pernyataan responden bahwa ruang kuliah yang disediakan kurang nyaman, fasilitas seperti perpustakaan, laboratorium yang kurang nyaman, mahasiswa satu angkatan kurang dapat menjaga keharmonisan, suasana belajar kurang nyaman dan kondusif, kegiatan kurang bervariasi, tidak menciptakan suasana bersaing yang sehat di kampus untuk meningkatkan prestasi, kurang menyedikan layanan bimbingan yang profesional bagi mahasiswa, kurang dapat menjalin hubungan yang harmonis dengan orang tua sehingga frekuensi merokok kategori berat (≥14 batang per hari) yaitu mereka yang merokok 15 batang per hari sebanyak 1 orang (5,9%), mereka yang merokok 16 batang per hari sebanyak 3 orang (17,6%), mereka yang merokok 17 batang per hari sebanyak 1 orang (5,9%), mereka yang merokok 18 batang per hari sebanyak 2 orang (11,8%), mereka yang merokok 19 batang per hari sebanyak 1 orang (5,9%). Lingkungan akademik kategori tidak kondusif dengan frekuensi merokok kategori berat disebabkan oleh faktor waktu kuliah. Waktu kuliah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di kampus. Waktu
14 kuliah akan mempengaruhi belajar siswa. Memilih waktu kuliah yang tepat akan memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar. Kampus di pagi hari adalah waktu yang paling tepat di mana pada saat itu pikiran masih segar dan kondisi jasmani masih baik (Slameto, 2010). Berdasarkan hasil chi square disimpulkan ada hubungan lingkungan akademik dengan frekuensi merokok pada mahasiswa laki-laki perokok Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran. Hal ini ditunjukkan dari nilai χ2 hitung (68,328) > χ2 tabel (3,84) dan p-value (0,000) < α (0,05). Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok pada mahasiswa diantaranya faktor lingkungan kampus Permulaan untuk merokok terjadi pada mahasiswa akibat pengaruh lingkungan akademik. Lingkungan akademik merupakan jumlah semua benda hidup dan benda mati juga semua kondisi yang ada dalam kampus yang dapat membantu mahasiswa dalam mengembangkan potensinya baik potensi sosial maupun akademiknya. Empat komponen utama dalam lingkungan akademik, yaitu lingkungan fisik, lingkungan psikologi, lingkungan sosial. Lingkungan fisik yang mendukung perilaku merokok diantaranya ruang kuliah yang disediakan Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran belum berimbang dengan jumlah mahasiswa, sehingga sering terjadi benturan antar mahasiswa ketika membutuhkan ruang untuk belajar. Upaya yang sering dilakukan dengan mengganti jam kuliah atau penggantian materi kuliah dengan tugas kuliah. Hal tersebut memungkinkan mahasiswa memiliki waktu luang diluar jam kuliah, akibatnya sebagian dari mereka memanfaatkannya untuk merokok di luar kampus. Lingkungan sosial yang paling menyebabkan mahasiswa merokok adalah hubungan antar teman atau faktor teman. Umumnya mahasiswa yang merokok akann mempengeruhi teman mahasiswa yang lain untuk merokok. Kondisi tersebut didukung apabila mahasiswa yang tidak merokok tersebut mempunyai masalah, sehingga pengaruh mahasiswa yang merokok tersebut
lebih kuat, akhirnya mereka akan merokok atau meningkat frekuensinya. Lingkungan psikologi yang menyebabkan mahasiswa merokok adalah ketika mereka mengalami tekanan psikologis baik dari tugas perkuliahan yang bersamaan dari masing-masing dosen. Tekanan psikologis yang paling menjadi beban mahasiswa adalah ketika ujian akhir atau proses pembuatan skripsi. Ujian dan skripsi tersebut menyebakan mahasiswa mengalami cemas ataupun stress sehingga untuk mengurangi stress yang dialami umumnya mereka merokok. Stres yang berlebihan menyebabkan frekuensi mereka merokok menjadi meningkat. Menurut Soekidjo (2010), permulaan untuk merokok terjadi akibat pengaruh lingkungan akademik. Modeling (meniru perilaku orang lain) menjadi salah satu determinan dalam memulai perilaku merokok. Sejalan dengan pernyataan di atas, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan akademik dan individu, artinya perilaku merokok selain dari faktor diri sendiri juga dipengaruhi faktor lingkungan akademik. Hasil tersebut senada dengan pendapat Basyir (2005) yang mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok, maka akan semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga. G. Keterbatasan Peneliti Peneliti menyadari adanya beberapa keterbatasan dan kelemahan dalam penelitian ini, diantaranya instrument penelitian ini menggunakan kuesioner dimana subyek yang diteliti mengetahui bahwa mereka sedang diteliti sehingga jawaban sangat tergantung pada kondisi responden saat itu atau responden mungkin saja tidak jujur dalam menjawab kuesioner yang diberikan. Selain itu pengambilan data menggrmakan wawancara tidak langsung atau melalui bantuan alat koinrmikasi (handphone), sehingga memungkinkm pemahaman responden terhadap pertanyaan yang diajukan kurang mendalam. Hal tersebut peneliti antisipsi dengan
15 melakukan pengulangan pertanyaan iika dirasa responden kurang paham terhadap pertanyaan yang diajukan ketika pengambilan data. Upaya tersebut dapat menekan ketidak pahaman responden terhadap pertanyaan dan jawaban yang tidak jujur.
H. Penutup 1. Kesimpulan a. Lingkungan akademik berdasarkan penilaian mahasiswa perokok di Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran sebagian besar dalam kategori kondusif yaitu sebanyak 68 responden (69,4%). b. Frekuensi merokok mahasiswa laki-laki perokok kampus terpadu Ngudi Waluyo Ungaran sebagian besar dalam kategori ringan yaitu sebanyak 62 responden (63,3%). c. Ada hubungan lingkungan akademik dengan frekuensi merokok pada mahasiswa laki-laki perokok Kampus Terpadu Ngudi Waluyo Ungaran, dengan nilai p-value 0,000 (α = 0,05). 2. Saran a. Bagi STIKES Ngudi Waluyo Hendaknya kampus terpadu Ngudi Waluyo meningkatkan pelayaannya dalam upaya pengendalian perilaku merokok dikalangan mahasiswa dengan mengadakan penyuluhan yang berkaitan dengan bahaya merokok. b. Bagi Penelitian Selanjutnya Hendaknya peneliti selanjuntya hendaknya meningkatkan kualitas hasil penelitian dengan memperdalam analisis data yang digunakan yaitu dengan menggunakan analisis multivariate. DAFTAR PUSTAKA Abadi. 2005. Biaya Sosial Akibat Merokok. Jakarta: Majalah Tarbawi Edisi 104. Amstrong. 2007. Pengaruh rokok terhadap kesehatan. Arcan, Jakarta.
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta, Rineka Cipta. Arwani. 2003. Komunikasi Dalam keperawatan. Jakarta. EGC. Atkinson. 2006. Pengantar Psikologi. 11 th ed. Jakarta : Interaksara Aula 2010. Stop Merokok. Garailmu. Jogjakarta. Graha CK. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, (2010), Riset Kesehatan Dasar. (Riskesdas 2010). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Basyir, Abu Umar, 2005. Mengapa Ragu Tinggalkan Rokok?, Jakarta: Pustaka At-Tazkia Bustan. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular . PT. Rineka. Cipta, Dalyono. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Depdiknas. 2003.Undang-Undang Republik lndonesia Nomor 20 Tahun 2003. Depkes RI. 2010. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan. Tahun 20102014. Jakarta. Elizabet. 2010. Buku Saku Patofisiologi. Alih Bahasa : Pendit, Brahm U. Jakarta : Penerbit. Buku Kedokteran EGC Gandara dan Yamin. (2007). Perilaku merokok pada remaja SMP. (online). Tersedia : http://metlit.blogspot.com. (10 April 2013) Globol Adult Tabacca Survey (GATS). 2011. Tobacco Questions for Surveys: A Subset of Key Questions from the Global Adult Tobacco Survey (GATS). CDC. Hamalik. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Hariyadi. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Semarang. IKIP Semarang Press. Hasnida dan Indri. 2005. Hubungan antara stres dan perilaku merokok pad aremaja laki-laki. Journal. Psikologia. Volume 1 No 2 Desember 2005. Fakultas Kedokteran USU Husaini, Aiman. 2007. Tobat Merokok Rahasia & Cara Empatik Berhenti Merokok. Jakarta: Pustaka Iman. Irfan. 2008, 'Hipertensi : Faktor Risiko dan Penatalaksanaannya', Pusat Jantung. Nasional Harapan Kita,
16 [online], dari : http://PJNHK.go.id [18 April 2013] Istiqomah, Umi. 2003. Upaya Menuju Generasi Tanpa Merokok. Jakarta: CV. Seti-Aji Kartika 2006. Hubungan tingkat stres dengan frekuensi merokok pada mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang. Skripsi PSIK. UMM Kartono. 2003. Patologi Sosial, Jilid I, Rajawali, Jakarta Komalasari dan Helmi. 2009. Faktor-faktor penyebab perilaku merokok pada remaja. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Maros. 2010. Pengaruh lingkungan fisik dan lingkungan akademik sekolah terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa inggris dan implikasinya pada penjaminan mutu pendidikan di SMP Negeri Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah. Tesis. Magister Pendidikan UPI Bandung : tidak diterbitkan Misra, R., McKean, M. West, S., dan Russo, T. 2000. Academic Stress of Comparison of Student and Faculty Perception. Colledge Student Journal. Tanggal akses 14 Maret 2013 dalam http:// www.findarticles.com/ p/articles/mi_m0FCR/is_2_34/ai_6336 5179 Mu’tadin. 2002. Pengantar Pendidikan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta. Andi Offset. Yogyakarta. Andi Offset Muchtar 2005. Matikan Rokok Hidupkan Semangat Bandung : Amanah Publishing House Notoatmodjo. 2005. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka cipta. Purwadarminta 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka : Jakarta. Purwanto 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Rahmawati. 2006. Motivasi Berprestasi Mahasiswa Ditinjau dari Pola Asuh. Yogjakarta: Pustaka Gratama
Rasmun. 2004. Stres, Koping dan Adaptasi. Jakarta : Sagung Seto Sandjaja dan Heriyanto. 2006. Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi. Pustaka Raya. Sar Satiti, Alfi. 2009.Strategi Rahasia Berhenti Merokok. Yogyakarta: Datamedia Sirait, Maria, Pradono dan Toruan. 2001. Perilaku Merokok di Indonesia. Penelitian Kesehatan Vol 30 No 3 Sitepoe. M. 2000. Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka. Cipta. Soekidjo. 2010. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka. Cipta. Jakarta Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto Sugito. 2007. Stop Rokok, Jakarta: Penebar Swadaya Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta Sukendro, Suryo. (2007). Filosofi Rokok Sehat Tanpa Berhenti Merokok. Yogyakarta: Pinus Book Publisher Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. Suyanto. 2005. Metode Penelitian Sosial: Bergabai Alternatif Pendekatan. Jakarta : Prenada Media. Syah. 2005. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdikary Tendra. 2003. Merokok Dan Kesehatan. Surabaya.http://www.yahoo.com. Trim. 2006. Merokok Itu Konyol. Ganeca Exact. Jakarta Triswanto. 2007. Stop Smoking . Yogyakarta : progressif books Tukiran et..al. 2010. Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Utari. 2003. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Earnings Management Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia,Jurnal Akuntansi & Keuangan, November Vol. 3 No. 2.