STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN SKRIPSI
HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN TINGKAT STRES MAHASISWA SELAMA MENGERJAKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN
Oleh :
KADEK BAYU DWIPERMANA 010112a048
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016
38
Sekolah Tinggi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Program Studi Keperawatan Skripsi, Januari 2016 Kadek Bayu Dwipermana
Hubungan mekanisme koping dengan tingkat stres mahasiswa selama mengerjakan skripsi pada mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Ungaran XIV+ 76 halaman + 10 tabel + 3 gambar + 14 lampiran
ABSTRAK Di Indonesia, syarat untuk kelulusan pendidikan strata 1 adalah membuat tugas akhir yang berupa karya ilmiah yang disebut dengan skripsi. Skripsi merupakan tahap paling akhir dan menentukan dalam mencapai gelar sarjana, usaha, dan kerja keras yang telah dilakukan bertahun-tahun sebelumnya akan sia-sia jika mahasiswa gagal dalam menyelesaikan skripsi. Masalah-masalah tersebut menyebabkan tekanan dalam diri mahasiswa dan dapat menyebabkan timbulnya stres dalam menyusun tugas akhir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan mekanisme koping dengan tingkat stres mahasiswa selama mengerjakan skripsi pada mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Ungaran. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran yang sedang menyusun skripsi dengan jumlah 334 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah proportionate random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 77 orang. Pengumpulan data menggunakan instrumen data dianalisis menggunakan uji kendal tau. Hasil penelitian, diketahui sebagian besar responden mempunyai mekanisme koping dalam kategori negatif yaitu sebanyak 43 responden (55,8 %) dan ebagian besar responden mengalami kejadian stress dalam kategori stress tingkat sedang yaitu sebanyak 21 responden (27,3 %). Hasil uji statistik menggunakan Kendall Tau diketahui ada hubungan mekanisme koping dan tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran dengan nilai p value sebesar 0,001 dan didapatkan nilai r 0,509, dimana nilai r tersebut menunjukkan adanya hubungan dalam kategori kuat dan mengarah positif antara mekanisme koping dengan tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran Saran bagi Mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran mempunyai mekanisme koping yang positif dalam manangani stres pada saat menyusun skripsi. Kata kunci : tingkat stres, mekanisme koping, skripsi Kepustakaan : 23 kepustakaan (2005 -2014)
Ngudi Waluyo School Of Health Science Ungaran Nursing Program Study Paper, February 2013 Tariyah The relationship of social interaction to the quality of life in patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis therapy in Hospitals Tidar Magelang (xiii + 89 pages + 7 table + 8 appendix) ABSTRACT To improve the quality life of a person who is undergoing hemodialysis is needed the help of others. Social interaction plays a very important role in the life of a person suffering from chronic diseases. Social interaction between patients with the surrounding environment can affect one's satisfaction in everyday life, including satisfaction with health status. This study aimed to determine the relationship of social interaction to the quality of life in patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis therapy in hospitals Tidar Magelang. This research used descriptive design with cross sectional correlation. The study population of patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis at hospitals Tidar Magelang with 77 people. The sampling technique used was purposive sampling (64 people). The collection of data used is the questionnaire. Analysis of data using statistical tests kendal tau. The results showed that the majority of respondents with chronic renal failure undergoing hemodialysis at hospitals Tidar Magelang have enough social interaction in a category that is as much as 26 respondents (40.6%) and the majority of respondents with chronic renal failure undergoing hemodialysis at hospitals have quality Tidar Magelang Life in the category quite as many as 25 respondents (39.1%). The results of the statistical test to test Kendal tau diapatkan p value 0.000 <0.05 so that it can be concluded that there is a social interaction with the quality of life in patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis therapy in hospitals Tidar Magelang. The results of this research can be input for nurses to provide health education to the patient's family about the importance of family support in reducing the level of stress in patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis therapy Kata kunci : Social interaction, chronic renal failure, hemodialysis, quality of life Kepustakaan : 21( 2001-2012)
A. PENDAHULUAN Skripsi merupakan tahap paling akhir dan menentukan dalam mencapai gelar sarjana, usaha, dan kerja keras yang telah dilakukan bertahun-tahun sebelumnya akan sia-sia jika mahasiswa gagal dalam menyelesaikan skripsi (Darmono, 2004). Mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dituntut lebih mandiri dan disiplin dalam mencapai target-target perencanaan yang berkaitan dengan skripsinya, melakukan survey lapangan, berpikir dan menulis secara ilmiah, melakukan proses bimbingan dengan dosen, dan mengintegritaskan pengalaman belajar serta teori-teori yang didapat selama perkuliahan pada semestersemester sebelumnya. Kegagalan dalam penyusunan tugas akhir disebabkan oleh adanya kesulitan mahasiswa dalam menentukan tema penelitian dan menemukan sumber pendukung penelitian, kesulitan mencari literatur dan bahan bacaan, dana yang terbatas, serta adanya beberapa stresor yang menyertai selama penyusunan skripsi (Riewanto, 2003 dalam Gunawan, Hartati dan Listiara, 2006). Masalah-masalah tersebut menyebabkan tekanan dalam diri mahasiswa dan dapat menyebabkan timbulnya stres dalam menyusun tugas akhir (Gunawan, Hartati dan Listiara, 2006). Stres merupakan gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan yang dipengaruhi baik oleh lingkungan ataupun penampilan individu di dalam lingkungan tersebut (Sunaryo, 2004). Menurut Widyarini (2009) Stres dalam bahasan sehari-hari merupakan kondisi ketegangan yang kemudian mempengaruhi fisik, mental dan perilaku. Kebanyakan orang menyebut stres untuk menunjuk pada kondisi seseorang tidak mampu mengatasi tuntutan, keinginan, harapan atau tekanan dari sekelilingnya yang berakibat pada fisik, mental maupun perilakunya. Stres disebabkan oleh banyak faktor yang disebut dengan stressor. Stressor merupakan stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stressor menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa saja merupakan kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan, spiritual, atau kebutuhan kultural. Stressor secara umum dapat diklasifikasikan sebagai stressor internal dan stressor eksternal. Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang misalnya kondisi fisik, atau suatu keadaan emosi. Stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang misalnya perubahan lingkungan sekitar, keluarga dan sosial budaya (Potter & Perry, 2005). Mahasiswa merasa mendapatkan beberapa tekanan akibat ketidaksiapan dalam menyusun tugas akhir, harapan diri sendiri, serta harapan dari orang tua untuk menyelesaikan studi tepat waktu. Mahasiswa merasa tidak siap bila bertemu pembimbing, tidak ada persiapan yang cukup jika diberi pertanyaan sesuai dengan tema penelitian, merasa cemas bila melihat teman seangkatan sudah lulus lebih dahulu, ingin
marah bila diajak membicarakan skripsi/bila ditanya tentang kelulusan. Stres yang berkepanjangan dapat menyebabkan kelelahan baik fisik maupun mental, yang pada akhirnya melahirkan berbagai macam keluhan / gangguan, dan individu menjadi sakit, namun sering kali penyebab sakitnya tidak diketahui secara jelas karena individu yang bersangkutan tidak menyadari lagi tekanan/stres yang dialaminya. Tanpa disadari, individu menggunakan jenis penyesuaian diri yang kurang tepat dalam menghadapi stresnya.Sebaliknya, bila individu mampu menggunakan cara-cara penyesuaian diri yang sehat/baik/sesuai dengan stres yang dihadapi, meskipun stres/tekanan tersebut tetap ada, individu yang bersangkutan tetaplah dapat hidup secara sehat. Bahkan tekanan-tekanan tersebut akhirnya justru akan memungkinkan individu untuk memunculkan potensi-potensi manusiawinya dengan optimal. Penyesuaian diri dalam menghadapi stres, dalam konsep kesehatan mental dikenal dengan istilah koping. Koping dimaknai sebagai apa yang dilakukan oleh individu untuk menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan/ luka/ kehilangan/ ancaman. Jadi koping lebih mengarah pada yang orang lakukan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau yang membangkitkan emosi, atau dengan kata lain, koping adalah bagaimana reaksi orang ketika menghadapi stres/tekanan. Mekanisme koping adaptif dan maladaptif dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu mekanisme koping adaptif dan mekanisme koping maladaptif. Mekanisme koping adaptif merupakan mekanisme yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif (kecemasan yang dianggap sebagai sinyal peringatan dan individu menerima peringatan dan individu menerima kecemasan itu sebagai tantangan untuk diselesaikan). Dan untuk Mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme yang menghambat fungsi integrasi, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar dan aktivitas destruktif (mencegah suatu konflik dengan melakukan pengelakan terhadap solusi) (Lestari, 2015). Penelitian yang pernah dilakukan dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat stres yang ditemukan pada mahasiswa adalah tingkat stres sedang dengan jumblah 42 orang (93,3%), dan berat 3 orang (6,7%) (Putri & Susanti, 2014).
Penelitian yang pernah dilakukan denagn hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa dalam menyusun tugas akhir yang mengalami stres sedang yaitu sebanyak 30 orang (41,7%). Responden yang mengalami stres sedang ditunjukkan dengan merasa menjadi marah karena hal-hal sepele (37,0%), merasa sulit untuk bersantai (36,1%), merasa sulit untuk beristirahat (29,2%) dan merasa sangat mudah marah (39,8%) (Iswanto, 2014). Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal 22 maret 2016 di STIKES Ngudi Waluyo Ungaran didapatkan data bahwa mahasiswa mengalami stres saat menyusun tugas akhir atau skripsi. Hasil observasi menggunakan kuesioner DASS yang dilakukan dengan wawancara sederhana pada 9 mahasiswa Program Studi Keperawatan yang mengerjakan skripsi, tingkat stres antara mahasiswa yang satu dengan mahasiswa yang lain, memiliki perbedaan yaitu, 3 mahasiswa mengatakan stres yang dialami karena terbatasnya literatur, tegang, gelisah dan sulitnya ketemu dengan dosen pembimbing, dan upaya mahasiswa dalam menurunkan stresnya yaitu dengan melakukan suatu kegiatan yang dapat menyenangkan hati seperti melakukan hal yang positif / mekanisme koping potif dengan memilih untuk berdiskusi dengan teman untuk menyelesaikan masalah yang sedang di alami. Dengan cara seperti itu mahasiswa tersebut mengatakan stresnya menjadi berkurang atau mengalami tingkat stres sedang. 4 mahasiswa mengatakan stres yang dialami karena sulitnya ketemu dosen pembimbing, terbatasnya literatur, gelisah dan cemas. Upaya dalam menurunkan stresnya yaitu melakukan kegiatan yang positif atau mekanisme koping positif dengan memilih untuk berdoa kepada Tuhan, dan melakukan teknik relaksasi untuk menenangkan pikiran. Dengan cara seperti itu mahasiswa tersebut mengatakan stresnya menjadi berkurang atau mengalami tingkat stres ringan. Dan untuk 2 mahasiswa mengatakan stres yang di alami dalam mengerjakan skripsi karena terbatasnya literatur, tegang, gelisah, mudah marah, dan cemas. Upaya dalam menurunkan stresnya yaitu dengan melakukan hal yang negatif atau mekanisme koping negatif dengan memilih untuk merokok atau nongkrong di warung. Dengan cara seperti itu mahasiswa tersebut mengatakan stresnya tetap tidak bisa berkurang atau mengalami tingkat stres berat. Berdasarkan berbagai permasalahan dan fenomena diatas maka penulisan tertarik untuk membuktikan teori yang ada dan melakukan penelitian tentang “Hubungan Mekanisme Koping dengan Tingkat Stres mahasiswa selama mengerjakan skripsi pada mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Ungaran. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut “Apakah Ada Hubungan Mekanisme Koping Dengan Tingkat Stres Mahasiswa Selama Mengerjakan Skripsi Pada Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Ungaran”. C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan mekanisme koping dengan tingkat stres mahasiswa selama mengerjakan skripsi. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran mekanisme koping pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran b. Mengetahui gambaran tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran c. Menganalisis hubungan mekanisme koping dan tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasional yaitu mendeskripsikan variabel bebas dan variabel terikat, kemudian melakukan korelasi antara kedua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat (Notoadmodjo, 2012), sehingga dapat diketahui seberapa jauh kontribusi variabel terikat terhadap adanya variabel bebas. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, yaitu memberi gambaran tentang hubungan mekanisme koping dengan tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Stikes Ngudi Waluyo. 2. Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28-30 Juli 2016 C. Populasi dan Sampel 1. Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Stikes yang mengerjakan skripsi di Stikes Ngudi Waluyo Ungaran dengan jumlah 334 responden yang dibagi kedalam 6 program studi. PSIK sejumlah 52 responden, PSIK Transfer sejumlah 69 responden, D4 Transfer sejumlah 123 responden, Farmasi sejumlah 62 responden, Gizi sejumlah 23 responden, Kesehatan Masyarakat sejumlah 15 responden. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode proporsional. Jumlah sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus Slovin. a. Jumlah sampel
tingkat tertentu / kadang- kadang 2: sering 1: sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat
(Dibulatkan menjadi 77 responden) b. Besar sampel pada masing-masing program studi : 1) PSIK = 52/334 x 77 = 11,9 = 12 responden 2) PSIK Transfer 69/334 x 77 = 15,9 = 15 responden 3) D4 Transfer = 123/334 x 77 = 28,3 = 28 responden 4) Farmasi = 62/334 x 77 = 14,2 = 14 responden 5) Gizi = 23/334 x 77 = 5,3 = 5 responden 6) Kesehatan Masyarakat = 15/334 x 77 = 3,4 = 3 responden Teknik sampling yang digunakan adalah teknik proporsional random sampling. D. Variabel Penelitian 1. Variabel independen Variabel independen atau bebas merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah mekanisme koping. 2. Variabel dependen Variabel dependen atau terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat stres pada mahasiswa yang meyusun skripsi.
E. Definisi Oprasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional
Alat/Cara Ukur
Hasil
Skala
Variabel independen: Mekanisme Koping
Usaha individu untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima tubuh dalam mengerjakan skripsi.
Menggunakan kuesioner dengan kuesioner terdiri dari 19 item pertanyaan. Untuk pernyataan positif 1: tak ada atau tidak pernah 2: sesuai yang dialami sampai tingkat tertentu / kadang- kadang 3: sering 4: sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat. Untuk pernyataan negatif 4: tak ada atau tidak pernah 3: sesuai yang dialami sampai
Hasil Nominal dikategorikan menjadi 2 kelompok. a. Mekanisme koping positif : 3976 b. Mekanisme koping negatif : 138
Variabel dependen: Tingkat Stres
Respon indivodu yang muncul yang di ukur melalui fisik dan respon psikologis.
Menggunakan Kuesioner DASS dengan 14 item pertanyaan, dengan jawaban “Tidak pernah diberi skor 3 ”, ”Kadang-kadang diberi skor 2”,”Selalu diberi skor 0 atau 1 ”.
Hasil dikategorikan menjadi 5 kelompok. a. Normal: Nilai score DASS antara 0 - 14 b. Ringan: Nilai score DASS antara 15 - 18 c. Sedang: Nilai score DASS antara 19 - 25 d. Berat: Nilai score DASS antara 26 33 e. Sangat berat : Nilai score DASS antara 34 +
F. Alat Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah melalui kuesioner. Menurut Setiadi (2007), kuesioner adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tipe pilihan, dimana hanya meminta responden untuk memilih salah satu jawaban atau lebih dari sekian banyak jawaban yang sudah disediakan. Kuesioner dalam penelitian ini dikembangkan oleh peneliti sendiri. Dalam penelitian ini kuesioner dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : 1. Kuesioner A digunakan untuk mengumpulkan data demografi mahasiswa yang meliputi nama (inisial), usia, jenis kelamin. 2. Kuesioner B digunakan untuk variabel independen yaitu mekanisme koping, dimana kuesioner ini terdiri dari 19 item pertanyaan, untuk pernyataan mempersiapkan diri untuk menghadapi luka adalah jawaban tidak ada atau tidak pernah diberi skor 1 (satu), jawaban kadang-kadang diberi skor 2 (dua), jawaban sering diberi skor 3 (tiga), jawaban hampir setiap saat diberi skor 4 (empat), sedangkan untuk pertanyaan agresi, penghindaran dan apati adalah jawaban tidak ada atau tidak pernah diberi skor 4 (empat), jawaban kadang-kadang
Ordinal
diberi skor 3 (tiga), jawaban sering diberi skor 2 (dua), jawaban hampir setiap saat diberi skor 1 (satu). 3. Kuesioner C digunakan untuk variabel dependen yaitu tingkat stres mahasiswa dimana terdiri dari 14 item pertanyaan, dengan jawaban “Tidak pernah diberi skor 3 ”, ”Kadang-kadang diberi skor 2”,”Selalu diberi skor 0 atau 1 ”. G. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur (Notoadmodjo, 2012). Instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur, untuk itu perlu dilakukan uji validitas instrumen dimana dalam penelitian ini akan digunakan external content validity. Validitas eksternal yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut sesuai dengan data atau informasi lain mengenai variabel penelitian yang dimaksud. Hasil uji validitas kuesioner mekanisme koping dari 20 item pertanyaan dengan nilai r antara 0,142-0,899, didapatkan 1 item pertanyaan no 8 yaitu pertanyaan tentang mengalihkan emosi kepada orang terdekat saat menghadapi masalah yang dinyatakan tidak valid dengan nilai r 0,142. Pertanyaan yang tidak valid dikeluarkan dari instrumen sudah diganti dengan pertanyaan lain yang berhubungan dengan pengalihan emosi. Sehingga pertanyaan tersebut dibuang/tidak dipakai kembali sehingga jumlah pertanyaan tentang mekanisme koping yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 19 pertanyaan. 2. Uji Reliabilitas. Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatau instrument cukup dapat di percaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen dianggap sudah baik. Pada penelitian ini peneliti menggunakan tekhnik reliabilitas internal karena peneliti dalam menganalisis data hanya memberikan kuesioner kepada responden satu kali pengetesan saja. Sehingga uji reliabilitas dilakukan dengan uji Alfa Cronbach karena menggunakan tekhnik analisa rumus koefisien korelasi alpha dalam analisa data, hasil skor instrumen merupakan rentangan antara beberapa nilai (Arikunto, 2006). Uji instrumen ini dikatakan reliabilitas jika r hitung atau hasil nilai alpha lebih besar dari r tabel ( Sugiyono,2007). Setelah diajukan kepada 20 responden didapatkan untuk variabel meknisme koping diperoleh r Alpha = 0,943, maka r Alpha > konstanta (0,6) sehingga dapat disimpulkan variabel telah reliabel. H. Analisa Data 1. Analisis Univariat Analisis univariat yang dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis univariat menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik tiap
variabel (Notoadmodjo, 2012). Variabel yang dianalisis adalah menggunakan tabel distribusi frekuensi dan persentase. a. Mekanisme Koping b. Tingkat stres pada mahasiswa yang menyusun skripsi 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan terhadap 2 variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Untuk menentukan jenis analisa bivariat berdasarkan tujuan khusus dalam penelitian ini maka dilakukan korelasi Kendall Tau () dengan hasil penelitian didapatkan nilai p value 0,001 (α ≤ 0,05), sehingga Ho dinyatakan ditolak dan didapatkan nilai r = 0,509 sehingga hasil penelitian ini dinyatakan bahwa ada hubungan dalam kategori kuat antara mekanisme koping dengan tingkat stres mahasiswa yang menghadapi skripsi di Stikes Ngudi Waluyo Ungaran. HASIL PENELITIAN A. Hasil penelitian 1. Karakteristik responden a. Jenis kelamin Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan jenis kelamin responden di STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Total
Frekuensi 28 49 77
Persentase 36,4 63,6 100,0
Tabel 4.1 menunjukan bahwa responden pada penelitian ini adalah sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 49 (63,6 %) responden dan sebagian kecil berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 28 responden (36,4 %). b. Umur Tabel 4.2 Distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan umur responden di STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Umur Min Maks Std Median responden 21 29 1.661 22,95 Tabel 4.2 menunjukan bahwa responden pada penelitian ini adalah minimal berumur 21 tahun dan maksimal berumur 29 tahun dengan rata-rata umur pada keseluruhan responden adalah 22,9 tahun c. Pendidikan Tabel 4.3 Distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan program studi pendidikan responden di STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Program studi D IV kebidanan Farmasi Ilmu gizi
Frekuensi 28 14 5
Persentase 36,4 18,2 6,5
Kesehatan masyarakat Ilmu keperawatan Ekstensi ilmu keperawatan Total
3 12 15 77
3,9 15,6 19,5 100,0
Tabel 4.3 menunjukan bahwa responden pada penelitian ini adalah sebagian besar responden dengan program studi D IV kebidanan yaitu sebanyak 28 (36,4 %) responden dan sebagian kecil responden dengan program studi ilmu kesehatan masyarakat yaitu sebanyak 3 responden (3,9 %). 2. Analisa univariat a. Gambaran mekanisme koping pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran Tabel 4. 4 Distribusi frekuensi mekanisme koping pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran Mekanisme koping Positif Negatif Total
Frekuensi 34 43 77
(%) 44,2 55,8 100,0
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai mekanisme koping dalam kategori negatif yaitu sebanyak 43 responden (55,8 %) dan sebagian kecil responden mengalami mekanisme dalam kategori positif yaitu sebanyak 34 responden (44,2 %) b. Gambaran tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran Tabel 4. 5 Distribusi frekuensi tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
sebanyak 14 responden (32,6 %) mengalami stress dalam kategori sedang dan responden dengan mekanisme koping dalam kategori positif sebagian besar mengalami stress dalam kategori normal yaitu sebanyak 13 responden (38,2 %). Dari hasil uji statistik menggunakan Kendal tau dengan taraf signifikansi 5 % (0,05) didapatkan p value sebesar 0,001. (Apabila p value/ signifikansi di bawah 0,05 maka hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima) dan didapatkan nilai r dengan arah positif yaitu sebesar 0,509. Nilai p tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan mekanisme koping dan tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran. Sedangkan nilai r positif tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang memilii tingkat keeratan sedang dan mengarah positif antara mekanisme koping dengan tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran
PEMBAHASAN A. Gambaran mekanisme koping pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran Berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran yang mengerjakan skripsi dapat diketahui bahwa, sebagian besar responden yang Kejadian Frekuensi Persentase depresi (%) berjenis kelamin laki-laki mempunyai Sangat berat 7 9,1 mekanisme koping positif sebanyak 14 (50,0 Berat 15 19,5 %) responden dan mekanisme koping Sedang 21 27,3 Ringan 18 23,4 negative sebanyak 14 (50,0 %) responden Normal 16 20,8 juga. Sedangkan pada responden perempuan Total 77 100,0 sebagian besar responden mempunyai Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar mekanisme koping negative yaitu sebanyak responden mengalami kejadian stress dalam 29 (59,2 %) responden. kategori stress tingkat sedang yaitu sebanyak 21 Berdasarkan program pendidikan pada responden (27,3 %) dan sebagian kecil responden mengalami stress dalam kategori stress sangat mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran berat yaitu sebanyak 7 responden (9,1 %). yang mengerjakan skripsi diketahui bahwa 3. Analisa Bivariat sebagian besr responden dengan program Hubungan mekanisme koping dan tingkat stres studi D IV mempunyai mekanisme koping pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran dalam kategori negatif sebagian besar yaitu Tabel 4. 6 Tabulasi silang hubungan sebanyak 15 responden (53,6 %), sedangkan mekanisme koping dan tingkat stres pada pada responden dengan program studi PSIK mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran sebagian besar juga mempunyai mekanisme Tingkat stres Total p Nilai r koping dalam kategori negatif yaitu sebanyak Mekanisme value koping 8 responden (66,7 %) dan responden dengan Sangat Berat Berat Sedang Ringan Normal program studi PSIK ektensi sebagian besar n % n % n % n % n % n % juga mengalami mekanisme koping dalam Negatif 7 16,3 13 30,2 14 32,6 6 14,0 3 7,0 43 100 0,001 0,509 kategori negatif yaitu sebanyak 9 responden Positif 0 0,0 2 13,3 7 20,6 12 35,3 13 38,2 34 100 Total 7 9,1 15 19,5 21 27,3 18 23,4 16 20,8 77 100 (60,0 %). Berdasarkan hasil penelitian diketahui Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa (55,8 %) sebanyak 43 responden bahwa, responden dengan mekanisme koping sebagian besar mempunyai mekanisme dalam kategori negatif sebagian besar yaitu
koping dalam kategori negatif. Mekanisme koping dalam kategori negatif pada sebagian besar responden tersebut dapat dilihat dari hasil jawaban kuesioner yang diberikan kepada responden yaitu sebagian besar responden menyatakan bahwa (58,4 %) Responden menjawab tidak pernah berdiskusi dengan teman untuk menyelesaikan masalah yang sedang saya alami saat ini, (61,0 %) Responden kadang-kadang saya membaca buku, mencari literatur di perpustakaan selama penyusunan tugas akhir, (51,9 %) Responden menjawab kadangkadang saya bercerita dengan teman atau sahabat ketika menghadapi masalah. Selain itu (49,4 %) responden juga menyatakan bahwa mereka sering meminta orang lain untuk mengerjakan tugas akhir saya, dan (51,9 %) responden kadang-kadng merasa malas ketika teringat tentang tugas akhir saya. Hal tersebut merupakan salah satu mekanisme koping negatif yang sering dilakukan oleh sebagian besar responden khususnya saat menghadapi masalah dalam penyusunan tugas akhir atau skripsi. Mahasiswa dalam menyusun tugas akhir yang mengalami koping negatif cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar (53,2 %) responden yang mempunyai koping negatif terhadap tugas akhir yang diterimanya cenderung mudah merasa kesal, (58,4 %) 45 responden mengatakan sering marah karena hal sepele, (42,9 %) bahkan kadang-kadang merasa hilang harapan dan putus asa. Selain itu (36,4 %) 28 responden sebagian besar juga menyatakan bahwa mereka selalu mengurung diri / menyendiri saat menghadapi masalah dan (45,5 %) responden sering melamun atau tidur berlebihan ketika sedang menghadapi masalah. Beberapa hal tersebut menunjukkan adanya mekanisme koping negatif pada sebagian besar responden dalam merespon dan menghadapi masalah yang dihadapinya khususnya dalam hal pengerjaan tugas akhir atau skripsi yang dibebankan kepada mereka sebagai salah satu syarat untu menyelesaikan studi yang sedang di jalaninya. Koping negatif pada sebagian besar responden tersebut juga dapat dilihat dari hasil observasi dan wawancara sekilas terhadap sebagian responden saat penyebaran dan pengambilan kuesioner yang dibagikan kepada responden. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara terhadap beberapa respoden didapatkan data bahwa sebagian responden tersebut terlihat murung dan selalu mengeluh dengan revisian yang harus dikerjakannya setelah mendapatkan bimbingan
konsultasi dari dosen pembimbing. Berdasarkan hasil wawancara kepada responden didapatkan hasil bahwa mereka mengeluh harus menunggu lama dosen pembimbing saat ingin konsultasi dan sulitnya menemui dosen pembimbing untuk berkonsultasi tentang hasil skripsi yang mereka kerjakan. Setelah bertemu dosen pembimbing mereka juga merasa stres dengan revisi yang harus dikerjakannya karena kurangnya literatur ataupun materi yang ada. Sebagian besar responden juga mengeluh dengan besarnya biaya yang harus di keluarkan untuk membeli berbagai literatur maupun biaya saat melakukan penelitian. Berbagai keluhan tersebut menunjukkan adanya mekanisme koping negatif terhadap apa yang dihadapi responden terhadap tugas akhir sebagai beban yang harus dipikulnya saat ini. Berdasarkan hasil penelitian ini juga didapatkan data (54,5 %) responden bahwa mekanisme koping negatif responden juga dilakukan dengan cara sering bersenangsenang (jalan-jalan, shopping, nongkrong, dll) ketika sedang menghadapi masalah. Bersenang-senang dengan cara jalan-jalan, nongkrong, shoping walaupun terlihat menyenangkan akan tetapi hal tersebut merupakan bentuk pelarian terhadap tugas yang sedang dihadapi oleh sebagian besar responden yang mempunyai mekanisme koping negatif dalam menghadapi masalah yang ada saat ini yaitu skripsi. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai mekanisme koping dalam kategori negatif terhadap masalah yang sedang dihadapinya saat ini berupa tugas untuk menyelesaikan skrisi sebagai tugas akhir syarat untuk meraih gelar sarjana. Mekanisme koping maladaptif atau negatif adalah mekanisme yang menghambat fungsi integrasi, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan/tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar dan aktivitas destruktif (mencegah suatu konflik dengan melakukan pengelakan terhadap solusi) (Lestari, 2015). Mekanisme koping negatif pada sebagian besar responden dalam menghadapi masalah yang dihadapinya menurut asumsi peneliti dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor ketrampilan memecahkan
masalah, dukungan sosial, jenis kelamin, usia, pekerjaan dan materi. Dilihat faktor ketrampilan memecahkan masalah, menunjukkan bahwa ketrampilan dalam memecahkan masalah kurang begitu baik dikarenakan mahasiswi kurang mampu menganalisa situasi yang sedang dihadapi dan belum mampu mempertimbangkan alternative sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi sehingga belum bisa melakukan suatu tindakan yang tepat. Faktor dukungan sosial dapat dilihat berdasarkan dari tinggal bersama didapatkan bahwa paling besar responden tinggal bersama dengan teman. Hal ini akan mempengaruhi seseorang dalam dukungan sosial, ketrampilan sosial maupun dalam materi. Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan mekanisme koping individu dengan memberikan dukungan emosi dan saransaran mengenai strategi alternatif yang didasarkan pada pengalaman sebelumnya dan mengajak orang lain berfokus pada aspek-aspek yang lebih positif. Seseorang yang tinggal dengan orang tua akan berbeda pemberian dukungan keterampilan sosial atau kemampuan berkomunikasi dan bertingkah laku, dan materi atau pemberian berupa uang, barang akan berbeda ketika tinggal bersama teman dan tinggal bersama dengan orang tua. Hal ini akan memicu terjadinya penggunaan mekanisme koping yang maladaptif meskipun faktor tinggal bersama tidak selalu menjadi tolak ukur dalam penggunaan mekanisme koping maladaptif mungkin bisa saja karena faktor lain, misalnya kesehatan fisik, atau keyakinan positif. Dampak penggunaan mekanisme koping yang maladaptif dapat diaplikasikan sesekali pada keadaan yang tepat, namun bila dipergunakan terus dalam menyikapi setiap persoalan yang kita hadapi, maka kesehatan akan terganggu. Berdasarkan hasil penelitian dan asumsi peneliti, mekanisme koping negatif pada sebagian besar responden dalam penelitian dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin responden dimana dari hasil peneltian didapatkan data bahwa sebagian besar responden dengan mekanisme koping negatif yaitu sebanyak 29 orang (59,2 %) adalah berjenis kelamin perempuan. Menurut White (2009), perbedaan mekanisme koping yang digunakan pada laki-laki dengan perempuan disebabkan oleh faktor fisiologi, dimana kecenderungan perempuan lebih menggunakan mekanisme koping yang berfokus pada emosi sedangkan laki-laki menggunakan mekanisme koping fokus problem. Pada mekanisme koping yang berfokus pada problem akan menghasilkan mekanisme koping positif dan
mekanisme koping yang berfokus pada emosi akan menghasilkan mekanisme koping yang negatif, karena akan mengedepankan perasaan dari pada pemecahan masalah. Menurut pendapat Weiten dalam Yusuf, (2006), koping positif memiliki ciri sebagai berikut : menghadapi masalah secara langsung, mengevalusi alternatif secara rasional dalam upaya memecahkan masalah, menilai atau mempersepsikan situasi stress didasarkan kepada pertimbangan yang rasional, mengendalikan diri (self control) dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Mekanisme koping negatif seperti melarikan diri dari kenyataan atau situasi stress yang bentuknya seperti sikap apatis, kehilangan semangat atau perasaan tidak berdaya, minum-minuman keras atau mengkonsumsi obat-obatan terlarang, mencela diri sendiri atau menilai negatif diri sendiri, agresif yaitu berbagai prilaku yang ditujukan untuk menyakiti orang lain, memanjakan diri sendiri dengan prilaku berlebihan seperti makan yang enak-enak, merokok, minumminuman keras, menghabiskan uang untuk berbelanja, serta mekanisme pertahanan diri yang bentuknya seperti menolak kenyataan dengan cara melindungi diri dari suatu kenyataan yang tidak menyenangkan dengan cara seperti seorang perokok mengatakan bahwa rokok merusak kesehatan hanya teori belaka, berfantasi, intelektualisasi. Hal ini menyebabkan perbedaan mekanisme koping pada masing-masing individu. Mekanisme koping sebagai suatu cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan dan respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 2009). Namun demikian setiap orang mempunyai pendekatan yang berbeda dalam menanggulangi dan mengatasi stres. Secara umum koping terjadi secara otomatis ketika individu merasa adanya situasi yang menekan atau mengancam, maka individu dituntut untuk sesegera mungkin mengatasi ketegangan yang dialaminya. Individu akan melakukan evaluasi untuk seterusnya memutuskan mekanisme koping apa yang harusnya ditampilkan. Reaksi koping terhadap permasalahan bervariasi antara individu yang satu dengan yang lain dan dari waktu ke waktu pada individu yang sama (Smeltzer & Bare, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian juga didapatkan data bahwa sebagian kecil responden mengalami mekanisme dalam kategori positif yaitu sebanyak 36 responden (46,8 %). Dari hasil observasi peneliti kepada mahasiswa yang memiliki mekanisme koping yang positif memiliki pemecahan masalah seperti berbicara dengan teman, jika ada tugas yang tidak dimengerti mereka saling membantu satu dengan yang lainnya, dan melakukan aktivitas yang disenangi pada akhir pekan. Sedangkan mahasiswa yang memiliki mekanisme koping yang negatif mahasiswa lebih cenderung menghindar dan tidak memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Menurut (Stuart & Laraia, 2005) mekanisme koping positif itu sendiri berupa mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Katagorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif. Sedangkan mekanisme koping negatif berupa mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi mencegah pertumbuan menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Katagorinya adalah makan berlebihan atau tidak makan, bekerja berlebihan, dan menghindar. B. Gambaran tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran Berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran yang mengerjakan skripsi dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang berjenis kelamin laki-laki mempunyai tingkat stress dalam kategori ringan yaitu sebanyak 11 responden (39,3 %) dan sebagian besar responden perempuan mempunyai tingkat stress dalam kategori berat yaitu sebanyak 15 responden (30,6 %). Berdasarkan program pendidikan pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran yang mengerjakan skripsi diketahui bahwa sebagian besar responden yang mengalami stress dalam kategori sangat berat yaitu mahasiswa dengan program studi D IV yaitu sebanyak 4 responden (14,3 %), sedangkan responden yang mengalami tingkat stress dalam kategori berat yaitu masingmasing sebanyak 4 responden pada mahasiswa program studi D IV (14,3 %), mahasiswa program studi farmasi (28,6 %), dan mahasiswa PSIK (33,3 %). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa (27,3 %) responden mengalami kejadian stress dalam kategori stress tingkat sedang yaitu sebanyak 21 responden. Stress tingkat sedang pada sebagian
besar responden tersebut dapat dilihat dari hasil jawaban responden terhadap kuesioner yang diberikan oleh peneliti yaitu (23,4 %) responden selalu merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal sepele, (27,0 %) responden kadang-kadang cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi, (39,0 %) responden kadang-kadang merasa kesal, (27,3 %) responden kadang-kadang mudah tersinggung, (36,4 %) kadang-kadang sangat mudah marah, dan (45,5 %) responden kadang-kadang sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat saya kesal, serta (29,6 %) responden sering merasa gelisah. Beberapa hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami kejadian stress dalam kategori sedang. Penelitian didukung oleh hasil penelitian Iswanto (2014), (41,7%) 30 orang yang menunjukkan bahwa mahasiswa dalam menyusun tugas akhir yang mengalami stres sedang. (37,0%) Responden yang mengalami stres sedang ditunjukkan dengan merasa menjadi marah karena hal-hal sepele, (36,1%) respoden merasa sulit untuk bersantai, (29,2%) responden merasa sulit untuk beristirahat dan (39,8%) responden merasa sangat mudah marah. Sedangkan penelitian yang pernah dilakukan dengan hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden yang sedang menyusun skripsi pada askep psikologis ditemukan (60,0%) sebanyak 12 mahasiswa mengalami stres sedang, pada aspek fisik ditemukan (60,0%) sebanya 12 mahasiswa mengalami stres sedang, (60,0%) sebanyak 12 mahasiswa pada aspek kognitif ditemukan stres sedang, (60,0%) sebanyak 12 mahasiswa pada aspek sosial ditemukan mengalami stres sedang, (65,0%) sebanyak 13 mahasiswa yang menyusun skripsi yang mengalami tingkat stres sedang (Ramadhany, 2012). Stress sedang yang dialami oleh sebagian besar responden menurut asumsi peneliti hal tersebut dimungkinkan bisa karena faktor internal maupun eksternal, dan tingkat umur yang mempengaruhi tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden saat dilakukan penelitian, banyak yang menjawab bosan dengan perkuliahan, jarang memiliki semangat dengan perkuliahan, hal ini menunjukkan bahwa ada faktor internal atau dari dalam dirinya
sehingga membuat seseorang itu mengalami stres, misalnya ketidakpuasan dengan perkuliahan, tuntutan dan beban perkuliahan yang terlalu berat sehingga menyebabkan bosan dan jarang memiliki semangat dengan perkuliahan. Faktor eksternal atau dari luar dirinya, misalnya dari keluarga, masyarakat atau lingkungan yang kurang mendukung dalam perkuliahan sehingga membuat mahasiswi kurang begitu semangat dalam perkuliahan. Ketika seseorang mengalami stres tentu hal ini akan berdampak yang tidak baik untuk dirinya sendiri, stres yang terlalu tinggi akan menyebabkan kecemasan yang berlebihan dan kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi karena sudah tidak fokus pada masalah, mudah tersinggung, kesulitan untuk menggungkapkan kata dan adanya perasaan terisolasi. Sumber stresor menurut Alimul (2006) terbagi menjadi 2, yaitu sumber internal (yaitu diri sendiri) maupun eksternal (yaitu keluarga, masyarakat, dan lingkungan). Stressor individual dapat timbul karena tuntutan pekerjaan atau beban yang terlalu berat, kondisi keuangan, ketidakpuasan dengan fisik tubuh, penyakit yang dialami, masa pubertas, karakteristik atau sifat yang dimiliki, dan sebagainya. Faktor eksternal stres dapat bersumber dari keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Stress yang dialami oleh sebagian besar responden menurut asumsi peneliti juga dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, dimana sebagian besar jenis kelamin responden dalam penelitian ini adalah perempuan 63,6%. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian di Amerika Serikat menyatakan bahwa wanita cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan pria. Secara umum wanita mengalami stres 30 % lebih tinggi dari pada pria (Rindang Gunawati, Sri Hartati, & Anita Listiara, 2006). Pada tahun 2008, gambaran stress di Amerika yan dikeluarkan oleh APA (American Psychological Assosiation) melaporkan secara statistik mengenai wanita dan stress, dikatakan bahwa 33% wanita mengalami tingkat stress yang tinggi (Pardani, 2010). Teori diatas dapat ditarik kesimpulan perempuan memiliki tingkat stres yang paling tinggi dibandingkan laki-laki. Secara teoritis, stres sebagai ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut (Council, 2013). Tingkat stres adalah tahapan gejala-gejala stres yang ada pada diri seseorang yang seringkali tidak disadari. Tingkat stres
sedang terjadi lebih lama dari beberapa jam sampai beberapa hari. Situasi yang seperti ini dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan seseorang. Gejala pada stres sedang, yaitu pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit, daya konsentrasi dan daya ingat menurun, terjadi gangguan pola tidur, merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar, merasa mudah lelah sesudah makan siang, lekas merasa capai menjelang sore hari dan sering mengeluh lambung dan perut tidak nyaman. C. Hubungan mekanisme koping dengan tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, (32,6 %) sebanyak 14 responden dengan mekanisme koping dalam kategori negatif mengalami stress dalam kategori sedang. Hal ini menurut asumsi peneliti disebabkan karena mahasiswa yang memiliki stres sedang masih mampu menggerakan sumber koping yang ada seperti mendekatkan diri kepada Tuhan untuk menghilangkan kejenuhan, dan tetap berusaha mengkoreksi dan memperbaiki diri dari segala kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki selama profesi. Dari hasil uji statistik menggunakan Kendal tau dengan taraf signifikansi 5 % (0,05) didapatkan p value sebesar 0,0001, dan didapatkan nilai r dengan arah positif yaitu sebesar 0,509. Nilai p tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan mekanisme koping dengan tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran. Sedangkan nilai r positif tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang memiliki tingkat keeratan sedang dan mengarah positif antara mekanisme koping dengan tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran, sehingga jika semakin baik mekanisme koping, maka tingkat stres semakin ringan. Hasil peneltian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Gatiningsih (2010), mengatakan terdapat hubungan antara tingkat stres mahasiswa dengan mekanisme koping pada mahasiswa UMS yang sedang melaksanakan praktik belajar lapangan di rumah sakit, dengan menggunakan metode pengambilan sampel
proporsional random sampling. Semakin tinggi tingkat stres mahasiswa, semakin mekanisme koping mahasiswa UMS yang sedang melaksanakan praktik belajar lapangan di rumah sakit cenderung ke maladaptif. Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2009) tentang Hubungan tingkat stres dengan mekanisme koping mahasiswa profesi Ners Regular angkatan 2009 Universitas Muhammadiyah Semarang. Dengan sampel berjumlah 57 responden. Mekanisme koping mahasiswa profesi ners Unimus sebagian besar adaptif. Dari uji statistik didapatkan ada hubungan antara tingkat stress dengan mekanisme koping, dengan P value 0,01 < Alpha 0,05. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa (38,2 %) sebanyak 13 responden dengan mekanisme koping dalam kategori positif sebagian besar mengalami stress dalam kategori normal, artinya jika mekanisme koping adaptif maka tingkat stres menjadi ringan. Hal ini dipengaruhi oleh sumber koping yaitu kemampuan personal, dukungan sosial, aset materi dan keyakinan positif. Secara teori, mekanisme koping memiliki hubungan dengan tingkat stres. Mekanisme koping yang baik atau mekanisme koping adaptif tentu akan mempengaruhi tingkat stres, karena pemecahan masalah juga lebih positif. Hasil penelitian ini di dukung oleh Mesarini (2013) dimana hasil penelitian didapatkan mahasiswa memiliki tingkat stres sedang dan mekanisme koping adaptif dimana Lazarus dan Folkman berpendapat bahwa faktor yang menentukan strategi koping atau mekanisme koping yang paling banyak atau sering digunakan sangat tergantung pada sejauhmana tingkat stres yang dialami dan kepribadian seseorang (Isnin, 2011) Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Suminarsis (2009) dengan judul Hubungan antara Tingkat Stres dengan Mekanisme Koping Pada Mahasiswa Keperawatan Menghadapi Praktek Belajar Lapangan di Rumah Sakit dengan hasilp-value= 0,001 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara tingkat stres mahasiswa dengan mekanisme koping pada mahasiswa UMS yang sedang melaksanakan praktik belajar lapangan dirumah sakit dan didukung juga oleh penelitian Sri Ningsih (2009), dengan judul hubungan antara tingkat stress dengan mekanisme koping mahasiswa profesi ners Universitas Muhamadiyah Semarang angkatan 2009. Hasil penelitian dari uji statistic didapatkan ada hubungan antara tingkat stress dengan mekanisme koping, dengan diperoleh nilai r=0,338 p=0,01 p
Strategi untuk manejemen tingkah laku kepada pemecahan masalah yang paling sederhana dan realistis, berfungsi untuk membebaskan diri dari masalah yang nyata maupaun tidak nyata disebut sebagai koping. Masing–masing individu berbeda– beda cara penyesuaiannya terhadap beragam stres, dari hasil pengamatan yang dilakukan penulis sendiri, hampir seluruh mahasiswa yang mengerjakan skripsi mengeluh dan mengalami stres (Safaria dan Saputra, 2009:). Tindakan inilah yang kemudian dikenal dengan mekanisme koping terhadap stres. Mekanisme koping merupakan mekanisme yang muncul akibat terjadinya stres pada diri individu yang akan mempermudah terjadinya proses adaptasi. Mekanisme koping sebagai suatu cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan dan respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 2001). Namun demikian setiap orang mempunyai pendekatan yang berbeda dalam menanggulangi dan mengatasi stres. Secara umum koping terjadi secara otomatis ketika individu merasa adanya situasi yang menekan atau mengancam, maka individu dituntut untuk sesegera mungkin mengatasi ketegangan yang dialaminya. Individu akan melakukan evaluasi untuk seterusnya memutuskan mekanisme koping apa yang harusnya ditampilkan. Reaksi koping terhadap permasalahan bervariasi antara individu yang satu dengan yang lain dan dari waktu ke waktu pada individu yang sama (Stuart & Sundeen, 2013). Bila mekanisme penanggulangan ini berhasil, maka individu dapat beradaptasi dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan, tetapi bila mekanisme koping gagal artinya individu gagal untuk beradaptasi maka akan timbul gangguan kesehatan baik berupa gangguan fisik, psikologis maupun perilaku (Keliat, 2001). Bila hal ini terjadi pada mahasiswa yang sedang melakukan praktik di tatanan pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit maupun komunitas, maka dapat mempengaruhi prestasi dan kualitas kinerja yang dilakukan.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Sebagian besar responden yaitu sebanyak 43 orang (55,8 %) mempunyai mekanisme koping dalam kategori negatif. 2. Sebanyak 21 responden (27,3 %) mengalami kejadian stress dalam kategori stress tingkat sedang. 3. Ada hubungan mekanisme koping dan tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran dengan nilai p value sebesar 0,001dan nilai r = 0,509, dimana nilai r positif tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang memiliki tingkat keeratan sedang dan mengarah positif antara mekanisme koping dengan tingkat stres pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran, sehingga jika semakin baik mekanisme koping, maka tingkat stres semakin ringan B. Saran 1. Bagi mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Ungaran Diharapkan pada mahasiswa Stikes Ngudi Waluyo Ungaran khususnya untuk mahasiswa Stikes yang sedang mengerjakan skripsi agar dapat mengenali dan menghadapi stres dengan mekanisme koping yang positif. 2. Pengajar dan Akademik Bagi pengajar dan akademik diharapkan dapat meningkatkan pemberian informasi mengenai upaya dalam menghadapi stres mahasiswa selama mengerjakan skripsi dengan mekanisme koping yang positif. 3. Bagi peneliti Perlu ditingkatkan penelitian lebih lanjut baik untuk mekanisme koping ataupun tingkat stres mahasisya yang mengerjakan skripsi dengan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi stres dan upaya dalam menghadapi stres dengan mekanisme koping yang positif. 4. Bagi ilmu pengetahuan dan teknologi Diharapkan dapat meningkatkan pemberian informasi mengenai upaya dalam menghadapi stres mahasiswa selama mengerjakan skripsi dengan mekanisme koping yang positif.
Titik Lestari,S.Kep.2015. Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan. Yogyakarta Widyarini, 2009. Kunci pengembangan diri, Jakarta : PT Elek Media Komputindo http://books.google.co.id/books Zuriah, Nurul. 2009. Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
DAFTAR PUSTAKA A.Aziz Alimul Hidayat. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta APA Pblic Interest Initiatives. 2002. Protecting Our Children From Abuse and Neglect. PsychNET American Psychological Association. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Ed Revisi VI. Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta. Darmono, & Hasan, A. M. ( 2004 ). Menyelesaikan Skripsi Dalam Satu Semester. Jakarta: PT Grasindo. Gibson., Ivanocevich & Donnely. 1990. Organisasi dan Manajemen : Perilaku Struktur Proses. Jakarta : Penerbit Erlangga. Gunawati, R., Hartati,S., Listiara, A. ( 2006 ). Hubungan Antara Efektivitas Komunikasi Mahasiswa-Dosen Pembimbing Utama Skripsi Dengan Stres Dalam Menyusun Skripsi Pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas kedokteran Universitas Diponegoro: Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. Haber A. & Runyon R., 1984. Psychology of Adjustment. Homewood, Illinois: The Dorsey Press. M.Hariwijaya Triton P.B., S.Si.;M.Si. 2011. Pedoman Penulisan Ilmiah Skripsi dan Tesis. Jakarta Selatan. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Potter, P.A., & Perry, A.G (2005). Buku ajar fundamental keperawatan. Edisi ke 6. Jakarta : EGC. Rathus,S. A & Nevid, J. S, 2002. Psychology and The Challenge of Life : Adjustment in the new millenium. Eight Edition. Siswanto,2007. Kesehatan Mental, Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya. Yogyakarta Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suyanto, Asep Jihad, M.Pd. 2012. Betapa Mudah Menulis Karya Ilmiah. Yogyakarta. Sunaryo, 2004. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta : EGC http://books.google.co.id/books 38